strategi pemasaran kelompok bimbingan ibadah haji...
Post on 09-Feb-2020
7 Views
Preview:
TRANSCRIPT
STRATEGI PEMASARAN
KELOMPOK BIMBINGAN IBADAH HAJI (KBIH)
AT TAQWA UJUNG HARAPAN BEKASI
DALAM MENINGKATKAN JUMLAH JAMA’AH
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Serjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh :
M. ABIZAR ALBAIHAQI
107053002925
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011
STRATEGI PEMASARAN
KELOMPOK BIMBINGAN IBADAH HAJI (KBIH)
AT TAQWA UJUNG HARAPAN BEKASI
DALAM MENINGKATKAN JUMLAH JAMA’AH
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Serjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh :
M. ABIZAR ALBAIHAQI
107053002925
Di Bawah Bimbingan
Dra. Jundah Sulaiman, MA
NIP :19620303 199203 2001
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul STRATEGI PEMASARAN KELOMPOK BIMBINGAN
IBADAH HAJI (KBIH) AT-TAQWA UJUNG HARAPAN BEKASI DALAM
MENINGKATKAN JUMLAH JAMAAH telah diujikan dalam sidang munaqasyah
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada
Hari Kamis, tanggal 29 September 2011, Skripsi telah diterima sebagai salah satu
syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I) pada Jurusan Manajemen
Dakwah.
Jakarta, 29 September 2011
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
Drs. Cecep Castrawijaya, MA M. Hudri, M.Ag
NIP. 19670818 199803 1 002 NIP. 19720606 199803 1 003
Anggota,
Penguji I Penguji II
Rubiyanah, MA Drs. Cecep Castrawijaya, MA
NIP. 19730822 199803 2 001 NIP. 19670818 199803 1 002
Pembimbing
Dra. Jundah Sulaiman, MA
NIP. 19620303 199203 2 001
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh Gelar Strata Satu (S.1) di Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari yang saya gunakan dalam penulisan ini bukan hasil
asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari hasil karya orang lain, maka
saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, September 2011
M. Abizar Albaihaqi
i
ABSTRAK
Muhammad Abizar Albaihaqi, 107053002925
Strategi Pemasaran Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) At-Taqwa
Ujung Harapan Bekasi dalam Meningkatkan Jumlah Jamaah, dibawah
bimbingan, Dra. Jundah Sulaiman, MA.
Haji menjadi suatu fenomena yang menarik untuk dicermati yakni apakah
ibadah Haji bagi umat muslim di Indonesia merupakan kebutuhan primer atau
tidak, sedangkan ibadah Haji merupakan ibadah yang wajib dijalankan oleh setiap
muslim yang mampu melakukan sekali dalam seumur hidupnya, namun tetap saja
Haji menjadi idaman dan impian bagi setiap muslim sehingga jumlah jamaah Haji
tiap tahun semakin bertambah. Bagi Arab Saudi, Haji mungkin saja dianggap
sebagai ibadah yang biasa mereka lakukan tiap tahun karena letak geografis yang
memungkinkan mereka melakukannya yaitu jarak tempuh yang dekat dengan
obyek-obyek ibadah, namun sebagian besar kaum muslim yang tinggal diluar
Arab merupakan ibadah yang istimewa.
Sementara itu, pengelolaan Haji di Indonesia dilakukan oleh pemerintah
dan swasta. Ada dua pengelola yang masing-masing bersaing mencari bentuk
pengelolaan yang berbeda dengan yang lain. Mulailah timbul kompetisi inti (core
competition) pengelolaan Haji dimana setiap pihak ingin ingin tampil lebih unggul
dibanding yang lain begitu juga sebaliknya. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui Untuk mengetahui srtategi pemasaran yang dilakukan oleh KBIH At-
taqwa Ujung harapan Bekasi dalam meningkatkan jumlah jamaah. Serta untuk
mengetahui implementasi strategi pemasaran At-Taqwa Ujung Harapan Bekasi
dalam meningkatkan jumlah jamaah.
Dalam hal ini, penulis menggunakan metode pendekatan kualitatif
terhadap penulisan skripsi ini, dan untuk mendapati data yang penulis butuhkan,
maka penulis menggunakan langkah-langkah dalam pengumpulan data seperti
mencari data yang bersangkutan dengan pembahasan penulis di perpustakaan
yang telah di sediakan oleh Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
lalu penulis pun menggunakan metode survei langsung ke KBIH At-Taqwa guna
melengkapi data-data yang penulis butuhkan dan yang bersangkutan dengan judul
penulis, selain itu pun penulis menggunakan metode wawancara dan observasi ke
KBIH At-Taqwa.
Dari hasil penelitian penulis maka penulis dapat menyimpulkan strategi
pemasaran kelompok bimbingan ibadah haji (KBIH) At-Taqwa ujung harapan
Bekasi menggunakan strategi SWOT, yang mana strategi ini mencangkup
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahhirrahmanirrahim
Alhamdulilah wa syukurillah, segala puji bagi Allah SWT tuhan semesta
alam yang telah memberikan kita segala nikmat yang tak terhingga kepada
hambanya sampai detik ini dan shalawat serta salam semoga selalu senantiasa
terlimpahkan kepada baginda Muhammad SAW sehingga penulis dapat melewati
perjalanan akademis dan dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Stretegi
Pemasaran Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) At-taqwa Ujung Harapan
Bekasi Dalam Meningkatkan Jumlah Jamaah”.
Alhamdulillah pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini atas
usaha dan upaya yang telah penulis lakukan serta bantuan yang sangat berharga
dari beberapa pihak. Di tengah kesibukannya, mereka menyempatkan waktu luang
untuk berbagai informasi dan motivasi agar penulis mampu mewujudkan skripsi
ini. Maka dengan niat suci dan ketulusan hati, penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih kepada orang-orang atas segala bantuannya terutama kepada :
1. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Drs. Wahidin Saputra, MA
selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik, Drs. H. Mahmud Jalal, MA
selaku Pembantu Dekan Bidang Administrasi, Drs. Study Rizal LK, MA
selaku Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan.
2. Drs. Cecep Castrawijaya, MA selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah.
3. H. Mulkannasir BA, S.Pd, MM selaku Sekretaris Jurusan Manajemen
Dakwah.
iii
4. Dra. Jundah Sulaiman, MA. selaku Pembimbing skripsi yang dengan sabar
dan meluangkan waktunya untuk membimbing hingga terselesaikan skripsi
ini.
5. Teristimewa orang tua penulis, Ayahanda tercinta dan Ibunda tersayang yang
telah mengantarkan penulis hingga seperti sekarang dengan penuh kasih
sayang, doa, kesabaran, keikhlasan dan perjuangan hidup demi kelangsungan
pendidikan putra-putranya, serta kakak dan adikku tercinta terima kasih untuk
semuanya.
6. Para Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan dedikasinya, pengarahan, pengalaman, serta bimbingan kepada
penulis selama perkuliahan.
7. Keluarga besar KBIH At-taqwa yang telah mengizinkan peneliti untuk
melakukan penelitian, khususnya untuk Pengurus Harian.
8. Seluruh Staf Karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Dakwah untuk
referensi buku-bukunya.
9. Teman-teman MD A dan B angkatan 2007 Terima kasih yaa buat
dukungannya.
10. Saudara-saudaraku yang telah memberikan spirit dan dukungan yang luar
biasa dalam membantu penyelesaian penelitian ini.
11. Teman-teman KKN 98 @Lebak, Banten 2010 semoga tali silaturahmi kita
tidak terputus.
12. Para sahabat satu kosan saya (Woro, Suhendri, Bisri, Adung, Feri, Afif,
Bukori) Andi, Arif, semoga apa yang teman-teman cita-citakan dapat
iv
tercapai. Dan untuk teman-teman yang tidak disebutkan satu persatu, penulis
ucapkan terima kasih.
Akhirnya penulis berharap semoga apa yang telah diberikan mendapatkan
balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT dan penulis berharap semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi yang membaca pada umumnya dan bagi keluarga besar
jurusan Manajemen Dakwah pada khususnya.
Ciputat, September 2011
M. Abizar Albaihaqi
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................................... i
KATAPENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... v
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ......................................... 10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 11
D. Tinjauan Pustaka ........................................................................ 12
E. Metodologi Penelitian ................................................................ 13
F. Sistematika Penulisan ................................................................. 15
BAB II : LANDASAN TEORI
A. Strategi ....................................................................................... 17
1. Pengertian Strategi ............................................................... 17
2. Perbedaan Strategi Dengan Taktik ....................................... 20
3. Tingkat-Tingkat Strategi ...................................................... 20
4. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Dalam Sistem Strategi ... 23
B. Pemasaran .................................................................................. 29
1. Pengertian Pemasaran .......................................................... 29
2. Bentuk dan Macam Pemasaran ............................................ 34
3. Tujuan dan Fungsi Pemasaran ............................................. 35
4. Prinsip-Prinsip Pemasaran ................................................... 36
vi
5. Bauran Pemasaran (Marketing Mix) .................................... 37
C. Strategi Pemasaran ..................................................................... 41
1. Pengertian strategi pemasaran ............................................... 41
2. Bentuk Strategi Pemasaran .................................................. 41
3. Segmentasi Pasar ................................................................. 43
4. Target Pasar .......................................................................... 44
D. Kelompok Bimbingan Ibadah Haji ............................................. 45
1. Pengertian Bimbingan Ibadah Haji ..................................... 45
2. Fungsi dan Tujuan Bimbingan Ibadah Haji .......................... 47
3. Ruang Lingkup Kegiatan Bimbingan Ibadah Haji ................ 48
E. Jamaah ........................................................................................ 49
1. Pengertian Jamaah ................................................................ 49
2. Klasifikasi Jamaah Haji ........................................................ 50
BAB III : GAMBARAN UMUM KBIH AT-TAQWA UJUNG
HARAPAN BAHAGIA BEKASI
A. Sejarah Berdirinya KBIH At-Taqwa dan Perkembangannya .... 52
B. Visi Misi Dan Tujuan KBIH At-Taqwa .................................... 54
1. Visi KBIH At-Taqwa ........................................................... 54
2. Misi KBIH At-Taqwa ......................................................... 54
3. Tujuan KBIH At-Taqwa ..................................................... 55
C. Struktur Organisasi KBIH At-Taqwa dan Job Description ....... 55
1. Struktur Organisasi KBIH At-Taqwa ................................... 55
2. Job Description ..................................................................... 56
D. Rencana Kerja KBIH At-Taqwa ................................................ 57
vii
1. Teknik Pelaksanaan .............................................................. 57
2. Fasilitas Pelayanan ................................................................ 58
E. Program Kerja KBIH At-Taqwa ................................................ 60
1. Jangka Panjang ...................................................................... 60
2. Jangka Pendek ...................................................................... 61
F. Unsur-Unsur Bimbingan Haji KBIH At-Taqwa ........................ 62
1. Jamaah (Terbimbing) ............................................................ 62
2. Pembimbing (Pemberi Materi Manasik Haji) ....................... 62
3. Materi ................................................................................... 63
4. Metode .................................................................................. 64
BAB IV : ANALISIS STRATEGI PEMASARAN KBIH AT-TAQWA
UJUNG HARAPAN BEKASI
A. Strategi Pemasaran KBIH At-Taqwa ......................................... 67
B. Analisis SWOT Terhadap Strategi Pemasaran KBIH At-Taqwa 70
C. Implementasi Strategi KBIH At-Taqwa Dalam Meningkatkan
Jamaah ....................................................................................... 74
D. Faktor Pendukung Dan Penghambat KBIH At-Taqwa .............. 76
1. Faktor Pendukung ................................................................ 76
2. Faktor Penghambat .............................................................. 77
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 78
B. Saran ........................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 82
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Haji adalah rukun islam yang kelima yang pelaksanaannya hanya
dapat dilakukan pada waktu tertentu, sebagaimana dapat dipahami dari ayat
berikut :
Artinya : “(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa
yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan menetapkan haji, maka tidak
boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan didalam masa
mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya
Allah mengetahuinya. Berbekallah dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah
taqwa dan bertaqwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.” (QS. Al-
Baqarah : 197)1
Haji menjadi suatu fenomena yang menarik untuk dicermati yakni
apakah ibadah Haji bagi umat muslim di Indonesia merupakan kebutuhan
primer atau tidak, sedangkan ibadah Haji merupakan ibadah yang wajib
dijalankan oleh setiap muslim yang mampu melakukan sekali dalam seumur
hidupnya, namun tetap saja Haji menjadi idaman dan impian bagi setiap
muslim sehingga jumlah jamaah Haji tiap tahun semakin bertambah. Bagi
1 Aliy As‟ad, Taqrib dalil, (Yogyakarta : Mineral Kudus, 1984), h. 191
2
Arab Saudi, Haji mungkin saja dianggap sebagai ibadah yang biasa mereka
lakukan tiap tahun karena letak geografis yang memungkinkan mereka
melakukannya yaitu jarak tempuh yang dekat dengan obyek-obyek ibadah,
namun sebagian besar kaum muslim yang tinggal di luar Arab merupakan
ibadah yang istimewa.
Ibadah Haji merupakan wujud nyata dan persaudaraan antara muslim
sedunia, Haji merupakan mu‟tamar tahunan atau silaturahmi akbar, di mana
mereka dapat bertukar pengalaman, menyatukan visi dan persepsi, program
dan acuan memajukan Islam di negeri masing-masing setelah mereka kembali
dari ibadah Hajinya.2
Haji mabrur adalah suatu karunia yang tidak dapat dinilai dengan
materi karena kandungan hikmahnya sangat luar biasa, maka inilah balasan
yang pantas diberikan kepada Haji mabrur. Pertama, mendapat magfhfirah
Allah seperti yang tercantum dalam hadis dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW
bersabda:
Artinya: ”Barangsiapa melakukan ibadah haji dan dia tidak rofats (berkata
kotor/saru, tidak jima’/berkumpul dengan istri pada waktu
terlarang) serta tidak maksiyat/fasiq, maka dia akan kembali seperti
pada saat dia dilahirkan oleh ibunya (bebas dari dosa)“. (HR.
Bukhori dan Muslim).
2 Depag RI. Hikmah Ibadah Haji. (Jakarta : Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat
Islam dan Penyelenggaraan Haji, 2003), h. 18
3
Kedua, hatinya menjadi suci bersih seperti kain putih yang belum
ternoda. Ketiga, doanya makbul, maksudnya setiap kita berdoa kepada Allah
SWT, Allah dapat mendengar dan mengabulkan doa kita. Keempat,
dimasukkan kedalam surgaNya Allah SWT.3
Negara Indonesia yang merupakan Negara mayoritas penduduknya
menganut agama islam, karena dari tahun ketahun terlihat keinginan
masyarakat untuk menunaikan rukun Islam yang kelima yaitu menunaikan
ibadah Haji yang tiap tahun jumlah calon jamaah Haji bertambah besar. Hal
ini dapat dipahami bahwa Haji bukan saja ibadah yang mengandung prestise
secara sosio-religius, namun sudah menjadi tradisi di kalangan masyarakat
muslim Indonesia.
Penyelenggaraan ibadah Haji merupakan tugas Nasional yang menjadi
tanggung jawab Pemerintah yang berkewajiban memberikan pembinaan,
pelayanan, perlindungan dengan menyediakan fasilitas kemudahan, keamanan
dan kenyamanan yang diperlukan oleh warga Negara yang menunaikan ibadah
Haji.
Sesuai dengan tanggung jawab yang diembannya, Pemerintah secara
terus menerus berupaya melakukan perbaikan penyelenggaraan haji, utamanya
melalui pembenahan sistem dalam berbagai aspek, termasuk aspek pembinaan
petugas. Mengingat petugas haji merupakan unsur penting yang mempunyai
peranan strategis dan turut menentukan keberhasilan penyelenggaraan ibadah
haji.
3 M. Quraish Shihab, dkk, Menuju Haji Mabrur, (Jakarta : Pustaka Zaman, 2000), h. 32
4
Berdasarkan Undang-Undang No. 17 tahun 1999 tentang
penyelenggaraan ibadah Haji, bahwa penyelenggaraan ibadah Haji
dilaksanakan oleh pemerintah. Kegiatan-kegiatan dalam penyelenggaraan
urusan Haji tersebut dilaksanakan oleh Departemen-Departemen dan lembaga-
lembaga lainnya yang ada kaitannya dengan penyelenggaraan urusan Haji
dengan cara berkoordinasi Interdepartemental yang dalam hal ini Menteri
Agama bertindak sebagai penanggung jawab. Dengan demikian bahwa ibadah
Haji merupakan kegiatan yang penting yang memerlukan adanya pengelolaan
khusus di dalam mengurusi masalah kegiatan Haji.4
Umat Islam yang akan menunaikan ibadah Haji tidak dapat
melaksanakan Haji di luar waktu dan tempat yang telah ditentukan. Selain itu,
tempat yang akan dituju adalah negara lain sehingga mempunyai keterkaitan
dengan peraturan yang berlaku dalam hubungan internasional lebih khusus
lagi adalah hubungan bilateral antara negara asal (Indonesia) dengan Negara
Arab Saudi. Oleh karena itu perlu adanya sistem penyelenggaraan ibadah Haji
yang diatur sebaik mungkin oleh pemerintah di tiap-tiap negara, seperti halnya
di Indonesia. Adapun tempat yang akan dituju adalah Saudi Arabia yaitu suatu
negara yang mempunyai peraturan tersendiri yang secara internasional diakui
keberadaannya. Untuk itu, diperlukan sebuah hubungan bilateral yang baik
antara negara asal dengan negara yang rajanya dikenal dengan sebuah
Khodimul Haramain (Pelayan Dua Tanah Haram).
