skripsi - institutional repository uin syarif hidayatullah...
Post on 15-Mar-2019
225 Views
Preview:
TRANSCRIPT
SKRIPSI
ANALISA DAN DESAIN MODEL KNOWLEDGE
MANAGEMENT PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS (STUDI
KASUS: SMAN 1 TANGSEL DAN SMAN 3 TANGSEL)
Disusun Oleh:
REZA FATAHILLAH
107093002904
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2011 M/1433 H
ANALISA DAN DESAIN MODEL KNOWLEDGE
MANAGEMENT PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS (STUDI
KASUS: SMAN 1 TANGSEL DAN SMAN 3 TANGSEL)
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat
Dalam Menyelesaikan Studi Akhir
Program Strata Satu (S1) Program Studi Sistem Informasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Disusun oleh :
REZA FATAHILLAH
107093002904
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011 M / 1433 H
PENGESAHAN UJIAN
Skripsi berjudul “Analisa dan Desain Model Knowledge Management pada Sekolah
Menengah Atas (Studi Kasus: SMAN 1 Tangsel dan SMAN 3 Tangsel)” telah
diujikan dan dinyatakan lulus dalam sidang munaqosyah Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 14 October
2011. Skripsi ini telah diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata
Satu (S1) program Studi Sistem Informasi.
Menyetujui,
Penguji I Penguji II
Nur Aeni Hidayah, MMSI
NIP. 19750818 200501 2 008
Elsy Rahajeng, MTI
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis
NIP 19680117 200112 1 001 Suci Ratnawati, MTI
Mengetahui,
Dekan Fakultas Sains dan Teknologi,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Ketua Program Studi Sistem Informasi
Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis
NIP 19680117 200112 1 001
Nur Aeni Hidayah, MMSI
NIP. 19750818 200501 2 008
LEMBAR PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA
SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA
PERGURUAN TINGGI ATAUPUN LEMBAGA MANAPUN.
Jakarta, Desember 2011
Reza Fatahillah
107093002904
ABSTRAK
REZA FATAHILLAH, Analisa dan Desain Model Knowledge Management
pada Sekolah Menengah Atas (studi kasus: SMAN 1 Tangsel dan SMAN 3 Tangsel).
Di bawah bimbingan SYOPIANSAH JAYA PUTRA dan SUCI RATNAWATI.
Pendidikan merupakan sebuah aset penting bagi suatu bangsa dalam upaya
meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya. Kualitas tersebut dapat di
lihat dari kemampuan lulusan suatu lembaga pendidikan. Hal ini sejalan dengan hasil
yang ingin dicapai dari dinas pendidikan, yaitu mewujudkan pendidikan yang bermutu,
relevan dengan kebutuhan masyarakat dan berdaya saing dalam kehidupan global. Untuk
menciptakan tujuan tersebut, dinas pendidikan nasional membuat suatu standar
pendidikan yang tertuang dalam peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang
standar pendidikan nasional. Sekolah yang telah memenuhi standar tersebut menjadi
sekolah dengan status SSN (Sekolah Standar Nasional). Sedangkan untuk bersaing di
dunia global, sekolah harus memiliki nilai “plus” selain terpenuhinya standar-standar
pendidikan nasional, sehingga suatu sekolah yang memiliki nilai plus termasuk ke dalam
sekolah dengan status RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional). Karena adanya
status SSN dan RSBI menyebabkan perbedaan kualitas kemampuan yang dimiliki
sekolah dalam melakukan pengelolaan knowledge. Dikarenakan knowledge merupakan
suatu keunggulan kompetitif yang dapat membantu peningkatan kinerja serta kompetensi
tiap individu dalam berbagi, maka salah satu strategi yang bisa digunakan adalah dengan
menggunakan knowledge management (KM). dengan mengelola pengetahuan tidak hanya
meningkatkan pengetahuan seluruh organisasi, namun juga meningkatkan kualitas
pengetahuan didalamnya. Dengan dibantu alat analisa SWOT dan analisa K-Gap akan
diketahui analisa lingkungan internal dan eksternal serta kesenjangan pengetahuan yang
ada antara sekolah SSN dengan RSBI. Tahap desain model KM menggunakan SSM (Soft
system methodology) hanya sampai pada tahap keenam, SSM yaitu suatu metode yang
digunakan untuk permodelan proses di dalam organisasi dan lingkungannya, SSM sering
digunakan untuk permodelan pada manajemen perubahan di mana organisasi pembelajar
merupakan manajemen perubahan. Sehingga hasil dari penelitian ini bisa memberikan
gambaran dan alur proses pada tenaga pendidik di sekolah menengah atas, khususnya
pada daerah Tangerang Selatan dalam melakukan akuisisi serta berbagi pengetahuan, agar
tacit knowledge yang dimiliki tiap individu tenaga pendidik dapat terkelola dengan baik
dan sekolah bisa menjadi organiasi pembelajar.
Kata Kunci: Knowledge Management (KM), Soft system methodology (SSM), K-
Gap, SWOT, Tacit, organisasi pembelajar.
5 bab + 118 hal + xiv hal + 20 Gambar + 10 Tabel+5 Lampiran
Pustaka Acuan (30, 2005-2009)
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim…
Alhamdulillahi rabbil‟aalamiin, segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan nikmat kesehatan, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dapat
menyelesaikan laporan penelitian skripsi ini. Shalawat serta salam juga disampaikan
kepada nabi Muhammad SAW, semoga kita bisa menjadi salah satu umatnya yang
terbaik.
Skripsi merupakan sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana komputer dari
program studi Sistem Informasi/Teknik Informasi di Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan judul Skripsi
“ANALISA DAN DESAIN MODEL KNOWLEDGE MANAGEMENT PADA
SEKOLAH MENENGAH ATAS (STUDI KASUS: SMAN 1 TANGSEL DAN
SMAN 3 TANGSEL)”, telah mendapat banyak bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, baik materi maupun non-materi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini ingin
mengucapkan terima kasih kepada;
1. Bapak Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis., selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi UIN Jakarta dan sebagai dosen pembimbing pertama yang telah
banyak membantu dan memberikan arahan terbaik dalam penelitian.
2. Ibu Nur Aeni Hidayah, MMSI., selaku Ketua Program Studi Sistem Informasi
Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Jakarta. yang telah banyak membantu dalam
proses akademik.
3. Ibu Suci Ratnawati, MTI sebagai dosen pembimbing kedua yang juga telah
banyak membantu dan memberikan semangat dan arahan terbaik dalam
penelitian.
4. Kedua orang tua tercinta, serta adik dan kakak yang telah membantu dalam doa
dan dukungan yang luar biasa sehingga dapat memperoleh gelar sarjana
komputer.
5. Ibu Aan (Wakasek Humas SMAN 3 Tangsel) dan Bapak Rohman (Wakasek
Humas SMAN 1 Tangsel) beserta seluruh guru-guru lainnya yang ikut membantu
dan berpartisipasi dalam penelitian.
6. Keluarga besar Fosma165 UIN Jakarta, Fosma165 Nasional, KAHFI AL-Karim,
12 Ibn Sina dan Darrul aytam. Terima kasih atas kekeluargaan dan doa yang
dikirimkan hingga hari ini yang telah memberikan dukungan semangat dan
motivasi hebat dalam menjalani setiap waktu yang ada.
7. Seluruh keluarga besar Sistem Informasi 2007, spesial untuk sahabat-sahabat SIC
2007, SIK B 2007, dan temen-teman seperjuangan KKN BISA 2010 (Hafiz,
Dodi, Anis, Siti, Eka, Ratna, Vio, Rara, Yuyun, Kiki, Puput, Mayang, Nurul, K‟
Raudha, K‟DJ, Raja, Hasyim dan Fuad) terima kasih dengan kekeluargaan dan
bantuannya hingga akhir. Kalian memang orang-orang hebat.
8. Sahabat-sahabat spiritual, rogo, zhya, mas fahmi, mas dika, rizka, citra, rizky,
arin, ayie, jaenal, dani, amar, mpo nina, jeung tut, mas satria, bang wildan, abe,
bun meta, nek isty, rianty, nyun, qubil, gitchil, luluth, giri, fiki, ismet, ratna,
angga, iben, dion, teh cin, romi. Monic, ucup, dika, sapto, hani, azka, galuh, kiki,
friska, Susi Maya, Asih, Damar, Ali, Tong Heri, Dini, Evi, Septa, eko, serta
rekan-rekan M2M lainnya dengan bersama kalian lah penelitian ini hidup.
Teruskan perjuangan dan lanjutkan apa yang sudah kita impikan.
Rekan-rekan yang meneliti dan yang mau menjadikan Knowledge Management sebagai
penelitian. Kalian pasti bisa dan mendapatkan pengetahuan yang luar biasa dari ilmu ini.
Semangat.! Saran dan kritik bisa dikirim ke email: rfatahillah@ymail.com. Terima kasih.
Jakarta, Desember 2011
Reza Fatahillah
NIM : 107093002904
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN UJIAN .............................................................. ii
LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................. iii
ABSTRAKS ...................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ...................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................. 4
1.3 Batasan Masalah ............................................................... 5
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................. 6
1.5 Manfaat Penelitian ........................................................... 7
1.6 Metode Penelitian ............................................................ 7
1.6.1 Metode Pengumpulan Data ................................... 7
1.6.2 Metode Analisis ..................................................... 9
1.6.3 Metode Desain Sistem ........................................... 9
1.6.4 Sistematika Penulisan ............................................ 11
BAB II LANDASAN TEORI DAN GAMBARAN UMUM
2.1 Memahami Pengetahuan ................................................... 13
2.1.1 Definisi Data, Informasi, dan Pengetahuan ............. 13
2.1.1.1 Data ......................................................... 13
2.1.1.2 Informasi .................................................. 13
2.1.1.3 Pengetahuan ............................................. 14
2.1.2 Jenis-jenis Pengetahuan ......................................... 15
2.1.3 Tingkat Pengetahuan .............................................. 16
2.1.4 Konversi Pengetahuan ........................................... 17
2.1.5 Knowledge Management ........................................ 20
2.2 Akuisisi Pengetahuan ........................................................ 21
2.3 Organisasi Pembelajar ....................................................... 22
2.4 Karakteristik Disiplin Organisasi Pembelajar .................... 24
2.5 Analisa SWOT .................................................................. 26
2.6 Matriks Threats-Opportunitties-Weaknesses-Strengths ..... 27
2.7 Knowledge Gap (Kesenjangan Pengetahuan) ..................... 29
2.7.1 Analisis Kesenjangan Pengetahuan ........................ 29
2.7.2 Pengetahuan Wajib dan Pilihan bagi Karyawan .... 31
2.7.3 Kesenjangan Pengetahuan ...................................... 31
2.8 Strategi Pengelolaan Pengetahuan ..................................... 32
2.9 SSM (Soft System Methodology) ...................................... 33
2.10 Pengukuran Data ............................................................... 35
2.10.1 Jenis Statistik ......................................................... 36
2.10.2 Jenis Data .............................................................. 36
2.10.3 Pengujian Kuesioner .............................................. 37
2.11 Ruang Lingkup Standar Nasional Pendidikan .................... 40
2.12 Definisi dan Sejarah ISO 9001:2008.................................. 42
2.13 Profil Pendidikan Nasional ................................................ 45
2.13.1 Visi dan Misi Pendidikan Nasional ........................ 46
2.13.1.1 Visi Pendidikan Nasional ......................... 46
2.13.1.2 Misi Pendidikan Nasional ......................... 46
2.13.2 Reformasi Pendidikan ............................................ 47
2.14 Infrastruktur ICT ............................................................... 50
2.14.1 Arsitektur Hardware .............................................. 50
2.14.2 Arsitektur Jaringan Komputer ................................ 54
2.14.2.1 Klasifikasi Jaringan Komputer ............... 54
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Pengumpulan Data ............................................... 55
3.1.1 Observasi ................................................................. 55
3.1.2 Wawancara .............................................................. 55
3.1.3 Kuesioner ................................................................. 57
3.1.4 Studi Literatur Sejenis .............................................. 57
3.2 Metode Desain Model Knowledge Management ................ 58
3.2.1 Mendefinisikan Situasi Riil ...................................... 59
3.2.2 Mengekpresikan Situasi Permasalahan ..................... 60
3.2.3 Menganalisa Root Definition (CATWOE) ................ 60
3.2.4 Membangun Model Konseptual ............................... 60
3.2.5 Membandingkan Model Konseptual dengan situasi
Riil ........................................................................... 61
3.2.6 Mengusulkan Model Usulan .................................... 61
3.3 Kerangka Berfikir ............................................................. 62
BAB IV ANALISA DAN DESAIN MODEL KM
4.1 Mendefinisikan Situasi Riil ............................................... 63
4.1.1 Proses Bisnis ............................................................ 63
4.1.2 Analisa Sosial .......................................................... 64
4.1.2.1 Analisa Internal .......................................... 65
4.1.2.2 Analisa Eksternal........................................ 67
4.1.3 Identifikasi Knowledge ............................................. 70
4.1.4 Analisa SWOT ......................................................... 71
4.1.5 Analisa K-GAP ........................................................ 76
4.2 Mengekpresikan Situasi Permasalahan .............................. 79
a. SMAN 3 Tangsel (RSBI) ..................................... 79
b. SMAN 1 Tangsel (SSN) ...................................... 80
4.3 Menganalisa Root Definition ............................................ 82
4.4 Membangun Model Konseptual ......................................... 83
4.5 Membandingkan Model Konseptual Dengan Situasi Riil ... 90
4.5.1 Disiplin Visi Bersama (Shared Vision) ..................... 91
4.5.2 Disiplin Model Mental (Mental Model) .................... 94
4.5.2.1 Knowledge Wajib dan Pilihan ................ 94
4.5.2.2 Strategi Benchmark ................................ 96
4.5.3 Disiplin Penguasaan Pribadi (Personal Mastery) dan
Disiplin Pembelajaran Tim (Team Learning) ............ 98
4.5.4 Disiplin Berpikir Sistemik (System Thinking) .......... 104
4.6 Mengusulkan Model Usulan Desain Knowledge
Management System ......................................................... 105
4.6.1 System Definition ..................................................... 105
4.6.2 Software ................................................................... 106
4.6.3 Database .................................................................. 112
4.6.4 Hardware................................................................. 115
4.6.5 Networking .............................................................. 116
4.6.6 Brainware ................................................................ 118
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ....................................................................... 121
5.2 Saran ................................................................................. 121
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Hierarki dari Data ke Pengetahuan ............................................. 15
Gambar 2.2 SECI Model .............................................................................. 18
Gambar 2.3 Model Organisasi Pembelajar ................................................... 23
Gambar 2.4 Kerangka Kesenjangan Pengetahuan Zack ................................. 32
Gambar 2.5 Model SSM P. Checkland .......................................................... 33
Gambar 2.6 Arsitektur Tersentralisasi ........................................................... 51
Gambar 2.7 Arsitektur Desentralisasi ............................................................ 52
Gambar 2.8 Arsitektur Client/Server ............................................................. 53
Gambar 3.1 Model SSM P. Checkland .......................................................... 58
Gambar 3.2 Kerangka Berfikir Penelitian...................................................... 62
Gambar 4.1 Alur Akuisisi dan Berbagi Pengetahuan (SMAN 3 Tangsel)... 80
Gambar 4.2 Alur Akuisisi dan Berbagi Pengetahuan (SMAN 1 Tangsel)... 81
Gambar 4.3 Rich Picture Akuisisi dan Berbagi Pengetahuan SMA................ 82
Gambar 4.4 Model Konseptual ..................................................................... 84
Gambar 4.5 Karakteristik Lima Disiplin Pembelajaran .................................. 91
Gambar 4.6 Rich Picture Usulan SECI Model............................................... 103
Gambar 4.7 Rich Picture Usulan Akuisisi dan Berbagi Pengetahuan
SMA .......................................................................................... 104
Gambar 4.8 Usulan Jaringan pada Sekolah Menengah Atas ............................. 118
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Matriks TOWS ............................................................................ 29
Tabel 2.2 Keuntungan Arsitektur Client/Server ............................................ 53
Tabel 4.1 SWOT SMAN 3 Tangsel ............................................................. 72
Tabel 4.2 SWOT SMAN 1 Tangsel ............................................................. 74
Tabel 4.3 K-Gap SMAN 3 Tangsel .............................................................. 77
Tabel 4.4 K-Gap SMAN 1 Tangsel .............................................................. 78
Tabel 4.5 CATWOE .................................................................................... 83
Tabel 4.6 Knowledge dengan K-Gap Tertinggi ............................................ 95
Tabel 4.7 Knowledge Pilihan ....................................................................... 95
Tabel 4.8 Kombinasi Sistem Operasi-Peramban Situs untuk
Google Docs ................................................................................ 112
Tabel 4.9 Spesifikasi Hardware ................................................................... 112
Tabel 4.10 CATWOE Usulan Untuk SMA .................................................... 112
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 SK Penelitian SMAN 1 Tangsel
Lampiran 2 SK Penelitian SMAN 3 Tangsel
Lampiran 3 Struktur Organisasi SMAN 1 Tangsel
Lampiran 4 Struktur Organisasi SMAN 3 Tangsel
Lampiran 5 Hasil Wawancara (SMAN 1 Tangsel)
Lampiran 6 Hasil Wawancara (SMAN 3 Tangsel)
Lampiran 7 Kuesioner
Lampiran 8 Hasil K-Need
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pendidikan merupakan sebuah aset penting bagi suatu bangsa dalam upaya
meningkatkan kualitas sumber daya mausia yang dimilikinya. Sumber daya
manusia yang berkualitas tentunya akan mampu mengelola sumber daya alam dan
memberikan layanan terbaik untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh
karena itu, Indonesia juga termasuk salah satu bangsa yang berusaha
meningkatkan kualitas pendidikan.
Kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari kemampuan yang dimiliki
oleh lulusan lembaga pendidikan, seperti sekolah. Karena sekolah memiliki tugas
yang salah satunya mengembangkan potensi peserta didik secara optimal.
Berkembangnya kemajuan tehnologi dalam dunia pendidikan juga menjadikan
timbulnya persaingan dalam memajukan setiap sekolah/lembaga pendidikan. Hal
ini sejalan dengan hasil yang ingin di capai dari dinas pendidikan nasional, yaitu
mewujudkan pendidikan yang bermutu, relevan dengan kebutuhan masyarakat
dan berdaya saing dalam kehidupan global.
Untuk menciptakan tujuan tersebut, dinas pendidikan nasional membuat
suatu standar nasional pendidikan yang tertuang dalam peraturan pemerintah
nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan, meliputi: standar isi,
standar proses, standar pengelolaan, standar pembiayaan, standar penilaian
pendidikan, standar sarana dan prasarana, standar kompetensi lulusan serta standar
pendidik dan tenaga kependidikan. Apabila kedelapan standar tersebut terpenuhi,
maka suatu sekolah dapat dikategorikan menjadi sekolah standar nasional (SSN).
Selain itu, ada pula kategori sekolah rintisan bertaraf intenasional (RSBI)
apabila sekolah telah memenuhi kedelapan standar dan mampu memiliki nilai
plus, yaitu berupa kurikulum adopsi dan adapsi dari negara maju atau berkembang
serta memiliki kerjasama dengan sekolah yang ada di negara tersebut (sebagai
sisterhood).
Perbedaan pada sekolah dengan status SSN dan RSBI juga berdampak pada
sistem manajemen yang berjalan di dalam organisasi tersebut. Misalkan pada
SMAN 3 Tangsel yang sudah berstatus sebagai RSBI, sistem manajemen atau
pengelolaan dokumen di dalam sekolah sudah lebih baik dibandingkan dengan
SMAN 1 Tangsel yang berstatus SSN.
Hal ini dikarenakan, setiap sekolah yang berstatus RSBI diwajibkan
memiliki sertifikasi manajemen mutu ISO 9001:2008, yang dalam setiap
prosesnya melakukan perencanaan yang matang, implementasi yang terukur
dengan jelas, dilakukan evaluasi dan analisis data yang akurat serta tindakan
perbaikan yang sesuai dengan monitoring pelaksanaannya, agar benar-benar bisa
menuntaskan masalah yang terjadi di sekolah.
Dalam proses penyimpanan dokumen (cetak), sekolah dengan status RSBI
juga lebih unggul dibandingkan dengan sekolah berstatus SSN, hal ini
ditunjukkan dengan dibuatnya sebuah bagian bangdik (pengembangan
pendidikan) pada SMAN 3 Tangsel, yang bertugas untuk mengelola dokumen-
dokumen dan melakukan pengembangan pendidikan di sekolah. Sehingga dalam
melakukan pencarian kembali dokumen-dokumen lebih mudah karena sudah
dilakukan penomorisasi terhadap dokumen yang disimpan.
Perbedaan tersebut berakibat juga ketika individu ingin memperoleh
kembali pengetahuan. Karena dalam melakukan akuisisi pengetahuan di tiap
individu, SMAN 1 Tangsel belum memiliki bidang khusus untuk penyimpanan
dokumen. Sehingga antara SMAN 1 Tangsel dengan SMAN 3 Tangsel terdapat
kesenjangan pengetahuan pada tiap individu, terutama pada tenaga pendidik.
Mengelola pengetahuan merupakan salah satu cara dalam meningkatkan
aset dunia pendidikan. Dengan pengelolaan yang baik maka akan tercipta pula
individu yang berkompetensi unggul, sebaliknya ketika pengelolaan pengetahuan
buruk maka akan terjadinya ketidakseimbangan kompetensi yang dimiliki oleh
tiap individu, baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah.
Pengetahuan bisa berbentuk ekplisit (dapat diformulasikan atau
diekspresikan) maupun dalam bentuk tacit (sesuatu yang masih terbatinkan).
Menurut Busch (2006), Tacit knowledge termasuk merupakan penelitian di area
kontemporer yang sedang dieksplorasi karena kemampuannya untuk membantu
dalam mengembangkan modal pengetahuan organisasi. Untuk itu diperlukan
perubahan paradigma dari yang semula mengandalkan resource based menjadi
knowledge based yang di dukung dengan kemajuan pada bidang ilmu
pengetahuan tertentu, misalnya sains, teknologi maupun kemampuan manajemen
yang baik dalam mengelola pengetahuan.
Dalam dunia pendidikan, khususnya pada sekolah menengah atas,
diperlukan pula suatu manajemen pengetahuan yang harus dimiliki oleh tenaga
pendidik, hal ini dikarenakan knowledge merupakan suatu keunggulan kompetitif
yang dapat membantu peningkatan kinerja serta kompetensi tiap individu dalam
berbagi knowledge yang dimiliki. Dengan mengelola pengetahuan tidak hanya
meningkatkan pengetahuan seluruh organisasi, namun juga meningkatkan kualitas
pengetahuan di dalamnya (Harsh 2009).
Albers (2009) dalam makalahnya menerangkan bahwa organisasi harus
menerapkan strategi kowledge management (KM) yang memungkinkan mereka
untuk menangkap, berbagi dan mengintegrasikan pengetahuan dalam lingkungan
mereka. Disinilah KM dapat berfungsi untuk membantu sekolah dalam
mengakuisisi pengetahuan serta berbagi pengetahuan yang dimiliki, agar tacit
knowledge yang dimiliki tiap individu tenaga pendidik dapat terkelola dengan
baik dan sekolah bisa menjadi organiasi pembelajar.
Berdasarkan latar belakang sebelumnya, maka “ANALISA DAN DESAIN
MODEL KNOWLEDGE MANAGEMENT PADA SEKOLAH
MENENGAH ATAS (STUDI KASUS: SMAN 1 TANGSEL DAN SMAN 3
TANGSEL)” di angkat sebagai skripsi.
1.2 Rumusan Masalah
Dengan melihat uraian pada latar belakang sebelumnya dan perbedaan
pengelolaan yang berlangsung antara sekolah SSN dan RSBI, maka beberapa
permasalahan yang timbul adalah:
1. Sulitnya melakukan proses akuisisi kembali terhadap pengetahuan yang
telah dimiliki sebelumnya.
2. Sekolah yang tidak memiliki standarisasi manajemen ISO 9001:2008
membutuhkan waktu yang lama dalam pencarian kembali dokumen
(cetak) yang di simpan.
3. Perbedaan kulaitas kompetensi individu mengakibatkan kualitas
pelayanan SMAN 3 Tangsel dalam melakukan pengelolaan pengetahuan
lebih baik dari SMAN 1 Tangsel.
Berdasarkan permasalahan tersebut, perumusan masalah pada penelitian ini
adalah “Bagaimana cara melakukan strategi pengelolaan, akuisisi dan berbagi
pengetahuan pada tiap individu tenaga pendidik di sekolah?”.
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah berdasarkan uraian yang dijabarkan dari perumusan
masalah tersebut, antara lain:
1. Ruang lingkup penelitian terbatas pada studi kasus di sekolah standar
nasional (SSN) yaitu SMAN 1 Tangerang Selatan dan sekolah rintisan
bertaraf internasional (RSBI) yaitu SMAN 3 Tangerang Selatan.
2. Strategi knowledge management yang digunakan adalah dengan cara
personalisasi, dengan mengusulkan strategi knowledge management
untuk pengelolaan, akuisisi dan berbagi pengetahuan pada tenaga
pendidik.
3. Mendesain sebuah model knowledge management (KM) menggunakan
SSM (Soft System Methodologhy) oleh Peter Checkland, hanya sampai
pada tahap keenam yaitu hanya memberikan usulan model yang bisa
diterapkan oleh sekolah, tidak sampai pengujian dan implementasi
sistem di sekolah.
4. Menganalisa kesenjangan pengelolaan pengetahuan antara sekolah SSN
dan RSBI menggunakan analisa K-GAP dan analisa SWOT. Kemudian
membuat tabel matriks TOWS berdasarkan hasil analisa lingkungan
internal dan eksternal sekolah.
