tinjauan baru sebagai alternatif dalam mengukur pembangunan olahraga

27
TINJAUAN BARU SEBAGAI ALTERNATIF DALAM MENGUKUR PEMBANGUNAN OLAHRAGA DI S U S U N OLEH: 1006104020106 REGULER 3 PENJASKESREK FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM 2011

Upload: hatta-ata-coy

Post on 05-Jul-2015

397 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

atacoy

TRANSCRIPT

Page 1: TINJAUAN BARU SEBAGAI ALTERNATIF DALAM MENGUKUR PEMBANGUNAN OLAHRAGA

TINJAUAN BARU SEBAGAI ALTERNATIF

DALAM MENGUKUR PEMBANGUNAN OLAHRAGA

DI

S

U

S

U

N

OLEH:

1006104020106

REGULER 3

PENJASKESREK

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

DARUSSALAM

2011

Page 2: TINJAUAN BARU SEBAGAI ALTERNATIF DALAM MENGUKUR PEMBANGUNAN OLAHRAGA

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah swt, karena berkat rahmat,

karunia, lindungan dan bimbinganNya makalah yang berjudul: “Tinjauan Baru

Sebagai Alternatif Dalam Membangun Olahraga” disusun. Adapun tujuan dari

pada penyusunan makalah ini yaitu sebagai salah satu tugas Mata Kuliah

Permainan Bulu Tangkis.

Disadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak

kekurangannya, karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat

diharapkan demi sempurnahnya makalah tersebut. Mudah-mudahan makalah yang

sangat sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua amin.

i

Page 3: TINJAUAN BARU SEBAGAI ALTERNATIF DALAM MENGUKUR PEMBANGUNAN OLAHRAGA

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1

A.Latar Belakang..................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 3

A.Tinjauan Sport History (Tentang Olahraga Di Indonesia)................... 6

B.Memaknai Hakikat Olahraga............................................................... 3

C.Dalam Membangun Olahraga Dengan Tinjauan Sport

Development Indeks......................................................................... 7

D.Tinjauan Dalam Mengukur Pembangunan Olahraga Di Indonesia..... 8

E.Tinjauan Sport Facilities (Berdasarkan Hasil Penelitian Tentang

Sarana Olahraga) dan Tujuan Masyarakat Di Indonesia Untuk

Melakukan Olahraga.......................................................................... 9

F.Sport Development Indeks (SDI) Sebagai Alternatif Baru Dalam

Membangun Olahraga Di Indonesia.................................................. 10

BAB III PENUTUP...................................................................................... 14

A.Kesimpulan.......................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 15

ii

Page 4: TINJAUAN BARU SEBAGAI ALTERNATIF DALAM MENGUKUR PEMBANGUNAN OLAHRAGA

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diantara kemajuan yang paling menonjol dalam setiap bidang keilmuan

dewasa ini adalah teknologi, “teknologi” siapa yang tidak mengenal, mengetahui,

dan menikmatinya. Suatu inovasi yang terus-menerus dan tiada henti

dikembangkan para ilmuan di era globalisasi saat ini telah banyak memberikan

manfaat bagi kita semua.

Sama halnya pada olahraga, dimana dalam pengembangan keilmuannya

merupakan inovasi dari pada teknologi, karena fakta membuktikan dimana

fenomena yang terjadi sejak dulu hingga saat ini dalam dunia olahraga telah

melibatkan unsur-unsur pengembangan ilmu teknologi (IPTEK), dikatakan

demikian karena teknologi adalah salah satu alternativ pendukung dalam

mengukur kemajuan pembangunan di bidang olahraga. Dengan alasan inilah tak

heran jika dari beberapa isu mengenai ilmu-ilmu olahraga hingga kajian-kajian

dalam ilmu keolahragaan saat ini telah memposisikan teknologi pada urutan awal

sebagai kajian utama dalam mengukur serta mengembangkan olahraga.

Tidak lepas dari kaitannya dengan teknologi, Indonesia merupakan salah

satu Negara pengguna teknologi dengan tujuan mengedepankan olahraga

walaupun dalam keadaan yang terbatas, menyadari hal ini perlu kita ingat secara

bersama bahwa walaupun kita sebagai Negara yang telah mengimpor alat-alat

olahraga berteknologi dari Negara lain tetap masih sulit untuk dapat membangun

dan mengedepankan olahraga di negera kita, terbukti bahwa pada setiap event

olahraga yang berskala internasional prestasi atlet Indonesia masih sangat perlu

untuk diperhatikan secara bersama.

