proposal skripsi yogi
Post on 25-Jul-2015
203 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PERENCANAAN LAJUR KHUSUS SEPEDA UNTUK
MERANGANGSANG………
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Perkembangan sistem transportasi yang diiringi dengan
perkembangan iptek yang semakin pesat, sangat besar perananya
dalam membawa perubahan di berbagai aspek kehidupan, hal ini
terlihat sangat jelas terlihat pengaruhnya pada bidang
perekonomian, politik, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan
yang secara langsung dipengaruhi oleh dampak perkembangan
sistem transportasi.
Pembangunan sektor ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah
daerah sangat terkait dengan penyelenggaraan pembangunan
dibidang transportasi. Transportasi merupakan salah satu
unsur yang menentukan laju pertumbuhan ekonomi dan social
suatu wilayah,serta mempengaruhi mobilitas informasi dan
penduduk antar wilayah.sektor transportasi memegang
peranan vital dalam pembangunan dan perekonomian sebuah
Negara,terlebih lagi Negara yang sedang berkembang seperti
Indonesia Pembangunan transportasi di Kota Surakarta
diarahkan pada peningkatan ketersediaan dan kualitas
pelayanan agar tercapai suatu sistem transportasi yang baik
serta menciptakan sistem transportasi yang sustainable.
Hal ini tercantum dalam “Grand Design” perencanaan
pengembangan system transportasi kota Surakarta, dalam
pengembangan sustainable transport system, dimana salah
satu program utamanya adalah pengembangan angkutan
umum masal dan penerapan unmotorized transport.
skripsiku 1
Saat ini kota Surakarta telah melucurkan berbagai program
dalam mengembangkan angkutan umum masal yang saling
terintegrasi antaralain pengoperasian Batik Solo Trans, kereta
api prameks, Rail Bus, dan peningkatan prasarana pendukung
angkutan masal. Namun saat ini belum ada upaya yang
memfasilitasi terwujudnya program unmotorized
transportation.
Secara historis, masyarakat Surakarta pada awalnya banyak
menggunakan sepeda dalam melakukan kegiatan transportasi
karena selain luas wilayahnya yang kecil sehingga bisa sangat
mudah dijangkau dengan menggunakan sepeda, , namun
seiring dengan kemajuan teknologi dan meningkatnya jumlah
pengguna kendaraan bermotorPembangunan jalur khusus
untuk sepeda merupakan salah satu usaha yang dilakukan
pemerintah untuk menanggulangi kemacetan yang ada di Solo.
Pemerintah pada saat ini juga sedang memikirkan bagaimana
membuat jalur khusus yang efektif dan efisien.
Pada saat ini pengguna sepeda seperti di daerah Solo
jumlahnya sudah semakin banyak.inilah saatnya pemerintah
memikirkan jalur yang aman dan nyaman bagi pengguna
sepeda agar semakin banyak yang beralih menggunakan
sepeda dengan demikian Solo bisa menjadi contoh bagi daerah
lainnya untuk jadi lebih baik.karena sepeda juga tidak
menghasilkan gas-gas yang berbahaya yang mengakibatkan
polusi udara beracun selain itu sepeda merupakan salah satu
budaya sejak zaman dulu.
1. Identifikasi masalah
2. Ruang Lingkup Penelitian
a. Batasan Masalah
b. Rumusan Masalah
skripsiku 2
B. Tujuan Dan manfaat
Tujuan dari pembuatan penelitian ini adalah :
1. perencanaan ini dapat menjawab permasalahan yang
tercantum pada identifikasi masalah.
C. Tinjauan Pustaka
Untuk menunjang penelitian ini, maka diperlukan kajian secara
landasan hokum dan teoritis yang berhubungan dengan penulisan
skripsi ini. Adapun aspek landasan hokum yang digunakan :
1. Landasan Hukum
a. Undang-Undang No. 22 tahun 2009 Tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan
1). Bab X Pasal 137 ayat (2) :
“ Angkutan orang yang menggunakan kendaraan
bermotor berupa sepeda motor, mobil penumpang,
atau bus.”
2). Pasal 138 ayat :
a) Angkutan umum diselenggarakan dalam upaya
memenuhi kebutuhan angkutan yang selamat, aman,
nyaman dan terjangkau.
b) Pemerintah bertanggung jawab atas
penyelenggaraan angkutan umum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
3). Pasal 139
a) ayat (3) :
“Pemerintah Daerah kabupaten/kota wajib menjamin
tersedianya angkutan umum untuk jasa angkutan
orang dan/atau barang dalam wilayah
kabupaten/kota”.
skripsiku 3
b) Ayat (4) :
“Penyediaan jasa angkutan umum dilaksanakan oleh
badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah,
dan/atau badan hukum lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan”.
