tugas audit teknologi
Post on 24-Nov-2015
112 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
Audit Teknologi KWH Meter Digital dengan KWH Meter Analog
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Audit Teknologi
Dosen:
Prof.Dr.rer.pol.Ir. Didik Notosudjono, Msc.
Oleh :
Alry Purwariyadi
0541 11 021
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2014
-
1
Tema : Audit Teknologi KWH Meter Digital dengan KWH Meter Analog.
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Energi merupakan salah satu kebutuhan mendasar manusia. Pertumbuhan
ekonomi dan pertumbuhan penduduk di suatu negara yang terus meningkat
berbanding lurus dengan pertumbuhan kebutuhan energi yang dibutuhkan oleh
masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Untuk di Indonesia,
Berdasarkan data dari Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tahun
2012, konsumsi energi selalu tumbuh rata-rata 7,1% per tahun, dan konsumsi energi
di Indonesia didominasi oleh sektor industri dan transportasi. Pola pemanfaatan energi
primer di dalam negeri masih didominasi oleh minyak bumi sebesar 46,7%, gas bumi
20,6%, batubara 27,4%, dan EBT 5,3%. Demikian pula pemanfaatan energi finalnya.
Total kosumsi energi final yang mencapai 805,6 juta BOE masih didominasi oleh
BBM sebesar 47,1 %.
PLN sedang gencar-gencarnya mensosialisasikan program pemasangan KWH
meteran listrik sistem Pulsa (pra bayar). Setiap permohonan pemasangan listrik baru
hanya tersedia satu pilihan, yaitu Listrik pra bayar. Meteran lama konvensional (pasca
bayar) perlahan-lahan akan diganti dengan Pra bayar. Masyarakat dianjurkan
bermigrasi dari sistem lama beralih ke Listrik sistem pulsa. PLN menyediakan layanan
listrik prabayar dengan tujuan penghematan listrik negara. Karena pemakaian yang
berlebihan dapat merugikan nilai subsidi listrik yang diberikan oleh pemerintah yang
seharusnya bisa digunakan untuk meng-subsidi kebutuhan rakyat lainnya seperti
bahan makanan pokok dan kebutuhan lainnya.
Selama ini pelanggan PLN mendapat layanan listrik pasca bayar, yaitu
Pelanggan menggunakan energi listrik dulu dan membayar belakangan, pada bulan
berikutnya. Setiap bulan PLN harus mencatat meter, menghitung dan menerbitkan
rekening yang harus dibayar Pelanggan, melakukan penagihan kepada Pelanggan yang
terlambat atau tidak membayar, dan memutus aliran listrik jika konsumen terlambat
atau tidak membayar rekaning listrik setelah waktu tertentu. Mekanisme tersebut di
atas tidak dilaksanakan pada sistem listrik pintar (prabayar). Pada sistem listrik pintar,
pelanggan mengeluarkan uang/biaya lebih dulu untuk membeli energi listrik yang
-
2
akan dikonsumsinya. Besar energi listrik yang telah dibeli oleh pelanggan dimasukkan
ke dalam Meter Prabayar (MPB) yang terpasang dilokasi Pelanggan melalui sistem
token (pulsa) atau stroom.
MPB menyediakan informasi jumlah energi listrik (kWh) yang masih bisa
dikonsumsi. Persediaan kWh tersebut bisa ditambah berapa saja dan kapan saja sesuai
kebutuhan dan keinginan Pelanggan. Dengan demikian, Pelanggan bisa lebih mudah
mengoptimalkan konsumsi listrik dengan mengatur sendiri jadwal dan jumlah
pembelian listrik. Dengan menggunakan Listrik Pintar, pelanggan tidak perlu
berurusan dengan pencatatan meter yang biasanya dilakukan setiap bulan, dan tidak
perlu terikat dengan jadual pembayaran listrik bulanan.
1.2. Tujuan Audit
Tujuan makalah audit ini, yaitu :
1. Memberi pemahaman tentang perbedaan penggunaan teknologi KWh meter
digital pra-bayar dan KWh meter analog paskah-bayar.
2. Mengetahui kelebihan dan kekurangan daripada teknologi KWH meter Digital
dan Analog
3. Menjadi solusi penerapan penggunaan KWh meter pra-bayar dalam masalah
pengimplementasiannya di lapangan.
