peluasan kawasan kota yang berdampak pada transformasi sosial
Post on 17-Nov-2015
11 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
PELUASAN KAWASAN KOTA YANG BERDAMPAK
PADA TRANSFORMASI SOSIAL KAJIAN TERHADAP KAWASAN SETURAN, YOGYAKARTA
DWINDI RAMADHANA
14/372783/PTK/9877
Program Studi S2 Arsitektur, Program Pasca Sarjana Fakultas Teknik,
Universitas Gadjah Mada
2014
ABSTRAK
Terjadinya peluasan kawasan kota Yogyakarta pada wilayah aglomerasi, terlihat sangat
jelas di daerah Seturan. Dipilihnya daerah Seturan sebagai objek penelitian dikarenakan
daerah ini melingkup beberapa universitas dengan segala dinamika kehidupan mahasiswa
didalamnya. Di sisi lain, Seturan adalah salah satu jalur singkat dari Jalan Ringroad Utara
menuju kota. Kawasan ini awalnya dimanfaatkan sebagai lokasi efektif berpromosi, akhirnya
menjadi tempat efektif secara ekonomi dalam berbisnis.
Memperhatikan pertumbuhan kawasan yang begitu cepat di daerah Seturan, terutama
dari segi bisnis terhadap sosialnya, menunjukkan adanya dampak yang belum teratasi secara
sosiologis. Terjadinya pengelompokan sosial juga menjadi gep keras yang sangat tampak di
daerah ini. Tidak hanya pengelompokan masyarakat secara umum, namun juga mahasiswa
1 | P e l u a s a n K a w a s a n K o t a y a n g B e r d a m p a k P a d a T r a n s f o r m a s i S o s i a l
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu julukan Yogyakarta
adalah kota pelajar, karena Yogyakarta
telah memiliki lebih dari dua ratus
universitas baik negeri maupun swasta
yang nyatanya menerima calon mahasiswa
dari seluruh penjuru Indonesia maupun
luar negeri dengan jumlah yang terus
bertambah setiap tahunnya.
Seiring dengan bertambahnya
penduduk sementara di Yogyakarta,
fasilitas-fasilitas yang disediakan pun
semakin menjamur. Hal ini menyebabkan
banyaknya perubahan fungsi kawasan,
atau setidaknya memaksimalkan fungsi
kawasan.
Perubahan fungsi kawasan yang
lebih besar dikarenakan oleh kegiatan
ekspansi atau peluasan kawasan kota,
dengan membangun penyedia fasilitas,
karena wilayah kota sudah dapat dikatakan
penuh untuk suatu pembangunan baru. Hal
ini juga terjadi di Kecamatan Depok, lebih
tepatnya di daerah Seturan. Kawasan ini
tadinya merupakan kawasan mahasiswa
YKPN dan UPN, juga Atma Jaya.
Semakin tinggi tingkat pembangunan
dikawasan ini, semakin banyak kegiatan
sosial yang berubah.
Kawasan Seturan ini masuk ke
dalam Kecamatan Depok, Sleman, yang
berkarakteristik kawasan aglomerasi
(perkembangan kota dalam kawasan
tertentu). Pertumbuhan dikawasan ini
terhitung pesat mengingat fasilitas-fasilitas
yang bertambah dalam kurun waktu
beberapa tahun saja.
-
2 | P e l u a s a n K a w a s a n K o t a y a n g B e r d a m p a k P a d a T r a n s f o r m a s i S o s i a l
BAB II PEMBAHASAN
A. Kerangka Teoritik Melihat
Seturan
Cristaller dengan central place
theory-nya menyatakan kota berfungsi
menyelenggarakan penyediaan jasa-jasa
bagi daerah lingkungannya. Dari teori ini,
dapat dimengerti bahwa kota merupakan
pusat penyediaan fasilitas, terutama pada
jasa. Ditambahkan oleh Wirth yang
mendefinisikan kota sebagai pemukiman
yang relatif besar, padat dan permanen,
dihuni oleh orang-orang yang heterogen
kedudukan sosialnya. Akibatnya,
hubungan sosialnya menjadi longgar, acuh
dan tidak pribadi (impersonal relation).
