pembelajaran fisika dengan pendekatan · pdf filedidik agar menjadi manusia yang beriman dan...

10
JURNAL INKUIRI ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 3, 2012 (hal 207-216) http://jurnal.pasca.uns.ac.id 207 PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DENGAN METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN KEMAMPUAN ANALISIS Hadma Yuliani 1 , Widha Sunarno 2 , Suparmi 3 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret [email protected] 2 Dosen Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret [email protected] 3 Dosen Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret [email protected] ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses menggunakan metode eksperimen dan demonstrasi, sikap ilmiah, kemampuan analisis, dan interaksinya terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen. Populasinya terdiri dari siswa kelas XI SMAN 1 Jakenan tahun pelajaran 2011/2012. Sampel yang diambil 2 kelas yaitu kelas XI IPA 5 dan XI IPA 6 dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Teknik pengumpulan data kemampuan analisis dan prestasi kognitif menggunakan metode tes. Untuk data sikap ilmiah dan prestasi afektif menggunakan metode angket. Teknik analisis data menggunakan multivariate analysis of variance (manova). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: 1) tidak terdapat pengaruh pembelajaran dengan metode terhadap prestasi kognitif. Namun, terdapat pengaruh pembelajaran dengan metode terhadap prestasi afektif; 2) terdapat pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi kognitif dan afektif; 3) terdapat pengaruh kemampuan analisis tinggi dan rendah terhadap prestasi kognitif. Namun tidak terdapat pengaruh kemampuan analisis tinggi dan rendah terhadap prestasi afektif; 4) tidak terdapat interaksi antara metode dengan sikap ilmiah terhadap prestasi kognitif dan afektif; 5) tidak terdapat interaksi antara metode dengan kemampuan analisis terhadap prestasi kognitif, namun terdapat interaksi antara metode dengan kemampuan analisis terhadap prestasi afektif; 6) tidak terdapat interaksi sikap ilmiah dengan kemampuan analisis terhadap prestasi kognitif dan afektif; 7) tidak terdapat interaksi pembelajaran antara metode, sikap ilmiah, dan kemampuan analisis terhadap prestasi kognitif dan afektif. Kata kunci : pendekatan keterampilan proses, sikap ilmiah, kemampuan analisis, prestasi belajar, fluida statis. Pendahuluan Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi: Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung tercapainya fungsi tersebut perlu adanya pengembangan kemampuan siswa maka perlu adanya keterlibatan dari orang tua, guru, dan pemerintah. Pengembangan kemampuan siswa perlu adanya dukungan dari orang tua. Selain itu, perubahan di bidang pendidikan terus diupayakan baik perubahan kurikulum pendidikan maupun peranan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Untuk mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu: Pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan

Upload: dinhphuc

Post on 06-Feb-2018

222 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PENDEKATAN · PDF filedidik agar menjadi manusia yang beriman dan ... peranan guru dalam melaksanakan pembelajaran. ... banyak berkaitan dalam kehidupan

JURNAL INKUIRI

ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 3, 2012 (hal 207-216)

http://jurnal.pasca.uns.ac.id

207

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PENDEKATAN KETERAMPILAN

PROSES DENGAN METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI

DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN KEMAMPUAN ANALISIS

Hadma Yuliani

1, Widha Sunarno

2, Suparmi

3

1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret

[email protected]

2 Dosen Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret

[email protected]

3 Dosen Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret

[email protected]

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses

menggunakan metode eksperimen dan demonstrasi, sikap ilmiah, kemampuan analisis, dan interaksinya terhadap

prestasi belajar siswa. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen. Populasinya terdiri dari siswa kelas

XI SMAN 1 Jakenan tahun pelajaran 2011/2012. Sampel yang diambil 2 kelas yaitu kelas XI IPA 5 dan XI IPA

6 dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Teknik pengumpulan data kemampuan analisis dan

prestasi kognitif menggunakan metode tes. Untuk data sikap ilmiah dan prestasi afektif menggunakan metode

angket. Teknik analisis data menggunakan multivariate analysis of variance (manova). Berdasarkan hasil

penelitian dapat disimpulkan: 1) tidak terdapat pengaruh pembelajaran dengan metode terhadap prestasi kognitif.

Namun, terdapat pengaruh pembelajaran dengan metode terhadap prestasi afektif; 2) terdapat pengaruh sikap

ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi kognitif dan afektif; 3) terdapat pengaruh kemampuan analisis tinggi

dan rendah terhadap prestasi kognitif. Namun tidak terdapat pengaruh kemampuan analisis tinggi dan rendah

terhadap prestasi afektif; 4) tidak terdapat interaksi antara metode dengan sikap ilmiah terhadap prestasi kognitif

dan afektif; 5) tidak terdapat interaksi antara metode dengan kemampuan analisis terhadap prestasi kognitif,

namun terdapat interaksi antara metode dengan kemampuan analisis terhadap prestasi afektif; 6) tidak terdapat

interaksi sikap ilmiah dengan kemampuan analisis terhadap prestasi kognitif dan afektif; 7) tidak terdapat

interaksi pembelajaran antara metode, sikap ilmiah, dan kemampuan analisis terhadap prestasi kognitif dan

afektif.

Kata kunci : pendekatan keterampilan proses, sikap ilmiah, kemampuan analisis, prestasi belajar,

fluida statis.

Pendahuluan

Pendidikan nasional yang berdasarkan

Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi:

“Mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab”.

Untuk mendukung tercapainya fungsi

tersebut perlu adanya pengembangan

kemampuan siswa maka perlu adanya

keterlibatan dari orang tua, guru, dan pemerintah.

Pengembangan kemampuan siswa perlu adanya

dukungan dari orang tua. Selain itu, perubahan di

bidang pendidikan terus diupayakan baik

perubahan kurikulum pendidikan maupun

peranan guru dalam melaksanakan pembelajaran.

Untuk mengemban fungsi tersebut pemerintah

menyelenggarakan suatu sistem pendidikan

nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional yaitu: ”Pendidikan nasional

harus mampu menjamin pemerataan kesempatan

Page 2: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PENDEKATAN · PDF filedidik agar menjadi manusia yang beriman dan ... peranan guru dalam melaksanakan pembelajaran. ... banyak berkaitan dalam kehidupan

JURNAL INKUIRI

ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 3, 2012 (hal 207-216)

http://jurnal.pasca.uns.ac.id

208

pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi serta

efisiensi manajemen pendidikan. Peningkatan

mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan

kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui

olahhati, olahpikir, olahrasa dan olahraga agar

memiliki daya saing dalam menghadapi

tantangan global”. Tetapi pada kenyataannya,

mutu pendidikan di Indonesia lebih rendah

dibandingkan dengan mutu pendidikan negara-

negara lain di tingkat regional dan internasional.