4. Mendukung program PT.PLN dalam upaya penghematan listrik negara.
1.3. Ruang Lingkup
Audit implementasi ini masih terbatas pada kebijakan program pemasangan KWH
meteran listrik sistem Pulsa (pra-bayar). Pada sistem listrik pintar, pelanggan
mengeluarkan uang/biaya lebih dulu untuk membeli energi listrik yang akan
dikonsumsinya. Besar energi listrik yang telah dibeli oleh pelanggan dimasukkan ke
dalam Meter Prabayar (MPB) yang terpasang dilokasi Pelanggan melalui sistem
token (pulsa). Permasalahan dilapangan yang sering terjadi adalah kendala teknis,
karena KWH meter Pra-bayar memiliki Intelegensi digital yang akurat, dari mulai
pendeteksian instalasi yang buruk, pemasangan Pentanahan (ground) yang tidak
benar, kelebihan beban pada kabel yang kurang sesuai. Maka untuk memproteksi
terjadinya konsleting (loncatan api) terkadang KWH Pra-bayar tidak bisa diisi pulsa
dengan menunjukan kode error.
-
3
II. TEORI AUDIT TEKNOLOGI
2.1. Audit Teknologi
Audit Teknologi merupakan kegiatan untuk mengidentifikasi titik-titik
kelemahan yang terjadi pada suatu sistem guna merencanakan, menganalisa dan
merekomendasikan langkah langkah dalam meningkatkan efisiensi kerja teknologi
tersebut.
Teknik audit adalah cara-cara yang ditempuh auditor untuk memperoleh
pembuktian dalam membandingkan keadaan yang sebenarnya dengan keadaan yang
seharusnya. Teknik audit erat hubungannya dengan prosedur audit, dimana teknik-
teknik audit digunakan dalam suatu prosedur audit untuk mencapai tujuan audit. Ada
beberapa prosedur audit terhadap pengendalian yang harus dilakukan langsung oleh
auditor (secara manual), dan beberapa prosedur yang dapat menggunakan dukungan
komputer.
Menurut Arens dalam bukunya Auditing Ana Assurance Services, 9th Edition, teknik audit
ada tujuh, yaitu pengujian fisik(physical examination), konfirmasi ( confirmation ),
dokumentasi( documentation),prosedur analitis analytical procedures ), wawancara kepada
klien (inquiries of theclient ) , hitung uji ( reperfomance ) ,dan observasi ( observation).
2.2. Pengukuran Besaran Listrik
Dalam suatu rangkaian listrik, terdapat berbagai komponen listrik dengan besar
dan satuannya masing-masing. Untuk mendapatkan besar nilai-nilai tersebut,
diperlukan pengukuran besaran listrik. Pengukuran yang dilakukan pada pengujian
ini adalah pengukuran arus dan tegangan efektif bolak-balik, pengukuran daya dan
faktor daya serta pengukuran energi.
2.2.1. Pengukuran arus dan tegangan efektif bolak-balik.
Sumber tegangan yang tersedia untuk konsumen listrik, rumah tangga dan
industri, adalah tegangan sinusoidal yang memiliki frekuensi 50 Hz dan tegangan
220 V. ini berarti tegangan maksimumnya adalah 220 2 V atau sekitar 311,1 V
sedangkan tegangan efektifnya adalah 220 V. Harga ini adalah ukuran
keefektifan sumber tegangan bolak-balik dalam memberikan daya pada sebuah
beban penahan.
Nilai efektif dari setiap arus bolak-balik sama dengan nilai dari arus searah
yang mengalir melalui tahanan R yang sama. Daya yang diberikan oleh arus searah
terhadap tahanan R adalah sama dengan daya yang diberikan oleh arus bolak-
-
4
balik. Arus bolak-balik yang diberikan terhadap tahanan R memiliki daya sesaat
sebesar i2R. Kemudian suatu arus searah mengalir melalui tahanan R yang sama dan
menjaga agar arus searah dan memperoleh harga daya yang sama dengan rata-rata
arus bolak-balik. Besar arus searah tersebut adalah arus efektif dari arus bolak-balik.
