resume pengantar hukum bisnis

45
TUGAS RESUME Mata Kuliah : PENGANTAR HUKUM BISNIS Judul Buku Pokok- Pokok Hukum Bisnis Penulis : Arus Akbar Silondae dan Wirawan B. Ilyas Penerbit : Salemba Empat Arus Akbar Silondae, S.H., LLM. dan Dr. Wirawan B. Ilyas, Ak. M.Si., M.H., CPA Oleh : Iwan Taufik Hidayat (1143020099) Hukum Bisnis Syariah - B/III PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH

Upload: iwan-taufik-hidayat

Post on 17-Feb-2016

511 views

Category:

Documents


152 download

DESCRIPTION

Judul BukuPokok- Pokok Hukum BisnisPenulis :Arus Akbar Silondae dan Wirawan B. Ilyas Penerbit : Salemba Empat

TRANSCRIPT

Page 1: Resume Pengantar Hukum Bisnis

TUGAS RESUMEMata Kuliah :

PENGANTAR HUKUM BISNIS

Judul Buku

Pokok- Pokok Hukum BisnisPenulis :

Arus Akbar Silondae dan Wirawan B. Ilyas

Penerbit : Salemba Empat

Arus Akbar Silondae, S.H., LLM. dan Dr. Wirawan B. Ilyas, Ak. M.Si., M.H., CPA

Oleh :

Iwan Taufik Hidayat

(1143020099)

Hukum Bisnis Syariah - B/III

PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

Page 2: Resume Pengantar Hukum Bisnis

Pengantar Hukum Bisnis | 1

HUKUM BISNISPerdagangan atau perniagaan pada umumnya ialah pekerjaan membeli barang dari

suatu tempat atau pada suatu waktu dan menjual barang itu di tempat lain atau pada

waktu yang berikut dengan maksud memperoleh keuntungan. Dalam zaman modern ini

perdagangan adalah pemberian perantaraan kepada produsen dan konsumen untuk

membelikan dan menjualkan barang-barang yang memudahkan dan memajukan

pembelian dan penjualan. Jenis-jenis perdagangan dibagi menjadi tiga, yaitu;

1. Menurut pekerjaan yang dilakukan pedagang

Perdagangan mengumpulkan (produsen – tengkulak – pedagang besar –

eksportir)

Perdagangan menyebutkan (importir – pedagang besar – pedagang menengah

– konsumen)

2. Menurut jenis barang yang diperdagangkan

Perdagangan barang yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan jasmani

manusia. Contoh: (hasil pertanian, pertambangan, pabrik)

Perdagangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan rohani manuia.

Contoh (kesenian, musik)

Perdagangan uang dan kertas-kertas berharga (bursa efek)

3. Menurut daerah, tempat perdagangan itu dilakukan

Perdagangan dalam negeri

Perdagangan internasional à perdagangan ekspor, perdagangan impor

Perdagangan meneruskan (perdagangan transito)

Menurut H.M.N. Purwosutjipto Hukum Dagang Adalah hukum perikatan yang

timbul khusus di lapangan perusahaan.

Hukum dagang merupakan keseluruhan dari aturan-aturan hukum yang

mengatur dengan disertai sanksi perbuatan-perbuatan manusia di dalam usaha mereka

untuk menjalankan usaha atau perdagangan.

Menurut Soesilo Prajogo yang dimaksud Hukum Dagang Pada hakekatnya

sama dengan hukum perdata hanya saja dalam hukum dagang yang menjadi objek

adalah perusahaan dengan latar belakang dagang pada umumnya termask wesel, cek,

pengangkutan,basuransi dan kepalitan.

Page 3: Resume Pengantar Hukum Bisnis

Pengantar Hukum Bisnis | 2

Hukum Dagang Indonesia terutama bersumber pada :

1) Hukum tertulis yang dikodifikasikan :

a. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) atau Wetboek van

Koophandel Indonesia (W.v.K). KUHD yang mulai berlaku di Indoneia

pada 1 Mei 1848 terbagi atas dua kitab dan 23 bab. Di dalam KUHD jelas

tercantum bahwa implementasi dan pengkhususan dari cabang-cabang

hukum dagang bersumber pada Kitab Undang-undang Hukum Dagang Isi

pokok daripada KUHD Indonesia adalah:

1. Kitab pertama berjudul Tentang Dagang Umumnya, yang memuat 10 bab.

2. Kitab kedua berjudul Tentang Hak-hak dan Kewajiban-kewajiban yang

Terbit dari Pelayaran, terdiri dari 13 bab.

3. Pengaturan di Luar Kodifikasi

b. Kitab Undang-Undang Hukum Sipil (KUHS) atau Burgerlijk Wetboek

Indonesia (BW)

Hal-hal yang diatur dalam KUHS adalah mengenai perikatan umumnya

seperti :

Persetujuan jual beli (contract of sale)

Persetujuan sewa-menyewa (contract of hire)

Persetujuan pinjaman uang (contract of loun)

2) Hukum tertulis yang belum dikodifikasikan, yaitu peraturan perundangan

khusus yang mengatur tentang hal-hal yang berhubungan dengan perdagangan

(C.S.T. Kansil, 1985 : 7). Sifat hukum dagang yang merupakan perjanjian yang

mengikat pihak-pihak yang mengadakan perjanjian.

Sumber-sumber hukum dagang yang terdapat di luar kodifikasi diantaranya

adalah sebagai berikut :

-  UU No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan terbatas

-  UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

-  UU No. 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan

Page 4: Resume Pengantar Hukum Bisnis

Pengantar Hukum Bisnis | 3

HUBUNGAN ANTARA KUH PERDATA DAN KUHD

Secara umum dapat dikatakan bahwa KUH Perdata dan KUHD adalah

merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, akan tetapi kalau kita lihat

ketentuan :

Psl 1 KUHD : adalah KUH Perdata seberapa jauh dari padanya dalam Kitab ini

tidak khusus diadakan penyimpangan, berlaku juga terhadap hal-hal yangg dibicarakan

dalam kitab ini.

Psl 15 KUHD : menyebutkan segala perseroan tersebut dalam bab ini dikuasai

oleh persetujuan pihak-pihak yang bersangkutan, oleh kitab ini dan oleh hukum perdata.

Dari kedua ketentuan ini dapat disimpulkan bahwa, ketentuan yang diatur

dalam KUH Perdata berlaku juga terhadap masalah yang tidak diatur secara khusus

dalam KUHD, dan sebaliknya apabila KUHD mengatur secara khusus, maka ketentuan-

ketentuan umum yang diatur dalam KUH Perdata tidak berlaku, dalam bahasa Latin “

Leu specialis derogat legi generali ” (hukum khusus dapat mengeyampingkan hukum

umum).

Contoh :

1.      Nilai kekuatan pembuktian surat Psl. 1881 KUH Perdata.

2.      Psl. 7 KUHD khususnya.

Prof. Subekti S.H. berpendapat bahwa terdapatnta KUHD disamping KUHS

sekarang ini tidak pada tempatnya, karena sebenarnya “Hukum Dagang” tidaklah lain

daripada “Hukum Perdata”, dan perkataan “dagang” bukanlah suatu pengertian hukum,

melainkan suatu pengertian ekonomi.