5. Tools yang digunakan dalam membuat mindmap/rancangan model KM
adalah Ms. Visio 2003. Serta untuk pengujian validitas dan pengukuran
realibilitas kuesioner menggunakan SPSS 16.
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini mempunyai tujuan umum yaitu mengidentifikasi pengelolaan
pengetahuan serta kesenjangan pengetahuan antara SSN dan RSBI. Sedangkan
tujuan khususnya untuk menghasilkan:
1. Model knowledge management yang dapat membantu sekolah dalam
mengetahui cara melakukan proses pengelolaan pengetahuan dengan
knowledge yang dimiliki sumber daya manusia didalamnya.
2. Membantu tenaga pendidik untuk dapat melakukan akuisisi dan berbagi
pengetahuan individu.
3. Membantu mengetahui knowledge wajib dan knowledge pilihan yang ada
pada SSN dan RSBI.
1.5 Manfaat Penelitian.
Manfaat yang di dapat dari penelitian ini adalah:
1. Memberikan pemahaman akan pentingnya pengelolaan pengetahuan dalam
dunia pendidikan.
2. Dapat memberikan pemahaman mengenai proses pembuatan model
knowledge management dengan menggunakan SSM untuk peneliti
selanjutnya.
3. Dapat memberikan pemahaman mengenai cara melakukan proses akuisisi
dan berbagi pengetahuan tiap individu di dalam sekolah.
1.6 Metode Penelitian.
Penelitian ini menggunakan beberapa metode yang mendukung dalam
analisa dan desain model knowledge management untuk sekolah menengah atas,
yaitu:
1.6.1 Metode Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data dan mencari informasi yang dibutuhkan
dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
1. Observasi
Melalui pengamatan secara langsung. Observasi yang dilakukan pada
SMAN 1 Tangsel sebagai studi kasus sekolah standar nasional (SSN), SMAN 3
Tangsel sebagai studi kasus pada sekolah rintisan bertaraf internasional (RSBI)
untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam menganalisis segala bentuk
pengelolaan pengetahuan yang ada dan aset pengetahuan di dalamnya. Observasi
dilakukan pada Mei-Juni 2011.
2. Wawancara
Wawancara memungkinkan untuk mendapatkan data secara lebih
mendalam karena bertatapan langsung dengan narasumber yaitu kepala sekolah
atau wakasek dan humas pada SMAN 1 Tangsel dan SMAN 3 Tangsel.
3. Kuesioner
Kumpulan pertanyaan dan pernyataan untuk responden dalam rangka
pengumpulan data agar sesuai dengan tujuan penelitian. Koresponden terdiri dari
tenaga pendidik pada SMAN 1 Tangsel dan SMAN 3 Tangsel. Hal ini untuk
mengetahui lebih rinci mengenai aset pengetahuan yang dimiliki oleh sumber
daya manusia yang ada di dalam sekolah, khususnya tenaga pendidik.
4. Studi Literatur Sejenis
Studi Literatur Sejenis dilakukan untuk menambah referensi teori-teori
yang diperlukan dalam penelitian dengan cara membaca dan mempelajari literatur
yang mendukung penelitian ini, pada penelitian ini menggunakan referensi
beberapa jurnal, skripsi dan thesis yang membahas mengenai knowledge
management, metode SSM, serta UUD tentang pendidikan.
1.6.2 Metode Analisis
Dalam menganalisis data dan informasi yang telah didapatkan, dilakukan
dengan dua jenis analisis, yaitu:
1. Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threatment)
Analisis ini berguna untuk analisis lingkungan dan eksternal sekolah.
Melihat kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang terjadi, kemudian
dibuatkan tabel matriks TOWS dan dicocokkan antara strategi internal dengan
eksternal sehingga menghasilkan strategi SO (Strengths-Opportunities), strategi
WO (Weaknesses-Opportunities), strategi ST (Strengths-Threats), dan strategi
WT (Weaknesses-Threats).
2. Analisa Knowledge Gap
Analisa Knowledge Gap merupakan analisa untuk memperoleh
kesenjangan pengetahuan dari penelitian. Suatu alat bisnis dan metode penilaian
yang berfokus pada kesenjangan antara kinerja organisasi saat ini dan kinerja yang
diinginkan. Analisa kesenjangan juga mengevaluasi kinerja aktual saat ini dan
upaya perbaikan yang diperlukan untuk menutup kesenjangan kinerja masa depan
yang diinginkan.
1.6.3 Metode Desain Sistem
Langkah akhir dalam desain sistem ini, menggunakan SSM (Soft System
Methodology). SSM yaitu suatu metode yang digunakan untuk permodelan proses
di dalam organisasi dan lingkungannya dan sering digunakan untuk permodelan
pada manajemen perubahan di mana organisasi pembelajar merupakan
manajemen perubahan. Tahapan yang akan dilakukan dalam melakukan desain
model knowledge management pada sekolah menengah atas, antara lain:
1.6.3.1 Mendefinisiskan Situasi Riil
Mendefinisikan situasi permasalaham yang terjadi pada SMAN 1 Tangsel
dan SMAN 3 Tangsel, dengan melakukan analisa terhadap proses bisnis dalam
melakukan akuisisi dan berbagi pengetahuan, analisa internal dan eksternal yang
dihadapi sekolah, identifikasi knowledge yang dimiliki, analisa SWOT dan K-Gap
untuk mengetahui kesenjangan pengetahuan yang ada di dalam sekolah.
1.6.3.2 Mengekpresikan Situasi Permasalahan
Situasi riil kemudian diekspresikan ke dalam rich picture. Karena tujuan
dari Peter mengembangkan SSM adalah untuk pemecahan suatu masalah. maka
rich picture berupa gambaran kondisi terhadap alur proses bisnis yang berjalan
saat ini di dalam sekolah.
1.6.3.3 Menganalisa Root Definition
Dari permasalahan yang telah di identifikasi, kemudian mendefinisikan
sumber permasalahan dari setiap permasalahan yang ada dengan dibuatkan
CATWOE untuk memudahkan dalam membangun model.
1.6.3.4 Membangun Model Konseptual
Model konseptual merupakan usulan strategi yang diadaptasi dari
permasalahan yang ada pada situasi riil. Kemudian diusulkan suatu model strategi
yang bisa diterapkan sekolah dalam membangun sistem knowledge management
kedepannya.
1.6.3.5 Membandingkan Model Konseptual Dengan Kondisi Riil
Selanjutnya, model konseptual (tahap keempat) dibandingkan dengan
kondisi riil (tahap pertama) untuk mendapatkan perbedaan sistem yang berjalan
untuk dapat dibuatkan suatu model usulan kedepannya.
1.6.3.6 Mengusulkan Model Usulan
Langkah terakhir adalah mengusulkan sebuah model sistem baru yang bisa
digunakan sekolah dalam mengembangkan sistem knowledge management
kedepannya. Namun dalam penelitian ini, hanya sebatas mengusulkan belum
sampai pada pengujian dan implementasi sistem.
1.7 Sistematika Penulisan
Dalam penyususnan skripsi ini sistematika penulisan terdiri dari 5 (lima)
bab, adapun uraian masing-masing bab tersebut adalah:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas latar belakang, perumusan masalah, batasan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian
dan sistemtika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan di bahas mengenai dasar-dasar teori yang
mendukung penulisan skripsi.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Menjelaskan metode yang digunakan, dari pengumpulan data, metode
analisa data, hingga desain model dengan strategi KM, juga
menggambarkan kerangka berfikir.
BAB IV ANALISA DAN DESAIN KNOWLEDGE MANAGEMENT
Menguraikan analisa data dan strategi KM yang digunakan dalam
mendesain model KM pada sekolah mengengah atas.
BAB V PENUTUP
Kesimpulan dan saran yang dapat diambil dari penelitian ini untuk
dapat digunakan dalam pengembangan selanjutnya.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Memahami Pengetahuan
Untuk lebih memahami definisi pengetahuan, perlu di pahami terlebih
dahulu mengenai perbedaan data, informasi dan pengetahuan, jenis-jenis
pengetahuan, tingkat pengetahuan serta konversi pengetahuan.
2.1.1. Definisi Data, Informasi dan Pengetahuan
2.1.1.1. Data
Menurut Bergeron dikutip Sangkala (2007), yang dimaksud dengan
data adalah bilangan, terkait dengan angka-angka atau atribut-atribut,
simbol-simbol, fakta-fakta, grafik, peta yang bersifat kuantitas yang berasal
dari hasil observasi, eksperimen atau kalkulasi.
2.1.1.2. Informasi
Informasi menurut Bergeron adalah data di dalam satu konteks
tertentu, kumpulan data dan terkait dengan penjelasan, interpretasi serta
berhubungan dengan materi lainnya mengenai objek, peristiwa-peristiwa
atau proses tertentu, misalnya: Tempratur anton sudah mencapai 34o.
termasuk didalamnya adalah metadata. Metadata merupakan data mengenai
informasi, contohnya: Apabila temperatur anton 34o
sudah termasuk
kategori demam. Metadata juga merupakan ringkasan deskripsi yang lebih
tinggi, juga informasi mengenai konteks di mana informasi tersebut
digunakan.
Menurut Russel Ackoff dalam Tobing (2007) menyatakan data
sebagai simbol-simbol dan Informasi sebagai data yang diproses agar dapat
dimanfaatkan, informasi ini menjawab pertanyaan tentang “who”, “what”,
“where” dan “when”.
2.1.1.3. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan informasi yang telah diorganisasi,
disintesiskan, di ringkas untuk meningkatkan pengertian, kesadaran atau
pemahaman. Untuk memahami konsep yang dijelaskan oleh Bergeron,
contoh dari pengetahuan adalah Anton kemungkinan mengalami gejala
demam berdarah.
Sehingga pengetahuan atau knowledge dianggap bukan sebuah data
bukan pula informasi, namun sulit sekali dipisahkan dari keduanya.
Sedangkan menurut wolf dalam Munir (2008) menjelaskan pengetahuan
sebagai informasi yang terorganisir sehingga dapat diterapkan untuk
pemecahan masalah.
Menurut Davidson dan voss dikutip sangkala (2007) menjelaskan
pemahaman mengenai data, informasi dan pengetahuan dengan hierarki
sebagai berikut:
DATA
Simbol-simbol dan fakta-fakta
INFORMASI
Fakta-fakta dimaknai dari data
PENGETAHUAN
Ide-ide, pemikiran, dan keyakinan
+ Memaknai
+ Tujuan
Gambar 2.1 Hierarki dari Data ke Pengetahuan
(Sumber: Sangkala 2007)
2.1.2. Jenis-Jenis Pengetahuan
Pengetahuan terdiri dari dua jenis, yaitu Tacit Knowledge dan Expilicit
Knowledge. Pemahaman antara tacit dan explicit merupakan kunci untuk
memahami knowledge management. Sangkala (2007) menjelaskan kedua jenis
pengetahuan tersebut sebagai berikut:
Tacit Knowledge merupakan pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang
dan sangat sulit untuk diformalisasikan, sulit dikomunikasikan atau dibagi dengan
orang lain. Pemahaman yang melekat di dalam pengetahuan individu tersebut
masih bersifat subjektif. Sedangkan pengetahuan yang dimiliki masih dapat
dikategorikan sebagai intuisi atau dugaan. Tacit knowledge ini berada dan berakar
di dalam tindakan maupun pengalaman seseorang, termasuk idealisme, nilai-nilai
maupun emosionalnya. Tacit knowledge merupakan pengetahuan yang sangat
bersifat pribadi dan juga sangat susah dibentuk.
Sedangkan, Explicit knowledge merupakan pengetahuan yang dapat
diekspresikan dalam bentuk kata-kata, dapat dijumlah serta dapat dibagi dalam
bentuk data, formula ilmu pengetahuan maupun spesifikasi produk. Pengetahuan
ini bisa di transfer kepada orang lain secara formal dan sistematik, lebih mudah
diproses dan didistribusikan melalui media, seperti kaset/cd, video, audio,
spesifikasi produk atau dokumen-dokumen elektronik dan non-elektronik.
Menurut Nonaka dalam Munir (2008), pengetahuan eksplisit dan tacit
dapat dirumuskan sebagai berikut:
Pengetahuan = Pengetahuan Explicit + Pengetahuan Tacit.
2.1.3. Tingkat Pengetahuan
Tingkatan pengetahuan digunakan dalam pemetaan dan pengelolaan
knowledge di organisasi. Sesuai tingkatannya, Munir (2008) menjelaskan
kategorisasi pengetahuan sesuai tingkatannya, yaitu:
Pertama, pengetahuan inti (core knowledge) adalah tingkatan dan cakupan
pengetahuan yang dibutuhkan hanya untuk sekedar dapat beroperasi dalam
industri atau lingkungan di mana organisasi berada. Pengetahuan jenis ini tidak
menjamin keunggulan bersaing organisasi, apalagi kelangsungannya dalam jangka
panjang. Namun pada persaingan organisasi sejenis diperlukan sebagai
pengetahuan dasar yang tanpa pengetahuan ini organisasi tidak dapat beroperasi
dengan efektif. Misalkan suatu perusahaan produsen kue kering harus mempunyai
pengetahuan khusus untuk memproduksi kue kering, atau perusahaan pelatihan
harus mempunyai pengetahuan dalam menyusun bahan pelatihan dan memberikan
pelatihan.
Kedua, pengetahuan lanjut (advance knowledge) merupakan pengetahuan
yang dimiliki oleh organisasi yang ingin mempunyai kinerja prima. Pengetahuan
ini membuat organisasi bisa melakukan „serangan-serangan‟ dalam persaingan.
Organisasi yang berada dalam satu industri mungkin mempunyai knowledge yang
sama tingkat, cakupan dan kualitasnya. Namun ada pengetahuan yang spesifik
yang mungkin dimiliki oleh lebih dari organisasi, mungkin pula setiap organisasi
berbeda-beda. Dengan mengetahui pengetahuan yang berbeda inilah organisasi
dapat melakukan diferensiasi. Misalnya untuk produsen kue kering diperlukan
pula pengetahuan dalam jejaring distribusi pemasaran kue kering.
Ketiga, pengetahuan inovatif (innovative knowledge) merupakan
pengetahuan yang membuat organisasi mampu menjadi pemimpin dalam
persaingan. Bedanya dengan pengetahuan lanjut adalah pengetahuan ini
melakukan diferiansiasi yang sangat berarti dibandingkan para pesaingnya.
Misalnya untuk membuat kue yang lezat, mengandung kolesterol rendah, dengan
penampilan menarik, dan kemasan yang unik bagi perusahaan kue kering.
2.1.4. Konversi Pengetahuan
Kedua jenis pengetahuan explicit knowledge dan tacit knowledge
(pengetahuan terbatinkan) merupakan jenis pengetahuan yang saling melengkapi
serta berperan sangat penting dalam proses kreasi pengetahuan. Kedua jenis
pengetahuan ini berinteraksi satu sama lainnya dan berubah dari satu jenis ke jenis
lainnya secara dinamis. Menurut Nonaka dan takeuchi dalam Munir (2008),
interaksi dinamis antara satu bentuk pengetahuan ke bentuk lainnya disebut
dengan konversi pengetahuan. Oleh Nonaka dan takeuchi pengetahuan tersebut
dapat di konversi dengan empat cara, yang disebut dengan SECI Model, yaitu:
Socialization (S), Externalization (E), Combination (C) dan Internalization (I).
Gambar 2.2 SECI Model
Model pertama, yaitu Socialization atau Sosialisasi, merupakan suatu
konversi pengetahuan antara tacit ke Tacit (T T). Munir (2008) mengartikan
istilah sosialiasi untuk menekankan pada pentingnya kegiatan bersama antara
sumber pengetahuan dan penerima pengetahuan dalam proses konversi tacit
knowledge. Karena pengetahuan tacit (terbatinkan) sangat dipengaruhi oleh
konteksnya dan sulit sekali diformalkan, maka untuk menularkan pengetahuan
terbatinkan dari satu individu ke individu lain dibutuhkan pengalaman yang
terbentuk melalui kegiatan bersama atau hidup dalam lingkungan yang sama dan
bisa juga tanpa menggunakan bahasa. Misalkan dengan cara meniru, mencontoh,
menggunakan bahasa tubuh maupun pelatihan-pelatihan yang digunakan.
Model kedua, yaitu Externalization atau Eksternalisasi, pengubahan
pengetahuan tacit ke explicit (T E). Menurut Sangkala (2007) proses ini terjadi
melalui pengombinasian (menyortir, menambahkan, mengkategorisasikan dan di
kontekstualisasikan kembali menjadi pengetahuan baru) beragam explicit
knowledge yang dimiliki oleh seseorang. Sehingga seseorang dapat
mempertukarkan dan mengombinasikan pengetahuan melalui semacam satu
kejadian. Dalam proses ini pengetahuan tacit diekpresikan dan diterjemahkan
menjadi metafora, bentuk konsep, hipotesis, diagram, model, atau prototipe
sehingga dapat dengan mudah dimengerti pihak lain.
Model ketiga, Combination atau Kombinasi. Suatu proses konversi antara
pengetahuan explicit ke pengetahuan explicit (EE). Proses ini merupakan
pertukaran dan pengkombinasian melalui media seperti dokumen-dokumen, rapat,
percakapan telepon maupun komunikasi melalui jaringan komputer dan internet.
Munir (2008) menyebutkan ada tiga proses kombinasi yang terjadi dalam praktik
konversi kombinasi, yaitu:
1. Pengetahuan eksplisit dikumpulkan dari dalam dan luar organisasi,
kemudian dikombinasikan.
2. Pengetahuan eksplisit disunting atau diproses agar dapat lebih
bermanfaat bagi organisasi.
3. Pengetahuan-pengetahuan eksplisit tersebut disebarkan ke seluruh
organisasi melalui berbagai media.
Model keempat, yaitu Internalization atau Internalisasi. Suatu proses
konversi antara expilicit knowledge menjadi Tacit knowledge (ET).
Pengetahuan ini juga bisa disebut dengan pembelajaran mandiri, learning by
doing dari dokumen-dokumen, data, informasi maupun knowledge yang sudah
didokumentasikan. Suatu pembelajaran individu terhadap suatu pengetahuan dan
kemudian menjadi pengetahuan tacit individu tersebut.
2.1.5. Knowledge Management
Knowledge Management (KM) atau manajemen pengetahuan pada dasarnya
muncul untuk menjawab pertanyaan bagaimana seharusnya mengelola
pengetahuan dan bagaimana mengelolanya. Kesadaran untuk menerapkan
pendekatan manajemen pengetahuan ke dalam strategi bisnis diperlukan karena
terbukti perusahaan yang menjadikan sumber daya pengetahuan sebagai aset
utamanya senantiasa mampu mendorong perusahaan lebih inovatif yang bermuara
kepada kepemilikan daya saing organisasi terhadap para pesaingnya (Sangkala,
2007).
Menurut Carl Davidson dan Philip Voss dalam Setiarso et.al (2009)
mengartikan knowledge management adalah bagaimana orang-orang dari berbagai
tempat yang berbeda mulai saling bicara. Davidsion dan voss juga mengatakan
bahwa sebenarnya mengelola knowledge merupakan cara organisasi mengelola
karyawan mereka dan berapa lama mereka menghabiskan waktu untuk
menggunakan teknologi informasi.
Sangkala (2007) menjelaskan perbedaan generasi dari manajemen
pengetahuan, yaitu:
Generasi pertama, ditandai dengan meningkatnya masyarakat informasi.
Berfokus pada penyimpanan dan akses informasi. Jaringan tanpa kabel,
kemampuan pemrosesan informasi melekat di dalam lingkungan sehari-hari dan
kemungkinan akan meluas kepada pendistribusian dan pemrosesan informasi.
Generasi kedua, ditunjukkan dengan komputer konvensional. Saat ini sudah
tidak lagi cukup untuk menangani tacit knowledge dan pengetahuan situsional.
Karena di masa depan, sistem komputer menyediakan informasi yang kontekstual
yang mampu mendukung pengguna bagi proses sense making (memaknai,
memahami, mengenali, mengerti dunia sekelilingnya melalui persentuhan dengan
berbagai institusi, media, pesan, dan situasi). Pandangan para konstruktivis juga
memperjelas bahwa akuisisi pengetahuan merupakan proses pembelajaran.
Sebagai bentuk pembelajaran, fenomena interaksi sosial, sistem informasi akan
mendukung pemobilisasian sumber daya sosial sebagai bagian dari proses
pembelajaran.
Generasi ketiga manajemen pengetahuan, gambaran pengetahuan akan
semakin meningkat penggunaannya di mana pengetahuan dapat di kelola. Bahkan
upaya empiris untuk menyimpan pengetahuan dalam sistem informasi sehingga
pengetahuan akan menjadi sesuatu yang fleksibel. Generasi ketiga juga akan lebih
menekankan kaitan antara pengetahuan dan tindakan.
2.2 Akuisisi Pengetahuan
Akuisisi pengetahuan merupakan kegiatan yang penting bagi organisasi.
Dengan hanya memanfaatkan pengetahuan-pengetahuan yang sudah ada, seberapa
baiknya pengetahuan-pengetahuan tersebut belum cukup untuk memberikan
keunggulan-keunggulan yang menjamin kelangsungan hidup organisasi di tengah
lingkungan yang dinamis.
Pengakuisisian (penambahan) pengetahuan dalam perspektif manajemen
pengetahuan pada dasarnya berorientasi pada penambahan pengetahuan. Misalnya
dengan mendapatkan, mencari, melahirkan, menciptakan, menangkap dan
berkolaborasi. Inovasi merupakan aspek lain dari pengakuisisian yang berarti
menciptakan pengetahuan baru dari penerapan pengetahuan yang telah ada.
Perbaikan dalam penggunaan pengetahuan yang sudah ada juga merupakan aspek
kunci pengakuisisian pengetahuan (Sangkala 2007).
Contoh yang paling sering digunakan dalam mengakuisisi pengetahuan
adalah dengan berkolaborasi atau menyewa seseorang yang menguasai
pengetahuan yang dibutuhkan oleh organisasi. Misalnya menyewa jasa sebuah
tempat pelatihan untuk men-training-kan para karyawan, sehingga organisasi
dapat mengakuisisi pengetahuan melalui dokumen atau sudah dalam bentuk
terkomputerisasi dan juga melalui rutinitas maupun proses yang melekat di dalam
perusahaan tempat pengetahuan tersebut di beli/di sewa.
2.3 Organisasi Pembelajar (Learning Organization)
Sangkala (2007) mendefinisikan organisasi pembelajar secara sistematis
sebagai organisasi yang belajar dengan sekuat tenaga, secara kolektif dan terus
menerus mengubah dirinya agar lebih baik dalam mengumpulkan, mengelola, dan
menggunakan pengetahuan bagi kesuksesan organisasi. Peter senge menjelaskan
bahwa organisasi pembelajar bertujuan di mana orang secara berkelanjutan
memperluas kapasitasnya menciptakan hasil yang benar-benar mereka inginkan,
di mana pola-pola berpikir baru maupun perluasan pola berpikir dipelihara,
aspirasi kolektif disusun dengan leluasa, dan orang secara berkelanjutan belajar
mengenai bagaimana belajar secara bersama-sama.
Marquadt menggambarkan sistem model organisasi pembelajar secara
sistematis berupa gambar irisan antara: pembelajaran (learning), organisasi
(organization), anggota organisasi (people), pengetahuan (knowledge), dan
teknologi (technology) dengan pembelajaran berada di pusat irisan.
Organisasi Orang
Pengetahuan Tehnologi
Pembelajaran
Gambar 2.3 Model Organisasi Pembelajar
(Sumber: Sangkala 2007)
Gambar 2.3 pada hakikatnya menjelaskan bahwa proses pembelajaran juga
merupakan bagian dan harus terjadi baik dalam subsistem manusia, teknologi,
pengetahuan, dan organisasi. Jika proses pembelajaran dalam organisasi
pembelajar terjadi, maka akan terjadi perubahan persepsi, perilaku, kepercayaan,
mentalitas, strategi, kebijakan, dan prosedur baik yang berkaitan dengan manusia
maupun organisasi.
2.4 Karakteristik Disiplin Organisasi Pembelajar
Peter senge dikutip setiarso (2009) menjelaskan diperlukan lima disiplin
yang dapat membentuk suatu tatanan organisasi yang berhasil untuk menjadi
organisasi pembelajar. Organisasi yang tidak memiliki salah satu atau beberapa
dari kelima disiplin ini akan mengalami kesulitan untuk berfungsi secara
maksimal. Kelima disiplin ini menjadi indikator adanya habitat yang kondusif
untuk terjadinya proses transformasi knowledge dari potensi individual menjadi
modal maya bagi organisasi. Dengan kata lain, kelima disiplin ini menjadi
lingkungan belajar bagi para anggota organisasi (karyawan) sehingga potensi
individu bisa menjadi modal yang baik bagi organisasi. Kelima disiplin itu adalah
sebagai berikut:
1. Dispilin Penguasaan Pribadi (Personal Mastery)
Penguasaan pribadi adalah suatu disiplin yang secara konsisten
memperluas dan memperdalam knowledge dan keahlian masing-masing,
memfokuskan seluruh usaha untuk mempertajam visi pribadi dan akan
membangun kemampuan untuk melihat kenyataan apa adanya, secara jujur
dan terbuka.
2. Disiplin Model Mental (Mental Model)
Model mental adalah suatu pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai
yang dimiliki dan dijunjung tinggi oleh seluruh anggota organisasi.
Disiplin ini berfokus pada upaya berbagi model mental di antara anggota
tim atau organisasi berdasarkan keyakinan para anggota bahwa proses
interaksi dan pertukaran atau kombinasi knowledge di antara anggota akan
menghasilkan tranformasi knowledge untuk membangun nilai tambah.
3. Disiplin Visi Bersama (Shared Vision)
Disiplin visi bersama merupakan kemampuan seluruh anggota organisasi
untuk menumbuhkan kesamaan pandangan tentang visi organisasi
kemudian meningkatkan komitmen pada pencapaian visi organisasi.
