urban art dan dilemanya di tengah-tengah masyarakat yk

Post on 25-Jun-2015

367 Views

Category:

Documents

0 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

3

2

1

I MUST KILL YOU FUCK

I HATE KIMCIL

PECAH NDASHE

SARKEM, INGAT JALANNYA LUPA RASANYA

PEACE BOSS, jangan marah

dulu… :D

Ane gag marah brow, Cuma

MURKA.. (dikit!)

GAG sopan ente!!

;(

ituLaH boss, nyank

ane mo

share dimari..

URBAN ART SEBAGAI PRODUK POP

CULTURE DAN DILEMANYA DI

TENGAH-TENGAH MASYARAKAT

YOGYAKARTA

Powered by: ZUKY IRIANI

NIM 12155140037

Jadi..apa kata2 tadi

familier ya?

Pernah lihat

dimana pak

bro.. ‘en bu jenk?

di sini…

(?!)

di sini…

(?!)

Ato,di sini…

(?!)

WHAAA…!!gambar apa

itu tadi?!~~’

1

2

34

Ayo kita kupa

z! Makalah

-nya…

1

A. Latar Belakang Masalah

1.Reputasi Indonesia sebagai negara yang memiliki keluhuran budaya yang terpelihara, masyarakat yang ramah, sopan santun, senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai kepatutan kini mengalami degradasi.

2. Pada tingkat rendah, kapitalisme global ala neo-liberal, membentuk gaya hidup baru manusia, yang diciptakan melalui trend.

3. Kebudayaan sebagai bagian tak terpisahkan dari masyarakat, tidak pernah menjadi suatu objek yang bersifat statis.

4. Globalisasi telah melahirkan bentuk-bentuk kebudayaan baru, salah satunya adalah POP CULTURE.

5. Pop culture sebagai bentuk kebudayaan masyarakat modern, sering kali berseberangan dengan arus utama kebudayaan.

6. Pop culture telah melahirkan aliran baru dalam berkesenian, dalam kebebasan berekspresi dan berpendapat, yakni URBAN ART.

7. Urban art lahir karena adanya kerinduan untuk merespon kreativitas masyarakat yang tinggal di perkotaan dengan segala problematikanya.

8.Urban art tumbuh subur di Yogyakarta. Secara sederhana kategori urban art antara lain graffiti, mural, dan vandalism.

9. Selain dapat dinikmati di areal publik, urban art juga menghasilkan produk-produk komersil, terutama untuk fesyen kaum muda.

RM: Bagaimana dilema yang

ditimbulkan oleh tingginya minat

kaum muda Yogyakarta

terhadap produk urban art

sebagai bagian dari pop culture dalam konteks masalah sosial

aktual di Yk?

2

Bleh-bleh-bleh:

Urban art bentuk revolusi berkesenian, kerena ekspresi kesenian dalam UA berbeda dengan kesenian dalam arus utama kebudayaan.Diwujudkan dalam seni graffiti, mural, extreemly_nya vandalism, baik gambar, tulisan, maupun simbol.Terdapat pula produk-produk komersil UA, terutama untuk fesyen.

Um,:D

Kreativitas hasil seni UA sangat digemari masyarakat YK, terutama kaum mudanya.UA dengan segala bentuknya, memiliki berbagai pesan bermakna, antara lain:1. Makna positif2. Makna konotatif

(metafora)3. Makna negatif4. Parodi5. Sekadar mengangkat

tema tertentu yang sedang trend

Oo, gitu

ya..

sUmPeeH cui, di

Jogja..urban art ini

tinggi loh peminatny

a…

Ciuss..?

Mana buktin

ya, hay0?

3

Penjualan

berbagai

produk urban

art semakin

meningkat

Diawali sekitar tahun

2000, perkembangan

bisnis indie cloting di

YK, hingga saat ini

semakin berkembangDi YK, jumlah

distro yang

menjual produk

UA semakin

menjamur

Respon positif

pasar terhadap

permintaan produk-produk

komersil UAPenyelenggaraan pameran produk UA selalu mendapatkan antusiasme tinggi masyarakat

Mayo-ritas

peminat

produk UA

adalah kaum muda, KAREN

A…

Perasaan senang

dan lebih PD, jika

dilabeli dengan

sebutan ‘keren’,

cuek, ‘GAUL’, berkesan anti

kemapanan.

Kaum muda

banyak yang

terjun dalam

basis bisnis

kreatif, dan UA

adalah

channel_nya.

Bagi anak muda,

mengikuti trend

adalah suatu

‘keharusan’

untuk

menunjang

penampilan.

Mengikuti trend adalah bagian dari sosialisasi, dan agar dapat diterima dalam komunitasnya.

Okey..okey, straight aja,

apa dilema-nya..

cenut

cenut

1.UA memunculkan gairah industri kreatif di tengah-tengah permasalahan sulitnya mencari lapangan pekerjaan.

