sumber hukum internasional

Post on 23-Jun-2015

9.399 Views

Category:

Documents

6 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

SUMBER HUKUM INTERNASIONAL

Definisio Hukum Internasional sebagai dasar perbuatan

hukum dan hubungan hukum transnasional/internasional/antar subyek-subyek hukum internasional (Material – Dasar mengikatnya Hukum Internasional) – Non Yuridis;

o Hukum Internasional sebagai dasar penyelesaian sengketa transnasional (sengketa yang terjadi karena tidak terpenuhinya kewajiban) atau dimana kita mendapatkan ketentuan hukum yang dapat diterapkan sebagai kaidah dalam satu persoalan yang konkrit (Formil) - Yuridis;

o Faktor apa yang membantu pembentukan hukum sebagai perwujudan atau gejala dalam kehidupan bermasyarakat (Arti lain) – Non Yuridis;

Sumber Hukum Internasional

Pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah Internasional :

a. Perjanjian Internasional;b. Kebiasaan Internasional;c. Prinsip-prinsip / Asas-asas Hukum Umum;d. Keputusan Pengadilan (Jurisprudensi) &

Pendapat Para Sarjana Terkemuka (Doctrine)Diluar Pasal 38 (1) MI tersebut ada sumber hukum internasional lain yang diakui dalam perkembangannya, yaitu Keputusan Organisasi Internasional (Resolusi)

Perjanjian Internasional, Hukum Kebiasaan Internasional dan Prinsip/Asas Hukum Umum merupakan Sumber Hukum Internasional Primer.

Sedangkan, Jurisprudensi, Doktrin dan Resolusi merupakan Sumber Hukum Internasional Sekunder.

Mengapa perlu dibagi primer & sekunder?karena setiap perbuatan hukum dan dasar penyelesaiannya harus berdasarkan perjanjian internasional, hukum kebiasaan internasional, asas-asas HI bila tidak ada baru menggunakan yang Sekunder.

Perjanjian Internasional

Pengertian Perjanjian Internasional

Kesepakatan antara subyek-subyek Hukum Internasional dalam bentuk tertulis, tentang obyek tertentu dan menimbulkan akibat-akibat hukum tertentu.

Unsur – Unsur Perjanjian Internasional1. Kesepakatan;2. Subyek-subyek HI;3. Tertulis;4. Obyek tertentu;5. Menimbulkan akibat Hukum

tertentu.

Pengertian Perjanjian Internasional menurut Undang-Undang No. 24 tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional

Pengertian Perjanjian Internasional menurut Undang-Undang No. 24 tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional

Perjanjian Internasional adalah Perjanjian dalam bentuk dan nama tertentu yang diatur oleh hukum internasional yang dibuat secara tertulis serta menimbulkan hak dan kewajiban dibidang hukum publik.

Perjanjian Internasional adalah Perjanjian dalam bentuk dan nama tertentu yang diatur oleh hukum internasional yang dibuat secara tertulis serta menimbulkan hak dan kewajiban dibidang hukum publik.

Dasar Hukum Perjanjian Internasional

Undang-Undang No. 24 tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional – Nasional

The Vienna Convention on The Law of Treaties 1969 & 1986; - Internasional

PerisitlahanPerjanjian Internasional

• Treaty• Convention• Charter• Statute• Agreement• Agreed Minutes• Covenant

• Pact• Arrangement• Modus Vivendi• Letter’s of Intent• Letter’s of Note• Letter’s of Change• Accord• M O U

•Treaty, biasanya dipergunakan (secara tidak konsisten) untuk suatu persetujuan yang sifatnya lebih khidmad (the more solem agreement) misalnya seperti perjanjian perdamaian, aliansi, netralitas dan arbitrase.Dalam Konvensi Wina 1969, Pasal-pasal yang digunakan lebih banyak memakai treaty, walaupun nama perjanjian itu sendiri memakai Konvensi. Di Indonesia seringkali diterjemahkan sebagai Traktat.

•Treaty, biasanya dipergunakan (secara tidak konsisten) untuk suatu persetujuan yang sifatnya lebih khidmad (the more solem agreement) misalnya seperti perjanjian perdamaian, aliansi, netralitas dan arbitrase.Dalam Konvensi Wina 1969, Pasal-pasal yang digunakan lebih banyak memakai treaty, walaupun nama perjanjian itu sendiri memakai Konvensi. Di Indonesia seringkali diterjemahkan sebagai Traktat.

