sso klpk 2
Post on 03-Jan-2016
144 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
SSO, juga disebut Susunan saraf vegetative, meliputi antara lain saraf-
saraf dan gaglia (=majemuk dari ganglion= simpul saraf) yang merupakan
persyarafan ke semua otot polos dari berbagai organ (bronchia, lambung,
usus, pembuluh darah dan lain-lain). Termasuk kelompok ini pula adalah
beberapa kelenjar (ludah, keringat, dan pencernaan) dan juga otot jantung.
Dengan demikian SSO tersebar diseluruh tubuh dan fungsinya adalah
mengatur secara otomatis keadaan fisiologi yang konstan, seperti suhu
badan, tekanan dan peredaran darah, serta pernafasan.
SSO dapat dipecah dalam dua cabang, sususnan simpatis dan
parasimpatis. Pada umumnya, kedua susunan ini bekerja antagonistis: bila
satu sistem merintangi fungsi tertentu, sistem lainnya menstimulasi. Tetapi,
dalam beberapa hal, khasiatnya berlainan sama sekali atau bahkan bersifat
sinergis.
Sistem simpatis dan parasimpatis bekerja pada organ – organ yang
sama tetapi menghasilkan respon yang berlawanan agar tercapainya
homeostatis (keseimbangan).
Kerja obat – obat pada sistem saraf simpatis dan sistem
parasimpatis dapat berupa respon yang merangsang atau menekan. Dalam
dunia farmasi sangat erat hubungannya dengan farmakologi toksikologi
karena kita dapat mengetahui mekanisme kerja obat, khususnya
penggolongan obat – obat yang bekerja pada sistem saraf otonom sehingga
dilakukanlah percobaan ini.
B. Maksud dan Tujuan percobaan
1. Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami tentang sistem saraf otonom serta jenis obat
yang dapat mempengaruhinya
2. Tujuan Percobaan
a) Mengetahui dan memahami sistem saraf otonom
b) Mengetahui dan memahami sifat obat-obat yang mempengaruhi
sistem saraf otonom
c) Mengetahui dan memahami efek-efek yang ditimbulkan oleh obat-
obat yang bekerja pada sistem saraf otonom
C. Prinsip Percobaan
Pemberian obat-obat yang bekerja pada sistem saraf otonom
terhadap hewan coba (mencit) secara oral (Na-CMC, propranolol, dan
atropin) serta intraperitonial (adrenalin), kemudian diamati vasokontriksi,
vasodilatasi, bronkokontriksi, bronkodilatasi, salivasi, grooming, keringat,
diare, diuresis, eksoftalmus, dan straub pada menit 0’, 15’, 30’, 45’, dan 60’.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Bagian motor (eferen) dari sistem saraf dibagi dalam dua
subbagian besar yaitu, otonom dan somatik. Sistem saraf otonom (SSO;
Autominetic Nervous system,ANS) sifatnya independen dimana
aktivitasnya tidak dipengaruhi kontrol kesadaran. SSO terutama berkaitan
dengan fungsi viseral (seperti curah jantung, aliran darah ke berbagai
organ, sistem pencernaan dsb.) yang penting bagi kehidupan. Sistem saraf
somatik adalah non otonom yang berkaitan dengan fungsi yang
dipengaruhi oleh kesadaran, seperti gerakan, pernapasan, dan postur.
Kedua sistem mendapat masukan eferen penting (sensoris) yang
menyebabkan sensasi dan memodifikasi keluaran motor melalui lengkung
refleks dengan berbagai ukuran dan kompleksitas. Sistem saraf otonom
terbagi kedalam dua bagian: kelompok simpatis (torakulumbal) dan
kelompok parasimpatis
(kraniosakral). Kedua kelompok ini berasal dari inti yang ada di dalam
sistem saraf pusat dan membangkitkan serat praganglion eferen yang
keluar dari batang otak atau korda spinalis dan berakhir pada ganglia
motorik. Serat praganglionik simpatis meninggalkan sistem saraf pusat
melalui saraf otak dan akar sakral spinalis. Sebagian besar serat
praganglionik simpatis berkhir di ganglia yang terdapat di rantai
paravebterbal. Dari ganglia, serat pascaganglionik simpatis bergerak
menuju jaringan yang disarafi. Beberapa serat praganglionik parasimpatis
berakhir di ganglia parasimpatis yang terletak di luar organ yang disarafi:
ciliary, pterygopalatine, submandibular, otic, dan beberapa ganglia pelvis.
