manajemen pembelajaran kitab kuningmpi.uinsgd.ac.id/.../06/skripsi-shelvia-1132010065.pdf · (studi...
Post on 04-Nov-2020
15 Views
Preview:
TRANSCRIPT
MANAJEMEN PEMBELAJARAN KITAB KUNING
(Studi Kasus di Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka Bandung)
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan
Pada Prodi Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung
Disusun Oleh:
Shelvia Rabiatul Adawiyyah
No Pokok: 1132010065
BANDUNG
2017M/1438 H
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Shelvia Rabiatul Adawiyyah
NIM : 1132010065
Jurusan : Manajemen Pendidikan Islam
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi yang berjudul MANAJEMEN PEMBELAJRAN KITAB KUNING
(Studi Kasus Di Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka Bandung)
adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:
Nama Pembimbing I : Prof. Dr. H. Supiana, M.Ag
NIP : 196112021983031002
Nama Pembimbing II : Nandang Abdurrohim, M.Ag
NIP : 197404122007011043
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima
dengan segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya
sendiri.
Bandung, 20 Juni 2017
Shelvia Rabiatul Adawiyyah1132010065
iv
ABSTRAKShelvia Rabiatul Adawiyyah,Manajemen Pembelajaran Kitab Kuning (Studi Kasusdi Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka Bandung)
Pondok pesantren Al-Qur’an Asy Syifa dalam manajemen pembelajaranharuslah mengacu pada pola manajerial umum yang diawali dengan perencanaan dandiakhiri evaluasi, sedangkan pondok pesantren salafiyyah yang bercorak monomanajerial dalam segala hal nya termasuk dalam pembelajaran kitab kuningnya yangmenjadikan pembelajaran kitab di pondok pesantren hanya berlangsung alamiah.Manajemen pembelajaran kitab kuning yang diterapkan di pondok pesantren Al-Qur’an Asy Syifa yang pada faktanya adalah pondok pesantren yang masih menjagatradisi salafiyyah serta belum secara detail menerapkan pola manajemenpembelajaran kitab kuning dengan sistematis.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui latar alamiah PondokPesantren Al-Qur’an Asy Syifa, perencanaan pembelajaran kitab kuning, pelaksanaanpembelajaran kitab kuning, dan evaluasi pembelajaran kitab kuning.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah manajemen pembelajaranmenurut Davis dalam Haerana yakni, manajemen pembelajaran dalam empat fungsi,yaitu planning, organizing, leading dan controlling. Peran guru dalam melaksanakanfungsi manajemen pembelajaran itu sangatlah mendasar, sehingga guru dalam prosespembelajaran adalah seorang manajer karena guru bertugas mempersiapkan,mengorganisasikan, melaksanakan dan melakukan penilaian pembelajaran.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif denganpendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data diantaranya observasi, wawancaradan studi dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan kategorisasi data penafsirandata. Adapun uji absah data dilakukan dengan perpanjangan keikutsertaan, ketekunanpengamatan, triangulasi, cek teman sejawat, analisis kasus negatif, kecukupanreferensi, uraian rinci dan auditing.
Hasil penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa, manajemen pembelajarankitab kuning di pondok pesantren Al-Qur’an Asy Syifa dapat diuraikan dariperencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Perencanaan pembelajaran di pondokpesantren Asy Syifa ini berakar pada kemampuan santrinya itu sendiri, jika santritersebut masih awam keilmuan pesantrennya dalam pembelajaran kitab makadisesuaikan dengan diorientasikan mempelajari kitab-kitab yang mendasar hinggayang tertinggi. Pelaksanaan pembelajaran kitab kuning di pondok pesantren AsySyifa dibagi menjadi dua sistem klasikal yaitu ibtida/tsanawi. Evaluasipembelarajaran kitab kuning di pondok pesantren Al-Qur’an Asy Syifa berorientasipada ketuntasan materi, satu kitab dipelajari secara terus menerus dan berulang-ulanghingga pada akhirnya santri memahami isi dan kandungan dari kitab yangdipelajarinya tersebut dengan sistem sorogan dan hafalan.
v
ABSTRACT
Shelvia Rabiatul Adawiyyah, Learning Management Kitab Kuning (Case Study atPondok Pesantren Al-Qur'an Asy Syifa Cicalengka Bandung)
Al-Qur'an boarding school Asy Syifa in learning management must refer togeneral managerial pattern that begins with planning and ending evaluation, whileboarding salafiyyah boarding mono managerial in all its things including in learningkitab kuning that makes learning kitab in boarding school naturally. Implementationlearning Management of kitab kuning in Islamic boarding school Al-Qur'an Asy Syifawhich in fact is a boarding school that still maintain the tradition of salafiyyah andnot yet in detail apply the pattern of learning management kitab kuning withsystematic.
The purpose of this research is to know the profile of Al-Qur'an IslamicBoarding School Asy Syifa, planning of learning kitab kuning, implementation oflearning kitab kuning, and evaluation of learning kitab kuning.
The theory used in this research is the management of learning according toDavis in Haerana namely, learning management in four functions, namely planning,organizing, leading and controlling. The role of teachers in implementing the learningmanagement function is very basic, so the teacher in the learning process is amanager because the teacher is in charge of preparing, organizing, implementing andevaluating.
The method used in this research is qualitative. Techniques used in datacollection include observation, interviews and documentation study. Data analysiswas performed with data interpretation of data categorization. The test is valid data isdone by the extension of participation, persistence observation, triangulation, checkpeers, analysis negative case, the adequacy of reference, detailed description andauditing.
The results of this research indicate that, learning management kitab kuning inboarding school Al-Qur'an Asy Syifa can be described from the planning,implementation and evaluation. Learning planning at boarding school Asy Syifa isrooted in the ability of students, if the student still do not know the science ofpesantren in learning the kitab-kitabis adjusted to the oriented studying the kitab ofthe basic to the highest.
Implementation of learningkitab kuningat boarding school Asy Syifa dividedinto two classical system namely ibtida/tsanawi. Evaluation of learning kitab kuningin boarding school Al-Qur'an Asy Syifa oriented to the completeness of the material,one kitab studied continuously and repeatedly until finally the student understand thecontent of the kitab he studied with sorogan and memorizing system.
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirahim
Puji syukur penulis panjatkan kepada hadirat Sang Penguasa alam Sang
pemberi kemudahan Allah SWT, yang senantiasa mellimpahkan Rahman dan
rahimnya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Manajemen Pembelajaran Kitab Kuning (Studi Kasus Di Pondok Pesantren
Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka Bandung)” Walaupun dalam uraian dan pembahasan
masih sangat sederhana dan sangat jauh dari kata sempurna. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada Baginda Alam Nabi Muhammad SAW, yang
senantiasa kita harapkan syafa’atnya di hari akhir nanti.
Alhamdulillahi rabbil’alamin, tiada henti penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT, karengan dengan berkat rahmatNya, penulis telah berhasil menyelesaikan
penulisan skripsi ini. Walaupun banyak kendala yang penulis hadapi karena
keterbatasan ilmu dari penulis. Penulis menyadari masih banyak kekurangan baik
yang penulis sadari maupun tidak, akhirnya karya sederhana ini dapat terwujud.
Tentunya tidak terlepas dari segala bantuan, bimbingan, motivasi dan do’an dari
berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Kedua orangtuaku yang paling penulis banggakan Ayahanda Ust. Atang
Suhana dan Ibunda Siti Sholeha yang mana dengan do’a merekalah,
semangat serta cucuran keringatnyalah penulis dapat menyelesaikan kuliah
ini dengan sebaik-baiknya dan semoga pengorbanan keduanya mendapatkan
balasan sebaik-baiknya diangkat derajat setinggi-tingginya oleh Allah SWT.
2. Adik-adikku, M. Irfhan Fajri Royyan, Ahmad Faqih Syiaruddien dan
Syahira Nurmaulidia Al’ajmala, tidak lupa segenap keluarga besarku. Atas
berkat dorongan do’a dari kalianlah hidup ini menjadi lebih indah dan
bersemangat dalam menjalaninya.
ix
3. Bapak Prof Dr. H. Mahmud, M.Si, Selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Sunan Gunung Djati Bandung. Bapak Dr. Tedi Priatna, M.Ag, selaku
Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Gunung Djati
Bandung.
4. Bapak ketua Jurusan dan Sekertaris Jurusan Manajemen Pendidikan Islam,
yakni Dr. H. Badrudin, M.Ag dan Hary Priatna Sanusi, M.Ag atas segala
bimbingan dan bantuannya.Bapak Dr. Pepen Supendi, M.Ag, Bapak Dayat
S.Pd.I selaku Staf Administrasi Manajemen Pendidikan Islam serta Dosen
Pengampu di Jurusan Manajemen Pendidikan Islam
5. Bapak Prof. Dr. H.Supiana, M.Ag dan Nandang Abdurrohim, M.Ag sebagai
dosen pembimbing skripsi ini yang tidak lelah membimbing, mengarahkan,
mengkoreksi dan memberi semangat serta segenap ilmunya kepada penulis,
sehingga skripsi ini bisa terselesaikan.
6. KH. Ujang Hidayat dan segenap warga Pondok Pesantren Ak-Qur’an Asy
Syifa yang telah mengizinkan penulis untuk meneliti dilingkungan
pesantren beliau dan memberikan wejangan pendorong semangat bagi
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini, semoga Allah melimpahkan
lebaikan bagi seluruhnya.
7. Teman seperjuangan di Jurusan Manajemen Pendidikan Islam angkatan
2013 yang selama 8 semester menjadi keluarga besar yang kompak, semoga
persaudaraan kita tetap terjalin tak hanya di dunia, semoga Allah kelak
mempertemukan kita di JannahNya, dan terkhusus untuk Keluarga MPI-B
2013 terima kasih telah mengisi hari-hari penulis dengan suka dan duka.
Semoga kalian semua menjadi orang-orang yang sukses dan penulis
beruntung bisa mengenal kalian.
8. Teman-teman seperjuangan sedosen pembimbing, Sinta Agustin, Siti
Aisyah, Robi Cahyadi, Panji Alam, Rifky Pratama, Nyimas Ajeng, Wia
Adawiah, Siti Iik Kamilah. Semoga kita senantiasa dimudahkan dalam
segalanya. Amin. Teman dari awal opak barengan dan sekelas Nur Qoni’ah
ix
Hasanah S.Pd dan Mutiara Fauziah, S.Pd terimakasih support dan
bantuannya meskipun kalian wisuda duluan 21 Mei 2017.
9. Sahabat dan kawanku Manis Manja Squad Wia Adawiyah, Nurhidayah, Nur
Qoni’ah, Sinta Agustin, Siti Aisyah, Yuni Aulia, Sry Nurrohmah, Tanti
Nurrohmah, Suci Rahayu. Terimakasih atas support dan bantuannya selama
penulis sedang menyelesaikan skripsi. Kalian teman yang luar biasa, terjulit
dan terbaiks. Semoga dalam menuntaskan tugas akhir dalam menulis skripsi
ini kita selalu diberi kemudahan oleh Allah dan memakai toga barengan.
Amiin.
10. Teman-teman seperjuangan yang tergabung di kelompok PLP KEMENAG
Kabupaten Bandung Sinta, Yuni, Tanti, Nurhidayah, Wia, Didah, Gina,
iqbal, Ikhwan, Risnu, Zikri, Ahla yang selalu ngebolang bareng selama PLP
yang sangat berkesan dan selalu solid nan kompak. Dan tak lupa pula teman
KKN 127 Garut Sindangsuka Squad. Aufa, Arif, Amel, Boyce, Dede, Desi,
Eno, Nunung, Nun-Qi, Nina, Menvil, Pitri, Rizkia. Terima kasih telah
mengisi waktu yang begitu berharga bersama kelian walaupun sebentar.
Penulis juga mendoakan semoga kalian semua menjadi orang-orang yang
sukses. Amin.
11. Teruntuk Demisioner SeMa FTK , HMI Cabang Kabupaten Bandung dan
Squad Yakusa MPI terimakasih atas ilmu dalam organisasinya yang telah
banyak mengajarkan segalanya. Semoga ilmu yang didapatkan dapat
bermanfaat untuk kehidupan kedepannya.
12. Dan tak lupa penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada Rakanda
Zaini Hafidh, M.Pd yang senantiasa membantu dari awal sampai akhir
penyelesaian skripsi ini yang tak luput dari motivasi, semangat dan bantuan
segala halnya yang tak lelah mengajarkan penulis dalam penelitian ini.
Semangat terus dalam berproses dan semangat dalam berjuang menuju
RidhoNya. Semoga selalu senantiasa dalam lindungan Allah SWT.
ix
Dan kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis mengucapkan
permohonan maaf atas segala kekurangan, atas segala khilaf dan salah, Jazakumullah
khairan katsiran. Besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat memberikan
kontribusi positif serta bermanfaat bagi bangsa dan agama.
Bandung, 4 Juni 2017
Shelvia Rabiatul Adawiyyah
1132010065
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL SKRIPSI ................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................ ii
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH...............................................................iii
ABSTRAKS .................................................................................................................... iv
ABSTRACT..................................................................................................................... v
KATA PENGANTAR....................................................................................................vi
DAFTAR ISI.................................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ........................................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah.................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 9
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian..................................................................... 9
D. Kerangka Pemikiran...................................................................................... 10
E. Kajian Pustaka yang Relevan dan Hasil Penelitian Sebelumnya .................. 18
BAB II KAJIAN TEORITIK MANAJEMEN PEMBELAJARAN KITAB
KUNING .......................................................................................................... 20
xv
A. Ruang Lingkup Manajemen........................................................................ 20
1. Pengertian Manajemen ........................................................................ 20
2. Prinsip Manajemen .............................................................................. 21
3. Fungsi Manajemen............................................................................... 23
B. Konsep Pembelajaran.................................................................................. 28
1. Pengertian Pembelajaran...................................................................... 28
2. Metode Pembelajaran .......................................................................... 29
C. Kitab Kuning Dan Pondok Pesantren ......................................................... 31
1. Pengertian Kitab Kuning ..................................................................... 31
2. Jenis-jenis Kitab Kuning...................................................................... 32
3. Sejarah Pondok Pesantren.................................................................... 36
4. Tipologi Pondok Pesantren ................................................................. 37
5. Unsur-unsur Pesantren ......................................................................... 42
6. Metode dan Model Pembelajaran Pondok Pesantren .......................... 47
D. Manajemen Pembelajaran Kitab Kuning .................................................... 48
1. Perencanaan Pembelajaran .................................................................. 49
2. Pelaksanaan Pembelajaran .................................................................. 49
3. Evaluasi Pembelajaran ......................................................................... 54
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................................. 61
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ............................................................... 61
B. Sumber Data Penelitian ............................................................................ 62
xv
C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ............................................... 63
D. Analisis Data ............................................................................................ 65
E. Uji Keabsahan Data .................................................................................. 66
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN......................... 69
A. Latar Alamiah Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka
Bandung .................................................................................................. 69
1. Gambaran Umum Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa ............... 69
2. Filsafat dan Nilai-nilai ........................................................................ 72
3. Visi Misi Pesantren............................................................................. 72
4. Prinsip-prinsip Pesantren .................................................................... 73
5. Struktur Organisasi Pesantren............................................................. 74
6. Lingkungan Kehidupan di Pesantren.................................................. 75
7. Kyai dan Ustadz.................................................................................. 77
B. Perencanaan Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren
AL-Qur’an Asy Syifa Cicalengka Bandung......................................... 79
1. Kitab-kitab yang di pelajari di Pondok Pesantren Asy Syifa............... 81
C. Pelaksanaan Sistem Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok
Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa............................................................. 93
1. Klasifikasi kelas pengajian di Pondok Pesantren Asy Syifa................ 94
2. Jadwal Pembelajaran Kitab Kuning................................................... 102
a. Jadwal Pengajian Bersama Pondok Pesantren Asy Syifa........... 103
xv
b. Kelas Pengajian Santri Putra Kelas Ibtida ................................. 103
c. Pengajian Bersama Sesepuh Pondok Pesantren Asy Syifa......... 104
d. Kelas Pengajian Santri Putra Tsanawi ........................................ 104
D. Evaluasi Pembelajaran ....................................................................... 108
1. Evaluasi Pembelajaran Ulumul Qur’an ............................................. 109
2. Evaluasi Pengajian Kitab Kuning ...................................................... 111
BAB V PENUTUP....................................................................................................... 115
A. Simpulan................................................................................................. 115
B. Implikasi Hasil Penelitian....................................................................... 116
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 119
LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................................................... 122
RIWAYAT HIDUP PENULIS................................................................................... 145
xv
DAFTAR TABEL
1. Tabel 4.1 Mata Aji di Pondok Pesantren Asy Syifa ......................................81
2. Tabel 4.2 Daftar Santri Putra Kelas Ibtida .....................................................94
3. Tabel 4.3 Daftar Santri Putra Kelas Tsanawi................................................. 96
4. Tabel 4.4 Daftar Santri Putri Kelas Ibtida......................................................98
5. Tabel 4.5 Daftar Santri Putri Kelas Tsanawi .................................................101
6. Tabel 4.6 Jadwal Pengajian Qira’at Sab’ah ...................................................102
7. Tabel 4.7 Jadwal Pembelajaran Kitab Kuning...............................................102
8. Tabel 4.8 Jadwal Pengajian Bersama............................................................. 103
9. Tabel 4.9 Jadwal Pengajian Santri Putra Kelas Ibtida ...................................104
10. Tabel 4.10 Jadwal Pengajian Bersama Sesepuh Pondok Pesantren Asy Syifa104
11. Tabel 4.11 Jadwal Pengajian Santri Putra Kelas Tsanawi ............................. 105
xv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kisi-kisi Penelitian ...................................................................................... 122
2. Instrumen Penelitian.................................................................................... 124
3. Pedoman Penelitian..................................................................................... 127
4. Catatan Lapangan (Wawancara dan Pengamatan) ...................................... 130
5. Surat Keputusan Pembimbing Skripsi ....................................................... 140
6. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Izin Survey/Kunjungan ................ 141
7. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian dari Pondok Pesantren Al-
Qur’an Asy Syifa Cicalengka Bandung ...................................................... 142
8. Surat Keterangan Uji Absah Data dari Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa
Cicalengka Bandung ................................................................................... 143
9. Lembar Persetujuan Menjadi Informan ...................................................... 144
10. Dokumentasi Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa ............................... 145
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia terlahir dengan berbagai potensi yang melekat di dalam dirinya
sebagi sebuah anugrah yang diberikan Allah sebagai Sang Pencipta kepada
manusia sebagai makhluk ciptaanNya, dan sebagaimana yang terdapat dalam
firmanNya (Q.S. An-Nahl: 78) :
Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaantidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran,penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur” (Departemen Agama, 2006).
Manusia dilahirkan dalam keadaan yang sama sekali tidak mengetahui
apapun, hal ini menegaskan bahwa manusia membutuhkan pendidikan, tidak
dapat dipungkiri bahwa pendidikan adalah salah satu cara untuk menutupi
kelemahan manusia. Kelemahan itu meliputi kelemahan secara kognitif, fisik dan
psikis, serta alasan manusia harus memiliki pendidikan adalah alasan filosifis,
biologis, sosiologis dan religious.
Ahmad Mushtafa al-Maraghi mengemukakan empat modalitas yang diberikan
kepada manusia, ia menyebutnya pendidikan adalah sebuah solusi sosial. Ini
adalah kemungkinan yang paling mendekati kepastian dari sebuah analisis tafsir
terhadap konsep etimologis pada kata iqra. Pendidikan adalah sebuah jalan keluar
2
untuk menciptakan karakter yang tangguh berbudaya tinggi dan memiliki multiple
inteligence yang saling mengisi, (Departemen Agama, 2008: 5).
Pendidikan adalah sebuah jalan keluar untuk menciptakan karakter yang
tangguh berbudaya tinggi dan memiliki multiple inteligence yang saling mengisi,
(Tabroni, 2006: 23).
Pendidikan Islam berkembang dalam beraneka corak pelaksanaannya, ada
yang bersifat formal, informal dan non formal. Namun dari sekian banyaknya
lembaga pendidikan Islam yang berkembang sampai saat ini, pesantren lah
merupakan lembaga pendidikan yang tetap bertahan tak termakan zaman dan tetap
menjadi pilihan masyarakat.
Pesantren merupakan sistem pendidikan tertua saat ini jika dibandingkan
dengan lembaga pendidikan yang pernah muncul di Indonesia dan sejak lama
sudah dianggap sebagai produk budaya Indonesia yang indigenous (Asli).
Lembaga pendidikan Islam ini mulai dikenal setelah masuknya Islam ke Indonesia
pada abad VII, akan tetapi keberadaan dan perkembangannya baru popular sekitar
abad XVI. Sejak saat itu telah banyak dijumpai lembaga yang bernama pesantren
yang mengajarkan berbagai kitab Islam klasik dalam bidang fiqh, aqidah, tasawuf
dan menjadi pusat penyiaran Islam, (Dhofier, 2011: 24).
Kemampuan pesantren untuk tetap bertahan dan bahkan eksistensi
pendidikannya diakui sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional tidak
terlepas dari sistem manajemen pendidikan yang dikembangkan selama ini.
Menurut Mastuhu, suatu sistem pendidikan (termasuk pondok pesantren) akan
menentukan apakah lembaga pendidikan yang bersangkutan akan diminati atau
3
tidak oleh khalayak. Suatu sistem pendidikan dikatakan mampu melayani
tantangan zamannya apabila ia mampu merespons kebutuhan anak didik dan
mengembangkan kemampuannya sesuai dengan kecenderungannya, merespons
kemajuan ilmu dan teknologi, serta kebutuhan pembangunan nasional. Di samping
itu, sistem pendidikan juga akan diminati oleh khalayak apabila ia mampu
memberikan pedoman moral atau budi pekerti luhur sesuai dengan keyakinanya,
mengembangkan keterampilan atau keahlian sehingga mereka mampu hidup
hormat dan disegani dalam tata pergaulan bersama di masyarakat, mendatangkan
manfaat, rasa aman, dan kepercayaan, serta harapan bagi masyarakatnya untuk
mamajukan kehidupan bersama lahiriah-batiniah, (Mastuhu, 1994: 41).
Seperti yang dikemukakan Karel A. Steenbrink (1974:16), pesantren sebagai
lembaga pendidikan Islam pada dasarnya hanya mengajarkan agama Islam sedang
sumber mata pelajarannya adalah kitab-kitab dari bahasa Arab. Tetapi dewasa ini,
secara faktual ada tiga tipe pesantren yang berkembang dalam masyarakat, yaitu
pesantren tradisional, pesantren modern, dan pesantren komprehensif, (Ghazali,
2001:14).
Dalam perkembangannya, untuk menjawab tuntutan era modern yang
melingkupinya, banyak pesantren yang menambahkan pengetahuan umum dalam
kurikulumnya di samping pelajaran agama yang menjadi ciri khasnya sejak
semula. Dewasa ini kurikulum pesantren meliputi empat tipe: ngaji (mempelajari
kitab kuning), pengalaman (pendidikan moral), sekolah (pendidikan umum), serta
kursus dan keterampilan. Empat tipe kurikulum ini mengkombinasi dalam bentuk
yang berbeda-beda sehingga menghasilkan berbagai variasi. Dua tipe pertama
4
selalu menjadi bagian dari pendidikan pesantren dan membentuk inti identitasnya.
Dua tipe yang terakhir merefleksikan aspek-aspek baru dari identitas pesantren
dan pertemuannya dengan kebutuhan masyarakat Indonesia yang berubah-ubah,
(Maghfurin, 2002: 143).
Kelebihan pesantren adalah terletak pada kemampuannya menciptakan
sebuah sikap hidup universal yang merata yang diikuti oleh semua santri,
sehingga lebih mandiri dan tidak bergantung pada siapa dan lembaga masyarakat
apapun, (Wahid, 1999: 74). Perkembangan dan kelebihan pesantren erat kaitannya
dengan sistem manajemen yang dikembangkan.
Jika yang dimaksud dengan kurikulum sebagaimana halnya lembaga
pendidikan formal, dapat dikatakan bahwa Pondok Pesantren tidak memiliki
kurikulum. Namun sesungguhnya, jika yang dimaksudkan sebagai manhaj (arah
pembelajaran tertentu), maka pondok pesantren tentu memiliki “kurikulum”
melalui funun kitab-kitab yang diajarkan pada santri. Dalam pembelajaran yang
diberikan oleh pondok pesantren kepada santrinya, sesungguhnya pondok
pesantren menggunakan suatu bentuk “kurikulum” tertentu yang telah lama
dipergunakan. Yaitu dengan sistem pengajaran tuntas kitab yang dipelajari (kitabi)
yang berlandaskan pada kitab pegangan yang dijadikan rujukan utama pondok
pesantren tersebut untuk masing-masing bidang studi berbeda. Sehingga akhir
sistem pembelajaran yang diberikan oleh pondok pesantren bersandar kepada
tamatnya buku atau kitab yang dipelajari, bukan pada pemahaman secara tuntas
untuk suatu topik (maudlu’i), (Depatemen Agama, 2003:43-44).
5
Dalam keseluruhan proses pendidikan di pesantren, kegiatan pembelajaran
dalam rangka mencapai prestasi dan transfer ilmu pengetahuan dan moral
termasuk kegiatan teknis operasional yang paling penting. Hal ini berarti berhasil
tidaknya pencapaian tujuan pendidikan bergantung pada bagaimana aktivitas
belajar-mengajar dilaksanakan atau dalam istilah pesantren dikenal dengan ta’lim
wa ta’allum. Setidaknya ada tiga fungsi pokok ta’lim wa ta’allum di pesantren.
Pertama, transmisi ilmu pengetahuan Islam. Pengetahuan Islam dimaksud
tentunya tidak hanya meliputi pengetahuan agama, tetapi juga mencakup seluruh
pengetahuan yang ada. Kedua, pemeliharaan ajaran Islam. Ketiga, pembinaan
calon-calon ulama.
Secara teknis, pesantren adalah tempat tinggal santri. Pengertian ini
menunjukkan ciri pesantren yang paling penting, yakni sebuah lingkungan
pendidikan yang sepenuhnya total. Artinya, seluruh aktivitas di lingkungan
pesantren itu memiliki nilai pendidikan. Pesantren itu merupakan tempat belajar
secara lebih mendalam dan lebih lanjut tentang ilmu agama Islam yang diajarkan
secara sistematis, langsung dari sumber berbahasa Arab serta berdasarkan kitab-
kitab klasik karangan ulama-ulama besar.
Walaupun Al-Quran secara khusus tidak menyebutkan istilah manajemen,
akan tetapi menyingung istilah manajemen dengan menggunakan kalimat
yudabbirua, mengandung arti mengarahkan, melaksanakan, menjalankan,
mengendalikan, mengatur, mengurus dengan baik, mengkoordinasikan, membuat
rencana yang telah ditetapkan. Thoha, berpendapat bahwa manajemen diartikan
sebagai “suatu proses pencapaian tujuan organisasi lewat usaha orang lain”,
6
(Thoha, 1995: 8). Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang
melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah
tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata, (Terry, 1996: 1).
Terry dalam Hoy dan Miskel (2015: 5), mengartikan manajemen adalah
proses yang khas terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan/ penggerakan, dan pengawasan/ pengendalian atas pekerjaan oleh para
anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya
agar tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Pesantren sebagai lembaga pendidikan haruslah terus berkembang mengikuti
perkembangan zaman, jika pesantren tidak mengikuti perkembangan zaman dalam
modernisasi pengelolaannya, tentunya pesantren akan tertinggal. Apapun itu
coraknya, salafiyah, khalafiyah maupun konfrehensif, pesantren harus terus
memperbaharui diri baik dalam kepemimpinan, maupun manajerial. Pesantren
sebagai lembaga pendidikan Islam yang berfokus pada pendidikan keilmuan islam
baik fiqh, Tauhid, tafsir, ulumul qur’an, aqidah maupun akhlak tentunya memiliki
pola pengajaran yang khas, dan tentunya berbeda dengan lembaga pendidikan
formal pada umumnya.
Manajemen pembelajaran menjadi fokus yang harus dikembangkan pesantren
sebagai bagian komprehensif pengembangan pesantren, hal ini ditekankan bahwa
manajemen pembelajaran menjadi kunci bagaimana keberhasilan proses transfer
knowledge dan transfer value dalam pembelajaran pesantren yang khas.
Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan
mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar
7
dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal
lain. Sedangkan proses belajar mengajar merupakan interaksi yang dilakukan
antara guru dengan peserta didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan
diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien, (Rusman, 2011:4).
Pengertian manajemen pembelajaran demikian dapat diartikan secara luas,
dalam arti mencakup keseluruhan kegiatan bagaimana membelajarkan siswa
mulai dari perencanaan pembelajaran sampai pada penilaian pembelajaran.
Pendapat lain menyatakan bahwa manajemen pembelajaran merupakan bagian
dari strategi pengelolaan pembelajaran.
Dalam arti luas, manajemen pembelajaran adalah serangkaian proses kegiatan
mengelola bagaimana membelajarkan peserta didik yang diawali dengan kegiatan
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan atau pengendalian, dan penilaian.
Sedangkan manajemen pembelajaran dalam arti sempit diartikan sebagai kegiatan
yang perlu dikelola pendidik selama terjadinya interaksi dengan peserta didik
dalam pelaksanaan pembelajaran, (Arifin, 2014: 27).
Pondok pesantren Al-Qur’an Asy Syifa sebagai salah satu pesantren bercorak
salafiyah yang masih eksis dan menjaga tradisi pesantrennya tentunya memiliki
corak dan kultur pendidikan tersendiri, pesantren salafiyah yang cenderung
berpola tradisional dan mono manajerial dan bergatung pada otoritas serba kyai.
Dalam pembelajaran kitab kuning di pondok pesantren Al-Qur’an Asy Syifa
menggunakan metode pembelajaran khas di pesantren seperti bandongan,
wetonan, muhadatsah, muhafadhah, dll. Pembelajaran dengan metode khas
8
pesantren di pondok pesantren Al-Qur’an Asy Syifa yang pada awalnya hanya
berpusat kepada kyai saja, sekarang sudah dibagi ke beberapa ustadz/ustadzah
dengan berdasarkan kelas masing-masing yaitu sesuai dengan jenjang kajian kitab
kuningnya dan semua santri diwajibkan mengikuti pembelajaran kitab kuning
tersebut. Semua yang dilakukan ini dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan
dan pengembangan para santri dalam memahami dan mendalami kitab kuning.
Pembelajaran kitab kuning di pesantren seakan menjadi sebuah tradisi yang sangat
melekat dan tidak bisa dipisahkan dari pesantren, pembelajaran kitab kuning di
pesantren menjadi sebuah pembeda antara pendidikan di pesantren dengan
lembaga pendidikan lainnya.
Pembelajaran kitab kuning di pesantren menjadi sebuah implemetasi dari
sebuah fungsi pesantren sebagai lembaga pendidikan dan penyebaran kebudayaan
Islam. Pembelajaran kitab kuning bukan hanya sebagai bagian pendidikan, tapi
juga sebagai penyebaran kebudayaan islam. Karena diketahui bahwa litelatur
keilmuan dan khazanah keilmuan islam kebanyakan bersumber dari kitab kuning.
Pembelajaran kitab kuning di pesantren menjadi menarik untuk difahami baik itu
dari sisi metodologis maupun manajemen pembelajaran itu sendiri, karena
pembelajaran yang berkualitas harus mengacu pada sebuah pola terstruktur dari
proses pembelajaran itu sendiri.
