pbl blok 30 forensik
Post on 27-Jan-2016
149 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Disusun oleh:
Kevina Suwandi 102012001
Ellen Sintia 102012028
Edwin 102012096
Yolanda Inggriani 102012122
Gerry Renando 102012163
Monica Halim 102012237
Anggiriani 102012453
Muhammad Fitri Bin Yusuf 102012481
Kelompok D4
1
Pendahuluan
Di masyarakat, kerap terjadi peristiwa pelanggaran hukum yang menyangkut
tubuh dan nyawa manusia. Untuk pengusutan dan penyidikan serta penyelesaian
masalah hukum ini di tingkat lebih lanjut sampai akhirnya pemutusan perkara di
pengadilan, diperlukan bantuan berbagai ahli di bidang terkait untuk membuat jelas
jalannya peristiwa serta keterkaitan antara tindakan yang satu dengan yang lain dalam
rangkaian peristiwa tersebut.1
Makalah ini akan membahas mengenai kasus diduga kejahatan terhadap tubuh
dan jiwa manusia yang menyebabkan seseorang kehilangan nyawa. Cakupan yang
dibahas dimulai dengan hukum yang berlaku, identifikasi forensik, tempat kejadian
perkara, tanatologi, dan pemeriksaan autopsi. Dengan makalah ini diharapkan penulis
dan pembaca dapat memahami topik yang terkait sehingga keadilan dapat ditegakkan.
Skenario
Sesosok mayat dikirimkan ke bagian kedokteran forensic FKUI/RSCM oleh
sebuah polsek di Jakarta. Ia adalah tersangka pelaku pemerkosaan terhadap seorang
remaja putri yang kebetulan anak dari seorang pejabat kepolisian. Berita yang
dituliskan didalam surat permintaan visum et reperatum adalah bahwa laki-laki ini
mati karena gantung diri di dalam sel tahanan Polsek.
Pemeriksaan yang dilakukan keesokan harinya menemukan bahwa pada wajah
mayat terdapat pembengkakan dan memar,pada punggungnya terdapat beberapa
memar berbentuk dua garis sejajar(railway hematoma_ dan di daerah paha di sekitar
kemaluannya terdapat beberapa luka bakar berbentuk bundar berukuran diameter kira-
kira satu sentimeter. Di ujung penisnya terdapat luka bakar yang sesuai dengan jejas
listrik. Sementara itu terdapat pula jejas jerat yang melingkari leher dengan simpul di
daerah kiri belakang yang membentuk sudut ke atas. Pemeriksaan bedah jenazah
menemukan resapan darah yang luas di kulit kepala,perdarahan yang tipis di bawah
selaput keras otak,sembab otak besar, tidak terdapat resapan darah di kulit leher tetapi
sedikit resapan darah di otot leher sisi kiri dan patah ujung rawan gondok sisi
kiri,sedikit busa halus di dalam saluran napas,dan sedikit bintik-bintik perdarahan di
permukaan kedua paru dan jantung. Tidak terdapat patah tulang. Dokter mengambil
beberapa contoh jaringan utuk pemeriksaan laboratorium.
2
Keluarga korban datang ke dokter dan menanyakan tentang sebab-sebab kematian
korban karena mereka mencurigai adanya tindakan kekerasan selama di tahanan
Polsek. Mereka melihat sendiri adanya memar-memar di tubuh korban.
Aspek Hukum
Prosedur medikolegal diatur dalam:2
- Pasal 133 KUHAP
(7)Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban
baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang
merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan
ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya
(1) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk
pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
(2) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada
rumah sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan
terhadap mayat tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak
dengan diberi cap jabatan yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain
badan mayat.
- Pasal 179 KUHAP
(1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman
atau dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.
(2) Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang
memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan
sumpah atau janji akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan
sebenanr-benarnya menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya.
Pasal yang mengatur mengenai kejahatan terhadap tubuh dan jiwa manusia diatur
dalam:2
- Pasal 89 KUHP
Membuat orang pingsan atau tidak berdaya disamakan dengan menggunakan
kekerasan
3
- Pasal 90 KUHP
Luka berat berarti:
1. jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberikan harapan akan sembuh
sama sekali,atau yang menimbulkan bahaya maut
2. Tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan
pencarian
3. Kehilangan salah satu pancaindera
4. Mendapatkan cacat berat
5. Menderita sakit lumpuh
6. Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih
7. Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan
- Pasal 351 KUHP
(1) Penganiyaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan
bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan
pidana penjara paling lama lima tahun.
(3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh
tahun.
(4) Dengan penganiyaan disamakan sengaja merusak kesehatan.
(5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.
- Pasal 354 KUHP
(1) Barangsiapa dengan sengaja melukai berat orang lain, diancam, karena
melakukan penganiayaan berat, dengan pidana penjara paling lama delapan
tahun.
(2) Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana penjara
paling lama sepuluh tahun.
4
Tempat Kejadian Perkara
Tempat kejadian perkara (TKP) adalah tempat ditemukannya benda bukti dan/
atau tempat terjadinya peristiwa kejahatan atau yang diduga kejahatan menurut suatu
kesaksian.Meskipun kelak terbukti bahwadi tempat tersebut tidak pernah terjadi suatu
tindak pidana, tempat tersebut tetap disebut sebagai TKP. Disini hanya akan
dibicarakan TKP yang berhubungan dnegan manusia sebagai korban, seperti kasus
penganiyaan, pembunuhan dan kasus kematian mendadak (dengan kecurigaan).1
Diperlukan atau tidaknya kehadiran dokter di TKP oleh penyidik sangat
bergantung pada kasusnya, yang dipertimbangkannya dapat dilihat dari sudut
korbannya, tempat kejadiannya, kejadiannya atau tersangka pelakunya. Peranan
dokter di TKP adalah membantu penyidik dalam mengungkap kasus dari sudut
kedokteran forensic. Pada dasarnya semua dokter dapat bertindak sebagai pemeriksa
di TKP, namun dengan perkembangan spesialisasi dalam ilmu kedokteran, adalah
lebih baik bila dokter ahli forensic atau dokter kepolisian yang hadir.1
Dasar pemeriksaan adalah hexameter, yaitu menjawab 6 pertanyaan; apa yang
terjadi, siapa yang tersangkut, di mana dan kapan terjadi, bagaimana terjadinya dan
dengan apa melakukannya, serta kenapa terjadi peristiwa tersebut?1
Pemeriksaan kedokteran forensik di TKP harus mengikuti ketentuan yang
berlaku umum pada penyidikan di TKP, yaitu menjaga agar tidak mengubah keadaan
TKP.Semua benda bukti yang ditemukan agar dikirim ke laboratorium setelah
sebelumnya diamankan sesuai prosedur. 1
Selanjutnya dokter dapat memberikan pendapatnya dan mendiskusikannya
dengan penyidik untuk memperkirakan terjadinya peristiwa dan merencanakan
langkah penyidikan lebih lanjut. Bila korban masih hidup maka tindakan yang utama
dan pertama bagi dokter adalah menyelamatkan korban dengan tetap menjaga
keutuhan TKP. 1
Bila korban telah mati, tugas dokter adalah menegakkan diagnosis kematian,
memperkirakan saat kematian, memperkirakan sebab kematian, memperkirakan cara
kematian, menemukan dan mengamankan benda bukti biologis dan medis. 1
5
Cara kematian memang tidak selalu mudah diperkirakan, sehingga dalam hal
ini penyidik menganut azaz bahwa segala yang diragukan harus dianggap mengarah
ke adanya tindak pidana lebih dahulu sebelum nanti dapat dibuktikan
kebenarannya.Pemeriksaan dimulai dengan membuat foto dan sketsa TKP, termasuk
penjelasan mengenai letak dan posisi korban, benda bukti dan interaksi lingkungan.