Selain hubungan bilateral G to G (Goverment go Goverment), untuk
memberikan pelayan kepada Jamaah Haji, diperlukan juga adanya sistem
4 Depag RI, Petunjuk Perjalanan dan Kesehatan haji, (Jakarta : Depag RI Direktorat
Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji, 2000), h. 1
5
penyelenggaraan ibadah Haji yang baik oleh pemerintah di tiap-tiap negara.
Demikian juga dengan di Indonesia, yang dalam hal ini ditangani oleh
Departemen Agama Republik Indonesia.
Perjalanan panjang bangsa Indonesia dalam menyelenggarakan ibadah
Haji telah memberikan makna yang sangat berarti bagi kehidupan kenegaraan
secara keseluruhan. Dalam berbagai peristiwa baik sosial, budaya, ekonomi
maupun politik, para Hujaj memiliki peranan yang sangat penting dalam
memberikan motivasi dan membudayakan „kehidupan yang shalih‟ di
masyarakat, sehingga selalu diharapkan dapat menjadi secercah titik terang
dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Beragamnya dimensi yang
melingkupi penyelenggaraan ibadah Haji menyebabkan penanganan dan
pengelolaan Haji memiliki permasalahan yang sangat kompleks dan sensitif.
Penyelenggaraan ibadah Haji yang selalu menyedot perhatian dan
menjadi sorotan berbagai pihak sangat menarik untuk dibahas secara lebih
mendalam dan transparan sehingga dapat diperoleh sinergi antara pola
pelayanan yang dikehendaki calon Haji sebagai customer dengan pola
pelayanan yang diberikan oleh penyelenggara Haji.
Dalam penyelenggaraan ibadah Haji setiap tahun selalu ditemukan
berbagai hal yang menjadi ajang pujian dan kritik dari berbagai kalangan yang
disampaikan secara lisan maupun tertulis. Wacana yang selalu muncul ke
permukaan sebagian besar adalah ketidakpuasan terhadap manajemen
penyelenggaraan Haji dan pelayanan yang dilaksanakan oleh pemerintah.
Walaupun di sisi lain pemerintah melalui berbagai inovasi dan
6
penyempurnaan telah melakukan upaya-upaya peningkatan baik dari aspek
manajerial, sumber daya manusia, pola operasional, diversifikasi angkutan,
diversifikasi pemondokan dan memberikan kesempatan yang lebih luas
kepada masyarakat untuk berperan serta dalam penyelenggaraan Haji.
Sementara itu, pengelolaan Haji di Indonesia dilakukan oleh
pemerintah dan swasta. Ada dua pengelola yang masing-masing bersaing
mencari bentuk pengelolaan yang berbeda dengan yang lain. Mulailah timbul
kompetisi inti (core competition) pengelolaan Haji di mana setiap pihak ingin
ingin tampil lebih unggul dibanding yang lain begitu juga sebaliknya.
Anehnya walaupun keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu berusaha
memberikan pelayanan yang baik kepada Jamaah Haji sehingga menghasilkan
kepuasan bagi para Jamaah, tetapi kerjanya tidak saling mendukung.
Pemerintah dipandang sebagai pelayan yang non profit oriented, sedangkan
swasta adalah pelayan yang profit oriented. Pada satu sisi, keluasaan tidak
selamanya baik bagi Jamaah haji, maksud dari keluasaan ini adalah fasilitas
dan pelayanan yang berbeda antara jamaah Haji kota dengan jamaah Haji
desa. Jamaah Haji dari perkotaan misalnya, karena memiliki pengetahuan
yang luas maka keluasaan menjadi harapan mereka, sedangkan Jamaah Haji
dari desa justru hal itu akan membingungkan. Sehingga pertanyaan yang perlu
diajukan adalah akankah penyelenggaraan Haji itu benar-benar mampu
memberikan kepuasan kepada calon Jamaah Haji?.5
Seperti halnya KBIH sebagai suatu kelompok rekan kerja pemerintah
yang juga turut membantu pemerintah dalam memberikan pelayanan jasa
5 Ahmad Nidjam, Manajemen Haji, (Jakarta : Zikrul Hakim, 2003), h. 5
7
terhadap masyarakat dalam hal bimbingan ibadah Haji termasuk merupakan
suatu pekerjaan yang harus dikelola dengan baik walaupun tidak termasuk
sebuah institusi seperti halnya travel dan lainnya, melihat banyaknya lembaga
maupun organisasi yang mengurus permasalahan bimbingan Haji perlu bagi
KBIH berkompetisi juga dengan yang lainnya untuk menarik minat dan
kepercayaan masyarakat yang akan menunaikan ibadah Haji agar ikut pada
KBIH yang dikelolanya tersebut.
Banyak pengusaha kecil yang mengelola pemasaran usahanya dengan
mengandalkan kebiasaan-kebiasaan yang telah berlaku saja. Mungkin di masa
lalu hal ini dapat dijalankan karena masih langkanya proses produksi. Tetapi
dengan kondisi makin kerasnya persaingan, semua keputusan pengelolaan
(pemasaran) harus didasarkan atas fakta-fakta yang nyata dan data-data yang
memadai. Ini merupakan prinsip pengelolaan ilmiah. Unsur-unsur kebiasaan,
pengelolaan berdasarkan kira-kira yang bersifat naluriah sudah tidak
mencukupi lagi.
Bagaimanpun juga, pemasaran merupakan salah satu unsur utama
untuk mencapai kesuksesan usaha. Karena itu, pimpinan harus senantiasa
memantau dan mengelola pemasaran usahanya secara terus menerus.
Bagaimana sistem pemasarannya, distribusi, penentuan harga, kemasan
produk (barang atau jasa), cara penawaran dan pembayaran serta promosi
merupakan sasaran pengelolaan pemasaran. Dalam hal ini prinsip pengelolaan
ilmiah harus diterapkan demi tercapainya sasaran.6
6 Singgih Wibowo, Pedoman Mengelola Usaha Kecil, (Jakarta : Penebar Swadaya, 1998),
h. 63
8
Pemasaran berbeda dengan penjualan, di mana penjualan adalah
memperoleh laba sebesar-besarnya dan kepuasan konsumen bukan tujuan
utama dari penjualan, sedangkan pemasaran adalah membuat atau menjual
suatu barang atau jasa yang belum terpenuhi oleh konsumen akan tetapi
barang atau jasa bukanlah segalanya yang menjamin kepuasan konsumen, oleh
karena itu harus digabung dengan variabel lain seperti harga, lokasi, distribusi,
promosi dan produk supaya sesuai dengan kebutuhan konsumen.7
Salah satu hal terpenting dari kegiatan pemasaran adalah bagaimana
memasarkan produk dengan menggunakan strategi yang jitu, setiap
perusahaan selalu berusaha untuk dapat tetap hidup, berkembang dan mampu
bersaing. Dalam rangka inilah, maka setiap perusahaan selalu menetapkan dan
menerapkan strategi dan cara pelaksanaan kegiatan pemasarannya. Kegiatan
pemasaran yang dilakukan, diarahkan untuk dapat mencapai sasaran
perusahaan yang dapat berupa tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam
jangka panjang dan share pasar tertentu serta total unit dan total volume
penjualan tertentu dalam suatu jangka waktu tertentu. Pengarahan kegiatan
pemasaran tersebut hanya mungkin dapat dilakukan dengan menetapkan garis-
garis besar pedoman atau panduan umum perusahaan dalam bidang
pemasaran. Kebijakan pemasaran tentunya sejalan dengan konsep pemasaran,
yang menekankan pemberian pelayanan yang memuaskan kepada konsumen,
melalui kegiatan dan strategi pemasaran yang terpadu dan memungkinkan
diperolehnya keuntungan atau laba dalam jangka panjang.
7 Irwan Dani, Bagaimana Memperbaiki Pemasaran Usaha Anda, (Jakarta : SMT Grafika
Desa Putera, 1999), h. 6-7
9
Salah satu unsur dalam strategi pemasaran terpadu adalah strategi
acuan atau bauran pemasaran, yang merupakan strategi yang dijalankan
perusahaan, yang berkaitan dengan penentuan bagaimana perusahaan
menyajikan penawaran produk pada segmen pasar tertentu, yang merupakan
sasaran pasarnya. Marketing mix merupakan kombinasi variabel atau kegiatan
yang merupakan inti dari sistem pemasaran, variabel yang dapat dikendalikan
dan digunakan oleh perusahaan untuk mempengaruhi tanggapan konsumen
dalam pasar sasarannya. Variabel atau kegiatan tersebut perlu dikombinasikan
dan dikoordinasikan oleh perusahaan seefektif mungkin dalam melakukan
tugas atau kegiatan pemasarannya. Dengan demikian, perusahaan tidak
sekedar memiliki kombinasi kegiatan yang terbaik saja, akan tetapi dapat
mengkoordinasikan berbagai variabel marketing mix tersebut untuk
melaksanakan program pemasaran secara efektif.
Seperti diketahui strategi pemasaran adalah himpunan asas yang secara
tepat, konsisten dan layak dilaksanakan oleh perusahaan guna memperoleh
sasaran pasar yang dituju (target market) dalam jangka panjang dan tujuan
perusahaan jangka panjang (objectives), dalam situasi persaingan tertentu.
Dalam strategi pemasaran ini, terdapat strategi acuan atau bauran pemasaran
(marketing mix), yang merupakan komposisi terbaik dari keempat komponen
atau variabel pemasaran, untuk dapat mencapai sasaran pasar yang dituju
sekaligus mencapai tujuan dan sasaran perusahaan.8
8 Sofyan Assauri, Manajemen Pemasaran, (Jakarta : Rajawali Press, 1987), h. 199
10
Dengan melihat dan mempertimbangkan betapa pentingnya strategi
pemasaran pada suatu perusahaan, maka penulis menjadi tertarik untuk
menganalisis bagaimana upaya yang dilakukan KBIH At-Taqwa agar tetap
bertahan (survive) di tengah-tengah persaingan antar KBIH maupun institusi-
institusi lainnya, juga bagaimana agar tetap diakui sebagai partner kerja
pemerintah yang memberikan pelayanan jasa bimbingan Haji secara baik
sehingga masyarakat memperoleh kepuasan, khususnya masyarakat di daerah
Bekasi dan sekitarnya, apalagi memberikan pelayanan serta bimbingan
merupakan perwujudan dakwah bil hal. Dalam hal ini penulis bermaksud
untuk meneliti KBIH At-Taqwa Ujung Harapan Bekasi dengan menggunakan
strategi pemasaran yang dapat diterapkan pada perusahaan yang menghasilkan
produk yang baik berupa barang dan jasa seperti halnya KBIH yang
produknya adalah memberikan jasa bimbingan ibadah Haji.
Atas dasar pemikiran di atas, penulis memilih judul skripsi “Strategi
Pemasaran Kelompok Bimbingan Ibadah Haji ( KBIH ) At-Taqwa Ujung
Harapan Bekasi Dalam Meningkatkan Jumlah Jamaah”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan skripsi ini lebih terarah, maka batasan-batasan
masalahnya sekitar strategi pemasaran yang dilakukan oleh KBIH At-
Taqwa Ujung Harapan Bekasi dalam meningkatkan jumlah jamaah pada
periode tahun 2006 sampai dengan 2010.
11
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalah pokok
yang diangkat adalah mengenai :
a. Bagaimana strategi pemasaran yang dilakukan oleh (KBIH) At Taqwa
Ujung Harapan Bekasi dalam meningkatkan jumlah jamaah?
b. Bagaimana analisis SWOT terhadap strategi pemasaran KBIH At-
Taqwa Ujung Harapan Bekasi dalam meningkatkan jumlah jamaah?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan pada penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui strategi pemasaran yang dilakukan oleh KBIH At-
Taqwa Ujung harapan Bekasi dalam meningkatkan jumlah jamaah.
2. Untuk mengetahui analisis strategi pemasaran (SWOT) KBIH At-Taqwa
dalam meningkatkan jumlah jamaah.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Menambah wawasan dan pemahaman penulis tentang strategi pemasaran
yang dilakukan oleh lembaga atau instansi KBIH.
2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada KBIH At-
Taqwa Ujung Harapan Bekasi dalam upaya meningkatkan pelayanan
terutama dalam strategi pemasarannya..
3. Penelitian ini juga diharapkan dapat memperkaya khazanah ilmu
pengetahuan khususnya di bidang Manajemen Dakwah kepada mahasiswa,
jurusan serta fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan umumnya
12
lembaga KBIH dalam meningkatkan jamaah melalui strategi
pemasarannya.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam penulisan skripsi ini penulis mengadakan penelitian lebih lanjut
kemudian menyusunnya menjadi satu karya ilmiah, maka langkah awal yang
penulis teliti adalah menelaah terlebih dahulu terhadap skripsi-skripsi
terdahulu yang mempunyai judul yang hampir sama dengan yang akan penulis
teliti.
Adapun setelah penulis mengadakan suatu kajian kepustakaan,
akhirnya penulis menemukan beberapa skripsi yang memiliki judul yang
hampir sama dengan yang akan penulis teliti antara lain :
1. Nama : Yafi‟ul Fadilah (103053022712) judul skripsi “ Manajemen SDM
pada Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Yayasan Pendidikan
Isalm (YPI) Al-Azhar. Skripsi ini menerangkan tentang manajemen SDM
pada KBIH YPI Al-Azhar. Yang membedakan dalam pembahasan skripsi
penulis adalah pada awal judul yang dibuat di mana penulis menuangkan
tentang strategi dakwah sedangkan skripsi ini menjelaskan tentang
manajemen yang berkaitan dengan POAC.
2. Nama : Ahmad Jauhari (2009) judul skripsi “Strategi Mutu Pelayanan
Dalam Meningkatkan Kepuasan Jamaah Haji PT. Dua Ribu Wisata
Jakarta”. Pembahasan dalam skripsi ini adalah mengenai strategi
pelayanan yang digunakan untuk meningkatkan kepuasan jamaah haji.
13
3. Hj. Nurahyani (2006) judul skripsi : “Pembahasan Haji dan Umrah PT.
Nurul Amanah Sirindo Jakarta Terhadap Jamaah”. Pembahasan yang ada
dalam skripsi ini adalah mengenai tentang upaya pembinaan PT. Nurul
Amanah Sirindo dalam memberikan pembinaan, pelayanan, dan
perlindungan pelaksanaan ibadah haji dan umrah pada jamaahnya. Serta
faktor pendukung dan penghambat pelayanan ibadah haji.
4. Achmad Nidjam (2006) judul buku : “Manajemen Haji”, Cet. Ke-1
Jakarta: Media Cita. Dalam buku tersebut tidak dijelaskan tentang strategi
pemasaran, yang ada hanya tercantum pada sebuah halaman mengenai
strategi pelayanan prima berbeda dengan skripsi yang akan penulis teliti
yaitu lebih melihat pada strategi pemasaran pada instansi KBIH.
Demikianlah tinjauan pustaka ini penulis lakukan di mana perbedaan
bahasan atau materi antara apa yang akan penulis teliti dengan skripsi
terdahulu, terlihat pada objek penelitiannya bahwa pada penelitian terdahulu
hanya menjelaskan tentang strategi pelayanannya.
E. Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metodologi kualitatif yaitu
kegiatan penelitian yang pencarian faktanya dengan mengembangkan teori-
teori yang ada serta melakukan pengamatan langsung di lapangan mengenai
obyek akan diteliti.
1. Subyek dan Obyek Penelitian
Dalam penelitian ini subyek penelitiannya adalah lembaga KBIH
At-Taqwa Ujung Harapan Bekasi, sedangkan obyek penelitiannya adalah
14
strategi pemasaran Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) At-Taqwa
Ujung Harapan Bekasi Dalam Meningkatkan Jumlah Jamaah.
2. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data tersebut, penulis mengadakan penelitian
dengan menggunakan beberapa metode pengumpulan data sebagai berikut:
a. Observasi, yaitu penulis mengadakan pengamatan langsung kepada
obyek penelitian melalui pemilihan data, pencatatan dan sebagainya
dengan maksud memperoleh gambaran yang jelas mengenai kejadian
faktual yang terjadi.-
b. Wawancara (interview), pada interview ini penulis mengadakan
komunikasi langsung dan mengajukan beberapa pertanyaan kepada
beberapa pihak yang bersangkutan diantaranya ketua harian KBIH At-
Taqwa H. Nur Anwar Amin, Lc dan Sekretaris KBIH At-Taqwa
Ahmad Fauzi Sarmilih S. Pd.I baik secara lisan serta mendengarkan
langsung kepada pengurus.
c. Dokumentasi, pengumpulan data dengan cara mengumpulkan data-
data atau informasi yang diperoleh dari dokumentasi yang ada pada
KBIH At-Taqwa Ujung Harapan Bekasi yang berkaitan dengan
masalah penelitian.
3. Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian yang di lakukan di Pondok Pesantren At-Taqwa
Jl. Raya KH. Noer Alie Ujung Harapan RW 08 RT 06 No. 8m Kel.
Bahagia Kec. Babelan Kab. Bekasi.
15
4. Teknik Analisis Data
Setelah data yang diperoleh terkumpul melalui observasi,
wawancara dan dokumentasi, maka langkah selanjutnya adalah data-data
tersebut disusun secara sistematis itu diklasifikasikan untuk kemudian
dianalisa sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian setelah itu
disajikan dalam bentuk laporan ilmiah.
Dalam menganalisis data, penulis menggunakan analisa deskriptif,
yakni penulis berusaha mengembangkan obyek penelitian apa adanya
sesuai dengan kenyataan berdasarkan teori yang ada.
Adapun pedoman yang digunakan dalam penulisan skripsi ini
adalah buku “Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta : UIN Jakarta Press 2007”.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam penulisan , skripsi ini dibagi menjadi lima
bab, dengan sistematika pembahasan sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan
pustaka, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Teoritis, Pada bab ini meliputi pengertian strategi,
pengertian pemasaran, pengertian strategi pemasaran, pengertian
KBIH, dan pengertian jamaah.
16
BAB III Gambaran umum KBIH At-Taqwa Ujung Harapan Bekasi, Terdiri
dari sejarah berdiri dan perkembangannya, visi, misi dan tujuan
didirikannya, struktur organisasi dan program kerja yang meliputi
tata cara pendaftaran dan pembayaran, fasilitas pelayanan, program
dan rencana kerja KBIH At-Taqwa.
BAB IV Analisa strategi pemasaran yang dilakukan oleh KBIH At-Taqwa
Ujung Harapan Bekasi dalam meningkatkan jumlah jamaah,
Analisis SWOT terhadap strategi pemasaran KBIH At-Taqwa
dalam meningkatkan jumlah jamaah, serta faktor pendukung dan
penghambat.
BAB V Penutup, berisi kesimpulan dan saran-saran.
17
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Strategi
1. Pengertian Strategi
Strategi berasal dari bahasa Yunani kuno yang berarti “seni
perang”. Suatu strategi mempunyai dasar-dasar atau skema untuk
mencapai sasaran yang dituju. Jadi pada dasarnya strategi merupakan alat
untuk mencapai tujuan. Kata strategi berasal dari bahasa Yunani, yaitu
strategia ini berasal dari kata stratos yang berarti militer dan ag yang
berarti memimpin. Dalam konteks awalnya, strategi diartikan sebagai
generalship atau suatu yang dilakukan oleh para jenderal dalam membuat
rencana untuk menaklukan peperangan.1 Sedangkan arti lain dari kata
strategi yang masih sama Negara asal katanya yaitu Yunani, bahwa
strategi adalah strategos yang berarti jenderal.2
Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa strategi
adalah ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa-bangsa
untuk melaksanakan kebijakan tertentu di perang dan damai, atau rencana
yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.3
1 Setiawan Hari Purwono, Manajemen Strategi Subuah Konsep Pengantar. (Jakarta :
Binapura Aksara, 2001), h. 08 2 George Steiner John Minner, Manajemen Startegi, (Jakarta : Erlangga, 1999), h. 20
3 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Edisi ketiga, (Jakarta : Balai Pustaka, 2005), h. 1092
18
Ada beberapa macam pengertian strategi sebagaimana yang telah
dikemukakan oleh para ahli dalam buku karyanya masing-masing.
Menurut Stephanie K. Marrus, yang dikutip oleh buku Husein Umar,
strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para
pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi,
disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut
dapat dicapai. Selain definisi-definisi yang sifatnya umum, ada juga yang
lebih khusus, misalnya dua orang pakar strategi, Hamel dan Prahalad
(1995) yang dikutip oleh buku Husein Umar, yang mengangkat
kompetensi inti yang sebagai hal yang penting. Mereka berdua
mendefinisikan strategi :
“Strategy is incremental action (increasing constantly) and
continues, and also based on the point of view about what is expected by
the customers in the future”. yang terjemahannya sebagai berikut :
“Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa
meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang
tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan”. 4
Dengan demikian, strategi hampir selalu dimulai dari apa yang
dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya
kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan pola konsumen
memerlukan kompetensi inti (core competencies). Perusahaan perlu
mencari kompetensi inti didalam bisnis yang dilakukan.
4 Husein Umar, Strategi Manajemen in Action, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama,
2001), h. 29-31
19
Kemudian menurut Steiner dan Minner strategi adalah penempatan
misi perusahaan, penempatan sasaran organisasi dalam mengikat kekuatan
eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan strategi tertentu untuk
mencapai sasaran dan memastikan implementasinya secara tepat, sehingga
tujuan dan sasaran organisasi akan tercapai.5
Sedangkan menurut Onong Uchyana Effendy, M. A. mengatakan
bahwa strategi pada hakikatnya adalah perencanaan dan manajemen untuk
mncapai tujuan. Namun untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak
berfungsi sebagai peta jalan yang hanya memberikan arah saja, melainkan
harus mampu menunjukan bagaimana teknik operasionalnya.6
Mengingat masuknya unsure lingkungan ke dalam konsep strategi
yang telah dikemukakan, keberadaan strategi mempunyai jangka waktu
relatif panjang. Hal tersebut menyiratkan strategi perubahan lingkungan
penting memperoleh perhatian, pengendalian dan pengawasan.
Dari pengertian tentang strategi tersebut, dapat disimpulkan bahwa
strategi adalah suatu proses untuk melakukan rumusan dan penentuan
rencana untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam tujuan jangka
panjang. Secara umum strategi bias dilakukan oleh suatu organisasi dalam
merealisasikan kegiatannya. Akan tetapi strategi pun dapat dilakukan
secara individu untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
5 George Steiner John Minner, Manajemen Startegi, (Jakarta : Erlangga, 1999), h. 32
6 Onong Uchyana Effendy, Ilmu Komunikasi, Teori dan Prektek, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 1992), h. 32
20
2. Perbedaan Strategi Dengan Taktik
Perbedaan strategi dengan taktik adalah di mana kalu strategi yaitu
apa yang dilakukan untuk mencapai tujuan, sedangka taktik yaitu
bagaimana yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Dalam artian apa yang
seharusnya kita kerjakan dalam memutuskan sesuatu, maka diperlukan
strategi. Sedangkan disaat memutuskan bagaimana untuk mengerjakan
sesuatu, disanalah diperlukan taktik. Dengan kata lain, menurut Drucker,
strategi adalah memutuskan sesuatu yang benar, sedangkan taktik adalah
mengerjakan sesuatu dengan benar.7
Dalam konteks manajemen, menurut Wright, Kroll dan Parnel
(1996) yang dikutip oleh buku M. Ismail Yusanto, istilah strategi
menunjukan bahwa manajemen strategi memiliki cakupan perbedaan
strategi dengan taktik serta proses manajemen yang lebih luas, sehingga
pada tingkatan yang lebih tepat dalam penentuan misi dan tujuan
organisasi dalam konteks keberadaannya di lingkungan internal dan
eksternalnya.8
3. Tinkat-Tingkat Strategi
Berbagai organisasi dapat dikategorikan pada dua kategori utama,
yaitu : organisasi yang hanya terlibat dalam satu bidang usaha dan
organisasi yang terlibat dalam berbagai usaha. Berangkat dari kategori
demikian, dapat dikatakan bahwa untuk suatu organisasi yang hanya
terlibat pada satu bidang, strateginya hanya dua tingkat, yaitu :
7 Agustinus Sri Wahyudi, Manajemen Stratejik Pengantar Proses Berfikir Stratejik,
(Jakarta : Binarupa Aksara, 1996), h. 16 8 M. Ismail Yusanto, Manajemen Strategis Perspektif Syariah, (Jakarta : Khairul Bayan,
2003), h. 5
21
a. Strategi Pada Tingkat Korporasi.
b. Strategi Yang Sifatnya Fungsional.
Strategi pada tingkat korporasi merupakan tanggung jawab sekelompok
orang yang menduduki posisi manajerial puncak, sedangkan perumusan
dan penentuan strategi fungsional diserahkan kepada para manajer yang
bertanggung jawab atas satu funfsi tertentu seperti produksi, pemasaran,
keuangan dan akunting serta hubungan masyarakat.
Lain halnya dengan organisasi yang terlibat dalam berbagai bidang
kegiatan bisnis. Korporasi demikian dikenal dengan berbagai nama seperti
“Group”, atau “kolongmerat”, “Holding Company” atau nama lain yang
sejenis. Pada korporasi yang “multi bisnis” terdapat tiga tingkat strategi,
untuk membedakan ciri, bentuk dan sifat ketiga tingkat strategi tersebut,
rumus yang dapat digunakan ialah bahwa pada tingkat korporasi, strategi
bersifat menyeluruh atau holistik, pada tingkat bidang satuan bisnis
bersifat departemental, sedangkan pada tingkat fungsional bersifat
inkremental, dengan penjelasan rincian sebagai berikut :
a. Strategi Tingkat Korporasi
Strategi pada tingkat korporasi dirumuskan dan ditetapkan oleh
kelompok orang yang menduduki jabatan manajer puncak. Strategi
yang dirumuskan mencakup semua kegiatan organisasi, termasuk
beraneka bidang bersifat bisnis yang ditangani dan semua kegiatan
yang bersifat fungsional, bahkan termasuk strategi interaksi dengan
lingkungan eksternal. Intinya terletak pada definisi yang mengatakan
22
bahwa strategi merupakan keputusan mendasar tentang dalam bidang
apa organisasi bergerak sekarang dan dalam bidang apa organisasi
akan bergerak di masa depan.
b. Strategi Pada Tingkat Bidang Satuan
Strategi pada tingkat bidang satuan bisnis dirumuskan dan ditetapkan
oleh para manajer yang diserahi tugas dan tanggung jawab oleh
manajer puncak untuk mengelola bisnis yang bersangkutan. Salah satu
prinsip mendasar yang harus dipegang teguh oleh para manajer bidang
bisnis ialah bahwa strategi yang mereka rumuskan dan tetapkan harus
digali dan diangkat dari strategi korporasi yang dirumuskan dan
ditetapkan oleh manajer puncak. Cakupan strategi pada tingkat satuan
bisnis hanya menyangkut bisnis yang bersangkutan, tetapi dengan
segala aspeknya, seperti aspek produksi, keuangan, pemasaran,
manajemen sumber daya manusia dan teknologi. Jangkauan waktunya
pun lebih pendek ketimbang jangkauan waktu tingkat korporasi.
c. Strategi Pada Tingkat Fungsional
Strategi pada tingkat fungsional bersifat inkremental karena para
penanggung jawabnya hanya bertanggung jawab untuk merumuskan
dan menetapkan strategi yang menyangkut bidang fungsional tertentu
dari satu bidang bisnis. Akan tetapi meskipun demikian,prinsip yang
digunakan oleh para manajer tingkat bidang bisnis, harus digunakan
pula oleh para manajer fungsional, yaitu bahwa strategi fungsional
merupakan penjabaran lebih lanjut dari strategi bidang bisnis. Waktu
operasionalisasinyapun semakin pendek.
23
Dengan pendekatan demikian, akan terwujud pengelolaan
organisasi berdasarkan pendekatan kesisteman di mana korporasi
dipandang dan diperlakukan sebagai satu kesatuan yang utuh, terdiri dari
berbagai komponen sebagai subsystems dan dibagi menjadi satuan-satuan
kerja fungsional yang semakin kecil, tetapi tetap merupakan bagian dari
sesuatu yang lebih besar. Berarti bahwa sasaran fungsional akan
merupakan bagian dari sasaran kegiatan bisnis dan sasaran kegiatan bisnis
merupakan bagian dari tujuan korporasi sebagai keseluruhan.9
4. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Dalam Sistem Strategi
Kenyataan yang selalu harus tampak dalam pembahasan tentang
manajemen strategi ialah bahwa manajer puncak dalam suatu organisasi
terutama organisasi bisnis harus mampu merumuskan dan menentukan
strategi organisasi sehingga organisasi yang bersangkutan tidak hanya
mampu mempertahankan eksistensinya, akan tetapi tengguh melakukan
penyesuaian dan perubahan yang diperlukan sehingga organisasi semakin
meningkat efektivitas dan produktivitasnya. Untuk mewujudkan situasi
demikian, para manajer puncak harus menguasai teknik-teknik desain atau
rancang bangun sistem strategi yang tepat dan cocok bagi organisasi yang
dipimpinnya. Faktor-faktor yang harus dikenali dan diperhitungkan antara
lain ialah :
9 Sondang Siagian, Manajemen Startegi, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 1995), Cet. Ke-1, h.
21-22
24
a. Tipe dan Struktur Organisasi
Setiap organisasi memiliki kepribadian yang khas. Tipe dan struktur
yang dipilih untuk digunakan harus dikaitkan dengan kepribadian yang
dimaksud. Secara tradisional, tipe dan struktur yang paling banyak
digunakan adalah tipe piramidal. Tipe demikian mungkin cocok saja
untuk organisasi besar, kompleks dan kultur organisasi membenarkan
berlakunya jarak kekuasaan dan oleh karena itu organisasi memerlukan
berbagai lapisan kewenangan. Tipe demikian juga cocok apabila ingin
ditonjolkan pembedaan penugasan antara mereka yang melakukan
tugas pokok dan mereka yang menyelenggarakan berbagai kegiatan.
b. Gaya Manajerial
Para teoritisi yang mendalami teori kepemimpinan dan gaya manajerial
dalam mengelola organisasi yang besar dan kompleks menekankan
beberapa hal. Pertama: Kepemimpinan yang efektif adalah
kepemimpinan yang situasional. Memang dikenal berbagai tipologi
kepemimpinan seperti tipe yang otokratik, paternalistik, laissez faire,
demokratik dan yang kharismatik. Kedua: Gaya manajerial yang tepat
ditentukan oleh tingkat kedewasaan atau kematangan para anggota
organisasi. Jika manajer mempunyai persepsi bahwa para bawahannya
adalah orang-orang yang sudah matang dan dewasa dalam arti
pengetahuan, keterampilan, pengalaman, mental, intelektual dan
emosional gaya yang partisipatif yang tepat untuk ditampilkan.
25
c. Kompleksitas Lingkungan Eksternal
Merupakan kenyataan pula bahwa setiap organisasi menghadapi
kondisi lingkungan yang berbeda-beda. Yang jelas lingkungan
eksternal suatu organisasi selalu bergerak dinamis. Gerakan yang
dinamis tersebut pasti berpengaruh pada cara mengelola organisasi,
termasuk dalam merumuskan dan menetapkan strategi. Contoh-contoh
kondisi dinamis tersebut dapat menampakkan diri di bidang politik,
ekonomi, keamanan dan ketertiban masyarakat dan sosial budaya.
d. Kompleksitas Proses Produksi
Semua jenis organisasi niaga dapat digolongkan pada dua kategori,
yaitu organisasi yang menghasilkan barang dan yang menghasilkan
jasa. Dalam menyelenggarakan proses produksi, tidak terlalu untuk
membedakan keduanya karena sama-sama harus memenuhi berbagai
persyaratan seperti persyaratan mutu, harga, manfaat, usia produk,
pelayanan yang cepat dan akurat, kontinuitas suplai dan jaminan
pelayanan purna jual. Di samping berbagai persyaratan tersebut,
kompleksitas proses produksi yang turut berpengaruh dalam
manajemen strategi antara lain adalah apakah organisasi akan
berproduksi berdasarkan pendekatan padat karya atau padat modal.
e. Hakikat Permasalahan Yang Dihadapi
Jika dikatakan bahwa strategi merupakan keputusan dasar yang
diambil oleh manajer puncak, salah satu implikasi pernyataan tersebut
ialah bahwa manajer puncak harus merupakan orang-orang yang
cekatan memecahkan masalah, terlepas apakah masalah itu rumit dan
26
mempunyai dampak kuat untuk jangka panjang atau relatif sederhana
dan dengan dampak yang tidak kuat dan hanya bersifat jangka pendek
atau sedang. Yang jelas pendekatan dan teknik yang digunakan untuk
memecahkan masalah harus berhasil mencabut akar permasalahan dan
tidak sekedar mengobati gejala-gejalanya saja.10
Siapa pun yang sudah bisa berkecimpung dalam kegiatan
perumusan strategi perusahaan dan menjadi pelaku dalam proses
pengambilan keputusan dalam suatu organisasi pasti mengetahui bahwa
analisis SWOT merupakan salah satu instrumen analisis yang ampuh
apabila digunakan dengan tepat. Telah diketahui pula secara luas bahwa
SWOT merupakan akronim untuk kata-kata Strenghts (kekuatan),
Weaknesses (kelemahan), Opportunities (peluang) dan Threats (ancaman).
