penyusunan renstra

64
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proyek Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang Kedua (COREMAP-II) dari Pemerintah Indonesia dilaksanakan oleh Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP)melalui Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KP3K). Proyekini terdiri dari dua komponen, yakni yang dibiayai oleh Bank Pembangunan Asia (ADB) untuk wilayah Indonesia Bagian Barat dan Bank Dunia (WB) dan GEF untuk wilayah Indonesia Bagian Timur. Coremap II ini diharapkan sebagai fase ‘percepatan’ yang didasarkan dan dikembangkan dari pengalaman pada fase inisiasi Coremap I pada tahun 1998 – 2004. Tujuan dari fase II ini adalah untuk mengembangkan suatu sistem pengelolaan terumbu karang yang handal pada 6 prioritas Kabupaten Peserta melalui suatu program yang dibiayai secara berkelanjutan dengan koordinasi secara nasional tetapi implementasi secara desentralisasi, agar memberdayakan dan menyokong masyarakat pesisir secara

Upload: atno-marno

Post on 04-Jul-2015

163 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: penyusunan renstra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Proyek Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang Kedua

(COREMAP-II) dari Pemerintah Indonesia dilaksanakan oleh Departemen

Kelautan dan Perikanan (DKP)melalui Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir

dan Pulau-Pulau Kecil (KP3K). Proyekini terdiri dari dua komponen, yakni

yang dibiayai oleh Bank Pembangunan Asia (ADB) untuk wilayah

Indonesia Bagian Barat dan Bank Dunia (WB) dan GEF untuk wilayah

Indonesia Bagian Timur. Coremap II ini diharapkan sebagai fase

‘percepatan’ yang didasarkan dan dikembangkan dari pengalaman pada

fase inisiasi

Coremap I pada tahun 1998 – 2004. Tujuan dari fase II ini adalah untuk

mengembangkan suatu sistem pengelolaan terumbu karang yang handal

pada 6

prioritas Kabupaten Peserta melalui suatu program yang dibiayai secara

berkelanjutan dengan koordinasi secara nasional tetapi implementasi

secara desentralisasi, agar memberdayakan dan menyokong masyarakat

pesisir secara berkelanjutan dalam pemanfaatan terumbu karang dan

sumberdaya ekosistem terkait.

Dengan demikian kerusakan ekosistem terumbu karang dapat

direhabilitasi dandikonservasi yang pada gilirannya kehidupan

masyarakat pesisir dapat ditingkatkan. Hal ini berarti akan terjadi

perubahan perilaku masyarakat pesisir dari kebiasaan merusak terumbu

karang tanpa rasa bersalah menjadi kesadaran memanfaatkannya dengan

Page 2: penyusunan renstra

menjaga kelestarian terumbu karang. Untuk mencapai tujuan

pengembangan Coremap II, aktifitas proyek difokuskan untuk mencapai 3

grup keluaran kunci, masing-masing disertai dengan beberapa indikator.

Ketiga keluaran tersebut adalah: (i) meningkatkan kesadaran,

pemberdayaan dan pengelolaan berkelanjutan dari ekosistem terumbu

karang di lokasi program (disertai inidikator pengelolaan dan

pemberdayaan); (ii) memperbaiki kondisi ekosistem terumbu karang

termasuk pengayaan kembali ikan karang dan invertebrate di lokasi

program (disertai indikator biofisik); dan (iii) peningkatan keperluan hidup

masyarakat pesisir (seperti pengembangan komunitas dan 2 diversifikasi

ekonomi) di lokasi proyek (dengan indikator sosial ekonomi maupun

kemiskinan). Indikator kunci untuk mengukur keberhasilan aktifitas

Coremap II dalam mencapai ketiga grup keluaran kunci ini adalah:

(a) indikator pengelolaan dan pemberdayaan:

terbentuknya Daerah Perlindungan Laut (DPL) dan mencakup 10 % luas

terumbu karang kabupaten target

keberlanjutan dukungan dana bagi akitifitas pengelolaan terumbu

karang

yang sedang berjalan pada akhir Fase II

peningkatan kesadaran publik tentang pentingnya terumbu karang pada

program kabupaten

(b) indikator biofisik

peningkatan cakupan karang hidup

peningkatan CPUE yakni upaya per unit usaha penangakapan ikan dari

ikan

Page 3: penyusunan renstra

karang kunci dan invertebrate dibandingkan kondisi awal

(c) indikator sosial ekonomi dan kemiskinan

standar pendapatan dan kehidupan pada masyarakat pesisir target lebih

besar

dari masyarakat yang tidak ikut program dan sebelum adanya program

persepsi dari nelayan ataupun masyarakat target di lokasi program

terhadap

kondisi keperluan hidup dan ekonomi

Komponen proyek yang dibiayai WB – GEF terdiri dari tiga komponen

utama: (i)

Penguatan Kelembagaan dengan tujuan untuk meningkatkan sikap

tanggap lembaga pemerintah terhadap kebutuhan masyarakat pesisir,

dalam rangka mendukung kerjasama manajemen terumbu karang dan

wilayah perlindungan laut; (ii) Kerjasama Manajemen Berbasis Masyarakat

untuk memberdayakan masyarakat dan lembaga pesisir di seluruh

kabupaten program agar secara bersama-sama mengelola terumbu

karang dan ekosistem terkait untuk meningkatkan pendapatan yang akan

meningkat kan kesejahteraan masyarakat; dan (iii) Penyadaran

Masyarakat, Pendidikan dan Kemitraan Bahari. Komponen pertama ini

untuk memasyarakatkan kesadaran tentang manfaat pelestarian

ekosistem terumbu karang dan pemanfaatan sumberdaya tersebut secara

berkelanjutan guna mengubah perilaku masyarakat 3 Coremap II dengan

pendanaan WB ini dilaksanakan di 7 Kabupaten yang termasuk dalam 4

propinsi di Indonesia bagian Timur: (1) Pangkep dan (2) Selayar di Propinsi

Sulaesi Selatan; (3) Buton dan (4) Wakatobi di Propinsi Sulawesi

Page 4: penyusunan renstra

Tenggara; (5) Sikka di Propinsi Nusa Tenggara Timur; (6) Raja Ampat di

Propinsi Papua Barat; dan (Biak) di Propinsi Biak. Proyek ini juga memberi

dukungan untuk Dukungan Taman Laut di: (1) TNL Wakatobi di Kabupaten

Wakatobi; (2) TNL Takabonerata di Kabupaten selayar; (3) KSDA Raja

Ampat di Kabupaten Raja Ampat; (4) KSDA Padaido Biak di Kabupaten

Biak; (5) KSDA Kapoposang di Kabupaten Pangkep dan (6) KSDA Maumere

di Kabupaten Sikka. Kegiatan fase II di Indonesia timur ini juga didukung

LIPI terutama dalam dukungan penyelenggaraan Pusat Informasi dan

Pelatihan Terumbu Karang Nasional (National Coral Reef Information and

Training Center – CRITC) yang membantu daerah dalam penyediaan

informasi dasar tentang kondisi karang dan sumberdaya ikan karang.

