pengantar teori komunikasi i

33
Pengantar Teori Komunikasi Ringkasan dari Buku Introducing Communication Theory: Analysis & Application oleh Richard West dan Lynn Turner serta Buku Perspectives on Human Communication oleh B. Aubrey Fisher Budi Santoso, S.Sos., M.Comn

Upload: stisipol-candradimuka-palembang

Post on 18-Jul-2015

954 views

Category:

Education


1 download

TRANSCRIPT

Pengantar Teori Komunikasi Ringkasan dari Buku Introducing Communication Theory: Analysis & Application oleh Richard West dan Lynn Turner serta Buku Perspectives on Human Communication oleh B. Aubrey Fisher

Budi Santoso, S.Sos., M.Comn

Daftar Isi Penting untuk Diketahui! ..................................................................................... 1

Komunikasi adalah Sebuah Ilmu Sosial.............................................................. 1

Komunikasi dan Teori Ilmiah ............................................................................... 2

Masalah-masalah Filosofis dalam Komunikasi................................................... 3

Peraturan dan hukum ...................................................................................... 3

Pilihan manusia ............................................................................................... 3

Waktu............................................................................................................... 4

Mendefinisikan Komunikasi................................................................................. 4

Model Suatu Pemahaman: Komunikasi Sebagai Aksi, Interaksi, dan Transaksi ............................................................................................................................. 7

Komunikasi Sebagai Aksi................................................................................ 7

Komunikasi Sebagai Interaksi ......................................................................... 9

Komunikasi Sebagai Transaksi ..................................................................... 11

Kesimpulan Sementara ................................................................................. 13

Etika dan Komunikasi ........................................................................................ 14

Pelopor Teori Komunikasi ................................................................................. 16

Where Are We Now?..................................................................................... 17

Berpikir Mengenai Teori .................................................................................... 18

Mendefinisikan Teori ..................................................................................... 18

Tiga Pengertian Teori .................................................................................... 18

Komponen Teori ............................................................................................ 20

Tujuan Adanya Teori ..................................................................................... 21

Hubungan Teori Dengan Pengalaman ......................................................... 21

Paradigma ......................................................................................................... 21

Ontologi ......................................................................................................... 22

Epistemologi .................................................................................................. 22

Aksiologi ........................................................................................................ 23

Metateori ............................................................................................................ 24

Pendekatan Cakupan Hukum ....................................................................... 24

Pendekatan Aturan........................................................................................ 24

Pendekatan Sistem ....................................................................................... 25

Bagaimana Mengevaluasi Teori Komunikasi?.................................................. 26

Hakikat Perspektif.............................................................................................. 27

Mengapa “Perspektif?” .................................................................................. 28

Sifat-sifat Perspektif....................................................................................... 28

Masalah-masalah filosofis perspektif ............................................................ 29

Masalah-masalah filosofis dalam komunikasi............................................... 29

Ragam Perspektif dalam Komunikasi ............................................................... 29

Bahan Bacaan ................................................................................................... 30

1

Penting untuk Diketahui!

Dalam mempelajari teori komunikasi, perlu untuk diketahui

beberapa hal berikut:

1. Terbuka terhadap persuasi yang muncul dari pernyataan orang

lain.

2. Bersedia mencoba ide-ide baru yang bisa jadi dianggap salah

oleh orang lain. Dan mengajak orang lain untuk melakukan

percobaan atasnya.

3. Menerima beragam perspektif, dan tidak menganggap yang satu

lebih benar dari yang lain

4. Selalu berusaha untuk mencari jawaban atas pernyataan-

pernyataan yang bersifat tentatif (sementara).

5. Mencoba memahami adanya ambiguitas, selagi itu tidak

bertentangan dengan Islam.

6. Melakukan evaluasi berdasarkan pengalaman pribadi.

Komunikasi adalah Sebuah Ilmu Sosial

Fisher menyebutkan bahwa peletakan komunikasi dalam ranah

ilmu sosial tidaklah berlebihan. Secara umum, sosial dapat diartikan

bahwa komunikasi melibatkan lebih dari dua orang. Sedangkan ilmu

memberikan petunjuk tentang keberadaan pengkajian (inquiry) yang

bersifat sistematis dan ilmiah.

2

Komunikasi dan Teori Ilmiah

Apa makna dari teori sendiri pada dasarnya masih dalam

perdebatan. Fisher, dalam bukunya Teori-teori Komunikasi (1986)

memberikan gambaran yang rumit akan hakikat teori. Apakah teori itu

suatu daftar aksioma yang dirumuskan dalam suatu tatanan kalkulus

logika matematis kalkuli? Apakah ia merupakan suatu morfologi dan

taksonomi yang komprehensif dari suatu fenomena (komunikasi)?

Ok, mungkin bukan suatu yang bijaksana untuk

mempertentangkan definisi yang banyak itu. Sebagaimana halnya

komunikasi itu sendiri, teori pun mempunyai beragam definisi. Oleh

karena itu, dalam bukunya fisher menyarankan bahwa akan lebih

bermanfaat untuk mendiskusikan masalah yang berhubungan dengan

fungsi-fungsi teori, bagaimana ilmuwan menggunakan teori, dan

kegunaan praktis lainnya. Jadi, alih-alih berdebat tentang apa itu “teori”,

akan lebih berguna apabila kita berdebat tentang kegunaannya.

Dalam memberikan deskripsi tentang teori, Fisher menyatakan

bahwa ada beberapa konsep yang digunakan untuk sampai pada suatu

teori. Pertama adalah Heurisme dan Justifikasi, Penjelasan Ilmiah,

Penjelasan dan Kausalitas, serta Penafsiran Instrumental dan Realistis.

