rad-grk sumatera selatan
Post on 09-Feb-2018
248 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
1/298
Pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk menurunkan emisi Gas Rumah
Kaca (GRK) pada tahun 2020 sebesar 26% dengan upaya sendiri jika dibandingkan dengan
garis dasar pada kondisi Bisnis Seperti Biasa (BAU baseline) dan sebesar 41% apabila ada
dukungan internasional. Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-
GRK) disusun sebagai tindak lanjut dari komitmen tersebut dan memberikan kerangka
kebijakan dan pedoman bagi pemerintah pusat, pemerintah daerah, pemangku
kepentingan dan pelaku usaha dalam pelaksanaanya untuk kurun waktu tahun 2010-2020.
Perpres Nomor 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas
Rumah Kaca (RAN-GRK) mengamanatkan kepada provinsi bertanggung jawab dalam
penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) selambat-
lambatnya 12 bulan sejak ditetapkannya Perpres RAN-GRK yang ditetapkan dengan
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
2/298
Akhirnya kami sampaikan terima kasih dan penghargaan kepada Tim Penyusun
yang berasal dari para Tim Ahli dan seluruh pihak terkait. Terima kasih pula kepada
Bappenas dan JICA atas dukungan dana yang diberikan sehingga Rencana Aksi Daerah ini
dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Semoga hasil kerja yang baik ini dapat
memberikan sumbangsih dan manfaat yang lebih besar bagi semua pihak yang terkait.
Palembang, 5 Oktober 2012
Kepala Bappeda Sumatera Selatan,
Yohannes H. Toruan
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
3/298
Penanggungjawab : Gubernur Sumatera Selatan
Ketua : Sekretaris Daerah Provinsi Sumsel
Sekretaris : Kepala BAPPEDA Provinsi Sumsel
Tim AhliKoordinator : Budhi Setiawan, Ph.D
Anggota : 1. Sabaruddin, Ph.D (Sektor Pertanian)
2. Febrian Hadinata, ST, MT (Sektor Limbah)
3. Dr. M. Faizal (Sektor Energi)
4 P f D E ik B h (S kt T t i)
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
4/298
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 2
1.3 Keluaran 2
1.4 Dasar Hukum 2
1.5 Kerangka Waktu Penyusunan 3
BAB II PROFIL DAERAH DAN PERMASALAHAN EMISI GRK 42.1 Profil dan Karakteristik Daerah 4
2.1.1 Kondisi Geografis dan Administrasi 4
2.1.2 Klimatologi 4
2.1.3 Topografi 6
2.1.4 Geologi 6
2.1.5 Penutupan Lahan 8
2.1.6 Penduduk 102.1.7 Potensi Sumber Daya Alam 13
A. Kawasan Gambut 13
B. Hutan 14
C. Sumberdaya Air 14
D. Mineral dan Energi 16
2.1.8 Potensi Ekonomi 20
2 2 P P i it D h 30
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
5/298
1) Penghitungan Emisi CO2 untuk kota Palembang 90
2) Perhitungan Emisi CO2 Sumatera Selatan 91
2.3.5 Sumber Emisi Sektor Industri 96
2.3.6 Sumber Emisi Sektor Sampah/Sampah 100
a. Sampah Domestik 101
b. Limbah Cair Domestik 107
c. Limbah Industri 111
BAB III PEMBAGIAN URUSAN DAN RUANG LINGKUP 116
3.1. Pembagian Urusan 116
3.2. Ruang Lingkup Daerah 121
3.2.1 Sektor Pertanian 121
3.2.2 Sektor kehutanan dan lahan gambut 121
3.2.3 Sektor berbasis energi 121
3.2.4 Sektor Sampah/Limbah 122
BAB IV ANALISIS EMISI GAS RUMAH KACA PROVINSI SUMATERA SELATAN 123
4.1 BAU-Baseline Emisi Gas Rumah Kaca 123
4.1.2 Pertanian 123
a. Budidaya Padi 123
b. Pembakaran Limbah Pertanian 125
c. Peternakan 131
4.1.2 Kehutanan dan Lahan Gambut 135
4.1.3 Energi 135
a. Emisi CO2 dari PLTU 136
b E i i CO2 d i PLTD ilik PLN 136
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
6/298
4.2.3 Energi 179
a. Usulan Aksi Mitigasi 180
4.2.4 Transportasi 181
a. Skenario Penurunan Emisi CO2 Kota Palembang 182
b. Scenario Penurunan Emisi CO2 Sumatera Selatan 183
4.2.5 Industri 187
4.2.6 Sampah/Limbah 191
a. Kelompok Rencana Aksi Mitigasi -1: ProgramPenyusunan Perencanaan Pengelolaan Persampahan
191
b. Kelompok Rencana Aksi Mitigasi -2: Program MinimasiSampah dengan prinsip 3R 192
c. Kelompok Rencana Aksi Mitigasi -3: ProgramPeningkatan Sarana-Prasarana Persampahan
197
d. Kelompok Rencana Aksi Mitigasi -4: ProgramPeningkatan Pengelolaan Gas Sampah
200
e. Kelompok Rencana Aksi Mitigasi -5: ProgramPenyusunan Perencanaan Pengelolaan Air Limbah
201
f. Kelompok Rencana Aksi Mitigasi -6: Program
Pembangunan prasarana Waste Water TreatmentPemukiman
201
g. Kelompok Rencana Aksi Mitigasi -7: ProgramPengelolaan Badan Air
203
h. Kelompok Rencana Aksi Mitigasi -9: ProgramPemberdayaan Kesehatan Lingkungan dan Masyarakat
203
i. Kelompok Rencana Aksi Mitigasi-10: Program Inventoridan Pengelolaan Limbah Industri
204
j. Kelompok Rencana Aksi Mitigasi -11: ProgramM it i d E l i
205
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
7/298
5.2.4 Transportasi 255
5.2.5 Industri 256
5.2.6 Sampah/Limbah 257
5.3 Penyusunan Jadwal Implementasi 260
5.3.1 Pertanian 260
5.3.2 Kehutanan dan Lahan Gambut 261
5.3.3 Energi 263
5.3.4 Transportasi 263
5.3.5 Industri 264
5.3.6 Sampah/Limbah 265
BAB VI MONITORING DAN EVALUASI 267
6.1. Monitoring 267
6.2. Evaluasi 268
BAB VII PENUTUP 271
7.1 Kesimpulan 271
7.2 Saran 276
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
8/298
DAFTAR TABEL
Tabel II.1 Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Selatan Menurut Kabupaten/Kota Tahun
2004-2010
10
Tabel II.2 Proyeksi Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera
Selatan Tahun 2015-2030
12
Tabel II.3 Proyeksi Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera
Selatan Tahun 2015-2030
12
Tabel II.4 Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Sumatera Selatan Atas Dasar Harga
Berlaku Menurut Lapangan Usaha (juta rupiah) Tahun 2003-2008
21
Tabel II.5 Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Sumatera Selatan Atas Dasar Harga
Konstan Menurut Lapangan Usaha (juta rupiah) Tahun 2003-2008
22
Tabel II.6 Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Provinsi
Sumatera Selatan Tahun 2003-2008 (%)
23
Tabel II.7 Distribusi PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Provinsi
Sumatera Selatan Tahun 2003-2008 (%)
24
Tabel II.8 Kontribusi kelompok Sektor Primer, Sekunder, dan Tersier di Provinsi Sumatera
Selatan Tahun 2003-2008 (%)
25
25
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
9/298
Tabel II.19 Faktor Emisi Karbon Diatas Permukaan Tanah67
Tabel II.20 Faktor Emisi Karbon dari Lahan Gambut menggunakan model Hooijer, et.al.,
2010 yang dimodifikasi
68
Tabel II.21 Emisi GRK pada masingmasing zonasi tutupan lahan 69
Tabel II.22 Emisi CO2Baseline pada PLTU Provinsi Sumatera Selatan 71
Tabel II.23 Emisi CO2Baseline pada PLTD Provinsi Sumatera Selatan 71
Tabel II.24 Faktor Emisi Bahan Bakar 72
Tabel II.25 Penjualan BBM di Sumsel (2004-2010) menurut jenis konsumen 73
Tabel II.26 Emisi Co2berdasarkan Jenis Konsumen 73
Tabel II.27 Jumlah Pemakaian Gas Batu Bara dan Diesel pada Pembangkit Listrik Bukit
Asam dan Keramasan
74
Tabel II.28 Emisi CO2 eq Baseline pada Pembangkit Listrik Bukit Asam dan Keramasan. 74
Tabel II.29 Daftar PLTG milik PLN pada Februari 2012 74
Tabel II.30 Emisi CO2Baseline PLTG Sumatera Selatan 75
Tabel II.31 Emisi CO2dari Lima Pembangkit PLTG, PLTMG Swasta 77
Tabel II.32 Asumsi Jumlah Pemakain Kayu Bakar dan Emisi CO2 yang dihasilkan 78
Tabel II.33. Penggunaan Energi Transportasi menurut moda, tahun 2004 dan 2025 80
Tabel II.34 Jumlah Kendaraan Terdaftar 82
T b l II 35 P k i J l h BBM Ti K d 83
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
10/298
propinsi Sumatera Selatan.
Tabel II.49 Kontribusi emisi GRK dari sektor industri di Indonesia 99
Tabel II.50 Data emisi CO2dari enam industri potensial penghasil emisi di Propinsi
Sumatera Selatan (tahun 2010 dan 2012)
100
Tabel II.51. Komposisi Sampah Domestik Sumsel di TPA 103
Tabel II.52. Dry atter Content Sampah Domestik Sumsel di TPA 104
Tabel II.53. TPA di Wilayah Sumatera Selatan 104
Tabel II.54 Industri CPO di wilayah Sumatera Selatan 113Tabel II.55 Industri Crum Rubber di wilayah Sumatera Selatan 113
Tabel II.56. Industri (bukan CPO dan Crum Rubber) di wilayah Sumsel 114
Tabel II.57 Rekapitulasi Potensi Emisi GRK Sumsel dan Permasalahannya 114
Tabel II.58. Rekapitulasi Identifikasi Awal Sumber Emisi Sektor Limbah Sumatera Selatan 115
Tabel II.59. Status Emisi GRK Sumsel Sektor Pengelolaan Limbah Domestik pada Tahun
2010
115
Tabel III.1 Pembagian Kewenangan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi, dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota berdasarkan Peraturan Pemerintah No 38
Tahun 2007
116
Tabel III.2.Keterkaitan Bidang Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca pada RAN dengan
Pembagian Urusan Pemerintahan
118
T b l III 3 P b i U b d k T P k k d F i d i K l k 119
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
11/298
Tabel IV.13. Komposisi dan Dry Matter Content Sampah Domestik Sumsel 149
Tabel IV.14. Estimasi dan Proyeksi Volume Sampah Sumsel per Tahun dari 2010 s.d 2020 152
Tabel IV.15 Rekapitulasi Aktifitas Pengangkutan, Pembuangan Sampah Sembarangan,
Komposting dan Open Burning (2010)
153
Tabel IV.16 Estimasi dan Proyeksi (BAU) Volume Sampah Sumsel Masuk ke TPA dari
2010 s.d 2020
154
Tabel IV.17 Estimasi dan Proyeksi (BAU) Sampah Terolah dari 2010 s.d 2020 154
Tabel IV.18 Rekapitulasi Sampah Open Dumping, Open burning dan terolah/dikomposkan
(BAU).
155
Tabel IV.19 Hasil Estimasi Emisi GRK dari aktifitas Open Dumping (BAU). 156
Tabel IV.20 Estimasi-Proyeksi Emisi GRK Sumsel dari Aktifitas Open Burning (BAU). 156
Tabel IV.21 Estimasi-Proyeksi Emisi GRK Sumsel dari Aktifitas Pengomposan Sampah
Domestik( BAU).
157
Tabel IV.22 Rekapitulasi Estimasi dan Proyeksi Emisi GRK Sumsel dari sektor Sampah(
BAU).
