proposal seminar pg
Post on 03-Jan-2016
31 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE TEAMS-GAMES-TOURNAMENT (TGT)
SISWA KELAS VIII SMP N 1 DORO
Proposal ini dibuat untuk memenuhi
Tugas Akhir Mata Kuliah Seminar Pendidikan Geografi
Oleh :
Nama : Muhammad Abdul Jubair Almasiih
NIM : 3201410065
Prodi : Pendidikan Geografi
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan dewasa ini telah menjadi kebutuhan yang semakin hari
semakin terasa arti pentingnya, akan tetapi dalam proses pemenuhan kebutuhan
akan pendidikan ternyata menghadapi cukup banyak permasalahan, salah satu
pokok permasalahan tersebut adalah masalah kualitas pendidikan.
Dalam rangka memperluas pengetahuan, pendidikan dan ketrampilan
perlu diperhatikan kesempatan bagi anak yang bertempat tinggal di desa terpencil,
berasal dari keluarga yang kurang mampu atau penyandang cacat. Dalam bidang
pendidikan pemerintah membuat kebijaksanaan yaitu membuat UU No 20 tahun
2003 tentang sistem pendidikan nasional, yaitu;
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Departemen Pendidikan
Nasioanl, 2003: 1)
Dari fungsi pendidikan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
dibutuhkan untuk mencetak manusia yang cerdas, kreatif, mandiri sebagai sendi
dalam pembangunan negara. Jika suatu bangsa ingin maju maka sumber daya
manusia harus ditingkatkan. Untuk itu semua anak usia sekolah harus dapat
mengenyam dunia pendidikan. Namun itu tidak sesuai dengan keadaan di
Indonesia saat ini.
Masalah pendidikan merupakan masalah yang sangat penting dalam
kehidupan, bukan saja sangat penting bahkan masalah pendidikan sama sekali
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat
berbangsadan bernegara, maju mundurnya suatu bangsa sebagian besar ditentukan
oleh maju mundurnya pendidikan di Negara itu ( Ahmadi, 2001 :98) kualitas
pendidikan dari suatu lembaga pendidikan pada jenjang tertentu dapat dilihat dari
2
kualitas output atau lulusanyang dihasilkannya, salah satu indikator untuk menilai
kualitas pendidikan adalah prestasi belajar yang dicapai oleh para siswa.
Pendidikan geografi merupakan bagian integral dari sistem pendidikan
nasional yang diajarkan pada semua jenjang pendidikan, geografi juga merupakan
dasar yang sangat diperlukan oleh peserta didik untuk menunjang keberhasilan
belajar dalam menempuh pendidikan lebih lanjut. mengingat arti pentingnya
peranan geografi, maka selayaknyalah penanganan belajar mengajar geografi
dilakukan secara baik. Pengajaran geografi harus ditata terus menerus dalam
rangka mengembangkan daya nalar peserta didik
Perubahan terjadi terus menerus dan semakin cepat menuntut para
pengembang pendidikan baik pengembang kurikulum maupun pengembang guru
sebagai ujung tombak pelaksanaan pendidikan untuk menyiapkan sisiwa agar
hidup produktifdan sukses dimasa depan. Salah satu cara untuk menyiapkan siswa
yaitu dengan membekali mereka keterampilan tertentu seperti keterampilan
memecahkan masalah, menganalisa data, berfikir secara logis, membuatdan
mengambil keputusan menyelesaikan masalah nyata keterampilan memanfaatkan
tekhnologi dan lain-lain. Kurikulum merupakan jantung pola pembelajaran
dikelas dan mendidik siswa dengan keterampilan yang akan mereka butuhkan
dalam hidup sukses dan produktif, sebagaimana pendapat mars dan willis dalam
wartono (2004: 5 ) bahwa kurikulum adalah saling keterkaitan seperangkat
rencana dan pengalaman yang harus dialami siswa dalam belajar dibawah
bimbingan sekolah
Di Indonesia, telah berulang kali terjadi perubahan kurikulum pendidikan
dasar dan menengah yang antara lain kurikulum 1975, kurikulum 1984,
kurikulum1994, kurikulum berbasis kompetensi (KBK) serta kurikulum tingkat
satuan pembelajaran atau disingkat KTSP mengemukakan pendapatyang
mendasar antara kurikulum sebelumnya dengan kurikulum yang sekarang
diterapkan bahwa kurikulum sebelum KTSP cenderung berpusat pada guru
dimana guru merupakan sumber informasi utama pentransfer pengetahuandan
pendekatan yang digunakan dominan ceramah sedangkan dalam kurikulum
tingkat satuan pembelajaran, pembelajaran cenderung berpusat pada siswa
3
pendekatanyang digunakan dalam proses belajar mengajar bervariasi dan guru
berperan sebagai pasilitator motivator dan kreator.
