referat hematuria (1)

Post on 07-Nov-2015

114 Views

Category:

Documents

30 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

hematuria

TRANSCRIPT

REFERATHEMATURIA

Disusun oleh :JULIA1102010137Kepaniteraan Klinik Bedah RSUD Pasar Rebo

Pembimbing :Dr. Johan. Sp.BU

SMF BEDAHRSUD PASAR REBO JAKARTAFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS YARSIJuni 2014

Pendahuluan

Darah dalam saluran kemih merupakan suatu petanda yang perlu segera di tindak lanjuti dengan berbagai pemeriksaan laboratorium. Hematuria merupaan suatu gejala yang penting pada berbagai penyait ginjal dan salurannya, sedangkan proteinuria lebih memilii arti dalam hal diagnostik dan prognostik penyakit. Pemeriksaan harus dilakuan dengan teliti dan terarah supaya jangan sampai ada hal penting yang terlewatkan sedangkan pemeriksaan-pemeriksaan yang tidak perlu sebaiknya dihindarkan. Hematuria merupakan petanda dari suatu penyakit yang serius sehingga sangat penting untuk di pastikan adanya sel darah merah dalam saluran kemih serta ditentukan tingkat keparahan dan persistensi nya. Hematuria dapat dijumpai dalam berbagai keadaan, seperti bagian dari suatu episode hematuria makroskopi , sebagai gejala dari infesi saluran kemih atau sebagai petanda lain dari suatu kebetulan yang ditemukan dalam pemeriksaan rutin. Anamnesis dan pemeriksaan fisik memegang peranan penting dalam menegakan diagnosis pada hematuria. Bila ada demam, letargi, nyeri perut, sembab, atau gejala saluran kemih seperti misalnya disuria, inkontinensia urin, dan sering berkemih maka kemunginan besar berasal dari saluran kemih. Kolik pada daerah pinggang sebelum timbulnya hematuria kemungkinannya adalah batu ginjal atau batu ureter. Adanya nyeri tekan atau tenggorok 10-14 hari (atau infeksi kulit 4-6 minggu) sebelum terjadinya hematuria kemungkinan besar adalah glomerulonefritis pasca streptococcus. Bila ada riwayat ruam kulit terutama berbentuk kupu-kupu di daerah wajah , mungkin suatu lupus eritematosus sistemik atau berbrntuk purpura maa kemungkinannya adalah Henoch Schnlein. Riwayat penyakit dahulu juga perlu dicari seperti adanya riwayat trauma ginjal ,gangguan faal hemostasis, atau hematuria dalam keluarga. Adanya riwayat ketulian dengan gagal ginjal dalam keluarga terutama keluarga laki-laki sangat mungkin satu sindrom alport. Demikian juga adanya riwayat penyakit ginjal polikistik autosomal dominan dalam keluarga. Meskipun pemeriksaan fisik tidak terlalu penting dalam menegakan diagnosis hematuria, namun adanya pembesaran ginjal, kelainan pada genital, atau adanya ruam kulit atau nyeri sendi dapat berguna dalam menegakkan diagnosis pada pasien dengan hematuria.

Hematuria

Definisi HematuriaHematuria adalah terdapat sel darah merah di dalam urine. Sel darah merah mungkin berasal dari sepanjang saluran kencing, dari glomerulus sampai uretra distal.Sel darah merah (SDM) dalam urin mungkin saja normal secara morfologi (eumorfik), atau hancur, atau berbentuk tak beraturan (dismorfik). Keberadaan SDM dismorfik mengarahkan kepada penyebab glomerular pada SDM. Hal yang perlu ditegaskan bahwa beberapa spesimen urin menunjukan campuran dari SDM eumorfik dan dismorfik.Penting untuk membedakan apakah termasuk hematuria makrsokopik (kasar) atau hematuria mikroskopik (tersembunyi). Hematuria makroskopik bisa dilihat oleh mata dan bisa berwarna merah pucat, coklat, teh tua, atau warna coca-cola. Pada hematuria mikroskopik, warna urin adalah normal tetapi pada pemeriksaan urinalisis didapatkan darah positif. Ditemukannya lebih dari 5 SDM per lapang pandang besar pada urin segar yang telah disentrifuse dinyatakan sebagai hematuria. Terdapat juga keadaan dimana SDM terdapat dalam urin namun pada pemeriksaan mikroskop negatif (negatif palsu) atau menghasilkan positif palsu.persisten, dan berdiri sendiri atau berhubungan dengan proteinuria.

