tugas makalah pip
Post on 06-Aug-2015
264 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara agraris yang mengedepankan pada sektor
pertanian dalam kegiatan pembangunan perekonomiannya. Salah satu
kegiatan pertanian yang menjadi komoditi utamanya adalah
perkebunan. Menurut direktorat pangan dan pertanian Indonesia, luas
areal pekebunan tanaman tahunan di Indonesia seluas 14.347 ribu
hektar dan luas areal perkebunan tanaman semusim seluas 14.919 ribu
hektar pada tahun 2000.
Salah satu hasil perkebunan di Indonesia adalah kelapa
sawit(Elaeis sp.). Kelapa sawit adalah tumbuhan industri penting
penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar
(biodiesel). Perkebunannya menghasilkan keuntungan besar sehingga
banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan
kelapa sawit. Di Indonesia penyebarannya di daerah Aceh, pantai timur
Sumatra, Jawa, dan Sulawesi.
Kelapa sawit termasuk dalam divisi Embryophyta Siphonagama,
termasuk dalam kelas Angiospermae, ordo Monocotyledonae, family
Arecaceae (dahulu disebut Palmae) serta termasuk dalam genus
Elaeis. Macam-macam spesies Kelapa sawit antara lain: Elaeis
guineensis, Elaeis oleifera, Elaeis odora.
Komoditas kelapa sawit yang memiliki berbagai macam kegunaan
baik untuk industri pangan maupun non pangan, prospek
pengembangannya tidak saja terkait dengan pertumbuhan minyak
nabati dalam negeri dan dunia, namun terkait juga dengan
perkembangan sumber minyak nabati lainnya, seperti kedelai, rape
seed dan bunga matahari. Dari segi daya saing, minyak kelapa sawit
mempunyai daya saing yang cukup kompetitif dibanding minyak
nabati lainnya, karena produktivitas per hektar cukup tinggi serta
merupakan tanaman tahunan yang cukup handal terhadap berbagai
perubahan agroklimat dan ditinjau dari aspek gizi minyak kelapa sawit
1
tidak terbukti sebagai penyebab meningkatnya kadar kolesterol bahkan
mengandung beta karoten sebagai pro-vitamin A.
Indonesia merupakan produsen kelapa sawit terbesar kedua setelah
Malaysia. Sebanyak 85% lebih pasar dunia kelapa sawit dikuasai oleh
Indonesia dan Malaysia. Data Ditjen Perkebunan Kementerian
Pertanian (Kementan) luas areal lahan perkebunan kelapa sawit di
Indonesia mencapai 7.824.623 hektare pada tahun dan pada 2011
mencapai 8.908.000 hektare, sementara di 2012 angka sementara
mencapai 9.271.000 hektare dan terus bertambah.
Kegiatan pertanian tidak akan lepas dari gangguan baik gangguan
biologis maupun non biologis. Gangguan hama dan penyakit
tumbuhan pasti ada dalam setiap usaha pertanian. Kelapa sawit
memiliki beberapa gangguan dari hama dan penyakit seperti ulat api
dan ulat kantong, tikus, rayap, adoretus dan apogonia, babi hutan, dan
penyakit lainnya. Untuk memperoleh hasil produksi maksimal
gangguan hama dan penyakit wajib dikendalikan agar produksi tidak
menurun dan tidak menurunkan kualitas hasil produksi. Maka dari itu
pengendalian hama dan penyakit menjadi aspek vital dalam
pertumbuhan, perkembangan dan pemeliharaan kelapa sawit.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman
tertentu pada tanah dan/atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem
yang sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman
tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan
serta manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha
perkebunan dan masyarakat (Dipertanhut 2011)
Berdasarkan siklus hidupnya, tumbuhan tahunan (perennial plants)
adalah tumbuhan yang dapat meneruskan kehidupannya setelah
bereproduksi atau menyelesaikan siklus hidupnya dalam jangka waktu
lebih daripada dua tahun. Banyak di antaranya berupa pohon,
meskipun terdapat pula terna ataupun semak. Untuk mengatasi
tantangan lingkungan, tumbuhan tahunan mengembangkan berbagai
strategi untuk bertahan hidup, seperti menggugurkan daun, mengubah
morfologi, atau menghasilkan senyawa tertentu yang membuat sel-
selnya mampu bertahan pada perubahan lingkungan yang ekstrem
(Wikipedia 2012)
Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil
minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel).