Menurut Spiro Kostof (1991), kota
adalah peleburan dari penduduk,
sedangkan bentuk kota pada awalnya
adalah netral tetapi kemudian berubah
sampai hal ini dipengaruhi dengan budaya
tertentu. Ada dua macam bentuk kota,
yaitu geometri dan organik. Hal ini disebut
juga sebagai planned, yaitu adanya
pengaturan kota yang selalu regular dan
rancangan bentuk geometrik (design
guide) dan unplanned, yaitu segmen kota
yang berkembang secara spontan dengan
bermacam-macam kepentingan yang
saling mengisi, sehingga akhirnya kota aka
memiliki bentuk semaunya yang kemudian
disebut dengan organic pattern (bentuk
kota organik tersebut secara spontan, tidak
terencana dan memiliki pola yang tidak
teratur dan non geometrik.
Pertumbuhan kawasan Seturan ini
ada pada penyediaan fasilitas umum yang
kemungkinan memang ditargetkan pada
mahasiswa-mahasiswa yang ada didalam
kawasan ini. Ada tiga universitas besar
yang ada didalam kawasan ini, yaitu Atma
Jaya, YKPN, dan UPN. Setiap tahunnya,
mahasiswa yang diterima semakin
meningkat, menyebabkan kawasan ini
semakin padat. Semakin banyak
pengadaan fasilitas untuk kebutuhan dasar,
seperti tempat tinggal (kost) dan tempat
makan. Seiring kemajuan zaman, dan
semakin banyak budaya dan status
ekonomi pendatang yang masuk, gaya
hidup pun berubah karena adanya saling
berpengaruh. Hal ini didukung oleh
fasilitas tambahan yang menjamur.
Mengingat karakteristik kawasan
Seturan sebagai kawasan aglomerasi dan
juga sebagai lingkungan yang kental
dengan mahasiswa, sudah sewajarnya
kawasan ini tumbuh dengan pesat. Banyak
fasilitas yang disediakan untuk
mempermudah kehidupan mahasiswa
dengan menyediakan segala lapis
kebutuhannya, yaitu primer, sekunder dan
tersier.
Namun dampak dibangunnya
fasilitas-fasilitas ini, terjadi kondisi yang
tak terkendali, seperti pengunjung yang
datang bukan hanya mahasiswa setempat,
tapi juga berbagai lapisan masyarakat dari
luar kawasan yang sengaja datang untuk
menikmati fasilitas yang ada dalam
kawasan ini. Dengan kondisi ini,
keramaian kawasan dimanfaatkan oleh
pebisnis lain untuk menyediakan fasilitas
yang general, seperti hotel, apartemen, dan
mal.
Pembangunan merebak, seiring
dengan bertumbuhnya kawasan ini dan
mulai terasa kental nuansa bisnisnya. Dari
segi arsitektur, pemilik penyedia fasilitas
berusaha untuk menonjolkan bangunannya
agar lebih menarik perhatian dan dapat
menampung pengunjung sebanyak-
banyaknya. Mulai terbentuk pola
pembangunan yang unplanned.
Sebagai implikasi dari
pertumbuhan kawasan ini, kawasan yang
tadinya menjadi lingkungan mahasiswa
menjadi kawasan bisnis. Lalu lintas
didalam kawasan pun menjadi lebih padat
sehingga perlu adanya perubahan sistem
sirkulasi. Dari segi ekonomis, tentu saja
hal ini membawa dampak positif, baik bagi
-
3 | P e l u a s a n K a w a s a n K o t a y a n g B e r d a m p a k P a d a T r a n s f o r m a s i S o s i a l
masyarakat setempat maupun pendatang
atau pelaku bisnis luar kawasan yang
datang untuk memanfaatkan kondisi ini.
Dari hal tersebut diatas, dapat
disusun kerangka permasalahan yang
dapat digunakan untuk melihat adanya
transformasi sosial yang terjadi di kawasan
Seturan seiring dengan pertumbuhan
kawasan tersebut.
Gambar 1 kerangka rumusan masalah
B. Lingkungan Kawasan
Kawasan Seturan masuk dalam
Kecamatan Depok yang ditentukan
sebagai wilayah aglomerasi. Kawasan ini
secara administratif termasuk dalam Desa
Caturtunggal, Depok, Sleman, provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sebagai wilayah aglomerasi,
pertumbuhan diarahkan ke kawasan ini.
