bab ii - usm

44
7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 SISTEM TENAGA LISTRIK [1] Sistem tenaga listrik merupakan suatu kesatuan yang terintegrasi mulai dari unit pembangkit listrik, unit transmisi listrik, sampai unit distribusi listrik dalam upaya menyalurkan listrik dari produsen kepada konsumen dengan dilengkapi sistem proteksi pada kesatuan tersebut. Menurut PT. PLN (Persero) (2010b : 2), ada tiga bagian penting dalam proses penyaluran tenaga listrik, yaitu Pembangkitan, Penyaluran (Transmisi), dan Distribusi. Secara umum skema sistem tenaga listrik ditunjukkan pada gambar 2.1. Gambar 2.1 Sistem Tenaga Listrik Sumber : http://ehendra.wordpress.com/stl-01/ [1](Adib Gustian Nigara, Analisis Aliran Daya Sistem Tenaga Listrik : 2015 :Hal 6)

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II - USM

7

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 SISTEM TENAGA LISTRIK [1]

Sistem tenaga listrik merupakan suatu kesatuan yang terintegrasi mulai

dari unit pembangkit listrik, unit transmisi listrik, sampai unit distribusi listrik

dalam upaya menyalurkan listrik dari produsen kepada konsumen dengan

dilengkapi sistem proteksi pada kesatuan tersebut. Menurut PT. PLN (Persero)

(2010b : 2), ada tiga bagian penting dalam proses penyaluran tenaga listrik, yaitu

Pembangkitan, Penyaluran (Transmisi), dan Distribusi. Secara umum skema

sistem tenaga listrik ditunjukkan pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Sistem Tenaga Listrik

Sumber : http://ehendra.wordpress.com/stl-01/

[1](Adib Gustian Nigara, Analisis Aliran Daya Sistem Tenaga Listrik : 2015 :Hal 6)

Page 2: BAB II - USM

8

Komponen dasar yang membentuk suatu sistem tenaga listrik adalah generator,

transformator, saluran transmisi dan beban.Untuk keperluan analisis sistem

tenaga, diperlukan suatu diagram yang dapat mewakili setiap komponen sistem

tenaga listrik tersebut. Diagram yang sering digunakan adalah diagram satu

garis dan diagram impedansi atau diagram reaktansi. Gambar 2.2 merupakan

diagram satu garis sistem tenaga listrik yang sederhana. [2]

Pembangkit trafo step up Penghantar trafo step down

Sistem distribusi

Gambar 2.2 Diagram Satu Garis Sistem Tenaga Listrik

2.2 STUDI ALIRAN DAYA [2]

Studi aliran daya mengungkapkan kinerja dan aliran daya (nyata dan

reaktif) untuk keadaan tertentu tatkala sistem bekerja saat tunak (steady state).

Studi aliran daya juga memberikan informasi mengenai beban saluran transmisi

di sistem, tegangan di setiap lokasi untuk evaluasi regulasi kinerja sistem tenaga

dan bertujuan untuk menentukan besarnya daya nyata (real power), daya reaktif

(reactive power) di berbagai titik pada sistem daya yang dalam keadaan

[2](Ferry Jusmedy, Studi Aliran Daya Sistem 115 KV : 2007 :Hal 9)

G

Page 3: BAB II - USM

9

berlangsung atau diharapkan untuk operasi normal. Studi aliran daya merupakan

studi yang penting dalam perencanaan dan desain perluasan sistem tenaga listrik

dan menentukan operasi terbaik pada jaringan yang sudah ada. Studi aliran daya

sangat diperlukan dalam perencanaan serta pengembangan sistem di masa-masa

yang akan datang. Seiring dengan bertambahnya konsumen akan kebutuhan

tenaga listrik, maka akan selalu terjadi perubahan beban, perubahan unit-unit

pembangkit, dan perubahan saluran transmisi. [2]

Menurut Ir. Sulasno, 1993, kegunaan studi analisis aliran daya ini antara lain

adalah sebagai berikut: [3]

1. Untuk mengetahui tegangan-tegangan pada setiap simpul yang ada.

2. Untuk mengetahui semua peralatan apakah memenuhi batas-batas yang

ditentukan untuk menyalurkan daya yang diinginkan.

3. Untuk memperoleh kondisi mula pada perencanaan sistem yang baru.

4. Pada hubung singkat, stabilitas, dan pembebanan ekonomis.

Untuk melakukan perhitungan aliran daya, diperlukan data-data untuk

menganalisisnya. Referensi data yang diperlukan antara lain : [4]

1. Data Saluran

Data yang diperoleh dari diagram segaris (single line diagram)

2. Data Bus

Data bus yang diperlukan adalah besaran daya, tegangan, arus, sudut fasa

[3]( Sulasno, Analisis Sistem Tenaga Listrik :1993: Hal12)

[4](Prabowo, Analisis Aliran Daya PT. PLN UPT Semarang :2007 :Hal16)

Page 4: BAB II - USM

10

3. Data Spesifikasi

Data yang didapat dari rating-rating setiap komponen, type komponen,

merk komponen, frekuensi, dan data asli dari setiap komponen.

Pada umumnya, perhitungan aliran daya diasumsikan sistem dalam

keadaan seimbang. Data dan informasi yang didapatkan berguna dalam

merencanakan perluasan sistem tenaga listrik dan dalam menentukan operasi

terbaik untuk sistem jaringan kelistrikan. Perencanaan sistem aliran daya

listrik industri meliputi beban terpasang dan beban operasi pada industry

tersebut, sehingga dapat diperhitungkan besarnya daya pada transformator

yang dibutuhkan, jadi dengan perencanaan yang baik dan matang maka aliran

daya listrik pada sistem tersebut dapat sesuai dengan kebutuhan pemakaian

energi listrik, serta mengurangi terjadinya losses. Menentukan perencanaan

operasi terbaik dari sistem aliran daya listrik meliputi pengontrolan alokasi

daya reaktif yang optimal.

Studi aliran daya membutuhkan parameter-parameter dengan besaran

yang dalam keadaan tetap (stabil). Beban yang berupa mesin-mesin yang tidak

berputar, kecil pengaruhnya terhadap arus saluran pada waktu terjadinya

gangguan, oleh karena itu biasanya diabaikan. Beban yang berupa motor

serempak selalu dimasukkan dalam perhitungan aliran daya listrik.

Berdasarkan beban yang bekerja dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu;

beban statis (static load) dan beban campuran antara beban motor dan beban

statis (lumped load). [4]

Page 5: BAB II - USM

11

2.3 KLASIFIKASI SISTEM ALIRAN DAYA [5]

Menurut Sigit (2015 : 40) dalam penelitiannya, klasifikasi sistem aliran daya

dibagi dalam beberapa bagian, antara lain :

1. Representasi Transformator

Transformator berfungsi untuk menurunkan tegangan primer 20

kV (dari PLN) menjadi tegangan sekunder 380/220 V. Transformator

merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem tenaga listrik.

