analisis perwilayahan pembangunan dan investasi … · ringkasan . yana tatiana. analisis...

199
ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI DI PROVINSI BENGKULU YANA TATIANA NRP H162100151 SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

Upload: doanxuyen

Post on 18-Mar-2019

243 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN

INVESTASI DI PROVINSI BENGKULU

YANA TATIANA

NRP H162100151

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

Page 2: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD
Page 3: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertas berjudul Analisis Perwilayahan

Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu adalah benar karya saya

dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun

kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

Yana Tatiana

NIM H-162100151

Page 4: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD
Page 5: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

RINGKASAN

YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di

Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD FIRDAUS,

HERMANTO J. SIREGAR DAN HIMAWAN HARIYOGA sebagai anggota

Komisi Pembimbing.

Provinsi Bengkulu adalah Provinsi yang ada di wilayah Indonesia Bagian

Barat tepatnya di pulau Sumatera. Provinsi ini mengalami ketertinggalan dalam

Pembangunan dibandingkan Provinsi lain di Pulau sumatera. Salah satu penyebab

ketertinggalan provinsi ini adalah karena rendahnya kemampuan pembiayaan

pembangunan yang berasal dari investasi. Minat investor di wilayah ini relatif

rendah. Share pertanian terhadap PDRB di Provinsi Bengkulu masih relatif besar

yaitu 38.34 persen, Hal ini menandakan masih belum berkembangnya

pertumbuhan ekonomi di Provinsi ini.

Tujuan dari penelitian ini adalah : (1). Kondisi di Provinsi Bengkulu dalam

kaitannya dengan struktur ekonomi, pola pertumbuhan dan penentuan sektor

unggulan, dalam kaitan antar wilayah. (2). Iklim investasi yang ada di Provinsi,

sekaligus perbaikan iklim investasi dalam kaitannya dengan usaha meningkatkan

daya tarik daerah. (3). Faktor-faktor penentu yang menjadi daya tarik investor

untuk menanamkan modalnya di Provinsi Bengkulu. (4). Sektor yang dapat

mendorong percerpatan pertumbuhan ekonomi dalam kaitannya dengan usaha

peningkatan investasi. Penelitian. Metode untuk perkembangan pembangunan di

Provinsi Bengkulu dianalisis denga menggunakan Tipologi Klassen, Location

Quation (LQ), Shiftshare, dan Kapasitas Fiskal. Metode untuk model faktor

penentu iklim investasi menggunakan metode analisis regresi logistik. Metode

untuk model faktor penentu investasi dianalisis dengan menggunakan metode

regresi Panel. Variabel yang dipergunakan dalam analisis iklim investasi dengan

regresi logistik meliputi akses lahan, infrastruktur daerah, Perizinan, Peraturan

daerah, dan Biaya Transaksi. Analisis regresi logistic menggunakan data primer.

Data yang diperoleh berasal kuesioner yang disebarkan kepada 33 responden yaitu

PMA, PMDN dan usaha kecil yang ada di Propinsi Bengkulu. Variabel yang

dipergunakan dalam analisis investasi industry adalah Pendapatan Domestik

Regional Brutto (PDRB) perkapita, Infrastruktur jalan, infrastruktur listrik,

infrastruktur air bersih, share pertanian terhadap PDRB, dan share pertambangan

terhadap PDRB. Data yang dipergunakan dalam analisis regresi panel adalah data

sekunder periode 2010-2013 berasal dari Biro Pusat Statistik Provinsi Bengkulu,

Departemen perindustrian dan Perdagangan, Badan Koordinasi Penanaman Modal

(BKPM).

Hasil analisis deskripsi menyatakan bahwa wilayah yang paling maju

pertumbuhannya adalah Kota Bengkulu, kabupaten Rejang Lebong, dan

Kabupaten Bengkulu Selatan. Kota Bengkulu dan Kabupaten Bengkulu Selatan

telah meninggalkan peranan pertanian sebagai sektor basis dan beralih ke sektor

jasa dan transportasi. Sedangkan kabupaten Rejang Lebong pertumbuhan

ekonominya sangat didominasi oleh sektor pertanian khususnya pertanian

tanaman pangan dan holtikultura. Sektor ekonomi yang menjadi sektor basis

dihampir seluruh kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu meliputi sektor pertanian

dengan sub sektor tanaman pangan dan holtikultura, sektor pertambangan dan

Page 6: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

sektor Konstruksi. Walaupun menjadi sektor basis, dari ketiga sektor tersebut

hanya sektor konstruksi yang pertumbuhan maju atau cepat, sedangkan sektor

lain pertumbuhannya relatif lambat dibandingkan dengan kondisi di Provinsi

Bengkulu. Hasil analisis data primer dengan mengunakan regresi logit

memberikan hasil secara signifikan adanya pengaruh yang signifikan antara akses

lahan, infrastruktur daerah, Perizinan, Peraturan daerah dan Biaya transaksi

terhadap iklim investasi di Provinsi Bengkulu (chi square 29.029 dengan P value

0.00). Sedangkan secara parsial yang tidak memiliki pengaruh yang signifikan.

dari seluruh faktor tersebut, hanya faktor perizinan saja (P value 0.116). Diantara

seluruh faktor yang berpengaruh signifikan, faktor yang paling dominan

pergerakannya dalam mendorong iklim investasi adalah akses lahan. Sedangkan

faktor terlemah peranannya dalam menciptakan iklim investasi adalah Peraturan

Daerah. Berdasarkan hasil tabulasi data diketahui bahwa kondisi akses lahan,

infrastruktur daerah, perizinan, Peraturan daerah dan Biaya transaksi masih belum

memadai. Hasil analis data sekunder dengan menggunakan analisis Regresi panel

untuk mengetahui faktor penentu investasi industry total, industry pertanian, dan

bukan pertanian memberikan hasil analisis adanya pengaruh yang signifikan

antara PDRB perkapita, Infrastruktur jalan, pangsa pertanian pada PDRB, dan

pangsa pertambangan pada PDRB terhadap investasi industri pertanian. Investasi

industry bukan pertanian di Provinsi Bengkulu hanya dipengaruhi oleh kualitas

tenaga kerja terdidik. Sedangkan hasil analisis faktor yang menentukan investasi

industri total adalah PDRB, infrastruktur jalan, pangsa pertanian terhadap PDRB

dan pangsa Pertambangan terhadap PDRB.

Kata Kunci :Investasi wilayah, sektor basis, iklim investasi, Provinsi

Bengkulu.

Page 7: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

SUMMARY

YANA TATIANA.Analysis on Zoning Development and Investment in the

Province of Bengkulu. Chairman of the supervising commission MUHAMMAD

FIRDAUS, HERMANTO J. SIREGAR AND HIMAWAN HARIYOGA as a

member of the supervising commission.

Bengkulu is a province in Western Indonesia precisely on the island of

Sumatra. The province is lagging behind in development compared to other

provinces in Sumatra Island. One cause of this provincial backwardness is due to

low capability in development financing which originated from the investment.

Investor interest in the region is relatively low. Share of agriculture to the PDRB

(GDP) in the Province of Bengkulu is still relatively large of 38.34 percent. This

indicates that the economic growth in this province is still undeveloped.

The aims of this study were: (1). The conditions in Bengkulu Province in

relation to the economic structure, growth patterns, and the determination of the

leading sector, in terms of inter-regional; (2). The investment climate in the

province, as well as improving the investment climate in relation to the effort to

improve the attractiveness of the area; (3). The determining factors which were

the main attraction of investors to invest in the Province of Bengkulu; (4). The

sectors that can accelerate economic growth in relation with efforts to increase

investment. Research. Methods for development progress in Bengkulu Province

were analyzed using Klassen Typology, Location quation (LQ), Shiftshare, and

Fiscal Capacity. Methods to model the determinants of the investment climate

used Logistic Regression analysis. Method to model the determinants of

investment was analyzed using Panel Regression Method. Variables that used in

the analysis of the investment climate by Logistic Regression included access to

land, local infrastructure, licensing, local regulations, and transaction fees.

Logistic Regression analysis used primary data. The data were obtained from

questionnaires which distributed to 33 respondents, i.e.: PMA, PMDN, and

existing small businesses in the Province of Bengkulu. The variables used in the

analysis of industrial investment were the Gross Regional Domestic Product

(GDP/PDRB) per capita, road infrastructure, electricity infrastructure, clean water

infrastructure, the share of agriculture towards PDRB, and the share of mining

towards PDRB. The data used in the Panel Regression analysis were secondary

data in the periode of 2010-2013 that originated from Central Bureau of Statistics

Bengkulu Province, the Ministry of Industry and Trade, and Capital Investment

Coordinating Board (BKPM).

The results of the description analysis stated that the most advanced regions

growth were the City of Bengkulu, The District of Rejang Lebong, and The

District of South Bengkulu. The City of Bengkulu and The District of South

Bengkulu had left the role of agriculture as a sector basis and switched to the

service sector and transport, while economic growth in The District of Rejang

Lebong was dominated by the agricultural sector, especially food crops and

horticulture. Economic sector which was a sector basis in almost all districts/city

in the Province of Bengkulu include the agricultural sector with the sub-sector of

food crops and horticulture, mining and construction sectors. Despite being a

Page 8: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

sector basis, of these three sectors, only the construction sector which grow

rapidly, whereas the other sectors, the growth was relatively slow compared to the

conditions in the Province of Bengkulu. The results of the primary data analysis

using Logistic Regression showed that there was a significant influence between

access to land, local infrastructure, licensing, local regulations, and transaction fee

towards the investment climate in the Province of Bengkulu (chi-square 29.029

with P-value 0.00). Partially, a factor which did not have a significant influence

on all of these factors was only licensing factor (P-value 0.116). Among all the

factors that had a significant influence, the most dominant factor in encouraging

investment climate was access to land, while the weakest factor role in creating

the investment climate was local regulations. Based on the results of Tabulation,

known that the conditions of access to land, local infrastructure, licensing, local

regulations, and transaction fees were still inadequate. The results of secondary

data analysts using Panel Regression analysis to know the determinants factors of

the total industrial investment, the agricultural industry, and the non-agricultural

industry, provides the results of the analysis that there were a significant influence

between PDRB per capita, road infrastructure, the share of agriculture in PDRB,

and the share of mining in PDRB towards the investment of agricultural industry.

Non-agricultural industrial investment in the Province of Bengkulu only

influenced by the quality of educated labor, while the analysis results of the

factors that determine the total industrial investment were PDRB, road

infrastructure, the share of agriculture towards PDRB, and the share of mining

towards PDRB.

Key Words : Regional investment, Base sector, Climate Investment,

Bengkulu Province.

Page 9: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis

ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

Page 10: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD
Page 11: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Doktor

pada

Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan

ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN

INVESTASI DI PROVINSI BENGKULU

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

YANA TATIANA

NRP H162100151

Page 12: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

2

Penguji pada Ujian Tertutup : 1. Ir. Deddy S. Bratakusumah, BE, MURP, M.Sc,

Ph.D

2. Prof. Dr. Ir. Bambang Juanda, M.S.

Penguji pada Sidang Promosi :1. Ir. Deddy S. Bratakusumah, BE, MURP, M.Sc,

Ph.D

2. Prof. Dr. Ir. Bambang Juanda, M.S

Page 13: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

------

-- __ - ------ -------- ----

Judul Disertasi : Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu

Nama NRP

: Y ana Tatiana : Hl62100151

Program Studi llmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Prof Muhamma

tl f

0

~'5?Jtf Dr Ir Himawan Hariyoga, MSc

Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi llmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan

,

~· Prof Dr Ir Bambang Juanda, MS

Tanggal Ujian: Ujian Tertutup 31 Juli 2015 Sidang Promosi 25 Agustus 2015

Tanggal Lulus: ") 1 A i ' r'l ,.. .u 1"1 .J

Page 14: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD
Page 15: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

4

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan disertasi dengan judul

Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Muhammad Firdaus, SP,

M.Si, Ph.D, Prof Dr Ir Hermanto J. Siregar M.Ec dan Bapak Dr Ir Himawan

Hariyoga M.Sc, selaku pembimbing, yang telah banyak memberikan bimbingan

dan saran dalam penyelesaian disertasi ini. Ucapan terima kasih dan penghargaan

juga disampaikan kepada pengelola Program Studi Ilmu Perencanaan

Pembangunan Wilayah dan Perdesaan, Prof. Dr. Ir. Bambang Juanda, M.S. selalu

Ketua Program Studi dan Ibu Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc. Agr. Selaku sekretaris

program studi.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada bapak Ir. Deddy S.

Bratakusumah, BE, MURP, M.Sc, Ph.D dan Prof Dr. Ir. Bambang Juanda, M.S.

atas waktu dan masukan-masukan serta koreksinya sejak ujian tertutup hingga

sidang Promosi.

Secara khusus penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Rektor

Universitas Azzahra Bapak Drs. Syamsu A. Makka, Dekan Fakultas Ekonomi,

Bapak Dr. Tamrin Lanori, SE, M.Si. yang telah memberikan kesempatan dan

dukungan untuk melanjutkan pendidikan Program Doktor pada Program Studi

Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan IPB. Bapak Drs. Khairil

Anwar M.Si dari Pemerintah Daerah Provinsi Bengkulu, Bapak Merwan Tabrani,

SE Kepala Bidang Pendapatan Dinas Pendapatan pengelolaan Keuangan dan Aset

Daerah (DPPKAD), Tommy Irawan, SE, M.Si Biro Pengelolaan Keuangan

Sekretariat Daerah Provinsi Bengkulu, Bapak Pauzan. S.Sos, M.Si Dinas

Pertanian Bapak Hendarsyah, S.I.P M.Si Kepala Bagian Humas dan Protokol

Provinsi Bengkulu, Bapak Agung Tridjatmiko, SH Dinas Kehutanan Provinsi

Bengkulu . Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada orang tuaku Tamran

Sahar dan Zurniar, Suamiku Ahmad Najamudin, anak-anakku Tegar dan

Gemilang Muhammad Perkasa, keluarga besarku dan teman-teman PWD 2010,

atas segala doa, Pengertian , dan bantuannya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015

Yana Tatiana

Page 16: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD
Page 17: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

i

i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ……………………………………………………………

DAFTAR TABEL ………………………………………………………

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………

BAB I. PENDAHULUAN\

1.1. Latar Belakang ………………………………………………….

1.2. Rumusan Masalah ……………………………………………….

1.3. Tujuan Penelitian ………………………………………………..

1.4. Manfaat Penelitian ………………………………………………

1.5. Ruang lingkup Penelitian ………………………………………..

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Ekonomi wilayah….………………………………………

2.2. Wilayah …………………………………………………………

2.3. Pembangunan ……………………………………………………

2.4. Teori Pembangunan Daerah ……………………………………

2.5. Pertumbuhan ekonomi …………………………………………

2.6. Investasi………………………………………………………….

2.7. Iklim Investasi …………………………………………………

2.8. Infrastruktur ……………………………………………………..

2.9. PDRB ……………………………………………………………..

2.10 Penelitian Terdahulu …………………………………………….

2.11. Kerangka Pemikiran ……………………………………………..

2.12. Hipotesis …………………………………………………………

2.13. Kebaruan …………………………………………………………

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian …………………………………………………

3.2. Metode Analisis …………………………………………….……

3.3. Data dan metode Pengumpulan data ………………….…………

3.4. Populasi dan sampel ………………………………………..……

3.5. Definisi Operasional……………………………………,,,………

3.6. Metode Pengolahan data………………………………………..

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI BENGKULU

4.1. Perkembangan struktur ekonomi

4.2. Perwilayahan Pembangunan

BAB V. IKLIM INVESTASI…………………………………………….

5.1. Rekapitulasi data primer ………………………………………….

5.1.1. Akses lahan………………………………………………………..

5.1.2. Infrastruktur Daerah………………………………………………

5.1.3. Perizinan……………………………………………………………

5.1.4. Peraturan Daerah…………………………………………………..

i

ii

iii

1

1

4

9

9

9

10

10

11

13

14

17

20

25

27

28

28

30

33

33

34

34

35

35

36

37

38

45

46

65

67

68

68

69

71

73

Page 18: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

ii

ii

5.1.5. Biaya transaksi………………………………………………………

5.2. Hasil analisis faktor penentu iklim investasi di Provinsi Bengkulu..

BAB VI. FAKTOR PENENTU INVESTASI…………………………

6.1. Hasil ananalisis faktor penentu investasi industri pertanian di

Provinsi Bengkulu…………………………………………………..

6.2. Analisis faktor penentu investasi industri bukan pertanian di

Provinsi Bengkulu……………………………………………..

6.3. Hasil analisis faktor penentu invertasi industri di Provinsi

Bengkulu…………………………………………………………….

6.4. Implikasi kebijakan ……...…………………………………………

BAB VII. SIMPULAN DAN SARAN

7.1. Simpulan……………………………………………………………..

7.2. Saran………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

74

77

81

83

87

88

90

95

95

95

Page 19: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

iii

iii

DAFTAR TABEL

1 Pemeringkatan ikim usaha ……………………………........ 7

2 Jumlah PMA dan PMDN di Provinsi Bengkulu periode

2009-2010…………………………………………………

8

3 Penelitian Terdahulu………………………………………... 28

4 Penentuan Nilai Skore ……………………………………... 36

5 Jumlah Usaha besar Swasta dan BUMD……………. 37

6 Populasi dan sampel………………………………………... 37

7 Variabel model Regresi logit……………………………….. 42

8 Variabel model Regresi Panel………………………………. 44

9

10

Kabupaten induk dan pemekaran……………………………

Kultur, Kendala masyarakat wilayah kabupaten/kota……....

45

52

11 Hasil analisis sektor basis dan pertumbuhan sektoral………. 56

12

13

Tipologi Klassen sektor perekonomian seluruh

kabupaten/kota………………………………………………

Peta Kapasitas fiscal………………………………………...

60

64

14 Uji validitas dan reliabilitas……………………………....... 67

15 Kendala dalam aktivitas investasi………………………….. 76

16 Hasil analisis iklim investasi………………………………. 78

17 Realisasi investasi PMA dan PMDN ……………………… 82

18

19

20

Faktor penentu investasi industri pertanian……………….

Faktor penentu investasi industri bukan pertanian……….

Faktor penentuan investasi industri………………………..

83

87

88

Page 20: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

iv

iv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 PDRB provinsi se-Indonesia……………………………………. 1

2 Share sektor pertanian, pertambangan, industri pengolahan, dan

jasa seluruh provinsi di Indonesia…………………………….

2

3 PDRB kabupaten/kota…………………………………………... 5

4 PDRB berdasarkan penggunaan………………………………... 6

5 Ekspor batubara dan cangkang sawit………………………….. 6

6 Konsep wilayah………………………………………………… 12

7 Output, konsumsi dan investasi………………………………… 22

8

9

Kaitan investasi pemerintah dan swasta………………………..

Kerangka Pemikiran……………………………………………

24

32

10 Peta administrasi ………………………………………………. 34

11 Model analisis shiftshare……………………………………….. 40

12 Laju pertumbuhan seluruh kabupaten/kota di Bengkulu………. 47

13

14

15

PDRB perkapita seluruh kabupaten/kota………………………

Sebaran PDRB perkapita seluruh provinsi se-Indonesia……..

Tipolologi kLassen kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu……

48

48

49

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

Sebaran tingkat PDRB dan jumlah penduduk seluruh

kabupaten/kota…………………………………………………

Persentase penduduk berusaha 15 tahun keatas bekerja menurut

lapangan usaha………………………………………………….

Derajat desentralisasi fiscal seluruh kabupaten/kota……………

PAD dan tingkat kemiskinan……………………………………

Opini investor tentang akses lahan……………………………..

Opini investor tentang infrastruktur daerah ….……………….

Kualitas infrastruktrur jalan……………………………………..

Opini investor tentang perizinan ….……………………………

Opini investor tentang Peraturan daerah ….…………………..

Opini investor tentang biaya transaksi ….…………………….

50

51

63

64

68

70

69

72

74

75

Page 21: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

1

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Reformasi sistem pemerintahan yang terjadi saat ini telah memberikan

angin segar bagi perubahan kebijakan pembangunan wilayah terutama kebijakan

pembangunan daerah. Reformasi ini menyebabkan terjadinya pergeseran orientasi

pembangunan daerah dari pembangunan yang berorientasi sektoral menuju

pengembangan wilayah. Pembangunan berbasis pengembangan wilayah

memandang pentingnya keterpaduan intersektoral, interspasial, serta antar pelaku

pembangunan di dalam dan antar daerah.

Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan yang berkesinambungan

selaras dengan intensitas dan aktifitas masyarakat dan Pemerintah. Pertumbuhan

ekonomi yang berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungan

pembangunan ekonomi daerah.

Keberhasilan pembangunan menuntut penyediaan sumber daya yang

memadai. Kondisi pembangunan suatu wilayah dengan keterbatasan sumber daya

mengakibatkan harus difokuskannya pembangunan pada sektor-sektor yang

memberikan dampak pengganda (multiplier effect) besar terhadap sektor-sektor

lainnya atau perekonomian secara keseluruhan. Penentuan sektor prioritas

pembangunan wilayah merupakan salah satu aspek penting dalam mewujudkan

efektifitas dan efisiensi pembangunan yang berbasis pembangunan wilayah

(Ramdani, 2003).

Pengejaran pertumbuhan merupakan tema sentral dalam kehidupan

ekonomi daerah/wilayah, tidak terkecuali Provinsi Bengkulu. Provinsi Bengkulu

di tingkat nasional memiliki tingkat Pendapatan Domestik Regional Brutto

(PDRB) pada peringkat 5 terbawah setelah Provinsi Gorontalo, Maluku Utara,

Maluku, dan Sulawesi Barat. Diantara Provinsi se- sumatera, Bengkulu memiliki

tingkat PDRB dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang terendah (Gambar1)

Sumber : Statistik Indonesia 2014

Gambar 1 PDRB atas dasar harga konstan Provinsi se-Indonesia tahun 2013

(milyar rupiah)

0,00

200000,00

400000,00

600000,00

800000,00

1000000,00

1200000,00

1400000,00

Ace

hSu

mu

tSu

mb

arR

iau

Ke

pR

iJa

mb

iSu

mse

lB

abe

lB

engk

ulu

Lam

pu

ng

DK

I Jkt

Jab

arB

ante

nJa

ten

gD

IYJa

tim

Bal

iK

alb

arK

alTe

ng

Kal

sel

Kal

tim

Sulu

tG

oro

nta

loSu

lten

gSu

lsel

Sulb

arSu

ltra

NTB

NTT

Mal

uku

Mal

uta

raP

apu

aP

apu

a B

arat

Page 22: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

2

PDRB adalah salah satu indikator keberhasilan pembangunan di suatu

wilayah. Rendahnya tingkat PDRB Provinsi Bengkulu dibandingkan provinsi lain

di Indonesia mengindikasikan masih tertinggalnya proses Pembangunan di

Provinsi Bengkulu.

Proses pertumbuhan ekonomi erat kaitannya dengan perubahan struktural

dan sektoral yang tinggi mencakup pergeseran secara perlahan-lahan dari aktivitas

pertanian ke sektor non pertanian dan dari sektor industri ke sektor jasa (Todaro

2000:122). Proses pertumbuhan ekonomi di wilayah yang sedang berkembang

akan tercermin dari pergeseran sektor ekonominya, yaitu peran sektor pertanian

dalam PDB atau PDRB akan mengalami penurunan, sedangkan peran sektor non

pertanian akan meningkat. Beberapa provinsi yang telah lebih maju

perekonomiannya memiliki share pertanian yang rendah, sedangkan share dari

sektor industri pengolahan terus meningkat. (gambar 2)

Sumber : Statistik Indonesia 2014

Gambar 2 Share sektor pertanian, pertambangan, industri pengolahan dan jasa

seluruh provinsi di Indonesia tahun 2013 (persen)

Berdasarkan Gambar 1, terlihat bahwa diantara seluruh provinsi yang ada

di Indonesia, provinsi Maluku Utara, Maluku, Gorontalo, Sulawesi Barat dan

Bengkulu memiliki tingkat PDRB terendah. Kelima provinsi ini memiliki

kesamaan yaitu share pertanian pada PDRB yang relatif besar melebihi sektor

lain. (gambar 2).

Hal berbeda terjadi di provinsi yang memiliki tingkat PDRB tertinggi yaitu

Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Riau.

Kelima Provinsi ini memiliki share pertanian yang relatif rendah dibanding

provinsi lain yang ada di Indonesia dan share pertaniannya pun lebih rendah

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

80,00

90,00

Ace

h

Sum

ut

Sum

bar

Ria

u

Ke

pR

i

Jam

bi

Sum

sel

Bab

el

Ben

gku

lu

Lam

pu

ng

DK

I Jkt

Jab

ar

Ban

ten

Jate

ng

DIY

Jati

m

Bal

i

Kal

bar

Kal

Ten

g

Kal

sel

Kal

tim

Sulu

t

Go

ron

talo

Sult

eng

Suls

el

Sulb

ar

Sult

ra

NTB

NTT

Mal

uku

Mal

uta

ra

Pap

ua

Pap

ua

Bar

at

Jasa Industri Pengolahan Pertambangan Pertanian

Page 23: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

3

dibandingkan share industri pengolahan pada PDRB (gambar 2). Atas dasar itu

dapat dinyatakan bahwa salah satu cara untuk mendorong pertumbuhan ekonomi

adalah dengan melakukan perubahan struktur ekonomi dari dominasi sektor

pertanian menjadi industri pengolahan. Aktivitas industri pengolahan lebih

mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dibandingkan dengan sektor

pertanian, khususnya pertanian tradisional.

Provinsi Sumatera Utara dan Riau adalah dua Provinsi di Sumatera yang

memiliki peringkat PDRB tertinggi. Share pertanian di kedua provinsi ini relatif

besar mencapai 20 persen. Selain pertanian, share sektor pertambangan dan

industri pengolahan pun di kedua provinsi ini relatif tinggi mencapai 20 persen.

Keunggulan di sektor primer juga diikuti keunggulan lain yaitu infrastruktur yang

berkualitas dan posisi strategis yaitu berada di jalur lintas utama Pulau Sumatera.

Adapun kondisi yang terjadi di Provinsi Bengkulu adalah kualitas infrastruktur

jalan, bandara maupun pelabuhan yang kurang memadai dan terbatasnya jalur

transportasi. Hasil pemetaan wilayah yang dilakukan oleh Master Plan

Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) memperlihatkan bahwa

letak Provinsi Bengkulu relatif terisolir dibandingkan Provinsi lain yang ada di

Pulau Sumatera yaitu tidak berada di jalur lintasan utama.

Keberhasilan pembangunan, membutuhkan dukungan modal fisik maupun

non fisik. Modal pembangunan tersebut dapat bersumber dari tabungan

masyarakat, investasi pemerintah maupun swasta, pinjaman dari dalam dan luar

negeri, maupun hibah. Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan akan terjadi jika

didukung oleh pertumbuhan investasi. Usaha untuk meningkatkan investasi

bukanlah hal yang mudah. Persaingan antar daerah yang semakin tajam dalam

menarik investasi menuntut kemampuan Pemerintah Daerah untuk

mempersiapkan daerahnya sehingga mampu menarik investasi ke daerahnya.

Keberhasilan daerah untuk meningkatkan daya tarik investasinya sangat

tergantung dari kebijakan yang berkaitan dengan investasi, Selain itu kemampuan

daerah untuk menentukan faktor-faktor yang dapat digunakan sebagai alat ukur

daya saing perekonomian daerah relative terhadap daerah lainnya juga penting

terkait dengan pengembangan sumberdaya manusia dan infrastruktur fisik dalam

upaya meningkatkan daya tariknya dan memenangkan persaingan (KPPOD,

2003).

Peningkatan daya saing daerah adalah salah satu faktor pengembangan

(ekonomi) wilayah. Pelaksanaan pengembangan wilayah yang disesuaikan

dengan prinsip-prinsip otonomi dan desentralisasi menjadikan Pemerintah

Daerah mempunyai wewenang penuh dalam mengembangkan kelembagaan

pengelolaan ekonomi di daerah, sumberdaya manusia, dan iklim usaha yang dapat

menarik modal dan investasi, peran aktif swasta dan masyarakat melalui

koordinasi secara terus menerus dengan seluruh stakeholder pembangunan baik di

daerah maupun pusat. Pemerintah Daerah berperan sebagai fasilitator dan

katalisator bagi tumbuhnya minat investasi di wilayahnya.

Daya saing daerah adalah kemampuan perekonomian daerah mencapai

pertumbuhan tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan dengan tetap

terbuka pada persaingan tingkat domestik maupun internasional. Berdasarkan

Laporan akhir pengkinian Buku profil dan Pemetaan Daya saing Ekonomi

Daerah Kabupaten Kota di Indonesia tahun 2012 dinyatakan bahwa hal utama

yang mengakibatkan rendahnya daya saing daerah adalah basis perekonomiannya

Page 24: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

4

yang masih sangat tergantung pada sektor primer, belanja pelayanan publik yang

cukup besar, kondisi geografis yang kurang menguntungkan dan kurang menarik

minat dunia usaha.

Rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bengkulu

dibandingkan Provinsi-Provinsi lain yang ada di Indonesia, mengindikasikan

perlunya kebijakan Pemerintah yang mampu menciptakan iklim usaha yang

dibutuhkan oleh para pelaku ekonomi untuk melakukan aktivitasnya.

1.2. Rumusan Masalah

Bengkulu merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang dibentuk

Berdasarkan Undang-Undang No. 9 Tahun 1968. Terletak di sebelah barat

pegunungan Bukit Barisan dengan luas wilayah ± 1.978.870 Ha atau 19.788,7

Km2. Wilayah bagian timur dari Provinsi ini berbukit-bukit dengan dataran tinggi

yang subur sedangkan bagian barat merupakan dataran rendah yang relatif

sempit, memanjang dari utara ke selatan. Kondisi wilayah mempengaruhi pola

pendapatan dari masyarakat. Penduduk Provinsi Bengkulu beraglomerasi

disekitar daerah bagian tengah dan pantai Barat sepanjang Provinsi, sementara

bagian pedalaman merupakan kelompok-kelompok kecil dan terpencar-pencar.

Fenomena kebijakan pembangunan saat ini adalah menentukan daerah-

daerah yang memiliki keunggulan wilayah sebagai pusat pertumbuhan. Kebijakan

ini disatu sisi dapat mendorong percepatan pembangunan wilayah, tetapi disisi

lain juga menimbulkan dampak negatif yaitu terserapnya sumberdaya

pembangunan ke daerah pusat pertumbuhan akibatnya kegiatan ekonomi

terkonsetrasi di daerah perkotaan sehingga trickle down effect yang diharapkan

menjadi tidak tercipta.

Provinsi Bengkulu terdiri dari 9 (sembilan) kabupaten dan 1(satu) kota.

Diantara seluruh kabupaten/kota yang ada di Provinsi Bengkulu, Kota Bengkulu

dan Kabupaten Rejang Lebong memiliki tingkat PDRB tertinggi. Aktivitas

perekonomiannya didominasi oleh sektor pertanian. Pertumbuhan ekonomi yang

tinggi juga terjadi di kota Bengkulu. Laju pertumbuhan yang melampaui

kabupaten lain disebabkan oleh keunggulan di sektor perdagangan, hotel dan

restoran serta jasa. Tingginya PDRB di Kota Bengkulu dapat diasumsikan

terpusatnya aktivitas ekonomi di wilayah ini. Dengan kata lain, Kota Bengkulu

menjadi pusat pertumbuhan. Sedangkan wilayah lain hanya menjadi wilayah

penyangga. Sektor perekonomian di Provinsi ini sangat didominasi oleh pertanian

dan perdagangan. Share pertanian masih sangat dominan peranannya di seluruh

kabupaten, hanya Kota Bengkulu yang memiliki share pertanian pada PDRB lebih

kecil daripada sektor perdagangan.

Adapun sebaran PDRB se-Provinsi Bengkulu adalah sebagai berikut :

Page 25: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

5

Sumber : Bengkulu dalam Angka 2013

Gambar 3 PDRB atas dasar harga konstan seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi

Bengkulu (juta rupiah)

Kota Bengkulu sebagai pusat pertumbuhan di Provinsi Bengkulu

digerakkan oleh sektor perdagangan, hotel dan jasa. Sehingga dapat dikatakan

kota Bengkulu bergerak sebagai kota jasa. Kabupaten Rejang Lebong selain

penggerak utama perekonomian wilayahnya adalah sektor pertanian, juga

memiliki share perdagangan, hotel dan restoran terhadap PDRB yang relatif besar

dibandingkan kabupaten lain. Dengan demikian dapat dinyatakan sektor

pertanian juga dapat menjadi pendorong pertumbuhan jika didukung oleh

aktivitas perdagangan dan jasa.

Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator keberhasilan

pembangunan. Pertumbuhan ekonomi wilayah didasari oleh Pendapatan Domestik

Regional Brutto (PDRB). Jika dilakukan penghitungan PDRB atas dasar

penggunaan yang meliputi konsumsi rumah tangga, konsumsi lembaga, konsumsi

pemerintah, pembentukan modal tetap brutto, inventori stock dan ekspor netto.

Kondisi yang terjadi di propinsi Bengkulu adalah dominasi konsumsi rumah

tangga sedangkan pembentukan modal tetap brutto (PMTB) relatif rendah.

Sedangkan secara teori, tingkat pertumbuhan ekonomi suatu wilayah akan stabil

dan berkelanjutan jika komponen utama pendorong pembangunan adalah

investasi. Selain didominasi konsumsi rumah tangga, ekspor pun memiliki

peranan yang relatif besar. Kontribusi ekspor terhadap PDRB Provinsi Bengkulu

relatif tinggi dibandingkan pengeluaran lain, walaupun masih tetap dibawah

pengeluaran konsumsi rumah tangga (gambar 4).

0,00

1000000,00

2000000,00

3000000,00

4000000,00

5000000,00

6000000,00

7000000,00

8000000,00

Seluma BS Kota BT Kphg RL LBG KAUR BU Muko

Jasa-jasa Keuangan, Real estate, dan Jasa PerusahaanPengangkutan dan Komunikasi Perdagangan, hotel dan restoranBangunan Listrik, gas dan air bersihIndustri Pengolahan Pertambangan dan Penggalian

Page 26: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

6

Sumber : Bengkulu dalam angka 2013

Gambar 4 PDRB (ADHK) Provinsi Bengkulu berdasarkan penggunaan (juta

rupiah).

Tingkat ekspor di provinsi ini relatif meningkat dalam rentang waktu 2010-2012.

Walaupun aktivitas impornya pun mengalami kenaikan. Aktivitas ekspor di

Provinsi Bengkulu ini masih sangat didominasi oleh Batubara sedangkan ekspor

komoditi lain seperti karet dan cangkang sawit belum menonjol.

Sumber : Bengkulu dalam Angka 2014

Gambar 5 Ekspor Batubara dan cangkang sawit Provinsi Bengkulu

Aktivitas ekspor di Provinsi Bengkulu masih didominasi oleh ekspor antar

propinsi yaitu mencapai 69 persen sedangkan ekspor antar Negara baru mencapai

31 persen. Aktivitas impor pun didominasi impor antar provinsi mencapai 99

persen. Selama tahun 2010-2013 terlihat bahwa aktivitas ekspor dan impor terus

mengalami kenaikan. Kenaikan ekspor merupakan aktivitas positif dalam

meningkatkan pendapatan daerah, tetapi kenaikan impor merupakan aktivitas

negatif, sehingga dibutuhkan kebijakan dan pemahaman atas peningkatan impor

tersebut.

Peningkatan nilai impor ini sejalan dengan nilai inventori stock yang

negatif. Inventori stok disini diartikan sebagai persediaan hasil produksi di suatu

wilayah sebagai kelebihan konsumsi masyarakat. Inventori stock negatif dapat

diartikan belum terpenuhinya kebutuhan masyarakat atas produksi lokal sehingga

-10000000

1000000200000030000004000000500000060000007000000

Konsumsi RT KonsumsiNirlaba

KonsumsiPemerintah

PembentukanModal

Perubahanstock

Ekspor Impor

2010 2011 2012

96%

4%

96%

4%

Eksport

Eksport

Page 27: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

7

masih dibutuhkan impor dari provinsi lain. Untuk mengatasi masalah kurangnya

penyediaan kebutuhan masyarakat maka dibutuhkan investasi yang mampu

mendorong usaha pemenuhan kebutuhan masyarakat misalnya melalui industri

pengolahan bahan makanan dan kebutuhan non makanan.

Aktivitas investasi di suatu wilayah tidak terlepas dari iklim investasi yang

ada di wilayah tersebut. Berdasarkan pemeringkatan iklim investasi dan

pelayanan penanaman modal pada 33 Provinsi di Indonesia yang dilakukan oleh

Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) dan Badan

Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Provinsi Bengkulu masuk di peringkat 3

(tiga) terbawah setelah Papua barat dan Sulawesi Tenggara. Rendahnya peringkat

iklim investasi dan penanaman modal di Provinsi Bengkulu meningindikasikan

rendahnya fasilitas infrastruktur, akses lahan yang kurang mendukung dan

keamanan berusaha yang belum terjamin. Kurang baiknya iklim investasi secara

simultan membuat kinerja ekonomi daerah yang kurang maksimal dan sulit

merangsang keterlibatan swasta sehingga perekonomian daerah relatif kurang.

Kondisi kelembagaan penanaman modal di Provinsi Bengkulu

berdasarkan laporan dari KPPOD dinyatakan menempati urutan terbawah diantara

33 (tiga puluh tiga) provinsi di Indonesia. Rendahnya penilaian terindikasi oleh

rendahnya upaya yang dilakukan pemerintah Provinsi untuk mempercepat proses

perizinan dan persetujuan investasi sehingga realisasinya menjadi kurang

maksimal. Pemerintah Provinsi Bengkulu dianggap tidak optimal dalam

mengupayakan percepatan proses perizinan di tingkat Provinsi dan upaya

pemerintah provinsi dalam berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten atau kota

dalam percepatan proses perizinan dan investasi di tingkat kabupaten dirasakan

kurang dan tidak optimal.

Buruknya kondisi iklim investasi dan kelembagaan penanaman modal

semakin diperparah dengan data dari Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi

Daerah (KPPOD) dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang

menyatakan Bengkulu berada pada urutan dua terbawah dalam mempromosikan

investasi daerahnya. Berada di urutan bawah dalam penilaian aktivitas promosi

daerah karena Pemerintah daerah dianggap tidak mampu memetakan potensi

investasi daerah atau kalaupun ada data tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan

dari para pelaku usaha /investor (Tabel 1)

Tabel 1 Pemeringkatan iklim usaha Provinsi Bengkulu Tahun 2008 dalam skala

nasional

Indeks Peringkat Skor

Keseluruhan iklim investasi daerah

Kelembagaan pelayanan penanaman modal

Promosi investasi daerah

31

33

32

50,18

43,98

35,50

Sumber : KPPOD dan BKPM tahun 2008

Untuk tingkat kabupaten, Kabupaten Seluma, Kepahiang, Lebong, Kaur,

Bengkulu Tengah adalah lima dari sepuluh kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu

yang berdasarkan Laporan Akhir Pengkinian Buku Profil dan Pemetaan Daya

Saing Ekonomi Daerah Kabupaten/Kota di Indonesia Tahun 2012 berada pada

sepuluh persen peringkat terbawah Daya saing Daerah Kabupaten/kota. Kondisi

Page 28: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

8

ini erat kaitanya dengan usaha meningkatkan potensi investasi wilayah yang

berujung pada tujuan pembangunan yaitu pertumbuhan ekonomi, pemerataan dan

keberlanjutan.

Akibat dari buruknya iklim investasi yang ada di Provinsi Bengkulu

mengakibatkan jumlah proyek penanaman modal dalam negeri dan asing yang

telah disetujui Pemerintah menurut lokasi di Bengkulu dari tahun 2009 sampai

dengan 2013 terlihat sangat rendah. Proyek penanaman modal dalam negeri

(PMDN) hanya 8 (delapan) dengan modal yang ditanamkan sebesar Rp 170749.7

juta sedangkan penanaman Modal Asing (PMA) sebanyak 70 proyek dengan

modal yang ditanamkan sebesar 121938.1 USD ribu.

Aktivitas penanaman modal asing di Provinsi Bengkulu didominasi oleh

sektor industri makanan dengan bidang usaha minyak kelapa sawit (crude palm

oil), sektor perkebunan dengan bidang usaha perkebunan kelapa sawit, kopi dan

karet berikut pengolahan hasil perkebunan, dan sektor pertambangan dengan

bidang usaha pertambangan umum dan gas alam. Penanaman Modal Dalam

Negeri (PMDN) didominasi oleh sektor tanaman pangan dan perkebunan dengan

bidang usaha perkebunan kelapa sawit dan industri makanan dengan bidang

usaha industri minyak kasar dari nabati dan industri minyak goreng. Adapun

rekapitulasi aktivitas PMA dan PMDN di Provinsi Bengkulu terlihat pada Tabel

2 berikut ini :

Tabel 2 Jumlah PMA dan PMDN di Provinsi Bengkulu periode 2009-2013 No Lokasi PMA PMDN

Jumlah Nilai Investasi Jumlah Nilai Investasi

1. .

Kota Bengkulu

10

7629.7

2

0

2. Seluma 7 18072.3 0 0

3. Bengkulu Selatan 2 1002.8 0 0

4. Kaur 2 2497.3 0 0

5. Bengkulu Tengah 0 0 0 0

6. Bengkulu Utara 28 92182.8 6 170.749

7. Mukomuko 3 0 0 0

8. Kepahiang 2 8.5 0 0

9. Lebong 3 4.8 0 0

10. Rejang Lebong 13 539.9 0 0

TOTAL 70 121937.1 8 170.749

Sumber : DATIN, BKPMD Bengkulu

Menurut laporan dari KPPOD, Perkembangan pembangunan daerah

secara makro tidak lepas dari perkembangan distribusi dan alokasi investasi antar

daerah. Secara kelembagaan, otonomi daerah memberikan tantangan perubahan

kewenangan Provinsi dalam penanaman modal setelah otonomi daerah yang tidak

sebesar masa sebelum otonomi daerah.

Banyaknya keterbatasan yang dimiliki dan dihadapkan pada sejumlah

persoalan besar di bidang investasi, maka pemerintah Provinsi memegang

tanggung jawab dalam penciptaan iklim investasi di wilayahnya. Peran penting

Pemerintah Provinsi terutama dalam hal perumusan perencanaan kebijakan

bidang investasi di level Provinsi. Pemerintah provinsi juga sebagai perencana

pembangunan ekonomi regional, perencana tata ruang Provinsi, dan sebagai

Page 29: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

9

koordinator aktivitas ekonomi yang bersifat lintas kabupatan/kota termasuk

didalamnya pelayanan di bidang investasi.

Pertumbuhan investasi, pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan ekspor

dan impor adalah indikator dari kinerja ekonomi daerah. Rendahnya tingkat

PDRB di Provinsi Bengkulu dibandingkan dengan Provinsi se-sumatera,

ditambah lagi rendahnya pertumbuhan investasi dan tingginya impor maka dapat

dinyatakan bahwa kinerja ekonomi Provinsi Bengkulu rendah/buruk.

Semua kegiatan yang dilakukan dalam proses pembangunan bertujuan

untuk meningkatkan pendapatan masyarakatnya, melalui peningkatan aktivitas

ekonomi di wilayah Provinsi Bengkulu. Untuk mampu meningkatkan aktivitas

ekonomi ini, maka diperlukan sumber daya pembangunan yang memadai baik

yang bersumber dari dalam maupun luar wilayah tersebut. Atas dasar hal tersebut

maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah :

1. Bagaimana struktur ekonomi dan pola pertumbuhan di masing-masing

Kabupaten/Kota, sektor apa yang menjadi unggulan, serta bagaimana

keterkaitan antar sektor tersebut di Provinsi Bengkulu ?

2. Faktor-faktor apa yang menjadi penentu berkembangnya iklim investasi

yang kondusif di Provinsi Bengkulu?

3. Faktor-faktor apa yang menjadi penentu investasi di Provinsi Bengkulu ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan Rumusan masalah diatas, maka tujuan yanng ingin dicapai

dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis:

1. Kondisi di Provinsi Bengkulu dalam kaitannya dengan struktur ekonomi,

pola pertumbuhan dan penentuan sektor unggulan, dalam kaitan antar

wilayah.

2. Iklim investasi yang ada di Provinsi, sekaligus perbaikan iklim investasi

dalam kaitannya dengan usaha meningkatkan daya tarik daerah.

3. Faktor-faktor penentu yang menjadi daya tarik investor untuk

menanamkan modalnya di Provinsi Bengkulu

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat bagi pemerintah Provinsi

Bengkulu dan para pelaku ekonomi yang terlibat di Provinsi ini dalam

menganalisis pencapaian tingkat pembangunan, sektor-sektor penggerak

perekonomian, dalam kaitannya dengan usaha peningkatan investasi wilayah.

Usaha peningkatan investasi dilakukan dengan mencari faktor penentu iklim

investasi wilayah dan faktor penentu investasi.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian :

Penelitian ini dilakukan di Provinsi Bengkulu yang bertujuan menganalisis

usaha pencapaian tingkat pertumbuhan ekonomi sebagai indikator keberhasilan

Page 30: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

10

pembangunan sekaligus membahas hal-hal yang berkaitan dengan struktur dan

pola pertumbuhan ekonomi, sektor dan sub sektor ekonomi unggulan di seluruh

kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu. Penelitian ini juga menganalisis potensi dan

daya saing masing-masing wilayah, sekaligus faktor yang mempengaruh

terciptanya iklim investasi yang kondusif. Usaha peningkatan investasi menjadi

tujuan utama penelitian ini. Untuk itu dilakukan analisis faktor-faktor yang

menjadi penentu bertumbuhnya investasi di Provinsi Bengkulu.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Ekonomi Wilayah.

Argumen dasar dari ilmu ekonomi wilayah adalah adanya

wilayah/daerah yang memiliki keunggulan utama karena adanya kepemilikan

sumber daya alam maupun fasilitas transportasi seperti sungai dan pelabuhan

sehingga menjadi pusat dari kegiatan ekonomi. Namun pada kenyataannya banyak

wilayah yang tidak memiliki keunggulan tersebut tetap berkembang menjadi

pusat-pusat ekonomi. Hal ini yang mendasari munculnya teori Ekonomi Regional

Baru. Teori ini dipopulerkan oleh Paul Krugman pada tahun 1991. Model

Krugman didasarkan pada model Dixit dan Stiglitz’s (1977) tentang diferensiasi

produk dan menawarkan formalisasi melingkar Myrdal dan kumulatif sebab-

akibat. Dilatarbelakangi pada aglomerasi yang tidak selalu menghasilkan

seimbangan. Hal ini karena, di bawah aglomerasi, sebagian besar barang yang

dijual di wilayah pinggiran (pheriphery) harus dikirim dari wilayah pusat dan

dengan demikian harga kemungkinan menjadi tinggi. Pada gilirannya, hal ini

menguntungkan bagi perusahaan yang berlokasi di wilayah pinggiran. Ketika

biaya perdagangan tinggi, penyebaran manufaktur dinyatakan dalam

keseimbangan yang unik dalam model Krugman. Di sisi lain, ketika biaya

perdagangan rendah, permintaan di daerah pinggiran dapat dilayani dengan biaya

rendah dan terjadi aglomerasi.

Selain membahas adanya aglomerasi yang mengakibatkan kenaikan hasil

dan biaya transportasi, teori ini juga menekankan pada hubungan antara

perusahaan dan pemasok, serta antara perusahaan dan konsumen. Dalam teori ini

diilustrasikan adanya skala peningkatan hasil cenderung mendorong terjadi

konsentrasi geografis dari masing-masing produksi. Ketika biaya transportasi

berperan, lokasi yang menarik adalah lokasi yang terdekat dengan pasar dan

pemasok, sedangkan hal lain dianggap sama.

Lokasi konsentrasi produksi cenderung akan menarik faktor-faktor

produksi. Di lokasi tersebut pekerja akan memiliki pekerjaan dan kesempatan

berkonsumsi yang lebih baik. Terkonsentrasinya pekerja di suatu lokasi

menyebabkan peningkatan permintaan barang konsumsi di lokasi tersebut,

sehingga lokasi tersebut menjadi menarik bagi produsen. Lokasi yang memiliki

pangsa produksi yang tinggi akan menyebabkan lokasi tersebut memiliki

kemampuan untuk memperkuat diri. Keuntungan dari wilayah yang dominan

adalah semakin banyaknya perusahaan yang tertarik untuk masuk, karena

banyaknya perusahaan-perusahaan yang sudah berproduksi di wilayah tersebut.

Hal ini bukan disebabkan oleh keunggulan dalam persediaan sumber daya.

Page 31: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

11

Aglomerasi ini diperkuat oleh kekuatan sentrifugal, yaitu konsentrasi kegiatan

produktif di suatu wilayah akan mendorong kenaikan harga sewa lahan dan

rumah, dan juga dapat menyebabkan masalah lingkungan.

Unsur-unsur di dalam model ekonomi Regional baru adalah : (1).

Keuntungan dari konsentrasi yang tidak tergantung pada alam, dominasi dari

suatu daerah dianggap sebagai suatu proses self reinforcing. (2). Kondisi

keseimbangan untuk masing-masing kondisi berbeda. Interaksi akan terjadi antar

pasar, antara perusahaan dengan pemasok dan pelanggan, dan penekanan pada

peran ganda dari pekerja sebagai faktor produksi dan konsumen. (3). Kekuatan

sentripetal yang cenderung melemahkan akan diimbangi oleh kekuatan

sentrifugal. (4). Tidak terjadi eksternalitas ekonomi yang ada hanyalah interaksi

antara biaya transportasi, skala hasil yang meningkat, dan mobilitas faktor.

2.2. Wilayah

Menurut Isard (1975) dalam Rustiadi (2009), pengertian suatu wilayah

pada dasarnya bukan sekedar areal dengan batas-batas tetentu. Menurutnya

wilayah adalah suatu area yang memiliki arti (meaningful) karena adanya

masalah-masalah yang ada di dalamnya sedemikian rupa.

Wilayah mengacu pada pengertian geografis, yaitu sebagai suatu unit

gegrafis dengan batas-batas tertentu dimana komponen-komponen di dalamnya

memiliki keterkaitan dan hubungan fungsional satu sama lainn. Secara geografis,

wilayah dapat didefinisikan sebagau unit geografis dengan batas-batas spesifik

(tertentu) di mana komponen-komponennya memiliki arti di dalam pendeskripsian

perencanaan dan pengelolaan sumber daya pembangunan. Tidak ada batasan

spesifik dari luasan suatu wilayah. Batasan yang ada lebih bersifat “meaningful”

untuk perencanaan, pelaksanaan, monitoring, pengendalian maupun evaluasi.

