pengaruh pendekatan pendidikan matematika …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/artikel bekti n...

17
1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau 2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau PENGARUH PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X SMA XAVERIUS LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2017/2018 Bekti Nirwana Sari 1 , Drajat Friansah 2 , Novianti Mandasari 3 Jurusan Pendidikan Matematika, STKIP-PGRI Lubuklinggau. Jalan Mayor Toha Kel. Air Kuti Telp. (0733) 451432 Lubuklinggau, Indonesia Email: [email protected] ABSTRAK Skripsi ini berjudul “Pengaruh Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X SMA Xaverius Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2017/2018”. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah Terdapat Pengaruh Pendekatan PMRI Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X SMA Xaverius Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2017/2018? Apakah Terdapat Pengaruh Pendekatan PMRI Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas X SMA Xaverius Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2017/2018? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan pembelajaran PMRI terhadap kemampuan berpikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah siswa kelas X SMA Xaverius Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2017/2018 yang berjumlah 139 siswa dan sampel nya adalah kelas X IPA 1 yang berjumlah 29 siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode True Experiment. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan uji-t dengan taraf signifikan sebesar = 0,05. Berdasarkan hasil analisis diperoleh thitung(2,41)≥ttabel(1,67) untuk kemampuan pemecahan masalah dan thitung(2,59)≥ ttabel (1,67) untuk kemampuan berpikir kritis siswa, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pendekatan Pendidikan matematika realistik Indonesia terhadap kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas X SMA Xaverius Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2017/2018. Kata Kunci: Kemampuan Berpikir Kritis, Kemampuan Pemecahan Masalah, PMRI PENDAHULUAN Pada zaman modern seperti saat ini dibutuhkan sumber daya manusia yang memiliki kualitas demi kemajuan suatu bangsa, untuk itu pendidikan merupakan salah satu sarana atau wadah utama yang dapat membentuk sumber daya manusia tersebut. Dalam pendidikan, matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang sangat penting diberikan kepada semua peserta didik pada semua jenjang pendidikan. Matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang memiliki banyak kegunaan dalam kehidupan. Matematika merupakan salah satu pelajaran yang penting dikuasai siswa di sekolah karena banyak kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari Sutjipto (Yuhasriati, 2012:81). Tujuan pembelajaran matematika menurut Badan Standar Nasional

Upload: others

Post on 02-Jan-2020

19 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau 2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

PENGARUH PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK

INDONESIA (PMRI) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN

MASALAH DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

KELAS X SMA XAVERIUS LUBUKLINGGAU

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

Bekti Nirwana Sari1, Drajat Friansah2, Novianti Mandasari3

Jurusan Pendidikan Matematika, STKIP-PGRI Lubuklinggau. Jalan Mayor Toha

Kel. Air Kuti Telp. (0733) 451432 Lubuklinggau, Indonesia

Email: [email protected]

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia

(PMRI) Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah dan Kemampuan Berpikir Kritis

Siswa Kelas X SMA Xaverius Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2017/2018”. Rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah Apakah Terdapat Pengaruh Pendekatan PMRI

Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X SMA Xaverius Lubuklinggau

Tahun Pelajaran 2017/2018? Apakah Terdapat Pengaruh Pendekatan PMRI Terhadap

Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas X SMA Xaverius Lubuklinggau Tahun

Pelajaran 2017/2018? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan

pembelajaran PMRI terhadap kemampuan berpikir kritis dan kemampuan pemecahan

masalah siswa kelas X SMA Xaverius Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2017/2018 yang

berjumlah 139 siswa dan sampel nya adalah kelas X IPA 1 yang berjumlah 29 siswa.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode True Experiment. Teknik

pengumpulan data menggunakan teknik tes. Data yang terkumpul dianalisis

menggunakan uji-t dengan taraf signifikan sebesar 𝛼 = 0,05. Berdasarkan hasil analisis

diperoleh thitung(2,41)≥ttabel(1,67) untuk kemampuan pemecahan masalah dan thitung(2,59)≥

ttabel (1,67) untuk kemampuan berpikir kritis siswa, sehingga dapat disimpulkan bahwa

terdapat pengaruh pendekatan Pendidikan matematika realistik Indonesia terhadap

kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas X SMA

Xaverius Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2017/2018.

Kata Kunci: Kemampuan Berpikir Kritis, Kemampuan Pemecahan Masalah, PMRI

PENDAHULUAN

Pada zaman modern seperti saat ini dibutuhkan sumber daya manusia yang

memiliki kualitas demi kemajuan suatu bangsa, untuk itu pendidikan merupakan salah

satu sarana atau wadah utama yang dapat membentuk sumber daya manusia tersebut.

Dalam pendidikan, matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang sangat

penting diberikan kepada semua peserta didik pada semua jenjang pendidikan.

Matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang memiliki banyak kegunaan

dalam kehidupan. Matematika merupakan salah satu pelajaran yang penting dikuasai

siswa di sekolah karena banyak kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari Sutjipto

(Yuhasriati, 2012:81). Tujuan pembelajaran matematika menurut Badan Standar Nasional

1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau 2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

Pendidikan (BSNP) (Musriliani, 2015:50) antara lain: (1) memahami konsep matematika,

(2) penalaran, manipulasi, menyusun bukti dan pernyataan matematika, (3) memecahkan

masalah, (4) mengkomunikasikan gagasan, (5) memiliki sikap menghargai kegunaan

matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki keingintahuan, perhatian dan minat dalam

memepelajati matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Berpikir kritis merupakan suatu cara berpikir yang menguji, menghubungkan, dan

mengevaluasi semua aspek dari suatu masalah (Ismaimuza & Muadalifah, 2013:375).

Kemampuan pemecahan masalah upaya yang dilakukan peserta didik untuk mencari dan

menetapkan alternativ kegiatan dalam menjembatani suatu keadaan pada saat ini dengan

keadaan yang diinginkan (Sudjana, 2010:116).

Menurut Suwarsono (Kesumawati, 2009:487), secara umum proses belajar

mengajar matematika di sekolah-sekolah Indonesia terpusat pada guru yaitu guru

menjelaskan, siswa mendengarkan sambil mencatat, guru bertanya, murid menjawab,

siswa mengerjakan soal-soal latihan. Maka guru harus memilih model, strategi, serta

pendekatan pembelajaran yang mampu membuat siswa termotivasi, aktif dan

memberikan respon yang baik selama pembelajaran berlangsung sehingga kemampuan

berpikir kritis dan pemecahan masalah siswa juga akan berkembang baik. Salah satu

pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan adalah pendekatan Pendidikan

Matematika Realistik Indonesia (PMRI).

Fathurrohman (2015:189) menyatakan bahwa PMRI merupakan cara mengajar

dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyelidiki dan memahami konsep

matematika melalui suatu masalah dalam situasi yang nyata. Selain itu, menurut Lestari

dan Mokhammad (2015:40) juga menyatakan bahwa PMRI dilaksanakan dengan

menempatkan realitas dan pengalaman siswa sebagai titik awal pembelajaran, masalah-

masalah realistik digunakan sebagai sumber munculnya konsep-konsep matematika yang

dapat mendorong aktivitas penyelesaian masalah, mencari masalah, dan mengorganisasi

pokok persoalan.

Dalam proses pembelajaran sangatlah penting bagi guru untuk menciptakan

kondisi situasi yang memungkinkan siswa termotivasi melakukan proses berpikir kritis

dan pemecahan masalah. Kondisi dan situasi yang diharapkan tersebut belum

sepenuhnya terjadi di SMA Xaverius Lubuklinggau. Berdasarkan wawancara yang

dilakukan dengan salah satu guru Matematika yaitu ibu Katarina Dyah Purnaningsih, S.T,

mengatakan bahwa siswa akan kesulitan jika diberikan soal-soal yang tidak rutin, mereka

tidak yakin dengan jawaban yang telah mereka kerjakan, selain itu masih banyak siswa

yang tidak bisa memberikan alasan atas jawaban mereka sendiri. Ibu Katarina juga

mengatakan bahwa dalam proses pembelajaran matematika, beliau sudah berusaha

menciptakan pembelajaran yang aktif untuk memaksimalkan kegiatan pembelajaran

matematika dengan mengarahkan siswa untuk berdiskusi, namun pada hasilnya hanya

anak-anak tertentu yang aktif dalam diskusi dan setelah diberikan soal latihan hanya

sebagian anak yang bisa menyelesaikannya dengan benar. Siswa masih kesulitan dalam

menganalisis masalah atau memahami masalah jika soal yang diberikan tidak sama persis

dengan contoh yang diberikan, ini terjadi karena tingkat berpikir dan konsentrasi siswa

yang tidak maksimal dalam mengikuti pembelajaran.

Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti melalui hasil tes kemampuan berpikir

kritis dan kemampuan pemecahan masalah matematis dengan memberikan 3 soal kepada

siswa kelas X SMA Xaverius Lubuklinggau, dari 23 siswa hanya 1 siswa yang mampu

menyelesaikan 3 soal yang diberikan oleh peneliti secara tepat, dan 2 siswa yang mampu

menyelesaikan 2 soal secara tepat, sedangkan untuk siswa lainnya hanya mampu

menyelesaikan 1 soal yang diberikan secara tepat untuk memenuhi indikator berpikir

kritis dan pemecahan masalah yang diinginkan, dilihat dari indikator kemampuan berpikir

1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau 2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

kritis dan pemecahan masalah matematika masih banyak siswa yang kurang paham dalam

menganalisis masalah dan memahami maksud dari permasalah yang diberikan sehingga

siswa kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan tersebut.

