tingkat pemenuhan kebutuhan dasar · 2018-02-27 · hidup adalah sebuah orkes simphoni yang indah,...
Post on 07-Mar-2020
5 Views
Preview:
TRANSCRIPT
TINGKAT PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR
DAN AKTUALISASI-DIRI PARA GURU – PEGAWAI
TK, SD, SMP MARIA FATIMA JEMBER
DALAM KONTEKS
NILAI-NILAI KONGREGASI SANTA PERAWAN MARIA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh:
Theresia Karti
NIM: 011114037
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2006
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Hidup adalah sebuah orkes simphoni yang indah, sebuah pemandangan yang elok,
sebuah impian yang meski diraih, sebuah realita yang perlu dihadapi, dan sebuah
hadiah indah yang perlu dipersembahkan kembali kepada yang kuasa (Penulis).
God Loves a simple heart which does its best (Julie Billiart).
Draw great advantage from all trials. Nothing causes trees to be more strongly
rooted than great winds (Julie Billiart).
Lakukanlah yang terbaik dan serahkan yang lain ke dalam tangan Tuhan (Amsal).
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
Para Suster Dewan Pengurus Provinsi Kongregasi Suster Santa Perawan Maria
(SPM)
Para Suster SPM Komunitas Studi, Jl. Mliwis No.4 Demangan Baru Yogyakarta
Para Suster SPM Komunitas Jember I, Jl. Kartini No. 28 Jember
Bapak-Ibu Guru, Pegawai, dan Karyawan SMPK Maria Fatima Jember
Ibu (alm), dan kakak-kakak, serta keponakan-keponakanku yang selalu
memberikan dukungan, semangat, serta doa restu.
Sahabatku yang setia menemani seluruh perjuangan dan pergulatanku.
Almamaterku yang tercinta Universitas Sanata Dharma.
iv
ABSTRAK
TINGKAT PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR DAN AKTUALISASI-DIRI PARA GURU – PEGAWAI
TK, SD, SMP MARIA FATIMA JEMBER DALAM KONTEKS
NILAI-NILAI KONGREGASI SANTA PERAWAN MARIA JEMBER
Theresia Karti
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2006
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemenuhan kebutuhan dasar
dan aktualisasi-diri para guru TK, SD, SMP Maria Fatima Jember dalam konteks nilai-nilai Kongregasi Santa Perawan Maria. Masalah-masalah yang hendak dijawab dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana tingkat pemenuhan kebutuhan fisiologis para guru-pegawai TK, SD, SMP Maria Fatima Jember? 2) Bagaimana tingkat pemenuhan kebutuhan rasa aman para guru-pegawai TK, SD, SMP Maria Fatima Jember? 3) Bagaimana tingkat pemenuhan kebutuhan memiliki-dimiliki dan kasih sayang para guru-pegawai TK, SD, SMP Maria Fatima Jember? 4) Bagaimana tingkat pemenuhan kebutuhan penghargaan para guru-pegawai TK, SD, SMP Maria Fatima Jember? 5) Bagaimana tingkat pemenuhan kebutuhan aktualisasi-diri para guru-pegawai TK, SD, SMP Maria Fatima?
Penelitian ini dilakukan terhadap para guru-pegawai TK, SD, SMP Maria Fatima Jember yang berjumlah 86 orang yang terdiri dari guru-pegawai: 1) TK sejumlah 17 orang, 2) SD sejumlah 44 orang, dan 3) SMP sejumlah 25 orang. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner pemenuhan kebutuhan dasar dan aktualisasi-diri. Instrumen dibuat oleh penulis berdasarkan lima aspek kebutuhan A. Maslow dan nilai-nilai Kongregasi SPM. Teknik analisis data menggunakan penghitungan Mean (M) yang digunakan sebagai patokan untuk menentukan tingkat pemenuhan kebutuhan dengan kategori skor ≥ M adalah terpenuhi (T), dan skor < M adalah kurang terpenuhi (KT).
Hasil penelitian menunjukkan: pemenuhan kebutuhan dasar dan aktualisasi-diri menurut pandangan Maslow di kalangan guru-pegawai; TK sejumlah 8 orang, SD sejumlah 26 orang, SMP sejumlah 18 orang. Sedangkan pemenuhan kebutuhan dasar dan aktualisasi-diri menurut nilai-nilai Kongregasi SPM di kalangan guru-pegawai; TK sejumlah 9 orang, SD sejumlah 18 orang, dan SMP sejumlah 7 orang.
Berdasarkan hasil penelitian ini, diusulkan kepada Pengurus Perkumpulan Dharmaputri dan Kepala Sekolah TK, SD, SMP Maria Fatima Jember untuk mengembangkan program peningkatan pemahaman terhadap kebutuhan hidup dan nilai-nilai SPM. Caranya dengan meninjau ulang kebijakan Perkumpulan Dharmaputri yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan fisiologis.
vi
ABSTRACT BASIC NEEDS FULFILLMENT AND SELF-ACTUALIZATION
OF TEACHERS AND STAFFS IN MARIA FATIMA KINDERGARTEN, ELEMENTARY SCHOOL, AND JUNIOR
HIGH SCHOOL JEMBER IN THE CONTEXTS OF SAINT MARY CONGREGATION’S VALUES
Theresia Karti Sanata Dharma UniversityYogyakarta
2006
This study was aimed to find out the basic needs fulfillment and self-actualization of teachers and staffs in Maria Fatima Kindergarten, Elementary School, and Junior High School Jember in the context of Saint Mary Congregation’s values. The problems discussed in this study were (1) What is the level of physiological needs fulfillment of the teachers and staffs in Maria Fatima Kindergarten, Elementary School, and Junior High School Jember?; (2) What is the level of safety needs fulfillment of the teachers and staffs in Maria Fatima Kindergarten, Elementary School, and Junior High School Jember?; (3) What is the level of belonging and love needs fulfillment of the teachers and staffs in Maria Fatima Kindergarten, Elementary School, and Junior High School Jember?; (4) What is the level of rewards needs of the teachers and staffs in Maria Fatima Kindergarten, Elementary School, and Junior High School Jember?; and (5) What is the level of self-actualization needs fulfillment of the teachers and staffs in Maria Fatima Kindergarten, Elementary School, and Junior High School Jember?
This study was done involving 86 teachers and staffs in Maria Fatima Kindergarten, Elementary School, and Junior High School Jember: 1) 17 people from the kindergarten, 2) 44 people frm the elementary school, and 3) 25 people from the junior high school. The instrument employed here was basic needs fulfillment and self-actualization questionnaire. The instrument was developed by the writer in accordance with the needs aspects proposed by A. Maslow and SPM Congregation’s values. The data analysis technique was by calculating the Mean which then was used as a guideline in deciding teachers and staffs’ needa fulfillment; if the score category ≥ M, the needs were fulfilled (T) and if the score < M, it’s not fulfilled (KT).
The result showed that the basic needs fulfillment and self-actualization of the teachers and staffs according to Maslow were 8 people from the kindergarten, 26 people from the elementary school, and 18 people from the junior high school. Meanwhile, the basic needs fulfillment and actualization of the teachers and staffs according to SPM Congregation were 9 people from the kindergarten, 18 people from elementary school, and 7 people from the junior high school.
Based on the result, it was recommended to administrators of Perkumpulan Dharmaputri and headmasters of Maria Fatima Kindergarten, Elementary School, and Junior High School Jember to develop a program to improve the understanding on basic needs fulfillment and SPM’s values. This could be done by reconsidering the policy of Perkumpulan Dharmaputri in relation with physiological needs fulfillment
vii
KATA PENGANTAR
Limpah syukur dan terima kasih kepada Tuhan sebagai Bapa yang Mahabaik,
atas rahmat kekuatan dan ketekunan, kesehatan, serta kesetiaan sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat pemenuhan
kebutuhan dasar dan aktualisasi-diri para guru-pegawai TK, SD, SMP Maria Fatima
Jember dalam konteks nilai-nilai Kongregasi SPM. Di samping itu penyusunan
skripsi ini juga untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan dari program studi Bimbingan dan Konseling.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan,
dukungan, dan perhatian dari berbagai pihak. Untuk itu penulis dengan rendah hati
dan sudah selayaknya pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Dr. M. M. Sri Hastuti, M. Si, Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling
Universitas Sanata Dharma yang telah mengijinkan penulis untuk mengadakan
penelitian dalam skripsi ini.
2. Dra. Ign. Esti Sumarah, M. Hum, Dosen Pembimbing I yang telah dengan sabar,
setia, dan siap sedia memberikan waktu, bimbingan, serta pengarahan dalam
penulisan skripsi ini dari awal hingga selesai.
viii
3. Dra. C. L. Milburga, CB, M. Ed, Dosen Pembimbing II yang telah berkenan
memberikan koreksi, dan bimbingan secara sabar dan tekun dari awal sampai
berakhirnya proses penulisan skripsi ini.
4. Para Suster Dewan Pengurus Provinsi SPM Indonesia yang telah memberi
kesempatan dan dukungan kepada penulis untuk menambah wawasan dan ilmu di
Universitas Sanata Dharma ini.
5. Para Suster SPM Komunitas Studi Yogyakarta yang selalu memberikan
semangat, perhatian, dukungan, dan doa selama penulis menempuh studi dan
khususnya selama penulisan skripsi ini.
6. Para Suster SPM Komunitas Jember yang senantiasa memberi kesempatan dan
dukungan baik secara moral, material, maupun spiritual selama penulis
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
7. Pengurus Perkumpulan Dharmaputri yang telah mengijinkan penulis untuk
meninggalkan tugas dan tanggung jawab di SMPK Maria Fatima Jember selama
penulis menyelesaikan penulisan skripsi.
8. Bapak V. Sriyadi, Wakil Kepala Sekolah SMPK Maria Fatima dan Sr. Severina
SPM yang telah rela sedia mengerjakan dan mengambil alih segala tugas dan
tanggung jawab penulis selama penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini.
9. Bapak-Ibu Guru, Pegawai, dan Karyawan SMPK Maria Fatima Jember yang telah
memberikan kesempatan, pengertian, dan dukungan kepada penulis untuk
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
ix
10. Para Dosen Bimbingan dan Konseling yang telah banyak membantu selama
penulis menjalani masa studi di Universitas Sanata Dharma.
11. Rm. Emilianus Sarimas Pr., dan Fr. Frans Batik Mase HHK, serta teman-teman
angkatan 2001 tercinta yang telah banyak memberi perhatian, semangat,
dukungan selama penulis menempuh studi dan penulisan skripsi ini.
12. Rm. B. Hudiono Pr. yang selalu memberi semangat, perhatian, dukungan, dan doa
dari awal memasuki masa studi sampai selesainya penulisan skripsi ini.
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas segala dukungan,
perhatian, dan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung, terutama
dalam penulisan skripsi ini.
Semoga Tuhan, Bapa yang Mahabaik memberkati semua pihak yang telah
membantu penulis dalam bentuk apapun, dengan kelimpahan berkat rohani dan rejeki
secukupnya.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini berguna bagi para pembaca,
khususnya para guru-pegawai di lingkungan Perkumpulan Dharmaputri, para Kepala
Sekolah, dan Pengurus Perkumpulan Dharmaputri dalam mengalirkan nilai-nilai
Kongregasi SPM kepada setiap peserta didik.
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………… ii
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN …………………………… iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………………………… v
ABSTRAK …………………………………………………………………. vi
ABSTRACT ……………………………………………………………….. vii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………... viii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. xi
DAFTAR TABEL ……………….………………………………………… xiv
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….. xv
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………... 1
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………………… 1
B. Perumusan Masalah ……………………………………………………... 4
C. Tujuan Penelitian ………………………………………………………... 4
D. Manfaat Penelitian ………………………………………………………. 5
E. Batasan Istilah …………………………………………………………… 5
xi
BAB II KAJIAN PUSTAKA …………………………………………….. 8
A. Sejarah Kongregasi Santa Perawan Maria (SPM) ……………………… 8
1. Biografi Julie Billiart ………………………………………………… 8
2. Julie Billiart dan Santa Perawan Maria ……………………………… 19
3. Hubungan Julie Billiart dengan Kongregasi SPM …………………… 22
4. Perkembangan Kongregasi SPM Amersfoort di Indonesia ………….. 24
B. Nilai-nilai Kongregasi SPM ……………………………………………. 26
1. Pengertian Nilai ……………………………………………………… 26
2. Nilai-nilai Khas Julie Billiart menjadi Pedoman bagi SPM …………. 28
C. Aktualisasi-Diri menurut Abraham Maslow …………………………… 33
1. Pengertian Aktualisasi-diri …………………………………………… 35
2. Hirarki Kebutuhan menurut Abraham Maslow ……………………… 37
3. Sifat-sifat Orang yang Teraktualisasi-diri …………………………… 40
4. Sifat-sifat Pribadi yang Teraktualisasi-diri yang sudah dihidupi Julie
Billiart ………………………………………………………………… 45
D. Bimbingan/Pembinaan bagi Guru-Pegawai ……………………………… 46
1. Pengertian Bimbingan ……………………………………………….. 46
2. Tujuan Bimbingan Kelompok ……………………………………….. 47
3. Fungsi Bimbingan/Pembinaan ……………………………………….. 48
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……………………………… 51
A. Jenis Penelitian ………………………………………………………… 51
xii
B. Subyek Penelitian ……………………………………………………… 52
C. Instrumen Penelitian …………………………………………………… 52
D. Prosedur Pengumpulan Data …………………………………………… 59
E. Teknik Analisis Data …………………………………………………… 60
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………………... 61
A. Hasil Penelitian …………………………………………………………. 61
1. Gambaran Umum Subyek Penelitian ………………………………... 61
2. Gambaran Pemenuhan Kebutuhan Dasar dan Aktualisasi-diri para
Guru-Pegawai TK, SD, SMP ………………………………………… 61
B. Pembahasan ……………………………………………………………… 64
1. Pemenuhan Kebutuhan Dasar dan Aktualisasi-diri
Guru-Pegawai TK ……………………………………………………. 65
2. Pemenuhan Kebutuhan Dasar dan Aktualisasi-diri
Guru-Pegawai SD …………………………………………………….. 66
3. Pemenuhan Kebutuhan Dasar dan Aktualisasi-diri
Guru-Pegawai SMP …………………………………………………… 67
BAB V RINGKASAN, KESIMPULAN, DAN SARAN-SARAN ……….. 69
A. Ringkasan …………………………………………………………………. 69
B. Kesimpulan ………………………………………………………………. 71
C. Saran-saran ……………………………………………………………….. 72
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 73
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 : Ekuivalensi Nilai-nilai Julie Billiart dengan Sifat-sifat
Pengaktualisasi-diri Maslow …………………………………. 45
Tabel 2 : Sebaran item Kuesioner Pemenuhan Kebutuhan Dasar dan
Aktualisasi-diri Guru-Pegawai ……... 53
Tabel 3 : Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Coba ………………………… 58
Tabel 4 : Rincian Subyek Penelitian Guru-Pegawai TK, SD, SMP
Maria Fatima Jember …………………………………………... 61
Tabel 5 : Pemenuhan Kebutuhan Dasar dan Aktualisasi-diri TK ……….. 62
Tabel 6 : Pemenuhan Kebutuhan Dasar dan Aktulisasi-diri SD ………… 63
Tabel 7 : Pemenuhan Kebutuhan Dasar dan Aktualisasi-diri SMP ……… 64
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1: Tabulasi Skor Uji Coba Guru-Pegawai SMPK
Mater Dei Probolinggo ........................................................... 75
Lampiran 2: Hasil Analisis Uji Validitas item Per-aspek ........................... 79
Lampiran 3: Tabulasi Skor Gasal-Genap Uji Coba ..................................... 86
Lampiran 4: Penghitungan Validitas dan Reliabilitas .................................. 88
Lampiran 5: Tabulasi Skor Penelitian Guru-Pegawai .................................. 90
Lampiran 6: Olah Data Per-aspek: Terpenuhi (T) atau Kurang Terpenuhi
(KT) .......................................................................................... 96
Lampiran 7: Kuesioner Penelitian ................................................................ 98
xv
1
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan batasan istilah.
A. Latar Belakang Masalah
Natawidjaja mengatakan bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada
seseorang yang dilakukan secara berkesinambungan, agar dapat memahami
dirinya, sehingga sanggup mengarahkan diri, dapat bertindak wajar, sesuai
dengan tuntutan dan keadaan keluarga, serta masyarakat. Dengan demikian
seseorang tersebut dapat mengecap kebahagiaan hidupnya dan dapat memberikan
sumbangan yang berarti (Winkel, 2004: 29). Dalam konteks skripsi ini, penulis
ingin membantu guru di kalangan Perkumpulan Dharmaputri supaya dapat
mengecap kebahagiaan hidupnya sehingga dapat memberikan sumbangan yang
berarti bagi para peserta didiknya. Caranya dengan mencoba memfasilitasi lewat
suatu bimbingan atau pembinaaan.
Menurut Perkumpulan Dharmaputri, memfasilitasi guru supaya dapat
mengecap kebahagiaan hidupnya dan dapat memberikan sumbangan yang berarti
bagi peserta didik sangat sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Adapun
tujuan pendidikan nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa,
2
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Sisdiknas, 2003). Perwujudan
dari tujuan tersebut oleh Perkumpulan Dharmaputri dirumuskan melalui visi misi
yakni membantu peserta didik mencapai kepenuhan kesamaan martabat manusia
sebagai citra Allah.
Selain guru, ada tenaga kependidikan yang ikut serta memegang peranan
dalam mewujudkan tujuan pendidikan di lingkungan Perkumpulan Dharmaputri
yakni para pegawai. Pegawai ikut ambil bagian dalam proses pembentukan
peserta didik melalui berbagai pelayanan mereka. Oleh karena itu guru-pegawai
memiliki peranan besar dalam membantu perkembangan peserta didik menjadi
manusia dewasa yang mencapai kepenuhan kesamaan martabat manusia sebagai
citra Allah.
