penelitian yang dilakukan oleh ferdi udin web viewanalisis tingkat pendapatan , tingkat pendidikan...
Post on 31-Jan-2018
223 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ANALISIS TINGKAT PENDAPATAN ,
TINGKAT PENDIDIKAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT DUSUN CARI,
SUMBERWUNGU, TEPUS, GUNUNGKIDUL TERHADAP PENDIDIKAN
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pendidikan merupakan hal yang fundamental dalam kehidupan manusia.
Pendidikan dapat menjadi indikator tingkat kehidupan sosial dalam masyarakat.
Kesadaran terhadap pendidikan memengaruhi tingkat pendidikan seseorang, semakin
tinggi pendidikannya semakin tinggi pula status sosial yang didapat dalam
masyarakat.
Keadaan ekonomi Indonesia yang semakin terpuruk sejak krisis moneter tahun
1998, disusul kenaikan bahan bakar minyak dan harga beras menyebabkan jumlah
orang miskin bertambah banyak. Bertambahnya penduduk miskin semakin menambah
banyak keluarga yang sulit untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya, termasuk
kebutuhan terhadap pendidikan. Kemiskinan juga menjadi akar permasalahan
berbagai aspek kehidupan. Salah satunya kemiskinan membatasi kesempatan anak-
anak memperoleh pendidikan.
Permasalahan pendidikan merupakan suatu kendala yang menghalangi
tercapainya tujuan pendidikan, untuk saat ini banyak yang beragument bahwa
masalah pendidikan di negeri ini diantaranya : pemerataan pendidikan, mutu dan
relevansi pendidikan, efisiensi dan efektifitas pendidikan. Saat ini biaya pendidikan
bukan lagi hal yang murah, terutama apabila menyangkut masalah perguruan tinggi.
Anggaran pendidikan dinaikkan tetapi biaya untuk mengakses pendidikan pun
semakin mahal.
Ada kemungkinan keterbatasan ekonomi dianggap sebagai halangan besar
bagi masyarakat miskin untuk maju sehingga ekspentasi anak terhalangi. Karena
mereka menderita kemiskinan maka seolah-olah mereka tidak berdaya untuk
mencapai cita-cita yang tinggi, sehingga cenderung memilih cara hidup pasrah,
1
mengalir dan hanya menjalani apa yang ada. Bahkan hal ini lebih diperparah dengan
adanya streotipe budaya yang cenderung membatasi. Dalam budaya masyarakat
miskin seperti di Jawa, motivasi dan kebutuhan untuk maju yang melebihi batas
seolah-olah tidak mungkin tercapai. Sebagaimana ungkapan “cebol nggayuh lintang”.
Ungkapan ini menunjukkan suatu yang tidak masuk akal jika orang miskin
mempunyai cita-cita tinggi. Salah satu penyebab kurangnya motivasi berprestasi
miskin ini karena nilai-nilai budaya kemiskinan yang terinternalisasi dari lingkungan
masyarakat.
Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan
kepribadian diri di dalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Oleh
karena itu, agar pendidikan dapat dimiliki oleh seluruh rakyat sesuai dengan
kemampuan tiap individu maka pendidikan adalah tanggung jawab keluarga,
masyarakat dan pemerintah. Pembangunan dibidang pendidikan didasarkan atas
filsafat negara pancasila yang diarahkan untuk membentuk manusia indonesia yang
sehat jasmani dan rohaninya, memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat
mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab, dapat menyuburkan sikap
demokrasi dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi
dan disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsanya dan mencintai sesama
manusia sesuai dengan ketentuan yang termaktub dalam undang-undang dasar 1945.
(Barnadib, Imam,1996,hlm.20).
Masyarakat yang berfikiran sempit memandang bahwa pendidikan formal
tidak begitu penting. Mereka merasa percuma saja sekolah karena hanya akan
menghabiskan banyak biaya. Terlebih lagi kondidi masyarakat desa yang mayoritas
bukan dari kalangan yang berada.
Selain itu, kesadaran orangtua akan dunia pendidikan yang rendah juga
menjadi penghambat majunya dunia pendidikan pedesaan. Pola pikir dari masyarakat
desa yang menganggap bahwa anak diwajibkan membaantu untuk meringankan beban
orangtua, sehingga sekolah bukanlah menjadi kewajiban anak. Padahal kita
membutuhkan anak yang cerdas untuk memajukan daerah. Anak yang cerdas akan
jauh lebih membantu dan sudah pasti harus menempuh jalur pendidikan terlebih
dahulu.
