rencana strategis (renstra) tahun 2015-2019ppid.pom.go.id/file/rencana_strategis/renstra...
Post on 23-Sep-2020
6 Views
Preview:
TRANSCRIPT
RENCANA STRATEGIS
(RENSTRA)
TAHUN 2015-2019
DIREKTORAT PENGAWASAN DISTRIBUSI DAN PELAYANAN
OBAT, NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA DAN PREKURSOR
1
KATA PENGANTAR
Berdasarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 7 tahun 1999 tentang
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) setiap pimpinan instansi pemerintah sampai
dengan tingkat Eselon I dan Unit Kerja Mandiri di bawahnya diamanatkan untuk melaksanakan
Sistem AKIP yang dimulai dengan perencanaan strategis. Untuk itu Direktorat Pengawasan
Distribusi dan Pelayanan Obat, Narkotika, Psikotropika dan Prekursor selaku unit eselon II di
lingkungan Deputi Bidang Pengawasan Obat dan NAPPZA menyusun Rencana Strategis
(Renstra) Direktorat Pengawasan Distribusi dan Pelayanan Obat, Narkotika, Psikotropika dan
Prekursor Tahun 2015 - 2019 yang inline dengan Renstra Badan POM 2015 – 2019 sesuai
Peraturan Kepala Badan POM No. 2 Tahun 2015.
Renstra Direktorat Pengawasan Distribusi dan Pelayanan Obat, Narkotika, Psikotropika
dan Prekursor Tahun 2015 – 2019 ini adalah rencana pembangunan lima tahun yang menjadi
acuan dalam penyusunan dokumen perencanaan tahunan dan penyelenggaraan Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah di Direktorat Pengawasan Distribusi dan Pelayanan
Obat, Narkotika, Psikotropika dan Prekursor.
Dalam rangka mendukung Renstra Badan POM, Deputi Bidang Pengawasan Obat dan
NAPPZA khususnya Direktorat Pengawasan Distribusi dan Pelayanan Obat, Narkotika,
Psikotropika dan Prekursor menyusun Renstra tahun 2015-2019 sesuai dengan Renstra
Deputi Bidang pengawasan Obat dan NAPPZA tahun 2015 – 2019 dan mengacu pada hasil
evaluasi pencapaian kinerja tahun 2010-2014. Selanjutnya Renstra Direktorat Pengawasan
Distribusi dan Pelayanan Obat, Narkotika, Psikotropika dan Prekursor periode 2015-2019
diharapkan dapat meningkatkan kinerja dibandingkan dengan pencapaian dari periode
sebelumnya sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
Renstra Direktorat Pengawasan Distribusi dan Pelayanan Obat, Narkotika, Psikotropika
dan Prekursor yang telah disusun ini tidak akan mempunyai makna tanpa ditindaklanjuti
dengan pelaksanaan yang komprehensif. Untuk itu diperlukan komitmen, motivasi, dan
dedikasi yang tinggi dari semua anggota organisasi di lingkungan Direktorat Pengawasan
Distribusi dan Pelayanan Obat, Narkotika, Psikotropika dan Prekursor. Akhir kata, dengan
tersusunnya Revisi Rencana Strategis Direktorat Pengawasan Distribusi dan Pelayanan Obat,
Narkotika, Psikotropika dan Prekursor diharapkan dapat dijadikan pedoman dan arah
kebijakan dalam pelaksanaan program dan kegiatan dalam rangka memberikan perlindungan
kepada seluruh masyarakat.
Jakarta,
Direktur Pengawasan Distribusi dan
Pelayanan Obat, Narkotika,
Psikotropika dan Prekursor
Dra. Ratna Irawati, Apt., M.Kes
NIP. 19630525 199103 2 001
2
KEPUTUSAN DIREKTUR PENGAWASAN DISTRIBUSI DAN PELAYANAN
OBAT, NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA DAN PREKURSOR
Nomor : HK.04.343.04.15.1220 TAHUN 2018
TENTANG
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT PENGAWASAN DISTRIBUSI DAN
PELAYANAN OBAT, NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA DAN PREKURSOR
TAHUN 2015 – 2019
DIREKTUR PENGAWASAN DISTRIBUSI DAN PELAYANAN OBAT,
NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA DAN PREKURSOR
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 3 Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 2 Tahun 2015
tentang Rencana Strategis Badan Pengawas Obat dan Makanan
Tahun 2015 - 2019, perlu menetapkan Keputusan Direktur
Pengawasan Distribusi dan Pelayanan Obat, Narkotika, Psikotropika
dan Prekursor tentang Rencana Strategis Direktorat Pengawasan
Distribusi dan Pelayanan Obat, Narkotika, Psikotropika dan Prekursor
Tahun 2015 – 2019;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
3. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Penyusunan rencana Pembangunan Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664);
3
4. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi
dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013;
5. Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit
Organisasi dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non
Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2013;
6. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015 – 2019;
7. Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional / Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan dan
Penelaahan Rencana Strategis Kementerian/ Lembaga
(Renstra-K/L) 2015 – 2019;
8. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
02001/SK/KBPOM tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana telah
diubah dengan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan Nomor HK.00.05.21.4231 Tahun 2004;
9. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
2 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Badan pengawas
Obat dan Makanan Tahun 2015 – 2019;
10
. Keputusan Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan
NAPZA Nomor HK.05.02.322.3.05.15.859 tahun 2015 tentang
Rencana Strategis Deputi Bidang Pengawasan Produk
Terapetik dan NAPZA Tahun 2015-2019
4
MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR PENGAWASAN
DISTRIBUSI DAN PELAYANAN OBAT, NARKOTIKA,
PSIKOTROPIKA DAN PREKURSOR TENTANG
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT
PENGAWASAN DISTRIBUSI DAN PELAYANAN
OBAT, NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA DAN
PREKURSOR TAHUN 2015 – 2019
Pertama : Menetapkan dan mengesahkan Rencana Strategis
Direktorat Pengawasan Distribusi dan Pelayanan
Obat, Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Tahun
2015 – 2019 sebagaimana tercantum dalam Lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Keputusan ini
Kedua : Rencana Strategis Direktorat Pengawasan Distribusi
dan Pelayanan Obat, Narkotika, Psikotropika dan
Prekursor sebagaimana dimaksud pada Diktum
Pertama sebagai acuan bagi Direktorat Pengawasan
Distribusi dan Pelayanan Obat, Narkotika, Psikotropika
dan Prekursor dalam menyusun dokumen
perencanaan tahunan dan penyelenggaraan Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
Ketiga : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal : Oktober 2018
Direktur Pengawasan Distribusi dan
Pelayanan Obat, Narkotika,
Psikotropika dan Prekursor
Dra. Ratna Irawati, Apt., M.Kes
NIP. 19630525 199103 2 001
5
LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR PENGAWASAN
DISTRIBUSI DAN PELAYANAN OBAT,
NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA DAN
PREKURSOR
NOMOR : HK.04.342.05.15.1310 TAHUN
2015
TANGGAL : 6 MEI 2015
RENCANA STRATEGIS
DIREKTORAT PENGAWASAN DISTRIBUSI DAN
PELAYANAN OBAT, NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA DAN
PREKURSOR
TAHUN 2015-2019
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 KONDISI UMUM
Sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) Tahun 2015-2019 yang merupakan periode ke-tiga dari pelaksanaan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, fokus pembangunan
diarahkan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang.
Penekanan pembangunan untuk peningkatan daya saing kompetitif perekonomian
berdasarkan keunggulan sumber daya alam dan SDM berkualitas serta kemampuan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang terus meningkat.
Dalam dokumen RPJMN 2015-2019 yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden
Nomor 2 Tahun 2015, disebutkan salah satu tantangan yang dihadapi dalam pembangunan
terkait pengawasan Obat dan Makanan adalah perlunya peningkatan kualitas dan kapasitas
produksi sesuai standar Cara Pembuatan Yang Baik Good Manufacturing Practices
(GMP), Obat dan Makanan terdistribusi dengan baik, dan sampai di tangan konsumen
dengan keamanan, khasiat/manfaat, dan mutu yang terjaga. Di sisi lain, pengawasan Obat
dan Makanan yang efektif akan mendukung peningkatan daya saing produk Obat dan
Makanan.
Sebagaimana amanat tersebut dan dalam rangka mendukung pencapaian program
prioritas pemerintah, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sesuai kewenangan,
tugas dan fungsinya menyusun Rencana Strategis (Renstra) yang memuat visi, misi, tujuan,
strategi, kebijakan serta program dan kegiatan untuk periode 2015-2019. Penyusunan
Renstra BPOM ini berpedoman pada RPJMN periode 2015-2019 dan perubahan
lingkungan strategis pengawasan Obat dan Makanan.
Perubahan strategis kewenangan Badan POM dalam pengawasan obat dan
makanan serta terbitnya Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017 Tentang Badan
Pengawas Obat dan Makanan merupakan latar belakang disusunnya Peraturan Badan POM
Nomor 26 Tahun 2017 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan
Makanan dimana dalam peraturan tersebut salah satu unit kerja Eselon II yang terkait
pengawasan distribusi dan pelayanan obat, narkotika, psikotropika, dan prekursor adalah
Direktorat Pengawasan Distribusi dan Pelayanan Obat, Narkotika, Psikotropika, dan
Prekursor. Dengan struktur organisasi serta tugas dan fungsi yang baru, revisi Renstra
tahun 2015 – 2019 Badan POM dan unit eselon lainnya yang terkait perlu segera dilakukan.
7
1.1.1 DASAR HUKUM
1. Ordonansi Obat Keras (Sterkwerkende Geneesmiddelen Ordonnantie,
Staatsblad 1949: 419)
2. Undang – Undang Nomor 29 Tahun 2009 Tentang Praktik Kedokteran
3. Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan juncto Peraturan
Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 Tentang Pengamanan Bahan yang
Mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan;
4. Undang – Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika;
5. Undang – Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit;
6. Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan;
7. Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017 Tentang Badan Pengawas Obat dan
Makanan;
8. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2017 Tentang Peningkatan Efektivitas
Pengawasan Obat dan Makanan;
9. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design RB 2010-
2025;
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2018 Tentang Peningkatan
Koordinasi Pembinaan dan Pengawasan Obat dan Makanan di Daerah;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian
12. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2013 Tentang Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika;
13. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2010 Tentang Prekursor;
14. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 Tentang Pengamanan Sediaan
Farmasi;
15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2014 Tentang Klinik;
16. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Peredaran,
Penyimpanan, Pemusnahan, Dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, Dan
Prekursor Farmasi;
17. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit;
18. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73 Tahun 2016 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek;
19. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 tahun 2016 Tentang Standar
8
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas;
20. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1148/MENKES/PER/VI/2011 Tentang
Pedagang Besar Farmasi sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 34 tahun 2014 dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30
tahun 2017’;
21. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2017 Tentang Apotek
22. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2017 Tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan;
23. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1331/MENKES/SK/X/2002 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor.
167/Kab/B.VIII/1972 Tentang Pedagang Eceran Obat;
24. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
HK.03.1.34.11.12.7542 Tahun 2012 Tentang Pedoman Teknis Cara Distribusi
Obat yang Baik (CDOB);
25. Peraturan BPOM Nomor 40 Tahun 2013 Tentang Pedoman Pengelolaan
Prekursor
26. Peraturan BPOM Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Tindakan Pengamanan Setempat Dalam Pengawasan Peredaran Obat dan
Makanan di Sarana Produksi, Penyaluran, dan Pelayanan Obat dan Makanan;
27. Peraturan BPOM Nomor 7 Tahun 2016 Tentang Pedoman Pengelolaan Obat
Obat Tertentu yang Sering Disalahgunakan;
28. Peraturan BPOM Nomor 25 Tahun 2017 Tentang Tata Cara Sertifikasi CDOB;
29. Peraturan BPOM Nomor 26 Tahun 2017 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Badan Pengawas Obat dan Makanan;
30. Peraturan BPOM Nomor 4 Tahun 2018 Tentang Pengawasan Pengelolaan
Obat, Bahan Obat, Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor Farmasi Di
Fasilitas Pelayanan Kefarmasian;
31. Peraturan BPOM Nomor 12 Tahun 2018 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan.
1.1.2 TUGAS DAN FUNGSI
Direktorat Pengawasan Distribusi dan Pelayanan Obat, Narkotika, Psikotropika,
dan Prekursor mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, kriteria, pelaksanaan bimbingan teknis dan
9
supervisi, serta evaluasi dan pelaporan di bidang pengawasan sarana/fasilitas distribusi dan
pelayanan obat, narkotika, psikotropika, dan prekursor.
Berdasarkan Peraturan BPOM Nomor 26 Tahun 2017 Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan, Direktorat Pengawasan Distribusi dan
Pelayanan Obat, Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor menyelenggarakan fungsi sebagai
berikut:
1. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang pengawasan sarana/fasilitas
distribusi obat, bahan obat, narkotika, psikotropika, prekursor, dan
sarana/fasilitas pelayanan obat, narkotika, psikotropika, dan prekursor;
2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan sarana/fasilitas
distribusi obat, bahan obat, narkotika, psikotropika, prekursor, dan
sarana/fasilitas pelayanan obat, narkotika, psikotropika, dan prekursor;
3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
pengawasan sarana/fasilitas distribusi obat, bahan obat, narkotika,
psikotropika, prekursor, dan sarana/fasilitas pelayanan obat, narkotika,
psikotropika, dan prekursor;
4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengawasan
sarana/fasilitas distribusi obat, bahan obat, narkotika, psikotropika, prekursor,
dan sarana/fasilitas pelayanan obat, narkotika, psikotropika, dan prekursor;
5. Pelaksanaan penilaian cara distribusi yang baik untuk sarana/fasilitas distribusi
obat;
6. Pelaksanaan inspeksi sarana/fasilitas distribusi obat, bahan obat, narkotika,
psikotropika, prekursor, dan sarana/fasilitas pelayanan obat, narkotika,
psikotropika, dan prekursor;
7. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pengawasan
sarana/fasilitas distribusi obat, bahan obat, narkotika, psikotropika, prekursor,
dan sarana/fasilitas pelayanan obat, narkotika, psikotropika, dan prekursor;
dan
8. Pelaksanaan urusan tata operasional Direktorat
1.1.3 STRUKTUR ORGANISASI DAN SUMBER DAYA
1.1.3.1 STRUKTUR ORGANISASI
Stuktur Organisasi dan Tata Kerja BPOM disusun berdasarkan Peraturan BPOM
Nomor 26 Tahun 2017 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan
10
Makanan. Direktorat Pengawasan Distribusi dan Pelayanan Obat, Narkotika,
Gambar 1. Struktur Organisasi BPOM
Psikotropika, dan Prekursor secara struktural di bawah dan bertanggung jawab
kepada Deputi Bidang Pengawasan Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Zat
Adiktif (Deputi 1). Posisi Direktorat Pengawasan Distribusi dan Pelayanan Obat,
Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor sebagai salah satu unit eselon II di Badan POM
ditunjukkan dalam gambar 1 berikut:
11
Berdasarkan Peraturan Badan POM tersebut, struktur organisasi Direktorat
Pengawasan Distribusi dan Pelayanan Obat, Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor dapat
digambarkan sesuai dengan gambar 2 berikut:
Direktur Pengawasan Distribusi dan Pelayanan
Obat, Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
Subdit Pengawasan Sarana Distribusi Obat, Narkotika,
Psikotropika, Prekursor dan Bahan Obat Regional 1
Seksi Penilaian Sarana Distribusi Obat, Narkotika,
Psikotropika, Prekursor dan Bahan Obat Regional 1
Seksi Sarana Distribusi Obat, Narkotika, Psikotropika,
Prekursor dan Bahan Obat Regional 1
Kelompok Jabatan Fungsional
Subdit Pengawasan Sarana Distribusi Obat, Narkotika,
Psikotropika, Prekursor, dan Bahan Obat Regional 2
Seksi Penilaian Sarana Distribusi Obat, Narkotika,
Psikotropika, Prekursor, dan Bahan Obat Regional 2
Seksi Inspeksi Sarana Distribusi Obat, Narkotika,
Psikotropika, Prekursor, dan Bahan Obat Regional 2
Kelompok Jabatan Fungsional
Subdit Pengawasan Sarana Pelayanan Obat, Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
Seksi Pengawasan Sarana Pelayanan Obat, Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
Kategori 1
Seksi Pengawasan Sarana Pelayanan Obat, Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
Kategori 2
Tata Operasional
Kelompok Jabatan Fungsional
28
Gambar 2. Struktur Organisasi Direktorat Pengawasan Distribusi dan Pelayanan
Obat, Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
1.1.3.2 SUMBER DAYA
SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)
Dalam rangka mendukung tugas-tugas Direktorat Pengawasan Distribusi dan
Pelayanan Obat, Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor sesuai dengan peran dan
fungsinya diperlukan sejumlah Sumber Daya Manusia yang memiliki keahlian dan
kompetensi yang baik. Jumlah SDM yang dimiliki Direktorat Pengawasan Distribusi dan
Pelayanan Obat, Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor untuk melaksanakan tugas dan
fungsi pengawasan Obat dan Makanan sampai tahun 2018 adalah sejumlah 40 orang.
