t pk 0808828 chapter3 - repository.upi.edurepository.upi.edu/10722/4/t_pk_0808828_chapter3.pdf ·...
Post on 23-Jul-2019
212 Views
Preview:
TRANSCRIPT
63
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab III ini pembahasan difokuskan kepada: (1) Pendekatan dan metode
penelitian, (2) Lokasi dan subjek penelitian, (3) Teknik pengumpulan data, (4)
Teknik pengolahan dan analisis data, (5) Prosedur penelitian, (6) Hasil pra
survey.
A.Pendekatan dan Metode
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengembangkan model
pembelajaran berbasis multimedia untuk meningkatkan kemampuan membaca
pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Penelitian ini menggunakan pendekatan Research and Development yang
merujuk pada teori Borg and Gall dalam Sukmadinata (2009: 164).
Suhadi Ibnu (2001: 5) memberikan pengertian tentang penelitian
pengembangan sebagai jenis penelitian yang ditujukan untuk menghasilkan suatu
produk hard-ware atau soft-ware melalui prosedur yang khas yang biasanya
diawali dengan need assesment atau analisis kebutuhan, dilanjutkan dengan
proses pengembangan dan diakhiri dengan evaluasi.
Selanjutnya Borg and Gall dalam Sukmadinata (2009: 169-170)
mengemukakan langkah-langkah umum dalam melaksanakan penelitian dan
pengembangan sebagai berikut:
1. Penelitian dan pengumpulan informasi (research and information collecting)
termasuk di dalamnya review literature, observasi kelas dan persiapan
laporan); pengumpulan informasi mengenai data lapangan berdasarkan studi
64
awal dan studi literatur yang menunjang terhadap kemampuan membaca
siswa.
2. Perencanaan (planning), termasuk di dalamnya mendefinisikan keterampilan,
menetapkan tujuan, menentukan urutan pembelajaran, dan uji kemungkinan
dalam skala kecil; yakni uji coba terbatas pengembangan model pembelajaran
berbasis multimedia pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
3. Mengembangkan bentuk produk pendahuluan (develop preliminary form of
product) termasuk di dalamnya persiapan materi belajar, buku-buku yang
digunakan, media dan evaluasi. Mengembangkan bentuk awal model yang
dimaksud adalah menyusun pengembangan pembelajaran berbasis multimedia
pada mata pelajaran bahasa Indonesia.
4. Uji coba pendahuluan (preliminary field testing) melibatkan sekolah dalam
jumlah terbatas. Dalam hal ini dilakukan analisis data berdasarkan angket, dan
observasi. Uji coba terbatas yang dilakukan melibatkan satu sekolah dan kelas
tertentu dalam rangka pengembangan pembelajaran berbasis multimedia pada
mata pelajaran bahasa Indonesia.
5. Revisi terhadap produk utama (main product revision) didasarkan atas hasil
ujicoba pendahuluan tentang pengembangan pembelajaran berbasis multimedia
pada mata pelajaran bahasa Indonesia.
6. Uji coba luas (main field testing) melibatkan sekolah dalam jumlah yang lebih
banyak. Data kuantitatif berupa postes dikumpulkan dan hasilnya dievaluasi
sesuai dengan tujuan. Uji coba luas akan dilakukan terhadap tiga (3) Sekolah
Menengah Pertama dengan kategori rendah, sedang, dan tinggi.
65
7. Perbaikan hasil uji coba luas (operational product revision) perbaikan model
pembelajaran ini dilakukan berdasarkan hasil uji coba utama / terbatas yang
dilakukan peneliti berkolaborasi dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia
untuk menghasilkan bentuk / model media pembelajaran yang ideal.
8. Uji coba operasional (operational field testing) yang melibatkan sekolah
dalam jumlah yang lebih banyak lagi. Pada langkah ini dikumpulkan data
angket dan observasi untuk kemudian dianalisis;
9. Revisi / perbaikan produk akhir (final product revision) berdasarkan hasil uji
coba luas;
10.Deseminasi dan implementation (dissemination and implementation); yaitu
penyebaran dan distribusi, pada langkah ini dilakukan monitoring sebagai
kontrol terhadap kualitas produk.
Dari sepuluh langkah tersebut di atas, dapat disederhanakan menjadi tiga
tahapan dasar yaitu : 1) studi pendahuluan, 2) pengembangan model, dan 3) uji
model. Ketiga tahapan tersebut tidak penulis lakukan secara keseluruhan, hal ini
sesuai dengan pendapat Sukmadinata (2009: 187) yang menyatakan bahwa “
Untuk peneliti dari program S2 atau penyusunan tesis, kegiatan penelitian dan
pengembangan dapat dihentikan sampai dihasilkan draft final, tanpa pengujian
hasil.
