percobaan v toksisitas amfetamin
Post on 03-Apr-2018
415 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
7/28/2019 Percobaan v Toksisitas Amfetamin
1/21
1
PERCOBAAN V
TOKSISITAS
A. TOKSISITAS AMFETAMINI. Tujuan Percobaan
1) Mengetahui dan memahami mekanisme kerja yang mendasari manifestasi efek dantoksisitas amfetamin
2) Melihat pengaruh lingkungan terhadap toksisitas amfetamin3) Memahami bahaya penggunaan amfetamin dan obat sejenis
II. Tinjauan PustakaDEFINISI
Obat-obat yang termasuk ke dalam golongan amfetamin adalah:
- Amfetamin
- Metamfetamin
- Metilendioksimetamfetamin (MDMA, ecstasy atau Adam).
Amfetamin bisa disalah gunakan selama bertahun-tahun atau digunakan sewaktu-waktu.
Bisa terjadi ketergantungan fisik maupun ketergantungan psikis.
Dulu ketergantungan terhadap amfetaamin timbul jika obat ini diresepkan untuk
menurunkan berat badan, tetapi sekarang penyalahgunaan amfetamin terjadi karena
penyaluran obat yang ilegal.
Beberapa amfetamin tidak digunakan untuk keperluan medis dan beberapa lainnya dibuat
dan digunakan secara ilegal.
Di AS, yang paling banyak disalahgunakan adalah metamfetamin.
Penyalahgunaan MDMA sebelumnya tersebar luas di Eropa, dan sekarang telah mencapai
AS. Setelah menelan obat ini, pemakai seringkali pergi ke disko untuk triping.
MDMA mempengaruhi penyerapan ulang serotonin (salah satu penghantar saraf tubuh)
di otak dan diduga menjadi racun bagi sistim saraf.
-
7/28/2019 Percobaan v Toksisitas Amfetamin
2/21
2
GEJALA
Amfetamin meningkatkan kesiagaan (mengurangi kelelahan), menambah daya
konsentrasi, menurunkan nafsu makan dan memperkuat penampilan fisik.
Obat ini menimbulkan perasaan nyaman atau euforia (perasaan senang yang berlebihan).
Beberapa pecandu amfetamin adalah penderita depresi dan mereka menggunakan efek
peningkat-suasana hati dari amfetamin untuk mengurangi depresinya sementara waktu.
Pada atlet pelari, amfetamin bisa memperbaiki penampilan fisik, perbedaan sepersekian
detik bisa menentukan siapa yang menjadi juara.
Para pengemudi truk jarak jauh menggunakan amfetamin supaya mereka tetap terjaga.
Selain merangsang otak, amfetamin juga meningkatkan tekanan darah dan denyut
jantung.
Pernah terjadi serangan jantung yang berakibat fatal, bahkan pada atlet muda yang sehat.
Tekanan darah bisa sedemikian tinggi sehingga pembuluh darah di otak bisa pecah,
menyebabkan stroke dan kemungkinan menyebabkan kelumpuhan dan kematian.
Kematian lebih mungkin terjadi jika:
- MDMA digunakan dalam ruangan hangat dengan ventilasi yang kurang
- pemakai sangat aktif secara fisik (misalnya menari dengan cepat)
- pemakai berkeringat banyak dan tidak minum sejumlah cairan yang cukup untuk
menggantikan hilangnya cairan.
Orang yang memiliki kebiasaan menggunakan amfetamin beberapa kali sehari, dengan
segera akan mengalami toleransi
Jumlah yang digunakan pada akhirnya akan meningkat sampai beberapa ratus kali dosis
awal.
Pada dosis tertentu, hampir semua pecandu menjadi psikostik, karena amfetamin dapat
menyebabkan kecemasan hebat, paranoia dan gangguan pengertian terhadap kenyataan
hidup.
Reaksi psikotik meliputi halusinasi dengar dan lihat (melihat dan mendengar benda yang
-
7/28/2019 Percobaan v Toksisitas Amfetamin
3/21
3
sebenarnya tidak ada) dan merasa sangat berkuasa.
Efek tersebut bisa terjadi pada siapa saja, tetapi yang lebih rentan adalah pengguna
dengan kelainan psikiatrik (misalnyaskizofrenia).
EFEK
Efek yang ditimbulkan Amphetamine tipikal digunakan untuk meningkatkan daya kerja
dan untuk menginduksi perasaan euforik. Pelajar yang belajar untuk ujian, pengendara
truk jarak jauh, pekerja yang sering dituntut bekerja mengejar deadline, dan atlet.
Amphetamine merupakan zat yang adiktif. Jenis obatobatan yang tergolong kelompok
amphetamine adalah : dextroamphetamine (Dexedrin), methamphetamine dan
methylphenidate (Ritalin). Obat tersebut beredar dengan nama jalanan : crack, ecstasy,
ice, crystal meth, speed, shabushabu. Gejala Intoksikasi (keracunan) Sindroma
intoksikasi amfetamin serupa dengan intoksikasi kokain, yaitu Takikardia Dilatasi pupil
Peninggian atau penurunan tekanan darah Berkeringat atau menggigil Mual dan muntah
Penurunan berat badan Agitasi atau retardasi psikomotor Kelemahan otot, depresi
pernapasan, nyeri dada, aritmia jantung Konfusi, kejang, diskinesia, distonia, koma
Gejala Putus Obat Kecemasan Gemetar Mood disforik Letargi Fatigue Mimpi yang
menakutkan Nyeri kepala Berkeringat banyak Kram otot dan lambung Rasa lapar yang
tidak pernah kenyang HALUSINOGEN Halusinogen disebut sebagai psikodelik atau
psikotomimetik karena disamping menyebabkan halusinasi juga menyebabkan hilangnya
kontak dengan realitas dan suatu perluasan serta peninggian kesadaran.