Faktor kekuatan dan kelemahan terdapat dalam tubuh suatu organisasi,
sedangkan peluang dan ancaman merupakan faktor-faktor lingkungan
yang dihadapi oleh organisasi atau perusahaan. Dan penjelasannya sebagai
berikut :
a. Strenght (kekuatan), yakni kompetisi khusus yang terdapat dalam
organisasi yang berakibat pada pemilikan keunggulan komparatif oleh
unit usaha di pasaran. Dikatakan demikian karena perusahaan memiliki
sumber, keterampilan serta produk andalan yang membuatnya lebih
kuat dari para pesaing dalam memuaskan kebutuhan primer yang
sudah dan direncanakan akan dilayani oleh perusahaan yang
bersangkutan.
10
Indriyo Gitosudarmo, Manajemen Strategi, (Yogyakarta : BPFE-YOGYAKARTA,
2001), Cet. ke-1, h. 23-25
27
b. Weakness (kelemahan), yakni jika orang berbicara tentang kelemahan
yang terdapat dalam perusahaan, yang dimaksud adalah keterbatasan
atau kekurangan sumber, keterampilan dan kemampuan yang menjadi
penghalang serius bagi penampilan kinerja organisasi ysng
memuaskan. Dalam praktek, berbagai keterbatasan dan kekurangan
kemampuan tersebut bisa terlihat pada sarana dan prasarana yang
dimiliki atau tidak dimiliki.
c. Opportunity (peluang), yakni berbagai situasi lingkungan yang
menguntungkan bagi perusahaan serta seberapa besar peluang yang
mungkin tersedia diluar, sehingga peluang yang sangat kecil sekalipun
dapat dicapai.
d. Threats (ancaman), yakni faktor lingkungan yang tidak
menguntungkan bagi perusahaan. Ancaman ini perlu diketahui oleh
perusahaan atau organisasi secara baik, karena dengan mengetahui
ancaman, organisasi atau perusahaan diharapkan dapat mengambil
langkah-langkah awal agar ancaman tersebut tidak menjadi kenyataan.
Dalam hai ini, kerangka berpikir yang logis dan seragam harus
mencakup semua aspek dalam kehidupan perusahaan karena dengan
demikian upaya mencari, menentukan jumlah dan menganalisis berbagai
alternatif untuk tiba pada pilihan yang dipandang paling tepat akan
menjadi lebih lancar. Maksud utama penerapan ini ialah untuk
mengidentifikasi dan mengenali satu dari empat pola yang bersifat khas
dalam keselarasan situasi internal dan eksternal yang digambar dalam sel
seperti tergambar pada gambar berikut.
28
Pada gambar 1 menunjukan bahwa situasi yang paling didambakan
ialah sel 1, karena satuan bisnis menghadapi berbagai peluang lingkungan dan
memiliki berbagai kekuatan yang mendorong pemanfaatan berbagai peluang
tersebut. Dengan kondisi demikian, strategi yang tepat untuk ditempuh ialah
strategi pertumbuhan. Sebaliknya gambar 1 juga menunjukan bahwa satuan
bisnis yang berada pada sel 4 menghadapi kondisi yang paling buruk karena
harus menghadapi tantangan besar yang bersumber pada lingkungan dan pada
29
waktu yang bersamaan berbagai kelemahan internal yang kritikal sifatnya.
Strategi yang tepat dalam kondisi demikian ialah strategi yang bersifat
defensif dalam arti mengurangi atau merubah bentuk keterlibatan satuan bisnis
dalam produk atau pasar yang dianalisis dengan menggunakan teknik SWOT.
Pada sel 2 tergambar bahwa satuan bisnis yang memiliki berbagai kekuatan
internal menghadapi situasi lingkungan yang tidak menguntungkan. Jika suatu
satuan bisnis menemukan dirinya pada kondisi demikian, strategi yang paling
wajar untuk dipertimbangkan adalah strategi diversifikasi dalam arti suatu
strategi yang memanfaatkan kekuatan yang dimiliki sekarang untuk membuka
peluang jangka panjang dalam produk atau pasar yang lain. Sel 3 pada gambar
diatas menunjukan posisi suatu satuan bisnis yang menghadapi peluang pasar
yang besar di satu pihak akan tetapi dihalang oleh keterbatasan kemampuan
karena berbagai kelemahan yang melekat dalam tubuh satuan bisnis tersebut.
Dalam kondisi demikian, sangat wajar bagi satuan bisnis untuk putar haluan
dalam arti mengambil berbagai langkah untuk mengatasi kelemahan yang
dihadapi secara internal agar peluang pasar dapat dimanfaatkan.11
B. Pemasaran
1. Pengertian Pemasaran
Kebanyakan orang mengatakan bahwa pemasaran adalah
serangkaian kegiatan ekonomi mencakup penjualan, permintaan atau
pembelian dan harga. Sedangkan apabila seorang tenaga penjual atau
manajer penjualan berbicara mengenai pemasaran, sebenarnya mereka
11
Sondang Siagian, Manajemen Startegi, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 1995), h. 172-176
30
mengatakan tentang penjualan seperti pengeceran. Ini berarti masyarakat
umum menafsirkan istilah pemasaran hanya terbatas pada suatu bagian
dari kegiatan pemasaran yang menyentuh.
Padahal pemasaran tidak hanya mencakup penjualan atau iklan.
Tetapi pemasaran lebih luas dari kegiatan penjualan, karena penjualan
adalah bagian dari kegiatan pemasaran. Tujuan dari pemasaran
menyangkut dua pihak, yaitu untuk kepuasan konsumen dan kepentingan
perusahaan. Konsumen yang puas karena kebutuhan terpenuhi merupakan
pelanggan yang menguntungkan perusahaan, artinya tujuan perusahaan
akan dicapai melalui pencapaian tujuan konsumen. Oleh karena itu
pemasaran adalah kegiatan vital dalam beberapa organisasi profit maupun
non profit yang di dalamnya menyediakan barang dan pelayan. Maka
keberhasilannya bergantung sekali pada kemampuan dari organisasi
tersebut dalam memahami dan menemukan segala yang dibutuhkan
pelanggannya.
Drs. Bayu Swastha M.A dan Irawan mengungkapkan bahwa
pemasaran sebagai suatu sistem dari kegiatan-kegiatan yang saling
berhubungan, ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga,
mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa kepada pembeli.12
Pemasaran menurut Sofyan Assauri, SE. M.B.A., bahwa
pemasaran sebagai kegiatan manusia yang diarahkan untuk memenuhi dan
memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran.13
12
Bayu Swastha, Manajemen Pemasaran Moderen, (Yogyakarta : Liberty, 1990), Cet.
Ke-1, h. 5 13
Sofyan Assauri, Manajemen Pemasaran: Definisi, Konsep dan Stategi, (Jakarta:
Rajawali Press, 1987), Cet. Ke-1, h. 5
31
Menurut Philip Kotler dalam bukunya, Manajemen Pemasaran :
Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian, mengatakan
bahwa pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang di
dalamnya individu dan kelompok untuk mendapatkan apa yang mereka
butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan
mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.14
Pemasaran menurut perspektif syariah adalah segala aktivitas
bisnis dalam bentuk kegiatan penciptaan nilai (value-creating activities)
yang memungkinkan pelakunya bertumbuh serta mendayagunakan
kemanfaatannya yang dilandasi dengan kejujuran, keadilan, keterbukaan
dan keikhlasan sesuai proses yang berprinsip pada akad bermuamalah
Islami.
Pemasaran dalam fiqih Islam disebut wakalah atau perwakilan.
Wakalah atau wikalah berarti penyerahan, pendelegasian atau pemberian
mandat. Wakalah dapat juga didefinisikan sebagai sebuah disiplin bisnis
strategis yang mengarahkan proses penciptaan, penawaran dan perubahan
value dari satu inisitor kepada stakeholders-nya. Secara keseluruhan,
prosesnya sesuai dengan akad dan prinsip-prinsip muamalah dalam
islam.15
Ada tiga konsep alternatif yang dilakukan organisasi dalam
menjalankan kegiatan-kegiatan pemasaran, yaitu :
14
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, (Jakarta : PT. Macanan Jaya Cemerlang, 2007),
h. 14 15
Abdullah Amrin, Asuransi Syariah: Keberadaan dan Kelebihan di Tengah Asuransi
Konvensional, (Jakarta : PT. Gramedia, 2006), h. 207
32
a. Konsep Produksi
Konsep produksi adalah salah satu konsep tertua dalam bisnis.
Konsep itu menyatakan bahwa konsumen akan menyukai produk-
produk yang tersedia dan selaras dengan kemampuan (Highly
Affordable) dan bahwa manajemen sebaiknya memusatkan perhatian
pada peningkatan efisiensi produk dan distribusi. Konsep ini
merupakan salah satu dari falsafah tertua yang menentukan para
penjual.
Kitab suci Al-Qur’an menggunakan konsep produksi barang
dalam artian luas. Al-Qur’an menekankan manfaat dari barang yang
diproduksi. Memproduksi suatu barang harus mempunyai hubungan
dengan kebutuhan hidup manusia, berdasarkan firman Allah SWT :
Artinya : “Dan kami telah mnghamparkan bumi dan menjadikan
padanya gunung-gunung dan kami tumbuhkan padanya segala sesuatu
menurut ukuran. Dan kami telah menjadikan untukmu di bumi
keperluan-keperluaan hidup, dan (kami menciptakan pula) mahluk-
mahluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezeki kepadanya.”
(Q.S. Al-Hijr : 19-20)16
Tujuan utama Allah SWT menciptakan bumi ialah untuk
diberikan kepada manusia agar dapat menggunakan sumber-sumber
16
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Terjemah, (Bandung : SYGMA, 2007), h. 263
33
yang ada di bumi untuk memperoleh rezeki, dan manusia haruslah
berjuang untuk memperolehnya.17
b. Konsep Produk
Konsep produk menyatakan bahwa konsumen akan lebih
menyukai produk-produk yang menawarkan mutu, prestasi dan
inovatif. Gagasan bahwa konsumen akan menyukai produk-produk
yang menawarkan mutu, prestasi, inovatif, kinerja dan penampilan
terbaik dan bahwa suatu organisasi sebaiknya mencurahkan tenaganya
untuk melakukan perbaikan produk secara berkesinambungan. Produk
yang ditawarkan adalah produk yang halal dan tidak boleh
menghasilkan serta memperjualbelikan produk yang secara tegas
dilarang oleh hukum syara.
Seperti yang dijelaskan oleh Allah SWT dalam firmannya :
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! sesungguhnya minuman
keras, berjudi, (berkorban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan
anak panah adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan syaitan.
Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu
beruntung.”(Q.S. Al-Maidah: 90)18
c. Konsep Penjualan
Konsep penjualan menyatakan bahwa konsumen dan bisnis,
bila ditinggalkan sendiri, biasanya tidak akan membeli cukup banyak
17
Fajrul Raman, Doktrin Ekonomi Islami, (Jakarta : Dhana Bhakti Wakaf, 1995) Jilid 1,
h. 208-209 18
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Terjemah, (Bandung : SYGMA, 2007), h. 123
34
produk-produk organisasi. Oleh karena itu, organisasi harus
melakukan penjualan dan promosi yang agresif. Konsep penjualan
dipraktikan paling agresif pada barang-barang yang tidak di cari,
barang-barang yang biasanya tidak dipikirkan oleh pembeli untuk
dibeli, seperti asuransi, ensiklopedia dan tempat-tempat penguburan.
Tujuan mereka adalah menjual apa yang mereka buat dan bukannya
membuat apa yang diinginkan pasar.19
2. Bentuk dan Macam Pemasaran
Gronvoos (dalam Kotler, 1996) menegaskan bahwa pemasaran jasa
sebagai berikut:
a. Pemasaran Eksternal
Pemasaran eksternal menggambarkan aktivitas normal yang dilakukan
oleh perusahaan dalam mempersiapkan jasa menetapkan harga,
melakukan distribusi dan mempromosikan jasa, yang bernilai superior
kepada pelanggan. Bila ini dilakukan dengan baik, maka pelanggan
akan terikat dengan perusahaan, sehingga laba jangka panjang bisa
terjamin.
b. Pemasaran Internal
Pemasaran internal menggambarkan tugas yang diemban perusahaan
dalam rangka melatih dan memotivasi para karyawan (sebagai asset
utama perusahaan dan ujung tombak pelayanan) agar dapat melayani
para pelanggan dengan baik. Yang tak kalah pentingnya adalah
19
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, (Jakarta : PT. Macanan Jaya Cemerlang, 2007),
h. 18
35
pemberian penghargaan dan pengakuan yang sepadan dan manusiawi.
Aspek ini bisa membangkitkan motivasi, moral kerja, rasa bangga,
loyalitas dan rasa memiliki setiap orang dalam organisasi, yang pada
gilirannya dapat memberikan kontribusi besar bagi perusahaan dan
bagi pelanggan yang dilayani.
c. Pemasaran Interaktif
Pemasaran interaktif menggambarkan interaksi antara pelanggan dan
karyawan. Diharapkan setiap karyawan yang loyal, bermotivasi tinggi
dan di berdayakan dapat memberikan Total Quality Service kepada
setiap pelanggan dan calon pelanggan. Bila ini terealisasi, maka
pelanggan yang puas akan menjalin hubungan berkesinambungan
dengan personil dan perusahaan yang bersangkutan.20
3. Tujuan dan Fungsi Pemasaran
Tujuan konsep pemasaran adalah mengubah orientasi falsafah
manajemen pemasaran lain yang ternyata telah terbukti tidak berhasil
mengatasi berbagai persoalan, karena adanya perubahan dalam ciri-ciri
pasar dewasa ini yang cenderung berkembang. Perubahan tersebut terjadi
antara lain karena pertambahan jumlah penduduk, pertambahan daya beli,
peningkatan dan meluasnya hubungan atau komunikasi, perkembangan
teknologi dan perubahan faktor lingkungan pasar lainnya. Umumnya
perusahaan yang berhasil adalah perusahaan yang melaksanakan konsep
pemasaran yang berorientasi kepada konsumen, tidak hanya sekedar
bersikap ingin memuaskan atau menyenangkan tetapi lebih dari itu
20
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi dan
Pengendalian, (Jakarta: Salemba Empat, 1995), h. 25
36
berusaha memecahkan masalah yang dihadapi oleh konsumen. Perusahaan
inilah yang mampu menguasai pasar dalam jangka panjang.21
Langkah yang harus dilakukan dalam rangka berorientasi pada
konsumen, pertama perusahaan harus menentukan dengan tegas kebutuhan
generik atau mendefinisikan macam kebutuhan konsumen yang hendak
dilayani dan dipenuhi oleh perusahaan, yang khususnya ditinjau secara
fungsional, selanjutnya mengadakan diferensiasi dari produk dan cara atau
media promosi agar berhasil mencapai kelompok konsumen atau sasaran
pasar yang dituju, dan selanjutnya melakukan penelitian atau riset guna
mengukur, mengevaluasi, menafsirkan kehendak dan keinginan serta sikap
dan tingkah laku kelompok konsumen yang dituju dan yang akan dilayani.
4. Prinsip-Prinsip Pemasaran
Menurut Abdullah Amrin, SE dalam bukunya, Asuransi Syariah:
Keberadaan dan Kelebihan di Tengah Asuransi Konvensional, mengatakan
bahwa prinsip pemasaran syariah harus mengandung beberapa nilai,
sebagai berikut:
a. Ikhtiar
Ikhtiar adalah suatu bentuk usaha untuk mengadakan perubahan yang
dilakukan seseorang secara maksimal dengan segenap kemampuan
yang dimilikinya dengan harapan menghasilkan ridha Allah SWT.
b. Manfaat
21
Sofyan Assauri, Manajemen Pemasaran: Definisi, Konsep dan Strategi, (Jakarta:
Rajawali Press, 1987), h. 85
37
Manfaat artinya berguna bagi si pemakai. Produk atau jasa bisa
dikatakan bermanfaat jika mempunyai nilai guna yang dirasakan
pemakai. Tujuan berbisnis yang benar adalah menghasilkan produk
atau jasa yang dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya dengan
kualitas terbaik dan harga terjangkau bagi masyarakat sebagai
konsumennya dan tidak mengandung gharar dan maisir (judi dan
penipuan).
c. Amanah
Amanah artinya dapat dipercaya. Perusahaan hendaknya
menyampaikan visi dan misi secara transparan atau kejujuran dan
keterbukaan kepada pihak intern dan ekstern perusahaan. Positioning
merupakan janji perusahaan yang harus ditunaikan kepada masyarakat
yang menjadi konsumennya.
d. Nasihat/Nasiah
Produk atau jasa yang kita keluarkan harus mengandung unsur
peringatan berupa nasihat sehingga hati setiap konsumen yang
memanfaatkannya tersentuh terhadap tujuan hakiki kemanfaatan
produk atau jasa yang konsumen pakai.
5. Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Istilah bauran pemasaran mengacu pada paduan strategi produk,
tempat, promosi dan harga yang bersifat unik yang dirancang untuk
menghasilkan pertukaran yang saling memuaskan dengan pasar yang
dituju. Distribusi kadangkala dihubungkan dengan tempat, sehingga
38
memberikan kita 4P dari bauran pemasaran : produk (product), tempat
(place), promosi (promotion) dan harga (price)
a. Produk
Biasanya bauran pemasaran dimulai dengan produk yang
mencerminkan tentang barang dan jasa yang ditawarkan. Produk tidak
hanya meliputi unit fisiknya saja tetapi juga kemasan, garansi, merek,
nama baik perusahaan dan masih banyak lagi faktor lainnya. Inti dari
bauran pemasaran yang merupakan langkah awalnya adalah penawaran
produk dan strategi produk. Sangat sulit untuk mendesain suatu
strategi distribusi, memutuskan kampanye promosi, atau menentukan
harga tanpa mengenali produk yang dihasilkan harus sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan pembeli (customer needs and wants)
b. Harga
Adalah apa yang harus diberikan oleh pembeli untuk mendapatkan
suatu produk. Hingga sering merupakan elemen yang paling fleksibel.
Diantaranya keempat bauran pemasaran, yaitu elemen yang paling
cepat berubah. Strategi dalam menetapkan harga harus berhubugan
dengan biaya pembeli (cost of customer). Biaya yang ditetapkan
rendah dan dapat terjangkau konsumen dengan tidak mengurangi
kualitas produk yang ditawarkan.
c. Tempat
39
Mencerminkan kegiatan-kegiatan perusahaan yang membuat produk
tersedia untuk konsumen sasaran. Tujuan dari distribusi yang berkaitan
dengan tempat adalah untuk memastikan bahwa produk tiba dalam
kondisi layak pakai pada tempat yang ditunjuk pada saat yang
diperlukan. Dalam menetapkan langkah sebuah strategi distribusi
perusahaan harus membuat langkah-langkah mudah (easy step) untuk
memperoleh produk yang ditawarkan.
d. Promosi
Mencerminkan kegiatan-kegiatan yang mengkomunikasikan
keunggulan produk dan membujuk konsumen untuk membelinya.
Promosi terdiri dari penjualan perseorangan, iklan, promosi, penjualan
dan publikasi. Karena itulah promosi sangat berhubungan erat dengan
komunikasi.
Implementasi syariat dalam variabel-variabel bauran pemasaran
dapat dilihat pada produk, barang dan jasa yang ditawarkan berkualitas
sesuai dengan yang dijanjikan. Pada variabel harga akan disajikan dengan
harga yang kompetitif, sedangkan pada distribusi pelaku pemasaran tidak
melakukan kecurangan dan penindasan terhadap pesaing, untuk variabel
promosi menghindarkan sifat dusta atau menipu dan menghalalkan segala
cara untuk mendapatkan hasil yang besar.
Bisnis jasa sangat kompleks, karena banyak elemen yang
mempengaruhinya, seperti sistem internal organisasi, lingkungan fisik,
kontak personal, iklan, tagihan dan pembayaran, komentar dari mulut ke
mulut dan sebagainya. Oleh karena itu pemasaran jasa tidak hanya
40
membutuhkan pemasaran eksternal saja tetapi juga membutuhkan
pemasaran internal dan pemasaran efektif.
Pemasaran eksternal menggambarkan aktivitas normal yang
dilakukan oleh perusahaan dalam mempersiapkan jasa menetapkan harga,
melakukan distribusi dan mempromosikan jasa, yang bernilai superior
kepada para pelanggan akan terikat dengan perusahaan, sehingga laba
jangka panjang bisa terjamin.
Pemasaran internal menggambarkan tugas yang diemban
perusahaan dalam rangka melatih dan memotivasi para karyawan (sebagai
aset utama perusahaan dan ujung tombak pelayanan) agar dapat melayani
para pelanggan dengan baik. Yang tak kalah pentingnya adalah pemberian
penghargaan dan pengakuan yang sepadan dan manusiawi. Aspek ini bisa
membangkitkan motivasi, moral kerja, rasa bangga dan loyalitas. Setiap
orang dalam organisasi pada gilirannya dapat memberikan kontribusi besar
bagi perusahaan dan bagi pelanggan yang dilayani.
Pemasaran interaktif menggambarkan interaksi antara pelanggan
dan karyawan. Diharapkan setiap karyawan yang loyal, bermotivasi tinggi
dan di berdayakan (empowered) dapat memberikan total quality service
kepada para pelanggan dan calon pelanggan. Bila ini terealisasi, maka
pelanggan yang puas akan menjalin hubungan berkesinambungan dengan
personil dan perusahaan yang bersangkutan.
Secara garis besar, strategi pemasaran jasa yang pokok berkaitan
dengan tiga hal berikut :
a. Melakukan difensiasi kompetitif
41
b. Mengelola kualitas jasa
c. Mengelola Produktivitas digunakan.22
C. Strategi Pemasaran
1. Pengertian Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran pada dasarnya adalah rencana yang
menyeluruh, terpadu dan menyatu di bidang pemasaran, yang memberikan
panduan tentang kegiatan yang akan dijalankan untuk dapat tercapainya
tujuan pemasaran suatu perusahaan. Dengan kata lain, strategi pemasaran
adalah serangkaian tujuan dan sasaran, kebijakan dan aturan yang
memberi arah kepada usaha-usaha pemasaran perusahaan dari waktu ke
waktu, pada masing-masing tingkatan dan acuan serta alokasinya,
terutama sebagai tanggapan perusahaan dalam menghadapi lingkungan
dan keadaan persaingan yang selalu berubah.23
2. Bentuk Strategi Pemasaran
Ada tiga jenis strategi pemasaran yang dapat ditempuh perusahaan,
yaitu :
a. Strategi pemasaran yang tidak membeda-bedakan pasar
(Undifferentiated Marketing).
Strategi ini bertujuan untuk melakukan penjualan atau pemasaran
secara masal, sehingga menurunkan biaya. Keuntungan strategi ini
adalah kemampuan perusahaan untuk menekan biaya sehingga dapat
22
Abdullah Amrin, Asuransi Syariah: Keberadaan dan Kelebihan di Tengah Asuransi
Konvensional, (Jakarta: PT. Gramedia, 2006), h. 209 23
Sofyan Assauri, Manajemen Pemasaran: Definisi, Konsep dan Strategi, (Jakarta:
Rajawali Press, 1987), h. 168
42
lebih ekonomis. Sebaliknya, kelemahannya adalah apabila banyak
perusahaan lain juga menjalankan strategi pemasaran yang sama, maka
akan terjadi persaingan yang tajam untuk menguasai pasar tersebut
(hyper competition), dan mengabaikan segmen pasar yang kecil
lainnya. Akibatnya, strategi ini dapat menyebabkan kurang
menguntungkan usaha-usaha pemasaran perusahaan, karena banyak
dan makin tajamnya persaingan.
b. Strategi pemasaran yang membeda-bedakan pasar (Differentited
Marketing)
Strategi ini bertujuan untuk mempertebal kepercayaan kelompok
konsumen tertentu terhadap produk yang dihasilkan dan dipasarkan,
sehingga pembeliannya akan dilakukan berulang kali. Dengan
demikian, diharapkan penjualan akan lebih tinggi dan kedudukan
produk perusahaan akan lebih kuat atau mantap di setiap segmen pasar.
Keuntungan strategi pemasaran ini adalah penjualan atau pemasaran
dapat diharapkan akan lebih tinggi dengan posisi produk yang lebih
baik di setiap segmen pasar, dan total penjualan atau pemasaran
perusahaan akan dapat ditingkatkan dengan bervariasinya produk yang
ditawarkan. Kelemahan strategi ini adalah terdapat kecenderungan
biaya akan lebih tinggi karena kenaikan biaya produksi untuk
modifikasi produk, biaya administrasi, biaya promosidan biaya
investasi.
c. Strategi pemasaran yang terkonsentrasi (Concentrated Marketing)
43
Strategi ini bertujuan untuk perusahaan mengkhususkan pemasaran
produknya dalam beberapa segmen pasar, dengan pertimbangan
keterbatasan sumber daya perusahaan. Keuntungan penggunaan
strategi pemasaran yang terkonsentrasi ini, perusahaan diharapkan
akan memperoleh kedudukan atau posisi yang kuat di dalam segmen
pasar tertentu yang dipilih dan perusahaan memperoleh spesialisasi
dalam produksi, distribusi dan usaha promosi sehingga apabila segmen
pasar dipilih secara tepat, akan dapat memungkinkan berhasilnya usaha
pemasaran produk perusahaan tersebut. Hal ini karena, perusahaan
akan mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang lebih baik dalam
melakukan pendekatan bagi memenuhi kebutuhan dan keinginan
konsumen dari segmen pasar yang dilayaninya. Kelemahan strategi
pemasaran ini adalah perusahaan akan menghadapi resiko yang besar
bila hanya tergantung pada satu atau beberapa segmen pasar saja. Hal
ini karena, kemungkinan terjadinya perubahan selera para konsumen,
atau peningkatan kemampuan daya saing perusahaan lain yang dapat
melebihi kemampuan perusahaan ini dalam melayani pasar secara baik
dan efektif
3. Segmentasi Pasar
Segmentasi pasar adalah mengidentifikasi dan membentuk
kelompok yang berbeda yang mungkin berbeda meminta produk atau
44
bauran pasar tersendiri berdasarkan karakteristik konsumen. Agar berguna,
segmen pasar harus dapat diukur besar dan juga dapat diakses.24
Segmentasi pasar merupakan langkah maju dalam berpikir
pemasaran, artinya bahwa penetapan segmentasi pasar merupakan
perbedaan yang khas antara manajemen pemasaran secara profesional
dengan kepandaian berdagang gaya lama. Suatu pemasaran yang berhasil
tanpa segmentasi pasar tidak akan dapat bertahan untuk jangka waktu yang
panjang.
Adapun tujuan dari segmentasi pasar adalah:
a. Agar kegiatan organisasi pemasaran lebih terarah, sehingga dapat
menentukan segmen mana yang lebih diutamakan.
b. Agar sumber daya yang ada dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin
dengan tingkat efisiensi yang tinggi.
c. Agar perusahaan dapat lebih kompetitif.
Selain itu, ada beberapa alasan bagi perusahaan untuk mengadakan
segmentasi pasar, yaitu:
a. Pasar bersifat dinamis, hal ini berarti bahwa di pasar selalu terjadi
perubahan secara terus menerus mengenai sikap, keadaan keluarga,
jumlah pendapatan, pola konsumsi dan lain-lain.
b. Pasar untuk suatu produk berubah sesuai dengan siklus kehidupan
produk tersebut.
4. Target Pasar
24
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi dan
Pengendalian, (Jakarta: Salemba Empat, 1995), h. 54
45
Target pasar adalah memilih satu atau lebih segmen pasar untuk
dimasuki dengan cara mengevaluasi beragam segmen, memutuskan berapa
banyak serta segmen mana yang akan dijadikan sasaran. Dalam
mengevaluasi segmen-segmen, harus diperhatikan indikator daya tarik
segmen serta tujuan dan sumber daya perusahaan.25
Untuk mencapai target pasar, penjual dapat memilih dua macam
strategi harga, yaitu:
a. Skim the cream pricing
Strategi ini merupakan strategi penetapan harga yang setinggi-
tingginya. Harga yang dimaksudkan untuk menutupi biaya penelitian,
pengembangan dan promosi.
b. Penetration pricing
Strategi ini merupakan strategi penetapan harga yang serendah-
rendahnya, yang bertujuan untuk mencapai volume penjualan sebesar-
besarnya dalam waktu yang relatif singkat.
D. Kelompok Bimbingan Ibadah Haji
1. Pengertian Bimbingan Ibadah Haji
Secara etimologi “Bimbingan” merupakan terjemahan dari kata
“guidance” berasal dari kata kerja “to guidance” yang mempunyai arti
menunjukkan, menuntun, membimbing ataupun membantu. Kata
bimbingan bila dilihat dari segi bahasa berarti menunjukkan, memberi
25
Bayu Swastha, Asas-Asas Marketing, (Yogykarta: Liberty, 1997), h. 151
46
ataupun menuntun orang lain kearah yang bermanfaat bagi dirinya, baik di
hari ini, esok ataupun yang akan datang.26
Bimbingan dalam bahasa Indonesia diartikan memberikan
informasi yaitu menyajikan pengetahuan yang dapat digunakan untuk
mengambil suatu keputusan atau memberitahukan sesuatu sambil
memberikan nasihat, pengetahuan serta menuntun kesuatu tujuan.27
Dewa Ketut Sukardi, menyatakan bahwa bimbingan adalah proses
bantuan yang diberikan kepada seseorang mengembangkan potensi-
potensi (bakat, minat dan kemampuan) yang dimiliki mengatasi persoalan-
persoalan, sehingga mereka dapat menentukan sendiri jalan hidupnya
secara bertanggung jawab tanpa bergantung pada orang lain.28
Bimbingan ibadah haji adalah memberikan informasi dalam
menyajikan pengetahuan tentang ibadah haji yang dapat digunakan untuk
mengambil suatu keputusan atau memberitahukan sesuatu sambil
memberikan nasihat, pengarahan dan menuntun kesuatu tujuan dunia dan
akhirat dalam melaksanakan ibadah haji, seperti bimbingan manasik haji.
Bimbingan ibadah haji sangat penting diberikan oleh para calon
jamaah, karena penyampaian informasi dan pembinaan bimbingan tentang
haji kepada masyarakat sangat berguna bagi para calon jamaah yang
melaksanakan ibadah haji, agar supaya pembinaan bimbingan dan
26
Muhammad Arifin, Pedoman Bimbingan dan agar mampu Penyuluhan Agama,
(Jakarta: PT. Golden Terayan Press, 1998), Cet. Ke-6, h. 1 27
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Edisi ketiga, (Jakarta : Balai Pustaka, 2005), h. 64 28
Dewa Ketut Sukardi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2000), Cet. Ke-1, h. 19
47
informasi bisa membantu calon jamaah dalam melaksanakan ibadah haji
dan jamaah mendapatkan haji yang mabrur.
Berdasarkan definisi bimbingan yang di kemukakan para ahli di
atas, penulis dapat menarik kesimpulan tentang arti bimbingan ibadah haji
yaitu merupakan proses pemberian bantuan yang berkesinambungan
kepada calon jamaah haji yang membutuhkan dalam memecahkan masalah
dan mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal dengan harapan
individu tersebut dari masalah yang dihadapinya, sehingga dapat
mengecap kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat, serta mendapatkan
haji yang mabrur.
2. Fungsi dan Tujuan
a. Fungsi Bimbingan Ibadah Haji
Menurut H. Mazni Muhammad Yunus bila ditinjau dari
sifatnya layanan bimbingan ibadah haji dapat berfungsi sebagai
berikut:29
1) Fungsi Prevensif, layanan bimbingan ini berfungsi sebagai
pencegahan, yang artinya mengharapkan usaha pencegahan
terhadap timbulnya masalah dari pelaksanaan haji seperti:
bimbingan manasik haji, bimbingan konsultasi tentang ibadah haji.
2) Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan yang akan
menghasilkan pemahaman tentang kegiatan ibadah haji oleh para
29
H. Mazni Muhammad Yunus, Bimbingan Haji dan Umrah, (Jakarta: Dewan Dakwah
Islamiyah Indonesia), 2000), Cet. Ke-1, h. 5
48
calon jamaah, supaya para jamaah bisa mengetahui tentang
manasik haji yang akan dilaksanakan.
3) Fungsi Perbaikan, yaitu fungsi bimbingan yang akan menghasilkan
terpecahkannya atau teratasinya berbagai permasalahan dalam
bimbingan ibadah haji.
4) Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan, yaitu suatu fungsi
bimbingan yang membantu para calon jamaah haji dalam
memelihara dan mengembangkan pribadinya secara menyeluruh,
mantap, terarah dan berkelanjutan dalam pelaksanaan ibadah haji.
b. Tujuan Bimbingan Ibadah Haji
Menurut Ainurrahim Faqih dalam bukunya Bimbingan dan
Konseling Dalam Islam dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Tujuan Umum
Membantu para calon jamah guna mewujudkan dirinya menjadi
manusia yang selalu menjalankan perintah-Nya dan menjauhi
segala larangan-Nya, seperti kegiatan bimbingan manasik haji,
supaya dalam pelaksanaan ibadah haji bisa berjalan dengan baik
dan benar serta menjadi haji yang mabrur dan juga mendapatkan
kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
2) Tujuan Khusus
Membantu dalam mengatasi masalah dalam pelaksanaan ibadah
haji, seperti bimbingan manasik haji, bimbingan konsultasi tentang
49
ibadah haji dan membantu memelihara serta mengembangkan
situasi dan kondisi yang baik dalam pelaksanaan ibadah haji.30
3. Ruang Lingkup Kegiatan Bimbingan Ibadah Haji
Ruang lingkup kegiatan bimbingan ibadah haji adalah memberikan
pembinaan bimbingan dan informasi yang memadai dalam pelaksanaan
haji, seperti: bimbingan manasik haji, bimbingan konsultasi tentang ibadah
haji dan lain sebagainya. Dalam bimbingan ini sangat diperlukan oleh
setiap jamaah, karena bimbingan merupakan salah satu kegiatan atau
pengetahuan yang harus dipahami oleh setiap jamaahnya, supaya dalam
pelaksanaan bisa berjalan dengan baik dan mendapatkan haji yang mabrur.
