pembangunan dan pemberdayaan masyarakat
Post on 12-Jan-2016
28 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
1. a. Tujuan Pembangunan Milenium (bahasa Inggris : Millennium Development Goals atau
disingkat dalam bahasa Inggris MDGs) adalah Deklarasi Milenium hasil kesepakatan kepala
negara dan perwakilan dari 189 negara Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang mulai
dijalankan pada September 2000, berupa delapan butir tujuan untuk dicapai pada tahun
2015. Targetnya adalah tercapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada
2015. Target ini merupakan tantangan utama dalam pembangunan di seluruh dunia yang
terurai dalam Deklarasi Milenium, dan diadopsi oleh 189 negara serta ditandatangani oleh
147 kepala pemerintahan dan kepala negara pada saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)
Milenium di New York pada bulan September 2000 tersebut. [1] Pemerintah Indonesia turut
menghadiri Pertemuan Puncak Milenium di New York tersebut dan menandatangani
Deklarasi Milenium itu. Deklarasi berisi komitmen negara masing-masing dan komunitas
internasional untuk mencapai 8 buah tujuan pembangunan dalam Milenium ini (MDG),
sebagai satu paket tujuan yang terukur untuk pembangunan dan pengentasan kemiskinan.
[2] Penandatanganan deklarasi ini merupakan komitmen dari pemimpin-pemimpin dunia
untuk mengurangi lebih dari separuh orang-orang yang menderita akibat kelaparan,
menjamin semua anak untuk menyelesaikan pendidikan dasarnya, mengentaskan
kesenjangan jender pada semua tingkat pendidikan, mengurangi kematian anak balita
hingga 2/3 , dan mengurangi hingga separuh jumlah orang yang tidak memiliki akses air
bersih pada tahun 2015.
b. Adapun sasaran daripada MDGs tersebut adalah sebagai berikut :
Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan
Menurunkan proporsi penduduk yang tingkat pendapatannya di bawah $1 per hari
menjadi setengahnya antara 1990–2015, Menurunkan proporsi penduduk yang
menderita kelaparan menjadi setengahnya antara tahun 1990–2015.
Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua
1
Memastikan pada 2015 semua anak dimanapun, laki-laki maupun perempuan, dapat
menyelesaikan seluruh pendidikan dasar.
Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan
Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada
tahun 2005 dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015.
Menurunkan Angka Kematian Anak
Menurunkan angka kematian balita sebesar dua pertiganya, antara 1990-2015
Meningkatkan Kesehatan Ibu
Menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga perempatnya antara tahun 1990 dan
2015.
Memerangi HIV/AIDS, Malaria, dan Penyakit Menular Lainnya
Mengendalikan penyebaran HIV/AIDS dan mulai menurunnya jumlah kasus baru pada
tahun 2015, mengendalikan penyakit malaria dan mulai menurunnya jumlah kasus
malaria dan penyakit lainnya pada tahun 2015.
Memastikan Keberlanjutan Lingkungan Hidup
Memadukan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dengan kebijakan dan
program nasional dan mengurangi pengrusakan lingkungan, Penurunan sebesar
separuh, proporsi penduduk tanpa akses terhadap sumber air minum yang aman dan
berkelanjutan serta fasilitas sanitasi dasar pada tahun 2015, Mencapai perbaikan yang
berarti dalam kehidupan penduduk miskin di pemukiman kumuh pada tahun 2020.
Membangun Kemitraan Global untuk Pembangunan
Membangun sistem keuangan dan perdagangan yang terbuka, berdasarkan hukum,
dapat diprediksi, dan tidak diskriminatif, memberikan perhatian khusus pada negara-
negara miskin, termasuk, memberikan perhatian khusus pada negara-negara terisolir
dan negara pulau yang kecil, berhubungan dengan permasalahan-permasalahan hutang
negara-negara berkembang melalui perhitungan-perhitungan nasional dan
2
internasional dalam rangka membuat hutang tersebut bisa menopang dalam waktu
lama.
c. Indonesia telah mencapai berbagai sasaran dan tujuan pembangunan millennium yang
dapat dikelompokan ke dalam tiga kategori, yaitu : 1) Sasaran yang telah dicapai, 2)
Sasaran yang telah menunjukan kemajuan signifikan dan diharapakan dapat tercapai pada
tahun 2015 ( on track ),dan 3) Sasaran yang masih memerlukan upaya keras untuk
pencapaiannya.
1) Sasaran Tujuan MDGs yang telah di capai mencakup :
MDGs 1 : Proporsi penduduk yang hidup dengan pendapatan perkapita kurang dari 1
USD per hari telah menurun dari 20,6 % pada tahun 1990 menjadi 5, 9 % pada tahun
2008.
