surat pernyataan bebas plagiat - sinta.unud.ac.id · pdf filesurat pernyataan bebas plagiat...
Post on 03-Feb-2018
260 Views
Preview:
TRANSCRIPT
v
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : I Putu Hartawan
NIM : 1491861011
Program Studi : Magister Arsitektur
Judul Tesis : Pemanfaatan Ruang Publik Untuk Menunjang Kegiatan Ritual
Keagamaan di Desa Peliatan Ubud
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat. Apabila di
kemudian hari terbukti plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia
menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010 dan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar, 23 Desember 2016
Hormat Saya,
I Putu Hartawan
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur ke
hadapan Ida Sang Hyang Widihi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas
asung wara nugraha-Nya/karunia-Nya, tesis dengan judul ”Pemanfaatan Ruang
Publik untuk Menunjang Kegiatan Ritual Keagamaan di Desa Peliatan
Ubud” dapat diselesaikan.
Pada kesempatan ini penulis secara khusus mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing, yaitu Bapak Dr. Ngakan Ketut
Acwin Dwijendra, ST, MA. selaku pembimbing I, dan Bapak Dr. Ir. I Made
Adhika, MSP selaku dosen pembimbing II yang selalu memberikan arahan,
bimbingan, dan motivasi selama proses penyusunan penelitian ini. Selain itu,
terima kasih Penulis ucapkan kepada dosen penguji yaitu, Ibu Dr. Ir. Ida Ayu
Armeli, MSi., Ibu Dr. Ir. Ni Ketut Ayu Siwalatri, MT., dan Ibu Prof. Dr. Ir. Anak
Agung Ayu Oka Saraswati, MT., serta dosen lainnya yang secara tidak langsung
memberikan bimbingan dan pembelajaran.
Terimakasih juga diucapkan kepada Rektor Universitas Udayana Bapak Prof. Dr.
dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD beserta pihak-pihak dalam lingkup Program
Pascasarjana Universitas Udayana yaitu Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp.S(K)
selaku Direktur Program Pascasarjana, Ibu G.A.M. Suartika, ST, MEngSc. Ph.D
selaku Ketua Program Magister Arsitektur, beserta jajarannya yang telah
memberikan kesempatan dan fasilitas dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
vii
Rasa hormat dan cinta mendalam untuk kedua orangtua (I Nyoman Putra
Wijaya, Ni Ketut Erni) , dan adik (Ni Made Puspitasari), serta keluarga besar dan
teman-teman se-angkatan di Program Magister Arsitektur Universitetas Udayana
dan para sahabat atas masukan dan dukungan dalam berbagai hal.
Kepada seluruh pihak yang membantu dalam proses penelitian. Penulis
mengucapkan terimakasih atas bantuan informasi, data yang terkait dengan proses
penelitian ini. Bapak I Nyoman Sudana, selaku Kelian Banjar Tengah Peliatan,
beserta narasumber lain yang telah bersedia diwawancarai serta semua pihak yang
tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Mahaeasa selalu
melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan
dan penyelesaian tesis ini.
viii
ABSTRAK
Ruang publik terdiri dari elemen-elemen pembentuk ruang yang mendukung
terjadinya suatu kegiatan di dalamnya. Peninjaun elemen pembentuk ruang
publik sangat penting, agar aktivitas yang terjadi sesuai dengan fungsi yang
diharapkan. Desa Peliatan merupakan sebuah desa yang terkenal dengan keunikan
seni dan budaya. Dengan daya tarik seni dan budaya, Desa Peliatan berkembang
pesat menjadi daerah tujuan pariwisata. Kegiatan ritual keagamaan merupakan
salah satu cerminan budaya masyarakat Desa Peliatan. Berkembangnya Desa
Peliatan menjadi kawasan pariwisata, juga memberikan pengaruh terhadap
perkembangan aktivitas pada ruang publik. Beberapa ruang publik seperti jalan,
alun-alun, lapangan dipergunakan oleh banyak pihak untuk berbagai macam
kegiatan. Ruang publik jalan menjadi semakin padat dengan lalu lintas. Ruang
publik yang berfungsi sebagai ruang rekreasi seperti lapangan dan alun-alun
sangat ramai dikunjungi masyarakat sekitar, seiring dengan berkurangnya ruang
terbuka hijau di Desa Peliatan. Kegiatan ritual yang menjadi salah satu daya tarik
wisata budaya juga memanfaatkan ruang publik. Pemanfaatan ruang publik untuk
kegiatan ritual dipengaruhi oleh faktor tradisi dan kemajuan teknologi. Kegiatan
ritual keagamaan di tingkat desa, pada umumnya dihadiri oleh seluruh elemen
masyarakat yang terlibat langsung, penonton dan pedagang dari berbagai etnis.
Hal ini akan menimbulkan permasalahan akan kebutuhan ruang, karena ruang-
ruang ritual desa tidak direncanakan untuk menampung perkembangan aktivitas
tersebut. Permasalahan lain adalah tidak tersedianya ruang untuk parkir yang
memadai, sehingga pemanfaatan ruang publik pada saat terjadi kegiatan ritual
tidak dapat dihindari. Kondisi tersebut menyebabkan terjadinya tumpang tindih
kepentingan, antara kegiatan ritual dan aktivitas umum ruang publik. Peneliti
melihat hal tersebut sebagai studi kasus dengan pendekatan teori setting dan teori
ruang publik.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan paradigma
naturalistik. Lokasi penelitian terletak di Desa Peliatan. Jenis data yang digunakan
yaitu data kualitatif. Sumber data terdiri dari sumber data primer dan sumber data
sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, studi
kepustakaan dan dokumentasi. Untuk analisis data, dilakukan dengan metode
kualitatif, yaitu reduksi data, penyajian, dan penarikan simpulan. Penentuan kasus
penelitian menggunakan teknik purposive sampling.
Hasil dan pembahasan dari penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan
ruang publik untuk menunjang kegiatan ritual memberikan pengaruh negatif
terhadap fungsi ruang publik dalam suatu kawasan. Ditinjau berdasarkan teori
setting, permasalahan ditimbulkan oleh elemen semi fixed dan non fixed yang
mendukung terjadinya kegiatan ritual pada ruang publik. Temuan lain dalam
penelitian ini yaitu, permasalahan dapat dikurangi dengan meninjau kembali
elemen pembentuk setting yang terdiri dari, elemen fixed, elemen semi fixed dan
elemen non fixed. Elemen fixed lebih menekankan pada perencanaan, elemenen
semi fixed dan non fixed lebih menekankan pada pengaturan atau manajemen
pemanfaatan ruang.
