tesis - digital library uns · pdf file2. fpmipa usd yogyakarta pendidikan fisika 1993 s.pd...
Post on 06-Feb-2018
223 Views
Preview:
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PEMBELAJARAN IPA DENGAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI
MENGGUNAKAN LAB RIIL DAN LAB VIRTUIL DITINJAU DARI
KEMAMPUAN BERPIKIR DAN GAYA BELAJAR SISWA
(Pembelajaran IPA pada Materi Pemantulan Cahaya Kelas VIII Semester Genap
di SMPN 5 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2011/2012)
TESIS
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Pendidikan Sains
Oleh
ARYANI ARTHA KRISTANTI
NIM S831102011
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PEMBELAJARAN IPA DENGAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI
MENGGUNAKAN LAB RIIL DAN LAB VIRTUIL DITINJAU DARI
KEMAMPUAN BERPIKIR DAN GAYA BELAJAR SISWA
( Pembelajaran IPA pada Materi Pemantulan Cahaya Kelas VIII
Semester Genap di SMP Negeri 5 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2011/2012)
TESIS
Oleh
Aryani Artha Kristanti
S831102011
Komisi
Pembimbing
Nama Tanda
Tangan
Tanggal
Pembimbing I: Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd.
NIP. 19520116 198003 1 001 ................. 26 Juni 2012
Pembimbing II: Dra. Suparmi, M.A., Ph.D.
NIP. 19520915 197603 2 001
................. 26 Juni 2012
Telah dinyatakan memenuhi syarat
Pada tanggal 26 Juni 2012
Ketua Program Studi Pendidikan Sains.
Program Pasca Sarjana UNS
Dr. M. Masykuri, M.Si
NIP. 19681124 199403 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PEMBELAJARAN IPA DENGAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI
MENGGUNAKAN LAB RIIL DAN LAB VIRTUIL DITINJAU DARI
KEMAMPUAN BERPIKIR DAN GAYA BELAJAR SISWA
(Pembelajaran IPA pada Materi Pemantulan Cahaya Kelas VIII
Semester Genap di SMP Negeri 5 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2011/2012)
TESIS
Oleh:
Aryani Artha Kristanti
S831102011
Tim Penguji
Jabatan
Nama
Tanda
Tangan
Tanggal
Ketua : Dr. M. Masykuri, M.Si.
NIP. 19681124 199403 1 00
..................... ......../8/2012
Sekretaris : Dr. Sarwanto, S.Pd, M.Si.
NIP. 196909011994031001
.................... ......../8/2012
Anggota : Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd.
NIP. 19520116 198003 1 001
................... ......../8/ 2012
: Dra. Suparmi, M.A., Ph.D.
NIP. 19520915 197603 2 001
..................... ......../8/2012
Telah dipertahankan didepan penguji
Dinyatakan telah memenuhi syarat
Pada tanggal ...... Agustus 2012
Direktur Program Pascasarjan UNS,
Prof.Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.Si
NIP. 19610717 198601 1 001
Ketua Program Studi Pendidikan Sains,
Dr. M. Masykuri, M.Si.
NIP. 19681124 199403 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
Biodata
a. Nama : Aryani Artha Kristanti
b. Tempat,Tanggal lahir : Sleman, 28 Februari 1970
c. Profesi/jabatan : Guru
d. Alamat kantor : SMP Negeri 5 Yogyakarta
Jl. Wardani 1 Yogyakarta
Tel. : +62-274-512169
Fax : +62-274-551869
e-mail : smpn5jogja@yahoo.com
e. Alamat rumah : Ma nisrejo, Maguwoharjo, Depok, Sleman,
Yogyakarta
Tel : 081227019918
Fax : -
e-mail : arthakrista@yahoo.co.id
f. Riwayat pendidikan di Perguruan tinggi
No. Institusi Bidang Ilmu Tahun Gelar
1. FPMIPA UM Malang IPA 2008 -
2. FPMIPA USD Yogyakarta Pendidikan Fisika 1993 S.Pd
g. Daftar Karya Ilmiah
No. Judul Penerbit/Forum Ilmiah Tahun
1. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar
Siswa Pada Mata Pelajaran Kimia Dengan
Menerapkan Model Pembelajaran
Learning Cycle Di Kelas VII-F SMP
Negeri 20 Malang
Tugas akhir Sertifikasi
Pendidik Jalur
Pendidikan di UM
Malang
2008
Surakarta, 30 Juli 2012
Aryani Artha Kristanti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa:
1. Tesis yang berjudul: “PEMBELAJARAN IPA DENGAN INKUIRI
BEBAS TERMODIFIKASI MENGGUNAKAN LAB RIIL DAN LAB
VIRTUIL DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR DAN GAYA
BELAJAR SISWA” ini adalah karya penelitian saya sendiri dan bebas
plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang
lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara
tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam
sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat
plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan ( Permendiknas No 17, tahun 2110)
2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah
lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs
UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu
semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi
dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Prodi Pendidikan Sains PPs
UNS berhak mempublikasikan pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi
Pendidikan Sains PPs-UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari
ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapat sanksi akademik yang
berlaku.
Surakarta, 30 Juli 2012
Mahasiswa
Aryani Artha Kristanti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Puji Sukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas
rahmatNya saya bisa menyelesaikan tesis dengan judul Pembelajaran IPA
dengan Inkuiri Bebas Termodifikasi Menggunakan Lab Riil dan Lab
Virtuil ditinjau dari Kemampuan Berpikir dan Gaya Belajar Siswa.
(Pembelajaran IPA pada Materi Pemantulan Cahaya Kelas VIII Semester
Genap di SMPN 5 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2011/2012). Tesis ini disusun
untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi
Pendidikan Sains Minat Utama Pendidikan Fisika Program Pascasarjana UNS.
Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak maka tesis ini
tidak akan pernah terwujud. Oleh karena itu pada kesempatan ini saya
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S. selaku Direktur Program
Pascasarjana yang telah menyediakan segala fasilitas.
2. Bapak Dr. M. Masykuri, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Sains yang telah memberikan pelayanan akademik.
3. Bapak Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. selaku dosen pembimbing I
yang telah memberikan motivasi dan pengarahan dalam penulisan tesis ini.
4. Ibu Dra. Suparmi, MA, Ph.D. selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan banyak waktu untuk mengoreksi dan memberi inspirasi dalam
penyusunan tesis ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
5. Ibu dan Bapak dosen pengampu Program Studi Pendidikan Sains
Pascasarjana yang dengan kesabaran telah mengajak saya untuk belajar
banyak hal selama saya menempuh pendidikan di Pascasarjana UNS.
6. Kepala Sekolah SMP Negeri 5 Yogyakarta yang telah mengijinkan saya
melakukan penelitian tesis saya
7. Heru Sumbodo, S.Si. suami saya yang telah mengijinkan saya untuk
melanjutkan kuliah serta anak-anak saya Elrico Priambodo dan Sarah
Anindita yang telah mendoakan dengan penuh kasih sayang.
8. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta angkatan Pebruari 2011
yang senantiasa kompak dan saling menolong selama kuliah.
9. Rekan-rekan sesama guru di SMP Negeri 5 Yogyakarta yang telah
membantu saya selama saya kuliah, penelitian sampai menyelesaikan tesis
ini
10. Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah memberi
bantuan dan semangat selama kuliah di Pascasarajana UNS.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna.
Harapan penulis, semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi pembaca, dan dapat
digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dibidang IPA
Surakarta, 21 Juni 20112
Penulis
Aryani Artha Kristanti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
The reverent and worshipful fear of the Lord is the beginning
and the principal and choice part of knowledge
[its starting point and its essence]
(Proverbs 1:7)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................ .. ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................ ............. iii
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................ .. iv
KATA PENGANTAR .....………………….………....................... .. v
MOTTO ........................................................................................... .. vii
DAFTAR ISI ......………………………………………………...... .. viii
DAFTAR LAMPIRAN …………………….…………………....... .. xii
DAFTAR TABEL …………………………………......................... xiv
DAFTAR GAMBAR. ....……………………………....................... xvii
ABSTRAK ............………………………………………........... xix
ABSTRACT ..…………………………………………...................... xx
BAB I. PENDAHULUAN …………………………………........ 1
A. Latar Belakang Masalah ….……………………............ 1
B. Identifikasi Masalah ..…………………………...…....... 11
C. Pembatasan Masalah .…………………………….......... 12
D. Perumusan Masalah ….…………………………........... 12
E. Tujuan Penelitian ………………………………….......... 13
F. Manfaat Penelitian ………………………………..........….. 14
1. Manfaat Teoritis ………………………………………... 14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
2. Manfaat Praktis ………………………………………………. 15
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................... 16
A. Kajian Teori… ……………. ………………………....………… 16
1. Pengertian Belajar........... …………………………………….. 16
2. Teori-Teori Belajar.................................................................. .. 18
3. Pendekatan Pembelajaran Inkuiri ...…………………………. 25
4. Inkuiri Bebas Termodifikasi....................................................... 32
5. Pengertian Media Pembelajaran ……………………………… 33
6. Laboratorium Riil.……………………………………………. 39
7. Laboratorium Virtuil.................................................................. 40
8. Kemampuan Berpikir................................................................. 40
9. Gaya Belajar............................ ……………………………..... 42
10. Prestasi Belajar ......................................................................... 45
11. Materi Pembalajaran Cahaya.....……………………………... 46
B. Penelitian yang Relevan …………………………………………. 59
C. Kerangka Berpikir ……………………………………………….. 63
D. Hipotesis.................... ……………………………………………. 69
BAB III. METODE PENELITIAN ........………………………………… 71
A. Tempat dan Waktu ................ ……………………………………. 71
B. Populasi dan Sampel ……………………………………………. 72
C. Metode Penelitian ………………………………………………. 72
D. Rancangan Penelitian …………………………………………… 73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
E. Variabel Penelitian……………………………………………….. 73
1. Variabel Bebas............................................................................ 73
2. Variabel Moderator..................................................................... 74
3. Variabel Terikat......................................................................... 75
F. Teknik Pengumpulan Data............................................................. 76
1. Metode Tes.................................................................................. 76
2. Metode Angket............................................................................ 76
3.Metode Dokumentasi.................................................................... 77
G. Instrumen Penelitian ……………………………………………… 77
1. Instrumen Pelaksanaan Pembelajaran………………………… 77
2. Instrumen Pengambilan Data.................…………………....... 77
H. Uji Coba Instrumen Tes.................................................................. 78
1. Tes Prestasi dan kemampuan berpikir........................................ 78
2. Angket Gaya Belajar ………………………………............... 83
I. Teknik Analisis Data ……………………………………….......... 85
1. Uji Prasyarat ..................…………………………………. 85
2. Uji Hipotesis…………………………………………… ... 88
BAB IV. HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN..…………....... 89
A. Deskripsi Data……. ………………………………………...... … 89
1. Data Kemampuan Berpikir...............................………………. 89
2. Data Gaya Belajar ..................................................................... 90
3. Data Prestasi Belajar Kognitif .................................................. 91
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
4. Data Prestasi Belajar Afektif....................................................... 98
B. Uji Prasyarat Analisis…………………………………………….. 106
1. Uji Normalitas…………………………………………………. 106
2. Uji Homogenitas……………………………………………….. 109
C. Uji Hipotesis……………… ....…………………………........... 111
1. Uji Anava……………………………………………………..... 111
2. Uji Lanjut Anava……………………………………………..… 117
3. Hasil Uji Hipotesis....................................................................... 124
D. Pembahas Hasil Penelitian................................................................ 125
E. Keterbatasan Penelitian.................................................................... 132
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN…………........…… 134
A. Kesimpulan....……. …………………………………………....... 134
B. Implikasi Hasil Penelitian………………………………….....….. 138
C. Saran…………………………………………………….....…….. 139
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………..………… 141
LAMPIRAN...... ………………………………………………………….. 145
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Lampiran 1 : Silabus............................................. …………...... 146
2. Lampiran 2 : RPP Riil-1................. …………………………… 151
3. Lampiran 3 : RPP Virtul-1............. …………………………. 159
4. Lampiran 4 : LKS Riil-1............……………………….......... 167
5. Lampiran 5 : LKS Virtuil-1……. …………………………… . 175
6. Lampiran 6 : RPP Riil-2................. …………………………… 182
7. Lampiran7 : RPP Virtul-2............. …………………………… 192
8. Lampiran 8 : LKS Riil-2............………………………............ 201
9. Lampiran 9 : LKS Virtuil-2........................................................ 211
10. Lampiran 10 : RPP Riil-3................. ……………………… ..... 220
11. Lampiran 11 : RPP Virtul-3............. ………………………… 232
12. Lampiran 12 : LKS Riil-3............……………………….......... 242
13. Lampiran 13 : LKS Virtuil-3……........................................... .. 255
14. Lampiran 14 : Kisi-Kisi Tes Prestasi...................................... … 265
15. Lampiran 15 : Tes Prestasi………............................................. 267
16. Lampiran 16 : Kunci Tes Perstasi............................................. 278
17. Lampiran 17 : Kisi-Kisi Kemampuan Berpikir……….............. 279
18. Lampiran 18 : Tes Kemampuan Berpikir…………………….... 280
19. Lampiran 19 : Kisi-Kisi angket gaya Belajar………................. 291
20. Lampiran 20 : Angket Gaya Belajar …………………….......... 293
21. Lampiran 21 : Kisi-kisi Afektif…… .................................... 302
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
22. Lampiran 22 : Angket Afektif….................................................. 305
23. Lampiran 23 : Deskripsi Media ................................................. 313
24. Lampiran 34 : Surat Permohonan Validasi ............................... 320
25. Lampiran 35: Norma Validasi.................................................... 321
26. Lampiran 36: Hasil Validasi Pakar............................................ 326
27. Lampiran 37 : Surat Permohonan Penelitian………………….. 327
28. Lampiran 38 : Surat Ijin Penelitian…………………………… 328
29. Lampiran 39 :.Hasil Anasis Data……........................................ 329
30. lampiran 40 : Dokumentasi Penelitian ……………………… 350
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Tabel 2.1. Hubungan antara Media dengan Tujuan Pembelajaran.......... 37
2. Tabel 3.1.Jadwal Kegiatan Penelitian……..…………………. ............ 71
3. Tabel 3.2. Rancangan Penelitian............................................. ........... 74
4. Tabel 3.3. Rangkuman Hasil Validitas Butir Soal Kognitis……........... 81
5. Tabel 3.4. Rangkuman Hasil Validitas Tes Kemampuan Berpikir......... 82
6. Tabel 3.5. Rangkuman Hasil Tingkat Kesukaran Butir Soal.................. 84
7. Tabel 3.6. Hasil Daya Beda Butir Soal................................................... 85
8. Tabel 3.7. Rangkuman Hasil Validitas Butir Angket gaya belajar....... 86
9. Tabel 4.1 Data Siswa Yang Mempunyai Kemampuan Berpikir Abstrak
dan Kongkrit ...................................................................................... 92
10. Tabel 4.2 Data Siswa Yang Mempunyai Gaya Belajar Kinestetik dan
Visual............................................................................ ...................... 93
11. Tabel 4.3 Prestasi Belajar Kognitif......................…………................ . 93
12. Tabel 4.4 Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif............................... 94
13. Tabel 4.5 Data Prestasi Belajar Kognitif Dengan Media Lab Riil
dan Lab Virtuil ..................................................................................... 95
14. Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif dengan
Media Lab Riil Dan Lab Virtuil........................................................ 95
15. Tabel 4.7. Data Prestasi Belajar Kognitif Siswa yang Mempunyai
Kemampuan Berpikir Abstrak dan Kongkrit ....................................... 96
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
16. Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Siswa yang
Mempunyai Kemampuan Berpikir Abstrak dan Kongkrit ................. 96
17. Tabel 4.9. Data Prestasi Belajar Kognitif Siswa yang Mempunyai Gaya
Belajar Kinestetik dan Gaya Belajar Visual........................................ 97
18. Tabel 4.10 . Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Siswa yang
Mempunyai Gaya Belajar Kinestetik dan Gaya Belajar Visual............ 98
19. Tabel 4.11. Data Prestasi Belajar Kognitif Masing-Masing Kelompok 99
20. Tabel 4.12 Data Prestasi Belajar Afektif .............................................. 100
21. Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif..................... 100
22. Tabel 4.14. Data Prestasi Belajar Efektif Kedua Media Belajar....... 101
23. Tabel 4.15. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif dengan
Media Lab Riil dan Lab Virtuil.............................................................. 102
24. Tabel 4.16. Data Prestasi Belajar Afektif Siswa yang Mempunyai
Kemampuan Berpikir Abstrak dan Kongkrit.......................................... 103
25. Tabel 4.17. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Siswa yang
Mempunyai Kemampuan Berpikir Abstrak dan Kongkrit ..................... 103
26. Tabel 4.18. Data Prestasi Belajar Afektif Siswa yang Mempunyai
Gaya Belajar Visual dan Gaya Belajar Kinestetik.................................. 104
27. Tabel 4.19. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Siswa yang
Mempunyai Gaya Belajar Visual dan Gaya Belajarkinestetik............... 105
28. Tabel 4.20. Rangkuman Prestasi Belajar Afektif.................................... 106
29. Tabel 4. 21. Rata-Rata Prestasi Kognitif dan Afektif Masing-Masing
Kelompok....................................................................................... ........ 107
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
30. Tabel 4.22. Uji Normalitas Prestasi Kognitif ........................... 108
31. Tabel 4.23.Rangkuman Uji Normalitas Prestasi Belajar Afektif.......... 109
32. Tabel 4.24.Rangkuman Uji Homogenitas Presatasi Belajar Kognitif 111
33. Tabel 4.25. Rangkuman Uji Homogenitas Prestasi Belajar Afektif .... 112
34. Tabel 4.26. Nilai ANAVA P-Value (Kognitif)................................... 113
35. Tabel 4.27. Nilai ANAVA P-Value (Afektif)...................................... 116
36. Tabel 4.28 Estimated Marginal Means Terhadap Pembelajaran..... .. 120
37. Tabel 4.29. Estimated Marginal Means Terhadap Gaya Belajar ....... 121
38. Tabel4.30 Estimated Marginal Means Terhadap Gaya Belajar ..... … 123
39. Tabel 4.31 Estimated Marginal Means Terhadap Kemampuan Berpikir*
Gaya Belajar ..... .................................................................................. 124
\
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Gambar 2.1 : Kerucut Pengalaman Edgar Dale.................................... 38
2. Gambar 2.2 : Cahaya Tampak ................………………………...... 50
3. Gambar 2.3 :Pemantulan Teratur dan Pemantulan Baur……………. 51
4. Gambar 2.4 : Hukum Pemantulan Cahaya………………………….. 51
5. Gambar 2.5 :Pemantulan Bayangan pada Cermin Datar.................... 52
6. Gambar 2.6a. Pembentukan Bayangan pada Cermin Datar......... 53
7. Gambar 2.7. Jalannya Sinar yang Jatuh Sejajar pada Cermin Cekung 54
8. Gambar 2.8 Sinar Istimewa Cermin Cekung...................................... 55
9. Gambar 2.9. Pembentukan Bayangan pada Cermin Cekung………. 56
10. Gambar 2.10 Sinar Istimewa Cermin Cembung....................... …… 56
11. Gambar 2.11. Pembentukan Bayangan pada Cermin Cembung......... 56
12. Gambar 2.12. Jalannya Sinar pada Cermin Cekung.............................. 58
13. Gambar 2.13. Jalannya Sinar pada Cermin Cembung.......................... 59
14. Gambar 4.1. Histogram Prestasi Kognitif ........................................... 94
15. Gambar 4.2. Histogram Prestasi Belajar Kognitif dengan Media
Lab Riil dan Lab Virtuil. ....................................................................... 95
16. Gambar 4.3 Histogram Prestasi Belajar Kognitif Siswa yang
Mempunyai Kemampuan Berpikir Abstrak dan Kongkrit.................... 97
17. Gambar 4.4. Histogram Prestasi Kognitif Siswa yang Mempunyai
Gaya Belajar Kinestetik dan Gaya Belajar Visual............................... 98
18. Gambar 4.5. Histogram prestasi afektif ............................................. 101
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
19. Gambar 4.6. Histogram Prestasi Prestasi Belajar Afektif dengan
Media Lab Riil dan Lab Virtuil........................................................... 102
20. Gambar 4.7. Histogram Prestasi Belajar Afektif Bagi Siswa yang
Mempunyai Kemampuan Berpikir Abstrak dan Kongkrit................. 104
21. Gambar 4.8. Histogram Prestasi Afektif Siswa yang Mempunyai
Gaya Belajar Visual dan Gaya Belajar Kinestetik....................... 105
22. Gambar 4.9. Grafik Estimed Marginal Means of Prestasi :media....... 120
23. Gambar . 4.10.Grafik Estimed Marginal Means of Prestasi :
Gaya Belajar (Kognitif)....................................................................... 122
24. Gambar .4.11. Grafik Estimed Marginal Means of Prestasi
Gaya Belajar (Afektif).......................................................................... 123
25. Gambar .4.12. Grafik Estimed Marginal Means of Prestasi
Kemampuan Berpikir dan Gaya Belajar.............................................. 125
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
Aryani Artha Kristanti. 2012. Pembelajaran IPA dengan Inkuiri Bebas
Termodifikasi Menggunakan Lab Riil dan Lab Virtuil ditinjau dari
Kemampuan Berpikir dan Gaya Belajar Siswa. TESIS. Pembimbing I: Prof.
Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd, II: Dra. Suparmi, M.A., Ph.D. Program Studi
Pendidikan Sains, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan prestasi belajar antara
siswa yang diberi pembelajaran berbasis inkuiri bebas termodifikasi dengan lab
virtuil dan riil, antara siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak dan
kongkrit, antara siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik dan visual dan
interaksinya terhadap prestasi belajar.
Penelitian dilaksanakan di bulan Oktober 2011 – Mei 2012 dengan
metode eksperimen. Populasinya siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Yogyakarta
dengan sampel dua kelas yang diambil secara acak. Teknik pengumpulan data
menggunakan tes kognitif dan angket gaya belajar siswa dan kemampuan
berpikir. Data penelitian dianalisis menggunakan uji Anava dengan desain
faktorial 2x2x2, dengan program software SPSS 18.
Penelitian ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1) ada perbedaan
prestasi belajar kognitif antara siswa yang diberi pembelajaran berbasis inkuiri
bebas termodifikasi dengan lab riil dan lab virtual; 2) tidak ada perbedaan
prestasi belajar antara siswa yang memilik kemampuan berpikir abstrak dengan
siswa yang memiliki kemampuan berpikir kongkrit; 3) ada perbedaan prestasi
belajar kognitif maupun afektif antara siswa yang memilki gaya belajar
kinestetik dan yang memiliki gaya belajar visual; 4) tidak ada interaksi antara
media pembelajaran dengan kemampuan berpikir siswa terhadap prestasi belajar
kognitif dan afektif; 5) tidak ada interaksi antara media pembelajaran dengan
gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar; 6) tidak ada interaksi antara
kemampuan berpikir siswa dengan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar
kognitif tetapi ada interaksi antara kemampuan berpikir siswa dengan gaya
belajar siswa terhadap prestasi belajar afektif; 7) tidak ada interaksi antara
media belajar, kemampuan berpikir siswa dengan gaya belajar siswa terhadap
prestasi belajar
Kata kunci :Pendekatan Inkuiri Bebas Termodifikasi, Lab Riil, Lab Virtuil,
Kemampuan Berpikir, Gaya Belajar, Pemantulan Cahaya, Prestasi Belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
Aryani Artha Kristanti. 2012. Science Learning through Modified Free Inquiry
Method using Real and Virtual Laboratory overviewed from Students’
Thinking Competency and Learning Style. DESSERTATION. Supervisor I :
Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd, II: Dra. Suparmi, M.A., Ph.D. Program
Sciences Education. Post-Graduate Program Of Sebelas Maret University,
Surakarta.
ABSTRACT
The aim of this study was to determine the difference of the students
achievement between student who learnt using Modified Free Inquiry Method
through Real and Virtual Laboratories, between students who had concrete and
abstact thinking competencies, kinesthetic and visual learning styles and their
interaction towadrs students’ achievment.
This study used experimental method and was conducted on October
2011 to May 2012. The population was all students in grade VIII SMPN 5
academic year 2011/2012. The sample was taken using cluster random sampling
consisted of 2 classes. The data was collected using test for cognitive
achievement, questionere for students’ learning style and thinking competency.
The data was analyzed using Anova with 2 x 2 x 2 factorial design and calculated
using SPSS 18 software.
From the data analysis can be concluded that: 1) There was a difference
in cognitive achievement between the students who learnt using Real Lab
and Virtual Lab; 2) There was no difference in student achievement between the
students’ having abstract thinking competency and the concrete ones; 3) There
was a difference between cognitive learning achievement and affective learning
achievement of students having kinaesthetic learning style and visual learning
style; 4) There was no interaction between learning media and students’ learning
competency towards their cognitive and affective learning achievements; 5) There
was no interaction between learning media and students learning style towards
their learning achievement; 6). There was no interaction between students’
learning competency and their learning style towards cognitive learning
achievement but there was an interaction between students’ learning style towards
affective learning achievement; 7). There was no interaction between learning
media, students’ learning competency and their learning style towards their
learning achievement.
Key words: Modified Free Inquiry Approach, Real laboratory, Virtual Laboratory,
Thinking Competency, Learning Style, Light Reflection, Student Achievement
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Nasional mempunyai tujuan yang didasarkan pada cita-cita
dan pembangunan nasional bangsa sebagaimana yang tercantum dalam
pembukaan UUD 1945 yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan soaial. Cita-cita tersebut dapat
tercapai jika serangkaian program kegiatan di segala bidang berlangsung secara
terus-menerus. Pembangunan di bidang pendidikan merupakan bagian integral
dari pembangunan nasional. Pendidikan nasional yang berakar pada kebudayaan
bangsa Indonesia dan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 diarahkan untuk
meningkatkan kecerdasan serta harkat dan martabat bangsa dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Mahaesa seperti yang tercantum dalam GBHN, 1993, Bab IV.
Undang-undang pendidikan nasional yaitu Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diterbitkan untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional. Inti dari Undang-undang tersebut adalah sebagai
berikut :
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan itu adalah suatu usaha
yang harus direncanakan untuk bisa mewujudkan suasana belajar yang saling
berinteraktif. Jadi guru tidak hanya sekedar mengajar di kelas namun juga
berusaha menciptakan suatu proses belajar yang dapat mengaktifkan siswa untuk
mengembangkan potensi dirinya.
Bangsa Indonesia sudah berupaya untuk mewujudkan tujuan
pembanguan nasional terutama dalam bidang pendidikan selama hampir setengah
abad, namun pada kenyataannya hasil yang dicapai jauh dari memuaskan. Fakta
tersebut dapat dilihat dari hasil survei Trends in International Mathematics and
Science Survey (TIMSS) dimana rata-rata skor prestasi dalam pelajaran IPA
siswa Indonesia pada TIMSS tahun 1999, 2003, dan 2007 secara berturutan
adalah 435, 420, dan 433. Dengan skor tersebut siswa Indonesia menempati
peringkat 32 dari 38 negara (tahun 1999), peringkat 37 dari 46 negara (tahun
2003), dan peringkat 35 dari 49 negara (tahun 2007). Rata-rata skor siswa
Indonesia pada TIMSS 2007 di bawah skor rata-rata yaitu 500, dan hanya
mencapai Low International Benchmark. Dengan capaian tersebut, rata-rata siswa
Indonesia hanya mampu mengenali sejumlah fakta dasar dalam IPA tetapi belum
mampu mengkomunikasikan dan mengaitkan berbagai topik dalam IPA, terutama
penerapan konsep-konsep yang kompleks dan abstrak.