Penggunaan transformator dalam sistem tenaga listrik memungkinkan

pemilihan tegangan yang sesuai dan ekonomis unntuk tiap-tiap keperluan

misalnya kebutuhan akan tegangan tinggi dalam pengiriman daya listrik

jarak jauh. Dalam bidang tenaga listrik pemakaian transformator

dikelompokkan menjadi :

a. Transformator daya

b. Transformator distribusi

c. Transformator pengukuran (transformator arus dan transformator

tegangan)

Transformator direpresentasikan sebagai resistan R dan reaktansi bocor X,

karena R dan X akan mempunyai nilai persatuan yang sama baik pada sisi

tegangan rendah maupun sisi tegangan tinggi pada transformator.

2. Representasi Generator

Generator listrik adalah sebuah alat yang memproduksi energi

listrik dari sumber energi mekanik, biasanya dengan menggunakan

Page 6: BAB II - USM

12

induksi elektromagnetik. Proses ini dikenal sebagai pembangkit listrik.

Meskipun generator dan motor punya banyak kesamaan, tapi motor adalah

alat yang mengubah energi listrik menjadienergi mekanik.

Generator mendorong muatan listrik untuk bergerak melalui

sebuah sirkuit listrik eksternal, tapi generator tidak menciptakan listrik

yang sudah ada di dalam kabel lilitannya. Hal ini bisa dianalogikan

dengan sebuah pompa air, yang menciptakan aliran air tapi tidak

menciptakan air di dalamnya. Sumber enegi mekanik bisa berupa

resiprokat maupun turbin mesin uap, air yang jatuh melalui sebuah turbin

maupun kincir air, mesin pembakaran dalam, turbin angin, engkol tangan,

energi surya atau matahari, udara yang dimamfaatkan, atau apa pun

sumber energi mekanik yang lain.

Generator dalam dunia industri biasanya digunakan sebagai

sumber energi cadangan (pembangkit listrik pabrik) jika terjadi

pemadaman dari PLN sehingga proses produksi tetap berjalan. Tidak

hanya sebagai sumber energi cadangan, dalam industri yang berskala

besar pembangkitan listrik melalui genertor menjadi pilihan sumber listrik

utama dalam pabrik sehingga dapat menghemat biaya konsumsi listrik.

3. Representasi bus (busbar)

Busbar adalah suatu penghantar impedansi rendah dimana

beberapa sirkuit listrik dapat dihubungkan secara terpisah dengan setiap

keluaran tertuju ke dasar kerangka tiga busbar fasa dan satu netral.

Page 7: BAB II - USM

13

Busbar pada dasarnya merupakan ril penghubung dua atau lebih

rangkaian listrik. Busbar dapat disebut ril penghubung rangkaian. Semua

generator atau sumber listrik dalam pusat tenaga listrik disalurkan melalui

bus atau ke ril pusat listrik. Dalam sistem tenaga listrik terdapat jenis-jenis

bus yaitu :

a. Bus beban

Setiap bus yang tidak memiliki generator disebut dengan loadbus.

Pada bus ini daya aktif dan daya reaktif diketahui sehingga sering disebut

bus PQ. Daya aktif dan daya reaktif yang disuplay kedalam sistem tenaga

listrik adalah mempunyai nilai positif, sementara daya aktif dan daya

reaktif yang dikonsumsi bernilai negative.

b. Bus generator

Bus generator dapat disebut juga dengan voltage controlled bus

karena tegangan pada bus selalu dibuat konstan. Setiap bus generator

memiliki daya Mega Watt yang dapat diatur melalui prime mover

(penggerakk mula dan besaran tegangan yang dapat diatur melalui arus

eksitaasi generator sehingga bus ini sering juga disebut PV bus. Besaran

yang dapat dihitung dari bus ini adalah P dan Q.

c. Bus berayun (swing bus atau slack bus)

Suatu sistem tenaga biasanya didesain untuk memiliki bus ini yang

dijadikan sebagai referensi. Besaran yang dapat diketahui dari bus ini

Page 8: BAB II - USM

14

adalah tegangan dan sudut beban. Sedangkan besaran yang dapat dihitung

dari bus ini adalah daya aktif dan daya reaktif.

d. Bus tnggal (Single bus)

Bus tunggal adalah susunan bus yang paling sederhana dan paling

murah. Keandalan serta fleksibilitas operasinya sangat terbatas. Apabila

ada kerusakan pada bus ini maka seluruh pusatlistrik harus dipadamkan

untuk dapat melakukan perbaikan. Olehsebab itu bus tunggal sebaiknya

hanya digunakan pada pusat listrik yang tidak terlalu vital peranannya

dalam sistem jaringan kelistrikan.

e. Bus ganda (multiple bus)

Multiple bus adalah suatu bus yang terdiri dari dua, tiga atau empat

bus dalam saluran.

f. Bus gelang (ring bus)

Ring bus hanya memerlukan ruangan yang kecil dan baik untuk

pemutusan sebagai bagian dari pelayanan dan pemeriksaan pemutus

beban. Sistem ini jarang dipakai karena mempunyai kelemahan dari segi

operasi yakni bus ini tidak begitu leluasa seperti sistem dua bus. Lagi pula

rangkaian kontrol dan pengamannya menjadi lebih komplek dan kapasitas

arus dari alat-alat yang terpasang seri harus lebih besar.

4. Representasi Kapasitor Bank

Kapasitor bank berfungsi sebagai salah satu alternatif dalam

peralatan listrik terhadap kereksi faktor daya (power factor). Kapasitor

akan memberikan daya reaktif lebih tinggi jika bekerja pada tegangan

Page 9: BAB II - USM

15

yang lebih tinggi, meskipun bekerja pada tegangan yang lebih tinggi dari

pada tegangan jaringan standar, kapasitor akan bekerja secara efektif dan

tahan lama.

5. Representasi beban

Jenis beban terbagi menjadi dua jenis, yaitu :

a. Static Load (Beban statis)

Beban statis dalam pemakaiannya selalu stabil dan tidak

membutuhkan daya yang besar saat awalan atau mulai

mengoperasikannya. Contoh dari beban statis adalah bebann

penerangan atau lampu.

b. Dinamic Load (Beban dinamis)

Dinamic load adalah beban yang membutuhkan daya

yangbesar dalam pengoperasiannya. Biasanya beban ini merupakan

beban motor (induksi, sinkron, atau serempak). Motor induksi

merupakan motor arus bolak balik (AC) yang paling banyak

digunakan.

6. Representasi Sistem Proteksi

Representasi sistem proteksi adalah sebagai pengaman baik untuk

mengamankan peralatan listrik maupun pengguna peralatan listrik

(manusia). Sistem pengaman diharapkan dapat mencegah masalah-

masalah yang disebabkan akibat hubung singkat (short circuit) dan

kelebihan beban (over load) dalam aliran daya listrik.

Page 10: BAB II - USM

16

2.4 KONSEP DASAR ALIRAN DAYA [6]

Dalam persamaan maupun perhitungan daya, hal pokok yang harus

dipahami adalah dengan memahami konsep segitiga daya. (Stevenson, 1990)

Ilustrasi konsep segitiga daya ditunjukkan pada gambar 2.3

S

Q

P

Gambar 2.3 : segitiga daya

Keterangan :

P : Daya aktif

Q : Daya reaktif

S : Daya semu

Cos ∅ : Faktor daya

Dalam sistem tenaga listrik dikenal tiga jenis daya, yaitu daya aktif

atau real power (P), daya reaktif atau reactive power (Q), dan daya nyata atau

apparent power (S).

