pemerahan susu sapi
Post on 22-Dec-2015
76 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM PMM – B
Pengawasan Tempat Pemerahan Susudi Jl. Wonocolo Gg. Buntu No. 23, Surabaya
Disusun Oleh :
- Dana Widya Mahanani (P27833112002)
- Nova Cristy Ambarsari (P27833112015)
- Ghany Agnia Cristata (P27833112062)
- Aida Fithriyah (P27833112087)
Kelas A (REGULER) Semester IV / Kelompok C / Sub 1
Kementerian Kesehatan RI
Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya
Jurusan Kesehatan Lingkungan DIII Kesehatan Lingkungan
Kampus Surabaya
Tahun 2014
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Susu merupakan sumber gizi terbaik bagi manusia. Susu
disebut sebagai makanan yang hampir sempurna karena kandungan zat
gizinya yang lengkap. Selain air, susu mengandung protein,
karbohidrat, lemak, mineral, enzim-enzim, gas serta vitamin A, C dan
D dalam jumlah memadai.
Susu murni merupakan susu yang dihasilkan dari sapi sehat dan
bersih yang diperoleh dengan cara pemerahan yang benar yang
kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah sesuatu apapun dan
belum susu mendapat perlakuan apapun (SNI 01-3141-1998). .Dalam
prakteknya sangat kecil peluang kita untuk mengonsumsi susu segar
definisi SNI tersebut di atas. Umumnya susu yang dikonsumsi
masyarakat adalah susu olahan baik dalam bentuk cair (susu
pasteurisasi, susu UHT) maupun susu bubuk.
Hal itu menjadi salah satu alasan mengapa susu murni menjadi
pilihan manusia untuk memenuhi kebutuhan gizi bagi tubuh. Selain itu
hal tersebut juga memicu tumbuhnya usaha pemerahan yang bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan pasar atas permintaan konsumen susu yan
tinggi.
Saat ini juga telah dikembangkan berbagai produk olahan susu,
mulai dari keju, yogurt, susu UHT, susu bubuk dll, dan hal tersebut
tidak luput dari proses pengolahannya yang lama dan panjang, tapi
dalam prosesnya banyak nutrisi asli susu yang hilang ataupun
berkurang.
Didasari dengan masalah tentang berkurangnya nilai gizi dan
mutu susu segar, serta takut akan adanya kontaminasi penyakit atau
bakteri yang berbahaya didalamnya. Hal tersebut menjadi latar
belakang untuk mengadakan suatu pengawasan dan penilaian yang
dilakukan di lokasi pemerahan susu sapi karena tempat tersebut
2
merupakan tempat penghasil susu murni yang akan menjadi sumber
untuk pengolahan produk susu selanjutnya.
Pengawasan dan penilaian pada tempat pemerahan susu sapi sangat
berperan penting dalam kesehatan karena dengan pengawasan tersebut
susu murni dapat terjaga kualitasnya, nilai gizinya serta mencegah
adanya pengolahan yang buruk terhadap susu sapi murni.
B. Tujuan Praktikum
Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui proses produksi susu sapi segar.
Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat membuat form penilaian terhadap proses
pemerahan sapi.
2. Mahasiswa dapat menilai proses pemerahan sapi.
3. Mahasiswa dapat menilai peralatan yang digunakan dalam
proses pemerahan susu, sebelum-saat-sesudah pemerahan susu.
4. Mahasiswa dapat menilai cara perawatan sapi perah.
5. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas susu.
6. Menilai kualitas susu sampai cara pemasarannya atau
distribusinya.
7. Mahasiswa dapat menganalisa hasil penilaian terhadap proses
pemerahan sapi.
8. Mahasiswa dapat membuat kesimpulan dan saran berdasarkan
hasil analisa.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dasar Teori
Susu sangat peka terhadap cemaran kuman serta mudah menjadi rusak
atau busuk. Kerusakan susu akibat kontaminasi kuman membahayakan konsumen
karena dapat terjadi penularan penyakit. Proses pencemaran dapat terjadi pada
berbagai kesempatan antara lain, saat susu diperah, penyimpanan pada milk-can,
transportasi dari kandang ke cooling unit, penanganan ditempat penampungan
hingga pengangkutan melalui truk tanki; sampai pada industri pengolah susu.
Banyaknya kesempatan kuman mencemari susu tersebut perlu dikembangkan
teknik sanitasi yang bertujuan untuk mencegah dan menekan pertumbihan
mikroba kontaminan air susu. karena awal kontaminasi terjadi pada saat
pemerahan.
Sedangkan menurut SK Dirjen Peternakan No.17 Tahun 1983.
Dipersyaratkan jumlah kuman pada susu murni yang beredar dimasyarakat
maksimum sebesar 3 juta. Susu tidak boleh mengandung kuman patogen dan
benda asing yang dapat mengotori susu. Bakteri asam laktat normal terdapat pada
air susu, sesungguhmya bermanfaat dalam pembuatan keju dan mentega.
fungsinya memecah gula susu (laktose) dan mengendapkan protein susu (kasein)
bakteri tersebut berasal dari lingkungan pemerahan dan kamar penyimpanan susu
jenisnya streptococcus lactis dan str. cremorus.
Tindakan sanitasi merupakan upaya higienis pengamanan bahan makan
dengan cara mencegah terjadinya kontominasi, menekan pertumbuhan kuman dan
membunuh kuman.
1. Pertama, mengurangi jumlah awal kuman yakni yang berasal dari
sapinya sendiri, pekerja, kandang dan lantainya, peralatan susu serta
waktu antara pemerahan dan penyetoran ke penampungan.
Saluran susu dari sel alveoler berakhir pada lubang puting yang
biasanya terkotori oleh lantai sehingga air susu yang akan keluar
4
akan bertambah jumlah kumannya, untuk menghindarinya,
pancaran pertama dari pemerahan hendaknya dibuang. teat dipping
atau pencelupan puting pada cairan desinfektan sebelum
pemerahan dapat mengurangi secara signifikan angka pertambahan
kuman.
Pekerja yang melaksanakan pemerahan harus bebas penyakit
menular; tidak boleh memerah pada saat menderita batuk dan
mencret; pekerjaan yang lain boleh dilakukan. tangan dan kuku
harus bersih dan tidak dierkenankan bersin maupun meludah saat
memerah. penggunaan pakaian bersih dan masker sangat
melindung terjadinya pencemaran dari pekerja.
