usm optimalisasi penegakan hukum terhadap …
Post on 17-Nov-2021
12 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
USM
OPTIMALISASI PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ANGGOTA POLRIYANG MELAKUKAN PUNGLI DALAM PEMBUATAN SURAT IZIN
MENGEMUDI (SIM)
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat
guna menyelesaikan Program Studi S1 Ilmu Hukum
Oleh
Nama : EKA ADITIA
NIM : A.111.14.0018
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSIAS SEMARANG
TAHUN 2018
vi
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat,
Rahmat serta Karunia-Nya, Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Optimalisasi Penegakan Hukum Terhadap Anggota Polri yang Melakukan Pungli
dalam Pembuatan Surat Izin Mengemudi (SIM) “.
Skripsi ini diajukan untuk melengkapi tugas dan syarat menyelesaikan
program studi strata 1 Ilmu Hukum. Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini
masih jauh dari sempurna, dan banyak kekurangan baik dalam metode penulisan
maupun dalam pembahasan materi. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan
kemampuan Penulis. Sehingga Penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun mudah-mudahan di kemudian hari dapat memperbaik
kekuranganya.
Dalam penulisan skripsi ini, Penulis selalu mendapatkan bimbingan,
dorongan, serta semangat dari banyak pihak. Oleh karena itu Penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Andy Kridasusila, S.E., M.M. , Selaku Rektor Universitas Semarang.
2. Ibu B. Rini Heryanti , S.H., M.H. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Semarang.
3. Ibu Subaidah Ratna Juita, S.H., M.H. dan Bapak Amri P Sihotang, S.S, S.H,
M.Hum. selaku pembimbing yang selalu bijaksana memberikan bimbingan,
nasehat serta waktunya selama penulisan skripsi ini.
3. Bapak Dr. Muhammad Junaidi, S.H.I, M.H. selaku dosen wali.
vii
4. Ayah dan Ibu yang telah memberikan bantuan semangat, kasih sayang dan
bantuan baik moril maupun materiil demi lancarnya penulisan proposal
skripsi ini.
5. Sahabat serta rekan-rekan seperjuangan tercinta yang tak henti memberikan
dukungan dan motivasi kepada penulis.
6. Semua pihak yang telah membantu penulisan dan penyusunan proposal skripsi
ini.
Demi perbaikan selanjutnya, saran dan kritik yang membangun akan
penulis terima dengan senang hati dan mudah-mudahan dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis dan bagi kita semua.
PenulisEka Aditia
viii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO :
“Berusahalah, bukan hanya untuk menjadi orang sukses, tapi
menjadi orang yang bermanfaat.”
-Albert Einstein-
Kupersembahkan skripsi ini untuk :
1. Ayah dan Ibu tercinta
2. Keluarga besar saya
3. Sahabat-sahabat saya
4. Hahoy Squad dan Team Zeus
5. Keluarga besar UKM Bulutangkis
USM
6. ORMA FH USM
7. TC Entertainment dan Dazzling
Ruby
8. Almamater
ix
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh proses pembuatan SIM menjadi yangpaling rawan terjadinya pungli. Pertama, karena banyaknya persyaratan serta ujipraktik yang menyulitkan banyak orang, sehingga menggunakan cara cepat untukmendapatkan SIM. Kedua, bagi mereka yang gagal dan gagal lagi dalam ujian itu,cari jalan pintas dan bahkan juga dari internal anggota berikan satu peluangterjadinya pungli, sehingga ada dua unsur di sini antara mereka yang ingin cepatlulus dan aparaturnya yang beri kesempatan untuk pungli. Oleh karenanya dalampenelitian ini akan mengkaji lebih dalam tentang optimalisasi penegakan hukumterhadap anggota Polri yang melakukan pungli dalam pembuatan SIM besertahambatan dan upaya dalam penegakan hukumnya. Metode yang dipergunakandalam penelitian ini adalah yuridis sosiologis, dengan spesifikasi penelitiandeskriptif analitis. Hasil penelitian menunjukan bahwa optimalisasi penegakanhukum bagi anggota Polri yang melakukan pungli dalam pembuatan SIM sudahdiatur sesuai dengan hukum positif yang berlaku di Indonesia yang diatur dalamUndang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang KepolisianNegara Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang LaluLintas dan Angkutan Jalan, Peraturan Kepala Kepolisian Negara RepublikIndonesia Nomor 9 Tahun 2012 tentang Surat Izin Mengemudi, PeraturanPemerintah Nomor 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota KepolisianNegara Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif Penerimaan Negara Bukan Pajak yangBerlaku pada Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Kata Kunci : Penegakan Hukum, Anggota Polri, Pungli, dan Surat IzinMengemudi.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN MEMPERBANYAK .................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN UJIAN........................................................... iv
DOKUMENTASI PERPUSTAKAAN ......................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................. vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ viii
ABSTRAK .................................................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................... x
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 5
D. Sistematika Penelitian ................................................................ 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 9
A. Tinjauan Penegakan Hukum ....................................................... 9
B. Tinjauan tentang Polri ................................................................ 13
1.Pengertian Anggota Kepolisian .............................................. 13
2.Fungsi dan Tugas Kepolisian .................................................. 14
3.Wewenang Anggota Kepolisian ............................................. 14
xi
C. Tinjauan tentang Pungli .............................................................. 19
1. Pengertian Pungli .................................................................. 19
2. Faktor Penyebab Pungli ........................................................ 20
D. Surat Izin Mengemudi ............................................................... 20
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 24
A. Tipe Penelitian ........................................................................... 24
B. Spesifikasi Penelitian ................................................................. 24
C. Metode Penentuan Sampel ......................................................... 25
D. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 26
E. Metode Analisa Data ................................................................. 27
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 28
A. Optimalisasi Penegakan Hukum terhadap Anggota Polri
yang Melakukan Pungli dalam Pembuatan SIM .......................... 28
1. Gambaran Umum Mengenai Polisi Lalu Lintas ...................... 28
2. Gambaran Umm Pelayanan Publik di Indonesia ..................... 31
3. Tugas dan Wewenang Kepolisian ........................................... 35
4. Standar Operasional Prosedur Pengurusan SIM ...................... 40
B. Peran Kepala Seksi SIM Polda Jawa Tengah dalam
Mengoptimalkan Penegakan Hukum terhadap Anggota Polri
yang Melakukan Pungli dalam Pembuatan SIM ......................... 44
C. Hambatan-hambatan dan Upaya untuk Mengoptimalkan Penegakan
Hukum terhadap Anggota Polri yang Melakukan Pungli
dalam Pembuatan SIM …………………………………………… 45
xii
BAB V PENUTUP ...................................................................................... 47
A. Simpulan .................................................................................. 47
B. Saran ......................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 51
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Dalam era globalisasi dengan kondisi persaingan yang cukup ketat
dan penuh tantangan aparatur pemerintah dituntut untuk bisa memberikan
pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat dan berorientasi kepada
kebutuhan masyarakat. Kualitas pelayanan kepada masyarakat ini menjadi
salah satu indikator dari keberhasilan penyelenggara pemerintah. Negara
sebagai organisasi publik, pada dasarnya dibentuk untuk penyelenggaraan
pelayanan masyarakat dan bukan dimaksudkan untuk berkembang menjadi
besar sehingga mematikan organisasi publik lainnya. Fokus dari perbaikan
kualitas pelayanan terletak pada kepuasan masyarakat, oleh karena itu
perlu dipahami hal-hal yang berkaitan dengan masyarakat agar masyarakat
dapat menikmati hsil yang maksimal.
Pada dasarnya suatu organisasi yang bergerak dalam bidang jasa
kunci keberhasilan terletak pada pelayanan yang diberikan kepada
masyarakat (pengguna jasa). Haruslah disadari pula bahwa pelayanan dan
kepuasan masyarakat sebagai pengguna jasa merupakan suatu aspek vital
dalam rangka mempertahankan eksistensi suatu organisasi. Masyarakat
akan selalu memperhatikan semua haknya dan dengan semaksimal
mungkin akan menggunakannya untuk mendapatkan kepuasan
2
kebutuhan.1 Disinilah pelayanan publik seharusnya menjadi lebih
responsif terhadap kepentingan publik karena akan terpantau secara
transparan kebijakan, prosedur dan perilaku yang menyimpang.
Kepolisian Republik Indonesia disini merupakan bagian fungsi
pemerintahan Negara di bidang pemeliharaan dan keamanan, ketertiban
masyarakat, penegak hukum, perlindungan, pengayom, dan pelayanan
pada masyarakat. Secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa, polisi
sangatlah lekat dengan pelayanan publik.2 Penerbitan administrasi lalu
lintas pelayanan Surat Izin Mengemudi (SIM), pelayan Surat Tanda
Nomor Kendaraan (STNK), pelayan Buku Pemilik Kendaraan Bermotor
(BPKB), dan pengaduan kehilangan, kecelakaan, kematian, keramaian dan
lainnya adalah bentuk pelayanan dari instansi Kepolisian terhadap
masyarakat. Dalam suatu kenyataan di lapangan, tentang biaya pengurusan
SIM salah satunya, menunjukan bahwa biaya pengurusan tersebut tidak
sesuai dengan administratif karena ada biaya tambahan yang harus
dikeluarkan di luar ketentuan oleh pengurusan. Harus diakui bahwa
kondisi pengurusan SIM saat ini secara umum tidak sesuai dengan tarif
yang ditentukan.
Seharusnya akses masyarakat untuk mendapatkan SIM harus lebih
mudah dengan harga yang sesuai prosedur. Bukan hanya menyangkut
biaya pembuatan SIM yang diluar prosedur, tetapi pelayanan aparat polisi
1 Haryatmoko, Etika Publik (Jakarta: Gramedia Pustaka Indah,2011), halaman 30.
2 Pudi Rahardi, Profesionalisme dan Reformasi POLRI (Surabaya : Laksbang Mediatama,
2007), halaman 145.