[5](Sigit A P, Analisis Aliran Daya (Load Flow) dalam Sistem Tenaga Listrik : 2015 : Hal 40-45)

[6](Stevenson, Jr. W.D, Analisis Sistem Tenaga Listrik : 1990)

Page 11: BAB II - USM

17

Daya aktif (P) adalah daya listrik yang dibangkitkan disisi keluaran

generator, kemudian termanfaatkan oleh konsumen, dapat dikonversi ke

bentuk energi lainnya seperti energi gerak pada motor, energy juga menjadi

energi panas pada heater; ataupun dapat diubah kebentuk energi listrik

lainnya. Perlu diingat bahwa daya ini memiliki satuan watt (W), kilowatt

(kW) atau tenaga kuda (HP).

Sedangkan daya reaktif (Q) adalah suatu besaran yang digunakan

untuk menggambarkan adanya fluktuasi daya pada saluran transmisi dan

distribusi akibat dibangkitkannya medan/daya magnetik atau beban yang

bersifat induktif (seperti : motor listrik, trafo, dan las listrik). Walaupun

namanya adalah daya, namun daya reaktif ini tidak nyata dan tidak bisa

dimanfaatkan. Daya ini memiliki satuan volt-ampere-reaktif (VAR) atau

kilovar (kVAR).

Daya semu (S) merupakan jumlah daya total yang terdiri dari daya

aktif (P) dan daya reaktif (Q).

Konsep dasar aliran daya listrik sangat penting untuk membantu

perhitungan dalam analisis aliran daya listrik. Dalam suatu analisis sistem

tenaga listrik khususnya pada analisis aliran daya selalu mengacu pada

konsep-konsep dasar aliran daya sebagai berikut :

1. Daya listrik pada rangkaian satu fasa [6]

Daya yang diserap oleh suatu beban pada setiap saat sama dengan

jatuh tegangan (voltage drop) pada beban tersebut dalam volt dikalikan

dengan arus yang mengalir lewat beban dalam ampere, jika terminal

Page 12: BAB II - USM

18

terminal beban digambarkan sebagai a dan n serta jika tegangan dan

arusdinyatakan dengan (Stevenson, 1990 : 14 )

Van = Vmax cos ωt dan Ian = Imaxcos (ωt –𝜃) (2.1)

𝜃= positif (+), untuk arus lagging

𝜃 = 18egative (-), untuk arus leading

Maka daya sesaat (S) :

S = Vmax Imax cos ωt cos (ωt – 𝜃) (2.2)

S = V x I

= 𝑉𝑚𝑎𝑥𝐼𝑚𝑎𝑥

2𝑐𝑜𝑠𝜃(1 + cos ωt) +

𝑉𝑚𝑎𝑥𝐼𝑚𝑎𝑥

2sin 𝜃 sin 2ωt (2.3)

Atau,

S= V 𝐼 cos θ(1+ cos 2ωt) + V 𝐼 sin θ sin 2ωt (2.4)

Keterangan :

|V|dan |I|adalah harga efektif dari tegangan dan arus

|V||I|cosθ(1+ sin 2ωt) selalu positif, dengan harga rata-rata :

P= |V||I|cos θ (2.5)

|V||I|sin θ sin 2ωt mempunyai harga positif dan negative dengan

harga rata-rata nol

Q = |V||I|sin θ (2.6)

[6](Stevenson, Jr. W.D, Analisis Sistem Tenaga Listrik : 1990 :Hal 14)

Page 13: BAB II - USM

19

Keterangan :

P = disebut daya nyata atau aktif (watt)

cos∅ = faktor kerja

Q = disebut daya reaktif

“positif” untuk beban induktif

“negative” untuk beban kapasitif

2. Daya Listrik Pada Rangkaiam 3 Fasa [7]

Daya yang diberikan oleh generator tiga fasa ataua yang diserap oleh

beban tiga fasa adalah jumlah daya dari tiap-tiap fasa. Pada sistem tiga

fasa seimbang berlaku rumus-rumus:

P = 3VpIpcos θp (2.7)

Q = 3VpIpsinθp (2.8)

Keterangan :

Θp = sudut antara arus fasa (lagging) dan tegangan fasa

Hubungan yang terjadi pada rangkaian sistem tiga fasa umumnya

ada dua hubungan yaitu hubungan bintang (Y) dan segitiga (Δ).

Hubungan bintang (Y) :

Vp = 𝑉1

3; Ip = I1 (2.9)

[7](Stevenson, Jr. W.D, Analisis Sistem Tenaga Listrik : 1990 :Hal 15)

Page 14: BAB II - USM

20

Hubungan segitiga (Δ) :

Vp= V1; Ip = 𝐼1

3 (2.10)

Kemudian dimasukkan ke persamaan di atas menjadi :

P = 3V1 I1 cos θp (2.11)

Q = 3V1 I1 sin θp (2.12)

Sehingga :

S = 𝑃2 + 𝑄2 = 3V1 I1 (2.13)

3. Bentuk Kompleks dari Besaran Tegangan dan Arus Listrik [5]

Ilustrasi bentuk kompleks besaran tegangan dan arus listrik ditunjukkan

pada gambar 2.4.

Gambar 2.4 Bentuk kompleks dari Besaran Tegangan dan Arus Listrik

V dan I mempunyai bentuk gelombang yang sama (sinus) dengan

frekuensi yang sama pula. Tetapi yang membedakan hanya magnitude (harge

efektif) dan satu fasanya. Dalam bentuk kompleks besaran dari arus dan

tegangan adalah :

v = |V|∠θ0 (digunakan sebagai referensi) (2.14)

[5](Sigit A P, Analisis Aliran Daya (Load Flow) dalam Sistem Tenaga Listrik : 2015 : Hal16)

Page 15: BAB II - USM

21

I = |I|∠- θ0 (Lagging) (2.15)

Diagram fasor antara tegangan dan arus ditunjukkan pada gambar 2.5

Gambar 2.5 : Diagram Fasor antara Tegangan dan Arus

4. Faktor Daya [8]

Daya rata-rata bukan lagi fungsi rms (root mean square) dari arus dan

tegangan saja, tetapi ada unsur perbedaan sudut phasa arus dantegangan

dari persamaan sephasa dan𝜑= 00

, menurut zuhal,1998 maka persamaan

daya menjadi

P = V.I cosφ (2.16)

Untuk :

φ = 600

; maka P = V.I cos (600) = 0,3 V.I (2.17)

φ = 900

; maka P = V.I cos (900) = 0 (2.18)

Arus yang mengalir pada sebuah tahanan akan menimbulkan

tegangan pada tahanan tersebut, yaitu sebesar :

Page 16: BAB II - USM

22

P = Vr . Im cos φ (2.19)

Keterangan :