Mayat yang ditemukan dibungkus dengan plastik atau kantung plastic khusus untuk
mayat setelah sebelumna kedua tangganya di bungkus plastik sebatas pergelangan
tangan. Pemeriksaan sidik jari oleh penyidik dapat dilakukan sebelumnya. 1
Benda bukti yang ditemukan dapat berupa pakaian, bercak mani, bercak darah,
rambut, obat, anak peluru, selongsong peluru, benda yang diduga senjata diamankan
dengan memperlakukannya sesuai prosedur, yaitu dipegang dengan hati-hati serta
dimasukkan ke dalam kantong plastik, tanpa meninggalkan jejak sidik jari baru. 1
Benda bukti yang bersifat cair dimasukkan ke dalam tabung reaksi
kering.Benda bukti yang berupa bercak kering di atas dasar keras harus dikerok dan
dimasukkan ke dalam amplop atau kantong plastik, bercak pada kain diamnil
seluruhnya atau bila bendana besar digunting dan dimasukkan ke dalam amplop atau
kantung plastic.Benda-benda keras diambil seluruhnya dan dimasukkan ke dalam
kantung plastik.1
Semua benda bukti di atas harus diberi label dengan keterangan tentang jenis
benda, lokasi penemuan, saat penemuan, dan keterangan lain yang diperlukan.1
Mayat dan benda bukti biologis/medis, termasuk obat atau racun, dikirimkan
ke instalasi Kedokteran Forensik atau ke Rumah Sakit Umum setempat ubtuk
pemeriksaan lanjutan.Apabila tidak tersedia sarana pemeriksaan laboratorium
forensik, benda bukti dapat dikirim ke Laboratorium Kepolisian atau ke Bagian
Kedokteran Forensik.Benda bukti bukan biologis dapat langsung dikirim ke
Laboratorium Kriminil/Forensik Kepolisian Daerah setempat.1
Identifikasi Forensik
Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan
membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang.Identifikasi personal sering
merupakan suatu masalah dalam kasus pidana maupun perdata. Menentukan identitas
6
personal dengan tepat amat penting dalam penyidikan karena adanya kekeliruan dapat
berakibat fatal dalam proses peradilan.1
Identitas seseorang dipastikan bila paling sedikit dia metode yang digunakan
memberikan hasil positif (tidak meragukan). Penentuan identitas personal dapat
menggunakan metode identifikasi sidik jari, visual, dokumen, pakaian dan perhiasan,
medik, gigi, serologic dan secara ekslusi.Akhir-akhir ini dikembangkan pula metode
identifikasi DNA.1
Pemeriksaan Sidik Jari
Metode ini membandingkan gambaran sidik jari jenasah dengan data sidik jari
ante motem. Sampai saat ini, pemeriksaan sidik jari merupakan pemeriksaan yang
diakui paling tinggi ketepatannya untuk menentukan identitas seseorang.1
Dengan demikian harus dilakukan penanganan yang sebaik-baiknya terhadap
jari tangan jenazah untuk pemeriksaan sidik jari, misalnya melakukan pembungkusan
kedua tangan jenazah dengan kantung plastik.1
Metode Visual
Metode ini dilakukan dengan cara memperlihatkan jenazah pada orang-oarang
yang merasa kehilangan anggota keluarga atau temannya. Cara ini hanya efektif pada
jenazah yang belum membusuk sehingga masih mungkin dikenali wajah dan bentuk
tubuhnya oleh lebih dari satu orang.Hal ini perlu diperhatikan mengingat adanya
kemungkinan factor emosi yang turut berperan untuk membenarkan atau sebaliknya
menyangkal identitas jenazah tersebut.1
Pemeriksaan Dokumen
Dokumen seperti kartu identifikasi (KTP, SIM, Paspor dsb) yang kebetulan
dijumpai dalam saku pakaian yang dikenakan akan sangat membantu mengenali
jenazah tersebut.1
Perlu diingat bahwa pada kecelakaan masal, dokumen yang terdapat dalam tas
atau dompet yang dekat dengan jenazah belum tentu adalah milik jenazah yang
bersangkutan.1
7
Pemeriksaan Pakaian dan Perhiasan
Dari pakaian dan perhiasan yang dikenakan jenazah, mungkin dapat diketahui
merek atau nama pembuat, ukuran, inisial nama pemilik, badge, yang semuanya dapat
membantu identifikasi walaupun telah terjadi pembusukan pada jenazah tersebut.1
Identifikasi Medik
Metode ini menggunakan data tinggi badan, berat badan, warna rambut, warna
mata, cacat/kelainan khusus, tatu (rajah). Metode ini mempunyai nilai tinggi karena
selain dilakukan oleh seorang ahli dengan menggunakan berbagai cara/modifikasi
(termasuk pemeriksaan dengan sinar-X), sehingga ketepatannya cukup tinggi.Bahkan
pada tengkorak/kerangkapun masih dapat dilakukan metode identifikasi ini. Melalui
metode ini, diperoleh data tentang jenis kelamin, ras, perkiraan umur dan tinggi
badan, kelainan pada tulang dan sebagainya.1
Pemeriksaan Gigi
Pemeriksaan ini meliputi pencatatan data gigi (odontogram) dan rahang yang
dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan manual, sinar-X dan pencetakan
gigi serta rahang.Odontogram memuat data tentang jumlah, bentuk, susunan,
tambalan, protesa gigi dan sebagainya.1
Seperti halnya dengan sidik jari, maka setiap individu memiliki susunan gigi
yang khas. Dengan demikian, dapat dilakukan identifikasi dengan cara
membandingkan data temuan dengan data pembanding mortem.1
Pemeriksaan Serologi
Pemeriksaan serologik bertujuan untuk menentukan golongan darah jenazah,
penentuan golongan darah pada jenazah yang telah membusuk dapat dilakukan
dengan memeriksa rambut, kuku dan tulang.1
Tanatologi
Tanatologi adalah bagian dari Ilmu Kedokteran Forensik yang mempelajari
kematian dan perubahan yang terjadi setelah kematian serta faktor yang
mempengaruhi perubahan tersebut. Dalam tanatologi dikenal beberapa istilah tentang
8
mati, yaitu mati somatis (mati klinis), mati suri, mati seluler, mati serebral, dan mati
otak (mati batang otak).1
Mati somatis (mati klinis) terjadi akibat terhentinya fungsi ke tiga sistem
penunjang kehidupan, yaitu susunan saraf pusat, sistem kardiovaskular, dan sistem
pernapasan, yang menetap. Secara klinis tidak ditemukan refleks-refleks, EEG
mendatar, nadi tidak teraba, denyut jantung tidak terdengar, tidak ada gerak
pernapasan, dan suara nafas tidak terdengar pada auskultasi.1
Mati suri adalah terhentinya ketiga sistem penunjang kehidupan yang
ditentukan dengan alat kedokteran sederhana. Dengan peralatan kedokteran canggih
masih dapat dibuktikan bahwa ketiga sistem tersebut masih berfungsi. Mati suri sering
ditemukan pada kasus keracunan obat tidur, tersengat aliran listrik, dan tenggelam.1
Mati seluler (mati molekuler) adalah kematian organ atau jaringan tubuh
beberapa saat setelah kematian somatis. Daya tahan hidup masing-masing organ atau
jaringan berbeda-beda, sehingga terjadinya kematian seluler pada tiap organ atau
jaringan tidak bersamaan.1
Mati serebral adalah kerusakan kedua hemisfer otak yang irriversible kecuali
batang otak dan serebelum, sedangkan kedua sistem lainnya yaitu sistem pernapasan
dan kardiovaskuler masih berfungsi dengan bantuan alat.1
Mati otak (mati batang otak) adalah bila terjadi kerusakan seluruh isi neuronal
intrakranial yang irreversible termasuk batang otak dan serebelum. Dengan
diketahuinya mati otak (mati batang otak) maka dapat dikatakan seseorang secara
keseluruhan tidak dapat dinyatakan hidup lagi, sehingga alat bantu dapat dihentikan.1
Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang
berupa tanda kematian, yaitu perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. Perubahan
tersebut dapat timbul dini pada saat meninggal atau beberapa menit kemudian,
misalnya kerja jantung dan peredaran darah berhenti, pernapasan berhenti, refleks
cahaya dan refleks kornea mata hilang, kulit pucat dan relaksasi otot. Setelah
