makalah tauhid
Post on 30-Nov-2015
348 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kedudukan tauhid dalam Islam sangatlah fundamental, karena dari pemahaman tentang
tauhid itulah keimanan seorang muslim mulai tumbuh. Konsep tauhid dalam Islam merupakan
salah satu pokok ajaran yang tidak dapat diganggu gugat dan sangat berpengaruh terhadap
keislaman seseorang. Apabila pemahaman tentang tauhid seseorang tidak kuat, maka akan goyah
pula pilar-pilar keislamannya secara menyeluruh.
Tauhid (Arab :توحيد), adalah konsep dalam aqidah Islam yang menyatakan
keesaan Allah. Sebuah sumpah akan kesetiaan dan kepercayaan yang mutlak tentang Allah yang
Maha Esa. Dengan menyakini akan keesaan Allah, maka seorang muslim tidak akan lagi
menyakini adanya tuhan selain Allah. Sehingga seluruh hidupnya akan senantiasa
dipersembahkan hanya untuk mengabdi kepada Allah. Dengan tauhid yang kuat maka seorang
muslim akan mampu melaksanakan seluruh perintah Allah dengan keyakinan yang kuat pula.
Nilai keesaan Allah merupakan awal dari kewajiban-kewajiban manusia terhadap
tuhannya tersebut. Manusia diciptakan di muka bumi ini hanya mempunyai satu tugas yaitu
menyembah Allah dengan segala bentuk ibadahnya, dalam hal ini Allah berfirman dalam
kitabnya, yang artinya:
"Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang
berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan" (QS At
Taubah: 31)
Dengan memperdalam pemahaman terhadap ilmu tauhid, maka diharapkan seorang
muslim mempunyai landasan kuat dalam mengimplementasikan kewajiban-kewajiban
menyembah Allah. Dengan keyakinan yang kuat tentang keesaan Allah, maka akan semakin
ringan seorang muslim melaksanakan seluruh ibadah yang yang diwajibkan kepada seorang
muslim. Tidak ada lagi rasa malas, dan menganggap bahwa semua kewajiban yang harus
dijalaninya tersebut merupakan kebutuhan untuk bertemu dengan penciptanya, Allah SWT.
1
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis akan menggali aspek-aspek tauhid sebagai
landasan aqidah umat Islam. Melalui penggalian konsep-konsep di atas, maka diharapkan
pemahaman penulis tentang keesaan Allah akan meningkat pula dan pada akhirnya meningkatkan
pula ibadah kepada Allah SWT.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan larat belakang di atas, maka berikut ini rumusan masalah yang akan dibahas
dalam makalah ini, yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan tauhid sebagai landasan aqidah, iman, dan Islam?
2. Apa saja rukun kalimat tauhid?
3. Apa saja syarat-syarat kalimat tauhid?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Sebagai tugas kompetensi Individu dalam perkuliahan Al Islam Kemuhammadiyahan
yang merupakan bagian dari system pembelajaran berbasis kompetensi Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Palembang.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Meningkatkan pemahaman mengenai konsep “tauhid” sebagai landasan aqidah, iman
dan Islamiyah.
2. Mengetahui hakekat dan kedudukan tauhid dalam Islam.
3. Mengetahui rukun kalimat tauhid.
4. Mengetahui syarat-syarat kalimat tauhid.
5. Mengkaji pengaruh tauhid dalam kehidupan seorang muslim.
1.4 Metode Penulisan
2
Metoda penulisan makalah ini adalah menggunakan beberapa buku sumber yang relevan
dengan materi sebagai referensi.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Tauhid
Tauhid (Arab :توحيد), adalah konsep dalam aqidah Islam yang menyatakan
keesaan Allah. Tauhid diambil kata : Wahhada Yuwahhidu Tauhidan yang artinya mengesakan.