Berdasarkan tahap-tahap pelaksanaan penelitian di atas maka
pengembangan model pembelajaran berbasis multimedia untuk meningkatkan
kemampuan membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas VIII SMP
66
Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat menggunakan langkah-langkah
sebagai berikut:
I II III
Bagan 3.1 Langkah-langkah Penelitian
Langkah-langkah di atas dapat diuraikan menjadi beberapa kegiatan
yakni sebagai berikut:
1. Studi Pendahuluan.
Studi pendahuluan merupakan studi awal yang dilakukan untuk
mengidentifikasi proses pembelajaran bahasa Indonesia saat ini di Sekolah
Menengah Pertama sebagai bahan pertimbangan dalam mengembangkan model
pembelajaran berbasis multimedia.
- Kajian Literatur
- Pra Survey
Hasil kajian pra survey dan
literatur
Draft awal Pembelajaran
Berbasis Multimedia
Efektivitas uji model
- Perencanaan Model pembelajaran
- Implementasi Pembelajaran
- Refleksi dan penyempurnan model
- Uji Coba Terbatas
- Uji Coba Luas
Perencanaan dan Penyusunan Model
Uji Coba Dfat Model Studi Pendahuluan
67
Kegiatan yang dilakukan pada studi pendahuluan adalah sebagai
berikut:
1) Studi pustaka dan studi dokumentasi ditujukan untuk menghimpun dan
mengkaji teori-teori yang mendasari konsep yang berkaitan dengan
pembelajaran berbasis multimedia, kemampuan membaca pada mata
pelajaran bahasa Indonesia, standar kompetensi dan kompetensi dasar (SK-
KD) mata pelajaran bahasa Indonesia serta hasil penelitian terdahulu yang
berakitan dengan pengembangan model pembelajaran berbasis multimedia.
2) Melakukan kegiatan pra survey lapangan di SMP yang ada di kabupaten
Ketapang untuk menghimpun data yang berkaitan dengan kurikulum yang
digunakan, proses pembelajaran yang sedang berlangsung, sarana / fasilitas
dan evaluasi yang dilakukan pada mata pelajaran bahasa Indonesia.
Hasil studi pendahuluan ini digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam mengembangkan model pembelajaran berbasis multimedia untuk
meningkatkan kemampuan membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia di
SMP Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat.
2. Perencanaan dan Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis
Multimedia
Kegiatan yang dilakukan pada tahap kedua ini, meliputi:
a) Perencanaan pembelajaran yang meliputi kegiatan: 1) analisis komponen
pembelajaran yang terdiri dari: analsis tujuan pembelajaran, analisis materi
pembelajaran, analasis strategi atau metode pembelajaran, analisis media
pembelajaran dan analisis evaluasi. 2) Penyusunan skenario pembelajaran, dan
68
3) menyiapkan sarana komputer sebagai sarana yang mendukung
pembelajaran.
b) Implementasi pembelajaran
c) Refkelsi dan penyempurnaan model
d) Evaluasi
3. Uji Coba Model.
Dalam pelaksanaan dan pengembangan ini dilakukan uji coba model
pembelajaran berbasis multimedia dengan kegiatan sebagai berikut:
(a) Uji Coba Terbatas.
Penelitian uji coba model terbatas dilakukan pada satu sekolah yang
telah ditentukan yaitu SMP Negeri 3 Ketapang yang melibatkan 30 orang siswa
dan dua orang guru bahasa Indonesia dengan pertimbangan bahwa
karakteristiknya relatif sama dengan subjek secara keseluruhan.
Pelaksanaan penelitian uji coba model terbatas ini dilakukan dalam
bentuk siklus berulang sampai diperoleh hasil nyata terjadinya perubahan ke arah
yang diharapkan. Aspek-aspek yang akan diteliti pada tahap ini adalah: (1)
perencanaan pembelajaran, (2) implementasi draft model, (3) refleksi dan
penyempurnaan model, dan (4) evaluasi.
Selama uji coba berlangsung peneliti melakukan pengujian dan
perbaikkan dengan cara memonitoring dengan cermat sampai diperoleh data
untuk bahan refleksi. Hasil pengamatan oleh guru dan peneliti ini menjadi bahan
untuk dilakukannya revisi pada uji coba berikutnya. Dalam proses uji coba
69
berulang ini dilakukan pretes dan postes hal ini ditujukan untuk memperoleh
bahan pembanding peningkatan kemampuan membaca siswa.
(b) Uji Coba Skala Lebih Luas.
Uji coba model lebih luas dilakukan dengan melibatkan 90 orang siswa
dan empat orang guru bahasa Indonesia. Sekolah yang dijadikan sebagai tempat
uji coba luas dipilih berdasarkan kategori kualifikasi tinggi, sedang dan rendah.
Oleh karena itu, sekolah yang dipilih adalah sekolah yang mewakili masing-
masing kategori kualifikasi tersebut. Setiap sekolah diambil sampel sebanyak
satu kelas sebagai kelas uji coba. Evaluasi dilakukan terhadap proses dan hasil
pembelajaran.