2
Mengingat pendidikan merupakan hal yang mutlak dan penting bagi kemjuan
dan kesejahteraan masyarakat, lebih-lebih masyarakat pedesaan, maka pendidikan di
pedesaan perlu dilakukan secara intensif dengan memberikan kesempatan seluas-
luasnya kepada mereka. Sesungguhnya pendidikan dapat menjadi jalan keluar untuk
menurunkan angka kemiskinan. Anak pintar menjadi aset masa depan yang dapat
menaikkan taraf hidup keluargannya. Melalui pendidikan formal akan terbentuk
keperibadian seseorang yang diukur dari perkembangan aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
Pertanian merupakan salah satu sektor yang turut berkontribusi dalam
pembangunan Indonesia. Pendidikan merupakan salah satu hak dasar bagi setiap
warga negara, termasuk keluarga petani. Namun, mahalnya biaya pendidikan,
khususnya pendidikan tinggi membuat keluarga terbebani. Pada akhirnya banyak
orang tua yang lebih mementingkan anak bekerja membantu perekonomian keluarga
dibandingkan dengan melanjutkan sekolah ke jenjang selanjutnya. Kebutuhan
pendidikan merupakan suatu hal yang perlu dipertimbangkan cukup matang bagi
setiap keluarga petani.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka diperoleh beberapa rumusan
masalah antara lain, sbb :
1. Bagaimana persepsi keluarga petani dusun Cari terhadap pendidikan tinggi?
2. Bagaimana pengaruh tingkat pendapatan petani dudun Cari terhadap tingkat
pendidikan anak-anaknya?
3. Bagaimana keluarga petani dusun Cari memanage pendapatan mereka untuk
biaya pendidikan anak-anaknya?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pendapatan, persepsi
masyarakat Dusun Cari terhadap tingkat pendidikan dan pendidikannya, di mana
secara deskriptif dapat dijabarkan dalam tiga tujuan yaitu, antara lain:
3
1. Mengetahui persepsi masyarakat Dusun Cari terhadap pendidikan
2. Mengetahui seberapa besar pengaruh pendapatan masyarakat Dusun Cari terhadap
pendidikan anak-anaknya
3. Mengetahui cara masyarakat Dusun Cari memanage pendapatan mereka untuk
biaya pendidikan anak-anaknya
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan manfaat kepada:
1. Peneliti dan pembaca laporan hasil penelitian
Laporan hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
memberikan masukan sebagai solusi memecahkan masalah tingkat pendidikan
yang rendah di masyarakat pedesaan.
2. Dunia Akademis
Laporan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan koleksi khasanah
ilmiah dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan.
3. Objek penelitian
Laporan hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
meningkatkan kesadaran akan pentingnya pendidikan sehingga semakin
bersemangat dalam menempuh pendidikan.
4
PEMBAHASAN
A. Metode penelitian
Untuk mengetahui persepsi dan tingkat pendapatan keluarga petani terhadap
tingkat pendidikan di dusun Cari, Sumberwungu, Tepus, Gunungkidul. Kami
menggunakan metode penelitian kualitatif . Sebelum terjun ke lapangan kami telah
membaca beberapa buku, diantaranya: Pendidikan dalam Pembangunan, Menuju
Masyarakat Belajar, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Beberapa Aspek
Substansial Ilmu Pendidikan, Dinamika Ekonomi Indonesia, Kemiskinan di
Indonesia,dan beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan tema penelitian kami.
Dari beberapa buku dan hasil penelitian yang telah kami baca dapat diambil
kesimpulan bahwa angka kemiskinan di Indonesia masih sangat tinggi. Kesenjangan
dalam masyarakat masih terlihat jelas, tingkat pendidikan masih kurang, kebanyakan
warga miskin adalah warga yang berpendidikan rendah dan tinggal di pinggiran kota.
Pendidikan dan kemiskinan merupakan masalah serius yang di hadapi bangsa kita.
Sebagian masyarakat yang berprofesi sebagai petani merupakan salah satu golongan
masyarakat miskin. Kebanyakan petani miskin memiliki cara pandang yang salah
terhadap pendidikan, antusiasme terhadap pendidikan masih kurang, sehingga pola
pikir ini menurun kepada anak-anaknya. Salah satu cara menanggulangi kemiskinan
adalah dengan meningkatkan pendidikan dan mengubah pola pikir masyarakat agar
lebih maju.
Dalam penelitian ini kami merencanakan menggunakan waktu selama dua
minggu. Mulai dari perencanaan, pelaksanaan penelitian di lapangan, pengolahan data
dan penyusunan laporan penelitian.
Dua hari untuk menyusun rencana, pelaksanaan di lapangan, menyiapkan
perlengkapan peralatan, menyusun daftar pertanyaan wawancara dan lain-lain. Satu
hari berikutnya berkunjung ke lokasi. Pertama-tama kami akan menemui kepala
Dusun untuk meminta izin dan meminta informasi tentang penduduk dusun tersebut.
Setelah memperoleh data singkat dari kepala dusun, kami akan memilih beberapa
keluarga petani di dusun tersebut untuk kami kunjungi dan wawancarai. Untuk
memperoleh data dan informasi, kami akan mewawancarai sepuluh keluarga petani.
Dengan kategori antara lain, keluarga yang anaknya belum sekolah, putus sekolah,
5
lulus SMP atau SMA tidak sekolah, lulus SMA, kuliah, dan dari keluarga mampu
secara ekonomi namun tidak melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi.
Sambil mencari data dan informasi kami juga akan mengambil beberapa
dokumentasi mengenai keadaan lingkungan, tempat tinggal, orang tua dan hal-hal lain
yang mendukung. Setelah merasa cukup memperoleh data dan informasi kami akan
kembali ke kampus.
Dalam menggali informasi, kami akan menggunakan metode sampling dengan
teknik wawancara secara langsung. Langkah-langkah yang ditempuh dalam
wawancara adalah:
1. Peneliti berada di lokasi penelitian, dan meminta kesediaan petani yang
ditemui untuk keperluan wawancara.
