makalah optimalisasi peran parpol dalam mengembalikan kepercayaan rakyat

34
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perebutan tahta kekuasan yang marak dilakukan di berbagai daerah di Indonesia, membuat catatan buruk bagi demokrasi di Negara ini, bukan hal yang baru ketika momentum pemilihan umum sedang mendekati masanya, banyak dari elit politik yang mencoba untuk membersihkan dirinya di tengah masyarakat, dengan melakukan banyak kegiatan social serta langsung turun menyapa masyarakat sudah hal yang biasa terlihat, sehingga dalam kesempatan tersebut dirinya berlaku bah seorang Malaikat yang hanya berfikir dan berusaha untuk membuat kebaikan serta berbuata kemuliaan dan tanpa kenal balas budi, hal pencitraan yang begitu sempurna dimata masyarakat selalu dipertontonkan. Namun dibalik itu semua Individu yang diharapkan dalam masyarakat yang langsung terlibat dalam pemilihan umum (pemilu) diharapkan sebagai targetan utama. Pemilu merupakan sarana bagi masyarakat untuk ikut menentukan figur dan arah kepemimpinan negara atau daerah dalam periode tertentu. Ketika demokrasi mendapat perhatian yang luas dari masyarakat dunia, penyelenggaraan pemilu yang demokratis menjadi syarat

Upload: rifki-alfauzi

Post on 10-Apr-2016

32 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

peran parpol

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Optimalisasi Peran Parpol Dalam Mengembalikan Kepercayaan Rakyat

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1      Latar Belakang

Perebutan tahta kekuasan yang marak dilakukan di berbagai daerah di

Indonesia, membuat catatan buruk bagi demokrasi di Negara ini, bukan hal yang

baru ketika momentum pemilihan umum sedang mendekati masanya, banyak dari

elit politik yang mencoba untuk membersihkan dirinya di tengah masyarakat,

dengan melakukan banyak kegiatan social serta langsung turun menyapa

masyarakat sudah hal yang biasa terlihat,  sehingga dalam kesempatan tersebut

dirinya berlaku bah seorang Malaikat yang hanya berfikir dan berusaha untuk

membuat kebaikan serta berbuata kemuliaan dan tanpa kenal balas budi, hal

pencitraan yang begitu sempurna dimata masyarakat selalu dipertontonkan.

Namun dibalik itu semua Individu yang diharapkan dalam masyarakat yang

langsung terlibat dalam pemilihan umum (pemilu) diharapkan sebagai targetan

utama.

Pemilu merupakan sarana bagi masyarakat untuk ikut menentukan figur dan

arah kepemimpinan negara atau daerah dalam periode tertentu. Ketika demokrasi

mendapat perhatian yang luas dari masyarakat dunia, penyelenggaraan pemilu

yang demokratis menjadi syarat penting dalam pembentukan kepemimpinan

sebuah negara. Pemilu memiliki fungsi utama untuk menghasilkan kepemimpinan

yang benar-benar mendekati kehendak rakyat. Oleh karena itu, pemilu merupakan

salah satu sarana legitimasi kekuasaan.

     Selanjutnya dalam proses Pemilu dapat dikatakan aspiratif dan demokratis

apabila memenuhi beberapa persyaratan. Pertama, pemilu harus bersifat

kompetitif, dalam artian peserta pemilu harus bebas dan otonom. Kedua, pemilu

yang diselenggarakan secara berkala, dalam artian pemilu harus diselenggarakan

secara teratur dengan jarak waktu yang jelas. Ketiga, pemilu harus inklusif,

artinya semua kelompok masyarakat harus memiliki peluang yang sama untuk

berpartisipasi dalam pemilu. Tidak ada satu pun kelompok yang diperlakukan

secara diskriminatif dalam proses pemilu. Keempat, pemilih harus diberi

Page 2: Makalah Optimalisasi Peran Parpol Dalam Mengembalikan Kepercayaan Rakyat

2

keleluasaan untuk mempertimbangkan dan mendiskusikan alternatif pilihannya

dalam suasana bebas, tidak di bawah tekanan, dan akses memperoleh informasi

yang luas. Kelima, penyelenggara pemilu yang tidak memihak dan independen.

Dalam kedudukannya sebagai pilar demokrasi, peran partai politik dalam

sistem perpolitikan nasional merupakan wadah seleksi kepemimpinan nasional

dan daerah. Pengalaman dalam rangkaian penyelenggaraan seleksi kepemimpinan

nasional dan daerah melalui pemilu membuktikan keberhasilan partai politik

sebagai pilar demokrasi.

Penyelenggaraan pemilu tahun 2004 dinilai cukup berhasil oleh banyak

kalangan, termasuk kalangan internasional. Dengan gambaran ini dapat dikatakan

bahwa sistem perpolitikan nasional dipandang mulai sejalan dengan penataan

kehidupan berbangsa dan bernegara yang di dalamnya mencakup penataan partai

politik.

Peran partai politik telah memberikan kontribusi yang signifikan bagi sistem

perpolitikan nasional, terutama dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang

dinamis dan sedang berubah. Jika kapasitas dan kinerja partai politik dapat

ditingkatkan, maka hal ini akan berpengaruh besar terhadap peningkatan kualitas

demokrasi dan kinerja sistem politik. Oleh karena itu, peran partai politik perlu

ditingkatkan kapasitas, kualitas, dan kinerjanya agar dapat mewujudkan aspirasi

dan kehendak rakyat dan meningkatkan kualitas demokrasi.

Setelah dilihat dalam kenyataan dilapangan secara umum, bangsa Indonesia

masih belum mampu keluar dari krisis multidimensi yang dihadapinya. Proses

reformasi memang telah mengantarkan Indonesia pada perubahan-perubahan

signifikan menuju Indonesia yang maju dan demokratis. UUD 1945 sebagai

konstitusi negara telah mengalami proses amandemen selama empat kali dan

menghasilkan perubahan-perubahan yang mendasar.

