metode rohaniawan muslim dalam ...repository.uinjambi.ac.id/3036/1/ub150081_anisatun...viii kata...
TRANSCRIPT
METODE ROHANIAWAN MUSLIM DALAM MENINGKATKAN
MOTIVASI KESEMBUHAN BAGI PASIEN DI RUMAH SAKIT
DR. BRATANATA JAMBI
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Strata Satu (S.1) dalam Ilmu (Bimbingan Penyuluhan Islam)
Fakultas Dakwah
Oleh
ANISATUN MAHFUDOH
NIM:UB 150081
BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
JAMBI
2019
MOTTO
Artinya : “Dan Tuhanku, Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku, dan apabila aku sakit,
Dialah Yang menyembuhkan aku.”(Qs. Ash Shu’ara : 79-80)1
1 Tim Penerjemah, Syamil Qur’an(Al-Qur’an dan Terjemahannya), (Bandung: Yayasan Penyelenggara
Penerjemah/Penafsir Al-Qur’an Kementerian Agama Republik Indonesia, 2010)
vi
ABSTRAK
Penelitian ini dilatar belakangi oleh pemikiran bahwa konsep sehat dalam
pandangan Islam tidak hanya melihat aspek fisik atau jasmani semata melainkan
juga rohani. Salah satu upaya yang dilakukan rumah sakit dalam hal ini dalam
menangani persoalan tersebut adalah dengan menyediakan layanan Bimbingan
Rohani Islam oleh petugas rohaniawan muslim. Tujuan utama dari penelitian ini
adalah untuk mengungkapkan tentang proses pelaksanaan bimbingan rohani Islam
oleh petugas rohaniawan muslim, metode dan bentuk bimbingan rohani Islam,
serta faktor pendukung dan penghambat dalam proses pelaksanaan bimbingan
rohani Islam di Rumah Sakit Dr. Bratanata Jambi.
Pendekatan penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian kualitatif
yang bersifatkan deskriptif, dengan menekankan pada sumber subjek
penelitiannya berpusat pada petugas rohaniawan muslim di rumah sakit Dr.
Bratanata Jambi. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data
observasi, wawancara dan dokumentasi, dengan menerapkan tiga metode analisis
data, yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan.
Hasilnya penulis menemukan bahwa pelaksanaan bimbingan rohani Islam
oleh petugas rohaniawan muslim metode pertama adalah, dengan penyampaian
lisan digunakan dalam bentuk face to face, massal dan media air. Metode kedua
yaitu dengan melalui telepon dan komunikasi massa. Faktor yang mempengaruhi
bimbingan rohani Islam yang dilakukan oleh petugas rohaniawan muslim yang
pertama, faktor penghambat dan yang kedua adalah faktor pendukung.
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT, skripsi ini penulis
persembahkan kepada:
1. Bapak dan Mamak tercinta yang telah mencurahkan kasih sayang,
mendo’akan, membimbing, memberikan dukungan moral dan berjuang dengan
penuh keikhlasan tak kenal lelah dan batas waktu.
2. Kepada Adikku Zada Nailu Ni’mah Fadhilah dan Mamasku Wahib
Fathurrahman, Kedua keponakanku yang tidak pernah lelah menemaniku Siti
Amaliyah dan Linda Septiani Utami dan keluarga besarku yang telah memberikan
dukungan kepadaku.
3. Kepada Abng Bro dan Akak Cilkuh dan teman- teman terdekatkatku Sohibati
Jannah yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu dan teman seperjuangan
jurusan BPI Kelas A.
4. Almamater tercinta UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahi rabbil alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT,
karena atas berkat rahmat, hidayahya, skripsi ini dapat diselesaikan dengan judul
“Metode Rohaniawan Muslim Dalam Meningkatkan Motivasi Kesembuhan
Bagi Pasien di Rumah Sakit Dr. Bratanata Jambi. Kemudian shalawat dan
salam semoga tetap telimpah kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW
yang telah membimbing umatnya kejalan yang benar dan dapat dirasakan
manifestasinya dalam wujud Imam, Islam dan amal nyata yang shalih likulli
zaman wa makan.
Penelitian dan penulisan skripsi ini bertujuan untuk melengkapi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) dalam Prodi Bimbingan dan
Penyuluhan Islam pada Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi. Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendaptkan
arahan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik yang bersifat moril maupun
materi. Pada kesempatan ini penulis menghaturkan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan. MA selaku Rektor UIN STS Jambi.
2. Bapak Prof. Dr. H. Su’aidi MA. Ph.D. sebagai Wakil Rektor I Bidang
Akademik dan Pengembangan Pendidikan, Bapak Dr. H. Hidayat, M,Pd
sebagai Wakil Rektor II Bidang Administrasi Umum, perencanaan dan
Keuangan, dan Ibu Dr. Hj. Fadillah M.Pd. Sebagai Wakil Rektor III Bidang
Kemahasiswaan dan Kerja Sama UIN STS Jambi.
3. Bapak Samsu S.Ag.,M.Pd.I.,Ph.D. selaku dekan Fakultas Dakwah UIN STS
Jambi.
4. Bapak Dr. Ruslan Abdul Gani, SH.,M.Hum. selaku wakil Dekan Bidang
Akademik dan Kelembagaan Fakultas Dakwah UIN STR Jambi.
ix
5. Bapak Dr. Sahmin Batu Bara, M.HI. selaku Pembimbing I dan Ibu Dani
Sartika, S.Ag.M.Si selaku Pembimbing II yang telah membantu dan
membimbing dalam penyusunan skripsi ini.
6. Bapak Sya’roni, S.Ag.,M.Pd selaku dosen pembimbing Akademik.
7. Bapak Sya’roni, S.Ag.,M.Pd. selaku ketua prodi Bimbingan Penyuluhan Islam
(BPI) dan Ibu Neneng Hasanah, S.Ag., M.Pd. selaku sektetaris prodi
Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI)
8. Kepala Perpustakaan UIN STS Jambi Beserta Stafnya dan serta Kepala
Perpustakaan Daerah Jambi.
9. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada
penulis.
10.Bapak dan Ibu karyawan/karyawati di lingkungan Fakultas Dakwah
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
11.Teman-teman seperjuangan angkatan 2015 Prodi Bimbingan Penyuluhan Islam
(BPI).
Atas segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan, penulis
mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga, semoga Allah SWT
membalasnya. Akhirnya penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.
Jambi, April 2019
Penulis
ANISATUN MAHFUDOH
NIM:UB150081
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................................i
NOTA DINAS......................................................................................................................ii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI................................................iii
PENGESAHAN ................................................................................................................iv
MOTTO................................................................................................................................v
ABSTRAK ..........................................................................................................................vi
PERSEMBAHAN.............................................................................................................vii
KATA PENGANTAR....................................................................................................viii
DAFTAR ISI........................................................................................................................x
DAFTAR TABEL..............................................................................................................xi
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah..........................................................................1
B. Permasalahan............................................................................................3
C. Batasan Masalah.........................................................................................4
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian...............................................................4
E. Metode Penelitian........................................................................................5
F. Landasan Teori..….....................................................................................9
G. Studi Relevan............................................................................................18
BAB II Profil Rumah Sakit Dr. Bratanata Jambi Dan Rohaniawan Muslim
A. Rumah Sakit Dr. Bratanata Jambi…………......................................21
B. Profil Rohaniawan Muslim di Rumah Sakit Dr. Bratanata
Jambi……………………………………………............................22
BAB III Pelaksanaan Metode Bimbingan Rohani Islam Oleh Rohaniawan
Muslim Dalam Meningkatkan Motivasi Kesembuhan Terhadap
Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Dr. Bratanata Jambi
A. Bimbingan Rohani Islam Oleh Rohaniawan Muslim Terhadap Pasien
Rawat Inap di Rumah Sakit Dr. Bratanata
Jambi..........................................................................................................25
xi
B.Metode Pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam Oleh Rohaniawan
Muslim di Rumah Sakit Dr. Bratanata
Jambi.........................................................................................................28
C.Pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam Oleh Rohaniawan Muslim
Terhadap Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Dr. Bratanata
Jambi.........................................................................................................30
BAB IV Faktor Yang Mempengaruhi Proses Pelaksanaan Metode Bimbingan
Rohani Islam Oleh Rohaniawan Muslim Dalam Meningkatkan
Motivasi Kesembuhan Terhadap Pasien Rawat Inap Rumah Sakit
Dr. Bratanata Jambi
A. Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam
Oleh Rohaniawan Muslim Terhadap Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit
Dr. Bratanata Jambi……………………................................................46
B.Manfaat Bimbingan Rohani Islam Oleh Rohaniawan Muslim
Terhadap Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Dr. Bratanata
Jambi…………………….....................................................................57
C.Teori Motivasi Yang di Gunakan Oleh Rohaniawan Muslim
...............…………………….....................................................................60
BAB V Penutup
A. Kesimpulan ...............................................................................................64
B. Implikasi....................................................................................................64
C. Saran…......................................................................................................65
D. Penutup......................................................................................................65
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kesehatan adalah suatu hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia,
sehat ini adalah nikmat yang paling berharga yang diberikan oleh Allah sang
pencipta kita di kehidupan ini. Setiap manusia pasti di dalam hidupnya
mendambakan kesehatan yang bersifat jasmani dan rohaniah, ketika seorang
manusia mengalami sakit maka itu akan berpengaruh kepada kehidupannya. Pada
jalan kehidupan manusia memiliki tiga keadaan yaitu sehat sakit dan mati. Di
waktu sakit bukan hanya jasmaninya saja yang menderita akan tetapi rohaninya
juga.
Manusia yang mengalami sakit mereka akan merasakan kecemasan akan
ketidak pastian keperawatan yang sedang mereka jalani.1 Sehingga dapat
mengguncang mental mereka dan juga jiwanya akan mengenai penyakit yang
mereka alami. Pada dasarnya manusia tidak hanya menginginkan kesehatan
jasmani maupun rohani.
Sehingga pada pengobatan bukan hanya fisik saja yang perlu diobati tetapi
non fisik juga sangat penting untuk diobati. Pengobatan non fisik yang berupa
bantuan spiritual atau bimbingan rohani mampu membuat manusia menimbulkan
rasa semangat dan optimis dalam menghadapi penyakit sebagai salah satu cobaan
dari Allah. Kesehatan mental adalah suatu keadaan yang sangat penting bagi
manusia sama halnya dengan kesehatan fisik pada umumnya. Dengan sehatnya
mental seseorang maka aspek kehidupannya yang lain akan bekerja secara lebih
maksimal. Kondisi kesehatan mental yang sehat tidak terlepas dari kondisi
kesehatan fisik yang baik.
Menurut tokoh Psikologi nasional Prof Zakiya Drajat kesehatan mental
adalah mereka yang pertama, terbebas dari neorosis (penyakit jiwa yang sulit
disembuhkan), dan terbebas dari psikosis (gangguan dan kerusakan dalam otak
yang menyebabkan salah menafsirkan orang dan situasi). Kedua, mereka yang ada
1Arie Arumwardhani, Psikologi Kesehatan, (Yogyakarta : Galang Pers, 2010), 48.
1
2
harmoni antara pikiran, jiwa dan perbuatan. Ketiga mereka yang sehat mental
adalah mereka yang mampu menyesuaikan diri. Dan keempat, mereka yang sehat
mental adalah yang mampu mengembangkan minat dan bakat.2
Pada dasarnya setiap manusia itu menginginkan kesehatan jasmani
maupun rohaninya. Allah menurunkan Al-Qur’an yang didalamnya ada petunjuk
dalam pengobatan baik fisik maupun psikisnya sebagai dijelaskan dalam Q.S Al-
Isra ayat 82 :
Artinya : “Dan kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang jadi penawar dan rahmat
bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada
orang-orang yang zalim selain kerugian. (Q.S Al-Isra : 82)”3 Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah telah menurunkan Al-Qur’an
sebagai obat suatu penawar dan rahmat kepada orang-orang yang beriman, dilihat
dari kenyataannya sebagian besar orang yang sakit mengalami goncangan mental
dan jiwa karena penyakit yang dideritanya, pasien yang mengalami kondisi
tersebut sangat memerlukan bantuan spiritual yang dapat menimbulkan sikap
optimis dan sabar dalam menghadapi sakit yan dideritanya.
Dalam hal ini bimbingan rohani Islam merupakan salah satu bentuk
pelayanan yang diberikan kepada pasien untuk menuntun pasien agar
mendapatkan pencerahan dengan keimanan yang teguh keikhlasan kesabaran dan
ketenangan dalam menghadapi sakit.
Bentuk pelayanan rohani ini menitik beratkan kepada pasien bahwa
kesembuhan dan kesehatan adalah milik Allah serta kekuasaan dan rahmat dari
Allah SWT. Menyadari hal tersebut seharusnya layanan rumah sakit khususnya
rumah sakit yang mempunyai predikat Islam perlu memberikan pelayanan aspek
fisik yaitu perawatan dan pengobatan (medik) dan pelayanan aspek non fisik yaitu
2El Quusiy Abdul Aziz, Diterjemahkan oleh Dzakia Drajat, Pokok-pokok Kesehatan Jiwa
dan Mental, (Jakarta : Bulan Bintang, 1974). 56. 3Al-Muyassar, Al-Qur’an dan Terjemahnya oleh Anwar Abu Bakar yang disempurnakan
oleh Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an , (Bandung Sinar Baru Algesindo, 2015), Hal 146
3
rohani dalam bentuk santunan agama (spiritual). Dengan adanya tujuan di atas
diharapkan para petugas bimbingan rohani bisa membimbing pasien dengan
diniatkan hanya untuk mengabdi kepada Allah dan mencari keridhaan-Nya.
Dengan demikian visi bimbingan rohani Islam yang merupakan salah satu bentuk
pelayanan yang diberikan kepada pasien agar mendapatkan keteguhan iman
keikhlasan dalam menghadapi cobaan.
Peran dari seorang rohaniawan ini adalah melakukan intervensi terhadap
kondisi batin (mental dan kejiwan) pasien untuk membantu proses penyembuhan
bersama-sama terapi lainnya. Di luar ini bukan tanggung jawab rohaniawan.
Perbedaan rohaniawan dengan pembina rohani umumnya seperti : rohaniawan,
kiyai dan lainnya adalah kemampuannya untuk memberikan terapi terhadap
pasien bukan hanya dididik untuk berperilaku baik seperti rohaniawan, tetapi
pasien diobati dahulu agar sembuh karna yang dibutuhkan pasien adalah sembuh
setelah itu baru diarahkan untuk berperilaku baik, seperti sabar, tawakal, qana’ah
dan lain-lain. Peranan dari seorang rohaniawan ini adalah melakukan intervensi
terhadap kondisi batin (mental dan kejiwaan) pasien untuk membantu proses
penyembuhan bersama-sama terapi lainnya. Diluar ini bukan tanggung jawab
rohaniawan.4
Berdasarkan permasalahan diatas, maka penulis akan mencoba
mengangkat bagaimana Metode Rohaniawan Muslim dalam Meningkatkan
Motivasi Kesembuhan Bagi Pasien di Rumah Sakit Dr. Bratanata Jambi, dimana
fokus penelitian ini lebih menujukan kepada Metode Rohaniawan Muslim Dalam
Meningkatkan Motivasi Kesembuhan Bagi Pasien Rawat Inap di Rumah sakit Dr.
Bratanata Jambi.
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, masalah pokok yang diangkat
sebagai kajian utama penelitian ini adalah bagaimana metode rohaniawan dirumah
4Isep Zainal Arifin, Bimbingan Penyuluhan Islam, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
2005), 62.
4
sakit, dari pokok masalah ini dirumuskan menjadi beberapa rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana metode rohaniawan muslim dalam meningkatkan motivasi
kesembuhan bagi pasien rawat inap di rumah sakit Dr. Bratanata Jambi ?
2. Faktor apa saja yang dihadapi seorang rohaniawan muslim dalam
melaksanakan tugasnya di rumah sakit Dr. Bratanata Jambi ?
3. Apa saja manfaat bimbingan rohani Islam oleh rohaniawan muslim terhadap
pasien rawat inap di rumah sakit Dr. Bratanata Jambi ?
C. Batasan Masalah
Pada dasarnya banyak permasalahan yang dapat dikaji atau dianalisis
dalam masalah ini. Namun dalam penelitian ini kami hanya memfokuskan pada
metode rohaniawan muslim dalam meningkatkan motivasi kesembuhan bagi
pasien rawat inap, faktor yang dihadapi oleh rohaniawan muslim dalam
melaksanakan tugasnya, manfaat bimbingan rohani Islam oleh rohaniawan
muslim terhadap pasien rawat inap dirumah sakit Dr. Bratanata Jambi. Dan
peneliti hanya meneliti pasien yg dirawat inap saja dan bagi mereka yang sudah
pulang tidak lagi diteliti.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang tersebut diatas yang hendak dicapai peneliti
adalah :
1. Mengetahui dan mendeskripsikan metode rohaniawan muslim.
2. Menjelaskan bagaimana metode rohaniawan muslim dalam meningkatkan
motivasi kesembuhan bagi pasien rawat inap dirumah sakit Dr. Bratanata
Jambi.
3. Memaparkan sejauh mana hambatan yang dihadapi dalam penyampaian
metode rohaniawan muslim bagi pasien dirumah sakit Dr. Bratanata Jambi.
Dengan tercapainya tujuan-tujuan peneliti tersebut, maka ada beberapa
kegunaan (manfaat) yang dapat diambil antara lain :
a. Manfaat Teoritis
5
1. Dari pelaksanaan dan hasil dari penelitian ini penulis berharap karya
ilmiah ini selain menimbulkan pemikiran dalam mengkaji dan
meningkatkan dakwah islam melalui metode rohaniawan muslim ini.
2. Penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan tentang metode-
metode dari seorang rohaniawan muslim itu.
3. Dapat pula menambah wacana pengetahuan yang didominasikan
dengan adanya pemikiran untuk mencari solusi disetiap adanya
masalah dan bagaimana cara untuk memberikan motivasi kepada
pasien yang memiliki masalah tersebut.
b. Manfaat Praktis
1. Dari hasil penelitian ini, diharapkan pula dapat menjadi peranan atau
kesadaran bagi lembaga rumah sakit bahwa kesehatan pasien bukan
hanya dari kesehatan fisiknya juga harus memperhatikan kesehatan
psikisnya.
2. Penelitian ini diharapkan bisa dijadikan rujukan bagi rumah sakit yang
islam, sebagai bahan pertimbangan untuk memberikan santunan
keagamaan bagi para pasiennya.
3. Penelitian ini adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Strata Satu (S1) dalam bidang ilmu Bimbingan Penyuluhan Islam
Fakultas Dakwah Universitas Islam Negri Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi.
E. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kualitatif, metode kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan kepada
filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi yang alamiah
(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen
kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis
6
data bersifat induktif/kualitatif,5 dan penelitian kualitatif lebih menekankan makna
dari generalisasi.
Makna adalah data sebenarnya, data pasti yang merupakan satu nilai dibalik
data yang tampak, dalam hal ini penulis mengarahkan penelitian kualitatif yang
bersifatkan deskriptif, yaitu penulisan yang bertujuan untuk menggambarkan
keadaan status fenomena secara sistematik dan rasional (logika).6 Mengenai fakta-
fakta dan sifat-sifat populasi dengan menggambarkan atau menguraikan masalah
dan fakta-fakta tersebut.7
2. Setting dan Subjek Penelitian
Dalam proses penelitian ini, peneliti mengambil lokasi di rumah sakit Dr.
Bratanata Jambi yang beralamatkan dijalan Raden Mattaher No. 33, Sulanjana,
Jambi Timur, Kota Jambi, Kode pos, 36123 Indonesia. Subjek penelitian berpusat
pada petugas rohaniawan muslim di rumah sakit Dr. Bratanata Jambi, pasien
dirumah sakit Dr. Bratanata Jambi, staf dirumah sakit Dr. Bratanata Jambi.
3. Sumber dan Jenis Data
Aktivitas penelitian tidak akan terlepas dari keberadaan data yang
merupakan bahan buku informasi untuk memberikan gambaran spesifik mengenai
objek penelitian. Data adalah fakta empirik yang dikumpulkan oleh peneliti untuk
kepentingan memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan penelitian. Data
penelitian dapat berasal dari berbagai sumber yang dikumpulkan dengan
menggunakan berbagai teknik selama kegiatan penelitian berlangsung, sumber
data yang diperoleh dari penelitian ini berasal dari Rohaniawan muslim yang
bertugas sebagai pemberi layanan rohani di rumah sakit Dr. Bratanata Jambi.