Salah satu kegiatan Subkomponen B4 Manajemen Wilayah Konservasi

Kelautan

yakni Aktifitas B4.3 Mengembangkan Rencana Strategis Sumberdaya

Kelautan Kabupaten dan Menyelenggarakan Jaringan MCA menyediakan

dukungan untuk

pembuatan Rencana Strategis Terumbu Karang (RENSTRA) Kabupaten

peserta.

Untuk membantu kabupaten peserta menyusun Renstra Terumbu Karang,

maka

diperlukan pedoman umum.

1.2. Maksud dan Tujuan Pedoman Umum

Maksud dari Pedoman Umum ini adalah menyediakan Pedoman Umum

yang dapat

Page 5: penyusunan renstra

digunakan di setiap kabupaten peserta Coremap II ini sebagai penuntun

dalam menyusun Renstra Terumbu Karang Kabupaten peserta sehingga

sararan dan tujuan penyusunan Renstra dapat dicapai. Tujuan dari

Pedomana Umum ini adalah:

Menyediakan informasi tentang prinsip-prinsip pengelolaan terumbu

karang sehingga sebagai landasan dalam menyusun Renstra Terumbu

Karang Kabupaten

4Memberikan tahapan dan proses dalam menyusun Renstra Terumbu

Karang

Kabupaten

Menyediakan panduan tentang isi yang termuat dalam Renstra Terumbu

Karang

Kabupaten

5

BAB II

PRINSIP-PRINSIP PENGELOLAAN TERUMBU KARANG

2.1. Prinsip Dasar

Page 6: penyusunan renstra

Dasar penyusunan RENSTRA adalah Kep. 38/Men/2004 tentang Pedoman

Umum

Pengelolaan Terumbu Karang yang diterbitkan Direktorat Jenderal

Kelautan, Pesisir

dan Pulau-pulau Kecil, Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP).

Walaupun payung hukum acuan penyusunan Kep. 38/Men/2004 tersebut

sudah diubah (UU

9/1985 tentang Perikanan; UU 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah dan

UU 25/200 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi

sebagai Daerah

Otonom), namun isi Kepmen tersebut masih dapat digunakan karena

bersifat universal, netral dan bersumber pada ilmu pengetahuan.

Penyusunan Renstra juga

mengacu kepada UU 31/2004 tentang Perikanan, UU 32/2004 tentang

pemerintah

daerah dan UU 27/2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-

pulau Kecil.

Merujuk pada Pedoman Umum Pengelolaan Terumbu Karang tersebut,

kebijakan

nasional pengelolaan terumbu karang disusun berdasarkan 8 prinsip

dasar, yakni:

(1) Keseimbangan antara intensitas dan variasi pemanfaatan terumbu

karang

(2) Pengelolaan sesuai dengan prioritas kebutuhan masyarakat lokal dan

ekonomi nasional.

Page 7: penyusunan renstra

(3) Kepastian hukum melalui pelaksanaan peraturan perundang-undangan

untuk

mencapai tujuan pengelolaan dan pemanfaatan terumbu karang yang

optimal.

(4) Pengelolaan terumbu karang yang berkeadilan dan

berkesinambungan.

(5) Pendekatan pengelolaan terumbu karang secara kooperatif antara

semua

pihak terkait.

(6) Pengelolaan terumbu karang berdasarkan data ilmiah yang tersedia

dan

kemampuan daya dukung lingkungan.

(7) Pengakuan hak-hak ulayat dan pranata sosial persekutuan masyarakat

adat

tentang pengelolaan terumbu karang.

(8) Pengelolaan terumbu karang sesuai dengan semangat otonomi

daerah.

6

2.2 Kebijakan Nasional

Kebijakan umum Pengelolaan Terumbu Karang juga telah dituangkan

dalam

Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP. 38/MEN/2004:

Kebijakan

Umum Pengelolaan Terumbu Karang di Indonesia, yakni “Mengelola

ekosistem

Page 8: penyusunan renstra

terumbu karang berdasarkan keseimbangan antara pemanfaatan dan

kelestarian

yang dirancang dan dilaksanakan secara terpadu dan sinergis oleh

Pemerintah,

Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten, masyarakat, swasta,

perguruan tinggi,

serta non pemerintah”.

Kebijakan umum tersebut dijabarkan dalam 7 (tujuh) kebijakan

operasional, yakni :

(1) Mengupayakan pelestarian, perlindungan, dan peningkatan kondisi

terumbu

karang dan ekosistemnya, terutama bagi kepentingan masyarakat yang

kelangsungan hidupnya sangat bergantung pada pemanfaatan terumbu

karang

dan ekosistem tersebut, berdasarkan pada kesadaran hukum dan

peraturan

perundang-undangan yang berlaku serta mengacu kepada standar-

standar

nasional dan internasional dalam pengelolaan sumberdaya alam.

(2) Mengembangkan kapasitas dan kapabilitas Pemerintah, Pemerintah

Provinsi,

dan Pemerintah Kabupaten, dengan meningkatkan hubungan kerjasama

antar

institusi untuk dapat menyusun dan melaksanakan program-program

Page 9: penyusunan renstra

pengelolaan pemanfaatan terumbu karang dan ekosistemnya

berdasarkan

prinsip keseimbangan antara pemanfaatan sumberdaya alam yang sesuai

dengan nilai-nilai kearifan masyarakat dan karakteristik biofisik dan

kebutuhan pembangunan wilayah.

(3) Menyusun rencana tata ruang pengelolaan wilayah pesisir dan laut

untuk

mempertahankan kelestarian ekosistem dan sumberdaya alam pesisir dan

laut

secara nasional serta mampu menjamin kelestarian fungsi ekologis dari

ekosistem yang ada dan pertumbuhan ekonomi kawasan.

(4) Meningkatkan kerjasama, koordinasi dan kemitraan antara

Pemerintah,

Pemerintah Provinsi, Pemerintah/Kota, serta masyarakat dalam

pengambilan

keputusan mengenai pengelolaan pemanfaatan terumbu karang dan

ekosistemnya yang meliputi aspek perencanaan, pelaksanaan,

pemantauan,

evaluasi, pengawasan dan penegakan hukum.

7

(5) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui

pengembangan

kegiatan ekonomi kerakyatan, dengan mempertimbangkan sosial budaya

masyarakat setempat dan tetap memperhatikan kelestarian ekosistem

terumbu karang dan lingkungan sekitar.

Page 10: penyusunan renstra

(6) Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, penelitian, sistem

informasi, pendidikan dan pelatihan dalam pengelolaan pemanfaatan

terumbu karang dan ekosistemnya dengan meningkatkan peran sektor

swasta

dan kerjasama internasional.

(7) Menggali dan meningkatkan pendanaan untuk pengelolaan terumbu

karang

dan ekosistemnya.

2.3. Strategi dan Program Nasional

Dengan mengacu pada kebijakan nasional pengelolaan terumbu karang,

maka

pelaksanaan kebijaksanaan nasional pengelolaan pemanfaatan terumbu

karang

dijabarkan dalam 9 (sembilan) strategi, yakni :

(1) Memberdayakan masyarakat pesisir yang secara langsung maupun

tidak

langsung bergantung pada pengelolaan pemanfaatan terumbu karang

dan

ekosistemnya.

(2) Mengurangi laju degradasi terumbu karang dan ekosistemnya.