Pembatasan masa jabatan presiden dan pemilihan presiden secara langsung,

pencantuman pasal-pasal mengenai hak asasi manusia, checks and balances antar

cabang kekuasaan negara di bidang eksekutif, legislatif, dan yudikatif, otonomi

daerah, penghapusan fungsi politik militer, profesionalisasi kepolisian, upaya

penguatan kedaulatan rakyat melalui pemilihan secara langsung, dan seterusnya

Page 3: Makalah Optimalisasi Peran Parpol Dalam Mengembalikan Kepercayaan Rakyat

3

adalah contoh dari perubahan-perubahan di bidang sistem politik dan

ketatanegaraan.

Setelah dikaji, ternyata demokrasi yang terjadi serta fungsi dan peran partai

politik untung mengantarkan bangsa ini kearah demokrasi banyak disalah

gunakan, dalam kesempatan ini penulis menyorot kembalikan Demokrasi yang

sebenarnya dan optimalkan peran dan fungsi partai politik sebagai wadah aspirasi

rakyat untuk menyarakan kepentingan serta masalah yang dihadapinya, sehingga

penulis mengambil judul makalah ini dengan “Optimalisasi peran parpol dalam

mengembalikan Kepercayaan Rakyat”.

1.2      Rumusan masalah

Adapun permasalahan yang terdapat dalam makalah ini

1.      Praktek Money politik yang sering Terjadi dalam Proses PEMILU

2.      Partai Politik Sudah Bergeser Nilai

3.      Keprcayaan Masyarakat Mulai Terkikis Terhadap Pemilu 

1.3       Tujuan pembahasan

Dengan pembahasan yang dilakukan terhadap ketiga masalah diatas

diharapkan, praktek demokrasi kembali berjalan sebagaimana mestinya, dan

diharapkan mampu melekukakan perubahan atas lahirnya seorang pemimpin yang

ideala dengan proses pemilihan yang dekmokratis, serta pemikiran masyarakat

terhadap partai politik kembali menuai mamfaat sebagai wadah aspirasi rakyar

dalam mengeluarkan aspirasinya, serta problematika masyarakat yang tergolong

kea rah golput bias teratasi, dan kepeercayaan masyarakan untuk mengikuti proses

serta demokrasi bias berjalan sesuai perintah Undang-undang, dan menghasilkan

pemimpin yang diidamkan masyarakat serta memperoleh pemimpin yang lahir

dari perta deokrasi yang mempunyai dan menerapkan azas LUBER JURDIL

Page 4: Makalah Optimalisasi Peran Parpol Dalam Mengembalikan Kepercayaan Rakyat

4

BAB II

PEMBAHASAN

2.1      Pengertian Partai Politik

Dalam hal ini Keberadaan Partai Politik dalam kehidupan ketatanegaraan

pertama kali dijumpai di Eropa Barat, yakni sejak adanya gagasan bahwa rakyat

merupakan faktor yang patut diperhitungkan serta diikut sertakan dalam proses

politik, Dengan adanya gagasan untuk melibatkan rakyat dalam proses politik

(kehidupan dan aktifitas ketatanegaraan), maka secara spontan Partai Politik

berkembang menjadi penghubung antara rakyat disatu pihak dan pemerintah di

pihak lain. Dengan demikian dapat ditarik pengertian bahwa sebagai organisasi

yang secara khusus dipakai sebagai penghubung antara rakyat dengan Pemerintah,

keberadaan Partai Politik sejalan dengan munculnya pemikiran mengenai paham

demokrasi dan kedaulatan rakyat dalam penyelenggaraan sistem ketatanegaraan.

Sudah banyak definisi yang dikemukakan oleh para sarjana mengenai pengertian

Partai Politik tersebut.

Definisi-definisi tersebut  antara lain :

Beberapa sarjana mengemukakan tentang deenisi dari partai politik yakni :

Carl J. Friedrich: Sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan

tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi

pemimpin Partainya, dan berdasarkan penguasaan ini memberikan kepada anggota

Partainya kemanfaatan yang bersifat ideal maupun materiil.

R.H. Soltou: Sekelompok warganegara yang sedikit banyak terorganisir, yang

bertindak sebagai satu kesatuan politik, yang dengan memanfaatkan kekuasaan

memilih, bertujuan menguasai pemerintahan dan melaksanakan kebijaksanaan

umum mereka.

Sigmund Neumann: Organisasi dari aktivis-aktivis politik yang berusaha untuk

menguasai kekuasaan pemerintahan serta merebut dukungan rakyat atas dasar

persaingan melawan golongan atau golongan-golongan lain yang tidak sepaham.

Miriam Budiardjo: Suatu kelompok yang terorganisir yang anggotaanggotanya

mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama dengan tujuan

Page 5: Makalah Optimalisasi Peran Parpol Dalam Mengembalikan Kepercayaan Rakyat

5

memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik (biasanya), dengan

cara konstitusional guna melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan mereka.

Berdasarkan definisi-definisi tersebut di atas, kita dapat melihat adanya

"benang merah" hubungan pengertian antara pendapat yang satu dengan yang

lain, yaitu bahwa tujuan Partai Politik itu didirikan adalah untuk merebut ataupun

mempertahankan kekuasaan dalam pemerintahan guna melaksanakan

kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah digariskan oleh masing-masing Partai

Politik. Untuk merebut dan mempertahankan penguasaannya di dalam

Pemerintahan tentunya dilakukan secara konstitusional.

Hal ini berarti keberadaan Partai Politik juga dimaksudkan sebagai sarana

untuk meredam konflik kepentingan ataupun persaingan yang muncul di

lingkungan masyarakat dalam mempengaruhi pemerintahan. Oleh sebab itu, tidak

ada salahnya jikalau Keberadaan partai Politik di negara modern dipergunakan

untuk mewujudkan tatanan kehidupan kenegaraan yang lebih beradab. Hal ini

mengingat sebelum dikenal adanya paham mengikut sertakan rakyat dalam sistem

politik, perebutan kekuasaan selalu dilakukan dengan cara kekerasan. "Kasus Ken

Arok " dalam sejarah Indonesia merupakan contoh yang dapat dipergunakandisini.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut di atas, maka pada hakikatnya

Partai Politik adalah suatu kelompok manusia yang terorganisir secara teratur baik

dalam hal pandangan, tujuan maupun tata cara rekruitmen keanggotaan, dengan

tujuan pokok yakni menguasai, merebut ataupun mempertahankan kekuasaannya

dalam pemerintahan secara konstitusional.