Kata kunci : Ruang publik, kegiatan ritual, setting
ix
ABSTRACK
THE USE OF PUBLIC SPACE TO SUPPORT RELIGIOUS RITUAL
ACTIVITIES IN PELIATAN VILLAGE UBUD
Public open space consists of forming elements that support activity
occurring in it. Conducting a review on the forming elements of public open space
is very important, in order to run the activity based on the expected function.
Peliatan village is well-known with its cultural and art uniquenesses. Therefore,
Peliatan Village has been evolving vastly into a tourist attraction. Religious
ceremony is one of the cultural reflections of the Peliatan village community. The
development of Peliatan village into a tourism area has also impacted the
development of activities in public space. Some public spaces such as street,
square, field are used by many parties for many kinds of activity. Public space
street becomes more congested with traffic. Public space which functions as
recreational space such as field and square are visited by many local community,
along with the lessening of green open space in Peliatan village. Ritual activity
which becomes one of the cultural tourist attractions is also utilising public space.
The use of public space for ritual activity is influenced by traditions and
technological advances factors. Religious ritual activity in village level is
generally attended by all of the community elements who get involved directly,
the viewers, and the sellers from varied ethnic backgrounds. This will cause issue
related to the need of space, in which village ritual spaces are not planned to
accomodate the development of the activity. The other issue is the unavailability
of a proper parking lot; therefore, the use of public space as parking lot when
conducting the ritual activity cannot be avoided. The condition results in the
overlapping of needs, between ritual and public activity in public space.
Researcher regarded this as a case study with the approaches of setting theory and
public space theory.
This study used qualitative method with naturalistic paradigm. The research
location is situated in Peliatan village. Type of data used is qualitative data. Data
source consists of primary and secondary data. Data collection was conducted by
having observation, interview, library and documentation studies. Data analysis
was conducted by using qualitative data, i.e. data reduction, presentation and
drawing conclusion. This research case was determined by using purposive
sampling technique.
The result and discussion of the research show that the use of public space
in order to support ritual activity has given negative impact towards the function
of public space. As reviewed based on setting theory, the issue is caused by semi-
fixed and non-fixed elements that support the ritual activity conducted in public
space. The other finding in this research, i.e. the issue can be decreased by
reviewing the forming element of setting which consists of fixed element, semi-
fixed element and non-fixed element. Fixed element more emphasizes on
planning, while semi-fixed and non-fixed elements emphasize more on setting or
management of space use.
Key words: public space, ritual activities and setting
x
RINGKASAN
Ruang publik mempunyai peranan penting dalam suatu daerah yang sedang
berkembang. Hampir semua elemen masyarakat memanfaatkan ruang publik
untuk berbagai macam aktivitas. Ruang publik terdiri dari elemen-elemen
pembentuk yang mendukung terjadinya suatu kegiatan didalamnya. Peninjaun
elemen pembentuk setting ruang publik sangat penting, agar aktivitas yang terjadi
sesuai dengan fungsi yang diharapkan. Desa Peliatan merupakan bagian dari
wilayah Kecamatan Ubud yang termasuk Kabupaten Gianyar. Desa Peliatan juga
merupakan akses utama menuju objek-objek wisata yang terletak di Kawasan
Pariwisata Ubud. Kondisi tersebut menyebabkan lalu-lintas pada jalan-jalan di
Desa Peliatan cukup tinggi, kemacetan terjadi setiap hari. Desa Peliatan terkenal
dengan keunikan seni dan budaya. Salah satu cerminan budaya masyarakat
Peliatan adalah kegiatan ritual keagamaan yang dilaksanakan oleh mayoritas
penduduk yang beragama Hindu. Kegiatan ritual keagamaan di Desa Peliatan
merupakan sebuah magnet yang dapat mengundang masyarakat dengan segala
aktivitasnya. Hal ini akan menimbulkan permasalahan akan kebutuhan ruang,
karena ruang-ruang ritual desa tidak direncanakan untuk menampung hal tersebut.
Pemanfaatan ruang publik untuk menunjang kegiatan ritual tidak dapat dihindari,
disisi lain ruang publik tersebut sangat berperan penting untuk keberlangsungan
aktivitas masyarakat umum. Peneliti melihat hal tersebut sebagai studi kasus
dengan pendekatan teori setting dan teori ruang publik.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang berlokasi di
Desa Peliatan. Jenis data yang digunakan yaitu data kualitatif. Sumber data terdiri
dari sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer berasal
dari observasi dan wawancara, sumber data sekunder berasal dari literatur dan
dokementasi atau peraturan. Untuk analisis data dilakukan dengan metode
kualitatif, yaitu reduksi data, penyajian, dan penarikan simpulan. Penentuan kasus
penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling.
Berdasarkan latar belakang dirumuskan pertanyaan penelitian yaitu,
gambaran pemanfaatan ruang publik untuk ritual ditinjau berdasarkan elemen-
elemen pembentuk ruang dan faktor-faktor yang berpengaruh, pengaruh yang
ditimbulkan terhadap fungsi ruang publik secara umum, serta pemecahan masalah
berdasarkan tinjaun teori elemen pembentuk setting, teori ruang publik, penyebab
permasalahan, dan masukan stakeholder.
Tiga elemen pembentuk setting pada studi kasus penelitian adalah elemen
fixed, elemen semi fixed, dan elemen non fixed. Elemen fixed adalah elemen fisik
tetap yang mewadahi seluruh aktivitas. Elemen fixed dikelompokkan lagi menjadi
dua yaitu, hardscape dan softscape. Hardscape element adalah berbagai elemen
fisik pendukung fungsi ruang publik. Softscape element adalah berbagai vegetasi
yang tumbuh pada area ruang publik. Elemen semi fixed adalah elemen penyusun
semi tetap/dapat dirubah seperti, sarana perlengkapan upacara, parkir sepeda
motor, dan sarana perlenkapan pedagang. Elemen non fixed adalah kelompok
manusia yang terlibat dalam kegiatan ritual dengan berbagai macam aktivitasnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan ruang publik untuk menunjang
xi
kegiatan ritual keagamaan di Desa Peliatan terdiri dari, tradisi atau kebiasaan,
kemajuan teknologi, lokasi atau tata letak, fisik ruang publik, regulasi, ekonomi,
keterbatasan ruang.