Manajemen pembelajaran haruslah mengacu pada pola manajerial umum
yang diawali dengan perencanaan dan diakhiri evaluasi, sedangkan pondok
pesantren salafiyyah yang bercorak mono manajerial dalam segala hal nya
termasuk dalam pembelajaran kitab kuningnya yang menjadikan pembelajaran
9
kitab di pondok pesantren hanya berlangsung alamiah dan berdasarkan hasil
intuisi kyai sebagai otoritas tertinggi pesantren. Sehingga ada hal yang menarik
dan penting untuk diteliti terkait bagaimana manajemen pembelajaran kitab
kuning yang diterapkan di pondok pesantren Al-Qur’an Asy Syifa yang pada
faktanya adalah pondok pesantren yang masih menjaga tradisi salafiyyah serta
belum secara detail menerapkan pola manajemen pembelajaran kitab kuning
dengan sistematis. Terkait fenomena tersebut maka penelitian ini diberi judul:
Manajemen Pembelajaran Kitab Kuning (Studi Kasus di Pondok Pesantren Al-
Qur’an Asy Syifa Cicalengka Bandung).
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan Latar Belakang Masalah di atas, maka dirumuskan masalahnya
sebagai berikut :
1. Bagaimana Latar Alamiah Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa,
Cicalengka Bandung?
2. Bagaimana Perencanaan Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok
Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka Bandung ?
3. Bagaimana Pelaksanaan Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok
Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka Bandung?
4. Bagaiaman Evaluasi Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren
Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka Bandung?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yaitu :
10
1. Untuk Mengetahui Latar Alamiah Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy
Syifa Cicalengka Bandung.
2. Untuk Mengetahui Perencanaa Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok
Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka Bandung.
3. Untuk Mengetahui Pelaksanaan Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok
Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka.
4. Untuk Mengetahui Evaluasi Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok
Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka.
Adapun Kegunaan Penelitian yaitu:
a. Untuk memperdalam ilmu pengetahuan dan memperluas wawasan peneliti
tentang pondok pesantren dan Manajemen Pembelajaran kitab kuning.
b. Diharapkan dapat menambah karya ilmiah dan khasanah ilmu pengetahuan
yang empiris di lapangan pada bidang pendidikan terutama Manajemen
Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa.
c. Diharapkan dapat menambah pembendaharaan karya ilmiah dan khasanah
ilmu pengetahuan tentang pengembangan Manajemen Pembelajaran Kitab
Kuning guna meningkatkan kualitas juga kuantitas Pondok Pesantren.
D. Kerangka Pemikiran
Pondok pesantren sebagai sebuah institusi pendidikan Islam tertua, tentunya
memiliki ciri dan khas nya, yang menjadikan institusi ini langgeng sampai
sekarang. Salah satu yang menjadi ciri dalam pembelajaran kitab kuning di
pesantren adalah beraneka macamnya metode yang di gunakan, salah satu metode
yang digunakan di pondok pesantren adalah sorogan. Metode Sorogan,
11
merupakan kegiatan pembelajaran bagi para santri yang lebih menitik beratkan
pada pengembangan kemampuan perseorangan di bawah bimbingan Kyai.
Pondok pesantren sebaiknya memiliki standar kompetensi pengajian kitab
yang maksudnya adalah kitab standar yang mesti dikuasai oleh santri. standar
kompetensi biasanya ini tercermin pada penggunaan kitab-kitab berurutan dari
mulai yang ringan sampai yang berat dari kitab yang tipis sampai kitab yang
berjilid-jilid. Kitab-kitab digunakan tersebut biasanya disebut kitab kuning (kitab
salaf), (Departemen Agama, 2003: 50).
Pesantren adalah lembaga pendidikan tertua setelah rumah tangga, sekalipun
demikian perhatian para peneliti terhadap peneliti pesantren belumlah begitu lama
dimulai. Hasil-hasil penelitiannya itu sudah diedarkan berupa makalah, majalah
dan buku. Namun rahasia pesantren belum di ungkapkan oleh para peneliti.
Sebagian dari yang belum di ungkapkan itu adalah bagian-bagian yang memang
amat sulit di ungkapkan, (Tafsir, 2010:191). Kehadiran pesantren sebagai sebuah
institusi pendidikan Islam sudah cukup lama, boleh dikatakan hampir bersamaan
tuanya dengan Islam di Indonesia. Esensi pesantren telah ada sebelum islam
masuk ke Indonesia, (Daulay, 2009:123).
Secara faktual ada beberapa tipe pondok pesantren yang berkembang di
masyarakat yaitu :
1. Pondok pesantren tradisional
Ini merupakan pondok pesantren yang tetap menjaga kekhasan nya
yaitu semata-mata mengajarkan kitab kitab klasik yang di tulis oleh
ulama sekitar abad ke 15. Sistem pembelajaran berupa halaqah yang di
12
laksanakan di mesjid atau surau, tidak ada sebuah kurikulum yang jelas
dan terstruktur semua hanya tergatung pada kyainya. Santri nya menetap
di asrama (kobong), adapula santri yang tidak menetap (santri kalong).
2. Pondok pesantren modern
Pondok pesantran ini merupakan pengembangan dari tipe pesantren
sebelumnya yang mana sudah mengadopsi seluruh sistem klasikal dan
mulai meninggalkan sistem tradisional. Perbedaan mulai nampak dari
penggunaan kurikulum dan penggunaan kelas-kelas sebagai tempat
belajar, kyai sebagai koordinator pembelajaran dan beliau pula yang
turun langsung mengajar di lapangan.
3. Pondok pesantren komprehensif
Pondok pesantren ini disebut komprehensif karena sudah
mengintegrasikan antara yang tradisional dengan modern. Disana tetap
dikembangkan pembelajaran kitab kuning dan keilmuan tradisional
lainnya namun seraca regular sistem persekolahan pun terus
dikembangkan. Yang membedakan antara tipe 1 dan 2 adalah pada tipe
pesantren ini adalah adanya pengaplikasian pembelajaran keterampilan.
Secara bahasa (etimologi) manajemen berasal dari kata kerja “to manage”
yang berarti mengatur, (Hasibuan, 2007: 1) Sedangkan menurut Hanry L. Sisk
mendefinisikan, Management is the coordination of all resources through the
processes of planning, organizing, directing and controlling in order to attain
stted objectivies. Artinya manajemen adalah pengkoordinasian untuk semua
13
sumber-sumber melalui proses-proses perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan dan pengawasan di dalam ketertiban untuk tujuan, (Sick, 1969:10).
Menurut Terry yang dikutip Syafaruddin, bahwa manajemen merupakan
proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian yang masing-masing bidang
tersebut digunakan baik ilmu pengetahuan maupun keahlian dan yang diikuti
secara berurutan dalam rangka usaha mencapai sasaran yang telah ditetapkan
semula, (Syafaruddin, 2005:156).
Selanjutnya, mengenai pembelajaran berasal dari kata “instruction” yang
berarti “pengajaran”. Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses interaksi
antara anak dengan anak, anak dengan sumber belajar, dan anak dengan pendidik,
(Muchlis, 2007:163). Menurut Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan. Pembelajaran adalah proses interaktif peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran
merupakan kegiatan yang sistematis dan direncanakan dengan baik, (Haerana,
2016:17). Tujuan Pembelajaran salah satunya ditujukan oleh adanya perubahan,
belajar diartikan sebagai perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku
yang terjadi sebagai suatu hasil, latihan dan pengalaman, (Triwiyanto, 2015:36).
Dalam pengertian demikian dapat dikatakan bahwa pembelajaran adalah
upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan ini akan mengakibatkan
siswa mempelajari sesuatu dengan cara lebih efektif dan efisien. Menurut Hamzah
B.Uno pembelajaran (learning) adalah suatu kegiatan yang berupaya
membelajarkan siswa secara terintegrasi dengan memperhitungkan faktor
14
lingkungan belajarnya, karakteristik siswa, karakteristik bidang studi serta
berbagai strategi pembelajaran baik penyampaian, pengelolaan maupun
pengorganisasian pembelajaran, (Uno, 2006: 5).
Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk
membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru.
Pembelajaran merupakan perbuatan yang kompleks. Artinya, kegiatan
pembelajaran melibatkan banyak komponen dan faktor yang perlu
dipertimbangkan. Untuk itu perencanaan maupun pelaksanaan kegiatannya
membutuhkan pertimbangan-pertimbangan yang arif dan bijak. Seorang guru
dituntut untuk bisa menyesuaikan karakteristik siswa, kurikulum yang sedang
berlaku, kondisi kultural, fasilitas yang tersedia dengan strategi pembelajaran
yang akan disampaikan kepada siswa agar tujuan dapat dicapai. Strategi sangat
penting bagi guru karena sangat berkaitan dengan efektivitas dan efisiensi dalam
proses pembelajaran.
Proses pembelajaran di pesantren merupakan suatu aktivitas yang bertujuan.
Artinya proses pembelajaran tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu
yang telah dirumuskan sebelumnya. Selama ini penggambaran hasil belajar pada
umumnya cenderung ke kemampuan yang bersifat kognitif dan hafalan semata, itu
pun lebih banyaj berorientasi pada pengetahuan dan ditambah sedikit pemahaman,
(Masyud, 2003: 96).
Tujuan pokok mempelajari manajemen pembelajaran adalah untuk
memperoleh cara, teknik dan metode yang sebaik-baiknya dilakukan, sehingga
15
sumber-sumber yang sangat terbatas seperti tenaga, dana, fasilitas, material
maupun spiritual guna mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.
Nanang Fattah berpendapat bahwa:Tujuan ini tidak tunggal bahkan jamak atau rangkap, seperti peningkatanmutu pendidikan/lulusanya, keuntungan/profit yang tinggi, pemenuhankesempatan kerja membangun daerah/nasional, tanggung jawab sosial.Tujuan-tujuan ini ditentukan berdasarkan penataan dan pengkajianterhadap situasi dan kondisi organisasi, seperti kekuatan dan kelemahan,peluang dan ancaman, (Fattah, 2004: 15).
Pondok pesantren Al-Qur’an Asy-Syifa merupakan pondok pesantren yang
berada di kecamatan Cicalengka kabupaten Bandung yang merupakan lembaga
pendidikan nonformal yang bergerak dibidang keagamaan. Seperti halnya
pesantren-pesantren pada umunya, di pesantren ini mengkaji kitab-kitab kuning
seperti Fiqih,Tasawuf,Aqidah,ilmu-ilmu Al-Qur’an seperti Tajwid, Makharijul
huruf, Sifatul huruf, Ahkamul huruf dan Qiraat Sab’ah dan keilmuan keislaman
lainnya. Pondok pesantren Al-Qur’an Asy Syifa merupakan pondok pesantren
yang bercorak Salafiyah. Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa ini masih menjaga
tradisi-tradisi kesalafiyahannya dengan tidak meninggalkan pembelajaran kitab
kuning yang menjadi ciri khas pondok pesantren bercorak tradisional salafiyah.
Dalam hal ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran umum serta kajian
yang diperdalam dari manajemen pembelajaran kitab kuning dari pesantren
tersebut, karena tidak dapat dipungkiri bahwa manajemen pembelajaran kitab
kuning di setiap pesantren memiliki perbedaan antara satu pesantren dengan yang
lainnya dan dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu pendidikan Islam.
Manajemen merupakan suatu proses dari fungsi manajemen yaitu
perencanaan, pelaksanaan, pengorganisasian dan evaluasi dalam upaya untuk
16
pencapaian suatu tujuan yang diinginkan. Sedangkan pembelajaran merupakan
proses dari rangkaian pendidikan yang diberikan oleh pendidik kepada peserta
didik (transfer knowledge). Kitab kuning yaitu mata aji yang diterapkan di
pondok pesantren menjadi ciri khas dalam pembelajarannya dan merupakan hal
yang mutlak ada pada kajian pembelajaran di pondok pesantren.
Dalam pelaksanaannya manajemen pembelajaran tidak terlepas dari faktor
penunjang. Faktor penunjang adalah segala hal yang membantu dan mendukung
terhadap pelaksanaan pembelajaran dalam mencapai tujuan. Faktor penunjang
pembelajaran dapat bersumber dari faktor intern maupun ekstren seperti masalah
manajemen, administrasi, pendanaan, sarana pra sarana maupun lingkungan
masyarakat sekitarnya.
Hasil yang dicapai dari pembelajaran kitab kuning dapat diperoleh oleh santri
atau peserta didik yang ada di lingkungan pesantren yaitu dengan santri
memahami terkait keilmuan islam seperti fiqh, akhlaq, ulumul Qur’an, tauhid dan
nahwu sharaf selama pembelajaran yang didapatkan di pondok pesantren Al-
Qur’an Asy Syifa. Pesantren menekankan pendidikan Islam, penegakkan moral
yang bersumber pada moral dan etika dalam interaksikeseharian. Nilai moral
dalam Islam merupakan kunci seorang manusia untuk mencapai kesuksesan dan
kebergunaan di masyarakat. Maka dari itu pesantren begitu serius dalam mencetak
para lulusan yang intelek dan shaleh serta shalehah.
Dapat disimpulkan bahwa manajemen pembelajaran kitab kuning disini
merupakan sistem pembelajaran kitab kuning yang diterapkan di pondok
pesantren yang bercorak salafiyah. Dalam mengembangkan sistem manajerial dari
17
mulai perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi pembelajaran kitab kuning yang
ada pada pondok pesantren Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka Bandung.
Berdasarkan teori-teori tentang Manajemen Pembelajaran Kitab Kuning di
Pondok Pesantren yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi,
disesuaikan dengan objek penelitian di Pondok Pesantren Asy Syifa Cicalengka
Bandung yang bertipe Salafiyah, maka penelitian ini akan memfokuskan pada
Manajamen Pembelajaran Kitab Kuning.
Untuk mempermudah dalam pengertian di atas, maka akan disederhanakan
dengan skema yaitu :
Gambar Bagan 1:Kerangka Pemikiran
Manajemen Pembelajaran Kitab Kuning(Studi Kasus di Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa)
: Penelitian
Latar Alamiah PondokPesantren Asy Syifa
ManajemenPembelajaran Kitab
Kuning:
1. PerencanaanPembelajaranKitab Kuning
2. PelaksanaanPembelajaranKitab Kuning
3. EvaluasiPembelajaranKitab Kuning
Hasil Yang Dicapai
PenunjangPembelajaran
18
E. Kajian Pustaka yang relevan dan hasil penelitian sebelumnya
1. Buku Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran, yang ditulis oleh Teguh
Triwiyanto, yang secara garis besar membahas tentang bagaimana
manajemen kurikulum dan pembelajaran dan bagaimana aplikasinya dalam
pendidikan. Yang diterbitkan oleh PT. Bumi Aksara , Jakarta tahun 2015.
2. Buku Manajemen Pembelajaran berbasis Standar Proses Pendidikan, yang
ditulis oleh Haerana, secara garis besar membahas tentang bagaimana
manajemen pembelajaran mulai dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran hingga penilaian pembelajaran yang berbasis standar
pendidikan dalam teori dan aplikasinya. Yang diterbitkan oleh Media
Akademi, Yogyakarta tahun 2016.
3. Buku Dasar-Dasar Manajemen, yang ditulis oleh Sukmadi, yang secara garis
besar membahas terkait ilmu manajemen dan bagaimana aplikasi serta teori-
teori manajemen. Yang diterbitkan oleh Humaniora, Bandung tahun 2012.
4. Buku Belajar dan Pembelajaran, yang ditulis oleh Prof. Suyono dan Haryanto
yang isinya membahas terkait teori, model, metode dan pendekatan dalam
pembelajaran , hal ini menjadi bahan penunjang dalam penelitian
pembelajaran di pesantren, yang diterbitkan oleh PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung tahun 2011.
5. Buku Manajemen Pesantren, yang ditulis oleh Sulthon Masyud dan
Khusnurdilo ini membahas terkait pola manajerial pondok pesantren dalam
berbagai aspek dan proses pengembangan manajemen pesantren, yang
diterbitkan oleh Diva Pustaka, Jakarta tahun 2003.
19
6. Skripsi Manajemen Pendidikan Islam tahun 2014, atas nama Moh. Luthfi
Adriansyah,S.Pd.I dengan judul ”Manajemen Pembelajaran Pondok
Pesantren Tradisional (Penelitian Di Pp Al-Islamiyah Baros - Kota
Sukabumi). t.d.
7. Skripsi Pendidikan Agama Islam tahun 2014, atas nama Nikmatul Khoiriyah,
S.Pd.I dengan judul “ Manajemen Pembelajaran Boarding School di MAN 1
Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2013/2014. t.d.
20
BAB II
MANAJEMEN PEMBELAJARAN KITAB KUNING
A. Ruang Lingkup Manajemen
1. Pengertian Manajemen
Istilah manajemen berasal dari kata kerja (bahasa Inggris) to manage yang
berarti kontrol. Dalam bahasa Indonesia, istilah kata untuk manajemen diartikan
dengan berbagai macam, seperti yang dikemukakan oleh : Lembaga Administrasi
Negara, manajemen diartikan dengan istilah kepemimpinan, dilingkungan
Angaktan Darat, manajemen diartikan dengan istilah pembinaan, Universitas
Indonesia, manajemen diartikan dengan istilah ketatalaksanaan, Universitas
Gajahmada dan Universitas Pajajaran, manajemen diartikan dengan istilah
pengurusan, (Sukmadi, 2012:15).
Selain itu, manajemen berasal dari kata benda (bahasa Inggris)
”management” dengan berbagai arti, Pertama manajemen berarti pengelolaan,
pengendalian, atau penanganan. Kedua, manajemen diartikan sebagai perlakuan
secara terampil untuk menangani sesuatu berupa skillful treatment. Ketiga,
gabungan dari dua pengertian di atas, yaitu yang berhubungan dengan suatu
bentuk kerja sama dalam mencapai suatu tujuan tertentu.
Ketiga pengertian di atas mendukung kesepakatan anggapan bahwa
manajemen itu dipandang sebagai Ilmu dan Seni. Manajamen sebagai ilmu,
artinya manajemen memenuhi kriteria ilmu dan metode keilmuan yang
menekankan kepada konsep-konsep, teori, prinsip dan teknik pengelolaan.
Manajemen sebagai seni, kemampuan pengelolaan sesuatu itu merupakan seni
menciptakan atau biasa disebut kreativitas (daya cipta yang timbul dari dalam
21
untuk mewujudkan sesuatu), dan merupakan keterampilan seseorang (kemahiran
yang diperoleh dari pengalaman), (Sukmadi, 2012:15-16).
Manajemen jika dilihat dari seni atau unsur wadah daripada administrasi
adalah organisasi. Organisasi ini sendiri adalah alat administrasi dalam mencapai
tujuan. Untuk mencapai tujuan ini, organisasi sebagai seni harus digerakan
dengan suatu proses dinamika dan khas. Proses yang dinamika dan khas ini lazim
disebut dengan istilah “manajemen”. Orang-orang yang melaksanakan manajemen
(menggerakan organisasi) lazim disebut dengan istilah “manajer” atau anggota-
anggota manajemen.
Sukmadi (2012:16-17) mengungkapkan Manajemen adalah “The art ofgetting things done throught other people” (Seni menyelesaikan segala sesuatumelalui orang lain). Manajemen adalah proses perencanaan (planning),pengorganisasisan (organizing), pengarahan (leading), dan pengendalian(controling) kegiatan anggota organisasi dan kegiatan penggunaan sumber-sumberdaya organisasi lainnya untuk mencapai tujuan organisasi.
Menurut Terry dalam Haerana (2016:2) “manajemen adalah prosesperencanaan, pengorganisasisan, penggerakan dan pengawasan. Dalam rangkausaha mencapai tujuan yang telah dilakukan oleh orang secara bersama-sama,maka jelas diantara mereka itu terdiri atas sekurang-kurangnya dua golonganorang, yakni golongan yang dipimpin dan golongan yang memimpin.”
Manajemen adalah suatu proses yang dijalankan oleh seorang manajer dengan
mengimplementasikan fungsi-fungsi manajemen dengan berdasar pada
pemanfaatan sejumlah sumber daya manusia dan sumber daya lainnya (unsur-
unsur manajemen) dalam upaya pencapaian tujuan yang diinginkan, (Haerana,
2016:2-3).
2. Prinsip Manajamen
Prinsip-prinsip manajemen adalah dasar-dasar dan nilai yang menjadi inti
dari keberhasilan sebuah manajemen. Menurut Henry Fayol dalam Sukamdi
22
(2012: 31), prinsip-prinsip dalam manajemen sebaiknya bersifat lentur dalam arti
bahwa perlu dipertimbangkan sesuai dengan kondisi-kondisi khusus dan situasi-
situasi yang berubah prinsip. Prinsip-prinsip umum manajemen menurut Henry
Fayol terdiri atas:
a. Pembagian kerja
b. Wewenang dan tanggung jawab
c. Disiplin
d. Kesatuan perintah
e. Kesatuan pengarahan
f. Mengutamakan kepentingan organisasi di atas kepentingan individu
g. Penggajian pegawai
h. Pemuasatan
i. Hirarki
j. Ketertiban
k. Keadilan dan kejujuran
l. Stabilitas kondisi karyawan
m. Prakarsa
n. Semangat kesatuan
Adapun beberapa prinsip manajemen yang dipaparkan oleh Saefullah
(2012: 19) adalah :
1) Prinsip Efisiensi dan Efektivitas
2) Prinisip Pengelolaan
3) Prinsip Pengutamaan Tugas Pengelolaan
23
4) Prinsip Kepemimpinan yang Efektif
5) Prinsip Kerja Sama.
3. Fungsi Manajemen
a. Perencanaan
Perencanaan adalah sebuah proses perdana ketika hendak melakukan
pekerjaan baik dalam bentuk pemikiran maupun kerangka kerja agar tujuan yang
hendak dicapai mendapatkan hasil yang optimal. Menurut Baharuddin dan Makin
(2010:99), perencanaan adalah akivitas pengambilan keputusan mengenai sasaran
(objectives) apa yang akan dicapai, tindakan apa yang akan diambil dalam rangka
pencapaian tujuan atau sasaran dan siapa yang akan melaksanakan tugas-
tugasnya. Dalam Kartono (1994:79) dipaparkan bahwa perencanaan adalah
kegiatan menemukan sasaran ekonomis yang ingin dicapai dan memikirkan sarana
pencapainnya. Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa perencanaan adalah
suatu kegiatan atau aktivitas dalam rangka menetapkan tujuan yang ingin dicapai,
apa yang harus dilakukan, dan siapa pelaksana langkah untuk mencapai tujuan
tersebut.
Planning (perencanaan) ialah penetapan pekerjaan yang harus
dilaksanakan oleh kelompok untuk mencapai tujuan yang digariskan. Planning
mencakup kegiatan pengambilan keputusan, karena termasuk dalam pemilihan
alternatif-alternatif keputusan. Diperlukan kemampuan untuk mengadakan
visualisasi dan melihat ke depan guna merumuskan suatu pola dari himpunan
tindakan untuk masa mendatang.
24
SWOT adalah singkatan dari Strengths, Weaknesses, Opportunities, and
Threats yaitu Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman/tantangan (Sallis,
2010:221). Analisis SWOT merupakan salah satu instrumen analisis yang andal
dalam usaha mengembangkan lembaga pendidikan, bertumpu pada kekuatan dan
kelemahan yang terdapat dalam internal lembaga, sedangkan peluang dan
tantangan didasarkan pada faktor eksternal lembaga (Baharuddin dan Makin,
2010:40). Dengan mengetahui dan memperhatikan kekuatan, kelemahan, peluang,
dan ancaman di dalam dan sekitar lembaga maka usaha pemilihan strategi kerja
yang efektif akan membuahkan hasil sesuai keinginan.
Adanya kegiatan perencanaan sebelum melaksanakan suatu kegiatan
ataupun manajemen memiliki manfaat tersendiri. Di antara manfaat perencanaan
sebagaimana dipaparkan dalam Usman (2006:48) adalah sebagai berikut:
1) Standar pelaksanaan dan pengawasan.
2) Pemilihan berbagai alternatif terbaik.
3) Penyusunan skala prioritas, baik sasaran maupun kegiatan.
4) Menghemat pemanfaatan sumber daya organisasi.
5) Membantu manajer menyesuaikan diri dengan perubahan
lingkungan.
6) Alat memudahkan dalam berkoordinasi dengan pihak terkait.
7) Alat meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti.
Terkait perencanaan, Saefullah (2013: 22) pembatasan yang terakhir
merumuskan perencanaan merupakan penetapan jawaban kepada enam
pertanyaan :
25
1) Apa tindakan yang harus dikerjakan ?
2) Mengapa tindakan itu harus dikerjakan ?
3) Dimana tindakan itu harus dikerjakan ?
4) Kapan tindakan itu harus dikerjakan ?
5) Siapa yang akan mengerjakan tindakan itu ?
6) Bagaimana cara melaksanakan tindakan itu ?
1) Proses perencanaan berisi langkah-langkah:
a) Menentukan tujuan perencanaan;
b) Menentukan tindakan untuk mencapai tujuan;
c) Mengembangkan dasar pemikiran kondisi mendatang;
d) Mengidentifikasi cara untuk mencapai tujuan; dan
e) Mengimplementasi rencana tindakan dan mengevaluasi
2) Elemen Perencanaan
Perencanaan terdiri atas dua elemen penting, yaitu sasaran (goals)
dan rencana (plan). (1) Sasaran yaitu hal yang ingin dicapai oleh individu,
kelompok, atau seluruh organisasi. Sasaran sering pula disebut tujuan.
Sasaran memandu manajemen membuat keputusan dan membuat kriteria
untuk mengukur suatu pekerjaan. (2) Rencana adalah dokumen yang
digunakan sebagai skema untuk mencapai tujuan. Rencana biasanya
mencakup alokasi sumber daya, jadwal, dan tindakan-tindakan penting
lainnya. Rencana dibagi berdasarkan cakupan, jangka waktu, kekhususan,
dan frekuensi penggunaannya.
26
Tipe-tipe perencanaan terinci sebagai berikut: (1) perencanaan
jangka panjang (Long Range Plans), jangka waktu 5 tahun atau lebih; (2)
perencanaan jangka pendek (Short Range Plans), jangka waktu 1 s/d 2
tahun; (3) perencanaan strategi, yaitu kebutuhan jangka panjang dan
menentukan komprehensif yang telah diarahkan; (4) perencanaan
operasional, kebutuhan apa saja yang harus dilakukan untuk
mengimplementasikan perencanaan strategi untuk mencapai tujuan strategi
tersebut; (5) perencanaan tetap, digunakan untuk kegiatan yang terjadi
berulang kali (terus-menerus) (Terry, 1993: 60).
b. Pelaksanaan (actuating)
G.R. Terry yang dikutip oleh Baharuddin dan Makin (2010:105)
mendefinisikan actuating sebagai tindakan untuk mengusahakan agar semua
anggota kelompok suka berusaha guna mencapai sasaran-sasaran, agar sesuai
dengan perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi. Dari definisi ini dapat
dipahami bahwa dalam kegiatan actuating seorang manajer atau pemimpin
melaksanakan suatu usaha menggiatkan unsur-unsur bawahannya agar mau
bekerja dan berusaha secara sungguh-sungguh guna mencapai tujuan yang
diinginkan.
Pelaksanaan merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok
sedemikian rupa, hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai
tujuan yang telah direncanakan bersama Terry (1993:62).
Fungsi penggerakan dalam suatu organisasi adalah usaha atau tindakan
dari pimpinan dalam rangka menimbulkan kemauan dan membuat bawahan tahu
27
pekerjaannya sehingga dengan sadar menjalankan tugasnya sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan sebelumnya.
c. Evaluasi (Evaluating)
Aktivitas-aktivitas evaluasi selalu menjaga bagian integral dari
pendidikan. Evaluasi penelitian sering digunakan untuk tujuan-tujuan
pertanggungjawaban. Sekarang ini, evaluasi-evaluasi pendidikan digunakan untuk
menentukan distribusi dari sumber-sumber langka dan efektifitas dari program-
program pendidikan alternatif serta untuk membuat dan meluruskan nilai
keputusan dalam banyak aspek pendidikan.
Mengevaluasi artinya menilai kegiatan untuk menemukan indikator yang
menyebabkan sukses atau gagalnya pencapaian tujuan, sehingga dapat dijadikan
bahan kajian berikutnya. Dirumuskan solusi alternatif yang dapat memperbaiki
kelemahan-kelemahan yang ada dan meningkatkan kualitas keberhasilan pada
masa yang akan datang. Evaluasi sebagai fungsi manajemen merupakan aktivitas
untuk meneliti dan mengetahui pelaksanaan yang telah dilakukan di dalam proses
keseluruhan organisasi untuk mencapai hasil sesuai rencana atau program yang
telah ditetapkan dalam rangka pencapaian tujuan. Dengan mengetahui berbagai
kesalahan atau kekurangan, perbaikan selanjutnya dapat dilakukan dengan mudah,
dan dapat dicari problem solving yang tepat dan akurat, (Saefullah, 2012:40).
Gilbert Sax dalam Arifin (2012:23) mengemukakan : Evaluasi is process
through which a value or judgement or decision is made from variety of
observation and from the background and training of the evaluator. Berdasarkan
itu dijelaskan bahwa evaluasi adalah:
28
1) Sebuah Proses,
2) Tujuan Evaluasi adalah menentukan kualitas,
3) Dalam evaluasi harus ada pertimbangan (judgement),
4) Pemberian pertimbangan tentang nilai dan arti haruslah berdasarkan
kriteria tertentu.
Raphl Tyler dalam Tayibnafis (2000:3) memaparkan bahwa evaluasi adalah
proses untuk menentukan sejauh mana suatu tujuan dapat tercapai, sedangkan
menurut Alkin dalam Tayibnafis mendefinisikan evaluasi sebagai perbedaan apa
yang ada dengan suatu`standar apakah ada selisih. Menurut PP No. 39 Tahun
2006, Evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan realisasi masukan
(input), keluaran (output), dan hasil (outcome) terhadap rencana dan standar.
Sementara itu (Sudjiono, 2013:8) memaparkan bahwa evaluasi setidaknya
memiliki tiga macam fungsi pokok : pertama : Mengukur kemajuab, Kedua:
Menunjang penyusunan rencana, ketiga : memperbaiki atau melakukan
penyempurnaan kembali.
B. Konsep Pembelajaran
1. Pengertian Pembelajaran
Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh
pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan
mengokohkan kepribadian. Dalam konteks menjadi tahu atau proses memperoleh
pengetahuan, menurut pemahaman sains konvesional, kontak manusia dengan
alam diistilahkan dengan pengalaman (experience). Pengalaman yang terjadi
berulang kali melahirkan pengetahuan (knowledge), atau a body of knowledge.
Definisi ini merupakan definisi umum dalam pembelajaran sains secara
29
konvesional, dan beranggapan bahwa pengetahuan sudah terserak di alam, tinggal
bagaimana siswa atau pembelajar bereksplorasi, menggali dan menemukan
kemudian memungutnya, untuk memperoleh pengetahuan, (Suyono&Hariyanto,
2011:9).
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu yang relatif tetatp
sebagai hasil dari pengalaman, (Skinner, 2013:98). Pembelajaran merupakan
upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh
dan berkembang secara optimal. Proses belajar bersifat internal dan unik dalam
diri individu siswa, sedangkan proses pembelajaran bersifat eksternal yang
sengaja direncanakan dan bersifat rekayasa prilaku. Pembelajaran biasanya
menjadi perhatian psikologi pendidikan, (Triwiyanto, 2015:33).
Pembelajaran merupakan kegiatan yang bertujuan, yaitu membelajarkan
siswa. Proses membelajaran itu merupakan rangkaian kegiatan yang melibatkan
berbagai komponen, (Sanjaya, 2011:196).
2. Metode Pembelajaran
Metode merupakan satu kata yang murujuk pada cara yang akan
digunakan untuk mencapai sebuah tujuan yang diharapkan. Dan jika dikaitkan
dengan proses pembelajaran, maka definisi metode pembelajaran dapat diartikan
sebagai suatu cara yang dipilih oleh pendidik untuk mengoptimalkan proses
belajar mengajar yang bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan.