Guru-pegawai diharapkan dapat menjalankan peranannya secara maksimal
untuk membantu peserta didik mencapai visi misi Perkumpulan Dharmaputri
apabila mereka dapat mencapai kebahagiaan dalam hidup. Menurut Abraham
Maslow yang dimaksud dengan orang yang memiliki kebahagiaan hidup dan
dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi orang lain adalah orang yang
mampu mengaktualisasikan-diri.
Orang yang mengaktualisasikan-diri adalah orang yang mampu menyerap
nilai-nilai ke dalam dirinya dan mewujudkannya dalam sikap hidup. Sifat-sifat
orang yang mengaktualisasikan-diri diantaranya adalah memiliki sifat rendah hati,
3
kreatif, fleksibel, terbuka, spontan, berani melawan arus, dll (Goble, 1987: 50 –
67). Lebih lanjut Maslow menjelaskan bahwa orang untuk sampai pada
aktualisasi diri mengandaikan orang tersebut telah terpenuhi empat kebutuhan
dasar yang lain yakni kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan
akan cinta kasih, dan kebutuhan akan penghargaan.
Dalam konteks perspektif Maslow penulis merasa tertarik apakah tingkat
aktualisasi guru-pegawai TK, SD, SMP Maria Fatima Jember tergantung pada
terpenuhinya empat kebutuhan dasar tersebut atau tidak. Nilai-nilai aktualisasi-
diri yang hendak ditawarkan oleh penulis adalah nilai-nilai yang dihidupi oleh
Kongregasi Santa Perawan Maria (SPM) yakni iman yang kuat akan
penyelenggaraan Tuhan yang Mahabaik, peka akan tanda-tanda zaman, dan
solider terhadap mereka yang miskin dan menderita.
Hal ini mendorong penulis ketahui dalam rangka perayaan 80 tahun
Kongregasi SPM berkarya di Indonesia. SPM khususnya Perkumpulan
Dharmaputri perlu mengetahui apakah nilai-nilai yang dihidupi oleh SPM juga
menjadi daya kekuatan dari guru-pegawai yang ada di lingkungan SPM. Dengan
demikian anak-anak yang dididik oleh SPM mencerminkan sosok pribadi yang
bermartabat. Pribadi yang bermartabat sebagai citra Allah inilah merupakan
perwujudan dari sosok pribadi.
Penelitian terhadap para guru-pegawai dari TK, SD, SMP Maria Fatima
Jember karena sekolah-sekolah ini merupakan bagian dari sekolah-sekolah yang
4
dikelola oleh Kongregasi SPM. Guru-pegawai TK, SD, SMP Maria Fatima bukan
merupakan anggota Kongregasi SPM melainkan sebagai ujung tombak dan
perpanjangan tangan dari Kongregasi SPM dalam mengalirkan nilai-nilai SPM.
B. Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini masalah yang akan dibahas adalah:
1. Bagaimana tingkat pemenuhan kebutuhan fisiologis para guru-pegawai TK,
SD, dan SMP Maria Fatima Jember?
2. Bagaimana tingkat pemenuhan kebutuhan akan rasa aman para guru-pegawai
TK, SD, dan SMP Maria Fatima Jember?
3. Bagaimana tingkat pemenuhan kebutuhan akan rasa memiliki-dimiliki dan
akan kasih sayang para guru-pegawai TK, SD, dan SMP Maria Fatima
Jember?
4. Bagaimana tingkat pemenuhan kebutuhan akan penghargaan para guru-
pegawai TK, SD, dan SMP Maria Fatima Jember?
5. Bagaimana tingkat aktualisasi-diri para guru-pegawai TK, SD, dan SMP
Maria Fatima Jember?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui tingkat pemenuhan empat kebutuhan dasar menurut hirarki
kebutuhan Maslow pada guru-pegawai TK, SD, dan SMP Maria Fatima
Jember.
5
2. Mengetahui tingkat aktualisasi-diri guru-pegawai TK, SD, dan SMP Maria
Fatima Jember terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam semangat awal
Kongregasi SPM?
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh pengurus Perkumpulan
Dharmaputri dan para guru-pegawai sebagai masukan dalam meningkatkan
profesionalitas guru-pegawai dalam berkarya di lingkungan pendidikan yang
dikelola oleh Perkumpulan Dharmaputri.
E. Batasan Istilah
Berikut ini dijelaskan beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini:
1. Nilai-nilai Kongregasi SPM
Nilai-nilai Kongregasi SPM adalah hal-hal penting dan berguna, yang perlu
dikejar untuk diwujudkan. Hal-hal penting itu disebut “obor”/semangat/jiwa
yang telah dihidupi oleh Julie Billiart, Ibu Rohani Kongregasi SPM. Karena
“obor”/nilai/spiritualitas merupakan hal penting oleh karena itu perlu
diteruskan kepada seluruh anggota SPM dan kepada mereka yang terlibat
langsung dalam karya para suster SPM.
2. Perkumpulan Dharmaputri
Perkumpulan Dharmaputri adalah lembaga penyelenggara karya pendidikan
dan amal, berdasarkan inspirasi iman Katolik dan semangat kristiani, yang
6
bertujuan mencerdaskan generasi muda secara integral dengan mendahulukan
yang miskin dan tertindas, yang dengan bimbingan Roh Allah mencermati
tanda-tanda zaman, terbuka berdialog dan bekerja sama dengan Gereja,
pemerintah, dan masyarakat untuk membangun persekutuan hidup baru yang
pusatnya kesamaan martabat manusia. Perkumpulan Dharmaputri merupakan
lembaga berbadan hukum No. 55 tahun 2000. Perkumpulan Dharmaputri
merupakan pengelola sekolah-sekolah yang didirikan oleh Suster-suster
Kongregasi SPM.
3. TK, SD, SMP Maria Fatima Jember
TK, SD, SMP Maria Fatima Jember adalah sekolah-sekolah di bawah
Perkumpulan Dharmaputri yang berada di Jember. TK terdiri dari dua sekolah
yakni TKK Siswa Rini I dan TKK Siswa Rini II. SD terdiri dari dua sekolah
yakni SDK Maria Fatima Kartini, dan SDK Maria Fatima III Sempusari, serta
satu SMP yakni SMPK Maria Fatima.
4. Guru-Pegawai
Guru-pegawai adalah semua guru baik guru tetap maupun guru honorarium
dan semua tenaga pelaksana yang meliputi tenaga pustakawan, tata usaha, dan
bendahara dari masing-masing unit sekolah yang ada di Jember.
5. Aktualisasi-diri
Aktualisasi-diri adalah kecenderungan untuk mengembangkan bakat dan
kapasitas sendiri dan menjadi penuh (holistic). Pribadi yang mencapai
“kepenuhan/holistik” adalah pribadi yang dapat mengaktualkan, mewujud-
7
nyatakan atau menghidupi nilai-nilai kebenaran, keadilan, dll. Aktualisasi-diri
terhadap nilai-nilai SPM berarti mengaktualkan, mewujud-nyatakan nilai-nilai
khusus yang dihidupi oleh SPM yang disebut dengan
“obor”/nilai/spiritualitas.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bab ini berisi uraian mengenai beberapa hal yang berhubungan dengan topik
penelitian yaitu: (1) Sejarah Kongregasi SPM Amersfoort yang meliputi: biografi
Julie Billiart, Julie Billiart dan Santa Maria, hubungan Julie Billiart dengan
Kongregasi SPM Amersfoort, perkembangan SPM Amersfoort di Indonesia; (2)
Nilai-nilai Kongregasi SPM: pengertian nilai, nilai-nilai khas Julie Billiart menjadi
pedoman bagi SPM; (3) Aktualisasi – Diri menurut Abraham Maslow meliputi:
pengertian, hirarki kebutuhan, sifat-sifat pengaktualisasi, aktualisasi nilai-nilai
Kongregasi SPM; (4) Bimbingan Kelompok: pengertian, tujuan, dan fungsi
bimbingan.
A. Sejarah Kongregasi Santa Perawan Maria (SPM)
1. Biografi Julie Billiart
Julie Billiart dilahirkan 12 Juli 1751 di Cuvilly-Perancis Selatan. Orang
tua Julie bekerja sebagai petani dan mengelola toko kain kecil, juga saleh dan
tekun berdoa. Mereka mendidik dan membesarkan Julie dan saudara-
saudaranya dengan penuh kasih. Ayahnya memperkenalkan Julie akan segala
keindahan dan menegaskan jika segala yang ada diciptakan oleh Tuhan yang
mahakasih. Hingga suatu hari timbul pertanyaan dari Julie Billiart, “Siapakah
Tuhan itu?” Dan ibunya menjawab, “Dialah Bapa yang ada di sorga, yang
9
menjaga kehidupan kita dari sorga, sebagai Bapa yang penuh kasih dan
mahabaik“ (Tamtomo, 1973: 12)
Pengertian dan pemahamannya akan Tuhan yang mahabaik terus
berkembang dalam diri Julie Billiart. Dia menjadi anak yang senang
menolong. Jiwa penolong dan semangat yang berapi-api itu selalu tampak
dalam setiap tindakannya. Di sela-sela kesibukan Julie membantu kedua orang
tuanya, dia senang sekali berceritera tentang keyakinannya kepada Tuhan
yang maha baik itu kepada teman-temannya.
Kebahagiaan keluarga Billiart tidak berlangsung lama. Tahun 1764
kesusahan besar menimpa keluarga Billiart. Mereka kehilangan empat
anaknya secara berturut-turut, karena sakit. Akan tetapi pengalaman pahit ini
semakin mendekatkan iman mereka kepada Tuhan: menyerah pada kehendak
Tuhan yang mahakasih.
Julie semakin bertumbuh besar. Dia semakin rajin membantu orang tua,
mengajar anak-anak calon komuni pertama, juga menolong orang-orang yang
menderita sakit atau miskin di desanya. Bahkan kadang-kadang Julie
berkorban untuk berjaga malam bagi yang sakit. Dari pengalaman menunggui
orang sakit, Julie semakin mengerti bahwa penderitaan kadang-kadang dapat
memisahkan manusia dengan Tuhan. Julie merasa sedih jika dia menemukan
orang yang terpisah dari Tuhan. Oleh karena itu dia berusaha untuk
memperkenalkan betapa baiknya Tuhan yang mahakasih kepada yang sedang
sakit meskipun sekali waktu juga ditolak. Namun Julie tidak putus asa
10
melainkan dengan sabar menanti sampai seseorang itu menyadari kebaikan
Tuhan dalam seluruh hidupnya.
Tahun 1774 ketika keluarga Billiart sedang duduk-duduk bersama, tiba-
tiba dikejutkan dengan lemparan batu ke arah jendela kaca di toko dan sesaat
kemudian disusul tembakan karena toko mereka dirampok. Meskipun
tembakan itu tidak mengenai sasaran, dan tidak ada seorangpun yang terluka
tetapi sistim saraf Julie (23th) menjadi tegang. Sedikit demi sedikit Julie
kehilangan daya gerak pada kedua kakinya. Pada usia 30 tahun Julie menjadi
lumpuh total dan tak ada harapan untuk sembuh (Irmine, 1998: 20).
Yang mengagumkan, kelumpuhan dan penderitaannya tidak mengurangi
rasa cinta Julie kepada Tuhan. Penderitaan dilihatnya sebagai kehendak Tuhan
yang mahasuci. Dia menyetarakan penderitaannya dengan penderitaan Yesus
di salib. Salib menjadi satu-satunya kekuatan dan jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan mengapa ada kesengsaraan di dunia ini. Keyakinannya selalu
diakhiri dengan seruan “O betapa baiknya Tuhan yang mahakasih”
(Tamtomo, 1973: 26).
Kelumpuhan dan penderitaan Julie pun tidak membatasi segala
aktivitasnya. Dia semakin memperbanyak jam doa (ia berdoa selama 4–5
jam/hari). Dia juga mengajar katekismus kepada anak-anak, orang muda dan
orang-orang dewasa. Sambil berbaring Julie menyampaikan ajaran-ajarannya.
Mereka dengan gembira dan penuh semangat mendengarkan kabar sukacita
11
Tuhan yang disampaikan oleh Julie. Akibatnya kebaikan dan kesalehan Julie
semakin dikenal oleh banyak orang.
14 Juli 1789, terjadilah Revolusi Perancis mengusung jargon yang sangat
terkenal: “Liberty, Egality, Fraternity” (kebebasan, persamaan, dan
persaudaraan). Pada situasi tersebut Julie banyak membela para imam,
melindungi dari pengejaran para revolusioner, suatu tindakan yang sangat
berbahaya. Julie yang dianggapnya sebagai orang suci memiliki pengaruh
yang besar terhadap rakyat yang masih setia kepada Tuhan, juga dianggap
sebagai musuh revolusi. Oleh karena itu Julie harus segera ditangkap dan
dipenjarakan.
Billiart, ayah Julie menyarankan sebaiknya Julie segera pindah ke
Gournay-le-Aronde, ke tempat Madame Pont I’abbe yang telah beberapa
waktu sebelumnya menawarkan tempat di istananya. Madame Pont I’abbe
adalah seorang bangsawan yang baik dan sangat mengenal Julie. Julie merasa
keberatan karena harus meninggalkan ayah, ibu, dan rumah yang di tempatnya
selama ini. Tetapi dia berpikir kalau ini memang yang dikehendaki Tuhan, dia
memang harus berangkat.
Julie berangkat ke Gournay-le-Aronde ditemani kemenakannya Felisite.
Felisite merasa senang karena dapat merawat tantenya dengan baik dengan
memberikan makanan yang sesuai anjuran dokter. Mereka tinggal di istana
Madame Pont I’abbe. Namun ketenangan Julie Billiart tidak berlangsung
lama. Kelompok revolusioner telah mencium tempat tinggal Julie. Suatu
12
malam terdengarlah teriakan-teriakan agar menyerahkan “orang suci” Julie
Billiart itu kepada mereka. Permintaan itu ditujukan kepada Madame Pont
I’abbe. Kepala pengurus istana menyampaikan maksud dan tujuan para
revolusioner kepada Julie dan memintanya untuk mencari tempat lain karena
suatu hari nanti mereka akan datang kembali. Berhadapan dengan situasi ini,
Julie berdoa dalam hati “Terjadilah kehendakMu ya Tuhan.”
Akhirnya Julie didampingi oleh Felisite, meninggalkan istana Madame
Pont I’abbe dengan gerobak isi jerami menuju ke Compiegne (Tamtomo,
1996: 10). Desa Compiegne memiliki cuaca yang sangat dingin. Hal itu tidak
menguntungkan bagi kondisi kesehatan Julie. Julie jatuh sakit, Felisite
menjadi cemas. Julie menangkap kecemasan kemenakannya. Dia
menyakinkan Felisite dengan berbisik: “Tuhanlah yang akan mengurus
semua, anakku” (Tamtomo, 1973: 34).
Penderitaan Julie semakin hebat. Kondisi tubuhnya semakin menurun.
Kelumpuhannya menjalar sampai ke dagu. Sementara itu keberadaannya
mulai tercium oleh para revolusioner. Untuk menghindari kejaran para
revolusioner Julie terpaksa harus berpindah-pindah tempat. Dalam
penderitaanya yang paling berat tersebut dia tetap yakin bahwa “Tuhan selalu
minta lagi … dan Tuhan masih akan minta lagi …” (Tamtomo, 1973: 34).
Imannya kepada Tuhan tetap teguh dan kuat. Dia selalu berdoa agar kehendak
Tuhanlah yang terjadi.
13
Julie mengalami kegelapan lahir dan batin selama dalam pengejaran. Julie
tidak pernah mendapatkan pelayanan rohani. Tidak ada seorang imampun
yang datang berkunjung ke tempat Julie bersembunyi.
Setelah dua tahun dalam kegelapan rohani, tahun 1793, seorang imam
bernama Abbe de Lamarche (Tamtomo, 1973: 35) datang ke tempat
persembunyian Julie untuk memberikan pelayanan rohani. Abbe Lamarche
mendapat tugas menjaga suster-suster Karmelites yang diusir dari biaranya.
Abbe de Lamarche dengan sembunyi-sembunyi mengirim Komuni suci ke
Julie Billiart. Penyerahan Julie Billiart terhadap penyelenggaraan Ilahi
memberi kesempatan seluas-luasnya bagi karya dan rencana Tuhan. Hingga
pada suatu hari terjadi peristiwa berikut:
“tiba-tiba kamar yang kecil tempat Julie terbaring makin lama makin terang, hingga segalanya menjadi suram. Dari dalam terang yang aneh itu timbullah pemandangan yang amat jelas …. Sebuah bukit, bukit Kalvari, dengan sang penebus di atas salibNya. Di sekitarNya berkumpul suster-suster yang tiada terhitung jumlahnya dengan pakaian biara yang belum pernah dilihatnya. Beberapa suster dari mereka itu nampak begitu dekat di muka Julie, hingga dapat dikenal raut mukanya benar-benar. Kemudian terdengarlah suara yang jelas sekali: “Lihatlah, ini putri-putrimu rohani, yang akan Kuberikan kepadamu dalam suatu yayasan yang ditandai dengan SalibKu.” (Tamtomo, 1973: 38).
Penglihatan itu menghilang tapi tetap segar dalam ingatannya. Hari-hari
selanjutnya berjalan seperti biasa. Kemiskinan dan dinding-dinding rumah
yang sempit itulah yang ada. Tetapi Julie mengalami suatu kedamaian batin
yang luar biasa. Ia menunggu dan siap untuk menuruti kehendak Tuhan yang
penuh rahasia itu. Salib Tuhan akan menjadi salib yang harus dipanggulnya.
14
Ketika tinggal di Amiens, Julie berjumpa dengan Francoise putri
bangsawan. Pada awal perjumpaan, Francoise merasa heran dan bersikap acuh
tak acuh terhadap kehadiran Julie. Dia merasa heran dengan Madame Baudoin
yang sangat mementingkan kerohanian dapat dipengaruhi oleh Julie Billiart,
seorang wanita yang lemah dan bahkan lumpuh. Francoise melihat Julie
sebagai sosok yang pantas dikasihani, karena dia miskin, dan sangat
menderita. Meskipun demikian di balik fisik yang lemah, dia melihat pancaran
sinar mata Julie sebagai orang yang suci dan sabar.