beberapa waktu timbul perubahan pascamati yang jelas yang memungkinkan
diagnosis kematian lebih pasti. Tanda-tanda tersebut dikenal sebagai tanda pasti
kematian berupa lebam mayat (hipostasis atau lividitas pasca-mati), kaku mayat (rigor
mortis), penurunan suhu tubuh, pembusukan, mumifikasi dan adiposera.1
9
Tanda kematian yang tidak pasti adalah: (1) pernafasan berhenti, dinilai
selama lebih dari 10 menit (inspeksi, palpasi, auskultasi).; (2) Terhentinya sirkulasi,
dinilai selama 15 menit, nadi karotis tidak teraba.; (3) Kulit pucat, tetapi bukan
merupakan tanda yang dapat dipercaya, karena mungkin terjadi spasme agonal
sehingga wajah tampak kebiruan.; (4) Tonus otot menghilang dan relaksasi. Relaksasi
dan otot-otot wajah menyebabkan kulit menimbul sehingga kadang-kadang membuat
orang menjadi tampak lebih muda. Kelemasan otot sesaat setelah kematian disebut
relaksasi primer. Hal ini mengakibatkan pendataran daerah-daerah yang tartekan,
misalnya daerah belikat dan bokong pada mayat yang terlentang.; (5) Pembuluh darah
retina mengalami segmentasi beberapa menit setelah kematian. Segmen-segmen
tersebut bergerak ke arah tepi retina dan kemudian menetap.1
Untuk melihat tanda pasti kematian seseorang, maka akan dapat ditemukan
lebam mayat, kaku mayat, penurunan suhu tubuh, pembusukan, adiposera, dan
mummifikasi.1
Pada lebam mayat (livor mortis), setelah kematian klinis maka eritrosit akan
menempati tempat terbawah akibat gaya gravitasi, mengisi vena dan venula,
membentuk bercak darah berwarna ungu (livide) pada bagian terbawah tubuh, kecuali
pada bagian tubuh yang tertekan alas keras. Darah tetap cair karena adanya aktivitas
fibrinolisin yang berasal dari endotel pembuluih darah. Lebam mayat biasanya mulai
tampak pada 20-30 menit pasca mati, makin lama intensitasnya bertambah dan
menjadi lengkap dan menetap setelah 8- 12 jam. Sebelum waktu itu, lebam mayat
masih hilang (memucat) pada penekanan dan dapat berpindah jika posisi mayat
diubah. Memucatnya lebam mayat akan lebih cepat dan lebih sempurna apabila
penekanan atau perubahan posisi tubuh tersebut dilakukan dalam 6 jam pertama
setelah mati klinis. Tetapi walaupun setelah 24jam, darah masih tetap cukup cair
sehingga sejumlah darah masih dapat mengalir dan membentuk lebam mayat di
tempat terendah yang baru. Kadang dijumpai bercak perdarahan berwarna biru
kehitaman akibat pecahnya pembuluh darah. Menetapnya lebam disebabkan oleh
bertimbunnya sel-sel darah dalam jumlah cukup banyak sehingga sulit berpindah lagi.
Selain itu kekauan otot-otot dinding pembuluh darah ikut mempersulit perpindahan
tersebut.1
10
Lebam mayat dapat digunakan untuk tanda pasti kematian; memperkirakan
sebab kematian, misalnya lebam berwarna merah terang apda keracunan CO atau CN,
warna kecoklatan pada keracunan anililn, nitrit, nitrat, sulfonal; mengetahui
perubahan posisi mayat yang dilakukan setelah terjadi lebam mayat yang menetap;
dan memperkirakan saat kematian. Apabila pada mayat terlentang yang telah timbul
lebam mayat belum menetap dilakukan perubahan posisi menjadi telungkup, maka
setelah beberapa saat akan terbentuk lebam mayat baru di daerah dada dan perut.
Lebam mayat yang belum menetap atau masih hilang pada penekanan menunjukkan
saat kematian kurang dari 8-12 jam sebelum saat pemeriksaan.1
Mengingat pada lebam mayat darah terdapat didalam pembuluh darah, maka
keadaan ini digunakan untuk membedakannya dengan resapan darah akibat trauma
(ekstravasi). Bila pada daerah tersebut dilakukan irisan dan kemudian disiram dengan
air, maka warna merah darah akan hilang atau pudar pada lebam mayat, sedangkan
resapan darah tidak menghilang.1
Kaku mayat (rigor mortis), kelenturan otot setelah kematian masih
dipertahankan karena metabolisme tingkat seluler masih berjalan berupa pemecahan
cadangan glikogen otot yang menghasikan energi. Energi ini digunakan untuk
mengubah ADP menjadi ATP. Selama masih terdapat ATP maka serabut aktin dan
miosin tetap lentur. Bia cadangan glikogen dalam otot habis, maka energi tidak
terbentuk lagi, aktin dan miosin menggumpal dan otot menjadi kaku.1
Perhatikan bahwa ATP baru harus melekat ke miosin agar ikatan jembatan
silang antara miosin dan aktin dapat terlepas pada akhir siklus, meskipun selama
proses disosiasi ini ATP tidak terurai. Kebutuhan akan ATP dalam memisahkan
miosin dan aktin jelas terlihat dalam rigor mortis, suatu penguncian menyeluruh otot
rangka yang dimulai 3 sampai 4 setelah kematian dan berakhir dalam waktu sekitar 12
jam. Setelah kematian, konsentrasi Ca2+ sitosol mulai meningkat, kemungkinan besar
karena membrane sel otot inaktif tidak dapat menahan Ca2+ ekstrasel dan juga
mungkin karena Ca2+ keluar dari kantung lateral. Ca2+ ini menggeser ke samping
protein-protein regulatorik, menyebabkan aktin berikatan dengan jembatan silang
miosin, yang sudah dibekali ATP sebelum kematian. Sel-sel mati tidak lagi dapat
menghasilkan ATP sehingga aktin dan miosin, sesekali terikat, tidak dapat terlepas,
karena sel-sel tersebut tidak memiliki ATP segar. Karena itu filament tipis dan tebal
11
tetap terikat oleh jembatan silang, menyebabkan otot yang mati menjadi kaku. Dalam
beberapa hari selanjutnya, kaku mayat secara bertahap berkurang akibat protein-
protein yang terlibat dalam kompleks rigor mortis mulai terurai.3
Kaku mayat dibuktikan dengan memeriksa persendian. Kaku mayat mulai
tampak kira-kira 2 jam setelah mati kilnis, dimulai dari bagian luar tubuh (otot-otot
kecil) ke arah dalam (sentripetal). Teori lama menyebutkan bahwa kaku mayat ini
menjalar kraniokaudal. Setelah mati klinis 12 jam kaku mayat menjadi lengkap,
dipertahankan selama 12 jam dan kemudian menghilang dalam urutan yang sama.
Kaku mayat umumnya tidak disertai pemendekan serabut otot, tetapi jika sebelum
terjadi kaku mayat otot berada dalam posisi teregang, maka saat kaku mayat terbentuk
akan terjadi pemendekan otot.1
Faktor-faktor yang mempercepat terjadinya kaku mayat adalah aktivtas fisik
sebelum mati, suhu tubuh yang tinggi, bentuk tubuh kurus dengan otot-otot keci dan
suhu lingkungan tinggi. Kaku mayat dapat dipergunakan untuk menunjukkan tanda
pasti kematian dan memperkirakan saat kematian.1
Penurunan suhu tubuh terjadi karena proses pemindahan panas dari suatu
benda ke benda yang lebih dingin, melalul cara radiasi, konduksi, evaporasi dan
konveksi. Grafik penurunan suhu tubuh ini hampir berbentuk kurva sigmoid atau
seperti huruf S. Kecepatan penurunan suhu dipengaruhi oleh suhu keliling, aliran dan
kelembaban udara, bentuk tubuh, posisi tubuh, pakaian. Selain itu suhu saat mati perlu
diketahul untuk perhitungan perkiraan saat kematian. Penurunan suhu tubuh akan
lebih cepat pada suhu keliling yang rendah, lingkungan berangin dengan kelembaban
rendah, tubuh yang kurus, posisi terlentang, tidak berpakaian atau berpakaian tipis,
dan pada umumnya orang tua serta anak kecil.1
Pembusukan adalah proses degradasi jaringan yang terjadi akibat autolysis dan
kerja bakteri. Autolisis adalah pelunakan dan pencairan jaringan yang terjadi dalam
keadaan steril. Autolisis timbul akibat kerja digestif oleh enzim yang dilepaskan sel
pascamati dan hanya dapat dicegah dengan pembekuan jaringan.1
Setelah seseorang meninggal, bakteri yang normal hidup dalam tubuh segera
masuk ke jaringan. Darah merupakan media terbaik bagi bakteri tersebut bertumbuh.