MDGs 3 : Kesetaraan gender dalam semua jenis dan jenjang pendidikan telah hampir
tercapai dengan ditunjukan dengan rasio angka partisipasi murni (APM) perempuan
terhadap laki-laki di SD/MI/paket A dan SMP/MTS paket B berturut turut sebesar
99,73 dan 101,93dan rasio angka melek huruf perempuan terhadap laki-laki per
kelompok usia 15-24 tahun sebesar 99,85 pada tahun 2009.
MDGs 6 : Prevalensi tuberkulosis menurun dari 443 kasus pada tahun 1990 menjadi
244 kasus per 100.000 penduduk pada tahun 2009.
2) Sasaran dari Tujuan MDGs yang telah menunjukan kemajuan signifikan dan
diharapkan dapat tercapai pada tahun 2015 ( on track ) adalah MDGs 1 yaitu
Prevalensi balita kekurangan gizi telah berkurang hampir setengah dari 31 % pada
tahun 1989 menjadi 18,4 % pada tahun 2007. MDGs 2 yaitu Angka partisipasi murni
(APM) untuk pendidikan dasar mendekati 100 %. MGDs 3 yaitu Rasio APM perempuan
terhadap laki-lakidi SMA/MA/ paket C dan pendidikan tinggi pada tahun 2009
berturut-turut 96,16 dan 102,95. MDGs 4 yaitu Angka kematian balita telah menurun
3
dari 97 per 1000 kelahiran pada tahun 1991 menjadi 44 per 1000 kelahiran pada
tahun 2007. MDGs 8 yaitu Indonesia telah berhasil mengembangkan perdagangan
serta system keuangan yang terbuka berdasarkan aturan.
3) Sasaran dari tujuan pembangunan milenium (MDGs) yang telah menunjukan
kecenderungan kemajuan yang baik namun masih memerlukan kerja keras untuk
mencapai sasaran yang telah ditetapkan pada tahun 2015, mencakup MDGs1 yaitu
pengurangan kemiskinan, MDGs 5 yaitu angka kematian ibu, MDGS 6 yaitu Jumlah
penderita HIV/AIDS meningkat dan MDGs 7 yaitu tingkat emisi gas rumah kaca yang
tinggi.
Berdasarkan data diatas, menurut saya Indonesia dalam beberapa aspek telah mampu
mencapai sasaran MDGs, namun masih ada beberapa tujuan dan sasaran yang masih perlu
kerja keras untuk dicapai. Sebagai contoh adalah masalah HIV/AIDS. Keberhasilan
pembangunan Indonesia, telah menuai berbagai prestasi dan penghargaan dalam skala
global,kemajuan pembangunan ekonomi telah mampu mengurangi ketertinggalan
Indonesia dari negara-negara maju. Negara – Negara maju yang tergabung dalam OECD
mengakui dan memberikan apresiasi atas kemajuan yang telah dicapai Indonesia. Namun
demikian Indonesia masih harus terus bekerja keras karena target 1 B tentang
menyediakan se utuhnya pekerjaan yang produktif dan layak,terutama untuk perempuan
dan kaum muda yang belum tercapai.
2. a. Indonesia adalah sebuah Negara yang memiliki Pancasila dan UUD 1945 sebagai
landasannya. Telah jelas dimuat dalam landasan Negara tersebut bahwa salah satu tujuan
Negara Indonesia adalah untuk membangun masyarakat yang adil dan makmur secara
nasional di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan masyarakat inilah yang kemudian
disebut dengan Pembangunan Nasional. Pada hakikatnya, pembangunan nasional
merupakan proses membangun manusia Indonesia secara utuh dan membangun
4
masyarakat secara menyeluruh dengan pancasila sebagai dasar, tujuan dan pedomannya.
Dengan kata lain, pembangunan nasional harus dilaksanakan secara merata diseluruh
pelosok tanah air, tanpa membedakan suku, ras, daerah, dan golongan, sehingga setiap
individu masyarakat dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Namun bukan perkara yang
mudah untuk dapat merealisasikan masyarakat yang adil dan makmur ini, karena tidak
hanya memandang aspek ekonomi, namun juga pembangunan aspek sosial, politik,
budaya, pertahanan, dan keamanan masyarakat juga harus diutamakan. Pembangunan
nasional menjadi sebuah masalah yang sangat kompleks dan membutuhkan perencanaan
yang matang. Hampir 70 tahun Indonesia merdeka, namun pembangunan sampai saat ini
belum dirasa mampu memenuhi hak-hak masyarakat untuk mendapatkan kehidupan yang
layak secara adil dan merata. Bahkan saat ini, seperti dilansir dalam data World Bank,
ketimpangan ekonomi masyarakat di Indonesia terus mengalami peningkatan yang
membuat mereka yang miskin lebih sulit lagi untuk keluar dari kemiskinan. Khususnya
wilayah Indonesia Timur terus mengalami ketertinggalan dengan daerah lain terutama
dengan wilayah Jawa. Bahkan disebutkan juga bahwa Indonesia menjadi Negara dengan
peningkatan ketimpangan tercepat di kawasan Asia Timur. sehingga dapat disimpulkan
bahwa, Indonesia belum mampu untuk merealisasikan pembangunan masyarakat yang
adil dan makmur secara utuh dan merata.
b. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya ternyata nasionalisme di Indonesia belum
dapat diterapkan karena masih adanya beberapa kelemahan. Akibatnya cita-cita mencapai
masyarakat yang adil dan makmur belum tercapai. Selama ini masih banyak kekurangan
yang terjadi dalam melaksanakan nasionalisme. Musuh-musuh nasionalisme, yaitu
feodalisme dan kapitalisme ternyata berhasil memainkan peran setelah Indonesia
merdeka. Kaum feodalis dan kapitalis kemudian mempersempit nasionalisme pada
ketundukan pada penguasa saja, sehingga mereka yang kritis dianggap tidak nasionalis.
Ironisnya kaum feodalis yang bersekutu dengan dengan kaum kapitalis lebih banyak
5
berperan sebagi komprador. Kepentingan bangsa dan negara dikorbankan untuk
memenuhi selera mereka, sehingga budaya korupsi, kolusi, dan nepotisme menjadi
merajalela. Belajar dari pengalaman tersebut kini sudah saatnya bagi kita selain berdiskusi
tentang nasionalisme juga sangat diperlukan realisasinya.
c. Menurut pendapat saya, letak kesalahan pembangunan di Indonesia adalah pada model
pembangunan yang diadopsi, yaitu :
1. Pembangunan yang menciptakan ketergantungan. Ketergantungan pembangunan
pada faktor luar negeri menyebabkan definisi, tujuan, undang-undang, dan piilihan
kebijakan dalam pembangunan tidak ditentukan secara mandiri. Padahal kemandirian
saja tidak cukup dalam pembangunan tetapi harus disertai dengan konsep dan sistem
yang benar, apalagi bila kemandirian tidak dimiliki.
2. Pembangunan yang bertumpu pada politik pertumbuhan. Sudah menjadi persepsi
umum bahwa pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, sebaliknya
pertumbuhan ekonomi mendorong tercapainya pembangunan ekonomi. Model
pembangunan yang bertumpu pada pertumbuhan ekonomi ini merupakan dasar politik
pembangunan ekonomi Indonesia. Model politik pertumbuhan menempatkan persepsi
kesejahteraan dan kemakmuran hanya dapat dicapai manakala perekonomian
didorong untuk menghasilkan output kegiatan ekonomi yang tumbuh lebih besar
setiap tahunnya. Pertumbuhan tersebut digambarkan oleh pertambahan nilai produk
domestik bruto (PDB). Dengan perekonomian yang tumbuh, maka pengangguran dan
kemiskinan dapat dikurangi dan dituntaskan, begitulah logikanya.
3. Pembangunan yang berpihak pada pasar. Dalam model pembangunan ini, pusat
perhatian negara adalah pasar dan investor bukan umat. Keberpihakan tersebut
merupakan konsekwensi dari ketergantungan pembangunan pada hutang dan investasi
asing, serta pandangan pasar dan investor sebagai lokomotif pertumbuhan. Model
pembangunan yang menjadikan pasar dan investor sebagai pusat perhatian negara
6
akan mendorong pemerintah melahirkan kebijakan dan undang-undang yang
bersahabat dengan pasar. Melalui pembangunan yang pro pasar pemerintah
melakukan liberalisasi ekonomi dan liberaliasai sumber daya alam. Dengan kata lain
pemerintah menerapkan ekonomi neoliber.
3. a. Menurut Robert Friedrichs (1970), paradigma diartikan sebagai pola atau model atau cara
pandang terhadap suatu persoalan yang di dalamnya terdapat sejumlah asumsi tertentu,
teori tertentu, metode tertentu dan pemecahan masalah tertentu. Jadi jika dikaitkan
dengan pembangunan, maka pengertian paradigma dalam proses pembangunan adalah
cara pandang terhadap suatu persoalan pembangunan yang dipergunakan dalam
penyelenggaraan pembangunan dalam arti pembangunan baik sebagai proses maupun
sebagai metode untuk mencapai peningkatan kualitas hidup manusia dan kesejahteraan
rakyat.
b. Menurut Agus Suryono (2001), terdapat 7 (tujuh) paradigma pembangunan, yaitu :
1) Strategi Pertumbuhan (Growth Strategy). Melalui pendekatan ini, memang pada
akhirnya banyak negara berkembang telah terbukti berhasil menngkatkan akumulasi
kapital dan pendapatan perkapitalnya. Namun keberhasilan paradigma pertumbuhan
untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi telah membawa berbagai akibat
yang negatif, terutama dampak sosial dan lngkungan hidup.
