pembelajaran fisika dengan pendekatan · pdf filedidik agar menjadi manusia yang beriman dan...
Post on 06-Feb-2018
222 Views
Preview:
TRANSCRIPT
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 3, 2012 (hal 207-216)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
207
PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PENDEKATAN KETERAMPILAN
PROSES DENGAN METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI
DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN KEMAMPUAN ANALISIS
Hadma Yuliani
1, Widha Sunarno
2, Suparmi
3
1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
hadmayuliani@yahoo.co.id
2 Dosen Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
widhasunarno@gmail.com
3 Dosen Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
suparmiuns@gmail.com
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses
menggunakan metode eksperimen dan demonstrasi, sikap ilmiah, kemampuan analisis, dan interaksinya terhadap
prestasi belajar siswa. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen. Populasinya terdiri dari siswa kelas
XI SMAN 1 Jakenan tahun pelajaran 2011/2012. Sampel yang diambil 2 kelas yaitu kelas XI IPA 5 dan XI IPA
6 dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Teknik pengumpulan data kemampuan analisis dan
prestasi kognitif menggunakan metode tes. Untuk data sikap ilmiah dan prestasi afektif menggunakan metode
angket. Teknik analisis data menggunakan multivariate analysis of variance (manova). Berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan: 1) tidak terdapat pengaruh pembelajaran dengan metode terhadap prestasi kognitif.
Namun, terdapat pengaruh pembelajaran dengan metode terhadap prestasi afektif; 2) terdapat pengaruh sikap
ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi kognitif dan afektif; 3) terdapat pengaruh kemampuan analisis tinggi
dan rendah terhadap prestasi kognitif. Namun tidak terdapat pengaruh kemampuan analisis tinggi dan rendah
terhadap prestasi afektif; 4) tidak terdapat interaksi antara metode dengan sikap ilmiah terhadap prestasi kognitif
dan afektif; 5) tidak terdapat interaksi antara metode dengan kemampuan analisis terhadap prestasi kognitif,
namun terdapat interaksi antara metode dengan kemampuan analisis terhadap prestasi afektif; 6) tidak terdapat
interaksi sikap ilmiah dengan kemampuan analisis terhadap prestasi kognitif dan afektif; 7) tidak terdapat
interaksi pembelajaran antara metode, sikap ilmiah, dan kemampuan analisis terhadap prestasi kognitif dan
afektif.
Kata kunci : pendekatan keterampilan proses, sikap ilmiah, kemampuan analisis, prestasi belajar,
fluida statis.
Pendahuluan
Pendidikan nasional yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi:
“Mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”.
Untuk mendukung tercapainya fungsi
tersebut perlu adanya pengembangan
kemampuan siswa maka perlu adanya
keterlibatan dari orang tua, guru, dan pemerintah.
Pengembangan kemampuan siswa perlu adanya
dukungan dari orang tua. Selain itu, perubahan di
bidang pendidikan terus diupayakan baik
perubahan kurikulum pendidikan maupun
peranan guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Untuk mengemban fungsi tersebut pemerintah
menyelenggarakan suatu sistem pendidikan
nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yaitu: ”Pendidikan nasional
harus mampu menjamin pemerataan kesempatan
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 3, 2012 (hal 207-216)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
208
pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi serta
efisiensi manajemen pendidikan. Peningkatan
mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan
kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui
olahhati, olahpikir, olahrasa dan olahraga agar
memiliki daya saing dalam menghadapi
tantangan global”. Tetapi pada kenyataannya,
mutu pendidikan di Indonesia lebih rendah
dibandingkan dengan mutu pendidikan negara-
negara lain di tingkat regional dan internasional.
Indonesia dengan telah tiga kali berpartisipasi
dalam TIMSS, yaitu tahun 1999, 2003, dan 2007
dengan mengikutkan siswa kelas VIII SMP/MTs.
Capaian siswa kelas VIII di Indonesia dalam
matematika dan sains yang berada di papan
bawah dibandingkan capaian siswa di beberapa
negara di Asia (Hongkong, Japan, Korea,
Taiwan, Malaysia, Thailand). Siswa Indonesia
menempati peringkat 32 dari 38 negara (tahun
1999), peringkat 37 dari 46 negara (tahun 2003),
dan peringkat 35 dari 49 negara (tahun 2007).
Dengan capaian tersebut, rata-rata siswa
Indonesia hanya mampu mengenali sejumlah
fakta dasar tetapi belum mampu
mengkomunikasikan dan mengaitkan berbagai
topik sains, apalagi menerapkan konsep-konsep
yang kompleks dan abstrak (data dari TIMSS
diambil dari Prosiding Seminar Nasional Fisika
2010 pada tanggal 28 April 2010)
Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia
berdasarkan TIMSS, khususnya pembelajaran
sains karena pembelajaran sains tidak diajarkan
sesuai dengan karakteristik sains itu sendiri.
Pembelajaran sains adalah pembelajaran untuk
mendapatkan pengetahuan yang dengan
menggunakan pengamatan dan eksperimen untuk
menggambarkan dan menjelaskan fenomena –
fenomena yang terjadi di alam.
