proposal mini bpjs ketenagakerjaan.docx
Post on 18-Jan-2016
821 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Analisis pelaksanan BPJS ketenaga kerjaan Di
PT. AA (AGRI ANDALAS) SELUMA
1. LATAR BELAKANG
Seperti diketahui bersama bahwa “Jaminan sosial merupakan hak setiap warga
Negara yang dilindungi oleh undang undang”. Namun kenyataannya belum seluruh warga
Negara mendapatkan akses jaminan sosial nasional tersebut. Dalam Undang-Undang Dasar
1945, pada alinea kelima, dinyatakan bahwa keadilan sosial diperuntukkan bagi seluruh
rakyat Indonesia dan Sistem jaminan sosial tercantumdalam Pasal 34 UUD Amandemen
keempat Tahun 2002.
Melihat persoalan tersebut maka sesuatu yang wajar jika warga negara,termasuk
semua pekerja menuntut untuk pengesahan undang-undang terkait dengan program jaminan
sosial tentang pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Walaupun
Undang-Undang Sistem Jaminan nasional telah diundangkan dalam UU Nomor 40 Tahun
2004, akan tetapi belum mampu melaksanakan program tersebut sesuai dengan amanat UU,
karena masih terkendala dengan pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
Hal ini terjadi karena dalam Undang-Undang No 40 Tahun 2004 Pasal 1 Ayat (6)
menentukan, “BPJS adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program
jaminan sosial”. Dan pelaksanaan ini diperkirakan hingga pada tahun 2014.
UU NO 24 tahun 2011 tentang badan penyelanggaran jaminan
sosial(BPJS) .penyelanggaran jaminan sosial dilakukan oleh 2 badan penyelenggara yaitu
BPJS kesehatan yang menyelengarakan kesehatan nasional (JKN), jaminan kecelakaan
kerja(JKK),jaminan kematian(JKM),jaminan hari tua(JHT) dan jaminan pensiun.
Sejak tanggal 1 januari 2014 BPJS kesehatan mulai beroperasi dengan
menyelengarakan program jaminan kesehatan nasional dan program pemeliharaan yang
semula diselengarakan oleh PT.JAMSOSTEK dialihkan ke BPJS kesehatan yang
berpedoman pada UU NO. 40 tahun 2004 tentang sistem jaminan sosial nasional dan UU no
24 tahun 2011 badan penyelengara jaminan sosial.
Sesuai dengan kebijakan pemerintah melalui Undang-Undang Nomor 3 tahun 1992,
maka semua tenaga kerja harus diikutsertakan dalam program jaminan sosial tenaga kerja. Di
dalam Undang-Undang Nomor 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja sudah
dijelaskan bahwa setiap badan usaha yang mempekerjakan 10 (sepuluh) orang atau lebih atau
membayar total upah Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) per bulan, wajib mengikutsertakan
pekerjanya dalam program jaminan sosial tenaga kerja. Program jaminan sosial tenaga kerja
adalah perlindungan dasar bagi pekerja yang sifatnya saling membantu.
Masalah jaminan sosial tenaga kerja merupakan hal yang paling prinsipil bagi setiap
tenaga kerja dan sekaligus merupakan beban yang harus dipikul oleh setiap pengusaha. Oleh
karena itu, tidak mustahil timbul kerawanan-kerawanan pada perusahaan-perusahaan tertentu
yang tidak melaksanakan ketentuan tersebut. Mengingat bahwa di setiap perusahaan
memiliki pekerja tetap dan pekerja tidak tetap, maka dalam kenyataannya tidak setiap
pekerja mendapatkan pelayanan jaminan sosial tenaga kerja.
Setelah saya survei keperusahaan ini banyak sekali masalah yang saya temukan salah
satunya masalah BPJS ketenaga kerjaan pihak PT AA ( AGRI ANDALAS) tidak seluruhnya
didaftarkan BPJS ketenagakerjaan hanya pekerja yang formal saja informal tidak diikut
sertakan.pekerja banyak mengeluh kenapa pihak perusahaan tidak ikut sertakan seluruh
kariyawannya sedangkan bpjs ketengakerjaan.