Metode pembelajaran ini memiliki peran yang penting dalam proses
pembelajaran, selain agar proses belajar mengajar tidak membosankan, peserta
30
didik juga akan semakin mudah mencerna materi yang diberikan. Untuk itulah
ketika memilih sebuah metode pendidik harus memperhatikan karakteristik
peserta didik. Pendidik dapat menggunakan metode yang berbeda untuk tiap
kelasnya disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik peserta didik.
a. Macam-Macam Metode Pembelajaran
Ada beberapa jenis metode pembelajaran yang umum digunakan dalam
proses pembelajaran. Metode yang paling umum digunakan adalah metode
ceramah. Namun terkadang metode ini menjadi cukup membosankan apabila
tidak disertai oleh kemampuan manajemen kelas yang kurang. metode ceramah
biasanya dibarengi dengan metode tanya jawab untuk mengetahui sejauh mana
pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah disampaikan.
Metode pembelajaran selanjutnya adalah metode diskusi. Metode ini
dilakukan dengan menyajikan sebuah materi untuk kemudian dianalisis secara
terbuka hingga ditemukan sebuah penyelesaian masalahnya. Metode ini akan
lebih efektif jika melibatkan seluruh peserta didik. Selain itu pendidik juga dapat
mengkolaborasikan metode ini dengan metode pemberian tugas baik secara
individu ataupun kelompok yang selanjutnya dipresentasikan dan didiskusikan
secara terbuka di kelas.
Selanjutnya ada metode eksperimen, yang merupakan sebuah metode yang
akan memberikan kesempatan peserta didik untuk melakukan uji coba terhadap
sebuah materi yang telah dipelajarinya. Melalui metode ini peserta didik diberi
kesempatan untuk mengamati, menganalisis dan membuktikan sendiri teori yang
telah dipelajarinya.
31
Metode pembelajaran yang kelima adalah metode demonstrasi, metode ini
juga sangat umum dilakukan dalam proses pembelajaran. Dilakukan dengan
memperagakan atau menunjukkan proses ataupun cara kerja dari materi yang
sedang dipelajari untuk selanjutnya ditirukan oleh peserta didik. Dan terakhir
adalah metode tutorial. Dalam proses pembelajaran metode ini dapat sesekali
dilakukan baik secara kelompok ataupun individu. Namun sebelumnya pendidik
harus menjelaskan mengenai materi secara umum, untuk selanjutnya dikerjakan
oleh peserta didik dengan bimbingan guru, (http://artikel-az.com/pengertian-
metode-pembelajaran/, diakses 03 Februari 2016: 21;16).
C. Kitab Kuning dan Pondok Pesantren
1. Pengertian Kitab Kuning
Di kalangan pondok pesantren sendiri disamping istilah kitab kuning
beredar juga istilah “kitab Klasik” (al-kutub al-qadimah), untuk menyebut jenis
kitab yang sama. Bahkan karena tidak dilengkapi dengan sandangan (syakl), kitab
kuning juga kerap disebut oleh kalangan pondok pesantren sebagai “kitab
gundul.” Dan karena rentang waktu sejarah yang sangat jauh dari kemunculannya
sekarang, tidak sedikit yang menjuluki kitab kuning ini dengan “kitab kuno.”
Dalam tradisi intelektual Islam untuk penyebutan istilah kitab karya ilmiah
para ulama itu dibedakan berdasarkan kurun waktu atau format penulisannya.
Kategori pertama disebut kitab-kitab klasik (al-kutub al-qadimah), sedangkan
kategori kedua disebut kitab-kitab modern (al-kutub al-‘ashriyyah). Apa yang
disebut dengan kitab kuning adalah pada dasarnya mengacu kepada kategori
pertama yakni kitab klasik (al-kutub al-qadimah).
32
Pengajaran kitab-kitab ini meskipun berjenjang namun materi yang
diajarkan kadang-kadang berulang-ulang. Hanya berupa pendalaman dan
perluasan wawasan santri. Memang ini menjadi salah satu bentuk
penyelenggaraan pengajaran pondok pesantren yang diselenggarakan berdasarkan
sistem (kurikulum) kitabi. Berdasarkan pada jenjang ringan beratnya muatan
kitab. Tidak berdasarkan tema-tema (maudhlu’i) yang memungkinkan tidak
terjadinya pengulangan namun secara komprehensif diajarkan pemateri pada para
santri. Meski diajarkan dengan sistem kitabi tetap terjaga sistematika kitab,
berdasarkan pada fan-nya (Departemen Agama, 2003:50-51).
Kurikulum pesantren “salaf” yang statusnya sebagai lembaga pendidikan
non-formal hanya mempelajari kitab-kitab klasik yang meliputi: Tauhid, Tafsir,
Hadits, Fiqh, Ushul Fiqh, Tasawwuf, Bahasa Arab (Nahwu, Sharaf, Balaghah dan
Tajwid), Mantiq dan Akhlak. Pelaksanaan kurikulum pendidikan pesantren ini
berdasarkan kemudahan dan kompleksitas ilmu atau masalah yang dibahas dalam
kitab, sehingga dikenal tingkat awal (ula), menengah (wustha) dan tingkat
lanjutan (ulya). Gambaran naskah agama yang harus dibaca dan dipelajari oleh
santri, menurut Zamakhsyari Dhofier mencakup kelompok “Nahwu dan Sharaf,
Ushul Fiqh, Hadits, Tafsir, Tauhid, Tasawwuf, cabang-cabang yang lain seperti
Tarikh dan Balaghah.
2. Jenis-Jenis Kitab Kuning
Jenis dan kitab yang diajarkan berdasarkan tingkatnya antara lain sebagai berikut:
a. Tingkat Dasar
1) Al-Qur’an
33
2) Tauhid : Al-Jawahr al-Kalamiyah
Ummu al-Barohim
3) Fiqih : Safinah al-Sholah
Safinah al-Naja’
Sullama atTaufiq
Sullama al-Munajat
4) Akhlak : Al-Washaya al-Wadlih
Al-Akhlaq li al-Banin/Banat
5) Nahwu : Nahw al-Wadlih
Al-Ajrumiah
6) Sharaf : Al-Amtsilah al-Thasrifiyyah
Matn al-Bina wa al-Asas
b. Tingkat Menengah Pertama
1) Tajwid : Tuhfah Al-Athfal
Hidayah al-Mustahfid
Mursyid al-Wildan
Syifa’ al-Rahman
2) Fiqih : Fath al-Qarib (Tarqib)
Minhaj al-Qawim
3) Tauhid : Aqidah al-‘Awwam
al-Din al-Islami
4) Akhlaq : Ta’lim al-Muta’allim
5) Nahwu : Mutamimmah
Nazham ‘Imrithi
Al-Makudi
Al-Asymawi
6) Sharaf : Nazham Maksud
Al-Kaylani
7) Tarikh : Nur al-Yaqin
c. Tingkat Menengah Atas
1) Tafsir : Tafsir al-Quran al-Jalalain
34
Al-Maraghi
2) Ilmu Tafsir : Al-Tibyan fi’Ulum Al-Quran
Mabahits al-Hadits
Manahil al-Irfan
3) Hadits : Al-Arbain al-Nawawi
Mukhtar al-Hasits
Bulugh al-Maram
Jawahir al-Bukhari
Al-jami’ al-Shaghir
4) Mushthalah
Al-Hadist : Minhah al-Mughits
Al-Baiquniyyah
5) Tauhid : Tuhfah al-Murid
Al-Husna al-Hamidiyah
Al-Aqidah al-Islamiyah
Kifayah al-‘Awwam
6) Fiqh : Kifayah al-Akhyar
Fath al-Mu’in
Al-Bajuri
Minhaj al-Thullab
Minhaj al-Tholibin
Kasyifah al-Saja’
7) Ushul Fiqih : Al-Waraqat
Al-Sulam
Al-Bayam
Al-Luma’
8) Nahwu dan
Sharaf : Alfiyah ibn Malik
Qawa’id al-Lughah al-Arabiyyah
Syarh Ibn’Aqil
Al-Syabrawi
35
Al-I’laal
I’laal al-Sharf
9) Akhlaq : Minhaj al-Abidin
Irsyad al’Ibad
10) Tarikh : Ismam al-Wafaq
11) Balaghah : Al-Jauhar al-Maknun
d. Tingkat Tinggi
1) Tauhid : Fath al-ajid
2) Tafsir : Tafsir Al-Quran al-Azhim (Ibnu Katsir)
Fi Dzilal Al-Quran
3) Ilmu Tafsir : Al-Itqon fi’Ulum Al-Qur’an
Itmam al-Dirayah
4) Hadits : Riyadl al-Sholihin
Al-Lu’lu’ wa al-Marjan
Shahih al-Bukhari
Shahih Muslim
Tajried al-Sharih
5) Musthalah
al-Hadits : Alfiyah al-Suyuthi
6) Fiqih : Fath al-Wahhab
Al-Iqna’
Al-Muhadzdzab
Al-Mahalli
Al-Fiqh’ ala al-Madzahid al-Arba’ah
Bidayah al-Mujtahid
7) Ushul al-Fiqih : Latha’if al-Syarah
Ushul al-Fiqh
Jam’ al-Jawami’
Al-Asybah wa al-Nadza’ir
Al-nawahib al-Saniyah
8) Bahasa Arab : Jami’ al-Durus al-Arabiyyah
36
9) Balaghah : Uqud al-Juman
Al-Balaghah al-Wadhihah
10) Mantiq : Sullam al-Munauraq
11) Akhlaq : Ihya ‘Ullum al-Din
Risalah al-Mu’awanah
Bidayah al-Hidayah
12) Tarikh : Tarikh Tasyri’
Kitab kitab tersebut di atas pada umumnya dipergunakan dalam pengajian
kitab standar pondok-pondok pesantren. Namun masih sangat banyak lagi kitab-
kitab yang dapat dipergunakan untuk pendalaman dan meperluas pengetahuan
ajaran Islam, (Departemen Agama, 2003:21).
3. Sejarah Pondok Pesantren
Pesantren sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran Islam dimana
didalamnya terjadi interaksi antara kyai atau ustadz sebagai guru dan para santri
sebagai murid dengan mengambil tempat di masjid atau di halaman-halaman
asrama (pondok) untuk mengaji dan membahas buku-buku teks ini lebih dikenal
dengan sebutan kitab kuning, (Departemen Agama, 2003:3). Pesantren merupakan
aset nasional dan memiliki peran besar dalam upaya mencerdaskan kehidupan
bangsa.Dilihat dari sejarah perkembangannya, pondok pesantren tetap eksis dan
konsisten menjalankan fungsinya sebagai pusat pengajaran ilmu agama Islam
yang melahirkan kader ulama, ustadz, mubaligh yang kehadirannya amat sangat
dibutuhkan masyarakat.
Pesantren menurut struktur bahasa Indonesia, kata pesantren menunjukan
tempat, yakni tempat untuk mengajar dan mendidik para santri yang hendak
mempelajari dan mendalami ilmu-ilmu agama Islam. Menurut Nurcholis Madjid,
37
secara historis pesantren tidak hanya mengandung makna keislaman, tetapi juga
makna keaslian Indonesia, sebab cikal bakal lembaga yang dikenal sebagai
pesantren dewasa ini sebenarnya sudah ada pada masa Hindu-Budha, dan Islam
Tingal meneruskan, melestarikan dan mengislamkan, (Islami, 1997:105).
Pesantren adalah lembaga pendidikan tertua setelah rumah tangga,
sekalipun demikian perhatian para peneliti terhadap peneliti pesantren belumlah
begitu lama dimulai. Hasil-hasil penelitiannya itu sudah diedarkan berupa
makalah, majalah dan buku. Namun rahasia pesantren belum diungkapkan oleh
para peneliti. Sebagian dari yang belum diungkapkan itu adalah bagian-bagian
yang memang amat sulit di ungkapkan, (Tafsir, 2010:191).
Kehadiran pesantren sebagai sebuah institusi pendidikan Islam sudah
cukup lama, boleh dikatakan hampir bersamaan tuanya dengan Islam di Indonesia.
Esensi pesantren telah ada sebelum Islam masuk ke Indonesia, (Daulay,
2009:123).
4. Tipologi Pondok Pesantren
Pondok pesantren sesuai dengan zaman pasti mengalami perubahan-
perubahan dari bentuknya maupun dari substansi pesantren tersebut, karena
seiring dengan laju perkembangan masyarakat, dampak perkembangan IPTEK
yang mempengaruhi, maka pendidikan pesantren baik tempat mengalami
perubahan. Tetapi pesantren tidak kehilangan ciri khasnya dan nilai-nilai dari
kepesantrenan itu sendiri, tetapi pesantren itu dapat berubah dan bermetamorfosis
menjadi sebuah lembaga pendidikan Islam yang komplek dan tidak sesederhana
dahulu ketika pertama berdirinya.
38
Secara faktual ada beberapa tipe pondok pesantren yang berkembang di
masyarakat (Ghazali, 2003:32) :
a. Pondok pesantren tradisional
Ini merupakan pondok pesantren yang tetap menjaga kekhasan nya
yaitu semata-mata mengajarkan kitab-kitab klasik yang di tulis oleh
ulama sekitar abad ke 15. System pembelajaran berupa halaqah yang
di laksanakan di mesjid atau surau, tidak ada sebuah kurikulum yang
jelas dan terstrukttur semua hanya tergatung pada kyainya. Santri nya
menetap di asrama (kobong), adapula santri yang tidak menetap
(santri kalong).
b. Pondok pesantren modern
Pondok pesantran ini merupakan pengembangan dari tipe pesantren
sebelumnya yang mana sudah mengadopsi seluruh system klasikal dan
mulai meninggalkan sistem tradisional. Perbedaan mulai nampak dari
penggunaan kurikulum dan penggunaan kelas-kelas sebagai tempat
belajar, kyai sebagai coordinator pembelajaran dan beliau pula yang
turun langsung mengajar di lapangan.
c. Pondok pesantren komprehensif
Pondok pesantren ini disebut koprehensif karena sudah
mengintegrasikan antara yang tradisional dengan modern. Disana
tetap dikembang pembelajaran kitab kuning dan keilmuan tradisional
lainnya namun seraca regular system persekolahan pun terus
dikembangkan. Yang membedakan antara tipe 1 dan 2 adalah pada
39
tipe pesantren ini adalah adanya pengaplikasian pembelajaran
keterampilan.
Menurut Mas’ud dkk (2002:149-150), ada beberapa tipologi atau model
pondok pesantren yaitu :
1) Pesantren yang mempertahankan kemurnian identitas aslinya sebagai
tempat mendalami ilmu-ilmu agama (tafaqquh fi-I-din) bagi para
santrinya. Semua materi yang diajarkan dipesantren ini sepenuhnya
bersifat keagamaan yang bersumber dari kitab-kitab berbahasa arab
(kitab kuning) yang ditulis oleh para ulama’ abad pertengahan.
Pesantren model ini masih banyak kita jumpai hingga sekarang, seperti
pesantren Lirboyo di Kediri Jawa Timur, beberapa pesantren di daeah
Sarang Kabupaten Rembang, Jawa tengah dan lain-lain.
2) Pesantren yang memasukkan materi-materi umum dalam
pengajarannya, namun dengan kurikulum yang disusun sendiri menurut
kebutuhan dan tidak mengikuti kurikulum yang ditetapkan pemerintah
secara nasional sehingga ijazah yang dikeluarkan tidak mendapatkan
pengakuan dari pemerintah sebagai ijazah formal.
3) Pesantren yang menyelenggarakan pendidikan umum di dalamnya, baik
berbentuk madrasah (sekolah umum berciri khas Islam di dalam
naungan DEPAG) maupun sekolah (sekolah umum di bawah
DEPDIKNAS) dalam berbagai jenjangnya, bahkan ada yang sampai
Perguruan Tinggi yang tidak hanya meliputi fakultas-fakultas
40
keagamaan melainkan juga fakultas-fakultas umum. Pesantren Tebu
Ireng di Jombang Jawa Timur adalah contohnya.
4) Pesantren yang merupakan asrama pelajar Islam dimana para santrinya
belajar disekolah-sekolah atau perguruan-perguruan tinggi diluarnya.
Pendidikan agama dipesantren model ini diberikan diluar jam-jam
sekolah sehingga bisa diikuti oleh semua santrinya. Diperkirakan
pesantren model inilah yang terbanyak jumlahnya.
Sementara itu Nur Shodiq (2011:21) memaparkan terkait tipologi pondok
pesantren, antara lain :
Pondok pesantren dilihat dari ilmu yang diajarkan. Apapun bentuk dan
tipenya, sebuah institusi dapat disebut sebagai Pondok Pesantren apabila memiliki
sekurang-kurangnya tiga unsur pokok, yaitu: (1) Pondok pesantren dilihat dari
ilmu yang diajarkan. Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan pesantren
yang begitu pesat maka pesantren diklasifikasikan menjadi 3 macam yaitu: (1)
pesantren tradisional (salafiyah), (2) pesantren modern (kalafiyah), dan (3)
pesantren komprehensif sebagaimana berikut ini:
1) Pesantren tradisional (Salafiyah)
Pesantren tradisional (salafiyah) yaitu pesantren yang masih tetap
mempertahankan bentuk aslinya dengan semata-mata mengajarkan
kitab yang ditulis oleh ulama abad ke 15 M dengan menggunakan
bahasa Arab. Pola pengajaranya dengan menggunakan system
“halaqah", artinya diskusi untuk memahami isi kitab bukan untuk
41
mempertanyakan kemungkinan benar salahnya yang diajarkan oleh
kitab, tetapi untuk memahami apa maksud yang diajarkan oleh kitab.
2) Pesantren Modern (Khalafiyah)
Pesantren Modern (Khalafiyah) yaitu pondok pesantren yang
berusaha mengintegrasikan secara penuh sistem klasikal dan sekolah
kedalam pondok pesantren. Pengajian kitab-kitab klasik tidak lagi
menonjol, bahkan ada yang hanya sekedar pelengkap, tetapi berubah
menjadi mata pelajaran atau bidang studi. Perkembangan ini sangat
menarik untuk diamati sebab hal ini akan mempengatuhi keseluruhan
sistem tradisi pesantren, baik sistem kemasyarakatan, agama, dan
pandangan hidup.
3) Pondok Pesantren Komprehensif
Pondok pesantren komprehensif yaitu pondok pesantren yang
menggabungkan sistem pendidikan dan pengajaran antara yang
tradisional dan yang modern. Artinya di dalamnya diterapkan
pendidikan dan pengajaran kitab kuning dengan metode sorogan,
bandongan dan wetonan, namun secara reguler sistem persekolahan
terus dikembangkan. Lebih jauh daripada itu pendidikan
masyarakatpun menjadi garapannya, kebesaran pesantren dengan akan
terwujud bersamaan dengan meningkatnya kapasitas pengelola
pesantren dan jangkauan programnya di masyarakat.
42
5. Unsur-Unsur Pesantren
Zamarkhsyari Dhofier (2011:78-93), beranggapan bahwa untuk dapat
memahami keaslian suatu pondok pesantren, setidaknya terdapat lima unsur yang
harus ada yaitu: 1) Pondok sebagai asrama santri, 2) masjid sebagai sentral
peribadahan dan pendidikan agama Islam, 3) pengajaran Islam klasik, 4) santri
sebagai peserta didik, 5) kyai sebagai pemimpin dan pengajar di pondok
pesantren.
Untuk mengetahui lebih jelasnya tentang unsur-unsur pesantren tersebut
akan dibahas sebagai berikut :
a. Kyai
Menurut Zamakhsyari Dhofier (2011:93), Kyai merupakan elemen
paling esensial dari suatu pesantren. Pesantren pada dasarnya adalah
sebuah asrama pendidikan Islam tradisional dimana para siswanya tinggal
bersama dan belajar dibawah bimbingan guru yang lebih dikenal dengan
sebutan kyai. Kyai adalah pengasuh yang menjaga nilai agama, (Mastuhu,
1994:12).
Kyai merupakan figure setiap pesantren central figure kyai bukan
saja karena keilmuannya, melainkan juga karena kiailah yang menjadi
pendiri, pemilik dan pewakap pesantren itu sendiri. maju mundurnya satu
pesantren ditentukan oleh wibawa dan karisma sang kyai. Kyai merupakan
tokoh sentral dalam kehidupan pesantren yang memiliki otoritas dan
wewenang yang mampu menentukan segala aspek dalam proses
pendidikannya. Sebagai tokoh sentral dalam dunia pesantren seorang Kyai
43
diumpamakan sebagai (jantung) yang harus berdetak setiap saat. Oleh
karena itu kedudukannya sangat besar sekali terhadap maju mundurnya
sebuah lembaga pondok pesantren dan sering kali ia mempunyai
kekuasaan mutlak dalam arti berjalan atau tidaknya roda kegiatan pondok
pesantren itu tergantung izin, kebijakan dan restu Kyai, (Suharto,
2011:82).
Dalam hal ini yang dimaksud Kyai yaitu, merupakan pengasuh
pondok pesantren, pembimbing para santri dan tokoh agama/masyarakat
yang berada di tengah-tengah masyarakat sekitarnya. Pernyataan ini,
bukan semata-semata karena kedalaman ilmu keagamaan yang
dimilikinya, melainkan karena kesabarannya dalam membina santri dan
peranannya sebagai pemimpin nonformal bagi masyarakat lingkungannya
yaitu sebagai tempat bertanya segala macam masalah, meminta fatwa dan
pertimbangan.
Peran yang ditampilkan kyai khususnya kepada santri di
pesantrennya, mampu memengaruhi sikap dan sifat santri tidak hanya pada
para santri berada dilingkungan pondok pesantren. Pengaruh kyai masih
melekat di hati santri, walaupun mereka telah menjadi alumni. Jangkauan
pengaruh yang panjang dan luas itu, dapat diperhatikan dari usaha para
alumni pondok pesantren dalam membangun masyarakat secara
keseluruhan. Yang lebih penting dari itu adalah, kyai dalam melaksanakan
peran dan fungsinya penuh keikhlasan.Inilah orientasi dan prestasi kyai di
pondok pesantren yaitu kyai mengajarkan dasar-dasar Al-qur’an dan Kitab
44
Kuning kepada santri atau masyarakat semata-mata karena lillahi ta’ala
tanpa maksud-maksud tertentu.
b. Santri
Santri merupakan unsur pokok dari suatu pesantren, menurut
pengertian yang muncul dikalangan pesantren seseorang bisa disebut Kyai
apabila memiliki pesantren dari santri yang tinggal dipondok pesantren
tersebut untuk mempelajari ilmu agama.
Pengguaan istilah santri ditujukan kepada orang yang sedang
menuntut ilmu pengetahuan agama di pondok pesantren. Para santri
tinggal di dalam pondok dan mereka disana dituntut untuk hidup mandiri
terutama dalam hal memasak dan mencuci, mereka belajar tanpa terikat
waktu, ibadah merupakan suatu keutamaan.
Ahmad Muthohar (2007:35), berpendapat bahwa santri ini dapat
digolongkan kepada dua kelompok, yaitu:
a) Santri mukim, yaitu santri yang berdatangan dari tempat-tempat yang
jauh yang tidak memungkinkan dia untuk pulang kerumahnya, maka dia
mondok (tinggal) di pesantren. Sebagai santri mukim mereka memiliki
kewajiban-kewajiban tertentu.
b) Santri kalong, yaitu siswa-siswa yang berasal dari daerah sekitar yang
memungkinkan mereka pulang ketempat kediaman masing-masing.
Santri kalong ini mengikuti pelajaran dengan cara pulang pergi antara
rumahnya dengan pesantren.
45
Sementara itu Abdul Halim Soebahar (2013:38) mengatakan santri
adalah peserta didik yang belajar atau menuntut ilmu di pesantren. Santri
juga bisa disebut murid, mereka adalah generasi yang membutuhkan
sesuatu, berkehendak dan berkeinginan terhadap penguasaan ilmu
pengetahuan.
Santri adalah seseorang yang belajar ilmu-ilmu agama secara
mendalam disebuah pondok pesantren dengan kitab kuning sebagai
sumber kajian dan mereka juga hidup dalam kesederhanaan dan
kemandirian dengan senantiasa memegang teguh nilai-nilai agama dalam
pergaulan sehari-hari.
c. Masjid
Secara harfiah masjid adalah tempat untuk bersujud. Namun dalam
arti terminologi, masjid diartikan sebagai tempat khusus untuk melakukan
aktivitas ibadah dalam arti yang luas. Masjid juga merupakan komponen
yang tidak bisa dipisahkan dari pesantren (Abdul Halim Soebahar
2013:40).
Masjid merupakan elemen yang tidak dapat dipisahkan dengan
pesantren dan dianggap sebagai tempat yang paling tepat untuk mendidik
para santri, terutama praktek sembahyang lima waktu, khutbah dan
sembahyang jum’at, dan pengajaran kitab-kitab Islam klasik (Zamakhsyari
Dofier, 2011:84). Di lingkungan pesantren, masjid memang bukan satu-
satunya bangunan, karena disekitarnya masih ada atau banyak lagi
bangunan yang lain, seperti rumah kyai, asrama santri putra/putri,
46
madrasah. Tetapi bagaimanapun juga masjid merupakan tempat serba guna
yang disetiap waktu dikunjungi warga pesantren, malah terkadang juga
masyarakat di sekitar.
Para santri memfungsikan masjid sebagai tempat menghapal dan
mengulang pelajaran, bahkan juga sebagai tempat tidur santri pada malam
hari, pada waktu-waktu tertentu biasanya sebelum dan sesudah shalat
wajib, para santri menghapal pelajaran mereka di masjid.
Masjid merupakan komponen pondok pesantren yang memiliki
kedudukan strategis dalam kegiatan belajar mengajar di pesantren. Masjid
sebagai tempat ibadah untuk orang Islam, sebagai tempat belajar dan
menghapal santri di malam hari.
d. Pondok
Sebuah pesantren pada dasarnya merupakan tempat atau asrama
bagi para santri dalam lembaga sitem pendidikan tradisional itu. Para
santri tinggal bersama dan belajar dibawah bimbingan kyai. Biasanya
asrama para santri itu miliknya para kyai. Asrama atau tempat belajar
santri yang sering disebut dengan pondok itu merupakan ciri khas tradisi
pesantren, Azyumardi Azra (2000:98) menjelaskan bahwa ada tiga alasan
utama pesantren harus mempunyai pondok (asrama) itu:
a) Kemasyhuran seorang kyai dan kedalaman pengetahuannya tentang
Islam menarik santri-santri jauh. Agar para santri dapat mempelajari
ilmu dari sang kyai dengan teratur, lancar dan baik, ia harus tinggal di
47
kediaman kyai. Dalam hal ini berarti harus ada asrama atau tempat
tinggal untuk santri. Itulah yang dinamakan dengan pondok.
b) Hampir semua pesantren berada di desa dimana tidak tersedia
perumahan yang cukup untuk dapat menampung santri. Maka dalam hal
ini dibutuhkan pondok sebagai asrama khusus para santri tersebut.
c) Ada sikap timbal balik antara kyai dan santri, dimana para santri
menganggap kyai-Nya seolah-olah sebagai bapaknya sendiri, begitu
pula sebaliknya para kyai juga menganggap para santri merupakan
titipan Tuhan yang harus dilindungi.
6. Metode dan Model Pembelajaran Pondok Pesantren
Pondok pesantren sebagai sebuah institusi pendidikan Islam tertua,
tentunya memiliki ciri dan khas nya yang menjadikan institusi ini langgeng
sampai dengan sekarang. Salah satu yang menjadi ciri khas dalam pembelajaran
pesantren adalah beraneka macamnya metode dan model yang digunakan, salah
satunya metode yang digunakan di pondok pesantren adalah metode sorogan.
Metode sorogan tersebut merupakan kegiatan pembelajaran bagi para santri yang
lebih menitik beratkan pada pengembangan kemampuan perseorangan di bawah
bimbingan kyai. Disamping sorogan, masih ada metode dan model lain yang
menjadi ciri khas dalam pembelajaran pesantren yaitu :
“Metode Bandongan, disebut dengan wetonan, pada metode ini dilaklukanoleh seorang kyai terhadap sekelompok peserta didik atau santri untukmendengarkan dan menyimak apa yang dibacakan dari sebuah kitab. MetodeMusyawarah/Bashul Masaail, merupakan metode pembelajaran yang lebih miripdengan metode diskusi atau seminar. Beberapa santri tertentu membentuk halaqahyang di pimpin langsung oleh Kyai dan santri senior, untuk mengkaji sebuahpermasalah. Metode Pengajian Pasaran, adalah kegiatan belajar para santri
48
melalui pengkajian materi kepada seorang ustadz yang dilakukan olehsekelompok santri selama tenggang waktu tertentu.
Metode Muhafadzah, adalah kegiatan pembelajaran santri dengan caramenghafal suatu teks di bawah bimbingan dan pengawasan ustadaz. Metodedemonstrasi, adalah cara pembelajaran yang dilakukan dengan memeragakansuatu keterampilan dalam hal ibadah, di bawah petunjuk dan bimbingan ustadz.Metode Rihlah Ilmiah, adalah kegiatan pembelajaran yang di selenggarakanmelalui kegiatan kunjungan menuju suatu tempat tertentu dengan tujuan mencariilmu.
Metode Muhadatsah, adalah latihan bercakap dengan bahasa arab yangdiwajibkan oleh pondok pesantren kepada para santri selama mereka tinggal dipondok pesantren. Metode Mudzakarah, pertemuan ilmiah yang membahasmasalah diniyah, ibadah, aqidah dan masalah agama pada umumnya. MetodeRiyadhah, merupakan salah satu metode pembelajaran di pondok pesantren yangmenekankan pada olah batin untuk mencapai kesucian hati para santri denganberbagai cara berdasarkan petunjuk Kyai, (Depag, 2003:74-113).
Pesantren begitu lekat dengan berbagai macam tradisi yang menjadi bagian
yang tidak terpisahkan dari pesantren itu sendiri, adapun tradisi pesantren itu
sendiri menurut Nata (2012:310-319), antara lain yaitu: 1) Tradisi rihlah ilmiah, 2)
Tradisi menulis buku, 3) Tradisi meneliti, 4) Tradisi membaca kitab kuning, 5)
Tradisi berbahasa arab, 6) Tradisi mengamalkan Thariqat, 7) Tradisi menghafal,
8) Tradisi berpolitik, 9) Tradisi lainnya.
D. Manajemen Pembelajaran Kitab Kuning
Davis (dalam Haerana, 2016:23) “menetapkan manajemen pembelajarandalam empat fungsi, yaitu planning, organizing, leading dan controlling. Peranguru dalam melaksanakan fungsi manajemen pembelajaran itu sangatlahmendasar, sehingga guru dalam proses pembelajaran adalah seorang manajerkarena guru bertugas mempersiapkan, mengorganisasikan, melaksanakan danmelakukan penilaian pembelajaran. Keefektifan manajemen pembelajran dapatdicapai apabila fungsi manajemen dalam pembelajaran yang meliputi fungsiperencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan diimplementasikandengan baik dan benar dalam program pembelajaran.”
49
1. Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan adalah suatu cara pemilihan dan penentuan langkah-langkah
atau cara-cara yang dapat dilakukan dengan didasarkan pada kemampuan
intelektual yang dimiliki sehingga menghasilkan suatu rancangan kerja di masa
depan untuk mewujudkan pencapaian tujuan yang diinginkan. Perencanaan
merupakan tahap awal dari semua kegiatan untuk itu penyusunannya harus
mempertimbangkan berbagai aspek, sebab kualitas hasil atau pencapaian tujuan
sangat bergantung pada kematangan perencanaan. Perencanaan proses
pembelajaran terkait dengan penentuan langkah awal kegiatan sebelum
pelaksanaan pembelajaran dilakukan, (Haerana, 2016:35-38).
Sedangkan menurut Sagala dalam Haerana (2016:38) mengemukakan,“perencanaan pembelajaran pada prinsipnya meliputi: (1) menetapkan apa yangmau dilakukakn oleh guru, kapan dan bagaimana cara melakukannya dalamimplementasi pembelajaran, (2) membatasi sasaran atas dasar tujuan instruksionalkhusus dan menetapkan pelaksanaan kerja untuk mencapai hasil yang maksimalmelalui proses penentuan target pembelajaran, (3) mengembangkan alternatif-alternatif yang sesuai dengan strategi pembelajaran, (4) mengumpulkan danmenganalisis informasi yang penting untuk mendukung kegiatan pembelajarandan (5) mempersiapkan dan mengkomunikasikan rencana-rencana dan keputusan-keputusan yang berkaitan dengan pembelajaran kepada pihak-pihak yangberkepentingan. Jika prinsip-prinsip ini terpenuhi, secara teoritik perencanaanpembelajaran itu akan memberi penegasan untuk mencapai tujuan sesuai skenarioyang disusun.”
