tinjauan baru sebagai alternatif dalam mengukur pembangunan olahraga
Post on 05-Jul-2015
397 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
TINJAUAN BARU SEBAGAI ALTERNATIF
DALAM MENGUKUR PEMBANGUNAN OLAHRAGA
DI
S
U
S
U
N
OLEH:
1006104020106
REGULER 3
PENJASKESREK
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM
2011
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah swt, karena berkat rahmat,
karunia, lindungan dan bimbinganNya makalah yang berjudul: “Tinjauan Baru
Sebagai Alternatif Dalam Membangun Olahraga” disusun. Adapun tujuan dari
pada penyusunan makalah ini yaitu sebagai salah satu tugas Mata Kuliah
Permainan Bulu Tangkis.
Disadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangannya, karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat
diharapkan demi sempurnahnya makalah tersebut. Mudah-mudahan makalah yang
sangat sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua amin.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
A.Latar Belakang..................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 3
A.Tinjauan Sport History (Tentang Olahraga Di Indonesia)................... 6
B.Memaknai Hakikat Olahraga............................................................... 3
C.Dalam Membangun Olahraga Dengan Tinjauan Sport
Development Indeks......................................................................... 7
D.Tinjauan Dalam Mengukur Pembangunan Olahraga Di Indonesia..... 8
E.Tinjauan Sport Facilities (Berdasarkan Hasil Penelitian Tentang
Sarana Olahraga) dan Tujuan Masyarakat Di Indonesia Untuk
Melakukan Olahraga.......................................................................... 9
F.Sport Development Indeks (SDI) Sebagai Alternatif Baru Dalam
Membangun Olahraga Di Indonesia.................................................. 10
BAB III PENUTUP...................................................................................... 14
A.Kesimpulan.......................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 15
ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diantara kemajuan yang paling menonjol dalam setiap bidang keilmuan
dewasa ini adalah teknologi, “teknologi” siapa yang tidak mengenal, mengetahui,
dan menikmatinya. Suatu inovasi yang terus-menerus dan tiada henti
dikembangkan para ilmuan di era globalisasi saat ini telah banyak memberikan
manfaat bagi kita semua.
Sama halnya pada olahraga, dimana dalam pengembangan keilmuannya
merupakan inovasi dari pada teknologi, karena fakta membuktikan dimana
fenomena yang terjadi sejak dulu hingga saat ini dalam dunia olahraga telah
melibatkan unsur-unsur pengembangan ilmu teknologi (IPTEK), dikatakan
demikian karena teknologi adalah salah satu alternativ pendukung dalam
mengukur kemajuan pembangunan di bidang olahraga. Dengan alasan inilah tak
heran jika dari beberapa isu mengenai ilmu-ilmu olahraga hingga kajian-kajian
dalam ilmu keolahragaan saat ini telah memposisikan teknologi pada urutan awal
sebagai kajian utama dalam mengukur serta mengembangkan olahraga.
Tidak lepas dari kaitannya dengan teknologi, Indonesia merupakan salah
satu Negara pengguna teknologi dengan tujuan mengedepankan olahraga
walaupun dalam keadaan yang terbatas, menyadari hal ini perlu kita ingat secara
bersama bahwa walaupun kita sebagai Negara yang telah mengimpor alat-alat
olahraga berteknologi dari Negara lain tetap masih sulit untuk dapat membangun
dan mengedepankan olahraga di negera kita, terbukti bahwa pada setiap event
olahraga yang berskala internasional prestasi atlet Indonesia masih sangat perlu
untuk diperhatikan secara bersama.
