presentasi kasus anes ela fix
Post on 02-Feb-2016
238 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Pagela Pascarella Renta20100310166
IDENTITAS• Nama Pasien : Bp. P• Jenis Kelamin : Laki - laki• Umur : 59 th• Alamat : Randubelang 17, Rt.
01, Bangunharjo, Sewon, Bantul• Agama : Islam• Pekerjaan : Swasta• Pendidikan : SD
ANAMNESIS Riwayat Penyakit Sekarang :
Seorang laki-laki berusia 59tahun sedang dirawat di Ruang IMC RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta atas rujukan dari RS Hidayatullah karena udem pulmo tidak teratasi. Pasien mengeluh sesak napas yang kambuhan. Hal ini sudah sering terjadi sejak sudah lama. Sesak memberat sejak 5 jam sebelum dibawa ke RS Hidayatullah. Pasien dirawat di RS Hidayatullah kurang lebih selama 1 hari dan belum ada perbaikan. Satu bulan SMRS pasien dirawat di RS Betesdha karena penyakit jantung dan paru yang telah diderita sejak lama. Sewaktu di IMC mendadak terjadi gagal napas pada pasien. Dokter merencanakan untuk pemasangan ETT, setelah pemasangan ETT dilakukan, tekanan darah pasien menurun menjadi 70/40. Kemudian dokter memberikan vascon 4mg sambil menunggu MAP >50% dan kondisi stabil untuk ddipindahkan ke ICU. Di ICU pasien ipasang ventilator mekanik.
RPD : Alergi (-), Penyakit jantung (+), Penyakit paru (+), Hipertensi (-), DM (-)
RPK : Hipertensi (+), Asma (-), DM (-), Penyakit jantung (-)
PEMERIKSAAN FISIK- KU : Buruk, Compos mentis- Vital Sign
TekananDarah :128/72 mmHgNadi : 115kpmSuhu :36,8CRespirasi : 40kpm
-BeratBadan : ±60 kg- TinggiBadan : 165 cm- Airway : Clear- Breathing : Pernafasan dengan bantuan napas, gerakan dada
simetris- Sirkulasi : Kulit normal, akral hangat dan kering- Neurologi : GCS 4/5/6, Pupil Isokor, kaku kuduk (-),
kelainan nervus kranialis (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG LaboratoriumDarah Rutin :
AL 12,9 rb/ulHB 12.8 g/dlHmt 39,1 %AT 261 rb/ulGDS 157 mg/dl
AGD : ph 7,5pO2 81,1pCO2 25,6HCO3 21,8BE -1FiO2 90
Ro thorax : Kesan cardiomegali dan edema pulmo, pneumonia
DIAGNOSISALO dengan CardiomegaliPneumonia
PLANNINGDefinitif Airway ASA II
• Problem
Dokter melakukan definif airway dengan intubasi endotrakeal. Sewaktu tekanan darah 70/40 dokter memasukan vascon 4mg.
PEMBAHASANAIRWAY MANAGEMENTAirway Management ialah tindakan
membebaskan jalan napas untuk menjamin pertukaran udara secara adekuat. Tindakan paling penting untuk keberhasilan resusitasi adalah segera melapangkan saluran pernapasan, yaitu dengancara Tripel airway maneuver.
Pada Triple Airway Manuever terdapat tiga perlakuan yaitu:
Kepala ditengadahkan dengan satu tangan berada di bawah leher, sedangkan tangan yang lain pada dahi. Leher diangkat dengan satu tangan dan kepala ditengadahkan ke belakang oleh tangan yang lain
Menarik rahang bawah ke depan, atau keduanya, akan mencegah obtruksi hipofarings oleh dasar lidah. Kedua gerakan ini meregangkan jaringan antara larings dan rahang bawah.
Menarik / mengangkat dasar lidah dari dinding pharyinx posterior
ANATOMIBatas hipofaring disebelah superior
adalah tepi atas epiglottis, batas anterior ialah laring, batas inferior ialah esofagus, serta batas posterior ialah vertebra cervical. Bila hipofaring diperiksa dengan kaca tenggorok pada pemeriksaan laring tidak langsung atau dengan laringoskop pada pemeriksaan laring langsung, maka struktur pertama yang tampak dibawah dasar lidah ialah valekula. Bagian ini merupakan dua buah cekungan yang dibentuk oleh ligamentum glossoepiglotika medial dan ligamnetum glossoepiglotika lateral pada tiap sisi.
Valekula disebut juga “kantong pil”, sebab pada beberapa orang kadang-kadang bila menelan pil akan tersangkut disitu. Dibawah valekula terdapat epiglottis yang berfungsi untuk melindungi glottis ketika menelan minuman atau bolus makanan.
Daerah yang sering mengalami sumbatan jalan napas adalah hipofaring, terjadi pada pasien koma ketika otot lidah dan leher yang lemas tidak dapat mengangkat dasar lidah dari dinding belakang faring. Ini terjadi jika kepala pada posisi fleksi atau posisi tengah. Oleh karena itu ekstensi kepala merupakan langkah pertama yang terpenting dalam resusitasi, karena gerakan ini akan meregangkan struktur leher anterior sehingga dasar lidah akan terangkat dari dinding belakang faring. Kadang-kadang sebagai tambahan diperlukan pendorongan mandibula kedepan untuk meregangkan leher anterior, lebih-lebih jika sumbatan hidung memerlukan pembukaan mulut. Hal ini akan mengurangi regangan struktur leher tadi. Kombinasi ekstensi kepala, pendorongan mandibula kedepan dan pembukaan mulut merupakan ”gerak jalan napas tripel”.
MENILAI OBSTRUKSI JALAN NAPAS
Untuk menilai hambatan jalan nafas harus menggunakan indra yang kita miliki. Kita lihat( look ) , kita dengar ( listen ) dan kita raba ( feel ).