Indonesia dengan telah tiga kali berpartisipasi

dalam TIMSS, yaitu tahun 1999, 2003, dan 2007

dengan mengikutkan siswa kelas VIII SMP/MTs.

Capaian siswa kelas VIII di Indonesia dalam

matematika dan sains yang berada di papan

bawah dibandingkan capaian siswa di beberapa

negara di Asia (Hongkong, Japan, Korea,

Taiwan, Malaysia, Thailand). Siswa Indonesia

menempati peringkat 32 dari 38 negara (tahun

1999), peringkat 37 dari 46 negara (tahun 2003),

dan peringkat 35 dari 49 negara (tahun 2007).

Dengan capaian tersebut, rata-rata siswa

Indonesia hanya mampu mengenali sejumlah

fakta dasar tetapi belum mampu

mengkomunikasikan dan mengaitkan berbagai

topik sains, apalagi menerapkan konsep-konsep

yang kompleks dan abstrak (data dari TIMSS

diambil dari Prosiding Seminar Nasional Fisika

2010 pada tanggal 28 April 2010)

Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia

berdasarkan TIMSS, khususnya pembelajaran

sains karena pembelajaran sains tidak diajarkan

sesuai dengan karakteristik sains itu sendiri.

Pembelajaran sains adalah pembelajaran untuk

mendapatkan pengetahuan yang dengan

menggunakan pengamatan dan eksperimen untuk

menggambarkan dan menjelaskan fenomena –

fenomena yang terjadi di alam.

Fisika oleh Piaget dikelompokkan sebagai

pengetahuan fisis. Pengetahuan fisis terjadi

karena abstraksi terhadap alam. Pengetahuan

fisis adalah pengetahuan akan sifat-sifat fisis dari

suatu objek atau kejadian dalam bentuk, besar

kekasaran, berat serta bagaimanan objek-objek

itu berinteraksi satu dengan yang lainnya (Piaget,

1970, 1971: Wadsworth, 1989) yang dikutip oleh

Suparno (2007: 12). Siswa memperoleh

pengetahuan fisis tentang suatu objek dengan

mengerjakan atau bertindak terhadap objek itu

melalui inderanya. Pengetahuan fisis ini didapat

dari abstraksi langsung akan suatu objek. Oleh

karena itu fisika adalah pengetahuan fisis, maka

sangat jelas bahwa untuk mempelajari fisika dan

membentuk pengetahuan tentang fisika,

diperlukan kontak langsung dengan hal yang

ingin diketahui. Inilah sebabnya dalam fisika

terdapat metode eksperimen dan inkuiri, dimana

siswa dapat mengamati, mengukur,

mengumpulkan data, menganalisa data, dan

menyimpulkan sangat cocok dalam mendalami

fisika. Metode ilmiah yang sangat jelas

menunjukkan proses abstraksi terhadap kejadian

konkrit, tepat untuk digunakan dalam

mempelajari fisika (Suparno, 2007: 12). Selain

itu fisika juga merupakan ilmu pengetahuan yang

berusaha menguraikan dan menjelaskan hukum-

hukum dan kejadian-kejadian dalam alam

menurut pemikiran manusia.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan

bahwa fisika adalah pengetahuan yang

mempelajari kejadian-kejadian yang bersifat fisis

yang mencakup proses, produk dan sikap ilmiah

bersifat siklik, saling berhubungan, dan

menerangkan bagaimana gejala-gejala alam

tersebut terukur melalui pengamatan dan

penelitian. Produk merupakan kumpulan

pengetahuan yang dapat berupa fakta, konsep,

prinsip, hukum, dan teori. Proses merupakan

langkah-langkah yang harus ditempuh untuk

memperoleh pengetahuan misalnya mengamati,

menafsirkan pengamatan, mengklarifikasi,

meramalkan, menerapkan konsep, merencanakan

percobaan, berkomunikasi dan menyimpulkan.

Sikap ilmiah terbentuk saat melakukan proses,

misalnya objektif dan jujur pada saat

mengumpulkan dan menganalisa data.

Pembelajaran sains khususnya fisika harus

sesuai karakteristik fisika melalui pengukuran

langsung, penggunaan metode eksperimen dan

demonstrasi dan penjabaran rumus. Mata

pelajaran fisika di SMA dikembangkan untuk

mendidik siswa agar mampu mengembangkan

observasi dan eksperimentasi serta berfikir taat

asas. Berfikir taat asas dikembangkan dari

kemampuan matematis yang dimiliki lewat

pelajaran matematika. Kemampuan observasi

dan eksperimentasi ditekankan pada melatih

kemampuan berpikir eksperimental. Kemampuan

berpikir eksperimental mencakup tata laksana

percobaan dan mengenal peralatan laboratorium.

Standar kompetensi mata pelajaran fisika untuk

SMA kelas XI telah dirumuskan oleh

Departemen Pendidikan Nasional antara lain:

menganalisis gejala alam dan keteraturannya

dalam cakupan mekanika benda titik,

menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik

sistem kontinyu dalam menyelesaikan masalah,

Page 3: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PENDEKATAN · PDF filedidik agar menjadi manusia yang beriman dan ... peranan guru dalam melaksanakan pembelajaran. ... banyak berkaitan dalam kehidupan

JURNAL INKUIRI

ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 3, 2012 (hal 207-216)

http://jurnal.pasca.uns.ac.id

209

menerapkan konsep termodinamika dalam mesin

kalor.

Materi dalam pembelajaran fisika untuk

SMA kelas XI salah satunya fluida statis yang

terdapat dalam standar kompetensi menerapkan

konsep dan prinsip mekanika klasik sistem

kontinyu dalam menyelesaikan masalah.

Karakteristik materi fluida statis merupakan

materi pembelajaran yang bisa diamati oleh

siswa secara langsung. Pada materi fluida statis

banyak berkaitan dalam kehidupan sehari-hari

maka materi fluida statis penting untuk dipahami

siswa. Dalam pembelajaran fluida statis kurang

berhasil bila tidak ditunjang dengan kegiatan

praktikum/laboratorium. Metode eksperimen dan

demonstrasi yang digunakan untuk proses

pembelajaran dalam kegiatan

praktikum/laboratorium dengan menggunakan

pendekatan keterampilan proses.

Pembelajaran keterampilan proses dengan

metode eksperimen dan demonstrasi di SMA

Negeri 1 Jakenan sudah dilaksanakan dalam

pembelajaran fisika tetapi kurang maksimal.