Pada dasarnya rendahnya prestasi belajar siswa termasuk prestasi belajar
geografi dapat disebabkan factor yang berasal dari dalam diri siswa ( faktor
internal ) dan factor dari luar diri siswa (eksternal ) menurut Usman (1993:10).
Model pembelajaran yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar di kelas
merupakan salah satu faktor dari luar diri siswa yang sangat dapat mempengaruhi
prestasi belajarnya. Penggunaan satu model pembelajaran untuk mengajarkan
semua pokok bahasan dalam suatu mata pelajaran dapat menyebabkan siswa
menjadi jenuh sehingga siswa tidak tertarik lagi untuk mengikuti pelajaran
tersebut terlebih lagi dengan mata pelajaran geografiyang menurut Hudoyo (1983:
3) berkaitan dengan konsep-konsep abstrak, sehingga pemahamannya
membutuhkan daya nalar yang tinggi ,dibutuhkan ketekunan keuletan sesemangat,
perhatian dan motivasi yang tinggi untuk dapat memahami materi pelajaran
geografi.
Walaupun prinsip dasar dari pembelajaran kooperatif tidak berubah
namun terdapat beberapa tipe dari model tersebut salah satu tipe dalam
pembelajaran kooperatif yang dianggap peneliti dapat memotivasi siswa dalam
mengikuti proses belajar mengajar adalah model pembelajaran kooperatif tipe
team-games-tournament.(TGT). tipe ini mengharuskan semua siswa dalam setiap
kelompok untuk berusaha memahami dan menguasai materi yang sedang
diajarkan dan selalu aktif ketika kerja kelompok, sehingga saat ditunjuk untuk
mempresentasekan jawabannya, mereka dapat menyumbangkan skor bagi bagi
kelompoknya.
Disamping itu juga dapat berperan sebagai review materi pelajaran serta
dapat memotifasi siswa dalam belajar karena dalammodel pembelajaran ini
terdapat permainan yaitu permainan kartu yang telah diacak oleh guru untuk
memilih nomor soal yang akan dipresentasekan oleh setiap wakil kelompok. Oleh
karena itu peneliti memilih siswa-siswi dikelas tersebut sebagai obyek penelitian.
4
Atas dasar yang telah dikemukakan diatas maka peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul “Meningkatkan Hasil
Belajar Geografi Siswa Kelas VIII SMP N 1 DORO Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams-Games-Tournament (TGT) “
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah keaktifan siswa dalam proses pembelajaran geografi dapat meningkat
melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ?
2. Apakah perhatian siswa dalam proses pembelajaran geografi dapat meningkat
melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ?.
3. Apakah prestasi belajar geografi kelas VIII SMP Negeri 1 Doro dapat
ditingkatkan melalui penerapan model pembelajaran TGT ?”
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
penelitian ini bertujuan untuk:
1. Meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran geografi melaui
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe teams-games-tournament
(TGT).
2. Meningkatkan perhatian siswa dalam proses pembelajaran geografi melalui
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe teams-games-tournament
(TGT).
3. Meningkatkan prestasi belajar geografi melalui penerapan model pembelajaran
Kooperatif tipe Teams-games Tournament (TGT) pada siswa kelas VIII SMP
Negeri 1 Doro.