Look :Lihat gerak dada dan perut , ada tertinggal , paradoksal ?Lihat tanda tanda distress pernafasanLihat warna kulit /mukosa : pucat , sianosis , kemerahan ?Lihat tingkat kesadaran penderita dengan skala GCS atau
AVPUListen : Dengarkan gerak udara nafas dengan telingaFeel:Rasakan adanya hembusan napas sari hisung atau mulut
OBSTRUKSI JALAN NAPASSumbatan jalan nafas dapat total atau partial. Tanda-tanda obstruksi partial: Stridor (nafasnya berbunyi), terdengar seperti ngorok, bunyi kumur-kumur atau
melengking. Retraksi otot dada kedalam didaerah supraclavicular, suprasternal, sela iga dan
epigastrium selama inspirasi Nafas paradoksal (pada waktu inspirasi dinding dada menjadi cekung/datar bukannya
mengembang/ membesar). Balon cadangan pada mesin anestesi kembang kempisnya melemah. Nafas makin berat dan sulit (kerja otot-otot nafas meningkat). Sianosis, merupakan tanda hipoksemia akibat obstruksi jalan nafas yang lebih berat.Tanda-tanda obstruksi total: Serupa dengan obstruksi partial, akan tetapi gejalanya lebih hebat dan stridor justru
menghilang Retarksi lebih jelas gerak paradoksal lebih jelas Kerja otot nafas tambahan meningkat dan makin jelas. Balon cadangan tidak kembang kempis lagi. Sianosis lebih cepat timbul. Sumbatan total tdk berbunyi dan menyebabkan asfiksia (hipoksemia ditambah
hiperkarbia), henti nafas dan henti jantung (jika tdk dikoreksi) dlm waktu 5 – 10 menit. Sumbatan partial berisik & harus pula dikoreksi segera, karena dapat menyebabkan kerusakan otak hipoksik, sembab otak/paru dan penyulit lain &dpt menyebabkan kepayahan, henti nafasdan henti jantung sekunder.
Cara membebaskan jalan napas : Tanpa Alat : Cross Finger, finger sweep,
chin lift, head tild, jaw trust, abdominal thrust, back blow dan chest thrust
Dengan alat : NPA, OPA, sungkup muka, Intubasi Endotrakeal
INTUBASI ENDOTRAKEALTujuan dilakukannya intubasi endotrakeal adalah
untuk membersihkan saluran trakeobronkial, mempertahankan jalan nafas agar tetap paten, mencegah aspirasi serta mempermudah pemberian ventilasi dan oksigenasi bagi pasien operasi. Pada dasarnya, tujuan intubasi endotrakeal adalah :
a. Mempermudah pemberian anestesi.b. Mempertahankan jalan nafas agar tetap bebas serta
mempertahankan kelancaran pernapasan.c. Mencegah kemungkinan terjadinya aspirasi
lambung ( pada keadaan tidak sadar, lambung penuh dan tidak ada reflex batuk ).
d. Mempermudah pengisapan sekret trakeobronkial.e. Pemakaian ventilasi mekanis yang lama.f. Mengatasi obstruksi laring akut
Indikasi Menjaga patensi jalan napas oleh sebab apapunKelainan anatomi, bedah khusus, bedah posisi
khusus, pembersihan secret jalan napas dan lain – lainnya
Mempermudah ventilasi posistif dan oksigenasiMencegah aspirasi dan regurgitasi
Posisi Pasien untuk Tindakan IntubasiGambaran klasik yang benar adalah leher dalam
keadaan fleksi ringan, sedangkan kepala dalam keadaan ekstensi. Ini disebut sebagai Sniffing in the air position. Kesalahan yang umum adalah mengekstensikan kepala dan leher.
Gambar . Snifting position.
Kriteria intubasi(salah satu di bawah ini)
Cardiac or respiratory arrestKehilangan kesadaranHemodynamik instability dengan SBP < 70 mm HgPaO2< 45 mm Hg walaupun sudah diberi oksigen
(≥ 2 tanda-tanda Respiratory Distress):5,7
Respiratory rate > 35/min or < 6/minTidal volume < 5 mL/kgOxygen desaturation < 90% walau sudah diberi terapi
oksigen yang adekuatPerubahan tekanan darah dengan SBP < 90 mm HgPh < 7.20 dan menurun sejak onsetHypercapnia (PaCO2> 10 mm increase) atau acidosis (pH
decline > 0.08)Peningkatan encephalopathy ataupun penurunan derajat
kesadaranAbdominal paradox
Persiapan intubasi endotrakeal Persiapan untuk intubasi termasuk mempersiapkan alat‐alat dan
memposisikan pasien. ETT sebaiknya dipilih yang sesuai. Pengisian cuff ETT sebaiknya di tes terlebih dahulu dengan spuit 10 milliliter. Jika menggunakan stylet sebaiknya dimasukkan ke ETT. Berhasilnya intubasi sangat tergantung dari posisi pasien, kepala pasien harus setentang dengan pinggang anestesiologis atau lebih tinggi untuk mencegah ketegangan pinggang selama laringoskopi. Persiapan untuk induksi dan intubasi juga melibatkan preoksigenasi rutin. Preoksigenasi dengan nafas yang dalam dengan oksigen 100 %.
Persiapan untuk intubasi antara lain :a) Jalur intravena yang adekuatb) Obat‐obatan yang tepat untuk induksi dan relaksasi ototc) Pastikan alat suction tersedia dan berfungsid) Peralatan yang tepat untuk laringoskopi termasuk laryngoskop dengan
blade yang tepat,ETT dengan ukuran yang diinginkan, jelly, dan stylete) Pastikan lampu laringoskop hidup dan berfungsi serta cuff ETT berfungsif) Sumber oksigen, sungkup dengan ukuran yang tepat, ambu bag dan
sirkuit anestesi yang berfungsig) Monitor pasien termasuk elektrokardiografi, pulse oksimeter dan tekanan
darah noninvasiveh) Tempatkan pasien pada posisi Sniffing Position selama tidak ada
kontraindikasii) Alat‐alat untuk ventilasi
Kesulitan Intubasi : Leher pendek berototMandibula menonjolMaksila / gigi depan menonjolUvula tidak terlihatGerak sendi temporo mandibula terbatasGerak vertebra servikal terbatas
Kriteria Ekstubasi : Oksigenasi Adekuat
SpO2 > 92%, PaO2 > 60 mm Hg Ventilasi Adekuat
VT > 5 ml/kg spontaneous RR > 7x/menit PaCO2 < 60 mm Hg
Hemodinamik stabil Pelumpuh otot pulih penuh
Sustained tetany, TOF ratio >0.9 Sustained 5-second head lift or hand grasp
Neurologis Intact Mengikuti perintah reflex batuk / gag intak
Status asam-basa seimbang Status metabolik normal
Normal electrolytes Normovolemic
Normothermic Pertimbangan lain
Resiko aspirasi Edema jalan napas
Komplikasi intubasi: Selama intubasi :
Trauma gigi geligi Laserasi bibir, gusi, laring Merangsang saraf simpatis Intubasi bronkus Intubasi esophagus Aspirasi Spasme bronkus
Setelah ekstubasi: Spasme laring Aspirasi Gangguan fonasi Edema glottis-subglotis Infeksi laring, faring, trakea
Obat – obatan EmergencyObat-obatan emergency adalah obat-obat
yang digunakan untuk mengatasi situasi gawat darurat atau untuk resusitasi/life support.
