tutorial 1 modul 4

Post on 18-Feb-2016

221 Views

Category:

Documents

0 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

tutor

TRANSCRIPT

Sumber : http://www.alzheimerindonesia.org/#!mengenal-alzheimer-dan-pikun/ctzx

Kata demensia menggambarkan serangkaian gejala, yaitu kehilangan memori, kesulitan berpikir dan

pemecahan masalah bahkan bahasa. Demensia terjadi ketika otak mengalami kerusakan karena

penyakit, seperti penyakit Alzheimer atau pun serangkaian stroke. Demensia merupakan istilah umum, menggambarkan gejala yang terjadi ketika otak dipengaruhi oleh penyakit atau kondisi tertentu. Ada berbagai jenis demensia, meskipun ada beberapa yang lebih umum daripada yang lain karena sering dinamai sesuai dengan kondisi yang telah menyebabkan demensia tersebut. Penyakit Alzheimer adalah penyebab paling umum dari demensia. Selama sakit berlangsung, zat kimia dan struktur otak berubah sehingga menyebabkan kematian sel-sel otak. Istilah demensia menggambarkan serangkaian gejala yang mencakup kehilangan memori, perubahan suasana hati, masalah dengan komunikasi dan penalaran. Gejala ini terjadi ketika otak mengalami kerusakan oleh penyakit atau kondisi tertentu termasuk penyakit Alzheimer. Penyakit Alzheimer, pertama kali dijelaskan oleh ahli saraf Jerman, yaitu Alois Alzheimer, merupakan penyakit fisik yang mempengaruhi otak. Selama berjalannya waktu penyakit protein plak dan serat yang berbelit berkembang dalam struktur otak yang menyebabkan kematian sel-sel otak. Orang dengan Alzheimer juga memiliki kekurangan beberapa bahan kimia penting dalam otak mereka. Bahan kimia ini terlibat dengan pengiriman pesan dalam otak.Alzheimer adalah penyakit progresif, bertahap dari waktu ke waktu dan menyebabkan lebih banyak bagian otak yang rusak. Karena itulah gejala yang muncul menjadi lebih parah.

Mild Cognitive Impairment (MCI)Baru-baru ini beberapa dokter telah mulai menggunakan istilah Mild Cognitive Impairment (MCI) yaitu kerusakan kognitif ringan ketika seseorang memiliki kesulitan mengingat hal-hal atau berpikir jernih tetapi gejalanya tidak cukup berat untuk mengarah ke diagnosis penyakit Alzheimer. Penelitian terbaru menunjukan bahwa orang dengan MCI memiliki peningkatan risiko untuk berkembang ke penyakit Alzheimer. Namun, peningkatan dari MCI ke Alzheimer rendah (sekitar 10%-20% setiap tahun) dan akibatnya diagnosis MCI tidak selalu berarti bahwa orang tersebut akan terus berkembang menjadi Alzheimer. Apa yang menyebabkan penyakit Alzheimer?Sejauh ini, tidak ada satu faktor utama yang telah diidentifikasi sebagai penyebab penyakit Alzheimer. Sangat mungkin bahwa kombinasi beberapa faktor mempengaruhi seperti usia, pembawaan genetik, faktor lingkungan, gaya hidup dan kesehatan umum. Pada beberapa orang, penyakit ini dapat berkembang diam-diam selama bertahun-tahun sampai gejalanya muncul. • UsiaUsia merupakan faktor risiko terbesar untuk demensia. Demensia mempengaruhi satu dari 14 orang di atas usia 65 tahun dan satu dari enam di atas usia 80 tahun. 