Untuk mempelajari lebih lanjut tentang hal ini, mahasiswa diharapkan

untuk membaca buku B. Aubrey Fisher Teori-teori Komunikasi

(terjemahan).

Namun, yang penting untuk diingat adalah, fisher kemudia lebih

tertarik untuk menggunakan istilah Perspektif alih-alih Teori. Menurut

Fisher, nilai suatu perspektif tidak terletak dalam nilai kebenarannya

atau seberapa baik ia mencerminkan realitas yang ada. Artinya, semua

perspektif yang didapat adalah benar dan mencerminkan realitas.

3

Masalah-masalah Filosofis dalam Komunikasi

Nah, penggunaan istilah perspektif dalam komunikasi

menimbulkan permasalahan pada hakikat fenomena komunikatif. Fisher

berpendapat bahwa ada tiga hal yang berhubungan dengan nilai

filosofis dalam komunikasi, yaitu peraturan dan hukum, pilihan manusia,

dan waktu. Kesemuanya akan dibahas secara singkat berikut ini.

Peraturan dan hukum

Peraturan memang dibutuhkan untuk mengatur segala sesuatu

agar sesuai dengan koridornya. Peraturan pada prinsipnya tidak dapat

dilihat sebagai konsep yang seragam akan tetapi kompleks dan

beraneka ragam.

Sedangkan hukum, ia dibentuk sebagai pernyataan yang secara

analitis benar tentang hubungan antara dua atau lebih, kelompok

fenomena. Penjelasan lebih lanjut baca Fisher hal. 109.

Pilihan manusia

Manusia adalah makhluk yang dikarunia Allah akal pikiran dan

nafsu. Dengan kedua hal tersebut manusia dapat menentukan

pilihannya sendiri. Hidup adalah pilihan. Dalam komunikasi, manusia

pun dapat memilih pesan, konteks atau situasi, cara dan tujuan serta

penerima pesannya. Banyak ilmuwan yang telah memberikan

visualisasi pilihan manusia sebagai suatu perbendaharaan yang luas

dari tindakan, pesan, perilaku, pikiran, respons dan lainnya.

Lebih lanjut Fisher menyatakan bahwa apabila kita menyetujui

perbendaharaan alternatif pilihan manusia, maka tugas komunikasilah

untuk memberikan penjelasan atas pilihan yang diambil diantara

alternatif yang ada, serta mengapa pilihan tersebut dilakukan.

4

Waktu

Waktu adalah salah satu variable terpenting sekaligus yang

paling sering dilupakan dalam komunikasi. Namun, bukan berarti

pelupaan tersebut disengaja oleh para ilmuwan komunikasi. Hal ini

terjadi karena kegagalan atau ketidakmampuan ilmuwan atau peneliti-

peneliti komunikasi dalam menangani kekompleksan waktu, termasuk

segala aspek dan dimensi yang menyertainya.

Oleh karena itu, kita terbiasa memperlakukan waktu sebagai

suatu variabel yang tak terkendalikan yang terikat oleh batasan fisik

gerakan rotasi bumi pada sumbunya. (baca buku Teori-teori Komunikasi

Fisher hal. 116 – 121).

Mendefinisikan Komunikasi

Pada tahun 1976, B. Aubrey fisher menyatakan bahwa

komunikasi ibarat plogiston. Plogiston adalah zat yang terkandung

dalam benda yang mudah terbakar, seperti arang, batubara dan

sejenisnya. Komunikasi bisa disamakan dengan plogiston dalam

masyarakat karena setiap problem sosial selalu melibatkan unsur

komunikasi (otomatis problem komunikasi). Hal ini dikarenakan

komunikasi bersifat serba hadir, berada dimanapun dan kapanpun

(ubiquitous). Pernahkah terbayang dibenak anda ketika anda tidak

dapat berkomunikasi dengan orang lain atau bahkan dengan diri anda

sendiri? (batasan tentang kegiatan komunikasi dibahas pada diktat

Pengantar Ilmu Komunikasi, Santoso, 2009). Karena dia bersifat serba

5

hadir, maka komunikasi bisa menimbulkan banyak makna atau definisi.

Setiap orang, apabila kita tanya, mungkin akan muncul dengan

beragam pengertian tentang komunikasi.

Komunikasi mempunyai ratusan definisi. Begitu banyak konsep

(konseptualisasi) yang digunakan untuk memaknai komunikasi, dan

konsep-konsep tersebut terus mengalami perubahan. Kekayaan konsep

yang terdapat dalam komunikasi membuatnya menyimpan potensi

untuk dapat didefinisikan dalam banyak sudut pandang.

Richard West dan Lynn H. Turner, dalam bukunya Introducing

Communication Theory (2008) mendefinisikan komunikasi sebagai

“proses sosial di mana individu-individu menggunakan simbol-simbol

untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan

mereka”.

Dalam definisi tersebut, ada lima kata kunci yang menjadi

penyusunnya yaitu: proses, simbol, makna, lingkungan, dan sosial. Bila

kita ilustrasikan maka akan tampak seperti berikut:

KOMUNIKASI

SOSIAL

LINGKUNGAN

MAKNA

SIMBOL

PROSES

6

Sosial. Komunikasi selalu melibatkan manusia dan interaksinya.

Komunikasi selalu melibatkan dua orang, pengirim, dan penerima, yang

senantiasa membawa niat, motivasi, kemampuan, dan tujuannya

masing-masing.