Keadaan emergency:A.Ekstra HospitalB.Intra hospital
Lanjutan…Macam-macam obat emergency:1. Sulfas atropin 8. Aminophillin2. Epinefrin (Adrenalin) 9. Amiodarone3. Efedrin 10. Diazepam4. Dobutamin 11. Deksamethason5. Dopamin 12. Narlokson dan
Naltrekson6. Norepinefrin7. Nitrogliserin
Tinjauan Kepustakaan1. Sulfas atropin (anti muskarinik) Anti muskarinik terbagi atas 3 klpk:1. Alkaloid antimuskarinik2. Derivat semisintetisnya3. Derivat sintetis
Atropin (campuran α dan l-hiosiamin) terutama ditemukan pada Atropa belladonna dan Datura stramonium.
Sulfas AtropinFarmakodinamik:Berkerja mllui reseptor kolinergik (reseptor
nikotinik dan muskarinik)
Reseptor nikotinik: Neuronal dan Muskular
Reseptor muskarinik (M1 – M5)
Hambatan oleh atropin bersifat reversibel.
SSO: Asetil cholin binding site
Sintesis Ach
Efek atropinSSP:Dosis kecil Merangsang SSPdosis yg sgt besar depresi napas,
eksitasi, disorientasi, delirium, halusinasi, depresi dan paralisis Med.Ob.
Sistem CV:Efek bifasik: Dosis kecil: Bradikardi
Dosis besar: Takikardi
Efek atropinMataMidriasis dan siklopegia pada dosis > 1 mgMe TIO penderita glaukomaSaluran napasMengurangi sekret sal. NapasEfek Bronkodilator lemahSaluran cernaAntispasmodikMe sekresi air liur dan lambung
COA
Efek atropinOtot polos lainRelaksasi otot detrusor dan konstriksi
sfingter uretra Retensi urinPada saluran empedu dan uterus efek
lemah.
FarmakokinetikAtropin mudah diserap di semua tempat,
kecuali di kulit.
Sebagian di metabolisme di hepar dan sebagian lagi diekresi di ginjal dalam bentuk asal.
Waktu paruh sekitar 4 jam.
Indikasi dan kontraindikasiSesuai dengan mekanisme kerjanya.Diantaranya: Rhinitis akut, koriza,
parkinsonisme, premedikasi anestesi, keracunan organofosfat.
Efek samping:Sesuai dengan efek farmakodinamiknya, spt:
mulut kering, gangguan miksi, meteorismus, memburuknya penglihatan pada penderita glaukoma.
DosisPremedikasi anestesi:
Anak-anak: 0,01-0,02 mg/kgBB SC/IVDewasa: 1 mg SC/IV
Spasme saluran cerna:Anak 2-6 thn 0,25 mg SC single doseAnak > 6 thn 0,5 mg SC single doseDewasa 0,25-1 mg SC dapat diulang per 6 jam tanpa melebihi 2 mg/hr.
Keracunan organofosfat:Anak-anak: 0,02 sampai 0,05 mg/kgBB secara IM atau Injeksi IV pelan.Dewasa: 2 mg secara IM atau injeksi IV pelan.
Lanjutan…
2. Epinefrin (adrenalin)Merupakan prototipe obat kelompok adrenergik.Epinefrin bekerja pada semua reseptor
adrenergik: α1, α2, β1 dan β2.
FarmakodinamikCV: Konstriksi arteriol kecil, hipotensi sekunder,
epinefrin reversal, inotropik dan kronotropik positif.
Sal. Cerna: Tonus dan motilitas usus dan lambung berkurang
FarmakodinamikUterus: Tonus dan konstraksi uterus
dihambat.Kandung kemih: Retensi urin.Pernapasan: bronkodilatasi, sekresi bronkus
dan kongesti mukosaSSP: Tidak mempunyai efek menstimulasi
SSP ttpi kadang-kadang dapat timbul kegelisahan, cemas nyeri kepala dan tremor.
Mata: MidriasisMetabolik: Menstimulasi glikogenolisis,
menghambat sekresi insulin, sekresi glukagonMe kadar lemak bebas dan gliserol dalam darah.
FarmakokinetikAbsorbsi: Pada pemberian oral epi tidak
mencapai dosis terapi krn sbgn bsr dirusak oleh enzim COMT dan MAO.
Biotransformasi dan ekresi: Epi didegradasi di hati dan diekresi melalui ginjal.
Penggunaan klinisSyok anafilaktik.
Memperpanjang kerja anestetik lokal.
Merangsang jantung pada pasien henti jantung.
Menghentikan perdarahan kapiler.
Efek sampingDapat menimbulkan gejala seperti
gelisah, nyeri kepala berdenyut, tremor dan palpitasi.
Penyuntikan IV dosis besar dapat menimbulkan perdarahan otak.
Epinefrin dapat menimbulkan aritmia ventrikel.
Sediaan: 1 mg dalam ampul 1 mL
Dosis1. Kardiopulmoner arrest: encerkan 1 ampul 1 mg
dalam 9 mL aqua bidest untuk mendapatkan larutan 0,1 mg epinefrin per mL.
Anak-anak dan dewasa: 0,01-0,02 mg/kgBB/IV injeksi, diulangi tiap menit jika belum ada respon.
2. Shok anafilaktikAnak-anak: 0,25 mg diencerkan dalam 9 mL aqua
bidest, diberikan secara IV pelan, mL per mL, tergantung tekanan darah dan nadi, sampai perbaikan terjadi.
Dewasa 1 mg diencerkan dalam 9 mL aqua bidest, diberikan secara IV pelan, mL per mL, tergantung tekanan darah dan nadi, sampai perbaikan terjadi.