Pembagian Hukum Sipil ke dalam KUHS dan KUHD hanyalah berdasarkan

sejarah saja, yaitu karena dalam hukum romawi belum ada peraturan-peraturan seperti

yang sekarang termuat dalam KUHD, sebab perdagangan baru mulai berkembang pada

abad pertengahan. Di Nederland sekarang ini sudah ada aliran yang bertujuan

menghapuskan pemisahan Hukum Perdata dalam dua Kitab Undang-undang itu

(bertujuan mempersatukan Hukum Dagang dan Perdata dalam satu Kitab Undang-

undang saja).

Pada beberapa negara lainnya, misalnya Amerika Serikat dan Swiss, tidaklah

terdapat suatu Kitab Undang-undang Hukum Dagang terpisah dari KUHS. Dahulu

Page 5: Resume Pengantar Hukum Bisnis

Pengantar Hukum Bisnis | 4

memang peraturan-peraturan yang termuat dalam KUHD dimaksudkan hanya berlaku

bagi orang-orang “pedagang” saja.

Menurut Prof. Subekti; sudah diakui bahwa kedudukan KUHD terhadap KUHS

adalah sebagai Hukum khusus terhadap hukum umum.

–   Van kan beranggapan, bahwa Hukum Dagang adalah suatu tambahan Hukum

Perdata yaitu suatu tambahan yang mengatur hal-hal yang khusus. KUHS

memuat hukum perdata dalam arti sempit, sedangkan KUHD memuat

penambahan yang mengatur hal-hal khusus hukum perdata dalam arti sempit

itu.

–   Van Apeldoorn menganggap Hukum dagang sebagai bagian istimewa dari

lapangan Hukum Perikatan yang tidak dapat ditetapkan dalam kitab III

KUHS.

–   Sukardono menyatakan bahwa, pasal 1 KUHD “memelihara kestuan antara

Hukum Dagang dengan hukum Perdata Umum…….sekedar tidak

menyimpang dari KUHS”.

–   Tirtamijaya menyatakan bahwa Hukum Dagang adalah suatu hukum sipil

yang istimewa.

PERBUATAN PERNIAGAAN PASAL 2-5 KUHD LAMA

Hukum dagang timbul karena adanya kaum pedagang. Jadi, hukum dagang bagi

pedagang. Dalam pasal 2 KUHD disebutkan bahwa: “Pedagang adalah mereka yang

melakukan perbuatan perniagaan (daden van koophandel) sebagai pekerjaannya sehari-

hari.” Sedangkan perbuatan perniagaan dijelaskan di dalam pasal 3 KUHD. Pasal 4

KUHD juga mengatur mengenai beberapa macam perbuatan lain dalampengertian

perbuatan perniagaan. Dan pasal 5 KUHD juga mengatur tentangperbuatan perniagaan.

Namun, pasal 2 sampai 5 KUHD ini telah dicabut dengan S.1938-276, yang mulai

berlaku pada tanggal 17 Juli 1938.

Menurut pasal 2 yang lama KUHD bahwa: Pedagang adalah mereka yang

melakukan perbuatan perniagaan sebagai pekerjaannya sehari-hari.

Perbuatan perniagaan menurut pasal 3 yang lama KUHD adalah perbuaan perniagaan

pada umumnya adalah perbuatan pembelian barang-barang untuk dijual lagi.

Page 6: Resume Pengantar Hukum Bisnis

Pengantar Hukum Bisnis | 5

Barang menurut hukum adalah barang bergerak, kecuali pasal 3 lama KUHD

perbuatan perniagaan juga diatur pada pasal 4 yang memasukkan beberapa perbuatan

lain dalam pengertian perbuatan perniagaan antara lain:

1. Perusahaan komisi

2. Perniagaan wesel dan surat

3. Pedagang , Bankir, kasir dan makelar

4. Pembangunan / perbaikan dan perlengkapan kapal untuk keperluan dikapal.

5. Ekspedisi dan pengangkutan* barang.

6. Jual beli perlengkapan dan keperluan kapal

7. Carter mencarter kapal yang merupakan perjanjian tentang perniagaan laut.

8. Perjanjian hubungan kerja dgn nakoda dan anak kapal untuk kepentingan kapal.

9. Perantara atau makelar laut.

10. Perusahaan asuransi.

Pasal 5 KUHD : Perbuatan yg timbul dr kewajiban menjalankan kapal,

kewajiban mengenai tubrukan kapal

PENGERTIAN PERUSAHAAN

1. Menurut pemerintah Belanda, yang pada waktu membacakan “memorie van

toelichting” rencana undang-undang “Wetboek van Koophandle” di muka

Parlemen, menerangkan bahwa yang disebut “perusahaan” ialah keseluruhan

perbuatan, yang dilakukan secara tidak terputus-putus, dengan terang-

terangan, dalam kedudukan tertentu dan untuk mencari laba (bagi diri

sendiri);

2. Menurut Prof. Molengraff, perusahaan adalah keseluruhan perbuatan yang

dilakukan secara terus menerus, bertindak keluar, untuk mendapatkan

penghasilan, dengan cara memperniagakan barang-barang, menyerahkan

barang-barang, atau mengadakan perjanjian-perjanjian perdagangan. Di sini

Molengraff memandang perusahaan dari sudut “ekonomi”;

3. Menurut Polak, baru ada perusahaan, bila diperlukan adanya perhitungan-

perhitungan tentang laba-rugi yang dapat diperkirakan, dan segala sesuatu itu

dicatat dalam pembukuan. Di sini Polak memandang perusahaan dari sudut

Page 7: Resume Pengantar Hukum Bisnis

Pengantar Hukum Bisnis | 6

“komersiil”. Sudut pandang ini adalah sama dengan Molengraff, tetapi unsur

pengertian perusahaan adalah lain. Pengertian perusahaan menurut

molengraff mempunyai enam unsur, sedangkan menurut Polak cukup dua

unsur.

PENGUSAHA DAN PEMBANTUNYA

Pengusaha adalah seorang yang melakukan atau menyuruh melakukan

perusahaan. Kedudukan pengusaha :

Dia dapat melakukan perusahaannya sendirian tanpa pembantu

Melakukan perusahaannya dengan pembantu-pembantunya

Menyuruh orang lain untuk melakukan perusahaannya tetapi dia tidak turut serta

dalam memlakukan perusahaan

Pembantu-pembantu perusahaan:

1. Pembantu-pembantu dalam perusahaan :

Pelayan toko >> semua pelayan yang memabntu pengusaha (kasir,

pelayan penjual, bagian pembukuan)

Pekerja keliling >> orang yang bekerja keliling di luar kantor untuk

memperluas dan memperbanyak perjanjia antara majikan dengan pihak

ketiga

Pengurus filial >> orang yang bertugas mewakili pengusaha mengenai

semua hal tetapi terbatas pada 1 cabang perusahaan saja

Pemegang prokurasi >> pemegang kuasa dari perusahaan dan sebagai

wakil pimpinan

Pimpinan perusahaan >> pemegang kuasa pertama dari pengusaha

(manager)