5
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini diharapkan memberikan
manfaat, sebagai berikut:
a) Prtaktis
1. Bagi siswa, penelitian ini akan sangat bermamfaat dalam meningkatkan
prestasi belajar geografi.
2. Bagi guru, dapat memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran
geografi di kelas sehingga materi pelajaran geografi yang dianggap sulit
bagi siswa dapat dipahami dengan baik melalui strategi pembelajaran yang
bervariasi.dan dianggap tepat.
b) Teoritis
1. Bagi sekolah: sebagai masukan dalam rangka perbaikan kualitas
pembelajaran geografi pada khususnya.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Pendidikan merupakan gejala insani yang fundamental dalam kehidupan
manusia untuk mengantarkan anak manusia ke dunia peradaban. Pendidikan juga
merupakan bimbingan eksistensial manusiawi dan bimbingan otentik, agar anak
belajar mengenali jatidirinya yang unik, bisa bertahan hidup, dan mampu
memiliki, melanjutkan, mengembangkan warisan-warisan sosial generasi yang
terdahulu. Pendidikian memiliki makna:
1. Sebagai salah satu fungsi terpenting dalam pengembangan pribadi anak
manusia dan pengembangan kebudayaan nasional.
2. Fungsi utama dalam usaha pembangunan (Kartono, 1990: 6)
Pendidikan sangat dibutuhkan dalam penunjang pembangunan nasional
Indonesia. Kelangsungan pendidikan dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari
dalam diri siswa (internal) maupun dari luar siswa (eksternal). Dalam penelitian
ini peneliti mengambil dua faktor eksternal yaitu: faktor fisik (jarak dari rumah ke
sekolah, keadaan jalan, dan keadaan transportasi), dan faktor orang tua
(pendidikan orang tua dan pendapatan orang tua).
1. Pengertian Pendidikan
Batasan pengertian pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara dalam
kongres Taman Siswa yang pertama pada tahun 1930 menyebutkan:
Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan tumbuhnya budi
pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek), dan tubuh anak dalam
artian tidak boleh dipisah-pisahkan bagian-bagian itu agar supaya kita dapat
memajukan kesempurnaan hidup. Kehidupan dan penghidupan anak-anak
yang dididik selaras dengan dunia (Hadikusumo, 1996 : 24 - 25)
7
Pendidikan tidak hanya dipandang sebagai usaha pemberian informasi
dan pembentukan ketrampilan saja, namun diperluas sehingga mewujudkan
keinginan, kebutuhan, dan kemampuan individu, sehingga tercipta pola
hidup pribadi dan sosial yang baik. Pendidikan bukan semata-mata sebagai
sarana untuk persiapan kehidupan yang akan datang, tetapi juga untuk
kehidupan anak sekarang yang sedang mengalami perkembangan menuju
tingkat kedewasaan.
2. Ruang Lingkup Pendidikan
Pendidikan di Indonesia menganut konsep pendidikan seumur hidup
yang bertolak dari suatu pandangan bahwa pendidikan adalah unsur esensial
sepanjang umur seseorang. Dengan demikian ruang lingkup pendidikan
meliputi: pendidikan informal, pendidikan formal, dan pendidikan non
formal (Hadikusumo, 1996: 24-25).
2.1 Pendidikan Informal
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan
lingkungan (Departemen Pendidikan Nasional, 2003: 4) pendidikann
yang diperoleh seseorang dalam lingkungan pendidikan tanpa
organisasi, yakni tanpa orang tertentu yang ditunjuk sebagai pendidik,
tanpa program yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu,
tanpa evaluasi yang formal berbentuk ujian. Namun demikian
pendidikan informal ini sangat penting bagi pembentukan pribadi
seseorang.
2.2 Pendidikan Formal
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan
berjenjang yang terdiri atas pendidikian dasar, pendidikan menengah,
dan pendidikan tinggi (Departemen Pendidikan Nasional, 2003: 3).
Dalam pendidikan formal ini terdapat organisasi yang ketat dan nyata
dalam berbagai hal, yaitu; adanya perjenjangan, program atau bahan
pelajaran yang sudah diatur secara formal, cara mengajar juga secara
formal, waktu belajar dan lain-lain.