Ketergantungan halusinogen Pemakaian jangka panjang jarang terjadi. Tidak terdapat
adiksi fisik, namun demikian adiksi psikologis dapat terjadi walaupun jarang. Hal ini
disebabkan karena pengalaman menggunakan LSD berbedabeda dan karena tidak
terdapat euforia seperti yang dibayangkan. Gejala Intoksikasi Perilaku maladaptif
(kecemasan, paranoid, gangguan dalam pertimbangan, dsb) Perubahan persepsi (
depersonalisasi, ilusi, direalisasi, halusinasi,dsb ) Dilatasi pupil Takikardia Berkeringat
Palpitasi Pandangan kabur Tremor Inkoordinasi PHENCYCLIDINE (PCP)
Phencyclidien adalah golongan arylcyclohexylamine yang paling sering disalahgunakan.
PCP dikembangkan dan diklasifokasikan sebagai anestetik disosiatif; tetapi
penggunaannya sebagai anestetik pada manusia disertai dengan disorientasi, agitasi,
-
7/28/2019 Percobaan v Toksisitas Amfetamin
4/21
4
delirium dan halusinai yang tidak menyenangkan saat terbangun. Karena alasan tersebut
PCP tidak lagi digunakan sebagai anestetik pada manusia. Dibeberapa negara digunakan
sebagai anestetik dalam kedokteran hewan. Nama populer dari PCP adalah : Angel dust,
crystal, peace, supergrass (jika dibubuhi padarokokganja), hog, rocket fuel, dan horsetranquilizer.
Efek yang ditimbulkan dan Gejala Klinis Efek PCP adalah mirip dengan efek
halusinogen seperti lysergic acid diethylamide (LSD); tetapi karena farmakologi yang
berbeda dan adanya efek klinis yang berbeda diklasifikasikan sebagai kategori obat yang
berbeda. Ketergantungan secara fisik jarang ditemui, tetapi ketergantungan secara
psikologis sering dialami oleh pengguna PCP. Orang yang baru saja menggunakan PCP
seringkali menampilkan gejala : Menjadi tidak komunikatif, tampak pelupa dan fantasi
yang aktif Tempo yang cepat Euforia Badan yang hangat Rasa geli dan sensasi melayang
penuh kedamaian Perasaan depersonalisasi Isolasi dan menjauhkan diri dari orang lain
Halusinasi visual dan auditoris Gangguan persepsi tempat dan waktu Perubahan citra
tubuh yang mencolok Konfusi dan disorganisasi pikiran Kecemasan Menjadi simpatik,
bersosialisasi dan suka bicara pada suatu saat dan bersikap bermusuhan pada waktu
lainnya Hipertensi, nistigamus dan hipertermia Melakukan gerakan memutar kepala,
menghentak, menyeringai Kekakuan otot Muntah berulang Bicara dan menyanyi
berulang Lekas marah, paranoid Suka berkelahi dan menyerang secara irasional Bunuh
diri atau membunuh Delirium Gangguan psikotik Gangguan mood Gangguan kecemasan
SEDATIF, HIPNOTIK ATAU ANSIOLITIK Sedatif adalah obat yang menurunkan
ketegangan subyektif dan menginduksi ketenangan mental. Istilah "sedatif"
sesungguhnya adalah sama dengan dengan istilah "ansiolitik", yaitu obat yang
menurunkan kecemasan. Hipnotik adalah obat yang menginduksi tidur. Jika sedatif danansiolitik diberikan dalam dosis tinggi, obat tersebut dapat menginduksi tidur seperti
yang disebabkan oleh hipnotik. Sebaliknya jika hipnotik diberikan dalam dosis rendah ,
obat dapat menginduksi sedasi pada siang hari seperti yang disebabkan oleh sedatif atau
ansiolitik. Di dalam literatur lama, sedatif, ansiolitik dan hipnotik dikelompokkan
bersama sama sebagai tranquilizer minor.
Jenis obatobatan yang tergolong kelompok sedatifhipnotik atau ansiolitik adalah
-
7/28/2019 Percobaan v Toksisitas Amfetamin
5/21
5
benzodiazepin, seperti : Diazapam (Valium) Barbiturat contoh secobarbital (Seconal)
Qualone (Quaalude) Mepobramate (Equanil) Dana glutethimide (Doriden).
Obatobatan ini sebenarnya diresepkan sebagai antipireptik, pelemas otot, anestetik, dan
adjuvan anestetik. Semua obat didalam kelas ini dan alkohol memiliki toleransi silang
dan efeknya adalah adiktif. Ketergantungan fisik dan psikologis berkembang terhadap
semua obatobatan ini, dan semuanya disertai gejala putus obat. 6. Zat Adiktif lain
Beberapa jenis zat adiktif lain : INHALANSIA Zat inhalan tersedia secara legal, tidak
mahal dan mudah didapatkan. Oleh sebab itu banyak dijtemukan digunakan oleh
kalangan sosial ekonomi rendah. Contoh spesifik dari inhalan adalah bensin, vernis,
cairan pemantik api, lem, semen karet, cairan pembersih, cat semprot, semir sepatu,
cairan koreksi mesin tik (tipEx), perekat kayu, bahan pembakar aerosol, pengencer cat.
Inhalan biasanya dilepaskan ke dalam paruparu dengan menggunakan suatu tabung.