2) Pertumbuhan Dengan Pemerataan (Growth With Distribution). Strategi ini
menggambarkan empat pendekatan pokok yang diharapkan dapat meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan golongan miskn, antara lain :
Meningkatkan laju pertumbuhan GNP sampai tingkat maksimal dengan jalan
meningkatkan tabungan dan mengalokasikan sumber-sumber daya secara lebih
efisien, yang memanfaatnya dapat dinkmati oleh semua golongan masyarakat.
7
Mengalihkan investasi ke golongan miskin dalam bentuk pendidikan,
menyediakan kredit, fasilitas-fasilitas umum dan sebagainya.
Mendistribusikan pendapatan atau konsumsi kepada golonagan miskin melalui
sistem fiskal atau melalui alokasi barang-barang konsumsi secara langsung.
Pengalihan harta atau tanah yang sudah ada kepada golongan-golongan miskin
misalnya melalui land reform.
3) Teknologi Tepat Guna (Appropriate Technology). Pendekatan ini diyakini lebih sesuai
untuk negara-negara berkembang karena melalui teknologi tepat guna ini maka
sumber-sumber daya lokal yang tersedia dapat dimanfaatkan sebagai sumber
penghasilan penduduk. Misi teknologi tepat guna ini adalah mengurangi
pengangguran melalui perluasan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan
melalui peningkatan produktivitas kerja, meningkatkan dinamika dan kreatifitas
masyarakat dalam berfikir dan bekerja, mempersiapkan masyarakat untuk mampu
menerima perubahan dan pembaharuan teknologi, dan melatih sikap mandiri.
4) Kebutuhan Dasar Pembangunan (Basic needs Development. Konsep dasar pendekatan
ini adalah penyediaan kebutuhan minimum bagi penduduk yang tergolong miskn.
Kebutuhan minimum yang dimaksud tidak hanya terbatas pada hanya pangan,
pakaian, dan papan saja melainkan juga kemudahan akses pada pelayanan air bersih,
sanitasi, transport, kesehatan, dan pendidikan. Selama penduduk miskin sebagian
besar terdapat di daerah pedesaan, maka pendekatan basic needs ini kemudian
menjadi tekanan dan unggulan dari pembangunan desa.
5) Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development). Sustanable diartikan sebagai
suatu pembangunan untuk memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa merugikan
kebutuhan generasi masa datang. Resiko dan konsekuensi dari setiap pembangunan
8
saat ini hendaknya jangan semuanya diwariskan pada generasi mendatang, melainkan
harus dipertimbangkan secara adil bagi generasi sekarang dan generasi mendatang.
6) Konsep Pemberdayaan (Empowerment Concept). Konsep empowerment sebagai
suatu konsep alternatif pembangunan, pada intinya memberikan tekanan pada
otonomi pengambilan keputusan dari suatu kelompok masyarakat, yang berlandaskan
pada sumber daya pribadi, langsung, melalui partisipasi, demokrasi, dan pembelajaran
sosial melalui pengalaman langsung. Sebagai titik fokusnya adalah persoalan lokalitas,
sebab civil society akan lebih siap diberdayakan melalui isu-isu lokal.
7) Pembangunan Berpusat pada Manusia (People Centre Development). Fokus perhatian
dari paradigma pembangunan yang berpusat pada manusia ini (people centered
development paradigm) ini adalah perkembangan manusia (human-growth),
kesejahteraan (well-being), keadilan (equity) dan berkelanjutan (sustainability).
Dominasi pemikiran dalam paradigma ini adalah keseimbangan ekologi
manusia (balanced human ecology), sumber pembangunannya adalah informasi dan
prakarsa yang kreatif dengan tujuan utama adalah aktualisasi optimal dari potensi
manusia.
c. Menurut saya, paradigma pembangunan yang paling cocok untuk Indonesia adalah
paradigma People Centre Development (PCD). Hal ini karena fokus paradigma PCD sangat
sesuai dengan kondisi Indonesia, yaitu jumlah penduduk yang sangat besar merupakan
potensi yang masih perlu dikembangkan, dan ditingkatkan kesejahteraannya. Dengan
luasnya wilayah Indonesia dan kondisi secara geografisnya sangat menyulitkan distribusi,
selama ini sulit untuk mencapai pemerataan pembangunan, sehingga keadilan sosial
sebagaimana tercantum dalam Sila Kedua belum sepenuhnya terwujud. Oleh karena itu,
dengan paradigma PCD diharapkan dapat mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil
dalam kesejahteraan dan sejahtera dalam keadilan.
9
4. a. Pengertian kemiskinan yaitu :
1) Berdasarkan UU No 24 Tahun 2004 adalah kondisi sosial ekonomi seseorang atau
sekelompok orang yang tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan
mengembangkan kehidupan yang bermartabat.
2) Berdasarkan Laporan Bidang Kesejahteraan Rakyat yang dikeluarkan oleh Kemantrian
Bidang Kesra tahun 2004 menerangkan bahwa kondisi yang disebut miskin juga berlaku
pada mereka yang bekerja akan tetapi pendapatanya tidak mencukupi untuk memenuhi
kebutuhan pokok/dasar.
b. Kemiskinan dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :
1) Penyebab Individu (Patologis), yaitu kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan
atau kemapuan si miskin.