Sebagian besar bakteri berasal dari usus dan yang terutama adalah Clostridium
12
welchii. Pada proses pembusukan ini terbentuk gas-gas alkana, H2S dan HCN, serta
asam amino dan asam lemak.1
Pembusukan baru tampak kira-kira 24 jam pasca mati berupa warna kehijauan
pada perut kanan bawah, yaitu daerah sekum yang isinya lebih cair dan penuh dengan
bakteri serta terletak dekat dinding perut. Warna kehijauan ini disebabkan oleh
terbentuknya sulf-met-hemoglobin. Secara bertahap warna kehijauan ini akan
menyebar ke seluruh perut dan dada, dan bau busukpun mulai tercium. Pembuluh
darah bawah kulit akan tampak seperti melebar dan berwarna hijau kehitaman.1
Selanjutnya kulit ari akan terkelupas atau membentuk gelembung berisi cairan
kemerahan berbau busuk.1
Pembentukan gas di dalam tubuh, dimulai di dalam lambung dan usus, akan
mengakibatkan tegangnya perut dan keluarnya cairan kemerahan dari mulut dan
hidung. Gas yang terdapat di dalam jaringan dinding tubuh akan mengakibatkan
terabanya derik (krepitasi). Gas ini menyebabkan pembengkakan tubuh yang
menyeluruh, tetapi ketegangan terbesar terdapat di daerah dengan jaringan longgar,
seperti skrotum dan payudara. Tubuh berada dalam sukap seperti petinju (pugilistic
attitude), yaitu kedua lengan dan tungkai dalam sukap setengah fleksi akibat
terkumpulnya gas pembusukan di dalam rongga sendi.1
Selanjutnya, rambut menjadi mudah dicabut dan kuku mudah terlepas, wajah
menggembung dan berwarna ungu kehijauan, kelopak mata membengkak, pipi
tembem, bibir tebal, lidah membengkak dan sering terjulur diantara gigi. Keadaan
seperti ini sangat berbeda dengan wajah asli korban, sehingga tidak dapat lagi dikenali
oleh keluarga.1
Hewan pengerat akan merusak tubuh mayat dalam beberapa jam pasca mati,
terutama bila mayat dibiarkan tergeletak di daerah rumpun. Luka akibat gigitan
binatang pengerat khas berupa lubang-lubang dangkal dengan tepi bergerigi. Larva
lalat akan dijumpai setelah pembentukan gas pembusukan nyata, yaitu kira-kira 36-48
jam pasca mati. Kumpulan telur lalat telah dapat ditemukan beberapa jam pasca mati,
di alis mata, sudut mata, lubang hidung dan diantara bibir. Telur lalat tersebut
kemudian akan menetas menjadi larva dalam waktu 24 jam. Dengan identifikasi
spesies lalat dan mengukur panjang larva, maka dapat diketahui usia larva tersebut,
13
yang dapat dipergunakan untuk memperkirakan saat mati, dengan asumsi bahwa lalat
biasanya secepatnya meletakkan telur setelah seseorang meninggal (dan tidak lagi
dapat mengusir lalat yang hinggap).1
Alat dalam tubuh akan mengalami pembusukan dengan kecepatan yang
berbeda. Perubahan warna terjadi pada lambung terutama di daerah fundus, usus,
menjadi ungu kecoklatan. Mukosa saluran napas menjadi kemerahan, endokardium
dan intima pembuluh darah juga kemerahan, akibat hemolisis darah. Difusi empedu
dari kandung empedu mengakibatkan warna coklat kehijauan di jaringan sekitarnya.
Otak melunak, hati menjadi berongga seperti spons, limpa melunak dan mudah robek.
Kemudian alat dalam akan mengerut. Prostat dan uterus non gravid merupakan organ
padat yang paling lama bertahan terhadap perubahan pembusukan.1
Pembusukan akan timbul cepat bila suhu keliling optimal (26,5 deracat celcius
hingga sekitar suhu normal tubuh), kelembaban dan udara yang cukup, banyak bakteri
pembusuk, tubuh gemuk atau menderita penyakit infeksi dan sepsis. Media tempat
mayat terdapat juga berperan. Mayat yang terdapat di udara akan lebih cepat
membusuk dibandingkan dengan yang terdapat dalam air atau dalam tanah.
Perbandingan kecepatan pembusukan mayat yang berada dalam tanah:air:udara
adalah 1:2:8.1
Adiposera (lilin mayat) adalah terbentuknya bahan yang berwarna keputihan,
lunak atau berminyak, berbau tengik yang terjadi di dalam jaringan lunak tubuh pasca
mati. Dulu disebut sebagai saponifikasi, tetapi istilah adiposera lebih disukai karena
menunjukkan sifat-sifat diantara lemak dan lilin.1
Adiposera terutama terdiri dari asam-asam lemak tak jenuh yang terbentuk
oleh hidrolisis lemak dan mengalami hidrogenisasi sehingga terbentuk asam lemak
jenuh pasca mati yang tercampur dengan sisa-sisa otot, jaringan ikat, jaringan saraf
yang termumifikasi dan Kristal-kristal sferis dengan gambaran radial. Adiposera
terapung di air, bila dipanaskan mencair dan terbakar dengan nyala kuning, larut di
dalam alkohol panas dan eter.1
Adiposera dapat terbentuk di sebaran lemak tubuh, bahkan di dalam hati,
tetapi lemak superfisial yang pertama kali terkena. Biasanya perubahan berbentuk
14
bercak, dapat terlihat di pipi, payudara atau bokong, bagian tubuh atau ekstremitas.
Jarang seluruh lemak tubuh berubah menjadi adiposera.1
Adiposera akan membuat gambaran permukaan luar tubuh dapat bertahan
hingga bertahun-tahun, sehingga identifikasi mayat dan perkiraan sebab kematian
masih dimungkinkan. Faktor-faktor yang mempermudah terbentuknya adiposera
adalah kelembaban dan lemak tubuh yang cukup, sedangkan yang menghambat
adalah air yang mengalir yang membuang elektrolit.1
Udara yang dingin menghambat pembentukan, sedangkan suhu yang hangat
akan mempercepat. Invasi bakteri endogen ke dalam jaringan pasca mati juga akan
mempercepat pembentukannya.1
Pembusukan akan terhambat oleh adanya adiposera, karena derajat keasaman
dan dehidrasi jaringan bertambah. Lemak segar hanya mengandung kira-kira 0,5%
asam lemak bebas, tetapi dalam waktu 4 minggu pasca mati dapat naik menjadi 20%
dan setelah 12 minggu menjadi 70% atau lebih. Pada saat ini adiposera menjadi jelas
secara makroskopik sebagai bahan berwarna putih kelabu yang menggantikan atau
menginfiltrasi bagian-bagian lunak tubuh. Pada stadium awal pembentukannya
sebelum makroskopik jelas, adiposera paling baik dideteksi dengan analisis asam
palmitat.1
Mumifikasi adalah proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang
cukup cepat sehingga terjadi pengeringan jaringan yang selanjutnya dapat
menghentikan pembusukan. Jaringan berubah menjadi keras dan kering, berwarna
gelap, berkeriput dan tidam membusuk karena kuman tidak berkembang pada
lingkungan yang kering. Mumifikasi terjadi bila suhu hangat, kelembaban rendah,
aliran udara yang baik, tubuh yang dehidrasi dan waktu yang lama (12-14 minggu).
Mumifikasi jarang dijumpai pada cuaca yang normal.1
Persiapan Sebelum Autopsi
Sebelum autopsy dimulai,beberapa hal perlu mendapat perhatian:4
1. Apakah surat-surat yang berkaitan dengan autopsy yang akan dilakukan telah
lengkap.
15
2. Apakah mayat yang akan diautopsi benar-benar adalah mayat yang
dimaksudkan dalam surat yang bersangkutan
3. Kumpulkan keterangan yang berhubungan dengan terjadinya kematian
selengkap mungkin
4. Periksalah apakah alat-alat yang diperlukan telah tersedia
Beberapa Hal Pokok pada Autopsi Forensik
Dalam melakukan autopsi forensik,beberapa hal pokok perlu diketahui:4
1. Autopsi harus dilakukan sedini mungkin
Perubahan post mortem dapat mengubah keadaan suatu luka maupun suatu
proses patologik sedemikian rupa sehingga mungkin diinterpretasi salah.
