presus moluscum
Post on 16-Jan-2016
48 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
MOLLUSCUM CONTAGIOSUM
PRESENTASI KASUSOLEH
HAFIDLOTUL MU’AWANAH
Keluhan utama : Bintil-bintil di ketiak, kaki, perut, dan sekitar anus
RPS :Pasien datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSUD Salatiga dengan keluhan bintil-bintil di ketiak, kaki, perut, dan sekitar anus sejak ± 2
bulan yang lalu. Os tidak merasakan gatal, nyeri, atau panas. Ibu pasien mengaku jika asal dari
bintil tersebut dari ketiak kemudian menyebar ke anggota tubuh yang lain. Salah satu teman pasien ada memiliki penyakit seperti yang diderita pasien
dan sembuh setelah berobat ke dokter.
Riwayat Penyakit DahuluPasien mengaku tidak pernah mengalami gejala yang sama sebelumny, riwayat alergi disangkal, riwayat trauma disangkal, riwayat penyakit lain disangkal
Riwayat Penyakit KeluargaTidak ada keluarga yang menderita sakit yang sama seperti pasien. Keluhan penyakit yang lain disangkal
Riwayat Personal SosialIbu pasien mengaku jika pasien sering bermain dengan anak-anak di sekitar rumah, dan sering mandi serta ganti baju di tetangga
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : BaikKesadaran : Komposmentis
Pemeriksaan Dermatologi :Predileksi lesi : di daerah ketiak kiri, kaki, perut, dan sekitar anusUjud kelainan kulit : Tampak lesi papul berwarna kemerahan, yang berbentuk kubah dengan umbilikasi, multiple, dan menyebar
Moluscum Kontangiosum
Intradermal nevus
Granuloma Pyogeni
KRIPTOKOKOSIS Basal Sel Karsinoma
DIAGNOSIS BANDING
DIAGNOSISMoluskum Kontangiosum
TERAPIR/ TCA 25 % Sol no I∫ 2 dd ue (pada bintil-bintil)
DEFINISI MOLLUSCUM KONTANGIOSUM penyakit kulit jinak memiliki ciri membran mukus dan disebabkan
oleh poxvirus. Manifestasi penyakitnya asimptomatis, diskret, papul licin. Biasanya penyakit ini berkembang dari lesi berpedunkel berdiameter sampai 5 mm. Masa inkubasi Moluskum kontagiosum didapatkan satu sampai beberapa minggu hingga 6 bulan.
ETIOLOGI virus (genus Molluscipoxvirus) yang menyebabkan moluskum kontagiosum
menjadi anggota dari family poxviridae, yang juga terdapat anggota smallpox
FAKTOR RESIKO Anak-anak, adanya kontak langsung kulit ke kulit dengan anak yang terkena
atau berbagi menggunakan peralatan (misalnya, peralatan di tempat olahraga).
Dewasa imunokompeten - Terutama terjadi karena kontak seksual dengan pasangan yang terkena
Pasien imunokompresi - kontak seksual dengan pasangan yang terkena, serta non-seksual kontak kulit-ke-kulit dengan seorang individu yang terkena
Penggunaan imunosupresi – penggunaan topikal obat imunosupresan (tacrolimus) dapat menyebabkan erupsi yang lebih hebat pada daerah yang diberi obat
GEJALA KLINIS Anak : Adanya kontak dengan anak lain yang terinfeksi moluskum
kontangiosum (olahraga, kolam renang, handuk) Dewasa yang imunokompeten, biasanya aktif secara seksual dan tidak
mengetahui bahwa pasangan mereka terinfeksi. Memiliki banyak pasangan seksual meningkatkan risiko infeksi. Frekuensi hubungan seks tanpa kondom juga meningkatkan risiko
penularan. Pasien yang terinfeksi HIV
PEMERIKSAAN FISIK Lesi individu biasanya diskrit, seperti lilin, merah, berbentuk kubah, papul-papul umbilikasi dengan
permukaan halus, umumnya tanpa gejala, tapi pruritus dan / atau reaksi eksematosa perilesional bisa terjadi.
Pada anak-anak dan orang dewasa yang sehat lesi biasanya 1-2 mm diameter dan jumlah kurang dari 20.