2. Menjalin komunikasi kepada para informan.
3. Menjelaskan maksud dan tujuan kegiatan penelitian kepada informan.
4. Mengajukan beberapa pertanyaan sesuai fokus masalah, diantaranya :
a. Apakah menurut Anda pendidikan itu penting ?
b. Apa pendapat Anda tentang pendidikan perguruan tinggi ?
c. Berapa kira-kira pendapatan yang Anda dapatkan tiap bulan ?
d. Bagaimana Anda mengatur pendapatan sehingga mampu mencukupi
kebutuhan dan membayar biaya sekolah ?
e. Apakah Anda merasa kesulitan dalam membayar biaya pendidikan ?
f. Apakah yang Anda lakukan saat musim kemarau ketika tidak bisa
bercocok tanam ?
g. Apakah cita-cita Anda (anak) ?
h. Apakah Anda ingin melanjutkan sekolah hingga perguruan tinggi atau
bekerja ?
i. Jika Anda diberikan keringanan oleh pemerintah atau mendapat
beasiswa, apakah Anda mau melanjutkan pendidikan Anda ?
j. Mengapa Anda tidak melanjutkan sekolah (bagi anak yang putus
sekolah) ?
k. Apa yang Anda harapkan dari pemerintah khususnya untuk para petani
menengah kebawah ?
l. Apakah Anda tidak ingin mengubah nasib Anda untuk bisa lebih
sukses dari orang tua Anda dengan melanjutkan ke sekolah yang lebih
tinggi ?
6
5. Mencatat informasi dan jawaban informan.
6. Memilah hasil wawncara sesuai dengan fokus-fokus masalah.
7. Mendokumentasikan gambar kegiatan wawancara antara peneliti dan
informan.
Tiga hari berikutnya, kami akan mengolah data yang telah kami peroleh
sehingga dapat menemukan kesimpulan dari semua kategori yang kami pilih. Setelah
data yang kami olah telah selesai, maka 4 hari berikutnya kami gunakan untuk
menyusun laporan, dari halaman judul hingga penutup. Kami akan menjelaskan hasil
penelitian kami dengan lebih terperinci. 2 hari berikutnya kami kan melakukan
evaluasi terhadap laporan yang kami buat, apakah telah sesuai sistematika penulisan
dan isinya, apakah masih ada yang terlewatkan atau tidak, dll. Setelah kami rasa
sudah cukup, maka kami akan mencetak laporan hasil penelitian kami, kemudian
menyerahkannya kepada dosen mata kuliah metodologi penelitian.
Jadwal Kegiatan Penelitian
Hari/Tanggal Kegiatan Lokasi
Senin - Rabu,
11-13 November 2013
Persiapan rencana penelitian Kampus UMY
Kamis,
14 November 2013
Survey lokasi penelitian Dusun Cari
Kamis – Sabtu
28-30 November 2013
Persiapan kegiatan penelitian Kampus UMY
Minggu,
1 Desember 2013
Penelitian ke lapangan Dusun Cari
Senin - Sabtu,
2-7 Desember 2013
Penyusunan powerpoint Kampus UMY
Kamis,
12 Desember 2013
Persiapan presentasi Kampus UMY
Selasa,
17 Desember 2013
Presentasi hasil penelitian Kampus UMY
7
Sabtu – Selasa,
21-24 Desember 2013
Menyusun laporan hasil
penelitian
Kampus UMY
Kamis,
26 Desember 2013
Menyerahkan laporan hasil
penelitian
Kampus UMY
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Studi Pustaka
Berikut ini adalah pengertian persepsi dari beberapa ahli:
Pengertian Persepsi Menurut Bimo Walgito: Persepsi adalah proses
pengorganisasian, penginterpretasian terhadap rangsang yang diterima oleh
organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan
aktivitas yang integrated dalam diri individu.
Pengertian Persepsi Menurut Maramis: Persepsi ialah daya mengenal barang,
kualitas atau hubungan, dan perbedaan antara hal ini melalui proses mengamati,
mengetahui, atau mengartikan setelah pancaindranya mendapat rangsang.
Pengertian Persepsi Menurut Desirato: Persepsi adalah pengalaman tentang
objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan
informasi dan menafsirkan pesan. Pesan dapat dikatakan sebagai pemberian
makna pada stimuli indrawi (sensory stimuli).
Pengertian Persepsi Menurut Joseph A. Devito: Persepsi ialah proses menjadi
sadar akan banyaknya stimulus yang memengaruhi indra kita.
Menurut UU No. 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.
Sedangkan pengertian pendidikan menurut H. Horne, adalah proses yang terus
menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang
telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada vtuhan,
8
seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional dan kemanusiaan
dari manusia.
Dari beberapa pengertian pendidikan menurut ahli dapat disimpulkan bahwa
Pendidikan adalah Bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa
kepada perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar
anak cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan
orang lain.