Sanitasi kandang terutama bagian lantai harus dipelihara. pada saat
akan dilakukan pemerahan kandang harus sudah bersih untuk
menghilangkan sumber pencemaran kuman. dalam keadaan kotor,
angin dan gerakan ekor sapi dapat memudahkan masuknya kotoran
pada air susu. ventilasi yang baik menjamin kualitas karena udara
yang bersih mencegah timbulnya bau yabg mudah diserap oleh
susu.
Peralatan yang dipergunakan untuk air susu harus terbuat dari
bahan yang madah dibersihkan, tidak bercelah-celah yang
memungkinkan kuman hidup dari sisa air susu yang tertinggal di
tempat itu. pembersihan dilakukan dengan menggunakan air
bersih, dilanjutkan dengan sabun kemudian dibilas kembali
dengan air bersih atau kaporit. peralatan disimpan terbalik pada
rak, sebaiknyaterkena sinar matahari. jangan dilap dengan kain,
karena justru akan terjadi penempelan kuman.
Waktu antara pemerahan dan penyetoran juga merupakan saat
kritis air susu terhadap pencemaran kuman. oleh karenanya setelah
susu diperah segera kirim ke tempat penampungan. wadah
pengiriman biasanya berupa milk-can. jerigen plastik dengan mulut
kecil sukar dibersihkan dan mempunyai sifat bau. wadah terisi
penuh dan harus tertutup, dihindarkan sinar matahari untuk
5
mencegah kenaikan susu yang berakibat pada percepatan
perkembangan bakteri.
2. Kedua, mencegah pertumbuhan kuman. Mengingat pertumbuhan
bakteri yang sangat cepat, jumlah kecil pada awal pemerahan dapat
berkembang hingga merusak atau menurunkan kualitas susu oleh
pertumbuhan kuman. Salah satu cara yang detail adalah melalui
pendinginan.
Susu dalam wadahnya dapat ditempatkan sementara pada suatu
bak berlapis seng atau aluminium, diisi dengan timbunan es
batu dibubuhi garam dapur dan serbuk gergaji. cara ini dapat
menurunkan suhu hingga lebih rendah dari 10 derajat celsius.
jika penyimpanan agak lama, diperlukan pengadukan secara
berkala dengan pengaduk berbahan stainless steel agar suhu
merata.
Untuk daerah pegunungan ada cara sederhana yakni dengan
mengalirkan air dingin terus menerus pada bak dimana wadah
susu ditempatkan. suhu yang diperoleh antara 15 hingga 10
derajat celsius. cara yang lain : surface cooler, refrigerator
(lemari es) dan cooling unit. teknik pendinginan semacam ini
dilakukan untuk tujuan penyimpanan atau terjadi penundaan
pengiriman. pada suhu 12 derajat celcius, susu tahan hingga 12
jam, 8 derajat celcius tahan 12-24 jam; dan pada suhu derajat
celcius dapat disimpan hingga 72 jam.
3. Ketiga, membunuh kuman. Pemanasan merupakan teknik yang umum
dipergunakan dalam upaya mematikan kuman dalam susu. dengan
pemanasan maka air susu dapat disimpan lebih lama, tidak
membahayakan kesehatan konsumen. cara ini mengakibatkan
perubahan susunan gizi air susu, tetapi kecil artinya jika dibandingkan
dengan bahayanya.
Teknik sanitasi yang berpedoman pada prinsip kesehatan masyarakat
veteriner (kesmavet) ini memberikan jaminan bahan baku pangan yang aman.
setelah bahan baku diolah menjadi produk akhir yang siap disajikan ke konsumen
6
tentu juga perlu memperoleh pengamanan dengan prinsip serupa itu sehingga
masyarakat tidakragu-ragu lagi mendapatkan gizi untuk meningkatkan mutu
generasi.
Adapun sifat fisik dari air susu pemerahan adalah :
1. Warna air susu :
Warna air susu dapat berubah dari satu warna kewarna yang lain,
tergantung dari bangsa ternak, jenis pakan, jumlah lemak, bahan padat
dan bahan pembentuk warna. Warna air susu berkisar dari putih
kebiruan hingga kuning keemasan. Warna putih dari susu merupakan
hasil dispersi dari refleksi cahaya oleh globula lemak dan partikel
koloidal dari casein dan calsium phosphat. Warna kuning adalah
karena lemak dan caroten yang dapat larut. Bila lemak diambil dari
susu maka susu akan menunjukkan warna kebiruan.
2. Rasa dan bau air susu :
Kedua komponen ini erat sekali hubungannya dalam menentukan
kualitas air susu. Air susu terasa sedikit manis, yang disebabkan oleh
laktosa, sedangkan rasa asin berasal dari klorida, sitrat dan garam-
garam mineral lainnya. Buckle et al., (1987) menyatakan bahwa cita
rasa yang kurang normal mudah sekali berkembang di dalam susu dan
hal ini mungkin merupakan akibat dari:
a. Sebab-sebab fisiologis seperti cita rasa pakan sapi misalnya alfalfa,
bawang merah, bawang putih, dan cita rasa algae yang akan masuk
ke dalam susu jika bahan-bahan itu mencemari pakan dan air
minum sapi.
b. Sebab-sebab dari enzim yang menghasilkan cita rasa tengikkarena
kegiatan lipase pada lemak susu.
c. Sebab-sebab kimiawi, yang disebabkan oleh oksidasi lemak.
7
d. Sebab-sebab dari bakteri yang timbul sebagai akibat pencemaran
dan pertumbuhan bakteri yang menyebabkan peragian laktosa
menjadi asam laktat dan hasil samping metabolik lainnya yang
mudah menguap.
e. Sebab-sebab mekanis, bila susu mungkin menyerap cita rasa cat
yang ada disekitarnya, sabun dan dari larutan chlor.
Bau air susu mudah berubah dari bau yang sedap menjadi bau yang tidak
sedap. Bau ini dipengaruhi oleh sifat lemak air susu yang mudah menyerap bau
disekitarnya. Demikian juga bahan pakan ternak sapi dapat merubah bau air susu.
3. Berat jenis air susu :
Air susu mempunyai berat jenis yang lebih besar daripada air. BJ
air susu = 1.027-1.035 dengan rata-rata 1.031. Akan tetapi menurut
codex susu, BJ air susu adalah 1.028. Codex susu adalah suatu daftar
satuan yang harus dipenuhi air susu sebagai bahan makanan. Daftar ini
telah disepakati para ahli gizi dan kesehatan sedunia, walaupun
disetiap negara atau daerah mempunyai ketentuan-ketentuan tersendiri.
