rad-grk sumatera selatan

Upload: vitha-yahusin

Post on 09-Feb-2018

248 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    1/298

    Pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk menurunkan emisi Gas Rumah

    Kaca (GRK) pada tahun 2020 sebesar 26% dengan upaya sendiri jika dibandingkan dengan

    garis dasar pada kondisi Bisnis Seperti Biasa (BAU baseline) dan sebesar 41% apabila ada

    dukungan internasional. Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-

    GRK) disusun sebagai tindak lanjut dari komitmen tersebut dan memberikan kerangka

    kebijakan dan pedoman bagi pemerintah pusat, pemerintah daerah, pemangku

    kepentingan dan pelaku usaha dalam pelaksanaanya untuk kurun waktu tahun 2010-2020.

    Perpres Nomor 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas

    Rumah Kaca (RAN-GRK) mengamanatkan kepada provinsi bertanggung jawab dalam

    penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) selambat-

    lambatnya 12 bulan sejak ditetapkannya Perpres RAN-GRK yang ditetapkan dengan

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    2/298

    Akhirnya kami sampaikan terima kasih dan penghargaan kepada Tim Penyusun

    yang berasal dari para Tim Ahli dan seluruh pihak terkait. Terima kasih pula kepada

    Bappenas dan JICA atas dukungan dana yang diberikan sehingga Rencana Aksi Daerah ini

    dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Semoga hasil kerja yang baik ini dapat

    memberikan sumbangsih dan manfaat yang lebih besar bagi semua pihak yang terkait.

    Palembang, 5 Oktober 2012

    Kepala Bappeda Sumatera Selatan,

    Yohannes H. Toruan

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    3/298

    Penanggungjawab : Gubernur Sumatera Selatan

    Ketua : Sekretaris Daerah Provinsi Sumsel

    Sekretaris : Kepala BAPPEDA Provinsi Sumsel

    Tim AhliKoordinator : Budhi Setiawan, Ph.D

    Anggota : 1. Sabaruddin, Ph.D (Sektor Pertanian)

    2. Febrian Hadinata, ST, MT (Sektor Limbah)

    3. Dr. M. Faizal (Sektor Energi)

    4 P f D E ik B h (S kt T t i)

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    4/298

    DAFTAR ISI

    BAB I PENDAHULUAN 1

    1.1 Latar Belakang 1

    1.2 Tujuan 2

    1.3 Keluaran 2

    1.4 Dasar Hukum 2

    1.5 Kerangka Waktu Penyusunan 3

    BAB II PROFIL DAERAH DAN PERMASALAHAN EMISI GRK 42.1 Profil dan Karakteristik Daerah 4

    2.1.1 Kondisi Geografis dan Administrasi 4

    2.1.2 Klimatologi 4

    2.1.3 Topografi 6

    2.1.4 Geologi 6

    2.1.5 Penutupan Lahan 8

    2.1.6 Penduduk 102.1.7 Potensi Sumber Daya Alam 13

    A. Kawasan Gambut 13

    B. Hutan 14

    C. Sumberdaya Air 14

    D. Mineral dan Energi 16

    2.1.8 Potensi Ekonomi 20

    2 2 P P i it D h 30

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    5/298

    1) Penghitungan Emisi CO2 untuk kota Palembang 90

    2) Perhitungan Emisi CO2 Sumatera Selatan 91

    2.3.5 Sumber Emisi Sektor Industri 96

    2.3.6 Sumber Emisi Sektor Sampah/Sampah 100

    a. Sampah Domestik 101

    b. Limbah Cair Domestik 107

    c. Limbah Industri 111

    BAB III PEMBAGIAN URUSAN DAN RUANG LINGKUP 116

    3.1. Pembagian Urusan 116

    3.2. Ruang Lingkup Daerah 121

    3.2.1 Sektor Pertanian 121

    3.2.2 Sektor kehutanan dan lahan gambut 121

    3.2.3 Sektor berbasis energi 121

    3.2.4 Sektor Sampah/Limbah 122

    BAB IV ANALISIS EMISI GAS RUMAH KACA PROVINSI SUMATERA SELATAN 123

    4.1 BAU-Baseline Emisi Gas Rumah Kaca 123

    4.1.2 Pertanian 123

    a. Budidaya Padi 123

    b. Pembakaran Limbah Pertanian 125

    c. Peternakan 131

    4.1.2 Kehutanan dan Lahan Gambut 135

    4.1.3 Energi 135

    a. Emisi CO2 dari PLTU 136

    b E i i CO2 d i PLTD ilik PLN 136

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    6/298

    4.2.3 Energi 179

    a. Usulan Aksi Mitigasi 180

    4.2.4 Transportasi 181

    a. Skenario Penurunan Emisi CO2 Kota Palembang 182

    b. Scenario Penurunan Emisi CO2 Sumatera Selatan 183

    4.2.5 Industri 187

    4.2.6 Sampah/Limbah 191

    a. Kelompok Rencana Aksi Mitigasi -1: ProgramPenyusunan Perencanaan Pengelolaan Persampahan

    191

    b. Kelompok Rencana Aksi Mitigasi -2: Program MinimasiSampah dengan prinsip 3R 192

    c. Kelompok Rencana Aksi Mitigasi -3: ProgramPeningkatan Sarana-Prasarana Persampahan

    197

    d. Kelompok Rencana Aksi Mitigasi -4: ProgramPeningkatan Pengelolaan Gas Sampah

    200

    e. Kelompok Rencana Aksi Mitigasi -5: ProgramPenyusunan Perencanaan Pengelolaan Air Limbah

    201

    f. Kelompok Rencana Aksi Mitigasi -6: Program

    Pembangunan prasarana Waste Water TreatmentPemukiman

    201

    g. Kelompok Rencana Aksi Mitigasi -7: ProgramPengelolaan Badan Air

    203

    h. Kelompok Rencana Aksi Mitigasi -9: ProgramPemberdayaan Kesehatan Lingkungan dan Masyarakat

    203

    i. Kelompok Rencana Aksi Mitigasi-10: Program Inventoridan Pengelolaan Limbah Industri

    204

    j. Kelompok Rencana Aksi Mitigasi -11: ProgramM it i d E l i

    205

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    7/298

    5.2.4 Transportasi 255

    5.2.5 Industri 256

    5.2.6 Sampah/Limbah 257

    5.3 Penyusunan Jadwal Implementasi 260

    5.3.1 Pertanian 260

    5.3.2 Kehutanan dan Lahan Gambut 261

    5.3.3 Energi 263

    5.3.4 Transportasi 263

    5.3.5 Industri 264

    5.3.6 Sampah/Limbah 265

    BAB VI MONITORING DAN EVALUASI 267

    6.1. Monitoring 267

    6.2. Evaluasi 268

    BAB VII PENUTUP 271

    7.1 Kesimpulan 271

    7.2 Saran 276

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    8/298

    DAFTAR TABEL

    Tabel II.1 Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Selatan Menurut Kabupaten/Kota Tahun

    2004-2010

    10

    Tabel II.2 Proyeksi Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera

    Selatan Tahun 2015-2030

    12

    Tabel II.3 Proyeksi Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera

    Selatan Tahun 2015-2030

    12

    Tabel II.4 Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Sumatera Selatan Atas Dasar Harga

    Berlaku Menurut Lapangan Usaha (juta rupiah) Tahun 2003-2008

    21

    Tabel II.5 Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Sumatera Selatan Atas Dasar Harga

    Konstan Menurut Lapangan Usaha (juta rupiah) Tahun 2003-2008

    22

    Tabel II.6 Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Provinsi

    Sumatera Selatan Tahun 2003-2008 (%)

    23

    Tabel II.7 Distribusi PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Provinsi

    Sumatera Selatan Tahun 2003-2008 (%)

    24

    Tabel II.8 Kontribusi kelompok Sektor Primer, Sekunder, dan Tersier di Provinsi Sumatera

    Selatan Tahun 2003-2008 (%)

    25

    25

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    9/298

    Tabel II.19 Faktor Emisi Karbon Diatas Permukaan Tanah67

    Tabel II.20 Faktor Emisi Karbon dari Lahan Gambut menggunakan model Hooijer, et.al.,

    2010 yang dimodifikasi

    68

    Tabel II.21 Emisi GRK pada masingmasing zonasi tutupan lahan 69

    Tabel II.22 Emisi CO2Baseline pada PLTU Provinsi Sumatera Selatan 71

    Tabel II.23 Emisi CO2Baseline pada PLTD Provinsi Sumatera Selatan 71

    Tabel II.24 Faktor Emisi Bahan Bakar 72

    Tabel II.25 Penjualan BBM di Sumsel (2004-2010) menurut jenis konsumen 73

    Tabel II.26 Emisi Co2berdasarkan Jenis Konsumen 73

    Tabel II.27 Jumlah Pemakaian Gas Batu Bara dan Diesel pada Pembangkit Listrik Bukit

    Asam dan Keramasan

    74

    Tabel II.28 Emisi CO2 eq Baseline pada Pembangkit Listrik Bukit Asam dan Keramasan. 74

    Tabel II.29 Daftar PLTG milik PLN pada Februari 2012 74

    Tabel II.30 Emisi CO2Baseline PLTG Sumatera Selatan 75

    Tabel II.31 Emisi CO2dari Lima Pembangkit PLTG, PLTMG Swasta 77

    Tabel II.32 Asumsi Jumlah Pemakain Kayu Bakar dan Emisi CO2 yang dihasilkan 78

    Tabel II.33. Penggunaan Energi Transportasi menurut moda, tahun 2004 dan 2025 80

    Tabel II.34 Jumlah Kendaraan Terdaftar 82

    T b l II 35 P k i J l h BBM Ti K d 83

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    10/298

    propinsi Sumatera Selatan.

    Tabel II.49 Kontribusi emisi GRK dari sektor industri di Indonesia 99

    Tabel II.50 Data emisi CO2dari enam industri potensial penghasil emisi di Propinsi

    Sumatera Selatan (tahun 2010 dan 2012)

    100

    Tabel II.51. Komposisi Sampah Domestik Sumsel di TPA 103

    Tabel II.52. Dry atter Content Sampah Domestik Sumsel di TPA 104

    Tabel II.53. TPA di Wilayah Sumatera Selatan 104

    Tabel II.54 Industri CPO di wilayah Sumatera Selatan 113Tabel II.55 Industri Crum Rubber di wilayah Sumatera Selatan 113

    Tabel II.56. Industri (bukan CPO dan Crum Rubber) di wilayah Sumsel 114

    Tabel II.57 Rekapitulasi Potensi Emisi GRK Sumsel dan Permasalahannya 114

    Tabel II.58. Rekapitulasi Identifikasi Awal Sumber Emisi Sektor Limbah Sumatera Selatan 115

    Tabel II.59. Status Emisi GRK Sumsel Sektor Pengelolaan Limbah Domestik pada Tahun

    2010

    115

    Tabel III.1 Pembagian Kewenangan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi, dan

    Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota berdasarkan Peraturan Pemerintah No 38

    Tahun 2007

    116

    Tabel III.2.Keterkaitan Bidang Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca pada RAN dengan

    Pembagian Urusan Pemerintahan

    118

    T b l III 3 P b i U b d k T P k k d F i d i K l k 119

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    11/298

    Tabel IV.13. Komposisi dan Dry Matter Content Sampah Domestik Sumsel 149

    Tabel IV.14. Estimasi dan Proyeksi Volume Sampah Sumsel per Tahun dari 2010 s.d 2020 152

    Tabel IV.15 Rekapitulasi Aktifitas Pengangkutan, Pembuangan Sampah Sembarangan,

    Komposting dan Open Burning (2010)

    153

    Tabel IV.16 Estimasi dan Proyeksi (BAU) Volume Sampah Sumsel Masuk ke TPA dari

    2010 s.d 2020

    154

    Tabel IV.17 Estimasi dan Proyeksi (BAU) Sampah Terolah dari 2010 s.d 2020 154

    Tabel IV.18 Rekapitulasi Sampah Open Dumping, Open burning dan terolah/dikomposkan

    (BAU).

    155

    Tabel IV.19 Hasil Estimasi Emisi GRK dari aktifitas Open Dumping (BAU). 156

    Tabel IV.20 Estimasi-Proyeksi Emisi GRK Sumsel dari Aktifitas Open Burning (BAU). 156

    Tabel IV.21 Estimasi-Proyeksi Emisi GRK Sumsel dari Aktifitas Pengomposan Sampah

    Domestik( BAU).

    157

    Tabel IV.22 Rekapitulasi Estimasi dan Proyeksi Emisi GRK Sumsel dari sektor Sampah(

    BAU).