*) Tahun 2018 s.d. 2019 asumsi tidak ada penambahan pegawai dan tidak ada
pegawai yang pindah Gambar 3. Kebutuhan SDM Direktorat Pengawasan
Distribusi dan Pelayanan Obat, Narkotika, Psikotropika, dan prekursor Tahun
2018–2019 berdasarkan Analisis Beban Kerja
Restrukturisasi Organisasi Badan POM tahun 2018 juga berdampak pada
peningkatan beban kerja Badan POM, khususnya dalam pengawasan distribusi dan
pelayanan obat, narkotika, psikotropika, dan prekursor. Berdasarkan Gambar 3 di atas
dapat diketahui bahwa hasil analisis beban kinerja tahun 2018 di Direktorat Pengawasan
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Tahun 2018 Tahun 2019
Standar Kebutuhan SDM 99 99
SDM yang Tersedia 40 40
SDM Pensiun, Pindah, Tugas Belajar 4 4
Kekurangan SDM 59 59
29
Distribusi dan Pelayanan Obat, Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor membutuhkan
pegawai sebanyak 99 orang, sedangkan jumlah SDM yang tersedia saat ini hanya
sejumlah 40 orang. Untuk itu, masih dibutuhkan tambahan pegawai sejumlah 59 orang,
sedangkan di tahun 2018 rencana akan ada 2 orang pegawai yang memasuki masa pensiun,
1 orang pindah, dan 1 orang dalam masa tugas belajar. Hal tersebut menyebabkan angka
kebutuhan pegawai Direktorat Pengawasan Distribusi dan Pelayanan Obat, Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor akan semakin meningkat.
Sedangkan profil pegawai Direktorat Pengawasan Distribusi dan Pelayanan Obat,
Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor berdasarkan tingkat pendidikan dapat dijelaskan
pada tabel 1 di bawah ini:
Tabel 1. Profil Pegawai Direktorat Pengawasan Distribusi dan Pelayanan
Obat, Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tahun 2018
Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase
S2 4 10%
Profesi (Apoteker) 21 55%
S1 9 30%
Non Sarjana 3 5%
TOTAL 37 Orang
Dari Tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar pegawai Direktorat
Pengawasan Distribusi dan Pelayanan Obat, Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
memiliki latar belakang pendidikan apoteker, diikuti dengan Sarjana Strata 1 dan Sarjana
Strata 2. Hal ini menunjukkan bahwa secara kualitas pendidikan SDM sudah baik.
Namun, agar organisasi mampu beradaptasi dengan perkembangan lingkungan eksternal
yang sangat dinamis, kompetensi SDM perlu disesuaikan dengan bidang tugasnya agar
mampu berkinerja baik. Untuk itu, Direktorat Pengawasan Distribusi dan Pelayanan Obat,
Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor harus senantiasa memperhatikan peningkatan
kompetensi SDM secara berkesinambungan melalui capacity building yang terencana
28
SARANA DAN PRASARANA
Penyediaan sarana prasarana merupakan pendukung utama dalam mencapai tujuan organisasi. Direktorat Pengawasan Distribusi dan Pelayanan
Obat, Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor bertempat di Gedung E lantai 4 dan 5 sebagai ruang kerja pegawai. Secara umum pemenuhan terhadap
kebutuhan alat pengolah data dan meubelair kerja masih terpenuhi.
1.1.4 CAPAIAN KINERJA
Sebelum terbentuknya Direktorat Pengawasan Distribusi dan Pelayanan Obat, Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor, dalam Struktur
Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) lama, pengawasan distribusi dan pelayanan obat dilakukan oleh Direktorat Pengawasan Distribusi Produk
Terapetik dan PKRT sedangkan pengawasan distribusi dan pelayanan narkotika, psikotropika, dan prekursor dilakukan oleh Direktorat Pengawasan
NAPZA. Dalam Struktur Organisasi dan Tata Kinerja baru, tugas dan fungsi kedua unit kerja tersebut digabungkan menjadi Direktorat Pengawasan
Distribusi dan Pelayanan Obat, Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor.
Oleh karena itu, pengukuran kinerja Direktorat Pengawasan Distribusi dan Pelayanan Obat, Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor yang lalu
tidak luput dari pencapaian pelaksanaan tugas Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT serta Direktorat Pengawasan NAPZA.
Adapun pencapaian Indikator Kinerja kedua direktorat tersebut sesuai sasaran strategisnya disajikan pada tabel 2 di bawah ini:
Tabel 2. Capaian Kinerja Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT dan Direktorat Pengawasan NAPZA
SOTK Lama
No Indikator
Kinerja
2015 2016 2017
Target Realisasi Capaian Target Realisasi Capaian Target Realisasi Capaian
Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT SOTK Lama
29
No Indikator
Kinerja
2015 2016 2017
Target Realisasi Capaian Target Realisasi Capaian Target Realisasi Capaian
1 Persentase
Peningkatan
Pedagang Besar Farmasi (PBF)
yang Memenuhi
Cara Distribusi
Obat yang Baik (CDOB)
78% 86,49% 110,88% 80% 88,64% 110,6% - - -
a. Jumlah PBF yang diberikan
bimbingan
teknis/sosialisa
si terkait CDOB
250
PBF 250 PBF 100%
275
PBF 340 PBF 123,64% - - -
b. Persentase pemenuhan
timeline tindak
lanjut hasil
pengawasan Pedagang Besar
Farmasi
80% 80,77% 100,96% 82% 81,50% 99,39% - - -
c. Persentase
kasus obat
ilegal termasuk palsu yang
ditindaklanjuti
100% 100% 100% 100% 100% 100% - - -
2 Jumlah PBF yang meningkat
pemenuhan
- - - - - - 150
PBF 150 PBF 100%
30
No Indikator
Kinerja
2015 2016 2017
Target Realisasi Capaian Target Realisasi Capaian Target Realisasi Capaian
a. Jumlah PBF
yang diberikan
bimbingan teknis/sosialisa
si terkait
CDOB
- - - - - - 300 PBF
375 PBF 125%
b. Persentase
pemenuhan
timeline tindak lanjut hasil
pengawasan
Pedagang Besar
Farmasi
- - - - - - 85% 88,12% 103,6%
c. Persentase
kasus obat
ilegal termasuk
palsu yang
ditindaklanjuti
- - - - - - 100% 100% 100%
Direktorat Pengawasan NAPZA SOTK Lama
1
Persentase penyelesaian
pemberian sanksi
tindak lanjut tepat
waktu terhadap sarana
pengelolaan
narkotika,
psikotropika, dan prekursor farmasi
yang tidak
70% 87,56% 125,09% 73% 90,16% 123,51% 75% 75,94% 101,25%
31
No Indikator
Kinerja
2015 2016 2017
Target Realisasi Capaian Target Realisasi Capaian Target Realisasi Capaian
memenuhi
ketentuan
2
Persentase sarana
pengelola
narkotika, psikotropika, dan
prekursor farmasi
yang berpotensi
dan/atau melakukan diversi
narkotika,
psikotropika, dan
prekursor
60% 23,08% 100,37% - - - - - -
Selain pencapaian indikator kinerja, terdapat pencapaian terhadap beberapa kegiatan strategis lainnya di tahun 2017 antara lain:
1. Peraturan Badan POM Nomor 25 Tahun 2017 Tentang Tata Cara Sertifikasi Cara Distribusi Obat yang Baik
Dengan telah diundangkannya Peraturan Badan POM Nomor 25 Tahun 2017 Tentang Tata Cara Sertifikasi Cara Distribusi Obat yang Baik
(CDOB) tanggal 24 November 2017, maka sertifikasi CDOB bagi para distributor obat atau Pedagang Besar Farmasi (PBF) wajib untuk
dilakukan (Mandatory). Bagi PBF yang belum mengajukan sertifikasi CDOB dalam jangka waktu tertentu akan diberikan sanksi sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
Terdapat 3 (tiga) jenis sertifikat CDOB yang diterbitkan, antara lain Sertifikat CDOB penyalur vaksin/Cold Chain Product (CCP), Sertifikat
CDOB penyalur obat lainnya, dan Sertifikat CDOB Penyalur bahan obat. Selama periode 2011 – 2017, sebelum mandatory sertifikasi CDOB,
Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT telah menerbitkan 601 sertifikasi CDOB bagi 393 PBF dengan rincian 312
28
sertifikat CDOB untuk PBF penyalur vaksin/CCP, 280 sertifikat CDOB untuk
penyalur obat lain dan 9 sertifikat CDOB untuk penyalur bahan obat.
2. Aplikasi E-Sertifikasi CDOB
Dalam upaya meningkatkan jaminan mutu obat oleh PBF melalui strategi
sertifikasi CDOB serta meningkatkan penilaian pelayanan publik melalui peningkatan
nilai Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) dan pencapaian target kinerja dalam proses
Sertifikasi CDOB maka pada tahun 2017 BPOM mengembangkan sistem informasi
sertifikasi CDOB yang mampu mengolah data sesuai bisnis proses sertifikasi serta
melakukan manajemen data hasil sertifikasi CDOB. Sistem ini mendukung
pelaksanaan sertifikasi CDOB yang diatur dalam Peraturan Badan POM Nomor 25
Tahun 2017 Tentang Tata Cara Sertifikasi CDOB dengan mempermudah proses
penilaian, pengolahan data, pembuatan laporan, koneksi data, mempercepat interaksi
publik dengan penyelenggara pelayanan serta target kinerja yang dapat dilihat dari
pemenuhan timeline akan terpantau setiap tahapannya. Sistem aplikasi e-sertifikasi
CDOB ini dapat diakses secara daring (online) melalui subsite
http://www.sertifikasicdob.pom.go.id.
3. Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT dalam penerapan
manajemen mutunya telah mendapat Sertifikat ISO 9001:2015 di Tahun 2017
4. Pada tanggal 12 Desember 2017, Menteri Pendayagunaan Aparatur Sipil Negara dan
Reformasi Birokrasi (PANRB) memberikan penghargaan kepada Direktorat
Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT yang berhasil memperoleh
predikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani
(WBBM).
1.2 POTENSI DAN PERMASALAHAN
Identifikasi potensi dan permasalahan BPOM dilakukan untuk menganalisis
permasalahan, tantangan, peluang, kelemahan dan potensi yang akan dihadapi BPOM
dalam rangka melaksanakan penugasan RPJMN 2015-2019. Identifikasi permasalahan
tersebut meliputi faktor internal dan eksternal sebagai bahan rumusan dalam perencanaan
tahun 2015-2019.
29
Dalam upaya mencapai tujuan dan sasaran kinerja BPOM perlu dilakukan analisis
yang menyeluruh dan terpadu terhadap faktor lingkungan termasuk isu-isu strategis yang
dapat mempengaruhi tercapainya tujuan dan sasaran kinerja.
Isu-isu strategis tersebut adalah sebagai berikut,
1. Globalisasi yang membawa keleluasaan informasi, peningkatan arus distribusi
barang dan jasa yang berdampak pada munculnya isu-isu berdimensi lintas bidang.
Percepatan arus informasi dan modal juga berdampak pada meningkatnya
pemanfaatan berbagai sumber daya alam yang memunculkan isu perubahan iklim,
ketegangan lintas-batas antar negara, serta percepatan penyebaran wabah penyakit,
perubahan tren penyakit yang mencerminkan rumitnya tantangan yang harus
dihadapi BPOM. Hal ini menuntut peningkatan peran dan kapasitas instansi
BPOM dalam mengawasi peredaran Obat dan Makanan.
2. Adanya perjanjian-perjanjian internasional, khususnya di bidang ekonomi yang
menghendaki adanya area perdagangan bebas/Free Trade Area (FTA) diantaranya
perjanjian ASEAN-6 (Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filipina,
Singapura dan Thailand) FTA, ASEAN-China FTA, ASEAN-Japan
Comprehensive Economic Partnership (AJCEP), ASEAN-Korea Free Trade
Agreement (AKFTA), ASEAN-India Free Trade Agreement (AIFTA) dan ASEAN-
Australia-New Zealand Free Trade Agreement (AANZFTA). Perdagangan bebas
ini membuka peluang perdagangan Obat dan Makanan yang tinggi dengan
memanfaatkan kebutuhan konsumen terhadap produk dengan harga terjangkau.
Hal ini merupakan salah satu penyebab beredarnya obat ilegal (tanpa izin edar,
palsu, dan substandar).
3. Adanya jejaring kerja terkait pengawasan distribusi dan pelayanan obat yang
dimiliki BPOM diantaranya Satgas Pemberantasan Obat dan Makanan Ilegal
(Pusat dan Daerah). Pada tingkat bilateral, BPOM telah menjalin kerjasama dengan
JICA dan PDMA Jepang, MFDS Korea, National Center for Expertise of
Medicines, Medical Devices and Equipment (NCEMMDME)-Kazakhstan, Service
of Ukraine on Medicines and Drugs Control (SSUMDC)-Ukraina, PICS, dan
WHO Member State Mechanism SFFC guna meningkatkan jaminan kualitas dan
mutu Obat dan Makanan. Selain itu, BPOM juga berperan aktif dalam dalam
jejaring kerja baik di tingkat regional dan internasional guna mengawal
kepentingan nasional dalam kesepakatan tingkat kawasan regional dan global di
bidang Obat dan Makanan serta peningkatan daya saing produk.
30
4. Berlakunya program Sustainable Development Goals (SDGs) yang meliputi 17
goals bidang pengawasan Obat dan Makanan, terdapat beberapa agenda terkait
dengan Goal 3 Ensure healthy lives and promote well-being for all at all ages,
salah satu kondisi yang harus tercipta adalah pencapaian JKN, termasuk di
dalamnya akses masyarakat terhadap obat dan vaksin yang aman, efektif, dan
bermutu.
Tantangan bagi BPOM ke depan adalah intensifikasi pengawasan pre-market dan
post-market, serta pembinaan pelaku usaha agar secara mandiri menjamin mutu
produknya.
5. Berlakunya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah,
merupakan tantangan bagi BPOM untuk menyiapkan Norma, Standar, Pedoman
dan Kriteria bagi Pemerintah Daerah dalam melaksanakan kegiatan terkait Obat
dan Makanan.
6. Adanya Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan
Nasional yang mana BPOM merupakan salah satu penyelenggara subsitem sediaan
farmasi dan makanan yaitu menjamin aspek keamanan, khasiat/kemanfaat dan
mutu Obat dan Makanan yang beredar serta upaya kemandirian di bidang
pengawasan Obat dan Makanan.
7. Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2016 tentang Percepatan Pengembangan
Industri Farmasi dan Alat Kesehatan untuk mewujudkan kemandirian dan
peningkatan daya saing industri farmasi dan alat kesehatan dalam negeri melalui
percepatan pengembangan industri farmasi dan alkes.
8. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2017 tentang Peningkatan Efektivitas
Pengawasan Obat dan Makanan, dimana substansi dari Inpres adalah penegasan
terhadap tugas dan fungsi masing-masing Kementerian/Lembaga/Daerah dalam
melakukan tugas dan fungsinya sesuai peraturan perundang-undangan.
9. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design RB 2010-2025.
10. Arahan Presiden Joko Widodo untuk dilakukan penguatan pengawasan Obat dan
Makanan melalui penguatan kelembagaan BPOM. Penguatan terhadap
kelembagaan BPOM telah mendapatkan dukungan dari pemangku kepentingan di
antaranya BPK RI dan Komisi IX DPR RI yang menyatakan bahwa diperlukan
penguatan kelembagaan BPOM sesuai dengan kebutuhan organisasi BPOM yang
tepat fungsi dan tepat ukuran.
31
11. Adanya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2018 tentang Pencabutan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Bidang Pertanahan, Bidang Pemerintahan,
Bidang Kepegawaian, Bidang Kesehatan, Bidang Penanggulangan Bencana,
Bidang Perpajakan, Bidang Komunikasi Dan Telekomunikasi, Bidang Pelatihan
Dan Pendidikan, Bidang Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah, Bidang Wawasan
Kebangsaan, Bidang Kepamongprajaan, Bidang Perencanaan, Pembangunan Dan
Tata Ruang Serta Bidang Perekonomian Tahap I. Dengan perubahan paradigma
sistem penyelenggaraan pemerintah yang semula sentralisasi menjadi
desentralisasi atau otonomi daerah, maka urusan kesehatan menjadi salah satu
kewenangan yang diselenggarakan secara konkuren antara pusat dan daerah. Hal
ini berdampak pada pengawasan obat dan makanan yang tetap bersifat sentralistik
dan tidak mengenal batas wilayah (borderless), dengan one-line command (satu
komando), sehingga apabila terdapat suatu produk Obat dan Makanan yang tidak
memenuhi syarat maka dapat segera ditindaklanjuti.