Perkebunannya menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak
hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa
sawit. Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit terbesar di
dunia. Di Indonesia penyebarannya di daerah Aceh, pantai timur
Sumatra, Jawa, dan Sulawesi (Wikipedia 2012)
Daerah yang baik untuk perkebunan kelapa sawit adalah daerah
dengan lama penyinaran matahari rata-rata 5-7 jam/hari. Curah hujan
tahunan 1.500-4.000 mm. Temperatur optimal 24-280C. Ketinggian
tempat yang ideal antara 1-500 m dpl. Kecepatan angin 5-6 km/jam
untuk membantu proses penyerbukan(Prabowo 2011)
3
Pengendalian hama adalah pengaturan makhluk-makhluk atau
organisme pengganggu yang disebut hama karena dianggap
mengganggu kesehatan manusia, ekologi, atau ekonomi. Pengendalian
hama berumur setidaknya sama dengan pertanian, lantaran petani perlu
mempertahankan tanamannya dari serangan hama. Untuk
memaksimalkan hasil produksi, tanaman perlu dilindungi dari tanaman
dan hewan pengganggu(Wikipedia 2009)
Secara umum, hama atau pest diartikan sebagai jasad pengganggu
(jasad renik, tumbuhan, dan hewan). Pada perkembangannya, istilah
hama didefinisikan dengan lebih khusus, yaitu hewan yang
mengganggu manusia, dan dipersempit lagi menjadi hewan yang
mengganggu tanaman (tumbuhan yang diupayakan manusia), maka
dikenal istilah Hama Tanaman atau Pests of Crops (Choirun 2011)
Ditinjau dari sudut biologi penyakit tumbuhan adalah terjadinya
perubahan fungsi sel dan jaringan inang sebagai akibat gangguan yang
terus menerus oleh agensi pathogen atau faktor lingkungan dan
berkembangnya gejala (Ningsih 2010)
Dalam perkebunan kelapa sawit terdapat dua kelompok hama
utama pemakan daun yaitu Ulat Api dan Ulat Kantong. Akibat
serangan serius hama tersebut diatas dapat menyebabkan
pertumbuhan tanaman muda terhambat sehingga akan memperpanjang
masa Tanaman Belum Menghasilkan (TBM). Defoliasi daun yang
serius pada Tanaman Menghasilkan (TM) dapat menyebabkan
penurunan produksi. Serangan yang telah meliputi areal yang luas
akan memerlukan biaya pengendalian yang mahal. Terjadinya
serangan yang serius tersebut disebabkan kegagalan dalam
melakukan deteksi pada saat serangan awal dan meliputi areal yang
sempit serta implementasi pengendalian yang tidak tepat(MMGP
2002)
4
III. PEMBAHASAN
A. Ulat Api dan Ulat Kantong
Dalam perkebunan kelapa sawit terdapat dua kelompok hama
utama pemakan daun yaitu Ulat Api dan Ulat Kantong. Akibat
serangan serius hama tersebut diatas dapat menyebabkan
pertumbuhan tanaman muda terhambat sehingga akan memperpanjang
masa Tanaman Belum Menghasilkan (TBM). Defoliasi daun yang
serius pada Tanaman Menghasilkan (TM) dapat menyebabkan
penurunan produksi. Serangan yang telah meliputi areal yang luas
akan memerlukan biaya pengendalian yang mahal. Terjadinya
serangan yang serius tersebut disebabkan kegagalan dalam
melakukan deteksi pada saat serangan awal dan meliputi areal yang
sempit serta implementasi pengendalian yang tidak tepat.