Gambaran Klinis Dalam dosis awal yang kecil inhalan dapat menginhibisi dan
menyebabkan perasaan euforia, kegembiraan, dan sensasi mengambang yang
menyenangkan. Gejala psikologis lain pada dosis tinggi dapat berupa rasa ketakutan,
ilusi sensorik, halusinasi auditoris dan visual dan distorsi ukuran tubuh. Gejala
neurologis dapat termasuk bicara yang tidak jelas (menggumam, penurunan kecepatan
bicara, dan ataksia) . Penggunaan dalam waktu lama dapat menyebabkan iritabilitas,
labilitas emosi dan gangguan ingatan. Sindroma putus inhalan tidak sering terjadi,
kalaupun ada muncul dalam bentuk susah tidur, iritabilitas, kegugupan, berkeringat,
mual, muntah, takikardia, dan kadangkadang disertai waham dan halusinasi. Efek yang
merugikan Efek merugikan yang paling serius adalah kematian yang disebabkan karena
depresi pernafasan, aritmia jantung, asfiksiasi, aspirasi muntah atau kecelakaan atau
cedera. Penggunaan inhalan dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan kerusakan
hati dan ginjal yang ireversibel dan kerusakan otot yang permanen. KAFEIN Kafein,
paling sering ditemukan dalam bentuk kopi dan teh, adalah zat psikoaktif yang paling
luas digunakan. Kafein dapat bertindak sebagai pendorong yang positif, namun dapat
menimbulkan ketergantungan psikologis.
PENGOBATAN
Gejala yang berlawanan dengan efek amfetamin terjadi jika amfetamin secara tiba-tiba
-
7/28/2019 Percobaan v Toksisitas Amfetamin
6/21
6
dihentikan penggunannya.
Pengguna akan menjadi lelah atau mengantuk, yang bisa berlangsung selama 2-3 hari
setelah penggunaan obat dihentikan.
Beberapa pengguna sangat cemas dan gelisah.Pengguna yang juga menderita depresi bisa menjadi lebih depresi jika obat ini berhenti
digunakan.
Mereka menjadi cenderung ingin bunuh diri, tetapi selama beberapa hari mereka
mengalami kekurangan tenaga untuk melakukan usaha bunuh diri.
Karena itu pengguna menahun perlu dirawat di rumah sakit selama timbulnya gejala
putus obat.
Pada pengguna yang mengalami delusi dan halusinasi bisa diberikan obat anti-psikosa
(misalnya klorpromazin), yang akan memberikan efek menenangkan dan mengurangi
ketegangan.
Tetapi obat anti-psikosa bisa sangat menurunkan tekanan darah.
Biasanya lingkungan yang tenang dan mendukung bisa membantu pemulihan pengguna
amfetamin.
B. TOKSISITAS SIANIDA
I. Tujuan Percobaan
a. Mengetahui dan memahami mekanisme terjadinya manifestasi keracunan sianida.
b. Agar mahasiswa mengerti mekanisme kerja antidotum untuk sianida.
c. Agar mahasiswa terampil menangani kasus keracunan CN dengan memilihkan
antidote yang tepat.
II. Landasan Teori
Sianida merupakan racun yang bekerja cepat, berbentuk gas tak berbau dan tak
berwarna, yaitu hidrogen sianida (HCN) atau sianogen khlorida (CNCl) atau berbentuk
kristal seperti sodium sianida (NaCN) atau potasium sianida (KCN). Hidrogen sianida
merupakan gas yang mudah dihasilkan dengan mencampur asam dengan garam sianida
dan sering digunakan dalam pembakaran plastik, wool, dan produk natural dan sintetik
-
7/28/2019 Percobaan v Toksisitas Amfetamin
7/21
7
lainnya. Keracunan hidrogen sianida dapat menyebabkan kematian, dan pemaparan
secara sengaja dari sianida (termasuk garam sianida) dapat menjadi alat untuk melakukan
pembunuhan ataupun bunuh diri.
Akibat racun sianida tergantung pada jumlah paparan dan cara masuk tubuh,
lewat pernapasan atau pencernaan. Racun ini menghambat sel tubuh mendapatkan
oksigen sehingga yang paling terpengaruh adalah jantung dan otak. Paparan dalam
jumlah kecil mengakibatkan napas cepat, gelisah, pusing, lemah, sakit kepala, mual dan
muntah serta detak jantung meningkat. Paparan dalam jumlah besar menyebabkan
kejang, tekanan darah rendah, detak jantung melambat, kehilangan kesadaran, gangguan
paru serta gagal napas hingga korban meninggal.
Dosis lethal (LD 50) dari komponen ini adalah sekitar 2 mg/Kg, dengan menelan 50-
75 mg dari garam cyanida ini dapat menyebabkan sulit bernafas dalam waktu beberapa
menit. Hallogen cyanida adalah gas yang mengiritasi dan dapat menyebabkan oedema
paru-paru, air mata kelur terus dan hipersalivasi.
Kebanyakan plastik dan serat acrylic dapat mengeluarkan gas cyanida bila dibakar.
Gas tersebut dapat terhisap melalui pernfasan terabsorpsi melalui kulit dan dapat
menyebabkan terjadinya kematian. Sumber lain dari keracunan cyanida ialah denganmemakan/termakan cyanogenik glycosida yang terdapat dalam biji dari buaha-buahan
tertentu. Amygdalin, adalah salah satu senyawa cyanogenik glykosida yang terdapat
dalam biji buah apel, peach, plum, apricot, cherry dan biji almond, dimana amygdalin di
hidrolisa menjadi hidrogen cyanida.
Mekanisme toksisitas sianida
Sianida menjadi toksik bila berikatan dengan trivalen ferric (Fe+++). Tubuh yang
mempunyai lebih dari 40 sistem enzim dilaporkan menjadi inaktif oleh cyanida. Yang
paling nyata dari hal tersebut ialah non aktif dari dari sistem enzim cytochrom oksidase
yang terdiri dari cytochrom a-a3 komplek dan sistem transport elektron. Bilamana
cyanida mengikat enzim komplek tersebut, transport elektron akan terhambat yaitu
transport elektron dari cytochrom a3 ke molekul oksigen di blok. Sebagai akibatnya akan
menurunkan penggunaan oksigen oleh sel dan mengikut racun PO2.