Adapun rumusan masalah yang ditetapkan dalam penelitian ini sebagai berikut : (1)

Apakah Terdapat Pengaruh Pendekatan PMRI Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis

Siswa Kelas X SMA Xaverius Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2017/2018?, (2) Apakah

Terdapat Pengaruh Pendekatan PMRI Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa

Kelas X SMA Xaverius Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2017/2018?. Berdasarkan

rumusan masalah dalam penelitian ini maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui pengaruh pendekatan pembelajaran PMRI terhadap kemampuan

pemecahan masalah dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas X SMA Xaverius

Lubuklinggau.

Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah, maka penelitian

ini mempunyai manfaatsSebagai bahan masukan bagi siswa untuk melaksanakan

pembelajaran matematika dengan pendekatan pembelajaran PMRI, sehingga dapat

melatih kemampuan berpikir kritis siswa dan kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa, menjadikan pembelajaran lebih menyenangkan dan bermakna

bagi siswa dapat memperoleh nilai yang memenuhi KKM pada pelajaran

matematika, diharapkan bahan pembelajaran menggunakan pendekatan ini dapat

mengurangi siswa dalam menghapal rumus karena siswa ikut terlibat dalam

menemukan rumus. Serta sebagai bahan masukan bagi guru dalam meningkatkan

mutu pendidikan dikelas khusunya untuk pelajaran matematika. Untuk peneliti

sendiri penelitian ini berguna untuk mengaplikasikan ilmu pembelajaran yang

didapat selama perkuliahan serta menambah wawasan tentang bahan

pembelajaran matematika. Serta dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan

peneliti tentang pendekatan PMRI dalam pembelajaran matematika.

Menghindari terjadinya salah penafsiran terhadap permasalahan dalam

penelitian ini, maka peneliti memberikan batasan-batasan masalah bahwa

Pendekatan pembelajaran di sini diartikan sebagai sudut pandang terhadap proses

pembelajaran yang masih umum kemudian dikuatkan menggunakan model dan

metode pembelajaran yang sesuai. Sesuai dengan Rusman (2014:380) yang

mengatakan bahwa pendekatan pembelajaran adalah titik tolak atau sudut pandang

terhadap proses pembelajaran. Sedangkan menurut (Sanjaya, 2009: 126)

pendekatan merupakan langkah awal pembentukan suatu ide dalam memandang

suatu masalah. Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)

PMRI merupakan pendekatan pembelajaran matematika di Indonesia yang

diadaptasi dari model pembelajaran RME (Realistic Mathematic Education).

Fathurrohman (2015:185) menjelaskan bahwa RME pertama kali dikenalkan oleh

matematikawan dari Freudentahal Institute di Utrecht University Belanda sejak

lebih dari empat puluh tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 1973, RME mulai

diperkenalkan pertama kali di Indonesia oleh Prof. Dr. Jan De Lange melalui

acara Seminar dan Lokakarya Jurusan Matematika ITB pada April 1998. Di

Indonesia RME diubah menjadi Pendikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)

diproklamasikan pada Agustus 2001 sebagai pengadaptasian RME.

Pendekatan PMRI adalah suatu pendekatan pembelajaran matematika yang

salah satu prinsip pembelajarannya menggunakan situasi dunia nyata atau konteks

1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau 2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

yang real dan pengalaman siswa sebagai titik tolak belajar matematika. Dalam

pembelajaran ini siswa diajak untuk membentuk pengetahuannya sendiri

berdasarkan pengalaman yang telah mereka dapatkan atau alami sebelumnya.

PMRI dapat diartikan sebagai cara mengajar dengan memberikan kesempatan

kepada siswa untuk menyelidiki dan memahami konsep matematika melalui suatu

masalah dalam situasi yang nyata Fathurrohman (2015:189). Kemampuan

berpikir kritis dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam berpikir untuk

menguji, menghubungkan, dan mengevaluasi semua aspek dari situasi masalah

dalam mengambil keputusan. Sedangkan menurut Krukik (Muadalifah &

Ismaimuza, 2013:375) mengemukakan berpikir kritis adalah cara berpikir yang

menguji, menghubungkan, mengevaluasi semua aspek dari suatu masalah,

termasuk didalamnya kemampuan untuk mengumpulkan informasi, mengingat,

menganalisis situasi, membaca serta memahami dan mengidentifikasi hal-hal yang

diperlukan.

Kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal matematika berupa pemberian masalah dengan menggunakan

prosedur penyelesaian sendiri dan benar berdasarkan langkah-langkah

penyelesaian masalah matematik yang sebenarnya. Kemampuan pemecahan

masalah merupakan upaya yang dilakukan peserta didik untuk mencari dan

menetapkan alternatif kegiatan dalam menjembatani suatu keadaan pada saat ini

dengan keadaan yang diinginkan (Sudjana, 2010:116). Sedangkan Menurut

Widjajanti (2009:3) pemecahan masalah merupakan suatu proses artinya banyak

langkah yang dapat digunakan oleh siswa untuk menemukan hubungan antara

pengalaman (skema) masa lalunya dengan masalah yang sekarang dihadapinya

dan kemudian bertindak untuk menyelesaikannya.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan

data penelitiannya (Arikunto, 2010:203). Metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode True Experiment Design atau eksperimen sungguhan. Menurut

Suharsaputra (2012:154) eksperimen sungguhan merupakan eksperimen dimana peneliti

dapat secara cermat mengontrol variabel-variabel yang dapat mempengaruhi variabel

terikat. Arikunto (2010:90) mengemukakan bahwa desain penelitian adalah rencana atau

rancangan yang dibuat oleh peneliti sebagai gambaran kegiatan yang dilaksanakan.