8
2.3 Pendidikan Non Formal
Pendidikan non formal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan
formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang
(Departemen Pendidikan Nasional, 2003: 4) Pendidikan ini meliputi
berbagai usaha khususnya diselenggarakan secara terorganisir agar
terutama generasi muda dan juga orang dewasa, yang tidak sepenuhnya
atau sama sekali tidak berkesempatan mengikuti pendidikan sekolah
dapat memiliki pengetahuan praktis dan ketrampilan dasar yang mereka
perlukan sebagai warga negara yang produktif.
Dalam pendidikan formal terdapat jenjang pendidikan yang
berkelanjutan, yang ditetapkan berdasarkan perkembangan peserta didik,
tingkat kerumitan bahan pengajaran dan penyajian bahan pelajaran.
Jenjang pendidikan formal terdiri dari :
a) Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi
jenjang pendidikan menengah (Departemen Pendidikan Nasional, 2003 :
11) disini yang dimaksud pendidikan dasar adalah pendidikan yang
diselenggarakan selama enam tahun disekolah dasar dan tiga tahun
disekolah menengah lanjutan tingkat pertama atau satuan pendidikan
yang sederajat.
b) Pendidikan Menengah
Pendidikian menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar, yang
terdiri atas pendidikan menengah dan pendidikan menengah kejuruan
(Departemen Pendidikan Nasional, 2003 : 12). Sekolah menengah umum
adalah sekolah pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan
perluasan pengetahuan dan peningkatan ketrampilan siswa.
c) Pendidikian Tinggi
9
Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah
pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma,
sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh
perguruan tinggi, yang diselenggarakan dengan sistem terbuka
(Departemen Pendidikan Nasional, 2003: 12). Disini untuk menyiapkan
peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan
akademik dan atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan
dan atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian.
Dalam era globalisasi, kesejahteraan bangsa selain sumber daya alam
dan modal yang bersifat fisik, juga pada modal intelektual, modal sosial dan
kepercayaan. Dengan demikian, tuntutan untuk terus menerus
memutakhirkan pengetahuan menjadi suatu keharusan. Peranan pendidikan
formal dalam hal penyediaan sumber daya manusia menjadi sangat penting
sekali disamping pendidikan informal dan non formal. Dalam pendidikan
formal tingkat pendidikan menengah dimana anak dibekali iptek dan imtaq
maka akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
B. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum yang menuntut aktivitas,
kreativitas, dan kearifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan
peserta didik sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan secara efektif dan
menyenangkan. Pada buku Mulyasa (2006), Saylor mengatakan bahwa ”
Instruction is thus the implementation of curriculum plan, usually, but not
necessarily, involving teaching in the sense of student, teacher interaction in an
educational setting”. Dalam hal ini, guru harus dapat mengambil keputusan atas
dasar penilaian ketika peserta didik belum dapat membentuk kompetensi dasar.
Menurut Mulyasa (2006) bahwa proses dan hasil belajar peserta didik
bergantung pada kompetensi guru dan keterampilan mengajarnya. Oleh karena
itu, guru harus mampu mengaktualisasikan dalam pembelajaran. Dalam hal ini,
guru harus mampu menciptakan pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan (PAKEM). Pembelajaran aktif merupakan pendekatan
pembelajaran yang lebih banyak melibatkan aktifitas peserta didik dalam
10
mengakses berbagai informasi dan pengetahuan. Pembelajaran kreatif merupakan
proses pembelajaran yang mengharuskan guru untuk dapat memotivasi dan
memunculkan kreativitas peserta didik selama pembelajaran. Pembelajaran
merupakan suatu proses pembelajaran yang didalamnya terdapat sebuah kohesi
yang kuat antara pendidik dan peserta didik.
Menurut Nur, dkk (2000), semua model mengajar ditandai dengan
adanya struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan (reward). Struktur
tugas mengacu kepada dua hal, yaitu pada cara pembelajaran itu diorganisasikan
dari jenis kegiatan yang dilakukan oleh siswa di dalam kelas. Hal ini berlaku pada
pengajaran klasikal maupun pengajaran dengan kelompok kecil, siswa diharap
melakukan apa selama pengajaran itu.