158
Tabel IV.23 Potensi Emisi CH4 dan N2O untuk Air Limbah, Pengolahan Lumpur, dan Sistem
Pembuangan Air Limbah Domestik di Sumatera Selatan
159
Tabel IV.24. Potensi Emisi GRK dari Limbah Cair Domestik di Sumsel 159
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
12/298
Tabel IV.39. Skenario Penurunan Emisi CO2 mengikuti target nasional 26 % dan 41 % 187
Tabel IV.40.Rencana Pembangunan TPST 195
Tabel IV.41. Penurunan Emisi Aksi Mitigasi-1 s.d 2020 197
Tabel IV.42 Penurunan Emisi dari Aksi Rehabilitasi/Pembangunan TPA Semi-Aerobic 198
Tabel IV.43 Daftar dan Rencana Rehabilitasi TPA di Sumatera Selatan 199
Tabel IV.44 Biaya Operasional dan Maintenance TPA Semi-aerobic Skema Mitigasi-3 200
Tabel IV.45 Penurunan emisi dari flaring gas di TPA I Sukawinatan Palembang 201
Tabel IV.46 Trendline Penurunan Emisi dari Aksi Migrasi Pit-Latrin ke Septic Tank 203Tabel IV.47 Estimasi Penurunan Emisi Kelompok Aksi Mitigasi-9 204
Tabel IV.48. Rekapitulasi Penurunan Emisi 206
Tabel IV.49. Prioritas strategi mitigasi Pertanian GRK di Provinsi Sumatera Selatan 207
Tabel IV.50 Matriks RADGRK Sektor Pertanian 208
Tabel IV.48 Matriks Skala Prioritas Sektor Pertanian 211
Tabel IV.52 Matriks RADGRK Sektor Kehutanan dan Lahan Gambut 212Tabel IV.53 Matriks Skala Prioritas Sektor Kehutanan dan Lahan Gambut 213
Tabel IV.54 Matriks RADGRK Sektor Energi 215
Tabel IV.55 Matriks Skala Prioritas Sektor Energi 217
Tabel IV.56 Matriks RADGRK Sektor Transportasi 219
Tabel IV.57 Matriks RADGRK sektor Industri 224
T b l IV 58 M t ik Sk l P i it S kt I d t i 226
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
13/298
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Peta Administrasi Propinsi Sumatera Selatan 4
Gambar 2.2 Perbandingan pola spasial antara pengamatan dan proyeksi curah hujan
diatas wilayah Sumatera Selatan.
5
Gambar 2.3 Peta Geologi Provinsi Sumatera Selatan 8
Gambar 2.4 Persentase Tutupan lahan Eksisting di Provinsi Sumatera Selatan (Sumber :
Dokumen RTRW Provinsi Sumatera Selatan)
9
Gambar 2.5 Peta Tutupan lahan Eksisting tahun 2010 Provinsi Sumatera Selatan (Sumber:
Dokumen RTRW Provinsi Sumatera Selatan)
9
Gambar 2.6 Peta Distribusi Penduduk Provinsi Sumatera Selatan (2010) 11
Gambar 2.7 Peta Kepadatan Penduduk Provinsi Sumatera Selatan (2010) 11
Gambar 2.8 Peta Sebaran Lahan Gambut di Provinsi Sumatera Selatan (Sumber: Dokumen
RTRW Provinsi Sumatera Selatan)
13
Gambar 2.9 Peta Sebaran Kawasan Hutan Provinsi Sumatera Selatan (Sumber: Dokumen
RTRW Provinsi Sumatera Selatan)
14
Gambar 2.10 Peta Cekungan Air Tanah Provinsi Sumatera Selatan (Sumber: Dokumen
RTRW Provinsi Sumatera Selatan)
16
G b 2 11 P t S b K P t b di P i i S t S l t 20
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
14/298
Gambar 2.21.Historis emisi CH4akibat pembakaran biomassa tebu sebelum panen di
Provinsi Sumatera Selatan (2005-2011)
53
Gambar 2.22. Historis emisi N2O akibat pembakaran biomassa tebu sebelum panen di
Provinsi Sumatera Selatan (2005-2011)
53
Gambar 2.23. Historis emisi CH4asal enteric fermentationternak besar utama di Provinsi
Sumatera Selatan (2005-2012)
55
Gambar 2.24. Historis emisi CH4asal kotoran ternak asal sistem pengelolaan kotoran
ternak besar utama di Provinsi Sumatera Selatan (2005-2012)
57
Gambar 2.25. Historis total emisi N2O secara langsung asal kotoran ternak pada berbagai
sistem pengelolaan kotoran ternak besar utama di Provinsi Sumatera Selatan
(2005-2011)
59
Gambar 2.26. Historis total emisi N secara tidak langsung melalui volatilisasi NH3dan NOx
asal kotoran ternak pada berbagai sistem pengelolaan kotoran ternak besar utama
di Provinsi Sumatera Selatan (2005-2011)
62
Gambar 2.27. Historis total emisi N2O secara tidak langsung melalui volatilisasi asal
kotoran ternak pada berbagai sistem pengelolaan kotoran ternak besar utama di
Provinsi Sumatera Selatan (2005-2011)
63
Gambar 2.28 Peta Tutupan Lahan Tahun 2006 (kiri) dan 2011 (kanan) Provinsi Sumatera
Selatan (Sumber : Baplan)
64
G b 2 29 P t S b G b t di P i i S t S l t 66
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
15/298
Gambar 2.42 Salah satu upaya rehabilitasi TPA dari open dumping menuju semi-aerobic
landf i l ldi TPA Bukit Kancil, Muara Enim, Sumsel
106
Gambar 2.43Tantangan dalam aspek peran serta masyarakat, belum siapnya masyarakat
terlibat dalam minimasi sampah di sumber.
107
Gambar 2.44 53 % TPA di Sumsel diketahui telah memiliki bangunan pengomposan.
Gambaran yang cukup baik untuk program mitigasi dengan minimasi sampah
skala kota.
107
Gambar 2.45 Distribusi Pengolahan dan Pembuangan Air limbah domestik on-siteSumsel . 109
Gambar 2.46 Baffled Septic Tank, salah satu upaya aplikasi teknologi untuk pengolahan air
limbah domestik terpusat skala lingkungan yang sedang diuji coba di Palembang.
110
Gambar 2.47 Baffled Septic Tank, salah satu upaya aplikasi teknologi untuk pengolahan air
limbah domestik terpusat skala lingkungan yang sedang diuji coba di Palembang
110
Gambar 2.48 Tantangan: Sistem Pembuangan Air Limbah (Domestik) menyatu dengansaluran drainase, berakhir di sungai atau retensi/rawa.
111
Gambar 4.1. Proyeksi BAU emisi CH4dari areal sawah di Provinsi Sumatera Selatan
(2012-2020)
125
Gambar 4.2. Proyeksi emisi CO2asal pembakaran jerami padi di Provinsi Sumatera
S l t (2012 2020)
127
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
16/298
Gambar 4.12. Proyeksi total emisi CH4asal ternak besar di Provinsi Sumatera Selatan
(2012-2020)
133
Gambar 4.13. Proyeksi total emisi N2O secara langsung asal ternak besar di Provinsi
Sumatera Selatan (2012-2020)
134
Gambar 4.14. Proyeksi total emisi N2O secara tidak langsung asal ternak besar di Provinsi
Sumatera Selatan (2012-2020).
134
Gambar 4.15 Emisi BAU Baseline (REL) sektor Kehutanan dan Lahan Gambut Provinsi
Sumatera Selatan
136
Gambar 4.16 Emisi BAUBaseline PLTD milik PLN 138
Gambar 4.17 Prediksi Emisi CO2e dari penjualan BBM tahun 2011 sampai 2020 139
Gambar 4.18 Emisi BAUBaseline Kayu Bakar 140
Gambar 4.19 Proyeksi emisi CO2e total dari sektor energy di Provinsi Sumatera Selatan
sampai 2020
141
Gambar 4.20 Grafik Penjualan BBM sampai tahun 2020 142
Gambar 4.21 Grafik Emisi (Gg CO2 eq) dengan TIER 1 142
Gambar 4.22 Grafik Penjualan BBM Solar pada Kendaraan Mobil, Bus, dan Truck 143
Gambar 4.23 Grafik Penjualan BBM Premium pada Kendaraan Jenis Mobil dan Sepeda
M t
143
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
17/298
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
18/298
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
19/298
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemerintah Republik Indonesia telah berkomitmen untuk mengurangi emisi Gas
Rumah Kaca (GRK) pada tahun 2020 sebesar 26% dengan upaya sendiri dan
sebesar 41% dengan dukungan internasional. Komitmen ini disampaikan oleh
Presiden Republik Indonesia dalam pertemuan G-20 di Pittsburg, Amerika Serikat
pada bulan September 2009, dan dalam pertemuan Conference Of the Parties
(COP) 15 di Copenhagen, Denmark pada bulan Desember 2009. Sebagai tindak
lanjut dari komitmen tersebut maka Pemerintah menyusun Rencana Aksi Nasional
Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) untuk memberikan pedoman bagi
pemerintah pusat, pemerintah daerah, dunia usaha/swasta, dan masyarakat dalammelaksanankan berbagai kegiatan/program untuk mengurangi emisi GRK dalam
periode tahun 2010-2020.
Rencana aksi ini harus sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
(RPJP) 2005-2025 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2010-
2014. RAN-GRK ini dikukuhkan dalam bentuk Perpres No. 61 Tahun 2011 tersebut
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
20/298
Propinsi Sumatera Selatan dipilih sebagai salah satu propinsi yang akan menjadi
sebagai Pilot Project penyusunan dokumen RAD-GRK. Di Sumatera Selatan,
kegiatan yang berhubungan dengan perubahan iklim dan pengurangan emisi Gas
Rumah Kaca, bukanlah sesuatu yang baru, karena Sumatera Selatan telah memiliki
beberapa kegiatan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Seperti diketahui,
Sumatera Selatan dalam kegiatan perubahan iklim telah memiliki program REDD+,
NAMA, Inventarisasi GRK disektor persampahan, KRAPI (Kajian Risiko dan
Adaptasi perubahan Iklim), dll. Sehingga kegiatan penyusunan RAD-GRK ini akan
menyatukan semua kegiatan mitigasi yang pernah dilakukan di propinsi Sumatera
Selatan.
1.2 Tujuan
Berdasarkan Peraturan Presiden No 61 Tahun 2011, kegiatan RAD-GRK bertujuan
untuk menyusun dokumen kerja untuk pelaksanaan berbagai kegiatan yang secara
langsung dan tidak langsung menurunkan emisi gas rumah kaca sesuai dengan
target pembangunan daerah yang tertuang di RPJP (Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah), RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah), RTRWP/K (Rencana tata Ruang Wilayah Propinsi/Kabupaten/Kota) dan
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
21/298
d. Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindangan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
e. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Penguatan Peran
Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat di Daerah.
f. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 20102014.
g. Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional
Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca.
h. Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan
Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional.
i. Draft Akhir RTRW Propinsi Sumatera Selatan
1.5 Kerangka Waktu Penyusunan
Menurut Undang Undang nomor 6i Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional
Penurunan Gas Rumah Kaca yang menyatakan bahwa penyusunan RAD-GRK
diselesaikan dan ditetapkan dengan peraturan gubernur paling lambat 12 (dua
belas) bulan sejak ditetapkan Peraturan Presiden ini tanggal 20 September 2011.
Berdasarkan hal tersebut maka penyusunan dokumen RAD-GRK propinsi
Sumatera Selatan mempunyai batas waktu hingga bulan September tahun 2012.
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
22/298
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
23/298
monsoonal dan dua jenis equatorial. Pengaruh topografi, lautan, dan pulau-pulau
kecil dilepas pantai timur juga menambah kerumitan iklim di Sumatera Selatan.
Berdasarkan hasil kajian Sain Basis (Hadi, 2011), pola iklim di Sumatera Selatan
ditandai dengan perbedaan musim kering dan dua puncak curah hujan sekitar
Desember dan Maret dengan curah hujan ratarata bulanan sekitar 250 mm. Suhu
rata - rata bulanan dengan dua puncak kelihatan tertinggal satu bulan atau lebih
dari equinoxes dengan nilai rata-rata sedikit diatas 27C. Sangat menarik untuk
dicatat bahwasanya perbedaan suhu diantara bulan terpanas (Mei) dan bulan
terdingin ( Januari ) hanya sekitar 1C. Meskipun hasil ini kelihatannya memberikan
indikasi bahwa iklim di Sumatera Selatan dapat dianggap tidak mengalami
perubahan dalam kurun waktu seabad.