3
dalam bertindak dan merespon keinginan pengguna jasa menjadi penilaian
bagi masyarakat. Sikap polisi yang arogan, kurang ramah terhadap
masyarakat dalam menangani pembuatan SIM menumbuhkan tudingan
negatif dari masyarakat.
Masyarakat dalam mengurus pembuatan SIM cenderung
menggunakan jasa perantara, karena mereka merasa lebih cepat dan
mudah untuk mendapatkan SIM tanpa harus menjalani berbagai prosedur.
Tetapi tidak sedikit pula yang mengeluhkan keberadaan perantara pada
Kantor Urusan SIM . Citra Polisi akan lebih baik lagi bila aparat Polri
tidak mau menerima pemberian yang bersifat informal (pungli) sehingga
masyarakat akan menghormati Polri sebagai aparat yang melayani dan
mengayomi masyarakat.
Beberapa keluhan dari masyarakat tentang pelayanan SIM
membuat Polres (khususnya Satlantas) terus berupaya melakukan langkah-
langkah baru di bidang pelayanan pembuatan SIM. Rata-rata untuk
pembuatan SIM di Satlantas pemohon pembuat SIM tiap harinya. Hal
tersebut tidak dapat diprediksi karena batas berlaku SIM tiap orang
berbeda-beda. Maka hal yang harus diingat bahwa pelayanan pada
masyarakat merupakan tuntutan yang tidak bisa diabaikan, masyarakat
merupakan bagian terpenting dari keberadaan dan kelangsungan suatu
organisasi. Keberadaan Satlantas sangatlah dibutuhkan masyarakat untuk
menunjang kelancaran dalam pembuatan SIM, tuntutan masyarakat
terhadap Satlantas agar dapat meningkatkan pelayanan mereka merupakan
4
keharusan guna mewujudkan kualitas pelayanan yang baik, sehingga apa
yang menjadi keinginan dan harapan pengguna jasa akan dapat tercapai.
Proses pembuatan SIM menjadi yang paling rawan terjadinya
pungli. Pertama, karena banyaknya persyaratan serta uji praktik yang
menyulitkan banyak orang, sehingga menggunakan cara cepat untuk
mendapatkan SIM. Kedua, bagi mereka yang gagal dan gagal lagi dalam
ujian itu, cari jalan pintas dan bahkan juga dari internal anggota berikan
satu peluang terjadinya pungli, sehingga ada dua unsur di sini antara
mereka yang ingin cepat lulus dan aparaturnya yang beri kesempatan
untuk pungli. Kemudian, masih banyaknya calo di unit lalu lintas yang
dimanfaatkan masyarakat untuk mempermudah proses pembuatan SIM
juga berpotensi menimbulkan praktik pungli. Ketiga, yang juga ada di
lokasi pembuatan SIM adalah para calo.
Mengingat begitu banyak celah dari pembuatan SIM tersebut, yang
belum terangkum dalam hukum positif kita, skripsi ini secara khusus
membahas tentang “Optimalisasi Penegakan Hukum Terhadap Anggota
Polri yang Melakukan Pungli dalam Pembuatan Surat Izin Mengemudi
(SIM)”.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas dapat di identifikasikan beberapa
masalah yang selanjutnya dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana penegakan hukum terhadap anggota Polri yang melakukan
pungli dalam pembuatan SIM ?
5
2. Bagaimana hambatan-hambatan dan upaya untuk mengoptimalkan
penegakan hukum terhadap anggota Polri yang melakukan pungli
dalam pembuatan SIM ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Sehubungan dengan sebuah penelitian, tentu ada tujuan dan
manfaat yang dicapai tujuan dan manfaat tersebut, meliputi hal-hal sebagai
berikut :
Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui penegakan hukum terhadap anggota polri yang
melakukan pungli dalam pembuatan SIM.
2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan dan upaya untuk
mengoptimalkan penegakan hukum terhadap anggota Polri yang
melakukan Pungli dalam pembuatan SIM.
Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
1. Memberikan informasi pemahaman mengenai optimalisasi
penegakan hukum terhadap anggota Polri yang melakukan
pungli dalam pembuatan SIM.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian
bagi penelitian berikutnya dalam melakukan penelitian lebih
lanjut mengenai penegakan hukum terhadap anggota Polri yang
melakukan pungli dalam pembuatan SIM.
6
b. Manfaat Praktis
1. Untuk lebih mengembangkan daya pikir dan analisis mengenai
penegakan hukum terhadap anggota Polri yang melakukan
pungli dalam pembuatan SIM.
2. Sebagai bahan masukan bagi aparat penegak hukum dan
masyarakat dalam mencari solusi penyelesaian dari kasus
mengenai anggota Polri yang melakukan pungli dalam
pembuatan SIM.
7
D. Sistematika Penelitian
Untuk memahami lebih jelas permasalahan dalam penulisan ini,
maka materi-materi yang tertera pada skripsi ini dikelompokkan menjadi
beberapa subbab dengan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan teori yang berupa pengertian dan definisi yang diambil
dari kutipan buku yang berkaitan dengan penyusunan skripsi serta
beberapa literatur yang berhubungan dengan penelitian, yaitu tinjauan
tentang Optimalisasi Penegakan Hukum terhadap Anggota Polri yang
Melakukan Pungli dalam Pembuatan Surat Izin Mengemudi (SIM)
BAB III METODE PENELITIAN
Dalam bab ini akan diuraikan hasil penelitian mengenai tipe penelitian,
spesifikasi penelitian, metode penentuan sampel, metode pengumpulan
data, dan analisis data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini berisi tentang uraian dari hasil penelitian yang sudah diolah
berdasarkan data yang diperoleh baik dari wawancara maupun hasil studi
pustaka terkait dengan rumusan permasalahan yaitu tentang optimalisasi
penegakan hukum terhadap anggota Polri yang melakukan Pungli dalam
8
pembuatan SIM beserta upaya dan hambatan-hambatan dalam
mengoptimalkannya.
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai simpulan dan saran.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Penegakan Hukum
Tujuan akhir hukum adalah keadilan. Oleh karena itu, segala usaha
yang terkait dengan hukum mutlak harus diarahkan untuk menemukan sebuah
sistem hukum yang paling cocok dan sesuai dengan prinsip keadilan. Hukum
harus terjalin erat dengan keadilan, hukum adalah undang-undang yang adil.
Bila suatu hukum konkrit, yakni undang-undang bertentangan dengan prinsip-
prinsip keadilan, maka hukum itu tidak bersifat normatif lagi dan tidak dapat
dikatakan sebagai hukum lagi. Undang-undang hanya menjadi hukum bila
memenuhi prinsip-prinsip keadilan. Dengan kata lain, adil merupakan unsur
konstitutif segala pengertian tentang hukum.3
Lemahnya penegakan hukum di Indonesia saat ini dapat tercermin dari
berbagai penyelesaian kasus besar yang belum tuntas, salah satunya adalah
praktek korupsi, namun ironisnya para pelakunya sangat sedikit yang terjerat
oleh hukum. Kenyataan tersebut justru berbanding terbalik dengan beberapa
kasus yang melibatkan rakyat kecil, dalam hal ini aparat penegak hukum
menjadi cepat tanggap. Realita penegakan hukum yang demikian sudah pasti
akan menciderai hati rakyat kecil yang akan berujung pada ketidakpercayaan
masyarakat pada hukum, khususnya pada aparat penegak hukum itu sendiri.
3 Theo Hujibers, Filsafat Hukum dalam Lintasan Sejarah (Yogyakarta: Kanisius, 1995)
halaman 70.
10
Aparat penagak hukum rentan akan praktik suap, membuat kinerja mereka
diragukan. Hukum di negeri ini bisa diperjualbelikan, seperti vonis yang bisa
“diatur” misalnya, dimana semua rangkaian itu berasal dari praktik suap aparat
penegak hukum sendiri. Penegak hukum lebih banyak bertindak atas pesanan
yang memang ada imbalannya. Kalau tidak ada imbalan, maka pencari
keadilan akan terlantar.
Pada hakekatnya tujuan penegakan hukum adalah untuk mewujudkan
apa yang hendak dicapai oleh hukum. Teguh Prasetyo, mengatakan bahwa
tujuan hukum itu adalah mencapai keseimbangan agar hubungan yang
ditimbulkan oleh kepentingan masyarakat tidak terjadi kekacauan. Selanjutnya
menurut beliau, bahwa tujuan hukum secara umum adalah untuk mencapai
keadilan. Hal demikian dikatakan oleh Gustav Radbrugh sebagaimana dikutip
Teguh Prasetyo, bahwa tujuan hukum mencapai tiga hal yakni :
a. Kepastian Hukum,
b. Keadilan, dan
c. Daya Guna.4
Jika dilihat, sebenarnya esensi dari tujuan hukum tersebut adalah
terletak pada keadilan. Yang menjadi persoalan dalam penegakan hukum
adalah seringkali perihal adil menjadi sangat relatif. Dengan kata lain adil
menurut seseorang belum tentu adil menurut orang lain, sehingga disinilah
hukum memainkan peranannya atau bisa dikatakan bahwa penafsiran hukum
4 Teguh Prasetyo, Hukum dan Sistem Hukum Berdasarkan Pancasila (Yogyakarta: Media
Perkasa, 2013) halaman 54.