B. Lokasi dan Subyek Penelitian
Hasil pengembangan model pembelajaran berbasis multimedia ini
diproyeksikan untuk menjadi alternatif dalam pembelajaran bahasa Indonesia di
SMP pada umumnya dan di SMP Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan
Barat pada khususnya. Adapun sekolah yang menjadi subyek dalam penelitian
ini adalah sekolah yang memiliki kreteria sebagai berikut:
(a) Memiliki laboratorium komputer sebagai faktor pendukung pelaksanaan
pembelajaran.
(b) Memiliki tenaga pengajar yang dapat mengoprasikan komputer sehingga
tenaga pengajar tersebut mampu membimbing siswa dalam mengoprasikan
komputer pada pelaksanaan pembelajaran.
70
(c) Ketersediaan jadwal pengunaan komputer di sekolah untuk mata pelajaran
bahasa Indonesia.
Subyek penelitian berada di Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan
Barat. Kabupaten Ketapang terdapat 120 SMP baik negeri dan swasta yang
menyebar di 13 kecamatan. Dengan memperhatikan karakteristik, homogenitas,
dan heterogitas dan keterbatasan peneliti maka penelitian ini hanya dilakukan
pada empat sekolah yaitu Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Ketapang,
sebagai lokasi pengembangan dan uji coba terbatas. Sedangkan pada uji coba
luas peneliti menggunakan tiga (3) Sekolah Menengah Pertama yang berbeda
dengan kategori rendah, sedang, dan tinggi di wilayah Kabupaten Ketapang
berdasarkan ketersediaan sarana dan prasarana untuk pembelajaran dengan
menggunakan multimedia, seperti pada tabel berikut:
Tabel 3.1 Daftar Sekolah Uji Lapangan Lebih Luas
Secara lebih khusus penelitian ini difokuskan pada:
(1) Siswa yang akan yang diteliti pada uji coba terbatas adalah siswa kelas VIII
(delapan) SMP Negeri 3 Ketapang tahun ajaran 2009 / 2010 semester genap.
No
Nama Sekolah
Wilayah
Kualifikasi
Ket.
1, SMP N 1 Ketapang Ketapang Tinggi -
2. SMP Santo Augustinus Ketapang
Ketapang Sedang -
3. SMP N 2 Ketapang Ketapang Rendah -
71
(2) Siswa yang akan diuji lapangan skala lebih luas adalah siswa SMP kelas
VIII (delapan) tahun pelajaran 2009 / 2010 yang ada di dua kecamatan Benua
Kayong dan Delta Pawan yaitu SMP Negeri 1 Ketapang, SMP Usaba 2
Santo Augustinus Ketapang dan SMP Negeri 2 Ketapang, dengan
mempertimbangkan jenis dan karakteristik sekolah (sekolah berkategori
tinggi, sedang dan rendah).
(3) Guru- guru yang mengajar mata pelajaran bahasa Indonesia yang ada di
empat sekolah tersebut dan khususnya guru bahasa Indonesia yang mengajar
di kelas VIII.
C. Teknik Pengumpulan Data
Berdasarkan data yang dibutuhkan pada penelitian ini teknik
pengumpulan data yang dipergunakan kuesioner, observasi, tes, wawancara dan
studi dokumentasi. Rincian penggunaan teknik pengumpulan data tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Kuesioner, digunakan untuk memperoleh data atau informasi yang
berhubungan dengan kondisi kegiatan siswa dalam pembelajaran bahasa
Indonesia, pandangan siswa dan guru terhadap model pembelajaran berbasis
multimedia yang dikembangkan dan faktor pendukung dan penghambat
penggunaan multimedia, ketersedian sumber / media dalam pembelajaran
bahasa Indonesia, dan pandangan guru dan siswa terhadap model
pembelajaran berbasis multimedia yang dikembangkan.
2. Observasi, digunakan pada tahap penelitian pra survey dan tahap
pengembangan pembelajaran berbasis multimedia, di mana kegiatan
72
observasi ini merupakan kegiatan observasi langsung yakni pengamatan
tentang kegiatan siswa dan kegiatan guru selama proses pembelajaran
kegiatan membaca melalui multimedia dalam situasi yang sebenarnya dan
langsung diamati oleh Si peneliti.
3. Tes / penilian, digunakan untuk memperoleh data kemampuan membaca
dan analisis tentang hasil evaluasi siswa dalam mengikuti pembelajaran
sebelum dan sesudah menggunakan multimedia interaktif.
4. Wawancara, merupakan suatu teknik pemerolehan data melalui tanya jawab
dengan pihak yang ada hubungannya dengan permasalahan yang menjadi
fokus kajian dalam penelitian ini. Wawancara dilakukan dengan guru-guru
yang mengajar bahasa Indonesia..Wawancara digunakan untuk memperoleh
data atau informasi yang berhubungan dengan kegiatan siswa dalam
pembelajaran bahasa Indoneseiua khususnya pada keterampilan membaca,
ketersediaan sumber atau media dalam pembelajaran bahasa Indonesia,
penilaian guru terhadap pengembangan pembelajaran berbasis multimedia,
faktor pendukung dan penghambat penggunaan multimedia dalam
pembelajaran.