Kejadian kekeringan di Sumatera Selatan adalah berkorelasi dengan kejadian El
Nio kuat serta Dipole Mode (+). Dampak ENSO/ Dipole Mode terhadap kekeringan
di Sumatera Selatan yang paling signifikan terjadi pada musim kemarau dan pada
saat peralihan dari musim kemarau memasuki musim penghujan. Tingkat
kekeringan kritis dapat juga diidentifikasi dari dry spell yaitu lamanya hari kering
tanpa hujan. Panjang rata - rata dry spell gabungan untuk September-Oktober-
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
24/298
2.1.3 Topografi
Wilayah Provinsi Sumatera Selatan memiliki topografi yang bervariasi mulai dari
daerah pantai, dataran rendah, dataran tinggi dan pegunungan. Wilayah pantai
timur sebagian besar merupakan daerah rawa dan payau yang dipengaruhi oleh
pasang surut air laut.
Wilayah Provinsi Sumatera Selatan memiliki bentangan wilayah Barat-Timur
dengan ketinggian antara 400-1.700 mdpl. Daerah dengan ketinggian antara 400-
500 mdpl mencakup areal seluas 37 %. Wilayah barat merupakan wilayah
pegunungan Bukit Barisan dengan ketinggian rata-rata antara 900-1.200 mdpl.
Sedangkan kearah timur lahannya berbukit dan bergelombang. Pegunungan Bukit
Barisan ini terdiri dari Puncak Gunung Seminung (1.964 mdpl), Gunung Dempo
(3,159 mdpl), Gunung Patah (1.107 mdpl), dan Gunung Bungkuk (2.125 mdpl).
Disebelah barat Bukit Barisan merupakan lereng.
2.1.4 Geologi
Menurut penafsiran modern, lempeng Samudera Hindia saat ini mengalami
pergerakan di bawah Pulau Sumatera sebesar 6 cm per tahun. Pergerakan tersebut
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
25/298
puncaknya dengan ledakan kawah Ranau dan pembentukan breksi, aliran lava dan
abu tufa.Abu Vulkanik juga menutupi dataran Peneplain dimana material menutupi
perkerasan erosi yang dapat diamati secara cepat disepanjang jalan Trans-
Sumatera antara Muararupit dan Surulangun-Rawas.
Tatanan Tektonik (Tectonic Sett ing)
Berdasarkan tatanan tektoniknya (Tectonic Setting), wilayah Provinsi Sumatera
Selatan menempati cekungan belakang busur Paleogen (Paleogene Back-Arc
Basin)yang dikenal sebagai Cekungan Sumatera Selatan (South Sumatera Basin)
di bagian timur, dan mendala busur vulkanik (volcanic arc) yang membentang
secara regional di sepanjang Bukit Barisan bagian barat. Kedua mendala tektonik
ini terbentuk akibat adanya interaksi menyerong (oblique) antara Lempeng
Samudera Hindia di barat daya dan Lempeng Benua Eurasia di timur laut pada
tersier (Malod, 1995. Hall, 1997 dan 2002). Pertemuan kedua lempeng bumi
tersebut terletak di sepanjang Parit Sunda (Sunda Trench) yang berada di lepas
Pantai Barat Sumatera, dimana lempeng samudera menyusup dengan penunjaman
miring -300(Fith, 1970)dibawah kontinen yang dikenal sebagai Paparan Sunda atau
Sundaland(de Coster, 1974).
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
26/298
litologi penyusun stratigrafi cekungan Sumatera Selatan telah pula mengontrol
penyebaran sumberdaya energi fosil non fosil di wilayah ini.
Batuan yang mendasari (Basement) Cekungan Sumatera Selatan merupakan
kompleks batuan berumur pra-tersier, yang terdiri dari batu gamping, andesit,
granodiorit, pilit, kuarsit dan granit.
a. Formasi Lahat terdiri dari endapan tufa, aglomerat, breksi tufan, andesit, serpih,
batu lanau, batu pasir dan batubara.
b. Formasi Talang Akar terdiri dari batu pasir berukuran butir kasar-sangat kasar,
serpih, batu lanau dan batubara.
c. Formasi Baturaja terdiri dari batu gamping terumbu, serpih gampingan dan napal
atau batu lempung gampingan.
d. Formasi Baturaja terdiri dari serpih gampingan dan serpih lempungan.
e. Formasi Air Benakat dengan penyusun utama batu pasir.f. Formasi Muara Enim terdiri dari batu pasir, batu lanau, batu lempung dan
batubara.
g. Formasi Kasai terdiri dari batu pasir tufaan dan tufa.
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
27/298
Gambar 2.4 Persentase Tutupan lahan Eksisting di Provinsi Sumatera Selatan(Sumber : Dokumen RTRW Provinsi Sumatera Selatan)
Jenis penggunaan lahan semak belukar merupakan jenis penggunaan yang cukup
luas di Provinsi Sumatera Selatan yaitu 1.696.092 Ha (18,48%). Hal ini
menunjukkan masih cukup luasnya lahan non produktif yang masih dapat
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
28/298
2.1.6 Penduduk
Jumlah penduduk di Provinsi Sumatera Selatan dari tahun 2004 hingga tahun 2010
terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 tercatat bahwa jumlah penduduk di
Provinsi Sumatera Selatan sebanyak 7.446.401 jiwa, dimana jumlah penduduk
Provinsi Sumatera Selatan pada tahun sebelumnya yaitu tahun 2007 sebanyak
7.019.984 jiwa, dan 6.628.416jiwa pada tahun 2004.
Tabel II.1. Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Selatan Menurut
Kabupaten/Kota Tahun 2004-2010
NoKabupaten/
Kota
Jumlah Penduduk (%)
20102004 2005 2006 2007 2008 2009* 2010**
1 OKU 1.112.854 255.246 259.292 262.383 264.743 332.945 323.420 4,34
2 OKI 1.000.152 656.828 672.192 685.296 696.505 654.813 726.659 9,76
3 Muara Enim 621.876 632.222 649.691 656.318 660.906 754.708 717.717 9,64
4 Lahat 541.895 545.754 550.478 553.093 340.555 410.645 370.146 4,97
5 Musi Rawas 465.682 474.430 484.281 492.437 498.592 642.745 524.919 7,05
6 Musi Banyuasin 455.739 469.175 484.245 497.864 510.387 623.588 562.584 7,56
7 Banyuasin 712.813 733.828 757.398 778.627 798.360 748.161 749.107 10,06
8 OKU Timur *** 556.010 557.843 571.577 329.071 683.776 609.715 8,19
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
29/298
Gambar 2.6 Peta Distribusi Penduduk Provinsi Sumatera Selatan (2010)
Kepadatan penduduk di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2010 adalah 78
jiwa/km2. Kabupaten/kota dengan kepadatan penduduk>100 jiwa/km2 meliputi
Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Ogan Ilir, Kota Palembang, Pagar Alam,
Lubuk Linggau dan Prabumulih. Kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kota
Palembang yaitu sekitar 3.627 jiwa/km2.Hal ini disebabkan karena Kota Palembang
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
30/298
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
31/298
No Kabupaten/KotaTahun (Jiwa/Km
2)
2015 2020 2025 2030
8 OKU Timur 187 203 218 2349 OKU Selatan 61 65 69 73
10 Ogan Ilir 147 156 165 174
11 Empat Lawang 103 108 113 118
12 Palembang 3609 4153 4691 5224
13 Pagar Alam 206 225 243 262
14 Lubuk Linggau 532 594 656 718
15 Prabumulih 404 469 533 597
Total 85 93 102 111
Sumber : Dokumen RTRW, 2010.
2.1.7 Potensi Sumber Daya Alam
A. Kawasan Gambut
Wilayah Provinsi Sumatera Selatan memiliki kawasan bergambut seluas 1,42
juta ha atau 15,46 % dari luas wilayah. Dengan luasan seperti ini menjadikan
Provinsi Sumatera Selatan sebagai provinsi terluas kedua di Pulau Sumatera(setelah Provinsi Riau) yang memiliki kawasan gambut. Dilihat dari
ketebalannya, kawasan gambut di Provinsi Sumatera Selatan memiliki
ketebalan yang bervariasi antara 50 - 400 cm atau termasuk kategori dangkal
hingga dalam. Namun demikian 96,8 % termasuk gambut dangkal hingga
sedang, sisanya 3,2 % atau 45.009 ha merupakan gambut dalam yang
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
32/298
B. Hutan
Provinsi Sumatera Selatan memiliki sumberdaya hutan yaitu seluas
3.829.522,435 ha atau sekitar 41,73 % dari luas Provinsi Sumatera Selatan.
Namun pada saat ini dengan potensi sumberdaya hutan yang dimiliki Provinsi
Sumatera Selatan yang tidak dibarengi dengan kontrol dari pengelolaan
kawasan hutan mengakibatkan sering terjadinya penebangan kayu liar dan
perambahan hutan. Selain itu Provinsi Sumatera Selatan merupakan salah satu
provinsi di Indonesia yang rentan terhadap bencana kebakaran hutan, baikyang disebabkan oleh manusia/masyarakat maupun yang disebabkan oleh
musim kemarau. Dampak yang ditimbulkan dari kebakaran hutan di Provinsi
Sumatera Selatan tidak hanya dirasakan oleh masyarakat di dalam Provinsi
Sumatera Selatan saja, tapi dirasakan oleh masyarakat yang berada di wilayah
provinsi yang berdekatan, bahkan hingga menimbulkan dampak internasional
hingga ke negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
33/298
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
34/298
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
35/298
status terbukti sebesar 448,2 MMSTB atau 10,7 % dari total cadangan
terbukti minyak bumi nasional.
Berdasarkan besarnya liftingyang terdapat di setiap derah penghasil, maka
terdapat beberapa sentra akumulasi besar dari minyak bumi di Provinsi
Sumatera Selatan, mulai dari yang terbesar sampai terkecil berturut-turut
adalah Kabupaten Musi Banyuasin (48,50%), Kabupaten Muara Enim
(24,04%), Kabupaten Musi Rawas (10,85%) dan Kabupaten Ogan Komering
Ulu (5,69%). Wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi di 4 (empat)kabupaten tersebut dapat dikategorikan sebagai area prospek ekonomi
tinggi.
2. Gas Bumi
Cadangan gas bumi di Provinsi Sumatera Selatan sebesar 24.179.980
BSCF. Bila dibandingkan dengan cadangan gas bumi nasional yaitu185.797.870 BSCF, maka rasio potensi gas bumi Provinsi Sumatera Selatan
terhadap cadangan gas bumi nasional adalah 13,01%. Ada 2 (dua) sentra
akumulasi besar dari gas alam di Provinsi Sumatera Selatan apabila dilihat
berdasarkan liftinggas buminya, yaitu Kabupaten Musi Banyuasin (48,41%)
dan Kabupaten Musi Rawas (39,21%). Wilayah kerja pertambangan gas
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
36/298
dimanfaatkan juga untuk memenuhi kebutuhan pabrik semen dan industri
lain (baja, smelter dan lain-lain).Pada tahun 2009 penjual batubara
mencapai 12.561.564 ton yang terdiri dari 7.547.714 ton dijual di dalam
negeri dan 4.416.311 ton dijual ke luar negeri.
4. Gas Metana(Coal Bed Methane/CBM)
Gas metana adalah gas yang terdapat didalam lapisan batubara. Pada
umumnya gas metana berasosiasi dengan gas CO2, N2 dan air. Wilayah
Provinsi Sumatera Selatan memiliki daerah prospektif seluas 20.000 km2
atau 27,03 % dari luas daerah prospektif di Indonesia. Sedangkan potensi
sumberdaya gas metana di Provinsi Sumatera Selatan sebesar 120 TCF.
Gas metana dapat digunakan untuk keperluan gas domestik, pembangkit
listrik dan bahan baku untuk industri kimia. Peralatan dan infrastruktur yang
diperlukan dalam pemanfaatan gas metana adalah sama dengan yang
dipergunakan untuk gas bumi, sehingga di masa mendatang apabila gas
CBM telah diproduksi, maka dapat langsung disalurkan pada jaringan
pemipaan gas bumi yang telah tersedia.