Fokusnya adalah untuk mengupayakan peningkatan seluruh karyawan agar
mau dan mampu menunjukkan usaha dan semangat untuk berkorban demi
kepentingan bersama agar organisasi dapat berumur panjang.
4. Disiplin Berpikir Sistemik ( System Thinking).
Disiplin berpikir sistemik merupakan kemampuan seluruh anggota
organisasi untuk berpikir dan bertindak secara sistemik dengan
menimbang berbagai permasalahan terkait secara menyeluruh dan
terintegrasi. Berfokus pada peningkatan kapasitas organisasi untuk mampu
melihat/mempelajari hubungan keterkaitan seluruh permasalahan dan
proses perubahan secara menyeluruh dan mampu merealisasikan secara
tuntas.
5. Disiplin Pembelajaran Tim ( Team Learning).
Disiplin pembelajaran tim merupakan disiplin seluruh anggota untuk
mampu dan mau berdialog dan bekerja sama secara sinergis. Belajar dalam
tim penting karena yang menjadi unit belajar fundamental dalam suatu
organisasi modern adalah tim, bukan individu. Apabila tim tidak dapat
belajar, organisasi juga tidak dapat belajar.
Organisasi bisa disebut sebagai organisasi pembelajar (learning organization)
apabila organisasi tersebut melakukan lima kegiatan utama, yaitu: penyelesaian
masalah yang sistemik, bereksperimentasi secara kreatif, belajar dari pengalaman
masa lalu, belajar dari praktik organisasi lain yang telah sukses dan mentrasfer
knowledge secara tepat dan benar ke seluruh sumber daya yang ada di dalam
organisasi.
2.5 Analisa SWOT
Analisa SWOT adalah identifikasi dari berbagai faktor secara sistematis
untuk merumuskan strategi organisasi (Rangkuti, 2006). Analisa ini didasarkan
pada data yang di dapat untuk memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang
(Oppurtunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan
(Weaknesses) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan yang
strategis selalu berkaitan dengan pengembangan keputusan strategis,
pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan organisasi.
Dengan demikian, untuk membuat suatu perencanaan yang strategis
(strategic planner) organisasi harus dapat menganalisa data-data (kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman) yang berkaitan dengan organisasi. SWOT
merupakan model yang sering digunakan dan salah satu alat analisa yang popular
dalam menganalisa untuk menentukan strategi organisasi.
Pada dasarnya analisa SWOT terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu
analisa lingkungan internal dan eksternal. Dimana lingkungan internal adalah
kekuatan dan kelemahan serta lingkungan eksternal terdiri dari peluang dan
ancaman.
1. Kekuatan (Strengths), merupakan kekuatan utama organisasi jika
dibandingkan dengan pesaingnya. Misalnya sumber daya, modal,
keterampilan, pengalaman, keunggulan persaingan dan penguasaan
pasar.
2. Kelemahan (Weaknesses), merupakan kelemahan dari organisasi.
Seperti, keterbatasan sumber daya, modal, pengalaman, dan kapabilitas
yang menghambat kinerja perusahaan.
3. Peluang (opportunitties), merupakan kesempatan atau situasi yang
penting yang dapat menguntungkan organisasi di dalam proses
bisnisnya.
4. Ancaman (Threats), merupakan situasi yang tidak menguntungkan
bagi organisasi dan dapat membawa dampak yang merugikan bagi
organisasi.
2.6 Matriks Threats-Opportunities-Weaknesses-Strengths (TOWS)
Menurut David dikutip oleh Suteja (2007), matriks Matriks Threats-
Opportunities-Weaknesses-Strengths (TOWS) merupakan perangkat pencocokan
yang penting yang dapat membantu manajer mengembangkan empat tipe strategi:
strategi SO (Strengths-Opportunities), strategi WO (Weaknesses-Opportunities),
strategi ST (Strengths-Threats), dan strategi WT (Weaknesses-Threats).
Strategi SO atau strategi kekuatan-peluang, menggunakan kekuatan internal
organisasi untuk memanfaatkan peluang eksternal. Organisasi pada umumnya
akan menjalankan strategi WO, ST, atau WT supaya organisasi dapat masuk ke
dalam situasi di mana organisasi dapat menerapkan strategi SO. Jika organisasi
mempunyai kelemahan besar, maka organisasi akan berusaha keras untuk
mengatasinya dan membuatnya menjadi kekuatan. Jika menghadapi ancaman
besar, sebuah organisasi akan berusaha menghindarinya agar dapat memusatkan
perhatiannya pada peluang.
Strategi WO atau strategi kelemahan-peluang, bertujuan untuk memperbaiki
kelemahan dengan memanfaatkan peluang eksternal. Misalkan untuk mencapai
tujuan sebagai sekolah yang bertaraf internasional, maka seluruh sumber daya di
sekolah diharapkan mampu paham dan berkomunikasi dengan bahasa asing, tetapi
mungkin masih ada guru/staf yang belum menguasai dengan baik. Salah satu
kemungkinan strategi WO adalah berkerjasama dengan sebuah lembaga dalam
melatih kemampuan guru/staf tersebut.
Strategi ST atau strategi kekuatan-ancaman, menggunakan kekuatan
organisasi untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal.
Misalkan ada perusahan pesaing yang meniru ide, inovasi, dan produk yang
dipatenkan di perusahaan AS menjadi sebuah ancaman bagi mereka yang ingin
menjual produk di Cina. Sedangkan strategi WT atau strategi kelemahan-ancaman
merupakan taktik defensif yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal
dan menghindari ancaman eksternal.
Untuk menggunakan table matriks TOWS, perlu di analisa dahulu strategi
Internal organisasi (kekuatan dan kelemahan) dan strategi eksternal organisasi
(peluang dan ancaman). Kemudian mencocokkan strategi internal dengan
eksternal sehingga menghasilkan strategi SO, WO, ST, dan WT.
Tabel 2.1 Matriks TOWS
Internal
eksternal Kekuatan (S) Kelemahan (W)
Peluang (o)
STRATEGI SO
Menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan
peluang
STRATEGI WO
Mengatasi kelemahan
dengan memanfaatkan
peluang
Ancaman (T)
STRATEGI ST
Menggunakan kekuatan
untuk menghindari
ancaman
STRATEGI WT
Meminimalkan kelemahan
dan menghindari ancaman
2.7 Knowledge Gap (Kesenjangan Pengetahuan)
2.7.1 Analisis Kesenjangan Pengetahuan
Menurut Thornton (1999) analisis kesenjangan adalah alat bisnis dan
metode penilaian yang berfokus pada kesenjangan antara kinerja perusahaan saat
ini dan kinerja yang diinginkan. Analisis kesenjangan mengevaluasi kinerja aktual
saat ini dan upaya perbaikan yang diperlukan untuk menutup kesenjangan kinerja
masa depan yang diinginkan.
Manfaat dari analisis kesenjangan ini adalah membantu perusahaan yang
kinerjanya kurang baik karena tidak efisiennya penggunaan sumber daya atau
kegagalan untuk berinvestasi dengan benar dan meningkatkan produksi serta
kinerja. Selain itu, manfaat lain dari analisis kesenjangan adalah dapat mengukur
waktu, uang, dan sumber daya yang dibutuhkan untuk memenuhi potensi
organisasi dan mencapai keadaan yang diinginkan.
Menurut O‟Farrell (1999) analisis kesenjangan pengetahuan adalah alat
yang berguna untuk membantu perusahaan untuk tetap fokus pada gambaran
besar. Dengan mengidentifikasi dimana perusahaan saat ini berdiri dan dimana dia
ingin berada akan menjadi lebih mudah untuk mengidentifikasi cara untuk
mencapai tingkat pengetahuan yang diinginkan di seluruh perusahaan. Analisis
kesenjangan pengtahuan juga merupakan sebuah cara untuk melihat apa sumber-
sumber pengetahuan perusahaan atau individu yang ada. Pengetahuan ini
dibandingkan dengan tingkat target dan rencana dikembangkan untuk mencapai
tujuan.
Analisis kesenjangan pengetahuan digunakan untuk mengukur pengetahuan
yang dimiliki. Dengan melakukan analisis ini, perusahaan dapat memperoleh
pemahaman yang lebih baik dari basis pengetahuan yang saat ini telah tersedia
dan pengetahuan apa yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Selain itu, analisis
kesenjangan pengetahuan bermanfaat untuk mengeksekusi dan memahami dengan
mendirikan tujuan relatif terhadap tingkat pengetahuan saat ini dalam perusahaan,
lebih mudah untuk mengembangkan dan melaksanakan suatu rencana.
2.7.2 Pengetahuan Wajib dan Pengetahuan Pilihan bagi Karyawan
Menurut Setiarso (2009), pengetahuan wajib didefinisikan sebagai
pengetahuan yang perlu dan harus dimiliki oleh karyawan untuk melaksanakan
tugasnya secara efektif dan efisien. Kriteria yang termasuk dalam pengetahuan
wajib adalah pengetahuan yang memiliki nilai kepentingan 3-4 dan/atau memiliki
nilai kesenjangan pengetahuan tertinggi. Sedangkan pengetahuan pilihan
didefinisikan sebagai pengetahuan pelengkap yang dapat membantu dalam
pelaksanaan tugas karyawan. Kriteria yang termasuk dalam pengetahuan pilihan
adalah pengetahuan dengan nilai kepentingan kurang dari tiga dan selain dari
pengetahuan dengan nilai kesenjangan tertinggi.
2.7.3 Kesenjangan Pengetahuan
Seringkali pengetahuan yang dimiliki karyawan tidak sesuai dengan yang
diinginkan oleh organisasi. Kondisi ini memungkinkan menculnya kesenjangan
pengetahuan di organisasi. Dengan dilakukannya suatu proses penilaian
kesenjangan pengetahuan di dalam suatu perusahaan, maka dapat diketahui
keadaan pengetahuan yang dibutuhkan dan pengetahuan yang sekarang tersedia
menurut Setiarso (2008). Sesudah pengetahuan yang dibutuhkan dapat
diidentifikasi maka dilakukan analisis kesenjangan pengetahuan berdasarkan
kerangka Zack yang bisa dilihat pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4. Kerangka Kesenjangan Pengetahuan Zack
(Sumber: Setiarso, 2008)
2.8 Strategi Pengelolaan Pengetahuan
Menurut Hansen et al dikutip oleh Munir (2008) cara organisasi mengelola
pengetahuan yang dimiliki dibagi atas dua ekstrim, yaitu strategi kodifikasi
(Codification Strategy) dan strategi personalisasi (Personalization Strategy). Bila
pengetahuan diterjemahkan dalam bentuk eksplisit secara berhati-hati (Codified)
dan disimpan dalam basis data sehingga pengguna yang membutuhkan dapat
mengakses pengetahuan tersebut, maka cara mengelola seperti itu dikatakan
menganut strategi kodifikasi. Strategi kodifikasi digunakan untuk menyimpan
pengetahuan di dalam empat penyimpanan yang terstruktur dari pengetahuan
sebagai database untuk penggunaan yang berulang-ulang. Davenport dan Prusak
dikutip oleh Tobing (2007) menyatakan bahwa tujuan kodifikasi adalah membuat
pengetahuan organisasi ke dalam suatu bentuk yang membuat pengetahuan
organisasi tersebut dapat diakses oleh personil yang membutuhkannya.
2.9 SSM (Soft System methodology)
Gambar 2.5 Model SSM P. Checkland
SSM (Soft System Methodology) merupakan suatu metode yang digunakan
untuk mendukung dan membuat suatu struktur dari hasil perbandingan antara
model asli dengan model yang diusulkan. Dikembangkan oleh Peter Checkland di
Inggris, Universitas Lancaster. SSM adalah pendekatan untuk pemodelan proses
di dalam organisasi dan lingkungannya dan sering digunakan untuk pemodelan
manajemen perubahan, di mana organsiasi pembelajar itu sendiri merupakan
manajemen perubahan. SSM dikelompokkan dalam “soft” operation research
tools, sebagai alternatif dari “hard” model matematik dan model keputusan
konvensional yang merupakan tools yang ada pada bidang operation research
(OR). SSM adalah sebuah metodologi untuk menganalisis dan pemodelan sistem
yang mengintegrasikan teknologi (hard) sistem dan human (soft) system.
Dalam melakukan proses model P. Checkland (1960) menjelaskan ada
tujuh tahapan, yaitu:
Pertama, Identifikasi situasi permasalahan yang belum terstruktur. Pada
langkah pertama ini situasi riil atau situasi yang berjalan di dalam organisasi dan
situasi sosial yang berhubungan dengan organisasi di identifikasi.
Kedua, situasi permasalahan diekspresikan. setelah mengidentifikasi
situasi permasalahan yang ada di dalam organisasi, Kemudian
diekpresikan/digambarkan ke dalam rich picture sesuai dengan situasi
permasalahan yang ada. Analisa rich picture merupakan suatu cara untuk
mengindikasikan banyak elemen yang terjadi pada organisasi. Tehnik ini berusaha
untuk menggambarkan situasi yang sedang berlangsung, pemangku-pemangku
kepentingan dan isu-isu yang terjadi di dalam aktifitas sehari-hari di dalam
sekolah.
Ketiga, menganalisa root definition. Langkah ini mendefinisikan akar
permasalahan dari langkah pertama dan kedua. Setiap permasalahan didefinisikan
ke dalam CATWOE untuk Mendefinisikan elemen-elemen yang berhubungan
dengan model yang akan di usulkan, yaitu:
C ( Customer) = Setiap orang yang merasakan dampak dari sistem.
A (Actors) = Individu yang nantinya melakukan aktifitas di dalam
sistem.
T (Transformation Process) = Proses yang mengubah Input menjadi
Output.
W (Wetanschaung) = Cara pandang terhadap sistem.
O (Owners) = orang yang dapat memulai/mematikan sistem.
E ( Environment Constrains) = sistem yang lebih besar di mana sistem
berada.
Keempat, membangun model konseptual. Dari permasalahan yang telah
didefinisikan di dalam CATWOE kemudian dibangun sebuah model konseptual
untuk memberikan solusi terhadap permasalahan yang ada.
Kelima, membandingkan model konseptual dengan situasi permasalahan.
Pada langkah kelima ini, model konseptual dibandingkan dengan situasi
permasalahan yang telah diekspresikan ke dalam rich picture. Untuk di ambil
suatu usulan model yang relevan dengan organisasi.
Keenam, Mengusulkan model usulan. Setelah usulan model didapatkan,
langkah selanjutnya adalah menguji model tersebut, melihat kelayakan, apakah
bisa dilanjutkan atau ada yang harus di ubah dan di sesuaikan kembali dengan
kondisi organisasi.
Ketujuh, implementasi sistem. Di tahap ini model yang sudah berhasil
disetujui dan layak untuk di lakukan menjadi suatu role model atau bisa jadi
sebagai siklus baru dalam organisasi dalam menjalankan organisasinya
2.10 Pengukuran Data
Statistik merupakan salah satu alat bantu penelitian dalam menganalisis dan
mengukur data. Secara umum, pengertian statistik meliputi dua hal. Pertama
adalah sebagai kumpulan angka-angka. Dalam hal ini statistik dimaksudkan
sebagai kumpulan angka-angka yang menjelaskan sesuatu. Misalkan statistik
pertandingan sepak bola adalah sekumpulan angka-angka yang menjelaskan hasil
pertandingan sepak bola dari beberapa klub. Kedua adalah statistik sebagai cabang
ilmu pengetahuan tentang pengumpulan, pengelompokkan, penyajian, analisis dan
interprestasi data untuk membantu pengambilan keputusan yang lebih efektif.
2.10.1 Jenis Statistik
Berdasarkan kegunaan dan teknik yang digunakan, statistik terbagi
menjadi dua jenis, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial.
1. Statistik deskriptif
Bidang statistik yang berhubungan dengan metode pengelompokan,
peringkasan, dan penyajian data dalam cara yang lebih informatif. Pada
statistik jenis ini, penyajian data dalam bentuk gambaran angka-angka.
Teknik-teknik umum yang digunakan adalah analisis deskriptif yang
meliputi rata-rata, median, modus dan varians.
2. Statistik Inferensial
Teknik statistik yang berhubungan dengan analisis data untuk penarikan
kesimpulan atas data. Teknik statistik inferensial berhubungan dengan
pengolahan statistik sehingga dengan menggunakan hasil analisis tersebut
dapat ditarik kesimpulan atas karakteristik populasi. Teknik-teknik umum
yang dipakai meliputi uji hipotesis, analisis varians, dan teknik regresi dan
korelasi.
2.10.2 Jenis Data
Dalam penggunaan statistik, pasti akan selalu berhubungan dengan data.
Jenis data pun terbagi menjadi dua, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif.
1. Data Kualitatif
Jenis data yang mempunyai sifat non-angka. Pada data jenis ini, informasi
yang dihasilkan oleh data adalah informasi yang bukan angka-angka.
Misalnya data jenis kelamin, data tingkat pendidikan, dan data agama yang
di anut oleh penduduk.
2. Data Kuantitatif
Data yang berupa angka-angka. Pada data jenis ini, sifat informasi yang di
kandung oleh data berupa informasi angka-angka. Misalnya data jumlah
penduduk, jumlah pendapatan nasional, jumlah keluarga di suatu daerah.
Data kuantitatif bisa berupa variabel diskrit, yaitu variabel yang berasal
dari hasil penghitungan. Data diskrit merupakan data kuantitatif yang
mempunyai sifat bulat, tidak dalam bentuk pecahan, misalnya data jumlah
penduduk. Juga bisa berupa variabel kontinyu yang merupakan data yang
berasal dari hasil pengukuran. Hasil pengukuran tergantung pada
keakuratan alat ukur yang digunakan. Data tinggi badan, data suhu, dan
data kelembaban udara adalah beberapa contoh data kontinyu. Data ini
bisa berbentuk pecahan, misalkan tinggi badan seorang balita adalah
35cm. tinggi badan ini bisa 35,2cm atau 35,25 cm tergantung pada
keakuratan alat ukur yang digunakan.
2.10.3 Pengujian Kuesioner
Pada penyusunan kuesioner, salah satu kriteria kuesioner yang baik adalah
validitas dan realibilitas kuesioner dinyatakan valid. tujuan pengujian validitas
dan realibilitas kuesioner adalah untuk meyakinkan bahwa kuesioner yang di
susun akan benar-benar baik dalam mengukur gejala dan menghasilkan data yang
valid.
1. Uji validitas
Validitas adalah ukuran yang menunjukkan sejauh mana instrumen
pengukur mampu mengukur apa yang ingin diukur. Jika misalkan alat ukur
nya adalah meteran, maka validitas alat ini adalah sejauh mana alat ini
mampu mengukur jarak suatu titik. Begitu juga misalkan menyusun
kuesioner kepuasan pelanggan, maka validitas kuesioner adalah sejauh
mana kuesioner mampu mengukur kepuasan pelanggan. Terdapat beberapa
jenis validitas:
- Validitas konstruksi, suatu kuesioner yang baik harus dapat
mengukur dengan jelas kerangka dari penelitian yang akan dilakukan.
Jadi misalkan akan mengukur konsep tentang kepuasan pelanggan,
maka kuesioner tersebut dikatakan valid jika mampu menjelaskan dan
mengukur kerangka konsep kepuasan pelanggan.
- Validitas Isi, adalah suatu alat yang mengukur sejauh mana kuesioner
atau alat ukur tersebut mewakili semua aspek yang dianggap sebagai
kerangka konsep. Misalkan menggunakan beberapa sampel terhadap
pelanggan produk X.
- Validitas Prediktif, adalah kemampuan dari kuesioner dalam
memprediksi perilaku dari konsep.
Untuk melakukan uji validitas, metode yang dilakukan adalah dengan
mengukur korelasi (hubungan) antara butir-butir pertanyaan dengan skor
pertanyaan secara keseluruhan. Tahap-tahap yang harus dilakukan dalam
melakukan pengujian validitas adalah:
1. Mendefinisikan secara operasional suatu konsep yang akan diukur.
Jadi untuk menguji validitas suatu konsep, tahap awal yang harus
dilakukan adalah menjabarkan konsep dalam suatu definisi
operasional (berupa tabel angka-angka hasil kuesioner).
2. Melakukan uji coba pada beberapa responden. Tergantung dari sampel
yang digunakan.
3. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban.
4. Menghitung nilai korelasi antara masing-masing skor butir jawaban
dengan skor total dari butir jawaban.
2. Uji realibilitas.
Apabila suatu alat pengukuran telah dinyatakan valid, maka tahap
selanjutnya adalah mengukur realibilitas dari alat tersebut. Realibilitas
adalah ukuran yang menunjukkan konsistensi dari alat ukur dalam
mengukur gejala yang sama di lain kesempatan. Misalkan memiliki
kuesioner yang mengukur kepuasan pelanggan, maka hasil tersebut akan
sama jika digunakan untuk mengukur kepuasan pelanggan pada penelitian
yang lain. Setelah di uji validitas, maka di uji realibilitas. Pengukuran
realibilitas dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1. Repeated measure atau pengukuran berulang. Pengukuran dilakukan
dengan berulang pada waktu yang berbeda, dengan kuesioner atau
pertanyaan yang sama. hasil pengukuran dilihat apakah konsisten
dengan pengukuran sebelumnya.
2. One shot. Pada teknik ini pengukuran dilakukan hanya pada satu
waktu, kemudian dilakukan perbandingan dengan pertanyaan yang
lain atau dengan pengukuran korelasi antarjawaban. Pada program
SPSS, metode ini dilakukan dengan metoe Croanbach Alpha, di mana
suatu kuesioner dikatakan reliabel jika nilai Croanbach Alpha lebih
besar dari 0,60.
2.11 Ruang Lingkup Standar Nasional Pendidikan
Berdasarkan peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 19 tahun 2005
tentang standar nasional pendidikan menjelaskan mengenai delapan standar
nasional pendidikan, antara lain:
1. Standar Isi.
Mencakup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria
tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata
pelajaran dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik
pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
2. Standar Proses.
Berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan
untuk mencapai standar kompetensi lulusan.
3. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
Mencakup kriteria pendidikan perjabatan dan kelayakan fisik maupun
mental, serta pendidikan dalam jabatan.
4. Standar Sarana dan Prasarana.
Standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal
tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan,
laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan
berkreasi, serta sumber belajar lain yang diperlukan untuk menunjang
proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi.
5. Standar Pengelolaan.
Standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan
pendidikan, kabupaten/kota, provinsi atau nasional agar tercapai efisiensi
dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan.
6. Standar Pembiayaan.
Merupakan standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi
satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun.
7. Standar Penilaian Pendidikan.
Standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur
dan instrument penilaian hasil belajar peserta didik.
8. Standar Kompetensi Lulusan.
Merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan dan keterampilan.
Standar nasional pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan
nasional yang bermutu. Standar ini juga bertujuan untuk menjamin mutu
pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.
2.12 Definisi dan Sejarah ISO 9001:2008
ISO berasal dari kata Yunani ISOS yang berarti sama, kata ISO bukan
diambil dari singkatan nama sebuah organisasi walau banyak orang awam
mengira ISO berasal dari International Standard of Organization. ISO 9001
merupakan standar international yang mengatur tentang sistem manajemen mutu
(Quality Management System), oleh karena itu seringkali disebut sebagai “ISO
9001, QMS” adapun tulisan 2008 menunjukkan tahun revisi, maka ISO
9001:2008 adalah sistem manajemen mutu ISO 9001 hasil revisi tahun 2008.
Seiring perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, terutama semakin
luasnya dunia usaha, maka kebutuhan akan pengelolaan sistem manajemen mutu
semakin dirasakan perlu dan mendesak untuk diterapkan pada berbagai scope
industry yang semakin hari semakin beragam. Versi 2008 adalah versi terbaru
yang diterbitkan pada Desember 2008. Organisasi pengelola standard international
ini adalah International Organization for Standardization yang bermarkas di
Geneva – Swiss, didirikan pada 23 February 1947, kini beranggotakan lebih dari
147 negara yang mana setiap negara diwakili oleh badan standardisasi nasional
(Indonesia diwakili oleh KAN) versi 2008 lahir sebagai bentuk penyempurnaan
atas revisi tahun 2000.
Adapun perbedaan antara versi 2000 dengan 2008 secara significant lebih
menekankan pada effectivitas proses yang dilaksanakan dalam organisasi tersebut.
Jika pada versi 2000 mengatakan harus dilakukan corrective dan preventive
action, maka versi 2008 menetapkan bahwa proses corrective dan preventive
action yang dilakukan harus secara effektif berdampak positif pada perubahan
proses yang terjadi dalam organisasi. Selain itu, penekanan pada kontrol proses
outsourcing menjadi bagian yang disoroti dalam versi terbaru ISO 9001 ini. versi
2008 lebih mengedepankan pada pola proses bisnis yang terjadi dalam organisasi
perusahaan sehingga hampir semua jenis usaha bisa mengimplementasi sistem
manajemen mutu ISO 9001 ini.
Sistem ISO 9001:2008 fokus pada effektifitas proses continual improvement
dengan pilar utama pola berpikir PDCA, dimana dalam setiap process senantiasa
melakukan perencanaan yang matang, implementasi yang terukur dengan jelas,
dilakukan evaluasi dan analisis data yang akurat serta tindakan perbaikan yang
sesuai dan monitoring pelaksanaannya agar benar-benar bisa menuntaskan
masalah yang terjadi di organisasi. Pilar berikutnya yang digunakan demi
menyukseskan proses implementasi ISO 9001 ini, maka ditetapkanlah delapan
prinsip manajemen mutu yang bertujuan untuk mengimprovisasi kinerja sistem
agar proses yang berlangsung sesuai dengan fokus utama yaitu effektivitas
continual improvement, delapan prinsip manajemen yang dimaksud adalah:
1) Customer Focus: Semua aktifitas perencanaan dan implementasi sistem
semata-mata untuk memuaskan customer.