Pemanfaatan ruang publik untuk menunjang kegiatan ritual keagamaan
menimbulkan pengaruh terhadap fungsi ruang publik. Pengaruh negatif
ditimbulkan oleh elemen pembentuk semi fixed dan non fixed. Pemanfaatan ruang
publik untuk meletakkan elemen semi fixed dengan durasi yang cukup lama dapat
mengganggu aktivitas yang terjadi pada ruang publik tersebut. Elemen semi fixed
berupa parkir kendaraan, sarana perlengkapan upacara, dan sarana perlengkapan
pedagang akan membentuk pola ruang semi fixed featured space atau ruang
berbatas tetap yang menyebabkan fungsi ruang publik sebagai ruang sirkulasi,
rekreasi dan olahraga tidak berjalan dengan optimal. Selain terganggunya fungsi
ruang publik, elemen semi fixed yang terbentuk, juga dapat mengganggu aktivitas
dari kegiatan ritual itu sendiri. Elemen non fixed juga memberikan pengaruh
terhadap fungsi ruang publik. Pada studi kasus terdapat elemen non fixed berupa
aktivitas sirkulasi yang dilakukan pada jalan kolektor primer dapat menyebabkan
kemacetan pada jalur tersebut. Elemen non fixed yang terbentuk karena aktivitas
pembuatan sarana pada jalan lingkungan banjar menyebabkan akses warga yang
bermukim di area tersebut dan fungsi jalan lingkungan sebagai jalur alternatif
pemecah kemacetan tidak berfungsi optimal. Elemen non fixed yang terbentuk
karena aktivitas jual beli pada saat pelaksanaan kegiatan ritual juga menyebabkan
menyempitnya ruang sirkulasi yang berujung kepada kemacetan. Elemen non
fixed yang terbentuk karena aktivitas nguyeg terjadi dalam waktu yang relatif
singkat.
Berdasarkan dialog antara teori, faktor yang mempengaruhi pemanfaatan
ruang publik, permasalahan yang ditimbulkan, masukan stakeholder dan
perencanaan dari pihak terkait, dapat disimpulkan untuk mengurangi
permasalahan yang ditimbulkan, dapat dilakukan dengan penataan dan
perencanaan terhadap elemen pembentuk setting kegiatan ritual. Penataan lebih
menekankan pada elemen semi fixed dan non fixed, sedangkan perencanaan lebih
menekankan pada elemen fixed. Penataan elemen semi fixed dapat berupa
pengaturan pemanfaatan ruang untuk parkir, sarana perlengkapan upacara, dan
sarana perlengkapan pedagang agar tidak menganggu fungsi ruang publik.
Panataan elemen semi fixed harus didukung dengang aspek regulasi pemanfaatan
ruang publik, aspek kelembagaan dan peran serta masyarakat. Penataan elemen
non fixed yang dapat dilakukan antara lain adalah menertibkan kegiatan lain yang
timbul pada saat palakasanan kegiatan ritual, seperti kegiatan jual beli pada bahu
jalan. Elemen non fixed yang terbentuk karena aktivitas kegiatan ritual seperti,
kegiatan membuat sarana dan prosesi menuju ke setra dapat diminimalisisir
dengan tidak memanfaatkan seluruh ruas jalan. Perencanaan elemen fixed terdiri
dari, merencanakan jalur alternatifdan merencanakan ruang penunjang kegiatan
ritual keagamaan di sekitar area tempat terjadinya kegiatan ritual.
xii
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN SAMPUL DALAM .................................................................... i
PRASYARAT GELAR .................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIBING .................................................. iii
HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI ........................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................ v
UCAPAN TERIMAKASIH ............................................................................ vi
ABSTRAK ..................................................................................................... viii
ABSTRACK ................................................................................................... ix
RINGKASAN ................................................................................................ x
DAFTAR ISI .................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xviii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xix
GLOSSARIUM .............................................................................................. xxiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xxvii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN
MODEL PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 7
2.1.1 Kajian Pola Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik Kawasan
Bundaran Simpang Lima Semarang .............................................. 7
2.1.2 Analisis Model Setting Ruang Komunal Sebagai Sarana
Kegiatan Interaksi Sosial Bagi Penghuni Rumah Susun ...................... 8
2.1.3 Makna Ruang Publik Terhadap Setting Permukiman Masyarakat
Bantik di Malayang Sulawesi Utara .................................................... 9
xiii
2.1.4 Dampak Fisik Pemanfaatan Ruang Publik Kota Oleh Pedagang
Kaki Lima di Jalan Gajah Mada Tabanan ........................................... 10
2.2 Kerangka Berpikir ..................................................................................... 12
2.3 Konsep...................................................................................................... 14
2.3.1 Ruang Publik ......................................................................................... 14
2.3.2 Kegiatan Ritual ...................................................................................... 15
2.3.3 Pemanfaatan Ruang Publik .................................................................... 17
2.4 Landasan Teori ......................................................................................... 19
2.4.1 Ruang Publik ......................................................................................... 19
A. Fungsi ruang publik ........................................................................... 19
B. Tipologi ruang publik ......................................................................... 20
C. Kriteria ruang publik .......................................................................... 22
D. Permasalahan ruang publik di Indonesia ............................................. 23
2.4.2 Kegiatan Ritual Agama Hindu ............................................................... 24
A. Pelaksanaan kegiatan ritual Agama Hindu di Bali ........................ 24
B. Ruang komunal untuk melaksanakan kegiatan ritual di Bali ......... 26
2.4.3 Teori Setting .......................................................................................... 28
2.4.4 Dampak Pemanfaatan Ruang.................................................................. 30
2.4.5 Pemanfaatan Ruang Untuk Kegiatan Sosial Budaya ......................... 31
2.5 Model Penelitian ....................................................................................... 32
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian ................................................................................ 34
3.2 Lokasi Penelitian ...................................................................................... 35
3.3 Jenis dan Sumber Data .............................................................................. 36
3.3.1 Jenis Data ......................................................................................... 36
