referat anak - thalassemia
Post on 07-Dec-2015
174 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
REFERAT TALASEMIA
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Ukrida
Pembimbing: dr. Henny Komalia, sp.A
Disusun oleh:
Hendri Wijaya / 112014086
Orisma Agnes / 112014160
Rumah Sakit Simpangan Depok
Jawa Barat
1
BAB I
PENDAHULUAN
Talasemia adalah kelainan sintesis hemoglobin kongenital yang ditandai dengan
defisiensi dari satu atau lebih rantai polipeptida globin yang menimbulkan ketidakseimbangan
dari rantai globin tipe alfa dan beta. Presentasi klinisnya bervariasi dari asimtomatik sampai
berat dan mengancam jiwa.
Kata thalassemia berasal dari bahasa yunani yaitu thalassa yang berarti “laut” dan emia yang
berarti “berhubungan dengan darah”.
Di seluruh dunia, 15 juta orang memiliki presentasi klinis dari talasemia. Fakta ini
mendukung talasemia sebagai salah satu penyakit herediter terbanyak yang menyerang hampir
semua golongan etnik dan terdapat pada hampir seluruh negara di dunia.
Secara klinis talasemia dibagi talasemia mayor, talasemia minor atau karier tanpa gejala
dan talasemia intermedia. Talasemia juga bisa diklasifikasikan secara genetik menjadi talasemia
alfa dan beta berdasarkan rantai globin yang mengalami gangguan.
Dasar kelainan pada talasemia secara umum yaitu pada talasemia-α disebabkan oleh
delesi gen karena kesalahan genetik yang mengatur produksi tetramer globin, sedangkan pada
talasemia-β karena adanya mutasi pada gen tersebut. Talasemia diturunkan berdasarkan hukum
Mendel dengan gen pembawa resesif.
Pada referat ini, akan dibahas lebih lanjut mengenai etiologi, epidemiologi, patofisiologi,
presentasi klinis, tatalaksana serta komplikasi dari thalasemia.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Talasemia adalah kelainan sintesis hemoglobin kongenital yang ditandai dengan
defisiensi dari satu atau lebih rantai polipeptida globin yang menimbulkan ketidakseimbangan
dari rantai globin tipe alfa dan beta. Hal ini mengakibatkan gangguan eritropoiesis, eritrosit
hipokromik, mikrositosis dan hemolisis yang menimbulkan anemia. Tingkat keparahan penyakit
bergantung dari jumlah dan jenis mutasi yang terjadi. Talasemia secara garis besar digolongkan
berdasarkan jenis rantai globin yang mengalami gangguan yaitu talasemia alfa dan talasemia
beta.
2.2 Etiologi
Dasar kelainan pada talasemia secara umum yaitu pada talasemia-α disebabkan oleh
delesi gen karena kesalahan genetik yang mengatur produksi tetramer globin, sedangkan pada
talasemia-β karena adanya mutasi pada gen tersebut. Talasemia diturunkan berdasarkan hukum
Mendel dengan gen pembawa resesif.
2.3 Patofisiologi
Talasemia adalah kelainan herediter dari sintesis Hb akibat dari gangguan produksi
rantai globin. Penurunan produksi dari satu atau lebih rantai globin tertentu (α,β,γ,δ) akan
menghentikan sintesis Hb dan menghasilkan ketidakseimbangan dengan terjadinya produksi
rantai globin lain yang normal.
Karena dua tipe rantai globin (α dan non-α) berpasangan antara satu sama lain dengan
rasio hampir 1:1 untuk membentuk Hb normal, maka akan terjadi produksi berlebihan dari
rantai globin yang normal dan terjadi akumulasi rantai tersebut di dalam sel menyebabkan sel
menjadi tidak stabil dan memudahkan terjadinya destruksi sel. Ketidakseimbangan ini
merupakan suatu tanda khas pada semua bentuk talasemia.
