pengaruh pendekatan pendidikan matematika …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/artikel bekti n...
Post on 02-Jan-2020
19 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau 2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau
PENGARUH PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK
INDONESIA (PMRI) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN
MASALAH DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
KELAS X SMA XAVERIUS LUBUKLINGGAU
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Bekti Nirwana Sari1, Drajat Friansah2, Novianti Mandasari3
Jurusan Pendidikan Matematika, STKIP-PGRI Lubuklinggau. Jalan Mayor Toha
Kel. Air Kuti Telp. (0733) 451432 Lubuklinggau, Indonesia
Email: bektinsari25@gmail.com
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Pengaruh Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia
(PMRI) Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah dan Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa Kelas X SMA Xaverius Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2017/2018”. Rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah Apakah Terdapat Pengaruh Pendekatan PMRI
Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X SMA Xaverius Lubuklinggau
Tahun Pelajaran 2017/2018? Apakah Terdapat Pengaruh Pendekatan PMRI Terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas X SMA Xaverius Lubuklinggau Tahun
Pelajaran 2017/2018? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan
pembelajaran PMRI terhadap kemampuan berpikir kritis dan kemampuan pemecahan
masalah siswa kelas X SMA Xaverius Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2017/2018 yang
berjumlah 139 siswa dan sampel nya adalah kelas X IPA 1 yang berjumlah 29 siswa.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode True Experiment. Teknik
pengumpulan data menggunakan teknik tes. Data yang terkumpul dianalisis
menggunakan uji-t dengan taraf signifikan sebesar 𝛼 = 0,05. Berdasarkan hasil analisis
diperoleh thitung(2,41)≥ttabel(1,67) untuk kemampuan pemecahan masalah dan thitung(2,59)≥
ttabel (1,67) untuk kemampuan berpikir kritis siswa, sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh pendekatan Pendidikan matematika realistik Indonesia terhadap
kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas X SMA
Xaverius Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2017/2018.
Kata Kunci: Kemampuan Berpikir Kritis, Kemampuan Pemecahan Masalah, PMRI
PENDAHULUAN
Pada zaman modern seperti saat ini dibutuhkan sumber daya manusia yang
memiliki kualitas demi kemajuan suatu bangsa, untuk itu pendidikan merupakan salah
satu sarana atau wadah utama yang dapat membentuk sumber daya manusia tersebut.
Dalam pendidikan, matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang sangat
penting diberikan kepada semua peserta didik pada semua jenjang pendidikan.
Matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang memiliki banyak kegunaan
dalam kehidupan. Matematika merupakan salah satu pelajaran yang penting dikuasai
siswa di sekolah karena banyak kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari Sutjipto
(Yuhasriati, 2012:81). Tujuan pembelajaran matematika menurut Badan Standar Nasional
1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau 2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau
Pendidikan (BSNP) (Musriliani, 2015:50) antara lain: (1) memahami konsep matematika,
(2) penalaran, manipulasi, menyusun bukti dan pernyataan matematika, (3) memecahkan
masalah, (4) mengkomunikasikan gagasan, (5) memiliki sikap menghargai kegunaan
matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki keingintahuan, perhatian dan minat dalam
memepelajati matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Berpikir kritis merupakan suatu cara berpikir yang menguji, menghubungkan, dan
mengevaluasi semua aspek dari suatu masalah (Ismaimuza & Muadalifah, 2013:375).
Kemampuan pemecahan masalah upaya yang dilakukan peserta didik untuk mencari dan
menetapkan alternativ kegiatan dalam menjembatani suatu keadaan pada saat ini dengan
keadaan yang diinginkan (Sudjana, 2010:116).
Menurut Suwarsono (Kesumawati, 2009:487), secara umum proses belajar
mengajar matematika di sekolah-sekolah Indonesia terpusat pada guru yaitu guru
menjelaskan, siswa mendengarkan sambil mencatat, guru bertanya, murid menjawab,
siswa mengerjakan soal-soal latihan. Maka guru harus memilih model, strategi, serta
pendekatan pembelajaran yang mampu membuat siswa termotivasi, aktif dan
memberikan respon yang baik selama pembelajaran berlangsung sehingga kemampuan
berpikir kritis dan pemecahan masalah siswa juga akan berkembang baik. Salah satu
pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan adalah pendekatan Pendidikan
Matematika Realistik Indonesia (PMRI).