Sianida dapat menimbulkan gangguan fisiologik yang sama dengan kekuranganoksigen dari semua kofaktor dalam cytochrom dalam siklus respirasi. Sebagai akibat
-
7/28/2019 Percobaan v Toksisitas Amfetamin
8/21
8
tidak terbentuknya kembali ATP selama proses itu masih bergantung pada cytochrom
oksidase yang merupakan tahap akhir dari proses phoporilasi oksidatif.
Selama siklus metabolisme masih bergantung pada sistem transport elektron, sel tidak
mampu menggunakan oksigen sehingga menyebabkan penurunan respirasi serobik dari
sel. Hal tersebut menyebabkan histotoksik seluler hipoksia. Bila hal ini terjadi jumlah
oksigen yang mencapai jaringan normal tetapi sel tidak mampu menggunakannya. Hal
ini berbeda dengan keracunan CO dimana terjadinya jarinngan hipoksia karena
kekurangan jumlah oksigen yang masuk. Jadi kesimpulannya adalah penderita keracunan
cyanida disebabkan oleh ketidak mampuan jaringan menggunakan oksigen tersebut.
Gejala klinis
Sianida menyebabkan keracunan yang sangat cepat dan dapat menyebabkan kematian
dalam waktu beberapa menit. Terjadinya gejala keracunan cyanida bergantung pada jenis
cyanidanya. Gas hidrogen cyanida adalah paling beracun dan gejalanya timbul dalam
beberapa detik dan kematian terjadi dalam beberapa menit. Bila garam cyanida
termakan, gejalanya tidak cepat terlihat, karena bahan kimia tersebut diabsorpsi secara
lambat. Derajat keparahan bergantung pada jumlah/dosis yang masuk kedalam tubuh.
Gejala yang terlihat pada keracunan sedang adalah sebatas pada kelemahan penderita,sakit kepala, mual dan muntah. Gejala tersebut terjadi dengan cepat dan terlihat tidak
spesifik.
Pada umumnya hipoksia seluler yang disebabkan oleh keracunan cyanida dapat
menyebabkan kematian sel, tetapi kekurangan oksigen pada sel tertentu pada aortik dan
karotik adalah penyebab utama dari kematian sel tersebut. Hal ini menyebabkan gejala
piperpnea, yang diikuti dengan dyspnea. Terjadinya nausea dan vomitus mungkin
disebabkan karena iritasi pada mukosa gastro-intestinal oleh garan cyanida tersebut.
Begitu konsentrasi cyanida dalam darah meningkat, laju respirasi menjadi lambat
(menurun) dan terjadi sesak nafas, tetapi cyanosis biasanya tidak ditemukan. Konsentrasi
cyanida dalam darah meningkat, kekurangan oksigen pada otak terjadi dan timbul
kejang-kejang hipoksia dan kemudian diikuti dengan kematian karena nafas terhenti.
-
7/28/2019 Percobaan v Toksisitas Amfetamin
9/21
9
Pengobatan
Pada kejadian keracunan akut sulit dapat ditolong. Pengobatan terutama ditujukan untuk
menurunkan jumlah cyanida yang terikat dalam jaringan. Antidotum yang dapat
digunakan yaitu :
Natrium Tiosulfat
Berupa hablur besar, tidak berwarna, atau serbuk hablur kasar. Mengkilap
dalam udara lembab dan mekar dalam udara kering pada suhu lebih dari 33C.
Larutannya netral atau basa lemah terhadap lakmus. Sangat mudah larut dalam air dan
tidak larut dalam etanol.
Sodium tiosulfat merupakan donor sulfur yang mengkonversi sianida menjadi
bentuk yang lebih nontoksik, tiosianat, dengan enzyme sulfurtransferase, yaitu
rhodanase. Tidak seperti nitrit, tiosianat merupakan senyawa nontoksik, dan dapat
diberikan secara empiris pada keracunan sianida. Penelitian dengan hewan uji
menunjukkan kemampuan sebagai antidot yang lebih baik bila dikombinasikan dengan
hidroksokobalamin.
Rute utama detoksifikasi sianida dalam tubuh adalah mengubahnya menjadi tiosianatoleh rhodanase, walaupun sulfurtransferase yang lain, seperti 37 beta-merkaptopiruvat
sulfurtransferase, dapat juga digunakan. Reaksi ini memerlukan sumber sulfan sulfur,
tetapi penyedia substansi ini tebatas. Keracunan sianida merupakan proses mitokondrial
dan penyaluran intravena sulfur hanya akan masuk ka mitokondria secara perlahan.
Natrium tiosulfat mungkin muncul sendiri pada kasus keparahan ringan sampai sedang,
sebaiknya diberikan bersama antidot lain dalam kasus keracunan parah. Ini juga
merupakan pilihan antidot saat diagnosis intoksikasi sianida tidak terjadi, misalnya pada
kasus penghirupan asap rokok. Natrium tiosulfat diasumsikan secara intrinsic nontoksik
tetapi produk detoksifikasi yang dibentuk dari sianida, tiosianat dapat menyebabkan
toksisitas pada pasien dengan kerusakan ginjal. Pemberian natrium tiosulfat 12.5 g i.v.
biasanya diberikan secara empirik jika diagnosis tidak jelas.
Natrium tiosulfat merupakan komponen kedua dari antidot sianida. Antidot ini
diberikan sebanyak 50 ml dalam 25 % larutan. Tidak ada efek samping yang ditimbulkan
oleh tiosulfat, namun tiosianat memberikan efek samping seperti gagal ginjal, nyeri
-
7/28/2019 Percobaan v Toksisitas Amfetamin
10/21
10
perut, mual, kemerahan dan disfungsi pada SSP. Dosis untuk anak-anak didasarkan pada
berat badan.