Berdasarkan alasan-alasan yang telah disebutkan diatas yang menjadi dasar penulis
untuk membahas permasalahan sebatas kemampuan daya pikir penulis, maka penulis
memilih judul “analisis pelaksanaan BPJS KETENAGAKERJAAN PT.AA (AGRI
ANDALAS) ”
2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis mengemukakan
permasalahan yaitu:
a. Bagaimana pelaksanaan bpjs ketenagakerjaan di PT AA (AGRI ANDALAS)
b. Mengapa PT AA (AGRI ANDALAS ) tidak mengikutsertakan semua tenaga
kerjanya pada program BPJS ketenagakerjaan ?
c. Bagaiman upaya yang dapat dilakukan jika pekerja yang tidak mendapatkan
BPJS KETENAGAKERJAAN pada program pemeliharaan kesehatan dan
kecelakaan kerja di tempat kerja.
3. TUJUAN
3.1. TUJUAN UMUM
Untuk mengetahui pelaksanaan program BPJS KETENAGA KERJAAN PT.
AA(AGRI ANDALAS) SELUMA dan hambatan-hambatan yang dihadapi dalam
melaksanakan program jaminan sosial tenaga kerja serta untuk mengetahui upaya-
upaya yang dilakukan dalam mengatasi hambatan-hambatan tersebut.
3.2. TUJUAN KHUSUS
1. Untuk mengetahui pelaksanaan BPJS ketenaga kerjaan bagi tenaga kerja
yang bekerja di PT. AA(AGRI ANDALAS)SELUMA.
4. METODE PENELITIAN
. Metode penelitian yang digunakan adalah metode Kualitatif. Metode Kualitatif
adalah untuk mendiskripsikan pelaksanaan BPJS ketenagakerjaan yang di berikan pada
karyawan informal dan formal di PT . AA(AGRI ANDALAS )SELUMA yaitu berdasarkan
data dan fakta.
5. KERANGKA PIKIR
INPUT PROSES OUTPUT
Ket :
1. MAN : SDM (pekerja formal,informal dan pihak perusahaaan)
2. MONEY : Uang (pembiayann) penghasilan yang didapat perusahaan untuk
memberikan jaminaan BPJS ketenagakerjaan kepada pekerja formal dan informal.
3. METODE : Di wajibkan seluruh karyawan mendapatkan bpjs ketenaga kerjaan,
dari pomotongan upah
4. MICHINE : Alat-alat pelaksanaan untuk bpjs ketenaga kerjaan diperusahaan
5. MATERIAL : Landasan hukum, materi tentang bpjs ketenagakerjaan,
jaminan BPJS ketenagakerjaansistem pelayanan
bpjs ketenagakerjaan kepada pekerja
formal dan informal
bpjs ketenagakerjaan terhadap seluruh pekerja di PT AA (AGRI ANDALAS)
LANDASAN TEORI
1. PENGERTIAN BPJS KETENAGAKERJAAN
BPJS Ketenagakerjaan merupakan salah satu program dari pemerintah Indonesia yang
menggantikan peran ASKES sebagai badan penyelenggara Jaminan Kesehatan pada
masyarakat dan diharapkan mampu lebih baik lagi dari Jamsostek yang dulunya belum
mampu menjadi penyelenggara jaminan kesehatan yang memberikan pelayanan yang
paripurna kepada masyarakat.
Program yang di-cover oleh BPJS Ketenagakerjaan sendiri sekarang menyusut
menjadi tiga area dibandingkan saat ia masih bernama Jamsostek, yaitu Jaminan Kecelakaan
Kerja, Jaminan Hari Tua, dan Jaminan Kematian. Jika dalam Jamsostek juga diberi Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan (JPK) selain tiga program yang dicakup tadi, maka dalam BPJS
Ketenagakerjaan JPK JKK ,JHTdialihkan ke dalam BPJS Kesehatan.