2.2      Tujuan Partai politik

            Setiap organisasi yang dibentuk oleh manusia tentunya memiliki tujuan-

tujuan tertentu. Demikian pula organisasi yang disebut Partai Politik. Tujuan

pembentukan suatu Partai politik, disamping yang utama adalah merebut,

mempertahankan ataupun menguasai kekuasaan dalam pemerintahan suatu negara

- juga dapat diperlihatkan dari aktivitas yang dilakukan. Rusadi Kantaprawira

mengemukakan bahwa aktivitas yang dilakukan oleh Partai Politik pada

umumnya mengandung tujuan:

Page 6: Makalah Optimalisasi Peran Parpol Dalam Mengembalikan Kepercayaan Rakyat

6

a.       Berpartisipasi dalam sektor pemerintahan, dalam arti mendudukkan orang-

orangnya menjadi pejabat pemerintah sehingga dapat turut serta mengambil atau

menentukan keputusan politik atau output pada umumnya;

b.      Berusaha melakukan pengawasan, bahkan oposisi bila perlu terhadap

kelakuan, tindakan, kebijaksanaan para pemegang otoritas (terutama dalam

keadaan mayoritas pemerintahan tidak berada dalam tangan Partai Politik yang

bersangkutan).

c.       Berperan untuk dapat memadu (streamlining) tuntutan-tuntutan yang masih

mentah (raw opinion), Sehingga Partai Politik bertindak sebagai penafsir

kepentingan dengan mencanangkan isu-isu politik (political issue) yang dapat

dicerna dan diterima oleh masyarakat secara luas.

Dengan melihat aktivitas dari Partai Politik tersebut di atas, maka rakyat

sebagai subyek dalam sistem ketatanegaraan dapat melakukan pilihan-pilihan

alternatif, yakni Partai Politik mana yang akan diikuti atau menjadi saluran politik

mereka. Berkaitan dengan hal ini, di dalam struktur masyarakat yang masih

paternalistik, maka pilihan rakyat untuk berafiliasi kepada suatu Partai Politik

tertentu sangat ditentukan oleh ideologi atau aliran yang dianut oleh suatu Partai

Politik.

Oleh sebab itulah di dalam negara dengan struktur masyarakat yang masih

paternalistik, Partai Politik gemar untuk memainkan ideologi-ideologi Partai guna

memperoleh dukungan massa rakyat, sehingga memperkuat posisi dalam

kehidupan politik ketatanegaraan. Penekanan mengenai program kehendak

menjadi titik tolak utama untuk memperoleh dukungan massa rakyat. Kehidupan

dan aktivitas Partai politik semacam ini masih dapat dikategorikan sebagai Partai

Politik tradisionil.

Sebagai tujuan umum partai politik yang mewujudkan cita-cita nasional

bangsa indonesia sebagaimana dimaksud dalam pembukaan Undang-Undang

Dasar 1945, Serta mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan pancasila

dengan menjunjung tinggi nilai kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan

Republik Indonesia. 2. Tujuan khusus partai politik adalah memperjuangkan cita-

Page 7: Makalah Optimalisasi Peran Parpol Dalam Mengembalikan Kepercayaan Rakyat

7

cita para anggotanya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

sudah barang tentu hal ini yang akan diwujudkan bagi setiap warga negara. 

Partai politik memiliki fungsi :

Sebagai sarana sosialisasi politik, yaitu proses pembentukan sikap dan

orientasi politik paraanggota masyarakat.

Sebagai sarana komunikasi politik, yaitu proses penyampaian informasi

mengenai politik daripemerintah kepada masyarakat dan dari masyarakat

kepada pemerintah.

Sebagai sarana rekruitmen politik, yaitu seleksi dan pengangkatan seseorang

atau sekelompokorang untuk melaksanakan sejumlah peran dalam sistem

politik pada umumnya dan pemerintahanpada khususnya.

Sebagai pengelola konflik, yaitu mengendalikan konflik melalui cara

berdialog dengan pihak-pihakyang berkonflik, menampung dan memadukan

berbagai aspirasi dan kepentingan dari pihak-pihakyang berkonflik dan

membawanya ke parlemen untuk mendapatkan penyelesaian melalui

keputusanpolitik.

Sebagai sarana artikulasi dan agegrasi kepentingan, menyalurkan berbagai

kepentingan yang adadalam masyarakat dan mengeluarkannya berupa

keputusan politik.

Sebagai jembatan antara rakyat dan pemerintah, yaitu sebagai mediator antara

kebutuhan dankeinginan masyarakat dan responsivitas pemerintah dalam

mendengar tuntutan rakyat.

Ada 6 alasan yang menyebabkan kita harus berpartisipasi dalam partai politik :

Manusia sebagai khalifah di bumi bertanggung jawab untuk melaksanakan misi

khalifah, yaitumemelihara, mengatur dan memakmurkan bumi yang

merupakan aktivitas politik yang paling otentik. Misi khilafah ini merupakan

amanah Allah yang wajib ditunaikan oleh setiap insan sesuai dengan hukum-

hukum-Nya.

Islam adalah sistem hidup yang universal, yang mencakup seluruh aspek

kehidupan baik agama, ekonomi, sosial, budaya, politik maupun negara. Setiap

muslim diperintahkan untuk menerapkan keuniversalan ini secara utuh.

Page 8: Makalah Optimalisasi Peran Parpol Dalam Mengembalikan Kepercayaan Rakyat

8

Adanya kewajiban-kewajiban Islam yang tidak dapat dilaksanakan kecuali

secara berjamaah dan memerlukan adanya kebijakan politik.

Realitas masyarakat muslim yang ingin menyalurkan aspirasi, potensi dan

peran mereka untuk ikutmenentukan kebijakan bangsa memerlukan sebuah

wadah. Maka partai politik adalah wadah yang paling efektif sebagai tempat

penyalurannya.

Keharusan menegakkan amar maruf nahi munkar, keharusan memiliki

kepedulian terhadap persoalan ummat sebagaimana sabda nabi : Barang siapa

tidak peduli dengan urusan muslim, maka dia bukan dari golongan kami.

Bergabung dalam partai adalah salah satu bentuk kepedulian kita terhadap

problematikaumat.

Mereka yang ingin menyingkirkan Islam dari kehidupan berbangsa senantiasa

bekerja sekuattenaga untuk menggalang kekuatan, sementara Allah

memerintahkan agar ummat memberikanperlawanan yang setimpal.