Pada anak-anak, lesi umumnya didistribusikan pada badan, lengan, kaki, wajah. Pada orang dewasa imunokompeten, lesi biasanya ditemukan pada genitalia, perut bagian bawah,
paha atas bagian dalam, dan / atau pantat. Durasi rata-rata dari lesi yang tidak diobati adalah 6-9 bulan tetapi bisa juga sampai selama 5
tahun. Pada kedua individu baik imunokompeten dan imunokompromise, moluskum kontagiosum jarang
ditemukan di mukosa oral dan konjungtiva
Moluscum kontagiosum pada penderita yang imunokompeten
Moluskum kontagiosum pada anak
Moluskum kontagiosum pada penderita HIV
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Biopsi kulit: biopsi dari lesi dapat dikerjakan untuk mengkonfirmasikan diagnosis moluskum kontagiosum secara histologis.
Preparat Squash (pemeriksaan mikroskopis dari eksudat selular) Bahan selular yang terkandung di tengah umbilikasi diekstraksi secara manual, diratakan diantara 2 slide mikroskop, dan diwarnai.
Pemeriksaan mikroskopis pada preparat ini menunjukkan inklusi badan moluskum intrasitoplasma (badan Henderson-Paterson).
potongan bagian bawah, terlihat sebuah lesi moluskum kontagiosum menunjukkan gambaran klasik berbentuk
cangkir, invaginasi dari epidermis ke dalam dermis. Badan Henderson-Paterson diidentifikasi dan berwarna ungu-merah
dalam gambar ini.
Potongan media pada lesi moluskum kontagiosum. Pada pembesaran terlihat lebih jelas badan
moluskum intrasitoplasmik (pewarnaan ungu-merah muda) dalam keratinosit.
TATALAKSANA
BEDAH BEKU EVISERASI PODOFILIN & PODOFILOTOKSIN TCA CANTHARIDIN TRETINOIN CIMETIDINE Larutan KOH PULSE DYE LASER IMUNOMODULATOR ANTIVIRUS
PEMBAHASAN Berdasarkan dari alloanamnesis di ketiak pasien terdapat bintil-
bintil yang tidak gatal ataupun nyeri sejak 2 bulan yang lalu. Bintil tersebut menyebar ke perut, kaki, dan sekitar anus. salah seorang teman pasien juga menderita hal yang sama dan sembuh setelah berobat ke dokter. Os sering bermain bersama teman-temannya dan sering mandi dan berganti pakaian di tetangga. Pada pemeriksaan fisik diperoleh papul-papul berbentuk kubah yang menyebar, multiple, eritem, terdapat umbilikasi.
Gejala klinis moluscum kontangiosum pada anak adalah adanya papul yang biasanya berdistribusi pada lengan, kaki, dan badan, asimptomatik serta ada riwayat kontak. Hal ini tertera pada hasil alloanamnesis dari ibu pasien. Pemeriksaan fisik dermatologi ditemukan predileksi di ketiak, perut, kaki dan sekitar anus. Ujud kelainan kulit berikut merupakan tanda khas dari moluscum kontangiosum.
Terapi yang diberikan pada kasus berikut adalah dengan pemberian Trochloracetat acid (TCA) 25 %. TCA merupakan agen keratolitik yang mampu menghilangkan lesi dengan cara membuat keratinosit dan folikel sebasea kurang melekat dan mudah terkelupas. Efek samping dari penggunakan TCA adalah rasa pedih dan nyeri sehingga pemberian ini lebih baik dilakukan oleh dokter dan tidak dirumah serta kurang tepat jika diberikan pada anak-anak. Agen terapi KOH 5 % dapat digunakan terapi untuk anak-anak dan memiliki efek samping minimal
KESIMPULAN
Penegakan diagnosis Moluskum kontangiosum dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari anamnesis didapatkan riwayat kontak dan pada pemeriksaan fisik didapatkan papul multiple, menyebar, berbentuk kubah dan terdapat umbilikasi
Tatalaksana TCA pada anak-anak kurang tepat dikarenakan efeksamping berupa panas dan nyeri sehingga anak kurang kooperatif.