2. Pembantu-pembantu di luar perusahaan :

Agen

>>Adalah org yg melayani beberapa pengusaha sebagai perantara dgn

pihak ketiga

>>Mempunyai hubungan tetap dgn pengusaha untuk mewakili

mengadakan perjanjian dengan pihak ketiga

Page 8: Resume Pengantar Hukum Bisnis

Pengantar Hukum Bisnis | 7

>>Hub.hukumnya berupa pemberian kuasa dan tetap

Pengacara

>>Mewakili pengusaha dalam permasalahan hukum baik didalam

pengadilan maupun diluar

>>Hubungan hukum berupa pemberian kuasa dan pelayanan berkala

Notaris

>>Membuat perjanjian dengan pihak ketiga

>>Hubungan hukum yakni pemberian kuasa dan pelayanan berkala

Makelar

>>Perantara yg menghubungkan pengusaha dgn pihak ketiga untuk

mengadakan berbagai perjanjian (psl.62-72 WvK)

>>Makelar harus diangkat resmi dari pemerintah c.q menteri kehakiman

(psl.62 ayat 1WvK)

>>Sebelum menjalankan tugasnya harus diambil sumpah oleh Ka.PN

(psl.62 ayat 2)

Komisioner (psl.76-85WvK)

Orang yg menjalankan perusahaan dgn membuat perjanjian atas namanya

sendiri, mendapat provisi atas perintah dan atas pembiayaan org lain.

Ciri khs Komisioner :

1. Tidak ada pengangkatan dan sumpah

2. Komisioner menghubungkan komiten dng pihak ketiga atas namanya

sendiri (psl.76)

3. Komisioner tdk berkewajiban u/ menyebut namanya komiten

4. Komisioner jg bertindak atas nama pemberi kuasanya

Page 9: Resume Pengantar Hukum Bisnis

Pengantar Hukum Bisnis | 8

Hubungan Perburuhan Didasarkan atas Perjanjian Melakukan Pekerjaan (Bab

VII A, BUKU III BW). Perjanjian ini meliputi perjanjian pelayanan berkala (psl.1601

BW), perjanjian perburuhan (psl.1601a BW) dan perjanjian pemborongan (psl.1601b

jo.psl.1604-1617BW). Hubungan perburuhan ini bersifat sub ordinat (atas –bawah)

Hubungan Pemberian Kuasa

Diatur di pasal 1792 BW, pengusaha sbg pemberi kuasa dan manager sbg

pemegang kuasa.

Pemberian kuasa adalah suatu perjanjian dimana seseorang memberikan

kekuasaan kpd org lain untuk mentelenggarakan urusan atas nama pemberi kuasa.

Perjanjian pemberian kuasa ini bersifat sederajat dan dapat terjadi tanpa

mengharap upah

Page 10: Resume Pengantar Hukum Bisnis

Pengantar Hukum Bisnis | 9

PERSEKUTUAN PERDATAPERSEKUTUAN PERDATA

Diatur dalam Pasal 1618 s.d. 1652 KUHPerdata, Buku III, Bab VIII tentang

Perserikatan Perdata (Burgerlijk Maatschap).

a. Pengertian Persekutuan Perdata

Persekutuan sebagai suatu perjanjian dimana dua orang atau lebih mengikatkan diri

untuk memasukkan sesuatu ke dalam persekutuan dengan maksud untuk membagi

keuntungan (Pasal 1618 KUHPerdata).

Unsur-unsur dalam Persekutuan Perdata meliputi :

1. Adanya pemasukan sesuatu ke dalam perserikatan (inbreng).

2. Inbreng dapat berupa uang, barang (materiil/immaterial), atau tenaga

(Pasal 1619 KUHPerdata).

3. Adanya pembagian keuntungan atau kemanfaatan diperoleh dari

pemasukan ersebut.

Persekutuan Perdata yang bertindak keluar terhadap pihak ketiga dengan terang-

terangan dan terus menerus untuk mendapatkan laba berubah menjadi Persekutuan

Perdata atau Perserikatan Perdata Jenis Khusus (Pasal 1623 KUHPerdata).

b. Pembagian Keuntungan Persekutuan Perdata

Diatur dalam perjanjian pendirian Persekutuan Perdata, dengan ketentuan tidak

boleh memberikan keuntungan hanya pada satu orang, tapi boleh membebankan

kerugian pada satu sekutu (Pasal 1635 KUHPerdata). Apabila dalam perjanjian tidak

diatur mengenai pembagian keuntungan, maka berpedoman pada Pasal 1633

KUHPerdata.

Pembagian keuntungan berdasarkan pada asas keseimbangan pemasukan,

artinya :

1) Pembagian dilakukan menurut harga nilai dari pemasukan masing-masing sekutu

kepada persekutuan.

Page 11: Resume Pengantar Hukum Bisnis

Pengantar Hukum Bisnis | 10

2) Sekutu yang hanya memasukkan kerajinan saja pembagiannya sama dengan

sekutu yang nilai barang pemasukkannya terendah, kecuali ditentukan lain.

3) Sekutu yang hanya memasukkan tenaga kerja mendapat bagian keuntungan sama

rata, atau disamakan dengan sekutu yang memasukkan uang atau benda terkecil,

kecuali ditentukan lain (Pasal 1633 ayat (2) KUHPerdata)

c. Pendirian Persekutuan Perdata

Persekutuan Perdata didirikan berdasarkan perjanjian diantara para pihak (asas

konsensualisme) dan tidak memerlukan pengesahan Pemerintah

d. Pertanggung Jawaban Sekutu

Perbuatan hukum seorang sekutu yang dilakukan dengan pihak ketiga hanya

mengikat sekutu yang bersangkutan dan tidak mengikat sekutu-sekutu yang lain (Pasal

1644 KUHPerdata), kecuali bila :

1) Sekutu-sekutu yang lain telah memberikan kuasa untuk itu.

2) Perbuatan sekutu tersebut secara nyata memberikan manfaat bagi persekutuan.

e. Status Hukum Persekutuan Perdata

Berdasarkan Pasal 1644 KUHPerdata maka Persekutuan Perdata bukan termasuk

badan hukum, karena pada suatu badan hukum, perbuatan seorang sekutu atas nama

persekutuan akan mengikat persekutuan tersebut terhadap pihak ketiga. Terbentuknya

Persekutuan Perdata tidak memerlukan pengesahan Pemerintah sebagai syarat formil

suatu badan hukum.

f. Berakhirnya Persekutuan Perdata

Berdasarkan Pasal 1646 KUHPerdata, Persekutuan Perdata dapat berakhir

akibat :

1) Lewatnya waktu dimana persekutuan diadakan.

2) Musnahnya barang atau selesainya perbuatan yang menjadi pokok persekutuan.

3) Atas kehendak semata-mata dari beberapa sekutu.

Page 12: Resume Pengantar Hukum Bisnis

Pengantar Hukum Bisnis | 11

4) Salah satu sekutu meninggal, berada di bawah pengampunan atau jatuh

pailit

PERSEKUTUAN FIRMAPERSEKUTUAN FIRMA (Fa)

Persekutuan Firma diatur dalam Pasal 16 s.d. Pasal 35 KUHDagang.

a. Pengertian Firma

Firma berasal dari bahasa Belanda “venootschap onder firma” yang berarti

sebuah perserikatan dagang antara beberapa perusahaan. Firma adalah suatu

Persekutuan Perdata yang menyelenggarakan perusahaan atas nama bersama dan tiap-

tiap sekutu yang tidak dikecualikan satu dengan lain hal dapat mengikatkan Firma

dengan pihak ketiga dan mereka masing-masing bertanggung jawab atas seluruh hutang

Firma secara tanggung-menanggung (Pasal 16 s.d. Pasal 18 KUHDagang).