2.3     Klasifikasi Partai Politik

Banyak jenis dan bentuk Partai Politik yang hidup dan berkembang di

dalam suatu kehidupan ketatanegaraan. Berkaitan dengan hal inilah, maka pada

hakikatnya Klasifikasi Partai Politik dapat digambarkan sebagai berikut:

Klasifikasi Partai Politik ditinjau dari Komposisi dan Fungsi Keanggotaannya.

1.   Klasifikasi semacam ini dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis Partai

Politik, yaitu :

a.       Partai Massa, yakni suatu Partai Politik yang lebih mengutamakan

kekuatannya berdasarkan keunggulan jumlah anggota. Oleh karena itu biasanya

terdiri dari pendukung-pendukung dari berbagai aliran politik dalam masyarakat

yang sepakat di bawahnya dalam memperjuangkan suatu program yang biasanya

luas dan agak kabur.

b.       Partai Kader, yaitu suatu Partai Politik yang lebih mementingkan keketatan

organisasi dan disiplin kerja dan anggota-anggotanya. Pemimpin Partai biasanya

menjaga kemurnian doktrin Partai yang dianut dengan jalan mengadakan saringan

calon-calon anggotanya secara ketat.

Page 9: Makalah Optimalisasi Peran Parpol Dalam Mengembalikan Kepercayaan Rakyat

9

2.   Klasifikasi Partai Politik ditinjau Dari Sifat dan Orientasinya. Partai Politik

dengan Klasifikasi semacam ini dapat dikelompokkan kedalam dua jenis, yaitu :

a.       Partai Lindungan (Patronage Party), yaitu suatu Partai Politik yang pada

umumnya memiliki organisasi nasional yang kendor (meskipun organisasi di

tingkat lokal sering cukup ketat). Disiplin yang lemah dan biasanya tidak terlalu

mementingkan pemungutan iuran secara teratur. Tujuan utama dari Partai Politik

jenis ini adalah memenangkan Pemilihan Umum untuk anggota-anggota yang

dicalonkannya. Oleh sebab itu Partai semacam ini hanya giat melaksanakan

aktivitasnya menjelang Pemilu. Contoh yang dapat dikemukakan disini adalah

Partai Demokrat dan Republik di AS.

b.      Partai Ideologi (Partai Asas), yaitu suatu Partai Politik (biasanya) yang

mempunyai pandangan hidup yang digariskan dalam kebijaksanaan pemimpin dan

berpedoman pada disiplin Partai yang kuat dan mengikat Hampir sebagian besar

Partai-partai Politik yang ada di Indonesia dapat dikategorikan sebagai Partai

Ideologi.

Berdasarkan dua klasifikasi besar mengenai Partai Politik tersebut di atas -

jika Partai-partai Politik itu akan melakukan koalisi - maka langkah yang paling

mudah dan relatif berhasil untuk ditempuh adalah dengan melakukan koalisi

Partai Politik yang sama-sama berjenis Partai Massa atau sama-sama Partai

Lindungan. Koalisi antar Partai Kader atau antar Partai Ideologi relatif sulit untuk

dilakukan. Apalagi Koalisi antar Partai Politik dengan Ideologi yang jauh

berseberangan. Misal Koalisi antar Partai yang berideologikan keagamaan

tertentu.

2.4      Sistem Kepartaian

Dalam kehidupan Politik ketatanegaraan suatu negara, pada prinsipnya

dikenal adanya tiga sistem kepartaian, yaitu :

a.       Sistem Partai Tunggal (the single party system). Istilah mi dipergunakan

untuk Partai Politik yang benar-benar merupakan satusatunya Partai Politik dalam

suatu Negara, maupun untuk Partai Politik yang mempunyai kedudukan dominan

di antara beberapa Partai politik lainnya. Namun demikian - oleh para sarjana -

Page 10: Makalah Optimalisasi Peran Parpol Dalam Mengembalikan Kepercayaan Rakyat

10

dianggap merupakan bentuk penyangkalan diri (contradictio in terminis),

mengingat dalam pengertian sistem itu sendiri akan selalu mengandung lebih dari

satu unsur atau komponen. Kecenderungan untuk mengambil sistem Partai

Tunggal disebabkan, karena Pimpinan negara-negara baru sering dihadapkan

masalah bagaimana mengintegrasikan berbagai golongan, daerah, suku bangsa

yang berbeda corak sosial dan pandangan hidupnya. Dikhawatirkan bahwa bila

keanekaragaman sosial budaya ini dibiarkan tumbuh dan berkembang, besar

kemungkinan akan terjadi gejolak-gejolak sosial yang menghambat usaha-usaha

pembangunan dan menimbulkan disintegrasi.

b.      Sistem dua Partai (two party system). Menurut Maurice Duverger, sistem ini

adalah khas Anglo Saxon (Amerika, Filipina). Dalam system ini Partai-partai

Politik dengan jelas dibagi kedalam Partai Politik yang berkuasa (karena menang

dalam Pemilihan Umum) dan Partai Oposisi (karena kalah dalam Pemilihan

Umum).

c.       Sistem Banyak Partai (multy party system). Pada umumnya system

kepartaian semua ini muncul karena adanya keanekaragaman social budaya dan

politik yang terdapat di dalam suatu negara.[8][17]

Sistem kepartaian yang kokoh sekurang-kurangnya harus memiliki dua kapasitas.

Pertama, melancarkan partisipasi politik melalui jalur partai, sehingga dapat

mengalihkan segala bentuk aktivitas politik anomik dan kekerasan.

Kedua, mencakup dan menyalurkan partisipasi sejumlah kelompok yang baru

dimobilisasi, yang dimaksudkan untuk mengurangi kadar tekanan yang dihadapi

oleh sistem politik.

Dengan demikian, sistem kepartaian yang kuat menyediakan organisasi partai

yang mengakar dan prosedur yang melembaga guna mengasimilasikan kelompok

baru ke dalam sistem politik.