Pengertian pendapatan menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 23, yaitu : “
2. Studi terdahulu
Berikut ini adalah hasil studi penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh
beberapa peneliti, antara lain :
1. SKRIPSI OLEH TRI UTAMI DENGAN JUDUL “HUBUNGAN ANTARA
TINGKAT PENDAPATAN, PENDIDIKAN ORANG TUA DAN KEBUTUHAN
KELUARGA PETANI DENGAN MINAT MENYEKOLAHKAN ANAK DI
DOPLANG KECAMATAN KARANGPANDAN KABUPATEN
KARANGANYAR TAHUN 2010”
Kesimpulan dari studi terdahulu yang dilakukan oleh saudari Tri Utamai lewat
skripsinya yang berjudul “Hubungan Antara Tingkat Pendapatan, Pendidikan
Orang Tua dan Kebutuhan Keluarga Petani dengan Minat Menyekolahkan Anak
Di Doplang Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar Tahun 2010”
adalah sebagai berikut: (1)Tingkat pendapatan tidak berpengaruh terhadap minat
orang tua menyekolahkan anak karena sumbangan efektif hanya sebesar
0,831persen atau 1 persen, (2) Tingkat pendidikan orang tua berpengaruh terhadap
minat orang tua menyekolahkan anak dengan sumbangan efektif yang diberikan
sebesar 9,084 persen atau 9 persen, (3) Kebutuhan keluarga petani berpengaruh
terhadap minat orang tua menyekolahkan anak dengan sumbangan efektif yang
diberikan sebesar 12,546 persen atau 13 persen, (4) Tingkat pendapatan, tingkat
pendidikan orang tua dan kebutuhan keluarga petani secara bersama-sama
9
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap minat orang tua menyekolahkan
anak dengan sumbangan efektif sebesar 22,461persen atau 22,5 persen.
2. PENELITIAN YANG DILAKUKAN OLEH YOHANES BOHARI DAN
AMRAZI DENGAN JUDUL “ POLA PENGASUHAN ANAK PADA
KELUARGA PETANI MELAYU DI DESA PUSAKA KECAMATAN TEBAS
KABUPATEN SAMBAS
kesimpulan dari penelitian yang dilakukan oleh Yohanes dan Amrazi adalah
(1) pola pengasuhan yang diterapkan oleh keluarga petani melayu di desa pusaka
bermacam-macam yaitu, otoritatif atau demokrasi dan otoriter. Kecenderungan
orang tua dalam menerapkan pola pengasuhan dipengaruhi oleh intensitas waktu
kebersamaan bersama kaluarga. (2) pada keluarga yang menggunakan pola
pengasuhan otoriter, interaksi yang terjadi antar keluarga terlihat saangat sedikit
dan kaku. Interaaksi antara orang tua dan anak terjadi hanya ketika waktu makan
malam. (3) pada keluarga yang menerapkan pola pengasuhan demokrasi
pemecahan dan penyelesaian masalah antara orang tua dan anaknya dilakukan
dengan cara menegur, memberi penjelasan serta memberi konsekuensi sebagai
hukuman. Sedangkan pada keluarga otoriter pemecahan masalah diwarnai dengan
kebiasaan orang tua yang selalu memarahi bahkan memukul anak jika anak
berbuat kesalahan. (4) pada keluarga yang menggunakan pola pengasuhan otoriter
remajanya yang penakut, pemalu, tidak percaya diri dan mudah tersinggung.
Sedangkan pada keluarga dengan pola demokratis, remaja tumbuh dengan sikap
percaya diri dalam bergaul, merasa diterima dalam masyarakat, mandiri serta
peduli terhadap orang lain.
3. PENELITIAN YANG DILAKUKAN OLEH RENDRA CAHYA ERWANTO
DENGAN JUDUL “TARAF HIDUP MASYARAKAT PETANI DAN
PENGARUHNYA TERHADAP PENDIDIKAN ANAK DI DESA JOMBOK
KECAMATAN NGANTANG KABUPATEN MALANG
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) taraf hidup masyarakat petani desa
jombok tergolong dalam tingkat kategori sedang dengan luas lahan pertanian
antara 0,5-1 ha, pendapatan rata-rata dalam sekali panen antara 1-2 juta, status
lahan pertanian yang dimiliki adalah sewa, mengikuti 1-3 kegiatan dalam
10
masyarakat, pendapatan dari kegiatan tersebut antara Rp 200.000-Rp 400.000.
Pendidikan terakhir SMP, mengikuti 1-3 program penyuluhan, umur antara 30-50
tahun, dan luas rumah antara 6-8 meter2. Di mana taraf hidup masyarakat petani
kategori sedang berjumlah 71 kepala keluarga atau 95 %. (2) pendidikan anak
masyarakat petani desa Jombok tergolong dalam tingkat kategori rendah dengan
pendidikan terakhir SD dan mengikuti 1 kursus, di mana pendidikan anak
masyarakat petani kategori rendah berjumlah 42 kepala keluarga atau 56 %. (3)
taraf hidup masyarakat petani berpengaruh terhadap pendidikan anak, pengaruh
tersebut sebesar 0, 37. Artinya semakin tinggi taraf hidup masyarakat petani maka,
akan semakin tinggi pula tingkat pendidikan anak di desa Jombok kecamatan
Ngantang kabupaten Malang.