12. Masih banyaknya penduduk yang mengkonsumsi obat modern dibandingkan
dengan obat tradisional, sehingga menjadi tantangan bagi BPOM untuk melakukan
pengawasan post-market termasuk farmakovigilans
13. Tingginya pertumbuhan sektor industri obat dan makanan, termasuk UMKM
14. Pertumbuhan penduduk dan perubahan komposisi penduduk
15. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dalam produksi
dibidang obat dan makanan serta meningkatnya tren transaksi online menyebabkan
perlunya intensifikasi pengawasan Obat dan Makanan tidak secara bussiness as
usual namun perlunya pengawasan semesta meliputi seluruh komponen
pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat.
16. Adanya perkembangan teknologi informasi dapat menjadi potensi bagi BPOM
untuk dapat melakukan pelayanan secara online, yang dapat memudahkan akses
dan jangkauan masyarakat.
Dalam menentukan tantangan dan peluang yang dihadapi BPOM digunakan
analisa SWOT dengan melakukan indentifikasi permasalahan internal dan eksternal yang
sesuai dengan pelaksanaan tugas dan fungsi BPOM periode 2015-2019. Dalam melakukan
analisa SWOT, ada dua faktor yang diamati yaitu faktor lingkungan internal dan eksternal.
Faktor lingkungan internal terdiri dari kekuatan dan kelemahan sedangkan faktor eksternal
terdiri peluang dan ancaman. Analisa SWOT ini dilakukan dengan melihat pada sumber-
sumber organisasi meliputi aspek kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang
32
(opportunities) dan tantangan (threats) yang berasal dari dalam maupun luar organisasi,
serta berguna untuk merumuskan dan menentukan strategi terhadap penetapan kebijakan
dasar sebagai pedoman pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi selama jangka waktu
tertentu.
Analisa faktor lingkungan internal adalah suatu keadaan yang berasal dari dalam
komunitas/organisasi yang dapat mempengaruhi dan membentuk kondisi/situasi tertentu
pada komunitas/organisasi tersebut. Hasil pengolahan data SWOT dapat ditentukan
beberapa faktor yang dianggap kekuatan (strength) Direktorat Pengawasan Distribusi dan
Pelayanan Obat, Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor.
Analisa Lingkungan Strategis
Hasil analisa lingkungan strategis baik eksternal maupun internal di Direktorat
Pengawasan Distribusi dan Pelayanan Obat, Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
dirangkum dalam Gambar 4 berikut:
KEKUATAN KELEMAHAN
- Kompetensi ASN BPOM yang memadai dalam
mendukung pelaksanaan tugas
- Integritas Pelayanan Publik diakui secara
Nasional
- Networking yang kuat dengan lembaga-lembaga
pusat/daerah/internasional
- Pedoman Pengawasan yang jelas
- Komitmen Pimpinan dan seluruh ASN BPOM
menerapkan RB
- Adanya informasi dan edukasi pada masyarakat
yang programatik
- Adanya Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun
2017 tentang BPOM yang memuat tugas, fungsi dan kewenangan yang jelas
- Sistem pengawasan yang komprehensif
mencakup pre-market dan post market
- Peraturan dan standar yang dikembangkan sudah
mengacu standar internasional
- Memiliki unit teknis di seluruh provinsi di
Indonesia
- Payung hukum pengawasan Obat dan Makanan
belum memadai
- Beberapa ASN masih memerlukan peningkatan
kompetensi (capacity building)
- Jumlah dan sebaran ASN BPOM yang belum
memadai dibandingkan dengan cakupan tugas pengawasan dan beban kerja
- Beberapa regulasi dan standar belum lengkap
- Terbatasnya sarana dan prasarana baik
pendukung maupun utama
- Dukungan sistem IT dalam pengawasan masih
kurang
- Kelembagaan Pusat dan Balai belum sinergi
- Unit pelaksana teknis terbatas hanya di tingkat
provinsi
PELUANG TANTANGAN
- Adanya Program Nasional (JKN dan SKN)
- Teknologi Informasi sebagai sarana KIE yang sangat cepat, pelayanan publik dan pengawasan
post market Obat dan Makanan
- Adanya Instruksi Presiden No.3 Tahun 2017
tentang Peningkatan Efektivitas Pengawasan Obat dan Makanan
- Jumlah industri Obat dan Makanan yang
berkembang pesat
- Terjalinnya kerjasama dengan instansi terkait - Agenda Sustainable Development Goals (SDGs)
- Kurangnya komitmen pelaku usaha
- Percepatan pelayanan publik - Penjualan Obat dan Makanan ilegal secara
online
- Demografi dan Perubahan Komposisi Penduduk
- Perubahan pola hidup masyarakat (sosial dan ekonomi)
- Globalisasi, Perdagangan Bebas dan Komitmen
Internasional
- Munculnya (kembali) berbagai penyakit baru
33
- Pertumbuhan signifikan penjualan obat di tingkat
nasional - Nilai impor Obat dan Makanan tinggi
- Besarnya kontribusi industri pengolahan termasuk
industri Obat dan Makanan terhadap output
nasional - Tingginya laju pertumbuhan penduduk
menyebabkan peningkatan demand Obat dan
Makanan
- Kesehatan menjadi kewenangan yang diselenggarakan secara konkuren antara pusat dan
daerah
- Perkembangan teknologi
- Ekspektasi masyarakat yang tinggi terkait peran
BPOM dalam pengawasan Obat dan Makanan
- Meningkatnya jumlah permohonan pendaftaran
produk Obat dan Makanan - Jenis produk Obat dan Makanan sangat
bervariasi
- Besarnya pendapatan perkapita berdampak
peningkatan konsumsi Obat dan Makanan - Masih banyaknya jumlah pelanggaran di bidang
Obat dan Makanan
- Lemahnya penegakan hukum
- Ketergantungan impor bahan baku obat sangat tinggi
- Indonesia adalah negara ke-4 dengan jumlah
populasi lanjut usia tertinggi
- Desentralisasi bidang kesehatan belum optimal
- Kurangnya dukungan dan kerjasama dari pemangku kepentingan di daerah
Gambar 4. Analisis SWOT Direktorat Pengawasan Distribusi dan Pelayanan
Obat, Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
Berdasarkan hasil analisa SWOT tersebut di atas, terdapat beberapa hal yang harus
dibenahi di masa mendatang agar pencapaian kinerja Direktorat Pengawasan Distribusi dan
Pelayanan Obat, Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor lebih optimal. Pada Gambar 5
terdapat diagram yang menunjukkan analisa permasalahan dan peran Direktorat
Pengawasan Distribusi dan Pelayanan Obat, Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor sesuai
tugas, fungsi, dan kewenangan.
Gambar 5. Diagram permasalahan, kondisi saat ini dan dampaknya.
Berdasarkan kondisi objektif yang dipaparkan di atas, kapasitas Direktorat
Pengawasan Distribusi dan Pelayanan Obat, Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
sebagai unit di bidang pengawasan distribusi dan pelayanan obat masih perlu terus
dilakukan penguatan, baik secara kelembagaan maupun dari sisi manajemen sumber daya
Sistem pengawasan
distribusi dan pelayanan
obat belum optimal
Komitmen pelaku usaha
terhadap penerapan CDOB dan
Standar Pelayanan Kefarmasian
belum optimal
Koordinasi, integrasi dan sinergi
dengan pemangku kepentingan
terkait belum optimal
BELUM OPTIMALNYA
PENGAWASAN DISTRIBUSI DAN
PELAYANAN OBAT, NARKOTIKA,
PSIKOTROPIKA, DAN PREKURSOR
34
manusianya, agar pencapaian kinerja di masa datang semakin membaik dan dapat
memastikan berjalannya proses pengawasan distribusi obat yang lebih ketat dalam menjaga
keamanan, mutu serta khasiat/manfaat obat selama jalur distribusi.
Untuk memperkuat peran dan kewenangan tersebut secara efektif, Direktorat
Pengawasan Distribusi dan Pelayanan Obat, Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor perlu
terus melakukan perbaikan dan pengembangan secara kelembagaan serta penguatan
regulasi, khususnya peraturan perundang-undangan yang menyangkut peran dan tugas
pokok dan fungsinya serta dalam perkuatan pengawasan.
35
BAB II
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN KEGIATAN
Berdasarkan kondisi umum, potensi, permasalahan dan tantangan yang dihadapi
ke depan sebagaimana telah dijelaskan pada Bab I, maka Badan POM sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya sebagai lembaga Pengawasan Obat dan Makanan dituntut untuk dapat
menjamin keamanan, mutu, manfaat/khasiat sesuai standar yang telah ditetapkan. Untuk
itu, disusun visi dan misi serta tujuan dan sasaran Badan POM.
2.1. VISI
Dalam menghadapi dinamika lingkungan dengan segala bentuk perubahannya,
Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT mengacu pada visi Badan
POM dimana segenap jajaran bercita-cita untuk mewujudkan suatu keadaan ideal bagi
masyarakat Indonesia, yaitu
”Obat dan Makanan Aman Meningkatkan Kesehatan Masyarakat dan Daya
Saing Bangsa”
Penjelasan Visi:
Proses penjaminan pengawasan Obat dan Makanan harus melibatkan masyarakat
dan pemangku kepentingan serta dilaksanakan secara akuntabel serta diarahkan untuk
menyelesaikan permasalahan kesehatan yang lebih baik. Sejalan dengan itu, maka
pengertian kata Aman dan Daya Saing adalah sebagai berikut:
Aman : Kemungkinan risiko yang timbul pada penggunaan Obat dan
Makanan telah melalui analisa dan kajian, sehingga risiko yang
mungkin masih timbul adalah seminimal mungkin/ dapat
ditoleransi/ tidak membahayakan saat digunakan pada manusia.
Dapat juga diartikan bahwa khasiat/manfaat Obat dan Makanan
meyakinkan, keamanan memadai, dan mutunya terjamin.
Daya Saing : Kemampuan menghasilkan produk barang dan jasa yang telah
memenuhi standar, baik standar nasional maupun internasional,
sehingga produk lokal unggul dalam menghadapi pesaing di masa
depan.
36
2.2. MISI
Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, diperlukan tindakan nyata sesuai dengan
penguatan peran Badan POM. Adapun misi yang akan dilaksanakan sesuai dengan peran-
peran Badan POM tersebut untuk periode 2015-2019, adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk
melindungi masyarakat
Pengawasan Obat dan Makanan merupakan satu-kesatuan fungsi (full spectrum)
standardisasi, penilaian produk sebelum beredar, pemeriksaan sarana produksi dan
distribusi, sampling dan pengujian produk serta penegakan hukum. Menyadari
kompleksnya tugas yang diemban Badan POM dalam melindungi masyarakat dari
produk yang tidak aman dengan tujuan akhir adalah masyarakat sehat, serta berdaya
saing, maka perlu disusun suatu sasaran strategis khusus yang mampu mengawalnya.
Di satu sisi tantangan dalam pengawasan Obat dan Makanan semakin tinggi,
sementara sumber daya yang dimiliki terbatas, maka perlu adanya prioritas dalam
penyelenggaraan tugas. Untuk itu pengawasan Obat dan Makanan seharusnya
didesain berdasarkan analisis risiko, hal ini untuk mengoptimalkan seluruh sumber
daya yang dimiliki secara proporsional untuk mencapai tujuan sasaran strategis ini.
2. Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan
Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan pemangku
kepentingan.
Sebagai salah satu pilar Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SISPOM), yaitu
pelaku usaha mempunyai peran yang sangat strategis dalam menjamin produk Obat
dan Makanan aman. Pelaku usaha merupakan pemangku kepentingan yang mampu
memberikan jaminan produk yang memenuhi standar dengan memenuhi ketentuan
yang berlaku terkait dengan produksi dan distribusi Obat dan Makanan.
Sebagai lembaga pengawas, Badan POM harus bersikap konsisten terhadap pelaku
usaha, yaitu dengan melaksanakan proses pemeriksaan serta pembinaan dengan baik.
Badan POM harus mampu membina dan mendorong pelaku usaha untuk dapat
memberikan produk yang aman, bermanfaat/berkhasiat, dan bermutu. Dengan
pembinaan secara berkelanjutan, ke depan diharapkan pelaku usaha mempunyai
kemandirian dalam memberikan jaminan keamanan Obat dan Makanan.
Era perdagangan bebas telah dihadapi oleh seluruh negara di dunia, termasuk
Indonesia. Sementara itu, kontribusi Industri Obat dan Makanan terhadap Pendapatan
Nasional Bruto (PDB) cukup siginifikan. Industri makanan, minuman, dan tembakau
37
memiliki kontibusi PDB non migas di tahun 2016 sebesar 33,61 persen, sementara
Industri Kimia dan Farmasi sebesar 10,05 persen (sumber laporan Kemenperin,
Triwulan III 2016). Hal ini tentunya merupakan suatu potensi yang luar biasa untuk
industri tersebut berkembang lebih pesat.
Industri dalam negeri harus mampu bersaing baik di pasar dalam maupun luar negeri.
Sebagai contoh, masih besarnya impor bahan baku obat dan besarnya pangsa pasar
dalam negeri dan luar negeri menjadi tantangan industri obat untuk dapat berkembang.
Demikian halnya dengan industri makanan, obat tradisional, kosmetik, dan suplemen
kesehatan juga harus mampu bersaing. Kemajuan industri Obat dan Makanan secara
tidak langsung dipengaruhi oleh sistem dan dukungan regulatory, sehingga BPOM
berkomitmen untuk mendukung peningkatan daya saing, yaitu melalui jaminan
keamanan, khasiat/manfaat, dan mutu Obat dan Makanan.
Masyarakat dalam hal ini sebagai konsumen mempunyai peran yang sangat strategis
untuk dilibatkan dalam pengawasan Obat dan Makanan, utamanya pada sisi demand.
Sebagai salah satu pilar pengawasan Obat dan Makanan, masyarakat diharapkan tidak
hanya menjadi objek upaya peningkatan kesadaran (awareness) untuk memilih Obat
dan Makanan yang memenuhi standar, tetapi juga diberi kemudahan akses informasi
dan komunikasi terkait Obat dan Makanan sehingga dapat berperan aktif dalam
meningkatkan pengawasan Obat dan Makanan.
Sadar dengan kekuatan yang dimiliki oleh masyarakat, Badan POM melakukan upaya-
upaya yang bertujuan untuk meningkatkan kesadarannya dalam mendukung
pengawasan. Upaya-upaya tersebut salah satunya dilakukan melalui kegiatan
Komunikasi, Informasi, dan Edukasi kepada masyarakat serta kemitraan dengan
pemangku kepentingan lainnya, sehingga mampu melindungi diri dan terhindar dari
produk Obat dan Makanan yang membahayakan kesehatan.
Di sisi lain, arus globalisasi memberi kesempatan masuknya produk yang tidak
memenuhi standar dengan harga murah ke wilayah Indonesia. Pengetahuan
masyarakat yang kurang mengenai syarat keamanan produk Obat dan Makanan
menimbulkan asymmetric information yang dapat dimanfaatkan oleh produsen nakal
untuk menjual produk yang murah namun substandar.
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, BPOM tidak dapat berjalan sendiri, sehingga
diperlukan kerjasama atau kemitraan dengan pemangku kepentingan lainnya. Dalam
era otonomi daerah, khususnya terkait dengan bidang kesehatan, peran daerah dalam
menyusun perencanaan pembangunan serta kebijakan mempunyai pengaruh yang
38
sangat besar terhadap pencapaian tujuan nasional di bidang kesehatan. Pengawasan
Obat dan Makanan bersifat unik karena tersentralisasi, yaitu dengan kebijakan yang
ditetapkan oleh Pusat dan diselenggarakan oleh Balai di seluruh Indonesia. Hal ini
tentunya menjadi tantangan tersendiri dalam pelaksanaan tugas pengawasan, karena
kebijakan yang diambil harus bersinergi dengan kebijakan dari Pemerintah Daerah,
sehingga pengawasan dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan Badan POM
Untuk mendorong misi pertama dan kedua, diperlukan sumber daya yang memadai
dalam mencapai kapasitas kelembagaan yang kuat. Hal ini membutuhkan sumber daya
yang merupakan modal penggerak organisasi. Sumber daya dalam hal ini terutama
terkait dengan sumber daya manusia dan sarana-prasarana penunjang kinerja.
Ketersediaan sumber daya yang terbatas baik jumlah dan kualitasnya, menuntut
BPOM harus mampu mengelola sumber daya tersebut seoptimal mungkin agar dapat
mendukung terwujudnya sasaran program dan kegiatan yang telah ditetapkan. Pada
akhirnya, pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien menjadi sangat penting
untuk diperhatikan oleh seluruh elemen organisasi.
