presentasi six sigma

Post on 16-Jun-2015

509 Views

Category:

Documents

13 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

RESUME

IMPLEMENTING AND APPLYING SIX SIGMA IN CONSTRUCTION

Hikmah Maya SariNoor Jasmani

Tezar Aulia Rahman

Latar Belakang

Six sigma telah diimplementasikan dalam industri manufaktur dan jasa

Konsep Six Sigma masih relative baru untuk industri bangunan

Konsep Sigma untuk mengukur kecacatan dimulai oleh Motorola pada awal tahun 1980 sebagai cara untuk mengembangkan suatu ukuran kualitas universal yang diaplikasikan tanpa memperhatikan kompleksitas atau perbedaan di antara produk atau proses.

Dalam Six Sigma, definisi kualitas meluas meliputi nilai ekonomi dan kegunaan praktis baik untuk produsen maupun konsumen.

Six Sigma dikembangkan sebagai strategi bisnis dan membangun philosophy seputar konsep yang mana perusahaan dapat memperoleh suatu competitive edge dan tetap berada di depan dari kompetisi dengan mengurangi kecacatan dalam proses industri dan commercial mereka

(Harry and Schroeder 2000).

Tujuan Penelitian

Untuk memeriksa/menguji strategi dan konsep- konsep Six Sigma dan untuk meneliti apakah Six Sigma dapat diaplikasikan pada industri konstruksi dan dapat membawa manfaat bagi organisasi yang telah mengaplikasikannya dengan sukses.

MASALAHMASALAH

Proses implementasi program Six Sigma

oleh Housing and Development Board (HDB) Singapura.

Dasar TeoriDefinisi Six Sigma Six Sigma adalah suatu pengukuran statistik yang digunakan untuk mengukur performa dari proses atau produk untuk persyaratan pelanggan. Dikenal

sebagai definsi ‘technical’ dari Six Sigma Six Sigma adalah suatu “ cultural and belief” systems dan suatu “management philosophy” yang menuntun organisasi dalam menempatkan dirinya ke arah performa bisnis world-class dengan meningkatkan kepuasan pelanggan dan mempertinggi bottom lines berdasarkan pengambilan keputusan sesunguhnya.

DASAR TEORI

Prinsip-prinsip Six Sigma

1.Genuine focus on the costumer2.Data and fact-driven management

or metrics for decision making3.Process focus, management, and

improvement4.Proactive management 5.Boundless collaboration6.Drive for perfection, tolerate

failure.

(Pande et al. 2000 and Holpp 2002)

Yield = percentage

of items without defects

Defects per million

opportunities (DPMO)Sigma level

30.9

69.2

93.3

99.4

99.98

99.9997

690,000

308,000

66,800

6,210

320

3.4

1

2

3

4

5

6

Tabel 1. Simplified Sigma Conversion Table

Melalui Six Sigma, semua yang diukur dapat dibandingkan dalam platform yang sama (dengan mengkonversikan yields (hasil) atau DPMO dengan Sigma level)

Teori statistic variasi untuk Six Sigma berdasarkan perkiraan semua hal, disebut “natural variation”. Apapun yang dapat diukur pada suatu skala kontinu, seperti ketinggian, panjang, dan berat akan mengikuti kurva bentuk lonceng (bell-shape curve), disebut juga “distribusi normal standar” atau “Gaussian Curve”

Teknikal konsep dari Six Sigma adalah untuk mengukur pencapaian dan menentukan berapa banyak sigma sebelum ketidakpuasan pelanggan terjadi. Ketika terjadi ketidakpuasan pelanggan maka terdapat kecacatan (didefinisikan sebagai event yang tidak sesuai persyaratan) (Eckes 2001).

Six Sigma menjelaskan suatu proses menghasilkan tidak lebih 3.4 DPMO, yang merepresentasikan dekat dengan kesempurnaan.