4). Pasal 141 ayat (1) :
“Perusahaan angkutan umum wajib memenuhi standar
pelayanan minimal yang meliputi :
a) Keamanan;
b) Keselamatan;
c) Kenyamanan;
d) Keterjangkauan;
e) Kesetaraan; dan
f) Keteraturan”.
5). Pasal 143 :
“Kriteria pelayanan angkutan orang dengan kendaraan
bermotor umum dalam trayek sebagaimana dimaksud
dalam pasal 140 huruf a harus :
a) memiliki rute tetap dan teratur;
b) terjadwal, berawal, berakhir, dan menaikan atau
menurunkan penumpang di terminal untuk
angkutan antarkota dan lintas batas negara; dan
c) menaikan dan menurunkan penumpang pada
tempat yang di tentukan untuk angkutan perkotaan
dan perdesaaan.
b. Peraturan pemerintah Nomor 41Tahun 1993 Tentang
Angkutan Jalan.
1). Pasal 6 dan butir (c)
skripsiku 4
Berkaitan dengan pelayanan angkutan orang dengan
kendaraan umum dalam trayek tetap dan teratur,
dilakukan dalam jaringan trayek kota, yaitu trayek yang
seluruhnya berada dalam satu wilayah Kotamadya
Daerah Tingkat II atau dalam Daerah Khusus Ibukota
Jakarta.
2). Pasal 8 butir (3)
Trayek Kota terdiri dari :
a) Trayek ranting diselenggarakan dengan ciri – ciri
pelayanan:
(1) Melayani angkutan dalam kawasan pemukiman
(2) Dilayani dengan mobil bus umum dan atau mobil
penumpang umum
(3) Pelayanan lambat
(4) Jarak pendek
(5) Melalui tempat – tempat yang telah ditetapkan
hanya untuk menaikan dan menurunkan
penumpang.
3) Pasal 28 ayat (1)
Pembukaan trayek baru dilakukan dengan ketentuan
sebagai berikut :
a) Adanya permintaan angkutan yang potensial, dengan
perkiraan factor muatan diatas 70% ( tujuh puluh
persen ) kecuali angkutan perintis
b) Tersedianya fasilitas terminal yang sesuai.
c. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993
1) Pasal 14 :
skripsiku 5
Jaringan trayek ditetapkan dengan memperhatikan faktor-faktor
berikut :
a) Kebutuhan trayek angkutan; jumlah permintaan yang
membutuhkan kendaraan umum harus diperkirakan dengan
teliti agar dapat dilayani dengan jumlah kendaraan dan
moda yang sesuai.
b) Kelas jalan yang sama dan/atau lebih tinggi; pemahaman
kelas jalan pada jaringan jalan yang ada sangat diperlukan
dalam menentukan jenis pelayanan dan moda yang
melayani.
c) Tipe terminal yang sama dan/atau lebih; keterpaduan
fasilitas terminal sesuai dengan fungsinya harus diperhatikan
dalam penentuan lintasan trayek.
d) Tingkat pelayanan jalan; penentuan lintasan trayek harus
memperhatikan tingkat pelayanan jalan agar tidak terjadi
penurunan kinerja operasional dan pelayanan jaringan.
e) Jenis pelayanan angkutan; pelayanan angkutan berkaitan
dengan moda yang melayani pada lintasan tertentu.
f) Rencana umum tata ruang; perencanaan jaringan trayek
harus memperhatikan rencana tata ruang guna menciptakan
tingkat kemudahan pelayanan yang memadai sesuai dengan
kondisi tata ruang yang ada yang akan berkembang.
g) Kelestarian lingkungan; kebijakan dan rencana
pengoperasian kendaraan umum sedapat mungkin tidak
mengakibatkan gangguan terhadap lingkungan.
a. Keputusan Mentri Perhubungan No.KM.35 Tahun 2003
Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan
dengan Kendaraan Umum.