Tipe talasemia biasanya membawa nama dari rantai yang tereduksi. Reduksi bervariasi
dari mulai sedikit penurunan hingga tidak diproduksi sama sekali (complete absence). Sebagai
3
contoh, apabila rantai β hanya sedikit diproduksi, tipe talasemia-nya dinamakan sebagai
talasemia-β+, sedangkan tipe talasemia-β° menandakan bahwa pada tipe tersebut rantai β tidak
diproduksi sama sekali. Konsekuensi dari gangguan produksi rantai globin mengakibatkan
berkurangnya deposisi Hb pada sel darah merah (hipokromatik). Defisiensi Hb menyebabkan sel
darah merah menjadi lebih kecil, yang mengarah ke gambaran klasik talasemia yaitu anemia
hipokromik mikrositik. Hal ini berlaku hampir pada semua bentuk anemia yang disebabkan oleh
adanya gangguan produksi dari salah satu atau kedua komponen Hb : heme atau globin. Namun
hal ini tidak terjadi pada silent carrier, karena pada penderita ini jumlah Hb dan indeks sel darah
merah berada dalam batas normal.
Pada tipe trait talasemia-β yang paling umum, level Hb A2 (δ2/α2) biasanya meningkat.
Hal ini disebabkan oleh meningkatnya penggunaan rantai δ oleh rantai α bebas yang eksesif,
yang mengakibatkan terjadinya kekurangan rantai β adekuat untuk dijadikan pasangan. Gen δ,
tidak seperti gen β dan α, diketahui memiliki keterbatasan fisiologis dalam kemampuannya untuk
memproduksi rantai δ yang stabil; dengan berpasangan dengan rantai α, rantai δ memproduksi
Hb A2 (kira-kira 2,5-3% dari total Hb). Sebagian dari rantai α yang berlebihan digunakan untuk
membentuk Hb A2, dimana sisanya (rantai α) akan terpresipitasi di dalam sel, bereaksi dengan
membran sel, mengintervensi divisi sel normal, dan bertindak sebagai benda asing sehingga
terjadinya destruksi dari sel darah merah. Tingkat toksisitas yang disebabkan oleh rantai yang
berlebihan bervariasi berdasarkan tipe dari rantai itu sendiri (misalnya toksisitas dari rantai α
pada talasemia-β lebih nyata dibandingkan toksisitas rantai β pada talasemia-α).
Dalam bentuk yang berat, seperti talasemia-β mayor atau anemia Cooley, berlaku
patofisiologi yang sama dimana terdapat adanya substansial yang berlebihan. Kelebihan rantai α
bebas yang signifikan akibat kurangnya rantai β akan menyebabkan terjadinya pemecahan
prekursor sel darah merah di sumsum tulang (eritropoesis inefektif).
Rantai α yang terakumulasi di dalam prekursor sel darah merah bersifat tidak larut
(insoluble), terpresipitasi di dalam sel, berinteraksi dengan membran sel (mengakibatkan
kerusakan yang signifikan), dan mengganggu divisi sel. Kondisi ini menyebabkan terjadinya
destruksi intramedular dari prekursor sel darah merah. Sebagai tambahan, sel-sel yang bertahan
yang sampai ke sirkulasi darah perifer dengan intracellular inclusion bodies (rantai yang
berlebih) akan mengalami hemolisis; hal ini berarti bahwa baik hemolisis maupun eritropoesis
inefektif menyebabkan anemia pada penderita dengan talasemia-β.
Apabila anemia kronik pada penderita dikoreksi dengan transfusi darah secara teratur,
maka ekspansi luas dari sumsum tulang akibat eritropoesis inefektif dapat dicegah atau
dikembalikan seperti semula. Memberikan sumber besi tambahan secara teori hanya akan lebih
4
merugikan pasien. Namun, hal ini bukanlah masalah yang sebenarnya, karena penyerapan besi
diregulasi oleh dua faktor utama : eritropoesis inefektif dan jumlah besi pada penderita yang
bersangkutan. Eritropoesis yang inefektif akan menyebabkan peningkatan absorpsi besi karena
adanya downregulation dari gen HAMP, yang memproduksi hormon hepar yang dinamakan
hepcidin, regulator utama pada absorpsi besi di usus dan resirkulasi besi oleh makrofag. Hal ini
terjadi pada penderita dengan talasemia intermedia.
Kebanyakan besi non-heme pada individu yang sehat berikatan kuat dengan protein
pembawanya, transferrin. Pada keadaan iron overload, seperti pada talasemia berat, transferin
tersaturasi, dan besi bebas ditemukan di plasma. Besi ini cukup berbahaya karena memiliki
material untuk memproduksi hidroksil radikal dan akhirnya akan terakumulasi pada organ-organ,
seperti jantung, kelenjar endokrin, dan hati, mengakibatkan terjadinya kerusakan pada organ-
organ tersebut (organ damage).
