strategi pengembangan perpustakaan berbasis …repository.uinjambi.ac.id/4505/1/file skripsi...
Post on 20-Dec-2020
1 Views
Preview:
TRANSCRIPT
STRATEGI PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN BERBASIS INKLUSI
SOSIAL DALAM UPAYA MEWUJUDKAN MASYARAKAT LITERAT
(Studi Pada Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Dalam Ilmu
Perpustakaan Pada
Fakultas Adab Dan Humaniora
Oleh
KHAIRUNISA
NIM. IPT160868
PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2020
ii
iii
iv
v
MOTTO
عملو منوا منكم والذين اوتوا العلم درجات والله بما ت يرفع الله الذين ا
(11خبير )المجادله:
Artinya : “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat. dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan” (QS AL-Mujadilah, 58:11).1
1 Pustaka Agama Jaya Ilmu, Alqur’an 30 juz. (Ditashihkan oleh Kementerian Agama
Republik Indonesia 23 Oktober 2014), hal. 434
vi
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT yang maha kuasa
Serta sholawat kepada Nabi Muhammad SAW
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
Ibunda Marniah dan Ayahanda Zainudin
yang telah sabar, ikhlas dan selalu mendoakan kesuksesan ananda.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan
nikmat jasmani dan rohani serta hidayah yang sangat luar biasa kepada kita
makhluknya, khususnya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan segala halangan dan rintangan. Shalawat serta salam semoga
selalu tercurahkan kepada junjungan alam, Nabi Muhammad SAW, sebab
perjuangan dan pengorbanan Nabi-lah kita dapat merasakan dunia yang sarat akan
manisnya ilmu pengetahuan.
Dalam rangka penyelesaian Program Strata Satu (S1) Prodi Ilmu
Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sultan
Thaha Saifuddin Jambi. Maka sudah merupakan kewajiban bagi setiap
mahasiswa-mahasiswi untuk menyusun sebuah Karya Tulis Ilmiah sebagai salah
satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Strata Satu (S1) Ilmu Perpustakaan.
Berhubungan dengan hal tersebut, penulis memilih penelitian dengan judul
“Strategi Pengembangan Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial Dalam Upaya
Mewujudkan Masyarakat Literat (Studi Pada Dinas Perpustakaan dan Arsip
Daerah Provinsi Jambi)”.
Dalam penyusunan skripsi ini banyak hambatan serta rintangan yang
penulis hadapi namun pada akhirnya dapat melaluinya berkat adanya bimbingan
dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Su’aidi Asy’ari, Ma.,Ph.D, Selaku Rektor UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
2. Ibu Dr. Rafiqoh Ferawati, S.E, M.EI selaku wakil rektor I, Bapak Dr.
As’ad Isma, M.Pd selaku wakil rektor II, dan Bapak Bahrul Ulum,
M.A selaku wakil rektor III UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Ibu Dr. Halimah Dja’far, S.Ag, M. Fil. I selaku Dekan, Bapak Dr. Ali
Muzakir, M.Ag selaku Wakil Dekan I, Bapak Dr. Alfian, S.Pd, M.Ed
selaku Wakil Dekan II, dan Ibu Dr. Raudhoh, S.Ag, SS Selaku Wakil
Dekan III Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
4. Ibu Athiatul Haqqi, S.Ag S. IPI, M.I.Kom selaku ketua Program studi,
dan Ibu Masyrisal Miliani, SS, M. Hum selaku sekretaris Program
studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
5. Ibu Wenny Dastina, S.Sos.,M.Si selaku pembimbing Skripsi I dan
Bapak Drs.Buchari Katutu,MM Selaku pembimbing Skripsi II yang
viii
banyak sekali membantu peneliti dalam penulisan dan penyelesaian
skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam
Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi khususnya dosen Prodi Ilmu
Perpustakaan yang telah banyak membantu.
7. Bapak H. Syamsurizal, SE, M. Si selaku Kepala Dinas Perpustakaan
dan Arsip Daerah Provinsi Jambi, Bapak Afrizal, A. Ma, selaku Kasi
Pembinaan dan Pengembangan Tenaga Perpustakaan serta para
Pustakawan dan seluruh staff Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah
Provinsi Jambi yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan
data penelitian
8. Teman-teman seperjuangan angkatan 2016 Prodi Ilmu Perpustakaan
Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
9. Semua pihak yang tidak mungkin penulis dapat sebutkan satu persatu,
yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kebaikan, kesehatan, umur
yang barokah serta balasan yang setimpal dari semua yang telah memberikan
bantuan kepada penulis Aamiin. Penulis berharap semoga karya ilmiah ini
dapat bermanfaat bagi semua yang membacanya, dan dapat digunakan
sebagaimana mestinya. Terima kasih serta salam hangat dari penulis.
Jambi, 11 Mei 2020
Penulis
Khairunisa
IPT.160868
ix
ABSTRAK
Khairunisa. 2020. Strategi Pengembangan Perpustakaan Berbasis Inklusi
Sosial Dalam Upaya Mewujudkan Masyarakat Literet (Studi Pada Dinas
Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi). Skripsi Prodi Ilmu
Perpustakaan, Fakultas Adab dan Humaniora, Pembimbing I: Wenny
Dastina, M.Si dan Pembimbing II: Drs. Buchari Katutu, MM.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Strategi Pengembangan Perpustakaan
Berbasis Inklusi Sosial Dalam Upaya Mewujudkan Masyarakat Literat di Dinas
Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi, faktor-faktor kendala dalam
pengembangan perpustakaan berbasis inklusi sosial dalam upaya mewujudkan
masyarakat literat di Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi, dan
upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam pengembangan
perpustakaan berbasis inklusi sosial untuk mewujudkan masyarakat literat di
Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi. Peneliti menggunakan
metode kualitatif dengan pendekatan secara deskriptif, metode pengumpulan data
menggunakan Purposive Sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan
observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa
strategi pengembangan perpustakaan berbasis inklusi sosial dalam upaya
mewujudkan masyarakat literet di Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi
Jambi melalui beberapa strategi, yaitu melibatkan peran aktif pustakawan,
mengeluarkan regulasi kebijakan dan pembentukan tim sinergi, melakukan
Stakeholder Meeting, launcing Ipustaka Jambi, dan melakukan kegiatan Peer
Learning Meeting. Namun Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi
juga mengalami beberapa kendala dalam mengembangkan perpustakaan berbasis
inklusi sosial. yaitu keterbatasan anggaran dana, dan jaringan internet. Adapun
upaya yang dilakukan utuk mengatasi kendala tersebut adalah dengan melakukan
kerjasama dengan berbagai pihak baik dari tingkat provinsi, kabupaten maupun
swasta, serta mengoptimalkan anggaran yang ada seoptimal mungkin.
Kata Kunci: Strategi, Inklusi Sosial, Perpustakaan Umum.
x
ABSTRACT
Khairunisa 2020. Library Development Strategy Based on Social Inclusion in
the Efforts to Realize a Literet Society (Study at the Jambi Provincial
Library and Archives Service). Thesis of Library Science Study Program,
Faculty of Adab and Humanities, Supervisor I: Wenny Dastina, M.Sc and
Supervisor II: Drs. Buchari Katutu, MM.
This study aims to determine the Strategy for Developing Libraries Based on
Social Inclusion in the Efforts to Realize Literate Communities in the Jambi
Provincial Library and Archives Service, the constraints factors in developing
social inclusion-based libraries in an effort to realize literate communities in the
Jambi Provincial Library and Archives Office, and efforts made to overcome
obstacles in the development of social inclusion-based libraries to realize literate
communities in the Jambi Provincial Library and Archive Service. Researchers
used a qualitative method with a descriptive approach, the method of collecting
data using purposive sampling. Data collection techniques using observation,
interviews and documentation. The results showed that the library development
strategy based on social inclusion in an effort to realize the literacy community in
the Jambi Provincial Library and Archives Service through several strategies,
which involved the active role of librarians, issuing policy regulations and
forming a synergy team, conducting Stakeholder Meetings, Ipustaka Jambi
launcing, and Peer Learning Meeting activities. However, the Jambi Provincial
Library and Archives Service also experienced several obstacles in developing
social inclusion-based libraries. namely the limited budget of funds, and internet
networks. The efforts made to overcome these obstacles are by collaborating with
various parties from the provincial, district and private levels, as well as
optimizing the existing budget optimally.
Keywords: Strategy, Social Inclusion, Public Library.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
NOTA DINAS ii
PENGESAHAN iii
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI iv
MOTTO v
PERSEMBAHAN vi
KATA PENGANTAR vii
ABSTRAK. ix
ABSTRACT x
DAFTAR ISI xii
DAFTAR TABEL xiv
DAFTAR GAMBAR xv
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 5
D. Batasan Masalah 6
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pengertian Strategi 7
B. Pengertian Perpustakaan 7
1. Perpustakaan Umum 8
2. Tujuan Perpustakaan Umum 8
3. Fungsi Perpustakaan Umum 10
C. Pengertian Inklusi Sosial 10
D. Inklusi Sosial di Perpustakaan 12
1. Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial 14
2. Tujuan Kebijakan Transformasi 15
E. Masyarakat Literet 20
F. Studi Relevan 21
xii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode dan Pendekatan Penelitian 22
B. Lokasi Penelitian 22
C. Subjek Penelitian 22
D. Objek Penelitian 23
E. Jenis dan Sumber Data 23
F. Teknik Analisis Data 24
G. Metode Pengumpulan Data 24
H. Trianggulasi data 26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah berdirinya DPAD Provinsi Jambi. 28
2. Susunan Organisasi DPAD Provinsi Jambi. 32
3. Tugas pokok dan fungsi DPAD Provinsi Jambi 33
4. Struktur Organisasi DPAD Provinsi Jambi 34
5. Visi dan Misi DPAD Provinsi Jambi 35
6. SDM DPAD Provinsi Jambi 36
7. Pustakawan DPAD provinsi Jambi 38
8. Sarana dan Prasarana DPAD Provinsi Jambi 39
9. Jadwal kunjungan perpustakaan, syarat keanggotaan dan
keadaan pengunjung pada tahun 2019 di DPAD Provinsi
Jambi 42
10. Bidang Layanan DPAD Provinsi Jambi 42
11. Bidang Deposit, pengembangan koleksi layanan dan pelestarian
bahan perpustakaan di DPAD Provinsi Jambi 45
12. Bidang pembinaan, pengembangan perpustakaan dan
pembudayaan kegemaran membaca DPAD
Provinsi Jambi 46
13. Bidang konservasi arsip DPAD Provinsi Jambi 47
14. Bidang pembinaan dan pengembangan kearsipan
DPAD Provinsi Jambi 49
B. Hasil dan Pembahasan
1. Strategi pengembangan perpustakaan berbasis iklusi sosial
dalam upaya mewujudkan masyarakat Literet di DPAD
Provinsi Jambi 51
2. Kendala pengembangan perpustakaan berbasis inklusi
sosial dalam upaya mewujudkan masyarakat literet di
DPAD Provinsi Jambi 63
xiii
3. Upaya yang dilakukan DPAD Provinsi Jambi dalam
mengatasi kendala
Tersebut 67
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 70
B. Saran 70
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN I INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
LAMPIRAN II DAFTAR INFORMAN
LAMPITAN III JADWAL PENELITIAN
LAMPIRAN IV KARTU KONSULTASI SKRIPSI
LAMPIRAN V FOTO-FOTO
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Nama Pejabat Kepala DPAD Provinsi Jambi 31
Tabel 4.2 Jumlah SDM DPAD Provinsi Jambi 36
Tabel 4.3 Jumlah SDM Berdasarkan Jenjang Pendidikan 36
Tabel 4.4 Jumlah SDM Berdasarkan Golongan Pegawai 37
Tabel 4.5 Nama-Nama Pustakawan DPAD Provinsi Jambi 38
Tabel 4.6 Jumlah Eksemplar Berdasarkan Klasifikasi 40
Tabel 4.7 Jumlah Koleksi Perpustakaan Selain Buku 41
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Struktur Organisasi DPAD Provinsi Jambi 34
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perpustakaan adalah sebuah ruangan, bagian sebuah gedung,
ataupun gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku dan
terbitan lainnya yang biasa disimpan menurut tata susunan tertentu untuk
digunakan pembaca, bukan untuk dijual atau suatu unit kerja yang
subtansinya merupakan sumber informasi yang setiap saat dapat
digunakan oleh pengguna jasa layanan.2 Ada beberapa jenis perpustakaan
salah satunya yaitu perpustakaan umum.
Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang diperuntukkan bagi
masyarakat luas sebagai sarana pembelajaran sepanjang hayat tanpa
membedakan umur, jenis kelamin, suku, ras, agama dan status sosial.3
Perpustakaan umum dibentuk untuk melayani kebutuhan infrmasi
bahan bacaan seluruh lapisan masyarakat dari berbagai golongan tanpa
memandang usia, ras, agama, status sosial, ekonomi dan gender. Siapapun
berhak mendapatkan dan menikmati layanan perpustakaan. Perpustakaan
umum biasanya berdiri untuk melayani masyarakat dalam lingkup tertentu,
umumnya tingkat kota dan provinsi. Perpustakaan umum daerah memiliki
tugas dan fungsi sebagai pusat deposit daerah, pusat penelitian daerah, dan
memberikan layanan informasi, pendidikan dan ilmu pengetahuan kepada
masyarakat luas. Sehingga sudah sewajarnya perpustakaan umum daerah
2 Wiji suwarno, Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaa:Sebuah Pendekatan Praktis (Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media. 2014) hal. 11 3 Undang-undang No.43 tahun 2007 Tentang Perpustakaan, hal. 261
2
memastikan layanannya mencakup seluruh masyarakat kota atau
provinsi tersebut. Siapapun dia, apapun latar belakang sosialnya.4
Dalam kehidupan sosial bermasyarakat salah satu masalah yang
timbul adalah adanya golongan masyarakat yang tereksklusi. Masyarakat
yang tereksklusi atau pemisahan golongan umumnya terjadi karena
disebabkan oleh perbedaan atau kondisi yang dialaminya. Sebagai contoh
karena perbedaan warna kulit, suku, ras, agama, atau status sosial yang
direpresentasikan dalam bentuk apakah dia kaya atau miskin, menjadikan
suatu golongan menjadi terekskusi. Sehingga muncul golongan di
masyarakat yang tereksklusi atau berusaha dimarjinalkan dan tidak
dianggap dalam masyarakat.5
Perpustakaan merupakan salah satu sarana yang dapat
dimanfaatkan untuk mengakses pengetahuan dan belajar sepanjang hayat
(lifelong learning) oleh masyarakat. Perpustakaan merupakan tempat
untuk menyimpan dan melestarikan sumber pengetahuan juga dijadikan
sebagai tempat aktifitas membaca oleh masyarakat yang dapat diakses
dengan gratis. Dengan penguasaan pengetahuan akan terbentuk suatu
fondasi masyarakat berpengetahuan atau knowledge society. Penguasaan
pengetahuan akan berguna untuk mendorong adanya perubahan pada
masyarakat untuk menuju kehidupan yang lebih maju dan sejahtera,
dengan penguasaan pengetahuan masyarakat dapat meningkatkan kualitas
kehidupan menjadi lebih baik dan sejahtera. Akan tetapi dengan adanya
perkembangan dan kemajuan zaman, terutama dibidang teknologi
komunikasi dan informasi, masyarakat dapat mengakses pengetahuan dan
informasi melalui media lain tanpa harus datang ke perpustakaan. Untuk
itulah perpustakaan umum sekarang ini dituntut untuk melakukan
4 Muhammad Usman Noor, Aplikasi Layanan Informasi Berbasis Internet untuk
Menumbuhkaninklusi Sosial di Perpustakaan Daerah, hal. 85 5 Muhammad Usman Noor, Aplikasi Layanan Informasi Berbasis Internet untuk
Menumbuhkan Inklusi Sosial di Perpustakaan Daerah ( Jurnal Ilmu Perpustakaan dan Informasi Vol. 4 No.1 2019), hal. 85
3
transformasi dalam memberikan layanan kepada masyarakat agar tetap
mampu mempertahankan eksistensinya dan memberikan manfaat yang
lebih besar kepada masyarakat dengan tujuan dapat dijadikan sebagai
sarana atau wadah bagi masyarakat untuk berkegiatan dan belajar
sepanjang hayat sehingga masyarakat yang datang ke perpustakaan dapat
meningkatakan kualitas hidup dan kesejahteraannya.6
Transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial juga tidak hanya
untuk mempertahakankan eksistensi suatu perpustakaan saja, akan tetapi
juga merupakan salah satu bentuk dukungan yang dilakukan oleh
perpustakaan untuk mendukung program pembangunan berkelanjutan atau
Sustainable Development Goals (SDG’s). Sebagaimana seruan dari IFLA
yang meminta kepada semua pihak untuk menjadikan perpustakaan di
setiap bagian dunia menjadi mitra dalam rencana pembangunan nasional
dan daerah di setiap negara serta mendorong agar perpustakaan masuk
dalam rencana pembangunan nasional untuk SDGs. Adanya seruan dari
IFLA diatas menjadikan perpustakaan memegang peranan penting untuk
berperan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui
ketersedian akses layanan informasi, sebagai pusat belajar dan berkegiatan
masyarakat.7
Perpustakaan memiliki peran yang begitu penting dalam
penyebaran informasi hal ini dikarenakan didalam sebuah perpustakaan
terdapat banyak sekali buku dan disetiap bukunya itu memiliki beragam
informasi yang sangat berguna bagi pembacanya. Karena dianggap
sebagai sumber informasi maka perpustakaan juga sangat berperan dalam
6 Rani Auliawati Rahman, Strategi Sukses Transformasi Perpustakaan Desa Berbasis
Inklusi Sosial untuk Masyarakat Sejahtera Studi Pada Perpustakaan Desa Gampingan Membaca Malang,(Seminar Nasional MACOM III Universitas Padjajaran 2019), hal. 907
7 Rani Auliawati Rahman, Strategi Sukses Transformasi Perpustakaan Desa Berbasis Inklusi Sosial untuk Masyarakat Sejahtera Studi Pada Perpustakaan Desa Gampingan Membaca Malang), hal. 907
4
menciptakan masyarakat yang literet, yaitu masyarakat yang literet akan
informasi.8
Perpustakaan diharapkan tidak hanya sebagai tempat membaca
berbagai jenis buku, namun mampu menjadikan masyarakat sebagai
penumbuh dan pegiat literasi yang akhirnya akan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Secara sederhana, literasi dapat diartikan
sebagai sebuah kemampuan membaca dan menulis. Literasi informasi atau
melek informasi merupakan kemampuan untuk menemukan,
mengevaluasi, dan menggunakan informasi yang dibutuhkan secara
efektif, untuk memenuhi kebutuhan pemustaka akan informaisi yang
dibutuhkan.9
Dengan timbulnya kesadaran literasi informasi pada masyarakat
diharapkan dapat meningkatkan kualitas pereknomian dengan
bermunculannya lapangan usaha. Penyediaan buku-buku yang sesuai
dengan lapangan pekerjaan masyarakat akan merangsang pembelajaran
sepanjang hayat bagi masyarakat yang ingin berkembang bersaing dalam
dunia usaha.10 Sejalan dengan hal tersebut, pemerintah Indonesia secara
serius melalui Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan
Perpustakaan Nasional RI telah menetapkan program ini serta menjadikan
perpustakaan sebagai salah satu program prioritas nasional percepatan
pengentasan kemiskinan di Indonesia. Hal ini didasari oleh perpustakaan
yang dianggap mampu menjadi wadah peningkatan kesejahteraan
masyarakat melalui tersedianya akses informasi dari buku dan internet
yang dimiliki oleh perpustakaan, tersedianya ruang belajar dan berkegiatan
masyarakat, serta adanya pendampingan yang diberikan oleh pustakawan,
sehingga, mampu mendorong terciptanya masyarakat yang lebih
8 Riska Darmayanti, Membangun Budaya Literasi Informasi Bagi Masyarakat Kampus (
Jurnal Iqra’ Vol 10 No.01 Mei 2016), hal. 92 9 Purnomo, Peranan Perpustakaan Umum dalam Gerakan Literasi Informasi Sebagai
Sarana Pembelajaran Sepanjang Hayat, hal. 5 10 Purnomo, Peranan Perpustakaan Umum dalam Gerakan Literasi Informasi Sebagai
Sarana Pembelajaran Sepanjang Hayat, hal. 9
5
sejahtera.11 Pada tahun 2018 terdapat 21 provinsi yang mendapat bantuan
dari transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial, salah satunya
Provinsi Jambi, meliputi 4 kabupaten dan 20 desa diantaranya kabupaten
Batanghari, Kabupaten Bungo, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, dan
Sarolangun.