Fisika oleh Piaget dikelompokkan sebagai
pengetahuan fisis. Pengetahuan fisis terjadi
karena abstraksi terhadap alam. Pengetahuan
fisis adalah pengetahuan akan sifat-sifat fisis dari
suatu objek atau kejadian dalam bentuk, besar
kekasaran, berat serta bagaimanan objek-objek
itu berinteraksi satu dengan yang lainnya (Piaget,
1970, 1971: Wadsworth, 1989) yang dikutip oleh
Suparno (2007: 12). Siswa memperoleh
pengetahuan fisis tentang suatu objek dengan
mengerjakan atau bertindak terhadap objek itu
melalui inderanya. Pengetahuan fisis ini didapat
dari abstraksi langsung akan suatu objek. Oleh
karena itu fisika adalah pengetahuan fisis, maka
sangat jelas bahwa untuk mempelajari fisika dan
membentuk pengetahuan tentang fisika,
diperlukan kontak langsung dengan hal yang
ingin diketahui. Inilah sebabnya dalam fisika
terdapat metode eksperimen dan inkuiri, dimana
siswa dapat mengamati, mengukur,
mengumpulkan data, menganalisa data, dan
menyimpulkan sangat cocok dalam mendalami
fisika. Metode ilmiah yang sangat jelas
menunjukkan proses abstraksi terhadap kejadian
konkrit, tepat untuk digunakan dalam
mempelajari fisika (Suparno, 2007: 12). Selain
itu fisika juga merupakan ilmu pengetahuan yang
berusaha menguraikan dan menjelaskan hukum-
hukum dan kejadian-kejadian dalam alam
menurut pemikiran manusia.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan
bahwa fisika adalah pengetahuan yang
mempelajari kejadian-kejadian yang bersifat fisis
yang mencakup proses, produk dan sikap ilmiah
bersifat siklik, saling berhubungan, dan
menerangkan bagaimana gejala-gejala alam
tersebut terukur melalui pengamatan dan
penelitian. Produk merupakan kumpulan
pengetahuan yang dapat berupa fakta, konsep,
prinsip, hukum, dan teori. Proses merupakan
langkah-langkah yang harus ditempuh untuk
memperoleh pengetahuan misalnya mengamati,
menafsirkan pengamatan, mengklarifikasi,
meramalkan, menerapkan konsep, merencanakan
percobaan, berkomunikasi dan menyimpulkan.
Sikap ilmiah terbentuk saat melakukan proses,
misalnya objektif dan jujur pada saat
mengumpulkan dan menganalisa data.
Pembelajaran sains khususnya fisika harus
sesuai karakteristik fisika melalui pengukuran
langsung, penggunaan metode eksperimen dan
demonstrasi dan penjabaran rumus. Mata
pelajaran fisika di SMA dikembangkan untuk
mendidik siswa agar mampu mengembangkan
observasi dan eksperimentasi serta berfikir taat
asas. Berfikir taat asas dikembangkan dari
kemampuan matematis yang dimiliki lewat
pelajaran matematika. Kemampuan observasi
dan eksperimentasi ditekankan pada melatih
kemampuan berpikir eksperimental. Kemampuan
berpikir eksperimental mencakup tata laksana
percobaan dan mengenal peralatan laboratorium.
Standar kompetensi mata pelajaran fisika untuk
SMA kelas XI telah dirumuskan oleh
Departemen Pendidikan Nasional antara lain:
menganalisis gejala alam dan keteraturannya
dalam cakupan mekanika benda titik,
menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik
sistem kontinyu dalam menyelesaikan masalah,
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 3, 2012 (hal 207-216)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
209
menerapkan konsep termodinamika dalam mesin
kalor.
Materi dalam pembelajaran fisika untuk
SMA kelas XI salah satunya fluida statis yang
terdapat dalam standar kompetensi menerapkan
konsep dan prinsip mekanika klasik sistem
kontinyu dalam menyelesaikan masalah.
Karakteristik materi fluida statis merupakan
materi pembelajaran yang bisa diamati oleh
siswa secara langsung. Pada materi fluida statis
banyak berkaitan dalam kehidupan sehari-hari
maka materi fluida statis penting untuk dipahami
siswa. Dalam pembelajaran fluida statis kurang
berhasil bila tidak ditunjang dengan kegiatan
praktikum/laboratorium. Metode eksperimen dan
demonstrasi yang digunakan untuk proses
pembelajaran dalam kegiatan
praktikum/laboratorium dengan menggunakan
pendekatan keterampilan proses.
Pembelajaran keterampilan proses dengan
metode eksperimen dan demonstrasi di SMA
Negeri 1 Jakenan sudah dilaksanakan dalam
pembelajaran fisika tetapi kurang maksimal.
Maka sebaiknya, siswa diberikan pembelajaran
fisika dengan pembelajaran proses dimana
melibatkan siswa secara aktif dalam
pembelajaran dengan melakukan pengamatan
dalam memperoleh pengetahuan/konsep
pembelajaran sehingga pembelajaran bermakna.
Pembelajaran bermakna diharapkan mampu
bertahan lama diingatan/memori siswa karena
siswa menemukan pengetahuannya melalui
metode ilmiah.
Pendidikan sains di Indonesia khususnya
fisika masih monoton dan membosankan. Proses
belajar mengajar yang dilakukan guru pada
umumnya adalah guru sebagai pusat pengetahuan
di depan kelas, siswa belum terlibat aktif dari
pembelajaran, pembelajaran belum melibatkan
keterampilan proses dan kontekstual, dan soal
yang diberikan belum kontekstual sehingga hasil
belajar yang diperoleh siswa rendah karena guru
fisika SMA lebih menekankan pada pencapaian
target kurikulum dan kurang menekankan pada
pemahaman konsep. Selain itu, pelajaran fisika
merupakan salah satu pelajaran yang dianggap
sulit dan tidak disukai oleh siswa, karena fisika
biasanya melalui pendekatan secara matematis.
Pembelajaran fisika bukan hanya sekedar
mengerti matematika, tetapi lebih jauh siswa
diharapkan mampu memahami konsep yang
terdapat dalam pembelajaran fisika, menuliskan
simbol-simbol fisis, memahami permasalahan
serta menyelesaikan secara matematis.