2.4 Epidemiologi
Di seluruh dunia, 15 juta orang memiliki presentasi klinis dari talasemia. Fakta ini
mendukung talasemia sebagai salah satu penyakit herediter terbanyak yang menyerang hampir
semua golongan etnik dan terdapat pada hampir seluruh negara di dunia.
Beberapa tipe talasemia lebih umum terdapat pada area tertentu di dunia. Talasemia-β lebih
sering ditemukan di negara-negara Mediterania seperti Yunani, Itali, dan Spanyol. Banyak
pulau-pulau Mediterania seperti Ciprus, Sardinia, dan Malta, memiliki insidens talasemia-β
mayor yang tinggi secara signifikan. Talasemia-β juga umum ditemukan di Afrika Utara, India,
Timur Tengah, dan Eropa Timur. Sebaliknya, talasemia-α lebih sering ditemukan di Asia
Tenggara, India, Timur Tengah, dan Afrika.
Talasemia-α danTalasemia-β minor adalah penyebab tersering mikrositosis (Mediterania,
Asia Tenggara, Afro-Amerika). Keturunan Asia berisiko memiliki delesi tiga atau empat gen α
mengakibatkan penyakit hemoglobin H (β4) atau hidrops fetalis dengan hanya Hb Bart (γ4).
Talasemia-β mayor paling banyak pada individu keturunan Mediterania atau Asia.
Keparahan klinis berdasarkan defek molekular.
2.5 Klasifikasi
Secara klinis talasemia dibagi menjadi 3:
1. Talasemia mayor, sangat tergantung kepada transfusi
2. Talasemia minor atau karier tanpa gejala
3. Talasemia intermedia5
Talasemia juga bisa diklasifikasikan secara genetik menjadi talasemia alfa dan beta
berdasarkan rantai globin yang mengalami gangguan.
2.5.1 Talasemia alfa
Anemia mikrositik yang disebabkan oleh defisiensi sintesis globin-α. Banyak ditemukan
di Afrika, negara di daerah Mediterania, dan sebagian besar Asia. Delesi gen globin-α
menyebabkan sebagian besar kelainan ini. Terdapat empat gen globin-α pada individu normal,
dan empat bentuk talasemia-α yang berbeda telah diketahui sesuai dengan delesi satu, dua, tiga,
dan semua empat gen ini (lihat Tabel 1).
Tabel 1. Klasifikasi Talasemia-α Berdasarkan Genotip
Genotip Jumlah gen α Presentasi Klinis Hemoglobin Elektroforesis
Saat Lahir > 6 bulan
αα/αα 4 Normal Normal Normal
-α/αα 3 Silent carrier 0-3 % Hb Barts Normal
--/αα atau –α/-α 2 Trait thal-α 2-10% Hb Barts Normal
--/-α 1 Penyakit HbH 15-30% Hb Bart HbH
--/-- 0 Hydrops fetalis >75% Hb Bart -
1. Silent carrier Talasemia-α
Merupakan tipe talasemia subklinik yang paling umum, biasanya ditemukan secara kebetulan
diantara populasi, seringnya pada etnik Afro-Amerika. Seperti telah dijelaskan sebelumnya,
terdapat 2 gen α yang terletak pada kromosom 16.
Pada tipe silent carrier, salah satu gen α pada kromosom 16 menghilang, menyisakan
hanya 3 dari 4 gen tersebut. Penderita sehat secara hematologis, hanya ditemukan adanya jumlah
eritrosit (sel darah merah) yang rendah dalam beberapa pemeriksaan.
Pada tipe ini, diagnosis tidak dapat dipastikan dengan pemeriksaan elektroforesis Hb,
sehingga harus dilakukan tes lain yang lebih canggih seperti analisis gen. Bisa juga dicari akan
adanya kelainan hematologi pada anggota keluarga (misalnya orangtua) untuk mendukung
diagnosis. Pemeriksaan darah lengkap pada salah satu orangtua yang menunjukkan adanya
hipokromia dan mikrositosis tanpa penyebab yang jelas merupakan bukti yang cukup kuat
menuju diagnosis talasemia.