Proses. Komunikasi itu berkesinambungan dan tidak memiliki akhir. Ia

kompleks, dinamis, dan senantiasa berubah. Menciptakan suatu makna

adalah sesuatu yang dinamis, karenanya komunikasi pada dasarnya

tidak memiliki awal dan tidak memiliki akhir (dalam perspektif keilmuan

manusia. Karena sesungguhnya yang tidak berawal dan berakhir hanya

Allah swt).

Simbol. Representasi dari fenomena. Contohnya, kata adalah simbol

untuk konsep dan benda. Kata sayang merepresentasikan ide tentang

sayang; kata laptop melambangkan benda elektronik kecil yang kita

gunakan untuk surfing dan sebagainya.

Simbol terbagi dua:

1. Simbol abstrak, yang mewakilkan konsep atau ide.

2. Simbol konkret, yang mewakilkan benda fisik.

Makna. Makna adalah yang diambil orang dari suatu pesan. Pesan bisa

memiliki lebih dari satu makna, bahkan berlapis-lapis. Manusia yang

memberikan makna pada simbol/ lambang, dan berbagi dengan

manusia lainnya. Bila manusia tidak berbagi makna, maka akan timbul

kesukaran dalam menggunakan bahasa yang sama atau dalam

7

menginterpretasikan suatu kejadian yang sama. Betul, tidak semua

makna dapat kita bagi dan dimengerti. Oleh karena itu, ada kegiatan

menjelaskan, mengulang, dan mengklarifikasi.

Lingkungan. Lingkungan adalah situasi/ konteks dimana komunikasi

terjadi. Lingkungan dapat terdiri dari: tempat, waktu, sejarah, latar

belakang budaya, dan relasi.

Lingkungan juga dapat dihubungkan dengan bantuan teknologi.

texting, email, instant messanger, jejaring sosial adalah fenomena baru

dimana lingkungan difasilitasi oleh lingkungan dan tentu saja

memberikan pengertian yang baru dari proses komunikasi itu sendiri.

Model Suatu Pemahaman: Komunikasi Sebagai Aksi,

Interaksi, dan Transaksi

Hubungan-hubungan yang rumit dari unsur-unsur/ elemen-

elemen komunikasi dapat disederhanakan dengan menggunakan

model. Berikut adalah model komunikasi yang mewakili proses

komunikasi sebagai aksi, interaksi, dan transaksi.

Komunikasi Sebagai Aksi

Proses komunikasi sebagai aksi adalah yang pertama kali

dipahami oleh ilmuwan. Proses komunikasi dipecaya sebagai sesuatu

yang terjadi seperti garis lurus (linear).

8

Adalah Claude Shannon (Pfofessor MIT) dan Warren Weaver

(konsultan di Sloan Foundation) yang mendeskripsikan komunikasi

sebagai proses yang linear.

Asumsi penting dalam tipe komunikasi ini adalah bahwa

seseorang secara sempit hanya berfungsi sebagai pengirim atau

penerima pesan. Tanpa ada potensi-potensi sosial lain yang timbul.

Menurut mereka komunikasi terdiri dari elemen-elemen berikut:

1. Sumber (source)

2. Pesan (message)

3. Penerima (receiver)

4. Saluran (channel)

5. Gangguan (noise)

a. Gangguan semantik

b. Gangguan fisik (eksternal)

c. Gangguan psikologis

d. Gangguan fisiologis

Model komunikasi linear (Aksi) adalah sebagai berikut:

GANGGUAN

PESAN

GANGGUAN

PENGIRIM/ SUMBER PENERIMA/ TARGET

SEMANTIK SEMANTIK SEMANTIK SEMANTIK

SEMANTIK SEMANTIK SEMANTIK SEMANTIK

9

Komunikasi Sebagai Interaksi

Model komunikasi interaksi dikembangkan oleh Wilbur

Schrammpada tahun 1954 yang menegaskan bahwa hubungan antara

pengirim dan penerima pesan tidak dapat dinegasikan (dihilangkan),

seseorang pasti membawa niat, emosi, dll ketika ia berkomunikasi.

Oleh karena itu, berbeda dengan model komunikasi linear, model

interaksi lebih meluaskan cakupan komunikasi pada proses komunikasi

dua arah dan menekankan akan pentingnya umpan balik (feedback),

yang dapat berupa verbal atau nonverbal atau kedua-duanya sekaligus.

Selain umpan balik, aspek penting lain dari model interaksional

adalah adanya konsep bidang pengalaman (field of experience). Setiap

peserta komunikasi akan menampilkan bidang pengalaman masing-

masing yang unik dan berbeda satu sama lain. Latar belakang budaya,

pendidikan, status sosial, pekerjaan, faktor keluarga (keturunan) dan

sebagainya mempunyai andil yang besar dalam membentuk pola

10

komunikasi yang terjadi. Singkatnya, bidang pengalaman adalah

sesuatu yang harus ada dalam proses komunikasi.

11

Gambar model komunikasi interaksional

Komunikasi Sebagai Transaksi

Komunikasi transaksional menekankan pada pengiriman dan

penerimaan pesan secara berkesinambungan dalam sebuay episode

(aktivitas) komunikasi. Dalam model transaksional, pengirim dan

penerima pesan (peserta komunikasi) sama-sama bertanggung jawab

terhadap dampak dan efektivitas komunikasi yang sedang

berlangsung. Sama seperti komunikasi interaksional, dalam model

komunikasi ini apa yang dikatakan peserta komunikasi sangat

dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu.

