pengembangan lembar kerja siswa menggunakan teori van hiele …repository.uinjambi.ac.id/920/1/tm....
Post on 03-Feb-2021
5 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
1
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA
MENGGUNAKAN TEORI VAN HIELE
UNTUK SISWA KELAS VII
SMPN 7 MUARO JAMBI
SKRIPSI
Oleh
LILI MARFITA
NIM. TM. 140720
PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2018
-
i
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA
MENGGUNAKAN TEORI VAN HIELE
UNTUK SISWA KELAS VII
SMPN 7 MUARO JAMBI
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
LILI MARFITA
NIM. TM. 140720
PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2018
-
ii
-
ii
-
iii
-
iv
-
v
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan skripsi ini yang pertama dan utama kepada Ayahanda Mursalin
dan Ibunda Halimah Tun Sakdiah tercinta yang telah melahirkan dan
membesarkanku dengan penuh kesih sayang, perhatian dan pengorbanan yang
tiada henti, serta doa yang tak pernah putus.
Adikku Lena Maryani, LiaWismarini dan Leylia Maritza tercinta, terimakasih
telah menjadi penyemangat kakak disaat mengerjakan skripsi ini
Terimakasih kepada saudara-saudaraku, paman, bibi dan sahabat-sahabatku yang
telah memberiku semangat dan motivasi sehingga saya dapat menyelesaikan
skripsi ini
sahabat-sahabat seperjuangan IMMATIK 2014 terkhusus IMMATIK 2014 B yang
telah banyak membantu dan orang-orang yang mencintai ilmu pengetahuan.
-
vi
MOTTO
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu,
“Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah,
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan,
“Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat
(derajat) orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti terhadap apa yang
kamu kerjakan” (Q.S. Al-Mujādalah: 11). (Anonim, Al-Qur’an dan
Terjemah, 2014, hal. 543)
-
vii
KATA PENGANTAR
Assalaamu’alaikumwarahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
Rahmat dan Hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini yang berjudul:”Pengembangan lembar Kerja Siswa Menggunakan
Teori Van Hiele untuk Siswa Kelas VII SMPN 7 Muaro Jambi”. Kemudian
tak lupa pula penulis haturkan Shalawat berangkaian salaam kepada pejuang sejati
kita Nabibesar Muhammmad SAW, keluarga sahabat, dan pengikut beliau yang
telah membawa agama Islam hingga saat ini, semoga kita mendapat syafa‟atnya di
akhirat nantinya Aamiin.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat
akademik guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu (S1) pada
jurusan Tadris Matematika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyelesaian skripsi ini
banyak melibatkan pihak yang telah memberikan motivasi baik moril maupun
materil, untuk itu melalui kolom ini penulis menyampaikan terima kasih dan
penghargaan kepada:
1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA selaku Rektor UIN Sultan Thaha Saifuddin
Jambi.
2. Ibu Dr. Hj. Armida, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Bapak Drs. Sunarto, M.Pd selaku Ketua Prodi Tadris Matematika UIN Sultan
Thaha Saifuddin Jambi.
4. Bapak Drs. Alfian, M.Pd selaku pembimbing I dan Ibu Marni Zulyanty, M.Pd
selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan mencurahkan
pemikirannya demi mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Dr. M. Hurmaini, M.Pd dan Ibu Rima Meslita, S.Si, M.Pd selaku
dosen validator sebelum melakukan tes dilapangan.
6. Bapak dan Ibu Dosen serta staf Prodi Tadris Matematika yang telah
memperlancar urusan penulisan skripsi ini.
-
viii
7. Bapak Drs. Evi Swinto selaku Kepala SMPN 7 Muaro Jambi yang telah
memberikan kemudahan kepada penulisan dalam memperoleh data di
lapangan.
8. Ibu Dini Adriani, S.Pd selaku guru matematika di SMPN 7 Muaro Jambi.
9. Sahabat-sahabatku yang telah menjadi farthner diskusi dalam menyusun
skripsi ini, yaitu Andefa Nurzalia, Dandanah, Eva Fitria, Musallima, Nur
Azizah, Rika Agustin dan Wiwien Agustin yang telah memberikan motivasi
serta semangat tiada henti hingga menjadi kekuatan pendorong bagi Penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Sahabat GMC yaitu Meliza Dian, Tri Martini, Nengsih, Mayatul Husna, Hera
Sakjani yang tiada henti memberikan motivasi serta semangat bagi penulis
walaupun hanya lewat Handphone.
11. Tak lupa untukmu yang tercinta dan tersayang, terimakasih selalu dibelakang
dan menjadi pendorong serta penyemangat saat penulis mengeluh sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu
dalam penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan
peningkatan mutu pendidikan di Indonesia pada umumnya dan bermanfaat
bagi para pembaca khususnya.
Akhirnya semoga Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan dan amal
semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi
pengembangan ilmu. Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih
banyak terdapat kekurangan-kekurangan, sehingga penulismengharapkan adanya
saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Wassalaamu’alaikumwarahmatullahi wabarakatuh.
Jambi, 26 Juni 2018
-
ix
ABSTRAK
Nama : Lili Marfita
Program Studi : Tadris Matematika
Judul : Pengembangan Lembar Kerja Siswa Menggunakan Teori Van
Hiele Untuk Siswa Kelas VII SMPN 7 Muaro Jambi
Geometri yakni cabang matematika yang mempunyai peluang lebih besar
untuk dipahami siswa karena ide-ide geometri sudah dikenal siswa sejak sebelum
masuk sekolah. Namun, bukti-bukti di lapangan menunjukkan bahwa siswa masih
mengalami kesulitan dalam mempelajari dan menyelesaikan soal-soal geometri.
Berdasarkan kenyataan tersebut maka diperlukan bahan ajar yang dapat
mempermudah interaksi antara siswa dan materi, mengaktifkan keseluruhan
indera siswa, ringkas dan kaya tugas serta melatih kemandirian siswa yang berupa
Lembar Kerja Siswa dengan teori van hiele yang memperhatikan level berfikir
geometri siswa dan merupakan teori khusus dalam belajar geometri. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan LKS yang
dikembangkan pada level 0 dan 1 untuk siswa kelas VII SMPN 7 Muaro Jambi
pada materi segitiga.
Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan dengan model 3D,
yaitu define, design, dan development. Pengembangan ini dilakukan dengan
analisis kurikulum, materi dan peserta didik. Kemudian dikembangkanlah bahan
ajar berdasarkan hasil analisis. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah angket penilaian ahli materi dan ahli desain, angket persepsi guru dan
siswa, soal tes teori Van Hiele, lembar observasi aktivitas siswa, dan tes hasil
belajar.
Hasil pengembangan dilanjutkan dengan tahap validasi ahli materi dengan
rerata skor validasi 60% “cukup valid” dan ahli desain LKS serta desain
pembelajaran dengan rerata skor total 76,84% “valid”. Selanjutnya tahap uji coba
melibatkan persepsi guru matematika dan siswa dengan rerata nilai 76,7% “cukup
praktis” dan 88,15% “praktis”. Terakhir uji coba lapangan untuk efektifitas
produk, pada subjek diperoleh analisis hasil belajar siswa 90,6% siswa berada di
atas KKM, dan terjadi peningkatan pemahaman geometri siswa, serta rerata hasil
observasi aktifitas siswa 3,03 “baik”. Hasil penelitian ini memaparkan. Kemudian
LKS dikatakan berkualitas baik karena memenuhi indikator kevalidan,
kepraktisan, dan keefektifan. Sehingga LKS ini dapat digunakan guru matematika
SMP pada materi segitiga.
Kata Kunci: LKS, Teori Van Hiele, Pendekatan Saintifik.
-
x
ABSTRACT
Name : Lili Marfita
Study Program : Tadris Mathematics
Title : Development of student worksheets using Van Hiele theory for
grade VII SMPN 7 Muaro Jambi
Geometry have a great opportunity for students to comprehend the material
because the ideas of geometry have been known by the student since they before
school, such as lines, fields and spaces. However, the fact in this class showed that
there are some students which still have difficulty in studying and solving the
exercise about geometry. Based on the causes it is necessary some teaching
materials to make easy the intreraction between student and material. Activate all
of the sense of students, concise and rich task also train student independence with
material from LKS used van hiele theory which gave attention for level of
thinking geometry students. This research have purposed to know the validity,
practically, and effectivelly the LKS which developed at level 0 and 1 for class
VII SMPN 7 Muaro Jambi to triangle material .
The types of the research was used research developed with 3D model, that is
define, design and development. The development were done with analysis the
curriculum, materials based on the result of the analysis. The instrument that are
used in this research were questionnaire of material expert and design expert,
questionnaire of teacher and student perception, van hiele theory test, student
activity observation sheet, and test of learning result. The characteristics of the
LKS where the material substance is relevant to KD, the existence of instructional
guidance, brief and clear sentences, and guides students to study regularly and
clearly through the learning phases of van hiele and the scientific approach.
The result of development continued with validation stage of material expert
with mean validation score of 60% “valid enough” and LKS design expert and
instructional design with average score of 76.84% “valid”. Furthermore, the best
phase involves the perception of math and student teachers with a mean of 76.7%
“practical” and 88.15% “practical”. Last field trials for product effectiveness, on
the subject obtained analysis of student learning outcomes 90.6% of students are
above the KKM, and an increase in understanding of student geometri, as well as
average observation results of student activities 3.03 “good”. The results of this
study describes. Then LKS is said to be of good quality because it meets the
validity, practicality, and effectivelly indicators. So this LKS can be used by SMP
mathematics teacher on triangle material.
Keywords: LKS, Van Hiele Theory, Scientific Approach.