    158

    Tabel IV.23 Potensi Emisi CH4 dan N2O untuk Air Limbah, Pengolahan Lumpur, dan Sistem

    Pembuangan Air Limbah Domestik di Sumatera Selatan

    159

    Tabel IV.24. Potensi Emisi GRK dari Limbah Cair Domestik di Sumsel 159

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    12/298

    Tabel IV.39. Skenario Penurunan Emisi CO2 mengikuti target nasional 26 % dan 41 % 187

    Tabel IV.40.Rencana Pembangunan TPST 195

    Tabel IV.41. Penurunan Emisi Aksi Mitigasi-1 s.d 2020 197

    Tabel IV.42 Penurunan Emisi dari Aksi Rehabilitasi/Pembangunan TPA Semi-Aerobic 198

    Tabel IV.43 Daftar dan Rencana Rehabilitasi TPA di Sumatera Selatan 199

    Tabel IV.44 Biaya Operasional dan Maintenance TPA Semi-aerobic Skema Mitigasi-3 200

    Tabel IV.45 Penurunan emisi dari flaring gas di TPA I Sukawinatan Palembang 201

    Tabel IV.46 Trendline Penurunan Emisi dari Aksi Migrasi Pit-Latrin ke Septic Tank 203Tabel IV.47 Estimasi Penurunan Emisi Kelompok Aksi Mitigasi-9 204

    Tabel IV.48. Rekapitulasi Penurunan Emisi 206

    Tabel IV.49. Prioritas strategi mitigasi Pertanian GRK di Provinsi Sumatera Selatan 207

    Tabel IV.50 Matriks RADGRK Sektor Pertanian 208

    Tabel IV.48 Matriks Skala Prioritas Sektor Pertanian 211

    Tabel IV.52 Matriks RADGRK Sektor Kehutanan dan Lahan Gambut 212Tabel IV.53 Matriks Skala Prioritas Sektor Kehutanan dan Lahan Gambut 213

    Tabel IV.54 Matriks RADGRK Sektor Energi 215

    Tabel IV.55 Matriks Skala Prioritas Sektor Energi 217

    Tabel IV.56 Matriks RADGRK Sektor Transportasi 219

    Tabel IV.57 Matriks RADGRK sektor Industri 224

    T b l IV 58 M t ik Sk l P i it S kt I d t i 226

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    13/298

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Peta Administrasi Propinsi Sumatera Selatan 4

    Gambar 2.2 Perbandingan pola spasial antara pengamatan dan proyeksi curah hujan

    diatas wilayah Sumatera Selatan.

    5

    Gambar 2.3 Peta Geologi Provinsi Sumatera Selatan 8

    Gambar 2.4 Persentase Tutupan lahan Eksisting di Provinsi Sumatera Selatan (Sumber :

    Dokumen RTRW Provinsi Sumatera Selatan)

    9

    Gambar 2.5 Peta Tutupan lahan Eksisting tahun 2010 Provinsi Sumatera Selatan (Sumber:

    Dokumen RTRW Provinsi Sumatera Selatan)

    9

    Gambar 2.6 Peta Distribusi Penduduk Provinsi Sumatera Selatan (2010) 11

    Gambar 2.7 Peta Kepadatan Penduduk Provinsi Sumatera Selatan (2010) 11

    Gambar 2.8 Peta Sebaran Lahan Gambut di Provinsi Sumatera Selatan (Sumber: Dokumen

    RTRW Provinsi Sumatera Selatan)

    13

    Gambar 2.9 Peta Sebaran Kawasan Hutan Provinsi Sumatera Selatan (Sumber: Dokumen

    RTRW Provinsi Sumatera Selatan)

    14

    Gambar 2.10 Peta Cekungan Air Tanah Provinsi Sumatera Selatan (Sumber: Dokumen

    RTRW Provinsi Sumatera Selatan)

    16

    G b 2 11 P t S b K P t b di P i i S t S l t 20

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    14/298

    Gambar 2.21.Historis emisi CH4akibat pembakaran biomassa tebu sebelum panen di

    Provinsi Sumatera Selatan (2005-2011)

    53

    Gambar 2.22. Historis emisi N2O akibat pembakaran biomassa tebu sebelum panen di

    Provinsi Sumatera Selatan (2005-2011)

    53

    Gambar 2.23. Historis emisi CH4asal enteric fermentationternak besar utama di Provinsi

    Sumatera Selatan (2005-2012)

    55

    Gambar 2.24. Historis emisi CH4asal kotoran ternak asal sistem pengelolaan kotoran

    ternak besar utama di Provinsi Sumatera Selatan (2005-2012)

    57

    Gambar 2.25. Historis total emisi N2O secara langsung asal kotoran ternak pada berbagai

    sistem pengelolaan kotoran ternak besar utama di Provinsi Sumatera Selatan

    (2005-2011)

    59

    Gambar 2.26. Historis total emisi N secara tidak langsung melalui volatilisasi NH3dan NOx

    asal kotoran ternak pada berbagai sistem pengelolaan kotoran ternak besar utama

    di Provinsi Sumatera Selatan (2005-2011)

    62

    Gambar 2.27. Historis total emisi N2O secara tidak langsung melalui volatilisasi asal

    kotoran ternak pada berbagai sistem pengelolaan kotoran ternak besar utama di

    Provinsi Sumatera Selatan (2005-2011)

    63

    Gambar 2.28 Peta Tutupan Lahan Tahun 2006 (kiri) dan 2011 (kanan) Provinsi Sumatera

    Selatan (Sumber : Baplan)

    64

    G b 2 29 P t S b G b t di P i i S t S l t 66

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    15/298

    Gambar 2.42 Salah satu upaya rehabilitasi TPA dari open dumping menuju semi-aerobic

    landf i l ldi TPA Bukit Kancil, Muara Enim, Sumsel

    106

    Gambar 2.43Tantangan dalam aspek peran serta masyarakat, belum siapnya masyarakat

    terlibat dalam minimasi sampah di sumber.

    107

    Gambar 2.44 53 % TPA di Sumsel diketahui telah memiliki bangunan pengomposan.

    Gambaran yang cukup baik untuk program mitigasi dengan minimasi sampah

    skala kota.

    107

    Gambar 2.45 Distribusi Pengolahan dan Pembuangan Air limbah domestik on-siteSumsel . 109

    Gambar 2.46 Baffled Septic Tank, salah satu upaya aplikasi teknologi untuk pengolahan air

    limbah domestik terpusat skala lingkungan yang sedang diuji coba di Palembang.

    110

    Gambar 2.47 Baffled Septic Tank, salah satu upaya aplikasi teknologi untuk pengolahan air

    limbah domestik terpusat skala lingkungan yang sedang diuji coba di Palembang

    110

    Gambar 2.48 Tantangan: Sistem Pembuangan Air Limbah (Domestik) menyatu dengansaluran drainase, berakhir di sungai atau retensi/rawa.

    111

    Gambar 4.1. Proyeksi BAU emisi CH4dari areal sawah di Provinsi Sumatera Selatan

    (2012-2020)

    125

    Gambar 4.2. Proyeksi emisi CO2asal pembakaran jerami padi di Provinsi Sumatera

    S l t (2012 2020)

    127

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    16/298

    Gambar 4.12. Proyeksi total emisi CH4asal ternak besar di Provinsi Sumatera Selatan

    (2012-2020)

    133

    Gambar 4.13. Proyeksi total emisi N2O secara langsung asal ternak besar di Provinsi

    Sumatera Selatan (2012-2020)

    134

    Gambar 4.14. Proyeksi total emisi N2O secara tidak langsung asal ternak besar di Provinsi

    Sumatera Selatan (2012-2020).

    134

    Gambar 4.15 Emisi BAU Baseline (REL) sektor Kehutanan dan Lahan Gambut Provinsi

    Sumatera Selatan

    136

    Gambar 4.16 Emisi BAUBaseline PLTD milik PLN 138

    Gambar 4.17 Prediksi Emisi CO2e dari penjualan BBM tahun 2011 sampai 2020 139

    Gambar 4.18 Emisi BAUBaseline Kayu Bakar 140

    Gambar 4.19 Proyeksi emisi CO2e total dari sektor energy di Provinsi Sumatera Selatan

    sampai 2020

    141

    Gambar 4.20 Grafik Penjualan BBM sampai tahun 2020 142

    Gambar 4.21 Grafik Emisi (Gg CO2 eq) dengan TIER 1 142

    Gambar 4.22 Grafik Penjualan BBM Solar pada Kendaraan Mobil, Bus, dan Truck 143

    Gambar 4.23 Grafik Penjualan BBM Premium pada Kendaraan Jenis Mobil dan Sepeda

    M t

    143

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    17/298

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    18/298

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    19/298

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Pemerintah Republik Indonesia telah berkomitmen untuk mengurangi emisi Gas

    Rumah Kaca (GRK) pada tahun 2020 sebesar 26% dengan upaya sendiri dan

    sebesar 41% dengan dukungan internasional. Komitmen ini disampaikan oleh

    Presiden Republik Indonesia dalam pertemuan G-20 di Pittsburg, Amerika Serikat

    pada bulan September 2009, dan dalam pertemuan Conference Of the Parties

    (COP) 15 di Copenhagen, Denmark pada bulan Desember 2009. Sebagai tindak

    lanjut dari komitmen tersebut maka Pemerintah menyusun Rencana Aksi Nasional

    Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) untuk memberikan pedoman bagi

    pemerintah pusat, pemerintah daerah, dunia usaha/swasta, dan masyarakat dalammelaksanankan berbagai kegiatan/program untuk mengurangi emisi GRK dalam

    periode tahun 2010-2020.

    Rencana aksi ini harus sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang

    (RPJP) 2005-2025 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2010-

    2014. RAN-GRK ini dikukuhkan dalam bentuk Perpres No. 61 Tahun 2011 tersebut

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    20/298

    Propinsi Sumatera Selatan dipilih sebagai salah satu propinsi yang akan menjadi

    sebagai Pilot Project penyusunan dokumen RAD-GRK. Di Sumatera Selatan,

    kegiatan yang berhubungan dengan perubahan iklim dan pengurangan emisi Gas

    Rumah Kaca, bukanlah sesuatu yang baru, karena Sumatera Selatan telah memiliki

    beberapa kegiatan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Seperti diketahui,

    Sumatera Selatan dalam kegiatan perubahan iklim telah memiliki program REDD+,

    NAMA, Inventarisasi GRK disektor persampahan, KRAPI (Kajian Risiko dan

    Adaptasi perubahan Iklim), dll. Sehingga kegiatan penyusunan RAD-GRK ini akan

    menyatukan semua kegiatan mitigasi yang pernah dilakukan di propinsi Sumatera

    Selatan.

    1.2 Tujuan

    Berdasarkan Peraturan Presiden No 61 Tahun 2011, kegiatan RAD-GRK bertujuan

    untuk menyusun dokumen kerja untuk pelaksanaan berbagai kegiatan yang secara

    langsung dan tidak langsung menurunkan emisi gas rumah kaca sesuai dengan

    target pembangunan daerah yang tertuang di RPJP (Rencana Pembangunan

    Jangka Panjang Daerah), RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah

    Daerah), RTRWP/K (Rencana tata Ruang Wilayah Propinsi/Kabupaten/Kota) dan

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    21/298

    d. Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindangan dan

    Pengelolaan Lingkungan Hidup.

    e. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Penguatan Peran

    Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat di Daerah.

    f. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 20102014.

    g. Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional

    Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca.

    h. Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan

    Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional.

    i. Draft Akhir RTRW Propinsi Sumatera Selatan

    1.5 Kerangka Waktu Penyusunan

    Menurut Undang Undang nomor 6i Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional

    Penurunan Gas Rumah Kaca yang menyatakan bahwa penyusunan RAD-GRK

    diselesaikan dan ditetapkan dengan peraturan gubernur paling lambat 12 (dua

    belas) bulan sejak ditetapkan Peraturan Presiden ini tanggal 20 September 2011.

    Berdasarkan hal tersebut maka penyusunan dokumen RAD-GRK propinsi

    Sumatera Selatan mempunyai batas waktu hingga bulan September tahun 2012.

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    22/298

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    23/298

    monsoonal dan dua jenis equatorial. Pengaruh topografi, lautan, dan pulau-pulau

    kecil dilepas pantai timur juga menambah kerumitan iklim di Sumatera Selatan.

    Berdasarkan hasil kajian Sain Basis (Hadi, 2011), pola iklim di Sumatera Selatan

    ditandai dengan perbedaan musim kering dan dua puncak curah hujan sekitar

    Desember dan Maret dengan curah hujan ratarata bulanan sekitar 250 mm. Suhu

    rata - rata bulanan dengan dua puncak kelihatan tertinggal satu bulan atau lebih

    dari equinoxes dengan nilai rata-rata sedikit diatas 27C. Sangat menarik untuk

    dicatat bahwasanya perbedaan suhu diantara bulan terpanas (Mei) dan bulan

    terdingin ( Januari ) hanya sekitar 1C. Meskipun hasil ini kelihatannya memberikan

    indikasi bahwa iklim di Sumatera Selatan dapat dianggap tidak mengalami

    perubahan dalam kurun waktu seabad.