Program transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial ini
ditujukan kepada perpustakaan umum provinsi, kabupaten/kota yang
memiliki komitmen tinggi untuk mengembangkan perpustakaan berbasis
inklusi sosial di daerahnya. Berdasarkan prolog diatas, maka peneliti
tertarik untuk mengkaji lebih jauh pada masalah bagaimana “Strategi
Pengembangan Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial Dalam Upaya
Mewujudkan Masyarakat Literet (Studi Pada DPAD Provinsi
Jambi)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan
masalah yaitu:
1. Bagaimana strategi pengembangan perpustakaan berbasis inklusi
sosial dalam upaya mewujudkan masyarakat literet di DPAD
Provinsi Jambi ?
2. Apa saja kendala pengembangan perpustakaan berbasis inklusi
sosial dalam upaya mewujudkan masyarakat literet di DPAD
Provinsi Jambi?
3. Bagaimana upaya yang dilakukan DPAD Provinsi Jambi dalam
mengatasi kendala tersebut ?
11 Rani Auliawati Rahman, Strategi Sukses Transformasi Perpustakaan Desa Berbasis
Inklusi Sosial untuk Masyarakat Sejahtera Studi Pada Perpustakaan Desa Gampingan Membaca Malang), hal. 908
6
C. Tujuan dan Manfaat penelitian
1. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui strategi yang dilakukan DPAD Provinsi
Jambi dalam mengembangkan perpustakaan berbasis inklusi
2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi DPAD Provinsi
Jambi dalam mengembangkan perpustakaan berbasis inklusi
sosial
3. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan DPAD Provinsi
Jambi dalam mengatasi kendala tersebut.
2. Manfaat penelitian
Manfaat penelitian ini didasarkan pada manfaat teoritis dan
manfaat praktis sebagai berikut:
a. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan
khususnya bagi ilmu perpustakaan, sehingga dapat memperluas
dan memperkaya khazanah keilmuan
b. Manfaat Praktis
Dapat memberikan masukan bagi beberapa pihak terkait,
dalam hal ini pihak pengelola DPAD Jambi, sehingga dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan
pelayanan kepada pemustaka.
D. Batasan Masalah
Peneliti membatasi masalah ini hanya meliputi kegiatan
pengembangan perpustakaan berbasis inklusi sosial pada DPAD provinsi
Jambi.
7
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Pengertian Strategi
Strategi merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan,
dalam pengembangannya konsep mengenai strategi harus terus memiliki
perkembangan dan setiap orang mempunyai pendapat atau definisi yang
berbeda mengenai strategi. Strategi adalah sarana bersama dengan tujuan
jangka panjang yang hendak dicapai.12 Strategi adalah rencana berkala
besar, dengan orientasi masa depan, guna berinteraksi dengan kondisi
persaingan untuk mencapai tujuan.13
Dari definisi tersebut penulis menyimpulkan bahwa pengertian
strategi adalah hal-hal yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya. Atau sebuah pendekatan yang sangat
berkaitan dengan adanya pelaksanaan suatu perencanaan dalam suatu
aktivitas yang berada dalam kurun waktu tertentu. Untuk mendapatkan
strategi yang baik tentu saja dibutuhkannya koordinasi atau tim kerja serta
mempunyai tema untuk dapat melakukan identifikasi terhadap faktor
pendukung yang memiliki kesesuaian dengan prinsip.
B. Pengertian Perpustakaan
Perpustakaan adalah sebuah ruangan, bagian sebuah gedung,
ataupun gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku dan
terbitan lainnya yang biasa disimpan menurut tata susunan tertentu untuk
digunakan pembaca, bukan untuk dijual. Atau suatu unit kerja yang
subtansinya merupakan sumber informasi yang setiap saat dapat
digunakan oleh pengguna jasa layanan.14
12 Hartati Mega, Nur and Achmad Kuncoro, Analisis Strategi Bisnis Pada PT Abadi
Samudera Indonesia (Undergraduate Thesis, Binus, 2014), hal. 9 13 Hartati Mega, Nur and Achmad Kuncoro, Analisis Strategi Bisnis Pada PT Abadi
Samudera Indonesia 14 Wiji Suwarno, Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaa:Sebuah Pendekatan Praktis, hal. 11
8
Perpustakaan merupakan sebuah ruangan, bagian sebuah gedung,
ataupun gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku dan
terbitan lainnya yang biasanya disimpan menurut tata susunan tertentu
untuk digunakan pembaca, bukan untuk dijual.15
1. Perpustakaan Umum
Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang diperuntukkan
bagi masyarakat luas sebagai sarana pembelajaran sepanjang hayat
tanpa membedakan umur, jenis kelamin, suku, ras, agama, dan status
sosial.16 Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang
diselenggarakan oleh dana umum dengan tujuan melayani umum.17
Perpustakaan umum merupakan perpustakaan yang menampung
atau menghimpun dan menyebarkan segala macam informasi kepada
masyarakat luas semua tingkatan tanpa terkecuali. Tidak dibatasi pada
lokasi dan masyarakat tertentu saja seperti pada jenis perpustakaan
lainnya, tetapi luas tak terbatas dan beragam. Walaupun kurang
mendalam bidang koleksinya perpustakaan umum tujuannya melayani
kebutuhan masyarakat akan informasi secara menyeluruh di suatu
daerah tertentu tanpa memisah-misahkan stratifikasinya di masyarakat.
Hal ini berarti lokasi perpustakaan umum beragam sesuai dengan
heterogennya masyarakat yang dilayaninya baik usia, pendidikan,
pekerjaan (mata pencarian), fisik, ras dan sebagainya.18
2. Tujuan Perpustakaan Umum
Perpustakaan umum mempunyai empat tujuan utama seperti
tercantum dalam menifesto Perpustakaan umum:
15 Dian sinaga, Perpustakaan Umum di Indonesia Sebagai Agen Perubahan Sosial (Jurnal
Sosiohumaniora, Vol. 6, No. 1, Maret 2004 ), hal. 79 16 Undang-undang No.43 tahun 2007 Tentang Perpustakaan, hal. 261 17 Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan (Jakarta, Gramedia,1991), hal. 46 18 Dian sinaga, Perpustakaan Umum di Indonesia Sebagai Agen Perubahan Sosial, hal. 80
9
a. Memberikan kesempatan bagi umum untuk membaca bahan
pustaka yang dapat membantu meningkatkan mereka ke arah
kehidupan yang lebih baik. Peningkatan ini bukan hanya pada
segi ekonominya tapi juga kehidupan moral dan spiritual
masyarakat.
b. Menyediakan sumber informasi yang cepat, tepat dan murah
bagi masyarakat. Terutama informasi mengenai topik yang
berguna bagi mereka dan yang sedang hangat dalam kalangan
masyarakat. Sumber informasi yang seperti ini biasanya berupa
bukan panduan “kerja sendiri” do it your self yang diseleksi
sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kepentingan
masyarakat setempat yang dilayaninya untuk melakukan usaha
yang dapat manambah penghasilan tambahan (income
generating) atau dapat membuka lapangan kerja (employment
generating).
c. Membantu warga untuk mengembangkan kemampuan yang
dimilikinya sehingga yang bersangkutan akan bermanfaat bagi
masyarakat sekitar-nya, sejauh kemampuan tersebut dapat
dikembanghkan dengan bantuan bahan pustaka. Tujuan ini
berkaitan dengan fungsi edukatif dari umum yaitu melalui
koleksinya, masyarakat setempat memperoleh pendidikan
berkesinambungan atau pendidikan seumur hidup (life long
education).
d. Bertindak selaku agen kultural, artinya umum merupakan pusat
utama kehidupan budaya bagi masyarakat sekitarnya. Umum
bertugas menumbuhkan apresiasi budaya masyarakat
sekitarnya dengan cara menyelenggarakan pameran budaya.
Ceramah, Pemutaran film, dan penyedia informasi yang dapat
meningkatkan keikutsertaan Kegemaran dan apresiasi
masyarakat terhadap segala bentuk seni budaya. Perpustakaan
10
umum harus selektif dalam memilih sumber informasi yang
akan disajikan koleksi, jangan sampai sumber inforami tersebut
menimbulkan dampak budaya yang negatif bagi masyarakat
yang dilayaninya.19
3. Fungsi Perpustakaan Umum
Pada umumnya perpustakaan umum memiliki fungsi yaitu:
a. Pusat informasi: menyediakan informasi yang dibutuhkan
masyarakat pemakai
b. Persepsi Kebudayaan: menyimpan dan menyediakan tulisan-
tulisan tentang kebudayaan masa lampau, kini dan sebagai
pengembangan kebudayaan dimasa yang akan datang.
c. Pendidikan: mengembangkan dan menunjang pendidikan diluar
sekolah, universitas dan sebagai pusat kebutuhan penelitian.
d. Rekreasi: dengan bahan bahan bacaan yang bersifat hiburan
perpustakaan umum dapat digunakan oleh masyarakat pemakai
untuk mengisi waktu luang.20
C. Pengertian Inklusi Sosial
Inklusi sosial adalah upaya menempatkan martabat dan
kemandirian individu sebagai modal utama untuk mencapai kualitas hidup
yang ideal. Melalui inklusi sosial, Program peduli mendorong agar seluruh
elemen masyarakat mendapat perlakuan yang setara dan memperoleh
kesempatan yang sama sebagai warga negara, terlepas dari perbedaan
apapun. Inklusi sosial adalah sebuah pendekatan untuk membangun dan
mengembaangkan sebuah lingkungan yang semakin terbuka, mengajak
masuk dan mengikutsertakan semua orang dengan berbagai perbedaan.21
19 Dian sinaga, Perpustakaan Umum di Indonesia Sebagai Agen Perubahan Sosial, hal. 80 20 Amaliah, Upaya Pengembangan Koleksi pada Perpustakaan Umum Daerah Kota
Tanggerang ( Jakarta: Skripsi UIN Syarif Hidayatullah. 2011), Hal. 16 21 Thamrin Husni, Proses Inklusi Sosial Anak Jalanan Dampingan Kelompok Kerja Sosial
Perkotaan KKSP (Repositori Institusi USU. 2016), hal. 56
11
Inklusi membawa perubahan sederhana dan praktis dalam
kehidupan masyarakat. Sebagai bagian dari masyarakat, kita
menginginkan tinggal dalam lingkungan masyarakat yang memberikan
rasa aman dan nyaman, yang memberikan peluang untuk berkembang
sesuai minat dan bakatnya, sesuai cara belajarnya yang terbaik, yang
mengupayakan kemudahan untuk melaksanakan kewajiban dan
mendapatkan hak sebagai warga masyarakat. Jadi, masyarakat inklusi
adalah masyarakat yang terbuka dan universal serta ramah bagi semua,
yang setiap anggotanya saling mengakui keberadaan, menghargai dan
mengikutsertakan perbedaan.
Setiap warga masyarakat inklusi, baik yang memiliki perbedaan
pada umumnya maupun yang memiliki perbedaan khusus yang sangat
menonjol, punya tanggung jawab lewat perannya masing-masing dalam
mengupayakan kemudahan, agar setiap warga masyarakat secara inklusif
dapat memenuhi kebutuhannya, melaksanakan kewajibannya dan
mendapatkan haknya terhadap semua bidang kehidupan bermasyarakat
dan berbangsa.22
Inklusi sosial digunakan sebagai sebuah pendekatan untuk
membangun dan mengembangkan sebuah lingkungan yang semakin
terbuka, mengajak masuk dan mengikutsertakan semua orang dengan
berbagai perbedaan latar belakang, karakteristik, kemampuan, status,
kondisi, etnik, budaya dan lainnya. Lingkungan inklusi adalah lingkungan
sosial masyarakat yang terbuka, ramah, meniadakan hambatan dan
menyenangkan karena setiap warga masyarakat tanpa terkecuali saling
menghargai dan merangkul setiap perbedaan.23
22 Thamrin Husni, Proses Inklusi Sosial Anak Jalanan Dampingan Kelompok Kerja Sosial
Perkotaan KKSP, Hal. 14 23 Thamrin Husni, Proses Inklusi Sosial Anak Jalanan Dampingan Kelompok Kerja Sosial
Perkotaan KKSP, Hal. 15
12
Konsep inklusi sosial pertama kali muncul pada tahun 1970-an di
prancis sebagai respon terhadap krisis kesejahteraan di negara-negara
eropa, yang memiliki dampak yang meningkat pada kerugian sosial di
eropa. Konsep ini menyebar ke seluruh eropa dan inggris sepanjang tahun
1980-an dan 90-an.24
Konsep ini mendapatkan perhatian yang luas setelah dibahas pada
Konferensi Tingkat Tinggi World Summit for Social Development,
Copenhagen, Denmark, 6-12 March 1995 atau dikenal dengan
Copenhagen Declaration on Social Development. Deklarasi pembangunan
sosial ini menekankan pada konsensus program aksi baru tentang perlunya
menempatkan masyarakat di pusat pembangunan.25 Konsep inklusi sosial
merupakan pembangunan berkesejahteraan yang melibatkan masyarakat
sebagai pelaku utama dengan tujuan masyarakat yang stabil, aman, dan
adil.
D. Inklusi Sosial di Perpustakaan
Inklusi sosial di bidang perpustakaan mulai diwacanakan pada
tahun 1999 melalui dokumen Libraries for All: Social Inclusion in Public
Libraries Policy Guidance for Local Authorities in England October
1999. kunci dalam pengembangan inklusi sosial di bidang perpustakaan,
yaitu:
1. Perlunya inklusi sosial di perpustakaan umum, Perpustakaan umum
adalah titik fokus untuk penyediaan layanan informasi di masyarakat,
sehingga mereka memiliki peran penting untuk dimainkan dalam
membantu mengembangkan inklusi sosial sebagai perwujudan dari
belajar sepanjang hayat.
24Suharyanto Malawa, Model dan Konsep Transpormasi Perpustakaan Berbasis Inklusi
Sosial di Era Digital, (Konferensi Perpustakaan Digital Indonesia. 2019 ), hal. 2 25 Suharyanto Malawa, Suharyanto Malawa, Model dan Konsep Transpormasi
Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial di Era Digital, hal. 3
13
2. Kontek inklusi sosial, Pada saat yang sama masalah individu sering
terkait dengan masalah lokalitas juga keadaan pribadi. Namun proyek
pengembangan masyarakat di Inggris dan di tempat lain telah
menunjukkan bahwa kebijakan yang berhasil untuk inklusi sosial harus
mendorong orang untuk mengambil tindakan bersama pada masalah
yang mempengaruhi lingkungan mereka. Yang menjadi konteks dalam
inklusi sosial ini adalah keterlibatan masyarakat dalam pembaharuan
lingkungan.
3. Identifikasi dan hambatan keterlibatan masyarakat,
4. Kebijakan inklusi sosial, Inklusi sosial harus diarusutamakan sebagai
prioritas kebijakan untuk perpustakaan dan layanan informasi.
Pengarusutamaan berarti menempatkan prinsip di jantung pembuatan
kebijakan atau pengembangan layanan. Masalah inklusi sosial harus
mendukung semua aspek penyediaan perpustakaan. Ini berlaku di mana
layanan ditingkatkan, dan ketika ada tekanan untuk mengurangi
layanan perpustakaan. Perpustakaan umum dan layanan informasi harus
tersedia dan dapat diakses oleh semua orang. Untuk membantu
mewujudkan tujuan ini, perpustakaan harus memberikan layanan
kepada kelompok warga tertentu, seperti orang lanjut usia dan orang
cacat, untuk membantu mereka mengatasi pengucilan mereka dan
memungkinkan mereka untuk lebih aktif dan terinformasi.
Perpustakaan umum menggunakan layanan perpustakaan keliling
sehingga memudahkan masyarakat untuk mendapatkan koleksi yang
dibutuhkannya.