P : daya aktif (Watt)

Vr : tegangan (Volt)

Im : arus maksimal (Ampere)

cos φ : faktor daya

Tidak ada sudut fasa antara arus dengan tegangan pada tahanan,

maka sudut φ = 00. Sehingga :

P = V . I (2.20)

Tegangan dikalikan dengan arus disebut daya semu.Daya ratarata

dibagi daya semu disebut dengan faktor daya. Untuk arus dan tegangan

sinusoid, faktor daya dapat dihitung (Dhimas, 2014 : 18) :

Faktor daya = 𝑃

𝑉 .𝐼 =

𝑉 .𝐼.cos ∅

𝑉 .𝐼 = cos∅ (2.21)

∅adalah sudut factor daya, sudut ini menentukan kondisi terdahulu

atau tertinggal tegangan terhadap arus. Bila sebuah beban diberikan

tegangan, impedansi dari beban tersebut maka dapat menentukan besar

arus dan sudut phasa yang mengalir pada beban tersebut.Faktor daya

merupakan petunjuk yang menyatakan sifat suatu beban.

Perbandingan antara daya aktif (P) dan daya nyata (S) inilah yang

dikenal dengan istilah faktor daya atau power factor (PF). Apabila dilihat

Page 17: BAB II - USM

23

pada segitiga daya, perbandingan daya aktif (P) dan daya nyata (S)

merupakan nilai cos φ.

Oleh karena hal ini, istilah faktor daya juga sering dikenal dengan sebutan

nilai cos φ.

5. Losses (Rugi daya) [9]

Konduktor pada bagian penyaluran energi listrik

mempunyairesistansi terhadap arus listrik, jadi ketika sistem beroperasi

pada bagian penyaluran ini akan terjadi rugi daya yang berubah menjadi

energi panas. Rugi daya pada gardu induk relatif kecil, sehingga rugi daya

dalam sistem tenaga listrik dapat dianggap terdiri dari rugi daya pada

jaringan transmisi dan jaringan distribusi. Jika energi listrik disalurkan

melalui jaringan arus bolak-balik tiga fasa, maka rugi daya pada jaringan

tersebut adalah :

Plosses = 3. I2. R. L (2.22)

Keterangan :

I : Arus yang mengalir (A)

R : resistansi konduktor (ohm/km)

L : panjang saluran (km)

Page 18: BAB II - USM

24

2.5 Persamaan Aliran Daya [5]

Aliran daya listrik akan selalu mengalir ke beban, sehingga aliran daya

disebut juga aliran beban. Beban-beban tersebut direpresentasikan sebagai

impedansi tetap (Z), daya yang tetap (P), tegangan (V), dan arus yang tetap

(I).Pada dasarnya beban dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu beban

statis (static load) dan beban dinamis (dinamic load).

Besarnya aliran daya yang diserap oleh saluran transmisi beserta

rugiruginnya dapat diketahui dengan menghitung lebih dahulu besaran

(magnitude) tegangan dan sudut fasornya pada setiap simpul saluran. Menurut

Sigit (2015 : 25) dalam penelitiannya, pada setiap simpul saluran terdapat empat

parameter, yaitu :

1. Daya nyata (P) dengan satuan megawatt (MW)

2. Daya reaktif (Q) dengan satuan megavolt ampere reaktif (MVAR)

3. Besaran tegangan (V) dengan satuan kilovolt (KV)

4. Sudut fasa tegangan (∅) dengan satuan radian

Bila simpul sendiri mempunyai beban, daya pada simpul adalah selisih

daya yang dibangkitkan dengan bebannya, tetapi bila simpulnya tidak

mempunyai generator, beban pada saluran tersebut dianggap sebagai generator

yang membangkitkan daya negatif ke simpul tersebut.

Keempat parameter, untuk mendapatkan penyelesaian aliran daya pada

setiap simpul perlu diketahui dua buah parameternya, tergantung pada

parameter-parameter yang diketahui maka setiap simpul pada sistem

diklasifikasikan dalam tiga kategori : [5]

Page 19: BAB II - USM

25

1. Simpul beban (Bus PQ)

Parameter yang diketahui adalah P dan Q, parameter yang

tidak diketahui adalah V dan φ.

2. Simpul kontrol (Bus generator)

Parameter-parameter yang diketahui adala P dan V, dimana

padasimpul ini mempunyai kendala untuk daya semu (Q) yang

melalui smpul, bila kendala ini dalam perhitungan integrasinya tidak

dapat dipenuhi maka simpul ini akan berganti menjadi simpul beban.

Sebaliknya bila daya memenuhi kendala maka akan dihitung sebagai

simpul kontrol kembali. Parameter-parameter yang tidak diketahui

adalah φ dan Q.

3. Simpul ayun (Swing bus atau slack bus)

Parameter-parameter yang diketahui adalah V dan φ (biasanya

φ= 0). Simpul ayun selalu mempunyai generator, dalam perhitungan

aliran daya, P dan Q pada simpul ini tidak perlu dihitung. Simpul ini

menentukan dalam perhitungan aliran daya untuk memenuhi

kekurangan daya (rugi-rugi dan beban) seluruhnya karena kerugian

pada jaringan tidak dapat diketahui sebelun perhitungan selesai

dilakukan.

Besaran daya pada setiap bus dapat dinyatakan dengan persamaan :

Si = SGi – STi – SLi (2.23)

Keterangan :

SGi : daya yang masuk ke bus i (MVA)

Page 20: BAB II - USM

26

STi : daya yang keluar dari bus i (MVA)

SLi : beban daya yang keluar dari bus i (MVA)

Dalam bentuk kompleks :

Pi + Qi = (PGi + jQGi) – (PTi + jQTi) – (PLi + jQLi)

= (PGi – PTi – PLi) + j(QGi – QTi – QLi) (2.24)

Daya yang mengalir dari setiap bus juga dapat dinyatakan oleh

persamaan :

STi = Vi . Ii (2.25)

Persamaan aliran daya secara sederhana dapat dilihat pada Gambar 2.6

dibawah, untuk sistem yang memiliki 2 rel. Pada setiap rel memiliki sebuah

generator dan beban, walaupun pada kenyatannya tidak semua rel memiliki

generator. Penghantar menghubungkan antara rel 1 dengan rel 2. Pada setiap

rel memiliki 6 besaran elektris yang terdiri dari : PD, PG, QD, QG, V, dan

δ.[10]

Diagram satu garis sistem 2 rel ditunjukkan pada gambar 2.6

SG1= PG1+ JQG1 SG2= PG2+ JQG2

rel 1 penghantar rel 2

V1∠ 𝛿1 V2∠ 𝛿2

beban 1 beban 2

SD1= PD1+ JQD1 SD2= PD2+ JQD2

Gambar 2.6 Diagram satu garis sistem 2 rel

G1 G2

Page 21: BAB II - USM

27

Pada Gambar 2.6 dapat dihasilkan persamaan aliran daya dengan

menggunakan diagram impedansi. Pada Gambar 2.7 merupakan diagram

impedansi dimana generator sinkron direpresentasikan sebagai sumber yang

memiliki reaktansi dan transmisi model π (phi). Beban diasumsikan memiliki

impedansi konstan dan daya konstan pada diagram impedansi. Diagram

impedansi sistem 2 rel ditunjukkan pada gambar 2.7

Gambar 2.7 Diagram impedansi sistem 2 rel

Besar daya pada rel 1 dan rel 2 adalah

S1 = SG1-SD1 = (PG1-PD1) + j(QG1-QD1) (2.26)

S2 = SG2-SD2 = (PG2-PD2) + j(QG2-QD2) (2.27)

Pada Gambar 2.8 merupakan penyederhanaan dari Gambar 2.7 menjadi daya

rel (rel daya) untuk masing-masing rel.

