media informasi pembangunan daerah provinsi bengkulu
Post on 04-Nov-2021
2 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Triwulan
4BuletinMedia Informasi Pembangunan Daerah Provinsi Bengkulu
Rapat Koordinasi Peretasan Desa Tertinggal Bersama Organisasi Perangkat Daerah
Rapat Lanjutan Pembahasan Matrix Rad Pengembangan Ekonomi Kemaritiman
Bappeda Provinsi Bengkulu Gelar Rakor Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Bimbingan Teknis Pengisian Sistem Informasi Pembangunan Daerah Provinsi Bengkulu
Bappeda Provinsi Bengkulu Tahun 2017
PEMERINTAH PROVINSI BENGKULU
Salam Pembuka
Pelindung : Gubernur Bengkulu
Penanggung Jawab : Plt. Kepala Bappeda
Redaktur : Wilysa Mardani, MMMuhammad Iqbal, ST
M.Nashrullah SE, MT, MScIndra Gunawan, SE
Penyunting
Yenni Astuti, SE, MM.Melda Agrippina
Vera IsabellaOki Sumbogo, ST Ikhsan Kusnadi
Nurmuyasaroh, SE, MMRahmi Wati, S.E., M.Si
Desain grafis Oki Sumbogo, ST Dedi Irawan, SE
Fachrurozi Repado, STRirin Amir, S.Kom
SekretariatImawati, S. SosSumarni, S.Kom
Sri PanitawatiGita Permatasari, SE
Indra Dewi Bintang, SEErwan Saadiah
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Buletin Bappeda Provinsi Bengkulu Triwulan IV Tahun 2017 ini. Buletin ini dibuat agar dapat memberikan manfaat bagi pembaca sebagai sarana informasi perencanaan daerah di Provinsi Bengkulu.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan dan penerbitan buletin ini
Selamat Membaca
Plt. Kepala Bappeda Provinsi Bengkulu
Dra. Noni Yuliesti, MMPembina Tk. I
Nip. 19680722 198810 2 001
Buletin Triwulan 4 Tahun 2017
Daftar Isi.................................................... Hal 1
Bimbingan Teknis Pengisian Sistem Informasi Pembangunan Daerah Provinsi Bengkulu
Rapat Koordinasi Peretasan Desa Tertinggal Bersama Organisasi Perangkat Daerah
Bappeda Provinsi Bengkulu Gelar Rakor Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Rapat Koordinasi RAD Pengembangan Ekonomi Kemaritiman
Rapat Lanjutan Pembahasan Matrix Rad Pengembangan Ekonomi Kemaritiman
Bappeda Provinsi Bengkulu Gelar Rapat Pembahasan Jumlah Desa Tertinggal
Rapat Teknis Pemetaan Dan Pemadanan Indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Terhadap Indikator Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah
Rapat Koordinasi Kelitbangan Se-Provinsi Bengkulu Tahun 2017
Focus Group Discuccion (FGD) Dengan Tema “Pemantapan Dan Singkronisasi Bidang Litbang Menuju Rakor Litbang Se-Provinsi Bengkulu
Sosialisasi Jabatan Fungsional Perencana (JFP) Dan Pengukuhan Asosiasi Perencana Pemerintah Indonesia (AP2I) Provinsi Bengkulu Tahun 2017
Rapat Koordinasi Penilaian Angka Kredit Jabatan Fungsional Peneliti Di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri Dan Pemerintah Da
Audensi Pengembangan KKNS Provinsi Bengkulu
Jkn Merupakan Jaminan Kesehatan Nasional Atau Jaminan Kesakitan Nasional?
Media Informasi Pembangunan Daerah
Buletin Triwulan 4 Tahun 2017
................................................... Hal 5
.......................................... Hal 9
.......................................................... Hal 21
................................................................. Hal 25
............................................ Hal 28
............................................................................ Hal 35
............................................................. Hal 43
................... Hal 15
............................................................. Hal 45
................................................................... Hal 54
............................................................. Hal 67
.............................. Hal 58
1
BIMBINGAN TEKNIS PENGISIAN SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN
DAERAH PROVINSI BENGKULU
Bimtek dibuka oleh Kabid Perencana Evaluasi dan Laporan Willysa Mardani
Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappeda)
Provinsi Bengkulu menggelar Bimbingan Teknis (Bimtek) Pengisian Data
Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) di ruang rapat Bappeda,
Kamis 9 November 2017.
Bimtek tersebut dipimpin dan dibuka oleh Kepala Bidang Perencana
Pengendalian dan Evaluasi Willysa Mardani, MM dan Kepala Sub Bidang
Data dan Informasi Muhammad Iqbal yang diikuti oleh 24 OPD (Organisasi
Perangkat Daerah) Provinsi ataupun Kabupaten/Kota.
Kegiatan Bimtek tersebut bertujuan agar setiap OPD mampu
melakukan pengisian aplikasi e-Database dengan akurat. Sehingga data
yang sudah diisi di SIPD nantinya bisa menjadi buku profil daerah yang
bisa membantu Bappeda Provinsi Bengkulu dalam proses perencanaan,
pelaksanaan dan pembangunan.
"Dari pengisian data ini kami buatkan produk berupa buku profil
daerah yang isinya tentang data perencanaan, pelaksanaan, sampai hasil
dari pembangunan yang ada di Provinsi Bengkulu. Jadi, data tersebut bisa
membantu kami dalam hal informasi di setiap OPD-nya dan tentunya
2
informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan," terang Willysa
Mardani.
Mengingat di tahun 2017, pengisian SIPD yang diluncurkan Ditjen
Bina Bangda tergolong metode baru, oleh karena itu pihak Bappeda akan
melakukan evaluasi untuk membantu OPD dalam mengisi e-Database
seusai diadakannya Bimtek.
"Untuk ke depannya nanti kita buat evaluasi saja, karena SIPD inikan
bukan barang baru, hanya saja keterisian atau indikator yang diisi itu
berbeda dari tahun sebelumnya. Dan Bappeda sendiri sebagai koordinator
juga akan membantu secara teknis, seperti hari inikan pengisian e-
Database-nya kita bagikan password atau user ID kepada OPD," lanjut
Willysa saat diwawancarai seusai memberi materi Bimtek.
Peserta Bimtek tampak serius mempejalari cara pengisian data SIPD
SIPD sendiri merupakan amanat dari Undang-Undang 25 Tahun 2005
tentang Sistem Perencanaan Nasional dan Undang-Undang 32 Tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah yang telah diganti dengan Undang-Undang 23
Tahun 2014.
Kebijakan ini kemudian dibentuk dalam Permendagri Nomor 8 Tahun
2014 tentang SIPD. Dari pengisian SIPD juga dapat diketahui langsung
empat kategori pengontrolan, seperti e-Database, e-Planning, e-Budgeting
dan e-Monev.
(Oki Sumbogo, ST/ JFP)
3
Bimtek dipimpin Kabid Perencana Evaluasi dan Laporan Willysa Mardani dan
Kasubbid Data dan Informasi Muhammad Iqbal
Peserta Bimtek menyampaikan pertanyaan seputar SIPD
Permendagri Nomor 8 Tahun 2014 turut mengatur SIPD
4
Peserta Bimtek mengajukan pertanyaan
Melalui SIPD dapat mengontrol e-Database, e-Planning, e-Budgeting dan e-Monev
5
RAPAT KOORDINASI PERETASAN DESA TERTINGGAL
BERSAMA ORGANISASI PERANGKAT DAERAH
Rapat Koordinasi Peretasan Desa Tertinggal Melalui Sinergisitas Program/Kegiatan
Provinsi dan Kabupaten/Kota Tahun 2017
Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappeda)
Provinsi Bengkulu menggelar Rapat Koordinasi (Rakor) Peretasan Desa
Tertinggal bersama Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait di Hamilton
Room Hotel Madelin, Rabu 8 November 2017.
Rakor yang dibuka langsung oleh Pelaksana tugas Sekretaris Daerah
Provinsi Bengkulu Gotri suyanto ini bertujuan untuk mensinergikan
seluruh program Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota se-
Provinsi Bengkulu dalam rangka pengentasan desa-desa tertinggal.
"Membangun Indonesia dari pinggiran, adalah komitmen tegas
Pemerintah Republik Indonesia untuk terus lakukan percepatan
pembangunan di daerah. Termasuk pembangunan desa yang menjadi
'kekuatan besar' dalam memberikan kontribusi terhadap misi Indonesia
berdaulat, sejahtera dan bermartabat.
Bengkulu, merupakan satu provinsi yang didominasi dengan desa
berstatus tertinggal. Hal ini berdasarkan data Kemendesa pada Oktober
2015. Angka Indek Membangun Desa (IMD) menunjukan Bengkulu
memiliki 168 desa sangat tertinggal dan 765 desa tertinggal. Pemerintah
6
Provinsi Bengkulu pun telah menetapkan pengentasan kemiskinan dan
peretasan ketertinggalan sebagai program prioritas pertama.
"Pembangunan desa telah menjadi agenda strategis dan menjadi
program prioritas pertama," terang Gotri. Dengan rakor peretasan desa
tertinggal diharapkan tercipta sinergitas program serta komitmen
kabupaten dan kota.
"Bisa mengubah status desa tertinggal dengan segala permasalahan
sosial ekonomi dan keterbatasan infrastuktur, menjadi desa yang maju
dengan kualitas hidup yang lebih baik. Sehingga mandiri secara ekonomi
dan mampu memperkokoh Indonesia yang tangguh," tuturnya.
Kata sambutan Plt Sekda Provinsi Bengkulu Gotri Suyanto
Dalam rakor juga dipaparkan data dari Badan Pusat Statistik Provinsi
Bengkulu. Berdasarkan Indek Pembangunan Desa (IPD) tahun 2014,
Provinsi Bengkulu terdapat 344 Desa Tertinggal. Kepala Dinas
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi Bengkulu Ali Sadikin
menjelaskan, perbedaan data IPD dan IMD, karena perbedaan indikatornya.
"Kondisi desa berdasarkan geografis, tingkat kemiskinan, tingkat
pendidikan, infrastruktur dan fasilitas dasar memang masih menjadi
permasalahan, konektivitas juga begitu. Peretasan ini tentunya melalui
program terintegrasi, bahkan lintas sektor. Butuh PU, kesehatan,
pendidikan, sosial dan semua punya peranan," demikian Ali.
7
Rakor Peretasan Desa Tertinggal sukses
Pembangunan desa merupakan agenda strategis dan program prioritas pertama
Pemprov Bengkulu
8
Rakor juga diikuti perwakilan dari Pemerintah Kabupaten/Kota se-Provinsi Bengkulu
Rakor juga memaparkan data BPS Provinsi Bengkulu tentang IPD
9
BAPPEDA PROVINSI BENGKULU GELAR RAKOR TIM KOORDINASI
PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH
Plt Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah menghadiri Rakor TKPKD Provinsi
Bengkulu Tahun 2017
Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappeda)
Provinsi Bengkulu menggelar Rapat Koordinasi (Rakor) Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Provinsi Bengkulu Tahun
2017, Selasa 14 November 2017 di Hotel Madeline.
Rakor turut dihadiri Plt Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah dan
diikuti oleh 87 orang peserta dari insatansi/lembaga yang ada di provinsi
maupun kabupaten/kota, yang memiliki concern dalam penanggulangan
kemiskinan serta Organisasi Perangkat Daerah (OPD) kabupaten dan kota
Bengkulu.
Rakor bertujuan untuk menyamakan persepsi peran dan tugas TKPKD
provinsi dan kabupaten/kota, serta untuk mengetahui perkembangan
kegiatan TKPKD tersebut.
Dimana sesuai dengan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), angka
kemiskinan Provinsi Bengkulu sudah mengalami penurunan dari tahun
2016 yang berada pada angka 17,32 persen, menjadi 16,45 persen di tahun
2017 ini.
10
Plt Gubernur membuka Rakor yang diselenggarakan oleh Bappeda Provinsi
Bengkulu
“Temukan betul penyakitnya, untuk mengobati kemiskinan tersebut,
supaya jelas strategi yang dibangun itu dapat betul-betul dapat diterapkan,
dan tepat untuk mengobati kemiskinan tersebut,” kata Rohidin saat
membuka Rakor dan memberikan arahan.
Presentase angka kemiskinan yang dilakukan survey oleh BPS
menggunakan indikator besarnya biaya pengeluaran perkapita masyarakat,
tanpa melihat kondisi infrastruktur yang dimiliki masyarakat tersebut.
Sehingga terjadi perbedaan angka kemiskinan di setiap daerah yang ada di
Provinsi Bengkulu, hal tersebut menjadi perdebatan hingga kini. “Yang
menjadi ukuran angka kemiskinan itu, bukan dari layak dan tidaknya
kondisi rumahnya, namun penetapan persentase angka kemiskinan secara
nasional itu dilihat dari berapa rupiah pengeluaran perorang/perbulannya,
untuk memenuhi kebutuhan dasarnya,” sebut Rohidin.
11
Plt Gubernur memberikan arahan kepada peserta Rakor
Sedangkan menurutnya, setiap masyarakat di suatu wilayah itu
memiliki karakteristik dan kebiasaan yang berbeda dalam hal pengeluaran
biaya kehidupan sehari-harinya.