5. Tantangan yang dihadapi perpustakaan,
a. Isu keberlanjutan dan sumber daya jangka panjang, Sumber daya
yang memadai akan diperlukan untuk mempertahankan layanan,
dan kebutuhan pertimbangan khusus untuk diberikan pada masalah
pendanaan yang berkaitan dengan penyediaan TIK dan untuk
memperluas pembukaan jam kontribusi yang lebih signifikan
14
terletak pada pengembangan jangka panjang strategi dan langkah-
langkah inklusi sosial yang berkelanjutan.
b. Kebutuhan akan perubahan budaya dalam perpustakaan,
c. Menanggapi lingkungan TIK baru, Kedatangan Era Informasi, dan
dampaknya terhadap kehidupan orang, berarti perpustakaan
memiliki peran penting dalam mengembangkan masyarakat
informasi yang inklusif secara sosial. Landasannya adalah
menyediakan akses lokal yang terjangkau ke TIK.
d. Menunjukkan manfaat dan hasil.26
1. Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial
Transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial merupakan
suatu pendekatan pelayanan perpustakaan yang berkomitmen
meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat pengguna
perpustakaan. Tujuan Kebijakan transformasi perpustakaan berbasis
inklusi sosial adalah untuk meningkatkan literasi informasi berbasis
TIK, dan untuk meningkatkan kualitas hidup serta kesejahteraan
masyarakat memperkuat peran dan fungsi perpustakaan, agar tidak
hanya sekadar tempat penyimpanan dan peminjaman buku, tapi
menjadi wahana pembelajaran sepanjang hayat dan pemberdayaan
masyarakat. Perpustakaan berbasis inklusi sosial merupakan
Perpustakaan yang memfasilitasi masyarakat dalam mengembangkan
potensinya dengan melihat keragaman budaya, kemauan untuk
menerima perubahan, serta menawarkan kesempatan berusaha,
melindungi dan memperjuangkan budaya dan Hak Azasi Manusia.
Sesuai dengan tujuan SDGs.27
26 Libraries for All: Social Inclusion in Public Libraries Policy Guidance for Local Authorities
in England October 1999 (Departemen for Culture, Media and sport, Gov. UK), hal. 7 30 Riki Arianto, Https://Dipersip.Riau.Go.Id/Post/Transformasi-Perpustakaan-Berbasis-
Inklusi-Sosial-Dan-Sdgs diakses pada 28Juli2019pukul17.33
15
Seperti disebutkan sebelumnya, bahwa Transformasi
perpustakaan berbasis inklusi sosial merupakan wujud perpustakaan
sebagai pembelajaran sepanjang hayat. Dimana perpustakaan bukan
hanya sebagai pusat sumber informasi tetapi lebih dari itu sebagai
tempat mentrasformasikan diri sebagai pusat sosial budaya dengan
memberdayakankan dan mendemokratisasi masyarakat dan komunitas
lokal, dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Transformasi tersebut dapat diwujudkan dalam beberapa
peran, yaitu:
a. Perpustakaan sebagai pusat ilmu pengetahuan, pusat kegiatan
masyarakat dan pusat kebudayaan.
b. Perpustakaan dirancang lebih berdayaguna bagi masyarakat.
c. Perpustakaan menjadi wadah untuk menentukan solusi dari
permasalahan kehidupan masyarakat.
d. Perpustakaan memfasilitasi masyarakat untuk mengembangkan
potensi yang dimiliki.28
2. Tujuan Kebijakan Transformasi
Tujuan kebijakan transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial
adalah:
a. Meningkatkan literasi informasi berbasis TIK
Di era digital saat ini perpustakaan digital sangatlah mendukung
transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial. Dengan adanya
perkembangan dalam dunia digital saat ini maka perpustakaan
tidak lagi hanya sekedar tempat sekumpulan buku-buku yang
dijajarkan, lebih dari itu perpustakaan saat ini dituntut untuk
menyediakan juga koleksi koleksinya dalam bentuk digital,
mengelola dan memberikan layanan umum dan bersamaan ke
masyarakat. Sehingga penyebarluasan ilmu pengetahuan akan
semakin merata dan dapat mengsejahterakan masyarakat. Dimana
28 Suharyanto Malawa, Model dan Konsep Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi
Sosialdi Era Digital, hal. 4
16
perkembangan perpustakaan harus mengikuti perkembangan
teknologi, informasi dan komunikasi. Praktik pengelolaan
perpustakaan yang semula dilakukan secara konvensional
kini sudah beralih ke bentuk digital.
b. Meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat
c. Memperkuat peran dan fungsi perpustakaan, Agar tidak hanya
sekedar tempat penyimpanan dan peminjaman buku, tapi menjadi
wahana pembelajaran sepanjang hayat dan pemberdayaan
masyarakat.29
Modernitas media informasi pada era informasi telah
melahirkan berbagai inovasi baru di bidang perpustakaan dan
informasi antara lain menghasilkan berbagai inovasi perpustakaan
digital. Kehadiran teknologi informasi dan komunikasi dibidang
perpustakaan menghasilkan percepatan dan ketepatan dalam
membangun layanan perpustakaan. Kecanggihan teknologi tersebut
meliputi sistem automasi perpustakaan, sistem perpustakaan
digital, sistem jaringan perpustakaan digital, sistem basis data
elektronik dan internet. Dalam implikasi di masyarakat bahwa
kemajuan teknologi informasi memunculkan generasi net (net
generation) maupun digital native pada masyarakat informasi.30
Kompleksitas peran perpustakaan digital sebagai sarana
pendidikan, informasi, budaya dan sarana mencerdaskan bangsa
maka memandang perlu mengembangkan perpustakaan digital
dalam membangun aksesibilitas informasi masyarakat berbasis
pada budaya masyarakat. Pandangan diatas juga diperjelas bahwa
pandangan Ranganathan yang diperkirakan masih relevan abad 21
memberikan inspirasi bahwa perpustakaan mampu menyesuaikan
29 Suharyanto Malawa, Model dan Konsep Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi
Sosialdi Era Digital 30 Hartono, Strategi Pengembangan Perpustakaan Digital dalam Membangun
Aksebilitas Informasi (Jurnal Perpustakaan Vol.8 No.1 Tahun 2017), hal. 76
17
diri tumbuh dan berkembang sebagai organisasi yang tumbuh
pada ekologi global era digital. Bentuk akrobatiknya perpustakaan
dalam konteks Ranganathan mampu mengembangkan koleksi
digital, mengorganisasi informasi, preservasi digital serta
mendesiminasikan informasi kepada masyarakat umum.31
Pada dasarnya perpustakaan digital sama saja dengan
perpustakaan biasa, perbedaanya adalah perpustakaan
konvensional menggunakan koleksi berbasis tercetak sedangkan
perpustakaan digital memakai prosedur kerja berbasis komputer
dan sumber daya digital. Secara definitif bahwa perpustakaan
digital adalah perpustakaan yang mengelola semua atau sebagian
yang substansi dari koleksi-koleksinya dalam bentuk komputerisasi
sebagai bentuk alternatif, suplemen atau pelengkap terhadap
cetakan konvensional dalam bentuk mikro material yang saat
didominasi koleksi perpustakaan.32
Dalam pengembangan perpustakaan digital masalah budaya
berkaitan dengan aksesibilitas informasi. Aksesibilitas informasi
memberikan kemudahan akses bagi masyarakat dari masa
kemasa. Dalam pengembangan perpustakaan digital masalah
budaya, aksesibilitas informasi berhubungan dengan masyarakat
informasi. Bagi masyarakat yang memiliki kebiasaan dan terbiasa
menggunakan teknologi akan lebih mudah mendapatkan informasi
dengan mudah, cepat dan akurat. Kehandalan aksesibilitas
informasi secara lambat laun akan membangun aksesibilitas
informasi.33
Dalam dinamika pengembangan perpustakaan digital tidak
saja terkonsentrasi pada masalah implementasi teknologi, masalah
31 Hartono. Strategi Pengembangan Perpustakaan Digital dalam Membangun
Aksebilitas Informasi, hal. 76 32 Hartono. Strategi Pengembangan Perpustakaan Digital dalam Membangun
Aksebilitas Informasi, hal. 77 33 Hartono. Strategi Pengembangan Perpustakaan Digital dalam Membangun
Aksebilitas Informasi, hal. 89
18
aspek manajemen, hukum dan keragaman budaya (multicultural)
menjadikan faktor penting dalam pengembangan perpustakaan
digital dalam membangun aksesibilitas informasi. Perpustakaan
harus mengalami metamorfosa membangun layanan perpustakaan
berbasis teknologi informasi kedalam era informasi. Pada akhirnya
nantinya bahwa pengembangan perpustakaan digital dituntut
membangun aksesibilitas informasi dan mendesiminasi
pengetahuan menuju masyarakat informasi. Masyarakat informasi
merupakan keadaan masyarakat dimana kualitas hidupnya, prospek
perubahan sosial dan pembangunan ekonominya bergantung pada
peningkatan informasi dan pemanfaatnya.34
Bila masyarakat sudah menyadari dan merasakan secara
langsung manfaat layanan perpustakaan bagi kehidupannya, maka
dengan sendirinya tingkat kegemaran membaca akan meningkat.
Tingkat pemberdayaan perpustakaan yang tinggi merupakan wujud
dari kemampuan literasi masyarakat suatu negara.
d. Model pengembangan perpustakaan berbasis inklusi sosial
Dalam kontek perpustakaan berbasis inklusi sosial jelaslah
bahwa perpustakaan digital harus memperkuat layanan
perpustakaan berbasis inklusi sosial, diawali dengan penyediaan
koleksi dalam bentuk digital, dikelola dan dapat diakses secara
bersamaan dan berjenjang dalam suatu sistem otomasi
perpustakaan.
Model pengembangan perpustakaan berbasis inklusi sosial
perlu dikembangkan di era digital melalui sepuluh jalur:
1) Koleksi digital
Perpustakaan harus siap untuk koleksi “digital plus”,
termasuk didalamnya produk yang born digital dan kemudian
diproduksi sebagai aneka produk, cetak maupun non cetak.
34 Hartono. Strategi Pengembangan Perpustakaan Digital dalam Membangun
Aksebilitas Informasi, hal. 89
19
2) Jaringan
Harus ada jaringan yang berskala luas agar dapat
digunakan secara meluas pula. Jaringan antar perpustakaan
amat penting. Bukan hanya antar perpustakaan, tetapi juga
dengan berbagai isntutusi serupa, seperti museum, pusat arsip,
pusat-pusat kebudayaan, dan lain sebagainya.
3) Layanan sesuai kebutuhan masyarakat
Harus ada pemahaman ulang yang komprehensif tentang
layanan yang sesuai kebutuhan masyarakat, sehingga
kedekatan dan aliansi dengan komunikasi lokal menjadi seseuai
yang mutlak.
4) Ruang fisik
Perpustakaan tetap memerlukan ruangan fisik, terutama
untuk kesan terbuka secara demokratis, walau pun juga
menyediakan fasilitas ruang maya.
5) Layanan umum
Perpustakaan harus tetap mengutamakan layanan yang
berdasarkan “kepentingan umum”.
6) Kerjasama
Kerjasama dengan pengarang dan penerbit menjadi
semakin penting.
7) Labolatorium
Perpustakaan harus neyediakan ruang-ruang co-
production facilities, semacam laboratorium bertemunya orang-
orang yang seminat.
8) Pustakawan
Pustakawan dan ahli-ahli teknologi informasi semakin
perlu bekerjaa sama.
9) Pelestarian
Pelestarian pengetahuan juga memerluka kerjasama.
10) Dana
20
Harus ada dana cukup untuk melakukan transformasi dan
adaptasi perpustakaan, tidak hanya terhadap perubahan
teknologi, namun terlebih-lebih dalam perubahan tatanan
sosial-budaya masyarakat yang dilayani.35
Kesepuluh jalur tersebut dapat diadaptasi dalam
pengembangan perpustakaan berbasis inklusi sosial. Mulai dari
pengembangan koleksi, pengolahan, dan layanan perpustakaan
yang didasari oleh perkembangan teknologi, informasi dan
komuniasi sehinga dapat dikases secara umum dan Bersama-
sama oleh masyarakat sehingga pada dapat menambah
pengetahuan masyarakat dan berdampak dalam peneningkatan
kesejahteraan masyarakat.
E. Masyarakat Literat
Seseorang dikatakan literet apabila orang tersebut sudah mampu
memahami sesuatu disebabkan oleh orang tersebut membaca informasi
yang tepat dan melakukan sesuatu berdasarkan pemahamannya terhadap
isi bacaan tersebut.36 Literasi informasi merupakan suatu keterampilan
yang sangat penting untuk dikuasai, terutama di era globalisasi saat ini.
Orang yang melek informasi adalah orang yang mampu menyadari kapan
informasi diperlukan dan bahkan juga mempunyai kemampuan untuk
menemukan, mengevaluasi, dan menggunakan informasi tersebut secara
efektif. Literasi informasi juga merupakan pra-syarat dalam masyarakat
informasi dan merupakan hak azazi manusia untuk belajar sepanjang
hayat.37
35 Suharyanto Malawa, Model dan Konsep Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi
Sosial, hal. 6 36 Jaka Warsihna, Meningkatkan Literasi Membaca dan Menulis dengan Teknologi
Informasi dan Komunikasi, (Jurnal Kwangsan, Vol. 4 No. 2, Edisi Desember 2016), hal. 68 37 Atikah Syamsi, Penguatan Literasi Informasi Berbasis Perpustakaan Bagi Peningkatan
Mutu Akademik Mahasiswa PGMI IAIN Cirebon (Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar Vol.2, No. 2 Agustus 2016), hal. 27
21
F. Studi Relevan
1. Setelah melakukan penelusuran terhadap judul penelitian, peneliti
menemukan penelitian yang hampir serupa dengan yang peneliti
lakukan hanya saja terdapat perbedaan objek penelitiannya, penelitian
dilakukan oleh Rani Auliawati Rahman, Dadang Sugiana, dan H.
Rohanda Universitas Padjajaran 2019. Penelitian tersebut berjudul
“Strategi Sukses Transformasi Perpustakaan Desa Berbasis Inklusi
Sosial untuk Masyarakat Sejahtera (Studi Pada Perpustakaan Desa
Gampingan Gemar Membaca Malang)”. Penelitian dilakukan melalui
pendekatan kualitatif naratif. Adapun rumusan masalahnya yaitu
(1)Mengapa perpustakaan ini didirikan dan dikembangkan oleh
masyarakat dan pemerintah desa dan (2) Bagaimana strategi yang telah
diterapkan oleh pengurus perpustakaan desa Gampingan Gemar
Membaca sehingga dapat berkontribusi bagi pembangunan desa dan
pemberdayaan masyarakat?. Pengumpulan data melalui observasi,
wawancara, dokumen dan kepustakaan, dengan narasumber dalam
penelitian ini adalah Kepala Perpustakaan Desa Gampingan Gemar
Membaca. Adapun persamaan penelitian ini yaitu pada rumusan
masalah kedua. Peneliti sama-sama tertarik untuk mengetahui lebih
jauh mengenai Strategi dalam pengembangan perpustakaan berbasis
inklusi sosial. Adapun perbedaan yaitu objek penelitiannya
perpustakaan umum dan perpustakaan desa. Dalam penelitian yang
peneliti lakukan di Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi
Jambi selain untuk mengetahui strategi pengembangan perpustakaan
berbasis inklusi sosial, peneliti juga Membahas apa saja kendala dan
upaya yang dilakukan DPAD provinsi Jambi dalam pengembangan
perpustakaan berbasis inklusi sosial. penelitian ini dilakukan
menggunakan metode kualitatif deskriptif.
2. Efektifitas program “perpuseru” dalam mengembangkan perpustakaan
berbasis inklusi social di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan kota
Lubuk Linggau Skripsi Dwi Aprillita UIN Raden Fatah Palembang
22
2019. Penelitiana ini bertujuan untuk mengetahui evektifitas program
perpuseru dalam mengembangkan perpustakaan berbasis inklusi social
di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan kota Lubuklinggau dan apa saja
kendala dalam pengembangan perpustakaan berbasis inklusi sosial di
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan kota Lubuklinggau. Jenis penelitian
ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, dimana teknik
pengumpulan data yang dilakukan yaitu observasi, wawancara dengan
15 informan. Sedangkan, teknik analisis data yang dilakukan yaitu,
mereduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan. Hasil
penelitian yang diperoleh yaitu program perpuseru dalam
mengembangkan perpustakaan berbasis inklusi sosial di Dinas
Perpustakaan dan Kearsipan kota Lubuklinggau sudah bisa dikatakan
efektif karena ketepatan sasaran program sudah tercapai dan sudah
sesuai dengan sasaran yang tepat, sosialisasi program sudah sangat
efektif, tujuan program sudah sesuai dengan apa yang diinginkan dan
pengawasan pada program sudah dilaksanakan. Sedangkan yang
menjadi kendala dalam penelitian ini yaitu keterbatasan anggaran yang
diberikan untuk melaksanakan program perpuseru dalam
mengembangkan perpustakaan berbasis inklusi sosial sehingga
terkadang sulit untuk melaksanakan program-program layanan
perpustakaan seperti program perpuseru dalam mengembangkan
perpustakaan berbasis inklusi social di Dinas Perpustakaan dan
Kearsipan kota Lubuklinggau ini terutama untuk menjadi pusat belajar
bagi masyarakat. Adapun persamaan dari penelitian ini yaitu untuk
mengetahui apasaja kendala dalam pengembangan perpustakaan
berbasis inklusi sosial, penelitian dilakukan dengan pendekatan
deskriptif kualitatif.
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan pendekatan penelitian
Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian merupakan cara
yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya.38
metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di lingkungan Dinas Perpustakaan dan
Arsip Daerah Provinsi Jambi yang beralamat di Jalan Rd. Poerboyo
Kolopaking No.56 Telanai pura, Jambi. Telp & Fax 074161310.
C. Subjek penelitian
Subjek penelitian adalah individu, benda atau organisme yang
dijadikan sumber informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data
penelitian. Dalam keseluruhan penelitian yang menjadi subjek penelitian
adalah Kepala Seksi Bidang Pembinaan Pengembangan dan Pembudayaan
Kegemaran Membaca, Kepada Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah
Provinsi Jambi dan Pustakawan Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah
Provinsi Jambi yang telah direkomendasikan.
Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan “Purposive
Sampling” yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan
pertimbangan tertentu, misalnya orang tersebut paling tahu tentang apa
yang diharapkan.