Data ketertinggalan hasil capaian pendidikan nasional diperkuat dengan
nilai rata-rata ujian nasional ( UN) tahun 2010/2011 masih rendah. Data di atas
bisa membuat setiap orang ingin mengetahui penyebab pendidikan Indonesia
jauh tertinggal dari negara-negara tetangga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Berdasarkan pengalaman mengajar di SMP Negeri 5 Yogyakarta,
kegiatan belajar mengajar (KBM) sudah menggunakan pembelajaran inkuiri
tetapi belum benar-benar melakukan langkah-langkah yang terdapat dalam
pembelajaran inkuiri. RPP dan LKS belum dirancang dengan baik bahkan tidak
pernah diujicobakan sebelum digunakan. Guru juga sudah sering menggunakan
metode eksperimen, tetapi keaktifan siswa dalam melakukan kegiatan eksperimen
di laboratorium belum juga maksimal. Mereka masih terkendala dengan sering
gagalnya dalam memilih alat, merangkai alat dan mengambil data. Bahkan pada
saat melakukan eksperimen ada alat yang tidak berfungsi dengan baik
sehingga siswa tidak dapat memperoleh data yang diharapkan. Guru tidak pernah
memperhatikan kemampuan berpikir dan gaya belajar siswa sehingga guru
memperlakukan sama untuk semua siswa. Akibatnya prestasi belajar siswa tidak
bisa optimal.
Hasil wawancara dengan beberapa siswa, mereka cenderung
mengganggap mata pelajaran IPA sulit karena mata pelajaran IPA yang mereka
terima di kelas hanya membahas kumpulan rumus-rumus yang rumit dan harus
dihafalkan dengan tujuan untuk mengerjakan soal-soal yang menitikberatkan
hanya pada hitungan matematika. Itu semua terjadi karena belum semua guru
mengkondisikan mata pelajaran IPA menjadi mata pelajaran yang menyenangkan
dengan melakukan eksperimen baik di kelas maupun di luar kelas atau
memecahkan masalah sehari-hari dengan konsep-konsep dalam IPA.
Hakikat IPA adalah IPA sebagai produk yang berupa fakta, konsep,
prinsip, hukum, dan teori dan sekaligus IPA sebagai proses yang berupa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
kinerja secara ilmiah. Oleh sebab itu, pembelajaran IPA dan penilaian hasil belajar
IPA harus memperhatikan karakteristik IPA sebagai proses dan produk. Pada
aspek produk, siswa diharapkan dapat memahami konsep-konsep, teori, dan
hukum-hukum IPA sedangkan pada aspek proses, siswa diharapkan mempunyai
keterampilan proses yang menghubungkan IPA dengan fenomema yang dialami
siswa dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini perlu pemilihan metode yang tepat
untuk pembelajaran IPA.
Di dalam Permendiknas no 42 tahun 2007 tentang standard isi
disarankan pembelajaaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah
(scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan
bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan
hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SMP/MTs menekankan pada
pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan
pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Oleh karena itu
pembalajaran IPA lebih banyak mengajak siswa bereksperimen atau melakukan
percobaan untuk menemukan sendiri konsep-konsep yang mereka dapat dari
menganganalisa data eksperimen dalam pembelajaran inkuiri, mendiskusikan
dengan teman dalam satu kelompok ekperimen dan kemudian
mengkominikasikan dengan seluruh siswa dikelas dengan dipandu guru.
Di dalam Permendiknas no 42 tahun 2007 tentang standard isi juga
memuat salah satu tujuan pembelajaran IPA adalah mengembangkan rasa ingin
tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap adanya hubungan yang saling
mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Oleh karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
itu sangatlah tepat jika dalam pembelajaran IPA kita menggunakan teknologi
dalam hal ini komputer. Di samping siswa melakukan eksperimen dengan alat-
alat laboratorium perlu juga mengajak siswa melakukan eksperimen dengan
bantuan teknologi komputer.
Teknologi dalam hal ini komputer mempunyai potensi yang sangat besar
untuk dimamfaatkan dalam dunia pendidikan. Buktinya pada blue print TIK
Depdiknas, setidak-tidaknya disebutkan ada tujuh fungsi TIK dalam pendidikan,
yakni sebagai sumber belajar, alat bantu belajar, fasilitas pembelajaran, standard
kompetensi, sistem administrasi, pendukung keputusan, sebagai infrastruktur.
Sebagai alat bantu belajar, lab virtuil sangat cocok untuk siswa dalam membantu
mereka mempelajari sesuatu.
Tantangan pendidikan abad 21 yang dicanangkan PBB tahun 2005 adalah
membangun masyarakat berpengetahuan (knowledge-based society) yang
memiliki: keterampilan TIK dan media (ICT and media literacy skills),
keterampilan berpikir kritis (critical thinking skills), keterampilan memecahkan
masalah (problem-solving skills), keterampilan berkomunikasi efektif (effective
communication skills); dan keterampilan bekerjasama secara kolaboratif
(collaborative skills). Dengan mengajak siswa melakukan eksperimen
menggunakan lab virtuil maka secara otomatis tantangan pendidikan abad 21 bisa
terjawab.
Dengan menggunakan lab virtuil ternyata motivasi siswa yang muncul
adalah: menimbulkan antusiasme, ketertarikan, dan keterlibatan; mendorong
untuk mendapatkan jawaban atas ketertarikan mereka, merasakan suasana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
menyenangkan, mendorong untuk tetap fokus pada materi, menghadirkan ide-ide
yang sukar dengan suatu tool pembelajaran, masih seperti yang tercantum dalam
tantangan pendidikan abad 21 yang dicanangkan PBB tahun 2005.
SMP Negeri 5 Yogyakarta sebagai sekolah RSBI dalam melaksanakan
pembelajarannya harus berlandasan pada rasional SBI yang dikeluarkan
Kementerian Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar,
Direktorat Pembinaan SMP. Dalam rasional SBI tersebut dinyatakan bahwa
pembelajaran IPA di sekolah-sekolah RSBI harus mengembangkan proses
inkuiri, di mana siswa aktif melakukan observasi, investigasi, dan eksperimentasi.
Dengan itu diharapkan siswa mengembangkan keterampilan proses sains,
penguasaan berbagai konsep-prinsip-hukum IPA, dan sikap ilmiah sehingga
tumbuh apresiasi terhadap kelestarian alam sebagai ciptaan Tuhan Yang Mahaesa.
Pembelajaran memanfaatkan fenomena alam di lingkungan sekitar siswa
dilanjutkan dengan pemanfaatan ICT untuk menambah informasi dan
memvisualisasikan proses-proses alam yang kompleks agar mudah dipahami
siswa.
Sekolah-sekolah RSBI memiliki kurikulum khusus yang dikenal
Kurukulum SNP + X, artinya disamping harus mengembangkan delapan Standard
Nasional Pendidikan (SNP) maka harus juga memperkaya dengan unsur-unsur
X. Unsur X yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah : (1)
mengimplementasikan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan, melakukan proses ilmiah dan mengembangkan karakter; (2)
Pemanfaatan teknologi informasi (TI) dalam pembelajaran, wujudnya dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
pemanfaatan itu minimal untuk setiap topik yang diajarkan digunakan animasi
maupun video yang diambil dari internet atau dirancang sendiri.
Untuk bisa mewujudkan pembelajaran yang bersifat inkuiri dan mencapai
tujuan pendidikan nasional yaitu menggunakan teknologi (TIK) maka cocok jika
pembelajaran IPA menggunakan metode eksperimen dengan kerja berkelompok.
Dengan metode ini siswa bisa mempelajari konsep-konsep IPA dengan inkuiri
dan bekerja secara kooperatif. Ada dua media yang dipakai metode ini yaitu lab
riil dan virtuil, masing-masing media memiliki kelebihan dan kekurangan masing-
masing.
Menurut Muhibbin Syah (2001) faktor-faktor mempengaruhi belajar siswa
dapat dibedakan menjadi tiga macam meliputi : a. faktor internal (faktor dari
dalam siswa) yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa, b. Faktor eksternal
(faktor dari luar siswa) yakni kondisi lingkungan disekitar siswa, c. faktor
pendekatan belajar (approach to learning) yakni jenis upaya belajar siswa yang
meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan
mempelajari materi-materi pelajaran. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan
keberhasilan siswa dalam belajar dapat dipengaruhi dua faktor, yang pertama,
dari diri siswa sendiri yaitu kemampuan berpikir siswa dan gaya belajarnya,
yang kedua, metode dan media yang digunakan guru dalam pembelajaran.
Didalam proses pembelajaran, karakteristik masing-masing siswa sebagai
subyek belajar harus diketahui oleh guru, dengan harapan guru bisa memilih
media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa tersebut. Sebagus dan
seideal apa pun media tidak mungkin cocok dipakai oleh seluruh siswa dalam satu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
kelas yang sama. Oleh karena itu sangat penting bagi guru untuk memilih media
yang tepat yang akan dipakai dalam suatu pembelajaran. Dua hal yang perlu
diperhatikan adalah gaya belajar dan kemampuan berpikir siswa.
Gaya belajar adalah suatu cara yang dimiliki masing-masing siswa untuk
membuat dirinya nyaman dan senang saat belajar. Tiga jenis gaya belajar siswa
adalah: (1) gaya belajar visual; (2) gaya belajar auditori; dan (3) gaya belajar
kinestetik. Jika seorang siswa memiliki gaya belajar visual maka dia akan lebih
senang dan cepat memahami suatu materi jika guru menjelaskan dengan
menggunakan tampilan visual misalnya gambar, grafik, ataupun video. Siswa
yang memiliki gaya belajar ini akan kesulitan mengikuti anjuran lisan, sering
salah menginterprestasikan ucapan, serta memiliki kesulitan dalam berdialog.
Siswa kelompok ini sangat cocok jika belajar menggunakan multimedia dalam hal
ini video atau komputer. Siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik akan
lebih senang dan mudah memahami materi jika belajar dengan bergerak,
menyentuh, atau melakukan sesuatu. Kelompok siswa ini akan kesulitan jika
disuruh duduk lama mendengarkan guru menjelaskan. Sangat cocok jika belajar
dengan menggunakan alat-alat peraga atau alat-alat laboratorium untuk
melakukan percobaan agar bisa memahami suatu materi.
Salah satu perbedaan mendasar manusia dengan ciptaan Tuhan yang lain
adalah manusia diberi kemampuan berpikir. Menurut Suryabrata (1993)
pengertian berpikir adalah suatu proses aktif dan dinamis yang bersifat
ideasional dalam rangka pembentukan pengertian, pendapat dan penarikan
kesimpulan. Sedangkan menurut Conny R. Semiawan (1997) berpikir adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
merupakan proses mental yang terjadi karena berfungsi otak untuk mencari
jawaban atas persoalan, menemukan ide-ide, mencari pengetahuan atau sekedar
hanya berimajinasi.
Kegiatan berpikir kongkrit jika dalam memecahkan masalah
menghadirkan objek permasalahan secara nyata dan kemudian melakukan
percobaan. Siswa yang memiliki kemampuan berpikir ini dalam pembelajaran
membutuhkan alat-alat yang nyata sebagai contoh alat-alat percobaan yang riil di
laboratorium riil. Sedangkan siswa yang berpikir abstrak dalam memecahkan
masalah dibantu dengan menggunakan simbol-simbol imajinatif atau dengan kata
lain objek permasalahan tidak dihadirkan secara nyata. Siswa tersebut tidak
membutuhkan alat-alat yang riil tetapi lebih cocok dengan menggunakan media
lab virtuil yang berupa program komputer.
Guru sudah berusaha menggunakan metode inkuiri dengan eksperimen di
laboratorium. Siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil yang
beranggotakan 3 sampai 4 anak. Siswa juga diberi kesempatan memilih alat serta
merangkainya berdasarakan petunjuk pratikum yang diberikan guru. Setelah
rangkaian dinyatakan benar maka dilanjutkan mengambil data. Dalam melakukan
eksperimen siswa juga dibiasakan memprediksi hasil yang akan didapat serta
mengolah data berdasarkan dasar teori yang dipakai. Yang belum dilakukan guru
selama ini adalah memilih media untuk eksperimen yang disesuaikan dengan gaya
belajar anak dan kemampuan berpikirnya. Selama ini guru beranggapan semua
siswa bisa memecahkan masalah yang diberikan saat pembelajaran dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
melakukan percobaan secara riil di laboratorium fisika. Semua siswa dianggap
memiliki gaya belajar kinestetik dan memiliki kemampuan berpikir kongkrit.
Dari pengalaman mendampingi siswa melakukan eksperimen ditemukan
beberapa masalah yang bisa menghambat siswa menarik kesimpulan eksperimen.
Hambatan itu antara lain : (1) kesalahan sebagian siswa dalam memilih alat,
dibutuhkan cermin cekung, yang diambil cermin cembung. Dibutuhkan lensa
dengan jarak fokus tertentu, siswa kesulitan memilih; (2) kesalahan sebagian
siswa dalam merangkai alat sehingga data yang diperoleh tidak sesuai dengan
teori dalam teks buku. Dapat disimpulkan walaupun pembelajaran yang dipakai
sudah inkuiri dengan melakukan eksperimen tetapi prestasi belajar siswa dalam
materi cahaya belum maksimal. Untuk itu perlu dicari media pembelajaran lain
yang bisa dipakai sebagai alternatif untuk meningkatkan prestasi siswa
Materi cahaya merupakan materi yang esensial karena selalu masuk dalam
SKL tiap tahun dan dipelajari lebih lanjut saat mereka mekanjutkan pendidikan di
jenjang yang lebih tinggi. Untuk itu diharapkan siswa bisa memahami materi itu
dengan maksimal. Faktanya ternyata daya serap materi cahaya dalam TPM dua
tahun terakhir masih rendah. Peran guru dalam hal ini melakukan pembelajaran
di kelas dengan menggunakana metode dan media yang tepat. Di samping itu
harus mulai diperhatikan gaya belajar siswa dan kemampuan berpikirnya
sebagai acuan untuk memilih media yang akan digunakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat
diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :
1. Rendahnya kualitas pendidikan pada pembelajaran sains yang
diidentifikasi oleh survey TIMSS yaitu TIMSS-R 1999, TIMSS 2003,
dan TIMSS 2007.
2. Rendahnya nilai UN IPA baik di tingkat Nasional, Propinsi DIY maupun
di kota Yogyakarta.
3. Kurangnya pengetahuan guru tentang motode-metode pembelajaran
yang sesuai dengan karakteristik materi pemantulan cahaya seperti
inkuiri terbimbing, inkuiri bebas termodifikasi, eksperimen, proyek.
4. Pelaksanaan proses belajar mengajar IPA dengan metode eksperimen,
demonstrasi, proyek masih belum optimal karena dalam beberapa
konsep masih ada kendala jika dilakukan dengan media lab rill. Sehingga
perlu dicoba dengan menggunakan lab yang lain dalam hal ini lab virtuil.
5. Metode pembelajaran IPA, khususnya dalam pembelajaran materi
cahaya selama ini masih belum memperhatikan karakteristik yang
dimiliki siswa seperti motivasi, kemampuan berpikir, kreativitas, gaya
belajar, sikap ilmiah dll.
6. Guru cenderung hanya memperhatikan aspek kognitif saja, afektif dan
psikomotorik belum sepenuhnya diperhatikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
7. Pembelajaran materi-materi tertentu misalnya kalor, getaran, gelombang,
cahaya, listrik dan lain sebagaianya belum dilakukan secara karakteristik
materi.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, agar penelitian lebih terfokus dan
terarah, maka penelitian dibatasi pada masalah-masalah sebagai berikut:
1. Pendekatan pembelajaran akan dipakai adalah inquiri bebas termodifikasi.
2. Media yang dipakai adalah lab virtual yang dibatasi pada penggunaan
teknologi komputer dengan memanfaatkan aplikasi yang mendukung proses
pembelajaran dikelas dan lab riil yang dibatasi dengan pengunakan alat-alat
didalam KIT IPA SMP Cahaya.
3. Gaya belajar siswa dibatasi gaya belajar visual dan kinestetik pada siswa
kelas VIII SBI 2 dan VII SBI 4 di SMP N 5 Yogyakarta.
4. Kemampuan berpikir dibatasi kemampuan berpikir kongrit dan abstrak pada
siswa kelas VIII SBI 2 dan VII SBI 4 di SMP N 5 Yogyakarta.
5. Prestasi belajar siswa SMP N 5 Yogyakarta kelas VIII dibatasi pada
kemampuan kognitif dan ketrampilan proses siswa dalam mengerjakan soal-
soal Fisika dan dalam melakukan eksperimen.
6. Materi pembelajaran yang digunakan dibatasi pada pemantulan cahaya.
D. Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
sebagai berikut :
1. Adakah perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran
inkuiri bebas termodifikasi dengan lab riil dan lab virtual?.
2. Adakah perbedaan prestasi belajar antara siswa yang kemampuan berpikir
abstrak dengan siswa yang memiliki kemampuan berpikir kongkrit?.
3. Adakah perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memilki gaya belajar
kinestetik dan visual?.
4. Adakah interaksi antara media pembelajaran dengan kemampuan berpikir
siswa terhadap prestasi belajar?.
5. Adakah interaksi antara media pembelajaran dengan gaya belajar siswa
terhadap prestasi belajar?.
6. Adakah interaksi antara kemampuan berpikir siswa dengan gaya belajar
siswa terhadap prestasi belajar?.
7. Adakah interaksi antara media belajar, kemampuan berpikir siswa dan gaya
belajar siswa terhadap prestasi belajar?.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Perbedaan prestasi belajar IPA antara siswa yang diberi pembelajaran
berbasis inkuiri bebas termodifikasi dengan lab virtuil dan lab riil.
2. Perbedaan prestasi belajar IPA antara siswa yang memiliki kemampuan
berpikir abstrak dengan siswa yang memiliki kemampuan berpikir kongkrit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
3. Perbedaan prestasi belajar IPA antara siswa yang memilki gaya belajar
kinestetik dan visual.
4. Interaksi antara media pembelajaran dengan kemampuan berpikir siswa
terhadap prestasi belajar.
5. Interaksi antara media pembelajaran dengan gaya belajar siswa terhadap
prestasi belajar.
6. Interaksi antara kemampuan berpikir siswa dengan gaya belajar siswa
terhadap prestasi belajar.
7. Interaksi antara media belajar, kemampuan berpikir siswa dan gaya belajar
tehadap prestasi belajar.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah untuk memberi gambaran yang jelas guna
menjawab permasalahan yang ada. Hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi
berbagai pihak. Dalam penelitian ini ada dua manfaat, yaitu manfaat teoritis dan
manfaat praktis.
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai berikut :
a. Bahan kajian bagi Kepala Sekolah mengenai pengembangan teknologi
pembelajaran yang terkait dengan desain instruksional/pembelajaran di
SMP.
b. Memberikan bahan kajian kepada guru di SMP akan pentingnya memahami
kemampuan berpikir dan gaya belajar dalam proses pembelajaran di SMP.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
c. Pengembangan ilmu, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan
untuk penelitian lebih lanjut, khususnya dalam mendesain model
pembelajaran di SMP.
d. Sebagai khasanah pengetahuan bagi pembaca dan bahan referensi bagi
penelitian lain yang melakukan penelitian sejenis atau lanjutan.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai berikut:
a. Sekolah, agar lebih melengkapi sarana dan prasarana dalam hal ini
jaringan komputer dan alat-alat percobaan IPA.
b. Guru IPA, agar dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai acuan untuk
mengembangkan program-program pembelajaran yang lain.
c. Siswa, agar lebih meningkatkan prestasi belajar IPA dengan melihat
kemampuan berpikir dan gaya belajar dengan model pembelajaran berbasis
inkuiri terbimbing dengan lab virtuil dan lab riil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pengertian Belajar
Belajar sepanjang hayat. Pernyataan ini menunjukan belajar tidak sebatas
saat manusia duduk dibangku sekolah. Belajar juga tidak dibatasi ruang kelas di
dalam sebuah sekolah. Tetapi belajar bisa terjadi kapan saja dan dimana saja.
Jadi sebenarnya aktivitas belajar sangat mudah di temukan dalam kehidupan
manusia.
Apa yang dilakukan manusia setiap hari sebenarnya merupakan gejala dari
belajar. Contohnya manusia bisa berjalan karena sebelumnya pasti sudah
belajar, manusia bisa menggunakan alat-alat makan maka manusia tersebut
sebelumnya pasti sudah pernah belajar, manusia bisa menulis dengan alat tulis
maka sebelumnya manusia juga pasti sudah belajar, kemampuan-kemampuan
manusia yang lain juga akibat karena manusia belajar. Winkel (2009)
menyatakan kemampuan yang dimiliki manusia itu semuanya diperoleh, karena
mula-mula belum ada. Setelah terjadi suatu proses selama selang waktu tertentu
maka akan terjadi perubahan dari belum mampu kearah sudah mampu. Adanya
perubahan dalam pola perilaku inilah yang menandakan telah terjadi belajar
Winkel (2009) menyatakan bahwa belajar merupakan kegiatan mental
yang tidak dapat disaksikan dari luar. Apa yang sedang terjadi dalam diri
seseorang yang sedang belajar tidak dapat diketahui secara langsung hanya
dengan mengamati orang itu. Bahkan hasil belajar seseorang itu tidak akan
16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
langsung tampak tanpa orang tersebut menampakkan kemampuan yang telah
diperoleh melalui belajar. Untuk bisa mengetahui siswa sudah belajar maka perlu
diadakan evaluasi agar siswa tersebut bisa menampakan kemampuannya yang
sudah dia peroleh dari proses dia belajar. Prestasi belajar siswa bisa diketahui dari
hasil evaluasi yang dilakukan oleh gurunya
Belajar terjadi dalam interaksi dengan lingkungan, dalam bergaul dengan
orang, dalam menggunakan berbagai macam benda, ataupun dalam menghadapi
peristiwa. Namun tidak sembarang berada di tengah-tengah lingkungan,
menjamin adanya proses belajar. Orang harus aktif sendiri, melibatkan diri dengan
segala pemikiran, kemampuan dan perasaannya. Jadi dapat dikatakan belajar
adalah suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-
pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.
Siswa tidak selalu belajar walaupun dia berada didalam kelas yang sedang
berlangsung pembelajaran. Siswa harus aktif dan terlibat dalam pembelajaran
tersebut agar dia bisa belajar. Dari sini bisa dilihat betapa pentingnya siswa
sebagai pusat pembelajaran (student center). Siswa tidak lagi sebagai objek dalam
pembelajaran tetapi bahkan sebagai subyeknya. Kegiatan pembelajaran harus
bersifat interaktif antar siswa dengan siswa, antara siswa dengan guru ataupun
antara siswa dengan media belajar. Guru sangat berperan dalam mengkondisikan
agar siswa bisa belajar dengan cara memilih model dan metode pembelajaran.
Metode yang dipilih guru harus memperhatkan karakteristisk baik siswa maupun
materi pelajaran yang dipelajari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
2. Teori-Teori Belajar
a. Teori Belajar Piaget
Teori Piaget membahas pandangannya tentang bagaimana siswa belajar.
Menurut Jean Piaget, pengetahuan dibentuk sendiri oleh siswa dengan cara
berinteraksi dengan lingkungan atau objek yang sedang dipelajari. Kegiatan siswa
dalam berinteraksi itulah yang sangat penting dalam pembelajaran karena yang
menjadi sentral pembelajaran bukan lagi guru tetapi siswa. Oleh karena itu dalam
pembelajaran guru harus memperhatikan cara berpikir siswa, pengalaman siswa
dan bagaiman siswa mendekati suatu persoalan karena pemikiran siswa dalam
hal ini harus lebih diutamakan dibanding dengan pemikiran guru .
Teori Piaget menekankan bahwa hanya dengan keaktifan siswa mengolah
bahan, bertanya secara aktif, mencerna bahan dengan kritis maka siswa akan dapat
menguasai materi yang dipelajari dengan baik. Oleh kerena itu kegiatan aktif
siswa dalam pembelajaran harus diutamakan. Tugas guru hanya menyediakan
alat-alat dan mendorong siswa agar aktif. Seorang siswa akan lebih mengerti apa
yang dipelajari jika dia dapat menemukan sendiri pengetahuannya. Oleh karena
itu pembelajaran harus dikondisikan agar siswa memungkinkan untuk
menemukan sendiri pengetahuannya. Guru diharapkan dalam mengajar memilih
metode pembelajaran penemuan.
Piaget dalam Hamzah B. Uno (2010) berpendapat bahwa proses belajar
dapat dibagi menjadi 3 tahap, yaitu: (1) asimilasi, (2) akomodasi dan (3)
equilibrasi. Proses asimilasi adalah proses penyatuan informasi baru ke struktur
kognitif siswa yang sudah ada sebelumnya. Akomodasi adalah penyesuaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
struktur kognitif ke dalam situasi baru. Equilibrasi adalah penyesuaian
berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.
Pada saat siswa belajar cahaya, proses asimilasi terjadi saat siswa
menerima informasi baru yaitu jika sinar dijatuhkan ke permukaan cermin datar
maka akan dihasilkan bayangan di dalam cermin tersebut. Proses akomodasi
akan terjadi saat sinar dijatuhkan ke permukaan cermin cekung pada jarak
tertentu tidak dihasilkan bayangan di dalam cermin tersebut. Proses equilibrasi
akan terjadi saat siswa membuktikan bahwa ternyata bayangan tidak selalu terjadi
di dalam cermin setelah siswa melakukan percobaan berkali-kali dengan
mengubah jarak benda ke cermin.
Menurut Piaget dalam Hamzah B.Uno (2010) proses belajar harus
disesuaiknan dengan tahap perkembangan kognitif siswa. Perkembangan kognitif
tersebut dibagi menjadi empat tahap, yaitu : (1) tahap sensorik-motor (0 – 2
tahun) anak mengenal lingkungan dengan kemampuan sensorik dengan
penglihatan, penciuman, pendengaran, dan perabaan serta menggerakkannya.
Anak belum mengenal konsep waktu, dan hubungan sebab akibat; (2) tahap
praoperasional (2-7 tahun) anak mengandalkan diri pada presepsi tentang realitas,
sudah mempu menggunakan simbol, bahasa, konsep sederhana, berpartisipasi,
membuat gambar dan menggolong-golongkan. Anak belum mampu melaksanakan
operasi mental seperti menambah, mengurangi, dll; (3) operasi kongkrit (7-11
tahun) anak dapat mengembangkan pemikiran logis, mengikuti penalaran logis.
Anak belum mengenal materi abstrak seperti hipotesis dan proposi-proposi verbal;
(4) operasi formal (11 tahun keatas) anak dapat berpikir abstrak seperti orang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
dewasa. Anak sudah mampu berpikir logis, berpikir dengan pemikiran teoritis
formal berdasarkan proposi-porposi dan hipotesis, dan dapat mengambil
kesimpulan lepas dari apa yang sudah diamati. Anak bisa berpikir tanpa bantuan
benda-benda atau peristiwa-peristiwa yang kongkrit .
Penelitian ini akan diadakan di SMP Negeri 5 Yogyakarta, dimana siswa-
siswanya berumur di atas 11 tahun, masuk dalam tahap berpikir operasi formal.
Ciri dari siswa di tahap ini sudah bisa berpikir abstak, fleksibel dan efektif serta
mampu berhadapan dengan persoalan yang kompleks. Ia dapat berpikir karena
tidak lagi membutuhkan alat bantu objek-objek yang kongkrit, Ia dapat berfikir
efektif karena dapat memilik pemikiran yang yang cocok untuk memecahkan
permasalahnnya. Ia dapat berpikir fleksibel karena bisa melihat semua unsusr dan
kemungkinan. Ia dapat membuat suatu percobaan yang memerlukan pemikiran
dan menggunakan banyak variabel dalam waktu yang sama. Dari faktor-faktor
diatas dapat disimpulkan pada tahap ini siswa sudah bisa mengikuti proses
pembelajaran dengan metode eksperimen dengan media lab riil maupun lan
virtuil.