    Kejadian kekeringan di Sumatera Selatan adalah berkorelasi dengan kejadian El

    Nio kuat serta Dipole Mode (+). Dampak ENSO/ Dipole Mode terhadap kekeringan

    di Sumatera Selatan yang paling signifikan terjadi pada musim kemarau dan pada

    saat peralihan dari musim kemarau memasuki musim penghujan. Tingkat

    kekeringan kritis dapat juga diidentifikasi dari dry spell yaitu lamanya hari kering

    tanpa hujan. Panjang rata - rata dry spell gabungan untuk September-Oktober-

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    24/298

    2.1.3 Topografi

    Wilayah Provinsi Sumatera Selatan memiliki topografi yang bervariasi mulai dari

    daerah pantai, dataran rendah, dataran tinggi dan pegunungan. Wilayah pantai

    timur sebagian besar merupakan daerah rawa dan payau yang dipengaruhi oleh

    pasang surut air laut.

    Wilayah Provinsi Sumatera Selatan memiliki bentangan wilayah Barat-Timur

    dengan ketinggian antara 400-1.700 mdpl. Daerah dengan ketinggian antara 400-

    500 mdpl mencakup areal seluas 37 %. Wilayah barat merupakan wilayah

    pegunungan Bukit Barisan dengan ketinggian rata-rata antara 900-1.200 mdpl.

    Sedangkan kearah timur lahannya berbukit dan bergelombang. Pegunungan Bukit

    Barisan ini terdiri dari Puncak Gunung Seminung (1.964 mdpl), Gunung Dempo

    (3,159 mdpl), Gunung Patah (1.107 mdpl), dan Gunung Bungkuk (2.125 mdpl).

    Disebelah barat Bukit Barisan merupakan lereng.

    2.1.4 Geologi

    Menurut penafsiran modern, lempeng Samudera Hindia saat ini mengalami

    pergerakan di bawah Pulau Sumatera sebesar 6 cm per tahun. Pergerakan tersebut

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    25/298

    puncaknya dengan ledakan kawah Ranau dan pembentukan breksi, aliran lava dan

    abu tufa.Abu Vulkanik juga menutupi dataran Peneplain dimana material menutupi

    perkerasan erosi yang dapat diamati secara cepat disepanjang jalan Trans-

    Sumatera antara Muararupit dan Surulangun-Rawas.

    Tatanan Tektonik (Tectonic Sett ing)

    Berdasarkan tatanan tektoniknya (Tectonic Setting), wilayah Provinsi Sumatera

    Selatan menempati cekungan belakang busur Paleogen (Paleogene Back-Arc

    Basin)yang dikenal sebagai Cekungan Sumatera Selatan (South Sumatera Basin)

    di bagian timur, dan mendala busur vulkanik (volcanic arc) yang membentang

    secara regional di sepanjang Bukit Barisan bagian barat. Kedua mendala tektonik

    ini terbentuk akibat adanya interaksi menyerong (oblique) antara Lempeng

    Samudera Hindia di barat daya dan Lempeng Benua Eurasia di timur laut pada

    tersier (Malod, 1995. Hall, 1997 dan 2002). Pertemuan kedua lempeng bumi

    tersebut terletak di sepanjang Parit Sunda (Sunda Trench) yang berada di lepas

    Pantai Barat Sumatera, dimana lempeng samudera menyusup dengan penunjaman

    miring -300(Fith, 1970)dibawah kontinen yang dikenal sebagai Paparan Sunda atau

    Sundaland(de Coster, 1974).

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    26/298

    litologi penyusun stratigrafi cekungan Sumatera Selatan telah pula mengontrol

    penyebaran sumberdaya energi fosil non fosil di wilayah ini.

    Batuan yang mendasari (Basement) Cekungan Sumatera Selatan merupakan

    kompleks batuan berumur pra-tersier, yang terdiri dari batu gamping, andesit,

    granodiorit, pilit, kuarsit dan granit.

    a. Formasi Lahat terdiri dari endapan tufa, aglomerat, breksi tufan, andesit, serpih,

    batu lanau, batu pasir dan batubara.

    b. Formasi Talang Akar terdiri dari batu pasir berukuran butir kasar-sangat kasar,

    serpih, batu lanau dan batubara.

    c. Formasi Baturaja terdiri dari batu gamping terumbu, serpih gampingan dan napal

    atau batu lempung gampingan.

    d. Formasi Baturaja terdiri dari serpih gampingan dan serpih lempungan.

    e. Formasi Air Benakat dengan penyusun utama batu pasir.f. Formasi Muara Enim terdiri dari batu pasir, batu lanau, batu lempung dan

    batubara.

    g. Formasi Kasai terdiri dari batu pasir tufaan dan tufa.

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    27/298

    Gambar 2.4 Persentase Tutupan lahan Eksisting di Provinsi Sumatera Selatan(Sumber : Dokumen RTRW Provinsi Sumatera Selatan)

    Jenis penggunaan lahan semak belukar merupakan jenis penggunaan yang cukup

    luas di Provinsi Sumatera Selatan yaitu 1.696.092 Ha (18,48%). Hal ini

    menunjukkan masih cukup luasnya lahan non produktif yang masih dapat

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    28/298

    2.1.6 Penduduk

    Jumlah penduduk di Provinsi Sumatera Selatan dari tahun 2004 hingga tahun 2010

    terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 tercatat bahwa jumlah penduduk di

    Provinsi Sumatera Selatan sebanyak 7.446.401 jiwa, dimana jumlah penduduk

    Provinsi Sumatera Selatan pada tahun sebelumnya yaitu tahun 2007 sebanyak

    7.019.984 jiwa, dan 6.628.416jiwa pada tahun 2004.

    Tabel II.1. Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Selatan Menurut

    Kabupaten/Kota Tahun 2004-2010

    NoKabupaten/

    Kota

    Jumlah Penduduk (%)

    20102004 2005 2006 2007 2008 2009* 2010**

    1 OKU 1.112.854 255.246 259.292 262.383 264.743 332.945 323.420 4,34

    2 OKI 1.000.152 656.828 672.192 685.296 696.505 654.813 726.659 9,76

    3 Muara Enim 621.876 632.222 649.691 656.318 660.906 754.708 717.717 9,64

    4 Lahat 541.895 545.754 550.478 553.093 340.555 410.645 370.146 4,97

    5 Musi Rawas 465.682 474.430 484.281 492.437 498.592 642.745 524.919 7,05

    6 Musi Banyuasin 455.739 469.175 484.245 497.864 510.387 623.588 562.584 7,56

    7 Banyuasin 712.813 733.828 757.398 778.627 798.360 748.161 749.107 10,06

    8 OKU Timur *** 556.010 557.843 571.577 329.071 683.776 609.715 8,19

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    29/298

    Gambar 2.6 Peta Distribusi Penduduk Provinsi Sumatera Selatan (2010)

    Kepadatan penduduk di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2010 adalah 78

    jiwa/km2. Kabupaten/kota dengan kepadatan penduduk>100 jiwa/km2 meliputi

    Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Ogan Ilir, Kota Palembang, Pagar Alam,

    Lubuk Linggau dan Prabumulih. Kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kota

    Palembang yaitu sekitar 3.627 jiwa/km2.Hal ini disebabkan karena Kota Palembang

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    30/298

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    31/298

    No Kabupaten/KotaTahun (Jiwa/Km

    2)

    2015 2020 2025 2030

    8 OKU Timur 187 203 218 2349 OKU Selatan 61 65 69 73

    10 Ogan Ilir 147 156 165 174

    11 Empat Lawang 103 108 113 118

    12 Palembang 3609 4153 4691 5224

    13 Pagar Alam 206 225 243 262

    14 Lubuk Linggau 532 594 656 718

    15 Prabumulih 404 469 533 597

    Total 85 93 102 111

    Sumber : Dokumen RTRW, 2010.

    2.1.7 Potensi Sumber Daya Alam

    A. Kawasan Gambut

    Wilayah Provinsi Sumatera Selatan memiliki kawasan bergambut seluas 1,42

    juta ha atau 15,46 % dari luas wilayah. Dengan luasan seperti ini menjadikan

    Provinsi Sumatera Selatan sebagai provinsi terluas kedua di Pulau Sumatera(setelah Provinsi Riau) yang memiliki kawasan gambut. Dilihat dari

    ketebalannya, kawasan gambut di Provinsi Sumatera Selatan memiliki

    ketebalan yang bervariasi antara 50 - 400 cm atau termasuk kategori dangkal

    hingga dalam. Namun demikian 96,8 % termasuk gambut dangkal hingga

    sedang, sisanya 3,2 % atau 45.009 ha merupakan gambut dalam yang

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    32/298

    B. Hutan

    Provinsi Sumatera Selatan memiliki sumberdaya hutan yaitu seluas

    3.829.522,435 ha atau sekitar 41,73 % dari luas Provinsi Sumatera Selatan.

    Namun pada saat ini dengan potensi sumberdaya hutan yang dimiliki Provinsi

    Sumatera Selatan yang tidak dibarengi dengan kontrol dari pengelolaan

    kawasan hutan mengakibatkan sering terjadinya penebangan kayu liar dan

    perambahan hutan. Selain itu Provinsi Sumatera Selatan merupakan salah satu

    provinsi di Indonesia yang rentan terhadap bencana kebakaran hutan, baikyang disebabkan oleh manusia/masyarakat maupun yang disebabkan oleh

    musim kemarau. Dampak yang ditimbulkan dari kebakaran hutan di Provinsi

    Sumatera Selatan tidak hanya dirasakan oleh masyarakat di dalam Provinsi

    Sumatera Selatan saja, tapi dirasakan oleh masyarakat yang berada di wilayah

    provinsi yang berdekatan, bahkan hingga menimbulkan dampak internasional

    hingga ke negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    33/298

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    34/298

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    35/298

    status terbukti sebesar 448,2 MMSTB atau 10,7 % dari total cadangan

    terbukti minyak bumi nasional.

    Berdasarkan besarnya liftingyang terdapat di setiap derah penghasil, maka

    terdapat beberapa sentra akumulasi besar dari minyak bumi di Provinsi

    Sumatera Selatan, mulai dari yang terbesar sampai terkecil berturut-turut

    adalah Kabupaten Musi Banyuasin (48,50%), Kabupaten Muara Enim

    (24,04%), Kabupaten Musi Rawas (10,85%) dan Kabupaten Ogan Komering

    Ulu (5,69%). Wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi di 4 (empat)kabupaten tersebut dapat dikategorikan sebagai area prospek ekonomi

    tinggi.

    2. Gas Bumi

    Cadangan gas bumi di Provinsi Sumatera Selatan sebesar 24.179.980

    BSCF. Bila dibandingkan dengan cadangan gas bumi nasional yaitu185.797.870 BSCF, maka rasio potensi gas bumi Provinsi Sumatera Selatan

    terhadap cadangan gas bumi nasional adalah 13,01%. Ada 2 (dua) sentra

    akumulasi besar dari gas alam di Provinsi Sumatera Selatan apabila dilihat

    berdasarkan liftinggas buminya, yaitu Kabupaten Musi Banyuasin (48,41%)

    dan Kabupaten Musi Rawas (39,21%). Wilayah kerja pertambangan gas

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    36/298

    dimanfaatkan juga untuk memenuhi kebutuhan pabrik semen dan industri

    lain (baja, smelter dan lain-lain).Pada tahun 2009 penjual batubara

    mencapai 12.561.564 ton yang terdiri dari 7.547.714 ton dijual di dalam

    negeri dan 4.416.311 ton dijual ke luar negeri.

    4. Gas Metana(Coal Bed Methane/CBM)

    Gas metana adalah gas yang terdapat didalam lapisan batubara. Pada

    umumnya gas metana berasosiasi dengan gas CO2, N2 dan air. Wilayah

    Provinsi Sumatera Selatan memiliki daerah prospektif seluas 20.000 km2

    atau 27,03 % dari luas daerah prospektif di Indonesia. Sedangkan potensi

    sumberdaya gas metana di Provinsi Sumatera Selatan sebesar 120 TCF.

    Gas metana dapat digunakan untuk keperluan gas domestik, pembangkit

    listrik dan bahan baku untuk industri kimia. Peralatan dan infrastruktur yang

    diperlukan dalam pemanfaatan gas metana adalah sama dengan yang

    dipergunakan untuk gas bumi, sehingga di masa mendatang apabila gas

    CBM telah diproduksi, maka dapat langsung disalurkan pada jaringan

    pemipaan gas bumi yang telah tersedia.