Petechiae asfiksial misalnya dapat menghilang dengan lewatnya waktu.
Rongga pleura yang semula kosong dapat terisi cairan merah kehitaman akibat
pembusukan
2. Autopsi harus dilakukan sedini mungkin
Agar autopsy dapat mencapai tujuannya,maka autopsi haruslah
lengkap,meliputi pemeriksaan luar,pembedahan yang meliputi pembukaan
rongga tengkorak,dada,perut dan panggul.
3. Autopsi dilakukan sendiri oleh dokter
Autopsi tidak boleh diwakilkan kepada perawat atau mantri. Dokter harus
melakukan sendiri interpretasi atas pemeriksaan yang dilakukan,untuk
memenuhi ketentuan dalam undang-undang yang menuntut dilakukannya
pemeriksaan yang sejujur-jujurnya,menggunakan pengetahuan yang sebaik-
baiknya.
4. Pemeriksaan dan pencatatan yang seteliti mungkin
Semua kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan jenazah harus dicatat
sebaik-baiknya. Di samping itu, perlu juga dicatat “penemuan negatip”
(negative findings) pada kasus tertentu,yang menunjukkan bahwa dokter
pemeriksa telah melakukan pemeriksaan dan mencari kelainan tertentu,tetapi
tidak menemukannya.
Pemeriksaan Autopsi
16
Autopsi adalah pemeriksaan terhadap tubuh mayat, meliputi pemeriksaan
terhadap bagian luar maupun bagian dalam, dengan tujuan menemukan proses
penyakit dan atau bagian dalam, dengan tujuan menemukan proses penyakit dan atau
adanya cedera, melakukan interpretasi atas penemuan-penemuan tersebut,
menerangkan penyebabnya serta mencari hubungan sebab akibat antara kelainan-
kelainan yang ditemukan dengan penyebab kematian. Jika pada pemeriksaan
ditemukan beberapa jenis kelainan bersama-sama, maka dilakukan penentuan
kelainan mana yang merupakan penyebab kematian, serta apakah kelainan yang lain
turut mempunyai andil dalam terjadinya kematian tersebut.4
Sebab kematian jangan dikacaukan atau disalahartikan dengan mekanisme
kematian. Sebab kematian ditekankan pada alat atau sarana yang dipakai untuk
mematikan korban, sedangkan mekanisme kematian menunjukkan bagaimana korban
itu mati setelah umpamanya tertembak atau tenggelam. Mekanisme kematian,
misalnya: karena perdarahan, hancurnya jaringan otak atau karena refleks vagal.5
Sebelum mengetahui apa saja yang perlu diperhatikan dalam kasus ini, perlu
diketahui mengenai beberapa pengertian yaitu sebab mati, cara kematian, dan
mekanisme kematian. Sebab mati adalah penyakit atau cedera / luka yang
bertanggungjawab atas terjadinya kematian. Cara kematian adalah macam kejadian
yang menimbulkan penyebab kematian. Bila kematian terjadi sebagai akibat suatu
penyakit semata-mata, maka cara kematian adalah wajar (natural death) bila kematian
terjadi sebagai akibat cedera atau luka, atau pada seseorang yang semula telah
mengidap suatu penyakit kematiannya dipercepat oleh adanya cedera atau luka, maka
kematian demikian adalah kematian tidak wajar (unnatural death) kematian tidak
wajar ini dapat terjadi sebagai akibat kecelakaan, bunuh diri atau pembunuhan.
Kadangkala pada akhir suatu penyidikan, penyidik masih belum dapat menentukan
cara kematian dan yang bersangkutan, maka dalam hal ini kematian dinyatakan
sebagai kematian dengan cara yang tidak tertentukan. Mekanisme kematian adalah
gangguan fisiologik dan atau biokimiawi yang ditimbulkan oleh penyebab kematian
sedemikian rupa sehingga seseorang tidak dapat terus hidup.4
Pada kematian akibat kekerasan, pemeriksaan terhadap luka harus dapat
mengungkapkan berbagai hal yaitu dilihat dari penyebab luka, arah kekerasan, cara
terjadinya luka, hubungan antara luka yang ditemukan dan sebab mati.4
17
Pada penyebab luka, dengan memperhatikan morfologi luka, kekerasan
penyebab luka dapat ditentukan. Pada kasus tertentu, gambaran luka seringkali dapat
memberikan petunjuk mengenai bentuk benda yang mengenai tubuh misalnya luka
yang disebabkan oleh benda tumpul berbentuk bulat panjang akan meninggalkan
negative imprint oleh timbulnya marginal haemorrhage. Luka lecet jenis tekan
memberikan gambaran bentuk benda penyebab luka.4
Dilihat dari arah kekerasan, pada luka lecet jenis geser dan luka robek, arah
kekerasan dapat ditentukan. Hal ini sangat membantu pihak yang berwajib dalam
melakukan rekonstruksi tejadinya perkara.4
Dalam melihat cara terjadinya luka, yang dimaksudkan dengan cara terjadinya
luka adalah apakah luka yang ditemukan terjadi sebagai akibat kecelakaan,
pembunuhan atau bunuh diri. Luka-luka akibat kecelakaan biasanya terdapat pada
bagian tubuh yang terbuka. Bagian tubuh yang biasanya terlindung jarang mendapat
luka pada suatu kecelakaan. Daerah terlindung ini biasanya daerah ketiak, daerah sisi
depan leher, daerah lipat siku dan sebagainya. Luka akibat pembunuhan dapat
ditemukan tersebar pada seluruh bagian tubuh. Pada korban pembunuhan yang sempat
mengadakan perlawanan, dpat ditemukan luka tangkis yang biasanya terdapat pada
daerah ekstensor lengan bawah atau telapak tangan. Pada korban bunuh diri, luka
biasanya menunjukkan sifat luka percobaan (tentative wounds) yang mengelompok
dan berjalan kurang sejajar.4
Untuk melihat hubungan antara luka yang ditemukan dengan sebab mati,
harus dapat dibuktikan bahwa terjadinya kematian semata-mata disebabkan oleh
kekerasan oleh kekerasan yang menyebabkan luka. Untuk itu pertama-tama dapat
dibuktikan bahwa luka yang ditemukan benar-benar luka yang terjadi semasa korban
masih hidup (luka intravital). Untuk itu, tanda intravitalitas luka dapat bervariasi dan
ditemukan pada resapan darah, terdapatnya proses penyembuhan luka, serbukan sel
radang, pemeriksaan histo-enzimatiksampai pemeriksaan kadar histamin bebas dan
serotonin jaringan. Sekiranya disamping luka ditemukan pula keadaan patologik lain,
misalnya penyakit tertentu, maka haruslah dapat meyakinkan bahwa kelainan yang
lain tidaklah merupakan penyebab kematian.4
18
Pada kematian akibat kekerasan benda tajam, pembunuhan menggunakan
kekerasan dapat dilakukan dengan benda tumpul, benda tajam maupun senjata api.
