tugas - resume buku pengantar ilmu komunikasi
Post on 19-Jun-2015
1.949 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Nama : Luthfi Fazar Ridho
NIM : D2C008043
Dosen Pengampu : Drs. Nano Sumarno
Resume Mata kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi
Sumber: Mulyana, Dedi, Komunikasi, Suatu Pengantar. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2007).
BAB I
MENGAPA KITA BERKOMUNIKASI :
FUNGSI-FUNGSI KOMUNIKASI
Mengapa kita berkomunikasi? Apakah fungsi komunikasi bagi manusia? Dari
perspektif agama, secara mudah kita dapat menjawab bahwa Tuhan-lah
yang mengjari kita berkomunikasi, dengan menggunakan akal dan
kemampua berbahasa yang dianugerahkan-Nya kepada kita. Allah
berfirman dalam surat Ar-Rahman ayat 1 sampai 4 yang berbunyi :
1. (Tuhan) yang Maha pemurah,
2. Yang Telah mengajarkan Al Quran.
3. Dia menciptakan manusia.
4. Mengajarnya pandai berbicara.
Para pakar komunikasi mengemukakan fungsi-fungsi yang berbeda
dalam menentukan fungsi komunikasi. Thomas .Scheidel mengemukakan
bahwa kita berkomunikasi terutama untuk menyatakan dan mendukung
identitas diri, untuk membangun kontak sosial dengan orang di sekitar
kita, dan untuk mempengaruhi orang lain untuk merasa, berpikir, atau
berperilaku seperti seperti apa yang kita inginkan.
Gordon Zillerman merumuskan bahwa kita dapat membagi tujuan
komunikasi menjadi dua bagian besar. Pertama, kita berkomunikasi untuk
memenuhi tugas-tugas penting bagi kebutuhan hidup kita – untuk
memberi makan dan pakaian kepada diri sendiri, memuaskan
kepenasaranan kita akan lingkungan, dan menikmati hidup. Kedua, kita
berkomunikasi untuk menciptakan dan memupuk lingkungan dengan
orang lain. Lain lagi dengan Rudolph Verderber yang mengemukakan
bahwa komunikasi mempunyai fungsi sosial, dan fungsi pengambilan
keputusan. Fungsi sosialnya adalah untuk tujuan kesenangan, untuk
menunjukkan ikatan dengan orang lain, membangun dan memelihara
hubungan, sedangkan fusngsi pengambilan keputusan yakni fungsi untuk
memutuskan untuk melakukan sesuatu.
Berikut ini kita akan membahas empat fungsi komunikasi
berdasarkan kerangka yang dikemkakan oleh William E. Gorden. Keempat
fungsi tersebut adalah komunikasi sosial, komunikasi ekspresif,
komunikasi ritual, dan komunikasi instrumental. Tidak saling meniadakan
(mutually exclusive) fungsi suatu peristiwa komunikasi (communication
event) tampaknya tidak sama sekali independent, melainkan juga
berkaitan dengan fungsi-fungsi lainnya, meskipun terdapat fungsi yang
dominan.
FUNGSI PERTAMA : KOMUNIKASI SOSIAL
Komunikasi bermanfaat untuk mambangun konsep diri kita,
aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh
kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat
komunikasi yang menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain.
Komunikasilah yang memungkinkan individu membangun suatu kerangka
rujukan dan menggunakan nya sebagai panduan untuk menafsirkan
situasi-situasi yang ia hadapi. Komunikasi pula yang memungkinkan
mempelajari dan menerapkan strategi-strategi adaptif untuk mengatasi
situasi-situasi problematik yang ia masuki.
Implisit dalam fungsi komunikasi sosial ini adalah komunikasi
kultural. Pada satu sisi, komunikasi merupakan mekanisme
mensosialisasikan norma-norma budaya masyarakat kepada masyarakat,
baik secar horizontal dari suatu masyarakat kepada masyarakat lainnya,
ataupun secara vertical, dari suatu generasi kepada generasi berikutnya.
Pada sisi lain, budaya menetapkan norma-norma (komunikasi) yang
dianggap sesuai untuk kelompok, misalnya, “laki-laki tidak gampang
menangis, tidak bermain boneka”, “anak perempuan tidak pernah
bermain pistol-pistolan atau mobil-mobil”, “jangan makan dengan tangan
kiri, “dan sebagainya.
Pembentukan konsep-diri
Konsep-diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita, dan itu
hanya bisa kita peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada
kita. Manusia tidak pernah berkomunikasi dengan manusia lainnya tidak
mungkin mempunyai kesadaran bahwa dirinya adalah manusia. Melalui
komunikasi dengan orang lain kita belajar bukan saja mengenai siapa
kita, namun juga merasakan bagaimana siapa diri kita. Anda akan
mencintai diri anda bila anda telah dipercayai; anda akan diri anda
tampan atau cantik bila orng-orang di sekitar anda juga mengatakan
demikian.
Konsep-diri kita yang paling dini umumnya dipengaruhi oleh
keluarga, dan orang-orang dekat lainnya di sekitar kita, termask kerabat.
Meraka itulah yang disebut significant others.