Dengan kondisi seperti ini, tak heran jika olahraga di negara kita penuh
dengan masalah dan silang pendapat untuk mencari jalan keluar dalam
menemukan ide-ide baru demi mengedepankan olahraga. Walaupun beragam
macam masalah mengenai olahraga yang terjadi saat ini di Negara kita sedikitnya
tidak merubah kesadaran para atlet dalam menjunjung nilai sportivitas pada setiap
kompetsi berskala internasional, hal ini dapat diperhatikan yang mana atlet-atlet
1
kita jarang terdengan bersaing secara tidak sehat untuk menjadi juara. Hal ini
patut kita banggakan, tetapi apakah dalam mengukur pembangunan olahraga di
Negara kita selamanya mengedepankan atau mengutamakan dari segi perolehan
medali. Jika jawabannya adalah iya, apakah atlet di Negara kita selama beberapa
tahun ini telah menampakkan peningkatan prestasinya pada setiap kompetisi
olahraga internasional. Dan apabila jawabannya tidak, ide-ide atau jalan keluar
seperti apa yang harus kita lakukan dalam mengukur pembangunan olahraga di
Negara kita.
Bertitik tolak dari uraian di atas, menggambarkan dimana kondisi olahraga
yang ada di Indonesia perlu ditinjau kembali untuk mencari solusi yang sederhana
serta dapat membangun sistem keolahragaan yang ada.
2
BAB II. PEMBAHASAN
A. Tinjauan Sport History (Tentang Olahraga Di Indonesia)
1. Permasalahan Olahraga Di Indonesia
Tak dapat dipungkiri bahwa olahraga di Negara kita diterpa oleh beragam
macam masalah, dan bahkan di era krisis global saat ini masalah demi masalah
dalam membangun olahraga di Indonesia semakin kompleks, terlebih lagi dengan
krisis ekonomi yang boleh dikata sudah cukup lama melanda Negara ini. Dengan
lemahnya perekonomian di Indonesia ternyata mempengaruhi sistem
keolahragaan yang ada, pendek kata bahwa lemahnya perekonomian di Indonesia
telah memperkecil anggaran pembangunan olahraga, ini disinyalir dengan
terbatasnya perhatian pemerintah untuk memberikan bantuan dana dalam
memenuhi anggaran pembangunan olahraga, hal tersbeut dapat diperhatikan
dimana pemerintah memberikan bantuan dana hanya terbatas pada beberapa
cabang saja, dengan kondisi seperti ini maka akan mempengaruhi pembinaan serta
prestasi olahraga yang ada.
3 PRESTASI
2 PEMBINAAN
1 PERMASALAHAN
Keterangan:
Gambar pyramid di atas mengartikan dimana pembinaan olahraga di
Indonesia masih banyak di warnai oleh beragam macam permasalahan, terutama
masalah dana yang menyangkut pengadaan falisilitas olahraga, pelatih yang
kurang profesional, dan kurang obyektifnya dalam memilih atlet-atlet berkualitas.
3
Hal ini disebabkan karena masih membudayanya nepotisme (memilih atlet bukan
dari kualitasnya, akan tetapi kecenderungan masih tertuju pada cara memilih atlet
yang pada umumnya dikenal secara pribadi sehingga mudah untuk diatur),
begitupun dengan pelatih, dimana pemerintah cenderung membayar pelatih dari
luar untuk melatih di Indoensia tanpa mempertimbangkan pelatih-pelatih di
Indonesia disekolahkan, dibina atau dibelajarkan di luar negeri (di negara yang
pembinaan ataupun pelatihan olahraganya sudah maju).
Dengan beragam masalah mengenai system keolahragaan yang ada di
Indonesia, maka efeknya dapat diperhatikan pada pembinaan olahraga itu sendiri,
dimana pembinaanya (yang meliputi pelatih) kurang professional, dengan
demikian maka prestasi yang dihasilkan sangatlah kecil.