1) Pasal 2 :
Kegiatan perencanaan kebutuhan angkutan meliputi :
skripsiku 6
a) penetapan jaringan trayek kebutuhan trayek dan
kebutuhan kendaraan;
b) penetapan wilayah operasi taxi
c) penetapan kebutuhan kendaraan tidak dalam trayek
d) komposisi pelayanan angkutan
2) Pasal 3
Penetapan jaringan trayek sebagaimana dimaksud dalam
pasal 2 huruf a dilakukan berdasarkan jaringan
transportasi jalan dengan mempertimbangkan :
a) bangkitan dan tarikan perjalanan pada daerah asal
dan tujuan;
b) jenis pelayanan angkutan;
c) hirarki kelas jalan yang sama dan/ atau yang lebih
tinggi sesuai ketentuan kelas jalan yang berlaku
d) tipe terminal yang sesuai dengan jenis pelayanan dan
simpul transportasi lainya, yang meliputi Bandar
udara, pelabuhan, dan stasiun kereta api;
e) tingkat pelayanan jalan yang berupa perbandingan
antara kapasitas jalan dan volume lalu lintas.
3) Pasal 4
Kriteria penetapan jaringan trayek sebagaimana
dimaksud dalam pasal 3, meliputi :
a. titik asal dan tujuan merupakan titik terjauh;
b. berawal dan berakhir pada tipe terminal yang sesuai
dengan jenis pelayananya
c. lintasan yang dilalui tetap dan sesuai dengan kelas
jalan.
skripsiku 7
4) Pasal 5
Tahapan kegiatan yang dilaksanakan untuk penetapan
jaringan trayek dan kebutuhan kendaraan sebagaiman
dimaksud dalam Pasal 3huruf a, sekurang – kurangnya
meliputi :
a) melaskukan penelitian asal dan tujuan perjalanan
orang menurut zona jenis pelayanan angkutan;
b) menentukan variable yang berpengaruh terhadap
bangkitan dan tarikan perjalanan;
c) menghitung bangkitan dan tarikan perjalan untuk
kondisi sekarang dan tahun perencanaan
d) menentukan model distribusi perjalann
e) menghitung distribusi perjalanan untuk kondisi
sekarang dan tahun perencanaan
f) menentukan model perhitungan pembebanan
perjalanan / jalan – jalan yang dilalui;
g) menghitung pembebabanan perjalanan utnuk
kondisi sekarang dan tahun perencananaan.
h) konversi jumlah perjalanan orang menjadi jumlah
kendaraan, dengan mempertimbangkan :
i) jumlah frekwensi;
j) factor muatan 70%;
k) kapasitas kendaraan yang akan melayani.
5) Pasal 6
(1) Untuk menjaga keseimbangan pelayanan angkutan,
mengantisipasi pertumbuhan jumlah penduduk dan
perkembangan wilayah, dilakuakn evaluasi
kebutuhan penambahan kendaraan pada tiap – tiap
trayek.
skripsiku 8
(2) evaluasi kebutuhan penambahan kendaraan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan
kegitanan untuk menentukan jumlah kendaraan
pada trayek yang terbuka atau tertutup untuk
penambahan kendaraan pada setiap trayek.
(3) evaluasi kebutuhan penambahan kendaraan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilakukan
dengan mempertimbangkan :
(a) jumlah perjalanan pergi pulang per hari rata –
rata dan tertinggi;
(b) jumlah rata – rata tempat duduk kendaraan
(c) laporan reliasasi factor muatan;
(d) factor muatan 70%
(e) tersedianya fasilitas terminal yang sesuai;
(f) tingkat pelayanan jalan.
6) Pasal 7
Penetapan jaringan trayek, kebutuhan kendaraan dan
evaluasi kebutuhan penambahan kendaraan utnuk
pelayanan angkutan dalam trayek sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5 dan Pasal 6,
dilakukan oleh :
a) Menteri Perhubungan atau pejabat yang ditunjuk,
untuk jaringan trayek lintas batas negate sesuai
dengan perjanjian antar Negara;
b) Direktur Jenderal, untuk jaringan trayek yang melalui
lebih dari satu daerah propinsi;
c) Gubernur, untuk jaringan trayek yang melalui antar
daerah Kabupaten/Kota dalam satu daerah propinsi;
d) Bupati, untuk jaringan trayek yang seluruhnya
berada dalam daerah kabupaten;
skripsiku 9
e) Walikota, utuk jaringan taryek yang seluruhnya
berada dalam daerah Kota.
2. Landasan Teori
a. Kinerja angkutan Kota
Iskandar Abubakar,MSc (1995) menyatakan bahwa konsep
kinerja mencakup dua arti, yaitu efektivitas dan efisiensi.
Efektivitas meliputi penilaian terhadap hasil dari suatu
sistem pelayanan, sedangkan efisiensi merupakan ukuran
penilaian terhadap cara/alat untuk mencapai hasil tersebut.