Perusahaan wajib mengikutsertakan pegawainya dalam program BPJS
Ketenagakerjaan, sebagai bentuk realisasi kemauan perusahaan untuk peduli terhadap
pekerjanya. Dari ketiga program yang di-cover BPJS Ketenagakerjaan, pekerja hanya
dipungut iyuran 2%, yaitu dalam program Jaminan Hari Tua. “Itupun untuk mereka juga
nantinya. Sama dengan tabungan juga. Mereka bisa menarik minimal setelah lima tahun
dengan masa tunggu sebulan. Intinya, pekerja tidak menanggung apa-apa untuk masuk dalam
program BPJS Ketenagakerjaan
2.1. PENGERTIAN JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA
Jaminan sosial tenaga kerja merupakan hak dari setiap pekerja, untuk mendapatkan
perlindungan baik dalam bentuk jaminan sosial maupun penggantian kerugian dalam rangka
pelaksanaan tugas yang merupakan kewajiban setiap pekerja. Jaminan sosial tenaga kerja
adalah salah satu kebutuhan dasar bagi tenaga kerja untuk dapat bekerja lebih produktif dan
hidup lebih sejahtera. Sebaliknya bagi perusahaan juga akan dapat lebih bersungguh-sungguh
dalam melakukan usahanya, karena tenaga kerja yang bekerja di perusahaannya terlindung
dan terjamin oleh program jaminan sosial tenaga kerja.
Penyelenggaraan program jaminan sosial tenaga kerja pada dasarnya berusaha ingin
memberikan rasa aman dan tenteram bagi setiap tenaga kerja dalam melaksanakan
pekerjaannya, dan tidak perlu memikirkan semua biaya yang harus dikeluarkan untuk
mengatasi masalah yang terjadi baik si pekerja itu sendiri maupun keluarganya.
Jaminan sosial tenaga kerja merupakan salah satu bentuk asuransi sosial dan bantuan
sosial. Asuransi sosial adalah program asuransi yang diselenggarakan secara wajib
berdasarkan undang-undang. Jaminan sosial tenaga kerja dikatakan sebagai jenis asuransi
sosial karena :
1. Biaya yang diperoleh dari iuran pengusaha dan tenaga kerja.
2. Partisipasi diwajibkan, dengan beberapa pengecualian.
3. Tingkat iuran dan tunjangan sering dikaitkan dengan posisi seseorang atau
penghasilannya.
4. Hak seseorang akan tunjangan dijamin oleh bukti catatan iurannya.
Bentuk perlindungan, pemeliharaan, dan peningkatan kesejahteraan diselenggarakan
dalam bentuk jaminan sosial tenaga kerja yang bersifat dasar, dengan berasaskan usaha
bersama, kekeluargaan, dan gotong royong, sebagaimana terkandung dalam Undang-Undang
Dasar Negara RI 1945. Jaminan sosial tenaga kerja merupakan hak dari setiap pekerja untuk
mendapatkan santunan berupa uang sebagai pengganti dari pengahsilan yang telah
dikeluarkan apabila terjadi peristiwa-peristiwa yang membawa kerugian terhadap pekerja itu
sendiri. Selain itu, jaminan sosial tenaga kerja juga diberikan kepada pekerja atau
keluarganya yang menderita suatu penyakit atau meninggal dunia dan pekerja yang sudah
tidak mampu lagi untuk melakukan pekerjaan karena telah lanjut usia.