Berdasarkan sumbernya, data penelitian dapat dikelompokkan dalam dua
jenis yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh
atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya. Data primer
disebut juga sebagai data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date.
5Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
1991), 49. 6H.B. Sutopo., Metodologi Penelitian Kualitatif. (Surakarta: UNS Press, 2002), 50. 7Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D , (Bandung: Alfabeta,
2013), 7.
7
Untuk mendapatkan data primer, peneliti harus mengumpulkannya secara
langsung. Teknik yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data primer
antara lain observasi, wawancara, diskusi terfokus, dalam penelitian ini peneliti
menggunakan teknik wawancara yaitu sumber data manusia yang berbentuk
perkataan maupun tindakan orang yang bisa memberikan data melalui wawancara
dilapangan.
Adapun subjek yang diwawancarai adalah rohaniawan muslim, pasien
dirumah sakit dan staf. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh atau
dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan
kedua). Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti, buku,
laporan, jurnal, dan lain-lain, dalam hal ini peneliti memperoleh data dari buku
dan jurnal. Dan salah satunya buku bimbingan penyuluhan Islam.
4. Metode Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian dilapangan ada beberapa metode untuk
mengumpulkan data yang dilakukan oleh peneliti, metode pengumpulan data
dalam penelitian ini adalah :
a. Metode Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang
spesifik dibandingkan dengan teknik lain, yaitu wawancara dan
kuesioner. Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu
proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis, dua
diantaranya adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.8
Dalam metode observasi ini peneliti menggunakan observasi partisipan
yakni peneliti mengadakan pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan
pencatatan langsung dalam menganalisi peran petugas rohaniawan muslim bagi
pasien rawat inap di rumah sakit Baturrahim Jambi.
b. Metode Wawancara
Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang
berlangsung secara lisan dimana dua orang atau lebih bertatap muka
8Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D (Bandung : Alfabeta,
2013), 145.
8
mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-
keterangan.9 Wawancara ini dilakukan untuk memahami informasi secara
detail dan mendalam dari informasi sehubungan dengan fokus masalah
yang diteliti. Dalam penelitian wawancara yang dilakukan peneliti adalah
wawancara bersama, petugas rohaniawan muslim rumah sakit Dr.
Bratanata, pasien rumah sakit Dr. Bratanata, staf rumah sakit Dr.
Bratanata Jambi.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
ini bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang.10 Metode dokumentasi ini umumnya dilakukan dengan
mengambil data-data yang telah ada untuk mendapatkan informasi yang
berkaitan dengan sejarah berdirinya rumah sakit Dr. Bratanata Jambi, visi
dan misinya, serta bagaimana metode rohaniawan muslim dirumah sakit
tersebut.
5. Metode Analisis Data
Menganalisa merupakan kegiatan inti yang paling penting dan paling
menentukan dalam penelitian, analisis data adalah proses mencari dan menyusun
secara sistematis data yang diperoleh melalui wawancara, catatan lapangan dan
dokumentasi. Analisis data ini penting dalam penelitian dan digunakan mulai dari
sebelum memasuki lapangan, selama dilapangan dan selesai dilapangan. Adapun
teknik analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Reduksi Data
Analisis data melalui reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal
yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting dicari tema dan
polanya, dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas.
Tujuan utama penelitian kualitatif adalah temuan, oleh karena itu, jika
penelitian menemukan sesuatu yang dipandang asli dalam melakukan penelitian
9 Cholid Narbuko dan Chmadi, Metedologi Penelitian (Jakarta : Bumi Aksara, 2007), 83.
10 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung : Alfabeta,2007). Hal 82.
9
dan belum memiliki pola, maka justru itulah yang harus dijadikan untuk fokus
pengamatan selanjutnya.
b. Penyajian Data
Penyajian data ini peneliti menggunakan metodologi penelitian kualitatif,
oleh karena itu dalam penyajian data ini bisa digunakan dalam bentuk
uraian singkat, bagian hubungan antara kategori, dan sejenisnya.
c. Penarikan Kesimpulan
Adapun langkah ketiga yakni dengan cara penarikan kesimpulan,
kesimpulan awal yang dikemukakan masih kesimpulan sementara, dan
akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.11
F. Landasan Teori
Untuk mengetahui sumber rujukan yang relevan dengan masalah yang
penulis lakukan perlu disusun landasan teoritik. Landasan teoritik merupakan
tuntunan untuk memecahkan masalah dan menemukan prinsip-prinsip, hipotesis
dan teori. Sebelum membahas tentang metode rohaniawan muslim, kiranya perlu
terlebih dahulu membahas tentang:
1. Rohaniawan Muslim
Rohani adalah kejiwaan dimana hakikat dari manusia itu terletak pada
kejiwaannya (rohaniyah-nya).12Rohani adalah sesuatu yang bersifat halus.13
Dimana orang yang bertugas memberikan rohani ini disebut rohaniawan.
Rohaniawan adalah orang yang mementingkan kehidupan kerohanian dari pada
yang lain atau orang yang ahli dihal kerohanian.
Sedangkan muslim secara harfiah berarti seseorang yang berserah diri
kepada Allah, termasuk segala makhluk yang ada dilangit dan dibumi. Kata
muslim hanya merujuk kepada penganut agama Islam saja. Kemudian Islam
adalah nama dari agama yang telah dianugerahkan oleh Allah kepada manusia
11Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D, 244-252. 12Faizah dan Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah, (Jakarta : Kencana Prenada
Media Group,2006), 42. 13Arifin, H.M, Pokok-pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama,
(Jakarta : Bulan Bintang, 1979), 38.
10
sebagai falsafah dan sandaran hidup, didalamnya mengandung ajaran yang
membimbing dan mengiring akal fikiran, jiwa, qalbu, indrawi dan jasmani kepada
kefitrahan yang selalu canderung untuk berbuat ketaatan dan ketauhidan kepada
yang maha pencipta.14
Jadi, petugas bimbingan rohani Islam (rohaniawan) adalah orang yang
memberikan layanan rohani terhadap pasien dimana dalam instansi atau rumah
sakit biasanya seorang yang memberikan layanan rohani dinamakan rohaniawan,
dalam hal ini mereka sebagai rohaniawan muslim memberikan layanan rohani
berdasarkan pada Al-Qur’an dan Hadits.
2. Bimbingan Rohani Islam (Rohaniawan)
Bimbingan Rohani Islam adalah pelayanan yang memberikan santunan
rohani kepada pasien dan keluarganya dalam bentuk pemberian motivasi agar
tabah dan sabar dalam menghadapi cobaan, dengan memberikan tuntunan doa,
cara bersuci, shalat, dan amalan ibadah lainnya yang dilakukan dalam keadaan
sakit.
Bimbingan rohani Islam adalah suatu pelayanan bantuan yang diberikan
petugas bimbingan rohani Islam (rohaniawan) kepada pasien atau orang yang
membutuhkan yang sedang mengalami masalah dalam hidup keberagamaannya,
ingin mengembangkan dimensi dan potensi keberagamaannya seoptimal mungkin,
baik secara individu maupun kelompok, agar menjadi manusia yang mandiri dan
dewasa dalam beragama, dalam bimbingan akidah, ibadah, akhlak, dan muamalah
melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan keimanan
dan ketakwaan yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadits.
Dasar-dasar dari bimbingan rohani Islam adalah Al-Qur’an dan Hadits
karena Al-Qur’an dan Hadits menganjurkan pada manusia agar memberikan
bimbingan dan nasehat dengan wajar. Karena dua hal tersebut sumber segala
sumber pedoman hidup umat Islam, Al-Qur’an dan Sunnah Rasul dapat
diistilahkan sebagai landasan bimbingan rohani Islam dari Al-Qur’an dan Sunnah
14Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam, (Yogyakarta : Fajar
Pustaka Baru, 2004), 182.
11
Rasulullah, gagasan tujuan dan konsep (pengertian makna hakiki) bimbingan
rohani Islam sesuai dengan firman Allah dalam Q. S. Yunus ayat 57 :
Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari
Tuhanmu dan penyembuh bagi panyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan
petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”. (Q.S Yunus ayat 57).15
Dari ayat tersebut diketahui bahwa kita diwajibkan menyeru dan
mengingatkan kepada kebaikan, dan itu dapat kita lakukan melalui bimbingan
rohani Islam atau bimbingan penyuluhan agama karena dengan agama dapat
menuntun kita kearah jalan kebenaran sehingga kita akan meraih kebahagiaan
dunia dan akhirat.
3. Motivasi
Motivasi (motivation) adalah keseluruhan dorongan, keinginan, kebutuhan,
dan daya yang sejenis yang mengarahkan perilaku.16 Motivasi juga diartikan satu
variabel penyelang yang digunakan untuk menimbulkan faktor-faktor tertentu
didalam organisme, yang membangkitkan, mengelola, mempertahankan dan
menyalurkan tingkah laku menuju satu sasaran.17 Dalam diri seseorang, motivasi
berfungsi sebagai pendorong kemampuan, usaha, keinginan,18 menentukan arah,
dan menyeleksi tingkah laku. Kemampuan adalah tenaga, kapasitas atau
kesanggupan untuk melakukan suatu perbuatan, yang dihasilkan bawaan sejak
lahir atau merupakan hasil dari pengalaman. Usaha adalah penyelesaian suatu
tugas untuk mencapai keinginan. Sedang keinginan adalah satu harapan, kemauan,
15Al-Muyassar, Al-Qur’an dan Terjemahnya oleh Anwar Abu Bakar yang disempurnakan
oleh Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an , (Bandung Sinar Baru Algesindo, 2015), Hal 109 16Harold Koontz O Donnel dan Heinz Weihrich, Management, (McGraw Hill Kogaguska,
1980), 115. 17James P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, terj. Kartini Kartono, judul asli
“Dictionary of Psychology”, (Jakarta: Rajawali, 1999), 310. 18Ricard M. Hodgetts dan Donald F. Kurako, Management, (Sandiego: Harcourt Brace
Puh., 1998), 284.
12
atau dorongan untuk mencapai sesuatu atau untuk membebaskan diri dari suatu
perangsang yang tidak menyenangkan.
Motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif pada saat tertentu.
Sedangkan maksud dari motif adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk
melakukan kegiatan tertentu demi mencapai suatu tujuan tertentu.19 Motif berarti
rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga bagi terjadinya tingkah laku.
Sedangkan motivasi merupakan istilah yang lebih umum, yang menunjuk pada
seluruh proses gerakan, termasuk didalamnya situasi yang mendorong timbulnya
tindakan atau tingkah laku individu.20 Pengertian tersebut menggambarkan bahwa
motif tidak sebatas pada pelaksanaan perilaku, tetapi juga berkenaan dengan
keadaan organisme yang menerangkan mengapa tingkah laku terarah kepada suatu
tujuan tertentu. Jadi, motif merupakan latar belakang atau alasan mengapa
seseorang melakukan suatu kegiatan tertentu.
Seberapapun perbedaan para ahli dalam mendefenisikan motivasi, namun
dapat dipahami bahwa motivasi merupakan akumulasi daya dan kekuatan yang
ada dalam diri seseorang untuk mendorong, merangsang, menggerakkan,
membangkitkan dan memberi harapan pada tingkah laku. Motivasi menjadi
pengarah dan pembimbing tujuan hidup seseorang, sehingga ia mampu mengatasi
inferioritas yang benar-benar di rasakan dan mencapai superioritas yang lebih
baik. Makin tinggi motivasi hidup seseorang maka makin tinggi pula intensitas
tingkah lakunya, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Istilah motivasi baru digunakan sejak awal abad kedua puluh. Selama
beratus-ratus tahun, manusia dipandang sebagai makhluk rasional dan intelek
yang memiliki tujuan dan menentukan sederet perbuatan secara bebas. Nalarnya
yang menentukan apa yang dilakukan manusia. Manusia bebas untuk memilih,
dan pilihan yang ada baik atau buruk, tergantung pada intelegensi dan pendidikan
19W. S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 1996),
151. 20Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984),
57.
13
individu, oleh karenanya manusia bertanggung jawab penuh terhadap setiap
perilakunya.21
Konsep motivasi terinspirasi dari kesadaran para pakar ilmu, terutama pakar
filsafat, bahwa tidak semua tingkah laku manusia dikendalikan oleh akal, akan
tetapi tidak banyak perbuatan manusia yang dilakukan diluar kontrol manusia.
Sehingga lahirlah sebuah pendapat, bahwa manusia disamping sebagai makhluk
rasionalistik, ia juga sebagai makhluk yang mekanistik yaitu makhluk yang
digerakkan oleh sesuatu diluar nalar yang biasanya disebut naluri atau insting.
Setiap perbuatan yang dilakukan manusia baik yang disadari (rasional) atau
yang tidak disadari (mekanikal/naluri) pada dasarnya merupakan sebuah wujud
untuk menjaga sebuah keseimbangan hidup. Jika keseimbangan itu terganggu,
maka akan timbul suatu dorongan untuk melakukan aktivitas guna
mengembalikan keseimbangan kondisi tubuh. Aktivitas penjagaan keseimbangan
ini, kadang-kadang terjadi atas dasar fisiologis semata, tanpa didasari kehendak
manusia, seperti tubuh mengeluarkan keringat pada saat panas yang tinggi.
Namun terkadang aktivitas tersebut berlangsung atas dasar kehendak tertentu,
misalnya makan pada saat lapar.
Islam sebagai agama yang sesuai dengan fitrah manusia, sangat
memperhatikan konsep keseimbangan. Sehubungan dengan itu, dalam
mendefenisikan konsep motivasi ini terdapat kesulitan, karena seperti telah
diungkapkan Atkinson, motivasi masih merupakan suatu konsep yang masih
kontroversial. Konsep motivasi semakin sulit didefenisikan, ketika dalam
pembahasan psikologi terdapat istilah motif yang dalam penggunaannya
terkadang berbeda dalam istilah motivasi. Dan kadang-kadang motif dan motivasi
itu digunakan secara bersamaan dan dalam makna yang sama, hal ini disebabkan
karena pengertian motif dan motivasi keduanya sukar dibedakan secara tegas.22
Motif itu adalah sesuatu yang ada dalam diri seseorang, yang mendorong
orang tersebut untuk bersikap dan bertindak guna mencapai tujuan tertentu. Motif
dapat berupa kebutuhan dan cita-cita. Motif ini merupakan tahap awal dari proses
21Abdur Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta :
Prenada Media, 2004), 128. 22Abdur Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, 130.
14
motivasi, sehingga motif baru merupakan suatu kondisi intern atau disposisi
(kesiapsiagaan) saja. Sebab motif tidak selamanya aktif. Motif aktif pada saat
tertentu saja, yaitu apabila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat mendesak.
Apabila suatu kebutuhan dirasakan mendesak untuk dipenuhi, maka motif
dan daya penggerak menjadi aktif. Motif yang telah menjadi aktif inilah yang
disebut motivasi. Motivasi dapat didefenisikan dengan segala sesuatu yang
menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong seseorang untuk
memenuhi kebutuhan. Motivasi adalah kekuatan penggerak yang membangkitkan
aktivitas pada makhluk hidup, dan menimbulkan tingkah laku serta
mengarahkannya menuju tujuan tertentu.23Motivasi memiliki tiga komponen
pokok, yaitu :
a. Menggerakkan.
Dalam hal ini motivasi menimbulkan kekuatan pada individu, membawa
seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu. Misalnya kekuatan
dalam hal ingatan, respon-respon efektif,dan kecenderungan mendapat
kesenangan.
b. Mengarahkan.
Berarti motivasi mengarahkan tingkah laku. Dengan demikian ia
menyediakan suatu orientasi tujuan. Tingkah laku individu diarahkan
terhadap sesuatu.
c. Menopang.
Artinya, motivasi digunakan untuk menjaga dan menopang tingkah laku,
lingkungan sekitar harus menguatkan intensitas dan arah dorongan-
dorongan dan kekuatan-kekuatan individu.
Motivasi adalah kekuatan-kekuatan yang kompleks, dorongan-dorongan,
kebutuhan-kebutuhan, peryataan-peryataan, ketegangan (Tension States), atau
mekanisme-mekanisme lainnya yang memulai dan menjaga kegiatan-kegiatan
yang diinginkan kearah pencapaian tujuan-tujuan personal.
4. Teori Motivasi
a. Teori jenjang kebutuhan
23Najati, MU.,Al-Qur’an dan Ilmu Jiwa, (Bandung : Pustaka Bandung, 1997), Cet II, 132.
15
Dikembangkan oleh Abraham Maslow dan banyak digunakan dalam
konseling. Menurut teori ini, ada lima tingkatan kebutuhan dalam diri
manusia, yaitu kebutuhan jasmaniah, kebutuhan memperoleh rasa aman
(sehat), kebutuhan sosial, kebutuhan memperoleh harga diri, dan
kebutuhan aktualisasi diri. Kelima jenis kebutuhan ini mendorong
individu melakukan berbagai tindakan. Sebagai contoh kebutuhan untuk
memperoleh rasa aman, sakit, akan menimbulkan rasa resah dan gelisah,
Karena didalamnya tidak terdapat rasa aman. Maka seseorang akan
terdorong untuk mengobati penyakitnya apabila sakit, karena sehat dapat
menimbulkan rasa aman dan tentram.
b. Teori penguatan
Teori ini dekembangkan oleh Skinner, setiap respon yang terjadi dari
stimulus, akan menjadi baru yang mendorong untuk berprilaku. Bila
stimulus menghasilkan sesuatu yang memuaskan, maka tindakan
cenderung akan diperkuat, dan sebaliknya apabila kurang memuaskan
maka tindakan itu cenderung akan diperlemah.24Dalam melakukan
bimbingan hendaknya pembimbing memeberikan penguatan terhadap
tindakan yang dinilai positif atau baik, jadi perawat rohani memberi
dorongan untuk menuruti kata dokterdan tetap minum obat agar pasien
cepat sembuh, dan meninggalkan tindakan-tindakan yang dipandang
negative atau kurang tepat, sebagai contoh minum obat telat, dan lain-
lain.
5. Peran Rohaniawan
Peran dari seorang petugas rohani (rohaniawan) adalah melakukan
intervensi terhadap kondisi batin (mental dan kejiwaan) pasien untuk membantu
proses penyembuhan bersama-sama terapi lainnya. Diluar ini bukan tanggung
jawab rohaniawan. Perbedaan rohaniawan dengan pembina rohani umumnya
seperti : rohaniawan, Kiyai dan lainnya, adalah kemampuannya untuk
memberikan terapi terhadap pasien bukan hanya dididik untuk berperilaku baik
seperti oleh rohaniawan, tetapi pasien diobati dahulu agar sembuh karena yang
24Surya, Psikologi Konseling, 105.
16
dibutuhkan pasien adalah sembuh setelah itu baru diarahkan untuk berperilaku
baik, seperti sabar, tawakal, qana’ah, dan lain-lain.25
6. Pasien
Pasien adalah seseorang yang menerima perawatan medis, sering kali pasien
menderita penyakit atau cedera dan memerlukan bantuan dokter untuk
memulihkannya. Kata pasien dari bahasa Indonesia analog dengan kata patient
dari bahasa inggris. Patient diturunkan dari bahasa latin yaitu patients yang
memiliki kesamaan arti denagn kata pati yang artinya menderita.
7. Rawat Inap
Rawat inap (opname) adalah istilah yang berarti proses perawatan pasien
dimana pasien diinapkan dirumah sakit. Ruang rawat inap adalah ruang tempat
pasien dirawat. Ruangan ini dulunya sering hanya berupa bangsal yang dihuni
banyak orang sekaligus. Saat ini ruang rawat inap banyak rumah sakit sudah
sangat mirip dengan kamar-kamar hotel.
G. Pemekrisaan Keabsahan Data
Selama pelaksanaan penelitian, suatu kesalahan dimungkinkan dapat timbul.
Entah itu berasal dari diri peneliti atau dari pihak informan. Untuk mengurangi
dan meniadakan kesalahan data tersebut, peneliti perlu mengadakan pengecekan
kembali data tersebut sebelum diproses dalam bentuk laporan dengan harapan
laporan yang disajikan nanti tidak mengalami kesalahan. Ada 3 teknik yang dapat
dilakukan dalam pemekrisaan keabsahan data :
1. Memperpanjang masa pengamatan
Hal ini memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data yang
dikumpulkan, bisa mempelajari kebudayaan dan dapat menguji informasi dari
responden, dan untuk membangun kepercayaan para responden terhadap peneliti
dan juga kepercayaan diri peneliti sendiri.