Sebagian besar serat praganglionik parasimpatis berakhir di sel ganglion
yang disarafi. Penting untuk di ingat bahwa istilah “simpatis” dan
“parasimpatis” merupakan sesuatu yang anatomis dan tidak bergantung
pada tipe transmiter kimia yang di keluarkan dari ujung saraf dan bukan
juga merupakan jenis efek (rangsangan atau hambatan) yang disebabkan
oleh aktivitas saraf. Sebagai pelengkap dari bagian motor periferal sistem
saraf atonom ini, Terdapat sejumlah besar serat sensorik yang berjalan dari
perifer ke pusat,termasuk pleksus enterikus di usus, gangi otonom ,dan
sistem saraf pusat.Banyak neoron sensorik yang berkhir di sistem saraf
pusat berakhir di pusat hipotalamus dan medula, sehingga menimbulkan
aktivitas moror refleks yang kemudian dibawah oleh serat referen ke sel
efektor. Terdapat bukti bahwa beberpa dari serat sensorik juga mempunyai
fungsi motor periferal yang penting (lihat sistem nonndrenergik,
nonkolinergik). Klasifikasi saraf otonom berdasarkan padamolekul
transmiter utama yaitu acetylcholine atau norepinephrine yang
dikeluarkan dari ujung bouton dan variokositas mereka (Farmakologi
dasar dan klinik, 2001: 133-135).
Sistem saraf otonom berfungsi untuk memelihara keseimbangan
dalam organisme (sistem dunia dalam). Sistem ini mengatur fungsi-fungsi
yang tidak dibawah kesadaran dan kemauan :
Sirkulasi dengan cara menaikkan atau menurunkan aktivitas jantung
khususnya melalui penyempitan atau pelebaran pembuluh- pembuluh
darah
Pernapasan dengan cara menaikkan atau menurunkan frekuensi
pernapasan dan penyempitan atau pelebaran otot bronkhus
Peristaltik saluran cerna
Tonus semua otot polos lainnya (misallnya kandung empedu, ureter,
kandung kemih, uterus)
Sekresi kelenjar keringat, kelenjar air ludah, kelenjar lambung, kelenjar
usus dan kelenjar-kelenjar lain.
Disamping itu sistem ini terlibat dalam pengaturan metabolisme sel.
Berdasarkan tanda-tanda morfologi dan fungsional dalam sistem saraf
vegetatif dibedakan 2 bagian sistem yaitu simpatiku dan parasimpatikus.
Pada organ-organ vegetatif yang dipersyarafi rangkap yakni simpatik dan
parasimpatik umumnya sistem ini menyebabkan kerja berlawanan
(antagonistis) (Dinamika Obat, 1991: 123-124).
Sistem saraf otonom merupakan sistem saraf campuran. Serabut-
serabut referennya membawa masukan dari organ-organ visera
(menangani pengaturan denyut jantung, diameter pembuluh darah,
pernapasan, pemcernaan makanan, rasa lapar, mual, pembuangan, dan
sebagainya). Saraf referen motorik sistem saraf autonom mempersarafi
otot polos, otot jantung, dan kelenjar-kelenjar fiseral dan interaksinya
dengan lingkungan internal (Prince, A sylvia dan Lorraine,2012: 1009)
SSO, juga disebut susunan saraf vegetatif, meliputi antara lain
saraf-saraf dan ganglia yang merupakan persarafan kesemua otot polos
dari berbagai organ (bronchia, lambung, usus, pembuluh darah). Termasuk
kelompok ini pula adalah beberapa kelenjar (ludah, keringat, dan
pencernaan) dan juga otot jantung yang sebagai pengecualian bukan
merupakan otot polos, tetapi suatu otot lurik. Sistem saraf otoonom
tersebar luas diseluru tubuh dan fungsinya adalah mengatur secara
otomatis keadaan fisiologi yang konstan seperti suhu badan, tekanan
darah, peredaran darah, serta pernapasan (Tjay,Tan Hoan dan kirana,
2010: 480).