2. Peninjauan Cabang Olahraga Yang Dikompetisikan Pada PON
Seiring dengan perubahan dan tantangan dalam perkembangan zaman saat
ini, ide-ide baru untuk membangun, mengedepankan, menciptakan dan
mengadakan perubahan dalam dunia olahraga semakin marak, khususnya di
Indonesia dalam konteks PON banyak perubahan dan penciptaan olahraga baru
untuk dikompetisikan, beberapa cabang olahraga yang dikompetisikan pada PON
sejak beberapa tahun kemarin perlu untuk dikaji bersama, karena ada beberapa
cabang olahraga yang dimasukkan dalam PON tidak dalam jalur konteks
pengertin olahraga yang sebenarnya, hal tersebut selaras dengan apa yang
dikemukakan Lutan (1992) menurut pandangannya bahwa, dalam konteks PON
sebenarnya banyak orang tak sependapat, misalnya mengapa aeromodeling dan
catur disebut sebagai cabang olahraga, kondisi ini sebenarnya perlu dikaji secara
bersama, artinya bahwa jika ke-dua cabang tersebut dipertandingkan pada
kompetisi olahraga dalam Konteks PON, apakah memberikan sumbangsi yang
sangat berharga tentang makna olahraga sebenarnya, dan apakah prestasi atlet
dalam cabang olahraga yang dimaksud dapat dibina dan dikembangkan sampai
pada kompetisi olahraga yang berstandar internasional (Olymiade), jawabannya
tentu tidak, karena permaian yang dikatakan bagian dari pada cabang olahraga
4
tersebut hanyalah ide-ide yang kurang mendasar bangsa kita dalam mengukur
prestasinya melalui perolehan medali.
3. Peninjauan Prestasi Yang Pernah Diraih Indonesia
Dari uraian di atas jika kita sedikitnya mundur dan mengenang kembali
masa-masa kejayaan dimana Indonesia sejak terjun pada Asian Games pertama
tahun 1951di New Delhi, ini adalah tahap awal dalam mengukur kemampuan atlet
Indonesia pada kompetisi se-Asia, tahap awal tersebut memang belum begitu
menonjolkan prestasi para atlet Indonesia, akan tetapi pada Asian Games ke IV
tahun 1962 di Jakarta, Indonesia tercatat sebagai urutan kedua dibelakang Jepang,
(Siregar dalam Harsuki: 2003). Ini mengisyaratkan bahwa prestasi yang cukup
gemilang tersebut meupakan wujud dari pada tanggung jawab bersama, dalam hal
ini dukungan pemerintah saat itu merata di segala bidang, salah satunya yaitu
bidang olahraga.
4. Keterpurukkan Olahraga Indonesia
Pada dasarnya banyak hal yang menyebabkan keterpurukkan kondisi
olahraga di Indonesia, antara lain yang masih menjadi masalah klasik dan sering
menghantui pembinaan-pembinaan olahraga di berbagai daerah selama ini yaitu
minimnya fasilitas latihan. Belum lagi persoalan dana untuk pengadaan sarana
serta peralatan-peralatan yang ditunjang oleh teknologi mutakhir menjadi kendala
besar untuk membangun sistem keolahragan di Indonesia, Ini sebenarnya suatu
alasan yang boleh dikata penyebabnya adalah faktor manejemen sistem
keolahragaan di Indonesia yang amburadul, apabila faktor tersebut tidak
perbaharui sejak dini, maka prestasi olahraga di Indonesia sulit untuk
dikembangkan.
Ada sebuah hal unik yang perlu perhatikan jika kita mampu
menanalogikan karakter bangsa dari olahraganya, yaitu minimnya prestasi
olahraga kita saat ini ternyata berbanding lurus (seimbang) dengan minimya rasa
nasionalisme bangsa Indonesia.
5
Rasa kebangsaan masyarakat Indonesia jika dipikirkan telah berkurang
disebabkan oleh pengaruh globalisasi. Dikatakan pengaruh globalisasi karena arus
informasi yang begitu luas saat ini telah mempengaruhi pola pikir masyarakat
Indonesia. Sama halnya dalam olahraga, contoh kasusnya ditunjukkan oleh
sejumlah Tim Nasional PSSI yang menolak masuk Pelatnas karena bayaran yang
tak sepadan. Yang ke-dua adalah maraknya kasus kepindahan atlet ke propinsi
lain demi mencari bayaran tinggi (Achmad Faris, 2009).