Di samping itu, BPOM sebagai suatu LPNK yang dibentuk pemerintah untuk
melaksanakan tugas tertentu tidak hanya bersifat teknis semata (techno structure),
namun juga melaksanakan fungsi pengaturan (regulating), pelaksana (executing), dan
pemberdayaan (empowering). Untuk itu, diperlukan penguatan
kelembagaan/organisasi. Kelembagaan tersebut meliputi struktur yang kaya dengan
fungsi, proses bisnis yang tertata dan efektif, serta budaya kerja yang sesuai dengan
nilai organisasi.
Misi BPOM merupakan langkah utama yang disesuaikan dengan tugas pokok dan
fungsi BPOM. Pengawasan pre- dan post-market yang berstandar internasional
diterapkan dalam rangka memperkuat BPOM menghadapi tantangan globalisasi.
Dengan penjaminan mutu produk Obat dan Makanan yang konsisten, yaitu memenuhi
standar aman, berkhasiat/bermanfaat dan bermutu, diharapkan BPOM mampu
melindungi masyarakat dengan optimal.
Dari segi organisasi, perlu meningkatkan kualitas kinerja dengan tetap
mempertahankan sistem manajemen mutu dan prinsip organisasi pembelajar (learning
organization). Untuk mendukung itu, maka BPOM perlu memperkuat koordinasi
internal dan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia serta saling bertukar
informasi (knowledge sharing).
39
2.3. BUDAYA ORGANISASI
Budaya organisasi merupakan nilai-nilai luhur yang diyakini dan harus dihayati
dan diamalkan oleh seluruh anggota organisasi dalam melaksanakan tugasnya. Nilai-nilai
luhur yang hidup dan tumbuh-kembang dalam BPOM menjadi semangat bagi seluruh
anggota BPOM dalam berkarsa dan berkarya yaitu:
1. Profesional
Menegakkan profesionalisme dengan integritas, objektivitas, ketekunan dan komitmen
yang tinggi.
2. Integritas
Konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai
luhur dan keyakinan.
3. Kredibilitas
Dapat dipercaya, dan diakui oleh masyarakat luas, nasional dan internasional.
4. Kerjasama Tim
Mengutamakan keterbukaan, saling percaya dan komunikasi yang baik.
5. Inovatif
Mampu melakukan pembaruan dan inovasi-inovasi sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan kemajuan teknologi terkini.
6. Responsif/Cepat Tanggap
Antisipatif dan responsif dalam mengatasi masalah.
2.4. TUJUAN
Dalam rangka pencapaian visi dan misi pengawasan Obat dan Makanan, maka tujuan
yang akan dicapai dalam kurun waktu 2015-2019 adalah sebagai berikut:
1. Meningkatnya jaminan produk Obat dan Makanan aman, bermanfaat, dan bermutu
dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat;
2. Meningkatnya daya saing produk Obat dan Makanan di pasar lokal dan global dengan
menjamin keamanan, khasiat/manfaat, dan mutu serta mendukung inovasi.
2.5. SASARAN STRATEGIS
Sasaran strategis ini disusun berdasarkan visi dan misi yang ingin dicapai BPOM
dengan mempertimbangkan tantangan masa depan dan sumber daya serta infrastruktur
yang dimiliki. Direktorat Pengawasan Distribusi dan Pelayanan Obat, Narkotika,
40
Psikotropika dan Prekursor sebagai unit eselon II di lingkungan Kedeputian Bidang
Pengawasan Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor dan Zat Adiktif, BPOM, dalam
kurun waktu tahun 2015 -2019 ke depan diharapkan akan dapat mencapai sasaran strategis
sebagaimana tergambar pada peta strategis Level 2 Direktur Pengawasan Distribusi dan
Pelayanan Obat, Narkotika, Psikotropika dan Prekursor berikut :
1. Meningkatnya kemampuan Balai dalam melakukan pengawasan sarana
distribusi dan pelayanan obat.
Untuk menciptakan suatu sistem pengawasan Distribusi dan Pelayanan Obat,
Narkotika, Psikotropika dan Prekursor yang handal dan efektif secara nasional
dibutuhkan peran serta seluruh pihak. Pengawasan distribusi dan pelayanan obat
merupakan suatu bagian dari pengawasan hilir dengan objek pengawasan yang
sangat luas.
Direktorat Pengawasan Distribusi dan Pelayanan Obat, Narkotika, Psikotropika dan
Prekursor sebagai unit eselon 2 pusat BPOM sesuai Peraturan Badan POM Nomor
26 Tahun 2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan
Makanan mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan,
Gambar 6. Peta Strategi Level 2 Direktorat Pengawasan Distribusi dan Pelayanan
Obat, Narkotika, Psikotropika dan Prekursor
41
penyusunan norma, standar, prosedur, kriteria, pelaksanaan bimbingan teknis dan
supervisi, serta evaluasi dan pelaporan di bidang pengawasan sarana/fasilitas
distribusi dan pelayanan obat, narkotika, psikotropika dan prekursor.
Direktorat Pengawasan Distribusi dan Pelayanan Obat, Narkotika, Psikotropika dan
Prekursor memiliki peran yang strategis sebagai lead sector di bidang kebijakan
pengawasan distribusi dan pelayanan Obat, Narkotika, Psikotropika dan Prekursor
secara nasional. Kemandirian Balai Besar dan Balai POM dalam melaksanakan
pengawasan di bidang distribusi dan pelayanan Obat, Narkotika, Psikotropika dan
Prekursor dapat menjadi acuan penilaian kehandalan dan efektivitas sistem
pengawasan distribusi dan pelayanan Obat, Narkotika, Psikotropika dan Prekursor
secara nasional.
Untuk mengukur capaian sasaran strategis ini, maka indikatornya adalah Persentase
kesesuaian pengambilan keputusan hasil pengawasan sarana Distribusi dan
Pelayanan ONPP oleh BB/BPOM dan Loka POM, dengan target 65% pada akhir
tahun 2019.
2. Meningkatnya kepuasan pelaku usaha terhadap layanan publik di bidang
pengawasan distribusi obat
Sebagai bagian dari pengawalan mutu Obat, Narkotika, Psikotropika dan Prekursor
yang beredar khususnya di jalur distribusi/penyaluran, dalam melakukan
kegiatannya pelaku usaha dituntut harus selalu sesuai dengan standard dan
persyaratan yang sudah ditentukan dalam Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat
yang Baik (CDOB).
Salah satu untuk memastikan pemenuhan standard dan persyaratan CDOB oleh
pelaku usaha, dilakukan sertifikasi. Sertifikasi CDOB menjadi bagian penting dari
sistem pengawasan distribusi Obat, Narkotika, Psikotropika dan Prekursor terlebih
dengan diintegrasikannya sertifikasi CDOB dalam sistem perizinan sarana distribusi
obat sebagaimana telah diatur di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018
tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik dimana
sertifikasi CDOB disebutkan sebagai izin operasional/komersial bagi pedagang
besar farmasi. Selain berfungsi sebagai tools di dalam pengawasan distribusi obat,
sertifikasi CDOB juga menjadi bagian dari pelayanan publik di lingkungan BPOM.
42
Untuk mengukur capaian sasaran strategis ini, maka indikatornya adalah indeks
kepuasan pelayanan publik di bidang pengawasan sarana distribusi Obat, Narkotika,
Psikotropika dan Prekursor, dengan target 76% pada akhir tahun 2019.
3. Meningkatnya ketepatan waktu pelayanan publik di bidang pengawasan
sarana distribusi obat.
Sebagai bagian dari unsur pre-market di bidang distribusi obat dengan ditetapkannya
sertifikasi CDOB sebagai izin operasional/komersial bagi PBF dalam malaksanakan
kegiatan operasional distribusi obat, unsur maka ketepatan waktu di dalam proses
pelayanan permohonan sertifikasi CDOB menjadi bagian yang sangat penting.
Untuk mengukur capaian sasaran strategis ini, maka indikatornya adalah Persentase
permohonan penilaian sarana distribusi obat yang diselesaikan tepat waktu, dengan
target 75% pada akhir tahun 2019.
4. Perbaikan bisnis proses pelayanan publik di bidang pengawasan sarana
distribusi obat termasuk pemanfaatan teknologi.
Pemanfaatan teknologi menjadi bagian yang tidak bisa dilepaskan dan menjadi
kebutuhan termasuk dalam bidang pengawasan sarana distribusi obat.
Pemanfaatan teknologi dalam menjalankan bisnis proses pelayanan publik
dipandang penting khususnya untuk menciptakan proses pelayanan publik yang
cepat, mudah dan efisien.
Untuk mengukur capaian sasaran strategis ini, maka indikatornya adalah jumlah
teknologi informasi yang dimanfaatkan dalam pelayanan publik di bidang
pengawasan sarana distribusi obat, dengan target 1 dokumen di akhir tahun 2019.
5. Terlaksananya bimbingan teknis pemenuhan CDOB kepada pelaku usaha
Untuk menciptakan sistem pengawasan yang komprehensif, kegiatan pengawasan
tidak hanya dilakukan dari sisi pemeriksaan namun juga perlu diikuti dengan
kegiatan pembinaan melalui pemberian bimbingan teknis kepada pelaku usaha.
Pelaku usaha selain sebagai objek pengawasan juga berperan sebagai mitra
pemerintah di dalam menjaga mutu obat yang beredar. Dengan pemberian
bimbingan teknis kepada pelaku usaha di bidang distribusi obat diharapkan dapat
meningkatkan kemandirian pelaku usaha sehingga dapat melakukan self assessment
43
terhadap pemenuhan standard dan persyaratan di dalam CDOB. Hal ini juga
diharapkan dapat membantu percepatan proses sertifikasi CDOB oleh pelaku usaha.
Untuk mengukur capaian sasaran strategis ini, maka indikatornya adalah jumlah
pelaku usaha yang diberikan bimbingan teknis pemenuhan CDOB, dengan target
600 sarana di akhir tahun 2019.
6. Meningkatnya efektivitas pengawasan sarana distribusi obat dan sarana
pelayanan kefarmasian berbasis risiko
Untuk menjalankan tugasnya, Direktorat Pengawasan Distribusi dan Pelayanan
Obat, Narkotika, Psikotropika dan Prekursor memiliki fungsi salah satunya
melaksanakan inspeksi sarana/fasilitas distribusi obat dan sarana/fasilitas pelayanan
obat. Pengawasan distribusi dan pelayanan obat melalui pelaksanaan fungsi
inspeksi/pemeriksaan merupakan bagian dari pengawasan post-market untuk
menjamin mutu, khasiat, dan keamanan obat selama di peredaran baik pada jalur
distribusi maupun penyerahan/pelayanan obat.
Selain inspeksi/pemeriksaan di lapangan, sebagai unit eselon 2 pusat BPOM,
Direktorat Pengawasan Distribusi dan Pelayanan Obat, Narkotika, Psikotropika dan
Prekursor juga menjalankan fungsinya sebagai steering body melalui pelaksanaan
pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang pengawasan Obat, Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor salah satunya berupa kajian terhadap kasus dan isu-isu
nasional terkait pengawasan distribusi dan pelayanan Obat, Narkotika, Psikotropika
dan Prekursor.
Dengan banyaknya tantangan dan kompleknya pengawasan distribusi dan pelayanan
obat, maka pendekatan pengawasan berbasis risiko menjadi suatu keharusan untuk
menciptakan sistem pengawasan yang efektif.
Untuk mengukur capaian sasaran strategis ini, maka indikatornya adalah Persentase
keputusan hasil pengawasan distribusi dan pelayanan obat yang diselesaikan tepat
waktu, dengan target 80% di akhir tahun 2019.
44
7. Terlaksananya Bimtek dan Sosialisasi kepada petugas BB/BPOM, petugas
lintas sektor, dan pengelola saryanfar.
Dalam pengawasan distribusi dan pelayanan obat, narkotika, psikotropika dan
precursor, BPOM tidak hanya menjadi single body, terdapat beberapa stakeholder
maupun instansi terkait lainnya yang sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan juga memiliki keterkaitan fungsi di dalam pelaksanaan pengawasan
distribusi dan pelayanan obat, narkotika, psikotropika, dan prekursor.
Atas dasar pelaksanaan pengawasan obat dan makanan tidak hanya melibatkan
Badan POM, maka pada tahun 2017 Presiden mengeluarkan Instruksi Presiden
Nomor 3 Tahun 2017 tentang Peningkatan Efektivitas Pengawasan Obat dan
Makanan.
Dalam upaya meningkatkan efektivitas pengawasan, diperlukan suatu koordinasi
termasuk pemberian bimbingan teknis dan advokasi terutama untuk persamaan
persepsi dalam menciptakan suatu sistem pengawasan obat yang efektif dan
menyeluruh.
Untuk mengukur capaian sasaran strategis ini, maka indikatornya adalah jumlah
Balai Besar/ Balai POM dan stakeholder terkait yang diberikan bimbingan teknis
dan advokasi, dengan target 600 petugas Balai Besar/ Balai POM/ stakeholder dan
pengelola saryanfar di akhir tahun 2019.
8. Terwujudnya Reformasi Birokrasi Direktorat Pengawasan Distribusi dan
Pelayanan Obat, Narkotika, Psikotropika dan Prekursor sesuai dengan road
map Reformasi Birokrasi BPOM 2015-2019
Sejalan dengan pengarusutamaan tata kelola pemerintahan yang baik (good
governance) seperti termuat dalam RPJMN 2015-2019, BPOM berupaya untuk terus
melaksanakan Reformasi Birokrasi (RB) di 8 (delapan) area perubahan. Hal ini
dalam rangka menciptakan birokrasi yang bermental melayani yang berkinerja tinggi
sehingga kualitas pelayanan publik BPOM akan meningkat.
Sebagai unit eselon 2 pusat BPOM, Direktorat Pengawasan Distribusi dan Pelayanan
Obat, Narkotika, Psikotropika dan Prekursor memiliki peran dalam menentukan
keberhasilan pencapaian reformasi birokrasi BPOM 2015-2019 khususnya pada area
perubahan sektor pelayanan publik.
45
Untuk mengukur capaian sasaran strategis ini, maka indikatornya adalah nilai AKIP
Direktorat Pengawasan Distribusi dan Pelayanan Obat, Narkotika, Psikotropika dan
Prekursor, dengan target 81 pada akhir tahun 2019.
Ringkasan Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Direktorat
Pengawasan Distribusi dan Pelayanan Obat, Narkotika, Psikotropika dan Prekursor periode
2015-2019 sesuai dengan penjelasan di atas adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis Badan POM, Sasaran Program
Deputi Bidang Pengawasan Obat dan NAPPZA dengan Sasaran Strategis
Direktorat Pengawasan Distribusi dan Pelayanan Obat, Narkotika, Psikotropika
dan Prekursor periode 2015-2019
VISI MISI TUJUAN SASARAN
STRATEGIS
SASARAN
PROGRAM
SASARAN
KEGIATAN
INDIKATOR
KINERJA
Obat dan
Makanan Aman
Meningkatkan
Kesehatan
Masyarakat dan
Daya Saing
Bangsa
Meningkat-kan sistem
pengawa-san
Obat dan
Makanan berbasis
risiko untuk
melindungi
masyarakat
Meningkatnya jaminan
produk Obat
dan Makanan
aman, bermanfaat,
dan bermutu
dalam rangka
meningkatkan kesehatan
masyarakat
Terwujudnya Obat dan
Makanan yang
aman dan
bermutu
Terwujudnya Obat yang
aman dan
bermutu
Meningkatnya kemampuan
Balai dalam
melakukan
pengawasan sarana distribusi
dan pelayanan
obat
Persentase kesesuaian
pengambilan
keputusan hasil
pengawasan sarana Distribusi dan
Pelayanan ONPP
oleh BB/BPOM dan
Loka POM
Meningkatnya
kepatuhan dan
kepuasan pelaku
usaha serta
kesadaran
masyarakat
terhadap
keamanan, manfaat, dan
mutu obat dan
makanan
Meningkatnya
kepuasan
pelaku usaha
terhadap
layanan publik
di bidang obat
Meningkatnya
kepuasan
pelaku usaha
terhadap
layanan publik
di bidang
pengawasan
distribusi obat
Indeks kepuasan
pelayanan publik di
bidang pengawasan
sarana distribusi
Obat, Narkotika,
Psikotropika dan
Prekursor
Meningkatnya
ketepatan
waktu
pelayanan publik di
bidang obat
Meningkatnya
ketepatan waktu
pelayanan
publik di bidang
pengawasan
sarana distribusi
obat.
Persentase
permohonan
penilaian sarana
distribusi obat yang diselesaikan tepat
waktu
Perbaikan bisnis proses
pelayanan
publik di
bidang pengawasan
sarana distribusi
obat termasuk
Jumlah teknologi informasi yang
dimanfaatkan dalam
pelayanan publik di
bidang pengawasan sarana distribusi obat
46
VISI MISI TUJUAN SASARAN
STRATEGIS
SASARAN
PROGRAM
SASARAN
KEGIATAN
INDIKATOR
KINERJA
pemanfaatan
teknologi.