• Pembawaan genetikKita tahu bahwa ada beberapa keluarga yang jelas mempunyai pembawaan penyakit dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dalam keluarga, hal ini sering terjadi dimana penyakit muncul relatif lebih awal. Dalam sebagian besar kasus, pengaruh gen penyakit Alzheimer yang diwariskan oleh orang tua tampaknya kecil. Jika orang tua atau anggota keluarga lain cenderung terkena Alzheimer, kemungkinan Anda sendiri terserang Alzheimer yang hanya sedikit lebih tinggi daripada orang yang tidak memiliki kasus Alzheimer pada keluarga dekatnya. • Faktor lingkunganFaktor lingkungan yang dapat berkontribusi pada timbulnya penyakit Alzheimer masih harus diidentifikasi. Beberapa tahun yang lalu, ada kekhawatiran bahwa paparan aluminium dapat menyebabkan penyakit Alzheimer. Namun, ketakutan ini sebagian besar telah diabaikan. • Faktor lainDapat dikarenakan oleh perbedaan kromosom, orang dengan down sindrome memiliki peningkatan risiko berkembangnya penyakit Alzheimer. Orang yang memiliki cedera kepala berat atau leher (whiplash injuries) juga memiliki peningkatan risiko mengalami perkembangan demensia. Petinju yang menerima pukulan terus menerus di kepala juga memiliki risiko tersebut. Penelitian juga menunjukan bahwa orang yang merokok, memiliki tekanan darah tinggi, kadar kolesterol tinggi atau diabetes memiliki peningkatan risiko perkembangan penyakit Alzheimer. Anda dapat membantu mengurangi risiko dengan tidak merokok, makan diet seimbang yang sehat dan melakukan pemeriksaan tekanan darah serta kolesterol secara rutin di usia pertengahan. Menjaga berat badan dan gaya hidup sehat serta menggabungkan kegiatan mental dan sosial juga akan membantu. Tahapan AlzheimerSemua jenis demensia bergerak secara progresif. Ini berarti bahwa struktur kimia otak menjadi semakin rusak dari waktu ke waktu. Kemampuan seseorang untuk mengingat, memahami, berkomunikasi dan berpikir secara bertahap pun menurun. Seberapa cepat perkembangan demensia tergantung pada individu itu sendiri. Setiap orang unik dan mengalami demensia dengan cara mereka sendiri. Bagaimana seseorang mengalami demensia tergantung pada banyak faktor, termasuk kondisi fisik, ketahanan emosional dan dukungan bagi mereka. Melihat demensia sebagai serangkaian tahapan, dapat menjadi cara yang berguna untuk memahami suatu penyakit tetapi penting untuk menyadari bahwa cara ini hanya memberikan panduan kasar di dalam melihat perkembangan kondisi.

Tujuh penyakit kronik degeratif yang kerap dialami para lanjut usia, yaitu:

a. Osteo Artritis (OA)

OA adalah peradangan sendi yang terjadi akibat peristiwa mekanik dan biologik yang

mengakibatkan penipisan rawan sendi, tidak stabilnya sendi, dan perkapuran. OA merupakan penyebab

utama ketidakmandirian pada usia lanjut, yang dipertinggi risikonya karena trauma, penggunaan sendi

berulang dan obesitas.

b. Osteoporosis

Osteoporosis merupakan salah satu bentuk gangguan tulang dimana masa atau kepadatan tulang

berkurang. Terdapat dua jenis osteoporosis, tipe I merujuk pada percepatan kehilangan tulang selama dua

dekade pertama setelah menopause, sedangkan tipe II adalah hilangnya masa tulang pada usia lanjut karena

terganggunya produksi vitamin D.

c. Hipertensi

Hipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah sistolik sama atau lebih tinggi dari 140 mmHg

dan tekanan diastolik lebih tinggi dari 90mmHg, yang terjadi karena menurunnya elastisitas arteri pada proses

menua. Bila tidak ditangani, hipertensi dapat memicu terjadinya stroke, kerusakan pembuluh darah

(arteriosclerosis), serangan/gagal jantung, dan gagal ginjal

d. Diabetes Mellitus

Sekitar 50% dari lansia memiliki gangguan intoleransi glukosa dimana gula darah masih tetap

normal meskipun dalam kondisi puasa. Kondisi ini dapat berkembang menjadi diabetes melitus, dimana kadar

gula darah sewaktu diatas atau sama dengan 200 mg/dl dan kadar glukosa darah saat puasa di atas 126 mg/dl.