11
sangat diperlukan dalam melihat suatu kasus hukum. Agar tujuan hukum
yakni kepastian, keadilan dan daya guna dapat tercapai tanpa diskriminasi.5
Perkembangan hukum tercermin dalam tipe-tipe hukum yang
dikembangkan oleh penguasa negara melalui tiga tipe perkembangan hukum,
yaitu:
1. Hukum Represif
2. Hukum Otonom
3. Hukum Responsif
Hukum Represif, adalah hukum sebagai alat kekuasaan represif dari
penguasa negara atau rezim yang berkuasa dalam pemerintahan. Hukum
dikembangkan sebagai bagian dari sistem kekuasaan absolut yang bertujuan
untuk mempertahankan kekuasaan dimana hukum represif keras dan terperinci
bagi rakyat akan tetapi lunak mengikat para pembuat peraturan dan penguasa
negara karena hukum tunduk pada politik kekuasaan. Tuntutan patuh bersifat
mutlak dan ketidakpatuhan rakyat dianggap sebagai penyimpangan perilaku
yang ditindas dengan kejam. Kritik terhadap penguasa negara dianggap
sebagai ketidaksetiaan. Tipe ini justru membawa hukum tidak mampu
menghadapi tekanan kekuasaan dari negara, khususnya rezim yang berkuasa
dan menjadikan hukum hanya sebagai instrumen “keamanan” dengan
implikasi pada pilihan hukum.
Hukum Otonom adalah hukum sebagai pranata yang mampu
menetralisasikan represif penguasa negara dan melindungi integritas hukum
5 Imron Rosyadi, “Penegakan Hukum Dalam Masyarakat Indonesia”. Jurnal Sains dan
Inovasi III(2)77-82, (Online), (http:///h:/new%20fol/materi/02/1-imron1, diakses 24 Oktober
2017), 2007.
12
itu sendiri. Pada tipe ini hukum bertujuan untuk membatasi kesewenang-
wenangan, baik dalam mempertahankan atau mengubah kekuasaan status quo.
Tipe ini tidak mempersalahkan dominasi kekuasaan dalam orde yang ada
maupun orde yang akan dicapai. Hukum otonom merupakan model hukum
the rule of law dalam bentuk liberal klasik. Legitimasi hukum dalam hukum
otonom terletak pada kebenaran prosedural. Hukum bebas dari pengaruh
politik sehingga terdapat pemisahan kekuasaan. Namun kesempatan untuk
berpartisipasi dalam pembangunan dan pemerintahan bagi warga negara
dibatasi oleh tata cara yang sudah mapan.
Hukum Responsif yaitu hukum sebagai suatu sarana untuk
menanggapi ketentuan-ketentuan sosial dan aspirasi-aspirasi masyarakat.
Artinya hukum yang dikembangkan mempunyai sasaran kebijakan dan
penjabaran yuridis dari reaksi kebijakan yang diambil oleh pemerintah serta
pentingnya partisipasi kelompok dan pribadi-pribadi yang terlibat dalam
penentuan kebijakan negara. Tipe hukum ini sebenarnya mengarahkan pada
perwujudan nilai-nilai yang terkandung dalam cita-cita dan kehendak politik
serta kehendak yuridis seluruh masyarakat. Nilai-nilai tersebut tidak dapat
dianggap sebagai data politik yang dapat dibaca pada penjelasan
kebijaksanaan pemerintah, akan tetapi nilai-nilai ini harus tercermin secara
jelas dalam praktek penggunaan dan pelaksanaan hukum, sehingga dalam
13
penghayatannya nilai-nilai ini mampu memberi arah pada kehidupan politik
dan hukum.6
B. Tinjauan tentang Polri
1. Pengertian Anggota Kepolisian
Kepolisian menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002
tentang Kepolisian Republik Indonesia dalam Pasal 1 ayat (1) ialah
segala hal-ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Anggota Kepolisian
menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Republik Indonesia dalam Pasal 1 ayat (2) ialah pegawai negeri
pada Kepolisian Negara Republik Indonesia.7
2. Fungsi dan Tugas Kepolisian
Fungsi anggota kepolisian diatur di dalam Undang-undang
No. 2 Tahun 2002 Pasal 2 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia yaitu Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi
pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan
ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan,
pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat. Dengan demikian
fungsi kepolisian sangat berpengaruh pada masyarakat.
6 Rif’ah Roihanah “Masalah Penegakan Hukum Di Indonesia” Jurnal Hukum,(Online),
(http://gbkp.or.id/index.php/208-gbkp/bacaanpopuler/319-masalahpenegakan-hukum-di-indonesia,
diakses 13 Oktober 2017) 2010 7 Sekretariat Negara RI, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002
tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Jakarta, 2002), halaman 2.
14
Sedangkan tugas pokok anggota kepolisian diatur di dalam
Pasal 13 yaitu, tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia
adalah :
a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;
b. Menegakkan hukum; dan
c. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan
kepada masyarakat. 8
3. Wewenang Anggota Kepolisian
Hakekat wewenang yang diberikan kepada lembaga penegak
hukum adalah menjaga dan mengawal hukum agar tetap ditaati dan
dipatuhi oleh masyarakat termasuk aparat penegak hukum sendiri,
sehingga hukum akan berfungsi dan bekerja sesuai dengan cita-cita
dan tujuannya. Dengan demikian nilai-nilai yang ada dalam hukum
tetap terjaga untuk menuju tujuan dibentuknya hukum.6
Wewenang anggota kepolisian diatur di dalam Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia
pada Pasal 15 yaitu :
a. Pasal 15 ayat (1) : Dalam rangka menyelenggarakan tugas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan 14 Kepolisian negara
Republik Indonesia secara umum berwenang:
a. Menerima laporan dan/atau pengaduan;
b. Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang
dapat mengganggu ketertiban umum;
c. Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit
masyarakat;
d. Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau
mengancam persatuan dan kesatuan bangsa;
e. Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan
administratif kepolisian;
8 Ibid., halaman 3.
15
f. Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari
tindakan kepolisian dalam rangka pencegahan;
g. Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian;
h. Mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret
seseorang;
i. Mencari keterangan dan barang bukti;
j. Menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional;
k. Mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang
diperlukan dalam rangka pelayanan masyarakat;
l. Memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan
pelaksanaan putusan pengadilan, kegiatan instansi lain, sertaa
kegiatan masyarakat;
m. Menerima dan menyimpan barang temuan sementara waktu.
b. Pasal 15 ayat (2) :
Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan peraturan
perundang-undangan lainnya berwenang:
a. Memberikan izin dan mengawasi kegiatan keramaian umum
dan kegiatan masyarakat lainnya;
b. Menyelenggarakan registrasi dan identifikasi kendaraan
bermotor;
c. Memberikan surat izin mengemudi kendaraan bermotor;
d. Menerima pemberitahuan tentang kegiatan politik;
e. Memberikan izin dan melakukan pengawasan senjata api,
bahan peledak, dan senjata tajam;
f. Memberikan izin operasional dan melakukan pengawasan
terhadap badan usaha di bidang jasa pengamanan;
g. Memberikan petunjuk, mendidik, dan melatih aparat kepolisian
khusus dan petugas pengamanan swakarsa dalam bidang teknis
kepolisian;
h. Melakukan kerja sama dengan kepolisian negara lain dalam
menyidik dan memberantas kejahatan internasional;
i. Melakukan pengawasan fungsional terhadap orang asing yang
berada di wilayah indonesia dengan koordinasi instansi terkait;
j. Mewakili pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi
kepolisian internasional;
k. Melaksanakan kewenangan lain yang termasuk dalam lingkup
tugas kepolisian.9
Kepolisian Republik Indonesia merupakan lembaga negara yang
merupakan salah satu aparat penegak hukum di Indonesia. Sebagaimana
diketahui bahwa aparat penegak hukum merupakan alat, badan pemerintahan
9 Ibid., halaman 7.
16
atau instansi pemerintah yang memiliki tugas untuk menegakkan suatu
perangkat peraturan yang dibuat untuk mengatur kehidupan masyarakat demi
terciptanya suatu keadilan, keamanan, kenyamanan, serta ketertiban di
masyarakat.10
Jika dipahami secara dalam tugas-tugas polisi sangatlah mulia dan
baik, akan tetapi tugas tersebut akan menjadi sebaliknya manakala di dalam
pelaksanaannya tidak menganut norma-norma yang ada dalam masyarakat,
baik norma hukum, kesopanan, sosial dan agama. Fungsi kepolisian yang
menyelenggarakan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum,
perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat, tertuju pada
pemeliharaan dan menjaga tetap berlakunya dan ditaatinya norma-norma yang
ada dimasyarakat tersebut, sehingga kehidupan dalam masyarakat menjadi
aman, tenteram, tertib, damai dan sejahtera.11.
Demi terciptanya suatu keadilan,
keamanan, kenyamanan serta ketertiban masyarakat tersebut anggota
kepolisian sebagai aparat penegak hukum juga mempunyai wewenang yang
telah diatur di dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia yang didalamnya terdapat aturan yang
mengatur mengenai wewenang anggota kepolisian sebagaimana dijelaskan
diatas. Wewenang yang diberikan kepada lembaga penegak hukum adalah
menjaga dan mengawal hukum agar tetap ditaati dan dipatuhi oleh masyarakat
termasuk aparat penegak hukum sendiri, sehingga hukum akan berfungsi dan
10
Kamus Besar Bahasa Indonesia (online) (http://kbbi.web.id/, diakses 14 Oktober 2017).
11 Sadjijono, Fungsi Kepolisian dalam Pelaksanaan Good Governance (Yogyakarta : Laksbang,
2005) , halaman 232.
17
bekerja sesuai dengan cita-cita dan tujuannya. Dengan demikian nilai-nilai
yang ada dalam hukum tetap terjaga untuk menuju tujuan dibentuknya hukum.