Metode Pengendalian hama dan ulat pemakan daun kelapa sawit
yang umum dilakukan menurut Pahan dan Gunawan(1997) adalah
sebagai berikut:
5
B
B. Tikus
Tikus merupakan salah satu hama utama yang dapat
menimbulkan kerusakan pada tanaman kelapa sawit dan tebu di
Indonesia. Pada kelapa sawit, bagian yang dirusak adalah pelepah
6
Umur Tanaman Metode Pengendalian
< 3 tahun
Bila rata-rata populasi larva <10
ekor/pelepah dan arealnya terbatas maka
dilakukan Handpicking
Bila rata-rata populasi larva >10 ekor maka
dilakukan penyemprotan insektisida atau
virus dengan knapsack sprayer atau mist
blower
3-7 tahun Semprot insektisida atau virus menggunakan
mist blower atau pulsfog
Infus akar dengan insektisida sistemik bila
areal serangannya terbatas
7-15 tahun
Semprot insektisida atau virus menggunakan
pulsfog
Infus akar dengan insektisida sistemik bila
areal serangannya terbatas
>15 tahun
Semprot insektisida atau virus menggunakan
pulsfog
Infus akar/trunk injection dengan insektisida
sistemik bila areal serangannya terbatas
sampai titik tumbuh pada tanaman muda, bunga dan buah pada
tanaman yang menghasilkan.
Pada kelapa sawit, seekor tikus belukar dapat menghabiskan
sekitar 6 sampai 14 gram daging buah per hari dan membawa
brondolan (buah lepas matang) ke dalam tumpukan pelepah
sebanyak 30 sampai 40 kali lipat dari konsumsinya. Jika populasi
tikus dalam 1 hektar berkisar antara 183–537 ekor dan berfluktuasi
sangat lambat, maka dapat ditaksir menyebabkan kehilangan
minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) minimal antara
828–962 kg/ha/tahun, tidak termasuk brondolan.
Selain itu, tandan buah yang luka akibat keratan tikus dapat
memacu peningkatan asam lemak bebas pada minyak sawit. Pada
daerah pengembangan baru perkebunan kelapa sawit dapat
menimbulkan kematian tanaman muda hingga mencapai 20–30%
Pada umumnya pengendalian serangan tikus di perkebunan
kelapa sawit dilakukan dengan menggunakan racun tikus
(rodentisida). Namun cara ini banyak memiliki kelemahan yaitu
dapat menimbulkan pencemaran bahan kimia beracun terhadap
lingkungan (air, tanah dan udara); menimbulkan bau bangkai tikus
disekitar kebun; menimbulkan jera umpan terhadap tikus; dan
membutuhkan pengawasan yang ketat terhadap penyebaran umpan
dan pengamatan terhadap umpan yang dimakan oleh tikus pada
tiga hari setelah perlakuan.
Salah satu strategi pengendalian hama tikus yang mengacu
pada prinsip pengendalian hama terpadu (PHT) yaitu pengendalian
secara biologis dengan menggunakan predator burung hantu (Tyto
alba). Pengendalian ini cukup efektif diterapkan pada tikus di
perkebunan kelapa sawit dibandingkan dengan pengendalian tikus
di perkebunan tebu. Burung hantu merupakan predator tikus yang
sangat potensial pada perkebunan kelapa sawit dan mampu
menurunkan serangan tikus pada tanaman muda hingga di bawah
7
5%. Biaya pengendalian serangan tikus dengan burung hantu
hanya berkisar 50% dibandingkan penanggulangan tikus secara
kimiawi.
C. Rayap
Cara pengendalian rayap yang efektif adalah dengan
menghancurkan sarangnya danmembunuh semua anggota koloni
rayap terutama ratu. Akan tetapi di areal tanaman kelapa sawit
yang terserang, terutama di areal gambut, sulit untuk menemukan
sarang rayap. Oleh sebab itu, upaya pengendalian saat ini lebih
ditekankan untuk membunuh rayap yang menyerang pokok kelapa
sawit, serta mengisolasi pokok yang terserang agar hubungan
antara pokok dengan sarang rayap dapat diputus. Hal ini dianggap
perlu, karena rayap baru akan selalu datang dari sarangnya ke
pokok terserang untuk menggantikan rayap yang mati.
Pengendalian Rayap secara kimia menggunakan Insektisida yang
direkomendasikan untuk pengendalian rayap seperti:
1. Regent 50 SC berbahan aktif Fipronil dengan dosis aplikasi
2,50 ml/l air
2. Termiban 400 EC berbahan aktif Chlorpyriphos dengan dosis
aplikasi 6,25 ml/l air
D. Kumbang Adoretus sp. dan Apogina sp.
Hama ini pada umumnya hanya terdapat di pembibitan.