Paul Suparno (2011) menyatakan implikasi teori Piaget terhadap proses
belajar mengajar adalah: (1) menekankan proses belajar pada siswa atau yang
sering disebut student center, proses belajar mengajar harus bisa mengkondisikan
siswa untuk aktif mengkonstruksi pengetahuannya. Mengutamakan pemikiran
siswa bukan pemikiran guru, artinya guru harus mengerti cara berpikir siswa,
pengalaman siswa, dan bagaimana siswa mendekati suatu. Guru harus
menyediakan dan memberi bahan sesuai dengan taraf perkembangan kognitif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
siswa agar lebih membantu siswa berpikir dan membentuk sendiri
pengetahuannya. Guru juga harus mengetahui kemampuan berpikir dan gaya
belajar siswa; (2) mengutamakan kegiatan yang aktif dalam proses belajar.
Dibutuhkan proses belajar memungkinkan penemuan kembali suatu pengetahuan.
Metode yang tepat dalam hal ini adalah metode inquiri. Jika siswa sudah biasa
belajar dengan inkuiri terbimbing maka bisa dicoba menggunakan inkuiri bebas
termodifikasi; (3) pentingnya siswa belajar bersama. Walaupun belajar adalah
proses individual namun integrasi dengan teman sangat diperlukan, karena dengan
itu siswa bisa berdiskusi untuk mempermudah penangkapan dan pengembangan
pemikiran mereka. Dengan berdiskusi siswa bersikap kritis, saling menukarkan
perbedaan sehingga dapat menantang untuk mengoreksi dan mengembangkan
pengetahuan yang telah dibentuk sebelumnya; (4) peran guru hanya sebagai
fasilitator bukan pentransfer pengetahuan. Guru harus mengetahui kemampuan
dan tahap kognitif siswanya yang sedang belajar agar bisa memilih bahan yang
sesuai. Guru juga harus memiliki pengertian yang luas tentang disiplin ilmunya,
termasuk pengetahuan yang figuratif dan operatif. Kelebihan dari guru tersebut
bisa membantu siswa untuk mencocokkan cara berpikirnya dan belajarnya dengan
jenis pengetahuannya itu sendiri.
b. Teori Belajar Bruner
Bruner dalam Ratna Wilis (1989) tidak mengembangkan teori belajar
yang sistematis tetapi yang penting adalah cara-cara bagaimana siswa memilih,
mempertahankan, menstransfer informasi secara aktif. Bruner memusatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
perhatiannya pada masalah apa yang dilakukan siswa dengan informasi yang
diterima, apa yang dilakukannya sesudah memperolah informasi itu untuk
mencapai pemahamannya.
Dua asumsi pendekatan Bruner terhadap belajar dalam Ratna Wilis (1989)
adalah: (1) Perolehan pengetahuan melalui proses interaktif, siswa harus aktif
berineteraksi dengan lingkungannya dalam hak ini bahan ajar, alat peraga, sesama
siswa dan guru; (2) siswa mengkonstruksi pengetahuannya dengan menghubung
informasi yang sudah diterima sebelumnya. Saat siswa akan belajar tentang
cahaya maka ia harus sudah lebih dulu belajar gelombang sehingga pemahaman
cahaya akan lebih cepat dan mudah.
Menurut Bruner dalam Ratna Wilis (1973) belajar melibatkan tiga proses
yang berlangsung bersamaan yaitu: (1) memperolah informasi, saat siswa belajar
cahaya siswa mendapat informasi bahwa cahaya bisa menyebakan bayang-
bayang; (2) transformasi informasi, siswa mencari informasi dari sumber belajar
yaitu buku ajar, situs internet atau diskusi dengan sesama siswa; (3) menguji
relevansi dan ketepatan pengetahuan, siswa melakukan eksperimen untuk
membuktikan informasi yang sudah ia peroleh.
Salah satu model instrusional kognitif yang dinyatakan oleh Bruner dalam
Ratna Wilis (1989) adalah balajar penemuan (discovery learning). Belajar
penemuan ditunjukan dengan aktivitas aktif oleh siswa dalam pencarian
pengetahuan sehingga akan memberikan hasil yang paling baik. Dalam belajar
siswa harus berpartisipasi aktif dengan konsep-konsep dan prisnsip-prinsip agar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
siswa memperoleh pengalaman, melakukan eksperimen untuk menemukan
prinsip-prinsip sendiri.
Ratna Wilis (1989) mengatakan kebaikan dari belajar penemuan adalah:
(1) pengetahuan menjadi lebih mudah diingat dan lebih tahan lama; (2) konsep-
kpnsep dan prinsip-prinsi yang didapat lebih mudah diterapkan; (3) melatih
siswa untuk memecahkan permasalahan tanpa bantuan orang lain. Aplikasinya
siswa tidak harus sama cara belajarnya untuk mendapatkan pengetahuan yang
sama. Dalam penelitian ini akan ditunjukan dua cara belajar materi cahaya yaitu
dengan media lab riil dan media lab virtuil.
Dalam belajar penemuan menurut Ratna Wilis (1989), peran guru adalah
sebagai berikut: (1) merencanakan pembelajaran agar pusat pembelajaran pada
siswa; (2) menyajikan materi pembelajaran dengan membuat konflik kognitif
pada diri siswa yang mengakibatkan ada masalah. Herannya siswa akan
terangsang untuk menyelidiki masalah itu, menyusun hipotesa, dan mencoba
sendiri menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang mendasari masalah
tersebut; (3) menyajikan pelajaran dengan diurutkan dari cara enaktif, ikonik, dan
diakhiri dengan simbolik; (4) berperan sebagai pembimbing atau tutor, pada saat
siswa memecahkan masalah dengan melakukan eksperimen. Guru jangan
mengungkapkan terlebih dahulu prinsip atau aturan yang akan dipelajari, hanya
memberi saran saat siswa membutuhkan dan memberi umpan balik di saat yang
tepat. Sehingga siswa bisa bisa menemukan sendiri tanpa tergantung bantuan
guru; (5) menilai hasil belajar tidak melulu produk tetapi mulai dari proses
menemuan tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
c. Teori Ausubel
Inti dari teori belajar Ausubel dalam Ratna Wilis (1989) adalah belajar
bermakna. Belajar bermakna adalah suatu proses mengkaitkan informasi baru
pada konsep-konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif
seseorang. Informasi yang dipelajari secara bermakna akan lebih lama diingat
dari informasi yang dipelajari secara hafalan.
Menurut Ausubel dan Novak dalam Ratna Wilis (1989) ada tiga kebaikan
dari belajar bermakna yaitu: (1) Informasi yang dipelajari secara bermakna akan
lebih tahan lama; (2) memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi
pelajaran yang mirip; (3) walaupun sudah lupa terhadap informasi yang didapat
secara bermakna tetapi masih bisa dengan mudah mempelajari hal-hal yang
mirip.
Prasarat dari belajar bermakna menurut Ratna Wilis (1989) adalah
sebagai berikut: (1) materi yang akan dipelajari harus bermakna secara potensial;
(2) siswa memiliki kesiapan dan niat untuk belajar bermakna. Sedangkan
Hamzah B . Uno (2010) berpendapat belajar bermakna dapat terselenggara jika
guru memiliki pengetahuan terhadap materi dengan sangat baik dan logika
berpikir guru juga harus baik. Dengan demikian guru dapat memilah-milah
materi pelajaran, merumuskan informasi dengan rumusan yang singkat dan padat,
serta mengurutkan materi ke dalam urutan yang logis dan mudah dipahami.
Dalam penelitian ini materi yang akan dipakai sebagai objek penelitian
adalah pemantulan cahaya. Dalam hal ini siswa sudah harus belajar tentang
gelombang sebenarnya karena konsep gelombang yang mendasari konsep dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
pemantulan cahaya. Guru juga harus mampu mengurutkan materi ke dalam
struktur urutan yang logis. Dalam penelitian ini guru akan memulai mengajak
anak belajar dari materi pengertian cahaya, sifat-sifat cahaya, pemantulan pada
cermin datar dan cembung, dan aplikasi pemamtulan dalam kehidupan sehari-
hari.
3. Pendekatan Pembelajaran Inkuiri
Teori belajar Pieget menyarankan agar pembelajaran menjadi bermakna
maka dilakukan dengan inkuiri atau penemuan. Siswa juga membutuhkan
permasalahan agar tertantang untuk memecahkannya dan terangsang
keingintahuannya. Kondisi ini akan terjadi jika siswa sebagai pusat pembelajaran,
dalam pembelajaran ini yang diutamakan adalah pemikiran siswa bukan
pemikiran guru. Guru hanya bertindak sebagai pembimbing dan harus tepat
memilih waktu untuk memberikan umpan balik disaat siswa belajar.
J. T.Wilson dalam Throwbridge Bybee (1986) menyatakan definisi dari
inkuiri sebagaai berikut:
Inquiry is a process model of instruction based upon learning theory and
behavior. Too often it is confused with open-ended. undirected activity
which is assumed to simulate scientific activity. This is not the case.
Inquiry results wherever and when- ever stimuli challenge the existing
expectations of the participant. The situation may occur in a well-
equipped laboratory. but it may also occur in a well-planned and
produced lecture. a stimulating reading assignment. or a simple novel
situation. The emphasis of inquiry is not the mere acquisition of science
knowledge or the production of scientists. It is rather an emphasis upon
how humans process information in order to make intellectual decisions of
all sorts."
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Pernyataan di atas menyatakan inkuiri sering diasumsikan sebagai
aktivitas yang terbuka dan tak terarah, padahal sebenarnya inkuiri adalah suatu
proses untuk menyelidiki gejala-gejala alam. Untuk bisa melakukan inkuiri maka
dibutuhkan adanya tantangan. Dalam hal ini siswa dihadapkan pada suatu
masalah, kemudian melakukan penyelidikan dengan eksperimen di laboratorium.
Beberapa ahli sering membedakan arti antara discovery dan inquiry tetapi
ada juga yang menggunakan dua istilah itu secara bergantian. Perbedaan proses
antara discovery dan inquiry jika dilihat dari prosesnya seperti kutipan di
bawah ini: Processes of discovery are observing, classifying, measurring,
predicting, descrebing, inferring. And the process of inquiry are of defining
and investigating problems, formulating hypotheses, designing experiments,
gathering data, and drawing conclusions about problems
Dari kutipan di atas dapat diartikan bahwa kemampuan discovery
(penyelidikan) dibutuhkan untuk melakukaan kegiatan inquiry (penemuan).
Guru jarang membedakan kegiatan penemuan dan penyelidikan bahkan lebih
sering menekankan penemuan. Sehinggan siswa tidak mendalam dalam
menguasai kemampuan penyelidikan. Jika di atas sudah dijelaskan hubungan
antara penyelidikan dan penemuan, maka bisa dibayangkan jika kemampuan
siswa dalam penyelidikan rendah maka dapat dipastikan kemampuan siswa dalam
penemuan juga rendah.
Jerome Bruner dalam Throwbridge Bybee, (1986) menguraikan empat
alasan untuk menggunakan pendekatan inkuiri yaitu: (1) potensi intelektual,
siswa harus mengembangkan kemampuan berpikirnya; (2) motif intrinsik, jika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
siswa berhasil dalam penemuannya maka dia akan terpenuhi motif intrinsiknya;
(3) belajar heuristik penemuan, siswa dapat belajar penemuan jika ia diberi
kesempatan untuk melakukan penemuan; (4) konservasi memori, siswa terbantu
untuk menyimpan memorinya dengan lebih baik.
Selanjutnya Sanjaya (2000) menyatakan bahwa ada 3 hal yang menjadi
ciri utama strategi pembelajaran inkuiri yaitu: (1) strategi inkuiri menekankan
kepada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya
pendekatan inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses
pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui
penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri
inti dari materi pelajaran itu sendiri; (2) seluruh aktivitas yang dilakukan siswa
diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri dari sesuatu yang
dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self
belief). Artinya dalam pendekatan inkuiri menempatkan guru bukan sebagai
sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.
Aktvitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru
dan siswa, sehingga kemampuan guru dalam menggunakan teknik bertanya
merupakan syarat utama dalam melakukan inkuiri; (3) tujuan dari penggunaan
strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan intelektual
sebagai bagian dari proses mental, akibatnya dalam pembelajaran inkuiri siswa
tidak hanya dituntut agar menguasai pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka
dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Peran guru dalam pembelajaran inkuiri dimulai dari memilih masalah yang
akan dipecahkan oleh siswa di kelas. Kemudian dilanjutkan dengan menyiapkan
sumber belajar termasuk alat-alat laboratorium jika akan melakukan eksperimen.
Setelah itu guru hanya sebagai pembimbing tidak boleh terlalu ikut campur
dalam kegiatan siswa. Guru hanya memberi bimbingan jika dibutuhkan siswa.
Tetapi guru tetap harus memotivasi dan mengendalikan kelas agar kegiatan tetap
dalam tujuan yang sudah ditetapkan. Biarkan siswa menemukan sendiri cara
memecahkan permasalahan yang diberikan.
Syaiful Sagala (2010) mengatakan pendekatan inkuiri dapat dilaksanakan
apabila dipenuhi syarat-syarat berikut: (1) guru harus memilih persoalan yang
relevan dan bersumber dari bahan pelajaran yang dapat menantang siswa untuk
mencari tahu; (2) guru harus terampil menumbuhkan motivasi belajar siswa dan
menciptakan situasi belajar yang menantang; (3) adanya fasilitas dan sumber
belajar yang cukup; (4) adanya kebebasan siswa untuk berpendapat, berkarya,
berdiskusi; (5) partisipasi setiap siswa dalam setiap kegiatan belajar; (6) guru
tidak banyak campur tangan dan interverensi terhadap kegiatan siswa.
Syaiful Sagala (2010) menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri
menempuh 5 tahap yaitu: (1) perumuskan masalah untuk dipecahkan siswa; (2)
menetapkan jawaban sementara atau merumuskan hipotesis; (3) mencari
informasi, data, fakta yang diperlukan untuk menjawab hipotesis; (4) menarik
kesimpulan atau generalisasi; (5) mengaplikasi kesimpulaan dalam situasi baru.
Merumuskan masalah merupakan cara merangsang keingintahuan siswa,
jadi dibutuhkan masalah yang menantang siswa untuk memecahkannya. Peran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
guru adalah memberi motivasi agar siswa dapat menemukan jawaban dan
menyediakan sarana agar siswa dapat mencari jawaban sendiri. Proses mencari
jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena itu
melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga
sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir. Hipotesis adalah
jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban
sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat
dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan membuat hipotesis pada
setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat
mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat
merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan
yang dikaji. Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang
dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri,
mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam
pengembangan intelektual. Proses pemgumpulan data bukan hanya memerlukan
motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan
kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Dalam pembelajaran sains pencari
data lebih ditekankan dengan melakukan eksperimen.
Untuk bisa menarik kesimpulan terlebih dahulu menguji hipotesis dengan
cara menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau
informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga
berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran
jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggung jawabkan. Untuk
mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada
siswa data mana yang relevan.
Pendekatan inkuiri terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan besarnya
intervensi guru terhadap siswa atau besarnya bimbingan yang diberikan oleh guru
kepada siswanya. Ketiga jenis pendekatan inkuiri tersebut adalah:
a. Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry Approach)
Pendekatan inkuiri terbimbing yaitu pendekatan inkuiri dimana guru
membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan
mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan
permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Pendekatan inkuiri terbimbing ini
digunakan bagi siswa yang kurang berpengalaman belajar dengan pendekatan
inkuiri. Dengan pendekatan ini siswa belajar lebih beorientasi pada bimbingan
dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami konsep-konsep pelajaran.
Pada pendekatan ini siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk
diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar
mampu menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri.
Pada dasarnya siswa selama proses belajar berlangsung akan memperoleh
pedoman sesuai dengan yang diperlukan. Pada tahap awal, guru banyak
memberikan bimbingan, kemudian pada tahap-tahap berikutnya, bimbingan
tersebut dikurangi, sehingga siswa mampu melakukan proses inkuiri secara
mandiri. Bimbingan yang diberikan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan dan
diskusi multi arah yang dapat menggiring siswa agar dapat memahami konsep
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
IPA . Di samping itu, bimbingan dapat pula diberikan melalui lembar kerja siswa
yang terstruktur. Selama berlangsungnya proses belajar guru harus memantau
kelompok diskusi siswa, sehingga guru dapat mengetahui dan memberikan
petunjuk-petunjuk dan scafolding yang diperlukan oleh siswa.
b. Inkuiri Bebas (Free Inquiry Approach).
Pada umumnya pendekatan ini digunakan bagi siswa yang telah
berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Karena dalam pendekatan
inkuiri bebas ini menempatkan siswa seolah-olah bekerja seperti seorang
ilmuwan. Siswa diberi kebebasan menentukan permasalahan untuk diselidiki,
menemukan dan menyelesaikan masalah secara mandiri, merancang prosedur atau
langkah-langkah yang diperlukan.
Selama proses ini, bimbingan dari guru sangat sedikit diberikan atau
bahkan tidak diberikan sama sekali. Kalaupun akan diberikan bisa dalam bentuk
pertanyaan-pertanyaan penggali atau diskusi dengan sesama siswa. Salah satu
keuntungan belajar dengan metode ini adalah adanya kemungkinan siswa dalam
memecahkan masalah open ended dan mempunyai alternatif pemecahan masalah
lebih dari satu cara, karena tergantung bagaimana cara mereka mengkonstruksi
jawabannya sendiri. Selain itu, ada kemungkinan siswa menemukan cara dan
solusi yang baru atau belum pernah ditemukan oleh orang lain dari masalah yang
diselidiki.
Sedangkan belajar dengan metode ini mempunyai beberapa kelemahan,
antara lain: 1) waktu yang diperlukan untuk menemukan sesuatu relatif lama
sehingga melebihi waktu yang sudah ditetapkan dalam kurikulum; 2) karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
diberi kebebasan untuk menentukan sendiri permasalahan yang diselidiki, ada
kemungkinan topik yang dipilih oleh siswa di luar konteks yang ada dalam
kurikulum; 3) ada kemungkinan setiap kelompok atau individual mempunyai
topik berbeda, sehingga guru akan membutuhkan waktu yang lama untuk
memeriksa hasil yang diperoleh siswa; 4) karena topik yang diselidiki antara
kelompok atau individual berbeda, ada kemungkinan kelompok atau individual
lainnya kurang memahami topik yang diselidiki oleh kelompok atau individual
tertentu, sehingga diskusi tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan.
4. Inkuiri Bebas Termodifikasi ( Modified Free Inquiry Approach)
Pendekatan ini merupakan kolaborasi atau modifikasi dari dua pendekatan
inkuiri sebelumnya, yaitu: pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan inkuiri
bebas. Meskipun begitu permasalahan yang akan dijadikan topik untuk diselidiki
tetap diberikan atau mempedomani acuan kurikulum yang telah ada. Artinya,
dalam pendekatan ini siswa tidak dapat memilih atau menentukan masalah untuk
diselidiki secara sendiri, namun siswa yang belajar dengan pendekatan ini
menerima masalah dari gurunya untuk dipecahkan dan tetap memperoleh
bimbingan. Namun bimbingan yang diberikan lebih sedikit dari Inkuiri terbimbing
dan tidak terstruktur.
Dalam pendekatan inkuiri jenis ini guru membatasi memberi bimbingan,
agar siswa berupaya terlebih dahulu secara mandiri, dengan harapan agar siswa
dapat menemukan sendiri penyelesaiannya. Namun, apabila ada siswa yang tidak
dapat menyelesaikan permasalahannya, maka bimbingan dapat diberikan secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
tidak langsung dengan memberikan contoh-contoh yang relevan dengan
permasalahan yang dihadapi, atau melalui diskusi dengan siswa dalam kelompok
lain.
Berdasarkan pengertian dan uraian dari ketiga jenis pembelajaran dengan
pendekatan inkuiri, telah pendekat dipilih pendekatan inkuiri bebas termodifikasi
yang akan digunakan dalam penelitian ini. Pemilihan ini dilakukan dengan
pertimbangan bahwa penelitian yang akan dilakukan terhadap siswa kelas VIII
Sekolah Menengah Pertama (SMP) di semester dua, dimana tingkat
perkembangan kognitif siswa masih pada tahap peralihan dari operasi konkrit ke
operasi formal, tetapi siswa sudah memiliki pengalaman belajar dengan
pendekatan inkuiri saat belajar di kelas VII dan VIII semester satu. Siswa juga
sudah sering melakukan pembelajaran yang mengedepankan proses ilmiah.
5. Pengertian Media Pendidikan
Arif S.Sadiman dkk (2007) mengatakan kata media berasal dari bahasa
Latin yang artinya perantara atau pengantar. Association of Education and
Communication Technology ( AECT) membatasi media adalah segala bentuk
dan aluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi. Gagne
(1970) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam
lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk belajar. Dari infirmasi diatas
dapat disimpulkan media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan atau informasi dari pengirim ke penerima sehingga dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa
sedemikian rupa sehingga proses belajar dapat terjadi.
Arif S.Sadiman dkk (2007) mengatakan media dalam pendidikan pada
mulanya hanya merupa alat antu mengajar guru dalam bentuk visual misalnya
gambar, charta,bagan, poster, komik, mode, objek, dan alat-alat labiratorium.
Bentuk audial misalnya radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya.
Memasuki abad 20 alat bantu dalam bentuk visual mulai dilengkapi dengan audio
sehingga kita mengenal alat yang disebut audio visual, contoh, slide OHP, in
fokus dan jenisnya. Kemudian media dikembangkan sedemikian rupa sampai
secanggih saat ini, misalnya film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer
dan sejenisnya.
Fungsi media dalam pembelajaran dikelas adalah: (1) mengatasi
keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh siswa. Jika siswa tidak mungkin
dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke
peserta didik. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun
bentuk gambar-gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan audial; (2)
melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara
langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu obyek, yang
disebabkan, karena : (a) obyek terlalu besar; (b) obyek terlalu kecil; (c) obyek
yang bergerak terlalu lambat; (d) obyek yang bergerak terlalu cepat; (e) obyek
yang terlalu kompleks; (f) obyek yang bunyinya terlalu halus; (f) obyek
mengandung berbahaya dan resiko tinggi; (3)menanamkan konsep dasar yang
benar, konkrit, dan realistis; (4) membangkitkan keinginan dan minat baru; (5)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar; (6) memberikan
pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak
Allen dalam Sudrajad (2008) mengemukakan tentang hubungan antara
media dengan tujuan pembelajaran, seperti terlihat dalam Tabel 2.1 di bawah ini :
Tabel 2.1 Hubungan antara Media dengan Tujuan Pembelajaran
Jenis Media 1 2 3 4 5 6
Gambar Diam S T S S R R
Gambar Hidup S T T T S S
Televisi S S T S R S
Obyek Tiga Dimensi R T R R R R
Rekaman Audio S R R S R S
Programmed Instruction S S S T R S
Demonstrasi R S R T S S
Buku teks tercetak S R S S R S
Keterangan: R = rendah, S = sedang, T= tinggi; 1 = belajar informasi
faktual , 2 = belajar pengenalan visual, 3 = belajar prinsip, konsep dan aturan, 4 =
prosedur belajar, 5= penyampaian keterampilan persepsi motorik , 6 = menge
mbangkan sikap, opini dan motivasi
Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus di-
sesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai.
Contoh: bila tujuan atau kompetensi peserta didik bersifat menghafalkan kata-kata
tentunya media audio yang tepat untuk digunakan. Jika tujuan atau kompetensi
yang dicapai bersifat memahami isi bacaan maka media cetak yang lebih tepat
digunakan. Kalau tujuan pembelajaran bersifat motorik (gerak dan aktivitas),
maka media film dan video bisa digunakan. Materi pemantulan memililik
kompetensi memahami konsep dan penerapannya, oleh karena itu penting sekali
menggunakan media yang bersifat motorik yaitu alat-alat laboratorium dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
program pembelajaran interaktif dengan komputer. Di samping itu, terdapat
kriteria lainnya yang bersifat melengkapi, seperti biaya, ketepatgunaan, keadaan
peserta didik, ketersediaan, dan mutu teknis.
Sudjana (2009) menyatakan siswa dapat belajar melalui pengalaman,
baik langsung maupun tidak langsung. Dengan pengalaman langsung anak
mengalami dan melakukan sendiri dalam situasi yang sebenarnya, misalnya saat
anak membuktikan cahaya merambat lurus mereka melakukan percobaan sendiri
dilaboratorium riil. Pengalaman tersebut diharapkan akan menghasilkan prestasi
belajar yang lebih baik. Tetapi tidak semua konsep fisika bisa dipelajari siswa
secara langsung tetapi dipelajari dengan melihat fenomena, mengamati gambar,
grafik atau simbol. Sebagai contoh untuk mengamati terbentuknya bayangan
maya pada cermin datar dan cermin cembung, siswa belajar dengan prograam
pembelajaran interaktif yaitu laboraatorium virtuil. Berbagai pengalaman ini dapat
dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2.1 Kerucut Pengalaman Edgar Dale, (Sudjana,2009).
Dasar pengembangan kerucut Dale adalah pada tingkat keabstrakan jumlah
jenis indera yang turut serta selama penerimaan isi pengajaran atau pesan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Pengalaman langsung akan memberikan kesan paling utuh dan paling bermakna-
mengenai informasi dan gagasan yang terkandung dalam pengalaman itu. Tingkat
keabstrakan akan semakin tinggi ketika sebuah pesan disampaikan dalam bentuk
lambang-lambang, seperti bagan, grafik, atau kata.
Media pembelajaran yang baik harus memenuhi beberapa syarat yaitu: (1)
media pembelajaran harus meningkatkan motivasi siswa. Penggunaan media
mempunyai tujuan memberikan motivasi kepada siswa; (2) Selain itu media juga
harus merangsang pembelajar mengingat apa yang sudah dipelajari selain
memberikan rangsangan belajar baru; (3) media yang baik juga akan
mengaktifkan pembelajar dalam memberikan tanggapan, umpan balik; (4) dan
juga mendorong mahasiswa untuk melakukan praktik-praktik dengan benar.
Munir (2009) menyatakan perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi telah mempengaruhi perkembangan media pendidikan menjadi media
pembelajaran berbasis komputer. Sifat media komputer adalah menarik, atraktif
dan interaktif. Komputer secara virtual dapat menyediakan respon yang segera
terhadap hasil belajar yang dilakukan oleh siswa. Lebih dari itu, komputer
memiliki kemampuan menyimpan dan memanipulasi informasi yang bisa disesuai
dengan kebutuhan yang sudah direncanakan dan dilaksanakan dalam proses
pembelajaran.
Saat ini teknologi komputer tidak lagi hanya digunakan sebagai sarana
komputasi dan pengolahan kata (word processor) tetapi juga sebagai sarana
belajar multi media yang memungkinkan peserta didik membuat desain dan
rekayasa suatu konsep dan ilmu pengetahuan. Sajian multimedia berbasis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
komputer dapat diartikan sebagai teknologi yang mengoptimalkan peran komputer
sebagai sarana untuk menampilkan dan merekayasa teks, grafik, dan suara dalam
sebuah tampilan yang terintegrasi. Dengan tampilan yang dapat
mengkombinasikan berbagai unsur penyampaian informasi dan pesan, komputer
dapat dirancang dan digunakan sebagai media teknologi yang efektif untuk
mempelajari dan mengajarkan materi pembelajaran yang relevan misalnya
rancangan grafis dan animasi.
Multimedia berbasis komputer dapat pula dimanfaatkan sebagai sarana
dalam melakukan simulasi untuk melatih keterampilan dan kompetensi tertentu.