Dengan kondisi seperti ini, tak heran jika olahraga di negara kita penuh

dengan masalah dan silang pendapat untuk mencari jalan keluar dalam

menemukan ide-ide baru demi mengedepankan olahraga. Walaupun beragam

macam masalah mengenai olahraga yang terjadi saat ini di Negara kita sedikitnya

tidak merubah kesadaran para atlet dalam menjunjung nilai sportivitas pada setiap

kompetsi berskala internasional, hal ini dapat diperhatikan yang mana atlet-atlet

1

Page 5: TINJAUAN BARU SEBAGAI ALTERNATIF DALAM MENGUKUR PEMBANGUNAN OLAHRAGA

kita jarang terdengan bersaing secara tidak sehat untuk menjadi juara. Hal ini

patut kita banggakan, tetapi apakah dalam mengukur pembangunan olahraga di

Negara kita selamanya mengedepankan atau mengutamakan dari segi perolehan

medali. Jika jawabannya adalah iya, apakah atlet di Negara kita selama beberapa

tahun ini telah menampakkan peningkatan prestasinya pada setiap kompetisi

olahraga internasional. Dan apabila jawabannya tidak, ide-ide atau jalan keluar

seperti apa yang harus kita lakukan dalam mengukur pembangunan olahraga di

Negara kita.

Bertitik tolak dari uraian di atas, menggambarkan dimana kondisi olahraga

yang ada di Indonesia perlu ditinjau kembali untuk mencari solusi yang sederhana

serta dapat membangun sistem keolahragaan yang ada.

2

Page 6: TINJAUAN BARU SEBAGAI ALTERNATIF DALAM MENGUKUR PEMBANGUNAN OLAHRAGA

BAB II. PEMBAHASAN

A. Tinjauan Sport History (Tentang Olahraga Di Indonesia)

1. Permasalahan Olahraga Di Indonesia

Tak dapat dipungkiri bahwa olahraga di Negara kita diterpa oleh beragam

macam masalah, dan bahkan di era krisis global saat ini masalah demi masalah

dalam membangun olahraga di Indonesia semakin kompleks, terlebih lagi dengan

krisis ekonomi yang boleh dikata sudah cukup lama melanda Negara ini. Dengan

lemahnya perekonomian di Indonesia ternyata mempengaruhi sistem

keolahragaan yang ada, pendek kata bahwa lemahnya perekonomian di Indonesia

telah memperkecil anggaran pembangunan olahraga, ini disinyalir dengan

terbatasnya perhatian pemerintah untuk memberikan bantuan dana dalam

memenuhi anggaran pembangunan olahraga, hal tersbeut dapat diperhatikan

dimana pemerintah memberikan bantuan dana hanya terbatas pada beberapa

cabang saja, dengan kondisi seperti ini maka akan mempengaruhi pembinaan serta

prestasi olahraga yang ada.

3 PRESTASI

2 PEMBINAAN

1 PERMASALAHAN

Keterangan:

Gambar pyramid di atas mengartikan dimana pembinaan olahraga di

Indonesia masih banyak di warnai oleh beragam macam permasalahan, terutama

masalah dana yang menyangkut pengadaan falisilitas olahraga, pelatih yang

kurang profesional, dan kurang obyektifnya dalam memilih atlet-atlet berkualitas.

3

Page 7: TINJAUAN BARU SEBAGAI ALTERNATIF DALAM MENGUKUR PEMBANGUNAN OLAHRAGA

Hal ini disebabkan karena masih membudayanya nepotisme (memilih atlet bukan

dari kualitasnya, akan tetapi kecenderungan masih tertuju pada cara memilih atlet

yang pada umumnya dikenal secara pribadi sehingga mudah untuk diatur),

begitupun dengan pelatih, dimana pemerintah cenderung membayar pelatih dari

luar untuk melatih di Indoensia tanpa mempertimbangkan pelatih-pelatih di

Indonesia disekolahkan, dibina atau dibelajarkan di luar negeri (di negara yang

pembinaan ataupun pelatihan olahraganya sudah maju).