Dasar Hukum Persekutuan Firma adalah suatu “Maatschap” dan sebagai

Maatschap khusus, Persekutuan Firma mempunyai unsur-unsur khusus, yaitu :

1) Selalu menyelenggarakan perusahaan (Pasal 16 KUHDagang).

Misal : membuat Pembukuan, Pendaftaran Perusahaan, dll.

2) Mempunyai nama bersama (Pasal 16 KUHDagang).

2) Kata Firma berarti nama bersama, yaitu nama sekutu yang dipakai menjadi nama

perusahaan. Misal : salah satu sekutu bernama Budiman, maka nama

perusahaannya menjadi “Fa. Budiman Bersaudara”

3) Pertanggungjawabannya tanggung-menanggung atau bersifat pribadi untuk

keseluruhan (Hoofdellijk voor het geheel) dan pada asasnya tiap-tiap sekutu

dapat mengikatkan Firma dengan pihak ketiga (Pasal 18 KUHDagang).

b. Pendirian Firma

Persekutuan Firma terbentuk sejak adanya kata sepakat secara lisan atau tertulis

antara para sekutu (pendiri), baik dengan akta otentik maupun akta di bawah tangan

(Pasal 16 KUHDagang jo. Pasal 1618 KUHPerdata). Bentuk perjanjian mendirikan

Persekutuan Firma adalah perjanjian konsensuil. Tata cara (prosedur) pendirian Firma

menurut KUHDagang adalah :

Page 13: Resume Pengantar Hukum Bisnis

Pengantar Hukum Bisnis | 12

1) Pembentukan Firma

Akta pendirian Firma yang dibuat di hadapan Notaris, tidak menjadi syarat

mutlak terbentuknya Persekutuan Firma tetapi hanya sebagai alat bukti utama terhadap

pihak ketiga mengenai keberadaan Firma tersebut (Pasal 22 KUHDagang). Ketentuan

bahwa ketiadaan akta tidak boleh dikemukakan untuk merugikan pihak ketiga

dimaksudkan bahwa tidak adanya akta otentik tidak boleh digunakan sebagai dalih bagi

pihak ketiga bahwa Firma itu tidak ada, sehingga dapat merugikan pihak ketiga.

Sebaliknya pihak ketiga dapat membuktikan adanya Persekutuan Firma dengan alat

bukti lainnya, seperti surat- surat, saksi, dll.

2) Pendaftaran Firma

Persekutuan Firma harus mendaftarkan akta pendiriannya atau hanya petikannya

saja ke kepaniteraan Pengadilan Negeri di mana Persekutuan Firma tersebut didirikan

(Pasal 23 dan Pasal 24 KUHDagang).

Petikan Akta Pendirian Persekutuan Firma harus memuat :

a. Nama, nama depan, pekerjaan dan tempat tinggal para sekutu firma.

b. Menyebutkan keterangan apakah persekutuan itu umum atau hanya terbatas

pada suatu cabang perusahaan khusus.

c. Penunjukan sekutu-sekutu yang dikecualikan dari hak menandatangani untuk

firma.

d. Saat mulai berlakunya dan akan berakhirnya persekutuan.

e. Bagian-bagian dari persetujuan persekutuan guna menentukan hak-hak pihak

ketiga terhadap persekutuan.

Tujuan mendaftarkan Akta Pendirian Persekutuan Firma adalah bahwa pihak

ketiga tidak perlu mengetahui tentang besarnya modal Persekutuan maupun persoalan

yang terjadi di antara para sekutu yang sifatnya pribadi dan tidak ada hubungannya

dengan pihak ketiga.

3) Pengumuman Firma

Akta pendirian Firma harus diumumkan dalam Berita Negara RI (Pasal 28

KUHDagang). Sesuai Pasal 29 KUHDagang, Persekutuan Firma yang belum melakukan

Page 14: Resume Pengantar Hukum Bisnis

Pengantar Hukum Bisnis | 13

pendaftaran dan pengumuman, maka Persekutuan Firma tersebut harus dianggap sebagai

:

a. Persekutuan Umum yang menangani segala urusan perniagaan.

b. Didirikan untuk waktu tidak terbatas.

c. Seolah-olah tidak ada seorang sekutu pun yang dikecualikan dari hak

bertindak perbuatan hukum dan hak menandatangani atas nama firma.

Apabila sekutu melanggar ketentuan-ketentuan dalam Anggaran Dasar sebelum

Firma didaftarkan dan diumumkan, maka pihak ketiga dapat menuntut kepada

Persekutuan Firma, dengan cara memperhitungkan pelanggaran yang harus

dipertanggungjawabkan secara pribadi oleh sekutu yang melakukan pelanggaran

tersebut.

c. Pertanggung Jawaban Sekutu Firma

Dalam hal pengurus Persekutuan (Pasal 17 KUHDagang), apabila tidak dibuat

peraturan-peraturan khusus mengenai cara-caranya mengurus, maka :

1) Para sekutu dianggap secara timbal-balik telah memberi kuasa supaya yang satu

melakukan pengurusan bagi yang lain.

2) Para sekutu boleh menggunakan barang-barang kekayaan Persekutuan asalkan

sesuai dengan tujuan dan kepentingan Persekutuan.

3) Para sekutu wajib turut memikul biaya yang diperlukan untuk pemeliharaan

barang-barang Persekutuan.

4) Para sekutu tidak boleh membuat hal-hal yang baru terhadap benda-benda tidak

bergerak dari Persekutuan, tanpa persetujuan sekutu-sekutu yang lain.

5) Pengurus Persekutuan wajib memelihara harta kekayaan Persekutuan dan

mengusahakan agar Persekutuan dapat berjalan lancar sesuai dengan tujuannya.

d. Kewajiban Para Sekutu Firma

Kewajiban untuk melakukan pemasukan (inbreng) bagi para sekutu tidak

menyebabkan Persekutuan Firma berubah menjadi Persekutuan Modal. Tetapi dengan

adanya perjanjian kerja sama dengan nama bersama, Persekutuan Firma merupakan

Page 15: Resume Pengantar Hukum Bisnis

Pengantar Hukum Bisnis | 14

Persekutuan Orang (Personen Vennootschap), yang peranan modal dan peranan sekutu-

sekutunya menjadi satu.

1) Hal ini akan bertambah jelas bahwa pada Persekutuan Firma :

Para sekutu wajib menyetorkan sesuatu ke dalam Persekutuan. Apabila

kewajiban tersebut belum dipenuhi, maka sekutu berhutang kepada Persekutuan

(Pasal 1625 KUHPerdata). Sesuatu yang disetorkan para sekutu ke dalam

Persekutuan dapat berupa :

2) Benda atau barang tertentu. Dasar penyetorannya adalah perjanjian jual-beli.