•Convention, biasanya digunakan untuk Perjanjian Internasional yang bersifat Law Making Treaty, yaitu Perjanjian Internasional yang melahirkan kaidah-kaidah hukum internasional baru. Dalam praktek istilah ini paling sering digunakan oleh negara-negara.

•Charter, lazim digunakan untuk perjanjian yang membentuk organisasi internasional, seperti PBB.

• Statute, dalam bahasa Indonesia disebut Statuta, misalnya dipakai nama Piagam oleh Mahkamah Internasional (statute of the International of juctice) dan dipakai oleh Peradilan Pidana Internasional (ICC) dengan Rome Statute (Statuta Roma).

• Agreement, dalam bahasa Indonesia disebut persetujuan, lazim dipakai untuk perjanjian yang kurang penting dan biasanya bersifat bilateral.

• Pact, dipergunakan untuk perjanjian yang membentuk pakta pertahanan atau pakta perdamaian. Dalam praktek isitlah Pact ini jarang digunakan pada saat ini.

Klasifikasi Perjanjian Internasional

1. Subjek Perjanjian Internasional

Negara – negara

Negara – Organisasi Internasional

Organisasi Internasional – Organisasi Internasional

Pemberontak - Negara

Yang berhak membuat Perjanjian Internasional (dilihat dari Konstitusi):

Negara dengan Undang-Undang Dasarnya;

Organisasi Internasional dengan Anggaran Dasarnya;

Pemberontak dengan kesepakatan.

2. Jumlah Pihak2. Jumlah Pihak

• Dua (Bilateral)

• Banyak (Multilateral)– Contoh: Biological Diversity 1992, Liability

Convention 1972, Perjanjian Pengelolaan Selat Malaka antara Singapura – Indonesia – Malaysia.

• Dua (Bilateral)

• Banyak (Multilateral)– Contoh: Biological Diversity 1992, Liability

Convention 1972, Perjanjian Pengelolaan Selat Malaka antara Singapura – Indonesia – Malaysia.

3. Sifat Pelaksanaan• Menentukan (Dispositive Treaties)

Perjanjian yang begitu dilaksanakan begitu pula tujuan tercapai dengan sendiri dan perjanjian tersebut berakhir.Contoh: Perjanjian batas negara (Indonesia – Malaysia)

• Melaksanakan (Executory Treaties)Perjanjian yang melaksanakan (proses & panjang), tujuan tercapai dalam jangka panjang sapai ada komitmen untuk mengakhiri.Contoh: Perjanjian Ekstradisi (Malaysia – Indonesia) tahun 1973 – sekarang.

* Penerapannya harus memperhatikan Asas Double Criminality, artinya dike-2 negara harus sama-sama dapat dipidana.

4. Bentuk – BentukPerjanjian Internasional•Tertulis – memiliki ketegasan,

kejelasan dan kepastian hukum.

•Tidak Tertulis/Perjanjian Internasional Lisan.

Perjanjian Internasional dalam bentuk Tertulis, terdiri dari:• PI antar negara : cirinya dalam

pembukaannya menggunakan kata “The States Parties”

• PI antar Kepala Negara : The High Contracting Parties.

• PI antar Pemerintah : isinya lebih bersifat teknis, dengan ciri “The Government of … and The Government of …”

• PI antar Kepala Pemerintah dan Kepala Negara.

Macam-Macam Perjanjian Internasional ditinjau dari berbagai Segi/Sudut Pandang

I. PI ditinjau dari segi jumlah negara yang menjadi pihak1. PI Bilateral2. PI Multilateral

II. PI ditinjau dari segi kesempatan yang diberikan kepada Negara untuk menjadi Pihak/Peserta1. PI Khusus/Tertutup2. PI Umum/Terbuka

III. PI ditinjau dari Kaidah Hukum yang dilahirkan1. PI yang melahirkan kaidah

hukum khusus bagi para pihak.2. PI yang melahirkan kaidah

hukum yang berlaku dalam kawasan.

3. PI yang melahirkan kaidah hukum yang berlaku umum.

IV. PI ditinjau dari segi Bahasa yang dirumuskan1. PI yang dirumuskan dalam satu

bahasa. 2. PI yang dirumuskan dalam dua

bahasa atau lebih, tetapi hanya satu bahasa saja yang sah/otentik.