Dengan beragam masalah mengenai system keolahragaan yang ada di

Indonesia, maka efeknya dapat diperhatikan pada pembinaan olahraga itu sendiri,

dimana pembinaanya (yang meliputi pelatih) kurang professional, dengan

demikian maka prestasi yang dihasilkan sangatlah kecil.

2. Peninjauan Cabang Olahraga Yang Dikompetisikan Pada PON

Seiring dengan perubahan dan tantangan dalam perkembangan zaman saat

ini, ide-ide baru untuk membangun, mengedepankan, menciptakan dan

mengadakan perubahan dalam dunia olahraga semakin marak, khususnya di

Indonesia dalam konteks PON banyak perubahan dan penciptaan olahraga baru

untuk dikompetisikan, beberapa cabang olahraga yang dikompetisikan pada PON

sejak beberapa tahun kemarin perlu untuk dikaji bersama, karena ada beberapa

cabang olahraga yang dimasukkan dalam PON tidak dalam jalur konteks

pengertin olahraga yang sebenarnya, hal tersebut selaras dengan apa yang

dikemukakan Lutan (1992) menurut pandangannya bahwa, dalam konteks PON

sebenarnya banyak orang tak sependapat, misalnya mengapa aeromodeling dan

catur disebut sebagai cabang olahraga, kondisi ini sebenarnya perlu dikaji secara

bersama, artinya bahwa jika ke-dua cabang tersebut dipertandingkan pada

kompetisi olahraga dalam Konteks PON, apakah memberikan sumbangsi yang

sangat berharga tentang makna olahraga sebenarnya, dan apakah prestasi atlet

dalam cabang olahraga yang dimaksud dapat dibina dan dikembangkan sampai

pada kompetisi olahraga yang berstandar internasional (Olymiade), jawabannya

tentu tidak, karena permaian yang dikatakan bagian dari pada cabang olahraga

4

Page 8: TINJAUAN BARU SEBAGAI ALTERNATIF DALAM MENGUKUR PEMBANGUNAN OLAHRAGA

tersebut hanyalah ide-ide yang kurang mendasar bangsa kita dalam mengukur

prestasinya melalui perolehan medali.

3. Peninjauan Prestasi Yang Pernah Diraih Indonesia

Dari uraian di atas jika kita sedikitnya mundur dan mengenang kembali

masa-masa kejayaan dimana Indonesia sejak terjun pada Asian Games pertama

tahun 1951di New Delhi, ini adalah tahap awal dalam mengukur kemampuan atlet

Indonesia pada kompetisi se-Asia, tahap awal tersebut memang belum begitu

menonjolkan prestasi para atlet Indonesia, akan tetapi pada Asian Games ke IV

tahun 1962 di Jakarta, Indonesia tercatat sebagai urutan kedua dibelakang Jepang,

(Siregar dalam Harsuki: 2003). Ini mengisyaratkan bahwa prestasi yang cukup

gemilang tersebut meupakan wujud dari pada tanggung jawab bersama, dalam hal

ini dukungan pemerintah saat itu merata di segala bidang, salah satunya yaitu

bidang olahraga.

4. Keterpurukkan Olahraga Indonesia

Pada dasarnya banyak hal yang menyebabkan keterpurukkan kondisi

olahraga di Indonesia, antara lain yang masih menjadi masalah klasik dan sering

menghantui pembinaan-pembinaan olahraga di berbagai daerah selama ini yaitu

minimnya fasilitas latihan. Belum lagi persoalan dana untuk pengadaan sarana

serta peralatan-peralatan yang ditunjang oleh teknologi mutakhir menjadi kendala

besar untuk membangun sistem keolahragan di Indonesia, Ini sebenarnya suatu

alasan yang boleh dikata penyebabnya adalah faktor manejemen sistem

keolahragaan di Indonesia yang amburadul, apabila faktor tersebut tidak

perbaharui sejak dini, maka prestasi olahraga di Indonesia sulit untuk

dikembangkan.

Ada sebuah hal unik yang perlu perhatikan jika kita mampu

menanalogikan karakter bangsa dari olahraganya, yaitu minimnya prestasi

olahraga kita saat ini ternyata berbanding lurus (seimbang) dengan minimya rasa

nasionalisme bangsa Indonesia.