Fungsi dan peran Kepolisian Republik Indonesia dari masa ke masa
selalu menjadi bahan perbincangan berbagai kalangan, dari praktisi hukum
sampai akademisi bahkan masyarakat kebanyakan. Pada umumnya mereka
berusaha memposisikan secara positif kedudukan, fungsi dan peranan
kepolisian tersebut. Upaya pembahasan kepolisian itu dikarenakan adanya
faktor kecintaan dari berbagai pihak kepada lembaga kepolisian dan
ditaruhnya harapan yang begitu besar, agar fungsinya sebagai aparat penegak
hukum bisa berjalan sebagaimana mestinya, perubahan struktur kepolisian
secara kelembagaan, mulai dari intitusi Sipil, Militer, sampai dengan berdiri
sendiri, merupakan sejarah yang unik. Seiring dengan perubahan sesuai
kebijakan politik itu, maka citra kepolisian terus melekat, baik positif maupun
negatif. Sebagai pelaksana fungsi pemerintahan di bidang penegakan hukum
kepolisian Negara Republik Indonesia melaksanakan tugas memerangi
tingkah laku yang bermacam-macam atas ketertiban yang terjadi di
masyarakat.12
Hukum kepolisian telah menunjukkan identitasnya sebagai
hukum yang berdiri sendiri.
Hukum kepolisian semakin lama semakin
kompleks sehingga memerlukan pelajaran tersendiri.13
Profesionalisme polisi amat diperlukan dalam menjalankan tugas
sebagai penegak hukum, mengingat modus dan teknik kejahatan semakin
12 Utomo Hadi Warsito, Hukum Kepolisian Di Indonesia (Jakarta : Restasi Pustaka, 2005), halaman
16.
13 Momo Kelana, Hukum Kepolisian (Jakarta : PT Grasindo, 1994), halaman 82.
18
canggih, seiring perkembangan dan kemajuan zaman. Apabila polisi tidak
profesional, maka proses penegakan hukum akan lemah, akibatnya keamanan
dan ketertiban masyarakat akan senantiasa terancam sebagai akibat tidak
profesionalnya polisi dalam menjalankan tugas. Tugas polisi disamping
sebagai penegak hukum dan juga sebagai pemelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat.
Salah satu kejahatan yang paling buruk diantara beberapa kejahatan
lainnya yang sering terjadi adalah pungli atau pungutan liar. Pungutan liar
yang selanjutnya disingkat Pungli, sebagaimana kejahatan-kejahatan yang
lain, pada umumnya merupakan kejahatan terhadap norma-norma hukum yang
harus ditafsirkan atau patut diperhitungkan sebagai perbuatan yang sangat
merugikan bagi pihak korban. Hal ini tidak boleh dibiarkan terus berlanjut
tanpa adanya suatu penyelesaian hukum atas tindak pidana tersebut. Oleh
karenanya, setiap tindak pidana yang dilakukan oleh siapapun harus ditindak
secara tegas tanpa memandang status, walaupun pelakunya adalah aparat
hukum sendiri.
C. Tinjauan tentang Pungli
1. Pengertian Pungli
Pengertian Pungutan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI)
adalah bea, iuran, kutipan, pajak, dan tarif yang wajib dibayarkan yang
dilakukan oleh yang berwenang, dan pengertian liar dalam KBBI adalah
tidak teratur, tidak tertata. Jadi berdasarkan KBBI pengertian pungutan
liar adalah kegiatan meminta sejumlah uang atau barang yang dilakukan
19
dengan tidak tertata, tidak berizin resmi dan dilakukan secara sembunyi-
sembunyi.
Pungli adalah segala bentuk pungutan tidak resmi yang tidak
mempunyai landasan hukum. Tindakan pungutan tersebut dinamakan
sebagai pungutan liar yang mana pelaku pungli selalu diikuti dengan
tindakan kekerasan atau ancaman kekerasan terhadap korban. Maka dapat
dikatakan bahwa pungli adalah merupakan tindakan pemerasan sedangkan
dalam hukum pemerasan merupakan tindak pidana.
Pungutan liar atau pungli adalah pengenaan biaya di tempat yang
tidak seharusnya biaya dikenakan atau dipungut. Kebanyakan pungli
dipungut oleh pejabat atau aparat, walaupun pungli termasuk ilegal, tetapi
kenyataannya hal ini jamak terjadi di Indonesia.
2. Faktor Penyebab Pungli
a. Aspek Individu Pelaku :
1) Sifat tamak manusia;
2) Moral yang kurang kuat;
3) Penghasilan yang kurang mencukupi;
4) Kebutuhan hidup yang mendesak;
5) Gaya hidup yang konsumtif;
6) Malas atau tidak mau kerja;
7) Ajaran agama yang kurang diterapkan.
b. Aspek Organisasi :
1) Kurang adanya sikap keteladanan pimpinan;
2) Tidak adanya kultur organisasi yang benar;
3) Sistem akuntabilitas yang benar di instansi pemerintah yang kurang
memadai;
20
4) Kelemahan sistim pengendalian manajemen.14
D. Surat Izin Mengemudi (SIM)
SIM (Surat Izin Mengemudi) adalah bukti registrasi dan
identifikasi yang diberikan oleh Polri kepada seseoraang yang telah
memenuhi persyaratan administrasi, sehat jasmani dan rohani, memahami
peraturan lalu lintas dan trampil mengemudikan kendaraan bermotor. Surat
Izin Mengemudi yang selanjutnya disingkat SIM adalah tanda bukti
legitimasi kompetensi, alat kontrol, dan data forensik kepolisian bagi
seseorang yang telah lulus uji pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan
untuk mengemudikan Ranmor di jalan sesuai dengan persyaratan yang
ditentukan berdasarkan Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan.15
Surat Izin Mengemudi untuk kendaraan bermotor perseorangan
sebagaimana dimaksud dalam pada Undang-Undang No 22 Tahun 2009
Pasal 77 ayat (2) huruf digolongkan menjadi:
a. Surat Izin Mengemudi A berlaku untuk mengemudikan mobil
penumpang dan barang perseorangan dengan jumlah berat yang
diperbolehkan tidak lebih dari 3.500 (tiga ribu lima ratus) kilogram,
14 Wahyu Ramadhani, “Penegakan Hukum Dalam Menanggulangi Pungutan Liar
Terhadap Pelayanan Publik”. Jurnal Hukum, Vol. 12, No. 2, (Online) (http:///gbkp.or.id/98-
/penegakan-hukum-dalam-menanggulangi-pungutan-liar-terhadap-pelayanan-publik, diakses 17
Oktober 2017) 2017.
15 Kepolisian Negara Republik Indonesia, “Surat Izin Mengemudi (SIM)”, (Online),
(https://polri.go.id/pdf/layanan%20sim, diakses 22 Oktober 2017) 2017.
21
b. Surat Izin Mengemudi B I berlaku untuk mengemudikan mobil
penumpang dan barang perseorangan dengan jumlah berat yang
diperbolehkan lebih dari 3.500 (tiga ribu lima ratus) kilogram,
c. Surat Izin Mengemudi B II berlaku untuk mengemudikan kendaraan
alat berat, kendaraan penarik, atau kendaraan bermotor dengan
menarik kereta tempelan atau gandengan perseorangan dengan berat
yang diperbolehkan untuk kereta tempelan atau gandengan lebih dari
1.000 (seribu) koligram,
d. Surat Izin Mengemudi C berlaku untuk mengemudikan Sepeda Motor,
e. Surat Izin Mengemudi D berlaku untuk mengemudikan kendaraan
khusus bagi penyandang cacat. 16
Menurut Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
No 9 Tahun 2012 tentang Surat Izin Mengemudi, adapun standar
pelayanan SIM pada Pasal 22 sebagai berikut:
a. Bersifat baku dan dapat dipahami secara mudah oleh petugas
pelayanan penerbitan SIM, berupa ketentuan, persyaratan,
pengujian, penerbitan, dan prinsip pelayanan publik pengajuan
SIM ,
b. Mudah dipahami oleh peserta uji,
c. Ada kejelasan tentang waktu pelayanan yang ditetapkan sejak saat
pengajuan untuk mengikuti ujian sampai dengan penerbitan SIM,
d. Terperinci besaran biaya administrasi SIM yang ditetapkan dan
diinformasikan dengan jelas kepada peserta uji,
e. Ada transparansi pada setiap tahap prosedur penerbitan SIM mulai
dari pendaftaran, pengujian, sampai dengan penerbitan SIM,
f. Tersedia sarana dan prasarana pelayanan penerbitan SIM yang
memadai,
16
Sekretariat Negara RI, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan (Jakarta, 2009), halaman 29.
22
g. Tersedia fasilitas tempat pelayanan yang memadai berdasarkan
pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap dan perilaku yang
mendukung pelayanan yang prima,
h. Tersedia layanan informasi, pendaftaan dan pengaduan masyarakat
dengan memanfaatkan teknologi multimedia.17
Prosedur pelayanan merupakan suatu hal yang harus diketahui dan
dipahami oleh masyarakat agar pelaksanaan pelayanan dapat dilakukan
dengan baik dan lancar. Diketahui bahwa prosedur pelayanan dalam
pembuatan SIM sudah diberikan sesuai dengan ketentuan yang ada.
Kecepatan pelayanan dalam pembuatan SIM dalam
penyelenggaraan masih kurang dikarenakan tidak dapat dipungkiri
pelayanan masih sering mengalami kendala teknis dan non teknis, seperti
terkadang jaringan online yang lambat atau gangguan server dari pusat,
selain itu kurangnya fasilitas, sehingga dapat menghambat pelaksanaan
pembuatan SIM dan penyelesaian pelayanan tidak diberikan tepat waktu
yang telah ditetapkan sesuai standart. Salah satu wujud pelayanan yang di
dambakan oleh masyarakat adalah pelayanan yang jujur dan terus terang.