2) Leadership: Top Management berfungsi sebagai leader dalam mengawal
implementasi Sistem bahwa semua gerak organisasi selalu terkontrol dalam
satu komando dengan komitmen yang sama dan gerak yang sinergi pada
setiap elemen organisasi
3) Keterlibatan semua orang: Semua elemen dalam organisasi terlibat dan
konsen dalam implementasi sistem manajemen mutu sesuai fungsi kerjanya
masing-masing, bahkan hingga office boy sekalipun hendaknya senantiasa
melakukan yang terbaik dan membuktikan kinerjanya layak serta
berkualitas, pada fungsinya sebagai office boy.
4) Pendekatan Proses: Aktifitas implementasi sistem selalu mengikuti alur
proses yang terjadi dalam organisasi. Pendekatan pengelolaan proses
dipetakan melalui business process. Dengan demikian, pemborosan karena
proses yang tidak perlu bisa dihindari atau sebaliknya, ada proses yang tidak
terlaksana karena pelaksanaan yang tidak sesuai dengan flow process itu
sendiri yang berdampak pada hilangnya kepercayaan pelanggan
5) Pendekatan Sistem ke Management: Implementasi system
mengedepankan pendekatan pada cara pengelolaan (Management) proses
bukan sekedar menghilangkan masalah yang terjadi. Karena itu konsep
kaizen, continual improvement sangat ditekankan. Pola pengelolaannya
bertujuan memperbaiki cara dalam menghilangkan akar (penyebab) masalah
dan melakukan improvement untuk menghilangkan potensi masalah.
6) Perbaikan berkelanjutan: Improvement, adalah roh implementasi ISO
9001:2008
7) Pendekatan Fakta sebagai Dasar Pengambilan Keputusan: Setiap
keputusan dalam implementasi sistem selalu didasarkan pada fakta dan data.
Tidak ada data (bukti implementasi) sama dengan tidak dilaksanakannya
sistem ISO 9001:2008
8) Kerjasama yang saling menguntungkan dengan pemasok: Supplier
bukanlah pembantu, tetapi mitra usaha, business partner karena itu harus
terjadi pola hubungan saling menguntungkan.
2.13 Profil Pendidikan Nasional
Pendidikan dalam konteks pembangunan nasional mempunyai fungsi antara
lain: (1) pemersatu bangsa, (2) penyamaan kesempatan dan (3) pengembangan
potensi diri. Sementara itu dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20
tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional merupakan dasar hukum
penyelenggaraan dan reformasi sistem pendidikan nasional. Undang-undang
tersebut memuat visi, misi, fungsi dan tujuan pendidikan nasional serta strategi
pembangunan pendidikan nasional, untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu,
relevan dengan kebutuhan masyarakat dan berdaya saing dalam kehidupan global.
2.13.1 Visi dan Misi Pendidikan Nasional
2.13.1.1 Visi Pendidikan Nasional
Mewujudkan sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan
berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia agar
berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif
menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.
2.13.1.2 Misi Pendidikan Nasional
1. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh
pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Meningkatkan mutu pendidikan yang memiliki daya saing di tingkat
nasional, regional dan internasional.
3. Meningkatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dan
tantangan global.
4. Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara
utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan
masyarakat belajar.
5. Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk
mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral.
6. Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan
sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan,
pengalaman, sikap dan nilai berdasrkan standar yang bersifat nasional
dan global.
7. Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan
berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks negara kesatuan republik
Indonesia.
2.13.2 Reformasi pendidikan
Terkait dengan visi dan misi pendidikan nasional, terdapat beberapa
reformasi pendidikan meliputi hal-hal berikut:
Pertama, penyelenggaraan pendidikan dinyatakan sebagai suatu proses
pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat,
di mana dalam proses tersebut harus ada pendidik yang memberikan keteladanan
dan mampu membangun kemauan, serta mengembangkan potensi dan kreativitas
peserta didik. Prinsip tersebut menyebabkan adanya pergeseran paradigma proses
pendidikan, dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran. Paradigma
pengajaran yang lebih menitikberatkan peran pendidik dalam mentransformasikan
pengetahuan kepada peserta didiknya bergeser pada paradigma pembelajaran yang
memberikan peran lebih banyak kepada peserta didik untuk mengembangkan
potensi dan kreativitas dirinya dalam rangka membentuk manusia yang memiliki
kekuatan spiritual keagamaan berakhlak mulia, berkepribadian, memiliki
kecerdasan, memiliki estetika, sehat jasmani dan rohani serta keterampilan yang
dibutuhkan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Kedua, adanya perubahan pandangan tentang peran manusia dari
paradigma manusia sebagai sumberdaya pembangunan menjadi paradigma
manusia sebagai subjek pembangunan secara utuh. Pendidikan harus mampu
membentuk manusia seutuhnya yang digambarakan sebagai manusia yang
memiliki karakteristik personal yang memahami dinamika psikososial dan
lingkungan kulturalnya. Proses pendidikan harus mencakup:
- Penumbuhkembangan keimanan dan ketakawaan
- Pengembangan wawasan kebangsaan, kenegaraan, demokrasi dan
kepribadian.
- Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
- Pengembangan, penghayatan, apresiasi dan ekspresi seni.
- Pembentukan manusia yang sehat jasmani dan rohani.
Pembentukan manusia di atas pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan
dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
Ketiga, adanya pandangan terhadap keberadaan peserta didik yang
terintegrasi dengan lingkungan sosial-kulturalnya dan pada gilirannya akan
menumbuhkan individu sebagai pribadi dan anggota masyarakat mandiri yang
berbudaya. Hal ini sejalan dengan proses pentahapan aktualisasi intelektual,
emosional dan spiritual peserta didik di dalam memahami sesuatu, mulai dari
tahapan paling sederhana dan bersifat eksternal sampai tahapan yang paling rumit
dan bersifat internal, yang berkenaan dengan pemahaman dirinya dan lingkungan
kulturalnya.
Keempat, dalam rangka mewujudkan visi dan menjalankan misi
pendidikan nasional, diperlukan suatu acuan dasar (benchmark) oleh setiap
penyelenggara dan satuan pendidikan, yang antara lain meliputi kriteria-kriteria
minimal berbagai aspek yang terkait dengan penyelenggaraan pendidikan yang
dijadikan pedoman untuk mewujudkan:
1. Pendidikan yang berisi muatan yang seimbang dan holistik
(menyeluruh).
2. Proses pembelajaran yang demokratis, mendidik, memotivasi,
mendorong kreativitas dan dialogis.
3. Hasil pendidikan yang bermutu dan terukur.
4. Berkembangnya profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan.
5. Tersedianya sarana dan prasarana belajar yang memungkinkan
berkembangnya potensi peserta didik secara optimal.
6. Berkembangnya pengelolaan pendidikan yang memberdayakan satuan
pendidikan.
7. Terlaksanya evaluasi, akreditasi dan sertifikasi yang berorientasi pada
peningkatan mutu pendidikan secara berkelanjutan.
Acuan-acuan tersebut merupakan standar nasional pendidikan yang dimaksudkan
untuk memacu pengelola, penyelenggara dan satuan pendidikan agar dapat
meningkatkan kinerjanya dalam memberikan layanan pendidikan yang bermutu.
Selain itu standar nasional pendidikan juga dimaksudkan sebagai perangkat untuk
mendorong terwujudnya transparansi dan akuntabilitas publik dalam
penyelenggaraan sistem pendidikan nasional. Pelaksanaan pendidikan secara
holistik dimaksudkan bahwa proses pembelajaran antar kelompok mata pelajaran
bersifat terpadu dalam mencapai standar kompetensi yang ditetapkan.
2.14 Infrastruktur ICT
2.14.1 Arsitektur Hardware
Kadir (2003) mengutip penjelasan Turbin et. al (1999) mendefinisikan
arsitektur informasi (atau arsitektur teknologi informasi, arsitektur sistem
informasi, infrastruktur teknologi informasi) sebagai suatu pemetaan atau rencana
kebutuhan-kebutuhan informasi di dalam suatu organisasi. Arsitektur ini berguna
sebagai penuntun bagi operasi sekarang atau menjadi cetak-biru (blueprint) untuk
arahan di masa mendatang. Tujuan dari arsitektur ini adalah agar bagian teknologi
informasi memenuhi kebutuhan-kebutuhan bisnis strategis organisasi. Ada tiga
jenis arsitektur yang dapat digunakan organisasi untuk membangun arsitektur
informasi, yaitu:
1. Arsitektur Tersentralisasi.
Implementasi dari arsitektur tersentralisasi (terpusat) adalah semua
pemrosesan data dilakukan oleh komputer yang ditempatkan di dalam
suatu lokasi yang ditujukan untuk melayani semua pemakai dalam
organisasi. Biasanya arsitektur ini digunakan pada organisasi yang tidak
mempunyai cabang.
MainframeArsip Data Printer
Terminal
TerminalTerminal
Terminal
Gambar 2.6 Arsitektur Tersentralisasi
(Kadir, 2003)
2. Arsitektur Desentralisasi.
Konsep dari arsitektur desentralisasi adalah pemrosesan data
tersebar (terdistribusi) artinya sebagai sistem yang terdiri atas sejumlah
komputer yang tersebar pada berbagai lokasi yang dihubungkan dengan
sarana telekomunikasi dengan masing-masing komputer mampu
melakukan pemrosesan yang serupa secara mandiri, tetapi bisa saling
berinteraksi dalam pertukaran data. Model sederhana sistem pemrosesan
terdistribusi terdapat pada sejumlah komputer yang terhubung dalam
jaringan yang menggunakan arsitektur peer-to-peer. Pada gambar 2.7,
menunjukkan masing-masing komputer memiliki akses control terhadap
peripheral masing-masing, misalnya printer atau CD-room. Tetapi
memungkinkan komputer lain menggunakan bersama peripheral tersebut.
Biasanya sistem ini digunakan jika organisasi mempunyai banyak cabang
atau memiliki divisi/bagian yang terpisah.
Mainframe
PCPC
Printer
Optical Drive
Mini Komputer
Gambar 2.7 Arsitektur Desentralisasi
(Kadir, 2003)
3. Arsitektur Client/Server
Arsitektur client/server maksudnya adalah pada arsitektur ini ada
bagian yang disebut client dan ada yang disebut dengan server. Client
adalah sistem atau proses yang melakukan sesuatu permintaan data atau
layanan ke server. Sedangkan server adalah sistem atau proses yang
menyediakan data atau layanan yang diminta oleh client. Secara fisik,
sebuah server dapat berupa komputer (mainframe, mini-komputer,
workstation, ataupun PC) atau piranti yang lainnya (misalnya printer).
Client mempunyai kemampuan untuk melakukan proses sendiri.
Ketika sebuah client meminta suatu data ke server, server akan segera
menanggapinya dengan memberikan data yang diminta oleh client yang
bersangkutan. Setelah data diterima, client segera melakukan pemrosesan.
Model komputasi yang berbasis client/server bisa diterapkan dengan
menggunakan perangkat lunak gado-gado. Artinya, pada awal
pembangunan sistem dan pengembangannya tidak ada perlu migrasi
sistem. Karena bisa menggunakan perangkat lunak yang bisa disesuaikan
dengan kebutuhan perkembangan zaman.
Data
Jaringan
ServerClient
Client
Printer
Gambar 2.8 Arsitektur Client/Server
(Kadir, 2003)
Tabel 2.2 Keuntungan Arsitektur Client/Server (Kadir, 2003)
Fitur Keuntungan
Jaringan mesin-mesin yang
kecil tapi berdaya guna
Jika sebuah mecin macet, proses bisnis tetap
berjalan
Kumpulan komputer dengan
ribuan MIPS (Million
Instructions Per Second)
Sistem memberikan kekuatan dalam
melaksanakan suatu tugas tanpa memonopoli
sumber-sumber daya. Pemakai akhir diberi hak
untuk bekerja secara lokal
Beberapa workstation sangat
handal seperti mainframe,
tetapi dengan biaya 90% lebih
rendah.
Dengan memberikan kekuatan yang lebih
untuk biaya yang kecil, sistem menawarkan
keluwesan untuk melakukan pembelian pada
hal-hal lain atau untuk meningkatkan
keuntungan
Sistem terbuka Dapat memilih perangkat keras, perangkat
lunak, dan layanan dari berbagai vendor.
Sistem tumbuh dengan mudah
dan dapat diperluas secara tak
terbatas
Sangat mudah untuk memperbaharui sistem
sesuai dengan kebutuhan yang terus berubah
dan berkembang.
Lingkungan operasi klien yang
bersifat individual.
Dapat mencampur dan mencocokkan platform
komputer yang sesuai dengan kebutuhan
masing-masing departemen dan pemakai.
2.14.2 Arsitektur Jaringan Komputer
Jaringan komputer merupakan hubungan dua buah simpul (umumnya
berupa komputer) atau lebih yang ditujukan untuk melakukan pertukaran data atau
untuk melakukan bagipakai perangkat lunak, perangkat keras, dan bahkan berbagi
kekuatan pemrosesan.
2.14.2.1 Klasifikasi Jaringan Komputer
1. Local Area Network (LAN)
LAN adalah jaringan komputer yang mencakup area dalam satu ruang,
satu gedung, atau beberapa gedung yang berdekatan. LAN umumnya
menggunakan media transmisi berupa kabel (UTP, kabel koaksial,
ataupun serat optic). Namun ada juga yang tidak menggunakan kabel dan
disebut sebagai Wireless LAN (WLAN) atau LAN tanpa kabel. Menurut
tipenya, LAN dapat berupa client/server atau peer-to-peer.
2. Metropolitan Area Network (MAN)
MAN adalah jaringan yang mencakup area satu kota atau dengan rentang
sekitar 10-45 km. jaringan ini umumnya menggunakan media transmisi
dengan mikrogelombang atau gelombang radio.
3. Wide Area Network (WAN).
Jaringan WAN mencakup antarkota, antarpropinsi, antarnegara, dan
bahkan antar benua. Contohnya adalah internet atau ATM.
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian terbagi menjadi dua, yaitu:
metode pengumpulan data dan metode desain model knowledge management.
3.1 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Dalam penelitian ini metode
yang digunakan adalah:
3.1.1 Observasi
Observasi dilakukan dengan secara langsung mengamati aktifitas bisnis
yang berlangsung di sekolah standar nasional (SMAN 1 Tangsel) dan sekolah
rintisan standar internasional (SMAN 3 Tangsel). Obeservasi ini dilakukan pada
bulan Mei – Juni 2011. Penjelasan lebih lengkap mengenai aktifitas bisnis akan
dijelaskan pada bab 4.
3.1.2 Wawancara
Wawancara di dalam penelitian ini dilakukan dengan pihak expert di
masing-masing sekolah, yaitu: kepala sekolah atau wakil kepala sekolah yang
berhubungan dengan proses akuisisi pengetahuan dengan selang waktu pada 10
Mei – 10 juni 2011, berikut ini daftar pertanyaan (hasil wawancara dilampirkan):
1. Apa standar dan proses pendidikan yang digunakan di dalam sekolah untuk
mencapai standar kompetensi kelulusan?
2. Apa silabus/kurikulum yang digunakan oleh sekolah saat ini? Apakah
silabus/kurikulum tersebut sudah memuaskan dan bisa diterima oleh guru
maupun murid? Jika tidak apa alasannya?
3. Bagaimana peran guru disekolah terhadap siswa? Berapa intensitas pertemuannya
baik dikelas maupun diluar kelas?
4. Apa perbedaan antara SSN, RSBI dan SBI? standarisasi apa saja yang dapat
menentukan sekolah untuk mendapat predikat tersebut?
5. Bagaimana cara berbagi pengetahuan di lingkungan sekolah serta teknologi apa
saja yang digunakan dalam menunjang proses nya?
6. Bagaimana cara sekolah dalam meningkatkan pengetahuan karyawannya?
Kemampuan-kemampuan apa saja yang dimiliki oleh tenaga pendidik?
7. Bagaimana sekolah dalam memfasilitasi karyawannya, khususnya tenaga
pendidik untuk dapat berbagi pengetahuan di lingkungan sekolah?
8. Langkah-langkah apa saja yang harus di tempuh sekolah dalam meningkatkan
kemampuan karyawannya, terutama tenaga pendidik?
Dari hasil wawancara tersebut dikumpulkan data dan informasi berupa
proses bisnis yang berjalan untuk proses akuisisi dan berbagi pengetahuan pada
sumber daya manusia yang ada di dalam sekolah, serta data-data lainnya yang
diperlukan untuk menganalisa proses bisnis tersebut dan analisa SWOT yang ada
di SMAN 1 Tangsel maupun SMAN 3 Tangsel.
3.1.3 Kuesioner
Kuesioner digunakan untuk membantu dalam menganalisa K-need atau
mengetahui kesenjangan pengetahuan yang ada di SMAN 1 Tangsel dan SMAN 3
Tangsel. Dalam menguji nilai valid dari kuesioner, menggunakan validitas isi dan
pengujiannya menggunakan pengujian validitas dan realibilitas di tiap pertanyaan.
Koresponden terdiri dari guru yang ada pada SMAN 1 Tangsel dan SMAN 3
Tangsel. (Kuesioner dan hasil pengujiannya dilampirkan).
3.1.4 Studi Literatur Sejenis
Studi Literatur Sejenis yang dilakukan adalah membaca beberapa jurnal dan
textbook, 6 judul skripsi, serta 3 judul thesis yang berhubungan dengan
Knowledge Management, beberapa penelitian terdahulu, antara lain:
a. Thesis Yuliazmi (Budi Luhur), membahas pemanfaatan Knowledge
Management pada PT. reasuransi dengan metode analisa SWOT dan
FGD (Focus group Discussion).
b. Setiarso (2009), pada jurnalnya membahas penerapan knowledge
management di organisasi dengan menggunakan metode SSM.
c. Skripsi Rangga Mahisa B. (Binus), membahas mengenai
mengefektifkan pendokumentasian serta meningkatkan kualitas sumber
daya PT. Primacom Interbuana dengan Knowledge Management.
d. Skripsi Willy Suteja (Binus), menghasilkan sebuah sistem KM yang
berfokus pada proses knowledge sharing yang dapat mendukung serta
memberikan kemudahan bagi perusahaan, khususnya pada divisi
training dalam melakukan penyebaran knowledge.
e. Meirita Salim, Rendy S, Feliciana K (Binus), mengembangkan KMS
dengan pendekatan OOSE (Object Oriented Software Engineering),
hasilnya merupakan sebuah tools yang dapat membantu jurusan Sistem
Informasi di binus dalam pengumpulan dan pemanfaatan knowledge
yang dimilikinya.
Dari penelitian terdahulu, lebih banyak penerapan KM menggunakan cara
kodifikasi, namun pada penelitian ini penerapan KM menggunakan cara
personalisasi, yaitu pada permodelan proses pengelolaan, akuisisi dan berbagi
pengetahuan yang nantinya bisa dikembangkan dengan cara kodifikasi.
3.2 Metode Desain Model Knowledge Management
Gambar 3.1 Model SSM P. Checkland
Dalam membuat suatu model knowledge management pada penelitian ini,
menggunakan suatu metode dari P. Checkland yaitu SSM (Soft System
Methodology) dengan menggunakan waterfall. Adapun langkah-langkahnya
antara lain:
3.2.1 Mendefinisiskan Situasi Riil
Dalam mendefinisikan situasi permasalahan yang terjadi di SMAN 3
Tangsel (RSBI) dan SMAN 1 Tangsel (SSN), di identifikasi:
a. Proses Bisnis
Menganalisa proses bisnis sekolah dalam melakukan akuisisi dan
berbagi pengetahuan antar individu (tenaga pendidik) maupun
karyawan yang ada pada SMAN 3 Tangsel dan SMAN 1 Tangsel
b. Analisa Sosial
Menganalisa peran internal dan eksternal yang berhubungan dengan
sekolah mengenai peraturan, standar nasional pendidikan, serta
perbedaan antara SSN dan RSBI dalam mengelola dokumen dan
pengetahuan yang dimilikinya, serta melihat struktur organisasinya.
c. Identifikasi Knowledge
Mengidentifikasi pengetahuan tacit dan ekplisit yang dimiliki oleh
tenaga pendidik secara umumnya berdasarkan hasil kuesioner pada
tenaga pendidik di SMAN 1 Tangsel dan SMAN 3 Tangsel.
d. Analisa SWOT
Memberikan gambaran mengenai kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman dari SMAN 3 Tangsel (RSBI) dan SMAN 1 Tangsel (SSN).
e. Analisa K-Gap
Menganalisa kesenjangan pengetahuan yang terjadi pada tenaga
pendidik pada SMAN 3 Tangsel (RSBI) dan SMAN 1 Tangsel (SSN)
dengan sampel 21 guru tetap.
3.2.2 Mengekspresikan Situasi Permasalahan.
Situasi permasalahan diekspresikan dengan rich picture. Menggambarkan
situasi permasalahan yang ada pada SMAN 3 Tangsel (RSBI) dan SMAN 1
Tangsel (SSN) berdasarkan kondisi riil.
3.2.3 Menganalisa Root Definition (CATWOE)
Mendefinisikan elemen-elemen yang berhubungan dengan model yang akan
di usulkan, dibatasi hanya pada proses akuisisi pengetahuan guru/staf di dalam
sekolah, adapun elemen-elemennya meliputi:
C (Customer) = Setiap divisi di dalam sekolah yang merasakan dampak
dari sistem.
A (Actors) = divisi yang melakukan proses pengelolaan pengetahuan di
dalam sekolah saat ini.
T (Transformation Process) = Proses yang mengubah Input menjadi
Output, dengan kata lain proses yang terjadi pada model KM yg
diusulkan.
W (Wetanschaung) = Cara pandang terhadap sistem.
O (Owners) = pelaku/aktor yang dapat memulai/mematikan sistem KM
kedepannya.
E (Environment Constrains) = sistem yang lebih besar di mana sistem
berada.
3.2.4 Membangun Model Konseptual
Mengusulkan suatu model strategi knowledge management untuk sekolah
menengah atas pada umumnya agar dapat menjadi learning organization dan
melakukan pengelolaan pengetahuan menjadi lebih baik serta dapat melakukan
proses akuisisi dan berbagi pengetahuan menjadi lebih mudah.
3.2.5 Membandingkan Model Konseptual dengan Kondisi Riil
Model konseptual kemudian di sesuaikan berdasarkan hasil analisa
sebelumnya, Dengan lima disiplin pembelajaran, yaitu: Disiplin Visi Bersama
(shared vision), Disiplin model mental (Mental model), Disiplin penguasaan
pribadi (personal mastery), Disiplin pembelajaran tim (Team learning), dan
Disiplin berpikir sistemik (System thinking)
3.2.6 Mengusulkan Model Usulan
Langkah terakhir adalah mengusulkan sebuah model sistem baru yang bisa
digunakan sekolah dalam mengembangkan sistem knowledge management
sehingga bisa diterapkan oleh sekolah menengah atas pada umumnya baik yang
bersatatus SSN ataupun RSBI kedepannya. Namun dalam penelitian ini, hanya
sebatas mengusulkan model sistem KM belum sampai pada pengujian dan
implementasi sistem.
3.3 Kerangka Berfikir
Gambar 3.2 Kerangka Berfikir Penelitian
BAB IV
ANALISA DAN DESAIN MODEL KNOWLEDGE
MANAGEMENT
4.1 Mendefinisiskan Situasi Riil
Dalam mendefinisikan situasi riil permasalahan yang terjadi pada SMAN 3
Tangsel sebagai sekolah dengan status RSBI dan SMAN 1 Tangsel sebagai
sekolah dengan status SSN akan dijelaskan secara terpisah. Berikut analisa situasi
riil yang terjadi:
4.1.1 Proses Bisnis
Aktivitas proses bisnis yang berjalan dalam melakukan akuisisi pengelolaan
pengetahuan serta cara berbagi pada tenaga pendidik di SMAN 3 dan SMAN 1
Tangsel dijabarkan secara garis besar sebagai berikut:
Setiap tenaga pendidik bertanggungjawab langsung kepada wakil kepala
sekolah (wakasek) bidang kurikulum. Secara umum, tugas yang harus dilakukan
adalah melaksanakan KBM (kegiatan belajar mengajar), membuat silabus dan
persiapan mengajar, membuat program evaluasi dan remedial siswa, serta
memberitahukan laporan hasil belajar kepada walikelas melalui wakasek
kurikulum. Dalam mendapatkan bahan persiapan untuk melaksanakan KBM,
tenaga pendidik bisa mendapatkannya melalui sumber yang telah disediakan oleh
sekolah, yaitu perpustakaan.
Selain itu, sumber dari internet juga digunakan sebagai salah satu tambahan
dalam mencari materi sehingga tiap individu tenaga pendidik bisa mendapatkan
pengetahuan yang terbaru maupun melengkapi pengetahuan yang sudah ada. Hal
ini merupakan dokumen-dokumen (ekplisit) yang selalu ada dan mengalami
perubahan di tiap tahunnya. Disesuaikan dengan perkembangan pendidikan pada
sekolah menengah atas.
Secara berkala, setiap tenaga pendidik juga diberikan suatu pelatihan,
workshop, seminar atau kegiatan sejenis lainnya sesuai dengan bidang yang
diajarkannya. Hal ini dilakukan untuk menambah kualitas pengetahuan yang
dimiliki oleh tiap tenaga pendidik di dalam sekolah. Selain itu, kegiatan rapat,
diskusi dan mengikuti forum MGMP (musyawarah guru mata pelajaran) se-daerah
setempat juga menjadi salah satu bagian dalam proses akuisisi tenaga pendidik.
Setelah mengikuti berbagai kegiatan untuk menambah pengetahuan di tiap
individu tenaga pendidik, pihak sekolah mengadakan desiminasi atau penyebaran
pengetahuan yang telah diperoleh kepada tenaga pendidik yang tidak mengikuti
secara langsung kegiatan tersebut sesuai dengan kebutuhan bidang yang diajar.