Dosis3. Hipotensi yang diinduksi oleh spinal anestesi
(yang tidak berespon terhadap efedrin): encerkan 1 ampul yang berisi 1 mg dalam 9 mL aqua bidest untuk mendapatkan larutan 0,1 mg epinefrin per mL.
Dewasa 0,1-0,2 mg (1-2 mL larutan yang telah diencerkan)/IV injeksi, diulangi tiap menit sampai tekanan darah stabil.
Durasi: Tergantung respon klinis
3. EfedrinMerupakan alkaloid yg terdapat dlm
tumbuhan ma-huang.FarmakodinamikEfek serupa dengan epi, tetapi efedrin bukan
katekolamin.Efek CV serupa dengan epi tetapi
berlangsung 10 kali lbh lama.Bronkorelaksasi oleh efedrin lebih lemah
tapi belangsung lebih lama.
indikasiHipotensi yang diinduksi oleh regional
anestesi (Spinal dan Epidural anestesi)
Pengobatan pilihan utama anafilaktik shok pada wanita hamil
Sediaan dan posologiOral: kapsul 25 mgParenteral: 50 mg/mL dan 30 mg/mLDosis:Encerkan 1 ampul 30 mg dalam 9 mL aqua
bidest untuk mendapatkan larutan berisi 3 mg efedrin per mL.
Dewasa 3-6 mg secara injeksi IV pelan (1-2 ml larutan yang diencerkan), diulangi tiap menit hingga tekanan darah stabil.
4. DobutaminMemiliki struktur senyawa yang mirip
dopamine.Dobutamin menimbulkan efek inotropik yang
lebih kuat daripada efek kronotropik.Resistensi perifer relatif tidak berubah.Indikasi:Gagal jantungEfek samping:TakikardiaAritmia
Sediaan dan posologiSediaan: Parenteral 12,5 mg/mL dalam vial
20 mL dan 25 mg/mL dalam vial 10 mL.
Dosis: awal 100-200 mcg/mnt, ditingkatkan secara bertahap sampai respon klinis yang diinginkan tercapai (2,5-10 mcg/kgBB/mnt)
Lanjutan…
5. DopaminDopamin merupakan katekolamin endogen
yang menimbulkan banyak efek biologis yang diperantarai oleh interaksi dengan reseptor dopamin spesifik (D1 – D5 )
D1 menginduksi relaksasi otot polos oleh karenanya dopamin merupakan vasodilator.
Reseptor D2 bersifat menghambat aktivitas adenilil siklase yang membuka kanal kalium dan mengurangi influx kalsium.
Lanjutan…
FarmakodinamikDopamin merupakan prekursor NE,
mempunyai kerja langsung dan melepaskan NE endogen.
Pada kadar rendah, dopamine bekerja pada reseptor dopaminergik D1 pembuluh darah, terutama di ginjal, mesenterium, dan pembuluh darah koroner.
Pada dosis yg sedikit tinggi dopamin meningkatkan kontraktilitas miokard.
Sintesis NE
IndikasiTerutama berguna untuk keadaan curah
jantung rendah disertai dengan gangguan fungsi ginjal, misalnya syok kardiogenik dengan gagal ginjal yang berat.
Sediaan: Parenteral: 10, 40, 80, 160 mg/mL dalam ampul 5 mL untuk injeksi; 80, 160, 320 mg/100 mL dalam dextrose 5% atau aquabidest.
Dosis:Awal: 2-5 mcg/kgBB/mntMaintenance: < 20 mcg/kgBB/mnt
6. norepinefrinJuga dikenal sebagai levarterenol, l-arterenol
atau l-noradrenalin, dan merupakan neurotransmitter yang dilepas oleh serat pasca ganglion adrenergik.
NE merupakan 10-20% dari kandungan katekolamin dalam medulla adrenal, dan sampai 97% pada feokromositoma.
farmakodinamikNE terutama bekerja pada reseptor α, tetapi
efeknya sedikit lebih lemah dibandingkan epi.Infus NE pada manusia menimbulkan
peningkatan tekanan diastolik, tekanan sistolik, dan biasanya juga tekanan nadi.
Refleks vagal memperlambat denyut jantung.Aliran darah koroner meningkat.Efek metabolik NE mirip Epi tetapi hanya
timbul pada dosis yang lebih besar.
Sediaan dan posologiSediaan: 1 mg/mL dalam ampul 4 mL.
Dosis: encerkan 4 mL dalam 1000 mL Dex 5% berikan secara infus IV dengan kecepatan awal 2-3 mL/mnt, maintenance 0,5-1 mL/mnt.
7. NitrogliserinManfaat nitrat organik sebagi antiangina
telah dikenal sejak 1867.FarmakokinetikNitrat organik diabsorbsi dengan baik
lewat kulit, mukosa sublingual dan oral.Metabolisme oleh nitrat reduktase dalam
hati.Mengalami efek lintas pertama dlm hati.Pada pemberian sublingual, kadar
puncak plasma nitrogliserin tercapai dalam 4 menit, waktu paruh 1-3 menit.
FarmakodinamikSecara in vivo merupakan pro drug yg
menjadi aktif setelah dimetabolisme (NO, EDRF dan PGl2
dr endotel)
Efek CV:Mempengaruhi tonus vaskular, Nitrat
menimbulkan venodilatasi (Venous pooling), preload kebutuhan oksigen miokard
Arteriol: Dilatasi arteriol temporal dan meningeal menimbulkan kemerahan di muka (flushing) dan sakit kepala berdenyut.
Tidak menimbulkan steal phenomenon pada A.coroner.
Indikasi1. Angina Pektoris Untuk angina variant dikombinasi dengan
antagonis Ca++
2. Infark Jantung Mengurangi luas infark Memperbaiki fungsi jantung Di kombinasikan dengan Lisinopril3. Gagal jantung kongestif Dikombinasikan dengan hidralazin
Efek sampingPada awal terapi sering ditemukan sakit
kepala, flushing karena dilatasi arteri serebral.
Dapat terjadi hipotensi postural.Ketergantungan nitrat organik dapat terjadi,
penghentian obat harus dilakukan bertahap agar tidak timbul rebound angina.
Sediaan dan posologiSediaan: Ampul 10 mg/10 mL dan 50 mg/10
mL.
Angina yang tidak stabil: dosis awal 10 mcg/mnt, dengan peningkatan 10 mcg/mnt dengan interval 30 mnt tergantung pada besarnya kebutuhan.