Natrium Nitrit
Nitrit menyebabkan methemoglobin dengan sianida membentuk substansi nontoksik
sianmethemoglobin. Methemoglobin tidak mempunyai afinitas lebih tinggi pada sianida
daripada sitokrom oksidase, tetapi lebih potensial menyebabkan methemoglobin daripada
sitokrom oksidase. Efek samping dari penggunaan nitrit meliputi pembentukan formasi
methemoglobin, vasodilatasi, hipotensi, dan takikardi. Mencegah pembentukkan formasi
yang cepat, monitoring tekanan darah, dan pemberian dosis yang tepat akan mengurangi
terjadinya efek samping. Ketika dilakukan terapi dengan nitrit, lihat konsentrasi
hemoglobin. Tetapi jangan menunda terapi ketika menunggu hasil pengukuran kadar
hemoglobin.
Sodium nitrit injeksi dan amil nitrit dalam bentuk ampul untuk inhalasi merupakan
komponen dari antidot sianida. Kegunaan nitrit sebagai antidot sianida
bekerja dalam dua cara, yaitu : nitrit mengoksidasi hemoglobin, yang kemudian akan
mengikat sianida bebas, dan cara yang kedua yaitu meningkatkan detoksifikasi sianida
endothelial dengan menghasilkan vasodilasi. Inhalasi dari satu ampul amil nitrit
menghasilkan tingkat methemoglobin sekitar 5%. Pemberian dosis tunggal nitrit secara
intravena dapat menghasilkan tingkatmethemoglobin sekitar 20-30%.
III. Bahan dan AlatA. Bahan : Mencit NaCl fisiologis Amfetamin NaCN Na2S203 NaNO2
B. Alat : Jarum suntik Stopwatch Timbangan hewan
-
7/28/2019 Percobaan v Toksisitas Amfetamin
11/21
11
Kandang hewan tunggal
IV. Cara KerjaA. TOKSISITAS AMFETAMIN
1) Timbang dan tandai hewan untuk tiap kelompok2) Hitung VAO untuk masing-masing hewan. untuk kelompok 1 menggunakan
amfetamin dengan konsentrasi 10 mg/kg BB, kelompok 2 dan 3 menggunakan
amfetamin dengan konsentrasi 20 mg/kg BB. Setelah dsuntikkan, amati dan catat
waktu terjadinya manifestasi efek amfetamin pada hewan percobaan.
3) Bahas hasil percobaan saudara dan ambil suatu kesimpulan.
B. TOKSISITAS SIANIDA
1) Timbang dan tandai hewan untuk tiap kelompok2) Hitung VAO untuk masing-masing hewan.3) Selanjutnya lakukan hal seperti tercantum pada table4) Amati gejala yang timbul,catat waktu timbulnya gejala tersebut5) Tabelkan hasil saudara6) Bahas hasil percobaan saudara dan ambil suatu kesimpulan
kel Mencit 1 Mencit 2
1 NaNO2 0,2 % 20 mg/kgBB sc,lalu berikan secara
NaCN 0,2 % 20 mg/kgbb oral
NaCL Fis 0,2 ml/20gbb sc,
lalu berikan NaCN
20mg/kgbb oral
2 NaCN 0,2 % 20 mg/kgbb oral NaCN 0,2 % 20 mg/kgbb sc
3 NaNO2 0,2 % 20 mg/kgbb sc,lalu berikan NaCN 0,2
% 20mg/kgbb oral dan NaS2O3 0,2 % 20mg/kgbb
ip
NaCN 0,2 % 20mg/kgbb sc
dan NaCL fis 0,2 ml/20gbb
ip
4 NaNO2 0,2 % 20mg/kgbb oral, lalu berikan NaCN
0,2 % 20 mg/kgbb sc dan Na2S2O2 0,2% 20
mg/kgbb ip
NaCN 0,2 % 20 mg/kgbb
oral dan Na2S2O3 0,2 % 20
mg/kgbb ip
5 Control Control
-
7/28/2019 Percobaan v Toksisitas Amfetamin
12/21
12
V. Hasil dan PembahasanA. Hasil Pengamatan kelompok 6
BB mencit = 35 gr
Konsentrasi NaCN = 2 mg/cc
Dosis NaCN = 20 mg/kgbb
Konsentrasi Na2S2O3 = 2 mg/cc
Dosis Na2S2O3 = 20 mg/kgbb
Na2S203 secara oral:
VAO = 0,0345kg x 20 mg/kg BB
2 mg/cc
= 0,35 ml
NaCn secara ip :
VAO = 0,0345kg x 20 mg/kg BB
2 mg/cc
= 0,35 ml
Hasil pengamatan toksisitas amfetamin
Gejala Waktu (menit)kel 1 kel 2 kel 3
Aktivitas motorik meningkat 01.25 04.22 40.00
Laju pernafasan meningkat 01.43 05.44 33.00
Grooming / menggaruk-garuk 01.56 01.37 02.51
Melompat - - -
Bertengkar - - -
Rangsangan terhadap bunyi 05.13 - 04.09Tremor 02.42 - 02.21
Konvulsi - - -
Mati - - -
Buku berdiri - - -
Keluar air liur - - -
-
7/28/2019 Percobaan v Toksisitas Amfetamin
13/21
13
Toksisitas Sianida
Gejala
Waktu
Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4 Kel 5 Kel 6
Tenang 03.02 - - - 11.00 14.00 01.00 03.00
Sesak nafas 01.37 03.21 08.51 02.15 15.00 24.00 20.00 03.00
Mencacah perut 10.01 06.25 - - - 26.00 01.10 03.00
Mata redup,ekor pucat 09.14 22.29 11.32 - 23.00 03.30 02.00 13.57
Geliat 11.25 - 01.46 46.00 05.00 - - -
Hiperaktiv - 01.26 - 25.00 20.00 - 02.00 -
Mengusap muka - - - - - 01.23 - -
Diam ditempat 02.47 01.31 01.28 - 25.00 15.00 01.15 03.00
Perut dan dada - - - - - - - -
Letih nafas perut 20.32 - 12.54 - 35.00 02.43 01.27 -
Menggaruk mulut - 02.30 - - - 01.23 - -
Gemetaran 06.51 01.15 11.24 26.00 01.25 - 18.20 -
Biru,mulut kering - - - 03.00 01.46 05.32 21.00 -
Telinga menempel - - - - 45.00 02.12 - -
Respon sakit berku-
rang
09.51 05.30 - - - 02.15 03.45 -
urinasi - 35.00 - - - 02.48 - -
Tremor 01.52 29.00 15.49 50.00 50.00 01.20 20.00 -
Kejang 04.10 - - 48.00 48.00 01.08 - -
Mati - - - 01.45 01.45 08.27 24.48 15.45
B. PembahasanPada percobaan di atas, kelompok 6 menguji toksisitas sianida dan menggunakan
satu ekor mencit. obat yang diberikan berupa NaCN yang disuntikkan secara oral dan
Na2S2O3 yang disuntikkan secara ip.
