an dan tugas parpol - ftp.unpad.ac.id filean dan tugas parpol anggota dpr absen dari tugas dan ......

1
33 POLKAM SENIN, 28 NOVEMBER 2011 an dan Tugas Parpol ANGGOTA DPR absen dari tugas dan kewajiban mengikuti rapat barang kali telah menjadi sebuah kisah lama yang berkelanjutan. Selain itu, perilaku itu juga tidak melihat jenjang sang ang- gota dewan. Misalnya, Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) LuthHasan Ishaaq yang tercatat hanya menghadiri satu kali dari sembilan kali Rapat Paripurna DPR yang pernah digelar selama September-November 2011. Sebanyak delapan kali rapat paripurna, seba- gaimana catatan absensi dalam Ra- pat Paripurna DPR, di samping nama Luth berstatus izin. Anggota Komisi I DPR itu pun enggan mengomentari alasan dirinya kerap izin dari rapat paripurna. “Ka- lau absensi itu, sebaiknya hubungi saja Ketua F-PKS. Maaf saya sedang meeting,” ujarnya di Jakarta, Jumat (25/11). Sebagai tambahan, dirinya juga mengirimi nomor telepon Ketua F-PKS DPR Mustafa Kamal. Nama anggota Fraksi Partai Demokrat DPR Nova Iriansyah juga hanya sekali terisi dalam daftar ab- sensi rapat paripurna. Dia mengaku kerap tidak bisa melaksanakan tugas dan kewajiban anggota wakil rakyat dengan izin dari fraksi sesuai meka- nisme yang ada. “Kemarin saya diperintahkan ikut pemilihan umum kepala daerah (pemi- lu kada) di Aceh. Saya sudah melapor sesuai dengan mekanisme yang ada.” Terkait putusan Mahkamah Kon- stitusi (MK) yang mengakibatkan penundaan pemilu kada Aceh, dirinya sudah bisa menjalani tugas kedewanan sehingga sekarang saya sudah aktif kembali di DPR,” kata anggota Komisi V DPR itu. Anggota Komisi II DPR dari F-Ha- nura Miryam S Haryani juga tercatat kerap tidak mengikuti rapat di DPR. “Saya waktu itu tidak hadir rapat paripurna karena sakit. Saya harus berobat jalan,” kata dia. Dirinya juga telah menitip surat izin ke fraksinya. Surat itu dikirim oleh stafnya. Hanya saja, dirinya mengaku tidak mengecek kelanjutan surat itu. “Saya kurang tahu apakah sampai atau tidak. Yang jelas ada surat izinnya.” Sedangkan selebihnya, dia mengaku izin karena sedang tugas ke lapangan. “Tapi saya lupa ke mana, karena su- dah lama. Harus saya lihat-lihat lagi,” kata dia. Anggota Komisi II DPR dari Fraksi Partai Golkar Agustina, anggota legislatif dari daerah pemilihan Papua, mengaku tidak menghadiri rapat paripurna ka- rena berbagai alasan. Seperti, dia pernah izin ke fraksi karena harus pulang ke daerah pemi- lihan. “Anak saya menikah di Jayapura pada 14 Oktober, saya berangkat 12 Oktober. Pada 17 Oktober saya kembali ke Jakarta. Langsung ada kunjungan lapangan ke Yogyakarta, saya di Pani- tia Kerja (Panja) DPR tentang RUU Keistimewaan DIY. Kami on the spot,” kata dia. Sepulang dari kunjungan lapangan, adiknya meninggal di Jayapura. “Saya pulang untuk mengurus jenazahnya. Kami punya daerah pemilihan bukan dekat. Perjalanannya jauh sekali dan butuh waktu. Semuanya sudah seizin fraksi,” tegas dia. Dia menambahkan, bisa saja titip absen jika ingin jalan pintas. “Tapi saya tidak mau. Karena kalau titip begitu, saya bukan saja berdosa sama orang, tapi juga sama Tuhan,” tegas dia. Pakar psikologi politik UI Hamdi Moeloek memandang, kemalasan akut anggota DPR itu berawal dari faktor kedekatan anggota dewan de- ngan petinggi partai. Mereka, katanya, merasa memiliki kekuasaan untuk berbuat sekehendak hatinya, termasuk membolos dari rapat. “Intinya mereka merasa hebat,” imbuhnya. Kondisi itu diperparah dengan bu- ruknya kaderisasi di parpol. Sehingga, lanjut dia, anggota dewan terpilih belum tentu yang berkualitas. Sehingga, menurut Hamdi, ke de- pan perlu ada mekanisme