Faktor 2 merupakan faktor perbandingan harga maksimum dari arus periodik
dengan nilai efektifnya dan hanya dipakai jika fungsi periodik tersebut berupa
sinusoidal.
2.2.2. Pengukuran daya dan faktor daya
Untuk sumber arus bolak-balik daya yang berubah terhadap waktu atau daya
sesaat merupakan perkalian antara tegangan dan arus.
S(t) = V(t) I(t)
Untuk tahanan murni R, daya yang dipakai adalah positif sehingga daya yang
dikembalikan ke sumber adalah 0. Untuk insuktansi, ketika mendapat energi bolak-
balik, untuk setengah periode akan menyimpan energi elektromagnetis, dan
mengembalikan energi tersebut pada sumbernya pada setengah periode berikutnya.
Sehingga daya rata-ratanya adalah 0.Faktor daya adalah perbandingan antara
daya aktif terhadap daya kompleks. Dapat dinyatakan dengan :
Cos =
Untuk pembebanan resistif murni, faktor dayanya adalah 1, untuk induktif
murni dan kapasitif murni faktor dayanya adalah 0. Beban kapasitif memiliki
faktor daya leading, dan beban induktif memiliki faktor daya lagging.
2.2.3. Pengukuran Energi
Energi dalam hal ini adalah energi listrik yang merupakan perkalian dari daya
yang digunakan dengan waktu atau pemakaian daya selama waktu tertentu.
E = P t
E = (V I Cos ) t
Alat ukur yang digunakan adalah KWhmeter yang umum digunakan untuk
pengukuran pemakaian energi listrik komersil oleh perusahaan listrik. Jumlah
pemakaian energi listrik oleh konsumen dicatat oleh perusahaan listrik
menggunakan KWh-meter untuk kemudian ditagihkan kepada para konsumen listrik
tersebut.
KWh-meter, merupakan alat ukur energi listrik dalam satuan kWh (kilowatt- hour).
Alat ini memiliki komponen pengukuran daya seperti Wattmeter, sehingga juga
-
5
memiliki komponen pengukur arus (dihubung seri) dan komponen pengukur
tegangan (dihubung paralel), yang terlihat pada rangkaian di bawah :
Gambar 2.1 Rangkaian kWh-meter satu fasa
Gambar 2.2 Rangkaian kWh-meter tiga fasa
-
6
Komponen waktu pada pengukuran energi ini dinyatakan oleh durasi
penggunaan kWh-meter. KWh-meter bekerja memanfaatkan arus yang mengalir
untuk menggerakkan lempengan logam ferromagnetic bundar sehingga berputar.
Perputaran lempengan ini diteruskan dengan hubungan roda gigi ke counter.
Counter merupakan tampilan angka yang dikalibrasi sedemikian rupa sehingga
penggunaan daya listrik sebesar 1(satu) kilowatt selama satu jam akan tepat
memutar counter sebesar 1(satu) kWh atau 10 (sepuluh) skala perpuluhan kWh.
Terlihat counter berupa tampilan angka pada bagian atas. Untuk mengetahui
penggunaan energi listrik yang terpakai, dilakukan dengan menghitung selisih angka
yang tertera sebelum dan sesudah pemakaian.
KWh-meter satu fasa digunakan untuk mencatat pemakaian listrik pada
konsumen perumahan dengan tegangan 220 Volt, sedangkan kWh-meter tiga fasa
digunakan pada konsumen industri yang menggunakan jaringan listrik tiga fasa.
KWh-meter tiga fasa mencatat seluruh penggunaan energi listrik pada jaringan
tiga fasa yang diukur. Berdasarkan persamaan di atas, kWh-meter tiga f asa
mencatat jumlah penggunaan pada ketiga fasanya. Pada konstruksinya, lempengan
bundar pada kWh-meter tiga fasa dihubungkan ketiga fasa yang ada. Penggunaan
hanya salah satu atau dua buah fasa tetap memutar lempengan bundar pada alat
ini, sehingga penggunaannya tetap tercatat.