Murty (2000) mendefinisikan wilayah sebagai suatu area geografis,

teritorial atau tempat, yang dapat berwujud sebagai suatu negara, provinsi, distrik

(kabupaten) dan perdesaan. Tapi suatu wilayah pada umumnya tidak sekedar

merujuk suatu tempat atau area, melainkan merupakan suatu kesatuan ekonomi,

politik, sosial, administrasi, iklim hingga geografis sesuai dengan pembangunan

atau kajian.

Rustiadi (2009) menyatakan kerangka klasifikasi konsep wilayah yang

lebih mampu menjelaskan berbagai konsep wilayah yaitu : (1). wilayah homogen

(uniform), (2). wilayah sistem/fungsional, (3). Wilayah perencanaan/pengelolaan

(planning region atau programming region).

Adapun yang dimaksud dengan wilayah homogen adalah wilayah yang

dibatasi oleh faktor-faktor dominan yang bersifat homogen, sedangkan faktor-

faktor yang tidak dominan bisa saja beragam (heterogen). Wilayah sebagai suatu

sistem dilandasi oleh pemikiran sebagai suatu entitas yang terdiri atas komponen-

komponen yang memiliki keterkaitan, ketergantungan dan saling berinteraksi satu

sama lain dan tidak terpisahkan dalam kesatuan.

Wilayah dalam suatu sistem sederhana adalah wilayah yang bertumpu

atas konsep ketergantungan atau keterkaitan antara dua bagian atau komponen

wilayah. Dalam wilayah dengan sistem sederhana ini, wilayah nodal (hubungan

antara pusat dan hinterland), kawasan perkotaan dan perdesaan, dan kawasan budi

daya dan non budidaya, termasuk di dalamnya. Sedangkan wilayah dalam sistem

Page 32: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

12

kompleks memiliki jumlah/kelompok unsur penyusun serta struktur yang lebih

rumit. Sistem ekologi, sosial, dan dan ekonomi termasuk di dalam sistem ini.

Wilayah Perencanaan/pengelolaan tidak terlalu struktural melainkan sebagai unit

koordinasi atau pengelolaan yang terfokus pada tujuan dan penyelesaian masalah

tertentu, seperti kawasan DAS, Free trade Zone dan lain-lain.

Gambar berikut mendeskripsikan sistematika pembagian dan keterkaitan berbagai

konsep-konsep wilayah :

Sumber : Rustiadi (2009)

Gambar 6 Konsep wilayah

Analisis kebijakan perwilayah seringkali digunakan untuk mengetahui dasar

penetapan sistem perwilayahan dalam perencanaan pembangunan. Analisis ini

dilakukan dengan menelaah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Dengan

analisis kebijakan perwilayahan dapat diketahui tujuan pembangunan wilayah, dasar

hukum dan indikator yang digunakan dalam menentukan wilayah pembangunan dan

merumuskan kebijaksanaan tata ruang wilayah.

wilayah

homogen

Sistem/fungsi

Perencanaan

/pengelolaan

Sistem

sederhana

Sistem

Kompleks

Nodal

Desa-Kota

Budidaya-

Lindung

Sistem

ekonomi

Sistem eko-

logi

Sistem Sosial

Politik

Wil Perencanaan Khusus

Wil. Adminstrasi Politik

Page 33: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

13

2.3. Pembangunan

Pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional

yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap

masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap mengejar akselerasi

pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan serta pengentasan

kemiskinan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembangunan merupakan suatu

kenyataan fisik sekaligus tekad masyarakat untuk berupaya sekeras mungkin

(melalui serangkaian kombinasi proses sosial, ekonomi dan institusional) demi

mencapai kehidupan yang serba lebih baik (Todaro dan Stephen, 2006). Tiga

tujuan inti pembangunan sebagai berikut :

1. Peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi berbagai barang

kebutuhan hidup yang pokok seperti pangan, sandang, papan, kesehatan

serta perlindungan keamanan.

2. Peningkatan standar hidup yang tidak hanya berupa peningkatan

pendapatan, tetapi juga meliputi penambahan penyediaan lapangan kerja,

perbaikan kualitas pendidikan, serta peningkatan perhatian atas nilai-nilai

kultural dan kemanusiaan, yang kesemuanya itu tidak hanya memperbaiki

kesejahteraan materi melainkan juga menumbuhkan harga diri pada

pribadi dan bangsa yang bersangkutan.

3. Perluasan pilihan-pilihan ekonomis dan sosial bagi setiap individu serta

bangsa secara keseluruhan, yakni dengan membebaskan mereka dari

belitan sikap menghamba dan ketergantungan, bukan hanya terhadap

seseorang atau bangsa-bangsa lain, namun juga terhadap setiap kekuatan

yang berpotensi merendahkan nilai-nilai kemanusiaan mereka.

Menurut Rustiadi (2009), secara filosofis suatu proses pembangunan

dapat diartikan sebagai upaya yang sistematik dan berkesinambungan untuk

menciptakan keadaan yang dapat menyediakan berbagai alternatif yang sah bagi

pencapaian aspirasi setiap warga yang paling humanistik. Alternatif yang sah

disini diartikan dilaksanakan sesuai dengan hukum yang berlaku atau dalam

tatanan kelembagaan atau budaya yang dapat diterima. Dengan kata lain proses

pembangunan adalah proses memanusiakan manusia.

UNDP mendefinisikan pembangunan dan khususnya pembangunan

manusia sebagai suatu proses untuk memperluas pilihan-pilihan bagi penduduk (a

process of enlarging people’s choice), dalam hal ini penduduk ditempatkan

sebagai tujuan akhir.

Menurut Todaro (2000), pembangunan harus memenuhi tiga komponen

dasar yang dijadikan basis konseptual dan pedoman praktis dalam memahami

pembangunan yang paling hakiki yaitu kecukupan (sustainance), memenuhi

kebutuhan pokok, meningkatkan rasa harga diri atau jati diri (self-esteem), serta

kebebasan (feedom) untuk memilih. Todaro berpendapat bahwa pembangunan

harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai

perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap masyarakat, dan institusi nasional

disamping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penangan

ketimpangan pendapatan serta pengentasan kemiskinan.

Page 34: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

14

2.4. Teori Pembangunan Daerah

Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional

sebagai usaha yang terencana dalam meningkatkan kapasitas pemerintahan

daerah sehingga dapat tercipta suatu kemampuan yang andal dan professional

dalam memberikan pelayanan prima kepada masyarakat, serta kemampuan untuk

mengelola sumber daya ekonomi daerah secara berdaya guna tepat dan berhasil

meningkatkan kemajuan perekonomian daerah dan kesejahteraan masyarakat.

Pembangunan daerah dilaksanakan melalui pengembangan otonomi daerah dan

pengaturan sumber daya yang memberikan kesempatan bagi terwujudnya tata

kelola pemerintahan yang baik. Pembangunan daerah juga merupakan upaya

dalam memberdayakan masyarakat daerah sehingga tercipta suatu lingkungan

yang memungkinkan masyarakat untuk menikmati kualitas kehidupan yang lebih

baik, maju, tenteram, dan sekaligus memperluas pilihan yang dapat dilakukan

masyarakat bagi peningkatan harkat, martabat dan harga diri, sesuai dengan tujuan

inti dari pembangunan (Todaro dan Stephen, 2006).

Pembangunan daerah dapat dilihat dari berbagai segi. Pertama, dari segi

pembangunan sektoral yaitu pencapaian sasaran pembangunan nasional

dilakukan melalui berbagai kegiatan pembangunan sektoral yang dilaksanakan di

daerah dengan menyesuaikan kondisi dan potensi daerah tersebut. Kedua, dari

segi pembangunan wilayah yang meliputi perkotaan dan pedesaan sebagai pusat

dan lokasi kegiatan sosial ekonomi dari wilayah tersebut. Ketiga, pembangunan

daerah dilihat dari segi pemerintahannya yaitu keberhasilan pembangunan daerah

ditentukan dengan kepemerintahan daerah yang berjalan baik. Oleh karena itu,

pembangunan daerah merupakan usaha mengembangkan dan memperkuat

pemerintahan daerah dalam rangka memantapkan otonomi daerah yang dinamis

dan serasi serta bertanggung jawab.

Pembangunan daerah merupakan penjabaran dari pembangunan nasional,

maka kinerja pembangunan nasional merupakan agregat dari kinerja

pembangunan pusat hingga ke satuan pemerintahan daerah terkecil yaitu pada

tingkat kabupaten/kota. Tanggung jawab untuk mencapai tujuan dan sasaran

dalam pembangunan nasional menjadi kewajiban bersama antara Pemerintah

Pusat dan Daerah. Perencanaan pembangunan daerah adalah bagian yang tidak

terpisahkan dari sistem perencanaan pembangunan nasional. Keselarasan

kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan sangat penting dalam

mengoptimalkan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya yang terbatas

(Ambardi dan Socia, 2002).

Terjadinya perubahan baik secara incremental maupun paradigma

mengarahkan pembangunan wilayah kepada terjadinya pemerataan (equity) yang

mendukung pertumbuhan ekonomi (efficiency), dan keberlanjutan (sustainable)

(Anwar (2001). Kemampuan memacu pertumbuhan suatu wilayah atau negara

sangat tergantung dari keunggulan atau daya saing sektor-sektor ekonomi di

wilayahnya. Nilai strategis setiap sektor untuk menjadi pendorong utama (prime

mover) pertumbuhan ekonomi wilayah berbeda-beda.

Menurut Widodo (2006) ada dua faktor utama yang perlu diperhatikan

dalam mengidentifikasi potensi kegiatan ekonomi daerah. Pertama, Sektor

ekonomi yang unggul atau yang mempunyai daya saing dalam beberapa periode

Page 35: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

15

tahun terakhir dan kemungkinan prospek sektor ekonomi di masa yang akan

datang. Kedua, Sektor ekonomi yang potensial untuk dikembangkan di masa

mendatang, walaupun belum mempunyai daya saing yang baik.

Pembangunan ekonomi akan optimal bila didasarkan pada keunggulan

komparatif (comparative advantage) dan keunggulan kompetitif (competitive

advantage). Secara umum, keunggulan komparatif kebih menekankan pada

kepemilikan sumber daya ekonomi, social, politik dan kelembagaan suatu

daerah seperti : kepemilikan sumber daya alam, sumber daya manusia,

infrastruktur dan lain-lain. Sementara keunggulan kompetitif (competitive

advantage) lebih menekankan pada efisiensi pengelolaan sumber daya terkait

dengan produksi, konsumsi maupun distribusi. Pada aspek produksi keunggulan

atau daya saing wilayah dapat dikaji dengan melihat sejauh mana wilayah itu

miliki sektor basis atau keunggulan dalam penciptaan nilai tambah (basic sector)

dan keunggulan dalam penyerapan tenaga kerja dengan produktivitas tinggi

(basic employment).

Sektor basis suatu wilayah dapat dibagi dalam dua golongan yaitu sektor

basis dimana kelebihan dan kekurangan yang terjadi dalam proses pemenuhan

kebutuhan tersebut menyebabkan terjadinya mekanisme ekspor dan impor antar

wilayah. Artinya industri basis ini akan menghasilkan barang dan jasa, baik untuk

pasar domestik daerah maupun pasar luar wilayah/daerah. Sedangkan sektor non

basis adalah sektor dengan kegiatan ekonomi yang hanya melayani pasar di

daerahnya sendiri, dan kapasitas ekspor daerah belum berkembang (Rustiadi,

2009;180).

Dalam sektor ekonomi tersebut terdapat sektor-sektor yang menjadi

unggulan, yang merupakan sektor yang keberadaannya pada saat ini telah

berperan besar pada perkembangan perekonomian suatu wilayah dikarenakan

mempunyai keunggulan-keunggulan tertentu. Selanjutnya keunggulan ini

berkembang melalui kegiatan investasi dan menjadi tumpuan kegiatan ekonomi.

Hal ini didasarkan atas seberapa besar peranan sektor tersebut dalam

perekonomian daerah (Ambardi dan Socia, 2002).

Sektor unggulan merupakan sektor yang bisa menjadi motor penggerak

pembangunan suatu daerah, yang didasarkan pada kriteria tertentu yaitu :

1. Sektor unggulan harus mampu menjadi penggerak utama pembangunan

perekonomian. Artinya sektor tersebut dapat memberikan kontribusi yang

signifikan pada peningkatan produksi, pendapatan maupun pengeluaran.

2. Sektor unggulan mempunyai dampak keterkaitan yang kuat baik

keterkaitan ke depan maupun ke belakang, dan dengan sektor unggulan

lain atau pun dengan sektor ekonomi lainnya.

3. Sektor unggulan mampu bersaing dengan sektor yang sejenis dari wilayah

lain di pasar nasional dan internasional, baik dalam harga produk sektor

tersebut, biaya produksi, kualitas pelayanan maupun aspek-aspek lainnya.

4. Sektor unggulan daerah memiliki keterkaitan dengan daerah lain, baik

dalam pasar maupun pemasukkan bahan baku.

5. Sektor unggulan memiliki tehnologi yang terus meningkat, terutama

melalui inovasi tehnologi.

6. Sektor unggulan mampu menyerap tenaga kerja berkualitas secara

optimal sesuai dengan skala produksi yang dimiliki oleh sektor tersebut.

Page 36: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

16

7. Sektor unggulan biasanya bisa bertahan dalam jangka waktu yang relatif

lama.

Berdasarkan pada basis ekonomi, perekonomian suatu wilayah terbagi atas

dua, yaitu sektor basis dan sektor non basis yang apabila dikaitkan dengan sektor

unggulan maka sektor basis termasuk dari salah satu kriteria sektor unggulan.

Sektor basis itu sendiri adalah kegiatan-kegiatan yang mampu mengekspor

barang dan jasa keluar batas perekonomian wilayah yang bersangkutan.

Sedangkan sektor non basis adalah kegiatan-kegiatan ekonomi yang

menyediakan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan orang-orang yang

bertempat tinggal di dalam batas perekonomian wilayah tersebut.

Pembangunan ekonomi dengan mengacu pada sektor unggulan selain

berdampak pada percepatan pertumbuhan ekonomi juga akan berpengaruh pada

perubahan mendasar dalam struktur ekonomi. Pengertian sektor unggulan pada

dasarnya dikaitkan dengan suatu bentuk perbandingan, baik itu perbandingan

berskala internasional, regional maupun nasional.

Pada lingkup internasional, suatu sektor dikatakan unggul jika sektor

tersebut mampu bersaing dengan sektor yang sama dengan negara lain.

Sedangkan pada lingkup nasional, suatu sektor dikategorikan sebagai sektor

unggulan apabila sektor di wilayah tertentu mampu bersaing dengan sektor yang

sama yang dihasilkan oleh wilayah lain, baik di pasar nasional ataupun domestik.

Penentuan sektor unggulan menjadi hal yang penting sebagai dasar perencanaan

pembangunan daerah sesuai era otonomi daerah saat ini, di mana daerah memiliki

kesempatan dan kewenangan untuk membuat kebijakan yang sesuai dengan

potensi daerah demi mempercepat pembangunan ekonomi daerah untuk

peningkatan kemakmuran masyarakat.

Menurut Rachbini (2001) ada empat syarat agar suatu sektor tertentu

menjadi sektor prioritas, yakni (1) sektor tersebut harus menghasilkan produk

yang mempunyai permintaan yang cukup besar, sehingga laju pertumbuhan

berkembang cepat akibat dari efek permintaan tersebut; (2) karena ada perubahan

teknologi yang teradopsi secara kreatif, maka fungsi produksi baru bergeser

dengan pengembangan kapasitas yang lebih luas; (3) harus terjadi peningkatan

investasi kembali dari hasil-hasil produksi sektor yang menjadi prioritas tersebut,

baik swasta maupun pemerintah; (4) sektor tersebut harus berkembang sehingga

mampu member pengaruh terhadap sektor-sektor lainnya.

Data PDRB merupakan informasi yang sangat penting untuk mengetahui

output pada sektor ekonomi dan melihat pertumbuhan di suatu wilayah

tertentu(provinsi/kabupaten/kota). berdasarkan data PDRB, maka dapat

ditentukannya sektor unggulan (leading sector) di suatu daerah/wilayah. Sektor

unggulan adalah satu grup sektor/subsektor yang mampu mendorong kegiatan

ekonomi dan menciptakan kesejahteraan di suatu daerah terutama melalui

produksi, ekspor dan penciptaan lapangan pekerjaan, sehingga identifikasi sektor

unggulan sangat penting terutama dalam rangka menentukan prioritas dan

perencanaan pembangunan ekonomi di daerah. Manfaat mengetahui sektor

unggulan, yaitu mampu memberikan indikasi bagi perekonomian secara nasional

dan regional. Sektor unggulan dipastikan memiliki potensi lebih besar untuk

tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor lainnya dalam suatu daerah terutama

adanya faktor pendukung terhadap sektor unggulan tersebut yaitu akumulasi

Page 37: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

17

modal, pertumbuhan tenaga kerja yang terserap, dan kemajuan teknologi

(technological progress). Penciptaan peluang investasi juga dapat dilakukan

dengan memberdayakan potensi sektor unggulan yang dimiliki oleh daerah yang

bersangkutan.

Tingkat pencapaian tujuan pembangunan wilayah menurut Rustiadi

(2009) dapat diketahui dari indikator kinerja. Indikator kinerja disini merupakan

sesuatu yang akan dihitung dan diukur serta digunakan sebagai dasar untuk

menilai atau melihat tingkat kinerja baik dari sisi perencanaan, pelaksanaan

maupun tahap setelah kegiatan selesai dan berfungsi. Salah satu indikator kinerja

pembangunan wilayah yang dipergunakan adalah indikator berdasarkan tujuan

pembangunan dengan indikator operasional meliputi (1). Pendapatan wilayah

diukur berdasarkan PDRB, PDRB Perkapita dan Pertumbuhan PDRB, (2).

Kelayakan finansial/Ekonomi berdasarkan NPV, BC ratio, IRR, dan BEP, (3).

Spesialisasi, keunggulan Komperatif atau Kompetitif dengan menggunakan

metode LQ, dan Shift and Share analysis, (4). Produksi-produksi utama.

Pembangunan atau pengembangan wilayah bertujuan untuk meningkatkan

taraf hidup dan kesejahteraan rakyat di daerah melalui pembangunan yang serasi

dan terpadu baik antar sektor maupun antara pembangunan sektoral dengan

perencanaan dari daerah yang efisien dan efektif menuju tercapainya kemandirian

daerah dan kemajuan yang merata. Pengembangan wilayah memerlukan strategi

untuk mewujudkan keseimbangan antar daerah dalam tingkat pertumbuhan yang

akan mendorong perdagangan antardaerah yang semakin efisiensi dan intensif

sehingga merangsang timbulnya spesialisasi daerah. Spesialisasi daerah tersebut

akan membuka kesempatan untuk berkembang bagi masing-masing daerah untuk

memperkokoh perekonomiannya (Hadjirosa, 1982). Salah satu strategi

pengembangan wilayah yang erat kaitannya dengan aspek tata ruang adalah

konsepsi perwilayahan pembangunan.

Konsep perwilayahan pembangunan merupakan salah satu bentuk

kebijaksanaan wilayah yang dilakukan dalam mengurangi kesenjangan

antarwilayah melalui pemanfaatan kekuatan yang dimiliki oleh daerah-daerah

pemusatan dalam membangkitkan pertumbuhan dan menjalarkan ke daerah

belakangnya (Sapoetro 2004).

2.5. Pertumbuhan Ekonomi

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah

daerah dan seluruh komponen masyarakat mengelola berbagai sumber daya yang

ada dan membentuk suatu pola kemitraan untuk menciptakan suatu lapangan

pekerjaan baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah

tersebut (Lincolin Arsyad, 1999 ; Blakely E. J, 1989). Tolok ukur keberhasilan

pembangunan dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi dan

semakin kecilnya ketimpangan pendapatan antarpenduduk, antardaerah dan

antarsektor. Suatu ekonomi dikatakan mengalami pertumbuhan yang berkembang

apabila tingkat kegiatan ekonominya lebih tinggi daripada apa yang dicapai pada

masa sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per

kapita dalam jangka panjang (Lincolin Arsyad, 1999).

Pertumbuhan ekonomi (economic growth) adalah suatu proses kenaikan

output dalam jangka panjang. Penekanan pada “proses” disebabkan

Page 38: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

18

pembangunan mengandung unsur dinamis, perubahan, atau perkembangan.

Karena itu, pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan salah

satu syarat utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi disuatu

negara/daerah. Secara teori, pertumbuhan ekonomi bisa bersumber dari sisi

penawaran agregat (aggregate supply) maupun sisi permintaan agregat

(aggregate demand).

Berdasarkan model pertumbuhan Sollow dalam Romer (2006)

diasumsikan terdapat empat (4) variabel yang menjadi input dan output dalam

suatu proses produksi yaitu output (Y). Modal/kapital (K), tenaga kerja/labor (L)

dan pengetahuan atau efektivitas tenaga kerja (A). adapun fungsi dari variabel

tersebut adalah :

Y(t) = F (K(t). A(t), L(t)) dimana t adalah waktu

Secara lebih spesifik fungsi produksi dinyatakan sebagai fungsi Cobb-Douglas

berikut :

( ) ( ) , 0 < α < 1

Perkembangan fungsi produksi menunjukkanbahwa pertumbuhan ekonomi

di suatu negara/daerah tidak lagi hanya dipengaruhi oleh faktor kapital dan tenaga

kerja saja, tetapi juga terdapat faktor lainnya seperti teknologi juga telah menjadi

faktor penentu dalam pembentukan output (Romer,2006).

Sementara itu, dari sisi permintaan agregat, pertumbuhan ekonomi

bersumber dari empat komponen pembentuk GDP (Z), yaitu konsumsi

masyarakat (C), pembentukan modal atau investasi (I), pengeluaran pemerintah

(G), dan ekspor neto (ekspor dikurangkan dengan impor, X-M), atau secara

matematis dapat ditulis sebagai berikut (Blanchard, 2008) :

Y = C + I + G + (X-M)

Konsumsi dipengaruhi oleh disposible income (Yd) dengan arah

perubahan positif (+) terhadap tingkat konsumsi, investasi dapat bersifat konstan

maupun sebagai fungsi dari tingkat bunga, dengan arah perubahan negatif (-),

Pengeluaran pemerintah (G) merupakan salah satu instrumen dari kebijakan

fiskal. Sedangkan ekspor netto menurut Mankiw (2007) adalah nilai barang dan

jasa yang diekspor ke negara lain dikurangi nilai barang dan jasa yang diimpor

dari negara lain. Ekspor netto menunjukkan pengeluaran neto dari luar negeri

atas barang dan jasa yang memberikan pendapatan bagi produsen domestik.

Perubahan pendapatan nasional dari satu periode (tahun) ke periode (tahun)

berikutnya akan menggambarkan besarnya pertumbuhan ekonomi suatu

negara/wilayah. Pertumbuhan ekonomi tersebut biasanya disajikan dalam bentuk

perubahan Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara atau Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) sebuah daerah.

Formulasi tingkat pertumbuhan ekonomi yang digunakan adalah sebagai

berikut :

dimana :

ΔPDRB = tingkat pertumbuhan ekonomi; PDRB = produk domestik regional

bruto; t = tahun t; t-1 = satu tahun sebelumnya

Page 39: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

19

Pertumbuhan ekonomi telah mengakibatkan perubahan struktur

perekonomian. Transformasi struktural sendiri merupakan perubahan struktur

perekonomian dari sektor pertanian ke sektor industri, perdagangan dan jasa,

dimana masing-masing perekonomian akan mengalami transformasi yang

berbeda-beda. Pada umumnya transformasi yang terjadi di Negara sedang

berkembang adalah transformasi dari sektor pertanian ke sektor industri .

Perubahan struktur atau transformasi ekonomi dari tradisional menjadi modern

secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan dalam ekonomi yang

berkaitan dengan komposisi penyerapan tenaga kerja, produksi perdagangan, dan

faktor-faktor lain yang diperlukan secara terus menerus untuk meningkatkan

pendapatan dan kesejahteraan social melalui peningkatan pendapatan perkapita

(Chenery 1986).

Pola Pertumbuhan dapat dilihat dari dua sisi yaitu :

1. Dilihat dari Permintaan Domestik.

Apabila dilihat dari permintaan domestik akan terjadi penurunan permintaan

terhadap konsumsi bahan makanan karena dikompensasikan oleh peningkatan

permintaan terhadap barang-barang non kebutuhan pangan, peningkatan

investasi dan peningkatan anggaran belanja pemerintah yang mengalami

peningkatan dalam struktur Pendapatan Domestik Brutto (PDB). Disektor

perdagangan internasional terjadi juga perubahan yaitu peningkatan nilai

ekspor dan impor. Sepanjang perubahan struktural ini berlangsung terjadi

peningkatan pangsa ekspor komoditas hasil produksi

2. Dilihat dari tenaga kerja

Apabila dilihat dari sisi tenaga kerja ini akan terjadi proses perpindahan

tenaga kerja dari sektor pertanian di desa menuju sektor industri di perkotaan,

meski pergeseran ini masih tertinggal (lag) dibandingkan proses perubahan

struktural itu sendiri. Dengan keberadaan lag inilah maka sektor pertanian

akan berperan penting dalam peningkatan penyediaan tenaga kerja baik dari

awal maupun akhir dari proses transformasi perubahan struktural tersebut.

Struktur ekonomi daerah berdampak pada peningkatan sektor-sektor

perekonomian lainnya yang saling berkaitan. Suatu daerah dapat dikatakan maju

apabila ditunjang dari segi pengetahuan masyarakat yang tinggi, adanya sumber

daya manusia yang mempunyai potensi besar guna tercapainya kemajuan

pembangunan daerah. Aspek penting lain dari perubahan struktural adalah sisi

ketenagakerjaan bahwa pertumbuhan ekonomi melalui 2 (dua) proses transformasi

dapat dicapai melalui peningkatan produktivitas tenaga kerjanya lebih tinggi

(Clark dalam Ketut 2001).

Menurut Sumitro (1994), pertumbuhan ekonomi bersangkut paut dengan

proses pembangunan yang berdimensi tunggal dan diukur dengan meningkatnya

hasil produksi dan hasil pendapatan. Perbedaan pertumbuhan ekonomi akan

membawa masing-masing daerah membentuk suatu pola pertumbuhan dimana

data digolongkan dalam klasifikasi tertentu untuk mengetahui potensi relatif

perekonomian suatu daerah.

Menurut Solow di dalam Todaro (2010) konsep pertumbuhan ekonomi

sebagai tolak ukur penilaian pertumbuhan ekonomi nasional. Ada 3 faktor atau

komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi yaitu :

Page 40: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

20

1. Akumulasi modal, yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru

yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modal atau sumber daya

manusia.

2. Pertumbuhan penduduk, yang pada akhirnya akan memperbanyak jumlah

angkatan kerja.

3. Kemajuan teknologi

Akumulasi modal terjadi apabila sebagian dari pendapatan ditabung dan

diinvestasikan kembali dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan di

kemudian hari. Pengadaan pabrik baru, mesin-mesin peralatan dan bahan baku

akan meningkatkan persediaan modal fisik suatu negara (yaitu total nilai riil atas

seluruh barang modal produktif secara fisik) dan hal ini akan memungkinkan

terjadinya peningkatan output dimasa mendatang.

Investasi produktif yang bersifat langsung tersebut harus dilengkapi dengan

berbagai investasi penunjang yang disebut investasi “infrastruktur” ekonomi dan

sosial. Dimana kesemuanya ini dibutuhkan dalam rangka menunjang dan

mengintegrasikan segenap aktivitas ekonomi produktif. Investasi dalam

pembinaan sumber daya manusia dapat meningkatkan kualitas modal manusia,

sehingga pada akhirnya akan membawa dampak positif yang sama terhadap angka

produksi. Akumulasi modal dapat menambah sumber daya baru atau

meningkatkan kualitas sumber daya yang sudah ada. Untuk mencapai semua itu

maka harus ada pertukaran antara konsumsi sekarang dan konsumsi mendatang.

Artinya pihak-pihak pelaku investasi harus bersedia mengorbankan atau

mengurangi konsumsi mereka pada saat sekarang demi memperoleh konsumsi

yang lebih baik dikemudian hari.

2.6. Investasi

Investasi merupakan kombinasi antara tingkat permintaan untuk

berinvestasi dari perusahaan dengan tabungan (saving) dari rumah tangga

(Romer 2006). Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau penanaman

modal bagi perusahaan untuk membeli barang modal dan perlengkapan untuk

menambah kemampuan produksi barang dan jasa dalam perekonomian.

Pertambahan jumlah barang modal memungkinkan perekonomian tersebut

menghasilkan lebih banyak barang dan jasa dimasa yang akan datang.

Menurut McMeer (2003) dalam Bank Indonesia (2007), investasi dalam

pengertian konsepsional merupakan hasil dari sebuah proses yang bersifat multi

dimensional. Pembangunan ekonomi merupakan salah satu fungsi dari investasi

dalam artian penanaman modal atau faktor ekonomi yang paling esensial dan

mudah diukur secara kuantitatif. Akan tetapi pada kenyataannya, seorang investor

yang akan menanamkan modalnya pada suatu bidang usaha tertentu akan selalu

memperhatikan faktor-faktor keamanan lingkungan, kepastian hukum, status

lahan investasi dan dukungan pemerintah (Bachri, 2004) dalam Wati (2008).

Jenis investasi langsung swasta diklasifikasikan menjadi Penanaman

Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Menurut

UU No.25 tahun 2007 Penanaman Modal Asing adalah kegiatan menanamkan

modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang

dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing

Page 41: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

21

sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.

Sedangkan pengertian penanaman modal dalam negeri (PMDN) adalah kegiatan

menanamkan modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik

Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan

menggunakan modal dalam negeri. Penanam modal disini adalah perseorangan

atau badan usaha yang melakukan penanaman modal yang dapat berupa penanam

modal dalam negeri maupun asing. Modal menurut UU No.25 tahun 2007

adalah asset dalam bentuk uang atau bentuk lain yang bukan uang yang dimiliki

oleh penanam modal yang memiliki nilai ekonomis.

Terdapat banyak faktor penentu dalam melakukan investasi, yaitu

investasi yang memberikan keuntungan tambahan kepada perusahaan melalui

penjualan produknya di pasar domestik dan suku bunga yang merupakan harga

atau biaya yang harus dibayar dalam meminjamkan uang untuk suatu periode

tertentu dan ekspetasi keuntungan. Dengan demikian para investor melakukan

investasi untuk mendapatkan keuntungan atas investasi yang dilakukan.

Pertimbangan tersebut adalah sepenuhnya merupakan pertimbangan-

pertimbangan investasi yang terkait secara langsung dengan faktor-faktor

ekonomi. Selain kegiatan pertimbangan faktor ekonomi tersebut, pelaku usaha

juga mempertimbangkan masalah faktor non-ekonomi, seperti masalah jaminan

keamanan, stabilitas politik, penegakkan hukum, sosial budaya, dan masalah

ketenagakerjaan yang merupakan faktor penentu utama dalam menentukan

keberhasilan investasi.

Investasi adalah bagian dari pendapatan nasional brutto (PNB) dari sisi

pengeluaran yang merupakan aktivitas pembelian barang-barang untuk

penggunaan di masa depan. Investasi dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu

investasi tetap bisnis, investasi tetap residensial dan investasi persediaan.

Investasi tetap bisnis adalah pembelian pabrik dan peralatan baru oleh

perusahaan. Investasi residensial adalah pembelian rumah baru oleh rumah tangga

dan tuan tanah. Investasi persediaan adalah peningkatan dalam persediaan barang

perusahaan (jika persediaan menurun maka investasi persediaan menaik)

(Mankiw 2007).

Adanya investasi-investasi baru memungkinkan terciptanya barang modal

baru sehingga akan menyerap faktor produksi baru, yaitu menciptakan lapangan

kerja baru atau kesempatan kerja yang akan menyerap tenaga yang pada

gilirannya akan mengurangi pengangguran. Dengan demikian, terjadinya

penambahan output dan pendapatan baru pada faktor produksi tersebut akan

menambah output nasional sehingga akan terjadi pertumbuhan ekonomi. Investasi

merupakan salah satu bagian yang seringkali menjadi faktor dalam berbagai teori

pembangunan, di mana investasi merupakan penggerak atau akselerator

pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan masyarakat.

Menurut Todaro (2000) investasi atau penanaman modal sebagai bagian

dari total pendapatan nasional (national income) atau pengeluaran nasional

(national expenditure) yang secara khusus diperuntukkan memproduksi barang-

barang kapital atau modal pada suatu periode tertentu.

Pengeluaran investasi dapat juga meliputi pengeluaran pemerintah yaitu

pengeluaran yang ditambahkan pada komponen-komponen barang modal.

Kegiatan investasi yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta dapat

dibedakan atas investasi yang otonom dan investasi yang terdorong (Harjanti,

Page 42: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

22

2005). Investasi otonom adalah investasi yang bebas dilakukan tanpa terpengaruh

atau terdorong oleh faktor lainnya. Investasi ini umumnya dilakukan oleh

pemerintah seperti pembuatan jalan, irigasi, dan jembatan. Sedangkan, investasi

yang terdorong investasi yang dilakukan sebagai akibat adanya kenaikan

permintaan atau dorongan dari pemerintah.

Secara konsep, investasi adalah kegiatan mengalokasikan atau

menanamkan sumber daya (resources) saat ini (sekarang), dengan harapan

mendapatkan manfaat dikemudian hari (masa datang). Pengertian dari investasi

dapat dirumuskan sebagai mengorbankan peluang konsumsi saat ini, untuk

mendapatkan manfaat di masa datang. Investasi memiliki dua aspek yaitu

konsumsi saat ini dengan harapan dapat keuntungan di masa datang.

Dalam model Pertumbuhan Solow, dikatakan bahwa permintaan terhadap

barang berasal dari konsumsi dan investasi, dan persediaan modal adalah

determinan output perekonomian yang penting karena sangat fluktuatif dan

berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi. Persediaan modal sangat dipengaruhi

oleh investasi dan depresiasi. Investasi mengacu pada pengeluaran untuk peluasan

usaha dan peralatan baru, hal ini menyebabkan persediaan modal bertambah.

Sedangkan depresiasi mengacu pada penggunaan modal, hal ini menyebab

persediaan modal berkurang (gambar 7). :

Sumber : Mankiw 2007

Gambar 7 Output, konsumsi dan investasi

Peluang untuk mendapatkan manfaat atau laba investasi (dikenal dengan

istilah iklim investasi atau iklim usaha yang kondusif) mendorong tumbuhnya

investasi yang disengaja (induced investment). Selanjutnya keberhasilan induced

investment akan memperbesar nilai tambah (value added) atau Produk Domestik

Brutto (PDB), yang menggambarkan pendapatan (income) domestik, baik negara

(yang diwakili oleh pemerintah) atau pun masyarakat. Peningkatan pendapatan

domestik ini akan mendorong tumbuhnya investasi otomatis, karena investasi ini

tergantung pada kemampuan pendapatan masyarakat dan pemerintah atau negara.

Makin besar investasi akan mendorong permintaan aneka barang dan jasa

kebutuhan dan keinginan masyarakat dan pada gilirannya akan mendorong

peningkatan investasi yang disengaja (induced investment)

Menurut karakteristik sifat dan Pelaku, maka investasi dapat

dikelompokan menjadi investasi publik (Public investment) dan investasi swasta

(Private investment). Investasi publik yang dilakukan oleh negara atau

Page 43: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

23

pemerintah, untuk membangun prasarana dan sarana (infrastruktur) guna

memenuhi kebutuhan masyarakat (publik). Investasi ini bersifat nirlaba atau non

profit motif dimana pembiayaannya dilakukan melalui Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN) atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Selain oleh pemerintah, investasi ini juga seringkali dilakukan oleh kelompok

masyarakat melalui berbagai yayasan. Investasi publik ini menghasilkan nilai

tambah berupa barang dan jasa, lapangan pekerjaan, sewa dan bunga, tanpa

surplus usaha. Manfaat lain dari investasi ini adalah mendorong mobilitas

perekonomian dan meningkatkan peradaban masyarakat di suatu negara.

Sedangkan investasi swasta (private investment) adalah investasi yang

dilakukan oleh swasta, dengan tujuan mendapatkan manfaat berupa laba. Investasi

ini disebut investasi dengan motif profit. Adapun pelaku dari investasi ini adalah:

Usaha Mikro atau rumah tangga, biasanya belum memiliki badan hukum,

serta skala usahanya relatif kecil yang bergerak di bidang industri, dagang

ataupun jasa.

Usaha kecil dan Menengah (UKM) ada yang sudah berbadan hukum dan

ada yang belum dengan skala usaha mulai dari kecil sampai menengah,

baik dilihat dari omzet, modal usaha, maupun tenaga kerja, dengan bidang

usaha industri, dagang maupun jasa.

Usaha besar, baik berbentuk PMDN maupun PMA atau investasi non

fasilitas, termasuk BUMN dan BUMD.

Keterlibatan BUMN dan BUMD dalam kegiatan investasi dengan motif profit

didasarkan pada 3 (tiga) pertimbangan mendasar yaitu :

Investasi pada bidang yang strategis bagi kehidupan berbangsa dan

bernegara. Misalnya untuk alat pertahanan negara, menjaga terpenuhinya

kebutuhan dasar masyarakat seperti energi dan pangan.

Investasi tersebut dibutuhkan oleh masyarakat, namun belum ada pihak

swasta yang masuk atau memulai usaha tersebut, karena resiko terlalu

besar atau kemampuan swasta terbatas.

Investasi oleh swasta pada bidang tertentu belum memadai sehingga

kebutuhan masyarakat tidak terpenuhi dengan baik.

Jika swasta sudah mampu (di luar hal yang strategis) dan kebutuhan

masyarakat bisa dipenuhi, maka investasi BUMN dan BUMD di sektor ini harus

ditarik atau dijual ke masyarakat. Karena tugas negara (pemerintah) adalah

mengatur, memfasilitasi bukan menjadi pemain bisnis.

Berbagai jenis investasi dalam suatu wilayah atau negara, bahkan regional

dan global dalam kenyataannya saling membutuh dan bersinergi satu sama lain.

Rumusan atau formula porsi investasi untuk berinteraksi dan bersinergi secara

optimal, berbeda dari suatu negara dengan negara lain, antar wilayah yang satu

dengan wilayah yang lain tergantung kematangan ekonomi wilayah yang

bersangkutan. Hubungan antara investasi swasta dan negara adalah saling

melengkapi. Adapun keterkaitannya terlihat pada gambar berikut :

Page 44: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

24

Gambar 8 Keterkaitan investasi pemerintah dan swasta

Kerjasama antar pemerintah dan swasta dalam melakukan investasi dikenal

dengan istilah Penyertaan Modal Negara atau Daerah. Banyak pemahaman

mengenai konsep ini diantaranya adalah :

1. Penyertaan modal negara/daerah adalah setiap usaha dalam menyertakan

modal Negara/daerah pada suatu Usaha bersama antar negara dan daerah.

Dengan suatu maksud, tujuan dan imbalan tertentu.

2. Penyertaan modal negara/daerah adalah pemisahan dan/atau peruntukan

pemanfaatan asset atau kekayaan atau modal negara/daerah, melalui suatu

kontrak kerjasama, atau kesepakatan antara pemerintah pusat, Pemerintah

daerah (Pemda) dengan pihak kedua dalam rangka mendorong aktivitas

ekonomi masyarakat/daerah guna peningkatan kesejahteraan masyarakat

secara keseluruhan. Istilah pihak kedua disini adalah instansi/lembaga atau

badan usaha yang berada di luar pemerintah yaitu perusahaan swasta

Nasional (PMDN) dan perusahaan swasta Asing (PMA).

Investasi memegang peranan penting dalam teori ekonomi, memainkan

peran utama dalam pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Pengembangan sektor

swasta akan akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan penurunan kemiskinan.

Menurut Rabia Saghir dan Azra Khan (2012), Investasi pemerintah memiliki

pengaruh negative pada investasi swasta, memperlihatkan adanya pengaruh

crowding out. Investasi swasta dalam jangka pendek akan berubah secara

signifikan dan positif. Penambahan investasi pemerintah positif tetapi tidak

signifikan dalam jangka pendek.

Investasi adalah komponen penting dari pendapatan nasional dimana I =

f(GNP, RR, GI,PI, Aid), persamaan ini menyatakan investasi adalah fungsi dari

GNP, tingkat bunga riil (RR), investasi pemerintah (GI), investasi swasta (PI) dan

aliran pinjaman dan bantuan ke dalam negeri (aid). Investasi total terdiri dari

investasi publik (GI) dan investasi swasta (PI). Investasi pemerintah diukur dari

pengeluaran pemerintah dan bantuan luar negeri. Sehingga diperoleh persamaan :

GI = α + β1 GNP + β2 GR1 + β3AID + β4 PI + μ

Sedangkan persamaan investasi swasta adalah :

PI = = α + β1 GNP + β2 RR + β3GI + μ

Investasi swasta

(Private Investment)

Pertumbuhan ekonomi dan

pendapatan

Investasi Publik

(Public Investment)

Pengembangan sarana dan

prasarana

Page 45: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

25

Investasi swasta yang dimaksud disini adalah kegiatan bisnis yang dilakukan

oleh pelaku usaha di suatu daerah. Mamatzakis (2001) menyatakan bahwa

investasi publik memiliki pengaruh positif pada investasi swasta sementara

konsumsi pemerintah berpengaruh negatif. Pengaruh antara investasi publik pada

investasi swasta dapat dijelaskan dalam dua cara :

Peningkatan investasi publik menaikkan tingkat investasi nasional, tetapi

tingkat investasi nasional tersebut masih berada di bawah tingkat yang

diharapkan oleh sektor swasta. Sementara tingginya tingkat investasi

publik akan mengcrowd out investasi swasta.

Investasi publik menaikkan marjinal produktivitas dari modal swasta, hal

ini menaikkan tingkat investasi swasta.

Alkadri (2007) menyatakan untuk pembangunan di luar kemampuan

pendanaan pemerintah pusat dan daerah, Indonesia menerapkan konsep

pembiayaan pembangunan dalam bentuk investasi swasta, baik berupa penanaman

modal dalam negeri (PMDN), penanaman modal asing (PMA), maupun bukan

PMA/PMDN. Jenis investasi dalam pembangunan nasional dan daerah oleh dunia

usaha dan masyarakat ini pada prinsipnya terdiri dari dua macam, yaitu investasi

untuk pembangunan fisik dan investasi untuk pembangunan non fisik. Karena itu,

untuk menutupi keterbatasan pembiayaan oleh pemerintah, maka pemerintah

harus mampu memberikan stimulus agar investor bersedia menanamkan

modalnya di suatu wilayah.

Mudrajad Kuncoro (2005) menyatakan bahwa keberhasilan daerah untuk

meningkatkan daya tarik terhadap investasi tergantung dari kemampuan daerah

dalam merumuskan kebijakan yang berkaitan dengan investasi. Kemampuan

daerah untuk menentukan faktor-faktor yang dapat digunakan sebagai alat ukur

daya saing perekonomian daerah reatif terhadap daerah lainnya juga penting

terkait dengan pengembangan sumber daya manusia dan infrastruktur fisik dalam

upaya meningkatkan daya tariknya dan memenangkan persaingan (KPPOD,

2003).

2.7. Iklim Investasi

Lingkungan usaha yang kondusif bagi perkembangan sektor swasta dalam

suatu perekonomian adalah lingkungan yang menyediakan kualitas hukum,

regulasi dan penataan kelembagaan yang dapat memungkinkan usaha untuk

memiliki daya saing, pertumbuhan serta penciptaan lapangan kerja yang

maksimal. Berbagai penelitian (World Bank, 2010, 2012, LPEM, 2006)

menegaskan bahwa pertumbuhan dan perkembangan sektor swasta yang optimal

sangat membutuhkan adanya institusi hukum yang dapat menjamin perlindungan

atas property rights, serta peraturan dan regulasi yang efisien dan transparan, yang

dapat meminimalkan biaya registrasi dan biaya transaksi yang harus ditanggung

perusahaan. Konstelasi institusional yang business-friendly ini merupakan

lingkungan usaha yang memudahkan pelaku usaha di sektor swasta untuk

memulai usaha, berinvestasi, mengalami pertumbuhan serta menciptakan

lapangan usaha.

Menurut World Bank (2006) dalam Adwirman (2012), iklim investasi

merupakan sisi penawaran akan persediaan barang dan jasa bagi perusahaan,

Page 46: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

26

merupakan faktor yang akan menentukan kemampuan perusahaan dalam

melakukan produksi barang dan jasa dan bisa menimbulkan biaya karenanya.

Faktor ini meliputi hak untuk memperoleh akses terhadap sumber daya alam

termasuk lahan; kemampuan untuk memperoleh akses terhadap sumber daya alam

termasuk lahan; kemampuan untuk memperoleh akses terhadap modal dan biaya

untuk melakukan itu; biaya dan tenaga kerja bermutu; mutu lingkungan

perundang-undangan setempat; kondisi infrastruktur setempat; besar kecilnya

persaingan; pengetahuan tentang peluang pasar; dan stabilitas serta keamanan

daerah. Ditambahkan bahwa ada lima aspek dari iklim investasi pedesaan, yaitu

tenaga kerja, kredit, infrastruktur, persaingan dan pemasaran, dan pemerintahan

lokal. Aspek penyebaran ilmu pengetahuan dan teknologi dianggap penting, yaitu

dengan melakukan promosi terhadap potensi dan penguasaan teknologi, serta

kemampuan lembaga litbang dari universtas. Tindakan pemerintah sangat

dibutuhkan di berbagai bidang untuk meningkatkan iklim investasi di Pedesaan.

Menurut Efendi (2011), faktor-faktor yang dapat menghambat kegiatan

investasi meliputi inefisiensi birokrasi pemerintah, korupsi, dan infrastruktur.

Hambatan terbesar investasi ada pada birokrasi pemerintah dan bukan melulu

pada masalah infrastruktur. Sisanya antara lain masalah ketersediaan tenaga

terampil, sistem pembayaran, dan suku bunga. Mayoritas investor di Indonesia

masih dikuasai pihak asing. Investor asing sangat memperhatikan perangkat

hukum dan kebijakan di suatu negara di suatu negara sebelum mereka masuk

untuk berinvestasi, mulai dari perizinan, regulasi pajak, mata uang, persaingan

usaha, bahkan sampai urusan ekspatriat, yang juga harus mendapatkan perhatian.

Menurut Ray dan Redi (2003) terdapat empat elemen kunci yang

mempengaruhi iklim investasi di suatu daerah yaitu perizinan dan birokrasi;

sumbangan dan pungutan (baik formal maupun informal); isu tenaga kerja dan

perburuhan; serta arah dan orientasi kebijakan ekonomi daerah. Lima kriteria yang

digunakan untuk menganalisis efisiensi dan transparansi dalam proses perizinan

yaitu kecepatan, transparansi biaya, total biaya perizinan, transparansi prosedural

dan persyaratan berkas.

Iklim investasi menurut Bank Dunia (2005), didefinisikan sebagai suatu

kumpulan faktor-faktor lokasi tertentu yang membentuk kesempatan dan

dorongan bagi badan usaha untuk melakukan investasi secara produktif,

menciptakan pekerjaan dan perkembangan kegiatan usaha. Sedangkan menurut

Stern (2002) dalam INDEF (2006), iklim investasi adalah semua kebijakan,

kelembagaan dan lingkungan, baik yang sedang berlangsung maupun yang

diharapkan terjadi di masa depan yang bisa mempengaruhi tingkat pengembalian

dan resiko suatu investasi.

Ada sembilan indikator iklim investasi berdasarkan persepsi pelaku usaha

yang mempengaruhi investasi di Indonesia, yaitu akses lahan usaha dan kepastian

usaha, perizinan usaha, interaksi antara Pemda dan pelaku usaha, program

pengembangan usaha swasta, kapasitas dan integritas Kepala Daerah, pajak

daerah, retribusi daerah dan biaya transaksi lain, kebijakan infrastruktur daerah,

keamanan dan penyelesaian konflik, dan kualitas peraturan daerah (KPPOD

(2008)),.

Iklim investasi merupakan kondisi yang bersifat multidimensi dan

menjadi pertimbangan bagi para investor dalam melakukan investasi. Dalam

kaitannya tersebut peran pemerintah menjadi sangat penting dalam setiap proses

Page 47: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

27

penanaman modal, bahkan rekomendasi pemerintah daerah merupakan syarat

mutlak dalam penilaian kegiatan investasi di daerah dinyatakan layak. Hal

tersebut terkait pula dengan masalah pemanfaatan tata ruang, gangguan

lingkungan dan ketertiban umum. Selain itu iklim investasi merupakan suatu

proses jangka panjang yang senantiasa berjalan searah dengan perkembangan

usaha. Iklim investasi bukan hanya dipertimbangkan pada awal rencana investasi,

akan tetapi merupakan variabel strategis yang akan menentukan keberhasilan

investasi sepanjang perusahaan berjalan.

Iklim investasi yang kondusif akan mendorong produktivitas yang lebih

tinggi dengan memberikan kesempatan-kesempatan dan insentif bagi badan-badan

usaha untuk berkembang, menyesuaikan diri dan menerapkan cara-cara yang lebih

baik dalam menjalankan investasi. Iklim investasi yang kondusif akan

memperkuat pertumbuhan ekonomi yang mendatangkan keuntungan dalam sektor

perekonomian.

Pertumbuhan ekonomi merupakan satu-satunya mekanisme yang

berkelanjutan untuk meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Peningkatan iklim

investasi merupakan daya penggerak bagi pertumbuhan ekonomi dan pengentasan

kemiskinan. Iklim investasi yang baik adalah iklim investasi yang mampu

memberikan manfaat kepada masyarakat secara keseluruhan.

2.8.Infrastruktur

Tingkat ketersediaan infrastruktur di suatu Negara adalah faktor penting

dan menentukan bagi tingkat kcepatan dan perluasan pembangunan ekonomi

(Todaro 2006:143). Kondisi infrastruktur publik (pasokan listrik, air, jalan,

jembatan, pelabuhan, lapangan terbang umum, sarana telekomunikasi, gedung

sekolah dan sebagainya) dapat menjadi pendorong dan juga penghambat

keberlanjutan investasi. Stephan (2007) menyatakan bahwa investasi di bidang

infrastruktur transportasi sangat dipengaruhi oleh politik yang ada di suatu

wilayah. Secara umum ada 3 hal yang menjadi pertimbangan pemerintah dalam

menetapkan infrastruktur yaitu :

a. Efisiensi yaitu pengeluaran infrastruktur harus dapat memberikan manfaat

yang sebesar-besarnya dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang

tertinggi.