Para sekutu sebagai penjual, sedangkan Persekutuan sebagai pembeli. Jika

barang yang disetorkan pada Persekutuan bukan milik pribadi sekutu dan

diminta kembali oleh pemiliknya atau barang tersebut cacat dan tidak bisa

digunakan, maka sekutu yang bersangkutan harus mengganti barang itu dengan

sejumlah uang senilai barang atau menggantinya dengan barang lain yang sejenis

3) Manfaat atau penggunaan dari barang/benda. Perlu dilihat apakah barang

tersebut mudah musnah/habis karena penggunaannya. Maka risiko pertama

dipikul oleh para sekutu dan risiko kedua dipikul oleh persekutuan (Pasal 1631

KUHPerdata).

4) Uang. Jika sekutu terlambat menyetorkan uang, maka akan dibebani bunga atas

jumlah uang yang telah disepakati. Besarnya bunga dihitung mulai dari saat

sekutu menghadap Pengadilan dan ditentukan oleh undang-undang (Pasal 1250

KUHPerdata). Apabila sekutu memakai uang dari kas persekutuan untuk

keperluan pribadi, maka bunga dihitung sejak hari ia mengambil uang itu (Pasal

1626 KUHPerdata).

5) Tenaga kerja. Digunakan untuk mencapai tujuan Persekutuan dan seluruh hasil

yang diperoleh hanya untuk Persekutuan. Sekutu bertanggung jawab dan wajib

memberikan perhitungan kepada persekutuan atas semua keuntungan yang

diperoleh dari pekerjaannya (Pasal 1627 KUHPerdata).

e. Status Hukum Persekutuan Firma

Bahwa Persekutuan Firma adalah badan hukum, karena berlaku sebagai badan

hukum yang berarti berlaku sebagai “persoon” terhadap hukum, juga sebagai subjek

Page 16: Resume Pengantar Hukum Bisnis

Pengantar Hukum Bisnis | 15

hukum yang mempunyai hak dan kewajiban hukum sendiri (Pasal 16, 17 dan 18

KUHDagang). Tetapi pendapat yang umum di Indonesia menyatakan bahwa

Persekutuan Firma belum merupakan badan hukum, karena meskipun dalam Firma

sudah dipenuhi syarat-syarat materiil suatu badan hukum, tetapi syarat formilnya belum

terpenuhi.

f. Berakhirnya Firma

Firma merupakan Persekutuan Perdata bentuk khusus, maka bubarnya Firma

berlaku peraturan yang sama dengan Persekutuan Perdata yang diatur dalam Bab VIII,

Buku III, KUHPerdata, mulai dari Pasal 1646 s.d. Pasal 1652 KUHPerdata, serta Pasal

31 s.d. Pasal 35 KUHDagang.

g. Ciri dan Sifat Firma

1) Apabila terdapat hutang tak terbayar, maka setiap pemilik wajib melunasi

dengan harta pribadi.

2) Setiap anggota firma memiliki hak untuk menjadi pemimpin.

3) Keanggotaan firma melekat dan berlaku seumur hidup.

4) Seorang anggota mempunyai hak untuk membubarkan firma.

5) Pendiriannya tidak memerlukan akta pendirian.

6) Mudah memperoleh kredit usaha.

Page 17: Resume Pengantar Hukum Bisnis

Pengantar Hukum Bisnis | 16

PERSEKUTUAN KOMANDITER

Pengertian Persekutuan Komanditer

Perseroan yang terbentuk dengan cara meminjamkan uang atau disebut juga

perseroan komanditer, didirikan antara seseorang atau antara beberapa orang persero

yang bertanggung jawab secara tanggung-renteng untuk keseluruhannya, dan satu orang

atau lebih sebagai pemberi pinjaman uang. (Pasal 19 ayat (1) KUHDagang) Persekutuan

Komanditer adalah persekutuan firma dengan suatu keistimewaan yang dibentuk oleh

satu atau beberapa orang sekutu komanditer, dimana modal komanditernya berasal dari

pemasukan para sekutu komanditer, sehingga Persekutuan Komanditer mempunyai

harta kekayaan yang terpisah (Pasal 19 ayat (2) KUHDagang).

Macam-macam Sekutu

1) Sekutu Kerja/Sekutu Aktif/Sekutu Komplementer adalah sekutu yang

memasukkan modal dalam persekutuan, menjadi pengurus Persekutuan,

mengelola usaha secara aktif yang melibatkan harta pribadi, termasuk membuat

perikatan atau hubungan hukum dengan pihak ketiga. Tanggung jawab sekutu ini

sampai pada harta pribadinya (Pasal 18 KUHDagang)

2) Sekutu Tidak Kerja/Sekutu Pasif/Sekutu Komanditer (Sleeping Partners/stille

vennoot) adalah sekutu yang wajib menyerahkan uang/benda/tenaga pada

persekutuan sebagai pemasukan dan berhak menerima keuntungan tapi tidak

bertugas mengurus Persekutuan. Sekutu ini hanya sebagai pelepas uang

(geldschieter), pemberi uang atau orang yang mempercayakan uangnya.

Tanggung jawab sekutu ini terbatas pada jumlah pemasukannya dalam

persekutuan, sehingga tidak berwenang ikut campur dalam pengurusan

persekutuan. Bila dilanggar maka tanggung jawabnya diperluas yaitu tanggung

jawab pribadi untuk keseluruhan seperti pada sekutu kerja (Pasal 21

KUHDagang).

Status Hukum Pendapat yang umum di Indonesia menyatakan bahwa

Persekutuan Komanditer belum merupakan badan hukum, karena meskipun dalam

Persekutuan Komanditer sudah memenuhi syarat-syarat materiil suatu badan hukum,

tetapi pengesahan dari Pemerintah belum dipenuhi sebagai syarat formilnya.

Page 18: Resume Pengantar Hukum Bisnis

Pengantar Hukum Bisnis | 17

Hubungan Intern atau Ekstern Para Sekutu

Dalam soal pengurusan Persekutuan, sekutu komanditer dilarang melakukan pengurusan

meskipun dengan surat kuasa. Ia hanya boleh mengawasi pengurusan jika memang

ditentukan demikian di dalam Anggaran Dasar persekutuan.

Dalam CV hanya sekutu komplementer yang boleh mengadakan hubungan

terhadap pihak ketiga. Jadi yang bertanggung jawab kepada pihak ketiga hanya sekutu

komplementer.

Berakhirnya Persekutuan Komanditer

Ketentuan berakhirnya persekutuan komanditer diatur dalam KUH Perdata pasal

1646 s.d 1652 serta KUH Dagang pasal 31 s.d 35 antara lain:

1. Karena ketentuan waktu sudah habis;

2. Karena salah seorang anggoa meninggal dunia, jatuh failit;

3. Karena yang menjadi obyek persekutuan sudah punah;

4. Karena permintaan bubar dari anggota persektutuan sendiri.

Page 19: Resume Pengantar Hukum Bisnis

Pengantar Hukum Bisnis | 18

Perseroan TerbatasIstilah Perseroan Terbatas

Perseroan Terbatas (PT) disebut juga Naamloze Vennotschap (NV) atau Limited

Company (Ltd.) diatur dalam UU No.1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas (PT),

yang mencabut berlakunya Pasal 35 s.d. Pasal 56 KUHDagang.