Keadilan pelayanan dalam pengamatan penulis masih terdapat
adanya penggunaan cara jalan pintas dalam pembuatan SIM yang
berhubungan dengan keadilan, contohnya menggunakan kenalan seorang
oknum aparat untuk mempermudah dengan memberikan sejumlah imbalan
uang kepada oknum tersebut. Standart proses juga harus mengatur tentang
kesamaan perlakuan warga dalam penyelenggaraan pelayanan publik,
17 Sekretariat Negara RI, Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
Nomor 9 Tahun 2012 tentang Surat Izin Mengemudi (Jakarta, 2012), halaman 13
23
banyak yang menunjukkan bahwa keterlibatan unsur-unsur subjektivitas
dalam penyelenggaraan layanan publik selama ini sangat tinggi,
pertimbangan subjektivitas dalam penyelenggaraan layanan publik, seperti
pertemanan misalnya, sehingga dilihat dari keseluruhan pemaparan diatas
dapat dikatakan bahwa pelayanan administrasi dalam pembuatan SIM oleh
Aparatur Kepolisian ditinjau dari keadilan pelayanan masih harus
ditingkatkan terlebih lagi dalam segi komitmen aparatur agar tidak terjadi
pungli dalam proses pembuatan SIM.
24
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah suatu proses, prinsip dan tata cara untuk
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam melakukan penelitian.
Penelitian hukum adalah suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode,
sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari suatu atau
gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisisnya.18
A. Tipe Penelitian
Sebagai konsekuensi pemilihan topik permasalahan yang akan dikaji
dalam penelitian ini, maka tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian
yuridis sosiologis, yaitu berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku dikaitkan dengan teori hukum serta melihat realita yang terjadi di
masyarakat yang berkaitan dengan penegakan hukum bagi anggota Polri yang
melakukan Pungli dalam pembuatan SIM dalam aspek Hukum Pidana.
B. Spesifikasi Penelitian
Spesifikasi dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis, karena
penelitian ini menggambarkan tentang optimalisasi penegakan hukum bagi
anggota Polri dalam kewenangannya dan memberikan data berkaitan dengan
penerapan hukum positif di Indonesia.
18
Amarudindan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Rajawali
Press, 2013), halaman 14.
25
C. Metode Penentuan Sampel
Penentuan sampel merupakan proses dalam memilih satu bagian
yang representatif dari sebuah populasi. Dan apabila dalam suatu
penelitian pengambilan sampel tidak diadakan dengan benar, maka
kesimpulan atas penemuan-penemuan tidak dapat digeneralisasikan pada
populasi yang akan diteliti. Dengan demikian sampel haruslah merupakan
bagian yang representatif dari sebuah populasi, agar dapat
digeneralisasikan pada populasi yang akan diteliti. Sehubungan kalimat
tersebut, dalam skripsi ini, metode penentuan sampel yang digunakan
adalah Non Random Sample dengan jenis Snowball Sampling yaitu teknik
pengambilan sampel berdasarkan wawancara atau korespondensi. Metode
ini meminta informasi dari sampel pertama untuk mendapatkan sampel
berikutnya hingga seluruh kebutuhan sampel penelitian dapat terpenuhi.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka sampel yang dipilih
dalam penelitian ini adalah pimpinan atau anggota kepolisian dalam hal ini
Ditlantas Polda Jawa Tengah yang berkompeten dalam penegakan hukum
mengenai SIM. Berdasarkan pemilihan sampel tersebut, maka pihak yang
akan menjadi responden sebagai sampel dalam penelitian ini meliputi
Kepala Seksi SIM Ditlantas Polda Jawa Tengah.
26
D. Metode Pengumpulan Data
Guna melakukan penelitian, penulis menggunakan berbagai sumber
data diantaranya adalah :
1. Data Primer adalah data-data yang diperoleh langsung dari sumber
pertama.19
Data-data yang diperoleh bisa di dapat langsung dari tempat
penelitian dengan menggunakan metode wawancara, yaitu suatu cara yang
dipergunakan untuk tujuan tertentu guna mendapatkan keterangan atau
pendirian secara lisan dengan seseorang secara langsung dengan
mengajukan pertanyaan untuk memberoleh jawaban yang relavan.
2. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen resmi,
buku-buku yang sesuai dengan objek penelitian.20
Data sekunder dapat
dibagi menjadi :
a. Bahan Hukum Primer. Merupakan bahan hukum yang mempunyai
kekuatan hukum yang mengikat, terdiri dari segala peratuan
perundang-undangan dan peraturan pelaksana lainnya yang
berhubungan dengan penelitian ini seperti:
1. Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
2. Undang-Undang No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan.
3. Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2003 tentang Peraturan
Disiplin Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.
19
S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif (Yogyakarta : Rekasarasin,
1996), halaman 72. 20
Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum (Jakarta : Sinar Grafika,2010), Halaman 106.
27
4. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No 9
Tahun 2012 tentang Surat Izin Mengemudi.
b. Bahan Hukum Sekunder, yang memberikan penjelasan mengenai
bahan hukum primer, seperti:
1) Buku-buku yang terkait dengan penelitian ini;
2) Hasil-hasil penelitian, dan setiap publikasi ilmiah lainnya.
c. Bahan Hukum Tersier, yakni bahan yang memberikan petunjuk
maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder,
seperti:
3) Kamus;
4) Ensiklopedia Hukum.
E. Metode Analisis Data
Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis dengan menggunakan
cara analisis kualitatif, yaitu dengan cara menginterpretasikan data dan
memaparkan dalam bentuk kalimat untuk menjawab permasalahan secara
sistematis selanjutnya dianalisa secara kualitatif induksi dengan
mempelajari suatu proses atau penemuan yang terjadi secara alami
berdasarkan disiplin ilmu hukum secara khusus untuk mencapai kejelasan
masalah secara umum yang akan dibahas dan melalui pembahasan tersebut
diharapkan pemasalahan tersebut dapat terjawab sehingga memudahkan
untuk ditarik kesimpulan dari permasalahan tersebut.
28
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Optimalisasi Penegakan Hukum terhadap Anggota Polri yang
Melakukan Pungli dalam Pembuatan SIM
1. Gambaran Umum Mengenai Polisi Lalu Lintas
Polisi lalu lintas adalah unsur pelaksana yang bertugas
menyelenggarakan tugas kepolisian mencakup penjagaan, pengaturan,
pengawalan dan patroli, pendidikan masyarakat dan rekayasa lalu lintas,
regristrasi dan identifikasi pengemudi atau kendaraan bermotor,
penyidikan kecelakaan lalu lintas dan penegakan hukum dalam bidang
lalu lintas guna memelihara keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu
lintas. Sebagian waktu polisi lalu lintas dihadapkan pada pelayanan
terhadap kebutuhan-kebutuhan pengguna jalan dan sering berhubungan
langsung dengan masyarakat. Pelayanan kepada masyarakat di bidang lalu
lintas juga dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Namun tugas-tugas polisi nampaknya kurang dibarengi dengan pentingnya
peran personil polisi. Fenomena-fenomena yang berkaitan dengan perilaku
polisi masih sering terdengar miring. Pemberitaan media mengenai polisi
begitu tajam sehingga saat ini polisi seolah-olah kurang dipercaya oleh
masyarakat.
Pada kehidupan sehari-hari terdapat contoh fenomena yang
menggambarkan tindakan polisi lalu lintas yang terjadi dalam masyarakat
29
seperti adanya “salam tempel” pada polisi lalu lintas, dimana hal tersebut
sering dilakukan oleh para pelanggar lalu lintas agar pelanggar tidak
mendapat tilang dari aparat polisi lalu lintas. Pada proses pembuatan SIM
juga sering kali dilaksanakan secara tidak profesional seperti maraknya
pungutan liar dalam proses pembuatan SIM oleh anggota Satlantas.
Fenomena lain yang mengenai perilaku yang kurang baik dari anggota
Satlantas sering dikeluhkan juga oleh mayarakat, mulai dari
ketidakramahannya sampai dengan perilakunya yang suka menilang
dengan paksa.
Fenomena tersebut menunjukkan bahwa masih ada polisi lalu lintas
yang menunjukkan perilaku yang diwarnai dengan agresifitas dan
arogansi. Polisi lalu lintas sebagai bagian aparat keamanan negara
diharapkan mampu merespon kebutuhan pengguna jalan dengan
memberikan pelayanan yang terbaik. Bentuk pelayanan yang diberikan
yaitu seperti menciptakan situasi aman terhindar dari kemacetan, mengatur
lalu lintas disaat traffic light tidak berfungsi maksimal, menolong orang
yang menyebrang jalan, dan memberi bantuan bila ada orang yang
mengalami kesulitan di jalan raya.
Pelayanan polisi lalu lintas tidak lepas dari kehidupan manusia
yang saling tolong menolong. Menolong mempunyai arti sebagai suatu
tindakan yang mempunyai konsekuensi menyediakan beberapa
keuntungan atau meningkatkan kesejahteraan orang lain Perilaku prososial
30
itu seperti mendermakan, turut campur (intervensi) dalam situasi darurat,
kerjasama, berbagi, sukarela, dan berkorban.
Polri memang belum sempurna dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat, namun Polri akan tetap berusaha secara maksimal
memberikan yang terbaik kepada masyarakat, program Kapolri dengan
Profesional, Modern, dan Terpercaya (PROMETER) ini diharapkan akan
mampu memenuhi harapan masyarakat.
Profesional adalah meningkatkan kompetensi sumber daya
manusia Polri yang semakin berkualitas melalui peningkatan kapasitas
pendidikan dan pelatihan serta melakukan pola pemolisian berdasarkan
prosedur baku yang sudah dipahami, dilaksanakan dan dapat diukur
keberhasilannya.
Modern adalah melakukan modernisasi dalam layanan publik yang
didukung teknologi sehingga semakin mudah dan cepat diakses oleh
masyarakat termasuk pemenuhan kebutuhan yang semakin modern.
Terpercaya adalah melakukan reformasi internal menuju Polri yang
bersih dan bebas dari KKN guna terwujudnya penegakan hukum dan
objektif, transparan, akuntabel, dan berkeadilan.