2. Pengamatan terus-menerus
25Arifin, Bimbingan Penyuluhan Islam, 62.
17
Dilakukan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang
sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang diteliti, serta memusatkan
diri pada hal-hal tersebut secara rinci.
3. Trianggulasi
Pemekrisaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar
data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.
Trianggulasi juga bisa disebut sebagai teknik pengujian yang memanfaatkan
penggunaan sumber yaitu membandingkan dan mengecek terhadap data yang
diperoleh. Trianggulasi dilakukan dengan sumber data dan penelitian atau
pengamat lain. Teknik trianggulasi yang digunakan adalah teknik pemekrisaan
yang memanfaatkan penggunaan sumber (wawancara dan trianggulasi) dengan
sumber berarti membandingkan dengan mengecek balik derajat kepercayaan suatu
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode
kualitatif. Trianggulasi ini dilakukan dengan cara :
a. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa
yang dikatakan secara pribadi.
b. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang saling
berkaitan.
c. Mengadakan perbincangan dengan banyak pihak untuk mencapai
pemahaman tentang suatu atau berbagai hal.26
4. Diskusi dengan teman sejawat
Langkah akhir untuk menjamin keabsahan data, peneliti akan melakukan
diskusi dengan teman sejawat, guna memastikan bahwa data yang diterima benar-
benar real dan bukan semata persepsi sepihak dari peneliti atau informan. Melalui
cara tersebut peneliti mengharapkan mendapatkan sumbangan, masukan, dan
saran yang beharga dan konstruktif dalam meninjau keabsahan data.27
26Yanti 164 “Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data” diakses Melalui alamat : https
://yanti164.wordpress.com/2013/11/17/teknik-pemeriksaan-keabsahan-data/ diakses pada 07 Juni
2018. 27Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,
2013), 168.
18
H. Studi Relevan
Untuk menghindari adanya kesan pengulangan atau tindakan plagiat dalam
penelitian, maka penulis akan memaparkan penelitian yang pernah ada dengan
skripsi yang penulis buat antara lain. Skripsi Nur Hasanah, tahun 2015 “ Peran
Petugas Bimbingan Rohani Islam Bagi Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit H.
Abdul Manap Kota Jambi”. Bagaimana Peran Petugas Rohani Islam di rumah
sakit H. Abdul Manap Kota Jambi bagi pasien yang beragama islam bukan hanya
jasmaninya saja yang harus diobati tetapi rohaninya juga. Adanya hubungan
timbal balik antara pemberian layanan bimbingan rohani Islam terhadap proses
penyembuhan pasien terutama yang mengalami rawat inap dirumah sakit H.
Abdul Manap Kota Jambi. Sedangkan Penulisan yang penulis lakukan lebih fokus
pada metode rohaniawan muslim bagi pasien rawat inap.
Skripsi tentang “Peran Bimbingan Rohani Islam Dalam Memelihara
Kesabaran Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Islam Harapan Anda Tegal”.
Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang. Kajian pada penelitian ini adalah
untuk menggambarkan dan mengetahui sejauh mana bimbingan rohani islam
berperan dalam memelihara kesabaran pasien rawat inap di rumah sakit umum
Islam Harapan andaTegal. Dua demensi utama dalam penelitian ini adalah
bimbingan rohani Islam dan memelihara kesabaran pasien, sedangkan penulisan
yang penulis lakukan lebih fokus pada metode rohaniawan Muslim dalam
memotivasi .
Skripsi tentang “Peran Bimbingan Rohani Islam Dalam Memotivasi Pasien
PraPersalinan Di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta”.
FakultasUshuluddin dan Dakwah IAIN Surakarta. Kajian pada penelitian ini
adalah untuk menggambarkan dan mengetahui sejauh mana bimbingan rohani
Islam berperan dalam memotivasi pasien pra persalinan di rumah sakit PKU
Muhammadiyah Surakarta. Dalam penelitian ini adalah memotivasi pasien pra
persalinan sedangkan penulis lebih fokus kepada memotivasi kesembuhan pasien
rawat inap.
19
Skripsi Nurul Islam yang berjudul “Pengaruh Bimbingan Rohani Islam
Terhadap Bantuan Penyembuhan Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Islam
Klaten” pada tahun 2002. Nurul Islam mengkaji hubungan timbal balik antara
pemberian layanan bimbingan rohani Islam terhadap proses penyembuhan pasien
terutama yang mengalami rawat inap dirumah sakit Islam Klaten. Sedangkan
penulisan yang penulis lakukan lebih fokus kepada metode rohaniawan muslim
dalam memotivasi bagi pasien rawat inap .
Skripsi Muhammad Lazi Bin Yusuf, tahun 2009. “Metode Bimbingan dan
Konseling Islam Terhadap Narapidana (Studi Pada Pusat Pemulihan Akhlak,
Jabatan Penjara Masyia, Muar, Negeri Johor). Metode Bimbingan dan konseling
Islam merupakan suatu proses memerlukan dukungan dari berbagai pihak agar
dapat berhasil lima faktor pendukung konseling yaitu Stuktur, inisiatif, tantangan,
kualitas klien dan kualitas konselor, semua aspek diatas perlu saling melengkapi
bagi memastikan pemulihan terhadap narapidana pembangunan rohani yang
membekali narapidana dengan bimbingan keagamaan, melalui bimbingan
keagamaan, pihak pusat pemilihan akhlak, Muar telah mengadakan berbagai
penelitian pendekatan kepada narapidana yang beragama Islam, aktivitas
keagamaan yang dilaksanakan, seperti melakukan ibadah shalat jama’ah, puasa,
membaca Al-Qur’an yang benar, Ilmu hadits, Tauhid, ibadah seperti ceramah-
ceramah Islam. Perbedaan penelitian yang saya buat dimana penelitian saya lebih
memfokuskan kepada metode rohaniawan muslim dalam memotivasi.28
Skripsi Sehibul Huda,tahun 2014 judul, “ Pola Bimbingan Kerohaniawan
Bagi Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Kota Jambi”.
Bagaimana pola (cara) bimbingan kerohanian dilapas II A Kota Jambi bagi
narapidana yang beragama Islam adalah tentang syari’at Islam yaitu dalam
pengenalan Islam di lapas kelas II A Kota Jambi dalam bimbingan kerohanian
bagi narapidana yang beragama Islam dengan cara tentang syari’at Islam, seperti :
Iqro’, shalat, membaca Al-Qur’an, keimanan, doa, zikir, puasa dan wudhu,
tentang orang-orang yang beriman dan bertaqwa, tentang thaharah (bersuci), adab
28Muhammad Lazi Bin Yusof, Metode Bimbimgan dan Konseling Islam Terhadap
Narapidana, (Studi Pada Pusat Pemulihan Akhlak, Jabatan Penjara Masyia Muar, Negeri Johor),
(Skripsi 2009), 64.
20
yang baik, dan tentang mengurus jenazah serta mandi wajib, tausyiah, dan lain
sebagainya. Dalam bimbingan kerohanian bagi narapidana yang beragama Islam
dengan cara taubat nasuha yaitu : menghentikan perbuatan maksiat dan dosa,
menyesali segala dosa yang diperbuat, berjanji dengan sepenuh hati untuk tidak
mengulangi perbuatan dosa dan jika dosa berkaitan dengan orang lain,maka harus
meminta maaf atau menggantikan terlebih dahulu kepada orang yang
bersangkutan.29Perbedaan dengan penelitian yang saya buat dimana penelitian
saya lebih fokus pada pasien rawat inap bagaimana metode rohaniawan muslim
dalam memotivasi bagi pasien rawat inap di rumah sakit Dr. Bratanata Jambi.
29Sehibul Huda, Pola Bimbingan Kerohanian Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan
Kelas II A Kota Jambi, Skripsi 2014), 87.
21
BAB II
PROFIL RUMAH SAKIT DR. BRATANATA JAMBI DAN
ROHANIAWAN MUSLIM
A. Rumah sakit Dr. Bratanata Jambi.
1. Sejarah dan Perkembangan.
Bangunan dan tanah merupakan bekas Militer Hospital pada zaman
penjajahan Belanda, sejak proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, Militer
Hospital Jambi diserahkan dari KNIL kepada TNI-AD. Pada saat penjajahan
Jepang dikuasai oleh Jepang, pada saat clash kedua tahun 1948, diambil alih oleh
Belanda kemudian diserahkan kepada TNI-AD, tahun 1949 karena Rumah Sakit
Umum belum mempunyai gedung sendiri maka untuk sementara waktu
menumpang di Militer Hospital Jambi, Rumah Sakit Umum menempati 70
bagian, Militer Hospital menempati 30 bagian, karena pada saat itu organisasi
TNI-AD baru setingkat Batalyon.
Berdasarkan Sprint Kasad No. SP 1953/1959 tanggal 06 Oktober 1953
Resimen Inf 44-TT-II beralih menjadi Korem Jambi, berdasarkan Sprint tersebut
diatas nama DKAD Komplek Jambi digunakan secara resmi. Berdasarkan Surat
Keputusan Pangdam IV/SWJ No. KPTS-022/1961, Januari 1961, Korem Jambi
diresmikan menjadi Korem Garuda Putih Jambi, bersamaan dengan itu nama
DKAD Komplek Jambi dirubah menjadi Rumah Sakit TK. IV/421 dan Kesrem.
Berdasarkan Skep Kasad No. Skep/76/X/1985 tanggal 25 Oktober 1985,
organisasi tugas kesehatan komando darat militer Rumah Sakit TK/IV/421
berubah menjadi Rumah Sakit TK. IV 02-07-03 dan Kesrem berubah menjadi
Denkesyah 02.04.02. Berdasarkan Surat Pangdam II/SWJ No.B/968/IX/2004
tanggal 10 September 2004 nama Rumah Sakit TK.IV 02-07-03 berubah menjadi
Rumah Sakit Dr. Bratanata Unang Jambi.
Rumah sakit dr. Bratanata terletak di Jalan Raden Mattaher No. 33 Jambi,
lebih dikenal dengan sebutan Rumah Sakit DKT berdiri sejak tahun 1918
merupakan gedung peninggalan Belanda yang difungsikan mempunyai tugas
21
22
pokok sebagai tempat pelayanan dan pengobatan para Prajurit Tentara, PNS TNI
dan keluarga serta juga berperan ganda membantu masyarakat umum dalam
memberikan pelayanan dan pengobatan.
2. Visi dan Misi
a. Visi
Menjadi Rumah Sakit kebanggaan TNI yang berdaya saing sekaligus
global sekaligus menjadi tempat pelayanan kesehatan unggulan bagi
masyarakat.
b. Misi
1. Memenuhi kebutuhan anggota TNI dan keluarganya akan pelayanan
kesehatan sesuai kemampuan dan fasilitas yang tersedia.
2. Memberikan pelayanan kesehatan secara paripurna kepada masyarakat
dengan tidak membedakan status sosial.
3. Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia sehingga dapat
berperan dalam mengembangkan dan kemajuan rumah sakit.
B. Profil Rohaniawan Muslim di Rumah Sakit Dr. Bratanata
1. Struktur Organisasi Rohaniawan Muslim
Managemen rohaniawan muslim di rumah sakit bisa berjalan optimal, maka
diperlukan struktur organisasi yang jelas dan teratur . Struktur organisasi tersebut
berfungsi mengatur kedudukan, tugas dan tanggung jawab petugas rohaniawan
muslim, khusus rumah sakit Dr. Bratanata Jambi belum memiliki stuktur
organisasi dalam pelaksanaan bimbingan, dalam hal ini seorang rohaniawan
muslim bekerja dengan pengalaman yang didapatkan ketika melihat dan
mempelajari metode-metode rohaniawan muslim di RSUD Raden Mattaher, dan
pengalaman yang dimilikinya, akan tetapi dalam pelaksanaannya rohaniawan
muslim dalam memberikan bimbingan rohani Islam berjalan sesuai dengan yang
diinginkan.30
30Abdullah dan Hatta, Petugas Rohaniawan Muslim, Wawancara Dengan Penulis, 22
Februari 2019, Rumah Sakit Dr. Bratanata Jambi, Catatan Penulis
23
Berdasarkan hasil wawancara dengan rohaniawan muslim Abdullah dan
Hatta selaku pembimbing rohani Islam di Rumah Sakit Dr. Bratanata Jambi,
mereka menjelaskan :
[S]ebagai seorang rohaniawan muslim di rumah sakit Dr. Bratanata
Jambi ini, mempunyai tugas dan fungsi layaknya seperti perawat lainnya,
dalam hal stuktur kepegawaian rumah sakit kita berdua masuk dibagian
stuktur keperawatan dan pelayanan, bagian non medis, akan tetapi tidak
tertulis dengan nyata.31
Jadi, rohaniawan muslim tidak tertulis secara nyata dalam struktur
organisasi rumah sakit Dr. Bratanata Jambi.
2. Keadaan Rohaniawan Muslim
Rumah sakit Dr. Bratanata Jambi memiliki tiga orang rohaniawan muslim
yaitu rohaniawan pertama H. Abdullah yang merupakan alumni Pondok Pesantren
di Tahtul Yaman, dan rohaniawan kedua yaitu H. Hatta, S.Ag yang merupakan
alumni S1 jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Sunan Gunung Djati, kemudian
rohaniawan yang ketiga yaitu Arbaiyah merupakan alumni S1 jurusan Pendidikan
Agama Islam di STAI Ma’arif Jambi, walaupun beliau bertiga berbeda alumni
akan tetapi mereka cukup profesional menjadi seorang rohaniawan muslim,
rohaniawan Abdullah, Hatta dan Arbaiyah di rumah sakit Dr. Bratanata jambi
bekerja sudah hampir 12 tahun beliau bertiga memiliki peran penting dalam
terlaksananya bimbingan rohani Islam di rumah sakit Dr. Bratanata Jambi, dalam
hal ini rohaniawan Abdullah, Hatta dan rubaiah memiliki fungsi sebagai berikut :
a. Pelaksana bimbingan rohani Islam bagi pasien rawat inap.
b. Memberikan santunan rohani kepada pasien agar pasien dapat sehat
secara fisik dan batinnya.
c. Memberikan motivasi kepadapasien agar pasien termotivasi cepat
sembuh, dan memberikan motivasi kepada keluarga pasien agar
diberikan kesabaran.
d. Memberikan bimbingan rohani Islam dengan memasuki ruangan-ruangan
pasien.
e. Mendoakan pasien agar diberikan kesabaran dan ketenangan.
31Abdullah dan Hatta, Petugas Rohaniawan Muslim, Wawancara Dengan Penulis, 22
Februari 2019, Rumah Sakit Dr. Bratanata Jambi, Catatan Penulis
24
Seorang rohaniawan muslim hanya bertugas sebagai pembimbing saja diluar
itu bukan tanggung jawab seorang rohaniawan muslim, dalam pelaksanaanya
bimbingan rohani Islam tetap berjalan dengan baik.
3. Keadaan Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana untuk rohaniawan muslim merupakan bagian integral
yang tidak dapat dipisahkan dari pelaksanaan program bimbingan rohani Islam,
akan tetapi dirumah sakit Dr. Bratanata Jambi tidak memiliki ruangan bagi
petugas rohaniawan muslim.
Seorang petugas rohaniawan muslim memberikan bimbingan dengan cara
masuk keruangan-ruangan pasien untuk memberikan bimbingan, dalam hal ini
tidak terlalu lama untuk satu pasien waktu pemberian bimbingan rohani sekitar 5-
10 menit.32
Berdasarkan hasil wawancara dengan rohaniawan Abdullah selaku
rohaniawan muslim dirumah sakit Dr. Bratanata Jambi, beliau menjelaskan :
[S]aya memberikan bimbingan kepada pasien melakukannya setiap hari
selasa, rabu dan kamis, dalam pelaksanaannya dimulai dari jam 08.30
wib sampai 10.00 wib, dan masuk keruangan-ruangan pasien dan
memberikan bimbingan kepada pasien yang beragama muslim dan jika
ada agama non muslim yan meminta diberi bimbingan dan didoakan
beliau pun mengabulkannya permintaan pasien tersebut, dalam
memberikan bimbingan lama waktu memberikan berbeda-beda tapi rata-
rata 5-10 menit.
Meskipun demikian rohaniawan muslim tidak pernah memberikan
bimbingan rohani Islam untuk membingungkan pasien dengan keyakinannya dan
juga tidak untuk mengajak atau mempengaruhi pasien untuk berpindah keyakinan.
32Abdullah, Petugas Rohaniawan Muslim, Wawancara Dengan Penulis, 22 Februari 2019,
Rumah Sakit Dr. Bratanata Jambi, Catatan Penulis.
25
BAB III
PELAKSANAAN METODE BIMBINGAN ROHANI ISLAM OLEH
ROHANIAWAN MUSLIM DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI
TERHADAP PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT DR.
BRATANATA JAMBI
A. Bimbingan Rohani Islam Oleh Rohaniawan Muslim Terhadap Pasien Rawat
Inap Di Rumah Sakit Dr. Bratanata Jambi
Al-Qur’an memerintahkan umat Islam untuk melakukan kewajiban
berdakwah kepada siapa saja, tak terkecuali kepada pasien. Al-Qur’an
merupakan sumber ajaran agama Islam yang menjadi landasan dasar dalam
berdakwah. Bimbingan Rohani pasien merupakan salah satu bagian dari
kegiatan dakwah karena merujuk kepada landasar dasar dakwah, membimbing
pasien juga merupakan kewajiban dakwah seorang muslim.
Menurut penuturan rohaniawan Abdullah dan Hatta selaku rohaniawan
muslim di rumah sakit Dr. Bratanata Jambi :
[D]iajarkan agama Islam, agama adalah nasehat tentang orang sakaratul
maut ajarkanlah dan bimbinglah orang-orang yang mendekati kematian,
orang-orang yang gelisah. Di berikan kepada empat kelompok koma,
gelisah, sakit biasa dan keluarga pasien. Dengan bimbingan diharapkan
pasien bisa tenang dalam menjalani pengobatan dan sabar menanti
kesembuhan.33
Pasien yang sakit memerlukan bantuan dorongan mental. Hal ini adalah
sisi kebutuhan lain yang tidak boleh diabaikan.34Pasien yang sakit selalu
dihadapkan pada perasaan, yaitu timbulnya goncangan mental dan jiwa
mengenai penyakit yang dideritanya. Orang sakit bukan hanya memerlukan
bantuan fisik saja tetapi juga bantuan non fisik berupa bimbingan rohani Islam.
Bimbingan rohani Islam adalah pelayanan yang memberikan bantuan
rohani kepada pasien dan keluarganya dalam bentuk pemberian motivasi agar
33Abdullah dan Hatta, Petugas Rohaniawan Muslim, Wawancara Dengan Penulis, 22
Februari 2019, Mushola Rumah Sakit Dr. Bratanata, Rekaman Audio. 34Isep Zainal Arifin, Bimbingan Penyuluhan Islam, (Jakarta : Rajawali Press, 2009), 65
25
26
tabah dan sabar dalam menghadapi cobaan,dengan memberikan tuntunan do’a,
cara suci, shalat dan amalan ibadah yang dilakukan dalam keadaan sakit.35
Orang sakit tentunya merasakan tubuhnya tidak enak dan tidak stabil.
Peran rohaniawan muslim sangat diperlukan sekali guna penyembuhan dari
segi psikisnya. Bimbinga rohani Islam sangat penting bagi penyadaran orang
sakit, yang dalam penelitian ini, para pasien rawat inap yang ada di rumah sakit
Dr. Bratanata Jambi. Rohaniawan muslim terus melakukan bimbingan agar
pasien selalu menjalankan perintah agama.
Bimbingan rohani islam adalah suatu pelayanan bantuan yang diberikan
perawat rohani islam kepada pasien atau orang yang membutuhkan yang
sedang mengalami masalah dalam hidup keberagamaannya, ingin
mengembangkan dimensi dan potensi keberagmaanya seoptimal mungkin,
baik secara individu maupun secara kelompok, agar menjadi manusia yang
mandiri dan dewasa dalam beragama, dalam bimbingan akidah, ibadah, akhlak
dan muamalah, melalui berbagai jenis pelayanan dan kegiatan pendukung
berdasarkan keimanan dan ketaqwaan yang terdapat dalam Al-Qur’an dan
Hadist.
Bimbingan rohani Islam untuk orang sakit sangat dibutuhkan dalam
masa perawatan karena orang sakit perlu mendapatkan terapi untuk menjaga
kesehatan pribadinya. Di sini, rohaniawan muslim berperan langsung
menangani atau membantu orang sakit sekaligus memberikan terapi.