Dirinya mencontohkan, biaya hidup bagi masyarakat yang berada di
pesisir pantai seperti di Kabupaten Kaur, tentu berbeda dengan biaya hidup
masyakarat di daerah pegunungan seperti di Kabupaten Rejang Lebong.
“Maka dari itu saya minta tolong dikenali karakteristik daerah
kabupaten/kota di Bengkulu ini seperti apa, sehingga nanti dapat menjadi
rekomendasi kita untuk bupati dan walikotanya, apa saja upaya yang harus
dilakukan oleh bupati dan walikota dalam menuruni angka kemiskinan di
wilayahnya,” kata mantan Wakil Bupati Bengkulu Selatan ini.
Hadiri Rakor, Plt Gubernur didampingi sejumlah pejabat Pemprov Bengkulu
12
Untuk itulah dirinya ingin agar Rakor yang dilaksanakan tersebut
dapat menghasilkan suatu kesimpulan berupa pemetaan untuk strategi
penanggulangan kemiskinan yang sangat efektif bagi Provinsi Bengkulu ini.
Selain itu, orang nomor satu di Provinsi Bengkulu ini meminta Jajarannya
yang terkait dalam masalah penanggulangan kemiskinan ini dapat terjun ke
lapangan, guna memberikan advokasi serta sosialisasi kepada masyarakat
di daerah terkait data kemiskinan.
“Dengan pola-pola turun ke lapangan tersebut dapat mencapai target
penurunan angka kemiskinan satu persen pertahunnya," ujar Rohidin.
Semua itu, tambahnya, tidak akan terlaksana jika tidak ada kerjasama
yang baik antar kabupaten/kota untuk bersinergi dalam upaya
penanggulangan kemiskinan yang ada saat ini.
Plt Gubernur berharap sinergisitas antara pemprov, pemkab dan pemkot dalam
menanggulangi kemiskinan
13
Kabid Pemerintahan dan Pembangunan Manusia Bappeda Provinsi Bengkulu
Hengki Suprianto
Kata sambutan Kabid Pemerintahan dan Pembangunan Manusia Bappeda Provinsi
Bengkulu Hengki Suprianto
14
Peserta Rakor merupakan unsur-unsur yang konsen terhadap penanggulangan
kemiskinan di Provinsi Bengkulu
Rakor diikuti 87 peserta dari lembaga/instansi yang ada di provinsi dan
kabupaten/kota
15
RAPAT KOORDINASI RAD PENGEMBANGAN EKONOMI
KEMARITIMAN
Bappeda Provinsi Bengkulu menggelar Rapat Koordinasi Rencana Aksi Daerah
Pengembangan Ekonomi Kemaritiman Provinsi Bengkulu
Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappeda)
Provinsi Bengkulu menggelar Rapat Koordinasi (Rakor) Rencana Aksi
Daerah (RAD) Pengembangan Ekonomi Kemaritiman Provinsi Bengkulu di
ruang Pola Pemprov Bengkulu, Selasa 7 November 2017.
Rapat tersebut dihadiri oleh Plt Sekda Provinsi Bengkulu Gotri
Suyanto, Kabid Perekonomian dan SDA Bappeda Provinsi Bengkulu
Sulaksono sebagai narasumber I dengan materi arah dan kebijakan
pengembangan program ekonomi kemaritiman di Provinsi Bengkulu, Kepala
Bidang Perekonomoan dan SDA Yulizon sebagai narasumber II dengan
materi rencana penyusunan RAD pengembangan kemaritiman di Provinsi
Bengkulu dan Zamdial Ta'ladin dari UNIB sebagai narasumber III dengan
materi penyelarasan matrix RAD pengembangan ekonomi kemaritiman.
Rakor yang bertujuan untuk sinkronisasi dan identifikasi program
dan kegiatan pengembangan ekonomi kemaritiman di Provinsi Bengkulu
juga turut dihadiri 67 peserta dari berbagai OPD provinsi dan
kabupaten/kota. Yakni Bappeda kabupaten/kota, Dinas Kelautan dan
16
Perikanan, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Dinas Perhubungan 7
kabupaten/kota se-Provinsi Bengkulu.
Posisi Indonesia sebagai poros maritim dunia membuka peluang
dalam membangun kerjasama regional dan internasional bagi kemakmuran
rakyat. Provinsi Bengkulu sendiri dengan garis pantai sepanjang 525 km
jelas menyimpan sumber daya laut yang luar biasa. Sebagaimana
disampaikan Plt Sekda saat membuka rakor tersebut.
Laporan Panitia Rakor sinkronisasi dan identifikasi program dan kegiatan
pengembangan ekonomi kemaritiman
Ia mengatakan, potensi yang dimiliki oleh Provinsi Bengkulu dalam
hal maritim masih belum dikelola secara optimal sehingga belum bisa
memberikan kemakmuran bagi masyarakat di Provinsi Bengkulu. Padahal,
nilai tukar pada perikanan tangkap itu lebih besar dibandingkan perikanan
budidaya, ke depan ia berharap potensi ini dapat lebih dikembangkan lebih
besar secara bersama-sama.
“Tentu saja ini perlu sarana dan prasarana, selain itu juga
dibutuhkan teknologi yang lebih baik dan lengkap karena bagaimanapun
juga posisi laut yang ada di Provinsi Bengkulu dengan ombak laut yang
cukup tinggi,” jelas Gotri.
Disamping itu garis pantai yang cukup panjang menyediakan banyak
spot-spot objek wisata yang bisa dikembangkan dan pemandangannya
17
cukup bagus, tinggal bagaimana kabupaten yang memiliki garis pantai ini
bisa mengembangkannya untuk sektor pariwisata.
“Ke depan diharapkan paling tidak 3 sisi ini dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat hingga mampu meningkatkan kemakmuran
masyarakat Bengkulu,” harap Gotri.
Narasumber Rakor RAD Pengembangan Ekonomi Kemaritiman, Kabid
Perekonomian dan SDA Sulaksono, Kabid Perekonomoan dan SDA Yulizon,
Zamdial Ta'ladin dan Nilawati
Lebih lanjut, dalam pengembangan ekonomi kemaritiman sendiri titik
yang menjadi goals terletak pada pemberdayaan kemasyarakatan untuk
menunjang program yang mengatasnamakan kemiskinan.
"Untuk sasaran program ini sendiri kita menunjuk pada masyarakat-
masyarakat pesisir di 7 kabupaten/kota, jadi kita akan menunjang program
kemiskinan, kalau di bidang pemberdayaan kemasyarakatan itu seperti
kelompok-kelompok nelayan di koperasi, bentuknya bisa bantuan modal
ataupun bimtek," ujar Nilawati selaku Perencana Muda di Bappeda.
Pihak Bappeda sendiri sudah berupaya turun ke kabupaten untuk
menselaraskan program-program yang ada di OPD Provinsi yang tertuang di
RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah), salah satunya
seperti penguatan kelembagaan dan bantuan modal untuk mendukung
kemaritiman Provinsi Bengkulu.
18
"Intinya program ini sudah berjalan di seluruh OPD, tinggal kita lagi yang
mengidentifikasi dan mengelompokkan yang mana yang masuk kedalam
RAD kemaritiman," lanjut Nila.
Peserta Rakor RAD mengajukan pertanyaan
Enggano dinilai memiliki cakupan luas untuk RAD pengembangan
ekonomi kemaritiman, yakni di bidang kelautan perikanan dan agro
industri seperti emping Enggano. Sedangkan dari beberapa sektor dalam
ekonomi kemaritiman sendiri, Yulizon mengatakan kalau hanya mengambil
tiga item, yaitu ekonomi kemaritiman yang berbasis perikanan dan
kelautan, wisata bahari dan perhubungan (sarana produksi).
"Dari beberapa item kita hanya mengambil tiga item saja, diantaranya
ada ekonomi kemaritiman yang berbasis perikanan dan kelautan, wisata
bahari dan perhubungannya saran produksi. Kemaritiman juga masuk
kedalam wisata karena itu tujuan akhir kita nanti di outcome Visit
Wonderful Bengkulu 2020," tandas Yulizon.
Sinergi pembangunan antara provinsi dan kabupaten/kota menjadi
salah satu kunci utama keberhasilan pengembangan ekonomi kemaritiman
Provinsi Bengkulu. Sehingga pada akhirnya nanti dapat berdampak
langsung kepada peningkatan ekonomi daerah dan kesejahteraan
masyarakat di Provinsi Bengkulu.
(Oki Sumbogo, ST/ JFP)
19
Kata sambutan Plt Sekda Provinsi Bengkulu Gotri Suyanto
Menyanyikan lagu Indonesia Raya
20
Rakor RAD Pengembangan Ekonomi Kemaritiman sukses
Peserta Rakor RAD menyampaikan pendapat
21
RAPAT LANJUTAN PEMBAHASAN MATRIX RAD
PENGEMBANGAN EKONOMI KEMARITIMAN
Rapat Lanjutan Pembahasan Matrix RAD Pengembangan Ekonomi Kemaritiman
oleh Bappeda Provinsi Bengkulu
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi
Bengkulu menggelar Rapat Lanjutan Pembahasan Matrix Rencana Aksi
Daerah (RAD) Pengembangan Ekonomi Kemaritiman, Senin 16 Oktober
2017.Rapat bertujuan untuk menyamakan persepsi dan memperbaiki
matrix-matrix yang telah dibuat oleh Organisasi Perangkat Daerah (OPD)
yang terkait dengan program pengembangan ekonomi kemaritiman di
Provinsi Bengkulu.
Rapat dipimpin Kepala Bidang Penelitian dan Pengembangan
Bappeda Provinsi Bengkulu Harnyoto dan menghadirkan Dosen Universitas
Bengkulu Zamdial sebagai narasumber.
Pada kesempatan itu, Harnyoto mengatakan hasil laut Bengkulu jauh
tertinggal dengan hasil darat. Oleh sebab itu, guna menyukseskan program
ini, ia meminta masing-masing OPD yang terlibat untuk mencari dan
mengumpulkan data. Kemudian menentukan rencana aksi daerah, untuk
mengejar lima program prioritas Pemerintah Daerah Provinsi Bengkulu.
22
Dosen UNIB Zamdial saat menyampaikan pemaparannya tentang ekonomi
kemaritiman
Sementara itu, Zamdial dalam pemaparannya mengungkapkan
bahwa ketika berbicara tentang ekonomi kemaritiman, maka harus
berbicara hal-hal apa saja yang menjadi pendorong ekonominya.
"Yang mendukung pendapatan asli daerah dan bersentuhan langsung
dengan masyarakat. Seperti di Kaur terkenal dengan gurita dan rumput
lautnya, itu bisa dikembangkan seperti apa?" ungkapnya.
Lebih lanjut ia meminta Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Bengkulu untuk lebih banyak menyiapkan program, seperti industri
pengolahan ikan. Sehingga sektor kamaritiman dalam penangkapan ikan
ada nilai tambahnya.
Zamdial juga menyoroti tentang Pulau Enggano yang belum masuk
dalam matrix. Semestinya menurut dia, itu masuk untuk pengembangan
sumber daya di pulau-pulau kecil.
Pada rapat kali ini, Zamdial meminta masing-masing OPD untuk
fokus terhadap perbaikan matrix dan meminta masukan-masukan dari
kabupaten dan kota.
"Namun yang pasti ekonomi kemaritiman harus mendukung ekonomi
daerah dan ekonomi masyarakat," ujar Zamdial.
23
Berikut 11 Sektor Ekonomi Kemaritiman:
1. Perikanan Tangkap
2. Perikanan Budidaya
3. Industri Pengolahan Hasil Perikanan
4. Industri Bio Teknologi
5. Pertambangan dan Energi
6. Pariwisata Bahari
7. Perhubungan Laut
8. Industri dan Jasa Maritim
9. Sumber Daya Wilayah Pulau Kecil
10. Coastal Forestry (Hutan Mangrove)
11. Non Conventional Resources
Zamdial saat menyampaikan pemaparannya tentang ekonomi kemaritiman
24
Peserta Rapat Lanjutan Pembahasan Matrix RAD Pengembangan Ekonomi
Kemaritiman
Peserta Rapat Lanjutan Pembahasan Matrix RAD Pengembangan Ekonomi
Kemaritiman
25
BAPPEDA PROVINSI BENGKULU GELAR RAPAT
PEMBAHASAN JUMLAH DESA TERTINGGAL
Bappeda Provinsi Bengkulu menggelar Rakor Peretasan Daerah Tertinggal di
Provinsi Bengkulu
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi
Bengkulu menggelar Rapat Koordinasi (Rakor) Peretasan Daerah Tertinggal
di Provinsi Bengkulu, Rabu 18 Oktober 2017 di ruang rapat Bappeda.
Rapat yang dihadiri Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait,
seperti Dinas Sosial, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Kesehatan,
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral serta OPD lainnya bertujuan guna
menentukan kriteria dan data yang akan digunakan dalam program
peretasan desa tertinggal.