Satu suku kata dengan kata wahid yang berarti satu atau kata ahad yang berarti esa. Sedangkan
pengertian tauhid dalam bahasa adalah masdar/kata benda dari kata wahhada – yuwahhidu, yang
artinya menunggalkan sesuatu. Secara istilah syar’i: Mengesakan Allah dalam hal-hal yang
menjadi kekhususan diri-Nya. Kekhususan itu meliputi perkara rububiyah, uluhiyah dan asma’
wa shifat. Dalam ajaran Islam Tauhid itu berarti keyakinan akan keesaan Allah. Kalimat Tauhid
ialah kalimat La Illaha Illallah yang berarti tidak ada Tuhan melainkan Allah. ( al-
Baqarah:163, Muhammad 19 ). Tauhid merupakan inti dan dasar dari seluruh tata nilai dan norma
Islam, sehingga oleh karenanya Islam dikenal sebagai agama tauhid yaitu agama yang
mengesakan Tuhan. Bahkan gerakan-gerakan pemurnian Islam terkenal dengan nama gerakan
muwahhidin ( yang memperjuangkan tauhid ). Dalam perkembangan sejarah kaum muslimin,
tauhid itu telah berkembang menjadi nama salah satu cabang ilmu Islam, yaitu ilmu Tauhid yakni
ilmu yang mempelajari dan membahas masalah-masalah yang berhubungan dengan keimanan
terutama yang menyangkut masalah ke-Maha Esa-an Allah.
2.2 Keutamaan dan Keagungan Tauhid
Keutamaan dan keagungan tauhid terdapat pada firman Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa
diantaranya adalah:
اَل� ُه� �َّن َأ �ْم َف�اْع َل ُه� الَل �اَل ِإ �ُه� �ل ِإ
Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Hak disembah) melainkan Allah.”
(QS. Muhammad: 19)
Dan firman-Nya 'Azza wa Jalla,
4
�ُم�وَن� �ْع َل َي َو�ُه�ْم � َح�ِّق �ال ِب ِه�د� َش� َم�ْن �اَل ِإ
“… akan tetapi (orang yang dapat memberi syafaat ialah) orang yang mengakui yang hak
(tauhid) dan mereka meyakini (nya).” (QS. al-Zukhruf: 86)
"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu" (QS An Nahl: 36)
"Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang
berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan" (QS At
Taubah: 31)
5
" Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Quraan) dengan (membawa) kebenaran. Maka
sembahlah Allah dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya.Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah
agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata):
"Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan
sedekat-dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka
berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.
(QS Az Zumar: 2-3)
Dari semua dalil-dalil Al-qur’an di atas, maka jelas sekali bahwa konsep tauhid
merupakan landasan paling fundamnental dalam kehidupan seorang muslim yang sangat
berpengaruh terhadap pelaksanaan ajaran-ajaran Islam lainnya.
2.3 Kalimat Tauhid
2.3.1 Makna Dari Kalimat Tauhid
Berikut penjelasan secara singkat mengenai makna kalimat tauhid yang mulia ini :
Laa Ilaaha Illallah adalah kalimat yang terdiri dari 4 kata, yaitu : kata (laa), kata (Ilaha),
kata (illa) dan kata (Allah). Adapun secara bahasa bisa kita uraikan secara ringkas sebagai
berikut:
Laa adalah nafiyah lil jins (meniadakan keberadaan semua jenis kata benda yang datang
setelahnya). Misalnya perkataan orang Arab, “Laa rojula fid dari” (tidak ada laki-laki dalam
rumah) yaitu menafikan (meniadakan) semua jenis laki-laki di dalam rumah.
Sehingga laa dalam kalimat tauhid ini bermakna penafian semua jenis penyembahan dan
peribadahan yang haq dari siapapun juga kecuali kepada Allah .
Ilah adalah mashdar (kata dasar) yang bermakna maf’ul (obyek) sehingga dia
bermaknama`luh () yang artinya adalah ma’bud , sementara ma’bud sendiri bermakna yang
diibadahi atau yang disembah. Hal itu karena (alaha) maknanya adalah ‘abada, sehingga
6
makna ma’luh adalah ma’bud. Hal ini sebagaimana dalam bacaan Ibnu ‘Abbas terhadap ayat
127 pada surah Al-A’raf:
“Berkatalah pembesar-pembesar dari kaum Fir’aun (kepada Fir’aun): “Apakah kamu
membiarkan Musa dan kaumnya untuk membuat kerusakan di negeri ini (Mesir) dan
meninggalkan kamu serta ilahatahmu (peribadatan kepadamu)?”.