Epidemiologi HematuriaInsiden hematuria makroskopik tidak diketahui dengan pasti, tetapi lebih sedikit dibanding dengan hematuria mikroskopik. Hematuria makroskopik dilaporkan berjumlah 1,3/1.000 pada kunjungan ruang gawat darurat pediatri pasien yang berobat pada instalasi gawat darurat pada sebuah penelitian retrospektif.Hematuria mikroskopik bukan hal jarang, terjadi pada 32/1000 anak perempuan usia sekolah dan 14/1000 anak laki-laki. Dimana hematuria kasar tejadi pada 3 sel darah merah per lapangan pandang.Hematuria mikroskopik adalah hematuria yang secara kasat mata tidak dapat dilihat sebagai urine yang berwarna merah tetapi pada pemeriksaan mikroskopik diketemukan lebih dari 2 sel darah merah per lapangan pandang. Meskipun gross hematuria didefinisikan didapatkannya sel-sel darah merah di dalam urine, ada kontroversi mengenai definisi yang tepat dari hematuria mikroskopik. American Urological Association (AUA) mendefinisikan hematuria mikroskopis klinis yang signifikan karena terdapat lebih dari 3 sel darah merah (sel darah merah) pada lapangan pandang besar pada 2 dari 3 spesimen urin dikumpulkan dengan selama 2 sampai 3 minggu. Namun, pasien yang berisiko tinggi untuk penyakit urologi harus dievaluasi secara klinis untuk hematuria jika urinalisis tunggal menunjukkan 2 atau lebih sel darah merah pada lapangan pandang besar

Dalam mengevaluasi hematuria, terutama hematuria makroskopik, banyak ahli mencoba untuk mempersempit penyebab yang mungkin melalui klasifikasi stadium dimana perdarahan terjadi selama urinasi. Meskipun klasifikasi ini tidak definitif, namun sering memberikan indikator yang diperlukan untuk pemeriksaan dan tes lebih lanjut. 1. Hematuria inisialDarah yang muncul saat mulai berkemih, sering mengindikasikan masalah di uretra dan merupakan gambaran adanya infeksi sekunder.2. Hematuria terminalDarah yang terlihat pada akhir proses berkemih dapat menunjukkan adanya penyakit pada neck bladder atau urethra prostat3. Hematuria totalDarah yang terlihat selama proses berkemih, dari awal hingga akhir, menunjukkan permasalahan pada buli-buli, ureter atau ginjal.