Supaya program mengentaskan permasalahan desa tertinggal di
Provinsi Bengkulu berjalan sesuai dengan harapan, diperlukan kriteria yang
jelas serta memiliki payung hukum dan data yang valid, agar mendapatkan
tolak ukur yang pasti dalam melaksanakan program kerja peretasan desa
tertinggal.
26
Sebelumnya, pada rapat 12 Maret 2017 lalu, Pemerintah Provinsi
Bengkulu menyebutkan ada 653 desa tertinggal dari 1.341 desa yang ada di
Provinsi Bengkulu. Hal ini berdasarkan kriteria yang telah disepakati oleh
OPD-OPD terkait.
Namun berdasarkan fakta dan survey ke lapangan, ditemukan
banyak desa yang tidak lagi bisa dikategorikan menjadi desa tertinggal.
Oleh sebab itu, rakor kali ini untuk menentukan kembali kriteria desa
tertinggal. Pasalnya, kriteria yang digunakan sebelumnya belum memiliki
dasar hukum yang jelas, hanya berdasarkan kesepakatan dinas-dinas
terkait saja.
27
Peserta rakor kemudian sepakat menentukan rujukan data dan
kriteria yang memiliki payung hukum yang jelas. Hingga pemerintah pusat
mengeluarkan indeks desa.
Sementara menunggu indeks desa dikeluarkan, maka data yang
digunakan adalah Indeks Pembangunan Desa (IPD). Hal ini dilakukan agar
program peretasan desa tertinggal tetap berjalan, tanpa ada kendala.
Baik itu dari sisi regulasi dan akan lebih tepat sasaran, karena berdasarkan
hasil survey ke lapangan oleh tim kerja Bappeda, data yang dikeluarkan
oleh IPD adalah data yang paling memiliki validasi yang tepat dan memiliki
dasar hukum.
28
RAPAT TEKNIS PEMETAAN DAN PEMADANAN INDIKATOR TUJUAN
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN TERHADAP INDIKATOR DOKUMEN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
Pembukaan Rapat Teknis Pemetaan dan Pemadanan Indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Terhadap Indikator Dokumen Perencanaan
Pembangunan Daerah Provinsi Bengkulu
Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappeda)
Provinsi Bengkulu dan Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional PPN/BAPPENAS RI
menggelar Rapat Teknis Pemetaan dan Pemadanan Indikator Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan Terhadap Indikator Dokumen Perencanaan
Pembangunan Daerah Provinsi Bengkulu, di The Madeline Hotel, Kamis 2
November 2017.
Rapat Teknis turut dihadiri Stakeholder Pemerintah Provinsi
Bengkulu, CSO, Bappeda Kabupaten/Kota. Bertindak sebagai moderator
adalah Fahmi Renantha. Sedangkan Narasumber, Manager Pilar
Pembangunan Lingkungan Sekretariat SDGs Indonesia Rahman
Kurniawan, Rudi Noryadi dari BPS Provinsi Bengkulu dan Tim Kerja SDGs
Bappeda Provinsi Bengkulu M. Risqi Al Fadli, yang membawakan 3 materi
berbeda.
29
Materi pertama pada Rapat Teknis membahas tentang tujuan
pembangunan berkelajutan global terhadap indikator nasional. Meliputi
Dokumen TPB/SDGs, Pedoman Teknis TPB/SDGs, Pedoman Penyusunan,
Sistematika Dokumen RAD TPG/SDGs, Klarifikasi Indikator,
Pengintegrasian TPB/SDGs, Proses Penetapan Indikator, Kriteria Penentuan
Indikator serta Pemetaan Goal, Target dan Indikator.
Manajer Pilar Pembangunan Lingkungan Sekretariat SDGs Rahman
Kurniawan menilai Provinsi Bengkulu punyak banyak potensi besar.
Potensi besar yang dimiliki Bengkulu ketika dimanfaatkan maka akan
mendukung kemajuan perekonomian masyarakat. Salah satunya di bidang
pariwisata.
“Kalau saya lihat Bengkulu memang memiliki potensi yang besar
untuk memajukan perekonomian masyarakatnya melalui pariwisata.
Bengkulu memiliki pantai yang indah dan masyarakat yang ramah sehingga
peluang untuk makmur itu besar. Tinggal bagaimana kita mencari cara
untuk mengelola sesuatu yang ada ini agar bisa menarik mata wisatawan
agar mereka mau berkunjung ke sini,” tutur Rahman.
Kemudian dilanjutkan dengan membahas tentang keteresediaan data
dan indikator untuk penyusunan Rencana Aksi Daerah (RAD) tujuan
pembangunan berkelanjutan. Pada materi kedua ini, berisikan materi yang
meliputi TPB/SGDs untuk penyempurnaan MDGs, Rencana Pelaksanaan
SDGs di Indonesia, Penetapan target/indikator, Pemetaan Indikator Global
SDGs, Peran BPS, Perkembangan Tingkat Kemiskinan Bengkulu Tahun
Maret 2012-Maret 2017, Pelindungan sosial, serta Upaya Penyusunan
Indikator MDGs Pendidikan.
Lalu di materi ketiga berjudul Pemetaan dan Pemadaman Indikator
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Terhadap Indikator Dokumen
Perencanaan Provinsi Bengkulu. Pada materi ini yang menjadi pokok
bahasan meliputi Proses Penyusunan Indikator dan RAD SDGs.
SDGs sendiri memiliki 17 goals, yakni Tanpa Kemiskinan, Tanpa
kelaparan, Kehidupan sehat dan sejahtera, Pendidikan berkualitas,
Kesetaraan gender, Air bersih dan sanitasi layak, Energi bersih dan
terjangkau, Pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi, Industri, inovasi
30
dan infrastruktur, Berkurangnya kesenjangan, Kota dan komunitas
berkelanjutan, Konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab,
Penanganan perubahan iklim, Ekosistem laut, Ekosistem daratan,
Perdamaian, keadilan dan kelembagaan yang tangguh dan Kemitraan untuk
mencapai tujuan.
Manager Pilar Pembangunan Lingkungan Sekretariat SDGs Indonesia
Rahman Kurniawan
Tim Kerja SDGs Bappeda Provinsi Bengkulu M. Risqi Al Fadli
31
Narasaumber dari BPS Provinsi Bengkulu Rudi Noryadi
Penyampaian materi Rapat Teknis oleh masing-masing narasumber
Enggano, Destinasi Pariwisata Nasional
Salah satu isu menarik pada rapat teknis ini adalah menjadikan
pulau terluar, Pulau Enggano yang terkenal akan keeksotisannya ini
dijadikan sebagai tujuan DPN.
Disampaikan Tim Kerja SDGs Bappeda Provinsi Bengkulu M. Risqi Al
Fadli, bahwa Enggano menjadi sasaran untuk dikembangkan menjadi
Destinasi Pariwisata Nasional (DPN). Hal itu dikarenakan besarnya potensi
hayati dan pariwisata yang dimiliki Pulau Enggano.
32
"Sebenarnya dari Muko-muko sampai Kaur memang diadakan event
pariwisata, tapi memang yang kita usulkan untuk DPN itu Pulau Enggano
karena potensi hayati dan pariwisatanya sangat besar," kata Rizqi.
"Dan saat ini kita masih bekerja untuk bagaimana memoles Pulau Enggano
menjadi tujuan pariwisata yang menarik dengan event-event yang nanti
dilaksanakan di tahun 2018," ujar Rizqi.
Salah seorang peserta mengajukan pertanyaan tentang materi yang menjadi
pembahasan Rapat Teknis
Peserta Rapat Teknis Bappeda Provinsi Bengkulu
33
Para peserta Rapat Teknis tampak serius menyimak pemaparan narasumber
Foto bersama usai menggelar Rapat Teknis
34
Foto bersama usai menggelar Rapat Teknis
Foto bersama usai menggelar Rapat Teknis
35
RAPAT KOORDINASI KELITBANGAN SE-PROVINSI
BENGKULU TAHUN 2017
Kelitbangan sebagai salah satu instrumen pembinaan
penyelenggaraan pemerintah daerah sebagaimana diamanatkan dalam
pasal 373, 374 dan 388 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja
penyelenggaraan pemerintahan daerah melalui pembinaan umum dalam
bentuk fasilitasi, konsultasi, pendidikan dan pelatihan, serta penelitian dan
pengembangan.
acara pembukaan Rakor Kelitbangan se-Provinsi Bengkulu, Rabu, 22 November
2017 di Hotel Puteri Gading, Bengkulu
Litbang merupakan perangkat organisasi yang memiliki peran sangat
strategis bagi pemerintah daerah. Dimana melalui Surat Menteri Dalam
Negeri kepada Gubernur seluruh Indonesia Nomor : 070/7004/SJ tanggal 1
Desember 2014 tentang Pedoman Arah Program Kelitbangan di Lingkungan
Kemendagri dan Pemda Tahun 2015-2019, peran strategis Litbang
diantaranya adalah :
36
1. Melakukan kegiatan Kelitbangan (Penelitian, Pengkajian, Pengembangan,
Perekayasaan, Penerapan dan Pengoperasian) regulasi perumusan
kebijakan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;
2. Fasilitasi, advokasi, supervisi, dan edukasi tindak lanjut implementasi
Peraturan Bersama Menristek dan Mendagri tentang Sistem Inovasi
Daerah (SIDa);
3. Melakukan asistensi penyusunan RPJMDd, evaluasi RKPD dan APBD,
serta evaluasi kinerja OPD setiap tahunnya;
4. Menyiapkan wahana publikasi hasil-hasil Kelitbangan dalam bentuk
majalah berkala ilmiah (jurnal), ekspo/pameran, dan partisipasi aktif
dalam kompetisi Karya Tulis Ilmiah dibidang pemerintahan dalam
negeri.
Laporan Ketua Pelaksana
disampaikan oleh Kasubbid Inovasi
dan Teknologi (Sudirman, BE., S.Sos)
Sambutan Plt. Kepala Bappeda
Provinsi Bengkulu sekaligus
membuka acara Rakor Kelitbangan
(Dra. Hj. Noni Yuliesti, M.M)
37
Dalam kaitannya dengan pengambilan kebijakan publik, institusi
Litbang berperan untuk melakukan kegiatan-kegiatan penelitian,
pengkajian yang bersifat aktual atau telaah yang merumuskan berbagai
rekomendasi atau masukan, dimana nantinya oleh pimpinan daerah dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan
strategis publik yang berbasis riset.
Berdasarkan Surat Menteri Dalam Negeri kepada Gubernur seluruh
Indonesia Nomor : 070/2047/SJ tanggal 28 April 2017 tentang Penegasan
Pelaksanaan Surat Mendagri, disampaikan penegasan bahwa :
1. Bagi daerah yang membentuk perangkat daerah Bappeda Litbang
(bergabung) agar mengkolaborasikan pelaksanaan fungsi kebappedaan
dan kelitbangan dalam satu kesatuan perangkat daerah secara
terintegrasi;
2. Bagi daerah yang membentuk Badan Litbang tersendiri maka diminta
kepada Gubernur/Bupati/Walikota untuk menugaskan perangkat
daerah Bappeda dan perangkat daerah Litbang untuk bekerjasama
membangun koordinasi, sinkronisasi dalam upaya merumuskan dan
menghasilkan produk kebijakan daerah.
Pemaparan Materi I oleh Harnyoto,
S.E
(Kabid Litbang Bappeda Provinsi
Bengkulu)
Pemaparan Materi II oleh Dr. Drs.
Panji Suminar, M.A (Universitas
Bengkulu)
38
Pemaparan Materi III oleh Rahmi
Wati, S.E., M.Si (Peneliti
Muda/Sekretaris Dewan Riset Daerah
Provinsi Bengkulu)
Pemaparan Materi IV oleh Ir. Zamdial
Ta’alidin, M.Si (Universitas Bengkulu)
Kemudian, menindaklanjuti hasil Rapat Koordinasi Nasional Kelitbangan
Pemerintahan Dalam Negeri di Palangka Raya maka telah dikirim Surat
Mendagri kepada Gubernur seluruh Indonesia Nomor : 070/ 3521/SJ
tanggal 4 Agustus 2017 tentang Penguatan Penelitian dan Pengembangan,
yang isinya antara lain menghimbau kepada Gubernur untuk segera
melakukan langkah – langkah sebagai berikut :
1. Penguatan kelembagaan
a) Agar pemerintah daerah membudayakan setiap kebijakan berbasis
Kelitbangan dengan membangun pengetahuan dan pemahaman arti
pentingnya litbang bagi para pemangku kepentingan di daerah;
b) Penyelenggaraan Kelitbangan yang sebelumnya tersebar di berbagai
perangkat daerah, dilaksanakan satu pintu oleh perangkat Litbang;
c) Agar menempatkan perangkat Litbang daerah dalam mengkoordinasikan
dan mendorong penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa)
39
2. Penguatan sumber daya manusia
a) Menyediakan/ mengadakan pejabat fungsional keahlian khususnya
peneliti dan perekayasa;
b) Memastikan peneliti dan perekayasa yang sudah tersertifikasi untuk
tidak dimutasi keluar dari perangkat Litbang daerah;
c) Memberikan ruang dan kesempatan yang luas kepada pejabat fungsional
peneliti dan perekayasa pada perangkat Litbang daerah untuk mengikuti
pelatihan dan pendidikan terkait fungsi kelitbangan.