2. Trait Talasemia-α
6
Trait ini dikarakterisasi dengan anemia ringan dan jumlah sel darah merah yang rendah. Kondisi
ini disebabkan oleh hilangnya 2 gen α pada satu kromosom 16 atau satu gen α pada masing-
masing kromosom. Kelainan ini sering ditemukan di Asia Tenggara, subbenua India, dan Timur
Tengah.
Pada bayi baru lahir yang terkena, sejumlah kecil Hb Barts (γ4) dapat ditemukan pada
elektroforesis Hb. Lewat umur satu bulan, Hb Barts tidak terlihat lagi, dan kadar Hb A2 dan HbF
secara khas normal.
Gambar 1. Talasemia-α Menurut Hukum Mendel
3. Penyakit HbH
Kelainan disebabkan oleh hilangnya 3 gen globin α, merepresentasikan talasemia-α intermedia,
dengan anemia sedang sampai berat, splenomegali, ikterus, dan jumlah sel darah merah yang
abnormal. Pada sediaan apus darah tepi yang diwarnai dengan pewarnaan supravital akan tampak
sel-sel darah merah yang diinklusi oleh rantai tetramer β (Hb H) yang tidak stabil dan
terpresipitasi di dalam eritrosit, sehingga menampilkan gambaran golf ball. Badan inklusi ini
dinamakan sebagai Heinz bodies.
Kelainan disebabkan oleh hilangnya 3 gen globin α, merepresentasikan talasemia-α
intermedia, dengan anemia sedang sampai berat, splenomegali, ikterus, dan jumlah sel darah
merah yang abnormal. Pada sediaan apus darah tepi yang diwarnai dengan pewarnaan supravital
akan tampak sel-sel darah merah yang diinklusi oleh rantai tetramer β (Hb H) yang tidak stabil
dan terpresipitasi di dalam eritrosit, sehingga menampilkan gambaran golf ball. Badan inklusi ini
dinamakan sebagai Heinz bodies.
7
Gambar 2. Sediaan Apus Darah Tepi Penderita Penyakit HbH Menunjukkan Gambaran
Heinz Bodies
4. Talasemia-α mayor
Bentuk talasemia yang paling berat, disebabkan oleh delesi semua gen globin-α, disertai dengan
tidak ada sintesis rantai α sama sekali.
Karena Hb F, Hb A, dan Hb A2 semuanya mengandung rantai α, maka tidak satupun dari
Hb ini terbentuk. Hb Barts (γ4) mendominasi pada bayi yang menderita, dan karena γ4 memiliki
afinitas oksigen yang tinggi, maka bayi-bayi itu mengalami hipoksia berat. Eritrositnya juga
mengandung sejumlah kecil Hb embrional normal (Hb Portland = ζ2γ2), yang berfungsi sebagai
pengangkut oksigen.
Kebanyakan dari bayi-bayi ini lahir mati, dan kebanyakan dari bayi yang lahir hidup
meninggal dalam waktu beberapa jam. Bayi ini sangat hidropik, dengan gagal jantung kongestif
dan edema anasarka berat. Yang dapat hidup dengan manajemen neonatus agresif juga nantinya
akan sangat bergantung dengan transfusi.
2.5.2 Talasemia Beta
Pada talasemia-β gangguan yang terjadi adalah disfungsi gen globin β dan sampai
sekarang telah ditemukan lebih dari 180 jenis mutasi yang berbeda. Gangguan dapat terletak
pada fungsi genetik di tingkat transkripsi, proses transkripsi RNA, translasi, stabilitas post-
translasi, dll. Pada kasus yang sangat jarang dapat juga terjadi delesi, seperti pada talasemia-alfa,
baik secara parsial ataupun komplit. Mutasi yang mengakibatkan hilangnya produksi gen globin-
β disebut talasemia-β0, sedangkan kurangnya produksi gen globin β disebut talasemia-β+. Pada
kasus talasemia-β heterozigot ini biasanya ditemukan gangguan yang sangat ringan, bahkan
8
karier sulit diidentifikasi; kebanyakan penderita hanya mengalami anemia yang sangat ringan
dan peningkatan HbA2.
Bentuk klinis dari talasemia-β antara lain:
1. Silent Carrier Talasemia-β
Penderita tipe ini biasanya asimtomatik, hanya ditemukan nilai eritrosit yang rendah.
Mutasi yang terjadi sangat ringan, dan merepresentasikan suatu talasemia-β+.