Maka sebaiknya, siswa diberikan pembelajaran

fisika dengan pembelajaran proses dimana

melibatkan siswa secara aktif dalam

pembelajaran dengan melakukan pengamatan

dalam memperoleh pengetahuan/konsep

pembelajaran sehingga pembelajaran bermakna.

Pembelajaran bermakna diharapkan mampu

bertahan lama diingatan/memori siswa karena

siswa menemukan pengetahuannya melalui

metode ilmiah.

Pendidikan sains di Indonesia khususnya

fisika masih monoton dan membosankan. Proses

belajar mengajar yang dilakukan guru pada

umumnya adalah guru sebagai pusat pengetahuan

di depan kelas, siswa belum terlibat aktif dari

pembelajaran, pembelajaran belum melibatkan

keterampilan proses dan kontekstual, dan soal

yang diberikan belum kontekstual sehingga hasil

belajar yang diperoleh siswa rendah karena guru

fisika SMA lebih menekankan pada pencapaian

target kurikulum dan kurang menekankan pada

pemahaman konsep. Selain itu, pelajaran fisika

merupakan salah satu pelajaran yang dianggap

sulit dan tidak disukai oleh siswa, karena fisika

biasanya melalui pendekatan secara matematis.

Pembelajaran fisika bukan hanya sekedar

mengerti matematika, tetapi lebih jauh siswa

diharapkan mampu memahami konsep yang

terdapat dalam pembelajaran fisika, menuliskan

simbol-simbol fisis, memahami permasalahan

serta menyelesaikan secara matematis.

Ada faktor-faktor yang mempengaruhi

prestasi belajar siswa antara lain adalah kondisi

internal dan kondisi eksternal dari siswa. Kondisi

internal adalah faktor-faktor yang berasal dari

dalam diri siswa meliputi kemampuan awal,

pengetahuan prasyarat yang telah dimiliki siswa,

aktivitas, kreativitas, sikap ilmiah, intelegensi,

gaya belajar, interaksi sosial, bakat, dan

kemampuan analisis. Sikap ilmiah dan

kemampuan analisis berpengaruh terhadap

pembelajaran fisika. Baharuddin (1982:34)

mengemukakan bahwa sikap ilmiah pada

dasarnya adalah sikap yang diperlihatkan oleh

para ilmuwan saat ilmuwan melakukan kegiatan

eksperimen. Dengan perkataan lain

kecenderungan siswa untuk bertindak atau

berperilaku dalam memecahkan suatu masalah

secara sistematis melalui langkah-langkah

ilmiah. Aspek sikap ilmiah terdiri dari sikap

ingin tahu, sikap kritis, sikap obyektif, sikap

menghargai karya orang lain, sikap tekun, dan

sikap terbuka.

Faktor lain yang harus diperhatikan adalah

kemampuan analisis. Kemampuan analisis adalah

kemampuan menjabarkan atau menguraikan

konsep menjadi bagian-bagian yang lebih rinci

dan menjelaskan keterkaitan atau hubungan antar

bagian-bagian tersebut. Komponen kemampuan

analisis yang dimaksud adalah mengintepretasi

data, menentukan hubungan antar hal, memerinci

informasi, menginterprestasi data untuk

memecahkan masalah dan membuat hipotesis.

Kondisi pembelajaran harus diperbaiki

yaitu dengan berbagai pendekatan, model dan

metode pembelajaran antara lain pendekatan

keterampilan proses, pendekatan kontekstual,

model kooperatif, model PBI, metode inkuiri,

metode eksperimen, dan metode demonstrasi.

Keterampilan proses atau metode ilmiah

merupakan bagian dari sains (Subiyanto, 1988:

114). Dengan menggunakan keterampilan-

keterampilan memproses perolehan pengetahuan,

siswa akan mampu untuk menemukan konsep

atau prinsip tau teori, untuk mengembangkan

konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun

untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu

penemuan (falsfilasi) (Indrawati, 1999: 3). Proses

belajar mengajar dengan pendekatan

keterampilan prose akan menciptakan kondisi

belajar yang melibatkan siswa serta aktif.

Ada beberapa alasan yang melandasi perlu

diterapkannya pendekatan keterampilan proses

dalam kegiatan belajar mengajar. Alasan

pertama, perkembangan ilmu pengetahuan

Page 4: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PENDEKATAN · PDF filedidik agar menjadi manusia yang beriman dan ... peranan guru dalam melaksanakan pembelajaran. ... banyak berkaitan dalam kehidupan

JURNAL INKUIRI

ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 3, 2012 (hal 207-216)

http://jurnal.pasca.uns.ac.id

210

berlangsung semakin cepat sehingga tak

mungkin lagi para guru mengajar semua fakta

dan konsep kepada siswa. Kedua, para ahli

psikologi pada umumnya sependapat bahwa

anak-anak mudah memahami konsep-konsep

yang rumit dan abstrak jika disertai dengan

contoh-contoh konkret. Ketiga, penemuan ilmu

pengetahuan tidak bersifat mutlak benar seratus

persen, penemuannya bersifat relatif. Alasan

keempat, dalam proses belajar mengajarnya

seyogyanya pengembangan konsep tidak lepas

dari perkembangan sikap dan nilai dalam anak

didik. Karena itu, pengembangan keterampilan

dalam memperoleh data dan pengetahuan akan

berperan sebagai wahana penyatu antara

pengembangan konsep dan pengembangan sikap

dan nilai (Conny, 1988: 14-16)

Selain pendekatan pembelajaran, guru

didukung metode pembelajaran. Seorang guru

diharapkan dapat menggunakan metode

pembelajaran yang tepat, sehingga materi akan

lebih mudah diterima siswa. Metode eksperimen

dan demonstrasi merupakan salah satu alternatif

metode pembelajaran yang digunakan guru pada

proses pembelajaran berlangsung. Metode

eksperimen mempunyai tujuan agar siswa

mampu mencari dan menemukan sendiri

berbagai jawaban atas persoalan-persoalan yang

dihadapinya dengan mengadakan percobaan

sendiri. Metode eksperimen merupakan suatu

cara mengajar agar siswa dapat terlatih dalam

cara berpikir yang ilmiah (scientific thinking).

Dengan eksperimen siswa menemukan bukti

kebenaran dari sesuatu yang telah dipelajarinya.