5. Panas Bumi (Geothermal)
Panas bumi merupakan energi terbarukan yang ramah lingkungan. Energi
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
37/298
6. Energi Air
Provinsi Sumatera Selatan memiliki sumberdaya air yang sangat potensial
untuk dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik, namun hingga saat ini
pemanfaatan potensi energi air untuk pembangkit listrik di Provinsi Sumatera
Selatan belum dikembangkan secara optimal. Hal ini merupakan peluang
yang besar untuk diversifikasi energi.
Di Provinsi Sumatera Selatan terdapat potensi sumberdaya air untuk
Pembangkit Listrik Mini Hidro (PLTMH) yang tersebar di 5 (lima)kabupaten/kota, yaitu Kabupaten Lahat, Musi Rawas, OKU Selatan, Muara
Enim dan Kota Pagar Alam. Total daya yang dapat dihasilkan dari
sumberdaya air yang terdapat di 5 (lima) kabupaten/kota tersebut sekitar
8.506,08 KW. Namun hingga saat ini potensi sumberdaya air yang ada
tersebut belum dimanfaatkan secara optimal untuk kebutuhan energi listrik di
Provinsi Sumatera Selatan. Hal ini dapat dilihat dari daya terpasang pada
Pembangkit Listrik Mini Hidro (PLTMH) yang baru mencapai 310 KW atau
3,64 % dari potensi total daya yang ada di Provinsi Sumatera Selatan.
Selain potensi sumberdaya air untuk PLTMH, di Provinsi Sumatera Selatan
juga memiliki sumberdaya air yang dapat dimanfaatkan sebagai Pembangkit
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
38/298
2.1.8 Potensi Ekonomi
Pembangunan ekonomi pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat, memperluas lapangan kerja, memeratakan pembagian pendapatan
masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan mengusahakan
pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier.
Dengan perkataan lain, arah pembangunan ekonomi adalah mengusahakan agar
pendapatan masyarakat meningkat secara mantap dan dengan tingkat pemerataan
yang sebaik mungkin.
A. Struktur dan Laju Pertumbuhan Ekonomi
Struktur ekonomi wilayah Provinsi Sumatera Selatan dapat dilihat dari besaran
distribusi persentase sektoral. Distribusi persentase PDRB sektoral
menunjukkan peranan masing-masing sektor dalam sumbangannya terhadapPDRB secara keseluruhan. Semakin besar persentase suatu sektor, semakin
besar pula pengaruh sektor tersebut di dalam perkembangan ekonomi wilayah.
Sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor dengan kontribusi
terbesar dalam PDRB Provinsi Sumatera Selatan. Namun perkembangan
kontribusi sektor ini cenderung menurun selama periode tahun 2003-2008.
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
39/298
ekonomi pada tahun 2008 adalah kegiatan ekonomi primer 43,36%, ekonomi
sekunder 25,53%, dan ekonomi tersier 31,10%. Dari angka tersebut di atas,
maka Provinsi Sumatera Selatan didominasi oleh kelompok kegiatan sektor
primer, yaitu pertanian dan pertambangan. Dominasi tersebut terjadi sejak
tahun 2003 hingga tahun 2008.
Tabel II.4. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Sumatera Selatan Atas
Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (juta rupiah) Tahun2003-2008
No Lapangan UsahaTahun
2003 2004 2005 2006 2007 2008
1 PERTANIAN 11.111.295 12.495.630 14.358.881 17.300.120 20.080.335 22.965.527
a.Tanaman Bahan Makanan 2.687.544 2.925.392 3.417.772 4.299.814 5.113.040 5.777.636
b.Tanaman Perkebunan 4.882.162 5.544.702 6.464.934 7.452.310 8.504.813 9.560.085
c.Peternakan 869.214 975.112 1.054.465 1.251.997 1.543.626 1.928.279
d.Kehutanan 901.976 997.983 1.149.021 1.563.352 1.868.394 2.258.354
e.Perikanan 1.770.399 2.052.441 2.272.689 2.732.647 3.050.462 3.441.173
2 PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 13.221.726 16.051.383 23.247.361 25.060.662 27.412.484 34.007.690
a.Minyak dan Gas Bumi 10.866.322 13.398.664 20.230.806 21.532.737 23.375.542 29.351.296
b.Pertambangan Tanpa Migas 1.592.349 1.798.463 2.056.366 2.359.360 2.613.043 2.906.621
Penggalian 763.055 854.256 960.189 1.168.565 1.423.899 1.749.773
3 INDUSTRI PENGOLAHAN 12.450.539 13.711.349 17.867.383 22.286.619 25.305.859 30.755.546
a.Industri Migas 4.958.738 5.449.945 8.574.029 10.895.958 11.614.895 15.212.769
b.Indutri Tanpa Migas 7.491.801 8.261.404 9.293.354 11.390.661 13.690.964 15.542.777
1. Makanan. Minuman dan Tembakau 3.547.557 3.976.623 4.425.410 5.361.688 6.474.759 7.287.132
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
40/298
No Lapangan UsahaTahun
2003 2004 2005 2006 2007 2008
9 JASA-JASA 4.305.340 4.972.017 5.672.353 6.946.853 8.536.735 10.997.375
a. Pemerintahan Umum 2.722.395 3.261.621 3.809.152 4.862.807 6.138.385 8.198.517
b. Swasta 1.582.945 1.710.396 1.863.201 2.084.046 2.398.350 2.798.858
1. Sosial Kemasyarakatan 671.542 746.235 829.171 940.362 1.098.732 1.309.626
2. Hiburan & Rekreasi 16.758 17.836 19.940 22.493 25.095 28.222
3. Perorangan & Rumahtangga 894.645 946.325 1.014.090 1.121.191 1.274.523 1.461.010
TOTAL 55.938.675 64.319.375 81.531.510 95.928.763 109.895.707 133.358.882
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan, 2009
Tabel II.5. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Sumatera Selatan Atas
Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha (juta rupiah) Tahun
2003-2008
No Lapangan usahaTahun
2003 2004 2005 2006 2007 2008
1 PERTANIAN 8.725.687 9.261.544 9.805.678 10.437.334 11.113.699 11.567.788
a.Tanaman Bahan Makanan 2.050.621 2.220.002 2.323.232 2.446.207 2.632.452 2.770.461
b.Tanaman Perkebunan 3.876.578 4.118.864 4.441.783 4.830.883 5.183.054 5.422.696
c.Peternakan 662.363 696.608 726.980 769.461 816.210 858.351
d.Kehutanan 836.940 874.268 907.403 931.358 934.675 921.978e.Perikanan 1.299.185 1.351.802 1.406.280 1.459.425 1.547.308 1.594.302
2 PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 13.220.709 13.274.424 13.330.108 13.377.903 13.411.653 13.616.652
a.Minyak dan Gas Bumi 11.234.705 11.194.260 11.164.036 11.123.845 11.068.208 11.188.175
b.Pertambangan Tanpa Migas 1.407.290 1.466.959 1.514.787 1.556.141 1.590.532 1.638.414
Penggalian 578.714 613.205 651.285 697.917 752.913 790.063
3 INDUSTRI PENGOLAHAN 7.942.045 8.408.110 8.807.199 9.273.621 9.801.805 10.136.764
a.Industri Migas 2.201.971 2.181.052 2.151.826 2.119.979 2.087.757 2.114.175
b.Indutri Tanpa Migas 5.740.074 6.227.058 6.655.373 7.153.642 7.714.048 8.022.589
1. Makanan. Minuman dan Tembakau 2.705.126 2.959.678 3.214.506 3.509.276 3.844.151 4.042.828
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
41/298
No Lapangan usahaTahun
2003 2004 2005 2006 2007 2008
9 JASA-JASA 3.235.779 3.353.552 3.578.911 3.861.690 4.211.579 4.689.418
a. Pemerintahan Umum 1.908.892 1.947.437 2.077.473 2.249.280 2.461.461 2.729.434
b. Swasta 1.326.887 1.406.115 1.501.438 1.612.410 1.750.118 1.959.984
1. Sosial Kemasyarakatan 541.284 577.821 623.296 675.341 734.231 832.536
2. Hiburan & Rekreasi 15.303 15.781 16.553 17.409 18.424 19.814
3. Perorangan & Rumahtangga 770.300 812.513 861.589 919.660 997.463 1.107.634
TOTAL 45.247.401 47.344.395 49.633.536 52.214.848 55.262.114 58.080.027
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan, 2009
Tabel II.6. Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan PDRB Atas Dasar Harga
Konstan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2003-2008 (%)
NO LAPANGAN USAHA
TAHUNRata-Rata
2003-
2004
2004-
2005
2005-
2006
2006-
2007
2007-
2008
1 PERTANIAN 6,14 5,88 6,44 6,48 4,09 5,80
a. Tanaman Bahan Makanan 8,26 4,65 5,29 7,61 5,24 6,21
a. Tanaman Perkebunan 6,25 7,84 8,76 7,29 4,62 6,95
b.Peternakan 5,17 4,36 5,84 6,08 5,16 5,32
c. Kehutanan 4,46 3,79 2,64 0,36 -1,36 1,98
d.Perikanan 4,05 4,03 3,78 6,02 3,04 4,18
2 PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 0,41 0,42 0,36 0,25 1,53 0,59
a.Minyak dan Gas Bumi -0,36 -0,27 -0,36 -0,50 1,08 -0,08
b.Pertambangan Tanpa Migas 4,24 3,26 2,73 2,21 3,01 3,09
c.Penggalian 5,96 6,21 7,16 7,88 4,93 6,43
3 INDUSTRI PENGOLAHAN 5,87 4,75 5,30 5,70 3,42 5,00
a.Industri Migas -0,95 -1,34 -1,48 -1,52 1,27 -0,80
b.Indutri Tanpa Migas 8,48 6,88 7,49 7,83 4,00 6,94
1. Makanan. Minuman dan Tembakau 9,41 8,61 9,17 9,54 5,17 8,38
2. Tekstil. Brg. Kulit & Alas kaki 5,80 5,86 6,33 6,70 4,40 5,82
3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 0,35 -0,75 -0,96 -1,01 -1,32 -0,74
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
42/298
NO LAPANGAN USAHA
TAHUNRata-
Rata2003-
2004
2004-
2005
2005-
2006
2006-
2007
2007-
2008
b. Swasta 5,97 6,78 7,39 8,54 11,99 8,131. Sosial Kemasyarakatan 6,75 7,87 8,35 8,72 13,39 9,02
2. Hiburan & Rekreasi 3,12 4,89 5,17 5,83 7,54 5,31
3. Perorangan & Rumahtangga 5,48 6,04 6,74 8,46 11,05 7,55
TOTAL 4,63 4,84 5,20 5,84 5,10 5,12
Sumber : Hasil Analisis, 2010.
Tabel II.7. Distribusi PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga
Konstan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2003-2008 (%)
NO LAPANGAN USAHATAHUN
2003 2004 2005 2006 2007 2008
1 PERTANIAN 19,28 19,56 19,76 19,99 20,11 19,92
a. Tanaman Bahan Makanan 4,53 4,69 4,68 4,68 4,76 4,77
b. Tanaman Perkebunan 8,57 8,70 8,95 9,25 9,38 9,34
b.Peternakan 1,46 1,47 1,46 1,47 1,48 1,48
c. Kehutanan 1,85 1,85 1,83 1,78 1,69 1,59
d.Perikanan 2,87 2,86 2,83 2,80 2,80 2,75
2 PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 29,22 28,04 26,86 25,62 24,27 23,44
a.Minyak dan Gas Bumi 24,83 23,64 22,49 21,30 20,03 19,26
b.Pertambangan Tanpa Migas 3,11 3,10 3,05 2,98 2,88 2,82
c.Penggalian 1,28 1,30 1,31 1,34 1,36 1,36
3 INDUSTRI PENGOLAHAN 17,55 17,76 17,74 17,76 17,74 17,45
a.Industri Migas 4,87 4,61 4,34 4,06 3,78 3,64
b.Indutri Tanpa Migas 12,69 13,15 13,41 13,70 13,96 13,81
1. Makanan. Minuman dan Tembakau 5,98 6,25 6,48 6,72 6,96 6,96
2. Tekstil. Brg. Kulit & Alas kaki 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14
3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 1,79 1,71 1,62 1,53 1,43 1,34
4. Kertas dan Barang Cetakan 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
43/298
NO LAPANGAN USAHATAHUN
2003 2004 2005 2006 2007 2008
1. Sosial Kemasyarakatan 1,20 1,22 1,26 1,29 1,33 1,43
2. Hiburan & Rekreasi 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,033. Perorangan & Rumahtangga 1,70 1,72 1,74 1,76 1,80 1,91
Sumber : Hasil Analisis, 2010.