Bentuk silent carrier talasemia-β tidak menimbulkan kelainan yang dapat diidentifikasi
pada individu heterozigot, tetapi gen untuk keadaan ini, jika diwariskan bersama-sama dengan
gen untuk talasemia-β°, menghasilkan sindrom talasemia intermedia.
Gambar 3. Talasemia-β Menurut Hukum Mendel
2. Trait Talasemia-β
Penderita mengalami anemia ringan, nilai eritrosit abnormal, dan elektroforesis Hb abnormal
dimana didapatkan peningkatan jumlah Hb A2, Hb F, atau keduanya
9
Gambar 4. Sediaan Hapus Darah Tepi Penderita Talasemia-β
Individu dengan ciri (trait) talasemia sering didiagnosis salah sebagai anemia defisiensi
besi dan mungkin diberi terapi yang tidak tepat dengan preparat besi selama waktu yang panjang.
Lebih dari 90% individu dengan trait talasemia-β mempunyai peningkatan Hb-A2 yang berarti
(3,4%-7%). Kira-kira 50% individu ini juga mempunyai sedikit kenaikan HbF, sekitar 2-6%.
Pada sekelompok kecil kasus, yang benar-benar khas, dijumpai Hb A2 normal dengan kadar HbF
berkisar dari 5% sampai 15%, yang mewakili talasemia tipe δβ.
3. Talasemia-β yang Terkait dengan Variasi Struktural Rantai β
Presentasi klinisnya bervariasi dari talasemia intermedia hingga seberat talasemia-β
mayor
Ekspresi gen homozigot talasemia (β+) menghasilkan sindrom mirip anemia Cooley yang
tidak terlalu berat (talasemia intermedia). Deformitas skelet dan hepatosplenomegali
timbul pada penderita ini, tetapi kadar Hb mereka biasanya bertahan pada 6-8 gr/dL tanpa
transfusi.
Kebanyakan bentuk talasemia-β heterozigot terkait dengan anemia ringan. Kadar Hb khas
sekitar 2-3 gr/dL lebih rendah dari nilai normal menurut umur.
Eritrosit adalah mikrositik hipokromik dengan poikilositosis, ovalositosis, dan seringkali
bintik-bintik basofil. Sel target mungkin juga ditemukan tapi biasanya tidak mencolok
dan tidak spesifik untuk talasemia.
MCV rendah, kira-kira 65 fL, dan MCH juga rendah (<26 pg). Penurunan ringan pada
ketahanan hidup eritrosit juga dapat diperlihatkan, tetapi tanda hemolisis biasanya tidak
ada. Kadar besi serum normal atau meningkat.
4. Talasemia-β° homozigot (Anemia Cooley, Talasemia Mayor)
Bergejala sebagai anemia hemolitik kronis yang progresif selama 6 bulan kedua
kehidupan. Transfusi darah yang reguler diperlukan pada penderita ini untuk mencegah
10
kelemahan dan gagal jantung yang disebabkan oleh anemia. Tanpa transfusi, 80% penderita
meninggal pada 5 tahun pertama kehidupan.
Pada kasus yang tidak diterapi atau pada penderita yang jarang menerima transfusi pada
waktu anemia berat, terjadi hipertrofi jaringan eritropoetik disumsum tulang maupun di luar
sumsum tulang. Tulang-tulang menjadi tipis dan fraktur patologis mungkin terjadi. Ekspansi
masif sumsum tulang di wajah dan tengkorak menghasilkan bentuk wajah yang khas.
Gambar 5. Deformitas Tulang pada Talasemia Beta Mayor (Facies Cooley)
Pucat, hemosiderosis, dan ikterus sama-sama memberi kesan coklat kekuningan. Limpa
dan hati membesar karena hematopoesis ekstrameduler dan hemosiderosis. Pada penderita yang
lebih tua, limpa mungkin sedemikian besarnya sehingga menimbulkan ketidaknyamanan
mekanis dan hipersplenisme sekunder.
Pertumbuhan terganggu pada anak yang lebih tua; pubertas terlambat atau tidak terjadi
karena kelainan endokrin sekunder. Diabetes mellitus yang disebabkan oleh siderosis pankreas
mungkin terjadi. Komplikasi jantung, termasuk aritmia dan gagal jantung kongestif kronis yang
disebabkan oleh siderosis miokardium sering merupakan kejadian terminal.