-
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
NOTA DINAS ................................................................................................. ii
PERNYATAAN ORISINILITAS .................................................................... iv
PERSEMBAHAN ............................................................................................ v
MOTTO ........................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
ABSTRAK ....................................................................................................... ix
ABSTRACT ..................................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. LatarBelakangMasalah ............................................................... 1 B. Identifikasi Masalah .................................................................... 6 C. Batasan Masalah ......................................................................... 6 D. RumusanMasalah ........................................................................ 7 E. TujuanPenelitian dan Manfaat Penelitian ................................... 7 F. Spesifikasi Produk yang diharapkan ........................................... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... 9
A. Konsep Pengembangan Model ................................................... 9 B. KajianTeoritik ............................................................................. 11
1. Bahan Ajar ............................................................................. 11 2. Lembar Kerja Siswa ............................................................... 13 3. Teori Van ............................................................................... 16 4. Pendekattan Saintifik ............................................................. 22
C. HasilPenelitian yang Relevan ..................................................... 26
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 29
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 29 B. Karakteristik Sasaran Penelitian ................................................. 20 C. Pendekatan dan Prosedur Pengembangan ................................... 22
1. Analisis Kebutuhan ............................................................... 30 2. Rancangan Pengembangan ................................................... 31 3. Prosedur Pengembangan ....................................................... 31 4. Uji coba/ Validasi, Evaluasi, Revisi Model .......................... 33 5. Implementasi Model ............................................................. 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 48
A. Hasil Pengembangan Model ....................................................... 48 1. Tahap Define ......................................................................... 48 2. Tahap Design ........................................................................ 51
-
xii
3. Tahap Develop ...................................................................... 54 B. Kelayakan Model ........................................................................ 55
1. Hasil Validasi ........................................................................ 55 2. Revisi Hasil Validasi ............................................................ 62
C. Efektivitas Model ........................................................................ 64 D. Pembahasan ................................................................................ 74
BAB V PENUTUP ........................................................................................ 86
A. Kesimpulan ................................................................................. 86 B. Saran ........................................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 88
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 91
-
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Indikator Tahapan Berfikir Van Hiele ............................................. 18
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Angket Penilaian Ahli Validasi Materi ............................ 36
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Angket Penilaian Ahli Validasi Desain LKS ................... 37
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Angket Penilaian Ahli Validasi Desain Pembelajaran ..... 38
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Angket Penilaian Guru Terhadap LKS ............................ 40
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Angket Penilaian Siswa Terhadap LKS ........................... 41
Tabel 3.6 Kriteria Jawaban Item Instrumen beserta Skornya ......................... 43
Tabel 3.7 Interval Kevalidan ............................................................................ 43
Tabel 3.8 Interval Kepraktisan ......................................................................... 44
Tabel 3.9 Ilustrasi Penentuan Level Van Hiele ............................................... 46
Tabel 3.10 Klasifikasi Nilai Rata-rata .............................................................. 47
Tabel 4.1 Hasil Validasi Materi ....................................................................... 55
Tabel 4.2 Hasil Validasi Desain LKS .............................................................. 58
Tabel 4.3 Hasil Validasi Desain Pembelajaran ................................................ 58
Tabel 4.4 Hasil Penilaian Guru ....................................................................... 61
Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktifitas Siswa ....................................................... 65
-
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Tampilan LKS yang Dimiliki Siswa ............................................ 3
Gambar 2.1 Penyederhanaan Model Pengembangan 4-D menjadi 3-D .......... 10
Gambar 4.1 Tampilan Daftar Isi Sebelum dan Sesudah Revisi ...................... 63
-
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Kerja Siswa ..................................................................... 91
Lampiran 2 Hasil Validasi Ahli Materi ............................................................ 122
Lampiran 3 Hasil Validasi Desain ................................................................... 125
Lampiran 4 Angket Persepsi Guru Validasi beserta Hasil ............................... 129
Lampiran 5 Angket Persepsi Siswa Validasi beserta Hasil ............................. 133
Lampiran 6 Tes Van Hiele beserta Kunci Jawaban ......................................... 137
Lampiran 7 RPP Validasi ................................................................................. 146
Lampiran 8 Lembar Observasi Aktifitas Siswa 1 ............................................ 158
Lampiran 9 Lembar Observasi Aktifitas Siswa 2 ............................................ 159
Lampiran 10 Lembar Observasi Aktifitas Siswa 3 ........................................... 160
Lampiran 11 Lembar Observasi Aktifitas Siswa 4 ........................................... 161
Lampiran 12 Kisi-kisi Soal formatif ................................................................. 162
Lampiran 13 Soal Formatif ............................................................................... 164
Lampiran 14 Hasil Validasi Tes Formatif ......................................................... 167
Lampiran 15 Tes Hasil Belajar ......................................................................... 168
Lampiran 16 Hasil Tes Geometri Siswa ............................................................ 171 Lampiran 17 Surat Keterangan Riset Dari Sekolah .......................................... 173
Lampiran 18 Dokumentasi …………………………………………………… 175
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan pelajaran yang tersusun secara beraturan, logis,
berjenjang dari yang paling mudah hingga yang paling rumit. Menurut (Shadiq,
2014:5) Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang
berarti „belajar atau hal yang dipelajari‟, sedang dalam bahasa Belanda disebut
wiskunde atau „ilmu pasti‟. Fitriati dan Sopiana (2015:42) mengatakan bahwa
matematika merupakan mata pelajaran yang mempunyai peranan penting baik
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pengembangan ilmu
pengetahuan lain sehingga matematika perlu diberikan pada setiap jenjang
pendidikan mulai dari SD hingga perguruan tinggi.
Salah satu cabang matematika yang diajarkan di sekolah adalah geometri.
Sebagaimana pendapat Safrina, dkk (2014:10) bahwa geometri itu merupakan
cabang matematika yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan, baik pada
jenjang pendidikan sekolah dasar hingga diperguruan tinggi. Geometri merupakan
bagian matematika yang sangat dekat dengan siswa, karena hampir semua objek
visual yang ada disekitar siswa merupakan objek geometri. Berdasarkan data
TIMSS 2011 yang disusun oleh Setiadi, dkk (2012:15-16) persentase
perbandingan antara aspek matematika yang harus dikuasai siswa yaitu Bilangan
(15%), Aljabar (37%), Geometri dan Pengukuran (41%), Statistika dan Peluang
(7%).
Geometri merupakan salah satu bidang kajian matematika yang memperoleh
porsi terbesar untuk dipelajari siswa dan memiliki peranan penting dalam proses
pembelajaran matematika siswa SMP di sekolah, karena geometri digunakan oleh
setiap orang dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sejalan dengan pendapat Yeni
(2011:64) yang menyatakan bahwa rasionalnya pelajaran geometri digunakan oleh
setiap orang dalam kehidupan sehari-hari, aspek praktis dan keindahan (estetika)
dapat ditemukan dalam bidang seni dan arsitektur, eksplorasi ruang, perencanaan
rumah, perencanaan bangunan, desain pakaian (mode) serta desain mobil.
-
2
Meskipun demikian, bukti di lapangan menunjukkan bahwa kenyataannya
masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mempelajari, memahami
dan menyelesaikan soal-soal. Seperti hasil penelitian Clemments dan Battista
yang melakukan penelitian pada siswa SMP kelas VII dengan temuan bahwa: (1)
hanya 64% dari 52 siswa yang mengetahui bahwa persegi panjang adalah jajar
genjang; (2) 50% siswa tidak menyukai masalah pembuktian; (3) siswa lebih baik
menyelesaikan permasalahan yang disajikan visual dibanding secara verbal.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Sehatta Seragih tahun 2003
mengungkapkan bahwa berdasarkan penelitian pada siswa kelas VII diketahui
bahwa secara umum siswa belum memiliki kemampuan yang baik dalam
mengenal sifat-sifat yang dimiliki oleh setiap jenis segitiga (dalam Sujadi,
2013:180-181). Berdasarkan laporan TIMSS oleh Setiadi, dkk (2012) dapat
dipahami bahwa kemampuan geometri siswa SMP di Indonesia masih sangat
rendah, yaitu hanya berkisar antara 10% - 30% siswa yang mampu menjawab soal
geometri dengan benar. Bukti empiris itulah yang menunjukkan bahwa masih
banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar geometri, mulai tingkat
dasar sampai perguruan tinggi. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa di SMP
masih banyak siswa yang belum memahami konsep-konsep geometri.
Guru sangat berperan dalam proses pembelajaran, penerapan model dan
metode pembelajaran serta penggunaan media saat pembelajaran dapat
mempengaruhi pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan. Guru harus
mampu menciptakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan
menarik. Berbagai upaya yang harus dilakukan guru untuk meningkatkan
pemahaman serta aktifitas siswa yang dapat mengoptimalkan kegiatan
pembelajaran di sekolah salah satunya memilih dan menyusun materi
pembelajaran. Sebagaimana Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005,
mengisyaratkan bahwa guru diharapkan mengembangkan materi pembelajaran
sendiri. Namun pada kenyataannya tidak semua guru mau dan mampu
mempersiapkan serta merancang hal-hal yang dibutuhkan untuk menunjang
proses pembelajaran tersebut, terutama dalam hal sumber belajar (bahan ajar).
Guru lebih cenderung memilih bahan ajar yang sudah jadi, tinggal beli, tinggal
-
3
pakai tanpa upaya merencanakan, menyiapkan dan menyusunnya sendiri dengan
alasan kurang produktif, merepotkan dan tidak memiliki kesempatan ataupun
kurang berpengalaman dalam merancang media pembelajaran, dengan demikian
sangat memungkinkan jika bahan ajar yang mereka pakai belum tentu sesuai
dengan keadaan sekolah dan sesuai dengan tingkat kemampuan siswa tersebut.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara penulis di SMP N 7 Muaro Jambi
guru dalam proses belajar mengajar biasanya menggunakan Buku Paket
Matematika yang disediakan sekolah. Selanjutnya guru juga sudah menggunakan
LKS dalam proses pembelajarannya namun LKS yang digunakan masih umum.
Perhatikan gambar 1.1 berikut.