2.2. DASAR HUKUM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA
Dasar hukum pelaksanaan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah sebagai
berikut :
1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
2. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 Tentang Penyelenggaraan Program
Jaminan Sosial Tenaga Kerja
3. Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 Tentang Penyakit Yang Timbul Karena
Hubungan Kerja
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER-03/MEN/1993 Tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER-04/MEN/1993 Tentang Jaminan
Kecelakaan Kerja
6. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 1998 tentang Perubahan PP No. 14 Tahun
1993 Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja
7. Peraturan Pemerintah Nomor 83 tahun 2000 Tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 Tentang Penyelenggaraan Program
Jaminan Sosial Tenaga Kerja
8. Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2002 Tentang Perubahan Ketiga Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 Tentang Penyelenggaran Program
Jaminan Sosial Tenaga Kerja
9. Peraturan Pemerintah Nomor 64 tahun 2005 Tentang Perubahan Keempat Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 Tentang Penyelenggaran Program
Jaminan Sosial Tenaga Kerja
2.3. KEPESERTAAN JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA
a. Persyaratan Kepesertaan
Menurut Pasal 4 ayat (3) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 disebutkan bahwa
persyaratan dan tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial tenaga kerja diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Pemerintah, maka berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (3) Peraturan
Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 disebutkan mengenai persyaratan kepesertaan sebagai
berikut :“Pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 10 (sepuluh) orang atau
lebih atau membayar upah paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) sebulan, wajib
mengikutsertakan tenaga kerjanya dalam program jaminan sosial tenaga kerja”.
Pengusaha yang telah menyelenggarakan sendiri program pemeliharaan kesehatan
bagi tenaga kerjanya dengan manfaat lebih baik dari Paket Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Dasar menurut peraturan pemerintah, maka tidak wajib ikut dalam Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan yang diselenggarakan oleh PT. Jamsostek.
Pengusaha dan tenaga kerja yang telah ikut program asuransi sosial tenaga kerja
(ASTEK) sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993, dapat tetap
melanjutkan kepesertaannya dalam program jaminan sosial tenaga kerja. Selanjutnya
pengusaha yang belum mengikutsertakan tenaga kerjanya, maka wajib memberikan jaminan
sosial tenaga kerja sesuai dengan peraturan tersebut.
b. Tata Cara Pendaftaran Kepesertaan
Pengusaha yang memenuhi syarat penyelenggaraan jaminan sosial tenaga kerja dalam
hal kepesertaan wajib mendaftarkan perusahaan dan tenaga kerjanya sebagai peserta program
jaminan sosial tenaga kerja kepada badan penyelenggara dengan mengisi formulir yang
disediakan badan penyelenggara. Pengusaha harus menyampaikan formulir jaminan sosial
tenaga kerja kepada badan penyelenggara selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak
diterimanya formulir dari badan penyelenggara.
Dalam waktu selambat-lambatnya 7 hari sejak formulir pendaftaran dan pembayaran
iuran pertama diterima, badan penyelenggara menerbitkan dan menyampaikan kepada
pengusaha hal-hal sebagai berikut:
- Sertifikat kepesertaan untuk masing-masing perusahaan sebagai tanda kepesertaan
perusahaan.
- Kartu peserta untuk masing-masing tenaga kerja sebagai tanda kepesertaan dalam
jaminan sosial tenaga kerja.
- Kartu Pemeliharaan Kesehatan untuk masing-masing tenaga kerja bagi yang
mengikuti program jaminan pemeliharaan kesehatan.
Selanjutnya pengusaha menyampaikan kartu peserta program jaminan sosial tenaga
kerja kepada masing-masing tenaga kerja dalam waktu paling lambat 7 (tujuh) hari sejak
diterimanya dari badan penyelenggara. Kartu peserta berlaku sampai berakhirnya masa
kepesertaan tenaga kerja yang bersangkutan dalam program jaminan sosial tenaga kerja.
Apabila tenaga kerja pindah tempat kerja dan masih menjadi peserta program jaminan sosial
tenaga kerja, maka harus memberitahukan kepesertaannya kepada pengusaha tempat kerja
yang baru dan menunjukkan kartu peserta.
Kepesertaan perusahaan dan tenaga kerja dalam program jaminan sosial tenaga kerja
berlaku sejak pendaftaran dan pembayaran iuran pertama dilakukan oleh pengusaha.