III. IMPLEMENTASI AUDIT TEKNOLOGI
Pada jaman modern seperti saat ini kehidupan manusia tidak bisa lepas dari
energi listrik. Di Indonesia yang berwenang untuk menyediakan energi listrik adalah
perusahaan listrik negara (PLN). Untuk mengetahui besaran energi listrik yang
digunakan dibutuhkan sebuah alat yang disebut KWH meter. Pada umumnya KWH
meter yang digunakan oleh PLN adalah KWH meter analog. Tetapi KWH ini
mempunyai kelemahan, salah satunya adalah dengan sistem pembayaran paskabayar,
dapat memungkinkan pelanggan menunggak tagihan listrik. Untuk mengatasi hal
tersebut maka dibuat sebuah KWH meter digital dengan sistem prabayar. Sehingga
pelanggan harus membeli voucher khusus untuk dapat menggunakan listrik dari PLN.
Nilai voucher ini akan terus berkurang seiring dengan pemakaian listrik. Apabila nilai
voucher hampir habis akan diberi indikator pemberitahuan dan sistem akan memutus
-
7
daya apabila nilai voucher habis. Agar dapat menggunakan kembali listrik, maka
pelanggan harus membeli voucher khusus lagi.
Pembayaran dengan sistem prabayar membuat KWH ini berbeda dengan KWH
meter pada umumnya. KWH meter ini akan berfungsi setelah membeli sebuah voucher
khusus yang berisi besaran digital (berfungsi sebagai pulsa) sebagai pembanding
besaran energi yang digunakan. Sistem secara otomatis akan memutuskan tegangan
rumah apabila bila besaran tersebut mencapai nol. Cara pembelian pulsa adalah
dengan membeli di dealer-dealer penjual pulsa KWH. Dealer tersebut mengirim sms
ke server PLN untuk mendapatkan kode voucher yang sudah terenkripsi. Kemudian
dealer tersebut memberikan kode tersebut kepada konsumen.
Metode enkripsi yang digunakan akan mengacu pada mesin enigma, teknologi
enkripsi yang berupa simulasi penyambungan antara karakter yang satu dengan
karakter yang lain mengunakan beberapa komponen yaitu, plugboard, stator, 3 buah
rotor dan reflektor. Dalam metode ini dibuat beberapa modifikasi salah satunya yaitu
apabila pada umumnya mesin enigma mengolah karakter huruf dan angka, disini
metode enigma hanya digunakan untuk mengolah angka.
Sedangkan pada pembuatan voucher diperlukan sebuah algoritma enkripsi
supaya kode voucher tidak mudah ditebak, dalam hal ini metode enkripsi yang
digunakan adalah metode skripsi enigma. Enigma sendiri pada dasarnya menggunakan
logika paling sederhana dalam penyandian yaitu subtitusi, mengganti sebuah huruf
asal menjadi tepat satu huruf yang berbeda. Namun, semua bisa menjadi berbeda
apabila subtitusi satu ke satu itu dilakukan oleh 3 (atau lebih) rotor dengan 26 node
yang masing-masing berputar layaknya odometer. Di sinilah keindahan enigma, tanpa
mesin yang sama, pengaturan posisi rotor yang sama, dan tipe subtitusi yang sama,
sebuah kode yang dibuat dengan mesin enigma akan sangat sulit untuk dipecahkan.
IV. ANALISA AUDIT TEKNOLOGI
4.1. KWH Meter Analog
Penggunaan daya di Indonesia menggunakan satuan kilowatt hour, dimana KWH
adalah sama dengan 3.6 MJ. Bagian utama dari sebuah KWH meter adalah kumparan
tegangan, kumparan arus, piringan aluminium, magnet tetap dan gear mekanik
yang mencatat jumlah perputaran piringan aluminium. Apabila meter dihubungkan ke
daya satu phasa maka piringan mendapat torsi yang dapat membuatnya berputar
-
8
seperti motor dengan tingkat kepresisian yang tinggi. Berikut diberikan gambar
konstruksi KWh meter analog tipe induksi.
Gambar 3.6 Konstruksi KWh meter analog tipe induksi
Dari gambar tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa arus beban I
menghasilkan fluks bolakbalik c, yang melewati piringan aluminium dan
menginduksinya, sehingga menimbulkan tegangan. Kumparan tegangan Bp juga
mengasilkan fluks bolak-balik p yang memintas arus If. Karena itu piringan
mendapat gaya, dan resultan dari torsi membuat piringan berputar. Torsi ini sebanding
dengan fluks p dan arus IF serta harga cosinus dari sudut antaranya.