Manifestasi klinisHematuria yang berhubungan dengan reaksi inflamasi atau adanya obstruksi akan menimbulkan rasa nyeri. Pasien dengan sistitis atau dengan infeksi sekunder akan mengeluhkan nyeri yang hebat, tetapi nyeri tidak bertambah buruk bila diikuti dengan keluarnya clots. Kebanyakan kasus, nyeri pada hematuria disebabkan oleh upper urinary tract hematuria dan obstruksi dari ureter disertai clots. Adanya clots menunjukkan derajat yang signifikan pada hematuria, oleh karena itu kemungkinan adanya patologi pada system urinarius meningkat. Pasien dengan hematuria disertai clots yang tidak berbentuk sering berasal dari buli-buli atau uretra prostat. Namun, adanya clots yang berbentuk seperti cacing disertai dengan nyeri pinggang menunjukkan hematuria berasal dari upper urinary tract yang mana clots berbentuk seperti cacing merupakan clots yang berasal dari ureter. Hematuria tidak bisa diabaikan, dikarenakan hematuria pada dewasa harus dipikirkan mengarah kepada keganasan sampai dibuktikan dengan pemeriksaan. Pasien dengan gross hematuria, harus segera dilakukan sistoskopi, karena pada sumber pendarahan bisa diidentifikasi. Sistoskopi akan mengidentifikasi hematuria berasal dari urethra, buli-buli atau upper urinary tract. Pada pasien dengan gross hematuria pada infeksi sekunder yang berasal dari upper urinary tract, akan terlihat urin keluar dari orificium. Meskipun reaksi inflamasi merupakan penyebab dari hematuria, tetapi seluruh pasien dengan hematuria kecuali pada wanita muda yang telah terdiagnosis dengan sistitis, harus menjalani evaluasi urologi. Wanita dan laki-laki dewasa dengan hematuria dan keluhan yang menganggu kemungkinan merupakan sistitis sekunder dari tumor necrotic bladder, atau carcinoma in situ bladder. Kebanyakan kasus hematuria pada pasien dengan usia diatas 50 tahun.

Pendekatan DiagnosisHematuria merupakan tanda yang penting dan serius, serta dapat disebabkan oleh berbagai penyakit. Agar diagnosis penyebab hematuri dapat ditegakkan secara pasti, diperlukan pemeriksaan yang sistematik dan terarah meliputi anamnesis, pemerikasaan fisik, laboratorium dan pemeriksaan khsusus lainnya, dan menghindari pemeriksaan yang tidak perlu.

AnamnesisDari data yang diperoleh melalui pertanyaan yang diajukan, kadang-kadang etiologi hematuri sudah dapat diduga seperti:a. Pada glomerulonefritis akut post streptokokus (GNAPS), sakit tenggorokan sering mendahului hematuri makroskopis 7-14 hari sebelumnya. Keluhan sakit tenggorokan biasanya menghilang bila hematuri mulai timbul. Sedangkan pada nefropati IgA, hematuri makroskopis terjadi selama ISPA berlangsung dan biasanya menghilang bersamaan dengan redanya ISPA tersebut.b. Hematuri makroskopis tanpa rasa nyeri dengan warna urin seperti air cucian daging (coke-colored urine) mungkin disebabkan oleh glomerulonefritis. Bila urin berwarna merah terang biasanya berkaitan dengan kelainan nonglomerulus seperti trauma, tumor, kelainan koagulasi, tbc ginjal.c. Sakit waktu miksi (disuri), sering miksi (polakisuri), ngompol (enuresis), miksi mendesak (urgency), demam, merujuk ke arah infeksi saluran kemih (ISK). Lebih lanjut bila hematuri disertai demam, sakit pinggang, mungkin ISK bagian atas (pielonefritis); tetapi bila disertai gejala lokal seperti nyeri suprapubik, disuri, mungkin ISK bagian bawah. Disuri disertai hematuri yang timbul pada permulaan miksi mungkin akibat uretritis anterior, dan bila disertai hematuri terminal.d. Mungkin akibat uretritis posterior atau batu kandung kemih. Nyeri menyerupai kolik di daerah pinggang atau menyebar ke lipatan paha mungkin akibat batu atau bekuan darah di ginjal atau ureter.e. Riwayat penyakit ginjal kronis dalam keluarga dengan atau tanpa gangguan pendengaranatau penglihatan, mendukung kearah sindrom Alport.f. Ada riwayat rash kulit (purpura), sakit sendi, sakit perut dan demam mengarah ke kemungkinan sindrom Schonlein Henoch atau lupus eritematosus sistemik.g. Sesudah makan jengkol; diduga akibat intoksikasi jengkol.h. Hematuri disertai perdarahan gusi, epitaksis, ingat pada penyakit leukemia.i. Pemakaian obat tertentu, pikirkan kemungkinan obat tersebut sebagai penyebab.j. Timbul setelah melakukan kegiatan jasmani, mungkin akibat latihan fisik yang berat dan biasanya segera hilang pada saat istirahat.