Setelah peneliti terjun kelapangan, peneliti menetapkan informan
kunci (key Informan) yaitu orang yang dianggap dapat memberikan
38 Sugiono, Metode Peneltian Kuantitatif,Kualitatif Dan R & D (Bandung: Elfabeta 2007),
hal. 3
23
informasi tentang siapa-siapa saja yang dianggap punya
kompetensi dan kapasitas dalam memberikan informasi yang peneliti
butuhkan.
Peneliti mengkategorikan informan kunci adalah Kepala Dinas
Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi. Selaku Kepala Dinas
diharapkan dapat memberikan keluasan serta rekomendasi pustakawan
yang kompeten dan dapat memberikan informasi-informasi yang
dibutuhkan oleh peneliti.
D. Objek penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi objek peneleitiannya adalah
Dinas Perpustakaan dan Arsip Darah Provinsi Jambi.
E. Jenis dan Sumber data
1. Jenis Data
a. Data primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan, diolah dan
disajikan dari sumber utama.39 Karena penelitian ini berbentuk
kualitatif maka data primer diperoleh dengan cara wawancara dan
observasi. Dalam hal ini peneliti mencari dan mengumpulkan data
yang berkenaan langsung berkaitan dengan pokok permasalahan
dalam penelitian ini.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang tidak didapat langsung dari
sumber utama, melainkan lewat orang atau lewat dokumen.40
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah subyek dari mana data
diperoleh. Apabila peneliti menggunakakn wawancara dalam
pengumpulan datanya, maka sumber data tersebut disebut responden,
yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan
39 Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif. (Bandung,Alfaabert,2010), hal. 308 40 Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, hal. 309
24
peneliti baik tertulis maupun lisan. Adapun yang menjadi sumber data
dalam penelitian ini meliputi:
a. Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi
b. Kepala Seksi Bidang Pembinaan, Pengembangan Perpustakaan
dan Pembudayaan kegemaran Membaca
c. Pustakawan
F. Teknik Analisis data
Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber,
dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam
(Trianggulasi) dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh.41
Dalam penelitian kualitatif analisis data yang terbaik dilakukan
sejak awal penelitian (ongoing). Peneliti tidak boleh menunggu data
lengkap terkumpul dan kemudian menganalisisnya. Peneliti sejak awal
membaca dan menganalisis data yang terkumpul baik berupa transkip
interview, catatan lapangan, dokumen, atau material lainnya secara kritis
analisis sembari melakukan uji kreadibilitas maupun pemeriksaan
keabsahan data secara kuntinu. Peneliti kualitatif jangan sekali-kali
membiarkan data nya menumpuk dan kemudian baru dilakukan analisis
data.42
Analisis data kualitatif deskriptif adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil pengamatan
(observasi), wawancara, catatan lapangan, dan studi dokumentasi dengan
cara mengorganisasikan data ke dalam kategori menjabarkan dalam unit-
unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang
penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga
mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Setelah data
diperoleh melalui hasil wawancara dokumentasi, dan observasi maka
41 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R & D (Bandung,
Alfabeta,2010), hal. 243 42 Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan Penelitian Gabungan
(jakarta: kencana,2014), hal. 400
25
Tujuannya untuk menemukan makna dari setiap data yang terkumpul,
adapun tahap-tahap dalam menganalisis data adalah:
1. Reduksi data
Reduksi data diartikan sebagai proses merangkum, memilih hal-
hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting. Pada penelitian ini,
peneliti mereduksi data mengenai bagaimana strategi pengembangan
perpustakaan berbasis inklusi sosial dalam upaya mewujudkan
masyarakat literet di DPAD Provinsi Jambi.
2. Penyajian data
Penyajian data biasanya digunakan dalam bentuk teks naratif.
Data yang penulis dapat tidak mungkin penulis paparkan secara
keseluruhan, untuk itu, dalam penyajian data yang diperoleh dapat
menjelaskan atau menjawab masalah yang diteliti.
3. Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan dilakukan agar data-data yang telah
dianalisis dan diberikan penafsiran atau interprestasi tersebut
mempunyai makna untuk kemudian dapat disusun menjadi kalimat-
kalimat deskriptif yang dapat dipahami oleh orang lain.43 Dalam
penarikan kesimpulan penulis melakukan verifikasi atau pengambilan
keputusan dari data yang telah dikumpulkan dalam bentuk narasi dari
informan. Sehingga peneliti mendapatkan jawaban atas masalah yang
telah diangkat.
G. Metode pengumpulan data
1. Observasi
Metode observasi diartikan sebagai pengamatan dan
pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek
penelitian.44 Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap
objek tempat terjadi peristiwa. Sehingga observasi bersama objek yang
43 Cholid Narbuko dan Abu Achmad, Metode Penelitian.(Jakarta:Bumi Aksara. 2012),
hal. 240 44 Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif hal.64
26
diselidiki. Objek observasi tidak hanya terbatas pada orang , tetapi juga
objek-objek alam lainnya.45
Kunci keberhasilan observasi sebagai teknik pengumpulan data
sangat banyak ditentukan pengamat sendiri, sebab pengamat melihat,
mendengar, mencium atau mendengarkan suatu objek penelitian dan
kemudian ia menyimpulkan dari apa yang diamati itu. Pengamat
adalah kunci keberhasilan dan ketepatan hasil penelitian ialah yang
memberi makna tentang apa yang memberi makna tentang apa yang
diamatinya dalam realitas dan dalam konteks yang alami (natural
setting), dialah yang bertanya dia pulalah yang melihat bagaimana
hubungan antara satu aspek dengan aspek yang lain pada objek yang
diamatinya.46
2. Wawancara
Wawancara atau interview adalah pertemuan dua orang untuk
bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu.47 Wawancara
digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari informasi yang lebih mendalam. Teknik ini
mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self- refort,
atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan keyakinan pribadi.48
Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara terstruktur. Wawancara terstruktur adalah wawancara yang
pewawancaranya menetapkan sendiri masalah pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan. Pokok-pokok yang menjadi dasar pertanyaan diatur
45 Narbuko cholid, dan Achmadi Abu, Metode Penelitian (jakarta: Bumi Aksara,2012),
hal. 76 46 Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan Penelitian Gabungan, hal.
384 47 Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, hal. 317 48 Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, hal.317
27
sangat terstruktur, wawancara ini bertujuan untuk mencari jawaban
penelitian.49
3. Dokumentasi
Metode dekumentasi merupakan metode yang tidak kalah
pentingnya dari metode-metode yang lain. Metode ini mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku,
surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dll.50
Untuk memperoleh data tersebut maka peneliti lakukan dengan cara
menfotocopy, memfoto, menyalin, merekam, dan langsung print oleh
pustakawan ditempat penelitian data yang berkenaan dengan Sejarah
berdirinya DPAD Provinsi Jambi, Visi dan Misi DPAD Provinsi
Jambi, Struktur organisasi DPAD Provinsi Jambi, Foto kegiatan
DPAD Provinsi Jambi.
H. Trianggulasi data
Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data tersebut, untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Teknik
trianggulasi yang banyak digunakan adalah pemeriksaan melalui sumber-
sumber lainnya. Trianggulasi berarti membandingkan dan mengecek balik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan
alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.51
Dalam penelitian kualitatif, teknik trianggulasi dimanfaatkan
sebagai pengecekan keabsahan data yang peneliti temukan dari hasil
wawancara dengan para informan. Kemudian peneliti mengkonfirmasikan
dengan studi dokumentasi yang berhubungan dengan penelitian serta dari
hasil pengamatan yang peneliti lakukan dilapangan, sehingga kemurnian
dan keabsahan data terjamin. Berdasarkan teknik tersebut maka peneliti
49 Lexy J Moleong, Metedologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007),
hal. 190 50 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktis( Jakarta: Rineka
Cipta.2010) hal.274 51 Lexy J Moleong, Metedologi Penelitian Kualitatif, hal. 330-331
28
melakukan trianggulasi data dari semua sumber hasil observasi,
wawancara dan dokumentasi sehingga dapat dipertanggung jawabkan
keseluruhan data yang diperoleh dilapangan dalam penelitian tersebut.
28
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambar Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Berdirinya DPAD Provinsi Jambi
Sebelum diberlakukannya otonomi daerah tahun 2001, Dinas
Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi (sebelumnya bernama
Perpustakaan Nasional Provinsi Jambi) berdiri sejak tahun 1980 sesuai
dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudyaaan Republik
Indonesia Nomor 0221/a/O/1980 tanggal 2 September 1980, namun
baru berjalan pada tanggal 4 April 1981 yang merupakan Unit
Pelaksana Teknis (UPT) dari Pusat Pembinaan Perpustakaan
Departemen Pendidikan Kebudayaan dan bertanggung jawab langsung
kepada Kepala Pusat Pembinaan Perpustakaan, Direktoral Jenderal
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Pada awal berdirinya (masih bernama Perpustakaan Wilayah
Provinsi Jambi) dalam menjalankan tugas dan fungsinya menempati
salah satu gedung di dalam komplek SMA Negeri 2 Jambi, yang
beralamat di Jl. Veteran No. 169 menempati bekas perumahan guru
berukuran 95,40 m2. Pada awal berdiri, perpustakaan mempunyai
pegawai yang hanya berjumlah 6 orang dan ditunjuklah Bapak Ibrahim
Budjang, SH sebagai Kepala, Bapak Surul Hendry D sebagai
Bendaharawan serta dibantu oleh HJ. Hinopifah, BBA sebagai
pemimpin proyek Pengembangan Perpustakaan Wilayah Jambi tahun
1980/1981.
Pada tanggal 15 September 1985 Perpustakaan Wilayah Jambi
dipindahkan ke lokasi gedung baru di Jl. Rd. Poerboyo Kolopaking
Telanaipura dan diresmikan pemakaiannya pada tanggal 6 Juni 1988
oleh Menteri Pendidikaan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Bapak
Prof. Dr. Fuad Hasan. Seiring dengan tuntutan dan kebutuhan
29
masyarakat yang semakin meningkat akan jasa layanan
perpustakaan, pada tanggal 6 Maret 1989 terbit Keputusan Presiden
Nomor 11 Tahun 1989 tentang Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia. Berdasarkan Kepres tersebut Perpustakaan Nasional
(Perpusnas) merupakan Lembaga Pemerintah Non Departemen
(LPND) yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab langsung
kepada Presiden Republik Indonesia. Disebutkan dalam kepres bahwa
Perpustakaan Nasional RI merupakan wadah integrasi Perpustakan
Nasional RI, pusat pembinaan perpustakaan dan 26 perpustakaan
wilayah Depdikbud diseluruh Indonesia.
Perpustakaan Nasional memiliki satuan organisasi yang
bernama Perpustakaan Daerah yang berkedudukan di masing-masing
Ibukota Provinsi yang bertanggung jawab langsung Kepala
Perpustakaan Nasional RI dan dalam pelaksaan tugas dan fungsinya
dengan memperhatikan petunjuk Gubernur. Sejak Kepres Nomor 11
tahun 1989 inilah nama Perpustakaan Wilayah Jambi berubah menjadi
“Perpustakaan Daerah Jambi”.
Perubahan nama tidak sampai disitu saja, pada tahun 1997
Perpustakaan Nasional mengalami perubahan cukup besar di
lingkungannya, yaitu adanya perluasan struktur satuan organisasi yang
berada di daerah yang ditetapkan melalui Keppres Nomor 50 Tahun
1997 tentang Perpustakaan Nasional RI, dimana Perpustakaan
Nasional Provinsi (sebelumnya perpustakaan daerah) disejajarkan
dengan Lembaga Non Pemerintah lainnya serta Departemen yang
berada di wilayah provinsi. Berdasarkan Keppres Nomor 50 Tahun
1997 inilah Perpustakaan Daerah Jambi berubah nama menjadi
“Perpustakaan Nasional Provinsi Jambi”.
Pembentukan Lembaga Kearsipan Provinsi Jambi pada
hakekatnya merupakan implementasi dari amanat Undang-undang
No.7 Tahun 1971 tentang Ketentuan-ketentuan pokok kearsipan
melalui Perda No.6 Tahun 1996 dibentuklah “Kantor Arsip Daerah
30
Provinsi Jambi” dan berdasarkan Peraturan Pemerintah No.41 tahun
2007 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah. Embrio
terbentuknya Kantor Arsip Daerah Provinsi Jambi adalah Subbag
Arsip dan Ekspedisi, bagian Tata Usaha Umum dan Arsip, Biro Umum
pada Sekretariat Wilayah Daerah Provinsi Jambi, dengan tingkat
kewenangan setingkat dengan Eselon V.
Sejak diberlakukannya otonomi daerah, yakni sejak
diserahkannya Aset P3D (pendanaan,prasarana, dan dokumen)
Perpustakaan Nasional Provinsi Jambi dari Pemerintah Pusat kepada
Pemerintah Provinsi Jambi pada tanggal 22 Maret 2001, maka seluruh
aset Perpustakaan Nasional Provinsi Jambi diserahkan kepada
Pemerintah Provinsi Jambi. Sehingga sejak bulan Mei 2001
Perpustakaan Nasional Provinsi Jambi resmi menjadi unit satuan
organisasi Pemerintah Provinsi Jambi.
Dengan terbitnya Perda Provinsi Jambi Nomor 17 Tahun 2001
tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja, maka Perpustakaan
Nasional Provinsi Jambi berubah nama menjadi “Badan Perpustakaan
Daerah Provinsi Jambi” yang merupakan Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) Pemerintah Provinsi Jambi.
Keberadaan perpustakaan saat ini menjadi begitu penting
dengan diterbitkannya Undang-undang No.43 Tahun 2007 Tentang
Perpustakaan yang menjadi payung hukum bagi segala aktifitas
perpustakaan dan seluruh elemen pendukungnya meliputi pustakawan,
geudng, koleksi, dan pemustaka.
Selanjutnya, berdasarkan Perda Provinsi Jambi No.15 tahun
2008, bahwa bergabungnya 2 institusi yaitu Badan Perpustakaan
Daerah Provinsi Jambi dengan Kantor Arsip Daerah Provinsi Jambi
menjadi “ Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (BPAD) Provinsi
Jambi.
Kemudian pada akhir tahun 2016 terbitlah Perda Provinsi
Jambi No.8 Tahun 2016 Tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat
31
Daerah Provinsi Jambi serta Pergub Jambi No.46 Tahun 2016 Tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, serta Tata Kerja
BPAD Provinsi Jambi, maka berubah nama menjadi “Dinas
Perpustakaan dan Arsip Daerah (DPAD) Provinsi Jambi” pada awal
tahun anggaran 2017.
Adapun Pejabat Dinas Perpustakaan dan Arsip daerah Provinsi
Jambi yang pernah memimpin sejak berdiri hingga sekarang sebagai
berikut:
Tabel 4.1
Nama Pejabat Kepala DPAD Provinsi Jambi52
No Nama Masa Jabatan
1 Ibrahim Budjang, SH (alm) (1981-1993)
2 Hj. Hinopifah, BBA (1993-1995)
3 Drs. Lukman Rahman (1995-1998)
4 D. Saifuddin Ishak, S.IP (1998-2000)
5 Hj. Drs. Ria Chazana (2000-2002)
6 H. Zayadi, SH (2002-2005)
7 Ripa’I, SH (2006-2011)
8 Drs. H. Abd Zaki, M.Si (Maret-Juli 2011 sbg PLT)
9 H. Ali Dasril, SH (2011-2012)
10 Drs. H. Edi Erizon (2012-2013)
11 Drs. H. Asvan Deswan, M.Si (2013-2016)
12 H. Syamsurizal, SE, M.Si (2016-sekarang)
52 Profil Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi Tahun 2019, hal. 7
32
2. Susunan Organisasi DPAD Provinsi Jambi
Berdasarkan Pergub No.25 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas
Pergub No.46 Tahun 2016 tentang kedudukan, susunan organisasi,
tugas dan fungsi serta tata kerja DPAD Provinsi Jambi, susunan
organisasi DPAD Provinsi Jambi terdirI dari:
a. Kepala
b. Sekretarit, terdiri dari:
1) Sub bagian umum dan kepegawaian
2) Sub Bagian Keuangan; dan
3) Sub Bagian Program
c. Bidang Deposit, Pengembangan Koleksi Layanan dan Pelestarian
Bahan Perpustakaan, terdiri dari:
1) Seksi Deposit dan Pengembangan Bahan Perpustakaan;
2) Seksi Layanan, Otomasi dan Kerjasama Perpustakaan; dan
3) Seksi Pelestarian dan Alih Media Bahan Perpustakaan
d. Bidang Pembinaan, Pengembangan Perpustakaan Pembudayaan
Kegemaran Membaca, terdiri dari:
1) Seksi Pembinaan dan Pengembangan Kelembagaan
Perpustakaan;.
2) Seksi Pembinaan dan Pengembangan Tenaga Perpustakaan
3) Seksi Pengembangan Pembudayaan Kegemaran Membaca
e. Bidang Konservasi Arsip, terdiri dari:
1) Seksi Pelayanan Arsip;
2) Seksi Pengolahan Arsip; dan
3) Seksi Akuisisi Arsip
f. Bidang Pembinaan dan Pengembangan Kearsipan, terdiri dari:
1) Seksi Pembinaan Tenaga Kearsipan;
2) Seksi Pengembangan Kearsipan; dan
3) Seksi Pelestarian Arsip
g. Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)
h. Kelompok Jabatan Fungsional
33
3. Tugas Pokok dan Fungsi DPAD Provinsi Jambi
Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi dalam
melaksanakan tugas mengacu keapada peraturan dan perundang-
undangan yang telah ditetapkan dan melaksanakan program-program
kegiatan teknis perpustakaan dan kearsipan dan tugas-tugas lain yang
langsung berada dibawah Gubernur dan bertanggung jawab kepada
Gubernur.
Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi
mempunyai tugas membantu Gubernur melaksanakan urusan
pemerintahan di bidang perpustakaan dan kearsipan yang menjadi
kewenangan daerah provinsi dan tugas pembantuan yang ditugaskan
kepada daerah provinsi sesuai dengan peraturan perundangundangan
yang berlaku. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Dinas Perpustakaan
dan Arsip Daerah Provinsi Jambi menyelenggarakan fungsi:
a. Perumusan kebijaksanaan teknis di bidang perpustakaan dan
kearsipan
b. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah di
bidang perpustakaan dan kearsipan;
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang perpustakaan dan
kearsipan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang
perpustakaan dan kearsipan;
d. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang perpustakaan dan
kearsipan.