Karena p dan IF sebanding dengan tegangan E dan arus beban I, maka
torsi motor sebanding dengan EI cos , yaitu daya aktif yang diberikan ke
beban. Karena itu kecepatan putaran piringan sebanding dengan daya aktif yang
terpakai. Semakin besar daya yang terpakai, kecepatan piringan semakin besar,
demikian pula sebaliknya. Secara umum perhitungan untuk daya listrik dapat di
bedakan menjadi tiga macam, yaitu :
Daya kompleks : S(VA) = V.I
Daya reaktif : Q(VAR) = V.I sin
Daya aktif : P(Watt) = V.I cos
Hubungan dari ketiga daya diatas dapat dituliskan dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
S = 2 + 2
S = (V. I)2. (sin2 + cos2 )
S = V. I
-
9
Dari ketiga daya diatas, yang terukur pada KWH meter adalah daya aktif, yang dinyatakan
dengan satuan Watt. Sedangkan daya reaktif dapat diketahui besarnya dengan
menggunakan alat ukur Varmeter. Untuk pemakaian pada rumah, biasanya hanya
digunakan KWH meter.
4.2. KWH Meter Digital
KWh-meter digital merupakan suatu alat pengukuran yang memiliki fungsi
utama sama seperti kWh-meter analog yakni mengukur jumlah pemakaian energi atau
jumlah pemakaian daya dalam satuan waktu. Jika pada kWh-meter analog bekerja
berdasarkan induksi, kWh-meter digital bekerja berdasarkan program yang
dirancang pada mikroprosesor yang terdapat di dalam piranti kWh-meter digital
tersebut. Berikut gambar prinsip kerja dari kWh-meter digital :
Gambar 2.3 Prinsip dasar KWh-meter digital
Tegangan dan arus yang diterima oleh kWh-meter digital ini akan dibaca
terpisah. Tegangan yang masuk akan dibaca dan kemudian akan diteruskan ke dalam
suatu mikrokontroler. Arus yang dibaca juga akan diteruskan ke dalam
mikrokontroler. Di dalam mikrokontroler sudah di atur suatu program untuk
mengolah tegangan dan arus yang masuk menjadi suatu besaran. Besaran yang
dimaksud adalah daya aktif dan energi. Sehingga dengan kWh-meter digital ini dapat
dibaca jumlah pemakaian energi yang terpakai.
Kelebihan kWh-meter digital ini dibandingkan kWh-meter analog adalah
kemampuan untuk membaca daya reaktif dan jumlah pemakaian daya reaktif per
satuan waktu (energi reaktif). Di dalam mikrokontroler ini juga terdapat program
untuk mengukur besaran tegangan (voltmeter), arus (amperemeter), dan faktor
-
10
daya (cos meter). Sehingga untuk pengukuran menggunakan kWh-meter digital,
tidak perlu menggunakan piranti tambahan untuk mengukur besaran-besaran
tersebut.
KWh-meter yang digunakan adalah :
1. KWh-meter 1 fasa yang digunakan adalah buatan Indonesia merk
Schlumberger tahun 2002 jenis M2XS4V3 kelas 2, merk Actaris oleh PT.
Mecoindo tahun 2002 jenis M2XS4V3 kelas 2.
Gambar 4.1 KWh-meter satu fasa Schlumberger
Gambar 4.2 KWh-meter satu fasa Actaris
-
11
Gambar 4.3 KWh-meter satu asa digital PRIMA 1110
2. KWh-meter tiga fasa analog yang digunakan buatan Indonesia oleh
PT.Limaputra Vilindo tahun 1997 tipe LPV 530520 kelas 2.0 untuk
teganganAC tiga fasa, 4 kawat.
Gambar 4.4 KWh-meter tiga fasa PT. Limaputra Vilindo
3. KWh-meter tiga fasa digital yang digunakan adalah buatan Indonesia oleh PT.
Indo Electric Instrument tipe DTSD63 kelas 1.0 untuk tegangan AC 3 fasa 4
kawat.