Fathurrohman (2015:189) menyatakan bahwa PMRI merupakan cara mengajar
dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyelidiki dan memahami konsep
matematika melalui suatu masalah dalam situasi yang nyata. Selain itu, menurut Lestari
dan Mokhammad (2015:40) juga menyatakan bahwa PMRI dilaksanakan dengan
menempatkan realitas dan pengalaman siswa sebagai titik awal pembelajaran, masalah-
masalah realistik digunakan sebagai sumber munculnya konsep-konsep matematika yang
dapat mendorong aktivitas penyelesaian masalah, mencari masalah, dan mengorganisasi
pokok persoalan.
Dalam proses pembelajaran sangatlah penting bagi guru untuk menciptakan
kondisi situasi yang memungkinkan siswa termotivasi melakukan proses berpikir kritis
dan pemecahan masalah. Kondisi dan situasi yang diharapkan tersebut belum
sepenuhnya terjadi di SMA Xaverius Lubuklinggau. Berdasarkan wawancara yang
dilakukan dengan salah satu guru Matematika yaitu ibu Katarina Dyah Purnaningsih, S.T,
mengatakan bahwa siswa akan kesulitan jika diberikan soal-soal yang tidak rutin, mereka
tidak yakin dengan jawaban yang telah mereka kerjakan, selain itu masih banyak siswa
yang tidak bisa memberikan alasan atas jawaban mereka sendiri. Ibu Katarina juga
mengatakan bahwa dalam proses pembelajaran matematika, beliau sudah berusaha
menciptakan pembelajaran yang aktif untuk memaksimalkan kegiatan pembelajaran
matematika dengan mengarahkan siswa untuk berdiskusi, namun pada hasilnya hanya
anak-anak tertentu yang aktif dalam diskusi dan setelah diberikan soal latihan hanya
sebagian anak yang bisa menyelesaikannya dengan benar. Siswa masih kesulitan dalam
menganalisis masalah atau memahami masalah jika soal yang diberikan tidak sama persis
dengan contoh yang diberikan, ini terjadi karena tingkat berpikir dan konsentrasi siswa
yang tidak maksimal dalam mengikuti pembelajaran.
Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti melalui hasil tes kemampuan berpikir
kritis dan kemampuan pemecahan masalah matematis dengan memberikan 3 soal kepada
siswa kelas X SMA Xaverius Lubuklinggau, dari 23 siswa hanya 1 siswa yang mampu
menyelesaikan 3 soal yang diberikan oleh peneliti secara tepat, dan 2 siswa yang mampu
menyelesaikan 2 soal secara tepat, sedangkan untuk siswa lainnya hanya mampu
menyelesaikan 1 soal yang diberikan secara tepat untuk memenuhi indikator berpikir
kritis dan pemecahan masalah yang diinginkan, dilihat dari indikator kemampuan berpikir
1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau 2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau
kritis dan pemecahan masalah matematika masih banyak siswa yang kurang paham dalam
menganalisis masalah dan memahami maksud dari permasalah yang diberikan sehingga
siswa kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan tersebut.
Adapun rumusan masalah yang ditetapkan dalam penelitian ini sebagai berikut : (1)
Apakah Terdapat Pengaruh Pendekatan PMRI Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa Kelas X SMA Xaverius Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2017/2018?, (2) Apakah
Terdapat Pengaruh Pendekatan PMRI Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
Kelas X SMA Xaverius Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2017/2018?. Berdasarkan
rumusan masalah dalam penelitian ini maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh pendekatan pembelajaran PMRI terhadap kemampuan
pemecahan masalah dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas X SMA Xaverius
Lubuklinggau.
Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah, maka penelitian
ini mempunyai manfaatsSebagai bahan masukan bagi siswa untuk melaksanakan
pembelajaran matematika dengan pendekatan pembelajaran PMRI, sehingga dapat
melatih kemampuan berpikir kritis siswa dan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa, menjadikan pembelajaran lebih menyenangkan dan bermakna
bagi siswa dapat memperoleh nilai yang memenuhi KKM pada pelajaran
matematika, diharapkan bahan pembelajaran menggunakan pendekatan ini dapat
mengurangi siswa dalam menghapal rumus karena siswa ikut terlibat dalam
menemukan rumus. Serta sebagai bahan masukan bagi guru dalam meningkatkan
mutu pendidikan dikelas khusunya untuk pelajaran matematika. Untuk peneliti
sendiri penelitian ini berguna untuk mengaplikasikan ilmu pembelajaran yang
didapat selama perkuliahan serta menambah wawasan tentang bahan
pembelajaran matematika. Serta dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
peneliti tentang pendekatan PMRI dalam pembelajaran matematika.