pemberian sanksi oleh konstituen terhadap ang- gota dewan. Tapi, usul itu hanya me- mungkinkan bila DPR mau membuka anggota mereka yang malas. “Jadi jangan dipilih lagi karena enggak bekerja sesuai harapan,” tegasnya. (Wta/*/P-1) Beragam Alasan para Pemangkir Rapat g Paripurna DPR, Jakarta, Jumat (28/10). Dalam pandangan fraksi-fraksi pada sidang paripurna ini, empat partai yakni PDIP, PKS, Gerindra, dan Hanura 6. TITIP ABSEN: Sejumlah anggota DPR mengisi daftar absensi rapat paripurna yang membahas APBN tahun anggaran 2012 di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (23/8). Namun banyaknya bangku kosong karena mangkirnya anggota DPR tak seimbang dengan penuhnya absensi daftar hadir yang ditandatangani anggota. MI/SUSANTO MI/IRFAN hitung-hitungannya. Ada tingkatan sanksi hingga PAW,” kata dia. Restrukturisasi Mantan hakim konstitusi Jimly Asshid- diqie menuturkan, minimnya kehadiran anggota DPR dalam rapat paripurna berasal dari sistem yang kondusif dalam menunjang pembentukan kultur malas. “Kalau bolos di satu komisi atau pani- tia dianggap wajar, diselesaikan dengan (menitip) tekenan. Itu menjadi kultur ke- seluruhan. Jadi iklim itu muncul karena sistem,” jelasnya. Dia menilai, mekanisme kerja di DPR tidak memiliki manajemen waktu dan pembagian tugas yang esien. Dia menam- bahkan, terlalu banyak tumpukan agenda yang harus diikuti anggota dewan. Mulai dari rapat komisi, alat kelengkapan DPR seperti Badan Anggaran (Banggar) dan Badan Urusan Rumah Tangga (BURT), hingga jenis tim pengawasan ataupun seleksi lembaga. Terlebih, pembagian tugas semakin ru- mit bagi fraksi yang memiliki jumlah ang- gota minim. Kondisi itu yang mengakibat- kan harus terjadi pengorbanan salah satu agenda. “Kacau seperti sekarang. Bukan hanya jam kerja, juga orientasi kebijakan,” tandasnya. Koordinator Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Sebastian Salang menilai, kemalasan anggota DPR menunjukkan anggota dewan tidak punya perhatian pada urusan rakyat. Begitu juga dengan budaya titip absen, yang dia pandang sebagai bentuk pem- bohongan publik. Pasalnya, para wakil rakyat berani melakukan di tengah sorotan masyarakat luas. Menurut dia, sudah saatnya parpol tidak mempermalukan diri sendiri dengan cara memberi sanksi tegas. Jika tidak, lanjutnya, produktivitas legislasi DPR akan semakin menukik tajam. “Mereka hanya concern pada diri sendiri,” ujarnya. Sebagai tindak pencegahan meluasnya wabah malas ini, ia menyarankan agar diberlakukan sistem pemotongan gaji atas setiap ketidakhadiran anggota DPR. Meka- nisme ini, katanya, memang didukung oleh sistem absensi elektronik melalui pemindai- an sidik jari. “Itu diterapkan saja agar ada efek jera terhadap anggota DPR. Kan DPR tidak ada malunya,” selorohnya. Harga mengagetkan Penggunaan pemindaian sidik jari disambut positif oleh DPR. Marzuki Alie yang juga Ketua BURT DPR memastikan rencana pembelian alat dan sistem sidik jari. Hanya saja, dia mengaku kaget dengan biaya rencana pemasangan alat itu yang mencapai Rp4 miliar. “Oleh karena itu, jangan suudzon dulu. Itu baru perencanaan dan belum diputuskan,” tegasnya. Pasalnya, di sekolah miliknya, juga menggunakan alat pemindai sidik jari dengan kisaran harga Rp1 juta - Rp5 juta. (*/P-1) [email protected] FOTO-FOTO: MI/SUSANTO

Upload: phamxuyen

Post on 18-May-2019

248 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

33POLKAM SENIN, 28 NOVEMBER 2011

an dan Tugas Parpol

ANGGOTA DPR absen dari tugas dan kewajiban mengikuti rapat barang kali telah menjadi sebuah kisah lama yang berkelanjutan. Selain itu, perilaku itu juga tidak melihat jenjang sang ang-gota dewan.