(3) Mengelola terumbu karang berdasarkan karakteristik terumbu karang

dan

ekosistemnya, potensi, tata ruang wilayah, pemanfaatan, status hukum

dan

kearifan masyarakat pesisir.

Page 11: penyusunan renstra

(4) Merumuskan dan mengkoordinasikan program-program instansi

Pemerintah,

Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten, pihak swasta, dan

masyarakat

yang diperlukan dalam pengelolaan pemanfaatan terumbu karang dan

ekosistemnya berbasis masyarakat.

(5) Menciptakan dan memperkuat komitmen, kapasitas dan kapabilitas

pihakpihak

pelaksana pengelola pemanfaatan terumbu karang dan ekosistemnya.

(6) Mengembangkan, menjaga serta meningkatkan dukungan masyarakat

luas

dalam upaya-upaya pengelolaan pemanfaatan terumbu karang dan

ekosistemnya secara nasional dengan meningkatkan kesadaran seluruh

8

lapisan masyarakat mengenai arti penting nilai ekonomis dan ekologis

dari

terumbu karang dan ekosistemnya.

(7) Menyempurnakan berbagai peraturan perundang-undangan serta

mendefinisikan kembali kriteria keberhasilan pembangunan suatu wilayah

agar lebih relevan dengan upaya pelestarian lingkungan terumbu karang

dan

ekosistemnya.

(8) Meningkatkan dan memperluas kemitraan antara Pemerintah,

Pemerintah

Page 12: penyusunan renstra

Provinsi, Pemerintah Kabupaten, swasta, lembaga swadaya masyarakat,

dan

masyarakat untuk mengembangkan kegiatan ekonomi yang ramah

lingkungan dalam rangka pemanfaatan terumbu karang dan

ekosistemnya

secara berkelanjutan.

(9) Meningkatkan dan mempertegas komitmen Pemerintah, Pemerintah

Provinsi, Pemerintah Kabupaten, dan masyarakat serta mencari dukungan

lembaga dalam dan luar negeri dalam penyediaan dana untuk mengelola

terumbu karang dan ekosistemnya.

2.4. Penyusunan Rencana Strategis Pengelolaan Terumbu Karang

Berdasarkan kebijakan dan strategi pengelolaan terumbu karang,

perencanaan

pengelolaan terumbu karang dilakukan dengan memperhatikan arahan

berikut :

(1) Perencanaan pengelolaan terumbu karang disusun berdasarkan

prinsip

penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance). Good

governance dalam pengelolaan pemanfaatan terumbu karang adalah

upaya

pengelolaan yang didasarkan pada aspirasi masyarakat dengan cara

meningkatkan kemampuan masyarakat agar mampu melakukan

pengelolaan

berbasis masyarakat demi tercapainya pengelolaan pemanfaatan

terumbu

Page 13: penyusunan renstra

karang secara berkelanjutan dan peningkatan kesejahteraan.

(2) Perencanaan pengelolaan pemanfaatan terumbu karang disusun

dengan

menggunakan pendekatan partisipatif dalam kerangka pengelolaan

adaptif

dan kolaboratif.

(3) Dalam rangka pengelolaan terumbu karang, Pemerintah Provinsi,

Pemerintah Kabupaten menyusun rencana strategis (renstra) pengelolaan

9

terumbu karang berdasarkan kebijakan, strategi dan program nasional

pengelolaan terumbu karang.

(4) Rencana strategis (renstra) pengelolaan terumbu karang disusun

dengan

mempertimbangkan kebutuhan dan potensi daerah serta aspirasi para

pemangku kepentingan dan selanjutnya dijabarkan dalam bentuk rencana

tahunan.

(5) Rencana strategis (renstra) pengelolaan pemanfaatan terumbu karang

memuat antara lain tujuan, pendekatan, proses penyusunan, isi, dan

masa

berlakunya rencana strategis.

(6) Perencanaan pengelolaan pemanfaatan terumbu karang diarahkan

untuk

mendukung peningkatan taraf hidup nelayan setempat.

(7) Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten

menyusun

Page 14: penyusunan renstra

pola pemanfaatan terumbu karang secara lestari, dengan melibatkan

partisipasi aktif para pemangku kepentingan.

10

BAB III

PROSES DAN PROSEDUR PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS

PENGELOLAAN TERUMBU KARANG

Berdasarkan Prinsip-Prinsip Pengelolaan Terumbu Karang, yang disajikan

pada Bab

2, Bab 3 ini memberikan pedoman umum proses dan prosedur

perencanaan

penyusunan Rencana Strategis Pengelolaan Terumbu Karang Berbasis

Masyarakat.

3.1. Ketentuan Umum dalam Proses Perencanaan Penyusunan

Renstra

Terumbu Karang

(1) Proses pengembangan Rencana Strategis Terumbu Karang harus

berbasis

masyarakat, dengan memperhatikan ketentuan berikut:

Pendekatan partisipatif

Proses konsultatif

Dialog yang transparan dan terbuka

Harus berdasarkan prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik

(2) Proses perencanaan sama pentingnya dengan isi dari rencana

tersebut.

Page 15: penyusunan renstra

Proses perencanaan yang melibatkan pemangku kepentingan di

Kabupaten

merupakan ramuan penting untuk mencapai keberlangsungan aksi

masyarakat untuk jangka waktu lebih panjang, walaupun setelah struktur

proyek COREMAP dilepas dan pendanaan proyek selesai. Dengan

demikian, pemangku kepentingan harus merasa memilikinya bukan hanya

sekedar pelaksana proyek pemerintah.

(3) Secara substantif Rencana Strategis Pengelolaan Terumbu Karang

harus

dikembangkan dengan mencerminkan aspirasi dari para pemangku

kepentingan termasuk kebutuhan masyarakat daerah, di dalam kerangka

kebijakan, strategi dan program nasional.

(4) Rencana Strategis Pengelolaan Terumbu Karang harus didasarkan

pada

spesifik lokal terumbu karang dan ekosistemnya di daerah. Oleh karena

itu,

informasi dasar yang memadai tentang terumbu karang dan

ekosistemnya

harus tersedia

11

(5) Degradasi terumbu karang merupakan sebuah masalah multi-aspek

yang

mempunyai dimemsi sosial-ekonomi, teknologi dan institusi.

Tantangannya adalah mendefinisikan elemen-elemen ini untuk mengenali

bagaimana elemen tersebut berkontribusi terhadap masalah, dan secara

Page 16: penyusunan renstra

kolektif merencanakan pemecahan dimana masyarakat bersedia dan mau

melakukannya.

(6) Perusakan terumbu karang dan ekosistemnya memiliki pengaruh

antarregional

demikian pula pengaruh lintas-perbatasan antar-negara. Akibatnya

pengaturan kegiatan-kegiatan perusakan melalui penegakan hukum dan

pematuhan terhadap standar-standar lingkungan merupakan suatu

legitimasi

kepedulian tidak hanya pemerintah daerah tetapi kebijakan nasional dan

kesepakatan-kesepakatan internasional.