Obesitas, pola makan yang buruk, kurang olah raga dan usia lanjut mempertinggi risiko DM. Sebagai ilustrasi,

sekitar 20% dari lansia berusia 75 tahun menderita DM. Beberapa gejalanya adalah sering haus dan lapar,

banyak berkemih, mudah lelah, berat badan terus berkurang, gatal-gatal, mati rasa, dan luka yang lambat

sembuh.

e. Dimensia

Merupakan kumpulan gejala yang berkaitan dengan kehilangan fungsi intelektual dan daya ingat

secara perlahan-lahan, sehingga mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari. Alzheimer merupakan jenis

demensia yang paling sering terjadi pada usia lanjut. Adanya riwayat keluarga, usia lanjut, penyakit

vaskular/pembuluh darah (hipertensi, diabetes, kolesterol tinggi), trauma kepala merupakan faktor risiko

terjadinya demensia. Demensia juga kerap terjadi pada wanita dan individu dengan pendidikan rendah.

f. Penyakit jantung koroner

Penyempitan pembuluh darah jantung sehingga aliran darah menuju jantung terganggu. Gejala

umum yang terjadi adalah nyeri dada, sesak napas, pingsan, hingga kebingungan.

g. Kanker

Kanker merupakan sebuah keadaan dimana struktur dan fungsi sebuah sel mengalami perubahan

bahkan sampai merusak sel-sel lainnya yang masih sehat. Sel yang berubah ini mengalami mutasi karena suatu

sebab sehingga ia tidak bisa lagi menjalankan fungsi normalnya. Biasanya perubahan sel ini mengalami

beberapa tahapan, mulai dari yang ringan sampai berubah sama sekali dari keadaan awal (kanker). Kanker

merupakan penyebab kematian nomor dua setelah penyakit jantung. Faktor resiko yang paling utama adalah

usia. Dua pertiga kasus kanker terjadi di atas usia 65 tahun. Mulai usia 40 tahun resiko untuk timbul kanker

meningkat.

Seiring dengan meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan di negara maju dan negara berkembang, maka bertambahlah usia harapan hidup penduduk negara tersebut. Hal ini berarti, akan bertambahnya populasi penduduk lanjut usia (lansia). Belum ada batasan yang jelas dan universal saat kapan seseorang bisa dikelompokkan sebagai lansia, di Indonesia dan beberapa negara berkembang lainnya seseorang dikelompokkan ke dalam golongan lansia jika umur kronologisnya sudah 60 tahun. 

Di Indonesia sendiri, saat ini, jumlah populasi lansia dipekirakan mencapai 15 juta penduduk dan angka ini diperkirakan akan meningkat terus, diperkirakan antara tahun 1990-2025 di Indonesia populasi lansia akan meningkat empat kali lipat. Perlu dipahami istilah geriatri yang berasal dari kata gerontos (usia lanjut) dan iatrics (penyakit), sehingga geriatri adalah penyakit pada usia lanjut dengan gejala khas yaitu multipatologi (lebih dari satu penyakit), kemampuan fisiologis tubuh yang sudah menurun, tampilan gejala yang tidak khas/ menyimpang, dan penurunan status fungsional (kemampuan beraktivitas). Sehingga tidak semua pasien lansia adala pasien geriatri tetapi pasien geriatri pastilah lansia. Penyakit-penyakit yang umum ditemukan pada pasien geriatri umumnya adalah penyakit degeneratif kronik. 