    5. Panas Bumi (Geothermal)

    Panas bumi merupakan energi terbarukan yang ramah lingkungan. Energi

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    37/298

    6. Energi Air

    Provinsi Sumatera Selatan memiliki sumberdaya air yang sangat potensial

    untuk dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik, namun hingga saat ini

    pemanfaatan potensi energi air untuk pembangkit listrik di Provinsi Sumatera

    Selatan belum dikembangkan secara optimal. Hal ini merupakan peluang

    yang besar untuk diversifikasi energi.

    Di Provinsi Sumatera Selatan terdapat potensi sumberdaya air untuk

    Pembangkit Listrik Mini Hidro (PLTMH) yang tersebar di 5 (lima)kabupaten/kota, yaitu Kabupaten Lahat, Musi Rawas, OKU Selatan, Muara

    Enim dan Kota Pagar Alam. Total daya yang dapat dihasilkan dari

    sumberdaya air yang terdapat di 5 (lima) kabupaten/kota tersebut sekitar

    8.506,08 KW. Namun hingga saat ini potensi sumberdaya air yang ada

    tersebut belum dimanfaatkan secara optimal untuk kebutuhan energi listrik di

    Provinsi Sumatera Selatan. Hal ini dapat dilihat dari daya terpasang pada

    Pembangkit Listrik Mini Hidro (PLTMH) yang baru mencapai 310 KW atau

    3,64 % dari potensi total daya yang ada di Provinsi Sumatera Selatan.

    Selain potensi sumberdaya air untuk PLTMH, di Provinsi Sumatera Selatan

    juga memiliki sumberdaya air yang dapat dimanfaatkan sebagai Pembangkit

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    38/298

    2.1.8 Potensi Ekonomi

    Pembangunan ekonomi pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup

    masyarakat, memperluas lapangan kerja, memeratakan pembagian pendapatan

    masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan mengusahakan

    pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier.

    Dengan perkataan lain, arah pembangunan ekonomi adalah mengusahakan agar

    pendapatan masyarakat meningkat secara mantap dan dengan tingkat pemerataan

    yang sebaik mungkin.

    A. Struktur dan Laju Pertumbuhan Ekonomi

    Struktur ekonomi wilayah Provinsi Sumatera Selatan dapat dilihat dari besaran

    distribusi persentase sektoral. Distribusi persentase PDRB sektoral

    menunjukkan peranan masing-masing sektor dalam sumbangannya terhadapPDRB secara keseluruhan. Semakin besar persentase suatu sektor, semakin

    besar pula pengaruh sektor tersebut di dalam perkembangan ekonomi wilayah.

    Sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor dengan kontribusi

    terbesar dalam PDRB Provinsi Sumatera Selatan. Namun perkembangan

    kontribusi sektor ini cenderung menurun selama periode tahun 2003-2008.

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    39/298

    ekonomi pada tahun 2008 adalah kegiatan ekonomi primer 43,36%, ekonomi

    sekunder 25,53%, dan ekonomi tersier 31,10%. Dari angka tersebut di atas,

    maka Provinsi Sumatera Selatan didominasi oleh kelompok kegiatan sektor

    primer, yaitu pertanian dan pertambangan. Dominasi tersebut terjadi sejak

    tahun 2003 hingga tahun 2008.

    Tabel II.4. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Sumatera Selatan Atas

    Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (juta rupiah) Tahun2003-2008

    No Lapangan UsahaTahun

    2003 2004 2005 2006 2007 2008

    1 PERTANIAN 11.111.295 12.495.630 14.358.881 17.300.120 20.080.335 22.965.527

    a.Tanaman Bahan Makanan 2.687.544 2.925.392 3.417.772 4.299.814 5.113.040 5.777.636

    b.Tanaman Perkebunan 4.882.162 5.544.702 6.464.934 7.452.310 8.504.813 9.560.085

    c.Peternakan 869.214 975.112 1.054.465 1.251.997 1.543.626 1.928.279

    d.Kehutanan 901.976 997.983 1.149.021 1.563.352 1.868.394 2.258.354

    e.Perikanan 1.770.399 2.052.441 2.272.689 2.732.647 3.050.462 3.441.173

    2 PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 13.221.726 16.051.383 23.247.361 25.060.662 27.412.484 34.007.690

    a.Minyak dan Gas Bumi 10.866.322 13.398.664 20.230.806 21.532.737 23.375.542 29.351.296

    b.Pertambangan Tanpa Migas 1.592.349 1.798.463 2.056.366 2.359.360 2.613.043 2.906.621

    Penggalian 763.055 854.256 960.189 1.168.565 1.423.899 1.749.773

    3 INDUSTRI PENGOLAHAN 12.450.539 13.711.349 17.867.383 22.286.619 25.305.859 30.755.546

    a.Industri Migas 4.958.738 5.449.945 8.574.029 10.895.958 11.614.895 15.212.769

    b.Indutri Tanpa Migas 7.491.801 8.261.404 9.293.354 11.390.661 13.690.964 15.542.777

    1. Makanan. Minuman dan Tembakau 3.547.557 3.976.623 4.425.410 5.361.688 6.474.759 7.287.132

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    40/298

    No Lapangan UsahaTahun

    2003 2004 2005 2006 2007 2008

    9 JASA-JASA 4.305.340 4.972.017 5.672.353 6.946.853 8.536.735 10.997.375

    a. Pemerintahan Umum 2.722.395 3.261.621 3.809.152 4.862.807 6.138.385 8.198.517

    b. Swasta 1.582.945 1.710.396 1.863.201 2.084.046 2.398.350 2.798.858

    1. Sosial Kemasyarakatan 671.542 746.235 829.171 940.362 1.098.732 1.309.626

    2. Hiburan & Rekreasi 16.758 17.836 19.940 22.493 25.095 28.222

    3. Perorangan & Rumahtangga 894.645 946.325 1.014.090 1.121.191 1.274.523 1.461.010

    TOTAL 55.938.675 64.319.375 81.531.510 95.928.763 109.895.707 133.358.882

    Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan, 2009

    Tabel II.5. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Sumatera Selatan Atas

    Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha (juta rupiah) Tahun

    2003-2008

    No Lapangan usahaTahun

    2003 2004 2005 2006 2007 2008

    1 PERTANIAN 8.725.687 9.261.544 9.805.678 10.437.334 11.113.699 11.567.788

    a.Tanaman Bahan Makanan 2.050.621 2.220.002 2.323.232 2.446.207 2.632.452 2.770.461

    b.Tanaman Perkebunan 3.876.578 4.118.864 4.441.783 4.830.883 5.183.054 5.422.696

    c.Peternakan 662.363 696.608 726.980 769.461 816.210 858.351

    d.Kehutanan 836.940 874.268 907.403 931.358 934.675 921.978e.Perikanan 1.299.185 1.351.802 1.406.280 1.459.425 1.547.308 1.594.302

    2 PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 13.220.709 13.274.424 13.330.108 13.377.903 13.411.653 13.616.652

    a.Minyak dan Gas Bumi 11.234.705 11.194.260 11.164.036 11.123.845 11.068.208 11.188.175

    b.Pertambangan Tanpa Migas 1.407.290 1.466.959 1.514.787 1.556.141 1.590.532 1.638.414

    Penggalian 578.714 613.205 651.285 697.917 752.913 790.063

    3 INDUSTRI PENGOLAHAN 7.942.045 8.408.110 8.807.199 9.273.621 9.801.805 10.136.764

    a.Industri Migas 2.201.971 2.181.052 2.151.826 2.119.979 2.087.757 2.114.175

    b.Indutri Tanpa Migas 5.740.074 6.227.058 6.655.373 7.153.642 7.714.048 8.022.589

    1. Makanan. Minuman dan Tembakau 2.705.126 2.959.678 3.214.506 3.509.276 3.844.151 4.042.828

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    41/298

    No Lapangan usahaTahun

    2003 2004 2005 2006 2007 2008

    9 JASA-JASA 3.235.779 3.353.552 3.578.911 3.861.690 4.211.579 4.689.418

    a. Pemerintahan Umum 1.908.892 1.947.437 2.077.473 2.249.280 2.461.461 2.729.434

    b. Swasta 1.326.887 1.406.115 1.501.438 1.612.410 1.750.118 1.959.984

    1. Sosial Kemasyarakatan 541.284 577.821 623.296 675.341 734.231 832.536

    2. Hiburan & Rekreasi 15.303 15.781 16.553 17.409 18.424 19.814

    3. Perorangan & Rumahtangga 770.300 812.513 861.589 919.660 997.463 1.107.634

    TOTAL 45.247.401 47.344.395 49.633.536 52.214.848 55.262.114 58.080.027

    Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan, 2009

    Tabel II.6. Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan PDRB Atas Dasar Harga

    Konstan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2003-2008 (%)

    NO LAPANGAN USAHA

    TAHUNRata-Rata

    2003-

    2004

    2004-

    2005

    2005-

    2006

    2006-

    2007

    2007-

    2008

    1 PERTANIAN 6,14 5,88 6,44 6,48 4,09 5,80

    a. Tanaman Bahan Makanan 8,26 4,65 5,29 7,61 5,24 6,21

    a. Tanaman Perkebunan 6,25 7,84 8,76 7,29 4,62 6,95

    b.Peternakan 5,17 4,36 5,84 6,08 5,16 5,32

    c. Kehutanan 4,46 3,79 2,64 0,36 -1,36 1,98

    d.Perikanan 4,05 4,03 3,78 6,02 3,04 4,18

    2 PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 0,41 0,42 0,36 0,25 1,53 0,59

    a.Minyak dan Gas Bumi -0,36 -0,27 -0,36 -0,50 1,08 -0,08

    b.Pertambangan Tanpa Migas 4,24 3,26 2,73 2,21 3,01 3,09

    c.Penggalian 5,96 6,21 7,16 7,88 4,93 6,43

    3 INDUSTRI PENGOLAHAN 5,87 4,75 5,30 5,70 3,42 5,00

    a.Industri Migas -0,95 -1,34 -1,48 -1,52 1,27 -0,80

    b.Indutri Tanpa Migas 8,48 6,88 7,49 7,83 4,00 6,94

    1. Makanan. Minuman dan Tembakau 9,41 8,61 9,17 9,54 5,17 8,38

    2. Tekstil. Brg. Kulit & Alas kaki 5,80 5,86 6,33 6,70 4,40 5,82

    3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 0,35 -0,75 -0,96 -1,01 -1,32 -0,74

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    42/298

    NO LAPANGAN USAHA

    TAHUNRata-

    Rata2003-

    2004

    2004-

    2005

    2005-

    2006

    2006-

    2007

    2007-

    2008

    b. Swasta 5,97 6,78 7,39 8,54 11,99 8,131. Sosial Kemasyarakatan 6,75 7,87 8,35 8,72 13,39 9,02

    2. Hiburan & Rekreasi 3,12 4,89 5,17 5,83 7,54 5,31

    3. Perorangan & Rumahtangga 5,48 6,04 6,74 8,46 11,05 7,55

    TOTAL 4,63 4,84 5,20 5,84 5,10 5,12

    Sumber : Hasil Analisis, 2010.

    Tabel II.7. Distribusi PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga

    Konstan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2003-2008 (%)

    NO LAPANGAN USAHATAHUN

    2003 2004 2005 2006 2007 2008

    1 PERTANIAN 19,28 19,56 19,76 19,99 20,11 19,92

    a. Tanaman Bahan Makanan 4,53 4,69 4,68 4,68 4,76 4,77

    b. Tanaman Perkebunan 8,57 8,70 8,95 9,25 9,38 9,34

    b.Peternakan 1,46 1,47 1,46 1,47 1,48 1,48

    c. Kehutanan 1,85 1,85 1,83 1,78 1,69 1,59

    d.Perikanan 2,87 2,86 2,83 2,80 2,80 2,75

    2 PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 29,22 28,04 26,86 25,62 24,27 23,44

    a.Minyak dan Gas Bumi 24,83 23,64 22,49 21,30 20,03 19,26

    b.Pertambangan Tanpa Migas 3,11 3,10 3,05 2,98 2,88 2,82

    c.Penggalian 1,28 1,30 1,31 1,34 1,36 1,36

    3 INDUSTRI PENGOLAHAN 17,55 17,76 17,74 17,76 17,74 17,45

    a.Industri Migas 4,87 4,61 4,34 4,06 3,78 3,64

    b.Indutri Tanpa Migas 12,69 13,15 13,41 13,70 13,96 13,81

    1. Makanan. Minuman dan Tembakau 5,98 6,25 6,48 6,72 6,96 6,96

    2. Tekstil. Brg. Kulit & Alas kaki 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14

    3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 1,79 1,71 1,62 1,53 1,43 1,34

    4. Kertas dan Barang Cetakan 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    43/298

    NO LAPANGAN USAHATAHUN

    2003 2004 2005 2006 2007 2008

    1. Sosial Kemasyarakatan 1,20 1,22 1,26 1,29 1,33 1,43

    2. Hiburan & Rekreasi 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,033. Perorangan & Rumahtangga 1,70 1,72 1,74 1,76 1,80 1,91

    Sumber : Hasil Analisis, 2010.