Setelah itu, tiap individu yang mengikuti kegiatan diharuskan melaporkan hasil
kegiatan kepada kepala sekolah. Jika diperlukan, individu yang mengikuti
kegiatan tersebut membuat suatu makalah/paper sebagai dokumentasi sekolah.
4.1.2 Analisa Sosial
Menggambarkan situasi yang terjadi dalam dunia pendidikan baik dari
dalam sekolah maupun pihak luar sekolah yang ikut berperan dalam
pembangunan pendidikan di Indonesia, khususnya daerah Tangerang Selatan.
4.1.2.1 Analisa Internal
Dengan adanya perbedaan status sekolah, yakni Sekolah Berstandar
Nasional (SSN) dan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) terdapat
perbedaan pula dari hal pelayanan akademik, sarana dan prasarana serta
kemampuan pengetahuan yang dimiliki tenaga pendidik. Berikut ini
perbedaannya:
A. SMAN 3 Tangsel (RSBI)
Aktifitas bisnis yang berjalan di sekolah di mulai ketika calon siswa/orang
tua mendaftar ke sekolah. Saat mendaftar calon siswa berhubungan dengan
bagian kesiswaan kemudian segala data dan informasi terhubung juga ke
bagian bangdik, tata usaha, bagian humas dan ICT untuk dikelola dan di
integrasikan dengan data-data yang dibutuhkan sekolah. Ketika siswa sudah
masuk dan diterima di dalam sekolah, maka siswa tersebut wajib mengikuti
MOS (Masa Orientasi Siswa) dan proses martikulasi, dengan tujuan
mengenalkan siswa baru kepada lingkungan sekolah dan penyamaan materi
dasar yang akan diajarkan, agar proses belajar lebih mudah.
Dikarenakan SMAN 3 Tangsel sudah tidak lagi memiliki kelas regular,
maka tidak ada lagi penyaringan khusus untuk masuk kelas bilingual. Namun
tes evaluasi akan terus di monitoring oleh bagian manajemen sekolah, jika
siswa tersebut tidak memenuhi syarat untuk bisa naik kelas maka siswa
tersebut akan mengulang, namun jika memenuhi syarat akan naik ke kelas
berikutnya. Proses ini terus berjalan hingga lulus.
Dalam pengembangan pendidikan, selain di monitoring oleh manajemen
mutu, SMAN 3 Tangsel juga sudah menerapkan kurikulum adopsi dan adapsi
dari negara maju yang menjadi sister school di SMAN 3 Tangsel. Hal ini juga
merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh sekolah rintisan
bertaraf internasional (RSBI). Alur kordinasi yang terjadi di SMAN 3 Tangsel
meliputi kepala sekolah dibantu oleh Wakepsek Manajemen Mutu, Kepala
Tata Usaha, Wakepsek Kurikulum, Wakepsek Bidang Sarana dan Prasarana,
Wakepsek Kesiswaan, dan Wakepsek Humas dalam menjalankan proses
bisnis sekolah. (struktur organisasi, terlampir)
B. SMAN 1 Tangsel (SSN)
Aktifitas bisnis yang berjalan di SMAN 1 Tangsel dimulai ketika calon
siswa atau orang tua mendaftar ke sekolah dan berhubungan dengan
kesiswaan. Kemudian bagian tata usaha berkordinasi dengan humas dan
kesiswaan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan oleh sekolah.
Setelah dinyatakan diterima sebagai siswa SMAN 1 Tangsel, maka para siswa
baru mengikuti MOS (Masa Orientasi Siswa) dan kemudian melakukan
martikulasi berupa pre-test, pemberian materi pembelajaran khusus MIPA
(Matematika dan IPA) dan terakhir dilakukan post test guna untuk menyaring
siswa yang ingin masuk kelas bilingual.
Dikarenakan SMAN 1 Tangsel belum dikategorikan sebagai sekolah
RSBI, sehingga sebenarnya tidak diwajibkan membuka kelas bilingual dan
melakukan kerjasama dengan negara maju yang menjadi sister school, namun
sebagai sekolah unggulan dan sudah mendapat akreditasi sebagai sekolah
standar nasional, dewan guru dan kepala sekolah memutuskan untuk
membuka satu kelas bilingual pada tiap tingkat.
SMAN 1 Tangsel juga sudah mengintegrasikan sistem barcode sebagai
kartu multifungsi yang digunakan pada absensi siswa dan pembayaran, serta
kedepannya akan dilakukan pengembangan untuk aktifitas lainnya. Selain itu
pihak sekolah juga bermitra dengan vendor khusus untuk layanan SMS
gateway kepada informasi akademik ke guru/staf yang masih dilayani oleh
tata usaha. Alur kordinasi yang terjadi di SMAN 1 Tangsel meliputi kepala
sekolah dibantu oleh Kepala Tata Usaha, Wakepsek Kurikulum, Wakepsek
Bidang Sarana dan Prasarana, Wakepsek Kesiswaan, dan Wakepsek Humas
dalam menjalankan proses bisnis sekolah. (struktur organisasi, terlampir)
4.1.2.2 Analisa Eksternal
Dengan adanya standar-standar yang ditetapkan oleh dinas pendidikan
nasional yang tertuang dalam peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang
standar nasional pendidikan yang harus dipenuhi oleh pihak sekolah. Banyak
lembaga pendidikan mulai melakukan peningkatan kualitas terhadap sekolahnya,
agar turut berpartisipasi dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Upaya ini juga dilakukan pemerintah sesuai dengan diterbitkannya Undang-
Undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.
Sekolah yang ingin meningkatkan kualitas lembaganya sesuai dengan
peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan
harus memenuhi kedelapan standar, meliputi: standar isi, standar proses, standar
pengelolaan, standar pembiayaan, standar penilaian, standar sarana dan prasarana,
standar kompetensi lulus, juga standar pendidik dan tenaga pendidik. Hal ini
sejalan dengan visi dari dinas pendidikan di Indonesia, yaitu “Mewujudkan sistem
pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk
memberdayakan semua warga negara Indonesia agar berkembang menjadi
manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan
zaman yang selalu berubah”.
Berdasarkan beberapa hal tersebut, berbagai sekolah melakukan
pengembangan pendidikan pada lembaganya. Salah satu hal yang dapat dilakukan
untuk menunjang keberlangsungan dari terpenuhinya standar nasional pendidikan
adalah melakukan sertifikasi manajemen ISO 9001:2008 yang merupakan salah
satu sistem manajemen yang mengatur dalam pengelolaan dokumen, perencanaan
serta pengawasan segala kegiatan yang berlangsung di dalam sekolah.
Untuk sekolah di Indonesia saat ini, ada perbedaan pengkategorian status
sekolah yaitu sekolah standar nasional (SSN) dan Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional (RSBI). Proses sebuah sekolah untuk bisa mendapatkan status
sebagai sekolah standar nasional adalah dengan terpenuhinya kedelapan standar
pendidikan nasional tersebut. Namun, jika ada salah satu saja dari standar tersebut
yang tidak terpenuhi maka sekolah tersebut tetap belum bisa mendapatkan status
sebagai sekolah standar nasional, walaupun hambatan itu misalnya berada pada di
standar sarana dan prasarana, yakni lokasi sekolah yang belum bisa sesuai dengan
standar lahan yang tetapkan atau yang lainnya.
Sedangkan, sekolah yang sudah layak dan mampu menjaga kredebilitasnya
sebagai Sekolah Standar Nasional bisa mengajukan diri sebagai sekolah yang
memiliki status sebagai Sekolah Rintisan Bertaraf Internasional. Untuk
mendapatkan status ini, pihak sekolah cukup menambahkan nilai “plus” selain
dari kedelapan standar pendidikan nasional tersebut.
Nilai “plus” tersebut diberikan kebebasan pada sekolah untuk memilihnya,
karena nilai “plus” ini adalah penambahan kurikulum adopsi dan adapsi dari
negara maju ataupun dari sekolah bertaraf internasional dan perguruan tinggi serta
menjalin kerjasama dengan sekolah di negara maju dan menjadikannya sebagai
sisterhood sehingga terciptanya perkembangan dengan kemampuan yang bisa
disesuaikan dengan siswa di sekolah.
Dengan adanya perbedaan dalam hal status sekolah baik itu sekolah standar
nasional hingga sekolah bertaraf internasional sekalipun mempunyai tingkat
pengelolaan maupun akuisisi pengetahuan yang berbeda. Tentunya dengan status
sekolah bertaraf internasional, minimalnya sudah mempunyai standarisasi dalam
hal penyimpanan dan pengaturan dokumen yang berhubungan dengan proses
bisnis sekolah, aktifitas pengajaran, maupun laporan-laporan tenaga pendidik/staf
dari hasil pelatihan maupun studi banding.
Hal ini dikarenakan sekolah dengan status RSBI diharuskan untuk memiliki
sertifikasi manajemen ISO 9001:2008. Selain RSBI tidak diwajibkan. Tetapi jika
pihak sekolah ingin melaksanakan sertifikasi manajemen ISO 9001:2008 akan
lebih baik dan membantu dalam pengelolaan dan pelayanan yang terbaik kepada
siswa. Karena prinsip dari ISO 9001:2008 ini adalah apa yang direncanakan
adalah yang dilakukan.
4.1.3 Identifikasi Knowledge
Identifikasi Knowledge merupakan salah satu poin penting untuk menunjang
perencanaan sistem knowledge management yang mana dibedakan sesuai dengan
jenis pengetahuan yang ada di dalam ilmu knowledge management, yaitu
berdasarkan tacit knowledge dan explicit knowledge. Identifikasi dalam penelitian
ini diperoleh berdasarkan hasil kuesioner terhadap responden yang ada di SMAN
3 Tangsel dan SMAN 1 Tangsel serta wawancara dengan pihak wakil kepala
sekolah. Sehingga secara umum identifikasi knowledge pada sekolah menengah
atas antara lain adalah:
Tacit Knowledge
- Ide/pengetahuan guru/staf mengenai informasi teknis, solusi permasalahan
dalam kegiatan belajar-mengajar, pengetahuan dari pelatihan yang baru dan
lain-lainnya yang berguna bagi sekolah dan guru/staf lainnya.
- Ide/pengetahuan guru/staf mengenai solusi bagi pengembangan pendidikan
yang terus berkembang.
- Ide/saran untuk meningkatkan pelayanan sekolah.
Explicit Knowledge :
- File-file laporan hasil pelatihan guru/staf yang telah diikuti.
- File-file data siswa maupun guru. Selama ini file-file tersebut di susun
dalam bentuk excel ataupun word sehingga belum bersifat terintegrasi,
masih tersimpan di satu divisi.
- File-file nilai siswa, hasil akreditasi, dll.
Dikarenakan pada SMAN 3 Tangsel sudah memiliki sertifikasi manajemen ISO
9001:2008 maka telah dibentuk satu bagian khusus untuk menyimpan dokumen-
dokumen, yaitu pada bagian Bangdik (pengembangan pendidikan) sehingga sudah
tersimpan rapih dan teratur, sementara untuk SMAN 1 Tangsel masih tersimpan di
bagian kurikulum sehingga masih dalam penggunaannya belum terdokumentasi
secara khusus.
4.1.4 Analisa SWOT
Analisa SWOT digunakan untuk mengidentifikasi analisa internal
(kekuatan-kelemahan) dan analisa eksternal (peluang- ancaman) di dalam sekolah.
Selanjutnya dibuat sebuah matrik TOWS, suatu strategi pencocokan antara analisa
internal dan eksternal yang akan dapat membantu pihak sekolah dalam
mengembangkan empat tipe strategi, yaitu: strategi SO, strategi WO, strategi ST,
dan strategi WT.
A. SMAN 3 Tangsel (RSBI)
Dalam menentukan analisa SWOT pada SMAN 3 Tangsel, digambarkan
pada tabel 4.1:
Tabel 4.1 SWOT SMAN 3 Tangsel
AN
AL
ISA
LIN
GK
UN
GA
N I
NT
ER
NA
L
Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weaknesses)
- Adanya Sertifikasi manajemen
ISO 9001:2008
- Sudah menggunakan kelas
bilingual pada semua kelas dan
tingkat, sehingga tenaga
pendidik diberikan pelatihan
bahasa inggris itensif
perminggunya.
- Memiliki kurikulum adapsi dan
adopsi dengan pihak luar atau
negara maju.
- Mempunyai jaminan pelayanan
yang baik dan berkembang.
- Sudah memiliki bidang
pengembangan pendidikan dan
ICT.
- Kurang berfungsinya ICT
sebagai media berbagi
pengetahuan.
- Penggunaan web yang belum
optimal, masih menyajikan
informasi akademik saja.
- Tingkat kemampuan bahasa
asing guru/staf yang belum
optimal seluruhnya.
- Kurangnya pengalaman dan
adanya perbedaan budaya antar
divisi.
- Penyimpanan dokumen masih
manual, belum secara digital.
AN
AL
ISA
LIN
GK
UN
GA
N
EK
ST
ER
NA
L
Peluang (Oppurtunittes) Acaman (Threaths)
- Banyaknya minat siswa/orang
tua siswa dengan kelas
Bilingual
- Adanya peluang kerjasama
dengan negara maju sebagai
sister school.
- Berkembangnya teknologi
informasi di Indonesia untuk
dunia pendidikan.
- Semakin banyaknya biaya yang
dibutuhkan sebagai RSBI.
- Perubahan teknologi yang cepat
dan terus berkembang.
- Adanya peraturan pemerintah
yang berubah dan berkembang.
- Kebutuhan pendidikan yang
terus meningkat
Berdasarkan Tabel 4.1, maka dihasilkan hasil matriks TOWS untuk SMAN 3
tangsel sebagai berikut:
1. Strategi SO (Strengths-Oppurtunitties)
- Memberikan solusi alternatif untuk memenuhi kebutuhan siswa/orang tua
siswa dalam kelas bilingual.
- Memberikan pelatihan yang itensif mengenai ISO 9001:2008 agar
kualitas tenaga kerjanya tetap tinggi dan professional baik secara
individu atau kelompok.
- Menjaga dan meningkatkan reputasi sekolah dengan menjaga pelayanan
yang maksimal.
2. Strategi WO (Weaknesses- Oppurtunitties).
- Memberikan solusi alternative (kerjasama dengan lembaga bahasa asing)
untuk memaksimalkan kemampuan bahasa asing para guru/staf.
- Menggunakan teknologi sebagai alternatif integrasi sistem informasi.
- Meningkatkan fasilitas teknologi yang sudah ada untuk mendukung
kinerja guru/staf di sekolah.
3. Strategi ST (Strengths-Threaths)
- Memberikan pelayanan yang terbaik untuk mengantisipasi kondisi
pembiayaan yang lebih besar dari sekolah setingkat lainnya.
- Meningkatkan kualitas sumber daya manusia baik secara individu atau
kelompok.
- Melakukan pengembangan pendidikan sebagai solusi dalam menghadapi
kebutuhan pendidikan yang semakin berkembang.
4. Strategi WT (Weaknesses-Threaths).
- Memberikan pelayanan yang terbaik kepada orang tua siswa maupun
siswa.
- Memaksimalkan fungsi divisi ICT yang sudah ada.
- Membentuk tim/kelompok yang berasal dari berbeda divisi atau mata
pelajaran untuk saling berbagi pengalaman dan budaya.
- Mengoptimalkan peran web sebagai media transfer/sharing knowledge .
B. SMAN 1 Tangsel (SSN)
Dalam menentukan analisa SWOT pada SMAN 1 Tangsel, digambarkan
pada tabel 4.2:
Tabel 4.2 SWOT SMAN 1 Tangsel
AN
AL
ISA
LIN
GK
UN
GA
N
INT
ER
NA
L
Kekuatan (Strength) Kelemahan
- Menggunakan SMS Gateway
untuk penyebaran informasi
akademik yang dikelola tata
usaha
- Menggunakan sistem barcode
pada pembayaran siswa
- Sudah membuka satu kelas
bilingual.
- Menjadi sekolah contoh bagi
sekolah lainnya.
- Belum tersedianya bidang
khusus untuk ICT.
- Kurangnya pengalaman dan
adanya perbedaan budaya antar
divisi.
- Tingkat kemampuan bahasa
asing guru/staf yang optimal.
- Belum adanya
pendokumentasian yang baik
pada explicit knowledge .
- Sistem informasi masih belum
terintegrasi (masih manual).
AN
AL
ISA
LIN
GK
UN
GA
N
EK
ST
ER
NA
L
Peluang Ancaman
- Memiliki kerjasama dengan
lembaga bahasa asing.
- Berkembangnya tehnologi
informasi di Indonesia.
- Menjadi salah satu sekolah
unggulan di Tangsel
- Banyaknya minat siswa/orang
tua dengan kelas Bilingual
- Perubahan teknologi yang
cepat dan terus berkembang.
- Adanya peraturan pemerintah
yang berubah dan
berkembang.
- Kebutuhan pendidikan yang
terus meningkat
Berdasarkan Tabel 4.2 maka dihasilkan hasil matriks TOWS untuk SMAN 1
tangsel sebagai berikut:
1. Strategi SO (Strengths-Oppurtinitties)
- Menjalin kerjasama dengan lembaga bahasa asing agar meningkatkan
kemampuan bahasa guru/staf.
- Penggunaan SMS gateway memberikan solusi alternatif dalam
memudahkan pemberian informasi akademik diantara guru/staf.
- Penggunaan sistem barcode pada pembayaran siswa juga membantu
bagian tata usaha dalam mengetahui siswa yang belum melakukan
pembayaran ataupun telat membayar.
- Membuka kelas bilingual, sebagai salah satu solusi untuk mengatasi
minatnya siswa terhadap kelas bilingual.
2. Strategi WO (Weaknesses- Oppurtinitties)
- Menyediakan bidang khusus dalam bagian ICT dalam memenuhi
perkembangan teknologi yang dibutuhkan.
- Meningkatkan pelayanan sekolah agar dapat mendukung dan
meningkatkan kualitas sekolah menjadi lebih baik.
- Menyediakan sarana/tempat khusus untuk mendukung sumber informasi
atau penambahan dan berbagi pengetahuan antar guru.
- Meningkatkan kemampuan individu untuk menjaga kualitas pelayanan
sekolah.
3. Strategi ST (Strengths-Threaths)
- Membuka kelas bilingual sebagai solusi alternatif untuk memenuhi
tingginya permintaan terhadap kelas bilingual.
- Mendokumentasikan dokumen-dokumen dalam mendukung perbaikan
dalam penyimpanan file-file yang masih manual agar lebih mudah dalam
menemukan informasi secara cepat dan tepat.
- Melakukan pengembangan pendidikan sebagai solusi alternatif dalam
menyeimbangkan perkembangan pendidikan yang terus berkembang.
4. Strategi WT (Weaknesses-Threaths).
- Menyediakan sarana informasi berupa web agar dapat memaksimalkan
pelayanan informasi yang dibutuhkan sekolah.
- Membentuk tim/kelompok yang berasal dari berbeda divisi atau mata
pelajaran untuk saling berbagi pengalaman dan budaya kerja.
- Mengintegrasikan divisi yang ada dengan teknologi untuk mendukung
pelayanan sekolah yang lebih optimal.
4.1.5 Analisa K-Gap
Analisa K-GAP digunakan untuk memperoleh hasil persentase yang
menunjukkan tingkat kepentingan dan penguasaan individu tenaga pendidik
dalam melakukan proses akuisisi dan berbagi pengetahuan di lingkungan sekolah.
Hasil K-gap ini merupakan hasil dari kuesioner yang dibagikan kepada tenaga
pendidik pada SMAN 3 Tangsel dan SMAN 1 Tangsel.
Dengan daftar hasil K-gap (terlampir) yang ada kemudian di tentukan
knowledge wajib yang perlu dan harus dimiliki oleh tenaga pendidik dalam
melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Selain itu, hal yang menjadi knowledge
pilihan merupakan knowledge pelengkap yang dapat membantu dalam
melaksanakan tugas-tugas. Dalam mengembangkan knowledge management,
kemampuan pada knowledge wajib harus ditingkatkan dan menjadi knowledge
yang harus selalu ada dan dimiliki oleh karyawan di dalam sekolah. Berikut
hasilnya:
a. SMAN 3 Tangsel
Tabel 4.3 K-Gap SMAN 3 Tangsel
Tingkat
Kepentingan Tingkat Penguasaan
Penting 70% 62%
Cukup Penting 26% 34%
Belum Penting 4% 3%
Total 100%
Berdasarkan Tabel 4.3, didapatkan nilai persentase dari analisa tingkat
kepentingan 70 persen yang setuju akan pentingnya pengelolaan pengetahuan
yang baik, selebihnya, 26 persen guru/staf yang mengatakan cukup penting
dan 4 persen yang mengatakan belum penting.
Namun jika dibandingkan dengan tingkat penguasaan individu dalam
melakukan akuisisi dan berbagi pengetahuan, terdapat 62 persen guru/staf yang
menjawab sudah menguasai, selebihnya, 34 persen guru/staf melakukan
akuisisi dan berbagi pengetahuan dengan cara yang biasa dilakukan, yaitu
melakukan pendokumentasian dan berbagi jika memang dirasakan perlu.
b. SMAN 1 Tangsel
Tabel 4.4 K-Gap SMAN 1 Tangsel
Tingkat Kepentingan Tingkat Penguasaan
Penting 89% 73%
Cukup Penting 10% 20%
Belum Penting 1% 7%
Total 100%
Berdasarkan Tabel 4.4, di peroleh hasil persentase dari analisa tingkat
kepentingan 89 persen yang setuju akan pentingnya pengelolaan pengetahuan
yang baik, selebihnya, 10 persen guru/staf yang mengatakan cukup penting
dan 1 persen yang mengatakan belum penting.
Namun jika dibandingkan dengan tingkat penguasaan individu dalam
melakukan akuisisi dan berbagi pengetahuan, terdapat 73 persen guru/staf yang
menjawab sudah menguasai, selebihnya, 20 persen guru/staf melakukan
akuisisi dan berbagi pengetahuan dengan cara yang biasa dilakukan, yaitu
melakukan pendokumentasian dan berbagi jika memang dirasakan perlu.
Sehingga berdasarkan tabel 4.3 dan tabel 4.4 yang diperoleh dari hasil K-
Need (terlampir) hal yang menjadi knowledge wajib pada SMAN 3 Tangsel
adalah guru telah memahami akan pentingnya melakukan pengembangan
pendidikan, sedangkan pada SMAN 1 Tangsel adalah guru telah memahami
akan pentingnya melakukan pengembangan pendidikan dan sudah memahami
dalam melaksanakan visi dan misi sekolah.
Kemudian yang menjadi knowledge plihan pada SMAN 3 Tangsel adalah
masih belum dilakukannya laporan berkala kegiatan akuisisi dan pemahaman
akan standar pendidik dan tenaga kerja yang masih kurang. Sedangkan pada
SMAN 1 Tangsel adalah guru masih belum menguasai penggunaan komputer
sebagai media komputerisasi yakni dalam hal internet.
Berdasarkan hal tersebut, pemahaman akan melakukan pengembangan
pendidikan yang sejalan dengan undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional perlu dipertahankan, agar setiap sekolah dapat
memberikan pelayanan yang terbaik dan lulusan yang memiliki kemampuan
kompetensi yang setara dengan dunia global.
4.2 Mengekspresikan Situasi Permasalahan
Mengekpresikan situasi permasalahan yang terjadi pada SMAN 3 Tangsel
(RSBI) dan SMAN 1 Tangsel (SSN) di gambarkan dengan analisa kultural (Rich
Picture), analisa ini didapatkan berdasarkan situasi riil yang terjadi di dalam
lingkungan internal masing-masing sekolah. Berikut merupakan rich picture dari
SMAN 3 Tangsel dan SMAN 1 Tangsel:
a. SMAN 3Tangsel (RSBI)
Menggambarkan alur informasi akuisisi yang saling terintegrasi antara satu
knowledge dengan knowledge lainnya di dalam SMAN 3 Tangsel. Sesuai dengan
proses bisnis yang berlangsung saat ini di sekolah. Gambar 4.1 menjelaskan
proses akuisisi guru/tenaga pendidik diperoleh dari pelatihan yang diberikan oleh
sekolah. Tenaga pendidik yang tidak mengikuti langsung bisa mendapatkan
pengetahuan dari hasil desiminasi yang dilakukan oleh tenaga pendidik yang
mengikuti pelatihan, selain itu laporan/notulensi hasil pelatihan yang
didokumentasikan disimpan di dalam bangdik (pengembangan pendidikan) juga
dilaporkan ke kepala sekolah.
Tata usaha hanya memberikan informasi dan surat tugas mengenai
pelatihan. Sedangkan untuk materi belajar tiap tenaga pendidik langsung
berurusan dengan bagian kurikulum.
Kurikulum
HUMAS
TATA USAHA
Absensi
Guru
Guru/Staff
PELATIHAN
Materi Belajar
Surat Tugas
KEPSEK &
Wakapsek
BANGDIK
Informasi &
Jadwal Akademik
Surat Undangan
Informasi data guru
Laporan/Notulensi
Desiminasi
Gambar 4.1 Alur Akuisisi dan Berbagi Pengetahuan (SMAN 3 Tangsel)
b. SMAN 1 Tangsel (SSN)
Menggambarkan alur informasi akuisisi yang saling terintegrasi antara satu
knowledge dengan knowledge lainnya di dalam SMAN 1 Tangsel. Sesuai dengan
proses bisnis yang berlangsung saat ini di sekolah. Gambar 4.2 menjelaskan
proses akuisisi guru/tenaga pendidik diperoleh dari pelatihan yang diberikan oleh
sekolah. Tenaga pendidik yang tidak mengikuti langsung bisa mendapatkan
pengetahuan dari hasil desiminasi yang dilakukan oleh tenaga pendidik yang
mengikuti pelatihan, selain itu laporan/notulensi hasil pelatihan langsung
dilaporkan ke kepala sekolah, jarang untuk didokumentasikan.