Sedangkan, metode demonstrasi merupakan

suatu cara mengajar yang hampir sejenis dengan

eksperimen tetapi siswa tidak melakukan

percobaan. Siswa hanya melihat yang dikerjakan

oleh guru atau perwakilan dari siswa. Metode

demonstrasi adalah cara mengajar agar seseorang

siswa menunjukkan dan memperlihatkan sesuatu

proses/kegiatan percobaan (Roestiyah, 2008: 80-

82). Berdasarkan uraian diatas maka akan

dilakukan penelitian menerapkan pembelajaran

fisika dengan pendekatan keterampilan proses

dengan metode eksperimen dan demonstrasi

ditinjau dari sikap ilmiah dan kemampuan

analisis. Adapun tujuan dalam penelitian ini

adalah untuk mengetahui: (1) pengaruh

pendekatan keterampilan proses dengan metode

eksperimen dan demonstrasi terhadap prestasi

belajar siswa, (2) pengaruh sikap ilmiah terhadap

prestasi belajar siswa, (3) pengaruh kemampuan

analisis terhadap prestasi belajar siswa, (4)

interaksi antara pendekatan keterampilan proses

dengan metode eksperimen dan demonstrasi

dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar

siswa, (5) interaksi antara pendekatan

keterampilan proses dengan metode eksperimen

dan demonstrasi dengan kemampuan analisis

terhadap prestasi belajar siswa, (6) interaksi

antara sikap ilmiah dengan kemampuan analisis

terhadap prestasi belajar siswa, (7) interaksi

antara pendekatan keterampilan proses dengan

metode eksperimen dan demonstrasi dengan

sikap ilmiah dan kemampuan analisis terhadap

prestasi belajar siswa.

Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri –

1 Jakenan Tahun Pelajaran 2011/2012 yang

beralamat di Kecamatan Jakenan, Kabupaten

Pati, Provinsi Jawa Tengah. Adapun waktu

pelaksanaan penelitian ini mulai dari penyusunan

proposal hingga pembuatan laporan penelitian

dimulai bulan September tahun 2011 sampai

dengan tahun Juli 2012. Penelitian ini adalah

penelitian kuasi eksperimen. Kelompok

eksperimen I diajar dengan pendekatan

keterampilan proses menggunakan metode

eksperimen dan kelompok eksperimen II dengan

menggunakan pendekatan keterampilan proses

menggunakan metode demonstrasi.

Rancangan penelitian dalam penelitian ini

disusun sesuai dengan variabel-variabel yang

terlibat. Variabel-variabel terlibat dalam

penelitian ini merupakan cerminan dari data-data

yang akan diperoleh setelah perlakuan terhadap

sampel penelitian yang dilakukan. Data yang

diperoleh kemudian dianalisis menggunakan uji

manova. Teknik pengambilan sampel

menggunakan teknik cluster random sampling.

“Sampel adalah sebagian atau wakil populasi

yang diteliti” (Suharsimi: 2006). Sampel yang

digunakan dalam penelitian ini ada 2 kelas, yaitu

kelas XI IPA 5 sebagai kelas eksperimen pertama

dengan pendekatan keterampilan proses

menggunakan metode eksperimen dan kelas XI

IPA 6 sebagai kelas eksperimen kedua dengan

pendekatan keterampilan proses menggunakan

metode demonstrasi.

Teknik pengumpulan data dalam

penelitian ini menggunakan: (1) metode tes

untuk mengetahui prestasi belajar siswa dalam

ranah kognitif dan juga untuk mengetahui

kemampuan analisis siswa, (2) metode angket

digunakan untuk mengetahui sikap ilmiah dan

Page 5: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PENDEKATAN · PDF filedidik agar menjadi manusia yang beriman dan ... peranan guru dalam melaksanakan pembelajaran. ... banyak berkaitan dalam kehidupan

JURNAL INKUIRI

ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 3, 2012 (hal 207-216)

http://jurnal.pasca.uns.ac.id

211

prestasi afektif siswa, (3) metode observasi

dilakukan untuk mendapatkan kumpulan data

dari aktivitas belajar siswa pada saat melakukan

kegiatan praktikum dan untuk pengamatan

perilaku penilaian prestasi belajar ranah afektif. Instrumen pelaksanaan penelitian dalam

penelitian ini berupa silabus, Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar

Kerja Siswa (LKS). Instrumen pengambilan data

digunakan tes, angket dan observasi. Tes

digunakan untuk mengukur prestasi belajar

kognitif siswa dan mengukur kemampuan

analisis siswa. Angket digunakan untuk

mengukur sikap ilmiah dan prestasi belajar ranah

afektif. Observasi untuk mengukur penilaian

prestasi belajar ranah afektif.

Uji normalitas data menggunakan uji

Shapiro-Wilk yang terdapat pada software SPSS

17. Dan uji homogenitas digunakan adalah test

of homogeneity variances. Kemudian

Pengujian hipotesis pada penelitian ini

menggunakan uji manova dengan bantuan

software SPSS 17 (Budiyono: 2009).

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Deskripsi data untuk kedua kelas eksperimen

tersebut dapat dilihat pada Tabel 1

Tabel 1 Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif

Ditinjau Dari Metode Belajar

Kelompok Jumlah

Data Maks. Min.

Rata-

rata SD

Metode Eksperimen 36 87 60 75.47 6.609

Metode Demonstrasi 36 87 47 68.94 9.295

Pada Tabel 1 diperlihatkan nilai rata-rata

prestasi belajar kognitif kelas dengan metode

eksperimen lebih tinggi dan memiliki standar

deviasi yang lebih kecil dibandingkan metode

demonstrasi. Dengan standar deviasi yang kecil

pada metode eksperimen menunjukkan bahwa

data mengumpul. Data mengumpul menunjukkan

data nilai siswa yang baik untuk prestasi belajar

kognitif. Sedangkan standar deviasi yang besar

pada metode demonstrasi menunjukkan data

menyebar. Dengan metode eksperimen

menunjukkan nilai siswa lebih baik daripada

metode demonstrasi terhadap prestasi belajar

kognitif.

Tabel 2. Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif

Ditinjau Dari Sikap Ilmiah

Kelompok Jumlah

Data Maks. Min.

Rata-

rata

Standar

Deviasi

Sikap Ilmiah

Tinggi 37 87 63 76.95 6.191

Sikap Ilmiah

Rendah 35 83 47 67.20 8.102

Pada Tabel 2 diperlihatkan nilai rata-rata

prestasi belajar kognitif kelas dengan sikap

ilmiah tinggi lebih tinggi dan memiliki standar

deviasi yang lebih kecil dibandingkan sikap

ilmiah rendah. Dengan standar deviasi yang kecil

pada sikap ilmiah tinggi menunjukkan bahwa

data mengumpul. Data mengumpul menunjukkan

data nilai siswa yang baik untuk prestasi belajar

kognitif dengan sikap ilmiah tinggi. Sedangkan

standar deviasi yang besar pada sikap ilmiah

rendah menunjukkan data menyebar. Jadi, siswa

yang memiliki sikap ilmiah tinggi menunjukkan

nilai siswa lebih baik daripada sikap ilmiah.