Langkah-langkah menuju roadmap ideal untuk membentuk system Six Sigma dan kemajuan adalah:(Harry and Schroeder 2000; Pande et al. 2000) • Menciptakan dan setuju pada sasaran strategi

bisnis

• Identifikasi kunci pelanggan, inti, sub kunci dan

proses yang mungkin, dan owner dari proses

tersebut

• Menetapkan persyaratan pelanggan

• Mengukur pencapaian

• Prioritas, analisis, dan mewujudkan kemajuan

• Mengembangkan dan mengintegrasikan system

Six Sigma

Prasyarat untuk mensukseskan implementasi Six Sigma

1. Pimpinan yang berkualitas.(Eckes 2001)2. Six Sigma akan terwujud dengan baik apabila

semua orang terlibat. (Chowdhury 2001)3. Nilai dari perusahaan terletak pada pengertian

dan pemenuhan kepuasan pelanggan (Hoerl 1998)

4. Cara mengkombinasikan proyek yang tepat dengan orang dan peralatan yang tepat (Hoerl 1998).Salah satu elemen yang terpenting dari Six Sigma adalah

peran yang semua orang mainkan. Setiap pemain harus mempunyai peran dan tanggung jawab yang jelas, dengan reward untuk performa yang bagus dan konsekuensi bagi performa yang kurang bagus

Peran dan tanggung jawab anggota tim Six Sigma selama pelaksanaan (Chowdhury,2001)

1. Executive leadership

2. Executive champion

3. Deployment champions

4. Project champions or Team sponsor

5. Master Black belts

6. Black Belts

7. Green Belts

4 poin utama dari strategi Six Sigma: Bagaimana mengukur, menganalisis, memperbaiki, dan mengontrol proses yang mendorong peningkatan kepuasan pelanggan, company savings, dan a healthier bottom line.

Empat fase pelatihan meliputi:

• statistic,

• kuantitatif,

• benchmarking, dan

• desain percobaan

Metodologi METODOLOGI

1. Define

2. Measure

3. Analyze

4. Improve

5. Control

Untuk meningkatkan proses bisnis yang sudah ada

DMADV

1. Define design goal

1. Measure and identify

2. Analyze

3. Design details

4. Verify the design

STUDI KASUS

Informasi dari studi kasus ini didapat melalui dokumentasi dan interview dengan Koordinator Divisi Six Sigma HDB dalam quarter pertama tahun 2002

Implementasi program Six Sigma oleh Housing and Development Board (HDB) SingapuraPada divisi: Building and Development Division (BDD)

Sasaran dari mengimplementasikan Six

Sigma adalah untuk memperbaiki produk

dan layanan yang yang diberikan HDB

kepada masyarakat, dan untuk membantu

menyelesaikan masalah yang sering

muncul.

Membentuk Task force yang dikepalai oleh Divisional Six Sigma Coordinator, dan dibantu 9 orang anggota (disebut Departmental Six Sigma coordinator) dibentuk pada awal 2000

Pelatihan untuk task force dan manajemen senior

Kriteria seleksi untuk anggota task force meliputi • kemapuan untuk berfikir inovatif, • kemampuan untuk bekerja secara efektif, efisien dan independen,• mempunyai kemampuan komunikasi yang baik, dan • memiliki jiwa kepemimpinan yang berkualitas.

Kriteria seleksi yang lebih spesifik yaitu • mempunyai pengetahuan yang baik tentang proses departemen, • berpengalaman secara substansi dengan prakarsa kualias HDB (seperti ISO 9000 dan ISO 14000), • kemampuan untuk menangani kelebihan beban kerja tanpa ada kompromi pada tanggung jawab yang normal, dan • kemampuan untuk menjadi pelatih yang baik nantinya

Program Champion. Dalam pelatihan 1 hari ini, para Champion diberikan pandangan mengenai Six Sigma, apa hasil yang dapat diharapkan dari proyek Six Sigma, peran dan tanggung jawab mereka sebagai Champion selama pengimplementasian Six Sigma dalam departemen mereka.

Program Black Belts. Pelatihan terdiri dari program 4 minggu yang dilaksanakan selama 4 bulan lebih, yaitu 1 minggu pelatihan per bulan. Setiap akhir minggu pelatihan diadakan test dan final test pada akhir 4 minggu pelatihan. Laporan dari proyek percontohan yang telah dipilih setelah selesai dilaporkan kepada Master Black Belts untuk evaluasi sebelum dikeluarkannya sertifikat Black Belts.