34
4. Struktur organisasi DPAD Provinsi Jambi
Gambar 4.1
Struktur organisasi Dinas Perpustakaan dan
Arsip Daerah Provinsi Jambi53
KEPALA
KELOMPOK JABATAN SEKRETARIS
FUNGSIONAL
SUB BAGIAN UMUM SUB BAGIAN SUB BAGIAN
DAN KEPEGAWAIAN KEUANGAN PROGRAM
53 Profil Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi Tahun 2019, hal. 6
BIDANG DEPOSIT, PENGEMBANGAN
KOLEKSI LAYANAN DAN
PELESTARIAN BAHAN PERPUSTAKAAN
BIDANG PEMBINAAN,
PENGEMBANGAN
PERPUSTAKAAN DAN
PEMBUDAYAAN
KEGEMARAN MEMBACA
BIDANG
KONSERVASI ARSIP
BIDANG
PEMBINAAN DAN
PENGEMBANGAN
KEARSIPAN
SEKSI DEPOSIT DAN
PENGEMBANGAN
BAHAN PUSTAKA
SEKSI LAYANAN
OTOMASI DAN
KERJASAMA
PERPUSTAKAAN
SEKSI PELESYARIAN
BAHAN
PERPUSTAKAAN
SEKSI PEMBINAAN,
PENGEMBANGAN
KELEMBAGAAN
PERPUSTAKAAN DAN
KEGEMARAN
SEKSI PELAYANAN
ARSIP
SEKSI PEMBINAAN
KEARSIPAN
SEKSI PEMBINAAN
DAN
PENGEMBANGAN
KELEMBAGAAN
PERPUSTAKAAN
SEKSI PENGOLAHAN
ARSIP
SEKSI
PENGEMBANGAN
KEARSIPAN
SEKSIPENGEMBANG
AN PEMBUDAYAN
KEGEMARAN
MEMBACA
SEKSI AKUISISI ARSIP
SEKSI PELESTARIAN
ARSIP
35
5. Visi dan Misi DPAD Provinsi Jambi
a. Visi
Dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsi, Dinas
Perpustakaan dan Arsip daerah Provinsi Jambi harus eksis dan
unggul, konsisten dan berkelanjutan dalam meningkatkan
akuntabilitas kinerja yang berorientasi pada pencapaian hasil yang
dituangkan dalam pernyataan visi “Mewujudukan Pelayanan
Prima Dalam Bidang Perpustakaan Dan Kearsipan Yang Baik
Menuju Jambi Tuntas 2021”.
Visi diatas merupakan gambaran dan harapan yang ingin
dicapai Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi di
masa depan, yakni cita dan citra yang ingin diwujudkan dalam
membentuk masyarakat informatif dan masyarakat yang sadar
arsip.
b. Misi
Dalam rangka mendukung pencapain visi Dinas
Perpustakaan dan Arsip daerah Provinsi Jambi, maka ditetapkan
misis sebagai berikut:
1) Penyelenggaraan urusan perpustakaan dan kearsipan yang
efisien danefektif untuk mewujudkan Good Governance
2) Pengembangan sarana dan prasarana serta pemberdayaan
masyarakat dalam urusan perpustakaan dan kearsipan yang
berkualitas
3) Pengembangan Sumber Daya Manusia berbasis kompetensi
dan budaya kerja yang tinggi
4) Penyelamatan kandungan informasi dan pengembangan sistem
perpustakaan serta kearsipan daerah yang terintegrasi dengan
sistem nasional yang berbasis Teknologi Informasi (TI)
Melalui pernyataan misi tersebut diharapkan seluruh
pegawai dan pihak terkait (Customer dan Stakeholder) dapat
mengenali tugas pokok dan fungsi Dinas Perpustakaan dan
36
Arsip daerah Provinsi Jambi serta mengetahui program dan
kegiatan yang sedang akan dilaksanakan, serta hasil dan
manfaat yang akan diraih di masa yang akan datang.
6. SDM DPAD Provinsi Jambi
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Dinas
Perpustakaan dan Arsip daerah Provinsi Jambi mempunyai Sumber
Daya Manusia (SDM) berjumlah seratus dua orang pegawai (PNS)
yang terdiri dari:
Tabel4.2
Jumlah SDM DPAD Provinsi Jambi54
No Jabatan Jumlah
1 Pejabat Struktural 20 orang
2 Pejabat Fungsional 26 orang
3 Pelaksana 49 orang
4 Pegawai tidak tetap 32 orang
Jumlah 127 orang
Menurut jenjang pendidikan para pegawai, dikelompokkan atas:
Tabel 4.3
Jumlah SDM Berdasarkan Jenjang Pendidikan55
No Jenjang Pendidikan Jumlah
1 SD 1 Orang
2 SLTP 2 Orang
3 SLTA/SMK 29 Orang
4 Diploma I 13 Orang
5 Diploma II 10 Orang
54 Profil Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi Tahun 2019, hal. 16 55 Profil Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi Tahun 2019, hal.
37
6 Strata I 39 Orang
7 Strata II 8 Orang
Jumlah 102 orang
Menurut Golongan para pegawai , terdiri dari:
Tabel 4.4
Jumlah SDM Berdasarkan Golongan Pegawai56
No Golongan Jumlah
1 Golongan IV/c 1 orang
2 Golongan IV/b 5 orang
3 Golongan IV/a 5 orang
4. Golongan III/d 27 orang
5 Golongan III/c 14 orang
6 Golongan III/b 21 orang
7 Golongan III/a 8 orang
8 Golongan II/d 6 orang
9 Golongan II/c 6 orang
10 Golongan II/b 1 orang
Jumlah 94 orang
56 Profil Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi Tahun 2019, hal. 16
38
7. Pustakawan DPAD Provinsi Jambi
Berikut nama-nama pustakawan yang bekerja di Dinas
Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi:
Tabel 4.5
Nama-nama Pustakawan DPAD Provinsi Jambi57
No Nama Jabatan
1 Hasudungan Ambarita, S. Sos Pustakawan Madya
2 Mardamsyah, S. Pd Pustakawan Madya
3 Zaharman, S. Pd Pustakawan Madya
4 Irana Firlinawati, S. Pd Pustakawan Muda
5 Zunwanis, S. Pd Pustakawan Muda
6 Rahendra Sudrajat, S. Sos Pustakawan Muda
7 Ellisa, S. IP Pustakawan Muda
8 Sumiantarsih, S. IP Pustakawan Muda
9. Hj. Jasmaniar Pustakawan Penyelia
10 Atan Br. Bangun Pustakawan Penyelia
11 Arnold Lumbantoruan, A. Ma Pustakawan Penyelia
12 Fiona Florence Pustakawan Penyelia
13 Wuryani, A. Ma Pustakawan Penyelia
14 Elia Roza, A. Ma Pustakawan Penyelia
15 Mardianto, A. Ma Pustakawan Penyelia
16 Salamuddin, A. Ma Pustakawan Mahir
17 Sofiardi, A. Ma Pustakawan Mahir
18 Mike Aflisa, A. Md Pustakawan Terampil
57 Profil Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi Tahun 2019, hal. 25
39
8. Sarana dan Prasarana DPAD Provinsi Jambi
a. Gedung Perpustakaan
Pada tahun-tahun pertama berdirinya Dinas Perpustakaan
dan Arsip Daerah Provinsi Jambi, yakni dari tahun anggaran
1981/1982 sampai dengan tahun anggaran 1985/1986, menempati
gedung sementara yang berlokasi di komplek SMPN 2 Jambi di Jl.
Veteran No.169 jambi, dengan luas bangunan 95,40 m2.
Pembangunan gedung perpustakaan di Jl. RD. Poerboyo
Kolopaking Telanaipura, yang dimulai dari tahun anggaran
1982/1983, 1983/1984, 1984/1985 dan 1985/1986 dengan dana
proyek Pengembangan Perpustakaan Jambi dengan luas bangunan
1.500 m2. Berlantai tiga. Dan mulai ditempati pada tanggal 15
Desember 1985. Sedangkan peresmian pemakaiannya oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI, Prof. Dr. Fuad Hasan, dilakukan
pada tanggal 6 Juni 1988. Disamping gedung kantor, juga terdapat
bangunan rumah dinas type 70 dibangun annex dengan
pembangunan gedung lantai ke-3 tahun anggaran1985/1986.
b. Gedung Arsip
Untuk gedung arsip sendiri saat ini masih bergabung dengan
Dinas Penelitian Pengembangan Daerah (BALITBANGDA), dan
arsip memiliki depo tersendiri untuk menyimpan arsip.
c. Kendaraan
Sejak tahun 1981 hingga sekarang Dinas Perpustakaan dan
Arsip Daerah Provinsi Jambi telah memiliki 49 unit kendaraan
yang terdiri dari motor dinas, mobil dinas, mobil perpustakan
keliling dan mobil sadar arsip.
d. Koleksi Perpustakaan
40
Tahun pertama berdirinya Dinas Perpustakaan dan Arsip
Daerah Provinsi Jambi hanya mempunyai jumlah koleksi buku
sebanyak 4210 judul dengan jumlah total 8866 eksemplar. Dengan
semakin berkembangnya minat baca masyarakat dari tahun ke
tahun, koleksi Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi
Jambi juga selalu dikembangkan dengan penambahan melalui dana
rutin dan proyek, hadiah maupun pertukaran antar perpustakaan
serta serah simpan karya cetak dan karya rekam. Sampai dengan
tahun 2018 pengadaan koleksi Dinas Perpustakaan dan Arsip
Daerah Provinsi Jambi meningkat dengan pesat yakni sudah
mencapai 57.670 eksemplar. Berdasarkan hasil stock opname
koleksi Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi pada
tahun 2017, maka koleksi Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah
Provinsi Jambi setelah dikurangi dengan koleksi yang rusak berat,
dihadiahkan ke perpustakaan lain, dirotasikan ke perpustakaan desa
dan yang tidak diketemukan, maka koleksi yang ada dan siap
dilayankan berdasarkan klasifikasi sebagai berikut:
Tabel 4.6
Jumlah Eksemplar Berdasarkan Klasifikasi58
No Kelas Jumlah Eksemplar
1 Kelas 000 (Karya Umum) 3.830 eks
2 Kelas 100 (Filsafat, Psikologi) 2.100 eks
3 Kelas 200 (Agama) 5.324 eks
4 Kelas 300 (Ilmu Sosial) 4.949 eks
5 Kelas 400 (Bahasa) 2.345 eks
6 Kelas 500 (Ilmu Murni) 6.115 eks
7 Kelas 600 (Ilmu Terapan) 3.569 eks
8 Kelas 700 (Olahraga, Kesenian) 2.289 eks
58 Profil Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi Tahun 2019, hal. 13
41
9 Kelas 800 (Cerita, Kesusastraan) 4.981 eks
10 Kelas 900 (Sejarah, Geografi) 2.760 eks
Total 38.264 Eks
Berikut jumlah koleksi perpustakaan selain buku:
Tabel 4.7
Jumlah Koleksi Perpustakaan Selain Buku59
No Koleksi Jumlah
1 Koran pusat dan daerah 2.716 eks
2 Majalah hadiah 303 eks
3 Majalah rutin 203 eks
4 Majalah riset 1.447 eks
5 Jurnal 616 eks
Total 4.745 Smeplar
e. Koleksi Arsip
Hingga akhir tahun 2017, Dinas Perpustakaan dan Arsip
Daerah mempunyai koleksi arsip sebanyak 44.970 berkas, dengan
rincian:
1) Arsip In-aktif
(a) Arsip in-aktif 32.000 berkas
(b) Arsip usul musnah 3.500 berkas
2) Arsip Statis
(a) Naskah Dinas 500 berkas
(b) Statis buku 1.000 berkas
(c) Foto digital printing 1.000 berkas
(d) Foto gambar 900 berkas
59 Profil Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi Tahun 2019, hal. 14
42
(e) Peta kartografi 3.625 berkas
(f) Peta arsitektur 2.945 berkas
9. Jadwal Kunjungan Perpustakaan, Syarat Keanggotaan dan
Keadaan Pengunjung pada tahun 2019 di DPAD Provinsi Jambi
a. Jadwal Kunjungan Perpustakaan Jadwal kunjungan Dinas
Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi adalah sebagai
berikut:
1) Senin-jum’at : 08.00-16.00 WIB
2) Sabtu : 09.00-14.00 WIB
3) Minggu dan Libur Nasional tutup
b. Syarat Keanggotaan
Untuk menjadi anggota perpustakaan harus memenuhi syarat
sebagai berikut:
1) Mengisi Formulir permohonan menjadi anggota
2) Menyerahkan pas foto ukuran 3x4 sebanyak 1 lembar
3) Menyerahkan foto copy kartu pelajar atau kartu mahasiswa
(bagi pelajar dan mahasiswa)
4) Surat keterangan dari kepala dinas/instansi (bagi karyawan)
dan surat keterangan dari lurah (untuk umum)
5) Pendaftaran anggota tidak dipungut biaya (gratis)
c. Keadaan pengunjung selama tahun 2019
Keadaan pengunjung Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah
Provinsi Jambi setiap tahunnya terus meningkat. Selama tahun
2019, jumlah pengunjung mencapai 61.130 orang (s/d Desember
2019).
10. Bidang Layanan DPAD Provinsi Jambi
Bidang Layanan Perpustakaan dan Kearsipan mempunyai
tugas menyelenggarakan layanan informasi perpustakaan dan
kearsipan. Sistem layanan Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah
43
Provinsi Jambi bersifat Open Acces atau terbuka untuk umum dimana
siapapun boleh datang ke perpustakaan untuk membaca dan menjadi
anggota perpustakaan dengan memenuhi syarat-syarat tertentu yang
sudah ditetapkan, dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.
Perpustakaan tidak memungut biaya apapun dari setipa administrasi
calon anggota perpustakaan. Berikut layanan yang disediakan di Dinas
Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi:
a. Layanan Ditempat, antara lain:
1) Layanan Sirkulasi
Pelayanan ini diberikan kepada anggota perpustakaan
(dibuktikan dengan kartu anggota Dinas Perpustakaan dan Arsip
Daerah Provinsi Jambi). Setiap anggota berhak meminjam 2
(dua) buah buku dalam waktu 1 (satu) minggu, setelah itu dapat
diperpanjang kembali. Buku yang dipinjam harus dikembalikan
tepat waktu, sesuai dengan tanggal yang tertera pada Data Due
Slip.
2) Layanan Dewasa
Layanan dewasa merupakan layanan yang disediakan bagi
pemustaka yang datang ke perpustakaan untuk melakukan
beberapa kegiatan antara lain:
(a) Layanan peminjaman buku;
(b) Layanan pengembalian buku;
(c) Layanan pembuatan kartu anggota;
(d) Layanan perpanjangan kartu anggota;
(e) Layanan bebas pustaka;
(f) Layanan foto copy;
(g) Layanan internet.
3) Layanan Anak-anak
Layanan anak-anak merupakan layanan yang disediakan
bagi pemustaka anak-anak yang datang keperpustakaan untuk
melakukan beberapa bagian antara lain:
44
(a) Layanan peminjaman buku;
(b) Layanan pengembalian buku;
(c) Layanan story telling, menurut Kay Bishop dan Melanie A.
Kimball, “Story Telling is an ancient art, as old as oral
communation itself” yaitu mendongeng/ menceritakan
cerita zaman dahulu dengan komunikasi.
4) Layanan referensi /rujukan
Layanan ini memberikan sumber-sumbe rrujukan berupa:
(a) Kamus;
(b) Ensiklopedia;
(c) Bibliografi;
(d) Indeks;
(e) Abstrak;
(f) Daftar buku;
(g) Buku tahunan;
(h) Almanac;
(i) Buku pegangan;
(j) Terbitan pemerintah;
(k) Atlas dan peta;
(l) Majalah dan surat kabar.
Layanan ini bersifat tertutup yang artinya
pemustaka tidak dapat meminjam bahan rujukan untuk
dibawa pulang. Bahan rujukan hanya dibaca di ruangan di
referensi yang telah disediakan oleh Dinas Perpustakaan
dan Arsip Daerah Provinsi Jambi
b. Layanan Keluar (Ekstensi), antara lain
1) Layanan perpustakaan mobil keliling (1x dalam sebulan) dan
layanan perpustakaan motor keliling (8x dalam sebulan)
45
(a) Layanan perpustakaan mobil keliling, yaitu layanan yang
dilaksanakan ke pos-pos layanan perpustakaan keliling
dilokasi sebagai berikut:
Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lavenda;
Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Bougenville;
Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Pinang Merah;
Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Seroja Aur Duri;
Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Eka Jaya; dll
(b) Layanan Perpustakaan motor keliling, yaitu layanan yang
dilaksanakanke pesantren dan panti asuhan dalam kota jambi
di lokasi sebagai berikut:
Pesantren AL-Hidayah;
Panti Rehabilitasi DEPSOS;
Pesantren Teratai Jaya;
Panti Asuhan Asyiah;
Pesantren As’ad;
Pesantren Saadatudaren;
Madrasah Nurul Iman, dll
(c) Layanan Perpustakaan terpadu merupakan layanan
perpustakaan yang dilaksanakan bersama-sama dengan
perpustakaan yang sudah ditempat/pos-pos layanan
(d) Layanan rotasi buku merupakan layanan yang dilaksanakan
dalam rangka pengembangan dan kerjasama layanan
perpustakaan guna memenuhi kebutuhan buku-buku yang
diminati pemustaka yang berada di perpustakaan
Kabupaten/Kota se-Provinsi Jambi
11. Bidang Deposit, Pengembangan Koleksi Layanan dan Pelestarian
Bahan Perpustakaan DPAD Provinsi Jambi
Bidang deposit, pengembangan koleksi layanan dan
pelestarian bahan perpustakaan mempunyai tugas untuk membantu
46
dinas dalam rangka memimpin dan merencanakan kegiatan di bidang
deposit, pengembangan koleksi layanan dan pelestarian bahan
perpustakaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku untukmendukung pelaksanaan tugas dinas. Untuk
melaksanakan tugas tersebut, maka bidang ini menyelenggarakan
fungsi:
a. Pelaksanaan penghimpunan, penyimpanan, dan pelestarian karya
cetak dan karya rekam, penyusunan Bibliografi Daerah (BID) dan
Katalog Induk Daerah (KID) serta layanan deposit, pengembangan,
pengolahan bahan perpustakaan, verifikasi, validasi, pemasukan
data ke Data Base;
b. Layanan sirkulasi, rujukan, literasi informasi, bimbingan
pemustaka, dan layanan ekstensi (Perpustakaan keliling, pojok baca
dan sejenisnya), pengembangan teknologi, informasi, komunikasi
perpustakaan dan penyusunan literature sekunder, pengelolaan
jaringan perpustakaan dan superviseELibrary, pelaksanaan
kerjasama antar perpustakaan; dan
c. Penyimpanan dan perawatan bahan perpustakaan serta naskah
kuno, pelestarian isi dan nilai informasi bahan perpustakaan
melalui alih media, pemeliharaan serta penyimpanan master
informasi digital, dan penelusuran naskah kuno
12. Bidang Pembinaan, Pengembangan Perpustakaan dan
Pembudayaan Kegemaran Membaca DPAD Provinsi Jambi
Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi melalui
bidang pembinaan, pengembangan perpustakaan dan pembudayaan
kegemaran membaca selalu melakukan kegiatan pembinaan terhadap
sumber daya manusia, pembinaan semua jenis perpustakaan baik itu
perpustakaan umum kabupaten, kota, kecamatan, kelurahan/desa
maupun sekolah, perguruan tinggi, khusus, taman bacaan masyarakat
dan perpustakaan rumah ibadah (perpustakaan masjid, gereja, dll).