Tabel 3. Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif

Ditinjau Dari Kemampuan Analisis

Kelompok Jumlah

Data Maks. Min.

Rata-

rata

Standar

Deviasi

Kemp.

Analisis

Tinggi

48 84 63 75.20 5.143

Kemp.

Analisis

Rendah

28 82 62 70.93 5.422

Pada Tabel 3 diperlihatkan nilai rata-rata

prestasi belajar kognitif kelas dengan

kemampuan analisis tinggi lebih tinggi dan

memiliki standar deviasi yang lebih kecil

dibandingkan kemampuan analisis rendah.

Dengan standar deviasi yang kecil pada

kemampuan analisis tinggi menunjukkan bahwa

data mengumpul. Data mengumpul menunjukkan

data nilai siswa yang baik untuk prestasi belajar

kognitif dengan kemampuan analisis tinggi.

Sedangkan standar deviasi yang besar pada

kemampuan analisis rendah menunjukkan data

menyebar. Jadi, siswa yang memiliki

kemampuan analisis tinggi menunjukkan nilai

siswa lebih baik daripada kemampuan analisis

rendah.

Tabel 4. Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Ditinjau

Dari Metode Belajar

Kelompok Jumlah

Data Maks. Min.

Rata-

rata SD

Metode

eksperimen 36 84 67 75.58 4.735

Metode

Demonstrasi 36 84 62 71.50 5.755

Page 6: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PENDEKATAN · PDF filedidik agar menjadi manusia yang beriman dan ... peranan guru dalam melaksanakan pembelajaran. ... banyak berkaitan dalam kehidupan

JURNAL INKUIRI

ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 3, 2012 (hal 207-216)

http://jurnal.pasca.uns.ac.id

212

Pada Tabel 4 diperlihatkan nilai rata-rata

prestasi belajar afektif kelas dengan metode

eksperimen lebih tinggi dan memiliki standar

deviasi yang lebih kecil dibandingkan metode

demonstrasi. Dengan standar deviasi yang kecil

pada metode eksperimen menunjukkan bahwa

data mengumpul. Data mengumpul menunjukkan

data nilai siswa yang baik untuk prestasi belajar

afektif. Sedangkan standar deviasi yang besar

pada metode demonstrasi menunjukkan data

menyebar. Dengan demikian metode eksperimen

menunjukkan nilai siswa lebih baik daripada

metode demonstrasi terhadap prestasi belajar

afektif.

Tabel 5. Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Ditinjau

Dari Sikap Ilmiah

Kelompok Jumlah

Data Maks. Min.

Rata-

rata

SD

Sikap Ilmiah

Tinggi 37 84 65 76.11 4.932

Sikap Ilmiah

Rendah 35 82 62 70.83 5.050

Pada Tabel 5 diperlihatkan nilai rata-rata

prestasi belajar afektif kelas dengan sikap ilmiah

tinggi lebih tinggi dan memiliki standar deviasi

yang lebih kecil dibandingkan sikap ilmiah

rendah. Dengan standar deviasi yang kecil pada

sikap ilmiah tinggi menunjukkan bahwa data

mengumpul. Data mengumpul menunjukkan data

nilai siswa yang baik untuk prestasi belajar

afektif dengan sikap ilmiah tinggi. Sedangkan

standar deviasi yang besar pada sikap ilmiah

rendah menunjukkan data menyebar. Jadi, siswa

yang memiliki sikap ilmiah tinggi menunjukkan

nilai siswa lebih baik daripada sikap ilmiah

terhadap prestasi afektif. Tabel 6. Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Ditinjau

Dari Kemampuan Analisis

Kelompok Jumlah

Data Maks. Min.

Rata-

rata

SD

Kemp. Analisis

Tinggi 48 84 63 75.20 5.143

Kemp. Analisis

Rendah 28 82 62 70.93 5.422

Pada Tabel 6 diperlihatkan nilai rata-rata

prestasi belajar afektif kelas dengan kemampuan

analisis tinggi lebih tinggi dan memiliki standar

deviasi yang lebih kecil dibandingkan

kemampuan analisis rendah. Dengan standar

deviasi yang kecil pada kemampuan analisis

tinggi menunjukkan bahwa data mengumpul.

Data mengumpul menunjukkan data nilai siswa

yang baik untuk prestasi belajar afektif dengan

kemampuan analisis tinggi. Sedangkan standar

deviasi yang besar pada kemampuan analisis

rendah menunjukkan data menyebar. Jadi, siswa

yang memiliki kemampuan analisis tinggi

menunjukkan nilai siswa lebih baik daripada

kemampuan analisis rendah terhadap prestasi

belajar afektif.

Setelah dilakukan uji hipotesis

menggunakan manova, dapat dirangkum uji

hipotesis penelitian, terlihat pada Tabel 7 :

Tabel 7. Rangkuman Uji Hipotesis Penelitian

Hipotesis

dengan

MANOVA

Signifika

nsi

Terhadap

Prestasi

Belajar

Kognitif

Keputus

an

Signifi

kansi

Terhad

ap

prestas

i

Belajar

Afektif

Keput

usan

Metode 0,059 >

0,05

Ho

diterim

a

0,009 <

0,05

Ho

ditolak

Sikap Ilmiah 0,000 <

0,05

Ho

ditolak

0,000

<0,05

Ho

ditolak

Kemampuan

Analisis

0,003 <

0,05

Ho

ditolak

0,088>

0,05

Ho

diterim

a

Metode * Sikap

Ilmiah

0,409 >

0,05

Ho

diterim

a

0,982 >

0,05

Ho

diterima

Metode *

Kemampuan

Analisis

0,133>

0,05

Ho

diterim

a

0,024

<0,05

Ho

ditolak

Sikap Ilmiah *

Kemampuan

Analisis

0,860>

0,05

Ho

diterim

a

0,373 >

0,05

Ho

diterim

a

Metode * Sikap

Ilmiah *

Kemampuan

Analisis

0,920 >

0,05

Ho

diterim

a

0,134 >

0,05

Ho

diterim

a

Berdasarkan Tabel 7 dan kriteria pengujian

hipotesis pada uraian diatas, maka kesimpulan

dari pengujian hipotesis dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a. Hipotesis pertama