Misalnya, Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Luthfi Hasan Ishaaq yang tercatat hanya menghadiri satu kali dari sembilan kali Rapat Paripurna DPR yang pernah digelar selama September-November 2011. Sebanyak delapan kali rapat paripurna, seba-gaimana catatan absensi dalam Ra-pat Paripurna DPR, di samping nama Luth fi berstatus izin.

Anggota Komisi I DPR itu pun enggan mengomentari alasan dirinya kerap izin dari rapat paripurna. “Ka-lau absensi itu, sebaiknya hubungi saja Ketua F-PKS. Maaf saya sedang meeting,” ujarnya di Jakarta, Jumat (25/11). Sebagai tambahan, dirinya juga mengirimi nomor telepon Ketua F-PKS DPR Mustafa Kamal.

Nama anggota Fraksi Partai Demokrat DPR Nova Iriansyah juga hanya sekali terisi dalam daftar ab-sensi rapat paripurna. Dia mengaku kerap tidak bisa melaksanakan tugas dan kewajiban anggota wakil rakyat dengan izin dari fraksi sesuai meka-nisme yang ada.

“Kemarin saya diperintahkan ikut pemilihan umum kepala daerah (pemi-lu kada) di Aceh. Saya sudah melapor sesuai dengan mekanisme yang ada.”

Terkait putusan Mahkamah Kon-stitusi (MK) yang mengakibatkan penundaan pemilu kada Aceh, dirinya sudah bisa menjalani tugas kedewanan sehingga sekarang saya sudah aktif kembali di DPR,” kata anggota Komisi V DPR itu.

Anggota Komisi II DPR dari F-Ha-nura Miryam S Haryani juga tercatat kerap tidak mengikuti rapat di DPR. “Saya waktu itu tidak hadir rapat paripurna karena sakit. Saya harus berobat jalan,” kata dia.

Dirinya juga telah menitip surat izin ke fraksinya. Surat itu dikirim oleh stafnya. Hanya saja, dirinya mengaku tidak mengecek kelanjutan surat itu. “Saya kurang tahu apakah sampai atau

tidak. Yang jelas ada surat izinnya.”Sedangkan selebihnya, dia mengaku

izin karena sedang tugas ke lapangan. “Tapi saya lupa ke mana, karena su-dah lama. Harus saya lihat-lihat lagi,” kata dia.

Anggota Komisi II DPR dari Fraksi Partai Golkar Agustina, anggota le gislatif dari daerah pemilihan Papua, mengaku tidak menghadiri rapat paripurna ka-rena berbagai alasan.

Seperti, dia pernah izin ke fraksi karena harus pulang ke daerah pemi-lihan. “Anak saya menikah di Jayapura pada 14 Oktober, saya berangkat 12 Oktober. Pada 17 Oktober saya kembali ke Jakarta. Langsung ada kunjungan lapangan ke Yogyakarta, saya di Pani-tia Kerja (Panja) DPR tentang RUU Keistimewaan DIY. Kami on the spot,” kata dia.

Sepulang dari kunjungan lapangan, adiknya meninggal di Jayapura. “Saya pulang untuk mengurus jenazahnya. Kami punya daerah pemilihan bukan dekat. Perjalanannya jauh sekali dan butuh waktu. Semuanya sudah seizin fraksi,” tegas dia.

Dia menambahkan, bisa saja titip absen jika ingin jalan pintas. “Tapi saya tidak mau. Karena kalau titip begitu, saya bukan saja berdosa sama orang, tapi juga sama Tuhan,” tegas dia.

Pakar psikologi politik UI Hamdi Moeloek memandang, kemalasan akut anggota DPR itu berawal dari faktor kedekatan anggota dewan de-ngan petinggi partai. Mereka, katanya, merasa memiliki kekuasaan untuk berbuat sekehendak hatinya, termasuk membolos dari rapat. “Intinya mereka merasa hebat,” imbuhnya.