Pandangan di atas menggambarkan bahwa menurunnya rasa nasionalisme
yang melekat pada insan-insan olahraga Indonesia hingga jajaran pengurus
oraganisasi-organisasi olahraga dan beberapa elit politik saat ini mengakibatkan
turunnya daya juang para atlet, dan sebagian insan olahraga tidak murni lagi
dalam memperjuangkan prestasi olahraga nasional untuk nama Indonesia.
B. Memaknai Hakikat Olahraga
Menurut Harosno, (2008) bahwa olahraga adalah serangkaian gerak raga
yang teratur dan terencana untuk mempertahankan hidup dan meningkatkan
kualitas hidup, pengertian ini memiliki makna filosofis dan jika dikaji bersama
akan memberikan sedikit bayangan tentang hal-hal apa yang akan dilakukan untuk
membangun dan mengedepankan olahraga itu sendiri.
Olahraga merupakan suatu aktivitas fisik yang dikenal sebagai kegiatan
terbuka bagi semua orang sesuai dengan kemampuan, kesenangan dan
kesempatan, tanpa membedakan hak, status, sosial, budaya atau derajat di
masyarakat, hal ini senada dengan apa yang dikemukakan Supandi, (1988)
menurutnya bahwa asas olahraga bagi semua orang (sport for all) kini makin
memasyarakat, dengan demikian maka saat ini olahraga telah merasuk ke tiap
lapisan masyarakat, dan sebagai bagian dari budaya manusia. Pendek kata
olahraga dilakukan dan menarik bagi semua orang tanpa memandang jenis ras,
kepercayaan, politik dan geografi.
Berkenaan dengan gejala bahwa olahraga merupakan budaya universal,
maka timbul pertanyaan yakni mengapa orang tertarik untuk berolahraga?
Meskipun banyak teori yang mencoba untuk menjawab pertanyaan ini, namun tak
6
satupun yang paling memuaskan, hal ini karena makna olahraga bagi setiap orang
berbeda-beda. Contoh misalnya makna lari bagi pelari professional berbeda
dengan makna lari bagi seorang pelari biasa pada pagi hari bertujuan sekedar
untuk memelihara kesehatannya, namun jika ditelusuri lebih lanjut, yang mana
hakikat keterlibatan seseorang dalam berolahraga yakni untuk memenuhi
kebutuhannya baik sebagai individu maupun mahluk sosial (Supandi dalam
Lutan,1992:32). Berbeda dengan negara kita, walaupun secara faktual
masyarakatnya banyak yang mulai tertarik dan telah menyadari pentingnya
olahraga bagi kehidupan, akan tetapi hal tersebut masih saja belum bisa
membangun kondisi olahraga yang ada, hal ini di sadari bahwa sarana-prasarana
serta fasilitas olahraga yang ada belum menunjang, dan sebagaian besar
maysarakat kita mengasumsikan bahwa olahraga hanya sebatas kesenangan serta
kebugaran semata.
C. Kesadaran Dalam Membangun Olahraga Dengan Tinjauan Sport
Development Indeks
Sport Development Index (SDI) adalah istilah baru dalam olahraga
Indonesia. Ini semacam metode pengukuran yang diklaim sebagai alternatif baru
untuk mengukur kemajuan pembangunan olahraga. Untuk itu Menurut Cholik
dan Maksum, (2007) SDI adalah indeks gabungan yang mencerminkan
keberhasilan pembangunan olahraga berdasarkan empat dimensi dasar yaitu: (1)
ruang terbuka yang tersedia untuk olahraga, (2) sumber daya manusia atau tenaga
keolahragaan yang terlibat dalam kegiatan olahraga, (3) partisipasi warga
masyarakat untuk melakukan olahraga secara teratur dan, (4) derajat kebugaran
jasmani yang dicapai oleh masyarakat. Jika dibahasakan, maka SDI dapat
diterjemahkan menjadi IPO (Indeks Pembangunan Olahraga). Alasan mengapa
tidak digunakannya istilah IPO, karena istilah SDI dikenal luas di dalam
komunitas olahraga, terutama para pengambil kebijakan olahraga, temasuk di
dunia internasional.