2. Pelaksanaan Pembelajaran
Menurut Mulyasa dikutip Haerana (2016:45), pada umumnya pelaksanaan
pembelajaran mencakup tiga kegiatan, yakni pembukaan, pembentukan
kompetensi dan penutup.
50
Dalam Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses,
pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan
pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
a. Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru:
1) menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti
proses pembelajaran;
2) mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan
sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;
3) menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan
dicapai;
4) menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan
sesuai silabus.
b. Kegiatan Inti
Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk
mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi
proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.
51
1) Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
a) Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam
tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan
prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;
b) Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media
pembelajaran, dan sumber belajar lain;
c) Memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara
peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
d) Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran; dan
e) Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium,
studio, atau lapangan.
2) Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
a) Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam
melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna;
b) Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan
lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun
tertulis;
c) Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan
masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
52
d) Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan
kolaboratif;
e) Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk
meningkatkan prestasi belajar;
f) Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang
dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun
kelompok;
g) Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual
maupun kelompok;
h) Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival,
serta produk yang dihasilkan;
i) Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan
kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.
3) Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
a) Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan,
tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,
b) Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi
peserta didik melalui berbagai sumber,
c) Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh
pengalaman belajar yang telah dilakukan,
d) Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang
bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:
53
e) Berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab
pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengar
menggunakan bahasa yang baku dan benar
f) Membantu menyelesaikan masalah;
g) Memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil
eksplorasi;
h) Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;
i) Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum
berpartisipasi aktif.
c. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
1) Bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat
rangkuman/kesimpulan pelajaran;
2) Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;
3) Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
4) Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran
remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan
tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil
belajar peserta didik;
5) menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
(https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/05/26/standar-
pelaksanaan-proses-pembelajaran/, diakses 03 Februari 2017, 21;41).
54
3. Evaluasi Pembelajaran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, evaluasi berarti penilaian (KBBI,
1996 : 272). Sedangkan Evaluasi menurut Suharsimi Arikunto (2004 : 1) adalah
kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang
selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat
dalam mengambil keputusan. Nurgiyantoro (1988 : 55) menyebutkan bahwa
evaluasi adalah proses untuk mengukur kadar pencapaian tujuan. Ia lebih lanjut
menjelaskan bahwa evaluasi yang bersinonim dengan penilaian tidak sama
konsepnya dengan pengukuran dan tes meskipun ketiga konsep ini sering
didapatkan ketika masalah evaluasi pendidikan dibicarakan. Dengan demikian,
evaluasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui
keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan
dengan suatu tolak ukur untuk memperoleh suatu kesimpulan.
Fungsi utama evaluasi adalah menelaah suatu objek atau keadaan untuk
mendapatkan informasi yang tepat sebagai dasar untuk pengambilan keputusan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah proses mendeskripsikan,
mengumpulkan dan menyajikan suatu informasi yang bermanfaat untuk
pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
Gilbert Sax dalam Arifin (2012:23) mengemukakan : Evaluasi is process
through which a value or judgement or decision is made from variety of
observation and from the background and training of the evaluator. Berdasarkan
itu dijelaskan bahwa evaluasi adalah 1. Sebuah Proses, 2. Tujuan Evaluasi adalah
menentukan kualitas, 3. Dalam evaluasi harus ada pertimbangan (judgement), 4.
55
Pemberian pertimbangan tentang nilai dan arti haruslah berdasarkan criteria
tertentu.
Tujuan umum evaluasi pembelajaran adalah untuk menghimpun bahan-bahan
keterangan yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf perkembangan atau
taraf kemajuan yang dialami oleh para peserta didik setelah meraka mengikuti
proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Serta menghimpun informasi
yang dijadikan dasar untuk mengetahui taraf kemajuan, taraf perkembangan, taraf
pencapaian kegiatan belajar peserta didik.
Tujuan khusus evaluasi pembelajaran adalah :
a. Untuk merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh program
pendidikan.
b. Untuk mencari dan menemukan faktor penyebab keberhasilan dan
ketidakberhasilan peserta didik dalam mengikuti program pendidikan
sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau cara-cara
perbaikannya.
c. Untuk mengetahui kemajuan hasil belajar peserta didik.
d. Mengetahui potensi yang dimiliki siswa.
e. Mengetahui hasil belajar siswa
f. Mengadakan seleksi.
g. Mengetahui kelemahan atau kesulitan belajar siswa
h. Memberikan bantuan pemilihan jurusan
i. Memberikan motivasi belajar
j. Mengetahui efektifitas guru
56
k. Mengetahui efisiensi mengajar guru
l. Memberikan bukti untuk laporan kepada orang tua atau masyarakat,
(Sudjono, 2013 : 20).
1) Jenis evaluasi berdasarkan tujuannya
a) Evaluasi Diagnostik
Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang ditujukan untuk menelaah
kelemahan-kelemahan siswa beserta faktor-faktor penyebabnya.
b) Evaluasi Selektif
Evaluasi selektif adalah evaluasi yang digunakan untuk memilih
siswa yang paling tepat sesuai dengan kriteria program kegiatan
tertentu.
c) Evaluasi Penempatan
Evaluasi penempatan adalah evaluasi yang digunakan untuk
menempatkan siswa dalam program pendidikan tertentu yang sesuai
dengan karakteristik siswa.
d) Evaluasi Formatif
Evaluasi Formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk
memperbaiki dan meningkatkan proses belajar dan mengajar.
e) Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan untuk
menentukan hasil dan kemajuan siswa.
Perbedaan antara evaluasi formatif dan sumatif secara luas telah diterima.
57
1. Evaluasi Formatif
Evaluasi Formatif (al-imtihan al-yaumiy) yang dimaksud evaluasi
formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan di tengah-tengah atau pada
saat berlangasungnya sebuah proses (Sudijono, 2013:23). Evaluasi
formatif adalah dipakai untuk untuk perbaikan dan pengembangan
kegiatan yang sedang berjalan (program, produk, dsb.)
Menurut Baker (1978) ada dua factor yang mempengaruhi kegunaan
evaluasi formatif, yaitu control dan waktu, bila saran perbaikan akan
dijalankan, maka evaluasi formatif perlu di lakukan sebagai konttrol.
Informasi yang diberikan terlambat kepada administrator akan sia-sia
Dalam evaluasi formatif, para peneliti mengumpulkan data untuk
memperbaiki kurikulum dalam tingkat perkembangan. Pertanyaan yang
khas adalah: bagianmana dari program yang sedang bekerja? Dan apa
yang dibutuhkan untuk merubah dan bagaimana? Hasil evaluasi mungkin
mengantarkan dalam sebuah keputusan untuk merevisi kurikulum.
2. Evaluasi Sumatif
Evaluasi Sumatif (Imtihan al-nisf al-samawiy), adalah evaluasi yang
dilaksanakan setelah sekumpulan program selesai dilaksanakan (berakhir),
adapun tujuan dari evaluasi sumatif ini adalah untuk menentukan nilai
yang melambangkan keberhasilan, setelah mereka menempuh program
dalam jangka waktu tertentu (Sudijono, 2013:23). Fungsi sumatif dipakai
untuk mempertanggung jawabkan, keterangan, seleksi atau lanjutan.
Evaluasi Sumatif dapat dilakukan sekali pada program yang secara
penuh dikembangkan yaitu, ketika hal itu berfungsi baik atau apakah
58
program berpengaruh terhadap sedikit kerusakan disisi. Evaluasi sumatif
menentukan efektivitas dari program,Khususnya dalam dibandingkan
dengan program-program saingan lainnya.
Evaluasi sumatif dapat membantu para pendidik yang memperoleh
atau mengadopsi keputusan mengenai program-program baru, produk-
produk. Dalam evaluasi formatif, audiens adalah program personil,
sedangkan dalam evaluasi sumatif, audien adalah pengguna-pengguna
potensial.
Tayibnafis (2000:4) evaluasi hendaknya membantu pengembangan
implementasi, kebutuhan program, perbaikan program, pertanggung
jawaban, seleksi, motivasi, menambah pengetahuan dan dukungan dari
mereka yang terlibat.
Secara garis besar Evaluasi dalam pendidikan terbagi menjadi
beberapa point, sebagai mana yang dipaparkan oleh Sudijono (2013: 24)
a. Evaluasi Pendidikan berdasarkan fungsinya :
1) Evaluasi pendidikan dalam rangka memenuhi kebutuhan psikologis
2) Evaluasi pendidikan dalam rangka kebutuhan didaktis
3) Evaluasi pendidikan dalam rangka kebutuhan administrative
b. Klasifikasi pendidikan yang didasarkan pada penggunaan informasi yang
bersumber dari kegiatan evaluasi tersebut bagi kepentingan pengambilan
keputusan :
59
1) Berdasarkan banyaknya orang yang terlibat dalam pengambilan
keputusan
a) Evaluasi pendidikan dalam rangka pengambilan keputusan yang
bersifat individual
b) Evaluasi pendidikan dalam rangka pengambilan keputusan yang
bersifat institusional
2) Berdasarkan macamnya keputusan pendidikan :
a) Evaluasi pendidikan yang dilaksanakan dalam rangka
pengambilan keputusan yang bersifat didaktis
b) Evaluasi pendidikan yang dilaksanakan dalam rangka
pengambilan keputusan yang bersifat bimbingan
c) Evaluasi pendidikan yang dilaksanakan dalam rangka
pengambilan keputusan yang bersifat administrative
d) Evaluasi pendidikan yang dilaksanakan dalam rangka
pengambilan keputusan dalam rangka riset
3) Model-Model Yang Dipilih Untuk EvaluasiMenurut Ernest R. Alexander dalam Aminudin (2007:29), metode
evaluasi dapat diklasifikasikan menjadi lima yaitu :
a) Before and after comparisons, metode ini mengkaji suatu obyek
penelitian dengan membandingkan antara kondisi sebelum dan kondisi
sesudahnya.
b) Actual versus planned performance comparisons, metode ini mengkaji
suatu obyek penelitian dengan membandingkan kondisi yang ada
(actual) dengan ketetapan perencanaan yang ada (planned).
60
c) Experintal (controlled) model, metode yang mengkaji suatu obyek
penelitian dengan melakukan percobaan yang terkendali untuk
mengetahui kondisi yang diteliti.
d) Quasi experimental models, merupakan metode yang mengkaji suatu
obyek penelitian dengan melakukan percobaan tanpa melakukan
pengontrolan/pengendalian terhadap kondisi yang diteliti.
e) Cost oriented models, metode ini mengkaji suatu obyek penelitian
yang hanya berdasarkan pada penilaian biaya terhadap suatu rencana.
Menurut Scriven (1999:42) ada dua model evaluasi yaitu:
1. Goal Free Evaluation
Dalam melaksanakan evaluasi program, evaluator tidak perlu
memperhatikan apa yang menjadi tujuan program, yang perlu
diperhatikan dalam program tersebut adalah bagaimana kerjanya
(kinerja) suatu program, dengan jalan mengidentifikasi penampilan-
penampilan yang terjadi (pengaruh) baik hal-hal yang positif (yaitu hal
yang diharapkan) maupun hal-hal yang negatif (yang tidak
diharapkan).
2. Evaluasi formatif-sumatif
Evaluasi formatif adalah suatu evaluasi yang biasanya dilakukan
ketika suatu program tertentu sedang dikembangkan. Evaluasi formatif
dilakukan untuk memberikan informasi evaluatif yang bermanfaat
untuk memperbaiki suatu program.
61
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Sebagai langkah sistematis untuk membahas tentang “Manajemen
Pembelajaran Kitab Kuning” di Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa, peneliti
akan menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penulis menggunakan pendekatan
kualitatif dengan metode Studi Kasus. Studi kasus kualitatif dilakukan dalam
konteks natural atau kewajaran, apa adanya. Jadi, perlakuan tidak diperbolehkan.
Tidak ada pengukuran numerical yang menggunkan angka. Tetapi dilakukan
pemaknaan atas apa yang ditemukan. Data lebih merupakan deskripsi yang
bersifat verbal. Diusahakan untuk menggali emik atau sudut pandang partisipan
yang diteliti, (Putra, 2012:173).
Studi kasus berfokus pada proses dan pengalaman yang spesifik, relasi antar
manusia dan perhatian pada kejadian-kejadian yang khusus. Penggunaan jenis
dan pendekatan tersebut sesuai dengan kejadian permasalahan penelitian yang
bersifat kualitatif. Jadi pada hakikatnya penelitian kualitatif bekerja dan berproses
sebagaimana layaknya studi kasus dengan penelitian kualitatif lainnya, adalah
kawasan dan ruang lingkup fokus penelitiannya. Studi kasus cenderung lebih
sempit dan dalam.
Studi kasus kualitatif yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah yang
memiliki karakteristik penelitian kualitatif sebagaimana disampaikan oleh
Moleong (2010: 107); (1) mempunyai latar belakang alamiah atau natural setting;
(2) manusia sebagai alat atau instrument penelitian dapat lebih adaptable; (3)
62
menggunakn metode kualitatif; (4) analisis data secara induktif; (5) teori dasar
(grounded theory) melalui analisis secara induktif; (6) laporan bersifat deskriptif;
(7) lebih mementingkan proses dari pada hasil; (8) adanya “batas” yang
ditentukan oleh fokus penelitian; (9) adanya kriteria khusus untuk keabsahan data;
(10) disain penelitian bersifat sementara; (11) hasil penelitian dirundingkan dan
disepakati bersama antara peneliti dengan responden dan nara sumber.
B. Sumber Data Penelitian
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif, yaitu
data deskriptif berupa kata- kata tertulis atau arti orang-orang dan prilaku yang
dapat diamati ( Moleong, 2010:4), yang berkaitan dengan latar alamiah dan
Manajemen Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy
Syifa. Secara relative ada pula data kuantitatif terkait data subyek penelitian dan
sarana sebagai data pelengkap.
1. Lokasi Penelitian
Penentuan lokasi penelitian merupakan salah satu langkah penting
dalam penelitian lapangan, dalam penelitian ini penulis menentukan
tempat penelitian di Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa, Ds.
Panenjoan RT 02/05, Kec. Cicalengka, Kab. Bandung, dengan alasan
sebagai berikut : Pertama, pesantren tersebut sudah lama berdiri sehingga
banyak data yang akan diperoleh. Kedua, pesantren ini merupakan
pesantren salafiyah dari sekian banyak pesantren salafi di wilayah
cicalengka, yang masih tetap menjaga tradisi-tradisi nya. Ketiga, adanya
hal menarik yang akan diteliti terkait dengan manajemen pembelajaran
63
kitab kuning di pesantren tersebut dan dapat bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pendidikan Islam, serta adanya izin dari pihak
pimpinan pondok pesantren kepada penulis untuk melakukan penelitian.
2. Key Informan
Disamping lokasi penelitian, sumber data ini juga mencakup key
informan yang diharapkan dapat memberikan keterangan tentang situasi
dan kondisi pondok pesantren Al-Qur’an Asy Syifa secara akurat dengan
mewawancarai Pimpinan Pesantren KH. Ujang Hidayat sebagai key
informan, ustadz/ustadzah, santri, alumni, dan masyarakat dilingkungan
pondok pesantren, atau bisa disebut sebagai snow boll process. Santri
putra dan santri putri, Ustadz dan Ustadzah, alumni-alumni serta
masyarakat sekitar pesantren serta dokumen-dokumen pesantren yang bisa
memberikan informasi serta gambaran tentang kajian dari penelitian.
3. Sumber data pelengkap
Sumber data tambahan lainnya, penulis mencoba melakukan
pencarian dokumen, buku-buku, arsip dan sebagainya yang berkaitan
dengan pembahasan.
C. Teknik dan Instrument Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
a. Teknik Observasi Partisipasi (Pengamatan berperan). Teknik yang
digunakan adalah teknik observasi partisipasi, dengan cara berperan
serta atau pengamatan dan mendengarkan langsung terhadap objek yang
64
diteliti, yang bertujuan untuk memperoleh informasi data yang objektif
tentang Pondok Pesantren Asy Syifa.
b. Teknik Wawancara
Teknik ini digunakan untuk mengetahui secara jelas keadaan yang
sebenarnya yaitu dengan cara mengadakan wawancara dengan berbagai
sumber yang dapat memberikan informasi tentang gambaran umum
atau data mengenai kondisi objektif pondok pesantren Asy Syifa.
c. Teknik menganalisis dokumen atau melalui teknik ini penulis
mempelajari dan mengumpulkan data yang dijadikan bahan penelitian
di lapangan dan sebagai bahan tambahan.
2. Instrumen Pengumpulan Data
a. Catatan Lapangan Penelitian
Catatan lapangan adalah catatan yang berisi coretan, kata-kata
kunci, frasa, pokok-pokok isi pembicaraan maupun pengamatan,
mungkin gambar, sketsa, dll. Catatan lapangan berguna berguna sebagai
alat perantara dengan apa yang dilihat, diraba, dicium dengan catatan
sebenarnya dalam bentuk catatan lapangan.
b. Kamera
Kamera digunakan dalam penelitian sebagai unsur penunjang
penelitian, kamera digunakan sebagai alat dokumentasi visual dan
penangkap moment-moment penting yang menunjang selama penelitian
dan berguna dalam penelitian, bisa dengan kamera Handphone maupun
kamera digital.
65
c. Alat Perekam
Alat perekam digunakan dalam penelitian sebagai pemyimpan data
audio selama penelitian, data audio bisa berupa percakapan-percakapan
penting dengan obyek penelitian dan sumber-sumber lainnya yang
mendukung selama penelitian.
D. Analisis Data
1. Unitisasi
Unitisasi adalah pemerosesan satuan. Setelah mengadakan wawancara dan
pengamatan di pondok pesantren Al-Qur’an Asy Syifa peneliti memahami apa
yang menjadi masalah pondok pesantren Al-Qur’an Asy Syifa, tentang
manajemen pembelajaran kitab kuning. Setelah itu membaca dan mempelajari
secara teliti seluruh jenis data yang sudah terkumpul. Satuan-satuan data tersebut
yang merupakan potongan-potongan informasi itu diidentifikasi, lalu peneliti
menggunakan penandaan berupa bentuk angka, misalnya data hasil wawancara W,
data hasil pengamaan P, dan hasil studi dokumentasi SD.
2. Kategorisasi
Kategorisasi data, yaitu proses pengelompokan data yang telah terkumpul
dalam kategorisasi ini. Ada beberapa hal yang dilakukan, yaitu diantaranya:
a. Mereduksi data, maksudnya memilih data yang sudah dimasukan
kedalam satuan dengan cara membaca satuan yang sama. Jika tidak
sama maka akan disusun kembali untuk membuat kategori baru.
b. Membuat koding, maksudnya memberikan nama atau judul terhadap
satuan yang mewakili entri pertama dari kategori.
66
c. Menelaah Kembali seluruh Kategori.
d. Melengkapi data-data yang telah terkumpul untuk ditelaah dan
dianalisis.
3. Penafsiran Data
Penafsiran data, dilakukan dengan cara memberi penafsiran-penafsiran
logis dan empiris berdasarkan data yang terkumpul selama penelitian. Tujuan
yang akan dicapai dalam penafsiran data ialah deskripsi semata-mata tentang
Manajemen Pembelajaran Kitab Kuning.
E. Uji Keabsahan Data
Agar hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka data
yang terdapat pada hasil penelitian ini perlu diuji keabsahannya. Untuk itu maka
perlu dilakukan pemeriksaan kembali terhadap data-data yang telah terkumpul
dengan kriteria kepastian logika, dapat dipertanggungjawabkan, dengan proses
kerteralihan dan ketergantungan secara relevan sesuai dengan keakuratan data
yang diperoleh, serta menggunakan teknik pemeriksaan kembali terhadap
keabsahan data tersebut. Adapun langkah pemeriksaan tersebut adalah sebagai
berikut sebagai berikut :
1. Perpanjangan keikut sertaan, yaitu dengan cara penulis terjun ke lokasi dan
terlibat dalam kegiatan pendidikan di pondok pesantren, dengan waktu
kurang lebih dua bulan, yaitu sejak bulan Maret – Mei 2017.
2. Ketekunan pengamatan, maksudnya untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-
unsur dalam situasi yang relevan dengan persoalan atau isu yang sedang di
cari, diteliti, untuk memperdalam dan mengarahkan data supaya lebih
67
terfokus. Hal ini dilakukan dengan cara pengamatan terhadap berbagai
aktivitas dalam kegiatan kyai dan manajemen pembelajaran kitab kuning
di pondok pesantren, serta mencatat hal-hal yang berhubungan dengan
permasalahan yang diteliti, dengan maksud memperdalam dan lebih
terfokus.
3. Triangulasi, yaitu dengan pengecekan hasil wawancara dan pengamatan
kepada sumber yang berbeda serta membandingkan data hasil penelitian
dokumen dengan pengamatan serta dengan melalui wawancara. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui kebenaran data yang di temukan, dalam hal
ini penulis melakukan konsultasi ke pembimbing, kyai, ustadz, alumni
serta masyarakat.
4. Pemeriksaan teman sejawat, dilakukan dengan cara didiskusikan kepada
dosen pembimbing atau kepada teman mahasiswa yang sama sedang
melakukan penelitian mengenai hasil sementara atau hasil akhir yang
diperoleh untuk memperbaiki dan melengkapi hasil sementara penelitian.
Pelaksanaan proses ini dilakukan melalui proses bimbingan terjadwal
dengan dosen pembimbing dimulai dari bulan September 2016 s.d Juni
2017.
5. Analisis kasus negative, dilakukan dengan cara mengumpulkan contoh-
contoh serta kasus-kasus yang tidak sesuai dengan pola dan
kecenderungan informasi yang terkumpul untuk digunakan sebagai bahan
pembanding.
68
6. Kecukupan referensi, dilakukan dengan cara mengumpulkan data
sebanyak-banyaknya terkait dengan setting dan fokus penelitian.
Melengkapinya dengan cara menanyakan langsung kepada pimpinan
pondok pesantren, serta mencari informasi dari sumber lain.
7. Pengecekan anggota, dilakukan dengan cara memeriksa dan melaporkan
data hasil penelitian kepada sumbernya (pimpinan pondok pesantren),
guna menyamakan persepsi antara peneliti dengan pihak sumber yang
diteliti.
8. Uraian rinci, yaitu dilakukan dengan cara melaporkan hasil penelitian
secara rinci dan lebih cermat, dimaksudkan agar proses keteralihan
informasi seperti yang terdapat di lokasi. Hal ini dimaksudkan agar proses
keteralihan informasi dapat memudahkan membaca dalam memahami
hasil penelitian.
9. Auditing untuk kriteria kebergantungan, proses auditing dilakukan dengan
cara berkonsultasi dengan auditor (pembimbing) untuk menentukan
apakah penelitian ini perlu diteruskan, diperbaiki atau dihentikan sesuai
dengan lengkap tidaknya data yang terkumpul.
10. Auditing untuk kriteria kepastian, dilakukan dengan cara memeriksakan
data atau mengadakan klarifikasi data yang terkumpul kepada subjek
penelitian, dalam hal ini kepada pimpinan pondok pesantren tersebut.
Bukti keabsahan data hasil dari pemeriksaan data tersebut dibuktikan
dengan surat persetujuan atau pernyataan bahwa hasil penelitian ini sesuai
dengan sebenarnya.
69
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Latar Alamiah Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka
Bandung
1. Gambaran umum Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy-Syifa
Pondok pesantren Asy-Syifa pertama kali didirikan sekitar tahun 1970-an
dengan pendiri pertamanya adalah KH. Hasanuddin bin Alhafi. Pada awal
didirikannya pesantren ini santrinya hanya berjumlah beberapa orang saja yang
didominasi oleh santri-santri yang ada di sekitaran pesantren atau yang lebih
dikenal dengan santri kalong. Dan pada saat sekarang pesantren Asy-Syifa
dipimpin oleh KH. Ujang Hidayat. (W.ASY.KUH.1.)
Lambat laun pesantren ini semakin berkembang dengan pesat, yang di
tandai dengan mulai berdatangan santri-santri yang berasal dari luar daerah yang
bertujuan untuk menimba ilmu di pesantren ini.
Pada awal didirikannya pesantren ini amat sangat sederhana yang mana
bangunan pesantren ini hanya berupa surau kecil yang kobong-kobongnya hanya
terbuat dari bambu yang hanya alakadarnya saja, hanya sekedar tempat istirahat
para santri. Namun pada sekitar tahun 1980 pesantren ini mulai merenovasi
bangunannya dengan yang lebih layak dengan menggunakan material yang lebih
kuat, dan ditandai dengan pembuatan kobong-kobong yang lebih permanen.
Pesantren ini bergerak pada kajian Al-Qur’an yang mana di pesantren ini
dibahas tentang keilmuan Al-Quran secara mendalam, baik dari sisi tajwid,
mujawad maupun qiraat-qiraat nya. Yang menjadi ciri khas pesantren ini adalah
70
pengajianQiraat Sab’ah, yang mana disiplin ilmu ini mengkaji pembacaan Al-
Quran dari berbagai Imam dan Ahli-ahli Qiraat yang masyhur.
Qiraat Sab’ah atau yang lebih di kenal dengan qiraat tujuh, terdiri dari
berbagai Imam dan riwayat yang tentunya antara satu imam dan riwayat terdapat
perbedaan yang tentunya menjadi sebuah khazanah keilmuan islam. Imam Qiraat
Sab’ah antara lain :
a. Imam Nafi. Dengan riwayat Wars dan Qalun
b. Imam Ibnu Katsir. Dengan riwayat Bazi dan Qunbul
c. Imam Abu Amr. Dengan riwayat Durri dan Susi
d. Imam Ibnu Amir. Dengan riwayat Hisyam dan ibnu Daqawain
e. Imam Asyim. Dengan riwayat Syu’bah dan Hafs
f. Imam Hamzah. Dengan riwayat Khalaf dan Khalad
g. Imam Qisya’i. denga riwayat Abu Harist dan Duuri Qisya’i
Pembelajaran tentang ilmu Qiraat ini dilakukan dengan system sorogan,
karena belajar Al-Quran harus talaqi atau secara langsung berhadapan dengan
guru agar bisa secara langsung mengetahui kekurangan dalam segi pembacaan
mapun kelemahan dalah makharijulhuruf maupun sifatul huruf nya.
Disamping belajar tentang ilmu-ilmu Al-Quran disini juga dikaji tentang
kajian kitab kuning yang mengkaji tentang keilmuan lain, seperti nahwu, sharaf,
tauhid, fiqh, akhlak, tafsir dan hadist. Yang tentunya antara setiap keilmuan
tersebut di pelajari secara sistematis.
Di pesantren ini juga sangat diperhatikan dalam pengambangan bakat
santri-santrinya, terbukti dengan di ajarkannya juga seni pembacaan Al-Quran
71
dengan indah atau yang lebih di kenal dengan istilah Murattal dan Mujawwad
yang di pimpin langsung oleh kyai. Selain itu pesantren ini juga memiliki tim
marawis yang memfasilitasi bagi santri yang berbakat akan seni musik islami.
Santri diharapkan bisa memahami Al-Quran dan juga bisa
mengimplementasikannya dalam keseharian hingga bisa menjadi sosok yang
Qurani.
Di pesantren Asy–Syifa, pembelajaran dipimpin oleh pengasuh pesantren
yaitu KH Ujang Hidayat, dan oleh adik beliau KH. Muhammad Syan Abdul
Khalik kemudian dibantu juga oleh Ustadz Rijal Mushaffa, Ustadzah Nelly
Amelia dan Ustadzah Eva Faridah.
Luas keseluruhan pondok pesantren Asy-Syifa kurang lebih 300 tumbak.
Sarana yang terdapat di pesantren sekiranya sudah cukup memadai yang mana
terdiri dari :
a. Mesjid
b. 2 Aula ( Madrasah)
c. Kamar mandi Putra/Putri
d. Asrama ( Kobong ) Putra ada 8 kamar dan Putri ada 9 kamar.
e. Dapur Umum untuk santri putra dan putri
f. Tempat untuk menjemur pakian.
g. 3 rumah dewan kyai.
h. Kompleks pemakan pendiri pondok pesantren
Masukan dana pesantren selain dari pada uang infak dari pendaftaran
santri baru sebesar 150 ribu ( tak berbatas waktu ), adalah dari para donator yang
72
tidak menetap atau tidak terikat. Sedangkan untuk biaya santri di pondok
pesantren Asy-Syifa hanya iuran untuk pembayaran listrik sebesar Rp.
20.000/bulan.
2. Filsafat dan nilai-nilai
Nilai yang selalu dipegang di pesantren ini pada dasarnya tidak pernah
berubah dari awal pesantren ini didirikan. Seperti nilai sopan santun, takdim.
Tanggung jawab, kebersamaan dan sebagai nya. Dan dari sekian banyak nilai
yang menjadi cirri khas pesantren ini ada sebuah nilai yang mungkin menjadi
sebuah acuan utama adalah tercapai nya nilai makarim al akhlak, dan nilai ini juga
selaras dengan tujuan ajaran agama islamterhadap para pemeluknya.
(W.ASY.KUH.1.)
Pesantren ini juga menekankan pada tercapainya pendidikan yang menjadi
sebuah ilmu bagi para santrinya yang di ikuti pula dengan tercapainya sebuah
akhlak yang baik yang tertanam pada diri santrinya, yang mana akhlak dan ilmu
mempunyai keterkaitan yang erat. Hal ini di maksudkan untuk menjawab semua
tantangan zaman yang mana ilmu saja tidak cukup dan harus di barengi juga
dengan akhlak yang baik pula atau akhlakul karimah.
3. Visi dan Misi Pesantren
Visi pesantren Al-Quran Asy-Syifa adalah menjadi tempat bagi santri
untuk belajar Al-Quran dan menjadi mereka berkahlak Qurani. Sedangkan misi
nya adalah pesantren agar bisa menjadi wadah untuk mempelajari Al-Quran.
Memupuk santri agar berkakhlak karimah dan ini sejalan dengan visi yang
73
terdapat dalam plang pesantren Al-Quran Asy-Syifa yaitu “lita’limi fi ulumil
Quran” memepelajari ilmu Quran. (W.ASY.KUH.1.)
4. Prinsip-prinsip pesantren
Dalam pandangan kyai, prinsip-prinsip yang di terapkan di pesantren ini
adalah :
a. Santri harus bisa membaca Al-Qur’an dengan baik.
b. Santri bisa shalat dengan baik.
c. Santri bisa berdoa dengan benar.
Sekilas prinsip ini terlihat sangat sederhana tapi dalam pencapaiannya
sangat sulit karena ini lebih sulit karena melibatkan semua unsure yang ada pada
diri manusia itu sendiri yang tentunya antar satu prisip dengan prinsip lain
memiliki keterkaitan yang tentunya memiliki sebuah arah dan tujuan yang baik
dalam pembentukan manusia yang islami dan berakhlakul karimah.
Jauh berbicara mengenai prinsip hidup berpesantren setidaknya ada
beberapa prinsip yang melekat pada pendidikan pesantren :
1) Teosentrik
2) Ikhlas dan pengabdian
3) Kearifan
4) Kesederhanaan
5) Kebersamaan
6) Mengatur kegiatan bersama
7) Kebebasan terpimpin
8) Kemandirian
74
9) Tempat menuntut ilmu dan mengabdi
10) Mengamalkan ajaran agama
11) Kepatuhan terhadap kyai. (W.ASY.KUH.1.)
5. Struktur Organisasi Pesantren
a. Status kelembagaan
Sejak pertama kali di dirikan pondok pesantren ini oleh KH. Hasanudin
sampai sekarang yang dilanjutkan oleh putranya KH. Ujang Hidayat tetap
bercorak salafiyah, dan corak ini akan selamanya dipertahankan karena
merupakan amanat dari pendiri pertama pesantren ini (W.ASY.URM.1.)