( )

( )

b. Redistribusi yaitu kebijakan yang dikeluarkan harus mampu mendorong

perkembangan wilayah miskin (wilayah dengan tingkat GDP perkapita

terendah)

( )

( )

c. Equty yaitu adanya jaminan akan terciptana kondisi kesamaan taraf hidup di

seluruh wilayah

( )

( )

Page 48: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

28

2.9. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah indikator ekonomi makro

yang dapat memberikan gambaran tentang keadaan perekonomian suatu wilayah.

Menurut Badan Pusat Statistik, ada 3 pendekatan yang digunakan untuk

menghitung Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang di timbulkan dari

suatu region, ada yaitu:

1. PDRB menurut pendekatan produksi, merupakan jumlah nilai barang atau jasa

akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi yang berada di suatu

wilayah dalam jangka waktu tertentu.

2. PDRB menurut pendekatan pendapatan, merupakan balas jasa yang digunakan

oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu

wilayah dalam waktutertentu.

3. PDRB menurut pendekatan pengeluaran, merupakan semua komponen

pengeluaran akhir seperti: pengeluaran konsumsi rumah tangga dan

pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok dan ekspor neto dalam jangka

waktu tertentu.

2.10. Penelitian Terdahulu

Keberadaan investasi pemerintah maupun swasta adalah hal utama dalam

pencapaian pertumbuhan ekonomi. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk

mengetahui peranan dari kedua jenis investasi tersebut, sekaligus untuk

mengetahui bagaimana investasi swasta dan pemerintah saling berinteraksi dalam

suatu wilayah. Perkembangan investasi di suatu wilayah pun tidak terlepas dari

kondisi yang ada, konsep ini dinyatakan sebagai iklim investasi. Berbagai

penelitian pun telah dilakukan untuk menganalisis apa dan bagaimana iklim yang

kondusif bagi suatu usaha, yang dapat menarik para investor untuk masuk ke

suatu wilayah.

Adapun beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan investasi dan

iklim investasi yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :

Tabel 3 Penelitian Terdahulu Judul jurnal Penulis Metode Kesimpulan

How to Boost private

investment in Middle

East North Affica

Ahmet

Aysan,

Gaobo

Pang dan

Marrie

Ange

Data panel Faktor penentu investasi swasta di

negara berkembang adalah

pertumbuhan ekonomi, tingkat

bunga riil, reformasi struktural,

perdagangan luar negeri/wilayah,

kepastian ekonomi

A disaggregated

analysis of government

expenditure and private

investment in Turkey

Erdal

Karagol

Cointegration

analysis of a

mutivariate

Investasi pemerintah dan

pengeluaran konsumsi cenderung

meng crowd out investasi swasta,

Determinants of public

and private Investment :

An empirical Study of

Pakistan

Rabia

Saghir ,

Azra Khan

Co integration

and eror

correction

investasi pemerintah memiliki

pengaruh negatif terhadap investasi

swasta, bahkan mempelihatkan

terjadinya crowding effect

Page 49: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

29

Judul jurnal Penulis Metode Kesimpulan

Can fiskal incentives

stimulate regional

investment in the

Philipina

Renato E.

Reside Jr.

Reggresion Insentif bukanlah penduga yang

tepat untuk investasi wilayah di

Philipina, dan sangat lemah

pengaruhnya terhadap pola

investasi daerah. Daerah menjadi

menarik bagi investor berdasarkan

daya saing yang dimilikinya

Determinants and

Productivity of

Regional

Transport Investment in

Europe

Achim

Kemmer-

ling

Andreas

Stephan

Panel data

Faktor utama yang mempengaruhi

investasi publik:

(1) prinsip-prinsip normatif,

seperti efisiensi, keadilan, dan

redistribusi, (2) faktor-faktor

politik, seperti kompetisi pemilu.

Infrastruktur jalan memberikan

kontribusi positif terhadap

produksi regional

Economical

determinants of

Domestik investment

Hazem B.

Al khatib,

Jordan

Gassan. S.

Altaleb,

PhD

Samer . M.

Alokor

Co integtration

model

Laju pertumbuhan PDB dan ekspor

signifikan dalam merangsang

investasi dalam negeri, investasi

asing langsung (FDI), dan tingkat

perkembangan sektor keuangan.

SDM hanya mampu merangsang

investasi domestik hanya dalam

jangka panjang. Investor

Outward foreign direct

investment from Asean:

Implications for

regional integration

Pavida

Pananod

(2008)

Time series Keluar masuknya investor dari dan

ke suatu wilayah ditentukan oleh

faktor endowment yang ada di

wilayah tesebut.

The Regional alocation

of infrastructure

investment

Antoni

Castells,

Albert Sole

Olle

Panel data Efisiensi dalam pengalokasian

investasi infrastruktur transportasi

hanya berlaku pada area terbatas,

sedangkan dalam wilayah/area

yang luas, faktor politik yang lebih

berperan.

Regional Inequality in

Foreign Direct

Investment

Flows to India:

The Problem and the

Prospects

Atri

Mukherjee

*

fixed effect

pooled

least squares

Market size, aglomerasi,

infrastruktur dan ukuran industri

dan jasa berpengaruh positif dan

signifikan pada aliran FDI,

sedangkan pajak dan upah tenaga

kerja berpengaruh negatif.

Growth and investment

climate:Progress and

challanges for asian

economics

Lauren M.

Phillips

Panel data Untuk mampu bersaing di dunia

usaha maka harus mampu

membangun kapasitas pemerintah

untuk kebijakan di bidang daya

saing dan mampu menganalisis

dampak dari kebijakan tersebut

pada sektor utama dalam

perekonomian karena faktor utama

yang mempengaruhi iklim

investasi adalah tata kelola dan

infrastruktur

Page 50: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

30

Judul Penulis Metode Kesimpulan

Incentives dan

Investment:Evidence &

policy implication

Sebastian

James

Time serries

data

Dampak insentif terhadap investasi

sangat terbatas, tetapi tetap harus

dimasukkan dalam iklim investasi

untuk mengatasi kegagalan pasar

dan multiplier efect, dan juga harus

dikaitkan dengan pertumbuhan

investasi yang berbasis kinerja.

Daya Tarik investasi

dan Pungli di DIY

Mudrajad

Kuncoro,

Anggi

Rahajeng

KPPOD

methode

Analisis hirarki

Daya tarik investasi di DIY relatif

lebih dipengaruhi oleh faktor non

ekonomi dibandingkan dengan

faktor ekonomi, karena sifatnya

yang tidak terkontrol.

Analisis determinan

pertumbuhan ekonomi

dan kebutuhan investasi

di Kabupaten Maros

Khairil

Anwar,

Raharjo

adisasmita,

Nursini

multiple linear

regression,

ICOR, Klassen

Tipology,

and descriptive

analysis of the

RPJMD

document

Investasi swasta memiliki dampak

positif dan signifikan pada

pertumbuhan ekonomi.

Pengembangan model

investasi regional

Direktorat

Pengemban

gan

wilayah

Bappenas

Investasi swasta dan pemerintah

berdampak positif bagi kinerja

perekonomian, dengan indikator

kenaikan PDRB, penurunan jumlah

penduduk miskin dan

pengangguran

Determinan investasi di

daerah : Studi kasus

Propinsi di Indonesia

Jamzani

Sodik, Didi

Nuryadin

Data panel

dinamis dan Co

integrasi

Pilihan berinvestasi dipengaruhi

oleh market size, infrastruktur dan

tingkat keterbukaan ekonomi.

2.11. Kerangka Pemikiran

Pembangunan daerah di Propinsi Bengkulu mengacu kepada kegiatan

pembangunan secara sektoral sekaligus menjadi pusat dan lokasi kegiatan sosial

ekonomi, dan pemerintahan daerah yang berjalan baik. Kondisi perkembangan

seluruh kabupaten/kota yang ada di provinsi ini akan diklasifikasikan dengan

menggunakan tipologi Klasen. Digunakannya tipologi klasen ini diharapkan akan

mendapat gambaran tentang pola pertumbuhan ekonomi dari masing-masing

kabupaten di Propinsi Bengkulu.

Setelah mengetahui perkembangan dari masing-masing kabupaten,

dilakukan analisis lebih lanjut untuk mengetahui sektor apa saja yang menjadi

sektor basis di Propinsi Bengkulu untuk itu dilakukan analisis LQ. Lebih lajut LQ

ini pun dapat dipergunakan untuk mengetahui tingkat spesialisasi sektor-sektor di

suatu wilayah, dalam hal ini spesialisasi sektor-sektor di kabupaten atau kota yang

ada di propinsi Bengkulu. Dengan diketahuinya sektor basis, maka dapat

diketahui sektor yang menjadi basis ekspor di masing-masing kabupaten/kota.

Lebih lanjut akan dianalisis tingkat pertumbuhan sektor ekonomi dari

masing-masing kabupaten/kota sebagai indikator keberhasilan pembangunan desa,

dalam hal ini dipergunakan analisis shift share. Untuk mencapai tingkat

Page 51: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

31

pertumbuhan yang diinginkan maka dibutuhkan tingkat investasi dan kapasitas

fiskal tertentu, dalam hal ini akan dipergunakan analisis kebutuhan investasi dan

kapasitas fiskal. Semua analisis ini bermuara pada permasalahan yaitu untuk

mengetahui struktur ekonomi dan pola pertumbuhan sekaligus sektor basis dan

keterkaitan antara sektor untuk mencapai suatu tingkat pertumbuhan tertentu.

Pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Propinsi Bengkulu, ternyata di

dominasi oleh aktivitas konsumsi masyarakat, sedangkan pertumbuhan investasi

di wilayah ini sangat rendah. Untuk itu sejalan dengan teori, dimana pertumbuhan

eekonomi akan stabil dan berkelanjutan jika ditopang oleh pertumbuhan investasi,

maka Propinsi Bengkulu dalam hal ini mencoba mencari bagaimana cara untuk

menarik para investor. Adapun cara menarik para investor dengan cara memahami

kondisi iklim investasi yang ada di Propinsi Bengkulu, sekaligus mencari tahu

faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi investasi di Propinsi Bengkulu.

Kondisi iklim investasi akan dianalisis dengan menggunakan persamaan

logit, sedangkan analisis faktor yang mempengaruhi akan dianalisis dengan

menggunakan analisis data panel.

Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :.

Page 52: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

32

Per

Gambar 9 Kerangka Pemikiran

Pembangunan

Wilayah di 9

Kabupaten dan

1 kota

Pendapatan

Perkapita

Kontribusi

Sektoral

Pertumbuhan

ekonomi

Perwilayahan Pembangunan

Sumber Pembiayaan Pembangunan

Pendapatan

Asli Daerah

Dana

Perimbang

an

Investasi

Swasta

Kapasitas Fiskal

Iklim

Investasi

Infrastruktur

daerah

Perizinan

Usaha

Biaya

Transaksi

Kepemilikan

lahan

Kondusif Tidak

Peningkatan

jumlah PMA,

PMDN

Keluarnya investor dari

wilayah, Rendahnya

jumlah UKM

Faktor Penentu

Investasi

Tinggi

Pelaksanaan

Pembangunan

Wilayah

Peningkatan PDRB Perkapita, Pertumbuhan Ekonomi Tinggi

Pendapat

an lain

Peraturan

daerah

Page 53: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

33

2.12. Hipotesis

Adapun hipotesis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel akses lahan, infrastruktur daerah, peraturan daerah, biaya transaksi,

menentukan iklim investasi di Propinsi Bengkulu.

2. Variabel PDRB perkapita, infrastruktur jalan, listrik dan air, hasil pertanian, hasil

pertambangan, belanja modal mempengaruhi tingkat investasi industri Pertanian

dan non pertanian di Propinsi Bengkulu.

.

2.13. Kebaruan

Perkembangan investasi yang ada di Provinsi Bengkulu tidak terlepas dari tata

kelola kegiatan pembangunan yang mempengaruhi iklim investasi, daya tarik

wilayah dan pemahaman atas keinginan para investor untuk masuk ke wilayah

Bengkulu. Penelitian investasi yang ada belum melakukan pengamatan secara

komperensif atas hal-hal tersebut di Provinsi Bengkulu. Maka kebaruan dari

penelitian ini adalah :

1. Analisis komprehensif mengenai kondisi investasi di Provinsi Bengkulu,

diawali dengan struktur perekonomian, potensi daerah dikaitkan dengan tata

kelola usaha untuk penciptaan iklim investasi yang kondusif.

2. Analisis persepsi para`investor yang mampu memberikan gambaran yang

lebih lengkap mengenai praktik tatakelola terkait perizinan usaha.

3. Gambaran yang komprehensif mengenai apa saja yang secara statistika

signifikan mempengaruhi iklim dan tingkat investasi baik secara kuantitatif

maupun kualitatif.

4. Ditemukan bahwa faktor-faktor pendorong investasi di Provinsi Bengkulu

masih berada pada tahap yang sangat buruk/kurang memadai, sehingga upaya

peningkatan kinerja investasi harus dimulai dengan perbaikan mendasar

terhadap faktor-faktor tersebut.

Pertumbuha

n ekonomi

dan

Pendapatan

Perkapita

Page 54: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

34

3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian:

Penelitian ini dilakukan di Provinsi Bengkulu, yang terdiri dari 9

(sembilan) kabupaten dan 1 (satu) kota yaitu kabupaten Bengkulu Selatan, Rejang

Lebong, Bengkulu Utara, Kepahiang, Lebong, Bengkulu Tengah, Seluma, Kaur,

Muko-Muko, dan Kota Bengkulu.

Gambar 10. Peta administrasi Propinsi Bengkulu

Page 55: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

35

3.2. Metode Analisis

Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua tahapan

yaitu :

1. Metode deskriptif, metode ini dipergunakan untuk menganalisis

perwilayahan pembangunan di Propinsi Bengkulu, dengan

menggunakan metode Tipologi Klassen, LQ, Shift Share, dan

kapasitas fiskal.

2. Analisis ekonometrik dalam penelitian ini terdiri dari dua tahapan

yaitu :

Menggunakan data primer (kuesioner) untuk mengetahui kondisi

iklim usaha di Propinsi Bengkulu, sehingga dapat diketahui

hambatan-hambatan apa saja yang mengakibatkan sulitnya

perkembangan usaha di Propinsi Bengkulu. Alat analisis yang

dipergunakan adalah persamaan Regresi Logit.

Menggunakan data sekunder untuk mengetahui faktor-faktor apa

saja yang mempengaruhi investasi. Alat analisis yang dipergunakan

adalah Regresi panel.

3.3. Data dan metode pengumpulan data

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan

sekunder. Adapun yang dimaksud dengan data primer dalam penelitian ini adalah

data yang dikumpulkan dan diolah langsung oleh peneliti. Pengambilan data

primer dilakukan dengan mengadakan observasi pada seluruh perusahaan PMA,

dan PMDN yang melakukan kegiatan usaha di Propinsi Bengkulu.

Pengumpulan data primer ini menggunakan kuesioner tertutup. Kuesioner

tertutup ini terdiri dari 5 (lima) variabel. Masing-masing variabel terdiri dari 10

pertanyaan dan masing-masing pertanyaan sudah disediakan pilihan jawaban.

Skala pengukuran untuk setiap jawaban pertanyaan adalah ordinal. Skala

ordinal dipilih karena jawaban memiliki urutan kategori yang jelas namun jarak

antara kategori-kategori itu tidak diketahui (Juanda, 2009). Proses pengumpulan

data ini dipergunakan untuk menganalisis iklim investasi di Propinsi Bengkulu.

Indikator yang dipergunakan untuk menganalisis iklim usaha ini bersumber dari

Tata Kelola Ekonomi Daerah 2011 yang dikeluarkan oleh Komite Pemantauan

Pelaksanaan Otonomi Daerah/Regional Autonomy Watch (KPPOD) .

Skala yang dipergunakan dalam kuesioner ini adalah skala Likert dimana

pilihan jawaban yang dipergunakan adalah :

Page 56: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

36

Tabel 4. Penentuan nilai score pada kuesioner iklim investasi :

Variabel Pilihan Jawaban Nilai Skor

Akses lahan Sangat Baik

Baik

Cukup

Buruk

Sangat Buruk

5

4

3

2

1

Ketersediaan Infrastruktur daerah Sangat Memadai

Baik

Cukup

Kurang Memadai

Tidak memadai

5

4

3

2

1

Pengaturan Perizinan Sangat Baik

Baik

Cukup

Buruk

Sangat Buruk

5

4

3

2

1

Pelaksanaan Peraturan Daerah Sangat Setuju

Setuju

Ragu

Tidak Setuju

Sangat tidak setuju

5

4

3

2

1

Transparansi biaya transaksi Sangat Setuju

Setuju

Ragu

Tidak Setuju

Sangat tidak setuju

5

4

3

2

1

Data sekunder dikumpulkan dengan mempergunakan data yang sudah

dipublikasikan dari Bapeda Propinsi Bengkulu, Dinas Perindustrian, perdagangan

dan UKM, BKPMD dan Biro Pusat statistik Propinsi Bengkulu. Periode waktu

yang dipergunakan adalah tahun 2010-2013.

3.4. Populasi dan sampel

Populasi responden yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi

seluruh perusahaan yang berada dalam klasifikasi usaha besar swasta yang

meliputi Penanaman modal dalam negeri (PMDN) dan Penanaman modal Asing

(PMA) yang aktif menjalankan usahanya dan ada dalam pelaporan kegiatan

penanaman modal di BKPMD Provinsi Bengkulu. Adapun jumlah perusahaan

yang ada di Propinsi Bengkulu berdasarkan klasifikasi tersebut adalah :

Page 57: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

37

Tabel 5 Jumlah perusahaan yang masuk dalam kategori, usaha besar swasta, dan

BUMD di Propinsi Bengkulu

Kabupaten/Kota Usaha besar swasta BUMD

PMDN PMA Bengkulu Selatan 0 0 - Rejang lebong 0 0 - Bengkulu Utara 8 9 0 Kaur 0 1 - Seluma 5 1 - MukoMuko 3 6 - Lebong 1 2 - Kepahiang 0 1 - Bengkulu Tengah 5 3 - Kota Bengkulu 5 3 1 Propinsi Bengkulu 27 26 1

Sumber : BKPMD, Pemda dan Dinas Perindustrian Propinsi Bengkulu

Berdasarkan populasi tersebut akan dilakukan penarikan sampel dengan

menggunakan metode cluster. Metode ini dipilih berdasarkan sampel yang ada

dari masing-masing kelompok perusahaan tersebut.

Adapun sampel dari penelitian ini adalah :

Tabel 6 Populasi dan Sampel Penelitian

Klasifikasi Usaha Populasi Sampel

PMA

PMDN

BUMD

27

26

1

20

12

1

Total 54 33

3.5. Definisi Operasional

Adapun definisi operasional dalam penelitian ini :

1. Sektor basis yaitu Kegiatan ekonomi yang selain mampu memenuhi

kebutuhan domestik tetapi juga mampu mengekspor barang dan jasa

keluar batas perekonomian yang bersangkutan.

2. Sektor non basis yaitu kegiatan ekonomi yang menyediakan barang dan

jasa untuk memenuhi kebutuhan orang yang bertempat tinggal didalam

batas perekonomian wilayah tersebut.

3. Iklim Investasi (IC) yaitu : lingkungan yang menyediakan kualitas hukum,

regulasi dan penataan kelembagaan yang dapat memungkinkan usaha

untuk memiliki daya saing, pertumbuhan serta penciptaan lapangan kerja

yang maksimal. Nilai IC dinyatakan 0 (IC=0) jika iklim investasi tidak

Page 58: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

38

kondusif ditandai oleh rendahnya tingkat investasi, IC=1 jika iklim

investasi kondusif ditandai tingginya tingkat investasi yang masuk ke

Provinsi Bengkulu.

4. Akses lahan yaitu Proses kepemilikan lahan, kepemilikan fasilitas usaha,

proses sertifikat, penyelesaian konflik kepemilikan, Pelaksanaan jual beli,

Pembebasan tanah, Kebijakan PEMDA dalam hal akses lahan.

5. Infrastruktur daerah yaitu Ketersediaan fasilitas oleh pemerintah daerah

berupa jalan, listrik dan air bersih.

6. Perizinan yaitu Proses pengurusan perizinan resmi yang dikeluarkan oleh

Pemerintah Daerah meliputi IMB, HO, SITU dan SIUP.

7. Peraturan Daerah yaitu Peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah

Daerah yang berkaitan dengan usaha peningkatan pendapatan daerah dan

perkembangan dunia usaha

8. Biaya transaksi yaitu Kejelasan dalam proses pemungutan biaya dibidang

usaha.

9. Investasi industri Pertanian yaitu Aktivitas investasi di bidang industri

pengolahan hasil-hasil sektor pertanian. Nilai investasi industri di setiap

kabupaten/ kota periode 2013=2014.

10. Investasi industri bukan pertanian yaitu Aktivitas investasi di bidang

industri pengolahan hasil-hasil bukan sektor pertanian. Nilai investasi

bukan industri di setiap kabupaten/ kota periode 2010 – 2013.

11. PDRB perkapita yaitu tingkat pendapatan perkapita masyarakat di seluruh

kabupaten/kota atas dasar harga konstan. Tingkat PDRB perkapita periode

2010-2013.

12. Infrastruktur listrik yaitu penyediaan listrik di seluruh kabupaten/kota.

Daya terpasang di seluruh kabupaten/kota.

13. Infrastruktur jalan yaitu kualitas jalan yang ada di Provinsi Bengkulu

meliputi jalan nasional, jalan provinsi dan jalan kabupaten. Diukur dengan

mengunakan persentase jalan berkualitas baik.

14. Infrastruktur air yaitu penyediaan dan penyaluran air yang disalurkan oleh

PDAM di setiap kabupaten/kota. Cara pengukuran yang dilakukan melalui

debit air yang disalurkan.

15. Share pertanian pada PDRB yaitu Share pertanian terhadap PDRB. Nilai

sektor pertanian di dalam penghitungan PDRB menurut lapangan Usaha.

16. Share pertambangan pada PDRB yaitu Share sektor pertambangan

terhadap PDRB. Nilai sektor pertambangan dalam penghitungan PDRB

menurut lapangan usaha.

17. Tenaga kerja yaitu Jumlah tenaga kerja yang terdidik dengan tingkat

pendidikan diploma, Strata 1, strata 2 dan strata 3. diukur dengan

menggunakan persentase jumlah tenaga kerja terdidik.

18. Belanja Modal yaitu pengeluaran anggaran yang dugunakan dalam rangka

memperoleh atau menambah aset tetap dan aset lainnya yang memberi

manfaat lebih dari satu periode akuntansi serta melebihi batasan minimal

kapitalisasi aset tetap atau aset lainnya yang ditetapkan pemerintah. Aset

tetap tersebut dipergunakan untuk operasional kegiatan sehari-hari suatu

satuan kerja bukan untuk dijual.

Page 59: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

39

3.6. Metode Pengolahan data

Studi ini menggunakan beberapa metode analisis dalam menjawab tujuan yang

akan dicapai. Adapun metode yang digunakan adalah sebagai berikut :

Analisis PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN dianalisis secara deskriptif

dengan menggunakan metode :

1. Analisis Tipologi Klassen

Alat analisis ini digunakan untuk mengetahui gambaran pola dan struktur

pertumbuhan ekonomi daerah

2. Analisis Location Quotient (LQ)

Metode LQ untuk mengidentifikasi komoditas unggulan diakomodasi dari

Miller & Wright (1991), Isserman (1997), dan Ron Hood (1998).

Analisis LQ digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat

spesialisasi sektor-sektor di suatu daerah atau sektor-sektor apa saja yang

merupakan sektor basis atau leading sector. Hasil dari analisis ini akan

memperlihatkan sektor yang berperan secara dominan sebagai sektor basis

dan sektor yang tidak berperan secara dominan disebut sebagai sektor non

basis. Metode ini memiliki bentuk persamaan sebagai berikut:

LQ adalah Location Quotient, vi adalah output sektor i di suatu daerah, Vi

adalah output sektor i nasional, vt adalah output total daerah tersebut, Vt

adalah output total nasional

Pengelompokan sektor basis dan non basis berdasarkan besaran LQ yang

diperoleh dari hasil analisis adalah sebagai berikut:

LQ < 1: Berarti sektor tersebut memiliki potensi yang kecil untuk

menjadi sektor basis wilayah.

LQ = 1: Berarti sektor tersebut telah mampu memenuhi kebutuhan

lokalnya dan dapat berpotensi sebagai kegiatan basis ekonomi

wilayah.

LQ > 1: Berarti sektor tersebut merupakan sektor basis ekonomi

wilayah.

Alat ukur yang umum digunakan dalam menghitung LQ adalah

kesempatan kerja (employment). Namun karena data tenaga kerja di wilayah

penelitian sukar diperoleh, maka perhitungan nilai LQ dalam penelitian ini

menggunakan data PDRB atas dasar harga konstan. Berdasarkan hasil

perhitungan LQ dapat diketahui potensi relatif dari masing-masing sektor di

wilayah tertentu. Analisis ini membandingkan antara PDRB kabupaten

dengan PDRB Propinsi sebagai wilayah acuan. Metode LQ ini cukup

memiliki relevansi dengan kajian Analisis Potensi dan Pengembangan

Investasi Di Propinsi Bengkulu karena dapat mengetahui sektor-sektor

perekonomian yang memiliki potensi di wilayah tersebut untuk lebih

ditumbuh kembangkan melalui kegiatan-kegiatan investasi dan kegiatan

ekonomi melalui pendekatan perbandingan.

Page 60: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

40

3. Analisis shift-share (S-S)

Metode analisis ini dapat digunakan untuk memproyeksikan pertumbuhan

ekonomi suatu daerah dan sebagai analisis di dalam riset pembangunan

pedesaan. Tehnik ini diawali dengan perhitungan perubahan PDRB suatu

sektor di suatu daerah antara 2 periode. Terdapat 3 komponen utama dalam

analisis Shift Share (Budiharsono, 2001). Ketiga komponen pertumbuhan

wilayah tersebut adalah komponen pertumbuhan nasional/propinsi/kabupaten

(PN), komponen pertumbuhan regional dan komponen pertumbuhan pangsa

wilayah (PPW). Masing-masing komponen tersebut dapat dijelaskan secara rinci

pada bagian berikut:

a. Komponen Pertumbuhan Nasional (National Growth Component)

Komponen pertumbuhan nasional (PN) adalah perubahan

produksi/kesempatan kerja suatu wilayah yang disebabkan oleh

perubahan produksi/kesempatan kerja nasional, perubahan kebijakan

ekonomi nasional atau perubahan dalam hal-hal yang mempengaruhi

perekonomian semua sektor dan wilayah.

b. Komponen Pertumbuhan Proposional (Proposional Mix Growth

Component) Komponen pertumbuhan proposional (PP) tumbuh karena

perbedaan sektor dalam permintaan produk akhir, perbedaan dalam

ketersediaan bahan mentah, perbedaan dalam kebijakan industri (seperti

kebijakan perpajakan, subsidi dan price support) dan perbedaan dalam

struktur dan keragaman pasar.

c. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (Regional Share Growth

Component). Komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW) timbul

karena peningkatan atau penurunan PDRB atau kesempatan kerja dalam

suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya. Cepat lambatnya

pertumbuhan suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya

ditentukan oleh keunggulan komparatif, akses ke pasar, dukungan

kelembagaan, prasarana sosial ekonomi serta kebijakan ekonomi regional

pada wilayah tersebut.

Hubungan antara ketiga komponen tersebut secara lengkap dapat dilihat pada

gambar 11 di bawah ini. Berdasarkan ketiga komponen pertumbuhan wilayah

tersebut dapat ditentukan dan diidentifikasikan perkembangan suatu sektor

ekonomi pada suatu wilayah. Apabila PP + PPW > 0, maka dapat dikatakan

bahwa pertumbuhan sektor ke i di wilayah ke j termasuk ke dalam kelompok

progresif (maju).Sementara itu, PP + PPW < 0 menunjukkan bahwa pertumbuhan

sektor ke i pada wilayah ke j tergolong pertumbuhannya lambat.

Adapun model analisis Shift share yang dipergunakan adalah :

Page 61: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

41

Sumber : Budiharsono

Gambar 11 Model analisis shift share

4. Peta Kapasitas Fiskal

Kapasitas fiskal merupakan sebuah parameter yang menggambarkan

kemampuan keuangan suatu daerah provinsi/kabupaten/kota dalam

membiayai pembangunannya. Kapasitas fiskal ini dicerminkan melalui

penerimaan umum Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) (tidak

termasuk dana alokasi khusus, dana darurat, dana pinjaman lama, dan

penerimaan lain yang penggunaannya dibatasi untuk membiayai pengeluaran

tertentu, tidak termasuk untuk belanja pegawai) dengan dikaitkan pada jumlah

penduduk miskin. Perhitungan kapasitas fiskal setiap daerah didasarkan pada

formula berikut (Keputusan Menteri Keuangan No. 538/KMK.07/2003) :

( )

KF = kapasitas fiskal; PAD = pendapatan asli daerah; BH=Bagi hasil

pajak dan bagi hasil bukan pajak (sumberdaya alam); DAU=Dana alokasi

umum; P = Penerimaan lain-lain yang sah, kecuali dana alokasi khusus,

dana darurat, dana pinjaman lama, dan penerimaan lainnya yang dibatasi

penggunaannya; BP = Belanja pegawai.

Peta Kapasitas Fiskal Daerah adalah gambaran kapasitas fiskal yang

dikelompokan berdasarkan indeks kapasitas fiskal daerah. Penghitungan

Indeks kapasitas Fiskal masing-masing daerah dilakukan dengan cara

menghitung kapasitas fiskal masing-masing daerah kabupaten/kota dibagi

dengan rata-rata kapasitas fiskal seluruh daerah kabupaten/kota. Adapun

kategori dari indeks kapasitas fiskal sebagai berikut :

a. Indeks fiskal ≥ 2 daerah dengan kategori kapasitas fiskal sangat tinggi.

b. 1 ≤ Indeks fiskal < 2 daerah dengan kategori kapasitas fiskal tinggi.

c. 0.5 ≤ Indeks fiskal < 1 daerah dengan kategori kapasitas fiskal sedang.

d. Indeks fiskal ≤ 0.5 daerah dengan kategori kapasitas fiskal tinggi.

Komponen Pertumbuhan

nasional

Wil ke j, sektor

ke i

Wil ke j, sektor

ke i

Komponen pertumbuhan

proporsional

Komponen pertumbuhan

pangsa wilayah

Maju

PP+PPW≥0

Lambat

PP+PPW<0

Page 62: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

42

Analisis PERWILAYAHAN INVESTASI mempergunakan metode :

1. Model Regresi Logit

Dalam penelitian ini akan dilakukan pengumpulan data dengan

mempergunakan kuesioner untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi iklim usaha mengunakan variabel Dummy. Hal ini sejalan

dengan skala yang pengukuran yang dipergunakan dalam menilai iklim usaha

yaitu ordinal (iklim kondusif=1; tidak kondusif =0). Karena respon yang

akan dianalisis berbentuk biner, maka metode analisis regresi yang

dipergunakan adalah analisis regresi Logit. Menurut Gujarati (2004) analisi

regresi Logit ini dikenal dengan istilah Kualitatif response regression models,

dimana variabel terikatnya dalam bentuk variabel biner atau dikotomi.

Variabel terikat dalam analisis logit ini dapat berbentuk ordinal maupun

nominal.

Adapun model yang dipergunakan disini adalah :

Tabel 7 Variabel model Regresi Logit

Variabel Indikator Penilaian

Iklim

investasi/climate

investment (CI)

Suasana mendukung yang

menciptakan perkembangan

investasi

0 = kondusif

1 = tidak

kondusif

Kepemilikan

Lahan (LHN)

Persepsi para investor

mengenai kemudahan untuk

mendapatkan lahan, waktu

yang dibutuhkan untuk

mengurus sertifikat tanah

SKALA

LIKERT

Infrastruktur

daerah

Ketersediaan dan kualitas

infrastruktur sekaligus

pemeliharaannya

SKALA

LIKERT

Perizinan usaha Proses pengurusan izin,

mencakup waktu dan biaya

SKALA

LIKERT

Peraturan Daerah Kesesuaian dan kekonsistenan

pelaksanaan Peraturan daerah

SKALA

LIKERT

Adapun hipotesis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah :

Ho : β1 = β2 =....= βk = 0 (model tidak dapat dijelaskan)

H1 : Minimal ada βj ≠ 0 (model dapat dijelaskan)

Dengan kriteria pengambilan keputusan :

Ho ditolak jika statistik G > Χ2

α,k-1

Page 63: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

43

Jika Ho ditolak maka dapat disimpulkan bahwa minimal ada β j ≠ 0 artinya

model Regresi Logit dapat menjelaskan atau memprediksi pilihan individu/

pengamatan.

Untuk menguji faktor mana (βj ≠ 0) yang berpengaruh nyata terhadap

pilihannya, maka dilakukan uji signifikansi dari parameter koefisien secara

parsial dengan statistik uji Wald

( )

Kriteria pengujian :

Ho : βj = 0 (Peubah Xj tidak berpengaruh nyata)

H1 : βj ≠ 0 (Peubah Xj berpengaruh nyata)

untuk j = 2,3,...k

2. Model Regresi Data panel

Keunggulan dari penggunaan model data panel menurut (Verbek 2004)

dalam Firdaus (2011) adalah Pertama, mengkombinasikan data time series dan

cross section membuat jumlah observasi menjadi lebih besar, dan marjinal effect

dari peubah penjelas dilihat dari dua dimensi (individu dan waktu) sehingga

parameter yang diestimasi akan lebih akurat. Selain itu menurut Hsiao (2004),

data panel dapat memberikan data yang informatif, mengurangi kolinieritas antar

peubah serta meningkatkan derajat kebebasan yang artinya meningkatkan

efisiensi. Kedua, data panel lebih baik dalam mengidentifikasi dan mengukur efek

yang secara sederhana tidak dapat diatasi dalam data cross section saja atau data

time series saja. Regresi dengan menggunakan data panel disebut model regresi

data panel. Ada beberapa keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan data

panel. Pertama, data panel mampu menyediakan data yang lebih banyak sehingga

akan menghasilkan degree of freedom yang lebih besar. Kedua, menggabungkan

informasi dari data time series dan cross section dapat mengatasi masalah yang

timbul ketika ada masalah penghilangan variabel (ommited variable).

Ada berbagai pendapat tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

investasi, diantaranya :

1. Market size, pertumbuhan ekonomi, nilai tukar, pengembalian investasi,

kebijakan investasi pemerintah, stabilitas politik, strategi global dari

perusahaan, ekspor impor, teknologi dan infrastruktur (Ali dan Wei Guo

(2005)) 2. Laporan Bank Indonesia, faktor yang mempengaruhi investasi adalah suku

bunga riil, jumlah kredit yang disalurkan PDRB, dan nilai tukar. 3. Pertumbuhan ekonomi, infrastruktur, inflasi, akses pasar, dan ketenaga kerjaan

(Hsio dan Shen (2003)) 4. Faktor yang mempengaruhi market regional, infrastruktur, kebijakan

preferensial, upah, pendidikan (Cheng (2000)) 5. PDRB, goverment size, sumber daya alam, dan variabel kelembagaan (Eltayeb

dan Sidiropolous (2010)),

Page 64: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

44

Dengan mengacu pada berbagai pendapat diatas sekaligus disesuaikan

denan kondisi wilayah di Propinsi Bengkulu, maka model regresi yang digunakan

untuk menganalisis faktor penentu investasi adalah sebagai berikut :

Iit = βi + β2 PDRBkapitait + β3 Infr_Lit + β4 Infr_JNasit + β5 Infr_JProvit

+ β6 Infr_JKabit + β7 Infr_Airit + β8 SDA_Agrit+ β9 SDA_M

+ β10 TKit + β11BMit

Tabel 8 Variabel dalam Model Regresi Panel

Variabel Proxi Satuan

Investasi Invetasi industri pertanian (IP); industri

non pertanian (INP), total investasi

industri.

Ribu rupiah

PDRBkapita PDRB Perkapita atas dasar harga konstan Juta rupiah

InfrR_L Daya listrik terpasang Ribu Va

Infr_JNas

Infr_JProp

Infrastruktur jalan Nasional berkualitas

baik

Infrastruktur jalan Provinsi berkualitas

baik

Km

Km

Infr_JKabupaten

Infr_Air

SDA_Agr

Infrastruktur jalan kabupaten berkualitas

baik

Air disalurkan

Share sektor pertanian di PDRB

Km

M3

Juta rupiah

SDA_M Share sektor pertambangan dan

penggalian

Juta rupiah

Tenaga Kerja (L)

Belanja Modal

(BM)

Tenaga kerja dengan tingkat pendidikan

Akademi, S1 dan S2

Belanja modal pemerintah

Kabupaten/kota

Persen

Ribu rupiah

i Unit cross section (9 kabupaten dan 1

kota (i=10)

t Jumlah tahun yang diteliti (2010-2013)

Terdapat dua pendekatan yang umum diaplikasikan dalam data panel yaitu :

a. Fixed effect Model(FEM). Model ini muncul ketika antara efek individu

dan peubah penjelas memiliki korelasi dengan Xit atau memiliki pola

yanng sifatnya tidak acak. Asumsi ini membuat komponen eror dari efek

individu dan waktu dapat menjadi bagian dari intersep.

Adapun model yang dipergunakan :

One way komponen eror Yit=αi + λi + Xit β + uit

Two way komponen eror Yit=αi + λi + μt + Xit β + uit

b. Random EffectModel (REM). REM ini muncul pada saat efek individu

dan regresor tidak ada korelasi. Asumsi ini membuat komponen eror dari

efek individu dan waktu dimasukkan ke dalam eror.

Adapun model yang dipergunakan :

One way komponen eror Yit=αi + Xit β + uit + λi

Two way komponen eror Yit=αi+ Xit β + uit + λi + μt

Page 65: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

45

4. GAMBARAN UMUM PROVINSI BENGKULU

Provinsi Bengkulu adalah salah satu provinsi di Indonesia yang berada

di pesisir barat pulau Sumatra. Pada awalnya provinsi ini bergabung dengan

Provinsi Sumatera Selatan, berdasarkan Undang-Undang No 9 tahun 1967 tentang

Pembentukan Provinsi Bengkulu maka Bengkulu resmi sebagai provinsi.

Sejak tahun 1967 sampai dengan sekarang, Provinsi Bengkulu mengalami

beberapa kali pemekaran. Semula Provinsi Bengkulu terdiri dari 3 kabupaten dan

1 kota yaitu Bengkulu Selatan, Bengkulu Utara, Rejang Lebong dan Kota

Bengkulu. Sejak dikeluarkannya Undang-Undang No.3 tahun 2003 tentang

kabupaten Mukomuko, Kabupaten Seluma, dan Kabupaten Kaur di Provinsi

Bengkulu, maka Bengkulu Utara mengalami pemekaran menjadi kabupaten

Bengkulu Utara dan Mukomuko. Bengkulu Selatan pun berdasarkan undang-

undang yang sama mengalami pemekaran menjadi Bengkulu Selatan, Seluma dan

Kaur.

Pada tahun yang sama juga dikeluarkan Undang-Undang No. 39 tahun

2003 tentang pembentukan Kabupaten Lebong dan Kabupaten Kepahiang di

Provinsi Bengkulu. Atas dasar itu Kabupaten Rejang Lebong mengalami

pemekaran menjadi Kabupaten Rejang Lebong, Lebong dan Kepahiang.

Terakhir pada tahun 2008 dengan dikeluarkannya Undang-undang No. 24

tahun 2008 tentang Pembentukan kabupaten Bengkulu Tengah (Benteng) maka

kabupaten Bengkulu Utara kembali mengalami pemekaran menjadi dua wilayah

kabupaten yaitu kabupaten Bengkulu Utara dan Bengkulu Tengah.

Adapun wilayah pemekaran yang ada di Provinsi Bengkulu adalah sebagai

berikut :

Tabel 9 Kabupaten induk dan kabupaten Pemekaran di Provinsi Bengkulu

Kabupaten Induk Landasan Hukum Kabupaten Pemekaran

Bengkulu Selatan UU No 3 tahun 2003

UU No 3 tahun 2003

Seluma,

Kaur

BengkuluUtara UU No 3 tahun 2003

UU No 24 tahun 2008

Mukomuko,

Bengkulu Tengah

Rejang Lebong UU No 39 tahun 2003

UU No 39 tahun 2003

Lebong,

Kepahiang

Kota Bengkulu Tidak dimekarkan

Sumber : Data diolah 2014

Berdasarkan Laporan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

(RPJPD) di Provinsi Bengkulu 2005-2025, delapan kabupaten di Provinsi

Bengkulu (Bengkulu Tengah belum dimekarkan) masuk kedalam kategori daerah

tertinggal. Hanya Kota Bengkulu yang tidak termasuk daerah tertinggal.

Berdasarkan keputusan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal Nomor

001/KEP/M-PDT/I/2005 tentang Strategi Nasional Pembangunan Daerah

Tertinggal, yang dimaksud dengan Daerah Tertinggal adalah daerah kabupaten

yang masyarakat serta wilayahnya relatif kurang berkembang dibandingkan

daerah lain dalam skala nasional. Faktor penyebab daerah tertinggal antara lain.

Page 66: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

46

(1). Geografis, (2). Sumber daya alam, (3). Sumber Daya Manusia, (4). Sarana

dan Prasarana.

Kondisi geografis beberapa desa di kabupaten yang ada di Provinsi

Bengkulu relatif sulit terjangkau, karena kondisi geografisnya yang jauh di

perdalaman, perbukitan/pegunungan, dan pulau terpencil. Transportasi yang ada

didominasi transportasi darat, kualitas jalan yang ada relatif belum memadai. Hal

ini mengakibatkan beberapa desa yang ada di Provinsi ini masuk dalam kategori

tertinggal karena sulit dijangkau oleh jaringan transportasi maupun media

komunikasi.

Sumber Daya Alam yang ada di Provinsi Bengkulu tidak tersebar secara

merata di seluruh kabupaten. Ada beberapa kabupaten yang kaya sumber daya

tambang berupa batu bara seperti kabupaten Bengkulu Utara (54.81 juta ton),

Bengkulu Tengah (71.23 juta ton) dan Seluma (55.14 juta ton). Sementara

kabupaten Lebong dan Mukomuko walaupun memiliki kekayaan sumber daya

pertambangan ini tidak dapat dieksploitasi secara bebas karena termasuk ke

wilayah konservasi. Berdasarkan total taman nasional yang ada di Provinsi

Bengkulu (412324.6 hektar), 24 persen berada di wilayah kabupaten Lebong dan

36 persen berada di kabupaten Mukomuko. Bahkan kabupaten Lebong tidak

memiliki hutan produksi semua wilayah hutannya masuk kedalam kawasan suaka

alam dan hutan lindung.

Tingkat pendidikan Sumber daya manusia yang ada di seluruh

kabupaten/kota yang ada di Provinsi Bengkulu relatif rendah. Berdasarkan data

dari Bengkulu dalam angka tahun 2014 diketahui bahwa rata-rata lulusan

universitas di seluruh kabupaten baru berada pada kisaran 2-7.5 persen. Hanya

kota Bengkulu yang memiliki lulusan Universitas sebesar 13.25 persen.

Persentase terbesar dari tingkat pendidikan penduduk adalah tamat SD. Hanya

kabupaten Bengkulu Selatan dan Kota Bengkulu yang mayoritas penduduknya

berpendidikan SMA. Tingkat putus sekolah pun relatif besar yaitu rata-rata 13-20

persen dari total jumlah penduduk yang berusia diatas 15 tahun. Hanya Kota

Bengkulu yang memiliki jumlah penduduk putus sekolah hanya 5.58 persen.

Sarana dan Prasarana jalan, listrik, air bersih dan telepon baru mencapai

wilayah ibukota kabupaten dan sekitarnya. Sedangkan wilayah yang jauh dari

kota kabupaten masih belum memadai sarana dan prasaranya. Fasilitas pelabuhan

di Provinsi ini hanya memiliki 1 (satu) pelabuhan laut dan 1 bandara nasional.

Diantara seluruh kabupaten ada di Provinsi Bengkulu, kabupaten

Mukomuko yang paling sedikit memiliki desa tertinggal (21 persen). Sedangkan

kabupaten yang terbanyak memiliki desa tertinggal adalah Bengkulu Tengah (73

persen). Secara umum penilaian perkembangan wilayah seluruh kabupaten/kota di

Provinsi Bengkulu diuraikan berikut ini.

4.1.Perkembangan dan Struktur Perekonomian Provinsi Bengkulu

Pertumbuhan ekonomi sebagai tolak ukur keberhasilan pembangunan di setiap

kabupaten/kota memperlihatkan arah perubahan yng beragam. (gambar 11)

Page 67: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

47

Sumber : Bengkulu dalam Angka, BPS 2014

Gambar 12 Laju pertumbuhan seluruh kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu pada

tahun 2013 (dalam persen)

Berdasarkan Gambar 12 terlihat bahwa dari 9 kabupaten yang ada di

Provinsi Bengkulu yang meliputi Bengkulu Selatan (BS), Rejang Lebong (RL),

Bengkulu Utara (BU), Kaur, Seluma (SLM), Mukomuko (Muko2), Lebong (Lbg),

Kepahiang (Kphg), Bengkulu Tengah (BT) dan Kota Bengkulu (Kota) secara

umum tingkat pertumbuhan ekonomi di seluruh kabupaten kota yang ada di

Provinsi Bengkulu pada tahun 2013 berada pada kisaran angka yang relatif sama

yaitu antara 5-6 persen. Hanya Kota Bengkulu dan Kabupaten Bengkulu Selatan

yang memiliki tingkat pertumbuhan diatas Provinsi. Selain Kota Bengkulu dan

Kabupaten Bengkulu Selatan Rejang Lebong, Mukomuko dan Kepahiang juga

memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi diatas 6 (enam) persen tetapi tingkat

pertumbuhannya masih dibawah tingkat pertumbuhan provinsi. Sedangkan

kabupaten lain masih berada dalam kisaran dibawah 6 persen.

Selain tingkat pertumbuhan ekonomi, hal lain yang juga menjadi perhatian

utama dalam menilai keberhasilan pembangunan ekonomi di suatu wilayah adalah

berdasarkan pendapatan perkapita (PDRB perkapita) dan struktur tenaga kerja.

PDRB perkapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui pertumbuhan

nyata ekonomi perkapita penduduk suatu wilayah. Secara konsep, PDRB

perkapita dihitung dengan membagi Pendapatan Domestik Regional Brutto

dengan jumlah penduduk. PDRB perkapita dapat mengindikasikan kemampuan

masyarakat yang didukung oleh daya beli masyarakat. Struktur tenaga kerja

diperlukan untuk mengetahui pergeseran atau pergerakan tenaga kerja antar

sektor.

Berdasarkan Gambar 12 terlihat bahwa PDRB perkapita tertinggi dimiliki

oleh kabupaten Rejang Lebong pada periode 2012-2013 berada pada kisaran 19-

21 juta rupiah. Berdasarkan data tahun 2013, Pendapatan perkapita kabupaten

Rejang Lebong (21 juta) bersama dengan Kota Bengkulu (20 juta) dan Kepahiang

(18 juta) berada diatas PDRB perkapita Propinsi Bengkulu pada kisaran 14-15

juta. Sedangkan PDRB perkapita kabupaten lain masih pada kisaran 8-14 juta

pertahun.

Kepahiang dan Lebong sebagai kabupaten pemekaran baru ternyata PDRB

perkapitanya mampu mengungguli kabupaten lain yang sudah lebih dulu

berkembang. Sedangkan PDRB perkapita terendah dimiliki oleh kabupaten

6,27 6,12 5,58 5,98

5,29 6,05 5,62 6,01

5,37 6,44 6,21

BS RL BU Kaur SLM Muko2 Lbg Kphg BT Kota Prov

Laju PertumbuhanLaju Pertumbuhan (%)

Page 68: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

48

Seluma yaitu sebesar 6 juta rupiah. Adapun sebaran PDRB perkapita di Provinsi

Bengkulu seperti pada Gambar 13 :

Sumber : Bengkulu dalam Angka, BPS 2014

Gambar 13 PDRB perkapita seluruh kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu pada

tahun 2013

Gambar 13 menyatakan PDRB perkapita diseluruh kabupaten/kot yang

ada di Provinsi Bengkulu. Untuk mengetahui PDRB perkapita Provinsi Bengkulu

di tingkat nasional dapat diketahui dari Gambar 14 dibawah ini. PDRB perkapita

provinsi Bengkulu berada pada kelompok provinsi dengan pendapatan perkapita

rendah bersama dengan Maluku Utara, Maluku, dan Nusa Tenggara Timur (NTT)

Sumber : Provinsi Bengkulu dalam Angka 2014

Gambar 14 Sebaran PDRB perkapita seluruh provinsi di Indonesia (dalam jutaan

rupiah)

Jika dihubungkan antara Gambar 13 dan 14, diperoleh gambaran bahwa dari

seluruh kabupaten dan kota yang ada di Provinsi Bengkulu hanya 3 kabupaten

yang memiliki tingkat PDRB perkapita diatas PDRB perkapita provinsi.

Sedangkan di tingkat nasional PDRB perkapita Bengkulu berada ada jajaran

bawah. Sehingga dapat dinyatakan bahwa secara umum PDRB perkapita di

kabupaten/kota yang ada di Bengkulu relatif rendah.

11 12

19 21

8 9 6 7 6 6

13 14 16 18

11 12

18 20

14 15

20

12

20

13

20

12

20

13

20

12

20

13

20

12

20

13

20

12

20

13

20

12

20

13

20

12

20

13

20

12

20

13

20

12

20

13

20

12

20

13

BS RL BU Kaur Seluma Lbg Kphg BT Kota Prov

PDRB Perkapita (ADHK) dalam jutaan rupiah

0

20

40

60

80

100

120

PDRB kapita

Page 69: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

49

Untuk mengetahui perwilayahan hasil pembangunan dengan mengacu

pada nilai pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita masing-masing

kabupaten/kota dilakukan analisis Tipologi klassen untuk mengklasifikasikan

kondisi keberhasilan pembangunan kedalam empat kategori yang hasilnya sebagai

berikut :

Sumber : Data diolah 2014

Gambar 15 Tipologi klasen kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu

Secara geografis, provinsi Bengkulu memiliki bentuk wilayah relatif

memanjang sejajar garis pantai dengan panjang garis pantai ± 525 km. Mayoritas

wilayah berbatasan langsung dengan samudra Indonesia. Hanya kabupaten

Lebong dan Rejang Lebong yang tidak berada di pesisir pantai. Perbedaan lokasi

ini mengakibatkan perbedaan karakter masyarakatnya. Perbedaan luas wilayah,

karakter masyarakat dan aktivitas ekonomi wilayah menyebabkan perbedaan

kemajuan pembangunan.

Berdasarkan analisis tipologi klasen, perwilayahan kemajuan pembangunan

dikelompokkan menjadi empat yaitu :

Wilayah yang cepat maju dan cepat tumbuh ditandai dengan tingkat

pendapatan perkapita dan pertumbuhan ekonomi tinggi meliputi kabupaten

Rejang Lebong, Kepahiang dan Kota Bengkulu.