Pada mencit kelompok 6 diberikan obat NaCN secara oral pada mencit dan setelah itu
diberikan Na2S2O3 secara ip.
-
7/28/2019 Percobaan v Toksisitas Amfetamin
14/21
14
Pada praktikum farmakologi kali ini kami melakukan percobaan uji antidotum
yang mana pada praktikum kali ini kami menggunakan NaCN sebagai zat penyebab
toksik dan menggunakanantidotum Na thiosulfat.Percobaan terapi antidote metode tid-
ak khas Na Thiosulfat bertujuan agar mahasiswa mampu memahami strategi terapi an-
tidot spesifik berdasarkan contoh kemampuan dari natrium thiosulfat dalam mena-
warkan racun sianida. Hewan uji yang digunakan adalah mencit galur tertentu, sehat,
jantan atau betina umur dewasa .Berdasarkan kondisi yang hampir seragam tersebut
makadiharapkan hasil percobaan dapat sesuai dengan teori yang ada, karena variable-
variabel yangmempengaruhi hasil sudah dikendalikan dari awal. Sebelum digunakan
untuk pengujian, hewanuji harus dipuasakan terlebih dahuli minimal 18 jam dengan
tetap di beri minum secukupnya.Hal ini tersebut dilakukan dengan harapan agar efek
yang di timbulkan oleh racun sianida danantidotumnya menjadi lebih optimal dan tidak
di pengaruhi oleh factor makanan.
Pada percobaan ini , mencit yang disuntik sediaan NaCN secara oral dan sesaat
kemudian mencit mengalami sesak nafas.Efek utama yang dihasilkan oleh sianida ada-
lah mempengaruhi pernapasan, di manaoksigen dalam darah terikat oleh senyawa
sianida dan terganggunya sistem pernapasan, badan mencit terasa lemas, kejang, ekor
pucat, diam ditempat, letih nafas perut, gemetaran, biru, mulut kering dan kejang.
Racun sianida yang terpejan dalam tubuh dapat breaksi dengan komponen besi
dalamenzim sitokrom oksidase mitokondria, sehingga enzim tersebut menjadi tidak ak-
tif (dengan pembantukan kompleks antara ion sianida dengan besi bervalensi tiga, akan
memblok kerjaenzim sitokrom mitokondria, sehingga oksigen darah tidak dapat lagi di
ambil oleh sel), padahalsystem enzim tersebut sangat di perlukan dalam berlangsun-
ganya metabolisme aerob. Karena ituwujud/gejala keracunan yang timbul oleh kera-
cunan sianida berturut-turut adalah: sianosis,kejang, gagal nafas, koma, dan berakhir
pada kematian. Gejala sianosis dapat terlihat darimembirunya pembuluh darah di ekor
mencit. Gejala kejang dapat diamati dari gerakan mencityang menggosokkan perutnya
kebawah dengan kaki belakang ditarik kebelakang atau jikamencit merasa sangat keku-
rangan O2, maka gejala yang terlihat adalah mencit melompat-lompat atau hiperaktif.
Karena kekurangan O2 dalam tubuh maka gejala selanjutnya adalah gagal
nafas(ambilan nafas yang sangat cepat), dan koma.
-
7/28/2019 Percobaan v Toksisitas Amfetamin
15/21
15
Terapi antidotum spesifik yang dilakukan adalah dengan pemberian Na2S2O3
(Natrium tiosulfat) secara intra peritoneal agar efek penghambatan racun dapat di-
capaidengan cepat. Sianida yang terpejan didalam tubuh dapat bereaksi dengan kompo-
nen besi dalamenzim sitokrom oksidase mitokondria. Hasil reaksi oksidasi tersebut ada-
lah pigmen berwarnacoklat kehijauan sampai hitam yang disebut methehemoglobin.
Ion Feri Sianida dalammethehemoglobin akan berikatan dengan sianida dalam plasma
membentuk sian-methemoglobinyang menyebabkan ikatan sianida dalam sitokrom
oksidase terputus sehingga enzim pernafasanyang semua terblok tersebut menjadi tere-
generasi kembali.Dimana Na nitrit lebih berperan dalam pembebasab hemoglobin pada
fase absorbsi. Dan Na thiosulfat berperan dalam pembebasan hemoglobin pada fase dis-
tribusi.Dimana fasedistribusi di tandai pada saat mencit tersebut kejang dan fase ab-
sorbsi di tandai pada saat mencittersebut sudah mengalami sianosis yaitu pada saat
mencit tersebut berwarna biru karena sudah banyaknya darah yang sudah terikat dengan
sianida.