Proses pengobatan dan penyembuhan suatu penyakit, apakah mental,
spiritual, moral maupun fisik dengan melalui bimbingan Al-Qur’an dan As-
Sunnah.
Sedangkan bimbingan rohani Islam pada pasien adalah kegiatan yang di
dalamnya terjadi proses bimbingan dan pembinaan rohani kepada pasien di
rumah sakit sebagai upaya penyempurnaan ikhtiar medis dengan ikhtiar
spiritual. Proses bimbingan yang telah dilakukan oleh tenaga kerohanian yang
35Bukhori Baidi, Optimalisasi Sistem Pelayanan Kerohanian Bagi Pasien Rawat Inap,
laporan Penelitian, (Semarang : Pusat Penelitian Walisongo, 2005), 33
27
merupakan usaha untuk memberikan ketenangan dan kesejukan hati dengan
dorongan dan motivasi untuk tetap bersabar, bertawakal, dan senantiasa
menjalankan kewajibannya sebagai hamba Allah.36
Bimbingan rohani Islam sebagai terapi keagamaan sangat diperlukan
dalam upaya memberikan suatu nasehat kepada pasien atau orang sakit untuk
mengikuti petunjuk agama Islam agar mereka selalu mengingat Allah dan
bersabar dalam menghadapi cobaan.37
Oleh karena itu, dirumah sakit dibutuhkan seorang rohaniaan muslim,
pasien yang sedang sakit membutuhkan pengobatan fisik, selain itu juga
membutuhkan pendekatan-pendekatan secara individual baik dari para dokter,
perawat medis maupun rohaniawan muslim.
Urgensi bimbingan rohani Islam oleh rohaniawan muslim terhadap
kondisi pasien.38
1. Menyakinkan pasien untuk optimis terhadap kesembuhan penyakitnya.
2. Menyakinkan pasien untuk mengikuti proses perawatan dengan baik
sampai sembuh.
3. Menyadarkan pasien perihal berbagai konsep sehat dan sakit menurut
ajaran Islam.
4. Memahamkan pasien bahwa kondisi kejiwaan sangat berpengaruh terhadap
kesehatan jasmani.
5. Mengajak pasien untuk bersikap tenang dan sabar sebagai wujud terapi
untuk mempercepat kesembuhan.
6. Membantu individu menyesuaikan diri terhadap gangguan kesehatan
sepanjang siklus hidupnya.
7. Memberikan perto;ongan kepada pasien yang mengalami kegelisahan
dalam menghadapi penyakitnya.
36Salim, Samsudin, Bimbingan Rohani Pasien Upaya Mensinergikan Layanan Medis
dan Spiritual di Rumah Sakit. (Seminar Nasional, 2005). 37Umi Haniatu, “Urgensi Bimbingan Rohani Islam”, diakses melalui alamat
http://library.Walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/29/jtptiain-gdl-s1-2006-
umihaniatu1416bab2_110-0.pdf, tanggal 21 Maret 2019. 38Abdullah, Petugas Rohaniawan Muslim, Wawancara Dengan Penulis, 25 Februari 2019,
Rumah Sakit Dr. Bratanata Jambi, Catatan Penulis.
28
8. Memberikan bimbingan tentang makna sakit secara agamis.
9. Memberikan pertolongan kepada pasien yang mengalami sakarotul maut,
dan mendampingi agar pasien meninggal dalam khusnul khotimah.
10. Menolong keluarga untuk dapat menerima kondisi atau kematian pasien.
11. Membantu pasien menyelesaikan segala permasalahan yang dapat
menghambat kesembuhannya.
12. Mengajarkan kepada pasien untuk berikhtiar dalam menghadapi sakit yaitu
berobat pada ahlinya (berikhtiar dengan cara-cara yang benar).
13. Mengingatkan pasien agar tetap menjalankan ibadah sesuai dengan
kemampuannya.
14. Mengusahakan agar pasien memperhatikan berbagai hal yang mendukung
kesembuhan seperti kebersihan pakaian dan tempat tidur.
15. Memberikan kekuatan moril kepada pasien yang akan menjalankan operasi
atau sedang kesakitan.
16. Membantu pasien dan keluarga dalam mengatasi masalah psikis, sosial, dan
agama agar mempercepat kesembuhan pasien.
17. Melakukan pendampingan/advokasi pada pasien dan keluarganya yang
menderita trauma atau kritis.
B. Metode Pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam Oleh Rohaniawan Muslim
Terhadap Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Dr. Bratanata Jambi.
Metode merupakan salah satu strategi atau cara yang digunakan dalam
proses yang hendak dicapai, semakin tepat metode yang digunakan maka akan
semakin baik. Metode berasal dari kata methodos dalam Bahasa Yunani yang
berarti cara atau jalan.
Metode adalah cara teratur yang digunakan untuk suatu pekerjaan agar
tercapai sesuai dengan yang dikehendaki, cara kerja yang bersistem untuk
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang
29
ditentukan.39Metode adalah jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu
tujuan, karena kata metode berasal meta yang berarti melalui dan bodos berarti
jalan. Metode lazim diartikan sebagai jarak untuk mendekati masalah sehingga
diperoleh hasil yang memuaskan, sementara teknik merupakan penerapan
metode tersebut dalam praktek.40
Metode adalah salah satu cara yang dilalui untuk mencapi tujuan.
Adapun metode yang digunakan oleh rohaniawan muslim dalam memberikan
layanan rohani pasien yaitu dengan menggunakan metode langsung dan tidak
langsung, dimana rohaniawan muslim melakukan komunikasi tatap muka
(face to face). Sedangkan dalam garis besarnya teknik penyampaian layanan
rohaniawan muslim di rumah sakit Dr. Bratanata dapat dikelompokkan
sebagai berikut :
1.Metode langsung (dengan lisan)
Metode langsung adalah metode yang dilakukan di mana
pembimbing (rohaniawan) melakukan komunikasi langsung (bertatap muka
dengan pasien). Bahwa bimbingan langsung berarti pelayanan bimbingan
yang diberikan kepada klien oleh tenaga bimbingan (rohaniawan) sendiri,
dalam suatu pertemuan tatap muka dengan satu klien atau lebih.41 Metode ini
dapat disampaikan dengan tiga acara yaitu :
a. Face to face
Metode yang pertama yaitu metode langsung face to face. Metode
ini dilakukan dengan kunjungan langsung, dikarenakan pasien rumah
sakit tidak dalam ruangan yang sama, selain itu juga mempertimbangkan
kondisi fisik pasien. Dalam pelaksanaanya petugas rohani sebelum
menyampaikan materi terlebih dahulu, mengucapkan salam terlebih
dahulu selanjutnya memperkenalkan diri dan mengajak pasien untuk
39Setiawan Topan , “MetodePenelitian” , diakses melalui alamat
https://setiawantopan.wordpress.com/2012/02/22/metode-penelitian-dan-metode-penelitian/,
tanggal 22 Maret 2019. 40Isep Zainal Arifil, Bimbingan Penyuluhan Islam, (Jakarta : Rajawali Press, 2009), 43. 41Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Jakarta : Gramedia
Widiasarana Indonesia, 1991), 39.
30
berbincang-bincang atau berdialog tentang masalah-masalah yang
berhubungan dengan agama seperti shalat, do’a-do’a dan lain-lain.
Dialog tentang keagamaan tersebut dikemas sedemikian rupa sehingga
pasien tidak merasa diceramahi jadi petugas rohani berusaha
mengarahkan pembicaraan tentang penyakit ataupun keluhan pasien.
Bimbingan rohani dengan metode ini berupa pemberian nasehat-nasehat
islami. Nasehat-nasehat islami tersebut berupa kata-kata yang
membangun motivasi pasien dan membangkitan semangat. Karena
penderita sangat heterogen, santunan spiritual cara ini sangat efektif.
Disamping itu penderita yang dilarang berjalan juga dapat didatangi.
b. Media Air
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Metode bimbingan yaitu
metode langsung adalah metode yang dilakukan di mana pembimbing
(rohaniawan muslim) melakukan komunikasi langsung (bertatap muka dengan
pasien). Dari metode di atas dapat memberikan gambaran tentang metode
yang selayaknya digunakan oleh para rohaniawan muslim dalam melakukan
bimbingan kepada para pasien di Rumah Sakit.
C. Pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam Oleh Rohaniawan Muslim Terhadap
Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Dr. Bratanata Jambi.
Pelaksanaan bimbingan rohani Islam oleh rohaniawan muslim bagi
pasien rawat inap di rumah sakit Dr. Bratanata Jambi dilakukan dengan tahap-
tahap yang biasa dilakukan oleh seorang rohaniawan muslim pada umumnya,
sebelum memberikan bimbingan rohani Islam rohaniawan muslim harus
mengoreksi dirinya terlebih dahulu baik dari segi kesehatan, keahlian dalam
pelaksanaan bimbingan rohani Islam, pengetahuan tentang bimbingan rohani
Islam, apakah dirinya sudah merasa baik atau belum.
Pukul 08.00 rohaniawan muslim mengunjungi pasien ke ruangan.
Sebelum mengunjungi pasien, rohaniawan muslim mencari informasi pasien
yang akan di bimbing dengan perawat yang bertugas di ruangan tersebut.
Rohaniawan bertanya kepada perawat lalu perawat memberikan sebuah buku
31
khusus rohaniawan dan rohaniawan melihat pada buku tersebut lalu jika di
buku ada nama pasien yang mau di beri bimbingan maka rohaniawan akan
bertanya pasien tersebut diruangan mana dan nomor berapa ruangannya, maka
dengan sendirinya salah satu perawat akan menunjukkan sekaligus
mengantarkan rohaniawan muslim ke ruangan pasien yang akan di beri
bimbingan.
Adapun tahap-tahap dalam pelaksanaan bimbingan rohani Islam oleh
rohaniawan muslim ini sebagai berikut :42
1. Tahap awal yang harus di lakukan oleh rohaniawan muslim dalam
pelaksanaan bimbingan rohani Islam ketika pasien sedang sakit terlebih
dahulu mengetuk pintu, lalu mengucapkan salam. Saat masuk kedalam
ruangan rohaniawan muslim memeberikan senyuman yang tulus kepada
pasien maupun keluarga pasien. Karena menurut rohaniawan muslim,
senyum adalah daya pikat nomor satu dalam pembedaan mendasar antara
senyum komunikasi. Perlu di ingat bahawa seorang rohaniawan muslim,
dalam hal ini pembimbing rohani di rumah sakit dengan senyum-senyum
yang lain, adalah senyum yang tulus yang terpancar dari hati. Fungsinya
yaitu membantu menghilangkan kecurigaan terlebih dari pasien. Ekspresi
perhatian kepada pasien diharapkan dapat menenangkan pasien. Menyapa
dengan baik dan sopan, memeberikan kesan simpatik terhadap pasien, agar
saat proses pelaksanaan bimbingan rohani Islam pasien tidak merasa
terganggu ataupun marah, karena pasien yang sakit biasanya cenderung
emosi.
2. Memperkenalkan diri kepada pasien dengan bahasa dan sikap santun, ramah
dan penuh perhatian serta menunjukkan sikap ikut prihatin atas cobaan
penderitaan sakit yang diterimanya. Karena dikhawatirkan jika datang
secara tiba-tiba aka nada kebingungan tersendiri baik dari pasien ataupun
keluarga pasien, menjalin komunikasi yang baik sehingga proses
bimbingan rohani Islam berjalan dengan baik. Agar lebih dekat secara
42Hatta, Petugas Rohaniawan Muslim, Wawancara Dengan Penulis, 26 Februri 2019,
Rumah Sakit Dr. Bratanata Jambi, Catatan Penulis
32
emosi dengan pasien maupun keluarga pasien, rohaniawan muslim bertanya
tentang nama pasien, asal pasien, keadaan pasien, dan hal lain yang
dianggap perlu.
3. Ketika proses pelaksanaan bimbingan rohani Islam dilakukan pasien yamg
masih dalam kondisi normal artinya bisa diajak komunikasi dengan baik
maka, pemberian bimbingan rohani Islam dilakukan dengan cara :43
a. Pasien dan keluarganya diajak berdoa bersama yang dibimbing oleh
petugas rohani (rohaniawan muslim) serta pasien dan keluarganya
dianjurkan untuk selalu sering berdo’a sendiri.
b. Pasien diberi pengertian agar dapat memahami segala cobaan dan ujian
yang sedang dihadapinya dengan sabar dan ikhlas.
c. Pasien dan keluarganya selalu diingatkan agar selalu ingat kepada Allah
dan tidak meninggalkan ibadah seperti sholat dan memebaca Al-Qur’an.
d. Pasien diberi pengertian kalau penyakit yang sedang dideritanya berasal
dari Allah SWT dan Allah pula yang akan menyembuhkannya.
e. Pasien dan keluarganya diberi pengertian dan dianjurkan untuk tidak
berobat kepada pengobatan yang dilarang oleh agama seperti
pengobatan kedukun, paranormal dan lain sebagainya.
f. Menumbuhkan sikap optimis kepada pasien bahwa penyakitnya akan
cepat sembuh.
g. Pasien diarahkan untuk tidak banyak berfikir, terutama bagi pasien yang
ekonominya lemah diarahkan untuk tidak memikirkan biaya pengobatan
dulu. Serta bagi pasien yang sakit karena banyaknya masalah maka
dianjurkan untuk bisa tidak memikirkan masalahnya dulu.
h. Selanjutnya tanyakan kondisi pasien dan keluhan pasien apa yang
sedang dirasakannya, ketika pasien ditanya tentang keluhan banyak yang
mengatakan bahwa minum obat terus menerus tapi penyakit tak kunjung
sembuh, dan bahkan menghabiskan waktu dirumah sakit tapi tak ada
perubahan, disinilah rohaniawan sangat diperlukan untuk memberikan
43Hatta, Petugas Rohaniawan Muslim, Wawancara Dengan Penulis, 26 Februari 2019,
Rumah Sakit Dr. Bratanata Jambi, Catatan Penulis.
33
sedikit nasehat agar mengerti tentang faedah sakit, dan hendaknya
rohaniawan muslim mendekati pasien, menjelaskan secara perlahan agar
pasien mengerti atas apa yang disampaikan dan membutuhkan waktu
sekitar 5-10 menit untuk satu pasien.
Contoh :
Pasien tersebut seorang ibu-ibu, ditanya kabarnya terlebih dahulu, kemudian
lontarkan beberapa pertanyaan misalnya sudah berapa hari dirawat, dan
bagaimana perkembangannya , sehingga ketika pasien berbicara tentang
keluhan-keluhannya disitulah rohaniawan muslim sampaikan bahwa penyakit
datangnya dari Allah, dan sebagai hamba yang baik haruslah sabar dan ikhlas
atas ketentuan Allah, semoga dengan sakit tersebut dosa yang ada pada diri
pasien dapat berguguran dan masih banyak hikmah yang lain dibalik rasa sakit
yang Allah berikan, setelah itu sampaikan kewajibannya.
4. Mendoakan pasien, pasien yan sakit memerlukan bantuan dorongan mental.
Proses memberikan bimbingan pelayanan doa kepada pasien di rumah sakit
dapat dilakukan dengan beberapa proses.44
a. Pada saat memberikan bimbingan hendaknya rohaniawan muslim adalah
orang yang professional dari segi Agama.
b. Pada dasarnya kekuatan doa adalah untuk memberikan sedikit ketenangan
untuk pasien agar bisa menjalani ujian yang Allah beri, semoga sakit ini
bisa memberi hikmah dalam hidupnya.
Dalam memberikan bimbingan doa dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut:45
1) Dipimpin untuk beristigfar.
2) Kemudian pasien dituntun untuk membaca Al-Fatihah secara perlahan.
3) Pasien ikut mengaminkan doa-doa yang dibaca oleh rohaniawan muslim.
44Hatta, Petugas Rohaniawan Muslim, Wawancara Dengan Penulis, 26 Februari 2019,
Rumah Sakit Dr. Bratanata Jambi, Catatan Penulis. 45Hatta, Petugas Rohaniawan Muslim, Wawancara Dengan Penulis, 26 Februari 2019,
Rumah Sakit Dr. Bratanata Jambi, Catatan Penulis.
34
4) Dan jika keadaan pasien memungkinkan pasien dipersilahkan untuk
membaca doa sendiri yang diketahui dan rohaniawan muslim ikut
mengaminkan.
Menurut penuturan rohaniawan muslim Arbaiyah adapun doa yang sering
digunakan oleh rohaniawan muslim di Rumah Sakit Dr. Bratanata Jambi :
[S]eperti do’a malaikat kepada manusia contohnya mohon ampunan, minta
bukakan pintu taubat, dan rahmat Allah karna siang dan malam adalah
bagian rahmat Allah, jadi kalau orang minta rahmat Allah cakupannya luas.
Sehat juga sudah cakupan rahmat Allah.46
Cara pemberian layanan bimbingan diatas dengan tujuan agar pasien
maupun keluarganya dapat menyadari kembali akan eksistensinya sebagai
mahluk Allah SWT. Sedangkan pemberian bimbingan rohani kepada anak-anak,
rohaniawan muslim lebih banyak bercerita, memotivasi dan slalu mengingatkan
agar makan dan minum secara teratur, tidak boleh jajan disembarang tempat,
jangan lupa minum obat dan lainnya. Disamping itu rohaniawan muslim
memberikan bimbingan kepada keluarganya agar tetap sabar dan slalu
memotivasi dan membesarkan hati sang anak.
5. Wawancara dengan rohaniawan muslim Arbaiyah selaku pembimbing rohani
Islam di rumah sakit Dr. Bratanata Jambi, beliau mengatakan :
[D]iajarkan cara-cara beribadah ketika pasien sakit seperti berwudhu,
tayammum dan sholat. Pada saat pasien sakit kebanyakan mereka tidak
mengetahui cara-cara ibadah, dan mereka lupa untuk beribadah, dan bahkan
takut untuk sholat karena merasa diri mereka kotor atau najis, pada saat itu
saya bahwa kalau orang sakit jika hendak beribadah dan mengambil air
wudhu sementara dalam keadaan sakit apa lagi menggunakan infus, dan
ada pasien yang tidak bisa kena air maka bisa diganti dengan
bertayammum. Menyapu muka dengan debu yang menempel pada dinding
atau tampat lain :47
Adapun bimbingan ibadah yang dilakukan rohaniawan muslim dirumah
sakit Dr. Bratanata Jambi meliputi :48
a. Bimbingan Wudhu
46Arbaiyah, Petugas Rohaniawan Muslim, Wawancara Dengan Penulis, 27 Februari 2019,
Rumah Sakit Dr. Bratanata, Rekaman Audio. 47Arbaiyah, Petugas Rohaniawan Muslim, Wawancara Dengan Penulis, 27 Febuari 2019,
Rumah Sakit Dr. Bratanata Jambi, Catatan Penulis. 48Arbaiyah, Petugas Rohaniawan Muslim, Wawancara Dengan Penulis, 27 Februari 2019,
Rumah Sakit Dr. Bratanata Jambi, Catatan Penulis.
35
Bimbingan wudu yan dilakukan rohaniawan muslim adalah
memberikan pengetahuan wudhu dan tatacara wudhu kepada pasien
meliputi:
1) Pengertian Wudhu
Secara Bahasa, wudhu berasal dari kata wadha-wadhu’a-wudhuan
yang berarti bersih, baik atau elok. Al-wadha’ah berarti keelokan,
keindahan dan kebersihan. Pendek kata, derivasi kata-kata tersebut
terkait dengan gambaran kebersihan, kebaikan dan keelokan. Dalam
terminology fiqih, wudu berarti membersihkan beberapa bagian tubuh
dengan air sebelum mendirikan shalat.49
2) Rukun atau Fardhu Wudu
a) Niat karena Allah.
b) Membasuh muka.
c) Membasuh kedua tangan sampai siku.
d) Menyapu kepala.
e) Membasuh kedua telapak kaki.
f) Tertib.50
b. Bimbingan Tayammum
Bimbingan tayammum yang dilakukan rohaniawan muslim ialah
memberikan pengetahuan tatacara tayammum kepada pasien meliputi :
1) Pengertian Tayammum
Secara Bahasa tayamum berasal dari kata tayammum yang berarti
bersengaja atau tujuan. Akan tetapi, arti tayamum secara syara adalah
menyapu muka dan kedua tangan dengan debu dari tanah atau debu yang
menempel didinding, dibatu atau tempat-tempat lain.51
2) Syarat Umum Tayamum
a) Sudah masuk waktu shalat.