    Tabel II.8. Kontribusi kelompok Sektor Primer, Sekunder, dan Tersier di

    Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2003-2008 (%)

    N

    o Lapangan Usaha

    Tahun

    2003 2004 2005 2006 2007 2008

    A PRIMER 48,50 47,60 46,62 45,61 44,38 43,36

    1 Pertanian 19,28 19,56 19,76 19,99 20,11 19,92

    2 Pertambangan & Penggalian 29,22 28,04 26,86 25,62 24,27 23,44

    B SEKUNDER 24,78 25,26 25,43 25,61 25,74 25,53

    3 Industri Pengolahan 17,55 17,76 17,74 17,76 17,74 17,45

    4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,45 0,46 0,47 0,48 0,48 0,48

    5 Bangunan 6,78 7,04 7,22 7,37 7,52 7,6

    C TERSIER 26,70 27,15 27,95 28,80 29,88 31,10

    6 Perdagangan, Hotel & Restoran 12,42 12,61 12,95 13,29 13,69 13,95

    7 Pengangkutan & Komunikasi 3,56 3,8 4,04 4,25 4,59 4,97

    8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 3,57 3,66 3,75 3,86 3,98 4,11

    9 Jasa-jasa 7,15 7,08 7,21 7,4 7,62 8,07

    TOTAL 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

    Sumber : Hasil Analisis, 2010.

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    44/298

    Lahan Sawah di Tugumulyo

    Kabupaten Ogan Komering Ilir

    a.Peran dan Produksi Sektoral

    1) Pertanian

    Sektor pertanian di Wilayah Provinsi Sumatera Selatan dikelompokkan

    dalam sub sektor tanaman bahan makanan/pangan dan hortikultura, sub

    sektor perkebunan, sub sektor peternakan dan sub sektor perikanan.

    - Tanaman Pangan dan Holtikultura

    Sesuai dengan penetapan Provinsi

    Sumatera Selatan sebagai Lumbung

    Pangan, maka sektor pertanian

    khususnya sub sektor tanaman

    pangan dan hortikultura menempati

    prioritas utama untuk

    pengembangannya. Dari semua

    komoditi yang ada dan diusahakan oleh masyarakat, ada

    beberapa komoditi yang memliki potensi dan peluang yang cukup

    besar serta prospek yang cukup baik untuk dikembangkan, yaitu

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    45/298

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    46/298

    Kawasan Pertambangan BatubaraBukit Asam, Muara Enim

    2) Sektor Pertambangan dan Penggalian

    Sektor pertambangan dan penggalianmemiliki peranan yang sangat besar

    dalam perekonomian Provinsi

    Sumatera Selatan. Dalam komposisi

    PDRB dengan migas, distribusi sektor

    pertambangan dan penggalianmerupakan sektor dengan nilai

    distribusi tertinggi, yakni 33,24 % (atas dasar harga konstan) dari

    total PDRB Provinsi Sumatera Selatan tahun 2008. Sedangkan dalam

    komposisi PDRB tanpa migas, distribusi sektor pertambangan turun

    menjadi 5,18 % (atas dasar harga konstan) dari total PDRB Provinsi

    Sumatera Selatan tahun 2008.

    Provinsi Sumatera Selatan merupakan provinsi yang memiliki

    kekayaan sumberdaya alam fosil yang melimpah.Hal ini dapat

    dibuktikan dengan terdapatnya sekitar cadangan gas bumi 24.179,98

    BSCF di Provinsi Sumatera Selatan atau 13,01% dari total

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    47/298

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    48/298

    4 Penertiban, percetakan dan media 2 121 11.113

    5 Kimia dan Barang Kimia 4 5.200 1.523.015

    6 Karet, Barang Karet dan Plastik 21 3.899 4.084.617

    7 Barang Galian Bukan Logam 5 718 7.3298 Logam Dasar, Barang Logam, Mesin dan Perlengkapan 6 152 36.076

    9 Perangkutan 7 356 41.918

    10 Furnitur dan Industri Pengaolahannya 6 370 11.461

    Total 152 24.509 8.740.535

    Sumber : Provinsi Sumatera Selatan Dalam Angka, 2008.

    2.2 Program Prioritas Daerah

    Program pembangunan di propinsi Sumatera Selatan tersusun dalam

    beberapa rencana pembangunan mulai dari jangka panjang (RPJPD),

    menengah (RPJMD), rencana kerja pemerintah daerah (RKPD), dan

    rencana pembangunan di tingkat satuan kerja perangkat daerah yang

    disebut rencana strategis satuan kerja perangkat daerah (Renstra SKPD).

    Rencana rencana pembangunan tersebut harus terintegrasi dan

    berkelanjutan sehingga pembangunan yang dilakukan sesuai dengan

    sasaran.

    A. Rencana Pembangunan Jagka Panjang Daerah (RPJPD)

    Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) merupakan

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    49/298

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    50/298

    - Perbaikan derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan

    pemeriksaan dan pelayanan ibu dan bayi, peningkatan fasilitas

    melahirkan dan pemerataan keterseediaan paramedic beserta

    sarana kesehatannya

    - Perbaikan kualitas pemukiman dan perumahan melalui

    pemerataan penyediaan perumahan sehat sederhana beserta

    sarana air bersih dan drainase serta air limbah, dan perbaikan

    kawasan kumuh.c. Pembangunan yang berorientasi pada pemanfaatan sumberdaya

    yang berkelanjutan

    - Perbaikan pemanfaatan sumberdaya energy yang berwawasan

    lingkungan melalui mengidentifikasi kawasan lindung geologi

    dan kawasan budidaya secara geologis, perbaikan sistem

    pengelolaan energy dan teknologi energy, dan pemenuhan

    kecukupan cadangan energy.

    - Perencanaan dan penerapan tata ruang yang adil dan seimbang

    melalui penetapan pola lokasi kota kota, distribusi hirarki kota

    seimbang dalam setiap tingkatan, dan distrubusi fungsi kota

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    51/298

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    52/298

    - Menambah dukungan dana APBD untuk pengembangan dan

    memanfaatkan sumber energy terbarukan yang dapat menjamin

    ketersediaan energy dalam jangka panjang, baik regional

    maupun nasional

    6. Program Pembangunan Industri Pengolahan dan Manufaktur

    - Mendorong pembentukan klaster industri karet, kelapa sawit dan

    kopi.

    - Meningkatkan kapasitas dan keterpaduan produksi industri huludan hilir yang menunjang pembangunan ekonomi daerah

    berbasis klaster industri yang berkelanjutan.

    - Memperluas pasar (nasional dan internasional) seiring dengan

    peningkatan mutu produk atau komoditas unggulan daerah.

    - Membangun kemitraan strategis antara koperasi, serta usaha

    mikro, kecil, dan menengah (KUMKM) dengan usaha besar

    dalam rangka mengurangi tingkat pengangguran.

    7. Program Pengembangan Inovasi

    - Membangun inkubator bisnis dan teknologi untuk

    membangkitkan kreativitas masyarakat umum serta akademis

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    53/298

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    54/298

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    55/298

    Arah Kebijakan Kebijakan Umum SKPD Program Prioritas

    Kelautan dan

    Perikanan

    -Program Pengembangan

    Perikanan Budidaya

    -Program Pengembangan

    Perikanaan Tangkap

    -Program Optimalisasi

    Pengolahan dan Pemasaran

    Produksi Perikanan

    -Program Pemberdayaan

    Masyarakat Dalam

    Pengawasan dan

    Pengendalian Sumber Daya

    Kelautan dan Perikanan

    Peningkatan akses

    pada pembiayaan

    pertanian

    Membangun lembaga keuangan mikro

    agrobisnis pedesaan berbasis dana

    penguatan modal usaha kelompok dan

    kemitraan usaha

    Pertanian -Program Pengembangan

    Kelembagaan Usaha

    Perkebunan

    Pemantapan

    Ketahanan Pangan

    Pengendalian Pengkajian dan

    Pengembangan Aspek Ketahanan

    Pangan (Ketersediaan, Distribusi dan

    konsumsi Pangan

    Ketahanan

    Pangan

    -Program Peningkatan

    Kesejahteraan Petani

    -Program Peningkatan

    Ketahanan Pangan

    -Program Lumbung Pangan

    Melalui Desa Mandiri

    Pangan dan Pembangunan

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    56/298

    Arah Kebijakan Kebijakan Umum SKPD Program Prioritas

    lintas angkutan sungai,

    danau dan penyeberangan

    -Program pengembangan lalu

    lintas angkutan jalan

    -Program pengembangan

    transportasi laut

    -Program pengembangan

    transportasi udara

    Pengembangan

    sumberdaya energy

    terbarukan

    Menertibkan administrasi perizinan

    kuasa pertambangan

    Melakukan pemuktahiran data

    pertambangan dan energy

    Meningkatkan koordinasi perizinan

    antara pusat dan daerah

    Mengatur pembagian penerimaan

    pertambangan harus diatur dengan

    undang-undang

    Energy dan

    Sumberdaya

    Mineral

    -Program pengembangan

    produksi batubara dan migas

    Optimalisasi

    pengelolaan

    sumberdaya energi

    Meningkatkan koordinasi dan

    pengembangan kerjasama antar pihak

    (masyarakat, swasta , dan pemerintah)

    -Program kerjasama dan

    membangun kemitraan

    dengan investor untuk

    optimalisasi pemanfaatan

    sumberdaya energy

    -Program pengembangan

    pemanfaatan energi baru

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    57/298

    Arah Kebijakan Kebijakan Umum SKPD Program Prioritas

    Peningkatan

    penelitian dan

    pengembangan

    energi terbarukan

    Diversifikasi pengolahan industri

    pertambangan dan meningkatkan mutu

    dari produk pertambangan

    -Program Survei Geologi dan

    Sumbedaya Mineral, Mitigasi

    Bencana Alam Geologi, dan

    Pemanfaatan Sumbedaya

    Mineral

    -Program penelitian dan

    pengembangan pengolahan

    energi terbarukan

    Pengelolaan

    sumbedaya energi

    dan pertambangan

    yang berwawasan

    lingkungan

    Meningkatkan pengelolaan

    pertambangan harus berwawasan

    lingkungan

    -Program pembinaan dan

    Pengawasan Lingkungan

    dan Pertambangan

    -Program Pemantauan

    Pelaksanaan CSR

    -Program Pembinaan dan

    Pengawasan K3

    -Program Perencanaan Tata

    Ruang

    -Program Pemanfaatan Tata

    Ruang

    -Program Penataan Kawasan

    Peningkatan sarana

    dan prasarana

    pengelolaan energi

    Meningkatkan sarana dan parasarana

    pengangkutan dan infrastruktur

    pengelolaan pertambangan dan energi

    PU -Program Pembangunan

    Jalan dan Jembatan

    - Program Inspeksi Jalan dan

    Jembatan

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    58/298

    Arah Kebijakan Kebijakan Umum SKPD Program Prioritas

    Pengembangan

    keterkaitan industri

    hulu dan hilir

    Peningkatan industri

    pengolahan sektor

    pertanian

    Pengembangan

    industri inti yang

    menciptakan

    diversifikasi produk

    turunan sektor

    pertanian

    Pembangunan sarana

    dan prasarana serta

    peningkatan SDM

    industri

    bagi UKM

    Percepatan

    Pemertaan

    pembangunan Antar

    wilayah

    -Mempercepat pembangunan

    infrastruktur dasar pada daerah

    tertinggal

    -Mengidentifikasi potensi SDA dan

    kearifan lokal daerah tertinggal

    -Meningkatkan kualitas SDM daerah

    tertinggal

    - Meningkatkan pelayanan kebutuhan

    Transmigrasi -Program Pengembangan

    Wilayah Tertinggal

    -Program Transmigrasi Lokal

    ESDM -Program Pengembangan

    Jaringan Listrik Pedesaan)

    -Program Pengembangan

    Potensi Energi Lokal/Desa

    - Program Pengembangan

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    59/298

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    60/298

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    61/298

    Identifikasi awal tentang potensi sektoral dan sumber-sumber /serapan emisi GRK

    yang terdapat di wilayah provinsi (termasuk wilayah kabupaten/kota) baik dari

    bidang/kegiatan operasional/aset-aset milik pemerintah maupun dari

    bidang/kegiatan operasional/aset-aset milik masyarakat/pelaku usaha dan

    permasalahan yang dihadapinya.