Implementasi pada layanan publik terutama di bidang layanan SIM
berbagai inovasi dibuat seperti pembuatan Satpas Prototype dimana
diharapkan akan memberikan kenyamanan kepada masyarakat yang akan
membuat SIM dengan sarana prasarana yang nyaman, yaitu fasilitas
dilengkapi dengan First To First Out (FIFO), jadi hanya peserta uji saja
31
yang bisa memasuki ruangan pelayanan sehingga tidak ada perantara atau
calo yang bisa memasuki ruangan pelayanan. Dari fasilitas tersebut
dilengkapi papan informasi, perpustakaan mini, laktasi, fasilitas difabel
dan berbagai spanduk tentang himbauan-himbauan pengurusan jangan
melalui calo, dan himbauan-himbauan lainnya.
2. Gambaran Umum Pelayanan Publik di Indonesia
Banyak pandangan miring manakala kata pelayanan publik itu
dibahas. Pelayanan publik sering dikaitkan dengan hal-hal yang kotor,
korupsi, berbelit-belit, dan petugas yang kurang ramah. Mungkin hal ini
bisa saja tidak terjadi tetapi inilah realita yang dirasakan masyarakat
terjadi di negara kita. Seharusnya pelayanan publik atau pelayanan umum
dapat didefinisikan sebagai segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam
bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi
tanggung jawab dan dilaksanakan oleh instansi pemerintahan.
Tujuan pelayanan publik adalah memuaskan dan bisa sesuai
dengan keinginan masyarakat atau pelayanan pada umumnya. Untuk
mencapai hal ini diperlukan kualitas pelayanan yang sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan masyarakat. Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik setidaknya mengandung
sendi-sendi :
a. Kesedarhanaan, dalam arti prosedur atau tata cara pelayanan
diselenggarakan secara cepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami
dan mudah dilaksanakan.
32
b. Kejelasan yang mencakup:
1) rincian biaya atau tarif pelayanan publik, dan
2) prosedur/tata cara umum, baik teknis maupun administratif.
c. Kepastian waktu, yaitu pelaksanaan pelayanan publik harus dapat
diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.
d. Kemudahan akses, yaitu bahwa tempat lokasi serta sarana pelayanan
yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat, dan dapat
memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informatika.
e. Kedisiplinan, kesopanan dan keramahan, yakni pelayananan harus
bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah serta memberikan
pelayanan dengan ikhlas.
f. Kelengkapan sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja, dan
pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana
teknologi telekomunikasi dan informatika.
g. Kesedarhanaan, dalam arti prosedur atau tata cara pelayanan
diselenggarakan secara cepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami
dan mudah dilaksanakan.
h. Kejelasan yang mencakup:
1) rincian biaya atau tarif pelayanan public
2) prosedur/tata cara umum, baik teknis maupun administratif
i. Kepastian waktu, yaitu pelaksanaan pelayanan publik harus dapat
diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.
33
j. Kemudahan akses, yaitu bahwa tempat lokasi serta sarana pelayanan
yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat, dan dapat
memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informatika.
k. Kedisiplinan, kesopanan dan keramahan, yakni member pelayananan
harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah serta memberikan
pelayanan dengan ikhlas.
l. Kelengkapan sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan
pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana
teknologi telekomunikasi dan informatika.
Kualitas pelayanan berhasil dibangun apabila yang diberikan
kepada masyarakat atau pelanggan mendapatkan pengakuan dari pihak-
pihak yang dilayani. Pengakuan ini bukan dari aparatur tetapi dari
masyarakat atau pelanggan. Dengan adanya tata cara pelayanan yang jelas
dan terbuka, maka masyarakat dalam pengurusan kepentingan dapat
dengan mudah mengetahui prosedur ataupun tata cara pelayanan yang
harus dilalui. Sehigga pelayanan itu sendiri akan dapat memuaskan
masyarakat. Bentuk-bentuk dari pelayanan terdiri dari :
a. Pelayanan dengan lisan
Pelayanan dengan lisan ini dilakukan oleh petugas-petugas bidang
hubungan masyarakat (humas), bidang layanan informasi dan bidnag lain
yang tuganya memberikan penjelasan atau keterangan kepada masyarakat
mengenai berbagai fasilitas layanan yang tersedia. Agar pelayanan lisan
34
berhasil sesuai dengan apa yang diharapkan, adanya syarat- syarat yang
harus dipenuhi oleh pelaku pelayanan, yaitu :
1) Memahami benar masalah-masalah yang termasuk kedalam bidang
tugasnya,
2) Mampu memberikan penjelasan apa-apa saja yang perlu
dengan lancar, singkat tetapi cukup jelas sehingga memuaskan
bagi mereka yang ingin memperoleh kejelasan mengenai sesuatu,
3) Bertingkah laku sopan dan ramah tamah,
4) Harus dalam keadaan sepi, tidak berbincang, dan berbicara dengan
sesama pegawai, karena menimbulkan kesan tidak disiplin dan
melalaikan tugas,
b. Pelayanan dengan tulisan
Dalam bentuk tulisan, pelayanan yang diberikan dapat berupa
pemberian penjelasan kepada masyarakat dengan penerangannya berupa
tulisan suatu informasi mengenai hal atau masalah yang sedang terjadi.
Pelayanan dalam bentuk tulisan terdiri dari dua macam yaitu :
1) Layanan yang berupa petunjuk, informasi yang sejenis yang
dilakukan kepada orang-orang yang berkepentingan agar
memudahkan mereka dalam berurusan dengan instansi atau
lembaga.
2) Pelayanan yang berupa reaksi tertulis atau permohonan, laporan,
keluhan, pemberitahuan dan sebagainya.
35
c. Pelayanan bentuk perbuatan
Layanan dalam bentuk perbuatan adalah pelayanan yang
diberikan dalam bentuk perbuatan atau hasil perbuatan, bukan sekedar
kesanggupan atau penjelasan secara lisan.
3. Tugas dan Wewenang Kepolisian
Didalam Undang – Undang Kepolisian Negara Republik Indonesia
Nomor 2 Tahun 2002 Pasal 13 dijelaskan tugas pokok Kepolisian
Negara Republik Indonesia adalah:
a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,
b. Menegakkan hukum,
c. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat.
Rincian Undang – Undang Nomor 2 Tahun 2002 Pasal 14 ayat (1)
dimana dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam
pasal 13, Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas:
a. Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli
terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan,
b. Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan,
ketertiban, dan kelancaran lalu lintas dijalan,
c. Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat,
kesadaran hokum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat
terhadap hukum dan peraturan perundang–undangan,
d. Turut serta dalam pembinaan hukum nasional,
36
e. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum,
f. Melakukan koordinasi, pengawasan danpembinaan teknis terhadap
kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk–
bentuk pengamanan swakarsa,
g. Melakuakan penyidikan dan penyidikan terhadap semua tindak
pidana sesuai dengan hukum secara pidana dan peraturan
perundang–undangan lainnya,
h. Menyelenggarakan identifikasi kepolisian kedokteran kepolisian,
laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan
tugas kepolisian,
i. Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan
lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana
termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan
menjunjung tinggi hak asasi manusia,
j. Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara
sebelum ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang,
k. Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan
kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian,serta
melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang–
undangan.
Selanjutnya Pasal 15 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002
menjelaskan bahwa dalam menjalankan tugasnya tersebut kepolisian
berwenang untuk:
37
a. Menerima laporan dan/atau pengaduan;
b. Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang
dapat mengganggu ketertiban umum;
c. Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat;
d. Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau
mengancam persatuan dan kesatuan bangsa;
e. Mengeluarkan peraturan kepolisian dalm lingkup kewenangan
administratif kepolisian;
f. Melaksakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan
kepolisian dalam rangka pencegahan;
g. Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian;
h. Mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret
seseorang;
i. Mencari keterangan dan barang bukti;
j. Menyelenggarakan pusat informasi kriminal nasional;
k. Mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang diperlukan
dalam rangka pelayanan masyarakat;
l. Memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan
putusan pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan
masyarakat;
m. Menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu.
38
Semua wewenang di tersebut masih ditambahkan beberapa
wewenang lainnya, antara lain:
a. Memberikan izin dan mengawasi kegiatan keramaian umum dan
kegiatan masyarakat lainnya;
b. Menyelenggarakan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor;
c. Memberikan surat izin mengemudi kendaraan bermotor;
d. Menerima pemberitahuan tentang kegiatan politik;
e. Memberikan izin dan melakukan pengawasan senjata api, bahan
peledak dan senjata tajam;
f. Memberikan izin operasional dan melakukan pengawasan terhadap
badan usaha di bidang jasa pengamanan;
g. Memberikan petunjuk, mendidik dan melatih aparat kepolisian
khusus dan petugas pengamanan swakarsa dalam bidang teknis
kepolisian;
h. Melakukan kerja sama dengan kepolisian negara lain dalam
menyidik dan memberantas kejahatan internasional;
i. Melakukan pengawasan fungsional kepolisian terhadap orang asing
yang berada di wilayah indonesia dengan koordinasi instansi
terkait;
j. Mewakili pemerintah ri dalam organisasi kepolisian internasional;
k. Melaksanakan kewenangan lain yang termasuk dalam lingkup
tugas kepolisian.
39
Dalam rangka menjalankan tugasnya, kepolisian masih diberikan
wewenang lain, yaitu:
a. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledehan dan
penyitaan;
b. Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat
kejadian perkara untuk kepentingan penyidikan;
c. Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam
rangka penyidikan;
d. Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta
memeriksa tanda pengenal diri;
e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka
atau saksi;
g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya
dengan pemeriksaan perkara;
h. Mengadakan penghentian penyidikan;
i. Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum;
j. Mengajukan permintaan secara langsung kepada imigrasi yang
berwenang di tempat pemeriksaan imigrasi dalam keadaan
mendesak atau mendadak untuk mencegah atau menangkal orang
yang disangka melakukan tindak pidana;
40
k. Memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik
pegawai negeri sipil serta menerima hasil penyidikan penyidik
pegawai negeri sipil untuk diserahkan kepada penuntut umum.