8. Aminofilin (Theophylline ethylenediamine)Derivat xantin yang terdiri dari kafein,
teofilin dan teobromin ialah alkaloid yang terdapat dalam tumbuhan.
Farmakodinamik:Teofilin menghambat enzim fosfodiesterase
(PDE) sehingga mencegah pemecahan cAMP dan cGMP masing-masing menjadi 5-AMP dan 5-GMP.
Teofilin merupakan suatu antagonis kompetitif pada reseptor adenosin.
Lanjutan…
farmakodinamikTeofilin juga memiliki efek antiinflamasi dan
menghambat penglepasan mediator dari sel radang.
SSP: Teofilin dan kafein merupakan perangsang SSP yang kuat.
Sistem CV:Jantung: pada kadar terapi 10-20 µg/mL menyebabkan
kenaikan moderat denyut jantung.PD: Dilatasi PDSirkulasi otak: Resistensi pembuluh darah otak naik
disertai pengurangan aliran darah dan PO2 di otak.
Lanjutan…Sirkulasi koroner: Secara eksperimental
terbukti bahwa xantin menyebabkan vasodilatasi A. koroner.
TD: Efek xantin thd TD tdk dpt diramalkan.
Otot polos: Relaksasi otot polos bronkusDiuresis: Semua xantin meninggikan
produksi urin. Sekresi lambung: menyebabkan kenaikan
sekresi lambung yang berlangsung lama.Metabolik: Peningkatan kadar asam lemak
bebas dalam plasma danjuga meninggikan metabolisme basal.
farmakokinetikMetilxantin cepat diabsorpsi setelah
pemberian oral, rectal atau parenteral.Menghasilkan kadar puncak plasma
dalam waktu 2 jam sedangkan kafein dalam waktu 1 jam.
Metilxantin didistribusikan ke seluruh tubuh, melewati plasenta dan masuk ke air susu ibu.
Eliminasi metilxantin terutama melalui metabolisme dalam hati.
Sebagian besar diekskresi bersama urin dalam bentuk asam metilurat atau metilxantin.
indikasi1. Asma BronkialPada pasien asma, diperlukan kadar terapi
teofilin sedikitnya 5-8 µg/mL. Toksis mulai dosis 15 µg/mL dan lebih sering > 20 µg/mL.
Loading dosis 6 mg/kgBB, diberikan secara infus perlahan-lahan selama 20-40 menit.
Dosis dipertahankan 0,5 mg/kgBB/jam.Kombinasi dengan agonis β2-adrenergik
meningkatkan efek bronkodilatasi teofilin.
Lanjutan…2. Penyakit paru obstruksi kronis (COPD)Teofilin juga banyak digunakan pada
penyakit ini dengan tujuan yang sama dengan pengobatan asma.
Tetapi, gejala lain yg menyangkut sistem CV: H.Pulmonal, gagal jantung kanan pada cor pulmonale, tidak diperbaiki oleh teofilin.
3. Apneu pada bayi baru lahirPada bayi prematur sering terjadi episode
apneu yg berlangsung lbh dari 15 detik.Dosis: kadar plasma 3-5 µg/mL yaitu 2,5-5
mg/kgBB dan dipertahankan dgn dosis 2 mg/kgBB/hari.
SediaanBerbentuk kristal putih, pahit dan sedikit larut
dalam air.kapsul/kapsul lunak teofilin 130 mg; tablet teofilin
150 mg; tablet salut selaput lepas lambat berisi teofilin 125 mg, 250 mg, dan 300 mg; sirup/eliksir yang berisi teofilin sebanyak 50 mg/5 mL, 130 mg/15 mL dan 150 mg/15 mL.
Teofilin juga tersedia dalam kombinasi tetap dengan efedrin untuk asma bronkial.
Aminofilin merupakan garam teofilin untuk penggunaan IV, tersedia dalam ampul 10 mL mengandung 24 mg aminofilin setiap mililiternya.
9. AmiodaronMerupakan Anti aritmia kelas III.Farmakokinetik:Amiodaron diabsorbsi secara lambat dan
tidak sempurna pada pemberian per oralBioavailabilitasnya adalah sekitar 30% dan
berbeda antar individu.Pada pemberian per oral kadar puncak
tercapai setelah 5-6 jam.Waktu paruhnya panjang yaitu 25-60 hari.
Lanjutan…Sediaan, dosis dan cara pemberian:Amiodaron HCl tersedia sebagai tablet 200 mg.Loading dose: 600-800 mg/hari (selama 4
miggu).Maintenance dose: dimulai dengan 400-800
mg/hari.Penggunaan terapi:Amiodaron dapat digunakan untuk fibrilasi
atrium berulang dan untuk takikardia ventrikel yang tak stabil dan berkelanjutan.
Efek sampingES meningkat scr nyata stelah 1 tahun
pengobatan, berupa:1.Efek pada paru-paru2.Gangguan fungsi hati3.Mikrodeposit pada kornea4.Fotosensitivitas kulit5.Bertambah beratnya aritmia terjadi pada 2-
5% pasien.6.Amiodaron menghambat konversi tiroksin
menjadi triiodotironin, hipertiroid??
10. DiazepamSifat fisikokimia dan farmakokinetik
benzodiazepine sangat mempengaruhi penggunaannya dalam klinik karena menentukan lama kerjanya.
Benzodiazepin menurut lama kerjanya dapat dibagi dalam:
1.Senyawa yang bekerja sangat cepat.2.Senyawa yang bekerja cepat.3.Senyawa yang bekerja sedang.4.Senyawa yang bekerja lama.
Lanjutan…
FarmakokinetikBenzodiazepin dan metabolit aktifnya terikat
pada protein plasma.Setelah pemberian benzodiazepine ambilan
ke dalam otak dan organ dengan perfusi tinggi lainnya terjadi sangat cepat.
Benzodiazepin dapat melewati sawar uri dan disekresi ke dalam ASI.
Metabolisme benzodiazepine terjadi dalam 3 tahap, yaitu: (1) desalkilasi; (2) hidroksilasi; dan (3) konjugasi.
Farmakodinamik1. SSP: Benzodiazepin tidak mampu
menghasilkan tingkat depresi saraf sekuat golongan barbiturate atau anestesi umum.