Desain penelitian dalam penelitian ini berbentuk random, pre-test, post-test desain, yang

melibatkan dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen disini

adalah kelas yang diberi perlakuan dengan pendekatan pembelajaran PMRI sedangkan

kelas kontrol yang diberi perlakuan dengan belajar secara konvensional.

Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Random, pre-test,

post-test design dan secara umum digambarkan sebagai berikut:

E 01 X 02

K 01 _ 02

Keterangan:

E = Kelompok Kelas Eksperimen

K = Kelompok Kelas Kontrol

R = Random

R

1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau 2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

01 = Pre-test

02 = Post-test

X = Perlakuan Pendekatan PMRI

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 25 Juli - 8Agustus 2017 di SMA Xaverius

Lubuklinggau. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Xaverius

Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2017/2018. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 3.1

berikut ini:

Tabel 3.1

Populasi Penelitian

No Kelas Jenis Kelamin

Jumlah Laki-laki Perempuan

1 X IPA 1 17 12 29

2 X IPA 2 16 12 28

3 X IPS 1 15 13 28

4 X IPS 2 13 14 27

5 X IPS 3 14 13 27

Jumlah 75 64 139

Sumber: TU SMA Xaverius Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2017/2018

Menurut Arikunto (2010:174), sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang

diteliti. Sampel dalam penelitian ini diambil secara acak (sample random) dengan cara

pengundian. Random Sampling adalah pengambilan sampelnya dengan cara mencampur

subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua subjek dalam populasi mempunyai

probabilitas atau peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel (Arikunto, 2010:177).

Teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak (sample random) untuk memilih dua

kelas. Sampel yang terpilih yaitu kelas X IPA 1 sebagai kelas eksperimen dan X IPA II

sebagai kelas kontrol. Pada kelas eksperimen menggunakan pendekatan PMRI dan kelas

kontrol menggunakan pembelajaran konvensional.

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Teknik

pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik tes. Arikunto (2010:193)

mengemukakan bahwa tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang

digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau

bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes diberikan dua kali yaitu sebelum

perlakuan (pretest) dan setelah perlakuan (posttest) baik pada kelas eksperimen maupun

kelas kontrol. Tes digunakan untuk mengumpulkan data tentang kemampuan berpikir

kritis dan pemecahan masalah dengan menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika

Realistik Indonesia. Tes terdiri dari empat soal berupa soal yang berpedoman pada

indikator kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah serta cara penilaian

perpedoman pada rubik penskoran kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di kelas X SMA Xaverius Lubuklinggau Tahun

Pelajaran 2017/2018 dari lima kelas yang ada hanya satu kelas yang dijadikan sampel

yaitu kelas X IPA 1. Dalam pelaksanaannya, peneliti melakukan lima kali pertemuan

1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau 2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

yaitu dengan rincian satu kali pemberian pre-test, tiga kali mengadakan pembelajaran

dengan pendekatan PMRI dan satu kali pemberian post-test.

Pre-test

Pelaksanaan pre-test ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal kemampuan

pemecahan masalah dan kemampuan berpikir kritis siswa sebelum diberikan

pembelajaran dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia. Penelitian

diawali dengan pemberian tes awal untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Hasil

distribusi pre-test kemampuan pemecahan masalah dapat dilihat pada Grafik 1.

Grafik 1. Distribusi pre-test kemampuan pemecahan masalah.

Pada tes awal ini terlihat kemampuan pemecahan masalah siswa yang sangat

rendah, yaitu dari 29 siswa yang mengikuti tes awal terdapat 23 siswa memiliki

kemampuan pemecahan masalah yang kurang baik, 8 siswa memiliki kemampuan

pemecahan masalah yang cukup baik dan tidak ada satupun siswa yang memiliki

kemampuan pemecahan masalah yang baik dan sangat baik. Hasil distribusi pre-test

kemampuan berpikir kritis siswa dapat dilihat pada Grafik 2.

Grafik 2. Distribusi pre-test kemampuan berpikir kritis

Pada tes awal ini terlihat kemampuan berpikir kritis siswa yang sangat rendah,

yaitu dari 29 siswa yang mengikuti tes awal terdapat 23 siswa memiliki kemampuan

berpikir kritis yang kurang baik, 5 siswa memiliki kemampuan berpikir kritis yang cukup

0

5

10

15

20

25

Sangat Baik Baik Cukup Kurang Baik

0 0

8

23

0 0

6

22

Eksperimen Kontrol

0

5

10

15

20

25

30

Sanagat Baik Baik Cukup Kurang Baik

0 0

5

23

0 0 0

28

Eksperimen Kontrol

1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau 2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

baik dan tidak ada satupun siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis yang baik dan

sangat baik.