Page 11: Makalah Optimalisasi Peran Parpol Dalam Mengembalikan Kepercayaan Rakyat

11

2.5     Perkembangan Partai Politik Di Indonesia

a.       Keberadaan Partai Politik di Indonesia dimulai sejak Pemerintah Hindia

Belanda mencanangkan Politik Etis pada tahun 1908. Dengan adanya Politik Etis

ini, maka banyak kalangan cerdik pandai kaum Bumiputera yang mulai tergerak

untuk ikut serta dalam kehidupan ketatanegaraan melalui berbagai organisasi

kemasyarakatan. Pelopor utama dari Organisasi kemasyarakat tersebut adalah

Boedi Oetomo.

b.      Dengan keluarnya Maklumat Wk. Presiden No. X tahun 1945 tanggal 16

Oktober 1945 dan Maklumat Pemerintah 3 Nopember 1945 setelah Proklamasi

Kemerdekaan 17 Agustus 1945 Indonesia menganut sistem Multi Partai yang

ditandai dengan munculnya 24 Partai Politik yang berbasis Aliran (ideologi).

c.       Menjelang Pemilu tahun 1955 yang berdasarkan Demokrasi Liberal terdapat

70 Partai Politik maupun perseorangan yang mengambil bagian dalam Pemilu

tersebut. Perlu diketahui bahwa Pemilu tahun 1955 dipergunakan untuk memilih

anggota Konstituante yang bertugas untuk merumuskan UUD yang akan

menggantikan UUDS 1950, dan memilih DPR.

d.      Melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dilakukanlah penyederhanaan  sistem

Kepartaian di Indonesia, yaitu : Penpres No. 7 tahun 1959 dan Peraturan Presiden

(Perpres) No. 13 tahun 1960 mengatur tentang pengakuan, pengawasan dan

pembubaran Partai-partai Politik. Pada tanggal 17 Agustus 1960 PSI dan

Masyumi dibubarkan.

e.       Tanggal 14 April 1961 diumumkan hanya 9 Partai Politik yang mendapat

pengakuan, yaitu PNI, NU, PKI, PSII, PARKINDO, Partai Katolik, Perti, Murba,

dan Partindo. Dengan berkurangnya jumlah Partai Politik tersebut, tidak berarti

konflik ideologi dalam masyarakat umum sebagai akibat pengaruh yang dibawa

oleh Partai-partai Politik tersebut menjadi berkurang. Untuk mengatasi hal ini,

maka pada tanggal 12 Desember 1964, di Bogor diselenggarakan pertemuan

Partai-Partai Politik dan menghasilkan Deklarasi Bogor.

f.       Tanggal 12 Maret 1966 setelah terjadi Pemberontakan G/30/S PKI, maka

PKI dibubarkan dan dinyatakan sebagai Partai terlarang di Indonesia. Kemudian

dimulailah usaha pembinaan Partai-partai Politik yang dilakukan oleh Orde Baru.

Page 12: Makalah Optimalisasi Peran Parpol Dalam Mengembalikan Kepercayaan Rakyat

12

g.      Tanggal 20 Pebruari 1968 didirikan Parmusi

Ada tiga teori yang mencoba menjelaskan tentang munculnya partai politik.

Pertama, teori kelembagaan. Teori ini mengatakan bahwa kemunculan partai

politik disebabkan karena dibentuk oleh kalangan elit legislative serta orang yang

berkepentingan untuk mengadakan kontak dengan masyarakat.

Kedua, teori situasi historik. Teori ini mengatakan bahwa timbulnya partai politik

sebagai upaya untuk mengatasi krisis yang ditimbulkan oleh perubahan

masyarakat secara luas, yaitu berupa krisis legitimasi, integrasi dan partisipasi

serta krisis kepercayaan. Dengan demikian Untuk mengatasi hal itu dibentuk

partai politik yang dekat dengan kehidupan pribadinya.

Ketiga, teori pembangunan. Teori ini melihat bahwa munculnya partai politik

sebagai produk modernisasi sosial ekonomi yang mengaju kepada wadah untuk

melakukan perubaha dalam menghadapi proses pembangun dan merubah watak

masyarakat yang mendiami daerah tertentu.[9][19]

2.6       Pembentukan Partai Politik

Hal lain yang turut serta menyokong lemahnya pelembagaan partai politik

adalah longgarnya syarat bagi pembentukan partai politik. UU Nomor 2 Tahun

2008 tentang Partai Politik menentukan bahwa  “Partai politik didirikan dan

dibentuk  oleh sekurang-kurangnya  50 (limapuluh) orang warga negara Republik

Indonesia yang telah berusia 21 (dua puluh satu) tahun dengan akte notaris”.

Dari ketentuan itu terlihat bahwa pendirian atau pembentukan partai politik

mudah dilakukan karena cukup mengumpulkan 50 (lima puluh) orang, sehingga

mendorong setiap orang atau kelompok untuk mendirikan partai politik. Oleh

karena itu, di masa depan perlu  diupayakan adanya kenaikan jumlah warga

negara yang telah berusia 21 (dua puluh satu) tahun untuk mendirikan partai

politik paling sedikit 250 orang.

Hampir sebagian besar partai politik menghadapi masalah sentralisasi yang

terlalu kuat dalam organisasi partai, antara lain ditandai oleh sentralisasi dalam

pengambilan keputusan di tingkat pengurus pusat (DPP) dan pemimpin partai.  

Hal ini membuat kepengurusan partai di daerah sering kali tidak menikmati

otonomi politik dan harus rela menghadapi berbagai bentuk intervensi dari

Page 13: Makalah Optimalisasi Peran Parpol Dalam Mengembalikan Kepercayaan Rakyat

13

pengurus pusat partai. Dalam kaitan ini,  penyempurnaan sistem kepartaian dalam

rangka mendukung penguatan sistem pemerintahan presidensial dan sistem

perwakilan, perlu diatur ketentuan yang mengarah pada terbentuknya sistem

multipartai sederhana, terciptanya pelembagaan partai yang efektif dan kredibel,

terbentuknya kepemimpinan partai yang demokratis dan akuntabel, dan penguatan

basis dan struktur kepartaian.

2.7      Pemilu Dengan Politik Uang

Pemilu yang bersih dan demokratis akhir akhir ini sudah jarang didapat dalam

kalangan masyrakat, proses pesta demokrasi yang tercoreng dnga banyaknnya elit

politik yang di paksakan untuk melakukan politik uang menyebabkan

tercorengnya proses demokrasi yang diharapkan, karena pemilu yang di dasarkan

pada pemilu angsung membuat banyak kejanggalan dan ketimpangan sehingga

akan mudah melakukan politk uanga, karea rakyat yang langsung memilih.