5

Page 9: TINJAUAN BARU SEBAGAI ALTERNATIF DALAM MENGUKUR PEMBANGUNAN OLAHRAGA

Rasa kebangsaan masyarakat Indonesia jika dipikirkan telah berkurang

disebabkan oleh pengaruh globalisasi. Dikatakan pengaruh globalisasi karena arus

informasi yang begitu luas saat ini telah mempengaruhi pola pikir masyarakat

Indonesia. Sama halnya dalam olahraga, contoh kasusnya ditunjukkan oleh

sejumlah Tim Nasional PSSI yang menolak masuk Pelatnas karena bayaran yang

tak sepadan. Yang ke-dua adalah maraknya kasus kepindahan atlet ke propinsi

lain demi mencari bayaran tinggi (Achmad Faris, 2009).

Pandangan di atas menggambarkan bahwa menurunnya rasa nasionalisme

yang melekat pada insan-insan olahraga Indonesia hingga jajaran pengurus

oraganisasi-organisasi olahraga dan beberapa elit politik saat ini mengakibatkan

turunnya daya juang para atlet, dan sebagian insan olahraga tidak murni lagi

dalam memperjuangkan prestasi olahraga nasional untuk nama Indonesia.

B. Memaknai Hakikat Olahraga

Menurut Harosno, (2008) bahwa olahraga adalah serangkaian gerak raga

yang teratur dan terencana untuk mempertahankan hidup dan meningkatkan

kualitas hidup, pengertian ini memiliki makna filosofis dan jika dikaji bersama

akan memberikan sedikit bayangan tentang hal-hal apa yang akan dilakukan untuk

membangun dan mengedepankan olahraga itu sendiri.

Olahraga merupakan suatu aktivitas fisik yang dikenal sebagai kegiatan

terbuka bagi semua orang sesuai dengan kemampuan, kesenangan dan

kesempatan, tanpa membedakan hak, status, sosial, budaya atau derajat di

masyarakat, hal ini senada dengan apa yang dikemukakan Supandi, (1988)

menurutnya bahwa asas olahraga bagi semua orang (sport for all) kini makin

memasyarakat, dengan demikian maka saat ini olahraga telah merasuk ke tiap

lapisan masyarakat, dan sebagai bagian dari budaya manusia. Pendek kata

olahraga dilakukan dan menarik bagi semua orang tanpa memandang jenis ras,

kepercayaan, politik dan geografi.

Berkenaan dengan gejala bahwa olahraga merupakan budaya universal,

maka timbul pertanyaan yakni mengapa orang tertarik untuk berolahraga?

Meskipun banyak teori yang mencoba untuk menjawab pertanyaan ini, namun tak

6

Page 10: TINJAUAN BARU SEBAGAI ALTERNATIF DALAM MENGUKUR PEMBANGUNAN OLAHRAGA

satupun yang paling memuaskan, hal ini karena makna olahraga bagi setiap orang

berbeda-beda. Contoh misalnya makna lari bagi pelari professional berbeda

dengan makna lari bagi seorang pelari biasa pada pagi hari bertujuan sekedar

untuk memelihara kesehatannya, namun jika ditelusuri lebih lanjut, yang mana

hakikat keterlibatan seseorang dalam berolahraga yakni untuk memenuhi

kebutuhannya baik sebagai individu maupun mahluk sosial (Supandi dalam

Lutan,1992:32). Berbeda dengan negara kita, walaupun secara faktual

masyarakatnya banyak yang mulai tertarik dan telah menyadari pentingnya

olahraga bagi kehidupan, akan tetapi hal tersebut masih saja belum bisa

membangun kondisi olahraga yang ada, hal ini di sadari bahwa sarana-prasarana

serta fasilitas olahraga yang ada belum menunjang, dan sebagaian besar

maysarakat kita mengasumsikan bahwa olahraga hanya sebatas kesenangan serta

kebugaran semata.