Post-Test

Post-test ini diberikan pada pertemuan terakhir, dengan tujuan untuk mengetahui

kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan berpikir kritis siswa setelah diberikan

perlakuan pada kelas eksperimen dengan pendekatan PMRI untuk kemudian

dibandingkan dengan siswa kelas kontrol yang tidak mendapat perlakuan pendekatan

PMRI dengan materi Sistem Persamaan Linier Tiga Variabel. Hasil distribusi post-test

kemampuan pemecahan masalah siswa dapt di lihat pada Grafik 3.

Grafik 3. Distribusi post-test kemampuan pemecahan masalah.

Pada tes akhir ini terlihat kemampuan pemecahan masalah siswa yang tinggi, yaitu

dari 29 siswa yang mengikuti tes awal terdapat 6 siswa yang memiliki kemampuan

pemecahan masalah sangat baik, 15 siswa memiliki kemampuan pemecahan masalah

baik, 5 siswa memiliki kemapuan pemecahan masalah cukup, dan hanya 3 siswa memiliki

kemampuan pemecahan masalah kurang baik. Hasil distribusi post-test kemapuan

berpikir kritis siswa dapat dilihat pada Grafik 4.

Grafik 4. Distribusi post-test kemampuan berpikir kritis.

Pada tes akhir ini terlihat kemampuan berpikir kritis siswa yang tinggi, yaitu dari

29 siswa yang mengikuti tes awal terdapat 9 siswa memiliki kemampuan berpikir kritis

sangat baik, 12 siswa memiliki kemampuan berpikir kritis baik, 6 siswa memiliki

0

5

10

15

Sangat Baik Baik Cukup Kurang Baik

6

15

53

2

12

9

5

Eksperimen Kontrol

0

5

10

15

20

Sangat Baik Baik Cukup Kurang Baik

912

6

21

16

8

3

Eksperimen Kontrol

1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau 2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

kemapuan berpikir kritis cukup, dan hanya 2 siswa memiliki kemampuan berpikir kritis

kurang baik.

Untuk hasil distribusi kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kritis dari tiap

soal dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2.

Eksperimen Kontrol

X1 A 50.00 48.28

B 49.14 46.55

X2

A 74.14 63.79

B 87.93 58.62

C 84.48 68.97

D 8.62 6.90

X3

A 44.83 36.21

B 55.17 37.93

C 56.90 31.03

D 8.62 1.72

X4

A 32.76 29.31

B 45.69 33.62

C 37.93 27.59

D 13.79 5.17

Kategori Cukup Cukup

Tabel 1. Distribusi Kemampuan Pemecahan Masalah Tiap Soal

Keterangan:

X1 = Soal 1 A = Memahami Masalah

X2 = Soal 2 B = Merencanakan Penyelesaian

X3 = Soal 3 C = Melaksanakan Mencana Penyelesaian

X4 = Soal 4 D = Memeriksa Kembali Hasil

Eksperimen Kontrol

X1 E 45.69 36.21

F 70.69 51.72

X2

E 75.00 46.55

F 97.41 70.69

G 83.62 69.83

H 63.79 49.14

I 6.03 5.17

X3

E 41.38 40.52

F 81.03 66.38

G 68.97 55.17

H 51.72 28.14

I 6.03 1.72

X4

E 32.76 31.03

F 61.21 59.48

G 45.69 41.38

H 37.93 28.45

I 8.62 1.72

Kategori Baik Cukup

Tabel 2. Distribusi Kemampuan Berpikir Kritis Tiap Soal

1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau 2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

Keterangan:

E = Mengevaluasi F = Mengidentifikasi G = Menghubungkan

H = Menganalisis I = Memecahkan Masalah

PEMBAHASAN

Pada pelaksanaan penelitian yang diawali dengan kegiataan pre-test, diketahui dari

29 siswa yang mengikuti tes awal terdapat 21 siswa memiliki kemampuan pemecahan

masalah yang kurang baik, 8 siswa memiliki kemampuan pemecahan masalah yang

cukup baik serta 23 siswa memiliki kemampuan berpikir kritis yang kurang baik, 5 siswa

memiliki kemampuan berpikir kritis yang cukup baik. Pada tahap selanjutnya yaitu

dilaksanakan pembelajaran pada masing-masing kelas, dimana kelas eksperimen diberi

perlakuan dengan pendekatan PMRI dan pada kelas kontrol pembelajaran secara

konvensional. sesuai dengan empat level pembelajaran dengan pendekatan PMRI, maka

peneliti melakukan pembelajaran dengan menerapkan empat level tersebut.