Penting untuk diingat, bahwa dalam model transaksional pesan

mempunyai pengaruh terhadap pesan yang berikutnya (yang lain),

dan suatu pesan dibangun dari pesan sebelumnya, sehingga tercipta

interdepedensi antara komponen-komponen komunikasi. Artinya

perubahan pada satu komponen akan mengubah komponen yang lain.

Sama seperti interaksional, dalam transaksional juga terdapat

bidang pengalaman, namun bukan sesuatu yang terpisah. Terdapat

PESAN

SALURAN

PENGIRIM PENERIMA

UMPAN BALIK UMPAN BALIK

GANGGUAN

GANGGUAN GANGGUAN

GANGGUAN

BID.

PENGALAMAN

BID.

PENGALAMAN

12

pertemuan (perpotongan) dari bidang pengalaman peserta komunikasi,

yang mengindikasikan adanya proses pemahaman yang aktif.

Komunikasi transaksional juga menekankan suatu pemahaman

bahwa setiap peserta komunikasi untuk memahami dan

mengintegrasikan bidang pengalaman masing-masing ke dalam

kehidupan mereka sendiri.

13

Berikut adalah gambar model Transaksional

Kesimpulan Sementara

Jadi, komunikasi interaksional menyempurnakan model linear

(aksi), dan pada gilirannya ia disempurnakan oleh model transaksional.

Dalam linear, tidak dikenal adanya umpan balik, komunikasi sebatas

aksi dan berjalan lurus. Sementara dalam interaksional, terfdapat

bidang pengalaman dan masing-masing pihak memberikan umpan

balik. Singkatnya, dalam komunikasi linear makna dikirim dari satu

orang ke orang lainnya, dalam interaksional makna dicapai melalui

umpan balik dari pengirim dan penerima, dalam transaksional orang

membangun kesamaan makna.

Gangguan -semantik

-f isik

-psikologis

-f isiologis

Pesan/ Umpan Balik KOMUNIKATOR KOMUNIKATOR

Bidang Pengalaman Bidang Pengalaman

Kesamaan Bidang

Pengalamanan

14

Etika dan Komunikasi

Etika adalah ilmu yang mempelajari tentang persepsi manusia

terhadap benar atau salahnya suatu tindakan atau perilaku. Dan ia,

menurut Englehardt, 2001 dalam West dan Turner, 2008) adalah suatu

tipe pembuatan keputusan yang bersifa moral, dan menentukan apa

yang benar dan salah dipengaruhi oleh hukum dan peraturan dalam

masyarakat.

Etika terkadang sukar dipahami karena ia cenderung mengalami

pergeseran pada periode sejarah, lingkungan, pembicaraan, dan

manusia yang terlibat (Howell, 1986, dalam West dan Turner, 2008).

Dalam proses komunikasi pun, etika perlu dipegang karena dalam

proses penyampaian dan penerimaan pesan ada cara yang digunakan,

dan tujuan yang akan dicapai. Bahkan isi pesan itu sendiri harus sesuai

dengan nilai-nilai yang baik. Suatu pesan yang buruk semisal

menghasut, memprovokasi, kata-kata negatif dan sebagainya bisa jadi

tidak pantas untuk disampaikan dan diterima, dan karenanya

komunikasi yang berlangsung melanggar kepentingan orang banyak

dan etika secara umum.

Contoh-contoh kegiatan yang berhubungan dengan etika,

sebagaimana dikutip dari West dan Turner, 2008, hal. 18.

INSTITUSI CONTOH-CONTOH ISU YANG BERKAITAN DENGAN ETIKA

bisnis & industri apakah CEO harus diberikan kenaikan gaji dalam kondisi perusahaan yang tidak menguntungkan

agama apakah perkaw inan sejenis itu bermoral? pendidikan lanjut apakah sisw a harus diberikan kredit atas pengalaman hidupnya? (misalnya

pengalaman kerja) bagaimana dengan uang spp mahasisw a yang digunakan untuk kepentingan

politik praktis rektor? dunia hiburan apakah mempertontonkan adegan ciuman dalam film itu sesuai dengan moral?

apakah holyw ood harus menyusun nilai-nilai moral? kedokteran apakah dokter bisa melakukan eusthanasia?

apakah perusahaan farmasi bertanggung jaw ab terhadap pemalsuan obat-obat produksinya?

teknologi apakah pengelola w arnet harus bertanggung jawab atas situs-situs porno yang diakses para pelajar?

apakan teknologi satelit AS boleh memata-matai negara lain?

15

16

Pelopor Teori Komunikasi

Dalam ilmu komunikasi terdapat empat ilmuwan yang , menurut

Wilbur Schramm, layak disebut sebagai pelopor atau pendiri dasar-

dasarnya. Mereka adalah Harold Lasswell, Paul Lazarsfeld, Kurt Lewin,

dan Carl I. Hovland.

Keempat perintis tersebut berasal dari disiplin ilmu yang berbeda,

dan telah melaksanakan penelitian-penelitian mula yang menjadi

pijakan bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

Lasswell. Ilmuwan ini melakukan penelitian tentang propaganda.

Pada masa itu, kekuatan-kekuatan perang memang secara massive

memanfaatkan propaganda untuk mendukung aksi dan strategi mereka.

Jasa terbesarnya dalam ilmu komunikasi adalah konsep yang sangat

dikenal kalangan komunikasi, yaitu: who says what in which channel to

whom with what effect.