Gambar 1.1 Tampilan LKS yang dimiliki siswa
Pada gambar 1.1 terlihat bahwa LKS yang digunakan masih umum hanya
berisi sedikit ringkasan materi yang membuat siswa bingung dan dilengkapi
dengan latihan-latihan soal yang membuat siswa merasa terbebani, karena dengan
adanya LKS tersebut akan semakin banyak tugas-tugas yang bisa diberikan
dengan mudah oleh guru tanpa adanya bimbingan dan pengalaman belajar secara
langsung dari LKS tersebut. Juga penyajian setiap materi dalam LKS ini monoton
-
4
sehingga motivasi dan minat siswa berkurang untuk memahaminya. Selain itu,
penyajian LKS ini terlihat sama untuk semua materi yang diajarkan tanpa ada
metode-metode khusus yang digunakan dalam menyajikan materi tertentu seperti
geometri khususnya materi segitiga yang dapat disajikan dengan teori khusus
belajar geometri yaitu teori van hiele yang mempertimbangkan tingkat berpikir
siswa.
Dalam pembelajaran matematika khususnya materi geometri ini, diperlukan
teori yang tepat sehingga pembelajaran menjadi lebih terstruktur dan memberikan
peluang yang lebih bagi siswa untuk menemukan ide-ide ataupun konsep-konsep
geometri bagi diri mereka. Salah satu teori yang dapat digunakan dalam
pembelajaran geometri adalah teori Van Hiele. Karena, teori Van Hiele
merupakan teori yang fokus terhadap bidang geometri, pembelajaran yang
menekankan terhadap perkembangan berpikir atau yang dapat merespon
kebutuhan semua siswa yang mungkin bervariasi dalam tingkat berpikir dan
kemampuan geometrinya. Beberapa penelitian memperkuat penggunaan teori ini,
salah satunya penelitian dilakukan oleh Yadil (2009:88-89) dengan simpulan
bahwa skenario pembelajaran dengan model Van Hiele yang digunakan dapat
meningkatkan pemahaman siswa.
Berlandaskan uraian di atas maka sudah selayaknya seorang guru
merencanakan, menyiapkan serta menyusun sendiri segala keperluan yang dapat
mendukung dan mengoptimalkan pembelajarannya. Dalam hal ini peneliti
menyarankan untuk menggunakan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) atau yang biasa
kita kenal dengan Lembar Kerja Siswa yang disusun berdasarkan kebutuhan dan
karakteristik siswa yang diajarkan. Karena dengan LKS dapat mempermudah
interaksi antara siswa dengan materi, bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas
untuk berlatih. Pada dasarnya, bukan hanya pengembangan bahan ajar yang
melibatkan seluruh indera siswa selama proses pembelajarannya, namun bahan
ajar seperti LKS harus mempertimbangkan berbagai aspek yang mempengaruhi
proses pemahaman siswa tersebut. Seperti pendapat Suherman, dkk (2003:27)
bahwa dalam proses pembelajaran tidak hanya tingkat kedalaman konsep yang
diberikan pada siswa yang harus disesuaikan dengan tingkat kemampuannya, cara
-
5
penyampaian materipun demikian pula. Guru harus mengetahui tingkat
perkembangan mental anak dan bagaimana pengajaran yang harus dilakukan
sesuai dengan tahap-tahap perkembangan tersebut. Pembelajaran yang tidak
memperhatikan tahap perkembangan siswa besar kemungkinan akan
mengakibatkan siswa mengalami kesulitan, karena apa yang disajikan tidak sesuai
dengan kemampuannya dalam menyerap materi yang diberikan.
Dalam pengembangannya, berdasarkan paparan di atas maka pengembangan
LKS yang baik harus mempertimbangkan tingkat berfikir siswa dalam proses
pembelajaran. Maka pengembangan bahan ajar yang diperlukan siswa untuk
belajar Geometri adalah LKS yang berbasis teori Van Hiele. Karena teori ini
merupakan teori belajar khusus di bidang Geometri, yang mengungkapkan bahwa
ada 5 tahap belajar anak dalam belajar geometri yaitu tahap pengenalan
(visualisasi), tahap analisis, tahap pengurutan, tahap deduksi dan tahap akurasi.
Menurut Van Hiele, tiga unsur utama dalam pengajaran geometri yaitu waktu,
materi pengajaran dan metode pengajaran yang diterapkan, jika ditata secara
terpadu akan dapat meningkatkan kemampuan berfikir anak kepada tingkatan
yang lebih tinggi (Suherman, dkk. 2003:51). Beberapa penelitian juga
menguatkan teori ini, hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nopi
Andini (2017:180) yang memperoleh kesimpulan bahwa dengan menggunakan
LKS berbasis teori Van Hiele hasil belajar siswa dikatakan baik dengan persentase
keberhasilan mencapai 85,7% siswa dinyatakan tuntas dan aktifitas siswa selama
proses pembelajaran memperoleh nilai rata-rata 3,07 dalam kategori “baik” dan
terjadi peningkatan level Van Hiele siswa. Selanjutnya penelitian yang dilakukan
oleh Yadil (2009:88-89) yang memperoleh kesimpulan bahwa skenario
pembelajaran (RPP dan LKS) dengan model Van Hiele yang digunakan dapat
meningkatkan pemahaman siswa.
Dengan demikian untuk menyelesaikan permasalahan tentang kesulitan siswa
pada geometri dapat diselesaikan dengan menggunakan LKS berbasis teori Van
Hiele. Karena tingkatan berfikir menurut teori van hiele ada 5 maka yang akan
dikembangkan adalah LKS pada level 0 dan 1, berdasarkan penelitian yang
dilakukan Yadil (2009:82-83) yaitu bahwa siswa SMP dalam belajar geometri
-
6
tahap tertinggi yang dicapai berada pada tahap berfikir pengurutan (level 2), dan
sebagian besar mereka berada pada level 0 (tahap pengenalan). Dan juga
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sudarmanto (2010:2) dapat
disimpulkan bahwa berdasarkan 60 siswa SMP terdapat 1 siswa yang berada pada
level 0, 54 siswa berada pada level 1, dan 5 siswa sudah dapat mencapai level 2.
Belum ada siswa yang dapat mencapai level 3.
Dalam pelaksanaannya, penggunaan LKS dengan teori Van Hiele dapat
diterapkan dengan langkah-langkah pembelajaran pendekatan saintifik
berdasarkan pembelajaran pada kurikulum 2013, karena pada dasarnya salah satu
strategi pembelajaran matematika siswa harus dibawa ke arah mengamati,
menebak, berbuat, mencoba, mampu menjawab pertanyaan mengapa, dan kalau
mungkin mendebat (Suherman, 2003:62). Sehingga pada implementasinya untuk
menyelesaikan kesulitan siswa serta memberikan pembelajaran yang bermakna
bagi siswa, dapat menciptakan siswa yang aktif, dapat membentuk keterampilan
yang inovatif, meningkatkan kreatifitas dan tingkat berfikir geometri siswa.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Pengembangan Lembar Kerja Siswa Menggunakan Teori Van
Hiele untuk Siswa Kelas VII SMPN 7 Muaro Jambi”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan paparan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang
dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah:
1. Masih terbatasnya variasi bahan ajar yang digunakan
2. Bahan ajar yang tersedia belum membuat siswa aktif dan antusias saat
belajar
3. Kemampuan pemahaman konsep Geometri siswa SMP masih rendah
4. Masih minimnya LKS matematika yang merpertimbangkan tingkat
kemampuan pemahaman siswa, seperti LKS berbasis teori Van Hiele dan
pendekatan saintifik pada materi Segitiga untuk siswa kelas VII
C. Batasan Masalah
-
7
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka penulis membatasi pokok
masalah sebagai berikut :
1. Bahan ajar yang dikembangkan dalam penelitian ini ialah Lembar Kerja
Siswa (LKS) matematika yang merpertimbangkan tingkat kemampuan
pemahaman siswa, yakni LKS berbasis teori Van Hiele
2. Menggunakan pendekatan saintifik yang merupakan implementasi dari
kurikulum 2013
3. Materi yang digunakan adalah Segitiga untuk siswa SMP kelas VII.
4. Penelitian dilakukan di SMPN 7 Muaro Jambi, dalam judul tidak
disebutkan karena akan menghasilkan redaksi judul yang panjang.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang akan
diangkat dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah validitas pengembangan LKS Menggunakan Teori Van
Hiele dan Pendekatan Saintifik untuk siswa Kelas VII pada materi
Segitiga?
2. Bagaimanakah praktikalitas pengembangan LKS Menggunakan Teori Van
Hiele dan Pendekatan Saintifik untuk siswa Kelas VII pada materi
Segitiga?
3. Bagaimanakah efektifitas pengembangan LKS Menggunakan Teori Van
Hiele dan Pendekatan Saintifik untuk siswa Kelas VII pada materi
Segitiga?
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan penelitian
Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya maka
tujuan dari penelitian ini adalah :
a) Untuk mengetahui kevalidan LKS Menggunakan Teori Van Hiele dan
Pendekatan Saintifik untuk siswa Kelas VII pada materi Segitiga
b) Untuk mengetahui kepraktisan LKS Menggunakan Teori Van Hiele
dan Pendekatan Saintifik untuk siswa Kelas VII pada materi Segitiga
-
8
c) Untuk mengetahui keefektifan pengembangan LKS Menggunakan
Teori Van Hiele dan Pendekatan Saintifik untuk siswa Kelas VII pada
materi Segitiga
2. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini adalah:
a) Bagi guru, dapat memberikan wawasan mengenai LKS dengan teori
Van Hiele dan pendekatan saintifik yang dapat dimanfaatkan guru
dalam pembelajaran matematika.
b) Bagi siswa, dapat meningkatkan motivasi dan pemahaman konsep
siswa dalam belajar geometri berdasarkan teori Van Hiele serta dapat
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dan berperan secara aktif
dalam pembelajaran.
c) Bagi peneliti, sebagai pengalaman pribadi yang berharga sebagai calon
guru professional yang kedepannya akan dijadikan sebagai acuan
untuk pembuatan media pembelajaran.
F. Spesifikasi Produk yang Diharapkan Spesifikasi produk dalam penelitian ini adalah:
1. Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini ialah bahan ajar cetak
berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis teori Van Hiele dan
Pendekatan Saintifik.