Pancaran sinar mata Julie, mengundang Francoise untuk rajin
mengunjungi Julie yang tergolek lemah di kamarnya. Dari kunjungannya
berkali-kali itu, akhirnya Francoise menemukan banyak hal yang istimewa
dalam diri Julie. Francoise semakin mengagumi dan menghormati kehidupan
Julie yang mempunyai relasi sangat dekat dengan Tuhan. Relasi Julie nampak
dari setiap ungkapannya yang berkali-kali mengatakan “O, alangkah baiknya
Tuhan yang mahakasih” dalam setiap peristiwa hidup sekalipun peristiwa itu
sangat pahit.
Pengenalan Francoise terhadap Julie membuahkan sebuah persahabatan
dan pertobatannya. Francoise bertobat dari cara hidupnya yang menghambur-
hamburkan uang untuk berdansa dan berpesta bersama dengan teman-teman
bangsawannya. Sementara di sekitar kota Amiens, dia melihat banyak sekali
anak-anak miskin yang membutuhkan bantuan. Dia tidak hanya meninggalkan
cara hidupnya saja, tetapi juga meninggalkan ayah dan saudara-saudaranya
15
demi persahabatannya dengan Julie untuk memperhatikan orang-orang
miskin.
Francoise bergabung dengan Julie Billiart untuk memperhatikan anak-
anak miskin yang ada di desa Bettencourt (di Amiens). Mereka
mengumpulkan orang-orang miskin baik dewasa, orang muda maupun anak-
anak. Julie merasa ragu-ragu “bagaimana saya dapat melaksanakannya, sebab
saya ini orang lumpuh, tidak mempunyai sarana, dan tidak berpendidikan?”
(Tamtomo, 1973: 63). Namun Julie diyakinkan bahwa dalam Tuhan segalanya
mungkin.
Setelah kira-kira 3 tahun mereka tinggal di Bettencourt, tanggal 2 Februari
1804 kapel “di rumah anak biru” tampak sangat meriah (Tamtomo, 1973: 69).
Dua Pater memimpin Misa Kudus bersama-sama dalam rangka perayaan
Bunda Allah mempersembahkan Putranya kepada BapaNya di surga. Dalam
perayaan Misa Kudus itu Julie Billiart, Francoise Blin de Bordon, dan
Katarina Duchatel (seorang gadis dari Bettencourt yang tertarik bergabung
dengan Julie dan Francoise) mengucapkan kaul-kaul mereka di depan Tuhan
serta menambahkan bahwa mereka akan bekerja untuk mendidik pemudi-
pemudi miskin. Mereka mempersembahkan diri kepada Hati Kudus Yesus dan
Hati Maria yang tak bernoda (Tamtomo dkk, 1996: 16).
Setelah peristiwa tersebut, 1 Juni 1804 saat Julie mendoakan novena
kepada Hati Kudus Yesus, Julie mengalami mukjizat kesembuhan secara
mengagumkan, sehingga ia dapat beraktivitas untuk memperkembangkan
16
pelayanannya. Dan akhirnya tanggal 8 April 1816, ia meninggal dengan
penuh kebahagiaan sebab sebelumnya ia sempat mengidungkan magnificat.
Dari seluruh pengalaman hidup Julie Billiart nampak jelas bahwa Julie
adalah pribadi dewasa yang matang dan mantap. Kemantapan pribadi Julie
muncul dalam kekuatan-kekuatan rohani/nilai-nilai yang dimilikinya dan
mengalir kepada orang-orang di sekitarnya. Kekuatan itu terletak pada:
a. Imannya yang kuat akan penyelenggaraan Tuhan yang Mahabaik
Imannya yang kuat akan Tuhan yang Mahabaik sudah terbukti nyata
dalam seluruh kehidupan Julie Billiart yang berat (menderita). Ia
mengalami penderitaan baik secara ekonomis, fisik, sosiologis, maupun
psikologis. Penderitaan secara ekonomis diawali ketika para perampok
menjarah seluruh isi toko kain ayahnya. Oleh karena itu ia harus bekerja
keras di ladang orang lain sebagai buruh untuk mendapatkan upah demi
kelangsungan hidup dalam keluarga Julie.
Penderitaan secara fisik. Ketika ia harus menjadi tulang punggung
keluarga, ia harus mengalami kelumpuhan total. Kelumpuhan total itu
terjadi akibat Julie terlalu capai, dan bekerja keras.
Selain penderitaan secara fisik, Julie juga mengalami penderitaan
secara sosiologis. Julie mengalami hambatan untuk berjumpa dengan
anak-anak maupun orang-orang dewasa di sekitar desanya. Meskipun
demikian tidak berarti seluruh hidup Julie tidak ada kesempatan dan
peluang lagi untuk berjumpa dan berkomunikasi dengan mereka,
17
melainkan mereka datang ke tempat Julie berbaring untuk mendengarkan
ajaran dan ceritera tentang Tuhan dan katekismus.
Akhirnya penderitaan secara psikologispun harus ia tanggung, ia harus
meninggalkan rumah, ayah, dan ibunya. Karena ia dianggap musuh oleh
para revolusioner. Ia dikejar-kejar untuk ditangkap dan dipenjarakan.
Dengan kondisi fisiknya yang sangat lemah karena kelumpuhannya, ia
berpindah-pindah dari tempat persembunyian yang satu ke tempat
persembunyian yang lain.
Dari berbagai penderitaan yang Julie alami, lahirlah suatu kekuatan
yang luar biasa yakni iman. Ia menyerah pada kehendak Allah yang
Mahabaik. Sebagaimana sikap Maria yang terus menjadi teladan dan
panutan hidupnya yang selalu menyatakan “fiat-nya”, “ya” terhadap
segala segi kehidupan. Julie melihat dalam segala deritanya bahwa Allah
yang Mahabaik selalu mengatur hidupnya maka kerinduan Julie adalah
membiarkan kehendak Allah selalu terjadi dalam hidupnya.
Iman mampu memaknai sederetan penderitaan yang tak kunjung henti.
Dalam diri Julie memiliki anggapan bahwa penderitaan adalah saat yang
tepat untuk menyerahkan kepada Tuhan yang Mahabaik dan membiarkan
Dia bekerja agar tumbuhlah suatu kehidupan baru. Sebagaimana dikatakan
dalam suratnya Petrus yang pertama “Bergembiralah akan hal itu,
sekalipun sekarang ini kamu harus berdukacita oleh berbagai pencobaan.
Maksud semua itu adalah untuk membuktikan kemurnian imanmu – yang
18
jauh lebih tinggi nilainya daripada emas yang fana, yang diuji
kemurniannya dengan api – sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan
kemuliaan” (KWI, 1974: 291).
b. Peka akan tanda-tanda zaman
Julie Billiart memiliki sikap siap siaga membantu orang lain. Sejak
kecil dia suka menolong siapa saja yang membutuhkan pertolongan. Julie
selalu mampu melihat kebutuhan orang lain baik itu anak-anak maupun
orang dewasa.
Apalagi ketika dihadapkan pada situasi akibat revolusi Perancis, Julie
menangkap ada kemiskinan dan penderitaan yang dialami khususnya
anak-anak. Mereka membutuhkan bantuan untuk mempersiapkan masa
depan. Untuk itu Julie tergerak untuk mendidik anak-anak yang miskin
dan terlantar. Agar mereka memiliki masa depan yang baik.
Revolusi membawa dampak perubahan besar dan sangat drastis bagi
kehidupan rakyat yakni “kemiskinan” dan “kebodohan” karena tidak ada
kesempatan untuk mendapat pendidikan. Mereka miskin dalam hal materi
dan ilmu, juga mengalami kemiskinan rohani/iman setelah bertahun-tahun
tidak mendapatkan pengajaran agama. Julie melihat kebutuhan tersebut
dan bertindak menolong mereka.
c. Solider dengan mereka yang miskin dan terlantar.
Solider berarti merasa senasib, memperlihatkan perasaan bersatu
(Alwi, 2002: 1082). Perasaan senasib, perasaan bersatu dengan mereka
19
yang miskin dan terlantar. Perasaan senasib yang tidak hanya tinggal pada
perasaan belaka melainkan diwujudkan dalam tindakan nyata. Tindakan
yang didasari oleh semangat kasih terhadap mereka yang miskin dan
terlantar.
Julie melihat bahwa semua manusia mempunyai harkat dan martabat
yang sama, dan tidak ada seorangpun yang hina. Alasannya bahwa orang
yang miskin seringkali tersingkir atau kurang diperhitungkan. Oleh karena
itu Julie mengangkat martabat mereka dengan mendidik dan membina
agar mereka merasa berharga di hadapan sesama.
2. Julie Billiart dan Santa Perawan Maria
Julie Billiart memilih nama “Notre Dame” atau “Santa Perawan Maria”
tanpa membatasi pada tempat atau keutamaan-keutamaan tertentu melainkan
langsung pada pribadi Maria seutuhnya. Ia menginginkan nama lembaganya
menurut pribadi Maria seutuhnya karena ia memandang Santa Perawan Maria
adalah seorang wanita yang sepenuhnya terbuka dan memberikan diri kepada
Tuhan dalam fiat-nya
Maria yang mengubah sejarah kita ketika menerima warta sukacita dari
Malaikat Gabriel dan tetap tegar serta setia melalui masa-masa kegelapan dan
terang, penderitaan dan sukacita yang mengikutinya (Irmine, 1998: 189). Julie
Billiart juga melihat Maria adalah seorang wanita yang menerima Sang Sabda,
melahirkan Sang Sabda, dan menyimpan Sang Sabda di dalam hatinya. Julie
Billiart juga melihat dalam diri Maria adalah seorang wanita yang dengan
20
setia mendampingi Sang Putra, yang secara mendalam dan sepenuhnya
melibatkan diri di dalam inkarnasi dan penebusan; yang menerima
perkembangan penderitaan pribadi dari secara fisik menjadi Bunda Yesus dari
Nasaret sampai secara rohani Bunda Tuhan, Bunda Gereja.
Julie Billiart menghendaki agar para pengikutnya menjadi suatu kehadiran
Maria bagi Tuhan, bagi Gereja, dan bagi sesama sedemikian rupa agar cinta
Ilahi dapat bekerja melalui mereka untuk keselamatan semua orang
sebagaimana telah terlaksana dalam diri Maria. Mereka menghayati nama
mereka dalam sebuah tanggapan pada kebaikan Tuhan seperti Maria. Julie
meringkas semua itu dengan ungkapannya “Di dalam diri setiap Suster Notre
Dame/Santa Perawan Maria harus ada semangat Maria, keutamaan Maria,
daya dan kekuatan Maria” (Irmine, 1998: 190). Yang dimaksud dengan
semangat, keutamaan, daya dan kekuatan Maria ialah:
a. Semangat Maria
Semangat Maria selalu diwarnai dengan fiat penyerahan diri dengan
penuh perhatian pada cinta Tuhan. Maria tidak pasif, dan dia memiliki
pilihan dengan bebas dan penuh kesadaran guna menanggapi rencana
Allah. Fiat-nya dapat dipertanggung-jawabkan, tidak mementingkan diri
sendiri, dan memberikan seluruh hidup serta pribadinya untuk selama-
lamanya dengan segala konsekuensi dan resikonya.
Semangat Maria di dalam diri Julie Billiart adalah semangat yang
merefleksikan kesederhanaan, keterbukaan pada Tuhan, ketenangan, belas
21
kasih yang spontan, sukacita, ketulusan hati, ketegaran, dan tidak
mementingkan diri sebab semangat ini bersumber dari sumber yang sama
dengan semangat Maria: karunia Allah yang luar biasa, Allah yang sangat
mencintai.
b. Keutamaan Maria
Keutamaan Maria yang paling menonjol adalah iman. Karena iman
menjadi syarat utama dalam hidup Maria. Imannya merupakan komitmen
pribadi kepada Tuhan: fiatnya pada penerimaan warta sukacita dihayati
sepenuhnya di dalam keadaan-keadaan konkret (Irmine, 1998: 196).
Julie Billiart menghayati keutamaan Maria khususnya dalam iman
sejak dia menderita kelumpuhan di Cuvilly. Penderitaan, ketidak-
berdayaan, dan kegelapan membuat Julie Billiart semakin menyerahkan
diri kepada Tuhan yang Mahabaik. Dari peristiwa yang sangat biasa dalam
hidup sehari-hari sampai peristiwa yang luar biasa, dari pengalaman
sukacita maupun pengalaman yang menyedihkan dan mengecewakan Julie
tetap membiarkan Tuhan yang membimbing dirinya.
c. Daya dan Kuasa
Daya dan kuasa Maria bersama-sama menjadi dua aspek dari realita
yang sama. Dayanya adalah kualitas batin perpaduan antara daya tahan
dan kesetiaan dengan ketabahan. Kuasanya dihasilkan dari kekuatan batin
dan diekspresikan secara eksternal.
22
Daya hidup Julie sebagaimana daya Maria yakni daya hidup batin
yang berakar di dalam iman, harapan, dan cinta. Seperti Maria, daya itu
dimatangkan di dalam penderitaan dan menarik sumber-sumbernya dari
salib, demikian juga Julie Billiart.
Jadi seluruh hidup Maria baik itu semangat, keutamaan, maupun daya
dan kuasanya diharapkan menjadi semangat, keutamaan, maupun daya
dan kuasa dari para pengikut Julie Billiart.
3. Hubungan Julie Billiart dengan Kongregasi SPM
Julie Billiart adalah Ibu Rohani Kongregasi SPM. Tahun 1819 Pater
Matias Wolff SJ (Pater Wolff) dari Belanda Utara menemui Suster-suster
Notre Dame (SND) di Belgia. Kongregasi yang didirikan oleh Julie Billiart
bersama St. Joseph Blin de Bourdon pada tahun 1804 di Amiens. Sejak tahun
1809 biara induk SND pindah dari Amiens ke Namur. Pater Wolff mengenal
Kongregasi SND ketika dia belajar di Belgia. Dia berjumpa dengan St. Joseph
pengganti Julie Billiart sebagai pemimpin umum.
Inti perjumpaan pater Wolff dengan St. Joseph adalah keinginan pater
Wolff untuk menitipkan para gadis Belanda agar dididik sebagai religius.
Sesudah mereka selesai belajar, mereka akan mendirikan biara di Belanda
Utara. Permintaan Pater Wolff tersebut diterima oleh St. Joseph dengan
senang hati. Tanggal 1 November 1819 Pater Wolff mengirim tiga pemudi
dari Belanda ke Kongregasi SND di Gent (Belgia). Ketiga pemudi itu adalah
Maria Stichters (Sr. Mathia), Sophia Milter (Sr. Rosalie), Lebuina van Elk (Sr.
23
Lebuina). Dari tahun 1819 sampai dengan tahun 1822 Pater Wolff masih tetap
mengirim gadis-gadis lain. Tahun 1821 Sr. Mathia, Sr. Boniface dan Sr.
Rosalie pergi ke Namur untuk mendapatkan pendidikan lebih lanjut dalam
kehidupan religius.
Maria van Werkhoven bersama dua pemudi lain semakin mempercepat
berdirinya Kongregasi SPM. Menurut tradisi tanggal 29 Juli 1822 adalah
tanggal berdirinya Kongregasi SPM yaitu saat kembalinya ketiga suster yang
belajar di Namur dan bergabung bersama Maria van Werkhoven yang
kemudian memakai nama Sr. Ignace. Sementara itu keenam suster yang lain
masih berada di Gent.
Berdirinya Kongregasi SPM Amersfoort bertujuan untuk memberikan
pendidikan pada anak-anak perempuan yang miskin. Artinya tujuan
Kongregasi SPM sejalan dengan tujuan Kongregasi yang didirikan oleh Julie
Billiart dan Francoise Blin de Bourdon di Namur. Oleh karena itu tiga
kekuatan pokok yang menjadi kekuatan Julie menjadi obor/semangat/nilai-
nilai juga diperjuangkan oleh SPM Amersfoort. Tiga obor/semangat/nilai-
nilai itu adalah 1) iman yang kuat akan penyelenggaraan Tuhan yang
Mahabaik, 2) peka akan tanda-tanda zaman, dan 3) solider terhadap mereka
yang miskin dan tertindas (Konstitusi, 1984: 11-13).
Dengan perjuangan gigih dari para pendiri dan para pendahulu Kongregasi
SPM dapat berkembang dengan pesat. Di bawah pimpinan Sr. Ignace dan para
pemimpin lainnya SPM dapat tersebar di seluruh Belanda.
24
Setelah Kongregasi tumbuh dan berkembang kira-kira selama 100 tahun
di Belanda, para suster mulai terbuka untuk melayani orang-orang miskin
tidak hanya di negeri Belanda saja. Melainkan juga melayani dan menjawab
kebutuhan dan tawaran dunia, khususnya dunia yang miskin atau dunia ketiga.
Tahun 1926, Kongregasi SPM Amersfoort berlayar menuju ke Hindia
Belanda (Indonesia), Batavia (Jakarta) dan akhirnya menuju kota kecil di
Probolinggo, Jawa Timur. Tujuh suster perintis yang penuh minat dan sikap
hati terbuka tiba di Probolinggo pada tanggal 11 Oktober 1926. Dengan bekal
keberanian, iman yang kuat, dan sikap hati yang siap mengabdi, mereka mulai
berkarya dalam bidang pendidikan dan pengajaran bagi anak-anak miskin dan
bagi mereka yang membutuhkan pendidikan (Irma, 1987: 41).
4. Perkembangan Kongregasi SPM Amersfoort di Indonesia
Ketika Kongregasi SPM datang di Indonesia, situasi masyarakat saat itu
adalah situasi belum merdeka. Masyarakat masih belum maju. Sejak 1904
kesadaran akan pentingnya pendidikan untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat telah muncul dari para pemimpin, meskipun itu masih sebatas kalangan
elit (anak para pejabat pemerintahan dan orang-orang kaya). Sedangkan untuk
kalangan rakyat dan kaum wanita belum mendapat perhatian dari pemerintah
(Hardjowidjono, 1991: 236). Oleh karena itu, kehadiran para suster SPM
menjadi penting untuk membantu pemerintah dengan mengentaskan rakyat
dari kemiskinan dan keterbelakangan melalui pendidikan formal maupun
pendidikan non formal.