Jadi bimbingan harus selalu diberikan kepada para calon jamaah yang
ingin melaksanakan ibadah haji, walaupun sebagian para calon jamaah haji
sudah mengetahuinya.
Melihat kondisi tersebut, maka pembinaan bimbingan dan
informasi yang memadai sangat penting bagi para jamaah, karena
penyampaian informasi tentang haji kepada jamaah sangat diperlukan
dalam pelaksanaan ibadah haji. Penyampaian informasi dilakukan dengan
cara langsung seperti: ceramah, konsultasi, tanya jawab dan simulasi baik
pihak pemerintah maupun oleh pihak masyarakat, yaitu: kelompok
bimbingan dan majelis ta’lim, pondok pesantren, masjid, tokoh agama.
30
Ainurrahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press,
2001), Cet. Ke-2, h. 36
50
Selain itu juga memanfaatkan media masa, media elektronik serta pameran
buku-buku bacaan dalam menyampaikan informasi tentang ibadah haji.31
E. Jamaah
1. Pengertian Jamaah
Jamaah adalah kata bahasa Arab, yang artinya “kompak” atau
“bersama-sama”. Ungkapan shalat berjamaah berarti shalat yang
dikerjakan secara bersama-sama di bawah pimpinan seorang imam.
Jamaah juga berarti sekelompok manusia yang terikat oleh sikap,
pendirian, keyakinan dan tugas serta tujuan yang sama. Islam
menganjurkan umat Islam menggalang kekompakan dan kebersamaan,
yaitu suatu masyarakat yang terdiri dari pribadi-pribadi muslim, yang
berpegang pada norma-norma islam, menegakkan prinsip ta’awun (tolong
menolong) dan kerja sama, untuk tegaknya kekuatan bersama demi
tercapainya tujuan yang sama.32
Sedangkan pengertian jamaah haji yaitu Warga Negara Indonesia
beragama Islam yang telah mendaftarkan diri untuk menunaikan ibadah
haji sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan.33
2. Klasifikasi Jamaah Haji
Adapun klasifikasi jamaah haji adalah sebagai berikut :
31
Nidjam Achmad dan Hasan Alatief, Manajemen Haji, (Jakarta: Media Cita, 2006), Cet.
Ke-1, h. 71 32
Prof. Dr. H. Harun Nasution, ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta: Djembatan, 1992),
h. 486 33
Pedoman Teknis Pemeriksaan Kesehatan Jamaah Haji, (Pusat Kesehatan Haji
Kementrian Kesehatan RI : 2010), h. 9
51
a. Jamaah haji mandiri, yaitu jamaah haji yang memiliki kemampuan
mengikuti perjalana ibadah haji tanpa tergantung kepada bantuan alat,
obat dan orang lain.
b. Jamaah haji observasi, yaitu jamaah haji yang memiliki kemampuan
mengikuti perjalanan ibadah haji dengan bantuan alat dan obat.
c. Jamaah haji pengawasan, yaitu jamaah haji yang memiliki kemampuan
mengikuti perjalanan ibadah haji dengan bantuan alat, obat dan orang
lain.
d. Jamaah haji tunda, yaitu jamaah haji yang kondisi kesehatannya tidak
memenuhi syarat untuk mengikuti perjalanan ibadah haji.
e. Jamaah haji resiko tinggi, yaitu jamaah haji dengan kondisi kesehatan
secara epidemiologi beresiko sakit atau mati selama perjalanan ibadah
haji, meliputi :
1) Jamaah haji lanjut usia.
2) Jamaah haji penderita penyakit menular tertentu yang tidak boleh
terbawa keluar dari Indonesia berdasarkan peraturan kesehatan
yang berlaku.
3) Jamaah haji wanita hamil.
4) Jamaah haji dengan ketidakmampuan tertentu terkait penyakit
kronis yang kondisi kesehatannya tidak baik.34
34
Pedoman Teknis Pemeriksaan Kesehatan Jamaah Haji, (Pusat Kesehatan Haji
Kementrian Kesehatan RI : 2010), h. 9-10
52
BAB III
GAMBARAN UMUM KBIH AT-TAQWA
UJUNG HARAPAN BEKASI
A. Sejarah Berdirinya KBIH AT-TAQWA dan Perkembangannya
Pada dasarnya ibadah haji adalah ibadah tauqifiyah (mengikuti dalil-
dalil syar'i) tentang haji itu sendiri secara Epitemologi haji itu berarti menuju
ke suatu tempat (Qasdu al-Makan). Adapun secara Terminologi Haji adalah
pergi ke Bait al Haram yang ada di Makkah dengan melaksanakan ritual haji
(nusuk) pada waktu tertentu dengan amalan-amalan khusus yang dijelaskan
oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam. Sedangkan Umrah secara
epistemologi adalah berkunjung (ziarah). Adapun secara terminologi Umrah
adalah berkunjung ke Baitullah al Haram dengan tujuan mendekatkan diri
kepada Allah ta'ala dengan amalan yang dijelaskan oleh Rasulullah
Shallallahu alaihi wa Sallam.
Berhubungan dengan hukum wajibnya menunaikan iabadah haji,
Allah SWT., berfirman yang artinya :
Artinya: Di sana terdapat tanda-tanda yang jelas, (di antaranya) maqam
Ibrahim. Barang siapa memasukinya (Baitullah) amanlah dia. Dan (di
antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji
ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu. Barang siapa mengingkari
53
(kewajiban) haji, maka ketahuilah bahwa Allah Mahakaya (tidak memerlukan
sesuatu) dari seluruh alam. (QS. Al-Imran: 97).1
Dalam masalah perealisasian ibadah haji ini tidak sembarang
melaksanakan atau menunaikan ibadah haji begitu saja. Seseorang yang akan
menunaikan ibadah haji, sebelumnya harus memahami terlebih dahulu tentang
ilmu-ilmu yang berkorelasi dengan ibadah haji, mulai dari syarat, rukun,
pembatalan, kemakruhan, praktek lapangan dan lain sebagainya. Namun
apabila kita tidak mempunyai pengetahuan tentang hal-hal tersebut kita bisa
memohon bimbingan baik kepada seseorang atau pada suatu
lembaga/manajemen seperti Kelompok Bimbingan Ibadah Haji atau yang
sering kita kenal dengan KBIH.
Dari hal tersebut diatas Yayasan At-Taqwa mengembangkan
manajemen KBIH At-Taqwa, yang mana tidak terlepas dari cita-cita luhur
pendirinya untuk mengabdi kepada Agama, Bangsa dan Negara sesuai khittoh
pahlawan nasional al-Maghfurlah K.H. Noer Alie untuk mewujudkan
kampung santri yang telah dirintisnya. Perwujudan hal tersebut dilandaskan
kepada keadilan, kejujuran, persaudaraan dan gotong-royong serta saling
tolong-menolong sesuai yang tertera dalam muqaddimah Anggaran Dasar
Yayasan At-Taqwa.
Dalam proses pembentukan keluhuran tersebut Yayasan At-Taqwa
mengembangkan ubudiyah keagamaan dan kependidikan. Dalam hal proses
peningkatan ubudiyah keagamaan Yayasan At-Taqwa salah satunya telah
mengembangkan manajemen KBIH, hal tersebut dipandang perlu karena
banyaknya animo masyarakat untuk menunaikan ibadah haji namun wadah
1 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Terjemah, (Bandung : SYGMA, 2007), h. 62
54
untuk sistem bimbingan belum memadai sehingga banyaknya masyarakat
yang hendak menunaikan ibadah tersebut kesulitan untuk mencari bimbingan
ibadah haji.
Realitas animo masyarakat tersebut disambut utuh oleh Yayasan At-
Taqwa untuk membentuk KBIH At-Taqwa dibawah naungan yayasan
tersebut, dengan harapan terbimbingnya calon Jamaah haji dengan manasik
yang benar, sesuai tuntunan Rasulullah sejak pelatihan sampai pelaksanaannya
di tanah suci hingga kembali ketanah air.2
B. Visi, Misi, dan Tujuan KBIH At-Taqwa.
1. Visi KBIH At-Taqwa
Terbimbing dan terwujudnya Jamaah calon haji yang dapat melaksanakan
ibadah haji sesuai dengan manasik yang benar sehingga diperoleh haji
yang maqbul/mabrur sejak pelatihan sampai pelaksanaannya di tanah suci.
2. Misi KBIH At-Taqwa
a. Sebagai mitra kerja Departemen Agama dalam memberikan pelayanan
dan bimbingan manasik haji kepada Jamaah calon haji.
b. Memberikan pembinaan dan bimbingan kepada Jamaah calon haji
dalam rangka menjalankan manasik mulai dari tanah air sampai
selesainya ibadah haji di tanah suci hingga kembali ketanah air.
2 Hasil wawancara penulis dengan H. Nur Anwar Amin (Ketua Harian) KBIH At-taqwa
pada tanggal 18 Juni 2011
55
c. Memberangkatkan para guru di lingkungan Perguruan At-Taqwa yang
belum menunaikan ibadah haji tanpa dipungut biaya pemberangkatan
ibadah haji.
d. Memberikan pelayanan dan kemudahan kepada para Jamaah calon haji
sehingga dapat menjalankan ibadah haji dengan lancar.
3. Tujuan KBIH At-Taqwa
Membantu tugas pemerintah Departemen Agama dalam memberikan
bimbingan teknis dan operasional kepada Jamaah calon haji dalam
memahami serta mengamalkan manasik sesuai dengan Al Qur’an dan As
Sunnah.
C. Struktur Organisasi KBIH At-Taqwa dan Job Description
1. Struktur Organisasi KBIH At-Taqwa
Struktur organisasi adalah susunan unit-unit kerja yang
menunjukkan hubungan antar unit, adanya pembagian kerja sekaligus
keterpaduan fungsi-fungsi atau kegiatan-kegiatan yang berbeda-beda
tersebut, adanya wewenang, pemberian tugas dan laporan. Secara umum
struktur organisasi dari suatu kepengurusan terdiri dari ketua, wakil ketua,
sekretaris dan bendahara. Di KBIH At-Taqwa sebelum tahun 2006
kepengurusannya sebagai berikut :
a. Ketua : KH. Nurul Anwar, Lc
b. Sekretaris : KH. Nur AnwarAmin, Lc
c. Bendahara : Hj. Ulfah Noer Alie, S.Ag
56
Setelah dibentuk pengurus baru, yakni pengurus harian yang di
antaranya sebagai berikut :
a. Ketua Harian : KH. Nur Anwar Amin, Lc
b. Sekretaris Harian : Ahmad Fauzi Sarmilih S. Pd.I
c. Bendahara Harian : Abdul Muiz Muhasyim, M. Pd.I
2. Job description
a. Ketua Harian
1) Memimpin dan mengendalikan kegiatan para anggotanya dalam
melaksanakan tugasnya, sehingga mereka tetap berada pada
fungsinya masing-masing.
2) Mewakili organisasi ke luar dan ke dalam.
3) Mengevaluasi semua kegiatan yang dilaksanakan oleh para
pengurus.
b. Sekretaris
1) Memberikan pelayanan teknis dan administratif.
2) Membuat Surat menyurat dan pengarsipannya.
c. Bendahara
1) Memegang dan memelihara harta kekayaan organisasi, baik berupa
uang, barang-barang inventaris maupun tagihan.
2) Membuat laporan keuangan rutin atau laporan khusus.3
3 Hasil wawancara penulis dengan H. Nur Anwar Amin (Ketua Harian) KBIH Attaqwa
pada tanggal 18 Juni 2011
57
D. Rencana Kerja KBIH At-Taqwa
1. Teknik Pelaksanaan
Pendaftaran dimulai lebih awal sebelum diumumkan Kep-
Pres/Menag guna memberikan pelayanan yang baik dan terencana dan
ditutup hingga terpenuhinya jumlah kuota (kuota terbatas).
Syarat-syarat yang diperlukan :
a. Mengisi formulir calon jamaah haji (SPPH)
b. Menyerahkan photo copy KTP Kabupaten dengan rincian :
1) Untuk registrasi = 2 lembar
2) Untuk haji = 10 lembar
3) Photo copy Kartu Keluarga (KK) = 3 lembar
c. Surat keterangan golongan darah = 3 lembar
d. Pas photo berwarna ukuran wajah 80% dengan back graound putih
dengan rincian
1) Untuk registrasi : 2 x 3 = 4 lembar
4 x 6 = 2 lembar
2) Untuk haji : 3 x 2 = 6 lembar
4 x 6 = 10 lembar
3 x 4 = 25 lembar
e. Membuka buku rekening tabungan haji sebesar Rp. 500.000,-
f. Dana setoran awal minimal Rp. 20.000.000,-
g. DP. KBIH Rp. 1.000.000,-
h. Surat keterangan domisili dengan materai Rp. 6000
58
Setelah melengkapi semua persyaratan di atas, BPIH awal yang
harus dikeluarkan atau di transfer ke rekening Bank yang ditunjuk oleh
KBIH At Taqwa yaitu Bank syariah Mandiri, langsung diberikan ke no
rekening ketua harian KBIH At Taqwa yaitu H. Nur Anwar Amin, Lc.,
MA.4
2. Fasilitas Pelayanan
a. Sistem Manasik
Untuk mencapai ibadah yang khusus nantinya, tim manasik
KBIH At Taqwa memberikan bimbingan di tanah air banyak 13 kali
pertemuan. Setelah bimbingan manasik dengan materi masalah Haji
juga dengan praktek lapangan, kemudian diadakan bimbingan tahap
akhir yang bersifat pemantapan sekaligus merupakan pembekalan
akhir kepada calon haji, pembimbingan pemantapan dilaksanakan
menjelang keberangkatan calon Jamaah Haji ke Tanah Suci. Jadi bagi
Jamaah yang kurang paham mengenai manasik Haji dan masalah yang
berkaitan dengan Haji bisa menanyakan kembali kepada pembimbing
agar nantinya ketika pelaksanaannya di Tanah Suci para Jamaah dapat
melakukannya dengan benar.
Adapun ketika pelaksanaan Haji di Tanah Suci para Jamaah
akan di bagi ke dalam beberapa kelompok yang setiap kelompok
terdiri dari 15 orang Jamaah dengan 1 orang ketua kelompok yang
dilihat bisa sedikit banyak membantu para Jamaah yang kurang paham
sejak mulai pelaksanaan Haji hingga kepulangannya ke Tanah Air.
4 Hasil wawancara penulis dengan H. Nur Anwar Amin (Ketua Harian) KBIH At-taqwa
pada tanggal 18 Juni 2011
59
b. Fasilitas ONH yang digunakan
1) Paspor Perjalanan Haji (PPH), yaitu paspor hijau dan cokelat yang
dikeluarkan oleh Kementrian Agama.
2) Penerbangan Jakarta-Jeddah-Jakarta dengan tiket pesawat kelas
ekonomi, Jakarta-Jeddah dengan Garuda Indonesia dan Jeddah-
Jakarta dengan Saudi Air Lines/GA (Garuda)
c. Penginapan
Untuk Penginapan para Jamaah selama di Mekkah dan
Madinah sudah disiapkan langsung oleh Depag, para Jamaah bisa
langsung menempati penginapan begitu tiba di Tanah Suci.
d. Transportasi
Para Jamaah Haji KBIH At-Taqwa dalam perjalanannya dari
Jakarta-Jeddah dengan menggunakan pesawat Garuda dan dari Jeddah-
Jakarta dengan pesawat Saudi Air Lines dengan tiket pesawat kelas
ekonomi dan selama di Tanah Suci menggunakan Bus AC.
e. Makanan
Untuk masalah makanan KBIH At-Taqwa menyediakan
fasilitas pelayanan makanan berupa makan 3 x sehari dengan menu
masakan Indonesia.
f. Fasilitas Lain
1) Biaya sudah termasuk
a) Akomodasi atau penginapan
b) Setoran BPIH/ONH
c) Perlengkapan Ibadah
60
d) Bimbingan manasik Haji sebelum keberangkatan sebanyak 13
kali pertemuan dan selama di Tanah Suci.
e) Pembimbing Ibadah
f) Ziarah di Mekkah dan Madinah
g) Air zam-zam sebanyak @ 5 liter
h) Bagasi sesuai ketentuan penerbangan
i) Asuransi Perjalanan Haji
2) Biaya belum termasuk (hal-hal yang bersifat pribadi)
a) Dam
b) Qurban
c) Biaya Telephone
d) Cucian pakaian
e) Tip-tip dan kelebihan bagasi5
E. Program Kerja KBIH At-Taqwa
1. Jangka Panjang
Visi KBIH At-Taqwa adalah terbimbing dan terwujudnya Jamaah
calon haji yang dapat melaksanakan ibadah haji sesuai dengan manasik
yang benar sehingga diperoleh haji yang maqbul/mabrur sejak pelatihan
sampai pelaksanaannya di tanah suci. Karena itu, program KBIH At-
Taqwa disusun dalam beberapa bidang, antara lain :
5 Hasil wawancara penulis dengan H. Nur Anwar Amin (Ketua Harian) KBIH At-taqwa
pada tanggal 18 Juni 2011
61
a. Bidang pemberdayaan calon Jamaah haji.