Kadang-kadang dapat juga terjadi pembunuhan dengan api, sekalipun jarang terjadi.4
Pada pembunuhan dengan menggunakan kekerasan tumpul, luka dapat terdiri
dari luka memar, luka lecet maupun luka robek. Perhatikann adanya luka tangkis yang
terdapat pad daerah ekstensor lengan bawah.4
Pada pembunuhan dengan menggunakan kekerasan tajam, luka harus
dilukiskan dengan baik, dengan memperhatikan bentuk luka, tepi luka, sudut luka,
keadaan sekitar luka serta lokasi luka. Dalam peristiwa pembunuhan, cari pula
kemungkinan terdapatnya luka tangkis di daerah ekstensor lengan bawah serta telapak
tangan.4
Luka biasanya terdapat beberapa buah yang didistribusinya tidak teratur,
sekalipun tidak jarang ditemukan kasus pembunuhan hanya terdiri dari satu luka saja
tanpa si korban sempat melakukan perlawanan apapun. Dengan menentukan arah
kekerasan pada luka yang ditemukan, dapat dilakukan rekonstruksi terjadinya
peristiwa.4
Pada orang yang melakukan bunuh diri dengan benda tajam, luka bunuh diri
seringkali merupakan luka yang mengelompok pada tempat tertentu, antara lain
pergelangan tangan, leher atau daerah prekordial. Luka-luka biasanya terdiri dari
beberapa buah yang berjalan kurang lebih sejajar dan dangkal (luka-luka
percobaan/tentative wounds) dengan sebuah luka dalam yang mematikan.4
Pada autopsi kasus dengan luka yang menembus ke dalam tubuh, misalnya
tembakan senjata api atau tusukan senjata tajam, perlu ditentukan arah serta jalannya
saluran luka dalam tubuh mayat.4
Asfiksia mekanik meliputi peristiwa pembekapan, penyumbatan, pencekikan,
penjeratan dan gantung serta penekanan pada dinding dada. Pada pemeriksaan mayat,
umumnya akan ditemukan tanda kematian asfiksia berupa lebam mayat yang gelap
dan luas, pembendungan pada bola mata, busaakibat halus pada lubang hidung, mulut
dan saluran pernafasan, pembendungan pada alat-alat dalam serta bintik perdarahan
Tardieu.4
19
Tanda-tanda asfiksia tidak akan ditemukan bila kematian terjadi melalui
makanisme non asfiksia. Untuk menentukan peristiwa mana yang terjadi pada korban,
perlu diketahui ciri khas bagi masing-masing peristiwa tersebut.4
Pada korban pencekikan, kulit daerah leher menunjukkan adanya tanda-tanda
kekerasan yang ditimbulkan oleh oleh ujung jari atau kuku berupa luka memar dan
luka lecet jenis tekan. Pada pembedahan akan ditemukan pula tanda kekerasan berupa
resapan darah bawah kulit daerah leher serta otot atau alat leher. Tulang lidah kadang-
kadang ditemukan patah unilateral.4
Pada kasus penjeratan, kadangkala masih ditemukan jerat pada leher korban.
Jerat harus diperlakukan sebagai barang bukti dan dilepaskan dari leher korban
dengan jalan menggunting secara miring pada jerat, di tempat yang paling jauh dari
simpul, sehingga simpul pada jerat masih utuh. Pada kasus penjeratan, jerat biasanya
berjalan horizontal/mendatar dengan letaknya rendah. Jerat ini menimbulkan jejas
jerat berupa luka lecet jenis tekan yang melingkari leher. Cata keadaan jejas jerat
dengan teliti, dengan menyebutkan arah, lebar serta letak jerat yang tepat. Perhatikan
apakah jenis jerat menunjukkan pola tertentu yang sesuai dengan permukaan jerat
yang bersentuhan dengan kulit leher. Pada umumnya dikatakan simpul mati
ditemukan pada kasus pembunuhan, sedangkan simpul hidup ditemukan pada kasus
bunuh diri. Namun perkecualian selalu terjadi.4
Pada kasus gantung, jerat pada leher menahan berat badan korban dan
mengakibatkan tertekannya leher. Jerat pada leher menunjukka ciri khas berupa arah
yang tidak mendatar, tetapi bentuk sudut yang membuka ke arah bawah serta letak
jerat yang tinggi. Bila korban berada cukup lama dalam posis gantung, distribusi
lebam mayat akan menunjukkan pengumpalan darah di ujung tangan dan kaki. Sama
halnya dengan kasus perjeratan, jenis simpul tidak selalu dapat mengungkap cara
kematian. Pada pembedahan akan ditemukan resapan darah bawah kulit serta pada
otot dan alat leher di tempat yang sesuai dengan letak jekas jerat pada kulit.4
Traumatologi Forensik
Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta
hubungannya dengan berbagai kekerasan (rudapaksa), sedangkan yang dimaksudkan
dengan luka adalah suatu keadaan ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat
20
kekerasan. Berdasarkan sifat serta penyebabnya, kekerasan dapat dibedakan atas
kekerasan yang bersifat: (1) Mekanik yang terdiri dari kekerasan oleh benda tajam,
kekerasan oleh benda tumpul, tembakan senjata api; (2) Fisika yang terdiri dari suhu
(dingin dan panas), listrik dan petir perubahan tekanan udara, akustik, radiasi; (3)
Kimia yang terdiri dari asam atau basa kuat.1
Benda-benda yang dapat mengakibatkan luka dengan sifat luka benda tumpul
adalah benda yang memiliki permukaan tumpul. Luka yang terjadi dapat berupa
memar (kontusio,hematom),luka lecet (ekskoriaso,abrasi) dan luka terbuka/robek
(vulnus laseratum). Gambaran umum luka yang diakibatkannya adalah terdapat suatu
perdarahan tepi (marginal haemorrhage).1
Benda-benda yang dapat mengakibatkan luka dengan sifat luka benda tajam
adalah benda yang memiliki sisi tajam, baik berupa garis mau pun runcing.Gambaran
umum luka yang diakibatkannya adalah tepi dan dinding luka yang rata, berbentuk
garis, tidak terdapat jembatan jaringan dan dasar luka berbentuk garis atau titik.1
Luka akibat kekerasan benda tajam dapat berupa luka iris / sayat, luka tusuk,
danluka bacok.Selain gambaran umum luka tersebut, luka iris atau sayat dan luka
bacok memiliki kedua sudut luka lancip dan dalam luka tidak melebihi panjang
luka.Sudut luka yang lancip dapat terjadi dua kali pada tempat yang bedekatan akibat
pergeseran senjata sewaktu ditarik atau akibat bergeraknya korban.Bila dibarengi
gerak memutar, dapat menghasilkan luka yang tidak selalu berupa garis.1
Pada luka tusuk, sudut luka dapat menunjukkan perkiraan benda penyebabnya,
apakahberupa pisau bermata satu atau bermata dua. Bila satu sudut luka lancip dan
yang lain tumpul, berarti benda penyebabnya adalah benda tajam bermata satu. Bila
kedua sudut luka lancip, luka tersebut dapat diakibatkan oleh benda tajam bermata
dua.Benda tajam bermata satu dapat menimbulkan luka tusuk dengan kedua sudut
luka lancip apabila hanya bagian ujung benda saja yang menyentuh kulit, sehingga
sudut luka dibentuk oleh ujung dan sisi tajamnya.1
Kulit di sekitar luka akibat kekerasan benda tajam biasanya tidak
menunjukkan adanya luka lecet atau luka memar, kecuali bila bagian gagang turut
membentuk kulit.1
21
Pada luka tusuk, panjang luka biasanya tidak mencerminkan lebar benda tajam
penyebabnya, demikian pula panjang saluran luka biasanya tidak menunjukkan
panjang benda tersebut.Hal ini disebabkan oleh factor elastisitas jaringan dan gerakan
korban.1
Tabel 1. Ciri-ciri luka akibat kekerasan benda tajam.1
Pembunuhan Bunuh Diri Kecelakaan
Lokasi luka Sembarang Terpilih Terpapar
Jumlah luka Banyak Banyak Tunggal/banyak
Pakaian Terkena Tidak terkena Terkena
Luka tangkis Ada Tidak ada Tidak ada
Luka percobaan Tidakada Ada Tidak ada
Cedera sekunder Mungkinada Tidak ada Mungkin ada
Luka tangkis merupakan luka yang terjadi akibat perlawanan korban dan
umumnya ditemukan pada telapak dan punggung tangan, jari-jari tangan, punggung
lengan bawah dan tungkai.1
Pemeriksaan pada kain (baju) yang terkena pisau bertujuan untuk melihat
interaksi Antara pisau-kain-tubuh, yaitu melihat letak/lokasi kelainan, bentuk
robekan, adanya partikel besi (reaksibiru berlin dilanjutkan dengan pemeriksaan
spektroskopi), serat kain dan pemeriksaan terhadap bercak darahnya.1
Bunuh diri yang menggunakan benda tajam biasanya diarahkan pada tempat
yang cepat mematikan biasanya leher, dada kiri, pergelangan tangan, perut dan lipat
paha. Bunuh diri dengan senjata tajam tentu akan menghasilkan luka-luka pada
tempat yang terjangkau oleh tangan korban serta biasanya tidak menembus pakaian
karena umumnya korban menyingkap pakaian terlebih dahulu.1
Luka percobaan khas ditemukan pada kasus bunuh diri yang menggunakan
senjata tajam, sehubungan dengan kondisi kejiwaan korban.Luka percobaan tersebut
dapat berupa luka sayat atau luka tusuk yang dilakukan berulang dan biasanya
sejajar.1
22
Yang dimaksud dengan kecelakaan pada tabel diatas adalah kekerasan benda
tajam yang terjadi tanpa unsur kesengajaan, misalnya kecelakaan industri kecelakaan
pada kegiatan sehari-hari; sedangkan cedera sekunder adalah cedera yang terjadi
bukan akibat benda tajam penyebab, misalnya luka yang terjadi akibat terjatuh.1
Luka bakar terjadi akibat kontak kulit dengan benda bersuhu tinggi.