Contohnya adalah tampilan multimedia dalam bentuk animasi yang
memungkinkan mahasiswa pada jurusan eksakta, biologi, kimia, dan fisika
melakukan percobaan tanpa harus berada di laboratorium. Perangkat kompeter
tersebut berserta software animasinya disebut juga laboratorium Virtuil.
Thorn (1995) dalam Makalah Diklat TOT Ilmu-ilmu Dasar, UNY,
mengajukan enam kriteria untuk menilai multimedia interaktif yaitu: (1)
kemudahan navigasi. Sebuah program harus dirancang sesederhana mungkin
sehingga pembelajar bahasa tidak perlu belajar komputer lebih dahulu; (2)
kandungan kognisi, kriteria yang lainnya adalah pengetahuan dan presentasi
informasi; (3) untuk menilai isi dari program itu sendiri, apakah program telah
memenuhi kebutuhan pembelajaran si pembelajar atau belum; (4) integrasi
media di mana media harus mengintegrasikan aspek dan ketrampilan bahasa yang
harus dipelajari. Untuk menarik minat pembelajar program harus mempunyai
tampilan yang artistik maka estetika juga merupakan sebuah kriteria; (5) fungsi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
secara keseluruhan. Program yang dikembangkan harus memberikan
pembelajaran yang diinginkan oleh pembelajar. Sehingga pada waktu seorang
selesai menjalankan sebuah program dia akan merasa telah belajar sesuatu.
Bramble et al. 1985 dalam Munir (2009) mengatakan langkah-langkah
memanfaatkan komputer dalam menjalankan peranannya sebagai media
pembelajaran adalah : (1) menentukan sasaran dan tujuan pembelajaran; (2)
membuat isi pembelajaran dan menentukan dimana dan bagaimana komputer bisa
digunakan secara efektif; (3) memberikan penilaian terhadap metodologi yang
ada untuk menentukan dimana komputer bisa digunakan untuk mencapai sasaran
dan tujuan pembelajaran atau untuk memperbaiki kekurangan metodologi tersebut
untuk memaksimalkan penggunaan komputer dengan lebih efektif; (4) merancang
proses pembelajaran serta operasionalnya.
6. Laboratorium Riil
Pengertian laboratorium dalam arti luas adalah suatu tempat yang dapat
dipakai untuk melakukan percobaan dan penelitian. Tempat itu dapat berupa
suatu ruangan tertutup, kamar atau ruangan terbuka, atau kebun misalnya. Sedang
dalam arti terbatas laboratorium adalah suatu ruangan yang tertutup yang
dilengkapi sejumlah peralatan untuk percobaan, dimana bisa dipakai untuk tempat
menyelenggarakan kegitan eksperimen didalam pembelajaran IPA.
Laboratorium riil adalah laboratorium tempat khusus yang dilengkapi
dengan alat-alat dan bahan-bahan riil untuk melakukan eksperimen baik fisika,
kimia, atau biologi. Ciri kegiatan dalam laboratorium riil adalah: (1) dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
memegang secara langsung alat yang dipakai; (2) ada kemungkinan
menggunakan alat secara bebas semaunya sendiri sehingga dapat mengakibatkan
kerusakan alat; (2) merangkai alat secara langsung; (3) mengukur langsung
besaran-besaran yang dibutuhkan dengan alat ukur yang sesuai; (4) menggunakan
banyak indera dalam melakukan pengamatan misalnya penglihatan, peraba,
pendengar, penciuman; (5) ada lembar kerja untuk memandu eksperimen dan
merekam data yang diperoleh.
7. Laboratorium Virtuil
Laboratorium virtuil adalah alat-alat laboratorium dalam program
(software) komputer, dioperasikan dengan komputer. Dalam perkembangannya
komputer dewasa ini, memiliki kemampuan menggabungkan berbagai peralatan,
antara lain CD player, video tape, juga audio tape. Oleh karena itu komputer
dapat merekam, menganalisis dan memberi reaksi terhadap masukan yang
diperoleh pemakai. Para siswa diajak untuk memberikan respon, komputer akan
merespon dan memberikan feed back segera pada siswa dalam bentuk
Programmed instruction.
8 . Kemampuan Berpikir
Kemampuan berpikir merupakan sekumpulan ketrampilan yang
kompleks yang dapat dilatih sejak usia dini. Berpikir menurut Suryabrata
merupakan proses aktif dinamis yang bersifat ideasional dalam rangka
pembentukan pengertian, pembentukan pendapat, dan penarikan kesimpulan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
dinyatakan oleh Suryabrata(1993). Sedangkan menurut Conny (1997), berpikir
merupakan proses mental yang terjadi karena berfungsinya otak dalam rangka
mencari jawaban atas suatu persoalan, menemukan ide-ide, mencari pengetahuan,
atau sekedar untuk berimajinasi. Proses berpikir terjadi oleh berfungsinya otak
manusia, karena otak manusia merupakan pusat kesadaran, pusat berpikir,
perilaku, dan emosi manusia mencerminkan keseluruhan dirinya, kebudayaan,
kejiwaan, bahasa dan ingatan yang dimiliki oleh manusia.
Conny R Semiwan (1997) mengatakan tingkat berpikir dibedakan
menjadi tiga yaitu: (1) berpikir kongkret, kegiatan berpikir ini masih
membutuhkan situasi-situasi yang nyata/kongkrit. Tingkat berpikir ini dimiliki
individu yang berusia antar usia 7 – 11 tahun. Pemebelajaran yang sesuai tingkat
berpikir ini adalah dengan mengguakan media yang kongkrit atau peragaan
langsung. Untuk matapelajaran IPA misalnya siswa diajak melakukan
eksperimen dengan alat-alat yang kongkrit; (2) berpikir skematis, kegiatan ini
membutuhkan media yang cocok sehingga individu bisa meningkatkan
kemampuan berpikir kongkrit ke abstrak. Untuk membantu berpikir disajikan
bahan-bahan, skema-skema. Siswa bisa mengunakan coretan-coretan, simbol-
simbol, diagram dan sebagainya. Dengan bantuan media tersebut akan nampak
hubungan persoalan yang satu dengan yang lain sehingga akan terlihat masalah
yang dihadapi secara keseluruhan; (3) berpikir abstrak, kegiatan berpikir yang
menghadapi situasi dan masalah yang tidak berujud, kegiatan berpikirnya secara
simbolik atau imajinatif, pikiran yang bergerak bebas dalam alam abstrak.
Kemampuan berpikir abstrak tidak terlepas dari pengetahuan tentang konsep,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
karena berpikir memerlukan kemampuan untuk membayangkan atau
menggambarkan benda dan peristiwa yang secara fisik tidak selalu ada. Orang
yang memiliki kemampuan berpikir abstrak baik akan dapat mudah memahami
konsep-konsep abstrak denga baik.
9. Gaya Belajar Siswa
Winkel (2004) mengatakan gaya belajar merupakan cara belajar yang
khas bagi siswa. Gaya belajar dibedakan menjadi gaya kognitif dan tipe belajar.
Salah satu tipe belajar yang dijelaskan Winkel adalah gaya belajar visual. Siswa
yang tergolong lebih visual cenderung lebih mudah belajar bila materi
pelajarannya dapat dilihat atau dituangkan dalam bentuk gambar, bagan, diagram,
dan lainnya. Dimungkinkan hasil hasil pengolahan materi pelajaran disimpan
dalam ingatan dalam bentuk bayangan atau tanggapan.
Menurut DePorter (1999) gaya belajar seseorang adalah kunci untuk
mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, di sekolah, dan dalam masing-msing
individu. Gaya belajar seseorang merupakan kombinasi dari bagimana menyerap,
mengatur, dan mengolah informasi yang diperoleh. Banyak variabel yang
mempengaruhi gaya belajar sesorang di antaranya faktor fisik, sosiologis,
emosional, dan lingkungan.
Sedangkan Hamzah B. Uno ( 2010) mengatakan gaya belajar menunjukan
cara tercepat dan terbaik bagi setiap individu untuk bisa menyerap sebuah
informasi dari luar dirinya. Gaya belajar masing-masing individu berbeda oleh
karena itu masing-masing individu mempunyai cara yang berlainan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
memahami sebuah informasi atau pelajaran yang sama. Jika guru bisa
mengetahui gaya belajar masing-masing siswanya maka guru akan dapat memilih
metode dan media yang tepat dalam menyampaikan pelajaran di kelas sehingga
dapat memberikan hasil belajar yang maksimal.
Kembalai Hamzah B. Uno (2010) mengatakan ada tiga tipe gaya belajar
yang bisa kita cermati dan sebagai dasar untuk mengatahui gaya belajar masing-
masing siswa dikelas. Tiga tipe gaya belajar itu adalah:
a. Gaya belajar Kinestetik.
Tipe ini untuk memahami dan mengingat sesuatu informasi membutuhkan
menyentuh sesuatu. Agar hasil belajar maksimal mereka akan menguji
inforemasi ynag diterima dengan fakta dilapangan. Ciri-ciri individu yang
memiliki tipe belajar ini adalah: (1) menempatkan tangan sebagai alat penerima
informasi; (2) tidak terlalu terganggu dengan keributan; (3) tidak bisa duduk
terlalu lama untuk mendengarkan suatu informasi; (4) memiliki kemampuan
mengkoordinasi suatu tim; (5) menyukai kegiatan fisik, manipulasi atau praktek
untuk belajar sesuatu
Pendekatan yang tepat untuk tipe ini adalah menggunkan pengalaman
untuk mengingat suatu informasi. Metode yang bisa dipakai eksperimen, bekerja
menggunakan alat di labolatorium, atau bermain sambil belajar.
b. Gaya belajar visual
Tipe ini untuk mempercayai susuatu individu harus melihat terlebih
dahulu. Ciri-cirinya adalah: (1) kebutuhan untuk melihat sesuatu secara visual
untuk mengetahui atau memahami;(2) memiliki kepekaan yang kuat terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
warna; (3) memiliki pemahaman yang cukup terhadap masalah artistik; (4)
memiliki kesulitan dalam berdialok secara langsung; (5) terlalu reaktif terhadap
suara; (6) sulit mengikuti anjuran cecara lisan; (7) sering salah
menginterpretasikan kata atau ucapan.
Agar menghasilkan prestasi belajar yang maksimal , strategi pembelajaran
yang cocok untuk gaya belajar ini adalah dengan : (1) menggunakan media seperti
film,slide, gambar ilustrasi, diagram, peta, kartu bergambar; (2) menggunakan
warna untuk menandai bagian-bagian yang penting; (3) mengajak anak
mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar; (4) mengajak anak membaca
buku-buku berilustrasi; (5) menggunakan media multi-media misalnya komputer.
c. Gaya belajar Auditori.
Tipe ini untuk memahami dan mengingat sesuatu informasi
mengandalkan pendengarannya. Ciri-ciri tipe ini adalah: (1) semua informasi
hanya bisa diserap melalui mendengar; (2) memiliki kesulitan untuk menyerap
informasi dalam bentuk tulisan secara langsung; (3) membaca dengan keras agar
bisa mendengarkan sendiri; (4) mudah terganggu oleh keributan; (5) mahir
menirukan nada, irama dan warna bunyi
Pendekatan pembelajaran yang cocok untuk tipe ini agar menghasilkan
prestasi belajar yang maksimal adalah metode ceramah dan diskusi bisa
dilengkapi mengunakan musik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
10. Prestasi Belajar
Terdapat beberapa pendapat mengenai pengertian prestasi antara lain
Poerwadarminta (2003) menyatakan bahwa prestasi adalah hal yang telah
dicapai atau dilakukan, diberikan, dikerjakan, dan sebagainya. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) prestasi adalah hasil yang telah
dicapai dari yang telah dilakukan atau dikerjakan, sedangkan prestasi belajar
adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan
melalui mata pelajaran, lazimnya digunakan dengan nilai tes atau angka nilai
yang diberikan oleh guru.
Dari beberapa pengertian prestasi yang dikemukakan di atas dapat
disimpulkan bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang dikerjakan,
diciptakan, yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan
kerja, baik secara individual maupun secara berkelompok dalam bidang
kegiatan tertentu. Slameto (1991) mengatakan belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Belajar merupakan suatu
proses, bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat akan
tetapi lebih luas dari itu yakni mengalami.
Dari pengertian diatas secara sederhana dapat dikatakan bahwa belajar
adalah suatu proses atau kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh
perubahan dalam diri seseorang, sehingga dapat disimpulkan bahwa prestasi
belajar adalah hasil yang dicapai dari suatu kegiatan yang mengakibatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
perubahan dalam diri yang berkaitan dengan kognitif, afektif, dan
psikomotor. Karena yang dimaksud adalah prestasi belajar siswa, maka
dalam hal ini dapat terwujud dalam pada nilai yang diperoleh berdasarkan
hasil tes atau ujian serta adanya perubahan sikap pada siswa.
Secara garis besar terdapat dua faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar yakni yakni faktor dalam diri individu (faktor indogen) dan faktor
yang berasal dari luar (faktor eksogen). Faktor indogen mencakup dua segi
yakni 1) segi fisiologis yang berkaitan dengan keadaan jasmani. Keadaan
fisik seseorang cukup besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar, kondisi
fisik akan berpengaruh pada gairah belajar, siswa dengan gairah belajar
tinggi akan memiliki prestasi belajar tinggi dan begitu pula sebaliknya siswa
yang gairah belajarnya rendah cenderung prestasi belajarnya rendah pula.
Kesehatan dan asupan gizi juga berpengaruh pada aktivitas belajar begitu
juga dengan fungsi-fungsi organ tubuh tertentu terutama panca indra, karena
indra merupakan pintu gerbang masuknya pengetahuan terutama indra
penglihat, penndengar, dan pengucap, 2) segi psikologis yang menyangkut
keadaan jiwa atau yang behubungan dengan rohaniah. Termasuk dalam segi
psikologis adalah: intelegensi, perhatian, minat, bakat, dan emosi.
11. Materi Pembelajaran Cahaya
Cahaya adalah energi yang berbentuk gelombang elekromagnetik yang
kasat mata dengan panjang gelombang sekitar 380–750 nm. Pada bidang fisika,
cahaya adalah radiasi elektromagnetik, baik dengan panjang gelombang kasat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
mata maupun yang tidak. Cahaya adalah paket partikel yang disebut foton.
Sehingga cahaya dikatakan memiliki sifat dualisme, cahaya sebagai gelombang
dan cahaya sebagai materi.
Studi mengenai cahaya dimulai dengan munculnya era optika klasik yang
mempelajari besaran optik seperti: intensitas, frekuensi atau panjang gelombang,
polarisasi dan fasa cahaya. Sifat-sifat cahaya dan interaksinya terhadap sekitar
dilakukan dengan pendekatan paraksial geometris seperti refleksi dan refraksi, dan
pendekatan sifat optik fisisnya yaitu: interferensi, difraksi, dispersi, polarisasi.
Masing-masing studi optika klasik ini disebut dengan optika geometris dan optika
fisis
Pada puncak optika klasik, cahaya didefinisikan sebagai gelombang
elektromagnetik dan memicu serangkaian penemuan dan pemikiran, antar lain:
sejak tahun 1838 oleh Michael Faraday dengan penemuan sinar katoda, tahun
1859 oleh Gustav Kirchhoff dengan penemuan teori radiasi massa hitam, tahun
1877 oleh Ludwig Boltzmann dengan mengatakan bahwa status energi sistem
fisik dapat menjadi diskrit, pada tahun 1899 oleh Max Planck menyatakan teori
kuantum sebagai model dari teori radiasi massa hitam dengan hipotesa bahwa
energi yang teradiasi dan terserap dapat terbagi menjadi jumlahan diskrit yang
disebut elemen energi, E. Pada tahun 1905, Albert Einstein membuat percobaan
efek fotoelektrik, cahaya yang menyinari atom mengeksitasi elektron untuk
melejit keluar dari orbitnya. Pada pada tahun 1924 percobaan oleh Louis de
Broglie menunjukkan elektron mempunyai sifat dualitas partikel-gelombang,
hingga tercetus teori dualitas partikel-gelombang, kemudian pada tahun 1926,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Albert Einstein membuat postulat berdasarkan efek fotolistrik, bahwa cahaya
tersusun dari kuanta yang disebut foton yang mempunyai sifat dualitas yang sama.
Karya Albert Einstein dan Max Planck mendapatkan penghargaan Nobel masing-
masing pada tahun 1921 dan 1918 dan menjadi dasar teori kuantum mekanik yang
dikembangkan oleh banyak ilmuwan, termasuk Werner Heisenberg, Niels Bohr,
Erwin Schrödinger, Max Born, John von Neumann, Paul Dirac, Wolfgang Pauli,
David Hilbert, Roy J. Glauber dan lain-lain.
Era ini kemudian disebut era optika modern dan cahaya didefinisikan
sebagai dualisme gelombang transversal elektromagnetik dan aliran partikel yang
disebut foton. Pengembangan lebih lanjut terjadi pada tahun 1953 dengan
ditemukannya sinar maser, dan sinar laser pada tahun 1960. Era optika modern
tidak serta merta mengakhiri era optika klasik, tetapi memperkenalkan sifat-sifat
cahaya yang lain yaitu difusi dan hamburan.
Cahaya tampak merupakan sejenis energi berbentuk gelombang
elekromagnetik yang dapat dilihat dengan mata.
Gambar 2.2 Cahaya Putih yang dijatuhkan pada Prisma sehingga Terurai
menjadi Spektrum Cahaya Tampak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Cahaya memiliki sifat-sifat sebagai berikut: (1)merambat lurus; (2)
dipantulkan; (3) dibiaskan. Cahaya yang jatuh pada sebuah permukaan benda
memiliki dua peristiwa, sebagian diteruskan ke dalam benda yang dikenainya, dan
sebagian lagi dipantulkan kembali. Banyaknya cahaya yang dipantulkan atau
diteruskan tergantung pada sifat benda yang dikenainya. Ada yang meneruskan
cahaya lebih banyak dari yang dipantulkannya dan sebaliknya.
Pemantulan cahaya oleh permukaan suatu benda, dilihat dari arah
pantulannya bergantung pada keadaan permukaan benda tersebut. Permukaan
yang rata akan memantulkan cahaya dengan teratur, sedangkan permukaan benda
yang kasar akan memantulkan cahaya tidak teratur.
Keterangan:
1. sinar datang
2. permukaan cermin atau permukaan benda
3. sinar pantul
Gambar 2.3 .a) Pemantulan teratur dan b) Pemantulan baur
Hukum Pemantulan Cahaya adalah: (1) Sinar datang, sinar pantul dan
garis normal berpotongan pada titik dan pada satu bidang datar, (2) Sudut datang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
sama dengan sudut pantul (i = r). Untuk lebih jelasnya bisa dilihat gambar
dibawah ini:
Gambar 2.4 Sinar Datang dan Sinar Pantul pada Pemantulan Teratur
Pemantulan Cahaya Pada Cermin dibedakan menjadi : (1) Pemantulan
pada cermin datar.(2) pemantulan pada cermin sekung ;(3) pemantulan pada
cermin cembung
Cermin datar merupakan cermin yang mempunyai permukaan pantul
berbentuk bidang datar.
Gambar 2.5 Pembentukan bayangan pada cermin datar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Berdasarkan gambar 2.5 dapat dilihat cermin datar menghasilkan
bayangan dengan sifat: sama besar dengan benda, tegak, jaraknya ke cermin sama
dengan jarak benda ke cermin, bayangan semu atau maya. Pada cermin datar
berlaku maka nilai p akan sama dengan -q . Jarak benda sama dengan jarak
bayangan.
Ini berarti bahwa jarak benda sama dengan jarak bayangan tapi bersifat
maya (dibelakang cermin). Agar seseorang dapat melihat seluruh tubuhnya maka
cermin yang digunakan haruslah separuh dari tingginya. Hal ini dapat dilihat pada
gambar 2.6
t :
Gambar 2.6a. Pembentukan Bayangan pada Cermin Datar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Pada gambar agar wanita dapat melihat ujung kakinya maka dia membutuhkan
separuh jarak antara mata ke ujung kakinya. Sama dengan itu pada saat dia ingin
melihat ujung kepalanya maka dia membutuhkan separuh jarak antara mata ke
kepalanya. Jika semuanya dijumlahkan maka akan diperoleh bahwa panjang
cermin yang dibutuhkan adalah separuh tinggi tubuhnya.
Gambar 2.6b. Ilustrasi Hubungan Tinggi Benda dengan Panjang Minimum
Cermin Datar
Kesimpulan bisa diambil dengan memperhatikan gambar 2.6 b.
Sudut datang = i sama dengan sudut pantul = r.
Maka akan berlaku :
Hal ini menunjukkan bahwa jarak antara AC ke CD adalah sama sehingga jarak
CD adalah Separuh jarak AD. Hal ini berlaku juga dari mata ke kepala.
Cermin cekung bersifat mengumpulkan sinar. Berkas sinar yang datang
sejajar sumbu utama akan dipantulkan mengumpul pada suatu titik yang disebut
titik fokus (F). Secara geometris dapat dibuktikan bahwa panjang fokus atau (f)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
yaitu jarak cermin ketitik fokus besarnya sama dengan setengah panjang jari-jari
kelengkungan cermin.
Gambar 2.7. Ilustrasi Jalannya Sinar Yang Jatuh Sejajar Pada Cermin
Cekung
Menurut Gambar 2.7 CF = FA, dan FA = f (panjang fokus) dan CA = 2
FA = R. Jadi panjang fokus adalah setengah dari radius kelengkungan
f =
Sinar-sinar istimewa pada cermin cekung adalah: (1) Sinar datang
yang sejajar dengan sumbu utama dipantulkan melalui titik focus; (2) Sinar datang
yang melalui titik fokus dipantulkan sejajar dengan sumbu utama; (3) Sinar
datang yang melalui titik pusat kelengkungan cermin dipantulkan melalui titik itu
juga.
Gambar 2.8.a.Ilustrasi Pemantulan Sinar Datang Sejajar Sumbu Utama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Gambar 2.8 b. Ilustrasi Pemantulan Sinar Datang yang Melalui Titik Fokus
Gambar 2.8 c. Ilustrasi Pemantulan Sinar Datang yang Melalui Titik Pusat
Kelengkungan Cermin Cekung
Daerah disekitar cermin cekung dibagi menjadi 4 ruang, yaitu: (1) Daerah diantara
O dan F disebut ruang 1; (2) Daerah antara F dan R disebut ruang 2; (3) Daerah
disebelah kiri R disebut ruang 3; (4) Daerah di belakang cermin disebut ruang 4
Gambar 2.9 .Ilustrasi Pembentukan Bayangan pada Cermin Cekung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Cermin cembung bersifat menyebarkan sinar. Berkas sinar sejajar sumbu
utama dipantulkan menyebar seolah-olah berasal dari titik fokus. Jari-jari
kelengkungan (R) cermin cembung berharga negatif. Sinar-sinar istimewa pada
cermin cembung adalah: (1) Sinar datang yang sejajar dengan sumbu utama
dipantulkan seolah-olah berasal dari titik focus; (2) Sinar datang yang menuju titik
fokus dipantulkan sejajar dengan sumbu utama; (3) Sinar datang yang menuju
pusat kelengkungan cermin dipantulkan melalui lintas yang sama.
Gambar 2.10.a. Ilustrasi Pemantulan Sinar Datang yang Sejajar Sumbu Utama
Gambar 2.10.b. Ilustrasi Pemantulan Sinar Datang yang Seolah-Olah
Menuju Titik Fokus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Gambar 2.10.c. Ilustrasi Pemantulan Sinar Datang yang Seolah- Olah
Menuju Titik Pusat Kelengkungan Cermin
Daerah disekitar cermin cembung dibagi menjadi 4 ruang, yaitu: (1)
Daerah diantara O dan F disebut ruang 1; (2) Daerah antara F dan R disebut
ruang; (3) Daerah disebelah kiri R disebut ruang 3; (4) Daerah di belakang
cermin sebu ruang 4
Gambar 2.11. Pembentukan Bayangan pada Cermin Cembung
Penurunan rumus dalam pemantulan cahaya di cermin lengkung
Pada cermin cekung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Gambar 2.12. Ilustrasi Jalannya Sinar pada Cermin Cekung
Diketahui juga
Maka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Maka diperoleh rumus descrates umum
Cermin cembung
Gambar 2.13 . Ilustrasi Pembentukan Bayangan pada Cermin Cembung
Diketahui juga
α adalah sudut kecil
Maka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Maka diperoleh rumus descrates umum untuk cermin cembung
B. Penelitian Yang Relevan
Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain
dilakukan oleh:
1. Penelitian yang dilakukan Sudarmi (2009) menghasilkan kesimpulan prestasi
belajar siswa dengan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan media lab riil
lebih tinggi dengan menggunakan lab virtuil tetapi prestasi belajar antara
siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik tidak bereda dengan siswa yang
memiliki gaya belajar visual. Persamaan penelitian ini dengan penelitian
Suparmi adalah sama-sama menggunakan media lab riil dan lab virtuil.
Berdasarkan kesimpulan penelitian ini maka akan dilakukan penelitian
dengan memperbaiki lab virtuil yang akan dipakai sehingga lebih mendekati
lab riil. Sehingga diharapkan prestasi belajar dengan media lab virtuil lebih
baik dengan menggunakan media lab riil. Perbedaan dengan penelitian ini
adalah materi belajarnya pemantulan cahaya yang karakteristiknya memiliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
banyak aplikasi dalam kehidupan sehari-hari sehingga mudah diamati.
Diharapkan siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik prestasinya lebih
tinggi dibandingkan gaya belajar visual.
2. Penelitian Supi Iswari (2009) menghasilkan kesimpulan prestasi belajar
menggunakan media lab riil lebih tinggi dibandingkan dengan lab virtuil dan
siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi prestasi belajarnya juga lebih tinggi
dari pada siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah. Berdasarkan penelitian
ini akan dilakukan penelitian yang lain dengan mengganti variabel moderator
dengan kemampuan berpikir abstrak dan kongkret. Diharapkan siswa yang
memiliki kemampuan berpikir abstrak kemampuan berpikirnya lebih tingi
daripada siswa yang memiliki kemampuan berpikir kongkret.
3. Penelitian Mujiono (2005) menyimpulkan tidak ada perbedaan antara
penerapan laboratorium riil dan virtuil terhadap prestasi belajar Fisika.
Perbedaan dengan penelitian ini motode yang dipakai bukan inkuiri. Alasan
inilah yang mendorong peneliti untuk melanjutkan penelitian tersebut
menggunakan metode inkuiri terbimbing dengan harapan mendapatkan
pengaruh yang berbeda terhadap prestasi siswa yang diberi pembelajaran
menggunakan media lab riil dan lab virtuil.
4. Penelitian yang sudah dilakukan oleh Tarno (2010) menyimpulkan bahwa
prestasi belajar yang menggunkan media lab virtuil lebih tinggi daripada
menggunakan lab virtuil. Penelitian Tarno ini menggunakan variabel
moderator kemampuan berpikir dan kreativitas. Kedua variabel ternyata tidak
mempengaruhi prestasi belajar. Berdasarkan kasimpulan tersebut penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
melakukan penelitian sejenis tetapi dengan menggunakan variabel moderator
kemampuan berpikir dan gaya belajar. Harapan dari penelitian kedua
variabel moderator mempengaruhi prestasi belajar
5. Penelitian Teguh Ernawan (2010) menghasilakan kesimpulan prestasi belajar
siswa yang menggunakan media animasi lebih bagus dari pada yang
menggunakan media 2 dimensi. Sedangkan kemampuan berpikir dan gaya
belajar tidak mempengaruhi prestasi belajar. Kesimpulan tersebut mendasari
penelitan ini dengan mengganti media yang digunakan yaitu diganti dengan
media lab riil dan lab virtuil. Harapan yang ingin dicapai, kedua variabel
moderator mempengaruhi prestasi belajar
6. Penelitian yang dilakukan Barýþ Demirdað , Prof. Dr. Mehmet Kartal, Prof.
Dr. Tüysüz Cengiz (1995) berjudul Develop A Computer Assisted
Educational Materials Related To Thermochemistry menyatakan bahwa
metode computer-aided education (CAE) memberikan efek yang lebih pada
keberhasilan belajar kimia siswa, sikap terhadap kimia dan komputer
dibandingkan dengan cara tradisional.