2) Penyebab Keluarga, yaitu yang menghubungkan kemiskinan dengan pendiikan keluarga.
3) Penyebab Sub-Budaya (Subcultural), yaitu kemiskinan yang dihubungkan dengan
kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar.
4) Penyebab Agensi, yaitu kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang,
pemerintah dan ekonomi.
5) Penyebab Struktural, yaitu kemiskinan yang memberikan alasan bahwa kemiskina
merupakan hasil dari struktural sosial.
c. bentuk-bentuk kemiskinan dapat dilihat dari jenisnya dan dari penyebabnya.
Menurut jenis dibedakan menjadi :
1) Kemiskinan Absolut atau Mutlak
Adalah keadaan dimana pendapatan kasar bulanan tidak mencukupi untuk membeli
keperluan minimum sebuah isi rumah yang diukur berdasarkan tahap pebelanjaan
minimum.
10
2) Kemiskinan Relatif
Adalah kemiskinan yang dilihat berdasarkan perbandingan antara sebuah tingkat
pendapatan.
Menurut penyebabnya kemiskinan dibedakan menjadi :
1) Kemiskinan Natural
Adanya suatu kondisi dimana sekelompok orang berada dalam wilayah kemiskinan dan
tidak ada peluang bagi mereka untuk keluar dari kemiskinan.
2) Kemiskinan Kultural
Adalah budaya yang membuat orang miskin di dalam Atropologi disebur
Koentjaraningrat sebagi sebuah mentalistas atau kebudayaan kemiskinan.
3) Kemiskinan Struktural
Adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-faktor buatan manusia seperti
kebijakan yang tidak adil, ditribusi aset produksi yang tidak merata, korupsi dan kolusi
serta tatanan ekonomi dunia yang menguntungkan kelompok masyarakat tertentu.
d. Bentuk kemiskinan yang lebih menonjol di Indonesia adalah dari segi jenis Kemiskinan
Relatif dan didukung dengan bentuk kemiskinan struktural dimana kemiskinan akan lebih
terasa justru di daerah-daerah berkembang seperti perkotaan yang mana hal tersebut
didukung dengan jumlah penduduk yang lebih besar, sulitnya lapangan pekerjaan dan
ketergantungan masyarakat untuk menerima bantuan dari pihak lain, selain itu dengan
tingginya tingkat persaingan dan tingkat konsumtif masyarakat perkotaan/ daerah
berkembang kepada barang dan jasa menciptakan nilai barang dan jasa menjadi terlalu
tinggi dan tidak stabil yang berdampak kepada masyarakat renta yang akan mudah
terjerumus kedalam lubang kemiskinan bilamana tidak bisa bertahan dengan dinamika
perekonomian yang ada, hal ini berbanding terbali dengan masyarkat di pedesaan dimana
11
masih lebih mengunakan prinsip kebersamaan dan gotong royong yang mana walaupun
jumlah penghasilan rata-rata masyarakat di desa lebih rendah daripada masyarakat kota
tidak dianggap lebih miskin karena kesenjangan masyarakat di desa lebih kecil sehingga
memberikan ketahana ekonomi yang lebih baik.
Dari fenomena tersebut (antara masyarakat kota dan desa) membuktikan bahawa
kemiskinan tidak bisa dinilai hanya sebatas dari besar pendapatan perkapital suatu
kelomok masyarakat namun lebih kepada bagaimana seseorang atau sekelompok
masyarakat dapat menyesuaikan antara kemampuan yang dia miliki dengan lingkungan
perekonomian yang ada, hal ini sangat sesuai dengan Teori Marjinal yang diungkapkan oleh
Oscar Lewis (1966) bahwa masyarakat di dunia menjadi miskin karena adanya budaya
kemiskinan dengan karakter apatis, menyerah pada nasib, sistem keluarga yang tidak
mantap, kurang pendidikan, kurang ambisi membangun masa depan, kejahatan dan
kekerasan yang banyak terjadi.
e. Terdapat 2 (dua) faktor Penyebab kegagalan program-program kemiskinan di Indonesia yaitu
adalah :
1) Program-program pengentasan kemiskinan salama ini cenderung berfokus pada upaya
penyaluran bantuan sosial untuk orang miskin. Hal itu antara lain berupa beras untuk
rakyat miskin dan program jaring pengaman sosial (JPS) untuk orang miskin. Upaya
seperti ini akan sulit menyelesaikan persoalan kemiskinan yang ada karena sifat
bantuan tidaklah untuk pemberdayaan namun dapat menimbulkan ketergantungan.
Program bantuan untuk orang miskin seharusnya lebih berfokus menumbuhkan budaya
ekonomi produktif dan mampu membebaskan ketergantungan pendudk yang bersifat
permanen.