Dalam proses menjadi dewasa, kita menerima pesan dari orang-
orang di sekitar kita mengania siapa diri kita, dan harus menjadi apa diri
kita. Skenario itu ditetapkan orang tua kita. Berupa–antara lain–arahan
yang jelas bagaimana skenrio yang ditulis untuk sinetron atau drama.
Araha itu misalnya, “cium tangan kakek dan nenek”, “bilang terima kasih
pada paman dan bibi”, dan sebagainya. Orang-orang di luar keluarga kita
juga memberi andil kepada skenario itu seperti giri, sahabat, bahkan
televisi.
Proses pembentukan konsep-diri itu dapat digamberkan secara
sederhana, sebagai berikut.
Gambar ini menunjukkan proses pembentukan konsep-diri. Sumber: Robert Hooper dan Jack L. Whitehead, Jr. Communication
concept and skills, New York: Harper & Row; 1979, hlm. 152
Aspek –aspek konsep-diri seperti jenis kelamin, agama, kesukuan, pendidikan, pengalaman, rupa fisik kita, dan sebagainya kita internalisasikan lewat pertayaaan (umpan balik) orang lain yang menegaskan aspek –aspek tersebut kepada kita, yang pada gilirannya memandang kita. George Herbert Mead mengatakan setiap manusia mengembangkan konsep dirinya melalui interaksi dengan orang lain dalam masyarakat–dan itu dilakukan lewat komunikasi. Jadi kita menganal diri kita lewat orang lain, yang menjadi cermin memantulkan bayangan diri kita.
Proses konseptualisasi-diri ini berlangsung sepanjang hayat kita. Sejak kanak-kanak kita sering berfantasi mengenai diri yang kita inginkan, atu citra-diri yang kita tunjukkan kepada orang lain. Sering konsep-diri atau citra-diri ini berubah-ubah, khususnya pada masa pertumbuhan. Konsep-diri kita pada usia 10 tahun mungkin berbeda dibandingkan denan ketika kita berusia 20 tahun, 35 tahun, atau 50 tahun.
Konsep-diri kita tidak pernah terisolasi, melainkan bergantung pada reaksi dan respons orang lain. Dalam masa pembentukan konsep diri itu, kita sering mengujinya, baik secara sadar ataupun tidak sadar. Dalam permainan peran ini, niat murni kita untuk menciptakan konsep diri kita mungkin memperoleh dukungan, berubah, atau bahkan penolakan.
Kesan yang orang lain miliki tentang diri kita dan cara merka bereaksi terhadap kita sangat bergantung pada cara kita berkomunikasi dengan mereka, termasuk cara kita berbicara dan cara kita berkomunikasi dengan mereka. Proses umpan balik ini dapat terjadi berubah arah. Ketika kita melihat orang lian bereaksi terhadap kita dan kesan yang meraka miliki tentang kita kita boleh jadi mengubah cara kita berkomunikasi karena reaksi orang lain itu tidak sesuai dengan cara kita memandang diri kita. Jadi citra yang anda miliki tentang diri anda dan citra yang orang lain miliki tentang diri anda berkaitan dengan komunikasi.
Pernyataan eksistensi-diri
Orang berkomunikasi untuk menunjukkan dirinya eksis. Inilah yang disebut aktualisasi diri atau lebih tepatnya lagi pernyataan eksistensi diri. Bila kita berdiam diri, maka orang lain akan memperlakukan diri kita seolah-olah diri kita tidak eksis. Namun ketika kita berbicar, kita menyatakan bahwa kita ada.
Untuk kelangsungan hidup, memupuk hubungan, dan memperoleh kebahagiaan
Komunikasi, dalam konteks apapun, adalah bentuk dasar adaptasi terhadap lingkungan. Menurut Rene Spitz, komunikasi (ujaran) adalah jembatan antara bagian luar dan bagian dalam kepribadian: “Mulut sebagai ronggan utama adalah jembatan antara persepsi dalam dan persepsi luar; ia adalah tempat lahir semua persepsi luar dan model dasarnya; ia adalah tempat transisi bagi perkembangan aktivitas intensional, bagi munculnya kemauan dan kepasifan.
Perilaku komununikasi yang pertama yang dipelajari manusia berasal dari sentuhan orangtua sebagai respons atas upaya bayi untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam tahap itu, komunikasi ibu dan anak masih sederhana. Ketika anak itu tumbuh dewasa, dan mulai memasuki dunia kerja, akan lebih banyak lagi jenis komunikasi dan keterampilan-ketermpilan yang ia butuhkan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Ringkasnya, komunikasi itu penting bagi pertumbuha sosial, sebagaimana makanan penting bagi pertumbuhan fisik.
Melalui komunikasi juga kita dapat memenuhi kebutuhan emosional kita dan meningkatkan kesehatan menta kita. Melalui komunikasi, kita belajar dan mengalami berbagai kualitas perasaan itu dan membandingkannya dengan antara perasaan yang satu dengan perasaan yang lain. Kita tidak akan mengenal cinta jika kita tidak mengenal benci. Dan sebagainya. Untuk memperoleh kesehatan emosional, kita harus memupuk perasaan-perasaan positif dan mencoba menetralisasikan perasaan-perasaan negatif.