3.3.2 Sumber Data .................................................................................... 37
3.4 Instrumen Penelitian ................................................................................. 38
3.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 42
3.5.1 Wawancara ..................................................................................... 42
3.5.2 Observasi ........................................................................................ 43
3.5.3 Dokumentasi ................................................................................... 43
xiv
3.6 Metode dan Teknik Analisis Data ............................................................. 44
3.7 Metode dan Teknik Penyajian Data ........................................................... 45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Desa Peliatan ................................................................ 47
4.1.1 Sejarah Desa Peliatan ................................................................... 47
4.1.2 Kondisi Non Fisik Desa Peliatan .................................................. 49
A. Demografi .............................................................................. 49
B. Kondisi ekonomi dan mata pencaharian .................................. 51
C. Sistem religi ............................................................................ 51
D. Sistem pemerintahan ............................................................... 52
4.2 Ruang Publik Desa Peliatan ...................................................................... 53
4.2.1 Jaringan Jalan dan Trotoar ............................................................ 55
4.2.2 Lapangan ...................................................................................... 57
4.2.3 Alun-alun ..................................................................................... 58
4.2.4 Telajakan ...................................................................................... 58
4.2.5 Tanah Desa Pakraman .................................................................. 59
4.3 Gambaran Umum Kegiatan Ritual Keagamaan di Desa Peliatan ............... 59
4.3.1 Jenis Kegiatan Ritual di Desa Peliatan ......................................... 60
A. Dewa yadnya .......................................................................... 61
B. Manusa yadnya ....................................................................... 62
C. Pitra yadnya ........................................................................... 62
D. Rsi yadnya .............................................................................. 63
E. Bhuta yadnya .......................................................................... 63
4.3.2 Penentuan Studi Kasus Kegiatan Ritual Keagamaan
Dalam Penelitian ................................................................................ 63
4.4 Gambaran Pemanfaatan Ruang Publik dalam Menunjang Kegiatan Ritual 66
4.4.1 Kegiatan Ritual Pelebon Puri Peliatan ........................................... 67
A. Setting A (Alun-alun Desa Peliatan) ....................................... 69
B. Setting B ( Jalan Cok Gede Rai dan jalan lingkungan banjar) .. 71
C. Setting C (Jalan Raya Ubud) ................................................... 74
D. Setting D (Jalan Sukma) ......................................................... 77
xv
4.4.2 Kegiatan Ritual Ngaben Masal Banjar Teges Kawan Yangloni ..... 79
A. Setting A (Jalan Nuri dan Jl.Raya Teges) ................................ 81
B. Setting B (Jalan Merak) .......................................................... 84
C. Setting C (Rute menuju ke setra) ............................................. 86
D. Setting D (Jalan di sekitar setra) .............................................. 88
E. Setting E (Lapangan Garuda Peliatan) ..................................... 89
4.4.3 Kegiatan Ritual Piodalan Pura Kahyangan Tiga
Desa Pakraman Peliatan ..................................................................... 92
A. Setting A (Jalan Cok Gede Rai) .............................................. 95
B. Setting B (Jalan Cok Gede Rai pada segmen depan pura) ........ 97
C. Setting C (jalan lingkungan di sekitar setra) ............................ 98
D. Setting D (Lapangan Garuda Peliatan) .................................... 100
4.5 Identifikasi Elemen Pembentuk Setting Ruang Publik dalam Menunjang
Kegiatan Ritual .............................................................................................. 102
4.5.1 Kegiatan Pelebon Puri Peliatan ..................................................... 103
A. Elemen pembentuk Setting A .................................................. 103
B. Elemen pembentuk Setting B .................................................. 104
C. Elemen pembentuk Setting C .................................................. 105
D. Elemen pembentuk Setting D .................................................. 105
4.5.2 Ngaben Masal Banjar Teges Kawan Yangloni .............................. 106
A. Elemen pembentuk Setting A .................................................. 106
B. Elemen pembentuk Setting B .................................................. 107
C. Elemen pembentuk Setting C .................................................. 108
D. Elemen pembentuk Setting D .................................................. 109
E. Elemen pembentuk Setting E .................................................. 110
4.5.3 Kegiatan Ritual Piodalan Pura Kahyangan Tiga ............................ 111
A. Elemen pembentuk Setting A .................................................. 111
B. Elemen pembentuk Setting B .................................................. 112
C. Elemen pembentuk Setting C .................................................. 113
D. Elemen pembentuk Setting D .................................................. 114
4.6 Perubahan Elemen Pembentuk Setting dan Faktor yang Melatarbelakangi . 115
xvi
4.6.1 Perubahan Elemen Pembentuk Setting untuk Menunjang
Kegiatan Ritual .................................................................................. 115
4.6.2 Faktor-faktor yang Melatarbelakangi
Pemanfaatan Ruang Publik dalam Menunjang Kegiatan Ritual .......... 121
4.7 Pengaruh yang Ditimbulkan Terhadap Fungsi Ruang Publik ..................... 123
4.7.1 Kegiatan Ritual Pelebon Puri Peliatan ........................................... 123
A. Pengaruh yang ditimbulkan oleh elemen semi fixed ....................... 123
B. Pengaruh yang ditimbulkan oleh elemen non fixed ........................ 127
4.7.2 Kegiatan Ritual Ngaben Masal Banjar Teges Kawan Yangloni ..... 129
A. Pengaruh yang ditimbulkan oleh elemen semi fixed ....................... 129
B. Pengaruh yang ditimbulkan oleh non fixed .................................... 132
4.7.3 Kegiatan Ritual Piodalan Pura Kahyangan Tiga ............................ 134
A. Pengaruh yang ditimbulkan oleh elemen semi fixed ....................... 134
B. Pengaruh yang ditimbulkan oleh elemen non fixed ........................ 138