Ada faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar siswa antara lain adalah kondisi
internal dan kondisi eksternal dari siswa. Kondisi
internal adalah faktor-faktor yang berasal dari
dalam diri siswa meliputi kemampuan awal,
pengetahuan prasyarat yang telah dimiliki siswa,
aktivitas, kreativitas, sikap ilmiah, intelegensi,
gaya belajar, interaksi sosial, bakat, dan
kemampuan analisis. Sikap ilmiah dan
kemampuan analisis berpengaruh terhadap
pembelajaran fisika. Baharuddin (1982:34)
mengemukakan bahwa sikap ilmiah pada
dasarnya adalah sikap yang diperlihatkan oleh
para ilmuwan saat ilmuwan melakukan kegiatan
eksperimen. Dengan perkataan lain
kecenderungan siswa untuk bertindak atau
berperilaku dalam memecahkan suatu masalah
secara sistematis melalui langkah-langkah
ilmiah. Aspek sikap ilmiah terdiri dari sikap
ingin tahu, sikap kritis, sikap obyektif, sikap
menghargai karya orang lain, sikap tekun, dan
sikap terbuka.
Faktor lain yang harus diperhatikan adalah
kemampuan analisis. Kemampuan analisis adalah
kemampuan menjabarkan atau menguraikan
konsep menjadi bagian-bagian yang lebih rinci
dan menjelaskan keterkaitan atau hubungan antar
bagian-bagian tersebut. Komponen kemampuan
analisis yang dimaksud adalah mengintepretasi
data, menentukan hubungan antar hal, memerinci
informasi, menginterprestasi data untuk
memecahkan masalah dan membuat hipotesis.
Kondisi pembelajaran harus diperbaiki
yaitu dengan berbagai pendekatan, model dan
metode pembelajaran antara lain pendekatan
keterampilan proses, pendekatan kontekstual,
model kooperatif, model PBI, metode inkuiri,
metode eksperimen, dan metode demonstrasi.
Keterampilan proses atau metode ilmiah
merupakan bagian dari sains (Subiyanto, 1988:
114). Dengan menggunakan keterampilan-
keterampilan memproses perolehan pengetahuan,
siswa akan mampu untuk menemukan konsep
atau prinsip tau teori, untuk mengembangkan
konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun
untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu
penemuan (falsfilasi) (Indrawati, 1999: 3). Proses
belajar mengajar dengan pendekatan
keterampilan prose akan menciptakan kondisi
belajar yang melibatkan siswa serta aktif.
Ada beberapa alasan yang melandasi perlu
diterapkannya pendekatan keterampilan proses
dalam kegiatan belajar mengajar. Alasan
pertama, perkembangan ilmu pengetahuan
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 3, 2012 (hal 207-216)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
210
berlangsung semakin cepat sehingga tak
mungkin lagi para guru mengajar semua fakta
dan konsep kepada siswa. Kedua, para ahli
psikologi pada umumnya sependapat bahwa
anak-anak mudah memahami konsep-konsep
yang rumit dan abstrak jika disertai dengan
contoh-contoh konkret. Ketiga, penemuan ilmu
pengetahuan tidak bersifat mutlak benar seratus
persen, penemuannya bersifat relatif. Alasan
keempat, dalam proses belajar mengajarnya
seyogyanya pengembangan konsep tidak lepas
dari perkembangan sikap dan nilai dalam anak
didik. Karena itu, pengembangan keterampilan
dalam memperoleh data dan pengetahuan akan
berperan sebagai wahana penyatu antara
pengembangan konsep dan pengembangan sikap
dan nilai (Conny, 1988: 14-16)
Selain pendekatan pembelajaran, guru
didukung metode pembelajaran. Seorang guru
diharapkan dapat menggunakan metode
pembelajaran yang tepat, sehingga materi akan
lebih mudah diterima siswa. Metode eksperimen
dan demonstrasi merupakan salah satu alternatif
metode pembelajaran yang digunakan guru pada
proses pembelajaran berlangsung. Metode
eksperimen mempunyai tujuan agar siswa
mampu mencari dan menemukan sendiri
berbagai jawaban atas persoalan-persoalan yang
dihadapinya dengan mengadakan percobaan
sendiri. Metode eksperimen merupakan suatu
cara mengajar agar siswa dapat terlatih dalam
cara berpikir yang ilmiah (scientific thinking).
Dengan eksperimen siswa menemukan bukti
kebenaran dari sesuatu yang telah dipelajarinya.
Sedangkan, metode demonstrasi merupakan
suatu cara mengajar yang hampir sejenis dengan
eksperimen tetapi siswa tidak melakukan
percobaan. Siswa hanya melihat yang dikerjakan
oleh guru atau perwakilan dari siswa. Metode
demonstrasi adalah cara mengajar agar seseorang
siswa menunjukkan dan memperlihatkan sesuatu
proses/kegiatan percobaan (Roestiyah, 2008: 80-
82). Berdasarkan uraian diatas maka akan
dilakukan penelitian menerapkan pembelajaran
fisika dengan pendekatan keterampilan proses
dengan metode eksperimen dan demonstrasi
ditinjau dari sikap ilmiah dan kemampuan
analisis. Adapun tujuan dalam penelitian ini
adalah untuk mengetahui: (1) pengaruh
pendekatan keterampilan proses dengan metode
eksperimen dan demonstrasi terhadap prestasi
belajar siswa, (2) pengaruh sikap ilmiah terhadap
prestasi belajar siswa, (3) pengaruh kemampuan
analisis terhadap prestasi belajar siswa, (4)
interaksi antara pendekatan keterampilan proses
dengan metode eksperimen dan demonstrasi
dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar
siswa, (5) interaksi antara pendekatan
keterampilan proses dengan metode eksperimen
dan demonstrasi dengan kemampuan analisis
terhadap prestasi belajar siswa, (6) interaksi
antara sikap ilmiah dengan kemampuan analisis
terhadap prestasi belajar siswa, (7) interaksi
antara pendekatan keterampilan proses dengan
metode eksperimen dan demonstrasi dengan
sikap ilmiah dan kemampuan analisis terhadap
prestasi belajar siswa.
Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri –
1 Jakenan Tahun Pelajaran 2011/2012 yang
beralamat di Kecamatan Jakenan, Kabupaten
Pati, Provinsi Jawa Tengah. Adapun waktu
pelaksanaan penelitian ini mulai dari penyusunan
proposal hingga pembuatan laporan penelitian
dimulai bulan September tahun 2011 sampai
dengan tahun Juli 2012. Penelitian ini adalah
penelitian kuasi eksperimen. Kelompok
eksperimen I diajar dengan pendekatan
keterampilan proses menggunakan metode
eksperimen dan kelompok eksperimen II dengan
menggunakan pendekatan keterampilan proses
menggunakan metode demonstrasi.
Rancangan penelitian dalam penelitian ini
disusun sesuai dengan variabel-variabel yang
terlibat. Variabel-variabel terlibat dalam
penelitian ini merupakan cerminan dari data-data
yang akan diperoleh setelah perlakuan terhadap
sampel penelitian yang dilakukan. Data yang
diperoleh kemudian dianalisis menggunakan uji
manova. Teknik pengambilan sampel
menggunakan teknik cluster random sampling.
“Sampel adalah sebagian atau wakil populasi
yang diteliti” (Suharsimi: 2006). Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini ada 2 kelas, yaitu
kelas XI IPA 5 sebagai kelas eksperimen pertama
dengan pendekatan keterampilan proses
menggunakan metode eksperimen dan kelas XI
IPA 6 sebagai kelas eksperimen kedua dengan
pendekatan keterampilan proses menggunakan
metode demonstrasi.
Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan: (1) metode tes
untuk mengetahui prestasi belajar siswa dalam
ranah kognitif dan juga untuk mengetahui
kemampuan analisis siswa, (2) metode angket
digunakan untuk mengetahui sikap ilmiah dan
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 3, 2012 (hal 207-216)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
211
prestasi afektif siswa, (3) metode observasi
dilakukan untuk mendapatkan kumpulan data
dari aktivitas belajar siswa pada saat melakukan
kegiatan praktikum dan untuk pengamatan
perilaku penilaian prestasi belajar ranah afektif. Instrumen pelaksanaan penelitian dalam
penelitian ini berupa silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar
Kerja Siswa (LKS). Instrumen pengambilan data
digunakan tes, angket dan observasi. Tes
digunakan untuk mengukur prestasi belajar
kognitif siswa dan mengukur kemampuan
analisis siswa. Angket digunakan untuk
mengukur sikap ilmiah dan prestasi belajar ranah
afektif. Observasi untuk mengukur penilaian
prestasi belajar ranah afektif.
Uji normalitas data menggunakan uji
Shapiro-Wilk yang terdapat pada software SPSS
17. Dan uji homogenitas digunakan adalah test
of homogeneity variances. Kemudian
Pengujian hipotesis pada penelitian ini
menggunakan uji manova dengan bantuan
software SPSS 17 (Budiyono: 2009).
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Deskripsi data untuk kedua kelas eksperimen
tersebut dapat dilihat pada Tabel 1
Tabel 1 Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif
Ditinjau Dari Metode Belajar
Kelompok Jumlah
Data Maks. Min.
Rata-
rata SD
Metode Eksperimen 36 87 60 75.47 6.609
Metode Demonstrasi 36 87 47 68.94 9.295
Pada Tabel 1 diperlihatkan nilai rata-rata
prestasi belajar kognitif kelas dengan metode
eksperimen lebih tinggi dan memiliki standar
deviasi yang lebih kecil dibandingkan metode
demonstrasi. Dengan standar deviasi yang kecil
pada metode eksperimen menunjukkan bahwa
data mengumpul. Data mengumpul menunjukkan
data nilai siswa yang baik untuk prestasi belajar
kognitif. Sedangkan standar deviasi yang besar
pada metode demonstrasi menunjukkan data
menyebar. Dengan metode eksperimen
menunjukkan nilai siswa lebih baik daripada
metode demonstrasi terhadap prestasi belajar
kognitif.
Tabel 2. Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif
Ditinjau Dari Sikap Ilmiah
Kelompok Jumlah
Data Maks. Min.
Rata-
rata
Standar
Deviasi
Sikap Ilmiah
Tinggi 37 87 63 76.95 6.191
Sikap Ilmiah
Rendah 35 83 47 67.20 8.102
Pada Tabel 2 diperlihatkan nilai rata-rata
prestasi belajar kognitif kelas dengan sikap
ilmiah tinggi lebih tinggi dan memiliki standar
deviasi yang lebih kecil dibandingkan sikap
ilmiah rendah. Dengan standar deviasi yang kecil
pada sikap ilmiah tinggi menunjukkan bahwa
data mengumpul. Data mengumpul menunjukkan
data nilai siswa yang baik untuk prestasi belajar
kognitif dengan sikap ilmiah tinggi. Sedangkan
standar deviasi yang besar pada sikap ilmiah
rendah menunjukkan data menyebar. Jadi, siswa
yang memiliki sikap ilmiah tinggi menunjukkan
nilai siswa lebih baik daripada sikap ilmiah.
Tabel 3. Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif
Ditinjau Dari Kemampuan Analisis
Kelompok Jumlah
Data Maks. Min.
Rata-
rata
Standar
Deviasi
Kemp.
Analisis
Tinggi
48 84 63 75.20 5.143
Kemp.
Analisis
Rendah
28 82 62 70.93 5.422
Pada Tabel 3 diperlihatkan nilai rata-rata
prestasi belajar kognitif kelas dengan
kemampuan analisis tinggi lebih tinggi dan
memiliki standar deviasi yang lebih kecil
dibandingkan kemampuan analisis rendah.
Dengan standar deviasi yang kecil pada
kemampuan analisis tinggi menunjukkan bahwa
data mengumpul. Data mengumpul menunjukkan
data nilai siswa yang baik untuk prestasi belajar
kognitif dengan kemampuan analisis tinggi.
Sedangkan standar deviasi yang besar pada
kemampuan analisis rendah menunjukkan data
menyebar. Jadi, siswa yang memiliki
kemampuan analisis tinggi menunjukkan nilai
siswa lebih baik daripada kemampuan analisis
rendah.