Hipotesis pertama mengenai pengaruh

metode pembelajaran terhadap prestasi kognitif

dan afektif. Hasil hipotesis pengaruh metode

pembelajaran pada prestasi belajar kognitif

menunjukkan P-value bernilai 0,059 dan prestasi

belajar afektif menunjukkan P-value bernilai

0,009. Berdasarkan hasil keputusan uji maka Ho

diterima untuk prestasi kognitif dan HO ditolak

pada prestasi afektif. Hal ini berarti dapat

disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh

pembelajaran fisika dengan pendekatan

keterampilan proses dengan menggunakan

metode eksperimen dan demonstrasi terhadap

Page 7: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PENDEKATAN · PDF filedidik agar menjadi manusia yang beriman dan ... peranan guru dalam melaksanakan pembelajaran. ... banyak berkaitan dalam kehidupan

JURNAL INKUIRI

ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 3, 2012 (hal 207-216)

http://jurnal.pasca.uns.ac.id

213

prestasi belajar kognitif. Sedangkan, untuk

prestasi belajar afektif terdapat pengaruh

pembelajaran fisika dengan pendekatan

keterampilan proses dengan menggunakan

metode eksperimen dan demonstrasi terhadap

prestasi kognitif. Sehingga hal ini tidak sesuai

dengan hipotesis awal untuk prestasi kognitif.

Namun, sesuai dengan hipotesis awal untuk

prestasi afektif yang menyatakan bahwa terdapat

pengaruh pembelajaran fisika dengan pendekatan

keterampilan proses dengan menggunakan

metode eksperimen dan demonstrasi terhadap

prestasi belajar afektif.

Pada pelaksanaan kedua metode

pembelajaran eksperimen dan demonstrasi tidak

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

prestasi kognitif siswa. Pembelajaran fisika

dengan menggunakan metode demonstrasi dapat

memberikan prestasi kognitif yang baik. Hal ini

dikarenakan, siswa masih dapat belajar dirumah

tentang materi yang diajarkan. Selain itu, siswa

dapat bertanya kepada teman sekelasnya apabila

kurang mengerti dengan materi pembelajaran

yang disampaikan oleh guru.

Pada hasil penelitian di Tabel 7 dapat

disimpulkan bahwa metode ekseperimen

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

prestasi belajar afektif daripada metode

demonstrasi. Hal ini dikarenakan melalui metode

eksperimen dapat melibatkan siswa secara aktif,

antara lain dalam melaksanakan eksperimen,

menemukan fakta, mengumpulkan data, menarik

kesimpulan, merumuskan konsep. Sehingga,

siswa dapat melakukan pengujian kesimpulan

atau pembuktian/penelitian kembali terhadap

konsep atau prinsip yang telah ditemukan

melalui eksperimen. Berdasarkan analisis di atas

pada dasarnya dengan menggunakan metode

eksperimen akan dapat memberikan pengaruh

yang positif terhadap siswa. Hal ini dikarenakan

dengan metode eksperimen siswa akan banyak

berinteraksi dengan teman sehingga akan

menumbuhkan sikap, nilai, kepedulian antara

teman sekelompoknya (Sagala: 2009). Pada

aspek afektif yang dinilai adalah pada sikap dan

tingkah laku siswa sehingga jelas bahwa metode

eksperimen akan dapat memberikan pengaruh

yang lebih baik pada prestasi afektif.

Metode demonstrasi kurang dapat

meningkatkan prestasi belajar afektif seperti

metode eksperimen. Hal ini dikarenakan,

pembelajaran dengan metode demonstrasi kurang

melibatkan seluruh siswa dalam pembelajaran

karena siswa hanya melihat peragaan yang

dilakukan oleh guru atau temannya saja.

Sehingga siswa yang kurang memperhatikan

peragaan dari awal sampai akhir percobaan yang

dilakukan guru atau temannya akan mendapatkan

prestasi belajar kognitif yang rendah. Hal ini

sesuai dengan salah satu kelemahan dari metode

demonstrasi dalam pembelajaran yang

dikemukan Roestiyah (2008).

b. Hipotesis Kedua

Pada hipotesis kedua mengenai pengaruh

sikap ilmiah terhadap prestasi kognitif dan

afektif. Hasil hipotesis pengaruh sikap ilmiah

pada prestasi belajar kognitif menunjukkan P-

value bernilai 0,000 dan prestasi belajar afektif

menunjukkan P-value bernilai 0,000.

Berdasarkan hasil keputusan uji maka Ho ditolak

pada prestasi kognitif maupun afektif. Hal ini

dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh

sikap ilmiah terhadap prestasi belajar kognitif

dan afektif. Sehingga hal ini sesuai dengan

hipotesis awal yang menyatakan bahwa terdapat

pengaruh sikap ilmiah terhadap prestasi belajar

kognitif dan afektif

Sikap ilmiah pada dasarnya adalah sikap

yang diperlihatkan oleh para ilmuwan saat siswa

melakukan kegiatan sebagai seorang ilmuwan

seperti kegiatan percobaan. Dengan perkataan

lain kecenderungan siswa untuk bertindak atau

berprilaku dalam memecahkan suatu masalah

secara sistematis melalui langkah-langkah

ilmiah. Pada hasil penelitian ini berdasarkan

Tabel 7 disimpulkan bahwa sikap ilmiah tinggi

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

prestasi belajar kognitif dan afektif daripada

sikap ilmiah rendah. Hal ini dikarenakan, siswa

memecahkan masalah secara matematis melalui

langkah-langkah ilmiah dan siswa memiliki sikap

ilmiah yang sangat baik berupa rasa ingin tahu,

jujur, obyektif, tekun, teliti, terbuka kritis,

menghargai penemuan orang lain, menghargai

pendapat orang lain, dan mampu menerima

gagasan baru dapat meningkatkan prestasi belajar

baik kognitif maupun afektif. Hal ini sesuai

dengan hipotesis penelitian dan kerangka

berpikir dalam penelitian ini. c. Hipotesis Ketiga

Pada hipotesis ketiga mengenai pengaruh

kemampuan analisis terhadap prestasi kognitif

dan afektif. Hasil hipotesis pengaruh

kemampuan analisis pada prestasi belajar

kognitif menunjukkan P-value bernilai 0,003 dan

prestasi belajar afektif menunjukkan P-value

bernilai 0,088. Berdasarkan hasil keputusan uji

Page 8: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PENDEKATAN · PDF filedidik agar menjadi manusia yang beriman dan ... peranan guru dalam melaksanakan pembelajaran. ... banyak berkaitan dalam kehidupan

JURNAL INKUIRI

ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 3, 2012 (hal 207-216)

http://jurnal.pasca.uns.ac.id

214

maka Ho ditolak pada prestasi kognitif dan Ho

diterima afektif. Hal ini dapat disimpulkan

bahwa terdapat pengaruh kemampuan analisis

siswa terhadap prestasi belajar kognitif dan tidak

terdapat pengaruh kemampuan analisis siswa

terhadap prestasi belajar afektif. Sehingga hal ini

tidak sesuai dengan hipotesis awal yang

menyatakan bahwa terdapat pengaruh

kemampuan analisis siswa terhadap prestasi

belajar kognitif dan afektif.