Tabel II.8. Kontribusi kelompok Sektor Primer, Sekunder, dan Tersier di
Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2003-2008 (%)
N
o Lapangan Usaha
Tahun
2003 2004 2005 2006 2007 2008
A PRIMER 48,50 47,60 46,62 45,61 44,38 43,36
1 Pertanian 19,28 19,56 19,76 19,99 20,11 19,92
2 Pertambangan & Penggalian 29,22 28,04 26,86 25,62 24,27 23,44
B SEKUNDER 24,78 25,26 25,43 25,61 25,74 25,53
3 Industri Pengolahan 17,55 17,76 17,74 17,76 17,74 17,45
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,45 0,46 0,47 0,48 0,48 0,48
5 Bangunan 6,78 7,04 7,22 7,37 7,52 7,6
C TERSIER 26,70 27,15 27,95 28,80 29,88 31,10
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 12,42 12,61 12,95 13,29 13,69 13,95
7 Pengangkutan & Komunikasi 3,56 3,8 4,04 4,25 4,59 4,97
8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 3,57 3,66 3,75 3,86 3,98 4,11
9 Jasa-jasa 7,15 7,08 7,21 7,4 7,62 8,07
TOTAL 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber : Hasil Analisis, 2010.
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
44/298
Lahan Sawah di Tugumulyo
Kabupaten Ogan Komering Ilir
a.Peran dan Produksi Sektoral
1) Pertanian
Sektor pertanian di Wilayah Provinsi Sumatera Selatan dikelompokkan
dalam sub sektor tanaman bahan makanan/pangan dan hortikultura, sub
sektor perkebunan, sub sektor peternakan dan sub sektor perikanan.
- Tanaman Pangan dan Holtikultura
Sesuai dengan penetapan Provinsi
Sumatera Selatan sebagai Lumbung
Pangan, maka sektor pertanian
khususnya sub sektor tanaman
pangan dan hortikultura menempati
prioritas utama untuk
pengembangannya. Dari semua
komoditi yang ada dan diusahakan oleh masyarakat, ada
beberapa komoditi yang memliki potensi dan peluang yang cukup
besar serta prospek yang cukup baik untuk dikembangkan, yaitu
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
45/298
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
46/298
Kawasan Pertambangan BatubaraBukit Asam, Muara Enim
2) Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sektor pertambangan dan penggalianmemiliki peranan yang sangat besar
dalam perekonomian Provinsi
Sumatera Selatan. Dalam komposisi
PDRB dengan migas, distribusi sektor
pertambangan dan penggalianmerupakan sektor dengan nilai
distribusi tertinggi, yakni 33,24 % (atas dasar harga konstan) dari
total PDRB Provinsi Sumatera Selatan tahun 2008. Sedangkan dalam
komposisi PDRB tanpa migas, distribusi sektor pertambangan turun
menjadi 5,18 % (atas dasar harga konstan) dari total PDRB Provinsi
Sumatera Selatan tahun 2008.
Provinsi Sumatera Selatan merupakan provinsi yang memiliki
kekayaan sumberdaya alam fosil yang melimpah.Hal ini dapat
dibuktikan dengan terdapatnya sekitar cadangan gas bumi 24.179,98
BSCF di Provinsi Sumatera Selatan atau 13,01% dari total
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
47/298
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
48/298
4 Penertiban, percetakan dan media 2 121 11.113
5 Kimia dan Barang Kimia 4 5.200 1.523.015
6 Karet, Barang Karet dan Plastik 21 3.899 4.084.617
7 Barang Galian Bukan Logam 5 718 7.3298 Logam Dasar, Barang Logam, Mesin dan Perlengkapan 6 152 36.076
9 Perangkutan 7 356 41.918
10 Furnitur dan Industri Pengaolahannya 6 370 11.461
Total 152 24.509 8.740.535
Sumber : Provinsi Sumatera Selatan Dalam Angka, 2008.
2.2 Program Prioritas Daerah
Program pembangunan di propinsi Sumatera Selatan tersusun dalam
beberapa rencana pembangunan mulai dari jangka panjang (RPJPD),
menengah (RPJMD), rencana kerja pemerintah daerah (RKPD), dan
rencana pembangunan di tingkat satuan kerja perangkat daerah yang
disebut rencana strategis satuan kerja perangkat daerah (Renstra SKPD).
Rencana rencana pembangunan tersebut harus terintegrasi dan
berkelanjutan sehingga pembangunan yang dilakukan sesuai dengan
sasaran.
A. Rencana Pembangunan Jagka Panjang Daerah (RPJPD)
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) merupakan
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
49/298
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
50/298
- Perbaikan derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan
pemeriksaan dan pelayanan ibu dan bayi, peningkatan fasilitas
melahirkan dan pemerataan keterseediaan paramedic beserta
sarana kesehatannya
- Perbaikan kualitas pemukiman dan perumahan melalui
pemerataan penyediaan perumahan sehat sederhana beserta
sarana air bersih dan drainase serta air limbah, dan perbaikan
kawasan kumuh.c. Pembangunan yang berorientasi pada pemanfaatan sumberdaya
yang berkelanjutan
- Perbaikan pemanfaatan sumberdaya energy yang berwawasan
lingkungan melalui mengidentifikasi kawasan lindung geologi
dan kawasan budidaya secara geologis, perbaikan sistem
pengelolaan energy dan teknologi energy, dan pemenuhan
kecukupan cadangan energy.
- Perencanaan dan penerapan tata ruang yang adil dan seimbang
melalui penetapan pola lokasi kota kota, distribusi hirarki kota
seimbang dalam setiap tingkatan, dan distrubusi fungsi kota
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
51/298
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
52/298
- Menambah dukungan dana APBD untuk pengembangan dan
memanfaatkan sumber energy terbarukan yang dapat menjamin
ketersediaan energy dalam jangka panjang, baik regional
maupun nasional
6. Program Pembangunan Industri Pengolahan dan Manufaktur
- Mendorong pembentukan klaster industri karet, kelapa sawit dan
kopi.
- Meningkatkan kapasitas dan keterpaduan produksi industri huludan hilir yang menunjang pembangunan ekonomi daerah
berbasis klaster industri yang berkelanjutan.
- Memperluas pasar (nasional dan internasional) seiring dengan
peningkatan mutu produk atau komoditas unggulan daerah.
- Membangun kemitraan strategis antara koperasi, serta usaha
mikro, kecil, dan menengah (KUMKM) dengan usaha besar
dalam rangka mengurangi tingkat pengangguran.
7. Program Pengembangan Inovasi
- Membangun inkubator bisnis dan teknologi untuk
membangkitkan kreativitas masyarakat umum serta akademis
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
53/298
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
54/298
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
55/298
Arah Kebijakan Kebijakan Umum SKPD Program Prioritas
Kelautan dan
Perikanan
-Program Pengembangan
Perikanan Budidaya
-Program Pengembangan
Perikanaan Tangkap
-Program Optimalisasi
Pengolahan dan Pemasaran
Produksi Perikanan
-Program Pemberdayaan
Masyarakat Dalam
Pengawasan dan
Pengendalian Sumber Daya
Kelautan dan Perikanan
Peningkatan akses
pada pembiayaan
pertanian
Membangun lembaga keuangan mikro
agrobisnis pedesaan berbasis dana
penguatan modal usaha kelompok dan
kemitraan usaha
Pertanian -Program Pengembangan
Kelembagaan Usaha
Perkebunan
Pemantapan
Ketahanan Pangan
Pengendalian Pengkajian dan
Pengembangan Aspek Ketahanan
Pangan (Ketersediaan, Distribusi dan
konsumsi Pangan
Ketahanan
Pangan
-Program Peningkatan
Kesejahteraan Petani
-Program Peningkatan
Ketahanan Pangan
-Program Lumbung Pangan
Melalui Desa Mandiri
Pangan dan Pembangunan
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
56/298
Arah Kebijakan Kebijakan Umum SKPD Program Prioritas
lintas angkutan sungai,
danau dan penyeberangan
-Program pengembangan lalu
lintas angkutan jalan
-Program pengembangan
transportasi laut
-Program pengembangan
transportasi udara
Pengembangan
sumberdaya energy
terbarukan
Menertibkan administrasi perizinan
kuasa pertambangan
Melakukan pemuktahiran data
pertambangan dan energy
Meningkatkan koordinasi perizinan
antara pusat dan daerah
Mengatur pembagian penerimaan
pertambangan harus diatur dengan
undang-undang
Energy dan
Sumberdaya
Mineral
-Program pengembangan
produksi batubara dan migas
Optimalisasi
pengelolaan
sumberdaya energi
Meningkatkan koordinasi dan
pengembangan kerjasama antar pihak
(masyarakat, swasta , dan pemerintah)
-Program kerjasama dan
membangun kemitraan
dengan investor untuk
optimalisasi pemanfaatan
sumberdaya energy
-Program pengembangan
pemanfaatan energi baru
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
57/298
Arah Kebijakan Kebijakan Umum SKPD Program Prioritas
Peningkatan
penelitian dan
pengembangan
energi terbarukan
Diversifikasi pengolahan industri
pertambangan dan meningkatkan mutu
dari produk pertambangan
-Program Survei Geologi dan
Sumbedaya Mineral, Mitigasi
Bencana Alam Geologi, dan
Pemanfaatan Sumbedaya
Mineral
-Program penelitian dan
pengembangan pengolahan
energi terbarukan
Pengelolaan
sumbedaya energi
dan pertambangan
yang berwawasan
lingkungan
Meningkatkan pengelolaan
pertambangan harus berwawasan
lingkungan
-Program pembinaan dan
Pengawasan Lingkungan
dan Pertambangan
-Program Pemantauan
Pelaksanaan CSR
-Program Pembinaan dan
Pengawasan K3
-Program Perencanaan Tata
Ruang
-Program Pemanfaatan Tata
Ruang
-Program Penataan Kawasan
Peningkatan sarana
dan prasarana
pengelolaan energi
Meningkatkan sarana dan parasarana
pengangkutan dan infrastruktur
pengelolaan pertambangan dan energi
PU -Program Pembangunan
Jalan dan Jembatan
- Program Inspeksi Jalan dan
Jembatan
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
58/298
Arah Kebijakan Kebijakan Umum SKPD Program Prioritas
Pengembangan
keterkaitan industri
hulu dan hilir
Peningkatan industri
pengolahan sektor
pertanian
Pengembangan
industri inti yang
menciptakan
diversifikasi produk
turunan sektor
pertanian
Pembangunan sarana
dan prasarana serta
peningkatan SDM
industri
bagi UKM
Percepatan
Pemertaan
pembangunan Antar
wilayah
-Mempercepat pembangunan
infrastruktur dasar pada daerah
tertinggal
-Mengidentifikasi potensi SDA dan
kearifan lokal daerah tertinggal
-Meningkatkan kualitas SDM daerah
tertinggal
- Meningkatkan pelayanan kebutuhan
Transmigrasi -Program Pengembangan
Wilayah Tertinggal
-Program Transmigrasi Lokal
ESDM -Program Pengembangan
Jaringan Listrik Pedesaan)
-Program Pengembangan
Potensi Energi Lokal/Desa
- Program Pengembangan
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
59/298
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
60/298
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
61/298
Identifikasi awal tentang potensi sektoral dan sumber-sumber /serapan emisi GRK
yang terdapat di wilayah provinsi (termasuk wilayah kabupaten/kota) baik dari
bidang/kegiatan operasional/aset-aset milik pemerintah maupun dari
bidang/kegiatan operasional/aset-aset milik masyarakat/pelaku usaha dan
permasalahan yang dihadapinya.