Wilayah yang maju tetapi tertekan ditandai dengan tingkat pendapatan

perkapita tinggi, tetapi pertumbuhan ekonomi rendah meliputi kabupaten

Lebong.

Wilayah yang berkembang cepat ditandai dengan tingkat pendapatan

perkapita rendah, tetapi pertumbuhan ekonomi tinggi meliputi kabupaten

Mukomuko, Bengkulu Selatan dan Kaur.

Bengkulu Selatan

Rejang Lebong

Bengkulu Utara

Kaur

Seluma

Muko

Lebong

KepahiangBengkulu Tengah

Kota Bengkulu

Tipologi KlassenPE Rendah- Perkapita Rendah

PE Tinggi - Perkapita Rendah

PE Rendah- Perkapita Tinggi

PE Tinggi - Perkapita Tinggi

Page 70: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

50

Wilayah yang relatif tertinggal meliputi tingkat pendapatan perkapita dan

pertumbuhan ekonomi rendah meliputi kabupaten Bengkulu Utara,

Bengkulu Tengah dan Seluma.

Sebelum menjelaskan tipologi klassen, perlu dilakukan pembahasan mengenai

fluktuasi Pendapatan Domestik regional Brutto (PDRB) perkapita. PDRB

perkapita adalah suatu konsep yang membandingkan PDRB dan jumlah

penduduk. Beberapa wilayah dengan tingkat PDRB yang relatif tinggi terkadang

harus masuk kedalam kategori wilayah PDRB perkapita rendah dikarenakan

beban jumlah penduduk yang dimiliki. Untuk itu perlu dilakukan pengamatan

pada tingkat PDRB dan jumlah penduduk untuk mendukung hasil analisis tipologi

klasen. Adapun sebaran pendapatan dan jumlah penduduk adalah sebagai berikut

:

Sumber : Bengkulu Dalam Angka 2014

Gambar 16 Sebaran tingkat PDRB dan jumlah penduduk seluruh kabupaten/Kota

pada tahun 2013

Berdasarkan sebaran PDRB pada Gambar 16, terlihat bahwa Kota

Bengkulu, Rejang Lebong dan Bengkulu Utara memiliki tingkat PDRB yang

tertinggi dibandingkan kabupaten lain, sedangkan kabupaten Kaur memiliki

tingkat PDRB terendah. Jika dilakukan pengamatan pada jumlah penduduk di

masing-masing kabupaten/kota. Jumlah penduduk terbesar dimiliki oleh

kabupaten Bengkulu Utara sedangkan Kabupaten Kaur, Lebong dan Kepahiang

memiliki jumlah penduduk terendah.

PDRB perkapita adalah konsep yang membagi nilai PDRB total dengan

jumlah penduduk. Tingginya PDRB perkapita akan tercapai pada kondisi tingkat

PDRB tinggi atau sedang dibandingkan dengan jumlah penduduk rendah. Hal ini

terjadi di Kabupaten Rejang Lebong dan Kota Bengkulu, tingginya tingkat PDRB

dipadukan dengan jumlah penduduk yang relatif rendah, hal ini mendukung

pencapaian tingginya tingkat PDRB perkapita di kedua wilayah.

Hal sebaliknya yang terjadi di kabupaten Bengkulu Utara, walaupun

Tingkat PDRB wilayah ini tinggi, tetapi karena beban jumlah penduduk yang

besar menyebabkan tingkat PDRB perkapita di wilayah ini menjadi rendah.

0,00

2000000,00

4000000,00

6000000,00

8000000,00

10000000,00

12000000,00

PDRB harga konstan (juta rupiah) jumlah Penduduk

Page 71: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

51

Hasil analisis Tipologi klassen menyatakan bahwa kabupaten Bengkulu Utara

berada pada kelompok wilayah tertinggal.

Kemajuan suatu wilayah menurut Todaro (2006) ditandai dengan

perubahan struktur ekononomi. Selain pertambahan output sebagai indikator

perkembangan suatu wilayah, pergerakan tenaga kerja pun menjadi indikator

perkembangan wilayah. Jumlah tenaga kerja yang bekerja di lapangan usaha pun

ikut menentukan pendapatan perkapita dan pertumbuhan wilayah.

Sumber : Bengkulu Dalam Angka 2014

Gambar 17 Persentase penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja menurut

lapangan usaha (2010-2013)

Sektor yang dibahas pada Gambar 17 meliputi (1) Pertanian, (2)

Pertambangan, (3) Industri Pengolahan, (4) Listrik, gas dan air bersih, (5).

Konstruksi, (6) Perdagangan, restorant dan hotel, (7) Angkutan dan Komunikasi

(8) Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, (9) Jasa.

Diantara seluruh seluruh sektor ekonomi yang ada terlihat bahwa

mayoritas penduduk yang bekerja di Provinsi Bengkulu berada di sektor

pertanian. Sedangkan sektor yang paling sedikit menyerap tenaga kerja adalah

listrik, gas dan air bersih.

Dalam rentang waktu 2010-2013 terlihat bahwa pada sektor pertanian

terjadi penurunan jumlah penduduk yang berkerja, sedangkan di sektor jasa

jumlah tenaga kerja sektoralnya mengalami kenaikan. Sektor lain diluar pertanian

dan jasa, pertumbuhan tenaga kerjanya relatif tetap. Selain pertanian, sektor yang

juga banyak menyerap tenaga kerja adalah perdagangan, restoran dan hotel.

Adanya perbedaan perkembangan pembangunan dari masing-masing

daerah adalah hal yang menarik untuk dikaji. Terlebih lagi jika ditinjau dari sisi

kultur masyarakat, kendala dan keunggulan di masing-masing kabupaten/kota,

ditampilkan pada Tabel 10 berikut :

0

10

20

30

40

50

60

70

1 2 3 4 5 6 7 8 9

2010 2011 2012 2013

Page 72: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

52

Tabel 10 Kultur, Kendala dan Keunggulan Wilayah Kabupaten/Kota di Provinsi

Bengkulu Kabupaten/

Kota

Kultur daerah

Kendala

Keunggulan

Sektor Prioritas

KAUR Primordial/

kesukuan

dominan

disemua sisi

Kultur sosisal

budaya yang kurang

kooperatif terhadap

pendatang dan SDM

yang kurang

mendukung kinerja

Pemerintah Daerah

Wilayah luas,

SDA banyak

khususnya

perikanan dan

lahan

perkebunan,

maupun hutan

(1). Pengelolaan

hasil baru berupa

pengolah CPO

(2). Memiliki

potensi pasir besi

dengan

klasifikasi yang

dapat

dikonsumsi pada

tingkat dunia

BENGKULU

SELATAN

Sukuisme/

Primordial

tinggi

SDA yang tidak

memungkinkan utk

investasi pada skala

besar di sektor

pertambangan

maupun perkebunan

Kabupaten

Induk dengan

tata aturan yang

relatif memadai

SELUMA Sukuisme/

Primordial

tinggi

Kinerja Pemerintah

daerah yang

cenderung birokratis

terlalu

mengedepankan

kepenting birokrat

Wilayah luas,

SDA banyak

khususnya

perikanan dan

lahan

perkebunan,

hutan

Perencanaan

pembangunan

pabrik semen

tersandung pada

kasus lahan, dan

penunjukan

proyek tidak

sesuai prosedur,

memiliki potensi

pasir besi dengan

klasifikasi yang

dapat

dikonsumsi pada

tingkat dunia

KOTA

BENGKULU

Kebijakan

baru sebatas

Teoritis, baru

mencapai

tatanan konsep

Banyaknya

kebijakan yang

kontradiktif

Ibukota

provinsi dengan

fasilitas dan

infrastruktur

yang memadai,

SDM yang

relatif baik

BENGKULU

TENGAH

Kompleks

karena terdiri

dari berbagai

suku

SDM aparat

pemerintahanya

rendah. Daya

dukung terhadap

investasi baik dari

pemerintah maupun

masyarakat buruk

SDA berupa

lahan

pertambangan

dan perkebunan

sangat memadai

(sisi kalori

maupun deposit

rendah) di Bukit

Sunur

Memiliki Pabrik

karet terbesar se-

sumbagsel

Page 73: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

53

Kabupaten/

Kota

Kultur daerah

Kendala

Keunggulan

Sektor Prioritas

KEPAHIANG Lebih terbuka

terhadap

perubahan,

Daerah yang relatif

sempit sehingga

pengembangan SDA

tidak optimal

Masyarakatnya

relatif terbuka,

SDM sudah

relatif memadai

Program

Sengonisasi,

Memiliki

rencana pabrik

triplek terbesar

sesumatra yang

gagal karena

tersandung kasus

korupsi

REJANG

LEBONG

Terbuka,

sejarah

peradaban

sosial

budayanya

berkembang

lebih dulu

dibandingkan

daerah lain di

bengkulu

Regulasi

Pemerintahan

ditangan orang yang

tidak kompeten,

konflik sosial nya

tinggi akibat

ketidakadilan yang

dirasakan oleh salah

satu suku minoritas

(lembak)

Ibukota

provinsi dengan

fasilitas dan

infrastruktur

yang memadai,

SDM yang

relatif baik

LEBONG Keras,

tertutup,

individualis

70-75% wilayahnya

adalah kawasan

hutan lindung dan

konservasi

memiliki hutan

produksi yang

luasannya sangat

tidak memadai

untuk pendapatan

Memiliki SDA

yang relatif

memadai

Pertambangan

emas rakyat,

PLTA Tes-Musi

sebagai pemasok

listrik se-

Sumbagsel

BENGKULU

UTARA

Terbuka

terhadap

inovasi

didominasi

oleh

pendatang,

SDM relatif

memadai,

Aksesibilitas buruk

(pembangunan

Pelabuhan Laut di

Ketahun gagal),

ketiadaan fasilitas

Pendukung yang

modern, Pusat

pemerintahan

Kabupaten tidak

dijadikan sebagai

pusat bisnis

sehingga terjadi

kebocoran wilayah

Luas wilayah

memadai untuk

pengembangan

sektor pertanian

dan

perkebunan,

dan kandungan

deposit serta

kalori di sektor

pertambangan

yang relatif

tinggi

Kabupaten

Terkaya dengan

jumlah PMA dan

PMDN yang

besar

dibandingkan

kabupaten lain

di provinsi

Bengkulu.

Potensi ikan

sangat baik,

memiliki

pelabuhan laut

Kahyapu di P.

Enggano

MUKO-MUKO Berada di

wilayah

perbatasan,

tetapi kultur

masyarakatnya

cenderung

tertutup,

kurang

menerima

pendatang

Kultur masyarakat

yang menolak

perubahan, terisolir

karena jarak yang

jauh ke ibukota

provinsi dan tidak

memiliki potensi

pertambangan

Luas Wilayah

memadai untuk

sektor pertanian

dan perkebunan

Memiliki

pelabuhan udara

perintis (Bandara

Mukomuko)

Page 74: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

54

Kabupaten Bengkulu Selatan, Kaur dan Seluma pada awalnya berada pada

satu wilayah kabupaten yaitu Bengkulu Selatan. Berawal dari satu kabupaten

induk inilah yang menyebabkan kultur masyarakatnya relatif sama yaitu masih

sangat primordial atau kesukuannya tinggi. Kultur sosial budaya yang didominasi

oleh sikap kesukuan yang sangat kuat mengakibatkan tipikal masyarakat di ketiga

wilayah ini relatif kurang terbuka terhadap pendatang dan perubahan.

Salah satu hal menarik di ketiga kabupaten ini dalam proses pengangkatan

pejabat daerah oleh kepala daerah. Mayoritas pejabat Pemerintah Daerah di

kabupaten ini berasal dari suku yang sama dengan kepala daerahnya. Sehingga

terkadang proses pengangkatan tersebut tidak didasari oleh kompetensi tetapi

didominasi oleh suku dan kedekatan pribadi. Tingginya tingkat subjektivitas yang

berlaku di kalangan pegawai Daerah mengakibatkan sumber daya manusia yang

dilibatkan dalam pengelolaan Pemerintahan Daerah menjadi relatif kurang

berkualitas, sangat birokratis dan lebih mengutamakan kepentingan pejabat

dibandingkan masyarakat.

Hal menarik yang terjadi sehubungan dengan pemecahan wilayah,

kabupaten Bengkulu Selatan yang pada awalnya adalah kabupaten induk. Setelah

pemekaran menjadi wilayah yang memiliki area terkecil (1185.7 km2)

dibandingkan kabupaten Seluma (2400 km2) dan Kaur (2363 km

2) sebagai

kabupaten pemekarannya. Bahkan sumber daya alam yang berpotensi secara

ekonomi menjadi masuk ke wilayah kabupaten pemekaran baru. Sumber daya

tambang dan perkebunan besar pun yang semula berada di wilayah kabupaten

Bengulu Selatan menjadi berada di wilayah Kabupaten Seluma dan Kaur.

Kabupaten Bengkulu Selatan menjadi kabupaten yang tidak memiliki SDA yang

memadai.

Keunggulan yang dimiliki oleh kabupaten Bengkulu Selatan adalah

keteraturan pengelolaan pemerintah daerah yang relatif memadai. Kabupaten Kaur

dan Seluma memang memiliki kapasitas SDA yang mendukung secara ekonomis,

tetapi pengelolaan Pemerintahan Daerah di kedua kabupaten pemekaran masih

belum berjalan baik dibandingkan dengan kabupaten induk, masih banyak proyek

besar seperti perencanaan pembangunan pabrik semen yang gagal dilaksanakan

karena ketidakjelasan aturan dan prosedur.

Kota Bengkulu sebagai ibukota provinsi relatif maju di bandingkan

kabupaten lain di Provinsi Bengkulu. Maju dengan tingkat infrastruktur yang

memadai dan kualitas SDM yang relatif baik. Kendala yang dihadapi oleh Kota

Bengkulu ini adalah masih banyaknya kebijakan-kebijakan baru yang terkadang

kontradiktif antara satu dengan lainnya dan baru mencapai tatanan konsep.

Kabupaten Bengkulu Tengah, Mukomuko dan Bengkulu Utara pada

awalnya merupakan satu kabupaten yaitu Bengkulu Utara. Kabupaten Bengkulu

Utara terkenal sebagai wilayah yang mayoritas penduduknya didominasi oleh

kaum pendatang, khususnya para transmigrasi dari pulau Jawa. Hal inilah yang

menjadi salah satu penyebab beragamnya kultur yang ada di masyarakat.

Masyarakat di wilayah ini relatif lebih terbuka menerima perubahan dibandingkan

kabupaten lain. Kendala utama yang dihadapi oleh kabupaten Bengkulu utara

adalah aksesibilitas yang buruk. Proyek pembangunan pelabuhan laut di Ketahun

gagal karena ketiadaan fasilitas pendukung yang modern. Padahal jumlah

penanaman modal asing dan domestik yang masuk ke provinsi Bengkulu

Page 75: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

55

terbanyak di kabupaten Bengkulu Utara. Terjadinya perbedaan lokasi antara

Pusat pemerintahan Kabupaten dan pusat bisnis menjadikan wilayah ini hanya

menjadi wilayah pengambilan/eksploitasi SDA semata.

Mukomuko sebagai kabupaten hasil pemekaran dari Bengkulu Utara,

relatif lebih tertutup terhadap pendatang dibandingkan kabupaten induknya.

Padahal kabupaten ini berbatasan langsung dengan Provinsi Sumatera Barat

sehingga konektivitas antar provinsi relatif tinggi melalui kabupaten ini.

Kabupaten Mukomuko adalah satu-satunya kabupaten di Provinsi Bengkulu yang

memiliki bandara walaupun baru untuk pesawat kecil karena kabupaten ini

memiliki jarak terjauh ke ibukota provinsi.

Bengkulu Tengah sebagai kabupaten pemekaran baru (dimekarkan tahun

2008) relatif lebih terbuka terhadap pendatang. Memiliki kekayaan tambang

terbesar diantara seluruh kabupaten/kota. Kabupaten ini berbatasan langsung

dengan Kota Bengkulu sehingga memudahkan aksesibilitas dari dan menuju pusat

kota. Bahkan mayoritas pegawai di Pemerintahan Kabupaten Bengkulu Tengah

bertempat tinggal di Kota Bengkulu. Hal ini dapat diasumsikan terjadinya

kebocoran wilayah. Sedangkan Penduduk asli kabupaten ini masih berada pada

kategori tertinggal dan miskin. Sumber daya Manusia yang ada di kabupaten ini

relatif masih rendah.

Secara ekonomi, kabupaten Bengkulu Utara, Mukomuko dan Bengkulu

Tengah memiliki potensi ekonomi yang sangat baik, karena didukung oleh

kondisi alam. Infrastruktur yang relatif memadai dan mampu menjadikan industri

pengolahan sebagai sektor basis.

Kabupaten Rejang Lebong, Kepahiang dan Lebong. Berasal dari

kabupaten induk Rejang Lebong. Ketiga kabupaten ini memiliki kondisi yang

sama yaitu berada di dataran tinggi dan di wilayah timur provinsi. Suku terbesar

yang ada di ketiga kabupaten ini adalah suku Rejang, hal inilah yang terkadang

memunculkan konflik akibat ketidaksamaan perlakuan antar suku. Kabupaten

Rejang Lebong sudah memiliki kondisi sosial budaya yang relatif berkembang

dibandingkan kabupaten lain.

Fasilitas infrastruktur dan kualitas sumber daya manusia yang memadai.

Keterbukaan masyarakat terhadap perbedaan tidak hanya terjadi di Kabupaten

Rejang Lebong, hal serupa terjadi di Kabupaten Kepahiang. Kekayaan SDA yang

ada di ketiga kabupaten ini tidak sebanyak kabupaten Bengkulu Utara dan

kabupaten pemekarannya. Kabupaten Lebong dan kepahiang memiliki kendala di

bidang SDA akibat tidak memadainya kawasan yang dimiliki.

Beberapa daerah dalam wilayah Provinsi Bengkulu di dominasi oleh

kawasan hutan konservasi dan hutan lindung sehingga kegiatan budidaya dan

pemukinan menjadi sangat terbatas. Persentase luas kawasan hutan konservasi dan

hutan lindung yang paling tinggi terdapat di kabupaten Lebong. Hutan konservasi

di kabupaten Lebong yaitu Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) berbatasan

langsung dengan hutan lindung sebagai buffer zone.

Kondisi perkembangan dari masing-masing sektor perekonomian yang ada

di seluruh kabupaten dan kota di Provinsi Bengkulu dianalisis dengan

menggunakan Tipologi klasen dan shiftshare analysis untuk melakukan

pengklasifikasian dari masing-masing sektor berdasarkan kontribusi sektoral dan

pertumbuhan sektoral. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui sektor basis dan

pergerakan pertumbuhan sektoral. Wilayah yang mampu memenuhi kebutuhannya

Page 76: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

56

sekaligus menjadi produsen bagi wilayah lain akan menjadi wilayah yang

memiliki multiplier efek yang besar. Kemampuan wilayah dalam menghasilkan

barang dan jasa baik untuk pasar lokal maupun luar daerah akan mendorong

peningkatan pendapatan masyarakat di wilayah tersebut. Sektor yang mampu

menghasilkan barang atau jasa untuk pasar dalam maupun luar wilayah disebut

dengan sektor basis. Penjualan luar daerah akan menghasilkan pendapatan daerah.

Adanya arus pendapatan dari luar daerah menyebabkan terjadinya kenaikan

investasi dan konsumsi di daerah tersebut, dan pada gillirannya akan menaikkan

pendapatan dan menciptakan kesempatan kerja baru. Sektor-sektor perekonomian

basis dan non basis akan mendorong perbedaan tingkat pertumbuhan dan corak

perekonomian wilayah. Adapun hasil analisisnya adalah sebagai berikut :

Tabel 11 Hasil Analisis sektor basis dan pertumbuhan sektoral di Provinsi

Bengkulu Kab/Kota Location Quatient

(Sektor basis)

Shiftshare

(Pertumbuhan

sektoral)

Bengkulu Selatan Jasa

Perdagangan

Konstruksi

Transportasi

Lambat

Lambat

Cepat

Lambat

Rejang Lebong

Pertanian

Lambat

Bengkulu Utara

Pertambangan

Konstruksi

Jasa

Lambat

Cepat

Cepat

Kaur

Konstruksi

Transportasi

Pertanian

Cepat

Lambat

Lambat

Seluma

Pertanian

Konstruksi

Pertambangan

Lambat

Cepat

Lambat

Muko-muko

Industri pengolahan

Keuangan

Pertanian

Lambat

Cepat

Lambat

Lebong Pertanian Lambat

Kepahiang Pertanian Lambat

Bengkulu Tengah

Pertambangan

Industri Pengolahan

Konstruksi

Lambat

Lambat

Cepat

Kota Bengkulu Transportasi dan komunikasi

Perdagangan

Keuangan

Jasa

Listrik, gas dan air bersih

Cepat

Cepat

Cepat

Cepat

Lambat

Lambat

Page 77: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

57

Adapun keterkaitan antara tingkat keberhasilan pembangunan dan struktur

perekonomian di masing-masing kabupaten kota adalah sebagai berikut :

4.1.1 Wilayah maju dan bertumbuh cepat

Kabupaten yang berada di wilayah ini adalah Rejang Lebong, Kepahiang

dan Kota Bengkulu. Kabupaten Rejang lebong memiliki sektor basis di sektor

pertanian. Khususnya sub sektor Tanaman pangan dan holtikultura. Adapun yang

dimaksud dengan pertanian sub sektor tanaman pangan disini adalah semua

kegiatan ekonomi yang menghasilkan komoditas bahan pangan meliputi padi dan

palawija serta tanaman serelia lainnya. Sedangkan tanaman holtikultura terdiri

dari tanaman holtikultura semusim dan tahunan. Komoditas yang dihasilkan oleh

kegiatan ini meliputi kelompok komoditi sayuran, buah-buahan, dan tanaman

hias. Walaupun sektor pertanian sub sektor Tanaman pangan menjadi sektor

unggulan di Kabupaten ini, pertumbuhan sektoralnya masih relatif lambat.

Kabupaten Kepahiang sama halnya dengan Kabupaten Rejang Lebong

juga memiliki sektor basis di sektor pertanian sub sektor tanaman pangan dan

holtikultura. Pertumbuhan sektor ini pun masih lambat. Kabupaten Rejang

Lebong dan Kepahiang sama-sama berada di bagian timur provinsi yang berupa

dataran tinggi, tidak memiliki keunggulan di bidang pertambangan. Tingkat

investasi di wilayah ini pun relatif rendah, proporsi PMA di kedua kabupaten ini

terhadap total PMA di Provinsi Bengkulu dalam rentang waktu 2010-2013 hanya

mencapai 0.76 persen sedangkan PMDN tak satupun masuk ke wilayah ini. Hal

ini dikarenakan keunggulan yang dimiliki kedua kabupaten ini adalah sektor

pertanian khususnya pertanian Tanaman pangan berupa holtikultura. Jenis hasil

pertanian khususnya pertanian tanaman pangan bukan merupakan tujuan para

investor. Investor yang masuk ke provinsi Bengkulu mayoritas merujuk pada sub

sektor perkebunan khususnya kelapa sawit. Perkebunan kelapa sawit diwilayah

ini pun relatif sedikit. Komoditi yang dihasilkan oleh Perkebunan besar swasta

yang masuk di daerah Rejang Lebong dan Kepahiang didominasi oleh kopi dan

Teh.

Selain kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang, Wilayah lain yang juga

memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita yang tinggi

berada di wilayah barat provinsi. Berbeda dengan wilayah di bagian timur, satu-

satunya kota yang berada di bagian barat provinsi Bengkulu tepatnya di pesisir

pantai barat pulau Sumatra ini tidak memiliki keunggulan di bidang pertanian,

tetapi memiliki banyak sektor unggulan di sektor Transportasi dan komunikasi,

Perdagangan, Keuangan, Jasa, Listrik, gas dan air bersih. Dari seluruh sektor yang

menjadi sekor basis di kabupaten Bengkulu hanya sektor jasa; listrik, gas dan air

bersih yang pertumbuhan sektoralnya lambat. Sedangkan sektor transportasi dan

komunikasi, perdagangan, dan keuangan memiliki pertumbuhan sektoral cepat.

Wilayah ini berkembang selain sebagai ibukota provinsi juga berkembang sebagai

kota Jasa. Kota ini menjadi pusat pertumbuhan bagi wilayah di sekitarnya.

Page 78: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

58

4.1.2. Wilayah maju tetapi tertekan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi

tinggi tetapi pendapatan perkapita rendah.\

Kabupaten Kaur, Bengkulu Selatan dan Mukomuko masuk dalam

kelompok Wilayah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi tetapi

pendapatan perkapita rendah. Berada di wilayah ujung selatan dan Utara provinsi.

Kabupaten Kaur yang berada di ujung selatan Provinsi Bengkulu yang berbatasan

dengan Provinsi Lampung. Kabupaten Kaur memiliki sektor basis pada sektor

konstruksi, transportasi dan Pertanian. Dari ketiga sektor ini pertumbuhan sektor

konstruksi relatif maju. Sedangkan sektor transportasi dan Pertanian pertumbuhan

sektoralnya relatif lambat.

Kabupaten Bengkulu Selatan memiliki keunggulan yang sama dengan

kabupaten Kaur di bidang transportasi dan konstruksi. Selain kedua sektor

tersebut. Kabupaten ini masih memiliki sektor basis pada sektor jasa dan

perdagangan. Dari keempat sektor unggulan tersebut hanya konstruksi yang

pertumbuhan sektoralnya cepat, sedangkan sektor lain pertumbuhannya relatif

lambat. Hal menarik, kabupaten Bengkulu Selatan tidak menjadikan sektor

pertanian menjadi sektor basis tetapi telah berpindah dari sektor primer ke sektor

tersier yaitu jasa.

Kabupaten Mukomuko adalah satu diantara dua kabupaten di Provinsi

Bengkulu yang menjadikan industri pengolahan sebagai sektor basis walaupun

pertumbuhan sektoralnya masih relatif lambat. Selain industri pengolahan,

keuangan dan pertanian sub sektor perkebunan juga menjadi sektor unggulan

dengan pertumbuhan sektor industri pengolahan dan pertanian relatif lambat.

4.1.3. Wilayah berkembang pesat ditandai dengan tingkat pertumbuhan

ekonomi rendah tetapi pendapatan perkapita tinggi

Wilayah yang memiliki pertumbuhan ekonomi rendah tetapi tingkat

perkapita tinggi adalah Kabupaten Lebong. Berada di bagian timur provinsi.

Sektor Pertanian khususnya sub sektor tanaman Pangan menjadi sektor unggulan

di kabupaten ini, walaupun pertumbuhan sektoralnya masih lambat. Tanaman

padi merupakan komoditi unggulan di Kabupaten Lebong. Kabupaten Lebong

merupakan Kabupaten pemekaran dari Kabupaten Rejang Lebong yang dibentuk

berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2003 tentang Pembentukan

Kabupaten Lebong dan Kabupaten Kepahiang di Propinsi Bengkulu, yang

diresmikan pada tanggal 7 Januari 2004

Kabupaten Lebong merupakan salah satu dari 10 Kabupaten/Kota yang

ada di Provinsi Bengkulu.Luas wilayah Lebong sebesar 192.924 Ha Wilayah

Kabupaten Lebong terletak pada ketinggian di atas 500 meter dari permukaan laut

dengan lebih dari 50 persen luas wilayah di Kabupaten Lebong berupa hutan

lindung (taman nasional).

4.1.4. Wilayah relatif tertinggal dengan tingkat pertumbuhan ekonomi dan

pendapatan perkapita rendah.

Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu Tengah dan Seluma adalah wilayah

yang memiliki pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita rendah. Bengkulu

Page 79: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

59

utara dan Bengkulu Tengah dan Seluma ini memiliki keunggulan yang sama yaitu

disektor pertambangan dan sektor pertanian sub sektor perkebunan (kelapa sawit

dan karet).

Kabupaten Bengkulu Utara memiliki banyak sektor basis meliputi sektor

Pertambangan, Konstruksi dan Jasa. Berada di bagian tengah provinsi yang

berupa dataran rendah. Kabupaten ini menjadikan pertambangan sebagai sektor

yang paling diunggulkan karena Kabupaten ini memiliki deposit batubara yang

terbesar di Provinsi Bengkulu sesudah Kabupaten Bengkulu Tengah. Tetapi

ternyata tidak serta merta menjadikan wilayah ini kaya. Hal ini dikarenakan beban

jumlah penduduk yang relatif besar.

Kabupaten Bengkulu Tengah sebagai kabupaten pecahan dari Bengkulu

Utara memiliki keunggulan utama atau basis di sektor pertambangan. Bahkan

analisis LQ menunjukkan bahwa sektor pertambangan di kabupaten ini memiliki

nilai koefisien LQ terbesar. Selain pertambangan, sektor industri pengolahan dan

konstruksi juga menjadi sektor basis di kabupaten ini. Seperti halnya kabupaten

lain, sektor konstruksi juga menjadi sektor unggulan di kabupaten ini. Walaupun

kabupaten Bengkulu Tengah ini baru terbentuk berdasarkan UU No 24 tahun

2008, kabupaten ini mampu menjadikan sektor industri pengolahan menjadi

sektor unggulan, walapun pertumbuhan sektoralnya relatif lambat.

Kabupaten Seluma selain menjadikan pertambangan dan konstruksi

sepertin halnya kabupaten Bengkulu Utara dan Bengkulu Tengahsebagai sektor

basis. Satu hal yang berbda adalah dijadikannya pertanian khususnya sub sektor

perkebunan sebagai komoditas unggulan/sektor basis. Mayoritas investor asing

maupun domestik memilih ke tiga kabupaten ini sebagai lokasi investasi, tetapi

tingkat pendapatan perkapita maupun pertumbuhannya relatif rendah.

Banyaknya sektor basis yang dimiliki suatu kabupaten dapat diartikan

tingginya daya saing wilayah tersebut dibandingkan wilayah lain yang ada di

Provinsi Bengkulu. Hasil analisis shiftshare memperlihatkan hanya sektor

konstruksi yang memiliki tingkat pertumbuhan cepat pada tingkat kabupaten/kota

dibandingkan dengan kondisi di tingkat Provinsi. Sedangkan sektor pertanian

walaupun menjadi sektor basis di hampir seluruh kabupaten/kota tetap lambat

pertumbuhannya dibandingkan dengan pertumbuhan sektoral pada level regional.

Jika sektor basis tersebut dapat dipercepat pertumbuhannya, maka usaha

peningkatan pendapatan masyarakat maupun daerah akan dapat tercapai.

Page 80: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

60

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dinyatakan sektor pertanian belum dapat

ditinggalkan peranannya dalam pencapaian peningkatan pendapatan masyarakat dan

pertumbuhan ekonomi, sedangkan kekayaan tambang di suatu wilayah tidak mampu

mendorong pertumbuhan ekonomi jika hanya menjadikan wilayah tersebut sebagai

lokasi eksploitasi atau backwash bagi pusat pertumbuhan.

Adapun pengelompokkan sektor perekonomian seluruh Kabupaten/Kota menurut

perkembangannya dijelaskan pad Tabel 12 berikut :

Tabel 12 Tipologi Klassen sektor perekonomian di seluruh kabupaten kota (tahun

2010-2013)

Kabupaten/Kota Sektor maju

dan tumbuh

Pesat

(kuadran 1)

Sektor maju

tetapi

tertekan

(kuadran 2)

Sektor

potensial atau

masih dapat

berkembang

pesat

(kuadran 3)

Sektor

relatif

tertinggal

(Kuadran 4)

Seluma Pertanian

Listrik

Konstruksi

Perdagangan

Transportasi

Keuangan

jasa

Pertambangan

Industri

Bengkulu

selatan

Konstruksi

Perdagangan

Transportasi

Keuangan

Jasa

Pertanian

Pertambangan

Industri

Listrik

Bengkulu

Tengah

Pertambangan

Industri

Konstruksi

Pertanian

Listrik

Perdagangan

Transportasi

Keuangan

jasa

Kepahiang Pertanian

Listrik

Pertambangan

Industri

Konstruksi

Perdagangan

Transportasi

Keuangan

jasa

Rejang Lebong Pertanian

Industri

Listrik

Jasa

Pertambangan

Konstruksi

Perdagangan

Transportasi

Keuangan

Page 81: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

61

Kabupaten/Kota Sektor maju

dan tumbuh

Pesat (kuadran

1)

Sektor maju

tetapi

tertekan

(kuadran 2)

Sektor

potensial atau

masih dapat

berkembang

pesat

(kuadran 3)

Sektor

relatif

tertinggal

(Kuadran4)

Lebong Pertanian Pertambangan

Industri

Listrik

Konstruksi

Perdagangan

Transportasi

Keuangan

Jasa

Kaur Konstruksi

Perdagangan

Transportasi

Pertanian Pertambangan

Industri

Listrik

Keuangan

Jasa

Bengkulu Utara Pertambangan

Industri

Konstruksi

Jasa

Pertanian

Listrik

Perdagangan

Transportasi

Keungan

Mukomuko Industri

Keuangan

Pertanian

Pertambangan

Listrik

Konstruksi

Perdagangan

Transportasi

Jasa

Kota Bengkulu Listrik

Konstruksi

Perdagangan

Transportasi

Keuangan

Jasa

Pertanian

Pertambangan

Industri

Hasil analisis Tipologi klassen di sini mengklasifikasikan sektor menjadi 4 kategori

yaitu (1) sektor maju dan tumbuh berkembang, (2) Sektor maju tetapi tertekan, (3)

Sektor potensial dan masih bisa berkembang (4) Sektor relatif tertinggal.

Hampir seluruh sektor yang ada di Kabupaten Seluma berada pada kategori maju dan

tumbuh pesat. Hanya sektor pertambangan dan industri yang pertumbuhannya masih

potensial. Jika dihubungkan dengan analisis sektor basis pada Tabel 11, kabupaten

Seluma memiliki tiga sektor basis yaitu Pertanian, Konstruksi dan Pertambangan,

maka dapat dinyatakan bahwa untuk meningkatkan pendapatan di Kabupaten Seluma

maka Pemerintah Daerah Seluma harus mampu mendorong pertumbuhan sektor

pertambangan karena tingkat pertumbuhannya masih perlu dikembangkan (masih

Page 82: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

62

potensial) dan relatif lambat. Sedangkan penciptaan peluang investasi dapat

dilakukan dengan memberdayakan potensi sektor unggulan yang dimiliki suatu

wilayah.

Untuk kabupaten Bengkulu Selatan, ternyata semua sektor yang masuk dalam

kategori primer dan sekunder yaitu Pertanian, pertambangan, Industri pengolahan dan

listrik masih dalam kategori potensial masih bisa dikembangkan. Sedangkan sektor

lain yang masuk dalam kategori tersier seperti konstruksi, perdagangan, transportasi,

keuangan dan jasa berkembang maju dan tumbuh pesat. Atas dasar itu maka dapat

dinyatakan bahwa perekonomian di kabupaten Bengkulu Selatan sudah mulai bergeser

dari sektor primer ke sektor jasa.

Kondisi yang terjadi di Bengkulu Tengah, sektor pertambangan, industri dan

konstruksi yang masuk dalam kategori maju dan berkembang pesat. Sedangkan sektor

lain masih potensial dan dapat dikembangkan. Hal menarik disini adalah semua sektor

yang perkembangannya sudah maju dan tumbuh pesat adalah juga sektor basis.

Kabupaten Kepahiang hanya memiliki sektor pertanian dan listrik yang relatif maju

dan berkembang. Sedangkan sektor lain masih dalam kondisi potensial dan dapat

berkembang. Sektor pertanian yang memiliki pertumbuhan sektoral maju adalah juga

sektor basis bagi kabupaten ini. Berkembangnya sektor listrik di kabupaten ini tidak

terlepas dari kepemilikan Sumber daya air sebagai salah satu sumber energi

pembangkit listrik.

Kabupaten Rejang Lebong sebagai kabupaten induk memiliki banyak sektor yang

sudah berkembang seperti pertanian, industri pengolahan, listrik dan jasa. Sedangkan

sektor lain masih dalam kategori potensial. Melihat sektor perekonomian yang

berkembang tersebut maka dapat dinyatakan bahwa kondisi perekonomian yang ada di

kabupaten Rejang Lebong bercirikan pertanian dan pengolahan hasil pertanian dimana

listrik menjadi infrastruktur pendukungnya dan jasa administrasi pemerintah turut

berperan di dalamnya.

Kabupaten Kaur adalah satu-satunya kabupaten yang memiliki sektor

perekonomian maju tetapi tertekan yaitu sektor pertanian. Kabupaten ini pun menjadi

wilayah yang dikembangkan oleh sektor jasa karena sektor konstruksi, perdagangan,

dan transportasi yang sudah maju, sedangkan sektor lain masih potensial.

Kabupaten Lebong sebagai daerah pemekaran baru, hanya memiliki sektor

pertanian yang maju dan merupakan sektor basis. Sedangkan sektor perekonomian

lain masih masuk dalam kategori potensial sehingga masih harus dikembangkan lebih

lanjut. Kabupaten Bengkulu Utara memiliki kecenderungan sektor pertambangan

sebagai penggerak utama perekonomiannya. Ditandai dengan sektor perekonomian

yang sudah maju dan berkembang meliputi pertambangan, industri pengolahan,

konstruksi dan Jasa. Sedangkan sektor lain masih masuk dalam kategori potensial dan

dapat berkembang. Kabupaten Mukomuko memiki sektor yang sudah maju berbeda

dengan kabupaten lain. Sektor industri pengolahan dan keuangan adalah sektor yang

relatif maju dan berkembang. Sedangkan sektor lain masih berada dalam kategori

potensial dan belum berkembang.

Adapun yang terjadi di Kota Bengkulu, hanya sektor primer yaitu pertanian,

pertambangan dan industri pengolahan yang berada pada klasifikasi potensial,

sedangkan sektor lain telah maju dan tumbuh cepat. Kondisi yang terjadi di Kota

Bengkulu dan Bengkulu relatif sama yaitu perekonomian yang mengarah pada kondisi

perekonomian jasa.

Page 83: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

63

Uraian diatas menjabarkan kondisi pembangunan di Provinsi Bengkulu dari

sisi output atau PDRB. Lebih lanjut akan dilakukan analisis dari sisi ketenagakerjaan

sektoral. Berdasarkan hasil analisis sektor basis diketahui bahwa sektor basis dari sisi

ketenagakerjaan di Provinsi Bengkulu meliputi sektor pertanian dan jasa. Sedangkan

sektor non basis terendah dari sisi tenaga kerja di Provinsi Bengkulu adalah pada

sektor industri pengolahan. Ditinjau dari sisi pertumbuhan sektoral, tenaga kerja di

sektor pertanian pertumbuhannya lamban. Sedangkan pertumbuhan tenaga kerja di

sektor jasa pemerintahan pertumbuhannya sangat maju (progresif). Atas dasar itu dapat

dinyatakan bahwa sektor pertanian adalah sektor yang harus diutamakan

perkembangannya karena selain menjadi sektor basis di 6 (enam) kabupaten jumlah

tenaga kerja di sektor ini sangat besar.

Provinsi Bengkulu adalah wilayah yang memiliki ketergantungan tinggi pada

Pemerintah Pusat. Berdasarkan Gambar 17 terlihat bahwa hampir seluruh kabupaten

memiliki derajat desentralisasi fiskal yang sangat rendah yaitu dibawah 5 persen hal ini

berarti ketergantungan pada bantuan pemerintah pusat mencapai diatas 95 persen.

Hanya kota Bengkulu yang memiliki derajat desentralisasi fiskal sebesar 6 persen

(ketergantungan pada bantuan Pemerintah pusat 94 persen). Dengan demikian dapat

dinyatakan bahwa perekonomian di Provinsi Bengkulu masih sangat tergantung pada

bantuan dan sumbangan dari Pemerintah Pusat.

Sumber : Bengkulu dalam angka 2014

Gambar 17. Derajat desentralisasi fiskal seluruh kabupaten/Kota di Provinsi

Bengkulu tahun 2013

Kapasitas fiskal adalah gambaran kemampuan keuangan masing-masing

daerah yang dicerminkan melalui penerimaan umum Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah untuk membiayai tugas pemerintah setelah dikurangi belanja

Pegawai dan dikaitkan dengan jumlah penduduk miskin (Menkeu 2012). Secara

umum kapasitas fiskal Provinsi Bengkulu masih masuk dalam kategori rendah.

Diantara seluruh kabupaten/kota yang ada di Provinsi Bengkulu hanya Kabupaten

Bengkulu Tengah yang memiliki kapasitas fiskal tinggi, Kabupaten Mukomuko

0

20

40

60

80

100

120

Derajat Desentralisasi fiskal Ketergantungan pada pemerintah pusat

Page 84: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

64

dan Lebong yang memiliki kapasitas fiskal kategori sedang. Sementara kabupaten

lain masih memiliki kapasitas fiskal rendah.

Tabel 13 Peta Kapasitas fiskal Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu

Kabupaten Kota Indeks Kapasitas

Fiskal

Kategori

Bengkulu Selatan

Rejang Lebong

Bengkulu Utara

Kaur

Seluma

Mukomuko

Kepahiang

Lebong

Bengkulu Tengah

Kota Bengkulu

0.63

0.58

0.69

0.90

0.57

1.12

1.16

1.66

2.94

0.36

Sedang

Sedang

Sedang

Sedang

Sedang

Tinggi

Tinggi

Tinggi

Sangat Tinggi

Rendah

Hasil pemetaan kapasitas fiskal pada Tabel 13 yang menyatakan bahwa Kota

Bengkulu sebagai ibukota provinsi ternyata memiliki kapasitas fiskal rendah

sedangkan beberapa kabupaten pemekaran baru ternyata memiliki kapasitas

fiskal tinggi seperti Kepahiang dan Lebong. Hal ini terkait dengan besarnya

jumlah penduduk miskin yang ada di kota Bengkulu yang mengakibatkan

rendahnya kapasitas fiskal di wilayah tersebut.

Bengkulu Tengah sebagai kabupaten yang paling baru dimekarkan

memiliki tingkat kapasitas fiskal sangat tinggi. Hal ini dikarenakan tingginya

pendapatan Asli daerah dan masih rendahnya jumlah penduduk miskin yang ada

di wilayah ini.

Hubungan antara Pendapatan Asli Daerah dan tingkat kemiskinan dalam

kaitannya dengan Peta kapasitas fiskal lebih lanjut diuraikan pada gambar 16.

Komponen pembentuk Kapasitas Fiskal yang diantaranya adalah Pendapatan asli

Daerah (PAD), dana perimbangan dari Pemerintah daerah berupa DAU dan DAK

dan tingkat kemiskinan. Ternyata ada beberapa kabupaten yang memiliki tingkat

PAD dibawah garis kemiskinan seperti terlihat pada gambar 18 berikut ini :

Sumber : Bengkulu Dalam Angka 2014

Gambar 18 Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Tingkat Kemiskinan

01020304050

PAD (juta) Tingkat Kemiskinan (juta)

Page 85: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

65

Pada Gambar 18 terlihat di Kabupaten Bengkulu Selatan, Mukomuko,

Lebong, Kepahiang dan Bengkulu Tengah memiliki PAD yang lebih rendah

dibandingkan dengan tingkat kemiskinan. Jika kita hubungkan dengan kapasitas

fiskal dimana kelima kabupaten tersebut kecuali Bengkulu Selatan memiliki

tingkat kapasitas fiskal yang tinggi terlihat bahwa peranan pemerintah Pusat di

daerah ini masih sangat dominan. Hanya Kota Bengkulu yang relatif mampu

berkembang pada tingkat kapasitas fiskal yang rendah dengan PAD jauh

melampaui tingkat kemiskinan walaupun jumlah penduduk Kota Bengkulu

tertinggi dibanding wilayah lain yang ada di Provinsi ini. Struktur ekonomi di

Kota Bengkulu telah mampu merubah wilayah ini menjadi Pusat Pertumbuhan di

Provinsi Bengkulu dengan menjadi Kota Jasa, terlihat dari sektor

perekonomiannya yang menjadikan sektor transportasi dan komunikasi,

Perdagangan, Keuangan, Jasa dan Listrik, gas dan air bersih sebagai basis.

Tingginya ketergantungan pada Bantuan dari Pemerintah Pusat di seluruh

kabupaten/kota mengharuskan Pemerintah Daerah untuk mampu menciptaan

iklim investasi yang kondusif sehingga menarik minat para investor baik dari luar

maupun dalam negeri (PMA dan PMDN) dan industri kecil maupun menengah.

Menurut (Kinda 2008) yang menjadi kendala dari iklim investasi adalah

infrastruktur fisik maupun keuangan, sumber daya manusia dan institusi daerah.

4.1. Perwilayahan Pembangunan

Penetapan wilayah pembangunan dilakukan melalui penilaian terhadap potensi

sumber daya sehingga dapat melalui penilaian terhadap potensi sumber daya

sehingga dapat dikembangakan menjadi penggerak utama pembangunan. Dalam

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) provinsi Bengkulu ditetapkan 11 wilayah

Pembangunan (WP) sebagai berikut :

1. WP Bengkulu, berpusat di Kota Bengkulu, mencakup seluruh wilayah di

kota Bengkulu dengan luas lahan 186.346 ha. Kegiatan Perekonomian

yang menonjol di wilayah ini adalah perdagangan dan jasa, pertanian

tanaman pangan, perkebunan, perikanan laut dan pariwisata. Kegiatan

perekonomian yang potensial dimasa yang akan datang adalah

pertambangan dan peternakan, industri pengolahan dan kerajinan.

2. WP Kepahiang, berpusat di simpul Kepahiang, mencakup wilayah

kabupaten Kepahiang dengan luas lahan 66.480 ha. Kegiatan

perekonomian dan produksi yang menonjol pada WP ini adalah pertanian

tanaman pangan, perkebunan perdagangan dan jasa, pariwisata dan

peternakan, perikanan darat dan industri.

3. WP Curup, berpusat di simpul Curup, mencakup wilayah Kabupaten

Rejang Lebong dengan luas lahan 151.576 ha. Kegiatan perekonomian dan

produksi yang menonjol adalah pertanian tanaman pangan, perkebunan,

pariwisata, serta perdagangan dan jasa antar wilayah. Kegiatan ekonomi

yang potensial adalah peternakan, perikanan darat dan industri.

4. WP Muara Aman, berpusat di simpul Muara Aman, mencakup wilayah

Kabupaten Lebong dengan luas lahan 192.926 ha. Kegiatan perekonomian

dan produksi yang menonjol pada WP ini adalah pertanian tanaman

pangan, perkebunan dan pertambangan. Kegiatan Perekonomian yang

potensial adalah perdagangan dan jasa antar wilayah, pariwisata,

Page 86: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

66

peternakan, perikanan laut dan darat, dan pertambangan dengan teknologi

baru.

5. WP Argamakmur, berpusat di simpul Argamakmur, mencakup wilayah

kabupaten Bengkulu Utara bagian Tengah dengan luas lahan 145.390 ha.

Kegiatan perekonomian yang menonjol adalah perkebunan, pertanian

tanaman pangan, serta perdagangan dan jasa intra dan antar wilayah.

Kegiatan ekonomi Potensial adalah perikanan laut, pariwisata, peternakan,

pertambangan dan industri pengolahan produk pertanian.

6. WP Ketahun, berpusat di simpul Ketahun, mencakup wilayah kabupaten

Bengkulu Utara bagian Utara dengan luas lahan 257.010 ha. Kegiatan

perekonomian yang menonjol adalah peternakan, perikanan laut,

pariwisata, pertambangan dengan tekologi baru, perdagangan, dan jasa

intra wilayah dan antar wilayah. Kegiatan ekonomi potensial meliputi

peternakan, perikanan laut, pariwisata, pertambangan dengan teknologi

baru, perdagangan dan jasa intra wilayah dan industri pengolahan produk

pertanian.

7. WP Mukomuko, berpusat di simpul Mukomuko mencakup wilayah

Kabupaten Mukomuko dengan luas lahan 403.670 ha. Kegiatan

perekonomian dan produksi yang menonjol adalah perkebunan, pertanian

tanaman pangan, serta perdagangan dan jasa intra dan antar wilayah.

Kegiatan perekonomian potensial adalah perikanan laut, peternakan,

perikanan darat, pariwisat dan industri pengolahan hasil pertanian.

8. WP Tais, berpusat di simpul Tais, mencakup wilayah sebagian besar

Kabupaten Seluma bagian selatan. Dengan luas lahan 180.543 ha.

Kegiatan perekonomian dan produksi yang menonjol adalah pertanian

tanaman pangan, perkebunan, serta perdagangan dan jasa antar wilayah.

Kegiatan potensialnya adalah peternakan, perikanan laut, perikanan darat,

pariwisata, pertambangan dan industri pengolahan produk pertanian.

9. WP Manna, berpusat di simpul Manna, mencakup wilayah Kabupaten

Bengkulu Selatan dengan luas lahan 117.870 ha. Kegiatan perekonomian

yang menonjol adalah pertanian tanaman pangan, perkebunan, serta

perdagangan dan jasa antar wilayah. Kegiatan potensial adalah peternakan,

perikanan laut, perikanan darat, pariwisata, pertambangan dan industri

pengolahan produk pertanian.

10. WP Bintuhan, berpusat di simpul Bintuhan, mencakup wilayah kabupaten

Kaur dengan luas lahan 236.230 ha. Kegiatan perekonomian dan produksi

yang menonjol adalah perkebunan dan pertanian tanaman pangan.

Kegiatan perekonomian potensial adalah perikanan laut, peternakan dan

pariwisata.

11. WP Enggano, merupakan wilayah frontier yang terletak di Pulau Enggano,

terpisah relatif jauh dari daratan pulau Sumatera dengan luas lahan 40.060

ha. Kegiatan perekonomian dan produksi yang menonjol adalah perikanan

laut pada skala kecil dan belum berdampak nyata terhadap perekonomian

wilayah. Potensial ekonomi adalah perkebunan, pariwisata bahari dan

perikanan laut berikut industri pengolahannya. Faktor pendukung

terpenting dalam pengembangan WP ini adalah Pengembang sarana

transportasi.

Page 87: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

67

Berdasarkan keseluruhan perwilayahan pembangunan yang ada, maka dapat

disimpulkan bahwa sektor yang paling banyak dikembangkan di Provinsi

Bengkulu adalah sektor pertanian meliputi tanaman pangan, perkebunan, dan

perikanan baik darat maupun laut; dan sektor perdagangan antar dan intra

wilayah. Sedangkan sektor industri pengolahan masih berupa potensi yang belum

dikembangkan.