3. Penguatan program dan anggaran
a) Menyediakan alokasi anggaran yang memadai guna optimalisasi
penyelenggaraan tugas dan fungsi perangkat Litbang daerah;
b) Meningkatkan hasil-hasil Kelitbangan dalam mendukung prioritas
daerah dan/atau membantu kepala daerah;
c) Menumbuhkembangkan program dan kegiatan yang inovatif melalui
adopsi, replikasi, dan modifikasi penguatan SIDa.
Peserta Rakor Kelitbangan se-Provinsi Bengkulu Tahun 2017
40
Rapat Koordinasi (Rakor) kelitbangan merupakan agenda rutin
tahunan litbang Provinsi Bengkulu, sejak masih menjadi Organisasi
Perangkat Daerah yang berdiri sendiri maupun setelah bergabung dengan
Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Daerah saat ini.
Pelaksanaan Rakor ini dalam rangka sinkronisasi dan koordinasi
perencanaan dan pelaksanaan program/kegiatan kelitbangan di provinsi
bengkulu. Dimana dasar pelaksanaan kegiatan rakor ini adalah :
1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional
Penelitian, Pengembangan dan Penerapan IPTEK;
2. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 tahun 2016 tentang Pedoman
Penelitian dan Pengembangan di Kementerian Dalam Negeri dan
Pemerintahan Daerah;
4. Surat Menteri Dalam Negeri kepada Gubernur seluruh Indonesia Nomor
070/7004/SJ tanggal 1 Desember 2014 tentang Pedoman Arah Program
Kelitbangan di Lingkungan Kemendagri dan Pemda tahun 2015-2019;
5. Peraturan Gubernur Bengkulu Nomor 68 tahun 2016 tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, serta Tata Kerja
Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi
Bengkulu
6. Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Nomor : 4.03.4.03.01.34.02
kegiatan Koordinasi Bidang Penelitian dan Pengembangan Tahun
Anggaran 2017.
Maksud dan tujuan dari kegiatan Rakor Kelitbangan ini adalah
terlaksananya koordinasi kelitbangan yang intensif, sinergi dan
berkesinambungan antara litbang provinsi dan litbang kabupaten/kota
dalam rangka mendukung program/kegiatan pemerintah daerah melalui
“knowledge based decision”, serta merumuskan arah kebijakan
kelitbangan daerah berbasis riset dan iptek dalam rangka penguatan
kelitbangan daerah.
41
Dengan tema Rakor Kelitbangan tahun 2017 adalah “penguatan
kepasitas organisasi kelitbagan dalam rangka meningkatkan inovasi
daerah”, diharapkan litbang sebagai think thank dalam mengkritisi berbagai
isu strategis/ aktual serta permasalahan yang berkembang, dalam rangka
optimalisasi pemanfaatan potensi daerah serta alternatif solusi berbagai
permasalahan di daerah, serta rekomendasi bagi penyusunan kebijakan-
kebijakan strategis daerah yang terkait dengan upaya percepatan
pembangunan daerah.
Rakor Kelitbangan tahun 2017 dilaksanakan pada hari Rabu, 22
november 2017, bertempat di Hotel Puteri Gading Bengkulu, dibuka
langsung oleh Plt. Kepala Badan Perencanaan, Penelitian dan
Pengembangan Daerah Provinsi Bengkulu (Dra. Hj. Noni Yuliesti, M.M),
dengan peserta berjumlah 100 (seratus) orang yang berasal dari Badan
Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Bengkulu,
Litbang Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu, OPD dilingkup pemerintah
Provinsi Bengkulu, unsur perguruan tinggi, Dewan Riset Daerah Provinsi
Bengkulu, serta pihak media.
Pemaparan Materi kegiatan Rakor Kelitbangan tahun 2017 terdiri
dari:
1. Plt. Kepala Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Daerah
Provinsi Bengkulu, dengan materi : ”Sinkronisasi Kebijakan Kelitbangan
Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota” disampaikan oleh Kabid Penelitian
dan Pengembangan (Harnyoto, S.E);
2. Materi : ”Meningkatkan Eksistensi Litbang dalam Mendukung
Perencanaan Pembangunan Daerah”, disampaikan oleh Dr. Drs. Panji
Suminar, M.A (Universitas Bengkulu);
3. Materi : ”Penguatan Institusi Kelitbangan dan SDM Fungsional Peneliti”,
disampaikan oleh Rahmi Wati, S.E., M.Si (Peneliti Muda/Sekretaris
Dewan Riset Daerah Provinsi Bengkulu);
4. Materi : ”Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa)”, disampaikan oleh Ir.
Zamdial Ta’alidin, M.Si (Universitas Bengkulu).
42
Rakor Kelitbangan ini dilaksanakan juga dalam upaya optimalisasi
peran dan fungsi kelitbangan di daerah, dimana dukungan dari pemerintah
daerah (Provinsi dan Kabupaten/ Kota) serta media dan OPD terkait lainnya
sangat diperlukan dalam menunjang kegiatan Kelitbangan sebagai upaya
akselerasi pembangunan dan pemanfaatan IPTEK, sehingga produk
akhirnya diharapkan dapat meningkatkan daya saing daerah serta
memberikan nilai tambah (Value Added) bagi masyarakat. Penguatan daya
saing ini nantinya akan semakin menentukan position advantage daerah.
Panitia Rakor Kelitbangan se-Provinsi Bengkulu Tahun 2017
Sejalan dengan kemajuan teknologi dan perkembangannya, maka
Provinsi Bengkulu akan kembali mengembangkan dan melakukan
penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) pada tahun 2018 mendatang. SIDa
merupakan suatu keseluruhan proses pengembangan inovasi yang
melibatkan berbagai aktor, yang meliputi lembaga penyedia Litbang
(Innovation Trigger), lembaga penguatan program inovasi dan klaster UMKM.
Fokus dari SIDa bertumpu pada inovasi dan teknologi, keterpaduan antar
lembaga dan pemberdayaan klaster UMKM.
(Rahmi Wati/Peneliti Muda/Bidang Litbang)
43
FOCUS GROUP DISCUCCION (FGD) DENGAN TEMA "PEMANTAPAN DAN
SINGKRONISASI BIDANG LITBANG MENUJU RAKOR LITBANG SE-
PROVINSI BENGKULU
Dalam rangka pemantapan dan sinkronisasi persiapan Rakor Litbang
se-Provinsi Bengkulu pada 22 November 2017 mendatang, Badan
Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappeda) Provinsi
Bengkulu menggelar Focus Group Discussion (FGD), Selasa 24 Oktober
2017 di ruang rapat Bappeda.
Kabid Litbang Bappeda Provinsi Bengkulu Harnyoto mengingatkan
kepanitiaan kegiatan ini untuk bekerja dengan serius guna mempersiapkan
dan menyukseskan Rakor Litbang, meski dengan berbagai keterbatasan.
“Ini kegiatan pertama di Bidang Litbang, jadi kita harus serius karena ini
pekerjaan besar bukan kecil, kita juga sama-sama tahu keadaan Bappeda
pada saat ini, oleh karena itu dengan segala keterbatasan ini mari kita
bersama-sama bekerja keras untuk mencari jalan keluarnya bersama-sama
dan kita sukseskan kegiatan ini,” kata Harnyoto.
Selain itu juga ditegaskan kepada setiap anggota kepanitian untuk
benar-benar mempersiapkan kegiatan ini dari yang terkecil, sehingga acara
tersebut bisa berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
44
“Mari kita perlihatkan perjuangan kita di tengah kekurangan ini,
dengan anggaran yang seadanya ini mari kita semua bekerja keras dengan
mempersiapkan segala sesuatunya mulai dari undangan, pematerinya
kemudian gedungnya dan segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan
harus kita persiapkan dengan sebaik mungkin, karena Litbang Bengkulu
ini pernah menjadi contoh Nasional jadi mari kita berjuang untuk itu
kembali," tutur Harnyoto.
Bappeda Provinsi Bengkulu juga mempersiapkan Memorandum of
Understanding (MoU) antara Litbang provinsi dan daerah. Hal ini
disesuaikan dengan surat edaran Kemendagri RI tentang harus adanya
Memorandum of Understanding (MoU) antara Litbang provinsi dan daerah.
“Pada acara nanti bisa kita adakan MoU yang ditandatangani oleh setiap
Litbang-Litbang yang ada di kabupaten, untuk nantinya menyampaikan
hasil tersebut kepada Bappeda daerah atau langsung kepada bupati,
kemudian hasil dari ini nanti bisa kita serahkan dengan Plt Gubernur
untuk disampaikan kepada Kemendagri,” demikian Harnyoto.
Peserta Focus Group Discussion (FGD)
45
SOSIALISASI JABATAN FUNGSIONAL PERENCANA (JFP) DAN
PENGUKUHAN ASOSIASI PERENCANA PEMERINTAH INDONESIA (AP2I)
PROVINSI BENGKULU TAHUN 2017
Plt Kepala Bappeda yang diwakili oleh Kabid Perencanaan, Pengendalian dan
Evaluasi Pembangunan Daerah ( Wilysa Mardani, MM), bersama Plt. Sekretaris
Daerah Provinsi Bengkulu (Gotri Suyanto,SE, M.Soc, Sc), Narasumber dari
Bappenas (Hary), Narasumber dari AP2I Pusat (Ali Sahbana, SH)
Keputusan Menteri Pendayagunaan Apartur Negara (MenPAN) Nomor:
16/KEP/M.PAN/3/2001 tentang Jabatan Fungsional Perencana dan Angka
Kreditnya dilandasi dua pertimbangan, pertama adalah untuk
meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber daya manusia pada
aparatur negara yang bertugas melakukan kegiatan perencanaan
pembangunan diperlukan adanya aparatir sipil negara (ASN) yang
ditugaskan secara penuh sebagai Perencana. Kedua untuk menjamin
pembinaan karier, kepangkatan/jabatan dan profesi di bidang perencanaan
pembangunan.
Berdasarkan hal tersebut, maka pada hari Senin Tanggal 11
Desember 2017 diselenggarakan acara sosialisasi Jabatan Fungsional
Perencana di lingkungan Pemerintah Provinsi Bengkulu sekaligus
pengukuhan pengurus Asosiasi Perencana Pemerintah Indonesia (AP2I)
Provinsi Bengkulu, bertempat di Gedung Pola Pemerintah Provinsi
46
Bengkulu. Pembukaan acara dilakukan oleh Plt. Sekretaris Daerah Provinsi
Bengkulu, serta Pengukuhan AP2I Provinsi Bengkulu dilakukan langsung
oleh pengurus pusat AP2I. Peserta acara berasal dari SDM fungsional
dilingkup Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Daerah
Provinsi Bengkulu, Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu, OPD dilingkup
Pemerintah Provinsi Bengkulu.
Sehubungan dengan KepMenPAN tersebut, beberapa hal secara
konsep yang perlu dipahami khususnya oleh pejabat fungsional perencana
adalah :
5. Perencana, adalah Aparatur Sipil Negara yang diberi tugas, tanggung
jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang
untuk melaksanakan kegiatan perencanaan pada unit perencanaan
tertentu;
6. Perencanaan, adalah kegiatan-kegiaatn pengambilan keputusan dari
sejumlah pilihan mengenai sasaran dan cara-cara yang akan
dilaksanakan di masa depan guna mencapai tujuan yang diinginkan,
serta pemantauan dan penilaian atas perkembangan hasil
pelaksanaannya, yang dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan;
7. Rencana, adalah produk kegiatan perencanaan berupa rencana
kebijaksanaan, rencana program dan rencana proyek baik lingkup
makro, sektor ataupun daerah;
8. Kegiatan perencanaan, adalah suatu proses yang dilakukan secara
teratur, sistematis, berdasarkan pengetahuan, metode ataupun
teknik tertentu yang menghasilkan rencana kebijaksanaan, rencana
program dan rencana proyek serta pemantauan dan penilaian atas
perkembangan hasil pelaksanaan;
9. Angka Kredit, adalah suatu angka yang diberikan berdasarkan atas
prestasi yang telah dicapai oleh seorang perencana dalam
mengerjakan butir kegiatan yang digunakan sebagai salah satu syarat
untuk pengangkatan dan kenaikan pangkat dalam jabatan fungsional
perencana;
47
10. Instansi Pembina jabatan fungsional perencana, adalah Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional yang selanjutnya disebut
Bappenas.