47
Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi melalui
bidang pembinaan, pengembangan perpustakaan dan pembudayaan
kegemaran membaca mempunyai tugas membantu dinas dalam rangka
memimpin dan merencanakan kegiatan di bidang pembinaan,
pengembangan perpustakaan dan pembudayaan kegemaran membaca
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk
melaksanakan tugas tersebut, bidang ini menyelenggarakan fungsi:
a. Pengembangan berbagai jenis perpustakaanm impelmentasi norma,
standar, prosedur, dan kriteria (NSPK), pendataan kelembagaan
perpustakaan, pengembangan kelembagaan perpustakaan
b. Pendataan tenaga perpustakaan, bimbingan teknis tenaga pengelola
perpustakaan dan pustakawan, pelaksanaan pembinaan
keterampilan, kesejahteraan dan karir tenaga perpustakaan serta
penilaian angka kredit pustakawan
c. Pelaksanaan survey, pengkajian dan pelaksanaan pembudayaan
kegemaran membaca, pemasyarakatan perpustakaan
13. Bidang konservasi arsip DPAD Provinsi Jambi
Arsip merupakan memori bangsa, mengandung bukti sejarah,
bahkan dapat mendidik generasi yang akan datang untuk melihat
sejauh mana keberhasilan, kegagalan, pertumbuhan dan kejayaan suatu
bangsa. Arsip sangat dibutuhkan bagi/terlihat di arsip yang tercipta
pada masa itu.
Arsip-arsip Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi
Jambi yang telahdiolah, baik arsip in-aktif maupun arsip statis dari
hasil akuisisi dan penelusuran adalah:
a. Arsip in-aktif
1) Arsip in-aktif = 32.000 berkas
2) Arsip usul musnah = 3.500 berkas
48
b. Arsip Statis
1) Naskah dinas = 500 berkas
2) Statis buku = 1.000 berkas
3) Foto digital printing = 1.000 berkas
4) Foto gambar` = 900 berkas
5) Peta kartografi = 3.625 berkas
6) Peta arsitektur = 2.945 berkas
Bidang konservasi arsip mempunyai tugas membantu dinas dalam
rangka menyelenggarakan pelayanan, pengolahan, penyimpanan, dan
akuisisi atau penelusuran arsi untuk melaksanakan tugas tersebut,
bidang ini menyelenggarakan fungsi:
1. Penyusunan bahan perumusan prosedur dan mekanisme layanan
informasi kearsipan, pelaksanaan administrasi peminjaman dan
layanan arsip serta digitalisasi arsip, pemberian layanan jasa teknis
dan fasilitasi informasi lain yang berkaitan dengan kearsipan,
pelaksanaan pengelolaan ruang layanan dan diorama kearsipan,
penyelenggaraan jaringan sistem kearsipan dan teknologi informasi
kearsipan, pelaksaan koordinasi dan konsultasi dengan instansi
terkait
2. Penyelenggaraan pengkajian serta pengolahan arsip in-aktif dan
arsip statis, penyelenggaraan koordinasi, konsultasi dan hubungan
kerja dengan pemerintah provinsi, kabupaten/kota dalam rangka
kelancaran pelaksanaan tugas, penyelenggaraan kegiatan
pengolahan arsip in-aktif dan arsip statis dari instansi pemerintah,
swasta, organisasi dan/atau peorangan/masyarakat, pelaksaan
pengolahan arsip in-aktif dan arsip statis di lembaga karsipan
daerah (LKD), pemberian konsultasi serta persetujuan dan
penyerahan arsip dan
3. Penyelenggaran kegiatan akuisisi arsip dari instansi pemerintah,
swasta, organisasi dan/ atau perorangan/ masyarakat, penyusunan
program kegiatan pelaksanaan, akuisisi arsip, penginventarisiran
49
hasil reproduksi reprografi khazanah arsip, pengeditan hasil
peliputan/ rekaman dalam bentuk jurnal atau tema tertentu,
pengambilan film/ foto yang bernilai guna. Pelaksaan penerbitan
naskah sumber daya dan penyusunan sejarah lisan
14. Bidang Pembinaan dan Pengembangan Kearsipan DPAD Provinsi
Jambi
Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi melalui
bidang pembinaan dan pengembangan kearsipan selalu melakukan
kegiatan pembinaan terhadap sumber daya manusia, pembinaan semua
jenis lembaga arsip baik itu arsip kabupaten/kota, SKPD, maupun
kelurahan/desa.
Bidang pembinaan dan pengembangan kearsipan mempunyai
tugas membantu dinas dalam rangka menyusun bahan perumusan
kebijakan teknis di bidang pembinaan dan oengembangan kearsipan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk
melaksanakan tugas tersebut, bidang ini menyelenggarakan fungsi:
1. Penyusunan bahan pengkajian kebutuhan pendidikan dan pelatihan
kearsipan serta bahan pembinaan dan petunjuk teknis tenaga
pengelola arsip dan arsiparis, pelaksanaan pembinaan, pengawasan
dan pengembangan sumber daya manusia serta menyelenggarakan
bimbingan teknis, penyuluhan, pelatihan, sosialisasi dan apresiasi
kearsipan, penyiapan bahan-bahan media penyuluhan informasi
kearsipan melalui media massa dan melaksanakan pengelolaan
penerbitan kearsipan, pembuatan pedoman modul/manual
kepengelolaan arsip dinamis dan statis, jadwal retensi arsip dan
pola klasifikasi arsip, pelaksanaan pembinaan keterampilan,
kesejahteraan dan karir tenaga pengelola arsip serta penilaian angka
kredit arsiparis, pelaksanaan hubungan kerjasama dengan instansi
terkait dan/atau masyarakat di bidang kearsipan
50
2. Pelaksanaan gerakan sadar arsip, perencanaan dan melaksanakan
kegiatan pengembangan kearsipan dan penyelenggaraan
transformasi/alih media digital, penciptaan dan pendataan tenaga
arsiparis, serta penilaian angka kredit jabatan fungsional arsiparis
3. Pelaksanaan kerja sama bidang perawatan dan teknis penyimpanan
arsip, penyelamatan fisik dan informasi khasanah arsip baik karya
cetak maupun karya rekam melalui transformasi/alih media ke
bentuk mikro dan reproduksi foto/naskah dinas, alih media digital
dan transmedia ke kaset, CD dan alat teknologi tanformasi lain.60
60 Profil Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi Tahun 2019, hal. 1-34
51
B. Hasil dan Pembahasan
1. Strategi Pengembangan Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial di Dinas
Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi
Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi
merupakan perpustakaan umum yang ada di Provinsi Jambi. Sebagai
Perpustakaan umum sudah seharusnya mengikuti perkembangan
zaman. Saat ini perpustakaan umum sedang menggalakkan
transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial.
Pengembangan perpustakaan berbasis inklusi sosial di Dinas
Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi dilakukan dengan
beberapa strategi yaitu:
a. Peran Aktif Pustakawan
Pustakawan adalah salah satu profesi yang dapat
mempengaruhi masa depan bangsa. Pustakawan bertugas untuk
membimbing dan mengajarkan pemustaka dalam hal mencari
bahan bacaan yang sedang dibutuhkan, termasuk membimbing
pemustaka agar bisa lebih baik dalam memilih buku. Bahkan juga
bukan hanya untuk mendapatkan buku yang dibutuhkan tetapi
untuk memperoleh subyek lain yang ada korelasi buku dengan
buku yang dibutuhkan.
Berikut hasil Wawancara dengan salah satu pustakawan
Madya di lingkungan Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah
Provinsi Jambi, beliau menuturkan:
“Pustakawan harus ikut terlibat dan harus menyesuaikan
dengan perkembangan zaman, untuk membangun layanan
yang berbasis inklusi sosial, maka pustakawan harus
memiliki atau menguasai informasi dan teknologi untuk
membantu orang dipedesaan yang kurang gemar dalam
membaca buku. Peran pustakawan sangat stategis karena
pustakawan sebagai ujung tombak dari pelayanan
52
masyarakat. Jadi sudah seharusnya bertransformasi sesuai
dengan perkembangan teknologi informasi. Kemudian kita
juga melihat sekarang ini zaman nya praktis dan aksi yang
nyata harus langsung mendapat manfaat di masyarakat
bukan hanya sekedar informasi sehingga mereka bisa
langsung mendapatkan hasil yang nyata dari kegiatan
transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial karena
kegiatannya melibatkan masyarakat.61
Senada pula dengan keterangan seorang Pustakawan Muda
di lingkungan Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi
Jambi, beliau menuturkan:
“Dalam transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial
pustakawan harus ikut terlibat. Pustakawan berperan
sebagai fasilitator. Beberapa dampak yang dirasakan dari
program ini sangat terlihat di kabupaten dan desa binaan
dari transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial ini.
Karena kabepaten/kota dan desa merupakan penggiat dari
program transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial
ini”.62
Peneliti juga melakukan wawancara dengan Kepala Seksi
Bidang Pembinaan, Pengembangan Perpustakaan dan Pembudaan
Kegemaran Membaca, beliau metuturkan:
“Pustakawan diminta peran aktifnya dalam meningkatkan
kegemaran membaca masyarakat, meningkatkan
keterampilan masyarakat dan turut serta meningkatkan
kesejahteraaan masyarakat. Keterampilan masyarakat
diperoleh dari kegemaran membaca. Kebutuhan membaca
masyarakat disesuaikan dengan local content. Dari
keaktifan membaca akan memunculkan keterampilan
ditambah lagi dengan workshop-workshop yang digelar
berkelanjutan. Sehingga dari hasil keterampilan yang
menghasilkan, dapat memperbaiki tingkat kesejahteraan
masyarakat.63
61 Wawancara dengan Pustakawan Madya DPAD Provinsi Jambi tanggal 8 Januari 2020 62 Wawancara dengan Pustakawan Muda DPAD Provinsi Jambi tanggal 8 Januari 2020 63 Wawancara dengan Kepala Seksi bidang Pembinaan, pengembangan perpustakaan
dan pembudayaan kegemaran membaca DPAD Provinsi Jambi tanggal 8 januari 2020
53
Dari hasil wawancara dengan para informan diatas dapat
diketahui bahwa kegiatan transformasi perpustakaaan berbasis
inklusi sosial ini melibatkan peran pustakawan didalamnya.
Pustakawan harus berperan aktif dalam meningkatkan minat baca
masyarakat, karena tujuan diadakannya program transformasi
perpustakaan berbasis inklusi sosial ini yaitu untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat yang diperoleh dari membaca.
Seharusnya seluruh pustakawan di Dinas Perpustakaan dan
Arsip Daerah Provinsi Jambi ikut terlibat dalam kegiatan
transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial ini. Tetapi pada
kenyataannya hanya terdapat dua pustakawan yang mengikuti
kegiatan dalam pelatihan perpustakaan berbasis inklusi sosial di
Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi. salah satu
yang menjadi penyebabnya adalah anggaran dana. Pustakawan
adalah jantungnya perpustakaan jadi sudah seharusnya seluruh
pustakawan terutama di Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah
Provinsi Jambi bertransformasi.
b. Mengeluarkan Regulasi Kebijakan dan Pembentukan Tim Sinergi
Regulasi kebijakan merupakan instrumen penting dalam
pembentukan, penyelenggaraan, pengelolaan serta pengembangan
perpustakaan. Pengembangan perpustakaan harus mencapai
berbagai aspek perpustakaan, baik teknis dalam penyelenggaraan
perpustakaan maupun regulasi perpustakaan itu sendiri.
Wawancara dengan Kepala Seksi Bidang Pembinaan,
Pengembangan Perpustakaan dan Pembudayaan Kegemaran
Membaca:
“Regulasi kebijakan dibuat untuk memperjelas program
transpormasi perpustakaan berbasis inklusi sosial ke
kabupaten dan desa. Regulasi kebijakan dibuat oleh Dinas
Perpusakaan dan Arsip Daerah Provinsi dan ditanda tangani
54
oleh Gubernur. Regulasi kebijakan ini bisa berubah
tergantung kebutuhan, setelah dilakukannya implementasi
dan jika dirasakan ada kalimat yang harus ditambah ataupun
dirubah dalam regulasi.64
Tujuan di buatnya regulasi kebijakan tentang transformasi
perpustakaan berbasis inklusi sosial yaitu untuk memperjelas
program transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial. Dinas
Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi mengeluarkan
Regulasi Kebijakan berupa SK Gubernur tentang tim sinergi
transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial.
Selain membuat kebijakakan tentang tim sinergi, Dinas
Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi selanjutnya juga
akan membuat draf peraturan gubernur tentang transformasi
perpustakaan berbasis inklusi sosial dan surat edaran ke bupati
untuk penggunaan dana desa dalam pengembangan perpustakaan
desa.
Tim sinergi provinsi merupakan tim lintas sektor dari
berbagai pemangku kepentingan yang berkedudukan di
pemerintahan tingkat provinsi. Tim sinergi provinsi adalah salah
satu komponen pendukung transformasi perpustakaan yang sangat
penting. Secara umum peranan tim sinergi provinsi adalah sebagai
motor penggerak keberlanjutan dan pengembangan program
revitalisasi perpustakaan umum melalui transformasi perpustakaan
berbasis inklusi sosial.
Berikut penuturan dari Kepala Seksi Bidang Pembinaan,
Pengembangan Perpustakaan dan Pembudayaan Kegemaran
Membaca mengenai Tim Sinergi:
64 Wawancara dengan Kepala Seksi bidang Pembinaan, pengembangan perpustakaan
dan pembudayaan kegemaran membaca DPAD Provinsi Jambi tanggal 8 januari 2020
55
“Tim sinergi merupakan moto penggerak ekosistem, di
dalam kegiatannya, tim sinergi tidak bisa berdiri sendiri
sehingga perlu mengembangkan sinerginya melalui
kerjasama dengan berbagai pihak seperti sektor swasta,
forum perguruan tinggi, forum komunitas, kadin, media dan
yang terpenting adalah unsur instansi pemerintah lain
seperti Bappeda (badan perencanaan pembangunan daerah)
dan BPMPD (Badan pemberdayaan masyarakat dan
pemerintah desa). Untuk keanggotaan tim sinergi, Provinsi
jambi memiliki 13 anggota. Terbentuknya tim sinergi
provinsi merupakan suatu langkah awal untuk mendukung
berjalannya ekosistem pendukung keberlanjutan
peningkatan kesejahteraan masyarakat daerah melalui
transformasi perpustakaan. Keberadaan tim sinergi perlu
diperkuat dengan legalitas yang diakui oleh pemerintah
provinsi dan menjadi dasar hukum bagi operasional tim
sinergi dalam melaksanakan kegiatannya, seperti SK
Gubernur”.65
Berikut tanggapan dari Kepala Dinas Perpustakaan dan
Arsip Daerah Provinsi Jambi:
“Tim sinergi ini gunanya untuk mengsinergikan program
transformasi yang sudah di berikan oleh pusat. Untuk
mengetahui apakan kegiatan transformasi itu berjalan atau
tidak. Jika tidak berjalan maka Dinas Perpustakaan dan
Arsip Daerah Provinsi wajib mencari tahu apa yang
menjadi kendalanya.66
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan informan
diatas dapat diketahui bahwa pembuatan tim sinergi Provinsi
merupakan salah satu strategi yang dilakukan Dinas Perpustakaan
dan Arsip Daerah Provinsi Jambi dalam mengembangkan
perpustakaan yang berbasis inklusi sosial, tim sinergi ini gunanya
untuk mengsinergikan program transformasi yang sudah di berikan
oleh pusat dan untuk mengetahui apakan kegiatan transformasi itu
berjalan atau tidak.
65 Wawancara dengan Kepala Seksi bidang Pembinaan, pengembangan perpustakaan
dan pembudayaan kegemaran membaca DPAD Provinsi Jambi tanggal 8 januari 2020 66 Wawancara dengan Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi
tanggal 3 Februari 2020
56
c. Pertemuan Pemangku Kepentingan (Stakeholder Meeting)
Stakeholder Meeting transformasi perpustakaan berbasis
inklusi sosial ini merupakan kegiatan mempertemukan para
stakeholder baik di tingkat provinsi, kabupaten dan pihak swasta
lainnya dengan misi literasi untuk kesejahteraan masyarakat.
Tujuan dari pelaksanaan Stakeholder Meeting ini adalah untuk
membangun kesadaran tentang pentingnya pengembangan
perpustakaan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Selain itu untuk membangun dukungan dan komitmen dari
Stakeholder untuk pengembangan perpustakaan berbasis inklusi
sosial, Juga untuk menyusun rencana sinergi yang berkelanjutan
antar stakeholder untuk mendukung pengembangan berkelanjutan.
Kegiatan ini dilakukan untuk mencari dukungan atau sponsor dari
para stakeholder .