25
Tanggal 3 November 1926 para suster SPM mengawali pendidikan non
formal di Probolinggo yakni memberikan pelajaran-pelajaran privat (kursus)
yang meliputi Bahasa Belanda, Bahasa Inggris, Bahasa Perancis, tata buku,
stenografi, mengetik, pekerjaan tangan, bermain piano (Irma, 2001: 6). Selain
kursus tersebut, pada tanggal 1 Agustus 1928 SPM juga mendirikan asrama
untuk menampung anak-anak Jawa, kemudian disusul asrama kedua yang
menampung anak-anak untuk segala suku (Thionghoa, Madura, Jawa) pada
tanggal 30 April 1932 (KWI, tanpa tahun: 1013). Selain pendidikan non
formal, para suster SPM juga sangat peduli terhadap pendidikan formal.
Tanggal 11 Desember 1926, para suster membuka Sekolah Fr obel (Taman
Kanak-kanak), dan tanggal 6 Januari 1927 membuka Sekolah Rendah ELS
(Europese Lagere School) (Irma, 2001: 7).
Dalam semangat dan jiwa Julie Billiart, para suster SPM
mengembangkan karya pelayanan dari Probolinggo ke Jember. Tanggal 22
Desember 1928, para suster SPM mulai berkarya di Jember. 1 Maret 1929
para suster membuka satu kelas sekolah Frobel (TK), dan pada tanggal 1 Juni
1929 membuka juga Sekolah Dasar bagi anak-anak Eropa (ELS) dan untuk
anak-anak Jawa (HIS) (KWI, 1974: 1006-1007). Dalam perkembangan
selanjutnya, sekolah-sekolah SPM di Jember memakai nama: TK Siswa Rini,
sedangkan untuk SD dan SMP memakai nama Maria Fatima, yang terdiri dari
2 (dua) TK, 2 (dua) SD, dan 1 (satu) SMP.
26
Selain di Jember, Kongregasi SPM juga terus berkembang di berbagai
daerah di seluruh nusantara hingga saat ini. Genap berusia 80 tahun
Kongregasi SPM berkarya di Indonesia. Usia 80 tahun secara kronologis
merupakan usia yang cukup tua. Sebagaimana orang tua bisa matang dan
mengalirkan kebijaksanaan-kebijaksanaan, tapi juga rentan dengan penyakit,
rapuh, dan pikun (SPM, 2006: 17). Agar dapat mengalirkan kebijaksanaan-
kebijaksaan dan tidak menjadi rentan dengan penyakit, rapuh, dan pikun,
Kongregasi perlu refondation, atau kembali ke dasar hidup yakni spiritualitas.
Inti spiritualitas SPM adalah membangun persekutuan hidup baru yang
pusatnya kepenuhan kesamaan martabat manusia sebagai citra Allah.
Nilai-nilai yang perlu dikembangkan dan diperjuangkan secara terus
menerus terangkum dalam tiga “obor”/semangat/nilai-nilai SPM yakni 1)
iman yang kuat akan penyelenggaraan Tuhan yang Mahabaik, 2) peka akan
tanda-tanda zaman, dan 3) solider terhadap mereka yang miskin dan
menderita. Di dalamnya terkandung nilai syukur, terbuka terhadap hidup,
kasih persaudaraan, menjujung dan menghargai martabat (dignity), peduli,
dan jiwa penolong.
B. Nilai-nilai Kongregasi SPM
1. Pengertian nilai
Menurut Bertens (Adimassana, 2003/2004) “nilai merupakan sesuatu
yang menarik bagi kita, sesuatu yang dicari, sesuatu yang menyenangkan,
27
sesuatu yang disukai dan diinginkan, singkatnya sesuatu yang baik”. Sinurat
(1987: 1) mengatakan bahwa “nilai dan perasaan tidak dapat dipisahkan;
keduanya saling mengandaikan. Perasaan adalah aktivitas psikis dengan mana
manusia menghayati nilai”. Dalam hal ini dijelaskan bahwa sesuatu itu
bernilai bagi seseorang apabila menimbulkan “perasaan positif”: senang,
simpati, gembira, tertarik, dan lain-lain.
Nilai pribadi berkaitan dengan pribadi sendiri, tanpa perantara apa pun,
sedangkan nilai barang menyangkut kehadiran nilai dalam hal bernilai. Hal
bernilai bersifat material (hal yang menyenangkan, hal yang berguna), vital
(segala hal yang bersifat ekonomis), atau spiritual (ilmu pengetahuan dan seni,
yang juga disebut nilai budaya). Berbeda dengan nilai barang, nilai pribadi
terdapat dua jenis yakni nilai pribadi itu sendiri dan nilai keutamaan. Dalam
pengertian ini nilai pribadi lebih tinggi daripada nilai-nilai barang karena nilai
pribadi terletak dan membentuk esensi pribadi yang bersangkutan.
Lebih lanjut Wahana (2004: 58) mengatakan bahwa seluruh nilai
pengalaman yang dikehendaki lebih tinggi daripada nilai yang hanya sekedar
keadaan berpengalaman, seperti perasaan indrawi dan perasaan badani.
Tingkatan nilai pengalaman berhubungan dengan tingkatan nilai yang dialami.
Nilai pengalaman religius tingkatannya lebih tinggi daripada nilai pengalaman
kenikmatan, karena nilai ilahi sebagai yang dialami dalam pengalaman
religius memiliki tingkatan jauh lebih tinggi daripada nilai material yang
memberi kenikmatan.
28
Jadi nilai adalah keutamaan pribadi yang telah terwujud dalam realitas
kehidupan nyata atau juga merupakan hal yang bermakna dan dikejar untuk
diwujudkan dalam realitas kehidupan nyata dari setiap pribadi.
2. Nilai-nilai khas Julie Billiart menjadi pedoman bagi SPM
Nilai-nilai yang khas dihidupi oleh Julie Billiart sebagai Ibu Rohani
Kongregasi dijadikan pedoman bagi SPM. Nilai-nilai tersebut adalah 1) iman
yang kuat akan penyelenggaraan Tuhan yang Mahabaik, 2) peka akan tanda-
tanda zaman, 3) solider terhadap mereka yang miskin dan terlantar.
a. Iman yang kuat akan penyelenggaraan Tuhan yang Mahabaik.
Iman Julie Billiart akan penyelengaraan Tuhan yang Mahabaik
terbukti/nampak pada waktu dia mengalami penderitaan. Iman semacam
itulah seperti dirumuskan dalam Dei Verbum “…kepada Allah yang
menyampaikan wahyu, manusia wajib menyatakan ketaatan iman.
Demikianlah manusia dengan bebas menyerahkan diri seutuhnya kepada
Allah, dengan mempersembahkan kepatuhan akal budi serta kehendak
yang sepenuhnya kepada Allah yang mewahyukan” (Dei Verbum art.5).
Iman yang lahir dari sebuah penderitaan akan membuahkan suatu
harapan. Oleh karena itu yang harus dimiliki dalam menghadapi suatu
derita adalah “ketaatan”. Julie Billiart menyerahkan diri kepada kehendak
Allah dengan motto hidup yang selalu diserukan olehnya yaitu“Alangkah
baiknya Tuhan yang Mahabaik”. Seperti termuat dalam Dei Verbum art. 8
yang menegaskan bahwa tradisi yang berasal dari para Rasul itu berkat
29
bantuan Roh Kudus berkembang dalam gereja: sebab berkembanglah
pengertian tentang kenyataan-kenyataan maupun kata-kata yang
diturunkan, baik karena kaum beriman, yang menyimpannya dalam hati,
merenungkan serta mempelajarinya, maupun karena menyelami secara
mendalam pengalaman-pengalaman rohani mereka. Pengalaman inilah
yang menjadi kekayaan rohani Julie Billiart yakni penderitaan tidak
ditolak namun dipakai sarana untuk cinta Allah yang melimpah-limpah
sehingga melahirkan kehidupan baru.
Kekuatan iman semacam itu ingin dihidupi oleh SPM dan ditawarkan
kepada guru-pegawai sebab zaman sekarang begitu banyak orang menolak
penderitaan. Padahal penderitaan adalah bagian dari kehidupan yang tidak
dapat ditolak datang maupun perginya. Sekaligus pentingnya sikap selalu
mensyukuri hidup terhadap Sang pemberi Hidup. Untuk itu nilai-nilai
yang ditawarkan adalah sebagai berikut:
1) Bersyukur. Orang yang percaya penuh pada Tuhan yang Mahabaik
selalu dapat bersyukur, sekalipun menghadapi berbagai tantangan dan
kesulitan dalam hidup. Orang yang demikian merasa yakin bahwa ada
berkat di balik segala peristiwa, meski peristiwa yang paling pahit
sekalipun.
2) Bertahan dalam kesulitan. Setelah adanya sikap syukur, memiliki
prinsip yang jelas, ciri-ciri bahwa seseorang memiliki iman yang kuat
akan penyelenggaraan Tuhan yang Mahabaik adalah mampu bertahan
30
dalam kesulitan. Artinya bahwa dalam kehidupan nyata sehari-hari
seringkali tidak semuanya berjalan lancar dan mulus sesuai dengan
rencana dan kehendak kita. Orang yang beriman kuat akan Tuhan yang
Mahabaik tetap mampu bertahan dalam kesulitan seberat apapun
karena yakin bahwa Tuhan selalu menyertai.
3) Berprinsip. Orang yang mampu mensyukuri setiap kejadian dan
pengalaman hidup tidak akan mudah terbawa oleh arus perubahan
zaman. Dengan kata lain orang yang berprinsip adalah orang mampu
bertahan dalam pendirian/keputusan, dan keputusan tersebut didasari
oleh berbagai pertimbangan bukan berdasarkan antara suka dan tidak
suka atau unsur subyektivitas pribadi.
4) Rela berkorban. Akhirnya orang yang mengalami kebaikan Tuhan
akan menggerakkan pribadi yang bersangkutan rela berkorban bagi
sesama/orang lain. Kerelaan berkorban sebagai perwujudan akan
penyerahan totalnya kepada Tuhan.
b. Peka akan tanda-tanda zaman
Julie Billiart tergerak untuk menolong sesama meski dia mengalami
penderitaan. Tindakan Julie Billiart tersebut sejalan dengan Konstitusi
Pastoral tentang Gereja dalam Dunia Modern (GS, art. 1) tentang Gereja
yang berbagi kegembiraan dan harapan, penderitaan dan kegelisahan
dengan sesama zaman sekarang, terutama kaum miskin dan siapa saja
yang menderita, merupakan kegembiraan dan harapan, duka dan
31
kecemasan para murid Kristus. Julie Billiart adalah murid Kristus juga,
sebagai murid Kristus dia selalu tergerak untuk menolong mereka yang
miskin dan tertindas. Gaya hidup yang semacam itu disebut pribadi
“militan”, yaitu pribadi yang bersemangat tinggi, dan penuh gairah.
Pribadi “militan” perlu dimiliki pula oleh guru-pegawai yang bekerja
di lingkungan SPM di zaman sekarang ini. Pribadi yang tangguh, mampu
berbagi kegembiraan dan harapan, namun juga mampu menanggung,
menerima duka dan kecemasan bersama, mampu bertindak serta berpihak
untuk menolong mereka yang miskin dan tertindas. Nilai-nilai yang
ditawarkan oleh SPM adalah sebagai berikut:
1) Berani melawan arus: orang yang berani melawan arus mengandaikan
bahwa orang tersebut memiliki prinsip yang jelas dan kuat. Berani
menanggung segala konsekuensi dari apa yang telah diputuskan dan
benar sekalipun hal tersebut bertentangan dengan pendapat banyak
orang. Dan yang terpenting adalah memperjuangkan kebenaran demi
terciptanya martabat manusia sebagai citra Allah.
2) Berdedikasi: orang yang berdedikasi adalah orang yang memiliki
komitmen tinggi terhadap segala tugas yang dipercayakan pada orang
tersebut. Orang tersebut juga berani berkorban demi suksesnya tugas,
berani bekerja keras demi tercapainya cita-cita bersama.
3) Kreatif: orang yang kreatif adalah orang yang memiliki banyak ide
untuk melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Apabila
32
mengalami kesulitan orang yang kreatif tidak mudah putus asa
melainkan selalu mendapatkan ide untuk mengatasinya.
c. Solider terhadap mereka yang miskin dan menderita
Julie Billiart mengalami penderitaan dalam kurun waktu yang lama.
Namun dia mampu mengubah pengalaman menderita sebagai sarana Allah
menyalurkan Rahmat dan cinta-Nya yang berlimpah-limpah. Julie
menerima, menyerah, dan percaya pada kehendak Allah, sebagaimana
termuat dalam GS art. 11 sebagai berikut: “umat Allah, terdorong oleh
iman, bahwa mereka dibimbing oleh Roh Kudus, berusaha mengenali
peristiwa-peristiwa, tuntutan, dan aspirasi untuk menangkap isyarat
kehadiran Allah”.
Pengenalan Julie akan kehadiran Allah dalam setiap peristiwa
hidupnya membawa dia untuk mengenali dan juga memahami orang
lain/sesama lebih-lebih mereka yang miskin dan tertindas/menderita. Julie
mampu mewujudkan perasaan senasib, dan sepenanggungan dengan
mereka. Hal itu juga ditekankan oleh GS art. 27 bahwa sikap hormat
terhadap manusia, sehingga setiap orang wajib memandang sesamanya,
tak seorangpun terkecualikan, sebagai “dirinya yang lain”. Atau dengan
kata lain sikap hormat terhadap sesama dilandasi oleh keyakinan bahwa
manusia diciptakan menurut gambar Allah (GS art. 12). Oleh karena itu
memperjuangkan kesamaan martabat manusia sebagai citra Allah menjadi
sangat penting.
33
Sikap hormat terhadap sesama dan perjuangan untuk kesamaan
martabat manusia sebagai citra Allah adalah penting dan perlu dihidupi
bagi guru-pegawai di lingkungan SPM karena zaman sekarang banyak
penderitaan dan kurangnya penghargaan terhadap hidup manusia. Untuk
itu bagi guru-pegawai ditawarkan nilai-nilai sebagai berikut:
1) Bersemangat kasih. Orang yang solider tentu juga dilandasi oleh
semangat kasih. Artinya bahwa seseorang mampu menyatakan
perasaannya bersatu atau senasib dengan yang miskin dan yang hina
apabila orang tersebut memiliki kasih. Mampu mengasihi orang lain
bahwa orang lain adalah citra Allah.
2) Empati terhadap penderitaan sesama. Orang yang solider juga mampu
berempati. Artinya orang mampu memahami dan menempatkan diri
pada pihak yang menderita tanpa harus larut dalam penderitaan
tersebut. Sehingga orang tersebut masih mampu bertindak untuk
menolong sesuai dengan kebutuhan.
3) Sederhana. Yang dimaksud dengan sederhana adalah bersemangat apa
adanya. Tidak mencari-cari yang di luar kemampuannya. Meskipun
memiliki banyak hal namun orang yang sederhana tetap mampu
menghargai orang lain dengan segala kelebihan dan kekurangan tanpa
meremehkan orang lain.
C. Aktualisasi Diri menurut Abraham Maslow
Abraham Maslow (1909 – 1970) menyelidiki orang-orang yang teraktualisasi
diri berawal dari kekagumannya terhadap Max Wertheimer, ahli psikologi Gestalt
34
dan Ruth Benedict, ahli Antropologi. Mereka adalah dua diantara sekian banyak
guru Maslow. Maslow melihat bahwa Wertheimer dan Benedict mencapai
pengalaman puncak dalam kehidupan manusia.
Pengalaman puncak adalah pengalaman yang luar biasa, pengalaman
kebahagiaan, yang disertai perasaan terpesona yang meluap-luap, dan merupakan
suatu perwujudan dari seluruh potensi dan kapasitas seseorang. Pengalaman
puncak sebagai pengalaman yang hebat ini dapat diraih oleh setiap manusia.
Karena pada dasarnya setiap manusia dilahirkan dengan kebutuhan-kebutuhan
instinktif. Kebutuhan-kebutuhan yang mendorong manusia untuk bertumbuh dan
berkembang, untuk mengaktualisasikan-diri, untuk menjadi sejauh kemampuan
manusia (Schultz, 1991: 89).
Maslow mempelajari orang-orang yang paling sehat, paling baik, paling
matang (Schultz, 1991: 88). Menurut Maslow apabila mempelajari orang-orang
timpang, tidak matang, dan tidak sehat, maka akan hanya terlihat sisi manusia
yang sakit dari kodrat manusia. Maslow memberikan analogi pencapaian
pengalaman puncak sebagai keadaan yang paling baik yakni dengan mempelajari
orang-orang yang paling sehat. Sebagai contoh apabila akan mempelajari
seberapa cepat manusia dapat lari bukanlah mempelajari orang yang pergelangan
kakinya patah atau yang sedang-sedang saja melainkan mempelajari pelari peraih
medali emas Olympiade.
Maslow menemukan contoh orang yang telah mencapai potensi-potensi
manusia hebat itu adalah Max Wertheimer dan Rut Benedict (Schultz, 1991: 87).
35
Maslow menyelidiki manusia-manusia ini dengan menggunakan berbagai macam
teknik – interviu, asosiasi bebas untuk orang-orang yang masih hidup, sedangkan
untuk orang-orang yang sudah meninggal dengan bahan biografi ataupun
otobiografi.