Berat jenis harus ditetapkan 3 jam setelah air susu diperah. Penetapan
lebih awal akan menunjukkan hasil BJ yang lebih kecil. Hal ini
disebabkan oleh :
Perubahan kondisi lemak
Adanya gas yang timbul didalam air susu
4. Kekentalan air susu (viskositas)
Seperti BJ maka viskositas air susu lebih tinggi daripada air.
Viskositas air susu biasanya berkisar 1,5 – 2,0 cP. Pada suhu 20°C
viskositas whey 1,2 cP, viskositas susu skim 1,5 cP dan susu segar 2,0
cP. Bahan padat dan lemak air susu mempengaruhi viskositas.
Temperatur ikut juga menentukan viskositas air susu. Sifat ini sangat
menguntungkan dalam pembuatan mentega.
8
5. Titik beku dan titik cair dari air susu :
Pada codex air susu dicantumkan bahwa titik beku air susu adalah
–0.5000 C . Akan tetapi untuk Indonesia telah berubah menjadi –
0.5200 C. Titik beku air adalah 00 C. Apabila terdapat pemalsuan air
susu dengan penambahan air, maka dengan mudah dapat dilakukan
pengujian dengan uji penentuan titik beku. Karena campuran air susu
dengan air akan memperlihatkan titik beku yang lebih besar dari air
dan lebih kecil dari air susu. Titik didih air adalah 100°C dan air susu
100.16°C. Titik didih juga akan mengalami perubahan pada pemalsuan
air susu dengan air.
6. Daya cerna air susu :
Air susu mengandung bahan/zat makanan yang secara totalitas
dapat dicerna, diserap dan dimanfaatkan tubuh dengan sempurna atau
100%. Oleh karena itu air susu dinyatakan sangat baik sebagai bahan
makanan. Tidak ada lagi bahan makanan baik dari hewani terlebih-
lebih nabati yang sama daya cernanya denagn air susu.
9
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu Praktikum
Hari : Selasa
Tanggal : 29 April 2014
Pukul : 03.30.00 – 05.00 WIB
B. Lokasi Praktikum
Pemerahan Susu Sapi
Jalan Wonocolo Gg.Buntu No.23 Surabaya
C. Alat dan Bahan
1. Formulir pemeriksaan / penilaian pemerahan susu sapi
2. Alat tulis
3. Kamera
4. Alat transportasi
D. Cara Kerja :
1. Mencari lokasi pemerahan susu sapi.
2. Membuat perjanjian kepada Pemilik Pemerahan Susu Sapi.
3. Pembuatan Surat ijin praktikum lapangan ke bagian kurikulum.
4. Membuat formulir penilaian.
5. Menuju lokasi Pemerahan Sapi.
6. Melakukan wawancara.
7. Melihat proses Pemerahan Susu secara langsung.
8. Melakukan Penilaian sesuai dengan variabel yang dinilai.
9. Mengambil foto untuk dokumentasi
10. Melakukan Analisis data, laporan, kesimpulan dan sarannya.
E. Cara Pemberian Nilai Form Penilaian
Setelah melihat kondisi dilokasi jika tidak memenuhi atau
memenuhi persyaratan sanitasi kandang sapi perah pada elemen yang
diperiksa, maka kolom Kategori (K/C/B) yang berarti Kurang, Cukup dan
10
Baik diisi dengan tanda “K/C/B” pada kotak yang ada di kolom kategori.
Bobot dari nilai K = 1, C = 2, B = 3.
HASIL OBSERVASI dan ANALISA HASIL
Nama tempat pemerahan susu perah : Pemerahan Susu Perah
Alamat : Wonocolo Gg. Buntu No.23, Surabaya
Nama pemilik : Bapak Markuat
Nama penanggungjawab : Bapak Rifa’i
Jenis produksi : Susu perah
Jumlah karyawan : 3 orang
Produksi per hari : ± 200 liter susu perah
No. Variable
Besar Penilaian
NilaiKategori
(K/C/B)
LOKASI DAN LINGKUNGAN PRODUKSI
1. Lokasi pemerahan susu sapi seharusnya dijaga
tetap bersih, bebas dari sampah, bau, kotoran.
1 K
2. Lingkungan seharusnya selalu dipertahankan
dalam keadaan bersih dengan cara – cara sebagai
berikut :
a. Sampah dibuang dan tidak menumpuk
b. Tempat sampah selalu tertutup
c. Jalan terpelihara dan selokannya berfungsi
dengan baik
1 K
Jumlah 2
Presentase 33,3 %
Analisa Hasil :
11
1. Lokasi pemerahan susu sapi mendapat nilai kurang karena dalam keadaan
kotor oleh kotoran sapi, karung- karung ampas tahu, dan bau yang disebabkan
oleh kotoran sapi.
2. Lingkungan dalam kandang sapi mendapat nilai kurang karena masih terdapat
tumpukan sampah karung bekas ampas tahu yang digunakan sebagai pakan
sapi perah. Sedangkan untuk selokannya berfungsi kurang baik untuk
mengalirkan kotoran sapi yang ada di dalam kandang dan mendapat skore
total adalah 2.
BANGUNAN DAN FASILITAS
3. Bangunan Ruang Produksi
Ruang produksi sebaiknya tidak digunakan untuk
memproduksi produk lain selain pangan
1 K
Kontruksi ruangan sebaiknya terbuat dari bahan
yang tahan lama
2 C
Kontruksi seharusnya mudah dipelihara dan
dibersihkan atau didesinfeksi.
2 C
a. Lantai
- Lantai sebaiknya terbuat dari bahan kedap air,
rata, tidak licin, kuat, memudahkan
pembuangan atau pengaliran air, air tidak
tergenang.
- Lantai seharusnya selalu dalam keadaan bersih
dari debu, lendir, dan kotoran lainnya serta
mudah dibersihkan.
2 C
b. Dinding
- Dinding atau pemisah ruang sebaiknya dibuat
dari bahan kedap air, rata, halus, tahan lama,
tidak mudah mengelupas, dan kuat.
- Dinding atau pemisah ruangan seharusnya
selalu dalam keadaan bersih dari debu, lendir,
dan kotoran lainnya.
1 K
12
- Dinding atau pemisah ruangan seharusnya
mudah dibersihkan.
c. Langit – langit
- Langit-langit sebaiknya terbuat dari bahan yang
tahan lama, tahan terhadap air, tidak mudah
bocor, tidak mudah terkelupas atau terkikis.