Dalam penerapan pembelajaran kooperatif dua atau lebih individu saling
tergantung satu sama lain untuk mencapai satu penghargaan bersama., mereka
akan berbagi penghargaan tersebut seandainya mereka berhasil sebagai kelompok.
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan salah satu
model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pendekatan
konstruktivistik. Model pembelajaran mengacu pada metode pembelajaran dimana
peserta didik bekerja bersama dalam kelompok kecil saling membantu dalam
belajar (Nurhayati dan Wellang, 2004).
Menurut Nurhayati dan Wellang (2004), dalam pembelajaran kooperatif
guru mempunyai peranan diantaranya (1) Mengorganisasikan materi pelajaran; (2)
Menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan peserta didik; (3) Mengorganisasikan
peserta didik; (4) menjelaskan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh peserta
didik; (5) Membentuk kelompok siswa yang heterogen; (6) Memberi petunjuk
secara tertulis kepada peserta didik. Selain itu peserta didik juga mempunyai
peranan diantaranya adalah sebagai berikut : (1) Para peserta didik bertanggung
jawab atas keberhasilan kelompoknya, (2) Para peserta didik diharapkan menjadi
aktif, bertanggung jawab, bekerjasama, dan penuh kepedulian; (3) Para peserta
didik berlatih menilai kemajuan belajarnya dan merenungkan dirinya melalui
tujuan kelompok ; (4) Para peserta didik dapat memberi umpan-balik terhadap
sesamanya dan dapat terampil menilai dirinya sendiri.
11
Ciri khas pembelajaran kooperatif adalah peserta didik ditempatkan pada
kelompok- kelompok kerja dan tinggal bersama sebagai satu kelompok atau
beberapa minggu atau beberapa bulan. Mereka dilatih keterampilan-keterampilan
spesifik untuk membantu mereka bekerja sama dengan baik. Misalnya menjadi
pendengar yang baik dan sebagainya.
Pembelajaran kooperatif dapat dibedakan menjadi beberapa model
diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Student Teams Achievement Division (STAD).
2. Jiksaw
3. Think-Pair-Share (TPS)
4. Numbered Heads Together
5. Team-Games-Tournament (TGT)
C. Hakikat Team Games Tournament (TGT)
TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan
siswa dalam kelompok – kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang
siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang
berbeda. Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam kelompok mereka
masing – masing. Dalam kerja kelompok guru memberikan LKS kepada setiap
kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan bersama – sama dengan anggota
kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan
tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggungjawab untuk
memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan
tersebut kepada guru.
Akhirnya untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah
menguasai pelajaran, maka seluruh siswa akan diberikan permainan akademik.
Dalam permainan akademik siswa akan dibagi dalam meja – meja turnamen,
dimana setiap meja turnamen terdiri dari 5 sampai 6 orang yang merupakan wakil
dari kelompoknya masing – masing. Dalam setiap meja permainan diusahakan
agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang sama. Siswa
dikelompokkan dalam satu meja turnamen secara homogen dari segi kemampuan
12
akademik, artinya dalam satu meja turnamen kemampuan setiap peserta
diusahakan agar setara.
Hal ini dapat ditentukan dengan melihat nilai yang mereka peroleh pada saat
pre-test. Skor yang diperoleh setiap peserta dalam permainan akademik dicatat
pada lembar pencatat skor. Skor kelompok diperoleh dengan menjumlahkan skor-
skor yang diperoleh anggota suatu kelompok, kemudian dibagi banyaknya
anggota kelompok tersebut. Skor kelompok ini digunakan untuk memberikan
penghargaan tim berupa sertifikat dengan mencantumkan predikat tertentu.