Ilahataka (ilahatahmu) yaitu peribadatan kepadamu, karena Fir’aun itu disembah dan tidak
menyembah. Hal ini menunjukkan bahwa Ibnu ‘Abbas memahami bahwa kata ilahah artinya
adalah ibadah.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiah berkata, “Al-ilah adalah yang disembah lagi ditaati.” Dan Ibnu
Al-Qayyim berkata, “Al-ilah adalah Siapa yang disembah oleh hati-hati para hamba dengan
kecintaan, pengagungan, taubat, pemuliaan, pembesaran, kehinaan, kerendahan, takut,
harapan, dan tawakkal.” Lihat Fath Al-Majid hal. 53
Illa (kecuali). Pengecualian di sini adalah mengeluarkan kata yang terletak setelah illa dari
hukum kata yang telah dinafikan oleh laa. Misalnya dalam contoh di atas laa rajula fid dari
illa Muhammad (tidak ada seorang pun lelaki di dalam rumah kecuali Muhammad). Yakni
Muhammad (sebagai kata setelah illa) dikeluarkan (dikecualikan) dari hukum sebelum illa,
yaitu hukum peniadaan semua jenis laki-laki di dalam rumah. Sehingga maknanya adalah:
Tidak ada satupun jenis laki-laki di dalam rumah kecuali Muhammad. Dan jika menerapkan
hal ini dalam kalimat tauhid di atas, makna maknanya adalah: Hanya Allah yang
diperkecualikan dari seluruh jenis ilah yang telah dinafikan oleh kata laa sebelumnya.
Lafazh “Allah”, berasal dari kata al-Ilah , Kemudian huruf hamzah yang berada di tengah
sengaja dihilangkan untuk mempermudah membacanya, lalu huruf lam yang pertama
diidhgamkan (digabungkan) pada lam yang kedua maka menjadilah satu lam yang ditasydid,
dan lam yang kedua diucapkan tebal. Inilah pendapat yang dipilih oleh Al-Kasa`i, Al-Farra`,
dan Sibawaih.
Adapun maknanya, berkata Al-Imam Ibnu Qoyyim dalam Madarij As-Salikin (1/18),
“Nama ‘Allah’ menunjukkan bahwa Dialah yang merupakan ma’luh (yang
disembah) ma’bud (yang diibadahi). Seluruh makhluk beribadah kepadanya dengan penuh
kecintaan, pengagungan, dan ketundukan”.
7
Lafazh ‘Allah’ adalah nama bagi Ar-Rabb Ta’ala, yang mana seluruh nama-nama dan
sifat-sifat Allah yang lainnya kembali kepadanya, sebagaimana yang dinyatakan oleh Ibnu Al-
Qayyim . Karenanya sangat agungnya nama ini, tidak ada satupun dari makhluk-Nya yang
dinamakan atau yang boleh bernama dengan nama ‘Allah’.
Kemudian dari perkara yang paling penting diketahui bahwa Laa ini -sebagaimana yang
telah diketahui oleh semua orang yang memiliki ilmu bahasa Arab-membutuhkan isim dan
khobar sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Malik dalam Alfiyahnya :
“Jadikan amalan inna (menashab isim dan merafa’ khobar) untuk laa bila isimnya nakirah”.
Isim laa adalah kata ilaha dan dia nakirah. Adapun khobarnya, maka disinilah letak
perselisihan manusia dalam penentuannya, sebagaimana yang akan disebutkan sebagian di
antaranya pada pembahasan mengenai pemaknaan yang keliru dari kalimat tauhid ini, insya
Allah.
Adapun yang dipilih oleh para ulama as-salaf secara keseluruhan adalah bahwa khobarnya
(dihilangkan), dan mereka menyatakan bahwa dia sengaja dihilangkan karena maknanya sudah
jelas. Ringkasnya, para ulama as-salaf telah bersepakat bahwa yang kata yang dihilangkan -yang
menjadi khabar bagi laa-adalah kata haqqun atau bihaqqin (yang berhak disembah). Mereka
berlandaskan pada firman Allah Ta’ala dalam surah Luqman ayat 30:
“Yang demikian itu karena Allahlah yang hak (untuk disembah) dan apa saja yang mereka
sembah selain Allah maka itu adalah sembahan yang batil dan Allah Maha Tinggi lagi Maha
Besar”. Dan mirip dengannya dalam surah Al-Hajj ayat 62.