2. Pernapasan: Benzodiazepin dosis hipnotik tidak berefek pada pernapasan orang normal.
3. Sistem CV: Efek benzodiazepine pada sistem kardiovaskular umumnya ringan, kecuali pada intoksikasi berat. TD HR
4. Sal. Cerna: Diduga dapat memperbaiki berbagai gangguan saluran cerna yang berhubungan dengan adanya ansietas.
Efek sampingKepala ringan, malas/tak bermotivasi, lamban,
inkoordinasi motorik, ataksia, gangguan fungsi mental dan psikomotorik, gangguan koordinasi berfikir, bingung, disatria, dan amnesia retrogard.
ES yg lbh umum: lemas, sakit kepala, pandangan kabur, vertigo, mual dan muntah, diare, nyeri epigastrik, nyeri sendi, nyeri dada.
Efek samping psikologik yang sering timbul akibat pemberian benzodiazepin adalah sesekali meningkatkan insiden mimpi buruk, pasien menjadi banyak bicara, cemas, mudah tersinggung, takikardia dan berkeringat.
Indikasi dan dosis1. Kejang:Anak-anak: 0,5 mg/kgBB per rectal atau 0,3
mg/kgBB secara injeksi IV lambat, tetapi tidak melebihi 10 mg.
Dewasa: 10 mg per rectal atau secara injeksi IV lambat.
Jika kejang tidak berhenti dalam 5 menit setelah pemberian pertama, ulangi sekali lagi.
Lanjutan…2. Tetanus: Dosis bervariasi, tergantung derajat
beratnya penyakit. Sebagai informasi: anak-anak dan dewasa 0,1-0,3 mg/kgBB secara injeksi IV pelan, diulangi stiap 1-4 jam, di bawah pengawasan ketat tenaga medis.
3. Agitasi, delirium tremens: Dewasa 5-10 mg secara injeksi IM, diulangi setelah 1 jam bila perlu.
Sediaan: Ampul 10 mg (5 mg/mL, 2 mL) untuk IM atau injeksi IV yang sangat lambat atau infuse.
11. DeksamethasonKortikosteroid mempengaruhi metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak; dan mempengaruhi juga fungsi sistem kardiovaskular, ginjal, otot lurik, sistem saraf dan organ lain.
Farmakokinetik:Kortisol dan analog sintetiknya pada
pemberian oral diabsorbsi cukup baik.Perubahan struktur kimia sangat
mempengaruhi kecepatan absorbsi.Glukokortikoid dapat diabsorbsi melalui kulit,
sakus konjungtiva dan ruang synovial.
Lanjutan…SSP: Efek steroid thd SSP dapat dilihat
dari timbulnya perubahan mood, tingkah laku, EEG.
Elemen pembentuk darah: Glukokortikoid dapat meningkatkan kadar hemoglobin dan jumlah sel darah merah.
Efek anti-inflamasi: Kortisol dan analog sintetiknya dapat mencegah atau menekan timbulnya gejala inflamasi. Karena fungsinya ini maka Kortikosteroid sering disebut life saving drug dan sering menimbulkan masking effect.
Sediaan dan dosisSediaan: 4 mg deksamethasone fosfat
dalam ampul 1 mL (4 mg/mL) secara IM, injeksi IV atau infus.
Dosis:Sindrom inflamasi pada infeksi berat.
Dosis dan situasi sangat bervariasi tergantung pada derajat beratnya infeksi dan respon klinis:
Anak-anak: 0,2-0,4 mg/kgBB/hariDewasa: dosis awal 0,5-24 mg/hariMaturasi paru janin
Diberikan pada ibu: 6 mg melalui injeksi IM tiap 12 jam selama 2 hari (dosis total: 24 mg)
12. Nalorfin, Nalokson dan naltrekson
Nalorfin (Antagonis parsial), Nalokson (antagonis opioid murni), Naltrekson dapat diberikan PO dan masa kerja yg lbh lama dari Nalokson.
Farmakokinetik:Nalokson hanya dapat diberikan
parenteral dan efeknya segera terlihat setelah penyuntikan IV (1-2 jam).
Naltrekson efektif setelah pemberian per oral, tetapi langsung mengalami metabolism lintas pertama, kadar puncaknya dalam plasma dicapai dalam waktu 1-2 jam
Lanjutan…
Sediaan dan posologiSediaan: 1 mg/mL dalam ampul 4 mL.
Dosis: encerkan 4 mL dalam 1000 mL Dex 5% berikan secara infus IV dengan kecepatan awal 2-3 mL/mnt, maintenance 0,5-1 mL/mnt.
7. NitrogliserinManfaat nitrat organik sebagi antiangina
telah dikenal sejak 1867.FarmakokinetikNitrat organik diabsorbsi dengan baik
lewat kulit, mukosa sublingual dan oral.Metabolisme oleh nitrat reduktase dalam
hati.Mengalami efek lintas pertama dlm hati.Pada pemberian sublingual, kadar
puncak plasma nitrogliserin tercapai dalam 4 menit, waktu paruh 1-3 menit.
FarmakodinamikSecara in vivo merupakan pro drug yg
menjadi aktif setelah dimetabolisme (NO, EDRF dan PGl2
dr endotel)
Efek CV:Mempengaruhi tonus vaskular, Nitrat
menimbulkan venodilatasi (Venous pooling), preload kebutuhan oksigen miokard
Arteriol: Dilatasi arteriol temporal dan meningeal menimbulkan kemerahan di muka (flushing) dan sakit kepala berdenyut.
Tidak menimbulkan steal phenomenon pada A.coroner.
Indikasi1. Angina Pektoris Untuk angina variant dikombinasi dengan
antagonis Ca++
2. Infark Jantung Mengurangi luas infark Memperbaiki fungsi jantung Di kombinasikan dengan Lisinopril3. Gagal jantung kongestif Dikombinasikan dengan hidralazin
Efek sampingPada awal terapi sering ditemukan sakit
kepala, flushing karena dilatasi arteri serebral.
Dapat terjadi hipotensi postural.Ketergantungan nitrat organik dapat terjadi,
penghentian obat harus dilakukan bertahap agar tidak timbul rebound angina.
Sediaan dan posologiSediaan: Ampul 10 mg/10 mL dan 50 mg/10
mL.
Angina yang tidak stabil: dosis awal 10 mcg/mnt, dengan peningkatan 10 mcg/mnt dengan interval 30 mnt tergantung pada besarnya kebutuhan.