-
12
Gambar 4.5 KWh-meter tiga fasa PT. Indo Electric instrumen
4.3. Permasalahan KWh Meter Digital
Permasalahan dilapangan yang sering terjadi adalah kendala teknis. Karena
KWH meter token memiliki Intelegensi digital yang akurat, dari mulai pendeteksian
instalasi yang buruk, pemasangan arde ground yang tidak benar, kelebihan beban pada
kabel yang kurang sesuai. Maka untuk memproteksi terjadinya konsleting (loncatan
api) terkadang KWH token tidak bisa diisi pulsa dengan menunjukan error kode
seperti dibawah ini.
Jika pengguna memahami maka bisa mencoba memperbaikinya sendiri dengan
kode-kode dibawah ini. Jika tidak bisa ditangani sendiri maka hubungi pihak kendala
teknis PLN terdekat (penting). Tambahan yang terpenting lagi jangan sekali-kali
mencoba membuka cover MCB depan. Bagi yang belum tahu. Didalam cover itu ada
sebuah sensor yang jika sekrup cover terbuka. Maka KWH meter digital akan langsung
protek (temper).
Jika ini terjadi. KWH meter tidak akan bisa dimasukkan kode apapun dan listrik
dirumah anda akan padam. Salah satunya jalan anda harus menghubungi petugas
teknis PLN karena hanya beliau yang mempunyai kode resetnya.
ERROR Kode KWH Token PLN yang sering muncul di Merck
(HEXING,CONLOG,STAR,ITRON dan merk lainya) adalah Kode : Periksa, salah,
reject, error : (Pastikan angka token yang dimasukan dengan benar) jika nomor token
sudah benar tapi masih ada kendala dalam menginput token lakukan hal dibawah ini :
-
13
Matikan KWH 1-3 menit, lalu masukan no token.
PLN ada masalah pada Instalasi KWH Token lakukan reset dengan menekan 00
enter jika KWH token tanpa ada tombol enter maka cukup masukan 00, maka
KWH akan restart dan masukan kembali No token (Kebanyakan metode ini
berhasil).
Jika masih tdk bisa Hub. Kendala teknis PLN karena KWH mendeteksi
kesalahan pada instalasi listrik anda.
Kode-kode KWH meter token secara umum :
00 > enter > reset meteran
07 > enter >batas daya
09 > enter >daya yang digunakan
90 > enter >jumlah meteran tukar nyala
71 > enter >energi yang dibagi
03 > enter > sisa kwh
12399 mematikan Alarm buzzer (pada merk tertentu hanya mematikan 10 menit
saja)
Kode KWH Meteran PLN token (merk Hexing)
800 -> Stand Meter
801 -> Sisa Kredit (KWH)
802 -> Tanggal
803 -> Jam
804 -> Nomor Seri KWH meter
805 -> SGC
806 -> Alasan pemadaman
807 -> Status meter
808 -> Konstanta Meter (pulse/Kwh)
809 -> Berapa kali pemadaman
812 -> Matikan buzzer (jika diterapkan pada merk ITRON hanya mati 5-10 menit)
813 -> Pemakaian KWH kemaren
814 -> Pemakaian KWH berjalan
815 -> Tanggal pengisian Credit terakhir
816 -> Waktu pengisian terakhir
-
14
817 -> Jumlah Credit dimasukan terakhir
818 -> NOMOR TOKEN TERAKHIR
820 -> Token yang dimasukan terakhir
821 -> Pemakaian KWH 1 bulan lalu
822 -> Pemakaian KWH 2 bulan lalu
823 -> Pemakaian KWH 3 bulan lalu
824 -> Pemakaian KWH 4 bulan lalu
825 -> Pemakaian KWH 5 bulan lalu
831 -> Jumlah pengisian Credit 1 bulan lalu
832 -> Jumlah pengisian Credit 2 bulan lalu
833 -> Jumlah pengisian Credit 3 bulan lalu
834 -> Jumlah pengisian Credit 4 bulan lalu
835 -> Jumlah pengisian Credit 5 bulan lalu
851 -> Total credit yang dimasukan ke Meter
852 -> Token yang dimasukan 2 terakhir
853 -> Token yang dimasukan 3 terakhir
854 -> Token yang dimasukan 4 terakhir
855 -> Token yang dimasukan 5 terakhir
CREDIT STATUS
WARNA HIJAU -> CREDIT MASIH SANGAT BANYAK.