2. LKS yang dikembangkan berada pada level 0 dan 1.
3. Materi pada LKS yang dikembangkan adalah Segitiga untuk SMP kelas
VII.
4. Jenis LKS yang dikembangkan ialah jenis LKS yang membantu siswa
menemukan suatu konsep.
5. Format atau komponen LKS disusun berdasarkan komponen-komponen
pembuatan LKS yang baik dan benar serta dikembangkan dengan fase-fase
pembelajaran teori Van Hiele dan langkah-langkah Pendekatan Saintifik.
-
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Pengembangan Model Metode penelitian dan pengembangan (Research and Development) adalah
metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan
menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2013:297). Metode Research and
Development (penelitian dan pengembangan) dapat diartikan sebagai suatu proses
atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau
menyempurnakan produk yang lama. Seperti diungkapkan oleh Mulyatiningsih
(2014:161) penelitian dan pengembangan bertujuan untuk menghasilkan produk
baru melalui proses pengembangan.
Menurut Sujdana (2001:92) dalam Trianto, untuk melaksanakan
pengembangan perangkat pengajaran diperlukan model-model pengembangan
yang sesuai dengan sistem pendidikan. Sehubungan dengan itu ada beberapa
model pengembangan pengajaran. Dalam pengembangan perangkat pembelajaran
dikenal tiga macam model pengembangan perangkat, yaitu Model Dick-Carey,
Model Four-D dan Model Kemp.
Dalam penelitian ini, model pengembangan yang digunakan adalah model
Four-D. Model penelitian ini dipilih karena tahapan-tahapan penelitian dan
pengembangannya sistematis dan terperinci serta sesuai dengan tahapan-tahapan
penyusunan LKS yang pijakan utama pendidikan di Indonesia berdasarkan
kurikulum yang telah ditetapkan. Selain itu juga karena model ini lebih tepat
digunakan sebagai dasar pengembangan perangkat pembelajaran bukan untuk
mengembangkan sistem pembelajaran, uraiannya tampak lebih lengkap dan
sistematis, dalam pengembangannya melibatkan penilaian ahli sehingga sebelum
dilakukan uji coba di lapangan perangkat pembelajaran telah dilakukan revisi
berdasarkan penilaian, saran dan masukan para ahli.
Model pengembangan four-D terdiri dari empat tahap, yaitu pendefenisian
(define), perancangan (design), pengembangan (develop) dan penyebaran
-
10
(disseminate). Penelitian ini dilaksanakan hanya sampai tahap pengembangan
(develop) saja, mengingat keterbatasan waktu dan biaya. Tahapan pada penelitian
ini digambarkan melalui bagan berikut:
Gambar 2. Penyederhanaan Model Pengembangan 4-D Menjadi 3-D
Keterangan:
: kegiatan yang dilakukan
: garis pelaksanaan
: hasil kegiatan
: pengambilan keputusan
: garis siklus (jika diperlukan)
Define
Analisis karakteristik siswa Analisis materi Analisis kurikulum
Menentukan KI dan KD Merumuskan tujuan pembelajaran
Design
Draft awal Menyusun penyajian materi/perancangan produk
Development
Draft baru Revisi 1 Validasi ahli Revisi hasil validasi ahli
Draft
revisi 2 Revisi hasil uji coba terbatas Uji coba terbatas
Draft final YA efek Analisis hasil Uji coba
lapangan
tidak revisi Draft R2(i)
-
11
B. Kajian Teoritik 1. Bahan Ajar Bahan ajar atau learning materials merupakan bahan pembelajaran yang
secara langsung digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Dengan demikian,
bahan ajar lazimnya berisikan tentang semua cakupan materi dari semua mata
pelajaran (Sa‟ud, 2013:214). Peserta didik harus benar-benar merasakan
manfaat bahan ajar atau materi itu setelah ia mempelajarinya. Menurut
Depdiknas (2008:6-14) bahan ajar merupakan bagian dari sumber belajar
yang merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis sehingga
tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar. Sebuah
bahan ajar paling tidak memuat:
a) Petunjuk belajar (siswa/guru)
b) Kompetensi yang akan dicapai
c) Content atau isi materi pelajaran
d) Informasi pendukung
e) Latihan-latihan
f) Petunjuk kerja (dapat berupa Lembar Kerja)
g) Evaluasi
h) Respon atau balikan terhadap hasil evaluasi.
Pengembangan bahan ajar sangat perlu dilakukan guru, dengan alasan
karena ketersedian bahan sesuai tuntutan kurikulum yang artinya bahan
belajar yang akan kita kembangkan harus sesuai dengan kurikulum, standar
kompetensi lulusan telah ditetapkan oleh pemerintah. Pertimbangan lain
adalah karakteristik sasaran yang artinya bahan ajar yang digunakan harus
sesuai dengan kondisi siswa yang diajarkan. Selanjutnya pengembangan
bahan ajar harus bisa menjawab atau memecahkan masalah ataupun kesulitan
belajar.
Jenis-jenis bahan ajar cetak diantaranya :
a) Hand Out Hand out adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk
memperkaya pengetahuan peserta didik. Saat ini hand out dapat diperoleh
-
12
dengan berbagai cara, antara lain dengan cara download dari internet, atau
menyadur dari sebuah buku.
b) Buku Buku adalah bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan buah
pikiran dari pengarangnya. Buku adalah sejumlah lembaran kertas baik
cetakan maupun kosong yang dijilid dan diberi kulit. Buku sebagai bahan ajar
merupakan buku yang berisi suatu ilmu pengetahuan hasil analisis terhadap
kurikulum dalam bentuk tertulis.
c) Modul Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik
dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru, sebuah
modul akan bermakna kalau peserta didik dapat dengan mudah
menggunakannya.
d) Lembar Kerja Siswa Lembar kegiatan siswa (student worksheet) adalah lembaran-lembaran
berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan
biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas.
e) Brosur Brosur adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang
disusun secara bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas beberapa
halaman dan dilipat tanpa dijilid atau selebaran cetakan.
f) Leaflet Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi
tidak dimatikan/dijahit. Agar terlihat menarik biasanya leaflet didesain secara
cermat dilengkapi dengan ilustrasi dan menggunakan bahasa yang sederhana,
singkat serta mudah dipahami.
g) Wallchart Wallchart adalah bahan cetak, biasanya berupa bagan siklus/proses atau
grafik yang bermakna menunjukkan posisi tertentu. Agar wallchart terlihat
lebih menarik bagi siswa maupun guru, maka wallchart didesain dengan
menggunakan tata warna dan pengaturan proporsi yang baik.
-
13
h) Foto/gambar
Foto/gambar memiliki makna yang lebih baik dibandingkan dengan
tulisan. Foto/gambar yang didesain secara baik dapat memberikan
pemahaman yang lebih baik. Bahan ajar ini dalam menggunakannya harus
dibantu dengan bahan tertulis. Bahan tertulis dapat berupa petunjuk cara
menggunakannya dan atau bahan tes.
2. Lembar Kerja Siswa Lembar Kegiatan Siswa atau yang biasa dikenal dengan Lembar Kerja Siswa
adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan
atau pemecahan masalah (Trianto, 2014:111). Lembar Kerja Siswa (LKS)
merupakan suatu bahan ajar cetak yang berupa lembar-lembar kertas yang berisi
materi, ringkasan, dan petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus
dikerjakan siswa, baik bersifat teoritis dan/atau praktis, yang mengacu kepada
kompetensi dasar yang harus dicapai siswa; dan penggunaannya tergantung
dengan bahan ajar lain (Prastowo, 2013:204). Trianto (2014:111) juga berpendapat
bahwa LKS dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif
maupun panduan untuk pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk
panduan eksperimen atau demontrasi.
Selain itu, LKS juga memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus
dilakukan siswa untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan
kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian hasil belajar yang harus ditempuh.
Menurut Rustaman (dalam Majid, 2013:374) LKS merupakan salah satu alat
bantu pengajaran yang berupa lembaran-lembaran berisi tugas yang harus
dikerjakan oleh siswa. LKS berisi petunjuk dan langkah-langkah untuk
menyelesaikan suatu tugas, baik tugas teori maupun tugas praktikum. Dari
pendapat beberapa ahli di atas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa, Lembar
Kerja Siswa (LKS) adalah bahan ajar yang berisi lembaran tugas yang harus
dikerjakan dan kegiatan yang harus dilakukan siswa sesuai dengan tuntutan materi
dan petunjuk-petunjuk yang ada di dalamnya.
Adapun ciri-ciri yang dimiliki oleh sebuah LKS menurut Rustaman (dalam
Majid, 2013:374) adalah sebagai berikut :
-
14
a) Memuat semua petunjuk yang diperlukan siswa
b) Petunjuk ditulis dalam bentuk sederhana dengan kalimat singkat dan kosakata
yang sesuai dengan umur dan kemampuan pengguna
c) Berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus diisi oleh siswa
d) Adanya ruang kosong untuk menulis jawaban serta penemuan siswa
e) Memberikan catatan yang jelas bagi siwa atas apa yang telah mereka lakukan
f) Memuat gambar yang sederhana dan jelas
Menurut Prastowo (2013:207-208) unsur-unsur Lembar Kerja Siswa (LKS)
dapat dipandang dari dua sudut pandang, yaitu dilihat dari Struktur Lembar Kerja
siswa (LKS) dan Format lembar Kerja siswa (LKS). Dilihat dari strukturnya,
bahan ajar LKS lebih sederhana dibanding modul, tapi lebih kompleks jika
dibanding dengan buku, dan terdiri atas enam unsur utama, meliputi judul,
petunjuk belajar, kompetensi dasar, materi pokok, informasi pendukung, tugas
atau langkah kerja/penyelesaian soal, dan penilaian.
Sedangkan dilihat dari formatnya, LKS memuat delapan unsur, yaitu judul,
kompetensi dasar yang akan dicapai, waktu penyelesaian, peralatan/bahan yang
diperlukan untuk menyelesaiakan tugas, informasi singkat, langkah kerja, tugas
yang harus dilakukan, dan laporan yang harus dikerjakan.