4. Standar Operasional Prosedur Pengurusan SIM
Menurut Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
No 9 Tahun 2012 tentang Surat Izin Mengemudi, adapun standar
pelayanan SIM oleh Satpas sebagai berikut:
a. Bersifat baku dan dapat dipahami secara mudah oleh petugas
pelayanan penerbitan SIM, berupa ketentuan, persyaratan, pengujian,
penerbitan, dan prinsip pelayanan publik pengajuan SIM;
b. Mudah dipahami oleh peserta uji;
c. Ada kejelasan tentang waktu pelayanan yang ditetapkan sejak saat
pengajuan untuk mengikuti ujian sampai dengan penerbitan SIM;
d. Terperinci besaran biaya administrasi SIM yang ditetapkan dan
diinformasikan dengan jelas kepada peserta uji;
e. Ada transparansi pada setiap tahap prosedur penerbitan SIM mulai dari
pendaftaran, pengujian, sampai dengan penerbitan SIM;
f. Tersedia sarana dan prasarana pelayanan penerbitan SIM yang
memadai;
g. Tersedia fasilitas tempat pelayanan yang memadai berdasarkan
pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap dan perilaku yang
mendukung pelayanan yang prima;
h. Tersedia layanan informasi, pendaftaan dan pengaduan masyarakat
dengan memanfaatkan teknologi multimedia.21
Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada
Kepolisian Negara Republik Indonesia meliputi penerimaan dari:
a. Pengujian untuk penerbitan Surat Izin Mengemudi Baru;
b. Penerbitan Perpanjangan Surat Izin Mengemudi;
c. Penerbitan Surat Keterangan Uji Keterampilan Pengemudi;
d. Penerbitan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor;
e. Pengesahan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor;
f. Penerbitan Surat Tanda Coba Kendaraan Bermotor;
21
Sekretariat Negara RI, Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No 9
Tahun 2012 tentang Surat Izin Mengemudi (Jakarta, 2012), halaman 13.
41
g. Penerbitan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor;
h. Penerbitan Buku Pemilik Kendaraan Bermotor;
i. Penerbitan Surat Mutasi Kendaraan Bermotor ke Luar Daerah;
j. Penerbitan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor Lintas Batas
Negara;
k. Penerbitan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor Lintas Batas Negara;
l. Penerbitan Nomor Registrasi Kendaraan Bermotor Pilihan;
m. Penerbitan Surat Izin Senjata Api dan Bahan Peledak;
n. Penerbitan Surat Keterangan Catatan Kepolisian;
o. Pendidikan dan Pelatihan Satuan Pengaman;
p. Pelatihan Keterampilan Perorangan;
q. Pendidikan dan Pelatihan Penyidik Pegawai Negeri Sipil;
r. Pendidikan dan Pelatihan Kepolisian Khusus;
s. Pendidikan dan Pelatihan Kesamaptaan;
t. Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan Motivasi;
u. Penerbitan Kartu Tanda Anggota Satuan Pengaman;
v. Penerbitan Ijazah Satuan Pengaman;
w. Penerbitan Surat Izin Operasional Badan Usaha Jasa Pengamanan;
x. Pelayanan Penyelenggaraan Assessment Center POLRI;
y. Pelayanan kesehatan yang berasal dari pembayaran Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial;
z. Jasa Pengamanan pada Obyek Vital Nasional dan obyek tertentu; dan
aa. Jasa Manajemen sistem pengamanan pada Obyek Vital Nasional dan
obyek.22
Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada
Kepolisian Negara Republik Indonesia :
NO JENIS PENERIMAAN NEGARA
BUKAN PAJAK SATUAN TARIF
A Pengujian untuk Penerbitan Surat
Izin Mengemudi (SIM)
1. SIM A Per
Penerbitan Rp. 120.000,00
2. SIM B I Per
Penerbitan Rp. 120.000,00
3. SIM B II Per
Penerbitan Rp. 120.000,00
22
Sekretariat Negara RI, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun
2016 tentang Jenis dan Tarif Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kepolisian
Negara Republik Indonesia (Jakarta, 2016), halaman 2.
42
4. SIM C Per
Penerbitan Rp. 100.000,00
5. SIM C I
Per
Penerbitan
Rp. 100.000,00
6. SIM C II Per
Penerbitan Rp. 100.000,00
7. SIM D Per
Penerbitan Rp. 50.000,00
8. SIM D I Per
Penerbitan Rp. 50.000,00
9. Penerbitan SIM Internasional Per
Penerbitan Rp. 250.000,00
B Penerbitan Perpanjangan Surat
Izin Mengemudi (SIM)
1. SIM A Per
Penerbitan Rp. 80.000,00
2. SIM B I Per
Penerbitan Rp. 80.000,00
3. SIM B II Per
Penerbitan Rp. 80.000,00
4. SIM C Per
Penerbitan Rp. 75.000,00
5. SIM C I Per
Penerbitan Rp. 75.000,00
6. SIM C II Per
Penerbitan Rp. 75.000,00
7. SIM D Per
Penerbitan Rp. 30.000,00
8. SIM D I Per
Penerbitan Rp. 30.000,00
9. Penerbitan SIM Internasional Per
Penerbitan Rp. 225.000,00
C Penerbitan Surat Keterangan Uji
Keterampilan Pengemudi(SKUKP)
Per
Penerbitan Rp. 50.000,00
43
Faktor-faktor Terjadinya Pungli yaitu :
a. Niat, niat bisa timbul karena oknum sedang membutuhkan uang;
b. Kesempatan, bisaanya dari masyarakat yang menginginkan
kemudahan karena sudah beberapa kali tidak lulus ujian ingin meminta
bantuan kepada petugas agar diluluskan, atau orang yang igin langsung
lulus ujian karena tidak memiliki waktu banyak untuk mengurus
dengan sesuai prosedur;
c. Peluang, ada situasi yang mendukung untuk petugas melakukan
pumgli tanpa adanya pengawasan;
d. Penyalahgunaan wewenang, jabatan atau kewenangan seseorang dapat
melakukan pelanggaran disiplin oleh oknum yang melakukan
pungutan liar;
e. Faktor mental, karakter atau kelakuan dari pada seseorang dalam
bertindak dan mengontrol dirinya sendiri;
f. Faktor ekonomi, penghasilan yang bisa dikatakan tidak mencukupi
kebutuhan hidup tidak sebanding dengan tugas atau jabatan yang
diemban membuat seseorang terdorong untuk melakukan pungli;
g. Faktor kultural dan budaya organisasi, budaya yang terbentuk di suatu
lembaga yang berjalan terus menerus terhadap pungutan liar dan
penyuapan dapat menyebabkan pungutan liar sebagai hal biasa;
h. Lemahnya sistem kontrol dan pengawasan oleh atasan.
44
5. Peran Kepala Seksi SIM Polda Jawa Tengah dalam
Mengoptimalkan Penegakan Hukum terhadap Anggota Polri yang
Melakukan Pungli dalam Pembuatan SIM
Peran Kepala Seksi SIM Polda Jawa Tengah dalam
mengoptimalkan penegakan hukum terhadap anggota Polri yang
melakukan pungli dalam pembuatan SIM yaitu :
a. Perlunya pengawasan baik dari ekstern (Ombusman dan Menpan)
maupun intern (Provost);
b. Mengadakan pelatihan terhadap personil sebagai pelayan publik;
c. Sosialisasi kepada masyarakat dalam pengurusan SIM harus melalui
mekanisme dan tidak melalui perantara (calo);
d. Membuat inovasi tempat latihan pengemudi rencana di Semarang akan
dibuat Semarang Safety Driving Center (SSDC);
e. Melakukan pembinaan ke sekolah-sekolah SMA untuk berbudaya
tertib berlalu lintas sejak dini, dengan materi disesuaikan kemampuan
tingkat sekolah seperti di tingkat SMA.
f. Mempertegas sanksi bagi anggota yang melakukan pungli. Bagi
anggota Polri yang ditemukan melakukan pungli akan diproses sesuai
dengan ketentuan, yaitu berdasarkan PP Nomor 2 tahun 2003 tentang
Peraturan Disiplin Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Hukuman disiplin berupa :
1) Teguran tertulis;
2) Penundaan mengikuti pendidikan paling lama 1 (satu) tahun;
45
3) Penundaan kenaikan gaji berkala;
4) Penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama 1 (satu) tahun;
5) Mutasi yang bersifat demosi;
6) Pembebasan dari jabatan;
7) Penempatan dalam tempat khusus paling lama 21 (dua puluh satu)
hari.
Menindak lanjut, yaitu berupa :
1) Membuat laporan;
2) Membuat sprin pemeriksaan;
3) Pemeriksaan terhadap terduga pelanggar;
4) Setelah selesai dibuat berkas, maka diajukan ke Pendapat Saran
Hukum (PSH) dari Bidang Hukum Polda Jawa Tengah, kemudian
dilaksanakan sidang disiplin;
5) Jika dari hasil sidang terbukti maka penjatuhan hukuman sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 2003 Pasal 9, jika
tidak terbukti maka bebas.23
B. Hambatan-hambatan dan Upaya untuk Mengoptimalkan Penegakan
Hukum terhadap Anggota Polri yang Melakukan Pungli dalam
Pembuatan SIM
Hambatan-hambatan dalam penegakan hukum terhadap anggota Polri
yang melakukan pungli dalam pembuatan SIM adalah :
a. Masyarakat atau saksi yang dilakukan pemanggilan tidak mau hadir;
23
Kompol Aron Sebastian, Kasi SIM Ditlantas Polda Jateng, Wawancara (Semarang, 5
Februari 2018).
46
b. Tidak ada barang bukti;
c. Saksi tidak mau diperiksa tanpa alasan.