Kelainan morfologi eritrosit pada penderita talasemia-β° homozigot yang tidak
ditransfusi adalah ekstrem. Disamping hipokromia dan mikrositosis berat, banyak ditemukan
poikilosit yang terfragmentasi, aneh (sel bizarre) dan sel target. Sejumlah besar eritrosit yang
berinti ada di darah tepi, terutama setelah splenektomi. Inklusi intraeritrositik, yang merupakan
presipitasi kelebihan rantai α, juga terlihat pasca splenektomi. Kadar Hb turun secara cepat
menjadi < 5 gr/dL kecuali mendapat transfusi. Kadar serum besi tinggi dengan saturasi kapasitas
11
pengikat besi (iron binding capacity). Gambaran biokimiawi yang nyata adalah adanya kadar
HbF yang sangat tinggi dalam eritrosit.
2.6 Klinis
Pada anamnesis penting ditanyakan mengenai tanda-tanda klinis anemia seperti rasa
lelah, iritabilitas, kesulitan bernapas dan cepat lelah ketika beraktivitas. Dapat juga ditemukan
keluhan penyerta lain seperti nyeri dan adanya massa abdominal serta tanda-tanda gagal jantung
(dispneu, edema perifer). Onset timbulnya keluhan perlu diketahui dengan pasti untuk membantu
diagnosis. Penting ditanyakan mengenai riwayat keluarga (riwayat anggota keluarga dengan
anemia, konsanguinitas, talasemia alfa pada suku bangsa Asia, dll) dan riwayat penggunaan
obat-obatan yang dapat mengakibatkan hemolisis.
Pemeriksaan fisik dilakukan secara menyeluruh meliputi:
1. Tanda-tanda vital
Dapat dijumpai takikardia pada anemia berat
Diperhatikan adanya abnormalitas pada suhu (terutama pada splenektomi), tekanan
darah, saturasi oksigen, frekuensi pernapasan dan tanda-tanda keterlambatan
pertumbuhan.
2. Wajah
Hiperplasia maksilaris dan kelainan pada gigi
3. Kulit
Sianosis
Ikterik
Kepucatan pada kulit, bibir dan kuku
4. Abdomen
Splenomegali dan hepatomegali
Nyeri abdominal akibat infark limpa
5. Jantung
Bunyi murmur ejeksi sistolik pada anemia berat
6. Endokrin
Iron overload bersifat toksik pada kelenjar endokrin dapat mengakibatkan kerusakan
dan disfungsi, sehingga dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan dan
perkembangan
7. Muskuloskeletal
12
Fraktur dan osteoporosis akibat eritropoiesis ekstramedular
2.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium Darah
Pemeriksaan darah yang dilakukan pada pasien yang dicurigai menderita talasemia adalah:
a. Darah rutin
Kadar hemoglobin menurun. Dapat ditemukan peningkatan jumlah lekosit, ditemukan
pula peningkatan dari sel PMN. Bila terjadi hipersplenisme akan terjadi penurunan
dari jumlah trombosit.
b. Hitung retikulosit
Hitung retikulosit meningkat antara 2-8 %.
c. Gambaran darah tepi
Anemia pada talasemia mayor mempunyai sifat mikrositik hipokrom. Pada gambaran
sediaan darah tepi akan ditemukan retikulosit, poikilositosis, tear drops sel dan target
sel.
d. Serum Iron & Total Iron Binding Capacity
Kedua pemeriksaan ini dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan anemia terjadi
karena defisiensi besi. Pada anemia defisiensi besi SI akan menurun, sedangkan TIBC
akan meningkat.
e. LFT
Kadar unconjugated bilirubin akan meningkat sampai 2-4 mg%. bila angka tersebut
sudah terlampaui maka harus dipikir adanya kemungkinan hepatitis, obstruksi batu
empedu dan cholangitis. Serum SGOT dan SGPT akan meningkat dan menandakan
adanya kerusakan hepar. Akibat dari kerusakan ini akan berakibat juga terjadi
kelainan dalam faktor pembekuan darah.