Program Green Belts. Isi pelatihan Green Belts sekitar setengahnya dari pelatihan Black Belts. Sebagai bagian dari paket yang diberikan Master Black Belt, HDB memberikan ijin untuk penggunaan materi kursus mereka untuk mengadakan training in-house untuk Green Belts. Black Belts yang bersertifikat dapat memimpin pelatihan dan tidak ada batasan jumlah Green Belts yang bisa dilatih.

Bulan April 2001 dimulai Pelatihan Black Belt untuk 10 anggota task force.Pelatihan 4 minggu selama 4 bulan lebih.

Task force bekerja pada tiga proyek percontohan untuk periode 6 bulan dari September 2001 s/d Februari 2002.

Dalam penyelesaian proyek percontohan, menyerahkan laporan kepada konsultan pelatihan Black Belt untuk dievaluasi.

Sertikasi Black Belt untuk 10 anggota task force dikeluarkan pada bulan Maret 2002. Task force juga telah melatih sebuah grup Green Belts (dari Juni s/d Juli 2002) sebelum memulai proyek putaran kedua.

The Construction Quality Assessment System (CONQUAS), yang dikembangkan oleh Singapore’s Building and Construction Authority (BCA) , merupakan ukuran nasional untuk mengukur level kualitas yang dicapai pada bangunan yang telah diselesaikan.Penilaian CONQUAS terdiri dari tiga komponen:

•Pekerjaan structural (45%)

•Pekerjaan Arsitektural (50%)

•Pekerjaan Mekanikal dan Elektronikal (M&E) (5%)

Ketika item yang dinilai tidak memenuhi standar spesifikasi CONQUAS maka dianggap gagal dan akan ditandai dengan “X” pada penilaian. “√” menunjukkan suatu item yang memenuhi standar, “ – “ menunjukkan item tersebut tidak dapat digunakan. Skor dihitung berdasarkan jumlah “√” atas seluruh total jumlah dari item yang dinilai.

Proyek Six Sigma berkenaan dengan bagaimana kualitas dapat ditingkatkan (melalui nilai tertinggi CONQUAS) untuk internal finishes pada perumahan

Tabel 2. Six Sigma Data Collection Sheet for Internal Finishes (Stage A)

Untuk menghitung Sigma dalam proses, formula DPMO (Defects Per Million Oppurtunities) yang digunakan:

DPMO yang berkaitan dengan internal finishes dari satu unit flat yang baru saja diselesaikan oleh kontraktor A dihitung berdasarkan data yang dikumpulkan dan ditampilkan pada Tabel 2:

Berdasarkan tabel konversi sigma (Tabel 1.), sigma yang ekuivalen dengan 148,837 DPMO kira-kira adalah 2.66σ. Pada 2.66σ, Kontraktor A hanya mendapatkan nilai 77.39%

Dilakukan tindakan perbaikan

Berdasarkan tabel 3 diperoleh :

Berdasarkan Tabel Konversi Sigma pada Tabel 1, sigma

yang ekuivalen untuk DPMO 9,302.33 kira-kira adalah

3.95σ

Tabel 3. Six Sigma Data Collection Sheet for Internal Finishes (Stage B)

KESIMPULAN Ada beberapa perbedaan antara HDB Six Sigma program dengan proses implementasi yang dideskripsikan dalam literature, yaitu:

• Master Black Belt dilibatkan dalam pelatihan Champions dan Black Belt, Green Belt dilatih secara internal oleh Black Belt setelah proyek percontohan;

• Master Black Belt tidak dilibatkan dalam proses implementasi; dan

• Black Belt tidak bekerja full-time pada proyek Six Sigma

 Tindakan perbaikan yang diambil oleh kontraktor membantu menaikkan nilai sigma dari 2.66σ menjadi 3.95 σ untuk kualitas internal finishes.

Dari studi kasus HDB, prasyarat yang penting untuk mensukseskan implementasi Six Sigma meliputi manajemen yang mendukung, komitmen pada kualitas, mencapai kepuasan pelanggan, dan staff yang berwawasan luas.

Program pelatihan dan seleksi criteria yang dilakukan HDB, dengan modifikasi yang tepat, dapat disamaratakan untuk digunakan oleh perusahaan desain atau konstruksi yang lain.

Terima kasih

top related