Lazarsfeld berjasa karena penelitiannya terhadap voting dan

akibat yang muncul dari media terhadap pilihan yang diberikan oleh

pemilih.

Sementara itu, Lewin meneliti tentang kelompok kecil dan

menemukan apa yang disebut ruang hidup (lifespace) yang merupakan

lingkungan psikologis anggota kelompok.

Hovland, memberikan sumbangan yang besar tentang

perubahan sikap dan juga tentang sejauh apa ingatan jangka panjang

dan pendek memengaruhi sikap dan kepercayaan seseorang.

Meskipun Schramm menganggap keempat orang tersebut

sebagai the founding fathers ilmu komunikasi karena jasa-jasanya, tapi

ilmuwan komunikasi kontemporer justru menganggap Schrammlah yang

lebih berjasa.

17

Where Are We Now?

Bernard Berelson (1959) dengan pandir menulis sebuah essay

yang berjudul “Kondisi Penelitian Komunikasi”. Ia berpendapat bahwa

ilmu komunikasi sudah “menua” dan tidak ada lagi ide hebat yang

menantang yang bisa muncul daripadanya.

Tentu saja kajian Berelson ini mendapat tentangan dari ilmuwan

dan teoritikus komunikasi lain, dan menilai kajiannya sebagai

perematur. Justru bidang ilmu komunikasi pada masa itu (dan sampai

saat ini) sedang berkembang dengan pesatnya. Ketika suatu bidang

ilmu tumbuh, ia juga menjadi semakin matang. Thomas Kuhn (1970),

menulis buku The Structure of Scientific. Dalam buku tersebut ia

menyatakan bahwa salah satu tanda bahwa ilmu tersebut telah menjadi

matang adalah adanya model universal, atau paradigma. Memang,

dalam komunikasi, model universal itu belum (tidak?) ada. Model yang

ada saat ini mewakili perspektif yang beragam. Mengapa? Karena pada

prinsipnya perilaku manusia selalu berubah dan cara kita

memandangnya pun berbeda, tergantung dari sudut pandang masing-

masing.

Oleh karena itu, dalam bidang ilmu komunikasi, adalah suatu hal

yang mustahil untuk merumuskan satu teori inti yang “universal”.

18

Berpikir Mengenai Teori

Mendefinisikan Teori

Teori bisa diartikan sebagai sebuah sistem abstrak yang

mengindikasikan adanya hubungan antara konsep-konsep tersebut

yang membantu kita memahami sebuah fenomena. Sistem abstrak itu

diperoleh dari pengamatan yang sistematis.

Jonathan H. Turner mendefinisikan teori sebagai sebuah proses

pengembangan ide-ide yang bisa membantu kita menjelaskan

bagaimana dan mengapa suatu peristiwa terjadi. Definisi ini

ditambahkan Willian Doherty dengan “proses dan produk”. Berteori

merupakan proses mengorganisasi dan merumuskan ide secara

sistematis untuk memahami fenomena tertentu. Sebuah teori

merupakan seperangkat ide yang saling berhubungan yang muncul dari

proses tersebut.

Sangat sukar untuk mencari definisi teori yang bersifat universal,

oleh karenanya pemilihan definisi haruslah dibarengi dengan pemakaian

yang konsisten.

Tiga Pengertian Teori

Cara umum untuk mengklasifikasi teori adalah melalui tingkat

generalitasnya. Teori bisa dilihat dari arti sempit, menengah, dan luas.

Dalam arti luas (grand theory). Bertujuan untuk menjelaskan

semua perilaku komunikasi dengan cara yang benar secara universal.

Misalnya, marxisme, kapitalisme, liberalisme bisa disebut grand theory.

Grand theory pada dasarnya mampu untuk menyatukan semua

pengetahuan tentang komunikasi yang kita miliki kedalam suatu

kerangka teori yang terintegrasi. Namun, seperti yang telah dijelaskan

19

dimuka, tidak ada teori atau model komunikasi yang universal, sehingga

secara otomatis, tidak (belum) ada grand theory dalam ilmu komunikasi.

Hal ini disebabkan perbedaan yang sangat banyak dalam teori

komunikasi berdasarkan perspektif yang beragam, dan perilaku

komunikasipun dimodifikasi oleh perubahan-perubahan dalam konteks

dan waktu.

Dalam arti menengah (mid-range theory). Berusaha untuk

menjelaskan perilaku dari sekelompok orang, bukan semua orang, dan

tidak berusaha untuk menjelaskan perilaku dari semua orang

berdasarkan konteks dan waktu tertentu. Teori menengah ini fokus pada

sebuah aspek perilaku komunikasi. Misalnya bagaimana orang

berperilaku dalam pertemuan pertama dengan orang asing (uncertainty

theory), bagaimana orang setuju pada keputusan kelompok

(groupthink), atau bagaimana orang-orang dari latar budaya yang

berbeda terlibat dalam sebuah konflik (face-negotiation theory). Teori-

teori ini dibatasi oleh beberapa hal, misalnya waktu, konteks, ataupun

jenis dari perilaku komunikasi.

Teori dalam arti sempit (narrow theory). Teori dalam arti sempit

terfokus pada (perilaku) orang-orang tertentu dalam situasi tertentu

pula. Contohnya aturan-aturan komunikasi yang relevan ketika ada

dalam sebuah lift.

Jadi, teori-teori dapat berbeda tingkat generalitasnya karena

adanya perbedaan fokus atas apa yang mereka coba jelaskan.