Baik untuk pembangunan sarana prasarana
sebagai fasilitas dasar warga setempat
maupun menjadi target peluasan
pembangunan kota.
Dalam kawasan ini, terdapat
banyak bangunan komersil yang telah
dibangun atau sedang dalam
pembangunan. Pertumbuhan yang terjadi
dikawasan ini lebih mengarah pada
kawasan bisnis. Lebih tepatnya bisnis
fasilitas yang mendukung kegiatan khusus
mahasiswa yang ada di kawasan maupun
masyarakat secara umum di kabupaten
Yogyakarta, maupun Sleman. Seluas
kawasan Seturan ini, terdapat dua bentuk
pola, yaitu planned dan unplanned.
Bentuk pola planned, dapat terlihat
di Jalan Babarsari yang terdapat ruko-ruko
sederetan panjang dari timur ke barat.
Bagian planned juga dapat dilihat di area
kampus Atma Jaya, UPN dan YKPN.
Sedangkan sisanya, merupakan bentuk
yang unplanned.
Gambar 2 Deretan Ruko di jalan Babarsari
Sumber : Dokumentasi pribadi, 2014
Bentuk unplanned yang dimaksud
lebih banyak terlihat di Jalan Seturan Raya
yang dalam lingkupnya terdapat bangunan
komersil, residen, kuliner, bengkel, hingga
tempat berkumpul. Tata letak urutannya
terbentuk secara spontan berdasarkan
kepentingan pemilik tanah dan
pengembangnya.
Gambar 3 Deretan bangunan komersil di Jalan Seturan
Raya
Sumber : Dokumentasi pribadi, 2014
Jalan Seturan Raya merupakan
daerah yang memiliki fungsi terbanyak
dibandingkan titik lain yang ada di daerah
Seturan.
-
4 | P e l u a s a n K a w a s a n K o t a y a n g B e r d a m p a k P a d a T r a n s f o r m a s i S o s i a l
1) Bangunan Pendidikan
Seluas kawasan Seturan ini,
setidaknya ada tiga instansi pendidikan y
ang berdiri, yaitu Atma Jaya dan UPN di
jalan Babarsari, YKPN dijalan Seturan
Raya dan UPN Pusat yang berdekatan
dengan Ringroad Utara.
2) Residen dan Tempat Berkumpul
Komersil
Di bagian utara ini, pada sisi timur
kampus UPN, terdapat beberapa ruko yang
menyediakan fasilitas pemesanan tiket
pesawat, barang-barang fashion, dan
bagian selatan kampus UPN terdapat dua
buah minimarket dan sebuah kawasan
pemukiman yang menjadi daerah tempat
tinggal mahasiswa UPN kebanyakan.
Masih dibagian utara jalan Seturan
(bagian selatan kampus) terdapat pula ruko
komersil yang menjual barang-barang
fashion, dan diseberangnya terdapat hotel
yang baru selesai dibangun pada
pertengahan tahun 2014. Selain
menyediakan tempat tinggal sementara,
hotel ini juga menyediakan fasilitas untuk
pelaku bisnis, mahasiswa dan para
professional untuk berkumpul dengan
mengadakan meeting room, dan coffee
shop. Selain hotel ini, ada satu hotel lagi
yang sudah cukup lama dibangun.
Gambar 4 Hotel Fortune Fest
Sumber : Dokumentasi pribadi, 2014
Tidak jauh dari YKPN, sebelah
selatan, terdapat hotel yang cukup besar,
yaitu Hotel Merapi Merbabu. Hotel ini
hanya menyediakan fasilitas tempat
tinggal sementara yang eksklusif dan
sedikit luasan untuk fasilitas umum berupa
tempat makan KFC.
Gambar 5 Hotel Merapi Merbabu
Sumber : Dokumentasi pribadi, 2014
Pertumbuhan menjadikan kawasan
ini target pembangunan apartemen juga.
Ada dua apartemen yang sedang dibangun
dikawasan ini. Yaitu Apartemen Vivo dan
Apartemen Green Park.