C. Kesadaran Dalam Membangun Olahraga Dengan Tinjauan Sport

Development Indeks

Sport Development Index (SDI) adalah istilah baru dalam olahraga

Indonesia. Ini semacam metode pengukuran yang diklaim sebagai alternatif baru

untuk mengukur kemajuan pembangunan olahraga. Untuk itu Menurut Cholik

dan Maksum, (2007) SDI adalah indeks gabungan yang mencerminkan

keberhasilan pembangunan olahraga berdasarkan empat dimensi dasar yaitu: (1)

ruang terbuka yang tersedia untuk olahraga, (2) sumber daya manusia atau tenaga

keolahragaan yang terlibat dalam kegiatan olahraga, (3) partisipasi warga

masyarakat untuk melakukan olahraga secara teratur dan, (4) derajat kebugaran

jasmani yang dicapai oleh masyarakat. Jika dibahasakan, maka SDI dapat

diterjemahkan menjadi IPO (Indeks Pembangunan Olahraga). Alasan mengapa

tidak digunakannya istilah IPO, karena istilah SDI dikenal luas di dalam

komunitas olahraga, terutama para pengambil kebijakan olahraga, temasuk di

dunia internasional.

Dalam berbagai referensi olahraga didefinisikan secara berbeda-beda,

tergantung dari cara pandang yang digunakan. Menurut WHO, olahraga (dalam

7

Page 11: TINJAUAN BARU SEBAGAI ALTERNATIF DALAM MENGUKUR PEMBANGUNAN OLAHRAGA

hal ini mengambil istilah physical activity) yaitu segala bentuk aktivitas gerak

yang dilakukan setiap hari, termasuk bekerja, rekreasi, latihan, dan aktivita

olahraga. Sementara itu dalam Undang-Undang Nomor 3 tahun 2005 disebutkan

bahwa olahraga adalah segala kegiatan yang sistematik untuk mendorong,

membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani dan sosial. Dari dua

definisi tersebut sekurang-kurangnya ada empat konsep dasar yang diambil yaitu:

(1) aktivitas fisik, (2) ketekunan, (3) pencarian kesempurnaan, dan (4) keberanian

mengambil resiko. Kesimpulannya bahwa, olahraga bukan untuk mencari

kemenangan, tetapi sebagai instrument meraih kesempurnaan hidup, baik fisik,

mental maupun sosial.

Piere de Coubertin dalam beberapa tulisannya menyatakan bahwa Olympic

games bukan hanya ivent olahraga semata, tetapi merupakan inti dari gerakan

sosial yang luas, dimana melalui kegiatan olahraga akan meningkatkan

pengembangan kualitas sumber daya manusia dan saling pengertian secara

internasional (International Olympic Comitte, 2002 dalam Cholik dan Maksum,

2009). Dari penjelasan tersebut jika di tinjau kembali nampaklah bahwa olahraga

telah menjadi komeitmen bersama untuk diyakini sebagai salah satu instrument

dalam menciptakan tatanan dunia yang lebih baik.

D. Tinjauan Dalam Mengukur Pembangunan Olahraga Di Indonesia

Pada awalanya keberhasilan dalam pembangunan hanya diukur dengan

satu indikator, yaitu pendapatan perkapita, Negara yang pendapatan perkapitanya

tinggi dianggap sebagai Negara yang berhasil dalam pembangunan. Tetapi perlu

disadari bahwa pembangunan bersifat multi faktor dan multi dimensi. Mungkin

kurang bijaksana jika kita mengatakan bahwa keberhasilan pembangunan hanya

diukur dengan satu indikator.

Begitupun dalam olahraga, rasanya terlalu sederhana jika kita mengukur

keberhasilan olahraga hanya dengan satu indikator, yaitu perolehan medali.

Dengan demikian timbullah beragam macam pertanyaan tentang bagaimanakan

mengukur keberhasilan pembangunan olahraga khususnya di Indonesia, apakah

ada alternativ lain yang dapat dijadikan acuan dalam mengukur keberhasilan

8

Page 12: TINJAUAN BARU SEBAGAI ALTERNATIF DALAM MENGUKUR PEMBANGUNAN OLAHRAGA

pembangunan olahraga? Pertanyaan-pertanyaan yang boleh dikata telah terjawab

oleh beberapa Negara yang berkembang dan telah maju, kini baru dimulai pada

Negara kita.