Terlaksananya
bimbingan
teknis
pemenuhan CDOB kepada
pelaku usaha
Jumlah pelaku usaha
yang diberikan
bimbingan teknis
pemenuhan CDOB
Meningkatnya
efektivitas pengawasan
obat dan
makanan
berbasis risiko
Meningkatnya
efektivitas pengawasan
obat dan
makanan
berbasis risiko
Meningkatnya
efektivitas pengawasan
sarana distribusi
obat dan sarana
pelayanan kefarmasian
berbasis risiko
Persentase keputusan
hasil pengawasan distribusi dan
pelayanan obat yang
diselesaikan tepat
waktu
Terlaksananya
Bimtek dan sosialisasi
kepada petugas
BB/BPOM,
petugas lintas
sektor, dan
pengelola
saryanfar
Jumlah petugas
BB/BPOM, petugas lintas sektor, dan
pengelola saryanfar
yang diberikan
bimbingan teknis dan
sosialisasi
Terwujudnya RB BPOM
sesuai roadmap
RB BPOM
2015-2019
Terwujudnya RB Deputi
Bidang
Pengawasan
Obat dan NAPPZA
sesuai dengan
roadmap RB
BPOM 2015-2019
Terwujudnya RB Direktorat
Pengawasan
Distribusi dan
Pelayanan Obat,
Narkotika,
Psikotropika
dan Prekursor sesuai dengan
road map RB
BPOM 2015-
2019
Nilai AKIP Direktorat
Pengawasan
Distribusi dan
Pelayanan Obat, Narkotika,
Psikotropika dan
Prekursor
47
BAB III
ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI
DAN KERANGKA KELEMBAGAAN
3.1. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BPOM
Untuk mendukung tujuan pembangunan Subbidang Kesehatan dan Gizi Masyarakat
serta untuk mencapai tujuan dan sasaran strategis BPOM periode 2015-2019, dilakukan
upaya secara terintergrasi dalam fokus dan lokus pengawasan Obat dan Makanan.
Arah Kebijakan BPOM yang akan dilaksanakan:
1) Penguatan kewenangan dan kapasitas BPOM untuk secara efektif melaksanakan
pengawasan hulu ke hilir dan tindak lanjut hasil pengawasan.
2) Pengembangan, pembinaan, dan fasilitasi industri Obat dan Makanan dalam rangka
peningkatan daya saing.
3) Peningkatan pemahaman dan peran serta masyarakat dalam pengawasan Obat dan
Makanan.
4) Penguatan penegakan hukum untuk kejahatan di bidang Obat dan Makanan.
Untuk dapat melaksanakan kebijakan tersebut, BPOM merumuskan strategi sebagai
berikut:
1) Penguatan regulasi dalam memperkuat pengawasan Obat dan Makanan.
2) Penguatan kelembagaan BPOM.
3) Revitalisasi pelayanan publik BPOM.
4) Revitalisasi sistem manajemen informasi Obat dan Makanan.
5) Revitalisasi pengawasan dan penegakan hukum di bidang pengawasan Obat dan
Makanan.
6) Koordinasi dan sinergisme lintas sektor dalam sistem pengawasan terpadu.
7) Revitalisasi laboratorium pengawasan Obat dan Makanan.
8) Revitalisasi komunikasi publik.
48
Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai lembaga pengawasan Obat dan
Makanan, BPOM menetapkan program sesuai RPJMN periode 2015-2019, yaitu program
utama (teknis) dan program pendukung (generik), sebagai berikut:
a. Program Teknis
Program Pengawasan Obat dan Makanan
Program ini dimaksudkan untuk melaksanakan tugas-tugas utama BPOM dalam
menghasilkan standardisasi dalam pemenuhan keamanan, khasiat/manfaat, dan mutu
Obat dan Makanan melalui serangkaian kegiatan penetapan standar pengawasan,
penilaian Obat dan Makanan sesuai standar, pengawasan terhadap sarana produksi,
pengawasan terhadap sarana distribusi, sampling dan pengujian Obat dan Makanan
beredar, penegakan hukum, serta pembinaan dan bimbingan kepada pemangku
kepentingan.
b. Program Generik
1) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis lainnya.
2) Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Badan
Pengawas Obat dan Makanan.
3) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur BPOM.
3.2. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI DEPUTI BIDANG PENGAWASAN
OBAT, NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, PREKURSOR, DAN ZAT
ADIKTIF
(Menunggu dari Revisi Renstra Deputi)
3.3. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI DIREKTORAT PENGAWASAN
DISTRIBUSI DAN PELAYANAN OBAT, NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA,
DAN PREKURSOR
Arah kebijakan dan strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran strategis Direktorat
Pengawasan Distribusi Dan Pelayanan Obat, Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor
periode 2018 dan 2019, adalah:
Arah Kebijakan yang akan dilaksanakan:
1) Penguatan Sistem Pengawasan Obat, Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor berbasis
risiko untuk melindungi masyarakat
2) Peningkatan pembinaan dan bimbingan dalam rangka mendorong kemandirian pelaku
usaha dalam memberikan jaminan keamanan dan daya saing produk obat, narkotika,
psikotropika, dan prekursor.
49
Sedangkan strategi yang akan dilaksanakan mencakup eksternal dan internal.
Eksternal:
1) Penguatan kemitraan dengan lintas sektor terkait pengawasan distribusi dan
pelayanan obat, narkotika, psikotropika, dan prekursor;
2) Peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui Komunikasi, Informasi dan
Edukasi kepada stakeholder di bidang distribusi dan pelayanan obat, narkotika,
psikotropika, dan prekursor;
Internal:
1) Penguatan Regulatory System pengawasan distribusi dan pelayanan obat,
narkotika, psikotropika, dan prekursor berbasis risiko;
2) Membangun Manajemen Kinerja dari Kinerja Lembaga hingga kinerja
individu/pegawai;
3) Mengelola anggaran secara lebih efisien, efektif dan akuntabel serta diarahkan
untuk mendorong peningkatan kinerja lembaga dan pegawai;
4) Meningkatkan kapasitas SDM pengawas di Badan POM dan BB/BPOM terkait
pengawasan distribusi dan pelayanan obat, narkotika, psikotropika, dan
prekursor;
5) Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana utama maupun pendukung dalam
mendukung tugas pengawasan distribusi dan pelayanan obat, narkotika,
psikotropika, dan prekursor.
Arah kebijakan dan strategi tersebut dijabarkan dalam perencanaan tahunan sebagai
berikut:
- Tahun 2018: Pemantapan cakupan pengawasan sarana distribusi dan pelayanan obat
narkotika, psikotropika, dan prekursor, pemantapan pemenuhan aspek CDOB di sarana
distribusi obat.
- Tahun 2019: Evaluasi program (Renstra 2015-2019) dalam rangka percepatan dan
peningkatan kinerja pengawasan dalam bidang distribusi obat dan keamanan obat
beredar periode berikutnya.
Sedangkan untuk Indikator kinerja Direktorat Pengawasan Distribusi Dan
Pelayanan Obat, Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor sesuai dengan Tabel 4 berikut:
50
Tabel 4. Program, Sasaran Program, Kegiatan, Sasaran Kegiatan, dan Indikator di
Direktorat Pengawasan Distribusi Dan Pelayanan
Obat, Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor
No. Program Sasaran
Program
Kegiatan Sasaran
Kegiatan
Indikator PIC
1. Program
Pengawasan
Obat dan
Makanan
Terwujudnya
Obat yang
aman dan
bermutu
Pengawasan
Distribusi
dan
Pelayanan
Obat,
Narkotika,
Psikotropika,
dan
Prekursor
Meningkatnya
kemampuan
Balai dalam
melakukan
pengawasan
sarana
distribusi dan
pelayanan
obat
Persentase
kesesuaian
pengambilan
keputusan hasil
pengawasan
sarana
Distribusi dan
Pelayanan
ONPP oleh
BB/BPOM dan
Loka POM
1. Subdit
Pengawasan
Sarana
Distribusi
ONPP dan
Bahan Obat
Reg I
2. Subdit
Pengawasan
Sarana
Distribusi
ONPP dan
Bahan Obat
Reg II
3. Subdit
Pengawasan
Sarana
Pelayanan
Kefarmasian
ONPP
2 Program
Pengawasan
Obat dan
Makanan
Meningkatnya
kepuasan
pelaku usaha
terhadap
layanan
publik di
bidang obat
Pengawasan
Distribusi
dan
Pelayanan
Obat,
Narkotika,
Psikotropika,
dan
Prekursor
Meningkatnya
kepuasan
pelaku usaha
terhadap
layanan
publik di
bidang
pengawasan
distribusi obat
Indeks
kepuasan
pelayanan
publik di
bidang
pengawasan
sarana
distribusi Obat,
Narkotika,
Psikotropika
dan Prekursor
1. Subdit
Pengawasan
Sarana
Distribusi
ONPP dan
Bahan Obat
Reg I
2. Subdit
Pengawasan
Sarana
Distribusi
ONPP dan
Bahan Obat
Reg II
3 Program
Pengawasan
Obat dan
Makanan
Meningkatnya
ketepatan
waktu
pelayanan
publik di
bidang obat
Pengawasan
Distribusi
dan
Pelayanan
Obat,
Narkotika,
Psikotropika,
dan
Prekursor
Meningkatnya
ketepatan
waktu
pelayanan
publik di
bidang
pengawasan
sarana
distribusi
obat.
Persentase
permohonan
penilaian sarana
distribusi obat
yang
diselesaikan
tepat waktu
1. Subdit
Pengawasan
Sarana
Distribusi
ONPP dan
Bahan Obat
Reg I
2. Subdit
Pengawasan
Sarana
Distribusi
ONPP dan
Bahan Obat
Reg II
51
No. Program Sasaran
Program
Kegiatan Sasaran
Kegiatan
Indikator PIC
4 Program
Pengawasan
Obat dan
Makanan
Meningkatnya
ketepatan
waktu
pelayanan
publik di
bidang obat
Pengawasan
Distribusi
dan
Pelayanan
Obat,
Narkotika,
Psikotropika,
dan
Prekursor
Perbaikan
bisnis proses
pelayanan
publik di
bidang
pengawasan
sarana
distribusi obat
termasuk
pemanfaatan
teknologi.
Jumlah
teknologi
informasi yang
dimanfaatkan
dalam
pelayanan
publik di
bidang
pengawasan
sarana
distribusi obat
1. Subdit
Pengawasan
Sarana
Distribusi
ONPP dan
Bahan Obat
Reg I
2. Subdit
Pengawasan
Sarana
Distribusi
ONPP dan
Bahan Obat
Reg II
5 Program
Pengawasan
Obat dan
Makanan
Meningkatnya
ketepatan
waktu
pelayanan
publik di
bidang obat
Pengawasan
Distribusi
dan
Pelayanan
Obat,
Narkotika,
Psikotropika,
dan
Prekursor
Terlaksananya
bimbingan
teknis
pemenuhan
CDOB
kepada pelaku
usaha
Jumlah pelaku
usaha yang
diberikan
bimbingan
teknis
pemenuhan
CDOB
1. Subdit
Pengawasan
Sarana
Distribusi
ONPP dan
Bahan Obat
Reg I
2. Subdit
Pengawasan
Sarana
Distribusi
ONPP dan
Bahan Obat
Reg II
6 Program
Pengawasan
Obat dan
Makanan
Meningkatnya
efektivitas
pengawasan
obat dan
makanan
berbasis
risiko
Pengawasan
Distribusi
dan
Pelayanan
Obat,
Narkotika,
Psikotropika,
dan
Prekursor
Meningkatnya
efektivitas
pengawasan
sarana
distribusi obat
dan sarana
pelayanan
kefarmasian
berbasis risiko
Persentase
keputusan hasil
pengawasan
distribusi dan
pelayanan obat
yang
diselesaikan
tepat waktu
1. Subdit
Pengawasan
Sarana
Distribusi ONPP
dan Bahan Obat
Reg I
2. Subdit
Pengawasan
Sarana
Distribusi ONPP
dan Bahan Obat
Reg II
3. Subdit
Pengawasan
Sarana
Pelayanan
Kefarmasian
ONPP
7 Program
Pengawasan
Obat dan
Makanan
Meningkatnya
efektivitas
pengawasan
obat dan
makanan
berbasis
risiko
Pengawasan
Distribusi
dan
Pelayanan
Obat,
Narkotika,
Psikotropika,
Terlaksananya
Bimtek dan
sosialisasi
kepada
petugas
BB/BPOM,
petugas lintas
sektor, dan
Jumlah Petugas
Balai Besar/
Balai POM dan
stakeholder
terkait dan
pengelola
saryanfar yang
diberikan
Subdit
Pengawasan
Sarana Pelayanan
Kefarmasian
ONPP
52
No. Program Sasaran
Program
Kegiatan Sasaran
Kegiatan
Indikator PIC
dan
Prekursor
pengelola
saryanfar
bimbingan
teknis dan
sosialisasi
8 Program
Pengawasan
Obat dan
Makanan
Terwujudnya
RB BPOM
sesuai
roadmap RB
BPOM 2015-
2019
Pengawasan
Distribusi
dan
Pelayanan
Obat,
Narkotika,
Psikotropika,
dan
Prekursor
Terwujudnya
RB Direktorat
Pengawasan
Distribusi dan
Pelayanan
Obat,
Narkotika,
Psikotropika
dan Prekursor
sesuai dengan
road map RB
BPOM 2015-
2019
Nilai AKIP
Direktorat
Pengawasan
Distribusi dan
Pelayanan
Obat,
Narkotika,
Psikotropika
dan Prekursor
Subdit
Pengawasan
Sarana Pelayanan
Kefarmasian
ONPP
3.4. KERANGKA REGULASI
Untuk dapat menyelenggarakan tugas pengawasan Obat dan Makanan secara
optimal, maka Badan POM perlu ditunjang oleh regulasi atau peraturan perundang-
undangan yang kuat dalam lingkup pengawasan Obat dan Makanan, khususnya dalam
pengawasan distribusi obat.
Untuk itu, diperlukan beberapa regulasi yang penting dan dibutuhkan oleh Badan
POM yang terkait dengan tugas Direktorat Pengawasan Distribusi Dan Pelayanan Obat,
Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor dalam rangka memperkuat sistem pengawasan
antara lain:
1. Undang - Undang tentang Pengawasan Obat dan Makanan.
2. Peraturan Perundang-undangan terkait penjualan obat secara online serta
pengawasannya perlu segera diterbitkan agar obat yang beredar di Indonesia baik
secara konvensional maupun online dapat terjamin kualitas, mutu, dan keamanannya.
Badan POM sebagai lembaga pengawas obat pre dan post market dapat lebih mudah
menjalankan tugas dan fungsinya.
3. Peraturan Perundang-undangan terkait penjualan eceran obat, seperti toko obat
dimana peraturan terakhir yang diterbitkan di tahun 2002 sudah tidak relevan dengan
situasi saat ini dimana kebutuhan masyarakat ketersediaan akan obat bebas dan bebas
terbatas terus meningkat sehingga di lapangan banyak ditemukan ketidaksesuaian
dengan peraturan tetapi sulit untuk ditegakkan.
53
4. Peraturan atau Keputusan Kepala Badan POM diperlukan sebagai payung hukum
pelaksanaan Pedoman Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Obat, Bahan Obat, Narkotika,
Psikotropika, Prekursor Farmasi dan Obat-Obat Tertentu.
5. Peraturan tentang Instalasi Farmasi Pemerintah termasuk pedoman CDOB di Instalasi
Farmasi Pemerintah dalam rangka meningkatkan pengawasan/pengawalan mutu obat
JKN.
6. Peraturan tentang Pedoman Pengawasan Obat, Bahan Obat, Narkotika, Psikotropika,
Prekursor Farmasi dan Obat-Obat Tertentu sebagai upaya menciptakan keseragaman
pengawasan petugas pengawas khususnya di daerah.
7. Standar Pelayanan Kefarmasian di Klinik dan Toko Obat sebagai pedoman bagi
tenaga kefarmasian yang melakukan pekerjaan kefarmasian di Klinik dan Toko Obat.
3.5. KERANGKA KELEMBAGAAN
Untuk memperkuat peran dan fungsi Badan Pengawas Obat dan Makanan dalam
melaksanakan Renstra 2015-2019, maka dilakukan beberapa inisiatif penataan
kelembagaan. Dalam penataan kelembagaan tersebut, langkah yang dilakukan oleh
Direktorat Pengawasan Distribusi Dan Pelayanan Obat, Narkotika, Psikotropika, Dan
Prekursor antara lain sebagai berikut:
1. Diperlukan koordinasi dengan unit terkait lintas kementerian/lembaga yang memiliki
tugas sama dalam rangka pengawasan distribusi dan pelayanan obat.