7. Penelitian oleh Bekir Bayrak, Uygar , dan Prof Dr Şebnem Kandil (2007)
menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis komputer dengan cara program
simulasi membuat konsep dan proses yang lebih konkrit dan menyebabkan
siswa lebih mudah memahami hubungan antara variabel dan sebagai akibat
variabel yang satu dengan yang lain akhirnya siswa bisa belajar lebih
permanen. Penelitian ini menggunakan variabel moderator kemampuan
berpikir abstrak dan kongkret sehingga bisa mengungkapkan apakah prestasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
belajar siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak berbeda dengan
prestasi belajar siswa yang memiliki kemampuan berpikir kongkret.
8. Peneliti yang terdiri dari W. Tlaczala, M. Zaremba, A. Zagorski dan
G.Gorghiu (2010) mempublikasikan hasil penelitiannya yaitu pengukuran
dengan percobaan mengunakan simulasi serupa dengan yang dilakukan di
lab riil. Penelitian ini menggunakan pendekatan inkuiri bebas termodifikasi
dengan memperhatikan karakteristtik siswa . Diharapkan bisa diketahui
pengaruh karakteristik siswa terhadap prestasi belajar.
9. Penelitian yang sudah dilakukan oleh Mustafa Baser, Soner Durmuş (2009)
dengan judul “The Effectiveness of Computer Supported Versus Real
Laboratory Inquiry Learning Environments on the Understanding of Direct
Current Electricity among Pre-Service Elementary School Teachers”
mempunyai tujuan membandingkan perubahan pemahaman konseptual
tentang arus listrik searah menggunakan lab virtuil dan lab riil. Penelitian
ini menghasilkan kesimpulan tidak ada perbedaan perubahan pemahaman
antara kelompok lab virtuil dan lab riil. Dalam penelitian ini subyek
penelitian adalah siswa dengan materi pembelajaran pemantulan cahaya.
Dengan harapan prestasi siswa yang menggunakan lab riil lebih tinggi
daripada yang menggunakan lab virtuil
10. Penelitian oleh Gerald W. Meisner, Harol Hoffman dan Mike Turner (2008)
dengan judul Learning Physics in a Virtual Environment: Is There Any?
menyimpulkan siswa yang belajar dengan menggunakan lab virtuil lebih
interaktif dibandingkan dengan kelas tradisional dan prestasi belajar Fisika di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
kelas tradisional lebih tinggi sedikit dibandingkan dengan kelas lab virtuil.
Penelitian ini akan membandingkan pembelajaran lab virtuil dengan lab riil,
sehingga kedua kelompok eksperimen sama-sama melakukan percobaan
untuk mencari data yang akan dipakai dalam pembuktian hipotesa.
C. Kerangka Berpikir.
Berdasarkan dari latar belakang penelitian, kajian teori dan penelitian
yang relevan, maka dapat disusun kerangka berfikir sebagai berikut:
1. Pengaruh penggunaan model pembelajara inkuiri bebas termodifikasi
menggunakan laboratorium riil dan virtuil terhadap prestasi belajar.
Pembelajaran IPA dengan menggunakan inkuiri bebas termodifikasi
menekankan keterlibatan siswa untuk menemukan sendiri jawaban dari masalah
yang diberikan oleh guru. Materi cahaya merupakan materi yang memiliki banyak
aplikasi dalam kehidupan siswa sehari-hari, sehingga sering memunculkan
banyak pertanyaan yang ingin siswa pecahkan. Materi cahaya juga memiliki
banyak kosep yang kongkret yang dapat diamati langsung oleh siswa. Oleh
karena itu siswa diajak menemukan sendiri dalam hal ini menggunakan metode
ikuiri untuk memecahkan pertanyaan-pertanyaan mereka. Salah satu cara dalam
proses penemuan tersebut adalah dengan mengunakan percobaan atau
eksperiment yang dilakukan siswa secara berkelompok. Seperti yang dinyatakan
oleh Winkel (2009) siswa dikatakan belajar jika siswa aktif sendiri, melibatkan
diri dengan segala pemikiran, kemampuan dan perasaannya dalam berinteraksi
aktif dengan lingkungan sehingga menghasilkan sejumlah perubahan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
pengetahuan-pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Oleh karena itu siswa
membutuhkan lingkungan belajar yang berupa sesama siswa dalam kelompok
percobaan, LKS sebagai sumber belajar dan peralatan belajar atau media. Ada
dua media yang bisa digunakan dalam proses penemuan dengan percobaan yaitu
lab riil dan lab virtuil. Kedua media memiliki kelemahan maupun kelebihan
masing-masing. Keunggulan lab riil, siswa dapat merasakan langsung semua
proses dalam percobaan, mulai dari memasang alat, menggukur semua besaran
yang dibutuhkan sebagai data percobaan dan mengatur kondisi sehingga
percobaan bisa berjalan seperti yang diharapkan. Semua siswa bisa bekerja
secara bersama-sama selama melakukan percobaan. Kelemahannya siswa
kesulitan mengobservasi percobaan yang berhubungan dengan bayangan maya.
Keunggulan lab virtuil siswa bisa mengobservasi bayangan maya yang dibentuk
cermin cembung dan cermin datar. Kelemahan lab virtuil membutuhkan sarana
komputer atau laptop yang belum semua sekolah memiliki jumlah yang cukup,
membutuhkan softwear pemograman pembelajarn interaktif, siswa tidak bisa
bekerja bersama-sama karena satu kelompok hanya menggunakan satu laptop
dengan satu mouse dan satu keybord. Berdasarkan uraian diatas bisa diduga ada
perbedaan prestasi belajar antara siswa yang menggunakan media Lab Riil dan
Lab Virtuil.
2. Pengaruh Kemampuan Berpikir Terhadap Prestasi Belajar IPA
Menurut Wingkel, berpikir merupakan proses mental yang terjadi karena
berfungsinya otak dalam rangka mencari jawaban atas suatu persoalan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
menemukan ide-ide, mencari pengetahuan, atau sekedar untuk berimajinasi.
Sedangkan menurut Conny R Semiwan, 1997 tingkat berpikir dibedakan menjadi
tiga yaitu: (1) berpikir kongkret , kegiatan berpikir ini masih membutuhkan
situasi-situasi yang nyata/kongkrit; (2) berpikir skematis, kegiatan ini
membutuhkan media yang cocok sehingga individu bisa meningkatkan
kemampuan berpikir kongkrit ke abstrak; (3) berpikir abstrak, kegiatan ini
menghadapi situasi dan masalah yang tidak berujud, kegiatan berpikirnya secara
simbolik atau imajinatif. Siswa yang memiliki kemampuan berpikir kongkret jika
tidak menggunakan media yang cocok akan kesulitan belajar konsep yang abstrak.
Sedang siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak akan lebih mudah
memahami konsep baik abstrak apalagi kongkret. Siswa yang memiliki
kemampuan berpikir abstrak diduga akan lebih baik prestasi belajarnya
dibandingkan dengan siswa yang berpikir kongkrit. Karena siswa yang sudah
memiliki kemampuan berpikir abstrak tentu tidak punya masalah untuk berpikir
kongkrit
3. Pengaruh Gaya Belajar Terhadap Prestasi Belajar IPA
Gaya belajar merupakan cara belajar yang khas bagi siswa karena
masing-masing siswa mempunyai cara yang berlainan untuk memahami sebuah
informasi atau pelajaran yang sama. Menurut Hamzah B. Uno ( 2010) ada tiga
tipe gaya belajar yang bisa kita cermati dan sebagai dasar untuk mengatahui gaya
belajar masing-masing siswa dikelas. Tiga tipe gaya belajar itu adalah: visual;
auditori dan kinestetik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Siswa yang memiliki gaya belajar visual akan lebih mudah balajar
dengan media yang bisa disajikan secara visual, contohnya gambar, bagan,
animasi dan sejenisnya. Sedangkan siswa yang memiliki gaya belajar kinistetik
dalam belajar ia harus menyentuh media yang digunakan. Siswa yang belajar
dengan pendekatan penemuan tentu banyak melakukan kegiatan eksperimen
untuk itu dibutuhkan gaya belajar kinestetik dimana siswa mudah belajar dengan
melakuan manipulasi atau percobaan. Sehingga diduga siswa yang memiliki gaya
belajar kinestetik akan memiliki prestasi belajar lebih baik dari siswa yang
memiliki gaya belajar visual.
4. Interaksi Antara Inkuiri Bebas Termodifikasi Menggunakan
Laboratorium Riil dan Virtuil Dengan Kemampuan Berpikir Siswa.
Kemampuan berpikir siswa bisa dikatagorikan menjadi kemampuan berpikir
abstrak dan kemampuan berpikir kongkrit. Dalam memilih media yang dipakai
guru harus memperhatikan kemampuan berpikir siswa. Siswa yang memiliki
kemampuan berpikit kongkrit membutuhkan media atau alat-alat yang kongkrit
yang bisa langsung diperagakan. Sedangkan siswa yang memiliki kemampuan
berpikir abstrak sudah mampu memahami sesuatu dengan kegiatan berpikir yang
simbolik , tanpa menggunakan benda-benda yang nyata. Oleh karena itu siswa
yang berpikir kongkrit akan menghasilkan prestasi yang masksimal jika
melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan media yang nyata dalam
hal ini lab riil. Siswa yang memiliki kemampuan berpikirnya abstrak akan
mencapai prestasi maksimal jika melakukan proses pembelajaran dengan media
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
yang menggunakan banyak simbol-simbol dalam hal ini media lab virtuil.
Penggunaan media lab riil dan virtuil dengan kemampuan berpikir siswa
merupakan faktor keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian
diduga ada interaksi antara penerapan metode eksperimen riil dan virtuil dengan
kemampuan berpikir siswa terhadap prestasi belajar.
5. Interaksi Antara pembelajaran Inkuiri Bebas Termodifikasi
Menggunakan Laboratorium Riil dan Virtuil Dengan Gaya Belajar.
Pembelajaran Inkuiri Bebas Termodifikasi merupakan pembelajaran yang
menekankan penemuan, dimana siswa menjadi pusat pembelajaran. Fungsi guru
sangat dibatasi dan hanya memberi umpan balik jika dibutuhkan siswa.
Pembelajaran penemuan (inkuiri) cocok dilakukan dengan melakukan
eksperimen di laboratorium baik riil maupun virtuil. Untuk menentukan media
yang cocok riil atau virtuil maka harus diperhatikan gaya belajar siswa. Gaya
belajar kinestetik akan senang dan cocok belajar dengan menyentuh langsung
media belajar, sehingga tepat jika mengunakan media lab riiil. Sedangkan gaya
belajar visual lebih senang belajar dengan simbol-simbol maka sangat tepat jika
menggunakan lab virtuil. Siswa yang memiliki gaya belaja kinestetik , diduga
prestasi belajarnya akan lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki
gaya belajar visual, terutama ketika siswa menggunakan Inkuiri Bebas
Termodifikasi lab riil. Hal ini dikarenakan pembelajaran lab riil membutuhkan
ketrampilan memanupulasi atau melakukan eksperimen. Sedangkan siswa yang
memiliki gaya belajar visual lebih baik menggunakan lab virtuil dalam kegiatan
pembelajaran dimana siswa akan lebih banyak melihat tampilan visual. Dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
pemikiran tersebut diduga terdapat interaksi antara pembelajarn Inkuiri Bebas
Termodifikasi dengan laboratorium riil dan virtuil dengan kemampuan berpikir
siswa terhadap prestasi belajar.
6. Interaksi Antara Gaya Belajar Dengan Kemampuan Berpikir
Guru perlu memperhatikan gaya belajar dan kemampuan berpikir siswa
dalam merancang membelajarkan pemantulan yang menggunakan pembelajaran
inkuiri . Siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik membutuhkan alat yang
nyata sehingga bisa disentuh langsung dengan tangan untuk memahami sesuatu
sedangkan siswa yang memiliki kemampuan berpikir kongkrit membutuhkan
media yang nyata untuk proses berpikirnya. Siswa yang memiliki gaya belajar
visual membutuhkan media gambar atau simbol-simbol untuk memahami
sesuatu, sedangkan siswa yang memiliki kemampaun berpikir abstark
membutuhkan media yang berupa sombol-simbol dalam proses berpikirnya.
Materi pemantulan cahaya banyak memiliki konsep-konsep yang kongkrit yang
bisa diamati secara langsung oleh mata sehingga media yang cocok untuk
pembelajaran adalah media yang nyata untuk dapat membantu siswa berpikir
kongkrit. Siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik dan kemampuan berpikir
kongkrit diharapkan memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan
siswa yang memiliki gaya belajar visual dan kemampuan berpikir abstrak. Dari
uraian diatas diduga ada interaksi antara gaya belajar siswa dan kemampuan
berpikir siswa terhadap prestasi belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
7. Interaksi Antara Inkuiri Bebas Termodifikasi Menggunakan
Laboratorium Riil dan Virtuil Dengan Gaya Belajar dan Ketrampilan
Berpikir
Materi pemantulan cahaya disamping materi yang banyak aplikasinya
dalam kehidupan sehari-hari juga merupakan materi yang mengarah pada studi
yang terintegrasi dan berhubungan dengan hal-hal semacam penguasaan konsep,
menerapkan konsep, mengklasifikasi, analisis dan mensintesiskan informasi.
Sehingga siswa dapat menyelesaikan masalah yang ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari yang berhubungan dengan pemantulan cahaya.
Mempelajari materi pemantulan cahaya ini diperlukan pendekatan inkuiri
dengan laboratorium riil dan virtuil dengan memperhatikan gaya belajar dan
kemampuan berpikir siswa. Untuk memilih media yang dipakai guru harus
memperhatikan gaya belajar dan kemampuan berpikir siswa.
Siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik dan kemampuan berpikir
kongkrit diduga hasil belajarnya lebih baik dibandingkan dengan siswa yang
memiliki gaya belajar visual dan kemampuan berpikir abstrak.Terutama ketika
siswa menggunakan metode eksperimen lab riil. Sedangkan siswa yang memiliki
gaya belajar visual dan kemampuan berpikir abstrak lebih baik menggunakan lab
virtuil dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga siswa yang memiliki gaya belajar
visusal dan kemmpuan berpikir abstrak kemungkinan hasil belajarnya lebih baik
daripada siswa yang memiliki gaya belajar konestetik dan kemampuan berpikir
kongktrit ketika menggunakan lab virtuil. Dari pemikiran tersebut dapat diduga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
ada interaksi antara metode eksperimen laboratorium riil dan virtuil dengan gaya
belajar dan ketrampilan berpikir terhadap prestasi belajar.
D. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan
masalah tersebut di atas, sehingga dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran
inkuiri bebas termodifikasi dengan lab riil dan lab virtual.
2. Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang kemampuan berpikir
abstrak dengan siswa yang memiliki kemampuan berpikir kongkrit.
3. Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memilki gaya belajar
kinestetik dan visual.
4. Ada interaksi antara media pembelajaran dengan kemampuan berpikir siswa
terhadap prestasi belajar.
5. Ada interaksi antara media pembelajaran dengan gaya belajar siswa
terhadap prestasi belajar.
6. Ada interaksi antara kemampuan berpikir siswa dengan gaya belajar
siswa terhadap prestasi belajar.
7. Ada interaksi antara media belajar, kemampuan berpikir siswa dan gaya
belajar siswa terhadap prestasi belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII SMPN 5 Yogyakarta dimana
peneliti mengajar selama ini. Beberapa pertimbangan adalah peneliti tahu betul
permasalahan yang ada di SMPN 5 Yogyakarta dan dengan penelitian ini
berharap agar masalah-masalah yang ada bisa terpecahkan dan laboratorim
fisika dan komputer yang mana sudah tersedia lengkap di SMPN 5 Yogyakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran
2011/2012. Adapun jadwal penelitian secara lengkap disajikan pada tabel 3.1.
Table 3.1. Jadwal Penelitian
Kegiatan Bulan
Okt Nov Des Jan Feb Mart Apr Mei Juni
Pengajuan proposal
penelitian
V V
Seminar proposal V
Permohonan ijin V
Penyusunan dan uji
instrumen
V V V
Pengambilan data V
Analisis data V
Penyusunan laporan V V
71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Saifuddin Azwar(2009) populasi didefinisikan sebagai
kelompok subjek yang hendak dikenai generalisasi penelitian. Menurut
Suharsimi Arikunto (1999) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian
Dengan demikian yang menjadi Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas
VIII SMPN 5 Yogyakarta, yang terdiri dari sepuluh kelas dengan jumlah 340
siswa.
2. Sampel
Menurut Saifudin Azwar (2003) sampel adalah sebagian dari populasi.
Karena ia merupakan bagian dari populasi, tentulah sampel harus memiliki ciri-
ciri yang juga dimiliki oleh populasinya. Sedangkan menurut Djarwanto (1990)
sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki
Adapun teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah cluster random
sampling, yaitu sampel yang diambil berdasarkan kelompok (kelas).
C. Metode Penelitian
Menurut Surakhmad (1994) mengatakan bahwa “metode penelitian ilmiah
ada tiga, yaitu penelitian historic, deskriptif dan eksperimental”. Berdasarkan
tujuan penelitiannya, jenis penelitian ini adalah eksperimental, karena hasil
penelitian menegaskan bagaimana pengaruh antara variabel-variabel yang akan
diteliti. Tujuannya terletak pada variabel penyebab dan variabel akibat. Pada
penelitian ini tujuan terletak dari penerapan model pembelajran inkuiri bebas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
termodifikasi melalui laboratorium riil dan vortuil ditinjau dari kemampuan
berpikir dan gaya belajar.
D. Rancangan Penelitian
Untuk mencapai tujuan sebagaimana tertera pada bab sebelumnya, maka
peneliti menggunakan rancangan dengan desain faktorial 2x2x2 seperti tertera
pada tabel 3.2.
Tabel 3.2 Rancangan Penelitian
Pembelajaran inkuiri bebas
termodifikasi
Lab Riil
Lab Virtuil
Gaya Belajar
Kinestetik
Visual
Kemampuan
Abstrak
Kongkret
E. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Menurut Saifudin Azwar (2003) variabel adalah sifat yang terdapat
pada subjek penelitian yang dapat bervariasi secara kuantitatif maupun secara
kualitatif Jika tidak mengalami variasi bukan variabel melainkan konstanta.
Dengan demikian variabel bebas adalah suatu variabel yang variasinya
mempengaruhi variabel terikat. Variabel bebas pada penelitian ini dipilih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
pembelajaran fisika yaitu model pembelajaran inkuiri bebas termodifikasi
melalui laboratorium riil sebagai kelompok eksperimen 1, dan model
pembelajaran inkuiri bebas termodifikasi melalui laboratorium virtuil sebagai
kelompok eksperimen 2.
a. Definisi Operasional
Pembelajaran inkuiri bebas termodifikasi adalah pembelajaran yang
mengkondisikan siswa menemukan sendiri konsep atau hubungan antar konsep
dengan menggunakan metode eksperimen, dalam hal ini bantuan guru diusakan
seminimal mungkin.
b. Skala Pengukuran
Skala pengukuran dalam penelitian ini dengan skala nominal dua kategori,
yaitu: menggunakan media lab riil dan media lab virtuil.
2. Variabel Moderator
Menurut Siafudin Azwar (2003) Variabel moderator adalah variabel
bebas bukan utama yang juga diamati pada penelitian untuk menentukan
sejauh mana efeknya ikut mempengaruhi hubungan antara variabel bebas
utama dan variabel terikat. Pada penelitian ini yang menjadi variabel
moderat adalah kemampuan berfikir dan gaya belajar siswa.
c. Definisi Operasional
1) Kemampuan berpikir
Menurut Dabiel Goleman (1999) kemampuan berpikir adalah konkret
yaitu kemampuan yang berpusat di belakang otak sebelah kanan yaitu pusat
matematika, analitik. Sedangkan kemampuan berpikir abstrak adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
kemapuan menemukan pemecahan-pemecahan masalah ialah dengan
menggunakan simbol-simbol yang imajinatif.
2) Gaya belajar
Gaya belajar yang berkaitan dengan suatu cara bagi seseorang di dalam
menerima suatu masalah yang dihadapinya. Dalam hal ini yang diteliti adalah
kecenderungan gaya belajar kinestetik dan kecenderungan gaya belajar visual.
d. Skala Pengukuran
Skala pengukuran dengan skala nominal dua kategori, yaitu:
1) Kemampuan berpikir dikategorikan menjadi 2 yaitu abstrak dan konkret.
Kemampuan berpikir abstrak bila siswa mendapat skor diatas skor rata-rata,
sedangkan skor sama atau dibawah rata-rata termasuk dalam kategori
kongkret.
2) Gaya belajar dikategorikan menjadi 2 yaitu kinestetik dan visual. Gaya
belajar kinestetik bila siswa mendapat skor angket gaya belajar kinesterik
lebih tinggi daripada skor angket gaya belajar visual. Begitupun sebaliknya
pada gaya belajar visual.
3. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestsi belajar fisika
a. Definisi Operasional
Variabel terikat adalah variabel penelitian yang diukur untuk
mengetahui besarnya pengaruh variabel lain. Selain itu, variabel terikat
merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Pada penelitian ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
yang menjadi variabel terikat adalah prestasi belajar siswa. Prestasi belajar
dalam penelitian ini adalah nilai hasil tes setelah proses pembelajaran.
b. Skala pengukurannya adalah dengan skala interval.
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Metode Tes
Data prestasi belajar siswa diperoleh dari hasil tes yang diberikan
kepada siswa setiap selesai proses pembelajaran berlangsung. Tes prestasi
belajar berupa tes pilihan ganda dengan 25 butir soal. Sedangkan data
kemampuan berpikir diperoleh dengan tes kemampuan berpikir. Soal tes
kemampuan berpikir abstrak dan konkret berasal dari berbagai aspek yang telah
dituangkan dalam indikator kemampuan berpikir abstrak dan konkret. Tes
kemampuan berpikir berupa tes pilihan ganda.
2. Metode Angket
Data gaya belajar diperoleh dengan cara membagikan angket, angket berasal
dari berbagai aspek yang sudah dituangkan dalam kisi-kisi. Angket gaya belajar
disusun dengan memilih salah satu jawaban diantara empat jawaban jawaban yang
tersedia yaitu : sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Jawaban
yang diberikan akan mendapat skor sesuai dengan pernyataan positif dengan
bobot : sangat setuju = 4, setuju = 3, tidak setuju = 2, dan sangat tidak setuju = 1.
Sedangkan untuk pernyataan negatif dengan bobot sebaliknya.
3. Metode Dokumentasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Metode dokumentasi digunakan untuk mencari atau mengumpulkan bukti-
bukti serta keterangan yang mendukung dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini
metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data nilai IPA semester
satu tahun pelajaran 2011/2012 sebagai acuan untuk melihat proses pembelajaran
yang berlangsung.
G. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini instrumen penelitian dibagi menjadi dua yaitu
instrumen pelaksanaan pembelajaran dan instrumen pengambilan data.
1. Instrumen pelaksanaan pembelajaran
Dalam penelitian ini instrumen pelaksanaan pembelajaran terdiri dari
silabus dan satuan alat pembelajaran. Untuk menjamin validitas instrumen
pelaksanaan pembelajaran, maka instrumen tersebut dikonsultasikan kepada
pembimbing.
2. Instrumen pengambilan data
Pengambilan data dilakukan dengan instrumen tes dan angket. Instrumen tes
berupa tes prestasi belajar dan tes kemampuan berpikir sedang angket berupa
angket gaya belajar.
a. Tes
Pengumpulan data dengan metode tes digunakan untuk mendapatkan
informasi tentang kemampuan intelektual siswa setelah mengikuti pembelajaran
pada prestasi siswa. Sedangkan untuk tes kemampuan berpikir diambil sebelum
mengikuti pembelajara. Tes yang digunakan dalam penelitian berupa tes objektif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Untuk hasil belajar skor yang digunakan ditunjukkan pada persamaan P =
(Bx100)/N. Dimana prestasi belajar (P) merupakan perkalian antara jumlah soal
yang dijawab benar (B) dikalikan 100 dibagi banyaknya soal N.
b. Angket
Pengumpulan data dengan menggunakan metode angket yaitu angket gaya
belajar. Untuk mengetahui gaya belajar masing-masing siswa. Penyebaran angket
dilakukan sebelum mengikuti pembelajaran.
H. Uji Coba Instrumen
Instrumen yang baik dalam suatu penelitian sangat penting karena akan
menentukan valid atau tidaknya hasil penelitian. Instrumen pengambilan data
yang baik harus variabel. Untuk keperluan itu maka dilakukan uji coba instrumen
berupa tes prestasi tes kemampuan berpikir, dan angket motivasi berprestasi siswa
selanjutnya dianalisa.
1. Tes Prestasi dan Kemampuan Berpikir
a. Validitas
Menurut Suharsimi (2001), sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut
mengukur apa yang hendak diukur. Validitas yang diuji dalam penelitian ini
adalah validitas item atau butir. Pada validitas item, sebuah item dikatakan valid
bila mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total. Soal yang digunakan
bentuk soal pilihan ganda. Pada bentuk soal pilihan ganda ini skor terhadap
jawaban setiap soal atau item hanya terdiri atas angka 1 dan angka 0. Menurut
Saifuddin Azwar (2006) menjelaskan dalam kasus yang salah satu variabelnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
hanya terdiri dari dua macam, yaitu 1 dan 0, perhitungan koefisien korelasinya
dilakukan dengan komputasi koefisien korelasi point biserial atau koefisien
korelasi biserial. Menurut Suharsimi (2006) point biserial corellation atau
korelasi point biserial digunakan apabila untuk mengetahui korelasi antara dua
variabel yaitu variabel kontinyu sedangkan yang lain variabel diskrit murni.
Rumus perhitungan koefisien korelasi biserial yang dapat digunakan adalah seb
agai berikut q
P
St
MtMeRPbis
Dimana PbisR = Koefisien validitas tiap item soal; Me = Rata-rata skor total
yang dijawab benar pada butir soal; Mt = Rata-rata skor total; St = Standar
devisiasi skor total; P = Proporsi siswa yang menjawab benar setiap butir soal; q =
Proporsi siswa yang menjawab salah setiap butir soal.
Tabel 3.3. Rangkuman Hasil Validitas Butir Soal Kognitif
Kreteria Nomor soal Jumlah
Valid 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,1
8,19, 20,21,22,23,24,25
25
Tidak valid - -
Berdasarkan hasil analisis uji validitas penilaian kognitif pada lampiran
24 dengan korelasi point biserial dapat dikonsutasikan ke tabel r hasil korelasi
product moment. Jika harga r < harga kritis dalam tabel, maka korelasi tidak
signifikan begitu juga sebaliknya. Berdasarkan hasil perhitungan validitas dengan
signifikasi 5% diperoleh r tabel=0,355. Soal tes kognitif terdiri dari 25 soal yang
diuji coba. Hasil analisis uji validitas diperoleh soal yang valid adalah 25 butir
soal dan tidak ada soal yang tidak valid. Butir soal kognitif yang valid digunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
dalam penelitian. Adapun rangkuman hasil vaiditas butir soal kognitif tersaji pada
tabel 3.3.
Pada perhitungan validitas tes kemampuan berpikir yang tersaji pada
lampiran penelitian ini. Hasil analisis validitas diperoleh soal yang valid sebanyak
34 butir soal dan tidak valid sebanyak 6 butir soal. Soal yang tidak valid
kemudian tidak digunakan dalam penelitian karena setiap indikator sudah
terwakili. Adapun rangkuman hasil validitas tes kemampuan berpikir dapat dilhat
pada tabel 3.4 di bawah.