Dalam berbagai referensi olahraga didefinisikan secara berbeda-beda,
tergantung dari cara pandang yang digunakan. Menurut WHO, olahraga (dalam
7
hal ini mengambil istilah physical activity) yaitu segala bentuk aktivitas gerak
yang dilakukan setiap hari, termasuk bekerja, rekreasi, latihan, dan aktivita
olahraga. Sementara itu dalam Undang-Undang Nomor 3 tahun 2005 disebutkan
bahwa olahraga adalah segala kegiatan yang sistematik untuk mendorong,
membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani dan sosial. Dari dua
definisi tersebut sekurang-kurangnya ada empat konsep dasar yang diambil yaitu:
(1) aktivitas fisik, (2) ketekunan, (3) pencarian kesempurnaan, dan (4) keberanian
mengambil resiko. Kesimpulannya bahwa, olahraga bukan untuk mencari
kemenangan, tetapi sebagai instrument meraih kesempurnaan hidup, baik fisik,
mental maupun sosial.
Piere de Coubertin dalam beberapa tulisannya menyatakan bahwa Olympic
games bukan hanya ivent olahraga semata, tetapi merupakan inti dari gerakan
sosial yang luas, dimana melalui kegiatan olahraga akan meningkatkan
pengembangan kualitas sumber daya manusia dan saling pengertian secara
internasional (International Olympic Comitte, 2002 dalam Cholik dan Maksum,
2009). Dari penjelasan tersebut jika di tinjau kembali nampaklah bahwa olahraga
telah menjadi komeitmen bersama untuk diyakini sebagai salah satu instrument
dalam menciptakan tatanan dunia yang lebih baik.
D. Tinjauan Dalam Mengukur Pembangunan Olahraga Di Indonesia
Pada awalanya keberhasilan dalam pembangunan hanya diukur dengan
satu indikator, yaitu pendapatan perkapita, Negara yang pendapatan perkapitanya
tinggi dianggap sebagai Negara yang berhasil dalam pembangunan. Tetapi perlu
disadari bahwa pembangunan bersifat multi faktor dan multi dimensi. Mungkin
kurang bijaksana jika kita mengatakan bahwa keberhasilan pembangunan hanya
diukur dengan satu indikator.
Begitupun dalam olahraga, rasanya terlalu sederhana jika kita mengukur
keberhasilan olahraga hanya dengan satu indikator, yaitu perolehan medali.
Dengan demikian timbullah beragam macam pertanyaan tentang bagaimanakan
mengukur keberhasilan pembangunan olahraga khususnya di Indonesia, apakah
ada alternativ lain yang dapat dijadikan acuan dalam mengukur keberhasilan
8
pembangunan olahraga? Pertanyaan-pertanyaan yang boleh dikata telah terjawab
oleh beberapa Negara yang berkembang dan telah maju, kini baru dimulai pada
Negara kita.