4.7.4 Permasalahan yang Ditimbulkan Terkait Fungsi Ruang Publik ..... 140
4.8 Penataan dan Perencanaan untuk Mengurangi Permasalahan pada
Ruang Publik .................................................................................................. 143
4.8.1 Penataan Elemen Semi Fixed dan Non Fixed ................................. 144
A. Kegiatan Ritual Pelebon Puri Peliatan ..................................... 144
B. Kegiatan Ritual Ngaben Masal
Banjar Teges Kawan Yangloni ..................................................... 147
C. Kegiatan Ritual Piodalan Pura Kahyangan Tiga ...................... 151
4.8.2 Perencanaan Elemen Fixed .......................................................... 157
A. Merencanakan jalur alternatif .................................................. 159
B. Merencanakan ruang penunjang untuk kegiatan ritual ............. 160
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ................................................................................................... 163
5.1.1 Pemanfaatan Ruang Publik untuk Menunjang Kegiatan Ritual
Berdasarkan Tinjaun Elemen Pembentuk Setting.......................... 163
5.1.2 Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Pemanfaatan
Ruang Publik Untuk Kegiatan Ritual ........................................... 164
xvii
5.1.3 Pengaruh yang Ditimbulkan Terhadap Fungsi Ruang Publik ........ 164
A. Elemen fixed ........................................................................... 164
B. Elemen semi fixed .................................................................... 165
C. Elemen non fixed ..................................................................... 165
5.1.3 Perencanaan dan Penataan Berdasarkan
Elemen Pembentuk Setting ........................................................... 166
A. Penataan elemen semi fixed .................................................... 166
B. Penataan elemen non fixed ..................................................... 167
C. Penataan elemen fixed ............................................................ 167
5.2 Saran......................................................................................................... 167
5.2.1 Masyarakat .................................................................................. 167
5.2.1 Pemerintah ................................................................................... 168
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 169
LAMPIRAN ................................................................................................... 172
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kedudukan Penelitian Kini dan Terdahulu ....................................... 11
Tabel 3.1 Jenis Data, Sumber Data dan Instrumen Penelitian ........................... 39
Tabel 3.2 Teknik Penyajian Hasil Analisis Data ............................................... 46
Tabel 4.1 Kegiatan Ritual Keagamaan dalam Penelitian .................................. 65
Tabel 4.2 Perubahan Elemen Pembentuk Setting ............................................. 117
Tabel 4.3 Penataan Elemen Semi Fixed dan Non Fixed .................................... 153
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Diagram Kerangka Berpikir ..................................................... 13
Gambar 2.2 Model Penelitian ....................................................................... 33
Gambar 3.1 Lokasi Penelitian Desa Peliatan ................................................ 36
Gambar 4.1 Bagan pembagian banjar dinas dan banjar adat Desa Peliatan .. 53
Gambar 4.2 Peta lokasi ruang publik Desa Peliatan ..................................... 53
Gambar 4.3 Jaringan jalan di Desa Peliatan ................................................. 57
Gambar 4.4 Lapangan Garuda Peliatan ....................................................... 58
Gambar 4.5 Alun-alun Desa Peliatan .......................................................... 58
Gambar 4.6 Telajakan di Desa Peliatan ....................................................... 59
Gambar 4.7 Tanah pelaba pura .................................................................... 59
Gambar 4.8 Peta lokasi studi kasus penelitian dan lokasi tempat terjadinya
kegiatan ritual di Desa Peliatan ................................................ 67
Gambar 4.9 Pola pemanfaatan ruang dalam kegiatan ritual pelebon ............ 68
Gambar 4.10 Peta lokasi setting ruang publik kegiatan ritual pelebon ........... 69
Gambar 4.11 Gambaran Pemanfaatan ruang publik pada Setting A
saat terjadi kegiatan ritual pelebon ........................................... 70
Gambar 4.12 Potongan arsitektural Setting A ................................................ 71
Gambar 4.13 Gambaran Pemanfaatan ruang publik pada Setting B
saat terjadi kegiatan ritual pelebon ........................................... 72
Gambar 4.14 Potongan arsitektural Setting B ................................................ 73
Gambar 4.15 Gambaran pemanfaatan ruang publik pada Setting C
saat terjadi kegiatan ritual pelebon ........................................... 75
Gambar 4.16 Potongan arsitektural Setting C ................................................. 76
Gambar 4.17 Gambaran pemanfaatan ruang publik pada Setting D
saat terjadi kegiatan ritual pelebon ........................................... 78
Gambar 4.18 Potongan arsitektural Setting D ................................................ 79
Gambar 4.19 Peta lokasi setting ruang publik kegiatan ritual ngaben masal .. 81
Gambar 4.20 Gambaran pemanfaatan ruang publik pada Setting A
saat terjadi kegiatan ritual ngaben masal .................................. 82
xx
Gambar 4.21 Potongan arsitektural Setting A ................................................ 83
Gambar 4.22 Gambaran Pemanfaatan ruang publik pada Setting B
saat terjadi kegiatan ritual ngaben masal .................................. 85
Gambar 4.23 Potongan arsitektural Setting B ................................................ 85
Gambar 4.24 Gambaran pemanfaatan ruang publik pada Setting C
saat terjadi kegiatan ritual ngaben masal .................................. 87
Gambar 4.25 Potongan arsitektural Setting C ................................................ 87
Gambar 4.26 Gambaran pemanfaatan ruang publik pada
Setting D saat terjadi kegiatan ritual ngaben masal ................... 89
Gambar 4.27 Potongan arsitektural Setting C ................................................ 89
Gambar 4.28 Gambaran pemanfaatan ruang publik pada
Setting E saat terjadi kegiatan ritual ngaben masal ................... 91
Gambar 4.29 Potongan arsitektural Setting E ................................................ 91
Gambar 4.30 Peta Lokasi setting dalam kegiatan ritual
piodalan Pura Kahyangan Tiga ................................................ 94
Gambar 4.31 Gambaran Pemanfaatan ruang publik pada Setting A saat
terjadi kegiatan ritual piodalan Pura Kahyangan Tiga .............. 95
Gambar 4.32 Potongan arsitektural Setting A ................................................ 96