2) Faktor kedua adalah kurangnya pemahaman berbagai pihak tentang penyebab
kemiskinan itu sendiri sehingga program-program pembangunan tidak didasarkan pada
isu-isu kemiskinan, yang penyebabnya berbeda-beda secara lokal.
12
f. Kemiskinan merupakan musuh utama dalam perkembangan sosial semua Negara, terutama
sebuah Negara yang masih dalam tahap Negara Berkembang seperti Indonesia. Ketika kita
kembali melihat sejarah bahwa masalah kemiskinan di Indonesia sudah ada dari sebelum
penjajahan yaitu masa-masa kerajaan, masa penjajahan, masa kemerdekaan, masa orde
lama, masa orde baru, era revormasi, dan sampai pada saat ini era domokrasi kemiskinan
tetap ada dan berkembang walaupun pada dasarnya terjadi perubahan bentuk dari wajah
kemiskinan itu sendiri yang mana nilai-nilai sesuatu dianggap miskin telah memiliki
pergeseran dari kemiskinan yang diartikan sebagai ketidak mampuan untuk memenuhi
kebutuhan hidup minimum (Kuncoro,1997;102-103) sampai kepada bahwa kemiskinan
terjadi dikarenakan ketimpangan sehingga suatu golongan dianggap menjadi golongan
masyarakat miskin.
Pemerintah di Indonesia saat ini masih terfokus kepada dasar bahwa kemiskinan
adalah gambaran dari kurang mampunya sekelompok masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan dasarnya sebagai mana tercantum dalam UU no 24 tahun 2004 yang menyatakan
bahwa kemiskinan adalah kondisi sosial ekonomi seseorang atau sekelompok orang yang
tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan
yang bermartabat sehingga dengan gambaran definisi kemiskinan seperti ini Indonesia
membuat program-program yang hanya berfokus kepada bagaimana agar seseorang dan
sekelompok orang yang mana berada di garis kemiskinan dapat terpenuhi kebutuhan
pokoknya dengan memberikan bantuan-bantuan secara langsung seperti subsidi yang
sasaran penerimanya sangat luas. Hal tersebut yang sebenarnya memperlamban proses
seseorang/sekelompok orang untuk keluar dari suatu lingkaran kemiskinan.
Dilihat dari teori-teori kemiskinan pada saat ini(modern) sebagian besar
menyatakan bahwa suatu keadaan menjadi miskin tidak hanya berdasarkan seseorang tidak
mampu memenuhi hak-hak dan kebutuhan pokonya tetapi ada masalah lain yang
menciptakan seseorang atau sekelompok orang berada pada kondisi miskin seperti pada
13
teori Sosial Demokrat, teori Marjinal, dan teori Development bahwa dari ke 3 (tiga) teori ini
justru lebih menekankan kepada lingkungan sosial suatu masyarakat seperti adanya
ketimpangan, struktural, kebudayaan, dan lingkungan yang membuat seseorang seakan-
akan berada pada garis kemiskinan. Masalah ini yang harus lebih diperhatikan oleh
pemerintah karena dapat dikatakan suatu kemiskinan bukan hanyalah masalah yang muncul
keluar dari permukaan namun dibawahnya terdapat banyak akar-akar permasalahan lain
yang menebabkan kemikinan di Indonesia terus tumbuh dengan pesat.
Berdasarkan perhitungan pendapatan rata-rata per kapital Indonesia sudah tidak
termasuk kedalam Negara miskin, hal tersebut terlihat dari nilai pendapatan rata-rata per
kapital yang sudah diatas nilai suatu Negara dikatakan miskin. Namun pada kenyataannya
orang miiskin masih banyak dijumpai di Indonesia itu menggambarkan suatu jurang
kesenjangan yang sangat besar di Indonesia dan mana jika dibiarkan maka aka nada bahasa
dimana yang kaya akan menjadi semakin kaya dan yang miskin menjadi semakin miskin, dan
kapan Indonesia akan terbebas dari kemiskinan yang mana hal itu bisa saja terjadi ketika
pemimpin Negara ini tidak hanya mengiming imingi warga Negara dengan gambaran-
gambaran Negara Utopia, harus ada keberanian dari para pemimpin Negara untuk
menyatakan bahwa Indonesia dalam keadaan kritis dan tidak menutup-nutupi masalah yang
ada di masyarakat dengan program-program yang hanya bersifat sementara dan semu untuk
kesejahteraan masyarkat, hal tersebut diharapkan akan membangun kesadaran masyarakat
untuk dapat berjuang dan berubah menjadi lebih mandiri (menjadi masyarakat madani) yang
tidak tergantung dengan pemerintah dan meringankan beban pemerintah sehingga
pemerintah dapat berfokus kepada program-program lain yang lebih mengarah kepada akar-
akar kemiskinan tersebut seperti pendidikan, kesehatan, lapangan pekerjaan, dan lain-lain
5. a. Tiga sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan sosial adalah :
14
1) Pertama, meningkatkan ketersediaan dan memperluas distribusi barang-barang
kebutuhan pokok.