Gambar 6 Apartemen Vivo
Sumber : Dokumentasi pribadi, 2014
Gambar 7 Apartemen Greenpark
Sumber : Dokumentasi pribadi, 2014
-
5 | P e l u a s a n K a w a s a n K o t a y a n g B e r d a m p a k P a d a T r a n s f o r m a s i S o s i a l
Terdapat satu titik yang sangat
terlihat didepan kampus Atma Jaya, yaitu
Hotel Syahid Raya. Hotel ini masih dalam
masa pembangunan. Selain sebagai tempat
tinggal sementara, hotel ini juga
menyediakan banyak fasilitas tempat
berkumpul seperti convension hall dan
fasilitas hiburan berupa Blitz Megaplex
dibagian Syahid Yogya Walk-nya.
Gambar 8 Hotel Syahid Raya dan Syahid Yogya Walk
Sumber : Dokumentasi pribadi, 2014
Dari informasi ini, dalam radius 1-
1,5 kilometer, terdapat sekitar empat hotel
dan 2 apartemen. Tentu saja fungsi dan
jumlah ini bukan disediakan khusus untuk
mahasiswa, namun lebih ditujukan pada
turis untuk menunjang sifat pariwisata
Yogyakarta.
3) Kuliner
Banyak kuliner yang terdapat
dikawasan ini mengingat tempat ini
tadinya adalah murni lingkungan
mahasiswa yang membutuhkan berbagai
variasi sebagai kebutuhan dasarnya. Dalam
kawasan ini tersedia tempat makan dari
yang kecil seperti burjo dengan harga yang
murah, hingga rumah makan dan caf
dengan harga yang jauh lebih tinggi.
Pengunjung yang datang untuk
mencari variasi makanan yang cukup
banyak di Seturan, tidak hanya bagi warga
atau mahasiswa yang tinggal dikawasan
ini, namun juga masyarakat dan
mahasiswa dari berbagai penjuru
Yogyakarta dan Sleman.
Gambar 9 Kuliner di Seturan
Sumber : Dokumentasi pribadi, 2014
Gambar 10 Kuliner di Seturan
Sumber : Dokumentasi pribadi, 2014
4) Coffee shop
Tidak hanya fasilitas untuk
makanan berat, namun juga untuk
kebutuhan tersier, terdapat beberapa coffee
shop, baik secara independen, maupun
bergabung dengan fungsi bangunan lain
seperti hotel.
Kini, Coffee shop menjadi tempat
yang utama bagi mahasiswa dan
masyarakat kebanyakan. Coffee shop
menjadi tempat yang efektif dan nyaman
dengan fasilitas koneksi internet yang
memudahkan masyarakat melakukan
aktifitasnya. Coffee shop adalah fasilitas
yang menjamur, khususnya di daerah
Seturan ini. Namun begitu, coffee shop
yang terdapat di jalan Seturan Raya,
termasuk dalam kelas yang eksklusif
dengan harga yang cukup mahal, bagi
mahasiswa dalam status ekonomi rata-rata.
-
6 | P e l u a s a n K a w a s a n K o t a y a n g B e r d a m p a k P a d a T r a n s f o r m a s i S o s i a l
Gambar 11 Parsley
Sumber : Dokumentasi pribadi, 2014
Gambar !
.12 Eastern Kopi TM
Sumber : Dokumentasi pribadi, 2014
Gambar 13 Terrace Coffee
Sumber : Dokumentasi pribadi, 2014
Nuansa bisnis di Seturan semakin
kental dengan banyaknya tempat-tempat
seperti coffee shop yang eksklusif dengan
bentuk-bentuk bangunan yang juga sangat
menarik. Posisinya yang berada tak jauh
dari kampus, membuat kontras yang
tinggi, dari nuansa pendidikan menjadi
nuansa bisnis.
5) Hiburan
Penyedia sarana hiburan juga ikut
meramaikan nuansa bisnis di Seturan.
Pada awalnya fasilitas ini mengejar
lingkungan mahasiswa. Namun
pengunjung yang tadinya hanya
mahasiswa setempat, meluas tak terkendali
hingga mahasiswa luar kawasan.
Gambar !
.14 Movie Box
Sumber : Dokumentasi pribadi, 2014
Sarana hiburan yang disediakan
cukup menarik untuk mahasiswa yang
membutuhkan refreshing dari aktifitas
sehari-harinya.