Maka dari seluruh penjelasan di atas, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa makna
kalimat tauhid ‘laa ilaaha illallah’ adalah: Tidak ada sembahan yang berhak untuk disembah
kecuali Allah. Maka kalimat tauhid ini menunjukkan akan penafian/penolakan/peniadaan semua
jenis penyembahan dan peribadatan dari semua selain Allah Ta’ala, apa dan siapapun dia. Serta
penetapan bahwa penyembahan dan peribadahan dengan seluruh macam bentuknya -baik yang
zhohir maupun yang batin-hanya ditujukan kepada Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya.
Oleh karena itu semua yang disembah selain Allah Ta’ala memang betul telah disembah, akan
tetapi dia disembah dengan kebatilan, kezholiman, pelampauan batas, dan kesewenang-
wenangan. Nabi bersabda:
8
“Kalimat yang paling benar yang dikatakan seorang penyair adalah kalimat yang dikatakan oleh
Labid. Dia bersya’ir; “Segala sesuatu selain Allah adalah bathil”. (HR. Al-Bukhari no. 3841
dan Muslim no. 6147)
Asy-Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab Al-Wushabi berkata di awal Al-Qaul Al-Mufid,
“Makna‘laa ilaha illallah’ adalah tidak ada sembahan yang berhak disembah selain Allah. Dan
selain Allah , jika dia disembah maka sungguh dia telah disembah dengan kebatilan.”
2.3.2 Rukun Kalimat Tauhid
Kalimat ‘laa ilaaha illallah’mengandung dua rukun asasi yang harus terpenuhi sebagai
syarat diterimanya syahadat seorang muslim yang mengucapkan kalimat tersebut:
Pertama: An-nafyu (penafian/penolakan/peniadaan) yang terkandung dalam kalimat ‘laa Ilaaha’.
Yaitu menafikan, menolak, dan meniadakan seluruh sembahan yang berhak untuk disembah
selain Allah , bagaimanapun jenis dan bentuknya dari kalangan makhluk. Baik yang masih hidup
apalagi yang sudah mati, baik malaikat yang terdekat dengan Allah maupun rasul yang terutus,
terlebih lagi makhluk yang derajatnya di bawah keduanya.
Kedua: Al-itsbat (penetapan) yang terkandung dalam kalimat ‘illallah’. Yaitu menetapkan
seluruh ibadah baik yang lahir -seperti sholat, zakat, haji, dan menyembelih-maupun yang batin -
seperti tawakkal, harapan, ketakutan, dan kecintaan-seluruhnya hanya untuk Allah semata. Baik
yang berupa ucapan seperti zikir, membaca Al-Qur’an, berdoa dan sebagainya, maupun yang
berupa perbuatan seperti ruku dan sujud sewaktu sholat, tawaf dan sa`i ketika haji dan lain-lain,
semuanya hanya untuk Allah semata.
Maka syahadat seseorang belumlah benar jika salah satu dari dua rukun itu atau kedua-
duanya tidak terlaksana. Misalnya ada orang yang hanya meyakini Allah itu berhak disembah
(hanya menetapkan) tetapi juga menyembah yang lain atau tidak mengingkari penyembahan
selain Allah (tidak menafikan). Maka dengan keyakinannya ini dia belumlah dianggap masuk ke
dalam Islam, bahkan dia masih dikategorikan ke dalam orang-orang yang berbuat kesyirikan.
Berikut penyebutan beberapa ayat Al-Qur`an yang menerangkan dua rukun ‘laa ilaha illallah’ini:
Allah berfirman:
9
“Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada thagut dan beriman kepada Allah maka
sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus”.(QS.
Al-Baqarah: 256).