Kelebihan pesantren salafiyah adalah unsurlillahi ta’ala dan keterfokusan
dalam pembelajaran dan tentunya penerapan nilai-nilai serta akhlak yang sangat
melekat dan tentunya menjadi cirri khas dari corak pesantren salfiyah.sedangkan
kekurangan salafiyah adalah tidak bersatunya antara pendidikan formal dan tidak
adanya sebuah bukti legalitas yang menjadi bukti dan menjadi sebuah tuntutan di
kehidupan modern sekarang.
b. Struktur Organisasi
Di pesantren ini struktur organisasi sangat sederhana dan tentunya tanpa
mengurangi garis koordinasi tugas yang lain, yang mana di lingkungan santri
putra maupun santri putri di pilih seorang ketua atau lebih dikenal Rois yang
merupakan orang yang di pilih langsung oleh kyai. (W.ASY.URM.1.)
Melalui garis kordinasi ini kyai berkordinasi dengan rois dan roisah dalam
memberitahukan pengumuman dan kebijakan kemudian rois dan roisah itu
75
berkoordinasi dengan setiap ketua kamar yang kemudian di infokan kepada
seluruh santri dan santriat.
Kekuasaan dan kewenangan pesantren semuanya ada di tangan pengasuh
pesantren, adapun segala kebijakan dan ketentuan kepada santri, kyai tinggal
berkordinasi saja dengan rois dan roisah yang kemudian di infokan kepada seluruh
santri dan kyai tinggal mengawasinya saja.
c. Suksesi Kepemimpinan
Suksesi kepemimpinan di pondok pesantren ini adalah bersifat turun
temurun yang mana KH. Hasanudin Bin Alhafi sebagai pendiri pondok pesantren
setelah beliau wafat pada tahun 2001, secara otomatis tongkat kepemimipinan
beralih kepada putra nya yang sekarang menjadi pimpinan pesantren, yaitu KH.
Ujang Hidayat.
6. Lingkungan Kehidupan di pesantren
Salah satu kelebiha system pendidikan pesantren dibandingkan dengan
sistrem pendidikan lainnya adalah adanya hubungan yang akrab dan bersifat
khusus humanis antar kyai atau ustadz dengan orang tua santri dan dengan para
santri itu sendiri .(W.ASY.URM.1.)
Seorang santri datang ke pondok pesantren di antarkan oleh keluarganya,
kemudian di titipkan langsung kepada Kyai untuk di didik. Hubungan ini tidak
hanya sebuah simbilos belaka melainkan sebuah bagian dari pendidikan pesantren
itu sendiri. sementara santri hidup bersama Kyai dan ustadz setiap hari dalam
kehidupan pesantren.
76
Hubungan akrab ini menciptakan suasana pembelajaran yang sangat intens
dan familier. Pembelajaran yang terjadi tidak hanya sebatas pada transformasi
ilmu, melainkan juga pada seluruh perilaku kehidupan. Dalam kasus yang cukup
besar, peran-peran kyai ini biasanya dikejawantahkan oleh para ustadz atau santri-
santri senior yang di manifestasi dalam tata tertib pergaulan pesantren
Komunikasi interaktif yang positif ini terbangun karena system
pengasramaan di pesantren, antara setiap santri memiliki iktan emosional yang
kuat antar satu sama lain karena mereka selalu bersama, dari mulai mereka bangu
tidur sampai mereka tidur kembali, bahkan maka pun ada dalam satu tempat yang
sama ( istilah santri itu novel), dengan komunikasi yang baik, maka akan pula
muncul sikap dan kebiasaan yang baik pula yang secara langsung mempengaruhi
kehidupan santri lain.
Semua santri berinteraksi dengan baik dengan yang lainnya, dan mereka
melakukan kehidupan berpesantrennya dengan damai dan rukun karena mereka
secara tidak langsung di ikat oleh norma-norma yang mengatur kehidupan
mereka, sama dengan hal nya norma-norma umum yang berlaku di masyarakat.
Dari hubungan positif itu maka akan menimbulkan kepribadian yang
menjadi cirri khas dari santri itu sendiri antara lain:
a. Tumbuhnya sikap tawadhu dan ta’dzim terutama dalam hal ilmu dan
ibadah
b. Terbentuknya kepribadian yang berpola hidup hemat dan sederhana
c. Terbiasa untuk hidup mandiri, terbiasa melakukan kegiatan yang bersifat
mulia
77
d. Timbulnya kepekaan sosial dan jiwa toleran serat tolong menolong
e. Terbentuknya sikap disiplin
f. Timbulnya kesanggupan hidup prihatin dalam rangka mencapai suatu
tujuan mulia. (W.ASY.URM.1.)
Keadaan masyarakat di sekitar lingkungan pesantren pada dasarnya sama
dengan masyarakat umum, ada yang bermata pencaharian sebagai petani, pekerja
pabrik, wiraswasta dan lain lain. Dan lingkungan di sekitar pesantren juga
memilki corak budaya yang berbeda-beda karena ada sebagian warga pendatang
dari daerah lain yang kebetulan bertempat tinggal dekat dengan pesantren ini.
Seperti hal nya dengan pesantren lain pasti akan terdapat pro kontra di
kalangan masyarakat tentang pondok pesantren, begitu pula dinamika masyarakat
yang terjadi disekitaran ponpes Asy-Syifa yang juga seperti itu, ada banyak
masyarakat yang pro kepada pesantren dan tidak sedikit pula yang kontra dengan
keberadaan pesantren ini, tapi hal ini di tanggapi dingin oleh seluruh unsur
pesantren, karena beranggapan bahwa masayarakat yang pro dan kontra
merupakan hal yang biasa terjadi.
7. Kyai dan Ustadz
Di pondok pesantren Asy-Syifa terdapat 2 Kyai dan 3 ustadz/ustadzah
yang mengajar langsung, di samping dibantu juga oleh santri-santri senior.
a. KH. Ujang Hidayat
Beliau merupakan sesepuh dan juga pimpinan pondok pesantren,
beliau juga sebelumnya pernah menuntut ilmu di pondok pesantren
78
Qiraatus Sab’ah (Kudang, Garut), Nurul Abshor (Cijambe, Limbangan)
dan Cikalama (Sumedang).
b. KH. Muhammad Syan Abdul Khaliq
Beliau merupakan adik dari KH. Ujang Hidayat, beliau juga pernah
menuntut ilmu di Pondok Pesantren Sukaguru (Mangkubumi,
Tasikmalaya), Al-Wardayani (Sukabumi), dan Buni Kasih
(warungkondang, Cianjur).
c. Ustadz Rijal Mushaffa
Beliau merupakan putra sulung dari KH. Ujang Hidayat. beliau
juga sebelumnya pernah mondok di pesantren Sumur Bandung (Cililin),
Al-Wardayani (Sukabumi), Bunikasih (Cianjur), dan masih banyak lagi
pondok pesantren yang beliau singgahi baik sebagai santri yang menetap
maupun hanya mengikuti pengajian pasaran
d. Ustadzah Neli Amelia
Beliau merupakan istri dari ustadz Rijal Mushaffa, beliau juga
pernah mondok di pondok pesantren Miftahul Huda 9 (Cikolotok, Cianjur)
dan merupakan alumni ponpes Asy-Syifa. Selain itu masih banyak lagi
pondok pesantren yang beliau singgahi baik sebagai santriat yang menetap
maupun hanya mengikuti pengajian pasaran
e. Ustadzah Eva Faridah
Beliau merupakan putri KH. Ujang Hidayat, yang sudah khatam
Al-Quran 30 juz, beliau pernah mondok di pondok pesantren Baitul Arqam
79
( Ciparay, Bandung ) dan Alhikamussalafiyah (Tanjungkerta, Sumedang).
(W.ASY.URM.1.)
Peran kyai dan di ustadz di masayarakat juga sangat penting mengingat
masyarakat juga sangat memerlukan sosok ahli dalam ilmu agama yang
membantu mereka guna member pemahaman tentang agama yang sebenarnya.
Kyai juga tidak menampik dengan mulai adanya pergesar nilai dan
pemikiran di kalangan masyarakat tentang pesantren maupun hal lain yang
menyangkut pesantren, terutama pesantren salafiyah, kyai menganggap peranan
pesantren di era modern sangat diperlukan guna untuk memelihara tentang ilmu
keagamaan di tengah makin banyaknya sekolah formal dan makin bergesernya
pola pemikiran manusia. Pintar saja tidak cukup, juga harus di topang oleh akhlak
yang baik pula agar bisa menjadi manusia yang shaleh secara agama maupun
sholeh secara sosial.
B. Perencanaan Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Al-
Qur’an Asy Syifa Cicalengka Bandung
Pembelajaran di pondok pesantren memiliki keunikan tersendiri selain dari
pada penggunaan metode khas pesantren juga dikarenakan banyaknya keilmuan
yang diajarkan di pondok pesantren. Orientasi pembelajaran di pondok pesantren
bukan hanya terkait ketuntasan pembelajaran saja tetapi juga didukung oleh
kriteria pemahaman santri dari apa yang dia pelajari. (W.ASY.URM.2)
Perencanaan pembelajaran di pondok pesantren berakar pada kemampuan
santrinya , jika santri tersebut masih awam dengan keilmuan pesantren apakah itu
ilmu qur’an, maupun nahwu dan sharafnya makan santri tersebut akan
80
diorientasikan mempelajari kitab-kitab pundamental/mendasar agar
pemahamannya dapat tercapai dari kitab yang paling dasar. (W.ASY.KUH.2.)
Begitu pula santri yang sudah senior dengan pemahaman kitabnya yang
banyak serta kemampuan analisis serta hapalannya yang sudah bagus makan akan
diorientasikan untuk mempelajari kitab-kitab dengan tingkatan yang lebih tinggi
guna memperdalam keilmuannya.
Untuk mengetahui kemampuan santri itu sejauh mana, kemampuan santri
dalam mendalami ilmu al-Qur’an dapat dilihat dari pemahamannya terkait kitab-
kitab yang telah dipelajarinya seperti hafalan nadham-nadham dan kefasihannya
dalan membaca al-Qur’an.
Meskipun secara garis besar pemerintah berupaya menghilangkan budaya
keseragamaan yang trmasuk dalam hal ini adalah standarisasi, namun dalam hal
ini mastery learning atau ketuntasan belajar, tetapi pondok pesantren sebaiknya
memiliki standar kompetensi yang mesti dikuasai oleh santrinya. standar
kompentensi ini biasanya tercermin pada penggunaan kitab-kitab berurutan dari
mulai yang ringan hingga yang berat dari kitab yang tipis ke kitab yang tebal dan
seterusnya. (W.ASY.URM.2)
Pengajaran kitab-kitab ini meskipun berjenjang namun materi yang
diajarkan kadang-kadang berulang-ulang. Hanya berupa pendalaman dan
perluasan wawasan santri. Memang ini menjadi bentuk pengajaran di pesantren
Asy Syifa yang berdasarkan sistem kitabi (kurikulum). berdasarkan pada jejang
ringan beratnya muatan kitab, tidak berdasarkan tema-tema (maudlui) yang
81
kemungkinan tidak terjadinya pengulangan namun secara konfrehensif diajarkan
permateri pada para santri.
1. Kitab-kitab yang dipelajari di Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy syifa
Tabel 4.1Mata Aji di Pondok Pesantren Asy Syifa
No Materi Kitab
1
Ulumul Qur’an
- Fathul Athfal- Musthalah Tajwid- Tibyan- Jazariyyah- Nihayah Qaul Mufidz
2
Hadist
- Riyadush Shalihin- Tanqihul Qaul- Muhtaral Hadist
3
Fiqh
- Safinatunnaja- Bajuri- Ianah at Thalibin
4
Nahwu
- Jurumiyyah- Imritii- Alfiyyah Ibn Malik
5Sharaf
- Kailani- Yaqulu
6
Akhlak
- Ta’lim Muta’alim- Qamith Tughyan- Burdah
7Tafsir
- Tafsir Jalaini- Tafsir Surat Yasin
82
a. Ilmu Ulumul Qur’an
Di pondok pesantren Asy syifa yang merupakan pondok pesantren Al-
Quran , maka setiap santri yang belajar di pesantren ini harus sudah hatam
terkait kaidah-kaidah ilmu Qur’an maupun ilmu tajwidz, untuk menunjang
hal tersebut maka dipondok pesantren Asy Syifa ini diajarkan beberapa
kitab yang bisa menunjang pada ketercapaian santrinya untuk bisa fasihat
membaca quran dan menguasai kaidah-kaidah ilmu qur’an dan ilmu
tajwidz, kitab itu antara lain kitab Tuhfatul Athfal, Tibyan, Al Jazariyyah
dan Nihayal Qaul Mufidz. (W.ASY.URM.2.)
b. Tuhfatul Athfal
Kitab Fathul Athfal dikarang oleh Syaikh Sulaiman bin Hasan bin
Muhammad Al Jamzuriy, kitab ini membahas dasar-dasar hukum
pembacaan Al-Quran atau ilmu tajwidz dengan penjelasan yang lebih
mudah difahami, kitab ini diajarkan di tingkat dasar bagi santri. Santri
harus bisa memahami dan mengahafal diluar kepala terkait kitab ini karena
ini mejadi kita dasar sebelum menginjak ke kitab selanjutnya.
Setelah santri mempelajari dan memehami kitab ini maka diharapkan
santri tersebut bisa memahami hukum pembacaan al qur’an serta ilmu
tajwid serta syair-syair dalam kita tersebut yang pada akhirnya santri bisa
melapalkan Al-Qur’an dengan fashihat.
c. At-Tibyan Fi Ulum Al-Qur’an
At-Tibyan Fi Ulum Al-Qur’an dikarang oleh Muhammad Ali As-
Shobuni. Kitab ini merupakan kitab lanjutan dari kitab sebelumnya, kitab
83
ini berisi tentang hal yang yang sangat penting diketahui terkait dengan
adab kita menjalin interkasi denga kitab Allah, maka diperlukan sebuah
kitab yang secara mendetail membahas hal tersebut.
Kitab At-Tibyan Fi Ulum Al-Qur’an berisi setidaknya Sembilan
hal, yaitu :
1) Keutamaan membaca dan mengkaji Al-Quran
2) Kelebihan orang yang membaca Al-Quran
3) Menghormati dan memuliakan golongan Al-Qur’an
4) Panduan mengajar dan belajar Al-Quran
5) Panduan menghapal Al-Quran
6) Adan dan etikan membaca Quran
7) Adan Berinteraksi dengan Al Qur’an
8) Ayat dan Surat yang diutamakan membacanya pada waktu tertentu
9) Riwayat penulisan Mushaf Qur’an.
Setelah belajar kitab ini santri selain daripada memahami terkait
hukum bacaan Al-quran , santri juga mengetahui hal-hal lain yang
sangat penting berkenaan dengan prosesnya mempelajari dan
mendalam Al-Qur’an.
d. Kitab Al-Jazariyyah
Kitab Al Jazariyyah dikarang oleh Muhammad ibn Muhammad Ibn al-
Jazari, kitab ini merupakan kitab lanjutan dari kitab dasar sebelumnya
yaitu kitab Fathul Athfal. Kitab ini memiliki cirri dan spesifikasi
qira'at, Tajwid, Hadits, Sejarah, Fiqh. Kitab ini membahas dengan detail
84
seluruh hal yang berkenaan dengan Al-Quran yang ditinjau dari berbagai
macam pendapat para ulama ahli Quran, kitab ini merukan salah satu
rujukan penting yang harus difahami oleh santri. Imam jazary
menjelaskan dirinya dalam nadhom terkenal (puisi) yaitu dalam 'Ilmu
at-Tajwiid, dan al-Muqaddimah al-Jazariyyah (al-Muqaddimah feemaa
yajibu' al-Qur'an qaari alaa 'an-ya'lamah) sebagai 'Imam al-Jazari'.
Setelah belajar kitab ini santri bisa dengan sangat jelas menjelaskan
terkait ilmu pembacaan Qur’an yang ditinjau dari berbagai pendapat ulama
serta kaidah-kaidah lainnya, serta mampu menghafal bait-bait kaidah yang
terdapat dalam kitab Al Jazariyyah ini.
e. Nihayah Qaul Muhfidz
Sama halnya dengan kitab Al-Jazariyyah, kitab Nihayah Qaul
Muhfidz merupakan kitab yang secara detail mengupas tentang ilmu Al-
Qur’an, baik dalam segi hukum, pendapat-pendapat para ulama, sejarah,
hadist dan sebagainya. Kitab ini merupakan kitab tertinggi dalam ilmu
Qur’an yang di ajarkan di pesantren Asy Syifa, semua santri wajib
mempelajari kitab ini agar santri bisa memahami Al-Quran dengan sangat
jelas dengan kajian dari berbagai pendapat para ulama ahli Quro.
Setelah belajar ini, santri diharapkan bisa memahami dengan
sangat dalam terkait ilmu al-Qur’an dan bisa mempraktekanya hingga
akhirnya santri bisa membaca al-Quran dengan sangat Fashihat.
(W.ASY.KUH.2.)
85
f. Kitab Hadist
Pembelajaran hadist menjadi salah satu kajian yang harus dipelajari
di pesantren, termasuk juga di pesantran Asy Syifa. Keberadaan hadist
menjadi sangat penting sebagai pendamping Al-Quran yang menjadi
sumber hukum dalaim islam. Maka daripada itu pembelajaran tentang
hadist penting untuk dipelajari di pesantren, agar keilmuan Islamnya bisa
lebih dikuasai secara konferhensif tidak hanya terfokus pada ilmu Qur’an
saja. Orientasi pembelajari kitab hadist ini agar santri memahami hadist
sebagai bagian penting dari khazanah keilmuan islam dan sebagai sumber
hukum selain dari pada Al-Qur’an.
g. Riyadhus Shalihin
Kitab ini dikarang oleh Imam Abu Zakariya Yahya bin Syaraf an-
Nawawy ad-Dimasyqy (631-676 H). Ini merupakan kitab yang mashur
dikalangan para santri di pondok pesantren. Dalam kitab ini penulis
mengambil materinyadari kitab-kitab sunnah terpercaya seperti Shohih al-
Bukhoriy, Muslim, Abu Daud, An Nasaa’i, At Tirmidziy, Ibnu Majah dan
lain-lainnya. Beliau berjanji tidak memasukkan kedalam bukunya ini
kecuali hadits-hadits yang shohih dan beliau pun menunaikannya sehingga
tidak didapatkan hadits yang lemah kecuali sedikit itu pun kemungkinan
menurut pandangan dan ilmu beliau adalah shohih.
Riyadus Shalihin yang diartikan sebagai pelatihan orang-orang shalih,
dibahas menjadi 19 kitab yang terbagi atas 372 Bab dan menyertakan
sebanyak 1900 hadis. Dalam metode penulisannya, Imam Nawawi
86
mengemukakan ayat-ayat Qur’an sebagai dalil utama untuk menguatkan
dalil penyokong atas kitab yang akan dibahas, kemudian baru menyertakan
dalil-dalil hadist sebagai penjabaran atas bab-bab yang dibahas tersebut.
Setelah belajar kitab ini, para santri bisa mengetahui dan memahami
hadist-hadist yang berasal dari periwayat hadist yang mashur berkenaan
dengan hukum-hukum keseharian dan sebagai bagian penting dalam
rangka memehami hukum islam secara keseluruhan serta sebagai
pendamping Al-Quran sebagai rujukan utama hukum islam.
h. Tanqihul Qaul
Kitab ini dikarang oleh Syekh Nawawi Al Bantani dan merupakan
Syarah Kitab Lubabul Hadist oleh Syekh Jalaludin Asy-Syuyuthi. Kitab
ini juga merupakan kitab hadist yang berisi hadist-hadist pilihan yang
berkenaan hukum-hukum dalam keseharian. Dan pengarang kitab ini
membagi pembahasannya kitabnya menajdi 40 pembahasan terkait, hadist-
hadist yang berkenaan dengan permasalahan dan kejadian-kejadian dalam
keseharian dan sebagai pendamping Al-Quran sebagai sumber hukum.
Setelah belajar kitab ini santri diharapkan bisa mememahi dan
mengahafal hadist-hadist ringkas terkait kejadian-kejadian dan
permasalahan dalam keseharian yang terdapat di dalam kitab tersebut dan
kemudian bisa mereka amalkan.
i. Musthala Hadist
Kitab ini dikarang oleh al-Qodhiabu Muhammad ar-Romahurmuzi.
Kitab dasar selanjutnya adalah Kitab Mushtholah Al-Hadits yang
87
mempelajari ilmu mengenai seluk beluk ilmu hadits. Mulai dari macam-
macam hadits, criteria hadits, syarat orang yang berhak meriwayatkan
hadits dan lain-lain dapat dijadikan bukti kevalidan suatu matan hadits
Setelah mempelajari kita ini santri diharapkan bisa mulai membadakan
hadist-hadist dengan criteria-krtieria tertentu, sehingga pada akhrnya santri
bisa mengklasifikasikan mana hadist yang bisa dijadikan sumber hukum
dengan hadist yang tidak bisa dijadikan sumber hukum. (W.ASY.URM.2.)
j. Fiqh
Fiqh merupakan ilmu ang wajib di pelajari oleh seluruh santri Asy
Syifa, karena ilmu ini berkaitan dengan tata cara kita mberibadah dan
isinya juga terdapat hukum-hukum berkenaan dengan berbagai hal dalam
kehidupan. Stiap kitab yang di pelajari memeiliki tingkatkedalaman
tersendiri, dimulai dari yang dasar hingga sampai dengan kita byang secara
detail menjelaskan hukum dari berbagai sumber dan pendapat.
k. Safinatunnaja
Kitab ini dikarang oleh Asy-Syaikh Al-Faqih Salim bin ‘Abdullah bin
Sa’d bin ‘Abdullah bin Sumair Al-Hadhrami Al-Batawi Asy-Syafi’i. kitab
ini merupakan kitab klasik yang diajarkan hampir di seluruh pondok
pesantren, kitab ini menjalsakan tentang fiqh (Hukuk Islam) dan kitab ini
wajib dipelajari sebagai kitab dasar ilmu fiqh sebelum santri melanjutkan
pembelajaran pada kitab fiqh yang lebih detail dan kompleks.
88
Tidak semua pembahasan tentang fiqh di bahas dalam kitab ini, hanya
hal-hal yang sifatnya mendasar dan prinsip saja yang diajarkan dalam
kitab ini. Adapun yang dibicarakan adalah meliputi:
1) Kitab thaharah, yang meliputi 18 pasal.
2) Kitab shalat, yang terdiri dari 27 pasal.
3) Kitab jana-iz, yang terdiri dari 7 pasal.
4) Kitab zakat, yang terdiri dari 1 pasal.
Orientasi pembelajaran kitab ini diharapkan santri bisa memahami
kaidah dasar terkait hukum Fiqh islam yang kemudian bisa dilanjutkan
pada pembahasan pada kitab yang lebih kompleks guna mendapatkan
pemahaman fiqh dari berbagai pendapat para Fuqaha yang lainnya.
l. Al Bajuri
Kitab ini dikarang oleh merupakan kitab fiqih madzhab Syafii
karangan Syekh Burhanuddin Ibrahim al Baijuri bin Syekh Muhammad al
Jizawi bin Ahmad. Kitab ini merupakan kitab Fiqh bermadzhab Syafi’i
dan menjadi salah satu rujukan dan dipelajari di pondok pesantren klasik.
Kitab ini lebih detai dari kitab Fiqh sebelumnya (Safinatunnaja) dan
pembahasannya lebih komplek serta dibagi dalam banyak sekali
pembahasan (pasal/bab).
Orientasi pembelajaran kitab ini santri diharapkan memahami dengan
jelas tentang hukum fiqh islam yang lebih detail dari kitab fiqh
sebelumnya dan bisa menerapkan terkait kaidah fiqh dalam kesehariannya.
m. Ianah at Thalibin
89
Kitab ini dikarang oleh Sayyid Abu Bakar Muhammad Syatha ad-
Dimyathi, kitab ini adalah adalah salah satu kitab yang sering menjadi
rujukan primer bagi mayoritas santri dan pengikut mazhab Syafi’i di
Indonesia. Kitab ini merupakan tulisan bermodel hasyiyah, yaitu
berbentuk perluasan penjelasan dari tulisan terdahulu yang lebih ringkas.
Sesuai namanya, kitab ini diperuntukkan santri yang mengkaji Fath al-
Mu’in.
I’anah al-Thalibin memiliki kelebihan sebagai fiqh mutakhkhirin yang
lebih actual dan kontekstual karena memuat ragam pendapat yang diusung
ulama mutaakhkhirin utamanya Imam al-Nawawi, Ibnu Hajar dan banyak
lainnya yang tentunya lebih mampu mengakomodir kebutuhan
penelaahakan rujukan yang variatif dan efektif.
Pembelajaran kitan ini terkait ilmu Fiqh, kitab ini menyajikan
pembahasan yang sangat kompleks dari berbagai ulama. Santri diharapkan
memahami terkait hukum-hukum Fiqh yang lebih luas dan bersumber dari
para Fuqaha yang kelak bisa di jadikan pegangan para santri dan
diamalkannya (W.ASY.URM.3.)
1) Kitab Nahwu
2) Al Jurumiyyah
Kitab ini dikarang oleh Abu Abdillah Muhammad bin Muhammad bin
Dawud Ash Shinhaji. Kitab ini menjadi kitab rujukan utama dan dasar para
santri dalam mempelajari ilmu islam yang kebanyakan berbahasa arab.
Kita ini mengkaji terkait gramatikal bahasa arab/ kaidah-kaidah bahasa
90
arab. Yang isinya membedah struktur bahasa arab. Kitab ini menjadi kitab
dasar dalam belajar ilmu nahwu dan setiap santri wajib memahami kitab
ini.
Orientasi pembelajaran ini santri pondok pesantren Asy syifa
memehami terkait konsep dasar ilmu nahwu guna fungsinya untuk
memehami bahasa arab agar bisa mempelajari khazanah ilmu-ilmu islam
lainnya, karena tanpa mempelajari ilmu ini dirasa akan sangat sulit belajar
ilmu islam.
n. Imriti
Kitab ini dikarang oleh Al-Muallamah Syeikh Syarafuddien Yahyaa
Al-Imrithi. Kitab ini ini merupakan matan Kitab Jurumiyyah ; kitab ilmu
nahwu yang digubah menjadi bentuk nadhom / natsar / sya’ir. Kitab ini
menjadi salah satu sorogan favorit fan ilmu alat lanjutan. Umumnya
diberikan setelah tahapan kitab jurumiyyah dapat terhapal dan terpahami
dengan baik. Dengan cara penyampaiannya dhom seperti ini, para
pembelajar lebih terbantu ingatannya atas hapalannya.
Kitab ini merupakan kitab lanjutan dari kitab sebelumnya, santri
setelah mempelajari kitab ini bisa lebih memehami terkait kaidah nahwu,
lebih mendalam dari kitab jurumiyyah yang sebelumnya.
o. Alfiyyah Ibn Malik
Kitab ini dikarang oleh : Syeik Al-Alamah Muhammad jamaluddin
ibnu Abdillah ibnu Malik al Thay. Kitab Alfiyyah Ibnu Malik adalah kitan
populer dan melegenda dalam ilmu Gramatika / tata bahasa arab dan
91
menjadi kitab rujukan penting di pondok pesantren klasik guna membedah
kaidah bahasa arab.
Kitab ini berisi seribu bait nadham ilmu nahwu. Kelebihan mengkaji
Ilmu Nahwu-Shorof khususnya alfiyah dibandingkan dengan ilmu fiqh dan
lainnya adalah ketetapan qoidahnya. qoidah Nahwu-Shorof merupakan
ilmu yang paten/pasti yaitu qoidahnya tidak akan pernah berubah ila
akhiriz zaman.
Setelah belajar kitab ini santri diharapkan secara konferhensip
memehami ilmu nahwu dengan sangat menadalam dalam hal ini
pemahaman nadham dan materi ilmu nahwu bisa di kuasai dengan sangat
baik. (W.ASY.MSYA.1)
1) Kitab Ilmu Sharaf
2) Kitab Kailani
Kitab ini dikarang oleh Syeh ali hisyam al-kailani. Ini merupakan kitab
yang membasah tentang ilmu linguitsik bahasa arab, ilmu sharaf di
orientasikan pada pengetahuan perubahan kata-kata dalam bahasa arab.
Perubahan kata-kata dalam bahasa arab diperuntukan karena setiap
penggunaan kata bahasa arab harus di sesuaikan denga konteks teks nya.
Maka dalam belajar bahasa arab selain dari mempelajari ilmu nahwu juga
mempelajari ilmu sharaf sebagai penyempurna ilmu nahwu.
Kitab ini diawali dengan uraian perubahan bentuk fi'il dengan pola
tsulasi mujarrod dan ruba'i mujarrod. Selanjutnya kategori fi'il mutaadi dan
lazim, contoh-contoh tashrif, nun taukid tsakilah dan khofifah, kategori
92
mudlo'af, mu'tal, dan yang berkaitan dengan penempatan hamzah.
Pembahasan kitab ini dititup dengan ulasan isim zaman dan isim makan.
Setelah mempelajadi kitab ini santri diharapkan bisa menguasai
perubahan kata-kata dalam bahasa arab yang gunanya sebagai pelengkap
dari pelajaran ilmu nahwu sebelumnya.
p. Kitab Yaqulu
Kitab ini merupakan lanjutan dari kitab lanjutan dari kitab
selanjutnya tentang pembahasan ilmu sharaf, kitab ini sangat penting
dipelajari agar santri bisa lebih mengusai ilmu sharaf guna melengkapi
ilmu nahwu agar santi bisa membaca kitab kuning dan bahasa arab dengan
benar. (W.ASY.MSYA.1)
1) Kitab Akhlaq
2) Ta’lim Muta’allim
Kitab ini dikarang oleh Syaikh Burhanuddin Az-Zarnuji. Kitab ini
merupakan kitab rujukan dalam pembelajaran akhlak, walaupun ini adalah
kitab lama namun isinya masih sangat relevan dengan keadaan hari ini.
Kitab ini membedah kajian ilmu akhlak yang seyogyanya bisa di
implementasikan oleh para santri. Pembahasan dalam kitab ini membahas
terkait akhlak dan etika dalam mencari ilmu, menjadi murid, menghormati
guru dan lainnya.
Setelah belajar kitab ini para santri diharapkan memeiliki akhlak yang
baik dan mengetahui konsep-konsep pendidikan akhlak yang bisa di
implementasikan dalam keseharian. (W.ASY.UNA.1)
93
q. Kitab Tafsir
Pembelajaran kitab tafsir di pondok pesantren Asy Syifa
menggunakan dua mufassir yaitu tasir Jalalini dan tafsir inbu katsir.
Jalalain dijadikan sebagai kurikulum didunia pendidikan. Tafsir ini diakui
oleh kalangan ulama sebagai tafsir yang sangat banyak memberikan
manfaat. Metode yang digunakan oleh pengarang dalam tafsir ini adalah
dengan menyebutkan makna-makna dari setiap ayat Al-Qur’an, bersandar
hanya ke pada riwayat yang paling kuat, memberikan catatan tentang
kedudukan kalimat yang dibutuhkan, dan memberikan penjelasan tentang
perbedaan qiraat pada tempat-tempat yang terdapat padanya perbedaan
berdasarkan qiraat yang termasyhur. Selain itu, pengarang juga
menghindarkan sama sekali dari bertele-tele dalam penjelasannya,
sehingga setia ppenjelasan yang ada benar-benar ungkapan-ungkapam
yang dipilih secara cermat dan tepat.
Setelah mempelajari tasir ini, santri diharapkan bisa mengetahui
makna-makna yang tersirat dari setiap lafadz dalam Al-Qur’an yang
kemudian bisa jadi khazanah keilmuan dan pengetahuan bagis setiap santri
pondok pesantren Asy Syifa yang mempelajari itu.