2.3.1 Sumber Emisi Sektor Pertanian
Pertanian adalah sektor dengan emisi tertinggi ketiga di Indonesia, setelah
LULUCf dan gambut, dengan emisi mencapai 132 MtCO2e pada tahun 2005
(berdasarkan tata guna lahan saat itu). Emisi dari sektor ini diperkirakan akan
meningkat sampai dengan 25 persen menjadi 164 MtCO2e pada tahun 2030
(Gambar 2.12) dalam skenario BAU. Sebagian besar emisi karbon pertanian
bukan berupa karbon dioksida, melainkan gas rumah kaca lain seperti metana(CH4) dan nitrogen oksida (N2O). Emisi-emisi tersebut berasal dari tiga sumber
utama: praktik pengelolaan pengairan untuk tanaman padi, penggunaan pupuk
buatan, dan pembakaran sisa panen. Dengan demikian, pengembangan
pertanian di Provinsi Sumatera Selatan saat ini juga menghadapi tantangan
yang lebih besar karena tidak hanya dituntut untuk meningkatkan produksi
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
62/298
Mengingat pembangunan sektor pertanian di Sumatera Selatan menempati
Prioritas 2, 3, 4, dan 5 dari prioritas pembangunan, dan jika mengacu pada
kontribusi emisi GRK sektor pertanian secara nasional mencapai anga 7%,
maka kontribusi emisi GRK sektor pertanian seiring dengan pembangunan
pertanian di Provinsi Sumatera Selatan menjadi penting. Ini menjadi penting
karena total areal pertanian di Provinsi Sumatera Selatan adalah sekitar
6.091.219 ha atau 70% dari luas total propinsi ini. Di Provinsi Sumatera
Selatan emisi gas rumah kaca pada sektor pertanian bersumber dari budidayapadi, pembakaran limbah pertanian, dan peternakan.
a. Budidaya Padi
Budidaya padi sawah yang secara terus menerus digenangi berkontribusi pada
peningkatan emisi GRK berupa CH4 dan N2O. Sumber gas metan dari
budidaya padi sawah dihasilkan karena terjadi kondisi anaerobik pada lahan
sawah akibat penggenangan air yang terlalu tinggi dan lama. Untuk
menghitung gas metan yang diemisikan dari budidaya padi, pola
penggenangan air menjadi faktor utama karena perbedaan pola penggenangan
akan menyebabkan jumlah emisi yang berbeda. Pola penggenangan terbagi
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
63/298
Kabupaten/Kota
Tipologi Sawah (ha)
Total (ha)Irigasi
Tadah
HujanLebak Pasang Surut
Musi Rawas 13.752 7.275 6.866 0 27.893
Musi Banyuasin 140 387 21.700 30.467 52.554
Banyuasin 0 0 39.087 149.684 188.771
Palembang 0 95 6.320 41 6.456
Prabumulih 350 328 100 0 778
Pagar Alam 3.451 0 0 0 3.451
Empat Lawang 12.928 795 0 0 13.723
Lubuk Linggau 858 319 0 0 1.177
TOTAL 103.478 95.066 211.281 196.013 605.838
Sumber : Diolah dari Statisik Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Selatan (2010)
Dengan cakupan luas tersebut, maka ada potensi emisi CH4 yang secara
akumulatif besar. Karena emisi CH4 terjadi pada kondisi anaerob, maka
persoalan dan estimasi emisi CH4asal sawah di Sumatera Selatan hanya akan
ditinjau pada tiga tipologi sawah, yaitu sawah irigasi, lebak, dan pasang surut.
Karena emisi CH4 terjadi pada kondisi anaerob maka persoalan dan estimasi
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
64/298
Perhitungan emisi CH4 diperlukan data luas panen (A). Untuk itu perhitungan
ini didasarkan atas asumsi sebagai berikut:
1. Sawah irigasi mempunyai IP = 2,00 sehingga nilai A dalam persamaan di
atas adalah 2 kali luas areal sawah irigasi di setiap kabupaten, dan
2. Sawah lebak dan pasang surut mempunyai IP = 1,00 sehingga nilai A dalam
persamaan di atas adalah sama dengan total luas areal sawah lebak dan
pasang surut di setiap kabupaten.
Karena sebaran jenis tanah areal sawah di Provinsi belum tersedia, maka
diasumsikan sebagai berikut:
1. Areal sawah irigasi, lebak, dan pasang surut dilakukan berturut-turut pada
Tanah Ultisol, Inceptisol, dan Histosol,
2. Areal sawah beririgasi 100% pada Ultisol,3. Sawah lebak 100% pada Inceptisol, dan
4. Sawah pasang surut 40% pada Histosol dan 60% pada Inceptisol.
Oleh karena itu, nilai faktor koreksi untuk ketiga jenis tanah tersebut (CF soil)
adalah 0,29 untuk Ultisol; 1,12 (1,0-1,23) untuk Inceptisol; dan 2,39 (0,92-3,86)
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
65/298
padi sawah di Provinsi Sumatera Selatan memperlihatkan adanya peningkatan
yang konsisten sejak tahun 2005 sampai 2011, yaitu sebesar 9,87%.
Peningkatan ini berkaitan dengan peningkatan luas areal sawah yang memang
terus diupayakan oleh Provinsi Sumatera Selatan dalam menopang program
lumbung pangan. Upaya peningkatan produksi melalui peningkatan luas panen
baik melalui intensifikasi (peningkatan IP, perbaikan infrastruktut) maupun
ekstensifikasi juga merupakan program prioritas Provinsi Sumatera Selatan.
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
66/298
GRK ini tetap dipandang perlu untuk menghitung potensi emisi GRK dari
biomassa jerami padi.
Sebaliknya, pembakaran tebu dilakukan sebelum panen untuk mempermudah
panen dan mengurangi jumlah dan biaya tenaga kerja. Menurut Ripoli (2000)
komponen yang dibakar meliputi kelopak, pucuk, dan daun segar maupun daun
yang sudah mengering. Komponen tersebut mencakup sekitar 25% dari total
biomassa tebu atau sekitar 20 ton biomassa ha-1(Lara, 2005).
Metode perhitungan yang digunakan untuk estimasi emisi CO2, CH4, NO, dan
NOx dari kedua sumber tersebut mengacu kepada Pendekatan Tier 2 (IPCC,
2006) dengan formula sebagai berikut :
Lfire= A*MB*Cf*Gef*10-3
Dimana :
Lfire = Jumlah emisi GRK akibat pembakaran (ton)
A = Luar areal (ha)
MB = Biomassa terbakar, meliputi biomassa, serasah dan kayu mati
(ton ha-1). Jika Tier 1 yang digunakan, maka serasah dan kayu
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
67/298
Dinamika produksi pada di Provinsi Sumatera Selatan juga diikuti oleh
dinamika GRK (CO2, CO, CH4, N2O, dan NOx) asal pembakaran jerami padi.
Sejalan dengan itu, emisi GRK (CO2, CO, CH4, NO, dan NOx) asal pembakaran
jerami padi juga menurun pada periode 2006-2007, yaitu dari 5.443.439,9 ton
menjadi 4.789.730,1 ton untuk CO2; dari 330.558,7 ton menjadi 290.861,5 ton
untuk CO; dari 9701,2 ton menjadi 8,536,2 ton untuk CH4; dari 251,5 ton
menjadi 221,3 ton untuk N2O; dan dari 8.982, 6 ton menjadi 7.903,8 ton untuk
NOx. Namun demikian secara umum emisi lima jenis GRK tersebut meningkat
sebesar 10% selama periode 2005-2011.
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
68/298
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
69/298
Gambar 2.17. Historis emisi N2O akibat pembakaran jerami padi di Provinsi
Sumatera Selatan (2005-2011)
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
70/298
3. Untuk nilai Gefdigunakan nilai defaultIPCC (2006), yaitu 1.515 95 (CO2),
92 84 (CO), 2,7 (CH4), 0,07 (N2O).
Jika mengacu formula, asumsi, dan hasil penelitian dia atas, maka historis
emisi CO2, CH4, NO, dan NOxdari pembakaran biomassa tebu sebelum panen
di Provinsi Sumatera Selatan dapat diperkirakan seperti pada Gambar 2.19
sampai Gambar 2.22.
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
71/298
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
72/298
sektor peternakan CH4 dan N2O. Emisi GRK ini melalui dua mekanisme
penting, yaitu :
1. CH4 bersumber dari enteric fermentation yang berkaitan dengan sistem
pencernakan ternak, dan
2. CH4 dan N2O yang bersumber dari tindakan pengelolaan kotoran ternak
(IPCC, 2006).
Estimasi CH4 dan N2O dari ternak memerlukan data tentang jenis ternak,populasi, dan pakan (jenis dan jumlah). Di provinsi Sumatera Selatan terdapat
lima jenis ternak besar penting, yaitu sapi, kerbau, kambing, domba, dan babi.
Estimasi emisi CH4 asal enteric fermentationmengacu pada Pendekatan Tier 1
(IPCC, 2006) dengan formula dengan formula sebagai berikut :
Emisi = EF(T)*(N(T)/106)
Dimana :
Emisi = Emisi CH4 asal enteric fermentation(Gg CH4 th-1)
EF(T) = Faktor emisi untuk masing-masing jenis ternak (kg CH4 ekor-1
th-1)
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
73/298
Gambar 2.23. Historis emisi CH4asal enteric fermentationternak besar utamadi Provinsi Sumatera Selatan (2005-2012)
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa emisi GRK (CH4 dan N2O) dari
ternak juga dapat bersumber dari kotoran ternak baik kotoran padat maupun
cair. Dua faktor penting yang mempengaruhi emisi CH4adalah jumlah kotoran
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
74/298
Estimasi emisi CH4 asal dekomposisi anaerob kotoran ternak mengacu pada
Pendekatan Tier 1 (IPCC, 2006) dengan formula dengan formula sebagai
berikut :
Emisi = EF(T)*(N(T)/106)
Dimana :
Emisi = Emisi CH4 asal dekomposisi anaerob kotoran ternak (Gg
CH4th-1)
EF(T) = Faktor emisi untuk masing-masing jenis ternak (kg CH4
ekor-1th-1)
N(T) = Populasi masing-masing jenis ternak
T = Jenis ternak
Untuk aplikasi Tier 1 formula di atas (IPCC, 2006), digunakan nilai EF (T) default
IPPC (2006), seperti dalam Tabel II.15.
Tabel II.15. Nilai default EF(T) untuk estimasi emisi CH4 asal kotoran ternak
akibat sistem pengelolaan kotoran ternak masing-masing jenis
ternak di Provinsi Sumatera Selatan
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
75/298
Gambar 2.24. Historis emisi CH4asal kotoran ternak asal sistem pengelolaan
kotoran ternak besar utama di Provinsi Sumatera Selatan (2005-
2012)
Lalu N2O juga merupakan GRK yang teremisi baik secara langsung maupun
tidak langsung selama di penyimpanan dan tindakan pengelolaan sebelum
kotoran ternak digunakan di lahan pertanian. Emisi N2O dari kotoran ternak
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
76/298
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
77/298
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
78/298
Perhitungan kehilangan N melalui volatilisasi ini juga didasarkan atas asumsi
sistem pengelolaan kotoran ternak sebagai berikut :
1. Kotoran ternak sapi dan kerbau disimpan dan dibiarkan mengering (dry lot),
dibiarkan di lapangan (Paddock/Range), dan untuk bahan bakar,
2. Kotoran babi biasanya ditampung dan dicampur antara padat dan cair
(Liquid/Slurry) dan sebagian disimpan sampai kering (Dry Lot).
Oleh karena itu, aplikasi Tier 1 formula di atas (IPCC, 2006) untuk menghitung
Nvolatilisasi-MMSdigunakan nilai Nex(T), MS(T, S), dan FracGasMSdefaultIPPC (2006).
Nilai defaultNex(T)dan MS(T, S) mengacu pada pada Tabel II.16, Nilai default
FracGasMS mengacu pada Tabel II.17 dan hasil perhitungannya disajikan pada
Gambar 2.27.