Tabel 3.4. Rangkuman Hasil Validitas Tes Kemampuan Berpikir
Nomor soal Jumlah
Valid 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,12,13,15,16,17,19,20,21,22,
23,24,25,27,28,29,30,31,32,34,35,36,37,39,40
34
Tidak valid 11,14,18,26,33,38
6
b. Reliabilitas
Menurut Arikunto (2002) reliabilitas adalah keajegan suatu tes yang
apabila diteskan dapat mengukur hasil yang sama untuk semua subyek yang
mempunyai kemampuan tidak jauh berbeda. Sebuah tes dikatakan reliabel apabila
tes tersebut dapat menunjukan hasil yang relatif ajek (tetap) jika tes tersebut
digunakan pada kesempatan yang lain. Rumus yang digunakan dalam hal ini
adalah KR-20
2
2
11 11 S
pqS
n
nr
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Dimana r11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan; P = Proporsi siswa yang
menjawab benar setiap butir soal; q = Proporsi siswa yang menjawab salah setiap
butir soal; pq= Jumlah hasil perkalian antara p dan q; n = Banyaknya soal;
2S = Standar deviasi dari tes. Sedangkan kreteria reliabelnya adalah 1) 20,011 r
termasuk kategori sangat rendah; 2) t ermasuk kategori rendah;
3) termasuk kategori sedang; 4) 80,060,0 11 r
termasuk kategori
tinggi 5) 00,18,0 11 r termasuk kategori sangat tinggi.
Hasil uji reliabilitas instrumen penilaian kognitif dan kemampuan berpikir
yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 24. Berdasarkan hasil perhitungan
reliabilitas uji coba kognitif diperoleh 11r adalah 0,922 dengan kreteria reliabilitas
tinggi. Sedangkan hasil perhitungan reliabilitas tes kemampuan berpikir diperoleh
11r adalah 0,965 dengan kreteria reliabilitas tinggi.
c. Tingkat Kesulitan
Soal yang baik adalah soal yang mempunyai Indeks Kesulitan memadai
dalam arti tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Rumus yang digunakan
adalah BA
BA
JSJS
JBJBIK
Dimana IK = Indeks kesukaran; AJB = Jumlah yang benar pada butir saol
pada kelompok atas; BJB = Jumlah yang benar pada butir saol pada kelompok
bawah; AJS = Banyaknya siswa pada kelompok atas; BJS = Banyaknya siswa pada
kelompok bawah.Kreteria menunjukan tingkat kesukaran soal adalah
40,020,0 11 r
60,040,0 11 r
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
30,000,0 IK termasuk kategiri sukar; 70,030,0 JK termasuk kategiri sedang;
00,170,0 IK termasuk kategiri mudah.
Tabel 3.5. Rangkuman Hasil Tingkat Kesukaran Butir Soal
Nomor soal Jumlah
Sulit 2,7,13,17,22,25 6
Sedang 1,3,5,9,10,11,12,14,18,19,20,23,24 13
Mudah 4,6,8,15,16,21 6
Hasil uji tingkat kesukaran soal instrument penilaian kognitif yang
dilakukan terangkum dalam Tabel 3.5 dan hasil uji tingkat kesukaran soal
instrumen penilaian kognitif yang lebih rinci dapat dilihat pada lampiran 25. Hasil
tingkat kesukaran dari 25 butir soal diperoleh soal dengan kategori mudah
sebanyak 6 butir soal, soal dengan kategori sedang diperoleh sebanyak 13 butir
soal, dan soal dengan kategori sukar sebanyak 6 butir soal.
d. Daya Pembeda (DP)
Perhitungan daya pembeda adalah pengukuran sejauh mana suatu butir
soal mampu membedakan siswa yang pandai dan siswa yang kurang pandai
berdasarkan kriteria tertentu. Daya beda soal ditentukan dengan rumus sebagai
berikut A
BA
JS
JBJBDP
Dimana DP = Daya beda; AJB = Jumlah yang benar pada butir saol pada
kelompok atas; BJB = Jumlah yang benar pada butir saol pada kelompok bawah;
AJS = Banyaknya siswa pada kelompok atas; Kreteria soal yang dipakai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
diklasifikasikan 1) 20,000,0 DP kategori jelek; 2) 40,020,0 DP kategori
sedang 3) 70,040,0 DP kategori baik.
Tabel 3.6. Hasil Daya Beda Butir Soal
Nomor soal Jumlah
Baik 2,3,5,7,13,14,17,18,19,20,24,25 12
Cukup 1,4,6,8,9,10,11,12,15,16,21,22,23 13
Jelek - -
Hasil uji daya beda soal penilaian kognitif yang dilakukan terangkum
dalam Tabel 3.6 dan hasil uji tingkat kesukaran soal instrumen penilaian kognitif
yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran peneliotan ini. Hasil tingkat
kesukaran dari 25 butir soal diperoleh soal dengan kategori baik sebanyak 12 butir
soal, soal dengan kategori cukup diperoleh sebanyak 13 butir soal, dan tidak ada
soal dengan kategori jelek. Pada butir soal kategori jelek tidak dipakai dalam
penelitian.
2. Angket Gaya Belajar dan Angket Afektif
Instrumen yang baik dan layak untuk mendapatkan data harus mempunyai
kriteria valid dan reliabel, untuk menguji apakah instrumen yang digunakan sudah
valid atau belum, maka perlu dilakukan uji coba instrumen dianalisa untuk
diketahui tingkat validitas dan reliabilitasnya.
a Validitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Teknik yang digunakan untuk menguji validitas adalah teknik statisktik
korelasi product moment dengan angka kasar dari Pearson (Suharsimi Arikunto
1998: 162) })(}{)({
))((
2222 YYNXXN
YXXYNrxy
Harga rxy yang diperoleh dari tiap-tiap butir soal dikosultasikan rtabel dengan
tarafsignifikasi 5%. Berdasarkan hasil perhitungan validitas dengan signifikasi
5%diperoleh r tabel 0,355. Jika rhasil>rtable maka butir soal dikatakan valid.
Tabel 3.7. Rangkuman Hasil Validitas Butir Angket Gaya Belajar
Nomor soal Jumlah
Valid 1,2,4,6,7,8,9,10,11,13,14,15,16,17,19,20,21,22,23,25,
26,27,28,29,30,31,33,35,36,37,38,39,40,41,42,43, 44,
45,46,47,48,49,50
43
Tidak
valid
3,12,18,24,32,34
7
Tabel 3.7. Rangkuman Hasil Validitas Butir Angket Afektif
Nomor soal Jumlah
Valid 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21
,22,23,24,25,26,27,28,29,30,31,32,33,34,35,36,37,38,
39,40
40
Tidak
valid
Hasil uji validitas angket gaya belajar yang dilakukan terangkum dalam
Tabel 3.5a. Hasil yang diperoleh menunjukan pernyataan yang valid sebanyak 43
pernyataan dan tidak valid sebanyak 7 pernyataan. Pernyataan yang tidak valid
tidak diperbaiki karena semua indikator sudah terwakili. Sedangkan hasil uji
validasi anglet afektif yang telah dilakukan terangkum dalam tabel 3.5b. Hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
yang diperoleh menunjukan semua pernyataan valid sehingga smua pernyataan
bisa digunakan dalam penelitian.
b Reliabilitas
Dalam penelitian ini, teknik reliabilitas dengan rumus alpha
2
2
11 11
t
b
K
Kr
Dimana r11: reliabilitas instrumen; K: banyaknya butir soal yang menjawab
benar; 2
t : Jumlah varians total; 2
b : Jumlah varians butir. Harga r11
dikosultasikan rtabel product moment dengan taraf signifikasi 5% jika product
moment maka instrumen yang dicobakan bersifat reliabel (Arikunto 2002: 162).
Pada hasil analisis reliabilitas pada lampiran 26 diperoleh reliabilitas angket gaya
belajar 0,978 dan reliabilitas angket afektif 0,952, kedua nilai termasuk dalam
kategori tinggi.
I. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasyarat.
a Uji Normalitas
Uji Normalitas digunakan untuk menguji apakah data dalam penelitian
ini diperoleh dari populasi distribusi normal atau tidak. Jika data dari populasi
normal maka hipotesis penelitian diuji dengan menggunakan statistik
parametrik, sedangkan jika tidak normal maka akan diuji dengan
menggunakan statis non parametrik. Uji normalitas penelitian ini adalah
metoda Kolmogorov Smirnov.
1) Menetapkan hipotesis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Ho = sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
Ha = sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal
2) Taraf signifikansi ( )
Taraf signifikansi( ) merupakan nilai yang menunjukkan seberapa
besar peluang terjadi kesalahan analisis. Untuk uji normalitas ini
ditetapkan 05,0
3) Statistik uji yang digunakan
L = Maks I F(z i)-S(z i) I
Dengan: Z berdistribusi N (0,1)
ii z P(Z) )F(z
(z i)=proporsi cacah izZ terhadap seluruh z i
S
XXZ i
i
4) Daerah kritik (Dk)
n
LLILDk : dengan n adalah ukuran sampel. Dk dikonsultasikan
dengan table Lilliefors.
5) Keputusan uji
Ho ditolak jika Dk jatuh di dalam daerah kritik
Ho tidak ditolak jika Dk.jatuh di luar daerah kritik (Slameto: 1992), yaitu:
2
1ZZhitung atau 2
1ZZhitung (Sudjana: 1996)
b Uji Homogenitas
Sampel dari populasi yang terdiri dari dua varians maka dilakukan uji
homogenitas dengan tujuan untuk mengetahui apakah varians-varians tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
sama atau tidak. Jika populasi memiliki varians-varians yang sama dikatakan
populasi-populasinya homogen. Hipotesis penelitian akan diuji dengan
menggunakan statistik parametrik jika data homogen, sedangkan jika tidak
homogen maka akan diuji dengan menggunakan statis non parametrik Dalam
penelitian ini uji homogenitas menggunakan uji Levene's Test.
1) Hipotesa
2222
1 432 oH (populasi-populasi homogen)
H1 = tidak semua varians sama atau paling sedikit ada satu variansi berbeda.
(populasi-populasi tidak homogen)
2) Taraf signifikansi ( )
Taraf signifikansi( ) merupakan nilai yang menunjukkan
seberapa besar peluang terjadi kesalahan analisis. Untuk uji homogenitas
ini ditetapkan 05,0 .
3) Statistik uji yang digunakan
X2
= [ln10] {B - Σ(ni - 1) log Si2 yang mana : S
2 : varians gabungan dari
semua sampel.
S2 = (Σ(ni-1) Si
2 / Σ(ni-1) dan B = (log S
2) Σ(ni - 1)
Ni = banyaknya data group ke-1 dan i2
= varians group ke-i
4) Daerah kritik.
Dk = {X2 I X
2 > X
2a,k-1}
dimana { X2
a,k-1} didapat dari daftar distribusi Chi kuadrat dengan taraf
signifikan αdan derajad kebebasan (k-1).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
5) Keputusan Uji
Ho ditolak jika DkX 2 atau tidak ditolak jika DkX 2
(Sudjana:1996)
2. Uji Hipotesis
a. Uji Anava
Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan Anava berdesain
faktorial tiga jalan 2x2x2, serta pengolahan analisisnya menggunakan SPSS
versi 16. Ketentuan pengambilan kesimpulan H0 ditolak ketika P-Value (Sig.) <
0,05 krn tingkat signifikansi (α) yang digunakan 0,05.
b.Uji lanjut Anava
Uji hipotesis akan dilanjutkan dengan Uji Lanjut atau Uji Komparasi
Ganda dengan Metode Scheffe apabila terdapat Ho yang ditolak.
c.Hasil Uji Hipotesis
Hipotesis diterima atau ditolak berdasarkan hasil uji Anava. Uji lanjut
Anava digunakan untuk mengetahui variabel yang mana yang paling tinggi rata-
ratanya, variabel yang mana yang paling berpengaruh dan variabel mana yang
saling berinteraksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Untuk menjawab hipotesis penelitian ini, akan disajikan deskripsi data ,
keputusan uji hasil penelitian beserta pembahasannya. Data yang diolah adalah
hasil tes prestasi kognitif, tes prestasi afektif, tes kemampuan berpikir dan angket
gaya belajar. Semua data diambil di kelas eksperimen dimana pembelajaran
menggunakan inkuiri bebas termodifikasi. Perlakuaan yang dibedakan adalah
kelas yang menggunakan media belajar laboratorium riil dan kelas yang
menggunakan media belajar laboratorium virtuil. Sedangkan materi pembelajaran
di dalam kedua jenis kelas eksperimen sama yaitu pemantulan cahaya.
1. Data Kemampuan Berpikir
Data kemampuan berpikir dikelompokkan dalam dua kategori yaitu
kemampuan berpikir abstrak dan yang mempunyai nilai kemampuan berpikir ≥
rata-rata nilai kemampuan berpikir seluruh kelas dan kemampuan berpikir
kongkrit yang mempunyai nilai kemampuan berpikir ≤ rata-rata nilai
kemampuan berpikir seluruh kelas. Nilai rata-rata yang didapat sebesar 61
Dengan menggunakan kriteria tersebut dari 57 siswa yang terdiri dari 27 siswa
kelas lab riil dan 30 siswa kelas lab virtuil terdapat 30 siswa yang memiliki
kemampuan berpikir abstrak dan 27 siswa mempunyai kemampuan berpikir
kongkrit . Secara rinci disajikan pada Tabel 4.1
91
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Tabel 4.1 Data Siswa Yang Mempunyai Kemampuan Berpikir Abstrak Dan
Kongkrit
Kemampuan
berfikir
Kelas Lab Riil Kelas Lab Virtuil Jumlah
Frekuensi Persentasi Frekuensi Persentasi Frekuensi Persentasi
abstrak 10 37,00 % 20 66,67 % 30 52,63 %
Kongkret 17 63 % 10 33 ,33 % 27 47,37%
Jumlah 27 100,67 % 30 100,00% 57 100 %
2. Data Gaya Belajar
Data gaya belajar dikelompokkan dalam dua kategori yaitu siswa yang
mempunyai gaya belajar Kinestetik dan gaya belajar Visual. Pengelompokan
kategori gaya belajar Kinestetik dan gaya belajar Visual dengan cara
dibandingkan kedua skor angket gaya belajar. Jika skor angket gaya belajar
Kinestetik lebih tinggi dari gaya belajar Visual maka siswa tersebut
mempunyai gaya belajar kinestetik dan bila gaya belajar Kinestetik lebih rendah
dari gaya belajar Visual maka siswa tersubut mempunyai gaya belajar Visual.
Dengan menggunakan kriteria tersebut dari kelas Lab Riil 34 siswa yang
termasuk mempunyai gaya belajar Kinestetik ada 10 siswa dan siswa yang
mempunyai gaya belajar Visual ada 24 siswa, sedang kelas Lab Virtuil terdiri
dari 34 siswa yang termasuk gaya belajar Kinestetik ada 20 siswa dan siswa
yang mempunyai gaya belajar Visual ada 14 siswa. Data tersebut dapat dilihat
pada tabel 4.2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Tabel 4.2 Data siswa yang mempunyai Gaya Belajar Kinestetik Dan Visual
Gaya
Belajar Lab Riil Lab Vi rtuil Jumlah
Frekuensi Persentasi Frekuensi Persentasi Frekuensi Persentasi
Kinestetik 10 37,04 % 13 43,33 % 23 40,35 %
Visual 17 62,96 % 17 56,67 % 34 59,65 %
Jumlah 27 100,00 % 30 100 % 57 100,00 %
3. Data Prestasi Belajar Kognitif
Data prestasi belajar ranah kognitif siswa diambil setelah siswa melakukan
pembelajaran dengan inkuiri bebas termodifikasi dengan materi pemantulan
cahaya. Siswa dikelompokkan menjadi dua berdasarkan perbedaan perlakuan
yaitu kelompok yang menggunakan media lab riil dan kelompok yang
menggunakan media lab virtuil. Dari kelas lab riil dan lab virtuil diperhatikan
juga siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak dan konkrit serta gaya
siswa dalam belajar yaitu visual dan kinestetik. Mula-mula akan dipaparkan data
prestasi belajar menyeluruh dari kedua kelas eksperimen. Secara garis besar
prestasi belajar kognitif sudah tinggi dan melampaui nilai KKM yang sudah
ditentukan. Data prestasi belajar kognitif tersebut dipaparkan berikut ini.
Tabel 4.3 Data Prestasi Belajar Kognitif
N = 57
SD = 8,27537
MEAN
= 83,6491
MIN = 65.00
MAX = 98.00
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif
Niai
interval Frekuensi
Nilai
Tengah
Frek.
Kum
Frek.
Relatif
65 – 71 3 68 3 5,26%
72 – 78 11 75 14 19,30%
79 – 85 15 82 29 26,32%
86 – 92 20 89 49 35,09%
93 – 99 8 96 57 14,04%
Gambar 4.1. Histogram prestasi kognitif
a. Data Prestasi Belajar Kognitif Dengan Menggunakan Lab Riil Dan Virtuil
Data prestasi belajar diambil dari kelas Lab Rill dan Lab Virtuil. Kelas
Lab Riil adalah kelas VIII SBI 2 yang jumlah siswanya 27 sedangkan kelas Lab
Virtuil adalah kels VIII SBI 4 yang jumlah siswanya 30. Data prestasi belajar
kognitif di kelas Lab Riil dan di kelas Lab Virtuil secara rinci disajikan pada
tabel 4.5, 4.6 dan gambar 4.2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Tabel 4.5 Data prestasi belajar kognitif dengan media Lab Riil dan Lab Virtuil
Lab Riil Lab Virtuil
N = 27 N = 30
SD = 7.23772 SD = 8.68901
MEAN
= 86.0000 MEAN
= 81.5333
MIN = 68.00 MIN = 65.00
MAX = 98.00 MAX = 97.00
Tabel 4.6. Distribusi frekuensi prestasi belajar kognitif dengan media lab riil
dan lab virtuil.
Niai interval
Frekuensi
Nilai Tengah Lab. Riil Lab. Virtuil
65 – 71 1 2 68
72 – 78 3 8 75
79 – 85 6 9 82
86 – 92 13 7 89
93 – 99 4 4 96
Gambar 4.2. Histogram Prestasi Belajar Kognitif Media Lab Riil dan Lab
Virtuil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
b. Data Prestasi Belajar Kognitif Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Abstrak dan
Kongkrit
Rata-rata nilai kemampuan berpikir seluruh kelas adalah 62, Jumlah siswa
yang kemampuan berpikirnya lebih besar dari 62 adalah 24 dikatagorikan
memiliki kemampuan berpikir abstrak. Sedangkan jumlah ssiwa yang kemampuan
berpikirtnya lebih kecil sama dengan 62 berjumlah 33 dikatagorikan memiliki
kemampuan berpikir kongkret. Prestasi belajar kognitif siswa yang mempunyai
kemampuan berpikir abstrak dan kongkrit dapat dilihat pada tabel 4.7 , 4.8 dan
gambar 4,4
Tabel 4.7. Data prestasi belajar kognitif siswa yang mempunyai kemampuan
berpikir abstrak dan kongkrit
Kemampuan Berpikir
Abstrak
Kemampuan Berpikir
Kongkrit
N 24 N 33
SD 8.69 SD 8.05
MEAN
82.88 MEAN
84.21
MIN 65.00 MIN 68.00
MAX 97.00 MAX 98.00
Tabel 4.8. Distribusi frekuensi prestasi belajar kognitif siswa yang mempunyai
kemampuan berpikir abstrak dan kongkrit
Niai interval
Frekuensi
Nilai Tengah Abstrak Kongkret
65 – 71 2 1 68
72 – 78 4 7 75
79 – 85 8 7 82
86 – 92 6 14 89
93 – 99 4 4 96
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Gambar 4.3 Histogram Prestasi Belajar Kognitif Siswa yang Mempunyai
Kemampuan Berpikir Abstrak dan Kongkrit
c. Prestasi Belajar Kognitif Siswa yang Mempunyai Gaya Belajar Kenestetik dan
Gaya Belajar Visual
Angket belajar yang digunakan memiliki dua jenis pertanyaan yaitu
kinestetik dan visual. Katagori gaya belajar seorang siswa ditentukan dengan
membandingkan skor dua jenis pertanyan tersebut. Siswa yang memiliki skore
angket kinestetik lebih tinggi daripada skore angket visual dikatagorikan
memiliki gaya belajar kinestetik, sedangkan siswa yang memiliki skore angket
visual lebih tinggi dari pada skore angket kinestetik dikatagorikan memiliki gaya
belajar visual. Data prestasi belajar kognitif siswa yang mempunyai gaya belajar
kinestetik dan visual disajikan pada tabel 4.9, 4.10 dan gambar 4.4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Tabel 4.9. Data Prestasi Belajar Kognitif Siswa yang Bergaya Belajar
Kinestetik-Visual
Gaya belajar Kinestetik Gaya Belajar Visual N 33 N 24
SD 7.88769 SD 7.93737
MEAN
86.7083 MEAN 81.4242
MIN 72.00 MIN 65.00
MAX 98.00 MAX 97.00
Tabel 4.10 . Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Siswa yang Mempunyai
Gaya Belajar Kinestetik dan Gaya Belajar Visual
Niai interval Frekuensi Nilai
Tengah Kinestetik Visual
65 71 0 3 68
72 – 78 3 8 75
79 – 85 6 9 82
86 – 92 8 12 89
93 – 99 7 1 96
Gambar 4.4. Histogram Prestasi Kognitif Siswa yang Mempunyai Gaya Belajar
Kinestetik dan Gaya Belajar Visual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
d. Data Rangkuman Prestasi Belajar Kognitif Siswa untuk Semua Sel.
Data yang sudah dijelaskan diatas dirangkum pada tabel 4.11. Ragkuman
tersebut dapat mempermudah saat akan membandingkan variabel yang satu
dengan variabel yang lain. Rangkuman tersebut dipakai juga sebagai dasar untuk
menarik kesimpulan, pada akhirnya dipakai untuk mengambil suatu keputusan.
Tabel 4. 11 . Data prestasi belajar kognitif masing-masing kelompok
Media
Kemampuan
Berpikir
Gaya
Belajar Mean Std.Deviation N
Lab Riil
Abstrak
Kinestetik 87.4000 6.50385 5
Visual 84.5000 7.76531 6
Total 85.8182 7.02593 11
Kongkret
Kinestetik 90.6667 5.00666 6
Visual 83.4000 7.77746 10
Total 86.1250 7.60592 16
Total
Kinestetik 89.1818 5.68890 11
Visual 83.8125 7.52966 16
Total 86.0000 7.23772 27
Lab
Virtuil
Abstrak
Kinestetik 81.5000 9.48156 6
Visual 79.4286 10.03090 7
Total 80.3846 9.42990 13
Kongkret
Kinestetik 87.2857 8.42050 7
Visual 79.0000 6.53197 10
Total 82.4118 8.26180 17
Total
Kinestetik 84.6154 9.05114 13
Visual 79.1765 7.85999 17
Total 81.5333 8.68901 30
Total
Abstrak
Kinestetik 84.1818 8.44770 11
Visual 81.7692 9.07518 13
Total 82.8750 8.68939 24
Kongkret
Kinestetik 88.8462 6.99817 13
Visual 81.2000 7.34560 20
Total 84.2121 8.04968 33
Total
Kinestetik 86.7083 7.88769 24
Visual 81.4242 7.93737 33
Total 83.6491 8.27537 57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
4. Data Prestasi Belajar Afektif
Dalam penelitian ini selain mengambil data prestasi kogniti, juga
mengambil nilai sikap atau afektif. Pengambilan data prestasi belajar kognitif
dan efektif dilakukan setelah siswa mengikuti pembelajaran dengan inkuiri
bebas termodifikasi pada materi pemantulan cahaya dengan perbedaan perlakuan
media yang dipakai yaitu lab riil dan lab virtuil. Alat pengambilan data afektif
yang dipakai adalah angket. Variabel yang diduga akan mempengaruhi prestasi
belajar afektif adalah kemampuan berpikir abstrak dan konkrit serta gaya belajar
visual dan kinestetik. Data prestasi belajar afektif untuk kedua variabel tersebut
dipaparkan pada tabel 4.12, tabel 4.13 dan gambar 4.5
Tabel 4.12 Data Prestasi Belajar Afektif
N
= 57
SD = 7,12111
MEAN
= 85,1404
MIN = 68
MAX = 97
Tabel 4.13. Distribusi Frekunsi Prestasi Belajar Afektif
Niai interval Frekuensi Nilai Tengah Frek.
Kum
Frek.
Relatif
68 – 74 6 71 6 10,53%
75 – 81 10 78 16 17,54%
82 – 88 18 85 34 31,58%
89 – 95 18 92 52 31,58%
96 – 102 5 99 57 8,77%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Gambar 4.5. Histogram Prestasi Afektif
a. Data prestasi belajar efektif dengan menggunakan lab riil dan virtuil
Data prestai belajar siswa ranah afektif apada saat siswa melakuka
pembelajaran dengan menggunakn kedua media yaitu lab riil dan lab virtuil akan
dipaparkan secara bersama-sama sehingga bisa memudahkan untuk
membandingkan satu dengan yang lain. Dari histogram dengan mudah juga bisa
dilihat perbandina\gan presatsi belajar afektif di kedua kelas eksperimant. Data
prestasi afektif siswa dikedua kelas eksperimen akan ditunjukan dalam tabel
4.14 , 4. 15 dan gambar 4.6.
Tabel 4.14. Data Prestasi Belajar Efektif Kedua Media Belajar
Lab Riil
Lab Virtuil
N = 27 N = 30
SD = 7,42906 SD = 7,87109 MEAN
= 86.0370 MEAN
= 84.333
MIN = 71 MIN = 68.00
MAX = 97 MAX = 96.00
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Tabel 4.15. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif dengan Lab Riil-Lab
Virtuil
Niai
interval
Frekuensi
Nilai Tengah Lab. Riil Lab. Virtuil
68 - 74 6 3 71
75 - 81 10 4 78
82 - 88 18 8 85
89 - 95 18 9 92
96 - 102 5 3 99
Gambar 4.6. Histogram Prestasi Prestasi Belajar Afektif Dengan Lab Riil-Lab
Virtuil
b. Data prestasi belajar afektif siswa yang memiliki kemampuan berpikir
abstrak dan kongkrit
Prestasi belajar afektif siswa diduga dipengaruhi oleh
kemampuan berpikir yang dimiliki siswa. Kemampuan berpikir disisni terdiri
dari kemampuan berpikir abstrak dan kongkrit. Data prestasi afektif siswa yang
mempunyai kemampuan berpikir abstrak dan kongkrit dapat dilihat pada tabel
berikut disajikan pada tabel 4.16, 4.17 dan gambar 4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Tabel 4.16. Data Prestasi Belajar Afektif siswa yang Mempunyai Kemampuan
Berpikir Abstrak dan Kongkrit
Kemampuan Berpikir
Abstrak
Kemampuan Berpikir Kongkrit
N 24 N 33
SD 7,26 SD 7,96
MEAN
84,25 MEAN
85,79
MIN 68 MIN 68
MAX 96 MAX 97
Tabel 4.17. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Siswa yang mempunyai
Kemampuan Berpikir Abstrak dan Kongkrit
Niai interval Frekuensi
Nilai Tengah Abstrak Kongkret
68 – 74 3 3 71
75 – 81 3 7 78
82 – 88 9 9 85
89 – 95 8 10 92
96 – 102 1 4 99
Gambar 4.7. Histogram Prestasi Prestasi Belajar Afektif Siswa yang Memiliki
Kemampuan Berpikit Abstrak dan Kongkret
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
c. Data prestasi belajar afektif siswa yang mempunyai gaya belajar visual dan
kinestetik.