Mengacu pada hasil analisis sektor tenaga kerja, maka tepat jika pertanian

didorong perkembangannya karena paling banyak menampung tenaga kerja di

Provinsi Bengkulu. Untuk mengembangkan sektor industri pengolahan maka

terlebih dahulu harus dilakukan pembinaan di bidang ketenagakerjaan karena

masih rendahnya jumlah tenaga kerja di sektor ini.

5. Iklim Investasi

Iklim investasi mencerminkan sejumlah faktor yang berkaitan dengan

lokasi tertentu yang membentuk kesempatan dan insentif bagi pemilik modal

untuk melakukan usaha atau investasi secara produktif dan berkembang Iklim

usaha atau investasi yang kondusif adalah iklim yang mendorong seseorang

melakukan investasi dengan biaya dan resiko serendah mungkin di satu sisi dan

dapat menghasilkan keuntungan jangka panjang setinggi mungkin (Stern 2002).

Ada banyak faktor yang mempengaruhi iklim investasi, dalam penelitian

ini digunakan variabel-variabel yang berasal dari Tata Kelola Ekonomi Daerah

2011 yang dikeluarkan oleh Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah.

Variabel bebas yang dipergunakan adalah akses lahan (Lhn), infrastruktur Daerah

(Infr), Perizinan (izin), Peraturan Daerah (PERDA), dan Biaya Transaksi.

Sedangkan variabel terikatnya adalah iklim investasi dengan 2 kategori yaitu

iklim investasi kondusif (IC=1) dan iklim investasi tidak kondusif (IC=0).

Analisis iklim investasi ini menggunakan data primer. Objek Penelitian

yang adalah seluruh PMA dan PMDN yang tercatat di Laporan Kegiatan

Penanaman Modal (LKPM) Badan Kegiatan Penanaman Modal Daerah Propinsi

Bengkulu yang ada di seluruh kabupaten/kota. Responden yang dipergunakan

sebanyak 33 perusahaan.

Sebelum dilakukan penyebaran data kepada para responden dilakukan uji

validitas dan reliabilitas. Hasil uji validitas untuk masing-masing variabel adalah

sebagai berikut :

Tabel 14 Hasil uji validitas dan Reliabilitas

Variabel Jumlah

Pertanyaan

Sign Kesimpulan Kesimpulan

Akses lahan 1-10 0.000 Valid Reliabel

Infrastruktur daerah 1-10 0.000 Valid

Perizinan 1-10 0.000 Valid

Peraturan Daerah 1-10 0.000 Valid

Transparansi Biaya

transaksi

1-10 0.000 Valid

Sumber : data diolah 2015

Page 88: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

68

Berdasarkan uraian pada Tabel 14. Memperlihatkan bahwa seluruh variabel yang

dipergunakan dalam kuesioner penelitian ini valid dan reliable. Sehingga hasil

dari analisis ini dapat dipertanggungjawabkan.

5.1. Hasil rekapitulasi data

Kuesionar dalam penelitian ini disebarkan kepada 40 perusahaan PMA

dan PMDN yang ada di seluruh kabupaten kota yang ada di Provinsi Bengkulu.

Adapun jumlah kuesioner yang dikembalikan kepada peneliti adalah sebanyak 33

buah. Informasi yang diperoleh dari para responden adalah sebagai berikut :

5.1.1. Akses lahan,

Lahan merupakan salah satu aspek penting untuk menciptakan iklim

investasi yang baik bagi pelaku usaha, dengan kewenangan yang belum

didesentralisasikan. Karena itu kebijakan yang berpihak terhadap kemudahan

mendapatkan lahan akan mendukung peluang investasi baru. Kemudahan

mendapatkan lahan sama pentingnya dengan mempertahankan

kepemilikan/penggunaan lahan tersebut. Jika hak kepemilikan atau penggunaan

lahan mendapatkan jaminan, besar kemungkinan pelaku usaha akan menanamkan

investasinya (KPPOD 2011).

Akses lahan sangat mempengaruhi dunia usaha karena perusahaan tidak

akan melakukan investasi baru jika tidak memiliki akses pada lahan. Sementara

itu, kegiatan usaha yang sedang berjalan juga akan berpengaruh jika tidak ada

kepastian akan status lahan yang digunakan mereka.

Kondisi yang terjadi di Provinsi Bengkulu sehubungan dengan akses

kemudahan lahan relatif belum kondusif. Masih banyak permasalah yang muncul

dibidang akses lahan. Opini yang muncul mengenai akses lahan adalah sebagai

berikut :

Gambar 20 Opini para investor tentang kemudahan mengakses lahan

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

13 10 9

6 5 6 6 4 3 4

20 23 23 25 24 24

19 22 23

19

0 0 1 2 4 3 8 7 7

10

Sangat Baik Baik Cukup Buruk sgt Buruk

Page 89: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

69

Berdasarkan Gambar 20 menggambarkan seluruh indikator yang dipergunakan

dalam menganalisis akses lahan seperti kepemilikan lahan, kepemilikan fasilitas

kerja, proses mendapatkan sertifikat, penyelesaian konflik kepemilikan,

pemindahan kepemilikan dan jual beli lahan mayoritas masih masuk dalam

kategori buruk. Kondisi terburuk ada pada proses penyelesaian konflik

kepemilikan.

Walaupun Pemerintah daerah berusaha untuk mencari solusi untuk

memudahkan proses pengurusan dan mengatasi masalah kepemilikan lahan. Bagi

para investor peranan pemerintah daerah dalam penyelesaian masalah ini masih

buruk bahkan ada yang beropini sangat buruk. Faktor kepemilikan lahan usaha

seringkali menjadi masalah. Para investor seringkali harus berhadapan dengan

oknum baik yang berasal dari instansi Pemerintah, masyarakat lokal maupun

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang menghalangi aktivitas para investor

dalam proses mengurus kepemilikan lahan. Ketidakjelasan kepemilikan dengan

masih banyaknya lahan yang belum bersertifikat atau bahkan bersertifikat ganda,

sehingga dalam proses kepemilikannya menimbulkan sengketa.

Ketidakjelasan Pemerintah Daerah dalam menentukan areal yang boleh

dijadikan lahan produktif atau konservasi seringkali menyebabkan investor

masuk dalam kategori perusak hutan. Ditambah lagi banyaknya penduduk lokal

yang melakukan aktivitas pertaniannya di lokasi yang sebenarnya sudah menjadi

area perkebunan swasta. Kesemuanya ini terjadi karena ketidakjelasan dibidang

administrasi baik itu dibidang pengurusan sertifikat, waktu pengurusan yang

seringkali tidak dapat diprediksi, dan biaya pengurusan yang seringkali diluar

perkir

5.1.2. Infrastruktur Daerah.

Infrastruktur Daerah memiliki hubungan yang erat dengan Produk

Domestik Brutto (PDB) dan keputusan pelaku usaha untuk melakukan investasi.

Ketersediaan infrastruktur daerah merupakan faktor penentu keputusan pelaku

usaha karena sangat menentukan biaya distribusi input dan output produksinya.

Ketersediaan infrastruktur dapat menjadi faktor pendorong produktivitas suatu

daerah (KPPOD 2011).

Jalan kabupaten/kota yang baik, penyediaan listrik, lampu penerangan

jalan, air bersih dan telekomunikasi merupakan prasyarat agar kegiatan usaha

dapat berjalan secara efektif dan efisien. Sebaliknya, kualitas pengelolaan

infrastruktur yang buruk dapat menambah biaya yang besar bagi pelaku usaha

untuk berinvestasi dan berkembang.

The Gobal Competitiveness Report 2010-2011 (the World Economic

Forum, 2010) menunjukkan bahwa kinerja infrastruktur Indonesia amat rendah.

Provinsi Bengkulu berdasarkan hasil studi Tata Kelola Ekonomi Daerah (TKED)

2007 menurut para pelaku usaha yang ada di Provinsi ini, 53 persen menyatakan

kualitas jalan masuk dalam kategori Buruk dan sangat buruk, 65 persen

menyatakan kualitas lampu penerangan jalan buruk dan sangat buruk, 40 persen

menyatakan kualitas air PDAM buruk dan sangat buruk, 38 persen menyatakan

kualitas listrik PLN buruk dan sangat buruk, 13 persen menyatakan kualitas

telepon masuk buruk dan sangat buruk.

Page 90: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

70

Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk perbaikan infrastruktur bila

mengalami kerusakan di Provinsi Bengkulu membutuhkan waktu 27 hari untuk

perbaikan jalan, 10 hari untuk perbaikan lampu penerangan jalan, 4 hari untuk

perbaikan air PDAM, 7 hari untuk perbaikan listrik PLN dan 2 hari untuk

perbaikan telepon (Studi TKED 2007).

Banyaknya kendala yang dihadapi di Provinsi Bengkulu sehubungan

dengan infrastruktur daerah (seperti diuraikan pada Tabel 16). Adapun Opini yang

mucul sehubungan dengan infrastruktur daerah adalah sebagai berikut :

Sumber : Data diolah 2015

Gambar 21 Opini investor tentang infrastruktur daerah di Propinsi Bengkulu

Gambar 21 memperlihatkan bahwa seluruh indikator yang menjadi faktor

penentu infrastruktur daerah dalam penelitian ini masih berada dalam kondisi

kurang. Bahkan ada diantara para responden yang menjawab tidak memadai.

Penyelesaian perbaikan atas kerusakan yang terjadi di bidang infrastruktur

dianggap tidak memadai.

Penyediaan listrik dan air bersih menjadi faktor yang dinilai paling kurang

memadai. Persediaan listrik yang ada baru mampu mencukupi kebutuhan rumah

tangga. Untuk itu jika dilakukan pengamatan lebih lanjut mengenai pemakaian

listrik di sektor industri akan mengganggu pasokan pemenuhan kebutuhan listrik

rumah tangga akibat penyediaannya yang belum memadainya. Konsumsi listrik di

Provinsi Bengkulu sangat didominasi oleh rumah tangga mencapai 76 persen dari

total daya terpasang, usaha 12 persen, dan industri 28 persen. Hal ini dapat

diartikan masih rendahnya aktivitas produktif yang ada. Frekuensi pemadaman

listrik di Propinsi Bengkulu masuk dalam kategori sering.

Kualitas jalan dijelaskan pada Gambar 22 berikut :

10 8

5 3 2 2 1 1 1 1

22 23 24 23 24 20

18 17 19

22

1 2 4

7 7 11

14 15 13

10

Sangat Baik Baik Cukup Kurang Tidak memadai

Page 91: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

71

Sumber : Bengkulu Dalam Angka 2014

Gambar 22 Kualitas infrastruktur jalan di Propinsi Bengkulu.

Pada Gambar 22 , terlihat ada 3 pengelompokkan jalan yaitu jalan

nasional, jalan Propinsi, dan jalan kabupaten, dengan total panjang jalan 8395.64

persen. Jalan nasional memiliki panjang 774.82 km2 atau 9.23 persen dari total,

jalan provinsi memiliki panjang 1590.52 km2 atau 18.95 persen, sedangkan jalan

kabupaten memiliki panjang 6030.3 km2 atau 71.82 persen. Kualitas jalan

nasional relatif stabil dengan persentase terbesar berada pada kategori baik.

Begitu pula halnya dengan jalan provinsi. Hal berbeda terjadi pada jalan

kabupaten dimana terihat dari tahun ke tahun perubahan kualitas jalan terus

mengalami perubahan. Kualitas jalan kabupaten terus mengalami peningkatan

bahkan pada tahun 2012 jalan kabupaten yang masuk kedalam kategori kualitas

rusak berat sangat kecil sekali. Hal ini menandakan adanya upaya di bidang

perbaikan infrastruktur jalan oleh Pemerintah, khususnya Pemerintah Daerah terus

dilakukan.

Infrastruktur air bersih di Provinsi Bengkulu pun ketersediaannya relatif

kurang memadai. Penggunaannya didominasi oleh aktivitas non niaga (93 persen),

sedangkan penggunaan air bersih di sektor industri baru mencapai 0.2 persen. Hal

ini menyatakan rendahnya pemakaian air bersih yang berasal dari perusahaan air

minum daerah dalam aktivitas produksi. Penggunaan air tanah masih sangat

mendominasi.

Indikator dalam mengukur persepsi infrastruktur daerah adalah

ketersediaan infrastruktur, kualitas jalan, kualitas penyediaan listrik, sambungan

telpon, air bersih, penyerdiaan perbaikan jalan, penyelesaian pemadaman listrik,

perbaikan permasalahan air. Secara umum mayoritas investor yang menjadi

responden dalam penelitian ini menyatakan masih kurang bahkan tidak

memadainya infrastruktur daerah.

5.1.3. Perizinan.

Perizinan usaha yang sederhana dan murah dapat mendorong

perkembangan usaha baru. Sebaliknya prosedur pengurusan perizinan usaha yang

sulit, lama, dan mahal akan mengakibatkan keengganan pelaku usaha untuk

mengurus perizinan dan menghambat pertumbuhan kegiatan usaha baru.

0,00500,00

1000,001500,002000,002500,003000,003500,004000,004500,00

Baik Sedang RusakRingan

RusakBerat

Baik Sedang RusakRingan

RusakBerat

Baik Sedang RusakRingan

RusakBerat

Jalan Nasional Jalan Propinsi Jalan Kabupaten

2010

2011

2012

2013

Page 92: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

72

Ada lima izin dasar yang perlu dimiliki oleh sebagian besar pelaku usaha

yaitu (1). Izin Mendirikan Bangunan, izin ini dibutuhkan para pelaku usaha yang

akan membangun gedung, (2). Izin gangguan (Hinder ordonantie atau HO) izin

ini dibutuhkan jika usaha yang dilakukan memiliki eksternalitas-dapat

menimbulkan gangguan bagi lingkungan sekitarnya seperti kebisingan atau

polusi, (3). Surat Izin Tempat Usaha (SITU) izin ini dibutuhkan jika usahanya

tidak memiliki eksternalitas. Setelah pelaku usaha memiliki IMB dan HO/SITU,

izin seharusnya yang dimiliki adalah (4) izin operasional yaitu SIUP (Surat Izin

Usaha Perdagangan) izin bagi para pelaku usaha yang memperdagangankan

produknya, dan TDI (Tanda Daftar Industri) yaitu izin bagi pelaku usaha yang

bekerja di sektor industri, (5) Paling lambat tiga bulan setelah perusahaan

memperoleh SIUP dan/atau TDI atau beroperasi, maka perusahaan wajib

mendaftarkan perusahaannya untuk mendapatkan Tanda Daftar Perusahaan (TDP)

sehingga pemerintah mempunyai informasi mengenai seluruh pelaku usaha di

daerahnya.

Instansi yang berwenang menyelenggarakan pelayanan perizinan Di

tingkat daerah adalah instansi teknis (Satuan Kerja Pemerintah Daerah atau

SKPD) yang diberi wewenang seperti misalnya Dinas Perdagangan/Perindustrian.

Pelayanan perizinan juga bisa dilaksanakan oleh pejabat yang bertanggung jawab

dalam pelaksanaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) sesuai dengan yang

diamanatkan oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri (PERMENDAGRI) No

24/2006. PTSP adalah institusi yang mendapatkan wewenang dari kepala daerah

untuk menerbitkan berbagai izin usaha.

Pengajuan perizinan di Provinsi Bengkulu menurut para responden masih

masuk kategori buruk. Hanya sebagian kecil responden yang menyatakan cukup

baik. Keluhan utama ada pada masalah penyelesaian pengurusan perizinan seperti

HO, SITU. Kebijakan pemerintah daerah terkait dengan perizinan pun dirasakan

oleh para investor masih belum memadai.

Adapun opini para investor sehubungan dengan proses perizinan yang ada

di Provinsi Bengkulu adalah sebagai berikut :

Gambar 23 Opini investor tentang perizinan di Provinsi Bengkulu

Di bidang Perizinan, hal utama yang dihadapi oleh para pengusaha adalah

besarnya pungutan liar dalam proses perizinan. Walaupun beberapa kabupaten

sudah melaksanaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, seringkali proses perizinan

yang ada belum dilaksanakan secara benar.

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

12

2 9 9 9

6 7 3

6 11

21 21 22 22 21 17

21 20 19 20

0

10

2 2 3 10

5 10 8

2

Sangat Baik Baik Cukup Buruk Sangat Buruk

Page 93: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

73

Ketidakjelasan proses, waktu dan prosedur yang mengakibatkan aktivitas

percaloan maupun pungutan liar terus berlangsung. Bahkan ada di salah satu

kabupaten dimana oknum Pemerintah Daerah yang mendatangi para pelaku usaha

berkedok untuk memberikan pelayanan perizinan dengan sistem jemput bola,

dengan biaya yang melebihi jumlah semestinya.

Untuk semua jenis perizinan, terdapat kecenderungan semakin besar skala

usaha, semain tinggi tingkat kepemilikan izin dasar. Hampir sebagian besar

pelaku usaha besar memiliki TDP sementara hanya sebagian kecil usaha mikro

yang memiliki izin dasar tersebut.

Rendahnya tingkat kepemilikan izin dasar oleh para pelaku usaha mikro

dan kecil mempersulit mereka untuk mengembangkan usahanya, karena tanpa

adanya berbagai izin dasar ini akan menyulitkan mereka untuk mendapatkan akses

pada kredit dari perbankan dan juga untuk berpartisipasi dalam program

pemerintah.

Indikator variabel perizinan adalah proses pengurusan perizinan, waktu

pengurusan perizinan, penyelesaian pengurusan HO, Situ, TDP dan lama waktu

yang dibutuhkan dalam proses perizinan. Mayoritas responden menyatakan bahwa

proses perizinan yang masih dalam kategori buruk.

5.1.4. Peraturan Daerah.

Merupakan gambaran kerangka kebijakan Pemerintah daerah dalam

mengembangkan perekonomian daerahnya. Peraturan yang rumit dan

membingungkan dapat menjadi kendala bagi pelaku usaha di daerah, karena hal

tersebut dapat mengakibatkan ketidakpastian dan mempersempit usaha

perdagangan dan akses pasar.

Peraturan di daerah merupakan sebuah instrument kebijakan Pemerintah

Daerah (PEMDA) yang dapat mengindikasikan keberpihakan terhadap dunia

usaha. Undang-Undang (UU) No 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan

UU No 34 tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRI)

memberikan kewenangan yang besar kepada PEMDA untuk menerbitkan

peraturan di daerah yang dapat digunakan untuk mendorong dan menciptakan

insentif atau sebaliknya, menjadi penghambat bagi perkembangan dunia usaha.

Implikasinya adalah banyaknya persoalan yang muncul akibat keinginan PEMDA

yang terlalu besar untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang

memberatkan pelaku usaha dan masyarakat luas.

Secara umum, mayoritas responden menyatakan tidak setuju dengan

pernyataan bahwa Pemerintah daerah telah mampu mengatur segala hal yang

berhubungan dengan iklim berusaha di Provinsi Bengkulu

Page 94: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

74

Gambar 24. Opini investor tentang Peraturan Daerah.

Gambar 24 memperlihatkan mayoritas responden menyatakan tidak setuju

jika dinyatakan bahwa Pemerintah Daerah telah mampu menciptakan iklim usaha

yang kondusif, telah mampu konsisten pada pelaksanaan aturan. Banyak kendala

yang dihadapi oleh para responden sehubungan dengan Peraturan Daerah (Tabel

16). Peraturan daerah yang ada belum mampu memberikan batasan yang jelas

bagi para pengusaha.

Pengusaha seringkali mengeluhkan peraturan daerah yang kerapkali

berubah sesuai dengan keinginan Pejabat Daerah. Bahkan dibeberapa kabupaten

keputusan untuk menerima investor mutlak ditentukan oleh Kepala Daerah tanpa

didukung oleh Prosedur yang jelas. Ketidakjelasan aturan adalah sepertinya secara

sengaja dipertahankan dibeberapa kabupaten.

Indikator yang dipergunakan dalam menilai peraturan daerah (PERDA)

adalah kemampuan PERDA mendukung usaha, mampu direvisi sesuai dengan

kondisi yang ada, menyebutkan tata aturan di bidang usaha secara jelas, jelas

menyatakan biaya usaha, berlaku umum, jelas menyatakan batasan pelanggaran,

konsisten. Opini mayoritas responden menyatakan sangat tidak setuju dengan

pernyataan Peraturan Daerah yang ada telah mendukung usaha, konsisten dan

transparan dalam pelaksanaannya.

5.1.5. Biaya Transaksi

Biaya transaksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam suatu

wilayah. Biaya transaksi resmi meliputi pajak, retribusi dan sumbangan pihak

ketiga (SP3) yang ditetapkan melalui peraturan daerah. Pajak daerah meliputi

pungutan wajib yang diterapkan pemerintah tanpa adanya imbal jasa secara

langsung, sementara retribusi daerah menyangkut pungutan sebagai kompensasi

atas layanan atau pemberian izin tertentu yang disediakan oleh pemerintah daerah

dalam hubungannya dengan kepentingan perusahaan.

Sumbangan pihak ketiga (SP3) yang resmi adalah sejumlah pembayaran

yang diberikan oleh perusahaan kepada pemerintah daerah atas dasar peraturan

daerah atau surat keputusan bupati/walikota yang tidak bersifat wajib (KPPOD

2011). Pajak, retribusi dan biaya transaksi lainnya baik yang legal maupun illegal

dapat menjadi penghambat bagi kegiatan usaha di daerah jika hanya diberlakukan

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

10 6 6 6 6 5 6 5 6

10

17 19

22 19 20 21 20 20 20

17

6 8

5 8 7 7 7 8 7 6

Sangat Setuju Setuju Ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

Page 95: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

75

untuk meningkatkan pendapatan daerah tanpa memperhatikan dampaknya bagi

perkembangan usaha. Sebaliknya, pungutan-pungutan tersebut tidak menjadi

penghambat apabila diberlakukan dengan alasan yang jelas, diterapkan secara

benar, dan hasilnya ditujukan untuk memperbaiki pelayanan publik.

Selain pungutan resmi, pelaku usaha di Provinsi Bengkulu seringkali juga

dibebani berbagai pembayaran tambahan untuk biaya keamanan. Biaya legal ini

dibayarkan kepada oknum keamanan, organisasi kemasyarakatan dan Preman,

sehingga menambah beban biaya yang harus ditanggung perusahaan.

Gambar 25 Opini responden atas biaya transaksi di Provinsi Bengkulu.

Opini para resonden tentang biaya transaksi pun kerapkali mengakibatkan

gagalnya seorang investor menanamkan modalnya di propinsi Bengkulu.

Seringkali porsi biaya tak terduga melebih biaya resmi. Ketidakjelasan dalam

jenis maupun besaran biaya transaksi pun terjadi dalam proses perizinan.

Seringkali dinyatakan sebagai biaya non teknis. Bahkan untuk memulai suatu

usaha pun pengusaha sudah dibebankan biaya transaksi yang tinggi.

Indikator yang digunakan dalam membahas biaya transaksi meliputi pajak

dan distribusi daerah ditetapkan berlaku umum, segala pungutan berlaku resmi.

Berdasarkan hasil penelitian lapangan di peroleh informasi bahwa mayoritas

investor yang menjadi responden ini menyatakan tidak setuju dengan pernyataan

bahwa aktivitas usaha di Provinsi Bengkulu telah bebas dari pungutan liar

(Pungli).

Setelah diketahui pendapat dari para investor mengenai faktor-faktor

penentu iklim investasi diatas. Lebih lanjut dilakukan pengamatan terhadap

sejumlah kendala yang dihadapi oleh para investor dalam menjalankan usahanya.

Secara umum kendala yang dihadapi oleh para responden yang melakukan

aktivitas usahanya di Provinsi Bengkulu adalah sebagai berikut :

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

12 9 10

8

4 1

3

7 9

5

19 22

18 20 20

17 16

21 21 18

2 2 5 5

9

15 14

5 3

10

Sangat Setuju Setuju Ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

Page 96: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

76

Tabel 15 Kendala dalam aktivitas investasi di Propinsi Bengkulu

Variabel Kendala

Akses Lahan

(Lahan)

1. Status kepemilikan lahan penduduk secara ganda.

2. Masih banyaknya lahan masyarakat yang belum

bersertifikat

3. Status lahan yang sebagian masih berupa hutan

(hutan konservasi sehingga perlu proses panjang

untuk dapat dimiliki secara pribadi

4. Kurangnya perhatian dari PEMDA atas kepemilikian

lahan sehingga seringkali menimbulkan konflik

antara masyarakat dan pengusaha khususnya dalam

hal ganti rugi lahan.

5. Masih banyaknya lahan yang menjadi sengketa

6. Masih banyaknya lahan yang digarap masyarakat

secara illegal

7. Pihak BPN harus benar-benar meneliti berkas yang

diajukan untuk pembuatan sertifikat hak kepemilikan

8. Proses dan waktu pembuatan sertifikat yang terlalu

lama dan berbelit (mencapai 3 bulan).

9. Tingginya tingkat kesulitan dan biaya dalam

pengurusan surat kepemilikan lahan.

Infrastruktur

Daerah (Infr)

Kurangnya penyediaan sambungan telepon, air bersih

dan listrik, sedangkan kondisi kualitas jalan baru dalam

kategori cukup.

Perizinan Usaha

(Izin)

Pungutan liar sangat mendominasi proses perizinan

Peraturan Daerah

(Perda)

1. PERDA belum mampu menciptakan kenyamanan

dalam berusaha

2. Belum adanya PERDA yang berpihak pada

pengusaha

3. PERDA belum mampu mendukung iklim berusaha,

tidak berlaku umum dan konsisten

4. Belum adanya PERDA yang mampu secara optimal

menjadi acuan dasar dalam pelaksanaan kegiata

usaha khususnya dibidang perkebunan

5. Pelaksanaan PERDA masih sangat lemah dan kurang

disosialisasikan, sehingga banyak pelaku usaha yang

tidak mengetahui dan memahaminya

6. PERDA belum mampu dilaksanakan secara

konsisten dan berkesinambungan.

7. PERDA seringkali dilanggar oleh pembuatnya

sendiri

8. Masih adanya tebang pilih dalam pelaksanaannya

Biaya Transaksi

(X5)

1. Besarnya biaya tak terduga dan Pungutan liar

2. Banyaknya biaya tak resmi yang muncul dalam

proses perizinan (transaksi non teknis)

3. Ketidakjelasan biaya transaksi baik dalam sisi jenis

Page 97: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

77

maupun besarannya

4. Porsi biaya tak terduga melebihi biaya transaksi

resmi yang seharusnya dikeluarkan

5. Tingginya biaya transaksi untuk memulai suatu

usaha

6. Tidak adanya fasilitas yang mendukung khususnya

dalam hal biaya transaksi untuk memulai suatu usaha

Program Pengembangan usaha Swasta masih sangat minim sekali.

Terbukti dari rendahnya minat berusaha di Propinsi Bengkulu. Sehingga aktivitas

perekonomian di wilayah ini sangat didominasi oleh kegiatan pemerintah.

Menjadi pegawai negeri sipil adalah pilihan utama masyarakat di Propinsi ini.

Usaha yang banyak berkembang di Propinsi ini baru berada pada kategori usaha

mikro.

Untuk masalah Kriminalitas, para pengusaha seringkali mengeluhkan

maraknya praktek premanisme yang dilakukan oleh oknum polisi bahkan

penanganan masalah kriminalitas pun cenderung diabaikan jika tidak tersedia

dana.

Banyaknya kendala yang dihadapi oleh para pengusaha yang ada di Propisi

Bengkulu memerlukan penanganan serius dari para Pemeritah Daerah sebagai

fihak yang bertanggung jawab dalam menciptakan iklim investasi yang kondusif.

Perlunya memahami faktor-faktor yang berpengaruh terhadap iklim investasi

yang ada di Propini Bengkulu.

5.2. Hasil analisis faktor penentu iklim investasi di Provinsi Bengkulu

Untuk itu dengan mempergunakan analisis Regresi Logistik. Data yang

dipergunakan berasal dari kuesioner yang disebarkan pada 33 perusahaan PMA

dan PMDN yang melakukan aktivitasnya di Provinsi Bengkulu. Kuesioner yang

dipergunakan ada di Lampiran.

Variabel bebas yang dipergunakan meliputi Kemudahan mendapatkan lahan

(Lhn); Ketersediaan InfraStruktur Daerah (Inf); Tingkat Kesulitan dalam proses

perizinan (IZ); Kejelasan Peraturan Daerah (PD); Transparansi biaya transaksi

(TC); terhadap iklim investasi (CI). Sedangkan Iklim investasi dalam penelitian

ini dijelaskan dengan menggunakan kategori 0 = tidak kondusif, dan 1 =

Kondusif.

Berdasarkan analisis dengan menggunakan Regresi Logistic diperoleh hasil

analisis sebagai berikut :

Page 98: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

78

Tabel 16 Hasil analisis iklim investasi di Propinsi Bengkulu

Parameter Estimasi Uji W P value Odd

Ratio

Akses Lahan

Infrastruktur daerah

Perizinan

Peraturan Daerah

Biaya Transaksi

Constanta

0.806

0.580

-0.352

-0.309

0.349

-19.049

6.112

3.774

2.473

3.533

3.281

5.623

0.013*

0.052*

0.116

0.06*

0.07*

0.018

2.238

1.785

0.703

0.734

1.418

0.000

Chi Square 29.029 0.000**

*signifikan pada α=10%, **signifikan pada α=5 %,

Berdasarkan hasil analisis iklim investasi pada Tabel 16, terlihat bahwa

variabel lahan, infrastruktur daerah, perizinan, Peraturan Daerah, Biaya transaksi,

secara simultan berpengaruh signifikan terhadap iklim investasi yang ada di

Propinsi Bengkulu. Hal ini berarti para pembuat kebijakan dalam hal ini

Pemerintah Daerah harus memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan

kondisi ini.

Akses lahan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses kemudahan

untuk memperoleh lahan. Positifnya tanda menyatakan semakin mudah atau baik

proses pengurusan lahan dalam artian proses pembebasan lahan, pengurusan

sertifikat, kejelasan kepemilikan maka akan semakin kondusif iklim investasi.

Perubahan pada akses lahan mendorong pergerakan iklim investasi sebesar 2.238

kali lebih besar dibandingkan dengan pergerakan variabel lain.

Infrastruktur daerah pun memiliki tanda positif. Infrastruktur daerah yang

dimaksudkan sebagai kemampuan dari pemerintah daerah menyediakan fasilitas

sarana dan prasarana yang menunjang aktivitas investasi wilayah. Positifnya tanda

antara insfrastruktur daerah dan iklim investasi dapat diartikan semakin baik

kualitas infrastruktur daerah yang meliputi fasilitas jalan, jaringan telepon, listrik,

air bersih, maka akan semakin kondusif iklim investasi yang ada di Propinsi

Bengkulu.

Infrastruktur daerah adalah salah satu faktor penentu investor masuk ke

suatu wilayah. Ottaviano (2008) menyatakan perbaikan infrastuktur

mempengaruhi distribusi geografis kegiatan ekonomi. Berdasarkan hasil estimasi,

ternyata infrastruktur daerah yang dalam penelitian ini terdiri dari infrastruktur

jalan, listrik dan air bersih memiliki pengaruh yang signifikan pada iklim

investasi.

Berdasarkan data Badan Pusat statistik (BPS) Propinsi Bengkulu, panjang

jalan nasional yang ada di propinsi ini dalam beberapa tahun terakhir tidak

mengalami perubahan yaitu tetap sepanjang 774,82 km, artinya tidak ada

perubahan jalan nasional yang baru. Secara umum kualitas jalan nasional antara

tahun 2010-2013 mengalami perbaikan terutama dalam beberapa tahun terakhir.

Misalnya pada tahun 2010 kondisi jalan yang baik adalah 54.55 persen, sedang

29.21 persen, buruk 16.24 persen. Pada tahun 2013 kondisi jalan nasional yang

baik naik menjadi 76.57 persen, kualitas sedang turun menjadi 6.64 persen dan

kualitas buruk naik menjadi 16.79 persen. Berdasarkan data dari BPS Propinsi

Bengkulu (2014) juga terlihat bahwa kondisi jalan nasional berdasarkan

Page 99: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

79

kabupaten dan kota pada tahun 2013 kondisi jalan nasional yang masuk kategori

rusak berat banyak terdapat di kabupaten Mukomuko (29.10 km), Bengkulu Utara

(20 km), Bengkulu Tengah (15.34 km) dan Kota Bengkulu (3.43 km). Banyaknya

ruas jalan nasional yang rusak di daerah ini, karena banyak dilalui oleh kendaraan

angkutan barang dengan muatan yang melebihi tonase kelas jalan. Jalan nasional

yang ada saat ini hanya kelas III.

Infrastruktur listrik pun berdasarkan laporan dari PLN 2014, konsumsi

listrik perkapita terendah untuk tingkat sumatera adalah Provinsi Bengkulu

sebesar 283.41 kWh/kapita. Infrastruktur dalam bentuk penyediaan air bersih pun

di Bengkulu relatif masih rendah terlihat dari rendahnya pangsa sektor ini pada

total PDRB Provinsi Bengkulu. Firdaus (2008) dalam Permana dan Alla (2010)

menyatakan bahwa suplai tenaga listrik dan infrastruktur social berpengaruh

signifikan terhadap daya tarik investasi pada suatu wilayah. Untuk itu jika

keadaan infrastruktur yang ada di provinsi Bengkulu masih belum mengalami

perbaikan yang signifikan akan menjadi salah satu penyebab rendahnya daya

saing dan daya tarik investasi.

Perizinan memiliki koefisien bertanda negatif. Perizinan yang

dimaksudkan disini adalah pelaksanaan proses perizinan. Semakin sulit dan

panjangnya waktu yang dibutuhkan dalam proses perizinan maka akan semakin

rendah iklim investasi. Proses perizinan di beberapa kabupaten/kota sudah

memakai metode Pelayanan Terpadu Satu Pintu, tetapi beberapa kabupaten

masuh belum menerapkannya. Keputusan perizinanan terkadang masih sangat

tergantung pada keputusan kepala daerah/Bupati. Sehingga waktu pengurusan dan

biaya pengurusan agak sulit untuk diprediksi. Hal ini yang seringkali menjadi

penyebab mundurnya investor di Provinsi Bengkulu.

Peraturan Daerah memiliki tanda negatif. Peraturan daerah yang

dimaksudkan disini adalah banyaknya peraturan daerah yang dikeluarkan oleh

Pemerintah daerah, tingkat kesulitan pelaksanan Perda. Hal ini dapat diartikan

semakin tinggi ketidak jelasan atau kesulitan Pelaksanaan peraturan daerah maka

akan semakin rendah atau buruk iklim investasi yang ada. Sebaliknya semakin

mudah pelaksanaan peratuan daerah maka semakin kondusif iklim investasi yang

ada.

Penelitian ini tidak membahas jumlah biaya transaksi yang dikenakan.

Melainkan membahas tentang transpransi dalam biaya transaksi. Positifnya tanda

antara transparansi biaya transaksi dan iklim investasi menandakan semakin

transparans proses pemungutan biaya transaksi maka akan semakin kondusif iklim

investasi yang ada. Sebaliknya semakin tidak jelas pemungutan biaya transaksi

yang dikenakan atau semakin tidak transparan pungutan biaya yang dikenakan

kepada para pelaku usaha maka akan semakin tidak kondusif iklim investasi yang

ada.

Secara Parsial, variabel kemudahan kepemilikan lahan, ketersediaan

infrastruktur daerah, Kejelasan peraturan daerah, Transparansi biaya tansaksi

berpengaruh secara signifikan pada iklim investasi sedangkan variabel lain belum

berpengaruh secara signifikan. Hanya variabel perizinan yang belum memiliki

pengaruh yang signifikan pada iklim investasi yang ada di Provinsi Bengkulu.

Sebagai masukan bagi para pembuat kebijakan khususnya Pemerintah Daerah,

maka kemudahan dalam proses kepemilikan lahan, kepemilikan fasilitas usaha,

Page 100: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

80

sertifikat, penyelesaian konflik kepemilikan, proses pelaksanaan jual beli lahan

dan kelengkapannya adalah hal utama yang harus diperhatikan.

Kemudahan dalam mengakses lahan tidak dapat dipisahkan dengan

infrastruktur daerah. Masih kurangnya infrastruktur jalan yang berkualitas baik,

masih tingginya frekuensi pemadaman listrik dan masih sangat kurangnya

penyediaan air bersih adalah hal penting yang harus diperhatikan oleh para

pembuat kebijakan.

Kejelasan biaya transaksi adalah juga hal penting yang harus diperhatikan.

Tingginya keluhan para investor akan banyaknya pungutan liar dan banyaknya

biaya siluman yang terkadang besarannya melebihi modal yang dimiliki, adalah

hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam penciptaaan iklim investasi yang

kondusif.

Selain akses lahan, infrastruktur daerah dan biaya transaksi, maka hal

penting lain yang juga harus diperhatikan adalah Peraturan daerah yang

memudahkan aktivitas investasi. Memudahkan yang dimaksudkan disini adalah

kejelasan dalam pelaksanaan, sasaran dan tujuan.

Iklim investasi dapat didefinisikan sebagai tentang lingkungan di mana

perusahaan dan pengusaha dari kelompok memiliki kesempatan dan insentif untuk

berinvestasi produktif, menciptakan lapangan kerja dan memperluas (Bank Dunia,

2005). Iklim investasi ini terdiri dari faktor lokasi tertentu yang membentuk

lingkungan yang memungkinkan bagi perusahaan untuk berinvestasi produktif

dan tumbuh (Smith dan Hallward - Driemeier, 2005)

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Asian Development Bank (2005)

ada 3 faktor utama yang mampu menciptakan iklim investasi yang kondusif,

antara lain : (1) Kondisi ekonomi makro mencakup stabilitas ekonomi makro,

keterbukaan ekonomi, persaingan pasar dan stabilitas social dan politik; (2)

Kelembagaan, mencakup kejelasan dan efektifitas peraturan, perpajakan dan

sistem hukum. Pada sektor keuangan, fleksibilitas pasar tenaga kerja yang

terdidik dan terampil, (3) Infrastruktur mencakup sarana transportasi,

telekomunikasi, listrik dan air. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang

menyatakan adanya pengaruh yang signifikan antara variabel infrastruktur daerah,

peraturan daerah dan biaya transaksi terhadap iklim investasi di Provinsi

Bengkulu.

Setelah diketahui faktor-faktor penentu iklim investasi. Untuk itu dapat

dinyatakan bahwa iklim investasi akan kondusif jika seluruh faktor penentu iklim

investasi berjalan baik. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh World

Bank (2010) yang menyatakan bahwa pertumbuhan dan perkembang an sektor

swasta yang optimal sangat membutuhkan institusi hokum yang dapat menjalin

perlindungan atas property right, peraturan, regulasi dan biaya transaksi yang

efisien dan transparan, kemampuan meminimalkan biaya transaksi yang harus

ditanggung oleh perusahaan. Konstelasi institusional yang bussines-friendly ini

merupakan lingkungan usaha yang memudahkan pelaku usaha di sektor swasta

untuk memulai usaha dan berinvestasi. Dengan demikian maka dapat dinyatakan

bahwa iklim investasi yang baik akan mendorong peningkatan investasi di

Provinsi Bengkulu.

Page 101: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

81

6. FAKTOR PENENTU INVESTASI INDUSTRI

Investasi merupakan kombinasi antara tingkat permintaan untuk

berinvestasi dari perusahaan dengan tabungan dari rumah tangga (Romer 2006).

Peningkatan aktivitas investasi baik asing maupun domestik adalah hal yang

diharapkan oleh setiap pelaku ekonomi dan wilayah. Minat investor untuk

menanamkan modalnya atau berinvestasi sangat beragam tergantung pada daya

tarik wilayah yang ada. Daya tarik wilayah erat kaitannya dengan iklim investasi

daerah. Iklim investasi daerah akan mendorong peningkatan investasi wilayah.

Sebaran investasi di Propinsi Bengkulu relatif tidak merata.

Investor (PMA dan PMDN) relatif terpusat di wilayah utara propinsi. Hal

ini dikarenakan wilayah ini memiliki keunggulan dalam hal kekayaan tambang

berupa batubara dan hasil galian lain. Wilayah timur propinsi ini memiliki

keunggulan di sektor petanian khususnya pertanian tanaman pangan, hal ini juga

didukung oleh kondisi wilayahnya berupa dataran tinggi. Sedangkan wilayah

barat dan selatan berada di pesisir pantai sumatera sehingga aktivitas

perekonomian pun sangat diwarnai oleh corak perekonomian dan budaya

masyarakat pesisir yaitu .

Aktivitas Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam

Negeri (PMDN) di Provinsi Bengkulu berdasarkan laporan dari Badan Kegiatan

Penanaman Modal (BKPM) tahun 2014, sangat didominasi oleh aktivitas industri

pertanian meliputi pengolahan hasil perkebunan berupa industri kelapa sawit dan

pengolahannya berupa minyak mentah kelapa sawit (CPO), perkebunan teh hijau

dan pengolahannya, perkebunan kopi dan pengolahannya.

Peyebaran investasi di Provinsi Bengkulu yang tidak merata di setiap

kabupaten yang ada di Provinsi Bengkulu menyebabkan ketidaklengkapan data

investasi PMA dan PMDN untuk proses pengolahan data panel dalam penelitian

ini. Untuk mengatasi ketidaklengkapan data tersebut, maka dalam penelitian ini

untuk menganalisis data investasi PMA dan PMDN dipergunakan proxy data

investasi industri yang dikeluarkan oleh Dinas Perindustrian Provinsi Bengkulu.

Data investasi industri mengambarkan aktivitas investasi di sektor

industri. Industri yang dimaksudkan disini adalah investasi industri pertanian yang

mengolah hasil-hasil pertanian dari sub sektor tanaman bahan makanan,

perkebunan, perikanan dan peternakan. Sedangkan investasi industri bukan

pertanian meliputi investasi industri yang mengolah hasil dari sub sektor

pertambangan maupun jasa.

Industri bukan pertanian meliputi hasil pertambangan dan jasa. Masih

sedikit sekali investor yang menanamkan modalnya di sektor lain. Hal ini

dikarenakan penyediaan lahan, infrastruktur, Peraturan Daerah, dan Biaya

Transaksi yang belum memadai untuk beraktifitas di sektor lain.

Sektor industri pengolahan pun di Provinsi Bengkulu masih didominasi

oleh industri makanan dan minuman dengan kategori industri mikro dan kecil.

belum mampu beranjak ke industri pengolahan besar. Walaupun sudah ada

investor yang ingin membangun industri semen. Rencana pembuatan pabrik

Page 102: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

82

semen masih sebatas wacana, belum terlaksana. Perencanaan pembangunan

pabrik triplek terbesar se-Asia Tenggara pun hanya sebatas rencana. Proyek ini

gagal akibat kasus korupsi yang melibatkan oleh Kepala daerah.

Adapun investasi industri pertanian dan bukan pertanian yang telah

direalisasikan di Provinsi Bengkulu oleh Penanaman Modal Asing dan dalam

negeri periode 2009-2013 adalah :

Tabel 17 Realisasi investasi PMA dan PMDN di Provinsi Bengkulu

Penanaman Modal Asing (PMA)

Sektor Sub sektor

Industri Makanan Industri minyak kelapa Sawit (CPO) serta hasil

pengolahannya

Tanaman pangan dan

Perkebunan Perkebunan kelapa sawit terpadu dengan

pengolahannya menjadi CPO, inti sawit, dan

minyak makan dari nabati.

Pembenihan tanaman jarak.

Perkebunan kopi.

Perkebunan teh hijau terpadu dan pengolahannya.

Industri Mineral dan

logam Pertambangan pasir besi, penggalian batu

kapur/gamping, tanah liat dan industri semen.

Pertambangan Pertambangan batubara

Pertambangan pasir besi

Pertambangan umum, dan jasa pertambangan.

Pertambangan gas alam dan pengusahaan tenaga

panas bumi.

Jasa penunjang pertambangan umum dan

perdagangan besar (ekspor)

Perdagangan dan

Reparasi Perdagangan eceran skala besar (Departemen

Store) dan jasa konsultasi manajemen bisnis.

Jasa penunjang pertambangan umum dan

perdagangan besar (ekspor).

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

Jasa Kegiatan televisi swasta

Tanaman pangan dan

Perkebunan Perkebunan kelapa sawit dan pengolahan menjadi

minyak sawit dan inti sawit.

Perkebunan karet

Industri Makanan Industri minyak kasar (minyak makan) dari nabati.

Industri minyak goreng dari minyak kelapa sawit.

Sumber : BKPMD 2014

Kondisi infrastruktur dan kualitas sumber daya masih memegang peranan

penting dalam pengembangan usaha di suatu wilayah. Karena menurut Prastyo

dan Firdaus (2009) pembangunan infrastruktur diyakini dapat menjadi aselerator

pembangunan ekonomi. Adapun infastruktur yang dimaksud disini adalah

Page 103: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

83

infrastruktur ekonomi yang meliputi infrastruktur fisik yang diperlukan untuk

menunjang aktivitas ekonomi. Infrastruktur ini meliputi public utilities (tenaga,

telekomunikasi, air dan drainase) dan sekor transportasi (jalan, rel, pelabuhan,

lapangan terbang dana sebagainya (World Bank 1994). Dalam penelitian ini

dipergunakan 3 macam infrastruktur yaitu jalan, listrik dan air bersih.

Sumber daya manusia adalah faktor penting dalam mendorong investasi

wilayah. Dalam penelitian ini dipergunakan data jumlah tenaga kerja yang

memiliki tingkat pendidikan diploma, Strata 1 (S-1), strata 2 (S-2) dan strata 3 (S-

3). Dengan asumsi para tenaga kerja yang berada pada jenjang pendidik tersebut

akan memiliki kemampuan berfikiran dan berkerja yang berbeda dengan

kelompok yang tidak memiliki pendidikan. Pengujian faktor penentu investasi

dengan mengunakan data panel dalam penelitian ini dikelompokkan dalam 2

model yaitu investasi industri Pertanian dan investasi industri Non Pertanian.

Hasil pengujian analisis ditampilkan dengan membandingkan hasil analisis

estimasi dengan model fixed effects dan Random Effect.

6.1. Analisis Faktor Penentu Investasi Industri Pertanian .

Investasi industri pertanian yang ada di Provinsi Bengkulu meliputi industri

pengolahan kelapa sawit berupa minyak kelapa sawit (CPO), industri minyak

makan dari nabati, perkebunan kopi dan pengolahannya, perkebunan dan

pengolahan teh hijau. Adapun hasil analisis estimasi industri pertanian sebagai

berikut :

Tabel 18 Hasil analisis faktor penentu investasi industri Pertanian

Parameter Investasi industri Pertanian

Koefisien P Value

C

PDRB perkapita

Infrastruktur Listrik

Infrastruktur Jalan Kabupaten

Infrastruktur Jalan Provinsi

Pangsa pertanian terhadap PDRB

Pangsa Pertambangan terhadap PDRB

Belanja Modal

TK

-4372588

1.49

-0.011

68879.54

239714.7

-69.07

460.07

-0.02

0.4146

0.009**

0.722

0.238

0.247

0.000**

0.002**

0.03**

R2

Prob Haussman Test

Prob (F-test)

0.99

0.000**

0.000**

Hasil analisis pada Tabel 18 menyatakan faktor yang mempengaruhi

Investasi industri pertanian secara simultan adalah PDRB perkapita, infrastruktur

jalan, listrik dan air bersih, pangsa pertanian terhadap PDRB, pangsa pertambang

terhadap PDRB, tenaga kerja terdidik, dan jumlah penduduk berpengaruh pada

investasi industri pertanian. Terlihat dari nilai Prob (F test) sebesar 0.000.

Tetapi Secara parsial hanya PDRB perkapita, pangsa Pertanian dan

Pertambangan terhadap PDRB dan belanja modal berpengaruh signifikan terhadap

Page 104: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

84

investasi di bidang industri pertanian. Hal ini dapat diartikan untuk meningkatkan

investasi di sektor industri pertanian maka Pemerintah Daerah harus mampu

meningkatkan PDRB perkapita masyarakatnya, meningkatkan kualitas

infrastruktur jalan yang ada, meningkatkan pangsa pertanian dan pertambangan

terhadap investasi dan belanja modal. Adapun uraian untuk masing-masing faktor

yang berperan dalam peningkatan investasi daerah adalah sebagai berikut :

6.1.2 Peranan Pendapatan Domestik Regional Brutto perkapita terhadap

investasi industri pertanian.

PDRB perkapita adalah refleksi dari tingkat daya beli. PDRB perkapita

Propinsi Bengkulu dalam rentang waktu 2010-2013 terus mengalami kenaikan

dalam kisaran 4-5 juta rupiah (BDA 2014), Untuk itu dapat dinyatakan bahwa

kenaikan pendapatan perkapita mengindikasikan peningkatan daya beli

masyarakat. PDRB perkapita atas dasar harga konstan di Provinsi Bengkulu

periode 2010-2013 terus mengalami kenaikan. Hal ini menandakan pertumbuhan

ekonomi penduduk Bengkulu terus mengalami peningkatan dalam kisaran 6

sampai dengan 21 juta rupiah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Artige (2009)

menyatakan bahwa PDRB perkapita mempengaruhi investasi khususnya investasi

industri pertanian. Suatu perusahaan asing akan memutuskan untuk melakukan

investasi di lokasi tertentu jika wilayah yang dituju memiliki potensi permintaan

dengan indikator GDP/PDRB perkapita. Markusen (2002) berpendapat bahwa

faktor yang menentukan penanaman modal asing adalah ukuran pasar lokal

dengan pendekatan daya beli masyarakat dan biaya produksi marginal. Daya beli

masyarakat menjadi pertimbangan para investor dalam menentukan aktivitas

produksi mereka.

Koefisien PDRB perkapita sebesar 1.49 dapat diartikan bahwa antara

PDRB perkapita dan investasi memiliki arah perubahan yang sama. Kenaikan

PDRB perkapita akan mendorong minat investor untuk meningkatkan investasi

mereka. Signifikannya pengaruh PDRB secara parsial terhadap investasi dapat

diartikan perubahan pada PDRB perkapita akan berpengaruh pada tingkat

investasi masyarakat. Dengan kata lain salah satu cara untuk meningkatkat minat

investor untuk berinvestasi di provinsi Bengkulu adalah dengan meningkatkan

daya beli masyarakat melalui peningkatan PDRB perkapita.

6.1.2. Peranan infrastruktur listrik terhadap investasi industri pertanian.

Infrastruktur listrik di Provinsi Bengkulu masih sangat dirasa kurang.

Sehingga program pemerintah dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Provinsi Bengkulu 201-2015 adalah :

1. Pembangunan instalasi baru pembangkit listrik

2. Peningkatan pasokan daya listrik yang bersumber dari energy alternative

untuk memenuhi kebutuhan listrik perdesaan, diantaranya mikrohidro,

angin, dan surya.

3. Pengembangan kapasitas pembangkit listrik tenaga air (PLTA) meliputi

PLTA Tes; PLTA Musi dan pengembangan PLTA lain.