Sistem Saraf Otonom bersama-sama dengan sistem endokrin
mengkoordinasi pengaturan dan integritas fungsi-fungsi tubuh. Sistem
endoktrin mengirimkan sinyal pada jaringan target melalui hormon yang
kadarnya bervariasi dalam darah. Sebaliknya, sistem saraf
menghantarkannya melalui transmisi impuls listrik secara cepat melalui
serabut-serabut saraf yang berakhir pada organ elektor dan efek khusus
akan timbul sebagai akibat pelepasan substansi neuromediator. Obat-bat
yang menghasilkan efek terapeutik utamanya dengan menyerupai atau
mengubah fungsi sistem saraf otonom, disebut obat-obat otonom. Yang
bekerja dengan cara menstimulasi sistem saraf otonom atau dengan
menghambat ketja sistem saraf otonom (farmakologi ulasan bergambar,
2001: 27).
B. Uraian Bahan
1. Adrenalin (FI Edisi III hal. 238)
Nama Resmi : EPINEPHIRENUM
Nama Lain : Epinefrine, Adrenalina
Rumus Molekul : C9H13NO3
Berat Molekul : 183,21
Rumus struktur :
Pemerian : serbuk hablur, renik, putih atau putih kuning gading.
Kelarutan : agak sukar larut dalam air, tidak larut dalam etanol
(95%) p, dan dalam eter p, mudah larut dalam larutan
asam mineral, dalam natrium hidroksida p dan dalam
kalium hidroksida p, tetapi tidak larut dalam larutan
amonia dan dalam alkali karbonat. Tidak stabil dalam
alkali atau netral, berubah menjadi merah jika terkena
udara.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, berisi nitrogen, terlindung
dari cahaya.
Farmakokinetik : Sebagai hasil dari degradasi enzimatik dalam usus dan
pertama-pass metabolisme di hati, adrenalin hampir
benar-benar tidak aktif ketika diberikan secara oral.
Penyerapan sistemik dapat terjadi setelah aplikasi
topikal misalnya mata turun. Adrenalin bertindak
cepat setelah intramuskular dan injeksi subkutan, rute
yang terakhir, bagaimanapun, kadang-kadang
dianggap lebih lambat dan karena itu kurang
diandalkan untuk penggunaan darurat. Meskipun
penyerapan diperlambat oleh vasokonstriksi lokal
dapat dipercepat oleh memijat tempat suntikan.
Kebanyakan adrenalin yang baik disuntikkan ke
dalam tubuh atau dilepaskan ke dalam sirkulasi dari
medula adrenal, sangat cepat dilemahkan oleh proses
yang mencakup serapan ke neuron adrenergik, difusi,
dan enzimatik degradasi dalam hati dan jaringan
tubuh. Halflife The adrenalin beredar hanya sekitar 1
menit.
Indikasi : untuk pengobatan rutin asma kecuali obat lain tidak
tersedia.
Cara kerja : Adrenalin bekerja mengurangi.brohnchoplasma atau
kontraksi otot-otot yang mengelilingi saluran udara
paru-paru, mengurangi brohnchoplasma berarti akan
membuat saluran udara terbuka sehingga
memungkinkan aliran udara berjalan dengan baik.
Efek Samping : Adrenalin bersifat non-spesifik, yang berarti juga
menimbulkan dampak di luar system tubuh yang
sedang dirawat.