Komunikasi sosial mengisayaratkan bahwa komunikasi itu dilakukan untuk pemenuhan-diri, untuk merasa terhibur, nyaman, dan tenteram dengan diri sendiri dan juga orang lain.melalui komunikasi dengam orang lain, kita dapat memenuhi kebutuahan emosional dan intelektual kita, dengan memupuk hubungan yang hangat dengan orang-orang di sekitar kita. Lebih jauh lagi, komunikasi juga talah dihubungakan hanya dengan kesehatan psikis, tapi juga dengan kesehatan fisik. Penelitian selama lebih dari 10 tahun secara ajeg menunjukkan hubungan yang erat antara stress dan penyakit jantung. Orang yang lebih mandiri, kalem dalam menghadapidan mengambil keputusan seraya tetap optimistik. Semua hasil penelitian yang di lekukan oleh para ilmuwan sebenarnya memperkuat ucapan Nabi Muhammad SAW – Sang Ilmuwan Sejati – 14 abad yang lalu, bahwa silaturahmi memperpanjang usia dan memperluas rezeki.
FUNGSI KEDUA : KOMUNIKASI EKSPRESIFKomunikasi ekpresif dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut
menjadi instrument untuk menyampaikan perasaan-perasaan emosi kita.
Perasaan-perasaan tersebut dikomunikasikan terutama melalui pesan nonverbal. Orang dapat menyalurkan kemarahan dengan mengumpat, berkecak pinggang, mengepalkan tangan seraya memelototkan matanya, dan sebagainya. Emosi juga dapat kita ekspresikan melalui dengan cara membuat suatu karya. Baik musik, puisi, novel, tarian dan lukisan.
FUNGSI KETIGA : KOMUNIKASI RITUALErat kaitannya dengan komunikasi ekspresif adalah komunikasi
ritual, yang biasanya dilakukan secara kolektif. Suat komunitas sering melakukan upacara-rpacara berlainan sepanjang tahun dan se[anjang hidup, yang disebut para antropolog sebagai rites of passage. Mereka yang berpartisipasi dalam bentuk komunikasi ritual tersebut menegaskan kembali komitmen mereka kepada keluarga, komunitas, suku, bangsa, ideologi, atau agama mereka.
Fungsi ritual juga terkadang tak tertangkap nalar dan logika. Namun itu adalah cara anggota suatu kelompok membuat anggota lainnya merasa ada, membuat komunitas yang didaminya menjadi lestari. Komunikasi ritual juga sering bersifat espresif, menyatakan perasaan terdalam seseorang. Sebagian respons kita terhadap lambang / simbol-simbol dalam kehidupan kita mungkin tidak kita sadari. Respons manusia dalam menanggapi lambang-lambang ini tidak jarang bersifat ekstrem dan tidak masuk akal bagi kebanyakan orang. Terlepas dari semua itu, komunikasi aritual adalah sesuatu yang sederhana. Karena semuanya berfungsi sebagai perekat komunikasi antarpribadi.
Kegiatan ritual memungkinkan para pesertanya berbagi komitmen emosional dan menjadi perekat bagi kepaduan mereka, juga sebagai pengabdian kepada kelompok. Ritual menciptakan perasaan tertib (a sense of order) dalam dunia yang tampaknya kacau balau.
Hingga kapanpun, ritual tampaknya akan menjadi kebutuhan manusia, meskipun bentuknya berubah-ubah, demi pemenuhan jatidirinya sebagai individunya sebagai individu, sebagai anggota suatu komunitas, dan sebagai bagian dari alam semesta.
FUNGSI KEMPAT: KOMUNIKASI INSTRUMENTALKomunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum:
menginformasikan, mengajar, mendiring, mengubah sikap dan keyakinan, dan mengubah perilaku atau menggerakkan tindakan, dan juga menghibur. Bila diringkas, maka kesemua tujuan tersebut dapat disebut membujuk (bersifat persuasif). Komunikasi yang berfungsi membertahukan atau menerangkan (to inform) mengandung muatan persuasif dalam arti bahwa pembicara menginginkan pendengarnya mempercayai bahawa fakta atau informasi yang disampikannya akurat dan layak diketahui.
Sebagi instrument, komunikasi tidak saja digunakan untuk menciptakan dan membangun hubungan , nemun juga untuk menghancurkan hubungan tersebut. Komunikasi berfungsi sebgai instrument untuk mencapai tujuan-tujuan pribadi dan pekerjaan, baik tujuan jangka pendek, maupun tujuan jangka panjang.
Walhasil, meskipun kita dapat membedakan fungsi-fungsi komunikasi itu, suatau peristiwa komunikasi sesungguhnya seringkali mempunyai fungsi komunikasi yang tumpang tindih. Meskipun salahsatu fungsinya sangat menonjol dan mendominasi.
Menjawab apa fungsi dalam kehidupan kita, ternyata sebenarnya terdapat banyak jawaban. Kita dapat mengkonseptualisasikan dan mengembangkan pandangan kita atas peristiwa-peristiwa komunikasi yang terjadi di sekitar kita.
top related