Tata usaha hanya memberikan informasi dan surat tugas mengenai
pelatihan. Sedangkan untuk materi belajar tiap tenaga pendidik langsung
berurusan dengan bagian kurikulum.
Kurikulum
HUMAS
TATA USAHA
Absensi
Guru
Guru/Staff
PELATIHAN
Materi Belajar
Surat Tugas
KEPSEK &
Wakapsek
Informasi &
Jadwal Akademik
Surat Undangan
Informasi data guru
Laporan/Notulensi
Desiminasi
Gambar 4.2 Alur Akuisisi dan Berbagi Pengetahuan (SMAN 1 Tangsel)
Berdasarakan alur informasi dari akuisisi tersebut di didapatkan analisa kultural
(rich picture) pada seorang guru/tenaga pendidik untuk melakukan akuisisi dan
berbagi pengetahuan di sekolah menengah atas belum melakukan
pendokumentasian secara digital. Gambar 4.3 merupakan rich picture akuisisi dan
berbagi pengetahuan yang berjalan di sekolah menengah atas yang bisa
disimpulkan berdasarkan rich picture SMAN 3 dan SMAN 1 Tangsel.
Guru/Staff
Kurikulum
Kesiswaan
Bagaimana mengembangkan
kurikulum sekolah
Bagaimana merancang
dan pelaksanaan
kegiatan kesiswaan?
Internal SekolahInternal Sekolah
Humas dan Tata Usaha
Bagaimana cara meningkatkan
kompetensi guru/staff
Dokumen
Dinas Pendidikan Nasional
Lembaga eksternal
Berbagi
pengetahuan
Desiminasi Hasil pelatihan
Kepala Sekolah
dan wakasek
Monitor, Audit, Evaluate
Monitor, Audit, Evaluate
Aku
isis
i
Pe
ng
eta
hu
an
Guru/staff lain
Berupal laporan
tertulis
y
y
y y
Gambar 4.3 Rich Picture Akuisisi dan Berbagi Pengetahuan SMA
4.3 Menganalisa Root Definition
Root Definition merupakan pemaparan permasalahan pada proses
tranformasi yang mengubah masukan menjadi sesuatu yang berbeda dengan
CATWOE. Dalam penelitian ini proses transformasi hanya pada tenaga pendidik.
Prosesnya yaitu melakukan akuisisi dan berbagi pengetahuan. CATWOE berperan
dalam membantu siapa-siapa saja yang dapat melakukan permodelan knowledge
management di sekolah.
Tabel 4.5 CATWOE
CATWOE SMAN 3 Tangsel SMAN 1 Tangsel
Customer (C) Bagian ICT, Bangdik,
Kurikulum dan manajemen
mutu
Bagian Tata Usaha,
Kurikulum.
Actors (A) Seluruh guru/staf di SMAN 3
Tangsel
Seluruh guru/staf di SMAN 1
Tangsel
Transformation
Process (T)
Proses yang terjadi adalah mencari, menambah, menyimpan
dan berbagi knowledge di sekolah, sehingga ketersediaan
knowledge dapat digunakan untuk kepentingan bersama.
Wetanschaung
(W)
Untuk mendukung penggunaan dan berbagi knowledge antar
guru/staf di sekolah.
Owners (O) Bagian Bangdik Bagian Kurikulum
Environment
Constrains (E)
Kendala yang dapat menghambat dalam pelaksanaan akuisisi
pengetahuan, yaitu keterbatasan waktu guru/staf dalam
menambah knowledge , pergantian posisi, dan beban pekerjaan.
- Customer pada desain knowledge management merupakan divisi yang
bertugas dalam mengakuisisi dan berbagi pengetahuan. Divisi yang
mengelola aset pengetahuan.
- Actor pada desain knowledge management merupakan individu yang
melakukan proses akuisisi dan berbagi pengetahuan di sekolah.
- Owners pada desain knowledge management merupakan divisi yang
menyimpan file-file serta pendokumentasian dari hasil akuisisi guru/staf.
4.4 Membangun Model Konseptual
Model konseptual merupakan suatu model usulan yang digunakan dalam
penelitian ini agar sekolah menengah atas (umumnya) bisa menjadi sebuah
organisasi pembelajar (learning organization) dan dapat menerapkan sistem KM.
Dalam model konseptual ini di usulkan sebuah strategi knowledge management
yang diselaraskan dengan pola zack, seperti gambar 4.4 berikut:
Apa yang harus
diketahui sekolah
Apa yang dapat
dilakukan sekolah
Identifikasi
Knowledge
Analisa Eksternal
(Peluang dan Ancaman)
Strategi
TOWSApa yang sudah
diketahui sekolah
Analisa Internal
(Kekuatan dan Kelemahan)
Apa yang harus
dilakukan sekolah
Strategi
LEARNING
ORGANIZATION
Shared
Vision
Mental
Model
Personal Mastery and
Team Learning
System
Thinking
Menentukan
Knowledge goals
Menciptakan/
meningkatkan
pengetahuan
Mengakuisisi dan
berbagi
pengetahuan
Menentukan
kebutuhan sistem
Merencanakan Sistem
Knowledge Management
H/W
S/W
N/W
DB
Gambar 4.4 Model Konseptual
Dalam pola zack, kesenjangan pengetahuan yang dimiliki sekolah bisa
diketahui dengan melakukan pemetaan knowledge, misalkan untuk mengetahui
apa yang harus dilakukan oleh sekolah untuk dapat menjadi organisasi
pembelajar, sekolah harus mengetahui apa yang dapat dilakukan dan apa yang
harus diketahui terlebih dahulu.
Hal yang harus diketahui oleh sekolah adalah kondisi analisa eksternal
(berupa peluang dan ancaman) untuk dapat meningkatkan kualitas kompetensi
pada sumber daya manusianya, hal ini juga terkait pengetahuan apa saja yang
telah dikuasai dan dimiliki, serta bagaimana sekolah sudah memahami kondisi
internal yaitu berupa kekuatan dan kelemahan sekolah untuk terus berupaya
meningkatkan standar pendidikan.
Untuk menjadi organisasi pembelajar, suatu institusi lembaga pendidikan
(sekolah) juga harus memahami proses pembelajaran yang terjadi di dalam
organisasi (lembaga) tersebut. Organisasi pembelajar didefinisikan sebagai proses
di mana seseorang (SDM organisasi) memperoleh pengetahuan dan pemahaman
baru yang dihasilkan melalui perubahan dalam perilaku dan tindakan. Hal tersebut
berlangsung dalam aspek kognitif (intellectual), afeksi (emotional), dan
psikomotorik (physical).
Organisasi pembelajar juga didefinisikan sebagai organisasi yang terus
menerus mengubah dirinya agar lebih baik dalam mengelola pengetahuan,
memanfaatkan teknologi, memberdayakan karyawan, dan memperluas
kemampuan untuk menciptakan yang sebelumnya tidak pernah seseorang
ciptakan, yang pada akhirnya kemampuan tersebut diperluas lintas individu,
kelompok, dan bahkan intra dan antar organisasi. Dengan demikian, komitmen
dan kemampuan individu untuk belajar merupakan faktor yang esensial terutama
bila diakibatkan dengan proses penciptaan dan berbagi pengetahuan.
Proses penciptaan pengetahuan dan berbagi pengetahuan dalam organisasi
pembelajar berlangsung melalui cara-cara di mana organisasi dan anggotanya
bekerja mencapai visinya sehingga proses penciptaan dan berbagi pengetahuan
yang tampak ke permukaan merupakan suatu hal yang bersifat alamiah. Artinya,
penciptaan dan berbagi pengetahuan merupakan aktivitas yang sudah membudaya
di dalam organisasi.
Gambar 2.3 merupakan suatu model sistem yang menjelaskan bahwa orang,
organisasi, pengetahuan dan teknologi merupakan satu kesatuan yang saling
terkait dan saling mendukung dalam menciptakan sebuah organisasi pembelajar.
Jika proses pembelajaran dalam organisasi terjadi, maka akan terjadi
perubahan persepsi, perilaku, kepercayaan, mentalitas, strategi, kebijakan, dan
prosedur baik yang berkaitan dengan manusia maupun organisasi. untuk dapat
mensinergikan subsistem di dalam organisasi pembelajar, ada lima disiplin
pembelajaran yang bisa digunakan sebagai permodelan strategi knowledge
management, yaitu:
A. Disiplin Visi Bersama (Shared Vision)
Disiplin visi bersama merupakan kemampuan seluruh anggota organisasi
untuk menumbuhkan kesamaan pandangan tentang visi organisasi kemudian
meningkatkan komitmen pada pencapaian visi organisasi. Fokusnya adalah
menciptakan knowledge goals untuk mengupayakan peningkatan seluruh
karyawan agar mau dan mampu menunjukkan usaha dan semangat untuk
berkorban demi kepentingan bersama agar organisasi dapat berumur panjang.
Knowledge goals, dibuat berdasarkan tujuannya mendukung strategi
Management. Dimana di dalam knowledge goals, dukungan terhadap tujuan
tersebut di bagi berdasarkan tiga bagian, yaitu: normative, strategic, serta
operational.
i. Normative, adalah dukungan knowledge management yang
berdampak pada perilaku management di dalam sekolah. Di mana
dengan adanya perilaku yang mendukung terciptanya lingkungan
kerja yang optimal, maka sekolah akan dengan mudah bergerak untuk
mencapai tujuannya. Hal ini mengacu pada visi umum sekolah atau
kebijaksanaan sekolah serta semua aspek dari budaya sekolah.
ii. Strategic, adalah dukungan Knowledge Management yang berdampak
pada pengembangan strategi sekolah. Seperti pada bentuk struktur
organisasi sekolah, program yang ditujukan untuk merealisasikan visi,
mendefinisikan pengetahuan inti dari organisasi dan membuat
spesifikasi kemampuan yang diperlukan pada masa mendatang.
iii. Operational, adalah dukungan knowledge management yang
berdampak pada bentuk-bentuk kegiatan atau aktifitas kerja di dalam
sekolah. Seperti bagaimana bentuk penyebaran informasi, bagaimana
menyelesaikan suatu pekerjaan, dan setiap tindakan atau aktifitas
operasional di dalam sekolah yang mencerminkan cara kerja karyawan
di dalam mewujudkan strategi sekolah. Membantu untuk memastikan
program strategis yang dilaksanakan dalam keseharian aktivitas
organisasi di sekolah. Di fokuskan pada implementasi dari knowledge
management. Mengubah normative dan strategic goal menjadi tujuan
nyata.
B. Disiplin Model Mental (Mental Model)
Model mental adalah suatu pemahaman yang mendalam tentang nilai-
nilai yang dimiliki dan dijunjung tinggi oleh seluruh sumbar daya manusia di
dalam sekolah. Mencakup nilai-nilai, kepercayaan, sikap, dan asumsi yang
membentuk cara pandang seseorang. Model mental disini adalah membentuk
suatu budaya berbagi pengetahuan. Sehingga setiap individu bisa menambah
wawasan yang dimiliki dan tanpa ragu untuk berbagi. Untuk dapat
menciptakan model mental maka perlu dipertahankan knowledge wajib yang
dimiliki organisasi. Selain itu knowledge yang menjadi pilihan juga harus
ditingkatkan agar tercapainya tujuan dari dinas pendidikan nasional.
C. Dispilin Penguasaan Pribadi (Personal Mastery)
Penguasaan pribadi adalah suatu disiplin yang secara konsisten
memperluas dan memperdalam knowledge dan keahlian masing-masing,
memfokuskan seluruh usaha untuk mempertajam visi pribadi dan akan
membangun kemampuan untuk melihat kenyataan apa adanya, secara jujur
dan terbuka. Dalam hal ini tacit yang dimiliki oleh tiap individu di akumulasi
dari pengalaman-pengalaman yang dimiliki, untuk dijadikan sebuah aksi
nyata yang bisa dijadikan konsep eksplisit. Sehingga pada SECI model
merupakan bagaimana individu melakukan proses sosialisasi hingga
eksternaliasasi.
D. Disiplin Pembelajaran Tim (Team Learning).
Disiplin pembelajaran tim merupakan disiplin seluruh anggota untuk
mampu dan mau berdialog dan bekerja sama secara sinergis. Belajar dalam
tim penting karena yang menjadi unit belajar fundamental dalam suatu
organisasi modern adalah tim, bukan individu. Apabila tim tidak dapat
belajar, organisasi juga tidak dapat belajar. Dengan membentuk suatu tim,
memungkinkan sekolah mempunyai kompetensi yang lebih baik
dibandingkan sekolah lainnya yang sejenis. Dikarenakan dengan membentuk
tim fungsional atau tim lintas fungsional dapat meningkatkan pengetahuan
yang dimiliki individu dan dapat berbagi pengalaman dan budaya yang
dimiliki. Sehingga dapat membentuk suatu budaya kerja yang baik dan
optimal. Anggota tim akan dapat juga memperluas wawasannya. Dalam SECI
model, merupakan bagaimana individu untuk dapat melakukan proses
kombinasi sehingga dengan personal mastery yang telah dilakukan secara
tidak langsung individu telah mampu untuk melakukan proses internalisasi di
dalam sekolah.
E. Disiplin Berpikir Sistemik (System Thinking).
Dengan melihat berkembangnya dunia pendidikan dan perkembangan
teknologi, sekolah perlu mempertimbangkan strategi terbaik yang bisa
dilakukan untuk mengikuti perkembangan tersebut. Misalnya dengan
memiliki kerjasama dengan pihak eksternal sekolah untuk meningkatkan
kemampuan kompetensi karyawannya serta meningkatkan proses akuisisi
agar bisa sejalan dengan perkembangan serta memanfaatkan teknologi untuk
mendukung kelancaran berbagi pengetahuan di sekolah.
Keputusan untuk melakukan manajemen pengetahuan didasarkan atas
siapa (orang), apa (pengetahuan) dan mengapa (tujuan bisnis). Sementara itu,
bagaimana menyimpannya (teknologi) adalah aktivitas terakhir. Sehingga
dalam melakukan aktifitas manajemen pengetahuan, baik itu dalam hal
akuisisi maupun berbagi pengetahuan bisa dipermudah oleh bantuan
teknologi.
Teknologi di sini berfungsi untuk memfasilitasi koneksi dan komunikasi
yang berlangsung antar individu. Dengan teknologi pula individu bisa
menghemat waktu dan jarak untuk bisa saling berbagi pengetahuan maupun
mengakuisisinya. Namun dalam penggunaan teknologi pada konsep
knowledge management harus dilihat lagi kebutuhan dan disesuaikan kembali
dengan tujuan bisnis dari organisasi. Sehingga pada penelitian ini akan
dihasilkan suatu pemetaan fitur sistem usulan dalam memanfaatkan teknologi
dalam membantu melakukan proses akuisisi dan berbagi pengetahuan di
sekolah.
4.5 Membandingkan Model Konseptual Dengan Situasi Riil
Setelah mengidentifikasi situasi riil di SMAN 1 Tangsel dan SMAN 3
Tangsel dan melakukan analisa terhadap keduanya mengenai knowledge yang
dimiliki, maka tahap selanjutnya dalam penelitian ini adalah membandingkan
model konseptual sebelumnya dengan situasi riil yang terjadi di dalam kedua
sekolah. Dengan menggunakan lima disiplin pembelajaran yang akan dibahas satu
persatu mengenai strategi knowledge management yang diusulkan untuk dapat
digunakan dalam mengatasi kesenjangan pengelolaan pengetahuan yang ada di
SSN dan RSBI. Gambar 4.5 merupakan karakteristiknya:
Shared VisionStrategi
Learning organization
Mental Model
Personal
Mastery
Team Learning
System
Thinking
Operational
Knowledge Wajib
dan Pilihan
Strategi Benchmark
Strategic
Normative
Akuisisi Pengetahuan
Berbagi Pengetahuan
S/W
DB
H/W
N/W
BW
Perencanaan Sistem
Knowledge Management
Gambar 4.5 Karakteristik Lima Disiplin Pembelajaran
4.5.1 Disiplin Visi bersama (Shared Vision)
Agar dapat menumbuhkan kesamaan pandangan tentang visi organisasi
kemudian juga dapat meningkatkan komitmen pada pencapaian visi organisasi
perlu diciptakan suatu knowledge goals. knowledge goals diperlukan agar dapat
mengatasi kesenjangan antara RSBI ataupun SSN dan bisa digunakan secara
maksimal oleh sekolah untuk mewujudkan visi dari dinas pendidikan nasional,
yaitu “Mewujudkan sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan
berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia agar
berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif
menjawab tantangan zaman yang selalu berubah”
Pada knowledge goals, diperoleh dari hasil strategi TOWS kedua sekolah
yang kemudian di adaptasi dari visi dan misi dinas pendidikan nasional, hasil dari
adaptasi tersebut adalah berupa dukungan terhadap tujuan tersebut yang di bagi
berdasarkan tiga bagian, yaitu: normative, strategic, serta operational. Ketiga hal
tersebut dimaksudkan agar rencana strategi model knowledge management pada
sekolah menengah atas sesuai dengan tujuannya.
a. Normative.
- Menciptakan budaya self learning (melakukan proses pembelajaran
secara independent) pada setiap guru di sekolah menengah atas,
khususnya pada daerah Tangerang Selatan.
- Menciptakan budaya berbagi pengetahuan antar sekolah menengah
atas, khususnya pada daerah Tangerang Selatan.
- Saling menjaga dan memelihara knowledge yang wajib bagi tiap
sekolah agar tidak hilang walaupun individu didalamnya sudah tidak
bekerja di sekolah tersebut atau pindah jabatan.
- Menciptakan suatu keadaan di dalam sekolah di mana tiap tenaga
pendidik/staf/siswa dapat dengan lebih mudah dalam menyampaikan
aspirasi sehingga kreatifitas dapat ditingkatkan.
b. Strategic
- Membuat suatu sistem pendokumentasian yang baik agar dapat
mengoptimalkan kinerja sekolah.
- Mendayagunakan semua knowledge yang ada di setiap sekolah, untuk
dapat menunjang visi dan misi dari dinas pendidikan.
- Meningkatkan proses pembelajaran individu yang merata di sekolah
Menengah Atas khususnya di kota Tangerang Selatan, agar dapat
menambah nilai lebih yang dapat diberikan kepada sekolah dan siswa.
- Melakukan inovasi dan improvement dalam pembelajaran agar
memiliki nilai lebih pada setiap sekolah menengah atas khususnya di
Tangerang Selatan.
c. Operational.
- Meningkatkan pengetahuan dan keahlian dari setiap sumber daya
manusia yang terdapat di dalam sekolah dengan mendistribusikan dan
desiminasi hasil pelatihan dan knowledge yang ada secara merata.
- Meningkatkan kualitas dari hasil kerja yang diberikan setiap tenaga
pendidik/staf secara berkelanjutan.
- Mengurangi pengulangan kesalahan yang mungkin terjadi di dalam
sekolah serta membantu sekolah dalam memberikan solusi yang tepat
berdasarkan pendokumentasian knowledge yang baik di dalam
sekolah.
- Mendukung kinerja sekolah dengan terlaksananya sistem terintegrasi
dengan komputer.
4.5.2 Disiplin Model Mental (Mental Model)
Setiap individu juga harus memahami pengetahuan apa saja yang wajib dan
menjadi pilihan, agar dapat membentuk suatu budaya berbagi pengetahuan dan
menambah wawasan yang dimiliki tanpa ragu untuk berbagi. Agar penciptaan
model mental berjalan dengan baik, selain mengetahui knowledge yang wajib
dimiliki juga harus mengetahui srtategi yang dapat digunakan di dalam sekolah
agar bisa seimbang dengan perkembangan dunia pendidikan.
4.5.2.1 Knowledge Wajib dan Pilihan
Setelah mendapatkan identifikasi dari setiap knowledge yang ada di sekolah,
kemudian dilakukan proses penilaian kesenjangan pengetahuan (K-GAP) pada
sekolah (SMAN 1 Tangsel dan SMAN 3 Tangsel). Hal ini diperlukan untuk
mengetahui keadaan knowledge yang dibutuhkan dan knowledge yang tersedia.
Jika terjadi kesenjangan knowledge, maka suatu organisasi harus dapat melakukan
sesuatu untuk menghilangkan kesenjangan tersebut. Sehingga dengan mengetahui
keadaan knowledge tersebut, diharapkan tidak akan ada lagi kesenjangan
knowledge baik itu di sekolah berstandar nasional ataupun sekolah dengan rintisan
bertaraf internasional.
Setelah didapatkan hasil nilai kesenjangan tiap knowledge yang dibutuhkan
berdasarkan analisa Knowledge gap, maka didapatkan knowledge yang wajib,
yaitu knowledge yang perlu dan harus dimiliki oleh tenaga pendidik di sekolah
menengah atas untuk melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien.
Sedangkan knowledge pilihan adalah knowledge yang jika ditingkatkan
penggunaannya dapat membantu dalam pelaksanaan tugas tenaga pendidik dan
peningkatan kualitas sekolah. Tabel 4.6 dan Tabel 4.7 merupakan hasil analisa
dari identifikasi knowledge:
Tabel 4.6 Knowledge dengan K-Gap Tertinggi
No. Knowledge Definisi
1. Pengembangan
pendidikan di sekolah
Kemampuan untuk mengetahui dan memahami
pengembangan pendidikan di sekolah berdasarkan
perubahan kurikulum yang ditetapkan oleh
pemerintah
2. Pelaksanaan Visi dan
Misi sekolah
Kemampuan untuk mengetahui dan melaksanakan
visi dan misi yang ingin di capai oleh sekolah.
3. Teknologi
Komputerisasi
Kemampuan untuk menggunakan komputer
sebagai media bantu dalam mengajar,
menginputkan nilai siswa serta mengakuisisi bahan
ajar dari berbagai sumber di internet.
Tabel 4.7 Knowledge Pilihan
No. Knowledge Definisi
1. Desiminasi pelatihan
Kemampuan untuk menyampaikan
pengetahuan yang baru dimiliki kepada rekan
kerja.
2. Perkembangan sekolah Penguasaan akan kabar terbaru perkembangan
yang terjadi di dalam sekolah.
3. Tim Lintas Fungsional
Kemampuan untuk bekerja sama dengan
berbeda bidang kerja/fungsional dalam suatu
pekerjaan.
4. Pendokumentasian
Pengetahuan
Kemampuan untuk mendokumentasikan
pengetahuan yang dimiliki, baik dari hasil
pelatihan, pemikiran sendiri atau dari sumber
pengetahuan lainnya.
5. Penyimpanan/dokumentasi
dalam digital
Penguasaan untuk menyimpan segala
dokumentasi pengetahuan yang dimiliki dalam
bentuk digital.
6. Berbagi Pengetahuan
Penguasaan individual dalam kemampuan
berbagi pengetahuan yang dimilikinya.
7. Kurikulum Adopsi dan
adaptasi negara maju
Kurikulum yang didapatkan dari negara maju
untuk diterapkan dalam kegiatan belajar
mengajar di sekolah.
8. Teknologi Internet Kemampuan dan penguasaan individu dalam
menggunakan internet.
10. Standar Pendidik dan
tenaga kerja
Penguasaan individu akan peraturan yang
ditetapkan pemerintah dinas pendidikan.
Apabila knowledge pilihan dapat ditingkatkan dan menjadi knowledge wajib,
maka knowledge tersebut secara otomatis akan menjadi aset sekolah dalam
membantu perkembangan pendidikan sesuai yang diharapkan oleh pemerintah
dinas pendidikan di dalam visi dan misinya. Untuk mengatasi kesenjangan yang
ada maka sekolah membutuhkan penerapan knowledge goals.
4.5.2.2 Strategi Benchmark
Berdasarkan hasil identifikasi analisa internal dan eksternal sekolah
(SWOT) serta hasil strategi pencocokan antara keduanya (Matrik TOWS)
kemudian diselaraskan dengan poin keempat reformasi pendidikan nasional yang
di atur dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang
merupakan dasar hukum dalam penyelenggaraan dan reformasi sistem pendidikan
nasional, yaitu memerlukan suatu acuan dasar (benchmark) oleh setiap
penyelenggara dan satuan pendidikan, yang antara lain meliputi kriteria-kriteria
minimal berbagai aspek yang terkait dengan penyelenggaraan pendidikan dan
dijadikan pedoman untuk mewujudkan:
1. Pendidikan yang berisi muatan yang seimbang dan holistic.
2. Proses pembelajaran yang demokratis, mendidik, memotivasi,
mendorong kreatifitas dan dialogis.
3. Hasil pendidikan yang bermutu dan terukur.
4. Berkembangnya profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan.
5. Tersedianya sarana dan prasarana belajar yang memungkinkan
berkembangnya potensi peserta didik secara optimal.
6. Berkembangnya pengelolaan pendidikan yang memberdayakan satuan
pendidikan.
7. Terlaksananya evaluasi, akreditasi dan sertifikasi yang berorientasi pada
peningkatan mutu pendidikan secara berkelanjutan.
Dengan mempertimbangkan hasil tersebut, maka yang harus dilakukan sekolah
dalam mencapai sasaran dari visi dan misi pendidikan nasional antara lain:
1. Memanfaatkan secara maksimal seluruh sumber daya dan network yang
dimiliki, baik di dalam maupun di luar sekolah, serta pengembangan
SDM baik dari tenaga pendidik, staf sekolah maupun siswanya.
2. Memiliki sistem informasi strategis yang terintegrasi dengan sekolah
yang berada di satu daerah, wilayah, ataupun dalam kesatuan negara
Indonesia, untuk mendukung kelancaran poin ketujuh dari poin ketiga
reformasi pendidikan nasional, yaitu terlaksananya evaluasi, akreditasi
dan sertifikasi yang berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan
secara berkelanjutan.