8. Aminofilin (Theophylline ethylenediamine)Derivat xantin yang terdiri dari kafein,
teofilin dan teobromin ialah alkaloid yang terdapat dalam tumbuhan.
Farmakodinamik:Teofilin menghambat enzim fosfodiesterase
(PDE) sehingga mencegah pemecahan cAMP dan cGMP masing-masing menjadi 5-AMP dan 5-GMP.
Teofilin merupakan suatu antagonis kompetitif pada reseptor adenosin.
Lanjutan…
farmakodinamikTeofilin juga memiliki efek antiinflamasi dan
menghambat penglepasan mediator dari sel radang.
SSP: Teofilin dan kafein merupakan perangsang SSP yang kuat.
Sistem CV:Jantung: pada kadar terapi 10-20 µg/mL menyebabkan
kenaikan moderat denyut jantung.PD: Dilatasi PDSirkulasi otak: Resistensi pembuluh darah otak naik
disertai pengurangan aliran darah dan PO2 di otak.
Lanjutan…Sirkulasi koroner: Secara eksperimental
terbukti bahwa xantin menyebabkan vasodilatasi A. koroner.
TD: Efek xantin thd TD tdk dpt diramalkan.
Otot polos: Relaksasi otot polos bronkusDiuresis: Semua xantin meninggikan
produksi urin. Sekresi lambung: menyebabkan kenaikan
sekresi lambung yang berlangsung lama.Metabolik: Peningkatan kadar asam lemak
bebas dalam plasma danjuga meninggikan metabolisme basal.
farmakokinetikMetilxantin cepat diabsorpsi setelah
pemberian oral, rectal atau parenteral.Menghasilkan kadar puncak plasma
dalam waktu 2 jam sedangkan kafein dalam waktu 1 jam.
Metilxantin didistribusikan ke seluruh tubuh, melewati plasenta dan masuk ke air susu ibu.
Eliminasi metilxantin terutama melalui metabolisme dalam hati.
Sebagian besar diekskresi bersama urin dalam bentuk asam metilurat atau metilxantin.
indikasi1. Asma BronkialPada pasien asma, diperlukan kadar terapi
teofilin sedikitnya 5-8 µg/mL. Toksis mulai dosis 15 µg/mL dan lebih sering > 20 µg/mL.
Loading dosis 6 mg/kgBB, diberikan secara infus perlahan-lahan selama 20-40 menit.
Dosis dipertahankan 0,5 mg/kgBB/jam.Kombinasi dengan agonis β2-adrenergik
meningkatkan efek bronkodilatasi teofilin.
Lanjutan…2. Penyakit paru obstruksi kronis (COPD)Teofilin juga banyak digunakan pada
penyakit ini dengan tujuan yang sama dengan pengobatan asma.
Tetapi, gejala lain yg menyangkut sistem CV: H.Pulmonal, gagal jantung kanan pada cor pulmonale, tidak diperbaiki oleh teofilin.
3. Apneu pada bayi baru lahirPada bayi prematur sering terjadi episode
apneu yg berlangsung lbh dari 15 detik.Dosis: kadar plasma 3-5 µg/mL yaitu 2,5-5
mg/kgBB dan dipertahankan dgn dosis 2 mg/kgBB/hari.
SediaanBerbentuk kristal putih, pahit dan sedikit larut
dalam air.kapsul/kapsul lunak teofilin 130 mg; tablet teofilin
150 mg; tablet salut selaput lepas lambat berisi teofilin 125 mg, 250 mg, dan 300 mg; sirup/eliksir yang berisi teofilin sebanyak 50 mg/5 mL, 130 mg/15 mL dan 150 mg/15 mL.
Teofilin juga tersedia dalam kombinasi tetap dengan efedrin untuk asma bronkial.
Aminofilin merupakan garam teofilin untuk penggunaan IV, tersedia dalam ampul 10 mL mengandung 24 mg aminofilin setiap mililiternya.
9. AmiodaronMerupakan Anti aritmia kelas III.Farmakokinetik:Amiodaron diabsorbsi secara lambat dan
tidak sempurna pada pemberian per oralBioavailabilitasnya adalah sekitar 30% dan
berbeda antar individu.Pada pemberian per oral kadar puncak
tercapai setelah 5-6 jam.Waktu paruhnya panjang yaitu 25-60 hari.
Lanjutan…Sediaan, dosis dan cara pemberian:Amiodaron HCl tersedia sebagai tablet 200 mg.Loading dose: 600-800 mg/hari (selama 4
miggu).Maintenance dose: dimulai dengan 400-800
mg/hari.Penggunaan terapi:Amiodaron dapat digunakan untuk fibrilasi
atrium berulang dan untuk takikardia ventrikel yang tak stabil dan berkelanjutan.
Efek sampingES meningkat scr nyata stelah 1 tahun
pengobatan, berupa:1.Efek pada paru-paru2.Gangguan fungsi hati3.Mikrodeposit pada kornea4.Fotosensitivitas kulit5.Bertambah beratnya aritmia terjadi pada 2-
5% pasien.6.Amiodaron menghambat konversi tiroksin
menjadi triiodotironin, hipertiroid??
10. DiazepamSifat fisikokimia dan farmakokinetik
benzodiazepine sangat mempengaruhi penggunaannya dalam klinik karena menentukan lama kerjanya.
Benzodiazepin menurut lama kerjanya dapat dibagi dalam:
1.Senyawa yang bekerja sangat cepat.2.Senyawa yang bekerja cepat.3.Senyawa yang bekerja sedang.4.Senyawa yang bekerja lama.
Lanjutan…
FarmakokinetikBenzodiazepin dan metabolit aktifnya terikat
pada protein plasma.Setelah pemberian benzodiazepine ambilan
ke dalam otak dan organ dengan perfusi tinggi lainnya terjadi sangat cepat.
Benzodiazepin dapat melewati sawar uri dan disekresi ke dalam ASI.
Metabolisme benzodiazepine terjadi dalam 3 tahap, yaitu: (1) desalkilasi; (2) hidroksilasi; dan (3) konjugasi.
Farmakodinamik1. SSP: Benzodiazepin tidak mampu
menghasilkan tingkat depresi saraf sekuat golongan barbiturate atau anestesi umum.