5. Studi dokumentasi, merupakan cara pemerolehan data melalui bukti-bukti
atau dokumen tertulis yang berkaitan dengan masalah penelitian. Dokumen-
dokumen yang menjadi sumber data diperoleh dari sekolah yang menjadi
subyek penelitian.
Pengumpulan data memerlukan alat pengumpul data atau instrument.
Sebelum instrument penelitian disusun terlebih dahulu dibuat kisi-kisi
73
penyusunan instrument sehingga pembuatan instrument mengacu pada kisi-kisi
penyusunan instrument. Kisi-kisi penyusunan instrument dalam penelitian ini
memuat empat komponen yaitu: 1) variable dan sub variable, 2) aspek yang
diukur, 3) responden dan 4) teknik pengumpul data.
Berdasarkan teknik pengumpul data, instrument yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu: 1) kuesioner berstruktur, 2) skala penilian pengembangan
media, 3) pedoman wawancara, 4) lembar observasi , dan 5) tes.
D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian difokuskan pada tiga tahap penelitian yaitu studi pendahuluan,
perencanaan dan pengembangan model, dan uji coba draft model yang
mencakup: uji lapangan terbatas dan uji lapangan skala lebih luas. Berdasarkan
data yang diperoleh teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
1. Statistik Deskriftif
Statistik deskriftif digunakan untuk pengolahan data menggunakan
teknik seperti persen dan frekuensi. Pengolahan data dengan statistik deskriftif
tersebut digunakan untuk mengolah data sebagai berikut:
(a) Data tentang kegiatan dan pandangan siswa dalam pembelajaran bahasa
Indonesia.
(b) Data tentang kegiatan dan pandangan guru dalam pembelajaran membaca
pada mata pelajaran bahasa Indonesia.
(c) Data tentang ketersediaan sumber / media dalam pelajaran bahasa Indonesia.
(d) Data tentang faktor pendukung dan penghambat.
74
(e) Data tentang pandangan dan kegiatan siswa setelah pengembangan model
pembelajaran berbasis multimedia kemampuan membaca pada mata
pelajaran bahasa Indonesia.
(f) Data tentang pandangan dan kegiatan guru setelah pengembangan model
pembelajaran berbasis multimedia kemampuan membaca pada mata
pelajaran bahasa Indonesia.
Pengolahan data tersebut dilakukan sebagai berikut:
(1) Pemeriksaan terhadap hasil pengumpulan data berdasarkan teknik
pengumpulan data yang telah dilakukan;
(2) Melakukan verifikasi data penelitian;
(3) Membuat tabulasi data hasil penelitian;
(4) Menghitung frekuensi jawaban atau data; dan
(5) Melakukan analisis dan kajian data yang telah dilakukan secar statistik
deskriftif seperti: teknik persen, frekuensi dan tabel,
2. Statistik Inferensial
Statistik inferensial dipergunakan untuk memperoleh data hasil
kemampuan membaca. Pengujian terhadap kemampuan membaca siswa
dilakukan dengan menganalisis antara hasil pretes satu, pretes dua, pretes tiga,
pretes empat dan postes satu, postes dua, postes tiga, postes empat pada sekolah
yang menjadi sampel penelitian, untuk memperoleh hasil maka dilakukan uji
perbedaan dua rata-rata (uji t).
Uji perbedaan dua rata-rata dilakukan terhadap skor hasil test
kemampuan membaca dengan ketentuan sebagai berikut:
75
(a) Uji perbedaan dua rata-rata terhadap sekor hasil pretes 1 dan postes 1;
(b) Uji perbedaan dua rata-rata terhadap skor hasil pretes 2 dan postes 2;
(c) Uji perbedaan dua rata-rata terhadap skor hasil pretes 3 dan postest 3.
(d) Uji perbedaan dua rata-rata terhadap skor hasil pretes 4 dan postes 4.
(e) Uji peerbedaan dua rata-rata terhadap skor hasil antar postes.
Uji t tersebut dianalisis dengan menggunakan program SPSS 17
(Statistical Package for Social Science 17). Jika nilai t hitung > t tabel pada taraf
signifiaksi 95% berarti ada perbedaan yang signifikan antara dua nilai rata-rata
yang diuji. Adapun prosedur pengolahan datanya adalah sebagai berikut:
(1) Pemerikasaan data,
(2) Tabulasi data,
(3) Pengujian.
E. Prosedur Penelitian
Penelitian dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
(1) Orientasi dan administrasi, yakni melakukan observasi awal tentang kondisi
dan situasi penerapan produk tertentu. Kegiatan yang dilakukan adalah
menyusun proposal penelitian, memilih lokasi dan mengurus perizinan.