3. Selalu melakukan perbaikan (evaluasi), motivasi dan perencanaan baik
jangka pendek, menengah atau jangka panjang dalam mengantisipasi
perubahan peraturan dinas pendidikan serta melakukan inovasi yang
berbeda dengan sekolah lainnya.
4. Memiliki suatu sistem informasi sekolah yang bisa digunakan dalam
menyimpan segala informasi, pengetahuan, maupun segala hal yang
berhubungan dengan kegiatan proses bisnis di sekolah, sehingga lebih
cepat, mudah dan tidak memakan waktu dalam pencarian kembali atau
pengakuisisian kembali.
4.5.3 Disiplin Penguasaan Pribadi (Personal Mastery) dan Disiplin
Pembelajaran Tim (Team Learning)
Dalam menciptakan kedua disiplin ini, dapat dilakukan dengan
maengadaptasi proses SECI model, yaitu:
Sosialisasi dan eksternalisasi bisa digunakan pada disiplin penguasaan
pribadi. Sosialisasi merupakan sebuah proses perpindahan tacit individu ke dalam
tacit individu lainnya. Hal ini bisa dilakukan dengan berinteraksi secara langsung
antar individu. Sedangkan eksternalisasi merupakan proses mengubah tacit
menjadi explicit knowledge, artinya pengetahuan individu yang telah
ada/didapatkan di ubah, ditransformasikan atau diekspresikan dan diterjemahkan
dalam bentuk konsep, hipotesis, diagram, model, atau prototype sehingga dapat
dengan mudah di mengerti individu lainnya.
Dengan adanya proses ini akan membuat pengetahuan menjadi tersedia
untuk diakses oleh para individu lainnya sehingga dapat menjadi dasar untuk
penciptaan pengetahuan yang baru. Dalam menciptakan disiplin penguasaan
pribadi perlu dilakukan akuisisi pengetahuan. aktifitas akusisi pengetahuan
merupakan aktifitas individu dalam memperoleh pengetahuan bagi dirinya
sendiri. Dengan berlangsungnya proses akuisi pengetahuan pada individu maka
akan tercipta pengetahuan-pengetahuan baru yang tersimpan atau tacit knowledge
yang belum terdokumentasikan secara ekplisit.
Dalam melakukan aktifitas akusisi pengetahuan bisa didapatkan dari mana
saja. Baik dari pembelajaran mandiri, pelatihan, ataupun mengikuti dalam suatu
forum diskusi. Organisasi juga mendapatkan bagian yang penting dari
pengetahuan mereka melalui sumber eksternal. Selain itu, dengan membeli
pengetahuan yang tidak bisa didapatkan sendiri juga bisa dilakukan, misalkan
merekrut tenaga ahli/professional dari organisasi lain untuk membantu menambah
kemampuan individu di dalam organisasi.
Contoh dari proses sosialisasi dan eksternalisasi adalah sebagai berikut:
Dalam melakukan sosialisasi, tiap individu tenaga pendidik di sekolah melakukan
proses akuisisi pengetahuan terhadap tacit yang dimilikinya. Tacit knowledge
tersebut bisa didapatkan dari individu lain di dalam pelatihan, forum diskusi, rapat
dewan sekolah, pengamatan terhadap individu lain, kegiatan belajar mengajar,
maupun yang lainnya misalkan dengan cara meniru, mencontoh atau
menggunakan bahasa tubuh.
Agar proses akuisisi bisa terus di lakukan, pengetahuan tacit yang dimiliki
harus di transformasikan ke dalam bentuk ekplisit, misalkan seorang tenaga
pendidik yang telah selesai melakukan studi banding membuat sebuah paper agar
bisa menjadi nilai tambah keilmuan bagi individu lainnya yang tidak melakukan
studi banding secara langsung, membuat sebuah slide persentasi agar dapat
membantu dalam menjelaskan teori yang diajarkan, atau membuat suatu bentuk
lainnya agar individu lain dapat mengerti tacit knowledge yang disampaikan.
Secara umum, cara yang dapat ditempuh oleh sekolah dalam melakukan
akuisisi pengetahuan yaitu bisa bersumber dari luar sekolah dan bisa juga berasal
dari dalam sekolah. Beberapa cara yang dapat dilakukan sekolah untuk dapat
memperoleh informasi dan pengetahuan dari luar, antara lain:
1. Benchmarking dari organisasi lain.
2. Menghadiri kegiatan-kegiatan konferensi.
3. Menyewa konsultan.
4. Membaca berbagai materi hasil cetakan, misalnya surat kabar, surat
elektronik (email) dan berbagai terbitan jurnal.
5. Menonton televisi, video dan film.
6. Pengamatan terhadap berbagai kecenderungan persoalan ekonomi, sosial
dan teknologi.
7. Mengumpulkan data dari para siswa maupun orang tua siswa, pesaing dan
sumber-sumber lainnya untuk perkembangan pendidikan.
8. Menyewa staf baru yang memiliki kualifikasi pengetahuan dan keterampilan
tertentu.
9. Berkolaborasi dengan sekolah lain, membangun aliansi dan berbagai bentuk
kerja sama lainnya.
Sedangkan cara yang bisa ditempuh untuk mengakuisisi pengetahuan yang
bersumber dari dalam sekolah antara lain:
1. Menyerap pengetahuan yang berasal dari individu yang berbeda divisi.
2. Belajar dari pengalaman, baik dari individu maupun dari lingkungan
sekolah.
3. Menerapkan proses perubahan yang terus menerus. Misalkan bekerja secara
tim yang berbeda divisi/bagian serta memanfaatkan teknologi.
Konsep manajemen pengetahuan juga merupakan suatu strategi bagi
organisasi untuk menciptakan suatu lingkungan yang mampu mengarahkan
seluruh anggota organisasi untuk terdorong menciptakan dan berbagi
pengetahuan. Tujuan mendasar manajemen pengetahuan adalah mendorong
terciptanya pengetahuan sehingga pengetahuan tersebut memberi kemampuan
kepada organisasi untuk senantiasa memiliki daya saing.
Pengetahuan, pengalaman, dan kreativitas karyawan hanya akan terbentuk
apabila karyawan diberi kesempatan untuk melakukan pembelajaran (learning).
Pembelajaran dalam konteks manajemen pengetahuan sangat berperan terutama
dalam proses penciptaan pengetahuan (knowledge creation).
Pengetahuan yang tercipta selanjutnya dapat dibagi (share) dan di transfer
baik antar individu, kelompok maupun ke seluruh organisasi. Organisasi yang
menerapkan manajemen pengetahuan akan senantiasa mendorong pembelajaran
supaya berlangsung dengan efektif karena organisasi yang belajar akan senantiasa
memiliki kesiapan menghadapi perubahan, terutama dalam menghadapi kondisi
persaingan yang tidak dapat diprediksi sebelumnya.
Dalam melakukan proses berbagi pengetahuan, pada SECI model, proses
combination dan internalization merupakan langkah yang tepat. Pada proses
combination, proses yang terjadi adalah pertukaran antara explicit knowledge
dengan explicit knowledge individu. Sehingga pengetahuan bisa berkembang
menjadi lebih kompleks lagi, karena setelah individu memiliki personal mastery
yang baik maka akan lebih memudahkan pertukaran serta berbagi pengetahuan di
dalam organisasi.
Dalam proses combination didapatkan hasil yaitu mengumpulkan dan
mengintegrasikan pengetahuan eksplisit serta pengalihan dan penyebaran
pengetahuan eksplisit. Pembagian dan pendistribusian pengetahuan di dalam
organsiasi merupakan prekondisi yang penting untuk mengubah informasi atau
pengetahuan tacit menjadi pengetahuan yang bisa digunakan kembali oleh
individu yang memerlukan.
Sedangkan proses internalization merupakan proses konversi pengetahuan
dari explicit knowledge menjadi tacit knowledge kembali. Artinya ketika proses
berbagi pengetahuan menjadi sesuatu yang disadari dan menjadi kebutuhan yang
penting bagi tiap individu tenaga pendidik di dalam sekolah maka secara otomatis
akan terciptanya mekanisme learning by doing, yakni suatu mekanisme berbagi
pengetahuan yang dapat diterjemahkan melalui interaksi secara langsung terhadap
individu lain.
Sehingga proses pengelolaan pengetahuan di dalam sekolah secara langsung
dapat terus dilakukan, jika disiplin penguasaan pribadi dan disiplin pembelajaran
tim dapat dilakukan secara bersama dan berkelanjutan. Selain itu, penyimpanan
pengetahuan dalam bentuk digital juga perlu dilakukan, karena selain dapat
memudahkan dalam pencarian kembali, penyimpanan secara digital juga
meminimkan tempat penyimpanan dan dapat dikelola dan di maintenance secara
berkala. Sehingga segala pengetahuan yang diperoleh dari setiap sumber daya
manusia di dlam sekolah, khususnya pengetahuan dari tenaga pendidik bisa
dijadikan asset sekolah yang dapat digunakan kembali sewaktu-waktu.
Secara ringkas rich picture usulan pada dua disiplin pembelajaran ini adalah
sebagai berikut:
Individu
Tim
Life Skills
Tacit Knowledge
Explicit Knowledge
Desiminasi
Database
Proses
Kombinasi
Pengetahuan
Pengetahuan
di ubah atau
ditransformasikan Di simpan
Individu
Internalisasi
Mengikuti
Gambar 4.6 Rich Picture Usulan SECI Model
Dalam pelaksaan di dalam sekolah, gambar 4.6 bisa digambarkan dengan rich
picture sebagai berikut:
Kurikulum
HUMAS
TATA USAHA
Absensi
Guru
Guru/Staff
PELATIHAN
Input Materi Belajar
Surat Tugas
KEPSEK &
Wakapsek
Informasi &
Jadwal Akademik
Surat Undangan
Informasi
data guru
Laporan/Notulensi
Des
imin
asi
ICT
Input Informasi
kurikulum
Input data guru
Akses
Informasi
Akses materi tambahan/informasi kurikulum
ICT
Input dalam digital
Menyimpan
Ekplisit Knowledge
Berbagi
Pengetahuan
Akuis
isi
Pen
get
ahuan
Berbagi
Pengetahuan
Gambar 4.7 Rich Picture Usulan Akuisisi dan Berbagi Pengetahuan SMA
4.5.4 Disiplin Berpikir Sistemik (System Thinking)
Dengan perkembangan dunia teknologi dan peningkatan pendidikan di
Indonesia, maka untuk mengimbangi hal tersebut, dalam permodelan desain
knowledge management pada sekolah menengah atas juga memerlukan
pertimbangan untuk menggunakan teknologi informasi dan bekerjasama dengan
berbagai lembaga eksternal yang mendukung kedepannya.
Untuk meningkatkan kompetensi tiap tenaga pendidik bisa dengan menjalin
kerjasama dengan berbagai pihak lembaga eksternal sekolah, seperti lembaga
bahasa yang khusus untuk menambah kemampuan bahasa asing,
mengikutsertakan pada pelatihan-pelatihan sumber daya manusia atau bidang
keahlian khusus, ikut berpartisipasi dalam kegiatan seminar-seminar publik,
diskusi dengan MGMP (Musyawarah Guru mata pelajaran) se-daerah maupun
skala wilayah dan nasional, serta terus melakukan akuisisi dan berbagi
pengetahuan di dalam lingkungan sekolah.
Agar pembangunan teknologi informasi sesuai dengan permasalahan diatas,
pada penelitian ini juga diusulkan sebuah konsep perencanaan sistem informasi
yang dapat memudahkan dalam melakukan pengimplementasian sistem
knowledge management pada sekolah menengah atas, khususnya di daerah
Tangsel.
4.6 Mengusulkan Model Usulan Desain Knowledge Management System
Tahap terakhir dalam penelitian ini adalah usulan model knowledge
management. Model yang diusulkan dalam penelitian ini hanya sebatas pada
perancanagan model usulan saja, tidak sampai pada pengujian studi kelayakan.
Berikut ini merupakan usulan model nya:
4.6.1 System definition
Sebuah sistem informasi berbasis pengetahuan yang terkomputerisasi yang
dapat digunakan untuk mendukung proses pengelolaan pengetahuan di dalam
sekolah. Sehingga memudahkan tenaga pendidik khususnya dalam melakukan
akuisisi pengetahuan serta berbagi pengetahuan yang dimilikinya agar tidak ada
kesenjangan pengetahuan antar individu di dalam sekolah.
Dalam merancang sebuah teknologi informasi ada dua bagian penting, yaitu
bagian antarmuka yang berfungsi sebagai sarana dialog antara manusia dengan
komputer yang menjalankan program aplikasi nantinya, serta bagian kedua adalah
aplikasi yang merupakan bagian yang berfungsi untuk menghasilkan informasi
berdasarkan olahan data menggunakan suatu algoritma tertentu.
Implementasi antara bagian antarmuka dan bagian aplikasi dapat dikerjakan
secara pararel. Bagian antarmuka lebih banyak berurusan dengan penyajian
informasi yang semudah dan semenarik mungkin agar user bisa memperoleh
pengetahuan dengan mudah dan cepat, sedangkan pada bagian aplikasi akan
mengimplementasikan sesuatu atau beberapa algoritma yang saling berhubungan
untuk menyelesaikan suatu persoalan dalam menyajikan data-data.
4.6.2 Software
Keberadaan perangkat lunak (software) selalu menyertai perangkat keras
(hardware). Secara fungsinya, perangkat lunak dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Sistem software:
Sistem software berfungsi untuk mengatur bagaimana cara menggunakan
peralatan. Dikarenakan di Indonesia lebih terbiasa menggunakan operating system
(OS) berupa windows, maka OS windows 7 dengan Microsoft office 2007 dapat
digunakan sebagai alternatif dalam manjadikan system software dari knowledge
management system nantinya.
b. Bahasa pemograman.
Dalam merancang sistem knowledge management nantinya, dapat
menggunakan bahasa PHP dengan database MySql, dikarenakan bahasa PHP
lebih sering digunakan dalam implementasi sistem yang terkoneksi dengan
jaringan internet.
c. Application Software
Beberapa dari application software yang dapat digunakan sekolah dalam
menunjang dan melakukan proses pengelolaan data maupun pengetahuan dalam
melakukan akuisisi terhadap karyawan, tenaga pengajar maupun siswa saat ini
sudah banyak sekali, contoh dari aplikasi-aplikasi yang dapat membantu untuk
menunjang dunia pendidikan, misalkan E-education, E-learning, E-library, E-
book, Web Page, dll.
Salah satu contoh yang bisa digunakan sekolah dalam melakukan
pengelolaan pengetahuan secara gratis adalah dengan memanfaatkan fitur yang
disediakan oleh google. Fitur ini dinamakan sebagai google docs, tampilannya
berbasiskan web dan bisa berkolaborasi dengan Ms. Office.
Dengan google docs, dokumen tersimpan di situs, sehingga bisa diakses di
mana pun dan kapanpun, asalkan terhubung dengan internet dan mengaktifkan
situs google. Kelebihan lainnya, dokumen, spreadsheet atau presentation yang
disimpan bisa mengizinkan orang lain untuk melihat, mengakses atau menyunting
secara langsung bersamaan pada saat yang sama (real time). Namun jika tidak
diizinkan, google akan menyimpan dokumen dalam servernya secara aman.
Informasi apapun yang ada di dalamnya tidak dapat diakses oleh mesin pencari
dengan keyword apapun. Kecuali salah satu rekan yang telah kita izinkan untuk
dapat mengakses dokumen kemudian memuat alamat situsnya di situs umum.
Untuk dapat menggunakan fitur ini diharuskan memiliki akun google.
Namun kekurangan nya fitur ini harus memanfaatkan koneksi internet. Dengan
memanfaatkan google docs, tiap individu bukan hanya dapat menulis, membagi
atau men-download dokumen yang dibagikan tapi juga dapat merevisi dokumen
yang dibagikan atau melihat “siapa yang menrevisi” dan “kapan di revisi”. Selain
itu, dokumen juga bisa dipublikasikan secara langsung ke web atau blog dengan
menggunakan menu “publish” dan dokumen sudah tersebar ke dunia maya
(internet).
Pengerjaan secara real time, artinya perubahan yang dilakukan bisa
langsung terlihat dalam berbagaiu versi tergantung dari orang/user yang tengah
meninjaunya. Sehingga jika perlu mengerjakan sebuah file yang asli (belum di
sunting) maka bisa kembali ke versi sebelumnya dengan menggunakan fitur
revision history Google Docs.
Untuk menggunakan google docs, computer yang digunakan harus
terhubung ke internet dan memiliki peramban situs. Table xxx berisi daftar
kombinasi system operasi dan peramban situs untuk menjalankan Google Docs.
Table 4.8 Kombinasi Sistem Operasi-Perambaan situs untuk
Google Docs (Sumber: Holzner & Holzner 2009)
Sistem operasi Peramban
Win XP atau Vista Chrome
Win NT, XP, atau Vista Internet Explorer 6 atau lebih
tinggi
Win NT, XP, atau Vista Firefox 2.0 atau lebih tinggi
Linux Firefox 2.0 atau lebih tinggi
Mac OSX 10 Safari 3
Mac OSX 10 Firefox 2.0 atau lebih tinggi
Namun, jika sekolah ingin mendapatkan pengelolan pengetahuan yang bisa
digunakan tanpa bantuan internet, maka bisa membangun sistem knowledge
management. Sistem ini bisa dibangun sesuai kebutuhan dari sekolah. Fitur-fitur
yang diusulkan dalam membangun knowledge management system (KMS) pada
penelitian ini diusulkan berdasarkan dari hasil analisa yang disesuaikan dengan
lima disiplin pembelajaran. Berikut fitur yang diusulkan pada aplikasi
kedepannya:
1. User Profile
Fitur ini merupakan fitur utama yang dimiliki sistem manajemen pengetahuan
pada sekolah menengah atas. fitur ini memuat hal-hal yang berhubungan dengan
data riwayat hidup karyawan dan tenaga pendidik baik sebagai PNS atau
Honorer/tidak tetap. User hanya bisa melihat profile dari user lainnya. Sedangkan
admin dapat mengelola data di setiap akun user untuk keamanan privasi data user.
2. Search.
Fitur ini merupakan fitur yang paling penting, karena dapat memudahkan user
dalam mencari pengetahuan yang tersimpan di dalam database system bisa
berdasarkan keyword yang dimasukkan oleh pengguna sistem atau user. Pada fitur
ini, user dapat melakukan beberapa pencarian berdasarkan (keyword) beberapa
hal berikut:
- Pencarian knowledge yang berhubungan dengan topik/tema yang
diinginkan.
- Pencarian terhadap dokumen-dokumen yang dapat dijadikan sebagai
knowledge berdasarkan kategori tertentu, seperti laporan, knowledge dari
hasil rapat, serta dokumen-dokumen lainnya.
- Pencarian lainnya yang terdapat di dalam sistem, seperti informasi
karyawan di sekolah, informasi tenaga pendidik, informasi sekolah, dll.
3. FAQ (Frequently Asked user).
FAQ merupakan fitur yang menampilkan informasi mengenai jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan yang sering ditanyakan user terhadap sistem. Misalkan
seperti:
- Bagaimana cara melakukan upload dokumen?
- Bagaimana cara melakukan sharing knowledge antar user?
- Apa yang harus dilakukan ketika ingin melakukan revisi terhadap
dokumen-dokumen yang telah di upload sebelumnya?
4. Media Locker.
Fitur ini digunakan sebagai tempat penyimpanan seluruh arsip baik dokumen,
foto, rekaman suara, video maupun file lainnya, baik yang di upload oleh user
maupun file yang di upload oleh admin sebagai knowledge secara digital.
Pengaturan penyimpanan file harus seizin dari admin. Sehingga pengelolaan
pengetahuan di dalam database sistem bisa di kategorikan dan memudahkan user
lainnya jika ingin mendapatkan knowledge tersebut.
5. Discussion Board.
Fitur discussion board merupakan sebuah fitur untuk melakukan diskusi antar
user sehingga dapat berbagi informasi, pengetahuan maupun file secara multiuser.
Selain itu dapat mendukung proses sharing and distribution knowledge. Agar
dapat menggunakan secara optimal diusulkan beberapa fitur pendukung, seperti:
- Adanya kemampuan bagi admin untuk membuat kategori diskusi dalam
lingkup yang lebih luas. Dengan demikian, topik diskusi tidak saling
bercampur dan membingungkan user dalam melakukan diskusi.
- Memungkinkan user untuk membuat topik baru untuk memulai diskusi
serta melakukan upload atau attach file.
- Memberlakukan keamanan terhadap diskusi yang sedang didiskusikan,
antara lain dengan cara melakukan otoritas terhadap hak dalam
pengapusan dan perubahan posting.
6. Information Board.
Fitur ini untuk mendukung informasi terbaru yang sedang terjadi baik di
dalam sekolah maupun dunia pendidikan saat ini, baik dari perubahan-perubahan
yang dilakukan dinas pendidikan, pemerintah, hingga perkembangan pendidikan
yang ada di negara-negara maju. Information board juga menyediakan informasi
mengenai perkembangan ilmu pengetahuan yang terintegrasi dengan modul-
modul pembelajaran siswa di sekolah. Sehingga setiap tenaga pendidik khususnya
dapat segera mengikuti perubahan-perubahan yang ada.
7. Study Map.
Fitur ini digunakan khusus tenaga pendidik untuk mengetahui jadwal-jadwal
terbaru dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, knowledge yang mendukung
untuk digunakan sebagai bahan ajar, jurnal-jurnal yang membahas topik bidang
keilmuan tertentu, serta persiapan dalam administrasi pendidik (persiapan
mengajar, program semester, program tahunan, silabus, rencana pembelajaran dan
model pembelajaran, bahan ajar, dll).
8. Messaging.
Fitur ini memberikan kemudahan bagi user untuk dapat berkomunikasi
melalui pesan singkat yang bisa ditujukan kepada inbox masing-masing user
(karyawan, tenaga pendidik maupun terhadap user yang dituju secara langsung).
4.6.3 Database
Database model usulan ini dapat digunakan sebagai acuan dalam membuat
database sistem kedepannya. Database model ini dibuat berdasarkan pemetaan
fitur dari aplikasi knowledge management system yang diusulkan, adapun data-
data yang dibutuhkan antara lain:
a. Data Karyawan: merupakan database yang mencakup data user yang
menggunakan sistem. Data karyawan juga dibagi menjadi tiga
bagian/status, yaitu:
- Data Bagian: merupakan data untuk mengidentifikasi user sebagai
divisi/bagian yang menjelaskan tugas jabatan secara struktural di
dalam struktur organisasi sekolah, seperti: divisi/bagian kurikulum,
divisi/bagian humas, divisi/bagian kesiswaan, divisi/bagian sarana
& prasarana, dll.
- Data Status: merupakan data untuk mengidentifikasi status user di
sekolah, seperti: karyawan tetap, honorer, Pegawai Negeri Sipil
(PNS), atau yang lainnya.
- Data Jabatan: merupakan data yang mengidentifikasi jabatan user
secara struktural di sekolah, seperti: kepala sekolah, wakil kepala
sekolah (wakasek), guru, karyawan, atau yang lainnya.
b. Data Pesan: merupakan database yang menyimpan data pesan antar user
yang ada di dalam sistem.
c. Data Knowledge: merupakan database yang menyimpan knowledge yang
dimasukkan ke dalam sistem. Data knowledge terbagi menjadi dua
database, yaitu:
- Data Syudy Map: database yang menyimpan knowledge berupa
informasi yang dibutuhkan oleh tenaga pendidik, seperti jadwal
kegiatan belajar mengajar, bahan pembelajaran, referensi keilmuan,
dll.
- Data Dokumen: database yang menyimpan knowledge umum yang
dibutuhkan user. Knowledge bisa berupa dokumen, video, voice
recorder, gambar, maupun hal lainnya.
d. Data Information: merupakan database yang menyimpan informasi
mengenai dunia pendidikan, baik dari internal sekolah maupun eksternal
sekolah. Informasi yang ada juga mencakup tabel FAQ.
- Tabel FAQ (frequently asked question): database yang menyimpan
informasi mengenai pertanyaan-jawaban seputar penggunaan
sistem.
e. Data diskusi: merupakan database yang menyimpan hasil kegiatan sharing
yang dilakukan user di dalam sistem.
Dengan menggunakan Database Management System (DBMS)
memudahkan sekolah dalam mengorganisisr dan mengelola data dengan lebih
baik serta untuk mengolah data-data yang disimpan di dalam sistem agar
kedepannya memudahkan dalam melakukan pencarian dan pengakuisisian
kembali terhadap pengetahuan yang ada dan dimiliki oleh tiap individu. Basis data
merupakan kumpulan informasi yang terorganisasi dan disajikan untuk tujuan
khusus. Basis data terkomputeriasasi dapat di-update, file bisa terorganisasi, dan
informasi dapat dibaca, dicari dengan cepat, dan di-retrieve menggunakan
komputer.
DBMS menyediakan semua layanan dasar yang diperlukan untuk
mengorganisir dan memelihara data, termasuk layanan berikut:
- Memindahkan data ke dan dari file-file data fisik jika dibutuhkan.
- Mengelola akses data oleh berbagai pengguna secara bersamaan, mencakup
ketentuan untuk mencegah peng-update-an secara bersamaan.
- Mendukung bahasa query, yang mana suatu sistem perintah mempekerjakan
pengguna basis data untuk mendapatkan data kembali dari basis data.
Ketentuan untuk membackup basis data dan pemulihan dari kegagalan.
4.6.4 Hardware
Berikut ini merupakan usulan hardware yang dapat digunakan dalam
melakukan penerapan strategi KM kedepannya:
a. PC (Personal Computer).