Program kerja di bidang ini dilakukan dengan cara pendaftaran haji
dan fiqih haji. Juga menyusun jadwal manasik haji, mengadakan
manasik-manasik, mempersiapkan perlengkapan-perlengkapan yang
diperlukan, dan melakukan pemberkasan. Pelaksanaan program ini
disesuaikan dengan kondisi jadwal keberangkatan haji di tahun yang
bersangkutan.
b. Bidang pemberdayaan pembimbing.
Sasaran utama dari program ini adalah memberdayakan para ustadz
atau guru yang potensial di daerah Bekasi dan sekitarnya dengan
merekrut dan melatihnya menjadi pembimbing haji. Setiap tahun
KBIH At-Taqwa mengirimkan para ustadz, baik yang sudah pernah
haji ataupun belum, secara bergiliran yang diserap dari masjid-masjid
atau lembaga-lembaga islam di sekitar Bekasi.
2. Jangka Pendek
Untuk program jangka pendek KBIH At-Taqwa melakukan
program pemberdayaan alumni. Hal ini diharapkan agar alumni jamaah
haji tidak terputus tali silaturahminya dengan sesama Jamaah. Maka dari
itu diharapkan para alumni melahirkan ide-ide segar dan inovatif demi
perkembangan dan kemajuan KBIH serta masyarakat islam, khusunya di
daerah Bekasi.6
6 Hasil wawancara penulis dengan H. Nur Anwar Amin (Ketua Harian) KBIH At-taqwa
pada tanggal 18 Juni 2011
62
F. Unsur-unsur Bimbingan Haji KBIH At Taqwa
Adapun unsur-unsur bimbingan Haji KBIH At-Taqwa adalah sebagai
berikut :
1. Jamaah (terbimbing)
Adapun kondisi Jamaah KBIH At-Taqwa dilihat dari segi ekonomi sangat
bervariasi, dari golongan bawah, menengah dan atas. Mulai dari berprofesi
sebagai petani guru sampai pejabat pemerintahan, yang sama-sama
mempunyai kesibukan kerja.
2. Pembimbing (pemberi materi manasik haji))
Pemberi materi mempunyai tugas membimbing, menyampaikan materi
dan pengajaran sekitar pelaksanaan Haji. Maka KBIH At-Taqwa
membutuhkan orang-orang yang berkompeten yang mampu memberikan
materi manasik Haji yang mempunyai kriteria-kriteria sebagai berikut :
a. Menguasai bahasa Arab
Penguasaan bahasa Arab ini sangat diperlukan sekali karena bahasa
yang digunakan di tanah suci itu menggunakan bahasa Arab sehingga
memudahkan untuk berkomunikasi dengan orang-orang yang ada di
tanah suci.
b. Pengetahuan mendalam mengenai ilmu agama islam, seluk beluknya,
hukum-hukum syar’i dan sebagainya.
c. Berwawasan luas, yaitu pengetahuan yang berupa wawasan atau
pengetahuan umum.
d. Pengetahuan yang mendalam dalam hal pelaksanaan Haji dan
pengenalan di tanah Suci.
63
e. Dedikasi yang tinggi dalam usaha pembimbingnya.
Yaitu kesungguhan dan kesabaran dalam memberikan bimbingan
kepada Jamaahnya yang bermacam-macam dari segi karakteristik sifat,
tingkat sosial, umur dan pendidikan.
3. Materi
Materi-materi yang digunakan dalam manasik Haji KBIH At-
Taqwa berpedoman pada buku-buku yang diterbitkan oleh Departemen
Agama Republik Indonesia. Dan buku-buku tersebut akan diberikan
kepada para Jamaah sebagai buku pegangan manasik Haji, selain itu juga
KBIH At-Taqwa membuat diktat atau ringkasan mengenai manasik Haji
untuk mempermudah para Jamaah dalam memahami manasik Haji. Karena
isi diktat tersebut adalah tentang cara pelaksanaan Haji dan doa-doa secara
praktis dan pembahasannya lebih singkat dan jelas. Pemberian manasik
Haji diberikan sebanyak 13 kali pertemuan.
Adapun materi yang disampaikan, meliputi :
a. Hukum-hukum yang ada kaitannya dengan masalah Haji
b. Doa-doa yang ada kaitannya dengan masalah haji
c. Pengetahuan sekitar masalah kesehatan, di mana pengetahuan tersebut
diberikan agar Jamaah Haji hendaknya dapat mengantisipasi segala
macam penyakit
d. Pengetahuan tentang keadaan sekitar tempat-tempat ibadah Haji
e. Tata cara ibadah Haji.7
7 Hasil wawancara penulis dengan Ahmad Fauzi Sarmilih (Sekertaris Harian) KBIH At-
taqwa pada tanggal 5 Juli 2011
64
3. Metode
Dalam penyampaian materi manasik Haji, KBIH At-Taqwa
menggunakan metode seperti :
a. Ceramah
Yaitu para pembimbing Haji menyampaikan pokok-pokok
pembahasan materi secara terperinci dan terarah dan sementara para
Jamaah mendengarkannya, dalam hal ini pembimbing menyampaikan
sesuai dengan kemampuan, pengetahuan serta pengalaman dalam
penguasaan materi yang disampaikan. Dalam penyampaian materi,
para pembeli materi menggunakan alat bantu yaitu berupa Compack
Disk (CD) dan Digital Video Disk (DVD) agar memudahkan para
Jamaah memahami materi yang disampaikan.
b. Praktek
Yaitu para pembimbing memberikan materi yang berkaitan
dengan Haji terlebih dahulu yang kemudian dilanjutkan dengan
tindakan nyata atau langsung. Di mana dalam praktek ini dibantu
dengan contoh peraganya, para Jamaah diperintahkan untuk menirukan
suatu perbuatan yang dilakukan oleh pembimbing agar para Jamaah
menjadi lebih mendalam sekaligus uji coba dalam mengukur
kemampuan fisiknya sehingga ketika pada pelaksanaan nantinya di
Tanah Suci sudah mempunyai gambaran tentang apa yang akan
dilaksanakannya.
65
c. Dialog dan tanya jawab
Yaitu penyampaian materi dengan cara para pembimbing yang
memberikan materi mendorong atau memberikan motivasi kepada
Jamaah untuk menanyakan sesuatu yang dirasa kurang dimengerti atau
dipahami dan pembimbing sebagai penjawab dari masalah yang
ditanyakan oleh para Jamaah. Metode ini dipergunakan dengan
membuka forum tanya jawab yang berkaitan dengan materi yang
dibahas, yang mana metode ini merupakan tindak lanjut dari metode
ceramah, setelah pemberi materi memberikan penjelasan selanjutnya
para Jamaah diberikan kesempatan bertanya tentang materi-materi
pembahasan yang kurang jelas atau permasalahan yang dihadapi yang
berkaitan dengan masalah-masalah yang ada kaitannya dengan
permasalahan Haji.
Legalitas KBIH At-Taqwa
Akte notaris Soedirja, SH. No. 16/17 Tahun 1964 diperbaharui
Tahun 1986.
Susunan Pengurus ditetapkan SK Yayasan No.
38/PERG/SK/VI/2006, Tanggal 17 Juni 2006.
Rekomendasi dari instansi terkait : Kecamatan Babelan, Kepala
KUA Bekasi dan Kepala Kandepag Bekasi.
Sekretariat tetap di Pondok Pesantren Attaqwa Jl. Raya KH. Noer
Alie, Ujung Harapan Kelurahan Bahagia, Kecamatan Babelan,
Kabupaten Bekasi.
66
Izin Operasional KBIH At-Taqwa
Berdasarkan legalitas yang dimiliki maka Kanwil Departemen Agama
Provinsi Bekasi menerbitkan izin operasional KBIH At-Taqwa Bekasi,
Nomor : WI.1/HJ.01/KPTS/175/1986.8
8 Hasil wawancara penulis dengan Ahmad Fauzi Sarmilih (Sekertaris Harian) KBIH At-
taqwa pada tanggal 5 Juli 2011
67
BAB IV
ANALISIS STRATEGI PEMASARAN KBIH AT-TAQWA
UJUNG HARAPAN BEKASI
A. Strategi Pemasaran KBIH At-Taqwa
Setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk dapat tetap hidup dan
berkembang, tujuan tersebut hanya dapat dicapai melalui usaha
mempertahankan dan meningkatkan tingkat keuntungan atau laba perusahaan.
Usaha ini hanya dapat dilakukan apabila perusahaan dapat mempertahankan
dan meningkatkan penjualannya, melalui usaha mencari dan membina
langganan, serta usaha menguasai pasar. Tujuan ini hanya bisa dicapai apabila
bagian pemasaran perusahaan melakukan strategi yang mantap untuk dapat
menggunakan kesempatan atau peluang yang ada dalam pemasaran, sehingga
posisi atau kedudukan perusahaan di pasar dapat dipertahankan dan sekaligus
ditingkatkan.
Strategi pemasaran mempunyai peranan yang sangat penting bagi
keberhasilan sebuah perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan,
karena di dalamnya berisi gambaran atau pedoman yang jelas dan terarah
tentang apa yang dilakukan dalam menggunakan kesempatan dan peluang
yang ada. strategi pemasaran dibutuhkan untuk menentukan konsumen yang
dituju sehingga diketahui kepuasan yang diharapkan oleh konsumen.
68
Strategi pemasaran merupakan cara atau jalan yang akan digunakan
agar dapat membuat dan menjual barang dan jasa yang sesuai dengan kondisi
perusahaan dan sesuai dengan selera sasaran pembeli yang akan dituju.1
Tujuan dari KBIH At-Taqwa itu sendiri adalah membantu tugas
pemerintah departemen agama dalam memberikan bimbingan teknis dan
operasional kepada calon jamaah haji dalam memahami serta mengamalkan
manasik sesuai dengan al-Qur’an dan Sunnah.2
Pemasaran merupakan kegiatan vital dalam beberapa Organisasi, baik
itu organisasi profit atau pun non profit yang di dalamnya menyediakan
barang dan jasa. Dan setiap perusahaan atau organisasi yang mengelola
kegiatan pemasaran, akan dihadapkan pada berbagai persoalan baik persoalan
dari dalam atau pun dari luar perusahaan.
Strategi Pemasaran yang digunakan KBIH At-Taqwa dalam
meningkatkan jumlah Jamaah Haji adalah dengan cara, yaitu :
1. Mengadakan motivasi-motivasi haji baik dalam wilayah Kota Bekasi
ataupun di luar wilayah Kota Bekasi, dengan itu KBIH At-Taqwa
menawarkan tentang bagaimana cara melaksanakan Ibadah Haji dengan
baik dan benar, dan bagi seseorang yang belum paham mengenai tata cara
Ibadah Haji KBIH At-Taqwa akan memberikan pemahaman kepada
jamaah melalui bimbingan manasik haji.
1 Irwan Dani, Bagaimana Memperbaiki Pemasaran Usaha Anda, (Jakarta : Fridreich
Ebert Stitung, 1999), Cet, Ke 1, h. 30 2 Hasil wawancara penulis dengan H. Nur Anwar Amin (Ketua Harian) KBIH At-taqwa
pada tanggal 18 Juni 2011
69
2. Di samping itu pun KBIH At-Taqwa memasarkan Produknya dari para
alumni yang pernah ikut dalam kelompok KBIH At-Taqwa atau dari
alumni Pondok Pesantren At-Taqwa baik itu putra atau pun putri karena
dengan cara ini juga merupakan salah satu cara terbaik guna meningkatkan
Jamaah.
Cara melihat peluang yang ada yakni seperti acara yang dilakukan oleh
para Jamaah, di sana pelaksana dapat meminta waktu guna memperkenalkan
tentang KBIH At-Taqwa lebih jauh lagi, di samping dengan memperkenalkan
KBIH At-Taqwa, di sana juga dapat memperkenalkan tentang Produk-produk
KBIH yang mereka miliki agar para jamaah dapat tertarik untuk menggunakan
layanan KBIH At-Taqwa. Dan selanjutnya strategi pemasaran yang dilakukan
oleh KBIH At-Taqwa yakni dalam kegiatan-kegiatan besar salah satunya
seperti Maulid Nabi Muhammad SAW, dan Isra Mi’raj. Dari kegiatan ini
maka KBIH dapat memasarkan produknya atau menawarkan kepada para
Jamaah yang ingin berniat berangkat Haji atau pun Umroh, dan dalam kondisi
ini biasanya KBIH At-Taqwa membuka stan tersendiri guna lebih menarik
Jamaah lebih banyak lagi.3
Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) At-Taqwa di samping
memasarkan dengan cara tersebut, KBIH At-Taqwa pun memiliki perbedaan
dalam penawaran, penyampaian, dan simbol atau merek atau pun dengan
produk, perbedaan produk tersebut merupakan selling poin tersendiri bagi
KBIH At-Taqwa, dikarenakan perbedaan yang ada di KBIH ini maka itu
menjadi suatu perbedaan guna menarik jamaah lebih banyak lagi. Di samping
3Hasil wawancara penulis dengan H. Nur Anwar Amin (Ketua Harian) KBIH At-taqwa
pada tanggal 18 Juni 2011
70
itu KBIH At-Taqwa sering mengadakan motivasi-motivasi Haji, baik di
daerah Bekasi sendiri atau pun di luar wilayah Bekasi, dalam cara ini KBIH
menawarkan tentang bagaimana cara melaksanakan Ibadah Haji dan Umrah
yang baik dan benar, dan bagi yang seseorang yang belum paham mengenai
tata cara Ibadah Haji maka KBIH dapat memberikan bimbingan dalam
motivasi Haji dari strategi yang dilaksanakan.
KBIH At-Taqwa juga tidak mematok berapa maksimal jumlah jamaah
yang masuk ke KBIH Attaqwa, dan selalu menerima berapapun jamaah yang
ikut KBIH At-Taqwa. Bahkan pimpinan dari KBIH At-Taqwa ingin
menargetkan jamaah yang masuk sampai satu kloter yaitu sebesar 500 orang.4
B. Analisis SWOT terhadap Strategi Pemasaran KBIH At-Taqwa.
Analisis SWOT adalah instrumen perencanaan strategis yang klasik.
Dengan menggunakan kerangka kerja kekuatan dan kelemahan dan
kesempatan eksternal dan ancaman, instrumen ini memberikan cara sederhana
untuk memperkirakan cara terbaik untuk melaksanakan sebuah strategi.
Instrumen ini menolong para perencana apa yang bias dicapai, dan hal-hal apa
saja yang perlu diperhatikan oleh mereka. Analisa SWOT sendiri merupakan
singkatan dari strenght, weakness, opportunity, dan threat.
1. Faktor Kekuatan
Mencerminkan kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan atau
produk. Dalam jamaah haji hal ini tercermin dari reputasi sebagai KBIH
4 Hasil wawancara penulis dengan H. Nur Anwar Amin (Ketua Harian) KBIH At-taqwa
pada tanggal 18 Juni 2011
71
dengan bahan produk berkualitas, memiliki pelayanan yang khas, dan telah
berpengalaman dalam melaksanakan ibadah haji setiap tahunnya.
Kekuatan lain mereka adalah adanya pelanggan atau jamaah yang fanatik
dan loyal terhadap KBIH ini.
Kekuatan yang dimiliki oleh KBIH At-Taqwa antara lain:
a. Adanya kerja sama antara petugas, karena sesulit apapun perkerjaan
apabila di kerjakan secara bersama-sama, maka perkerjaan tersebut
akan terasa lebih mudah, sehingga pekerjaan tersebut akan berjalan
baik dan lancar.
b. KBIH At-Taqwa dalam menyelenggarakan Haji dah Umroh berusaha
menjadi yang terbaik di antara Perusahaan Trevel yang lainnya,
dikarenakan hal ini merupakan peluang bisnis yang menjanjikan dan
memberikan prospek yang cerah, hal ini dapat terlihat dari animo
masyarakat umum dan masyarakat sekitar tentunya terhadap
penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah.
c. Fasilitas teknologi yang dimiliki oleh KBIH At-Taqwa, seperti telepon,
infokus, komputer, mesin percetakan yang memudahkan untuk
berkomunikasi kepada jamaah dan mencari informasi terbaru dan
ditambah lagi dengan adanya jejaring sosial semacam internet, maka
itu menjadi hal kekuatan guna mengiklankan lewat jejaring tersebut.5
5 Hasil wawancara penulis dengan H. Nur Anwar Amin (Ketua Harian) KBIH At-taqwa
pada tanggal 18 Juni 2011
72
2. Faktor Kelemahan
Mencerminkan kelemahan yang dimiliki oleh suatu perusahaan
atau produk. Dalam kasus penyelenggaraan ibadah haji atau KBIH ini
kelemahan yang mereka miliki adalah fakta bahwa kurangnya
kepengurusan dalam kantor mereka sedangkan kepengurusan merupakan
suatu hal yang baik bagi jalannya operasional pelayanan para jamaah haji.