4. PENELITIAN YANG DILAKUKAN OLEH FERDI UDIN BAHA’UDIN
YANG BERJUDUL “PERSEPSI MASYARAKAT DESA DUKUH
KECAMATAN NGADILUWIH KABUPATEN KEDIRI TERHADAP
PENDIDIKAN TINGGI”
Bagi beberapa warga desa yang taraf ekonominya menengah ke bawah, untuk
keberlanjutan pendidikan putra-putri mereka mayoritas sampai pada tingkat
SLTA untuk ke perguruan tinggi sedikit terasa berat,sedangkan warga desa
dengan tingkat kehidupan ekonomi menengah ke atas, rata-rata mereka
menyekolahkan putera-puterinya sampai pada bangku kuliah. Peluang kerja yang
memerlukan persaingan dan kreatifitas tinggi, dari hasil penelitian selama di
lapangan dapat disimpulkan bahwa warga Desa Dukuh memandang seseorang
yang pendidikannya tinggi mempunyai peluang kerja yang lebih banyak dari pada
pendidikan yang rendah. Kesadaran masyarakat Desa Dukuh terhadap pendidikan
sudah tinggi. Pada umumnya masyarakat Desa Dukuh berpedoman bahwa
memiliki pendidikan tinggi peluang kerjanya lebih banyak serta selalu dibutuhkan
dan ilmu pengetahuannya lebih luas, mayoritas warga Desa Dukuh memandang
sekolah sampai tingkat SLTA/SMK dan kuliah adalah sekolah yang ideal atau pas
untuk tuntutan masa sekarang ini. Persepsi masyarakat Desa Dukuh Kecamatan
Ngadiluwih Kabupaten Kediri terhadap pendidikan tinggi sudah positif. Positif,
yaitu mendukung sekaligus telah banyak yang mewujudkan putra-putri mereka
untuk menyelesaikan pendidikan sampai pada pendidikan tinggi.
11
5. PENELITIAN YANG DILAKUKAN OLEH DRS. ANWAR M.Pd DENGAN
JUDUL “ DAMPAK KRISIS EKONOMI TERHADAP PENDIDIKAN ANAK
KELUARGA PETANI DI KECAMATAN BARUGA KOTAMADYA
KENDARI”
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian diatas adalah pendidikan anak
petani dengan frekuensi berturut-turut sedang bersekolah di SD, SMP dan SLTA.
Pernyataan ini menunjukkan adanya kesadaran dari pihak orang tua akan
pentingnya pendidikan, tetapi masih terdapat juga kekhawatiran karena ternyata
masih tinggi angka putus sekolah. Orangtua tetap berusaha menyekolahkan anak-
anaknya meskipun mereka harus bekerja keras. Ada tiga alasan orang tua sehingga
tidak melanjutkan pendidikan anak-anaknya, yaitu tidak mampu ekonomi orang
tua, kehendak anak sendiri, karena menikah.
C. Hasil Wawancara
Penelitian merupakan serangkaian proses panjang yang saling bertautan dan berkelanjutan. Penelitian membutuhkan kesabaran, keuletan, kemampuan menganalisis dan rasa keingintahuan yang tinggi. Penelitian perkelompok membutuhkan kekompakan dan kerjasama, saling pengertian dan saling melengkapi satu sama lain.
Kegiatan penelitian diawali dengan pemilihan tema penelitian, kemudian dipersempit hingga ditemukan sebuah judul yang fokus pada satu inti masalah dengan lebih terperinci.
Penelitian yang kami lakukan ini berawal dari adanya mata kuliah Metodologi Penelitian.Pada mata kuliah ini kami belajar membuat karya ilmiah penelitian.Kami melakukan penelitian lapangan ini secara berkelompok. Anggota kelompok kami terdiri atas 6 (enam) orang, yaitu: Sumiyem, Ana Kurniawati, Mar’aeni Fitrianingsih, Reza Hidha Taufiqurrohman, Afif Misbahul Munir, dan Fahril Syahri.
12
Setelah berdiskusi akhirnya kami sepakat akan melakukan penelitian dengan tema Pendidikan dan memilih lokasi penelitian di Dusun Cari, Sumberwungu, Tepus, Gunung Kidul, karena menurut kami daerah ini cukup menarik untuk diteliti. Secara daerah ini terletak sekitar 15 km dari pantai selatan. Daerah ini termasuk daerah kering. Mayoritas penduduk bekerja sebagai petani. Tetapi mereka bisa bertani hanya ketika musim penghujan karena mereka hanya mengandalkan air hujan dalam bercocok tanam. Ketika musim hujan mereka menanam berbagai jenis palawija seperti kacang tanah dan jagung bersama-sama dengan padi dan ketela. Mereka menggunakan sistim tumpang sari. Ketika musim kemarau mereka kekurangan air sehingga harus membeli dengan tanki lalu ditampung di bak penampungan air. Selain bertani, penduduk memperoleh pendapatan dari pekerjaan sampingan mereka yaitu menambang batu dan buruh serabutan. Batu yang diambil dari gunung-gunung diangkut dengan menggunakan truk kemudian diolah di pabrik. Kami tertarik untuk mengetahui bagaimana pola pikir dan tingkat pendidikan warga di dusun tersebut. Mayoritas penduduk di sana adalah warga kurang mampu dengan tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan rendah. Pemikiran mereka masih sangat terbelakang dan masih jauh apabila dibandingkan dengan kemajuan penduduk kota. Dalam hal fasilitas dan teknologi juga masih belum memadai. Kami berharap agar penduduk desa semakin maju dan mampu bersaing dengan penduduk kota yang telah berkembang lebih dulu. Kami percaya bahwa pendidikan itu sangat penting dan cukup berpengaruh terhadap masa depan seseorang.