E. Tinjauan Sport Facilities (Berdasarkan Hasil Penelitian Tentang Sarana

Olahraga) dan Tujuan Masyarakat Di Indonesia Untuk Melakukan

Olahraga

1. Tinjauan Berdasarkan Hasil Penelitian Tentang Sarana Olahraga

Sarana olahraga merupakan suatu wadah untuk melakukan aktivitas

olahraga (Purnomohadi dalam Harsuki, 2003). Untuk itu sarana olahraga memang

merupakan faktor utama dalam membangun kondisi olahraga, kita sadari bersama

bahwa kondisi olahraga yang ada di Negara kita banyak masalah. Salah satu

masalah yang sangat mendasar yaitu tentang kondisi sarana dan pra sarana

olahraga yang kurang memenuhi standart. Jika kita melirik sedikit ke salah satu

Negara di wilayah asia yang telah maju, yaitu China, Negara tersebut memiliki

jumlah penduduk yang kurang seimbang dengan luas Negaranya, untuk itu jika

diperhatikan maka hal yang tidak mungkin apabila negara ini dapat membangun

sarana atau fasilitas olahraga yang cukup memadai, akan tetapi diluar dari

kenyataannya Negara tersebut mampu mendirikan Stadion olahraga berstandart

internasional yang berteknologi mutakhir. Jika bandingkan dengan stadion

kebanggaan Bung Karno sangatlah jauh berbeda, namun dalam memperbaiki dan

membangun kondisi olahraga di Negara kita, akan lebih baik jika diberbagai

daerah mendirikan sarana olahraga walau hanya dalam kondisi sederhana.

Menurut Purnomohadi dalam Harsuki (2003) bahwa ketersediaan rata-rata

lahan per-orang dari hasil survery secara acak mengenai wilayah yang dapat

didirikan sarana olahraga (pusat latihan olahraga) pada dua daerah yang ada di

Indoensia pada tahun 1993 yaitu:

- Dari wilayah DKI Jakarta diperoleh data dari :

Kecamatan Kembangan yaitu 0.33 m2/orang

Kecamatan Mampang Prapatan 0,12 m2/orang

9

Page 13: TINJAUAN BARU SEBAGAI ALTERNATIF DALAM MENGUKUR PEMBANGUNAN OLAHRAGA

Kecamatan Sawah Besar 0,24 m2/orang

Kalau dihitung rata-rata menjadi 0.23 m2/orang

- Di Wilayah DATI I Jawa Tengah diperoleh data :

Kecamatan Purwakarta Timur 1,75 m2/orang

Kecamatan Banjarsari Surakarta 0,36 m2/orang

Kecamatan Klepu Semarang 1,31 m2/orang

Kalau dihitung rata-rata menjadi 1.14 m2/orang

Di sini terlihat bahwa pada wilayah tiga kecamatan yang ada di Jakarta

lebih sulit untuk memperoleh lahan dari pada beberapa kecamatan yang ada di

daerah Jawa Tengah.

2. Tinjauan Sport Pshichology (Tinjauan Berdasarkan Hasil Penelitian

Tentang Tujuan Masyarakat Di Indonesia Untuk Melakukan Olahraga)

Undang-undang nomor 3 Tahun 2005 tentang sistem keolahragaan

nasional menyebutkan bahwa pilar olahraga tidak hanya menyangkut olahraga

prestasi, tetapi juga olahraga pendidikan dan olahraga rekreasi, artinya dengan

hanya mendasarkan pada medali sebagai ukuran keberhasilan kita telah

menafikkan eksistensi olahraga pendidikan dan olahraga rekreasi. Selain itu

berdasarkan data nasional hasil sensus BPS (Badan Pusat Statistik) tahun 2003

menunjukkan bahwa masyarakat yang melakukan olahraga untuk tujuan prestasi

di Indonesia adalah 7,8% dari total populasi. Sementara, sebagian besar

masyarakat yaitu 65,2% melakukan olahraga untuk tujuan kesehatan, dan 27%

untuk tujuan lainnya. Dengan demikian, tentu tidak adil manakala olahraga hanya

diukur dari satu pilar saja, yakni olahraga prestasi dengan indikator perolehan

medali, (Cholik dan Maksum, 2007).

F. Sport Development Indeks (SDI) Sebagai Alternatif Baru Dalam

Membangun Olahraga Di Indonesia

Seperti yang telah di uraikan di atas, jelas bahwa sistem keolahragaan

yang ada di Negara kita saat ini dalam kondisi yang sangat memprihatinkan,

untuk itu dalam menata kembali kondisi olahraga, ada beberapa tinjauan sebagai

10

Page 14: TINJAUAN BARU SEBAGAI ALTERNATIF DALAM MENGUKUR PEMBANGUNAN OLAHRAGA

alternativ yang telah dijadikan tolok ukur oleh para pakar untuk membangun

kondisi olahraga di negara kita.