PERSEROAN TERBATAS

Pengertian Perseroan Terbatas / Korporasi / Korporat

1) Adalah organisasi bisnis berbadan hukum resmi yang dimiliki oleh minimal dua

orang dengan tanggung jawab yang hanya berlaku pada perusahaan tanpa

melibatkan harta pribadi atau perseorangan yang ada di dalamnya.

2) Adalah Badan Hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan

kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan

memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini (Pasal 1 ayat

(1) UU No. 1 Tahun 1995).

Pendirian

Dalam Pasal 7 ayat (1) UU PT menyatakan bahwa :

"Perseroan Terbatas didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta notaris yang

dibuat dalam bahasa Indonesia".

Dalam definisi atau persyaratan ini terdapat unsur-unsur pokok :

1) "oleh dua orang" maksudnya adalah bahwa pendirian PT minimal harus ada dua

orang, karena dalam mendirikan perusahaan atau badan hukum harus didasarkan

pada perjanjian yang disebut "asas kontraktual". Oleh karena itu "orang" dalam

hal ini diartikan sebagai "orang perseorangan" atau sebagai "artificial person atau

natuurlijk person" yaitu badan hukum.

2) "akta notaris” artinya harus otentik dan tidak boleh di bawah tangan melainkan

dibuat oleh pejabat umum.

3) "bahasa Indonesia" artinya bukan dalam bahasa Inggris atau bahasa-bahasa

lainnya. Tetapi bukan berarti tidak boleh diterjemahkan ke dalam bahasa lain.

Page 20: Resume Pengantar Hukum Bisnis

Pengantar Hukum Bisnis | 19

Undang-undang mewajibkan bahwa pada saat pendirian, setiap pendiri harus

mengambil bagian saham atau sejumlah saham. Apabila ternyata setelah pengesahan

oleh Menteri Kehakiman, pemegang saham perseroan menjadi kurang dari dua orang,

maka pemegang saham wajib mengalihkan sebagian sahamnya kepada orang lain paling

lama 6 (enam) bulan terhitung sejak keadaan tersebut terjadi (Pasal 7 ayat (3) UU PT).

Apabila telah melewati batas waktu 6 (enam) bulan, sedangkan sebagian

sahamnya belum juga dialihkan kepada orang lain atau pemegang sahamnya tetap

kurang dari 2 (dua) orang, maka pemegang saham bertanggung jawab secara pribadi

atas segala perikatan atau kerugian perseroan. Atas permohonan pihak yang

berkepentingan, maka Pengadilan Negeri dapat membubarkan perseroan tersebut (Pasal

7 ayat (4) UU PT).

Modal & Saham

Pemilik modal PT tidak harus memimpin perusahaan karena dapat menunjuk

orang lain di luar pemilik modal untuk menjadi pimpinan. Untuk mendirikan PT

dibutuhkan sejumlah modal minimal dalam jumlah tertentu dan berbagai persyaratan

lainnya.

1) Struktur Modal

Untuk membentuk perseroan diperlukan adanya modal perseroan (Pasal 24 UU

PT) yang disebut modal dalam Anggaran Dasar, antara lain :

a. Modal Dasar (authorized capital) adalah sejumlah modal yang dibutuhkan untuk

menjalankan perusahaan. Pasal 25 UU PT menentukan bahwa Modal dasar PT

minimal Rp. 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah).

b. Modal ditempatkan (issued capital atau subcribed capital) adalah sebagian dari

modal dasar yang telah disanggupi untuk diambil para pendiri atau para

pemegang saham perseroan dalam bentuk saham, sehingga mereka mempunyai

kewajiban untuk membayar atau melakukan penyetoran kepada perseroan.

Dalam modal yang ditempatkan ini bisa termasuk saham treasury atau treasury

stock. Pasal 26 ayat (1) UU PT menentukan bahwa pada saat pendirian PT,

minimal 25 % dari modal dasar harus sudah ditempatkan.

Page 21: Resume Pengantar Hukum Bisnis

Pengantar Hukum Bisnis | 20

c. Saham treasury atau Treasury stock adalah saham yang telah dikeluarkan ke

masyarakat oleh perseroan dan kemudian diambil/dibeli kembali. Saham

treasury tidak memperoleh deviden dan tidak dapat dipergunakan dalam

pemungutan suara karena selama dipegang oleh perseroan saham treasury tidak

mempunyai hak suara.

d. Modal disetor (paid up capital) adalah sejumlah modal yang benar-benar ada

dalam kas PT. Pasal 26 ayat (2) UU PT menentukan bahwa setiap penempatan

modal tersebut, 50% (lima puluh persen) dari nilai nominal setiap saham yang

dikeluarkan harus telah disetor.

Pasal 26 ayat (3) UU PT menegaskan bahwa sisa dana (50% lagi) atau seluruh

saham yang telah dikeluarkan harus sudah disetor penuh pada saat pengesahan PT oleh

Menteri Kehakiman RI dengan bukti penyetoran yang sah.

2) Penyetoran Atas Saham

Saham adalah surat bukti penyertaan modal dalam kepemilikan suatu Perseroan

Terbatas. Penyetoran atas saham bisa dalam bentuk uang atau dalam bentuk benda

berwujud atau benda tidak terwujud yang dapat dinilai dengan uang. Penilaian harga

tersebut ditetapkan oleh “ahli” yaitu perseorangan atau badan hukum yang disahkan

oleh pemerintah dan berdasarkan keahlian atau pengetahuannya mampu untuk menilai

harga benda tersebut dan tidak terikat pada perseroan.

Penyetoran saham secara tunai dilakukan pada saat pendirian atau telah disetor

penuh paling lambat sesudah perseroan memperoleh pengesahan sebagai badan hukum

dari Menteri Kehakiman. Penyetoran harus disertai bukti penyetoran yang sah. Setelah

perseroan menjadi badan hukum, maka setiap pengeluaran saham oleh perseroan harus

dibayar penuh oleh pemegang saham.

Penyetoran atas saham dalam bentuk lain selain dalam bentuk uang harus

disertai rincian yang menerangkan nilai atau harga, jenis atau macam, status, tempat

kedudukan dan lain-lain yang dianggap perlu demi kejelasan mengenai penyetoran

tersebut.

3) Penambahan Modal

Penambahan modal perseroan yaitu penambahan modal dasar, modal

ditempatkan dan modal disetor dan hanya dapat dilakukan berdasarkan keputusan RUPS

Page 22: Resume Pengantar Hukum Bisnis

Pengantar Hukum Bisnis | 21

yang sah serta dilaksanakan sesuai dengan keputusan mengenai panggilan rapat,

kuorum, dan jumlah suara untuk perubahan Anggaran Dasar.

4) Pengurangan Modal

Pengurangan Modal adalah pengurangan modal dasar, modal ditempatkan, dan

modal disetor dan hanya dapat dilakukan berdasarkan keputusan RUPS serta

dilaksanakan sesuai dengan keputusan mengenai panggilan rapat, kuorum, dan jumlah

suara untuk perubahan Anggaran Dasar (Pasal 35 UU PT).

Organ

Organ PT adalah RUPS, Direksi dan Komisaris (Pasal 1 ayat (2) UU PT).