Allah berfirman:
“Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: “Sesungguhnya aku
berlepas diri dari apa yang kamu sembah, tetapi (aku menyembah) Tuhan Yang menjadikanku;
karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku”. (QS. Az-Zukhruf : 26-27)
Allah Ta’ala juga berfirman:
“Sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun”. (QS. An-
Nisa`: 36)
Kaum Musyrikin Memahami Makna Ini
Inilah kesimpulan makna dari kalimat tauhid yang agung dan mulia ini. Makna inilah yang
dipahami oleh para shahabat dan para ulama yang datang setelah mereka sampai hari ini. Bahkan
makna inilah yang diyakini dan dipahami oleh kaum musyrikin Quraisy di zaman Nabi semisal
Abu Jahl, Abu Lahab, dan selainnya. Allah berfirman tentang mereka:
“Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: “Laa ilaaha illallah” (Tiada
sembahan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri, dan mereka
berkata: Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena
seorang penyair gila?”. (QS. Ash-Shaffat: 35-36)
Perhatikan jawaban mereka ketika disuruh mengucapkan kalimat tauhid! Mereka menjawab,
“Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami.” Maka ini jelas
menunjukkan bahwa yang mereka pahami dari makna kalimat tauhid adalah harusnya
meninggalkan semua sembahan selain Allah (an-nafyu).
Perhatikan juga komentar mereka tentang kalimat tauhid ini:
“Apakah dia (Muhammad) menjadikan sembahan-sembahan yang banyak itu menjadi sembahan
yang satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan”. (QS.
Shad: 5)
10
Mereka lagi-lagi memahami bahwa makna dari kalimat tauhid ini adalah menetapkan
bahwa hanya Allah sendiri yang berhak untuk disembah (al-itsbat).
Maka cermatilah kedua ayat ini -semoga Allah merahmatimu-, bagaimana jawaban kaum
musyrikin tatkala diperintah mengucapkan kalimat tauhid, spontan mereka menolak karena
sangat mengetahui apa makna dan konsekwensi kalimat ini. Yaitu harusnya meninggalkan semua
sembahan mereka dan menjadikannya hanya satu sembahan yaitu hanya Allah . Maka betapa
celakanya seseorang yang mengaku muslim yang Abu Jahl lebih tahu dan lebih faham tentang
makna ‘laa ilaha illallah’ daripada dirinya. Wallahul musta’an.
2.3.3 Keutamaan Kalimat Tauhid
Sebelum kami menyebutkan beberapa keutamaannya, perlu kami ingatkan bahwa semua
keutamaan tersebut tidaklah didapatkan oleh seseorang hanya dengan sekedar mengucapkan‘laa
ilaha illallah’. Akan tetapi dia akan mendapatkan semua keutamaan tersebut jika dia
mengucapkannya serta melaksanakan konsekuensinya sesuai dengan apa yang telah kami
jelaskan sebelumnya. Asy-Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab berkata di awal risalah dimana
beliau menjawab pertanyaan tentang makna ‘laa ilaha illallah’, “Bukan yang diinginkan dari
kalimat tauhid ini adalah sekedar mengucapkannya tanpa memahami apa maknanya. Karena
orang-orang munafik juga mengucapkan kalimat tauhid ini akan tetapi tempat mereka lebih
rendah dari orang-orang kafir, yaitu di dasar neraka yang paling bawah, padahal mereka adalah
orang-orang yang mengerjakan shalat dan bersedekah. Akan tetapi yang diinginkan darinya
adalah mengucapkannya dalam keadaan mengetahuinya (makna dan konsekuensinya) dengan
hati, mencintainya dan mencintai semua orang yang mengucapkannya, serta membenci dan
memusuhi semua yang bertentangan dengannya.”
Berikut beberapa keutamaan dan manfaat dari kalimat ‘laa ilaha illallah’ -bagi yang
mengucapkannya dengan benar dan melaksanakan konsekuensinya-:
Dari Ubadah dari Nabi beliau bersabda:
“Barang siapa yang bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak kecuali Allah satu-
satunya dengan tidak menyekutukan-Nya dan bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-
Nya dan (bersaksi) bahwa ‘Isa adalah hamba Allah, utusan-Nya dan firman-Nya yang Allah
11
berikan kepada Maryam dan ruh dari-Nya, dan surga adalah haq (benar adanya), dan neraka
adalah haq, maka Allah akan memasukkan orang itu ke dalam surga betapapun keadaan
amalnya”. (HR. Al-Bukhari no. 3435 dan Muslim no. 46)
Dalam hadits Itban bahwa Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya Allah Ta’ala mengharamkan neraka bagi orang orang yang mengucapkan
dengan ikhlas dan hanya mengharapkan (pahala melihat) wajah Allah”. (HR. Al-Bukhari no.