Koordinasi dengan instansi lain yang mempunyai tupoksi yang sama tentang
pengawasan distribusi dan pelayanan obat, misalnya Kementerian Kesehatan,
Kementerian Pertanian, Pemerintah Daerah, dan lain sebagainya sangat dibutuhkan
dalam rangka penyamaan persepsi terhadap konsep pengawasan Badan POM yang
berbasis risiko.
2. Penerapan QMS ISO 9001:2015 BPOM
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan kepuasan pelanggan dalam
pelaksanaan tugas sebagai organisasi penyelenggara pelayanan publik, BPOM
menerapkan sistem manajemen mutu atau Quality Management System berdasarkan
persyaratan ISO 9001:2015 melalui jaminan kesesuaian pada persyaratan kepuasan
pelanggan dan ketentuan perundang-undangan serta proses peningkatan sistem secara
berkelanjutan. Hal ini sesuai dengan kebijakan mutu BPOM, yaitu BPOM
berkomitmen untuk melindungi masyarakat dari Obat dan Makanan yang berisiko
terhadap kesehatan sesuai ketentuan dan secara terus-menerus meningkatkan
54
pengawasan serta memberikan pelayanan kepada seluruh pemangku kepentingan,
dengan menerapkan prinsip-prinsip pemerintahan yang baik dalam pemerintah yang
bersih.
QMS ISO 9001:2015 BPOM diintegrasikan dengan implementasi Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dengan mempertimbangkan kesamaan aspek
pengendalian risiko. Penerapan QMS BPOM berdasarkan persyaratan ISO 9001:2015
mendukung sistem pengawasan Obat dan Makanan serta memberikan manfaat positif
bagi BPOM dalam hal:
a. Meningkatkan kepercayaan publik dan pengakuan internasional melalui
pemenuhan persyaratan ISO 9001 terhadap entitas BPOM sebagai organisasi
penyelenggara pelayanan publik.
b. Meningkatkan penerapan sistem, proses, dan prosedur kerja yang jelas, efektif,
efisien, cepat, terukur sederhana, transparan, partisipatif, dan berbasis e-
Government sesuai Roadmap Reformasi Birokrasi BPOM.
3. Dilakukan penambahan jumlah SDM di Direktorat Pengawasan Distribusi Dan
Pelayanan Obat, Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor sehingga dapat mencukupi
dalam melaksanakan kegiatan secara optimal. Berdasarkan Analisis Beban Kerja
(ABK) yang dilakukan pada tahun 2018, dibutuhkan total pegawai sebanyak 99 orang,
sedangkan jumlah SDM yang ada sampai dengan tahun 2018 baru mencapai 40 orang.
Adapun kebutuhan SDM Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan
PKRT dapat dirinci sebagai berikut:
Tabel 5. Kebutuhan SDM Direktorat Pengawasan Distribusi Dan Pelayanan
Obat, Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor Berdasarkan Analisis Beban
Kerja Tahun 2018
No. Jabatan Jumlah
1. Direktur (eselon 2) 1
2. Kepala Sub Direktorat (eselon 3) 3
3. Kepala Seksi (eselon 4) 7
4. PFM Pertama 28
5. PFM Muda 20
6. PFM Madya 10
7. PFM Penyelia 3
8. Pengadministrasi umum 7
55
No. Jabatan Jumlah
9. Arsiparis Pelaksana 3
10. Analis Kepegawaian Pelaksana Lanjutan 1
11. Analis Kepegawaian Pertama. 1
12. Analis Anggaran 2
13. Bendahara 1
14. Pengadministrasi Keuangan. 3
15. Analis Pengelola BMN 2
16. Analis Barang dan Jasa 2
17. Prakom Pertama 3
18. Analis Data dan Informasi 2
TOTAL 99
4. Diperlukan pengembangan kompetensi dalam rangka pengembangan organisasi di
Direktorat Pengawasan Distribusi Dan Pelayanan Obat, Narkotika, Psikotropika, Dan
Prekursor.
Dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengawasan, diperlukan
pengembangan kompetensi pegawai Direktorat Pengawasan Distribusi Dan Pelayanan
Obat, Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor. Berdasarkan analisis kebutuhan,
diperlukan pengembangan kompetensi seperti yang tercantum dalam tabel 8 berikut:
44
Tabel 6. Analisis Kebutuhan Pengembangan Kompetensi dalam rangka Pengembangan Organisasi Direktorat Pengawasan Distribusi Dan
Pelayanan Obat, Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor
No. Unit Organisasi Sasaran
Kegiatan
Indikator Jabatan Yang Terkait Kompetensi Yang
Dibutuhkan
Jenis Pengembangan
Kompetensi yang
Dibutuhkan
1. Direktorat
Pengawasan
Distribusi Dan
Pelayanan Obat,
Narkotika,
Psikotropika,
Dan Prekursor
Meningkatnya
kemampuan
Balai dalam
melakukan
pengawasan
sarana distribusi
dan pelayanan
obat
Persentase
kesesuaian
pengambilan
keputusan hasil
pengawasan
sarana Distribusi
dan Pelayanan
ONPP oleh
BB/BPOM dan
Loka POM
1. Direktur
Pengawasan
Distribusi dan
Pelayanan ONPP
2. Kasubdit
Pengawasan Sarana
Distribusi ONPP dan
Bahan Obat Reg I
3. Kasubdit
Pengawasan Sarana
Distribusi ONPP dan
Bahan Obat Reg II
4. Kasubdit
Pengawasan Sarana
Pelayanan ONPP
5. Kepala Seksi
Penilaian Sarana
Distribusi ONPP dan
Bahan Obat Reg I
6. Kepala Seksi
inspeksi Sarana
Distribusi ONPP dan
Bahan Obat Reg I
7. Kepala Seksi
Penilaian Sarana
Distribusi ONPP dan
Bahan Obat Reg II
− Kemampuan
melakukan analisis
kebijakan
− Kemampuan
regulatory impact
assessment
− Kemampuan
manajemen berbasis
risiko
− Pengawasan Produk
Ilegal Termasuk
Palsu
− Perencanaan,
Monitoring, dan
Evaluasi/Project
Management
− Leadership
− Decision
making/Creative
thinking
Technique/Practical
Problem Solving
− Teknik komunikasi
kepada pemangku
kepentingan
(stakeholder)
✓ Mengikuti
diklat/kursus/seminar di
bidang komunikasi
kepada pemangku
kepentingan
(stakeholder)
✓ Pendidikan manajemen
terkait kebijakan obat
khususnya proses
inspeksi
✓ Diklat PPNS
✓ Diklat Intelejen
✓ Training membuat SOP
✓ Cold Chain
Management Training
✓ API handling training
✓ WMS training berbasis
computer
✓ Training terkait
pengenalan proses
penyidikan obat
✓ Training di bidang
hukum terkait
pengawasan distribusi
oba
45
No. Unit Organisasi Sasaran
Kegiatan
Indikator Jabatan Yang Terkait Kompetensi Yang
Dibutuhkan
Jenis Pengembangan
Kompetensi yang
Dibutuhkan
8. Kepala Seksi
Inspeksi Sarana
Distribusi ONPP dan
Bahan Obat Reg II
9. Kepala Seksi
Pengawasan Sarana
Pelayanan ONPP
Kategori 1
10. Kepala Seksi
Pengawasan Sarana
Pelayanan ONPP
Kategori 2
− Manajemen obat
untuk mendukung
kebijakan di bidang
pengawasan obat
khususnya proses
inspeksi
− Teknik investigasi
sebagai awal proses
penyidikan
2. Direktorat
Pengawasan
Distribusi Dan
Pelayanan Obat,
Narkotika,
Psikotropika,
Dan Prekursor
Meningkatnya
kepuasan pelaku
usaha terhadap
layanan publik di
bidang
pengawasan
distribusi obat
Indeks kepuasan
pelayanan publik
di bidang
pengawasan
sarana distribusi
Obat, Narkotika,
Psikotropika dan
Prekursor
1. Direktur
Pengawasan
Distribusi dan
Pelayanan ONPP
2. Kasubdit
Pengawasan Sarana
Distribusi ONPP dan
Bahan Obat Reg I
3. Kasubdit
Pengawasan Sarana
Distribusi ONPP dan
Bahan Obat Reg II
4. Kepala Seksi
Penilaian Sarana
Distribusi ONPP dan
Bahan Obat Reg I
5. Kepala Seksi
Penilaian Sarana
− Kemampuan
melakukan analisis
kebijakan
− Kemampuan
regulatory impact
assessment
− Kemampuan
manajemen berbasis
risiko
− Perencanaan,
Monitoring, dan
Evaluasi/Project
Management
− Leadership
− Decision
making/Creative
thinking
✓ Mengikuti
diklat/kursus/seminar
di bidang
komunikasi kepada
pemangku
kepentingan
(stakeholder)
✓ Pendidikan
manajemen terkait
kebijakan obat
khususnya proses
sertifikasi
46
No. Unit Organisasi Sasaran
Kegiatan
Indikator Jabatan Yang Terkait Kompetensi Yang
Dibutuhkan
Jenis Pengembangan
Kompetensi yang
Dibutuhkan
Distribusi ONPP dan
Bahan Obat Reg II
Technique/Practical
Problem Solving
− Teknik komunikasi
kepada pemangku
kepentingan
(stakeholder)
− Manajemen obat
untuk mendukung
kebijakan di bidang
pengawasan obat
khususnya proses
sertifikasi
3. Direktorat
Pengawasan
Distribusi Dan
Pelayanan Obat,
Narkotika,
Psikotropika,
Dan Prekursor
Meningkatnya
ketepatan waktu
pelayanan publik
di bidang
pengawasan
sarana distribusi
obat.
Persentase
permohonan
penilaian sarana
distribusi obat
yang
diselesaikan
tepat waktu
1. Direktur
Pengawasan
Distribusi dan
Pelayanan ONPP
2. Kasubdit
Pengawasan Sarana
Distribusi ONPP dan
Bahan Obat Reg I
3. Kasubdit
Pengawasan Sarana
Distribusi ONPP dan
Bahan Obat Reg II
4. Kepala Seksi
Penilaian Sarana
Distribusi ONPP dan
Bahan Obat Reg I
5. Kepala Seksi
Penilaian Sarana
− Kemampuan
melakukan analisis
kebijakan
− Kemampuan
regulatory impact
assessment
− Kemampuan
manajemen berbasis
risiko
− Perencanaan,
Monitoring, dan
Evaluasi/Project
Management
− Leadership
− Decision
making/Creative
thinking
✓ Mengikuti
diklat/kursus/seminar
di bidang komunikasi
kepada pemangku
kepentingan
(stakeholder)
✓ Pendidikan
manajemen terkait
kebijakan obat
khususnya proses
sertifikasi
47
No. Unit Organisasi Sasaran
Kegiatan
Indikator Jabatan Yang Terkait Kompetensi Yang
Dibutuhkan
Jenis Pengembangan
Kompetensi yang
Dibutuhkan
Distribusi ONPP dan
Bahan Obat Reg II
Technique/Practical
Problem Solving
− Teknik komunikasi
kepada pemangku
kepentingan
(stakeholder)
− Manajemen obat
untuk mendukung
kebijakan di bidang
pengawasan obat
khususnya proses
sertifikasi
4 Direktorat
Pengawasan
Distribusi Dan
Pelayanan Obat,
Narkotika,
Psikotropika,
Dan Prekursor
Perbaikan bisnis
proses pelayanan
publik di bidang
pengawasan
sarana distribusi
obat termasuk
pemanfaatan
teknologi.
Jumlah
teknologi
informasi yang
dimanfaatkan
dalam pelayanan
publik di bidang
pengawasan
sarana distribusi
obat
1. Direktur
Pengawasan
Distribusi dan
Pelayanan ONPP
2. Kasubdit
Pengawasan Sarana
Distribusi ONPP dan
Bahan Obat Reg I
3. Kasubdit
Pengawasan Sarana
Distribusi ONPP dan
Bahan Obat Reg II
4. Kepala Seksi
Penilaian Sarana
Distribusi ONPP dan
Bahan Obat Reg I
5. Kepala Seksi
Penilaian Sarana
− Kemampuan
melakukan analisis
kebijakan
− Kemampuan
regulatory impact
assessment
− Kemampuan
manajemen berbasis
risiko
− Perencanaan,
Monitoring, dan
Evaluasi/Project
Management
− Leadership
− Decision
making/Creative
thinking
✓ Mengikuti
diklat/kursus/seminar di
bidang komunikasi
kepada pemangku
kepentingan
(stakeholder)
✓ Pendidikan manajemen
terkait kebijakan obat
khususnya proses
sertifikasi
✓ Teknologi Informatika
Dasar
48
No. Unit Organisasi Sasaran
Kegiatan
Indikator Jabatan Yang Terkait Kompetensi Yang
Dibutuhkan
Jenis Pengembangan
Kompetensi yang
Dibutuhkan
Distribusi ONPP dan
Bahan Obat Reg II
Technique/Practical
Problem Solving
− Teknik komunikasi
kepada pemangku
kepentingan
(stakeholder)
− Manajemen obat
untuk mendukung
kebijakan di bidang
pengawasan obat
khususnya proses
sertifikasi
− Teknologi
Informatika dasar
5 Direktorat
Pengawasan
Distribusi Dan
Pelayanan Obat,
Narkotika,
Psikotropika,
Dan Prekursor
Terlaksananya
bimbingan teknis
pemenuhan
CDOB kepada
pelaku usaha
Jumlah pelaku
usaha yang
diberikan
bimbingan
teknis
pemenuhan
CDOB
1. Kasubdit
Pengawasan
Sarana Distribusi
ONPP dan Bahan
Obat Reg I dan II
2. Kepala Seksi
Penilaian Sarana
Distribusi ONPP
dan Bahan Obat
Reg I dan II
3. Kepala Seksi
Inspeksi Sarana
Distribusi ONPP
dan Bahan Obat
Reg I dan II
− Kompetensi dalam
melakukan
komunikasi kepada
sarana terkait CDOB,
teknik membuat dan
evaluasi CAPA
Update terhadap
perkembangan CDOB,
Teknik komunikasi, teknik
pembuatan CAPA
49
No. Unit Organisasi Sasaran
Kegiatan
Indikator Jabatan Yang Terkait Kompetensi Yang
Dibutuhkan
Jenis Pengembangan
Kompetensi yang
Dibutuhkan
6 Direktorat
Pengawasan
Distribusi Dan
Pelayanan Obat,
Narkotika,
Psikotropika,
Dan Prekursor
Meningkatnya
efektivitas
pengawasan
sarana distribusi
obat dan sarana
pelayanan
kefarmasian
berbasis risiko
Persentase
keputusan hasil
pengawasan
distribusi dan
pelayanan obat
yang
diselesaikan
tepat waktu
1. Kasubdit
Pengawasan Sarana
Distribusi ONPP dan
Bahan Obat Reg I
dan II
2. Kepala Seksi
Penilaian Sarana
Distribusi ONPP dan
Bahan Obat Reg I
dan II
3. Kepala Seksi
Inspeksi Sarana
Distribusi ONPP dan
Bahan Obat Reg I
dan II
4. Kasubdit
Pengawasan Sarana
Pelayanan ONPP
5. Kepala Seksi
Pengawasan Sarana
Pelayanan ONPP
Kategori 1
6. Pengawasan Sarana
Pelayanan ONPP
Kategori 2
− Kemampuan
melakukan analisis
kebijakan
− Kemampuan
regulatory impact
assessment
− Kemampuan
manajemen berbasis
risiko
− Pengawasan Produk
Ilegal Termasuk
Palsu
− Perencanaan,
Monitoring, dan
Evaluasi/Project
Management
− Leadership
− Decision
making/Creative
thinking
Technique/Practical
Problem Solving
− Teknik komunikasi
kepada pemangku
kepentingan
(stakeholder)
− Manajemen obat
untuk mendukung
kebijakan di bidang
pengawasan obat
✓ Mengikuti
diklat/kursus/seminar di
bidang komunikasi
kepada pemangku
kepentingan
(stakeholder)
✓ Pendidikan manajemen
terkait kebijakan obat
khususnya proses
inspeksi
✓ Diklat PPNS
✓ Diklat Intelejen
✓ Training membuat SOP
✓ Cold Chain
Management Training
✓ API handling training
✓ WMS training berbasis
computer
✓ Training terkait
pengenalan proses
penyidikan obat
✓ Training di bidang
hukum terkait
pengawasan distribusi
obat
50
No. Unit Organisasi Sasaran
Kegiatan
Indikator Jabatan Yang Terkait Kompetensi Yang
Dibutuhkan
Jenis Pengembangan
Kompetensi yang
Dibutuhkan
khususnya proses
inspeksi
− Teknik investigasi
sebagai awal proses
penyidikan
7 Direktorat
Pengawasan
Distribusi Dan
Pelayanan Obat,
Narkotika,
Psikotropika,
Dan Prekursor
Terlaksananya
Bimtek dan
sosialisasi
kepada petugas
BB/BPOM,
petugas lintas
sektor, dan
pengelola
saryanfar
Jumlah Petugas
Balai Besar/
Balai POM dan
stakeholder
terkait dan
pengelola
saryanfar yang
diberikan
bimbingan
teknis dan
sosialisasi
1. Kasubdit
Pengawasan Sarana
Pelayanan ONPP
2. Kepala Seksi
Pengawasan Sarana
Pelayanan ONPP
Kategori 1
3. Kepala Seksi
Pengawasan Sarana
Pelayanan ONPP
Kategori 2
− Kompetensi dalam
melakukan
komunikasi kepada
sarana terkait Standar
Pelayanan
Kefarmasiandan
peraturan terkait
lainnya
Update Standar Pelayanan
Kefarmasian dan peraturan
terkait lainnya
8 Direktorat
Pengawasan
Distribusi Dan
Pelayanan Obat,
Narkotika,
Psikotropika,
Dan Prekursor
Terwujudnya RB
Direktorat
Pengawasan
Distribusi dan
Pelayanan Obat,
Narkotika,
Psikotropika dan
Prekursor sesuai
dengan road map
RB BPOM 2015-
2019
Nilai AKIP
Direktorat
Pengawasan
Distribusi dan
Pelayanan Obat,
Narkotika,
Psikotropika dan
Prekursor
1. Kasubdit
Pengawasan Sarana
Pelayanan ONPP
2. Kepala Seksi Tata
Operasional
− Penyusunan Rencana
Strategis, Rencana
Tahunan, Scenario
Planning
− Perencanaan,
Monitoring, dan
Evaluasi/Project
Management
− Leadership
− Decision
making/Creative
thinking
Mengikuti
diklat/kursus/seminar
dalam
bidang perencanaan
anggaran dan pengelolaan:
SDM (Sumber Daya
Manusia), pengadaan
barang dan jasa, BMN
(Barang Milik Negara),
keuangan, data, arsip dan
teknologi informasi.