C. Perubahan Struktur dikawasan
Seturan
Setiap daerah akan mengalami
perubahan akibat kondisi utama seperti
ekonomi, teknologi, geografi dan kondisi
biologi (Soekanto, 1990:38). Daerah
Seturan mengalami perubahan seiring
dengan tingkat perekonomian yang
semakin beragam. Terdapat factor-faktor
yang menjadi penyebab dan
mempengaruhi terjadinya perubahan.
1) Faktor-faktor penyebab
Terjadinya perubahan disebabkan
oleh adanya ketidakpuasan akan hal yang
sudah ada, yang dulunya dapat memenuhi
kebutuhan, namun sekarang sudah tidak
lagi maksimal.
Faktor-faktor penyebab perubahan
antara lain adalah vision (kesan),
-
7 | P e l u a s a n K a w a s a n K o t a y a n g B e r d a m p a k P a d a T r a n s f o r m a s i S o s i a l
optimalnya kawasan, penataan yang
maksimal pada kawasan dengan fungsi-
fungsi yang mendukung, penggunaan
struktur yang sesuai pada bangunan serta
komposisi tapak pada kawasan (Cristoper
Alexander, A New Theory of Urban
Design, 1987, 14:32-99).
Kesan yang berubah pada daerah
Seturan ini, yaitu dulunya dijadikan jalan
pintas bagi masyarakat yang tinggal di
utara (Sleman) untuk mencapai tujuannya
di kota (selatan), begitu juga sebaliknya.
Namun dengan menyadari terus
bertambahnya jumlah kendaraan yang
melintas (seiring dengan meningkat pesat
jumlah penduduk) kawasan ini menjadi
sangat cocok sebagai tempat efektif untuk
berpromosi. Lama kelamaan, kawasan ini
mulai menyediakan fasilitas-fasilitas yang
tadinya hanya ada di pusat kota.
Harapannya membuat kendaraan-
kendaraan yang melintas untuk mampir,
tercapai. Bahkan kini, banyak kendaraan-
kendaraan yang melintas memang
bertujuan ke jalan Seturan.
Melihat situasi di daerah Seturan,
kondisi kawasan ini menjadi optimal untuk
terjadi perubahan fungsi yaitu dengan
banyaknya mahasiswa yang berada di
dalam kawasan dan kendaraan yang
berlalu lalang dijalan ini, secara ekonomis,
tempat ini menjadi sangat cocok untuk
dijadikan sebagai lahan bisnis yang
menjanjikan.
Pada dasarnya, penataan dikawasan
ini terlihat seperti unplanned. Banyak
tanah yang dijual pada pengembang untuk
dijadikan lahan bisnis dan perijinan yang
didapat, mendukung menjamurnya bisnis
fasilitas dikawasan ini. Termasuk juga
karena secara geografis, sebagai wilayah
aglomerasi, peluasan kota sudah sangat
kentara menjadi penyebab berubahnya
kawasan Seturan.
Semakin dekat dengan kota,
semakin banyak ragam aktifitas yang
terdapat didalamnya. Keberadaan fasilitas-
fasilitas ini tidak lepas dari tumbuh dan
berkembangnya kegiatan-kegiatan publik
yang mendominasi penggunaan ruang-
ruang umum kota. Fasilitas-fasilitas inilah
yang dimaksud dengan aktivitas
pendukung (activity support).
Dalam peluasan kawasan kota,
terdapat tiga konsep pengembangan
wilayah, yaitu konsep pusat pertumbuhan,
konsep integrasi fungsional, dan konsep
pendekatan desentralisasi (Alkadri et all,
Manajemen Teknologi Untuk
Pengembangan Wilayah, 1999). Terlihat
jelas bahwa konsep pusat pertumbuhan
pada Seturan, mengingat begitu banyaknya
investor yang menanam investasinya
dalam bentuk bisnis fasilitas seperti hotel,
coffee shop, kuliner dan hiburan yang
sudah dibangun maupun belum selesai
dibangun.
Konsep integrasi fungsional, dapat
dilihat dari penggabungan antara
lingkungan pendidikan dengan lingkungan
bisnis yang terjadi di Seturan. Konsep ini
disengaja untuk menempatkan kawasan
Seturan mempunyai hirarki sebagai pusat
pelayanan relative terhadap kota.