Evaluasi AnamnesisLangkah pertama dalam mengevaluasi pasien dengan hematuria kasar adalah memperoleh deskripsi detail dari urin, termasuk onset dan durasi perubahan warna serta apakah persisten atau intermiten. Warna urin seperti teh, coklat, atau coca-cola mengarahkan glomerulus sebagai etiologinya, sedangkan warna merah muda atau merah terang berupa bercak pada urin mengindikasikan perdarahan saluran cerna bawah. Urin yang keruh mengarahkan kepada terdapatnya sel dalam urin memberi kesan penyakit glomerular atau infeksi. Adakalanya presipitat kristal kalsium dan fosfat membuat urin menjadi keruh, hal ini tampak pada keadaan patologis seperti pada nefrolitiasis tetapi mungkin juga tampak pada ekskresi urin normal dari substansi tersebut (terutama jika urin bersifa alkali). Anamnesis lebih lanjut seharusnya menilai hubungan gejala dan tanda, termasuk frekuensi, urgensi, disuri, nokturia, dan eneuresis, perubahan keluaran urin, nyeri perut atau pinggang, sembab pada wajah atau ekstremitas, atau gejala sistemik seperti kehilangan berat badan, lemah, demam, atralgia, atau ruam kulit. Kita harus mengetahui riwayat penyakit sebelumnya atau trauma, dan riwayat keluarga berupa penyakit glomerular, tubular, maupun batu, riwayat keluarga dengan penyakit ginjal (termasuk nefritis herediter, penyakit polikistik ginjal autosomal dominan maupun resesif, malformasi kongenital, atau refluk vesikoureteral, nefrolitiasis, gagal ginjal stadium akhir/ dialisis/ transplantasi, metabolik (seperti sistinuria, hiperoxaluria), penyakit vaskular kolagen atau rematik, atau gangguan pendengaran seharusnya diinvestigasi secara hati-hati. Secara spesifik, banyak elemen dari riwayat pasien memberi indikasi terhadap etiologi pasti dari hematuria, diantaranya:1. Disuri, urgensi, dan frekuensi memberi kesan infeksi saluran kencing atau hiperkalsiuri.2. Hematuria yang terjadi pada permulaan kencing (inisial hematuria) merujuk kepada etiologi pada uretera, sedangkan darah pada akhir kencing (terminal hematuri) merujuk kepada perdarahan vesika urinaria. Hal ini semakin didukung apabila terdapat riwayat tinggal atau bepergian ke daerah endemi infeksi parasit pada vesika urinari oleh Schistosoma haematobium.3. Nyeri abdomen, terutama nyeri pinggang unilateral yang menjalar ke paha memberi kesan sumbatan sekunder atau gumpalan pada kalkulus.4. Riwayat latihan fisik atau trauma.5. Riwayat faringitis 1-2 minggu atau infeksi kulit 3-5 minggu diikuti hematuria memberi kesan post infeksi glomerulonefritis, sedangkan penyakit yang bersamaan dengan hematuri mungkin mengindikasi nefropati IgA.6. Riwayat edema atau hipertensi (sakit kepala, pengelihatan kabur) memberi kesan penyakit glomerular.7. Nyeri sendi, ruam, rambut rontok, kehilangan berat badan, dan demam memberi kesan penyakit reumatologi.8. Hematuria kasar yang diikuti trauma minor memberi kesan diagnosis obstruksi uretropelvic jungtion kongenital.9. Riwayat penyakit sickle cell yang mungkin merupakan hasildari nekrosis papiler.10. Terpajan pengobatan yang menyebabkan sistitis seperticyclophosphamide.11. Aktifitas seksual beresiko terhadap infeksi saluran kencing dan infeksi menular seksual bisa juga muncul dengan hematuria.