Level Situasional

Level situasianal merupakan level dasar, pada level ini peneliti menciptakan situasi

pembelajaran dengan memanfaatkan beberapa peralatan seperti benda-benda tertentu

yang bisa di kaitkan dengan materi system persamaan linier tiga variabel. pada penelitian

ini peneliti menggunakan makanan ringan (jajanan), buku nota dimana benda-benda

tersebut akan dijadikan alat untuk menciptakan konteks di kelas sebagai kantin kecil di

dalam kelas, dimana peneliti menjadi penjual dan siswa menjadi pembeli. Sirusi yang

tercipta dalam penelitian dapat diligat pada gambar di bawah ini:

Gambar 1

Level situasional pada saat kegiatan pembelajaran penelitian

Level Referensial (Model Of)

Setelah siswa melewati level situasional maka level selanjutnya yaitu level

referensional, dimana pada level ini siswa akan membuat model untuk menggambarkan

situasi konteks. Dapat dilihat pada gambar jawaban siswa dalam menetukan model of

yang menggambarkan situasi konteks di bawah ini:

Gambar 2

Level Referensial kegiatan pembelajaran penelitian

1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau 2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

Level General (Model For)

Pada level ini model yang di kembangkan siswa sudah mengarah pada

penyelesaian permasalahan. Siswa membuata model penyelesaian masalah menggunakan

pengetahuan yang telah dimiliki dan referensi-referensi yang relevan dengan masalah

termasuk materi yang telah dicantumkan oleh peneliti pada lembar kerja siswa melalui

dengan pendekatan PMRI. Pada penelitian ini dapat dilihat pada LKS siswa pada gambar

di bawah ini:

Gambar 3

Lever General Kegiatan Pembelajaran Penelitian

Adapun pendekatan PMRI dalam menyelesaikan soal pada lembar kerja siswa

tersebut bertujuan untuk melatih dan mengembangkan keterampilan siswa dalam

memecahkan masalah yang ada terutama dalam berpikir kritis, berbicara maupun

berinteraksi dengan kelompok, dan menuliskan ide-ide yang didapatkan serta

mengaitkannya dengan pengetahuan yang telah mereka miliki sebelumnya berkaitan

dengan penyelesaian masalah kontekstual.

Level Formal

Pada level formal ini siswa bekerja dengan prosedur dan simbol matematika, pada

level inilah di tekankan konsep matematika. Pada penelitian ini tepatnya pada level ini

siswa sudah ada yang mengerti tentang konsep matematika dari permasalahan atau situasi

yang diberikan, hal ini dapat dilihat pada gambar lembar jawaban siswa di bawah ini:

Gambar 4

Level Formal Kegiatan Pembelajaran Penelitian

Hasil post-test siswa pada Tabel 1 dan tabel 2 di atas di jelaskan pada Grafik di

bawah ini. Hasil post-test menunjukkan bahwa jawaban siswa di kelas eksperimen terlihat

lebih baik dengan penyelesaian yang jelas sesuai dengan tujuan pembelajaran, walaupun

masih ada beberapa siswa yang dalam penyelesaiannya masih keluar dari konsep

pembelajaran dan melakukan kesalahan dalam perhitungannya, tetapi secara umum siswa

kelas eksperimen sudah bisa memahami tujuan dari soal dan proses pengerjaannya.

Berikut disajikan distribusi kemampuan pemecahan masalah siswa dari tiap soal dalam

grafik di bawah ini.

1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau 2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

Soal nomor 1

Grafik 5. Distribusi Kemampuan Pemecahan Masalah soal nomor 1

Pada Grafik 5 di atas dapat di lihat bahwa pada soal nomor 1 ternyata pencapaian

nilai pada kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki selisih nilai yang tidak terlalu

jauh. Pada indikator memahami masalah dengan selisih nilai sebesar 1,76 dan indikator

merencanakan penyelesaian dengan selisih nilai 2,59. Namun tetap hasil menunjukan

bahwa kelas eksperiment lebih tinggi pencapaiannya di bandingkan dengan kelas kontrol.

Soal nomor 2

Grafik 6. Distribusi Kemampuan Pemecahan Masalah soal nomor 2

Pada Grafik 6 di atas dapat dilihat bahwa untuk soal nomor 2 dengan empat

indikator pemecahan masalah, indikator yang memiliki pencapaian dengan selisih yang

cukup jauh antara kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu indikator memahami masalah

sebesar dengan selisih nilai 10,35, indikator merencanakan penyelesaian masalah dengan

selisih nilai 29,31 dan indikator melaksanakan rencana penyelesaian masalah dengan

selisih nilai 15,51.