Tabel 4. Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Ditinjau
Dari Metode Belajar
Kelompok Jumlah
Data Maks. Min.
Rata-
rata SD
Metode
eksperimen 36 84 67 75.58 4.735
Metode
Demonstrasi 36 84 62 71.50 5.755
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 3, 2012 (hal 207-216)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
212
Pada Tabel 4 diperlihatkan nilai rata-rata
prestasi belajar afektif kelas dengan metode
eksperimen lebih tinggi dan memiliki standar
deviasi yang lebih kecil dibandingkan metode
demonstrasi. Dengan standar deviasi yang kecil
pada metode eksperimen menunjukkan bahwa
data mengumpul. Data mengumpul menunjukkan
data nilai siswa yang baik untuk prestasi belajar
afektif. Sedangkan standar deviasi yang besar
pada metode demonstrasi menunjukkan data
menyebar. Dengan demikian metode eksperimen
menunjukkan nilai siswa lebih baik daripada
metode demonstrasi terhadap prestasi belajar
afektif.
Tabel 5. Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Ditinjau
Dari Sikap Ilmiah
Kelompok Jumlah
Data Maks. Min.
Rata-
rata
SD
Sikap Ilmiah
Tinggi 37 84 65 76.11 4.932
Sikap Ilmiah
Rendah 35 82 62 70.83 5.050
Pada Tabel 5 diperlihatkan nilai rata-rata
prestasi belajar afektif kelas dengan sikap ilmiah
tinggi lebih tinggi dan memiliki standar deviasi
yang lebih kecil dibandingkan sikap ilmiah
rendah. Dengan standar deviasi yang kecil pada
sikap ilmiah tinggi menunjukkan bahwa data
mengumpul. Data mengumpul menunjukkan data
nilai siswa yang baik untuk prestasi belajar
afektif dengan sikap ilmiah tinggi. Sedangkan
standar deviasi yang besar pada sikap ilmiah
rendah menunjukkan data menyebar. Jadi, siswa
yang memiliki sikap ilmiah tinggi menunjukkan
nilai siswa lebih baik daripada sikap ilmiah
terhadap prestasi afektif. Tabel 6. Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Ditinjau
Dari Kemampuan Analisis
Kelompok Jumlah
Data Maks. Min.
Rata-
rata
SD
Kemp. Analisis
Tinggi 48 84 63 75.20 5.143
Kemp. Analisis
Rendah 28 82 62 70.93 5.422
Pada Tabel 6 diperlihatkan nilai rata-rata
prestasi belajar afektif kelas dengan kemampuan
analisis tinggi lebih tinggi dan memiliki standar
deviasi yang lebih kecil dibandingkan
kemampuan analisis rendah. Dengan standar
deviasi yang kecil pada kemampuan analisis
tinggi menunjukkan bahwa data mengumpul.
Data mengumpul menunjukkan data nilai siswa
yang baik untuk prestasi belajar afektif dengan
kemampuan analisis tinggi. Sedangkan standar
deviasi yang besar pada kemampuan analisis
rendah menunjukkan data menyebar. Jadi, siswa
yang memiliki kemampuan analisis tinggi
menunjukkan nilai siswa lebih baik daripada
kemampuan analisis rendah terhadap prestasi
belajar afektif.
Setelah dilakukan uji hipotesis
menggunakan manova, dapat dirangkum uji
hipotesis penelitian, terlihat pada Tabel 7 :
Tabel 7. Rangkuman Uji Hipotesis Penelitian
Hipotesis
dengan
MANOVA
Signifika
nsi
Terhadap
Prestasi
Belajar
Kognitif
Keputus
an
Signifi
kansi
Terhad
ap
prestas
i
Belajar
Afektif
Keput
usan
Metode 0,059 >
0,05
Ho
diterim
a
0,009 <
0,05
Ho
ditolak
Sikap Ilmiah 0,000 <
0,05
Ho
ditolak
0,000
<0,05
Ho
ditolak
Kemampuan
Analisis
0,003 <
0,05
Ho
ditolak
0,088>
0,05
Ho
diterim
a
Metode * Sikap
Ilmiah
0,409 >
0,05
Ho
diterim
a
0,982 >
0,05
Ho
diterima
Metode *
Kemampuan
Analisis
0,133>
0,05
Ho
diterim
a
0,024
<0,05
Ho
ditolak
Sikap Ilmiah *
Kemampuan
Analisis
0,860>
0,05
Ho
diterim
a
0,373 >
0,05
Ho
diterim
a
Metode * Sikap
Ilmiah *
Kemampuan
Analisis
0,920 >
0,05
Ho
diterim
a
0,134 >
0,05
Ho
diterim
a
Berdasarkan Tabel 7 dan kriteria pengujian
hipotesis pada uraian diatas, maka kesimpulan
dari pengujian hipotesis dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Hipotesis pertama
Hipotesis pertama mengenai pengaruh
metode pembelajaran terhadap prestasi kognitif
dan afektif. Hasil hipotesis pengaruh metode
pembelajaran pada prestasi belajar kognitif
menunjukkan P-value bernilai 0,059 dan prestasi
belajar afektif menunjukkan P-value bernilai
0,009. Berdasarkan hasil keputusan uji maka Ho
diterima untuk prestasi kognitif dan HO ditolak
pada prestasi afektif. Hal ini berarti dapat
disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh
pembelajaran fisika dengan pendekatan
keterampilan proses dengan menggunakan
metode eksperimen dan demonstrasi terhadap
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 3, 2012 (hal 207-216)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
213
prestasi belajar kognitif. Sedangkan, untuk
prestasi belajar afektif terdapat pengaruh
pembelajaran fisika dengan pendekatan
keterampilan proses dengan menggunakan
metode eksperimen dan demonstrasi terhadap
prestasi kognitif. Sehingga hal ini tidak sesuai
dengan hipotesis awal untuk prestasi kognitif.