Pada hematuria mikroskopik sering ditemukan secara kebetulan. Perubahan warna diobservasi pada dipstik urin akibat aktivitas peroxidase hemoglobin. Positif palsu bisa disebabkan oleh alkaliurin, kontaminasi dengan agen oksidasi yang digunakan untuk membersihkan perineum atau detergen (hipoklorid) pada penampung urin. Negatif palsu bisa disebabkan oleh asam askorbik urin atau berat jenis urin yang rendah (yang kemudian disebabkan lisis atau SDM). Seperti pada hematuria kasar, diagnosis seharusnya dikonfirmasikan oleh pemeriksaan urin segar yang telah disentrifugasi untuk menilai SDM. Terdapat prevalensi yang tinggi hematuria transien, pengulangan pemeriksaan lebih dulu untuk evaluasi lebih lanjut sangat dianjurkan. Tidak adanya gejala dan sebaliknya anak usia sekolah yang sehat diobservasi sampai 2 tahun tanpa evaluasi lanjutan dan adanya menstruasi seharusnya disingkirkan pada wanita remaja.

Pemeriksaan Fisik Jika memungkinkan, adalah penting untuk membandingkan berat dan tinggi badan pada pemulaan penilaian, pertumbuhan linear yang buruk mungkin penyebab dari penyakit ginjal kronik, sedangkan pertumbuhan berat badan yang tidak tepat bisa terjadi dengan edema. Perhatian khusus seharusnya untuk menilai tekanan darah tinggi. Evaluasi juga seharusnya menilai apakah pasien mengalami edema periperal atau periorbital, mengarahkan ke proteinuria, yang mana bersama-sama dengan hematuria merupakan diagnostik dari penyakit glomerular, atau ruam kulit, bengkak atau nyeri pada sendi mengarahkan terhadap penyakit sistemik (misalnya SLE). Pemeriksaan genital dibutuhkan untuk menilai bukti trauma, iritasi, atau infeksi. Pemeriksaan abdomen seharusnya meliputi penilaian terhadap masa dan nyeri.a. Hematuri disertai gejala edema dan hipertensi, mungkin merupakan manifestasi dari GNAPS, glomerulonefritis kronis atau sindrom nefrotik.b. Ruam di lokasi yang khas (bokong dan anggota gerak bawah), artralgia, mungkin karena sindrom Schonlein atau lupuseritematosus sistemik.c. Massa di abdomen, harus dipikirkan kemungkinan tumor Wilms, ginjal polikistik, hidronefrosis, uropati obstruktif, atau tumor buli-buli.d. Adanya tanda-tanda perdarahan di tempat lain memberi dugaan kemungkinan penyakit darah.e. Kelainan genitalia eksterna, mungkin oleh karena laserasi orifisium uretra eksterna atau fimosis.f. Kelainan mata dan gangguan pendengaran, pikirkan sindrom Alport.g. Tinggi dan berat badan tidak bertambah, mungkin penyakit ginjal kronis.