Upaya untuk mengoptimalkan penegakan hukum terhadap anggota Polri
yang melakukan pungli dalam pembuatan SIM adalah:
a. Memberikan pencerahan atau penyuluhan hukum kepada semua
anggota Polri di lapangan;
b. Memberikan sanksi kepada anggota Polri yang terbukti melakukan
pungli;
c. Pengawasan secara melekat terhadap anggota yang melaksanakan
pelayanan di bidang SIM;
d. Bidang Profesi dan Pengamanan (Propam) melaksanakan giat
penegakan disiplin dengan patrol di tempat layanan di bidang SIM;
e. Menempatkan anggota Provost di tempat layanan public;
f. Pembinaan kerohanian terhadap anggota;
g. Pembuatan petunjuk dan arah ke jajaran Polda Jawa Tengah.
47
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
1. Optimalisasi Penegakan Hukum terhadap Anggota Polri yang Melakukan
Pungli dalam Pembuatan SIM.
Pelayanan polisi lalu lintas tidak lepas dari kehidupan manusia
yang saling tolong menolong. Menolong mempunyai arti sebagai suatu
tindakan yang mempunyai konsekuensi menyediakan beberapa
keuntungan atau meningkatkan kesejahteraan orang lain Perilaku prososial
itu seperti mendermakan, turut campur (intervensi) dalam situasi darurat,
kerjasama, berbagi, sukarela, dan berkorban. Polri memang belum
sempurna dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, namun Polri
akan tetap berusaha secara maksimal memberikan yang terbaik kepada
masyarakat, program Kapolri dengan Profesional, Modern, dan Terpercaya
(PROMETER) ini diharapkan akan mampu memenuhi harapan
masyarakat.
Implementasi pada layanan publik terutama di bidang layanan SIM
berbagai inovasi dibuat seperti pembuatan Satpas Prototype dimana
diharapkan akan memberikan kenyamanan kepada masyarakat yang akan
membuat SIM dengan sarana prasarana yang nyaman, yaitu fasilitas
dilengkapi dengan First To First Out (FIFO), jadi hanya peserta uji saja
yang bisa memasuki ruangan pelayanan sehingga tidak ada perantara atau
calo yang bisa memasuki ruangan pelayanan. Dari fasilitas tersebut
48
dilengkapi papan informasi, perpustakaan mini, laktasi, fasilitas difabel
dan berbagai spanduk tentang himbauan-himbauan pengurusan jangan
melalui calo, dan himbauan-himbauan lainnya.
Bagi anggota Polri yang ditemukan melakukan pungli akan
diproses sesuai dengan ketentuan, yaitu berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 2 tahun 2003 Pasal 9 tentang Peraturan Disiplin Anggota
Kepolisian Negara Republik Indonesia. Hukuman disiplin berupa :
1) Teguran tertulis;
2) Penundaan mengikuti pendidikan paling lama 1 (satu) tahun;
3) Penundaan kenaikan gaji berkala;
4) Penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama 1 (satu) tahun;
5) Mutasi yang bersifat demosi;
6) Pembebasan dari jabatan;
7) Penempatan dalam tempat khusus paling lama 21 (dua puluh satu)
hari.
2. Hambatan-hambatan dan Upaya untuk Mengoptimalkan Penegakan
Hukum terhadap Anggota Polri yang Melakukan Pungli dalam Pembuatan
SIM yaitu :
a. Hambatan-hambatan dalam penegakan hukum terhadap anggota Polri
yang melakukan pungli dalam pembuatan SIM adalah :
1. Masyarakat atau saksi yang dilakukan pemanggilan tidak mau
hadir;
49
2. Tidak ada barang bukti;
3. Saksi tidak mau diperiksa tanpa alasan.
b. Upaya untuk mengoptimalkan penegakan hukum terhadap anggota
Polri yang melakukan pungli dalam pembuatan SIM adalah:
1. Memberikan pencerahan atau penyuluhan hukum kepada semua
anggota Polri di lapangan;
2. Memberikan sanksi kepada anggota Polri yang terbukti
melakukan pungli;
3. Pengawasan secara melekat terhadap anggota yang
melaksanakan pelayanan di bidang SIM;
4. Bidang Propam melaksanakan giat penegakan disiplin dengan
patrol di tempat layanan di bidang SIM;
5. Menempatkan anggota Provost di tempat layanan public;
6. Pembinaan kerohanian terhadap anggota;
7. Pembuatan petunjuk dan arah ke jajaran Polda Jawa Tengah.
50
B. Saran
1. Partisipasi dari masyarakat perlu ditingkatkan oleh Polri dalam bidang
SIM dalam menyalurkan aspirasinya melalui fasilitas yang telah
disediakan, sehingga dapat mewujudkan pelayanan yang maksimal.
Selain itu untuk mempermudah masyarakat dalam pengurusan SIM,
perpanjangan, hilang dan rusak diperlukan penambahan lokasi titik SIM
Keliling.
2. Diharapkan dalam penyelenggaraan pembuatan SIM disesuaikan dengan
biaya administrasi yang semestinya, sehingga perlu adanya pengawasan
yang lebih ketat dari pihak pimpinan. Di dalam penyelenggaraan
pelayanan, sarana dan prasarana perlu diperhatikan saat ujian praktik
SIM. Pengadaan sarana dan prasarana harus dimanfaatkan sesuai dengan
fungsinya.
3. Perlu adanya sosialisasi yang dilakukan secara berkelanjutan, sehingga
dapat memberikan informasi kepada masyarakat secara menyeluruh
terkait prosedur pelayanan SIM yang baik dan benar.
51
DAFTAR PUSTAKA
a. Buku
Ali, Zainudin. Metode Penelitian Hukum. Jakarta : Sinar Grafika, 2010.
Haryatmoko. Etika Publik . Jakarta: Gramedia Pustaka Indah, 2011.
Kelana, Momo. Hukum Kepolisian . Jakarta : PT Grasindo, 1994.
Nasution. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Yogyakarta : Rekasarasin,
1996.
Nawawi. Hadari. Metode Penelitian Bidang Social. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press, 1995
Rahardi ,Pudi. Profesionalisme dan Reformasi POLRI. Surabaya : Laksbang
Mediatama, 2007.
Sadjijono, Fungsi Kepolisian Dalam Pelaksanaan GoodGovernance . Yogyakarta
: Laksbang, 2005.
Sitompul, Edward Syahperenong. Hukum Kepolisian Di Indonesia . Bandung :
TARSITO Bandung, 1985.
Prasetyo, Teguh. Hukum dan Sistem Hukum Berdasarkan Pancasila . Yogyakarta:
Media Perkasa, 2013.
Hujibers, Theo. Filsafat Hukum dalam Lintasan Sejarah . Yogyakarta: Kanisius,
1995.
Warsito, Utomo Hadi. Hukum Kepolisian Di Indonesia . Jakarta : Restasi Pustaka,
2005.
b. Peraturan Perundang-undangan
Sekretariat Negara RI. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002
tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Jakarta, 2002.
Sekretariat Negara RI. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan. Jakarta, 2009.
Sekretariat Negara RI. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
Nomor 9 Tahun 2012 tentang Surat Izin Mengemudi. Jakarta, 2012.
52
Sekretariat Negara RI. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 tentang
Peraturan Disiplin Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Jakarta, 2003.
Sekretariat Negara RI, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60
Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif Penerimaan Negara Bukan Pajak
yang Berlaku pada Kepolisian Negara Republik Indonesia. Jakarta, 2016.
c. Skripsi/tesis
Zam, Andi . “Budaya Kerja Kepolisian Dalam Sistem Pelayanan Masyarakat Di
Polres Bone”. Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Hasanuddin Makassar, 2013
d. Internet
Rosyadi, I. “Penegakan Hukum Dalam Masyarakat Indonesia”. Jurnal Sains dan
Inovasi III(2)77-82(Online), 2010, (http:///h:/new%20fol/materi/02/1
imron1, diakses 24 Oktober 2017)
Roihanah, R “Masalah Penegakan Hukum Di Indonesia” Jurnal Hukum, (Online),
2010,(http://gbkp.or.id/index.php/208gbkp/bacaanpopuler/319masalahpen
e gakan -hukum-di-indonesia, diakses 13 Oktober 2017)
Ramadhani, W “Penegakan Hukum Dalam Menanggulangi Pungutan Liar
Terhadap Pelayanan Publik”. Jurnal Hukum, (Online), Vol. 12, No. 2.
2017, (http:///gbkp.or.id/98-/penegakan-hukum-dalam-menanggulangi-
pungutan-liar-terhadap-pelayanan-publik, diakses 17 Oktober 2017)
Kepolisian Negara Republik Indonesia, “Surat Izin Mengemudi (SIM)”, (Online),
2017, (https://polri.go.id/pdf/layanan%20sim, diakses 22 Oktober 2017)
Republika, “berita nasional hukum”, (online),
(http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/16/10/18/of7b43383
ini-daftar-polda-dengan-kasus-pungli-sim-dan-stnk-terbanyak,diakses 23
Januari 2018) 2017.
Yudiawan Nugraha, “Pungli Melibatkan Oknum Petugas”, (Online),
(http://manado.tribunnews.com/2017/07/04/pungli-melibatkan oknum pe
tugas-sim-c-harus-bayar-rp-600-ribu?page=4, diakses 23 Januari 2018)
2017.
e. Jurnal
Karlia, Asna. “Studi Tentang Pelayanan Administrasi Pembuatan Surat Izin
Mengemudi (SIM) Di Kantor Polres Kota Bontang” , 2017.
53
Darma, Kusuma. “Implementasi PP Nomor 2 Tahun 2003 TentangPeraturan
Disiplin Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia Terhadap Oknum
Polisi Yang Melakukan Tindakan Penyalahgunaan Wewenang” , 2014.
f. Wawancara
Sebastian, Aron. Kepala Seksi SIM Ditlantas Polda Jawa Tengah. Wawancara.
Semarang, 5 Februari 2018.
top related