2) Kedua, meningkatkan taraf hidup, yaitu selain pendapatan, memperluas kesempatan
kerja, pendidikan yang lebih baik, dan juga perhatian yang lebih besar terhadap nilai-
nilai budaya dan kemanusiaan, yang keseluruhannya akan memperbaiki bukan hanya
kesejahteraan material tetapi juga menghasilkan rasa percaya diri sebagai individu
ataupun sebagai suatu bangsa.
3) Ketiga, memperluas pilihan ekonomi dan sosial yang tersedia bagi setiap orang dan
setiap bangsa dengan membebaskan mereka dari perbudakan dan ketergantungan
bukan hanya dalam hubungan dengan orang dan nega lain tetapi juga terhadap
kebodohan dan kesengsaraan manusia.
b. Pembangunan sosial memiliki Tujuan tidak hanya diukur melalui peningkatan akses
pelayanan seperti kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan, melainkan melalui kemajuan
dalam pencapaian tujuan sosial yang lebih kompleks dan kadang-kadang beragam seperti
persamaan, keadilan sosial, promosi budaya, dan ketentraman batin, juga peningkatan
kemampuan manusia untuk bertindak, sehingga potensi kreatif mereka dapat dikeluarkan
dan membantuk perkembangan sosial.
c. Beberapa strategi dalam pembangunan sosial adalah :
1) Pembangunan Sosial oleh Individu, diaman kesejahteraan masyarakat secara
keseluruhan dapat ditingkatkan ketika para individu berusaha untuk mengangkat
kesejahteraan mereka masing-masing.
2) Pembangunan Sosial oleh Masyarakat, dimana masyarakat saling bekerja sama secara
harmonis serta memiliki tujuan yang sama untuk memenuhi kebutuhan mereka,
memecahkan permasalahan mereka dan berusaha menciptakan kesempatan guna
memperbaiki hidup.
15
3) Pembangunan Sosial oleh Pemerintahan, dimana pembangunan sosial delakukan oleh
pemerintah, dengan agen-agenya yang khusus, pembuatan kebijakan, para perencana
dan administrasturnya.
d. Dalam pembangunan sosial terdapat beberapa macam model-model teori, beberapa
diantarantya yang sering digunakan sebagai dasar dalam proses pembangunan oleh
negara-negara di dunia adalah :
1) Teori Modernisasi
Mengandung 3 makna, yang pertama makna yang sangat umum meliputi seluruh
perubahan sosial yang progresif dimana masyarakat bergerak maju, yang kedua
bermakna historis menyangkut transformasi sosial, plotik, ekonomi, kultural dan mental
yang meliputi proses industrialisasi, urbanisasi, rasionalisasi, birokratisasi,
demokratisasi, pengaruh kapitalisme, individualisme dan motivasi untuk berprestasi,
meningkatkan pengaruh akal dan sains. Yang terakhir paling khusus dan hanya mengacu
pada masyarakat terbelakang atu tertinggal dan berupaya untuk mengejar ketinggalan
dan masyarakat yang labih maju terlebih dahulu. Bentuk teori Modernisasi antara lain:
Teori sebagai sebuah gagasan tentang perubahan sosial; Modernisasi sebagi aliran
pemikiran akademis; dan Modernisasi sebagai sebuah bentuk ideologi.
2) Model Pertumbuhan dan Pemerataan (Growth and Equity)
Sebagai respon terhadap kegagalan model pembangunan modernisasi, muncul model
pembangunan pertumbuhan dan pemerataan, pendekatan ini memiliki aspek umum,
yakni semua berkembang dari kepercayaan bahwa model pembangunan tradisoanla
yang bertumbuh pada pertumbuhan GNP tidak akan memberikan keuntungan segera
pada mereka. Kemiskinan yang terjadi bukan disebabkan karena kesalahan si miskin
tersebut, melainkan karena elit-elit pemerintahan yang sedang berkuasa. Oleh sebab itu
dimensi sosial politik sangat penting untuk diperhatikan dalam pembangunan.
16
3) Model Pembangunan Teori Kritik, Paham tori kritik pada umumnya berangkat dari
paradigm serta analisi structural radikal dan paradigm radikal humanis tentang
perubahan sosial. Dua hal yang harus dilakukan Teori Kritik dimana pertama bahwa
teori sosial harus mampu menjelaskan tentang bagaimana kondisi serta sistem sosial
yang ada telah menciptakan pemahaman dan kesadaran “palsu” mengenai realitas
sosial yang harus diterima masyarakat demi melanggengkan status quo, teori sosial
kritik bekewajiban agar masyarakat memiliki kesadaran kritis terhadap realitas sosial.