E. Tinjauan Sport Facilities (Berdasarkan Hasil Penelitian Tentang Sarana
Olahraga) dan Tujuan Masyarakat Di Indonesia Untuk Melakukan
Olahraga
1. Tinjauan Berdasarkan Hasil Penelitian Tentang Sarana Olahraga
Sarana olahraga merupakan suatu wadah untuk melakukan aktivitas
olahraga (Purnomohadi dalam Harsuki, 2003). Untuk itu sarana olahraga memang
merupakan faktor utama dalam membangun kondisi olahraga, kita sadari bersama
bahwa kondisi olahraga yang ada di Negara kita banyak masalah. Salah satu
masalah yang sangat mendasar yaitu tentang kondisi sarana dan pra sarana
olahraga yang kurang memenuhi standart. Jika kita melirik sedikit ke salah satu
Negara di wilayah asia yang telah maju, yaitu China, Negara tersebut memiliki
jumlah penduduk yang kurang seimbang dengan luas Negaranya, untuk itu jika
diperhatikan maka hal yang tidak mungkin apabila negara ini dapat membangun
sarana atau fasilitas olahraga yang cukup memadai, akan tetapi diluar dari
kenyataannya Negara tersebut mampu mendirikan Stadion olahraga berstandart
internasional yang berteknologi mutakhir. Jika bandingkan dengan stadion
kebanggaan Bung Karno sangatlah jauh berbeda, namun dalam memperbaiki dan
membangun kondisi olahraga di Negara kita, akan lebih baik jika diberbagai
daerah mendirikan sarana olahraga walau hanya dalam kondisi sederhana.
Menurut Purnomohadi dalam Harsuki (2003) bahwa ketersediaan rata-rata
lahan per-orang dari hasil survery secara acak mengenai wilayah yang dapat
didirikan sarana olahraga (pusat latihan olahraga) pada dua daerah yang ada di
Indoensia pada tahun 1993 yaitu:
- Dari wilayah DKI Jakarta diperoleh data dari :
Kecamatan Kembangan yaitu 0.33 m2/orang
Kecamatan Mampang Prapatan 0,12 m2/orang
9
Kecamatan Sawah Besar 0,24 m2/orang
Kalau dihitung rata-rata menjadi 0.23 m2/orang
- Di Wilayah DATI I Jawa Tengah diperoleh data :
Kecamatan Purwakarta Timur 1,75 m2/orang
Kecamatan Banjarsari Surakarta 0,36 m2/orang
Kecamatan Klepu Semarang 1,31 m2/orang
Kalau dihitung rata-rata menjadi 1.14 m2/orang
Di sini terlihat bahwa pada wilayah tiga kecamatan yang ada di Jakarta
lebih sulit untuk memperoleh lahan dari pada beberapa kecamatan yang ada di
daerah Jawa Tengah.
2. Tinjauan Sport Pshichology (Tinjauan Berdasarkan Hasil Penelitian
Tentang Tujuan Masyarakat Di Indonesia Untuk Melakukan Olahraga)
Undang-undang nomor 3 Tahun 2005 tentang sistem keolahragaan
nasional menyebutkan bahwa pilar olahraga tidak hanya menyangkut olahraga
prestasi, tetapi juga olahraga pendidikan dan olahraga rekreasi, artinya dengan
hanya mendasarkan pada medali sebagai ukuran keberhasilan kita telah
menafikkan eksistensi olahraga pendidikan dan olahraga rekreasi. Selain itu
berdasarkan data nasional hasil sensus BPS (Badan Pusat Statistik) tahun 2003
menunjukkan bahwa masyarakat yang melakukan olahraga untuk tujuan prestasi
di Indonesia adalah 7,8% dari total populasi. Sementara, sebagian besar
masyarakat yaitu 65,2% melakukan olahraga untuk tujuan kesehatan, dan 27%
untuk tujuan lainnya. Dengan demikian, tentu tidak adil manakala olahraga hanya
diukur dari satu pilar saja, yakni olahraga prestasi dengan indikator perolehan
medali, (Cholik dan Maksum, 2007).
F. Sport Development Indeks (SDI) Sebagai Alternatif Baru Dalam
Membangun Olahraga Di Indonesia
Seperti yang telah di uraikan di atas, jelas bahwa sistem keolahragaan
yang ada di Negara kita saat ini dalam kondisi yang sangat memprihatinkan,
untuk itu dalam menata kembali kondisi olahraga, ada beberapa tinjauan sebagai
10
alternativ yang telah dijadikan tolok ukur oleh para pakar untuk membangun
kondisi olahraga di negara kita.