2. Atropini sulfas (FI Edisi III: 98)
Nama resmi : ATROPIN SULFAS
Nama lain : atropina sulfat
BM : 694,85
RM : C22H46N2O6SO4.H2O
RS :
Pemerian : Hampir tidak berwarnah atau serbuk putih, tidak
berbauh, sangat pahit, sangat beracun
Kelarutan : Larut dalam kurang dari 1 bagian air dan dalam lebih
kurang 3 bagian etanol (90%) p, sukar larut dalam
klorofrom p, praktis tidak larut dalam eter p, dan
dalam benzen p.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dan terlindung dari
cahaya
DM : Sekali 1mg – sehari 3mg
Farmakodinamik : Merangsang medulla oblongata dan pusatl ainnya di otak
Jantung mengalami suatu reaksi bifesik danfrekuensi jantung
berkurang. Hambatan Atropin bersifat reversible dan dapat
diatasi dengan pemberian asetil kolin endogen maupun
eksogen, tetapi hambatannya jauh lebih kuat terhadap yang
eksogen.
Farmakokinetik : Atropin mudah diserap di semua tempat kecuali kulit.
Pemberian Atropin sebagai obat tetes mata terutama pada anak
dapat menyebabkan absopsi yang cukup besar lewat mukosa
nasal sehingga menimbulkan efek sistemik dan bahkan
keracunan dari sirkulasi darah. Atropin cepat memasuki
jaringan dan kebanyakan mengalami hidrolisis enzim oleh
hepar, sebagian diekskresi melalui ginjal dalam bentuk asalnya.
Kontra indikasi : Dapat digunakan oleh wanita hamil dan yang menyusui
.Efek samping : Mulut kering, obstipasi, retensi urin, tachycardia, palpitasi
dan aritmia, gangguan akomodasi, midriasis, dan berkeringat.
3. Propranolol Hidroklorida (FI Edisi III:532)
Nama Resmi : PROPRANOLOLI HYDROCHLORIDUM
Sinonim : Propranolol Hidroklorida
RM / BM : C16H21NO2.HCl / 295.81
Rumus bangun :
Pemerian : Serbuk; putih atau hampir putih; tidak berbau;rasa pahit
Kelarutan : Larut dalam 20 bagian air dan dalam 20 bagian etanol (95
%) P ; sukar larut dalamkloroform P
Farmakodinamik : Pada penderita hipertensi menimbulkan penurunan tekanan
darah .Menghambat efek vasodepressor .Dapat memperkuat
brankospasme oleh serotin.Mempunyai efek stabilitas
atau efek seperti anestetik local atau seperti kuinidin maka
disebut sebagai aktivitas stabilitas membran,aktivitas anestetik
lokal atau aktivitas sepertikuinidin
Farmakokinetik : Propanolol semuanya diabsorpsi dengan baik(90 %) dari
saluran cerna, tetapi bioavailabilitasnya rendah (tidak lebih dari
50 %) karena mengalami metabolisme di hati sangat ekstensif
sehingga obat yang diekskresi melalui ginjal sangat sedikit.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Antiadrenergikum;,Obat jantung dan hipertensi antiserotonin,
aksiolitis, antitrombotis, mencegah dilatasi arteri dan
menghambat lypolise yang diinduksi oleh katecholamin hingga
sintesa prostaglandin dikurangi
Bentuk sediaan : Tablet
Kegunaan : Sebagai sampel
Mekanisme kerja : Menghambat secara kompetitif NE dan Epiandogen.
Kontraindikasi : Gagal jantung, bronkopasme sebaiknya tidak digunakan pada
penderita asma, bronchitiskronik, alergi berat, tidak digunakan
pada penderita diabetes, hati-hati pada penderita obesitas atau
hiperlipidemik, sebaiknya tidak digunakan pada malam hari
Efek samping : Secara faal, pada penderita gagal jantung terdapat aktivitas
simpatis tinggi untuk mempertahankan kontraksi ventrikel,
sebab itubila pada keadaan ini digunakan β bloker
sebagai antiaritmia, akan terjadi hipotensi ataugagal ventrikel
kiri, akan tetapi, banyak penderitagagal jantung yang banyak
menerimapengobatan jangka panjang dengan propanololbila
digunakan bersama digitalis, vasodilatasiatau diuretik.