[5](Sigit A P, Analisis Aliran Daya (Load Flow) dalam Sistem Tenaga Listrik : 2015 : Hal 25-26)

[8](Zuhal, Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya : 1998: Hal31)[9](Bonggas L Tobing, Peralatan

Tegangan Tinggi : 2003: Hal 2)

Page 22: BAB II - USM

28

Penyederhanaan diagram impedansi sistem 2 rel ditunjukkan pada gambar 2.8

Gambar 2.8 Rel daya dengan transmisi model π untuk sistem 2 rel

Besarnya arus yang diinjeksikan pada rel 1 dan rel 2 adalah :

I1 = IG1 – ID1 (2.28)

I2 = IG2 – ID2 (2.29)

Semua besaran adalah diasumsikan dalam sistem per-unit, sehingga :

S1 = V1I1 = P1+jQ1 (P1-jQ1) = V1I1 (2.30)

S2 = V2I2 = P2+jQ2 (P2-jQ2) = V2I2 (2.31)

Aliran arus pada rangkaian ekivalen ditunjukkan pada gambar 2.9.

Gambar 2.9 Aliran arus pada rangkaian ekivalen

Page 23: BAB II - USM

29

Aliran arus dapat dilihat pada Gambar 2.9, dimana arus pada rel 1 adalah :

I1 = I1’ + I1

I1 = V1 + yp + (V1-V2) ys

I1 = (yp+ ys)V1 + (-ys)V2 (2.32)

I1 = Y11V1 + Y12V2 (2.33)

Dimana :

Y11 adalah jumlah admitansi terhubung pada rel 1 = yp + ys

Y12 adalah admitansi negative antara rel 1 dan rel 2= -ys

Untuk aliran arus pada rel 2 adalah :

I2 = I2’ + I2

I2 = V2 + yp + (V2-V1) ys

I2 = (-ys)V1 + (yp+ys)V2 (2.34)

I1 = Y21V1 + Y22V2 (2.35)

Dimana :

Y22 adalah jumlah admitansi terhubung pada rel 2 = yp + ys

Y21 adalah admitansi negative antara rel 2 dengan rel 1 = -ys =Y12

Dari Persamaan (2.33) dan (2.35) dapat dihasilkan Persamaan dalam bentuk

matrik, yaitu :

I1I2

= 𝑌11 𝑌12𝑌21 𝑌22

V1V2

(2.36)

Notasi matriks dari persamaan 2.36 adalah

Page 24: BAB II - USM

30

Ibus = Ybus Vbus (2.37)

Persamaan 2.30 hingga 2.37 yang diberikan sistem 2 rel dapat

dijadikan sebagai dasar untuk penyelesaian persamaan aliran daya sistem n-rel.

Gambar 2.10 menunjukan sistem dengan jumlah n-rel dimana rel 1 terhubung

dengan rel lainya. Gambar 2.11 menunjukan model transmisi untuk sistem n-rel.

Gambar 2.10 Sistem n-rel

Gambar 2.11 Model transmisi π untuk sistem n-rel

Page 25: BAB II - USM

31

Persamaan yang dihasilkan dari gambar 2.9.2 adalah

I1 = V1yp12 + V1yp13 +…..+ V1yp1n + (V1-V2) ys12 + (V1-V3) ys13+….+(V1-Vn)

I1 = (yp12 + yp13 +….+yp1n+ys12+ys13+….+ys1n)Vn-ys12V2-ys13V3+…-ys1nVn (2.38)

I1 = Y11V1+Y12V2+Y13V3+….+Y1nVn (2.39)

Dimana :

Y11 = Yp12 + Yp13 +….+ Yp1n+Ys12+Ys13+….+Ys1n (2.40)

= jumlah semua admitansi yang dihubungkan dengan rel 1

Y12 = -ys12; Y13= -ys13 ; Y1n = -yS1n (2.41)

Persamaan 2.42 dapat disubtitusikan ke persamaan 2.30 menjadi persamaan 2.43,

yaitu :

(2.42)

(2.43)

(2.44)

Persamaan (2.44) merupakan representasi persamaan aliran daya yang

nonlinear. Untuk sistem n-rel, seperti persamaan (2.36) dapat dihasilkan persamaan

(2.24), yaitu :

Page 26: BAB II - USM

32

(2.45)

Notasi matrik dari Persamaan (2.45) adalah :

Ibus = Ybus Vbus (2.46)

Dimana :

(2.47)

2.6 Metode Perhitungan Aliran Daya [10]

Pada sistem multi-rel, penyelesaian aliran daya dengan metode Persamaan

aliran daya. Metode yang digunakan pada umumnya dalam penyelesaian aliran

daya, yaitu metode :Newton-Raphson, Gauss-Seidel, dan Fast Decoupled. Tetapi

metode yang dibahas pada Tugas Akhir ini adalah metode Newton-Raphson

Dalam metode Newton-Raphson secara luas digunakan untuk

permasalahan Persamaan non-linear.Penyelesaian Persamaan ini menggunakan

permasalahan yang linear dengan solusi pendekatan.Metode ini dapat

Page 27: BAB II - USM

33

diaplikasikan untuk satu Persamaan atau beberapa Persamaan dengan beberapa

variabel yang tidak diketahui.

Untuk Persamaan non-linear yang diasumsikan memiliki sebuah variable seperti

persamaan :

y =f (x) (2.26)

Persamaan (2.26) dapat diselesaikan dengan membuat Persamaan menjadi

persamaan (2.27).

f(x)=0 (2.27)

Menggunakan deret taylor Persamaan (2.27) dapat dijabarkan menjadi persamaan

(2.28).

f(x) = f (x0) +1

1!

𝑑𝑓 x0

𝑑𝑥(𝑥 − 𝑥0) +

1𝑑𝑓 2 𝑥0

2! 𝑑𝑥 2(𝑥 − 𝑥0)2 + ⋯

+1

𝑛 !

𝑑𝑓𝑛 𝑥0

𝑑𝑥 𝑛 (𝑥 − 𝑥0)2 = 0 (2.28)

Turunan pertama dari Persamaan (2.28) diabaikan, pendekatan linear

menghasilkan Persamaan (2.29)

f(x) = f (x0)+𝑑𝑓 (𝑥0)

𝑑𝑥(x-𝑥0)= 0 (2.29)

Dari :

𝑥1= 𝑥0 – 𝑓(𝑥0

𝑑𝑓 (𝑥0)/𝑑𝑥 (2.30)

Bagaimana pun, untuk mengatasi kesalahan notasi, maka Persamaan (2.30) dapat

diulang seperti Persamaan (2.31).