Setiap bidang/divisi di dalam organisasi sekolah baik yang berstatus SSN
ataupun RSBI memiliki minimal 1 (satu) buah PC yang seluruhnya
terkoneksi dalam sebuah jaringan local (LAN) dan setidaknya memiliki
bandwitch internet up to 1Mbps, dan 1 (satu) Acces Point untuk
memudahkan karyawan dalam mengakses internet.
b. Modem
Modem ditempatkan pada server untuk mengakses internet melalui dial-up
connection. Modem ini merupakan eksternal US robotics dengan kecepatan
56,6 kbps.
c. Server.
Server diperlukan untuk digunakan oleh admin untuk menyimpan database
dan mengelola datanya serta menjaga agar terhindar dari gangguan user
yang akan berbuat kerusakan pada data. Sebaiknya server ditempatkan pada
bidang ICT. Server nantinya akan terhubung internet dengan melalui modem
ADSL menggunakan internet service provider (ISP), kemudian dari server
tersebut terhubung ke komputer-komputer yang ada di dalam sekolah
dengan menggunakan switch LAN ataupun wireless dengan fiber optic.
Penghubungan semua komputer terhadap server dimaksudkan agar akses
sistem bisa lebih cepat. Selain itu agar admin bisa mengontrol database
sistem sehingga data yang ada tidak terganggu dengan gangguan-gangguan
sistem.
d. Printer.
Sebuah komponen hardware tambahan yang minimalnya dimiliki 1 (satu)
buah di sekolah. Berikut ini kebutuhan minimum dari spesifikasi sistem
untuk mengembangkan sistem knowledge management kedepannya:
Tabel 4.8 Spesifikasi Hardware
Spesifikasi User Server
Processor Intel Core 2 Duo Intel Core i3
Memory 2 GB 4 GB
Harddisk 320 GB 2 TB
Lan Card 100 Mbps 100 Mbps
Modem 56 Kbps
Monitor SVGA SVGA
Keyboard 101 keys (PS 2) 101 keys (PS 2)
Mouse Standard (PS 2) Standard (PS 2)
4.6.5 Networking
Sebaiknya setiap PC yang ada di dalam sekolah terhubung oleh sebuah
jaringan internet, dan dikelola oleh admin. Mode jaringan yang digunakan bisa
menggunakan WLAN (Wireless Local area network) sebenarnya hampir sama
dengan jaringan LAN, namun setiap node pada WLAN menggunakan wireless
device untuk berhubungan dengan jaringan. Node pada WLAN menggunakan
channel frekuensi yang sama dan SSID yang menunjukkan identitas dari wireless
device.
Konfigurasi infrastruktur tepat digunakan di dalam sekolah, karena
komunikasi yang terjadi antar masing-masing PC melalui sebuah access point
pada WLAN atau LAN. Pada mode insfrastruktur acces point berfungsi untuk
melayani komunikasi utama pada jaringan wireless. Acces point ini
mentransmisikan data pada PC dengan jangkauan pada suatu daerah. Penambahan
dan pengaturan letak access point dapat memperluas jangkauan dari WLAN.
Access point merupakan perangkat yang menjadi sentral koneksi dari
pengguna ke ISP. Berfungsi mengkonversikan sinyal frekuensi radio (RF)
menjadi sinyal digital yang akan disalurkan melalui kabel atau disalurkan ke
perangkat WLAN yang lain dengan dikonversikan ulang menjadi sinyal frekuensi
radio.Sedangkan Wireless LAN Interface merupakan peralatan yang dipasang di
mobil/desktop PC, peralatan yang dikembangkan secara masal biasanya berbentuk
PCMCIA (Personal Computer Memory Card International Association) card, PCI
card maupun melalui port USB.
Usulan CATWOE untuk desain model knowledge management pada
sekolah menengah atas sebagai berikut:
Tabel 4.10 CATWOE Usulan Untuk SMA
CATWOE Sekolah Menengah Atas (SMA)
Customer (C) Bagian ICT
Actors (A) Seluruh guru/staf di SMA
Transformation
Process (T)
Proses yang terjadi adalah mencari, menambah, menyimpan
dan berbagi knowledge di sekolah, sehingga ketersediaan
knowledge dapat digunakan untuk kepentingan bersama.
Wetanschaung
(W)
Untuk mendukung penggunaan dan berbagi knowledge antar
guru/staf di sekolah.
Owners (O) Bagian Pengembangan Pendidikan Sekolah
Environment
Constrains (E)
Kendala yang dapat menghambat dalam pelaksanaan akuisisi
pengetahuan, yaitu keterbatasan waktu guru/staf dalam
menambah knowledge , pergantian posisi, dan beban pekerjaan.
Berikut gambar jaringan untuk usulan diterapkan di sekolah:
Internet
Wireless
Router
ICT
Perpustakaan
server
Guru
Kepala
Sekolah
Kurikulum/
kesiswaan
Access Point
Tata usaha
Gambar 4.8 Usulan Jaringan pada Sekolah Menengah Atas
4.6.6 Brainware
Agar sistem kedepannya dapat terkelola dengan baik, diperlukan pula
orang yang ahli dalam mengelola sistem, berikut tenaga operasional yang
diusulkan untuk dapat mengelola sistem knowledge management pada sekolah
menengah atas:
1. Admin Sistem
Agar sistem knowledge management pada sekolah menengah atas bisa
terorganisir dengan baik dan data-data didalamnya maka harus dilakukan
maintenance, seorang admin harus yang memahami akan perkembangan teknologi
informasi untuk dunia pendidikan. Mampu mempersiapkan rencana jangka
panjang maupun rencana jangka pendek dan menyiapkan anggaran tahunan untuk
keperluan pemeliharaan hardware, software, training skill, mainatenance, dll.
Selain itu juga mampu untuk mempelajari dan menganalisis permasalahan-
permasalahan yang timbul di dalam sekolah terkait dengan kebutuhan teknologi.
Admin juga bertugas untuk mengoperasikan secara langsung sistem dan
memasukkan data atau merekam data ke dalam komputer sesuai dengan fungsi
yang ada. Agar tugas admin dalam mengoperasionalkan sistem dapat berfungsi
dengan baik, sebaiknya setiap sekolah yang ingin menggunakan sistem knowledge
management mempunyai bidang/bagian ICT khusus dalam organisasi sekolah.
Dengan adanya bagian khusus ICT sistem dapat terpelihara dan terkelola dengan
lebih baik.
2. User
User di sini merupakan sumber daya manusia yang ada di dalam
sekolah, baik berupa karyawan, staff akademik,tenaga pendidikan maupun siswa.
Kualitas kemampuan sumber daya manusia berbeda dalam setiap sekolah. Hal ini
bergantung pada struktur organisasi dan kebijakan pimpinan sekolah yang ada.
Dikarenakan kemampuan sumber daya manusia dalam mendukung proses
implementasi sistem merupakan salah satu komponen yang penting dalam rangka
keberhasilan sistem knowledge management maka disarankan untuk pimpinan
sekolah agar merancang suatu sistem pelatihan yang disesuaikan dengan
kemampuan sumber daya manusia yang akan dilatih, baik menyangkut materi,
waktu maupun metode pelatihan.
Dengan adanya pelatihan diharapkan para pengguna sistem kedepannya
memiliki pengetahuan yang cukup, bukan hanya kemampuan dalam menjalankan
sistem, akan tetapi juga diharapkan dapat mengatasi kendala-kendala yang
mungkin akan terjadi. Program pelatihan dapat diberikan dalam dua pendekatan,
yaitu:
A. Class Room Training
Pendekatan ini lebih ditekankan pada pengenalan atau gambaran dasar
secara keseluruhan sistem yang akan di implementasikan. Dalam pelatihan ini
biasanya digunakan contoh data yang sederhana, yang dapat diberikan secara
teoritis ataupun praktek. Tujuan dari pelatihan ini adalah agar pengguna sistem
(user) dapat memperoleh gambaran besar sistem yang akan diimplementasikan.
B. On the Job Training
Pelatihan ini bisa dilakukan setelah proses konversi sistem dilaksanakan.
Dengan menggunakan data yang sebenarnya. Pelatihan bisa dilaksanakan di
tempat di mana pusat sistem dioperasikan dalam bentuk kerja (ruang ICT). Materi
dalam pelatihan ini berbeda dari satu penguna dengan pengguna lainnya,
disesuaikan dengan tugas dan tanggung jawab pengguna sistem knowledge
management serta mencangkup operasional aplikasi secara mendetail, beserta
pemecahan masalah yang akan timbul. Tujuan dari pelatihan ini adalah agar
pengguna sistem memperoleh keahlian yang diperlukan untuk menjalankan sistem
dalam operasional sehari-hari.
BAB V
KESIMPULAN dan SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa dan desain model knowledge management yang
telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Dengan strategi knowledge management yang diusulkan, memudahkan
individu di dalam sekolah untuk melakukan akuisisi pengetahuan.
2. Pengelolaan pengetahuan secara digital membantu individu di dalam
sekolah untuk melakukan pencarian dokumen kembali menjadi lebih
cepat.
3. Dengan menggunakan strategi learning organization dapat menyetarakan
kualitas pelayanan dalam melakukan peningkatan pengelolaan
pengetahuan di tiap sekolah.
4. Standarisasi manajemen ISO 9001:2008 dapat membantu sekolah dalam
melakukan pendokumentasian dokumen yang dimiliki secara manual
menjadi lebih baik.
5.2 Saran
Hasil dari analisa dan desain knowledge management ini akan bisa sesuai
dengan harapan dan mencapai tujuan dari visi dan misi pendidikan nasional
apabila didukung oleh setiap komponen SDM yang ada di dalam sekolah. Berikut
adalah saran-saran yang bisa dilakukan untuk bisa mendapatkan hasil yang lebih
maksimal:
1. Adanya arahan, kebijakan, maupun peraturan dari manajemen atas
(kepala sekolah) untuk mulai menerapkan kebiasaan untuk berbagi
knowledge dan melakukan akuisisi knowledge sesuai dengan strategi
KM yang diusulkan.
2. Mengembangkan strategi knowledge management dengan cara
kodifikasi, yaitu membangun knowledge management systems (KMS)
sehingga dengan diimplementasikannya KMS akan lebih mempermudah
dalam penyimpanan aset pengetahuan dan lebih cepat dalam
mengakuisisi dan berbagi pengetahuan, karena sudah saling terintegrasi
antara satu data dengan yang lainnya di dalam sistem.
3. Dinas pendidikan nasional membuat suatu sistem terintegrasi terhadap
setiap sekolah di dalam satu daerah atau wilayah sehingga bisa saling
berbagi pengetahuan dan informasi perkembangan pendidikan di
masing-masing sekolah.
4. Setiap sekolah mengembangkan divisi khusus bagi pengembangan
pendidikan dan ICT dalam melakukan pengelolaan pengetahuan
sehingga mempermudah dalam melakukan akuisisi dan berbagi
knowledge.
Ka. Ur. Tata Laksana
Wakasek. Kurikulum Wakasek. Humas
Pembina Osis
Kepala Sekolah
Wakasek. Kesiswaan
Staff. Kurikulum
Kordinator BP/BK
Ketua Komite Sekolah
Wakasek. Sarana/
Prasarana
Staff. Kesiswaan
Guru
Peserta Didik
Keterangan:
Garis Komando
Garis Kordinasi
STRUKTUR ORGANISASI SMAN 1 TANGSEL
Kajur. Tata Usaha
Wakasek. Kurikulum Wakasek. Humas
Kord. Perpustakaan
Kepala Sekolah
Wakasek. Bid. Sarana
& Prasarana
Ketua program
Pengembangan ICT
Ketua Komite Sekolah
Wakasek. Bid
Kesiswaan
Ketua Program
Pengembangan
Pendidikan
Guru
Keterangan:
Garis Komando
Garis Kordinasi
Wakepsek. Manajemen
Mutu
Kord. Radio
Kord. BP/BKPembina
OSIS
Kord.
Lab IPA
Kord.
Lab BHS
Kord.
Olympiade
Wali Kelas
STRUKTUR ORGANISASI SMAN 3 TANGSEL
HASIL WAWANCARA
Dengan Bpk. Rohman, selaku wakasek humas pada SMAN 1 Tangsel
1. Apa status sekolah untuk SMAN 1 Tangsel, serta apa yang menjadi
kelebihannya?
Sekolah saat ini masih berstatus SSN. Karena masih terhambatnya luas
lahan yang tidak memungkinkan untuk ditambah terkait kondisi area lahan
sekolah yang berada dekat pasar ciputat. Walaupun tidak diwajibkan untuk
membuka kelas bilingual. Namun dikarenakan permintaan siswa dan orang
tua siswa, sehingga di buka kelas bilingual hanya 1 kelas di setiap tingkat
2. Apa standar dan proses pendidikan yang digunakan di dalam sekolah
untuk mempertahankan status SSN?
Kurikulum yang digunakan adalah KTSP. Ditambah dengan penambahan
yang disesuaikan dengan sumber daya manusia di sekolah sehingga
walaupun masih berstatus SSN, SMAN 1 Tangsel menjadi salah satu
sekolah yang menjadi percontohan bagi sekolah lainnya yang setara (SSN)
ataupun masih menuju akreditasi sebagai status SSN oleh direktorat
pendidikan nasional.
3. Bagaimana cara sekolah dalam meningkatkan pengetahuan di
lingkungan sekolah?
Guru-guru juga diberikan pelatihan, di tunjuk sebagai perwakilan sekolah
dalam acara-acara tertentu, misalkan adanya pelatihan atau workshop
mengenai bidang pelajaran tertentu. Mengikuti kegiatan-kegiatan seperti
forum diskusi, MGMP (Musyawarah guru mata pelajaran), maupun
seminar desiminasi pelatihan guru/karyawan lain juga dilakukan untuk
mengakuisisi pengetahuan. evaluasi dewan sekolah pun menjadi salah satu
cara dalam melakukan berbagi pengetahuan yang dimiliki.
4. Sudah adakah teknologi untuk penunjang kegiatan tersebut?
Sekolah belum ada bidang khusus untuk menangani bidang ITI/ICT
sehingga masih dikelola oleh guru yang ahli di bidang tersebut. Namun
dalam pelaksanaan informasi antar guru sudah menggunakan sistem SMS
Gateway dengan kerjasama dengan vendor khusus yang menangani hal
tersebut. Serta sistem barcode terhadap pelayanan siswa terkait
pembayaran.
5. Bagaimana cara sekolah dalam melakukan penyimpanan dokumen-
dokumen tersebut? Apakah memudahkan dalam pencarian kembali?
Sekolah masih melakukan pendokumentasian secara manual, dengan
dipusatkan pada bagian humas. Dan belum memiliki sertfikasi manajemen
ISO 9001:2008 sehingga masih mengunakan cara lama dalam
pendokumentasian dokumen, surat, maupun yang lainnya.
HASIL WAWANCARA
Dengan Ibu Wiwin, selaku wakasek humas pada SMAN 3 Tangsel.
1. Apa status sekolah untuk SMAN 3 Tangsel, serta apa yang menjadi
kelebihannya?
Status sekolah saat ini adalah RSBI. Untuk mempertahankan status
tersebut ada sistem penilaian dari direktorat pendidikan nasional, biasanya
ada satu kali setahun yang meliputi sekitar 200 aspek penilaian. sebagai
sekolah yang diwajibkan memiliki kerjasama dengan sekolah di negara
berkembang sebagai sisterhood, sekolah melakukan teleconference untuk
melakukan adopsi dan adapsi pengembangan di dunia pendidikan.
2. Apa standar dan proses pendidikan yang digunakan di dalam sekolah
untuk mempertahankan status RSBI?
SMAN 3 Tangsel menambahakan divisi baru yaitu wakasek manajemen
mutu dan bagian pengembangan pendidikan, hal ini dikarenakan untuk
tetap menjaga kredebilitas sekolah agar tetap menjadi unggul dan lebih
baik dalam mempertahankan status RSBI. Standar jam mengajar bagi guru
tetap adalah 38 jam. Tapi khusus RSBI ada penambahan menjadi 48 jam
dalam seminggu. Materi yang dikhususkan adalah pelajaran MIPA dan
Bahasa Inggris. Karena mata pelajaran tersebut diharuskan menggunakan
bahasa inggris dalam kegiatan belajarnya.
3. Bagaimana cara sekolah dalam meningkatkan pengetahuan di
lingkungan sekolah?
Guru-guru juga diberikan pelatihan, di tunjuk sebagai perwakilan sekolah
dalam acara-acara tertentu, misalkan adanya pelatihan atau workshop
mengenai bidang pelajaran tertentu atau pemahaman mengenai sistem
manajemen ISO 9001:2008. Mengikuti kegiatan-kegiatan seperti forum
RSBI, MGMP (Musyawarah guru mata pelajaran), maupun seminar
desiminasi pelatihan guru/karyawan lain juga dilakukan untuk
mengakuisisi pengetahuan. evaluasi dewan sekolah pun menjadi salah satu
cara dalam melakukan berbagi pengetahuan yang dimiliki.
4. Sudah adakah teknologi untuk penunjang kegiatan tersebut?
Untuk penyimpanan secara digital belum ada secara khusus yang
mengaturnya, namun sekolah sudah menggunakan sistem aplikasi PAST
(paket aplikasi siswa terpadu) yang dikelola oleh bagian ICT. Namun
dalam pelaksanaan dan penggunaan masih belum dimaksimalkan.
Sehingga yang menggunakan hanya satu atau sebagain guru saja.
5. Bagaimana cara sekolah dalam melakukan penyimpanan dokumen-
dokumen tersebut? Apakah memudahkan dalam pencarian kembali?
Sekolah sudah memiliki sertifikasi manajemen ISO 9001:2008 sehingga
membantu SMAN 3 Tangsel dalam melakukan pendokumentasian
dokumen, arsip maupun surat-surat lainnya menjadi lebih baik. Namun
dalam pencarian pun masih membutuhkan waktu lama, dikarenakan
banyaknya dokumen-dokumen cetak yang di simpan, walaupun sudah
diberikan penomoran untuk setiap dokumen
HASIL K-NEED SMAN 3 TANGSEL
NO. Knowledge SMAN 3 Tingkat Kepentingan
Nki Tingkat Penguasaan
Npi K-GAP
5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 Nki-Npi %
1 Kerja sama dengan pihak Luar 7 5 9 0 0 3,90 3 9 8 1 0 3,67 0,24 24%
2 Fasilitas penyimpanan asset pengetahuan
11 3 6 1 0 4,14 8 6 6 1 0 4,00 0,14 14%
3 Diseminasi hasil pelatihan 7 6 7 1 0 3,90 4 9 7 1 0 3,76 0,14 14%
4 Update perkembangan sekolah 7 8 5 1 0 4,00 6 8 6 1 0 3,90 0,10 10%
5 Rencana kerja bidang
pengembangan SDM 10 4 6 0 1 4,05 5 8 7 1 0 3,81 0,24 24%
6 Kegiatan lalu lintas dokumen
kepegawaian 7 9 5 0 0 4,10 5 8 7 1 0 3,81 0,29 29%
7 Penerapan hasil pelatihan 8 6 6 1 0 4,00 4 9 7 1 0 3,76 0,24 24%
8 Tim lintas fungsional 8 6 6 1 0 4,00 3 11 7 0 0 3,81 0,19 19%
9 Pendokumentasian hasil pelatihan 6 8 6 0 1 3,86 3 10 8 0 0 3,76 0,10 10%
10 Penyimpanan/dokumentasi bentuk
digital 8 8 4 0 1 4,05 4 9 7 1 0 3,76 0,29 29%
11 Pengelolaan komputerisasi database
karyawan 8 7 5 0 1 4,00 4 7 10 0 0 3,71 0,29 29%
12 Pengembangan pendidikan 14 2 4 0 1 4,33 7 5 8 1 0 3,86 0,48 48%
13 Pemahaman standar kompetensi
lulus siswa 8 10 3 0 0 4,24 5 8 8 0 0 3,86 0,38 38%
14 Berbagi pengetahuan 6 7 7 1 0 3,86 4 7 9 1 0 3,67 0,19 19%
15 Kurikulum adopsi dan adapsi
negara maju 3 11 7 0 0 3,81 4 8 8 1 0 3,71 0,10 10%
16 Pelaksanaan Visi dan Misi sekolah 7 8 5 0 1 3,95 5 8 8 0 0 3,86 0,10 10%
17a Komputer untuk mengetik 14 3 3 0 1 4,38 11 5 4 1 0 4,24 0,14 14%
17b Komputer untuk browsing materi
belajar 13 3 4 0 1 4,29 9 5 6 1 0 4,05 0,24 24%
17c Komputer untuk email/chatting 10 6 4 0 1 4,14 6 8 6 1 0 3,90 0,24 24%
18 Tehnologi dalam pengembangan kompetensi guru
10 4 6 0 1 4,05 5 10 5 1 0 3,90 0,14 14%
19 Menjaga mutu pendidikan sekolah 10 5 5 0 1 4,10 5 9 6 1 0 3,86 0,24 24%
20 Pengamanan dan pengelolaan asset sekolah
8 8 4 0 1 4,05 3 10 7 1 0 3,71 0,33 33%
21 Laporan berkala kegiatan pelatihan 6 9 5 1 0 3,95 5 10 6 0 0 3,95 0,00 0%
22 Pemahaman standar pendidik dan
tenaga kerja 5 7 8 0 1 3,71 3 9 9 0 0 3,71 0,00 0%
23 Pemahaman standar sarana dan
prasarana 7 7 6 1 0 3,95 3 9 8 1 0 3,67 0,29 29%
24 Pemahaman standar proses
pendidikan 9 6 5 1 0 4,10 2 10 9 0 0 3,67 0,43 43%
HASIL K-NEED SMAN 1 TANGSEL
NO. Knowledge SMAN 1 Tingkat Kepentingan
Nki Tingkat Penguasaan
Npi K-GAP %
5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 Nki-Npi
1 Kerja sama dengan pihak Luar 6 12 3 0 0 4,14 1 14 5 0 1 3,67 0,48 48%
2 Fasilitas penyimpanan asset pengetahuan
12 9 0 0 0 4,57 4 13 3 0 1 3,90 0,67 67%
3 Diseminasi hasil pelatihan 5 13 3 0 0 4,10 3 13 4 0 1 3,81 0,29 29%
4 Update perkembangan sekolah 7 12 2 0 0 4,24 5 12 3 0 1 3,95 0,29 29%
5 Rencana kerja bidang
pengembangan SDM 8 11 1 1 0 4,24 3 11 6 0 1 3,71 0,52 52%
6 Kegiatan lalu lintas dokumen
kepegawaian 7 11 3 0 0 4,19 1 14 4 1 1 3,62 0,57 57%
7 Penerapan hasil pelatihan 4 16 1 0 0 4,14 3 10 7 0 1 3,67 0,48 48%
8 Tim lintas fungsional 4 12 5 0 0 3,95 3 9 6 2 1 3,52 0,43 43%
9 Pendokumentasian hasil pelatihan 5 12 4 0 0 4,05 0 16 3 1 1 3,62 0,43 43%
10 Penyimpanan/dokumentasi bentuk
digital 2 14 5 0 0 3,86 1 14 3 2 1 3,57 0,29 29%
11 Pengelolaan komputerisasi database
karyawan 10 10 0 1 0 4,38 1 13 4 2 1 3,52 0,86 86%
12 Pengembangan pendidikan 15 6 0 0 0 4,71 3 13 3 1 1 3,76 0,95 95%
13 Pemahaman standar kompetensi
lulus siswa 12 8 1 0 0 4,52 5 13 2 0 1 4,00 0,52 52%
14 Berbagi pengetahuan 9 10 2 0 0 4,33 3 12 4 1 1 3,71 0,62 62%
15 Kurikulum adopsi dan adapsi
negara maju 5 12 4 0 0 4,05 5 10 5 0 1 3,86 0,19 19%
16 Pelaksanaan Visi dan Misi sekolah 12 7 2 0 0 4,48 0 13 7 0 1 3,52 0,95 95%
17a Komputer untuk mengetik 12 8 1 0 0 4,52 8 11 1 0 1 4,19 0,33 33%
17b Komputer untuk browsing materi
belajar 10 8 3 0 0 4,33 5 13 2 0 1 4,00 0,33 33%
17c Komputer untuk email/chatting 6 7 6 1 1 3,76 3 11 5 1 1 3,67 0,10 10%
18 Tehnologi dalam pengembangan kompetensi guru
8 11 2 0 0 4,29 4 13 3 0 1 3,90 0,38 38%
19 Menjaga mutu pendidikan sekolah 13 8 0 0 0 4,62 5 13 2 0 1 4,00 0,62 62%
20 Pengamanan dan pengelolaan asset sekolah
5 15 1 0 0 4,19 0 13 7 0 1 3,52 0,67 67%
21 Laporan berkala kegiatan pelatihan 8 10 3 0 0 4,24 1 14 5 0 1 3,67 0,57 57%
22 Pemahaman standar pendidik dan
tenaga kerja 5 14 2 0 0 4,14 1 14 5 0 1 3,67 0,48 48%
23 Pemahaman standar sarana dan
prasarana 7 12 2 0 0 4,24 2 12 6 0 1 3,67 0,57 57%
24 Pemahaman standar proses
pendidikan 9 11 1 0 0 4,38 2 13 5 0 1 3,71 0,67 67%
Hasil Analisa K-Need SMAN 1 Tangsel
Nki Npi K-Gap
Max 4,71 4,19 0,95
Min 3,76 3,52 0,10
Median 4,24 3,69 0,50
SMAN 1 Tingkat Kepentingan Tingkat Penguasaan
Penting 89% 73%
Cukup Penting 10% 20%
Belum Penting 1% 7%
Total 100%
Hasil Analisa K-Need SMAN 3 Tangsel
Nki Npi K-Gap
Max 4,38 4,24 0,48
Min 3,71 3,67 0,00
Median 4,02 3,81 0,24
SMAN 3 Tingkat Kepentingan Tingkat Penguasaan
Penting 70% 62%
Cukup Penting 26% 34%
Belum Penting 4% 3%
Total 100%
top related