(2) Tahap penilaian dan uji coba instrument, menyusun instrument studi
pendahuluan berdasarkan kisi-kisi.
(3) Tahap pelaksanaan studi pendahuluan.
(4) Pengembangan model pebelajaran berbasis multimedia pada mata pelajaran
bahasa Indonesia dan pelaksanaan uji coba.
(5) Pelaksanaan uji efektivitas model pembelajaran berbasis multimedia.
76
F. Hasil Pra Survey
Data kondisi dan situasi pembelajaran bahasa Indonesia diperoleh
melalui kegiatan studi pendahuluan atau pra survey dengan membagikan
kuesioner yang bertujuan untuk mendeskrifsikan dan mengidentifikasi pola
pembelajaran bahasa Indonesia yang berlangsung saat ini termasuk kegiatan
siswa, guru, ketersediaan sumber atau media, faktor pendukung dan
penghambat.
Hasil studi pendahuluan diperoleh melalui penyebaran kuesioner
terhadap 210 orang siswa kelas VIII tahun pelajaran 2009 / 2010 yang tersebar
pada 4 sekolah yaitu: SMP Negeri 3 Ketapang, SMP Negeri 1 Ketapang, SMP
St. Augustinus Ketapang, dan SMP Negeri 2 Ketapang. Selain itu dilakukan juga
pembagian kuesioner terhadap 6 orang guru bahasa Indonesia. Hasil studi
pendahuluan dijadikan dasar pertimbangan dalam merancang pengembangan
pembelajaran berbasis multimedia pada mata pelajaran bahasa Indonesia.
Sebelum pengolahan data, terlebih dahulu dilakukan verifikasi terhadap
kuesioner yang telah dibagikan untuk memperoleh data penelitian yang akurat.
Setelah dilakukan verifikasi dari 250 kuesioner maka dilanjutkan dengan
pengolahan data untuk menentapkan subjek penelitian. Dari 250 kuesioner yang
dibagikan hanya 210 orang siswayang ditetapkan menjadi subyek penelitian yaitu:
SMP Negeri 3 Ketapang 30 orang, SMP Negeri 1 Ketapang 60 orang, SMP St.
Augustinus 60 orang dan SMP Negeri 2 Ketapang 60. Sedangkan untuk
kuesioner yang dibagikan kepada 6 orang guru seluruhnya diikutkan dalam
77
pengolahan data penelitian. Hasil analisis angket pada studi pendahuluan
diperoleh hasil sebagai berikut:
(1) Situasi dan Kondisi Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa SMP Saat Ini.
Situasi dan kondisi pembelajaran bahasa Indonesia siswa SMP di
kabupaten Ketapang dapat dilihat dari data-data sebagai berikut:
(a) Data tentang kegiatan dan pandangan siswa dalam pembelajaran bahasa
Indonesia.
(b) Data tentang kegiatan dan pandangan guru dalam pelajaran bahasa Indonesia.
(c) Ketersediaan laboratorium komputer sebagai media pembelajaran.
(d) Data tentang faktor penghambat dan pendukung pengembangan pembelajaran
berbasis multimedia pada mata pelajaran bahasa Indonesia.
a. Data Tentang Kegiatan dan Pandangan Siswa Terhadap Pembelajaran
Bahasa Indonesia
Data tentang kegiatan dan pandangan siswa dalam pembelajaran terdiri
dari beberapa variable yaitu: a) Minat siswa terhadap pembelajaran bahasa
Indonesia dan kemampuan mengoperasikan komputer, b) Pandangan siswa
terhadap proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru, dan c) Pandangan siswa
terhadap penggunaan komputer dalam pembelajaan, d) Penguasaan siswa terhadap
materi pembelajaran
1) Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia dan Kemampuan
Mengoperasikan Komputer.
Minat siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia menunjukan minat
yang tinggi dengan alasan mata pelajaran bahasa Indonesia alah ilmu yang sangat
78
urgen dalam kehidupan sehari-hari dengan jumlah responden 89,05% dan hampir
sebagai besar siswa sudah dapat mengoperasikan komputer yaitu 57,62% hal ini
merupakan dasar untuk pengembangan pembelajaran berbasis multimedia (data
terlampir).
2) Pandangan Siswa Terhadap Proses Pembelajaran yang Dilakukan oleh
Guru.
Pandangan siswa tentang proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru
menyangkut suasana pembelajaran, penyampaian tujuan pembelajaran, materi,
ketepatan waktu, bahasa, metode / teknik, menunjukkan aktivitas sangat tinggi,
namun pada dasarnya pelaksanaan pembelajaran masih teragantung kepada guru
atau berfokus pada guru, hal ini disebabkan cara mengajar guru yang boleh
dikatakan masih sangat konvensional dengan menjejali ilmu sebanyak-banyaknya,
dan kurang melibatkan siswa untuk mandiri (data terlampir ).