2. Pernapasan: Benzodiazepin dosis hipnotik tidak berefek pada pernapasan orang normal.
3. Sistem CV: Efek benzodiazepine pada sistem kardiovaskular umumnya ringan, kecuali pada intoksikasi berat. TD HR
4. Sal. Cerna: Diduga dapat memperbaiki berbagai gangguan saluran cerna yang berhubungan dengan adanya ansietas.
Efek sampingKepala ringan, malas/tak bermotivasi, lamban,
inkoordinasi motorik, ataksia, gangguan fungsi mental dan psikomotorik, gangguan koordinasi berfikir, bingung, disatria, dan amnesia retrogard.
ES yg lbh umum: lemas, sakit kepala, pandangan kabur, vertigo, mual dan muntah, diare, nyeri epigastrik, nyeri sendi, nyeri dada.
Efek samping psikologik yang sering timbul akibat pemberian benzodiazepin adalah sesekali meningkatkan insiden mimpi buruk, pasien menjadi banyak bicara, cemas, mudah tersinggung, takikardia dan berkeringat.
Indikasi dan dosis1. Kejang:Anak-anak: 0,5 mg/kgBB per rectal atau 0,3
mg/kgBB secara injeksi IV lambat, tetapi tidak melebihi 10 mg.
Dewasa: 10 mg per rectal atau secara injeksi IV lambat.
Jika kejang tidak berhenti dalam 5 menit setelah pemberian pertama, ulangi sekali lagi.
Lanjutan…2. Tetanus: Dosis bervariasi, tergantung derajat
beratnya penyakit. Sebagai informasi: anak-anak dan dewasa 0,1-0,3 mg/kgBB secara injeksi IV pelan, diulangi stiap 1-4 jam, di bawah pengawasan ketat tenaga medis.
3. Agitasi, delirium tremens: Dewasa 5-10 mg secara injeksi IM, diulangi setelah 1 jam bila perlu.
Sediaan: Ampul 10 mg (5 mg/mL, 2 mL) untuk IM atau injeksi IV yang sangat lambat atau infuse.
11. DeksamethasonKortikosteroid mempengaruhi metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak; dan mempengaruhi juga fungsi sistem kardiovaskular, ginjal, otot lurik, sistem saraf dan organ lain.
Farmakokinetik:Kortisol dan analog sintetiknya pada
pemberian oral diabsorbsi cukup baik.Perubahan struktur kimia sangat
mempengaruhi kecepatan absorbsi.Glukokortikoid dapat diabsorbsi melalui kulit,
sakus konjungtiva dan ruang synovial.
Lanjutan…SSP: Efek steroid thd SSP dapat dilihat
dari timbulnya perubahan mood, tingkah laku, EEG.
Elemen pembentuk darah: Glukokortikoid dapat meningkatkan kadar hemoglobin dan jumlah sel darah merah.
Efek anti-inflamasi: Kortisol dan analog sintetiknya dapat mencegah atau menekan timbulnya gejala inflamasi. Karena fungsinya ini maka Kortikosteroid sering disebut life saving drug dan sering menimbulkan masking effect.
Sediaan dan dosisSediaan: 4 mg deksamethasone fosfat
dalam ampul 1 mL (4 mg/mL) secara IM, injeksi IV atau infus.
Dosis:Sindrom inflamasi pada infeksi berat.
Dosis dan situasi sangat bervariasi tergantung pada derajat beratnya infeksi dan respon klinis:
Anak-anak: 0,2-0,4 mg/kgBB/hariDewasa: dosis awal 0,5-24 mg/hariMaturasi paru janin
Diberikan pada ibu: 6 mg melalui injeksi IM tiap 12 jam selama 2 hari (dosis total: 24 mg)
12. Nalorfin, Nalokson dan naltrekson
Nalorfin (Antagonis parsial), Nalokson (antagonis opioid murni), Naltrekson dapat diberikan PO dan masa kerja yg lbh lama dari Nalokson.
Farmakokinetik:Nalokson hanya dapat diberikan
parenteral dan efeknya segera terlihat setelah penyuntikan IV (1-2 jam).
Naltrekson efektif setelah pemberian per oral, tetapi langsung mengalami metabolism lintas pertama, kadar puncaknya dalam plasma dicapai dalam waktu 1-2 jam
Lanjutan…
Lanjutan…Naltrekson lebih poten dari nalokson
dmn 100 mg secara oral dapat menghambat efek euphoria yang ditimbulkan oleh 25 mg heroin IV selama 48 jam.
Farmakodinamik:Semua efek agonis opioid pada reseptor
µ diantagonis oleh nalokson dosis kecil (0,4-0,8 mg) yang diberikan IM atau IV.
Antagonisme nalokson terhadap efek agonis opioid sering disertai dengan terjadinya fenomena Overshoot.
IndikasiAdapun indikasi penggunaan antagonis opioid adalah sbb:1.Untuk mengatasi depresi napas akibat overdosis opioid.2.Pada bayi yg baru dilahirkan dimana ibu mendapat opioid.3.tentamen suicide dengan suatu opioid; dalam hal ini nalokson merupakan obat terpilih.
Sediaan dan posologiSediaan:Nalorfin: Tersesdia utk pggunaan
parenteral yaitu 0,2 mg nalorfin/mL untuk anak, 5 mg nalorfin/mL untuk orang dewasa.
Nalokson tersedia dalam nalokson 0,4 mg/mL dalam ampul 2 mL, 10 mL dan yang mengandung 40 µg (20 µg/mL) untuk penggunaan pada anak.
Naltrekson tersedia dalam tab 50 mg.Dosis:0,4 mg dalam ampul 1 mL (0,4 mg/mL)
untuk injelsi IV, IM atau infus dalam natrium klorida 0,9% atau glukosa 5%.
Lanjutan…Neonatus: dosis awal 10 µg/kg secara
injeksi IV, diikuti dengan 10 µg/kg secara injeksi IM tiap 90 menit.
Anak-anak: 5-10 µg/kg secara injeksi IV, diulangi bila perlu setelah 2-3 menit, hingga ventilasi spontan adekuat. diikuti dengan infus berkelanjutan 1-5 µg/kg/jam, atau 5-10 µg/kg secara injeksi IM tiap 90 menit.
Dewasa: 1-3 µg/kg secara injeksi IV, diulangi apabila perlu setelah 2-3 menit, hingga ventilasi spontan yang adekuat kembali, diikuti dengan infus berkelanjutan 1-5 µg/kg/jam, atau 5-10 µg/kg secara injeksi IM tiap 90 menit.
top related