C. Pelaksanaan Sistem Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren
Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka Bandung
Pelaksanaan pembelajaran di pondok pesantren Asy Syifa secara garis
besar terbagi menjadi dua, ada yang berdasarkan sistem klasikal (Ibtida/Tsanawi)
ada juga yang dilaksanakan secara bersama-sama yang disesuaikan dengan kitab
94
yang dipelajari. Pelaksanaan ini didasarkan pada sebuah kebutuhan serta
kemampuan santri itu sendiri, oleh karena itu ada perbedaan proses pembelajaran.
(W.ASY.URM.4)
Sama halnya sistem pembelajaran di pondok pesantren lainnya, metode
yang digunakan biasanya mengunakan metode bandongan pada pembelajaran
kitab dan sorogan pada pembelajaran Al-Qur'an dan hampir semua pembelajaran
yang dilakukan menggunakan pendekatan teacher centered atau terpusat pada
sosok kyai atau pengajar di pesantren itu sendiri.
1. Klasifikasi kelas pengajian di Pondok Pesantren Asy Syifa
a. Pembagian Kelas Pengajian Santri Putra Pondok Pesantren Al-
Qur’an Asy Syifa
Tabel 4.2Daftar Santri Putra Kelas Ibtida
No Nama Asrama/Kobong Kelas
1. Lutfi 1 Ibtida
2. Cecep 1 Ibtida
3. Ilham 1 Ibtadi
4. Nurdin Arifatah 2 Ibtida
5. Deden Muslihin 2 Ibtida
6. Gingin Ginanjar 2 Ibtida
7. M. Aldhi 2 Ibtida
8. Adi Hamid 2 Ibtida
9. Fikri Maulana Sidik 2 Ibtida
10. Sandra Lusan 2 Ibtida
11. M. Hasyim 2 Ibtida
95
12. M. Miftahudin 2 Ibtida
13. Asep M. Hidayat 2 Ibtida
14. M. Rizani 3 Ibtida
15. M. Abu 3 Ibtida
16. M. Agung 3 Ibtida
17. M. Anwar 3 Ibtida
18. M. Rahmat 3 Ibtida
19. M. Rojak 3 Ibtida
20. M. Sukma 3 Ibtida
21. M. Wildan 3 Ibtida
22. M Rendi 3 Ibtida
23. M. Dimas 3 Ibtida
24. Wahyudin 4 Ibtida
25. Rijayadi 4 Ibtida
26 Erik Ridwan 4 Ibtida
27. Wildan 4 Ibtida
28. Iqbal 4 Ibtida
29. M. Romli 4 Ibtida
30. Nurdin Hidayat 5 Ibtida
31. Anang 5 Ibtida
32. Riki 5 Ibtida
33. Mukrom 5 Ibtida
34. Ilham Ismail 5 Ibtida
35. Luqman 5 Ibtida
35. Irfan 5 Ibtida
96
37. Taufik Abdullah 6 Ibtida
38. Rujal M.K 6 Ibtida
39. M. Afif 6 Ibtida
40. M. Anfar 6 Ibtida
41. Indra Abdurrahman 6 Ibtida
42. Iman Syahroni 6 Ibtida
43. Imam M.J 6 Ibtida
44. Ismu Mujab 6 Ibtida
45. Iqbal A Mustafa 6 Ibtida
46. Iqbal Nur M 6 Ibtida
47. Ali 7 Ibtida
48. Aad 7 Ibtida
49. Dinar 7 Ibtida
(SD.ASY.FMPKK.2)
Tabel 4.3Daftar Santri Putra Kelas Tsanawi
No Nama Asrama/Kobong Kelas
1. M. Supnadin 1 Tsanawi
2. Arifn Ilham 1 Tsanawi
3. A. Wahab Asyaroni 1 Tsanawi
4. Gingin Gunawan 1 Tsanawi
5. Dadang 1 Tsanawi
6. Aguh 1 Tsanawi
7. Jamal 2 Tsanawi
8. Cecep Nurdin 2 Tsanawi
9. M. Wahyu 3 Tsanawi
10. M. Agung 3 Tsanawi
97
11. M. Jajang 3 Tsanawi
12. M. Dicki 3 Tsanawi
13. Abdul Muhyi 4 Tsanawi
14. M. Dedi 4 Tsanawi
15. M. Harun 4 Tsanawi
16. M. Rendi 4 Tsanawi
17. Zaki K 4 Tsanawi
18. Zaki 4 Tsanawi
19. Ajmil 4 Tsanawi
20. Azami 4 Tsanawi
21. M. Asep Rifat 5 Tsanawi
22. Hambali 5 Tsanawi
23. Hamdani 5 Tsanawi
24. Mukhlis 5 Tsanawi
25. Ade Sajidin 5 Tsanawi
26. Usman 5 Tsanawi
27. Rizal Saptari 6 Tsanawi
28. Tedi Surtadi 6 Tsanawi
29. Ahmad Yesa 6 Tsanawi
30. Raka Hudan M 6 Tsanawi
31. M. Ade 7 Tsanawi
32. Dudung 7 Tsanawi
33. Sobirin 7 Tsanawi
34. Jejen 7 Tsanawi
35. Muhlis 7 Tsanawi
36. Abdul 7 Tsanawi
(SD.ASY.FMPKK.2)
98
b. Pembagian Kelas Pengajian Santri Putri Pondok Pesantren Asy Syifa
Tabel 4.4Daftar Santri Putri Kelas Ibtida
No Nama Asrama/Kobong Kelas1 Nahri 1 I
2 Ede 1 I
3 Fitri 1 I
4 Kulsum 1 I
5 Fatimah 1 I
6 Sri Ulya Fitriani 2 I
7 Ranita 2 I
8 Widi Mardani 2 I
9 Fitri 2 I
10 Didah 2 I
11 Ami Nurazijah 2 I
12 Anida 2 I
13 Hilmyah 2 I
14 Wiwin 3 I
15 Euis Latifah 3 I
16 Suci Sakinah 3 I
17 Risa Gustiana 3 I
18 Siti Nur Sa’adah 3 I
19 Fadlah 3 I
20 Jijah Siti 4 I
21 Syifa 4 I
22 Iis Siti Aisyah 4 I
23 Nur Setiawati 4 I
24 Halimatusa’adah 4 I
25 Sopi 4 I
26 Syaila Nur 4 I
27 Wafa Zakiyah 4 I
99
28 Syifa Ambami 4 I
29 Risma 5 I
30 Tina Meidina 5 I
31 Syifa 5 I
32 Tita Puspita 5 I
33 Amelia 5 I
34 Salwa 5 I
35 Windi Widia 5 I
36 Nada Nur
Halimah
5 I
37 Isyfa 5 I
38 Tika siti 5 I
39 Siti Nur 5 I
40 Neja Tazkiyah 5 I
41 Siti Nur Asiah 5 I
41 Reva Syaharani 5 I
43 Siti 6 I
44 A’syah 6 I
45 Siti Lailatul 6 I
46 Neng Rofi’ah 6 I
47 Gina 6 I
48 Putri 6 I
49 Resti Nisa 6 I
50 Siti Mariam 6 I
51 Neng Tkiniatul H 6 I
52 Diana Wulandari 6 I
53 Siti
Fatimatulzahru
6 I
54 Ai Muto Ifah 6 I
55 Syahma 6 I
100
56 Alsa Fitria 6 I
57 Silvi 7 I
58 Khoratunnisa 7 I
59 Siti Fitriyani 7 I
60 Isma Ilyah 7 I
61 Hilda Noviana 7 I
62 Lintang
Takbirani
7 I
63 Lani Restu 7 I
64 Novi Yulianti 7 I
65 Siti Nurmilah 7 I
66 Siti Nurhadiah 7 I
67 Depi Riskiani 7 I
68 Syifa Nurillayah 7 I
69 Ayu Sopiah 8 I
70 Syifa Syaidah 8 I
71 Rina Riana 8 I
72 Hesty Rahmayani 8 I
73 Siti Salamah 8 I
74. M. Isma 8 I
75. Elis 8 I
76. Laely Sa’adah 9 I
77. Hani Mustika 9 I
78. Erika Nur 9 I
79. Wulan Julianti 9 I
80. Siti Fatimah 9 I
81. Syifa 9 I
82. Eka Fuji 9 I
83. Hana 9 I
84. Imas Nuriyyah 10 I
101
85. Hilda Fadillah 10 I
Tabel 4.5Daftar Santri Putri Kelas Tsanawi
No Nama Asrama/Kobong Kelas
1. Nur 1 II
2. Safira 1 II
3. Aas 1 II
4. Maesaroh 2 II
5. Yuli Kholifah 2 II
6. Pupu Maspupah 3 II
7. Yuli Siti 5 II
8. Hamdah Kamilah 5 II
9. Nurlatifah 6 II
10. Selli Silviani 7 II
11. Ima Niyayaeul 7 II
12. Sesi Aprilia 7 II
13. Nabila 8 II
14. Syahda 8 II
15. Winda 9 II
16. Nia 9 II
17. Neng Dina 10 II
18. Nida Uswatun 10 II
19. Nining Yuningsih 10 II
20. Ummu Kulsum 10 II
(SD.ASY.FMPKK.2 )
102
c. Kelas Pengajian Qiraat Sab'ah bersama KH. Ujang Hidayat
Tabel 4.6Jadwal Pengajian Qira’at Sab’ah
No Nama Santri Putra Nama Santri Putri Waktu Pengajian1 Asep Nur Ulfi Pengajian santri
putra berlangsungpada pukul 07.00 –10.30 & Pengajiansantriat berlangsungpada pukul 19.00 –20.45 yangbertempat dimadrasah sampingkhusus soroganbinadhar QiraatSab’ah
2 Acep Safira3 Yusuf Mae4 Imam Yuli5 Hambali Pupu6 Tedi Iis7 Wahyu Ajizah8 Rizal Yuli9 Mukhlis Hamda10 Yesa Tina11 Raka Ulpah12 Arifin Novi13 Dadang Ima14 Jajang Sesi15 Ade Pipit16 Muhyi Selli17 Dadi Iin18 Winda19 Ulfi20 Nia21 Dida22 Umi23 Hilda24 Aas
(SD.ASY.FMPKK.2)
2. Jadwal pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Asy SyifaTabel 4.7
Jadwal Pembelajaran Kitab KuningNo Waktu Pukul Kitab yang dipelajari Pengajar
1
Setiap Hari(kecuali kamis
dan Jumat)
08.00 –10.00
Jurumiyyah, Imriti danKailani
KH.M. SyanAbdul Khaliq
2
10.00 –11.30
Syarah KitabSafinatunnaja & Kailani(senin & selasa), SyarahKitab Tanqihul Qaul danKailani (rabu), Syarah
Ustadz RijalMushaffa
103
Kitab Safinatunnaja danTahkihul Qaul (sabtu),Ta’limul Muta’alimin &Tanqihul Qaul (Minggu)
3
13.00 –14.00
Murattal Al-Qur’an danmateri ilmu tajwid
Santri PutraSenior (Hambali, Rijaldan Mukhlis)
414.00 –15.30
Safinatunnaja, RiyadushShalihin, AqidahAwaliyyah
KH.M. SyanAbdul Khaliq
516.15 –17.15
Mujawwaj Al-Qur’an KH. UjangHidayat
621.00 –22.00
Nihayah Qaul Mufidz KH. UjangHidayat
(SD.ASY.FMPKK.2)
a. Jadwal Pengajian Bersama Pondok Pesantren Asy Syifa
Pukul : 09:00 - 10:30
Tempat : Madrasah Utama
Pengajar : Ustadz Rizal Mushaffa
Tabel 4.8Jadwal Pengajian Bersama
No Hari Materi/Kitab
1 Senin Syarah Kitab Safinatunnaja & Kailani
2 Selasa Syarah Kitab Safinatunnaja & Kailani
3 Rabu Syarah Kitab Tanqihul Qaul dan Kailani
4 Sabtu Syarah Kitab Safinatunnaja dan Tahkihul Qaul
5 Minggu Ta’limul Muta’alimin & Tanqihul Qaul
b. Kelas Pengajian Santri Putra kelas Ibtida Pondok Pesantren Asy
Syifa
Pengajar : Ustadz Rijal Mushaffa
104
Waktu : 18:30
Tempat : Madrasah Utama
Tabel 4.9Jadwal Pengajian Santri Putra kelas Ibtida
No Waktu Materi Pembahasan
1 Malam Sabtu Sorogan Al-Qur’an dan materi tentang Tajwid
2 Malam Minggu Setoran Nadham Tuhfatul Athfal, Fathur Rahman dan AlJazariyyah
3 Malam Senin Sorogan Al-Qur’an dan Materi tentang Tajwid
4 Malam Selasa Setoran Juz Amma ( Juz 30)
5 Malam Rabu Kitab Mustalah Tajwid dan Safinah
6 Malam Kamis Setoran Tashrifan
c. Pengajian Bersama Sesepuh Pondok Pesantren Asy Syifa
Tabel 4.10Jadwal pengajian bersama sesepuh Pondok Pesantren Asy Syifa
No Waktu Tempat Pengajian Keterangan1 07:00 – 10:00 Madrasah Sorogan Qiraat Sab’ah Santri Putra
tertentu
2 19:00 – 20:45 Madrasah Sorogan Qiraat Sab’ah Santri Putritertentu
3 13:00 – 13:30 Madrasah Utama Murattal Al-Qur’an Seluruh Santri-santriwati
4 16:45 – 17:30 Madrasah Utama Mujawwaz Al-Qur’an Seluruh Santri-Santriwati
5 21:00 – 22:00 Madrasah Utama Pengajian KitabNihayah Qaul Mufidz
Seluruh Santri-Santriwati
d. Kelas Pengajian Santri Putra Kelas Tsanawi Pondok Pesantren
Asy Syifa
Pengajar : KH. Muhammad Syan Abdul Khaliq
Waktu : 19:30
Tempat : Mesjid Pondok Pesantren Asy Syifa
105
Tabel 4.11Jadwal Pengajian Santri Putra Kelas Tsanawi
Waktu Materi
Minggu, senin, selasa, jumatdan sabtu
Tafsir Jalalaini Alfiyyah Ibn Malik Riyadush Shalihin
Pembelajaran di pondok pesantren Al-Qur’an Asy Syifa ini masih
menggunakan metode-metode klasik khas pondok pesantren seperti sorogan,
bandongan, hafalan, dan nadhaman. Setiap metode yang digunakan disesuaikan
dengan kebutuhan dan orientasi pembeajaran itu sendiri. Pada dasarnya
pembelajaran di pesantren berlangsung satu arah teacher centered santri
mendengarkan, menulis tanpa bisa melakukan tanya jawab dengan kiai yang
mengajarkannya. Pola tersebut menjadi pola yang sangat khas di pondok
pesantren dan begitu pula di pondok pesantren Asy Syifa. KH. Ujang Hidayat,
KH. M. Syan, Ustadz Rijal dan Ustadzah Neli menjadi pusat pembelajaran disana,
kitab-kitab yang dipelajari di pondok pesantren ini diajarkan oleh beliau-beliau.
(W.ASY.URM.4)
Dalam Pembelajaran Al-Qur'an ditekankan menggunakan metode sorogan,
agar tingkat ke-fashihatan santri dalam melapalkan huruf demi huruf Al-Qur'an
bisa secara langsung didengarkan oleh pengajar dan jika ada kesalahan bisa
langsung di koreksi oleh pengajar. Hal ini didasarkan bahwa dalam belajar Al-
Qur'an haruslah Talaqi atau Face to Face antara santri santri dengan sang
penagajr agar bisa secara langsung bisa terpantau perkembangnnya dan bisa
tercapaai shihatush sanad.
106
Dalam Pembelajaran kitab-kitab ulumul Qur'an seperti Tuhfatul Athfal, Al
Jazariyyah, Nihayah Qaul Mufidz pengajar menggunakan metode bandongan
yaitu santri mendengarkan apa yang dipaparkan oleh kiyai kemudian santri
mencatatnya dan disela pemamaparan materinya itu pengajar juga menggunakan
metode demonstrasi yaitu mencontohkan materi-materi yang disampaikannya itu
agar santri bisa memehami secara teori dan juga praktek dalam pembelaaran
ulumul qur'an tersebut. Dan dalam pembelajaran tersebut, pengajar menjadi sosok
central dan proses transfer ilmu kepada para santrinya. (W.ASY.KUH.3.)
Metode tersebut juga berlaku dalam pembelajaran ilmu Nahwu
(jurumiyyah, imriti dan Alfiyyah) serta ilmu Sharaf (Kailani) santri mendengarkan
penjelasan dari pengajar, mencatat apa yang didengar (istilah pesantren di sebut
nge-logat) kemudian santri mempraktekan apa yang difahami dari
pembelajarannya tersebut. sebagai contoh dalam pembelajaran nahwu , santri
harus bisa memparkan kembali materi yang telah dicatatnya dan melafalkan setiap
nadham yang sebelumnya di sampaikan oleh pengajar terkait materi yang
disampaikan. Sebagai contoh santri harus bisa menjelasan kembali konsep-konsep
gramatical bahasa arab dari ilmu nahwu yang dipelajarinya tersebut, seperti
konsep isim, fiil, mubtada, khabar, dan lain-lain.
Dalam pembelajaran ilmu sharaf pengajar mengguakan metode
bandongan dengan tujuan agar sntri mengetahui konsep-konsep ilmu sharaf
tersebut dan pengajar juga menggunakan metode demontrasi agar santtri
mengeahui perubahan perubahan dari kata dalam bahasa arab tersebut dan fungsi
dari kata terebut. santri juga selain dituntut mengetahui konsep dan pengertian
107
ilmu sharaf serta bisa mempraktekan perubahan-perubahan kata dalam bahasa
arab seperti madli, mudhari', masdar, fail, isim zaman, isiam makan, kata nahi
dan kata amr.
Pembelajaran kitab Hadist, Tafsir, Fiqh serta Akhlak lebih di tekankan
pada pengetahun yang sifatnya kognitif, para santri dituntut mengatahui konsep-
konsep serta dalil-dalil dari kitab-kitab yang diajarkan serta bisa menghafal serta
mempraktekannya dalam keseharian. Metode bandongan menjadi metde yang
sering digunakan dalam pembelajaran kitab-kitab riyadhus salihin, tanqihuk qaul,
ta'lim muta'allim, safinatunnaja, bajuri, tdan afsir jalalaini santri mendengarkan
pemaparan materi dan pasal-pasal yang dipaparkan serta penjelasan yang
paparkan oleh ustadz/kiai kemudian di tulis, dibaca dan difahami serta kemudian
di amalkan dalam keseharian para santri di pondok pesantren Asy Syifa.
(W.ASY.UNA.2)
Seluruh pembelajaran keilmuan yang dijarkan di pondok pesantren Asy
Syifa sebisa mungkin dilksanakan dengan sangat konferhensif yang mana dlam
setiap kajiannya dilakukan dengan sangat sistematis dari mulai kitab yang sangat
mendasar, menegah hingga pada kitab yang menuntut santri menganalisis dengan
tajam. Proes pembelajaran di pondok pesantren Asy Syifa di lakukan oleh seluruh
dewan kiai dan ustadz dan pada proses-proses tertentu juga melibatkan para santri
senior untuk menjadi tutor pengembangan santri.
Kitab-kitab yang diajarkn dipondok pesantren Asy Syifa diharapkan bisa
memberikan dampak yang baik bagi para santrinya dan juga sebagai proses
pelestraian khazanah keilmuan islam. Dengan mempelajari kitab-kitab klasik,
108
pondok pesantren Asy Syifa di tuntut untuk bisa menjadi tempat dalam
penyebaran keilmuan Islam, dan reproduksi ulama di masa mendatang.
D. Evaluasi Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Al-
Qur’an Asy Syifa Cicalengka Bandung
Fungsi utama evaluasi adalah menelaah suatu objek atau keadaan untuk
mendapatkan informasi yang tepat sebagai dasar untuk pengambilan keputusan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah proses mendeskripsikan,
mengumpulkan dan menyajikan suatu informasi yang bermanfaat untuk
pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
Tujuan umum evaluasi pembelajaran adalah untuk menghimpun bahan-
bahan keterangan yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf
perkembangan atau taraf kemajuan yang dialami oleh para peserta didik setelah
meraka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Serta
menghimpun informasi yang dijadikan dasar untuk mengetahui taraf kemejuan,
taraf perkembangan, taraf pencapaian kegiatan belajar peserta didik.
Bentuk evaluasi pembelajaran dapat dibedakan menjadi evaluasi formatif
dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif adalah penilain berupa tes (soal-soal atau
pertanyaan) yang diselenggarakan setelah satu pokok bahasan selesai dipelajari
peserta didik. Evaluasi sumatif adalah penilaian berupa tes yang dilakukan setelah
proses belajar mengajar selesai dalam jangka waktu tertentu, misalnya satu
semester atau satu caturwulan.
Pembelajaran dikebanyakan pondok pesantren termasuk di pondok
pesantren Al-Qur’an Asy Syifa berorientasi pada ketuntasan materi, satu kitab
109
dipelajari secara terus menerus dan berulang ulang hingga pada akhirnya santri
memahami isi dan kandungan dari kitab yang dipelajarinya tersebut. Namun ada
beberapa pembelajaran juga yang menggunakan evaluasi secara konferhensif
untuk mengkur ketercapaian dan pemahaman dari setiap bab yang dijarkan.
1. Evaluasi pembelajaran Ulumul Qur’an.
Sebagai pesantren Al-Qur’an, pondok pesantren AL-Qur’an Asy Syifa
mengkhususkan pembelajarannya pada ilmu ini, sistem pembelajarannya
tersistematis dengan sangat baik. Karena pembelajaran Al-Qur’an harus
dimulai dari tahap yang sangat dasar hingga yang paling tinggi.
Pembelajaran Al-Qur’an di Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa
berlangsung secara langsung yaitu dengan sistem sorogan yaitu dengan
sistem face to face, jadi dengan sistem ini pengajar bisa mengetahui secara
langsung kelebihan dan kekurangan dari santri dalam pembacaan Al-
Quran baik itu dari segi pelafalan, makharijul hurufnya hingga sifatul
hurufnya. (W.ASY.KUH.4.)
Proses sorogan ini berangsung di kalangan santri putra maupun santri
putri yang secara langsung dipantau oleh putra sesepuh KH. Ujang
Hidayat yaitu ustadz Rizal Mushaffa dan Ustadzah Neli Amelia. Setiap
santri yang sudah memiliki bacaan yang fashihat dan lulus kriteria maka
santri tersebut berhak melanjutkan dan direkmendasikan untuk mengaji
sorogan binadhor Al-Qur’an langsung ke sesepuh pondok pesantren untuk
bisa melanjutkan jnjang pengajian qiraat sab’ah, karena sorogan dengan
110
sesepuh pesantren merupakan tingkatan tertinggi dalam pembelajaran
pembacaan Al-Qur’an karena yang dipelajarinya adalah qiraat sab’ah.
Kriteria seorang santri bisa melanjutkan jenjang pengajian Al-Qur’an
ketingkat yang lebih tinggi adalah pemahaman sntri tersebut terhadap isi
dari kitab yan mengulas tentang ilmu Qur’an itu sendiri. Seperti contoh
santri harus sudah hafal kaidah-kaidah, hukum bacaan, waqaf ibtida, serta
pendapat-pendapat para ulama ahli Qura terkait ilmu al Qur’an serta santri
juga hafal dan memahami setiap nadham-nadham yang terdapat dari kitab-
kitab ulumul Qur’an yang diajarkan seperti tuhfatul athfal, tibyan, al
jazariyya hingga nihayah qaul mufidz.
Evaluasi pembelajaran ini berlangsung secara formatif, sebelum
pembelajaran dimulai setiap santri wajib melafalkan kembali materi serta
nadham-nadham yang sebelumnya telah dipalajari sembari menunggu
kehadiran pengajar ke kelas pengajian, proses ini berlangsung sekitar 5-20
menit sebelum pembeljaran dimulai. Jadi santri karena secara terus
menerus mengulang materi, mengulan hafalan nadham, mereka menadi
hafal dan memahami isi dari kitab yang dipelajari.
Proses evaluasi formatif terkait pemahaman ilmu Qur’an yang
diajarkan adalah pada pembelajaran murattal, santri harus bisa melafalkan
dengan fasihat setiap huruf Qur’an dan santri juga harus mengetahui
hukum pembacaan Al-Qur’an itu sendiri dengan jelas, lengkap dengan
kaidah, pengertian, serta nadhamnya. Hal ini dilakukan agar santri bisa
111
mengetahui secara koferhensif terkait ilmu Al-Qur’an baik itu secara
konsep/dasar maupun secara praktek dan aplikasinya.
2. Evaluasi Pengajian Kitab Kuning
Berbeda dengan pembelajaran keilmuan lainnya seperti Nahwu, sharaf
Fiqh, Tauhid, Akhlak, dan Hadist maupun tafsir, pembelajaran yang
diajarkan berorientasi pada tingkat ketuntasan saja, tidak ada test evaluasi
secara formaif maupun sumatif. Namun corak pembelajaran pesantren
yang berlangsung secara terus menerus, berulang ulang, semakin lama
semakin mendalam secara langsung akan menggiring para santrinya untuk
bisa memahami setiap bab atau pasal yang diajarkan. Setiap hari santri
bertemu dengan ustadz yang sama, kitab yang sama, metode yang sama
terus saja seperti itu hingga pada akhirnya santri bisa memahami isi dari
kitab yang pelajari karena seringnya santri tersebut berinteraksi dengan
kitab tersebut.
Santri akan faham ilmu nahwu karena dia terus menerus belajar kitab
jurumiyyah, imriti, yaqulu hingga alfiyyah ibn malik, hingga pada
akhirnya santri bisa memahami gramatikal arab, posisi kalimat, i’rob
kalimah, kaidah pembacaan hingga akhirnya bisa membaca kitab kuning
tanpa harakat. Santri akan faham ilmu sharaf dengan terus belajar kitab
kailani, hingga akhirnya santri bisa merubah mufradat bahasa arab sesuai
dengan konteks dan kedudukan kalimatnya. Dengan belajar kitab safinah,
al bajuri, ianah thalibin dengan terus menerus, santri bisa memahami
112
terkait hukum-hukum dalam islam yang bisa menuntun mereka
menjalankan tugasnya sebagai seorang muslim.
Belajar kitab Riyadhussalihin, Tanqihul Qaul dan Musthala Hadist
secara terus menerus, santri bisa memehamai hadist-hadist yang berkenaan
dengan hukum-hukum islam serta hadist-hadist yang berkenaan dengan
fenomena-fenomena tertentu serta keseharian, dan menjadikan hadist
sebagai sumber rujukan hukum setelah Al-Qur’an. Akhir dari
pembalajaran kitab Ta’lim muta’allim santri mengetahui terkait etika dan
tata cara dalam menuntut ilmu, agar proses menuntut ilmu benar-benar
menjadi proses penuh berkah maka santri harus mengetahui ilmunya.
Dengan belajar tafsir santri akhirnya bisa mengetahui terjemah tersurat
dari sebuah terjemah dan konteks ayat serta asbabun nuzul maupun
munasabah ayat itu sendiri.
Pada satu sisi memang tidak ada sebuah test untuk mengukur dalam
ranah kognitif , namun semua pembelajaran di pesantren diorientasikan
untuk bisa merubah yang berdampak pada ranah afektif dan psikomotorik
seluruh santrinya yang mana pada akhirnya santri bisa mengamalkan apa
yang dia pelajari selama belajar di pondok pesantren dan kemudian bisa
mengarahkan mereka menjadi sosok-sosok yang shalih/shalihah ilmu yang
didapat akan senantiasa berguna untuk umat. (W.ASY.URM.5).
Evaluasi dari pembelajaran ulumul Qur’an dan kitab kuning yang di
ajarkan di pondok pesantren Al-Qur’an Asy Syifa ini menggunakan sistem
sorogan, bandongan dan hafalan tersebut umumnya pembelajaran yang ada di
113
pondok psantren salafiyah, karena pada dasarnya santri dilatih untuk
mengembangkan keilmuannya yang telah disampaikan oleh kiyai atau ustadz.
Sistem sorogan untuk pembelajaran Al-Qur’an dapat dilakukan dengan face to
face atau muajahah untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari santri
tersebut dalam pembacaan Al-Quran baik itu dari segi pelafalan, makharijul
hurufnya hingga sifatul hurufnya. Sistem hafalan untuk pengajian atau
pembelajaran kitab kuning iu sendiri seperti dalam pemahaman kitab jurumiah,
imriti, yaqulu dengan nadhoman yang dilafalkan setiap kali sebelum pembelajaran
itu berlangsung sambil menunggu pengajar datang santri melafalkannya sekitar 5-
20 menit, itupun untuk mereview santri sebagai hasil dari pembelajaran kitab
kuning yang dipelajarinya. Bandongan disini dapat dilakukan oleh santri senior
maupun oleh ustadz/ustadzah, kiyai disini memantau dalam keberlangsungan
proses pembelajaran itu sendiri. Dengan cara seperti itu santri dapat menerapkan
hasil yang diperoleh. Sorogan, bandongan dan hafalan disini sebagai tolak ukur
dari evaluasi pembelajaran untuk para santri agar senantiasa ilmu yang
didapatkannya itu sendiri bisa berdampak untuk kedepannya jika mereka sudah
menjadi alumni dan dapat berguna untuk lingkungan sekitarnya.
Banyak alumni yang menjadi kiyai atau menjadi tokoh masyarakat
dilingkungannya karena mereka menerapkan hasil dari pembelajaran yang mereka
dapatkan selama mondok di pondok pesantren Al-Qur’an Asy Syifa, baik dalam
pembelajaran Al-Qur’an maupun kitab kuning. Adanya pembelajaran di pondok
pesantren ini menjadi perhatian paling serius, hal ini yang menjadikan pondok
pesantren sebagai sarana menuntut ilmu bukan hanya untuk para santrinya itu
114
sendiri yang mondok, akan tetapi juga untuk para warga sekitarnya untuk
memperdalam dan memperkokoh keilmuan agamanya.
115
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy
Syifa Cicalengka Bandung maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa terletak di Jalan Raya Barat Blk.
N0.83 RT 02/05, Kampung Kebon Kalapa, Desa Panenjoan, Kecamatan
Cicalengka, Kabupaten Bandung. Pondok Pesantren ini terletak di sebelah
barat dari Alun-alun Kecamatan Cicalengka sekitar 3,5 KM ke arah barat,
serta berdekatan dengan Pondok Pesantren lainnya seperti Pondok
Pesantren Al Falah, Al Hidayah, dan Al Faruuq.
2. Manajemen pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Al-Qur’an
Asy Syifa memiliki keunikan tersendiri selain dari pada penggunaan
metode khas pesantren (tradisional) juga dikarenakan banyaknya keilmuan
yang diajarkan di pondok pesantren. Perencanaan pembelajaran di pondok
pesantren Al-Qur’an Asy Syifa ini berakar pada kemampuan santrinya itu
sendiri, jika santri tersebut masih awam keilmuan pesantrennya dalam
pembelajaran kitab maka disesuaikan dengan diorientasikan mempelajari
kitab-kitab yang mendasar. Begitupula santri senior yang dilanjutkan
dengan kitab-kitab yang lebih tinggi dalam memperdalam keilmuannya.
Para santri mempelajari kitab sesuai dengan jenjang kitab-kitab yang
sudah ditentukan dari yang ringan hingga yang berat.
3. Pelaksanaan pembelajaran kitab kuning di pondok pesantren Al-Qur’an
Asy Syifa dibagi menjadi dua sistem klasikal yaitu ibtida/tsanawi. Adapun
116
pembagian local belajar hanyalah merupakan pengelompokkan dalam
belajar untuk bersama-sama mempelajari kitab yang sudah ditentukan
tersebut. Di pesantren ini menggunakan sistem bandongan, sorogan dan
nadhaman dalam pelaksanaan pembelajaran kitab kuning maupun Al-
Qur’an sesuai dengan kebutuhan dan orientasi pembelajaran itu sendiri.