Page 105: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

85

4. Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang didukung

oleh cadangan batubara yang memadai, serta pengembangan Pembangkit

Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) atau Geotherma.

Berdasarkan data dari BPS Provinsi Bengkulu (2014), Mayoritas pelanggan

listrik berasal dari Rumah tangga (75 persen), social (4 persen) dan gedung kantor

(5 persen), Usaha (12 persen), industri (3 persen) dan layanan khusus (2 persen).

Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa penggunaan listrik untuk sektor industri

dan usaha masih sangat rendah. Rendahnya pengunaan listrik untuk aktivitas

usaha dan industri karena minat berusaha di provinsi Bengkulu masih rendah.

Jumlah usaha industri kecil dan menengah pada tahun 2013 adalah sebanyak 3284

unit. Sedangkan industri besar di Provinsi Bengkulu belum ada. Di sektor

perdagangan pun pada tahun 2013 masih didominasi oleh perdagangan kecil dan

menengah sebanyak 13216 unit, dengan penyerapan tenaga kerja sebesar 105120

orang. Perdagangan Besar di provinsi Bengkulu pada tahun 2013 adalah sebanyak

741 unit usaha dengan penyerapan tenaga kerja sebesar 14920 orang.

Koefisien infrastruktur listrik sebesar 3685.38 dapat diartikan bahwa

peningkatan daya listrik dan kualitas infrastruktur listrik akan mendorong

peningkatan investasi industri khususnya industri pertanian. Signifikannya

pengaruh infrastruktur listrik terhadap investasi, menandakan jika pemerintah

daerah atau pembuat kebijakan ingin mendorong pertumbuhan investasi industri

pertanian maka cara yang dapat ditempuh dengan meningkatkan pasokan listrik

dan kualitas pelayanannya.

6.1.3. Pengaruh pangsa pertanian pada PDRB terhadap investasi industri

pertanian.

Peranan sektor Pertanian dalam perekonomian Provinsi Bengkulu hingga

tahun 2013 masih sangat dominan. Kedudukan sektor pertanian sebagai leading

sector dalam perekonomian Provinsi Bengkulu. Pangsa pertanian dalam PDRB

mencapai 38.34 persen (Bengkulu dalam Angka 2013). Sub sektor yang paling

berperan adalah tanaman bahan makanan/pangan.

Hal menarik bahwa pangsa pertanian terhadap PDRB periode 2010-2013

terus mengalami penurunan. Begitu pula halnya dengan pangsa sub sektor

tanaman bahan makanan yang terus menurun pada periode yang sama. Hal

sebaliknya terjadi pada sub sektor tanaman perkebunan, dalam periode 2010-2013

yang terus mengalami kenaikan.

Koefisien pangsa sektor pertanian terhadap PDRB sebesar -69.07 bertanda

negative memperlihatkan arah perubahan yang berlawanan antara pangsa

pertanian terhadap PDRB dan investasi industri Pertanian. Berdasarkan laporan

dari BKPMD Provinsi Bengkulu ternyata investasi yang masuk ke sektor

pertanian didominasi oleh subsektor perkebunan khususnya kelapa sawit dan

karet. Sedangkan berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik Provinsi Bengkulu.

Hasil pertanian didominasi oleh hasil pertanian Tanaman bahan makanan.

Sehingga pertambahan areal perkebunan khususnya kelapa sawit akan

menurunkan penambahan area produksi tanaman bahan makanan. Kondisi ini

salah salah satunya terjadi di berapa Kabupaten dimana banyak area persawahan

Page 106: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

86

berubah menjadi area perkebunan kelapa sawit dan karet. Signifikannya pengaruh

dari pangsa pertanian pada PDRB terhadap investasi industri dapat diartikan

bahwa salah satu cara untuk mendorong minat investasi industri pertanian maka

cara yang dapat ditempuh adalah dengan meningkatkan aktivitas pertanian

khususnya pertanian sub sektor perkebunan.

6.1.4. Peranan Pangsa sektor pertambangan pada PDRB terhadap investasi

industri pertanian.

Pangsa sektor pertambangan pada PDRB masih relatif.kecil yaitu hanya

sebesar 3.88 persen. Namun Provinsi Bengkulu memiliki cadangan sumber daya

mineral yang cukup banyak meliputi pengelolaan usaha pertambangan (WP)

Sektor pertambangan di Provinsi Bengkulu didominasi oleh sub sektor

pertambangan tanpa migas. Potensi tambang di Provinsi Bengkulu meliputi

Batubara, Pasir Besi serta emas dan mineral pengikutnya.

Batubara yang diproduksi pada umumnya ditujukan untuk pasar ekspor

dengan produksi yang masih relatif kecil atau rata-rata kurang dari 80.000 ton

setiap bulannya. Kegiatan eksploitasi tambang batubara berada di kabupaten

Bengkulu Utara, Bengkulu Tengah dan Seluma. Kegiatan eksplorasi selain

dilakukan di tiga kabupaten tersebut juga dilakukan di kabupaten Kaur.

Kegiatan pertambangan eksplorasi pasir besi di Provinsi bengkulu terdapat

di kawasan pantai barat yang tersebar di beberapa wilayah di masing-masing

kabupaten. Sedangkan untuk potensi tambang emas dan mineral pengikutnya telah

dikeluarkan beberapa Surat Ijin Penyelidikan Pendahuluan (SIPP) di beberapa

kabupaten.

Koefisien pangsa pertambangan terhadap PDRB memperlihatkan tanda

positif, yang berarti perubahan pada pertambahan hasil pertambangan akan

mendorong peningkatan investasi industri pertanian. Signifikannya peranan

pangsa pertambangan pada PDRB terhadap investasi industri pertanian

memperlihatkan bahwa untuk meningkatkan investasi industri pertanian maka

salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan meningkatkan aktivitas

pertambangan.

6.1.5. Peranan belanja modal terhadap investasi industri pertanian.

Belanja modal adalah pengeluaran anggaran yang dugunakan dalam

rangka memperoleh atau menambah aset tetap dan aset lainnya yang memberi

manfaat lebih dari satu periode akuntansi serta melebihi batasan minimal

kapitalisasi aset tetap atau aset lainnya yang ditetapkan pemerintah. Aset tetap

tersebut dipergunakan untuk operasional kegiatan sehari-hari suatu satuan kerja

bukan untuk d.ijual (Dirjen Anggaran, Kementrian Keuangan.

Menurut Peraturan dirjen Perbendaharaan tersebut, suatu belanja dikategorikan

sebagai belanja modal apabila :

1. Pengeluaran tersebut mengakibatkan adanya perolehan aset tetap atau aset

lainnya yang menambah masa umur, manfaat dan kapasitas

2. pengeluaran tersebut melebihi batasan minimum kapitalisasi aset tetap

atau aset lainnya yang telah ditetapkan pemerintah

Page 107: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

87

3. perolehan aset tetap tersebut diniatkan bukan untuk dijual

Berdasarkan analisis investasi diketahui bahwa belanja modal adalah salah

satu variabel yang berpengaruh signifikan pada investasi industri pertanian. Akan

tetapi tanda negative pada koefisien belanja modal dapat dijelaskan sebagai arah

perubahan yang berlawanan antara belanja modal dan investasi industri pertanian.

Negatifnya tanda pada belanja modal karena memang pada awal pemekaran

suatu wilayah, Pemerintah Daerah akan banyak membangun di bidang

infrastruktur fisik seperti gedung perkantoran, hal ini mengakibatkan aktivitas di

bidang investasi khususnya pertanian menjadi menurun.

6.2. Faktor Penentu investasi industri bukan pertanian.

Investasi industri bukan pertanian di Provinsi Bengkulu yang dilakukan

oleh para Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri

(PMDN) meliputi bidang usaha kegiatan televisi swasta; industri mineral non

logam; listrik, gas dan air.

Variabel bebas yang dimasukkan ke dalam model meliputi PDRB

perkapita, infrastruktur jalan, listrik dan air bersih, pangsa pertanian pada PDRB

dan Pangsa Pertambangan pada PDRB. Sedangkan variabel terikatnya adalah

investasi industri pertanian. Metode analisis yang dipergunakan adalah regresi

data Panel yang hasilnya adalah sebagai berikut :

Tabel 19 Faktor Penentu tingkat investasi industri Bukan Pertanian

Parameter Investasi Industri Bukan Pertanian

Koefisien P value

C

PDRB perkapita

Infrastruktur Listrik

Infrastruktur Jalan Kabupaten

Infrastruktur Jalan provinsi

Pangsa pertanian terhadap PDRB

Pangsa Pertambangan terhadap PDRB

Belanja Modal

Tenaga kerja

-897135.3

0.098

-0.0097

2665.09

354756.4

-7.90

6.56

0.011

546624.9

0.797

0.772

0.716

0.960

0.105

0,427

0.899

0.1746

0.0635*

R2

Prob Haussman Test

Prob (F-test)

0.956

0.736

0.055*

Hasil analisis faktor penentu investasi industri bukan pertanian menyatakan

secara simultan PDRB perkapita, infrastruktur, tenaga kerja terdidik dan belanja

modal, secara bersamaan mempengaruhi investasi industri bukan pertanian (Prob

F (0.055) < 10%). Secara parsial, hanya faktor tenaga kerja terdidik yang

Page 108: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

88

berpengaruh pada investasi bukan Pertanian. Infrastruktur jalan provinsi 0.105

menunjukkan bahwa bila taraf yang digunakan adalah α = 0.11 maka infrastruktur

jalan provinsi berpengaruh nyata terhadap investasi industri bukan pertanian.

Secara umum sektor industri yang berkembang di Propinsi Bengkulu masih

didominasi oleh industri mikro atau industri rumah tangga yang belum mampu

menyerap banyak tenaga kerja, cenderung hanya memperkerjakan anggota

keluarga. Minimnya tingkat investasi industri baik pertanian maupun non

pertanian mengakibatkan rendahnya tingkat penyerapan tenaga kerja.

Signifikannya pengaruh antara tenaga kerja terdidik terhadap industri non

pertanian dapat diartikan bahwa perkembangan industri non pertanian sangat

membutuhkan tenaga kerja dengan tingkat skill tertentu. Hal berbeda terjadi pada

investasi industri pertanian dimana tenaga kerja terdidik tidak memiliki pengaruh

yang signifikan dikarenakan masih rendahnya standart kemampuan yang

dibutuhkan untuk mampu berkerja pada sektor investasi industri pertanian,

dimana orientasi industri pertanian masih menuju pada produksi barang primer

berupa kayu bulat, kayu gergajian, pengolahan hasil perikanan dan lain-lain.

6.3. Hasil analisis faktor penentu investasi industri di Propinsi Bengkulu

Setelah uraian diatas membahas tentang aktivitas di bidang investasi industri

pertanian dan bukan pertanian maka lebih lanjut dilakukan analisis faktor penentu

investasi industri total. Model ini mempergunakan PDRB perkapita infrastruktur

jalan, listrik, air bersih, pangsa pertanian pada PDRB dan pangsa pertambangan

pada PDRB sebagai variabel bebas dan investasi industri total sebagai variabel

terikat. Adapun hasil analisis ditampilkan pada Tabel 20 :

Tabel 20. Faktor penentu tingkat investasi industri total

Parameter

Koefisien

P value

C

PDRB perkapita

Infrastruktur Listrik

Infrastruktur Jalan Kabupaten

Infrastruktur Jalan provinsi

Pangsa pertanian terhadap PDRB

Pangsa Pertambangan terhadap PDRB

Belanja Modal

Tenaga kerja

8818287

2.285

-0.046

62507.89

673373.4

-114.182

507.593

0.008

380555.8

0.409

0.045**

0.480

0.5861

0.108

0.0271**

0.062*

0.589

0.44

R2

Prob Haussman Test

Prob (F-test)

0.98

0.033**

0.000**

Berdasarkan analisis total investasi secara simultan, variabel PDRB

perkapita, infrastruktur listrik dan jalan, pangsa pertanian terhadap Pendapatan

Page 109: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

89

Domestik Regional Brutto, pangsa pertambangan terhadap PDRB memiliki

pengaruh yang signifikan dan terhadap total investasi di Propinsi Bengkulu.

Secara parsial hanya PDRB perkapita dan pangsa pertambangan pada PDRB

yang memiliki pengaruh signifikan pada investasi industri total.

Berdasarkan analisis infrastruktur listrik ternyata memiliki tanda positif

Firdaus (2008) mengemukakan bahwa suplai tenaga listrik dan infrastruktur

social berpengaruh signifikan terhadap daya tarik investasi pada suatu wilayah.

Hal sebaliknya terjadi pada infrastruktur jalan, dimana untuk mendorong

peningkatan investasi di Provinsi Bengkulu menuntut ketersediaan fasilitas jalan

yang lebih baik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Olajide (2013)

bahwa ketersediaan infrastruktur jalan yang berkualitas akan mendorong

penurunan biaya usaha..

Provinsi Bengkulu memiliki keunggulan di bidang pertanian khususnya

pertanian tanaman pangan dan hortikultura. Pertanian tanaman pangan merupakan

penyumbang pendapatan daerah yang terbesar dengan produktivitas yang relatif

terus meningkat setiap tahunnya. Hasil analisis share sektor pertanian terhadap

investasi sektor pertanian memperlihatkan arah perubahan yang berbeda.

Perbedaan arah ini disebabkan ketidaksesuaian antara faktor dominan pada PDRB

pertanian yang didominasi oleh produksi hasil tanaman pangan seperti padi,

jagung, ketela, kacang tanah dan hortikultura, sedangkan investasi industri

pertanian didominasi oleh hasil dari sektor perkebunan antara lain perkebunan

kelapa sawit, karet, kelapa dan teh. Perkembangan sektor perkebunan ini

memungkinkan terjadinya trade off antara areal pertanian tanaman panan dan

areal perkebunan. Penelitian yang dilakukan oleh Darman Hari (2010) pada

seminar inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi menyatakan telah terjadi alih

fungsi lahan tanaman pangan menjadi lahan perkebunan. Kondisi ini

megakibatkan Pemerintah Provinsi Bengkulu harus mensuply kebutuhan pangan

terutama beras di kawasan pemukiman baru, jika hal ini terus berlanjut akan

mengakibatkan kerawanan pangan khususnya beras, alih fungsi lahan ke tanaman

perkebunan seperti kelapa sawit akan mengganggu keseimbangan lingkungan

seperti mikroorganisme tanah dan ketersediaan air tanah. Ketersediaan sumber

daya Pertanian adalah landasan utama perekonomi. Karena sektor pertanian

adalah sumber pangan, sandang, dan papan yang berkesinambungan bagi

masyarakat sekaligus sebagai bahan baku bagi industri. Tingginya daya beli

masyarakat akan berimbas pada permintaan barang hasil industri pertanian.

Seperti produk olahan makanan, olahan ikan, dan olahan hasil pertanian lain.

Menurut (Artige 2009) tingkat permintaan regional dan produktivitas adalah

fundamental utama dari suatu penanaman modal. Berdasarkan hal tersebut makan

dapat dinyatakan bahwa hal utama yang harus diperhatikan dalam peningkatan

minat investor masuk adalah peningkatan daya beli masyarakat dan produktivitas

kerja masyarakatnya.

Risal (2013) menyatakan aktivitas pertambangan memiliki dampak positif

terhadap perekonomian bagian sebagian masyarakat khususnya yang ada di

sekitar lokasi pertambangan, tetapi disisi lain juga berdampak negative bagi

lingkungan. Untuk analisis ini hanya dilakukan pengamatan pada dampak

ekonomi. Secara teori, wilayah yang memiliki kekayaan tambang relatif lebih

kaya dari sisi pendapatan asli daerah, akan tetapi kondisi yang terjadi di Provinsi

Page 110: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

90

Bengkulu berbeda, wilayah yang banyak memiliki areal tambang (contoh:

batubara) seperti Bengkulu Utara, Seluma dan Bengkulu Tengah ternyata tidak

serta merta memiliki pendapatan asli daerah (PAD) yang tinggi dibandingkan

dengan wilayah yang tidak memiliki area pertambangan. Bahkan realisasi

Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Pemerintah kabupaten Bengkulu Utara dan

Bengkulu Tengah mengalami defisit (BPS 2014).

Secara umum penduduk wilayah yang memiliki areal pertambangan akan

mendapat dampak positif secara ekonomi. Penduduk yang berada atau

beraktivitas di bidang pertambangan memiliki pertambahan pendapatan yang

lebih tinggi dibandingkan di sektor lain. Pendapatan masyarakat yang bekerja di

area pertambangan relatif tinggi dibandingkan pendapatan masyarakat di sektor

pertanian. Pertambahan pendapatan inilah yang menyebabkan pertambahan daya

beli masyarakat. Tingginya daya beli masyarakat akan mendorong peningkatan

investasi industri pertanian. Hal ini sesuai dengan hasil estimasi yang menyatakan

adanya pengaruh yang searah dan signifikan antara PDRB, infrastruktur jalam,

sektor pertambangan terhadap investasi industri total. Sedangkan pangsa

pertanian pada sektor pertanian memiliki pengaruh yang berlawanan arah denga

perubahan investasi industri. Secara umum perubahan pada investasi industri

dijelaskan oleh variabel PDRB perkapita, share pertanian dan pertambangan pada

PDRB.

6.4. Implikasi Kebijakan

Untuk membahas masalah iklim investasi dan faktor penentu investasi

daerah, perlu dipahami faktor penentu iklim investasi dan investasi industri.

Adapun Implikasi dari penelitian ini dibagi menjadi 3 kelompok seperti diuraikan

berikut :

6.4.1. Implikasi Kebijakan bagi Lembaga BKPMD dan BKPM

Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) antara lain

bertugas memberikan pelayanan perizinan Penanaman Modal. Kesimpulan hasil

penelitian di bidang iklim investasi menunjukkan yang ada. Persepsi masyarakat

pun menyatakan bahwa kondisi perizinan yang ada masih buruk. Disinilah

BKPMD dituntut untuk meningkatkan peranannya merubah image tersebut. Salah

satu cara pembenahan pelayanan di bidang perizinan adalah melalui

penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) bagi penanaman modal.

Sesuai Peraturan Presiden (Perpres) No 97 tahun 2014 tentang penyelenggaran

Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Menurut Perpres tersebut, penyelenggaraan PTSP

oleh Pemerintah provinsi dilaksanakan oleh Badan Penanaman Modal dan

Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPMPTSP) Provinsi, sedangkan penyelenggaraan

PTSP oleh Pemerintah Kabupaten/kota dilaksanakan oleh BPMPTSP

Kabupaten/Kota.

Dalam konsep PTSP ini Gubernur/Bupati/Walikota memberikan

pendelegasian wewenang perizinan dan non perizinan yang menjadi urusan

pemerintar provinsi/kabupaten/kota kepada kepala BPMPTSP

Provinsi/Kabupaten/Kota.

Page 111: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

91

BKPMD juga harus mampu memberikan sangsi dalam rangka penegakkan

peraturan bahkan sampai dengan pencabutan izin bagi para PMDN yang tidak

menyampaikan Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM). BKPMD perlu

lebih aktif dalam merencanakan, mengidentifikasikan dan mempromosikan

peluang investasi daerah yang sesuai dengan peluang/unggulan daerah. Sektor

utama penggerak perekonomian di Provinsi Bengkulu adalah Pertanian,

Pertambangan dan konstruksi. Ketiga sektor ini menjadi sektor basis di beberapa

kabupaten/kota. Wilayah yang memiliki keunggulan di bidang Pertanian terbukti

mampu meningkatkan pendapatan perkapita masyarakatnya. Adapun sub sektor

yang menjadi penggerak utamanya adalah tanaman pangan dan perkebunan.

Beberapa wilayah sudah menjadi tujuan penanaman modal asing yang

melakukan aktivitasnya dibidang perkebunan dan pengolahan hasil perkebunan

seperti minyak mentah kelapa sawit, karet, kopi dan teh. Akan tetapi pangsa

pertanian terhadap PDRB dari tahun ketahun terus mengalami penurunan. Hal ini

sejalan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi suatu wilayah yang menyebabkan

terjadinya pergeseran struktur perekonomian dari sektor pertanian menjadi non

pertanian.

Sejalan dengan rendahnya aktivitas investasi yang ada di Provinsi

Bengkulu, dan belum mampunya BKPMD Provinsi Bengkulu menjalankan

peranannya sebagai pendorong investasi wilayah, maka dibutuhkan dorongan dari

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) untuk memaksimalkan kinerja

BKPMD yang berada di bawah koordinasinya. Peranan BKPM ini di antaranya

ialah menciptakan kesamaan pola fikir para pemimpin daerah akan pentingnya

investasi bagi pengembangan wilayahnya. Hal ini dapat ditempuh melalui

pengarahan yang sistematis oleh BKPM kepada seluruh kepala daerah, sehingga

dapat dilakukan perbandingan sekaligus sumbang saran antara satu dan lain

wilayah. Dengan kata lain kepala daerah menjadi sadar akan posisi dan kinerjanya

masing-masing terkait iklim dan tingkat investasi di daerahnya. Secara berkala

kinerja investasi tersebut dimonitor oleh BKPM dan berdasarkan hal tersebut,

bimbingan dan pengarahan diberikan oleh BKPM kepada para kepala daerah

khususnya yang berkinerja kurang melalui BKPM.

6.4.2. Implikasi bagi Pemerintah Daerah

Berdasarkan hasil analisis iklim investasi diketahui bahwa Peraturan

Daerah memiliki pengaruh yang signifikan bagi pengembangan iklim investasi

yang ada. Namun demikian, berdasarkan penilaian dari para investor Peraturan

Daerah yang ada dinilai belum mampu mendukung aktivitas usaha investasi,

belum konsisten dalam pelaksanaannya, serta kurang responsive terhadap

kebutuhan investor. Untuk itu Satuan Kerja perangkat Daerah harus lebih aktif

melakukan peninjauan ulang bahkan melakukan perbaikan atas Peraturan Daerah

agar mampu dilaksanakan secara konsisten dan transparan.

Dalam rangka meningkatkan kualitas peraturan daerah yang terkait dengan

investasi, Pemerintah Daerah disarankan untuk melakukan konsultasi Publik dan

Regulatory Impact Assesment (RIA=analisisi dampak kebijakan atau peraturan).

Melalui analisis dampak kebijakan tersebut diharapkan mampu menghitung

kerugian masyarakat yang terkena dampak dari usaha investasi. Hendaknya

Page 112: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

92

peraturan Daerah yang dikeluarkan harus probisnis, merujuk kepentingan umum

dan tidak bertentangan dengan perundang-undangan di atasnya.

Peranan sektor pertanian menjadi sektor basis ini haruslah ditindaklanjuti

dengan tetap mempertahankan peranan pertanian sebagai penggerak utama

perekonomian masyarakat, akan tetapi perlu dilakukan pembenahan dalam proses

produksi. Proses produksi pertanian yang selama ini masih mengutamakan metode

pertanian tradisional untuk menghasilkan tanaman pangan harus dirubah menjadi

metode pertanian modern yang menitikberatkan pada subsektor perkebunan.

Hal ini terbukti di Kabupaten Seluma, dimana perekonomian masyarakatnya

mengalami peningkatan setelah masyarakat setempat berpindah orientasi

pertanian mereka dari penghasil tanaman pangan menjadi perkebunan kelapa

sawit. Cakupan usaha perkebunan mulai dari pengolahan lahan, penyemaian,

pembibitan, penanaman, pemeliharaan dan pemanenan.

Informasi yang diperoleh dari lapangan menyatakan untuk meningkatkan hasil

perkebunan khususnya perkebunan rakyat dengan komoditas kelapa sawit maka

hendaknya Pemerintah Daerah mampu menyediakan bibit kelapa sawit yang

berkualitas. Untuk mendapatkan bibit kelapa sawit yang berkualitas maka petani

terkadang harus mengeluarkan dana yang relatif besar dan waktu pemesanan yang

relatif lama. Bibit yang banyak beredar di pasaran aadalah bibit kelapa sawit yang

berkualitas rendah, sehingga output yang dihasilkan pun berada di bawah standart

pabrik pengolahan buah sawit. Hal inilah penyebab munculnya budaya Pungutan

Liar (Pungli) dalam proses pensortiran kelapa sawit sebelum diolah menjadi

minyak mentah kelapa sawit. Tidak bisa dipungkiri perekonomian masyarakat

petani mulai mengalami peningkatan seiring dengan perubahan aktivitas pertanian

dari tanaman pangan menjadi perkebunan.

Sektor pertambangan Batubara menjadi sektor basis di beberapa

kabupaten. Pertambangan batubara ini mencakup usaha operasi penambangan,

pengeboran berbagai kualitas batubara baik pertambangan di permukaan tanah

atau bawah tanah. Kenyataan yag ada memperlihatkan beberapa kabupaten yang

kaya akan sumber daya tambang ternyata tidak lantas menjadikan masyarakatnya

menjadi sejahtera. Kabupaten Bengkulu Utara dan Seluma yang kaya akan

sumber daya tambang ternyata memiliki tingkat kemiskinan yang relatif tinggi,

tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita yang rendah.

Hal ini terjadi karena wilayah tersebut hanya menjadi lokasi pengambilan

hasil tambang saja (eksploitasi) sedangkan proses transaksi dan pengolahan

lanjutan dilakukan di wilayah lain. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa

kedua wilayah itu mengalami backwash atas sumber daya tambang yang

dimilikinya. Masyarakat yang ada di wilayah kaya hasil tambang itu hanya

sebagai pekerja dan tidak menikmati hasil. Untuk itu diperlukan suatu kebijakan

atau peraturan yang jelas dari Pemerintah Daerah mengenai proses pengambilan

(eksploitasi), pengolahan dan bagi hasil tambang sehingga masyarakat dapat lebih

menikmati hasil kekayaan sumber daya alamnya. Pada gilirannya perekonomian

wilayah dapat makin berkembang akibat adanya peningkatan pendapatan

masyarakat dari sektor pertambangan tersebut. Informasi dari lapangan

menyatakan adanya ketidakjelasan dari perjanjian kerjasama antara Penanaman

Modal Asing maupun Peneneman Modal Dalam Negeri dengan Pemerintah

Daerah/Kabupaten sehingga kepala daerah dalam hal ini bupati seringkali

Page 113: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

93

bertindak tidak berdasarkan ketentuan yang jelas dan cenderung menikmati

hasilnya secara pribadi.

Sektor Konstruksi adalah kegiatan usaha di bidang konstruksi umum dan

konstruksi khusus pekerjaan gedung dan bangunan sipil, baik yang digunakan

sebagai tempat tinggal atau pun sebagai sarana kegiatan lainnya. Kegiatan

konstruksi ini dilakukan baik oleh kontraktor umum, yaitu perusahaan yang

melakukan pekerjaan konstruksi untuk pihak lain, maupun oleh kontraktor

khusus, yaitu unit usaha atau individu yang melakukan kegiatan konstruksi untuk

dipakai sendiri.

Sektor konstruksi ini adalah satu-satunya sektor perekonomian yang

pertumbuhannya maju. Dalam rangka peningkatan pendapatan wilayah, maka

dirasa perlu adanya peraturan daerah yang mampu menyelenggarakan proyek-

proyek pembangunan pemerintah secara transparan sekaligus perizinan dalam hal

konstruksi untuk dipakai sendiri karena informasi yang muncul di lapangan adalah

masih rendahnya kepemilikan ijin mendirikan bangunan (IMB) dan sulitnya untuk

mendapatkan proyek pemerintah dikarenakan maraknya calo atau makelar proyek

sehingga kompetensi dari pelaku konstruksi ini terkadang tidak sesuai dengan

kompetensi yang ditetapkan. Akibatnya kualitas bangunan yang dihasilkan tidak

sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Iklim investasi yang kondusif adalah harapan dari pemerintah Daerah, pelaku

usaha maupun masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa faktor

penentu iklim investasi yang kondusif di Provinsi Bengkulu meliputi akses lahan,

penyediaan infrastruktur, Peraturan Daerah dan biaya transaksi. Kondisi yang

terjadi di Provinsi ini di bidang akses lahan adalah masih banyaknya kepemilikan

sertifikat ganda dan proses pemindahan kepemilikan yang sulit. Berdasarkan hal

tersebut maka Pemerintah Daerah harus lebih efektif melakukan koordinasi

dengan Badan Pertanahan Nasional sehingga kasus kepemilikan sertifikan ganda

dapat diminimalisir dan proses pemindahan kepemilikan lahan menjadi lebih

mudah.

Hasil penelitian menyatakan bahwa ketersedian infrastruktur daerah adalah hal

utama dalam penciptaan iklim investasi yang kondusif. Sementara itu kondisi yan

hasil penelitian menyatakan bahwa ketersedian infrastruktur daerah adalah hal

utama dalam penciptaan iklim investasi yang kondusif.g terjadi adalah masih

kurang memadainya penyediaan listrik dan jalan yang berkualitas. Sehubungan

dengan itu pemerintah Daerah perlu meningkatkan peran dan kemampuannya

dalam penyediaan infrastruktur daerah sesuai kewenangannya.

Biaya transaksi adalah faktor penentu iklim investasi. Kondisi yang ada saat

ini di Provinsi Bengkulu adalah maraknya praktek Pungutan Liar (PUNGLI) atau

biaya siluman. Hal ini mengakibatkan banyaknya investor atau pemodal yang

membatalkan rencananya untuk menanamkan modalnya di Bengkulu. Reformasi

Birokrasi berupa pemangkasan birokrasi dan kejelasan alur pengurusan maupun

informasi adalah cara efektif untuk meminimalkan biaya tak terduga.

Ketidakjelasan informasi yang mengakibatkan banyaknya biaya transakti siluman.

Investasi industri Pertanian dan non pertanian di Provinsi Bengkulu sangat

ditentukan oleh daya beli masyarakat (PDRB perkapita), pendapatan masyarakat

(PDRB), infrastruktur jalan dan listrik, pangsa pertanian terhadap PDRB dan

pangsa pertambangan terhadap PDRB. Aktivitas perekonomian di Provinsi

Bengkulu masih sangat didominasi oleh peranan pemerintah. Sekitar 80 persen

Page 114: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

94

dari Anggaran Belanja Daerah dikeluarkan untuk membiayai gaji PNS, yang

jumlahnya setiap tahun terus bertambah. Sejalan dengan peranan PDRB perkapita

yang mempengaruhi aktivitas investasi industri di Provinsi Bengkulu maka

pemerintah harus mampu menggerakkan sektor lain di luar sektor Pemerintah

sebagai sumber pendapatan baru bagi masyarakat. Pemerintah daerah harus

mampu berperan aktif dalam meningkatkan peran swasta. Peran pemerintah ini

dapat dilakukan meliputi kebijakan atau peraturan daerah yang kondusif,

pemberian pelatihan bagi usaha mikro dalam proses pengembangan usaha,

Kebijakan pemberian Kredit Usaha kecil yang mudah dan tidak terlalu birokratis.

Mengembangkan kelembagaan masyarakat yang dapat membantu usaha

peningkatan masyarakat desa. Jika peningkatan PDRB perkapita ini dapat

terlaksana, maka usaha peningkatan PDRB pun akan tercapai

Investasi industri Pertanian di Provinsi Bengkulu sangat ditentukan oleh daya

beli masyarakat (PDRB perkapita), pendapatan masyarakat (PDRB), pangsa

pertanian terhadap PDRB dan pangsa pertambangan terhadap PDRB dan Belanja

Modal. Sedangkan investasi industri bukan pertanian sangat dipengaruhi oleh

tenaga kerja terdidik. Berperannya pangsa dari sektor pertanian dan Pertambangan

terhadap aktivitas investasi industri di Provinsi Bengkulu memerlukan suatu

kebijakan yang dapat menunjang keberhasilan usaha di kedua sektor tersebut.

Seperti misalnya pertanian, dalam rangka pencapaian ketahanan pangan, maka

Pemerintah Daerah wajib mendorong masyarakat petani untuk meningkatkan hasil

produksi mereka dalam rangka pemenuhan kebutuhan pangan. Misalnya melalui

penyediaan bibit unggul, penyediaan pupuk murah, pestisida yang ramah

lingkungan, pasar untuk hasil pertanian. Bidang pertambangan dapat ditempuh

dengan mengeluarkan kebijakan di bidang pengaturan proses eksploitasi dan

pemanfaatan hasil tambang.

Secara umum, diperlukan suatu Peraturan Daerah yang mengatur tentang

pemberian kemudahan dan/atau insentif bagi investor di daerah, yang sesuai

dengan kondisi yang ada di wilayahnya, serta berlaku secara konsisten.

6.4.3. Implikasi bagi PMA atau PMDN

Bagi para PMA dan PMDN, perlunya sosialisasi mengenai Badan Penanaman

Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPMPTSP). Perlunya dilakukan sosialisasi

tentang kewajiban PMA dan PMDN untuk memberikan pelaporan aktivitasnya

berupa Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) secara rutin setiap 3 bulan

sekali/ tiap triwulan. PMA melaporkan aktivitas penanaman modalnya pada

BKPM. Sedangkan PMDN melaporkannya pada BKPMD.

Meningkatkan peranan dari perusahaan atau investor di sektor

pertambangan untuk lebih peduli kepada masyarakat sekitar perusahaan sehingga

eksternalitas dari proses pertambangan tersebut dapat diminimalkan. Selain itu

kasus-kasus sengketa kepemilikan lahan untuk perkebunan dan pertambangan pun

dapat diatasi jika dalam melaksanakan kegiatan usahanya ikut melibatkan

masyarakat sekitar.

Page 115: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

95

7. SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

1. Wilayah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi ditandai dengan

banyaknya sektor basis yang dimiliki. Sektor pertanian, pertambangan dan

konstruksi adalah sektor basis di hampir seluruh kabupaten/kota, walaupun

merupakan penggerak perekonomian di seluruh kabupaten/kota pertumbuhan

sektor pertanian dan pertambangan relatif lambat, hanya sektor konstruksi

yang tingkat pertumbuhannya cepat.

2. Secara simultan, faktor penentu iklim investasi adalah Akses lahan,

Infrastruktur daerah, Peraturan daerah, Perizinan dan biaya transaksi. Secara

parsial ternyata variabel perizinan tidak berpengaruh secara signifikan pada

iklim investasi di Provinsi Bengkulu. Diantara keempat faktor tersebut akses

lahanlah yang paling dominan pengaruhnya pada penciptaan iklim investasi

yang kondusif. Kemudahan mendapatkan lahan dan penyelesaian konflik

masalah lahan; kualitas infrastruktur daerah yang memadai; peraturan daerah

yang fleksibel, konsisten dan transparan; dan transparansi biaya transakti akan

menunjang usaha penciptaan iklim investasi yang kondusif.

3. Faktor penentu investasi industri pertanian dan non pertanian (sektoral)

maupun investasi industri total di Provinsi Bengkulu secara bersamaan adalah

PDRB perkapita; share pertanian serta share pertambangan terhadap PDRB;

dan belanja modal. Sedangkan secara parsial, hanya PDRB perkapita, share

pertanian dan pertambangan terhadap PDRB dan belanja modal yang memiliki

pengaruh secara signifikan pada investasi industri pertanian. Investasi industri

bukan pertanian secara parsial ditentukan oleh kualitas tenaga kerja yang ada.

Secara total, faktor penentu investasi industri di Provinsi Bengkulu adalah

PDRB, infrastruktur jalan dan listrik, share pertanian dan pertambangan

terhadap PDRB dan belanja modal.

7.2 Saran

Usaha pencapaian tingkat pembangunan yang mampu menghasilkan

kesejahteraan masyarakat Provinsi Bengkulu tidak dapat dilepaskan dari

keberadaan sektor pertanian. Berdasarkan analisis diketahui bahwa pertumbuhan

sektor pertanian pada seluruh kabupaten di Provinsi Bengkulu masih relatif

lambat. Untuk itu salah satu cara untuk meningkatkan pendapatan wilayah adalah

dengan mendorong pertumbuhan sektor pertanian melalui perbaikan cara bertani,

penyediaan sarana dan prasarana pertanian yang memadai dan menyediakan alur

pemasaran hasil pertanian yang tepat.

Rejang lebong merupakan wilayah yang memiliki tingkat pendapatan

perkapita dan pertumbuhan ekonomi tinggi. Wilayah ini mampu menyatukan

antara sektor pertanian, industri pengolahan dan listrik sebagai sektor basis. Atas

dasar itu maka salah satu cara untuk meningkatkan pendapatan wilayah yang

memiliki sektor basis di sektor pertanian adalah dengan menciptakan keterkaitan

Page 116: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

96

antarsektor. Untuk itu dibutuhkan kebijakan yang mendorong usaha penciptaan

keterkaitan antar sektoral, melalui kerjasama antara Bappeda Kabupaten/Kota

untuk merumuskan kerjasama antar sektor atau wilayahnya.

Persepsi para investor terhadap iklim investasi di Bengkulu menyatakan

masih buruknya kondisi kepemilikan lahan, penyediaan infrastruktur daerah,

perizinan, peraturan daerah dan transparansi biaya transaksi. Untuk itu peran serta

Pemerintah Daerah sangat penting dalam penciptaan iklim investasi yang

kondusif. Peran serta ini salah satunya dalam bentuk pengaturan tata tertib

kepemilikan lahan, kemudahan pengurusan surat kepemilikan, penyelesaian

konflik kepemilikan, kejelasan peraturan dan proses perizinan serta transparansi

biaya transaksi dengan meminimalkan pungutan liar di berbagai instansi.

Pelaksanaan pembangunan di Provinsi dinilai belum dilaksanakan secara

terpadu. Terlihat dari belum meratanya hasil-hasil pembangunan, penyediaan

infrastruktur, masih banyaknya daerah tertinggal. Untuk itu Pemerintah Daerah

Bengkulu hendaknya lebih menyadari akan pentingnya perwilayahan

pembangunan sehingga perencanaan pembangunan yang ada dapat dilakukan

secara terpadu dengan mengutamakan keterpaduan intersektoral, interspasial, serta

antar pelaku pembangunan di dalam dan antar daerah.

Dalam rangka meningkatkan investasi di Provinsi Bengkulu, diharapkan

Pemerintah daerah dan instansi terkait khususnya Badan Koordinasi Penanaman

Modal Daerah (BKPMD) Provinsi/Kabupaten/Kota mampu membuat suatu

Rencana Umum Penanaman Modal Daerah (RUPMD) secara lebih terperinci dan

sesuai dengan kondisi yang ada, tidak hanya melanjutkan rancangan dari BKPM

karena dalam penyusunan RUPMD ini dibutuhkan pemahaman lebih detail pada

kondisi wilayah dan potensi masing-masing daerah.

Penelitian ini memiliki keterbatas dalam hal data investasi PMA dan

PMDN yang melakukan aktivitasnya. Untuk itu hendaknya BKPMD harus

mampu mendorong para investor untuk melakukan pelaporan aktivitas penanaman

modalnya secara kontinu sesuai dengan Peraturan yang berlaku.

Page 117: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

97

DAFTAR PUSTAKA

Ajayi, 2006. Determinant f Foreign Investment in Africa: A survey of the evidence

from Africa, Hal 11-32

Alfaro. 2004. FDI and Economic Growth: The Role of local Financial Markets.

Journal of International Economics .64: 89-112.

Alkadri. 2007. Estimasi Kebutuhan Biaya Investasi untuk Pembangunan Kawasan

Perbatasan antar negara.Jurnal sains dan Teknologi Indonesia Vol 9 No. 3

Hal 101-109

Al Khatib. H, Gassan SA, Samer MA, 2005. Economical determinant of domestik

investment, European Scientific Journal Edition April vol 8 No. 7.

Alkinkube, O. 2003. Flow of Foreign Direct Investment to Hitherto Neglected

Developing Countries. WIDER Conference on The New Economy in

Development. Helsinki. 2.

Ambardi , Urbanus M dan Socia P, 2002. Pengembangan wilayah dan otonomi

Daerah. Pusat Pengkajian Kebijakan Pengembangan wilayah (P2KTPW-

BPPT) Jakarta.

Anwar K, Rahardjo A, dan Nursini, (2001). Analisis Determinan Pertumbuhan

Ekonomi dan Kebutuhan Investasi Kabupaten Maros.

Artige, L. 2009. Market Potential, Productivity dan Foreign Direct investment.

CSIC.

Asiedu E. 2002. On the Determinants of Foreign Direct Investment to Developing

Countries : Is Africa Different?. World Development Vol 30 No.1 Hal 107-

119.

Aziz, A. (2012). Relationship Between Foreign Direct Investment and Country

Population. International Journal of Bussiness and Management 7(8): 63-70.

Aysan A, Gaobo P, Marrie A, 2008. How to Boost private investment in Middle

East North Affica, JEL E22, 011,053

Basto . JN. 2004. Productivity and the investment climate

Budiharsono S. 2001. Tehnik Pengembangan wilayah pesisir dan lautan, Jakarta.

Pradnya Paramita..

Blanchard O.2009. Macroeconomics. Englewood Cliffs. New Jersey. Person

Prentice Hall.

Badan Pusat Statistik. 2011. Provinsi Bengkulu dalam Angka 2011, CV.

Nagarindo Cipta Persada

________. 2012. Provinsi Bengkulu dalam Angka 2012, CV. Nagarindo Cipta

Persada.

________. 2013. Provinsi Bengkulu dalam Angka 2013, CV. Nagarindo Cipta

Persada

________. 2014. Provinsi Bengkulu dalam Angka 2014, CV. Nagarindo Cipta

Persada

Page 118: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

98

Bilington, N. (1999). The location of foreign Direct Investment: An empirical

Analysis. Applied Economics 31: 65-76.

Castelles A, Albert SO, 2005. The regional allocation on infrastructure

investment: The role of equity, efficiency and political factor, University de

Barcelona and Barcelona Institute of Economic.

Chakrabarti. 2001. The Determinans of foreign Direct Investment : Sensitivity

analysis of Cross Regresion. KYKLOS 54.Hal 89-114.

Cheng L, Kwan Y. 2000. What are the determinants of the Location of Foreign

Direct Investment? The chinnese experience. Journal of Internationall

Economics 51 hal 379-400.

Chenery. Hollis B 1986. Transitional Growth and World Industrialisation. The

International Allocation of Economic Activity, Edited by Bertil Ohlin et al.

Djojohadikusumo, S. 1994. Perkembangan Pemikiran Ekonomi dasar teori

ekonomi pertumbuhan dan ekonomi Pembangunan. Jakarta. LP3ES: 1994

Xlvi, 376p.

Duzer, J. V. (2008). Foreign Investment and Development the Role of Domestik

Policy and international Investment Aggreements. C. F. M. R. Report.

London, Commonwealth Secretariat.

Eltayeb SM, Sidiropolous MG. 2010. Another Look at the Determinants of

Foreign direct Investment in Mena Countries. Journal of economic

Development. Volume 35. Number 2.

Firdaus M. 2011, Aplikasi Ekonometrika untuk data Panel dan Time series,

Bogor. IPB Press.

Gujarati, Damodar. 2004. Basic Econometric : The McGraw- Hill Companies.

Hadjisarosa, Poernomosidi. 1982. Konsepsi Dasar Pengembangan Wilayah di

Indonesia, Jakarta; Badan Penerbit Pekerjaan Umum.

Hermes N, Lensink R. 2003. Foreign Direct Investment, Financial Development

and Economic Growth. Journal of.Vol 38.

IMF. 2003. Investment climate holds Indonesia Future. IMF survey 32-169

Development Studies.

Issard W. 1975. Introduction to Regional Science. Englewood Cliffs. New Jersey.

Prentice-Hall.

James S, 2009, Incentives dan Investment:Evidence & policy implication,

investment climate advisor service of the world bank Group.

Juanda, B. 2009, Ekonometrika Permodelan dan Pendugaan, Bogor. IPB Press.

Juanda, B. 2007. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. , Bogor. IPB Press.

Jenkins, a. L. T. 2002. Foreign Direct Investment in Southern Affrica:

Determinants, Characteristic and Implications for Economic Growth and

Poverty Alleviation. Oxford University, Oxford : Center for the study of

African Economies.

Karagol E, 2004, A disaggregated analysis of government expenditure and private

investment in Turkey, Jurnal of Economic Corporation, 25,2. Hal 134-144.

Kauffman BG, Stone AH. 2004. Investments Climate Around the world:voice of

the firms from the world Bussines environment survey.

Kemmerling AAndreas Stephan, Determinants and Productivity of Regional

Transport Investment in Europe.

Kementrian Keuangan, (2012). Peta Kapasitas Fiskal Daerah K. K. R. Indonesia.

Page 119: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

99

Kinda, T. 2008. Investment climate and FDI ini Developin Countries : Firm-

Level Evidence. CERDI-CNRS. Universite D'auvergne CERDI-CNRS.

Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah. 2012. Tata Kelola Ekonomi

Daerah Tahun 2011, Asia Foundation.

Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah, 2008, Pemeringkatan Iklim

Investasi 33 Propinsi di Indonesia tahun 2008.

Krugman. P. 1991. Increasing Returns and Economic Geography. Journal of

Political Economy 99. Hal 489-499.

Kuncoro M. 2003. Daya tarik investasi dan Pungli di Daerah Istimewa

Yogyakarta, Jurnal Ekonomi Pembangunan, Kajian Ekonomi Negara

berkembang, Vol 10 No. 2. Hal 171-184.

Kuncoro M. 2004, Otonomi dan Pembangunan Daerah, Reformasi, Perencanaan,

Strategi dan Peluang, Jakarta. Penerbit Erlanga.

Mankiw G. 2007, Makroekonomi,. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Murty S. 2000. Regional Disparities : Need and Measure for Balanced

Development In Regional Planning and Sustainable Development, New

Delhi. Shukla Kanishka Publishers.

Markusen, J. R. 1997. Trade versus investment Liberalization.. NBER working

paper 6231.

Mayer C. 2003. Finance, Investment and Growth. Journal of Financial economies.

191-226.

Morisset, P. 2000. Foreign Direct investment to Africa: Policies also Matter.

Transnational Corporation 9(2): 107-125.

Mukhenje A. 2011, Regional inequality in foreign direct investment flows to

India: The problem and the prospect,Papers vol 32 No 2 Reserve Bank of

India Occasional.

Noor H F, 2009, Investasi, Pengelolaan Keuangan Bisnis dan Pengembangan

ekonomi Masyarakat. Jakarta: Penerbit PT Indeks.

Onyeiwu S. 2003. Analysis of FDI Flows to Developing Countries: Is MENA

different? ERF 10 annual Conference, Maraksh. Monaco. Hal 1-22.

Ozturk I. 2007. Foreign Direct Investment: A review. International Journal of

applied econometrics and kuantitative studies vol 4-2.

Pananod P. 2008. Outward foreign direct investment from Asean: Implications

for regional integration, Thamnasat University, Bangkok: Thailand.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 45 tahun 2008, tentang Pedoman

Pemberian Insentif dan Pemberian Kemudahan Penanaman Modal di

Daerah, Departemen dalam Negeri Republik Indonesia, Direktorat Jenderal

Bina Pembangunan Daerah, Jakarta.

Priyarsono, D.S, Sahara, Firdaus, 2007, Ekonomi regional: Jakarta : Universitas

Terbuka.

--------2012, Direktory Profil produk UKM Provinsi Bengkulu tahun 2012, Dinas

Koperasi, UKM Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bengkulu.

Phillpis Lauren M, 2006, Growth and investment climate:Progress and

challanges for asian economics, Challanges and Risks the development in

Asia.

Page 120: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

100

Reside Renato E Jr. 2007, Can fiscal incentives stimulate regional investment in

the Philipines, Disscusion Paper No.0705.

Romer D. 2006. Advance Macroeconomics. New York, USA: McGraw-

Hill/Irwin.

Rustiadi E, Saefulhakim S, Panuju D R., 2009, Perencanaan dan Pengembangan

Wilayah: Jakarta: Crestpent Press dan Yayasan Obor Indonesia.

Saghir R, Khan A. 2006. Determinants of Public and Private Investment An

Empirical Study of Pakistan.The special Issues on Behavioral and Social

Science. International Journal of Business and Social Science Vol 3 No 4.

Sapoetro, Hasto. 2004. Perwilayahan Pembangunan sebagai masukan strategi

pengembangan wilayah Provinsi Gorontalo. [tesis]. Semarang. Semarang.

Program Pascasarjana Universitas Diponegoro.

Sinidra F. 2004. Economic Growth: a Conducive Climate for Investment.

Euromoney 35 , 4-5.

Siregar H. 2006, Perbaikan Struktur dan Pertumbuhan ekonomi: Mendorong

investaso dan menciptakan Lapangan Kerja, Terbit di Bisnis dan ekonomi

Politik, 7(2), 29-45, Makro-Mikro Pembangunan, Kumpulan Makalah dan

Esai, Bogor. IPB Press..

Sodik J, Nuryadin D, 2002. Determinan Investasi Di daerah : Studi Kasus

Propinsi di Indonesia, Junal Kajian Ekonomi Negara berkembang Hal 223-

233.

Saghi R, Azra K, 2012, Determinants of public and private Investment : An

empirical Study of Pakistan, International Journal of Bussines and social

Science Vol 3 No.4 Spesial Issue.

Setiono. D NS. 2011. Ekonomi Pengembangan wilayah (Teori dan Analisis).

Jakarta. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI. Ekonomi Pembangunan

Todaro MP, Stephen CS, 2006, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga,

Jakarta. Penerbit Erlangga¸.

Olajide. 2013. Agricultural Resources and Economic Growth in Nigeria. Europen

Scientific Journal. Edition 8 No.22. ISSN 1857-7881. Hal 113-115.

Ottaviano, Gianmarco, 2008. Infrastructure and economic geographyc: An

overview of theory and evidence, EIB Papers Vol 13 N*2 Hal 8-35.

Undang-undang No. 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah,

Kementrian Negara Koperasi dan Usaha kecil dan Menengah Republik

Indonesia tahun 2009.

Valadkhari A. 2004. What Determinants private investment in Iran. Faculty of

commerce-Papers. Rearch Online.

World Bank. 2003. Trade, Investment and Development in the Middle East North

Africa: Engagging with The World, Washington DC. World Bank,.

Yustika. 2012. Ekonomi Kelembagaan, Paradigma, Teori dan Kebijakan. Jakarta.

Penerbit Erlangga.