Pemaparan Materi kegiatan Sosialisasi JFP dan Pengukuhan AP2I
tahun 2017 terdiri dari :
5. Pengurus Nasional Asosiasi Perencana Pemerintah Indonesia (AP2I),
dengan materi : ”Peran Asosiasi Perencana Pemerintah Indonesia (AP2I)
dalam meningkatkan kualitas perencanaan pembangunan Nasional dan
Daerah”
disampaikan oleh Ali Sahbana, SH
6. Fungsional Perencana Madya Bappenas Materi : ”Program
Pengembangan Jabatan Fungsional Perencana (JFP) dan Diklat
Perencanaan disampaikan oleh Drs. Hari Nasiri Mochtar, M.Kom
7. Kabid Pembinaan Pendidikan dan Pelatihan Perencana Pusbindiklatrens
Bappenas Materi : ”Penilaian Angka Kredit Jabatan Fungsional
Perencana”, disampaikan oleh Rita Miranda, S.Sos, MPA
Peserta Sosialisasi JPF Provinsi Bengkulu
48
Sosialisasi ini dilaksanakan sesuai dengan UU ASN diharapkan
semua ASN dapat menjabat sebagai Fungsional dan juga dalam upaya
untuk optimalisasi peran dan fungsi Fungsional Perencana di Pemerintah
provinsi Bengkulu
Peran Fungsional Perencana
Sebagai pelaksana perencanaan teknokratis sebagai think tank dan
merumuskan rekomendasi strategi, kebijakan, dan program serta
melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan. Perencana juga
dituntut harus memiliki :
1. Integritas
2. Berpikir Strategis
3. Berorientasi Kualitas Perencanaan
4. Kemampuan untuk membangun jejaring kerja
Peserta Sosialisasi JFP Provinsi Bengkulu
49
Regulasi yang mengatur JFP, antara lain :
1. KEPMENPAN No : 16/Kep/M.PAN/3/2001 tentang Jabatan
Fungsional Perencana dan Angka Kreditnya;
2. SKB Kepala Bappenas dan Kepala BKN No :
KEP.1106/Ka/08/2001 dan 34A Tahun 2001 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Jabatan Fungsional Perencana dan Angka Kreditnya;
3. KEPMENPPN/Kepala Bappenas No : KEP.019/M.PPN/12/2001
tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penyesuaian/Inpassing ke
dalam Jabatan dan Angka Kredit Perencana;
4. KEPMENPPN/Kepala Bappenas No :
KEP.020/M.PPN/12/2001tentang Pedoman Penentuan Formasi
Perencana;
5. KEPMENPPN/Kepala Bappenas No : KEP.234/M.PPN/04/2002
tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengangkatan, Kenaikan
Pangkat/Jabatan, Pembebasan Sementara, Pengangkatan Kembali
dan Pemberhentian dalam dan dari Jabatan Fungsional
Perencana;
6. KEPMENPPN/Kepala Bappenas No : KEP.235/M.PPN/04/2002
tentang Petunjuk Teknis Penilaian Angka Kredit Perencana;
7. KEPMENPPN/Kepala Bappenas No : KEP.266/M.PPN/04/2002
tentang Tata Kerja dan Organisasi Tim Penilai Angka Kredit
Jabatan Fungsional Perencana;
8. KEPMENPPN/Kepala Bappenas No : KEP.011/M.PPN/02/2003
tentang Akreditasi dan Alih Kredit Program Diklat Substantif
Perencana;
9. KEPMENPPN/Kepala Bappenas No : KEP.012/M.PPN/02/2003
tentang Pedoman Kualifikasi Pendidikan untuk Jabatan
Fungsional Perencana;
10. KEPPRES No : 41 Tahun 2003 tanggal 10 Juni 2003 tentang
Tunjangan Jabatan Fungsional Perencana;
11. KEP. Kepala BKN No. 32 Tahun 2003 tanggal 14 Agustus 2003
tentang Tata Cara Permintaan, Pemberian, dan Penghentian
Tunjangan Jabatan Fungsional Perencana;
50
12. SE DJA Depkeu No. SE-188/A/2003 tentang Pembayaran
Tunjangan Jabatan Fungsional Perencana;
13. KEPMENPPN/Kepala Bappenas No. KEP.013/M.PPN/02/2003
tentang Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Fungsional
Penjenjangan Perencana;
14. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
No.PER/60/M.PAN/6/2005 tentang Perubahan atas ketentuan
Lampiran I dan atau Lampiran II Keputusan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara Tentang Jabatan Fungsional dan
angka kreditnya;
15. SE DJP Depkeu No. SE-67/PB/2007 Tentang Tunjangan Jabatan
Fungsional Perencana;
16. Peraturan Kepala BKN No.28 Tahun 2005 tentang Ketentuan
Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
No.PER/60/M.PAN/6/2005 tentang Perubahan atas ketentuan
Lampiran I dan atau Lampiran II Keputusan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara Tentang Jabatan Fungsional dan
angka kreditnya;
17. SE DJA No : SE-74/PB/2006 tentang Tunjangan Jabatan
Fungsional Perencana;
18. PERPRES RI No : 38 Tahun 2006 tentang Jabatan Fungsional
Perencana;
19. Permen PPN/Kepala Bappenas No.PER 006/M.PPN/09/2006
tentang perubahan atas Kepmen PPN/Ka Bappenas No.
KEP.013/M.PPN/02/2003 tentang Penyelenggaraan Diklat
Fungsional Penjenjangan Perencana;
20. Perpres No : 44/2007 tentang Tunjangan Jabatan Fungsional
Perencana;
21. Peraturan Presiden RI No. 17 Tahun 2009 tentang Perpanjangan
Batas Usia Pensiun bagi PNS yang Menduduki JFP;
22. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2016 tentang
51
Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan Fungsional
Melalui Penyesuaian/Inpassing; dan
23. Surat Menteri Sekretaris Negara Nomor : B-937, 19 Oktober 2016
tentang Tata Cara Pengusulan, berlaku 1 Januari 2017.
Narasumber, Peserta dan Panitia Acara Sosialisasi JFP dan
Pengukuhan Pengurus AP2I Bengkulu Tahun 2017
Asosiasi Perencana Pemerintah Indonesia (AP2I)
Asosiasi Perencana Pemerintah Indonesia (AP2I) berdiri pada tanggal
5 Desember 2005, dan dikukuhkan pada tanggal 17 Juni 2007. AP2I
bersifat mandiri bukan organisasi pemerintah, tujuan AP2I adalah :
1. Meningkatkan kemampuan dan profesionalitas dan produktivitas
perencana
2. Meningkatkan kapasitas dan produktivitas instansi/unit perencana
3. Menerapkan kode etik perencana
4. Mengembangkan jejaring kerjasama antar anggota AP2I
AP2I sebagai wadah untuk meningkatkan kemampuan, profesinalitas
dan produktivitas serta sebagai media informasi dan publikasi perencana
dan publik yang memanfaatkan.
52
Pengukuhan Asosiasi Perencana Pemerintah Indonesia (AP2I) Provinsi
Bengkulu
Peran Organisasi Profesi Jabatan Fungsional dari perspektif
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 :
1. Setiap JF yang telah ditetapkan WAJIB memiliki 1 (satu)
organisasi profesi Jabatan Fungsional dalam jangka waktu paling
lama 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal penetapan jabatan
fungsional;
2. Setiap pejabat fungsional WAJIB menjadi anggota organisasi
profesi Jabatan Fungsional;
3. Pembentukan organisasi profesi Jabatan Fungsional
difasilitasi instansi pembina;
4. Organisasi profesi Jabatan Fungsional WAJIB menyusun kode etik
dan kode perilaku profesi, ditetapkan oleh organisasi profesi setelah
disetujui oleh Instansi Pembina;
5. Organisasi profesi Jabatan Fungsional mempunyai tugas: menyusun
kode etik dan kode perilaku profesi, memberikan advokasi, dan
53
memeriksa dan memberikan rekomendasi atas pelanggaran kode
etik dan kode perilaku profesi,
6. Instansi pembina menyusun Permen tentang syarat dan tata cara
pembentukan organisasi profesi Jabatan Fungsional dan
hubungan kerja instansi pembina dengan organisasi profesi
Jabatan Fungsional
7. Pasal 131 PP 11/2017 disebutkan bahwa pengisian Jabatan
Pimpinan Tinggi yang lowong melalui mutasi dari JPT (Jabatan
Pimpinan Tinggi) satu ke JPT lainnya dapat dilakukan melalui uji
kompetensi atau harus memenuhi standar kompetensi teknis yang
dibuktikan melalui sertifikasi teknis dari organisasi profesi
* (Vera Isabella/Perencana Muda)
54
RAPAT KOORDINASI PENILAIAN ANGKA KREDIT JABATAN
FUNGSIONAL PENELITI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM
NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH
Penelitian adalah suatu kegiatan penyelidikan yang dilakukan
menurut metode ilmiah yang sistematik untuk menemukan informasi
ilmiah dan atau teknologi yang baru, membuktikan kebenaran atau
ketidakbenaran hipotesa sehingga dapat dirumuskan teori dan atau proses
gejala alam atau proses-proses untuk tujuan-tujuan praktis. Peneliti adalah
pegawai negeri sipil yang telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan,
diangkat oleh pejabat yang berwenang dalam suatu tingkatan jabatan
peneliti, serta ditugaskan pada suatu satuan organisasi penelitian dan
pengembangan dengan tugas pokok melakukan penelitian dan
pengembangan. Jabatan fungsional peneliti merupakan jabatan karir
pegawai negeri sipil yang memungkinkan untuk mencapai jenjang
pangkat/golongan hingga Pembina utama (IV/e) sesuai dengan jabatan
yang didudukinya serta angka kredit yang dimiliki.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) selaku instansi Pembina
jabatan fungsional peneliti bersama Kementerian Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Badan Kepegawaian Negara duduk bersama dalam melahirkan
Keputusan MenPAN Nomor : KEP/128/M.PAN/9/2004 tentang Jabatan
fungsional peneliti dan angka kreditnya. Dalam pelaksanaan keputusan
tersebut, maka diterbitkan keputusan bersama Kepala LIPI dan Kepala BKN
Nomor : 3719/D/2004 dan Nomor : 60 Tahun 2004 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Jabatan Fungsional Peneliti dan Angka Kreditnya.
Rapat Koordinasi Penilaian Angka Kredit Jabatan Fungsional Peneliti
di lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah
diselenggarakan oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
(BPSDM) Kementerian Dalam Negeri pada hari senin s.d selasa, tanggal 11
55
s.d 13 Desember 2017 bertempat di BPSDM Kemendagri, Kalibata - Jakarta
Selatan. Rapat Koordinasi (Rakor) bertujuan memberikan pemahaman
tentang regulasi serta mekanisme penilaian dan penetapan angka kredit
bagi jabatan fungsional peneliti yang berbasis sasaran kerja pegawai di
lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah.
Materi Rakor disampaikan oleh narasumber dari Pusat Pembinaan,
Pendidikan dan Pelatihan Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(Pusbindiklat Peneliti LIPI), Badan Kepegawaian Negara, Badan Penelitian
dan Pengembangan Kementerian Dalam Negeri, serta Badan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Kementerian Dalam Negeri.
1. Materi “Mekanisme pengajuan dan penilaian angka kredit jabatan
fungsional peneliti” disampaikan oleh Narasumber dari BPSDM
Kementerian Dalam Negeri;
2. Materi “Implementasi Peraturan Kepala LIPI Nomor 5 Tahun 2017
tentang Inpassing Jabatan fungsional peneliti” disampaikan oleh
Narasumber dari Pusbindiklat LIPI;
3. Materi “Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2016
tentang Manajemen PNS terkait jabatan fungsional peneliti”
disampaikan oleh Narasumber dari Badan Kepegawaian Negara;
4. Materi “Mekanisme dan Tata Cara pengisian aplikasi e-peneliti”
disampaikan oleh Narasumber dari Badan Penelitian dan
Pengembangan Kementerian Dalam Negeri.
Peserta Rakor sangat terbatas, dengan kuota hanya 30 orang berasal
dari Peneliti Kementerian Dalam Negeri dan Peneliti dari daerah (Provinsi
Bengkulu, Provinsi Papua, Provinsi Banten, Provinsi Jawa Barat,
Kalimantan Tengah, Jambi, Sumatera Selatan, Jawa Timur, Nusa Tenggara
Timur, Sulawesi Tengah, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi D.I Yogyakarta,
Kabupaten Jayapura, Kota Palangka Raya, Kota Serang, Kota Bandung).
56
Peserta Rakor Peneliti di BPSDM Kementerian Dalam Negeri
Implementasi Peraturan Kepala LIPI Nomor 5 Tahun 2017 tentang
Inpassing Jabatan Fungsional Peneliti merupakan tindaklanjut dari
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan RB Nomor 26
Tahun 2016, dimana sasaran inpassing adalah :
a) Pejabat Fungsional Peneliti
- Penyesuaian kenaikan pangkat/golongan setingkat lebih tinggi dari
Jaatan Fungsional Peneliti (JFP) selama tidak ada kenaikan jenjang
JFP;
- Penyesuaian dengan kenaikan jenjang JFP;
- Pengangkatan kembali JFP yang dibebaskan sementara karena tidak
dapat mengumpulkan angka kredit
b) Pejabat Non Fungsional
- Pimpinan Tinggi, Administrator, Pengawas dan Pelaksana
57
Persyaratan Inpassing Jabatan Fungsional Peneliti adalah Uji
Kompetensi (Portofolio, presentasi dan wawancara) yang diselenggarakan
oleh instansi Pembina (LIPI), dimana LIPI membentuk tim asesor yang
bertugas melakukan penilaian kelayakan dan kesesuaian portofolio
kandidat melalui presentasi dan wawancara tatap muka. Pengangkatan
dalam JFP oleh Instansi pengusul (bagi yang lulus uji kompetensi)
ditetapkan paling lambat tiga bulan sejak tanggal dikeluarkannya surat
rekomendasi dari LIPI, serta PNS yang tidak lulus uji kompetensi tidak
dapat mengajukan kembali inpassing dalam JFP.