Masyarakat, khususnya kaum muda, tidak hanya berperan sebagai konsumen tapi juga produsen maupun distributor.

sebagai target pasar

sebagai pelaku bisnis

2. UA sebagai sarana kebebasan berekspresi dan berpendapat di ruang-ruang publik, termasuk di fasilitas umum yang disediakan bagi masyarakat.

Hasil seni UA dapat dinikmati oleh masyarakat dari berbagai kalangan, karena terkategori dalam street art.

Lahir aliran baru dalam

berkesenian, yang dinilai

‘peka’ terhadap kondisi sosial

masyarakat urban.

Jika tidak dikendalikan akan terjadi vandalisme

3. UA sebagai wadah atas; ide/ gagasan, serta kreativitas kaum muda dalam berkesenian, berekspresi, dan berpendapat

Kebudayaan tidak lagi bersifat eksklusif (hanya menunjuk pada arus utama kebudayaan yang bersifat adiluhung), namun mampu mengusung spirit dinamika kaum urban.

UA dinilai sebagai sarana bagi

masyarakat kelas bawah untuk

menyuarakan aspirasinya

Sulitnya kontrol terhadap ‘content’

hasil/produk UA

4. UA memiliki magnet tersendiri bagi daya tarik periwisata di Yogyakarta

UA dengan berbagai wujud kreasi seninya berupa mural, graffiti, beserta produk-produk komersilnya menambah khasanah pariwisata Yogyakarta.

Pencitraan Yogyakarta sebagai mural city,

menambah daya tarik pariwisata

Yogyakarta. Souvenir UA sangat

‘menjual’.Vandalisme yang

condong pada perusakan dan

kekerasan, ‘bertumpuk’

dengan karya-karya UA yang

patut diapresiasi.

5. UA menjadikan kaum muda cenderung meminggirkan nilai-nilai kepatutan di tengah-tengah masyarakat.

Pengertian dan batasan kepatutan sangat devinitif + relatif, sehingga UA dengan segala ‘content’nya seolah-olah menjadi ‘borderless’.

Keterbukaan memiliki sisi

positif dan negatif.

Adanya potensi rusaknya

moral kaum muda.

6. UA mempengruhi identifikasi diri individu dan identifikasi diri suatu komunitas tertentu.

Arus pergaulan remaja sangat ditentukan oleh kelompok mayoritas. Pola dan karakteristik dalam pergaulan berimbas terhadap konsep diri seseorang.

Konsep diri menentukan perilaku. Peranan

kelompok pergaulan terhadap

pembentukan konsep diri, akhirnya akan

berimbas pada perilaku.UA dianggap sebagai

‘pemersatu’ komunitas

pergaulan kaum muda dengan segala bentuk

alirannya.

7. UA mendorong gaya hidup konsumerisme, neo-liberalisme, dan hedonisme.

UA sangat akomodir terhadap selera dan permintaan pasar, shg masyarakat dimanjakan dengan trend yang selalu baru.

Ditingkat produsen, persaingan pasar

menjadi tidak terkendali.

Keberadaan kompetitor memacu

perang ide dan kreativitas.

Menciptakan masyarakat yang

kapitalis, dilain sisi juga

diperbudak oleh mode.

Hehe..Cape

ya boss..

??

Finally…

4

Tidak semua yang berkaitan dengan urban art memiliki nilai negatif.

UA tetap patut diapresiasi, namun kontrol dan pengawasan terhadap ‘content’ harus dilakukan oleh masyarakat.

Diantara pilihan-pilihan yang dilematis, masyarakat harus mampu mendudukkan kepentingan moral dan kepatutan di atas kebebasan berekspresi dan berpendapat.

Buntutnya, proses dialogis ini tidak boleh jalan ditempat.

Hanya saja, jika

berbicara mengenai

kebijakan tentu dalam

proses penyusunannya

pun harus bersifat

dialogis.

Semua pihak harus memikirkan ‘demi kebaikan bersama’, sehingga proses penyusunan kebijakan tidak berputar-putar

-pada proses untuk

mencapai konsensus

diantara pembuat

kebijakan dengan pro

kontra pendapat

masyarakat .

Pop culture

dg segala

atributnya TIDAK dapat

ditolak.

Namun, perlu

diingat bahwa

individu dan

masyarakat sebenarnya

berada dalam posisi tawar.

Apakah gelombang pop culture akan

tunduk pada masyarakat, atau

justru masyarakat akan didikte

olehnya...

Silahkan tanya.. Sesulit apa pun, AKAN saya

jawab…

...SEKEN

A-NYA…

...AWAZZ

YA, KALO NANYA

YG SULIT2

!!

HAH, seles

ai juga

Matur tengkyu ya, pak bro n

bu jenk sekalian

..

http://zukizukazuku.blogspot.com

http://

zukizu

kazuku.b

logsp

ot.com

top related