Dalam menyiapkan lembar kegiatan siswa dapat dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
a) Analisis kurikulum Langkah pertama yang ditempuh untuk menyususn LKS adalah analisis
kurikulum. Dimana pada tahap ini guru menentukan materi-materi yang telah
ditetapkan berdasarkan kurikulum yang berlaku saat itu yang memerlukan bahan
ajar berupa LKS. Menurut Prastowo (2013:212-213) dalam menentukan materi
yang memerlukan LKS langkah analisisnya dilakukan dengan cara melihat materi
pokok, pengalaman belajar, materi yang akan diajarkan, dan mencermati
kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa.
b) Menyusun Peta Kebutuhan LKS Setelah analisis kurikulum selesai, maka langkah selanjutnya yang harus
dilakukan adalah menyusun peta kebutuhan. Menurut prastowo (2013:213) peta
kebutuhan LKS sangat diperlukan untuk mengetahui jumlah LKS yang harus
-
15
ditulis serta melihat sekuensi untuk menentukan prioritas penulisan dan atau
urutan LKS-nya. Kegiatan ini selain dilengkapi dengan analisis kurikulum juga
harus dilengkapi dengan analisis sumber belajar.
c) Menentukan Judul-judul LKS Judul-judul LKS sangat diperlukan untuk memudahkan mengetahui materi
apa yang disajikan dalam LKS tersebut. Menurut Prastowo (2013:213) judul LKS
ditentukan atas dasar kompetensi-kompetensi dasar, materi-materi pokok, atau
pengalaman belajar yang terdapat dalam kurikulum. Satu kompetensi dasar dapat
dijadikan sebagai judul LKS apabila kompetensi dasar tersebut diuraikan tidak
lebih dari 4 materi pokok.
d) Menulis LKS Menurut Prastowo (2013:214-215) langkah-langkah menulis LKS adalah:
(1) Menentukan kompetensi dasar yang cocok dengan materi yang akan
dikembangkan melalui LKS tersebut.
(2) Menentukan alat penilaian atau cara yang digunakan untuk menilai proses
serta hasil kerja siswa. Berdasarkan langkah pertama, pendekatan
pembelajaran yang digunakan adalah kompetensi, maka alat penilaian
yang cocok adalah menggunakan Penilaian Acuan Patokan (PAP) dimana
pendidik dapat melakukan penilaian melalui proses dan hasilnya.
(3) Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah menyusun materi
pembelajaran yang akan dikembangkan dalam LKS tersebut untuk
mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Materi LKS dapat berupa
informasi pendukung dan tugas-tugas yang ditulis dengan jelas.
(4) Memperhatikan struktur LKS. Berdasarkan uraian sebelumnya yaitu pada
bagian struktur LKS telah dijelaskan bahwa ada enam komponen yang
harus dipenuhi dalam menulis LKS yaitu judul, petunjuk belajar,
kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, tugas-tugas,
langkah-langkah kerja, dan penilaian. Apabila salah satu dari komponen-
komponen tersebut tidak terpenuhi maka LKS tidak akan pernah
terwujud.
-
16
3. Teori Van Hiele Fitriati dan Sopiana (2015:44-45) Teori Van Hiele yang dikembangkan oleh
Pierre Marie Van Hiele dan Dina Van Hiele-Geldof sekitar tahun 1950-an telah
diakui secara internasional dan memberikan pengaruh yang kuat dalam
pembelajaran geometri sekolah. Uni Soviet dan Amerika Serikat adalah contoh
negara yang telah merubah kurikulum geometri berdasar pada teori Van Hiele.
Tahap berpikir Van Hiele adalah kecepatan untuk berpindah dari satu tahap ke
tahap berikutnya lebih banyak dipengaruhi oleh aktifitas dalam pembelajaran.
Menurut Van Hiele tiga unsur utama dalam pengajaran geometri yaitu waktu,
materi pengajaran, dan metode pegajaran yang diterapkan, jika ditata secara
terpadu akan dapat meningkatkan kemampuan berfikir anak kepada tingkat yang
lebih tinggi (Suherman, dkk. 2003:51).
Dengan demikian, pengorganisasian pembelajaran, isi, dan materi merupakan
faktor penting dalam pembelajaran, selain guru juga memegang peran penting
dalam mendorong kecepatan berpikir siswa melalui suatu tahapan. Tahap berpikir
yang lebih tinggi hanya dapat dicapai melalui latihan yang tepat bukan melalui
ceramah semata. Teori ini dapat digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran
geometri di sekolah, karena dengan menggunakan teori ini maka guru dapat
menerapkan proses belajar mengajar yang sesuai dengan tingkat berfikir siswa.
Sehingga siswa dapat memahami materi dengan mudah. Dalam pelaksanaannya
guru dapat mengembangkan fase-fase pembelajaran yang dapat meningkatkan
tingkat berfikir siswa dalam pembelajaran geometri sehingga proses pembelajaran
geometri menjadi lebih bermakna.
Khoiriyah (2013:20) Teori belajar Van Hiele adalah suatu teori yang
menjelaskan tahapan-tahapan perkembangan berpikir siswa dalam belajar
geometri antara lain: level 0 (tahap pengenalan/visualisasi), level 1 (tahap
analisis), level 2 (tahap pengurutan), level 3 (tahap deduksi), level 4 (tahap
akurasi). Masing-masing tahap berpikir tersebut memiliki kriteria tertentu,
sehingga menyebabkan siswa berbeda dalam memahami dan menyelesaikan
permasalahan geometri. Dalam menyelesaikan soal geometri siswa perlu
menganalisis permasalahan yang ada, kemudian menyesuaikannya dengan
-
17
informasi yang pernah diberikan selama pembelajaran. Masing-masing siswa
tentu akan berbeda dalam menyusun dan mengolah informasi yang mereka
dapatkan. Perbedaan antar siswa dalam menyusun dan mengolah informasi pada
materi geometri bisa dikarenakan perbedaan gaya kognitifnya. Berikut penjabaran
tahapan-tahapan kemampuan berfikir geometri siswa :
Tahap pengenalan (Visualisasi/Level 0)
Listyawati (2016:21) “Objek-objek pikiran pada level 0 berupa bentuk-bentuk
dan bagaimana “rupa” mereka”. Penekanan pada level 0 terdapat pada bentuk
yang dapat diamati, dirasakan, dibentuk, dipisahkan, atau digunakan dengan
beberapa cara oleh siswa. Hasil pemikiran pada level 0 adalah kelas-kelas atau
kelompok-kelompok dari bentuk yang terlihat “mirip”.
Sejalan dengan ungkapan Safrina, dkk (2014:10) Pada tahap ini, siswa hanya
baru mengenal bangun-bangun geometri dan memandang suatu bangun geometri
sebagai suatu keseluruhan. Misalnya, siswa baru mengenal persegi panjang
sebagai benda-benda yang berbentuk persegi panjang seperti papan tulis, buku,
pintu, dan lain-lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada tahap ini siswa baru bisa
melihat secara umum / keseluruhan seperti mengidentifikasi, memberi nama,
membandingkan hanya berdasarkan penampilan saja tanpa memperhatikan sifat-
sifat dan hubungan apa yang dimiliki bangun tersebut.
Tahap analisis (Level 1)
Listyawati (2016:21) ”Objek-objek pemikiran pada level 1 berupa kelompok-
kelompok bentuk bukan bentuk-bentuk individual”. Siswa pada tingkat ini mulai
mengerti bahwa sebuah kumpulan bentuk tergolong serupa berdasarkan sifat/ciri-
cirinya. Ide-ide dalam suatu bentuk dapat digeneralisasikan pada semua bentuk
yang sesuai dengan golongan tersebut. Dengan demikian, hasil pemikiran pada
tahap 1 adalah sifat-sifat dari bentuk.
Pada tahap analisis ini siswa sudah mengenal sifat-sifat dari bangun-bangun
geometri. Mereka dapat mengenali dan menyebut sifat-sifat suatu bangun
geometri tetapi mereka tidak melihat hubungan antara sifat-sifat ini. Misalnya,
siswa sudah mengetahui bahwa sebuah persegi panjang memiliki dua pasang sisi
yang berhadapan yang sama panjang, panjang diagonalnya sama.
-
18
Tahap pengurutan (/Level 2)
Safrina, dkk (2014:10) Pada tahap ini siswa sudah memahami pengurutan
bangun-bangun geometri, misalnya siswa sudah mengetahui bahwa persegi adalah
sebuah persegi panjang, persegi panjang adalah sebuah jajargenjang. Siswa
mempersepsi hubungan diantara sifat-sifat dan diantara gambar-gambar. Pada
tingkat ini, siswa menciptakan defenisi yang bermakna dan memberi argumen
informal untuk membenarkan penalaran mereka.
Tahap Deduksi (Level 3)
Safrina, dkk (2014:10) Pada tahap ini siswa sudah dapat mengambil
kesimpulan dari hal-hal khusus secara deduktif. Siswa pada tahap ini telah
mengerti pentingnya peranan unsur-unsur yang tidak didefinisikan, disamping
unsur-unsur yang didefinisikan, aksioma, dan teorema. Pada tahap ini siswa
belum memahami kegunaan sistem deduktif.
Tahap Akurasi (Level 4)
Safrina, dkk (2014:10) Pada tahap ini anak sudah mulai memahamai
pentingnya ketepatan dari prinsip dasar dalam suatu pembuktian. Tahap berpikir
ini sudah terkategori kepada tingkat berpikir yang tinggi, rumit, dan kompleks.
Sehingga tidak semua siswa dapat berada pada tingkat ini, dan tidak
mengherankan meskipun sudah duduk pada sekolah lanjutan, seseorang masih
belum sampai pada tahap ini.
Sebagaimana pada tabel 1 disusun indikator tingkat/tahapan kemampuan
berpikir berdasarkan teori Van Hiele yang telah disesuaikan dengan materi bangun
datar (Segitiga) berikut.