Mekanisme pengajuan dan penilaian angka kredit jabatan fungsional
peneliti jika sebelumnya menggunakan aplikasi peneliti online, saat ini
wajib menggunakan aplikasi e-peneliti dimana seluruh berkas yang
dikirimkan ke TP2I (Kementerian Dalam Negeri) untuk diteruskan ke TP3
(LIPI) dalam bentuk file PDF. Tim penilai angka kredit untuk jabatan
fungsional peneliti adalah Kemendagri dan LIPI, belum ada tim penilai di
daerah (Bengkulu) karena persyaratan untuk membentuk tim penilai
daerah belum terpenuhi, sehingga seluruh peneliti di Provinsi Bengkulu
harus mengirimkan pengajuan penilaian angka kredit ke LIPI, serta
Penetapan Angka Kredit (PAK) peneliti yang resmi dikeluarkan oleh LIPI
(bukan dari daerah atau instansi/unit kerja peneliti). PAK yang dikeluarkan
oleh LIPI dapat digunakan untuk kenaikan pangkat dan jabatan fungsional
peneliti yang bersangkutan.
(Rahmi Wati/Peneliti Muda/Bidang Litbang)
58
AUDIENSI PENGEMBANGAN KAWASAN KAMPUNG NELAYAN
SEJAHTERA (KKNS) PROVINSI BENGKULU
Penyampaian Materai oleh Asisten II Setda Provinsi Bengkulu Bapak Ari Narsa
Program Pengembangan Kawasan Kampung Nelayan Sejahtera
(KKNS) adalah untuk mencari solusi yang dapat menjawab isu-
permasalahan masyarakat oceanis-agraris (nelayan, petani dan peternak)
khususnya yang hidup di sepanjang wilayah pesisir. Ada 7 (tujuh) isu-
permasalahan diseputaran kawasan pesisir yaitu :
(1) Penyumbang angka kemiskinan terbesar,
(2) Pemukiman yang kumuh,
(3) Tingkat kesejahteraan yang rendah,
(4) Tingkat kualitas SDM yang rendah,
(5) Sumber penghidupan yang “terbatas”,
(6) Rentan terhadap bencana, dan
(7) Ketergantungan yang besar pada iklim.
Pengembangan Kawasan Kampung Nelayan Sejahtera (KKNS) di
Provinsi Bengkulu Tahun 2017-2021”. Program KKNS ini boleh dikatakan
sebagai paradigma baru dalam upaya pembangunan dan pengembangan
59
wilayah pesisir (The New Paradigm for Coastal Zone Development),
khususnya di Provinsi Bengkulu, karena Program KKNS ini akan
dilaksanakan dengan pendekatan berbasis Agro-Maritim. Program
pengembangan kawasan kampung nelayan sejahtera ini merupakan bagian
dari pembangunan kemaritiman yang berbasiskan agro-maritim, yakni
perpaduan antara aktivitas perikanan tangkap dan budidaya dengan
aktivitas dibidang pertanian dalam arti luas yang berada dalam sebuah
kawasan.
Capaian akhir dari Program KKNS ini nantinya adalah sebagai
berikut :
1) Pengentasan kemiskinan masyarakat di wilayah pesisir-pantai
2) Peningkatan kesejahteraan melalui peretasan ketertinggalan kawasan
kampung nelayan di pesisir-pantai dengan kondisi akhir yang
diinginkan 100 % sanitasi, 100 % tersedia air minum, 100 % jalan
lingkungan, 100 % ber listrik, dan 0 % kumuh
3) Penguatan kelembagaan masyarakat
4) Peningkatan kualitas SDM di wilayah pesisir-pantai (transfer IPTEK)-
keterampilan masyarakat nelayan
5) Membuka lapangan pekerjaan baru
6) Menciptakan sumber pertumbuhan ekonomi masyarakat setempat
dan daerah
7) Meningkatkan daya saing masyarakat di wilayah pesisir
Pengembangan kawasan kampung nelayan sejahteran ini dilakukan
melalui tiga arah kebijakan:
1) Pemenuhan infrastruktur dasar; dibidang pendidikan (sarana
pembelajaran dari SD, SMP dan atau SMA kumum dan kejuruan),
kesehatan (Pos Yandu, Polindes, Puskesmas), dan perekonomian
(pasar desa), fasum dan fasos lainnya
2) Peningkatan kuantitas dan kualitas infrastruktur strategis kawasan
nelayan seperti kelistrikan, industri pengolahan produk ikan tangkap
dan budidaya, dan sarana serta prasarana lainnya.
60
3) Pemberdayaan masyarakat: nelayan, perempuan nelayan, anak dan
remaja.
Untuk mencapai tujuan program pengembangan kawasan kampung
nelayan sejahtera tersebut, 7 upaya yaitu :
1) Mendorong peningkatan kuantitas: penyediaan bibit, benih, pakan,
teknologi tepat guna, sarana dan prasarana, permodalan, dan
kelembagaan lokal;
2) Mendorong peningkatan kualitas: penerapan teknologi, peningkatan
keterampilan, jaringan pemasaran, ketercukupan aspek permodalan,
dan pengembangan kelembagaan lokal yang menunjang pencapaian
tujuan pemberdayaan;
3) Intensifikasi dan revitalisasi produk unggulan agro-maritim, baik
dalam aspek produksi maupun pasca-produksi; (termasuk
intensifikasi pemanfaatan lahan)
4) Ekstensifikasi : produk unggulan agro maritim yang berorientasi
pasar;
5) Optimalisasi; lahan, produk-produk perikanan dan pertanian
6) Rehabilitasi; jika ada kasus degradasi sumberdaya alam
7) Hilirisasi dan industri kemaritiman: dermaga, galangan kapal,
pelabuhan, cold storage, dan pengalengan produk ikan tangkap dan
budidaya.
Lokasi Tujuh Kawasan Kampung Nelayan Sejahtera (KKNS) Di
Provinsi Bengkulu Berdasarkan SK Gubernur Bengkulu Nomor : V.
463.XXVII Tanggal 30 September 2016, telah ditetapkan 7 Lokasi Kawasan
Yaitu :
61
No Lokasi Kab/kota Ket
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Desa Pasar Bantal
Desa Serangai
Desa Pondok Kelapa
Kelurahan Sumber Jaya
Desa Penago I
Desa Pasar Pino
Desa Pasar Lama
Mukomuko
Bengkulu Utara
Bengkulu Tengah
Kota Bengkulu
Seluma
Bengkulu Selatan
Kaur
Harapan Pemerintah Provinsi Bengkulu
Pemerintah Provinsi Bengkulu mengharapkan dukungan program
anggaran dari Pemerintah Pusat untuk kesuksesan Program KKNS
ini.
Program KKNS ini juga merupakan bukti nyata dari Pemerintah
Provinsi Bengkulu dalam mendukung Program Pemerintah Pusat
khususnya dibidang kemaritiman dan pengentasan kemiskinan.
Perbandingan Tingkat Kemiskinan Prov. Bengkulu Maret Tahun
2017
1. Data BPS menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan di Provinsi
Bengkulu jika dibandingkan dengan provinsi lain masih berada
dibawah rata-rata nasional yang mencapai 10,64%.
2. Angka Kemiskinan sebesar 16.45%, menggeser peringkat Prov.
Bengkulu dari posisi tertinggi menjadi posisi kedua tertinggi di P.
Sumatera setelah Prov. Aceh.
3. Bila melihat angka secara Year on Year (YoY), maka angka
kemiskinan Provinsi Bengkulu menurun sebanyak 0,87% dari Maret
62
2016. Penurunan angka kemiskinan ini diikuti oleh penurunan
Indeks Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan;
Penyebab kemiskinan di Provinsi Bengkulu
• Investasi di provinsi bengkulu merupakan yang terendah di sumatera
hal ini disebabkan oleh kurang memadainya infrastruktur (jalan,
pelabuhan udara, pelabuhan laut dan kelistrikan) dan kurang
optimalnya promosi investasi.
• Rendahnya produktivitas terutama di sektor pertanian dan kelautan
perikanan yang merupakan mata pencaharian utama masyarakat
provinsi bengkulu.
• Banyaknya desa tertinggal di provinsi bengkulu yang mencapai 344
desa atau 25,65% dari 1.341 desa yang ada di provinsi bengkulu.
• Banyaknya desa yang belum memiliki sarana pendidikan, kesehatan,
infrastruktur jalan dan perekonomian (pasar) secara memadai.
• Rendahnya produktivitas dan daya saing tenaga kerja yang salah
satunya disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan tenaga kerja
yaitu 62% berpendidikan sltp ke bawah.
• Belum berkembangnya industri hilir padat karya berbasis potensi
unggulan daerah
• Rendahnya kualitas sumber daya aparatur sehingga program
kegiatan yang dirancang kurang menyentuh persoalan dasar
pemberantasan kemiskinan
Kondisi IPM Provinsi Bengkulu
1. Pembangunan manusia di Provinsi Bengkulu terus mengalami
kemajuan yang ditandai dengan meningkatnya Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) Provinsi Bengkulu, IPM Provinsi Bengkulu mencapai
69,33. Angka ini meningkat sebesar 0,74 poin dibandingkan dengan
tahun 2015 sebesar 68,59 atau dengan laju percepatan 1,08 persen.
2. Status pembangunan manusia di Provinsi Bengkulu masuk dalam
kategori “sedang”, dimana komponen pembentuk IPM juga mengalami
peningkatan.
63
3. Pada Tahun 2016, IPM Prov. Bengkulu menempati posisi 18 tertinggi
se-Indonesia.
Perkembangan IPM Kab/Kota di Provinsi Bengkulu
1. Pada tahun 2016, pencapaian pembangunan manusia di tingkat
kabupaten/kota cukup bervariasi. IPM pada level Kabupaten/Kota di
Provinsi Bengkulu berkisar antara 64,04 (Seluma) hingga 77,94 (Kota
Bengkulu).
2. Peningkatan IPM di tingkat provinsi Bengkulu juga tercermin pada
level kabupaten/kota. Selama periode 2015 hingga 2016, seluruh
kabupaten/kota mengalami peningkatan IPM.
3. Pembangunan manusia di kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu pada
tahun 2016 berada pada status “sedang”. Dari 10 kab/kot, hanya
pembangunan manusia di Kota Bengkulu yang berada pada status
“tinggi”, sedangkan 9 kab lain berada pada status “sedang”.
Pertumbuhan Ekonomi Prov. Bengkulu
• Secara umum, kinerja perekonomian Provinsi Bengkulu pada tahun
2016 cukup baik dengan laju pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota
diatas 5 persen, kecuali Kota Bengkulu yang mampu tumbuh diatas 6
persen.
• Tiga Kabupaten/Kota yang memberikan kontribusi terbesar (lebih
dari 55 persen) yaitu Kota Bengkulu, Kabupaten Rejang Lebong dan
Kabupaten Bengkulu Utara juga mampu tumbuh diatas 5 persen.
• Dalam RPJMN 2015-2019, masih terdapat satu kabupaten yang
dikategorikan sebagai Kabupaten Tertinggal yaitu Kabupaten Seluma.
Jumlah penduduk yang masih sedikit dan belum berkembangnya
potensi daerah perlu menjadi perhatian dalam pengembangan
Kabupaten Seluma sehingga diharapkan pada akhir tahun 2019
dapat terentaskan sebagai Kabupaten Tertinggal.