Dan kedua Teori sosial harus memfasilitasi munculnya visi alternatif tentang relasi sosial
yang bebas dari segala bentuk penindasan, eksploitasi dan ketidakadilan. Hal ini berarti
ilmu sosial juga berdimensi praktis.
4) Teori Ketergantungan (Dependency) model pembangunan menurut teori ini adalah
memaksimalkan factor-faktor internal yang disebut dalam teori modernisasi sebagai
penghambatgerak pembangunan atau dengan kata lain adalah sebagai sebuah situasi
yang melibatkan sekelompok Negara tertentu yang memiliki sistem ekonomi yang
dibentuk oleh pembangunan dan kemajuan ekonomi Negara lain.
5) Model Pembangunan Neo-Liberal, neo liberal yang sebenarnya merupakan redefinisi
dan kelanjutan dari loberalisme klasi yang dipengaruhi oleh teori perekonomian
neoklasik yang mengurangi atau menolak factor penghambat oleh pemerintah dalam
ekonomi domestic karena akan mengarah pada penciptaan Distorsi dan Hight Cost
Economy yang kemudian akan berujung pada tindak koruptif. Tujuan dari Model
Pembangunan Neo-Liberal adalah Mengembalikan kepercayaan pada kekuasaan pasar,
dengan pembenaran yang mengacu pada kebebasan.
6) Seperti pada contoh kasus upaya pekerja, dalam pemahaman neoliberalisme
pemerintah tidak berhak ikut campur dalam penentuan gaji pekerja atau dalam
masalah-masah tenaga kerja sepenuhnya hal ini merupakan urusan antara pengusaha
pemilik modal dan pekerja
17
e. Delapan aspek pembangunan yang perlu diperhatikan di dalam teori pembangunan sosial
adalah :
1) Sosial, yaitu aspek nilai-nilai yang terkandung dalam masyarakat
2) Budaya, yaitu aspek jati diri dan kebiasaan yang lazim di masyarakat
3) Ekonomi, yaitu dasar kegiatan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
4) Pendidikan, yaitu aspek tingkat kecerdasan dan kesadaran
5) Kesehatan, yaitu salah satu indikator pembangunan yang paling penting karena selaras
dengan taraf hidup
6) Hukum, yaitu aspek dasar fondasi kestabilan politik
7) Politik, yaitu dasar fondasi sistem pemerintahan dan kestabilan kebijakan dalam
kegiatan pemerintahan
8) Ketenagakerjaan, yaitu aspek fondasi pembangunan yang terdiri dari penduduk usia
produktif.
6. a. Menurut Korten, PCD diartikan sebagai pendekatan yang mementingkan inisiatif kreatif dari
masyarakat sebagai sumber utama pembangunan dan yang menekankan kesejahteraan
material dan spiritual masyarakat sebagai tujuan dari proses pembangunan. PCD ini
merupakan paradigma pembangunan yang berfokus pada perkembangan manusia (human-
growth), kesejahteraan (well-being), keadilan (equity) dan berkelanjutan (sustainability).
b. Seperti dijelaskan di atas, PCD menempatkan masyarakat sebagai sumber utama
pembangunan. Jumlah masyarakat Indonesia yang besar merupakan potensi yang sumber
pembangunan yang besar. Sumber daya alam Indonesia juga cukup potensial untuk proses
pembangunan. Apalagi didukung dengan adanya ujung tombak pemerintahan di tingkat
desa dan kelurahan sebagai fasilitator pembangunan masyarakat, maka sangat besar
peluang untuk menerapkan PCD di Indonesia.
c. Walaupun potensi jumlah masyarakat dan sumber daya alam yang besar di Indonesia, tentu
masih terdapat tantangan dalam penerapan PCD. Jumlah masyarakat yang besar tidak serta
18
merta atau mutlak sebagai potensi saja, namun juga memberi tantangan. tantangan
tersebut dapat berupa :
1) Sulitnya distribusi
Indonesi terdiri dari pulau-pulau yang terpisah oleh samudra. Hal tersebut
mempengaruhi pendistribusian barang dan jasa menjadi tidak lancar terutama untuk
kawasan Indonesia timur.
2) Kualitas hasil sumberdaya yang kurang bersaing
Barang produk buatan lokal biasanya kalah bersaing dengan produk luar karena
kecenderungan masyarakat yang lebih menyukai brand luar negeri. Karena kurangnya
apresiasi masyarakat tersebut menyebabkan warga dengan SDM dan kualitas baik
malah mencari nafkah di luar negeri.
3) Budaya bangsa yang berbeda-beda
Indonesia terdiri atas suku, ras dan agama yang berbeda-beda sehingga untuk
menerapkan dan mengarahkan daerah untuk melaksanakan PCD tersebut belum
tentu akan sepaham.
4) Kurangnya perhatian Pemerintah pusat kepada daerah lain
Kurangnya pemerataan terutama untuk daerah terpencil menyebabkan gangguan
dalam kerjasama dan partisipasi antar daerah
19
top related