- Permukaan langit-langit sebaiknya rata,
berwarna terang dan jika diruang produksi
menggunakan atau menimbullkan uap air
sebaiknya terbuat dari bahan yang tidak
menyerap air dan dilapisi cat tahan panas.
- Kontruksi langit-langit sebaiknya didesain
dengan baik untuk mencegah penumpukan
debu, pertumbuhan jamur, pengelupasan,
bersarangnya hama, memperkecil terjadinya
kondensasi.
- Langit – langit seharusnya selalu bebas dari
debu dan sarang laba-laba
1 K
d. Pintu
- Pintu ruangan sebaiknya dibuat dari bahan
tahan lama, kuat, tidak mudah pecah atau rusak,
rata, halus, berwarna terang.
- Pintu ruangan produksi seharusnya didesain
membuka keluar / ke samping sehingga debu
atau kotoran dari luar tidak terbawa masuk ke
dalam ruangan pengolahan.
- Pintu ruangan, termasuk pintu kasa dan tirai
udara seharusnya mudah ditutup dengan baik
dan selalu dalam keadaan tertutup.
1 K
e. Jendela
- Jendela sebaiknya dibuat dari bahan tahan lama,
1 K
13
kuat, tidak mudah pecah atau rusak,
- Permukaan jendela sebaiknya rata, halus,
berwarna terang, dan mudah dibersihkan.
- Jendela seharusnya dilengkapi dengan kasa
pencegah masuknya serangga yang dapat
dilepas untuk memudahkan pembersihan dan
perawatan.
- Konstruksi jendela seharusnya didisain dengan
baik untuk mencegah penumpukan debu.
f. Lubang angin atau ventilasi
- Lubang angin atau ventilasi seharusnya cukup
sehingga udara segar selalu mengalir di ruang
produksi dan dapat menghilagkan uap, gas,
asap, bau dan panas yang timbul selama
pengolahan,
- Lubang angin atau ventilasi seharusnya selalu
dalam keadaan bersih, tidak berdebu, dan tidak
dipenuhi sarang labah-labah,
- lubang angin atau ventilasi seharusnya
dilengkapi dengan kasa untuk mencegah
masuknya serangga dan mengurangi masuknya
kotoran,
- Kasa pada lubang angin atau ventilasi
seharusnya mudah dilepas untuk memudahkan
pembersihan dan perawatan.
1 K
14
g. Permukaan tempat kerja
- Permukaan tempat kerja yang kontak langsung
dengan bahan pangan harus dalam kondisi baik,
tahan lama, mudah dipelihara, dibersihkan dan
disanitasi;
- Permukaan tempat kerja harus dibuat dari
bahan yang tidak menyerap air, permukaannya
halus dan tidak bereaksi dengan bahan pangan,
detergen dan desinfektan.
1 K
4. FASILITAS
a. Kelengkapan Ruang Produksi
- Ruang produksi sebaiknya cukup terang
sehingga karyawan dapat mengerjakan
tugasnya dengan teliti.
- Di ruang produksi seharusnya ada tempat untuk
mencuci tangan yang selalu dalam keadaan
bersih serta dilengkapi dengan sabun dan
pengeringnya.
2 C
Jumlah 15
Presentase 55,5 %
Analisa Hasil :
3. Ruangan produksi mendapat nilai kurang karena ruangan tersebut dilakukan
kegiatan produksi selain produksi susu.
4. Kontruksi ruangan produksi mendapat nilai cukup karena terbuat dari bahan
yang kuat, yaitu dari bahan beton sehingga tahan lama.
5. Kontruksi bangunannya juga mudah dipelihara dan dibersihkan karena
memiliki midel yang sederhana dan tidak rumit untuk dilakukan pembersihan.
6. Lantai mendapat nilai yang kurang karena terbuat dari permukaan lantai licin,
tidak rata, terdapat genangan air, dan masih terdapat kotoran sapi.
15
7. Kondisi dinding mendapat nilai cukup karena kontruksi dinding tidak rata,
tidak halus, dan masih terdapat sisa dari kotoran dan pakan sapi.
8. Langit-langit mendapat nilai yang kurang karena terdapat bagian yang bocor
dan dimungkinkan terjadinya penumpukan debu dan pertumbuhan jamur,
bersarangnya hama karena terbuat dari bahan kayu, serta terdapat sarang laba-
laba.
9. Pintu ruangan produksi mendapat nilai kurang karena pada area produksi
tidak dilengkapi pintu.
10. Jendela diarea pemerahan susu mendapat nilai kurang karena jendela di area
pemerahan hanya berupa lubang – lubang yang tidak terdapat penghalang
seperti kasa sehingga memungkingkan terhadap maasuknya serangga.
11. Lubang angin atau ventilasi di area pemerahan susu mendapat nilai kurang
karena belum bisa mengalirkan asap, bau, dan panas selama proses produksi.
Selain itu, ventilasi juga tidak dilengkapi dengan kasa untuk mencegah
masuknya serangga.
12. Permukaan tempat kerja yang kontak langsung dengan pangan mendapat nilai
kurang karena permukaannya kurang baik, tidak tahan lama, namun mudah
dipelihara, mudah dibersihkan, terbuat dari bahan yang tidak menyerap air,
tidak bereaksi terhadap bahan pangan tapi permukaannya tidak halus.
13. Fasilitas di ruang produksi mendapat nilai cukup karena pada ruang produksi
memiliki pencahayaan yang cukup terang dan mendukung proses produksi,
tempat cuci tangan dalalm keadaan bersih, namun tidak dilengkapi dengan
pengering dan jumlah skore total adalah 15.
PERALATAN PRODUKSI
5. a. Persyaratan Bahan Peralatan Produksi
- Peralatan produksi sebaiknya terbuat dari
bahan yang kuat, tahan lama, tidak beracun,
mudah dipindahkan atau dibongkar pasang
sehingga mudah dibersihkan dan dipelihara
- Permukaan yang kontak langsung dengan
pangan harus halus, tidak bercelah atau
2 C
16
berlubang, tidak mengelupas, tidak berkarat
dan tidak menyerap air.
- Peralatan harus tidak menimbulkan
pencemaran terhadap produk pangan oleh
jasad renik, bahan logam yang terlepas dari
mesin / peralatan, minyak pelumas, bahan
bakar dan bahanbahan lain yang menimbulkan
bahaya; termasuk bahan kontak pangan /zat
kontak pangan dar kemasan pangan ke dalam
pangan yang menimbulkan bahaya;
b. Pengawasan dan Pemantauan Peralatan
Produksi
- Semua peralatan seharusnya dipelihara,
diperiksa dan dipantau agar berfungsi dengan
baik dan selalu dalam keadaan bersih
2 C
c. Bahan perlengkapan dan alat ukur/timbang
- Bahan perlengkapan peralatan yang terbuat
dari kayu seharusnya dipastikan cara
pembersihannya yang dapat menjamin
sanitasi;
- Alat ukur/timbang seharusnya dipastikan
keakuratannya.