51
No. Unit Organisasi Sasaran
Kegiatan
Indikator Jabatan Yang Terkait Kompetensi Yang
Dibutuhkan
Jenis Pengembangan
Kompetensi yang
Dibutuhkan
Technique/Practical
Problem Solving
− Manajemen
Perubahan dan
Manajemen Kinerja
Instansi
− Kompetensi dalam
bidang perencanaan
anggaran dan
pengelolaan: SDM
(Sumber Daya
Manusia), pengadaan
barang dan jasa,
BMN (Barang Milik
Negara), keuangan,
data, arsip dan
teknologi informasi.
44
BAB IV
TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
4.1. TARGET KINERJA
Sehubungan dengan adanya perubahan SOTK di lingkungan BPOM dan
sebagaimana sasaran kegiatan yang telah ditetapkan, maka target sesuai dengan indikator
masing-masing sasaran kegiatan Direktorat Pengawasan Distribusi dan Pelayanan Obat,
Narkotika, Psikotropika dan Prekursor adalah sebagai berikut:
Tabel 7. Sasaran Kegiatan dan Indikator Kinerja
No. Sasaran Kegiatan Indikator Target
2015 2016 2017 2018 2019
1. Meningkatnya
kemampuan Balai
dalam melakukan
pengawasan sarana
distribusi dan
pelayanan obat
Persentase kesesuaian
pengambilan keputusan
hasil pengawasan sarana
Distribusi dan Pelayanan
ONPP oleh BB/BPOM dan
Loka POM
- - - 60% 65%
2. Meningkatnya
kepuasan pelaku
usaha terhadap
layanan publik di
bidang pengawasan
distribusi obat
Indeks kepuasan pelayanan
publik di bidang
pengawasan sarana
distribusi Obat, Narkotika,
Psikotropika dan Prekursor
- - - 75% 76%
3. Meningkatnya
ketepatan waktu
pelayanan publik di
bidang pengawasan
sarana distribusi
obat.
Persentase permohonan
penilaian sarana distribusi
obat yang diselesaikan
tepat waktu
- - - 70% 75%
4. Perbaikan bisnis
proses pelayanan
publik di bidang
pengawasan sarana
distribusi obat
termasuk
pemanfaatan
teknologi.
Jumlah teknologi
informasi yang
dimanfaatkan dalam
pelayanan publik di bidang
pengawasan sarana
distribusi obat
- - - 1 1
5. Terlaksananya
bimbingan teknis
pemenuhan CDOB
kepada pelaku
usaha
Jumlah pelaku usaha yang
diberikan bimbingan teknis
pemenuhan CDOB
- - - 500 600
45
No. Sasaran Kegiatan Indikator Target
2015 2016 2017 2018 2019
6. Meningkatnya
efektivitas
pengawasan sarana
distribusi obat dan
sarana pelayanan
kefarmasian
berbasis risiko
Persentase keputusan hasil
pengawasan distribusi dan
pelayanan obat yang
diselesaikan tepat waktu
- - - 75% 80%
7. Terlaksananya
Bimtek dan
sosialisasi kepada
petugas BB/BPOM,
petugas lintas
sektor, dan
pengelola saryanfar
Jumlah petugas
BB/BPOM, petugas lintas
sektor, dan pengelola
saryanfar yang diberikan
bimbingan teknis dan
sosialisasi
- - - 500 600
8. Terwujudnya RB
Direktorat
Pengawasan
Distribusi dan
Pelayanan Obat,
Narkotika,
Psikotropika dan
Prekursor sesuai
dengan road map
RB BPOM 2015-
2019
Nilai AKIP Direktorat
Pengawasan Distribusi dan
Pelayanan Obat,
Narkotika, Psikotropika
dan Prekursor
- - - 76 81
*): Perubahan target sesuai dengan perubahan SOTK
4.2. KERANGKA PENDANAAN
Sesuai target kinerja masing-masing indikator kinerja yang telah ditetapkan, maka
kerangka pendanaan Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT untuk
mendukung pencapaian tujuan dan sasaran strategis Badan POM periode 2015-2019 adalah
sebagai berikut :
Tabel 8. Sasaran Kegiatan, Indikator Kinerja dan Pendanaan
No Sasaran Kegiatan Indikator ALOKASI (Rp Miliyar)
2015 2016 2017 2018 2019
1 Meningkatnya
efektivitas
pengawasan sarana
distribusi obat dan
sarana pelayanan
kefarmasian berbasis
risiko
IKK 6.
Persentase keputusan hasil
pengawasan distribusi dan
pelayanan obat yang
diselesaikan tepat waktu
6,87 M 7,42 M
46
No Sasaran Kegiatan Indikator ALOKASI (Rp Miliyar)
2015 2016 2017 2018 2019
Meningkatnya
kemampuan Balai
dalam melakukan
pengawasan sarana
distribusi dan
pelayanan obat
IKK. 1
Persentase kesesuaian
pengambilan keputusan hasil
pengawasan sarana Distribusi
dan Pelayanan ONPP oleh
BB/BPOM dan Loka POM
Terlaksananya
Bimtek dan
sosialisasi kepada
petugas BB/BPOM,
petugas lintas sektor,
dan pengelola
saryanfar
IKK 7
Jumlah Petugas Balai Besar/
Balai POM dan stakeholder
terkait dan pengelola saryanfar
yang diberikan bimbingan
teknis dan sosialisasi
2
Meningkatnya
ketepatan waktu
pelayanan publik di
bidang pengawasan
sarana distribusi
obat.
IKK 3
Persentase permohonan
penilaian sarana distribusi
obat yang diselesaikan tepat
waktu
2,21 M 3,68 M
Meningkatnya
kepuasan pelaku
usaha terhadap
layanan publik di
bidang pengawasan
distribusi obat
IKK. 2.
Indeks kepuasan pelayanan
publik di bidang pengawasan
sarana distribusi Obat,
Narkotika, Psikotropika dan
Prekursor
Perbaikan bisnis
proses pelayanan
publik di bidang
pengawasan sarana
distribusi obat
termasuk
pemanfaatan
teknologi.
IKK 4.
Jumlah teknologi informasi
yang dimanfaatkan dalam
pelayanan publik di bidang
pengawasan sarana distribusi
obat
Terlaksananya
bimbingan teknis
pemenuhan CDOB
kepada pelaku usaha
IKK 5.
Jumlah pelaku usaha yang
diberikan bimbingan teknis
pemenuhan CDOB
Terwujudnya RB
Direktorat
Pengawasan
Distribusi dan
Pelayanan Obat,
Narkotika,
Psikotropika dan
Prekursor sesuai
dengan road map RB
BPOM 2015-2019
IKK.8
Nilai AKIP Direktorat
Pengawasan Distribusi dan
Pelayanan Obat, Narkotika,
Psikotropika dan Prekursor
i
BAB V
PENUTUP
Revisi Renstra Direktorat Pengawasan Distribusi dan Pelayanan Obat, Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor tahun 2015-2019 adalah panduan pelaksanaan tugas pokok dan
fungsi Direktorat sampai dengan tahun 2019. Keberhasilan pelaksanaan Renstra Tahun
2015-2019 sangat ditentukan oleh kesiapan kelembagaan, ketatalaksanaan, SDM dan
sumber pendanaannya, serta komitmen semua pimpinan dan staf direktorat. Selain itu,
untuk menjamin keberhasilan pelaksanaan Renstra Tahun 2015-2019, setiap tahun akan
dilakukan evaluasi. Apabila diperlukan, dapat dilakukan perubahan/revisi muatan Renstra,
termasuk indikator-indikator kinerjanya yang dilaksanakan sesuai dengan mekanisme yang
berlaku dan tanpa mengubah tujuan Badan POM yaitu meningkatkan kinerja lembaga dan
pegawai dengan mengacu kepada RPJMN 2015-2019.
Sebagai dokumen perencanaan yang perlu diketahui juga oleh pihak-pihak yang
terkait, maka Revisi Rencana Strategis Direktorat Pengawasan Distribusi dan Pelayanan
Obat, Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Tahun 2015 - 2019 perlu dikomunikasikan
ke seluruh pegawai dan unit kerja terkait di lingkungan Badan POM secara keseluruhan.
Diharapkan semua bagian Direktorat dapat melaksanakannya dengan akuntabel serta
senantiasa berorientasi pada peningkatan kinerja lembaga, unit kerja dan kinerja pegawai.
Renstra ini akan dipantau dan dievaluasi secara berkala setiap tahun.
Selain sebagai bahan evaluasi seperti tersebut di atas, Renstra juga menjadi pedoman
untuk penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Pengawasan Distribusi
dan Pelayanan Obat, Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor.
Diharapkan dengan kesamaan pandangan tentang kemana tujuan Direktorat,
bagaimana peran setiap pegawai dalam mencapai tujuan Direktorat, dan bagaimana
kemajuan dan tingkat keberhasilan nantinya akan diukur, seluruh kegiatan Direktorat
Pengawasan Distribusi dan Pelayanan Obat, Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor yang
direncanakan akan terlaksana, terkoordinasi dengan baik dan dilakukan secara terintegrasi
untuk tercapainya tujuan-tujuan strategis.
i
1. Matriks Kinerja dan Pendanaan Direktorat Pengawasan Distribusi dan Pelayanan Obat, Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
Program/
Kegiatan
Sasaran Program
(Outcome)/Sasaran
Kegiatan
(Output)/Indikator
Lokasi
Target Alokasi (dalam Miliar rupiah) Unit
Organisasi
Pelaksana
K/L-N-
B-NS-
BS 2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
Program Pengawasan Obat dan
Makanan
Direktorat
Pengawasan
Distribusi
dan
Pelayanan
Obat,
Narkotika,
Psikotropika,
dan
Prekursor
IKK 6.
Persentase keputusan
hasil pengawasan
distribusi dan
pelayanan obat yang
diselesaikan tepat
waktu
Pusat
75% 80%
6,87 M 7,42 M
IKK. 1
Persentase kesesuaian
pengambilan keputusan
hasil pengawasan
sarana Distribusi dan
Pelayanan ONPP oleh
BB/BPOM dan Loka
POM
Pusat
60% 65%
IKK 7
Jumlah Petugas Balai
Besar/ Balai POM dan
stakeholder terkait dan
Pusat
ii
pengelola saryanfar
yang diberikan
bimbingan teknis dan
sosialisasi
IKK 3
Persentase permohonan
penilaian sarana
distribusi obat yang
diselesaikan tepat
waktu
Pusat
70% 75%
2,21 M 3,68 M
IKK. 2.
Indeks kepuasan
pelayanan publik di
bidang pengawasan
sarana distribusi Obat,
Narkotika, Psikotropika
dan Prekursor
Pusat
75% 76%
IKK 4.
Jumlah teknologi
informasi yang
dimanfaatkan dalam
pelayanan publik di
bidang pengawasan
sarana distribusi obat
Pusat
1 1
iii
IKK 5.
Jumlah pelaku usaha
yang diberikan
bimbingan teknis
pemenuhan CDOB
Pusat
500 600
IKK.8
Nilai AKIP Direktorat
Pengawasan Distribusi
dan Pelayanan Obat,
Narkotika, Psikotropika
dan Prekursor
Pusat
76 81
2. Matriks Kerangka Regulasi Direktorat Pengawasan Distribusi dan Pelayanan Obat, Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Tahun 2015-2019
No Arah Kerangka Regulasi dan / atau
kebutuhan regulasi
Urgensi Pembentukan Berdasarkan
Evaluasi Regulasi Eksisting Unit Penanggung Jawab Unit Terkait /Institusi
1 Undang - Undang tentang Pengawasan Obat
dan Makanan
Efektivitas pengawasan sediaan farmasi di
sarana distribusi dan pelayanan obat tidak
optimal
Direktorat Pengawasan Distribusi
dan Pelayanan Obat, Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor
1.DPR
2.Kementerian Kesehatan
3. Biro Hukum dan Humas
2 Peraturan atau Keputusan Kepala Badan
POM Pedoman Tindak Lanjut Hasil
Pengawasan Obat, Bahan Obat, Narkotika,
Psikotropika, Prekursor Farmasi dan Obat-
Obat Tertentu
Efektivitas pengawasan sediaan farmasi di
sarana distribusi dan pelayanan obat tidak
optimal
Direktorat Pengawasan Distribusi
dan Pelayanan Obat, Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor
1. Dit. Standardisasi Obat,
Narkotika, Psikotropika, dan
Prekursor
iv
No Arah Kerangka Regulasi dan / atau
kebutuhan regulasi
Urgensi Pembentukan Berdasarkan
Evaluasi Regulasi Eksisting Unit Penanggung Jawab Unit Terkait /Institusi
2. Dit. Pengawasan Produksi
Obat, Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor
3 Peraturan Perundang-undangan terkait
penjualan obat secara online Efektivitas pengawasan sediaan farmasi di
sarana distribusi dan pelayanan obat tidak
optimal
Direktorat Pengawasan Distribusi
dan Pelayanan Obat, Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor
1. Kedeputian 4
2. Pusdatin
3. Dit. Standardisasi Obat,
Narkotika, Psikotropika, dan
Prekursor
4 Peraturan Perundang-undangan terkait
penjualan eceran obat
Efektivitas pengawasan sediaan farmasi di
sarana distribusi dan pelayanan obat tidak
optimal
Direktorat Pengawasan Distribusi
dan Pelayanan Obat, Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor
1.Kementerian Kesehatan
2. Biro Hukum dan Humas
3. Dit. Standardisasi Obat,
Narkotika, Psikotropika, dan
Prekursor
5
Peraturan tentang Instalasi Farmasi
Kabupaten/Kota termasuk pedoman CDOB
di IFK dalam rangka meningkatkan
pengawasan/pengawalan mutu obat JKN.
Efektivitas pengawasan sediaan farmasi di
sarana distribusi dan pelayanan obat tidak
optimal
Direktorat Pengawasan Distribusi
dan Pelayanan Obat, Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor
1.Kementerian Kesehatan
2. Biro Hukum dan Humas
3. Dit. Standardisasi Obat,
Narkotika, Psikotropika, dan
Prekursor
6
Peraturan tentang Pedoman Pengawasan
Obat, Bahan Obat, Narkotika, Psikotropika,
Prekursor Farmasi dan Obat-Obat Tertentu
sebagai upaya menciptakan keseragaman
pengawasan petugas pengawas khususnya
di daerah.
Efektivitas pengawasan sediaan farmasi di
sarana distribusi dan pelayanan obat tidak
optimal
Direktorat Pengawasan Distribusi
dan Pelayanan Obat, Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor
1.Kementerian Kesehatan
2. Biro Hukum dan Humas
3. Dit. Standardisasi Obat,
Narkotika, Psikotropika, dan
Prekursor
4. Balai/Balai Besar POM di
Seluruh Indonesia
7.