Namun, sesuai dengan hipotesis awal untuk
prestasi afektif yang menyatakan bahwa terdapat
pengaruh pembelajaran fisika dengan pendekatan
keterampilan proses dengan menggunakan
metode eksperimen dan demonstrasi terhadap
prestasi belajar afektif.
Pada pelaksanaan kedua metode
pembelajaran eksperimen dan demonstrasi tidak
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
prestasi kognitif siswa. Pembelajaran fisika
dengan menggunakan metode demonstrasi dapat
memberikan prestasi kognitif yang baik. Hal ini
dikarenakan, siswa masih dapat belajar dirumah
tentang materi yang diajarkan. Selain itu, siswa
dapat bertanya kepada teman sekelasnya apabila
kurang mengerti dengan materi pembelajaran
yang disampaikan oleh guru.
Pada hasil penelitian di Tabel 7 dapat
disimpulkan bahwa metode ekseperimen
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
prestasi belajar afektif daripada metode
demonstrasi. Hal ini dikarenakan melalui metode
eksperimen dapat melibatkan siswa secara aktif,
antara lain dalam melaksanakan eksperimen,
menemukan fakta, mengumpulkan data, menarik
kesimpulan, merumuskan konsep. Sehingga,
siswa dapat melakukan pengujian kesimpulan
atau pembuktian/penelitian kembali terhadap
konsep atau prinsip yang telah ditemukan
melalui eksperimen. Berdasarkan analisis di atas
pada dasarnya dengan menggunakan metode
eksperimen akan dapat memberikan pengaruh
yang positif terhadap siswa. Hal ini dikarenakan
dengan metode eksperimen siswa akan banyak
berinteraksi dengan teman sehingga akan
menumbuhkan sikap, nilai, kepedulian antara
teman sekelompoknya (Sagala: 2009). Pada
aspek afektif yang dinilai adalah pada sikap dan
tingkah laku siswa sehingga jelas bahwa metode
eksperimen akan dapat memberikan pengaruh
yang lebih baik pada prestasi afektif.
Metode demonstrasi kurang dapat
meningkatkan prestasi belajar afektif seperti
metode eksperimen. Hal ini dikarenakan,
pembelajaran dengan metode demonstrasi kurang
melibatkan seluruh siswa dalam pembelajaran
karena siswa hanya melihat peragaan yang
dilakukan oleh guru atau temannya saja.
Sehingga siswa yang kurang memperhatikan
peragaan dari awal sampai akhir percobaan yang
dilakukan guru atau temannya akan mendapatkan
prestasi belajar kognitif yang rendah. Hal ini
sesuai dengan salah satu kelemahan dari metode
demonstrasi dalam pembelajaran yang
dikemukan Roestiyah (2008).
b. Hipotesis Kedua
Pada hipotesis kedua mengenai pengaruh
sikap ilmiah terhadap prestasi kognitif dan
afektif. Hasil hipotesis pengaruh sikap ilmiah
pada prestasi belajar kognitif menunjukkan P-
value bernilai 0,000 dan prestasi belajar afektif
menunjukkan P-value bernilai 0,000.
Berdasarkan hasil keputusan uji maka Ho ditolak
pada prestasi kognitif maupun afektif. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
sikap ilmiah terhadap prestasi belajar kognitif
dan afektif. Sehingga hal ini sesuai dengan
hipotesis awal yang menyatakan bahwa terdapat
pengaruh sikap ilmiah terhadap prestasi belajar
kognitif dan afektif
Sikap ilmiah pada dasarnya adalah sikap
yang diperlihatkan oleh para ilmuwan saat siswa
melakukan kegiatan sebagai seorang ilmuwan
seperti kegiatan percobaan. Dengan perkataan
lain kecenderungan siswa untuk bertindak atau
berprilaku dalam memecahkan suatu masalah
secara sistematis melalui langkah-langkah
ilmiah. Pada hasil penelitian ini berdasarkan
Tabel 7 disimpulkan bahwa sikap ilmiah tinggi
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
prestasi belajar kognitif dan afektif daripada
sikap ilmiah rendah. Hal ini dikarenakan, siswa
memecahkan masalah secara matematis melalui
langkah-langkah ilmiah dan siswa memiliki sikap
ilmiah yang sangat baik berupa rasa ingin tahu,
jujur, obyektif, tekun, teliti, terbuka kritis,
menghargai penemuan orang lain, menghargai
pendapat orang lain, dan mampu menerima
gagasan baru dapat meningkatkan prestasi belajar
baik kognitif maupun afektif. Hal ini sesuai
dengan hipotesis penelitian dan kerangka
berpikir dalam penelitian ini. c. Hipotesis Ketiga
Pada hipotesis ketiga mengenai pengaruh
kemampuan analisis terhadap prestasi kognitif
dan afektif. Hasil hipotesis pengaruh
kemampuan analisis pada prestasi belajar
kognitif menunjukkan P-value bernilai 0,003 dan
prestasi belajar afektif menunjukkan P-value
bernilai 0,088. Berdasarkan hasil keputusan uji
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 3, 2012 (hal 207-216)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
214
maka Ho ditolak pada prestasi kognitif dan Ho
diterima afektif. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh kemampuan analisis
siswa terhadap prestasi belajar kognitif dan tidak
terdapat pengaruh kemampuan analisis siswa
terhadap prestasi belajar afektif. Sehingga hal ini
tidak sesuai dengan hipotesis awal yang
menyatakan bahwa terdapat pengaruh
kemampuan analisis siswa terhadap prestasi
belajar kognitif dan afektif.
Kemampuan analisis dapat diartikan
sebagai kemampuan individu untuk menentukan
bagian-bagian dari suatu masalah dan
menunjukkan hubungan antar bagian-bagian
tersebut, melihat penyebab-penyebab dari suatu
peristiwa atau memberi argumen-argumen yang
menyokong suatu pernyataan. Selain itu,
kemampuan analisis dapat diartikan sebagai
kemampuan menjabarkan atau menguraikan
konsep menjadi bagian-bagian yang lebih rinci
dan menjelaskan keterkaitan atau hubungan antar
bagian-bagian tersebut. Selain itu, apabila
mengacu pada indikator kemampuan analisis
siswa yang diukur adalah mengintepretasi data,
menentukan hubungan antar hal, memerinci
informasi, menginterprestasi data untuk
memecahkan masalah dan membuat hipotesis.