Sebagian teori fokus pada keseluruhan proses komunikasi (Symbolic

interaction theory), sementara ada teori yang fokus pada aspek-aspek

khusus yang ada pada proses tersebut, seperti pesan atau komunikator

(contohnya Rhetorical theory).

20

Komponen Teori

1. Konsep (concept). Konsep adalah kata-kata atau istilah yang

memberikan label elemen paling penting dalam sebuah teori.

Sebuah konsep seringkali memiliki arti yang berbeda dengan

istilah yang dipakai sehari-hari. Misalnya, konsep kultivasi. Dalam

teori, kultivasi merujuk pada bagaimana media (TV) menciptakan

gambaran akan realitas sosial dalam benak konsumen.

Sementara dalam keseharian, kultivasi berarti mencangkul,

mengembangkan minat, keahlian, dan persahabatan.

Contoh konsep pada beberapa teori adalah kohesivitas

(komunikasi kelompok), disonansi (Cognitive Dissonance

Theory), adegan (Dramatism), diri (Symbolic Interaction Theory).

Konsep terbagi dua:

a. Konsep nominal (nominal concept). Konsep yang

abstrak, tidak dapat diamati secara kasat mata.

Contohnya, konsep tentang cinta, keimanan dsb.

b. Konsep nyata (real concept). Konsep yang dapat

diamati. Misalnya, jarak spasial, ritual pribadi.

Apabila peneliti menggunakan teori dalam penelitian mereka,

maka konsep nominal dan nyata ini harus dikonversi terlebih

dahulu menjadi sesuatu yang bersifa konkret, sehingga dapat

diamati. Akan lebih gampang mengubah konsep nyata daripada

konsep nominal.

2. Hubungan (Relationship). Hubungan adalah cara-cara di mana

konsep-konsep dalam sebuah teori dikombinasikan. Contohnya

adalah model-model komunikasi yang dibahas sebelumnya. Tiap

model mempunyai konsep yang mirip, namun yang membedakan

mereka adalah hubungan yang terdapat di dalamnya. Model

21

pertama hubungannya adalah linear, dimana satu konsep

berhubungan dengan konsep yang kedua dst; model kedua

mempunyai asumsi hubungan yang interaktif, atau dua arah;

sementara model ketiga menggambarkan pengaruh yang saling

menguntungkan (transaksi), dimana semua konsep dianggap

saling memengaruhi satu sama lain secara simultan.

Tujuan Adanya Teori

Secara umum teori bertujuan untuk menjelaskan, memahami,

melakukan prediksi, dan mendorong perubahan sosial. Namun,

mayoritas teori yang ada pada dasarnya hanya memenuhi satu tujuan

saja. Misalnya, teori retorika bertujuan memberikan penjelasan/

pemahaman, teori organisasi pada prediksi, dan teori feminis bertujuan

untuk mengubah struktur sosial.

Hubungan Teori Dengan Pengalaman

Meskipun teori bersifa abstrak, namun ia mampu membantu kita

untuk memahami pengalaman konkret dan observasi. Selain itu, sebuah

teori dapat dimodifikasi melalui sebuah pengamatan. Lebih lanjut,

pengalaman dan pengamatan kita yang konkret (kasat mata) tersebut

kita interprestasikan (kita maknai; kita artikan) menggunakan teori yang

kita gunakan.

Paradigma

Paradigma adalah cara pandang kita tentang dunia. Dalam

bidang ilmu paradigma dimaknai sebagai tradisi intelektual yang

memengaruhi nilai, tujuan, dan gaya penelitian ilmuwan, termasuk cara

22

kerjanya. Dalam bidang komunikasi, paradigma memberikan cara

pandang umum mengenai komunikasi antarmanusia, sementara teori

merupakan penjelasan yang lebih spesifik terhadap aspek tertentu dari

perilaku komunikasi.

Contoh lebih lanjut, pada masa kemunculannya, yang populer

adalah paradigma atau pendekatan mekanistis, di mana proses

komunikasi adalah linear. Dewasa ini, paradigma atau pendekatan

mekanistis tersebut telah bergeser pada paradigma fenomenologi dari

sekedar menggunakan model proses informasi.

Paradigma terdiri dari tiga faktor, yaitu: ontologi (ontology), pertanyaan

tentang sifat realita; epistemologi (epistemology), pertanyaan mengenai

bagaimana kita mengetahui sesuatu; dan aksiologi (axiology), yakni

pertanyaan mengenai apa yang layak untuk diketahui.

Ontologi

Ontologi adalah studi tentang sesuatu yang ada dan tidak ada.

Definisi lengkapnya: ilmu atau studi mengenai sesuatu yang ada: ia

cabang dari metafisika yang terhubung pada sifat dan relasi sesuatu

yang ada; yaitu filsafat pertama. Ontologi disebut sebagai filasfat

pertama karena tidak mungkin berfilsafat sampai sifat dari realitas

ditemukan.

Epistemologi

Inti epistemologi adalah bagaimana kita mencari tahu dan apa

yang dianggap sebagai pengetahuan. Epistemologi bisa dibagi dua,

yaitu objektif dan subjektif. Epistemologi objektif berkeyakinan bahwa

sangat mungkin menjelaskan dunia karena di dalam dunia tersebar tipe-

tipe kebenaran objektif tanpa kita sadari, dan ketika peneliti mempelajari

dunia mereka berupaya untuk mengakumulasikan potongan-potongan

23

kecil informasi mengenai kebenaran. Dan cara kita mempelajari

“kebenaran” adalah melalui ilmuwan sosial yang menggabungkan

potongan2 informasi tersebut sehingga menjadi kesatuan yang utuh.