Tabel 1
Indikator Tahapan Berfikir Teori Van Hiele pada Materi Segitiga
Tahapan
kemampuan
berpikir
berdasarkan
teori van hiele
Karakteristik
Indikator
(1) (2) (3)
-
19
(1) (2) (3)
Tahap pengenalan
(Level 0)
Objek pemikiran siswa
masih didominasi bentuk
dan seperti apa bentuk itu
terlihat secara visual
- Mengetahui nama-nama
bangun datar segitiga
- Memahami konsep
dengan harus melihat
objek
Tahap analisis
(Level 1)
Mulai mengenali dan
mengaplikasikan suatu ide
geometri, mendeskripsikan
dengan benar berbagai sifat
serta dapat mengidentifikasi
gambar sebagai bagian dari
gambar yang lebih besar
- Mengetahui jenis dan
sifat-sifat bangun datar
segitiga
- Mampu menggambarkan
bangun datar sesuai
defenisi atau sifat-sifat
Tahap pengurutan
(Level 2)
Mengurutkan dan
mengaitkan beberapa ide-ide
geometri secara logis,
memahami definisi, dan
menarik kesimpulan dengan
memberikan argumen secara
informal
- Mengetahui hubungan
antar bangun datar
- Mampu
mengelompokkan
bangun datar
- membuat kesimpulan
dengan memberikan
penjelasan
secara informal
berdasarkan
informasi yang diberikan
Tahap deduksi
(Level 3)
Memahami arti deduksi
sehingga dapat
membuktikan dengan
dengan dasar aksioma
maupun teorema
- Mampu mengambil
kesimpulan
dengan menggunakan
teorema serta
aksioma-aksioma yang
ada
-
20
- Mampu mengambil
kesimpulan
secara deduktif
Tahap akurasi
(Level 4)
Memahamai pentingnya
ketepatan dari prinsip dasar
dalam suatu pembuktian
- Mampu memahami
mengapa sesuatu
dijadikan teorema atau
aksioma
Catatan: dimodifikasi dari Khoiriyah, dkk (2013:21-22).
Namun, LKS menggunakan teori van hiele dan pendekatan saintifik yang
dikembangkan ini hanya pada level 0 dan 1 saja, karena berdasarkan
permasalahan yang telah diungkapkan sebelumnya maka melalui pengembangan
ini peneliti memperkenalkan bagaimana proses pembelajaran geometri agar lebih
bermakna dan dapat dipahami oleh siswa dengan baik serta dapat menunjang
aktifitas siswa selama proses pembelajarannya melalui bahan ajar ini. Oleh
karena itu LKS yang dikembangkan harus dapat memfasilitasi siswa belajar
dengan baik dimulai dengan tahap pengenalan dan kemudian mampu untuk
berada pada level 1 dan dapat mencapai tujuan pembelajarannya secara bertahap.
Setelah mengetahui tahapan anak dalam belajar geometri, maka terdapat
beberapa fase atau langkah-langkah pembelajaran yang dapat diterapkan untuk
mengembangkan pemikiran anak tersebut dan kemudian dengan langkah-langkah
pada tahapan berfikirnya dapat meningkatkan kemampuan siswa tersebut untuk
dapat meningkat ke tahap berfikir yang lebih tinggi. Adapun fase-fase tersebut
yaitu:
a) Informasi (Information/inquiry)
Menurut Breyfogle dan Lynch (2010:235) kegiatan pada fase ini yaitu
“teacher: assess students prior knowledge through discussion and allow
questions to prompt topics to be explored”. Maksudnya, pada fase awal
pembelajaran guru menilai pengetahuan yang dimiliki siswa tentang bangun
geometri melalui diskusi dan memungkinkan untuk mengajukan pertanyaan
tentang topik yang akan diselidiki oleh siswa pada pembelajaran. Sejalan dengan
(1) (2) (3)
-
21
ungkapan Safrina, dkk (2014:13) Fase ini merupakan langkah awal yang diisi
dengan kegiatan tanya jawab antara guru dan siswa mengenai objek-objek yang
dipelajari pada tingkat analisis. Misalnya guru mengajukan pertanyaan apakah
persegi itu?, mengapa kamu mengatakan itu persegi?, apakah persegi itu adalah
persegi panjang?, dan sebagainya. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui
pengetahuan awal siswa mengenai topik yang akan dipelajari serta mendata siswa
sesuai dengan tingkat berpikirnya. Pada fase ini guru mengarahkan siswa untuk
mengamati objek-objek geometri dan mengenal contoh dan non-contoh.
b) Orientasi Terarah (Directed orientation)
Menurut Breyfogle dan Lynch (2010:235) kegiatan pada fase ini “teacher and
students: explore sets of carefully sequenced activities”. Maksudnya, guru dan
siswa mengatur kegiatan yang dapat mengeksplorasi pengetahuan awal yang
dimiliki siswa tersebut dengan cara memberikan pengalaman langsung atau
tindakan.
c) Penjelasan (Explication)
Menurut Breyfogle dan Lynch (2010:235) kegiatan pada fase ini “students:
share explicit views and understandings about the activities”. Maksudnya, pada
tahapan ini siswa berbagi peengetahuan dengan teman-temannya sedetail mungkin
tentang pengetahuan/pemahaman yang telah diperolehnya melalui kegiatan
sebelumnya.
d) Orientasi Bebas (Free orientation)
Menurut Breyfogle dan Lynch (2010:235) kegiatan pada fase ini “teacher:
challenge students tto solve problems related to the geometric concepts and make
connections among them”. Maksudnya, guru memicu semangat siswauntuk
menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan konsep-konsep geometri
yang dipelajari dengan berdiskusi sesama siswa. siswa dihadapkan pada tugas-
tugas yang lebih kompleks berupa tugas yang dapat diselesaikan dengan banyak
cara dan memerlukan banyak langkah. Misalnya siswa ditugaskan untuk membuat
bangun-bangun yang berbeda dari berbagai potongan bangun yang disediakan.
Sehingga berdasarkan pengalamannya siswa dapat menemukan sendiri cara dalam
-
22
menyelesaikan masalah geometri. Tujuan dari fase ini adalah untuk memantapkan
dan meningkatkan pengetahuan siswa.
e) Integrasi (Integration)
Menurut Breyfogle dan Lynch (2010:235) kegiatan pada fase ini “students:
reflect on observations and how they fit into the overall structure of the
concepts”. Maksudnya, siswa menggunakan hasil pengamatan dan menyimpulkan
bagaimana hubungan sehingga hasil pengamatan tersebut dapat mendukung
keseluruhan konsep yang dipelajari.
4. Pendekatan Saintifik Menurut Daryanto (2014:51) Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk
memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami
berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal
dari mana saja, kapan saja dan tidak bergantung pada informasi searah dari guru.
Sejalan dengan pendapat (Majid, 2014:72) yang menjelaskan lebih lengkap
dipaparkan bahwa proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah harus dipandu
dengan kaidah-kaidah pendekatan ilmiah, yakni menggunakan dimensi
pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu
kebenaran.
Adapun karakteristik pembelajaran dengan pendekatan saintifik menurut
Daryanto (2014:53) sebagai berikut:
a) Berpusat pada siswa.
b) Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengkonstruksi konsep, hukum
atau prinsip.
c) Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam meransang
perkembangan intelek, khusunya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.
d) Dapat mengembangkan karakter siswa.
Berdasarkan beberapa karakteristik di atas dapat disimpulkan bahwa
karakteristik utama pembelajaran pendekatan saintifik yakni siswa dituntut untuk
mendominasi proses pembelajaran dengan berfikir ilmiah sehingga menghasilkan
peserta didik yang produktif, inovatif, kreatif, dan afektif.
-
23
Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik akan
disajikan sebagai berikut:
a) Mengamati Menurut Daryanto (2014:60-61) metode mengamati mengutamakan
kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki
keunggulan tertentu seperti menyajikan media objek secara nyata, sehingga siswa
senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Kegiatan mengamati dalam
pembelajaran sebagaimana diungkapkan dalam permendikbud Nomor 81a,
hendaklah guru membuka luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk
melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan
membaca.Sejalan dengan pendapat Sufairoh (2016, 121) yaitu kegiatan siswa
mengidentifikasi melalui indera penglihat (membaca, menyimak), pembau,
pendengar, pengecap dan peraba pada waktu mengamati suatu objek dengan
ataupun tanpa alat bantu. Alternatif kegiatan mengamati antara lain observasi
lingkungan, mengamati gambar, video, tabel dan grafik data, menganalisis peta,
membaca berbagai informasi yang tersedia di media masa dan internet maupun
sumber lain.
b) Menanya Menurut Daryanto (2014:64-65) dalam kegiatan menanya guru membuka
kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang
sudah dilihat, disimak, atau dibaca pada kegiatan pengamatan sebelumnya. Guru
perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan, melalui
kegiatan bertanya itulah dikembangkannya rasa ingin tahu siswa. Pertanyaan
tersebut menjadi dasar bagi siswa untuk mencari informasi lebih lanjut dan
beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai sumber yang ditemukan oleh
siswa sendiri.
Kegiatan menanya dalam proses pembelajaran sebagaimana yang
disampaikan dalam permendikbud Nomor 81a tahun 2013, adalah mengajukan
pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau
pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati.
Kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan
kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk
-
24
membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang
hayat. Sejalan dengan pendapat Sufairoh (2016, 121) yaitu kegiatan siswa
mengungkapkan apa yang ingin diketahuinya baik yang berkenaan dengan suatu
objek, peristiwa, suatu proses tertentu. Dalam kegiatan menanya, siswa membuat
pertanyaan secara individu atau kelompok tentang apa yang belum diketahuinya.