Yang dimaksud dengan pemilu yang bersifat langsung adalah rakyat sebagai

pemilih berhak untuk memberikan suaranya secara langsung sesuai dengan

kehendak hati nuraninya tanpa perantara. Warga negara yang memenuhi

persyaratan sebagai pemilih berhak mengikuti pemilu dan memberikan suaranya

secara langsung.

Sedangkan pemilu yang bersifat umum mengandung makna terjaminnya

kesempatan yang sama bagi semua warga negara, tanpa diskriminasi. Pemilu yang

bersifat bebas berarti bahwa setiap warga negara yang berhak memilih bebas

untuk menentukan pilihannya tanpa tekanan dan paksaan dari siapa pun. Dalam

melaksanakan haknya, setiap warga negara dijamin  keamanannya, sehingga dapat

memilih sesuai dengan kehendak hati nurani dan kepentingannya. Pemilu yang

bersifat rahasia berarti bahwa dalam memberikan suaranya, pemilih dijamin

pilihannya tidak akan diketahui oleh pihak mana pun dan dengan jalan apa pun.

Selanjutnya, pemilu diselenggarakan oleh penyelenggara pemilu yang

mempunyai integritas, profesionalitas, dan akuntabilitas yang dilaksanakan secara

lebih berkualitas, sistematis, legitimate, dan akuntabel dengan partisipasi

masyarakat seluas-luasnya. 

Page 14: Makalah Optimalisasi Peran Parpol Dalam Mengembalikan Kepercayaan Rakyat

14

Penyelenggara pemilu, aparat pemerintah, peserta pemilu, pengawas pemilu,

pemantau pemilu, pemilih, dan semua pihak yang terkait harus bersikap dan

bertindak jujur sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pemilih dan peserta

pemilu mendapat perlakuan yang sama dan bebas dari kecurangan atau perlakuan

yang tidak adil dari pihak mana pun.

Pemilu harus dilaksanakan secara lebih berkualitas agar lebih menjamin

kompetisi yang sehat, partisipatif, mempunyai derajat keterwakilan yang lebih

tinggi, dan memiliki mekanisme pertanggungjawaban yang jelas.

Sistem presidensial di Indonesia hingga saat ini belum dapat mewujudkan

secara penuh pemerintahan yang kuat dan efektif. Dalam rangka menciptakan

pemerintahan yang kuat, stabil, dan efektif perlu didukung pula oleh sistem

kepartaian yang sederhana.

Dengan  sistem kepartaian sederhana akan dapat dihasilkan tingkat

fragmentasi yang relatif rendah di parlemen, yang pada gilirannya dapat tercipta

pengambilan keputusan yang tidak berlarut-larut. Jumlah partai yang terlalu

banyak akan menimbulkan dilema bagi demokrasi, karena banyaknya partai

politik peserta pemilu akan berakibat sulitnya tercapai pemenang mayoritas. Di

sisi lain, ketiadaan partai politik yang mampu menguasai mayoritas di parlemen

merupakan kendala bagi terciptanya stabilitas pemerintahan dan politik.

Seperti kita ketahui bersama, praktik yang sekarang terjadi adalah ketiadaan

koalisi besar yang permanen, sehingga setiap pengambilan keputusan oleh

pemerintah hampir selalu mendapat hambatan dan tentangan dari parlemen. Oleh

karena itu, yang perlu dilakukan adalah mendorong terbentuknya koalisi partai

politik yang permanen, baik yang mendukung pemerintahan maupun koalisi partai

politik dalam bentuk yang lain. Hal ini diperlukan sebagai upaya agar bisa tetap

sejalan dengan prinsip check and balances dari sistem presidensial.

Munculnya banyak partai politik selama ini dikarenakan persyaratan

pembentukan partai politik yang cenderung sangat longgar. Selain itu,

penyederhanaan sistem kepartaian juga terkendala oleh belum terlembaganya

sistem gabungan partai politik (koalisi) yang terbangun di parlemen atau pada saat

pencalonan presiden dan wakil presiden, gubernur dan wakil gubernur, serta

bupati dan wakil  bupati/walikota dan wakil walikota.

Page 15: Makalah Optimalisasi Peran Parpol Dalam Mengembalikan Kepercayaan Rakyat

15

Pada pemilu presiden tahun 2004 dan terpilihnya beberapa kepala daerah dan

wakil kepala daerah baru-baru ini, gabungan partai politik (koalisi) sebetulnya

sudah dilaksanakan. Namun, gabungan (koalisi) tersebut lebih bersifat instan,

lebih berdasarkan pada kepentingan politik jangka pendek dan belum berdasarkan

pada platform dan program politik yang disepakati bersama untuk jangka waktu

tertentu dan bersifat permanen.

Secara teori ada keterkaitan yang erat antara upaya penataan sistem politik

yang demokratis dengan sistem pemerintahan yang kuat dan efektif. Dalam masa

transisi politik, pemahaman terhadap hubungan antara kedua proses itu menjadi

sangat penting.  Karena keterbatasan waktu dan tenaga, seringkali penataan

elemen sistem politik dan pemerintahan dilakukan secara terpisah. Logika yang

digunakan seringkali berbeda satu dengan yang lainnya. Dalam realitas, semua

elemen tersebut akan digunakan dan menimbulkan kemungkinan komplikasi satu

dengan lainnya.

Berdasarkan pengalaman, ada hubungan yang relatif konsisten antara sistem

kepartaian dengan sistem presidensial. Multipartai, terutama yang bersifat

terfragmentasi, menyebabkan implikasi deadlock dan immobilism bagi sistem

presidensial murni. Alasannya adalah bahwa presiden akan mengalami kesulitan

untuk memperoleh dukungan yang stabil dari legislatif sehingga upaya

mewujudkan kebijakan akan mengalami kesulitan.

Pada saat yang sama partai politik dan gabungan partai politik yang

mengantarkan presiden untuk memenangkan pemilu tidak dapat dipertahankan

untuk menjadi koalisi pemerintahan. Tidak ada mekanisme yang dapat

mengikatnya. Alasan lain adalah bahwa komitmen anggota parlemen terhadap

kesepakatan yang dibuat pimpinan partai politik jarang bisa dipertahankan.