Menurut Slavin pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5 langkah
tahapan yaitu : tahap penyajian kelas (class precentation), belajar dalam kelompok
(teams), permainan (geams), pertandingan (tournament), dan perhargaan
kelompok ( team recognition). Berdasarkan apa yang diungkapkan oleh Slavin,
maka model pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Siswa Bekerja Dalam Kelompok – Kelompok Kecil
Siswa ditempatkan dalam kelompok – kelompok belajar yang
beranggotakan 5 sampai 6 orang yang memiliki kemampuan, jenis kelamin,
dan suku atau ras yang berbeda. Dengan adanya heterogenitas anggota
kelompok, diharapkan dapat memotifasi siswa untuk saling membantu antar
siswa yang berkemampuan lebih dengan siswa yang berkemampuan kurang
dalam menguasai materi pelajaran. Hal ini akan menyebabkan tumbuhnya
rasa kesadaran pada diri siswa bahwa belajar secara kooperatif sangat
menyenangkan.
2. Games Tournament
Dalam permainan ini setiap siswa yang bersaing merupakan wakil dari
kelompoknya. Siswa yang mewakili kelompoknya, masing – masing
ditempatkan dalam meja – meja turnamen. Tiap meja turnamen ditempati 5
sampai 6 orang peserta, dan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal
dari kelompok yang sama. Dalam setiap meja turnamen diusahakan setiap
peserta homogen. Permainan ini diawali dengan memberitahukan aturan
permainan. Setelah itu permainan dimulai dengan membagikan kartu – kartu
soal untuk bermain (kartu soal dan kunci ditaruh terbalik di atas meja
13
sehingga soal dan kunci tidak terbaca). Permainan pada tiap meja turnamen
dilakukan dengan aturan sebagai berikut. Pertama, setiap pemain dalam tiap
meja menentukan dulu pembaca soal dan pemain yang pertama dengan cara
undian. Kemudian pemain yang menang undian mengambil kartu undian
yang berisi nomor soal dan diberikan kepada pembaca soal. Pembaca soal
akan membacakan soal sesuai dengan nomor undian yang diambil oleh
pemain. Selanjutnya soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan
penantang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam soal. Setelah
waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain akan membacakan hasil
pekerjaannya yang akan ditangapi oleh penantang searah jarum jam. Setelah
itu pembaca soal akan membuka kunci jawaban dan skor hanya diberikan
kepada pemain yang menjawab benar atau penantang yang pertama kali
memberikan jawaban benar.
Jika semua pemain menjawab salah maka kartu dibiarkan saja.
Permainan dilanjutkan pada kartu soal berikutnya sampai semua kartu soal
habis dibacakan, dimana posisi pemain diputar searah jarum jam agar setiap
peserta dalam satu meja turnamen dapat berperan sebagai pembaca soal,
pemain, dan penantang. Disini permainan dapat dilakukan berkali – kali
dengan syarat bahwa setiap peserta harus mempunyai kesempatan yang sama
sebagai pemain, penantang, dan pembaca soal.
Dalam permainan ini pembaca soal hanya bertugas untuk membaca soal
dan membuka kunci jawaban, tidak boleh ikut menjawab atau memberikan
jawaban pada peserta lain. Setelah semua kartu selesai terjawab, setiap
pemain dalam satu meja menghitung jumlah kartu yang diperoleh dan
menentukan berapa poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah
disediakan. Selanjutnya setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya dan
melaporkan poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan.
Selanjutnya setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya dan melaporkan
poin yang diperoleh kepada ketua kelompok. Ketua kelompok memasukkan
poin yang diperoleh anggota kelompoknya pada tabel yang telah disediakan,
kemudian menentukan kriteria penghargaan yang diterima oleh kelompoknya.