Dari hasil pengamatan pada tabel diperoleh bahwa pada pada pemberian anti-
dotum Na Thiosulfat di peroleh hasil bahawa pada pemberian antidotum Na Thiosulfat
mencit adalah terlambat hal ini menunjukkan bahwa Na Thiosulfat tidak dapat dapat
menolong keracunan dalam fase distribusi karena untuk menentukan perbedaan antara
sianosis dan kejang sangat tipis sekali.sehingga sianida yang diperkirakan sudah me-
nyebar keseluruh tubuh mencit . Sedangkan apabila di berikan Na Thiosufat maka Na
thiosulfat akan tidak dapat membebasakan darah dari keterikatannya pada sianida se-
hingga mencit kekurangan oksigen dan mati.
Adapun kesalahan-kesalahan yang mengakibatkan pengambilan data tersebut ku-
rang baik antara lain: kesalahan pada saat penyuntikan secara peritonial kemungkinan
kesalahan yangmungkin terjadi adalah penyuntikan secara peritonial yanag salah. Sun-
tikan tersebut tidak masuk dalam rongga perut tapi masuk secara subkutan sehingga an-
tidotum tersebut pun menjadi kurang berarti.kesalahan lain yang mengakibatakan data
menjadi kurang baik adalah kesalahan pada saat pemberian antidotum tersebut, karena
perbedaan antara sianosis dan kejang sangat tipis sehinggakemungkinan kesalahan
pemberian sehingga pada pemberian Na Nitrit tersebut menjadi tidak berarti karena
sianida sudah masuk dalam tahap distribusi. Kesalahan pencatatan waktu jugamungkin
-
7/28/2019 Percobaan v Toksisitas Amfetamin
16/21
16
terjadi karena perbedaan tiap gejala efek toksik sangan tipis sehingga pencatata wak-
tuyang kurang tepat juga dapat mengakibatkan data yang di dapat menjadi kurang baik
Mekanisme kerja dari racun sianida yaitu menghambat oksidasi glukosa dalam
sel dengan membentuk kompleks stabil dengan sitokrom oksidase.Pengaruh lain yang
disebabkanoleh keracunan sianida adalah muntah dan mengganggu
penglihatan.Pemberian antidota Na2S2O3 0,2% dapat menghubungkan kembali proses
respirasi sel yang telah terputus akibat pengaruh dari senyawa sianida. Pemberian anti-
dota yang terlambat dapat menyebabkan kematian pada kelinci.Senyawa sianida dapat
hilang oleh proses pemanasan. Sianida dapat dikurangitoksisitasnya agar tidak memba-
hayakan kesehatan, yaitu dengan mengikat asam aminoyang mengandung unsur S, sep-
erti metionin dan sistein yang terdapat pada protein. Didalam tubuh, sianida langsung
dinetralkan oleh sulphur (S) sehingga terbentuk iontiosianat (CNS). Namun pemben-
tukan CNS ini akan mempengaruhi penyerapan iodiumoleh kelenjar tiroid.
Sianida merupakan garam yang bersifat racun keras. Sianida jika diberikan ke
dalam tubuh maka akan membentuk ion kompleks dengan ion Ferri yang menyebabkan
gagalnya pernafasan sel dan akan menimbulkan kematian.
Toksisitas sianida disebabkan karena kemampuannya untuk membentuk
kompleks dengan ion feri dari sitokrom oksidase.dalam keadaan normal enzim si-
torom oksidase berfungsi dalam sirkulasi oksigen dalam darah dan jaringan. bila kerja
enzim tersebut terganggu , maka pertukaran oksigen dengan karbondioksida dari
darah kejaringan tergaanggu sehingga kadar karbondioksida dalam jaringan mening-
-
7/28/2019 Percobaan v Toksisitas Amfetamin
17/21
17
kat dan mengakibatkanjaringan kekurangan oksigen ( yang berfungsi untuk faal tubuh
).
Metahemoglobin adalah hormone yang berkemampuan untuk mengikat sianida
sehingga sianida bebas sitokrom oksidase sehingga membentuk sianmethemoglobin
yang berwaarna kemerahan. kemampuan tergantung pada afinitasnya dimana aktivitas
methemoglobin lebih tinggi untuk mengikat sianida dibandingkan sitokrom oksidase
sehingga methemoglobin dapat memecah ikatan-ikatan sianida sitokrom oksidase dan
membentuk ikatan sianidamethemoglobin.
Pada praktikum ini obat yang dapat membentuk methemoglobin atau sebagai
antidote adalah Na2S203 dan tujuan dari perlakuan ini adalah untuk menghasilkan
konsentrasi methemoglobin yang tinggi dengan pemberian nitrit. dan methemoglobin
berkompetisi dengan sitokrom oksidase untuk berikatan dengan sianida.
detoksikasi yang sebenarnya dicapai dengan pemberian tiosulfat yang dibawah
pengaruh enzim rhodonase bereaksi dengan sianida membentuk tiosulfat (CSN)
,senyawa yang relative tidak toksik dan segera dieksresikan dalam urin.
VI. Kesimpulano NaCN dengan dosis 0,2 %( untuk mencit ) sudah mampu menimbulkan efek
toksik terhadap hewan uji mencit
o Gejala- gejala keracunan sianida yang teramati pada hewan uji mencit berturut-turutyaitu: sianosis, kejang, gagal nafas, dan mati.
o Hasil perhitungan dengan cara analisis varian satu jalan diketahui bahwa tidakada perbedaan yang bermakna pada saat kejang dan tidak ada perbedaan yang
bermakna pada saat sianosis
o Keracunan sianida dapat diamati dengan adanya gangguan sistem pernapa-san,seperti sesak nafas. Keracunan ini dapat diatasi dengan pemberian antidota
yang tepatkarena keterlambatan pemberian antidota dapat menyebabkan ke-
matian. Sianida dapat menimbulkan banyak gejala pada tubuh, termasuk pada
tekanandarah, penglihatan, paru, saraf pusat, jantung, sistem endokrin, sistem
otonom dan sistemmetabolisme. Biasanya penderita akan mengeluh timbul rasa
pedih dimata karena iritasidan kesulitan bernafas karena mengiritasi mukosa salu-ran pernafasan.