𝑥(1)= 𝑥(0)- 𝑓(𝑥 0 )

𝑑𝑓 (𝑥 0 )/𝑑𝑥 (2.31)

Page 28: BAB II - USM

34

Dimana :𝑥(0)= pendekatan perkiraan

𝑥(1)= pendekatan pertama

Oleh karena itu, rumus dapat dikembangkan sampai iterasi terakhir (k+1),

menjadi Persamaan (2.32).

𝑥(𝑘+1) = 𝑥(𝑘) – 𝑓(𝑥 𝑘 )

𝑑𝑓(𝑥 𝑘 )/𝑑𝑥 (2.32)

𝑥(𝑘+1) = 𝑥(𝑘)- 𝑓(𝑥 𝑘 )

𝑓 ′ (𝑥 𝑘 ) (2.33)

Jadi,

∆𝑥 = −𝑓(𝑥 𝑘 )

𝑓 ′ (𝑥 𝑘 ) (2.34)

∆𝑥 = 𝑥(𝑘+1)- 𝑥(𝑘) (2.35)

Metode Newton-Raphson secara grafik dapat dilihat pada Gambar 2.12 ilustrasi

metode Newton-Raphson.

Gambar 2.12 : ilustrasi metode Newton Raphson

Page 29: BAB II - USM

35

Pada Gambar 2.9.3 dapat dilihat kurva garis melengkung diasumsikan grafik

Persamaan y =f(x) .Nilai 𝑥0pada garis x merupakan nilai perkiraan awal kemudian

dilakukan dengan nilai perkiraan kedua hingga perkiraan ketiga.

Metode Newton Raphson dengan koordinat polar, besaran-besaran listrik

yang digunakan untuk koordinat polar, pada umumnya seperti Persamaan (2.36)

V1= 𝑉𝑖 ∠𝛿𝑖 ; Vj = 𝑉𝑗 ∠𝛿𝑗 ; dan Yij = 𝑌𝑖𝑗 𝜃𝑖𝑗 (2.36)

Persamaan arus (2.42) pada Persamaan sebelumnya dapat diubah

kedalam Persamaan polar (2.37).

(2.37)

Persamaan (2.37) dapat disubtitusikan kedalam persamaan daya (2.43)

pada persamaan sebelumnya menjadi Persamaan (2.38).

P1-jQ1 = V1*I1

Vi*= 𝑉𝑖 ∠- 𝛿I Vi

*= conjugate dari Vi

(2.38)

Page 30: BAB II - USM

36

Dimana :

𝑒𝑗 (𝜃𝑖𝑗 −𝛿𝑖+ 𝛿𝑗 ) ≅ cos (𝜃ij – 𝛿I +𝛿j) + j sin (𝜃ij – 𝛿I +𝛿j) (2.39)

Persamaan (2.38) dan (2.39) dapat diketahui Persamaan daya aktif

(2.40) dan Persamaan daya reaktif (2.41).

(2.40)

(2.41)

Persamaan (2.40) dan (2.41) merupakan langkah awal perhitungan

aliran daya menggunakan metode Newton-Raphson. Penyelesaian aliran

daya menggunakan proses iterasi (k+1). Untuk iterasi pertama (1) nilai

k= 0, merupakan nilai perkiraan awal (initial estimate) yang ditetapkan

sebelum dimulai perhitungan aliran daya.

Hasil perhitungan aliran daya menggunakan persamaan (2.40) dan

(2.41) dengan nilai P1(k)

dan Q1(k)

. Hasil ini digunakan untuk menghitung

nilai ∆P1(k)

dan ∆Q1(k)

.

Menghitung nilai ∆P1(k)

dan ∆Q1(k)

menggunakan persamaan (2.42) dan

(2.43)

∆P1(k)

= P1,spec – 𝑃𝑖 ,𝑐𝑎𝑙𝑐(𝑘)

(2.42)

∆Q1(k)

= Q1,spec - 𝑄𝑖,𝑐𝑎𝑙𝑐(𝑘)

(2.43)

Hasil perhitungan ∆P1(k)

dan ∆Q1(k)

digunakan untuk matriks jacobian

untuk persamaan (2.44)

Page 31: BAB II - USM

37

(2.44)

Persamaan (2.44) dapat dilihat bahwa perubahan daya berhubungan

dengan perubahan besar tegangan dan sudut phasa.

Secara umum Persamaan (2.44) dapat disederhanakan menjadi

Persamaan (2.45).

∆P(𝑘)

∆Q(k) = 𝑗1 𝑗2𝑗3 𝑗4

∆𝛿(𝑘)

∆ 𝑉 (𝑘) (2.45)

Besaran elemen matriks jacobian persamaan (2.45) adalah :

J1

(2.46)

(2.47)

Page 32: BAB II - USM

38

J2

(2.48)

(2.49)

J3

(2.50)

(2.51)

J4

(2.52)

(2.53)

Setelah nilai matriks jacobian dimasukkan kedalam persamaan (2.45)

maka nilai ∆𝛿1(k)

dan ∆ 𝑉 1(𝑘)

dapat dicari dengan menginverskan matrik

jacobian seperti persamaan (2.54)

Page 33: BAB II - USM

39

∆𝛿(𝑘)

∆ 𝑉 (𝑘) = 𝑗1 𝑗2𝑗3 𝑗4

−1

∆P(𝑘)

∆Q(k) (2.54)

Setelah nilai ∆𝛿1(k)

dan ∆ 𝑉 1(𝑘)

diketahui nilainya maka nilai ∆𝛿1(𝑘+1)

dan ∆ 𝑉 1(𝑘+1)

dapat dicari dengan menggunakan nilai ∆𝛿1(k)

dan ∆ 𝑉 1(𝑘)

kedalam persamaan (2.55) dan (2.56)

𝛿1(k+1)

= 𝛿1(k)

+ ∆𝛿1(k)

(2.55)

𝑉1(𝑘+1)

= 𝑉1(𝑘)

+ ∆ 𝑉1(𝑘)

(2.56)

Nilai 𝛿1(k+1)

dan 𝑉 1(𝑘+1)

hasil perhitungan dari persamaan (2.55) dan

(2.56) merupakan perhitungan pada iterasi pertama. Nilai ini digunakan

kembali untuk perhitungan iterasi kedua dengan cara memasukkan nilai ini

kedalam persamaan (2.40) dan (2.41) sebagai langkah awal perhitungan aliran

daya

Perhitungan aliran daya pada iterasi kedua mempunyai nilai k = 1.

Iterasi perhitungan aliran daya dapat dilakukan sampai iterasi ke-n.