Kegiatan ini diikuti oleh peserta dari berbagai stakeholder
diantaranya, Bappeda Provinsi Jambi, Dinas P3AP2 Provinsi
Jambi, Dinas Komimfo Provinsi Jambi, Dinas Koperasi dan
UMKM Provinsi Jambi, Tim penggerak PKK Provinsi Jambi, Tim
sinergi provinsi, Unsur Perguruan tinggi, media massa, lembaga
non pemerintah, Dinas perpustakaan kabupaten/kota, perwakilan
pengelola perpustakaan desa dan kepala desa penerima manfaat
program serta perwakilan inpact/ dampak (orang yang berubah
hidupnya karena mendapatkan manfaat dari layanan perpustakaan).
Wawancara dengan Kepala Seksi Bidang Pembinaan,
Pengembangan Perpustakaan dan Pembudayaan Kegemaran
Membaca:
“Kegiatan Stakeholder Meeting ini dilakukan 1 sampai 2
kali dalam setahun sesuai dengan anggaran yang ada,
tujuan diadakannya kegiatan stakeholder Meeting ini yaitu
untuk menyamakan persepsi antar stakeholder untuk
57
mendukung kegiatan transformasi perpustakaan berbasis
inklusi sosial. Selain untuk menyamakan persepsi program
juga bertujuan untuk mendapatkan dukungan.67
Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi
Jambi menuturkan bahwa:
“Perpustakaan sebagai tempat untuk membaca harus
bertransformasi menjadi tempat yang menumbuhkan nilai
ekonomi, menjadi pusat pengetahuan, sentral informasi dan
kreativitas masyarakat. Stakeholder Meeting ini diadakan
dengan tujuan terciptanya persamaan persepsi antar para
stakeholder, dan juga bentuk dukungan yang diberikan oleh
pihak-pihak terkait dengan tujuan meningkatkan
pengetahuan dan kesejahteraan masyarakat.68
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan informan
diatas dapat diketahui bahwa kegiatan Stakeholder Meeting ini
adalah kegiatan yang dilakukan untuk menyamakan persepsi antar
stakholder dan untuk mendapatkan dukungan atau lebih tepatnya
sponsor serta dapat menjalin kerjasama untuk mengembangkan
program kedepannya.
d. Melauncing Aplikasi Ipustaka Jambi
Teknologi informasi telah menjadi fasilitas pendukung
yang sangat penting bagi berbagai sektor kehidupan dan
memberikan pengaruh besar bagi perubahan-perubahan yang
mendasar pada struktur operasi dan manajemen organisasi,
pendidikan, dan penelitian.
Untuk meningkatkan minat baca Dinas Perpustakaan dan
Arsip Daerah Provinsi melakukan dengan berbagai cara, salah satu
nya yaitu melaksanakan perpustakaan berbasis digital. Era revolusi
67 Wawancara dengan Kepala seksi bidang pembinaan, pengembangan perpustakaan
dan pembudayaan kegemaran membaca tanggal 21 januari 2020 68 Wawancara dengan Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi
tanggal 3 Februari 2020
58
4.0 saat ini mengharuskan perpustakaan melakukan transformasi.
Selain untuk meningkatkan minat baca dan mengikuti
perkembangan zaman, Ipustaka Jambi ini juga menjadi salah satu
strategi yang dilakukakan Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah
Provinsi Jambi untuk mengembangkan perpustakaan berbasis
inklusi sosial dan TIK.
Berikut Paparan dari Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip
Daerah Provinsi Jambi mengenai Ipustaka Jambi:
“Ipustaka jambi di launching pada bulan September 2019
bertepatan dengan hari kunjung perpustakaan nasional.
Aplikasi Ipustaka Jambi ini dibuat dengan tujuan untuk
memudahkan pemustaka dalam mencari informasi, dengan
adanya aplikasi ini diharapkan agar minat baca masyarakat
meningkat, karena dengan membaca masyarakat bisa
mengembangkan bahan bacaannya untuk menciptakan
kesejahteraan masyarakat. Selain itu Ipustaka Jambi dibuat
untuk mengikuti perkembangan zaman. Buku adalah
jendela dunia dan membaca adalah kuncinya. Saat ini
berbagai macam informasi tersedia secara gratis dan online.
Hal ini tentunya sangat memudahkan bagi masyarakat
untuk mendapatkan informasi secara mudah dan cepat.69
Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan diatas,
dapat diketahui bahwa Ipustaka Jambi bertujuan untuk
meningkatkan minat baca dan mengikuti perkembangan zaman,
selain itu Ipustaka Jambi ini juga menjadi salah satu strategi yang
dilakukakan Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi
dalam mengembangkan perpustakaan berbasis inklusi sosial dan
TIK.
Ipustaka Jambi diluncurkan untuk memenuhi kebutuhan
informasi masyarakat Jambi tanpa harus datang ke perpustakaan.
Untuk dapat mengakses dan menggunakan Ipustaka Jambi secara
69 Wawancara dengan Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi
tanggal 3 Februari 2020
59
utuh maka pemustaka harus mendaftar terlebih dahulu. Pendaftaran
tidak mengharuskan atau dilakukan verifikasi tertentu, sehingga
masyarakat yang tidak memiliki KTP Jambi pun tetap bisa
mengakses ipustaka Jambi. Keuntungan menjadi anggota iPuataka
Jambi antara lain dapat meminjam koleksi yang ada di aplikasi
Ipustaka Jambi. Peminjaman buku melalui Ipustaka dilakukan
secara mandiri dan automatis melalui menu collection. Anggota
bisa meminjam buku maksimal 2 judul dalam satu waktu, dengan
durasi peminjaman selama 1 minggu. Setelah 1 minggu maka
secara otomatis buku yang kita pinjam tidak dapat diakses, kecuali
kita meminjamnya kembali.
Mengembangkan layanan perpustakaan berbasis online
melalui aplikasi sebenarnya jika dipandang dari sisi ekonomis juga
lebih menguntungkan. Biaya pengembangan aplikasi memang
membutuhkan dana besar namun jika dipandang dari sudut
investasi akan menjadi lebih murah, karena biaya tersebut hanya
dikeluarkan besar ketika awal. Sedangkan untuk operasional jauh
lebih murah dari biaya pengembangannya.
Hal ini sesuai dengan teori tentang tujuan kebijakan
transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial yaitu
meningkatkan literasi informasi berbasis TIK. Di era digital saat ini
perpustakaan digital sangatlah mendukung transformasi
perpustakaan berbasis inklusi sosial. Dengan adanya
perkembangan dalam dunia digital saat ini maka perpustakaan
tidak lagi hanya sekedar tempat sekumpulan buku-buku yang
dijajarkan, lebih dari itu perpustakaan saat ini dituntut untuk
menyediakan juga koleksi koleksinya dalam bentuk digital,
mengelola dan memberikan layanan umum dan bersamaan ke
masyarakat. Sehingga penyebarluasan ilmu pengetahuan akan
semakin merata dan dapat mengsejahterakan masyarakat. Dimana
60
perkembangan perpustakaan harus mengikuti perkembangan
teknologi, informasi dan komunikasi. Praktik pengelolaan
perpustakaan yang semula dilakukan secara konvensional
kini sudah beralih ke bentuk digital.
e. Peer Learning Meeting
Pelaksanaan Peer Learning Meeting ini bertujuan untuk
memfasilitasi proses saling belajar dan berbagi pengalaman antar
perpustakaan. Serta memotivasi dan membangun kepercayaan diri
peserta untuk terus melaksanakan rencana kerja transformasi
perpustakaan kabupaten maupun desa, memperkuat proses
mentoring dan minitoring perpustakaan.
Wawancara dengan Kepala Bidang Seksi Pembinaan,
Pengembangan Perpustakaan dan Pembudayaan Kegemaran
Membaca:
“Tujuannya untuk belajar bersama, yang diundang dalam
PLM ini yaitu dari kepala desa, tenaga pengelola dan infek,
yaitu orang yang memang merasakan langsung dampak dari
kegiatan ini. Ibu Sartika merupakan salah satu masyarakat
yang merasakan infek dari transformasi perpustakaan
berbasis inklusi sosial. Ia bekerja paruh waktu sebagai
petugas kantor di kantor Desa Karya Harapan Mukti,
Kabupaten Bungo. Selesai menjalankan tugasnya, tidak
jarang ibu sartika berkunjung ke perpustakaan Desa Karya
Harapan Mukti. Suatu hari, ibu sartika menemukan buku
tentang bank sampah kemudian memutuskan untuk
membaca dan mempelajarinya. Ia pun tertarik membuka
usaha bank sampah untuk menambah pendapatan
keluarganya. Tapi bingung bagaimana cara memulainya.
Bermodal pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh di
perpustakaan desa ditambah pinjaman dari Badan Usaha
Milik Dusun (BIMDUS). Bu Sartika memulai usaha bank
sampah “Mekar Wangi” . Dengan kegigihannya, bank
sampahnya mulai melihatkan kemajuan. Bu Sartika sudah
bisa menikmati keuntungan bersih sebesar Rp.500.000 dari
penjualan sebagian sampah yang dikumpulkan dan
memiliki 32 pelanggan rumah tangga yang menyetorkan
61
sampah secara rutin ke bank sampah miliknya. Dari
pengalaman buk sartika kita mendapatkan pemahaman
bahwa perpustakaan desa memiliki potensi dalam
mengembangkan kewirausahaan di lingkungan desa,
dengan menjadi masyarakat yang literet dan difalititasi oleh
BUMDUS dapat membuka peluang dan harapan bagi ibu
sartika untuk menggapai impiannya. Kebetulan kemarin
yang kami undang itu dari Kabupaten Bungo dan
Batanghari. Jadi mereka itu berkumpul di jambi dalam
acara Peer Learning Meeting (PLM) untuk menjelaskan
kemajuan kemajuan mereka, misalnya di kabupaten Bungo
ada kegiatan membuat bank sampah, sedangkan di
kabupaten Batanghari tidak ada. Kegiatan di bungo tersebut
berhasil jadi batanghari bisa belajar dengan bungo untuk
membuat bank sampah”. Setiap desa yang melakukan
transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial atau yang
merasakan infect langsung dari transformasi ini Seperti
pada Desa Bukit Harapan Mersam Kabupaten Batanghari
mereka berhasil membuat tas dari tali kur yang sudah di
inport ke luar kota. Desa Mukti Harapan ini pernah
mendapatkan penghargaan dan juara harapan pada Kegiatan
Peer Learning Meeting tingkat Nasional yang di laksanakan
di Surabaya. Selain itu mereka juga berhasil membuat jamu.
Dalam hal pelibatan masyarakat Perpustakaan ini
melakukan pelatihan yang dilakukan di perpustakaan Desa
dengan sumbernya yaitu buku-buku di perpustakaan
contohnya seperti pelatihan cara beternak ayam bangkok.
Kegiatan dilakukan dengan mengumpulkan warga untuk
bersama-sama belajar dalam kegiatan tersebut. Sembari
melakukan dokumentasi secara online untuk dikirim ke
pusat sebagai bukti terlaksanya kegiatan transformasi
perpustakaan berbasis inklusi sosial.70
Berikut keterangan dari Kepala Dinas Perpustakaan dan
Arsip Daerah Provinsi Jambi:
“Tujuan di adakannya kegiatan Peer Learning Meeting ini
yaitu untuk belajar bersama . Dengan adanya kegiatan ini
diharapkan bisa mendorong terciptanya inovasi dan
kreatifitas yang positif dan produktif sehingga bisa
70 Wawancara dengan Kepala seksi bidang pembinaan, pengembangan perpustakaan
dan pembudayaan kegemaran membaca tanggal 21 januari 2020
62
memperkuat peran perpustakaan dalam meningkatkan
sumber daya manusia.71
Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan diatas,
dapat diketahui bahwa tujuan diadakannya kegiatan Peer Learning
Meeting ini adalah untuk belajar bersama, bertukar pengalaman
antar perpustakaan, memotivasi dan membangun kepercayaan diri
untuk melaksanakan rencana kerja transformasi perpustakaan
berbasis inklusi sosial.
Perpustakaan harus lebih proaktif memfasilitasi hal-hal
yang dibutuhkan masyarakat, menjadi pusat sumber informasi dan
pusat berkegiatan masyarakat yang saling terkoneksi, berbagi
pengetahuan, pengalaman, dan belajar berbagai keterampilan, serta
saling belajar dalam mendorong kesempatan berinovasi, berkreasi
dan produktif. Melalui Peer Learning Meeting, transformasi
perpustakaan berbasis inklusi sosial diharapkan dapat mempercepat
terwujudnya masyarakat literet yang sejahtera, dan memiliki daya
saing tinggi.
Jika dihubungkan temuan dengan teori maka dapat
diperoleh hasil bahwa kegiatan Peer Learning Meeting dapat
meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat.
Perpustakaan memfasilitasi masyarakat dalam mengembangkan
potensinya, Hal ini dapat diperoleh dari infect yang dirasakan oleh
orang-orang yang mau bertransformasi dan menjadikan
perpustakaan sebagai wahana pembelajaran sepanjang hayat. Bila
masyarakat sudah menyadari dan merasakan secara langsung
manfaat layanan perpustakaan bagi kehidupannya, maka dengan
sendirinya tingkat kegemaran membaca akan meningkat dan
menjadikannya masyarakat yang literet.
71 Wawancara dengan Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi
tanggal 3 Februari 2020
63
Dari hasil pembahasan diatas dapat diketahui bahwa
terdapat beberapa Strategi yang dilakukan Dinas Perpustakaan dan
Arsip Darah Provinsi Jambi dalam Mengembangkan Perpustakaan
Berbasis Inklusi Sosial yaitu Peran Aktif Pustakawan, Menetapkan
Regulasi Kebijakan dan penetapan Tim Sinergi, Melakukan
Pertemuan Pemangku Kepentingan (Stakeholder Meeting),
Launcing Ipustaka Jambi dan melakukan kegiatan Peer Learning
Meetini. Hal ini dilakukan agar program transformasi perpustakaan
berbasis inklusi sosial dapat berkembang dan berdampak positif di
masyarakat.
2. Kendala Pengembangan Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial Dalam
Upaya Mewujudkan Masyarakat Literet di Dinas Perpustakaaan dan
Arsip Daerah Provinsi Jambi
a. Keterbatasan Anggaran Dana
Anggaran dana merupakan sebuah hal yang perlu disiapkan
dalam sebuah organisasi atau institusi agar dapat menampung
kegiatan-kegiatan yang akan dilaksnakan. Perpustakaan merupakan
lembaga yang tumbuh dan berkembang baik dalam arti koleksi,
jasa maupun manusianya. Setiap perpustakaan tentunya
memerlukan anggaran yang besar untuk membiayai semua
keperluan operasional, staf serta penambahan koleksi perpustakaan.
Berikut penuturan dari Kepala Seksi Bidang Pembinaan,
Pengembangan Perpustakaan dan Pembudayaan Kegemaran
Membaca Mengenai Kendala Dalam Pengembangan Perpustakaan:
“Faktor kendala yang dihadapi disini seperti Anggaran,
Sebagai VIC atau penanggung jawab program, ketika
terjadi kendala di desa maka Dinas Perputakaan dan Arsip
Daerah Provinsi harus melakukan mentoring atau
pendampingan ke desa. Sedangkan jarak ke desa cukup
jauh sehingga membutuhkan dana lebih. Anggaran adalah
64
unsur utama untuk menjalankan perpustakaan, tanpa
anggaran perpustakaan tidak mungkin dapat dikelola dan
dioperasionalkan dengan sempurna, meskipun sistemnya
bagus dan pustakawannya bermutu. Pada tahun 2018 akhir
semua difasilitasi oleh pusat sehingga Dinas Perpustakaan
tidak bisa melakukan kegiatan karena anggaran sudah
berjalan. Di tahun 2019 Dinas Perpustakaan tidak bisa
melakukan reflikasi karena anggaran sudah ditentukan dari
pusat sehingga hanya bisa memanfaatkan anggaran yang
ada dan maksimalkan untuk pengembangan program.
Ketika ada pendampingan dari pusat untuk berkunjung
maka Dinas perpustakaan akan mendampingi semaksimal
mungkin, misalnya mereka ada sampai 10 kali kunjungan ,
maka Dinas Perpustakaan hanya bisa mendampingi 5-6 kali
saja karena anggaran yang tidak tercover. ”72
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan diatas,
dapat diketahui bahwa anggaran dana merupakan suatu hal yang
sangat penting dalam pengembangan perpustakaan. Karena Setiap
perpustakaan tentunya memerlukan anggaran yang besar untuk
membiayai semua keperluan operasional, staf serta penambahan
koleksi perpustakaan.
b. Jaringan internet
Sebelum menjalankan program transformasi perpustakaan
berbasis inklusi sosial para pihat terkait harus berkomitmen untuk
menyediakan jaringan internet, hal ini dilakukan untuk
mempermudah pihak yang terkait melaporkan kegiatan nya secara
online kepada Perpustakaan Nasional.
Adapun implementasi transpormasi perpustakaan berbasis
inklusi sosial ini telah dilakukan di Dinas Perpustakaan dan Arsip
Daerah Provinsi Jambi sejak tahun 2018. Terhapat 4 kabupaten dan
20 desa yang sudah mengimplementasikan transformasi
perpustakaan berbasis inklusi sosial yaitu:
72 Wawancara dengan Kepala seksi bidang pembinaan, pengembangan perpustakaan
dan pembudayaan kegemaran membaca tanggal 21 januari 2020
65
1) Kabupaten Batanghari
(a) Desa Penerokan
(b) Desa Suka Ramai
(c) Desa Muaro Singoan
(d) Desa Aro
(e) Desa Bukit Harapan
2) Kabupaten Bungo
(a) Desa Embaceng Gedeng
(b) Desa Pelayang
(c) Desa Lubuk Niur
(d) Desa Karya Harapan Mukti
(e) Desa Sungai Arang
3) Kabupaten Sarolangun
(a) Desa Perdamaian
(b) Desa Sungai Gedang
(c) Desa Bernai Dalam
(d) Desa Samaran
(e) Desa Gunung Mudo
4) Kabupaten Tanjung Jabung Barat
(a) Desa Delima
(b) Desa Bukit Indah
66
(c) Desa Semau
(d) Desa Dataran Kempas
(e) Desa Terjun Gajah
Masing-masing dari kabupaten dan desa tersebut telah
merasakan infect dari kegiatan transformasi perpustakaan berbasis
inklusi sosial untuk kesejahteraan masyarakat. Disamping itu
terdapat pula beberapa kendala dilapangan seperti kapasitas
jaringan internet yang lambat sehingga menyebabkan kendala
dalam hal pelaporan dokumentasi kegiatan di desa untuk
dilaporkan ke pusat.