64
PERETASAN 344 DESA TERTINGGAL SE PROVINSI BENGKULU
Jumlah desa/kec yang belum memiliki sarana pendidikan,
kesehatan, jalan, pasar dan listrik
Program prioritas
1. Pembangunan 145 sd di desa tertinggal,13 sltp dan 19 sma di
kecamatan
2. Pembangunan 150 unit poskedes di desa tertinggal, 9 puskesmas di
kecamatan
3. Pembangunan jalan hotmix kab di 228 desa tertinggal dan jalan
hotmix prov di 56 desa tertinggal
4. Pembangunan dan pengembangan 420 bumdes
5. Pengentasan listrik perdesaan di 57 desa
6. Peningkatan infrastruktur dasar : 100% akses air bersih, 100% akses
sanitasi dan 0% permukiman kumuh
PENANGGULANGAN KEMISKINAN
Program prioritas
1. Peningkatan infrastruktur dasar : 100 akses air bersih, 100% akses
sanitasi dan 0% permukiman kumuh
2. Pembangunan/rehabilitasi 166 km jalan usaha tani dan 240 km
jalan sentra produksi
3. Pembangunan 45 km jaringan irigasi usaha tani dan 85% kondisi
baik/sedang jaringan irigasi
4. Pertanian meliputi : cetak sawah baru 3600 ha, pembangunan 75
desa mandiri benih, 50 desa mandiri pangan, pengadaan 1083 unit
mesin pertanian
5. Peternakan : pengadaan dan penyebaran 2570 ekor ternak sapi,
1040 ekor sapi perah, 1875 ekor kambing, 5000 ekor unggas,
pembangunan 15 sentra peternakan rakyat
65
6. Perkebunan : penyediaan bibit unggul tanaman perkebunan : aren
40.000 batang, pala 40.000 batang, kelapa kopyor 25.000 batang,
kelapa pandan wangi 12.500 batang;
7. Kelautan perikanan : pengadaan kapal penangkapan ikan > 10 gt 28
unit, pengadaan alat bantu penangkapan ikan (gps, fish finder) 85
unit, pengadaan peralatan penangkapan ikan 6300 unit, pengadaan
bibit ikan air tawar 2 juta ekor
8. Umkm : bantuan sarana dan prasarana bagi 300 ikm, peningkatan
sarana dan prasarana bagi100 ikm unggulan di sentra industri,
pelatihan, bimbingan teknis dan pendampingan tentang
perkoperasian, peridustrian dan perdagangan untuk 3000
koperindag, revitalisasi 19 pasar tradisional , revitalisasi 300
koperasi
9. Sosial : pemberdayaan fakir miskin melalui kelompok usaha
bersama sebanyak 175 kube, pelatihan keterampilan dan praktek
belajar kerja bagi 600 anak putus sekolah, pendidikan dan
pelatihan keterampilan bagi 4.886 pencari kerja , penciptaan 250
wirausahawan baru
PENGUATAN KOMODITAS UNGGULAN AGRO-MARITIM DAN
HILIRISASI PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR STRATEGIS DAN
INDUSTRIALISASI
Program prioritas
1. Pengembangan 7 sentra industri unggulan
2. Pengembangan 4 kawasan wisata bahari (pantai panjang-pulau
tikus, pulau enggano, pantai laguna, pantai pasar bawah)
3. Pembangunan 2 pelabuhan perikanan nusantara (kota dan enggano)
dan 3 pelabuhan perikanan samudera (linau, bantal)
4. Pembangunan industri galangan kapal nelayan
5. Pembangunan industri packaging beras
6. Pembangunan kawasan wisata edutaintment taman pintar
7. Pembangunan pltpb hulu lais dan pltu pulai baai
66
8. Pengembangan pelabuhan pulau baai menjadi pelabuhan nasional
9. Pengembangan 3 pelabuhan pengumpan (enggano, linau dan bantal)
10. Pengembangan bandara fatmawati menjadi bandara internasional
11. Pengembangan bandara perintis mukomuko dan enggano
12. Pengembangan jalur kereta api muara enim-pulai baai
13. Pembangunan feeder road bengkulu-curup-lubuk linggau; manna-
tanjung sakti, tanjung iman-muara sahung-batas sumsel serta 7
ruas jalan lainnya yang menghubungkan bengkulu ke musi rawas,
muratara, jambi.
14. Wilayah pengembangan strategis (wps) sibolga-padang-bengkulu
sebagai jalur perdagangan laut di pesisir barat sumatera
15. Pengembangan ksp lambai taritam, pulai baai-enggano-linau
16. Pembangunan science marine techno park
17. Pembangunan smk berbasis potensi unggulan (maritim, agropolitan,
perkbunan, pariwisata)
67
JKN MERUPAKAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL ATAU JAMINAN
KESAKITAN NASIONAL?
Oleh : NURMUYASAROH, SE, MM
Kesehatan adalah hak dasar setiap orang dan semua warga negara
berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. UUD 1945 mengamanatkan
bahwa jaminan kesehatan bagi masyarakat, khususnya yang miskin dan
tidak mampu, adalah tanggung jawab pemerintah pusat dan daerah. Pada
UUD 1945 Perubahan, Pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa negara
mengembangkan Sistem Jaminan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pemerintah menjalankan UUD 1945 tersebut dengan mengeluarkan
UU No 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
untuk memberikan jaminan sosial menyeluruh bagi setiap orang dalam
rangka memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak menuju terwujudnya
masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan makmur. Dalam UU No 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan juga ditegaskan bahwa setiap orang
mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di
bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman,
bermutu, dan terjangkau.
Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermatabat.
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan
mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory)
berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN dengan
tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang
layak yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau
iurannya dibayar oleh Pemerintah.
68
Seiring dengan dimulainya JKN per 1 Januari 2014, semua program
jaminan kesehatan yang telah dilaksanakan pemerintah tersebut (Askes
PNS, JPK Jamsostek, TNI, Polri, dan Jamkesmas), diintegrasikan ke dalam
satu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan).
Sama halnya dengan program Jamkesmas, pemerintah bertanggungjawab
untuk membayarkan iuran JKN bagi fakir miskin dan orang yang tidak
mampu yang terdaftar sebagai peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI).
Permasalahan yang kita hadapi sekarang BPJS hanya memfasilitasi
pengobatan bagi orang sakit, entah belum terfikirkan apa memang di
abaikan BPJS belum mengalokasikan dananya untuk perbaikan kwalitas
kesehatan peserta.
Kenapa mesti menunggu terkapar dan kesakitan baru kita obati ?
Kenapa tidak ada deteksi dini penyakit yang kemungkinan di derita oleh
peserta ?
MENCEGAH LEBIH BAIK DARI MENGOBATI !
69
RAPAT KOORDINASI RENCANA AKSI DAERAH PENGEMBANGAN
EKONOMI KEMARITIMAN PROVINSI BENGKULU
Oleh : Ria Puspita, SP, M.Si
Salah satu agenda prioritas pembangunan wilayah oleh presiden
melalui konsep nawacita adalah pembangunan kemaritiman. Pembangunan
kemaritiman tidak diposisikan sebagai sektor pinggiran (peripheral sector)
tetapi dipandang sebagai motor penggerak perekonomian nasional sekaligus
menjadi sumber kemajuan dan kemakmuran masyarakat. Fakta
menujukkan bahwa 75% dari total wilayah kedaulatan Indonesia
merupakan wilayah perairan mempertegas bahwa potensi kemaritiman
Indonesia sangat besar.
Provinsi Bengkulu yang terletak di bagian pantai barat pulau
sumatera dan berhadapan langsung dengan samudera hindia, dengan garis
pantai sepanjang ±525 km yang memanjang dari tenggara kearah barat
daya, mulai dari kabupaten Kaur yang berbatasan dengan provinsi
Lampung hingga kabupaten Mukomuko yang berbatasan dengan Provinsi
Sumatera Barat, memiliki potensi sumber wilayah pesisir dan lautan yang
cukup besar dari perspektif kemaritiman, baik potensi kelautan dan
perikanan, pariwisata, perhubungan dan maupun potensi energi serta
sumberdaya mineral. Dari bidang kemaritiman yang mencakup 4 (empat)
sektor utama, yaitu sektor kelautan dan perikanan (termasuk sumberdaya
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil), sektor pariwisata bahari, sektor
perhubungan laut dan sektor energy sumberdaya mineral. Sebagian besar
belum dimanfaatkan dan dikelola secara optimal di Provinsi Bengkulu.
Seyogyanyalah jika semua potensi kemaritiman tersebut dimanfaatkan
secara optimal dan berkelanjutan, maka akan sangat diharapkan dapat
memberi kontribusi yang besar untuk pembangunan ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat di provinsi Bengkulu, khususnya masyarakat
yang mendiami wilayah pesisir.
Salah satu Program Prioritas Daerah Provinsi Bengkulu, tepatnya
program prioritas yang kedua yaitu penguatan komoditas unggulan agro-
maritim dan hilirisasi serta pengentasan kemiskinan. Adapun salah satu
70
substansi program pembangunan kemaritiman yang akan digulirkan di
Provinsi Bengkulu adalah “Rencana Aksi Daerah Pengembangan Ekonomi
Kemaritiman ini tidak lepas program prioritas” yang akan dilaksanakan
dalam rentang waktu 4 tahun dari Tahun 2017-2021 yang akan datang.
Maka berkenaan dengan hal tersebut bidang Perekonomian dan SDA
mengadakan Rapat Koordinasi Pengembangan Ekonomi Kemaritiman di
Provinsi Bengkulu pada tanggal 7 November 2017 bertempat di Ruang Pola
Pemeritah provinsi Bengkulu.
Rapat Koordinasi pengembangan Ekonomi Kemaritiman ini dibuka
oleh Bapak Plt. Sekretaris Daerah Provinsi Bengkulu lr. Gotri
Suyanto,M.Soc,Sc. pada arahannya disampaikan bahwa provinsi bengkulu
memiliki potensi sumber daya besar pada wilayah pesisir dan laut. hal ini
didukung dengan wilayah teritorial perairan yang luas, sekaligus memiliki
potensi berbagai jenis biota laut yang bernilai ekonomi tinggi. sektor
perikanan dan kelautan menjadi salah satu sektor unggulan di provinsi
bengkulu. oleh karena itu dengan adanya pelaksanaan kegiatan Rencana
Aksi Daerah Pengembangan Ekonomi Kemaritiman di Provinsi Bengkulu ini
diharapkan dapat kita peroleh dokumen dan matrik rencana aksi daerah
pengembangan ekonomi kemaritiman yang memuat :
Kerangka kebijakan strategi pembangunan pengembangan ekonomi
kemaritiman di provinsi bengkulu.
Matriks rancangan indikasi program/kegiatan rencana aksi daerah
pengembangan ekonomi kemaritiman di provinsi bengkulu.
Rapat Koordinasi ini dihadiri oleh Kepala Dinas dan Kasubbag
Bappeda 7 Kabupaten/Kota, Kepala Dinas dan Kasubbag Dinas Perikanan
dan Kelautan 7 Kabupaten/Kota, Kepala Dinas dan Kasubbag Dinas
Pariwisata 7 Kabupaten/Kota, Kepala Dinas dan Kasubbag Perhubungan 7
Kabupaten/Kota.
71
Rapat Koordinasi RAD Pengembangan Ekonomi Kemaritiman di buka oleh Plt.
Sekretaris Daerah Provinsi Bengkulu
Tujuan Rapat :
1) Menindaklanjuti Rapat FGD Penyusunan Matriks RAD
Pengembangan Ekonomi Kemaritiman Provinsi Bengkulu Pada
Tanggal 17 Oktober 2017
2) Pembahasan Matriks RAD Pengembangan Ekonomi
Kemaritiman Provinsi Bengkulu 7 Kabupaten kota di wilayah
pesisir
3) Dalam penyusunan matriks ini OPD mengacu pada RPJM,
Renstra dan matriks prioritas yang telah disusun oleh OPD
yang mengarah ke pengembangan ekonomi kemaritiman
Materi pertama disampaikan oleh Plt. Kepala Bappeda Mewakili,
Bapak Drs. Sulaksono M.Si (Kabid Bidang Perekonomin dan SDA) dengan
Materi Arah dan Kebijakan Pengembangan Program Ekonomi Kemaritiman
di Provinsi Bengkulu. Pada materi ini di sampaikan bahwa pelaksanaan
kegiatan rencana aksi daerah pengembangan ekonomi kemaritiman provinsi
72
bengkulu ini diharapkan dapat kita peroleh dokumen dan matrik rencana
aksi daerah pengembangan ekonomi kemaritiman yang memuat :
a. Memberikan acuan dan arah bagi pengembangan ekonomi
kemaritiman di Provinsi Bengkulu sebagai daerah maritim, sesuai
dengan karakteristik dan potensinya untuk mendukung
terwujudnya Provinsi Maritim yang maju, mandiri dan
berkelanjutan guna meningkatkan taraf hidup masyarakat miskin.
b. Sebagai kerangka kebijakan strategi pembangunan pengembangan
ekonomi kemaritiman di Provinsi Bengkulu.
c. Matriks rancangan indikasi program/kegiatan rencana aksi daerah
pengembangan ekonomi kemaritiman di Provinsi Bengkulu.
Materi Kedua disampaikan oleh Kasubid Kemaritiman dan Pertanian
Bapak Yulizon hikma putra, MM dengan materi Rencana Aksi
pengembangan ekonomi kemaritiman di provinsi Bengkulu 2017. pada
Materi ini disampaikan :
1. Permasalahan Pokok :
Tingginya Angka Kemiskinan (17,03 %) dan masih banyak
Daerah Tertinggal di Wilayah Provinsi Bengkulu, 653 Desa
atau 48,7% (Perpres 131 /2015 tidak sesuai fakta)
Kondisi infrastruktur yang minim, baik strategis maupun
dasar, termasuk keterisolasian konektivitas dengan
provinsi tetangga
Tingginya Angka Gini Rasio Provinsi Bengkulu (0,44 %),
mengancam stabilitas
2. Issue umum kawasan nelayan provinsi bengkulu :
Rendahnya kualitas sumberdaya manusia
Rendahnya penatan dan penegakan hukum
Belum adanya penataan ruang wilayah pesisir
Degradasi habitat wilayah pesisir
Pencemaran wilayah pesisir
Kerusakan hutan, Taman Nasional, dan Cagar Alam Laut
73
Potensi dan obyek wisata bahari belum dikembangkan
secara optimal
Belum optimalnya pengelolaan perikanan tangkap dan
budidaya
Rawan bencana alam (gempa, tanah longsor, banjir)
Ancaman intrusi air laut
Isu pengelolaan pulau-pulau kecil dan perairan
sekitarnya
Materi Ketiga disampaikan oleh Bapak Ir.Zamdial Ta’aladin, M.Si
dengan materi Matrik Rencana RAD Ekonomi Kemaritiman Provinsi
Bengkulu (2018-2021), pada materi ini disampaikan :
1. Ada 8 sektor yang akan di kembangkan pada kegiatan RAD
pengembangan Ekonomi Kemaritiman :
Perikanan tangkap
Perikanan Budidaya
Industri pengelolahan hasil
Pariwisata bahari
Perhubungan laut
Industri dan jasa maritime
Sumberdaya wilayah pulau kecil
Coastal Forestri (ekosistem hutan mangrove)
Peserta Rapat Koordinasi RAD Pengembangan Ekonomi Kemaritiman
di Provinsi Bengkulu Ta. 2017
74
Sesi Diskusi :
1) Kabupaten Kaur (Dinas Kelautan dan Perikanan) :
a. Sentra kuliner dan pengalengan ikan/gurita masuk pada sektor
mana di matrik RAD?