1) RUPS

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) adalah organ perseroan yang memegang

kekuasaan tertinggi dalam perseroan dan memegang segala wewenang yang tidak

diserahkan kepada Direksi atau Komisaris (Pasal 1 angka (3) UU PT). RUPS berhak

memperoleh segala keterangan yang berkaitan dengan kepentingan PT dari Direksi dan

Komisaris.

2) Direksi

Direksi adalah organ perseroan yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan

perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di

dalam maupun di luar pengadilan sesuai ketentuan Anggaran Dasar (Pasal 1 angka (4)

UU PT).

3) Komisaris

Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara

umum dan atau khusus serta memberikan nasehat kepada Direksi dalam menjalankan

perseroan (Pasal 1 angka (5) UU PT).

Pembubaran & Likuiditas PT

Pasal 114 UU PT menentukan suatu perseroan menjadi bubar atau berakhir

karena :

1. Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham.

2. Jangka waktu PT sudah berakhir.

Page 23: Resume Pengantar Hukum Bisnis

Pengantar Hukum Bisnis | 22

3. Bubar karena penetapan Pengadilan.

4. Penetapan Pengadilan tentang pembubaran PT dilakukan berdasarkan

permohonan dari :

a. Kejaksaan, karena dugaan bahwa perseroan melanggar kepentingan umum.

b. Pemegang saham mewakili paling sedikit 10% suara.

c. Pihak yang berkepentingan berdasarkan alasan adanya cacat hukum dalam

Akta Pendirian PT.

Pasal 124 mengenai likuidasi PT

1) Likuidator bertanggungjawab kepada RUPS atas likuidasi yang dilakukan.

2) Sisa kekayaan hasil likuidasi diperuntukkan bagi para pemegang saham.

3) Likuidator wajib mendaftarkan dan mengumumkan hasil akhir proses likuidasi

sesuai dengan ketentuan Pasal 21 dan Pasal 22 serta mengumumkannya dalam 2

(dua) surat kabar harian.

PERUSAHAAN NEGARA

I. BUMN

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan badan usaha yang dikenal dengan

public enterprise, yang berisikan dua elemen esensial, yaitu unsur pemerintah

(public) dan unsur bisnis (enterprise). Seberapa besar persentase masing-masing

unsur itu di suatu BUMN tergantung pada tipe dan jenis BUMN nya (Pandji

Anoraga, 1997);

BUMN dibentuk melalui undang-undang. Artinya dikehendaki oleh pemerintah

dan disetujui oleh DPR. Oleh karena itu BUMN adalah produk politis. (Chairuman

Armia, 1989). Dengan demikian keberadaan BUMN merupakan alat untuk

melaksanakan tujuan politik pemerintahan;

Terdapat 3 (tiga) makna public dalam BUMN (public enterprise), yaitu:

1. Public purpose, bisa dijabarkan sebagai tujuan pemerintah untuk mencapai cita-

cita di bidang sosial, politik dan ekonomi, untuk kesejahteraan bangsa dan

negara;

Page 24: Resume Pengantar Hukum Bisnis

Pengantar Hukum Bisnis | 23

2. Public ownership, kepemilikan dikuasai oleh pemerintah, karena saham

mayoritas dikuasai oleh pemerintah;

3. Public controll, program kerja dan kinerja diawasi oleh pemerintah, sebagai

pemegang saham mayoritas;

Fenomena BUMN merupakan fenomena universal.

Berkaitan dengan sistem ekonomi apapun, selalu terdapat sektor yang

menyangkut hajat hidup orang banyak dan dinilai vital strategis yang tidak bisa

diserahkan kepada perorangan atau perusahaan swasta murni kecuali kepada

BUMN dengan misi khuusus melayani hajat hidup orang banyak secara adil dan

harga terjangkau. Sebagai contoh, sektor utilitas publik (e.g. Kereta Api)

merupakan sektor ekonomi yang menuntut monopoli secara natural;

Namun dalam perkembangannya, banyak BUMN mengalami transformasi

menuju swastanisasi (privatisasi), dengan prinsip bahwa tujuan ahir dari sebuah

BUMN bukanlah status kepemilikannya, namun pelayanan publiklah yang harus

diprioritaskan

Dalam aktifitas perekonomian Indonesia, BUMN merupakan pelaku ekonomi

yang paling besar peranannya. Contoh: Pertamina, Telkom, Garuda, Lembaga

Keuangan, dan PLN;

Namun, gambaran umum BUMN adalah organisasi bisnis yang gemuk dan

lamban, kurang bisa menjawab tantangan era globalisasi yang memerlukan

kecepatan sebagi faktor untuk memenangkan persaingan;

Penyebabnya a.l. masalah struktur, karena terkait dengan birokrasi pemerintah,

sehingga memaksa manajemen lebih bersifat birokratis;

Di samping itu, BUMN dikondisikan monopolistis yang kurang mendukung

efisiensi pengelolaan usaha, sehingga apabila bergerak di pasar bebas tidak

biasa/bisa bersaing. (Tanri Abeng, 1997)

Beberapa upaya untuk melepaskan monopoli a.l. dengan cara kerjasama

operasional (KSO), Built, oparate, and Transfer (BOT) dsb. BUMN utilitas

publik, sebagian telah diubah dari status semula berbentuk perjan atau perum

menjadi persero;

Page 25: Resume Pengantar Hukum Bisnis

Pengantar Hukum Bisnis | 24

II. Perusahaan Negara Jawatan (Perjan)

Perjan adalah suatu bentuk usaha negara yang merupakan perpanjangan tangan atau

merupakan bagian dari suatu departemen dalam melaksanakan pelayanannya kepada

masyarakat;

Dengan demikian kegiatan yang dilakukan perjan terutama ditujukan untuk

keperluan dan kesejahteraan masyarakat sebagai bagian dari tugas pokok salah satu

departemen dengan tetap memperhatikan segala segi efisiensinya. Oleh karenanya

perjan dapat memiliki fasilitas-fasilitas negara dan status pegawainya adalah sebagai

pegawai negeri.

Menurut UU no. 9 tahun 1969, ciri-ciri Perjan (IBW) Govermental Agency, adalah:

1. Makna usaha dan tujuan perusahaan adalah public service;

2. Status hukum bukan badan hukum;

3. Hubungan organisatoris dengan pemerintah sebagai bagian dari

departemen/ditjen (tidak otonom);

4. Pemilikan/penguasaan pemerintah, sepenuhnya dan langsung seperti terhadap

dep/ditjen/dit;

5. Pengurusan oleh pemerintah; pemimpin adalah kepala jawatan yang diangkat

oleh pemerintah;

6. Pengawasan oleh pemerintah; langsung dan secara hierarkis fungsional,

pemeriksaan dilakukan oleh akuntan negara, dan neraca disyahkan oleh

menteri;

7. Kekayaan/permodalan; dari pemerintah melalui anggaran belanja tahunan;

8. Status kepegawaian; pegawai negeri;

9. Ruang lingkup kegiatan usaha; pada umumnya public utility yang bersifat

vital dan strategis;

II. PERUSAHAAN NEGARA UMUM (PERUM)

Perum adalah perusahaan negara yang bertujuan mencari keuntungan namun tetap

tidak mengabaikan kesejahteraan masyarakat;

Page 26: Resume Pengantar Hukum Bisnis

Pengantar Hukum Bisnis | 25

Dalam Inpres no. 17 tanggal 28 Desember 1967, dinyatakan, kegiatan usaha Perum

terutama ditujukan untuk melayani kepentingan umum baik kepentingan di bidang

produksi, distribusi maupun konsumsi tanpa mengabaikan prinsip-prinsip efisiensi;

Direksi yang memimpin Perum bertanggung jawab atas segala hubungan hukum

dengan pihak lain; diatur menurut hukum perdata;

Tuntutan-tuntutan hukum dari pihak luar ditujukan kepada perusahaan, sebab Perum

berstatus sebagai badan hukum;

Semua kegiatan, hubungan dan tata laksana organisasi diatur secara khusus dan tidak

terlepas dari peraturan tentang pembentukan perum tersebut.