Kemampuan analisis dapat diartikan

sebagai kemampuan individu untuk menentukan

bagian-bagian dari suatu masalah dan

menunjukkan hubungan antar bagian-bagian

tersebut, melihat penyebab-penyebab dari suatu

peristiwa atau memberi argumen-argumen yang

menyokong suatu pernyataan. Selain itu,

kemampuan analisis dapat diartikan sebagai

kemampuan menjabarkan atau menguraikan

konsep menjadi bagian-bagian yang lebih rinci

dan menjelaskan keterkaitan atau hubungan antar

bagian-bagian tersebut. Selain itu, apabila

mengacu pada indikator kemampuan analisis

siswa yang diukur adalah mengintepretasi data,

menentukan hubungan antar hal, memerinci

informasi, menginterprestasi data untuk

memecahkan masalah dan membuat hipotesis.

Indikator pada kemampuan analisis ini

mempengaruhi siswa dalam prestasi kognitif

siswa.

Pada hasil hipotesis prestasi belajar afektif

bahwa tidak terdapat pengaruh kemampuan

analisis siswa terhadap prestasi belajar afektif.

Hal ini dikarenakan beberapa hal yang terjadi,

seperti pada siswa baik yang memiliki

kemampuan analisis tinggi dan rendah dapat

mengikuti pembelajaran dengan baik. Selain itu

sistem penilaian prestasi belajar afektif hanya menggunakan angket sehingga terdapat beberapa

siswa yang asal-asalan menjawab pertanyaan

pada angket.

Pada penilaian kemampuan analisis siswa

hanya menggunakan beberapa perwakilan soal

materi pembelajaran fisika saja dan tidak

mencakup semua soal materi fisika. Sehingga

siswa yang mengerti di soal perwakilan yang

mengukur kemampuan analisis siswa akan

mendapat nilai kemampuan analisis yang tinggi

dibandikan temannya yang lain. Walaupun

sebenarnya, siswa tersebut tidak mengusai semua

soal kemampuan analisis yang ada pada

keseluruhan materi pembelajaran fisika.

d. Hipotesis Keempat

Pada hipotesis keempat mengenai interaksi

pembelajaran keterampilan proses menggunakan

metode eksperimen dan demonstrasi dengan

sikap ilmiah terhadap prestasi kognitif dan

afektif. Hasil hipotesis interaksi pembelajaran

keterampilan proses menggunakan metode

eksperimen dan demonstrasi dengan sikap ilmiah

terhadap prestasi belajar kognitif menunjukkan

P-value bernilai 0,409 dan prestasi belajar afektif

menunjukkan P-value bernilai 0,982.

Berdasarkan hasil keputusan uji maka Ho

diterima pada prestasi kognitif dan afektif. Hal

ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

interaksi pembelajaran fisika pendekatan

keterampilan proses menggunakan metode

eksperimen dan demonstrasi dengan sikap ilmiah

terhadap prestasi kognitif dan afektif. Sehingga

hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal yang

menyatakan bahwa terdapat interaksi

pembelajaran fisika pendekatan menggunakan

metode eksperimen dan demonstrasi dengan

sikap ilmiah terhadap prestasi kognitif dan

afektif.

Metode pembelajaran yang diberikan

pada siswa dan sikap ilmiah yang dimiliki siswa

adalah merupakan dua hal yang berdiri sendiri.

Sehingga jika keduanya dipadukan maka tidak

terdapat interaksi. Siswa yang memiliki sikap

ilmiah tinggi jika diberikan perlakuan

menggunakan metode apapun akan memiliki

nilai yang baik dan sebaliknya. Jadi tidak

terdapat interaksi antara metode pembelajaran

dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar

kognitif dan afektif.

e. Hipotesis Kelima

Pada hipotesis kelima mengenai interaksi

pembelajaran pendekatan keterampilan proses

menggunakan metode eksperimen dan

demonstrasi dengan kemampuan analisis

terhadap prestasi kognitif dan afektif. Hasil

hipotesis interaksi pendekatan keterampilan

proses menggunakan metode eksperimen dan

demonstrasi dengan kemampuan analisis siswa

terhadap prestasi belajar kognitif menunjukkan

P-value bernilai 0,133 dan prestasi belajar afektif

menunjukkan P-value bernilai 0,024.

Berdasarkan hasil keputusan uji maka Ho

diterima pada prestasi kognitif dan Ho ditolak

pada prestasi afektif. Hal ini dapat disimpulkan

bahwa tidak terdapat interaksi pembelajaran

fisika dengan pendekatan keterampilan proses

menggunakan metode eksperimen dan

demonstrasi dengan kemampuan analisis

terhadap prestasi kognitif dan terdapat interaksi

Page 9: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PENDEKATAN · PDF filedidik agar menjadi manusia yang beriman dan ... peranan guru dalam melaksanakan pembelajaran. ... banyak berkaitan dalam kehidupan

JURNAL INKUIRI

ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 3, 2012 (hal 207-216)

http://jurnal.pasca.uns.ac.id

215

pembelajaran fisika dengan pendekatan

keterampilan proses menggunakan metode

eksperimen dan demonstrasi dengan kemampuan

analisis terhadap prestasi afektif.

Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya

interaksi antara metode pembelajaran dengan

kemampuan analisis siswa yang memberikan

pengaruh terhadap prestasi belajar kognitif.

Berdasarkan pernyataan tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa kedua hal antara metode dan

kemampuan analisis merupakan hal yang berdiri

sendiri, sehingga tidak berhubungan. Sedangkan,

terdapat interaksi antara metode pembelajaran

dengan kemampuan analisis siswa terhadap

prestasi belajar afektif. Maka dapat disimpulkan

bahwa kedua hal antara metode dan kemampuan

analisis merupakan hal yang berkaitan.

f. Hipotesis Keenam

Pada hipotesis keenam mengenai interaksi

sikap ilmiah dengan kemampuan analisis siswa

terhadap prestasi kognitif dan afektif. Hasil

hipotesis sikap ilmiah dengan kemampuan

analisis terhadap prestasi belajar kognitif

menunjukkan P-value bernilai 0,860 dan prestasi

belajar afektif menunjukkan P-value bernilai

0,373. Berdasarkan hasil keputusan uji maka Ho

diterima pada prestasi kognitif dan afektif. Hal

ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

interaksi sikap ilmiah dengan kemampuan

analisis terhadap prestasi kognitif dan afektif.