WARNA KUNING -> CREDIT MASIH CUKUP BANYAK.
WARNA MERAH -> CREDIT SUDAH HAMPIR HABIS.
WARNA MERAH BERKEDIP -> CREDIT SUDAH SANGAT KRITIS.
4.4. Analisa Perbandingan
Dilihat dari beban yang tidak seimbang, didapatkan adanya arus yang
mengalir pada netral sistem (pengujian) secara keseluruhan. Arus yang mengalir
pada netral ini menyebabkan mengalirnya panas pada netral. Panas yang muncul
diakibatkan oleh arus berlebih karena netral dirancang untuk dialiri arus sekecil
mungkin. Di dalam suatu sistem netral merupakan sebuah referensi, referensi
sebaiknya ideal pada saat tidak ada gangguan. Jadi ketika sebuah referensinya
mulai terganggu maka sistem pun ikut terganggu.
Ketidakseimbangan beban mempengaruhi pembacaan kWh-meter analog.
Ketika beban tidakseimbang, arus yang masuk ke dalam kWh meter pun tidak
-
15
seimbang, sehingga menimbulkan 3 buah medan listrik yang berbeda. Seperti
prinsip kerja kWh 1 fasa analog, kWh 3 fasa analog juga bekerja dengan prinsip
induksi. Ketiga medan ini secara vektor akan saling mengurangi sehingga putaran
piringan kWh-meter analog berkurang kecepatannya dari yang seharusnya.
Sedangkan pada kWh digital, penggunaan mikrokontroler mengurangi
kesalahan pembacaan yang disebabkan oleh adanya perbedaan medan listrik.
Karena itu pembacaan kWh-meter analog lebih rendah dibandingkan pembacaan
kWh-meter digital.
Berdasarkan presentase kesalahan yang didapatkan dari perhitungan di atas,
didapatkan rata-rata kesalahan pembacaan oleh kWh-meter analog adalah 5-10%.
Ini berarti produsen listrik, PLN, memiliki kerugian sebesar 5-10% daya terpakai
yang tidak dibayar oleh pelanggan. Sedangkan dengan menggunakan kWh-meter
digital, rata rata presentase kesalahan pembacaannya adalah sekitar 3-6%. Dari
segi financial, terlihat bahwa penggunaan kWh-meter digital lebih menguntungkan
dari pihak produsen listrik. Sebaliknya, penggunaan kWh-meter analog jelas lebih
menguntungkan bagi pihak konsumen. Para konsumen hanya perlu membayar
sekitar 90% dari energi yang mereka gunakan.
Kelebihan kWh-meter digital :
1. Tingkat akurasi yang lebih baik dibandingkan kWh-meter analog
2. Dapat dimonitor dari pusat kontrol
3. Mampu membaca daya reaktif
Kekurangan kWh-meter digital :
1. Biaya alat yang mahal.
2. Lebih mudah rusak dibandingkan kWh-meter analog karena menggunakan
peralatan elektronik.
-
16
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Keunggulan dari KWh-meter digital adalah memiliki tingkat ketelitian yang
lebih baik daripada KWh-meter analog.
2. Ketidakseimbangan beban memiliki dampak pada panasnya arus netral.
3. Pembacaan menggunakan kWh-meter digital lebih besar dibandingkan
dengan kWh-meter analog.
4. Penggunaan kWh-meter digital mempermudah dalam penganalisaan
penggunaan daya yang terpakai.
5. Ketelitian kWh-meter digital berkisar antara 0 6 %, sedangakan ketelitian
kWh-meter analog berkisar antara 5 13 %.
B. Saran
Penggunaan kWh-meter digital juga dapat mengatasi krisis energi yang ada
sekarang ini. Krisis yang terjadi karena adanya pemakaian energi yang
tidak sesuai dengan jumlah yang dibayarkan. Penggunaan kWh-meter
digital merupakan salah satu solusinya. KWH-meter digital mencegah
terjadinya kecurangan dalam pemakaian listrik, seperti pencurian-pencurian
listrik, karena sistem yang ada dalam kWh-meter digital ini mencatat semua
pemakaian daya dan energi oleh konsumen. Untuk itu perlu adanya
pergantian instalasi pemasangan kWh-meter analog dengan kWh-meter
digital.
top related