1. Pengertian Aktualisasi-Diri
Aktualisasi-diri adalah kecenderungan mengembangkan bakat dan
kapasitas sendiri (Kartini, 1999: 450). Maslow melukiskan orang yang
teraktualisasi-diri adalah orang yang mampu menggunakan dan
memanfaatkan secara penuh bakat, kapasitas-kapasitas, potensi-potensi, untuk
melakukan yang terbaik yang dapat dilakukannya (Goble, 1987: 48). Dengan
kata lain orang yang teraktualisasi-diri adalah orang yang memiliki persepsi
yang holistik, alamiah, dan tepat. Holistik berarti menyangkut semua dimensi
diri dan terintegrasi. Alamiah adalah muncul secara spontanitas. Spontanitas
mengandung konotasi lebih ekspresif, wajar, dan polos. Sikap spontan dalam
hal ini menyangkut sikap yang tepat dan menyangkut moralitas. Sedangkan
yang dimaksud dengan tepat adalah sesuai dengan realitas.
Menurut Maslow mencapai aktualisasi diri sama dengan proses
pendidikan yang berawal dan berproses dari dalam diri manusia. Proses itu
adalah hak setiap orang sesuai dengan martabatnya sebagai pribadi manusia.
Maslow berpendapat: “… It should be at least one function of education, law,
religion, ect., to safeguard, foster, and encourage, even to teach the
recognition, expression and gratification of the instinctoid needs”
(Parangimalil, 1985: 203). Tugas institusi budaya, pendidikan, religius dan
36
institusi yang lain adalah mendorong perwujudan potensi-potensi manusia.
Seperti dikatakan oleh Schultz (1991: 89) “… potensi untuk pertumbuhan dan
kesehatan psikologis ada sejak lahir. Apakah potensi kita dipenuhi atau
diaktualisasikan tergantung pada kekuatan-kekuatan individual dan sosial
yang memajukan atau menghambat aktualisasi-diri”. Jelaslah di sini bahwa
pendidikan merupakan kekuatan penting untuk memacu atau membantu
seseorang mengembangkan potensinya, membantunya mencapai aktualisasi
diri (Goble, 1987: 176). Oleh karena itu aktualisasi diri merupakan proses
perkembangan atau penemuan jati diri dan mekarnya potensi yang ada atau
yang terpendam.
Dalam pandangan Maslow, semua manusia memiliki kecenderungan
yang dibawa sejak lahir untuk mengaktualisasikan diri. Manusia didorong
oleh kebutuhan-kebutuhan universal yang dibawa sejak lahir, yang tersusun
dalam tingkat, dari yang paling kuat sampai yang paling lemah. Maslow
memberikan gambaran tingkat-tingkat kebutuhan dengan suatu tangga;
manusia sebelum mancapai anak tangga kedua harus melampaui terlebih
dahulu tangga pertama dan seterusnya. Dengan kata lain bahwa kebutuhan
yang lebih rendah harus dipuaskan lebih dulu sebelum muncul kebutuhan
pada tingkat yang lebih tinggi.
Jadi prasyarat untuk mencapai aktualisasi-diri ialah memuaskan empat
kebutuhan yang berada pada tingkat dasar; (1) kebutuhan-kebutuhan
fisiologis, (2) kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman, (3) kebutuhan-kebutuhan
37
akan memberi dan menerima, (4) kebutuhan-kebutuhan akan penghargaan
(Schultz, 1991: 90).
2. Hirarki kebutuhan menurut Abraham Maslow
AESTHETIC NEEDS
NEEDS TO KNOW AND UNDERSTAND
NEEDS FOR
SELF ACTUALIZATION
NEEDS FOR ESTEEM
NEEDS FOR BELONGING AND LOVE
SAFETY NEEDS
PHYSIOLOGICAL NEEDS
Hirarki kebutuhan menurut Maslow tersebut dapat membantu individu
memahami kebutuhan-kebutuhan yang terpuaskan. Maslow percaya bahwa
38
kebutuhan fisiologis merupakan dasar bagi pemenuhan kebutuhan lain dan
kebutuhan-kebutuhan tertentu harus dipenuhi dahulu sebelum seseorang
berusaha memenuhi kebutuhan di atasnya (Myron, 1981). Sebagai contoh
pemenuhan kebutuhan keamanan menjadi dasar dari usaha pemenuhan
kebutuhan akan rasa memiliki-dimiliki dan cinta, begitu seterusnya sampai
pada kebutuhan yang paling atas. Dengan kata lain kebutuhan yang ada di
atasnya akan muncul bila kebutuhan di bawahnya telah terpuaskan. “Maslow
assumes that if an individual has been able to satisfy all of these lower needs
on the hierarchy, then his motivation is directed toward self-actualization
(Myron, 1981)
a. Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan yangn paling dasar untuk
mempertahankan hidup secara fisik. Kebutuhan tersebut adalah kebutuhan
akan makanan, minuman, tempat tinggal, dan oksigen. Dalam kenyataan
hidup sehari-hari pemenuhan kebutuhan fisiologis bisa menyangkut
waktu rileks untuk diri sendiri, keluarga, liburan/cuti, balas jasa dan
jaminan sosial (Handoko, 1984: 258).
b. Kebutuhan rasa aman
Segera setelah kebutuhan-kebutuhan fisiologis terpenuhi secukupnya,
muncullah kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman. Dalam kebutuhan akan
rasa aman ini meliputi perlindungan dan stabilitas. Terapannya bisa
39
meliputi kondisi kerja yang aman, tabungan, jaminan pensiun, sistem
penanganan keluhan (Handoko, 1984: 258).
c. Kebutuhan akan rasa memiliki-dimiliki, akan cinta dan kasih sayang
Kebutuhan ini meliputi kebutuhan untuk mencintai dan dicintai (memberi
dan menerima), kebutuhan untuk berhubungan sosial, kebutuhan untuk
memiliki sahabat, kebutuhan untuk berinteraksi dan diterima oleh orang
lain, membangun persaudaraan, sikap saling percaya.
d. Kebutuhan akan penghargaan
Kebutuhan akan penghargaan yakni harga diri dan penghargaan dari orang
lain. Harga diri meliputi kebutuhan akan kepercayaan diri, kompetensi,
penguasaan, kecukupan prestasi, dan kebebasan. Penghargaan dari orang
lain meliputi prestise, pengakuan, penerimaan, perhatian, nama baik, dan
penghargaan (Goble, 1987: 76)
e. Kebutuhan akan aktualisasi diri
“Aktualisasi-diri dapat didefinisikan sebagai perkembangan yang paling
tinggi dan penggunaan semua bakat kita, pemenuhan semua kualitas dan
kapasitas kita. Kita harus menjadi menurut potensi kita untuk menjadi”
(Schultz, 1991: 93). Maslow melukiskan kebutuhan ini sebagai “hasrat
untuk makin menjadi diri sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi apa
saja menurut kemampuannya” (Goble, 1987: 77). Dengan kata lain pribadi
40
yang teraktualisasi adalah pribadi yang memiliki persepsi yang holistik,
alamiah, dan tepat.
3. Sifat-sifat orang yang teraktualisasi-diri
Beberapa sifat umum dari orang-orang yang telah teraktualisasi-diri ialah
telah memuaskan kebutuhan-kebutuhan yang lebih rendah secara teratur dan
telah berusia setengah tua atau lebih tua. Meskipun demikian Maslow berpikir
bahwa orang-orang yang lebih muda memperlihatkan “pertumbuhan yang
baik ke arah aktualisasi-diri” (Schultz, 1991: 98).
Oleh karena itu berikut ini disajikan sifat-sifat yang menggambarkan orang-
orang yang teraktualisasi-diri (Goble, 1987: 51-61).
d. Mengamati Realitas Secara Efisien
Orang-orang yang teraktualisasi-diri mengamati obyek-obyek di
sekitarnya secara obyektif. Mereka tidak memandang dunia hanya
sebagaimana mereka inginkan atau butuhkan, melainkan mereka melihat
sebagaimana adanya. Maslow (Schultz, 1991: 99) memberikan contoh
hakim yang teliti terhadap orang lain, mampu menemukan dengan cepat
penipuan dan ketidakjujuran.
e. Penerimaan Umum atas Kodrat, Orang-orang Lain dan Diri Sendiri
Orang-orang yang mengaktualisasikan-diri menerima diri sendiri, baik
kelemahan-kelemahan maupun kekuatan-kekuatan mereka tanpa keluhan
atau kesusahan. Karena sudah menerima diri maka tidak perlu mengubah
41
atau memalsukan diri mereka. Mereka tidak defensif atau bersembunyi di
belakang topeng atau peranan social. Juga mampu menerima orang lain
apa adanya.
f. Spontanitas, Kesederhanaan, Kewajaran
Dalam semua segi kehidupan, orang-orang yang teraktualisasi-diri
bertingkah laku secara terbuka dan langsung tanpa berpura-pura. Mereka
dapat memperlihatkan emosi-emosi dengan jujur dengan isitilah lain dapat
dikatakan bahwa orang-orang yang teraktualisasi-diri mampu bertingkah
laku secara kodrati, yakni sesuai dengan kodrat mereka. Namun orang-
orang yang teraktualisasi-diri juga bijaksana dan penuh perhatian terhadap
orang-orang lain.
d. Fokus pada Masalah-masalah di Luar Diri Mereka
Orang-orang yang mengaktualisasikan-diri melibatkan diri pada
pekerjaan. Mereka memiliki dedikasi kerja yang tinggi. Melalui dedikasi
yang hebat pada pekerjaan, orang-orang yang mengaktualisasikan-diri
dapat mencapai atau memenuhi metakebutuhan-metakebutuhan. Mereka
melakukan pekerjaan bukan hanya semata-mata untuk mendapatkan uang,
popularitas, atau kekuasaan, melainkan untuk memuaskan metakebutuhan-
metakebutuhan, menantang, dan mengembangkan kemampuan-
kemampuan mereka, menyebabkan mereka bertumbuh sampai pada
tingkat potensi mereka yang paliang tinggi. Sehingga orang-orang yang
42
memiliki sifat-sifat demikian nampak bekerja lebih keras daripada orang-
orang biasa.
e. Kebutuhan akan Privasi dan Independensi
Orang-orang yang mengaktualisasikan-diri memiliki suatu kebutuhan
yang kuat untuk mandiri. Meskipun mereka tidak menjauhkan diri dari
kontak dengan manusia. Mereka tidak tergantung pada orang lain untuk
kepuasan-kepuasan mereka, sehingga kesannya tidak ramah dan kadang-
kadanng mengalami kesulitan-kesulitan sosial.
f. Berfungsi secara Otonom
Orang-orang yang teraktualisasi-diri berfungsi secara otonom. Mereka
tidak didorong oleh motif-motif kekurangan melainkan pemuasan dari
motif-motif dari dalam. Oleh karena itu perkembangan mereka lebih
tergantung pada potensi-potensi dan sumber-sumber dari dalam mereka
sendiri.
g. Apresiasi yang Senantiasa Segar
Orang-orang yang teraktualisasi-diri senantiasa menghargai seluruh
pengalaman dengan suatu perasaan yang segar, perasaan terpesona, dan
kagum. Mereka mampu selalu bersyukur atau berterima kasih terhadap
apa yang mereka miliki dan mereka alami.
h. Pengalaman-pengalaman Mistik atau “Puncak”
Orang-orang yang mengaktualisasikan-diri ada kesempatan-kesempatan
tertentu mengalami ekstase, kebahagiaan, perasaan terpesona yang hebat
43
dan meluap-luap, sama seperti pengalaman-pengalaman keagamaan yang
mendalam (Schultz, 1991: 105). Namun tidak semua pengalaman puncak
itu sangat kuat; dapat juga pengalaman-pengalaman yang ringan dan itu
dapat terjadi setiap hari.
i. Minat Sosial
Orang-orang yang teraktualisasi memiliki perasaan empati dan afeksi yang
kuat dan dalam terhadap semua manusia. Mereka mencintai sesama
manusia atau mencintai kemanusiaan. Mereka bisa merasa tertekan dan
menjadi marah ketika orang lain bertingkah laku bodoh, lemah, dan kasar,
meskipun mereka juga cepat memahami dan memaafkannya.
j. Hubungan Antarpribadi
Orang-orang yang mengaktualisasikan-diri mampu mengadakan hubungan
yang lebih kuat dengan orang-orang lain. Mereka mampu memiliki cinta
yang lebih besar dan persahabatan yang lebih mendalam. Meski jumlah
sahabat mereka lebih sedikit karena mereka lebih suka berada bersama
orang-orang yang memiliki nilai-nilai dan sifat-sifat yang sama. Kendati
demikian mereka sabar dan baik hati terhadap setiap orang.
k. Struktur Watak Demokratis
Orang-orang yang sehat membiarkan dan menerima semua orang tanpa
memperhatikan kelas social, tingkat pendidikan, golongan politik atau
44
agama, ras, warna kulit. Mereka siap mendengarkan siapa saja atau siap
belajar dari siapa saja yang dapat mengajarkan sesuatu kepada mereka.
l. Perbedaan antara Sarana dan Tujuan, antara Baik dan Buruk
Pengaktualisasi-pengaktualisasi-diri membedakan dengan jelas antara
sarana dan tujuan. Bagi mereka tujuan atau cita-cita jauh lebih penting
daripada sarana. Mereka juga mampu membedakan dengan jelas antara
yang baik dan buruk, benar dan salah. Mereka memiliki norma-norma etis
dan moral yang dirumuskan dengan baik yang mereka pegang teguh
dalam semua situasi.
m. Perasaan Humor yang Tidak Menimbulkan Permusuhan
Orang-orang yang teraktualisasi-diri memiliki humor yang bersifat
filosofis; humor yang menertawakan manusia pada umumnya. Humor
yang bersifat instruktif, yang dipakai langsung kepada hal yang dituju dan
juga menimbulkan tertawa.
n. Kreativitas
Kreativitas di sini disamakan dengan daya cipta dan daya khayal naïf yang
dimiliki anak-anak, suatu cara yang tidak berprasangka dan langsung
melihat kepada hal-hal. Kadang-kadang kreativitas ini hilang karena
pengaruh sekolah dan kekuatan-kekuatan social lain, namun bagi orang-
orang yang teraktualisasi-diri tetap mempertahankannya.
o. Resistensi terhadap Inkulturasi
Orang-orang yang teraktualisasi-diri dapat berdiri sendiri dan otonom,
mampu melawan dengan baik pengaruh-pengaruh sosial, untuk berpikir
45
atau bertindak menurut cara-cara tertentu. Mereka mempertahankan batin,
tidak terpengaruh oleh kebudayaan mereka, dibimbing oleh diri mereka
bukan oleh orang lain. Namun demikian mereka tidak terus terang
menentang kebudayaan. Mereka tidak sengaja melanggar aturan-aturan
sosial untuk memperlihatkan independensi. Mereka menjadi sangat
konvensional dalam hal berpakaian, tata krama, atau apa saja yang
dianggapnya tidak penting bagi mereka.
4. Sifat-sifat pribadi yang teraktualisasi-diri yang sudah dihidupi Julie Billiart
Tabel 1 Ekuivalensi Nilai-nilai Julie Billiart dengan Sifat-sifat pengaktualisasi-diri Maslow
Nilai-nilai Julie Billiart Sifat-sifat pengaktualisasi-diri menurut Maslow
Iman: 1. Syukur Pengalaman mistik atau "puncak" 2. Bertahan dalam kesulitan Penerimaan kodrat orang lain dan diri sendiri 3. Berprinsip Independensi dan berfungsi otonom 4. Rela berkorban Fokus pada masalah-masalah di luar diri mereka Peka: 1. Berani melawan arus Berfungsi otonom dan independensi
2. Berdedikasi Mengamati realitas secara efisien dan fokus di luar diri
3. Kreatif Apresiasi yang selalu segar dan kreativitas Solider: 1. Bersemangat kasih Penerimaan atas kodrat, hubungan antar pribadi, dan demokratis 2. Empati Minat sosial 3. Sederhana Spontanitas, kesederhanaan, kewajaran
46
Ekuivalensi berarti bahwa memiliki makna yang sangat berdekatan (Alwi,
2002: 292). Artinya nilai-nilai yang telah dihidupi oleh Julie Billiart memiliki
makna yang sama sangat berdekatan dengan ciri-ciri orang yang
teraktualisasikan-diri. Dengan demikian Julie Billiart adalah pribadi yang
teraktualisasi-diri.
Dalam kaitannya pribadi yang teraktualisasikan-diri inilah, peneliti
memandang perlu bahwa guru-pegawai mendapatkan layanan bimbingan atau
pembinaan yang terus-menerus agar semakin mampu mengaktualisasikan-diri
terhadap nilai-nilai SPM dan pada akhirnya mampu membimbing peserta
didik yang menjadi tanggung jawab mereka.
D. Bimbingan/Pembinaan bagi Guru-Pegawai
Berikut ini akan diuraikan hal-hal yang terkait dengan bimbingan/pembinaan
bagi guru-pegawai antara lain: pengertian bimbingan, tujuan, dan fungsi
bimbingan/pembinaan,
1. Pengertian Bimbingan
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang
dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat
memahami dirinya, sehingga dia sanggup mengarahkan diri dan dapat
bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan, dan keadaan keluarga, serta
masyarakat. Dengan demikian dia dapat mengecap kebahagiaan hidupnya
serta dapat memberikan sumbangan yang berarti (Winkel, 2004: 29).
47
Bimbingan dalam rangka mengarahkan diri untuk bertindak wajar sesuai
dengan tuntutan, keadaan keluarga, serta masyarakat dimaksudkan adalah
pembinaan secara terus-menerus bagi individu dewasa oleh individu yang
berwenang. Misalnya guru-guru di sekolah mendapatkan pembinaan dari
Pengurus Yayasan. Pembinaan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
guru dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tuntutan masyarakat.
Bimbingan kelompok adalah pelayanan bimbingan yang diberikan kepada
lebih dari satu orang pada waktu bersamaan dengan tujuan untuk mendukung
perkembangan anggota-anggotanya secara optimal (Winkel, 2004: 563).
Perkembangan anggota secara optimal berarti setelah anggota kelompok
melaksanakan bimbingan kelompok anggota tersebut mengalami perubahan
dari setiap aspek pribadinya.