Menghindari terjadinya salah penafsiran terhadap permasalahan dalam
penelitian ini, maka peneliti memberikan batasan-batasan masalah bahwa
Pendekatan pembelajaran di sini diartikan sebagai sudut pandang terhadap proses
pembelajaran yang masih umum kemudian dikuatkan menggunakan model dan
metode pembelajaran yang sesuai. Sesuai dengan Rusman (2014:380) yang
mengatakan bahwa pendekatan pembelajaran adalah titik tolak atau sudut pandang
terhadap proses pembelajaran. Sedangkan menurut (Sanjaya, 2009: 126)
pendekatan merupakan langkah awal pembentukan suatu ide dalam memandang
suatu masalah. Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)
PMRI merupakan pendekatan pembelajaran matematika di Indonesia yang
diadaptasi dari model pembelajaran RME (Realistic Mathematic Education).
Fathurrohman (2015:185) menjelaskan bahwa RME pertama kali dikenalkan oleh
matematikawan dari Freudentahal Institute di Utrecht University Belanda sejak
lebih dari empat puluh tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 1973, RME mulai
diperkenalkan pertama kali di Indonesia oleh Prof. Dr. Jan De Lange melalui
acara Seminar dan Lokakarya Jurusan Matematika ITB pada April 1998. Di
Indonesia RME diubah menjadi Pendikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)
diproklamasikan pada Agustus 2001 sebagai pengadaptasian RME.
Pendekatan PMRI adalah suatu pendekatan pembelajaran matematika yang
salah satu prinsip pembelajarannya menggunakan situasi dunia nyata atau konteks
1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau 2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau
yang real dan pengalaman siswa sebagai titik tolak belajar matematika. Dalam
pembelajaran ini siswa diajak untuk membentuk pengetahuannya sendiri
berdasarkan pengalaman yang telah mereka dapatkan atau alami sebelumnya.
PMRI dapat diartikan sebagai cara mengajar dengan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menyelidiki dan memahami konsep matematika melalui suatu
masalah dalam situasi yang nyata Fathurrohman (2015:189). Kemampuan
berpikir kritis dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam berpikir untuk
menguji, menghubungkan, dan mengevaluasi semua aspek dari situasi masalah
dalam mengambil keputusan. Sedangkan menurut Krukik (Muadalifah &
Ismaimuza, 2013:375) mengemukakan berpikir kritis adalah cara berpikir yang
menguji, menghubungkan, mengevaluasi semua aspek dari suatu masalah,
termasuk didalamnya kemampuan untuk mengumpulkan informasi, mengingat,
menganalisis situasi, membaca serta memahami dan mengidentifikasi hal-hal yang
diperlukan.
Kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal matematika berupa pemberian masalah dengan menggunakan
prosedur penyelesaian sendiri dan benar berdasarkan langkah-langkah
penyelesaian masalah matematik yang sebenarnya. Kemampuan pemecahan
masalah merupakan upaya yang dilakukan peserta didik untuk mencari dan
menetapkan alternatif kegiatan dalam menjembatani suatu keadaan pada saat ini
dengan keadaan yang diinginkan (Sudjana, 2010:116). Sedangkan Menurut
Widjajanti (2009:3) pemecahan masalah merupakan suatu proses artinya banyak
langkah yang dapat digunakan oleh siswa untuk menemukan hubungan antara
pengalaman (skema) masa lalunya dengan masalah yang sekarang dihadapinya
dan kemudian bertindak untuk menyelesaikannya.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan
data penelitiannya (Arikunto, 2010:203). Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode True Experiment Design atau eksperimen sungguhan. Menurut
Suharsaputra (2012:154) eksperimen sungguhan merupakan eksperimen dimana peneliti
dapat secara cermat mengontrol variabel-variabel yang dapat mempengaruhi variabel
terikat. Arikunto (2010:90) mengemukakan bahwa desain penelitian adalah rencana atau
rancangan yang dibuat oleh peneliti sebagai gambaran kegiatan yang dilaksanakan.
Desain penelitian dalam penelitian ini berbentuk random, pre-test, post-test desain, yang
melibatkan dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen disini
adalah kelas yang diberi perlakuan dengan pendekatan pembelajaran PMRI sedangkan
kelas kontrol yang diberi perlakuan dengan belajar secara konvensional.
Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Random, pre-test,
post-test design dan secara umum digambarkan sebagai berikut:
E 01 X 02
K 01 _ 02
Keterangan:
E = Kelompok Kelas Eksperimen
K = Kelompok Kelas Kontrol
R = Random
R
1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau 2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau
01 = Pre-test
02 = Post-test
X = Perlakuan Pendekatan PMRI
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 25 Juli - 8Agustus 2017 di SMA Xaverius
Lubuklinggau. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Xaverius
Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2017/2018. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 3.1
berikut ini:
Tabel 3.1
Populasi Penelitian
No Kelas Jenis Kelamin
Jumlah Laki-laki Perempuan
1 X IPA 1 17 12 29
2 X IPA 2 16 12 28
3 X IPS 1 15 13 28
4 X IPS 2 13 14 27
5 X IPS 3 14 13 27
Jumlah 75 64 139
Sumber: TU SMA Xaverius Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2017/2018
Menurut Arikunto (2010:174), sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang
diteliti. Sampel dalam penelitian ini diambil secara acak (sample random) dengan cara
pengundian. Random Sampling adalah pengambilan sampelnya dengan cara mencampur
subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua subjek dalam populasi mempunyai
probabilitas atau peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel (Arikunto, 2010:177).
Teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak (sample random) untuk memilih dua
kelas. Sampel yang terpilih yaitu kelas X IPA 1 sebagai kelas eksperimen dan X IPA II
sebagai kelas kontrol. Pada kelas eksperimen menggunakan pendekatan PMRI dan kelas
kontrol menggunakan pembelajaran konvensional.
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik tes. Arikunto (2010:193)
mengemukakan bahwa tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau
bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes diberikan dua kali yaitu sebelum
perlakuan (pretest) dan setelah perlakuan (posttest) baik pada kelas eksperimen maupun
kelas kontrol. Tes digunakan untuk mengumpulkan data tentang kemampuan berpikir
kritis dan pemecahan masalah dengan menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika
Realistik Indonesia. Tes terdiri dari empat soal berupa soal yang berpedoman pada
indikator kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah serta cara penilaian
perpedoman pada rubik penskoran kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah.
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di kelas X SMA Xaverius Lubuklinggau Tahun
Pelajaran 2017/2018 dari lima kelas yang ada hanya satu kelas yang dijadikan sampel
yaitu kelas X IPA 1. Dalam pelaksanaannya, peneliti melakukan lima kali pertemuan
1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau 2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau
yaitu dengan rincian satu kali pemberian pre-test, tiga kali mengadakan pembelajaran
dengan pendekatan PMRI dan satu kali pemberian post-test.
Pre-test
Pelaksanaan pre-test ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal kemampuan
pemecahan masalah dan kemampuan berpikir kritis siswa sebelum diberikan
pembelajaran dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia. Penelitian
diawali dengan pemberian tes awal untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Hasil
distribusi pre-test kemampuan pemecahan masalah dapat dilihat pada Grafik 1.
Grafik 1. Distribusi pre-test kemampuan pemecahan masalah.
Pada tes awal ini terlihat kemampuan pemecahan masalah siswa yang sangat
rendah, yaitu dari 29 siswa yang mengikuti tes awal terdapat 23 siswa memiliki
kemampuan pemecahan masalah yang kurang baik, 8 siswa memiliki kemampuan
pemecahan masalah yang cukup baik dan tidak ada satupun siswa yang memiliki
kemampuan pemecahan masalah yang baik dan sangat baik. Hasil distribusi pre-test
kemampuan berpikir kritis siswa dapat dilihat pada Grafik 2.
Grafik 2. Distribusi pre-test kemampuan berpikir kritis
Pada tes awal ini terlihat kemampuan berpikir kritis siswa yang sangat rendah,
yaitu dari 29 siswa yang mengikuti tes awal terdapat 23 siswa memiliki kemampuan
berpikir kritis yang kurang baik, 5 siswa memiliki kemampuan berpikir kritis yang cukup
0
5
10
15
20
25
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Baik
0 0
8
23
0 0
6
22
Eksperimen Kontrol
0
5
10
15
20
25
30
Sanagat Baik Baik Cukup Kurang Baik
0 0
5
23
0 0 0
28
Eksperimen Kontrol
1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau 2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau
baik dan tidak ada satupun siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis yang baik dan
sangat baik.
Post-Test
Post-test ini diberikan pada pertemuan terakhir, dengan tujuan untuk mengetahui
kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan berpikir kritis siswa setelah diberikan
perlakuan pada kelas eksperimen dengan pendekatan PMRI untuk kemudian
dibandingkan dengan siswa kelas kontrol yang tidak mendapat perlakuan pendekatan
PMRI dengan materi Sistem Persamaan Linier Tiga Variabel. Hasil distribusi post-test
kemampuan pemecahan masalah siswa dapt di lihat pada Grafik 3.
Grafik 3. Distribusi post-test kemampuan pemecahan masalah.