Kerusakan kulit yang terjadi bergantung pada tinggi suhu dan lama kontak. Kontak
kulit dengan uap air panas selama 2 detik mengakibatkan suhu kulit pada kedalaman
1mm dapat mencapai 66 derajat celcius,sedangkan pada ledakan bensin dalam waktu
singkat mencapai suhu 47 derajat celcius. Luka bakar sudah dapat terjadi suhu 53-57
derajat celcius selama kontak 30-120 detik. Pelebaran kapiler bawah kulit mulai
terjadi pada saat suhu mencapai 35 derajat celcius selama 120 detik. Vesikel terjadi
pada suhu 53-57 derajat celcius selama kontak 30-120 detik.1
Luka bakar yang terjadi dapat dikategorikan ke dalam 4 derajat luka bakar:1
-Derajat I: Eritema
-Derajat II: Vesikel dan bullae
-Derajat III: Nekrosis koagulatif
-Derajah IV: Karbonisasi
Luka dapat diakibatkan oleh trauma listrik. Factor yang berperan pada cedera
listrik ialah tegangan(volt), kuat arus(ampere),tahanan kulit (ohm),luas dan lama
kontak. Tegangan rendah (<65 volt) biasanya tidak berbahaya bagi manusia,tetapi
tegangan sedang (65-1000 volt) dapat mematikan. Selain factor-faktor kuat
arus,tahanan dan lama kontak,hal lain yang penting diperhatikan adalah luas
permukaan kontak. Suatu permukaan kontak seluas 50 cm persegi dapat mematikan
tanpa menimbulkan jejas listrik,karena pada kuat arus letal (100 mA),kepadatan arus
pada daerah selebar telapak tangan tersebut hanya 2 mA/cm2,yang tidak cukup besar
untuk menimbulkan jejas listrik.
Gambaran makroskopis jejas listrik pada daerah kontak berupa kerusakan
lapisan tanduk kulit sebagai luka bakar dengan tepi yang menonjol,disekitarnya
terdapat daerah yang pucat dikelilingi oleh kulit yang hiperemi. Bentuknya sering
sesuai dengan benda penyebabnya. Metalisasi dapat juga ditemukan pada jejas listrik.
23
Kematian dapat terjadi karena fibrilasi ventrikel,kelumpuhan otot pernapasan dan
kelumpuhan pusat pernapasan.1
Interpretasi Temuan
Pada skenario, didapati bahwa wajah mayat terdapat pembengkakan dan
memar,pada punggungnya terdapat beberapa memar berbentuk dua garis
sejajar(railway hematoma), terdapat pula resapan darah yang luas di kulit
kepala,perdarahan yang tipis di bawah selaput keras otak,sembab otak besar. Memar
dapat disebabkan akibat kekerasan benda tumpul dan ciri khas luka akibat kekerasan
benda tumpul adalah terdapat suatu perdarahan tepi (marginal haemorrhage). Resapan
darah di kulit kepala,perdarahan tipis dibawah selaput keras otak dan sembab otak
besar dapat disebabkan asfiksia akibat cedera kepala yang diakibatkan benda tumpul.
Didaerah paha di sekitar kemaluannya terdapat beberapa luka bakar berbentuk
bundar berukuran diameter kira-kira satu sentimeteryang mengindikasikan adanya
kekerasan akibat suhu. Di ujung penisnya terdapat luka bakar yang sesuai dengan
jejas listrik.Jejas listrik ini menandakan bahwa luka tersebut diakibatkan oleh listrik.
Sementara itu terdapat pula jejas jerat yang melingkari leher dengan simpul di
daerah kiri belakang yang membentuk sudut ke atas,terdapat sedikit resapan darah di
otot leher sisi kiri dan patah ujung rawan gondok sisi kiri,sedikit busa halus di dalam
saluran napas,dan sedikit bintik-bintik perdarahan di permukaan kedua paru dan
jantung. Hasil pemeriksaan tersebut sesuai dengan kasus gantung diri yang dibuktikan
dengan adanya resapan darah pada otot leher sisi kiri,patah ujung rawan gondok sisi
kiri,dan sedikit busa halus di dalam saluran napas yang menandakan korban mati
akibat asfiksia.Kasus gantung tersebut sesuai dengan jenis atypical hanging yaitu titik
penggantungan terdapat disamping,sehingga leher dalam posisi miring yang akan
mengakibatkan hambatan pada arteri karotis dan arteri vertebralis.
Tidak ditemukannya resapan darah pada kulit leher bagian dalam dan otot-otot
leher menunjukkan bahwa tidak terjadi kekerasan layaknya pada kasus gantung,saat
korban masih hidup.
Dari hasil pemeriksaan,dapat disimpulkan korban meninggal ketika terjadi
kekerasan tumpul pada bagian kepala yang menyebabkan perdarahan di bawah
selaput keras otak dan sembab otak
24
Visum et Repertum
Pemeriksaan medik untuk tujuan membantu penegakan hukum antara lain
adalah pembuatan Visum et Repertum terhadap seseorang yang dikirim polisi
(penyidik) karena diduga sebagai korban suatu tindak pidana, baik dalam peristiwa
kecelakaan lalu-lintas, kecelakaan kerja, pennganiayaan, pembunuhan, perkosaan,
maupun korban meninggal yang pada pemeriksaan pertama polisi, terdapat
kecurigaan akan kemungkinan adanya tindak pidana.1
Mengenai kepangkatan pembuat surat permintaan Visum et Repertum telah
diatur dalam Peraturan Pemerintah no 27 tahun 1983 yang menyatakan penyidik Polri
berpangka serendah-rendahnya Pembantu Letnan Dua, sedangkan pada wilayah
kepolisan tertentu yang komandannya adalah seorang bintara (Sersan), maka ia adalah
penyidik karena jabatannya tersebut. Kepangkatan bagi penyidik pembantu adalah
bintara serendah-rendahnya sersan dua. Untuk mengetahui apakah suatu surat
permintaan pemeriksaan telah ditandatangani oleh yang berwenang, maka yang
penting adalah bahwa si penandatangan menandatangani surat tersebut selaku
penyidik.1
Visum et Repertum adalah keterangan yang dibuat oleh dokter atas permintaan
penyidik yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medik terhadap manusia, baik
hidup atau mati ataupun bagian atau diduga bagian dari tubuh manusia, berdasarkan
kelilmuannya dan dibawah sumpah, untuk kepentingan peradilan.1
Visum et Repertum adalah salah satu alat bukti yang sah sebagaimana tertulis
dalam pasal 184 KUHAP. Visum et Repertum turut berperan dalam proses
pembuktian suatu perkara pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia. Visum et
Repertum menguraikan segala sesuatu tentang hasil pemeriksaan medik yang tertuang
di dalam bagian Pemberitaan, yang karenanya dapat dianggap sebagai pengganti
benda bukti.1
Visum et Repertum terdiri dari 5 bagian yang tetap, yaitu1:
1. Kata Pro justitia, yang diletakkan di bagian atas. Kata ini menjelaskan bahwa
Visum et Repertum khusus dibuat untuk tujuan peradilan. Visum et Repertum
tidak membutuhkan materai untuk dijadikan sebagai alat bukti di depan sidang
peradilan yang mempunyai kekuatan hukum.
25
2. Bagian Pendahuluan. Kata “pendahuluan” sendiri tidak ditulis di dalam
Visum et Repertum, melainkan langsung dituliskan berupa kalimat-kalimat di
bawah judul. Bagian ini menerangkan nama dokter pembuat Visum et
Repertum dan institusi kesehatannya, instansi penyidik pemintanya berikut
nomor dan tanggal surat permintaannya, tempat dan waktu pemeriksaan serta
identitas korban yang diperiksa. Dokter tidak dibebani pemastian identitas
korban, maka uraian identitas korban adalah sesuai dengan uraian identitas
yang ditulis dalam surat permintaan Visum et Repertum. Bila terdapat
ketidaksesuaian identitas korban antara surat permintaan dengan catatan medik
atau pasien yang diperiksa, dokter dapat meminta kejelasan dari penyidik.