Untuk memahami pasien geriatri Kane & Ouslander merumuskannya dalam Geriatric Giants (14 I) dari Buku Essential of Clinical Geriatri yaitu: 

1. Immobility (imobilisasi), adalah keadaan tidak bergerak/ tirah baring (bed rest) selama 3 hari atau lebih. Kondisi ini sering dijumpai pada lansia akibat penyakit yang dideritanya seperti infeksi yang berat, kanker, selain akibat penyakit yang diderita, imobilisasi juga sering ditemukan pada lansia yang “dikekang” untuk melakukan segalanya sendiri oleh keluarga yang merawatnya, sehingga ia hanya tidur dan duduk, atau juga ditemukan pada lansia yang “manja”. Banyak gangguan yang dapat ditimbulkan akibat imobilisasi seperti ulkus dekubitus (koreng pada punggung karena luka tekan dan sulit disembuhkan) dan ulkus-ulkus di permukaan tubuh lainnya, trombosis vena (bekuan darah pada pembuluh darah balik) yang dapat menyumbat aliran darah (emboli) pada paru-paru yang berujung pada kematian mendadak. 

2. Instability (instabilitas) dan jatuh, dapat terjadi akibat penyakit muskuloskeletal (otot dan rangka) seperti osteoartritis, rematik, gout, dsb., juga dapat disebabkan oleh penyakit pada sistem syaraf seperti Parkinson, sequellae (penyakit yang mengikuti) stroke. Akibat dari instabilitas dan jatuh ini dapat berupa cedera kepala dan perdarahan intrakranial (di dalam kepala), patah tulang, yang dapat berujung pada kondisi imobilisasi. 

3. Incontinence (inkontinensia) urine dan alvi. Inkontinensia adalah kondisi dimana seseorang tidak dapat mengeluarkan “limbah” (urin dan feses) secara terkendali atau sering disebut ngompol. Inkontinensia dapat terjadi karena melemahnya otot-otot dan katup, gangguan persyarafan, kontraksi abnormal pada kandung kemih, pengosongan kandung kemih yang tidak sempurna seperti yang terjadi pada hipertrofi (pembesaran) prostat, sedangkan pada inkontinensia alvi dapat terjadi akibat konstipasi, penyakit pada usus besar, gangguan syaraf yang mengatur proses buang air, hilangnya refleks anal. 

4. Irritable bowel (usus besar yang sensitif -mudah terangsang-) sehingga menyebabkan diare atau konstipasi/ impaksi (sembelit). Penyebabnya tidak jelas, tetapi pada beberapa kasus ditemukan gangguan pada otot polos usus besar, penyeab lain yang mungkin adalah gangguan syaraf sensorik usus, gangguan sistem syaraf pusat, gangguan psikologis, stres, fermentasi gas yang dapat merangsang syaraf, kolitis. 

5. Immuno-defficiency (penurunan sistem kekebalan tubuh), banyak hal yang mempengaruhi penurunan sistem kekebalan tubuh pada usia lanjut seperti atrofi thymus (kelenjar yang memproduksi sel-sel limfosit T) meskipun tidak begitu bermakna (tampak bermakna pada limfosit T CD8) karena limfosit T tetap terbentuk di jaringan limfoid lainnya. Begitu juga dengan barrier infeksi pertama pada tubuh seperti kulit dan mukosa yang menipis, refleks batuk dan bersin -yang berfungsi mengeluarkan zat asing yang masuk ke saluran nafas- yang melemah. Hal yang sama terjadi pada respon imun terhadap antigen, penurunan jumlah antibodi. Segala mekanisme tersebut berakibat terhadap rentannya seseorang terhadap agen-agen penyebab infeksi, sehingga penyakit infeksi menempati porsi besar pada pasien lansia. 

6. Infection (infeksi), salah satu manifestasi akibat penurunan sistem kekebalan tubuh dan karena kemampuan faali (fisiologis) yang berkurang. Sebagai contoh, agen penyebab infeksi saluran pernafasan dapat dikeluarkan bersama dahak melalui refleks batuk, tetapi karena menurunnya kemampuan tubuh, agen tersebut tetap berada di paru-paru. Selain itu, pada pasien usia lanjut, gejala-gejala infeksi yang tampak tidak seperti pada orang dewasa-muda. Pada pasien lansia, demam sering tidak mencolok, bahkan dalam keadaan sepsis beberapa menunjukkan penurunan temperatur - hipotermia - bukan demam. Contoh lain pada pneumonia, gejala yang tampak bukan demam, batuk, sesak nafas, dan leukositosis (jumlah sel darah putih meningikat) melainkan nafsu makan turun, lemah, dan penurunan kesadaran, gejala inilah yang umumnya tampak pada penyakit infeksi pada lansia, ditambah dengan inkontinensia dan jatuh (akibat penurunan kesadaran). Sehingga terkadang pasien dengan infeksi yang datang ke instalasi gawat darurat karena penurunan kesadaran atau jatuh disalah-artikan sebagai serangan stroke. 