Pada tes akhir ini terlihat kemampuan pemecahan masalah siswa yang tinggi, yaitu
dari 29 siswa yang mengikuti tes awal terdapat 6 siswa yang memiliki kemampuan
pemecahan masalah sangat baik, 15 siswa memiliki kemampuan pemecahan masalah
baik, 5 siswa memiliki kemapuan pemecahan masalah cukup, dan hanya 3 siswa memiliki
kemampuan pemecahan masalah kurang baik. Hasil distribusi post-test kemapuan
berpikir kritis siswa dapat dilihat pada Grafik 4.
Grafik 4. Distribusi post-test kemampuan berpikir kritis.
Pada tes akhir ini terlihat kemampuan berpikir kritis siswa yang tinggi, yaitu dari
29 siswa yang mengikuti tes awal terdapat 9 siswa memiliki kemampuan berpikir kritis
sangat baik, 12 siswa memiliki kemampuan berpikir kritis baik, 6 siswa memiliki
0
5
10
15
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Baik
6
15
53
2
12
9
5
Eksperimen Kontrol
0
5
10
15
20
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Baik
912
6
21
16
8
3
Eksperimen Kontrol
1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau 2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau
kemapuan berpikir kritis cukup, dan hanya 2 siswa memiliki kemampuan berpikir kritis
kurang baik.
Untuk hasil distribusi kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kritis dari tiap
soal dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Eksperimen Kontrol
X1 A 50.00 48.28
B 49.14 46.55
X2
A 74.14 63.79
B 87.93 58.62
C 84.48 68.97
D 8.62 6.90
X3
A 44.83 36.21
B 55.17 37.93
C 56.90 31.03
D 8.62 1.72
X4
A 32.76 29.31
B 45.69 33.62
C 37.93 27.59
D 13.79 5.17
Kategori Cukup Cukup
Tabel 1. Distribusi Kemampuan Pemecahan Masalah Tiap Soal
Keterangan:
X1 = Soal 1 A = Memahami Masalah
X2 = Soal 2 B = Merencanakan Penyelesaian
X3 = Soal 3 C = Melaksanakan Mencana Penyelesaian
X4 = Soal 4 D = Memeriksa Kembali Hasil
Eksperimen Kontrol
X1 E 45.69 36.21
F 70.69 51.72
X2
E 75.00 46.55
F 97.41 70.69
G 83.62 69.83
H 63.79 49.14
I 6.03 5.17
X3
E 41.38 40.52
F 81.03 66.38
G 68.97 55.17
H 51.72 28.14
I 6.03 1.72
X4
E 32.76 31.03
F 61.21 59.48
G 45.69 41.38
H 37.93 28.45
I 8.62 1.72
Kategori Baik Cukup
Tabel 2. Distribusi Kemampuan Berpikir Kritis Tiap Soal
1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau 2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau
Keterangan:
E = Mengevaluasi F = Mengidentifikasi G = Menghubungkan
H = Menganalisis I = Memecahkan Masalah
PEMBAHASAN
Pada pelaksanaan penelitian yang diawali dengan kegiataan pre-test, diketahui dari
29 siswa yang mengikuti tes awal terdapat 21 siswa memiliki kemampuan pemecahan
masalah yang kurang baik, 8 siswa memiliki kemampuan pemecahan masalah yang
cukup baik serta 23 siswa memiliki kemampuan berpikir kritis yang kurang baik, 5 siswa
memiliki kemampuan berpikir kritis yang cukup baik. Pada tahap selanjutnya yaitu
dilaksanakan pembelajaran pada masing-masing kelas, dimana kelas eksperimen diberi
perlakuan dengan pendekatan PMRI dan pada kelas kontrol pembelajaran secara
konvensional. sesuai dengan empat level pembelajaran dengan pendekatan PMRI, maka
peneliti melakukan pembelajaran dengan menerapkan empat level tersebut.