(7) Rencana Strategis Pengelolaan Pemanfaatan Terumbu Karang harus

didasarkan pada identifikasi indikator kinerja sehingga dapat mengukur

tingkat keberhasilan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

(8) Rencana Strategis Pengelolaan Terumbu Karang di tingkat kabupaten

harus

memuat visi, misi, tujuan, sasaran dan strategi yang telah disepakati

bersama dari pihak terkait dan memberikan landasan yang konsisten

untuk

penyusunan rencana zonasi, rencana pengelolaan dan rencana

aksi

(9) Rencana Strategis Pengelolaan Terumbu Karang memfasisilitasi

pemerintah provinsi, dan kabupaten dalam mencapai tujuan-tujuan

pengelolaan wilayah pesisir sebagaimana tercantum dalam Program

Pembangunan Daerah (PROPEDA)

Page 17: penyusunan renstra

(10) Rencana Strategis Pengelolaan Pemanfaatan Terumbu Karang

berlaku

selama 15 (lima belas) tahun dan dapat ditinjau setiap lima tahun

3.2. Prosedur Perencanaan

(1) Tatacara Penyusunan Renstra Terumbu Karang Daerah

Proses yang menggambarkan diagram tatacara dalam penyusunan

Renstra

Terumbu Karang Daerah merupakan langkah awal yang menjadi acuan

untuk proses keberhasilan dalam proses berikutnya. Contoh proses

perencanaan dapat dilihat pada Lampiran 1. Masukan utama adalah data

12

dan informasi dasar yang diperoleh dari suatu survei lapangan yang

didasarkan dari suatu kerangka acuan. Hasil akhir adalah Peraturan

Bupati

yang mengatur berlakunya Renstra. Dengan demikian Peraturan Bupati

yang dilampirkan dengan Renstra merukapan satu kesatuan yang tidak

dapat dipisahkan.

(2) Penyebaran publik

Masyarakat mempunyai hak untuk mengetahui bahwa proses

pengembangan perencanaan sedang dilaksanakan. Proses ini harus

transparan dan terbuka bagi masukan-masukan dari masyarakat.

Penyusunan suatu draft kebijakan dan rencana strategi pengelolaan

terumbu karang daerah harus melalui proses konsultatif. Seperti terlihat

dalam Lampiran 1. dalam proses penyusunan RENSTRA ini penyebaran

Page 18: penyusunan renstra

publik akan terpogram dalam Focus Group Discussion (FGD) yang

sangat

berperan dalam 3 proses yakni: (1) Perumusan Isu Strategis, (2)

Pembuatan

Rancangan Awal Renstra dan (3) Rancangan Akhir Renstra. Dengan

demikian, pertemuam konsultatif FGD ditujukan untuk: (i)

mengembangkan sebuah rencana spesifik lokasi jangka menengah untuk

rehabilitasi dan perlindungan terumbu karang yang dapat digunakan

sebagai suatu model atau pedoman penyusunan rencana bagi lokasi

proyek

lainnya; (ii) mengkaji isu-isu dan faktor-faktor yang mempengaruhi

degradasi terumbu karang dan merekomendasikan seperangkat tindakan

realistis “yang dapat dikerjakan” sebagai masukan bagi rencana tersebut.

Untuk itu FGD perlu dihadiri oleh stakeholders terumbu karang selengkap

mungkin. Sebagai contoh, FGD perlu melibatkan peserta-peserta antara

lain seperti yang disajikan pada Lampiran 2.

(3) Pendekatan Parsipatori

Pendekatan partisipatori telah divisikan, untuk menempatkan para

pemangku kepentingan di pusat proses perencanaan bukan sebagai

“penerima manfaat” atau “penerima proyek-proyek pengembangan”

tetapi

sebagai “pelaksana atau agen pengubah diri-mereka sendiri”.

Sebelum

diskusi, para partisipan telah diinformasikan bahwa FGD merupakan salah

satu proses perencanaan partisipatori yang digerakkan stakeholder

Page 19: penyusunan renstra

13

ketimbang digerakkan dari pemerintah pusat. Proses ini juga

“mengalihkan locus pembuat-keputusan tentang sifat dan

cakupan

intervensi proyek, dari pemerintah pusat kepada warga

masyarakat

daerah setempat, dengan mempertimbangkan bahwa locus ini

adalah

anggota masyarakat itu sendiri yang tahu lebih baik apa masalah

mereka dan sejauh mana mereka dapat menangani masalah

tersebut”.

Perencanaan partisipatori memberikan perasaan kepemilikan kepada

pemangku kepentingan terhadap proyek ini; memotivasi mereka untuk

bertanggung jawab dan akuntabilitas terhadap kesuksesan proyek

katimbang tergantung pada sumberdaya pemerintah. Hal ini juga

membantu membuat kemampuan analisis, pemecahan-masalah, dan

kepempimpinan dalam masyarakat yang dapat diaplikasikan kepada

aspek

lain dalam kehidupan masyarakat.

(4) Penetapan Kerangka Acuan

Kerangka Acuan bagi Rencana Strategi Pengelolaan Terumbu Karang

harus disusun sebelum proses penyusunan Renstra dimulai. Kerangka

Acuan ini harus memuat tujuan, sasaran, jangkauan, substansi, ruang

lingkup dan metodologi. Dalam bab metodologi, harus jelas diuraikan

Page 20: penyusunan renstra

bagaimana proses pengumpulan dan pengolahan maupun analisi

informasi

dan data dilakukan. Selain itu, hal yang penting yang harus diuraikan juga

dalam bab ini adalah metode yang digunakan dalam hal pelibatan

stakeholder

yang tergabung dalam Focus Group Discussion (FGD) dalam

merumuskan isu-isu dan penyusunan draf awal dan draf akhir dari Renstra

Terumbu Karang Daerah.

(5) Penyediaan Data Dasar

Data dasar dan informasi dibutuhkan sebagai masukan utama untuk

pengembangan rencana pengelolaan. Pengumpulan data dan informasi ini

dilakukan dalam suatu studi dengan mengacu kepada Kerangka Acuan

seperti diuraikan pada butir (2) diatas. Data dasar yang diperlukan paling

sedikit mencakup data dasar fisik, bio-ekologi, sosial-ekonomi, serta

kebijakan yang telah dan sedang diberlakukan.

(6) Penyusunan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran

14

Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran, sebaiknya disusun melalui kesepakatan

forum pemangku kepentingan di tingkat kabupaten. Penetapan Visi, Misi

dan Tujuan akan menjadi dasar penentuan Kebijakan, Strategi dan

Program

Pengelolaan Terumbu Karang. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran dapat

dievaluasi ulang setelah proses identifikasi, definisi masalah dan isu

(seperti diuraikan pada proses berikut ini) selesai dilakukan, dimana

penyesuaian dapat dilakukan.

Page 21: penyusunan renstra

(7) Indentifikasi dan pendefinisian masalah dan isu.

Pencarian isu dan masalah yang berkaitan dengan pengelolaan terumbu

karang dapat dilakukan melalui konsultasi dengan stakeholder kunci di

tingkat kabupaten. Masalah dan isu tersebut harus dijelaskan melalui

sejumlah pertemuan FGD atau Diskusi Kelompok Terfokus, seperti

diuraikan sebelumnya. Contoh topik diskusi dapat dilihat pada Lampiran

3.