2. Elektroforesis Hb
Diagnosis definitif ditegakkan dengan pemeriksaan eleltroforesis hemoglobin. Pemeriksaan
ini tidak hanya ditujukan pada penderita talasemia saja, namun juga pada orang tua, dan
saudara sekandung jika ada. Pemeriksaan ini untuk melihat jenis hemoglobin dan kadar Hb
A2. petunjuk adanya talasemia α adalah ditemukannya Hb Barts dan Hb H. Pada talasemia β
kadar Hb F bervariasi antara 10-90%, sedangkan dalam keadaan normal kadarnya tidak
melebihi 1%.
13
3. Pemeriksaan Sumsum Tulang
Pada sumsum tulang akan tampak suatu proses eritropoesis yang sangat aktif sekali.
Ratio rata-rata antara myeloid dan eritroid adalah 0,8. pada keadaan normal biasanya
nilai perbandingannya 10 : 3.
4. Radiologi
Ada hubungan erat antara metabolisme tulang dan eritropoesis. Bila tidak mendapat
tranfusi dapat dijumpai osteopeni, peningkatan resorpsi tulang dan mineralisasi
berkurang. Hal ini dapat diperbaiki dengan pemberian tranfusi darah secara berkala.
Apabila tranfusi tidak optimal akan terjadi ekspansi rongga sumsum dan penipisan dari
korteksnya. Trabekulasi memberi gambaran mozaik pada tulang. Tulang terngkorak
memberikan gambaran yang khas, disebut dengan “hair on end” yaitu menyerupai
rambut berdiri potongan pendek pada anak besar (lihat Gambar 6).
Gambar 6. Gambaran Radiologis pada Tulang Penderita Talasemia
Pemeriksaan radiologis lain yang dapat dilakukan adalahh USG (ultrasonography)
limpa, MRI untuk menganalisis adanya kandungan besi pada gagal jantung dan foto
x-ray berkala pada vertebra dan ekstremitas selama pemberian terapi deferoksamin.
2.8 Diagnosis Banding
Perlu dipertimbangkan penyakit hematologis lain seperti anemia defisiensi besi dan
penyakit heoglobinopati lain seperti sickle-cell anemia, serta penyakit anemia hemolitik lainnya
seperti defisiensi G6PD, defisiensi enzim piruvat kinase, autoimun, dll.
2.9 Penatalaksanaan
Non Medika Mentosa:
14
Hair on end Trabekula tulang jelas
Diet
Pasien dianjurkan menjalani diet normal, dengan suplemen sebagai berikut : asam folat,
asam askorbat dosis rendah, dan alfa-tokoferol. Sebaiknya zat besi tidak diberikan, dan
makanan yang kaya akan zat besi juga dihindari. Kopi dan teh diketahui dapat membantu
mengurangi penyerapan zat besi di usus.
Medika Mentosa:
Prinsip pengobatan pada pasien talasemia adalah :
Terapi tranfusi darah untuk mencegah komplikasi dari anemia kronis
Pencegahan dari resiko kelebihan besi akibat terapi transfusi
Penatalaksanaan splenomegali
Pada anak dengan talasemia mayor beta membutuhkan pelayanan kesehatan yang terus
menerus seumur hidupnya.
1. Tranfusi darah
Pemberian tranfusi darah ditujukan untuk mempertahankan dan
memperpanjang umur atau masa hidup pasien dengan cara mengatasi komplikasi
anemia, memberi kesempatan pada anak untuk proses tumbuh kembang,
memperpanjang umur pasien. Terapi tranfusi darah dimulai pada usia dini ketika
ia mulai menunjukkan gejala simtomatik. Transfusi darah dilakukan melalui
pembuluh vena dan memberikan sel darah merah dengan hemoglobin normal.
Untuk mempertahankan keadaan tersebut, transfusi darah harus dilakukan secara
rutin karena dalam waktu 120 hari sel darah merah akan mati. Khusus untuk
penderita beta talasemia intermedia, transfuse darah hanya dilakukan sesekali
saja, tidak secara rutin. Sedangkan untuk beta talasemia mayor (Cooley’s
Anemia) harus dilakukan secara teratur
Tranfusi darah diberikan bila Hb anak < 7 gr/dl yang diperiksa 2x berturut
dengan jarak 2 minggu dan bila kadar Hb > 7 gr/dl tetapi disertai gejala klinis
seperti Facies Cooley, gangguan tumbuh kembang, fraktur tulang curiga adanya
hemopoisis ekstrameduler. Pada penanganan selanjutnya, transfusi darah
diberikan Hb ≤8 gr/dl sampai kadar Hb 11-12 gr/dl. Darah diberikan dalam
bentuk PRC, 3 ml/kgBB untuk setiap kenaikan Hb 1 g/dL.