2 C
Jumlah 6
Presentase 66,7 %
Analisa Hasil :
14. Peralatan produksi mendapat nilai cukup karena peralatan yang digunakan
terbuat dari bahan yang cukup kuat, tahan lama, tidak beracun, mudah
dipindahkan atau dibongkar pasang sehingga mudah dibersihkan dan
dipelihara. Dan Permukaan yang kontak langsung dengan pangan harus halus,
tidak bercelah atau berlubang, tidak mengelupas, tidak berkarat dan tidak
17
menyerap air. Peralatan tidak menimbulkan pencemaran terhadap produk
pangan oleh jasad renik, bahan logam yang terlepas dari mesin / peralatan,
minyak pelumas, bahan bakar dan bahanbahan lain yang menimbulkan
bahaya; termasuk bahan kontak pangan /zat kontak pangan dar kemasan
pangan ke dalam pangan yang menimbulkan bahaya
15. Pengawasan dan pemantauan peralaatan produksi mendapat nilai yang cukup,
karena peralatan yang digunakan cukup berfungsi dengan baik dan selalu
dalam keadaan bersih.
16. Alat ukur yang digunakan mendapat nilai yang cukup karena terdapat
peralatan yang terbuat dari logam yang kondisinya sudah dalam keadaan tidak
baik, namun alat ukurnya dapat menjamin keakuratan dan jumlah skore total
adalah 6.
SUPLAI AIR ATAU SARANA AIR BERSIH
6. Air yang digunakan untuk proses produksi harus
air bersih dan sebaiknya dalam jumlah yang cukup
memenuhi seluruh kebutuhan
proses produksi.
3 B
Jumlah 3
Presentase 100 %
Analisa Hasil :
17. Suplai air atau sarana air bersih yang digunakan mendapat nilai baik karena
untuk membersihkan sapi, area peternakan, dan peralatan menggunakan air
sumur dan dilakukan dengan rutin dan jumlah skore total adalah 3.
FASILITAS DAN KEGIATAN SANITASI
7. Fasilitas Higiene dan Sanitasi
a. Sarana Pembersihan / Pencucian
- Sarana pembersihan / pencucian bahan
pangan, peralatan, perlengkapan dan
bangunan (Iantai, dinding dan lain-lain),
seperti sapu, sikat, pel, lap dan / atau
3 B
18
kemoceng, deterjen, ember, bahan sanitasi
sebaiknya tersedia dan terawat dengan baik.
- Sarana pembersihan harus dilengkapi dengan
sumber air bersih.
b. Sarana Higiene Karyawan
- sarana higiene karyawan seperti fasilitas
untuk cuci tangan dan toilet / jamban
seharusnya tersedia dalam jumlah cukup dan
dalam keadaan bersih untuk menjamin
kebersihan karyawan guna mencegah
kontaminasi terhadap bahan pangan.
1 K
c. Sarana Cuci Tangan seharusnya :
- Diletakkan di dekat ruang produksi,
dilengkapi air bersih dan sabun cuci tangan
- Dilengkapi dengan alat pengering tangan
seperti handuk, lap atau kertas serap yang
bersih.
- Dilengkapi dengan tempat sampah yang
tertutup.
1 K
d. Sarana pembuangan air dan limbah
- Sistem pembuangan limbah seharusnya
didesain dan dikonstruksi sehingga dapat
mencegah resiko pencemaran pangan dan
air bersih;
- Sampah harus segera dibuang ke tempat
sampah untuk mencegah agar tidak menjadi
tempat berkumpulnya hama binatang
pengerat, serangga atau binatang lainnya
sehingga tidak mencemari pangan maupun
sumber air
- Tempat sampah harus terbuat dari bahan
yang kuat dan tertutup rapat untuk
1 K
19
menghindari terjadinya tumpahan sampah
yang dapat mencemari pangan maupun
sumber air.
8. Kegiatan hygiene dan sanitasi
- Pembersihan dapat dilakukan secara fisik
seperti
- Kegiatan pembersihan dan penyucihamaan
peralatan produksi seharusnya dilakukan secara
rutin.
- Sebaiknya ada karyawan yang bertanggung
jawab terhadap kegiatan pembersihan /
pencucian dan penyucihamaan
1 K
Jumlah 7
Presentase 46,7 %
Analisa Hasil :
18. Fasilitas hygiene dan sanitasi yang meliputi sarana pembersihan mendapat
nilai baik karena peralatan yang digunakan untuk membersihkan peralatan,
perlengkapan, dan bangunan tersedia dan terawat dengan baik.
19. Fasilitas hygiene dan sanitasi yang meliputi sarana hygiene karyawan
mendapat nilai kurang karena tidak terdapat fasilitas cuci tangan dan toilet
bersih.
20. Sarana cuci tangan mendapat nilai kurang karena di dekat ruang produksi
tidak dilengkapi air bersih dan sabun cuci tangan namun tidak diliengkapi alat
pengering.
21. Sarana pembuangan air dan limbah mendapat nilai kurang karena terdapat
sampah karung makanan bekan pangan pangan sapi yang terletak di area
produksi dan tidak terdapat tempat sampah di area produksi karena
pembuangan kotoran langsung di sungai.
22. Kegiatan hygiene dan sanitasi mendapat nilai kurang karena kegiatan
pembersihan yang dilakukan tidak dengan penyucihamaan dan jumlah skore
total adalah 7.
20
KESEHATAN DAN HYGIENE KARYAWAN
9. a. Kesehatan Karyawan
Karyawan yang bekerja di bagian pangan harus
memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
- Dalam keadaan sehat. Jika sakit atau baru
sembuh dari sakit dan diduga masih membawa
penyakit tidak diperkenankan masuk ke ruang
produksi.
- Jika menunjukkan gejala atau menderita
penyakit menular, misalnya sakit kuning (virus
hepatitis A), diare, sakit perut, muntah, demam,
sakit tenggorokan, sakit kulit (gatal, kudis, luka,
dan lain-lain), keluarnya cairan dari telinga
(congek), sakit mata (belekan), dan atau pilek
tidak diperkenankan masuk ke ruang produksi.