3. PI yang dirumuskan dalam satu bahasa atau lebih tetapi semua dianggap sah/otentik.

V. PI ditinjau dari segi Substansi Hukum yang dikandung1. PI yang seluruh pasalnya

merupakan rumusan dari Kebiasaan Internasional.

2. PI yang rumusan pasalnya merupakan Kaidah Hukum yang baru.

3. PI yang rumusan pasalnya merupakan perpaduan antara Kebiasaan Internasional dan Kaidah Hukum baru.

VI. PI ditinjau dari Ruang Lingkup Berlakunya1. PI Khusus2. PI Regional3. PI Umum/Universal

VII.PI ditinjau dari segi Pemrakarsanya1. PI yang diprakarsai oleh Negara-

Negara2. PI yang diprakarsai oleh Organisasi

Internasional.

5. Fungsi Perjanjian Internasional dalam Pembentukan Hukum Internasional

• Treaty Contract– Bersifat kontraktual, artinya bahwa PI

sebagai hukum bagi para pihak (arti sempit PI = HI)

• Law Making Treaties– PI yang membentuk HI, artinya bahwa

Wilayah dan Materi yang ada dalam PI tersebut Luas dan Umum

6. Proses Pembuatan Perjanjian Internasional

a. Dengan dasar hukum Konvensi Wina 1969 & 1986, ada 2 proses:

1. 2 tahap, meliputi Perundingan dan Penandatanganan.

2. 3 tahap, meliputi:1. Perundingan2. Penandatanganan3. Pengesahan, meliputi:

a) Ratifikasi (ratification)b) Aksesi (accesion)c) Akseptasi (acceptance)d) Persetujuan (approval)

b. Menurut Undang-Undang No. 24 tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional:

1. Tahap Penjajakan

2. Tahap Perundingan

3. Tahap Perumusan Naskah

4. Tahap Penerimaan Naskah

5. Tahap Penandatangan

6. Tahap Pengesahan

22

TT

AA

HH

AA

PP

33

TT

AA

HH

AA

PP

Contoh:

Pertukaran Full Powers

RIRI(Perdana Menteri)(Perdana Menteri)

AustraliaAustralia(Perdana Menteri)(Perdana Menteri)

Pasal 11Pasal 11UUDNRI 45UUDNRI 45

Jo. UU 24/2000Jo. UU 24/2000(Pelimpahan(PelimpahanWewenang)Wewenang)

DEPLUDEPLU DEPLUDEPLUDiwakili olehDiwakili olehMenluMenluHarus melaluiHarus melalui

Credentials/Credentials/Full PowersFull Powers(Surat Kuasa(Surat Kuasa

Penuh)Penuh)

Direktur HankamDirektur Hankam Direktur HankamDirektur Hankam

1. Perundingan:a. Perencanaan – Perumusan – Naskah (draft)

b. Penerimaan Naskah→ Memberi paraf pada masing-masing naskah→ Pulang mengakhiri perundingan supaya dikonsultasikan

pada masing-masing negara maksimal 1 x 24 jam.→ Masih ada kemingkinan diubah→ Misal Pasal “x” tidak setuju dapat diganti “x’”

c. Pengesahan Naskah (final draft)

2. Penandatanganan (Direktur masing-masing negara)

→ Apa dengan penandatangan, rakyat dan RI (negara) terikat?→ Mengikat jika sudah dicantumkan dalam Lembaran Negara

→ Pengesahan

→Pengesahan→Yang mengesahkan:

Presiden dan DPR (menurut UU No. 24 tahun 2000)Presiden = Produk hukum – Keppres (versi UU No.

24 tahun 2000 – sekarang Perpres versi UU No. 10 tahun 2004)

Apa fungsi lembaga pengesahan?

Sebagai dasar hukum mengikat terhadap rakyat.

Dalam UU 24 tahun 2000Dalam UU 24 tahun 2000

6 bidang yang pengesahannya menggunakan UU:

1. Masalah politik, perdamaian dan Hankam;2. Perubahan wilayah dan penetapan wilayah;3. Perjanjian tentang kedaulatan dan hak berdaulat4. HAM dan Lingkungan Hidup;5. Pembentukan kaidah-kaidah hukum baru;6. Pinjaman dan/atau hibah luar negeri.