Salah satu tinjauan yang dijadikan alternativ tersebut adalah, membangun

olahraga di Indonesia melalui Sport Development Indeks. Menurut Cholik dan

Maksum (2007) bahwa SDI adalah indeks gabungan yang mencerminkan

keberhasilan pembangunan olahraga berdasarkan empat dimensi dasar yaitu :

a) Ruang Terbuka

Ruang terbuka merupakan suatu kebutuhan bagi masyarakat untuk

melaukan aktivitas fisik. Keberadaan ruang terbuka olahraga yang mudah

diakses oleh semua lapisan masyarakat dapat mendorong terciptanya suatu

masyarakat yang gemar berolahraga atau beraktivitas fisik

Ruang terbuka merujuk pada suatu tempat yang diperuntukkan bagi

kegiatan olahraga oleh sejumlah orang (masyarakat) dalam bentuk

bangunan dan/atau lahan. Bangunan dan lahan tersebut dapat berupa

lapangan olahraga yang standar atau tidak, yang tertutup (in-dor) maupun

terbuka (out-dor), atau berupa lahan yang memang diperuntukkan untuk

kegiatan berolahraga masyarakat.

Untuk dapat dikatakan sebagai ruang terbuka olahraga harus memenuhi

syarat-syarat antara lain sebagai berikut, (1) didesain untuk olahraga (2)

digunakan untuk olahraga (3) bisa diakses oleh masyarakat luas.

b) Sumber Daya Manusia (SDM)

Dinamika kegiatan kelahragaan akan sangat ditentukan oleh SDM yang

menggerakkan roda kegiatan. Pengembangan SDM ini sudah mengalami

perubahan yang sangat berarti seiring dengan anggapan dasar yang

berbeda. Dahulu SDM dianggap sebagai tenaga kerja yang diset untuk

efisiensi prodeksi, sehingga fungsinya sebagai instrument. Sedangkan saat

iniSDM ditempatkan sebagai modal kerja sehingga kemampuan,

pengetahuan dan keterlibatannya dalam setiap pengambilan kebijakan

lebih mendapat penekanan. Dengan demikian Sumber daya manusia dalam

olahraga yang dimaksudkan mengacu pada ketersediaan pelatih olahraga,

guru penjasor, dan instruktur olahraga dalam suatu wilayah tertentu.

11

Page 15: TINJAUAN BARU SEBAGAI ALTERNATIF DALAM MENGUKUR PEMBANGUNAN OLAHRAGA

c) Partisipasi

Dari prespektif perorangan dikatakan bahwa, rendahnya tingkat

partisipasi berolahraga disebabkan oleh beberapa hal antara lain: (1)

kegiatan olahraga yang cenderung berorientasi pada peningkatan prestasi,

sehingga membatasi partisipasi orang yang kurang berminat mengejar

prestasi, (2) rendahnya derajat kesehatan atau kebugaran jasmani sehingga

secara psikologis merasa tidak mampu, (3) tingkat ekonomi yang rendah

sehingga tidak sanggup memenuhi pengeluaran minimal untuk melibatkan

diri dalam kegiatan olahraga, (4) terkurasnya tenaga dan waktu akibat

terlalu sibuk dalam pekerjaan, (5) belum adanya fasilitas olahraga di

tempat-tempat umum yang meberikan akses kepada para penderita cacat,

sehingga mereka tidak dapat memenuhi keinginannya bersama warga

masyarakat lainnya.

Ditinjau dari prespektif sosial, dikatakan bahwa keterbatasan partisipasi

disebabkan oleh (1) fanatisme paham yang menjatuhkan peluang wanita

untuk berolahraga, (2) paham elitism yang menganggap olahraga sebagai

kegiatan ekslusif yang semata-mata bertujuan untuk menaikkan prestice

bangsa dan Negara di mata dunia internasional, (6) menganggap bahwa

olahraga tidak mengandung unsur-unsur pendidika, disebabkan masih

seringnya terjadi tindak kekerasan dalam olahraga.