48.28 46.5550 49.14

0

20

40

60

80

100

MemahamiMasalah

MerencanakanPenyelesaian

Kontrol

Eksperimen

63.7958.62

68.97

6.9

74.14

87.93 84.48

8.62

0

20

40

60

80

100

Memahamimasalah

Merencanakanpenyelesaian

masalah

Melaksanakanrencana

penyelesaian

Memeriksakembali hasil

Kontrol

Eksperimen

1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau 2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

Soal nomor 3

Grafik 7. Distribusi Kemampuan Pemecahan Masalah soal nomor 2

Pada Grafik 7 dapat dilihat bahwa soal nomor 3 dengan empat indikator

pemecahan masalah terlihat bahwa ke empat indikator memiliki selisih nilai yang

berbeda-beda. Pada indikator memahami masalah mendapat perolehan selisih nilai

sebesar 8,62. Indikator merencakan penyelesaian masalah dengan selisih nilai 17,24 dan

indikator melaksanakan rencana penyelesaian dengan selisih nilai sebesar 25,87 serta

indikator memeriksa kembali hasil dengan dengan selisih 6.9.

Soal nomor 4

Grafik 8 Distribusi Kemampuan Pemecahan Masalah soal nomor

Pada empat soal di atas dapat di simpulkan bahwa untuk kemampuan siswa pada

kelas eksperimen yang belajar dengan pendekatan PMRI lebih tinggi di bandingkan

dengan kelas kontrol yang belajar dengan konvensional. Pada masing-masing aspek,

khususnya aspek memahami masalah dan merencanakan penyelesaian siswa sudah

banyak yang bisa menjawab, tetapi dalam aspek memeriksa kembali hasil masih banyak

siswa yang tidak menjawab dan siswa masih mengalami kesulitan.

36.21 37.9331.03

1.72

44.8355.17 56.9

8.62

0

20

40

60

80

100

Memahamimasalah

Merencanakanpenyelesaian

masalah

Melaksanakanrencana

penyelesaian

Memeriksakembali hasil

Kontrol

Eksperimen

29.31 33.6227.59

5.17

32.7645.69

37.93

13.76

0

20

40

60

80

100

Memahamimasalah

Merencanakanpenyelesaian

Melaksanakanrencana

penyelesaian

Memeriksakembali hasil

Kontrol

Eksperimen

1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau 2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

Berikut disajikan distribusi kemampuan berpikir kritis siswa dari masing-masing

soal dalam grafik di bawah ini.

Soal Nomor 1

Grafik 9. Distribusi Kemampuan Berpikir Kritis soal nomor 1

Soal Nomor 2

Grafik 4.10 Distribusi Kemampuan Berpikir Kritis soal nomor 2

0

20

40

60

80

100

Mengevaluasi Mengidentifikasi

36.21

56.72

45.69

70.69

Kontrol

Eksperimen

0102030405060708090

100

46.55

70.69 69.83

49.14

5.17

75

97.41

83.62

63.79

6.03Kontrol

Eksperimen

1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau 2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

Soal Nomor 3

Grafik 4.11 Distribusi Kemampuan Berpikir Kritis soal nomor 3

Soal nomor 4

Grafik 12 Distribusi Kemampuan Berpikir Kritis soal nomor 4

Berdasarkan grafik di atas, secara terpisah dapat dilihat pada soal nomor 1

kemampuan berpikir kritis siswa bahwa untuk aspek mengevaluasi di kelas dan dikelas

eksperiment hampir sama, untuk aspek mengidentivikasi masalah pada kelas eksperiment

dan kelas kontrol menunjukkan perbedaan yang tinggi. Pada empat soal di atas pada

aspek mengevaluasi pada kelas eksperiment dan kelas control hampir semua sama, dan

untuk mengidentifikasi masalah, menghubungkan dan menganalisis antara kelas

eksperiment dan kelas kontrol menunjukan perbedaanmeskipun tidak terlalu tinggi.

Sedangkan pada aspek memeriksa kembali hasil hampir sama dengan aspek

mengevaluasi dari kedua kelas hampir sama.

Berdasarkan tabel hasil post-tes terlihat kemampuan pemecahan masalah siswa

yang tinggi, yaitu dari 29 siswa yang mengikuti tes awal terdapat 6 siswa atau 21% siswa

yang memiliki kemampuan pemecahan masalah sangat baik, 15 siswa atau 52% yang

0

20

40

60

80

100

40.52

66.3855.17

28.45

1.72

41.38

81.0368.97

51.72

6.03Kontrol

Eksperimen

0

20

40

60

80

100

31.03

59.4841.38

28.45

1.72

32.76

61.2145.69

37.93

8.62Kontrol

Eksperimen

1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau 2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

memiliki kemampuan pemecahan masalah baik, 5 siswa atau 17% yang memiliki

kemapuan pemecahan masalah cukup, dan hanya 3 siswa atau 10% yang memiliki

kemampuan pemecahan masalah kurang baik. Pada tes akhir juga terlihat kemampuan

berpikir kritis siswa yang tinggi, yaitu dari 29 siswa yang mengikuti tes awal terdapat 9

siswa atau 31% siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis sangat baik, 12 siswa

atau 41% yang memiliki kemampuan berpikir kritis baik, 6 siswa atau 21% yang

memiliki kemapuan berpikir kritis cukup, dan hanya 2 siswa atau 7% yang memiliki

kemampuan berpikir kritis kurang baik.