14
3. Penghargaan Kelompok
Langkah pertama sebelum memberikan penghargaan kelompok adalah
menghitung rerata skor kelompok. Untuk memilih rerata skor kelompok
dilakukan dengan cara menjumlahkan skor yang diperoleh oleh masing –
masing anggota kelompok dibagi dengan dibagi dengan banyaknya anggota
kelompok. Pemberian penghargaan didasarkan atas rata – rata poin yang
didapat oleh kelompok tersebut. Dimana penentuan poin yang diperoleh oleh
masing – masing anggota kelompok didasarkan pada nilai yang diperoleh,
seperti ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 2.1 Perhitungan Poin Permainan Untuk Empat Pemain
Pemain dengan Poin Bila Jumlah Kartu Yang
Diperoleh
Skor Tertinggi 40
Skor Tinggi 30
Skor Rendah 20
Skor Terendah 10
Tabel 2.2 Perhitungan Poin Permainan Untuk Tiga Pemain
Pemain dengan Poin Bila Jumlah Kartu Yang
Diperoleh
Skor Tinggi 60
Skor Sedang 40
Skor Rendah 20
15
(Sumber : Slavin, 1995:90)
Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ada beberapa tahapan
yang perlu ditempuh, yaitu :
1. Mengajar (teach)
Mempersentasekan atau menyajikan materi, menyampaikan tujuan, tugas, atau
kegiatan yang harus dilakukan siswa, dan memberikan motivasi.
2. Belajar Kelompok (team study)
Siswa bekerja dalam kelompok yang terdiri atas 5 sampai 6 orang dengan
kemampuan akademik, jenis kelamin, dan ras / suku yang berbeda. Setelah
guru menginformasikan materi, dan tujuan pembelajaran, kelompok berdiskusi
dengen menggunakan LKS. Dalam kelompok terjadi diskusi untuk
memecahkan masalah bersama, saling memberikan jawaban dan mengoreksi
jika ada anggota kelompok yang salah dalam menjawab.
3. Permainan (game tournament)
Permainan diikuti oleh anggota kelompok dari masing – masing kelompok
yang berbeda. Tujuan dari permainan ini adalah untuk mengetahui apakah
semua anggota kelompok telah menguasai materi, dimana pertanyaan –
pertanyaan yang diberikan berhubungan dengan materi yang telah didiskusikan
dalam kegiatan kelompok.
4. Penghargaan kelompok (team recognition)
Pemberian penghargaan (rewards) berdasarkan pada rerata poin yang diperoleh
oleh kelompok dari permainan. Lembar penghargaan dicetak dalam kertas
HVS, dimana penghargaan ini akan diberikan kepada tim yang memenuhi
kategori rerata poin sebagai berikut :
16
Tabel 2.3 Kriteria Pengahrgaan Kelompok
Kriteria ( Rerata Kelompok ) Predikat
30 sampai 39 Tim Kurang baik
40 sampai44 Tim Baik
45 sampai 49 Tik Baik Sekali
50 ke atas Tim Istimewa
(Sumber : Slavin, 1995:90)
D. Kerangka Berfikir
Proses belajar mengajar dipandang berkualitas jika berlangsung efektif,
bermakna dan ditunjang oleh sumber daya yang wajar. Proses belajar mengajar
dapat dikatakan berhasil jika siswa menunjukkan tingkat penguasaan yang tinggi
terhadap tugas-tugas belajar yang harus dikuasai dengan sasaran dan tujuan
pembelajaran. Oleh karena itu guru sebagai pendidik bertanggung jawab
merencanakan dan mengelola kegiatan-kegiatan belajar mengajar sesuai dengan
tuntutan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada setiap mata pelajaran. Di
dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi agar siswa dapat
belajar secara efektif dan efisiensi, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah
satu strategi yang harus dimiliki oleh guru adalah harus menguasai teknik-teknik
penyajian atau biasa disebut metode mengajar.
Teknik penyajian pelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara
mengajar yang dipergunakan oleh guru untuk menyajikan pelajaran kepada siswa
17
di dalam kelas yang diharapkan dapat memotivasi siswa dalam menguasai
pengetahuan, keterampilan, menjawab pertanyaan, memecahkan masalah dan
bersikap. Berbagai macam-macam teknik mengajar, ada yang menekankan
peranan guru yang utama dalam pelaksanaan penyajian, ada pula yang
menekankan pada media hasil teknologi, ada pula teknik penyajian yang hanya
digunakan untuk sejumlah siswa yang terbatas dan yang tidak terbatas, teknik
penyajian di dalam dan di luar kelas, dan lain sebagainya. Setiap teknik tersebut
memiliki ciri khas dan tujuan tersendiri, sehingga dalam memilih teknik
pengajaran harus tetap bertolak pada tujuan yang ingin dicapai dalam proses
pembelajaran serta kesesuaian materi dengan metode yang diterapkan.