Page 121: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

101

LAMPIRAN

Page 122: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

102

Page 123: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

No

Iklim 

Investasi Lahan

Infrastruktur 

daerah Perizinan

Peraturan 

Daerah

Biaya 

Transaksi PPUS

1 1.00 33.00 30.00 32.00 20.00 40.00 20.00

2 1.00 31.00 30.00 31.00 50.00 41.00 50.00

3 1.00 31.00 30.00 30.00 20.00 36.00 20.00

4 1.00 30.00 30.00 29.00 47.00 41.00 47.00

5 1.00 31.00 30.00 30.00 20.00 36.00 20.00

6 1.00 30.00 30.00 34.00 20.00 27.00 20.00

7 1.00 36.00 31.00 32.00 30.00 41.00 30.00

8 1.00 34.00 30.00 31.00 30.00 32.00 30.00

9 1.00 32.00 30.00 31.00 20.00 31.00 20.00

10 1.00 36.00 32.00 37.00 44.00 34.00 44.00

11 1.00 30.00 28.00 28.00 30.00 35.00 30.00

12 1.00 30.00 30.00 37.00 20.00 43.00 20.00

13 1.00 31.00 30.00 27.00 40.00 40.00 40.00

14 0.00 38.00 32.00 38.00 30.00 34.00 30.00

15 1.00 33.00 31.00 30.00 42.00 34.00 42.00

16 1.00 30.00 30.00 36.00 30.00 34.00 30.00

17 1.00 35.00 35.00 30.00 40.00 27.00 40.00

18 1.00 36.00 36.00 36.00 34.00 30.00 34.00

19 1.00 30.00 25.00 23.00 21.00 20.00 21.00

20 1.00 36.00 36.00 38.00 30.00 29.00 30.00

21 1.00 36.00 31.00 31.00 33.00 31.00 33.00

22 1.00 34.00 13.00 33.00 37.00 40.00 37.00

23 1.00 38.00 32.00 39.00 34.00 39.00 34.00

24 0.00 40.00 32.00 31.00 40.00 27.00 40.00

25 0.00 33.00 32.00 35.00 32.00 27.00 32.00

26 0.00 40.00 40.00 30.00 36.00 30.00

27 0.00 37.00 40.00 39.00 30.00 34.00 30.00

28 1.00 39.00 31.00 36.00 30.00 28.00 30.00

29 0.00 29.00 23.00 32.00 33.00 34.00 33.00

20 0.00 36.00 30.00 36.00 30.00 18.00 30.00

Lampiran 1. Data untuk olah regresi Logit

Kriminalitas

18.00

18.00

18.00

18.00

19.00

18.00

19.00

18.00

18.00

19.00

16.00

18.00

17.00

18.00

15.00

18.00

20.00

15.00

13.00

18.00

17.00

15.00

14.00

13.00

18.00

19.00

23.00

18.00

17.00

18.00

Page 124: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD
Page 125: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

Kab/Kota

Tahun

IIP

IINP

IPDRBKAPITA

INFR_L

Infr_Jnas

Infr_Jprov

Infr_Jkab

INFR_A

IRSD

A_A

GR

SDA_M

TKBelanja M

odal

"_BS"

2010

4910000.00

12541500.00

17451500.00

8546454.00

27927339.00

44.91

2.77

5.85

536424.00

179004.61

1704.80

5.37

44997459

"_BS"

2011

8470455.00

16534295.00

25004750.00

9491074.00

27290298.00

60.59

5.77

10.39

43393.00

188291.53

1812.14

7.70

76175630

"_BS"

2012

9370465.00

17434295.00

26804760.00

10511629.00

40489684.00

43.06

5.77

10.36

557480.00

198208.38

1910.95

8.86

81760404.00

"_BS"

2013

9370465.00

17434295.00

26804760.00

11731071.00

50552701.00

34.49

5.19

24.21

433129.00

207754.08

1972.08

10.42121295657.00

"_RL"

2010

1841754.00

773278.00

2615032.00

14778078.00

59456335.00

1.30

2.42

11.36

2174954.00

930060.65

1158.95

4.88110284397.00

"_RL"

2011

2341578.00

1077570.00

3419148.00

16593115.00

58531578.00

1.84

4.97

15.71

2159412.00

975568.75

1151.48

5.66

95939346.00

"_RL"

2012

3141578.00

1978320.00

5119898.00

18591588.00

69709742.00

2.84

5.85

16.72

135184.00

1028783.61

1203.45

6.02106638597.00

"_RL"

2013

3141578.00

1978320.00

5119898.00

20884107.00

77118296.00

2.57

5.84

18.62

183994.00

1074447.37

1247.39

6.02126316357.00

"_BU"

2010

1207600.00

926300.00

2133900.00

6595498.00

39020446.00

2.37

3.06

15.99

2726825.00

295555.28

98435.97

3.35

78867554.00

"_BU"

2011

3320500.00

2347685.00

5668185.00

7117678.00

44909402.00

5.23

5.34

10.81

3090944.00

309227.13

102959.99

4.99125568631.00

"_BU"

2012

4070500.00

9429000.00

13499500.00

7798382.00

50019065.00

18.85

8.85

7.71

3244812.00

326284.23

106343.85

5.91172744149.00

"_BU"

2013

4070500.00

3307685.00

7378185.00

8537084.00

54929965.00

6.02

8.85

9.41

2888678.00

343701.16

108640.40

6.33139750400.00

"_Kaur"

2010

1113000.00

525000.00

1638000.00

4894648.00

14568634.00

3.60

1.74

8.27

1125.00

114165.52

992.88

4.52

71749817.00

"_Kaur"

2011

2224300.00

1106002.00

3330302.00

5312287.00

17222319.00

6.42

2.58

4.56

1125.00

116639.17

1011.87

3.97

81463379.00

"_Kaur"

2012

4024300.00

3548000.00

7572300.00

5881419.00

21406156.00

16.57

5.31

12.72

4946.00

121459.01

1058.50

5.75

89474914.00

"_Kaur"

2013

4024300.00

1981002.00

6005302.00

6532599.00

24104860.00

8.22

5.31

24.01

29880.00

126353.81

1092.90

6.14106387657.00

"_Seluma

2010

7645091.00

445500.00

8090591.00

4543167.00

30757449.00

1.45

0.50

0.00

72588.00

189230.99

16232.41

3.48102449087.00

"_Seluma

2011

5645000.00

435900.00

6080900.00

4982592.00

33062311.00

1.32

3.33

9.36

98071.00

201107.95

13898.59

2.79140558185.00

"_Seluma

2012

6145000.00

445420.00

6590420.00

5477692.00

39454693.00

1.13

3.33

9.36

115000.00

213592.92

14149.48

3.85

91214820.00

Lampiran 2. Data un

tuk an

alisis Regresi Pan

el

Page 126: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD
Page 127: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

"_Seluma

2013

6145000.00

445420.00

6590420.00

6060974.00

44258938.00

1.01

3.33

9.36

52885.00

224872.04

14333.29

3.63139750400.00

"_Muko"

2010

1800000.00

794000.00

2594000.00

8828541.00

20015981.00

3.97

0.71

22.81

302120.00

243290.46

4323.34

5.14

86720376.00

"_Muko"

2011

456000.00

192000.00

648000.00

9456540.00

25481076.00

0.75

3.23

14.45

293342.00

252991.59

4449.21

5.04

75261833.00

"_Muko"

2012

466000.00

200700.00

666700.00

10360147.00

37952547.00

0.53

3.32

19.02

21750.00

265834.68

4611.87

6.89

96458377.00

"_Muko"

2013

466000.00

200700.00

666700.00

11293747.00

51077471.00

0.39

3.32

19.70

8765.00

279192.00

4659.03

4.75152182809.00

"_Lebong"

2010

58505.00

25400.00

83905.00

10834984.00

14451283.00

0.00

0.99

0.00

1356884.00

407885.00

2959.00

3.49

86941158.00

"_Lebong"

2011

158505.00

119200.00

277705.00

11898047.00

17938142.00

0.00

4.51

7.43

1049820.00

429919.00

2962.00

3.38

93893613.00

"_Lebong"

2012

163505.00

127810.00

291315.00

12892003.00

19472170.00

0.00

3.67

8.60

987127.00

454524.98

2966.00

4.67

96833452.00

"_Lebong"

2013

163505.00

127810.00

291315.00

14287561.00

22445675.00

0.00

3.67

8.66

1188032.00

478936.61

2969.71

4.65

96833452.00

"_Kphg"

2010

409955.00

272700.00

682655.00

12988604.00

41466180.00

0.66

0.99

16.61

621431.00

512169.00

445.00

4.08152902152.00

"_Kphg"

2011

459400.00

291808.00

751208.00

14415519.00

26438454.00

1.10

1.31

17.96

634906.00

541517.00

451.00

4.35120657710.00

"_Kphg"

2012

460350.00

300308.00

760658.00

16059395.00

26438454.00

1.14

2.71

12.52

1003350.00

574967.34

459.86

5.32

99238540.00

"_Kphg"

2013

460350.00

300308.00

760658.00

17989646.00

26438454.00

1.14

1.46

18.53

828909.00

603529.34

465.00

4.79137904639.00

"‐BT"

2010

36509000.00

988800.00

37497800.00

8730634.00

0.00

0.00

13.34

0.00

130311.81

85481.66

2.62100300203.00

"‐BT"

2011

36609000.00

1018600.00

37627600.00

9774831.00

27532285.00

3.70

0.00

13.33

0.00

136704.81

91909.54

4.42128218520.00

"‐BT"

2012

44609000.00

1113600.00

45722600.00

10896321.00

50697583.00

2.20

0.48

1.67

0.00

143678.42

99173.59

2.53

77494883.00

"‐BT"

2013

44609000.00

1113600.00

45722600.00

12069041.00

56280008.00

1.98

0.48

2.41

0.00

150955.36

101587.62

3.07113169701.00

"_Kota"

2010

657019.00

638125.00

1295144.00

14948435.00

196900449.00

0.32

1.65

0.0012083102.00

117219.60

12162.17

16.72103582740.00

"_Kota"

2011

5817335.00

4938125.00

10755460.00

16399564.00

204438738.00

2.42

1.29

15.06

12083102.00

118954.70

12428.25

16.82

82133098.00

"_Kota"

2012

6452535.00

5893335.00

12345870.00

18133878.00

237740904.00

2.48

1.22

18.45

7099146.00

121366.89

12856.65

20.54

63069542.00

"_Kota"

2013

6452535.00

5893335.00

12345870.00

20162241.00

260745288.00

2.26

1.46

19.23

6645238.00

125149.57

12960.73

17.59277377979.00

Page 128: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD
Page 129: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

La

mp

ira

n 3

U

ji R

elia

bil

itas

da

n V

ali

dit

as

Pe

rta

nya

an 1

P

ert

an

ya

an 2

P

ert

an

ya

an 3

P

ert

an

ya

an 4

P

ert

an

ya

an 5

P

ert

an

ya

an 6

P

ert

an

ya

an 7

P

ert

an

ya

an 8

P

ert

an

ya

an 9

P

ert

an

ya

a 1

0

Bia

ya

tra

nsaksi

Pe

rta

nya

an 1

P

ea

rson

Co

rrela

tio

n

1

.59

6**

.66

0**

.73

2**

.57

7**

.41

7*

.38

9*

.16

5

-.0

07

.a

.65

1**

Sig

. (2

-ta

iled

)

.00

1

.00

0

.00

0

.00

1

.02

2

.03

4

.38

4

.97

2

. .0

00

N

30

30

30

30

30

30

30

30

30

0

30

Pe

rta

nya

an 2

P

ea

rson

Co

rrela

tio

n

.59

6**

1

.85

5**

.80

8**

.82

6**

.67

6**

.65

4**

.27

4

.12

6

.a

.83

4**

Sig

. (2

-ta

iled

) .0

01

.00

0

.00

0

.00

0

.00

0

.00

0

.14

4

.50

9

. .0

00

N

30

30

30

30

30

30

30

30

30

0

30

Pe

rta

nya

an 3

P

ea

rson

Co

rrela

tio

n

.66

0**

.85

5**

1

.88

6**

.91

5**

.73

3**

.73

9**

.40

2*

.24

3

.a

.92

3**

Sig

. (2

-ta

iled

) .0

00

.00

0

.00

0

.00

0

.00

0

.00

0

.02

8

.19

5

. .0

00

N

30

30

30

30

30

30

30

30

30

0

30

Pe

rta

nya

an 4

P

ea

rson

Co

rrela

tio

n

.73

2**

.80

8**

.88

6**

1

.83

9**

.63

8**

.60

4**

.41

9*

.33

3

.a

.88

6**

Sig

. (2

-ta

iled

) .0

00

.00

0

.00

0

.00

0

.00

0

.00

0

.02

1

.07

2

. .0

00

N

30

30

30

30

30

30

30

30

30

0

30

Pe

rta

nya

an 5

P

ea

rson

Co

rrela

tio

n

.57

7**

.82

6**

.91

5**

.83

9**

1

.85

6**

.81

9**

.49

3**

.41

8*

.a

.96

9**

Sig

. (2

-ta

iled

) .0

01

.00

0

.00

0

.00

0

.00

0

.00

0

.00

6

.02

2

. .0

00

N

30

30

30

30

30

30

30

30

30

0

30

Pe

rta

nya

an 6

P

ea

rson

Co

rrela

tio

n

.41

7*

.67

6**

.73

3**

.63

8**

.85

6**

1

.94

7**

.26

7

.25

2

.a

.86

1**

Sig

. (2

-ta

iled

) .0

22

.00

0

.00

0

.00

0

.00

0

.00

0

.15

4

.17

9

. .0

00

N

30

30

30

30

30

30

30

30

30

0

30

Pe

rta

nya

an 7

P

ea

rson

Co

rrela

tio

n

.38

9*

.65

4**

.73

9**

.60

4**

.81

9**

.94

7**

1

.29

7

.26

6

.a

.85

0**

Sig

. (2

-ta

iled

) .0

34

.00

0

.00

0

.00

0

.00

0

.00

0

.11

1

.15

6

. .0

00

N

30

30

30

30

30

30

30

30

30

0

30

Pe

rta

nya

an 8

P

ea

rson

Co

rrela

tio

n

.16

5

.27

4

.40

2*

.41

9*

.49

3**

.26

7

.29

7

1

.79

2**

.a

.54

4**

Sig

. (2

-ta

iled

) .3

84

.14

4

.02

8

.02

1

.00

6

.15

4

.11

1

.00

0

. .0

02

N

30

30

30

30

30

30

30

30

30

0

30

Pe

rta

nya

an 9

P

ea

rson

Co

rrela

tio

n

-.0

07

.12

6

.24

3

.33

3

.41

8*

.25

2

.26

6

.79

2**

1

.a

.45

0*

Sig

. (2

-ta

iled

) .9

72

.50

9

.19

5

.07

2

.02

2

.17

9

.15

6

.00

0

. .0

13

N

30

30

30

30

30

30

30

30

30

0

30

Pe

rta

nya

a 1

0

Pe

ars

on

Co

rrela

tio

n

.a

.a

.a

.a

.a

.a

.a

.a

.a

.a

.a

Sig

. (2

-ta

iled

) .

. .

. .

. .

. .

.

N

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

Bia

ya

tra

nsaksi

Pe

ars

on

Co

rrela

tio

n

.65

1**

.83

4**

.92

3**

.88

6**

.96

9**

.86

1**

.85

0**

.54

4**

.45

0*

.a

1

Page 130: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD
Page 131: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

Sig

. (2

-ta

iled

) .0

00

.00

0

.00

0

.00

0

.00

0

.00

0

.00

0

.00

2

.01

3

.

N

30

30

30

30

30

30

30

30

30

0

30

**.

Co

rre

latio

n is s

ign

ific

an

t a

t th

e 0

.01

le

ve

l (2

-ta

iled

).

*. C

orr

ela

tio

n is s

ign

ific

an

t a

t th

e 0

.05

le

ve

l (2

-ta

iled

).

a.

Can

no

t b

e c

om

pu

ted

be

ca

use

at le

ast o

ne

of

the

va

riab

les is c

onsta

nt.

Scale

: A

LL

VA

RIA

BL

ES

Cas

e P

roc

es

sin

g S

um

ma

ry

N

%

Case

s

Va

lid

30

10

0.0

Exclu

de

da

0

.0

To

tal

30

10

0.0

a.

Lis

twis

e d

ele

tio

n b

ase

d o

n a

ll va

ria

ble

s in

the

pro

ced

ure

.

Reli

ab

ilit

y S

tati

sti

cs

Cro

nb

ach

's A

lph

a

N o

f It

em

s

.90

0

10

Ite

m-T

ota

l S

tati

sti

cs

S

ca

le M

ea

n if

Ite

m D

ele

ted

Sca

le V

ari

an

ce

if

Ite

m D

ele

ted

Corr

ecte

d I

tem

-

To

tal C

orr

ela

tion

Cro

nb

ach

's A

lph

a

if I

tem

De

lete

d

Pe

rta

nya

an 1

3

2.3

00

0

31

.803

.54

3

.89

8

Pe

rta

nya

an 2

3

2.0

66

7

31

.375

.77

9

.88

3

Pe

rta

nya

an 3

3

2.1

33

3

29

.361

.88

1

.87

4

Pe

rta

nya

an 4

3

2.2

33

3

30

.737

.85

9

.87

8

Pe

rta

nya

an 5

3

2.2

00

0

28

.441

.95

5

.86

8

Pe

rta

nya

an 6

3

2.4

33

3

27

.978

.79

4

.88

0

Pe

rta

nya

an 7

3

2.5

00

0

27

.983

.76

1

.88

3

Pe

rta

nya

an 8

3

2.6

33

3

34

.171

.47

6

.90

0

Pe

rta

nya

an 9

3

2.8

00

0

34

.579

.37

7

.90

5

Pe

rta

nya

a 1

0

33

.300

0

38

.148

.00

1

.91

7

Sc

ale

Sta

tis

tics

Me

an

V

ari

ance

Std

. D

evia

tio

n

N o

f It

em

s

36

.066

7

38

.409

6.1

975

2

10

Page 132: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD
Page 133: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

2010

2013

2010

2013

Pertanian

189230.99

224872.04

4.71

131.53

3118893.27

3489741.77

2.97

43.90

1

Pertambangan dan

 Pen

ggalian

16232.41

14333.29

‐2.92

9.71

223896.23

236967.42

1.46

3.06

3

Industri Pen

golahan

6384.41

8006.46

6.35

4.57

376798.70

349052.12

‐1.84

4.82

3

Listrik, gas dan

 air bersih

678.54

810.83

4.87

0.47

38837.72

22826.39

‐10.31

0.41

1

Bangunan

14832.16

17327.97

4.21

10.22

256525.26

211923.15

‐4.35

3.11

1

Perdagangan, hotel dan

 restoran

49972.43

58996.00

4.51

34.61

1601166.63

1043956.81

‐8.70

17.57

1

Pen

gangkutan dan

 Komunikasi

25521.43

28848.72

3.26

17.27

674722.66

371636.78

‐11.23

6.95

1

Keu

angan, Persewaan, dan

 Jasa Perusahaan

7999.43

10545.71

7.96

5.89

428981.25

292289.56

‐7.97

4.79

1

Jasa‐jasa

45289.55

54008.53

4.81

31.54

1357242.69

957292.85

‐7.37

15.38

1

Total 

144293.54

170537.76

4.55

100.00

8077064.41

6975686.85

2010

2013

2010

2013

Pertanian

179004.61

207754.08

4.02

31.19

3118893.27

3489741.77

2.97

43.90

3

Pertambangan dan

 Pen

ggalian

1704.80

1972.08

3.92

0.30

223896.23

236967.42

1.46

3.06

3

Industri Pen

golahan

8687.65

11115.70

6.99

1.60

376798.70

349052.12

‐1.84

4.82

3

Listrik, gas dan

 air bersih

848.94

959.93

3.27

0.15

38837.72

22826.39

‐10.31

0.41

3

Bangunan

28001.48

34905.89

6.16

5.07

256525.26

211923.15

‐4.35

3.11

1

Perdagangan, hotel dan

 restoran

151747.00

179411.83

4.56

26.70

1601166.63

1043956.81

‐8.70

17.57

1

Pen

gangkutan dan

 Komunikasi

45138.56

56532.64

6.31

8.20

674722.66

371636.78

‐11.23

6.95

1

Keu

angan, Persewaan, dan

 Jasa Perusahaan

28112.80

34498.57

5.68

5.05

428981.25

292289.56

‐7.97

4.79

1

Jasa‐jasa

127060.64

142698.79

3.08

21.75

1357242.69

957292.85

‐7.37

15.38

1

Total 

570306.48

669849.51

8077064.41

6975686.85

Daerah Analisis Ben

gkulu Selatan

Tahun

Kuadran

Sektoral

Daerah acuan Rata2

 

pertumbuhan

Rata2

 

kontribusi

Tahun

Sektoral

Rata2

 

pertumbuhan

Rata2

 

kontribusi

Rata2

 

kontribusi

Tahun

Rata2

 

pertumbuhan

Rata2

 

kontribusi

Kuadran

Daerah Analisis Seluma

Daerah acuan

Tahun

Rata2

 

pertumbuhan

Lam

pira

n 3

Has

il an

alis

is T

ipol

ogi K

lase

n Se

ktor

al d

i sel

uruh

Kab

upat

en/K

ota

Page 134: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD
Page 135: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

2010

2013

2010

2013

Pertanian

130311.81

150955.36

3.96

32.84

3118893.27

3489741.77

2.97

43.90

3

Pertambangan dan

 Pen

ggalian

85481.66

101587.62

4.71

21.84

223896.23

236967.42

1.46

3.06

1

Industri Pen

golahan

21489.19

26677.69

6.04

5.62

376798.70

349052.12

‐1.84

4.82

1

Listrik, gas dan

 air bersih

589.11

675.10

3.65

0.15

38837.72

22826.39

‐10.31

0.41

3

Bangunan

14829.52

18157.72

5.61

3.85

256525.26

211923.15

‐4.35

3.11

1

Perdagangan, hotel dan

 restoran

53914.37

66544.12

5.86

14.06

1601166.63

1043956.81

‐8.70

17.57

3

Pen

gangkutan dan

 Komunikasi

18853.93

23638.31

6.34

4.96

674722.66

371636.78

‐11.23

6.95

3

Keu

angan, Persewaan, dan

 Jasa Perusahaan

16942.99

22043.36

7.53

4.55

428981.25

292289.56

‐7.97

4.79

3

Jasa‐jasa

45717.21

58147.66

6.80

12.13

1357242.69

957292.85

‐7.37

15.38

3

Total 

388129.79

468426.94

8077064.41

6975686.85

2010

2013

2010

2013

Pertanian

512169.00

603529.34

4.46

71.80

3118893.27

3489741.77

2.97

43.90

1

Pertambangan dan

 Pen

ggalian

445.00

465.00

1.12

0.06

223896.23

236967.42

1.46

3.06

3

Industri Pen

golahan

25909.00

32678.50

6.53

3.77

376798.70

349052.12

‐1.84

4.82

3

Listrik, gas dan

 air bersih

2983.00

3488.00

4.23

0.42

38837.72

22826.39

‐10.31

0.41

1

Bangunan

15568.00

18192.00

4.21

2.17

256525.26

211923.15

‐4.35

3.11

3

Perdagangan, hotel dan

 restoran

65988.00

85551.00

7.41

9.75

1601166.63

1043956.81

‐8.70

17.57

3

Pen

gangkutan dan

 Komunikasi

19144.00

23651.20

5.89

2.75

674722.66

371636.78

‐11.23

6.95

3

Keu

angan, Persewaan, dan

 Jasa Perusahaan

15075.00

18555.00

5.77

2.16

428981.25

292289.56

‐7.97

4.79

3

Jasa‐jasa

93009.00

17421.00

‐20.32

7.11

1357242.69

957292.85

‐7.37

15.38

3

Total 

750290.00

803531.04

8077064.41

6975686.85

Kuadran

Sektoral

TahunDaerah Analisis Kep

ahiang

Daerah acuan

Rata2

 

pertumbuhan

Rata2

 

kontribusi

Tahun

Rata2

 

pertumbuhan

Rata2

 

kontribusi

Tahun

Tahun

Sektoral

Rata2

 

pertumbuhan

Rata2

 

kontribusi

Rata2

 

pertumbuhan

Rata2

 

kontribusi

Kuadran

Daerah Analisis Ben

gkulu Ten

gah

Daerah acuan

Page 136: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD
Page 137: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

Daerah acuan

2010

2013

2010

2013

Pertanian

930061.00

1074447.37

3.88

52.25

3118893.27

3489741.77

2.97

43.90

1

Pertambangan dan

 Pen

ggalian

1159.00

1247.39

1.91

0.06

223896.23

236967.42

1.46

3.06

3

Industri Pen

golahan

89878.00

113179.46

6.48

5.29

376798.70

349052.12

‐1.84

4.82

1

Listrik, gas dan

 air bersih

8715.00

10358.25

4.71

0.50

38837.72

22826.39

‐10.31

0.41

1

Bangunan

31529.00

38065.92

5.18

1.81

256525.26

211923.15

‐4.35

3.11

3

Perdagangan, hotel dan

 restoran

266282.00

331557.90

6.13

15.58

1601166.63

1043956.81

‐8.70

17.57

3

Pen

gangkutan dan

 Komunikasi

100364.00

120901.69

5.12

5.77

674722.66

371636.78

‐11.23

6.95

3

Keu

angan, Persewaan, dan

 Jasa Perusahaan

53696.00

66272.02

5.86

3.13

428981.25

292289.56

‐7.97

4.79

3

Jasa‐jasa

263110.00

335287.80

6.86

15.60

1357242.69

957292.85

‐7.37

15.38

1

Total 

1744794.00

2091317.80

8077064.41

6975686.85

2010

2013

2010

2013

Pertanian

407885.00

478936.61

4.35

78.93

3118893.27

3489741.77

2.97

43.90

1

Pertambangan dan

 Pen

ggalian

2959.00

2969.71

0.09

0.53

223896.23

236967.42

1.46

3.06

3

Industri Pen

golahan

9054.00

10233.88

3.26

1.72

376798.70

349052.12

‐1.84

4.82

3

Listrik, gas dan

 air bersih

1861.00

2356.80

6.66

0.38

38837.72

22826.39

‐10.31

0.41

3

Bangunan

11132.00

13942.74

6.31

2.23

256525.26

211923.15

‐4.35

3.11

3

Perdagangan, hotel dan

 restoran

24733.00

30496.56

5.83

4.92

1601166.63

1043956.81

‐8.70

17.57

3

Pen

gangkutan dan

 Komunikasi

6323.00

7132.36

3.20

1.20

674722.66

371636.78

‐11.23

6.95

3

Keu

angan, Persewaan, dan

 Jasa Perusahaan

9172.00

11157.32

5.41

1.81

428981.25

292289.56

‐7.97

4.79

3

Jasa‐jasa

41927.00

51268.12

5.57

8.29

1357242.69

957292.85

‐7.37

15.38

3

Total 

515046.00

608494.10

8077064.41

6975686.85

Sektoral

Daerah Analisis Rejang Lebong

Rata2

 

pertumbuhan

Rata2

 

kontribusi

Tahun

Tahun

Rata2

 

pertumbuhan

Rata2

 

kontribusi

Kuadran

Kuadran

Sektoral

Tahun

Daerah Analisis  Leb

ong

Rata2

 

pertumbuhan

Rata2

 

kontribusi

Daerah acuan

Tahun

Rata2

 

pertumbuhan

Rata2

 

kontribusi

Page 138: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD
Page 139: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

2010

2013

2010

2013

Pertanian

114165.52

126353.81

2.67

44.99

3118893.27

3489741.77

2.97

43.90

2

Pertambangan dan

 Pen

ggalian

992.88

1092.90

2.52

0.39

223896.23

236967.42

1.46

3.06

3

Industri Pen

golahan

4036.26

4821.14

4.86

1.66

376798.70

349052.12

‐1.84

4.82

3

Listrik, gas dan

 air bersih

520.08

681.90

7.78

0.22

38837.72

22826.39

‐10.31

0.41

3

Bangunan

12149.09

14557.73

4.96

5.00

256525.26

211923.15

‐4.35

3.11

1

Perdagangan, hotel dan

 restoran

46519.99

57058.00

5.66

19.38

1601166.63

1043956.81

‐8.70

17.57

1

Pen

gangkutan dan

 Komunikasi

23979.73

29588.92

5.85

10.02

674722.66

371636.78

‐11.23

6.95

1

Keu

angan, Persewaan, dan

 Jasa Perusahaan

8334.44

11304.85

8.91

3.67

428981.25

292289.56

‐7.97

4.79

3

Jasa‐jasa

34617.45

43784.92

6.62

14.67

1357242.69

957292.85

‐7.37

15.38

3

Total 

245315.44

289244.17

8077064.41

6975686.85

2010

2013

2010

2013

Pertanian

295555.28

343701.16

4.07

36.50

3118893.27

3489741.77

2.97

43.90

3

Pertambangan dan

 Pen

ggalian

98435.97

108640.40

2.59

11.82

223896.23

236967.42

1.46

3.06

1

Industri Pen

golahan

39111.84

45643.50

4.17

4.84

376798.70

349052.12

‐1.84

4.82

1

Listrik, gas dan

 air bersih

2362.28

2606.91

2.59

0.28

38837.72

22826.39

‐10.31

0.41

3

Bangunan

29132.16

37006.90

6.76

3.78

256525.26

211923.15

‐4.35

3.11

1

Perdagangan, hotel dan

 restoran

97981.21

119014.63

5.37

12.39

1601166.63

1043956.81

‐8.70

17.57

3

Pen

gangkutan dan

 Komunikasi

51492.07

54934.06

1.67

6.08

674722.66

371636.78

‐11.23

6.95

3

Keu

angan, Persewaan, dan

 Jasa Perusahaan

31430.60

38650.55

5.74

4.00

428981.25

292289.56

‐7.97

4.79

3

Jasa‐jasa

159650.89

196039.21

5.70

20.31

1357242.69

957292.85

‐7.37

15.38

1

Total 

805152.30

946237.32

8077064.41

6975686.85

Tahun

Tahun

Sektoral

Kuadran

Daerah Analisis  Kaur

Rata2

 

pertumbuhan

Rata2

 

kontribusi

Tahun

Daerah acuan Rata2

 

pertumbuhan

Rata2

 

kontribusi

Sektoral

Daerah Analisis  Ben

gkulu Utara

Tahun

Rata2

 

pertumbuhan

Rata2

 

kontribusi

Rata2

 

pertumbuhan

Rata2

 

kontribusi

Daerah acuan

Page 140: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD
Page 141: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

2010

2013

2010

2013

Pertanian

243290.46

279192.00

3.69

41.70

3118893.27

3489741.77

2.97

43.90

3

Pertambangan dan

 Pen

ggalian

4323.34

4659.03

1.94

0.72

223896.23

236967.42

1.46

3.06

3

Industri Pen

golahan

77462.39

96695.79

6.21

13.90

376798.70

349052.12

‐1.84

4.82

1

Listrik, gas dan

 air bersih

761.95

888.67

4.16

0.13

38837.72

22826.39

‐10.31

0.41

3

Bangunan

16857.49

19766.28

4.31

2.92

256525.26

211923.15

‐4.35

3.11

3

Perdagangan, hotel dan

 restoran

95403.91

115326.77

5.22

16.82

1601166.63

1043956.81

‐8.70

17.57

3

Pen

gangkutan dan

 Komunikasi

20688.70

26408.88

6.91

3.76

674722.66

371636.78

‐11.23

6.95

3

Keu

angan, Persewaan, dan

 Jasa Perusahaan

64978.10

79262.18

5.50

11.51

428981.25

292289.56

‐7.97

4.79

1

Jasa‐jasa

48267.46

58636.82

5.37

8.53

1357242.69

957292.85

‐7.37

15.38

3

Total 

572033.80

680836.42

8077064.41

6975686.85

2010

2013

2010

2013

Pertanian

117219.60

121366.89

0.88

5.24

3118893.27

3489741.77

2.97

43.90

3

Pertambangan dan

 Pen

ggalian

12162.17

12856.65

1.43

0.55

223896.23

236967.42

1.46

3.06

3

Industri Pen

golahan

94785.96

103489.57

2.30

4.35

376798.70

349052.12

‐1.84

4.82

3

Listrik, gas dan

 air bersih

19517.82

23120.64

4.61

0.94

38837.72

22826.39

‐10.31

0.41

1

Bangunan

82494.36

94833.61

3.74

3.89

256525.26

211923.15

‐4.35

3.11

1

Perdagangan, hotel dan

 restoran

748624.72

853949.26

3.52

35.17

1601166.63

1043956.81

‐8.70

17.57

1

Pen

gangkutan dan

 Komunikasi

363217.24

405994.04

2.94

16.88

674722.66

371636.78

‐11.23

6.95

1

Keu

angan, Persewaan, dan

 Jasa Perusahaan

193239.89

216220.04

2.97

8.99

428981.25

292289.56

‐7.97

4.79

1

Jasa‐jasa

498593.49

595315.74

4.85

24.01

1357242.69

957292.85

‐7.37

15.38

1

Total 

2129855.25

2427146.44

8077064.41

6975686.85

Sektoral

Tahun

Tahun

Tahun

Daerah acuan

Daerah Analisis  Kota Ben

gkulu

Tahun

Rata2

 kontribus

ata2

 pertumbuha

ta2 pertumbuhRata2

 kontribus

Rata2

 

kontribusi

Sektoral

Daerah Analisis  M

ukomuko

Daerah acuan

Rata2

 

pertumbuhan

Rata2

 

kontribusi

Rata2

 

pertumbuhan

Page 142: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD
Page 143: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

No

2010

2013

Perubahan

Persen

Rasio 

Produksi 

Provinsi 

(Ra)

2010

2013

Pertumbuha

n Nasional 

(PN)

Pertumbuhan

 

Proporsional 

(PP)

r i

Pertumbuhan

 

Pangsa Wilayah 

(PPW)

Pertumbuhan

 

bersih 

(PB)=PP+P

PW

14262495.00

38068254.00

33805759.00

793.0979157

7.93

473599

417861

‐55738.00

‐11.77

691700.241

3756103.798

‐0.12

‐3811841.80

‐55738.00

2396832.00

1420767.00

1023935.00

258.0273264

2.58

8825

9573

748.00

8.48

12889.0784

22770.91156

0.08

‐22022.91

748.00

38034323.00

14883817.00

6849494.00

85.25290805

0.85

20562

24703

4141.00

20.14

30031.1875

17529.70295

0.20

‐13388.70

4141.00

4171898.00

250945.00

79047.00

45.98482821

0.46

1241

1326

85.00

6.85

1812.50383

570.6717181

0.07

‐485.67

85.00

52811320.00

6276723.00

3465403.00

123.2660458

1.23

35404

37097

1693.00

4.78

51708.2075

43641.11087

0.05

‐41948.11

1693.00

614046211.00

23737236.00

9691025.00

68.99387315

0.69

126021

137798

11777.00

9.35

184056.039

86946.76888

0.09

‐75169.77

11777.00

73464346.00

5040849.00

1576503.00

45.50651119

0.46

24533

20978

‐3555.00

‐14.49

35830.9076

11164.11239

‐0.14

‐14719.11

‐3555.00

81427632.00

2912418.00

1484786.00

104.0034126

1.04

7039

16512

9473.00

134.58

10280.5918

7320.800216

1.35

2152.20

9473.00

910417739.00

18213032.00

7795293.00

74.8271098

0.75

118517

135298

16781.00

14.16

173096.306

88682.84572

0.14

‐71901.85

16781.00

45032796.00

110804041.00

65771245.00

1598.959931

1.46

815741

801146

Indonesia

Ben

gkulu

2013Perband

2013

LQ

138068254.00

0.34

417861

0.52

1.52

21420767.00

0.01

9573

0.01

0.93

314883817.00

0.13

24703

0.03

0.23

4250945.00

0.00

1326

0.00

0.73

56276723.00

0.06

37097

0.05

0.82

623737236.00

0.21

137798

0.17

0.80

75040849.00

0.05

20978

0.03

0.58

82912418.00

0.03

16512

0.02

0.78

918213032.00

0.16

135298

0.17

1.03

110804041.00

801146

Indonesia

Prov Ben

gkulu

Perubahan

 

PDRB

Persen

Lampiran

 4. A

nalisis LQ dan

 Shiftshare untuk tenaga kerja

Page 144: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD
Page 145: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

No

2010

2013

Perubahan

Persen

Rasio 

Produksi 

Provinsi 

(Ra)

2010

2013

Pertumbuha

n Nasional 

(PN)

Pertumbuhan

 

Proporsional 

(PP)

r i

Pertumbuhan

 

Pangsa Wilayah 

(PPW)

Pertumbuhan

 

bersih 

(PB)=PP+P

PW

14262495.00

38068254.00

33805759.00

793.0979157

7.93

473599

417861

‐55738.00

‐11.77

691700.241

3756103.798

‐0.12

‐3811841.80

‐55738.00

2396832.00

1420767.00

1023935.00

258.0273264

2.58

8825

9573

748.00

8.48

12889.0784

22770.91156

0.08

‐22022.91

748.00

38034323.00

14883817.00

6849494.00

85.25290805

0.85

20562

24703

4141.00

20.14

30031.1875

17529.70295

0.20

‐13388.70

4141.00

4171898.00

250945.00

79047.00

45.98482821

0.46

1241

1326

85.00

6.85

1812.50383

570.6717181

0.07

‐485.67

85.00

52811320.00

6276723.00

3465403.00

123.2660458

1.23

35404

37097

1693.00

4.78

51708.2075

43641.11087

0.05

‐41948.11

1693.00

614046211.00

23737236.00

9691025.00

68.99387315

0.69

126021

137798

11777.00

9.35

184056.039

86946.76888

0.09

‐75169.77

11777.00

73464346.00

5040849.00

1576503.00

45.50651119

0.46

24533

20978

‐3555.00

‐14.49

35830.9076

11164.11239

‐0.14

‐14719.11

‐3555.00

81427632.00

2912418.00

1484786.00

104.0034126

1.04

7039

16512

9473.00

134.58

10280.5918

7320.800216

1.35

2152.20

9473.00

910417739.00

18213032.00

7795293.00

74.8271098

0.75

118517

135298

16781.00

14.16

173096.306

88682.84572

0.14

‐71901.85

16781.00

45032796.00

110804041.00

65771245.00

1598.959931

1.46

815741

801146

Indonesia

Ben

gkulu

2013Perband

2013

LQ

138068254.00

0.34

417861

0.52

1.52

21420767.00

0.01

9573

0.01

0.93

314883817.00

0.13

24703

0.03

0.23

4250945.00

0.00

1326

0.00

0.73

56276723.00

0.06

37097

0.05

0.82

623737236.00

0.21

137798

0.17

0.80

75040849.00

0.05

20978

0.03

0.58

82912418.00

0.03

16512

0.02

0.78

918213032.00

0.16

135298

0.17

1.03

110804041.00

801146

Indonesia

Prov Ben

gkulu

Perubahan

 

PDRB

Persen

Lampiran

 4. A

nalisis LQ dan

 Shiftshare untuk tenaga kerja

Page 146: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD
Page 147: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

LAMPIRAN 5 Hasil analisis Regresi Logistik

Logistic Regression

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 33 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 33 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 33 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

0 0

1 1

Block 0: Beginning Block

Classification Table

a,b

Observed

Predicted

Iklim Investasi Percentage

Correct 0 1

Step 0 Iklim Investasi 0 0 13 .0

1 0 20 100.0

Overall Percentage 60.6

a. Constant is included in the model.

b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant .431 .356 1.462 1 .227 1.538

Page 148: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD
Page 149: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables LHN 13.408 1 .000

INF 6.373 1 .012

IZ .656 1 .418

PRD .025 1 .875

Cst 3.586 1 .058

Overall Statistics 19.447 5 .002

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 29.029 5 .000

Block 29.029 5 .000

Model 29.029 5 .000

Model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R

Square Nagelkerke R

Square

1 15.222a .585 .792

a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than .001.

Classification Table

a

Observed

Predicted

Iklim Investasi Percentage

Correct 0 1

Step 1 Iklim Investasi 0 11 2 84.6

1 1 19 95.0

Overall Percentage 90.9

a. The cut value is .500

Page 150: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD
Page 151: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a LHN .806 .326 6.112 1 .013 2.238

INF .580 .298 3.774 1 .052 1.785

IZ -.352 .224 2.473 1 .116 .703

PRD -.309 .164 3.533 1 .060 .734

Cst .349 .193 3.281 1 .070 1.418

Constant -19.409 8.185 5.623 1 .018 .000

a. Variable(s) entered on step 1: LHN, INF, IZ, PRD, Cst.

Page 152: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD
Page 153: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

Lampiran 5 Deskripsi Data Primer

Akses Lahan

No Indikator

Sangat 

Baik Baik Cukup Buruk sgt Buruk Total

1 Proses kepemilikan lahan 0 0 13 20 0 33

2 Proses kepemilikan fasilitas usaha 0 0 10 23 0 33

3 Proses mendapatkan sertifikat kepemilikan 0 0 9 23 1 33

4 Penyelesaian konflik kepemilikan 0 0 6 25 2 33

5 Proses pemindahan kepemilikan lahan 0 0 5 24 4 33

6 Proses pelaksanaan jual beli lahan 0 0 6 24 3 33

7 Proses pengurusan surat kepemilikan 0 0 6 19 8 33

8 Proses pembebasan tanah 0 0 4 22 7 33

9 Proses pengurusan lahan 0 0 3 23 7 33

10 Kebijakan PEMDA dengan akses lahan 0 0 4 19 10 33

Infrastrukt

Sangat Baik

Baik Cukup Kurang Tidak memadai Total

1 Ketersediaan infrastruktur 10 22 1 33

2 Kualitas jalan 8 23 2 33

3 Kualitas Penyediaan listrik 5 24 4 33

4 Kualitas Sambungan Telepon 3 23 7 33

5 Kualitas penyediaan air bersih 2 24 7 33

6 Penyelesaian perbaikan jalan 2 20 11 33

7 Penyelesaian pemadaman listrik 1 18 14 33

8 Penyelesaian perbaikan sambungan telp 1 17 15 33

9 Penyelesaian permasalahan air bersih 1 19 13 33

10

Kebijakan PEMDA yang berkaitan denganinfrastruktur 1 22 10 33

SangatBaik

1 Proses pengurusan perizinan usaha 0 0 12 21 0 33

2 Waktu pengurusan perizinan telah efisien 0 0 2 21 10 33

3 Penyelesaian pengurusan HO 0 0 9 22 2 33

4 Penyelesaian pengurusan SITU 0 0 9 22 2 33

5 Penyelesaian pengurusan TDP 0 0 9 21 3 33

6

Waktu yang dibutuhkan untuk pengurusan perizinan 0 0 6 17 10 33

7

Kebijakan PEMDA yang berhubungan dengan perizinan 0 0 7 21 5 33

8 Proses perizinan sesuai aturan yang berlaku 0 0 3 20 10 33

9 Pelayanan di bidang perizinan 0 0 6 19 8 33

10

Pelayanan perizinan sudah sangat mendukung iklim berusaha 0 0 11 20 2 33

Sangat Setuju

Setuju Ragu Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

1 Sangat mendukung usaha 0 0 10 17 6 33

2

Mampu direvisi sesuai dengan perubahan kondisi yang ada 0 0 6 19 8 33

3 Tata aturan di bidang usaha secara jelas 0 0 6 22 5 33

4

Jelas menyatakan sasaran yang ingin dicapai di bidang usaha 0 0 6 19 8 33

5 Jelas menyatakan biaya usaha 0 0 6 20 7 33

Baik Cukup Buruk Sangat Buruk

Page 154: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD
Page 155: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

6 Berlaku umum/tidak memihak 0 0 5 21 7 33

7 Jelas menyatakan batasan pelanggaran usaha 0 0 6 20 7 33

8 Konsisten 0 0 5 20 8 33

9

Mengatur pelayanan yang dilakukan oleh PEMDA 0 0 6 20 7 33

10

Memberikan batasan antara pajak dan retribusi daerah. 0 0 10 17 6 33

Sangat Setuju

Setuju Ragu Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

1 Pajak daerah berlaku umum. 0 0 12 19 2 33

2 Retribusi daerah ditetapkan secara jelas. 0 0 9 22 2 33

3 Retribusi daerah jelas penggunaannya. 0 0 10 18 5 33

4 SP3 ditetapkan secara resmi 0 0 8 20 5 33

5

Segala pungutan yang berlaku memiliki aturan yang jelas dan baku 0 0 4 20 9 33

6 Pelaku usaha bebas dari pungutan illegal 0 0 1 17 15 33

7 PEMDA mampu menertibkan pungutan liar 0 0 3 16 14 33

8 skala usaha besar maka biaya transaksi besar 0 0 7 21 5 33

9 wilayah besar, biaya transaksi besar 0 0 9 21 3 33

10 Biaya transaksi bukan kendala dalam usaha 0 0 5 18 10 33

Page 156: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD
Page 157: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

Lampiran 6 Hasil olah Data Panel

1. Investasi Industri Pertanian

Dependent Variable: IIP

Method: Panel Least Squares

Date: 07/28/15 Time: 17:22

Sample: 2010 2013

Periods included: 4

Cross-sections included: 10

Total panel (balanced) observations: 40

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 4372588. 5258483. 0.831530 0.4146

PDRBKAPIITA 1.491904 0.526844 2.831775 0.0097

INFR_L -0.011502 0.031894 -0.360641 0.7218

INFR_JKAB 68879.54 56781.48 1.213064 0.2380

INFR_JPROV 239714.7 201738.5 1.188244 0.2474

SDA_AGR -69.06732 24.20302 -2.853665 0.0092

SDA_M 460.0736 129.7907 3.544735 0.0018

BELANJA_MOD -0.016397 0.007116 -2.304305 0.0310

TK -154343.9 242844.2 -0.635568 0.5316

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.995239 Mean dependent var 6986512.

Adjusted R-squared 0.991561 S.D. dependent var 11737540

S.E. of regression 1078289. Akaike info criterion 30.92181

Sum squared resid 2.56E+13 Schwarz criterion 31.68181

Log likelihood -600.4362 Hannan-Quinn criter. 31.19660

F-statistic 270.5372 Durbin-Watson stat 2.672731

Prob(F-statistic) 0.000000

Page 158: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD
Page 159: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

Dependent Variable: IIP

Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)

Date: 07/28/15 Time: 17:23

Sample: 2010 2013

Periods included: 4

Cross-sections included: 10

Total panel (balanced) observations: 40

Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 428596.6 3326620. 0.128838 0.8983

PDRBKAPIITA 0.741802 0.296560 2.501350 0.0179

INFR_L 0.033283 0.022705 1.465900 0.1527

INFR_JKAB 34846.39 43648.94 0.798333 0.4308

INFR_JPROV 128717.3 175136.4 0.734955 0.4679

SDA_AGR -22.57973 9.763714 -2.312617 0.0276

SDA_M 243.5552 50.60937 4.812454 0.0000

BELANJA_MOD -0.014315 0.006663 -2.148279 0.0396

TK -164888.2 232270.6 -0.709897 0.4831

Effects Specification

S.D. Rho

Cross-section random 6572878. 0.9738

Idiosyncratic random 1078289. 0.0262

Weighted Statistics

R-squared 0.601729 Mean dependent var 571154.9

Adjusted R-squared 0.498949 S.D. dependent var 1984496.

S.E. of regression 1404724. Sum squared resid 6.12E+13

F-statistic 5.854558 Durbin-Watson stat 1.336356

Prob(F-statistic) 0.000139

Unweighted Statistics

R-squared 0.309776 Mean dependent var 6986512.

Sum squared resid 3.71E+15 Durbin-Watson stat 0.022042

Page 160: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD
Page 161: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

Correlated Random Effects - Hausman Test

Equation: Untitled

Test cross-section random effects

Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 29.610609 8 0.0002

Cross-section random effects test comparisons:

Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob.

PDRBKAPIITA 1.491904 0.741802 0.189617 0.0850

INFR_L -0.011502 0.033283 0.000502 0.0456

INFR_JKAB 68879.544160 34846.385894 1318906807.736222 0.3487

INFR_JPROV 239714.669811 128717.348857 10025670597.636722 0.2676

SDA_AGR -69.067324 -22.579726 490.456217 0.0358

SDA_M 460.073622 243.555240 14284.317965 0.0700

BELANJA_MOD -0.016397 -0.014315 0.000006 0.4043

TK

-

154343.922288 -164888.199899 5023684620.370033 0.8817

Cross-section random effects test equation:

Dependent Variable: IIP

Method: Panel Least Squares

Date: 07/28/15 Time: 17:24

Sample: 2010 2013

Periods included: 4

Cross-sections included: 10

Total panel (balanced) observations: 40

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 4372588. 5258483. 0.831530 0.4146

PDRBKAPIITA 1.491904 0.526844 2.831775 0.0097

INFR_L -0.011502 0.031894 -0.360641 0.7218

INFR_JKAB 68879.54 56781.48 1.213064 0.2380

INFR_JPROV 239714.7 201738.5 1.188244 0.2474

SDA_AGR -69.06732 24.20302 -2.853665 0.0092

SDA_M 460.0736 129.7907 3.544735 0.0018

BELANJA_MOD -0.016397 0.007116 -2.304305 0.0310

TK -154343.9 242844.2 -0.635568 0.5316

Page 162: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD
Page 163: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.995239 Mean dependent var 6986512.

Adjusted R-squared 0.991561 S.D. dependent var 11737540

S.E. of regression 1078289. Akaike info criterion 30.92181

Sum squared resid 2.56E+13 Schwarz criterion 31.68181

Log likelihood -600.4362 Hannan-Quinn criter. 31.19660

F-statistic 270.5372 Durbin-Watson stat 2.672731

Prob(F-statistic) 0.000000

2. Investasi Industri Non Pertanian

Dependent Variable: IINP

Method: Panel Least Squares

Date: 07/28/15 Time: 17:26

Sample: 2010 2013

Periods included: 4

Cross-sections included: 10

Total panel (balanced) observations: 40

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 4445699. 6526434. 0.681184 0.5029

PDRBKAPIITA 0.792848 0.653879 1.212530 0.2382

INFR_L -0.034151 0.039584 -0.862737 0.3976

INFR_JKAB -6371.658 70472.91 -0.090413 0.9288

INFR_JPROV 433658.8 250382.7 1.731984 0.0973

SDA_AGR -45.11420 30.03897 -1.501856 0.1474

SDA_M 47.51962 161.0865 0.294995 0.7708

BELANJA_MOD 0.008623 0.008831 0.976359 0.3395

TK 534899.7 301400.0 1.774717 0.0898

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.957058 Mean dependent var 2981126.

Adjusted R-squared 0.923876 S.D. dependent var 4850542.

S.E. of regression 1338291. Akaike info criterion 31.35385

Sum squared resid 3.94E+13 Schwarz criterion 32.11384

Log likelihood -609.0770 Hannan-Quinn criter. 31.62864

F-statistic 28.84253 Durbin-Watson stat 3.066702

Prob(F-statistic) 0.000000

Page 164: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD
Page 165: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

Dependent Variable: IINP

Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)

Date: 07/28/15 Time: 17:28

Sample: 2010 2013

Periods included: 4

Cross-sections included: 10

Total panel (balanced) observations: 40

Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -897135.3 3458314. -0.259414 0.7970

PDRBKAPIITA 0.098191 0.335101 0.293020 0.7715

INFR_L -0.009795 0.026636 -0.367756 0.7156

INFR_JKAB 2665.091 52810.53 0.050465 0.9601

INFR_JPROV 354756.4 212313.5 1.670908 0.1048

SDA_AGR -7.896158 9.812232 -0.804726 0.4271

SDA_M 6.448920 50.35847 0.128060 0.8989

BELANJA_MOD 0.011421 0.008219 1.389517 0.1746

TK 546624.9 284057.0 1.924349 0.0635

Effects Specification

S.D. Rho

Cross-section random 6265482. 0.9564

Idiosyncratic random 1338291. 0.0436

Weighted Statistics

R-squared 0.459325 Mean dependent var 316580.2

Adjusted R-squared 0.319796 S.D. dependent var 1547673.