Ukuran efektivitas digunakan untuk membandingkan hasil
akhir dan dampak pelayanan terhadap obyektif yang telah
ditetapkan. Sedangkan ukuran efisiensi digunakan untuk
mengevaluasi suatu sistem dengan cara membandingkan
hasil dengan usaha yang dilakukan untuk memperoleh hasil
tersebut. Pada dasarnya peningkatan efisiensi dapat
diartikan sebagai cara untuk meminimasi biaya.
Dalam mengevaluasi kinerja angkutan kota disamping
pemenuhan standard pelayanan minimal secara teknis juga
dibutuhkan indikator kinerja yang berfungsi sebagai alat
untuk menunjukkan kualitas objek yang akan dievaluasi.
b. Trayek Angkutan Kota
Hutchinson dalam Lall & Khisty (2006:111) telah
mengklasifikasikan kebutuhan akan perjalanan menjadi lima
kategori utama, yaitu sebagai berikut :
a) Perjalanan di sepanjang rute melingkar yang difokuskan di
kawasan perdagangan utama (CBD),
b) Perjalanan di sepanjang rute melingkar,
c) Perjalanan di antara di dalam kawasan setempat,
skripsiku 10
d) Perjalanan di dalam CBD,
e) Perjalanan yang menghubungkan pusat kegiatan utama.
Berbagai kebutuhan perjalanan tersebut mendorong
dibentuknya suatu jaringan rute angkutan kota sehingga
masyarakat dapat memenuhi kebutuhan perjalanannya
dengan baik. Berdasarkan jenis pelayanannya, rute dapat
terbagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu sebagai berikut :
a) Rute tetap
Rute tetap (tidak ada penyimpangan) digunakan apabila
pelayanannya tetap, baik itu dalam hal waktu maupun ruang
dan apabila dibutuhkan kapasitas tinggi. Rute-rute tetap
dengan penyimpangan keperluan khusus digunakan apabila
pengemudi diperbolehkan menyimpang untuk menjemput
kelompok penumpang tertentu, seperti lansia dan
penyandang cacat. Penyimpangan tidak diperbolehkan
selama jam-jam sibuk.
b) Rute berdasarkan permintaan
Rute berdasarkan permintaan (penyimpangan penuh) dapat
dilayani apabila tidak ada tugas untuk menjalani rute resmi,
pengemudi dapat menanggapi permintaan ini di sepanjang
lintasannya. Penggunaan kendaraan yang rendah dan biaya
yang tinggi merupakan salah satu ciri dari rute jenis ini.
(Khisty & Lall, 2006:135)
D. Gambaran umum
1. Kondisi letak Geografis
Secara geografis kota Surakarta terletak pada posisi 1100 46'
49"–1100 51' 30" Bujur Timur dan antara 70 31' 43"–70 35' 28"
Lintang Selatan. Luas daerah administrasi kurang lebih 44,06 km.
skripsiku 11
Kota Surakarta merupakan salah satu kota di pulau Jawa yang
memiliki aktifitas sangat tinggi. Dengan statusnya sebagai kota
Budaya dan kota Pelajar, surakarta menjadi salah satu pusat
tarikan bagi daerah lainya terutama yang berada di Pulau Jawa.
Batas-batas administrasi dari wilayah kota Surakarta dan
sekitarnya :
- Sebelah Utara : Kabupaten Karanganyar, Kabupaten
Boyolali
- Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar, Kabupaten
Sukoharjo
- Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo
- Sebelah Barat : Kabupaten Karanganyar, Kabupaten
SukoharjoKota
2. Kondisi Angkutan Umum
Kota Surakarta saat ini memiliki beberapa fasilitas transportasi
sesuai dengan jenis kendaraan/angkutan yang ada, meliputi:
Terminal bis yang berada di kelurahan Tirtonadi;
Terminal angkutan kota yang berada di kawasan Pasar
Klewer;
Stasiun Kereta Api yang meliputi Stasiun Surakarta
Balapan, Stasiun Purwosari, Stasiun Surakarta Jebres dan
Stasiun Surakarta Kota;
Tempat pemberhentian bis antar kota;
Tempat pemberhentian angkutan dalam kota.
Rencana pengembangan fasilitas transportasi Kota Surakarta
menurut RTRW Kota Surakarta 2007-2026 adalah sebagai berikut:
skripsiku 12
Terminal bis ; dalam jangka pendek masih tetap
dipertahankan di Tirtonadi, dalam jangka panjang perlu
adanya pemindahan terminal ke pinggiran kota untuk
menghindarkan lalu lintas antar kota bercampur dengan
lalu lintas dalam kota.