Pengusaha diwajibkan untuk melaporkan kepada PT. Jamsostek apabila tejadi perubahan
mengenai :
a. Alamat perusahaanb. Kepemilikan perusahaanc. Jenis dan bidang usahad. Jumlah tenaga kerja dan keluarganyae. Besarnya upah setiap tenaga kerja
Laporan tersebut disampaikan paling lambat 7 (tujuh) hari sejak terjadinya perubahan.
Tenaga kerja peserta jaminan sosial tenaga kerja wajib menyampaikan daftar susunan
keluarga kepada pengusaha, termasuk segala perubahannya. Apabila terjadi perubahan
mengenai jumlah tenaga kerja dan keluarganya dalam waktu paling lambat 7 (tujuh) hari
sejak laporan diterima, PT. Jamsostek wajib menerbitkan :
a. Kartu peserta tenaga kerja baru, kecuali tenaga kerja yang bersangkutan
telah memiliki kartu peserta
b. Kartu pemeliharaan kesehatan yang baru
Bagi perusahaan atau pengusaha yang telah mendaftarkan pekerjanya dalam program
jaminan sosial tenaga kerja, berarti pengusaha itu telah melakukan suatu tindakan yang
bijaksana yaitu melindungi para pekerja dalam menghadapi setiap kecelakaan yang mungkin
terjadi, mendidik para pekerjanya untuk menghemat atau menabung yang nantinya dapat
dinikmati apabila sewaktu-waktu terjadi suatu kejadian, melindungi perusahaannya dari
keharusan memberikan tunjangan kecelakaan yang kemungkinan jumlahnya sangat besar dan
memberikan ketenangan kepada pekerja beserta keluarganya karena dengan terjadinya
kecelakaan yang tidak diharapkan, mereka telah berhak memperoleh jaminan yang memadai.
c. RUANG LINGKUP BPJS KETENAGAKERJAAN
Ruang lingkup Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja menurut Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 1992 meliputi :
a) Jaminan Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan yang terjadi dalam hubungan kerja termasuk
sakit akibat hubungan kerja. Demikian pula terhadap kecelakaan kerja yang terjadi dalam
pejalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang kembali melalui jalan yang
wajar atau biasa dilalui.
Kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kecelakaan kerja merupakan risiko yang
dihadapi oleh tenaga kerja yang melakukan pekerjaan. Untuk menanggulangi hilangnya
sebagian atau seluruh penghasilan yang diakibatkan oleh kematian atau cacat atau kecelakaan
kerja baik fisik maupun mental maka perlu adanya Jaminan Kecelakaan Kerja.
Jaminan kecelakaan kerja pada hakikatnya memberikan kompensasi berupa
penggantian biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha dalam menanggung risiko korban
kecelakaan kerja pada pekerjanya, dan yang paling utama adalah membayar ganti rugi atas
menurunnya atau hilangnya kemampuan bekerja serta kemampuan berpenghasilan.
b) Jaminan Kematian
Jaminan kematian adalah jaminan yang diberikan kepada keluarga dan ahli waris
pekerja yang meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja untuk meringankan beban
keluarga. Tenaga kerja yang meninggal dunia bukan sebagai akibat kecelakaan kerja akan
mengakibatkan terputusnya penghasilan, dan sangat berpengaruh pada kehidupan sosial
ekonomi bagi keluarga yang ditinggalkan. Oleh karena itu, diperlukan jaminan kematian
dalam upaya meringankan beban keluarga baik dalam bentuk biaya pemakaman maupun
santunan berupa uang.
Dalam Pasal 12 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992, menyebutkan :
Ayat (1) : Tenaga kerja yang meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja,
keluarganya berhak atas jaminan kematian.
Ayat (2) : Jaminan kematian sebagaiman dimaksud dalam ayat (1) meliputi :
- biaya pemakaman
- santunan berupa uang
Santunan jaminan kematian tersebut diberikan sekaligus kepada ahli waris dengan
urutan sebagai berikut:
1. janda atau duda
2. anak
3. orang tua
4. cucu
5. kakek atau nenek
6. saudara kandung
7. mertua
Apabila tenaga kerja tersebut tidak mempunyai keturunan sedarah menurut garis lurus
ke bawah dan garis lurus ke atas dihitung sampai derajat kedua, maka jaminan kematian
dibayarkan sekaligus kepada pihak yang ditunjuk oleh tenaga kerja dalam surat wasiatnya.