JAWAB : Sentra kuliner masuk ke wisata bahari dan pengalengan
ikan/gurita masuk ke matrik industry pengelolahan hasil
perikanan
2) Kabupaten Bengkulu selatan (Dinas Kelautan dan Perikanan) :
a. Dinas Kabupaten Bengkulu Selatan Sudah membawa matrik RAD
Pengembangan Ekonomi Kemaritiman
b. Di Kabupaten Bengkulu Selatan sudah ada TPI yakni di daerah
Pasar Bawah namun didaerah ini juga di peruntukan untuk
daerah pariwisata, maka bagaimana kalau di satu lokus ada dua
program?
c. Dengan potensi kabupaten Bengkulu selatan yang besar, maka
Bengkulu selatan berencana membangun PPI di Pasar Pino dan
Sulaw, untuk DED dan master plan sudah selesai sudah selesai,
mohon untuk memasukkan di matrik untuk pembangunan PPI di
pasar pino?
JAWAB : untuk satu lokus terdapat dua program tidak apa apa
asalkan tidak tumpang tindih dan sesuai dengan regulasi yang ada.
PPI sudah masuk di matrik RAD Pengembangan ekonomi
Kemaritiman .
3) Kabupaten Seluma (Dinas Kelautan dan Perikanan):
a. Kabupaten Seluma menyimpan banyak potensi antara lain hutan
mangrove dan pertambangan, namun untuk mengali potensi ini
terbentur dengan peramsalahan regulasi,contohnya Kabupaten
Seluma ada potensi pasir besi namun tidak dapat eksplorasi
karena daerah tersebut termasuk pada area konservasi alam?
JAWAB : Kabupaten Seluma memang sepanjang pantai
merupakan cagar alam, tetapi sebaiknya jika ada permasalahan
75
seharus nya ada pendekatan dengan pihak BPSDA dengan
penyampaian poin bahwa kegiatan yang dilakukan merupakan
kepentingan masyarakat banyak.
Selain itu pihak pemerintah kabupaten dapat meriview RTRW
4) Kabupaten Bengkulu Tengah (Dinas Perhubungan) :
a. Potensi daerah dan Program – program Pemerintah sudah bagus,
namun tidak dapat dioptimalkan, karena tidak melibatkan pihak
ketiga/ investor. Maka diharapkan pemerintah dapat menarik dan
membujuk pihak investor untuk meninvestasikan modal ke
Provinsi Bengkulu khusus nya di bidang kemaritiman?
JAWAB : Pemerintah memang memerlukan invesrtor/untuk
membangun Provinsi Bengkulu, namun diharapkan pemerintah
terlebih dalu menyiapkan sarana dan prasarana yang baik dari
segi perizinan, keamanan dan lain – lain sehingga invertor tertarik
untuk menanamkan modalnya ke daerah kita.
Pemerintah provinsi Bengkulu telah melakukan beberapa upaya
untuk menjual 4 sektor yang mempunyai peluang investasi yang
besar antara lain sektor pariwisata,perkebunan, kelautan
perikanan,energy. Selain itu pula pemerintah provinsi akan
melakukan promosi dengan melakukan kegiatan IMT GT
(kerjasama dengan pihak asing)
5) Kabupaten Bengkulu Tengah (Dinas Kelautan Perikanan & Dinas
Ketahanan Pangan) :
a. Dana DAK untuk DKP turun drastis dikarenakan pengabungan
OPD DKP dan DTP sehinga dana untuk perikanan dan kelautan
minim.
b. Untuk konservasi sangat minim, dibenteng ada PPI yang belum
berfungsi karena rendahnya SDM dan kapal kapal besar yang
belum ada.
JAWAB : dengan potensi yang besar maka di perlukan pula SDM
dan sarana yang optimal, contoh untuk kapal kapal besar
76
pemerintah belum mampu untuk melakukan pengadaan di
karenakan harga nya yangmahal sehingga di perlukan pihak
ketiga.
6) Kabupaten Bengkulu Utara (Dinas kelautan dan Perikinana) :
sesuai dengan UU 23 kewenangan provinsi, di kabupaten Bengkulu
Utara ada beberapa TPI yang di dirikan, kabupaten Bengkulu utara
telah melakukan dukungan pada matrik RAD pengembangan
Ekonomi Kemaritiman antara lain:
Untuk bidang perikanan budidaya di sepanjang pantai
Bengkulu Utara sudah ada 3 investor.
Untuk bidang wisata enggano sudah mengagendakan enggano
viesta, serangai merin vestipal yang semuanya akan
mendukung wonderfull Bengkulu 2020.
Untuk Pulau Mega pemerintah Kabupaten Bengkulu Utara
sudah bekerja sama dengan tim Universitas Bengkulu untuk
konservasi penyu DED , serta akan segera melegalitas pulau
mega (disertifikatkan).
Untuk Kesejahteraan Masyrakat Kegiatan kabupaten Bengkulu
utara sudah mengadakan program ansuransi nelayan.
7) Kabupaten Bengkulu Utara (Bappeda) :
Dibidang pariwisata Kabupaten Bengkulu Utara sudah menyiapkan 6
even salah satunya Sale enggano. Menanyakan apakah Sale enggano
sudah masuk dalam even nasional?
JAWAB :
Untuk sale enggano sudah dimasukkan dan diharapkan desember
sudah keluar hasilnya.
77
Rapat Kunjungan Tim Peneliti Asia Competitiveness Institute
Nasional University Of Singapore ( ACI-NUS)
Ria Puspita, SP, M.Si
Dalam rangka memperbaharui data / informasi dalam menyusun
profil daya saing Provinsi – Provinsi di Indonesia pada tahun 2017 serta
Sebagai tindak lanjut atas kunjungan pada tahun 2016, Tim Peneliti Asia
Competitiveness Institute, National University of Singapore (ACI-NUS)
mengadakan kunjungan dengan Bappeda Provinsi Bengkulu. Kunjungan ini
berlangsung pada hari senin tanggal 07 Agustus 2017 di ruang Kenangan
Lantai 2 setda Provinsi Bengkulu yang dipimpin oleh Kepala Bidang
Perekonomian dan SDA Bapak Drs. Sulaksono M,Si dan dihadiri oleh
beberapa perwakilan dari Organisasi Perangkat Daerah di lingkungan
pemerintahan Provinsi Bengkulu.
Tujuan penelitian analisis daya saing Provinsi-provinsi di Indonesia antara
lain :
1. Mengetahui kondisi daya saing di seluruh Provinsi Indonesia untuk
membantu merumuskan strategi pembangunan yang tepat.
2. Menyebarluaskan hasil penelitian kepada komunitas internasional
dan nasional, serta meningkatkan kolaborasi dengan mitra strategis
untuk meningkatkan daya saing Indonesia.
3. Menggairahkan suasana persaingan yang sehat antar wilayah dan
Provinsi di Asia, khususnya Indonesia.
ACI mengadopsi pemahaman tentang daya saing ekonomi yang
komprehensif, mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhi
kemampuan suatu daerah untuk mencapai pembangunan ekonomi yang
tinggi dan inklusif, dalam kurun waktu yang cukup panjang. Kerangka
daya saing ACI dibagi menjadi 4 bagian yaitu : a) kualitas hidup dan
infrastruktur, b) stabilitas ekonomi makro, c) kondisi finansial, bisnis dan
tenaga kerja, serta d) pemerintahan dan institusi publik.
78
Sumber data untuk penelitian tahun 2017 berasal dari Data
Sekunder sebanyak 78 indikator dan data primer sebanyak 25 indikator.
Data sekunder yang digunakan merupakan data tahun 2015 berkontribusi
sebesar 76%, yang diperoleh dari beberapa lembaga yaitu : dari Badan
Pusat Statistik, World Bank INDO-DAPOER (Indonesia Database for Policy
and Economic Research), Bank Indonesia, Kementerian Kesehatan dan
Transparansi Internasional. Sedangkan data primer yang digunakan
merupakan data tahun 2016 berkontribusi sebesar 24%, yang diperoleh
melalui survei persepsi ACI di 33 Provinsi di Indonesia. Adapun responden
survei terdiri dari APINDO (Asosiasi Pengusaha Indonesia), Akademisi dan
Pemerintah Provinsi. Metodolgi sampling yang digunakan yaitu Purposive
Sampling dengan pihak yang dianggap memahami permasalahan, bukan
dengan masyarakat umum/acak. Pengukuran dengan menggunakan skala
Likert angka 1 hingga 9. Metodologi survei menggunakan sistem respons
elektronik, dimana partisipan memasukkan jawaban dengan menggunakan
keypad atau clickers.
Peserta Rapat Kunjungan Tim Peneliti Asia Competitiveness Institute Nasional University Of Singapore (ACI-NUS)
79
lima lingkup utama yang digunakan untuk mengukur daya saing :
1. Daya saing di peringkat pada tahun 2015 di peringkat 23, tahun
2016 peringkat 25 dan tahun 2017 peringkat 27 dengan sekor -
0.595
2. Stabiltas Ekonomi Makro Bengkulu Pada Tahun 2015 di peringkat
32, tahun 2016 diperingkat 33 tahun 2017 diperingkat 32 dengan
skor -0.874.
3. Pemerintah dan institusi publik provinsi Bengkulu berada di
pringkat 23 pada tahun2015, pada tahun 2016 diperingkat 25,
tahun 2017 di peringkat 25 dengan -0.672.
4. Kondisi financial,bisnis dan tenaga kerja Provinsi Bengkulu
berada di peringkat 19, pada tahun 2016 berada pada peringkat
22 dan tahun 2017 di peringkat 21 dengan skor – 0,346.
5. Kualitas hidup dan pembangunan infrastruktur di provinsi
Bengkulu berada di peringkat 19 pada tahun 2017 dengan skor -
0,079
Kesimpulan dan rekomendasi kebijakan yang dapat diberikan untuk
Provinsi Bengkulu :
a. Bengkulu berada di peringkat ke 27 dalam dayasaing keseluruhan
peningkatan peringkat dalam lingkup stabilitas ekonomi makro
(dari 33 ke 32), kondisi bisnis, financial dan tenaga kerja (dari
22ke 21) dan kualitas hidup dan pembangunan infrastruktur (dari
21 ke 19)
b. Kekuatan : Lingkungan financial dan tenaga kerja, pelayanan
public, khususnya pendidikan.
c. Kelemahan : PDRB, investasi dan pemerintahan, khususnya
ketahanan fiscal.
d. Rekomendasi : Pengembangan lingkunmgan usaha, yang dapat
memperbaiki produktivitas dan efisiesi usaha perbaikan persepsi
terhadap kinerja dan kapasitas pemerintah.
Selain itu, terdapat masukan dari Kepala Sub Bidang Pariwisata dan
Perindustrian , Bapak Evan Ferdian, SE, M.Sc menyampaikan bahwa data
80
yang digunakan pada penelitian ini yang didominasi oleh data sekunder
sebaiknya menggunakan data terupdate yang bisa diperoleh dari Badan
Pusat Statistik (BPS). Bps telah mengeluarkan data sampai dengan
pertengahan tahun 2016. beliau menayakan apakah ada pemerintah daerah
yang mengadosi penelitian yang dilakukan ACI-NUS selama 4 tahun
teraksir ini , tim ACINUS menjelahkan bahwa pemerintah Provinsi Jawa
Tengah dan Lampung telah mengambil hasil penelitian dan langsung
digunakan untuk kinerja meparintah daerah. Selanjutnya mewakili Dinas
tanaman pangan, Hortikultura dan Perekbunan, Bapak Mulyana M.Si
menyampaikan masukan bahwa sebaiknyan nilai IPM dijadikan sebagai
salah satu indikator penelitian, karena indikator IPM ini dimiliki oleh
seluruh Provinsi begitu juga dengan Pertumbuhan ekonomi. Kemudian
untuk indikator-indikator seperti tingkat kebersihan dari korupsi dan
kualitas peraturan daerah sebaiknya dicari indikator lain atau diganti
redaksionalnya agar lebih relevan dan bisa diukur
Peserta rapat Foto bersama Tim
ACI-NUS
Penyerahan Cendra Mata dari TIM
ACI-NUS ke Pada BAPPEDA Provinsi Bengkulu
top related