2. Tujuan Bimbingan Kelompok
Tujuan bimbingan kelompok yaitu agar orang yang dilayani menjadi
mampu mengatur kehidupan sendiri, memiliki pandangan sendiri, dan tidak
sekadar membebek pendapat orang lain, mengambil sikap sendiri, dan berani
menanggung sendiri resiko serta konsekuensi dari tindakan-tindakannya
(Winkel, 2004: 564). Tujuan tersebut dicapai melalui pelayanan secara
kelompok, baik secara kelompok kecil, kelompok sedang, maupun kelompok
besar. Meskipun demikian tujuan utamanya bukanlah perkembangan
kelompok melainkan perkembangan optimal dari masing-masing individu
yang tergabung dalam kelompok (Winkel, 2004: 565).
48
3. Fungsi Bimbingan/pembinaan
Untuk mencapai perkembangan optimal peserta didik, sesuai dengan
tujuan institusional, lembaga pendidikan pada dasarnya membina tiga usaha
pokok, yakni: a) pengelolaan administrasi sekolah, b) pengembangan
pemahaman dan pengetahuan, nilai dan sikap, serta keterampilan melalui
program kegiatan intrakurikuler dan kokurikuler, c) pelayanan khusus kepada
peserta didik dalam berbagai bidang yang membulatkan peserta didik dan/atau
menunjang kesejahteraan peserta didik yang tercakup dalam istilah pembinaan
peserta didik (Winkel, 2003: 62).
Sehubungan dengan pembinaan tiga usaha pokok tersebut, dibedakan tiga
bidang dalam pendidikan di sekolah, yang mempunyai fungsi pokok sendiri-
sendiri, namun ketiga-tiganya menopang tujuan institusional. Dalam ketiga
bidang tersebut adalah: bidang administrasi dan supervisi yang membawahi
bidang pengajaran dan bidang pembinaan peserta didik.
Sehubungan dengan fungsi bimbingan di sini adalah fungsi pembinaan
bagi guru-pegawai baik dalam bidang administrasi maupun dalam bidang
pengajaran. Dalam bidang administrasi yang memiliki peran utama yakni
kepala sekolah dalam mengadakan pembinaan untuk seluruh unsur baik bagi
staf guru, pegawai, karyawan, peserta didik, maupun pihak orang tua siswa/
peserta didik. Bidang pengajaran adalah bidang inti di sekolah karena
pendidikan sekolah terutama dilaksanakan melalui bidang pengajaran.
49
Pelaksana-pelaksana di bidang ini adalah staf guru/pamong/tenaga pengajar.
Namun mereka bukan hanya semata-mata menjadi tenaga pengajar melainkan
sebagai pendidik. Artinya bahwa pendidik ikut berpartisipasi secara aktif
dalam penyelenggaraan program bimbingan di sekolah.
Untuk mendukung terjadinya partisipasi aktif dari guru-pegawai, peneliti
beranggapan bahwa mereka membutuhkan pembinaan agar dapat membantu
peserta didik mencapai tujuan pendidikan nasional yang menyangkut
beberapa komponen yakni: komponen kognitif, komponen nilai dan sikap,
serta komponen keterampilan. Komponen kognitif dapat diraih melalui
pengajaran, komponen nilai dan sikap dapat dikembangkan melalui pelayanan
bimbingan. Tercapainya nilai dan sikap merupakan tanggung jawab seluruh
guru-pegawai yang terlibat langsung dalam pendidikan di sekolah.
Oleh karena itu berdasarkan pengertian, dan tujuan dari bimbingan kelompok,
serta fungsi bimbingan penulis memberikan gambaran bahwa pembinaan untuk
meningkatkan profesionalitas khususnya dalam hal kepribadian (aktualisasi-diri
terhadap nilai-nilai) dapat dilaksanakan dengan model bimbingan kelompok.
Pendekatan kelompok dalam bimbingan dan konseling merupakan bentuk usaha
pemberian bantuan kepada orang-orang yang memerlukan (Prayitno, 1995: 23).
Dalam pemberian bantuan dibutuhkan suasana yang menyenangkan dan saling
mendukung sehingga masing-masing dapat mengembangkan kepribadiannya.
50
Pengembangan pribadi kedirian dan kepentingan orang lain atau kelompok
harus dapat saling menghidupi. Sehingga layanan kelompok dalam bimbingan
dapat menjadi tempat pengembangan sikap, pemecahan masalah bersama,
keberanian sosial yang bertenggang rasa menjadi terwujud.
Bimbingan kelompok ini bisa dalam bentuk kelompok kecil maupun
kelompok besar. Dalam konteks skripsi ini bimbingan kelompok kecil meliputi
masing-masing unit sekolah, kelompok lebih besar gabungan dari 2 sekolah atau
lebih.
51
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini terdiri dari beberapa hal yang berhubungan dengan metodologi
penelitian, yaitu jenis penelitian, subyek penelitian, instrument penelitian, dan teknik
analisis data yang digunakan.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif dan dikategorikan
sebagai metode penelitian survei. Menurut Furchan (1982: 415):
Penelitian deskriptif dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian dilakukan. Penelitian ini diarahkan untuk menetapkan sifat suatu situasi pada waktu penyelidikan itu dilakukan. Dalam penelitian deskriptif, tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan seperti yang dapat ditemui dalam penelitian eksperimen. Tujuan penelitian ini adalah untuk melukiskan variable atau kondisi “apa yang ada” dalam suatu situasi.
Van Dalen (Arikunto, 1993: 86) mengatakan bahwa metode survei
merupakan cara mengumpulkan data dari sejumlah unit atau individu dalam
waktu atau jangka waktu yang bersamaan. Penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh gambaran pemenuhan kebutuhan-kebutuhan guru-pegawai SMPK
Maria Fatima Jember khususnya terhadap 3 (tiga) “obor”/nilai semangat awal Ibu
Rohani Kongregasi SPM.
52
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah benda, hal, atau orang tempat data untuk variabel
penelitian melekat dan yang dipermasalahkan (Arikunto, 1990: 116). Subyek
dalam penelitian ini adalah Guru-Pegawai TK, SD, SMPK Maria Fatima Jember.
Guru baik guru tetap maupun guru honorer. Pegawai baik TU, tenaga
pustakawan, dan tenaga keuangan.
Guru-pegawai TK sebanyak 17 orang, guru-pegawai SD sebanyak 44 orang,
dan guru-pegawai SMP sebanyak 25 orang. Jadi jumlah subyek penelitian
sebanyak 86 orang. Mereka semua berperanan dalam pelaksanaan karya
pendidikan yang dilandasi pula oleh nilai-nilai yang dikembangkan oleh
Kongregasi SPM.
C. Instrumen Penelitian
1. Kuesioner Pemenuhan Kebutuhan Guru-Pegawai
Instrumen dalam penelitian ini dalam bentuk kuesioner yang
mengungkap empat kebutuhan dasar dan aktualisasi-diri. Kuesioner ini
disusun oleh penulis.
a. Susunan Kuesioner
Bagian pertama menjelaskan tentang maksud dan tujuan serta petunjuk
pengisian kuesioner, bagian kedua memuat pernyataan-pernyataan (item-
item) mengenai tiap-tiap kebutuhan dan disertai kemungkinan
jawabannya.
53
Tabel 2
Sebaran Item Kuesioner Pemenuhan Kebutuhan Guru-Pegawai
TK – SMP Maria Fatima Jember
No Aspek Indikator Nomor Item
Uji Coba
Nomor Item
Kuesioner Finalty
1. Kebutuhan
fisiologis
a. Makanan dan
minuman
b. Waktu
istirahat/libur
c. Balas jasa
1, 2, 3
4, 5, 6, 7, 8, 9
10, 11, 12
1, 2, 3, 4, 5
2. Kebutuhan rasa
aman
a. Jaminan sosial
b. kondisi kerja
c. sistem penanganan
masalah
13, 14, 15, 16
30, 31, 32, 33,
34, 35, 36
6, 7, 8, 9, 10, 11,
12, 13, 14
3. Kebutuhan akan
rasa memiliki-
dimiliki akan
kasih sayang
a. persahabatan
b. perasaan memiliki
37, 38, 39, 40,
41, 42, 43, 44,
45
15, 16, 17, 18, 19,
20
4. Kebutuhan akan
penghargaan
a. Percaya diri
b. Penghargaan
17, 18, 19, 20
25,26,27,28,2
9,21,22,23, 24
21, 22, 23, 24, 25,
26, 27
54
5. Aktualisasi diri
a. Iman yang
kuat akan
penyelenggar
aan Tuhan
yang
Mahabaik
b. Peka akan
tanda-tanda
zaman
c. Solider terha-
dap mereka
yang miskin
dan
menderita
a. Bersyukur
b. Berprinsip
c. Bertahan dalam
kesulitan
d. Rela berkorban
a. Kreatif
b. Berdedikasi
c. Berani melawan
arus
a. Sederhana
b. Bersemangat kasih
c. Empati terhadap
penderitaan
sesama
46, 47
48, 49
50, 51, 52, 53
54, 55, 56
57, 58, 59,
60, 61
62
63, 64
67, 68, 69, 70
65, 66
28, 29, 30, 31, 32,
33, 34, 35, 36, 37
38, 39, 40, 41, 42
43, 44, 45, 46, 47,
48, 49, 50
Jumlah 70 50
b. Penskoran
Penskoran item kuesioner aktualisasi-diri Guru-Pegawai sebagai berikut:
untuk item positif jawaban “Selalu” = 4; jawaban “Sering” = 3; jawaban
“Kadang-kadang” = 2; jawaban “Tidak Pernah” = 1; sedangkan untuk
55
item negatif jawaban “Selalu” = 1; jawaban “Sering” = 2; jawaban
“Kadang-kadang” = 3; jawaban “Tidak Pernah” = 4 kemudian dihitung
jumlah seluruh skor untuk tiap responden.
2. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Pemenuhan Kebutuhan Guru-Pegawai
a. Validitas
Validitas berhubungan dengan sejauh mana suatu alat mampu
mengukur yang seharusnya diukur (Masidjo, 1995: 242). Sejalan dengan
pendapat tersebut Scarvia B. Anderson (Arikunto, 1986: 65) menyatakan
bahwa sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang
hendak diukur. Jadi, sebuah alat ukur dapat dikatakan valid jika alat ukur
itu dapat memberikan hasil ukur sesuai dengan maksud pengukuran
tersebut.
Validititas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas
konstruk (contruct validity). Masidjo (1995: 244) menyatakan bahwa
validitas konstruk menunjuk sampai dimana isi suatu alat ukur sesuai
dengan konsep yang seharusnya menjadi isi alat ukur atau konstruksi
teoritis yang mendasari disusunnya alat ukur tersebut.
Perhitungan koefisien validitas dengan rumus:
ttt rr =∞
Keterangan :
=∞tr Koefisien Validitas
=rtt Koefisien Reliabilitas
56
b. Reliabilitas
Menurut Masidjo (1995: 209) reliabilitas suatu tes adalah taraf
sampai dimana suatu tes mampu menunjukkan konsistensi hasil
pengukurannya. Tes yang reliabel akan menunjukkan ketepatan dan
ketelitian hasil dalam suatu pengukuran. Furchan (1982: 295) mengatakan
reliabilitas suatu alat pengukur adalah derajad keajegan alat tersebut dalam
mengukur apa saja yang diukurnya. Reliabilitas sebenarnya mengacu
kepada konsistensi atau keterpercayaan hasil ukur, yang mengandung
makna kecermatan pengukuran (Azwar, 2003: 83).
Penghitungan reliabilitas metode belah dua Spearman and Brown
(split-half method). Metode belah dua yang dipakai berdasarkan urutan
nomor item yang bernomor gasal dan bernomor genap.
Reliabilitas kuesioner dalam penelitian ini ditentukan melalui
langkah:
a. membuat tabulasi skor-skor dari masing-masing item.
b. menjumlahkan skor-skor yang berasal dari item-item bernomor gasal
dan item-item yang bernomor genap
c. menghitung koefisien korelasi skor-skor belahan gasal dan belahan
genap dengan teknik Product-Moment dari Pearson:
})(}{)({
))((2222 YYNXXN
YXXYNrxyΣ−ΣΣ−Σ
ΣΣ−Σ=
57
Keterangan:
rxy : koefisien korelasi antara x dan y
X : skor total dari item-item gasal
Y : skor total dari item-item genap
N : Jumlah sampel
Koefisien korelasi yang diperoleh 0,95. Selanjutnya untuk memperoleh
koefisien reliabilitas tes digunakan rumus dari Spearman-Brown:
gg
ggtt r
rr
+
×=
12
Keterangan:
rtt : koefisien reliabilitas
rgg : koefisien korelasi skor-skor gasal-genap
3. Prosedur Analisis Item
Prosedur seleksi item berdasarkan data empiris, yaitu data hasil uji coba item
pada kelompok subyek yang karakteristiknya setara dengan subyek yang
hendak diteliti. Analisis item untuk memeriksa apakah item-item mengukur
hal yang sama. Cara yangn digunakan adalah dengan mengkorelasikan skor
tiap item dengan skor-skor seluruh item. Analisis item dengan menggunakan
program SPSS.
Azwar (1999: 65) menyatakan bahwa untuk skala psikologi, kesahihan
tiap item biasanya digunakan batasan minimal pada koefisien korelasi 0,30.
58
Pada taraf signifikansi 5% (0,05) diperoleh item dengan koefisien korelasi
minimal 0,30. Jadi item yang memiliki koefisien korelasi ≥ 0,30 dianggap
signifikan. Hasil analisis menunjukkan ada 20 item yang dianggap gugur.
Tabel 3
Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Validitas
Aspek Kebutuhan Jumlah
Item
Tetap Gugur
1. Kebutuhan Fisiologis 12 5 7
2. Kebutuhan akan Rasa Aman 11 9 2
3. Kebutuhan akan Rasa Memiliki dan Cinta 9 6 3
4. Kebutuhan akan Penghargaan 13 7 6
5. Aktualisasi – Iman 11 10 1
6. Aktualisasi – Peka 6 5 1
7. Aktualisasi – Solider 8 8 -
J u m l a h 70 50 20
4. Perhitungan Koefisien Reliabilitas dan Koefisien Validitas Instrumen
a. Koefisien reliabilitas gg
ggtt r
rr
+
×=
12
Keterangan:
rtt : koefisien reliabilitas
rgg : koefisien korelasi skor-skor gasal –genap
59
b. Koefisien validitas ttt rr =∞ (Guilford, 1965: 443).
Keterangan:
∞tr = koefisien validitas instrumen
ttr = koefisien reliabilitas instrumen
c. dan kuesioner hasil uji coba. Setelah analisis item sejumlah 70 item
dan ditetapkan 50 item sahih untuk digunakan, maka dihitung koefisien
reliabilitas dan koefisien validitas kuesioner yang akan digunakan untuk
penelitian (50 item). = 0,97; = 0,98. Perhitungan terlampir.
ttr ∞tr
ttr ∞tr
Jadi reliabilitas dan validitas kuesioner penelitian tinggi.
D. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data meliputi beberapa tahap:
1. Tahap persiapan.
Dalam tahap ini penulis melakukan beberapa usaha sebagai persiapan
melakukan penelitian. Sebelum pengisian kuesioner peneliti melakukan
beberapa hal yakni:
a. Menghubungi Pengurus Perkumpulan Dharmaputri Surabaya guna
membicarakan rencana penelitian dan minta ijin untuk penyebaran
kuesioner bagi guru-pegawai TK sampai dengan SMP di Jember.
b. Menyusun kuesioner dan mengkonsultasikan dengan dosen pembimbing.
c. Merevisi kuesioner pemenuhan kebutuhan dasar dan aktualisasi-diri guru-
pegawai.
60
d. Menghubungi Kepala Sekolah SMPK Mater Dei Probolinggo untuk uji
coba kuesioner penelitian.
e. Mengadakan uji coba penelitian.
Uji coba penelitian dilaksanakan pada tanggal 13 Mei 2006 pada guru-
pegawai SMPK Mater Dei Probolinggo yang berjumlah 30 orang. Tujuan
uji coba untuk mengukur tingkat validitas dan reliabilitas
instrument/kuesioner.
2. Tahap pengisian kuesioner
Kuesioner dibagikan ke TKK Siswa Rini I, TKK Siswa Rini II, SDK Maria
Fatima Kartini, SDK Maria Fatima III, dan SMPK Maria Fatima agar dapat
diisi sesuai dengan situasi dan kondisi masing-masing sekolah. Waktu yang
disediakan 1 (satu) minggu. Batas terakhir pengumpulan hasil kuesioner
adalah 19 September 2006.
E. Teknik Analisis Data
Penghitungan Mean
Penghitungan Mean Skor-skor Kuesioner Pemenuhan Kebutuhan dengan rumus:
NfxM =
Mean digunakan sebagai patokan untuk menentukan tingkat pemenuhan
kebutuhan Skor ≥ M termasuk kategori Terpenuhi (T) dan Skor < M termasuk
kategori Kurang Terpenuhi (KT).
61
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah para guru dan pegawai dari persekolahan yang
dikelola oleh Perkumpulan Dharmaputri yang merupakan lembaga bidang
karya pendidikan para Suster Kongregasi SPM. Rincian subyek penelitian
sebagai berikut:
Tabel 4. Rincian Subyek penelitian para guru dan Pegawai TK, SD, SMP Maria Fatima Jember 2006
Sekolah Guru Pegawai Jumlah
TK 15 2 17
SD 40 4 44
SMP 23 2 25
Total 78 8 86
2. Gambaran Pemenuhan Kebutuhan Dasar dan Aktualisasi-Diri para Guru-
Pegawai TK, SD, dan SMP.
a. Pemenuhan kebutuhan dasar dan aktualisasi-diri para guru-pegawai TK
sebagaimana tercantum dalam tabel 5.