Dengan kata lain,  tidak adanya disiplin partai politik membuat dukungan

terhadap presiden menjadi sangat tidak pasti. Perubahan dukungan dari pimpinan

partai politik juga ditentukan oleh perubahan kontekstual dari konstelasi politik

yang ada.

Tawaran yang diberikan untuk memperkuat sistem presidensial agar mampu

menjalankan pemerintahan dengan baik adalah dengan menyederhanakan jumlah

partai politik. Jumlah partai politik yang lebih sederhana (efektif) akan

Page 16: Makalah Optimalisasi Peran Parpol Dalam Mengembalikan Kepercayaan Rakyat

16

mempersedikit jumlah veto dan biaya transaksi politik. Perdebatan yang terjadi

diharapkan menjadi lebih fokus dan berkualitas. Publik juga akan mudah

diinformasikan baik tentang keberadaan konstelasi partai politik maupun pilihan

kebijakan bila jumlah kekuatan politik lebih sederhana.

Yang mestinya dibenahi adalah meningkatkan kualitas partisipasi politik

rakyat. Dalam jangka panjang, pemilih harus cerdas-terididik sehingga memilih

calon yang benar, bukan yang melakukan politik uang. Jika hal ini terjadi,

perlahan elit politik dipaksa menjadi BTP. Syaratnya, harus ada pendidikan

politik. Sementara untuk jangka pendek, harus muncul individu berkarakter BTP,

yang berani tidak menggunakan politik uang.

Terhadap kandidat seperti ini, publik mestinya mendukung. Misalnya dengan

memberikan donasi 10 ribu per bulan. Tujuannya, untuk memangkas

ketergantungan kandidat pada pengusaha. Kandidat BTP bisa muncul melalui

Parpol atau melalui jalur independen. Manfaatnya agar Pilkada imun dari kandidat

koruptor yang di kemudian hari hanya akan menjadi alat korporasi semata.

Jadikan Pilkada sebagai sarana kedaulatan rakyat, bukan untuk mewujudkan

kepentingan elit.

Page 17: Makalah Optimalisasi Peran Parpol Dalam Mengembalikan Kepercayaan Rakyat

17

BAB III

PENUTUP

3.1       Kesimpulan

Wilayah negara Indonesia yang luas dengan jumlah penduduk yang besar

dan menyebar di seluruh nusantara serta memiliki kompleksitas nasional

menuntut penyelenggara pemilu yang profesional dan memiliki kredibilitas yang

dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya  untuk

lebih meningkatkan fungsi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi

penyelenggaraan pemilu.

Perlu dilakukan upaya untuk mengakomodasi dinamika dan

perkembangan masyarakat yang menuntut peran parpol dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara serta tuntutan mewujudkan parpol sebagai organisasi

yang bersifat nasional dan modern. Upaya tersebut antara lain dapat ditempuh

melalui pendidikan politik dengan memperhatikan keadilan dan kesetaraan gender

yang ditujukan untuk meningkatkan kesadaran akan hak dan kewajiban,

meningkatkan partisipasi politik dan inisiatif warga negara, serta meningkatkan

kemandirian dan kedewasaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Agar tercipta derajat kompetisi yang sehat, partisipatif, dan mempunyai

derajat keterwakilan yang lebih tinggi, serta memiliki mekanisme

pertanggungjawaban yang jelas, maka penyelenggaraan pemilu harus

dilaksanakan secara lebih berkualitas dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, perlu

diupayakan perubahan untuk memperkuat lembaga perwakilan rakyat melalui

langkah mewujudkan sistem multipartai sederhana yang selanjutnya akan

menguatkan pula sistem pemerintahan presidensial sebagaimana dimaksudkan

dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 demokrasi

bagi proses rekrutmen kader maupun seleksi para pejabat publik.

Politik transaksional yang diwarnai pertimbangan untung/rugi dalam

sistem seleksi para pejabat publik dalam sistem kepartaian kini lebih mendominasi

dibandingkan sistem seleksi para elite politik berdasarkan kualitas ide, gagasan

maupun visi. Tentu, buruknya sistem politik semacam ini memiliki dampak

negatif dalam pelaksanaan fungsi eksekutif maupun legislatif, yang pada

Page 18: Makalah Optimalisasi Peran Parpol Dalam Mengembalikan Kepercayaan Rakyat

18

gilirannya juga akan menimbulkan dampak berupa rendahnya kinerja pelaksanaan

fungsi-fungsi pokok eksekutif maupun legislatif dalam memberikan pelayanan

kepada masyarakat.

Dalam sistem demokrasi yang baik/ideal, partai politik memiliki beberapa fungsi

strategis, yaitu:

(1) Sarana Komunikasi Politik;

(2) Sarana Agregasi Politik;

(3) Rekrutmen Politik;  dan

(4) Pengelola Konflik.

Disamping fungsi-fungsi tersebut, partai politik juga dinisbatkan untuk

menjalankan fungsi kontrol politik guna meningkatkan kualitas kebijakan publik

dan sekaligus juga menjaga bekerjanya sistem saling pengawasan (checks and

balances) dalam sistem demokrasi. Fungsi-fungsi tersebut hanya dapat

dilaksanakan dengan baik jika sistem dan kultur perpolitikan memungkinkan bagi

seleksi kader maupun elite partai politik yang profesional, berkualitas.dan

berintegritas. Selama ini, yang jarang dipergunakan sebagai variabel dalam

menganalisis terhadap kecenderungan terjadinya banalitas (partai) politik adalah

kultur politik yang mendorong terjadinya sistem politik yang korup dan

manipulatif.

Sistem kampanye yang lebih diwarnai politik ‘padat modal’ daripada

‘padat karya’, kontestasi politik yang cenderung transaksional daripada

profesional (money driven politic) telah mendorong terjadinya sistem pemilu

maupun pemilu kada yang jauh dari semangat good governance.

Tak heran jika kultur dan sistem politik semacam itu akhirnya

menghasilkan banyak elite politik yang îtersanderaî biaya kampanye yang tinggi

dan setelah terpilih kebanyakan tersandung berbagai praktik korupsi.  Selain itu,

sistem pendanaan partai politik yang selama ini tidak transparan juga tak jarang

menjadi ajang transaksi kepentingan antara pemodal/pengusaha (nakal) dengan

elite politik.