Kondisi itu diperparah dengan bu-ruknya kaderisasi di parpol. Sehingga, lanjut dia, anggota dewan terpilih belum tentu yang berkualitas.

Sehingga, menurut Hamdi, ke de-pan perlu ada mekanisme pemberian sanksi oleh konstituen terhadap ang-gota dewan. Tapi, usul itu hanya me-mungkinkan bila DPR mau membuka anggota mereka yang malas. “Jadi jangan dipilih lagi karena enggak bekerja sesuai harapan,” tegasnya. (Wta/*/P-1)

Beragam Alasan paraPemangkir Rapat

g Paripurna DPR, Jakarta, Jumat (28/10). Dalam pandangan fraksi-fraksi pada sidang paripurna ini, empat partai yakni PDIP, PKS, Gerindra, dan Hanura 6.

TITIP ABSEN: Sejumlah anggota DPR mengisi daftar absensi rapat paripurna yang membahas APBN tahun anggaran 2012 di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (23/8). Namun banyaknya bangku kosong karena mangkirnya anggota DPR tak seimbang dengan penuhnya absensi daftar hadir yang ditandatangani anggota.

MI/SUSANTO

MI/IRFAN

hitung-hitungannya. Ada tingkatan sanksi hingga PAW,” kata dia.

RestrukturisasiMantan hakim konstitusi Jimly Asshid-

diqie menuturkan, minimnya kehadiran anggota DPR dalam rapat paripurna berasal dari sistem yang kondusif dalam menunjang pembentukan kultur malas.

“Kalau bolos di satu komisi atau pani-tia dianggap wajar, diselesaikan dengan (menitip) tekenan. Itu menjadi kultur ke-seluruhan. Jadi iklim itu muncul karena sistem,” jelasnya.

Dia menilai, mekanisme kerja di DPR tidak memiliki manajemen waktu dan pembagian tugas yang efi sien. Dia menam-bahkan, terlalu banyak tumpukan agenda yang harus diikuti anggota dewan. Mulai dari rapat komisi, alat kelengkapan DPR seperti Badan Anggaran (Banggar) dan Badan Urusan Rumah Tangga (BURT), hingga jenis tim pengawasan ataupun seleksi lembaga.

Terlebih, pembagian tugas semakin ru-mit bagi fraksi yang memiliki jumlah ang-gota minim. Kondisi itu yang mengakibat-kan harus terjadi pengorbanan salah satu agenda. “Kacau seperti sekarang. Bukan hanya jam kerja, juga orientasi kebijakan,” tandasnya.

Koordinator Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Sebastian Salang menilai, kemalasan anggota DPR menunjukkan anggota dewan tidak punya perhatian pada urusan rakyat.

Begitu juga dengan budaya titip absen,

yang dia pandang sebagai bentuk pem-bohongan publik. Pasalnya, para wakil rakyat berani melakukan di tengah sorotan masyarakat luas.

Menurut dia, sudah saatnya parpol tidak mempermalukan diri sendiri dengan cara memberi sanksi tegas. Jika tidak, lanjutnya, produktivitas legislasi DPR akan semakin menukik tajam. “Mereka hanya concern pada diri sendiri,” ujarnya.

Sebagai tindak pencegahan meluasnya wabah malas ini, ia menyarankan agar diberlakukan sistem pemotongan gaji atas setiap ketidakhadiran anggota DPR. Meka-nisme ini, katanya, memang didukung oleh sistem absensi elektronik melalui pemindai-an sidik jari. “Itu diterapkan saja agar ada efek jera terhadap anggota DPR. Kan DPR tidak ada malunya,” selorohnya.

Harga mengagetkanPenggunaan pemindaian sidik jari

disambut positif oleh DPR. Marzuki Alie yang juga Ketua BURT DPR memastikan rencana pembelian alat dan sistem sidik jari.

Hanya saja, dia mengaku kaget dengan biaya rencana pemasangan alat itu yang mencapai Rp4 miliar. “Oleh karena itu, jangan suudzon dulu. Itu baru perencanaan dan belum diputuskan,” tegasnya.

Pasalnya, di sekolah miliknya, juga menggunakan alat pemindai sidik jari dengan kisaran harga Rp1 juta - Rp5 juta. (*/P-1)

[email protected]

FOTO-FOTO: MI/SUSANTO