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
79/298
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 61
Tabel II.16. Nilai default MS(T, S), Nex(T), dan EF3(ST) untuk estimasi emisi langsung N2O asal kotoran ternak di bawah sistem pengelolaan
tertentu masing-masing jenis ternak di Provinsi Sumatera Selatan
Jenis
Ternak
Nilai
Nex(T)(kg
Nekor-1
th-1)
Nilai MS(T,S) Nilai EF3(S)(kg N2O-N (kg kotoran)-)
Ditampung
(Liquid/
Slurry)
Ditampun
g (Dry
Lo t)
Tidak
Dikelola
(Paddock/
Range)
Digunakan
untuk Pupuk 30 cm) serta pembakaran atau kebakaran
menyebabkan emisi CO2 menjadi sangat tinggi. Emisi lahan gambut di Provinsi
Sumatera Selatan sebagian besar diakibatn oleh aktivitas yang terjadi di lahan
gambut seperti deforestrasi pada hutan gambut, drainase untuk perkebunan dan
hutan tanaman, dan kebakaran lahan gambut. Berdasarkan informasi terakhir,
jumlah hot spot (titik panas) yang terpantau di Provinsi Sumsel mengalami
peningkatan drastis. Selama lima hari (15 September), hot spot tembus 1.154 titik.
(http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/524733/, diakses tgl 27
September 2012 pukul 2:26 PM).
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/524733/http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/524733/http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/524733/http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/524733/ -
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
86/298
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
87/298
Tabel II.21. Emisi GRK pada masingmasing zonasi tutupan lahan
No. Tutupan Lahan Emisi CO2 ton/tahunTotal historical
EmmisionProporsi Emisi
(%)
1 Gambut_Non hutan 5,335,245.34 26,676,226.70 41.79
2 Gambut_kwsn hutan 3,265,647.57 16,328,237.84 25.58
3 Hutan Lindung 2,388,259.14 11,941,295.69 18.71
4 Hutan Suaka Alam 1,028,461.44 5,142,307.21 8.06
5 Hutan Produksi Tetap 625,937.12 3,129,685.61 4.90
6 Hutan Produksi Terbatas 248,288.72 1,241,443.59 1.94
7 Hutan Suaka Alam Laut 5,245.72 26,228.58 0.04
8 Pertanian 56,561.99 282,809.93 0.44
9 Pertahanan Keamanan 8,995.16 44,975.81 0.07
10 Perikanan 3,383.07 16,915.36 0.03
11 Perairan 104.98 524.92 0.00
12 Industri - - -
13 Kawasan Tanjung Api-Api - - -
14 Permukiman (3,898.99) (19,494.94) (0.03)15 Hutan Produksi Konversi (141,588.27) (707,941.37) (1.11)
16 Perkebunan (54,133.41) (270,667.05) (0.42)
Total Emisi historikal Sumsel 63,832,547.89
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
88/298
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
89/298
yang dihasilkan dari proses pembakaran kayu bakar. Penghitungan emisi CO2
dilakukan dengan cara mengetahui kuantitas material yang akan menghasilkan
GRK dan faktor emisinya. Perhitungan ini menggunakan IPCC dan atau LEAP.
a. Emisi CO2 dari PLTU
Perhitungan emisi CO2 berdasarkan kapasitas listrik terpasang (MW) pada
PLTU di Sumatera Selatan, dan waktu operasional PLTU (jam/tahun).
Berdasarkan data tersebut maka diketahui emisi CO2historikal/baseline.
Tabel II.22. Emisi CO2Baseline pada PLTU Provinsi Sumatera Selatan
TAHUN KAPASITAS TERPASANG (MW) Emisi CO2 (ton/tahun)
2005 751.85 4,893,551.06
2006 759.40 4,942,691.59
2007 818.25 5,325,727.41
2008 855.45 5,567,850.312009 849.45 5,528,798.23
2010 969.15 6,307,887.22
Kenaikan rata-rata kapasitas PLTU selama 5 tahun dari tahun 2005 sampai
tahun 2010 adalah 43,46 MW, atau dalam persentase : 5,78. Sehingga
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
90/298
c. Emisi CO2 dari Bahan Bakar (Pertamina)
Berdasarkan data dari Pertamina terdapat 10 jenis bahan bakar yang
didistribusikan oleh Pertamina ke masyarakat yaitu Avigas, Avigas, BB2L,
Premix, Pertamax, Minyak Tanah, Minyak Diesel, Minyak Solar, dan Minyak
Bakar (Lampiran 2). Emisi CO2 baseline didapatkan dari perkalian Jumlah
Bahan Bakar dan factor emisi dari masing masing jenis bahan bakar
(Lampiran 2).
Tabel II.24. Faktor Emisi Bahan Bakar
BAHAN BAKARFaktor emisi
(kg CO2e/liter)
Avigas 2.6
Avtur 2.6
BB2L 2.6
Premix 2.6
Pertamax 2.6
Premium 2.6
Minyak tanah 2.58
Minyak diesel 2.2
Minyak Solar 2.2
Minyak Bakar 2.2
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
91/298
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
92/298
Tabel II.27. Jumlah Pemakaian Gas Batu Bara dan Diesel pada Pembangkit
Listrik Bukit Asam dan Keramasan
TahunKeramasan Gas
(MMBTU)Bukit Asam
Batubara (Kg)KeramasanHSD (Ltr)
KeramasanIDO/MFO (Ltr)
Bukit AsamHSD (Ltr)
2007 14,006,657 1,023,017,276 9,211 7,989,494 4,353,070
2008 11,124,899 1,119,272,829 9,771 11,428,276 3,103,062
2009 14,652,044 1,110,671,769 5,078 8,461,520 5,372,532
2010 20,379,237 1,000,887,733 2,454 8,461,520 6,200,261
2011 22,802,852 828,122,843 - 10,922,668 4,871,276
Jumlah 82,965,689 5,081,972,450 26,514 47,263,478 23,900,201
Berdasarkan data tersebut diatas maka diketahui emisi CO2 yang dihasilkan
dari pemakaian gas batubara dan minyak diesel pada proses pembangkit listrik
di Bukit Asam dan Keramasan.
Tabel II.28. Emisi CO2 eq Baseline pada Pembangkit Listrik Bukit Asam
dan Keramasan.
TAHUN
Emisi CO2 (ton/tahun)
KeramasanGas
(MMBTU)
Bukit AsamBatubara
(Kg)
KeramasanHSD (Ltr)
KeramasanIDO/MFO
(Ltr)
BukitAsamHSD(Ltr)
Total emisi
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
93/298
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
94/298
f. Emisi GRK dari Pembangkit Listrik PLTG, PLTM milik swasta
Berikut ini disajikan emisi GRK dari berbagai pembangkit PLTG, PLTMG yang
dimiliki oleh swasta dan produksi listrik pada tahun 2010
1. Pembangkit Listrik PLTG PT. Asrigita Prasarana
Produksi enegi listrik : 1,136,560,000 kWh
Listrik yang disalurkan ke PLN : 1,103,492,190 kWh
Pemakaian bahan bakar : 7,835.75 MMSCF
Faktor emisi : 0,743 kg CO2e/kWh
Jumlah emisi CO2e : 844,464.08 ton
2. Pembangkit Lisrik : PLTG MUSI I
Pemilik : PT. PURA DAYA PRIMA
Lokasi : Palembang, Sumatera Selatan
Daya terpasang : 3 X 4, 61 MW (13,83 MW) + 6 MW
Produksi enegi listrik : 1,136,560,000 kWh
Mulai operasi : Juni 2006
Gross product : 114,091,708 kWh
Netto product : 112 256 385 kWh
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
95/298
4. Pembangkit Listrik : PLTG PRABUMULIH
Pemilik : PT. ELNUSA PRIMA ELEKTRIKA
Lokasi : Prabumulih, Sumatera SelatanDaya terpasang : 2 x 6 MW (12 MW)
Beban Puncak : 139.8 MW
Beban rata-rata : 120.74 MW
Produksi Yang Disalurkan ke PLN : 86,795,900 kWh
Faktor emisi : 0,743 kg CO2e/kWh
Jumlah emisi CO2e : 64,489.35 ton CO2e.
5. Pembangkit Listrik : PLTMG SAKO
Pemilik : PT. PT. MULTIDAYA PRIMA
ELEKTRINDO
Lokasi : Kalidoni, PalembangDaya terpasang : 2 x 6 MW (12 MW)
Mulai operasi : Juni 2008
Beban Puncak : 127.9 MW
Beban rata-rata : 103.2 MW
Produksi Yang Disalurkan ke PLN : 81 075 704 kWh
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
96/298
sangat dipengaruhi oleh massa jenis kayu yang diasumsikan sebesar 1 ton/m3
dengan factor emisi untuk kayu bakar 1.75.
Tabel II.32. Asumsi Jumlah Pemakain Kayu Bakar dan Emisi CO2 yang
dihasilkan
Penduduk pemakai
kayubakar
Jumlah kayu
(m3/tahun)
Jumlah kayu
(ton/tahun)
Emisi CO2
(Gg/tahun)
Emisi CO2
(ton/tahun)
3,215,094 3,858,112.80 3,858,112.80 6,751.70 6,751,697.40
3,259,396 3,911,274.60 3,911,274.60 6,844.73 6,844,730.55
3,314,208 3,977,049.60 3,977,049.60 6,959.84 6,959,836.80
3,377,950 4,053,540.00 4,053,540.00 7,093.70 7,093,695.00
3,449,946 4,139,935.20 4,139,935.20 7,244.89 7,244,886.60
3,509,982 4,211,978.40 4,211,978.40 7,370.96 7,370,962.20
3,560,895 4,273,074.00 4,273,074.00 7,477.88 7,477,879.50
3,611,318 4,333,581.00 4,333,581.00 7,583.77 7,583,766.75
3,725,197 4,470,236.40 4,470,236.40 7,822.91 7,822,913.70
2.3.4. Sumber Emisi Sektor Transportasi
Kendaraan bermotor adalah salah satu sumber pencemaran udara yang sangat
berpengaruh di daerah perkotaan selain industri dan rumah tangga Kondisi emisi
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
97/298
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
98/298
Tabel II.33. Penggunaan Energi Transportasi menurut moda, tahun 2004 dan
2025
Jenis Transportasi2004 2025
Total Persentasi
(%)
Konsumsi
(Juta SBM)
Total Persentasi Konsumsi
(Juta SBM)
Mobil Penumpang
69,72
27,58 0.9297
77,63
20,37 2.4727
Sepeda Motor 12,88 0.4344 24,17 2.9335
Bus 1,43 0.0483 1,08 0.1284
Truk 27,83 0.9379 32,01 3.8843
Kereta Api 7,58 0.2556 5,60 0.6799
ASDP 7,02 0.2368 5,19 0.6299
Angkutan Laut 13,59 0.4582 10,04 1.2186
Angkutan Udara 2,09 0.0705 1,55 0.1876
Jumlah 100 3.3716 100 12.135
Sumber: Analisis Energi Transportasi, Masterplan Sumsel Lumbung Energi Nasional, 2005
Pertumbuhan penggunaan energi dapat dipengaruhi oleh kebijakan terhadap
pemilihan moda, terutama moda angkutan jalan raya. Dalam konteks ini, pemakaian
energi untuk transportasi jalan akan mengalami perubahan jika ada kebijakan yang
mewajibkan angkutan berat (petikemas) harus menggunakan angkutan kereta api.
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
99/298
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
100/298
2. TIER 2
Penghitungan Tier 2 dilakukan dengan memasukkan fakta karakteristik local
(jumlah kendaraan terdaftar pertahun). Tidak menggunakan data Asal Tujuan
dan Matriks Pembebanan lalu lintas, karena pada data tersebut agak sulit
mendapatkan gambaran komposisi lalu lintas secara actual di lapangan.