Gambar 4.33 Gambaran pemanfaatan ruang publik pada Setting B saat
terjadi kegiatan ritual Piodalam Pura Kahyangan Tiga ............. 97
Gambar 4.34 Potongan arsitektural Setting B ................................................ 98
Gambar 4.35 Gambaran pemanfaatan ruang publik pada Setting C saat
terjadi kegiatan ritual piodalan Pura Kahyangan Tiga .............. 99
Gambar 4.36 Potongan arsitektural Setting C ................................................ 100
Gambar 4.37 Gambaran pemanfaatan ruang publik pada Setting B saat
terjadi kegiatan ritual Piodalan Pura Kahyangan Tiga .............. 101
Gambar 4.38 Potongan arsitektural Setting D ................................................ 102
Gambar 4.39 Layout Setting A ..................................................................... 103
Gambar 4.40 Layout Setting B ...................................................................... 104
Gambar 4.41 Layout Setting C ...................................................................... 105
Gambar 4.42 Layout Setting D ..................................................................... 106
xxi
Gambar 4.43 Layout Setting A ..................................................................... 107
Gambar 4.44 Layout Setting B ...................................................................... 108
Gambar 4.45 Layout Setting C ...................................................................... 109
Gambar 4.46 Layout Setting D ..................................................................... 110
Gambar 4.47 Layout Setting E ...................................................................... 111
Gambar 4.48 Layout Setting A ..................................................................... 112
Gambar 4.49 Layout Setting B ...................................................................... 113
Gambar 4.50 Layout Setting C ...................................................................... 114
Gambar 4.51 Layout Setting D ..................................................................... 115
Gambar 4.52 Pengaruh yang ditimbulkan elemen semi fixed pada
Setting A dan Setting B ........................................................... 124
Gambar 4.53 Parkir pada ruas Jalan Sukma .................................................. 125
Gambar 4.54 Parkir pada trotoar Jalan Sukma ............................................... 125
Gambar 4.55 Pengaruh yang ditimbulkan elemen semi fixed pada
Setting C dan Setting D ........................................................... 126
Gambar 4.56 Pengaruh yang ditimbulkan elemen non fixed
dalam kegiatan ritual Pelebon Puri Peliatan ............................ 128
Gambar 4.57 Pengaruh elemen non fixed terhadap lalu lintas
di Kawasan Pariwisata Ubud ................................................... 129
Gambar 4.58 Pengaruh yang ditimbulkan elemen semi fixed pada
Setting A, Setting B, dan Setting C .......................................... 130
Gambar 4.59 Pengaruh yang ditimbulkan elemen semi fixed pada
Setting D dan Setting E ............................................................ 132
Gambar 4.60 Pengaruh yang ditimbulkan elemen non fixed
dalam kegiatan ritual ngaben masal ......................................... 134
Gambar 4.61 Pengaruh yang ditimbulkan elemen semi fixed pada
Setting A dan Setting B ........................................................... 136
Gambar 4.62 Pengaruh yang ditimbulkan elemen semi fixed pada
Setting C dan Settign D ........................................................... 137
Gambar 4.63 Pengaruh yang ditimbulkan elemen non fixed dalam
kegiatan ritual Piodalan Pura Desa, Desa Pakraman Peliatan ... 139
xxii
Gambar 4.64 Pengaruh yang ditimbulkan elemen non fixed dalam
kegiatan ritual Piodalan Pura Dalem, Desa Pakraman Peliatan . 140
Gambar 4.65 Penataan tata letak elemen semi fixed dan non fixed
pada Setting B ......................................................................... 146
Gambar 4.66 Penataan elemen semi fixed pada Setting D ............................. 147
Gambar 4.67 Penataan elemen semi fixed dan non fixed pada
Setting A dan Setting B ........................................................... 149
Gambar 4.68 Penataan elemen semi fixed dan non fixed pada Setting C ....... 150
Gambar 4.69 Penataan elemen semi fixed pada Setting C ............................ 152
Gambar 4.70 Perencanaan jalur alternatif kegiatan ritual di Desa Peliatan ..... 160
Gambar 4.71 Perencanaan ruang penunjang di area sekitar ........................... 162
xxiii
GLOSSARIUM
Istilah
Awig-awig : Ketentuan yang mengatur tata krama
pergaulan hidup dalam masyarakat di
tingkat desa pakraman atau banjar adat di
Bali
Bale banjar : Bangunan yang berfungsi sebagai ruang
komunal untuk kegiatan sosial budaya di
suatu kelompok masyarakat di Bali
Banjar : Kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas-batas wilayah berwenang untuk
mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat berdasarkan asal usul adat
isitiadat.
Bendesa adat : Pemimpin dalam sebuah desa pakraman di
Bali
Desa pakraman : Kesatuan masyarakat hukum adat di Bali
yang ditata berdasarkan kaidah-kaidah,
tradisi dan tata krama pergaulan hidup
secara turun temurun dalam suatu wilayah.
Fixed featured space : Merupakan elemen berbatas tetap pada
suatu setting yang tidak dapat berubah.
Ground tour : Observasi awal dalam suatu penelitian
untuk melihat fenomena yang ada di
lapangan.
Hardscape : Elemen keras pada taman (outdoor) seperti
batu kerikil, perkerasan, dll.
Informal space : Ruang yang terbentuk secara informal dari
interaksi antar individu pada kegiatan
tertentu.
xxiv
Kahyangan tiga : Tiga buah tempat suci dalam desa adat di
Bali yaitu Pura Desa/Pura Bale Agung,
Pura Puseh, dan Pura Dalem.
Kelian : Kepala/ketua dalam kelompok organisasi
tradisional di Bali
Mebat : Bentuk kerjasama antar masyarakat di Bali
bersangkutan dalam membuat masakan
Bali.
Mecaru : Upacara yang dilaksanakan untuk menjaga
keharmonisan antara manusia dengan alam
oleh umat Hindu di Bali
Mepamit : Dalam upacara ngaben dapat bermakna
mengucapkan selamat tinggal kepada orang
yang akan di uapacarai.
Ngaben : Upacara penyucian atma fase pertama,
sebagai kewajiban suci umat Hindu Bali
terhadap leluhurnya dengan melakukan
prosesi pembakaran jenazah.
Ngayah : Menyelesaikan pekerjaan secara gotong
royong atau kerja bakti dengan ikhlas tanpa
pamrih untuk berbagai keperluan, baik
urusan ritual keagamaan ataupun masalah
sosial kemasyarakatan.
Ngarap : Dalam upacara ngaben dapat berarti
mengangkat sarana upacara (bade,lembu)
secara bersamaan menuju ke setra
(kuburan)
Palemahan : Hubungan yang harmonis antara manusia
dengan lingkungan.
Panca yadnya : Lima jenis korban suci yang tulus ikhlas
dalam ajaran Agama Hindhu
xxv
Parhyangan : Hubungan yang harmonis manusia dengan
Tuhan.
Pawongan : Hubungan yang harmonis antara manusia
dengan sesama manusia.
Pemedek : Orang atau umat yang mendekatkan diri
pada Tuhan dengan cara bersembahyang ke
tempat suci (pura).
Pengayah : Orang yang melakukan pekerjaan dengan
ikhlas (tanpa upah) dalam suatu kegiatan
upacara di Bali.