Proses pembelajaran di pondok pesantren Asy Syifa dilakukan oleh
seluruh dewan kyai dan ustadz dan pada proses-proses tertentu juga
melibatkan para santri senior untuk menjadi tutor dalam pengembangan
santri.
4. Evaluasi pembelarajaran kitab kuning di pondok pesantren Al-Qur’an Asy
Syifa berorientasi pada ketuntasan materi, satu kitab dipelajari secara terus
menerus dan berulang ulang hingga pada akhirnya santri memahami isi
dan kandungan dari kitab yang dipelajarinya tersebut. Ada beberapa
pembelajaran yang menggunakan evaluasi secara konferhensif untuk
mengukur ketercapaian dan pemahaman dari setiap bab yang dijarkan.
Evaluasi dari para santrinya itu sendiri bisa mengamalkan apa yang
dipelajari selama belajar di pondok pesantren dan kemudian bisa
mengarahkan mereka menjadi sosok-sosok yang shalih/shalihah yang
nantinya dapat senantiasa berguna untuk umat
B. Implikasi Hasil Penelitian
Pondok pesantren yang bercorak salafiyah, perlahan mulai di tinggalkan
oleh para pengagumnya karena masyarakat memandang bahwa tidak ada hal yang
di anggap menarik dari lembaga ini dan tidak ada yang bisa di jual dari lembaga
pendidikan yang bercorak seperti ini. Berbeda halnya dengan pesantri khalafi
117
yang memiliki sesuatu yang bisa mereka jual dari lembaga tersebut sehingga
sebagai daya tarik minat masyarakat untuk belajar di pesantren.
Bagi penulis penelitian ini sangat berguna dan bermanfaat sekali untuk
keberlangsungan penyusunan skripsi, mendapatkan wawasan keilmuan, serta
penulis dapat memahami dan mendalami mengenai pembelajaran kitab kuning
yang ada di Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa itu sendiri. Selain dari pada
itu penulis dapat mengetahui perbedaan antara budaya pesantren salafi serta
khalafi.
Bagi masyarakat dilihat dari mutu lulusan pondok pesantren salafiyah ini
yang tidak terlepas dari sistem pembelajaran yang diajarkan oleh kyai di pondok
pesantren. Sama halnya dengan manajemen pembelajaran kitab kuning dan
pembelajaran ulumul Qur’an yang ada di pondok pesantren Al-Qur’an Asy Syifa
tentunya memiliki dampak bagi santri terutama setelah mereka lulus dari
pesantren lalu mengamalkan ilmunya sehingga dapat berguna bagi masyarakat
setelah mereka kembali dan menjadi ulama di lingkungannya masing-masing.
Berbicara mengenai lulusan pesantren salafi jauh di atas mereka yang khalafi.
Karena jika melihat bahwasannya banyak para kyai yang lahir dan tokoh
masyarakat yang lahir dari corak pendidikan salafiyah tersebut.
Dalam meningkatkan kualitas Manajemen Pembelajaran Kitab Kuning di
Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka Bandung diharapkan agar
lebih ditingkatkan kembali untuk pendekatan pondok pesantren kepada
masyarakat agar para orang tua ada keinginan untuk mendidik anaknya di Pondok
Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa serta mampu menunjukan kepada masyarakat luas
118
bahwa pembelajaran kitab kuning di pesantren tradisional pun tidak kuno atau
ketinggalan zaman.
119
DAFTAR PUSTAKA
Aminudin, Muhammad. 2007. Evaluasi Rencana Lokasi Pemindahan TerminalInduk Km. 6 Banjarmasin. (Tesis). Yogyakarta: MPKD UniversitasGadjah Mada.
Arifin Mochamad (2014) Manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam(Studi Komparasi Sdit Assalamah Dengan Sdi Istiqomah KecamatanUngaran Barat Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2013/ 2014).Tesis. Tidak Diterbitkan
Arifin, Zainal (2012) Evaluasi Pembelajaran. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung.
Baharuddin dan Moh. Makin. 2010. Manajemen Pendidikan Islam. Malang: UIN-Maliki Press.
Daulay, Haidar Putra. 2009. Pemberdayaan Pendidikan Islam, Rineka Cipta :Jakarta
Departemen Agama, (2003) Pola Pengembangan Pondok Pesantren, Jakarta:Departemen Agama RI
Departemen Agama, (2008) Hubungan Antar Manusia: Tafsir Al-Qur’an Tematik.Jakarta: Departemen Agama RI
Dhofier, Zamakhsyari (2011) Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan HidupKiyai Jakarta: LP3ES
Fattah, Nanang (2004) Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: PT. RemajaRosdakarya.
Gazali, Hatim. (2008). Revitalisasi Peran dan Fungsi Pesantren. Diakses darihttp://gazali.wordpress.com/2008/04/24/revitalisasi-peran-dan-fungsipesantren/ diakses 28 Oktober 2016
Haerana, (2016) Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses PendidikanTeori Dan Aplikasinya. Yogyakarta: Media Akademi.
Hasibuan, Malayu S.P. (2007) Manajemen; Dasar, Pengertian, dan Masalah,Jakarta: PT Bumi Aksara
Ismail, Faisal, (2003) Paradigma Kebudayaan Islam, Yogyakarta: Titian IlahiPress.
James A.F. Stoner dan R. Edwar Preman, (1989) Management, (New Jersey:Prentice-Hall International,Inc,
120
Kartono, Kartini. 1994. Psikologi Sosial untuk Manajemen, Perusahaan, danIndustri. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
L. Hakim, (2003) Pola Pembelajaran di Pesantren. Jakarta: Departemen AgamaDitpekanpontren Ditjen Kelembagaan Agama Islam
Maghfurin, Ahmad (2002) Dinamika Pesantren dan Madrasah, Yogyakarta:Pustaka Pelajar & IAIN Walisongo
Mansur, Muslich, (2007) KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi danKonstekstual, Jakarta: Bumi Aksara
Mastuhu. (1994) Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta: INIS.
Masyhud, Sulthon dkk, (2003) Manajemen Pondok Pesantren, Diva Pustaka :Jakarta.
Moleong, J Lexy,(2010) Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT RemajaRosda Karya.
Rahman, Musthofa dkk., (2002) Dinamika Pesantren dan Madrasah, Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Rusman, (2011) Model-Model Pembelajaran, Jakarta: Rajagrafindo Persada
Sallis, Edward. 2010. Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan, terj. Ahmad AliRiyadi dan Fahrurrozi. Yogyakarta: IRCiSoD.
Scriven, M. (1991). Evaluation thesaurus (4th ed.). Newbury Park, CA: Sage.(www.hfrp.org. diakses 1 April 2016)
Sisk, Hanry L. (1969) Principles of Management a System Appoach toTheManagement Proces, Chicago: Publishing Company
Soebahar, Abd Halim. 2013. Modernisasi Pesantren Studi TransformasiKepemimpinan Kiai dan Sistem Pendidikan Pesantren. Yogyakarta : LKiS
Sudijono, 2013. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. RajaGrapindoPersada
Sudrajat, Akhmad Diakses darihttps://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/05/26/standar-pelaksanaan-proses-pembelajaran/, diakses 03 Februari 2017, 21;41). (http://artikel-az.com/pengertian-metode-pembelajaran/, diakses 03 Februari 2017:21;16).
121
Syafaruddin, (2005) Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, Cet.1. Jakarta:Ciputat Press.
Syaifuddien, Zuhriy (2011) Budaya Pesantren Dan Pendidikan Karakter PadaPondok Pesantren Salaf. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta .Walisongo,Volume 19, Nomor 2, November 2011
Tabroni, Dkk (2006) Pengembangan Pendidikan Berbasis Umat. Bandung:Sekertariat Pemerintah Jawa Barat
Tafsir, Ahmad, (2010) Ilmu Pendidikan Islam. Rosda : Bandung
Tayibnafis, Farida Yusuf, 2000. Evaluasi Program. Jakrta: Rineka CiptaTerry, (1996) Dasar-dasar Manajemen. Jakarta: Grafika Off set,
Terry, George R. (1997) Principal of Management (Illinois: Homewood: RichardD. Irwin Inc.
Thoha, Miftah (1995) Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: Raja GrafindoPersada.
Triwiyanto, Teguh (2015) Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran. BumiAksara: Jakarta
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan.
Uno, Hamzah B. (2006) Orientasi dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: PT.Bumi Aksara
Wahid, Abdurrahman (1999) Bunga Rampai Pesantren Jakarta: Dharma Bhakti
Wayne K. Hoy and Cecil G. Misckel, (2015) Educational Administration. (NewYork: Random House.
1
DAFTAR PUSTAKA
Aminudin, Muhammad. 2007. Evaluasi Rencana Lokasi Pemindahan TerminalInduk Km. 6 Banjarmasin. (Tesis). Yogyakarta: MPKD UniversitasGadjah Mada.
Arifin Mochamad (2014) Manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam(Studi Komparasi Sdit Assalamah Dengan Sdi Istiqomah KecamatanUngaran Barat Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2013/ 2014).Tesis. Tidak Diterbitkan
Arifin, Zainal (2012) Evaluasi Pembelajaran. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung.
Baharuddin dan Moh. Makin. 2010. Manajemen Pendidikan Islam. Malang: UIN-Maliki Press.
Daulay, Haidar Putra. 2009. Pemberdayaan Pendidikan Islam, Rineka Cipta :Jakarta
Departemen Agama, (2003) Pola Pengembangan Pondok Pesantren, Jakarta:Departemen Agama RI
Departemen Agama, (2008) Hubungan Antar Manusia: Tafsir Al-Qur’an Tematik.Jakarta: Departemen Agama RI
Dhofier, Zamakhsyari (2011) Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan HidupKiyai Jakarta: LP3ES
Fattah, Nanang (2004) Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: PT. RemajaRosdakarya.
Gazali, Hatim. (2008). Revitalisasi Peran dan Fungsi Pesantren. Diakses darihttp://gazali.wordpress.com/2008/04/24/revitalisasi-peran-dan-fungsipesantren/ diakses 28 Oktober 2016
Haerana, (2016) Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses PendidikanTeori Dan Aplikasinya. Yogyakarta: Media Akademi.
Hasibuan, Malayu S.P. (2007) Manajemen; Dasar, Pengertian, dan Masalah,Jakarta: PT Bumi Aksara
Ismail, Faisal, (2003) Paradigma Kebudayaan Islam, Yogyakarta: Titian IlahiPress.
James A.F. Stoner dan R. Edwar Preman, (1989) Management, (New Jersey:Prentice-Hall International,Inc,
2
Kartono, Kartini. 1994. Psikologi Sosial untuk Manajemen, Perusahaan, danIndustri. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
L. Hakim, (2003) Pola Pembelajaran di Pesantren. Jakarta: Departemen AgamaDitpekanpontren Ditjen Kelembagaan Agama Islam
Maghfurin, Ahmad (2002) Dinamika Pesantren dan Madrasah, Yogyakarta:Pustaka Pelajar & IAIN Walisongo
Mansur, Muslich, (2007) KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi danKonstekstual, Jakarta: Bumi Aksara
Mastuhu. (1994) Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta: INIS.
Masyhud, Sulthon dkk, (2003) Manajemen Pondok Pesantren, Diva Pustaka :Jakarta.
Moleong, J Lexy,(2010) Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT RemajaRosda Karya.
Rahman, Musthofa dkk., (2002) Dinamika Pesantren dan Madrasah, Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Rusman, (2011) Model-Model Pembelajaran, Jakarta: Rajagrafindo Persada
Sallis, Edward. 2010. Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan, terj. Ahmad AliRiyadi dan Fahrurrozi. Yogyakarta: IRCiSoD.
Scriven, M. (1991). Evaluation thesaurus (4th ed.). Newbury Park, CA: Sage.(www.hfrp.org. diakses 1 April 2016)
Sisk, Hanry L. (1969) Principles of Management a System Appoach toTheManagement Proces, Chicago: Publishing Company
Soebahar, Abd Halim. 2013. Modernisasi Pesantren Studi TransformasiKepemimpinan Kiai dan Sistem Pendidikan Pesantren. Yogyakarta : LKiS
Sudijono, 2013. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. RajaGrapindoPersada
Sudrajat, Akhmad Diakses darihttps://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/05/26/standar-pelaksanaan-proses-pembelajaran/, diakses 03 Februari 2017, 21;41). (http://artikel-az.com/pengertian-metode-pembelajaran/, diakses 03 Februari 2017:21;16).
3
Syafaruddin, (2005) Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, Cet.1. Jakarta:Ciputat Press.
Syaifuddien, Zuhriy (2011) Budaya Pesantren Dan Pendidikan Karakter PadaPondok Pesantren Salaf. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta .Walisongo,Volume 19, Nomor 2, November 2011
Tabroni, Dkk (2006) Pengembangan Pendidikan Berbasis Umat. Bandung:Sekertariat Pemerintah Jawa Barat
Tafsir, Ahmad, (2010) Ilmu Pendidikan Islam. Rosda : Bandung
Tayibnafis, Farida Yusuf, 2000. Evaluasi Program. Jakrta: Rineka CiptaTerry, (1996) Dasar-dasar Manajemen. Jakarta: Grafika Off set,
Terry, George R. (1997) Principal of Management (Illinois: Homewood: RichardD. Irwin Inc.
Thoha, Miftah (1995) Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: Raja GrafindoPersada.
Triwiyanto, Teguh (2015) Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran. BumiAksara: Jakarta
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan.
Uno, Hamzah B. (2006) Orientasi dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: PT.Bumi Aksara
Wahid, Abdurrahman (1999) Bunga Rampai Pesantren Jakarta: Dharma Bhakti
Wayne K. Hoy and Cecil G. Misckel, (2015) Educational Administration. (NewYork: Random House.
KISI-KISI PENELITIAN
MANAJEMEN PEMBELAJARAN KITAB KUNING
(Studi Kasus di Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka Bandung)
No POKOK MASALAH TPD POKOK SUMBER DATA KET/WAKTU
1 Latar Alamiah Dan Kondisi
Objektif Pondok Pesantren Al-
Qur’an Asy Syifa Cicalengka
Bandung.
1. Letak Geografis
2. Sejarah Pondok Pesantren
Al-Qur’an Asy Syifa
a. Awal Mula Tahun
Berdirinya Pondok
Pesantren Al-Qur’an
Asy Syifa
b. Tujuan (Visi, Misi dan
Strategi Pendirian
Pondok Pesantren Al-
Qur’an Asy Syifa)
c. Pendiri pertama Pondok
Pesantren Al-Qur’an
Asy Syifa
3. Kondisi Fisik Sarana
a. Jumlah
Gedung/Bangunan
b. Jumlah Kelas/Ruang
Belajar
c. Luas Tanah Pondok
Pesantren Al-Qur’an
Asy Syifa
d. Fasilitas
Penujang/Pendukung
Observasi Lokasi
Pesantren
Wawancara Kyai
Ustadz/Us
tadzah
Santri
Alumni
Masyarak
at
Studi
Dokumenta
si
Profil
Pesantren(
dokumen)
1. Mesjid
2. Asrama Santri
Putra/Putri
3. Madrasah/Aula
4. Dapur
5. Kamar Mandi
6. Tempat Penjemuran
Pakaian
2 Perencanaan Pembelajaran
Kitab Kuning di Pondok
Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa
Cicalengka Bandung
1. Kitab-kitab yang dipelajari
di pondok pesantren Al-
Qur’an Asy Syifa
2. Tujuan pembelajaran
pondok pesantren Al-
Qur’an Asy Syifa
3. Pendidik/Ustadz/ Ustadzah
4. Kompetensi yang
diharapkan dan
pembelajaran
Observasi Pesantren
Wawancara Kyai
Ustadz/Us
tadzah
Studi
Dokumenta
si
Dokumen
3 Pelaksanaan Pembelajararan
Kitab Kuning di Pondok
Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa
Cicalengka Bandung
a. Proses Pembelajaran
1. Pendidik/Ustadz/
Ustadzah
2. Peserta Didik/ Santri
3. Waktu Pembelajaran
4. Metode
Observasi Pesantren
Wawancara Kyai
Ustadz/Us
tadzah
Santri
Studi
Dokumenta
si
Dokumentasi
5. Kurikulum
6. Lingkungan
7. Sarana Prasrana
8. Strategi Manajemen
9. Orientasi MataPelajaran
4 Evaluasi Dari Pembelajaran
Kitab Kuning di Pondok
Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa
Cicalengka Bandung
a. Output Santri
Tingkat Pemahaman
Materi
Observasi Lokasi
pesantren
Wawancara Kyai
Ustadz/Us
tadzah
Santri
Alumni
Studi
Dokumenta
si
Dokumen
INSTRUMEN PENELITIAN
MANAJEMEN PEMBELAJARAN KITAB KUNING
(Studi Kasus di Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka Bandung)
No Pokok Masalah Teknik
Pengumpulan
Data
Sumber Data Koding
1 Latar Alamiah Dan Kondisi Objektif Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa
Cicalengka Bandung.
1. Letak Geografis
a. Lokasi
2. Sejarah Pondok Pesantren Al-
Qur’an Asy Syifa
a. Awal Mula Tahun Berdirinya
Pondok Pesantren Al-Qur’an
Asy Syifa
b. Tujuan (Visi, Misi dan
Strategi Pendirian Pondok
Pesantren Al-Qur’an Asy
Syifa)
c. Pendiri pertama Pondok
Pesantren Al-Qur’an Asy
Syifa
3. Kondisi Fisik Sarana
a. Jumlah Gedung/Bangunan
b. Jumlah Kelas/Ruang Belajar
c. Luas Tanah Pondok Pesantren
Al-Qur’an Asy Syifa
Observasi Mengamati
fisik tentang
lokasi pondok
pesantren
Wawancara Ustadz Rijal
Mushaffa
W.ASY.U
RM.1
Wawancara
Wawancara
Studi
Dokumentasi
Kiyai/
pimpinan
pondok
pesantren
Ustadz
Profil
Pesantren
(dokumen)
W.ASY.
KUH.1.
SD.ASY.
FMPKK.1
d. Fasilitas Penujang/Pendukung
1. Mesjid
2. Asrama Santri Putra/Putri
3. Madrasah/Aula
4. Dapur
5. Kamar Mandi
6. Tempat Penjemuran
Pakaian
Wawancara Ustadz
2 Perencanaan Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy
Syifa Cicalengka Bandung.
1. Kitab-kitab yang dipelajari di
pondok pesantren Al-Qur’an Asy
Syifa
2. Tujuan pembelajaran pondok
pesantren Al-Qur’an Asy Syifa
3. Pendidik/Ustadz/ Ustadzah
4. Kompetensi yang diharapkan dan
pembelajaran
Wawancara Kiyai/
Pimpinan
pondok
W.ASY.
KUH.2.
3 Pelaksanaan Pembelajararan Kitab Kuning di Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy
Syifa Cicalengka Bandung
a. Proses Pembelajaran
1. Pendidik/Ustadz/ Ustadzah
2. Peserta Didik/ Santri
Wawancara Ustadzah
W.ASY.U
NA.3
3. Waktu Pembelajaran
4. Metode
5. Kurikulum
6. Lingkungan
7. Sarana Prasrana
8. Strategi Manajemen
9. Orientasi MataPelajaran
Studi
Dokumentasi
Wawancara
Dokumen/
arsip
Kiyai
SD.ASY.
FMPKK.3
W.ASY.K
UH.3
4 Evaluasi Dari Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy
Syifa Cicalengka Bandung
1. Output Santri
2. Tingkat Pemahaman Materi
Wawancara Ustadz Rijal
Mushaffa
W.ASY.U
RM.4
PEDOMAN OBSERVASI
MANAJEMEN PEMBELAJARAN KITAB KUNING
(Studi Kasus di Pondok Pesantren Al-Qur’an Ay Syifa Cicalengka Bandung)
A. Latar Alamiah Dan Kondisi Objektif Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy
Syifa Cicalengka Bandung
1. Keadaan letak geografis Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa
Cicalengka Bandung
2. Luas tanah Keseluruhan yang dimiliki Pondok Pesantren, sumber serta
status pesantren
3. Kondisi fisik dan fasilitas pendidikan, Meliputi :
a. Kantor pesantren
b. Asrama Santri Putra/Putri
c. Masjid
d. Aula
e. Dapur
f. Kamar mandi
g. Tempat penjemuran pakaian
PEDOMAN WAWANCARA
MANAJEMEN PEMBELAJARAN KITAB KUNING
(Studi Kasus di Pondok Pesantren Al-Qur’an Ay Syifa Cicalengka Bandung)
Wawancara dengan Kiyai Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa
1. Bagaimana latar alamiah Pondok pesantren Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka
Bandung ?
2. Pada tahun berapa Pondok pesantren Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka
Bandung Berdiri ?
3. Siapakah Pendiri Pondok pesantren Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka
Bandung?
4. Apa Tujuan, Visi dan Misi Pondok pesantren Al-Qur’an Asy Syifa
Cicalengka Bandung ?
5. Bagaimana perencanaan Manajemen Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok
pesantren Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka Bandung ?
6. Bagaimana pelaskanaan Manajemen Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok
pesantren Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka Bandung ?
7. Apasaja jenis-jenis kesulitan belajar yang dialami santri di Pondok pesantren
Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka Bandung ?
8. Apa yang melatar belakangi sulitnya manajemen pembelajaran kitab kuning?
9. Apa yang dilakukan untuk mengatasinya ?
10. Bagaimana hasil dari manajemen pembelajaran di Pondok pesantren Al-
Qur’an Asy Syifa Cicalengka Bandung ?
Wawancara dengan Tata Usaha Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa
Cicalengka Bandung
1. Berapakah jumlah ruang belajar yang ada di Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy
Syifa Cicalengka Bandung ?
2. Bagaimana status tanah dan berapa luas tanah yang dibangun di Pondok
Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka Bandung ?
3. Fasilitas apa saja yang tersedia di Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa
Cicalengka Bandung ?
4. Berapa jumlah bangunan seluruhnya ?
5. Ada berapa jumlah ustadz/ ustadzah yang mengajar di Pondok Pesantren Al-
Qur’an Asy Syifa Cicalengka Bandung ?
6. Berapa jumlah peserta didik/ santri di Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa
Cicalengka Bandung ?
7. Bagaimana syarat dan cara penerimaan peserta didik di Pondok Pesantren Al-
Qur’an Asy Syifa Cicalengka Bandung ?
Wawancara dengan Ustdaz/Ustadzah di Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa
Cicalengka Bandung
1. Bagaimana proses pembelajaran di pondok pesantren Al-Qur’an Asy Syifa ?
2. Bagaimana metode pembelajaran di pondokpesantren Al-Qur’an Asy Syifa ?
3. Bagaimanalingkungan di pondokpesantren Al-Qur’an Asy Syifa ?
4. Bagaimanapenyaringanmurid di pondokpesantren Al-Qur’an Asy Syifa ?
5. Bagaimanaevaluasipembelajaran di pondokpesantren Al-Qur’an Asy Syifa ?
PEDOMAN MENYALIN
MANAJEMEN PEMBELAJARAN KITAB KUNING
(Studi Kasus di Pondok Pesantren Al-Qur’an Ay Syifa Cicalengka Bandung)
A. Kondisi Objektif di Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka
Bandung
1. Data tentang kondisi objektif Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa
Cicalengka Bandung, meliputi : keadaan fasilitas pendidikan, jumlah
kelas, fasilitas lainnya, keadaan pendidik, peserta didik, dan lokasi Pondok
Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka Bandung
2. Data tentang latar alamiah yang meliputi : sejarah berdiri, letak geografis,
tujuan, visi dan misi Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka
Bandung.
B. Manajemen Pembelajaran Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka
Bandung meliputi :
1. Data tentang system manajemen pembelajaran kitab kuning di Pondok
Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka Bandung
C. Data tentang proses dalam pelaksanaan manajemen pembelajaran kitab
kuning di Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka Bandung yang
meliputi ;
1. Perencanaan pembelajaran
2. Pelaksanaan pembelajaran
3. Hasil yang dicapai
Kegiatan pengajian bersama KH.Ujang Hidayat
Ngalogat sebagai salah satu metode pembelajaran yang diterapkan pondok pesantrenAsy Syifa kepada santri agar dapat memahami isi dari kitab yang disampaikan oleh
Kiyai/Ustadz dalam memahami materi yang disampaikan.
Masjid Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka Bandung
Kegiatan Sholat Berjama’ah Santri Putri
Asrama Santri Putri Pondok PesantrenAl-Qur’an Asy Syifa
CATATAN STUDI DOKUMENTASI
SD.ASY.FMPKK.2
1. Fokus : Perencanaan Pembelajaraan Kitab Kuning2. Waktu : Hari, Kamis Tgl./bln14/ April th. 2017. Pukul09.00- 14.00 WIB3. Tempat : Kantor Sekertariat Pesantren dan Asrama Santri4. Kegiatan : Dokumentasi Data Santri/santriwati dan Jadwal Pengajian5. JenisDokumen : Buku Induk Santri/Santriwati6. Cara Kerja : (1) Analisis Isi, (2) Abstraksi
Indikator/Fokus Deskripsi Makna
Perencanaan
Pembelajaran Kitab
Kuning
1. Dalam studi dokumentasi ini didapatikiab-kitab yang dipelajari di pesantrenAsy Syifa dan menjalaskan bahwa kitab-kitab yang tercantum dalam kurikulumpesantren benar dipelajari serta
2. Adanya jenjang kitab mencerminkanbahwa perencanaan pembelajarannyasudah disipakan karena santri belajar darikitab yang mendasar hingga ke yanglebih tinggi.
CATATAN STUDI DOKUMENTASI
SD.ASY.FMPKK.3
1. Fokus : Pelaksanaan Pembelajaraan Kitab Kuning2. Waktu : Hari, Kamis Tgl./bln14/ April th. 2017. Pukul09.00- 14.00 WIB3. Tempat : Kantor Sekertariat Pesantren4. Kegiatan : Dokumentasi Data Santri/santriwati dan Jadwal Pengajian5. JenisDokumen : Buku Induk Santri/Santriwati6. Cara Kerja : (1) Analisis Isi, (2) Abstraksi
Indikator/Fokus Deskripsi Makna
Pelaksanaan
Pembelajaran Kitab
Kuning
1. Dalam dokumen ini terdapat nama-namasantri/santriwati pondok pesantren AsySyifa secar keseluruhan, dan data santritersebut di klasifikaikan berdasarkankobong (asrama tempat tinggal samtri)untuk jadwal klasifikasi kelas pengajiantidak terdapat dokumen resminya namundiperdalam melalui wawancara denganRois/Roisah (ketua santri/santriwati)
HASIL WAWANCARA PENELITIAN
W.ASY.KUH.1.
1. Fokus Wawancara : Latar Alamiah Pondok Pesantren Asy Syifa
2. Responden : KH. Ujan Hidayat(1) Gatekeepers, atau (2) Pengkonfirmasi, *)
3. Waktu Wawancara : Hari, Kamis Tgl./bln 23/Maret th. 2017. Pukul 09.00-11.00 WIB4. Tempat Observasi : Rumah KH. Ujang Hidayat5. Cara Kerja : (Lingkari cara yang digunakan)
- Jenis Wawancara: (1) Wawancara Mendalam,- Jenis Pertanyaan : (1) Deskriptif, (2) Struktural,
- Proses : Tidak Terstruktur
Peneliti : Tahun Berapakah Pondok Pesantren Asy Syifa ini didirikan ?
KH. Ujang Hidayat : Pondok pesantren Al-Qur’an Asy-Syifa pertama kali di dirikan
sekitar tahun 1970-an dengan pendiri pertamanya adalah KH. Hasanuddin bin Alhafi. Pada
awal di dirikannya pesantren ini santrinya hanya berjumlah beberapa orang saja yang di
dominasi oleh santri-santri yang ada di sekitaran pesantren atau yang lebih dikenal dengan
santri kalong.
Peneliti : Bagaimana visi dan misi dari pondok pesantren Asy Syifa ini ?
KH. Ujang Hidayat : Visi pesantren Al-Quran Asy-Syifa adalah menjadi tempat bagi
santri untuk belajar Al-Quran dan menjadi mereka berkahlak Qurani. Sedangkan misi nya
adalah pesantren agar bisa menjadi wadah untuk mempelajari Al-Quran.Memupuk santri
agar berkakhlak karimah dan ini sejalan dengan visi yang terdapat dalam plang pesantren
Al-Quran Asy-Syifa yaitu “lita’limi fi ulumil Quran” memepelajari ilmu Quran.
Peneliti: Apa landasan yang dijadikan pegangan di pesantren ini ?
KH. Ujang Hidayat: Nilai yang selalu dipegang di pesantren ini pada dasarnya tidak
pernah berubah dari awal pesantren ini didirikan. Seperti nilai sopan santun, takdim.
Tanggung jawab, kebersamaan dan sebagai nya. Dan dari sekian banyak nilai yang menjadi
cirri khas pesantren ini ada sebuah nilai yang mungkin menjadi sebuah acuan utama adalah
tercapai nya nilai makarim al akhlak, dan nilai ini juga selaras dengan tujuan ajaran agama
islamterhadap para pemeluknya.
Peneliti :Apa saja nilai-nilai atau prinsip yang dikmbangkan oleh pesantren
terutama untuk santri ?
KH. Ujang Hidayat : Jauh berbicara mengenai prinsip hidup berpesantren
setidaknya ada beberapa prinsip yang melekat pada pendidikan pesantren
1) Teosentrik
2) Ikhlas dan pengabdian
3) Kearifan
4) Kesederhanaan
5) Kebersamaan
6) Mengatur kegiatan bersama
7) Kebebasan terpimpin
8) Kemandirian
9) Tempat menuntut ilmu dan mengabdi
10) Mengamalkan ajaran agama
11) Kepatuhan terhadap kyai.
HASIL WAWANCARA PENELITIAN
W.ASY.URM.1.
1. Fokus Wawancara : Latar Alamiah Pondok Pesantren Asy Syifa
2. Responden : Ustadz Rijal Mushaffa(1) Gatekeepers, atau (2) Pengkonfirmasi, *)
3. Waktu Wawancara : Hari, SabtuTgl./bln 25/Maret th. 2017. Pukul 11.00-12.00 WIB4. Tempat Observasi : Rumah Ustadz Rijal ushaffa5. Cara Kerja : (Lingkari cara yang digunakan)
- Jenis Wawancara: (1) Wawancara Mendalam,- Jenis Pertanyaan : (1) Deskriptif, (2) Struktural,- Proses : Tidak Terstruktur
Peneliti : Bagaimana status kelembagaan dan organisasi pesantren ini ?
Ustadz Rijal Mushaffa : Sejak pertama kali di dirikan pondok pesantren ini oleh KH.
Hasanudin sampai sekarang yang dilanjutkan oleh putranya KH. Ujang Hidayat tetap
bercorak salafiyah, dan corak ini akan selamanya dipertahankan karena merupakan amanat
dari pendiri pertama pesantren ini. Di pesantren ini struktur organisasi sangat sederhana
dan tentunya tanpa mengurangi garis koordinasi tugas yang lain, yang mana di lingkungan
santri putra maupun santri putri di pilih seorang ketua atau lebih dikenal Rois yang
merupakan orang yang di pilih langsung oleh kyai
Peneliti : Bagaimana pola interaksi santri dan bagaimana gambaran lingkungan
pesantren ?
Ustadz Rijal Mushaffa : Salah satu kelebiha system pendidikan pesantren
dibandingkan dengan sistrem pendidikan lainnya adalah adanya hubungan yang akrab
dan bersifat khusus humanis antar kyai atau ustadz dengan orang tua santri dan dengan
para santri itu sendiri. Semua santri berinteraksi dengan baik dengan yang lainnya, dan
mereka melakukan kehidupan berpesantrennya dengan damai dan rukun karena mereka
secara tidak langsung di ikat oleh norma-norma yang mengatur kehidupan mereka, sama
dengan hal nya norma-norma umum yang berlaku di masyarakat
Dari hubungan positif itu maka akan menimbulkan kepribadian yang menjadi
cirri khas dari santri itu sendiri antara lain:
1. Tumbuhnya sikap tawadhu dan ta’dzim terutama dalam hal ilmu dan ibadah
2. Terbentuknya kepribadian yang berpola hidup hemat dan sederhana
3. Terbiasa untuk hidup mandiri, terbiasa melakukan kegiatan yang bersifat mulia
4. Timbulnya kepekaan sosial dan jiwa toleran serat tolong menolong
5. Terbentuknya sikap disiplin
6. Timbulnya kesanggupan hidup prihatin dalam rangka mencapai suatu tujuan mulia
Peneliti: Barangkali Pak Ustadz Rijal mengetahui latar pendidikan para ewan kiai
dan ustad di pesatren ini ?