Dari prespektif infrastruktur, kurangnya partisipasi masyarakat

berolahraga disebabkan oleh (1) keterbatasan sarana, prasarana, dan ruang

terbuka yang tersedia, (2) ketiadaan fasilitas khusus bagi penderita cacat

fisik, (3) terbatasnya atau kurangnya dana pemerintah yang dialokasikan

untuk kepentingan pemberdayaan olahraga rekreasi dan olahraga

tradisional.

d) Kebugaran

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata berdampak pada pola

aktivitas masyarakat. Peralatan yang serba otomatis seperti tangga

elektronik dan remote control membuat orang relativ tidak melakukan

aktivitas fisik. Hal yang sama telah melanda masyarakat yang ada di

12

Page 16: TINJAUAN BARU SEBAGAI ALTERNATIF DALAM MENGUKUR PEMBANGUNAN OLAHRAGA

Indonesia, dimana kemutakhiran teknologi saat ini telah mempengaruhi

kondisi kesehatan masyarakat. Survei Departemen Kesehatan

menyebutkan bahwa seiring dengan berjalannya waktu penyakit

degenerativ seperti kardiovaskuler terus meningkat dari tahun ke tahun

sebagai penyebab kematian.

Kondisi yang demikian tentu sangat memprihatinkan, sehingga bisa

dibayangkan bagaimana produktivitas kerja masyarakat kita. Karena

alasan inilah masyarakat Indonesia perlu untuk didorong untuk melakukan

latihan-latihan jasmani, karena kebugaran jasmani yang prima hanya dapat

dicapai melalui latihan fisik yang sesuai dengan prinsip-prinsip latihan.

Kebugaran jasmani terdiri dari beberapa komponen fisik yaitu: (1) cardio-

respiratory endurance yaitu daya tahan kardiovaskuler, (2) mascular

endurance yaitu daya tahan otot, (3) strength muscle yaitu kekuatan otot,

(4) muscular speed yaitu kecepatan otot dalam berkontraksi dan (5)

flexibility yaitu kelentukan. Jadi jika seseorang memiliki kebugaran

jasmani yang baik, maka dengan sendirinya akan memiliki kualitas

komponen-komponen tersebut relative lebih baik.

13

Page 17: TINJAUAN BARU SEBAGAI ALTERNATIF DALAM MENGUKUR PEMBANGUNAN OLAHRAGA

BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari beberapa ulasan di atas dapat disimpulkan bahwa mengukur

keberhasilan pembangunan tidak dengan menggunakan satu indikator, Begitupun

dengan olahraga, rasanya kurang bijaksana jika kita mengatakan bahwa

keberhasilan olahraga hanya diukur dengan satu indikator, yaitu perolehan medali.

Karena itu dalam makalah ini tinjauan yang digunakan dalam mengukur

pembangunan olahraga di Indonesia melalui Sport Development Indeks.

Sport Development Index (SDI) adalah istilah baru dalam olahraga

Indonesia. Ini semacam metode pengukuran yang diklaim sebagai alternatif baru

untuk mengukur kemajuan pembangunan olahraga. Untuk itu keberhasilan

pembangunan olahraga di suatu negara khususnya Indonesia harus diukur

berdasarkan empat dimensi dalam lingkup kajian SDI yaitu: (1) ketersediaan

ruang tebuka untuk olahraga, (2) partisipasi masyarakat, (3) sumber daya

manusia, dan (4) tingkat kebugaran jasmani masyarakat. Dengan demikian maka

pembangunan olahraga yang berhasil adalah mampu mendorong empat dimensi

dasar tersebut untuk berkembang dan maju, dan pada ujungnya, barulah

pembangunan olahraga ini mengerucut menjadi prestasi dan kemudian berbuah

medali.

14

Page 18: TINJAUAN BARU SEBAGAI ALTERNATIF DALAM MENGUKUR PEMBANGUNAN OLAHRAGA

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Faris. (2009). Kemerdekaan Olahraga. Internet.

http://en.wikipedia.org

Cholik. (2009). SDI Cara Baru Mengukur Kemajuan Olahraga. Internet.

www.bolanews.com

Harsono. (2008). Teori Gerak Manusia. Internet. http://en.wikipedia.org

Harsuki. (2003). Perkembangan Olahraga Terkini (Kajian Para Pakar). Jakarta.

Raja Grafindo Persada

15