Menurut UU 19 prp. Tahun 1960, ciri-ciri Perum (Public Corporation), adalah:

1. Makna usaha dan tujuan perusahaan adalah public service dan profit;

seimbang/ kondisional;

2. Status hukum adalah badan hukum, berdasarkan UU 19 prp. Tahun 1960 dan

peraturan pemerintah tentang pendirian;

3. Hubungan organisatoris dengan pemerintah; berdiri sendiri sebagai kesatuan

organisasi yang terpisah (otonom);

4. Pemilikan/penguasaan pemerintah, sepenuhnya dan tidak langsung, yaitu

melalui penanaman kekayaan negara yang dipisahkan;

5. Pengurusan oleh pemerintah; pimpinan adalah suatu direksi yang diangkat oleh

pemerintah;

6. Pengawasan oleh pemerintah; melalui pejabat atau badan yang berfungsi

sebagai komisaris. Pemeriksaan oleh akuntan negara, dan neraca disyahkan

oleh menteri;

7. Kekayaan/permodalan; dari kekayaan negara yang dipisahkan dan merupakan

modal dasar Perum. Modal tidak terbagi dalam saham;

8. Status kepegawaian; pegawai perusahaan negara berdasarkan undang-undang

tersediri;

9. Ruang lingkup kegiatan usaha; pada umumnya usaha-usaha pentinmg berupa

public utility /service;

Page 27: Resume Pengantar Hukum Bisnis

Pengantar Hukum Bisnis | 26

III. Perseroan Terbatas Negara atau PT (Persero)

PT (Persero) merupakan salah satu bentuk perusahaan milik negara yang

sebelumnya bernama perusahaan negara (PN). Pada umumnya persero ini terjadi

dari PN kemudian dilakukan penambahan modal yang ditawarkan kepada pihak

swasta. Pada nama perusahaan diberi tanda (Persero), seperti PT. (Persero) Pupuk

Kujang;

Menurut Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1969;

Persero adalah semua perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas dan diatur

menurut Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dalam mana seluruh atau sebagian

saham-sahamnya dililiki oleh negara dari kekayaan negara yang dipisahkan;

Tujuan persero adalah mencari keuntungan maksimum dengan menggunakan faktor-

faktor produksi yang ada secara efisien;

Dasar hukum perubahan bentuk PN menjadi Persero adalah:

1. Inpres no. 17 tanggal 28 Desember 1967;

2. Perpu no. 1 tahun 1969;

3. PP no. 12 tahun 1969.

Menurut Inpres 17 tahun 1967, ciri-ciri pokok persero adalah:

1. Makna usaha adalah untuk mencari keuntungan;

2. Status hukum sebagai hukum perdata berbentuk Perseroan Terbatas;

3. Hubungan usaha diatur menurut hukum perdata;

4. Modal seluruhnya atau sebagian merupakan milik negara dari kekayaan

negara yang dipisahkan.

5. Tidak memiliki fasilitas negara;

6. Pimpinan dipegang oleh direksi;

7. Karyawan berstatus sebagai karyawan perusahaan

8. Peranan pemerintah adalah sebagai pemegang saham. Hak suara didasarkan

pada banyaknya suara yang dimiliki atau menurut perjanjian yang telah

ditentukan sebelumnya.

Selanjutnya, PP Nomor 12 Tahun 1969 mengatur bahwa bentuk PN dapat dialihkan

menjadi persero apabila telah memenuhi syarat-syarat berikut:

Page 28: Resume Pengantar Hukum Bisnis

Pengantar Hukum Bisnis | 27

1. Telah melakukan penyehatan sedemikian rupa sehingga perbandingan antara

faktor-faktor produksi menunjukan perbandingan yang rasional;

2. Telah menyusun neraca dan perkiraan rugi laba sampai saat dijadikan persero

dengan ketentuan bahwa neraca likuidasinya diperkirakan oleh Direktorat

Akuntan Negara dan disyahkan oleh menteri yang bersangkutan;

3. Telah melunasi semua hutang-hutangnya kepada kas umum negara;

4. Ada harapan untuk mengembangkan usahanya tanpa rugi.

Persero (KUHD) Government/State Company:

1. Makna usaha, tujuanperusahaan: profit sebagai titik berat (mencari keuntungan);

2. Status hukum: sebagai badan hukum perdata berdasarkan KUHD dan PP

pendirian (Akta Notaris);

3. Hubungan organisatoris dengan pemerintah; berdiri sendiri sebagai kesatuan

organisasi yang terpisah (otonom);

4. Pemilikan/penguasaan pemerintah, dapat sepenuhnya atau sebagian, yaitu

melalui pemilikan saham secara keseluruhan atau sebagian;

5. Pengurusan oleh pemerintah; pimpinan adalah direksi yang diangkat oleh RUPS;

6. Pengawasan oleh pemerintah; melalui Dewan Komisaris yang diangkat oleh

RUPS;

7. Kekayaan/permodalan; dari kekayaan negara yang dipisahkan dan merupakan

modal dasar persero, untuk keseluruhan atau sebagian modal perseroan, terbagi

dalam saham-saham;

8. Status kepegawaian; pegawai perusahaan swasta biasa;

9. Ruang lingkup kegiatan usaha; seperti pada perusahaan swasta biasa.

Page 29: Resume Pengantar Hukum Bisnis

Pengantar Hukum Bisnis | 28

PERJAN PERUM PERSERO

Public service Public service Memupuk keuntungan

Bagian dari dept,

dirjen/direktorat/

pemda

Berstatus Badan Hukum yg

diatur UUBdn Hk. Perdata berbentuk PT.

Hub. Hk. Publik Di bidang jasa vital Hub. Usaha secara perdata

Dipimpin oleh seorang

kepala

Dipimpin oleh Dewan

Direksi (max. 5 org)Dipimpin oleh Direksi

Tidak punya kekayaan

sendiri

Punya nama & kekayaan

sendiriPunya kekayaan yang terpisah

Memperoleh fasilitas

negaraTidak Tidak

Modal seluruhnya milik

negara

Modal seluruhnya milik

negaraBisa sebagian bisa seluruhnya

Pegawai berstatus PNS

Pegawainya diatur secara

tersendiri, bukan PNS,

bukan swasta

Pegawai berstatus pegawai swasta

Pengawasan secara

hirarki & fungsional

Pengawasan oleh Dewan

Pengawas & Satuan

Pengawasan Intern

Pengawasan oleh komisaris & SPI

Tidak mandiriTergantung politik tarif &

harga dari pemerintahMandiri