Level Situasional
Level situasianal merupakan level dasar, pada level ini peneliti menciptakan situasi
pembelajaran dengan memanfaatkan beberapa peralatan seperti benda-benda tertentu
yang bisa di kaitkan dengan materi system persamaan linier tiga variabel. pada penelitian
ini peneliti menggunakan makanan ringan (jajanan), buku nota dimana benda-benda
tersebut akan dijadikan alat untuk menciptakan konteks di kelas sebagai kantin kecil di
dalam kelas, dimana peneliti menjadi penjual dan siswa menjadi pembeli. Sirusi yang
tercipta dalam penelitian dapat diligat pada gambar di bawah ini:
Gambar 1
Level situasional pada saat kegiatan pembelajaran penelitian
Level Referensial (Model Of)
Setelah siswa melewati level situasional maka level selanjutnya yaitu level
referensional, dimana pada level ini siswa akan membuat model untuk menggambarkan
situasi konteks. Dapat dilihat pada gambar jawaban siswa dalam menetukan model of
yang menggambarkan situasi konteks di bawah ini:
Gambar 2
Level Referensial kegiatan pembelajaran penelitian
1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau 2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau
Level General (Model For)
Pada level ini model yang di kembangkan siswa sudah mengarah pada
penyelesaian permasalahan. Siswa membuata model penyelesaian masalah menggunakan
pengetahuan yang telah dimiliki dan referensi-referensi yang relevan dengan masalah
termasuk materi yang telah dicantumkan oleh peneliti pada lembar kerja siswa melalui
dengan pendekatan PMRI. Pada penelitian ini dapat dilihat pada LKS siswa pada gambar
di bawah ini:
Gambar 3
Lever General Kegiatan Pembelajaran Penelitian
Adapun pendekatan PMRI dalam menyelesaikan soal pada lembar kerja siswa
tersebut bertujuan untuk melatih dan mengembangkan keterampilan siswa dalam
memecahkan masalah yang ada terutama dalam berpikir kritis, berbicara maupun
berinteraksi dengan kelompok, dan menuliskan ide-ide yang didapatkan serta
mengaitkannya dengan pengetahuan yang telah mereka miliki sebelumnya berkaitan
dengan penyelesaian masalah kontekstual.
Level Formal
Pada level formal ini siswa bekerja dengan prosedur dan simbol matematika, pada
level inilah di tekankan konsep matematika. Pada penelitian ini tepatnya pada level ini
siswa sudah ada yang mengerti tentang konsep matematika dari permasalahan atau situasi
yang diberikan, hal ini dapat dilihat pada gambar lembar jawaban siswa di bawah ini:
Gambar 4
Level Formal Kegiatan Pembelajaran Penelitian
Hasil post-test siswa pada Tabel 1 dan tabel 2 di atas di jelaskan pada Grafik di
bawah ini. Hasil post-test menunjukkan bahwa jawaban siswa di kelas eksperimen terlihat
lebih baik dengan penyelesaian yang jelas sesuai dengan tujuan pembelajaran, walaupun
masih ada beberapa siswa yang dalam penyelesaiannya masih keluar dari konsep
pembelajaran dan melakukan kesalahan dalam perhitungannya, tetapi secara umum siswa
kelas eksperimen sudah bisa memahami tujuan dari soal dan proses pengerjaannya.
Berikut disajikan distribusi kemampuan pemecahan masalah siswa dari tiap soal dalam
grafik di bawah ini.
1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau 2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau
Soal nomor 1
Grafik 5. Distribusi Kemampuan Pemecahan Masalah soal nomor 1
Pada Grafik 5 di atas dapat di lihat bahwa pada soal nomor 1 ternyata pencapaian
nilai pada kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki selisih nilai yang tidak terlalu
jauh. Pada indikator memahami masalah dengan selisih nilai sebesar 1,76 dan indikator
merencanakan penyelesaian dengan selisih nilai 2,59. Namun tetap hasil menunjukan
bahwa kelas eksperiment lebih tinggi pencapaiannya di bandingkan dengan kelas kontrol.
Soal nomor 2
Grafik 6. Distribusi Kemampuan Pemecahan Masalah soal nomor 2
Pada Grafik 6 di atas dapat dilihat bahwa untuk soal nomor 2 dengan empat
indikator pemecahan masalah, indikator yang memiliki pencapaian dengan selisih yang
cukup jauh antara kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu indikator memahami masalah
sebesar dengan selisih nilai 10,35, indikator merencanakan penyelesaian masalah dengan
selisih nilai 29,31 dan indikator melaksanakan rencana penyelesaian masalah dengan
selisih nilai 15,51.
48.28 46.5550 49.14
0
20
40
60
80
100
MemahamiMasalah
MerencanakanPenyelesaian
Kontrol
Eksperimen
63.7958.62
68.97
6.9
74.14
87.93 84.48
8.62
0
20
40
60
80
100
Memahamimasalah
Merencanakanpenyelesaian
masalah
Melaksanakanrencana
penyelesaian
Memeriksakembali hasil
Kontrol
Eksperimen
1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau 2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau
Soal nomor 3
Grafik 7. Distribusi Kemampuan Pemecahan Masalah soal nomor 2
Pada Grafik 7 dapat dilihat bahwa soal nomor 3 dengan empat indikator
pemecahan masalah terlihat bahwa ke empat indikator memiliki selisih nilai yang
berbeda-beda. Pada indikator memahami masalah mendapat perolehan selisih nilai
sebesar 8,62. Indikator merencakan penyelesaian masalah dengan selisih nilai 17,24 dan
indikator melaksanakan rencana penyelesaian dengan selisih nilai sebesar 25,87 serta
indikator memeriksa kembali hasil dengan dengan selisih 6.9.