Ustadz Rijal Mushaffa : Di pondok pesantren Asy-Syifa terdapat 2 Kyai dan 3
ustadz/ustadzah yang mengajar langsung, disamping di bantu juga oleh santri-santri
senior.
1. KH. Ujang Hidayat
Beliau merupakan sesepuh dan juga pimpinan pondok pesantren, beliau juga
sebelumnya pernah menuntut ilmu di pondok pesantren Qiraatus Sab’ah ( kudang,
Garut ), Nurul Abshor ( Cijambe, Limbangan ) dan Cikalama ( Sumedang )
2. KH. Muhammad Syan Abdul Khaliq
Beliau merupakan adik dari KH. Ujang Hidayat, beliau juga pernah menuntut
ilmu di Pondok Pesantren Sukaguru ( Mangkubumi, Tasikmalaya ), Al-Wardayani (
Sukabumi ), dan Buni Kasih ( warungkondang, Cianjur )
3. Ustadz Rijal Mushaffa
Beliau merupakan putra sulung dari KH. Ujang Hidayat. beliau juga
sebelumnya pernah mondok di pesantren Sumur Bandung ( Cililin ), Al-Wardayani (
Sukabumi ), Bunikasih ( Cianjur ), dan masih banyak lagi pondok pesantren yang
beliau singgahi baik sebagai santri yang menetap maupun hanya mengikuti pengajian
pasaran
4. Ustadzah Neli Amelia
Beliau merupakan istri dari ustadz Rijal Mushaffa, beliau juga pernah mondok
di pondok pesantren Miftahul Huda 9 ( cikolotok, cianjur ) dan merupakan alumni
ponpes Asy-Syifa. Selain itu masih banyak lagi pondok pesantren yang beliau
singgahi baik sebagai santriat yang menetap maupun hanya mengikuti pengajian
pasaran
5. Ustadzah Eva Faridah
Beliau merupakan putri KH. Ujang Hidayat, yang sudah khatam Al-Quran 30
juz, beliau pernah mondok di pondok pesantren Baitul Arqam ( Ciparay, Bandung )
dan Alhikamussalafiyah ( Tanjungkerta, Sumedang ).
HASIL WAWANCARA PENELITIAN
W.ASY.KUH.2.
1. Fokus Wawancara : Perencanaan Pembelajaran kitab kuning
2. Responden : KH. Ujang Hidayat(1) Gatekeepers, atau (2) Pengkonfirmasi, *)
3. Waktu Wawancara : Hari, Rabu Tgl./bln29/Maret th. 2017. Pukul 11.00-12.00 WIB4. Tempat Observasi : Rumah KH. Ujang Hidayat5. Cara Kerja : (Lingkari cara yang digunakan)
- Jenis Wawancara: (1) Wawancara Mendalam,- Jenis Pertanyaan : (1) Deskriptif, (2) Struktural,
- Proses : Tidak Terstruktur
Peneliti : Bagaimana Perancanaan pembelajaran kitab kuning di pondok pesantren
Asy Syifa ?
KH. Ujang Hidayat : Perencanaan pembelajaran di pondok pesantren berakar
pada kemampuan santrinya , jika santri tersebut masih awam dengan keilmuan
pesantren apakah itu ilmu qur’an, maupun nahwu dan sharafnya maka santri tersebut
akan diorientasikan mempelajari kitab-kitab pundamental/mendasar agar
pemahamannya dapat tercapai dari kitab yang paling dasar.
Peneliti : Keilmuan apa saja yang di ajarkan di pondok pesantren Asy Syifa
KH. Ujang Hidayat : Pondok Pesantren Asy Syifa mupakan pondok pesantren
Al Qur’an seak dahulu sampai sekarang, meman pembelajaran disini terfokus pada
pembelajaran ulumul qur’an tapi keilmuan yang lain juga di ajarkan karena satu ilmu
akan mendukung ilmu yang lain. Disni juga belajar nahwu, saraf, fiqh, akhlak, tafsir
hinga tauhid juga di ajarkan. Karena santri tentunya memerlukan ilmu-ilmu tersebut.
Peneliti: Salah satu pebelajaran yang diselenggarakan di ponpes Asy Syifa ini
adalam dalam hal ilmu Al-Qur’an, kitab apa saja yang diajarkan serta bagaimana
deskripsi da tujuan masing-masing kitab tersebut ?
KH. Ujang Hidayat : Di pondok pesantren Asysyifa yang merupakan pondok
pesantren Al-Quran , maka setiap santri yang belajar di pesantren ini harus sudah
hatam terkait kaidah-kaidah ilmu Qur’an maupun ilmu tajwidz, untuk menunjang hal
tersebut maka dipondok pesantren AsySyifa ini diajarkan beberapa kitab yang bisa
menunjang pada ketercapaian santrinya untuk bisa fasihat membaca quran dan
menguasai kaidah-kaidah ilmu qur’an dan ilmu tajwidz, kitab itu antara lain kitab
Tuhfatul Athfal, Tibyan, Al Jazariyyah dan Nihayal Qaul Mufidz.
- Tuhfatul Athfal : kitab ini diajarkan di tingkat dasar bagi santri. Santri harus biasmemahami dan mengahafal diluar kepala terkait kitab ini karena ini menjadikitadasar sebelum menginjak kekitab selanjutnya. Setelah santri mempelajari danmemehami kitab ini maka diharapkan santri tersebut bisa memahami hukumpembacaan al qur’an serta ilmu tajwid serta syair-syair dalam kitab tersebutyang pada akhirnya santri bisa melapalkan Al-Qur’an dengan fashihat.
- At-Tibyan Fi Ulum Al-Qur’an :At-Tibyan Fi Ulum Al-Qur’an dikarang olehMuhammad Ali As-Shobuni. Kitab ini merupakan kitab lanjutan dari kitabsebelumnya, kitab ini berisi tentang hal yang sangat penting diketahui terkaitdengan adab kita menjalin interkasi dengan kitab Allah, Setelah belajar kitab inisantri selain daripada memahami terkait hokum bacaan Al-quran , santri jugamengetahui hal-hal lain yang sangat penting berkenaan dengan prosesnyamempelajari dan mendalam Al-Qur’an.
- Al Jazariyyah : kitab ini merupakan kitab lanjutan dari kitab dasar sebelumnyayaitu kitab Fathul Athfal. Kitab ini memiliki cirri dan spesifikasiqira'at, Tajwid, Hadits, Sejarah, Fiqh. Setelah belajar kitab ini santri bisa dengansangat jelas menjelaskan terkait ilmu pembacaan Qur’an yang ditinjau dariberbagai pendapat ulama serta kaidah-kaidah lainnya, serta mampu menghafalbait-bait kaidah yang terdapat dalam kitab Al Jazariyyah ini.
- Nihayah Qaul Muhfidz : Sama halnya dengan kitab Al-Jazariyyah, kitab NihayahQaul Muhfidz merupakan kitab yang secara detail mengupas tentang ilmu Al-Qur’an, baik dalam segi hukum, pendapat-pendapat para ulama, sejarah, hadistdan sebagainya Setelah belajar ini, santri diharapkan bisa memehami dengansangat dalam terkait ilmu al-Qur’an dan bisa mempraktekanyya hingga akhirnyasantri bisa membaca al-Quran dengan sangat Fashihat.
HASIL WAWANCARA PENELITIAN
W.ASY.MSYA.2
1. FokusWawancara : Perencanaan Pembelajaran kitab kuning
2. Responden : KH. M. Syan Abdul Kholiq(1) Gatekeepers, atau(2) Pengkonfirmasi, *)
3. WaktuWawancara : Hari, SelasaTgl./bln11/April th. 2017. Pukul 15.00-15.30.WIB4. TempatObservasi : Rumah KH.M. Syan Abdul Kholiq5. Cara Kerja : (Lingkaricara yang digunakan)
- JenisWawancara : (1) WawancaraMendalam,- JenisPertanyaan : (1) Deskriptif, (2) Struktural,
- Proses : TidakTerstruktur
Peneliti : Bagaimana Perencanaan Pembelajaran kitab kuning di Ponpes Asy Syifa
ini ?
KH. M. Syan : hampir sama, semua pondok pesantren terutama salaf tentunya memiliki
pembelajaran yang sama, pembelajarannya dimulai dari kitab setingkat ibtida hingga yang
paling tinggi
Peneliti : Ilmu Nahwu dan Sharaf meruakan salah satu kajian yang ajarkan di
pesantren ini, kitab apa yang di gunakan serta bagaimana orietasi pembelajarannya ?
KH. M. Syan : Ilmu nahwu dan sharaf aalah ilmu yang penting dipelajar oleh santri
karena ilmu-ilmu islam kebnayakan berbahasa arab dan ilmu nahwu dan sharaf ini
berperang untuk membantu santri agar bisa bebahasa arab dan bisa menterjemahkan kitab
yang dipelajarinya.
Kitab yang mempelajari ilmu nahwu antara lain :
- Jurumiyyah : KitabinidikarangolehAbu Abdillah Muhammad bin Muhammad bin DawudAsh Shinhaji.Kitabinimenjadikitabrujukanutamadandasarparasantridalammempelajariilmuislam yangkebanyakanberbahasaarab. Kita inimengkajiterkaitgramatikalbahasaarab/ kaidah-kaidahbahasaarab.
- Imriti : Kitabinimenjadisalahsatusoroganfavorit fan ilmualatlanjutan.Umumnyadiberikansetelahtahapankitabjurumiyyahdapatterhapaldanterpahamidenganbaik. Dengancarapenyampaiannadhomsepertiini,parapembelajarlebihterbantuingatannyaatashapalannya.
- Alfiyyah Ibn Malik : KitabAlfiyyahIbnu MalikadalahkitanpopulerdanmelegendadalamilmuGramatika / tatabahasaarabdanmenjadikitabrujukanpenting dipondokpesantrenklasikgunamembedahkaidahbahasaarab. Kitabiniberisiseribu baitnadhamilmunahwu. KelebihanmengkajiIlmuNahwu-
Shorofkhususnyaalfiyahdibandingkandenganilmufiqhdanlainnyaadalahketetapanqoidahnya.Setelahbelajarkitabinisantridiharapkansecarakonferhensipmemehamiilmunahwudengansangatmenadalamdalamhalinipemahamannadhamdanmateriilmunahwubisa dikuasaidengansangatbaik.Kitab yang mempelajari ilmu Sharaf antara lain :
- Kitab Kailani : Inimerupakankitab yang membasahtentangilmulinguitsikbahasaarab,ilmusharaf di orientasikanpadapengetahuanperubahan kata-kata dalambahasaarab.Perubahan kata-kata dalambahasaarabdiperuntukankarenasetiappenggunaan katabahasaarabharus disesuaikandengakonteksteksnyaSetelahmempelajadikitabinisantridiharapkanbisamenguasaiperubahan kata-kata dalambahasaarab yanggunanyasebagaipelengkapdaripelajaranilmunahwusebelumnya.
- Kitab Yaqulu :Kitabinimerupakanlanjutandarikitablanjutandariktabselanjutnyatentangpembahasanilmusharaf, kitabinisangtapentingdipelajari agarsantribisalebihmengusaiaiilmusharafgunamelengkapiilmunahwu agarsantibisamembacakitabkuningdanbahasaarabdenganbenar.
HASIL WAWANCARA PENELITIAN
W.ASY.URM.2.
1. FokusWawancara : Perencanaan Pembelajaran kitab kuning
2. Responden : Ustadz Rijal Mushaffa(1) Gatekeepers, atau(2) Pengkonfirmasi, *)
3. WaktuWawancara : Hari, KamisTgl./bln30/Maret th. 2017. Pukul 08.00-09.15 WIB4. TempatObservasi : Rumah Ustadz Rijal Mushaffa5. Cara Kerja : (Lingkaricara yang digunakan)
- JenisWawancara : (1) WawancaraMendalam,- JenisPertanyaan : (1) Deskriptif, (2) Struktural,
- Proses : TidakTerstruktur
Peneliti : Bagaimana Perencanaan Pembelajaran kitab kuning di ponpes Asy Syfa
ini ?
Ustadz Rijal Mushaffa : Pembelajaran di pondok pesantren memeiliki keunikan
tersendiri selain dari pada penggunaan metode khas pesantren juga dikarenakan banyaknya
keilmuan yang diajarkan di pondok pesantren. Orientasi pembelajaran di pndok pesantren
bukan hanya terkait ketuntasan pembelajaran saja tetapi juga didukung oleh kriteri
pemahaman santri dari apa yang dia pelajari.
Begitu pula santri yang sudah senior denganpemahamankitabnya yang
banyaksertakemampuananalisissertahapalannya yang
sudahbagusmakanakandiorientasikanuntukmempelajarikitab-kitabdengantingkatan yang
lebihtinggigunamemperdalamkeilmuannya.
Peneliti : Bagaimana Orientasi atau kompetensi yang hendak dicapai oleh santri
dari belajar tiap-tiap keilmuan di pesantren Asy Syifa ini ?
Ustadz Rijal Mushaffa : meskipun secara garis besar pemerintah berupaya
menghilangkan budaya keseragamaan yang trmasuk dalam hal ini adalah standarisasi,
namun dalam hal ini mastery learning atau ketuntasan blajar, tetapi pondok pesantren
sebaiknya memiliki standar kompetensi yang mesti dikuasai oleh santrinya. standar
kompentensi ini biasanya tercermin pada penggunaan kitab-kitab berurutan dari mulai yang
ringan hingga yang berat dari kitab yang tipis ke kitab yang tebal dan seterusnya.
Peneliti : Ilmu hadist meruakan salah satu kajian yang ajarkan di pesantren ini,
kitab apa yang di gunakan serta bagaimana orietasi pembelajarannya ?
Ustadz Rijal Mushaffa : Pembelajaranhadistmenjadisalahsatukajian yang
harusdipelajari di pesantren, termasukjuga di pesantranAsySyifa.
Keberadaanhadistmenjadisangatpentingsebagaipendamping Al-Quran yang
menjadisumberhukumdalaimislam
- RiyadhusShalihin : Dalamkitabinipenulismengambilmaterinyadarikitab-kitabsunnahterpercayasepertiShohih al-Bukhoriy, Muslim, Abu Daud, An Nasaa’i, AtTirmidziy, IbnuMajahdan lain-lainnya.Beliauberjanjitidakmemasukkankedalambukunyainikecualihadits-hadits yangshohihdanbeliau pun menunaikannyasehinggatidakdidapatkanhadits yanglemahkecualisedikititu punkemungkinanmenurutpandangandanilmubeliauadalahshohihSetelahbelajarkitabini,parasantribisamengetahuidanmemahamihadist-hadist yang berasaldariperiwayathadistyang mashurberkenaandenganhukum-hukumkeseharian
- TanqihulQaul :Kitabinijugamerupakankitabhadist yang berisihadist-hadistpilihan yangberkenaanhukum-hukumdalamkeseharianSetelahbelajarkitabinisantridiharapkanbisamememahidanmengahafalhadist-hadistringkasterkaitkejadian-kejadiandanpermasalahandalamkeseharian yangterdapat di dalamkitabtersebutdankemudianbisamerekaamalkan.
- MusthalaHadist : KitabMushtholah Al-Hadits yangmempelajariilmumengenaiselukbelukilmuhaditsSetelahmempelajarikitainisantridiharapkanbisamulaimembadakanhadist-hadistdengan criteria-krtieriatertentu,sehinggapadaakhrnyasantribisamengklasifikasikanmanahadist yangbisadijadikansumberhukumdenganhadist yang tidakbisadijadikansumberhukum
HASIL WAWANCARA PENELITIAN
W.ASY.KUH.3.
1. FokusWawancara : Pelaksanaan Pembelajaran kitab kuning
2. Responden : KH. Ujang Hidayat(1) Gatekeepers, atau(2) Pengkonfirmasi, *)
3. WaktuWawancara : Hari, Rabu Tgl./bln26/Maret th. 2017. Pukul 10.00-10.25 WIB4. TempatObservasi : Rumah KH. Ujang Hidayat5. Cara Kerja : (Lingkaricara yang digunakan)
- JenisWawancara : (1) WawancaraMendalam,- JenisPertanyaan : (1) Deskriptif, (2) Struktural,
- Proses : TidakTerstruktur
Peneliti : Bagaimana Pelaksanaan pembelajaran kitab kuning di pondok pesantren
Asy Syifa dan bagimana metode pembelajaran ilmu Al-Qur’an ?
KH. Ujang Hidayat : Perencanaanpembelajaran di pondok pesantren berakar pada
kemampuan santrinya , jika santri tersebu tmasih awam dengan keilmuan pesantren apakah
itu ilmu qur’an, maupun
nahwudansharafnyamakansantritersebutakandiorientasikanmempelajarikitab-
kitabpundamental/mendasar agar pemahamannyadapattercapaidarikitab yang paling dasar
Dalam Pembelajaran Al-Qur'an ditkankan menggunakan metode sorogan, agar tingkat
ke-fashihatan santri dalam melapalkan huruf demi huruf Al-Qur'an bisa secara langsung
didengarkan oleh pengajar dan jika ada kesalahan bisa langsung di koreksi oleh pengajar
Dalam Pembelajaran kitab-kitab ulumul Qur'an seperti Tuhfatul Athfal, Al Jazariyyah,
Nihayah Qaul Mufidz pengajar menggunakan , metode bandongan yaitu santri
mendengarkan apa yang dipaparkan oleh kiai kemudian santri mencatatnya dan disela
pemamaparan materinya itu pengajar juga menggunakan metode demonstrasi.
HASIL WAWANCARA PENELITIAN
W.ASY.UNA.1
1. FokusWawancara : Pelaksanaan Pembelajaran kitab kuning
2. Responden : Ustadzah Neli Amelia(1) Gatekeepers, atau(2) Pengkonfirmasi, *)
3. WaktuWawancara : Hari, Kamis Tgl./bln6/April th. 2017. Pukul 07.00-09.00 WIB4. TempatObservasi : Rumah Neli Amelia5. Cara Kerja : (Lingkaricara yang digunakan)
- JenisWawancara : (1) WawancaraMendalam,- JenisPertanyaan : (1) Deskriptif, (2) Struktural,- Proses : TidakTerstruktur
Peneliti : Bagaimana Perencanaan Pembelajaran kitab kuning di ponpes Asy Syfa
ini ?
Ustadzah Neli Amelia : Setiap pondok pesantren memeiliki keunikan tersendiri, dan
memili ke khasan dalm pembelajaran. Pondok pesantren Asy Syifa merupakan pesantren
salaf dan tentunya berbeda degan pesantren modern lainnya. Perencaan pembelajaran
berlangsung dengan jelas, setiap kitab diproyeksi untuk siapa dan bagaimana
pembelajarannya, karena setiap kitab memeilki bobot bersbeda dan kedalaman berbeda
Peneliti : Ilmu Akhlaq meruakan salah satu kajian yang ajarkan di pesantren ini,
kitab apa yang di gunakan serta bagaimana orietasi pembelajarannya ?
Ustadzah Neli Amelia : inti dari agama adalah akhlak, maka sudah sewajarnya santri
memahami dan mengentahui etika dan tatacara yang baik. Baik dalam etika menunut ilmu,
etika bergaul, dan etika terhadap guru dan sebagainya. Maka perlu adanya antri
mempelajari kitab yang secara khuus mempelajari akhlak.
Kitab Ta’lim muta’allim KitabinidikarangolehSyaikhBurhanuddinAz-Zarnuji.
Kitabinimerupakankitabrujukandalampembelajaranakhlak, walaupuniniadalahkitab lama
namunisinyamasihsangatrelevandengankeadaanhariini.Kitabinimembedahkajianilmuakhlak
yang seyogyanyabisa di implementasikanolehparasantri
HASIL WAWANCARA PENELITIAN
W.ASY.UNA.2
1. FokusWawancara : Pelaksanaan Pembelajaran kitab kuning
2. Responden : Ustadzah Neli Amelia(1) Gatekeepers, atau(2) Pengkonfirmasi, *)
3. WaktuWawancara : Hari, Jum’atTgl./bln21/April th. 2017. Pukul 12.00-13.00 WIB4. TempatObservasi : Rumah Neli Amelia5. Cara Kerja : (Lingkaricara yang digunakan)
- JenisWawancara : (1) WawancaraMendalam,- JenisPertanyaan : (1) Deskriptif, (2) Struktural,
- Proses : TidakTerstruktur
Peneliti : Bagaimana Pelaksanaan Pembelajaran kitab kuning di ponpes Asy Syfa
ini dan metode apa yang digunakan ?
Ustadzah Neli Amelia :metode pembelajaran di pesantren Asy Syifa kebanyak
mengunakan metide sorogan dan bandongan, karena basic metode dari segala metode
adalah metode terebut
Metode tersebut juga berlaku dalam pembelajaran ilmu Nahwu ( jurumiyyah, imriti dan
Alfiyyah) serta ilmu Sharaf ( Kailani ) santri mendengarkan penjelasan dari pengajar,
mencatat apa yang didengar ( istilah pesantren di sebut nge-logat) kemudian santri
mempraktekan apa yang difahami dari pembelajarannya tersebut.
Dalam pembelajaran ilmu sharaf pengajar mengguakan metode bandongan dengan
tujuan agar sntri mengetahui konsep-konsep ilmu sharaf tersebut dan pengajar juga
menggunakan metode demontrasi
Pembelajaran kitab Hadist, Tafsir, Fiqh serta Akhlak lebih di tekankan pada pengetahun
yang sifatnya kognitif, para santri dituntut mengatahui konsep-konsep serta dalil-dalil dari
kitab-kitab yang diajarkan serta bisa menghafal serta mempraktekannya dalam keseharian
HASIL WAWANCARA PENELITIAN
W.ASY.URM.4
1. FokusWawancara : Pelaksanaan Pembelajaran kitab kuning
2. Responden : Ustadz Rijal Mushaffa(1) Gatekeepers, atau(2) Pengkonfirmasi, *)
3. WaktuWawancara : Hari, Juma’atTgl./bln21/April th. 2017. Pukul 11.00-11.30 WIB4. TempatObservasi : Rumah Ustadz Rijal Mushaffa5. Cara Kerja : (Lingkaricara yang digunakan)
- JenisWawancara : (1) WawancaraMendalam,- JenisPertanyaan : (1) Deskriptif, (2) Struktural,
- Proses : TidakTerstruktur
Peneliti : Bagaimana Pelaksanaan Pembelajaran kitab kuning di ponpes Asy Syfa
ini ?
Ustadz Rijal Mushaffa : pelaksanaan pembelajaran di pondok pesantren Asy Syifa
secara garis besar terbagi menjadi dua, ada yang berdasarkan sistem klasikal
(Ibtida/Tsanawi) ada juga yang dilaksanakan secara bersama-sama yang disesuaikan
dengan kitab yang dipelajari. Pelaksanaan ini didasarkan pada sebuah kebutuhan serta
kemampuan santri itu sendiri, oleh karena itu ad perbedaan proses pembelajaran.
Peneliti : Bagaimana pengguaan metode pembelajaran yang dilakukan di Asy Syifa
Ustadz Rijal Mushaffa : Pembelajaran di pondok pesantren Asy Syifa masih
menggunakan metode-metode klasik khas pondok pesantren seperti sorogan, bandongan,
hafalan, dan nadhaman. setiap metode yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan dan
orientasi pembeajaran itu sendiri. pada dasarnya pembelajaran di pesantren berlangsung
satu arah teacher centered santri mendengarkan, menulis tanpa bisa melakukan tanya jawab
dengan kiai yang mengajarkannya. pola tersebut menjadi pola yang sangat khas di pondok
pesantren dan begitu pula di pondok pesantren Asy Syifa. KH. Ujang Hidayat, KH. M. Syan,
Ustadz Rijal dan Ustadzah Neli menjadi pusat pembelajaran disana, kitab-kitab yang
diajarkan di pondok pesantren ini diajarkan oleh beliau-beliau.
HASIL WAWANCARA PENELITIAN
W.ASY.RSPI.3
1. FokusWawancara : Pelaksanaan Pembelajaran Kitab Kuning
2. Responden : Nurhasanah(1) Gatekeepers, atau(2) Pengkonfirmasi, *)
3. WaktuWawancara : Hari, Jum’at Tgl./bln14/April/th. 2017. Pukul 10.30-11.30 WIB4. TempatObservasi : Kantor Sekertariat5. Cara Kerja : (Lingkaricara yang digunakan)
- JenisWawancara : (1) WawancaraMendalam,- JenisPertanyaan : (1) Deskriptif, (2) Struktural,
- Proses : TidakTerstruktur
Peneliti : Bagaimana pelaksanaan pembelajaran kitab kuning di pesantren Asy
Syifa ?
Nurhasanah : pembelajaran disini sama dengan kebanyakan pesantren, dan disini ada
penggologan kelas penajian. Namun secara keseluruhan pengajian disini dilaksanakan
dengan sangat baik dan langsung di ampu oleh para dewan kiai dan ustadz
Peneliti : Bagaimana penggolongan kelas pengajian di pesantren Asy Syifa ?
Nurhasanah : Pengajian di putri ama dengan di putra, ada pengolongan berdasarkan
tingkat kompetensi masing-masing santrinya. Ada kelas 1 yang merupakan kelas yan
kebanyakan diisi oleh santri yang masih baru dan masih beljar kitab-kitab mendasar kelas
ini selain di metori oleh santriwati yang sudah senior juga langsung oleh ustadzah Neli
amelia. Kemudia ada kelas 2 yang isinya santri yang sudah lama dan memiliki kemampuan
diatas kelas 1, kitab yang dipalajari berbeda dengan kelas sebelumnya. Kelas ini langsung di
ampu oleh Ustadzah Neli Amelia
Selain epngajian kelas-kelas ini, ada juga pengajian yang dilakukan bersama tanpa ada
pengkelasan, seperti pengajian nahwu, sharaf, pengajian kitab umum dengan ustadz rijal,
KH. M. Syan dan dengan sesepuh pesantren
HASIL WAWANCARA PENELITIAN
W.ASY.KUH.4.
1. FokusWawancara : Evaluasi Pembelajaran kitab kuning
2. Responden : KH. Ujang Hidayat(1) Gatekeepers, atau(2) Pengkonfirmasi, *)
3. WaktuWawancara : Hari, KamisTgl./bln4/Meith. 2017. Pukul 11.00-11.25 WIB4. TempatObservasi : Rumah KH. Ujang Hidayat5. Cara Kerja : (Lingkaricara yang digunakan)
- JenisWawancara : (1) WawancaraMendalam,- JenisPertanyaan : (1) Deskriptif, (2) Struktural,- Proses : TidakTerstruktur
Peneliti : Bagaimana Evaluasi pembelajaran kitab kuning di pondok pesantren Asy
Syifa?
KH. Ujang Hidayat : Pembelajaran Al-Qur’an di
asysyifaberlangsungsecaralangsungyaitudengansistemsoroganyaitudengansistem face to
face, jadidengansisteminipengajarbisamengetahuisecaralangsungkelebihan da
kekurangandarisantridalampembacaan Al-Quran apakahitupelafalan,
makharijuhurufnyahinggasifatulhurufny.
Kriteriaseorangsantribisamelanjutkanjenjangpengajian Al-Qur’an ketingkat yang
lebihtinggiadalahpemahamansntritersebutterhadapisidarikitabyanmengulastentangilmu
Qur’an itusendiri.Seperticontohsantriharussudahhafalkaidah-kaidah, hukumbacaan,
waqafibtida, sertapendapat-pendapatparaulamaahliQuraterkaitilmu al Qur’an
sertasantrijugahafaldanmemahamisetiapnadham-nadham yang terdapatdarikitab-kitabulumul
Qur’an yang diajarkansepertituhfatulathfal, tibyan, al jazariyyahingganihayahqaulmufidz
HASIL WAWANCARA PENELITIAN
W.ASY.URM.5
1. FokusWawancara : Evaluasi Pembelajaran kitab kuning
2. Responden : Ustadz Rijal Mushaffa(1) Gatekeepers, atau(2) Pengkonfirmasi, *)
3. WaktuWawancara : Hari, Sabtu Tgl./bln6 meith. 2017. Pukul 09.00-09.30 WIB4. TempatObservasi : Rumah Ustadz Rijal Mushaffa5. Cara Kerja : (Lingkaricara yang digunakan)
- JenisWawancara : (1) WawancaraMendalam,- JenisPertanyaan : (1) Deskriptif, (2) Struktural,- Proses : TidakTerstruktur
Peneliti : Bagaimana evaluai Pembelajaran kitab kuning di ponpes Asy Syfa ini ?
Ustadz Rijal Mushaffa : BerbedadenganpembelajarankeilmuanlainnyasepertiNahwu,
sharafFiqh, Tauhid, Akhlak, danHadistmaupuntafsir, pembelajaran yang
diajarkanberorientasipadatingkatketuntasansaja, tidakada test
evaluasisecaraformaifmaupunsumatif. Namuncorakpembalajaranpesantren yang
berlangsungsecaraterusmenerus, berulangulang, semakin lama
semakinmendalamsecaralangsungakanmenggiringparasantrinyauntukbisamemahamisetiapb
abataupasal yang diajarkan. Setiapharisantribertemudenganustadz yang sama, kitab yang
sama, metode yang
samaterussajasepertiituhinggapadaakhirnyasantribisamemahamiisidarikitab yang
pelajarikarenaseringnyasantritersebutberinteraksidengankitabtersebut.
Padasatusisimemangtidakadasebuah test untukmengukurdalamranahkognitif
,namunsemuapembelajaran di
pesantrendiorientasikanuntukbisamerubahberdampakpadaranahafektifdanpsikomotorikselur
uhsantrinya yang padaakhirnyasantribisamengamalkanapayagdiapelajariselamabelajar di
pondokpesantrendankemudianbisamengarahkanmerekamenjadsosok-sosok yang
shalih/shalihah.
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Shelvia Rabiatul Adawiyyah dilahirkan di
Bandung, 21 Juni 1995, merupakan anak pertaa dari pasangan
Bapak Atang Suhana dan Ibu Siti Sholeha. Alamat penulis
adalah di Komplek Griya Bandung Indah (GBI) Blok. G 10
No.19 Rt 05/09, Ds. Buah Batu Kecamatan Bojongsoang
Kabupaten Bandung.
Penulis menyelesaikan pendidikan di Raudhatul Atfhal Al-Ijtihad tahun 2000-
2001, kemudian melanjutkan di Sekolah Dasar Margasari 01 tahun 2001-2007,
kemudiaan melanjutkan di Madrasah Tsanawiyah Terpadu Ar-Raudloh Cileunyi
tahun 2007-2010, kemudian di Madrasah Aliyah Al-Istiqomah Cijerah tahun
2010-2013. Pendidikan Tinggi ditempuh di Universitas Islam Negeri Sunan
Gunung Djati Bandung Fakultas Tarbiyah dan Keguruan di Jurusan Manajemen
Pendidikan Islam.
Penulis menyelesaikan program sarjana strata satu (S1) pada tahun akademik
2013-2017. Selama mengikuti pendidikan di UIN Sunan Gunung Djati Bandung,
penulis aktif di beberapa organisasi ke mahasiswaan diantaranya Senat
Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (2014-2015), Himpunan Mahasiswa
Islam Cabang Kabupaten Bandung, Kohati Komisariat Tarbiyah. Penulis
melakukan penelitian di Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka
dengan judul: Manajemen Pembelajaran Kitab Kuning (Studi Kasus di
Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka Bandung). Di bawah
bimbingan bapak Prof. Dr. H. Supiana, M.Ag dan Nandang Abdurrohim, M.Ag.
top related