425 dan Muslim no. 263)
Dari Ibnu Abbas dia berkata: Ketika Rasulullah mengutus Muaz bin Jabal ke Yaman,
beliau bersabda kepadanya:
“Sesungguhnya kamu akan mendatangi suatu kaum dari Ahli Kitab, maka ajaklah mereka
kepada persaksian bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Allah, dan bahwa aku
adalah utusan Allah. Jika mereka mentaatimu untuk hal tersebut, maka beritahukanlah kepada
mereka bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka shalat lima waktu pada setiap siang dan
malam. Jika mereka mentaatimu untuk hal tersebut maka beritahukanlah kepada mereka bahwa
Allah telah mewajibkan kepada mereka sedekah yang diambil dari orang kaya mereka lalu
dibagikan kepada orang-orang fakir di antara mereka. Jika mereka mentaatimu untuk hal
tersebut maka kamu jauhilah harta mulia mereka. Takutlah kamu terhadap doa orang yang
terzhalimi, karena tidak ada penghalang antara dia dan Allah.” (HR. Al-Bukhari no. 4347 dan
Muslim no. 29)
Diriwayatkan dalam Shahih Muslim no. 37 bahwa Rasulullah bersabda:
“Barang siapa yang mengucapkan , dan mengingkari sesembahan selain Allah, maka haramlah
harta dan darahnya, adapun perhitungannya adalah terserah kepada Allah”.
Maka dari semua dalil-dalil di atas bisa kita petik beberapa keutamaan kalimat tauhid ini:
1. Dia merupakan tujuan dakwah yang pertama dan terbesar, baik dakwah para nabi maupun para
pengikut mereka dari kalangan para sahabat mereka dan pengikut mereka.
2. Dia merupakan sebab terbesar masuknya seseorang ke dalam surga. Karenanya barangsiapa
yang mengucapkannya di akhir hidupnya maka dia akan masuk surga. dari Mu’adz bin Jabal , ia
berkata; Rasulullah bersabda:
12
“Barangsiapa yang akhir perkataannya (sebelum meninggal dunia) ‘laa ilaha illallah’ maka dia
akan masuk surga.” (HR. Abu Daud no. 2709)
3. Dia bisa menghapuskan semua dosa, sebesar apapun dosanya. Di antara dalil terbesar yang
menunjukkan hal ini adalah hadits al-bithaqah (kartu kecil) yang diriwayatkan oleh Imam
Ahmad dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash .
4. Dia merupakan jaminan untuk tidak kekal di dalam api neraka, kalau ternyata seseorang masuk
ke dalamnya.
5. Dia merupakan kalimat paling berberkah dan menjadi syarat seseorang masuk Islam.
Karenanya barangsiapa yang mengucapkannya maka dia mendapatkan hak seorang
muslim, di antaranya bahwa harta, darahnya, dan kehormatannya haram untuk diganggu.
2.3.4 Syarat-syarat Kalimat Tauhid
Syarat-syarat ini harus dipenuhi oleh orang yang melafalkan kalimat tauhid ini agar
berfaedah baginya, yaitu sebagai berikut:
1. Berilmu dan memahami kandungan makna dan rukun syahadat ini sehingga hilang kebodohan
terhadap kandungan makna dan rukun kalimat ini. Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa sallam
bersabda yang artinya:“Barangsiapa yang mati dalam keadaan ia mengetahui (kandungan makna)
‘laa ilaha illallah’ (bahwa tiada yang berhak disembah kecuali Allah), pasti masuk surga (HR.
Muslim).
2. Meyakini segala yang ditunjukkan oleh kalimat ini tanpa ada keraguan sedikitpun. Allah
Ta’ala berfirman yang artinya:”Sesungguhnya orang mukmin itu hanyalah orang-orang yang
beriman kepada Allah dan rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu”. (QS. Al-Hujurat:15).
3. Menerima konsekuensi (tuntutan) kalimat ini berupa beribadah hanya kepada Allah semata dan
meninggalkan beribadah kepada selain-Nya tanpa adanya penolakan yang didasari keengganan,
pembangkangan,dan kesombongan. Allah Ta’ala berfirman yang artinya:”Sesungguhnya mereka
(orang-orang kafir) apabila diucapkan kepada mereka “laa ilaha illallah (Tiada sesembahan yang
13
berhak disembah melainkan Allah) maka merekapun menyombongkan diri(35). Dan mereka
berkata,“Apakah kita akan meninggalkan sesembahan-sesembahan kita karena penyair yang
gila”.(QS.Ash-Shaffat:35-36).