Pecalang : Kesatuan petugas keamanan adat Bali
Pelebon : Upacara kremasi bagi raja dan bangsawan
di Bali
Petak : Tempat/ruang untuk melaksanakan
kegiatan ritual ngaben yang berupa
bangunan semi permanen.
Piodalan : Kegiatan upacara di pura atau tempat suci
dalam Agama Hindu yang biasanya
dilaksanakan setiap 210 hari atau setiap
tahun.
Sawa : Simbolis orang yang diaben (diupacarai)
Semifixed feature space : Merupakan elemen penyusun setting
dengan bentuk fisik jelas, dan dapat
berpindah atau berubah.
Setting : Tata letak dari suatu interaksi antara
manusia dengan lingkungannya.
Softscape : Elemen lunak pada taman berupa tanaman.
Tempekan : Pembagian kelompok masyarakat
berdasarkan daerah tempat tinggal mereka
dalam satu wilayah banjar.
xxvi
Tragtag : Semacam tangga untuk naik ke bade dalam
upacara pelebon
Tri hita karana : Tiga penyebab kebahagiaan yang
bersumber pada keharmonisan hubungan
antara manusia dengan Tuhan, manusia
dengan alam lingkungan dan manusia
dengan sesamanya.
Upakara : Sarana perlengkapan upacara
Wadah : Sarana upacara yang berfungsi untuk
tempat kremasi jenazah
Wantilan : Bangunan bentang lebar yang berfungsi
sebagai tempat pertemuan dan menampung
berbagai aktivitas umum seperti kegiatan
spiritual, sosial ekonomi dan budaya.
Yadnya : Korban suci yang tulus ikhlas dalam ajaran
Agama Hindhu
xxvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Pertanyaan ........................................................................ 172
Lampiran 2 Pedoman Observasi ...................................................................... 174
Lampiran 3 Panduan Observasi ....................................................................... 175
Lampiran 4 Daftar Informan ........................................................................... 176
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bab pendahuluan memaparkan tentang latar belakang penelitian, rumusan
masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Pada bagian latar belakang
akan diuraikan permasalahan umum yang berkaitan dengan topik penelitian dan
didukung dengan fakta empirik. Berdasarkan latar belakang akan dirumuskan
permasalahan penelitian dan disajikan dalam bentuk pertanyaan yang akan
dijawab dalam penelitian ini. Tujuan penelitian menjelaskan untuk apa penelitian
ini dilaksanakan. Manfaat penelitian terutama diarahkan untuk pengembangan
ilmu pengetahuan (manfaat akademik), dan manfaat bagi pihak yang terkait dan
masyarakat dalam pemecahan masalah (manfaat praktis).
1.1 Latar Belakang
Ruang publik mempunyai peranan yang penting dalam suatu daerah yang
sedang berkembang. Aktivitas yang terjadi pada ruang publik sangat
beranekaragam antara lain, aktivitas jual beli, sirkulasi, dan kegiatan budaya oleh
masyarakat. Menurut Darmawan (2009:48) ruang publik merupakan suatu ruang
yang berfungsi untuk kegiatan-kegiatan masyarakat yang berkaitan dengan sosial,
ekonomi dan budaya. Ruang publik dibagi menjadi beberapa tipe karakter antara
lain, taman umum, lapangan, peringatan, jalan, tempat bermain, ruang komunitas,
jalan hijau atau jalan taman, atrium, ruang di lingkungan rumah, dan water front
(Carr, 1992 dalam Darmawan, 2009:48). Karena banyak pihak yang
2
memanfaatkan ruang publik tanpa didukung dengan manajemen pengaturan yang
jelas, konflik kepentingan sering terjadi pada ruang publik. Ruang publik terdiri
dari elemen-elemen pembentuk ruang yang mendukung terjadinya suatu kegiatan
didalamnya. Peninjaun elemen pembentuk setting ruang publik sangat penting,
agar aktivitas yang terjadi sesuai dengan fungsi yang diharapkan.
Desa Peliatan adalah sebuah desa yang mendapat pengaruh dari
berkembangnya Ubud menjadi kawasan pariwista. Hal ini dikarenakan letak
geografis Desa Peliatan dekat dengan pusat Kecamatan Ubud, yang hanya
berjarak sekitar 1,5 km (Kecamatan Ubud Dalam Angka, 2015:11). Desa Peliatan
termasuk dalam bagian wilayah Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar. Dalam
Profil Tingkat Pembangunan Desa (2010) dijelaskan bahwa, pariwisata menjadi
potensi andalan masyarakat setempat dengan penyumbang pendapatan terbesar
untuk desa dari hasil usaha akomodasi pariwasata. Desa Peliatan juga merupakan
akses utama menuju objek-objek wisata yang ada di Kawasan Pariwisata Ubud.
Kondisi tersebut menyebabkan lalu-lintas pada jalan-jalan di Desa Peliatan cukup
tinggi, kemacetan terjadi setiap hari di waktu-waktu tertentu. Banyaknya migrasi
penduduk dari luar daerah menambah kepadatan arus sirkulasi di Desa Peliatan
(Profil Tingkat Perkembangan Desa Peliatan, 2010).
Berkembangnya Desa Peliatan menjadi kawasan pariwisata juga
menimbulkan kompleksitas kegiatan yang tinggi pada area publik. Pemanfaatan
ruang publik yang tidak sesuai dengan fungsinya sering terjadi karena
keterbatasan ruang. Jalan dan trotoar yang berfungsi sebagai ruang sirkulasi,
sering dimanfaatkan untuk parkir kendaraan dan tempat berjualan. Alun-alun yang
3
berfungsi sebagai ruang untuk rekreasi masyarakat, difungsikan untuk parkir
kendaraan. Lapangan olahraga yang seharusnya menjadi tempat berolahraga
dimanfaatkan untuk kegiatan tertentu sehingga dapat merusak permukaan
lapangan. Di sisi lain masyarakat lokal juga memanfaatkan ruang publik untuk
aktivitas budaya seperti kegiatan ritual keagamaan.