    2.3.1 Sumber Emisi Sektor Pertanian

    Pertanian adalah sektor dengan emisi tertinggi ketiga di Indonesia, setelah

    LULUCf dan gambut, dengan emisi mencapai 132 MtCO2e pada tahun 2005

    (berdasarkan tata guna lahan saat itu). Emisi dari sektor ini diperkirakan akan

    meningkat sampai dengan 25 persen menjadi 164 MtCO2e pada tahun 2030

    (Gambar 2.12) dalam skenario BAU. Sebagian besar emisi karbon pertanian

    bukan berupa karbon dioksida, melainkan gas rumah kaca lain seperti metana(CH4) dan nitrogen oksida (N2O). Emisi-emisi tersebut berasal dari tiga sumber

    utama: praktik pengelolaan pengairan untuk tanaman padi, penggunaan pupuk

    buatan, dan pembakaran sisa panen. Dengan demikian, pengembangan

    pertanian di Provinsi Sumatera Selatan saat ini juga menghadapi tantangan

    yang lebih besar karena tidak hanya dituntut untuk meningkatkan produksi

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    62/298

    Mengingat pembangunan sektor pertanian di Sumatera Selatan menempati

    Prioritas 2, 3, 4, dan 5 dari prioritas pembangunan, dan jika mengacu pada

    kontribusi emisi GRK sektor pertanian secara nasional mencapai anga 7%,

    maka kontribusi emisi GRK sektor pertanian seiring dengan pembangunan

    pertanian di Provinsi Sumatera Selatan menjadi penting. Ini menjadi penting

    karena total areal pertanian di Provinsi Sumatera Selatan adalah sekitar

    6.091.219 ha atau 70% dari luas total propinsi ini. Di Provinsi Sumatera

    Selatan emisi gas rumah kaca pada sektor pertanian bersumber dari budidayapadi, pembakaran limbah pertanian, dan peternakan.

    a. Budidaya Padi

    Budidaya padi sawah yang secara terus menerus digenangi berkontribusi pada

    peningkatan emisi GRK berupa CH4 dan N2O. Sumber gas metan dari

    budidaya padi sawah dihasilkan karena terjadi kondisi anaerobik pada lahan

    sawah akibat penggenangan air yang terlalu tinggi dan lama. Untuk

    menghitung gas metan yang diemisikan dari budidaya padi, pola

    penggenangan air menjadi faktor utama karena perbedaan pola penggenangan

    akan menyebabkan jumlah emisi yang berbeda. Pola penggenangan terbagi

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    63/298

    Kabupaten/Kota

    Tipologi Sawah (ha)

    Total (ha)Irigasi

    Tadah

    HujanLebak Pasang Surut

    Musi Rawas 13.752 7.275 6.866 0 27.893

    Musi Banyuasin 140 387 21.700 30.467 52.554

    Banyuasin 0 0 39.087 149.684 188.771

    Palembang 0 95 6.320 41 6.456

    Prabumulih 350 328 100 0 778

    Pagar Alam 3.451 0 0 0 3.451

    Empat Lawang 12.928 795 0 0 13.723

    Lubuk Linggau 858 319 0 0 1.177

    TOTAL 103.478 95.066 211.281 196.013 605.838

    Sumber : Diolah dari Statisik Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Selatan (2010)

    Dengan cakupan luas tersebut, maka ada potensi emisi CH4 yang secara

    akumulatif besar. Karena emisi CH4 terjadi pada kondisi anaerob, maka

    persoalan dan estimasi emisi CH4asal sawah di Sumatera Selatan hanya akan

    ditinjau pada tiga tipologi sawah, yaitu sawah irigasi, lebak, dan pasang surut.

    Karena emisi CH4 terjadi pada kondisi anaerob maka persoalan dan estimasi

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    64/298

    Perhitungan emisi CH4 diperlukan data luas panen (A). Untuk itu perhitungan

    ini didasarkan atas asumsi sebagai berikut:

    1. Sawah irigasi mempunyai IP = 2,00 sehingga nilai A dalam persamaan di

    atas adalah 2 kali luas areal sawah irigasi di setiap kabupaten, dan

    2. Sawah lebak dan pasang surut mempunyai IP = 1,00 sehingga nilai A dalam

    persamaan di atas adalah sama dengan total luas areal sawah lebak dan

    pasang surut di setiap kabupaten.

    Karena sebaran jenis tanah areal sawah di Provinsi belum tersedia, maka

    diasumsikan sebagai berikut:

    1. Areal sawah irigasi, lebak, dan pasang surut dilakukan berturut-turut pada

    Tanah Ultisol, Inceptisol, dan Histosol,

    2. Areal sawah beririgasi 100% pada Ultisol,3. Sawah lebak 100% pada Inceptisol, dan

    4. Sawah pasang surut 40% pada Histosol dan 60% pada Inceptisol.

    Oleh karena itu, nilai faktor koreksi untuk ketiga jenis tanah tersebut (CF soil)

    adalah 0,29 untuk Ultisol; 1,12 (1,0-1,23) untuk Inceptisol; dan 2,39 (0,92-3,86)

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    65/298

    padi sawah di Provinsi Sumatera Selatan memperlihatkan adanya peningkatan

    yang konsisten sejak tahun 2005 sampai 2011, yaitu sebesar 9,87%.

    Peningkatan ini berkaitan dengan peningkatan luas areal sawah yang memang

    terus diupayakan oleh Provinsi Sumatera Selatan dalam menopang program

    lumbung pangan. Upaya peningkatan produksi melalui peningkatan luas panen

    baik melalui intensifikasi (peningkatan IP, perbaikan infrastruktut) maupun

    ekstensifikasi juga merupakan program prioritas Provinsi Sumatera Selatan.

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    66/298

    GRK ini tetap dipandang perlu untuk menghitung potensi emisi GRK dari

    biomassa jerami padi.

    Sebaliknya, pembakaran tebu dilakukan sebelum panen untuk mempermudah

    panen dan mengurangi jumlah dan biaya tenaga kerja. Menurut Ripoli (2000)

    komponen yang dibakar meliputi kelopak, pucuk, dan daun segar maupun daun

    yang sudah mengering. Komponen tersebut mencakup sekitar 25% dari total

    biomassa tebu atau sekitar 20 ton biomassa ha-1(Lara, 2005).

    Metode perhitungan yang digunakan untuk estimasi emisi CO2, CH4, NO, dan

    NOx dari kedua sumber tersebut mengacu kepada Pendekatan Tier 2 (IPCC,

    2006) dengan formula sebagai berikut :

    Lfire= A*MB*Cf*Gef*10-3

    Dimana :

    Lfire = Jumlah emisi GRK akibat pembakaran (ton)

    A = Luar areal (ha)

    MB = Biomassa terbakar, meliputi biomassa, serasah dan kayu mati

    (ton ha-1). Jika Tier 1 yang digunakan, maka serasah dan kayu

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    67/298

    Dinamika produksi pada di Provinsi Sumatera Selatan juga diikuti oleh

    dinamika GRK (CO2, CO, CH4, N2O, dan NOx) asal pembakaran jerami padi.

    Sejalan dengan itu, emisi GRK (CO2, CO, CH4, NO, dan NOx) asal pembakaran

    jerami padi juga menurun pada periode 2006-2007, yaitu dari 5.443.439,9 ton

    menjadi 4.789.730,1 ton untuk CO2; dari 330.558,7 ton menjadi 290.861,5 ton

    untuk CO; dari 9701,2 ton menjadi 8,536,2 ton untuk CH4; dari 251,5 ton

    menjadi 221,3 ton untuk N2O; dan dari 8.982, 6 ton menjadi 7.903,8 ton untuk

    NOx. Namun demikian secara umum emisi lima jenis GRK tersebut meningkat

    sebesar 10% selama periode 2005-2011.

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    68/298

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    69/298

    Gambar 2.17. Historis emisi N2O akibat pembakaran jerami padi di Provinsi

    Sumatera Selatan (2005-2011)

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    70/298

    3. Untuk nilai Gefdigunakan nilai defaultIPCC (2006), yaitu 1.515 95 (CO2),

    92 84 (CO), 2,7 (CH4), 0,07 (N2O).

    Jika mengacu formula, asumsi, dan hasil penelitian dia atas, maka historis

    emisi CO2, CH4, NO, dan NOxdari pembakaran biomassa tebu sebelum panen

    di Provinsi Sumatera Selatan dapat diperkirakan seperti pada Gambar 2.19

    sampai Gambar 2.22.

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    71/298

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    72/298

    sektor peternakan CH4 dan N2O. Emisi GRK ini melalui dua mekanisme

    penting, yaitu :

    1. CH4 bersumber dari enteric fermentation yang berkaitan dengan sistem

    pencernakan ternak, dan

    2. CH4 dan N2O yang bersumber dari tindakan pengelolaan kotoran ternak

    (IPCC, 2006).

    Estimasi CH4 dan N2O dari ternak memerlukan data tentang jenis ternak,populasi, dan pakan (jenis dan jumlah). Di provinsi Sumatera Selatan terdapat

    lima jenis ternak besar penting, yaitu sapi, kerbau, kambing, domba, dan babi.

    Estimasi emisi CH4 asal enteric fermentationmengacu pada Pendekatan Tier 1

    (IPCC, 2006) dengan formula dengan formula sebagai berikut :

    Emisi = EF(T)*(N(T)/106)

    Dimana :

    Emisi = Emisi CH4 asal enteric fermentation(Gg CH4 th-1)

    EF(T) = Faktor emisi untuk masing-masing jenis ternak (kg CH4 ekor-1

    th-1)

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    73/298

    Gambar 2.23. Historis emisi CH4asal enteric fermentationternak besar utamadi Provinsi Sumatera Selatan (2005-2012)

    Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa emisi GRK (CH4 dan N2O) dari

    ternak juga dapat bersumber dari kotoran ternak baik kotoran padat maupun

    cair. Dua faktor penting yang mempengaruhi emisi CH4adalah jumlah kotoran

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    74/298

    Estimasi emisi CH4 asal dekomposisi anaerob kotoran ternak mengacu pada

    Pendekatan Tier 1 (IPCC, 2006) dengan formula dengan formula sebagai

    berikut :

    Emisi = EF(T)*(N(T)/106)

    Dimana :

    Emisi = Emisi CH4 asal dekomposisi anaerob kotoran ternak (Gg

    CH4th-1)

    EF(T) = Faktor emisi untuk masing-masing jenis ternak (kg CH4

    ekor-1th-1)

    N(T) = Populasi masing-masing jenis ternak

    T = Jenis ternak

    Untuk aplikasi Tier 1 formula di atas (IPCC, 2006), digunakan nilai EF (T) default

    IPPC (2006), seperti dalam Tabel II.15.

    Tabel II.15. Nilai default EF(T) untuk estimasi emisi CH4 asal kotoran ternak

    akibat sistem pengelolaan kotoran ternak masing-masing jenis

    ternak di Provinsi Sumatera Selatan

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    75/298

    Gambar 2.24. Historis emisi CH4asal kotoran ternak asal sistem pengelolaan

    kotoran ternak besar utama di Provinsi Sumatera Selatan (2005-

    2012)

    Lalu N2O juga merupakan GRK yang teremisi baik secara langsung maupun

    tidak langsung selama di penyimpanan dan tindakan pengelolaan sebelum

    kotoran ternak digunakan di lahan pertanian. Emisi N2O dari kotoran ternak

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    76/298

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    77/298

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    78/298

    Perhitungan kehilangan N melalui volatilisasi ini juga didasarkan atas asumsi

    sistem pengelolaan kotoran ternak sebagai berikut :

    1. Kotoran ternak sapi dan kerbau disimpan dan dibiarkan mengering (dry lot),

    dibiarkan di lapangan (Paddock/Range), dan untuk bahan bakar,

    2. Kotoran babi biasanya ditampung dan dicampur antara padat dan cair

    (Liquid/Slurry) dan sebagian disimpan sampai kering (Dry Lot).

    Oleh karena itu, aplikasi Tier 1 formula di atas (IPCC, 2006) untuk menghitung

    Nvolatilisasi-MMSdigunakan nilai Nex(T), MS(T, S), dan FracGasMSdefaultIPPC (2006).

    Nilai defaultNex(T)dan MS(T, S) mengacu pada pada Tabel II.16, Nilai default

    FracGasMS mengacu pada Tabel II.17 dan hasil perhitungannya disajikan pada

    Gambar 2.27.