Sedangkan konsep desentralisasi
dimaksudkan untuk mencegah tidak
terjadinya aliran keluar dari sumberdana
dan sumberdaya manusia yang ada dalam
kawasan. Kawasan dioptimalkan akan
menjadi sentral baru yang dapat melayani
berbagai kebutuhan masyarakat.
2) Faktor-Faktor Pengaruh
Sebagaimana yang dikatakan oleh
Soekanto (1990:361-365) bahwa terdapat
delapan faktor yang mempengaruhi
terjadinya perubahan, yaitu (1) kontak
dengan kebudayaan lain; (2) sistem
pendidikan formal; (3) sikap menghargai
hasil karya orang lain; (4) toleransi; (5)
-
8 | P e l u a s a n K a w a s a n K o t a y a n g B e r d a m p a k P a d a T r a n s f o r m a s i S o s i a l
system terbuka terbuka lapisan
masyarakat; (6) penduduk yang heterogen;
(7) ketidakpuasan masyarakat; dan (8)
orientasi masa depan. Dari delapan faktor
tersebut, terdapat empat poin yang
mempengaruhi perubahan di Seturan, yaitu
(1) kontak dengan kebudayaan lain; (2)
penduduk yang heterogen; (3)
ketidakpuasan masyarakat; (4) orientasi ke
masa depan.
Kawasan Seturan yang juga
sebagai lingkungan mahasiswa, didatangi
oleh berbagai penjuru Indonesia dengan
membawa kebudayaannya masing-masing.
Hal ini mempengaruhi adanya perubahan
gaya hidup pada masing-masing individu,
baik sesama mahasiswa maupun
masyarakat setempat. Termasuk juga
didalamnya, mahasiswa yang datang dari
luar Indonesia, yang tentu saja sedikit
banyak, mampu mendominasi pola pikir
yang berbeda pada warga Indonesia
dengan gaya hidup luarnya. Kontak antar
budaya ini menyebabkan adanya
generalisasi kultur. Oleh karena itu,
fasilitas yang ada, tidak lagi memuaskan
masyarakat. Maka, muncullah bisnis
fasilitas yang diadopsi dari kebudayaan
luar.
Ragam (heterogen) masyarakat,
baik budaya maupun status ekonomi,
mampu membawa sesuatu yang baru
dalam gaya hidup, baik dengan sesama
mahasiswa maupun masyarakat setempat.
Hal-hal ini mempengaruhi jalannya
perubahan yang terjadi dikawasan Seturan
yang semakin lama semakin mampu
melayani seluruh kebutuhan baik primer,
sekunder, hingga tersier.
Perubahan yang terjadi di kawasan
ini tentu saja juga berorientasi ke masa
depan. Dapat dilihat dari pembangunan
yang ada didominasi oleh sifat investasi.
Wilayah kota diarahkan pada kawasan ini
untuk melengkapi atau menambahkan
fasilitas-fasilitas yang sudah ada.
Sebagai kawasan bisnis, tentu saja
faktor persaingan tak dapat diabaikan.
Persaingan antar investor sangat terlihat
dari bagaimana mereka berusaha maksimal
untuk meraup pengunjung lebih banyak
dari yang lainnya. Bentuk fasilitas yang
ditawarkan hingga bentuk bangunan yang
menaungi menjadi target utama dalam
implikasi persaingan tersebut.
Menurut Porter (1990) dalam Tiga
Pilar Pengembangan Wilayah (1999),
keunggulan komparatif telah dikalahkan
oleh kemajuan teknologi. Secara umum,
kawasan ini bersaing, berusaha meraih
keunggulan, dengan kawasan lain di
Yogyakarta. Keunggulan yang dimaksud
disini adalah keunggulan faktor produksi,
keunggulan inovasi, kesejahteraan
masyarakat dan besarnya investasi.
Dari berbagai faktor-faktor yang
ada, faktor ekonomi lah yang paling
mendominasi terjadinya perubahan yang
ada di kawasan Seturan. Dengan
meningkatnya kemampuan ekonomi,
seiring dengan semakin beragamnya
latarbelakang penduduk, maka semakin
tinggi kebutuhannya. Investor
memanfaatkan kondisi ini dengan
menyediakan kebutuhan-kebutuhan ekstra
yang dimaksud. Hal ini merupakan
kesempatan emas bagi investor untuk
membangun fasilitas yang diinginkan.