Selain ke-6 bidang tersebut pengesahannya menggunakan Keppres (Perpres)

6 bidang yang pengesahannya menggunakan UU:

1. Masalah politik, perdamaian dan Hankam;2. Perubahan wilayah dan penetapan wilayah;3. Perjanjian tentang kedaulatan dan hak berdaulat4. HAM dan Lingkungan Hidup;5. Pembentukan kaidah-kaidah hukum baru;6. Pinjaman dan/atau hibah luar negeri.

Selain ke-6 bidang tersebut pengesahannya menggunakan Keppres (Perpres)

Kapan perjanjian internasional itu batal & berakhirBatalBatal

1. Hilang/lenyapnya suatu negara;

2. Paksaan;

3. Penipuan;

4. Bertentangan dengan asas Hukum Internasional;

5. Muncul asas Hukum Internasional baru;

6. Pelanggaran terhadap Hukum Nasional;

BerakhirBerakhir1. Tujuan yang ada dalam perjanjian tercapai;

2. Habis waktu berlakunya perjanjian;

3. Komitmen dari masing-masing pihak untuk mengakhiri Perjanjian Internasional;

4. Subyek punah;

5. Dipenuhinya syarat-syarat untuk mengakhiri Perjanjian Internasional;

6. Diadakan perjanjian kembali;

7. Punahnya objek perjanjian.

BerakhirBerakhir1. Tujuan yang ada dalam perjanjian tercapai;

2. Habis waktu berlakunya perjanjian;

3. Komitmen dari masing-masing pihak untuk mengakhiri Perjanjian Internasional;

4. Subyek punah;

5. Dipenuhinya syarat-syarat untuk mengakhiri Perjanjian Internasional;

6. Diadakan perjanjian kembali;

7. Punahnya objek perjanjian.

Materi Perjanjian Materi Perjanjian InternasionalInternasionalMateri Perjanjian Materi Perjanjian InternasionalInternasional1. Preamble

a. Memuat dasar filosofis/latarbelakang;

b. Memuat dasar yuridis/hukum;

c. Memuat dasar politis/tujuan yang ingin dicapai;

2. Substansi (Hak & Kewajiban)

3. Prosedur (Pelaksanaan & Penegakan (tidak selalu harus tercantum) )

4. Penutup (Mulai berlaku, bahasa otentik, dibuat tanggal, dibuat di)

1. Preamblea. Memuat dasar filosofis/latarbelakang;

b. Memuat dasar yuridis/hukum;

c. Memuat dasar politis/tujuan yang ingin dicapai;

2. Substansi (Hak & Kewajiban)

3. Prosedur (Pelaksanaan & Penegakan (tidak selalu harus tercantum) )

4. Penutup (Mulai berlaku, bahasa otentik, dibuat tanggal, dibuat di)

HUKUM KEBIASAAN INTERNASIONAL

Peristilahan

Ada 2 istilah yang biasanya digunakan secara bergantian, yaitu:

1. Usage (Adat Istiadat)

2. Custom (Kebiasaan)

• Adat Istiadat (Usage) merupakan tahapan yang mendahului adanya kebiasaan (Custom).

• Kebiasaan mulai apabila adat istiadat berakhir.• Adat istiadat adalah suatu kebiasaan bertindak

yang belum sepenuhnya memperoleh pengesahan hukum.

• Adat istiadat bertentangan, namun kebiasaan harus terunifikasi dan bersesuaian (self-consistent).

• Kebiasaan, sebagaimana dimaksudkan oleh hukum, adalah suatu adat istiadat yang telah memperoleh kekuatan hukum.

Pengertian

Dalam Pasal 38 (1) sub b Statuta MI, dinyatakan, bahwa:

“International Custom as evidence of a general practice accepted as law”Artinya bahwa: Kebiasaan internasional yang merupakan bukti dari adanya praktek atau perilaku yang berlaku umum dan diakui atau diterima sebagai hukum.