3) Pandangan Siswa Terhadap Penggunaan Komputer dalam Pembelajaan
Menurut pandangan siswa pembelajaran bahasa Indonesia yang
berlangsung selama ini sama sekali belum pernah menggunakan komputer atau
multimedia. Cara guru mengukur kemampuan membaca siswa hanya dengan cara
manual / konvensional yaitu dengan cara membagikan teks bacaan dan pada
waktu yang telah disepakati siswa harus berhenti membaca, sehingga ada siswa
yang belum tuntas untuk membaca tetapi waktu yang ditentukan sudah selesai.
Komputer hanya digunakan untuk mata pelajatan Teknologi Informasi Komputer
(TIK). Media yang selama ini digunakan oleh guru adalah media buku, LKS dan
gambar. Hal ini menjadi tantangan bagi peneliti untuk memperkenalkan model
79
pembelajaran berbasis multimedia kepada siswa SMP di kabaupten Ketapang
(data terlampir ).
4) Penguasaan Siswa Terhadap Materi Pembelajaran
Penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran belum begitu
memuaskan begitu juga halnya dengan ketuntasan hasil belajar. Padahal ada
beberapa strategi yang dilakukan oleh guru misalnya memberikan pekerjaan
rumah, memberikan pretes dan postes yang akhiri dengan judgment atau
penskoran berdasarkan pokok bahasan, kedalaman materi dan tingkat kesukaran.
Hal lain yang dilakukan oleh guru adalah menjelaskan kembali materi yang belum
dimengerti oleh siswa dan pada akhir pelajaran guru bersama siswa
menyimpulkan hasil pembelajaran. Hasil penelitian ini menjadi dasar untuk
memperbaiki hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran
berbasis multimedia (data terlampir).
Berdasarkan data di atas, tentang pandangan dan kegiatan siswa dalam
pembelajar bahasa Indonesia dapat disimpulkan bahwa siswa menunjukan minat
yang tinggi dalam pembelajaran dan sebagian besar siswa sudah mampu
mengoprasikan komputer, dan siswa menunjukkan aktivitas yang tinggi terhadap
kegiatan yang dilakukan guru, namun dalam proses pembelajaran penggunaan
media komputer atau multimedia belum pernah dilakukan dan bahkan siswa
sebagian belum memahami materi pelajaran yang mengakibatkan hasil belajar
siswa belum tuntas.
80
b. Data Tentang Kegiatan dan Pandangan Guru dalam Pembelajara Bahasa
Indonesia.
Kegiatan guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdiri dari tiga
variable yaitu: perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tidak lanjut. Pada
penelitian ini ada 6 (enam ) guru bahasa Indonesia kelas VIII yang dijadikan
sampel penelitian dari empat SMP di Kabupaten Katepang Provinsi Kalimantan
Barat.
1) Kegiatan dan Pandangan Guru tentang Perencanaan Pembelajaran.
Berdasarkan hasil penyebaran angket dan wawancara dengan 6 guru ,
bahwa dalam tahap perencanaan pembelajaran bahasa Indonesia 6 orang guru
mempersiapakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP bagi guru
merupakan perangkat yang sangat penting, namun mereka masih mengalami
kendala. Kendala yang muncul diantaranya: (1) minimnya keterampilan membuat
RPP, (2) keterbatasan waktu dalam hal merancang RPP, dan (3) minimnya buku
pedoman dan pendukung dalam membuat RPP, bahkan dalam membuat RPP ada
dua orang guru yang tidak berpedoman kepada silabus, hanya berdasarkan pada
kompetensi dasar dan indikator saja. Dalam persiapan bahan / materi mengajar
guru sudah memahami buku pegangan wajib yang menjadi buku pegangan siswa
ditambah lagi guru memperbanyak membaca sebagai bahan pengayaan. Dalam
penggunaan media ada guru yang tidak mempergunakan dengan alasan tidak
memiliki sarana dan prasarana untuk membuat dan mempergunakannya. Sebagai
langkah awal untuk mengetahui kemampuan dasar siswa, guru melakukan pretes
dan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi yang telah disampaikan
guru telah melakukan postes (data terlampir ).
81
2) Pandangan Guru Tentang Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia para guru berasumsi bahwa
materi yang diajarkan sudah sesuai dengan tujuan, alokasi waktu, serta materi
telah dirumuskan dengan jelas. Guru menjelaskan dengan bahasa yang jelas dan
lugas, memberi kesempatan pada siswa untuk mengerjakan tugas, namun metode
/ teknik mengajar guru yang masih menunjukkan kurang bervariatif, dan
pembelajaran masih berfokus kepada guru. Bahasa yang digunakan oleh guru
adalah bahasa yang baik dan mudah dimengerti oleh siswa, dan setelah akhir
pelajaran guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran secara bersama
dengan cara mencatatnya di papan tulis dengan harapan agar siswa menulis hal-
hal penting tersebut dan mudah untuk mengingatnya (data terlampir ).