Berikut Penuturan dari Kepala Seksi Bidang Pembinaan,
Pengembangan Perpustakaan dan Pembudayaan Kegemaran
Membaca:
“Transformasi perpustakaaan berbasis inklusi sosial ini
mengharuskan setiap anggotanya untuk berkomitmen
menyediakan jaringan internet. Dalam hal ini seluruh desa
yang akan bertransformasi harus membuat tower. Dinas
Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi juga
melakukan sosialisasi dan mentoring ke desa binaan dari
program transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui apasaja kendala yang
dihadapi di lapangan. Dengan adanya tower tentu akan
memudahkan masyarakat utuk mengakses informasi lebih
luas lagi, serta mempermudah melakukan pelaporan
kegiatan secara online ke pusat.73
Berdasarkan penuturan dari informan diatas dapat diketahui
bahwa jaringan internet merupakan salah salah satu syarat dalam
penetapan perpustakaan desa yang bertransformasi menjadi
perpustakaan yang berbasis inklusi sosial, tujuannya yaitu untuk
memudahkan pelaporan kegiatan perpustakaan ke pusat.
73 Wawancara dengan Kepala seksi bidang pembinaan, pengembangan perpustakaan
dan pembudayaan kegemaran membaca tanggal 21 januari 2020
67
Dari hasil penuturan diatas dapat diketahui bahwa terdapat
beberapa kendala yang di hadapi DPAD Provinsi Jambi dalam
mengembangkan perpustakaan berbasis inklusi sosial. yaitu
anggaran dana dan jaringan internet. Hal ini disebabkan karena
anggaran dana sudah ditentukan oleh pusat sehingga hanya bisa
memanfaatkan anggaran yang ada. Jaringan internet ini bertujuan
untuk memudahkan masyarakat dalam mengakses informasi yang
lebih luas lagi serta untuk memudahkan pelaporan kegiatan
perpustakaan ke pusat secara online.
3. Upaya yang dilakukan Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi
Jambi dalam mengatasi kendala tersebut.
a. Melakukan kerjasama
Kerjasama pada intinya menunjukkan adanya kesepakatan
antara dua orang atau lebih yang saling menguntungkan. Dinas
Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi menjalin kerja
sama dengan Komisi I DPRD Provinsi Jambi. Dinas Perpustkaan
dan Arsip Daerah Provinsi Jambi juga melakukan kerjasama
dengan berbagai pihak tingkat provinsi, kabupaten dan swasta.
Selain itu transformasi perpustakaan berbasis inklusi ini juga
melibatkan Komunitas.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya mengenai
kegiatan Stakeholder Meeting merupakan salah satu strategi Dinas
Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi dalam
mengembangkan perpustakaan berbasis inklusi sosial. Tujuannya
yaitu untuk mendapatkan dukungan dan menjalin kerjasama antara
perpustakaan dengan para Stakeholder.
68
Wawancara dengan Kepala Seksi Bidang Pembinaan,
Pengembangan Perpustakaan dan Pembudayaan Kegemaran
Membaca:
“kerjasama pada dasarnya dilakukan untuk mendapatkan
bantuan ataupun dukungan dari pihak lain dengan tujuan
bersama yang akan dicapai. Dalam hal ini Dinas
Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi melakukan
kegiatan Stakeholder Meeting yang dihadiri oleh pihak
dari provinsi, kabupaten maupun swasta, diantaranya yaitu
Bappeda Provinsi Jambi, Dinas P3AP2 Provinsi Jambi,
Dinas Komimfo Provinsi Jambi, Dinas Koperasi dan
UMKM Provinsi Jambi, Tim penggerak PKK Provinsi
Jambi, Tim sinergi provinsi, Unsur Perguruan tinggi,
media massa, lembaga non pemerintah, Dinas
perpustakaan kabupaten/kota. kegiatan ini dilakukan untuk
menyamakan persepsi antar Stakeholder. Selain itu Dinas
Perpustakaan juga menggandeng perusahaan-perusahaan
yang ada di lingkungan kawasan perpustakaan yang
berbasis inklusi sosial contohnya seperti Petrocina yang
terletak di Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Petrocina
berkontribusi dalam pembangunan daerah, salah satu
bidang pendidikan. Petrocina memberikan bantuan kepada
perpustakaan tanjung jabung barat berupa mobil untuk
perpustakaan keliling, dan anggaran untuk melakukan
workshop mendongeng.74
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan diatas dapat
diketahui bahwa salah satu Upaya yang dilakukan Dinas
Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi dalam mengatasi
kendala pengembangan perpustakaan berbasis inklusi sosial yaitu
dengan melakukan kerjasama. Kerjasama yang dilakukan meliputi
berbagai pihak dari tingkat provinsi, kabupaten dan swasta.
b. Memanfaatkan anggaran yang ada secara optimal
Anggaran adalah permasalahan yang sampai saat ini selalu
menjadi alasan tidak dapat berkembangnya sebuah perpustakaan.
Dengan adanya program prioritas nasional dan pedoman
74 Wawancara dengan Kepala seksi bidang pembinaan, pengembangan perpustakaan
dan pembudayaan kegemaran membaca tanggal 21 januari 2020
69
penyusunan APBD tahun 2020 diharapkan setiap pemerintah
daerah provinsi dan kabupaten/kota dapat merencanakan program
kegiatan perpustakaan pada tahun 2020.
Dana alokasi khusus (DAK) Perpustakaan digunakan untuk
mendukung kegiatan prioritas penguatan literasi untuk
kesejahteraan, melalui kebijakan transformasi perpustakaan
berbasis inklusi sosial. Anggaran dana perpustakaan digunakan
untuk:
1. pembangunan gedung layanan perpustakaan daerah meliputi
(a) Pembangunan gedung layanan baru perpustakaan provinsi,
kabupaten dan desa.
(b) Renovasi gedung layanan perpustakaan provinsi,
kabupaten dan desa
(c) Pengembangan perpustakaan desa
2. Pengembangan koleksi bahan pustaka (termasuk koleksi
digital)
3. Pengembangan TIK perpustakaan
Berikut penuturan dari Kepala seksi Bidang Pembinaan,
Pengembangan Perpustakaan dan Pembudayaan Kegemaran
Membaca di Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi
Jambi:
“Upaya yang dilakukan Dinas Perpustakaan dan Arsip
Daerah Provinsi Jambi dalam mengatasi kendala
pengembangan perpustakaan salah satunya yaitu dengan
Memanfaatkan anggaran yang ada secara optimal.
Misalnya Ketika ada pendampingan dari pusat untuk
berkunjung maka Dinas perpustakaan akan mendampingi
semaksimal mungkin, Ketika ada pendampingan dari
pusat untuk berkunjung maka Dinas Perpustakaan dan
70
Arsip Daerah akan mendampingi semaksimal mungkin
misalnya ada 10 kali kunjungan, maka Dinas Perpustakaan
hanya bisa mendampingi 5-6 kali saja karena anggaran
yang tidak tercover.75
Dari hasil wawancara dengan informan diatas diketahui
bahwa upaya yang dilakukan Dinas Perpustakaan dan Arsip
Daerah Provinsi Jambi dalam mengatasi kendala pengembangan
perpustakaan yaitu dengan memanfaakan anggaran dana
seoptimal mungkin, karena keterbatasan dana yang diberikan oleh
pusat.
Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa upaya yang
dilakukan DPAD Provinsi Jambi dalam mengembangkan
perpustakaan berbasis inklusi sosial yaitu melakukan kerjasama
dengan berbagai pihak baik dari provinsi, kabupaten maupun
swasta. Serta memanfaatkan anggaran yang ada secara optimal.
75 Wawancara dengan Kepala seksi bidang pembinaan, pengembangan perpustakaan
dan pembudayaan kegemaran membaca tanggal 21 januari 2020
70
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Strategi Pengembangan Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial Dalam
Upaya Mewujudkan Masyarakat Literet di Dinas Perpustakaan dan
Arsip Daerah Provinsi Jambi yaitu: Peran Aktif Pustakawan,
Mengeluarkan regulasi kebijakan dan pembentukan Tim Sinergi,
Melakukan pertemuan pemangku kepentingan (Stakeholder
Meeting), Launcing Ipustaka Jambi, dan melakukan kegiatan
advokasi Peer Learning Meeting.
2. Kendala- kendala yang dihadapi Dinas Perpustakaan dan Arsip
Daerah Provinsi Jambi dalam pengembangan perpustakaan berbasis
inklusi sosial adalah keterbatasan anggaran dana dan jaringan.
3. Upaya-upaya yang dilakukan Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah
provinsi Jambi dalam mengatasi kendala-kendala pengembangan
perpustakaan berbasis inklusi sosial yaitu menjalin kerjasama dengan
berbagai pihak baik dari provinsi, kabupaten maupun swasta serta
memanfaatkan anggaran yang ada secara optimal.
B. Saran
a. Berdasarkan hasil kesimpulan diatas peneliti menemukan berbagai
macam problematika, peneliti memberikan saran kepada DPAD
Provinsi Jambi, agar kedepannya melibatkan seluruh pustakawan
untuk bersama-sama dalam pengimplementasian program
transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial.
b. Perlu adanya regulasi tertulis mengenai anggaran dana untuk
program transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial agar lebih
mudah memanfaatkan dan memaksimalkan dana untuk keperluan
pengembangan program.
71
c. Perlu adanya kerjasama yang saling menguntungkan antara DPAD
Provinsi Jambi dengan pihak-pihak tertentu yang mampu untuk
menjadi sponsor dan membantu dana dalam setiap kegiatan yang
akan dilakukan. Sehingga perpustakaan mendapatkan dana yang bisa
dialokasikan untuk pengembangan perpustakaan yang berbasis
inklusi sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Atikah Syamsi, 2016. Penguatan Literasi Informasi Berbasis
Perpustakaan Bagi Peningkatan Mutu Akademik Mahasiswa
Pgmi Iain Cirebon Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar Vol.2, No. 2
Dian Sinaga. 2004. Perpustakaan Umum Di Indonesia Sebagai Agen
Perubahan Sosial Jurnal Sosiohumaniora, Vol. 6, No. 1,
Hartati Mega, Nur and Achmad Kuncoro, 2014. Analisis Strategi Bisnis
Pada Pt Abadi Samudera Indonesia Undergraduate Thesis, Binus
Hartono 2017. Strategi Pengembangan Perpustakaan Digital Dalam
Membangun Aksebilitas Informasi Jurnal Perpustakaan Vol.8
No.1
Hartoyodarmawan,Perpustakaanindonesia:Https://Www.Perpusnas.Go.Id/
News-Detail.Php?Lang=Id&Id=190328065053iwhcn3x98c
diakses pada 27Juli2019pukul.21.02
Jaka Warsihna, 2016. Meningkatkan Literasi Membaca Dan Menulis
Dengan Teknologi Informasi Dan Komunikasi, Jurnal Kwangsan,
Vol. 4 No. 2, Edisi Desember 2016
Kamaliah, 2011. Upaya Pengembangan Koleksi Pada Perpustakaan
Umum Daerah Kota Tanggerang Jakarta: Skripsi Uin Syarif
Hidayatullah
Lexy J Moleong, 2007. Metedologi Penelitian Kualitatif . Bandung:
Remaja Rosdakarya
Libraries For All: Social Inclusion In Public Libraries Policy Guidance
For Local Authorities In England October 1999 (Departemen
For Culture, Media And Sport, Gov. Uk)
Muhammad Usman Noor, 2019 “Aplikasi Layanan Informasi Berbasis
Internet Untuk Menumbuhkaninklusi Sosial Di Perpustakaan
Daerah”Jurnal Ilmu Perpustakaan Dan Informasi Vol. 4 No.1
Muri Yusuf, 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan
Penelitian Gabungan. Jakarta: Kencana
Narbuko Cholid, Dan Achmadi Abu, 2012. Metode Penelitian . Jakarta:
Bumi Aksara
Purnomo, 2018. Peranan Perpustakaan Umum Dalam Gerakan Literasi
Informasi Sebagai Sarana Pembelajaran Sepanjang Haya
Rani Auliawati Rahman, 2019. Strategi Sukses Transformasi
Perpustakaan Desa Berbasis Inklusi Sosial untuk Masyarakat
Sejahtera Studi Pada Perpustakaan Desa Gampingan Membaca
Malang,(Seminar Nasional MACOM III Universitas Padjajaran
Riki Arianto, Https://Dipersip.Riau.Go.Id/Post/Transformasi-
Perpustakaan-Berbasis-Inklusi-Sosial-Dan-Sdgs diakses pada
28Juli2019pukul17.33
Riska Darmayanti, 2016. Membangun Budaya Literasi Informasi Bagi
Masyarakat Kampus ( Jurnal Iqra’ Vol 10 No.01
Sugiono, 2007. Metode Peneltian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D.
Bandung: Elfabeta
.--------, 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabert
.--------, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R & D .
Bandung: Alfabeta.
Suharsimi Arikunto, 2010. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan
Praktis. Jakarta: Rineka Cipta.
Suharyanto Malawa, 2019. Model Dan Konsep Transpormasi
Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial Di Era Digital, (Konferensi
Perpustakaan Digital Indonesia,
Sulistyo Basuki, 1991. Pengantar Ilmu Perpustakaan . Jakarta:Gramedia
Thamrin Husni, 2016 Proses Inklusi Sosial Anak Jalanan Dampingan
Kelompok Kerja Sosial Perkotaan Kksp (Repositori Institusi
Usu)
Undang-Undang No.43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan
Wahdaniah Nurul. 2016. Strategi Perpustakaan Dalam Meningkatkan
Minat Kunjung Siswa di Sma Negeri 13 Makassar. Skripsi.
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Wiji Suwarno, 2014. Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaa:Sebuah Pendekatan
Praktis. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
LAMPIRAN I
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
Judul:” Strategi Pengembangan Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial
Dalam Upaya Mewujudkan Masyarakat Literet (Studi Pada DPAD
Provinsi Jambi)
A. Observasi
1. Mengamati secara langsung keadaan di Dinas Perpustakaan dan Arsip
Daerah Provinsi Jambi.
2. Mengamati secara langsung kegiatan Pustakawan Dinas Perpustakaan
dan Arsip Daerah Provinsi Jambi.
B. Wawancara
1. Kepala Dinas
a. Apa saja yang melatar belakangi perubahan DPAD Provinsi Jambi
menjadi perpustakaan berbasis inklusi sosial ?
b. Apa saja langkah-langkah yang dilakukan DPAD Provinsi Jambi
dalam rangka perubahan tersebut ?
c. Apakah terdapat kebijakan yang mendukung perubahan tersebut ?
d. Siapa saja yang terlibat dalam perubahan tersebut ?
e. Sudah berapa lama perubahan inni berlangsung ?
f. Apa saja kendala yang dihadapi dalam penerapan langkah-langkah
tersebut ?
g. Apa saja upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut ?
2. Kepala Seksi Bidang Pembinaan Pengembangan Perpustakaan dan
Pembudayaan Kegemaran Membaca
a. Apa saja yang melatar belakangi perubahan DPAD Provinsi Jambi
menjadi perpustakaan berbasis inklusi sosial ?
b. Apa saja langkah-langkah yang dilakukan DPAD Provinsi Jambi
dalam rangka perubahan tersebut ?
c. Apakah terdapat kebijakan yang mendukung perubahan tersebut ?
d. Siapa saja yang terlibat dalam perubahan tersebut ?
e. Sudah berapa lama perubahan inni berlangsung ?
f. Apa saja kendala yang dihadapi dalam penerapan langkah-langkah
tersebut ?
g. Apa saja upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut
3. Pustakawan
a. Apakah pustakawan ikut terlibat dalam perubahan perpustakaan
berbasis inklusi sosial ?
b. Bagaimana peran pustakawan dalam rangka perubahan tersebut ?
c. Adakah dampak yang dirasakan dalam perubahan perpustakaan
berbasis inklusi sosial ?
d. Apa harapan pustakawan dengan adanya transformasi berbasis
inklusi sosial ?
C. Dokumentasi
1. Sejarah berdirinya Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi
Jambi
2. Visi dan Misi Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi
3. Struktur Organisasi Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi
Jambi
4. Foto kegiatan di Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi
LAMPIRAN II:
DAFTAR NAMA INFORMAN
DINAS PERPUSTAKAAN DAN ARSIP DAERAH PROVINSI JAMBI
No Nama Jabatan
1. H. Syamsurizal, SE., M. Si
Kepala Dinas
2. Afrizal, A. Ma
Kasi Pembinaan Pengembangan
Perpustakaan dan Pembudayaan
Kegemaran Membaca
3. Hasudungan Ambarita, S. Sos Pustakawan Madya
4. Rahendra Sudrajad, S. Sos Pustakawan Muda
LAMPIRAN III
Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian ini sebagai acuan agar mempermudah di dalam
penelitian ke lapangan nantinya, yang tercantum dalam tabel berikut
LAMPIRAN IV
Dokumentasi wawancara di Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi
Bersama Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi
Bapak H. Syamsurizal, M.Si
Bersama Kepala Seksi Bidang Pembinaan, Pengembangan Perpustakaan dan
Pembudayaan Kegemaran Membaca
Bapak Afrizal, A. Ma
Bersama Pustakawan Muda
Bapak Rahendra Sudrajad,S. Sos
Bersama Pustakawan Madya
Bapak Hasudungan Ambarita, S. Sos
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Khairunisa
NIM : IPT.160868
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir : Tekulai Hilir, 28 Desember 1997
Alamat : Perumahan Teguh Permai Kota Graha
Status : Mahasiswa
Pendidikan : Ilmu Perpustakaan dan Informasi, UIN STS Jambi
Hp : 082390465989
No Tingkat Pendidikan Tempat Tahun
1. SD SD N 007 Tekulai Hilir 2010
2. SLTP SMP N2 Tanah Merah 2013
3. SLTA MAN 1 Kuala Tungkal 2016
4. PTN UIN STS Jambi 2020
Jambi, 11 Mei 2020
Khairunisa
IPT.160868
top related