2. Kelasi Besi15
Pasien talasemia dengan terapi tranfusi biasanya meninggal bukan karena
penyakitnya tapi karena komplikasi dari tranfusi darah tersebut. Komplikasi
tersebut adalah penumpukan besi diberbagai organ.
Desferoxamine diberikan setelah kadar feritin serum sudah mencapai 1000
mg/L atau saturasi transferin sudah mencapai 50 %, atau sekitar setelah 10 -20
kali transfusi. Pemberian dilakukan secara subkutan melalui pompa infus dalam
waktu 8-12 jam dengan dosis 25-35 mg/kg BB/hari, minimal selama 5 hari
berturut-turut setiap selesai transfusi darah. Dosis desferoxamine tidak boleh
melebihi 50 mg/kg/hari. Evaluasi teratur terhadap toksisitas desferoxamin
direkomendasikan pada semua pasien yang mendapat terapi ini.
Saat ini sudah tersedia kelasi besi oral, namun penggunaannya di Indonesia
belum dilakukan.
3. Suplemen Asam Folat
Asam folat adalah vitamin B yang dapat membantu pembangunan sel-sel darah
merah yang sehat. Suplemen ini harus tetap diminum di samping melakukan
transfusi darah ataupun terapi khelasi besi.. Asam Folat 2x1 mg/hari untuk
memenuhi kebutuhan yang meningkat.
4. Splenektomi
Indikasi :
Limpa yang terlalu besar sehingga membatasi gerak pasien, menimbulkan
peningkatan tekanan intra-abdominal dan bahaya terjadinya ruptur
Meningkatnya kebutuhan tranfusi yang melebihi 250ml/kgBB dalam 1 tahun
terakhir
5. Transplantasi sumsum tulang
Transplantasi sumsum tulang merupakan satu-satunya terapi definitif untuk
talasemia. Jarang dilakukan karena mahal dan sulit.
2.10 Komplikasi
Pada pasien dengan berbagai tipe talasemia-β, mortalitas dan morbiditas bervariasi sesuai
tingkat keparahan dan kualitas perawatan. Talasemia-β mayor yang berat akan berakibat fatal
bila tidak diterapi. Gagal jantung akibat anemia berat atau iron overload adalah penyebab
tersering kematian pada penderita. Penyakit hati, infeksi fulminan, atau komplikasi lainnya yang
16
dicetuskan oleh penyakit ini atau terapinya termasuk merupakan penyebab mortalitas dan
morbiditas pada bentuk talasemia yang berat.
Mortalitas dan morbiditas tidak terbatas hanya pada penderita yang tidak diterapi; mereka
yang mendapat terapi yang dirancang dengan baik tetap berisiko mengalami bermacam-macam
komplikasi. Kerusakan organ akibat iron overload, infeksi berat yang kronis yang dicetuskan
transfusi darah, atau komplikasi dari terapi khelasi, seperti katarak, tuli, atau infeksi, merupakan
komplikasi yang potensial.
2.11 Prognosis
Prognosis bergantung pada tipe dan tingkat keparahan dari talasemia. Seperti dijelaskan
sebelumnya, kondisi klinis penderita talasemia sangat bervariasi dari ringan bahkan asimtomatik
hingga berat dan mengancam jiwa.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Thalasemia merupakan gangguan pembentukan hemoglobin yang diturunkan. Kelainan
dasar dari semua tipe thalasemia adalah ketidakseimbangan sintesis rantai globin. Namun,
konsekuensi akumulasi dari produksi rantai globin yang berlebihan berbeda-beda pada setiap
thalassemia. Berbagai variasi klinis dapat ditemukan tergantung tingkat keparahan defek
molecular. Pada pasien dengan berbagai tipe thalasemia, mortalitas dan morbiditas bervariasi
sesuai tingkat keparahan dan kualitas perawatan. Pada kasus berat, mortalitas dan morbiditas
tidak terbatas hanya pada penderita yang tidak diterapi, mereka yang mendapat terapi, mereka
yang mendapat terapi dengan baik tetap berisiko mengalami bermacam-macam komplikasi.
17
top related