Tempat pemberhentian bus antar kota; Berdasarkan
karakteristik pola jaringan jalanyang ada, tempat
pemberhentian bus antar kota direncanakan beradapada
simpul - simpul jalan yang berada di pinggiran kota dari
empat arah, yaitu: Pertigaan Kerten, Pertigaan Palur,
kawasan Kelurahan Joyosuran/Danukusuman, dan
Kelurahan Kadipiro.
3. Kondisi Jalan Di Kota Surakarta
Jalan di Kota Surakarta memiliki kondisi yang cukup baik, karena
hampir di setiap jalan telah diperkeras ( diaspal). Dan juga
volume kendaraan yang melewati ruas jalan Kota Surakarta dapat
di tampung oleh ruas jalan yang ada.
E. Metodologi penelitian
Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, maka langkah- langkah
yang dilakukan adalah :
1. Studi Literatur
Mengumpulkan bahan-bahan dan teori-teori serta data-data
yang dapat menunjang perencanaan yang akan dibuat. Dalam
hal ini penulisan melakukan penelaahan buku-buku dan
literature yang ada hubungannya dengan angkutan jalan, guna
memperoleh data yang diperlukan dan bahan referensi sebagai
landasan berpikir dalam menganalisa permasalahan.
skripsiku 13
2. Survey Pendahuluan
Survey pendahuluan dilakukan dalam rangka menetapkan
rencana pelaksanaan survey yang berkaitan dengan lokasi
maupun waktu pelaksanaan.
3. Pengumpulan Data Primer
Pada pendekatan ini, penulis melakukan pengumpulan data yang
diperoleh dari hasi survey dan pengamatan di lapangan serta
mengadakan Tanya jawab langsung kepada pihak yang terkait.
4. Pengumpulan Data Sekunder
Dalam hal ini penulis melakukan pengumpulan data yang ada
kaitannya dengan objek penulisan, melalui laporan- laporan dan
data yang diperoleh dari berbagai instansi, kemudian meringkas,
mengolah, mengkaji, dan menjabarkan data tersebut menjadi
suatu data yang baku.
skripsiku 14
F. BAGAN ALIR
PERENCANAAN KORIDOR 2 & 3 SEBAGAI PENGEMBANGAN JARINGAN PELAYANAN BATIK SOLO TRANS
skripsiku 15
PEMECAHAN MASALAHPenambahan rute pelayanan BSTPemilihan jenis dan jumlah moda yang tepatManajemen pengoperasian yang tepat
PENGUMPULAN DATA
DATA PRIMERData Home Interview, meliputi:
Hasil Penelitian asal tujuan perjalanan di Kota Surakarta
Frekuensi Angkutan Kota
Jumlah Kendaraan Operasi
Load Factor Angkot
Rata-Rata Panjang Perjalanan Penumpang
Waktu Tempuh Perjalanan
Survey wawancara penumpang
DATA SEKUNDERData Jaringan Jalan
Kota surakarta
Data Jaringan Trayek
Data Trayek Angkutan Kota
IDENTIFIKASI PERMASALAHANPelayanan Angkutan umum yang buruk
Hanya tersedia satu koridor pelayanan BST sebagai angkutan umum yang dapat di andalkan.
Perlu penambahan pelayanan pada koridor baru yang saling terintegrasi
ANALISA DATA
KOMPILASI DATA
Matriks asal tujuan perjalanan
Garis keinginan perjalanan orang
Potensi demand penumpang
Menentukan wilayah bangkitan dan
tarikan
Kodifikasi jaringan jalan
PEMBEBANAN RUAS JALAN DENGAN SOFTWARE CONTRAM/TRANPLAN
Penentuan Koridor
Jumlah Armada
ANALISA
REKOMENDASI DAN APLIKASI
Jenis armada
G. Sistematika penulisan laporan
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini mencakup pembahasan mengenai latar belakang
penelitian, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan mengenai teori-teori yang digunakan dalam
menganalisa baik secara teknis maupun legalitasnya.
BAB III GAMBARAN UMUM
Bab ini menguraikan mengenai daerah studi, diantaranya mencakup
kondisi sekarang seperti geografis, kondisi tata guna lahan sosio
ekonomi daerah studi dan gambaran umum pusat kegiatan yang ada.
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisikan mengenai cara penulis mengumpulkan data primer
maupun sekunder serta alur pikir penelitian.
BAB V ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH
Dalam bab kelima melakukan analisis data terhadap tingkat
pemahaman pejalan kaki berdasarkan data-data yang ada.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab keenam yang merupakan penutup ini akan menyimpulkan
pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya dan
memberikan saran pemecahanya yang sebaiknya dilakukan.
skripsiku 16
skripsiku 17
top related