Sebelum melakukan penelitian secara langsung,ke lapangan, kami menambah wawasan dan materi mengenai penelitian melalui internet dan buku. Kami mencari artikel, buku mengenai pendidikan, hasil penelitian terdahulu, buku-buku tentang proses penelitian, dan sejenisnya, sehingga kami memiliki gambaran yang
13
jelas tentang apa yang hendak dilakukan dalam pelaksanaan penelitian.
Setelah itu kami membuat latar belakang, abstrak dan rumusan masalah, kemudian kami membuat rancangan pertanyaan untuk wawancara. Setelah persiapan tahap pertama selesai, lalu pada tanggal 14 November 2013 kami melakukan survei ke lapangan yaitu ke Dusun Cari, Sumberwungu, Tepus, Gunung Kidul untuk mengetahui lokasi penelitian secara langsung dan meminta izin kepada kepala dusun setempat.
Dua minggu kemudian yaitu pada tanggal 1 Desember 2013, kami melakukan penelitian secara langsung. Kami berangkat pagi dan sampai di lokasi sudah sekitar Pukul 13.00 WIB. Setelah beristirahat sejenak dirumah salah satu warga kami melanjutkan perjalanan menuju kediaman bapak kepala dusun.
Bapak Kepala Dusun bernama Edi Triyono, istrinya bernama Suwarni. Mereka mempunyai satu anak laki-laki dam masih duduk di bangku SMP kelas 2. Bapak Kepala Dusun ini baru menjabat selama enam bulan. Bapak Edi bekerja sebagai supir truk yang mengangkut batu untuk diolah di pabrik. Saat ini sudah ada tiga pabrik dalam satu Kelurahan/ Desa.
Keluarga pak Edi adalah objek pertama wawancara kami. Setelah berbincang-bincang dan mengajukan berbagai pertanyaan, dapat disimpulkan bahwa menurut mereka pendidikan itu sangat penting. Pendidikan dapat mengubah nasib seseorang, tapi kendala mereka adalah dalam hal biaya. Dari segi fasilitas sekolah sudah cukup memadai, namun kadang banyak guru yang egois dan kurang perhatian terhadap siswa yang kurang pandai.
Dari Bapak Edi kami memperoleh banyak informasi. Kehidupan sosial masyarakat masih terbelakang, kadang orang yang kaya membantu orang miskin dengan meminjamkan sejumlah uang, namun sebaliknya orang kaya itu meminta bunga yang memberatkan si miskin. Kehidupan beragama mereka masih
14
kurang. Mayoritas penduduk dusun Cari muslim, namun mereka masih belum melaksanakan ajaran Islam.
Mayoritas pekerjaan penduduk adalah petani, penduduk hanya bisa bercocok tanam ketika musim hujan, karena hanya mengandalkan lading tanah hujan. Untuk Bapak-bapak banyak yang bekerja menambang batu, merantau ke kota, bahkan ada juga yang keluar pulau jawa. Dari Bapak Edi, kami meminta informasi mengenai penduduk dengan cara mengambil data dari kartu keluarga (C1). Dari kartu keluaga diperoleh bermacam-macam data, diantaranya dapat diambil kategori usia, pekerjaan, dan pendidikan.
Setelah merasa cukup memperoleh data dan informasi, kami melanjutkan perjalanan. Rumah yang kami kunjungi selanjutnya adalah milik Bapak Sardi, tetapi yang ada dirumah hanya menantunya yaitu Mbak Miftah. Mbak Miftah masih muda dan baru mempunyai satu anak. Suaminya hanya bekerja serabutan, bahkan suaminya ini sekolah SMP saja hanya sampai kelas 2 lalu keluar. Mbak miftah lulusan SMK jurusan Pemasaran tetapi setelah lulus hanya bekerja beberapa bulan lalu menikah. Menurut mbak Miftah pendidikan itu penting, tetapi karena kurangnya biaya maka motivasi untuk bersekolah hingga tingkat tinggi menjadi lemah.Banyak anak yang pesimis untuk bersekolah tinggi ketika memandang keadaan perekonomian orang tua mereka. Banyak generasi muda yang memutuskan untuk menikah di usia muda.Kendati demikian, sebagai orang yang mengerti pendidikan, mbak Miftah berambisi untuk menyekolahkan anaknya hingga ke jenjang yang paling tinggi. Orang tua mana yang tidak ingin melihat anaknya sukses, berguna bagi bangssa dan negara.
Suami dari Mbak Miftah hanya menamatkan pendidikan terakhirnya di bangku SD. Pekerjaanya sehari-haripun sama seperti mayoritas penduduk dusun Cari yakni bertani ketika musim penghujan dan memukul batu ketika musim kemarau. Penghasilan yang didapat hanya cukup untuk makan dan memenuhi kebutuhan lainnya.
15
Setelah kami berkunjung ke rumah Mbak Miftah, kami lalu menuju ke rumah Bapak Ziyananto. Bapak Ziyananto mempunyai istri yang bernama Mbak Sri dan mempunyai satu anak perempuan yang saat ini duduk di bangku SMP kelas 2, namanya Ika. Dia mempunyai cita-cita ingin menjadi polwan.Pak Ziyananto adalah lulusan D3 Peternakan.Saat ini beliau menjalankan usaha peternakan ayam.Dalam sekali panen, hasil yang peroleh beliau sekitar Rp 5.000.000,- - Rp 6.000.000,-. Untuk sekali panen, membutuhkan waktu 3 - 4 bulan.