7. Iatrogenics (iatrogenesis), karakteristik yang khas dari pasien geriatri yaitu multipatologik, seringkali menyebabkan pasien tersebut perlu mengkonsumsi obat yang tidak sedikit jumlahnya. Akibat yang ditimbulkan antara lain efek samping dan efek dari interaksi obat-obat tersebut yang dapat mengancam jiwa. Pemberian obat pada lansia haruslah sangat hati-hati dan rasional karena obat akan dimetabolisme di hati sedangkan pada lansia terjadi penurunan fungsi faal hati sehingga terkadang terjadi ikterus (kuning) akibat obat. Selain penurunan faal hati juga terjadi penurunan faal ginjal (jumlah glomerulus berkurang), dimana sebagaian besar obat dikeluarkan melalui ginjal sehingga pada lansia sisa metabolisme obat tidak dapat dikeluarkan dengan baik dan dapat berefek toksik. 

8. Intellectual impairment (Intelektual menurun) dan demensia, banyak hal yang terkait dengan terjadinya penurunan fungsi intelektual dan kognitif pada usia lanjut. Mulai dari menurunnya jumlah sel-sel syaraf (neuron) hingga penyakit yang berpengaruh pada metabolisme seperti diabetes melitus dan gangguan hati dimana semua metabolisme terjadi disini. Otak adalah organ yang sangat tergantung pada glukosa sebagai sumber energi sehingga pada diabetes melitus -terjadi gangguan metabolisme glukosa- pasokan energi untuk otak terganggu. Selain diabetes, hipertensi juga mempengaruhi fungsi otak karena sirkulasi darah ke otak terganggu, gangguan respirasi seperti Chronic Obstructive Pulmonary Disease/ Penyakit Paru Obstruktif Menahun (COPD/PPOM) juga dapat

menurunkan jumlah oksigen ke otak. Penyebab lain penurunan fungsi intelektual adalah iatrogenesis. 

9. Isolation (terisolasi) dan depresi, penyebab utama depresi pada usia lanjut adalah kehilangan seseorang yan disayangi, pasangan hidup, anak, bahkan binatang peliharaan. Selain itu kecenderungan untuk menarik diri dari lingkungan, menyebabkan dirinya terisolasi dan menjadi depresi. Keluarga yang mulai mengacuhkan karena merasa direpotkan menyebabkan pasien akan merasa hidup sendiri dan menjadi depresi. Beberapa orang dapat melakukan usaha bunuh diri akibat depresi yang berkepajangan. 

10. Impairment of vision and hearing (gangguan peglihatan dan pendengaran), gangguan penglihatan disebabkan oleh mengendornya otot dan kuit kelopak mata, perubahan sistem lakrimal (air mata), proses penuaan pada kornea (organ yang menerima rangsang cahaya), penurunan produksi aqueous humor, perubahan refraksi, perubahan struktur dalam bola mata, katarak, dan glaukoma. Sedangkan gangguan fungsi pendengaran dapat terjadi karena, penurunan fungsi syaraf-syaraf pendengaran, perubahan organ-organ di dalam telinga. Penurunan fungsi kedua panca indera ini mengakibatkan sulitnya komunikasi bagi lansia, sehingga akibat lainnya adalah penderita terisolasi atau mengisolasi diri. 