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    79/298

    Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 61

    Tabel II.16. Nilai default MS(T, S), Nex(T), dan EF3(ST) untuk estimasi emisi langsung N2O asal kotoran ternak di bawah sistem pengelolaan

    tertentu masing-masing jenis ternak di Provinsi Sumatera Selatan

    Jenis

    Ternak

    Nilai

    Nex(T)(kg

    Nekor-1

    th-1)

    Nilai MS(T,S) Nilai EF3(S)(kg N2O-N (kg kotoran)-)

    Ditampung

    (Liquid/

    Slurry)

    Ditampun

    g (Dry

    Lo t)

    Tidak

    Dikelola

    (Paddock/

    Range)

    Digunakan

    untuk Pupuk 30 cm) serta pembakaran atau kebakaran

    menyebabkan emisi CO2 menjadi sangat tinggi. Emisi lahan gambut di Provinsi

    Sumatera Selatan sebagian besar diakibatn oleh aktivitas yang terjadi di lahan

    gambut seperti deforestrasi pada hutan gambut, drainase untuk perkebunan dan

    hutan tanaman, dan kebakaran lahan gambut. Berdasarkan informasi terakhir,

    jumlah hot spot (titik panas) yang terpantau di Provinsi Sumsel mengalami

    peningkatan drastis. Selama lima hari (15 September), hot spot tembus 1.154 titik.

    (http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/524733/, diakses tgl 27

    September 2012 pukul 2:26 PM).

    http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/524733/http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/524733/http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/524733/http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/524733/
  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    86/298

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    87/298

    Tabel II.21. Emisi GRK pada masingmasing zonasi tutupan lahan

    No. Tutupan Lahan Emisi CO2 ton/tahunTotal historical

    EmmisionProporsi Emisi

    (%)

    1 Gambut_Non hutan 5,335,245.34 26,676,226.70 41.79

    2 Gambut_kwsn hutan 3,265,647.57 16,328,237.84 25.58

    3 Hutan Lindung 2,388,259.14 11,941,295.69 18.71

    4 Hutan Suaka Alam 1,028,461.44 5,142,307.21 8.06

    5 Hutan Produksi Tetap 625,937.12 3,129,685.61 4.90

    6 Hutan Produksi Terbatas 248,288.72 1,241,443.59 1.94

    7 Hutan Suaka Alam Laut 5,245.72 26,228.58 0.04

    8 Pertanian 56,561.99 282,809.93 0.44

    9 Pertahanan Keamanan 8,995.16 44,975.81 0.07

    10 Perikanan 3,383.07 16,915.36 0.03

    11 Perairan 104.98 524.92 0.00

    12 Industri - - -

    13 Kawasan Tanjung Api-Api - - -

    14 Permukiman (3,898.99) (19,494.94) (0.03)15 Hutan Produksi Konversi (141,588.27) (707,941.37) (1.11)

    16 Perkebunan (54,133.41) (270,667.05) (0.42)

    Total Emisi historikal Sumsel 63,832,547.89

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    88/298

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    89/298

    yang dihasilkan dari proses pembakaran kayu bakar. Penghitungan emisi CO2

    dilakukan dengan cara mengetahui kuantitas material yang akan menghasilkan

    GRK dan faktor emisinya. Perhitungan ini menggunakan IPCC dan atau LEAP.

    a. Emisi CO2 dari PLTU

    Perhitungan emisi CO2 berdasarkan kapasitas listrik terpasang (MW) pada

    PLTU di Sumatera Selatan, dan waktu operasional PLTU (jam/tahun).

    Berdasarkan data tersebut maka diketahui emisi CO2historikal/baseline.

    Tabel II.22. Emisi CO2Baseline pada PLTU Provinsi Sumatera Selatan

    TAHUN KAPASITAS TERPASANG (MW) Emisi CO2 (ton/tahun)

    2005 751.85 4,893,551.06

    2006 759.40 4,942,691.59

    2007 818.25 5,325,727.41

    2008 855.45 5,567,850.312009 849.45 5,528,798.23

    2010 969.15 6,307,887.22

    Kenaikan rata-rata kapasitas PLTU selama 5 tahun dari tahun 2005 sampai

    tahun 2010 adalah 43,46 MW, atau dalam persentase : 5,78. Sehingga

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    90/298

    c. Emisi CO2 dari Bahan Bakar (Pertamina)

    Berdasarkan data dari Pertamina terdapat 10 jenis bahan bakar yang

    didistribusikan oleh Pertamina ke masyarakat yaitu Avigas, Avigas, BB2L,

    Premix, Pertamax, Minyak Tanah, Minyak Diesel, Minyak Solar, dan Minyak

    Bakar (Lampiran 2). Emisi CO2 baseline didapatkan dari perkalian Jumlah

    Bahan Bakar dan factor emisi dari masing masing jenis bahan bakar

    (Lampiran 2).

    Tabel II.24. Faktor Emisi Bahan Bakar

    BAHAN BAKARFaktor emisi

    (kg CO2e/liter)

    Avigas 2.6

    Avtur 2.6

    BB2L 2.6

    Premix 2.6

    Pertamax 2.6

    Premium 2.6

    Minyak tanah 2.58

    Minyak diesel 2.2

    Minyak Solar 2.2

    Minyak Bakar 2.2

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    91/298

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    92/298

    Tabel II.27. Jumlah Pemakaian Gas Batu Bara dan Diesel pada Pembangkit

    Listrik Bukit Asam dan Keramasan

    TahunKeramasan Gas

    (MMBTU)Bukit Asam

    Batubara (Kg)KeramasanHSD (Ltr)

    KeramasanIDO/MFO (Ltr)

    Bukit AsamHSD (Ltr)

    2007 14,006,657 1,023,017,276 9,211 7,989,494 4,353,070

    2008 11,124,899 1,119,272,829 9,771 11,428,276 3,103,062

    2009 14,652,044 1,110,671,769 5,078 8,461,520 5,372,532

    2010 20,379,237 1,000,887,733 2,454 8,461,520 6,200,261

    2011 22,802,852 828,122,843 - 10,922,668 4,871,276

    Jumlah 82,965,689 5,081,972,450 26,514 47,263,478 23,900,201

    Berdasarkan data tersebut diatas maka diketahui emisi CO2 yang dihasilkan

    dari pemakaian gas batubara dan minyak diesel pada proses pembangkit listrik

    di Bukit Asam dan Keramasan.

    Tabel II.28. Emisi CO2 eq Baseline pada Pembangkit Listrik Bukit Asam

    dan Keramasan.

    TAHUN

    Emisi CO2 (ton/tahun)

    KeramasanGas

    (MMBTU)

    Bukit AsamBatubara

    (Kg)

    KeramasanHSD (Ltr)

    KeramasanIDO/MFO

    (Ltr)

    BukitAsamHSD(Ltr)

    Total emisi

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    93/298

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    94/298

    f. Emisi GRK dari Pembangkit Listrik PLTG, PLTM milik swasta

    Berikut ini disajikan emisi GRK dari berbagai pembangkit PLTG, PLTMG yang

    dimiliki oleh swasta dan produksi listrik pada tahun 2010

    1. Pembangkit Listrik PLTG PT. Asrigita Prasarana

    Produksi enegi listrik : 1,136,560,000 kWh

    Listrik yang disalurkan ke PLN : 1,103,492,190 kWh

    Pemakaian bahan bakar : 7,835.75 MMSCF

    Faktor emisi : 0,743 kg CO2e/kWh

    Jumlah emisi CO2e : 844,464.08 ton

    2. Pembangkit Lisrik : PLTG MUSI I

    Pemilik : PT. PURA DAYA PRIMA

    Lokasi : Palembang, Sumatera Selatan

    Daya terpasang : 3 X 4, 61 MW (13,83 MW) + 6 MW

    Produksi enegi listrik : 1,136,560,000 kWh

    Mulai operasi : Juni 2006

    Gross product : 114,091,708 kWh

    Netto product : 112 256 385 kWh

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    95/298

    4. Pembangkit Listrik : PLTG PRABUMULIH

    Pemilik : PT. ELNUSA PRIMA ELEKTRIKA

    Lokasi : Prabumulih, Sumatera SelatanDaya terpasang : 2 x 6 MW (12 MW)

    Beban Puncak : 139.8 MW

    Beban rata-rata : 120.74 MW

    Produksi Yang Disalurkan ke PLN : 86,795,900 kWh

    Faktor emisi : 0,743 kg CO2e/kWh

    Jumlah emisi CO2e : 64,489.35 ton CO2e.

    5. Pembangkit Listrik : PLTMG SAKO

    Pemilik : PT. PT. MULTIDAYA PRIMA

    ELEKTRINDO

    Lokasi : Kalidoni, PalembangDaya terpasang : 2 x 6 MW (12 MW)

    Mulai operasi : Juni 2008

    Beban Puncak : 127.9 MW

    Beban rata-rata : 103.2 MW

    Produksi Yang Disalurkan ke PLN : 81 075 704 kWh

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    96/298

    sangat dipengaruhi oleh massa jenis kayu yang diasumsikan sebesar 1 ton/m3

    dengan factor emisi untuk kayu bakar 1.75.

    Tabel II.32. Asumsi Jumlah Pemakain Kayu Bakar dan Emisi CO2 yang

    dihasilkan

    Penduduk pemakai

    kayubakar

    Jumlah kayu

    (m3/tahun)

    Jumlah kayu

    (ton/tahun)

    Emisi CO2

    (Gg/tahun)

    Emisi CO2

    (ton/tahun)

    3,215,094 3,858,112.80 3,858,112.80 6,751.70 6,751,697.40

    3,259,396 3,911,274.60 3,911,274.60 6,844.73 6,844,730.55

    3,314,208 3,977,049.60 3,977,049.60 6,959.84 6,959,836.80

    3,377,950 4,053,540.00 4,053,540.00 7,093.70 7,093,695.00

    3,449,946 4,139,935.20 4,139,935.20 7,244.89 7,244,886.60

    3,509,982 4,211,978.40 4,211,978.40 7,370.96 7,370,962.20

    3,560,895 4,273,074.00 4,273,074.00 7,477.88 7,477,879.50

    3,611,318 4,333,581.00 4,333,581.00 7,583.77 7,583,766.75

    3,725,197 4,470,236.40 4,470,236.40 7,822.91 7,822,913.70

    2.3.4. Sumber Emisi Sektor Transportasi

    Kendaraan bermotor adalah salah satu sumber pencemaran udara yang sangat

    berpengaruh di daerah perkotaan selain industri dan rumah tangga Kondisi emisi

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    97/298

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    98/298

    Tabel II.33. Penggunaan Energi Transportasi menurut moda, tahun 2004 dan

    2025

    Jenis Transportasi2004 2025

    Total Persentasi

    (%)

    Konsumsi

    (Juta SBM)

    Total Persentasi Konsumsi

    (Juta SBM)

    Mobil Penumpang

    69,72

    27,58 0.9297

    77,63

    20,37 2.4727

    Sepeda Motor 12,88 0.4344 24,17 2.9335

    Bus 1,43 0.0483 1,08 0.1284

    Truk 27,83 0.9379 32,01 3.8843

    Kereta Api 7,58 0.2556 5,60 0.6799

    ASDP 7,02 0.2368 5,19 0.6299

    Angkutan Laut 13,59 0.4582 10,04 1.2186

    Angkutan Udara 2,09 0.0705 1,55 0.1876

    Jumlah 100 3.3716 100 12.135

    Sumber: Analisis Energi Transportasi, Masterplan Sumsel Lumbung Energi Nasional, 2005

    Pertumbuhan penggunaan energi dapat dipengaruhi oleh kebijakan terhadap

    pemilihan moda, terutama moda angkutan jalan raya. Dalam konteks ini, pemakaian

    energi untuk transportasi jalan akan mengalami perubahan jika ada kebijakan yang

    mewajibkan angkutan berat (petikemas) harus menggunakan angkutan kereta api.

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    99/298

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    100/298

    2. TIER 2

    Penghitungan Tier 2 dilakukan dengan memasukkan fakta karakteristik local

    (jumlah kendaraan terdaftar pertahun). Tidak menggunakan data Asal Tujuan

    dan Matriks Pembebanan lalu lintas, karena pada data tersebut agak sulit

    mendapatkan gambaran komposisi lalu lintas secara actual di lapangan.