4. Na cmc (FI Edisi III;402)
Nama resmi : NATRII CEPHALOTHINUM
Nama lain : natrium sefalotina
BM : 418,41
RM : C16H15N2NaO6S
Pemerian : Serbuk atau butiran; putih atau putih kuninggading; tidak
berbau atau hampir tidak berbau;higroskopik
Kelarutan : Mudah mendispersi dalam air, membentuksuspensi koloidal;
tidak larut dalam etanol (95 %) P , dalam eter P dan dalam
pelarut organik lain
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
DM : sekali 2g – sehari 6g
BAB III
METODE KERJA
A. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah, spoit 1cc, kanula,
dan stopwatch.
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah, Mencit, Nacmc,
adrenalin, propanolol, atropin, API.
B. Cara kerja
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dilakukan lima perlakuan pada masing-masing mencit, perlakuan
pertama di berikan Na-CMC pada mencit melalui oral dengan
menggunakan kanula. Perlakuan kedua diberikan Adrenalin pada
mencit melalui rute intra peritonial. Perlakuan ketiga diberikan
propranolol pada mencit melalui rute oral. Perlakuan keempat
diberikan propranolol pada mencit melalui rute oral, diamati mencit
selama 15 menit setelah itu di berikan kembali Adrenalin melalui rute
intra peritonial. Perlakuan kelima di beriakan Atropin pada mencit
melalui rute intra peritonial.
3. Diamati mencit pada menit 0, 15, 30, 54, 60
4. Diamati apakah terjadi Vasokontriksi, Vasodilatasi, Bronkokontriksi,
Bronkodilatasi, Diuresis, Grooming, Salivasi, Straub, Eksoftalmus.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
A. Tabel Pengamatan
No Pengamata Na-CMC
0’ 15’ 30’ 45’ 60’
1 Vasodilatasi + +
2 Vasokontriksi ++
3 Bronkodilatasi +
4 Bronkokontriksi +++ +++ +++
5 Diare
6 Grooming +++ +++ +++ +++ +++
7 Eksoftalmus ++
8 Straub +
9 Salivasi
10 Diuresis
11 Keringat
No Adrenalin Propranolol
0' 15’ 30’ 45’ 60’ 0’ 15’ 30’ 45’ 60’
1 + ++ +
2 + +
3 +++
4 ++ ++ + +
5 +
6 ++ +++ +++ +++ +++ + +++ +++ +++ ++
7
8 +++ +++ ++ +++
9
10 +
11 +
No Atropin Propranolol + Adrenalin
0' 15’ 30’ 45’ 60’ 0’ 15’ 30’ 45’ 60’
1 ++ +++ +++ ++ ++ + +++
2 +++ ++ ++
3
4 ++ +++ +++ ++ +
5 + +
6 +++ +++ +++ +++ + + +++ +++ +++ +
7 + +++ ++ ++
8 +++ ++ ++
9
10
11
B. Perhitungan
1. Adrenalin
Etiket = 1 mg/ml
DL = 0,2 mg
Dosis mencit = faktor konfersi manusia mencit x DL x 3020
x 70
= 0.0026 x 0,2 mg x 3020
x 70
= 0,0546 mg = 0,05 mg
Pengenceran:
0,5 mg 10 ml API ( 0,05 mgml
)
2. Propranolol
Berat tablet keseluruhan = 2,295 gram
Berat rata-rata 20 tablet = 2,295gram
20 = 0,11475 gram = 114,75 mg
DL = 40 mg
Dosis mencit = DL x faktor konversi manusia mencit x 3020
= 40 mg x 0,0026 x 3020
= 0,156 mg
Berat yang ditimbang = berat rata-rata 20 tablet x Dosismencit
DL
= 114,75 mg x 0,156 mg
40 mg
= 0,4 mg
Pengenceran:
4 mg 10 ml larutan Na-CMC ( 0,4 mgml
)
3. Atropin
Etiket = 0,25 mg
DL = 0,25 mg – 0,5 mg
Dosis mencit = faktor konfersi manusia mencit x 3020
= 0,0026 x 0,25 mg x 3020
= 0,00097 mg
= 0,001 mg
Pengenceran:
0,1 mg 10 ml API (0,01 mgml
)
4. Na-CMC
1 % 301 gram
100 ml
BAB V
PEMBAHASAN
Sistem saraf otonom adalah bagian dari sitem saraf yang mengatur aktifitas
otot polos, otot jantung, dan kelenjar. Secara fungsional, sistem ini beroperasi
tanpa control sadar. Sistem saraf otonom terdiri dari dua bagian utama: simpatis
dan para simpatis. Obat otonom dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Zat-zat yang bekerja terhadap saraf simpatis
a. Simpatikomimetika (adrenergika), yang meniru efek dan peransangan saraf
simpatis misalnya nonadrenalain, efedrin, isoprenalin dan amfetamin.