11. Inanition (malnutrisi), diakibatkan oleh pengaruh perubahan faal organ-organ pencernaan seperti air liur, atrofi kuncup kecap, penurunan syaraf-syaraf penciuman dan pusat haus, gangguan menelan karena otot yang melemah, Gastro-Esophageal Reflux Disease (GERD), sekresi HCl yang meningkat, penurunan aktivitas enzim, dsb. Banyak penyakit yang dapat timbul akibat kurangnya asupan gizi atau lebihnya asupan gizi, selain itu lansia juga perlu menjaga pola makan sehat dengan mengurangi makanan-makanan yang dapat memperburuk keadaan lansia tersebut. Banyaklah mengkonsumsi sayur, buah dan air, serta mineral-mineral seperti besi, yodium dan kurangi konsumsi minyak, lemak dan kolesterol. 

12. Insomnia, dapat terjadi karena masalah-masalah dalam hidup yang menyebabkan seorang lansia menjadi depresi. Selain itu beberapa penyakit juga dapat menyebabkan insomnia seperti diabetes melitus dan hiperaktivitas kelenjar thyroid, gangguan neurotransmitter di otak juga dapat menyebabkan insomnia. Jam tidur yang sudah berubah juga dapat menjadi penyebabnya. 

13. Impotency (Impotensi), ketidakmampuan melakukan aktivitas seksual pada usia lanjut terutama disebabkan oleh gangguan organik seperti gangguan hormon, syaraf, dan pembuluh darah. Ereksi terjadi karena terisinya penis dengan darah sehingga membesar, pada gangguan vaskuler seperti sumbatan plak aterosklerosis (juga terjadi pada perokok) dapat menyumbat aliran darah sehingga penis tidak dapat ereksi. Penyebab lainnya adalah depresi

 14. Impecunity (kemiskinan), usia lansia dimana seseorang menjadi kurang produktif

(bukan tidak produktif) akibat penurunan kemampuan fisik untuk beraktivitas. Usia pensiun dimana sebagian dari lansia hanya mengandalkan hidup dari tunjangan hari tuanya. Pada dasarnya seorang lansia masih dapat bekerja, hanya saja intensitas dan beban kerjanya yang harus dikurangi sesuai dengan kemampuannya, terbukti bahwa seseorang yang tetap menggunakan otaknya hingga usia lanjut dengan bekerja, membaca, dsb., tidak mudah menjadi “pikun” . Selain masalah finansial, pensiun juga berarti kehilangan teman sejawat, berarti interaksi sosialpun berkurang memudahakan seorang lansia mengalami depresi. 

Prebiaskusis

Presbikusis merupakan tuli saraf sensorial pada usia 65 tahun keatas. Tuli sensori neural ( saraf ) pada usia lanjut akibat proses degenerasi ( penuaan ) organ pendengaran. Presbikusis dapat terjadi mulai dari frekuensi 100 Hz atau lebih.Klasifikasi Presbikusis :

         Sensorik → Lesi terbatas pada kokhlea, atrofiorgan corti, sel rambut berkurang.         Neural → Sel neuron dan jaras auditorik berkurang.         Metabolik → Fingsi sel dan keseimbangan biokimia kokhlea berkurang.         Mekanik → Perubahan gerak mekanik pada duktus koklearis atrofi ligamentum spiralis.

Membaran basilaris lebih kaku.

B.     EtiologiUmumnya presbikusis merupakan kombinasi dari beberapa hal-hal yaitu :

a.       Degenerasi elastisitas gendang telinga.b.      Degenerasi sel rambut pada koktela.c.       Degenerasi fleksibilitas di membran besilar.d.      Berkurangnya neuron pada jalur pendengaran.e.       Perubahan pada sistem pusat pendengaran dan batang otak.f.       Degenerasi jangka pendek atau auditory memory.g.      Menurunnya kecepatan proses pada pusat pendengaran di otak.h.      Faktor genetik.i.        Pola makan.j.        Anterosklerosis.k.      Infeksi, bising dan gaya hidup.

C.     PatofisiologiProses degenerasi → Perubahan struktur kokhlea dan N. VIII → Atrofi dan degenerasi sel-sel

rambut penunjang pada organ corti → berkurangnya jumlah dan ukuran sel-sel ganglion dan sel saraf.