Siswa dapat mengajukan pertanyaan kepada guru, narasumber, siswa lainnya dan
atau kepada diri sendiri dengan bimbingan guru hingga siswa dapat mandiri dan
menjadi kebiasaan. Pertanyaan dapat diajukan secara lisan dan tulisan serta harus
dapat membangkitkan motivasi siswa untuk tetap aktif dan gembira. Bentuknya
dapat berupa kalimat pertanyaan dan kalimat hipotesis.
c) Mengumpulkan Informasi Menurut Daryanto (2014:69-70) kegiatan mengumpulkan informasi
merupakan tindak lanjut dari kegiatan menanya, kegiatan ini ditandai dengan
menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai
cara. Dalam Permendikbud Nomor 81a tahn 2013, aktivitas mengumpulkan
informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks,
mengamati objek/kejadian/aktivias wawancara dengan narasumber dan
sebagainya. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap
teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi,
menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang
dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.
d) Menalar Menurut Daryanto (2014:70) kegiatan menalar dalam proses pembelajaran
sebagaimana dituangkan dalam Permendikbud Nomor 81a tahun 2013, adalah
memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik dari hasil kegiatan
mengamati atau kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang
dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai
kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber
yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan.
Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan
informasi lainnya. Kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap
-
25
jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur
dan kemampuan berfikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.
e) Mencoba Menurut Daryanto (2014:78-79) untuk memperoleh hasil belajar yang nyata
atau otentik, peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan. Dalam
konteks pembelajaran matematika agar siswa dapat memahami materi dengan
baik maka dapat diterapkan untuk mencoba menyelesaikan setiap permasalahan
yang berhubungan dengan materi pembelajarannya atau mencoba menjawab soal-
soal latihan. Dalam kegiatan ini guru membimbing dan mengamati proses yang
dilakukan siswa. Disini guru harus memberikan dorongan dan bantuan terhadap
kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dan membantu mengatasi serta
memecahkan masalah-masalah yang akan menghambat kegiatan pembelajaran.
f) Menyimpulkan Menurut Daryanto (2014:80) kegiatan menyimpulkan dalam pembelajaran
dengan pendekatan saintifik merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah data
atau informasi setelah menemukan keterkaitan antar informasi dan menemukan
berbagai pola dari keterkaitan tersebut, selanjutnya secara bersama-sama dalam
satu kesatuan kelompok, atau secara individual membuat kesimpulan.
g) Mengkomunikasikan Menurut Daryanto (2014:80) kegiatan mengkomunikasikan pada pendekatan
saintifik adalah memberi kesempatan kepada siswa untuk mengomunikasikan apa
yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau
menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi dan
mengasosiasikan.
Mengkomunikasikan dalam kegiatan pembelajaran seperti yang diungkapkan
dalam Permendikbud Nomor 81a tahun 2013, adalah menyampaikan hasil
pengamatan, kesimpulan, berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau
media lainnya. Kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah
mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berfikir sistematis,
mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan
kemampuan berbahasa yang baik dan benar.
-
26
C. Penelitian yang Relevan Penelitian yang menyangkut pengembangan perangkat pembelajaran di
sekolah sudah banyak dilakukan. Namun penelitian mengenai “Pengembangan
Lembar Kerja Siswa Menggunakan Teori Van Hiele untuk Siswa Kelas VII SMP”
berdasarkan referensi penulis masih jarang ditemukan. Pengembangan perangkat
pembelajaran yang sudah ada di sekolah antara lain.
Penelitian yang dilakukan oleh Nopi Andini dengan judul “Pengembangan
Lembar Kerja Siswa menggunakan Teori Van Hiele dan Pendekatan
Saintifik Materi Garis dan Sudut di kelas VII SMP”. Berdasarkan hasil
penelitian bahwa pada tahap validasi ahli materi rerata skor 59,17% “cukup valid”
dan ahli desain LKS serta desain pembelajaran dengan rerata skor 74,74% “valid”.
Selanjutnya pada tahan uji coba yang melibatkan persepsi guru matematika dan
siswa dengan rerata nilai 95% “sangat praktis” dan 88,15% “praktis”. Terakhir uji
coba lapangan untuk efektifitas produk, pada subjek diperoleh analisis hasil
belajar siswa 85,7% siswa berada di atas KKM, dan terjadi peningkatan
pemahaman geometri siswa, serta rerata hasil observasi aktifitas siswa 3,07
“baik”. Hasil penelitian memaparkan karakteristik LKS dimana substansi materi
relevan dengan KD, adanya petunjuk belajar, kalimat singkat dan jelas, serta
menuntun siswa belajar teratur dan jelas melalui fase-fase belajar Van Hiele dan
pendekatan saintifik. Kemudian LKS dikatakan berkualitas baik karena memenuhi
indikator kevalidan, kepraktisan dan keefektifan. Oleh karena itu, LKS
menggunakan teori Van Hiele dan pendekatan saintifik materi garis dan sudut di
kelas VII SMP berkualitas baik dan layak untuk digunakan guna peningkatan
pemahaman konsep geometri siswa.
Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian yang akan dilakukan adalah:
1) LKS di atas dikembangkan pada materi Garis dan Sudut, sedangkan LKS
yang akan dilakukan dikembangkan pada materi bangun datar Segitiga.
2) Lokasi penelitian di atas terletak di SMP Negeri 1 Tanah Sepenggal,
sedangkan lokasi penelitian yang akan dilakukan terletak di SMP Negeri 7
Muaro Jambi.
-
27
Penelitian selanjutnya yang penulis temukan ialah penelitian yang dilakukan
oleh Luthfi Nur Azizah dengan judul “Pengembangan Lembar Kerja Siswa
(LKS) Matematika dengan Pendekatan Saintifik untuk Memfasilitasi
Pemahaman Konsep Siswa SMP/MTs Kelas VII pada Materi Transformasi”.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa kualitas LKS Matematika
mendapatkan kriteria sangat baik dengan persentase 85%. Berdasarkan nilai post
test diperoleh hasil bahwa sebanyak 63% dari banyaknya siswa yang mengikuti
post test memperoleh nilai lebih besar atau sama dengan Kriteria Ketuntasan
Minimum (KKM) sehingga telah berhasil memfasilitasi pemahaman konsep siswa
pada materi transformasi. Selain itu, respon siswa terhadap LKS Matematika
dengan Pendekatan saintifik mendapatkan kategori positif dengan persentase
74,96%. Oleh karena itu, LKS matematika dengan pendekatan saintifik pada
materi transformasi kelas VII SMP/MTs untuk memfasilitasi pemahaman konsep
siswa telah memenuhi kriteria ketercapaian dan dapat dikatakan berkualitas.
Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian yang akan dilakukan adalah:
1) LKS yang dikembangkan pada penelitian di atas menggunakan pendekatan
saintifik, sedangkan penelitian yang akan dilakukan LKS yang
dikembangkan menggunakan teori Van Hiele dan pendekatan saintifik.
2) LKS yang dikembangkan pada penelitian di atas yaitu pada materi
Transformasi, sedangkan penelitian yang akan dilakukan pada materi
Segitiga.
3) Lokasi penelitian di atas terletak di SMP Negeri 8 Yogyakarta , sedangkan
lokasi penelitian yang akan dilakukan terletak di SMP Negeri 7 Muaro
Jambi.
Penelitian ketiga yang penulis temukan ialah penelitian yang dilakukan oleh
Wasilah dengan berjudul “Pengembangan Lembar Kerja Siswa pada Materi
Segiempat Kelas VII Madrasah Tsanawiyah Al-Jauharen Kota Jambi”.
Penelitian dilakukan di lingkungan IAIN STS Jambi dan uji coba produk dilakukan
di MTs Al-Jauharen Kota Jambi kelas VII B dengan menggunakan model ADDIE
(Analysis, Design, Development or Production, Implementations or Delivery and
Evaluations). Dari hasil penelitian diperoleh (1) hasil angket dari ahli materi
-
28
diperoleh rerata skor 4,29 dan hasil angket dari ahli memperoleh rerata skor 4,53,
sedangkan hasil angket dari ahli bahasa diperoleh rerata skor 4, sehingga LKS
layak untuk digunakan untuk pembelajaran dalam materi segiempat kelas VII
MTs; (2) hasil belajar siswa setelah menggunakan LKS berbasis belajar tuntas
meningkat terlihat dari 76% siswa tuntas dalam belajar, serta (3) respon siswa
terhadap LKS yang telah digunakan positif terlihat dari sebanyak 4,38% siswa
menyatakan bahwa LKS yang telah dihasikan sangat baik, (4) dari data observasi
aktifitas siswa diperoleh rata-rata 80,1 sehingga lembar observasi aktifitas siswa
sangat efektif sehingga dapat disimpulkan bahwa LKS berbasis belajar tuntas yang
dikembangkan memenuhi kriteria valid (layak) dan efektif digunakan sebagai
bahan ajar yang baik.
Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian yang akan dilakukan adalah:
1) LKS yang dikembangkan pada penelitian di atas yaitu LKS berbasis
belajar tuntas, sedangkan penelitian yang akan dilakukan LKS yang
dikembangkan yaitu berbasis teori Van Hiele dan pendekatan saintifik.
2) LKS yang dikembangkan pada penelitian di atas yaitu pada materi
segiempat, sedangkan penelitian yang akan dilakukan pada materi
Segitiga.
3) Lokasi penelitian di atas terletak di MTs Al-Jauharein Kota Jambi,
sedangkan lokasi penelitian yang akan dilakukan terletak di SMP Negeri 7
Muaro Jambi.
4) Model pengembangan yang dipakai penelitian di atas adalah model
ADDIE, sedangkan model pengembangan yang dipakai pada penelitian
yang akan dilakukan yaitu model 4-D.
Dari ketiga penelitian di atas, relevan dalam hal pengembangan
menggunakan pendekatan saintifik, teori Van Hiele sehingga dapat digunakan
atau inspirasi pada penelitian ini.
-
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 7 Muaro Jambi yang beralamat di
Jalan. Jambi-Sengeti KM 16 Mendalo Darat. Adapun mengenai waktu
pelaksanaan penelitiannya yaitu Mei 2018 pada semester genap tahun ajaran
2017/2018 pada kelas VII.