Bagian tanaman yang terserang yaitu tanaman muda baik di
pembibitan maupun di lapangan. Stadia hama yang merugikan
yaitu dewasa/imago, berupa kumbang.
Kumbang Adoretus sp. dewasa menyerang daun dan
memakan sebagian kecil dari daun bagian tengah. Sementara
kumbang Apogina sp. dewasa mulai menyerang bagian pinggir
helaian daun.
Tingkat populasi kritis berkisar 5-10 ekor kumbang
Adoretus sp. dan 10-20 kumbang Apogina sp.per tanaman.
8
Kerusakan pada tanaman yang telah berumur lebih dari satu
tahun bias diabaikan. Pengendalian stadia larva sulit untuk
dilakukan sehingga pengendalian dilakukan hanya pada
kumbangnya. Pengendalian dilakukan dengan penyemprotan
larutan insektisida sebagai berikut :
1. Thiodan 35 EC (bahan aktif Endosulfan) konsentraasi
0,2%
2. Sevidan 70 WP (bahan aktif Endosulfan) konsentrasi
0,2%
3. Temik 10 E (bahan aktif Aldikarb) dosis 4
g/polybag/bulan.
Penyemprotan larutan insektisida dilakukan pada sore hari
sampai pukul 21.00 dengan rotasi 1-2 kali seminggu. Umumnya
kumbang akan berkurang dengan sendirinya bila tanaman
kacang-kacangan penutup tanah sudah menutupi semua areal
penanaman denga sempurna.
E. Babi Hutan
1. Metode Langsung
a. Jerat
Babi-babi hutan dewasa, kecil kemungkinan untuk terjerat
karena biasanya lebih berhati-hati. Peluang besar yang
tertangkap yaitu anak babi hutan serta babi hutan baik jantan
atau betina yang masih muda. Pemasangan jerat harus lebih giat
dilakukan pada saat anak babi hutan sudah berhenti menyusu.
Kelahiran anak babi terbesar terjadi sekitar bulan Januari-
Februari, sehingga diperkirakan anak babi hutan akan berhenti
menyusu sekitar bulan Juli.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan jerat yaitu:
1) Jerat bisa dipasang sepanjang tahun, tetapi pemasangan
jerat lebih digiatkan pada bulan Juli.
9
2) Jumlah jerat yang dipasang untuk 1 ha sebanyak 2-5
buah dan apabila dipasang pada jalan-jalan babi, setiap
500 m dipasang 1 jerat.
3) Di sekitar lokasi pemasangan jerat dipasang tanda
bahaya
4) Untuk menghilangkan bau manusia, jerat dilumuri
dengan lumpur
5) Jerat yang lokasinya dekat diperiksa setiap hari dan
apabila lokasi pemasangan jauh diperiksa setiap 2 (dua)
hari sekali.
b. Perangkap
Perangkap bermanfaat untuk menangkap babi hutan betina
beserta anak-anaknya. Pemasangan perangkap sebaiknya
dilakukan pada bulan Januari - Februari (masa melahirkan),
Maret – Juni (masa menyusui), dan November – Desember
(masa bunting).
c. Berburu
Perburuan bisa dilaksanakan 1 (satu) kali sebulan, yaitu
pada bulan yang diperkirakan dapat membunuh sebanyak
mungkin babi hutan betina yang sedang bunting atau sedang
menyusui, dan babi hutan muda. Lokasi dapat dipastikan sehari
atau 2 (dua) hari sebelum berburu. Gunakan tanda-tanda adanya
kegiatan babi hutan misalnya congkelan tanah, jejak, kotoran
babi hutan serta sisa-sisa tanaman yang rusak sebagai petunjuk
bahwa di sekitar daerah tersebut kemungkinan besar sebagai
tempat tinggal babi hutan dan sesuai untuk berburu.
d. Pemakaian lapun
Lapun adalah sejenis jaring yang terbuat dari kawat baja,
yang dapat digunakan untuk menangkap babi hutan secara
hidup-hidup, pada waktu berburu.
e. Meracun
10
Penggunaan racun disarankan merupakan pilihan terakhir,
mengingat efek samping yang ditimbulkan oleh racun yang
digunakan.Umpan dipasang pada jalan – jalan yang sering
dilalui babi hutan, di daerah pinggiran hutan, di pinggir areal
yang ditanami dan pada daerah yang termasuk jelajahan babi
tetapi sulit dimasuki oleh kelompok berburu.
f. Lubang parit
Pembuatan lubang parit mengelilingi kebun dengan kedalaman
± 1 m dan lebar ± 1 m.