Pemeriksaan Penunjang1. Pemeriksaan Darah Pemeriksaan yang dilakukan adalah penentuan kadar kreatinin, ureum dan elektrolit untuk mengetahui faal ginjal. Asam fosfatase yang meningkat pada metastase prostas dan fosfatase alkali yang dapat meningkat pada setiap jenis metastase tulang, kadar kalsium, fosfat, asam urat dan hormone paratiroid ditentukan bila terdapat kemungkinan urolithiasis. Pemeriksaan hapusan darah tepi dapat menunjukkan proses mikroangiopati yang sesuai dengan sindrom hemolitik-uremik, thrombosis vena ginjal, vaskulitis atau SLE. Pada keadaan terakhir adanya autoantibody dapat ditunjukkan dengan reaksi Coombs positif, adanya antibody antinuclear, leucopenia dan penyakit multisystem. Trombositopenia dapat diakibatkan oleh berkurangnya produksi trombosit ( pada keganasan ) atau peningkatan konsumsi trombosit ( SLE, purpura trombositopenik idiopatik, sindrom hemolitik-uremik, thrombosis vena ginjal ). 2. UrinalisaPemeriksaan yang dilakukan untuk pemeriksaan mikroskopik, bakteriologik dan sitologik. Pemeriksaan urinalisa dapat mengarah kepada hematuria yang disebabkan oleh faktor glomeruler ataupun non glomeruler. 3. Pada pemeriksaan PH urin yang sangat alkalis menandakan adanya infeksi organisme pemecah urea di dalam saluran kemih, sedangkan PH urin yang sangat asam mungkin berhubungan dengan batu asam urat4. Sitologi urin diperlukan untuk mencari kemungkinan adanya keganasan sel-sel uretelial5. IVP adalah pemeriksaan rutin yang dianjurkan pada setiap kasus hematuria dan sering digunakan untuk menentukan fungsi ekskresi ginjal. Umumnya menghasilkan gambaran salurang kemih dari ginjal sampai dengan kandung kemih, asal faal ginjal baik. Pemeriksaan ini dapat menilai adanya batu saluran kemih, kelainan bawaan saluran kemih, tumor ueotelium, trauma saluran kemih.6. USG berguna untuk menentukan letak dan sifat massa ginjal dan prostat (padat atau kista), adanya batu atau lebarnya lumen pyelum, penyakit kistik, hidronefrosis atau urolitiasis ureter, kandung kemih dan uretra, bekuan darah pada buli-buli/pyelum dan untuk mengetahui adanya metastasis tumor di hepar. Ultrasonografi dari saluran kemih sangat berguna pada pasien dengan hematuria berat, nyeri abdomen, nyeri pinggang atau trauma. Jika hasil penelitian awal ini tetap normal, disarankan dilakukan pemeriksaan kreatinin dan elektrolit serum.7. Sistometrografi biasanya digunakan untuk menentukan perbandingan antara isi dan tekanan buli-buli8. Sistoskopi atau sisto-uretro-renoskopi (URS) dikerjakan jika pemeriksaan penunjang di atas belum dapat menyimpulkan penyebab hematuria.9. Radionuclide untuk mengevaluasi setelah adanya obstruksi10. Biopsi ginjal

Gambar 4. Alur Pemeriksaan Penunjang

UrinalisisLangkah pertama dalam mengevaluasi penampakan urinalisis dengan mengevaluasi secara mikroskopik sedimen urin segar, yang telah disentrifugasi. Secara alami, keadaan menstruasi pada perempuan remaja seharusnya disingkirkan.