Masyarakat Desa Peliatan merupakan suatu komunitas yang terikat oleh
kebudayaan Bali, memiliki nilai religius yang bersumber dari ajaran Agama
Hindu. Budaya dan adat istiadat masyarakat setempat dicirikan dengan kegiatan
ritual keagamaan dan juga ruang-ruang untuk melaksanakan kegiatan ritual
seperti, pura kahyangan tiga dan setra. Kegiatan ritual keagamaan pada umumnya
terjadi pada ruang-ruang tersebut, tetapi dalam pelaksanaannya beberapa kegiatan
ritual keagamaan memanfaatkan ruang publik desa. Beberapa kegiatan ritual
keagamaan yang memanfaatkan ruang publik desa adalah kegiatan ritual ngaben
memanfaatkan ruang publik jalan dan lapangan, piodalan yang memanfaatkan
lapangan, serta kegiatan ritual keagamaan lainnya.
Mayun (2006:61) menyatakan bahwa, perkembangan kemajuan zaman
sangat berpengaruh terhadap proses pelaksanaan ritual keagamaan. Saat ini
perkembangan zaman yang terus maju dengan arus globalisasi membawa
perubahan terhadap tata cara pelaksanaan ritual keagamaan yang dilaksanakan
masyarakat. Pemanfaatan teknologi dapat membantu mempermudah pelaksanaan
upacara yadnya. Penggunaan kompor dalam prosesi ngaben/pemabakaran jenazah
dapat mempercepat waktu prosesi yang dibutuhkan. Kendaraan sangat membantu
masyarakat dalam prosesi ritual keagamaan, terutama untuk pencapain ke tempat-
4
tempat tertentu dan mengangkut sarana ritual. Penggunaan teknologi, selain
memudahkan juga membutuhkan penyesuaian. Kendaraan perlu sarana sirkulasi
dan parkir, pada zaman dahulu tidak direncanakan ruang untuk parkir kendaraan
ataupun sirkulasi yang memadai pada tempat berlangsungnya kegiatan ritual. Hal
tersebut menyebabkan pemanfaatan ruang publik pada area sekitar tempat
terjadinya kegiatan ritual tidak dapat dihindari.
Ruang publik memegang peranan yang sangat penting dalam prosesi ritual
keagamaan. Dalam RDTR Kawasan Pariwisata Ubud (2001) dijelaskan bahwa,
upacara adat yang sering dilakukan pada ruang-ruang publik tertentu antara lain,
mecarau pada perempatan agung desa adat, ngaben yang banyak memanfaatkan
ruas jalan-jalan tertentu dan prosesi upacara yang menuju ke laut. Jalan-jalan yang
berada di Desa Peliatan pada awalnya merupakan jalan lingkungan, kemudian
ditingkatkan fungsinya menjadi fungsi primer. Kondisi demikian menempatkan
fungsi jalan tersebut menjadi multi fungsi atau fungsi ganda, yaitu fungsi
sekunder maupun fungsi perimer. Beberapa jalan di Desa Peliatan yang memiliki
fungsi ganda antara lain Ruas Jalan Teges-Ubud, Ruas Jalan Teges-Mas (RDTR
Kawasan Pariwisata Ubud, 2001). Pada jalan-jalan tersebut kemacetan terjadi
hampir setiap hari pada siang sampai sore hari. Pemanfaatan ruas jalan ini untuk
prosesi pergerakan ritual akan menyebabkan terjadinya tumpang tindih
pergerakan kendaraan dengan pergerakan jalan kaki (prosesi agama) yang
berujung pada kemacetan lalu lintas yang semakin parah.
Kegiatan ritual keagamaan di tingkat desa, pada umumnya dihadiri oleh
seluruh elemen masyarakat yang terlibat langsung, pihak lain yang tidak terlibat
5
langsung seperti wisatawan yang ingin menyaksikan kegiatan tersebut, serta
pedagang dari berbagai etnis. Hal ini akan menimbulkan permasalahan akan
kebutuhan ruang, karena ruang-ruang ritual desa tidak direncanakan untuk
menampung hal tersebut. Permasalahan lain adalah tidak tersedianya ruang untuk
parkir yang memadai baik untuk masyarakat yang terlibat langsung, maupun
pihak-pihak yang tidak terlibat langsung seperti wistawan dan pedagang yang
menggunakan kendaraan.
Dengan demikian hal tersebut sangat menarik untuk diteliti lebih lanjut.
Peneliti akan melihat secara detail bagaimana kegiatan ritual keagamaan dari
persiapan sampai selesai dalam memanfaatkan ruang publik. Hasil yang didapat
dalam penelitian ini diharapkan mampu memberikan rekomendasi kepada pihak-
pihak terkait, dalam manajemen perencanaan tata ruang yang berkaitan dengan
budaya setempat di Desa Peliatan. Karena jika hal ini tidak diperhatikan akan
menimbulkan citra yang kurang baik bagi Desa Peliatan dengan daya tarik utama
wisata budaya. Tumpang tindih kepentingan kegiatan ritual dengan kegiatan-
kegiatan lain seperti, transportasi, rekreasi dan olahraga tidak dapat dihindari. Hal
itu juga dapat menyebabkan tidak terpenuhinya radius dan privasi kegiatan ritual
keagamaan yang berlangsung pada ruang publik.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.
1. Bagaimana gambaran pemanfaatan ruang publik untuk menunjang kegiatan
ritual ditinjau berdasarkan elemen pembentuk ruangnya dan faktor-faktor
yang melatarbelakangi?
6
2. Apa permasalahan yang ditimbulkan dengan dimanfaatkannya ruang publik
untuk menunjang kegiatan ritual terhadap fungsi ruang publik?
3. Bagaimana penataan dan perencanaan dalam mengurangi permasalahan
pemanfaatan ruang publik untuk menunjang kegiatan ritual di Desa Peliatan?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah.
1. Untuk mengetahui gambaran pemanfaatan ruang publik untuk menunjang
kegiatan ritual di Desa Peliatan.
2. Untuk mengetahui permasalahan yang ditimbulkan, sehingga dapat
direkomendasikan penataan atau perencanaan untuk mensinergikan kegiatan
ritual keagamaan dengan aktivitas umum ruang publik di Desa Peliatan.
1.4 Manfaat Penelitan
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Praktis
Untuk dapat memberikan pandangan dan rekomendasi mengenai gambaran
pemanfaatan ruang publik untuk menunjang kegiatan ritual keagamaan di
Desa Peliatan kepada perencana kota dan stakeholder.
2. Akademis
Sebagai salah satu referensi penelitian mengenai pemanfaatan ruang publik
untuk menunjang kegiatan ritual, khususnya di Desa Peliatan yang
merupakan satu elemen penting dalam penataan kawasan wisata budaya
top related