49Isep Zainal Arifin, Bimbingan Penyuluhan Islam Pengembangan Dakwah Bimbingan
Psikoterapi Islam, (Jakarta : Rajawali Press, 2009), 81 50Hasbullah Ahmad, Mewujudkan Ketenangan Jiwa, (Jakarta Selatan : Gaung Persada
Press, 2012), 31. 51Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam, (Yogyakarta : Fajar
Pustaka Baru, 2004), 182.
36
b) Sudah berusaha mencari air atau sudah diketahui sulit mendapat air
atau tidak dapat menggunakan air kerena beberapa sebab.
c) Dengan debu dari tanah atau debu umumnya.
d) Membersihkan terlebih dahulu najis apabila terdapat material najis
(yaitu dengan teknik istinja).
3) Rukun atau Fardhu Tayamum
a) Niat karena Allah.
b) Mengusap muka dengan debu tanah atau debu lain.
c) Mengusap kedua tangan dengan debu tanah atau debu lain.
d) Menertibkan rukun-rukun, yaitu dikerjakan secara berurut mengusap
muka dahulu baru tangan.52
Dasar bertayamum adalah Al-Qur’an surah Al-Maidah (5) : 6
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan
shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah
52Isep Zainal Arifin, Bimbingan Penyuluhan Islam Pengembangan Dakwah Bimbingan
Psikoterapi Islam, 90.
37
kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu
junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali
dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak
memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah
mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu,
tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya
bagimu, supaya kamu bersyukur. (QS. Al-Maidah : 6)53
Menurut penuturan Hatta selaku rohaniawan muslim di rumah sakit
Dr. Bratanata Jambi:
[T]idak dipaksa dalam mengerjakan sholatnya, apalagi jika ditemukan
pasien yang benar-benar tidak bisa melaksanakan sholat lagi, hanya saja
kita selaku orang yan beriman wajib untuk mengingatkan satu sama lain
tentang sholat dan ibadah pasien, dijelaskan bahwa ketika tidak bisa sholat
dalam keadaan berdiri maka dipersilahkan untuk sholat duduk, tidak bisa
duduk dengan berbaring, tidak bisa berbaring dengan isyarat.54
Jadi dalam pelaksanaannya shalat bagi pasien dapat dilaksanakan
melalui beberapa cara sebagai berikut :55
c. Materi yang di Sampaikan Oleh Rohaniawan Muslim yaitu Bimbingan
Shalat Untuk Orang Sakit56
1) Tetap menutup aurat, dalam keadaan suci, yaitu tidak berhadas besar
atau kecil, berwudu atau bertayamum (sendiri atau dibantu orang lain,
seperti oleh perawat medisyang mampu atau khusus perawat rohani),
badan, pakaian, dan tempatnya bersih dari najis.
2) Jika terpaksa tidak dapat steril dari material atau unsur-unsur najis,
lakukanlah shalat apa adanyan walaupun dalam konsdisi terkena najis
atau tidak dapat menghindari hal-hal yang terkait dengan najis.
3) Bila pasien masih dapat bergerak dengan normal, sebaiknya lakukanlah
shalat dengan berdiri, baik melaksanakannya sendiri, dibantu orang lain
53Al-Muyassar, Al-Qur’an dan Terjemahnya oleh Anwar Abu Bakar yang disempurnakan
oleh Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an , (Bandung Sinar Baru Algesindo, 2015), Hal 55
54Hatta, Petugas Rohaniawan Muslim, Wawancara Dengan Penulis, 28 Februari 2019,
Catatan Penulis. 55Hatta, Petugas Rohaniawan Muslim, Wawancara Dengan Penulis, 28 Februari 2019,
Catatan Penulis. 56Isep Zainal Arifin, Bimbingan Penyuluhan Islam Pengembangan Dakwah Bimbingan
Psikoterapi Islam, 102.
38
atau ikut berjamaah dimushalla atau masjid kecuali ada saran dari dokter
untuk tetap ditempat, lakukanlah shalat ditempat.
4) Jika pasien tidak dapat shalat dengan berdiri, lakukanlah shalat sambil
duduk. Caranya : ambillah posisi duduk iftirasy dengan menghadap
kiblat, kemudian takbiratul ihram seperti biasa dalam keadaan normal.
Pada waktu ruku cukup dengan meletakkan kedua tangan dilutut diikuti
dengan menundukkan kepala, bangkit dari ruku jika mampu dengan
mengangkat kedua tangan sambal membaca sami’allahu.., kemudian
sujud dilakukan seperti biasa.
5) Jika tidak mampu bersujud karena berat atau sakit dikepala yang luar
biasa, atau terdapat organ yang terganggu jika ditekuk, ini pun cukup
menundukkan kepala dan sedikit membungkuk kedepan atau dengan
isyarat sedikit menunduk. Pada waktu tasyahud akhir jika mampu
lakukan dengan mengambil posisi duduk tahiyat akhir (tawarruk) seperti
biasa, tetapi jika terasa sulit cukup dalam posisi awal, yaitu duduk
iftirasy kemudian mengakhiri sahalat.
6) Apabila pasien tidak mampu melakukan shalat sambil duduk, lakukan
shalat sambil berbaring. Usahakan dapat menghadap kiblat, caranya jika
kebetulan posisi tempat tidur pasien kepalanya diutara dan kaki diarah
selatan, tinggal miringkan posisi tubuh untuk menghadap ke kiblat
kemudian lakukan shalat sesuai dengan kemampuan pasien dalam tata
gerakan shalat. Jika mengambil posisi menghadap kiblat sulitkarena
berbagai hal, lakukan shalat dengan posisi dimana pasien berada atau
menghadap kemana pasien mampu atau dapat.
7) Jika pasien tidak mampu shalat dengan berbaring, lakukanlah dengan
terlentang, arah kiblat, takbiratul ihram dengan gerkan-gerakan lainnya
cukup dengan gerakan sederhana semampunya dengan posisi apa
adanya, seperti mengangkat tangan, anggukan kepala dan lain-lain. Jika
ini pun tidak mampu, tetapi kesadarannya masih berfungsi, cukuplah
dengan memakai isyarat yang dia mamapu, misalnya dengan kedipan
39
mata dengan takbir dan bacaan lainnya sesuai dengan yang masih dapat
dilakukan.
8) Jika dengan isyarat juga tidak mampu, tatapi pikirannya masih berjalan
dengan normal dan baik, pasien cukup melakukan shalat dalam hati.
Dalam hal ini jika segala kemampuan motorik sudah tidak ada lagi,
tetapi kognisi dan kesadarannya masih berjalan, maka segala persyaratan
terutama yang terkait dengan tata gerak motorik atau fisik dari
shalatdapat ditinggalkan, dimana semua bacaan dan gerakan cukup
dalam hati saja. Bahkan, sebagian ulama menganjurkan bila perlu
melafalkan bacaannya pun dituntun oleh pembimbing khawatir keliru,
berulang-ulang, lupa dan lain-lain disebabkan karena kondisi sakit yang
dapat mengganggu daya ingat dan konsentrasi pasien.
Jadi, yang harus dicatat adalah bagaimana kita yang sehat (keluarga
pasien, perawat medis, perawat rohani, dan lain-lain) harus merasa
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan ibadah pasien yang rata-rata
terabaikan dengan cara mengingatkan, mengajak dan membimbingnya
untuk tetap beribadah. Selain hal tersebut merupakan kewajiban, hal ini
merupakan pekerjaan yang luhur dan mulia. Tugas luhur ini jangan sampai
terhalang oleh kekeliruan persepsi, seperti pasien jangan diganggu, takut
merepotkan, kasihan kepada pasien, bertentangan dengan ketentuan medis.
Justru wujud kasih sayang yang hakiki adalah program penyelamatan
rohani dan spiritualitas pasien sebagai inti dari rangkaian perjalanan hidup
ini. Bahkan, tidak sedikit dan sudah mulai banyak bukti ilmiah
menunjukkan bahwa dengan membangkitkan kekuatan spiritual pasien
salah satunya dengan menjaga ibadah dan ritual keagamaan, seperti berdoa,
didoakan dan zikir terbukti banyak membantu proses kesembuhan pasien.
6. Memberikan Nasehat Kepada Keluarga Pasien
Rohaniawan Arbaiyah, S. Ag selaku rohaniawan muslim di Rumah Sakit
Dr. Bratanata Jambi, mengatakan :
[D]itemukan pasien yang sedang sakit tapi sabar, sementara ditemukan
pula keluarga pasien, atau yang menjaga pasien malah tidak sabar, marah-
marah, minta izin pulang sebelum waktunya. Nah pada saat itulah saya
40
memberikan sedikit nasehat dan motivasi kepada keluarga pasien bahwa
penyakit adalah ulah kita sendiri maka kita harus bisa bersabar, semoga
dengan rasa sakit ini dosa kita bisa berguguran dan menjadi orang yang
lebih baik lagi.57
Jadi, pada saat memberikan nasehat kepada keluarga pasien,
usahakan tidak menggurui dikhawatirkan akan ada sedikit ketegangan jika
mendapatkan keluarga yang tidak menerima dengan nasehat yang diberikan,
yang disampaikan hanya sebatas nasehat dan bimbingan saja. Dari bimbingan
yang diberikan dapat dirangkum beberapa materi yang disampaikan oleh
rohaniawan muslim taerhadap pasien rawat inap di rumah sakit Dr. Bratanata
Jambi.
Materi yang disampaikan oleh rohaniawan muslim kepada setiap
pasien sama saja, tetapi perlu diingat penyampaiannya harus menyesuaikan
dengan kondisi pasien dan pengetahuan pasien. Adapun materi yang
disampaikan rohaniawan muslim adalah yang mengandung dengan ajaran-
jaran agama Islam, dan pola hidup sehat. Penyampaian materi berlangsung
padasaat rohaniawan muslim masuk ke kamar-kamar untuk memberikan
bimbingan rohani Islam kurang lebih selama 12-15 menit, materi yang
disampaikan adalah :
a. Aqidah
Menurut penuturan rohaniawan muslim Hatta selaku rohaniawan
muslim di rumah sakit Dr. Bratanata Jambi :
[D]iterangkan kepada pasien aqidah adalah mengikat kalau sudah
menyakini Allah tidak boleh goyah dan pndah-pindah aqidah lagi.
Dengan pemberian bimbingan aqidah ini diharapkan dalam diri pasien
akan tumbuh kesadaran untuk berserah diri kepada Allah, menyakini
bahwa hanya Allah lah yang dapat memberikan kesembuhan.58
Memberikan materi aqidah kepada pasien bertujuan untuk
menyadarkan pasien agar selalu tidak mengeluh, dan hendaknya pasien
terus mengingat Allah. Bahwa sesungguhnya penyakit datangnya dari Allah
maka Allah lah yang menyembuhkannya. Dokter, tabib, dan obat hanya
57Arbaiyah, Petugas Rohaniawan Muslim, Wawancara Dengan Penulis, 06 Maret 2019,
MTS Talang Bakung, Catatan Penulis. 58Hatta, Petugas Rohaniawan Musim, Wawancara Dengan Penulis, 07 Maret 2019,
Rumah Sakit Dr. Bratanata Jambi, Catatan Penulis.
41
sebagai perantara penyembuhan dalam sakit dan pasien dilarang untuk
tidak berobat kepada dukun dan sejenisnya hingga melanggar syariat Islam.
b. Ibadah
Dalam keadaan apapun sebagai seorang muslim wajib melakukan
ibadah kepada Allah SWT. Dengan beribadah kepada Allah berharap akan
selalu dalam perlindungannya.
Menurut penuturan rohaniawan muslim Hatta selaku rohaniawan
muslim di rumah sakit Dr. Bratanata Jambi :
Pelayanan bimbingan rohani Islam sangat diperlukan. Adapun materi
ibadah yang diberikan kepada pasien antara lain tentang sholat, do’a, dan
dzikir, sabar dan ikhlas, sedekah, Intropeksi diri, dan memaafkan kesalahan
orang lain.59
Jadi, dengan memberikan materi berupa ibadah dalam pelayanan juga
sangat dibutuhkan untuk membantu meningkatkan ibadah pasien meski
dalam keadaan sakit, karena sakit bukanlah alasan untuk beribadah.
1) Shalat
Islam itu indah dan Allah tidak pernah mempersulit hambanya,
untuk beribadah kepadanya, hal ini tertuang dalam surah Al-Baqarah
185:
Artinya : “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan
Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran
sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai
petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu,
barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan
59Hatta, Petugas Rohaniawan Muslim, Wawancara Dengan Penulis, 07 Maret 2019,
Rumah Sakit Dr. Bratanata Jambi, Catatan Penulis.
42
itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit
atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya
berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang
lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan
hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan
kepadamu, supaya kamu bersyukur.(QS Al-Baqarah 185).”60
Dari potongan ayat tersebut bahwasanya Allah memberikan
keringanan kepada hambanya dalam beribadah, contoh ketika sakit tidak
bisa terkena air, Allah mudahkan dengan bertayamum, tidak dapat shalat
dalam keadaan berdiri maka secara duduk, telentang dan bahkan dengan
isyarat pun Allah izinkan, dan itulah bukti bahwa Allah memberikan
keringanan melalui ibadah.
2) Do’a dan Dzikir
Secara Bahasa do’a dapat berarti memohon, meminta, memanggil,
memuji, menyeru dan lain-lain, dari yang lebih rendah kepada yang
lebih tinggi, dari yang kecil kepada yang maha besar.61Doa adalah salah
satu obat untuk orang sakit. Terkadang sering dijumpai orang yang
sedang sakit, terus merintih bahkan berkeluh kesah atas penyakit yang
dideritanya, sampai mengeluarkan kata-kata yang seharusnya tak perlu
untuk diucapkan. Nabi Muhammad mengajarkan bahwa masih banyak
yang bisa dilakukan ketika sedang sakit misalnya berdo’a dan berzikir
dari pada berkeluh kesah dan putus asa. Dalam hal ini do’a dan dzikir
adalah salah satu cara penyembuhan penyakit yang diderita pasien, dan
dengan bimbingan rohani Islam berupa doa dan dzikir ini termasuk salah
satu materi yang digunakan rohaniawan muslim rumah sakit Dr.
Bratanata Jambi dalam pelaksanaanya.
Bacaan-bacan dzikir yang dianjurkan untuk dilafalkan berulang-
ulang adalah sebagai berikut :62
60Al-Muyassar, Al-Qur’an dan Terjemahnya oleh Anwar Abu Bakar yang disempurnakan
oleh Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an , (Bandung Sinar Baru Algesindo, 2015), Hal 15 61Isep Zainal Arifin, Bimbingan Penyuluhan Islam Pengetahuan Dakwah Melalui
Psikoterapi Islam, (Jakarta : Rajawali Press, 2009), 71. 62Hasbullah Ahmad, Mewujudkan Ketenangan Jiwa, (Jakarta Selatan : Gaung Persada
Press, 2012), 31.
43
a) Maha suci Allah
b) Allah maha besar
c) Tiada tuhan selain Allah
d) Aku mohon ampunan kepada Allah
Doa dan dzikirnya orang yang sakit adalah bukti dari penyerahan
dirinya kepada Allah, bahwa yang menyembuhkan penyakit memang
hanya Allah semata. Oleh sebab itu, hendaknya pasien yakin akan
do’anya akan terkabulkan, dan berdo’a dengan hati yang tulus dan
ikhlas, karena dengan hati yang ikhlas akan memotivasi pasien dalam
kesembuhan.
3) Sabar dan Ikhlas
Sabar menurut Bahasa adalah tahan menghadapi cobaan, tidak lekas
marah, tidak lekas putus asa, tidak lekas patah hati, tabah, tenang, tidak
tergesa-gesa, dan tidak terburu nafsu.63Sabar adalah menjaga diri dari
amarah dan azab Allah, dengan menjauhi tindakan maksiat dan
melaksanakan tata aturan yang telah di gariskan Al-Qur’an dan dijelaskan
oleh Rasulullah SAW. Dengan kata lain, melaksanakn perintah Allah dan
menjauhi larangannya. Ikhlas adalah menerima ketetapan dari Allah. Ikhlas
atas penyakit yang menimpa, semoga dengan penyakit yang Allah beri
menjadi ladang amal ibadah kepada Allah. Materi bimbingan rohani yang
berbentuk sabar dan ikhlas disini adalah memberi pengarahan agar pasien
bertingkah laku yang benar atau yang lebih baik kearah pengembangan
dirinya dan penghindaran tingkah laku yang buruk, menyimpang dan
tercela.
Pelayanan bimbingn rohani Islam oleh rohaniawan muslim di rumah
sakit Dr. Bratanata Jambi. Tidak lupa rohaniawan muslim selalu
memgingatkan kepada pasien agar selalu sabar dan ikhlas dalam
menghadapi sakitnya. Karena, sabar dan ikhlas adalah bagian dari
keimanan seseorang muslim, serta sifat yang harus dimiliki oleh orang-
63Hasbullah Ahmad, Mewujudkan Ketenangan Jiwa, 43.
44
orang yang sedang menderita sakit, karena sabar dan ikhlas adalah obat
yang akan memberi penawar.64
Menurut penuturan rohaniawan muslim Hatta selaku rohaniawan
muslim di rumah sakit Dr. Bratanata Jambi :
[J]adi sabar itu berproses bukan berarti tidak marah, ada yang namanya
sabar aktif dan sabar pasif, misalnya disuruh minum obat dalam 10 hari
harus sabar untuk menghabiskannya. Dan jelaskan bahwa sesungguhnya
setiap penyakit pasti ada obatnya, sabar dan ikhlas juga salah satu cara
penyembuhan dalam sakit karena dengan sabar dan ikhlas hati akan
menjadi tenang.65
Jadi dengan memiliki sikap sabar dan sifat ikhlas para sahabat
Rasulullah SAW, berhasil membersihkan jiwa dan hati mereka dari sifat-
sifat ria. Maka dari itu meteri tentang sabar dan ikhlas harus diberikan
kepada psien, agar pasien terhindar dari sifat ria.
4. Sedekah
Selain sholat, do’a dan dzikir serta sabar dan ikhlas materi ibadah
yang diberikan kepada pasien adalah tentang sedekah, sebagaimana Nabi
pernah mengajarkan obatilah orang yang sakit diantara kalian dengan
sedekah. Penyampaian materi sedekah ini diberikan kepada pasien yang
lama sakit tak kunjung mendapat kesembuhan dari penyakit yang diderita,
padahal berbagai pengobatan medis telah dijalanai, bisa jadi obat dari
penyakit yang diderita pasien itu teryata mengeram didalam sedekah, dan
pasien tersebut belum pernah melakukannnya. Untuk itu pasien dianjurkan
untuk bersedekah, dengan diniatkan sedekah yang dikeluarkan untuk
kesembuhan penyakit yang dideritanya.
Maka dengan hati yang yakin, bersedekahlah baik dengan memberi
makanan anak yatim, kepada fakir miskin, bersedekah jariyah dan
sebagainya. Niatkan semua itu untuk kesembuhan dan semoga Allah benar-
benar segera menyembuhkan penyakit.
5. Introfeksi Diri dan Memaafkan Kesalahan Orang Lain
64Hasbullah Ahmad, Mewujudkan Ketenangan Jiwa, 43. 65Hatta, Petugas Rohaniawan Muslim, Wawancara Dengan Penulis, 07 Maret 2019,
Rumah Sakit Dr. Bratanata Jambi, Catatan Penulis.
45
Menurut penuturan rohaniawan muslim Arbaiyah selaku rohaniawan
muslim di rumah sakit Dr. Bratanata Jambi :
[D]engan introfeksi diri akan mengurangi beban yang diderita oleh pasien,
karena dia selalu ingat Allah ketika dirinya merasa sudah baik dari orang
lain, hilangkan rasa dendam yang ada didalam diri. Seperti yang sudah
diajarkan oleh nabibahwa ketika sudah memaafkan kesalahan orang lain
hendaknya mendoakannya semoga orang tersebut selalu dilindungi Allah
dan dibukakan hatinya. Karena memaafkan kesalahan tanpa mendoakan itu
bukanlah memaafkan secara sempurna.66
Introfeksi diri dan memaafkan kesalahan orang lain juga termasuk dalam
materi dalam pelaksanaan bimbingan rohani Islam oleh rohaniawan muslim.
Karena dengan bermuhasabah diri pasien bisa merasakan makna sakit yang
dideritanya. Memaafkan kesalahan orang lain dengan artian tidak dendam atas
perlakuan orang, mencoba menjalankan pengobatan dengan cara
bermuhasabah.