    Data Volume BBM dipecah menurut yang digunakan oleh setiap jenis

    kendaraan. Pertama kali dilakukan tabulasi jumlah kendaraan berdasarkan data

    sekunder sebagai berikut:

    Tabel II.34. Jumlah Kendaraan Terdaftar

    Tahun Mobil Penumpang Bus Truk Motor Jumlah

    2 3 4 5 6 7

    2007 301,955 63,891 99,861 850,639 1,316,346

    2008 346,968 65,611 100,033 1,757,324 2,269,936

    2009 365,540 69,407 100,722 2,013,404 2,549,073

    2010* 383,175 72,077 107,245 2,676,318 3,238,815

    * prediksiSumber : BPS, Sumatera Selatan Dalam Angka 2011

    Selanjutnya, jumlah pemakaian BBM dapat dilihat dari kilometer perjalanan

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    101/298

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    102/298

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    103/298

    Tabel II.36. Jumlah Pemakaian BBM Menurut Jenis Bahan Bakar

    Kendaraan Premium Premium Solar (kl) Solar (kl)

    Mbl penumpang (car) 49% 32964,25 51% 34309.73

    Bus 100% 328292.616

    Truk 100% 597056.608

    Motor 100% 113856.792

    Sumber: Analisis data, 2012

    Tabel II.37. Jumlah Pemakaian BBM dan EMisi Baseline Menurut Jenis Kendaraan

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    104/298

    Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan 86

    TahunSolar (KL) Premium (KL)

    FE Solar FE PremiumEmisi Solar (ton) Emisi Premium (ton)

    Mobil Bus Truk Mobil Sepeda Motor Mobil Bus Truk Mobil Sepeda Motor

    2007 16030 153508 284266 15402 56476

    3.283 3.070

    52,621.93 503,911.02 933,138.68 47,283.29 173,378.20

    2008 17554 168097 311281 16866 61843 57,622.93 551,800.98 1,021,820.96 51,776.93 189,854.60

    2009 32590 312089 577924 31312 114818 106,982.53 1,024,471.71 1,897,109.10 96,128.86 352,484.92

    2010 23549 225504 417587 22625 82963 77,301.73 740,246.39 1,370,782.75 69,459.26 254,691.83

    Gambar 2.36 Emisi Baseline (Historikal) Transportasi Provinsi Sumatera Selatan

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    105/298

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    106/298

    Bisnis solar ilegal terbongkar, 11 tangki solar ilegal, di kawasan Jl Purwasari,

    RT 52 RW 10, Bukit Sangkal, Kalidoni, Palembang ditangkap dan

    diamankan. Tangki - tangki bermuatan puluhan ribu liter itu diduga baru sajadi distribusikan ke berbagai tempat. Selain didistribusikan di Sumsel,

    dugaan sementara jejaknya juga bergerak ke luar kota, mengingat pelat

    nomor kendaraan berasal dari Jambi, Bengkulu, Bangka. Rincian 11 mobil

    tangki bertuliskan PT Agung Pratama Sriwijaya, yang dijadikan barang bukti,

    yaitu enam mobil tangki berkapasitas 16 ribu liter, tiga tangki berkapasitas 5

    ribu liter, dan dua truk modifikasi berkapasitas 5 ribu liter.

    Masih banyak lagi terjadi di daerah lain. Ini hanya contoh kejadian

    penyimpangan data dan fakta penggunaan BBM per wilayah provinsi akibat

    dari kesenjangan harga antara BBM untuk umum dan Industri.

    3) Pagaralam, Mei 2012 (Tribunenews.com)

    Pagaralam merupakan wilayah yang cukup strategis, hal ini membuatmasyarakat yang berdomisili di sekitar Wilayah Kota Pagaralam senantiasa

    melakukan pembelian BBM di Kota Pagaralam, dan memperoleh

    kemudahan dalam pembelian BBM di SPBU, karena tidak adanya peraturan

    pemerintah yang membatasi pembelian BBM Bersubsidi di Pagaralam.

    Masyarakat wilayah sekitar yang dimaksud antara lain masyarakat Provinsi

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    107/298

    N Nurlaini, D Gusnita - pada jurnal Indonesian Journal of Physics, 2008 tentang

    Simulasi Penyebaran CO2di Semarang dengan Software LADM yang melakukan

    pengukuran penyebaran CO2mencakup luasan 50 x 50 km2

    .

    3. TIER 3

    Penghitungan Tier 3 dilakukan dengan menggunakan Metode Analisis

    Dekomposisi Kaya yang dikenal adalah Metode Analisis Dekomposisi Kaya

    dengan rumus sebagai berikut:

    CETPEmissionsCO 2

    Keterangan :

    P = Population

    T = Transport intensity ( e.g VMT/capita )

    E = Energy Intensity ( e.g MJ/mile )

    C = Carbon Intensity ( e.g gCO2-eq/MJ )

    Dilakukan beberapa asumsi untuk bahan bakar, kendaraan, dan aktivitas travel.

    Berikut ini contoh perhitungan untuk medapatkan perhitungan pengeluaran

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    108/298

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    109/298

    Tabel II.40. Emisi CO2 di Wilayah Kota Palembang

    Lingkup Wilayah EMISI CO2, ton/hari EMISI CO2, ton/tahun

    Mariana 9.69 3536.85

    Kenten Laut 30.59 11165.35Alang Alang Lebar 43.95 16041.75

    Indralaya 29.48 10760.2

    Ampera - Jaka Baring*) 74.59 27225.35

    Total 188,3 68729,50

    2) Perhitungan Emisi CO2 Sumatera Selatan

    Dari hasil survey counting di lima titik perbatasan Provinsi Sumatera

    Selatan, didapat perhitungan emisi di setiap kawasan perbatasan tersebut.

    Untuk mencari nilai emisi digunakan rumus berikut.

    a) Data tahun 2011

    Untuk jumlah emisi CO2 (gr/km) di perbatasan OKI-Lampung

    berdasarkan survey counting Tahun 2011 dapat dilihat pada table II.41.

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    110/298

    No Jenis Kendaraan Jumlah Kendaraan Persentase Emisi CO2( gr/km )

    16 TK 20 345 2 93150

    17 TK 40 125 1 33750

    Total Emisi CO2 2,161,093

    Sumber: Hasil Analisa

    Dari tabel II.41 diatas, dapat disimpulkan bahwa nilai emisi CO2 yang

    dikeluarkan kendaraan yang terbesar adalah truk umum 2 as dengan

    jumlah 690390 gr/km. Sedangkan jumlah keseluruhan emisi CO2 di

    perbatasan OKI-Lampung sebesar 2.161.093 gr/km.

    Sedangkan untuk perbatasan Linggau-Jambi, nilai emisi CO2diuraikan

    pada tabel II.42 Untuk daerah perbatasan Lubuk Linggau-Jambi, nilai

    emisi CO2 nya yaitu 515,204 gr/km. Jenis kendaraan yang memiliki nilai

    emisi terbesar adalah truk umum 2 as yaitu sebesar 151.200 gr/km.

    Tabel II.42. Analisa Emisi CO2 ( Gr/Km ) Di Linggau-Jambi

    Berdasarkan Perhitungan Counting Tahun 2011

    No Jenis Kendaraan Jumlah Kendaraan persentase Emisi CO2 ( gr/km )

    1 Sepeda/becak 0 0 0

    2 MTR 1129 30 92578

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    111/298

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    112/298

    No Jenis Kendaraan Jumlah Kendaraan Persentase Emisi CO2 ( gr/km )

    9 MH 514 6 13878010 TU 2 AS 1707 19 460890

    11 TC 2 AS 13 0 3510

    12 TU 3-5 AS 230 2 62100

    13 TC 3-5 AS 3 0 810

    14 TG 0 0 0

    15 TT 5 0 1350

    16 TK 20 157 2 42390

    17 TK 40 1 0 270

    Total Emisi CO2 1,223,565

    Sumber: Hasil Analisa

    Daerah perbatasan OKU Timur-Lampung memiliki nilai emisi sebesar

    1.223.565 gr/km. Nilai emisi yang terbesar didapat dari kendaraan trukumum 2 as yaitu sebesar 460.890 gr/km. Selain itu, kendaraan sepeda

    motor juga memilki nilai emisi CO2 yang tinggi. Ini dikarenakan

    banyaknya jumlah kendaraan sepeda bermotor sehingga nilai emisnya

    cukup tinggi yaitu sebesar 381.300 gr/km.

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    113/298

    Dari tabel diatas, terlihat bahwa nilai emisi yang terbesar itu berasal dari

    kendaraan sepeda motor dengan nilai emisi sebesar 247.312 gr/km.

    Sedangkan urutan yang kedua adalah mobil pribadi dengan nilai emisisebesar 130.962 gr/km. Sedangkan untuk angkutan barang, nilai emisi

    yang terbesar adalh truk umum 2 as dengan nilai emisi 72.630 gr/km.

    Nilai total emisi CO2 untuk perbatasan Lubuk Linggau-Curup adalah

    553.828 gr/km.

    b) Data tahun 2012

    Dengan merujuk kepada salah satu penelitian dan jurnal Simulasi

    Penyebaran CO2 di Semarang dengan Software LADM yang

    melakukan pengukuran penyebaran CO2mencakup luasan 50 x 50 km2.

    Sumatera Selatan yang perkotaan dan build up area mencapai kurang

    lebih 100 km2

    , maka diambil perhitungan disetiap perbatasan luar kotasebagai berikut:

    (1) Kab. Banyuasin

    (2) Kab. Sekayu

    (3) Kota Palembang

    (4)Kota Prabumulih

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    114/298

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    115/298

    Data rekapitulasi industri di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumatera

    Selatan menunjukkan bahwa industri di Propinsi Sumatera Selatan terbagi dalam

    dua kategori yaitu :1. Industri Kecil Menengah yang terdiri dari industri formal dan formal

    2. Industri Dasar Menengah dan Besar meliputi industri Agro, Kimia, Logam,

    Mesin, Alat Angkut dan Standarisasi

    Sebagian besar industri yang ada di Sumatera Selatan merupakan Industri Kecil

    Menengah tercakup 5 bidang usaha/jenis usaha yaitu industri pangan, kimia dan

    bahan bangunan, sandang, logam dan kerajinan umum.

    Industri Dasar Menengah dan Besar dibagi dalam 6 (enam) jenis usaha yaitu :

    1. Kertas dan barang cetakan

    2. Pupuk, kimia, dan barang dari karet

    3. Semen dan galian non logam

    4. Logam dasar, besi dan baja5. Alat angkut, mesin dan peralatan

    6. Barang lainnya.

    Dalam rangka penyusunan RAD-GRK bidang industri difokuskan pada industri kecil

    menengah dan pangan, sedangkan untuk industri menengah besar difokuskan pada

    industri crumb rubber cpo minyak goreng dan industry makanan

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    116/298

    7. Musi Rawas 252 206 4 37 738. Lubuk Linggau 1.160 98 656 200 569. Oku 304 10 172 32 3410. Oku Timur - - - - -11. Oku Selatan 11 - - - -12. Prabumulih 353 243 139 142 4713. Oki 1.255 1.470 169 570 1.31514. Ogan Ilir 643 434 551 761 29115. Muara Enim 76 277 19 79 24

    Sumber: Disperindag Prov. Sumsel, 2012.

    Tabel II.48. Industri Menengah dan Besar beserta tenaga kerja dan nilaiinvestasinya di propinsi Sumatera Selatan.

    No. Jenis Industri Jumlah unitusaha

    Tenaga kerja(ORG)

    Investasi(RP. 000)

    1 Kertas dan barang cetakan 6 2.003 219.871.797 + US$ 866.100.1002 Pupuk,kimia,dan barang dari karet 84 35.954 3.413.279.0473 Semen dan galian non logam 25 2.451 38.273.2034 Logam dasar,besi dan baja 17 625 391.548.7375 Alat angkut, mesin dan peralatan 22 2.611 26.652.7336 Barang lainnya 52 1.648 151.886.020

    Jumlah 206 45.262 4.241.511.537+US$ 866.100.100

    Sumber: Disperindag Prov. Sumsel, 2012

    Dengan terdapatnya sekian banyak macam industri dengan berbagai kategorinya,

    maka timbul berbagai permasalahan khusunya terhadap lingkungan hidup.

    Permasalahan terjadi baik di badan perairan umum, tanah maupun udara yang

    ketiganya merupakan sumber media penerima bahan pencemaran. Dengan

    berkembangnya kesadaran dunia akan pentingnya kesehatan lingkungan maka

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    117/298

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    118/298

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    119/298

    Sumber-sumber utama emisi Gas Rumah Kaca (GRK) yang tercakup dalam

    inventarisasi emisi GRK dari kegiatan pengelolaan limbah mencakup kategori

    pengelolaan limbah berdasarkan IPCC Guideline 2006 sebagaimana disampaikanpada Gambar 1.1 (Buku II Metode Perhitungan Tingkat Emisi GRK Kegiatan

    Pengelolaan Limbah, Pedoman Penyelenggaraan Inventarisasi GRK Nasional).

    Catatan: Penomoran 4 pada gambar sesuai dengan penomoran pada IPCC 2006 GLs

  • 7/22/2019 Rad-grk Sumatera Selatan

    120/298

    APBN/APBD, dan peran serta masyarakat yang minim merupakan komponen

    yang menyebabkan pengelolaan sampah berjalan pada trek minimal.

    Beberapa perma