62
Tabel 5. Pemenuhan Kebutuhan Dasar dan Aktualisasi-Diri TK
AD KD
_ ? + Jumlah
+ 1 1
? 6 0 9 15
_ 1 1
Jumlah 7 0 10 17
Keterangan: + = Terpenuhi ? = Ragu-ragu - = Kurang Terpenuhi
Berdasarkan data di atas disimpulkan bahwa secara urut pemenuhan
kebutuhan dasar dan aktualisasi-diri para guru-pegawai TK sebagai berikut:
1) Ragu-ragu sebanyak 15 orang, yang terdiri dari 6 orang sebagian
kebutuhan dasar kurang terpenuhi dan aktualisasi-diri juga kurang
terpenuhi, 9 orang sebagian kebutuhan dasar kurang terpenuhi tetapi
aktualisasi-diri terpenuhi.
2) Terpenuhi kebutuhan dasar dan aktualisasi-diri sebanyak 1 orang.
3) Kurang terpenuhi kebutuhan dasar dan aktualisasi-diri sebanyak 1
orang.
b. Pemenuhan kebutuhan dasar dan aktualisasi-diri para guru-pegawai SD
sebagaimana tercantum dalam tabel 6.
63
Tabel 6. Pemenuhan Kebutuhan Dasar dan Aktualisasi-Diri SD
AD KD
_ ? + Jumlah
+ 12 12
? 10 0 18 28
_ 4 4
Jumlah 14 0 30 44
Keterangan : + = Terpenuhi ? = Ragu-ragu - = Kurang Terpenuhi Berdasarkan data di atas disimpulkan bahwa secara urut pemenuhan
kebutuhan dasar dan aktualisasi-diri para guru-pegawai SD adalah:
1) Ragu-ragu sebanyak 28 orang, terdiri dari 18 orang yang sebagian
kebutuhan dasar kurang terpenuhi tetapi aktualisasi-diri terpenuhi, 10
orang yang sebagian kebutuhan dasar kurang terpenuhi, aktualisasi-
diri juga kurang terpenuhi.
2) Terpenuhi kebutuhan dasar dan aktualisasi-diri sebanyak 12 orang.
3) Kurang terpenuhi kebutuhan dasar dan aktualisasi-diri sebanyak 4
orang.
c. Pemenuhan kebutuhan dasar dan aktualisasi-diri guru-pegawai SMP
sebagaimana tercantum dalam tabel 7.
64
Tabel 7. Pemenuhan Kebutuhan Dasar dan Aktualisasi-Diri SMP
AD KD
_ ? + Jumlah
+ 5 5
? 9 0 7 16
_ 4 4
Jumlah 13 0 12 25
Keterangan : + = Terpenuhi ? = Ragu-ragu - = Kurang Terpenuhi Berdasarkan data di atas disimpulkan secara urut pemenuhan kebutuhan dasar
dan aktualisasi-diri para guru-pegawai SMP sebagai berikut:
1) Ragu-ragu sebanyak 16 orang, yang terdiri dari 9 orang yang sebagian
kebutuhan dasar kurang terpenuhi dan aktualisasi-diri kurang
terpenuhi, 7 orang kebutuhan dasar kurang terpenuhi tetapi aktualisasi-
diri terpenuhi.
2) Terpenuhi kebutuhan dasar dan aktualisasi-diri sebanyak 5 orang.
3) Kurang terpenuhi kebutuhan dasar dan aktualisasi-diri sebanyak 4
orang.
B. Pembahasan
Pembahasan hasil penelitian dilakukan pada masing-masing jenjang sekolah.
Pembahasan berdasarkan teori Maslow dan nilai-nilai Kongregasi SPM, baik
65
yang terpenuhi, kurang terpenuhi, yang menjadi masalah, dan kemungkinan
pemecahan masalahnya.
1. Pemenuhan kebutuhan dasar dan aktualisasi-diri guru-pegawai TK.
a. Menurut Maslow pemenuhan kebutuhan tingkat pertama menjadi dasar
bagi pemenuhan kebutuhan tingkat berikutnya. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pandangan Maslow ini berlaku:
1) Satu orang yang terpenuhi kebutuhan dasar dan terpenuhi juga
aktualisasi-diri.
2) Satu orang yang kurang terpenuhi kebutuhan dasar dan kurang
terpenuhi aktualisasi-diri.
3) Enam orang yang sebagian kebutuhan dasar kurang terpenuhi dan
aktualisasi-diri kurang terpenuhi.
4) Dan tidak berlaku untuk 9 orang yang sebagian kebutuhan dasar
kurang terpenuhi tetapi aktualisasi-diri terpenuhi.
b. Menurut nilai-nilai Kongregasi SPM pemenuhan kebutuhan dasar tidak
menjadi syarat mutlak untuk aktualisasi-diri. Khusus bagi kelompok 9
orang nampak bahwa nilai-nilai SPM berlaku yakni sebagian kurang
terpenuhi kebutuhan dasarnya tetapi aktualisasi-diri terpenuhi. Pemenuhan
kebutuhan dasar tidak menjadi syarat mutlak untuk aktualisasi-diri.
c. Usaha yang dapat dilakukan berdasarkan masalah tersebut adalah:
1) Konseling individual dan bantuan karitatif dapat dilakukan terhadap
seorang yang kurang terpenuhi kebutuhan dasar dan aktualisasi-diri.
66
2) Bimbingan individual dan kelompok terhadap 6 orang yang
mengalami sebagian kebutuhan dasar kurang terpenuhi dan
aktualisasi-diri juga kurang terpenuhi.
3) Bimbingan kelompok terhadap sembilan orang yang sebagian
kebutuhan dasar kurang terpenuhi tetapi aktualisasi-diri terpenuhi.
Kebutuhan dasar yang kurang terpenuhi dengan memberikan bantuan
yang bersifat karitatif sekaligus melaksanakan fungsi bimbingan
pengembangan terhadap nilai-nilai SPM.
2. Pemenuhan Empat Kebutuhan Dasar dan Aktualisasi-Diri Guru-pegawai SD.
a. Menurut Maslow pemenuhan kebutuhan tingkat pertama menjadi dasar
bagi pemenuhan kebutuhan tingkat berikutnya. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pandangan Maslow ini berlaku:
1) Dua belas orang yang terpenuhi kebutuhan dasar dan terpenuhi juga
aktualisasi-diri.
2) Empat orang yang kurang terpenuhi kebutuhan dasar dan kurang
terpenuhi aktualisasi-diri.
3) Sepuluh orang yang sebagian kebutuhan dasar kurang terpenuhi dan
aktualisasi-diri kurang terpenuhi.
4) Dan tidak berlaku untuk 18 orang yang sebagian kebutuhan dasar
kurang terpenuhi tetapi aktualisasi-diri terpenuhi.
67
b. Menurut nilai-nilai SPM pemenuhan kebutuhan dasar tidak menjadi syarat
mutlak untuk aktualisasi-diri. Khususnya bagi kelompok 18 orang yang
sebagian kebutuhan dasar kurang terpenuhi namun aktualisasi-diri
terpenuhi nampak bahwa nilai-nilai Kongregasi SPM berlaku.
c. Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan aktualisasi-diri terhadap
nilai-nilai Kongregasi SPM adalah:
1) Konseling individual dan bantuan karitatif dapat dilakukan terhadap 4
orang yang kurang terpenuhi kebutuhan dasar dan kurang terpenuhi
juga aktualisasi-diri.
2) Bimbingan kelompok khususnya fungsi pemeliharaan dan
pengembangan dapat dilakukan terhadap 12 orang yang terpenuhi
kebutuhan dasar dan aktualisasi-diri.
3) Bimbingan individual dan kelompok dapat dilakukan terhadap 10
orang yang sebagian kurang terpenuhi kebutuhan dasar dan kurang
terpenuhi aktualisasi-diri.
4) Bimbingan individual, kelompok serta bantuan karitatif dapat
dilakukan terhadap 18 orang yang sebagian kebutuhan dasar kurang
terpenuhi tetapi aktualisasi-diri terpenuhi.
3. Pemenuhan Kebutuhan Dasar dan Aktualisasi-Diri para Guru-Pegawai SMP.
a. Berdasarkan Maslow pemenuhan kebutuhan tingkat pertama menjadi
dasar bagi pemenuhan kebutuhan tingkat berikutnya. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pandangan Maslow ini berlaku:
68
1) Lima orang yang terpenuhi kebutuhan dasar dan terpenuhi juga
aktualisasi-diri.
2) Empat orang yang kurang terpenuhi kebutuhan dasar dan kurang
terpenuhi aktualisasi-diri.
3) Sembilan orang yang sebagian kebutuhan dasar kurang terpenuhi dan
aktualisasi-diri kurang terpenuhi.
4) Dan tidak berlaku untuk 7 orang yang sebagian kebutuhan dasar
kurang terpenuhi tetapi aktualisasi-diri terpenuhi.
b. Menurut nilai-nilai SPM pemenuhan kebutuhan dasar tidak menjadi syarat
mutlak untuk aktualisasi-diri. Khususnya bagi kelompok 7 orang yang
sebagian kebutuhan dasar kurang terpenuhi namun aktualisasi-diri
terpenuhi nampak bahwa nilai-nilai SPM berlaku.
c. Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan aktualisasi-diri adalah:
1) Konseling individual serta bantuan karitatif dapat dilakukan terhadap
lima orang yang belum terpenuhi kebutuhan dasar dan aktualisasi-diri.
2) Bimbingan individual dan bimbingan kelompok bagi 9 orang yang
sebagian kebutuhan dasar kurang terpenuhi dan aktualisasi-diri juga
kurang terpenuhi.
3) Bimbingan kelompok pengembangan bagi 7 orang yang sebagian
kebutuhan dasar kurang terpenuhi tetapi aktualisasi-diri mereka
terpenuhi.
69
BAB V
RINGKASAN, KESIMPULAN, DAN SARAN-SARAN
Pada bab ini disajikan ringkasan, kesimpulan, dan saran-saran. Bagian
ringkasan memuat rumusan masalah, metodologi penelitian, dan hasil penelitian.
Bagian kesimpulan memuat kesimpulan dari hasil penelitian. Bagian saran memuat
saran-saran untuk pihak Perkumpulan Dharmaputri, para Kepala Sekolah, dan bagi
penelitian lain yang akan melakukan penelitian lanjutan.
A. Ringkasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemenuhan kebutuhan dasar
dan aktualisasi-diri para guru-pegawai TK, SD, SMP Maria Fatima Jember dalam
konteks nilai-nilai Kongregasi SPM. Adapun hasil penelitian ini digunakan untuk
memberikan masukan bagi para Kepala Sekolah dan Pengurus Perkumpulan
Dharmaputri.
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei. Subyek
penelitian adalah seluruh guru-pegawai TK, SD, SMP Maria Fatima Jember yang
berjumlah 86 orang yang terdiri dari guru-pegawai TK 17 orang, SD 44 orang,
dan SMP 25 orang. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang disusun
oleh peneliti berdasarkan 5 (lima) aspek kebutuhan menurut A. Maslow.
Teknik pengolahan data yang digunakan adalah perhitungan Mean. Mean
digunakan sebagai patokan untuk menentukan tingkat pemenuhan kebutuhan.
70
Skor ≥ M termasuk kategori terpenuhi (T) dan skor < M termasuk kategori kurang
terpenuhi (KT).
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pemenuhan
kebutuhan dasar dan aktualisasi-diri guru-pegawai TK, SD, SMP Maria Fatima
Jember adalah sebagai berikut:
1. Guru-pegawai TK
a. Menurut Maslow ada satu guru yang telah mengalami empat kebutuhan
dasar terpenuhi dan aktualisasi-diri juga terpenuhi.
b. Menurut nilai-nilai SPM ada 10 orang yang cocok bekerja di lingkungan
SPM.
c. Menurut nilai-nilai SPM ada 7 orang yang mengalami masalah dalam
empat kebutuhan dasar dan aktualisasi-diri.
2. Guru-pegawai SDK Maria Fatima III dan SDK Maria Fatima Kartini
a. Menurut Maslow ada 12 orang yang telah mengalami empat kebutuhan
dasar terpenuhi dan aktualisasi-diri juga terpenuhi dan 4 orang yang
kurang terpenuhi empat kebutuhan dasar dan dan aktualisasi-diri juga
kurang terpenuhi.
b. Menurut nilai-nilai SPM ada 18 orang yang cocok bekerja di lingkungan
SPM yakni sebagian kebutuhan dasar kurang terpenuhi namun mampu
teraktualisasi-diri.
c. Yang bermasalah menurut nilai-nilai SPM sebanyak 14 orang yang terdiri
dari 4 orang kurang terpenuhi kebutuhan dasar dan aktualisasi-diri,
71
sedangkan yang 10 orang sebagian kebutuhan dasar terpenuhi namun
aktualisasi-diri kurang terpenuhi.
3. Guru-pegawai SMPK Maria Fatima
a. Menurut Maslow ada 5 orang yang terpenuhi kebutuhan dasar dan
aktualisasi-diri dan 4 orang kurang terpenuhi kebutuhan dasar dan
aktualisasi-diri.
b. Menurut nilai-nilai SPM ada 7 orang yang cocok bekerja di
lingkungan SPM yakni sebagian kebutuhan dasar kurang terpenuhi
tetapi mampu teraktualisasi-diri, dan 5 orang terpenuhi kebutuhan
dasar dan aktualisasi-diri.
c. Yang bermasalah ada 4 orang yang kurang terpenuhi kebutuhan dasar
dan aktualisasi-diri, dan 9 orang yang sebagian kebutuhan dasar
kurang terpenuhi, aktualisasi-diri juga kurang terpenuhi.
B. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pandangan Maslow
tentang pemenuhan kebutuhan secara bertingkat tidak bersifat mutlak. Ada orang
yang belum mencapai pemenuhan kebutuhan dasar secara memuaskan, namun
sudah mencapai kepuasan dalam aktualisasi-diri. Hal ini dapat dipahami sebab
kepuasan bersifat subyektif. Dalam kehidupan ada orang yang mempunyai
orientasi nilai dengan memprioritaskan nilai-nilai pada tingkat pengembangan
diri. Komunitas SPM yang mengelola persekolahan TK, SD, dan SMP termasuk
72
dalam kelompok yang memprioritaskan orientasi nilai pengembangan diri sesuai
dengan nilai-nilai yang diperjuangkan oleh komunitas SPM.
C. Saran-saran
Berikut ini disajikan beberapa saran untuk berbagai pihak:
1. Pengurus Perkumpulan Dharmaputri hendaknya meninjau ulang kebijakan-
kebijakan khususnya tentang pemenuhan kebutuhan fisiologis guru-pegawai
misalnya dalam hal restitusi yang diberikan kepada mereka.
2. Kepala Sekolah masing-masing jenjang sekolah:
a. Kepala Sekolah TK hendaknya mengadakan pemahaman bersama tentang
berbagai kebutuhan dasar, mengadakan refleksi bersama untuk semakin
memahami nilai-nilai SPM agar dapat semakin dihidupi oleh guru-
pegawai.
b. Kepala Sekolah SD hendaknya mengadakan rekonsiliasi bersama melalui
suatu kegiatan week end untuk membuat suasana menjadi suatu suasana
kerja yang aman dan nyaman
c. Kepala Sekolah SMP hendaknya mengadakan suatu kegiatan yang mampu
mewadahi kerinduan guru-pegawai dalam menjalin suatu keakraban. Di
samping itu juga perlu mengadakan penyadaran bersama untuk
meningkatkan penghayatannya terhadap nilai-nilai SPM.
73
DAFTAR PUSTAKA
Adimassana, Y.B. 2003/2004. Bahan Kuliah Pengantar Pendidikan. Yogyakarta: USD.
Alwi, Hasan. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Arikunto, S. 1990. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, S. 2003. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Goble, Frank. G. 1987. Mazhab Ketiga: Psikologi Humanistik Abraham Maslow.
Yogyakarta: Kanisius. Guilford, J. P. 1965. Fundamental Statistics in Psychology and Education. Tokyo:
Kogakusha Company, Ltd Hadi, Sutrisno. 1989. Statistik 1. Yogyakarta: Andi Offset.
Handoko, Hani. 1995. Manajemen, Edisi 2. Yogyakarta: BPFE
Hardjowidjono, Dharmono. 1991. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Hartyana. 2002. Studi deskriptif tentang Kecerdasan Emosi pada Siswa Kelas II SMU
Kolose de Britto di Yogyakarta. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: Program Sarjana USD.
Irma, M. 1987. Sejarah Singkat Kongregasi Suster-suster Santa Perawan Maria.
Probolinggo: Sekretariat Pusat SPM Irmine, Maria. SND. 1998. Santa Julia dan Sukacita Sebuah Harapan. Tidak
diterbitkan. Kapitel Umum Kongregasi SPM. 1984. Konstitusi Suster-suster Santa Perawan
Maria Amesfoort.
74
Kartini-Kartono. 1999. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: RajaGrafindo Persada. KWI. 1974. Sejarah Gereja Katolik Indonesia. Ende: Arnoldus.
KWI. 1987. Alkitab. Bogor: Ciluar.
Masidjo, Ign. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius.
Myron, Dembo, H. 1981. Teaching for Learning Applying Educational Psychology in
the Classroom. California: Good Year Publishing Company. Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok. Jakarta: Ghalia
Indonesia. Schultz, Duane. 1991. Psikologi Pertumbuhan: Model-model Kepribadian Sehat.
Yogyakarta: Kanisius. Situmorang, Rosinda Kristina. 2002. Deskripsi Masalah-masalah yang secara intens
dialami oleh Siswa SMU Assisi Pematang Siantar Tahun Ajaran 2001/2002 dan Implikasinya pada Usulan Program Bimbingan. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: Program Sarjana USD.
Sinurat, R. H. Dj. 1987. Klasifikasi Nilai dalam Bimbingan dan Pengajaran. Hand
out mata kuliah Bimbingan dan Konseling. Sudjana. 1996. Metoda Statistika, Edisi ke-6. Bandung: Tarsito.
Tamtomo, Endro. 1973. Tuhan Masih Minta Lagi. Biografi Julie Billiart.
Wahana. 2004. Nilai Etika Aksiologi Max Scheler. Yogyakarta: Kanisius.
Winkel, W.S dan M.M. Sri Hastuti. 2004. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.