Jika tidak ada wasiat, maka biaya pemakaman dibayarkan kepada pengusaha atau pihak lain
guna pengurusan pemakaman. Sedangkan bagi magang atau murid dan mereka yang
memborong pekerjaan serta narapidana yang meninggal dunia bukan karena akibat
kecelakaan kerja, maka bagi keluarga yang ditinggalkan tidak berhak atas jaminan kematian.
Pihak yang berhak mengajukan pembayaran jaminan kematian kepada badan
penyelenggara dengan disertai bukti-bukti berupa :
a. Kartu peserta
b. Surat keterangan kematian
Berdasarkan pengajuan pembayaran tersebut, badan penyelenggara membayarkan
santunan kematian dan biaya pemakaman kepada yang berhak.
c) Jaminan Hari Tua
Hari tua dapat mengakibatkan terputusnya upah karena tidak mampu bekerja. Akibat
terputusnya upah tersebut dapat menimbulkan kerisauan bagi tenaga kerja dan mempengaruhi
ketenangan kerja sewaktu mereka masih bekerja, terutama bagi mereka yang berpenghasilan
rendah. Jaminan hari tua merupakan jaminan yang memberikan kepastian penerimaan
penghasilan yang dibayarkan sekaligus atau berkala pada saat tenaga kerja mencapai usia 55
(lima puluh lima) tahun atau memenuhi persyaratan tertentu, sebagaimana yang diatur dalam
Pasal 14 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 yaitu :
Ayat (1) : Jaminan Hari Tua dibayarkan secara sekaligus atau berkala, atau sebagian dan
berkala, kepada tenaga kerja karena :
a. telah mencapai usia 55 (lima puluh lima) tahun atau
b. cacat tetap total setelah ditetapkan oleh dokter
Ayat (2) : Dalam hal tenaga kerja meninggal dunia, Jaminan Hari Tua dibayarkan
kepada janda atau duda atau anak yatim
d) Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Pemeliharaan kesehatan dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja
sehingga dapat melaksanakan tugas sebaik-baiknya dan merupakan upaya kesehatan di
bidang penyembuhan (kuratif). Upaya penyembuhan memerlukan dana yang tidak sedikit dan
memberatkan jika dibebankan kepada perorangan, maka sudah selayaknya di upayakan
penanggulangan kemampuan masyarakat melalui program jaminan sosial tenaga kerja. Di
samping itu, pengusaha tetap berkewajiban mengadakan pemeliharaan kesehatan tenaga kerja
yang meliputi upaya peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), penyembuhan (kuratif),
dan pemulihan (rehabilitasi). Dengan demikian diharapkan tercapainya derajat kesehatan
tenaga kerja yang optimal sebagai potensi yang produktif bagi pembangunan. Jaminan
pemeliharaan kesehatan selain untuk tenaga kerja yang bersangkutan juga untuk keluarganya.
Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 16 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992
bahwa, jaminan pemeliharaan kesehatan diberikan kepada pihak-pihak yang berhak
menerimanya yaitu :
1. tenaga kerja,
2. suami atau istri yang sah, dan
3. anak sebanyak-banyaknya 2 orang dan usianya di bawah 21 tahun
Penyelenggaraan paket jaminan pemeliharaan kesehatan yang berupa pelayanan
medis pelaksanaannya diatur dalam Pasal 35 ayat (1) Peaturan Pemerintah Nomor 14 tahun
1993 dan Pasal 16 ayat 2 Undang-Undang Nomor 3 tahun 1992 yaitu meliputi :
1. Rawat jalan tingkat pertama
Pelayanan rawat jalan tingkat pertama meliputi :
a. Bimbingan dan konsultasi kesehatan
b. Pemeriksaan kehamilan, nifas dan ibu menyusui
c. Keluarga berencana
d. Imunisasi bayi, anak dan ibu hamil
e. Pemeriksaan dan pengobatan dokter umum
2. Rawat jalan tingkat lanjutan
Pelayanan pada tingakat ini dilakukan dengan rujukan pada pelaksana pelayanan
kesehatan tingkat lanjutan.