4. Tunduk dan berserah diri terhadap segala tuntutan kalimat ini tanpa mengabaikannya. Allah
Ta’ala berfirman yang artinya:”Dan barangsiapa yang berserah diri kepada Allah dalam keadaan
berbuat kebajikan, maka sungguh dia telah berpegang dengan tali yang sangat kuat (kalimat Laa
ilaha illallah).” (QS.Luqman:22)
5. Jujur dalam mengucapkan kalimat ini dengan disertai hati yang membenarkannya. Jika
seseorang mengucapkan kalimat ini namun hatinya mengingkari dan mendustai nya, maka dia
orang munafik tulen. Allah Ta’ala berfirman yang artinya:”Dan diantara manusia ada yang
mengucapkan,”Kami beriman kepada Allah dan hari akhir”, padahal mereka tidak beriman(8).
Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beiman. Tidaklah mereka menipu kecuali
diri mereka sendiri sementara mereka tidak meyadari(9). Dalam hati mereka ada penyakit, maka
Allah menambah penyakit mereka. Dan mereka mendapat azab yang pedih karena kedustaan
yang mereka lakukan. (QS. Al-Baqarah:8-10).
6- Ikhlas dalam mengucapkannya dan memurnikan amal dari segala kotoran syirik, bukan karena
riya, atau untuk ketenaran, maupun tujuan-tujuan duniawi. Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa
sallam bersabda yang artinya:“Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka bagi orang yang
mengucapkan”laa ilaha illallah” dengan tujuan mengharap wajah Allah.”(HR. Bukhari dan
Muslim)
7. Mencintai kalimat ini dan segala tuntutannya serta mencintai orang yang melaksanakan
tuntutannya. Allah Ta’ala berfirman yang artinya:”Dan diantara manusia ada yang menjadikan
selain Allah sebagai tandingan yang mereka mencintainya seperti mencintai Allah. Sedangkan
orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah.”(QS. Al-Baqarah:165). Orang –orang yang
benar dalam imannya mencintai Allah dengan cinta yang tulus dan murni. Adapun para pelaku
kesyirikan memiliki cinta ganda. Mereka mencintai Allah sekaligus mencintai tandingan-Nya.
14
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Tauhid memiliki pengertian yaitu berarti kita mengesakan Allah swt tanpa
menduakannya dengan yang lain.
15
2. Mengucapkan kalimat tauhid adalah yang utama bagi umat islam.
3. Dalam mengucapkan kalimat tauhid kita harus yakin dan mempercayainya dalam hati
dan tanpa paksaan barulah kalimat tauhid kita diterima Allah swt.
3.2 Saran
1. Diaharapkan setelam membaca makalah ini, kita bisa menerapkan ajaran tauhid dengan
benar
2. Diharapkan setelah membaca makalah ini, kita bisa menyampaikan ajaran tauhid kepada
sesame muslim yang belum mengetahuinya.
Daftar Pustaka
Al-quran
Antoni, dkk. 2009. Al Islam Kemuhammadiyahan I,III, dan V. Palembang: Universitas
Muhammadiyah Palembang
16
http://akhwat.or.id/majalah-jurnal-muslimah-keluarga-sakinah-pendidikan-anak/artikel-
islamiyah/makna-dan-keutamaan-kalimat-tauhid.html (diakses tanggal 16 Okteber 2012)
http://al-manar.web.id/bahan/14.%20ULUMUDDIN/1.%20Arti%20dan%20Fungsi
%20Tauhid.pdf (diunduh tanggal 17 Okteber 2012)
http://s1.islamhouse.com/data/id/ih_books/single/id_the_book_of_tawheed.pdf (diunduh tanggal
17 Okteber 2012)
http://s1.islamhouse.com/data/id/ih_books/single/
id_tawheed_the_meaning_of_the_two_testimonials_and_nullifiers_of_islam.pdf (diunduh
tanggal 17 Okteber 2012)
17
top related