Karena itulah sering kita mendapati adanya pertemuan2 ilmiah dengan

tujuan untuk berbagi informasi atau hasil dari penelitian yang mereka

lakukan.

Epistemologi subjektif tidak mengakui bahwa kebenaran ada di

“luar sana” atau di luar diri sang pencari kebenaran (ilmuwan/ peneliti).

Mereka percaya bahwa dunia sosial sifatnya relatif dan “hanya dapat

dipahami melalui sudut pandang individu2 yang secara langsung terlibat

dalam kegiatan-kegiatan yang akan diteliti.

Perbedaan tersebut dituangkan dalam tabel berikut:

objektivis subjektivis

tujuan berteori menjelaskan dunia menggali sisi relatif dunia posisi peneliti terpisah terlibat penerapan teori membuat generalisasi dari

kasus serupa menjelaskan kasus tunggal

Aksiologi

Aksiologi mempelajari nilai dalam sebuat ilmu, apa kegunaanya.

Apakah ilmu itu bebas nilai? Atau ada nilai-nilai subjektivitas di

dalamnya yang bisa mempengaruhi, katakanlah, proses penelitian yang

dilakukan. Perdebatan yang mengemuka sehubungan dengan aksiologi

adalah bukan pada apakah nilai harus memengaruhi teori dan

penelitian, tetapi bagaimana nilai harus memengaruhi teori dan

penelitian tersebut.

24

Metateori

Dalam upayanya menemukan teori, ilmuwan dipandu oleh teori

yang sudah ada, mereka dituntun oleh metateori atau teori tentang teori.

Metateori tradisional terdiri atas pendekatan cakupan hukum,

pendekatan aturan, dan pendekatan sistem.

Pendekatan Cakupan Hukum

Pendekatan ini secara prinsip menyatakan bahwa teori-teori

harus mengikuti format “jika-maka” dan harus berupa pernyataan yang

bersifat universal dan tidak bervariasi.

Dalam pendekatan cakupan hukum terdapat adanya kondisi

batasan yang memungkinkan adanya hipotesis. Hipotesis adalah

praduga yang dapat diuji mengenai hubungan antara konsep-konsep

yang mengikuti prediksi umum yang dibuat oleh sebuah teori. Namun,

karena sifat sistem cakupan hukum yang deduktif maka konfirmasi

penuh atas sebuah teori akan mustahil. Jadi mesti ada hipotesis yang

tidak terjelaskan.

Pendekatan Aturan

Asumsi pendekatan ini adalah manusia terlibat dalam perilaku

yang disengaja dan dipandu oleh tujuan untuk melakukan tindakan alih-

alih sekedar terkena tindakan. Sebenarnya, manusia bisa dibatasi oleh

pilihan-pilihan (perilaku) sebelumnya, perilaku orang lain, dan situasi/

kondisi sosial budaya. Namun, manusia adalah pembuat pilihan

(pelaku) yang sadar dan aktif.

Menurut pendekatan aturan, perilaku manusia diklasifikasikan ke

dalam dua:

1. Gerakan (movement). Perilaku yang bersifat stimulus –

respons.

25

2. Tindakan (action). Perilaku yang merupakan respons yang

disengaja.

Menurut pendekatan ini, aturan tidak menuntut manusia untuk

bertindak sesuai dengan cara tertentu, akan tetapi merujuk pada

standar atau kriteria yang digunakan manusia ketika bertemu dalam

konteks tertentu.

James Lull (1982) menyusun tiga jenis aturan (yang mengatur

kegiatan menonton program televisi suatu keluarga), yaitu:

1. Aturan kebiasaan (habitual rules). Aturan yang ditentukan

oleh orang yang memiliki otoritas dan tidak dapat

dinegosiasikan.

2. Aturan parametrik (parametric rules). Aturan yang ditentukan

oleh seseorang yang memiliki otoritas, tetapi masih bisa

dinegosiasikan.

3. Aturan taktis (tactical rules). Aturan tidak tertulis yang

dimaksudkan untuk mencapai tujuan personal atau

interpersonal.

Contoh praktis pendekatan aturan:

15 menit pertama 15 menit berikutnya

kesopanan harus diamati kesopanan harus diamati pertukaran data demografis harus dilakukan rasa suka dan tidak suka dapat didiskusikan pasangan harus berbicara secara ekuivalen dengan lawan bicara

satu orang dapat berbicara lebih banyak dibandingkan dengan yang lain, namun dominasi harus dihindarkan

interupsi dan pembicaraan mendalam diminimalisir

lebih banyak interupsi dapat ditoleransi, tetapi dominasi harus tetap dihindari

Pendekatan Sistem

Pendekatan ini berawal dari General Systems Theory (GST).

Pendekatan sistem diadopsi oleh ilmuwan komunikasi karena ia

menawarkan fokus yang lebih luas, yaitu dari individu kepada keluarga,

26

kelompok kecil, dan bahkan sebuah organisasi. Pemikiran atau

pendekatan sistem ini berdiri atas dasar enam elemen, yaitu:

1. Keutuhan. Properti fundamental dari pendekatan sistem. Ia

menyatakan bahwa sistem lebih dari sekedar gabungan

bagian-bagian yang tersendiri.

2. Saling ketergantungan. Menyatakan bahwa elemen-elemen

(bagian2) sebuah sistem saling berhubungan.

3. Hierarki. Sistem terdiri dari banyak tingkatan.

4. Batasan. Sistem-sistem membentuk beberapa struktur yang

membatasi dirinya sendiri.