66Arbaiyah, Petugas Rohaniawan Muslim, Wawancara Dengan Penulis, 13 Maret 2019,
MTS Talang Bakung, Catatan Penulis.
46
BAB IV
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES PELAKSANAAN
METODE BIMBINGAN ROHANI ISLAM OLEH ROHANIAWAN
MUSLIM DALAM MENINGKTKAN MOTIVASI TERHADAP PASIEN
RAWAT INAP RUMAH SAKIT DR. BRATANATA JAMBI
A.Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam Oleh
Rohaniawan Muslim Terhadap Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Dr.
Bratanata Jambi.
Psikologis individu yang sedang menderita penyakit memiliki beberapa
respon emosional yang muncul atas penyakit yang dideritanya sehingga
menjadi tantangan bahkan faktor dalam pelaksanaan bimbingan rohani.
Faktor-faktor yang dihadapi selama pelaksanaan bimbingan rohani
meliputi :
1. Faktor Penghambat
a. Penolakan Pasien
Merupakan reaksi yang umum terjadi pada pasien yang jiwanya
merasa tidak tenang. Terkadang kedatangan petugas rohaniawan muslim
dianggap mengganggu.
Penuturan rohaniawan muslim Hatta selaku rohaniawan muslim di
Rumah Sakit Dr. Bratanata Jambi :
[H]arus pandai melihat kondisi pasien, kontak mata, Bahasa tubuh dan
lain-lain yang sekiranya menolak kehadiran petugas rohaniawan
muslim.Penolakan biasanya terjadi karena pasien tersebut mengira
bahwasanya petugas rohaniawan muslim yang berpenampilan seperti
memakai kopiah berbaju muslim dan lain sebagainya akan mendoakan
si pasien untuk cepat-cepat menghadap sang ilahi, padahal rohaniawan
muslim hanya ingin mendoakan agar si pasien yang menderita
penyakit segera disembuhkan dan diangkat segala penyakitnya dan
juga memberikan semangat maupun motivasi terhadap pasien.67
Petugas rohaniawan muslim belum memiliki seragam akan tetapi
selalu berpakaian rapi berbaju batik dan kopiah serta memakai tanda
pengenal bahwasanya beliau adalah seorang petugas rohaniawan muslim.
67Hatta, Petugas Rohaniawan Muslim, Wawancara Dengan Penulis, 14 Maret 2019, di
Rumah Sakit Dr. Bratanata Jambi, Rekaman Audio.
46
47
Selain itu rohaniawan muslim mengungkapkan bahwa, sedikit kesulitan
membimbing orang yang tidak berpendidikan dan pengetahuan
agamanya masih sangat minim. Mereka yang pendidikanya rendah,
terkadang tidak memahami kehadiran rohaniawan muslim untuk
membantu pasien agar sabar dalam menjalani sakit yang dideritanya.
Jadi, kesimpulannya memang tidak mudah untuk menjadi seorang
petugas rohaniawan muslim dan memberikan bimbingan kepada pasien.
Rohaniawan muslim harus memahami kondisi pasien yang berbeda-beda,
harus mengerti cara penyampaian yang berbeda pula, beda pasien maka
beda cara dalam memberikan bimbingan demi kesembuhan yang optimal.
b. Tidak ada struktur kerja dan ruangan kerja
Struktur kerja dalam suatu kegiatan merupakan penunjang utama
bagi pekerja. Begitu halnya dengan petugas rohaniawan muslim ini
dalam suatu bimbingan rohani Islam sangat penting adanya struktur
kerja, demi terciptanya keteraturan kerja dan pengoptimalan kerja, dalam
sruktur kerja pasti adanya ketua, wakil ketua, dan para staf, tapi
kenyataannya di rumah sakit Dr. Bratanata Jambi ini hanya diberikan
tugas sebagai petugas rohaniawan muslim akan tetapi tidak diberikan
struktur kerja dan juga ruangan kerja. Para petugas rohaniawan ini
bekerja sendiri dengan cara sendiri tanpa adanya koordinasi, bantuan dan
arahan dari pihak lain, dan kerjanya pun tidak diawasi dan dicek.
Menurut penuturan rohaniawan Arbaiyah selaku rohaniawan
muslim di rumah sakit Dr. Bratanata Jambi :
[D]isini kami bertiga pada awalnya setiap satu hari itu satu
rohaniawan akan tetapi karna kondisi rohaniawan Abdullah yang
umurnya sudah lumayan tua jadi hari selasa dan kamis jadwal saya
dan rohaniawan Abdullah sedangkan rabu tugas rohaniawan Arbaiyah,
jadwal kami memang hari selasa, rabu dan kamis dan dari jam 08.30
sampai selesainya akan tetapi kami juga bekerja 24 jam siap melayani
dan dalam seminggu juga siap melayani jikalau tiba-tiba ada yang
memerlukan. Dan jika pada jadwalnya kita tidak dapat bekerja kita
48
bisa mengganti hari lain dan juga jika ada salah satu rohaniawan tidak
bisa bekerja maka kita siap menggantikan.68
Jadi, pada dasarnya suatu pekerjaan sangat membutuhkan struktur
kerja agar dalam pelaksanaannya dapat berjalan dengan lancar dan
optimal dan kerjanya dapat berjalan dengan teratur. Dan juga ruangan
kerja sangat diperlukan supaya rohaniawan muslim bisa beristirahat jika
sudah melakukan bimbingan ataupun juga bisa memudahkan keluarga
pasien yang ingin mencari petugas rohaniawan muslim.
c. Latar Belakang Pendidikan Rohaniawan Muslim
Rohaniawan muslim yang ada di Rumah Sakit Dr. Bratanata Jambi
merupakan lulusan dari Fakultas Tarbiyah bukan dari jurusan yang
memahami psikologi. Sehingga dalam pelaksanaan bimbingan belum
memahami cara pelaksanaan bimbingan. Dalam hal ini pelaksanaan
bimbingan dilaksanakan dengan cara yang sama terhadap berbagai
penyakit yang diderita oleh pasien. Meskipun penyakitnya ada yang
sama, namun karakter kejiwaan setiap pasien berbeda, sehingga
memerlukanpenanganan yang berbeda pula. Selain itu kurangnya
perhatian terhadap pelaksanaan bimbingan rohani, sehingga
pelaksanaanya terlihat tidak diawasi.
Penuturan rohaniawan Hatta petugas rohaniawan muslim di Rumah
Sakit Dr. Bratanata Jambi :
[D]engan lulusan dari Tarbiyah dan sebagai guru disekolah dan guru
mengaji dirumah setelah kuliah. Dan pernah ikut pelatihan dikantor
Walikota Jambi dan pernah belajar dan memahami metode
rohaniawan dalam memberi bimbingan kepada pasien di RSUD Raden
Mattaher Jambi, itulah bekal kami untuk menjadi seorang petugas
rohaniawan muslim.69
2. Faktor Pendukung
a. Tanggapan positif dari pasien maupun keluarga pasien
Penuturan rohaniawan Arbaiyah selaku rohaniawan muslim di
rumah sakit Dr. Bratanata Jambi “ Kalau tanggapan dan respon dari
68Arbaiyah, Petugas Rohaniawan Muslim, Wawancara dengan Penulis, 20 Maret 2019, di
MTS Talang Bakung, Catatan penulis. 69Hatta, Petugas Rohaniawan Muslim, Wawancara Dengan Penulis, 21 Maret 2019,
Rumah Sakit Dr. Bratanata Jambi, Catatan Penulis.
49
pasien positif, Alhamdulillah itulah yang membuat saya semangat untuk
memberikan bimbingan rohani Islam dalam keadaan apapun.”70
Dengan adanya petugas rohaniawan muslim diharapkan dapat
memberikan solusi dari penyakit yang tidak bisa disembuhkan dengan
menggunakan obat-obatan medis. Melainkan obat non medis seperti doa
dan dzikir dan ibadah-ibadah lainnya.
b. Pengalaman yang lumayan lama menjadi rohaniawan muslim
Menjadi rohaniawan muslim yang sudah lumayan lama dilakukan
adalah salah satu faktor pendukung dalam memberikan bimbingan rohani
Islam terhadap pasien rawat inap di rumah sakir Dr.Bratanata Jambi.
Penuturan rohaniawan Hatta selaku rohaniawan muslim di Rumah
Sakit Dr. Bratanata Jambi “ [K]urang lebih dua belas tahun bekerja
disini, sebelum menjadi rohaniawan disini kita belajar dan mengamati
bagaimana cara rohaniawan muslim memberikan bimbingan rohani di
RSUD Raden Mattaher”.71
3. Respon Pasien Terhadap Bimbingan Rohani Islam Oleh Rohaniawan Muslim di
Rumah Sakit Dr.Bratanata Jambi.
Pasien rawat inap di rumah sakit Dr. Bratanata Jambi kebanyakan dari
pasien yang memerlukan perawatan lebih dan sangat perlu dirawat beberapa
hari dirumah sakit, bagi seorang rohaniawan muslim, memberikan bimbingan
rohani Islam dengan cara masuk keruangan pasien itulah cara yang dilakukan.,
begitu banyak macam-macam tanggapan pasien tentang bmbingan rohani Islam
ini, rohaniawan muslim masuk keruangan pasien untuk memberikan pasien
bimbingan.
1. Pertama penulis berkunjung ke ruang Stroke Center rawat inap disana
ditemukan pasien yang bernama Martina berumur 45 tahun , beliau
mengatakan sudah 15 tahun menderita penyakit ini. Dan beliau sudah 2 hari
dirawat dan beliau tinggal di Paal Merah.
70Arbaiyah, Petugas Rohaniawan Muslim, Wawancara dengan Penulis, 27 Maret 2019,
MTS Talang Bakung, Rekaman Audio 71Hatta, Petugas Rohaniawan Muslim, Wwawancara Dengan Penulis, 28 Maret 2019,
Rumah Sakit Dr. Bratanata Jambi, Catatan Penulis.
50
Ketika penulis mewawancarai ibu Martina yang sedang terbaring,
beliau mengatakan :
[S]udah 15 tahun saya menderita penyakit ini, kepala saya sakit dan
terasa sangat lembut bagaikan kepala anak bayi, Alhamdulillah saya
senang sekali dengan adanya kehadiran rohaniawan muslim yang bisa
membuat ketenangan didalam hati, ini sangat penting apa lagi bagi kami
yang sedang sakit dan dirawat dirumah sakit ini. Banyak mengajarkan
tentang ibadah-ibadah misalnya kalaumau shalat tidak bisa berdiri maka
dilakukan dengan duduk saja.72
Jadi, dengan adanya rohaniawan muslim diharapkan agar bisa
membantu pasien dari segi ibadah yang mungkin tadinya terlupakan jadi
bisa diulas kembali dengan bantuan rohaniawan muslim yang datang
keruangan.
2. Penulis melakukan kunjungan kembali ke ruang perawatan akasia penulis
menemukan pasien yang bernama pak Heri Susanto. Pak Heri bertempat
tinggal di pasir putih. Pak Heri baru saja mengetahui bahwasanya ia
memiliki penyakit hepertensi yang membuat kepala beliau sangat pusing.
Penulis pun tertarik untuk bertanya kepada pak Heri tentang bimbingan
rohani di rumah sakit Dr.Bratanata Jambi, yang sempat diberi bimbingan
dan didoakan dengan rohaniawan muslim, Beliau mengatakan :
[S]ebelumnya saya dulunya tamatan SMP lalu melanjutkan ke SMA, jadi
ilmu agama saya biasa-biasa saja dan bisa dikatakan sangat minim sekali
dan sangat jauh berbeda dengan para petugas rohaniawan di rumah sakit
ini, saya ada konsultasi dengan beliau terutama masalah agama, dan
menurut saya bimbingan ini sangat bagus sekali diterapkan disini, karena
sedikit banyaknya pasien akan mendapatkan pencerahan, untuk
menambah keimanan. Ada rasa ketenangan dan kenyaman tersendiri dari
pemberian bimbingan rohani Islam ini.73
Jadi, ketika sedang sakit gangguan perasaan seperti sedih, gelisah dan
lain-lain cenderung muncul, oleh sebab itu petugas rohaniawan muslim
hadir untuk memberikan motivasi dan ketenangan kepada pasien agar dapat
menjalani proses penyembuhan secara tenang, sabar dan ikhlas.
72Martina, Pasien Rawat Inap di Ruang Stroke Center Rumah Sakit Dr. Bratanata Jambi,
Wawancara Dengan Penulis, 12 Maret 2019, Rumah Sakit Dr. Bratanata Jambi, Catatan Penulis. 73Heri Susanto, Pasien Rawat Inap di Ruang Perawatan Akasia Rumah Sakit Dr.
Bratanata Jambi, Wawancara Dengan Penulis, 13 Maret 2019, Rekaman Audio.
51
3. Pasien selanjutnya bernama ibu Amanah seorang wanita berumur 54 tahun,
beliau menderita sakit kepala dan darah tinggi. Saat ini ibu Amanah tinggal
di Marene, bolak balik rumah sakit sudah sering dilalui demi penyembuhan
sakit stroke yang dideritanya. Penulis melakukan wawancara dengan beliau
menanyakan tentang tanggapan petugas rohaniawan muslim dalam
memberikan bimbingan di rumah sakit Dr. Bratanata Jambi. Beliau
mengatakan “[S]enang sekali bisa dapat bimbingan dari petugas rohaniawan
muslim, bisa memotivasi saya apa lagi saya kurang mengetahui tentang
agama jadi agak sulit, tapi dengan adanya bimbingan ini sedikit demi sedikit
saya bisa tahu dan mengerti”.74
Jadi, bimbingan rohani Islam yang diberikan oleh rohaniawan muslim
itu sangat penting meski dalam keadaan sakit untuk tidak beribadah
bukanlah menjadi alasan, kerena dalam kondisi sakitpun dalam cara
beribadah akan diberi kemudahan misalnya tidak bisa shalat dalam keadaan
berdiri bisa dengan cara duduk, yang tadinya sehat lupa akan dzikir, diwaktu
sakit rohaniawan muslim akan mengingatkan untuk banyak berdzikir dan
memohon ampun kepada Allah.
4. Kesempatan selanjutnya pasien bernama Pak Subari yang berumur 95 tahun,
beralamat di daerah Paal 16, beliau sudah 4 hari dirawat dan dengan
ditemani oleh anak perempuannnya. Pada saat berkunjung tampak raut
wajah yang tidak menginginkan kehadiran rohaniawan muslim, karena pada
saat rohaniawan memberikan bimbingan tidak ada respon yang terlihat dari
pasien. Pada kesempatan kali ini penulis mewawancarai anaknya untuk
dimintai keterangan tentang rohaniawan muslim dalam memberikan
bimbingan rohani Islam yang ada di rumah sakit Dr. Bratanata Jambi ini
beliau mengatakan :
[S]udah dari kemarin bapak dirawat disini, terbaring seperti itu, jadi maaf
jika bapak saya tidak ada respon dengan kehadiran rohaniawan muslim,
Disini saya menjaga bapak saya kemudian melihat adanya petugas
74Amanah, Pasien Rawat Inap di Ruang Stroke Center Rumah Sakit Dr. Bratanata Jambi,
Wawancara Dengan Penulis, 14 Maret 2019, Rumah Sakit Dr. Bratanata Jambi, Rekaman Audio.
52
rohaniawan muslim datang itu saya sangat senang, karena dapat
memotivasi bapak saya yang sedang sakit, dan mengingatkan saya yang
sehat bahwa sakit itu harus dijalani dengan ketenangan, kesabaran dan
keikhlasan dalam menjalani kehidupan. 75
Jadi, tidak semua pasien menerima kehadiran rohaniawan muslim di
rumah sakit Dr. Bratanata Jambi, akan tetapi rohaniawan musli harus tetap
memberikan pelayanan tersebut karena pasien selain itu pasti ada yang
sangat membutuhkan.
5. Hari berikutnya penulis memasuki ruang Perawatan Cemara dibagian kamar
wanita disana bertemu dengan ibu Sumarni umur 45 tahun, alamat ibu
Sumarni saat ini adalah di Petaling, teryata ibu Sumarni ini sudah sering
bolak balik rumah sakit untuk berobat, beliau mengetahui penyakit batu
ginjalnya dari bulan dua belas akhir tahun 2018 kemarin. Respon positif
terlihat dari ibu Sumarni yang sangat antusias saat diberi bimbingan oleh
rohaniawan muslim di Rumah Sakit Dr. Bratanata Jambi paadahal beliau
sudah bersiap-siap untuk pulang.
Hasil wawancara kepada ibu Sumarni salah satu pasien rawat inap di
Ruang Perawatan Cemara Rumah Sakit Dr. Bratanata Jambi, beliau
mengatakan “[S]aya sangat senang senang sekali dengan adanya
rohaniawan muslim di rumah sakit ini saya sangat termotivasi dan
mendapatan sebuah ketenangan”.76
Jadi, sebagai seorang petugas rohaniawan muslim harus sangat
welcome terhadap pasien-pasien yang sangat ingin sekali diberi bimbingan
dan didoakan harus selalu siap melayani dengan sepenuh hati.
6. Hari selanjutnya berkunjung disalah satu ruang Paviliun Eka Vaksi, dan
bertemulah dengan pak Nuki yang tinggal didaerah H. Kamil, pak Nuki
75Subari, Pasien Rawat Inap di Ruang Paviliun Eka Vaksi Rumah Sakit Dr. Bratanata
Jambi, Wawancara Dengan Penulis, 14 Maret 2019, Rumah Sakit Dr. Bratanata Jambi, Rekaman
Audio.
76Sumarni, Pasien Rawat Inap di Runag Perawatan Cemara Rumah Sakit Dr. Bratanata
Jambi, wawancara Dengan Penulis, 18 Maret 2019, Rumah Sakit Dr. Bratanata Jambi, Rekaman
Audio.
53
sudah memiliki istri dan anak. Saat ini pak taufik berumur 50 tahun,
penyakit yang membuat pak Nuki dirawat adalah disebabkan oleh pada
suatu malam tiba-tiba beliau merasakan lemas seluruh badan dan juga
seperti ada yang ingin mendorongnya, beliau sampai memeluk tiang yang
ada didepan rumahnya supaya dia tidak terdorong, akan tetapi karna sangat
kuatnya dorongan itu menyebabkan pak Nuki terlempar jauh hingga
beberapa meter dan tidak satupun tetangganya yang tahu padahal daerah
rumah beliau sangatlah rapat, akibat dari terlempar tersebut menyebabkan
pak Nuki cedera dan luka-luka sehingga harus diberi penanganan medis.
Hasil wawancara dengan pak Nuki mengenai tanggapan tentang petugas
rohaniawan muslim dalam memberikan bimbingan rohani Islam yang ada di
Rumah Sakit Dr. Bratanata Jambi, beliau mengatakan :
[S]udah beberapa hari saya dirawat disini dengan ditemani oleh istri saya,
walau belum ada tanda-tanda perubahan, hanya saja saya merasa
beruntung karena bisa mendapatkan bimbingan dari rohaniawan muslim
yang ada di rumah sakit Dr. Bratanata ini, jadi setidaknya dari segi
mental saya terlatih untuk melawan rasa sakit fisik yang saya derita,
dampak positif yang saya rasakan sangat membantu dalam penyembuhan
derita yang saya rasakan, apalagi penyakit ini sudah saya rasakan lama
saya hampir 15 kali bolak balik rumah sakit akan tetapi penyakitnya tidak
terdeteksi, saya sekarang bisa dirawat karna saya cedera akibat jatuh tadi,
saya sangat terbantu sekali dengan adanya rohaniwan muslim disini
apalagi penyakit saya ini bisa dikatakan non medis, jadi saya termotivasi
untuk tetap semangat dan tidak perlu takut dengan orang yang berniat
jahat dengan saya.77
Jadi, dampak positif yang diberikan oleh rohaniawan muslim memang
sangatlah bermanfaat kerena dapat memberikan sugesti yang baik dan
sangat berpengaruh dalam proses penyembuhan seseorang.
7. Hari selanjutnya disalah satu ruang Bedah bertemu dengan ibu Sukarsih, dan
beliau berumur 50 tahun dan tinggal di Tanjung Sari, penyebab ibu Sukarsih
masuk ke ruang bedah karna memiliki penyakit yang bermacam-macam, ibu
Sukarsih sudah 2 hari dirawat dirumah sakit ditemani oleh sang suami
tercinta. Beliau mengatakan :“[B]ersyukur bisa mendapatkan bimbingan dan
77Nuki, Pasien Rawat Inap di Ruang Paviliun Eka Vaksi Rumah Sakit Dr. Bratanata
Jambi, Wawancara dengan Penulis, 19 Maret 2019, Rumah Sakit Dr. Bratanata Jambi, Catatan
Penulis.