Yousda, Amirman dan Zainal Arifin. 1993. Penelitian dan Statistik Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara. … 2003. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Th. 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta: Sinar Grafika. … 1993. Dokumen Konsili Vatikan II. Terjemahan R. Hardawiryana. Jakarta: Obor
78
56 AD-I 57 58 59 60 61 62 AD-p 63 64 65 66 67 68 69 70 AD-s4 39 4 4 4 4 3 4 23 4 4 4 4 2 2 3 4 274 34 2 3 2 4 2 3 16 4 4 2 3 2 2 2 3 224 36 4 3 4 3 3 3 20 2 3 4 4 3 3 3 3 254 38 4 2 3 3 2 2 16 3 3 4 4 2 3 4 3 264 39 4 4 3 4 4 1 20 4 4 4 4 3 3 4 3 294 36 2 3 4 4 3 2 18 4 4 2 2 2 2 3 2 212 31 2 2 2 4 2 3 15 4 4 4 4 3 3 3 3 283 33 2 3 3 3 3 1 15 4 4 1 3 3 3 3 3 244 29 2 2 2 2 2 3 13 3 2 2 2 2 2 2 3 184 44 4 4 4 4 4 2 22 4 4 4 4 4 4 4 2 304 39 4 2 2 3 2 3 16 4 3 4 4 2 3 4 2 264 36 4 3 3 4 3 2 19 4 3 2 2 2 2 2 2 194 44 4 4 4 4 4 1 21 4 4 4 4 4 4 4 4 324 41 4 4 4 4 3 1 20 4 4 4 4 3 4 4 4 313 27 2 2 2 2 2 3 13 2 2 2 2 2 2 3 2 174 37 2 3 3 3 3 1 15 3 4 3 4 3 2 3 3 254 35 3 4 3 3 3 1 17 3 3 3 2 2 2 2 2 193 28 2 2 2 2 2 3 13 3 2 3 2 1 1 2 2 164 39 3 3 3 4 3 2 18 4 3 2 2 2 2 2 2 194 39 2 3 4 4 4 3 20 3 3 2 3 2 3 4 2 224 36 4 4 4 4 3 3 22 3 4 4 4 3 3 2 3 264 38 3 2 2 3 2 3 15 3 3 4 4 2 2 3 2 234 40 2 4 2 4 2 3 17 4 4 4 4 2 4 4 4 304 33 4 4 4 4 3 4 23 3 3 4 4 3 4 3 3 274 42 4 3 4 4 1 4 20 4 4 4 4 4 4 4 4 324 35 3 3 3 3 3 2 17 3 3 3 3 3 3 3 3 244 38 4 4 4 4 3 2 21 3 3 4 4 3 3 2 3 253 35 2 2 2 4 2 3 15 4 4 2 3 2 2 4 3 244 41 3 3 4 4 2 3 19 3 3 4 4 3 3 4 3 273 32 2 3 4 4 2 3 18 4 4 2 2 3 2 3 2 22
85
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (S P L I T)
Reliability Coefficients
N of Cases = 30.0 N of Items = 70
Correlation between forms = .7930 Equal-length Spearman-Brown = .8845
Guttman Split-half = .8795 Unequal-length Spearman-Brown = .8845
35 Items in part 1 35 Items in part 2
Alpha for part 1 = .8423 Alpha for part 2 = .8989
87
S/Item 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46 48 50 Jml1 4 1 3 4 4 4 4 4 4 3 3 2 2 4 4 4 4 2 4 4 3 4 4 2 4 852 3 3 2 3 4 3 3 4 3 2 2 3 3 4 4 4 2 3 2 2 2 4 3 2 3 733 3 3 2 3 4 3 2 2 2 2 2 3 3 4 4 3 2 4 4 4 3 3 4 3 3 754 4 3 3 2 4 3 3 3 3 3 2 2 3 4 3 3 4 3 4 3 2 3 4 3 3 775 4 3 4 4 4 4 3 3 4 3 2 3 3 3 3 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3 866 4 2 1 4 4 3 4 2 3 3 2 3 2 4 3 2 3 3 2 4 3 4 2 2 2 717 3 2 2 4 3 2 4 3 2 4 2 2 4 3 3 3 2 3 2 2 2 4 4 3 3 718 2 2 2 1 4 3 1 2 2 2 1 2 2 4 3 3 2 3 2 3 3 4 3 3 3 629 4 2 1 4 4 3 2 2 4 2 4 2 4 4 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 66
10 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 9711 3 2 2 4 4 4 2 2 3 3 3 2 3 4 4 4 2 4 4 2 2 3 4 3 2 7512 4 2 4 3 4 4 3 3 3 3 2 4 2 4 4 3 2 4 4 3 3 3 2 2 2 7713 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 9814 4 2 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 9215 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 5616 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 2 3 1 4 4 3 3 3 2 3 3 4 4 2 3 6617 3 2 2 4 4 3 3 2 3 3 4 4 4 4 3 3 2 4 3 3 3 3 2 2 2 7518 3 2 1 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 1 2 5919 4 2 4 3 4 4 3 3 3 4 2 4 2 3 4 4 3 3 3 3 3 3 2 2 2 7720 3 4 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 2 4 4 3 3 3 2 8321 4 2 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 4 4 2 2 3 4 4 3 4 4 3 3 7922 3 2 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 2 2 3 4 2 2 8023 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 1 2 4 4 4 4 4 4 2 2 2 4 4 4 4 8824 4 3 4 2 3 3 3 2 3 4 2 4 3 3 3 2 2 4 4 4 3 3 4 4 3 7925 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 1 4 4 4 4 9626 4 2 2 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 7727 4 2 3 3 4 3 3 2 2 3 2 2 2 4 4 4 2 3 4 4 3 3 4 3 3 7628 4 2 2 3 4 3 3 3 3 3 2 3 4 4 4 4 3 2 2 2 2 4 3 2 3 7429 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 3 4 4 4 3 4 2 3 4 3 3 9130 4 2 2 2 4 3 2 4 3 4 4 3 4 3 4 4 2 2 2 4 2 4 2 2 2 74
89
Berdasarkan penghitungan di atas dihasilkan koefisien korelasi sebesar 0,95. Selanjutnya untukmemperoleh koefisien reliabilitas tes digunakan rumus Spearman Brown, sebagai berikut.
gg
ggtt r
rr
+
×=
12
ttt rr =∞
( )( )( ){ } ( ){ }
{ }{ }
{ }{ }
95,0
86407,650.91835.86
885.880.399.8835.86
165.98569.85835.86
225.452.5390.550.5881.716.5450.802.5985.582.5820.669.5
335.2013.18530391.2415.19330
335.2391.2994.1883022
=
=
=
=
−−−
=
−×−×
−×=
xyr
97,097,095,19,1
95,0195,02
=∴=
=
+×
=
ttr
98,097,0
==
95
4 3 4 3 2 3 4 2 4 4 4 4 4 4 3 32 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 32 2 4 4 2 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 33 3 4 3 3 3 3 3 4 3 2 3 2 2 3 23 3 4 2 2 3 4 3 4 4 3 2 3 2 3 24 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 42 3 4 2 3 3 4 2 4 4 4 2 4 4 22 3 4 3 2 4 4 4 3 3 4 4 2 3 4 34 2 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 32 2 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 3 4 4 33 3 4 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 23 3 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 42 4 4 4 2 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 32 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 3 4 4 34 4 4 2 2 4 4 2 4 4 2 2 2 2 3 24 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 44 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 2 4 4 34 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 23 3 4 2 3 3 3 2 3 3 2 2 2 3 3 32 4 4 2 2 4 4 2 4 3 4 4 2 3 2 33 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 42 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 2 2 4 22 2 2 4 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 42 3 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 44 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 32 3 2 3 3 3 3 2 4 3 3 3 2 2 2 34 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 32 2 2 3 4 3 4 2 4 4 2 3 2 3 4 23 3 4 3 3 4 4 3 4 4 3 4 3 3 3 24 4 4 4 3 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 43 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 34 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 2 32 2 3 2 2 2 4 2 4 4 2 3 2 2 4 34 4 4 3 3 4 4 2 3 3 4 4 3 3 4 32 2 3 2 3 4 4 2 4 4 2 2 3 2 3 23 3 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 43 3 3 3 3 4 3 3 4 4 2 2 1 2 2 21 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 34 3 4 2 2 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 23 4 4 3 2 3 4 2 4 4 2 3 3 3 3 33 4 4 4 3 3 4 3 3 4 2 2 3 3 2 42 2 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 3
254 276 321 278 246 296 325 242 323 311 276 280 239 278 294 259
97
46 11 (KT) 28 (T) 23 (T) 27 (T) 91 (T)47 16 (T) 24 (KT) 22 (T) 26 (T) 82 (T)48 13 (KT) 25 (KT) 18 (KT) 19 (KT) 69 (KT)49 15 (T) 28 (T) 20 (KT) 24 (T) 69 (KT)50 14 (KT) 27 (T) 23 (T) 23 (KT) 84 (T)51 8 (KT) 22 (KT) 20 (KT) 21 (KT) 71 (KT)52 15 (T) 23 (KT) 19 (KT) 24 (T) 77 (T)53 16 (T) 25 (KT) 22 (T) 27 (T) 84 (T)54 15 (T) 27 (T) 22 (T) 27 (T) 82 (T)55 16 (KT) 21 (KT) 17 (KT) 19 (KT) 65 (KT)56 15 (T) 22 (KT) 22 (T) 24 (T) 84 (T)57 13 (KT) 25 (KT) 22 (T) 23 (KT) 80 (T)58 17 (T) 26 (T) 22 (T) 26 (T) 84 (T)59 15 (T) 23 (KT) 19 (KT) 28 (T) 72 (KT)60 14 (KT) 21 (KT) 20 (KT) 23 (KT) 84 (T)61 15 (T) 29 (T) 24 (T) 20 (KT) 84 (T)
62 15 (T) 35 (T) 22 (T) 28 (T) 85 (T)63 14 (KT) 26 (T) 11 (KT) 19 (KT) 63 (KT)64 17 (T) 29 (T) 20 (KT) 27 (T) 71 (KT)65 14 (KT) 32 (T) 17 (KT) 23 (KT) 82 (T)66 16 (T) 27 (T) 19 (KT) 22 (KT) 74 (KT)67 13 (KT) 23 (KT) 15 (KT) 20 (KT) 76 (T)68 13 (KT) 28 (T) 22 (T) 21 (KT) 77 (T)69 15 (T) 31 (T) 23 (T) 27 (T) 81 (T)70 9 (KT) 23 (KT) 15 (KT) 20 (KT) 64 (KT)71 11 (KT) 28 (T) 23 (T) 22 (KT) 82 (T)72 14 (KT) 25 (KT) 14 (KT) 20 (KT) 70 (KT)73 14 (KT) 27 (T) 16 (KT) 26 (T) 79 (T)74 18 (T) 36 (T) 24 (T) 28 (T) 86 (T)75 17 (T) 29 (T) 20 (KT) 23 (KT) 70 (KT)76 16 (T) 29 (T) 13 (KT) 20 (KT) 78 (T)77 14 (KT) 27 (T) 18 (KT) 22 (KT) 67 (KT)78 18 (T) 33 (T) 21 (T) 27 (T) 80 (T)79 16 (T) 25 (KT) 23 (T) 27 (T) 65 (KT)80 15 (T) 31 (T) 19 (KT) 27 (T) 77 (T)81 10 (KT) 25 (KT) 16 (KT) 20 (KT) 65 (KT)82 13 (KT) 23 (KT) 20 (KT) 20 (KT) 49 (KT)83 15 (T) 35 (T) 21 (T) 24 (T) 75 (KT)84 16 (T) 30 (T) 17 (KT) 24 (T) 74 (KT)85 18 (T) 29 (T) 20 (KT) 25 (T) 73 (KT)86 15 (T) 29 (T) 23 (T) 27 (T) 80 (T)
Jumlah 1,255 2,253 1,795 2,103 6,573Mean 14,59 26,19 20,87 24,45 76,43
Jumlah (TK) 35 36 30 31 34
Jumlah (T) 51 50 56 55 52
98
KUESIONER TINGKAT PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR
DAN AKTUALISASI-DIRI PARA GURU-PEGAWAI
TK, SD, SMP MARIA FATIMA JEMBER
DALAM KONTEKS
NILAI-NILAI KONGREGASI SPM
A. Pengantar
Bapak/Ibu Guru – Pegawai yang terkasih, pada kesempatan ini,
peneliti/saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk berkenan mengisi kuesioner
ini. Kuesioner ini dimaksudkan untuk mengukur tingkat profesionalitas
Bapak/Ibu berdasarkan nilai-nilai Kongregasi SPM dalam Perspektif A.
Maslow. Informasi yang Bapak/Ibu berikan dengan menjawab kuesioner ini,
akan diolah dan hasilnya akan digunakan untuk usulan program
pendampingan bagi Guru – Pegawai, dan tidak mempengaruhi penilaian, serta
hak-hak lainnya yang menjadi milik Bapak/Ibu.
Kuesioner ini bersifat rahasia, maka kami mengharapkan Bapak/Ibu
menjawabnya secara jujur, sesuai dengan pengalaman Bapak/Ibu.
Atas bantuan Bapak/Ibu, kami mengucapkan banyak terima kasih.
B. Petunjuk Pengisian Kuesioner
1. Berilah tanda centang (V) pada kolom salah satu alternatif pilihan yang
tersedia di sebelah kanan pernyataan.
Selalu : (SL)
Sering : (SR)
Kadang-kadang : (KK)
Tidak Pernah : (TP)
99
2. Apabila Bapak/Ibu ingin mengubah jawaban, maka berilah tanda silang
(X) pada kolom yang telah dicentang kemudian buatlah centang lagi pada
kolom yang sesuai.
NO. PERNYATAAN SL SR KK TP
1 Dalam kehidupan saya, masalah makan dan minum
berkecukupan.
2 Dalam kehidupan sehari-hari saya makan 3 kali
sehari.
3 Dalam hidup keseharian saya makan makanan yang
sehat dan bergizi.
4 Saya memiliki acara rutin untuk berlibur bersama
keluarga.
5 Saya merasa cukup puas dengan gaji yang saya
terima.
6 Bantuan dana restitusi memperingan biaya
pengobatan bagi saya maupun keluarga saya.
7 Insentif di hari-hari lembur meningkatkan semangat
kerja saya
8 Kepedulian dan perhatian sekolah terhadap
penderitaan keluarga menguatkan saya.
9 Saya mendapat bimbingan dari atasan dalam
melaksanakan tugas saya.
10 Saya mendapat penilaian (umpan balik) sesuai
dengan kenyataan yang sebenarnya.
11 Sekolah ini memperhatikan pentingnya perlakuan
yang adil bagi guru-pegawai.
12 Atasan saya cukup tanggap/peka dengan kesulitan-
kesulitan saya.
100
13 Saya dapat mengungkapkan masalah-masalah saya
dengan rekan kerja saya.
14 Ketika teman mengalami berbagai kesulitan saya
membantunya dengan tulus.
15 Sikap guyup dan rukun tampak di antara warga
sekolah.
16 Saya rindu adanya acara temu keluarga di antara
rekan-rekan kerja.
17 Saya mendukung acara-acara kebersamaan.
18 Saya mencintai sekolah ini.
19 Saya dengan spontan mengingatkan pentingnya
memelihara kebersihan dan keindahan sekolah.
20 Saya ikut menjaga nama baik sekolah dengan sikap
dan tindakan saya di tengah masyarakat.
21 Saya merasa bangga bekerja di sekolah ini.
22 Saya mampu melaksanakan tugas-tugas yang
dipercayakan dengan baik.
23 Usaha dan pekerjaan saya diterima oleh siswa-siswa.
24 Usaha dan pekerjaan saya diterima oleh orang tua
siswa.
25 Jasa dan kerja saya dihargai oleh sekolah ini secara
memadai.
26 Saya ikut senang atas prestasi yang dicapai oleh
teman-teman.
27 Semua prestasi sekolah ini berkat kerjasama yang
baik antara saya dan teman-teman.
28 Saya merasakan penyertaan Tuhan dalam hidup
keseharian saya lewat kehadiran orang-orang
tertentu/peristiwa-peristiwa tertentu.
29 Dengan setia dan sabar saya menanggung
101
penderitaan yang saya alami.
30 Saya mencari jalan keluar terbaik ketika
kesulitan/persoalan datang silih berganti.
31 Saya membantu tetangga/rekan kerja yang
menghadapi kesulitan.
32 Saya rela berupaya menyediakan waktu untuk acara-
acara sekolah yang bersifat insidental.
33 Ada anak yang “kurang pandai”, “sering membuat
ulah/menyebalkan” di kelas, saya dengan sabar
meluangkan waktu untuk berbincang-bincang
dengan anak tersebut
34 Terhadap anak yang punya masalah saya terdorong
memberikan bimbingan secara personal.
35 Masalah demi masalah datang silih berganti, tetapi
saya sungguh menikmati.
36 Setiap saat ada saja hal-hal baru yang membawa
sukacita.
37 Tuhan terus-menerus menganugerahkan
keistimewaan dalam hidup keluarga saya.
38 Saya belajar berbagai hal baru tanpa diminta oleh
siapapun.
39 Saya tidak mengalami kesulitan bila menghadapi
pimpinan/orang-orang baru di lingkungan saya.
40 Saya menggunakan berbagai cara dalam
menyelesaikan tugas.
41 Saya tulus dan jujur dalam mempertanggung –
jawabkan tugas-tugas saya terhadap Tuhan.
42 Saya kritis terhadap semua situasi yang ada di sekitar
saya.
43 Saya hidup sederhana/ugahari.
102
44 Hidup hemat menjadi prioritas saya.
45 Dalam hati saya spontan menenteskan air mata
menyaksikan penderitaan sesama.
46 Saya mudah tersentuh pada apa yang dirasakan oleh
orang lain.
47 Saya rela mengorbankan “harta” demi penderitaan
sesama.
48 Dengan cinta yang tulus saya menolong anak yang
miskin.
49 Saya terdorong untuk membantu anak yang nakal
supaya menjadi baik.
50 Saya menolong pengemis yang setiap kali datang ke
rumah.
top related