Hadirnya UU No 2 Tahun 2011 sebagai revisi dari UU No 2 Tahun 2008

tentang Partai Politik yang mencoba memperbaiki sistem kepartaian mulai dari

Page 19: Makalah Optimalisasi Peran Parpol Dalam Mengembalikan Kepercayaan Rakyat

19

proses pendirian, sistem rekrutmen kader/elite partai politik, tatakelola

(governance) partai politik hingga akuntabilitas dan transparansi sistem

pendanaan partai politik harus sungguh-sungguh digunakan sebagai kerangka

hukum (legal framework) untuk membenahi pengelolaan partai politik.

Partai politik dalam sistem demokrasi modern menduduki fungsi yang

sangat penting di berbagai negara manapun, terlepas dari pilihan sistem kepartaian

yang dipergunakan. Dengan demikian, dalam sisa waktu yang sangat pendek

menjelang pemilu tahun 2014, menjadi tantangan bagi partai-partai politik untuk

membenahi sistem internal partai masing-masing untuk mengembalikan

kepercayaan publik. Yang terpenting untuk digarisbawahi adalah tak mungkin

membentuk sistem pemerintahan eksekutif maupun legislatif yang baik tanpa

memperbaiki kualitas (partai) politik di negeri ini.

3.2       Saran 

Dalam proses pesta demokrasi yang diharapkan kiranya dapat memberikan

manfaat bagi warga Negara, apabila peran serta partai politik serta dapat

mengaplikasikan nya dalam kehidupan bermasyarakat, dan proses politik uang

terhapuskan sehingga dapat menghasilkan pemimpin yang sebagaimana yang

diharapkan masyarakat.

Juga hal yang palingg mendasar  masyrakat serta pemerintah haru bekerja

sama dalam mengatasi masalh tersebut dengan saling memberikan informasi

terhadap pelanggaran pencoretan proses pesta demokrasi tersebut, sehingga para

pelaku politik uang pun berfikir dua kali untuk melakukan tindakan pelanggaran

politik tersebut.

Selanjutnya pola fikir masyarakat yang menganggap mudah untuk menjual

suaranya sudah mulai dihilangkan serta fikiran masyarakat yang selalu memilih

golongan putih (golput) dalam momen pesta demokrasi kiranya dapat dihilangkan,

serta prinsip memilih segera ditingkatkan dan saling mengajak untuk sama-sama

berpartisipasi dalam hal deokrasi.

Terhadap makalah saya ini, penulis sangat berharap bagi pembaca agar

kiranya makalah saya ini dapat diberikan masukan berupa kritikan yang

membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Page 20: Makalah Optimalisasi Peran Parpol Dalam Mengembalikan Kepercayaan Rakyat

20

DAFTAR PUSTAKA

a.      Buku

Rusadi Kantaprawira, Sistem Politik Indonesia suatu Model Pengantar, Cet V,

Sinar Baru, Bandung, 1988, .

Harun Arrasyid, pengantar Ilmu Hukum,  Penerbit Madju, Bandung, 1998

B. Hestu Cipto Handoyo, Hukum Tata Negara, Kewarganegaraan & Hak Asasi

Manusia (Memahami Proses Konsolidasi Sistem Demokrasi di Indonesia),

Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, 2003.

Lubis Solly M, Asas Partai Politik, Penerbit Sinar Baru, Bandung, 1999

Hamid S Attamimi, Peranan Keputusan Presiden Indonesia Dalam

Penyelenggaraan Pemerintahan Negara, Disertasi Fakultas Pasca Sarjana UI,

Jakarta,1990.

Hasan Al Rasyid, Pengisian Jabatan Presiden, Grafiti, Jakarta, 1999.

Ismail Suny, Mekanisme Demokrasi Pancasila, Cet. IV, Aksara Baru,

Jakarta, 1987.

Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, Gramedia-Jakarta, 1986

Subagyo Firman, Menata Partai Politik, RM BOOK, Bandung 2000

Fatwa AM, Kampanye Partai Politik Kampus, Gramedia Pustaka Utama,

Bandung, 2003

Subanidro, Pembentukan Partai Politik Islam, Hibrur Aman, Semarang,

1988

Moh. Kusnardi & Hasmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia,

Pusat Studi HTN-FHUI, Jakarta, 1983.

Mansyuruddin T, Sosiologi, Kelompok Studi Hukum Fakultas Hukum USU,

Medan,  1999

Tarigan Pandestaren,Arah Negara Hukum Demokratis, Pusaka Bangsa Press,

Medan, 2003

Ali Daud Muhammad, Hukum Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001

Urger M Roberto, Posisi Hukum Politik dalam Masyarakat, Nusa Media,

Bandung, 2007 

Nonet Philipe, Teori-teori Hukum dan Politik, Nusa Media, Bandung,

2008

Page 21: Makalah Optimalisasi Peran Parpol Dalam Mengembalikan Kepercayaan Rakyat

21

Salman Otje S, Mengingat Mengumpulkan Masyarakat, Refika Aditama,

Bandung, 2008 

Rusadi Kartaprawira, Sistem Politik Indonesia pada umumnya,Sinar Baru,

Bandung, 1988

Maurice Duverjer, Partai Politik Dan Kelompok Penekan, Rineka Cipta, Bandung,

1994

Firmanzah, Mengelola Partai Politik, Garamedia, Bandung, 1999

Munawwir Imam, Partai Politik Dalam Kerangka Pembangunan Politik di

Indonesia, Bina Ilmu, 1992

Bambang S, Partai-Partai Politik Indonesia Serta Ideologi, Strategi, dan Program,

Media Nusantara, Bandung, 2008

b.      Perundang Undangan

Undang-Undang Dasar 1945, Amandemen I, II, III dan IV

Undang-Undang No. 22 Tahun 2007, tentang Penyelenggara Pemilihan

Umum.

Undang-Undang No. 2 Tahun 2008, tentang Partai Politik

Undang-Undang No.10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota

DPR, DPD,

Undang-Undang No 27 Tahun 2009 tentang Susunan dan kedudukan