Sehingga hal ini tidak sesuai dengan hipotesis

awal yang menyatakan bahwa terdapat interaksi

sikap ilmiah dengan kemampuan analisis

terhadap prestasi kognitif dan afektif.

Siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi

dan rendah ketika berinteraksi dengan

kemampuan analisis tidak memberikan pengaruh

yang berarti terhadap prestasi kognitif dan

afektif. Sehingga keduanya antara sikap ilmiah

rendah dengan kemampuan analisis siswa

merupakan dua hal yang berbeda dan tidak saling

berhubungan.

g. Hipotesis Ketujuh

Pada hipotesis ketujuh mengenai interaksi

pendekatan keterampilan proses menggunakan

metode eksperimen, demonstrasi, sikap ilmiah

dan kemampuan analisis terhadap prestasi

kognitif dan afektif. Hasil hipotesis interaksi

pendekatan keterampilan proses menggunakan

metode eksperimen, demonstrasi, sikap ilmiah

dan kemampuan analisis terhadap prestasi

prestasi belajar kognitif menunjukkan P-value

bernilai 0,920 dan prestasi belajar afektif

menunjukkan P-value bernilai 0,134.

Berdasarkan hasil keputusan uji maka Ho

diterima pada prestasi kognitif dan afektif. Hal

ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

interaksi pendekatan keterampilan proses

menggunakan metode eksperimen, demonstrasi,

sikap ilmiah dan kemampuan analisis terhadap

prestasi kognitif dan afektif.

Tidak terdapat interaksi pendekatan

keterampilan proses menggunakan metode

eksperimen, demonstrasi, sikap ilmiah dan

kemampuan analisis terhadap prestasi kognitif

dan afektif. Hal disebabkan karena beberapa

faktor baik internal maupun eksternal dari dalam

diri siswa yang dapat mempengaruhi siswa untuk

mendapatkan prestasi belajar yang baik. Faktor-

faktor tersebut meliputi pendekatan

pembelajaran, metode pembelajaran, sikap

ilmiah dan kemampuan analisis siswa yang

digunakan dalam penelitian ini, serta masih

banyak keterbatasan dalam penelitian sehingga

peneliti tidak dapat mengontrol faktor-faktor di

luar kegiatan pembelajaran.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan

sebagai berikut: 1) tidak terdapat pengaruh

pembelajaran dengan pendekatan keterampilan

proses menggunakan metode eksperimen dan

demonstrasi terhadap prestasi kognitif, namun

terdapat pengaruh metode eksperimen dan

demonstrasi terhadap prestasi afektif; 2) terdapat

pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap

prestasi kognitif dan afektif; 3) terdapat pengaruh

kemampuan analisis tinggi dan rendah terhadap

prestasi kognitif. Namun tidak terdapat pengaruh

kemampuan analisis tinggi dan rendah terhadap

prestasi afektif; 4) tidak terdapat interaksi

pembelajaran dengan pendekatan keterampilan

proses menggunakan metode eksperimen dan

demonstrasi dengan sikap ilmiah terhadap prestasi

kognitif dan afektif; 5) tidak terdapat interaksi

pembelajaran dengan pendekatan keterampilan

proses menggunakan metode eksperimen dan

demonstrasi dengan kemampuan analisis terhadap

prestasi kognitif. Namun terdapat interaksi

pembelajaran dengan pendekatan keterampilan

proses menggunakan metode eksperimen dan

demonstrasi dengan kemampuan analisis terhadap

prestasi afektif; 6) tidak terdapat interaksi sikap

ilmiah dengan kemampuan analisis terhadap

prestasi kognitif dan afektif; 7) tidak terdapat

Page 10: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PENDEKATAN · PDF filedidik agar menjadi manusia yang beriman dan ... peranan guru dalam melaksanakan pembelajaran. ... banyak berkaitan dalam kehidupan

JURNAL INKUIRI

ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 3, 2012 (hal 207-216)

http://jurnal.pasca.uns.ac.id

216

interaksi pembelajaran dengan pendekatan

keterampilan proses menggunakan metode

eksperimen dan demonstrasi kemampuan berpikir

abstrak, aktivitas siswa terhadap prestasi kognitif

dan afektif.

Hasil penelitian ini memberikan gambaran

yang jelas tentang penerapan pembelajaran fisika

dengan pendekatan keterampilan proses dengan

metode eksperimen dan demonstrasi ditinjau dari

sikap ilmiah dan kemampuan analisis pada

materi pembelajaran fluida statis

Implikasi praktis yang dapat dikemukakan

berdasarkan kesimpulan penelitian ini antara

lain: 1) sebaiknya guru menggunakan metode

eksperimen untuk meningkatkan prestasi belajar

afektif; 2) hendaknya guru memperhatikan sikap

ilmiah siswa agar guru lebih mengetahui sikap

yang seharusnya dimiliki dalam pembelajaran

fisika salah satunya materi fluida statis; 3)

hendaknya memperhatikan seberapa besar

kemampuan analisis siswa dalam pembelajaran

untuk membantu dalam meningkatkan prestasi

belajar siswa.

Daftar Pustaka

Budiyono. (2009). Statistika Untuk Penelitian.

Surakarta. Sebelas Maret University Press.

Baharuddin. (1982). Peranan Kemampuan Dasar

Intelektual, Sikap, dan Pemahaman dalam

Fisika Terhadap Kemampuan Siswa SMA di

Sulawesi Selatan Membangun Model Analog

dan Model Mental. Bandung: Disertasi Pada

PPs IKIP Bandung.

Conny Semiawan, Tangyong, Belen, Yulaelawati

Matahelemual & Wahyudi Suseloardjo.

(1988). Pendekatan Keterampilan Proses.

Jakarta: Gramedia.

Indrawati. (1999). Keterampilan Proses Sains:

Tinjauan Kritis dan Teori ke Praktis.

Bandung: Pusat Pengembangan Penataran

Guru Ilmu Pengetahuan Alam..

Roestiyah N.K. (2008). Strategi Belajar Mengajar.

Jakarta: Rineka Cipta.

Saiful Sagala. (2009). Konsep dan Makna

Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Subiyanto. (1988). Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Alam. Jakarta: Proyek Pengembangan

Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidik.

Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian

Suatu Pendekatan Praktek. Rineka

Cipta:Jakarta.

Paul Suparno. (2007). Metodologi Pembelajaran

Fisika Konstruktivis dan Menyenangkan.

Yogyakarta: UniversitasSanata Dharma

TIMSS. (2007). International Press Release . dalam

timss.bc.edu/timss2007/release.html diakses 26

April 2011.