3. Rawat inap
Pelaksanaan pelayanan rawat inap dilaksanakan dengan memberi surat rujukan pada
rumah sakit yang dipilih dalam waktu tujuh hari, denga menggunakan standar biaya yang
telah ditetapkan dan ditanggung oleh badan penyelenggara.
4. Pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan
Pelaksanaan pelayanannya sesuai dengan rumah sakit yang ditunjuk.
5. Penunjang diagnostik
Pelayanan ini dilakukan dengan penggunaan hasil seperti : laboratorium, rontgen, tes
darah dan lain-lain berupa resep obat yang diambil pada apotik yang ditunjuk dengan
menggunakan obat standar, dan bila harganya melebihi yang ditetapkan, maka harus
ditebus biaya tambahannya.
6. Pelayanan khusus
Pelayanannya berupa : penggantian kaca mata, alat bantu dengar, prothese anggota gerak
dan lainnya.
7. Gawat darurat
Pelayanannya dilakukan pada rumah sakit terdekat, dengan tingkat pelayanan penunjang
diagnostik.
Dalam menyelenggarakan paket jaminan pemeliharaan kesehatan dasar, badan
penyelenggara wajib :
a. Memberikan kartu pemeliharaan kesehatan kepada setiap peserta.
b. Memberikan keterangan yang perlu diketahui peserta mengenai jaminan pemeliharaan
kesehatan yang diselenggarakan.
Pelaksanaan pemberian pelayanan dilakukan oleh pelaksana pelayanan kesehatan
berdasarkan perjanjian tertulis dengan badan penyelenggara. Badan penyelenggara
melakukan pembayaran kepada pelaksana pelayanan kesehatan secara praupaya dengan
sistem kapitasi. Pemberian pelayanan oleh pelaksana pelayanan kesehatan dilakukan sesuai
dengan kebutuhan medis yang nyata dan standar pelayanan medis yang berlaku dengan tetap
memperhatikan mutu pelayanan.1
Pelaksanaan pelayanan jaminan dapat dilakukan oleh semua peserta dan anggota
keluarganya di tempat-tempat yang telah disediakan oleh PT. Jamsostek, dan apabila perlu
dapat dimintakan rujukan untuk pengobatan atau perawatan lebih lanjut di rumah sakit
pemerintah kelas II atau swasta kelas III.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 64 tahun 2005 untuk perawatan Rumah
Sakit yang semula pada kelas II ditingkatkan menjadi Rumah Sakit kelas 1.
1
.
c. IURAN JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993, besarnya iuran jaminan
sosial tenaga kerja adalah sebagai berikut :
1. Jaminan Kecelakaan Kerja
Pengertian kecelakaan kerja menurut Pasal 1 butir 6 Undang-Undang Nomor 3
Tahun 1992 yaitu kecelakaan yang terjadi sehubungan dengan hubungan kerja, demikian
pula kecelakaan yang terjadi di dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat
kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan biasa atau wajar dilalui.
Tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja berhak atas jaminan kecelakaan kerja
yang berupa penggantian biaya dan pemberian santunan yang berupa uang. Besarnya
iuran jaminan sosial tenaga kerja di bagi dalam 5 (lima) kelompok jenis usaha
sebagaimana di tetapkan dalam Pasal 9 ayat 1 Peraturan Pemerintah RI Nomor 14 Tahun
1993 yaitu :
1. Kelompok I : 0,24% dari upah sebulan
2. Kelompok II : 0,54% dari upah sebulan
3. Kelompok III : 0,89% dari upah sebulan
4. Kelompok IV : 1,27% dari upah sebulan
5. Kelompok V : 1,75% dari upah sebulan
2. Jaminan Kematian
Tenaga kerja yang meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja akan
mengakibatkan terputusnya penghasilan, dan sangat berpengaruh pada kehidupan sosial
ekonomi tenaga kerja yang ditinggalkan. Oleh karena itu, diperlukan jaminan kematian
dalam upaya meringankan beban keluarga, baik dalam bentuk biaya pemakaman maupun
santunan berupa uang. Kematian yang mendapatkan santunan adalah kematian bagi
tenaga kerja pada sat menjadi peserta jaminan sosial tenaga kerja. Besarnya iuran jaminan
kematian adalah 0,30 % x upah sebulan yang ditanggung oleh perusahaan.
3. Jaminan Hari Tua
Hari tua dapat mengakibatkan terputusnya upah karena tidak mampu bekerja.
Akibat terputusnya upah tersebut dapat menimbulkan kesulitan bagi tenaga kerja dan
mempengaruhi ketenangan kerja sewaktu masih bekerja, terutama bagi yang
berpenghasilan rendah.
Berdasarkan ketentuan Pasal 9 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun
2002, maka pembayaran iuran jaminan hari tua menjadi tanggung jawab bersama antara
pekerja dan pengusaha, dengan besarnya iuran jaminan hari tua adalah 5,70 % x upah
sebulan, dengan perincian 2 % x upah sebulan dibayar oleh pekerja, dan 3,70 % x upah
sebulan dibayar oleh pengusaha.
4. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Jaminan pemeliharaan kesehatan diberikan apabila pekerja atau keluarganya
menderita sakit yaitu sakit yang biasa atau pada umumya diderita dan bukan disebabkan
oleh kecelakaan kerja. Jaminan pemeliharaan ini dimaksudkan untuk meningkatkan
produktivitas tenaga kerja. Dengan demikian, tenaga kerja dapat melaksanakan tugas
sebaik-baiknya dan mendapatkan pelayanan kesehatan khususnya untuk penyembuhan
(kuratif).
Berdasarkan Pasal 9 ayat (1) huruf d Peraturan Pemerintah Nomor 14 tahun 1993,
jaminan pemeliharaan kesehatan menjadi 2 (dua), yaitu :
1. Tenaga kerja yang sudah berkeluarga : 6 % x upah tenaga kerja sebulan
2. Tenaga kerja yang belum berkeluarga : 3 % x upah tenaga kerja sebulan
d. MANFAAT JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA
Manfaat penyelenggaraan jaminan sosial tenaga kerja adalah :
1. Dalam pelaksanaan jaminan sosial tenaga kerja akan timbul keterangan kerja terhadap
pekerja dan keluarganya dimana arus pendapatan bagi keluarganya tidak akan terputus
bila ada risiko sosial yang timbul di luar dugaan yang dapat menghilangkan sebagian atau
seluruh pendapatan.
2. Menumbuhkan dedikasi dan loyalitas serta semangat kerja yang tinggi secara full
enployment sehingga dapat diharapkan adanya produktifitas dan hasil produksi yang
semakin meningkat.
3. Dengan penyelenggaraan jaminan sosial tenaga kerja nasional dapat menciptakan
kegotong-royongan antar pengusaha yang kuat dengan pengusaha yang lemah yaitu bila
pengusaha yang besar membayar iuran lebih banyak dari nilai klaim yang diperoleh,
mereka menganggapnya sebagai zakat terhadap perusahaan yang kurang mampu dan juga
sebagai pelaksanaan tanggung jawab sosial.
4. Penyelenggaraan jaminan sosial tenaga kerja melalui Jamsostek akan menaikkan efisiensi
dan kegiatan perusahaan, karena perusahaan dapat bebas mencurahkan perhatiannya pada
persoalan lain yang lebih mendesak bagi kegiatan usahanya, sehingga akan merangsang
orang lain untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut.
top related