Salah satu tinjauan yang dijadikan alternativ tersebut adalah, membangun
olahraga di Indonesia melalui Sport Development Indeks. Menurut Cholik dan
Maksum (2007) bahwa SDI adalah indeks gabungan yang mencerminkan
keberhasilan pembangunan olahraga berdasarkan empat dimensi dasar yaitu :
a) Ruang Terbuka
Ruang terbuka merupakan suatu kebutuhan bagi masyarakat untuk
melaukan aktivitas fisik. Keberadaan ruang terbuka olahraga yang mudah
diakses oleh semua lapisan masyarakat dapat mendorong terciptanya suatu
masyarakat yang gemar berolahraga atau beraktivitas fisik
Ruang terbuka merujuk pada suatu tempat yang diperuntukkan bagi
kegiatan olahraga oleh sejumlah orang (masyarakat) dalam bentuk
bangunan dan/atau lahan. Bangunan dan lahan tersebut dapat berupa
lapangan olahraga yang standar atau tidak, yang tertutup (in-dor) maupun
terbuka (out-dor), atau berupa lahan yang memang diperuntukkan untuk
kegiatan berolahraga masyarakat.
Untuk dapat dikatakan sebagai ruang terbuka olahraga harus memenuhi
syarat-syarat antara lain sebagai berikut, (1) didesain untuk olahraga (2)
digunakan untuk olahraga (3) bisa diakses oleh masyarakat luas.
b) Sumber Daya Manusia (SDM)
Dinamika kegiatan kelahragaan akan sangat ditentukan oleh SDM yang
menggerakkan roda kegiatan. Pengembangan SDM ini sudah mengalami
perubahan yang sangat berarti seiring dengan anggapan dasar yang
berbeda. Dahulu SDM dianggap sebagai tenaga kerja yang diset untuk
efisiensi prodeksi, sehingga fungsinya sebagai instrument. Sedangkan saat
iniSDM ditempatkan sebagai modal kerja sehingga kemampuan,
pengetahuan dan keterlibatannya dalam setiap pengambilan kebijakan
lebih mendapat penekanan. Dengan demikian Sumber daya manusia dalam
olahraga yang dimaksudkan mengacu pada ketersediaan pelatih olahraga,
guru penjasor, dan instruktur olahraga dalam suatu wilayah tertentu.
11
c) Partisipasi
Dari prespektif perorangan dikatakan bahwa, rendahnya tingkat
partisipasi berolahraga disebabkan oleh beberapa hal antara lain: (1)
kegiatan olahraga yang cenderung berorientasi pada peningkatan prestasi,
sehingga membatasi partisipasi orang yang kurang berminat mengejar
prestasi, (2) rendahnya derajat kesehatan atau kebugaran jasmani sehingga
secara psikologis merasa tidak mampu, (3) tingkat ekonomi yang rendah
sehingga tidak sanggup memenuhi pengeluaran minimal untuk melibatkan
diri dalam kegiatan olahraga, (4) terkurasnya tenaga dan waktu akibat
terlalu sibuk dalam pekerjaan, (5) belum adanya fasilitas olahraga di
tempat-tempat umum yang meberikan akses kepada para penderita cacat,
sehingga mereka tidak dapat memenuhi keinginannya bersama warga
masyarakat lainnya.
Ditinjau dari prespektif sosial, dikatakan bahwa keterbatasan partisipasi
disebabkan oleh (1) fanatisme paham yang menjatuhkan peluang wanita
untuk berolahraga, (2) paham elitism yang menganggap olahraga sebagai
kegiatan ekslusif yang semata-mata bertujuan untuk menaikkan prestice
bangsa dan Negara di mata dunia internasional, (6) menganggap bahwa
olahraga tidak mengandung unsur-unsur pendidika, disebabkan masih
seringnya terjadi tindak kekerasan dalam olahraga.