54
didoakan oleh petugas rohaniawan muslim disini, karena sebelumnya saya
tidak pernah, yah setidaknya bisa membantu saya dalam kesabaran
menghadapi penyakit ini dan sangat tenang sekali perasaan saya”.78
Jadi, dengan adanya petugas rohaniawan muslim dalam memberikan
bimbingan rohani Islam untuk pasien bisa membuat pasien terpengaruh akan
kesembuhan dari penyakit yang dideritanya. Serta menumbuhkan
ketaqwaan kepada Allah SWT.
8. Selanjutnya berkunjung keruang pasien yang bernama ibu Masnah berasal
dari Kasang Pudak, ibu Masnah berumur 72 tahun. Ibu Masnah sudah lama
menderita penyakit yang bermacam-macam dan sudah sering bolak balik
masuk rumah sakit, melihat dari umurnya yang sudah lanjut usia beliau
menderita penyakit lansia pada umumnya, Nenek Masnah hanya bisa
terbaring lemah diatas tempat tidur dengan ditemani oleh cucunya yang
mengatakan. “[S]akit adalah cara Allah yang baik memberikan kita waktu
untuk beristirahat dari padatnya pekerjaan kita ketika kita sedang sehat,
Allah itu sangat sayang kepada hambanya dan tidak mungkin menguji
hambanya diluar batas kemampuan hambanya, dengan adanya bimbingan
dan doa dari rohaniawan aku jad lebih kuat dan tabah”.79
Jadi, bimbingan ini memberikan sedikit kekuatan kepada setiap pasien
yang membutuhkan, demi kesembuhan pasien yang ada di Rumah Sakit Dr.
Bratanata Jambi.
9. Hari berikutnya pasien yang bernama pak Syukur berumur 54 tahundan
beralamat di Pakuan Baru. Pak Syukur sudah memiliki beberapa anak,
penyebab pak Syukur dirawat karena terkena stroke dan pecandu rokok
yang sangat kuat, sehingga penyakit pun tak kunjung sembuh. Beliau
mengatakan:
[S]alah saya juga tidak begitu peduli dengan nasihat-nasihat yng telah
diberikan kepada saya sembuh sedikit mengulang lagi hal-hal yang
dilarang, karena itu penyakit pun tak kunjung sembuh dan malah makin
78Sukarsih, Pasien Rawat Inap di Ruang Bedah Rumah Sakit Dr. Bratanata Jambi,
Wawancara dengan Penulis, 20 Maret 2019, Rumah Sakit Dr. Bratanata Jambi, Catatan Penulis. 79Masnah, Pasien Rawat Inap di Ruang Bedah Rumah Sakit Dr. Bratanata Jambi,
Wawancara dengan Penulis, 27 Maret 2019, Rumah Sakit Dr. Bratanata Jambi, Catatan Penulis.
55
menjadi, dan saya sangat percaya bahwa Allah tidak akan mengubah
nasib hambanya jika tidak didorong dengan hambanya itu sendiri, saya
kapok sekali saya tidak akan mengulanginya lagi dan saya mau
mendengarkan nasehat-nasehat dari dokter karna saya sudah kapok
sekali. Saya juga sangat berterima kasih sekali dengan adanya petugas
rohaniawan muslim dirumah sakit ini, saya bisa bertukar fikiran
bahwasanya apa yang saya perbuat itu salah dan merugikan bagi diri saya
sendiri.80
Jadi, selain memberikan sugesti yang baik kepada pasien untuk
penyembuhan guna dan adanya petugas rohaniawan muslim ini pun bisa
menjadi tempat bertukar fikiran antara rohaniawan dan pasien yang akan
memberikan pengetahuan yang bisa menjadi pedoman ataupun acuan dalam
proses penyembuhan pasien ketahap-tahap selanjutnya.
10.Berikutnya diruang Perawatan Akasia bertemu dengan ibu Siti Khadija
berasal dari sengeti beliau berumur 63 tahun. Memiliki suami dan beberapa
anak, untuk saat ini ibu Siti Khadija hanya terbaring lemas diatas tempat
tidur ditemani suami dan kedua anaknya, menderita penyakit liver sudah
dari bulan dua belas akhir tahun kemaren, sudah beberapa kali masuk rumah
sakit, akan tetapi yang masuk kali ini kondisi sangat memprihatinkan, saat
rohaniawan sedang memberikan bimbingan anaknya yang bungsu dia laki-
laki sangat antusias sekali mendengarkan nasehat dari rohaniawan muslim
dan ketika rohaniawan muslim sedang mendoakan ibunya anaknya itu
sampai menangis karna sangat berharap sekali ibunya bisa sembuh seperti
sedia kala. Dan beliau mengatakan. “[S]udah menjadi sebuah cobaan dari
Allah yang memang harus dijalani, Allah pasti sangat mencintai hambanya
yang berataubat, mudah-mudahan dengan sakit ini Allah gugurkan dosa-
dosa hambanya.”81
Jadi, dengan adanya bimbingan kita bisa membuka hati-hati yang
selama ini tertutup menjadi terbuka kesadarannya bahwa sesungguhnya
80Syukur, Pasien Rawat Inap di Ruang Perawatan Cendana Rumah Sakit Dr. Bratanata
Jambi, Wawancara dengan Penulis, 28 Maret 2019, Rumah Sakit Dr. Bratanata Jambi, Catatan
Penulis. 81Siti Khadija, Pasien Rawat Inap di Ruang Perawatan Akasia Rumah Sakit Dr. Bratanata
Jambi, Wawancara dengan Penulis, 19 Maret 2019, Rumah Sakit Dr. Bratanata Jambi, Catatan
Penulis.
56
sakit itu adalah cobaan yang tidak hanya memberikan kelemahan dan
kesedihan tapi memberikan suatu hikmah yang luar biasa.
Tabel 4.182
Data Pasien Kunjungan Yang Menjadi Informan Rumah Sakit Dr.
Bratanata Jambi
No Nama Umur Alamat Tanggapan
1 Siti Khadijah 63 Sengeti Termotivasi
2 H. Subari 95 Paal. 16 Menolak
3 Amanah 54 Marene Termotivasi
4 Martina 45 Paal Merah Termotivasi
5 Heri Susanto 39 Pasir Putih Termotivasi
6 Jaiz 55 Kumpeh Biasa saja
7 Sumarni 45 Petaling Termotivasi
8 Sukarsih 50 Tanjung Sari Termotivasi
9 Masnah 72 Kasang Pudak Termotivasi
10 Nuki 50 Lrng. H. Kamil Termotivasi
11 Syukur 54 Pakuan Baru Termotivasi
12 Sugiono 55 Lebak Bandung Termotivasi
13 Misran 70 Merlung Termotivasi
14 Arif Ardiansyah 38 Lapangan Golf Termotivasi
15 Hj. Siti Aminah 63 Mendalo Termotivasi
16 Jusni 48 Tanjab Timur Termotivasi
17 Maimunah 50 Tungkal Termotivasi
18 Jaliya 62 Paal Merah Termotivasi
82Dokumen, Rumah Sakit Dr. Bratanata Jambi, 2019.
57
Data diatas menjelaskan bahwa ada 18 pasien yang menjadi informan
beserta tanggapan tentang bimbingan rohani Islam oleh rohaniawan muslim di
Rumah Sakit Dr. Bratanata Jambi. Rata-rata tanggapan tentang bimbingan rohani
Islam di Rumah Sakit Dr. Bratanata Jambi memberi tanggapan termotivasi.
B. Manfaat Bimbingan Rohani Islam Oleh Rohaniawan Muslim Terhadap Pasien
Rawat Inap di Rumah Sakit Dr. Bratanata Jambi.
Sifat manusia itu sangat beragam ada yang menjalankan ketentuan
kehidupannya sesuai dengan petunjuk Allah ada yang malah sebaliknya
menyimpang dari ketentuan Allah, sebagaimana Allah telah menciptakan
manusia dengan sangat sempurna, tetapi manusia tidak bisa dengan baik
memanfaatkan kesempurnaan itu, mereka malah berkeluh kesah, menuruti
hawa nafsu, lemah, membantah, putus asa, serta hilang kesabaran yang malah
membuat dirinya jauh dari Allah.
Melihat berbagai sifat yang dimiliki oleh manusia terutama mereka yang
sedang menghadapi ujian, cobaan dan peringatan dari Allah maka dieperlukan
adanya upaya untuk menjaga agar manusia tetap menuju arah bahagia menuju
yang terbaik, kearah yang diridhoi Allah dan tidak terjebak kejalan yang salah
atas kelakuannnya sendiri.
Menurut rohaniawan Abdullah selaku rohaniawan muslim di Rumah
Sakit Dr. Bratanata Jambi :
[K]alau ruh yang sudah sering mendengarkan dan diberi bimbingan dan
selalu mendengarkan dzikir-dzikir dan doa-doa akan berpengaruh terhadap
kondidi kesembuhannya. Contoh 4 hari berturut-turut diberi bimbingan dan
didoakan akan ada reaksi yang berbeda dengan pasien yang tidak diberi
bimbingan dan didoakan. Fungsi dari bimbingan ini membuat pasien
menjadi termotivasi untuk cepat sembuh seperti sedia kala, bahkan lebih
sabar dan tabah dalam menghadapi penyakit dan proses kesembuhan yang
dijalani.83
Seseorang yang minta pertolongan kepada seorang dukun, jangankan
untuk meminta pertolongannya mendatangnya saja sudah dilarang oleh Nabi
83Abdullah, Petugas Rohaniawan Muslim, Wawancara Dengan Penulis, 26 Maret 2019,
Rumah Sakit Dr. Bratanata Jambi, Rekaman Audio.
58
Muhammad SAW. Apalagi sampai mempercayainyaitu akan membuat
seseorang bisa terjebak terhadap kekafiran karena sudah menyekutukan Allah.
Menyadari akan pentingnya sebagai makhluk ciptaan Allah yang
paling sempurna dibanding dengan makhluk-makhluk ciptaan Allah lainnya,
maka seharusnya orang yang sedang mengalami sakit baik fisik maupun
psikisnya atau menderita kedua-duanya maka perlu dipupuk dengan aqidah,
ibadah akhlak, dan pemberian motivasi untuk hidup. Terutama pada pasien
yang lemah akan imanya, untuk itu sangat diperlukan adanya pelayanan khusus
bagi pasien. Khususnya pasien rawat inap mereka akan mudah mengalami
kegoncangan jiwanya, karena pasien tidak hanya memikirkan kondisi sakitnya,
tetapi banyak persoalan yang lain misalnya keadaan ekonomi, masalah
keluarga, dan pekerjaan. Kegoncangan jiwa dalam menghadapi keadaan hidup
yang semakin rumit untuk saat ini dapat menyebabkan gangguan fisik.
Maka dari itu pasien tidak hanya membutuhkan pengobatan secara
medis saja tetapi dibutuhkan pengobatan secara non medis yaitu bimbingan
rohani Islam, dengan menggunakan berbagai pendekatan misalnya harus
mengetahui latar belakang pasien, kondisi pasien untuk mempermudah dalam
pelaksanaan bimbingan rohani Islam.
Penuturan rohaniawan Hatta selaku rohaniawan muslim di Rumah
Sakit Dr. Bratanata Jambi :
[D]engan latar belakang yang berbeda, pelajaran agama yang diperoleh
berbeda, harus bisa membaca kondisi pasien, serta harus bisa memahami
tingkat pengetahuan pasien atas apa yang disampaikan harus disesuaikan.
Jika respon dan reaksinya kurang atas apa yang disampaikan maka
sampaikan yang sewajarnya saja, akan tetapi tetap berusaha memberikan
bimbingan. Karena dengan memberikan bimbingan tersebut agar bisa
membantu pasien dan keluarga untuk menumbuhkan sikap optimis dan
yakin bahwa Allah telah mengatur semuanya, semoga dengan sakit yang
tadinya jauh dari Allah, bisa kembali mengingat Allah walau dengan diberi
sakit.84
Jadi, salah satu pengobatan non medis seperti bimbingan rohani Islam
oleh rohaniawan muslim bisa digunakan dalam pengobatan untuk memperkuat
84Hatta, Petugas Rohaniawan Muslim, Wawancara Dengan Penulis, 28 Maret 2019,
Rumah Sakit Dr. Bratanata Jambi, Catatan Penulis.
59
psikis pasien, hal ini dapat menumbuhkan rasa optimis, semangat serta sabar
dan ikhlas dalam menghadapi segala cobaan dari Allah, selain itu bimbingan
tersebut juga dapat diberikan kepada keluarga pasien untuk menumbuhkan rasa
sabar dan ikhlas ketika menemukan keluarga yang dalam keadaan sakaratul
maut untuk tidak bertingkah laku yang tidak wajar.
Jadi, manfaat pemberian bimbingan rohani Islam oleh rohaniawan
muslim terhadap pasien rawat inap meliputi :
1. Memotivasi pasien dalam kesembuhannya, agar cepat sembuh dari penyakit
yang dideritanya, serta tidak putus asa dalam berusaha untuk mencapai
kesembuhan dan dapat berkumpul denga keluarganya lagi.
Ketika penulis mewawancarai pasien yang bernama Hj. Siti Aminah yang
mengidap penyakit asam lambung sudah sekian lama, pasien mengatakan :
[S]aya sangat termotivasi dengan adanya bimbingan rohani Islam oleh
rohaniawan muslim disini, saya bisa terus bersama anak dan cucu-cucu
saya, tapi karena keadaan tidak memungkinkan dan sering masuk rumah
sakit mau tidak sedikit kebahagiaan dalam kebersamaan bersama
keluarga hilang. Dengan adanya bimbingan ini saya akan lebih optimis
lagi untuk mencapai kesembuhan dan berharap kepada Allah agar bisa
berkumpul dengan keluarga kembali.85
2. Bimbingan rohani Islam yang diberikan oleh rohaniawan muslim
diharapkan dapat menyadarkan pasien untuk menanamkan nilai-nilai agama
yang ada pada diri pasien, serta mampu hidup dengan segala ketentuan dan
jalan yang telah ditakdirkan oleh Allah SWT.
3. Mencapai kehidupan bahagia didunia maupun diakhirat, dengan bimbingan
rohani Islam yang telah diberikan oleh petugas rohaniawan muslim
diharapkan dapat memberikan rasa optimis dalam diri pasien untuk tetap
sabar, tanah dan ikhlas atas penyakit yang telah Allah berikan, karena
dengan sabar, tabah dan ikhlas bisa menjadi salah satu jalan untuk
kesembuhan.
85Siti Aminah, Pasien Rawat Inap di Paviliun Eka Vaksi Rumah Sakit Dr. Bratanata
Jambi, Wawancara dengan Penulis, 27 Maret 2019, Rumah Sakit Dr. Bratanata Jambi, Catatan
Penulis.
60
4. Menjauhkan pasien dari perilaku yang sekiranya sudah sangat jauh dari
pertolongan Allah misalnya mendatangi dukun untuk berobat, ketika merasa
obat tidak dapat menyembuhkan. Bimbingan rohani Islam oleh petugas
rohaniawan muslim menjadi salah satu jawaban atas perlakuan pasien yang
suka datang kedukun, dengan bimbingan tersebut diharapkan agar pasien
jauh dari sifat-sifat syirik atau seudzon kepada Allah SWT.
Penuturan rohaniawan Arbaiyah selaku petugas rohaniawan muslim di
Rumah Sakit Dr. Bratanata Jambi :
[Y]ang namanya dukun adalah kata-kata majemuk, medis itu jauh dari
syirik kalau tidak mengatakan pasti dengan dokter sembuh, kalau orang
pintar itu kan minta bantuan dengan apa gitu, kalau dukun apa lagi, orang
yang pake ilmu sudah sering dideteksi, jadi mudah dikenali jika mereka
memakai ilmu dukun seperti itu, nah dengan adanya bimbingan rohani
Islam yang diberikan oleh petugas rohaniawan muslim diharapkan agar
pasien bisa lebih sabar dan tenang dalam menjalani proses kesembuhan
dan selalu berpasrah kepada Allah SWT.86
Bimbingan rohani Islam oleh rohaniawan muslim bertujuan untuk
menghindarkan pasien dari pemahaman-pemahaman yang selama ini
sebenarnya salah tapi dianggap benar, salah satunya adalah percaya dengan
pengobatan menggunakan dukun, dengan adanya bimbingan rohani Islam
oleh rohaniawan muslim agar tidak ada lagi pemahaman-pemahaman yang
menyimpang dari segi Agama.
C. Teori Motivasi Yang di Gunakan Oleh Rohaniawan Muslim
Motivasi dapat dikatakan sebagai penggerak didalam diri pasien yang
menimbulkan semangat untuk cepat sembuh sehingga tujuan yang dikehendaki
tercapai.87 Bimbingan rohani Islam yang diberikan oleh petugas rohaniawan
muslim mempunyai peran yang sangat besar untuk memotivasi pasien, karena
salah satu untuk memotivasi pasien dengan terapi keagamaan yang
direalisasikan dalam bimbingan rohani Islam pada pasien. Terapi keagamaan
yang digunakan petugas rohaniawan muslim di rumah sakit Dr. Bratanata
86Arbaiyah, Petugas Rohaniawan Muslim, Wawancara dengan Penulis, 28 Maret 2019,
MTS Talang Bakung, Rekaman Audio. 87Sadirman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : Raja Grafindo, 2001).73
61
Jambi sangat efektif untuk mengatasi kecemasan dan stress, dengan
menyadarkan seseorang untuk bersabar, bertawakal kepada Allah, maka pasien
tersebut bisa mengurangi tekanan-tekanan masalah yang dihadapai dengan
sikap tawakal kepada Allah SWT. Dengan berdo’a individu menjadi lebih
tenang dan bisa menghadapi permasalahan dan hati menjadi tenang. Petugas
rohaniawan muslim menganjurkan kepada pasien untuk tidak lupa berdoa dan
pasrah terhadap ketentuan Allah.
Bimbingan rohani Islam memiliki peran pencegahan (preventif),
pengobatan, dan pengembangan.88Preventif atau pencegahan, yakni mencegah
timbulnya masalah pada seseorang. Pengobatan, membantu individu (pasien)
memecahkan masalah yang dihadapi atau sedang dialaminya, artinya apa yang
disampaikan oleh petugas rohaniawan muslim dalam proses bimbingan rohani
Islam merupakan jalan untuk membebaskan manusia dari kegelisahan dan
kerisauan hati yang disebabkan tekanan perasaan. Dengan bimbingan rohani
Islam pasien dapat mencapai pemahaman diri dan menenangkan perasaannya
serta kegelisahannya dan mengubah tingkah laku menjadi positif.
Pengembangan, bimbingan rohani Islam berfungsi sebagai pengembangan,
artinya membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan
kondisi yang telah baik agar tercapai atau lebih baik lagi. Dengan adanya
bimbingan rohani Islam pasien menjadi lebih sabar dan tenang dalam
menjalani proses kesembuhan sehingga pasien mampu bersikap tawakal,
terhindar dari gangguan-gangguan psikis salah satunya adalah stress.
Dengan demikian, bimbingan rohani Islam yang diterapkan di rumah sakit
Dr. Bratanata Jambi sangat membantu untuk memotivasi pasien, dan
menambahkan keimanan, kesabaran, keikhlasan, dan ketaqwaan kepada Allah
SWT.
a. Fungsi Motivasi
Adapun fungsi motivasi, antara lain :
88Musnamar dan Thohari, Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam,
(Yogyakarta : UII Press, 2003). 54.
62
1. Memotivasi atau mendorong manusia untuk berbuat atau bertindak.
Motif itu sebagai penggerak yang memberikan energi, (kekuatan) pada
seseorang untuk melakukan sesuatu.
2. Motivasi itu menentukan arah perbuatan. Yakni kearah perwujudan suatu
tujuan atau cita-cita. Makin jelas pula terbentang jalan yang harus
ditempuh.