2. Metode tidak langsung
a. Pemagaran
Pemagaran terhadap individu tanaman, menggunakan seng
dengan ketinggian ± 40 cm, mengelilingi batang tanaman kelapa
sawit pada saat mulai tanam sampai 2 tahun.
Keuntungan melakukan pemagaran, yaitu:
1) Bisa dilaksanakan secara berkelompok, sehingga biaya
lebih murah
2) Apabila pemagaran dengan menggunakan pagar hidup
dapat menyumbangkan unsur hara dalam tanah, sehingga
dapat membantu mempertahankan kesuburan tanah.
Kelemahan melakukan pemagaran yaitu:
1) Tidak semua daerah dapat dipagar, akan tetapi hanya
lahan-lahan yang datar yang mudah dipagar.
2) Pagar babi hutan memerlukan perawatan yang cermat.
b. Penjagaan malam hari
Biasanya disertai dengan membuat tiruan manusia (orang-
orangan). Cara ini dianggap kurang efektif, karena babi hutan
dapat mengetahui dengan cepat tiruan manusia (orang-orangan)
tersebut.
3. Melestarikan musuh alami
11
Pengendalian ini dilakukan dengan menggunakan predator
babi hutan, antara lain harimau dan ular atau menggunakan
pestisida nabati seperti akar dan umbi Gloriosa superba LINN
(Kembang Sungsang/Katongkat/Mandalika).Pengendalian babi
hutan akan berhasil apabila dilaksanakan secara terpadu, yaitu
dengan menggabungkan semua teknik pengendalian yang
dianjurkan dengan memperhatikan keseimbangan alam serta
lingkungan sekitar.
F. Penyakit-penyakit daun di pembibitan
Penyakit yang biasa menyerang pembibitan diantaranya
penyakit antracnose (early leaf disease), penyakit curvularia (leaf
spot disease), dan penyakit pestalotiopsis palmarum.
Jamur penyebab penyakit daun di pembibitan kelapa sawit
termasuk parasit lemah. Penyakit yang ditimbulkan biasanya
bersifat sekunder. Intensitas serangan penyakit daun sangat
tergantungpada kondisi bibit.Oleh sebab itu, pengelolaan
pembibitan perlu mendapat perhatian utama. Pembibitan yang
dikelola dengan baik umumnya tidak mendapat gangguan serangan
penyakit daun yang berarti. Penyemprotan fungisida hanya bersifat
korektif, yaitu menyehatkan kembali bibit yang sakit. Fungisida
yang biasa digunakan untuk pencegahan yaitu Dithane M-45/80
WP dengan konsentrasi 0,15-0,20%.
G. Penyakit Busuk Pangkal Batang
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Ganoderma boninense.
Patogen ini mempunyai kisaran inang yang luas, terutama dari
kelompok Palmae/Cocoidae. Pada tanaman tua, infeksi terjadi
melalui kontak akar maupun melalui spora, sedangkan pada
tanaman muda infeksi hanya melalui kontak akar.
Beberapa cara penganggulangannya adalah sebagai berikut:
12
1. Membersihkan sumber infeksi sebelum penanaman di bekas
areal kelapa dan kelapa sawit, lahan harus benar-benar bersih
dari tunggul kelapa dan kelapa sawit
2. Mencegah penularan penyakit dalam kebun a. Pohon yang
sudah menunjukkan gejala sakit pada daun umumnya tidak
dapat ditolong lagi, maka dianjurkan agar pohon tersebut
diracun, kemudian ditebang. Tunggul dan akar-akarnya digali
dalam radius 60 cm b. Bila ditemukan pohon dengan gejala
serangan awal, dapat dilakukan pembelahan surgery. Bagian
yang membusuk diambil kemudian luka tersebut ditutup
dengan penutup luka (protectant) misalnya ter, arang.