Dari prespektif infrastruktur, kurangnya partisipasi masyarakat
berolahraga disebabkan oleh (1) keterbatasan sarana, prasarana, dan ruang
terbuka yang tersedia, (2) ketiadaan fasilitas khusus bagi penderita cacat
fisik, (3) terbatasnya atau kurangnya dana pemerintah yang dialokasikan
untuk kepentingan pemberdayaan olahraga rekreasi dan olahraga
tradisional.
d) Kebugaran
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata berdampak pada pola
aktivitas masyarakat. Peralatan yang serba otomatis seperti tangga
elektronik dan remote control membuat orang relativ tidak melakukan
aktivitas fisik. Hal yang sama telah melanda masyarakat yang ada di
12
Indonesia, dimana kemutakhiran teknologi saat ini telah mempengaruhi
kondisi kesehatan masyarakat. Survei Departemen Kesehatan
menyebutkan bahwa seiring dengan berjalannya waktu penyakit
degenerativ seperti kardiovaskuler terus meningkat dari tahun ke tahun
sebagai penyebab kematian.
Kondisi yang demikian tentu sangat memprihatinkan, sehingga bisa
dibayangkan bagaimana produktivitas kerja masyarakat kita. Karena
alasan inilah masyarakat Indonesia perlu untuk didorong untuk melakukan
latihan-latihan jasmani, karena kebugaran jasmani yang prima hanya dapat
dicapai melalui latihan fisik yang sesuai dengan prinsip-prinsip latihan.
Kebugaran jasmani terdiri dari beberapa komponen fisik yaitu: (1) cardio-
respiratory endurance yaitu daya tahan kardiovaskuler, (2) mascular
endurance yaitu daya tahan otot, (3) strength muscle yaitu kekuatan otot,
(4) muscular speed yaitu kecepatan otot dalam berkontraksi dan (5)
flexibility yaitu kelentukan. Jadi jika seseorang memiliki kebugaran
jasmani yang baik, maka dengan sendirinya akan memiliki kualitas
komponen-komponen tersebut relative lebih baik.
13
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari beberapa ulasan di atas dapat disimpulkan bahwa mengukur
keberhasilan pembangunan tidak dengan menggunakan satu indikator, Begitupun
dengan olahraga, rasanya kurang bijaksana jika kita mengatakan bahwa
keberhasilan olahraga hanya diukur dengan satu indikator, yaitu perolehan medali.
Karena itu dalam makalah ini tinjauan yang digunakan dalam mengukur
pembangunan olahraga di Indonesia melalui Sport Development Indeks.
Sport Development Index (SDI) adalah istilah baru dalam olahraga
Indonesia. Ini semacam metode pengukuran yang diklaim sebagai alternatif baru
untuk mengukur kemajuan pembangunan olahraga. Untuk itu keberhasilan
pembangunan olahraga di suatu negara khususnya Indonesia harus diukur
berdasarkan empat dimensi dalam lingkup kajian SDI yaitu: (1) ketersediaan
ruang tebuka untuk olahraga, (2) partisipasi masyarakat, (3) sumber daya
manusia, dan (4) tingkat kebugaran jasmani masyarakat. Dengan demikian maka
pembangunan olahraga yang berhasil adalah mampu mendorong empat dimensi
dasar tersebut untuk berkembang dan maju, dan pada ujungnya, barulah
pembangunan olahraga ini mengerucut menjadi prestasi dan kemudian berbuah
medali.
14
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Faris. (2009). Kemerdekaan Olahraga. Internet.
http://en.wikipedia.org
Cholik. (2009). SDI Cara Baru Mengukur Kemajuan Olahraga. Internet.
www.bolanews.com
Harsono. (2008). Teori Gerak Manusia. Internet. http://en.wikipedia.org
Harsuki. (2003). Perkembangan Olahraga Terkini (Kajian Para Pakar). Jakarta.
Raja Grafindo Persada
15
top related