Kebiasaan sebagai Sumber Hukum

Ada 2 unsur, yaitu:• Perilaku (kebiasaan) itu merupakan fakta dari

praktek atau perilaku yang secara umum telah dilakukan atau dipraktekan oleh negara-negara (the evidence of material fact);

• Perilaku yang telah dipraktekan secara umum tersebut, oleh negara-negara atau masyarakat internasional, telah diterima atau ditaati sebagai perilaku yang memiliki nilai sebagai hukum. (opinio juris sive necessitatis).

Dimana kita dapat mengetahui bukti adanya Hukum Kebiasaan Internasional?Dimana kita dapat mengetahui bukti adanya Hukum Kebiasaan Internasional?

Hukum kebiasaan internasional dapat dilihat dan diamati serta dibuktikan eksistensinya, misalnya dalam bentuk:

1. Perilaku atau tindakan pejabat-pejabat negara;2. Perjanjian-perjanjian Internasional;3. Perundang-undangan nasional negara-negara;4. Putusan-putusan pengadilan internasional

maupun nasional;5. Tulisan-tulisan atau karya-karya yuridis para

sarjana;6. Pernyataan-pernyataan pejabat tinggi negara.

Hukum kebiasaan internasional dapat dilihat dan diamati serta dibuktikan eksistensinya, misalnya dalam bentuk:

1. Perilaku atau tindakan pejabat-pejabat negara;2. Perjanjian-perjanjian Internasional;3. Perundang-undangan nasional negara-negara;4. Putusan-putusan pengadilan internasional

maupun nasional;5. Tulisan-tulisan atau karya-karya yuridis para

sarjana;6. Pernyataan-pernyataan pejabat tinggi negara.

Perilaku/tindakan Pejabat NegaraPerilaku/tindakan Pejabat Negara

• Perilaku negara-negara dilakukan oleh pejabat-pejabatnya, dari perilaku-perilaku tersebut sebagai cermin adanya kebiasaan internasional;

• Perilaku baik aktif maupun pasif.

• Perilaku negara-negara dilakukan oleh pejabat-pejabatnya, dari perilaku-perilaku tersebut sebagai cermin adanya kebiasaan internasional;

• Perilaku baik aktif maupun pasif.

Perjanjian-perjanjian InternasionalPerjanjian-perjanjian Internasional

Jika dibuat perjanjian bilateral atau multilateral mengenai hal tertentu, kemudian negara-negara lain meniru dan mengikutinya dengan jalan membuat perjanjian yang serupa, maka pokok masalah yang dituangkan dan dirumuskan dalam perjanjian-perjanjian itu sebagai petunjuk tentang adanya atau lahirnya hukum kebiasaan internasional.

Jika dibuat perjanjian bilateral atau multilateral mengenai hal tertentu, kemudian negara-negara lain meniru dan mengikutinya dengan jalan membuat perjanjian yang serupa, maka pokok masalah yang dituangkan dan dirumuskan dalam perjanjian-perjanjian itu sebagai petunjuk tentang adanya atau lahirnya hukum kebiasaan internasional.

Peraturan Perundang-undangan Nasional Negara-negara

Peraturan Perundang-undangan Nasional Negara-negara• Dari perundang-undangan nasional yang

mengandung aspek-aspek hukum internasional, pengaturannya di dalam perundang-undangan nasional tiap-tiap negara terdapat kesamaan antara satu dengan lainnya.

• Adanya kesamaan ini menunjukan adanya perilaku atau praktek yang sama antara negara-negara mengenai masalah yang bersangkutan.

• Dari perundang-undangan nasional yang mengandung aspek-aspek hukum internasional, pengaturannya di dalam perundang-undangan nasional tiap-tiap negara terdapat kesamaan antara satu dengan lainnya.

• Adanya kesamaan ini menunjukan adanya perilaku atau praktek yang sama antara negara-negara mengenai masalah yang bersangkutan.

• Contoh: Undang-undang Tentang Batas Wilayah Negara, Undang-undang Tentang Kewarganegaraan, Undang-undang Tentang Laut Teritorial, Undang-undang Tentang Hak Lintas Damai, Undang-undang Tentang Zona Ekonomi Eksklusif.

• Contoh: Undang-undang Tentang Batas Wilayah Negara, Undang-undang Tentang Kewarganegaraan, Undang-undang Tentang Laut Teritorial, Undang-undang Tentang Hak Lintas Damai, Undang-undang Tentang Zona Ekonomi Eksklusif.