Hal ini boleh jadi merupakan titik lemah ketika selera masyarakat mulai
mencari KBIH yang lain yang lebih baik kualitasnya.
KBIH At-Taqwa memiliki kelemahan yakni kurangnya
kepengurusan yang ada di dalam kantor yang dimiliki KBIH tersebut,
namun dengan hal yang seperti ini maka dibentuknya kepengurusan harian
yang terdiri dari tiga anggota yakni H. Nur Anwar. Amin LC., MA, Abdul
Muiz Muhasyim. M.pd dan Ahmad Fauzi Sarmilih S.Pd.I Mereka bertiga
dibentuk sebagai pengurus harian guna menjembatani kekosongan
kepengurusan yang ada sehingga tidak terjadinya timpang tindih atas
kekurangan tersebut.
3. Faktor Peluang
Mencerminkan peluang yang dimiliki oleh suatu perusahaan atau
produk. Dalam kasus penyelenggaraan ibadah haji, maka peluang yang
mereka miliki adalah jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar dan
ini merupakan pasar yang potensial untuk produk mereka dalam
meningkatkan jamaah lebih banyak lagi..
73
Faktor peluang menjadi hal yang terpenting dalam suatu lembaga,
hal ini juga dikarenakan dengan usaha ini yakni mengembangkan KBIH,
yang memiliki faktor peluang amat besar dikarenakan banyaknya para
jamaah yang ingin melaksanakan Ibadah Haji atau pun Umrah, inilah yang
menjadi faktor peluang KBIH At-Taqwa, dengan banyaknya Jamaah maka
banyak juga peluang yang dimiliki oleh KBIH At-Taqwa dan di samping
itu adanya nama At-taqwa yang sudah di kenal banyak orang, dengan hal
itu maka KBIH ini telah di percaya oleh masyarakat untuk melaksanakan
Ibadah Haji.
4. Faktor Ancaman
Mencerminkan ancaman potensial yang dihadapi oleh suatu
perusahaan atau produk. Dalam kasus penyelenggaraan ibadah haji
memiliki ancaman yang paling potensial adalah banyaknya persaingan
antara para KBIH dan travel yang berada di negara ini Selain itu, ancaman
lainnya adalah jatah minimnya para jamaah yang dijatahkan pemerintah
guna mengikuti travel haji atau KBIH, seperti halnya 85% jamaah yang di
pegang oleh pemerintah dan hanya 15% jamaah saja yang kemungkinan
menggunakan jasa KBIH.
Secara garis besar Ancaman yang ada pada KBIH ini adalah
ketatnya persaingan antara KBIH yang satu dengan KBIH yang lainnya
yang berada di sekitar Bekasi. Akan tetapi KBIH At-Taqwa tidak
memperdulikan hal tersebut, masalah jamaah yang ingin ikut KBIH lain
itu diserahkan keputusannya kepada mereka.
74
Dari keempat faktor terbut maka analisa Strategi yang di lakukan
KBIH At-Taqwa dapat berjalan dengan baik guna mendapatkan jamaah atau
meningkatkan jamaah lebih banyak lagi.6
C. Implementasi Strategi Pemasaran KBIH At-Taqwa dalam Meningkatkan
Jumlah Jamaah.
Dalam mewujudkan strategi tersebut dibutuhkan penerapan yang baik,
yakni dengan adanya kerja sama antara pengurus, hal ini merupakan
pembekalan di saat pelaksanaan Ibadah Haji dan Umroh dan penerapan
tersebut pun di lakukan terhadap para calon jamaah haji yang ingin ikut serta
ke dalam KBIH At-Taqwa, agar saat pelaksanaan itu berjalan dengan baik di
masa depan nanti atau guna mewujudkan tujuan dan cita-cita dari KBIH At-
Taqwa.
Penerapan strategi yang dilakukan oleh kelompok bimbingan ibadah
haji At-Taqwa yakni seperti halnya dengan sistem jemput bola, dengan
aplikasi ini maka KBIH At-Taqwa akan lebih banyak lagi dalam mendapatkan
jamaah haji, dengan sistem ini KBIH At-Taqwa pun sudah membuktikannya,
contohnya saja pada angkatan jamaah haji pada tahun 2006-2010 jamaah yang
mengikuti KBIH At-Taqwa selalu meningkat, sudah hampir 300 jamaah yang
berangkat menggunakan jasa travel KBIH At-Taqwa.
6 Hasil wawancara penulis dengan H. Nur Anwar Amin (Ketua Harian) KBIH At-taqwa
pada tanggal 18 Juni 2011
75
Gambar. 2 Statistik Keadaan Jamaah KBIH Attaqwa
0
20
40
60
80
100
2006 2007 2008 2009 2010* 2011* 2012* 2013*
23
4955
9096
66 62
90
*Untuk calon jamaah haji KBIH Attaqwa tahun 2010 masih bisa bertambah.
Peningkatan ini terlihat pada tahun ke tahun seperti halnya pada tahun
2006 jamaah yang menggunakan jasa KBIH At-Taqwa adala 23 jamaah, lalu
pada tahun 2007 meningkat menjadi 49 jamaah, dan pada tahun 2008
meningkat menjadi 55 orang, dan pada tahun 2009 meningkat menjadi 90
orang hingga pada akhir tahun kemarin yakni 2010 jamaah meningkat menjadi
96 jamaah yang ikut atau menggunakan fasilitas KBIH At-Taqwa,
peningkatan jamaah dari tahun ke tahun dikarenakan adanya pelayanan yang
memuaskan bagi para Jamaah, hingga pada akhirnya para jamaah selalu
menggunakan KBIH At-Taqwa dalam menyempurnakan ibadah para jamaah,
di samping itu adanya informasi dari mulut ke mulut, hal ini juga yang
mengakibatkan kenaikannya jumlah jamaah dari tahun ke tahun hingga target
dari KBIH ini akan tercapai untuk memberangkatkan jamaah dengan 500
Jamaah per kloter7.
7 Hasil wawancara penulis dengan H. Nur Anwar Amin (Ketua Harian) KBIH A-ttaqwa
pada tanggal 18 Juni 2011
76
Menurut analisa penulis dalam strategi pemasaran yang diterapkan
oleh kelompok bimbingan ibadah haji At-Taqwa adalah dengan sistem jemput
bola, sehingga menjadi ciri khas tersendiri dari pemasarannya dan menjadikan
KBIH At-Taqwa mudah dikenal konsumen dikarenakan memiliki perbedaan
pemasaran yang tidak menunggu jamaah, teknik-teknik promosi menarik yang
ada di KBIH At-Taqwa dan memanfaatkan alumni haji sebagai member,
karena merupakan aset yang sangat berharga dalam jasa untuk
mempromosikan KBIH At-Taqwa. KBIH At-Taqwa dalam strateginya juga
mengelola jasa yang dimiliki dengan memberikan pelayanan one stop service.
Selain itu KBIH At-Taqwa juga mengelola produktivitasnya yang ada dengan
memberikan pelatihan terhadap karyawan agar dapat lebih terampil lagi,
walaupun masih karyawan baru namun harus lebih di tingkatkan lagi
keterampilannya karena didalam mengembangkan sumber daya manusia yang
dimiliki harus terus menerus dilatih agar tidak ketinggalan dan mengikuti
kebutuhan dan kemajuan zaman yang ada.
D. Faktor Pendukung dan Penghambat
1. Faktor Pendukung
Dari beberapa keberhasilan yang dialami KBIH At-Taqwa yang
berdasarkan pemasaran atau menginformasikan dalam hal bimbingan
manasik haji, produk-produk yang dikeluarkan KBIH At-Taqwa, program-
programnya semua atas dukungan dari masyarakat sekitar, namun jika
dilihat dari sisi pemasaran faktor pendukungnya adalah adanya tim
77
marketing yang berkompeten dalam hal menawarkan jasa KBIH At-Taqwa
yang juga dapat bekerja sama dengan KBIH At-Taqwa.
2. Faktor Penghambat
Permasalahan dalam sebuah pemasaran yang dilakukan di setiap
lembaga dalam hal ini adalah KBIH selalu memiliki kekurangan yang
dapat menghambat kegiatannya. Adapun faktor penghambat yang dimiliki
KBIH At-Taqwa adalah hanya masalah persaingan. Akan tetapi dalam hal
pemasaran KBIH At-Taqwa tidak terlalu memperdulikan yang terpenting
mereka sudah menawarkan dan mengajak jamaah untuk ikut dalam
pelayanan jasa KBIH At-Taqwa, itupun semua diserahkan semua
keputusannya kepada jamaah.
78
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis, strategi yang dilakukan oleh
KBIH At-Taqwa adalah :
a. Mengadakan motivasi-motivasi haji baik dalam wilayah Kota Bekasi
ataupun di luar wilayah Kota Bekasi, dengan itu KBIH At-Taqwa
menawarkan tentang bagaimana cara melaksanakan Ibadah Haji
dengan baik dan benar, dan bagi seseorang yang belum paham
mengenai tata cara Ibadah Haji KBIH At-Taqwa akan memberikan
pemahaman kepada jamaah melalui bimbingan manasik haji.
b. Di samping itu pun KBIH At-Taqwa memasarkan Produknya dari para
alumni yang pernah ikut dalam kelompok KBIH At-Taqwa atau dari
alumni Pondok Pesantren At-Taqwa baik itu putra atau pun putri
karena dengan cara ini juga merupakan salah satu cara terbaik guna
meningkatkan Jamaah.
2. Strategi merupakan suatu hal yang penting guna mencapai tujuan, dengan
Strategi yang baik maka tujuan itu akan tercapai, strategi yang di gunakan
oleh kelompok bimbingan ibadah haji attaqwa yakni dengan strategi Hal
ini dilihat dengan menggunakan sistem aplikasi SWOT. Yakni mengetahui
di mana, antara lain :
79
a. Kekuatan, di mana kekuatan menjadi faktor yang sangat penting bagi
KBIH At-Taqwa, diantaranya
1) Adanya kerja sama antara petugas, karena sesulit apapun
perkerjaan apabila di kerjakan secara bersama-sama, maka
perkerjaan tersebut akan terasa lebih mudah, sehingga pekerjaan
tersebut akan berjalan baik dan lancar.
2) KBIH At-Taqwa dalam menyelenggarakan Haji dah Umroh
berusaha menjadi yang terbaik di antara Perusahaan Trevel yang
lainnya, dikarenakan hal ini merupakan peluang bisnis yang
menjanjikan dan memberikan prospek yang cerah, hal ini dapat
terlihat dari animo masyarakat umum dan masyarakat sekitar
tentunya terhadap penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah.
3) Fasilitas teknologi yang dimiliki oleh KBIH At-Taqwa, seperti
telephon, infokus, komputer, mesin percetakan yang memudahkan
untuk berkomunikasi kepada jamaah dan mencari informasi terbaru
dan ditambah lagi dengan adanya jejaring sosial semacam internet,
maka itu menjadi hal kekuatan guna mengiklankan lewat jejaring
tersebut.
b. Kelemahan, KBIH At-Taqwa memiliki kelemahan yakni kurangnya
kepengurusan yang ada di dalam kantor yang dimiliki KBIH tersebut,
namun dengan hal yang seperti ini maka dibentuknya kepengurusan
harian yang terdiri dari tiga anggota yakni H. Nur Anwar. Amin LC.,
MA, Abdul Muiz Muhasyim. M.pd dan Ahmad Fauzi Sarmilih S.Pd.I
80
Mereka bertiga dibentuk sebagai pengurus harian guna menjembatani
kekosongan kepengurusan yang ada sehingga tidak terjadinya timpang
tindih atas kekurangan tersebut.
c. Peluang, Faktor peluang menjadi hal yang terpenting dalam suatu
lembaga, hal ini juga dikarenakan dengan usaha ini yakni
mengembangkan KBIH, yang merupakan memiliki faktor peluang
yang amat besar dikarenakan banyaknya para jamaah yang ingin
melaksanakan Ibadah Haji atau pun Umrah, inilah yang menjadi faktor
peluang KBIH At-Taqwa, dengan banyaknya Jamaah maka banyak
juga peluang yang dimiliki oleh KBIH At-Taqwa dan di samping itu
adanya nama Attaqwa yang sudah di kenal banyak orang, dengan hal
itu maka KBIH ini telah di percaya oleh masyarakat untuk
melaksanakan Ibadah Haji.
d. Ancaman, Ancaman yang ada pada KBIH ini adalah ketatnya
persaingan yang ada dari banyaknya KBIH-KBIH yang berada di
sekitar Bekasi. Akan tetapi KBIH At-Taqwa tidak memperdulikan hal
tersebut, masalah jamaah yang ingin ikut KBIH lain itu diserahkan
keputusannya kepada mereka.
B. Saran
Berdasarkan analisa penulis tentang strategi pemasaran KBIH At-
Taqwa dalam meningkatkan jumlah Jamaah dapat disarankan beberapa hal
diantaranya :
81
1. Kepengurusan KBIH seharusnya di tambah lagi, guna meningkatkan
pelayanan banyaknya Jamaah yang ingin ikut serta dalam melaksanakan
ibadah haji dan umroh.
2. Dan juga disiplin dalam KBIH At-Taqwa harus lebih ditingkatkan lagi,
baik dalam hal pemasaran dan juga tugas yang diemban oleh pengurus,
khususnya dalam hal bimbingan manasik haji.
3. Pembimbing manasik juga harus memperhatikan tugasnya dengan baik
dan penuh dengan rasa tanggung jawab guna mencapai tujuan yang
diinginkan.
82
DAFTAR PUSTAKA
Amrin, Abdullah, Asuransi Syariah: Keberadaan dan Kelebihan di Tengah
Asuransi Konvensional, Jakarta : PT. Gramedia, 2006
Arifin, Muhammad, Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan Agama, Jakarta: PT.
Golden Terayan Press, 1998, Cet. Ke-6
As’ad, Aliy, Taqrib dalil, Yogyakarta : Mineral Kudus, 1984
Dani, Irwan, Bagaimana Memperbaiki Pemasaran Usaha Anda, Jakarta : SMT
Grafika Desa Putera, 1999
David, Fred, Manajemen Strategi Konsep, Jakarta: PT. Prehallindo, 1998
Depag RI. Hikmah Ibadah Haji. Jakarta : Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, 2003
Departemen Pendidikan Pusat Bahasa Nasional RI, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Edisi ketiga, Jakarta : Balai Pustaka, 2005
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji, 2000
Effendy, Onong Uchyana, Ilmu Komunikasi, Teori dan Prektek, Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya, 1992
Faqih, Ainurrahim, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam, Yogyakarta: UII
Press, 2001, Cet. Ke-2
Gitosudarmo, Indriyo, Manajemen Strategi, Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA,
2001, Cet. ke-1
Kotler, Philip, Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi dan
Pengendalian, Jakarta: Salemba Empat, 1995
Lembaga Panitia Istilah manajemen PPM, Kamus Istilah Manajemen, Jakarta :
Balai Aksara, 1983, Cet. Ke-2
Minner, George Steiner John, Manajemen Startegi, Jakarta : Erlangga, 1999
Nasution, H. Harun, ensiklopedi Islam Indonesia, Jakarta: Djembatan, 1992
Nidjam, Ahmad, Manajemen Haji, Jakarta : Zikrul Hakim, 2003
Purwono, Setiawan Hari, Manajemen Strategi Subuah Konsep Pengantar. Jakarta
: Binapura Aksara, 2001
83
Rafi’udin dan Maman Djalil, Abdul, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung :
Pustaka Setia, 1997
Rahman, Fajrul, Doktrin Ekonomi Islami, Jakarta : Dhana Bhakti Wakaf, 1995
Jilid 1
Shihab, M. Quraish, dkk, Menuju Haji Mabrur, Jakarta : Pustaka Zaman, 2000
Siagian, Sondang, Analisis Serta Perumusan Kebijaksanaan dan Strategi
Organisasi, Jakarta : PT. Gunung Agung, 1986, Cet. Ke-2
_______________, Manajemen Startegi, Jakarta : PT. Bumi Aksara, 1995, Cet.
Ke-1
Sukardi, Dewa Ketut, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah,
Jakarta: Rineka Cipta, 2000, Cet. Ke-1
Umar, Husein, Strategi Manajemen in Action, Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama, 2001
Wahyudi, Agustinus Sri, Manajemen Stratejik Pengantar Proses Berfikir
Stratejik, Jakarta : Binarupa Aksara, 1996
Wibowo, Singgih, Pedoman Mengelola Usaha Kecil, Jakarta : Penebar Swadaya,
1998
Yunus, H. Mazni Muhammad, Bimbigan Haji dan Umrah, Jakarta: Dewan
Dakwah Islamiyah Indonesia, 2000, Cet. Ke-1
Yusanto, M. Ismail dan Wijayakusuma, M. Karebet, Menggagas Bisnis Islam,
Jakarta : GIP, 2002
top related