3) Pandangan Guru Tentang Penggunaan Media dalam Pembelajaran.
Guru dalam hal menyiapkan media, mereka memandang sangat penting
dan perlu digunakan untuk menciptakan suatu pembelajaran yang berkesan,
menyenangkan, dan mandiri, namun karena keterbatasan sarana dan kemampuan
guru untuk menyiapkan media pembelajaran maka pada umumnya
pembelajaran berlangsung apa adanya. Pembelajaran bahasa Indonesia dengan
menggunakan multimedia hampir tidak pernah dilakukan oleh guru, guru hanya
menggunakan cara konvensional. Media komputer yang digunakan oleh
beberapa orang guru hanya terbatas pada penampilan power point materi
pembelajaran saja (data terlampir).
82
4) Pandangan dan Kegiatan Guru Tentang Evaluasi dan Tindak Lanjut
Pembelajaran
Evaluasi dan tindak lanjut merupakan salah satu tahap kegiatan dalam
proses belajar mengajar yang harus dilakukan oleh guru sebagai suatu kegiatan
yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana materi pembelajaran sudah diserap
oleh siswa dan sebagai langkah bagi guru untuk menetapkan atau mengambil
suatu keputusan (judgment). Pelaksaaan evaluasi dan tindak lanjut hanya
sebagian guru yang melaksanakannya dalam bentuk melaksanakan fungsi pretes
dan postes. Alat evaluasi yang disusun berdasarkan pada: indikator pencapaian
tujuan, tingkat kesukaran dan kedalaman materi. Guru selalu memberikan
penjelasan kembali materi yang disajikan jika ada siswa yang belum mengerti,
namun penguasaan materi kemampuan membaca siswa belum mencapai 80%
(data terlampir ).
Berdasarkan hasil penelitian di atas tentang pandangan dan kegiatan
guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia dapat disimpulkan bahwa pada
umumnya guru telah membuat rencana pembelajaran berdasarkan silabus.
Pelaksanaan pembelajaran pada umumnya masih berfokus pada guru dan guru
telah menggunakan metode yang bervariatif tetapi belum sepenuhnya
menggunakan media apalagi media komputer atau multimedia. Hal ini menjadi
salah satu penyebab kurang menariknya pembelajaran yang dilakukan sehingga
hasil belajar siswa yang dilihat dari evaluasi pretes dan postes belum mencapai
80% tuntas, padahal guru selalu memberikan pekerjaan rumah, menjelaskan
kembali materi yang belum dipahami oleh siswa, membuat soal-soal latihan dan
sebagainya.
83
(2) Ketersediaan Laboratorium Komputer Sebagai Media Pembelajaran
Berdasarkan hasil penelitian keempat sekolah telah memiliki
laboratorium komputer. Pada uji coba terbatas di SMP Negeri 3 Ketapang tersedia
80 unit komputer. Komputer tersebut terbagi menjadi dua ruangan yaitu: 40 buah
berada di ruang laboratorium komputer dan 40 buah berada di laboratorium
bahasa dan ruangannya di desain dengan indah, tenang, dan nyaman. Komputer
tersebut berpentium empat yang telah diprogram dengan jaringan internet.
Ketersediaan komputer tersebut jumlahnya masih kurang jika dibandingkan
dengan jumlah siswa 900 orang, sehingga untuk penggunaan komputer
dilakukan sistem jadwal dan disediakan waktu tambahan pada siang hari setelah
proses pembelajaran.
Sekolah sebagai tempat uji coba luas ketersediaan komputer
bervariasi, SMP Negeri 1 Ketapang kategori sekolah tinggi jumlah komputer
tersedia sebanyak 40 unit yang terpisah pada dua ruangan yang berjauhan dan
ditempatkan pada ruangan ber-AC. SMP Santo Augustinus sebagai sekolah
kategori sedang jumlah komputer tersedia sebanyak 32 unit, komputer tersebut
berpentium empat dan berada di ruangan ber-AC. Sedangkan pada SMP Negeri 2
sebagai sekolah kategori rendah jumlah komputer tersedia sebanyak 22 unit
dengan pentium empat yang ditempatkan para ruangan ber-AC. Ketersediaan
komputer dengan jumlah siswa yang ada di sekolah ini jauh dari cukup karena
jumlah siswa rata-rata sekelas 35 orang.
Ketersediaan komputer pada sekolah uji coba lebih luas jumlahnya
masih kurang jika dibandingkan dengan jumlah siswa. Keterbatasan jumlah
84
komputer ini mengakibatkan pemanfaatannya menggunakan sistem jadwal,
berkelompok dan penggunaannya pada waktu siang dan sore hari setelah proses
pembelajaran. Jenis komputer yang tersedia di empat SMP tersebut pada
umumnya sudah menggunakan pentium 4, namun perangkatnya (Hardware dan
software) tidak semuanya diinstal, sehingga mengurangi manfaat dalam
penggunaannya dalam pembelajaan. Ketersediaan laboratorium yang belum
maksimal maka dalam hal pemanfaatannya harus bekerja sama dengan guru TIK
untuk melakukan proses pembelajaran berbasis komputer.