5. Kalibrasi/ umpan balik. Sistem memeriksa secara periodik

(berkala) skala dari perilaku yang diperbolehkan dan menyetel

ulang sistem.

6. Ekuifinalitas. Menyatakan bahwa sistem dapat mencapai

tujuan-tujuan yang sama melalui cara-cara yang berbeda.

Bagaimana Mengevaluasi Teori Komunikasi?

Teori-teori komunikasi yang cukup banyak itu dapat kita evaluasi

atau kita bedah untuk mengetahui “kebenarannya” dan manfaatnya.

Tentu saja, dalam mengevaluasi sesuatu kita memerlukan instrumen

(alat ukur).

Terdapat beberapa kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi

teori komunikasi:

1. Ruang lingkup: luasan perilaku komunikasi yang dicakup dalam

teori tersebut.

2. Konsistensi logis: logika internal di dalam pernyataan-pernyataan

teoretis.

27

3. Parsimoni: kesederhanaan penjelasan yang diberikan teori yang

tersebut.

4. Kegunaan: nilai praktis teori.

5. Keterujian: kemampuan peneliti untuk menguji keakuratan dari

klaim sebuah teori.

6. Heurisme: jumlah penelitian dan pemikiran baru yang

berdasarkan teori tersebut.

7. Pengujian waktu berlaku: ketahanan suatu teori dalam suatu

waktu.

Dalam tabel dapat disederhanakan sebagai berikut:

kriteria pertanyaan untuk dipertimbangkan

ruang lingkup apa yang menjadi batasan-batasan dari penjelasan sebuah teori? konsistensi logis apakah klaim2 yang dikemukakan teori sesuai dengan asumsinya?

apakah prinsip2 teori tersebut saling bertentangan? parsimoni apakah teori dapat memberikan penjelasan mengenai fenomena yang

sedang diamati dengan sesederhana mungkin? kegunaan apakah teori itu berguna? Praktis? keterujian dapatkah teori tersebut ditunjukkan kekeliruannya? heurisme apakah teori telah digunakan dalam penelitian secara luas serta

mendorong cara berpikir baru mengenai komunikasi? pengujian waktu berlalu berapa lama teori digunakan dalam melakukan penelitian

komunikasi?

Hakikat Perspektif

Secara sederhana, perspektif dapat dimaknai sebagai suatu

sudut pandang dalam melihat suatu fenomena tertentu. Jadi, perspektif

komunikasi adalah bagaimana komunikasi diamati dan ditelaah dari

sudut pandang tertentu yang berdasarkan pada suatu sistem

28

pengetahuan tertentu pula. Perspektif masing-masing ilmuwan akan

berbeda dalam melihat komunikasi, bergantung pada disiplin ilmu atau

pijakan pengetahuan awalnya. Pada tahap tertentu perspektif bisa jadi

tidak lengkap dan terdistorsi, meskipun ia merupakan sesuatu yang

sangat nyata. Namun begitu, menurut Fisher (1986) semua perspektif

yang dapat diperoleh adalah benar dan mencerminkan realitas. Sebagai

orang yang bergelut dengan ilmu komunikasi, kita harus mencari

perspektif yang dapat memberikan kepada kita konseptualisasi realitas

yang paling bermanfaat bagi pencapaian tujuan kita.

Mengapa “Perspektif?”

Istilah perspektif tidak dipilih secara asal dan acak. Fisher

berpendapat bahwa istilah teori tidak layak lagi digunakan karena ilmu

komunikasi berkembang dengan sangat pesat (hal ini tentu saja sangat

layak untuk diperdebatkan). Fisher lebih menyukai menggunakan istilah

perspektif, atau disciplinary matrix, atau domain dari Shapere (1974).

Penggunaan istilah domain dipandang cocok karena dapat

menunjukkan adanya bidang kajian yang multidisipliner. Akan tetapi

istilah domain seolah meminggirkan identitas ilmu komunikasi menjadi

hanya sebuah “wadah” berkumpulnya disiplin lain, sedangkan ia sendiri

tidak menghasilkan sesuatu yang orisinil.

Sifat-sifat Perspektif

Perspektif mempunyai karakteristik yang bisa kita diskusikan

lebih lanjut. Pada bagian ini hanya akan dijelaskan secara ringkas sifat

atau karakteristik tersebut. Untuk selengkapnya, mahasiswa

29

dipersilahkan untuk menelaahnya baik secara pribadi maupun

kelompok.

1. Penentuan relevansi

2. Keterikatan pada waktu dan budaya

3. Kemampuan untuk dapat saling dipertukarkan

4. Model dan analogi

Masalah-masalah filosofis perspektif

1. Bias metodologis

2. Bersifat operasional

3. Individualisme dan holisme

4. Hubungan teori dan penelitian

Masalah-masalah filosofis dalam komunikasi

1. Peraturan dan hukum

2. Pilhan manusia

3. Waktu

Ragam Perspektif dalam Komunikasi

1. Perspektif Mekanistis

2. Perspektif Psikologis

3. Perspektif Interaksional

4. Perspektif Pragmatis

30

Bahan Bacaan

Fisher, B. A. (1986). Teori-teori Komunikasi. (J. Rahmat, Ed., & S.

Trimo, Trans.) Bandung: CV. Remadja Karya.

Mulyana, D. (2005). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

West, R., & Turner, L. H. (2008). Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi (3 ed.). (N. Setyaningsih, Ed., & M. N. Maer, Trans.)

Jakarta: Salemba Humanika.