D.    Tanda dan gejalaa.       Berkurangnya pendengaran secara perlahan-lahan progesrif simitris pada kedua telinga.b.      Telinga berdinging ( tinitus nada tinggi ).

c.       Dapat mendengar percakapan tapi sulit memehami isi percakapan.d.      Bila intensitas suara ditinggikan akan timbul rasa nyeri.

E.     Pemeriksaan Penunjanga.       Otopsi → tampak membran timpani suram.b.      Tes panala pada tuli sensori neural.c.       Pemeriksaan audiometri nada murni menunjukan suatu ketulian saraf nada tinggi.d.      Pemeriksaan audiometry tutur.

F.      Penatalaksanaana.       Pemasangan alat bantu dengar.b.      Latihan membaca ujaran.c.       Latihan mendengar.d.      Kurangi paparan terhadap bising.e.       Gunakan pelindung telinga untuk mengurangi kerusakan lebih lanjut.f.       Berbicaralah pada pendengar presbikusis dengan nada rendah dan jelas.

Alat Bantu DengarAlat bantu dengar adalah sebuah alat elektronik yang fungsinya untuk membantu pendengaran manusia yang mengalami gangguan pendengaran, untuk dapat mendengar lebih baik, dapat berkomunikasi lebih baik dan untuk memberkan kualitas hidup yang lebih baik .Sistem kerja dari alat bantu dengar adalah mengeraskan suara yang ada di sekitar, sehingga dengan suara yang keras dapat membantu telinga yang kurang pendengaran dalam mengartikan sebuah suara, pengerasan suara lebih di fokuskan dalam suara percakapan, sehingga orang dengan gangguan pendengaran dapat terbantu untuk mengartikan suara percakapan dari lawan bicara.Tehnologi terkini dari alat bantu dengar sudah dapat mengenali suara percakapan. Jadi suara yang dikeraskan difokuskan pada suara percakapan saja, sedangkan suara suara yang lain selain dari percakapan diredam, agar tidak menjadi Nois yang dapat mengganggu suara percakapan. Alat bantu dengar terkini juga memiliki fungsi yang dapat digabungkan dengan perangkat lain seperti menghubungkan ke telepon genggam, pesawat televisi, computer, radio dengan penambahan perangkat yang sudah di sedakan khusus.Alat bantu dengar ada 4 model, yaitu :1. PocketAlat bantu dengar jenis Pocket ini, merupakan alat bantu dengar dengan model seperti walkman. Mic, Amplifier dan baterai terdapat dalam box khusus yang dapat di taruh disaku, sedangkan receiver berada di telinga dengan menggunakan kabel amplifier dan receiver terkoneksi. Alat bantu dengar Pocket ini menggunakan baterai jenis AAA dengan tegangan 1,5volt. 2. . BTE (Behind The Ear)

 BTE (Behind The Ear) Alat bantu dengar ini berada dibelakang telinga seperti gambar. Semua komponen sudah terdapat didalamnya. Suara dari receiver

langsung di salurkan dengan menggunakan selang kecil yang menempel pada earmuld(cetkan telinga) masuk ke dalam canal telinga, Sehingga suara dapat langsung masuk. Melalui selang yang menempel di dalam earmuld (cetakan telinga).3. ITC (In The Canal)

 ITC (In The Canal) Alat bantu dengar ini merupakan alat bantu dengar yang khusus dibuat sesuai dengan cetakan telinga setiap pemakainya, bentuknya yang kecil di buat khusus agar tidak terlalu terlihat oleh orang lain, komponen seluruhnya berada didalam alat bantu dengar.4. RITE (Receiver In The Ear)

   Alat bantu dengar ini hampir menyerupai jenis BTE (behind the ear) perbedaanya dengan RITE (Recaiver In The Ear) receivernya berada di dalam telinga, sedangkan receiver, mic dan baterainya berada di belakang telinga dan bentuknya juga tidak terlalu besar seperti BTE, jadi hampir tidak kelihatan dan sangat ringan sekali.

top related