Berdasarkan data di atas, maka dilihat dari segi sarana dan prasarana
pendukung utama pengembangan pembelajaran berbasis multimedia untuk
meningkatkan kemampuan membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia tidak
ada kendala atau hambatan.
(3) Faktor Pendukung dan Penghambat
Data hasil penelitian menunjukkan beberapa faktor yang dapat
mendukung pengembangan pembelajaran berbasis multimedia antara lain:
(a) Faktor siswa, hampir seluruh siswa yang dijadikan responden sudah mampu
mengoperasikan komputer.
(b) Faktor guru, 4 orang guru 6 orang guru bahasa Indonesia dari 4 SMP yang
dijadikan lokasi penelitian, sudah mampu bahkan mahir mengoperasikan
komputer dalam pembelajaran. Hal inilah yang menjadi faktor pendukung
dalam mengembangkan pembelajaran berbasis komputer di sekolah, bahkan
mereka telah memiliki komputer milik pribadi di rumah.
85
(c) Faktor sekolah, keempat SMP di Kabupaten Ketapang telah dilengkapi
dengan laboratorium komputer. Ketersediaan laboratorium komputer di SMP
merupakan faktor pendukung dalam proses pengembangan model multimedia
kemampuan membaca. Hal lain yang menjadi pendukung adalah sekolah
memberikan layanan pemanfataan laboratorium komputer untuk siswa pada
pagi, siang dan sore hari.
(d) Selain didukung oleh laboratorium komputer, pada dua sekolah yaitu SMP
Negeri 3 Ketapang dan SMP Negeri 1 Ketapang memiliki laboratorium
bahasa.
Faktor yang dapat menghambat dalam pengembangan pembelajaran
berbasis multimedia di SMP Kabupaten Ketapang diantaranya:
(a) Faktor siswa, pada umumnya para siswa belum mampu mengakses
program-program baru dan masih dihantui oleh perasaan takut, sehingga para
guru harus berupaya memberikan informasi program-program baru dalam
komputer.
(b) Faktor guru, ada dua orang guru yang belum dapat mengakses program-
program pembelajaran melalui multimedia, karena belum pernah untuk
berlatih dan mengunakan multimedia (komputer). Hal ini disebabkan
minimnya pendidikan dan pelatihaan (diklat) pengembangan pembelajaran
berbasis komputer dan penghargaan yang sangat minim terhadap komputer
sebagai media pembelajaran. Sehingga peneliti memerlukan waktu yang
untuk membimbing dan melatih dua orang guru tersebut.
86
(c) Faktor sekolah, belum adanya kebijakan nyata untuk mengembangkan
pembelajaran berbasis komputer, minimnya tenaga ahli untuk
mengoperasikan dan memperbaiki komputer yang rusak. Hal ini menjadi
hambatan utama bagi sekolah, sehingga pembelajaran bahasa Indonesia
masih mengandalkan pembelajaran konvensional.
(d) Penggunaan pengembangan pembelajaran berbasis multimedia merupakan
pembelajaran yang pertama sekali dalam penerapan mata pelajaran lain selain
mata pelajaran TIK, hal ini menjadi bahan baru sebagai upaya untuk
mengenalkan kepada guru-guru tentang pembelajaran melalui multimedia
sehingga memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengenalkan guru cara
mengoprasikannya.
(e) Pembelajaran bahasa Indonesia lebih sering dilakukan di dalam kelas di
bandingkan di laboratorium komputer.
(f) Jumlah siswa perkelas rata-rata 35 orang dengan jumlah komputer yang
terbatas pada SMP Negeri 1 Ketapang, SMP Usaba 2 Santo Agustinus dan
SMP Negeri 2 Ketapang menyebabkan kegiatan dalam mengoprasikan
komputer dilakukan secara bergilir dan satu komputer dioperasikan oleh dua
orang siswa.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, dari empat variable yaitu pandangan
dan kegiatan siswa, pandangan dan kegiatan guru, sarana dan prasarana
pendukung pengembangan model pembelajaran berbasis multimedia, dan
faktor pendukung maka pengembangan pembelajaran berbasis multimedia pada
mata pelajaran bahasa Indonesia yang akan penulis kembangkan memperoleh
87
dukungan dari siswa, guru, dan pihak sekolah. Dan mengenai faktor
penghambat dapat diatasi dengan cara peneliti membimbing guru yang belum
memahami multimedia dan mengenai kekurangan jumlah komputer jika
dibandingkan dengan jumlah siswa disiasati satu komputer dioperasikan oleh dua
orang siswa yang dilakukan secara bergiliran.
top related