(8) Perumusan kebijakan

Kebijakan dirumuskan berdasarkan isu (masalah, tantangan serta

peluang)

dalam pengelolaan terumbu karang. Dari seluruh isu yang terkumpul,

dilakukan penyaringan untuk mendapatkan isu-isu strategis. Pemecahan,

penanggulangan ataupun antisipasi terhadap isu strategis tersebut

dirumuskan sebagai suatau kebijakan. Petunjuk daftar data dan informasi

lainnya dapat dilihat contohnya pada Lampiran 4.

(9) Perumusan Rencana Strategis

Rencana strategis disusun berdasarkan Tujuan dan Kebijakan yang telah

dirumuskan sebelumnya. Analisis SWOT dapat digunakan untuk

menetapkan strategi-strategi yang tepat untuk mencapai tujuan. Analisis

SWOT dilaksanakan dengan prinsip memanfaatkan kekuatan (Strength)

yang ada dengan mengatasi kelemahan (Weakness) untuk menggapai

kesempatan (Opportunity) sekaligus menghilangkan ancaman (Treat).

(10) Perumusan Program Aksi

Program aksi dipilih untuk dirumuskan di dalam suatu Diskusi Kelompok

Terfokus (FGD), dengan menggunakan matriks yang dicontohkan pada

Page 22: penyusunan renstra

Lampiran 5.

15

(11) Penentuan Prioritas Program Aksi

Keterbatasan dana dan waktu serta SDM pelaksana program,

menyebabkan

perlu adanya urutan prioritas implementasi program. Penyusunan muatan

prioritas dapat dilaksanakan dalam Diskusi Kelompok Terfokus (FGD),

ataupun melalui expert survey dengan menggunakan Analytical Hierarchy

Process (AHP).

(12) Pemantauan dan Evaluasi

Setiap kegiatan memerlukan suatu sistem evaluasi untuk menilai

keberhasilan kegiatan tersebut. Untuk itu kegiatan pemantauan perlu

dilaksanakan secara sistematis dan terukur.

16

BAB IV

PEDOMAN CAKUPAN RENSTRA TERUMBU KARANG DAERAH

4.1 Cakupan Rencana Strategis Pengelolaan Terumbu Karang

Secara garis besar, suatu Rencana Strategis Pengelolaan Terumbu

Karang

mencakup atau memuat paling sedikit bab-bab berikut:

(1) Pendahuluan

Bab ini menjelaskan latar belakang, tujuan dan sasaran, ruang lingkup

kegiatan, hasil yang diharapkan, keluaran, proses perencanaan dll.

(2) Metodologi

Bab ini menguraikan pendekatan studi, lokasi studi, metode untuk

Page 23: penyusunan renstra

pengumpulan, alat dan analisis dan jenis data

(3) Profil Wilayah Pesisir

Bab ini menguraikan keadaan umum, potensi wilayah perairan, jasa,

keadaan masyarakat, sarana dan prasarana dan dampak pembangunan

terhadap potensi dan ekosistem perairan

(4) Analisis and Identifikasi Isu

Bab ini berisi hasil berbagai analisis, peraturan dan kelembagaan, isu-isu

pengelelolaan terumbu karang dan ekosistemnya. Isu-isu ini diperoleh dari

hasil dengar pendapat dengan masyarakat yang menjadi permasalahan

atau

kendala dalam pengelolaan terumbu karang di lokasi mereka.

(5) Rencana Strategis Pengelolaan Terumbu Karang

Bab ini berisi visi, misi, tujuan, sasaran, isu-isu, strategi, program dan

indikator keberhasilan.

(6) Proses Implementasi

Bab ini berisi rencana implementasi program Renstra yang dapat disajikan

dalam sebuah Tabel Proses Implementasi.

(7) Proses Kaji Ulang dan Evaluasi

Bab ini mejelaskan bahwa Renstra ini harus dikaji ulang dan dievaluasi

pada periode wakrt tertentu.

17

4.2 Data dan Informasi Dasar

Data dan informasi dasar yang dibutuhkan untuk pengembangan rencana

pengelolaan, termasuk di antaranya adalah :

(1) Deleniasi daerah perencanaan

Page 24: penyusunan renstra

(2) Rencana regional yang ada

(i) Kebijakan Pembangunan Provinsi atau Kabupaten

Strategi

Rencana Tata Ruang

Peraturan Provinsi atau Kabupaten

Kebijakan lainnya

(ii) Status terumbu karang di pusat pengembangan di daerah tersebut

(3) Gambaran fisik

(4) Gambaran terumbu karang

(5) Faktor-faktor ancaman lokal

(6) Alokasi ruang

(7) Infrastruktur

(8) Gambaran ekonomi

(9) Gambaran sosial-budaya

(10) Lembaga-lembaga terkait dengan terumbu karang

Penyajian data dan informasi dasar ini tentang potensi sumberdaya

terumbu karang

dan ekosistemnya tidak berhenti pada deskripsi atau sajian data dan

informasi dalam

bentuk tabulasi, diagram, grafik, tetapi harus dilengkapi dengan uraian

yang

menjelaskan: (i) seberapa besar nilai (value)nya, (ii) seberapa penting dan

(iii)

bagaimana perlunya sumberdaya ini untuk menjaga keberlanjutannya.

4.3 Visi

Page 25: penyusunan renstra

Visi berkaitan dengan pandangan ke depan menyangkut kemana

lembaga/pengelolaan harus dibawa dan diarahkan agar dapat berhasil

secara

konsisten, tetap eksis, antisipatif, inovatif, serta produktif.

Visi adalah suatu gambaran menantang tentang keadaan masa depan

yang berisikan

cita dan citra yang ingin diwujudkan oleh lembaga/pengelolaan.

Rumusan visi hendaknya :

18

(1) Mencerminkan apa yang ingin dicapai sebuah organisasi.

(2) Memberikan arah dan fokus strategi yang jelas.

(3) Mampu menjadi perekat dan menyatukan berbagai gagasan strategis

yang

terdapat dalam sebuah organisasi.

(4) Memiliki orientasi terhadap masa depan sehingga segenap jajaran

harus

berperan dalam mendefinisikan dan membentuk masa depan

organisasinya.

(5) Mampu menumbuhkan komitmen seluruh jajaran dalam lingkungan

organisasi.

(6) Mampu menjamin kesinambungan kepemimpinan organisasi.

Sebagai ilustrasi, berikut ini disajikan contoh –contoh visi yang dikutip dari

dokumen

RENSTRA:

VISI:

Page 26: penyusunan renstra

‘Terciptanya pengelolaan sumbedaya terumbu karang dan

ekosistemnya yang

berkesinambungan bagi sebesar-besarnya kesejahteraan

masyarakat pesisir pada

tahun ……… di Kabupaten …………’

‘Pengelolaan terumbu karang secara terpadu yang berkelanjutan

(memanfaatkan

dan menjaga kelestarian) berbasis masyarakat di Kabupaten

………….. dalam

rangka menunjang perekonomian masyarakat’

4.4 Misi

Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh suatu

lembaga,

sebagai penjabaran visi yang telah ditetapkan. Dengan pernyataan misi

diharapkan

seluruh anggota organisasi dan pihak yang berkepentingan dapat

mengetahui dan

mengenal keberadaan dan peran lembaga dalam penyelenggaraan

pengelolaan. Misi

suatu lembaga harus jelas dan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi. Misi

juga

terkait dengan kewenangan yang dimiliki lembaga dari peraturan

perundangan atau

kemampuan penguasaan teknologi sesuai dengan strategi yang telah

dipilih.