Kami berbincang-bincang dan mengajukan berbagai pertanyaan. Menurut Pak Ziyananto, pendidikan itu penting. Pak Ziyananto akan selalu berusaha dan mendukung anaknya agar bisa bersekolah hingga setinggi-tingginya. Kami juga sempat mewawancarai anaknya.Anaknya pun sangat bersemangat untuk bersekolah. Selain karena orang tuanya mampu, ia juga berfikir bahwa pendidikan itu sangat penting, untuk meraih cita-citanya menjadi polwan, maka ia harus terus sekolah dan rajin belajar. Pak Ziyananto mengatakan bahwa sampai saat ini belum ada kendala dalam membiayai sekolah anaknya, karena pendapatan yang diperoleh telah cukup untuk biaya sehari-hari dan biaya sekolah. Selain itu, karena anaknya tergolong anak yang pandai, maka ia sering mendapatkan beasiswa.
Setelah dari rumah Pak Ziyananto, kami bermaksud melanjutkan perjalanan, tetapi sebelum itu kami istirahat dulu di pos ronda. Di sana kami bertemu seorang pemuda yang kira-kira berusia 17-20 tahun. Kami segera menyapa dan mewawancarainya.Ternyata dia masih berusia 18 tahun.Ia bernama Adi Haryanto, kami sangat terkejut ketika dia mengatakan bahwa dia telah putus sekolah pada saat kelas 6 SD. Ia kelihatan biasa saja ketika menyampaikan hal tersebut. Ia juga mengatakan bahwa ia tidak begitu berminat untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi lagi meskipun orang tuanya tergolong mampu dalam hal materi/ekonomi.
16
Kemudian kami bertanya lagi, “Mengapa kamu tidak memilih untuk meningkatkan kesejahteraan keluargamu dengan sekolah lebih tinggi ?”. Dengan entengnya dia menjawab, “Sekolah tidak sekolah, toh hidup saya sudah cukup lumayan, orang tua saya sudah berkecukupan.” Selain itu ia juga mengatakan bahwa ia masih terpengaruh oleh pemikiran anak-anak di lingkungan tersebut yang rata-rata tidak mempunyai biaya yang cukup untuk bersekolah.
Setelah kami rasa cukup, kami bergegas melanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan, kami berjumpa dengan dua orang wanita yang sedang sibuk di ladangnya. Kedua wanita itu tampaknya sedang menyiangi tanamannya.Kami lalu berkenalan dan mengajaknya bercakap-cakap.Wanita itu bernama Ibu Tuminem dan Ibu Sarijem.Menurut mereka, pendidikan juga sangat penting terhadap kehidupan mereka.Walaupun mereka berdua hanya lulusan SD, namun mereka ingin anaknya bisa sekolah lebih tinggi dari mereka. Dulu, mereka juga ingin sekolah tinggi, tetapi keadaan tidak mendukund keinginan mereka tersebut.
Pendapatan dari hasil bercocok tanam hanya cukup untuk makan sehari-hari saja. Sedangkan untuk kebutuhan lainnya masih kurang dan perlu pemasukan lain. Bu Sarijem mengatakan bahwa ia ingin bisa bersekolah hingga sarjana, karena menurutnya dengan bersekolah hingga sarjana, maka bisa bekerja dengan lebih baik dan mencapai kehidupan yang lebih sejahtera.
Keluarga yang kami kunjungi selanjutnya adalah keluarga Mbak Narti.Mbak Narti mempunyai seorang anak laki-laki berusia 5 tahun.Suaminya bekerja sebagai supir truk.Mbak Narti dan suaminya hanya lulusan SMP.Sebelum menikah, mereka merantau ke Sumatera. Di sana, mereka bekerja sebagai karyawan pabrik pembuatan minyak dari kelapa sawit. Saat ini Mbak Narti tidak bekerja, ia hanya mengurus anak dan rumah. Menurut Mbak Narti, pendidikan itu penting, tetapi karena kemampuan ekonomi terbatas, ia berharap agar pemerintah bersedia membantu biaya
17
pendidikan sehingga semua lapisan masyarakat dapat melanjutkan sekolahnya hingga ke perguruan tinggi.
Setelah dari rumah Mbak Narti hari telah sore, kami memutuskan untuk segera kembali ke Yogyakarta. Tetapi sebelumnya kami berhenti dulu ke rumah Ibu Sani. Keluarga ini menarik perhatian kami. Ibu Sani mempunyai 2 anak perempuan, ternyata kedua anaknya sedang kuliah disalah satu universitas di Yogyakarta. Walaupun tergolong keluarga kurang mampu namun semangat bersekolahnya sangat tinggi. Ibu Sani mengatakan bahwa kedua anaknya kuliah hanya bermodal tekad dan semangat. Anaknya yang pertama kuliah sambil bekerja. Sedangkan anak yang kedua mendapat beasiswa dari universitas dan dari dosennya. Sebelumnya keluarga ini pesimis anaknya akan bisa kuliah mengingat keadaan perekonomian mereka yang serba pas-pasan. Namun mereka yakin bahwa Tuhan akan selalu memudahkan jalan bagi orang yang menuntut ilmu. Mereka selalu berdoa untuk kesuksesan anak-anak mereka. Ibu Sani dan suaminya hanya bekerja sebagai petani dan buruh serabutan. Mereka berharap kelak anak-anaknya menjadi orang sukses dan hidup sejahtera.