b. Simpatikolitika (adrenolitika) yang justru menekan saraf simpatis atau
melawan efek adrenergika, misalnya alkaloida secali dan propranolol.
2. Zat-zat yang bekerja terhadap saraf parasimpatis
a. Parasimpatikomimetika (kolinergika) yang merangsang organ-organ yang
dilayani saraf parasimpatis dan meniru efek perangsangan oleh asetilkolin,
misalnya pilokarpin dan fisotigmin.
b. Parasimpatikolitika (antikolinergika) justru melawan efek-efek kolinergika
misalnya alkaloida belladonna dan propantelin.
3. Zat-zat perintang ganglion, yang merintangi penerusan impuls dalam sel-sel
ganglion simpatis dan parasimpatis contoh senyawa ammonium kuarter.
Pada percobaan ini, akan dilihat bagaimana efek yang ditimbulkan oleh
obat-obat otonom seperti propranolol, atropin, dan adrenalin terhadap hewan coba
mencit. Langkah pertama yaitu penyiapan alat-alat dan bahan yang dibutuhkan,
seperti spoit 1cc, canula, dan stopwatch, untuk bahan diperlukan Na. CMC, Api,
propranolol, adrenalin (epinefrin), dan atropin. Selanjutnya pengenceran obat-obat
yang digunakan, hal ini dikarenakan obat akan diberikan kepada mencit dan
bukan manusia, sehingga pemberian obat ke mencit haris disesuaikan dengan
dosis mencit.
Perlakuan pertama, setiap mencit ditimbang untuk mengetaui bobotnya,
dimana untuk menentukan volume pemberian obat kepada mencit tersebut.
Mencit pertama, diberikan larutan Na. CMC sebagai pengontrol negative secara
peroral. Mencit kedua diberikan adrenalin secara intra peritoneal (i.p). mencit
ketiga diberikan propranolol secara peroral. Mencit keepat diberikan propranolol
secara peroral, setelah 15 menit diberikan adrenalin secara intra peritonal (i.p).
dan mencit terakhir diberikan atropin secara peroral. Kemudian diamati setiap 0
menit, 15 menit, 30 menit, 45 menit, dan 60 menit. Diamati apakah mencit
tersebut mengalami vasodilatasi, vasokontriksi, bronkokontriksi, bronkodilatasi,
grooming, straub, eksoftalamus, dieresis, salvias, diare, pengeluaran keringat.
Dari hasil pengamatan selama 60 menit maka diperoleh hasil sebagai
berikut:
1. Pemberian Na.cmc menyebabkan vasokonstriksi pada menit ke 30, vasodilatasi
pada 15 menit pertama, bronkokontriksi dalam 30 menit pertama,
bronkodilatasi pada menit ke 15, dan grooming hampir setiap waktu.
2. Pemberian adrenalin menyebabkan terjadi vasodilatasi dan bronkokonstriksi
dalam 15 menit pertama, terjadi bronkodilatasi pada menit awal pemberian,
dan terjadi grooming disetiap waktu.
3. Pemberian propranolol menyebabkan vasokonstriksi dalam 15 menit pertama,
vasodilatasi pada menit ke 30, bronkokonstriksi yang jarang pada menit ke 15
dan 30, straub dan grooming terjadi sepanjang waktu, terjadi dieresis, diare dan
pengeluaran keringat yang jarang pada menit ke 15.
4. Pemberian propranolol dan adrenalin menyebabkan terjadinya vasokontriksi
pada dalam 30 menit terakhir, vasodilatasi pada 15 menit pertama, grooming
dan straub yang terjadi sepanjang waktu, dan terjadi dieresis pada menit ke 30.