Perhitungan aliran daya menggunakan metode Newton-Raphson :

1. Membentuk matrik admitansi Yrel sistem

2. Menentukan nilai awal V(0)

, 𝛿(0), Pspec, Qspec

3. Menghitung daya aktif dan daya reaktif berdasarkan Persamaan

(2.40) dan (2.41)

4. Menghitung nilai ∆𝑃1(k)

dan ∆𝑄1(𝑘)

berdasarkan persamaan (2.42)

dan (2.43)

Page 34: BAB II - USM

40

5. Membuat matrik jacobian berdasarkan persamaan (2.45) sampai

(2.53)

6. Menghitung nilai 𝛿(k+1) dan 𝑉

(𝑘+1) berdasarkan persamaan (2.55)

dan (2.56)

7. Hasil nilai 𝛿(k+1) dan 𝑉

(𝑘+1) dimasukkan kedalam persamaan (2.40)

dan (2.41) untuk mencari nilai ∆𝑃 dan ∆𝑄.

8. Jika sudah konvergensi maka perhitungan selesai, jika belum

konvergensi maka perhitungan dilanjutkan untuk iterasi berikutnya.

Pada sistem yang terdiri n bus, persamaan untuk penyelesaian aliran daya

sebanyak (n-1), yang dalam matriks dapat dinyatakan dalam bentuk (Stevenson,

1990:187) : [7]

Persamaan di atas dapat disederhanakan menjadi :

∆𝑃∆𝑄

= J1 J2J3 J4

∆∅∆𝑉

Page 35: BAB II - USM

41

Atau

∆∅∆𝑉

= J1 J2J3 J4

−1

∆𝑃∆𝑄

Keterangan :

ΔP dan ΔQ : Selisih daya aktif dan daya reaktif antara nilai yang diketahui

dan nilai yang dihitung.

ΔV dan ΔΦ : Selisih tegangan bus dan sudut fasa

J1, J2, J3, dan J4 disebut sub matriks Jacobian dari matriks Jacobian J.

Sub matrik jacobian disebut sebagai matrik jacobian yang mempunyai elemen

sebagi berikut : [3]

Sub matrik J1 :

Elemen bukan diagonalnya adalah :

𝜕𝑃1

𝜕∅2,

𝜕𝑃1

𝜕∅3,

𝜕𝑃1

𝜕∅4, ……

𝜕𝑃1

𝜕∅𝑛−1, atau

𝜕𝑃1

𝜕∅𝑞…(p≠q)

Elemen diagonalnya adalah :

∂P1

∂∅1,

∂P2

∂∅2,

∂P3

∂∅3,…….

∂Pn −1

∂∅n−1, atau

∂Pp

∂∅p

Sub matrik J2 :

Elemen bukan diagonalnya adalah :

∂P1

∂𝑉2,

∂P1

∂𝑉3,

∂P1

∂𝑉4, …….

𝜕𝑃1

𝜕𝑉𝑛 −1, atau

∂Pp

∂𝑉p…(p≠q)

Elemen diagonalnya adalah :

∂P1

∂𝑉1,

∂P2

∂𝑉2,

∂P3

∂𝑉3,……..

∂Pn −1

∂𝑉n−1, atau

∂Pp

∂𝑉q

Sub matrik J3 :

Page 36: BAB II - USM

42

Elemen bukan diagonalnya adalah :

∂Q1

∂∅2,

∂Q1

∂∅3,

∂Q1

∂∅4,…….

∂Q1

∂∅n−1, atau

∂Qp

∂∅q…(p≠q)

Elemen diagonalnya adalah :

∂Q1

∂∅1,

∂Q2

∂∅2,

∂Q3

∂∅3,…….

∂Qn −1

∂∅n−1, atau

∂Qp

∂∅p

Sub matrik J4 :

Elemen bukan diagonalnya adalah :

∂Q1

∂𝑉2,

∂Q1

∂𝑉3,

∂Q1

∂𝑉4,……..

𝜕𝑄1

𝜕𝑉𝑛 −1, atau

∂Qp

∂𝑉q….(p≠q)

Elemen diagonalnya adalah :

∂Q1

∂𝑉1,

∂Q2

∂𝑉2,

∂Q3

∂𝑉3, ……..

∂Qn −1

∂𝑉n−1, atau

∂Qp

∂𝑉p

Metode Newton Raphson secara pendekatan, bila perubahan kecil pada suatu

tegangan dianggap tidak banyak berpengaruh terhadap perubahan daya aktif,

demikian pula perubahan kecil pada sudut fasa juga dianggap tidak banyak

berpengaruh terhadap perubahan daya reaktif, maka perubahan koordinat kutub

untuk menyelesaikan aliran beban dapat dianggap elemen matrik jacobian.

J2 dan J3 adalah sama dengan nol, oleh karena itu persamaan menjadi

∆𝑃∆𝑄

= J1 00 J4

∆∅∆𝑉

Hanya melakukan proses iterasi sebanyak 1 kali, sudah diperoleh suatu harga

yang konvergen. Penyelesaian aliran daya dengan menggunakan koordinat

kartesian juga dapat diperoleh dengan cara mengabaikan harga elemen- elemen

bukan diagonal dari sub matrik J1, J2, J3 dan J4 dari matrik jacobiannya.

Page 37: BAB II - USM

43

2.7 ETAP Power Station 12.6 [1]

ETAP (Electric Transient and Analysis Program) merupakan suatu

perangkat lunak yang mendukung sistem tenaga listrik.Perangkat ini mampu

bekerja dalam keadaan offline untuk simulasi tenaga listrik, online untuk

pengelolaan data real-time atau digunakan untuk mengendalikan sistem secara

real-time. Fitur yang terdapat di dalamnya pun bermacam-macam antara lain

fitur yang digunakan untuk menganalisa pembangkitan tenaga listrik,

sistem transmisi maupun sistem distribusi tenaga listrik.ETAP ini awalnya dibuat

dan dikembangkan untuk meningkatkan kualitas kearnanan fasiitas nuklir di

Arnerika Serikat yang selanjutnya dikembangkan menjadi sistem monitor

manajemen energi secara real time, simulasi, kontrol, dan optimasi sistem tenaga

listrik, (Awaluddin, 2007). ETAP dapat digunakan untuk membuat proyek sistem

tenaga listrik dalam bentuk diagram satu garis (one line diagram) dan jalur

sistem pentanahan untuk berbagai bentuk analisis, antara lain: aliran daya,

hubung singkat, starting motor, trancient stability, koordinasi relay proteksi dan

sistem harmonisasi. Proyek sistem tenaga listrik memiliki masing-masing elemen

rangkaian yang dapat diedit langsung dari diagram satu garis dan atau jalur

sistem pentanahan. Untuk kemudahan hasil perhitungan analisis dapat

ditampilkan pada diagram satu garis.

Etap Power Station memungkinkan anda untuk bekerja secara langsung

dengan tampilan gambar single line diagram/diagram satu garis . Program ini

dirancang sesuai dengan tiga konsep utama:

Page 38: BAB II - USM

44

1. Virtual Reality Operasi

Sistem operational yang ada pada program sangat mirip dengan sistem

operasi pada kondisi real nya. Misalnya, ketika Anda membuka atau menutup

sebuah sirkuit breaker, menempatkan suatu elemen pada sistem, mengubah

status operasi suatu motor, dan utnuk kondisi de-energized pada suatu elemen

dan sub-elemen sistem ditunjukkan pada gambar single line diagram dengan

warna abu-abu.