Merupakan bentukan dari nevus melanositik, namun memiliki derajat pigmentasi yang sama dengan kulit sekitarnya.Nevus intradermal tidak mempengaruhi pigmentasi kulit karena ia terletak di dalam dermis. Nevus intradermal bisa menyerang segala usia, terutama usia anak menginjak remaja, dewasa, namun jarang pada usia 60 tahun ke atas. Karakteristiknya dapat berupa lesi berwarna serupa dengan kulit sekitarnya, ukurannya kecil (5mm – 1cm), peninggian dari permukaan kulit (berbentuk bulat, domeshaped,bertangkai atau permukaan kasar (wart)). Terkadang ditumbuhi rambut, biasanya pada pasien usia yang lebih tua.
INTRADERMAL NEVUS
GRANULOMA PYOGENIETIOLOGI : proliferasi kapiler akibat trauma, bukan karena peradangan
Merupakan bagian dari hemangioma kapiler
Sering mengenai anak – anak dan terutama bagian tubuh distal
yang rentan terhadap trauma
UKK : papul eritematosa, berkembang cepat hingga mencapai ukuran 1 cm, bertangkai dan mudah berdarah. Lesi
biasanya bersifat soliter.
KRIPTOKOKOSISETIOLOGI : jamur cryptococcus
neoformansPREDILEKSI :
paru-paru dan SSP, organ-organ yang paling sering terkena adalah kulit, prostat, dan
kavitas medulla tulang
FAKTOR RESIKOimunosupresi (misalnya,
penggunaan steroid, transplantasi organ, keganasan)
atau infeksi HIV
GEJALA KLINISbatuk berlendir (Pneumonia),
nyeri dada, demam ringan, dyspnea, penurunan berat
badan, malaise.UKK : papula, pustula, nodul,
ulkus. Papula Umbilicated pada AIDS
BASAL CELL CARCINOMAETIOLOGI : GENETIK & FAKTOR LINGKUNGAN
GEJALA KLINIS :• lesi yang membesar perlahan, tidak gatal• Sulit sembuh• Mudah berdarah jika terkena trauma• Riwayat Sering terpapar sinar matahari• Predileksi : di kepala, wajah (kulit kepala termasuk),
leher, dan tanganPEMERIKSAAN FISIK: Seperti mutiara Erosi atau ulserasi, sering pada bagian tengah Papula lilin dengan depresi pada pusat Pendarahan, terutama ketika trauma Berkrusta Tepi tinggi Telangiektasis bagian permukaan Pertumbuhan lambat (0,5 cm dalam 1-2 cm)
BEDAH BEKU Salah satu terapi yang umum dan efisien
digunakan dalam pengobatan moluskum kontagiosum, terutama pada lesi predileksi perianal dan perigenital.
Nitrogen cair, aplikasi dengan lidi kapas pada masing-masing lesi selama 10-15 detik. Pemberian terapi dapat diulang dengan interval 2-3 minggu.
Efek samping meliputi rasa nyeri saat pemberian terapi, erosi, ulserasi serta terbentuknya jaringan parut hipopigmentasi maupun hiperpigmentasi
EVISERASI
Merupakan metode yang mudah untuk menghilangkan lesi dengan cara mengeluarkan inti umbilikasi sentral melalui penggunaan instrumen
seperti skalpel, ekstraktor komedo dan jarum suntik. Penggunaan metode ini mungkin tidak dapat
ditoleransi oleh anak-anak
PODOFILIN &PODOFILOTOKSINSuspensi podofilin 25% dalam larutan benzoin atau alkohol dapat
diaplikasikan pada lesi dengan menggunakan lidi kapas, dibiarkan selama 1 -4 jam kemudian dilakukan pembilasan dengan menggunakan air bersih., terapi diulang 1 kali dalam seminggu
Efek samping lokal akibat penggunaan bahan ini meliputi erosi pada permukaan kulit normal serta timbulnya jaringan parut. Efek samping sistemik akibat penggunaan secara luas pada permukaan mukosa berupa neuropati saraf perifer, gangguan ginjal, ileus, leukopeni dan trombositopenia.3,5
Podofilotoksin merupakan alternatif yang lebih aman dibandingkan podofilin. Sebanyak 0,05 ml podofilotoksin 5% diaplikasikan pada lesi 2 kali sehari selama 3 hari. Kontraindikasi absolut kedua bahan ini pada wanita hamil.3
TRICHLORACETAT ACID
Agen keratolitik yang mampu menghilangkan lesi dengan cara membuat keratinosit dan folikel sebasea kurang melekat dan mudah terkelupas. Membuat kasar kulit, keratin, dan jaringan lain. Meskipun menimbulkan rasa terbakar pada kulit, efek iritasi lokal dan toksisitas sistemik lebih rendah dibandingkan obat lain di kelas yang sama. Respon sering tidak lengkap, dan sering terjadi kekambuhan. Obat ini tidak bisa diberikan ketika dirumah dan pada anak-anak
CANTHARIDIN
• Agen keratolitik berupa larutan yang mengandung 0,9% collodian dan acetone. Pemberian bahan ini terbatas pada puncak lesi serta didiamkan selama kurang lebih 4 jam sebelum lesi dicuci.