Page 27: penyusunan renstra

Perumusan misi lembaga harus memperhatikan masukan pihak-pihak

yang

berkepentingan (stakeholders), dan memberikan peluang untuk

perubahan/penyesuaian sesuai dengan tuntutan perkembangan

lingkungan strategis.

Rumusan misi hendaknya mampu :

(1) Melingkup semua pesan yang terdapat dalam visi.

19

(2) Memberikan petunjuk terhadap tujuan yang akan dicapai.

(3) Memberikan petunjuk kelompok sasaran mana yang akan dilayani oleh

instansi pemerintah.

(4) Memperhitungkan berbagai masukan dari stakeholders.

Sebagai ilustrasi, berikut ini disajikan contoh –contoh misi yang dikutip

dari

dokumen RENSTRA:

MISI:

‘ Mengembangkan sistem pengelolaan Sumberdaya Terumbu

Karang terpadu

yang berkelajutan melalui perencanaan strategis, terkoordinasi

dan terintegrasi

badi seluruh stakeholder dalam mewujudkan masyarakat

sejahtera di Kabupaten

………………..’

‘Mendukung program nasional pusat untuk merehabilitasi

pengelolaan terumbu

Page 28: penyusunan renstra

karang Nasional. Memberi dan meningkatkan wawasan

masyarakat akan

peranan penting terumbu karang dalam menjaga kesinambungan

perekonomian

masyarakat nelayan. Memotivasi masyarakat secara aktif untuk

menjaga

kelestarian terumbu karang. Meningkatkan kualitas sumberdaya

manusia baik

dinas kelautan dan perikanan maupun aparat penegak hokum.

Menegakkan

Peraturan dan Perundang-undangan dalam pemanfaatan terumbu

karang.

4.5 Tujuan Pengelolaan

Tujuan adalah sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka

waktu 1 (satu)

sampai dengan 5 (lima) tahunan. Tujuan ditetapkan dengan mengacu

kepada

pernyataan visi dan misi serta didasarkan pada isu-isu dan analisis

strategis. Tujuan

tidak harus dinyatakan dalam bentuk kuantitatif, akan tetapi harus dapat

menunjukkan suatu kondisi yang ingin dicapai di masa mendatang.

Tujuan akan mengarahkan perumusan sasaran, kebijakan, program dan

kegiatan

dalam rangka merealisasikan misi.

4.6 Sasaran

Page 29: penyusunan renstra

Sasaran adalah hasil yang akan dicapai secara nyata oleh instansi

pemerintah dalam

rumusan yang lebih spesifik, terukur, dalam kurun waktu yang lebih

pendek dari

tujuan. Dalam sasaran dirancang pula indikator sasaran. Yang dimaksud

dengan

indikator sasaran adalah ukuran tingkat keberhasilan pencapaian sasaran

untuk

20

diwujudkan pada tahun bersangkutan. Setiap indikator sasaran disertai

dengan

rencana tingkat capaiannya (targetnya) masing-masing.

Sasaran diupayakan untuk dapat dicapai dalam kurun waktu

tertentu/tahunan secara

berkesinambungan sejalan dengan tujuan yang ditetapkan dalam rencana

strategis.

4.7 Isu-isu

Identifikasi atapun penjaringan isu-isu yang berkembang di masyarakat

yang

berkaitan dengan pengelolaan sumberday terumbu karang dan

ekosistemnya sangat

penting untuk dikumpulkan. Dari kumpulan isu-isu ini akan ditelaah lebih

lanjut

sehingga diperoleh kesepakatan untuk menetapkan isu-isu pokok yang

disepakati

Page 30: penyusunan renstra

stake-holder yang seterusnya akan ditentukan strategi dan langkah-

langkah untuk

mengatasinya.

Berikut ini akan disajikan contoh-contoh isu-isu yang dikutip dari dokumen

RENSTRA untuk dapat dipergunakan sebagai ilustrasi:

ISU-ISU:

Kualitas Sumberdaya Manusia yang rendah

Penataan ruang yang belum ada

Degragasi terumbu karang dan ekosistemnya

Lemahnya penegakan hukum

Potensi dan Objek wisata belum dikembangkan secara optimal

Pemanfaatan terumbu karang untuk bahan bangunan

Penggunaan bom dan racun

Konflik penggunaan alat tangkap

Pencemaran laut

Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang sumberdaya

terumbu karang

Terbatasnya mata pencaharian altertatif

4.8 Strategi

Strategi adalah cara mencapai tujuan dan sasaran yang dijabarkan ke

dalam

kebijakan-kebijakan dan program-program. Seperti diuraikan sebelumnya,

setiap isuisu

pokok yang telah disepakati stake holder, akan diatasi dengan berbagai

strategi.

Page 31: penyusunan renstra

21

4.9 Program dan Indikator Keberhasilan Program

Program adalah kumpulan kegiatan yang sistematis dan terpadu untuk

mendapatkan

hasil yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa instansi pemerintah

ataupun dalam

rangka kerjasama dengan masyarakat, guna mencapai sasaran tertentu.

Untuk

setiapstrategi dari salah satu isu pokok akan dijabarkan berbagai program

atau

kegiatan untuk menjbarkan strategi tersebut dalam rangka meyelesaikan

isu

pokoknya.

Indikator keberhasilan program menjelaskan bagaimana cara untuk

mengukur

maupun menyatakan bahwa sesuatu program telah berhasil dilaksanakan,

tujuannya

terpenuhi dan sasarannya tercapai. Pada masing–masing program, akan

disertakan

juga inidikator keberhasilan program tersebut

4.10 Rencana Implementasi

Rencana implementasi menggambarkan proses implementasi Renstra

pengelolaan

terumbu karang yang merupakan penggalian yang mendalam dari setiap

kebijakan,

Page 32: penyusunan renstra

wewenang dan tanggung jawab yang telah dan dapat diemban oleh

masing-masing

lembaga yang dipercayakan. Rencana implemetasi ini akan disajikan

dalam matriks

suatu matriks yang berisi isu pokok, berbagai strategi untuk mengatasi isu

pokok,

berbagai program untuk setiap strategi, Indikatro, setiap program,

prioritas setiap

program, lembaga terkait yang melaksanakan program dan jangka waktu

pelaksanaan

program. Contoh matriks rencana implementasi untuk dapat digunakan

sebagai

ilustrasi disajikan pada Lampiran 6.

4.11 Pemantauan dan Evaluasi

(1) Sebuah kerangka kerja logis bagi tiap program aksi perlu dibuat untuk

menghasilkan suatu pemantauan dan kegiatan evaluasi yang baik. Tujuan

dan

sasaran dari program-program ini harus didefinisikan secara hati-hati dan

jelas,

melalui proses-proses partisipatori masyarakat.

(2) Indikator-indikator yang dapat diukur untuk keluaran harus disediakan

dan

disetujui oleh pemangku kepentingan, dan disebarkan dengan baik.