2 C
b) Kebersihan Karyawan
- Karyawan harus selalu menjaga kebersihan
badannya.
- Karyawan yang menangani pangan
seharusnya mengenakan pakaian kerja yang
bersih dan / atau sepatu kerja.
- Karyawan yang menangani pangan harus
menutup luka di anggota tubuh dengan perban
khusus luka.
- Karyawan harus selalu mencuci tangan
dengan sabun sebelum memulai kegiatan
pemerahan
1 K
c. Kebiasaan Karyawan
- Karyawan yang bekerja sebaiknya tidak
makan dan minum, merokok, meludah, bersin
atau batuk ke arah pangan atau melakukan
3 B
21
tindakan lain di tempat produksi yang dapat
mengakibatkan pencemaran produk pangan.
- Karyawan di bagian pangan sebaiknya tidak
mengenakan perhiasan seperti giwang /
anting, cincin, gelang, kalung, arloji / jam
tangan, bros dan peniti atau benda lainnya
yang dapat membahayakan keamanan pangan
yang diolah.
Jumlah 6
Presentase 66,7 %
Analisa Hasil :
23. Kesehatan karyawan mendapat nilai kurang karena karyawan yang dalam
keadaan tidak sehat masih bekerja.
24. Kebersihan karyawan mendapat nilai kurang karena karyawan tidak selalu
menjaga kebersihan badannya, tidak memakai pakaian kerja yang bersih, tidak
semua karyawan menggunakan sepatu kerja, dan tidak semua karyawan
mencuci tangan dengan sabun sebelum memulai kegiatan.
25. Kebiasaan karyawan mendapat nilai baik, karena karyawan tidak makan atau
minum di area produksi, tidak merokok, tidak meludah, tidak bersin atau
batuk kea rah pangan. Karyawan dibagian pangan juga tidak mengenakan
perhiasan seperti cincin, arloji dan jumlah skore total adalah 6.
PENYIMPANAN
10. a. Penyimpanan produk akhir
- produk akhir harus disimpan terpisah dalam
ruangan yang bersih, sesuai dengan suhu
penyimpanan, bebas hama, penerangannya
cukup
- Penyimpanan bahan baku tidak boleh
menyentuh lantai, menempel ke dinding
maupun langit-langit
3 B
22
- Penyimpanan bahan dan produk akhir harus
diberi tanda dan menggunakan sistem First In
First Out (FIFO)
b. Penyimpanan Bahan Berbahaya
- Bahan berbahaya seperti sabun pembersih,
bahan sanitasi, racun serangga, umpan tikus,
dll harus disimpan dalam ruang tersendiri dan
diawasi agar tidak mencemari pangan
3 B
c. Penyimpanan Wadah dan Pengemas
- Penyimpanan wadah dan pengemas harus
rapih, di tempat bersih dan terlindung agar
saat digunakan tidak mencemari produk
pangan.
- Bahan pengemas harus disimpan terpisah
dengan bahan baku dan produk akhir.
2 C
d. Penyimpanan Peralatan Produksi
Penyimpanan mesin / peralatan produksi yang
telah dibersihkan tetapi belum digunakan harus
di tempat bersih dan dalam kondisi baik,
sebaiknya permukaan peralatan menghadap ke
bawah, supaya terlindung dari debu, kotoran
atau pencemaran lainnya.
2 C
Jumlah 10
Presentase 83,3 %
Analisa Hasil :
26. Penyimpanan mendapat nilai baik karena penyimpanan produk akhir terpisah
dalam ruangan bersih, sesuai dengan suhu penyimpanan, bebas hama,
penerangan cukup; Penyimpanan bahan baku tidak boleh menyentuh lantai,
menempel ke dinding maupun langit-langit; Penyimpanan bahan dan produk
akhir harus diberi tanda dan menggunakan sistem First In First Out (FIFO)
23
karena susu yang diproduksi saat itu langsung didistribusikan sehingga
langsung habis pada hari itu juga.
27. Penyimpanan bahan berbahaya mendapat nilai baik karena sabun pembersih,
bahan sanitasi, dll disimpan dalam ruangan yang terpisah dengan tempat
pengemasan produk.
28. Penyimpanan wadah dan pengemas medapat nilai cukup karena wadah dan
pengemas disimpan belum secara rapi ditempat yang cukup bersih dan cukup
terlindung serta terpisah dari bahan baku produk akhir.
29. Penyimpanan peralatan produksi mendapat nilai cukup karena mesin/perlatan
produksi dibersihkan sebelum digunakan, disimpan ditempat yang bersih,
namun permukaannya tidak menghadap kebawah sehingga dimungkinkan
terjadi pencemaran oleh debu, kotoran, atau pencemaran yang lain dan jumlah
skore total adalah 10.
PELABELAN
11. Kemasan diberi label yang jelas dan informatif
untuk memudahkan konsumen dalam memilih,
menangani, menyimpan, mengolah dan
mengonsumsi
1 K
Jumlah 1
Presentase 33,3 %
Analisa Hasil :
30. Kemasan mendapat nilai kurang karena tidak disertai label sehingga
menyulitkan konsumen untuk menangani, mengolah, dan mengonsumsi
produk dan jumlah skore total adalah 1.
24
Lembar pertanyaan :
1. Lokasi pemerahan
2. Ukuran lahan peternakan
3. Benih dan bibit diperoleh dari mana
4. Pakan hewan ternak berupa apa?
5. Kalau tidak ada pakan diganti apa?
6. Apakah jumlah pakan selalu memenuhi
7. Pakan hewan diperoleh dari mana?
8. Air yang digunakan untuk minum hewan bersumber dari?
9. Air yang digunakan untuk mencuci alat bersumber dari?
10. Apakah pemerah mengenakan APD lengkap?
11. Apakah hal yang perlu dilakukan sebelum proses pemerahan?
12. Apa sajakah alat yang digunakan dalam proses pemerahan?
13. Bagaimana proses pemasakan susu perah?
14. Bagaimana proses pengemasan susu perah?
15. Apa sajakah alat yang digunakan dalam pengemasan susu perah?
16. Bagaimana cara pembersihan alat – alat tersebut?
17. Apakah penjamah yang melakukan pengemasan mengenakan APD lengkap?
18. Bagaimana distribusi penjualan susu perah?
19. Alat angkut apa yang digunakan dalam mendistribusikan susu?
20. Kemana saja tujuan distribusi susu sapi perah?
25
PEMBAHASAN
Pemerahan Susu Sapi, Jl. Wonocolo Gg.Buntu No.23 Surabaya
mendapatkan jumlah skore 50 dapat dikatakan bahwa :
a. Lokasi, bangunan dan fasilitas produksi pada pemerahan susu sapi yang kami
kunjungi kurang memenuhi syarat hygiene karena masih banyak dijumpai
variabel penilaian yang tidak memenuhi syarat, seperti kondisi kandang yang
dalam keadaan kotor oleh kotoran sapi, karung- karung ampas tahu, dan bau
yang disebabkan oleh kotoran sapi, lantai yang licin, pada langit-langit
terdapat bagian yang bocor dan dimungkinkan terjadinya penumpukan debu
dan pertumbuhan jamur sehingga diperlukan perbaikan lokasi, bangunan dan
fasilitas yang lebih baik lagi agar memenuhi syarat Hygiene Sanitasi
Pemerahan Susu Sapi.