• Cantharidin menginduksi lepuhan pada kulit sehingga perlu dilakukan tes terlebih dahulu padalesi sebelum digunakan. Bila pasien mampu menoleransi bahan ini, terapi dapat diulang sekali seminggu sampai lesi hilang.
• Efek samping pemberian terapi meliputi eritema, pruritus serta rasa nyeri dan terbakar pada daerah lesi.
• Kontraindikasi penggunaan Cantharid in pada lesi moluskum kontagiosum di daerah wajah.
TRETINOIN
Tretinoin merupakan derivat vitamin A yang berfungsi sebagai agen anti - proliferasi sel. Krim tretinoin 0,1% digunakan pada penanganan moluskum kontagiosum. Pemberian dengan cara dioleskan 2 kali sehari pada lesi. Penyembuhan dilaporkan terjadi dalam waktu 11 hari setelah pemberian terapi. Efek samping terapi berupa eritema pada daerah timbulnya lesi. Pilihan lain menggunakan krim tretinoin 0,05% menunjukkan hasil yang memuaskan dengan efek samping berupa iritasi ringan. 3,5
Cimetidine
Cimetidine merupakan antagonis reseptor histamin H 2 yang menstimulasi reaksi hipersensitifitas tipe lambat.
Mekanisme kerja Cimetidine pada terapi moluskum kontagiosum masih belun diketahui secara jelas. Sebuah studi menunjukkan keberhasilan penggunaan cimetidine
Dosis 40 mg / kgBB / oral / hari dosis terbagi dua pada pengobatan moluskum kontagiosum dengan lesi ekstensif.
Larutan KOH
Larutan KOH 10% diaplikasikan 2 kali sehari pada lesi dengan menggunakan lidi kapas. Pemberian terapi dihentikan bila didapatkan respon inflamasi atau timbul ulkus pada daerah lesi. Perbaikan lesi didapatkan setelah kurang lebih 30 hari pemberian terapi.
Efek samping berupa pembentukan jaringan parut hipertropik serta hipopigmentasi dan hiperpigmentasi pada daerah lesi.
Sebuah studi merekomendasikan penggunaan larutan KOH 5% yang memiliki efek samping minimal dalam pengobatan moluskum kontagiosum pada anak -anak.
PULSE DYE LASER
Beberapa studi menunjukkan hasil memuaskan penggunaan modalitas terapi pulsed dye laser pada lesi moluskum kontagiosum. Perbaikan l esi dicapai dalam waktu 2 minggu setelah pemberian terapi tanpa disertai efek samping yang berarti.5Pulsed dye laser merupakan salah satu pilihan terapi yang efisien namun memiliki kekurangan dari segi efektifitas biaya
IMUNOMODULATOR
Imiquimod (Imunomodulator nonsteroid topikal) →respon imun seluler dan lokal→ monosit, makrofag, & sel dendritik→sitoki n proinflamasii
Imiquimod sediaan 1% dan 5% : digunakan 3 kali/minggu dioleskan malam hari sampai lesi menghilang menyeluruh selama maksimal 16 minggu
Efek samping : gatal, nyeri, dan terbakar pada kulit
ANTIVIRUS
Cidofovir : inhibitor kompetitif terhadap DNA polimerase
virus sehingga mampu menghambat sintesis DNA virus.
Krim Cidofovir 3 % satu kali/ hari selama 8 minggu, dapat diberikan injeksi intralesi atau intravena
Resolusi lesi MC akan didapatkan pada 2-6 minggu setelah pemberian terapi
Efek samping :inflamasi sekitar lesi, nefrotoksik, asidosis metabolik, neutropenia
top related