3. Bagian pemberitaan. Bagian ini berjudul “Hasil Pemeriksaan” dan berisi
hasil pemeriksaan medik tentang keadaan kesehatan atau sakit atau luka
korban yang berkaitan dengan perkaranya, tindakan medik yang dilakukan
serta keadaannya selesai pengobatan/ perawatan. Bila korban meninggal dan
dilakukan autopsi, maka diuraikan keadaan seluruh alat dalam yang berkaitan
dengan perkara dan matinya orang tersebut. Yang diuraikan dalam bagian ini
merupakan pengganti barang bukti, berupa perlukaan/ keadaan kesehatan/
sebab kematian yang berkaitan dengan perkaranya. Temuan hasil pemeriksaan
medik yang bersifat rahasia dan tidak berhubungan dengan perkaranya tidak
dituangkan ke dalam bagian pemberitaan dan dianggap tetap sebagai rahasia
kedokteran.
4. Bagian Kesimpulan. Bagian ini berjudul ‘Kesimpulan” dan berisi pendapat
dokter berdasarkan keilmuannya, mengenai jenis perlukaan/ cedera yang
ditemukan dan jenis kekerasan atau zat penyebabnya, serta derejat perlukaan
atau sebab kematiannya. Pada kejahatan susila, diterangkan juga apakah telah
terjadi persetubuhan dan kapan perkiraannya, serta usia korban atau
kepantasan korban untuk dikawin.
5. Bagian Penutup. Bagian ini tidak berjudul dan berisikan kalimat baku
“Demikianlah visum et repertum ini saya buat dengan sesungguhnya
berdasarkan keilmuan saya dan dengan mengingat sumpah sesuai dengan
Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.”
26
RS SEHAT SEJAHTERAJl. Pejagalan V no. 10, Jakarta 11234
Telp/fax 021-5432126Jakarta, 15 Desember 2015
Nomor : 01/VER/I/2015Perihal : Hasil pemeriksaan luar atas jenazah Tn. XLampiran : 2 halaman
PRO JUSTITIAVISUM ET REPERTUM
27
Yang bertanda tangan di bawah ini, Anggiriani, dokter ahli kedokteran forensik pada Rumah Sakit Sehat Sejahtera di Jakarta, menerangkan bahwa atas permintaan tertulis dari Kepolisian Republik Indonesia Metropolitan Resort Jakarta Utara sektor Sunter Hijau No. Pol: 01/VER/I/2015/Res JU tertanggal lima belas desember dua ribu lima belas, pukul dua belas lewat tiga puluh menit Waktu Indonesia bagian Barat bertempat di ruang bedah jenazah Rumah Sakit Sehat Sejahtera telah melakukan pemeriksaan atas jenazah yang menurut surat permintaan tersebut adalah:--------------------------------------------------------------------------------------------------
Nama : Tn, X---------------------------------------------------------------------------------
Jenis kelamin : Laki-laki-----------------------------------------------------------------------------
Umur:-----------------------------------------------------------------------------------------Kebangsaan:-----------------------------------------------------------------------------------------Agama:-----------------------------------------------------------------------------------------Pekerjaan:-----------------------------------------------------------------------------------------Alamat:-----------------------------------------------------------------------------------------Mayat belum
teridentifikasi.-------------------------------------------------------------------------
HASIL PEMERIKSAAN:-----------------------------------------------------------------------------------Pemeriksaan Luar.--------------------------------------------------------------------------------------------
1. Mayat tidak terbungkus.------------------------------------------------------------------------------
2. Mayat berpakaian sebagai berikut:------------------------------------------------------------------
3. Tidak terdapat perhiasan pada mayat.---------------------------------------------------------------
4. Mayat adalah seorang laki-laki bangsa IndonesiaLanjutan Visum et Repertum Nomor: 01/VER/I/2015
Halaman ke 2 dari 2 halaman
5. Tidak terdapat tatoo, tahi lalat, dan tanda lahir pada mayat.-------------------------------------
6. Rambut kepala berwarna hitam, tumbuh pendek lurus, panjang satu setengah sentimeter. Alis berwarna hitam, tumbuh lebat. Bulu mata berwarna hitam, tumbuh lurus, panjang enam millimeter. Tidak tumbuh kumis maupun jenggot.----------------------------------------
7. Kedua mata tertutup. Selaput bening mata jernih, kedua teleng mata bundar dengan garis tengah empat millimeter. Tirai mata berwarna hitam. Selaput
28
bola mata dan selaput kelopak mata kanan dan kiri berwarna putih, tidak tampak perdarahan maupun pelebaran pembuluh darah.---------------------------------------------------------------------------------------
8. Hidung berbentuk biasa. Kedua daun telinga berbentuk biasa. Pada cuping telinga tidak terdapat lubang tindik.---------------------------------------------------------------------------------
9. Mulut tertutup. Kedua bibir tampak tebal. Gigi geligi lengkap.---------------------------------
10. Dari lubang hidung, telinga, mulut, dan lubang tubuh lainnya tidak keluar apa-apa.--------
11. Alat kelamin berbentuk biasa tidak menunjukkan kelainan. Lubang dubur berbentuk biasa tidak menunjukkan kelainan.------------------------------------------------------------------
12. Pada tubuh terdapat luka-luka sebagai berikut:----------------------------------------------------a. Pada ketiak sebelah kiri terdapat luka kekerasan tajam sepanjang sepuluh
sentimeter, lima belas sentimeter dari garis tengah dada. Terlihat putusnya pembuluh darah. ------
b. Pada daerah leher terdapat bekas jeratan yang melingkari leher di bawah tulang rawan gondok.---------------------------------------------------------------------------------------------
c. Pada daerah tungkai bawah kiri dan kanan terdapat luka kekerasan tajam. Ukuran luka pada tungkai kanan sepanjang lima sentimeter dan pada tungkai kiri sepanjang delapan sentimeter.--------------------------------------------------------------------------------
13. Tidak tampak patah tulang pada mayat.------------------------------------------------------------
Kesimpulan:Pada mayat laki-laki yang diperkirakan berusia tiga puluh tahun ini,
ditemukan luka kekerasan tajam pada ketiak kiri dan tungkai kanan kiri. Luka kekerasan tajam ini sesuai dengan cirri-ciri luka akibat kekerasan tajam bermata satu. Terdapat pula bekas jeratan pada daerah leher di bawah tulang rawan gondok.-------------------------------------------------------------------------------
Sebab mati orang ini adalah kekerasan tajam pada ketiak kiri, tungkai kanan dan kiri yang menyebabkan orang ini banyak kehilangan darah.--------------------------------------------------
Demikian Visum et Repertum ini saya uraikan dengan sebenar-benarnya berdasarkan keilmuan saya yang sebaik-baiknya mengingat sumpah sesuai dengan KUHAP.---------------------
Dokter yang memeriksa,
dr. AnggirianiNIP: 102012
29
Penutup
Laki-laki yang ditemukan meninggal ini harus diselidiki oleh polisi. Setelah
itu maka akan dilakukan berbagai prosedur yang terkait, termasuk peran dokter dalam
melakukan pemeriksaan terhadap jenazah. Karena itu perlu diketahui aspek hukum
apa yang terkait dengan kasus laki-laki ini. Selain itu bila diperlukan, maka dokter
bisa menuju ke tempat kejadian perkara. Proses dilanjutkan dengan pemeriksaan pada
mayat dengan melakukan identifikasi forensik terlebih dahulu, dilanjutkan dengan
melakukan autopsi. Dalam melakukan autopsi diperlukan pengetahuan mengenai
tanatologi dan traumatologi forensik. Selanjutnya dibuat visum et repertum sesuai
dengan hasil pemeriksaan yang ada.
Daftar Pustaka
1. Budianto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Winardi T, Mun’im A, Sidhi, et al.
Ilmu kedokteran forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas
Kedokteran Indonesia; 1997.
2. Safitry O. Kompilasi peraturan perundang-undangan terkait praktik
kedokteran. Jakarta: Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2014.
3. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta: EGC;
2011.
4. Staf Pengajar Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Teknik autopsi forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2000.
5. Idries AM, Tjiptomartono AL. Penerapan ilmu kedokteran forensic dalam
proses penyidikan. Jakarta: Sagung Seto; 2008.
30
31
top related