D. Hasil penelitian
Dari penelitian ini diperoleh beberapa macam informasi mengenai penduduk.
Jumlah penduduk Dusun Cari, Sumberwungu, Tepus, Gunungkidul adalah 290 orang.
Data yang telah diperoleh dari pengumpulan Kartu Keluarga (C1) kemudian diolah
dan analisis sehingga dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori sebagai berikut
:
a. Pendidikan
1) Tk + Belum Sekolah = 15 orang = 5,17 %
2) SD = 130 orang = 44,83 %
3) SMP = 105 orang = 36,21 %
4) SMA/SMK = 35 orang = 12,1 %
5) D3/S1 = 6 orang = 2,1 %
18
b. Pekerjaan
1) Karyawan = 60 orang = 20,68 %
2) Petani = 120 orang = 41,37%
3) Balita, pelajar dan belum kerja = 45 orang = 15,51 %
4) Wiraswasta = 6 orang = 2,06 %
5) Guru + Pegawai = 6 orang = 2,06 %
6) Ibu Rumah Tangga = 48 orang = 16,55 %
c. Kategori Umur
1) 0 sampai 30 tahun = 112 orang = 38,6 %
2) 31 sampai 50 tahun = 97 orang = 33,45 %
3) 51 sampai 70 tahun = 68 orang = 23,45 %
4) 71 sampai 90 tahun = 2 orang = 0,69 %
Dari data tersebut terlihat bahwa tingkat pendidikan masih rendah, warga yang
melanjutkan ke perguruan tinggi masih sangat sedikit. Mayoritas penduduk bekerja
sebagai petani. Dari pemetaan umur dapat diketahui bahwa jumlah penduduk usia
produktif lebih banyak daripada jumlah penduduk usia lanjut.
Untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap pentingnya pendidikan, rendahnya
tingkat pendidikan dan penyebabnya, serta tingkat pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat, penulis mengambil sampel penelitian di Dusun Cari, Sumberwungu, Tepus,
Gunungkidul. Dusun ini dipilih karena masyarakat di dusun ini tergolong tertinggal dan
masih banyak penduduk miskin yang berpendidikan rendah.
19
Penutup
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan bahwa persepsi
masyarakat Dusun Cari mengenai pendidikan itu adalah penting, pendidikan memiliki
hubungan yang sebanding dengan status sosial. Semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang, maka semakin tinggi pula status sosialnya di masyarakat. Salah satu
kendala masyarakat Dusun Cari dalam menempuh pendidikan yaitu biaya, tapi
kadangkala ada juga warga yang mampu secara ekonomi namun tidak mempunyai
keinginan untuk bersekolah tinggi.
Pola pikir masyarakat masih sangat terbelakang, mereka menyadari
keterbatasan dan kekurangan mereka namun masih belum mampu merealisasikan
keinginan mereka. Mereka yang mayoritas berprofesi sebagai petani dan mempunyai
tingkat pendidikan rendah tidak berusaha mengubah nasib mereka menjadi lebih baik.
Kadang mereka juga hanya pasrah terhadap keadaan yang ada dan menganggap hal
itu adalah hal wajar dan umum bagi masyarakat sekitar. Karena kondisi rata-rata
masyarakat sama-sama masih terbelakang jadi mereka tidak begitu
20
mempermasalahkan keadaan mereka ini. Mereka sudah merasa cukup hidup
sederhana dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di lingkungan sekitar mereka.
Keinginan dan ambisi anak-anak yang ingin melanjutkan pendidikan tinggi
kadang terhalangi oleh pemikiran mereka yang sempit dan takut menghadapi risiko.
Mereka takut gagal dan kurang yakin dalam bertindak, sehingga sulit untuk
melakukan perubahan agar semakin maju.
B. Saran
s
21
DAFTAR PUSTAKA
Buchori, Mohtar. 1994. Pendidikan dalam Pembangunan. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana
Yogya.
Sidi, Indrajati. 2003. Menuju Masyarakat Belajar. Jakarta Selatan: Paramadina.
Azra, Azyumardi. 2002. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: PT Kompas Media
Nusantara.
Barnadib, Imam, Sutari. 1996. Beberapa Aspek Substansial Ilmu Pendidikan. Yogyakarta:
Andi Offset.
22
Lampiran
Peta Provinsi Yogyakarta
Tugu Gerbang Masuk Kabupaten Gunungkidul
23
Foto suasana jalan di Dusun Cari
Foto salah satu rumah penduduk
24
Foto bersama Ibu dan Bapak kepala dusun Cari
Pengambilan data dari Kartu Keluarga penduduk
25
Foto bersama Mbak Mifta dan anaknya
Foto bersama Mbak Narti dan anaknya
26
Foto bersama keluarga Pak Ziyananto
Foto SDN Widoro, salah satu SDN di Desa Sumberwungu
27
Foto bersama petani di ladang
Foto bersama keluarga Bu Sani
28
29
top related