Soal nomor 4
Grafik 8 Distribusi Kemampuan Pemecahan Masalah soal nomor
Pada empat soal di atas dapat di simpulkan bahwa untuk kemampuan siswa pada
kelas eksperimen yang belajar dengan pendekatan PMRI lebih tinggi di bandingkan
dengan kelas kontrol yang belajar dengan konvensional. Pada masing-masing aspek,
khususnya aspek memahami masalah dan merencanakan penyelesaian siswa sudah
banyak yang bisa menjawab, tetapi dalam aspek memeriksa kembali hasil masih banyak
siswa yang tidak menjawab dan siswa masih mengalami kesulitan.
36.21 37.9331.03
1.72
44.8355.17 56.9
8.62
0
20
40
60
80
100
Memahamimasalah
Merencanakanpenyelesaian
masalah
Melaksanakanrencana
penyelesaian
Memeriksakembali hasil
Kontrol
Eksperimen
29.31 33.6227.59
5.17
32.7645.69
37.93
13.76
0
20
40
60
80
100
Memahamimasalah
Merencanakanpenyelesaian
Melaksanakanrencana
penyelesaian
Memeriksakembali hasil
Kontrol
Eksperimen
1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau 2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau
Berikut disajikan distribusi kemampuan berpikir kritis siswa dari masing-masing
soal dalam grafik di bawah ini.
Soal Nomor 1
Grafik 9. Distribusi Kemampuan Berpikir Kritis soal nomor 1
Soal Nomor 2
Grafik 4.10 Distribusi Kemampuan Berpikir Kritis soal nomor 2
0
20
40
60
80
100
Mengevaluasi Mengidentifikasi
36.21
56.72
45.69
70.69
Kontrol
Eksperimen
0102030405060708090
100
46.55
70.69 69.83
49.14
5.17
75
97.41
83.62
63.79
6.03Kontrol
Eksperimen
1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau 2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau
Soal Nomor 3
Grafik 4.11 Distribusi Kemampuan Berpikir Kritis soal nomor 3
Soal nomor 4
Grafik 12 Distribusi Kemampuan Berpikir Kritis soal nomor 4
Berdasarkan grafik di atas, secara terpisah dapat dilihat pada soal nomor 1
kemampuan berpikir kritis siswa bahwa untuk aspek mengevaluasi di kelas dan dikelas
eksperiment hampir sama, untuk aspek mengidentivikasi masalah pada kelas eksperiment
dan kelas kontrol menunjukkan perbedaan yang tinggi. Pada empat soal di atas pada
aspek mengevaluasi pada kelas eksperiment dan kelas control hampir semua sama, dan
untuk mengidentifikasi masalah, menghubungkan dan menganalisis antara kelas
eksperiment dan kelas kontrol menunjukan perbedaanmeskipun tidak terlalu tinggi.
Sedangkan pada aspek memeriksa kembali hasil hampir sama dengan aspek
mengevaluasi dari kedua kelas hampir sama.
Berdasarkan tabel hasil post-tes terlihat kemampuan pemecahan masalah siswa
yang tinggi, yaitu dari 29 siswa yang mengikuti tes awal terdapat 6 siswa atau 21% siswa
yang memiliki kemampuan pemecahan masalah sangat baik, 15 siswa atau 52% yang
0
20
40
60
80
100
40.52
66.3855.17
28.45
1.72
41.38
81.0368.97
51.72
6.03Kontrol
Eksperimen
0
20
40
60
80
100
31.03
59.4841.38
28.45
1.72
32.76
61.2145.69
37.93
8.62Kontrol
Eksperimen
1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau 2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau
memiliki kemampuan pemecahan masalah baik, 5 siswa atau 17% yang memiliki
kemapuan pemecahan masalah cukup, dan hanya 3 siswa atau 10% yang memiliki
kemampuan pemecahan masalah kurang baik. Pada tes akhir juga terlihat kemampuan
berpikir kritis siswa yang tinggi, yaitu dari 29 siswa yang mengikuti tes awal terdapat 9
siswa atau 31% siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis sangat baik, 12 siswa
atau 41% yang memiliki kemampuan berpikir kritis baik, 6 siswa atau 21% yang
memiliki kemapuan berpikir kritis cukup, dan hanya 2 siswa atau 7% yang memiliki
kemampuan berpikir kritis kurang baik.