B. Karakteristik Sasaran Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan. Penelitian
pengembangan adalah suatu jenis penelitian yang bertujuan untuk
mengembangkan suatu produk dan memvalidasi produk yang dihasilkan. Produk
yang dihasilkan adalah bahan ajar berupa lembar kerja siswa (LKS) menggunakan
teori Van Hielle dan pendekatan saintifik untuk siswa kelas VII SMP. Peneliti
memiliki harapan yaitu dengan berlakunya kurikulum 2013 kiranya para guru tidak
mengalami kesulitan sebaliknya mendapatkan kemudahan-kemudahan didalam
proses pembelajaran seperti mendapatkan LKS yang sangat membantu proses
pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, kesulitan-kesulitan
dialami oleh guru dalam menyusun LKS menggunakan pendekatan saintifik. Hal
tersebut dikarenakan kurangnya kreativitas yang dimiliki guru. Oleh karena itu,
guru lebih sering membeli dan menggunakan LKS yang diterbitkan, padahal LKS
yang diterbitkan belum tentu sesuai dengan kompetensi yang ingin diajarkan.
Dengan demikian, guru sangat membutuhkan contoh LKS menggunakan
pendekatan saintifik dengan mengacu kurikulum 2013 untuk SMP/MTs.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti berusaha mengembangkan LKS
menggunakan pendekatan saintifik mengacu kurikulum 2013 untuk siswa kelas
VII dan menggunakan teori Van Hiele dalam pembelajaran Matematika
khususnya Geometri. Dalam LKS yang dikembangkan, peneliti juga menekankan
pada pendekatan saintifik yakni pada proses pembelajaran yang menggunakan
aktivitas mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan, dan
-
30
mengkomunikasikan, serta menerapkan pendidikan karakter dalam proses
pembelajarannya.
C. Pendekatan dan Prosedur Pengembangan 1. Analisis Kebutuhan Analisis kebutuhan ini yaitu melihat kebutuhan sekolah yang diteliti di
SMPN 7 Muaro Jambi dilihat dari kemampuan siswa, pada umumnya siswa
memiliki kemampuan sedang, minat siswa pada pembelajaran matematika
masih rendah, siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep, dalam
proses pembelajaran siswa bersifat pasif dan hanya menerima apa yang
diberikan guru. Selain itu guru hanya menggunakan bahan ajar yang sudah
jadi dan siap pakai tanpa memperhatikan tingkat kemampuan siswa, dan juga
pada umumnya guru hanya menggunakan metode ceramah saja. Oleh karena
itu, yang akan peneliti kembangkan adalah LKS yang sesuai dengan
Kurikulum 2013 dan berbasis teori Van Hiele yang memperhatikan tingkat
kemampuan berpikir siswa khusus Geometri yang akan dijadikan bahan
pelajaran nantinya.
2. Rancangan Pengembangan Jenis penelitian yang dirancang ini sebagai penelitian Research and
Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan
produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono,
2013:297). Penelitian ini difokuskan pada pengembangan LKS menggunakan
teori Van Hiele dan Pendekatan Saintifik pada materi segitiga kelas VII.
Model pengembangan yang digunakan adalah Model 4-D yang merupakan
singkatan dari Define (pendefinisian), Design (perancangan), Develop
(pengembangan) dan Desseminate (penyebaran) yang dikembangkan oleh
Thiagarajan pada tahun 1974 (Mulyatiningsih, 2014:195).
Namun, dalam pengembangan penelitian ini hanya dilakukan batas tahap
Develop (pengembangan), meniadakan tahap Desseminate (penyebaran)
karena keterbatasan waktu, biaya dan kemampuan peneliti untuk melakukan
langkah Desseminate.
-
31
3. Prosedur Pengembangan a) Tahap pendefenisian (define) Pada tahap ini dilakukan untuk menetapkan dan mendefenisikan
syarat-syarat yang dibutuhkan dalam proses pengembangan atau dengan
kata lain langkah ini biasa disebut dengan analisis kebutuhan
(Mulyatiningsih, 2014:195-197). Pada tahap define dalam konteks
pengembangan bahan ajar dilakukan dengan langkah-langkah:
(1) Analisis kurikulum
Pada tahap ini, peneliti perlu mengkaji kurikulum yang berlaku pada
saat itu, dalam kurikulum terdapat kompetensi yang ingin dicapai.
Analisis kurikulum berguna untuk menetapkan pada kompetensi yang
mana bahan ajar tersebut akan dikembangkan. Hal ini dilakukan karena
ada kemungkinan tidak semua kompetensi yang ada dalam kurikulum
dapat disediakan bahan ajarnya.
(2) Analisis karakteristik peserta didik
Seperti layaknya seorang guru akan mengajar, guru harus
mengetahui karakteristik peserta didik yang akan menggunakan bahan
ajar. Hal ini penting karena semua proses pembelajaran harus disesuaikan
dengan karakteristik peserta didik.
(1) Analisis materi Analisis materi dilakukan dengan cara mengidentifikasi materi
utama yang perlu diajarkan, mengumpulkan dan memilih materi yang
relevan, dan menyusunnya kembali secara sistematis.
(2) Merumuskan tujuan Sebelum menulis bahan ajar, tujuan pembelajaran dan
kompetensi yang hendak diajarkan perlu dirumuskan terlebih dahulu.
Hal ini berguna untuk membatasi peneliti supaya tidak menyimpang
dari tujuan pada saat sedang menulis bahan ajar.
-
32
b) Tahap Perancangan (design)
Tahap perancangan (design) adalah tahap menyusun atau menyiapkan
perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Menurut (Trianto, 2012:95)
tujuan tahap ini adalah untuk menyiapkan prototipe perangkat
pembelajaran. Dengan langkah awal yang menghubungkan antara tahap
define dan tahap design yakni menyusun tes berdasarkan perumusan tujuan
pembelajaran khusus. Tes ini merupakan suatu alat yang mengukur
terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa setelah kegiatan belajar
mengajar.
Langkah selanjutnya yang dilakukan peneliti yaitu memilih media
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan tahapan berfikir siswa
tersebut. Lalu menyusun penyajian materi yang sesuai dengan karakteristik,
kemampuan serta tahap berfikir siswa tersebut dengan menerapkan fase-
fase pembelajaran sesuai dengan teori Van Hiele.
c) Tahap Pengembangan (develop)
Menurut (Trianto, 2012:95) tujuan tahap ini adalah untuk
menghasilkan perangkat pembelajaran yang sudah di revisi berdasarkan
masukan dari para pakar. Tahap pengembangan dilakukan untuk
menghasilkan bahan ajar yang baik dan telah sesuai dengan kebutuhan.
Dalam konteks pengembangan bahan ajar, tahap pengembangan dilakukan
dengan cara menguji isi dan keterbacaan bahan ajar tersebut kepada pakar
yang terlibat pada saat validasi rancangan dan peserta didik yang akan
menggunakan modul atau bahan ajar tersebut. Hasil pengujian yang telah
dilakukan digunakan sebagai landasan untuk revisi sehingga bahan ajar
yang dibuat telah benar-benar sesuai dengan kebutuhan pengguna
(Mulyatiningsih, 2014:198).
Tahap pengembangan diawali dengan validasi perangkat oleh para
pakar diikuti dengan tahap revisi. Bila LKS yang dikembangkan
dinyatakan valid oleh validator, maka langkah selanjutnya perangkat
pembelajaran siap untuk di uji coba terbatas. Setelah itu produk di revisi
-
33
kembali untuk menghasilkan draf final yang dapat dipakai dalam proses
pembelajaran yang nyata pada subjek penelitian.
4. Uji coba/Validasi, Evaluasi dan Revisi Model a) Telaah pakar Sebelum bahan ajar dan instrumen diuji cobakan, terlebih dahulu
melalui proses validasi oleh tim ahli. Tim ahli dalam hal ini adalah para
validator yang berkompeten untuk menilai bahan ajar serta memberi
masukan guna menyempurnakan bahan ajar yang telah disusun. Dalam
pengembangan LKS ini divalidasi oleh 2 orang tim ahli/pakar pendidikan.
Tim ahli yang dipilih sesuai dengan pertimbangan keahlian, kepakaran dan
pengalaman dalam pembelajaran segitiga dalam mendesain LKS. Dalam
tahap validasi ini, hal-hal yang divalidasi adalah panduan penggunaan
bahan ajar dan perangkat bahan ajar atau dengan kata lain hal-hal yang
divalidasi adalah desain dan materi pelajaran yang disajikan melalui LKS
dengan teori Van Hiele dan pendekatan saintifik.
Penilaian bahan ajar yang dilakukan oleh tim ahli yaitu menilai bahan
ajar awal yang telah disusun oleh peneliti untuk kemudian diperbaiki
sehingga baik, dan layak untuk digunakan. Secara umum validasi
mencakup: isi (materi), penyajian, bahasa, kegrafikaan, bahan ajar
memenuhi aspek-aspek dan karakteristik teori Van Hiele serta sesuai
dengan kurikulum yang berlaku. Dengan memperhatikan bahan ajar yang
telah disusun tersebut, dua orang tim ahli diminta untuk menilai bahan ajar
tersebut. Selanjutnya validator diberi angket tertutup sebagai instrumen
validasi untuk menilai produk tersebut, meskipun angket yang diberikan
merupakan angket tertutup namun tim ahli dipersilahkan untuk
memberikan komentar dan saran secara terbuka.
Setelah bahan ajar di validasi maka tahap selanjutnya yaitu melakukan
revisi berdasarkan komentar dan arahan yang diberikan oleh tim ahli pada
saat validasi. Proses revisi ini dilakukan untuk menghasilkan bahan ajar
yang baik dan sesuai degan kebutuhan subjek sebelum dilakukannya uji
coba produk pada situasi nyata.
-
34
b) Uji coba kepada kelompok kecil
Setelah bahan ajar direvisi berdasarkan masukan dan saran dari tim
ahli (validator), maka langkah selanjutnya yaitu melakukan uji coba
kelompok kecil. Kegiatan uji coba ini dilakukan dengan cara memilih 10-
15 siswa dan satu guru matematika untuk melakukan simulasi
top related