5. Pemberian atropin menyebabkan vasodilatasi dan bronkokonstriksi, sertaa
grooming dan straub hamper di sepanjang waktu pengamatan. Terjadi diare
pada menit ke 15 dan tejadi ekssoftalamus dalam 45 menit pertama.
Dari hasil pengamatan tersebut dapat di bandingkan dengan literatur yaitu:
1. Adrenalian (epinefrin) bekerja sebagai adrenergika yaitu zat-zat yang
menimbulkan efek yang sama dengan stimulasi susunan saraf simpatis.
Terjadinya bronkodilatasi karena relaksasi otot bronkus melalui reseptor β2.
Grooming terjadi karena epinefrin menimbulkan kegelisahan dan rasa kuatir
dimana dia menekan sistem saraf pusat. Vasodilatasi juga terjadi pada
pembuluh darah otot rangka (obat-obat penting).
2. Propranolol adalah obat adrenolitika yaitu obat yang melawan sebagian atau
seluruh aktifitas susunan saraf simpatis. Berdasarkan literatur propanolon
menyebabkan vasokontriksi perifer terjadi akibat penyekatan reseptor β
mencegah vasodilatasi perantara- β, bronkokonstriksi terjadi akibat penyekatan
reseptor β2 paru pasien yang peka menimbulkan kontraksi otot polos
bronkiolar. (farmakologi ulasan bergambar).
3. Atropin adalah obat antikolinergika yaitu melawan khasiat asetilkolin dengan
jalan menghambat terutama reseptor-reseptor M ( muskarin) yang terdapat di
SSP dan organ perifer. Efek antikolinergika yaitu memperlebar pupil (dilatasi
pupil) (obat-obat penting). Pada literature lain atropine mengurangi aktifitas
saluran cerna dan pengeluaran urine. Juga berefek pada SSP sehingga
menimbulkan grooming yang sering terjadi pada mencit.
Dilihat dari literature,pengamatan terhadap mencit hampir sesuai dengan
apa yang terdapat pada literatur. Adanya beberapa perbedaan dapat dikarenakan
pengamatan praktikan yang kurang tepat.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pencobaan diperoleh hasil pengamatan:
1. Pemberian Na.cmc menyebabkan vasokonstriksi ,vasodilatasi,
bronkokontriksi ,bronkodilatasi grooming
2. Pemberian adrenalin menyebabkan terjadi vasodilatasi dan
bronkokonstriksi ,bronkodilatasi dan grooming .
3. Pemberian propranolol menyebabkan vasokonstriksi ,vasodilatasi,
bronkokonstriksi, , straub, grooming, diuresis, diare dan pengeluaran
keringat
4. Pemberian propranolol dan adrenalin menyebabkan terjadinya
vasokontriksi, vasodilatasi grooming, straub dan dieresis.
5. Pemberian atropin menyebabkan vasodilatasi, bronkokonstriksi, grooming,
straub ,diare dan eksoftalamus.
DAFTAR PUSTAKA
Prince, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson, 2012. Patofisiologi : Konsep
Klinis dan proses-proses penyakit. EGC: Jakarta.
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2010. Obat-Obat penting. PT. Elex
Media Komputindo: Jakarta.
Mutschler, Ernst, 1991. Dinamika Obat. Penerbit ITB: Bandung.
A Harvey Richard dan C pamela Champe, 2011. Farmakologi Terapi
Bergambar. Widya Medika: Jakarta.
Bertram G. Katzung, 2011. Farmakologi Dasar Dan Klinik. Salemba
Medika: Jakarta.
LAMPIRAN
Skema kerja
Mencit
Na. CMC(P.O)
Adrenalin (i.p)
Propranolol(p.o)
Propanolol (p.o)15’ +
Adrenalin (i.p)
Atropine(p.o)
Diamati 0’ , 15’, 30’, 45’, 60’Vasodilatasi, vasokonstriksi, grooming, straub, eksoftalamus, salvias,
keringat, diare, dieresis, bronkodilatasi, dan bronkokonstriksi
top related