-
7/28/2019 Percobaan v Toksisitas Amfetamin
18/21
18
o Tanda awal dari keracunan sianida adalah hiperpnea sementara, nyeri kepala,dispnea,kecemasan, perubahan perilaku seperti agitasi dan gelisah, berkeringat
banyak, warnakulit kemerahan, tubuh terasa lemah dan vertigo juga dapat muncul
o Tanda akhir sebagai ciri adanya penekanan terhadap CNS adalah koma dandi-latasi pupil, tremor, aritmia, kejang-kejang, koma penekanan pada pusat pernafa-
san,gagal nafas sampai henti jantung, tetapi gejala ini tidak spesifik bagi mereka
yangkeracunan sianida sehingga menyulitkan penyelidikan apabila penderita tid-
ak mempunyairiwayat terpapar sianida.
-
7/28/2019 Percobaan v Toksisitas Amfetamin
19/21
19
Jawaban Pertanyaan
1.Jelaskan mekanisme kerja yang mendasari efek farmakologi amfetamin ?
2.Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi toksisitas amfetamin ?
4.Bila terjadi keracunan, obat apa yang digunakan untuk mengatasinya? Jelaskan!
Jawab :
1. Mekanisme kerja amfetamin pada susunan saraf pusat dipengaruhi olehpelepasan biogenik amine yaitu dopamin, norepinefrin dan serotonis atau
ketiganya dari tempat penyimpanan pada presinap yang terletak pada akhiran
saraf. Efek yang dihasilkan dapat melibatkan neurotransmitter atau sistimmonoamine oxidase (MAO) pada ujung presinaps saraf.
Mekanisme toksisitas dari amfetamin terutama melalui aktivitas sistim saraf
simpatis melalui situmulasi susunan saraf pusat, pengeluaran ketekholamin
perifer, inhibisi re uptake katekholamine atau inhibisi dari monoamin
aksidase. Dosis toksik biasanya hanya sedikit diatas dosis biasa.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi toksisitas : Dosis Rute pemberian kecepatan distribusi suatu bahan toksik jenis dan kecepatan metabolismenya
4.Mengatasi keracunan :
1. Tindakan emergensi dan suportif
Mempertahankan fungsi pernafasan
Terapi agitasi: Midazolam 0,05-0,1 mg/Kg IV perlahan-lahan atau 0,1-0,2mg/kg IM; Diazepam 0,1-0,2 mg/kg IV perlahan-lahan; Haloperidol 0,1-0,2/kg
IM atau IV perlahan-lahan
-
7/28/2019 Percobaan v Toksisitas Amfetamin
20/21
20
Terapi kejang: Diazepam 0,1-0,2 mg/kg BB IV; Phenitoin 15-20mg/kg BB infusdengan dosis 25-50 mg/menit; pancuronium dapatdigunakan bila kejang tidak
teratasi terutama dengan komplikasiasidosis dan atau rabdomiolisis
Terapi comaAwasi suhu, tanda vital dan EKG minimal selama 6 jam
Terapi spesifik dan antidotum, pada amfetamine tidakada antidotuM
Khusus
Terapi hipertensi: phentolamine atau nitroprusside Terapi tachiaritmia: propanolol atau esmolol Terapi hiperthermia: bila gejala ringan terapi dengan kompres dingin atau
sponging bila suhu lebih dari 40oC atau peningkatan suhu berlangsung sangat
cepat terapi lebih agresif dengan menggunakan selimut dingin atau ice baths.
Bila hal ini gagal dapat digunakan Dantrolene. Trimethorfan 0,3-7 mg/menit IV
melalui infus
Terapi hipertensi dengan bradikardi atau talhikardi bila ringan biasanya tidakmemerlukan obat-obatan. Hipertensi berat (distolik > 120 mmHg) dapat
diberikan terapi infus nitroprusid atau obat-obat lain seperti propanolol,
diazoksid, khlorpromazine, nifedipin dan fentolamin ! Gejala psikosa akut
sebaiknya diatasi dengan supportive environment dan evaluasi cepat secara
psikiatri. Gejala yang lebih berat dapat diberikan sedatif dengan khlorpromazin
atau haloperidol.
2. Dekontaminasi
Dekontaminasi dari saluran cerna setelah penggunaan amfetamine tergantung pada
jenis obat yang digunakan, jarak waktu sejak digunakan, jumlah obat dan tingkat
agitasi dari pasien.
Pada pasien yang mempunyai gejala toksik tetapi keadaan sadar berikan activated
charcoal 30-100 gr pada dewasa dan pada anak-anak 1-2 gr/kg BB diikuti atau
ditambah dengan pemberian katartik seperti sorbitol.
-
7/28/2019 Percobaan v Toksisitas Amfetamin
21/21
21
VII. Daftar PustakaDonatus, A.Imono.2001. Toksikologi Dasar .Yogjakarta:Universitas Gajah Mada
Lu, Frank .1995.Toksikologi Dasar: asas, organ sasaran, dan penilaian risiko. Penerjem hE-
di Nugroho. Jakarta: UI-Press.
Donatus,I.A.1997.Makalah Penanganan dan Pertolongan Pertama Keracunan
BahanBerbahaya, Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi .
UniversitasGadjah Mada: Yogyakarta
Loomis, I.A., 1978, Essentiale of Toxycologi, diterjemahkan oleh Imono Argo
Donatus,Toksikologi Dasar, Edisi III, IKIP Semarang Press, Semarang
Lu, F.C., 1995.Toksikologi Dasar : Asas, Organ Sasaran dan Penilaian
Resiko.diterjemahkan oleh Edi Nugroho, Edisi II. UI Press: JakartaUtama
top related