Data Volume BBM dipecah menurut yang digunakan oleh setiap jenis
kendaraan. Pertama kali dilakukan tabulasi jumlah kendaraan berdasarkan data
sekunder sebagai berikut:
Tabel II.34. Jumlah Kendaraan Terdaftar
Tahun Mobil Penumpang Bus Truk Motor Jumlah
2 3 4 5 6 7
2007 301,955 63,891 99,861 850,639 1,316,346
2008 346,968 65,611 100,033 1,757,324 2,269,936
2009 365,540 69,407 100,722 2,013,404 2,549,073
2010* 383,175 72,077 107,245 2,676,318 3,238,815
* prediksiSumber : BPS, Sumatera Selatan Dalam Angka 2011
Selanjutnya, jumlah pemakaian BBM dapat dilihat dari kilometer perjalanan
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
101/298
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
102/298
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
103/298
Tabel II.36. Jumlah Pemakaian BBM Menurut Jenis Bahan Bakar
Kendaraan Premium Premium Solar (kl) Solar (kl)
Mbl penumpang (car) 49% 32964,25 51% 34309.73
Bus 100% 328292.616
Truk 100% 597056.608
Motor 100% 113856.792
Sumber: Analisis data, 2012
Tabel II.37. Jumlah Pemakaian BBM dan EMisi Baseline Menurut Jenis Kendaraan
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
104/298
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 86
TahunSolar (KL) Premium (KL)
FE Solar FE PremiumEmisi Solar (ton) Emisi Premium (ton)
Mobil Bus Truk Mobil Sepeda Motor Mobil Bus Truk Mobil Sepeda Motor
2007 16030 153508 284266 15402 56476
3.283 3.070
52,621.93 503,911.02 933,138.68 47,283.29 173,378.20
2008 17554 168097 311281 16866 61843 57,622.93 551,800.98 1,021,820.96 51,776.93 189,854.60
2009 32590 312089 577924 31312 114818 106,982.53 1,024,471.71 1,897,109.10 96,128.86 352,484.92
2010 23549 225504 417587 22625 82963 77,301.73 740,246.39 1,370,782.75 69,459.26 254,691.83
Gambar 2.36 Emisi Baseline (Historikal) Transportasi Provinsi Sumatera Selatan
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
105/298
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
106/298
Bisnis solar ilegal terbongkar, 11 tangki solar ilegal, di kawasan Jl Purwasari,
RT 52 RW 10, Bukit Sangkal, Kalidoni, Palembang ditangkap dan
diamankan. Tangki - tangki bermuatan puluhan ribu liter itu diduga baru sajadi distribusikan ke berbagai tempat. Selain didistribusikan di Sumsel,
dugaan sementara jejaknya juga bergerak ke luar kota, mengingat pelat
nomor kendaraan berasal dari Jambi, Bengkulu, Bangka. Rincian 11 mobil
tangki bertuliskan PT Agung Pratama Sriwijaya, yang dijadikan barang bukti,
yaitu enam mobil tangki berkapasitas 16 ribu liter, tiga tangki berkapasitas 5
ribu liter, dan dua truk modifikasi berkapasitas 5 ribu liter.
Masih banyak lagi terjadi di daerah lain. Ini hanya contoh kejadian
penyimpangan data dan fakta penggunaan BBM per wilayah provinsi akibat
dari kesenjangan harga antara BBM untuk umum dan Industri.
3) Pagaralam, Mei 2012 (Tribunenews.com)
Pagaralam merupakan wilayah yang cukup strategis, hal ini membuatmasyarakat yang berdomisili di sekitar Wilayah Kota Pagaralam senantiasa
melakukan pembelian BBM di Kota Pagaralam, dan memperoleh
kemudahan dalam pembelian BBM di SPBU, karena tidak adanya peraturan
pemerintah yang membatasi pembelian BBM Bersubsidi di Pagaralam.
Masyarakat wilayah sekitar yang dimaksud antara lain masyarakat Provinsi
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
107/298
N Nurlaini, D Gusnita - pada jurnal Indonesian Journal of Physics, 2008 tentang
Simulasi Penyebaran CO2di Semarang dengan Software LADM yang melakukan
pengukuran penyebaran CO2mencakup luasan 50 x 50 km2
.
3. TIER 3
Penghitungan Tier 3 dilakukan dengan menggunakan Metode Analisis
Dekomposisi Kaya yang dikenal adalah Metode Analisis Dekomposisi Kaya
dengan rumus sebagai berikut:
CETPEmissionsCO 2
Keterangan :
P = Population
T = Transport intensity ( e.g VMT/capita )
E = Energy Intensity ( e.g MJ/mile )
C = Carbon Intensity ( e.g gCO2-eq/MJ )
Dilakukan beberapa asumsi untuk bahan bakar, kendaraan, dan aktivitas travel.
Berikut ini contoh perhitungan untuk medapatkan perhitungan pengeluaran
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
108/298
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
109/298
Tabel II.40. Emisi CO2 di Wilayah Kota Palembang
Lingkup Wilayah EMISI CO2, ton/hari EMISI CO2, ton/tahun
Mariana 9.69 3536.85
Kenten Laut 30.59 11165.35Alang Alang Lebar 43.95 16041.75
Indralaya 29.48 10760.2
Ampera - Jaka Baring*) 74.59 27225.35
Total 188,3 68729,50
2) Perhitungan Emisi CO2 Sumatera Selatan
Dari hasil survey counting di lima titik perbatasan Provinsi Sumatera
Selatan, didapat perhitungan emisi di setiap kawasan perbatasan tersebut.
Untuk mencari nilai emisi digunakan rumus berikut.
a) Data tahun 2011
Untuk jumlah emisi CO2 (gr/km) di perbatasan OKI-Lampung
berdasarkan survey counting Tahun 2011 dapat dilihat pada table II.41.
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
110/298
No Jenis Kendaraan Jumlah Kendaraan Persentase Emisi CO2( gr/km )
16 TK 20 345 2 93150
17 TK 40 125 1 33750
Total Emisi CO2 2,161,093
Sumber: Hasil Analisa
Dari tabel II.41 diatas, dapat disimpulkan bahwa nilai emisi CO2 yang
dikeluarkan kendaraan yang terbesar adalah truk umum 2 as dengan
jumlah 690390 gr/km. Sedangkan jumlah keseluruhan emisi CO2 di
perbatasan OKI-Lampung sebesar 2.161.093 gr/km.
Sedangkan untuk perbatasan Linggau-Jambi, nilai emisi CO2diuraikan
pada tabel II.42 Untuk daerah perbatasan Lubuk Linggau-Jambi, nilai
emisi CO2 nya yaitu 515,204 gr/km. Jenis kendaraan yang memiliki nilai
emisi terbesar adalah truk umum 2 as yaitu sebesar 151.200 gr/km.
Tabel II.42. Analisa Emisi CO2 ( Gr/Km ) Di Linggau-Jambi
Berdasarkan Perhitungan Counting Tahun 2011
No Jenis Kendaraan Jumlah Kendaraan persentase Emisi CO2 ( gr/km )
1 Sepeda/becak 0 0 0
2 MTR 1129 30 92578
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
111/298
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
112/298
No Jenis Kendaraan Jumlah Kendaraan Persentase Emisi CO2 ( gr/km )
9 MH 514 6 13878010 TU 2 AS 1707 19 460890
11 TC 2 AS 13 0 3510
12 TU 3-5 AS 230 2 62100
13 TC 3-5 AS 3 0 810
14 TG 0 0 0
15 TT 5 0 1350
16 TK 20 157 2 42390
17 TK 40 1 0 270
Total Emisi CO2 1,223,565
Sumber: Hasil Analisa
Daerah perbatasan OKU Timur-Lampung memiliki nilai emisi sebesar
1.223.565 gr/km. Nilai emisi yang terbesar didapat dari kendaraan trukumum 2 as yaitu sebesar 460.890 gr/km. Selain itu, kendaraan sepeda
motor juga memilki nilai emisi CO2 yang tinggi. Ini dikarenakan
banyaknya jumlah kendaraan sepeda bermotor sehingga nilai emisnya
cukup tinggi yaitu sebesar 381.300 gr/km.
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
113/298
Dari tabel diatas, terlihat bahwa nilai emisi yang terbesar itu berasal dari
kendaraan sepeda motor dengan nilai emisi sebesar 247.312 gr/km.
Sedangkan urutan yang kedua adalah mobil pribadi dengan nilai emisisebesar 130.962 gr/km. Sedangkan untuk angkutan barang, nilai emisi
yang terbesar adalh truk umum 2 as dengan nilai emisi 72.630 gr/km.
Nilai total emisi CO2 untuk perbatasan Lubuk Linggau-Curup adalah
553.828 gr/km.
b) Data tahun 2012
Dengan merujuk kepada salah satu penelitian dan jurnal Simulasi
Penyebaran CO2 di Semarang dengan Software LADM yang
melakukan pengukuran penyebaran CO2mencakup luasan 50 x 50 km2.
Sumatera Selatan yang perkotaan dan build up area mencapai kurang
lebih 100 km2
, maka diambil perhitungan disetiap perbatasan luar kotasebagai berikut:
(1) Kab. Banyuasin
(2) Kab. Sekayu
(3) Kota Palembang
(4)Kota Prabumulih
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
114/298
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
115/298
Data rekapitulasi industri di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumatera
Selatan menunjukkan bahwa industri di Propinsi Sumatera Selatan terbagi dalam
dua kategori yaitu :1. Industri Kecil Menengah yang terdiri dari industri formal dan formal
2. Industri Dasar Menengah dan Besar meliputi industri Agro, Kimia, Logam,
Mesin, Alat Angkut dan Standarisasi
Sebagian besar industri yang ada di Sumatera Selatan merupakan Industri Kecil
Menengah tercakup 5 bidang usaha/jenis usaha yaitu industri pangan, kimia dan
bahan bangunan, sandang, logam dan kerajinan umum.
Industri Dasar Menengah dan Besar dibagi dalam 6 (enam) jenis usaha yaitu :
1. Kertas dan barang cetakan
2. Pupuk, kimia, dan barang dari karet
3. Semen dan galian non logam
4. Logam dasar, besi dan baja5. Alat angkut, mesin dan peralatan
6. Barang lainnya.
Dalam rangka penyusunan RAD-GRK bidang industri difokuskan pada industri kecil
menengah dan pangan, sedangkan untuk industri menengah besar difokuskan pada
industri crumb rubber cpo minyak goreng dan industry makanan
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
116/298
7. Musi Rawas 252 206 4 37 738. Lubuk Linggau 1.160 98 656 200 569. Oku 304 10 172 32 3410. Oku Timur - - - - -11. Oku Selatan 11 - - - -12. Prabumulih 353 243 139 142 4713. Oki 1.255 1.470 169 570 1.31514. Ogan Ilir 643 434 551 761 29115. Muara Enim 76 277 19 79 24
Sumber: Disperindag Prov. Sumsel, 2012.
Tabel II.48. Industri Menengah dan Besar beserta tenaga kerja dan nilaiinvestasinya di propinsi Sumatera Selatan.
No. Jenis Industri Jumlah unitusaha
Tenaga kerja(ORG)
Investasi(RP. 000)
1 Kertas dan barang cetakan 6 2.003 219.871.797 + US$ 866.100.1002 Pupuk,kimia,dan barang dari karet 84 35.954 3.413.279.0473 Semen dan galian non logam 25 2.451 38.273.2034 Logam dasar,besi dan baja 17 625 391.548.7375 Alat angkut, mesin dan peralatan 22 2.611 26.652.7336 Barang lainnya 52 1.648 151.886.020
Jumlah 206 45.262 4.241.511.537+US$ 866.100.100
Sumber: Disperindag Prov. Sumsel, 2012
Dengan terdapatnya sekian banyak macam industri dengan berbagai kategorinya,
maka timbul berbagai permasalahan khusunya terhadap lingkungan hidup.
Permasalahan terjadi baik di badan perairan umum, tanah maupun udara yang
ketiganya merupakan sumber media penerima bahan pencemaran. Dengan
berkembangnya kesadaran dunia akan pentingnya kesehatan lingkungan maka
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
117/298
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
118/298
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
119/298
Sumber-sumber utama emisi Gas Rumah Kaca (GRK) yang tercakup dalam
inventarisasi emisi GRK dari kegiatan pengelolaan limbah mencakup kategori
pengelolaan limbah berdasarkan IPCC Guideline 2006 sebagaimana disampaikanpada Gambar 1.1 (Buku II Metode Perhitungan Tingkat Emisi GRK Kegiatan
Pengelolaan Limbah, Pedoman Penyelenggaraan Inventarisasi GRK Nasional).
Catatan: Penomoran 4 pada gambar sesuai dengan penomoran pada IPCC 2006 GLs
-
7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan
120/298
APBN/APBD, dan peran serta masyarakat yang minim merupakan komponen
yang menyebabkan pengelolaan sampah berjalan pada trek minimal.
Beberapa perma
top related