Prestasi belajar afektif diduga dipengaruhi juga oleh gaya belajar siswa.
Gaya belajar disini terdiri dari gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik.
Data prestasi afektif siswa yang mempunyai gaya belajar visual dan gaya
belajar kinestetik dapat ditunjukkan pada Tabel 4.18, 4.19 dan gambar 4.8
Tabel 4.18. Data Prestasi Belajar Afektif siswa yang Mempunyai Gaya Belajar
Visual dan Gaya Belajar Kinestetik
Gaya belajar Kinestetik Gaya Belajar Visual
N 33 N 24
SD 6,33 SD 7,12
MEAN
89,33 MEAN
82,09
MIN 74 MIN 68
MAX 97 MAX 94
Tabel 4.19. Distribusi frekuensi Prestasi Belajar Afektif siswa yang
Mempunyai Gaya Belajar Visual dan Gaya Belajar Kinestetik
Niai
interval
Frekuensi Nilai Tengah
Kinestetik Visual
68 - 74 1 5 71
75 - 81 1 9 78
82 - 88 7 11 85
89 - 95 10 8 92
96 - 102 5 0 99
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Gambar 4.8. Histogram Prestasi Afektif Siswa yang Mempunyai Gaya
Belajar Visual dan Gaya Belajar Kinestetik
d. Data rangkuman prestasi belajar afektif siswa untuk semua sel
Data yang sudah dijelaskan di atas bisa dirangkum sehinga dapat mempermudah
membandingkan satu dengan yang lain. Data rangkuman dapat dilihat
.dalam tabel 4.2
Tabel 4.20. Rangkuman Prestasi Belajar Afektif
Media Kemampuan
Berpikir
Gaya
Belajar Mean Std.Deviation N
Lab Riil
Abstrak
Kinestetik 87.0000 8.42615 5
Visual 84.1667 6.17792 6
Total 85.4545 7.04789 11
Kongkret
Kinestetik 93.0000 4.00000 6
Visual 82.5000 6.98013 10
Total 86.4375 7.88221 16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Total
Kinestetik 90.2727 6.79840 11
Visual 83.1250 6.53070 16
Total 86.0370 7.42906 27
Lab
Virtuil
Abstrak
Kinestetik 85.0000 5.86515 6
Visual 81.7143 8.93895 7
Total 83.2308 7.56256 13
Kongkret
Kinestetik 91.5714 4.64963 7
Visual 80.7000 7.19645 10
Total 85.1765 8.22523 17
Total
Kinestetik 88.5385 6.06376 13
Visual 81.1176 7.70456 17
Total 84.3333 7.87109 30
Total
Abstrak
Kinestetik 85.9091 6.83307 11
Visual 82.8462 7.58118 13
Total 84.2500 7.26067 24
Kongkret
Kinestetik 92.2308 4.24566 13
Visual 81.6000 6.96155 20
Total 85.7879 7.95989 33
Total
Kinestetik 89.3333 6.32914 24
Visual 82.0909 7.12111 33
Total 85.1404 7.64488 57
5. Perbandingan Nilai Rata-rata yang diajar dengan media lab riil dan lab
virtuil .
Rangkuman data prestasi belajar kognitif dan afektif dari proses
pembelajaran inkuiri bebas termodifikasi dengan media lab riil dan media lab
virtuil yang ditinjau dari kemampuan berpikir abstrak dan kongkrit serta dilihat
gaya belajar kinestetik dan visual tersaji pada pada tebel 4.21. Rangkuman
tersebut bisa dipakai untuk lebih mempermudah dalam membandingkan
masing-msing variabel. Hasil dari perbandingan bisa dipakai untuk mengambil
keputusan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
Tabel 4. 21. Rata-Rata Prestasi Kognitif dan Afektif Masing-Masing Kelompok
NO KELOMPOK
Rata-rata
Prestasi
Kog Afek
1 Siswa yang diberi pembelajaran Media laboratorium
riil 86,00 86,03
2 Siswa yang diberi pembelajaran Media laboratorium
virtuil 81,53 84,33
3 Siswa yang memiliki Kemampuan Berpikir abstrak
82,88 84,25
4 Siswa yang memiliki Kemampuan Berpikir konkret
84,21 85,79
5 Siswa yang memiliki Gaya belajar kinestetik
86,71 89,33
6 Siswa yang memiliki Gaya belajar visual
81,42 82,09
7 Media laboratorium riil untuk siswa yang memiliki
berpikir abstrak dan gaya belajar kinestetik 87,40 87,00
8
Pembelajaran Media laboratorium riil untuk siswa
yang memiliki berpikir abstrak dan gaya belajar
visual
84,50 84,17
9
Pembelajaran Media laboratorium riil untuk siswa
yang memiliki berpikir konkret dan gaya belajar
kinestetik
90,67 93
10
Pembelajaran Media laboratorium riil untuk siswa
yang memiliki berpikir konkret dan gaya belajar
visual
83,40 82,5
11
Pembelajaran Media laboratorium virtuil untuk siswa
yang memiliki berpikir abstrak dan gaya belajar
kinestetik
81,50 85
12
Pembelajaran Media laboratorium virtuil untuk
siswa yang memiliki berpikir abstrak dan gaya
belajar visual
79,43 81,71
13
Pembelajaran Media laboratorium virtuil untuk siswa
yang memiliki berpikir konkret dan gaya belajar
kinestetik
87,29 91,57
14
Pembelajaran Media laboratorium virtuil untuk siswa
yang memiliki berpikir konkret dan gaya belajar
visual
79,00 80,70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
B. Uji Prasyarat Analisis
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang dilakukan
dengan bantuan program Software SPSS 18. Diperoleh keputusan Ho ditolak jika
sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau P-value ≥ dari Alpha
= 0,05 maka Ho ditolak.
a. Uji normalitas prestasi kognitif
Uji normalitas prestai kognitif dapat dilihat pada tabel 4.22. sebagai berikut:
Tabel 4.22. Uji normalitas prestasi kognitif
NO Variabel ( P-
value)
Keputusan Kesimpulan
1 Siswa yang diberi pembelajaran
Media laboratorium riil
0.200* Ho
diterima
Data
normal
2 Siswa yang diberi pembelajaran
Media laboratorium virtuil
0.200* Ho
diterima
Data
normal
3 Siswa yang memiliki Kemampuan
Berpikir abstrak
0.200* Ho
diterima
Data
normal
4 Siswa yang memiliki Kemampuan
Berpikir konkret
0.145 Ho
diterima
Data
nomal
5 Siswa yang memiliki Gaya belajar
kinestetik
0.200* Ho
diterima
Data
normal
6 Siswa yang memiliki Gaya belajar
visual
0.200* Ho
diterima
Data
normal
7 Media laboratorium riil untuk siswa
yang memiliki berpikir abstrak dan
gaya belajar kinestetik
0.200* Ho
diterima
Data
normal
8 Pembelajaran Media laboratorium
riil untuk siswa yang memiliki
berpikir abstrak dan gaya belajar
visual
0.200* Ho
diterima
Data
normal
9 Pembelajaran Media laboratorium
riil untuk siswa yang memiliki
0.200* Ho
diterima
Data
normal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
berpikir konkret dan 0gaya belajar
kinestetik
10 Pembelajaran Media laboratorium
riil untuk siswa yang memiliki
berpikir konkret dan gaya belajar
visual
0.140 Ho
diterima
Data
normal
11 Pembelajaran Media laboratorium
virtuil untuk siswa yang memiliki
berpikir abstrak dan gaya belajar
kinestetik
0.200* Ho
diterima
Data
normal
12 Pembelajaran Media laboratorium
virtuil untuk siswa yang memiliki
berpikir abstrak dan gaya belajar
visual
0.200* Ho
diterima
Data
normal
13 Pembelajaran Media laboratorium
virtuil untuk siswa yang memiliki
berpikir konkret dan gaya belajar
kinestetik
0.200* Ho
diterima
Data
normal
14 Pembelajaran Media laboratorium
virtuil untuk siswa yang memiliki
berpikir konkret dan gaya belajar
visual
0.143 Ho
diterima
Data
normal
Berdasarkan rangkuman hasil analisis uji normalitas untuk data prestasi belajar
kognitif pada tabel 4.20, nampak bahwa semua nilai uji atau semua P-value>
0,05, maka semua H0 diterima, hal ini berarti bahwa data prestasi belajar kognitif
berdistribusi normal.
b. Uji normalitas prestasi afektif
Uji normalitas dipakai untuk menentukan apakah data terdistribusi
normal atau tidak. Jika data normal maka uji hipotesis yang akan dipakai adalah
statistik parametrik, sedangkan jika data tidak normal maka dipaki u statistik non
non parametrik. Hasil uji normalitas prestasi afektif dapat dilihat pada tabel 4.23
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
Tabel 4.23.Rangkuman uji normalitas prestasi belajar afektif
NO Variabel ( P-
value)
Keputusan Kesimpulan
1 Siswa yang diberi pembelajaran
Media laboratorium riil 0.200
*
Ho
diterima
Data
normal
2 Siswa yang diberi pembelajaran
Media laboratorium virtuil 0.200
*
Ho
diterima
Data
normal
3 Siswa yang memiliki Kemampuan
Berpikir abstrak 0.152
Ho
diterima
Data
normal
4 Siswa yang memiliki Kemampuan
Berpikir konkret 0.200
*
Ho
diterima
Data
normal
5 Siswa yang memiliki Gaya belajar
kinestetik 0.200
*
Ho
diterima
Data
normal
6 Siswa yang memiliki Gaya belajar
visual 0.197
Ho
diterima
Data
normal
7 Media laboratorium riil untuk siswa
yang memiliki berpikir abstrak dan
gaya belajar kinestetik
0.200*
Ho
diterima
Data
normal
8 Pembelajaran Media laboratorium riil
untuk siswa yang memiliki berpikir
abstrak dan gaya belajar visual
0.144
Ho
diterima
Data
normal
9 Pembelajaran Media laboratorium riil
untuk siswa yang memiliki berpikir
konkret dan 0gaya belajar kinestetik
0.200*
Ho
diterima
Data
normal
10 Pembelajaran Media laboratorium riil
untuk siswa yang memiliki berpikir
konkret dan gaya belajar visual
0.200*
Ho
diterima
Data
normal
11 Pembelajaran Media laboratorium
virtuil untuk siswa yang memiliki
berpikir abstrak dan gaya belajar
kinestetik
0.200*
Ho
diterima
Data
normal
12 Pembelajaran Media laboratorium
virtuil untuk siswa yang memiliki
berpikir abstrak dan gaya belajar
visual
0.128
Ho
diterima
Data
normal
13 Pembelajaran Media laboratorium
virtuil untuk siswa yang memiliki
berpikir konkret dan gaya belajar
kinestetik
0.200*
Ho
diterima
Data
normal
14 Pembelajaran Media laboratorium
virtuil untuk siswa yang memiliki
berpikir konkret dan gaya belajar
visual
0.200*
Ho
diterima
Data
normal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
Berdasarkan rangkuman hasil analisis uji normalitas untuk data prestasi belajar
afektif pada tabel 4.21, nampak bahwa semua nilai uji atau semua P-value> 0,05,
maka semua H0 diterima, hal ini berarti bahwa data prestasi belajar afektif
berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas.
Jenis tes yang digunakan untuk uji homogenitas adalah Tes Levene’s.
Rangkuman hasil uji homogenitas untuk data prestasi belajar kognitif disajikan
dalam Tabel 4.24 dan untuk data prestasi belajat afektif disajikan dalam tabel
4.25.
a. Uji Homogenitas prestasi kognitif
Tabel 4.24.Rangkuman Uji Homogenitas Presatasi Belajar Kognitif
No Faktor (P-value)
Keputusan Ho Kesimpulan
1 Media lab riil dan lab
virtual 0,232
Ho diterima Homogen
2 Kemampuan berpikir 0,936 Ho diterima Homogen
3 Gaya belajar 0,976 Ho diterima Homogen
4 Media lab riil dan lab
virtuil * Kemampuan
berpikir
0,706 Ho diterima Homogen
5 Media lab riil dan lab
virtuil * gaya belajar
0,372 Ho diterima Homogen
6 Kemampuan berpikir *
Gaya belajar
0,829 Ho diterima Homogen
7 Setiap Sel 0,822 Ho diterima Homogen
Berdasarkan rangkuman uji homogenitas prestasi belajar kognitif pada
tabel 4.24 nampak bahwa semua nilai uji atau semua P-value> 0.05 maka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
semua H0 diterima. Hal ini dapat disimpulkan bahwa data prestasi belajar kognitif
berasal dari populasi yang homogen.
b. Uji Homogenitas prestasi belajar Afektif
Tabel 4.25. Rangkuman Uji Homogenitas Prestasi Belajar Afektif
No Faktor (P-
value)
Keputusan
Ho
Kesimpulan
1 Media lab riil dan lab virtual
0,799
Ho diterima Homogen
2 Kemampuan berpikir
0,484
Ho diterima Homogen
3 Gaya belajar 0,371 Ho diterima Homogen
4 Media lab riil dan lab virtuil
* Kemampuan berpikir
0,871 Ho diterima Homogen
5 Media lab riil dan lab virtuil
* gaya belajar
0,683 Ho diterima Homogen
6 Kemampuan berpikir *
Gaya belajar
0,289 Ho diterima Homogen
7 Setiap Sel 0,563 Ho diterima Homogen
Berdasarkan rangkuman uji homogenistas prestasi belajar afektif pada
tabel 4.25 nampak bahwa semua nilai uji atau semua P-value> 0.05, maka
semua H0 diterima. Hal ini dapat disimpulkan bahwa data prestasi belajar afektif
berasal dari populasi yang homogen. Berdasarkan hasil uji homogenitas dapat
ditentukan uji hipotesis yang akan digunakan yaitu dengan statistik parametrik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
C. Uji Hipotesis
1. Uji Anava
a. Hasil uji analisis variansi untuk prestasi belajar kognitif siswa
Dari hasil analisis of varians dengan langkah General Linear Model baik
prestasi kognitif dan afektif akan diringkas psda tabel 4.26.
Tabel 4.26. Nilai ANAVA p-value
No
.
Yang diUji F
hitung
p-
value
Hipotesis Hasil Uji
1. Pembelajaran lab. Riil
dan virtual
4.839 0.033 H0A ditolak ada Perbedaan
(berpengaruh)
2. kemampuan_berpikir 0.779 0.382 H0B diterima Tidak ada
Perbedaan
(Tidak
berpengaruh)
3. Gaya_belajar 5.796 0.020 H0c ditolak ada Perbedaan
(berpengaruh)
4. pembelajaran_ lab. Riil
dan virtuil *
kemampuan berpikir
0.140 0.710 H0AB
diterima
Tidak Ada
Interaksi
(tidak
berpengaruh)
5. pembelajaran_ lab. Riil
dan virtuil *
Gaya_belajar
0.000 0.982 H0AC
diterima
Tidak Ada
Interaksi
(tidak
berpengaruh)
6. kemampuan_berpikir*
Gaya_belajar
1.541 0.220 H0BC
diterima
Tidak Ada
Interaksi
(tidak
berpengaruh)
7. pembelajaran_ lab. Riil
dan virtuil* kemampuan
berpikir* Gaya_belajar
0.047 0.829 H0ABC
diterima
Tidak Ada
Interaksi
(tidak
berpengaruh)
Berdasarkan hasil Tests of Between-Subjects Effects tersebut , jika P-value> 0,05
maka Ho diterima, dan jika P-value< 0,05 maka Ho ditolak.. Hasil uji
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
menunjukan ada ada 2 hipotesis yang ditolak yaitu hipotesis no 1 dan hipotesis no
4. Kesimpulan yang bisa diperoleh berdasarkan hasil uji hipotesis yang terdapat
dalam tabel 4.26 adalah sebagai berikut :
1) Hipotesis 1
H01 : Tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi
pembelajaran berbasis inkuiri bebas termodifikasi dengan lab riil dan lab
virtuil.
Berdasarkan hasil uji hipotesis 1 pada tabel 4.23, diperoleh P-value = 0.033
(p < 0.05) maka hipotesis H01 ditolak, sehingga dapat simpulkan bahwa :
Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran
berbasis inkuiri bebas termodifikasi dengan lab riil dan lab virtuil.
2) Hipotesis 2
H02: Tidak ada perbedaan prestasi belajar siswa yang kemampuan berpikir
abstrak dengan siswa yang memiliki kemampuan berpikir kongkrit.
Berdasarkan hasil uji hipotesis 2 pada tabel 4.23 diperoleh P-value = 0.382
(p < 0.05) maka hipotesis H02 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memilik kemampuan
berpikir abstrak dengan siswa yang memiliki kemampuan berpikir kongkrit
3) Hipotesis 3
H03 : Tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memilki gaya
belajar kinestetik dan visual.
Berdasarkan hasil uji hipotesis 3 pada tabel 4.23, diperoleh P-value = 0.020
(p < 0.05) maka hipotesis H03 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memilki gaya belajar
kinestetik dan yang memiliki gaya belajar visual.
4) Hipotesis 4
H04 : Tidak ada interaksi antara media pembelajaran dengan kemampuan
berpikir siswa terhadap prestasi belajar.
Berdasarkan hasil uji hipotsis 4 pada tabel 4.23 diperoleh P-value = 0.071
(P < 0.05) maka H04 diterima, sehingga dari membandingkan kedua nilai
tersebutdapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa : Tidak ada interaksi
antara media pembelajaran dengan kemampuan berpikir siswa terhadap
prestasi belajar.
5) Hipotesis 5
H05 : Tidak ada interaksi antara media pembelajaran dengan gaya belajar
siswa terhadap prestasi belajar .
Berdasarkan hasil uji hipotesis 5 pada tabel 4.23 diperoleh P-value = 0.982
(p < 0.05) maka hipotesis H05 diterima, sehingga dari membandingkan
kedua nilai tersebut dapat ditarik sebuah kesimpuan bahwa : Tidak ada
interaksi antara media pembelajaran dengan gaya belajar siswa terhadap
prestasi belajar.
6) Hipotesis 6
H06 : Tidak ada interaksi antara kemampuan berpikir siswa dengan gaya
belajar siswa terhadap prestasi belajar Fisika.
Berdasarkan hasil uji hipotesis 6 pada tabel 4.23 diperoleh P-value= 0.977 (P
> 0.05) maka H06 diterima, sehingga dari membandingkan kedua nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
tersebut dapat disimpulkan bahwa: Tidak ada interaksi antara kemampuan
berpikir siswa dengan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar.
7) Hipotesis 7
H07:Tidak ada interaksi antara media belajar, kemampuan berpikir siswa dan
gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar Fisika.
Berdasarkan hasil uji hipotesis 7 pada tabel 4.23 diperoleh P-value= 0.829 (P
> 0.05) maka H07 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada
interaksi antara media belajar, kemampuan berpikir siswa dan gaya belajar
siswa terhadap prestasi belajar.
b. Hasil uji analisis variansi untuk prestasi belajar afektif siswa.
Tabel 4.27. Nilai ANAVA p-value
No. Yang diUji F
hitung
p-
value Hipotesi
s Hasil Uji
1. Pembelajaran lab. Riil
dan virtual
1.088 0.302 H0A
diterima
Tidak ada Perbedaan
(Tidak berpengaruh)
2. kemampuan_berpikir 1.804 0.185 H0B
diterima
Tidak ada Perbedaan
(Tidak berpengaruh)
3. Gaya_belajar 13.93
9
0.000 H0c
ditolak
ada Perbedaan
(berpengaruh)
4. pembelajaran_ lab.
Riil dan virtuil *
kemampuan berpikir
0.028 0.869 H0AB
diterima
Tidak Ada Interaksi
(tidak berpengaruh)
5. pembelajaran_ lab.
Riil dan virtuil *
Gaya_belajar
0.013 0.911 H0AC
diterima
Tidak Ada Interaksi
(tidak berpengaruh)
6. kemampuan_berpikir
* Gaya_belajar
4.291 0.044 H0BC
ditolak
Ada Interaksi
(berpengaruh)
7. pembelajaran_ lab.
Riil dan virtuil*
kemampuan berpikir*
Gaya_belajar
0.000 0.991 H0ABC
diterima
Tidak Ada Interaksi
(tidak berpengaruh)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
Berdasarkan hasil Tests of Between-Subjects Effects, jika p-value> 0,05
maka hipotesis nol ditolak, sedangkan jika p-value< 0,05 maka hipotesis nol tidak
ditolak. Berdasarkan rangkuman pada tabel 4.25 untuk prestasi belajar afektif
siswa dapat disimpulkan sebagai berikut :
1) Hipotesis 1
H01 : Tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi
pembelajaran berbasis inkuiri bebas termodifikasi dengan lab riil dan lab
virtual.
Berdasarkan hasil uji hipotesis 1 pada tabel 4.24, diperoleh P-value = 0
.302 (p < 0.05) maka hipotesis H01 diterima, sehingga dapat simpulkan
bahwa: Tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi
pembelajaran berbasis inkuiri bebas termodifikasi dengan lab riil dan lab
virtual.
2) Hipotesis 2
H02: Tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang kemampuan
berpikir abstrak dengan siswa yang memiliki kemampuan berpikir kongkrit.
Berdasarkan hasil uji hipotesis 2 pada tabel 4.24 diperoleh P-value = 0.185 (p
< 0.05) maka hipotesis H02 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memilik kemampuan
berpikir abstrak dengan siswa yang memiliki kemampuan berpikir kongkrit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
3) Hipotesis 3
H03 : Tidak ada perbedaan prestasi belajar Fisika antara siswa yang memilki
gaya belajar kinestetik dan visual.
Berdasarkan hasil uji hipotesis 3 pada tabel 4.24, diperoleh P-value = 0.000
(p < 0.05) maka hipotesis H03 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa :
Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memilki gaya belajar
kinestetik dan yang memiliki gaya belajar visual.
4) Hipotesis 4
H04 : Tidak ada interaksi antara media pembelajaran dengan kemampuan
berpikir siswa terhadap prestasi belajar.
Berdasarkan hasil uji hipotsis 4 pada tabel 4.24 diperoleh P-value = 0.0869
(P < 0.05) maka H04 diterima, sehingga dapat simpulkan bahwa : Tidak
ada interaksi antara media pembelajaran dengan kemampuan berpikir siswa
terhadap prestasi belajar.
5) Hipotesis 5
H05 : Tidak ada interaksi antara media pembelajaran dengan gaya belajar
siswa terhadap prestasi belajar.
Berdasarkan hasil uji hipotesis 5 pada tabel 4.24 diperoleh P-value = 0.911
(p < 0.05) maka hipotesis H05 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa
: Tidak ada interaksi antara media pembelajaran dengan gaya belajar
siswa terhadap prestasi belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
6) Hipotesis 6
H06 : Tidak ada interaksi antara kemampuan berpikir siswa dengan gaya
belajar siswa terhadap prestasi belajar Fisika.
Berdasarkan hasil uji hipotesis 6 pada tabel 4.24 diperoleh P-value= 0.044 (P
> 0.05) maka H06 ditolak , sehingga dapat disimpulkan bahwa: Ada interaksi
antara kemampuan berpikir siswa dengan gaya belajar siswa terhadap prestasi
belajar.
7) Hipotesis 7
H07:Tidak ada interaksi antara media belajar, kemampuan berpikir siswa dan
gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar Fisika.
Berdasarkan hasil uji hipotesis 7 pada tabel 4.24 diperoleh P-value= 0.991 (P
> 0.05) maka H07 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa: Tidak ada
interaksi antara media belajar, kemampuan berpikir siswa dan gaya belajar
siswa terhadap prestasi belajar.
2. Uji Lanjut Anava
Berdasarkan hasil uji hipotesis, maka perlu dilakukan uji lanjut
analisis variansi atau uji lanjut anava menggunakan Tes Scheffe. Adapun Uji
lanjut Anava dilakukan untuk hipotesa H0 yang ditolak.
a. Prestasi Belajar Kognitif.
Untuk prestasi belajar kognitif , hipotesa yang perlu diuji lanjut dengan Anava
adalah hipotesa 1 (Ho1) dan hipotesa 3 (Ho3)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
1) Hipotesis 1
Hipotesisyang diotolak adalah ( H01 ) tidak ada perbedaan prestasi belajar
Fisika antara siswa yang diberi pembelajaran berbasis inkuiri bebas termodifikasi
dengan lab riil dan lab virtual. Adapun hasil uji lanjut untuk mengetahui media
lab. riil dan lab virtuil mana yang memiliki pengaruh signifikan tersaji dalam tabel
4.28, dan gambar 4.9 di bawah.
Tabel 4.28 . Estimated Marginal Means terhadap pembelajaran
Dependent Variable:kognitif
Media Mean Std.
Error 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
LAB RIIL 86.492 1.558 83.362 89.622
LAB VIRT 81.804 1.455 78.880 84.727
Gambar 4.9. Grafik Estimed Marginal Means of Prestasi : Media
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
Pada grafik 4.9 ini diketahui bahwa media terbagi menjadi 2 kategori yaitu
lab riil dan virtuil. Berdasarkan nilai rata-rata kognitif yang diperoleh siswa pada
pembelajaran dengan lab riil lebih tinggi daripada lab virtuil. Jadi pembelajaran
dengan lab riil lebih besar pengaruhnya daripada lab virtuil terhadap prestasi
belajar kognitif.
2) Hipotesis 3
Hipotesa yang ditolak adalah Hipotesis (H03 ) tidak ada perbedaan prestasi
belajar kognitif antara siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik dan
visual. Dapat juga dilihat prestasi belajar kognitif seluruh siswa sudah cukup
tinggi. Adapun hasil uji lanjut untuk mengetahui gaya belajar kinestetik dan
gaya belajar visual mana yang memiliki pengaruh signifikan pada prestasi
belajar. Data tersebut tersaji dalam tabel 4.29 dan diperjelas dengan
histogram pada gambar 4.10
Tabel 4.29. Estimated Marginal Means terhadap Gaya Belajar
Dependent Variable:kognitif
gaya_belajar Mean Std. Error
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Kinestetik 86.713 1.609 83.479 89.947
Visual 81.582 1.397 78.775 84.390
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
Gambar . 4.10.Grafik Estimed Marginal Means of Prestasi : gaya belajar
Pada grafik 4.10 ini diketahui siswa yang memiliki gaya belajar
kinestetik mendapat nilai rata-rata kognitif lebih tinggi dari pada siswa yang
memiliki gaya belajar visual, jadi siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik
lebih besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar kognitif.
b. Prestasi Belajar Afektif
1) Hipotesis 3
Hipotesa yang ditolak (H03) adalah tidak ada pengaruh gaya belajar
(kinestetik dan visual) terhadap prestasi belajar. Adapun hasil uji lanjut untuk
mengetahui gaya belajar (kinestetik dan visual tersaji dalam tabel dan gambar di
bawah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
Tabel . 4.30 Estimated Marginal Means terhadap gaya belajar
Dependent Variable:afektif
gaya_bela
jar Mean Std. Error
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Kinestetik 89.143 1.390 86.349 91.936
Visual 82.270 1.207 79.845 84.695
Gambar .4.11. Grafik Estimed Marginal Means of Prestasi : gaya belajar
Pada grafik 4.11 ini diketahui bahwa gaya belajar terbagi menjadi 2
kategori yaitu kinestetik dan visual. Berdasarkan siswa yang memiliki gaya
belajar kinestetik mendapat nilai rata-rata afektif lebih tinggi dari pada siswa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
memiliki gaya belajar visual, jadi siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik
lebih besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar afektif.
2) Hipotesis 6
Hipotesa yang ditolak ( H06 ) adalah tidak ada interaksi kemampuan
berpikir (abstrak dan konkret) dengan gaya belajar (kinestetik dan visual) terhadap
prestasi belajar.
Tabel . 4.31. Estimated Marginal Means terhadap kemampuan berpikir*gaya
belajar
Dependent Variable:afektif
kemampuan_
berpikir
gaya_belaj
ar Mean
Std.