3. Melakukan pengamatan rutin 1-3 kali setahun oleh orang yang
telah berpengalaman. Adanya pembusukan di dalam batang
dapat dideteksi dengan memukul-mukul pangkal batang
4. Pengendalian secara Kultur Teknis. Untuk menghindari infeksi
(Ganoderma) sp dilakukan pembuatan lubang tanam besar (big
hole) berukuran 3 x 3 x 0,8 m.
5. Pengendalian secara Hayati. Dapat dilakukan dengan
melakukan aplikasi Trichoderma spp atau Gliocladium sp.
6. Pengendalian secara Kimiawi. Pengendalian kimiawi dengan
aplikasi fungisida berbahan aktif triadimenol dan Triademorph
10-20 cc untuk menahan perkembangan penyakit.
H. Marasimus Bunch Root (MBR)
Penyakit ini disebabkan oleh Saprophytic pathogen,
Marasmius palmivoris, umumnya mulai menyerang pada gagang
tandan antara pelepah dan batang pohon sawit. Penyakit ini
kemudian masuk ke tiap brondolan menghasilkan warna coklat
terang. Penyerangan penyakit ini meningkat pada musim hujan
yang berkepanjangan, dan terutama pada tanah asam sulphate.
Pengendalian penyakit busuk tandan buah dapat dilakukan
secara kultur teknis, pengendalian dilakukan dengan cara :
13
1. Semua bunga dan buah yang busuk dibuang. Penunasan juga
perlu dilakukan pada cabang daun sebelumdan sesudah panen
secara teratur di sekitar pangkal batang
2. Tandan yang lewat masak jangan dibiarkan tetap berada di
pohon, khususnya di daerah pengembangan. Tandan-tandan
yang belum mencapai ukuran tertentu dipotong dengan teratur,
meskipun pabrik belum siap
3. Tandan yang terserang berat oleh cendawan sebaiknya tidak
dikirim ke pabrik karena akan meningkatkan kadar asam lemak
bebas dalam minyak.
Pengendalian secara kimiawi dilakukan jika pengendalian
cara kultur teknis tidak dapat menekan perkembangan penyakit.
Fungisida yang dianjurkan yaitu Difolatan(Kaptafol) dosis 0,7
liter/ha dengan volume semprot 150 liter/ha dilakukan dua
minggu sekali.
IV. Kesimpulan
1) Pengendalian hama dan penyakit tanaman pada kelapa sawit adalah
aspek penting dalam usaha pencapaian produksi yang maksimal.
2) Hama dan penyakit pada kelapa sawit antara lain seperti : ulat,
rayap, tikus, kumbang, babi hutan, jamur dsb.
3) Hama ulat kantong dan ulat api dikendalikan dengan handpicking,
knapsack sprayer, mist blower, pulsfog, infuse akar.
4) Pengendalian hama tikus dapat dilakukan dengan predator bologis
yaitu burung hantu.
5) Hama rayap dapat atasi dengan insektisida yaitu: Regent 50 SC
berbahan aktif Fipronil dan Termiban 400 EC berbahan aktif
Chlorpyriphos.
14
6) Hama babi hutan dapat ditanggulangi dengan metode langsung
dan tak langsung.
7) Jamur dapat dikendalikan dengan kultur teknis maupun dengan
fungisida
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008, Pengembangan Teknologi Kelapa Sawit, www.deptan.co.id, akses 19 November 2012
Anonim, 2008, Kajian Pasar dan Produksi Minyak Kelapa Sawit, www.deptan.co.id, akses 19 November 2012
Departemen Pertanian, 2005, Prospek dan Arah Pengembangan, Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Katalog BPS, 2008, Statistik Indonesia
Pahan, Iyung, 2008, Panduan Lengkap Kelapa Sawit, Penebar Swadaya, Jakarta
Setyamidjaja, D, 1991, Budidaya Kelapa Sawit, Kanisius, Yogyakarta
15
Statistik, 2009, Perkebunan Indonesia, Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Perkebunan
Susila, W. R., 2004, Peluang Investasi Bisnis Kelapa Sawit di Indonesia, Lembaga Riset Perkebunan Indonesia
16
top related