(3) Input yang dibutuhkan untuk program-program tersebut harus

disepakati oleh

Page 33: penyusunan renstra

pemangku kepentingan, dan dikelola secara transparan untuk

meminimalkan

ketidakefisienan.

22

(4) Kerangka kerja logis yang disediakan bagi tiap Program Aksi akan

membantu

dalam proses pemantauan dan evaluasi. Contoh dari sebuah kerangka

kerja logis

untuk suatu program aksi disajikan pada Tabel 1.

(5) Evaluasi periodik terhadap perkembangan pelaksanaan tiap program

akan

dibutuhkan, menindaklanjuti kegiatan pemantauan yang dilakukan oleh

proyek.

Evaluator eksternal juga dapat dilibatkan, termasuk wakil-wakil

masyarakat.

23

Tabel 1. Contoh kerangka kerja logis untuk program aksi: ‘Penyediaan

Mata

Pencaharian Alternatif bagi Nelayan Terumbu Karang’

Indikator yang dapat

Diukur

Alat Verifikasi Asumsi

Tujuan:

Mengurangi

tekanan

Page 34: penyusunan renstra

penangkapan

ikan terhadap

terumbu karang

Hasil tangkapan

Upaya

Laporan Statistik

MCS yang

efektif

Sasaran:

20% penurunan

jumlah nelayan

terumbu karang

Jumlah nelayan

yang terlibat

Jumlah ijin

Survei lapangan

Tidak ada

penangkapan

ikan ilegal

Keluaran

Mata pencaharian

yang terpilih

Nelayan yang

dilatih dan terpilih

X unit penangkapan

Page 35: penyusunan renstra

ikan pelagis

X usaha ijin

penangkapan ikan

Survei

lapangan

Laporan

Dokumen

pembelian

Dokumen

penyerahan

Dokumen

ijin

Masukan/

Kegiatan

Konsultan

X juta rupiah

Indentifikasi mata

pencaharian

alternatif

Studi kelayakan

Desain unit penangkapan

ikan

Seleksi nelayan

Pelatihan

Pembelian unit

Page 36: penyusunan renstra

penangkapan

TOR

Usulan

Teknis

Dokumen

kontrak

Pencarian

dana

24

BAB V

PENUTUP

(1) Pedoman ini merupakan panduan umum dalam proses penyusunan

Rencana

Strategi Pengelolaan Terumbu Karang Daerah. Tidak tertutup

kemungkinan

ada bagian dari proses yang tidak perlu dilakukan di daerah tertentu,

mengingat ketersediaan data dasar yang tidak seragam.

(2) Situasi dan kondisi birokrasi serta politik juga sangat mempengaruhi

proses

penyusunan rencana strategis, yang dapat menjadi penentu kelancaran

proses, sehingga panduan ini perlu disesuaikan dengan kondisi spesifik

lokal.

(3) Kondisi sosial ekonomi, persepsi masyarakat dan tingkat kemampuan

SDM

daerah merupakan faktor penentu dalam proses penyusunan rencana

Page 37: penyusunan renstra

strategis. Dengan demikian dalam mengimplementasikan Pedoman

Umum

ini dimungkinkan melakukan modifikasi tertentu.

25

DAFTAR PUSTAKA

Castillo M.R. and Monintja D.R. 2005. National Policy on Coral Reef

Management

: A Review and Assessment. Document No. 11-01-PPS-(31/X/05) – FR.

PMC-COREMAP II. 24 pp. Jakarta

Direktorat Jenderal KP3K. 2005. Pedoman Umum Pengelolaan Terumbu

Karang.

DKP. Jakarta. 35 hal.

Departemen Dalam Negeri. 2005. Petunjuk Penyusunan Dokumen RPJP

Daerah dan

PPJM Daerah. Depdagri. Jakarta. Hal 1-17.

Lembaga Administrasi Negara. 2003. Pedoman Penyusunan Pelaporan

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAN. Jakarta. 36 hal.

Monintja D.R., Castillo M.R. 2005. Policy and Strategy Planning Process For

Coral

Reef Management : Kota Batam. Document NO. 11-01-PPSD-(13/XII/05) –

FR. PMC-COREMAP II. Jakarta. 20 pp

Monintja, D. R., 2006. Pedoman Penyusunan Rencana Strategis

Pengelelaan

Terumbu Karang Daerah. COREMAP II – KP3K, Departemen Kelautan dan

Perikanan. Jakarta. 25 hal.

Page 38: penyusunan renstra

26

Lampiran 1. Diagram Tatacara Penyusunan Rencana Strategis

Pengelolaan

Terumbu Karang Di Daerah

Mulai

DATA/INFORMASI DASAR

Potensi, Sebaran dan

kondisi Terumbu karang

Kondisi Sosial-Ekonomi

Masyarakat

Persepsi Masyarakat

terhadap Terumbu karang

PERUMUSAN

ISU STRATEGIS

VISI, MISI

Pengelolaan Terumbu

Karang Nasional

RANCANGAN AWAL

Rencana Strategi

Pengelolaan Terumbu

Karang Daerah

Visi, Misi

Strategi

Program

RANCANGAN AKHIR

Page 39: penyusunan renstra

Rencana Strategi

Pengelolaan Terumbu

Karang Daerah

Visi, Misi

Strategi

Program

Pedoman Pelaksanaan

RENSTRA

Pengelolaan Terumbu

Karang Daerah

PER

BUPATI

Selesai

VISI, MISI

Pengelolaan

Terumbu Karang

Kabupaten

Focus

Group

Discussion

27

Lampiran 2. Daftar Peserta yang Diharapkan Hadir dalam

Diskusi

Kelompok Terfokus

Page 40: penyusunan renstra

No. Institusi

1. Bappeda

2. Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan

3. Ketua PMU/KPA, PPK COREMAP-II

4. Anggota DPRD

5. Dinas KimPrasWil

6. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

7. Bapedalda

8. Camat

9. Kepala Desa

10. Tokoh masyarakat /nelayan

11. LSM

12. Badan Komunikasi dan Informasi

13. Dinas Pemberdayaan Masyarakat Koperasi dan UKM

14. Dinas Pendidikan Nasional

15. Dinas Perhubungan

16. Dinas Kehutanan

17. Dinas Perindag

18. HNSI

19. Sat Polair

20. NCU – Asdir Kebijakan & Kelembagaan

21. Regional Advisor, NCU-PMC

22. Live Reef Fish Trade Specialist, NCU-PMC

23. Legal Advisor, NCU-PMC

24. Marine Protected Area Management Advisor

Page 41: penyusunan renstra

25. Koordinator CBM, PMU

26. Koodinator PA, PMU

27. Koordinator CRITC, PMU

28. Koordinator MONEV, PMU

28

Lampiran 3. Topik Diskusi Perencanaan Diskusi Kelompok

Terfokus Daerah

1. Tujuan dan Ruang Lingkup Rencana Pengelolaan Terumbu Karang

2. Konteks ekonomi, sosial dan institusional yang berkaitan dengan

degradasi

terumbu karang di daerah.

Mengungkapkan status kerusakan terumbu karang di daerah pesisir.

Mengidentifikasi sumber/penyebab degradasi terumbu karang, termasuk

pencemaran industri.