Gambar 5. Temuan Klinis Hematuria

Sebaiknya diambil urin segar karena penyimpanan akan mengubah keasaman dan berat jenis urin sehingga mengakibatkan lisisnya eritrosit. Dengan melihat sifat urin yang diperiksa setidak-tidaknya dapat ditentukan asal terjadinya perdarahan renal atau ekstra renal. Lebih lanjut hal-hal yang lebih spesifik dapat mengarahkan kita ke etiologi hematuri tersebut. Warna urin: urin berwarna seperti air cucian daging menunjukkan glomerulonefritis, sedangkan urin yang berwarna merah terang dengan atau tanpa bekuan darah menjurus kearah trauma ginjal, atau perdarahan saluran kemih bagian bawah. Protein urin: pemeriksaan protein sebaiknya dikerjakan di luar serangan hematuri makroskopis, karena hematuri itu sendiri dapat menyebabkan proteinuri, walaupun jarang melebihi positif 1 atau 2. Bila hematuri disertai proteinuri positif 3 atau lebih, mengarah ke kerusakan glomerulus. Sedimen urin: sebelumnya sebaiknya diperiksa terlebih dahulu pH urin, hemoglobin dan metabolit lain dalam urin. Urin dengan pH tinggi (8 atau lebih) memberi petunjuk akan adanya urea splitting bacteria seperti kuman Proteus. Pemeriksaan sedimen urin sangat membantu mencari kemungkinan etiologi hematuri. Pemilihan pemeriksaan tepat pada pasien dengan hematuria kasar berdasarkan temuan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada pasien dengan curiga penyakit glomerular, seperti pada orang dengan nefritis, proteiuria, serpihan SDM dan hipertensi, atau pada pasien yang tidak diketahui apakah hematuria berasal dari saluran atas atau bawah, evaluasi laboratorium seharusnya meliputi penilaian serum kreatinin, elektrolit, kalsium, fosfat, dan BUN. Pada kebanyakan pasien, hitung darah lengkap dengan perbedaan tipis mungkin membantu untuk mengidentifikasi pasien dengan penyakit Sickle Sell atau Trait. Tingkat komplemen serum (C3, C4) penting untuk menilai glomerulonefritis akut atau kronik. Penyakit dengan glomerulonefritis menunjukan nilai rendah dari C3 dan/atau C4; oleh sebab itu analis yang hati-hati dan pertimbangan keadaan klinis akan membantu menginterpretasikan tingkat komplemen. Pada pasien dengan GN atau dengan NS, nilai serum albumin mungkin memberi informasi. Masih terdapat perdebatan tentang nilai dari pemeriksaan untuk mengindentifikasi infeksi Streptococus pada pasien dengan GN terutama GN akut (AGN). Kebanyakan infeksi bisa diidentifikasi dengan pemeriksaan standar (seperti pemeriksaan cepat streptokokus, atau kultur tenggorokan.); pemeriksaan lainnya seperti antisreptosilin Oatau anti-deoksiribonuklease B akan bernilai tipis, meskipun pada pasien dengan bukti AGN. Pemeriksaan antinuklear antibodi mungkin berguna pada skrining SLE, terutama pada wanita remaja, tetapi positif palsu tidak jarang. Sel sickle atau elektroporesis hemoglobin mungkin dilakukan untuk mengevaluasi penyakit Sickle Sell yang mana cenderung pada pasien dengan nekrosis papil, atau trait, yang juga mungkin menghasilkan hematuria kasar.Penemuan sedikit sel darah merah pada pemeriksaan mikroskop pada urin yang berwarna merah atau coklat mendukung diagnosis hemoglobinuria atau mioglobinuria. Pemeriksaan serum akan bertujuan membedakan diantara dua kesatuan, supernatan urin akan berwarna merah muda pada keduanya tetapi serum hanya berwarna merah muda pada hemoglobinuria.Keberadaan SDM dismorfik memberi kesan perdarahan glomerular. Perdarahan non-glomerular, atau saluran kencing memberi kesan urin yang berwarna merah muda ataumerah terang dan SDM yang seragam (dalam ukuran dan bentuk). Penemuan esterase leukosit, nitrit, lebih dari 5 SDP per lapang pandang besar atau keberadaan bakteri mengarahkan kepada infeksi saluran kencing. Beberapa klinisi merekomendasikan dilakukan kultur urin pada semua pasien dengan hematuria, ketika tidak terdapat gejala atau temuan abnormal pada urinalisis. Praktek ini masih kontrovesi, terutama pada anak yang bisa mengungkapkan ada atau tidak adanya disuri, nyeri abdomen, nyeri pinggang, atau nyeri suprapubik yang menetap dengan ISK. Jika dari anamnesis didapatkan memberi kesan infeksi virus atau parasit, mungkin dibutuhkan konsultasi pihak laboratorium dalam persiapan pengumpulan, penyimpanan, dan proses pengambilan sampel.

Hematuria MakroskopikJika dicurigai hematuria glomerular, pemeriksaan laboratorium awal seharusnya meliputi serum kreatinin elektrolit, albumin, hitung darah lengkap, komplemen C dan titer antistreptolisin antibodi (titer ASO), dan kultur tenggorokan. Jumlah proteinuria seharusnya dinilai secara kuantitatif dengan titik protein dan kreatinin urin.Rasio protein dan kreatinin

top related