Namun sangat disayangkan, bentuk yang
nyata terlihat adalah bentuk yang
unplanned terhadap kawasan.
D. Dampak Perubahan Kawasan
Beberapa hal yang dapat dilihat
sebagai dampak terjadinya perubahan.
Dalam desain perkotaan (Shirvani, 1985)
terdapat elemen-elemen fisik urban design
yang bersifat ekspresif dan suportif yang
mendukung terbentuknya struktur visual
-
9 | P e l u a s a n K a w a s a n K o t a y a n g B e r d a m p a k P a d a T r a n s f o r m a s i S o s i a l
kota serta terciptanya citra lingkungan
yang dapat pula ditemukan pada
lingkungan, elemen tersebut adalah (1) tata
guna lahan; (2) bentuk dan massa
bangunan; (3) sirkulasi dan parkir; (4)
ruang terbuka; (5) jalur pejalan kaki; (6)
aktifitas pendukung dan (7) symbol dan
tanda. Yang terlihat secara jelas, dampak
terjadinya perubahan kawasan Seturan,
terdapat lima poin, yaitu (1) tata guna
lahan; (2) sirkulasi dan parkir; (3) ruang
terbuka; (4) jalur pejalan kaki; dan (5)
symbol dan tanda.
1) Tata Guna Tanah
Tata guna lahan dua dimensi
menentukan ruang tiga dimensi yang
terbentuk. Ada dua hal yang perlu
dipertimbangkan, yaitu pertimbangan
umum dan pertimbangan pejalan kaki
(street level) yang menciptakan ruang yang
manusiawi.
Namun yang terjadi dalam
pertumbuhan dan perubahan kawasan
Seturan, justru semakin kecilnya ruang
bagi pejalan kaki. Bangunan-bangunan
yang ada, mayoritas menghabiskan luas
lahannya untuk keperluan komersil.
2) Sirkulasi dan Parkir
Sirkulasi semakin padat. Dengan
banyaknya fasilitas yang tersedia
dikawasan ini, tidak seiring dengan lebar
jalan. Hal ini dikarenakan Seturan sudah
menjadi tujuan oleh masyarakat luar
kawasan demi pelayanan yang ada.
Sirkulasi terparah ada di perempatan
pertemuan Jalan Seturan Raya dengan
Jalan Selokan Mataram. Tindakan
pemerintah dalam menangani masalah ini
yaitu dengan mengubah sistem sirkulasi di
titik tersebut dengan mengatur jalan
tersebut dengan jalan searah.
Sirkulasi yang padat, termasuk juga
disebabkan oleh permasalahan parkir.
Luasan parkir yang disediakan tidak sesuai
dengan pengunjung yang datang, sehingga
parkir liar ditepi jalan masih kerap terjadi.
Selain berpengaruh pada visual kawasan,
parkir liar juga menghambat sirkulasi pada
jalan utama.
3) Ruang Terbuka
Tidak adanya ruang terbuka
ditempat ini mengakibatkan semakin kecil
kemungkinan kontak sosial yang terjadi
dikawasan ini. Dari sini dapat dikatakan
bahwa hubungan sosialnya menjadi
longgar, acuh dan tidak pribadi.
4) Jalur Pejalan Kaki
Terlihat pada visual kawasan, tidak
ada jalur khusus bagi pejalan kaki, seakan
Seturan dikhususkan untuk kendaraan
bermotor. Ditambahkan lagi dengan
kenyataan adanya parkir liar ditepi jalan,
semakin menindas nasib pejalan kaki.
Tidak adanya jalur khusus pejalan kaki
menjadi akibat dari sirkulasi dan parkir
yang tidak diatur, juga kurangnya
kepedulian terhadap pejalan kaki. Semakin
lama, jumlah pejalan kaki semakin sedikit
dan ini juga berarti semakin sedikit adanya
interaksi sosial non bisnis di kawasan ini.