b. Untuk peralatan produksi dapat dikatakan cukup memenuhi persyaratan
karena pada variabel penilaian peralatan dipelihara dengan baik, selain itu
terbuat dari bahan yang cukup kuat, taha lama, tidak beracun, mudah
dipindahkan atau dibongkar pasang sehingga mudah dibersihkan dan
dipelihara.
c. Untuk suplai air bersih baik karena air yang digunakan untuk proses produksi
dalam kondisi bersih seperti dalam membersihkan sapi, area peternakan, dan
peralatan menggunakan air sumur dan dilakukan dengan rutin.
d. Untuk fasilitas dan kegiatan sanitasi kurang memenuhi persyaratan karena
tidak disediakan sabun cuci tangan dan pengering tangan serta sistem
pembuangan kotoran yang langsung dibuang ke sungai sehingga dapat
mencemari lingkungan.
e. Untuk kesehatan dan hygiene karyawan kurang memenuhi persyaratan karena
karyawan tidak selalu menjaga kebersihan badannya, tidak memakai pakaian
kerja yang bersih, tidak semua karyawan menggunkan sepatu kerja, dan tidak
semua karyawan mencuci tangan dengan sabun sebelum memulai kegiatan.
f. Untuk penyimpanan cukup baik karena jika produk belum diambil oleh
pembeli langsung dimasukkan di frezzer agar tidak cepat basi namun pada
pelabelan tidak dijumpai bahwa produk berlabel sehingga kurang memenuhi
persyaratan.
26
Peternakan dan pemerahan susu sapi perah beralamat di Jl. Wonocolo Gg.
Buntu No.23, Surabaya. Luas area pemerahan ± 200 m2. Benih bibit diperoleh dari
Pusvetma Ahmad Yani. Dalam kegiatannya dibantu oleh 3 orang karyawan yang
bertugas membersihkan area peternakan, memandikan sapi sebelum diperah,
memerah sapi, dan memberi makan dan minum sapi. Lokasi peternakan sekaligus
pemerahan ini berada di dalam perkampungan warga.
Sapi siap diperah saat sudah muda yang dapat dilihat dari kondisi fisiknya
seperti kulit tipis, dan urat-uratnya terlihat.
Pakan sapi perah di area peternakan ini adalah rumput, singkong dan ampas
tahu. Dan Pakan rumput diberikan pada sore hari, sedangkan ampas tahu
diberikan pada pagi hari serta sebelum dan sesudah proses pemerahan. Jumlah
pakan untuk sapi perah di peternakan ini selalu mencukupi karena menerima
pasokan dari pedagang di pasar yang tidak laku atau berlebih.
Sumber air yang digunakan dalam kegiatan peternakan dan pemerahan susu
sapi bersumber dari air sumur / pompa. Baik yang digunakan untuk minum sapi
maupun untuk mencuci peralatan pakan dan pemerahan, seperti bak penampung
susu perah.
Hal yang dilakukan sebelum proses pemerahan susu adalah sapi dimandikan
terlebih dahulu. Hal ini penting dilakukan untuk menjaga kebersihan sapi dan susu
perah. Lalu petugas pemerah susu mengoleskan blueband pada ambing dan tangan
pemerah dan proses pemerahan susu siap dilakukan. Proses pemerahan susu
dilakukan 2 kali / hari. Pada saat pemerahan susu ditampung pada timba dan
petugas tidak menggunakan baju yang bersih dan tidak menggunakan APD yang
lengkap namun memakai sepatu boot.
Alat – alat yang digunakan dalam proses pemerahan susu sapi adalah
ember bersih untuk menampung susu sapi. Susu perah yang diperoleh tanpa
melalui proses pemasakan tetapi langsung dikemas dalam plastic. Namun ada
yang dimasak dahulu untuk dijadikan susu kedelai. Proses pengemasan dilakukan
dengan mengukur susu sapi sebanyak 1L lalu dikemas dalam kemasan plastik
secara manual.
27
Untuk menjaga kebersihan alat – alat yang digunakan maka alat-alat tersebut
dicuci dengan sabun dan air hingga bersih. Namun sayangnya air yang digunakan
menggunakan air sumur yang dimungkinkan terdapat cemaran terhadap mikroba.
Penjamah yang menangani pengemasan makanan juga tidak mengenakan
APD seperti sarung tangan.
Distribusi susu perah meliputi penjual susu STMJ, pedagang keliling,
warung, dan ada juga yang langsug membeli di tempat. Dalam kegiatan distribusi,
alat angkut yang digunakan adalah sepeda motor.
REKAPITULASI Hasil Penilaian Tempat Pemerahan Susu Jl. Wonocolo Gg. Buntu No.23, Surabaya
No.
Variabel Hasil
1. Lokasi dan Lingkungan Produksi 22. Bangunan dan Fasilitas 153. Peralatan Produksi 64. Suplai Air atau Sarana Air Bersih 35. Fasilitas dan Kegiatan Sanitasi 76. Kesehatan dan Hygiene Karyawan 67. Penyimpanan 108. Pelabelan 1
TOTAL 50
No. Kategori Total (%)1.
Kategori Kurang (K)1590
x 100 % = 16,67 %
2.Kategori Cukup (C)
2090
x 100 % = 22,2 %
3.Kategori Baik (B)
1590
x 100 % = 16,67 %
*Total semua variabel 30 dan dikalikan 3 (bobot kategori benar), jadi 30 x 3 = 90
28
UJI ORGANOLEPTIK
No
.Nama Panelis Uji Organoleptik
Keterangan
1. Dana Widya M. - Rasa : Air susu terasa
sedikit manis, karena
disebabkan oleh laktosa.