Hal ini juga berkesesuaian dengan hasil analisis data post-test menggunakan uji

perbedaan satu rata-rata kemampuan pemecahan masalah dengan uji-t diperoleh nilai

thitung (2,41) dan ttabel (2,00) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Serta hasil analisis rata-

rata kemampuan berpikir kritis dengan uji-t diperoleh nilai thitung (2,59) dan ttabel (2,00)

maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa

rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas

eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Sehingga hipotesis terbukti bahwa pendekatan

Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) dapat mempengaruhi kemampuan

pemecahan masalah dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas X SMA Xaverius

Lubuklinggau tahun pelajaran 2017/2018.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan tentang

kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan berpikir kritis siswa terhadap

pembelajaran sebagai berikut (1) Terdapat pengaruh yang signifikan pendekatan

PMRIterdadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas X SMA Xaverius Lubuklinggau

tahun pelajaran 2017/2018”. Hal ini ditunjukkan dari analisis data hasil penelitian bahwa

thitung(2,59) ≥ ttabel(2,00) sehingga hipotesis yang diajukan, diterima kebenarannya, (2)

Terdapat pengaruh yang signifikan pendekatan PMRI terdadap kemampuan pemecahan

masalah siswa kelas X SMA Xaverius Lubuklinggau tahun pelajaran 2017/2018”. Hal ini

ditunjukkan dari analisis data hasil penelitian bahwa thitung (2,41) ≥ ttabel (2,00) sehingga

hipotesis yang diajukan, diterima kebenarannya.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Dewiyani. 2008. Mengajarkan Pemecahan Masalah Dengan Menggunakan Langkah

Polya. STIKOM Jurnal. 12 (2), 87-95.

Dwijananti, Pratiwi. 2010. Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa

melalui Pembelajaran Problem Based Learning Intruction Pada Mata Kuliah

Fisika Lingkungan. Jurnal Pendidikan Fisika 6, ISSN:1693-1246, 108-114.

Faturrohman, Muhammad. 2015. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: AR-

RUZZ MEDIA.

Fauziah, Anna. 2010. Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan Masalah

Matematik siswa SMP melalui Strategi REACT. Forum Kependidikan. 30 (1), 1-

13.

1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau 2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

Ismaimuza, Dasa & Muadalifah, Selvy. 2013. Pengembangan Instrumen Kemampuan

Berpikir Kritis Matematis Untuk Siswa SMP. Prosiding Seminar Nasional Sains

dan Matematika II Jurusan Pendidikan MIPA FKIP UNTAD, ISBN 978-602-

8824-49-1, 375-378.

Kesumawati, Nila. 2009. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Melalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik. Prosiding Seminar

Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY,ISBN : 978-979-16353-3-2, 484-

493.

Lestari, Karunia Eka & Mokhammad Ridwan Yudhanegara. 2015. Penelitian Pendidikan

Matematika. Bandung: Refika Aditama.

Musriliani, Cut. 2015. Pengaruh Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

terhadap Kemampuan Koneksi Matematika siswa SMP ditinjaudari gender.

Jurnal Dikdatik Matematika, 2 (1), 49-58.

Rusman, 2014.Model-model Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sanjaya, Wina. 2009. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

. 2010. Strategi Pembelajaran. Bandung: Falah

Sugiyono. 2016. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sumarmo, dkk. 2012. Kemampuan dan Disposisi Berpikir Logis, Kritis, dan Kreatif

Matematik. Jurnal Pendidikan MIPA, 17 (1), 17-33.

Sundayana, Rostina. 2015. Statistika Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sunadi. 2014. Pembelajaran Matematika Realistik untuk Meningkatkan Kemampuan

Komunikasi Matematik Siswa. Jurnal Prosiding Seminar Nasional Pendidikan

Matematika Program Pasca Sarjana STKIP Siliwangi Bandung, 3(1).165-170.

Susanto, Ahmad. 2016. Teori Belajar dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Kencana:

Jakarta.

Widjajanti, Djamilah Bondan. 2009. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Mahasiswa Calon Guru Matematika: Apa dan Bagaimana Mengembangkannya.

Yogyakarta: Jurusan Pend. Matematika, FMIPA UNY. [online] Tersedia dalam

http://eprints.uny.ac.id/7042/1/P25. Djamilah%20Widjajanti.Pdf [3April 2016].

Yuhasriati. 2012. Pendekatan Realistik dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal Peluang,

1 (1), 2-4.

1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau 2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

PROFIL SINGKAT

Nama : Bekti Nirwana Sari

Tepat Tanggal Lahir : Lampung, 25 Oktober 1994

Riwayat Pendidikan :

SMP : SMP N 1 Tulang Bawang Udik, Lampung

SMA : SMA N 1 Muara Kelingi, Sumatra Selatan

S1 : Pendidikan Matematika, STKIP PGRI Lubuklinggau

Tahun Kelulusan : 2017