Pertimbangkan apakah ada dan bagaimana penyebab atau sumber

tekanan

terhadap sumberdaya terumbu karang terkait dengan faktor-faktor

ekonomi seperti

kemiskinan, kekurangan lapangan kerja dan peluang mata pencaharian,

keterbatasan

akses terhadap pendidikan dan informasi tentang dampak ekologi dari

kegiatan

destruktif dan sebagainya.

Pertimbangkan dan ungkapkan kemungkinan pengaruh dari kelemahan

Page 42: penyusunan renstra

institusional terhadap kegiatan-kegiatan destruktif, seperti kesenjangan

peraturan

daerah yang mengatur pemanfaatan sumberdaya perikanan dan

sumberdaya pesisir

atau adakah peraturan yang bertentangan? Kelemahan dalam peraturan?

Kesenjangan dalam kemampuan perencanaan dan pengelolaan staf

pemda terhadap

isu-isu terumbu karang? Kesenjangan prioritas dari pemda terkait dalam

degradasi

terumbu karang? Kesenjangan perhatian dari pihak pimpinan masyarakat

untuk

menangani masalah terumbu karang? Dan sebagainya.

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi konservasi terumbu karang di

daerah,

termasuk kemungkinan adanya kesenjangan teknologi? Atau kelemahan

dalam

kebijakan dan organisasi dari struktur pemerintah di tingkat nasional?

3. Sumberdaya, Kelembagaan dan Pengaturan untuk mengembangkan

dan

implementasi aktivitas pengelolaan terumbu karang di daerah

Struktur organisasi terkini (organigram) dan fungsi-fungsi dari unit

pemerintah

daerah; tenaga kerja; mekanisme anggaran; identifikasi proyek dan

proses

persetujuan.

Page 43: penyusunan renstra

Organisasi nelayan yang ada, LSM, dan organisasi-organisasi yang terlibat

dalam

kegiatan pengelolaan sumberdaya pesisir; pengalaman dan potensi untuk

implementasi atau mengelola kegiatan dan proyek-proyek pengelolaan

terumbu

karang oleh mereka sendiri.

Implikasi dari desentralisasi dalam pengaturan organisasi.

Sumber dana lainnya untuk membiayai kegiatan-kegiatan masyarakat di

luar

pemerintah daerah.

4. Program Aksi

Seperangkat tindakan atau aksi untuk menangani masalah dan

kesenjangan yang

teridentifikasi dalam pengelolaan terumbu karang, termasuk usulan

pengaturan

kelembagaan dan pembiayaan.

Usulan tindakan-tindakan perbaikan, identifikasi lembaga/organisasi mana

yang

dapat menjadi ujung tombak untuk setiap aksi (lembaga penanggung

jawab) dan bila

29

ada yang lain, yang seyogyanya memiliki peran dalam implementasi; apa

yang

menjadi sasaran spesifik dari alur waktu untuk setiap aksi; perkiraan

jumlah biaya

Page 44: penyusunan renstra

yang diperlukan bila ada, serta sumber dana potensial; indikator-indikator

sederhana

apa yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan dari setiap

kelompok

aktivitas.

Usulan rancangan kelembagaan untuk mengelola dan memantau

implementasi

dari Rencana, mendileniasi bidang-bidang tanggung jawab dan

mendefinisikan butirbutir

interface (tumpang tindih), serta menegaskan lokus akuntabilitas dari

implementasi Rencana.

Tindakan yang diusulkan untuk menangani perencanaan partisipatori dan

isu-isu

pemantauan.

Rekomendasi-rekomendasi kebijakan.

30

Lampiran 4. Petunjuk daftar data dan informasi lainnya yang

diperlukan

untuk mendukung perencanaan berbasis masyarakat yang

spesifik lokasi untuk daerah, dalam konteks tujuan dan

prioritas pembangunan nasional :

1. Data yang dikumpulkan oleh COREMAP I dan atau COREMAP II yang

menunjukkan status dari terumbu karang di daerah

2. Sumber-sumber tekanan utama terhadap ekosistem terumbu karang

Page 45: penyusunan renstra

3. Sumberdaya alam, penduduk dan sebaran umur, gender dan sumber

pendapatan

(bila tersedia), indeks kemiskinan? Indeks pendidikan? Mata pencaharian

utama,

industri-industri utama.

4. Kapasitas kelembagaan dan tatanannya :

Struktur organisasi dan hubungan-hubungan fungsional dari pemerintah

daerah dari tingkat kabupaten sampai ke desa

Sumberdaya pemerintah daerah – tenaga manusia, keterampilan,

pendapatan, anggaran

ORNOP – Siapa? Jenis pelayanan masyarakat apa yang dilakukan?

Organisasi nelayan lokal, kelompok lingkungan? Kelompok perempuan?

Kelompok industri/asosiasi?

Proyek-proyek lain di lokasi yang terlibat dalam peningkatan kapasitas

kelembagaan atau perbaikan sumberdaya pantai?

Sumber-sumber dana lokal (misalnya perbankan, pelepas uang informal,

lain-lain?)

5. Usulan usaha-mikro.

6. Usulan MMA untuk terumbu karang.

7. Inventarisasi dan deskripsi peraturan-peraturan daerah tingkat

kabupaten dan

infrastruktur (organisasi, sumberdaya) penegakan hukum di tingkat

kabupaten/kota.

8. Tujuan pembangunan nasional, prioritas, kebijakan yang

mempengaruhi

Page 46: penyusunan renstra

ekosistem terumbu karang dan masyarakat di tingkat lokal, sebagaimana

tercantum dalam rencana pembangunan sosial ekonomi nasional.

9. Kalau ada, kebijakan pengelolaan terumbu karang nasional yang

disusun dibawah

COREMAP I.

10. Tuntunan pengelolaan terumbu karang Ditjen KP3K.

31

Lampiran 5. Matriks Perencanaan Pengelolaan Terumbu Karang

Daerah

Masalah/Isu Kebijakan Strategi

Usulan

Rencana

Aksi

Lembaga

Penanggung Jawab

Kerangka

Waktu*

Utama Pendukung

A. Masalah

terkait

dengan isu

sosialekonomi

B. Masalah

terkait

dengan

Page 47: penyusunan renstra

teknik dan

manajemen

Terumbu

Karang

berwawasan

lingkungan

C. Masalah

terkait

dengan

kelembagaan

/isu

pengorganisa

sian

D. Perencanaan

Partisipatori

dan isu-isu

pemantauan

E. Isu-isu

lainnya

* Diisi dengan Tahun ke…

32

Lampiran 6. Contoh Matriks Rencana Implementasi Program

Renstra Terumbu Karang

Indikator Prioritas Lembaga Terkait Jangka Waktu

Strategi 1 Program:

Page 48: penyusunan renstra

Tersusunnya 1 Bappeda 1 - 2 tahun

Rencana zonasi Dinas Kelautan Perikanan

LSM

HNSI

Tokoh Masyarakat

dll

2. Menenatapkan aturan penangkapan Adanya aturan 2 Dinas Kelautan Perikanan 2 tahun

Ikan lestari LSM

HNSI

Tokoh Masyarakat

Bappeda

dll

3. …….. ……… ……. …………. ………..

………….

Isu 1: Degradasi Terumbu Karang

1. Menyususun Melindungi Rencana zonasi

terumbu

karang dan

ekosistemnya