- Warna : Putih karena
berasal dari susu
merupakan hasil dispersi
dari refleksi cahaya oleh
globula lemak dan
partikel koloidal dari
casein dan calsium
phosphat.
- Aroma : Amis karena
sifat lemak air susu yang
mudah menyerap bau
disekitarnya.
- Kekentalan : Tidak
terlalu kental namun
cenderung cair.
Susu yang kita uji
organoleptik bukan
susu murni tapi sudah
direbus
2. Nova Cristy A. - Rasa : Asin karena
berasal dari klorida,
sitrat dan garam-garam
mineral.
- Warna : Putih karena
berasal dari susu
merupakan hasil dispersi
dari refleksi cahaya oleh
globula lemak dan
partikel koloidal dari
Susu yang kita uji
organoleptik bukan
susu murni tapi sudah
direbus
29
casein dan calsium
phosphat.
- Aroma : Amis karena
sifat lemak air susu yang
mudah menyerap bau
disekitarnya.
- Kekentalan : Tidak
terlalu kental namun
cenderung cair.
3. Ghany Agnia C. - Rasa : Asin karena
berasal dari klorida,
sitrat dan garam-garam
mineral.
- Warna : Putih karena
berasal dari susu
merupakan hasil dispersi
dari refleksi cahaya oleh
globula lemak dan
partikel koloidal dari
casein dan calsium
phosphat.
- Aroma : Amis karena
sifat lemak air susu yang
mudah menyerap bau
disekitarnya.
- Kekentalan : Tidak
terlalu kental namun
cenderung cair.
Susu yang kita uji
organoleptik bukan
susu murni tapi sudah
direbus
4. Aida Fithriyah - Rasa : Air susu terasa
sedikit manis, karena
disebabkan oleh laktosa.
- Warna : Putih karena
Susu yang kita uji
organoleptik bukan
susu murni tapi sudah
direbus
30
berasal dari susu
merupakan hasil dispersi
dari refleksi cahaya oleh
globula lemak dan
partikel koloidal dari
casein dan calsium
phosphat.
- Aroma : Amis karena
sifat lemak air susu yang
mudah menyerap bau
disekitarnya.
- Kekentalan : Tidak
terlalu kental namun
cenderung cair.
31
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dengan hasil pemeriksaan dan penilaian yang telah
dilaksanakan pada tanggal 29 April 2014 di Pemerahan Susu Sapi, Jl.
Wonocolo Gg.Buntu No.23 Surabaya mendapatkan jumlah skore 50
bahwasannya dapat dikatakan bahwa lokasi, bangunan dan fasilitas
produksi pada pemerahan susu sapi yang kami kunjungi kurang memenuhi
syarat hygiene karena masih banyak dijumpai variabel penilaian yang
tidak memenuhi syarat, sehingga diperlukan perbaikan lokasi, bangunan
dan fasilitas yang lebih baik lagi agar memenuhi syarat Hygiene Sanitasi
Pemerahan Susu Sapi. Untuk peralatan produksi dapat dikatakan cukup
memenuhi persyaratan karena pada variabel penilaian peralatan dipelihara
dengan baik. Untuk suplai air bersih baik karena air yang digunakan untuk
proses produksi daklam kondisi bersih. Untuk fasilitas dan kegiatan
sanitasi kurang memenuhi persyaratan karena tidak disediakan sabun cuci
tangan dan pengering tangan serta sistem pembuangan kotoran yang
langsung dibuang ke sungai sehingga dapat mencemari lingkungan. Untuk
kesehatan dan hygiene karyawan kurang memenuhi persyaratan karena
karyawan tidak menggunakan seragam maupun APD saat proses produksi
sehingga beresiko besar untuk mengkontaminasi produk. Untuk
penyimpanan cukup baik karena jika produk belum diambil oleh pembeli
langsung dimasukkan di frezzer agar tidak cepat basi namun pada
pelabelan tidak dijumpai bahwa produk berlabel sehingga kurang
memenuhi persyaratan.
32
B. Saran
Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, maka kami dapat
menyarankan :
1. Pada kandang sapi perlu adanya penggunakan lampu agar
pencahayaannya di kandang terang sehingga tidak mengganggu pada
saat dilakukan pemerahan susu.
2. Sebaiknya terdapat pengolahan air limbahnya untuk menghindari
pencemaran pada lingkungan maupun pada susu yang dihasilkan,
serta tidak mengganggu kenyamanan masyarakat sekitar.
3. Sebaiknya Toilet yang ada harus selalu dibersihkan agar
kebersihannya terjaga, dan sebaiknya tidak berhubungan langsung
dengan tempat pemerahan susu untuk meminimalisir terjadinya
kontaminasi pada susu yang dihasilkan.
4. Sebaiknya saat proses pemerahan susu hendaknya karyawan
menggunakan pakaian khusus atau APD yang lengkap pada saat
memerah susu sehingga dapat menjamin kebersihan hasil susu yang
telah diperah.
33
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pertanian. 2000. Sanitasi Kandang Sapi Perah. http://pustaka.litbang .
deptan.go.id/agritek/lip50120.pdf. Diakses pada tanggal 30 April 2014.
Martharini, dwitiya. 2012. Tata Laksana Pemeliharaan Sapi Perah.
http://dwitiya-martharini.blog.ugm.ac.id/2012/08/13/tata-laksana-
pemeliharaan-sapi-perah/. Diakses pada tanggal 30 April 2014.
http://inspeksisanitasi.blogspot.com/2012/10/sanitasi-susu.html. Diakses pada
tanggal 30 April 2014.
34
DOKUMENTASI
No. Gambar Keterangan
1. Kondisi kandang sapi perah yang terlihat kurang tertata rapi.
2. Kondisi atap kandang sapi perah yang cukup memprihatinkan karena tidak sesuai persyaratan sanitasi kandang.
3. Kondisi lantai kandang sapi perah yang tidak memenuhi persyaratan karena lantai licin sekali sehingga membahayakan bagi karyawan jika terpeleset.
4. Pembersihan kantong susu sapi sebelum diperah
35
5. Proses pengolesan mentega agar susu sapi mudah diperah.
6. Proses pemerahan susu sapi yang dilakukan karyawan tanpa menggunakan APD yang lengkap.
7. Susu sapi yang sudah diperah dipisahkan dari kandang.
36
8. Pakan sapi berasal dariampas tahu atau singkong jika persediaan rumput habis.
9. Pengolahan susu kedelai (hasil pemasakan jadi).
10. Susu sapi setelah dimasak / direbus (hasil pemasakan jadi).
37
top related