Hal ini juga berkesesuaian dengan hasil analisis data post-test menggunakan uji
perbedaan satu rata-rata kemampuan pemecahan masalah dengan uji-t diperoleh nilai
thitung (2,41) dan ttabel (2,00) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Serta hasil analisis rata-
rata kemampuan berpikir kritis dengan uji-t diperoleh nilai thitung (2,59) dan ttabel (2,00)
maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa
rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas
eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Sehingga hipotesis terbukti bahwa pendekatan
Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) dapat mempengaruhi kemampuan
pemecahan masalah dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas X SMA Xaverius
Lubuklinggau tahun pelajaran 2017/2018.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan tentang
kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan berpikir kritis siswa terhadap
pembelajaran sebagai berikut (1) Terdapat pengaruh yang signifikan pendekatan
PMRIterdadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas X SMA Xaverius Lubuklinggau
tahun pelajaran 2017/2018”. Hal ini ditunjukkan dari analisis data hasil penelitian bahwa
thitung(2,59) ≥ ttabel(2,00) sehingga hipotesis yang diajukan, diterima kebenarannya, (2)
Terdapat pengaruh yang signifikan pendekatan PMRI terdadap kemampuan pemecahan
masalah siswa kelas X SMA Xaverius Lubuklinggau tahun pelajaran 2017/2018”. Hal ini
ditunjukkan dari analisis data hasil penelitian bahwa thitung (2,41) ≥ ttabel (2,00) sehingga
hipotesis yang diajukan, diterima kebenarannya.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Dewiyani. 2008. Mengajarkan Pemecahan Masalah Dengan Menggunakan Langkah
Polya. STIKOM Jurnal. 12 (2), 87-95.
Dwijananti, Pratiwi. 2010. Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa
melalui Pembelajaran Problem Based Learning Intruction Pada Mata Kuliah
Fisika Lingkungan. Jurnal Pendidikan Fisika 6, ISSN:1693-1246, 108-114.
Faturrohman, Muhammad. 2015. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: AR-
RUZZ MEDIA.
Fauziah, Anna. 2010. Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan Masalah
Matematik siswa SMP melalui Strategi REACT. Forum Kependidikan. 30 (1), 1-
13.
1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau 2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau
Ismaimuza, Dasa & Muadalifah, Selvy. 2013. Pengembangan Instrumen Kemampuan
Berpikir Kritis Matematis Untuk Siswa SMP. Prosiding Seminar Nasional Sains
dan Matematika II Jurusan Pendidikan MIPA FKIP UNTAD, ISBN 978-602-
8824-49-1, 375-378.
Kesumawati, Nila. 2009. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Melalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik. Prosiding Seminar
Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY,ISBN : 978-979-16353-3-2, 484-
493.
Lestari, Karunia Eka & Mokhammad Ridwan Yudhanegara. 2015. Penelitian Pendidikan
Matematika. Bandung: Refika Aditama.
Musriliani, Cut. 2015. Pengaruh Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
terhadap Kemampuan Koneksi Matematika siswa SMP ditinjaudari gender.
Jurnal Dikdatik Matematika, 2 (1), 49-58.
Rusman, 2014.Model-model Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sanjaya, Wina. 2009. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
. 2010. Strategi Pembelajaran. Bandung: Falah
Sugiyono. 2016. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sumarmo, dkk. 2012. Kemampuan dan Disposisi Berpikir Logis, Kritis, dan Kreatif
Matematik. Jurnal Pendidikan MIPA, 17 (1), 17-33.
Sundayana, Rostina. 2015. Statistika Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sunadi. 2014. Pembelajaran Matematika Realistik untuk Meningkatkan Kemampuan
Komunikasi Matematik Siswa. Jurnal Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
Matematika Program Pasca Sarjana STKIP Siliwangi Bandung, 3(1).165-170.
Susanto, Ahmad. 2016. Teori Belajar dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Kencana:
Jakarta.
Widjajanti, Djamilah Bondan. 2009. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Mahasiswa Calon Guru Matematika: Apa dan Bagaimana Mengembangkannya.
Yogyakarta: Jurusan Pend. Matematika, FMIPA UNY. [online] Tersedia dalam
http://eprints.uny.ac.id/7042/1/P25. Djamilah%20Widjajanti.Pdf [3April 2016].
Yuhasriati. 2012. Pendekatan Realistik dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal Peluang,
1 (1), 2-4.
1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau 2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau
PROFIL SINGKAT
Nama : Bekti Nirwana Sari
Tepat Tanggal Lahir : Lampung, 25 Oktober 1994
Riwayat Pendidikan :
SMP : SMP N 1 Tulang Bawang Udik, Lampung
SMA : SMA N 1 Muara Kelingi, Sumatra Selatan
S1 : Pendidikan Matematika, STKIP PGRI Lubuklinggau
Tahun Kelulusan : 2017
top related