Dengan metode pembelajaran Teams-Games-Tournament (TGT),
diharapkan siswa dapat lebih berminat dalam belajar mata pelajaran geografi dan
dapat memberikan solusi dalam memahami materi, serta memberikan keaktifan,
perhatian, belajar memecahkan masalah yang dapat berpengaruh positif terhadap
hasil belajar siswa dalam rangka perbaikan proses belajar mengajar. Dengan
demikian diharapkan agar siswa dapat meningkatkan prestasinya.
E. Hipotesis
Hipotesis yang akan dibuktikan dalam penelitian ini adalah Jika
pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament (TGT) diterapkan maka
ada peningkatan hasil belajar pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Doro.
18
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Waktu : Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni 2012.
Tempat : Adapun tempat penelitian yaitu di SMP Negeri 1 Doro Kecamatan
Doro Kabupaten Pekalongan.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1
Doro.
2. Sampel
Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total
random sampling yaitu cara pengambilan sampel dari seluruh populasi
yang ada. Besarnya sampel yang diambil yaitu seluruh populasi yaitu
siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Doro. Pengambilan sampel secara random
dimaksudkan agar setiap sampel yang diambil dapat mewakili populasi
yang ada.
C. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan 2 Variabel yaitu Variabel Bebas dan
Variabel Terikat.
a. Variabel Bebas
Dalam Penelitian Ini Variabel Bebasnya Adalah Pembelajaran Kooperatif
Tipe Teams-Games-Tournament (TGT)
b. Variabel Terikat
19
Dalam Penelitian Ini Variabel Terikatnya Adalah Hasil Belajar Siswa
Kelas Viii Smp Negeri 1 Doro Kabupaten Pekalongan
D. Teknik Pengumpulan Data
Alat ukur yang digunakan dalam hal ini adalah sebagai berikut :
1. Data tentang aktifitas belajar mengajar diambil pada saat dilaksanakan
tindakan dengan menggunakan lembar observasi.
2. Data mengenai hasil belajar diambil dari tes. Tes tersebut dibuat oleh
peneliti dalam bentuk soal pilihan ganda.
E. Analisis Data
Pada penelitian ini analisis data yaitu hasil belajar siswa berupa tes yang
akan dianalisis dengan menggunakan skor yang berdasarkan penilaian acuan
patokan, dihitung berdasarkan skor maksimal yang mungkin dicapai oleh siswa.
Nilai yang diperoleh dikelompokkan menjadi lima kategori, yaitu sangat tinggi,
tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Pedoman pengkategorian hasil belajar
siswa yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 2.4. Di samping itu juga
dideskripsikan hasil pengamatan aktifitas pembelajaran dan perilaku siswa yang
diketahui dari hasil pengamatan dengan menggunakan lembar observasi yang
terjadi pada saat pelaksanaan proses belajar mengajar.
Tabel 2.4 Pedoman pengkategorian hasil belajar
Skor Yang dicapai Kategori
8,0 – 10 Sangat Tinggi
6,6 - 7,9 Tinggi
5,6 - 6,5 Sedang
20
40 - 5,5 Rendah
0 - 3,9 Sangat Rendah
(Sumber : Arikunto, 2005)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka cipta.
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional, Jakarta: Diknas
Hadikusumo, K. 1996. Pengantar Pendidikan Semarang: IKIP Semarang Press
Kartono, Kartini. 1990. Wawasan Politik. Bandung: Mandor Maju
http://downloads.ziddu.com/downloadfile/5235876/
PembelajaranKooperatifTipeTGT.doc.html (Di Unduh Pada 25 Juni
2013, 12.01)
http://ipotes.wordpress.com/2008/05/11/pembelajaran-kooperatif-tipe-teams-
games-tournaments-tgt/ (Di Unduh pada 25 Juni 2013, 11.33)
21
top related