Indikator pada kemampuan analisis ini
mempengaruhi siswa dalam prestasi kognitif
siswa.
Pada hasil hipotesis prestasi belajar afektif
bahwa tidak terdapat pengaruh kemampuan
analisis siswa terhadap prestasi belajar afektif.
Hal ini dikarenakan beberapa hal yang terjadi,
seperti pada siswa baik yang memiliki
kemampuan analisis tinggi dan rendah dapat
mengikuti pembelajaran dengan baik. Selain itu
sistem penilaian prestasi belajar afektif hanya menggunakan angket sehingga terdapat beberapa
siswa yang asal-asalan menjawab pertanyaan
pada angket.
Pada penilaian kemampuan analisis siswa
hanya menggunakan beberapa perwakilan soal
materi pembelajaran fisika saja dan tidak
mencakup semua soal materi fisika. Sehingga
siswa yang mengerti di soal perwakilan yang
mengukur kemampuan analisis siswa akan
mendapat nilai kemampuan analisis yang tinggi
dibandikan temannya yang lain. Walaupun
sebenarnya, siswa tersebut tidak mengusai semua
soal kemampuan analisis yang ada pada
keseluruhan materi pembelajaran fisika.
d. Hipotesis Keempat
Pada hipotesis keempat mengenai interaksi
pembelajaran keterampilan proses menggunakan
metode eksperimen dan demonstrasi dengan
sikap ilmiah terhadap prestasi kognitif dan
afektif. Hasil hipotesis interaksi pembelajaran
keterampilan proses menggunakan metode
eksperimen dan demonstrasi dengan sikap ilmiah
terhadap prestasi belajar kognitif menunjukkan
P-value bernilai 0,409 dan prestasi belajar afektif
menunjukkan P-value bernilai 0,982.
Berdasarkan hasil keputusan uji maka Ho
diterima pada prestasi kognitif dan afektif. Hal
ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
interaksi pembelajaran fisika pendekatan
keterampilan proses menggunakan metode
eksperimen dan demonstrasi dengan sikap ilmiah
terhadap prestasi kognitif dan afektif. Sehingga
hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal yang
menyatakan bahwa terdapat interaksi
pembelajaran fisika pendekatan menggunakan
metode eksperimen dan demonstrasi dengan
sikap ilmiah terhadap prestasi kognitif dan
afektif.
Metode pembelajaran yang diberikan
pada siswa dan sikap ilmiah yang dimiliki siswa
adalah merupakan dua hal yang berdiri sendiri.
Sehingga jika keduanya dipadukan maka tidak
terdapat interaksi. Siswa yang memiliki sikap
ilmiah tinggi jika diberikan perlakuan
menggunakan metode apapun akan memiliki
nilai yang baik dan sebaliknya. Jadi tidak
terdapat interaksi antara metode pembelajaran
dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar
kognitif dan afektif.
e. Hipotesis Kelima
Pada hipotesis kelima mengenai interaksi
pembelajaran pendekatan keterampilan proses
menggunakan metode eksperimen dan
demonstrasi dengan kemampuan analisis
terhadap prestasi kognitif dan afektif. Hasil
hipotesis interaksi pendekatan keterampilan
proses menggunakan metode eksperimen dan
demonstrasi dengan kemampuan analisis siswa
terhadap prestasi belajar kognitif menunjukkan
P-value bernilai 0,133 dan prestasi belajar afektif
menunjukkan P-value bernilai 0,024.
Berdasarkan hasil keputusan uji maka Ho
diterima pada prestasi kognitif dan Ho ditolak
pada prestasi afektif. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat interaksi pembelajaran
fisika dengan pendekatan keterampilan proses
menggunakan metode eksperimen dan
demonstrasi dengan kemampuan analisis
terhadap prestasi kognitif dan terdapat interaksi
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 3, 2012 (hal 207-216)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
215
pembelajaran fisika dengan pendekatan
keterampilan proses menggunakan metode
eksperimen dan demonstrasi dengan kemampuan
analisis terhadap prestasi afektif.
Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya
interaksi antara metode pembelajaran dengan
kemampuan analisis siswa yang memberikan
pengaruh terhadap prestasi belajar kognitif.
Berdasarkan pernyataan tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa kedua hal antara metode dan
kemampuan analisis merupakan hal yang berdiri
sendiri, sehingga tidak berhubungan. Sedangkan,
terdapat interaksi antara metode pembelajaran
dengan kemampuan analisis siswa terhadap
prestasi belajar afektif. Maka dapat disimpulkan
bahwa kedua hal antara metode dan kemampuan
analisis merupakan hal yang berkaitan.
f. Hipotesis Keenam
Pada hipotesis keenam mengenai interaksi
sikap ilmiah dengan kemampuan analisis siswa
terhadap prestasi kognitif dan afektif. Hasil
hipotesis sikap ilmiah dengan kemampuan
analisis terhadap prestasi belajar kognitif
menunjukkan P-value bernilai 0,860 dan prestasi
belajar afektif menunjukkan P-value bernilai
0,373. Berdasarkan hasil keputusan uji maka Ho
diterima pada prestasi kognitif dan afektif. Hal
ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
interaksi sikap ilmiah dengan kemampuan
analisis terhadap prestasi kognitif dan afektif.
Sehingga hal ini tidak sesuai dengan hipotesis
awal yang menyatakan bahwa terdapat interaksi
sikap ilmiah dengan kemampuan analisis
terhadap prestasi kognitif dan afektif.
Siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi
dan rendah ketika berinteraksi dengan
kemampuan analisis tidak memberikan pengaruh
yang berarti terhadap prestasi kognitif dan
afektif. Sehingga keduanya antara sikap ilmiah
rendah dengan kemampuan analisis siswa
merupakan dua hal yang berbeda dan tidak saling
berhubungan.
g. Hipotesis Ketujuh
Pada hipotesis ketujuh mengenai interaksi
pendekatan keterampilan proses menggunakan
metode eksperimen, demonstrasi, sikap ilmiah
dan kemampuan analisis terhadap prestasi
kognitif dan afektif. Hasil hipotesis interaksi
pendekatan keterampilan proses menggunakan
metode eksperimen, demonstrasi, sikap ilmiah
dan kemampuan analisis terhadap prestasi
prestasi belajar kognitif menunjukkan P-value
bernilai 0,920 dan prestasi belajar afektif
menunjukkan P-value bernilai 0,134.
Berdasarkan hasil keputusan uji maka Ho
diterima pada prestasi kognitif dan afektif. Hal
ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
interaksi pendekatan keterampilan proses
menggunakan metode eksperimen, demonstrasi,
sikap ilmiah dan kemampuan analisis terhadap
prestasi kognitif dan afektif.
Tidak terdapat interaksi pendekatan
keterampilan proses menggunakan metode
eksperimen, demonstrasi, sikap ilmiah dan
kemampuan analisis terhadap prestasi kognitif
dan afektif. Hal disebabkan karena beberapa
faktor baik internal maupun eksternal dari dalam
diri siswa yang dapat mempengaruhi siswa untuk
mendapatkan prestasi belajar yang baik. Faktor-
faktor tersebut meliputi pendekatan
pembelajaran, metode pembelajaran, sikap
ilmiah dan kemampuan analisis siswa yang
digunakan dalam penelitian ini, serta masih
banyak keterbatasan dalam penelitian sehingga
peneliti tidak dapat mengontrol faktor-faktor di
luar kegiatan pembelajaran.
Kesimpulan dan Rekomendasi
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan
sebagai berikut: 1) tidak terdapat pengaruh
pembelajaran dengan pendekatan keterampilan
proses menggunakan metode eksperimen dan
demonstrasi terhadap prestasi kognitif, namun
terdapat pengaruh metode eksperimen dan
demonstrasi terhadap prestasi afektif; 2) terdapat
pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap
prestasi kognitif dan afektif; 3) terdapat pengaruh
kemampuan analisis tinggi dan rendah terhadap
prestasi kognitif. Namun tidak terdapat pengaruh
kemampuan analisis tinggi dan rendah terhadap
prestasi afektif; 4) tidak terdapat interaksi
pembelajaran dengan pendekatan keterampilan
proses menggunakan metode eksperimen dan
demonstrasi dengan sikap ilmiah terhadap prestasi
kognitif dan afektif; 5) tidak terdapat interaksi
pembelajaran dengan pendekatan keterampilan
proses menggunakan metode eksperimen dan
demonstrasi dengan kemampuan analisis terhadap
prestasi kognitif. Namun terdapat interaksi
pembelajaran dengan pendekatan keterampilan
proses menggunakan metode eksperimen dan
demonstrasi dengan kemampuan analisis terhadap
prestasi afektif; 6) tidak terdapat interaksi sikap
ilmiah dengan kemampuan analisis terhadap
prestasi kognitif dan afektif; 7) tidak terdapat
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 3, 2012 (hal 207-216)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
216
interaksi pembelajaran dengan pendekatan
keterampilan proses menggunakan metode
eksperimen dan demonstrasi kemampuan berpikir
abstrak, aktivitas siswa terhadap prestasi kognitif
dan afektif.
Hasil penelitian ini memberikan gambaran
yang jelas tentang penerapan pembelajaran fisika
dengan pendekatan keterampilan proses dengan
metode eksperimen dan demonstrasi ditinjau dari
sikap ilmiah dan kemampuan analisis pada
materi pembelajaran fluida statis
Implikasi praktis yang dapat dikemukakan
berdasarkan kesimpulan penelitian ini antara
lain: 1) sebaiknya guru menggunakan metode
eksperimen untuk meningkatkan prestasi belajar
afektif; 2) hendaknya guru memperhatikan sikap
ilmiah siswa agar guru lebih mengetahui sikap
yang seharusnya dimiliki dalam pembelajaran
fisika salah satunya materi fluida statis; 3)
hendaknya memperhatikan seberapa besar
kemampuan analisis siswa dalam pembelajaran
untuk membantu dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa.
Daftar Pustaka
Budiyono. (2009). Statistika Untuk Penelitian.
Surakarta. Sebelas Maret University Press.
Baharuddin. (1982). Peranan Kemampuan Dasar
Intelektual, Sikap, dan Pemahaman dalam
Fisika Terhadap Kemampuan Siswa SMA di
Sulawesi Selatan Membangun Model Analog
dan Model Mental. Bandung: Disertasi Pada
PPs IKIP Bandung.
Conny Semiawan, Tangyong, Belen, Yulaelawati
Matahelemual & Wahyudi Suseloardjo.
(1988). Pendekatan Keterampilan Proses.
Jakarta: Gramedia.
Indrawati. (1999). Keterampilan Proses Sains:
Tinjauan Kritis dan Teori ke Praktis.
Bandung: Pusat Pengembangan Penataran
Guru Ilmu Pengetahuan Alam..
Roestiyah N.K. (2008). Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Saiful Sagala. (2009). Konsep dan Makna
Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Subiyanto. (1988). Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Alam. Jakarta: Proyek Pengembangan
Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidik.
Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek. Rineka
Cipta:Jakarta.
Paul Suparno. (2007). Metodologi Pembelajaran
Fisika Konstruktivis dan Menyenangkan.
Yogyakarta: UniversitasSanata Dharma
TIMSS. (2007). International Press Release . dalam
timss.bc.edu/timss2007/release.html diakses 26
April 2011.
top related