Putusan Badan Peradilan Nasional dan InternasionalPutusan Badan Peradilan Nasional dan Internasional

• Putusan pengadilan itu telah mempengaruhi praktek dan perilaku negaranya masing-masing.

• Dari putusan-putusan tersebut dapat dilihat bahwa negara-negara dalam kasus yang sama tampak berperilaku sama, sehingga dapat dikatakan disini ada hukum kebiasaan internasional.

• Putusan pengadilan itu telah mempengaruhi praktek dan perilaku negaranya masing-masing.

• Dari putusan-putusan tersebut dapat dilihat bahwa negara-negara dalam kasus yang sama tampak berperilaku sama, sehingga dapat dikatakan disini ada hukum kebiasaan internasional.

Tulisan-tulisan atau karya-karya yuridis para sarjanaTulisan-tulisan atau karya-karya yuridis para sarjana• Dibatasi tulisan-tulisan yang isinya

menguraikan atau mengungkapkan fakta-fakta yang mempunyai nilai hukum kebiasaan internasional, yakni sebagai pembenaranpembenaran atas adanya perilaku atau praktek negara-negara mengenai suatu masalah tertentu.

• Bukan tulisan yang merupakan pendapat atau pandangan pribadinya mengenai suatu persoalan tertentu.

• Dibatasi tulisan-tulisan yang isinya menguraikan atau mengungkapkan fakta-fakta yang mempunyai nilai hukum kebiasaan internasional, yakni sebagai pembenaranpembenaran atas adanya perilaku atau praktek negara-negara mengenai suatu masalah tertentu.

• Bukan tulisan yang merupakan pendapat atau pandangan pribadinya mengenai suatu persoalan tertentu.

Pernyataan-pernyataan pejabat tinggi negaraPernyataan-pernyataan pejabat tinggi negara

• Peristiwa yang sama atau sejenis, yang terjadi berulang-ulang dalam kurun waktu yang berbeda-beda seringkali menimbulkan reaksi yang sama dari negara-negara di dunia.

• Peristiwa yang sama berulang-ulang terjadi, menimbulkan reaksi yang sama dan berulang-ulang pula.

• Peristiwa yang sama atau sejenis, yang terjadi berulang-ulang dalam kurun waktu yang berbeda-beda seringkali menimbulkan reaksi yang sama dari negara-negara di dunia.

• Peristiwa yang sama berulang-ulang terjadi, menimbulkan reaksi yang sama dan berulang-ulang pula.

Prinsip-prinsip Hukum Umum

Prinsip-prinsip Hukum Umum

PengertianPengertian

Dalam Pasal 38 (1) sub c Statuta MI, dinyatakan bahwa:

“The General Principles of Law recognized by Civilized Nations”Artinya: Prinsip-prinsip hukum umum yang diakui oleh bangsa-bangsa beradab.

Dalam Pasal 38 (1) sub c Statuta MI, dinyatakan bahwa:

“The General Principles of Law recognized by Civilized Nations”Artinya: Prinsip-prinsip hukum umum yang diakui oleh bangsa-bangsa beradab.

Latar belakangLatar belakangAda 2 kelompok yang memberikan pemahaman yang berbeda:

1. Prinsip-prinsip umum hukum internasional beranggapan apabila sub c tidak menunjukan pada sumber-sumber hukum yang telah ada. (Luas)

2. Dengan adanya sub c maka Pengadilan dituntut supaya menggunakan prinsip-prinsip hukum lokal yang telah dikenal oleh hampir seluruh bangsa dalam upayanya mengisi kekosongan hukum. (Terbatas)

Ada 2 kelompok yang memberikan pemahaman yang berbeda:

1. Prinsip-prinsip umum hukum internasional beranggapan apabila sub c tidak menunjukan pada sumber-sumber hukum yang telah ada. (Luas)

2. Dengan adanya sub c maka Pengadilan dituntut supaya menggunakan prinsip-prinsip hukum lokal yang telah dikenal oleh hampir seluruh bangsa dalam upayanya mengisi kekosongan hukum. (Terbatas)

Dilihat dari sisi fungsinyaDilihat dari sisi fungsinya

Hukum Kebiasaan

Internasional

Hukum Kebiasaan

Internasional

Asas Hukum InternasionalAsas Hukum Internasional

dasar

masukan

Contoh:Contoh:

• Lex locus Intrasisi/Intrasito• Lex Locus Delictie• Par In Parem Not Habet

Jurisdictionem• Lex Locus Contractus• Lex Locus Actie• Lex Destinasi• Ius Soli & Ius Sanguinis• Reciprocity

• Lex locus Intrasisi/Intrasito• Lex Locus Delictie• Par In Parem Not Habet

Jurisdictionem• Lex Locus Contractus• Lex Locus Actie• Lex Destinasi• Ius Soli & Ius Sanguinis• Reciprocity

• Continuity Of Treaties• Procedure of Disputes Settlement

(Litigasi & Kooperasi (Non Litigasi))• Polluter Prevention Pays• Good Faith• Pacta Sunt Servanda• Freedom of High Seas• National Treatment• Ne bis in idem

• Continuity Of Treaties• Procedure of Disputes Settlement

(Litigasi & Kooperasi (Non Litigasi))• Polluter Prevention Pays• Good Faith• Pacta Sunt Servanda• Freedom of High Seas• National Treatment• Ne bis in idem

Jurisprudensi, Doktrin & Resolusi

(Sebagai Sumber Hukum Internasional tambahan)

Sumber Hukum Internasional Tambahan

• Fungsi: Ketentuan Hukum Internasional bersifat membuktikan dan mengembangkan ketentuan Hukum Internasional Primer;

• Arti: Ketentuan Hukum Internasional yang berkembang mengikuti keberadaan masyarakat internasional.

Jurisprudensi

Putusan tidak hanya terbatas pada badan peradilan nasional saja, seperti putusan Mahkamah Internasional, Mahkamah Internasional Permanen, badan-badan arbitrase internasional, mahkamah Hak-hak Asasi Manusia, atau yang lainnya, termasuk didalamnya putusan badan peradilan nasional negara-negara, badan arbitrase internasional maupun badan peradilan nasional lainnya yang mungkin ada dalam suatu negara.

Dibagi 2 jenis:

1. Solution Paradigm– Harus ada putusan (Jalur Litigasi)– Contoh: Putusan MI PBB tentang penguasaan

pulau Sipadan dan Ligitan, 2004.

2. Cooperative Paradigm– ADR (Alternative Disputes Resolution) atau Jalur

Non Litigasi.– Contoh: Perundingan, Kesepakatan, Mediasi,

Konsiliasi, Jasa-jasa Baik, Rechtvinding.

Doktrin

Pendapat seorang atau beberapa para sarjana (dalam suatu komisi) yang kemudian dikutip dan disetujui oleh sarjana lain, yang kemudian berkembang menjadi suatu kesamaan padangan para sarjana maupun anggota masyarakat luas tentang masalah yang diberi pendapat oleh sarjana tersebut.

Doktrine Hukum Internasional

1. The Objective Sovereignty of a State Doctrine;

2. The Objective Responsibility of a State Doctrine;

3. Imputability Doctrine;

4. Culpa Doctrine.

Resolusi

• Resolusi mengikat sebagai hukum bagi organisasi internasional tersebut maupun mengikat bagi negara-negara anggotanya;

• Resolusi (misal resolusi majelis umum PBB), ada yang lahir dengan suara bulat atau konsensus, ada yang lahir dengan suara terbanyak, baik karena sejumlah mayoritas yang pro berhadapan dengan minoritas yang kontra, atau ditengahnya ada yang abstain.

• Bagaimana dengan negara yang kontra dan abstain, apakah harus mentaati/melaksanakan resolusi tersebut?

• Karena pada hakekatnya sikap kontra atau abstain tersebut merupakan manifestasi dari sikap politik negara tersebut yang sedapat mungkin harus ia pertahankan.

• Dengan kondisi masyarakat internasional yang koordinatif, maka tidak ada satu pihakpun yang dapat memaksa negara yang kontra dan abstain tersebut.

• Terhadap masalah tersebut, berdasarkan asas demokrasi yang juga berlaku bagi masyarakat internasional, maka negara yang kontra dan abstain tersebut harus terikat pada resolusi tersebut.

• Pandangan seperti ini menganalogikan masyarakat internasional seperti masyarakat nasional.

• Tinggal apakah, negara yang kontra dan abstain tersebut benar-benar mentaati atau setidak-tidaknya tidak bertentangan dengan resolusi yang telah disepakati.

top related