Standar Pelayanan Kefarmasian di Klinik
dan Toko Obat sebagai pedoman bagi
tenaga kefarmasian yang melakukan
pekerjaan kefarmasian di Klinik dan Toko
Obat
Penjaminan mutu pelayanan kefarmasian di
Klinik dan Toko Obat.
Direktorat Pengawasan Distribusi
dan Pelayanan Obat, Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor
1.Kementerian Kesehatan
2. Biro Hukum dan Humas
3. Dit. Standardisasi Obat,
Narkotika, Psikotropika, dan
Prekursor
v
No Arah Kerangka Regulasi dan / atau
kebutuhan regulasi
Urgensi Pembentukan Berdasarkan
Evaluasi Regulasi Eksisting Unit Penanggung Jawab Unit Terkait /Institusi
4. Balai/Balai Besar POM di
Seluruh Indonesia
3. Kamus Indikator
INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL SUMBER DATA
(BASELINE 2018)
MEKANISME
PENGUMPULAN
DATA
FREKUENSI
PENGUMPULAN
DATA
(REALISASI)
METODE PERHITUNGAN
1 Persentase
kesesuaian
pengambilan
keputusan hasil
pengawasan sarana
distribusi dan
pelayanan ONPP
oleh BB/BPOM dan
Loka POM
Keputusan hasil pengawasan adalah tindak
lanjut hasil pengawasan Sarana Distribusi dan
Sarana Pelayanan Kefarmasian yang
dikeluarkan oleh Balai Besar/Balai POM dan
Loka POM baik berupa penetapan tindak
lanjut/sanksi yang diberikan kepada sarana,
penetapan temuan sebagai pelanggaran dan
penggunaan dasar hukum dalam penetapan
pelanggaran.
Kesesuaian Balai dalam pengambilan
keputusan adalah kesesuaian tindak lanjut yang
Data Hasil
Pengawasan Sarana
Distribusi dan
Sarana Pelayanan
Kefarmasian dari
Balai Besar/Balai
POM Th 2017
Data Hasil
Pengawasan Sarana
Distribusi dan
Sarana Pelayanan
Kefarmasian dari
Balai Besar/Balai
POM dan Loka
POM
Triwulan dan akhir
tahun anggaran
Rata-rata dari persentase
kesesuaian pengambilan
keputusan hasil pengawasan
dari seluruh BB/BPOM dan
Loka POM.
Persentase kesesuaian pengambilan
keputusan hasil pengawasan =
Keputusan hasil pengawasan yang sesuai
Jumlah sampel uji petik keputusan hasil
pengawasan yang dikeluarkan
X 100 %
vi
INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL SUMBER DATA
(BASELINE 2018)
MEKANISME
PENGUMPULAN
DATA
FREKUENSI
PENGUMPULAN
DATA
(REALISASI)
METODE PERHITUNGAN
dikeluarkan oleh Balai Besar/Balai POM
dengan Pedoman Tindak Lanjut Hasil
Pengawasan atau ketetapan lain yang
mengubahnya dan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang distribusi dan
pelayanan ONPP.
Penghitungan persentase balai yang sesuai
dalam pengambilan keputusan hasil
pengawasan dilakukan berdasarkan prinsip uji
petik/sampling terhadap minimal 10% dari
laporan yang masuk dalam periode tri wulan
pelaporan dengan tetap mempertimbangkan
asas keterwakilan masing-masing jenis sarana
dan asas proporsionalitas.
2 Indeks kepuasan
pelayanan publik di
bidang was sarana
distribusi obat
Kepuasan merupakan suatu bentuk
keberterimaan/persepsi yang menyenangkan
terhadap suatu kualitas layanan/jasa yang
diterima.
Pelaku usaha mencakup Pedagang Besar
Farmasi yang selanjutnya disebut PBF adalah
perusahaan berbentuk badan hukum yang
memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan,
Hasil Indeks
Kepuasan Pelaku
Usaha yang
dilaporkan oleh
Inspektorat TH
2017
Hasil Indeks
Kepuasan Pelaku
Usaha yang
dilaporkan oleh
Inspektorat
Satu Tahun Sekali Indeks Kepuasan dihitung
menggunakan metodologi
analisis deskriptif dan grafik
serta perhitungan Indeks
vii
INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL SUMBER DATA
(BASELINE 2018)
MEKANISME
PENGUMPULAN
DATA
FREKUENSI
PENGUMPULAN
DATA
(REALISASI)
METODE PERHITUNGAN
penyaluran Obat dan/atau Bahan Obat dalam
jumlah besar sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Nilai Indeks Kepuasan Pelayanan Publik
bidang Pengawasan Distribusi Obat adalah
suatu ukuran untuk menilai tingkat efektivitas
Pelayanan Publik di bidang pengawasan
Distribusi Obat yang dilakukan oleh BPOM.
3 Persentase
permohonan
penilaian sarana
distribusi obat yang
diselesaikan tepat
waktu
Pelayanan Publik adalah kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan bagi masyarakat dalam
rangka pengawasan obat sesuai dengan
peraturan perundang - undangan berupa
pelayanan administratif dan teknis baik secara
langsung maupun secara tidak langsung.
Ukuran keberhasilan penyelenggaraan
pelayanan publik ditentukan oleh tingkat
kepuasan penerima layanan. Kepuasan
penerima layanan dicapai apabila penerima
layanan memperoleh pelayanan sesuai yang
dibutuhkan dan diharapkan.
Data pelayanan
publik diperoleh
dari data Subditwas
Sarana Distribusi
ONPP dan Bahan
Obat Regional I dan
Subditwas Sarana
Distribusi ONPP
dan Bahan Obat
Regional II TH
2017
Data pelayanan
publik diperoleh
dari data Subditwas
Sarana Distribusi
ONPP dan Bahan
Obat Regional I
dan Subditwas
Sarana Distribusi
ONPP dan Bahan
Obat Regional II
Triwulan dan akhir
tahun anggaran
Nilai Rasio =
Jumlah Sarana yang
mendapatkan Sertifikat CDOB
yang diselesaikan tepat waktu
jumlah Sarana yang mendapatkan
Sertifikat CDOB
X 100
%
viii
INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL SUMBER DATA
(BASELINE 2018)
MEKANISME
PENGUMPULAN
DATA
FREKUENSI
PENGUMPULAN
DATA
(REALISASI)
METODE PERHITUNGAN
Tujuan pelayanan publik pada dasarnya adalah
memuaskan masyarakat yang menuntut kualitas
pelayanan prima yang tercermin dari atribut (1)
ketepatan waktu pelayanan, yang meliputi
waktu tunggu dan waktu proses, (2) Akurasi
pelayanan, (3) Kesopanan dan keramahan
dalam memberikan pelayanan (4) kemudahan
mendapatkan pelayanan (5) Kenyamanan
dalam memperoleh pelayanan, dan (6) Atribut
pendukung pelayanan lainnya.
Ketepatan waktu pelayanan Publik adalah
pemenuhan waktu janjian pelayanan (SLA)
yang diberikan kepada masyarakat/pelanggan
untuk memenuhi salah satu atribut keberhasilan
penyelenggaraan pelayanan publik. Rasio
ketepatan waktu pelayanan publik merupakan
perbandingan jumlah pemenuhan waktu janjian
pelayanan (SLA) yang tepat waktu dengan
jumlah pengajuan pelayanan oleh
masyarakat/pelanggan.
ix
INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL SUMBER DATA
(BASELINE 2018)
MEKANISME
PENGUMPULAN
DATA
FREKUENSI
PENGUMPULAN
DATA
(REALISASI)
METODE PERHITUNGAN
Permohonan penilaian sarana distribusi adalah
pemenuhan terhadap CDOB (Cara Distribusi
Obat Yang Baik) yang dikeluarkan dalam
bentuk Sertifikat CDOB.
Sertifikat CDOB adalah dokumen sah yang
merupakan bukti bahwa PBF atau PBF Cabang
telah memenuhi persyaratan CDOB dalam
mendistribusikan Obat dan/atau Bahan Obat.
4 Jumlah teknologi
informasi yang
dimanfaatkan dalam
pelayanan publik di
bidang pengawasan
sarana distribusi
obat
Pelayanan Publik adalah kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan bagi masyarakat dalam
rangka pengawasan obat sesuai dengan
peraturan perundang - undangan berupa
pelayanan administratif dan teknis baik secara
langsung maupun secara tidak langsung.
Ukuran keberhasilan penyelenggaraan
pelayanan publik ditentukan oleh tingkat
kepuasan penerima layanan. Kepuasan
penerima layanan dicapai apabila penerima
layanan memperoleh pelayanan sesuai yang
dibutuhkan dan diharapkan.
Data pelayanan
publik diperoleh
dari Ditwas
Distribusi PT dan
PKRT 2017
Data pelayanan
publik diperoleh
dari data Subditwas
Sarana Distribusi
ONPP dan Bahan
Obat Regional I
dan Subditwas
Sarana Distribusi
ONPP dan Bahan
Obat Regional II
Triwulan dan akhir
tahun anggaran
Jumlah Teknologi informasi
yang dimanfaatkan dalam
pelayanan publik penilaian
pemenuhan CDOB
x
INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL SUMBER DATA
(BASELINE 2018)
MEKANISME
PENGUMPULAN
DATA
FREKUENSI
PENGUMPULAN
DATA
(REALISASI)
METODE PERHITUNGAN
Tujuan pelayanan publik pada dasarnya adalah
memuaskan masyarakat yang menuntut kualitas
pelayanan prima yang tercermin dari atribut (1)
ketepatan waktu pelayanan, yang meliputi
waktu tunggu dan waktu proses, (2) Akurasi
pelayanan, (3) Kesopanan dan keramahan
dalam memberikan pelayanan (4) kemudahan
mendapatkan pelayanan (5) Kenyamanan
dalam memperoleh pelayanan, dan (6) Atribut
pendukung pelayanan lainnya.
Pelayanan Publik yang ada di Ditwas Distribusi
dan Pelayanan ONPP adalah Penilaian
Pemenuhan CDOB.
e-Sertifikasi adalah Teknologi informasi yang
dimanfaatkan oleh Pemohon dan BPOM dalam
penilaian pemenuhan CDOB
5 Jumlah pelaku usaha
yang diberikan
Bimtek pemenuhan
CDOB
Bimbingan Teknis pemenuhan CDOB dapat
berupa sosialisasi, pelayanan prima atau desk
CAPA
Data pelaku usaha
yang diberikan
sosialisasi CDOB,
desk CAPA dalam
Daftar hadir
pelaksanaan
sosialisasi,
pelayanan prima
Triwulan dan akhir
tahun anggaran
Menghitung total jumlah sarana
peserta bimtek pemenuhan
CDOB
xi
INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL SUMBER DATA
(BASELINE 2018)
MEKANISME
PENGUMPULAN
DATA
FREKUENSI
PENGUMPULAN
DATA
(REALISASI)
METODE PERHITUNGAN
Pelaku usaha adalah Pedagang Besar Farmasi
(PBF) dan atau stakeholder lain yang terkait
pendistribusian obat
rangka bimbingan
teknis pemenuhan
CDOB tahun 2017
atau desk CAPA
dalam rangka
bimbingan teknis
pemenuhan CDOB
6 Persentase
Keputusan hasil
pengawasan Sarana
Distribusi dan
pelayanan Obat yang
diselesaikan tepat
waktu
Keputusan hasil pengawasan sarana distribusi
obat dan sarana pelayanan kefarmasian adalah
berupa keputusan yang dihasilkan berdasarkan
hasil evaluasi kasus/isu atau tindak lanjut
pemeriksaan sarana distribusi dan pelayanan
kefarmasian yang diterbitkan oleh Direktorat
Pengawasan Distribusi dan Pelayanan ONPP.
Hasil evaluasi kasus/isu adalah hasil evaluasi
untuk yang pertama kali terhadap masing-
masing kasus/isu.
− Laporan
tindaklanjut
hasil
pemeriksaan
internal maupun
dari Balai
Besar/Balai
POM tahun
2017
− Isu/kasus yang
berasal dari
stakeholder dan
Balai
Besar/Balai
POM tahun
2017
− Laporan
tindaklanjut
hasil
pemeriksaan
internal maupun
dari Balai
Besar/Balai
POM
− Isu/kasus yang
berasal dari
stakeholder dan
Balai
Besar/Balai
POM
Triwulan dan akhir
tahun anggaran
Nilai Rasio:
Jumlah Keputusan hasil pengawasan
Distribusi dan pelayanan ONPP yang
diselesaikan tepat waktu
Jumlah Keputusan hasil pengawasan
Distribusi dan pelayanan ONPP
X 100 %
xii
INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL SUMBER DATA
(BASELINE 2018)
MEKANISME
PENGUMPULAN
DATA
FREKUENSI
PENGUMPULAN
DATA
(REALISASI)
METODE PERHITUNGAN
7 Jumlah petugas
BB/BPOM, petugas
lintas sektor, dan
pengelola saryanfar
yang diberikan
bimbingan teknis
dan sosialisasi
Bimbingan Teknis dan Sosialisasi yang
disampaikan adalah terkait pengelolaan obat di
Sarana Pelayanan Kefarmasian sesuai dengan
Standar Pelayanan Kefarmasian atau terkait
koordinasi pengawasan obat dengan sektor
terkait.
Stakeholder terkait adalah Instansi lain yang
berkaitan dalam pengawasan Distribusi Obat,
antara lain Kemkes, Pemda, Organisasi Profesi,
Asosiasi Pelaku Usaha.
Hasil pelaksanaan
Bimtek dan
sosialisasi terkait
pengelolaan dan
pengawasan obat di
sarana pelayanan
kefarmasian dari
Ditwas Distribusi
dan Pelayanan
ONPP tahun 2017
Laporan hasil
pelaksanaan
Bimtek dan
Sosialisasi terkait
pengelolaan dan
pengawasan
distribusi obat dari
Ditwas Distribusi
dan Pelayanan
ONPP
Triwulan dan akhir
tahun anggaran
Menghitung total jumlah
petugas BB/BPOM, petugas
lintas sektor, dan pengelola
saryanfar yang diberikan
bimbingan teknis dan sosialisasi
8 Nilai AKIP
Direktorat
Pengawasan
Distribusi dan
Pelayanan Obat,
Narkotika,
Psikotropika dan
Prekursor
Nilai Hasil Evaluasi Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah adalah nilai hasil dari
penilaian/evaluasi yang dilakukan oleh
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi (KemenPAN dan RB)
atas Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah yang dilakukan oleh setiap
Kementerian/Lembaga (K/L).
Penilaian AKIP terdiri dari 5 komponen
penilaian, antara lain:
1. Perencanaan Kinerja (30%) meliputi aspek:
Nilai Hasil Evaluasi
Akuntabilitas
Kinerja Instansi
Pemerintah BPOM
oleh KeMENPAN
dan RB Th 2017
Nilai Hasil
Evaluasi
Akuntabilitas
Kinerja Instansi
Pemerintah BPOM
oleh KeMENPAN
dan RB
Akhir tahun
anggaran
Rentang Nilai Evaluasi AKIP
terdiri dari:
1. AA (sangat memuaskan),
dengan skor > 90 - 100
2. A (memuaskan), dengan skor
> 80 - 90
3. BB (sangat baik), dengan
skor > 70 - 80
4. B (baik), dengan skor > 60 -
70
xiii
INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL SUMBER DATA
(BASELINE 2018)
MEKANISME
PENGUMPULAN
DATA
FREKUENSI
PENGUMPULAN
DATA
(REALISASI)
METODE PERHITUNGAN
a. Rencana Strategis (10%), meliputi:
Pemenuhan Renstra (2%), Kualitas Renstra
(5%) dan Implementasi Renstra (3%)
b. Perencanaan Kinerja Tahunan (20%),
meliputi Pemenuhan RKT (4%), Kualitas RKT
(10%) dan Implementasi RKT (6%).
2. Pengukuran Kinerja (25%), meliputi aspek:
a. Pemenuhan pengukuran (5%)
b. Kualitas Pengukuran (12,5%)
c. Implementasi pengukuran (7,5%)
3. Pelaporan Kinerja (15%), meliputi aspek:
a. Pemenuhan pelaporan (3%)
b. Kualitas pelaporan (7,5%)
c. Pemanfaatan pelaporan (4,5%)
4. Evaluasi Internal Kinerja (15%), meliputi
aspek:
a. Pemenuhan evaluasi (2%);
b. Kualitas evaluasi (5%);
c. Pemanfaatan hasil evaluasi (3%).
5. Pencapaian Kinerja (20%), meliputi aspek:
a. Kinerja yang dilaporkan (output) (5%);
b. Kinerja yang dilaporkan (outcome) (10%);
c. Kinerja tahun berjalan (benchmark) (5%).
5. CC (cukup/memadai),
dengan skor > 50 - 60
6. C (kurang), dengan skor > 30
- 50
7. D (sangat kurang) dengan
skor 0 - 30
xiv
top related