Error
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Abstrak Kinestetik 86.000 2.047 81.886 90.114
Visual 82.940 1.881 79.160 86.721
Konkret Kinestetik 92.286 1.881 88.506 96.066
Visual 81.600 1.512 78.561 84.639
Dari data Tabel di atas diketahui bahwa siswa yang mempunyai gaya
belajar kinestetik dan kemampuan berpikir abstrak tinggi memperoleh rata-rata
prestasi psikomotor lebih tinggi dibandingkan siswa yang memliki gaya belajar
visual dan kemampuan berpikir konkret. Demikian pula pada siswa yang memiliki
gaya belajar visual. Profil efek dari pengaruh dapat dilihat pada grafik berikut;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
Gambar .4.12. Grafik Estimed Marginal Means of Prestasi : kemampuan
berpikir*gaya belajar
Berdasarkan gambar grafik memperlihatkan tidak ada perpotongan garis
antara gaya belajar (kinestetik dan visual) dengan kemampuan berpikir, hal ini
berarti interaksi gaya belajar dengan kemampuan berpikir tidak terlihat. Walaupun
tidak ada perpotongan garis, bila garis pada gaya belajar kinestetik dan visual
ditarik garis lurus akan terjadi perpotongan garis. Hal itu sudah bisa dikatakan
adanya interaksi gaya belajar dengan kemampuan berpikir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
3. Hasil Uji Hipotesis
Berdasarkan hasil uji hipotesis tersebut, maka dapat dikemukakan
bahwa
a. Ada perbedaan prestasi belajar kognitif antara siswa yang diberi
pembelajaran berbasis inkuiri bebas termodifikasi dengan lab riil dan lab
virtual.
b. Tidak ada perbedaan prestasi belajar afektif antara siswa yang diberi
pembelajaran berbasis inkuiri bebas termodifikasi dengan lab riil dan lab
virtual.
c. Tidak ada perbedaan prestasi belajar kognitif antara siswa yang
kemampuan berpikir abstrak dengan siswa yang memiliki kemampuan
berpikir kongkrit.
d. Tidak ada perbedaan prestasi belajar afektif antara siswa yang
kemampuan berpikir abstrak dengan siswa yang memiliki kemampuan
berpikir kongkrit.
e. Ada perbedaan prestasi belajar kognitif antara siswa yang memilki gaya
belajar kinestetik dan visual.
f. Ada perbedaan prestasi belajar afektif antara siswa yang memilki gaya
belajar kinestetik dan visual.
g. Tidak ada interaksi antara media pembelajaran dengan kemampuan
berpikir siswa terhadap prestasi belajar kognitif.
h. Tidak ada interaksi antara media pembelajaran dengan kemampuan
berpikir siswa terhadap prestasi belajar afektif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
i. Tidak ada interaksi antara media pembelajaran dengan gaya belajar
siswa terhadap prestasi belajar kognitif.
j. Tidak ada interaksi antara media pembelajaran dengan gaya belajar
siswa terhadap prestasi belajar afektif .
k. Tidak ada interaksi antara kemampuan berpikir siswa dengan gaya
belajar siswa terhadap prestasi belajar kognitif.
l. Ada interaksi antara kemampuan berpikir siswa dengan gaya belajar
siswa terhadap prestasi belajar afektif.
m. Tidak ada interaksi antara media belajar, kemampuan berpikir siswa dan
gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar kognitif.
n. Tidak ada interaksi antara kemampuan berpikir siswa dengan gaya
belajar siswa terhadap prestasi belajar afektif.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Hipotesis 1
Berdasarkan hasil uji hipotesis 1 pada tabel 4.23, diperolehP-value =
0.033 (p < 0.05) maka hipotesis H01 ditolak, sehingga dapat simpulkan bahwa :
ada perbedaan prestasi belajar kognitif antara siswa yang diberi pembelajaran
berbasis inkuiri bebas termodifikasi dengan lab riil dan lab virtual. Sedangkan
berdasarkan hasil uji hipotesis 1 pada tabel 4.24, diperoleh P-value = 0.302 (p <
0.05) maka hipotesis H01 diterima, sehingga dapat simpulkan bahwa tidak ada
perbedaan prestasi belajar afektif antara siswa yang diberi pembelajaran
berbasis inkuiri bebas termodifikasi dengan lab riil dan lab virtual. Berdasarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
hasil uji lanjut pada gambar 4.9 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata (mean) yang
diperoleh siswa pada pembelajaran dengan media lab riil lebih tinggi daripada
dengan menggunakan lab virtuil. Sedangkan untuk prestasi belajar afektif siswa
tidak ada perbedaan antara yang menggunakan lab riil dengan yang menggunakan
lab virtuil. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran mengunakan lab riil
lebih baik daripada yang menggunakan lab virtuil, tetapi ini hanya untuk prestasi
kognitif siswa. Materi yang dipakai dalam penelitian ini adalah pemantulan
cahaya dimana konsep-konsep fisika yang dipelajari lebih banyak yang kongkret,
yang bisa diamati secara langsung oleh siswa. Oleh karena itu siswa yang
menggunakan media lab riil hasilnya akan lebih baik karena siswa bisa langsung
mempelajari konsep-konsep yang kongkret. Dari sisi lain dengan mengunakan lab
riil indera yang digunakan tidak hanya mata tetapi lebih banyak tangan dan
anggota badan yang lain. Sedangkan dengan lab virtuil siswa lebih banyak
menggunakan mata dibanding indera yang lain. Dengan demikian bisa
menjelaskan mengapa pretasi kognitif siswa lebih tinggi jika menggunakan media
lab riil dibanding yang menggunakan lab virtuil. Untuk prestasi afektif antara
siswa yang menggunakan lab riil dan lab virtuil tidak mengalami perbedaan
kerena dikedua media terebut siswa bekerja berkelompok sehingga sama-sama
bisa mengembangkan karekter dan ketrampilan sosial siswa.
2. Hipotesis 2
Berdasarkan hasil uji hipotesis 2 pada tabel 4.23 diperoleh P-value =
0.185 (p < 0.05) dan tabel 4.24 diperoleh P-value = 0.185 (p < 0.05) maka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
hipotesis H02 baik untuk kogitif dan afektif diterima, sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan prestasi belajar kognitif maupun afektif
antara siswa yang memilik kemampuan berpikir abstrak dengan siswa yang
memiliki kemampuan berpikir kongkrit. Conny R Semiwan membedakan tingkat
berpikir individu menjadi tiga yaitu : (1) berpikir kongkrit; (2 ) berpikir
skematik dan; (3) berpikir abstrak. Siswa SMP kelas VIII sesuai dengan
usianya memiliki kemampuan berpikir peralihan antara kongkrit dan abstrak.
Jika siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak bisa memahami konsep-
konsep yang abstrak maka tentunya bisa juga memahami konsep-konsep yang
kongkrit. Karakteristik dari materi cahaya dalam hal ini pemantulan cahaya lebih
banyak ke konsep kongkrit yang bisa diamati secara langung. Oleh karena itu
semua siswa baik yang memiliki kemampuan berpikir kongkrit maupun abstrak
sama-sama bisa mencapai prestasi yang tinggi.
3. Hipotesis 3
Berdasarkan hasil uji hipotesis 3 pada tabel 4.24, diperoleh P-value =
0.000 (p < 0.05) dan tebal 4.24, diperoleh P-value = 0.000 (p < 0.05) maka
hipotesis H03 baik untuk prestasi kognitif maupun afektif ditolak, sehingga dapat
disimpulkan bahwa : Ada perbedaan prestasi belajar kognitif maupun afektif
antara siswa yang memilki gaya belajar kinestetik dan yang memiliki gaya belajar
visual. Berdasarkan hasil uji lanjut pada gambar 4.9 dan gamabr 4.10 dapat
diketahui bahwa nilai rata-rata (mean) yang diperoleh siswa yang memiliki gaya
belajar kinestetik lebih tinggi daripada siswa yang memiliki gaya belajar visual,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
baik untuk prestasi kognitif maupun prestasi afektif. Hamzah B.Uno mengatakan
ada tiga tipe gaya belajar yaitu : (1) gaya belajar visual, (2) gaya belajar auditori
dan ,(3) gaya belajar kinstetik. Siswa yang belajar dengan pendekatan penemuan
tentu banyak melakukan kegiatan eksperiment, untuk itu dibutuhkan gaya belajar
kinestetik dimana siswa mudah belajar dengan melakuan manipulasi atau
percobaan. Sehingga bisa dipahami jika siswa yang memiliki gaya belajar
kinestetik akan memiliki prestasi belajar lebih baik dari siswa yang memiliki
gaya belajar visual.
4. Hipotesis 4
Berdasarkan hasil uji hipotsis 4 pada tabel 4.23 diperoleh P-value = 0.071
(P < 0.05) dan tabel 4.24 diperoleh P-value = 0.0869 (P < 0.05) maka H04 baik
prestasi kognitif maupun afektif diterima, sehingga dapat simpulkan bahwa :
Tidak ada interaksi antara media pembelajaran dengan kemampuan berpikir
siswa terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif. Siswa kelas VIII SMP
berdasarkan usianya memiliki kemampuan berpikir skematik yaitu peralihan
antara berpikir kongkrit ke abstrak. Kemmpuan berpikir skematik memiliki
karakteristik jika dalam pembelajaran prosesnya menggunakan media yang sesuai
dengan tingkat berpikirnya maka siswa bisa berpikir dari kongkrit menuju ke
tingkat berpikir abstrak. Dalam pembelajaran pemantulan cahaya karakteristiknya
memiliki banyak konsep-konsep yang kongkrit yang lebih mudah dipelajari
secara langsung dan ada sedikit konsep yang abstrak. Siswa dikelompokkan
berdasarkan media yang dipakai, yaitu lab riil dan lab virtuil. Rerata prestasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
kognitif dan afektif siswa yang memiliki kemampuan berpikir kongkrit ternyata
lebih tinggi baik menggunakan lab riil maupun lab virtuil. Artinya media tidak
mempengaruhi prestai belaajr siswa yang berpikir kongkrit maupun abstrak. Bisa
dikatakan lab virtuil bisa menjadi media yang cocok sehingga bisa membawa
semua siswa berpikir abstark lebih baik. Sehingga tidak ada interaksi antara
kemampuan berpikir dengan media yang digunakan terhadap prestasi siswa.
5. Hipotesis 5
Berdasarkan hasil uji hipotsis 5 pada tabel 4.23 diperoleh P-value =
0.982(p < 0.05) dan pada tabel 4.24 diperoleh P-value = 0.911 (p < 0.05) maka
hipotesis H05 baik prestasi kognitif maupun afektif diterima, sehingga dapat
disimpulkan bahwa : Tidak ada interaksi antara media pembelajaran dengan
gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar. Hamzah B.Uno mengatakan ada tiga
tipe gaya belajar yaitu : (1) gaya belajar visual, (2) gaya belajar auditori dan ,(3)
gaya belajar kinstetik. Individu yang memiliki gaya belajar visual akan maksimal
prestasi belajarnya jika belajar menggunakan media multi-media misalnya
komputer, sedangkan individu yang memiliki gaya belajar kinestetik akan
maksimal prestasi belajarnya jika menggunakan alat-alat laboratorium. Dalam
pembelajaran pemantulan cahaya, lab virtuil yang digunakan adalah berupa
program pembelajaran interaktif dimana siswa bisa menjalankannya seperti
siswa yang melakukan pembelajaran menggunakan lab riil. Siswa yang memiliki
gaya belajar kinestetik nilai rerata kognitif maupun afektif selalu lebih tinggi baik
menggunakan lab riil maupun lab virtuil. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
dipahami mengapa tidak ada interaksi antara media pembelajaran dengan gaya
belajar siswa terhadap prestasi belajar IPA .
6. Hipotesis 6
Berdasarkan hasil uji hipotesis 6 pada tabel 4.23 diperoleh P-value= 0.977
(P > 0.05) maka H06 (prestasi kognitif) diterima, sedangkan berdasarkan hasil
uji hipotesis 6 pada tabel 4.24 diperoleh P-value= 0.044 (P > 0.05) maka H06
(prestasi efektif) ditolak sehingga dapat disimpulkan tidak ada interaksi
antara kemampuan berpikir siswa dengan gaya belajar siswa terhadap prestasi
belajar kognitif tetapi ada interaksi antara kemampuan berpikir siswa dengan
gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar afektif. Kemampuan berpikir siswa
tergantung usia mereka. Semakin bertambah umur sebagian besar dari mereka
memiliki kemampuan berpikir mendekati abstrak. Sedangkan gaya belajar siswa
tidak dipengaruhi oleh usia, siswa SMP kelas VIII gaya belajarya bisa saja
visual, atau auditori atau kinestetik. Pembelajaran dengan pendekatan inkuiri
membutuhkan percobaan-percobaan untuk memecahkan masalah. Siswa yang
memiliki gaya belajar kinestetik lebih maksimal bekerjakan dalam melakukan
percobaan. Disetiap percobaan ternyata tidak hanya dibutuhkan kemampuan
berpikir kongkrit tetapi juga dibutuhkan kemampuan berpikir abstrak. Itu dapat
dilihat dari rerata prestasi belajar kognitif siswa yang memiliki kemampuan
berpikir abstark lebih tinggi dari pada siswa yang memiliki kemampaun berpikir
kongkrit terlepas apapun gaya belajarnya. Jadi dapat disimpulkan antara
kemampuan berpikir dan gaya belajar tidak ada interaksi terhadap prestasi
kognitif. Adapun untuk prestasi belajar afektif antara kemampuan berpikir siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
dengan gaya belajar siswa saling berinteraksi itu dapat dilihat dari rerata gaya
belajar kinestetik dan kemampuan berpikir abstrak memperoleh rata-rata prestasi
afektif lebih tinggi dibandingkan siswa yang memiliki gaya belajar visual dan
kemampuan berpikir konkret. Penjelasannya kerena karakter siswa berpikir kritis-
kreatif bisa terbangun lebih kuat jika siswa memiliki kemampuan berpikir abstrak.
Sedangkan karakter menghargai pendapat teman, terampil melakukan
kominikasi, berani bertanya dan bertanggung jawab bisa terbangun dalam diri
siswa yang gaya belajarnya kinestetik.
7. Hipotesis 7
Berdasarkan hasil uji hipotesis 7 pada tabel 4.23 diperoleh P-value= 0.829
(P > 0.05) dan tabel 4 .24 diperoleh P-value= 0.991 (P > 0.05) maka H07 baik
prestasi efektif maupun afektif ditolak sehingga dapat disimpulkan tidak ada
interaksi antara media belajar, kemampuan berpikir siswa dengan gaya belajar
siswa terhadap prestasi belajar. Sudah dibahas di depan bahwa tidak hanya siswa
yang memiliki gaya belajar visual yang bisa maksimal menggunakan media lab
virtuil tetapi juga siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik karena lab virtuil
yang digunakan berupa program pembelajaran interaktif. Karena media yang
digunakan sesuai dengan tingkat berpikir siswa maka siswa SMP kelas VIII yang
masih memiliki tingkat berpikir skematis bisa juga memikirkan tidak hanya
kongkrit tetapi juga abstrak. Jika dilihat rerata siswa yang memiliki kemampuan
berpikir kongkrit dan gaya belajar kinestetik ternyata memiliki rerata yang selalu
lebih tinggi dibandingkan siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
gaya belajar visual baik menggunakan lab riil maupun lab virtuil. Sehingga dapat
dipahami jika tidak ada interaksi antara media belajar, kemampuan berpikir
siswa dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa.
E. Keterbatasan Penelitian
Penelitian sudah dirancang dan dipersiapan dengan sebaik mungkin.
Persiapan tersebut antara lain sebagai berikut: pembuatan RPP yang disesuaikan
dengan silabus, merancang LKS yang menggambarkan pendakatan inkuiri,
membuatan lab virtuil yang disesuaikan dengan RPP, Membuat tes dan angket
berdasarkan kisi-kisi, mencoba lab riil, dan melatih siswa mengikuti
pembelajaran dengan pendekatan inkuiri. Namun demikian masih ditemukan
beberapan kendala selama penelitian. Kendala tersebut disebabkan oleh beberapa
keterbatasan yang antara lain sebagai berikut:
1. Waktu pelaksanaan penelitian yang terbatas karena harus menyesuaikan
dengan jam pelajaran sesuai aturan akademik pada standar isi kurikulum
SMP Negeri 5 Yogyakarta, yaitu untuk mata pelajaran IPA kelas VIII hanya
4 jam pelajaran (@ 40 menit) tiap minggu, sehingga pembelajaran tidak
bisa terlaksana dengan optimal.
2. Siswa tidak serius mengerjakan soal-soal dalam tes kemampuan berpikir
yang materi tesnya tidak ada hubungan dengan materi yang diajarkan. Siswa
terbiasa mengerjakan soal untuk meraih nilai terbaik dalam pembelajaran.
3. Siswa tidak terbiasa mengisi angket dalam hal ini angket gaya belajar,
sehingga mereka tidak serius melakukannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
4. Waktu untuk berlatihan pembelajaran berbasis pendekatan inkuiri
menggunakan lab virtuil sangat terbatas sehingga siswa belum terbisa
menjalankan program dan mengisi LKS berdasarkan data yang diperoleh
dari program lab virtuil.
5. Kesulitan bekerjasama dalam menjalankan program lab virtuil karena
dalam kelompok yang berisi 3 anak, hanya bisa menggunakan satu mouse,
dan satu layar, sangat berbeda dengan lab riil, dimana setiap siswa dalam
kelompok bisa berperan aktif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan ini didasari dari latar belakang masalah, rumusan
masalah, hipotesis, teori yang relevan, kerangka berpikir, pengkajian
hipotesis, dan hasil analisis data yang sudah dibahas di bab sebelumnya.
Adapun kesimpulan tersebut adalah sebagai berkut:
1. Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa prestasi belajar kognitif materi
pemantulan cahaya siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Yogyakarta yang
menggunakan media lab riil lebih tinggi dari pada siswa yang
menggunakan media lab virtuil. Sedangkan untuk prestasi belajar afektif
tidak ada perbedaan. Dalam pemebelajaran dengan menggunakan lab riil
siswa bisa aktif terlibat dalam proses penemuan untuk memecahkan masalah
tentang pemantulan cahaya yang mereka temukan dalam kehidupan sehari-hari.
Belajar siswa bisa lebih bermakna karena mereka bisa mengkaitkan konsep
yang mereka temukan dalam pembelajaran di lab riil dengan aplikasi
pemantulan cahaya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Untuk prestasi
afektif antara siswa yang menggunakan lab riil dan lab virtuil tidak
mengalami perbedaan karena dikedua media tersebut siswa bekerja
berkelompok sehingga sama-sama bisa mengembangkan karekter dan
ketrampilan sosial mereka.
134
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
2. Dari hasil penelitian diperoleh data prestasi belajar kognitif maupun afektif
antara siswa yang memilik kemampuan berpikir abstrak dengan siswa yang
memiliki kemampuan berpikir kongkrit tidak ada perbedaan. Siswa SMP
kelas VIII sesuai dengan usianya memiliki kemampuan berpikir peralihan
antara kongkrit dan abstrak. Siswa yang bisa berpikir abstrak tentu saja bisa
juga memahami konsep-konsep yang kongkrit. Karakteristik dari materi
cahaya dalam hal ini pemantulan cahaya lebih banyak ke konsep kongkrit yang
bisa diamati secara langung.
3. Dari hasil penelitian diperoleh siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik
prestasi belajar kognitif maupun afektif lebih tinggi daripada siswa yang
memiliki gaya belajar visual. Siswa yang belajar dengan pendekatan inkuiri
tentu banyak melakukan kegiatan percobaan untuk menemukan sendiri
masalah-masalh yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
melakukan percobaan siswa harus banyak menyentuh alat untuk
mengoperasikan. Ciri ini dimiliki oleh siswa yang memiliki gaya belajar
kinestetik. Siswa yang bergaya belajar kinestetik disaat melakukan percobaan
dalam kelompoknya akan lebih banyak mengembangkan karakter dan
ketrampilan sosial dibanding siswa yang bergaya belajar visual.
4. Dari hasil penelitian diperoleh data tidak ada interaksi antara media
pembelajaran dengan kemampuan berpikir siswa terhadap prestasi belajar
kognitif dan afektif. Siswa kelas VIII SMP berdasarkan usianya memiliki
kemampuan berpikir skematik. Jika media yang dipakai dalam pembelajaran
sesuai maka siswa tersebut bisa beralih dari kemampuan berpikir kongkrit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
menjadi berpikir abstrak. Dibuktikan dengan data rerata prestasi kognitif dan
afektif siswa yang memiliki kemampuan berpikir kongkrit ternyata lebih
tinggi dibanding siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstark baik yang
menggunakan lab riil maupun lab virtuil. Artinya lab virtuil bisa menjadi
media yang cocok sehingga bisa membawa siswa yang masih berpikir
kongkrit menjadi mampu berpikir abstrak lebih baik.
5. Dari hasil penelitian diperoleh data tidak ada interaksi antara media
pembelajaran dengan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar baik
kognitif maupun afektif. Dapat dibuktikan dari rerata prestasi kognitif dan
afektif siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik selalu lebih tinggi
dibandingkan dengan siswa yang memiliki gaya belajar visual, baik yang
menggunakan lab riil maupun lab virtuil. Dalam pembalajaran pemantulan
cahaya, lab virtuil yang digunakan adalah berupa program pembelajaran
interaktif dimana siswa bisa menjalankannya seperti siswa yang melakukan
pembelajaran menggunakan lab riil. Siswa bisa mengembangkan karakter
maupun ketrampilan sosial dengan menggunakan media lab riil maupun lab
virtuil.
6. Dari hasil penelitian diperoleh data tidak ada interaksi antara kemampuan
berpikir siswa dengan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar kognitif
tetapi ada interaksi antara kemampuan berpikir siswa dengan gaya belajar
siswa terhadap prestasi belajar afektif. Dapat dibuktikan rerata prestasi belajar
kognitif siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak lebih tinggi dari
pada siswa yang memiliki kemampaun berpikir kongkrit baik yang memiliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
gaya belajar kinestetik maupun visual. Pembelajaran dengan pendekatan
inkuiri membutuhkan percobaan-percobaan untuk memecahkan masalah.
Siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik tidak hanya harus memiliki
kemampuan berpikir kongkrit, dengan kemampuan berpikir abstrakpun prestasi
belajarnya selalu lebih tinggi daripada siswa yang memiliki gaya belaajr
visual yang memiliki kemampuan berpikir abstrak maupun kongkrit. Dalam
pembelajarn dengan percobaan untuk menemukan sendiri jawaban dari
masalah yag ditemukan dalam kehidupan sehari-hari siswa tidak hanya
membutuhkan kemampuan berpikir kongkrit tetapi juga kemampuan berpikir
abstrak. Adapun untuk prestasi belajar afektif antara kemampuan berpikir
siswa dengan gaya belajar siswa saling berinteraksi itu dapat dilihat dari
rerata gaya belajar kinestetik dan kemampuan berpikir abstrak memperoleh
rata-rata prestasi afektif lebih tinggi dibandingkan siswa yang memiliki gaya
belajar visual dan kemampuan berpikir konkret. Penjelasannya karena karakter
siswa berpikir kritis-kreatif bisa terbangun lebih kuat jika siswa memiliki
kemampuan berpikir abstrak. Sedangkan karakter menghargai pendapat teman,
terampil melakukan komunikasi, berani bertanya dan bertanggung jawab bisa
terbangun dalam diri siswa yang gaya belajarnya kinestetik.
7. Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa tidak ada interaksi antara media
belajar, kemampuan berpikir siswa dengan gaya belajar siswa terhadap
prestasi belajar kognitif maupun afektif. Rerata siswa yang memiliki
kemampuan berpikir kongkrit dan gaya belajar kinestetik ternyata memiliki
rerata yang selalu lebih tinggi dibandingkan siswa yang memiliki kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
berpikir abstrak dan gaya belajar visual baik menggunakan lab riil maupun
lab virtuil. Sudah dibahas di depan bahwa tidak hanya siswa yang memiliki
gaya belajar visual yang bisa maksimal menggunakan media lab virtuil tetapi
juga siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik karena lab virtuil yang
digunakan berupa program pembelajaran interaktif yang dibuat sedemikian
sehingga siswa seperti melakukan percobaan dengan media lab riil. Karena lab
virtuil yang digunakan sesuai dengan tingkat berpikir siswa maka siswa SMP
kelas VIII yang masih memiliki tingkat berpikir skematis bisa juga
memikirkan tidak hanya kongkrit tetapi juga abstrak. Karakter dan ketrampilan
sosial juga bisa dikembangkan oleh semua siswa dengan media lab riil maupun
lab virtuil, baik untuk siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik maupun
visual.
B. Implikasi Hasil Penelitian
Berdasarkan kesimpulan di atas, implikasi dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Implikasi Teoritis
a. Media lab riil dapat diterapkan pada pembelajaran IPA di SMP materi
pemantulan cahaya sehingga mempermudah siswa mempelajari dan
menguasai materi tersebut. Hasil penelitian ini kan menunjukan bahwa media
lab riil lebih baik digunakan daripada lab virtuil karena rerata prestasi belajar
kognitif lebih tinggi dibandingkan rerata prestasi kognistf siswa yang
menggunakan media lab virtuil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
b. Pretasi belajar siswa dapat di upaya meningkat dengan memperhatikan gaya
belajar siswa. Hasil penelitian menunjukan siswa yang memiliki gaya belajar
kinestetik memiliki rerata yang lebih tinggi dibandingkan siswa yang
memiliki gaya belajar visual.
2. Implikasi Praktis
a. Media lab riil sebaiknya digunakan dalam pembelajaran materi pemantulan
cahaya, karena berdasarkan hasil penelitian rerata prestasi belajar kognitif
siswa yang menggunakan media lab riil lebih tingi dibandingkan yang
mengunakan lab virtuil. Akan tetapi media lab virtuil bisa menjadi pilihan
alternatif untuk pembelajaran pada materi yang lain.
b. Gaya belajar siswa sebaiknya diperhatikan dalam pemebalajaran materi
pemantulan cahaya, karena siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik
mempunyai prestasi kognitif yang lebih tinggi dari pada siswa yang memiliki
gaya belajar visual. Siswa yang memiliki gaya belajar visual dilatih agar bisa
memiliki gaya belajar kinestetik
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi maka diberikan beberapa saran
yaitu sebagai berikut:
1. Kepada peneliti
a. Perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor lain yang merupkaan faktor
internal dan eksternal yang dimungkinkan akan mempengaruhi prestasi belajar
siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
b. Perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan media pembelajaran
yang lain yang sesuai dengan karakteristik materi pembelajaran IPA
yang akan digunakan.
2. Kepada Guru IPA
Sebelum menggunakan pendekatan inkuiri dengan lab riil maupun virtuil,
untuk konsep-konsep IPA yang banyak memiliki aplikasi dalam kehidupan sehari-
hari, guru perlu melakukan hal sebagai berikut:
a. Menyiapkan RPP yang sesuai dengan silabus yang sudah disertai karakter yang
harus dikembangkan dalam pembelajaran, menyusun LKS yang mencerminkan
pembelajaran dengan pendekatan inkuiri, menyiapkan lab riil maupun lab
virtuil sesuai dengan RPP dan LKS yang sudah disusun sebelumnya,
membuat kelompok kerja siswa yang heterogen, mengecek kerja baik lab riil
maupun lab virtuil, mencoba pembelajaran dengan semua perangkat yang
sudah disiapkan.
b. Memberi tes angket gaya belajar siswa agar guru bisa mengetahui gaya belajar
yangdimiliki siswa. Melatih siswa yang memiliki gaya belajar visual agar bisa
memiliki gaya belajar kinestetik.
top related