5) Simbol dan Tanda
Pada dasarnya, ukuran dan kualitas
dari papan reklame diatur untuk (1)
menciptakan kesesuaian; (2) mengurangi
dampak negatif visual; (3) dalam waktu
bersamaan menghilangkan kebingungan
serta persaingan tanda lalu lintas atau
tanda umum yang penting; (4) Tanda yang
didesain dengan baik menyumbangkan
karakter pada fasad bangunan dan
menghidupkan street space dan
memberikan informasi bisnis; dan (5)
dalam urban desain, preservasi harus
diarahkan pada perlindungan permukiman
yang ada dan urban place, sama seperti
tempat atau bangunan sejarah, hal ini
berarti mempertahankan kegiatan yang
berlangsung ditempat itu.
-
10 | P e l u a s a n K a w a s a n K o t a y a n g B e r d a m p a k P a d a T r a n s f o r m a s i S o s i a l
Sayangnya, yang terjadi justru
dominan melanggar dasar tersebut.
Persaingan yang tidak sehat ditandai
dengan iklan-iklan reklame yang saling
ingin menonjol sendiri. Hal ini terjadi
karena belum ada aturan tegas soal ukuran
dan kualitasnya. Dari segi desain pun
terkesan asal jadi. Dampak negatif visual
yang seharusnya dikurangi justru semakin
meningkat.
BAB III KESIMPULAN
Melihat perubahan yang terjadi di
kawasan Seturan sebagai kawasan
aglomerasi, ternyata pertumbuhannya
sangat pesat. Terutama dilihat dari
pembanguann fasilitas yang semakin
beragam dan bentuk bangunan yang
semakin besar. Perubahan kawasan
bergerak kearah ekonomi secara dominan.
Dampak yang terjadi juga cukup banyak,
terutama secara sosiologis.
Sosial yang melonggar menjadi
salah satu akibat utama dalam
pertumbuhan kawasan, karena fasilitas-
fasilitas yang disediakan merupakan
fasilitas yang menaungi pengunjung bukan
hanya warga setempat namun juga luar
kawasan. Sifatnya pun terkesan private
agar pengunjung tidak terganggu oleh
masyarakat setempat.
Sifat sosial yang tampak pada
kawasan ini adalah sifat sosial yang
berkelompok. Bertambahnya jumlah dan
ragam penduduk, menjadikannya gep
sendiri dalam masalah sosial. Tidak
adanya kepedulian terhadap warga sekitar
(termasuk tidak adanya kepedulian
terhadap pejalan kaki) juga menimbulkan
kesenjangan antara si miskin dan si kaya.
Begitu juga dengan fasilitas-fasilitas yang
mahal bermunculan. Kelompok sosial
yang ada dalam kawasan ini (baik
setempat maupun pendatang) terbagi
menjadi tiga, yaitu low-end, mid-end,dan
high-end. Pengelompokan ini dapat dilihat
dari terpisahnya tempat mereka
berkumpul. Hal ini tidak hanya terjadi
pada lapisan masyarakat secara umum,
namun juga mahasiswa secara khusus.
Mahasiswa pun terbagi menjadi tiga
kelompok sosial tersebut karena fasilitas
yang tidak mendukung penyamarataan
sosial ekonomi masyarakat setempat demi
keuntungan bernominal rupiah.
DAFTAR PUSTAKA
Djatmiko (Ed. Mubyarto). 1993.
Karakteristik dan permasalahan
(Pembangunan Pedesaan di
Indonesia), Yogyakarta : Aditya
Media
Pratiwi, (Ed. Mubyarto). 1993.
Permasalahan Pembangunan di
Desa-Desa Pedalaman dan
Perbatasan. Yogyakarta : Aditya
Media
http://zoelyer.blogspot.com/2012/04/sosiol
ogi-perkotaan.html (akses :
Desember 2014)
http://pengembanganperkotaan.wordpress.
com/2011/11/09/teori-teori-
perkembangan-kota/ (akses :
Desember 2014)
http://zoelyer.blogspot.com/2012/04/sosiologi-perkotaan.htmlhttp://zoelyer.blogspot.com/2012/04/sosiologi-perkotaan.htmlhttp://pengembanganperkotaan.wordpress.com/2011/11/09/teori-teori-perkembangan-kota/http://pengembanganperkotaan.wordpress.com/2011/11/09/teori-teori-perkembangan-kota/http://pengembanganperkotaan.wordpress.com/2011/11/09/teori-teori-perkembangan-kota/
top related