Motivasi itu menyeleksi perbuatan kita. Artinya menentukan
perbuatan-perbuatan yang mana yang harus dilakukan, yang serasi guna
mencapai tujuan itu.89
Dari fungsi motivasi diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi
berfungsi untuk mendorong timbulnya kelakuan, sebagai pengarah dan
sebagai penggerak. Seorang pasien yang ingin cepat sembuh dari sakit harus
punya semangat yang tinggi dan motivasi untuk segera sembuh.
b. Teori Motivasi
1. Teori jenjang kebutuhan
Dikembangkan oleh Abraham Maslow dan banyak digunakan dalam
konseling. Menurut teori ini, ada lima tingkatan kebutuhan dalam diri
manusia, yaitu kebutuhan jasmaniah, kebutuhan memperoleh rasa aman
(sehat), kebutuhan sosial, kebutuhan memperoleh harga diri, dan
kebutuhan aktualisasi diri. Kelima jenis kebutuhan ini mendorong
individu melakukan berbagai tindakan. Sebagai contoh kebutuhan untuk
memperoleh rasa aman, sakit, akan menimbulkan rasa resah dan gelisah,
Karena didalamnya tidak terdapat rasa aman. Maka seseorang akan
terdorong untuk mengobati penyakitnya apabila sakit, karena sehat dapat
menimbulkan rasa aman dan tentram.
2. Teori penguatan
Teori ini dekembangkan oleh Skinner, setiap respon yang terjadi dari
stimulus, akan menjadi baru yang mendorong untuk berprilaku. Bila
stimulus menghasilkan sesuatu yang memuaskan, maka tindakan
89Syah Muhibin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung : PT. Remaja
Rosda Karya, 2000) 70-71.
63
cenderung akan diperkuat, dan sebaliknya apabila kurang memuaskan
maka tindakan itu cenderung akan diperlemah.90Dalam melakukan
bimbingan hendaknya pembimbing memberikan penguatan terhadap
tindakan yang dinilai positif atau baik, jadi perawat rohani memberi
dorongan untuk menuruti kata dokter dan tetap minum obat agar pasien
cepat sembuh, dan meninggalkan tindakan-tindakan yang dipandang
negatif atau kurang tepat, sebagai contoh minum obat telat, dan lain-lain.
Kesimpulan dari pengertian diatas menurut teori ini manusia atau
individu menginginkan dirinya sehat dan akan mencari penyembuhan
apabila dirinya merasa sakit
90Surya, Psikologi Konseling, 105.
64
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan di Rumah Sakit Dr.
Bratanata Jambi tentang metode rohaniawan muslim dalam meningkatkan
motivasi kesembuhan bagi pasien di Rumah Sakit Dr. Bratanata Jambi. Maka
sampailah penulis pada tahap terakhir yaitu penyampaian kesimpulan sebagai
berikut :
1. Pelaksanaan bimbingan rohani Islam oleh petugas rohaniawan muslim metode
yang digunakan adalah, dengan penyampaian lisan digunakan dalam bentuk
face to face dan media air.
2. Faktor yang mempengaruhi bimbingan rohani Islam yang dilakukan oleh
petugas rohaniawan muslim yang pertama, faktor penghambat adalah adanya
penolakan dari pasien, terbatasnya rohaniawan wanita. Faktor yang ke dua
adalah faktor pendukung yaitu adanya tangggapan positif dari pasien dan
keluarga pasien yang diberi bimbingan dan didoakan oleh petugas rohaniawan
muslim, pengalaman yang lumayan lama menjadi petugas rohaniawan.
3. Manfaat dari pemeberian bimbingan rohani Islam oleh petugas rohaniawan
adalah memotivasi pasien atas kesembuhannya, menyadarkan pasien untuk
menanamkan nilai-nilai agama, mencapai kebahagian didunia maupun akhirat,
menjauhkan pasien dari perilaku yang tidak baik.
B. Implikasi Penelitian
Sesuai dengan skripsi yang penulis susun mengenai metode rohaniawan
muslim dalam meningkatkan motivasi kesembuhan bagi pasien rawat inap, maka
penulis dapat memberi saran-saran yang berguna untuk bahan masukan bagi
pembaca yaitu sebagai berikut :
1. Sebagai manusia harus berusaha menanamkan nilai-nilai agama agar menjadi
manusia yang selalu mengingat Allah baik dalam kondisi sehat maupun sakit.
64
65
2. Selaku petugas rohaniawan muslim yang memberikan bimbingan rohani Islam
terhadap pasien agar menjadikan pasien tersebut bisa menjalani proses
kesembuhan sesuai dengan ajaran-ajaran agama Islam, dan membantu pasien
untuk menumbuhkan sikap optimis dan selalu memotivasi kesembuhan pasien.
3. Untuk pihak rumah sakit agar memperhatikan setiap cara penyembuhan baik
medis maupun non medis seperti bimbingan rohani Islam yang dilakukan oleh
petugas rohaniawan muslim.
4. Semua pihak terkait harus memikirkan hal-hal terbaik menyangkut proses
kesembuhan bagi pasien dalam masa sakitnya. Melakukan berbagai upaya
dalam penyembuhan baik secara medis maupun non medis salah satunya
dengan bimbingan rohani Islam.
C. Saran
Bimbingan rohani Islam yang diberikan oleh rohaniawan muslim sangat
dibutuhkan sekali disetiap rumah sakit untuk membantu proses kesembuhan
pasien secara psikis, dengan bimbingan rohani Islam ini yang diberikan kepada
pasien diharapkan dapat membantu pasien dalam menjalani proses kesembuhan
dengan cara dari ajaran-ajaran agama Islam. Maka penulis memberi saran kepada
pihak Rumah Sakit Dr. Bratanata hendaknya menambah tenaga kerja rohaniawan
muslim yang wanita dan juga mencari rohaniawan yang lebih berkompeten dalam
bidang bimbingan rohani Islam dan memberikan ruangan kerja bagi petugas
rohaniawan muslim supaya rohaniawan mempunyai ruang untuk beristirahat dan
mempersiapkan apa-apa sebelum melakukan bimbingan dan lebih mempermudah
jika ada keluarga pasien yang ingin bertanya lebih banyak kepada rohaniawan
muslim tanpa mengganggu proses bimbingan ke ruangan-ruangan perawatan.
D. Penutup
Alhamdulillah dengan penuh rasa syukur atas kehadirat Allah SWT.
Berkat rahmat dan dan karunia ilmu pengetahuan akhirnya karya tulis berupa
skripsi ini bisa terselesaikan, walaupun masih banyak mengandung unsur
kelemahan dan kekurangan. Hal ini dikarenakan penulis masih dalam tahap
belajar. Untuk penyempurnaan karya selanjutnya, penulis dengan segenap
kerendahan hati mengharapkan petunjuk dan saran dari semua pihak.
66
DAFTAR PUSTAKA
Abdur Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam,
(Jakarta : Prenada Media, 2004).
Al-Muyassar, Al-Qur’an dan Terjemahnya oleh Anwar Abu Bakar yang
disempurnakan oleh Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an , (Bandung Sinar
Baru Algesindo, 2015).
Arie Arumwardhani, Psikologi Kesehatan, (Yogyakarta : Galang Pers, 2010).
Arifin, H.M, Pokok-pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama,
(Jakarta : Bulan Bintang, 1979).
Baihaqi, Su’bul Imam, (Lebanon, Dar Al-Fikr, 2013).
Cholid Narbuko dan Chmadi, Metedologi Penelitian (Jakarta : Bumi Aksara,
2007).
El Quusiy Abdul Aziz, Diterjemahkan oleh Dzakia Drajat, Pokok-pokok
Kesehatan Jiwa dan Mental, (Jakarta : Bulan Bintang, 1974).
Faizah dan Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah, (Jakarta : Kencana Prenada
Media Group,2006).
Faqih Ainur Rahim, Bimbingan dan Konseling Islam. (Yogyakarta : Pusat
Penerbitan UII Press, 2001).
Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam, (Yogyakarta :
Fajar Pustaka Baru, 2004)
Handoko, Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku, (Yogyakarta : Kansius, 1992)
Harold Koontz O Donnel dan Heinz Weihrich, Management, (McGraw Hill
Kogaguska, 1980).
Hasbullah Ahmad, Mewujudkan Ketenangan Jiwa, (Jakarta Selatan : Gaung
Persada Press, 2012).
H.B. Sutopo., Metodologi Penelitian Kualitatif. (Surakarta: UNS Press, 2002).
Isep Zainal Arifin, Bimbingan Penyuluhan Islam, (Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2005).
Isep Zainal Arifin, Bimbingan Penyuluhan Islam Pengembangan Dakwah
Bimbingan Psikoterapi Islam, (Jakarta : Rajawali Press, 2009).
James P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, terj. Kartini Kartono, judul asli
“Dictionary of Psychology”, (Jakarta: Rajawali, 1999).
Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 1991).
Musnamar dan Thohari, Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling
Islam, (Yogyakarta : UII Press, 2003)
Najati, MU.,Al-Qur’an dan Ilmu Jiwa, (Bandung : Pustaka Bandung, 1997).
Ricard M. Hodgetts dan Donald F. Kurako, Management, (Sandiego: Harcourt
Brace Puh., 1998).
Sadirman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : Raja Grafindo,
2001).
67
Salim, Samsudin, Bimbingan Rohani Pasien Upaya Mensinergikan Layanan
Medis dan Spiritual di Rumah Sakit. (Seminar Nasional, 2005).
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang,
1984).
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung : Alfabeta,2007).
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D , (Bandung:
Alfabeta, 2013).
Surya, Psikologi Konseling, (Bandung : Pustaka Bani Quraisy, 2003)
Syah Muhibin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung : PT.
Remaja Rosda Karya, 2000).
Tim Penerjemah dan Penafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta :
Departemen Agama RI, 2005).
Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Jakarta : Gramedia
Widiasarana Indonesia, 1991).
W. S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia,
1996).
Bukhori Baidi, Optimalisasi Sistem Pelayanan Kerohanian Bagi Pasien Rawat
Inap, laporan Penelitian. Semarang : Pusat Penelitian Walisongo, 2005.
Muhammad Lazi Bin Yusof, “Metode Bimbimgan dan Konseling Islam Terhadap
Narapidana, (Studi Pada Pusat Pemulihan Akhlak, Jabatan Penjara Masyia
Muar, Negeri Johor)”, Skripsi, 2009.
Setiawan Topan , “MetodePenelitian” , diakses melalui alamat
https://setiawantopan.wordpress.com/2012/02/22/metode-penelitian-dan-
metode-penelitian/, tanggal 22 Maret 2019.
Sehibul Huda, Pola Bimbingan Kerohanian Narapidana di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas II A Kota Jambi, Skripsi, (Jambi : IAIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi, 2014).
Umi Haniatu, “Urgensi Bimbingan Rohani Islam”, diakses melalui alamat
http://library.Walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/29/jtptiain-gdl-s1-2006-
umihaniatu1416bab2_110-0.pdf, tanggal 21 Maret 2019.
Yanti 164 “Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data” diakses Melalui alamat :
https://yanti164.wordpress.com/2013/11/17/teknik-pemeriksaan-keabsahan-
data/ diakses pada 07 Juni 2018
67
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
Skripsi
“METODE ROHANIAWAN MUSLIM DALAM MENINGKATKAN
MOTIVASI KESEMBUHAN BAGI PASIEN DI RUMAH SAKIT DR.
BRATANATA JAMBI”
No JENIS DATA METODE SUMBER DATA
1. -Letak Geografis Rumah Sakit Dr.
Bratanata Jambi
-Observasi -Setting
2. -Visi dan Misi Rumah Sakit
Dr.Bratanata Jambi
-Dokumentasi -Dokumentasi Visi dan
Misi
3. -Program Kegiatan Rohaniawan
Muslim
-Dokumentasi -Dokumen Program
Rohaniawan Muslim
4. -Bukti Kegiatan yang Dilaksanakan -Dokumentasi
-Wawancara
-Dokumen
-Rohaniawan Muslim
5. -Interaksi Pasien -Observasi
-Dokumentasi
-Wawancara
-Praktik Bimbingan
-Dokumentasi Bimbingan
-Rohaniawan Muslim
6. -Metode Rohaniawan Muslim
Dalam Meningkatkan Motivasi
Kesembuhan
-Observasi
-Wawancara
-Dokementasi
-Metode terhadap
Motivasi
-Dokumentasi
Rohaniawan Muslim
A. Panduan Observasi
No Jenis Data Objek Observasi
1. -Letak Geografis Rumah Sakit Dr.
Bratanata Jambi
-Keadaan dan Letak Geografis
2. -Interaksi Pasien -Metode yang diterapkan
3. -Metode Rohaniawan Muslim
Dalam Meningkatkan Motivasi
Kesembuhan
-Keadaan fisik yang terlihat secara
langsung terhadap pasien yang
mengikuti bimbingan dan yang tidak
mengikuti
B. Panduan Dokumentasi
No Jenis Data Data Dokumentasi
1. -Letak Geografis Rumah Sakit Dr.
Bratanata Jambi
-Data Dokumentasi Letak Geografis
Rumah Sakit Dr.Bratanata Jambi
2. -Visi dan Misi -Data Dokumetasi tentang visi dan
misi
3. -Program Kegiatan Rohaniawan
Muslim
-Data dokumentasi tentang program
kegiatan yang pernah dilaksanakan
4. -Bukti Kegiatan yang Dilaksanakan -Data tentang kegiatan yang
dilaksanakn oleh rohaniawan muslim
yang berkaitan dengan motivasi
5. -Interaksi Pasien -Data tentang interaksi kepada pasien
yang mengikuti bimbingan
6. -Metode Rohaniawan Muslim
Dalam Meningkatkan Motivasi
-Metode tentang metode rohaniawan
muslim
C. Butir-Butir Wawancara
No Jenis Data Sumber Data dan Substansi
Wawancara
1. -Bukti Kegiatan yang Dilaksanakan ROHANIAWAN MUSLIM
-Apa saja metode yang digunakan
dalam bimbingan?
2. -Interaksi Rohaniawan dan Pasien ROHANIAWAN MUSLIM
-Bagaimana metode yang digunakan
untuk pasien?
-Apa saja yang rohaniawan lakukan
dalam proses bimbingan?
PASIEN
-Bagaimana perasaan dan keadaan
pasien dengan adanya rohaniawan?
-Bagaiman keadaan pasien setelah
diberi bimbingan dan doa?
-Bagaimana respon pasien terhadap
rohaniawan?
3. -Metode Rohaniawan Muslim
Dalam Meningkatkan Motivasi
PASIEN
-Apa yang ada rasakan sebelum diberi
bimbingan?
-Kenapa anda merasakan hal tersebut?
-Apa yang anda rasakan setelah diberi
bimbingan?
-Apa pendapat anda dengan adanya
bimbingan yang dilakukan oleh
rohaniawan muslim?
Wawancara Bersama Bapak Hatta Selaku Rohaniawan Muslim di Rumah Sakit Dr.
Bratanata Jambi
Peneliti : Menurut Bapak mengenai bimbingan rohani Islam dan doa ada tidak
pengaruhnya terhadap keadaan pasien?
Narasumber : Jadi begini, orang yang ketika sedang sakit itu bukan hanya saja
fisiknya yng sakit akan tetapi psikisnya juga, kita saja yang sedang
tidak sakit sangat membutuhkan sekali yang namanya motivasi apalagi
orang yang sedang sakit sangat membutuhkan sekali. Disini kita
sebagai seorang petugas rohaniawan muslim harus bisa memberi
dorongan positif supaya pasien selalu optimis dalam menjalankan
proses pengobatan dan supaya yakin akan adanya kesembuhan. Segala
penyakit itu datangnya dari Allah dan insya Allah akan disembuhkan
asalkan kita bisa kuat, sabar, tabah, ikhkas dan selalu mengingat Allah
dalam keadaan sehat maupun sakit.
Peneliti : Lalu respon apa saja yang muncul dari pasien?
Narasumber : Pastinya ada respon positif dan negatif. Respon positifnya adalah
dimana si pasien sangat welcome sekali dengan adanya petugas
rohaniawan muslim. Dan respon positifnya dimana pasien ada juga
yang menolak ketika diberi bimbingan dan didokan karena mereka
berpikir kita akan membimbing dan mendokan pasien agar cepat
menuju tuhannya padahal sebenarnya diberi bimbingan dan didokan
agar si pasien selalu semangat dalam menghadapi penyakit
Wawancara Bersama Bapak Nuki Pasien Di Pavilium Eka Vaksi Rumah Sakit Dr.
Bratanata Jambi
Peneliti : Apa pendapat bapak dengan adanya petugas rohaniawan muslim?
Narasumber : Bagi saya, dengan adanya petugas rohaniawan muslim dirumah sakit
ini sangat membantu sekali dan bagus sekali, karna denga adanya
seorang petugas rohaniwan pasien disini jadi isa mendapatkan
bimbingan, motivasi supaya selalu tegar dalam menghadapi
penyakitnya. Dan apalagi saya ini dalam medis tidak terdeteksi saya
sakit apa tapi saya sudah blak baik 15 kali masuk rumah sakit, dengan
adanya rohaniawan muslim saya bisa didoakan karna penyakit non
medis mana bisa disembuhkan dengan cara medis pasti dengan cara-
cara yang besifat Agama itu yang paling utama.
Peneliti : Apa yang bapak rasakan setelah diberi bimbingan dan didoakan?
Narasumber : Saya merasa sangat tenang tantram dan nyaman. Saya senang sekali
ada petugas rohaniawan muslim disi sangat membantu sekali. Dan
sebenarnya ini adalah hal yeng termasuk penting juga. Dengan adanya
rohaniawan muslim saya jadi bisa lebih optimis lagi dalam
menghadapi sakit, sabar,ikhlas dan pastinya selalu harus mengingat
Allah. Saya jadi termotivasi, sakit itu adalah salah satu ujian buat kita
untuk kita menjadi lebih baik lagi pastinya.
Wawancara Bersama Bapak Syukur di Ruang Perawatan Cendana Rumah Sakit Dr.
Bratanata Jambi
Peneliti : Apa pendapat bapak dengan adanya petugas rohaniawan musim
dirumah sakit ini?
Narasumber : Bagi saya bagus, cuman saya merasa agak terganggu dengan adanya
rohaniawan disini karna yang tadinya kita lagi tenang-tenang saja
didalm ruangan perawatan dan tiba-tiba petugas rohaniawan datang
dengan memakai pakaian rapi pakai peci juga seakan-akan seperti mau
berziarah. Padahal kami kan masih hidup,, saya takut didoakan karna
takut doa yang dibacakan itu bukan doa untuk kesembuhan melainkan
untuk kesana.
Peneliti : Jika bimbingan ini memang sudah ketetapan dari pihak rumah sakit
apa yang akan bapak lakukan?
Narasumber : Jika ini memang sudah aturan dari pihak rumah sakit mau tidak mau
kita harus menerima walaupun menerima dengan sekedar saja.
Namanya juga kita dirumah sakit karna dirawat dirumah sakit ini yah
pastinya kita ikuti apa yang ada saja. Dengan kita bisa tidur saja
ataupun hanya mersepon dengan sekedarnya saja.
Pelaksanaan bimbingan dan mendoakan pasien ke ruang ruang perawatan
Proses pelaksanaan pemberian bimbingan terhadap
Salah satu ruangan yang ada di Rumah Sakit Dr.Bratanata
Wawancara bersama salah satu petugas Rohaniawan Muslim Rumah Sakit
Salah satu tempat dimana banyak meminta data tentang Rumah sakit
CURRICULUM VITAE
A. Informasi Diri
Nama : Anisatun Mahfudoh
Tempat & Tgl. Lahir : Jambi, 08 September 1997
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Jl. Majapahit II Rt. 03 Rw.01 no.79
Kelurahan Payo Selincah,
Kecamatan Paal Merah, Kota Jambi,
Provinsi Jambi
B. Riwayat Pendidikan
S1 : 2015
MAS AN-NUR MUARO JAMBI : 2012
MTS AN-NUR MUARO JAMBI : 2009
SD NEGERI 118 KOTA JAMBI : 2003
JADWAL PENELITIAN
NO Jenis Kegiatan Penelitian Bulan
Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pembuatan draft proposal x
2.
Konsultasi dengan ka.
Jur/Prodi dan lainnya
untuk menentukan fokus
penelitian
x
3. Revisi draft proposal x
4.
Seminar Proposal
x
5. Revisi draft proposal
setelah seminar
x
6. Konsultasi dengan
pembimbing
x x
7. Koleksi data x x x x x x x x
8. Analisa dan penulisan
draft awal skripsi
x
9. Draft awal dibaca
pembimbing
x
10. Revisi draft awal x
11. Draft dua dibaca
pembimbing
x
12. Revisi draft dua x
13. Draft dua revisi dibaca
pembimbing
x
14. Penulisan draft akhir x
15. Draft akhir dibaca
pembimbing
x
16. Ujian munaqasah
17. Revisi skripsi setelah ujian
munaqasah
18. Mengikuti wisuda
Catatan : Jadwal sewaktu-waktu dapat berubah.