S.E. of regression 1276435. Sum squared resid 5.05E+13

F-statistic 3.291966 Durbin-Watson stat 2.547550

Prob(F-statistic) 0.007789

Unweighted Statistics

R-squared 0.233097 Mean dependent var 2981126.

Sum squared resid 7.04E+14 Durbin-Watson stat 0.182851

Page 166: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD
Page 167: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

Correlated Random Effects - Hausman Test

Equation: IINP_RANDOM

Test cross-section random effects

Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 5.200585 8 0.7359

Cross-section random effects test comparisons:

Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob.

PDRBKAPIITA 0.792848 0.098191 0.315266 0.2160

INFR_L -0.034151 -0.009795 0.000857 0.4056

INFR_JKAB -6371.657897 2665.090678 2177478712.068645 0.8464

INFR_JPROV 433658.765748 354756.437212 17614469731.529021 0.5522

SDA_AGR -45.114200 -7.896158 806.060020 0.1899

SDA_M 47.519622 6.448920 23412.873585 0.7884

BELANJA_MOD 0.008623 0.011421 0.000010 0.3864

TK 534899.682568 546624.940364 10153549211.506607 0.9074

Cross-section random effects test equation:

Dependent Variable: IINP

Method: Panel Least Squares

Date: 07/28/15 Time: 17:29

Sample: 2010 2013

Periods included: 4

Cross-sections included: 10

Total panel (balanced) observations: 40

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 4445699. 6526434. 0.681184 0.5029

PDRBKAPIITA 0.792848 0.653879 1.212530 0.2382

INFR_L -0.034151 0.039584 -0.862737 0.3976

INFR_JKAB -6371.658 70472.91 -0.090413 0.9288

INFR_JPROV 433658.8 250382.7 1.731984 0.0973

SDA_AGR -45.11420 30.03897 -1.501856 0.1474

SDA_M 47.51962 161.0865 0.294995 0.7708

BELANJA_MOD 0.008623 0.008831 0.976359 0.3395

TK 534899.7 301400.0 1.774717 0.0898

Effects Specification

Page 168: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD
Page 169: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.957058 Mean dependent var 2981126.

Adjusted R-squared 0.923876 S.D. dependent var 4850542.

S.E. of regression 1338291. Akaike info criterion 31.35385

Sum squared resid 3.94E+13 Schwarz criterion 32.11384

Log likelihood -609.0770 Hannan-Quinn criter. 31.62864

F-statistic 28.84253 Durbin-Watson stat 3.066702

Prob(F-statistic) 0.000000

3. Investasi industry Total

Dependent Variable: I

Method: Panel Least Squares

Date: 07/28/15 Time: 17:33

Sample: 2010 2013

Periods included: 4

Cross-sections included: 10

Total panel (balanced) observations: 40

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 8818287. 10476719 0.841703 0.4090

PDRBKAPIITA 2.284753 1.049656 2.176668 0.0405

INFR_L -0.045653 0.063544 -0.718452 0.4800

INFR_JKAB 62507.89 113128.4 0.552539 0.5861

INFR_JPROV 673373.4 401933.0 1.675337 0.1080

SDA_AGR -114.1815 48.22080 -2.367889 0.0271

SDA_M 507.5932 258.5880 1.962942 0.0624

BELANJA_MOD -0.007774 0.014177 -0.548359 0.5890

TK 380555.8 483829.7 0.786549 0.4399

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.984304 Mean dependent var 9967638.

Adjusted R-squared 0.972176 S.D. dependent var 12879255

S.E. of regression 2148325. Akaike info criterion 32.30044

Sum squared resid 1.02E+14 Schwarz criterion 33.06043

Log likelihood -628.0088 Hannan-Quinn criter. 32.57523

F-statistic 81.15711 Durbin-Watson stat 2.805066

Prob(F-statistic) 0.000000

Page 170: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD
Page 171: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

Dependent Variable: I

Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)

Date: 07/28/15 Time: 17:36

Sample: 2010 2013

Periods included: 4

Cross-sections included: 10

Total panel (balanced) observations: 40

Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -279598.8 6541750. -0.042741 0.9662

PDRBKAPIITA 0.868626 0.586789 1.480303 0.1489

INFR_L 0.024217 0.045058 0.537456 0.5948

INFR_JKAB 36678.54 86786.76 0.422628 0.6755

INFR_JPROV 474477.0 348373.2 1.361979 0.1830

SDA_AGR -32.12110 19.16733 -1.675826 0.1038

SDA_M 251.9748 99.29083 2.537745 0.0164

BELANJA_MOD -0.003111 0.013269 -0.234422 0.8162

TK 384864.5 462332.5 0.832441 0.4115

Effects Specification

S.D. Rho

Cross-section random 12851252 0.9728

Idiosyncratic random 2148325. 0.0272

Weighted Statistics

R-squared 0.533484 Mean dependent var 830242.7

Adjusted R-squared 0.413093 S.D. dependent var 3006026.

S.E. of regression 2302913. Sum squared resid 1.64E+14

F-statistic 4.431251 Durbin-Watson stat 1.980851

Prob(F-statistic) 0.001171

Unweighted Statistics

R-squared 0.132023 Mean dependent var 9967638.

Sum squared resid 5.62E+15 Durbin-Watson stat 0.057998

Correlated Random Effects - Hausman Test

Equation: IINP_RANDOM

Test cross-section random effects

Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 12.621867 8 0.1255

Cross-section random effects test comparisons:

Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob.

Page 172: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD
Page 173: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

PDRBKAPIITA 2.284753 0.868626 0.757456 0.1037

INFR_L -0.045653 0.024217 0.002008 0.1189

INFR_JKAB 62507.886263 36678.540689

5266086199.38

0863 0.7219

INFR_JPROV

673373.43555

9 474476.954760

40186269753.1

24928 0.3211

SDA_AGR -114.181524 -32.121105 1957.859343 0.0637

SDA_M 507.593244 251.974825 57009.098793 0.2844

BELANJA_MOD -0.007774 -0.003111 0.000025 0.3501

TK

380555.76028

0 384864.474544

20339863685.3

08990 0.9759

Cross-section random effects test equation:

Dependent Variable: I

Method: Panel Least Squares

Date: 07/28/15 Time: 17:37

Sample: 2010 2013

Periods included: 4

Cross-sections included: 10

Total panel (balanced) observations: 40

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 8818287. 10476719 0.841703 0.4090

PDRBKAPIITA 2.284753 1.049656 2.176668 0.0405

INFR_L -0.045653 0.063544 -0.718452 0.4800

INFR_JKAB 62507.89 113128.4 0.552539 0.5861

INFR_JPROV 673373.4 401933.0 1.675337 0.1080

SDA_AGR -114.1815 48.22080 -2.367889 0.0271

SDA_M 507.5932 258.5880 1.962942 0.0624

BELANJA_MOD -0.007774 0.014177 -0.548359 0.5890

TK 380555.8 483829.7 0.786549 0.4399

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.984304 Mean dependent var 9967638.

Adjusted R-squared 0.972176 S.D. dependent var 12879255

S.E. of regression 2148325. Akaike info criterion 32.30044

Sum squared resid 1.02E+14 Schwarz criterion 33.06043

Log likelihood -628.0088 Hannan-Quinn criter. 32.57523

F-statistic 81.15711 Durbin-Watson stat 2.805066

Prob(F-statistic) 0.000000

Page 174: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD
Page 175: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

PA

DB

agi h

asil

paj

akB

agi h

asil

Buk

an

paja

k/S

DA

Dan

a A

loka

si

Um

umP

ener

imaa

n L

ain2

yan

g sa

hB

elan

ja P

egaw

ai

Jum

lah

Pen

dudu

k m

iski

nK

apas

itas

Fis

kal

Inde

ks K

apas

itas

F

iska

lK

lasi

fika

si

BS

2010

1835

9605

1910

1737

1090

042

2854

8150

934

9661

5835

8999

051

2377

8458

012

1214

471

3770

032

15.2

3795

80.

40re

ndah

2011

1485

4005

1974

9490

3249

664

3222

9391

776

2940

1543

6441

091

2706

4848

616

5792

605

3280

050

54.6

5259

10.

63se

dang

2012

1891

1017

1950

1156

4096

146

3966

6510

277

1926

0751

6366

028

3203

7303

319

5992

995

3360

058

33.1

2485

10.

73se

dang

2013

1879

5420

1452

3573

5837

001

4440

4566

548

3201

659

3527

4389

813

0457

761

0.00

RL

2010

1794

2296

1750

6915

6606

844

3330

9379

790

4184

2846

5568

280

2614

2135

720

4146

923

4280

047

69.7

8792

10.

60se

dang

2011

1985

4005

2218

3605

3238

890

3744

9650

698

4182

6251

8191

268

2939

0934

522

4281

923

4220

053

14.7

3751

20.

67se

dang

2012

2892

7402

2309

1831

4078

244

4480

6500

059

5802

9156

3742

768

3324

4179

623

1300

972

4310

053

66.6

1187

90.

67se

dang

2013

4045

7162

2023

4085

4032

035

4980

7313

856

2796

420

3596

6060

520

3135

815

0.00

BU

2010

2241

7190

2494

2327

3943

551

3274

4178

222

0867

1840

0831

568

2631

0312

313

7728

445

5870

023

46.3

1081

80.

29re

ndah

2011

1909

9216

9539

556

3375

7828

3743

3471

271

1573

3950

7888

651

3058

9518

820

1993

463

3780

053

43.7

4240

70.

67se

dang

2012

2459

4244

2880

2095

2063

0414

4480

6500

071

9341

6359

4025

916

3510

2359

424

3002

322

3770

064

45.6

8493

40.

81se

dang

2013

00.

00

Kau

r20

1060

4614

425

5212

4911

5051

821

8613

498

2683

8420

2781

6982

913

4552

889

1436

1694

029

100

4935

.290

034

0.62

seda

ng

2011

6810

592

2141

4884

3292

959

2487

4246

048

7344

5732

8995

352

1658

5322

216

3142

130

2440

066

86.1

5286

90.

84se

dang

2012

7781

829

2364

5883

4271

371

3010

7666

152

0368

8338

8812

627

1800

4239

3708

0838

825

100

1477

3.24

255

1.85

ting

gi

2013

1037

6758

2100

3814

4200

612

3298

8135

336

5462

537

1946

6526

517

0797

272

0.00

Sel

uma

2010

5849

544

2314

3348

9782

6825

7750

821

2509

0772

3128

1275

318

4187

839

1286

2491

440

100

3207

.603

840.

40re

ndah

2011

5535

534

2148

7724

3303

151

2867

6012

488

0003

8240

5086

915

1826

5054

722

2436

368

3690

060

28.0

8585

40.

75se

dang

2012

1072

1156

2366

3760

4252

008

3497

8337

747

7013

6043

6121

661

2370

4208

619

9079

575

3780

052

66.6

5542

30.

66se

dang

2013

00.

00

Muk

o220

1083

7047

728

1652

410

8076

224

9926

507

7503

6787

3372

3105

714

5288

888

1919

4216

923

600

8133

.142

754

1.02

ting

gi

2011

9341

069

2839

4749

1164

434

2818

8947

163

1203

6438

3910

087

1664

3341

321

7476

674

2110

010

306.

9513

71.

29ti

nggi

2012

9217

504

2768

3538

4106

581

3382

0345

240

6171

5441

9828

229

1954

8516

922

4343

060

2160

010

386.

2527

81.

30ti

nggi

2013

2018

4372

2617

2714

4181

696

4043

9772

645

4936

508

2130

4229

624

1894

212

0.00

kepa

hian

g20

1096

7885

524

2764

7910

3551

323

4497

386

8006

0972

3495

4920

513

4776

728

2147

7247

720

700

1037

5.48

198

1.30

ting

gi

2011

1218

9653

2149

3871

3240

328

2645

4503

180

8254

1938

2294

302

1690

6426

921

3230

033

1260

016

923.

0184

92.

12ti

nggi

2012

1389

6281

2325

9118

4093

825

3171

0258

741

2396

4039

9591

451

1888

8790

521

0703

546

1950

010

805.

3100

51.

35ti

nggi

2013

00.

00

Leb

ong

2010

6371

271

3339

8281

1044

348

2186

1865

040

3157

1829

9748

268

1211

5615

717

8592

111

1360

013

131.

7728

71.

64ti

nggi

2011

7714

206

2663

3036

3353

326

2496

4057

972

7002

5136

0041

398

1419

8833

021

8053

068

1910

011

416.

3909

91.

43ti

nggi

2012

7749

145

2672

4689

4308

008

3122

7376

813

4717

2936

4527

339

1664

5362

919

8073

710

1290

015

354.

5511

61.

92ti

nggi

2013

00.

00

Ben

gkul

u T

e20

1031

3702

615

9004

8656

9730

720

8427

792

1092

3127

2440

8573

812

1673

463

1224

1227

50

0.00

2011

3830

465

1300

0881

1246

8604

2499

7628

227

9276

232

1605

6211

511

8714

117

6500

1826

3.71

031

2.29

ting

gi

2012

5743

484

1366

7329

1863

0916

2888

7539

040

3279

0936

7245

028

1846

6470

318

2580

325

6700

2725

0.79

478

3.41

ting

gi

2013

00.

00

Kot

a B

engk

u20

1026

6777

4429

4127

6310

6906

035

1461

812

1016

8569

551

0307

074

3155

2725

419

4779

820

5150

037

82.1

3242

70.

47re

ndah

2011

3931

8037

2782

8886

3236

829

3976

5490

811

6405

293

5844

4395

335

7489

082

2269

5487

169

900

3246

.850

801

0.41

rend

ah

2012

4162

6605

3478

6419

4078

506

4757

4550

088

7550

5064

4992

080

4038

6855

224

1123

528

7150

033

72.3

5703

50.

42re

ndah

2013

00.

00

Pro

v B

engk

u20

1035

1091

488

5040

4527

4369

710

5230

4129

050

9697

1897

9876

733

3293

6625

165

0510

482

3179

0020

46.2

7392

90.

26re

ndah

2011

4409

2018

354

3898

1913

8768

7060

7388

036

1379

7738

1130

3726

4636

4245

284

7661

2736

230

3400

2525

.139

624

0.32

rend

ah

2012

4837

6827

561

8482

6917

2166

2877

5311

166

1957

6044

815

3390

4786

4078

0333

311

2610

1453

3105

0036

26.7

3575

80.

45re

ndah

2013

5252

0793

553

9336

8617

1798

110

8546

4782

816

0558

7559

4257

2852

711

7985

9032

Tot

al

2555

33.7

886

7985

.430

892

Lampiran 7.   Data Ka

pasitas Fiskal

Page 176: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD
Page 177: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

Lampiran

 8  SHIFTSHARE PDRB ADHK

Indonesia ADHB

Sektor

2010

2011

2012

2013Perubahan

%Ra

1  985 470.5

 1 091 447.1

 1 193 452.9

 1 311 037.3

  325 566.8

0.33

0.33

2  719 710.1

  876 983.8

  970 823.8

 1 020 773.2

  301 063.1

0.42

0.42

3 1 599 073.1

 1 806 140.5

 1 972 523.6

 2 152 592.9

  553 519.8

0.35

0.35

4  49 119.0

  55 882.3

  62 234.6

  70 074.6

  20 955.6

0.43

0.43

5  660 890.5

  753 554.6

  844 090.9

  907 267.0

  246 376.5

0.37

0.37

6  882 487.2

 1 023 724.8

 1 148 690.6

 1 301 506.3

  419 019.1

0.47

0.47

7  423 172.2

  491 287.0

  549 105.4

  636 888.4

  213 716.2

0.51

0.51

8  466 563.8

  535 152.9

  598 523.2

  683 009.8

  216 446.0

0.46

0.46

9  660 365.5

  785 014.1

  889 994.4

 1 000 822.7

  340 457.2

0.52

0.52

Total

6448861.9

7421198.1

8231451.4

9085985.2

 2 637 123.3

0.41

0.41

N0

2010

2013

Perubahan

Persen

Rasio 

Produksi 

Provinsi (Ra)

riPN

%PP

%PPW

%PB

16858003.51

9525350.53

2667347.02

38.89392906

0.39

0.39

2804432.96

0.41

‐538775.83

‐0.08

57721.39716

0.01

‐481054.44

2479492.38

633348.28

153855.90

32.0872461

0.32

0.32

196078.09

0.41

4499.15

0.01

‐70127.94901

‐0.15

‐65628.80

3785786.30

1114158.34

328372.04

41.78897494

0.42

0.42

321330.40

0.41

‐49330.15

‐0.06

114716.4571

0.15

65386.30

480322.81

109221.10

28898.29

35.97768803

0.36

0.36

32846.28

0.41

1421.77

0.02

‐3283.719416

‐0.04

‐1861.95

5629924.31

933711.75

303787.44

48.22602258

0.48

0.48

257593.99

0.41

‐22761.52

‐0.04

72344.70178

0.11

49583.18

63401258.93

5026284.35

1625025.42

47.77717467

0.48

0.48

1390871.65

0.41

224100.74

0.07

2608.350993

0.00

226709.09

71424709.79

2001863.89

577154.10

40.51029228

0.41

0.41

582604.41

0.41

136921.97

0.10

‐42287.90495

‐0.03

94634.07

8884979.46

1288910.25

403930.79

45.6429565

0.46

0.46

361893.31

0.41

48662.04

0.05

‐3492.487701

0.00

45169.56

92882730.07

4354986.98

1472256.91

51.07161872

0.51

0.51

1178830.43

0.41

307386.23

0.11

‐3197.849699

0.00

304188.38

17427207.56

24987835.47

7560627.91

381.9759029

0.43

7126481.51

3.68

112124.39

0.17

125001.00

0.05

237125.39

2010

2013

1179004.61

207754.08

28749.47

0.16

0.160607428

77659.44

0.434

‐8037.52

‐0.04

‐40872.46

‐0.23

‐48909.97

‐0.27

21704.80

1972.08

267.28

0.16

0.156780854

739.61

0.434

‐192.59

‐0.11

‐279.74

‐0.16

‐472.33

‐0.28

38687.65

11115.70

2428.05

0.28

0.279482944

3769.05

0.434

‐138.57

‐0.02

‐1202.43

‐0.14

‐1341.00

‐0.15

4848.94

959.93

110.99

0.13

0.13073951

368.30

0.434

‐62.88

‐0.07

‐194.44

‐0.23

‐257.31

‐0.30

528001.48

34905.89

6904.41

0.25

0.246573038

12148.18

0.434

1355.82

0.05

‐6599.59

‐0.24

‐5243.77

‐0.19

6151747.00

179411.83

27664.83

0.18

0.182308909

65833.99

0.434

6666.44

0.04

‐44835.60

‐0.30

‐38169.16

‐0.25

745138.56

56532.64

11394.08

0.25

0.252424535

19582.93

0.434

‐1297.17

‐0.03

‐6891.68

‐0.15

‐8188.85

‐0.18

828112.80

34498.57

6385.77

0.23

0.227148132

12196.47

0.434

635.04

0.02

‐6445.74

‐0.23

‐5810.70

‐0.21

9127060.64

142698.79

15638.15

0.12

0.123076273

55124.05

0.434

9767.88

0.08

‐49253.78

‐0.39

‐39485.90

‐0.31

570306.48

669849.51

99543.03

0.17

247422.03

8696.46

‐156575.46

‐147879.00

Pertumbuhan

 

bersih (PB)

Persen

Persen

Persen

Persen

Provinsi Ben

gkulu

Rasio 

Produksi 

sektoral

Komponen

 

Pertumbuhan

 

Nasional (PN)

Komponen

 

Pertumbuhan

 

proporsional 

(PP)

Komponen

 

Pertumbuhan

 

pangsa wilayah 

(PPW)

PDRB Ben

gkulu Selatan

Perubahan

 PDRB

Persen

Page 178: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD
Page 179: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

No

2010

2013

Perubahan

Persen

Rasio 

Produksi 

Provinsi (Ra)

2010

2013

Perubahan

 

PDRB

Persen

Pertumbuhan

 

Nasional (PN)

Pertumbuhan

 

Proporsional (PP)r i

Pertumbuhan

 Pangsa 

Wilayah (PPW)

Pertumbuhan

 besih 

(PB)=PP+P

PW

16858003.51

9525350.53

2667347.02

38.89392906

0.39

930061.00

1074447.37

144386.37

15.52

403498.10

‐41760.84

0.155

‐217350.90

‐259111.73

2479492.38

633348.28

153855.90

32.0872461

0.32

1159.00

1247.39

88.39

7.63

502.82

‐130.93

0.076

‐283.50

‐414.43

3785786.30

1114158.34

328372.04

41.78897494

0.42

89878.00

113179.46

23301.46

25.93

38992.71

‐1433.62

0.259

‐14257.63

‐15691.25

480322.81

109221.10

28898.29

35.97768803

0.36

8715.00

10358.25

1643.25

18.86

3780.92

‐645.46

0.189

‐1492.21

‐2137.67

5629924.31

933711.75

303787.44

48.22602258

0.48

31529.00

38065.92

6536.92

20.73

13678.56

1526.63

0.207

‐8668.26

‐7141.64

63401258.93

5026284.35

1625025.42

47.77717467

0.48

266282.00

331557.90

65275.90

24.51

115523.91

11698.11

0.245

‐61946.12

‐50248.01

71424709.79

2001863.89

577154.10

40.51029228

0.41

100364.00

120901.69

20537.69

20.46

43541.96

‐2884.22

0.205

‐20120.06

‐23004.27

8884979.46

1288910.25

403930.79

45.6429565

0.46

53696.00

66272.02

12576.02

23.42

23295.50

1212.94

0.234

‐11932.42

‐10719.48

92882730.07

4354986.98

1472256.91

51.07161872

0.51

263110.00

335287.80

72177.80

27.43

114147.77

20226.77

0.274

‐62196.74

‐41969.97

17427207.56

24987835.47

7560627.91

381.9759029

0.43

No

2010

2013

Perubahan

Persen

Rasio 

Produksi 

Provinsi (Ra)

2010

2013

Perubahan

 

PDRB

Persen

Pertumbuhan

 

Nasional (PN)

Pertumbuhan

 

Proporsional (PP)

r i

Pertumbuhan

 Pangsa 

Wilayah (PPW)

Pertumbuhan

 bersih 

(PB)=PP+P

PW

16858003.51

9525350.53

2667347.02

38.89392906

0.39

295555.28

343701.16

48145.88

16.29

128223.8414

‐13270.78051

0.16

‐66807.18

‐80077.96

2479492.38

633348.28

153855.90

32.0872461

0.32

98435.97

108640.40

10204.43

10.37

42705.50744

‐11120.1155

0.10

‐21380.96

‐32501.08

3785786.30

1114158.34

328372.04

41.78897494

0.42

39111.84

45643.50

6531.66

16.70

16968.29903

‐623.8620121

0.17

‐9812.78

‐10436.64

480322.81

109221.10

28898.29

35.97768803

0.36

2362.28

2606.91

244.63

10.36

1024.852664

‐174.9589355

0.10

‐605.26

‐780.22

5629924.31

933711.75

303787.44

48.22602258

0.48

29132.16

37006.90

7874.74

27.03

12638.70997

1410.572089

0.27

‐6174.54

‐4763.97

63401258.93

5026284.35

1625025.42

47.77717467

0.48

97981.21

119014.63

21033.42

21.47

42508.21415

4304.439697

0.21

‐25779.23

‐21474.79

71424709.79

2001863.89

577154.10

40.51029228

0.41

51492.07

54934.06

3441.99

6.68

22339.34382

‐1479.755769

0.07

‐17417.60

‐18897.35

8884979.46

1288910.25

403930.79

45.6429565

0.46

31430.60

38650.55

7219.95

22.97

13635.86626

709.9888262

0.23

‐7125.91

‐6415.92

92882730.07

4354986.98

1472256.91

51.07161872

0.51

159650.89

196039.21

36388.32

22.79

69263.01707

12273.27675

0.23

‐45147.97

‐32874.70

17427207.56

24987835.47

7560627.91

381.9759029

0.43

No

2010

2013

Perubahan

Persen

Rasio 

Produksi 

Provinsi (Ra)

2010

2013

Pertumbuhan

 

Nasional (PN)

Pertumbuhan

 

Proporsional (PP)

r i

Pertumbuhan

 Pangsa 

Wilayah (PPW)

Pertumbuhan

 bersih 

(PB)=PP+P

PW

16858003.51

9525350.53

2667347.02

38.89392906

0.39

243290.46

279192.10

35901.64

14.76

105549.25

‐10924.02847

0.15

456230658

456219734

2479492.38

633348.28

153855.90

32.0872461

0.32

4323.34

4659.03

335.69

7.76

1875.64

‐488.40

0.08

145290158.7

145289670.3

3785786.30

1114158.34

328372.04

41.78897494

0.42

77462.39

96695.79

19233.4

24.83

33606.32

‐1235.58

0.25

25573964.52

25572728.94

480322.81

109221.10

28898.29

35.97768803

0.36

761.95

888.67

126.72

16.63

330.56

‐56.43

0.17

5572217.76

5572161.331

5629924.31

933711.75

303787.44

48.22602258

0.48

16857.49

19766.28

2908.79

17.26

7313.46

816.24

0.17

697724681.2

697725497.5

63401258.93

5026284.35

1625025.42

47.77717467

0.48

95403.91

115326.77

19922.86

20.88

41390.08

4191.22

0.21

856261307

856265498.2

71424709.79

2001863.89

577154.10

40.51029228

0.41

20688.70

26408.88

5720.18

27.65

8975.60

‐594.54

0.28

62624220.66

62623626.12

8884979.46

1288910.25

403930.79

45.6429565

0.46

6978.10

79262.18

72284.08

1035.87

3027.38

157.63

10.36

146120863.3

146121020.9

92882730.07

4354986.98

1472256.91

51.07161872

0.51

48267.46

58636.82

10369.36

21.48

20940.38

3710.60

0.21

‐24650.97

‐20940.37751

17427207.56

24987835.47

7560627.91

381.9759029

0.43

Provinsi Ben

gkulu

Provinsi Ben

gkulu

Provinsi Ben

gkulu

PDRB REJANG LEB

ONG 

PDRB BEN

GKULU

 UTA

RA

Mukomuko

Perubahan

 

PDRB

Persen

Page 180: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD
Page 181: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

No

2010

2013

Perubahan

Persen

Rasio 

Produksi 

Provinsi (Ra)

2010

2013

Pertumbuhan

 

Nasional (PN)

Pertumbuhan

 

Proporsional (PP)

r i

Pertumbuhan

 Pangsa 

Wilayah (PPW)

Pertumbuhan

 bersih 

(PB)=PP+P

PW

16858003.51

9525350.53

2667347.02

38.89392906

0.39

130311.81

150955.36

20643.55

15.84

56534.53683

‐5851.153896

0.16

‐30039.83

‐35890.99

2479492.38

633348.28

153855.90

32.0872461

0.32

85481.66

101587.62

16105.96

18.84

37085.40351

‐9656.692894

0.19

‐11322.75

‐20979.44

3785786.30

1114158.34

328372.04

41.78897494

0.42

21489.19

26677.69

5188.50

24.14

9322.880279

‐342.7680547

0.24

‐3791.61

‐4134.38

480322.81

109221.10

28898.29

35.97768803

0.36

589.11

675.10

85.99

14.60

255.579759

‐43.63160103

0.15

‐125.96

‐169.59

5629924.31

933711.75

303787.44

48.22602258

0.48

14829.52

18157.72

3328.20

22.44

6433.645919

718.0417449

0.22

‐3823.49

‐3105.45

63401258.93

5026284.35

1625025.42

47.77717467

0.48

53914.37

66544.12

12629.75

23.43

23390.23559

2368.527134

0.23

‐13129.01

‐10760.49

71424709.79

2001863.89

577154.10

40.51029228

0.41

18853.93

23638.31

4784.38

25.38

8179.597843

‐541.8156949

0.25

‐2853.40

‐3395.22

8884979.46

1288910.25

403930.79

45.6429565

0.46

16942.99

22043.36

5100.37

30.10

7350.554736

382.7268198

0.30

‐2632.91

‐2250.18

92882730.07

4354986.98

1472256.91

51.07161872

0.51

45717.21

58147.66

12430.45

27.19

19833.97585

3514.543329

0.27

‐10918.07

‐7403.53

17427207.56

24987835.47

7560627.91

381.9759029

0.43

No

2010

2013

Perubahan

Persen

Rasio 

Produksi 

Provinsi (Ra)

2010

2012

Pertumbuhan

 

Nasional (PN)

Pertumbuhan

 

Proporsional (PP)

r i

Pertumbuhan

 Pangsa 

Wilayah (PPW)

Pertumbuhan

 bersih 

(PB)=PP+P

PW

16858003.51

9525350.53

2667347.02

38.89392906

0.39

117219.60

121366.89

4147.29

0.04

50854.6063

‐5263.30

0.04

‐41444.02

‐46707.32

2479492.38

633348.28

153855.90

32.0872461

0.32

12162.17

12856.65

694.48

0.06

5276.441543

‐1373.94

0.06

‐3208.03

‐4581.96

3785786.30

1114158.34

328372.04

41.78897494

0.42

94785.96

103489.57

8703.61

0.09

41121.98539

‐1511.90

0.09

‐30906.47

‐32418.38

480322.81

109221.10

28898.29

35.97768803

0.36

19517.82

23120.64

3602.82

0.18

8467.620193

‐1445.56

0.18

‐3419.24

‐4864.80

5629924.31

933711.75

303787.44

48.22602258

0.48

82494.36

94833.61

12339.25

0.15

35789.39187

3994.36

0.15

‐27444.50

‐23450.14

63401258.93

5026284.35

1625025.42

47.77717467

0.48

748624.72

853949.26

105324.54

0.14

324783.7

32888.04

0.14

‐252347.20

‐219459.16

71424709.79

2001863.89

577154.10

40.51029228

0.41

363217.24

405994.04

42776.80

0.12

157578.3379

‐10437.97

0.12

‐104363.57

‐114801.54

8884979.46

1288910.25

403930.79

45.6429565

0.46

193239.89

216220.04

22980.15

0.12

83835.2846

4365.11

0.12

‐65220.25

‐60855.13

99

2882730.07

4354986.98

1472256.91

51.07161872

0.51

498593.49

595315.74

96722.25

0.19

216310.0338

38329.73

0.19

‐157917.52

‐119587.78

17427207.56

24987835.47

7560627.91

381.9759029

0.43

1905687.52

2189433.33

KEPAHIANG

No

2010

2013

Perubahan

Persen

Rasio 

Produksi 

Provinsi (Ra)

2010

2012

Pertumbuhan

 

Nasional (PN)

Pertumbuhan

 

Proporsional (PP)

r i

Pertumbuhan

 Pangsa 

Wilayah (PPW)

Pertumbuhan

 bersih 

(PB)=PP+P

PW

16858003.51

9525350.53

2667347.02

38.89392906

0.39

512169.00

574967.34

62798.34

0.12

222199.6394

‐22996.99

0.12

‐136404.31

‐159401.30

2479492.38

633348.28

153855.90

32.0872461

0.32

445.00

459.86

14.86

0.03

193.0590089

‐50.27

0.03

‐127.93

‐178.20

3785786.30

1114158.34

328372.04

41.78897494

0.42

25909.00

30366.77

4457.77

0.17

11240.37272

‐413.27

0.17

‐6369.34

‐6782.60

480322.81

109221.10

28898.29

35.97768803

0.36

2983.00

3252.77

269.77

0.09

1294.146121

‐220.93

0.09

‐803.44

‐1024.38

5629924.31

933711.75

303787.44

48.22602258

0.48

15568.00

17223.48

1655.48

0.11

6754.028429

753.80

0.11

‐5852.35

‐5098.55

63401258.93

5026284.35

1625025.42

47.77717467

0.48

65988.00

76559.14

10571.14

0.16

28628.2649

2898.94

0.16

‐20956.06

‐18057.12

71424709.79

2001863.89

577154.10

40.51029228

0.41

19144.00

21966.45

2822.45

0.15

8305.441948

‐550.15

0.15

‐4932.84

‐5482.99

8884979.46

1288910.25

403930.79

45.6429565

0.46

15075.00

17325.07

2250.07

0.15

6540.145078

340.53

0.15

‐4630.61

‐4290.08

92882730.07

4354986.98

1472256.91

51.07161872

0.51

93009.00

106740.15

13731.15

0.15

40351.06823

7150.13

0.15

‐33770.05

‐26619.92

17427207.56

24987835.47

7560627.91

381.9759029

0.43

211767.00

243067.06

31300.06

0.15

Perubahan

 

PDRB

Persen

Perubahan

 

PDRB

Persen

Provinsi Ben

gkulu

Persen

PDRB BEN

GKULU

 TEN

GAH

Perubahan

 

PDRB

Provinsi Ben

gkulu

KOTA

 BEN

GKULU

Provinsi Ben

gkulu

Page 182: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD
Page 183: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

LEBONG

No

2010

2013

Perubahan

Persen

Rasio 

Produksi 

Provinsi (Ra)

2010

2012

Perubahan

 

PDRB

Persen

Pertumbuhan

 

Nasional (PN)

Pertumbuhan

 

Proporsional (PP)

r i

Pertumbuhan

 Pangsa 

Wilayah (PPW)

Pertumbuhan

 bersih 

(PB)=PP+P

PW

16858003.51

9525350.53

2667347.02

38.89392906

0.39

407885.00

454524.98

46639.98

0.11

176957.02

‐18314.51736

0.11

‐112002.52

‐130317.04

2479492.38

633348.28

153855.90

32.0872461

0.32

2959.00

2966.00

7.00

0.0024

1283.73

‐334.2723372

0.00

‐942.46

‐1276.73

3785786.30

1114158.34

328372.04

41.78897494

0.42

9054.00

9804.00

750.00

0.08

3927.99

‐144.4178197

0.08

‐3033.57

‐3177.99

480322.81

109221.10

28898.29

35.97768803

0.36

1861.00

2165.00

304.00

0.16

807.38

‐137.8323395

0.16

‐365.54

‐503.38

5629924.31

933711.75

303787.44

48.22602258

0.48

11132.00

13370.00

2238.00

0.20

4829.51

539.0087275

0.20

‐3130.52

‐2591.51

63401258.93

5026284.35

1625025.42

47.77717467

0.48

24733.00

28360.00

3627.00

0.15

10730.18

1086.552279

0.15

‐8189.73

‐7103.18

71424709.79

2001863.89

577154.10

40.51029228

0.41

6323.00

6715.00

392.00

0.06

2743.17

‐181.7075081

0.06

‐2169.47

‐2351.17

8884979.46

1288910.25

403930.79

45.6429565

0.46

9172.00

10545.00

1373.00

0.15

3979.18

207.1871843

0.15

‐2813.37

‐2606.18

92882730.07

4354986.98

1472256.91

51.07161872

0.51

41927.00

48041.00

6114.00

0.15

18189.63

3223.168215

0.15

‐15298.80

‐12075.63

17427207.56

24987835.47

7560627.91

381.9759029

0.43

515046.00

576490.98

KAUR

No

2010

2013

Perubahan

Persen

Rasio 

Produksi 

Provinsi (Ra)

2010

2012

Perubahan

 

PDRB

Persen

Pertumbuhan

 

Nasional (PN)

Pertumbuhan

 

Proporsional (PP)

r i

Pertumbuhan

 Pangsa 

Wilayah (PPW)

Pertumbuhan

 bersih 

(PB)=PP+P

PW

16858003.51

9525350.53

2667347.02

38.89392906

0.39

114165.52

121459.01

7293.49

0.06

49529.62

‐307932.4426

0.063885226

‐37109.97

‐345042.41

2479492.38

633348.28

153855.90

32.0872461

0.32

992.88

1058.50

65.62

0.07

430.75

‐54167.29926

0.066090565

‐252.97

‐54420.27

3785786.30

1114158.34

328372.04

41.78897494

0.42

4036.26

4516.04

479.78

0.12

1751.09

‐12533.85732

0.118867466

‐1206.93

‐13740.79

480322.81

109221.10

28898.29

35.97768803

0.36

520.08

611.20

91.12

0.18

225.63

‐5948.995602

0.175203815

‐95.99

‐6044.99

5629924.31

933711.75

303787.44

48.22602258

0.48

12149.09

13762.27

1613.18

0.13

5270.77

30500.7816

0.132781961

‐4245.84

26254.94

63401258.93

5026284.35

1625025.42

47.77717467

0.48

46519.99

53146.42

6626.43

0.14

20182.25

149421.6489

0.142442636

‐15599.51

133822.14

71424709.79

2001863.89

577154.10

40.51029228

0.41

23979.73

27807.73

3828.00

0.16

10403.38

‐40942.6642

0.159634825

‐5886.26

‐46828.92

8884979.46

1288910.25

403930.79

45.6429565

0.46

8334.44

10481.04

2146.60

0.26

3615.82

19990.88557

0.257557796

‐1657.48

18333.40

92882730.07

4354986.98

1472256.91

51.07161872

0.51

34617.45

40066.73

5449.28

0.16

15018.45

221611.943

0.157414252

‐12230.41

209381.53

17427207.56

24987835.47

7560627.91

381.9759029

0.43

245315.44

272908.94

SELU

MA

No

2010

2013

Perubahan

Persen

Rasio 

Produksi 

Provinsi (Ra)

2010

2012

Perubahan

 

PDRB

Persen

Pertumbuhan

 

Nasional (PN)

Pertumbuhan

 

Proporsional (PP)

r i

Pertumbuhan

 Pangsa 

Wilayah (PPW)

Pertumbuhan

 bersih 

(PB)=PP+P

PW

16858003.51

9525350.53

2667347.02

38.89

0.39

189230.99

213592.92

24361.93

0.129

82096.06

‐8496.69

0.13

‐49237.43701

‐57734.13

2479492.38

633348.28

153855.90

32.09

0.32

16232.41

14149.48

‐2082.93

‐0.128

7042.28

‐1833.74

‐0.13

‐7291.463345

‐9125.21

3785786.30

1114158.34

328372.04

41.79

0.42

6384.41

7514.92

1130.51

0.177

2769.82

‐101.84

0.18

‐1537.469495

‐1639.31

480322.81

109221.10

28898.29

35.98

0.36

678.54

774.49

95.95

0.141

294.38

‐50.26

0.14

‐148.1730044

‐198.43

5629924.31

933711.75

303787.44

48.23

0.48

14832.16

16536.92

1704.76

0.115

6434.79

718.17

0.11

‐5448.200831

‐4730.03

63401258.93

5026284.35

1625025.42

47.78

0.48

49972.43

55619.71

5647.28

0.113

21680.06

2195.35

0.11

‐18228.13517

‐16032.78

71424709.79

2001863.89

577154.10

40.51

0.41

25521.43

27727.27

2205.84

0.086

11072.23

‐733.42

0.09

‐8132.965886

‐8866.39

8884979.46

1288910.25

403930.79

45.64

0.46

7999.43

9614.46

1615.03

0.202

3470.48

180.70

0.20

‐2036.146355

‐1855.45

92882730.07

4354986.98

1472256.91

51.07

0.51

45289.55

51248.18

5958.63

0.132

19648.44

3481.67

0.13

‐17171.47629

‐13689.81

17427207.56

24987835.47

7560627.91

381.98

0.43

144293.54

161521.03

Provinsi Ben

gkulu

Provinsi Ben

gkulu Provinsi Ben

gkulu

Page 184: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD
Page 185: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH DAN PERDESAAN

Yana Tatiana, Institut Pertanian Bogor Page 1

No Kuesioner……….

ANALISIS PERWILAYAH PEMBANGUNAN DAN INVESTASI DI

PROPINSI BENGKULU

Yana Tatiana, SE, M.Si

H162100151

(Mahasiswa Program Doktoral, Program Studi PWD, IPB Bogor)

Penelitian ini dilakukan untuk menyesaikan Disertasi pada Jenjang pendidikan Strata 3

Program Studi Perencanan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan, Institut Pertanian Bogor yang

bertujuan untuk menganalisis iklim investasi yang ada di Propinsi Bengkulu dalam rangka

peningkatan pertumbuhan ekonomi yang menjadi indicator keberhasilan pembangunan wilayah.

Objek dalam penelitian ini adalah Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam

Negeri (PMDN) dan Usaha kecil.

Untuk itu besar harapan kami agar bapak/ibu sebagai nara sumber dapat memberikan informasi

demi pencapaian hasil penelitian yang objektif dan tepat pada sasarannya. Hasil dari penelitian

ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi usaha peningkatan investasi wilayah, dalam

rangka pencapaian tingkat investasi yang diinginkan.

Nama Perusahaan

:

……………………………………………………………….

Alamat Perusahaan : ……………………………………………………………….

Jenis Usaha

Lokasi usaha

:

:

……………………………………………………………….

……………………………………………………………….

AKSES LAHAN

N

o

Pertanyaan Sangat

Baik

Baik Cukup Buruk Sangat

Buruk

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Proses kepemilikan lahan usaha

Proses kepemilikan fasilitas usaha

Proses mendapatkan sertifikat

kepemilikan

Penyelesaian konflik dalam

pengurusan kepemilikan

Proses pemindahan kepemilikan

lahan

Proses pelaksanaan jual beli lahan

Proses pengurusan surat-surat

Page 186: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD
Page 187: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH DAN PERDESAAN

Yana Tatiana, Institut Pertanian Bogor Page 2

9.

10

.

kepemilikan

Proses pembebasan tanah

Proses penggusuran lahan

Kebijakan PEMDA yang

berhubungan dengan akses lahan

Kendala yang dihadapai berkaitan dengan kepemilikan lahan

…………………………………………………………………………………………………...

……………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………

INFRASTRUKTUR DAERAH

Sangat

Baik

Baik Cukup Kurang Tidak

memadai

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10

.

Ketersediaan infrastruktur

Kualitas jalan

Kualitas Penyediaan listrik

Kualitas Sambungan Telepon

Kualitas penyediaan air

bersih

Penyelesaian perbaikan jalan

Penyelesaian pemadaman

listrik

Penyelesaian perbaikan

sambungan telp

Penyelesaian permasalahan

air bersih

Kebijakan PEMDA yang

berkaitan dengan

infrastruktur

Kendala yang dihadapi berkaitan dengan infrastruktur daerah

:…………………………………………………………………………………………………...

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

.

PERIZINAN USAHA

Sangat

Baik

Baik Cukup Buruk Sangat

Buruk

1.

2.

Bagaimana menurut anda

pengurusan perizinan usaha

di lokasi usaha anda?

Apakah waktu pengurusan

perizinan telah efisien ?

Page 188: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD
Page 189: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH DAN PERDESAAN

Yana Tatiana, Institut Pertanian Bogor Page 3

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Bagaimana menurut penilaian

anda, penyelesaian

pengurusan HO ?

Penyelesaian pengurusan

SITU

Penyelesaian pengurusan

TDP

Waktu yang dibutuhkan

untuk pengurusan perizinan

Kebijakan PEMDA yang

berhubungan dengan

perizinan

Menurut anda, proses

perizinan yang ada sudah

Sejalan dengan aturan yang

berlaku ?

Bagaimana menurut anda,

pelayanan di bidang perizinan

Setujukan anda bahwa

pelayanan perizinan yang ada

sudah sangat mendukung

iklim berusaha anda

Kendala yang dihadapi berhubungan dengan perizinan usaha :…………………………………

…………………………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………………………..

PERATURAN DAERAH (PERDA)

Sangat

Setuju

Setuju Ragu Tidak

Setuju

Sangat

Tidak

Setuju

1.

2.

3.

4.

5.

Setujukah anda, Peraturan daerah

yang ada sangat mendukung usaha ?

Setujukah anda, PERDA selalu

mampu direvisi sesuai dengan

perubahan kondisi yang ada

Setujukah anda, PERDA mampu

secara jelas menyebutkan tata aturan

di bidang usaha

Menurut anda, PERDA mampu

secara jelas menyebutkan sasaran

yang ingin dicapai di bidang usaha

Menurut anda, PERDA mampu

secara jelas menyebutkan biaya

dalam usaha

Page 190: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD
Page 191: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH DAN PERDESAAN

Yana Tatiana, Institut Pertanian Bogor Page 4

6.

7.

8.

9.

10

Menurut anda, PERDA berlaku

umum/tidak memihak

Menurut anda, PERDA mampu

secara jelas menyebutkan batasan

pelanggaran usaha

Menurut anda, PERDA berlaku

konsisten

Menurut anda PERDA mengatur

pelayanan yang dilakukan oleh

PEMDA

Menurut anda PERDA mampu

memberikan batasan antara pajak dan

retribusi daerah.

Kendala yang dihadapi sehubungan dengan Peraturan daerah :

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

..

BIAYA TRANSAKSI

Sangat

Setuju

Setuju Ragu Tidak

Setuju

Sangat

Tidak

Setuju

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Setujukah anda, bahwa Pajak

daerah yang ditetapkan berlaku

umum?

Setujukah anda, Retribusi

daerah ditetapkan secara jelas ?

Setujukah anda, Retribusi

daerah menyatakan secara jelas

penggunaannya ?

Setujukah anda, bahwa SP3

ditetapkan secara resmi

Setujukah anda, bahwa Segala

pungutan yang berlaku

memiliki aturan yang jelas dan

baku

Setujukah anda, bahwa Pelaku

usaha bebas dari pungutan

illegal

Setujukah anda, bahwa

PEMDA mampu menertibkan

berbagai pungutan yang bersifat

illegal

Page 192: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD
Page 193: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH DAN PERDESAAN

Yana Tatiana, Institut Pertanian Bogor Page 5

8.

9.

10

Setujukah bahwa Semakin besar

skala usaha maka semakin besar

biaya transaksi yang dikenakan

Setujukah bahwa Semakin besar

suatu wilayah maka semakin

besar pula biaya transaksi yang

dikenakan

Setujukah bahwa Biaya

transaksi yang ada tidak

menjadi kendala dalam usaha

Kendala yang dihadapi sehubungan dengan biaya transaksi ……………………………………

……………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………

PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA SWASTA (PPUS)

Sangat

Setuju

Setuju Ragu Tidak

Setuju

Sangat

Tidak

Setuju

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Setujukah bahwa PEMDA

mampu berperan dalam

mengembangkan UKM di

kab/kota ?

Setujukah bahwa PEMDA

mampu memfasilitasi

pembiayaan UKM di Kab/kota

Setujukah bahwa PEMDA

mampu menumbuhkan iklim

investasi dalam hal pendanaan

Setujukah bahwa PEMDA

mampu menumbuhkan iklim

investasi dalam hal sarana

prasarana

Setujukah bahwa PEMDA

mampu menumbuhkan iklim

investasi dalam hal perizinan

Setujukah bahwa PEMDA

mampu menumbuhkan iklim

investasi dalam hal

perlindungan usaha

Setujukah bahwa PEMDA

mampu mendorong investor

untuk mengembangkan

usahanya

Page 194: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD
Page 195: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH DAN PERDESAAN

Yana Tatiana, Institut Pertanian Bogor Page 6

8.

9.

10

.

Setujukah bahwa PEMDA

mampu menghasilkan peraturan

yang mendukung investasi

Setujukah bahwa PEMDA

menetapkan kebijakan yang

mendukung iklim usaha di

wilayahnya

Setujukah bahwa PEMDA

mampu mendorong sector

swasta untuk memgembangkan

usahanya

Kendala yang berhubungan dengan kemampuan PEMDA dalam mendorong perkembangan

usaha sector

swa………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………….

Kriminalitas

Sangat

Baik

Baik Cukup Kurang Sangat

Tidak

baik

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Menurut anda, bagaimana

Penyelesaian kasus

kriminalitas di kab ini ?

Menurut anda, bagaimana

Putusan peradilan dalam

penyelesaikan kasus korupsi.

Menurut anda, bagaimana

Putusan peradilan dalam

penyelesaikan sengketa

dibidang pidana.

Menurut anda, bagaimana

Putusan peradilan dalam

penyelesaikan sengketa

dibidang perdata.

Menurut anda, bagaimana

Sikap masyarakat dalam

menyelesaikan masalah

kriminalitas

Menurut anda, bagaimana

Kebijakan PEMDA dalam

menyelesaikan masalah

kriminalitas

Page 196: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD
Page 197: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH DAN PERDESAAN

Yana Tatiana, Institut Pertanian Bogor Page 7

Kendala yang berhubungan dengan kriminalitas dalam usaha peningkatan

usaha………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………..

Terima Kasih atas bantuan bapak/ibu dalam memberikan informasi kepada kami untuk

menyelesaikan penelitian ini. Semoga penelitian yang kami lakukan ini dapat memberikan hasil

yang bermanfaat dalam pengembangan iklim berusaha di Propinsi Bengkulu.

Hormat Kami

Yana Tatiana, SE, M.SI

Page 198: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD
Page 199: ANALISIS PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DAN INVESTASI … · RINGKASAN . YANA TATIANA. Analisis Perwilayahan Pembangunan dan Investasi di Provinsi Bengkulu. Ketua Komisi Pembimbing MUHAMMAD

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 23 Januari 1972, merupakan anak

pertama dari empat bersaudara. Dari pasangan Ir. Tamran Sahar, BE dan Zurniar

Taim.

Penulis menamatkan sekolah dasar pada tahun 1984 dari SD Sint Carolus

Bengkulu. Tamat dari Sekolah Menengah Pertama (SMPN) 1 Bengkulu pada

tahun 1987. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas Negeri

(SMAN) 4 Bengkulu pada tahun 1990, kemudian melanjutkan pendidikan pada

Fakultas Ekonomi, Jurusan Ilmu ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas

Bengkulu hingga memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada tahun 1995.

Setelah menyelesaikan pendidikan strata-1 penulis bekerja sebagai Dosen di

Fakultas Ekonomi Universitas Borobudur Jakarta sampai dengan tahun 2004.

Pada tahun 1996 penulis mengikuti pendidikan Strata-2 pada Program Studi

Statistika, Institut Pertanian Bogor dan menyelesaikannya pada tahun 1999.

Sejak tahun 2005 sampai dengan sekarang penulis bekerja sebagai Dosen

DpK pada Kopertis wilayah III dengan unit kerja di Fakultas Ekonomi Universitas

Azzahra, Jakarta. Pada tahun 2010 penulis kembali melanjutkan pendidikan

Strata-3 (S-3) pada Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan

Perdesaan (PWD), Sekolah Pascasarjana IPB.