2. Total Integration Data

Etap Power Station menggabungkan informasi sistem elektrikal,

sistem logika, sistem mekanik, dan data fisik dari suatu elemen yang

dimasukkan dalam sistem database yang sama. Misalnya, untuk elemen

subuah kabel, tidak hanya berisikan data kelistrikan dan tentang dimensi fisik

nya, tapi juga memberikan informasi melalui raceways yang di lewati oleh

kabel tersebut. Dengan demikian, data untuk satu kabel dapat digunakan

untuk dalam menganalisa aliran beban (load flow analysis) dan analisa

hubung singkat (short circuit analysis) yang membutuhkan parameter listrik

dan parameter koneksi serta perhitungan ampacity derating suatu kabel -yang

memerlukan data fisik routing.

3. Simplicity in Data Entry

Etap Power Station memiliki data yang detail untuk setiap elemen

yang digunakan. Dengan menggunakan editor data, dapat mempercepat proses

Page 39: BAB II - USM

45

entri data suatu elemen. Data-data yang ada pada program ini telah di

masukkan sesuai dengan data-data yang ada di lapangan untuk berbagai jenis

analisa atau desain

ETAP PowerStation dapat melakukan penggambaran single line

diagram secara grafis dan mengadakan beberapa analisa/studi yakni Load

Flow (aliran daya), Short Circuit (hubung singkat), motor starting, harmonisa,

transient stability, protective device coordination, dan cable derating.

ETAP PowerStation juga menyediakan fasilitas Library yang akan

mempermudah desain suatu sistem kelistrikan. Library ini dapat diedit atau

dapat ditambahkan dengan informasi peralatan bila perlu.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam bekerja dengan ETAP PowerStation

adalah :

1. One Line Diagram, menunjukkan hubungan antar komponen/peralatan listrik

sehingga membentuk suatu sistem kelistrikan.

2. Library, informasi mengenai semua peralatan yang akan dipakai dalam

sistem kelistrikan. Data elektris maupun mekanis dari peralatan yang

detail/lengkap dapat mempermudah dan memperbaiki hasil simulasi/analisa.

3. Standar yang dipakai, biasanya mengacu pada standar IEC atau ANSII,

frekuensi sistem dan metode – metode yang dipakai.

4. Study Case, berisikan parameter – parameter yang berhubungan dengan

metode studi yang akan dilakukan dan format hasil analisa.

Page 40: BAB II - USM

46

Elemen AC Proteksi Sistem Tenaga Listrik

Komponen elemen AC pada software power station ETAP dalam bentuk

diagram satu garis ditunjukkan pada gambar, kecuali elemen-elemen IDs,

penghubung bus dan status. Semua data elemen AC dimasukkan dalam editor

yang telah dipertimbangkan oleh para ahli teknik. Daftar seluruh elemen

AC pada software power station ETAP ada pada AC toolbar ditunjukkan pada

gambar 2.13

Gambar 2.13 : Gambar AC toolbar di ETAP

Elemen-elemen AC di ETAP

1. Transformator

Transformator 2 kawat sistem distribusi dimasukkan dalam editor power

station software transformator 2 kawat pada power station software ETAP

ditunjukkan Gambar 2.14 Simbol transformator 2 kawat.

Page 41: BAB II - USM

47

Gambar 2.14 : Simbol transformator 2 kawat di ETAP

2. Generator

Generator sinkron sistem distribusi tenaga listrik dimasukkan dalarn editor

power station ETAP berupa rating KV, rating MW, dan mode kerja yang ditampilkan

pada bagian atas informasi editor generator. Simbol generator sinkron pada power

station software ETAP ditunjukkan pada gambar 2.15

Gambar 2.15 : Simbol Generator di ETAP

3. Load

Beban listrik sistem distribusi tenaga listrik dimasukkan dalarn editor power

station ETAP berupa rated kV dan MVA yang ditampilkan pada bagian atas

iriformasi editor load. Di ETAP terdapat dua macam beban, yaitu beban statis dan

beban dinamis. Simbol load pacla power station software ETAP ditunjukkan pada

gambar 2.16

Gambar 2.16 : Simbol beban statis dan dinamis di ETAP

Page 42: BAB II - USM

48

4. Pemutus Rangkaian

Merupakan sebuah saklar otomatis yang dirancang untuk melindungi sebuah

rangkaian listrik dari kerusakan yang disebabkan oleh kelebihan beban atau hubungan

pendek. Simbol pemutus rangkaian di ETAP ditunjukkan pada gambar 2.17

Gambar 2.17 : Simbol pemutus rangkaian di ETAP

5. Bus

Bus AC atau node sistem distribusi tenaga listrik dimasukkan dalam editor

power station software ETAP.Editor bus sangat membantu untuk pemodelan berbagai

tipe bus dalam sistem tenaga listrik.Generator, motor dan beban statik adalah elemen

yang dapat dihubungkan dengan beberapa bus yang diinginkan.Simbol bus

pada power station software ETAP ditunjukkan garnbar 2.18.

Gambar 2.18 : Simbol bus di ETAP Elemen-elemen di ETAP

Suatu sistem tenaga terdiri atas sub-sub bagian, salah satunya adalah aliran

daya dan hubung singkat. Untuk membuat sirnulasi aliran daya dan hubung singkat,

maka data-data yang dibutuhkan untuk menjalankan program simulasi antara lain:

Page 43: BAB II - USM

49

1. Data Generator

2. Data Transformator

3. Data Kawat Penghantar

4. Data Beban

5. Data Bus

Elemen Aliran Daya

Program analisis aliran daya pada software ETAP dapat menghitung tegangan pada

tiap-tiap cabang, aliran arus pada sistem tenaga listrik, dan aliran daya yang mengalir

pada sistem tenaga listrik.Metode perhitungan aliran daya dapat dipilih untuk

efisiensi perhitungan yang lebih baik. Metode perhitungan aliran daya

pada software ETAP ada tiga, yaitu: Newton Raphson, Fast-Decouple dan Gauss

Seidel seperti yang telah diuraikan sebelumnya.

Elemen toolbar aliran daya ditunjukkan pada gambar 2.19

Gambar 2.19 : Toolbar Load Flow di ETAP

Gambar dari kiri ke kanan menunjukkan tool dan toolbar aliran daya, yaitu:

1. Run Load Flow adalah icon toolbar aliran daya yang menghasilkan atau

menampilkan hasil perhitungan aliran daya sistem distribusi tenaga listrik

dalam diagram satu garis.

2. Update Cable Load Current adalah icon toolbar untuk merubah kapasitas arus

pada kabel sebelum load flow di running

Page 44: BAB II - USM

50

3. Display Option adalah bagian tombol untuk menampilkan hasil aliran daya.

4. Alert adalah icon untuk menampilkan batas kritis dan marginal dari hasil

keluaran aliran daya sistem distribusi tenaga listrik.

5. Report Manager adalah icon untuk menampilkan hasil aliran daya dalam

bentuk

6. report yang dapat dicetak.